Anda di halaman 1dari 86

PROPOSAL

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA BAYI 7-12 BULAN

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BENTENG KOTA PALOPO

SURIYANI S LAMBE
K.16.01.024

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MEGA BUANA
PALOPO
2020
PERNYATAAN SIAP UJIAN PROPOSAL

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIANPEMBERIAN

ASI EKSLUSIF PADA BAYI 7-12 BULAN DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS BENTENG KOTA PALOPO

SURIYANI S LAMBE
K.16.01.024

Proposal/Hasil telah disetujui oleh Tim Pembimbing untuk dapat diujikan di


hadapan Tim Penguji Proposal/Hasil

Palopo 21 Maret 2020

Tim Pembimbing

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Try Ayu Patmawati, S.Kep.,Ns.,M.Kep Hertiana, S.kep.,Ns.,M.Kep

NIDN.0928129201 NIDN.8898190018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan serta rahmat dan ridho-
Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
“Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Ekslusif Pada Bayi 7-12
bulan Di Wilaya Kerja Puskemas Benteng Kota Palopo Tahun 2020.
Penulis mengucapakan trima kasih yang tak terhingga kepada orang tua
untuk dukungan moril dan materil yang diberikan.Penulis menyadari bahwa
penyusunan skripsi ini jauh dari kesempurnaan disebabkan terbatasnya
pengetahuan yang dimiliki oleh penulis olehnya itu dengan rendah hati
mengharapkan saran dan kritik.Saya ucapkan banyak terima kasih kepada
pembimbing pertama ibu Try Ayu Patmawati.S.Kep,.Ns,.M.Kep dan Pembimbing
Pendamping Ibu Hertiana.S.Kep,.Ns,.M.Kepyang telah membimbing dan
memberikan arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan proposal ini.
Ucapan banyak trima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak H. Rahim Munir Said ,SP.,MM selaku Pembina Yayasan
Pendidikan Mega Buana
2. Ibu Dr.Hj.Nilawati Uly,S.Si.,Apt.,M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Mega Buana Palopo
3. Ibu Nur Asphina R.Djano ,SKM,MM selaku wakil Ketua Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Mega Buana Palopo
4. Ibu Evawati Uly, S.Farm.,Apt selaku Wakil Ketua Bidang Keuangan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mega Buana Palopo
5. Bapak Andriyanto Dai, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Wakil Ketua Bidang
Kemahasiswaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mega Buana Palopo
6. Ibu Sriwahyuni,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Program Studi Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mega Buana Palopo
7. Ibu Dr.Hj.Nilawati Uly,S.Si.,Apt.,M.Kes selaku Penasehat Akademik
8. Bapak Andriyanto Dai, S.Kep .,Ns.,M.Kep selaku Penguji

iii
9. Bapak dan Ibu dosen serta staff Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mega
Buana Palopo
10. Puskesmas Benteng Kota Palopo
Tak lupa untuk saudara,teman-teman serta seluruh keluarga yang telah
membantu dan memberikan motivasi sehingga penulis mampu menyelesaiakn
proposal ini.
Akhir kata semoga tuhan Ynag Maha Esa seantiasa melimpahkan
rahmat,berkat dan karunia-Nya kepada kita semua dan memberikan omblaan yang
setimpal atas semua jerih payah dan pihak yang telah membrikan bantuan dan
dukungan kepada penulis serta seantiasa menambah ilmu pengetahuan yang
bermanfaat dan manjadikan kita hamba-Nya yang selalu bersyukur.

Palopo 21 Maret 2020


Penulis

Suriyani S.Lambe

iv
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
i
PERNYATAAN SIAP UJIAN PROPOSAL.......................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................8
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................8
D. Manfaat Penelitian........................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................11
A. Air Susu Ibu (ASI Ekslusif)........................................................................11
B. Dukungan Suami.........................................................................................31
C. Pekerjaan.....................................................................................................37
D. Sikap Ibu.....................................................................................................40
E. Kerangka Konsep........................................................................................47
F. Definisi Operasional...................................................................................49
G. Hipotesisi Nol (Ho).....................................................................................51
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................52
A. Jenis Penelitian Dan Pendekatan.................................................................52
B. Tempat dan waktu meneliti.........................................................................52
C. Populasi dan sampel....................................................................................52
D. Instrumen Penelitian...................................................................................54
E. Pengumpulan Data......................................................................................55
F. Pengelolah dan penyajian data....................................................................55
G. Analisa Data................................................................................................56
H. Etika Penelitian...........................................................................................57

v
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................59
LAMPIRAN.........................................................................................................62

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman


2.1 Definisi Operasional dan Kriteria 17
Objektif.............................

vi
vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman


2.1 Kerangka Kosep..........................................

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Pengambilan Data Awal


Lampiran 2 : Inform Concent
Lampiran 3 : Instrumen Penelitian (kuesioner)

ix
DAFTAR SINGKATAN
ASI : Air Susu Ibu
WHO :Word Health Organization
BBL :Bayi baru lahir
AA :Asam Arahkidonat
DHA : Asam Docosahexaenoic
KEMENKES RI :Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
RISKESDAS :Riset kesehatan dasar
GSI :Gerakan sayang ibu
UNICEF :United Nations Children’s Fund
PNS :Pegawai Negri Sipil
IgM : Immunoglobulin M
IgA : Immunoglobulin A
IgE :Immunoglobulin E
IgG :Immunoglobulin G

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ASI atau biasa disebut dengan Air Susu Ibu adalah cairan yang di di

sekresikan oleh kelenjar payudara ibu berupa makanan alamiah atau susu

terbaik bernutrisi dan berenergi tinggi yang diproduksi sejak masa kehamilan

(Wiji, 2013). ASI merupakan makanan yang sempurna dan terbaik bagi bayi

khususnya bayi 0 – 6 bulan karena mengandung unsur-unsur gizi yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal (Widuri,

2013) Dijelaskan lebih lanjut bahwa ASI Eksklusif memiliki pengertian

tersendiri yaitu pemberian ASI dari ibu terhadap bayinya yang diberikan tanpa

minuman atau makanan lainnya termasuk air putih atau vitamin tambahan

lainnya.

Menurut penelitian (Rahayu et al., 2019) Manfaat pemberian ASI Ekslusif

pada bayi memiliki banyak manfaat,sehingga dapat berdampak pada

pertumbuhan bayi.dampak yang biasanya terjadi pada bayi jika tidak diberikan

ASI Ekslusif adalah meningkatnya angka kesakitan dan kematian itu di

sebabkan karena berbagi penyakit yang pada umumnya menimpah anak-anak

seperti radang paru diare,pemberian ASI Ekslusif juga dapat membantu

menjarangkan angka kelahiran. Menghindari hal tersebut terjadi pada bayi

maka perlu dipahami manfaat dari pemberian ASI tersebut. Salah satu faktor

yang mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah faktor nutrisi. ASI


2

mengandung semua zat yang dibutuhkan dalam tumbuh kembang anak. ASI

mengandung taurin yang berfungsi sebagai neuro transmitr yang berperan

penting untuk proses maturasi sel otak. ASI juga mengandung asam lemak

yang sangat diperlukan oleh bayi. Pertumbuhan otak bayi terbesar terjadi

selama masa kehamilan dan berlanjut sampai dua tahun pertama dalam

kehidupannya di dunia. Selama masa ini, bayi memiliki kebutuhan paling

besar nutrisi penting seperti asam docosahexaenoic (DHA), asam lemak

omega-3, asam arakidonat (AA), dan asam lemak omega-6. Semua nutrisi

tersebut secara alamia ditemukan pada ASI. Kandungan ASI yang kaya akan

zat gizi ini membuat ASI dapat mempengaruhi pertumbuhan otak anak.

Perkembangan kecerdasan anak sangat berkaitan erat dengan pertumbuhan

otak. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan otak anak adalah nutrisi

yang diterima saat pertumbuhan otak, terutama saat pertumbuhan otak cepat.

Lompatan pertumbuhan pertama atau growth sport sangat penting pada

periode inilah perumbuhan otak sangat pesat. Perkembangan otak yang baik

membuat kemampuan sistem motorik anak dapat berkembang dengan sangat

baik.

Begitu pentingnya pemberian ASI kepada bayi tercermin pada

rekomendasi Badan Kesehatan Dunia/WHO(World Health Organization )

yang menghimbau agar setiap ibu memberikan ASI Ekslusif samapi bayi

berusia enam bulan. Menurut pernyataan UNICEF anak-anak yang

mendapatkan ASI Ekslusif 14 kali lebih mudah untuk bertahn hidup dalam
3

enam pertama kehidpan di bandingkan anak yang tidak di susui.

(Kzulmuawinah et al., 2019)

Berdasarkan data WHO tahun 2018 di dapatkan data bahwa cakupan

secara global pemberian ASI Eklusif 0 -6 bulan yang diperiksa,yang mendapat

ASI Eklsusif 60,6%,yang tidak mendapat ASI Ekslusif sebanyak 39,3%.Di

Asia yang mendapatkan ASI Ekslusif sebanyak 56,1% sedangkan yang tidak

mendapatkan ASI Ekslusif sebanyak 43,8%.(WHO, 2018)

Hasil Riskades 2018 didapatkan bahwa proporsi pola pemberian ASI ada

bayi umur 0-6 bulan di indonesia sebanyak 37,3%. ASI parsial dan 3,3% ASI

Ekslusif 9,3% ASI perdominan.(Infodatin, 2018)

Di Provinsi Sulawesi Selatan, berdasarkan profil kesehatan pemberian ASI

Eksklusif pada bayi tahun 2018, sebesar 85,02%, proporsi pemberian ASI

Ekslusif pada bayi umur0-6 bulan di provinsi selatan.(Infodatin, 2018).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Palopo didapatkan data

bahwa dari 12 Puskesmas yang ada di kota palopo pemberian ASI Ekslusif

terendah terdapat pada Puskesmas Benteng dengan jumlah data sebesar 22,72

% dari 4 wilayah kerja.

Dari data Puskemas Benteng Kota Palopo didapatkan data pemberian ASI

Ekslusif hanya sebesar 22,72% dari 4 wilyah kerja. Pada Kelurahan Benteng

di dapatkan data jumlah bayi yang direcall (diwawancara) sebesar 435 bayi

dan yang mendapat ASI Ekslusif hanya 107 bayi, pada kelurahan matundrung

jumlah bayi yang direcall didapatkan 291 bayi dan yang mendpatkan ASI

Ekslusif hanya 65 bayi,di Kelurahan Salukoe didapatkan bayi yang direcal


4

terdapat 503 dan yang mendapat ASI Ekslusif hanya 118 bayi.dan pada

Kelurahan Sulutangah didapatkan data bayi yang direcall 404 bayi dan yang

mendapatkan ASI Ekslusif hanya 81 bayi (Profil Puskesmas Benteng).

Terdapat beberapa peneliti terdahulu telah meneliti tentang pemberian

ASI, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh (Wilda et al., 2018),

menemukan hasil bahwa dari 193 jumlah bayi yang berusia 6-12 bulan

terdapat 71,0% yang diberikan ASI Ekslusif dan bayi tidak mendapatkan ASI

Ekslusif berusia 6-12 bulan sebanyak 29 % .Pencapaian dari hasil penelitian

tersebut masih jauh dari di bawah target nasional yang ditetapkan (80%

berdasarkan rekomendasi WHO).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan (Anam et al., 2018) sebagian

besar responden di wilayah kerja Puskesmas Pekapuran Banjarmasin,

memiliki tingkat pengetahuan yang baik terhadap Pemberian ASI Ekslusif

sebanyak 51 responden atau (56,0%), dan berpengetahuan cukup sebanyak 40

responden atau (44,0%). Sebagian besar responden di wilayah kerja

Puskesmas Pekapuran Banjarmasin, yang menunjukan sikap positif terhadap

Pemberian ASI Ekslusif sebanyak 62 responden atau (68,1%), dan sikap

negatif sebanyak 29 responden atau (31,9%). Sebagian besar responden di

wilayah kerja Puskesmas Pekapuran Banjarmasin, ibu yang aktif dalam

Pemberian ASI Ekslusif sebanyak 57 orang (62,6%), dan yang tidak aktif

dalam Pemberian ASI Ekslusif sebanyak 34 orang (37,4%).

Pada penelitan (Akbar et al., 2019), di Kabupaten Pesawaran tertinggi di

Puskesmas Gedong Tataan didapatkan hasil data diketahui bahwa terdapat


5

bayi 7-12 bulan 94 populasi dan 77 dijadikan sampel.Hasil yang didapatkan

dari data kuesioner ibu yang mempunyai bayi 7-12 bulan yang tidak ASI

eksklusif yaitu sebanyak 63,6% (49 responden).Ibu yang bekerja sebanyak

45,5% (35 responden).ibu yang berpengetahuan kurang sebanyak 70,1% (54

responden).Ibu yang tidak ada kelainan puting susu sebanyak 76,65 (89

responden).Dukungan tenaga kesehatan negatif sebanyak 37,7% (29

responden)

Menurut Penelitian (Indarwati et al., 2017) mengatakan bahwa dari 69

responden,didapatkan hasil bahwa 53,6% bayi yang mendapatkan ASI

Ekslusif,sedangkan bayi yang tidak mendapatkan ASI Ekslusif sebanyak

45,4%.berdasarkan hasil yang didapat dari penelitian ini bahwa dari 69

responden terdapat 53,6% orang memberikan ASI Ekslusif 40,6% orang

mendapat dukungan dari petugas kesehatan dan 43,4% orang mendapat

dukungan dari keluarga,serta 40,6% orang memiiiki sikap tidak mendukung

terhadap promosi kesehatan. .Hasil yang didapat yang di dapat dari penelitian

ini adalah bahwa ada hubungan antara dukungan kelurga,petugas

kesehatan,dukungan keluarga dan sikap ibu terhadap promosi susu formula

dengan pemberian ASI Ekslusif pada bayi 6-12 bulan di wilayah kerja

puskemas banjarsari Kota Metro tahun 2017.

Menurut penelitian (Ratnaningsih, 2020), menyatakan bahwa ada

hubunngan antara dukungan suami dalam upaya pemberian ASI dengan

keberhasilan ASI Eksklusif di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum

Semarang.Ibu yang mendapatkan dukungan suami lebih besar peluangnya


6

untuk memberikan ASI Ekslusif dibandingkan dengan ibu yang tidak

mendapatkan dukungan suami.

Ada peneltian Arifiati, (2017) mengatakan bahwa pekerjaan ibu ada

hubungan antara pemberian ASI. (Chowduhry et al., 2018) menjelaskan

bahwa pekerjaan sangat berpengaruh terhadap pemberian ASI Ekslusif karna

ibu yang memliki pekerjaan tidak memilki banyak waktu untuk memberikan

ASI dibanding ibu yang tidak memiliki pekerjaan,terdapat hubungan antara

pekerjaan dengan pemberian ASI Ekslusif.Sejalan dengan penelitian

(Mahmud, 2019), juga mengatakan bahwa terdapat hubungan antara pekerjaan

ibu dengan pemberian ASI Ekslusif pada bayi usia 6-12 bulan di Desa Ureng

Kecematan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah.

Menurut penelitian (Netty et al., 2019), ada hubungan iklan susu formula

dengan pemberian ASI Ekslusif di wilayah kerja puskesmas rawat inap

cempaka kota banjarbaru.penelitian ini sejalan dengan penelitan (fathiya

luthfil 2018 ) mengatakan bahwa tedapat hubungan antara promosi iklan susu

dengan pemberian ASI Ekslusif.ini menunjukkan bahwa semakin sering iklan

itu ditayangkan semakin tinggi pula perhatian masyarakat terhadap iklan susu

ditelevisi dan semakin jarang iklan susu di tampilan semakin kurang pila

perhatian masyarakat akan iklan susu tersebut.

Menurut penelitian (Rathmaliza & Yenie, 2017), mengatakan bahwa ada

hubungan antara pendidikan dengan pemberian ASI Ekslusif.semakin tinggi

pendidikan seseorang semakin mudah mendapatkan informasi dan semakin

banyak banyak informasi yang pengatahuan yang di miliki sehingga


7

mempengaruhi perilaku seseorang.sorang ibu yang memiliki pendidikan

formal yang tidak terlalu tinggi belum tentu tidak mampu memberikan ASI

secara Ekslusif dibandingkan dengan orang yang lebih tinggi pendidikan

formalnya,tetapi perlu menjadi pertimbangan bahwa faktor tingkat pendidikan

turutb menentukan mudah tidaknya menyerap dam memahami pengetahuan

ibu yang ibu peroleh.

Menurut penelitian Satriani et al. (2019), Hasil penelitian ini menunjukkan

ada hubungan antara sikap dengan pemberian ASI Esklusif.banyak ibu yang

sikap dan kepercayaan tidak mendasar terhadap makna pemberian ASI

Ekslusif yang membuat para ibu tidak memberikan ASI Ekslusif elama 6

bulan. Umumnya alasan ibu tidak memberkan ASI Ekslusif meliputi rasa tajut

yang tidak berdasar bahwa ASI yang dihasilkan tidak cukup atau memliki

mutu yang tidak baik,keterlambatan memulai pemberian ASI dan pembuangan

kolostrum,teknik pemberian ASI yang salah,serta kepercayaan yang keliru

baahwa haus dan memerlukan cairan tambahan.

Berdasarkan studi awal telah dilakukan pada wilayah kerja Puskesmas

Benteng Kota Palopo dijelaskan dari petugas kesehatan yang bertugas pada

saat itu pada tanggal 19 maret 2020 bahwa tidak optimalnya pemberian ASI

Ekslusif pada bayi itu disebabkan oleh beberapa faktor seperti kesehatan ibu

pada saat melahirkan terganggu sehingga tidak memungkinkan untuk tidak

dilakukan pemberian ASI,tidak lancarnya produksi ASI dan adanya sikap acuh

tak acuh terhadap bayi untuk memberikan ASI Esklusif ,pekerjaan seperti bu

yang kerja di perkantoran,dan PNS (Pegawai Negri Sipil) dan ibu kerja
8

serabutan,ibu yang kerja di kantor,dan PNS lebih besar peluangnya untuk

tidak memberikan ASI Ekslusif dari pada memberikan ASI Ekslusif

dikarenakan waktu dan kesempatanya itu di ahlikan kepekerjaan ,dan ibu lebih

dominan memberikan susu formula di banding memberikan ASI

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian

tentang faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Ekslusif pada bayi

7-12 bulan pada wilayah kerja Puskesmas Benteng Kota Palopo tahun 2020

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah

penelitian ini adalah : “ Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian

ASI pada ibu yang mempunyai bayi 7-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas

Benteng Kota Palopo Tahun 2020?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini yang dikelompokkan ke dalam

kategori sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI

Eksklusif pada ibu yang mempunyai bayi 7-12 bulan di wilayah kerja

Puskesmas Puskesmas Benteng Kota Palopo tahun 2020

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini di antara lain:
9

a. Untuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI

Ekslusif pada bayi 7-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Benteng

Kota Palopo Tahun 2020

b. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian

pemberian ASI Ekslusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas

Benteng Kota Palopo Tahun 2020

c. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu dengan pemberian ASI

Ekslusif pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Benteng Kota Palopo

tahun 2020

D. Manfaat Penelitian

Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Responden

Dapat menambah pengetahuan ibu dalam memberikan ASI Ekslusif

sampai usia dua tahun pertama serta mendapat dukungan dari dukungan

suami,pekerjaan dan sikap ibu dalam memberikan ASI Ekslusif

2. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai masukan bagi Puskesmas Benteng Kota Palopo untuk secara

terus menerus mengupayakan peningkatan pelayanan kesehatan dalam hal

promosi kesehatan dan pemberian pendidikan kesehatan kepada ibu yang

memiliki bayi agar pengetahuan ibu di wilayah Puskesmas Benteng

bertambah dan sangat paham akan pentingnya manfaat pemberian ASI

Ekslusif pada bayinya serta bagi ibu-ibu yang tidak memberikan ASI
10

Eksklusif pada bayinya dapat termotivasi untuk memberikan ASI

Eksklusif.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan agar penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

informasi bagi dunia pendidikan keperawatan serta menambah ilmu

pengetahuan dalam bidang kesehatan masyarakat mengenai pentingnya

pengetahuan ibu tentang manfaat dari ASI Ekslusif .

4. Bagi Peneliti

Merupakan pengalaman yang berharga bagi peneliti dalam rangka

menambah pengetahuan dan pengalaman dalam merancang dan

melaksanakan penelitian ilmiah dalam bidang gizi dan kesehatan

masyarakat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Air Susu Ibu (ASI Ekslusif)

1. Definisi

ASIadalah makanan terbaik untuk bayi, ASI khusus dibuat untuk bayi

manusia.kandungan ASI sangat khusus dan sempurnah,serta sesuai dengan

kebutuhan tumbuh kembang bayi (L. N. Vi. Dewi & Sunarsih, 2014)

ASI Ekslusif adalah pemberian ASI saja selama 6 bulan kehidupan

bayi tampah tambahan cairan lain seperti susu formula jeruk,madu,air

putih dan tanpah tambahan makanan padat seperti pisang,bubur,atau

biskuit kecuali vitamin dan obat.(A. S. Dewi et al., 2019)

Keunggulan ASI sebagai nutrisi bayi telah banyak dipelajari dan

dibuktikan oleh para peneliti sehingga Organisasi Kesehatan Dunia (WHO

2018) merekomendasikan ASI Eksklusif untuk bayi sampai berumur 6

bulan dan kemudian dilanjutkan bersama makanan pendamping ASI

sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih.

Pedoman pemberian ASI Ekslusif telah di tetapkan pemerintah dengan

adanya undang-undang no.36 tahun 2009 tentang kesehatan dan

Kemenkes No.450/MENKES/IV/2004 tentang pemberian ASI secara

ekslusif,diwajibkan bagi bayi baru lahir sampai bayi berumur 6 bulan dan
12

dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun dengan pemberian makanan

tambahan yang sesuai.(Munawaroh, 2020)

Pemberian Air Susu Ibu atau biasa disingkat dengan ASI adalah

Pemberian ASI yang diberikan kepada bayi sehingga bayi erat

hubunganya dengan kondisi gizi kurang dan gizi lebih (gemuk) pada

anak.ASI merupakan sumber energy dan nutrisi terpenting pada anak pada

anak usia 6-24 bulan bulan.ASI memenuhi lebih dari setengah kebutuhan

energi pada anak usia 6-12 bulan dan sepertiga dari kebutuhan energi pada

anak usia 12-24 bulan.ASI juga merupakan sumber nutrisi yang penting

pada proses penyembuhan ketika anak sakit.(Rumbo & Astin, 2020)

Begitu pentingnya pemberian ASI kepada bayi tercermin pada

rekomendasi Badan Kesehatan Dunia/WHO yang menghimbau agar setiap

ibu memberikan ASI Ekslusif sampai bayi berusia enam bulan.menurut

pernyataan UNICEF anak-anak yang mendapatkan ASI Ekslusif 14 kali

lebih mudah untuk bertahan hidup dalam enam pertama kehidpan di

bandingkan anak yang tidak di susui.(Kzulmuawinah et al., 2019)

Sesuai dengan lampiran peraturan pemerintah nomor 33 tahun 2012

tentang pemberian ASI Susu ibu Ekslusif,Pola pemberian makanan terbaik

untuk bayi lahir sampai usia 2 tahun meliputi : Memberikan pada bayi

segera dalam waktu satu jam setelah lahir,memberikan hanya ASI saja

sejak lahir sampai umur 6 bulan,memberikan makanan pendamping

ASI(MP-ASI) yang tepat sajak genap umur 6 bulan ,meneruskan

pemberian ASI sampai anak berumur 2 tahun.


13

Pada kenyataannya pemberian ASI Ekslusif itu di berikan pada dua

tahun terakhir pertama merupakan periode terpenting dalam kehidupan

bayi termasuk dalam hal pemberian nutrisi.Tetapi banyak orang yang

menganggap bahwa pemberian ASI Ekslusif diberikan pada 0-6 bulan

saja tampah diberikan makan apapun kecuali vitamin dan obat. Sedangkan

Pemberian ASI Ekslusif sampai 6 bulan dan di lanjutkan hingga 2

tahun.pemberian Asi Ekslusif 24 bulan dapat menurunkan angka

kesakitan dan kematian bayi,megurangi resiko penyakit kronis,dan

membantu perkembangan bayi (Kemenkes RI , 2018)

Menyusui predominan adalah menyusui bayi tetapi pernah

memberikan sedikit air atau minuman berbasi air misalnya the,sebagai

makanan/minuman pralakteal sebelum ASI keluar.sedangkan menyusui

parsial adalah meyusui bayi serta di berikan makanan buatan selain ASI

seperti susu formula,bubur atau makanan lain sebelum bayi berusia 6

bulan,baik di berikan secara kontinyu maupun sebagai makanan prelakteal

(Riskades, 2018)

2. Manfaat Pemberian ASI

Pemberian ASI dapat menurunkan resiko penyakit infeksi akut seperti

diare,pneumonia, infeksi telinga, haemophilus influenza, meningitis dan

infeksi saluran kemih.Bayi yang tidak diberi ASI akan rentan terhadap

penyakit infeksi.

Ada pun manfaat pembarian ASI adalah :


14

a. Manfaat untuk bayi

1) Dapat membantu memulai kehidupan dengan baik

2) Mengandung Anti Bodi

3) Asi Mengandung komposisi yang tepat

4) Mengurangi kejadian karies deritis

5) Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan

antara ibu dan anak

b. Manfaat Untuk Ibu

1) Aspek Kontrasepsi

Hisapan mulut bayi pada putting susu merangsang ujung syaraf

sensorik sehingga post anterior hipofise mengeluarkan

proklatin.Prolaktin masuk ke indung telur,menekan produksi

estrogen akibatnya tidak ada evolusi. Menjarangkan

kehamilan,pemberian ASI memeberikan 98% metode kontrasepsi

yang efesien selama 6 bulan pertam sesudah kelahiran bila

diberikan hanya ASI saja dan belum terjadi menstruasi kembali.

2) Aspek Kesehatan Ibu

Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya

oksitosin oleh kelenjar hipofisis.Oksitoksin membantu involusi

uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca

persalianan.penundaan haid dan kurangya perdarahan pasca

persalinan mengurangi prevalensia anemia defisiensi besi.kejadian

karsinima mammae pada ibu yang menyusui lebih rendah


15

disbanding yang tidak menyusui.Mencegah kanker hanya dapat

diperoleh ibu yang menyusui anaknya secara Ekslusif.Penelitian

membuktikan ibu yang memberikan ASI secara Ekslusif memiliki

resiko terkena kanker payudar dan kanker ovarium 25% lebih kecil

dibanding yang tidak memberikan ASI secara Ekslusif

3) Aspek Penurunan Berat Badan

Ibu yang menyusui secara Ekslusif ternyata lebih mudah dan

lebih cepat kembali ke barat badan semula seperti sebelum

hamil.pada saat hamil,badan Pada saat kehamilan,badan berat

badan bertambah,selain karena ada janin,juga kerena penimbunan

lemak pada tubuh.Cadangan lemak ini sebetulnya ini memang

disiapkan sebagai sumber tenaga dalam proses produksi

ASI.dengan menyusui,tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak

lagi sehingga timbunan lemak yang berfungsi sebagai cadangan

tenaga akan terpakai lemak.logikanya jika timbunan lemak

menyusut,berat badan ibu akan cepat kembali ke keadaan seperti

sebelum hamil.

4) Aspek Psikologi

Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk

bayi,tetapi juga untuk ibu,Ibu akan merasakan bangga dan

diperlukan,rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia

c. Bagi Negara

1) Aspek Ekonomi
16

ASI tidak perlu dibeli,sehingga dana yang seharusnya

digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk

membeli keperluan lainnya.kecuali itu,penghematan juga

disebabkan karena bayi yang dapat ASI lebih jarang sakit sehingga

jarang berobat.

2) Aspek Psikologis

Kebahagian keluarga bertambah karena kelahiran lebih

jarang,sehingga suasana kejiwaan itu baik dan dapat mendekatkan

hubungan bayi dengan keluarga.

3) Aspek Kemudahan

Menyusui secara Ekslusif itu sangat memudahkan untuk ibu

yang pasca melahirkan karena dapat di berikan d mana dan kapan

saja tampah melibatkan atau bantuan orang lain,dan juga

memudahkan dalam penyediaannya.

3. Komposisi ASI

Komposisi ASI di bedakan menjadi 3 macam yaitu :

a. Kolostrum

ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah

bayi lahir.Kolostrum merupakan cairan yang agak kental dan berwarna

kekuning-kuningan,lebihkuning di banding dengan ASI

mature,buntuknya kasar kerena mengandung lemak dan sel epitel

dengan kasiat kolostrum sebagai berikut:


17

1) Sebagai pembersi selaput usus BBL sehingga saluran pencernaan

siap untuk menerima makanan.

2) Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gma globin

sehingga dapat memberihkan perlindungan tubuh terhadap infeksi

3) Mengandung zat antibody sehingga mampu melindungi tubuh bayi

dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu s/d 6 bulan

(Maryunani, 2012)

b. ASI masa transis

Merupakan ASI peralihan dankolostrum sampai menjadiASI yang

matur

1) Disekresi dari 4 sampaai ke 10 hari dair masa laktas,tetapi ada

pendapat ASI matur baru terjadi pada minggu ke-3 sampai minggu

ke 5

2) Kadar protein makin rendah sedangkan kadar karbohidrat dan

lemak semakin meninggi dan volume juga semakin meningkat

3) Komposisi ASI menurut klein 1.S dan Osten J.M dalam satuan

gram\100ml

c. ASI Mature

1) Merupakan jenis susu matang dan jenis yang di produksi tahap

akhir .ASI mature merupakan cairan yang disekresi pada hari ke 10

pasca melahirkan. komposisi ASI mature relative kostan (ada

pendapat menyatakan komposisi ASI relative konstan mulai

miggu 3 sampai minggu ke 5


18

2) Merupakan cairan berwarna putih kekuningan yang di akibatkan

warna dari Ca-casein,riboflavin dan karoten yang terdapat

didalamnya

4. Kandungan ASI

a. Air

Kandungan yang terdapat dalam ASI terbesar adalah

air,kandungan zat-zat lain larut dalam air.mempertahankan suhu,bila

air dalam tubuh ibu berkurang.ASI cairan akhir yang berkurang

dengan berhubungan dengan sistesis laktosa

b. Lemak

Terutama untuk untuk menghasilkan energi dan kandungan lemak

bervariasi dan banyak pada susu matur serta foremik dan hind

milk.variasi kandungan lemak meningkat pada akgir menyusui

meningkat pada dini hari sampai dengan tengah hari (+ 2 siang) dan

pada akir tahun pertama,kandungan lemak menurun.

c. Kolesterol

Kadar kolesterol ASI lebih tinggi dari pada susu sapi.Tetapi hasil

penelitian Osborn membuktikan bahwa bayi yang tidak mendapat ASI

lebih banyak menderita penyakit jantung koroner pada usia


19

mudanya.Atherosclerotic plaque pada bayi BBLR mempunyai resiko

atherosklorosis tinggi

d. Protein

Protein dalam ASI casein dan whey : pada ASI dengan

perbandingan 20:80 whey sangat baik karena lebih mudah untuk

dicerna dibandingkan casein sehingga feses bayi sangat lunak.Asam

amino yang tidak terdapat pasa susu sapi,yaitu sistin dan taurin.sistin

untuk pertumbuhan somatik.Taurin untuk pertumbuhan otak

e. Karbohidrat

Paling tinggi laktosanya (6,8 gr/100 ml) dibandingkan mamalia

lain.laktosa disebut juga gula susu dan laktosa merupakan karbohidrat

utama ASI.Laktosa mudah dipecah menjadi glukosa dan galaktoa

dengan bantuan enzim laktase yang sudah ada dalam mukosa sal

pencernaan sejak lahir.Manfaat laktosa adalah mempertinggi absorpsi

Ca dan merangsang pertumbuhan laktobasilus bifidus.

f. Mineral

dalam kandungan ASI garam dan mineral lebih rendah dibanding

susu sapi.mineral memiliki peran penting dalam tumbuh kembang

bayi,memperkuat tulang,otot dan membantu penyerapan nutrisibayi

yang mendapat susu sapi/formula yang tidak dimodifikasi dapat

mendapat menderita tetani karna hipokalesmia.kadar Ca dalam susu

sapi

g. Vitamin
20

ASI cukup mengandung vitamin yang diperlukan bayi sesuai

dengan diet ibu.

h. Zat protektif

Laktobasilus bifidus berfungis mengubah laktosa menjadi asam

laktat dan asam asetat.Laktoferin adalah protein yang berikatan dengan

Fe.Konsentrasinya dalam ASI sebesar 100 mg/100 ml tertinggi anatara

semua cairan biologis.Lisozim adalah enzim yang dapat memecah

dinding bakteri,konsentrasinya dalam ASI besar 29-39mg/100ml

,merupakan konsentrasi terbesar dalam caiaran ekstaseluler.faktor

antistreptokokus.Antibodi pada ASI terutama kolustrum mengandung

imunoglobin yaitu sekretori IgA yang terbanyak

,IgE,IgM,IgG.Antibodi dalam ASI dapat bertahan dalam saluran

pencernaan bayi karena taha terhadap asam dan enzim preteolitik sal

pencernaan dan dapat membuat lapisan pada mukosanya sehingga

mencegah bakteri patoden dan enterovirus masuk kemukosa usus.

Imunitas seluler pada ASI mengandung sel-sel.90% sel tersebut

beberapa makrof yang berfungsi membunuh dan

memfagositosis,membentuk C3 dan C4,lisizim dan laktoferin.

(Sibagariang, 2010)

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI

Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung stimulasi

pada kelenjar payudara (Haryono & Setianingsih, 2014). Beberapa faktor

yang mempengaruhi produksi ASI antara lain .


21

a. Frekuensi penyusuan

Penyusuan direkomendasikan kepada ibu untuk pemberian

sedikitnya di anjurkan 8 kali perhari pada periode awal setelah ibu

melahirkan.Frekuensi penyusuan ini sangat berkaitan dengan

kemampuan stimulasi hormone dalam kelenjar payudara (Nugroho,

2011).

b. Umur kehamilan saat melahirkan

Pada masa kehamilan ibu yang kurang dari 34 minggu yang

melahir secara prematur sangat lemah dan tidak mampu mengisap

secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang

lahir tidak prematur.Lemahnya kemampuan mengisap pada bayi

prematur disebabkan berat badan yang rendah dan belum sempurnanya

fungsi organ pada saat dilahirkan.(Nugroho, 2011).

c. Umur dan paritas

Ibu yang melahirkan bayi lebih dari satu kali, produksi ASI pada

hari keempat setelah melahirkan lebih tinggi dibanding ibu yang

melahirkan pertama kali (Nugroho, 2011).

d. Stress dan penyakit akut

Pengeluaran ASI akan berlangsung baik apabila ibu merasa rileks

dan nyaman. Keadaan ibu yang cemas dan stres akan mengganggu

proses laktasi karena produksi ASI terhambat. Penyakit infeksi kronik

dan akut dapat mempengaruhi produksi ASI (Nugroho, 2011)


22

e. Konsumsi rokok

Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin sehingga

menghambat pelepasan oksitosin. Dengan demikian volume ASI

akanberkurang karena kerja hormon prolaktin dan hormon oksitosin

terganggu (Nugroho, 2011).

f. Konsumsi alkohol

Ibu menyusui minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat

membuat ibu rileks dan mampu menurunkan kemampuan kognitif

anak sehingga membantu pengeluaran ASI namun disisi lain konsumsi

alkohol terlalu berlebihan sepert,etanol dapat menghambat produksi

oksitosin.(Nugroho, 2011).

g. Pil kontrasepsi

Pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin apabila

dikonsumsi oleh ibu menyusui akan menurunkan volume dan durasi

ASI, namun apabila pil kontrasepsi hanya mengandung progestin saja

makan tidak akan mengganggu volume ASI (Nugroho, 2011).

h. Makanan ibu

Seorang ibu yang kurang gizi akan mengakibatkan turunnya

jumlah ASI bahkan pada akhirnya produksi ASI dapat terhenti. Hal ini

disebabkan pada masa kehamilan jumlah pangan dan gizi yang

dikonsumsi ibu tidak memungkinkan untuk menyimpan cadangan


23

lemak dalam tubuhnya yang kelak akan digunakan sebagai salah satu

komponen ASI dan sebagai sumber energy selama proses menyusui

(Haryono & Setianingsih, 2014)

i. Dukungan suami dan keluarga lain

Dukungan suami dan keluarga akan membuat perasaan ibu

menjadi bahagia, senang, sehingga ibu akan lebih menyayangi bayinya

yang pada akhirnya akan mempengaruhi pengeluaran ASI lebih banya

(Haryono & Setianingsih, 2014).

j. Perawatan payudara

Perawatan payudara dapat dimulai ketika kehamilan masuk 7-8

bulan. Payudara yang terawat dengan baik akan mempengaruhi

produksi ASI lebih banyak sehingga cukup untuk memenuhi

kebutuhan bayi. Perawatan payudara yang baik juga akan membuat

puting tidak mudah lecet ketika diisap bayi. Pada masa 6 terakhir masa

kehamilan perlu dilakukan pengurutan payudara.dengan di lakukan

Pengurutan payudaradengan lancar dan menghambat akan terjadi

sumbatan pada duktus laktiferus (Haryono & Setianingsih, 2014).

k. Jenis persalinan

Ibu dengan persalinan normal dapat segera menyusui bayinya

setelah melahirkan.ASI sudah keluar pada hari pertama

persalinan.Sedangkan pada persalinan sectio caesaria (sesar) seringkali

ibu merasa kesulitan menyusui segera setelah lahir, terutama pada ibu

yang diberikan anestesi (bius) umum. Ibu relative tidak bisa menyusui
24

bayinya pada satu jam pertama setelah melahirkan. Kondisi luka

operasi di perut ibu juga dapat menghambat proses menyusui(Haryono

& Setianingsih, 2014)

l. Rawat gabung

Rawat gabung bayi dengan ibu setelah melahirkan akan

meningkatkan frekuensi menyusui. Bayi akan mendapatkan ASI lebih

sering sehingga timbul refleks oksitosin yang akan merangsang refleks

prolaktin untuk memproduksi ASI kembali. Selain itu refleks oksitosin

juga akan membantu proses fisiologis involusi rahim yaitu proses

pengembalian ukuran rahim seperti sebelum hamil. (Haryono &

Setianingsih, 2014).

6. Memaksimalkan Kualitas dan Kuantitas ASI

Cara yang terbaik untuk menjamin pengeluaran ASI adalah dengan

cara setiap selesai menyusui memastikan bahwa buah dada benar-benar

menjadi kosong. Pengosongan payudara akan merangsang kelenjar

payudara untuk memproduksi ASI lebih banyak lagi. Agar proses

menyusui berjalan lancar, hal penting yang perlu dipenuhi adalah

kelancaran produksi ASI (Haryono & Setianingsih, 2014). Beberapa upaya

untuk memproduksi ASI lebih banyak dan meningkatkan kualitas ASI

adalah sebagai berikut :

a. Menimbulkan kepercayaan diri ibu

Kepercayaan diri dan keyakinan bahwa ibu memiliki kemampuan

untuk memberikan ASI sangat penting karena akan mempengaruhi


25

hormone oksitosin yang berperan dalam produksi ASI. Kepercayaan

diri ibu dapat ditumbuhkan dengan cara menambah pengetahuan

seputar ASI dan menyusui (Fikawati, 2015). Keyakinan dan

kepercayaan diri yang kuat merupakan faktor determinan penting yang

mendorong keberhasilan pemberian ASI

b. Menyusui dengan benar

Teknik menyusui dengan posisi dan perlekatan yang dianjurkan

akan memaksimalkan produksi ASI (Fikawati, 2015).

c. Menghindari penggunaan dot/kempeng

Tekstur dot/empeng dan payudara sangat berbeda, karena

dot/empeng terbuat dari karet.Bila bayi sudah terlanjur diberikan

dot/empeng kemungkinan bayi menolak untuk disusui terutama bila

produksi ASI masih sedikit (Fikawati, 2015).

d. Tidak memberikan susu formula dan makanan lain kepada bayi

Pemberian susu formula dan makanan lain pada bayi akan mebuat

bayi merasa kenyang sehingga mengurangi konsumsi ASI yang berarti

mengurangi proses isapan bayi ke payudara. Padahal isapan bayi dapat

merangsang hormon oksitosin untuk memproduksi ASI dan hormon

prolaktin untuk mengeluarkan ASI. Disamping itu pemberian makanan

dini akan meningkatkan terjadinya infeksi pada bayi seperti diare dan

meningitis (Fikawati, 2015).

e. Memberikan ASI sesering mungkin


26

Memberikan ASI kepada bayi berarti merangsang isapan bayi ke

payudara ibu. Makin banyak ASI yang dikeluarkan maka akan makin

banyak memproduksi ASI (Fikawati, 2015)..

f. Memperbanyak konsumsi makanan bergizi

Asupan makanan ibu merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi komposisi dan produksi ASI (Fikawati, 2015)..

g. Melakukan pemijatan punggung

Pemijatan punggung berguna untuk merangsang pengeluaran

hormon oksitosin.Pemijatan membuat kerja hormon oksitosin menjadi

lebih optimal dan pengeluaran ASI menjadi lancer (Fikawati, 2015)..

h. Ibu selalu rileks

Rileks akan membuat ibu lebih tenang sehingga memunculkan

refleks oksitosin yang dapat merangsang produksi ASI (Fikawati,

2015).Menyiapkan peralatan ASI perah bila ibu bekerja atau bepergian

bersama bayi.

Ibu yang bekerja hendaknya memompa ASI nya untuk disimpan

sebagia ASI perah didalam kulkas.Apabila ibu bepergian bersama bayi

dan ingin menyusui bayi di tempat umum dapat menyiapkan peralatan

untuk menutupi payudara ibu saat menyusui sehingga menghindari

rasa malu (Fikawati, 2015).

i. Dukungan keluarga dan tenaga kesehatan


27

Berbagai penelitian menyebutkan bahwa dukungan suami dan

keluarga sangat penting dalam menunjang keberhasilan ibu

memberikan ASI eksklusif pada bayinya (Fikawati, 2015).

Berkonsultasi pada petugas kesehatan apabila ASI tidak banyak

keluar

Apabila hal-hal pada poin sebelumnya sudah dilakukan tetapi

produksi ASI masih sedikit, ibu dapat berkonsultasi dengan petugas

kesehatan. Biasanya petugas kesehatan akan memberikan

galaktogogen yang merupakan makan, herbal, atau obat yang dapat

meningkatkan produksi ASI (Fikawati, 2015).

7. Undang-Undang Kesehatan yang Berkaitan dengan Pemberian ASI

Ekslusif

Pemerintah sangat perhatian terhadapa penggalakan pemberian ASI

Ekslusif.untuk itu,pemerintah membuat UU Kesehatan no 36 tahun 2009

tentang ASI Ekslusif berikut ini.(Wulandari & Handayani, 2011)

a. Pasal 128

1) Setiap bayi berhak mendapatkan Air Susu Ibu Ekslusif sejak

dilahirkan selama 6 (enam) bulan,kecuali atas indikasi medis.

2) Selama pemberian Air Susu Ibu, keluarga, pihak pemerintah dam

masyarakat setempat wajib untuk mendukung dan mempasilitasi

ibu dan bayi secara penuh.

3) Penyedian fasilitas khusus sebagaimana di maksud pada ayat (2)

diadakan di tempat kerja sarana umum.


28

b. Pasal 129

1) Pemerintah bertanggungjawab menetapkan kebijakan dlam rangka

menjamin hak bayi untuk mendapatkan Air Susu Ibu Ekslusif

2) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

dengna Peraturan Pemerintah

c. Pasal 200 :Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi program

pemberian ASI Ekslusif sebagaimana dimaksud dalam pasal 128 ayat

(2) dipidanakan penjara paling lama 1 (satu ) tahun dan denda paling

banyak Rp.100.000.000.00 (seratus juta rupiah)

d. Pasal 201

1) Dalam hal ini tindakan pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal

190 ayat (1) 191,Pasal 192,Pasal 196,Pasal 197,Pasal 198,Pasal

199 dan Pasal 200 dilakukan oleh korporasi,selain pidana yang

dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda

pemberatan 3(tiga) kali dari pidana denda sebagiamana dimaksud

dalam Pasal 190 ayat (1), Pasal 191, Pasal 192, Pasal 196, Pasal

197, Pasal 198, Pasal 199 dan Pasal 200.

2) Selain pidana denda sebagaimana di maksud pada ayat (1),

korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan berupa :

a) Pencabutan Izin usaha ;dan/atau

b) Pencabutan status badan huku

8. Dampak Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif


29

Menurut (Wiji, 2013), bayi yang diberi susu formula sangat rentan

terserang penyakit. Berikut ini penyakit yang bisa disebabkan karena

kegagalan pemberian ASI Eksklusif.

a. Meningkatkan risiko kematian

Para ahli meneliti 1.204 bayi yang meninggal pada usia 28 hari

sampai satu tahun akibat selain kelainan bawaan atau tumor berbahaya

dan 7.740 bayi yang masih hidup pada usia satu tahun. Mereka

menelusuri angka kematian,keterkaitan bayi tersebut dengan ASI dan

durasi dampak reaksinya. Bayi yang tidak pernah mendapat ASI

berisiko meninggal 21% lebih tinggi dalam periode sesudah kelahiran

daripada bayi yang mendapat ASI. Pemberian ASI lebih lama

dihubungkan dengan risiko yang lebih rendah. Mempromosikan

pemberian ASI berpotensi menyelamatkan 720 kematian sesudah

kelahiran di AS setiap tahunnya. Di Kanada, angkanya menjadi 72

kematian. Dibandingkan dengan pemberian ASI secara parsial

memiliki risiko meninggal akibat diare 4,2 kali lebih tinggi. Tidak

adanya pemberian ASI dihubungkan dengan peningkatan risiko

kematian akibat diare sampai 14,2 kali pada anakanak di Brazil.

b. Infeksi saluran pencernaan

Bayi menjadi mudah muntah dan diare menahun. Di Amerika,

400 bayi meninggal per tahun akibat muntah diare. Tiga ratus di

antaranya adalah bayi yang tidak diberikan ASI. Kematian meningkat


30

23,5 kali pada bayi susu formula, kemungkinan diare 17 kali lebih

banyak pada bayi susu formula.

c. Infeksi saluran pernapasan

Sejumlah sumber digunakan untuk meneliti hubungan pemberian

ASI dengan risiko anak dirawat inap karena penyakit saluran

pernapasan bawah. Penelitian tersebut dilakukan pada bayi sehat yang

lahir cukup umur dan punya akses pada fasilitas kesehatan yang

memadai. Kesimpulannya di negara maju, bayi yang diberi susu

formula mengalami penyakit saluran pernapasan tiga kali lebih parah

dan memerlukan rawat inap di rumah sakit dibandingkan bayi yang

diberi ASI secara eksklusif selama 6 bulan.

d. Meningkatkan gizi buruk

Pemberian susu formula yang encer untuk menghemat

pengeluaran dapat mengakibatkan kekurangan gizi dan berakibat pada

gizi buruk karena asupan yang kurang pada bayi. Secara tidak

langsung, kurang gizi juga akan terjadi jika anak sering sakit, terutama

mencret dan radang saluran pernapasan

B. Dukungan Suami

Dukungan adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang melindungi

orang dari efek stress yang buruk.dukungan juga merupakan informasi yang

secara langsung maupun tidak langsung untuk memberi dorongan, saran,

bantuan, yang nyata atau tingkah laku diberikan oleh orang-orang yang akrab
31

dengan subjek didalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan

hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada

tingkah laku penerimanya atau dukungan adalah keberadaan, kesediaan,

kepedulian dari orangorang yang diandalkan, menghargai dan menyayangi

kita (Fithriany, 2016).

Suami adalah orang yang paling penting bagi seorang wanita. Banyak

bukti yang ditunjukkan bahwa wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh

pasangannya selama kehamilan dan menyusui akan menunjukkan lebih sedikit

gejala emosi dan fisik, lebih mudah melakukan penyesuaian diri selama

kehamilan dan menyusui. Hal ini diyakini karena ada dua kebutuhan utama

yang ditunjukkan wanita selama hamil dan pada saat menyusui yaitu

menerima tanda-tanda bahwa ia dicintai dan dihargai serta kebutuhan akan

penerimaan pasangannya terhadap anaknya (Rukiah & L, 2014)

Dukungan suami merupakan salah satu sumber dukungan sosial yang

berasal dari lingkungan keluarga. Peran keluarga khususnya suami sangat

diperlukan bagi ibu menyusui. Keterlibatan dan dukungan yang diberikan

suami pada saat menyusui akan mempererat hubungan antara anak ayah dan

suami istri. Dukungan yang diperoleh ibu menyusui akan membuatnya tenang

dan nyaman dalam masa menyusui untuk mewujudkan anak yang sehat

(Asrinah, 2010)
32

Dukungan suami adalah dukungan yang diberikan oleh suami kepada istri

untuk menunjang melakukan sesuatu.Keberhasilan menyusui seorang ibu

ternyata tidak tergantung pada ibu saja melainkan dukungan dari seorang

suami juga mempunyai peran penting dalam keberhasilan ibu menyusui

(Lutfiana & Masrikhiyah, 2019)

Sedangkan menurut (Arviani, 2015), menjelaskan dukungan suami

merupakan salah satu wujud rasa cinta kasih, tanggungjawab, perhatian dan

fungsi suami sebagai kepala rumah tangga yang melindungi, mengayomi dan

mengasihi istri dan anak-anaknya.

1. Dukungan Suami dalam Perawatan Bayi

Dukungan suami merupakan salah satu sumber dukungan sosial yang

berasal dari dukungan keluarga. Dukungan sosial memiliki empat jenis

yang berbeda yang disesuaikan dengan situasi yang dibutuhkan,

yaitu(Nurjanah, 2013)

a. Dukungan emosional

Mencakup ungkapan simpati, kepedulian dan perhatian terhadap

orang yang membutuhkan sehingga dukungan tersebut memberikan

rasa aman dan rasa mengasihi.

b. Dukungan informasional

Suami sebagai pencari informasi yang berhubungan dengan

merawat bayi dari tenaga kesehatan, dan berkonsultasi, serta mencari

informasi dari media cetak maupun sumber lain yang mendukung.


33

c. Dukungan instrumental

Dukungan ini meliputi bantuan secara langsung sesuai yang

dibutuhkan oleh ibu nifas misalnya memfasilitasi ibu ketika menyusui.

d. Dukungan penilaian

Dukungan berupa pemberian penghargaan atas usaha yang

dilakukan, penilaian, memberikan umpan balik mengenai hasil atau

prestasinya, membimbing dan menengahi pemecahan masalah,

memberikan support, penghargaan positif, perhatian, semangat,

memberikan persetujuan terhadap pendapat ibu

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Suami

Menurut (Bobak, 2012), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

dukungan suami dapat dijelaskan di bawah ini :

a. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi wawasan dan

pengetahuan suami sebagai kepala rumah tangga semakin rendah

pengetahuan suami maka akses terhadap informasi kesehatan istrinya

akan berkurang sehingga suami akan kesulitan mengambil keputusan

secara cepat dan efektif. Akhirnya pandangan baru yang perlu

diperkenalkan dan disosialisasikan kembali untuk memberdayakan

kaum suami berdasarkan pada pengertian bahwa suami memainkan

peranan yang sangat penting, terutama dalam pengambilan keputusan

berkenan dengan kesehatan pasanganya.


34

b. Pendapatan

Pada masyarakat kebanyakan 75%-100% pengahasilannya

digunakan untuk membiayai keperluan hidupnya bahkan banyak

keluarga rendah yang setiap bulan bersaldo rendah sehingga pada

akhirnya ibu hamil tidak diperiksakan ke pelayanan kesehatan karena

tidak mempunyai kemampuan unuk membiayai. Atas dasar faktor

tersebut diatas maka diprioritaskan kegiatan Gerakan Sayang Ibu (GSI)

ditingkat keluarga dalam pemberdayaan suami tidak hanya terbatas

pada kegiatan yang bersifat anjuran saja seperti yang selama ini akan

tetapi akan bersifat holistik. Secara kongkrit dapat dikemukakan

bahwa pemberdayaan suami perlu dikaitkan dengan pemberdayaan

ekonomi keluarga sehingga kepala keluarga tidak mempunyai alasan

untuk tidak memperhatikan kesehatan karena masalah finansial.

c. Budaya

Diberbagai wilayah Indonesia terutama di dalam masyarakat yang

masih tradisional menganggap istri adalah konco wingking, yang

artinya bahwa kaum wanita tidak sederajat dengan kaum pria, dan

wanita hanyalah bertugas untuk melayani kebutuhan dan keinginan

suami saja. Anggapan seperti ini mempengaruhi perlakuan suami

terhadap kesehatan reproduksi istri, misalnya kualitas dan kuantitas

makanan suami yang lebih baik, baik dibanding istri maupun anak

karena menganggap suamilah yang mencari nafkah dan sebagai kepala


35

rumah tangga sehingga asupan zat gizi mikro untuk istri berkurang,

suami tidak empati dan peduli dengan keadaan ibu.

d. Status Perkawinan

Pasangan dengan status perkawinan yang tidak sah akan

berkurang bentuk dukunganya terhadap pasangannya, dibanding

dengan pasangan yang status perkawinan yang sah.

e. Status Sosial Ekonomi

Suami yang mempunyai status sosial ekonomi yang baik akan

lebih mampu berperan dalam memberikan dukungan pada istrinya.

Dukungan suami merupakan salah satu faktor yang turut berperan

penting dalam menentukan suatu kesehatan ibu. Dalam hal ini

partisipasi laki-laki atau suami terhadap kesehatan reproduksi dalam

dekade terakhir ini sudah mulai dipromosikan sebagai strategi baru

yang menjanjikan dalam meningkatkan kesehatan ibu. Keluarga,

terkhususnya suami, seringkali bertindak sebagai ‘gate keeper’ bagi

upaya pencarian dan penggunaan pelayanan kesehatan bagi istri dan

keluarganya. Sedangkan pemberian dukungan oleh suami dipengaruhi

oleh faktor internal dan eksternal yang keduannya saling berhubungan

(Rahayu, 2010).

a. Faktor Internal

Faktor internal berasal dari individu itu sendiri meliputi faktor

tahap perkembangan yaitu pemahaman dan respon terhadap


36

perubahan kesehatan yang berbeda-beda pada setiap rentang usia

(bayi-lansia).

1) Faktor pendidikan atau tingkat pengetahuan

Dalam hal ini kemampuan kognitif yang membentuk pola

berfikir individu termasuk kemampuan untuk memahami

faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dalam upaya

menjaga kesehatan dirinya.

2) Faktor emosi

Faktor emosi mempengaruhi keyakin terhadap adanya

dukungan dan cara melaksanakan sesuatu. Respon emosi yang

baik akan memberikan antisipasi penanganan yang baik

terhadap berbagai tanda sakit namun jika respon emosinya

buruk kemungkinan besar akan terjadi penyangkalan terhadap

gejala penyakit yang ada.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu

itu sendiri dan terdiri dari tiga hal.

1) Praktik

Praktik di keluarga yaitu cara keluarga memberikan

dukungan yang mempengaruhi penderita dalam melaksankan

kesehatanya secara optimal. Tindakan dapat berupa pencegahan

yang dicontohkan keluarga kepada anggota keluarganya

2) Faktor sosio ekonomi


37

Variable faktor social dapat meningkatkan resiko

terjadinya penyakit, mempengaruhi cara seseorang

mengidentifikasi serta bereaksi terhadap penyakitnya.

Sementara itu faktor ekonomi menjelaskan bahwa semakin

tinggi tingkat ekonomi individu biasanya ia akan lebih cepat

tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakan sehingga ia

akan segera mencari bantuan ketika merasa adanya gangguan

kesehatan.

3) Faktor latar belakang budaya

Faktor latar belakang budaya akan mempengaruhi

keyakinan, nilai, dan kebiasaan seseorang dalam memberikan

dukungannya termasuk cara pelaksanaan kesehatan pribadi.

3. Hubungan Dukungan Suami dengan Kesehatan

Menurut (Rahmawati, 2016), menjelaskan bahwa terdapat tiga

mekanisme spesifik yang berpusat pada pengaruh dukungan keluarga

(suami) terhadap kesehatan, baik secara langsung maupun secara tidak

langsung, yaitu :

a. Aspek perilaku

Dukungan dapat mempengaruhi perilaku seseorang untuk berubah

b. Aspek psikologis
38

Dukungan dapat membangun dan meningkatkan harga diri

seseorang serta menyediakan hubungan interaksi yang saling

memuaskan sehingga dapat menurunkan tingkat stress individu

c. Aspek Fisiologis

Dukungan dapat memperkuat sistem imun dalam tubuh sehingga

dapat meningkatkan derajat kesehatan seseorang.

C. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga (Nursalam, 2010).

Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi merupakan cara mencari

nafkah, berulang dan banyak tantangan. .

Analisis pekerjaan merupakan suatu proses mengumpulkan informasi

mengenai suatu pekerjaan yang dilakukan oleh seorang pekerja, yang

dilaksanakan dengan mengamati cara atau menadakan interview terhadap

pekerja, dengan bukti-bukti yang benar dari supervisor, (Ismail, 2010 : 58).

Tugas-tugas perlu diketahui dengan jelas apa jenisnya, selanjutnya tanggung

jawab apa yang harus dipegang oleh karyawan yang melakukan tugas tersebut,

sehingga karyawan tidak melakukan kesalahan dengan adanya kejelasan–

kejelasan pekerjaan yang harus para karyawan lakukan.

1. Pekerjaan/Tugas Keluarga
39

Tugas keluarga terbagi menjadi dua bagian penting yaitu tugas formal

dan tugas informal (Sulistyo, 2012),seperti dijelaskan dibawah ini:

a. Tugas Formal Keluarga

Tugas formal keluarga terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1) Tugas prenatal dan perkawinan

Mengidentifikasi enam tugas dasar yang membentuk bentuk

sosial sebagai suami-ayah dan istri-ibu. Tugas tersebut adalah; a)

Tugas provider/penyedia, b) Tugas pengatur rumah tangga, c)

Tugas perawatan anak, d) Tugas sosialisasi anak, e) Tugas rekreasi,

f) Tugas persaudaraan/kindship/pemelihara hubungan keluarga

paternal dan maternal, g) Tugas terapeutik/memenuhi kebutuhan

afektif dari pasangan, h) Tugas seksual.

2) Tugas anak

Tugas anak adalah melaksanakan tugas perkembangan dan

pertumbuhan fisik, psikis, dan sosial.

3) Tugas kakek/nenek

Tugas kakek/nenek dalam keluarga adalah: 1) Semata-mata

hadir dalam keluarga, 2) Pengawal (menjaga dan melindungi bila

diperlukan), 3) Menjadi hakim (arbritrator), negosiasi antara anak

dan orang tua, 4) Menjadi partisipan aktif, menciptakan keterkaitan

antara, masa lalu dengan sekarang serta masa yang akan datang.

b. Tugas Informal Keluarga


40

Tugas informal bersifat implisit biasanya tidak tampak ke

permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan emosional individu dan/atau untuk menjaga keseimbangan

dalam keluarga. Keberadaan tugas informal penting bagi tuntutan-

tuntutan integratif dan adaptif kelompok keluarga. Beberapa contoh

tugas informal yang bersifat adaptif dan merusak kesejahteraan

keluarga diantaranya sebagai berikut :

1) Pendorong

Pendorong memuji, setuju dengan, dan menerima konstribusi

dari orang lain. Akibatnya dapat merangkul orang lain dan

membuat mereka merasa bahwa pemikiran mereka penting dan

bernilai untuk didengar.

2) Pengharmonis

Pengharmonis menengahi perbedaan yang terdapat di antara

para anggota menghibur menyatukan kembali perbedaan pendapat.

3) Inisiator-konstributor

Inisiator-konstributor mengemukakan dan mengajukan ide-ide

baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan

kelompok.

4) Pendamai

Pendamai (compromiser) merupakan salah satu bagian dari

konflik dan ketidaksepakatan. Pendamai menyatakan posisinya dan


41

mengakui kesalahannya, atau menawarkan penyelesaian “setengah

jalan”

5) Penghalang

Penghalang cenderung negatif terhadap semua ide yang ditolak

tanpa alasan.

6) Dominator

Dominator cenderung memaksakan kekuasaan atau superioritas

dengan memanipulasi anggota kelompok tertentu dan

membanggakan kekuasaannya dan bertindak seakan-akan

mengetahui segala-galanya dan tampil sempurna.

7) Perawat Keluarga

Perawat keluarga adalah orang yang terpanggil untuk merawat

dan mengasuh anggota keluarga lain yang membutuhkan.

8) Penghubung Keluarga

Perantara keluarga adalah penghubung, ia (biasanya ibu)

mengirim dan memonitor komunikasi dalam keluarga.

D. Sikap Ibu

Seorang individu sangat erat hubunganya dengan sikapnya masing-masing

sebagai ciri pribadinya. Sikap pada umumnya sering diartikan sebagai suatu

tindakan yang dilakukan individu untuk memberikan tanggapan pada suatu

hal. Pengertian sikap dijelaskan oleh (Azwar, 2010 :3) sikap diartikan sebagai

suatu reaksi atau respon yang muncul dari sseorang individu terhadap objek
42

yang kemudian memunculkan perilaku individu terhadap objek tersebut

dengan cara-cara tertentu.

Strategi untuk mengubah sikap perawat yaitu dengan persuasif yang

merupakan usaha mengubah sikap perawat dengan memasukkan ide, pikiran,

pendapat dan bahkan fakta baru lewat pesan komunikatif. Perlu komunikator

yang ahli dan dapat dipercaya sehingga bisa mengubah sikap perawat. Namun

perubahan sikap ini tergantung sejauh mana komunikasi ini diperhatikan,

dipahami dan diterima. sikap dan pengetahuan terbukti menjadi faktor yang

berpengaruh terhadap motivasi perawat untuk itu perlu langkah lebih lanjut

dari beberapa pihak-pihak.

1. Faktor-Faktor yang Membentuk Sikap

Sikap manusia tidak terbentuk sejak manusia dilahirkan. Sikap

manusia terbentuk melalui proses sosial yang terjadi selama hidupnya,

dimana individu mendapatkan informasi dan pengalaman. Proses tersebut

dapat berlangsung di dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun

masyarakat. Saat terjadi proses sosial terjadi hubungan timbal balik antara

individu dan sekitarnya.

Adanya interaksi dan hubungan tersebut kemudian membentuk pola

sikap individu dengan sekitarnya. (Azwar, 2010 31-38) menguraikan

faktor pembentuk sikap yaitu: pengalaman yang kuat, pengaruh orang lain

yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media masa, lembaga


43

pendidikan dan lembaga agama, pengaruh faktor emosional. (Sarlito &

Meinarno, 2011) juga menjelaskan mengenai pembentukan sikap. Yaitu :

a. Pengondisian klasik, proses pembentukan ini terjadi ketika suatu

stimulus atau rangsangan selalu diikuti oleh stimulus yang lain,

sehingga rangsangan yang pertama akan menjadi isyarat bagi

rangsangan yang kedua.

b. Pengondisian instrumental, yaitu apabila proses belajar yang dilakukan

menghasilkan sesuatu yang menyenangkan maka perilaku tersebut

akan diulang kembali, namun sebaliknya apabila perilaku

mendatangkan hasil yang buruk maka perilaku tersebut akan dihindari.

c. Belajar melalui pengamatan atau observasi. Proses belajar ini

berlangsung dengan cara mengamati orang lain, kemudian dilakukan

kegiatan serupa.Perbandingan sosial, yaitu membandingkan orang lain

untuk mengecek pandangan kita terhadap suatu hal tersebut benar atau

salah.Pembentukan sikap seorang individu juga dipengaruhi oleh

adanyainteraksi dengan sekitarnya melalui proses yang kompleks.

(Gerungan, 2011) menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi

pembentukan sikap seorang individu yang berasal dari faktor internal

dan eksternal.

Faktor internal pembentuk sikap adalah pemilihan terhadap objek

yangakan disikapi oleh individu, tidak semua objek yang ada

disekitarnyaitu disikapi. Objek yang disikapi secara mendalam adalah

objek yangsudah melekat dalam diri individu. Individu sebelumnya


44

sudahmendapatkan informasi dan pengalaman mengenai objek,

atauobjektersebut merupakan sesuatu yang dibutuhkan, diinginkan

atau disenangioleh individu kemudian hal tersebut dapat menentukan

sikap yangmuncul, positif maupun negatif.

Faktor eksternal mencakup dua pokok yang membentuk

sikapmanusia,yaitu:

a. Interaksi kelompok, pada saat individu berada dalam suatu

kelompok pastiakan terjadi interaksi. Masing-masing individu

dalam kelompok tersebut mempunyai karakteristik perilaku.

Berbagai perbedaan tersebut kemudian memberikan informasi,

atau keteladanan yang diikuti sehingga membentuk sikap.

b. Komunikasi, melalui komunikasi akan memberikan informasi.

Informasi dapat memberikan sugesti, motivasi dan kepercayaan.

Informasi yang cenderung diarahkan negatif akan membentuk

sikap yang negatif, sedangkan informasi yang memotivasi dan

menyenangkan akan menimbulkan perubahan atau pembentukan

sikap positif.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembentukan sikap dipengaruhi

oleh berbagai faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor

internal berupa pengalaman pribadi dan keadaan emosional.

Pengalaman terhadap suatu objek yang memberikan kesan

menyenangkan atau baikakan membentuk sikap yang positif,

pengalaman yang kurang menyenangkan akan membentuk sikap


45

negatif. Sedangkan faktor emosional, lebih pada kondisi secara

psikologis seorang individu,perasaan tertarik, senang, dan perasaan

membutuhkan akan membentuksikap positif, sedangkan perasaan

benci, acuh, dan tidak percaya akanmembentuk sikap negatif.

Sedangkan faktor eksternal pembentuksikap, mencakup pengaruh

komunikasi, interaksi kelompok, danpengaruh kebudayaan

2. Komponen Sikap

Sikap yang ditunjukan seorang individu terhadap objek, mempunyai

struktur yang terdiri dari beberapa komponen.(Azwar, 2010) menjelaskan

komponen dalam struktur sikap yaitu :

a. Komponen kognitif, yaitu suatu kepercayaan dan pemahaman seorang

individu pada suatu objek melalui proses melihat, mendengar dan

merasakan. Kepercayaan dan pemahaman yang terbentuk memberikan

informasi dan pengetahuan mengenai objek tersebut

b. Komponen afektif, yaitu komponen yang berhubungan dengan

permasalahan emosional subjektif individu terhadap sesuatu

c. Komponen perilaku atau konatif, yaitu kecenderungan berperilaku

seorang individu terhadap objek yang dihadapinya

Sikap individu perlu diketahui arahnya, negatif atau positif. Untuk

mengetahui arah sikap manusia dapat dilihat dari komponen-komponen

sikap yang muncul dari seorang individu.(Sarlito & Meinarno, 2011:154)

juga menjelaskan bahwa sikap adalah konsep yang dibentuk oleh tiga

komponen yaitu kognitif, afektif dan konatif. Komponen kognitif berisi


46

pemikiran dan ide-ide yang berkenaan dengan objek sikap, misalnya

meliputi penilaian, keyakinan, kesan, atribusi, dan tanggapan mengenai

objek sikap. Komponen afektif merupakan komponen yang meliputi

perasaan atau emosi seseorang terhadap objek sikap. Komponen afektif

pada sikap seseorang dapat dilihat dari perasaan suka, tidak suka, senang

atau tidak senang terhadap objek sikap. Sedangkan komponen konatif,

dapat dilihat melalui respon subjek yang berupa tindakan atau perbuatan

yang dapat diamati.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa komponen sikap mencakup tigaaspek

yaitu, komponen kognitif, afektif dan konatif. Komponen kognitif berupa

pemahaman, pengetahuan, pandangan dan keyakinan seseorang terhadap

objek sikap. Komponen afektif yaitu perasaan senang atau tidak senang

terhadap objek sikap. Komponen konatif yaitu kecenderungan bertindak

terhadap objek sikap yang menunjukan intensitas sikap yaitu besar

kecilnya intensitas bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek

sikap

3. Definisi Susu Formula

Susu formula menurut (Herawati, 2018) yaitu susu yang diproduksi

oleh industri untuk keperluan asupan gizi yang diperlukan bayi. Susu

formula kebanyakan tersedia dalam bentuk bubuk.Susu formula juga

adalah susu komersil yang dijual dipasar atau ditoko, biasanya terbuat dari

susu sapi atau susu kedelai yang susunan nutrisinya diubah sedemikian

rupa sehingga dapat diberikan pada bayi dengan komposisinya yang


47

disesuaikan mendekati komposisi ASI serta biasanya diberikan didalam

botol .

Walaupun memiliki susunan nutrisi yang baik, tetapi susu sapi sangat

baik hanya untuk anak sapi, bukan untuk bayi. Oleh karena itu, sebelum

dipergunakan untuk makanan bayi, susunan nutrisi susu formula harus

diubah hingga cocok untuk bayi. Sebab, ASI merupakan makanan bayi

yang ideal sehingga perubahan yang dilakukan pada komposisi nutrisi

susu sapi harus sedemikian rupa hingga mendekati susunan nutrisi ASI

(Khasanah, 2011).

4. Kandungan Susu Formula

Susu formula yang dibuat dari susu sapi telah diproses dan diubah

kandungan komposisinya sebaik mungkin agar kandungannya sama

dengan ASI tetapi tidak 100% sama.

Menurut (Khasanah, 2011). ada beberapa kandungan gizi dalam susu

formula yaitu, lemak disarankan antara 2,7-4,1 g tiap 100 ml, protein

berkisar antara 1,2-1,9 g tiap 100 ml dan karbohidrat berkisar antara 5,4-

8,2 g tiap 100 ml.

5. Kelemahan Susu Formula

(Wiji, 2013), menjelaskan telah teridentifikasi adanya kerugian

berikut ini untuk bayi yang diberikan susu formula yaitu:

a. Susu formula kurang mengandung beberapa senyawa nutrien.

b. Sel-sel yang penting dalam melindungi bayi dari berbagi jenis patogen.
48

c. Faktor antibodi, antibakteri dan antivirus ( misalnya IgA, IgG, IgM

dan laktoferin).

d. Hormon (misalnya hormon prolaktin dan hormon tiroid).

e. Enzim dan prostaglandin.

(Riski et al., 2019) Juga menjelaskan bahwa kandungan zat gizi dalam

susu formula dibuat sedemikian rupa agar mirip dengan kandungan

gizi dalam ASI, namun tetap tidak bisa menyamai kebaikan ASI.

Dalam susu formula tidak terkandung antibodi seperti yang ada

didalam ASI. Sehingga, susu formula tidak dapat memberikan

perlindungan tambahan terhadap serangan infeksi seperti yang

diberikan oleh ASI. Dalam hal pemberian susu formula harus

diperhatikan dengan baik untuk mencegah bayi dari berbagai penyakit

infeksi. Tidak seperti saat memberi ASI, pemberian susu formula harus

perlu benar-benar diperhatikan.

E. Kerangka Konsep

Untuk mengetahui variabel yang diteliti digambarkan dibawah kerangka

konsep sebagai berikut :

Dukungan
suami

Pemberian ASI Ekslusif


Pekerjaan
49

SikapIbu

Keterangan :

: Variabel Independen

:Variabel Dependen
50

F. Definisi Operasional

Tabel 2.3 : Definisi Operasional dan Kriteri Objek Penelitian

Hasil Ukur
Variabel
Definisi Alat
penelitia Cara ukur Skala
operasional Ukur (Kriteria Objketif
n
)

Varibel (Dependen)

Pemberia Pemberian Kuesione Kuesioner 1.Tidak Ekslusif: Ordinal

n ASI ASI Ekslusif terdiri dari 1

Ekslusif adalah pertanyaan di Jika bayi tidak

Memberikan ukur diberikan ASI

ASI kepada menggunakan selama 6 bulan di

bayi selama n skala sertai minuman

0-6 bulan gutman atau makanan

pertama tambahan lain

tanpa di Dengan
51

berikan jawaban 2.ASI Ekslusif:

minuman jika bayi hanya

atau 1.Tidak diberi ASI selama

makanan 6 bulan pertama


2.Ya
tambahan tampa minum atau

lain makanan tambahan

lain.

Variabel (Independen)

Dukunga Dukungan Kuesione Kuesioner 1.Baik : Ordinal

n suami suami r terdiri dari 30

adalah sikap pertanyan Jika skor

memberikan responden > mean

dorongan Diukur 75

kepada menggunakan

skala Likert 2.Kurang :


ibu/istri

untuk tetap
Pertanyaan Jika skor
52

semangat positif : responden < mean

dan menjaga atau sama dengan

kesehatan 1.Tidak 75

dalam pernah

menyusui.
2.Pernah

3.Sering

4.Selalu

Pertanyaan

negatif:

4.Tidak

pernah

3.Pernah

2.Sering

1.Selalu

Pekerjaan Merupakan Kuesione Keusioner ini 1. Tidak Nominal


53

suatu r di ukur bekerja:IR

kegiatan dengan T

yang wajib menggunakan 2. Bekerja

dilakukan skala gutman :PNS dan

oleh setiap wiraswast

orang demi Dengan a

kelangsunga jawaban ,

n hidupnya
1.IRT
atau untuk

memenuhi
2.Wiraswasta
kebutuhan

pokoknya
3.PNS

4. Lianya

Sikap Ibu Kesiapan Kuesione Kuesioner Positif : Jika skor Ordinal

atau r terdiri dari 17 70-85

kesadaran pertanyan

untuk Netral : Jika skor


54

tindakan Di ukur 49-69

ibu dalam menggunakan

memberikan n skala Likert Negatif untuk susu

ASI Ekslusif formula : Skor 17-

pada bayi. Dengan 18

Pertanyaan

positif:

1. Sangat

tidak setujuh

2.Tida

setujuh

3.Setujuh

4.Sangat

setujuh

Pertanyaan

negatif :
55

4. Sangat

tidak setujuh

3.Tida

setujuh

2.Setujuh

1.Sangat

setujuh

G. Hipotesisi Nol (Ho)

1. Tidak ada hubungan antara dukungan suami dengan pemberian ASI

Ekslusif pada ibu yang memiliki bayi 7-12 bulan

2. Tidak ada hubungan antara Pekerjaan dengan pemberian ASI Ekslusif

pada ibu yang memiliki bayi 7-12 bulan

3. Tidak ada hubungan antara sikap ibu dengan pemberian ASI Ekslusif

pada ibu yang memiliki bayi 7-12 bulan.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Dan Pendekatan

Jenis penelitian ini adalah metode penelitian deksrtitif kuantitatif dengan

menggunakan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui

antara variabel bebas (independen) dengan variabel terikat (dependen) di mana

peneliti melakukan pengukuran atau pengamatan terhadap responden pada

saat bersama.

B. Tempat dan waktu meneliti

Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Benteng Kota Palopo

pada bulan agustus sampai dengan september tahun 2020.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 62 orang yang meliputi

semua ibu yang mempunyai bayi berumur 7-12 bulan yang ada di wilayah

kerja Puskesmas Benteng Kota Palopo

2. Sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah ibu yang mempunyai

bayi 7-12 bulan .Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah


57

menggunakanTotal Sampling.Total Sampling adalah teknik pengambilan

sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi.Jadi sampel dalam

penelitian ini adalah sebanyak 62 orang.

D. Instrumen Penelitian

1. Penggunaan Data Menggunakan Kuesioner

a. Pemberian ASI

Instrument penelitian yang di gunakan adalah instrumen

gutman,instrumen ini terdiri dari 1 nomor menggunakan skala ordinal

,dengan memilih jawaban ya (2) dan tidak (1).Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini sudah di gunakan dan teruji

validitasnya (Roesinta, 2017)

b. Dukungan Suami

Instrument penelitian yang di gunakan adalah adalah instrumen likert

,instrumen ini terdiri dari 30 nomor menggunakan skala ordinal

,dengan memilih jawabantidak pernah (1),pernah (2) sering (3),selalu

(4).Instrumen yang digunkan dalam penelitian ini sudah di gunakan

dan teruji validitasnya (Roesinta, 2017)

c. Pekerjaan

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan lembar observasi/kontrol pada pemberian ASI Ekslusif

dimana Tidak bekerja (1) dan Bekerja (2).Dengan memilih jawaban


58

1.IRT 2.Wiraswasta 3.PNS 4.Lainnya.Instrumen yang digunkan dalam

penelitian ini sudah di gunakan dan teruji validitasnya (Roesinta, 2017)

d. Sikap ibu

Instrument penelitian yang di gunakan adalah adalah instrumen likert

,instrumen ini terdiri dari 17 nomor menggunakan skala ordinal

,dengan memilih jawabansangat tidak setuju (1),tidak setuju (2),setuju

(3),sangat setuju (4).Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

sudah diuji validitas dan sebelumnya pernah digunanakan diluar negeri

maupun dalam negeri.(Twells et al., 2016),(Afriani, 2017)

Pengumpulan data dalam penelitian ini,bersumber data primer dan data

sekunder.

E. Pengumpulan Data

1. Data primer

Data pirmer dalam penelitian ini,di peroleh dari subjektif penelitian

pembagian kuesioner yang telah di susun dengan baik oleh peneliti dengan

mengacu pada perpustakaan dalam mencapai tujuan penelitian.

2. Data Sekunder

Dalam penelitian ini data sekunder di peroleh dari data yang ada di

wilayah kerja Puskesmas Benteng Kota Palopo.Dalam penelitian ini

proses pengumpulan data akan di bantu oleh petugas kesehatan yang

bertugas pada saat itu.


59

F. Pengelolah dan penyajian data

1. Pengelolah Data

Data yang di peroleh untuk penelitian ini,kemudian di olah dengan cara :

a. Editing

Editing yang dilakukan untuk meneliti kembali setiap daftar

pertanyaan yang telah di isi oleh responden.dalam hal ini editing

meliputi kelengkapan dalam pengisisan pertanyaan,kesalahan

pengisian dan konsisten dan setiap jawaban.

b. Coding

Coding dilakukan dengan meneliti kembali setiap data yang

ada,selanjutnya adalah memberikan kode pada jawaban ditepi kanan

atas atau lembaran jawaban responden .pengisian ini berdasarkan

jawaban responden.

c. Scoring

Setelah dilakukan pengkodean kemudian pemberian nilai sesuai

dengan skor yang telah ditentukan.

d. Masukkan Data atau processing

Jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk “

kode”(angka atau huruf ) dimasukkan kedalam program “software

SPSS”

e. Pembersihan data (cleaning)


60

Apabila semua data semua responden telah dimasukkan kemudian

cek kembali adanya kemungkinan kesalahan-kesalahan kode,

ketidaklengkapan dan sebagianya, kemudian lakukan koreksi.

2. Penyajian Data

Data diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi yang di

sertai dengan penjelasan atau interpensi data tentang variabel yang diteliti

G. Analisa Data

Analisa data dalam peneltian ini adalah:

1. Analisa Univariat

Dilakukan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel bebas yaitu

dukungan suami,pekerjaan dan sikap ibu dan variabel terikat yaitu

pemberian ASI pada bayi dalam bentuk table distibusi frekuensi dan

presentase.

2. Analisa bivariat

Bivariat digunakan untuk melakukan mengetahui dukkugan

suami,pekerjaan dan sikap ibu dengan pemberian ASI di wilayah kerja

Puskesmas Benteng Kota Palopo dengan menggunakan skala ordinal dan

nominal dengan dekskripsi persentase dan menggunakan SPPS

H. Etika Penelitian

Dalam melakuan penelitian peneliti mendapat perlu adanya rekomendasi

dati pihak institusinya (Ketua STIKES Mega Buana Kota Palopo) kepada

lembaga tempat penelitan yaitu dengan menyertakan surat pengantar yang


61

ditujukan kepada pihak Puskesmas Benteng Kota Palopo mendapat

persetujuan permohonan izin untuk melakuan penelitian dengan menekan

masalah etika yang meliputi:

1. Lembar Persetujuan

Lembar persetujan dilakukan sebuah peneltian kepada seluruh

responden untuk diteleliti,dengan tujuan agar responden mengerti dan

memahami maksud dan tujuan penelti bias bekerja sanma dengan peneliti

ini,dilakukan pemberian informasi terkait dengan penelitian oleh

penelti.kemuidan setelah ibu bersedia menjadi responden ibu

menandatangani lembar informconsen penelitian.tindakan yang dilakukan

oleh peneliti adalah penelti mempersiapkan formulir persetujuan subyak

(informconsen)

2. Anininomy (tampah nama)

Untuk menjada kerahasian peneliti tidak akan mencantumkan nama

dan responden tetapi,lembar tersebut diberi kode atau nama inisial

sehingga tidak ada pihak merasa dirugikan atas penelitian yang dilakukan.

3. Confidentiality.

Kerahasian informasi responden dijamin peneliti.Dalam melaporkan hasil

penelitian.dengan demikian diharapkan peneleliti ini memberikan manfaat

kepada semua pihak yang terkait khusunya bagi program pemberdayaan

ASI.
DAFTAR PUSTAKA

Afriani, R. (2017). Hubungan Dukungan Sosial Dan Sikap Ibu Terhadap


Keberhasilan Pemberian ASI Ekslusif di Wilayah Puskesmas Benoa
Kabupatan Barito Utara Kalimantan Tengah.

Akbar, N., Putri, R. D., & Fitria. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubugan
Dengan Pemberian ASI EKSLUSIF. 5(4), 309–316.

Anam, K., Setiandri, & Handayani, E. (2018). Hubngan Pengetahuan Sikap Ibu
Dalam Praktik Pemberian ASI Ekslusif Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pekapauran Raya Kecematan Banjarmasin Timur Kota Bnajarmasin Tahun
2018. Kebidanan Dan Keperawatan, 10(2), 0–10.
https://doi.org/http://doi.org/10.33859/dksm.v10i2

Arifiati, N. (2017). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif


pada Bayi di Kelurahan Warnasari Kecamatan Citangkil Kota Cilegon. 129–
135. http://eprintsuadac.id/5411/1/18

Arviani. (2015). Peran Keluarga Dalam Tumbuh Kembang Anak. Tim Press.

Asrinah. (2010). Asrinah, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa


Kehamilan.Yogyakarta: Graha Ilmu. Graha Ilmu.

Azwar, S. (2010). Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya. Pustaka Belajar.

Bobak, L. J. (2012). Bobak,Loudermik Jense 2012 buku ajar keperawatan


maternitas.Jakarta EGC. EGC.

Chowduhry, F. R., Yasmeen, B. H. N., & Rahman, S. (2018). Study On Exc lusive
Breastfeeding Practice And Related Faktors Among Mothers Atteding In a
Tertiary Care Hospital Of Bangladesh. 10(1).
https://doi.org/10.3329/NIMCJ.V10I1.39329
63

Dewi, A. S., Gustiwarni, A. Y. U., & Wahyuni, R. S. R. I. (2019). Hubungan


Peran Petugas Dan Promosi Susu Formula Terhadap Pemberian ASI
Ekslusif Pada Ibu Menyusui Di Wilayah Kerja Puskesmas Harapan Raya
Kota Pekan Baru 2018. 9(2), 65–74.

Dewi, L. N. Vi., & Sunarsih, T. (2014). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas (S.
Carolina (ed.); 1st ed.). Salembah Medika.

Fikawati, S. (2015). Gizi Ibu Dan Bayi. Rajawali Press.

Fithriany. (2016). Fithriany. 2011. Pengaruh Karakteristik Ibu dan Dukungan


Suami Terhadap Pemeriksaan Kehamilan di Kecamatan Kuta Cot Glie
Kabupaten Aceh Besar, Thesis, Universitas Sumatera Utara, Medan. 4(2).

Gerungan, W. A. (2011). PsikologiSosial. PT.RefikaAditama,IKAPI.

Hamidah, & Sari, widya I. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan


Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu Menyusui Di Puskesmas Dumai Barat
tahun 2017. Jurnal Ibu Dan Anak, 5, 47–54.

Haryono, R., & Setianingsih, S. (2014). Manfaat Asi Eksklusif Untuk Buah Hati
Anda. Gosyen Publising.

Herawati, R. & C. M. (2018). Hubungan Pemberian Susu Formula Dengan


Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Koto Tinggi Kecamatan
Rambah Kabupaten Rokan Hulu. In Jurnal Maternity and Neonatal (Vol. 2,
Issue 5).

Indarwati, Prasetyowati, & Widiyanti, S. (2017). Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan pemberian ASI Ekslusif Pada Bayi Usia 6-12 Bulan.
Kesehatan Metro Sai Wawai, 9(1).

Infodatin. (2018). Menyusui Sebagai Dasar Kehidupan.


https://www.kemkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/infodatin/infodatin ASI per halaman - 02012018.pdf

Kementrian Kesehatan. (2018). Profil Kesehatan Indonesia.


64

Khasanah, N. (2011). ASI Dan Formula. Flash book.

Kzulmuawinah, Samsualam, & Noer, N. (2019). Faktor Prediktor Pemberian ASI


Eksklusif pada Ibu Menyusui Wilayah Kerja Puskesmas Mangasa Kota
Makassar. World of Health : Jurnal Kesehatan, 2(1), 12–17.

Lutfiana, F., & Masrikhiyah, R. (2019). Hubungan dukungan suami dan sikap ibu
menyusui dengan praktik pemberian asi eksklusif 1,2,. 1(1), 1–10.

Mahmud. (2019). Faktor-faktor Yang Berhubungan Pemberian ASI Ekslusif Pada


Bayi Usia 6-12 Bulan Di Desa Ureng Kecematan Leihitu Kabupaten Maluku
Tengah. 4(3), 169–177.

Dines Kesehatan Kota palopo (2020) data ASI Eklsusif

Maryunani, A. (2012). Insiasi Menyusui Dini,ASI Ekslusif dan Manajemen


Laktasi (T.Ari M@fuhin (ed.)). Trans Info Medika.

Puskesmas Benteng Kota Palopo (2020) data ASI Ekslusif.

Munawaroh, M. (2020). Gambaran Faktor Predisposing Yang Mempengaruhi


Rendahnya Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di
Puskesmas Cileunyi. Jurnal Asuhan Ibu Dan Anak, 4(2), 11.
https://doi.org/10.33867/jaia.v4i2.125

Netty, Rabiathul, S., & Qariati, indah, N. (2019). hubungan Pengetahuan,Sikap


dan Iklan Susu Formula dengan Pemberian ASI Ekslusif Di Wilayah
Puskesmas Rawat Inap Cempaka Kota Banjarbru. 9(2).

Nugroho, T. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas,Anak,Bedah Dan Penyakit


Dalam (Nuha Atream (ed.)). Nuha Medika.

Nurjanah. (2013). Perkembangan dan Pertumbuhan Anak. EGC.

Nursalam. (2010). Konsep Dan Penerapan Metodelogi PenelitianIilmu


Keperawatan. Salambe Medika.
65

World Health Organization (2018). Exclusive Breastfeeding For Optimal Growth


Developmentand Health OF Infants.
http:/www.who.int/elena/titles/exclusive breastfeeding/en

Prasetyono. (2012). Buku Pintar ASI Ekslusif. Diva Press.

Rahayu, S., Djuhaeni, H., Nugraha, G. I., & Mulyo, G. (2019). Hubungan
Pengetahuan,Sikap,Perilaku,Dan Karakteristik Ibu Tentang ASI Ekslusif
Terhadap Status Gizi Bayi. 4(1), 28.
http://dx.doi.org/10.30867//action.v4i1.149

Rahmawati. (2016). Kesehatan Keluarga, Jilid 2. EGC.

Rathmaliza, S. putri, & Yenie, H. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Pemberian ASI Ekslusif Pada Salah Satu Desa Di Kabupaten
Tanggamus. 13(2), 221–225.

Ratnaningsih, E. (2020). Dukungan Suami Kepada Istri Dalam Upaya Pemberian


ASI Di Rumah Sakit Wilasa Citarum Semarang (Vol. 11, Issue 1).

Riskades. (2018). Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan RI Tahun


2018.

Riski, M., Saragih, B., & Sukemi, S. (2019). Analiasi Kualitatif Gambaran
Pemberian Susu Formula Pada balita 6-24 Bulan Di WilayahKerja
Puskesmas Palaran Kota Samarindah. Kesehatan Mayarakat, 5(2).
http://journal.uwgm.ac.id/index.php/KESMAS

Roesinta, N. A. (2017). Hubungan Dukungan Sosial Suami Dengan Pemberian


ASI Ekslusif Di WilayahKerja Puskesmas Umbulharjo I Yogyakarta tahun
2017.

Rukiah, A. Y., & L, Y. (2014). Asuhan Kebidanan 1 Kehamilan. Jakarta. Trans


Info Media.

Rumbo, H., & Astin. (2020). Hubungan pemberian asi ekslusif dengan status gizi
balita. 1(01), 34–39.
66

Sarlito, W., & Meinarno, A. E. (2011). Psikologi Sosial. Salemba Humanika.

Satriani, Ashriady, & Mariana, D. (2019). Faktor-Faktor yang Berhubungan


dengan Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Beru-Beru Kalukku
Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat. Jurnal Kebidanan, 9(1), 1–8.
https://doi.org/10.31983/jkb.v9i1.3880

Sibagariang, E. E. (2010). Gizi Dalam Kesehatan Produksi (A. Setiawan (ed.)).


Trans Info Media.

Sulistyo, A. (2012). Keperawatan Keluerga Konsep Teori,Proses Dan Praktik


Keperawatan. Graha ilmu.

Twells, L. K., Midodzi, W. K., Ludlow, V., Murphy-Goodridge, J., Burrage, L.,
Gill, N., Halfyard, B., Schiff, R., & Newhook, L. A. (2016). Assessing Infant
Feeding Attitudes of Expectant Women in a Provincial Population in
Canada: Validation of the Iowa Infant Feeding Attitude Scale. Journal of
Human Lactation, 32(3). https://doi.org/10.1177/0890334414559647

Widuri, H. (2013). Cara Mengelolah ASI Ekslusif Pada Ibu Bekerja. Goeyen
Publising.

Wiji, R. N. (2013). ASI Dan Pedoman Ibu Menyusui (Vol. 3, Issue 3). Nuha
Medika. https://doi.org/http;//doi.org10.22216/jen.v3!3.2832

Wilda, I., Sarlis, N., Mahera, R., Kebidanan, A., & Negeri, S. (2018). Hubungan
Pemberian ASI Eksklusif Dengan Penurunan Berat Badan Ibu Menyusui.
3(3), 611–617.

Wulandari, retno setyo, & Handayani, S. (2011). Asuhan Keperawatan Ibu Masa
Nifas (T. M@fthuhi, T (ed.)). Maryunani,Anik.
67

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Pengambilan Data Awal


68

Lampiran 2 : Inform Concent

LEMBER PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN


69

(INFORM CONCENT)

“Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pembrian ASI Eklusif Pada

Bayi 7-12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Benteng Kota Palopo Tahun

2020”

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan Hormat..

Saya adalah mahasiswa Ilmu Keperawatan STIKES (Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan) Mega Buana Palopo,penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu

kegiatan dalam penyelesaian tugas akhir.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

“Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pemberian ASI Ekslusif Pada Bayi

7-12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Benteng Kota Palopo tahun 2020”

Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesedian saudara/i untuk

menjadi responden dalam penelitian ini.Partisipasi saudara dalam penelitian

bersifat bebas untuk menjadi responden atau menolak tanpa ada sanksi

apapun.Jika saudarah/i bersedia menjadi responden silahkan saudarah/i mengisi

formulir dan apabila ada yang tidak dipahami dalam kuesioner tersebut mohon

kiranya ketersedian saudari untuk bertanya

Saya menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian

yang dilaksanakan oleh saudari :

Nama : Suriyani S Lambe


70

Nim : K.16.01.024

Kerahasiaan informasi dan indentitas saudari di jamin oleh peneliti

dan tidak akan di sebarluaskan baik melalui media sosial massa maupun

eleltronik.

Palopo - - 2020

Peneliti

Lampiran 3 : Instrumen Penelitian


71

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI PADA


IBU YANG MEMPUNYAI BAYI 7-12 BULAN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BENTENG KOTA PALOPO TAHUN 2020

No. Responden :

Tanggal Pengisian :

Petunjuk Pengisian :

1. Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat dan sesuai dengan
pendapat dan ibu alami dengan memberi tanda check (√) pada jawaban
a. Ya atau tidak
b. Tidak perna (TP), Pernah (P), Sering (SR), dan Selalu (SL)
2. Setelah mengisi kuesioner, periksa dan baca sekali lagi serta yakinlah bahwa
pernyataan telah terjawab semua.
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama ibu/Umur ibu : th/ bln
2. Pendidikan ibu (Tamat dari) 1.SD-SMP 2.SMA 3.Perguruan
tinggi
4.Lainnya.....
3. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
4. Pekerjaan ibu: 1 IRT 2 Wiraswasta 3. PNS 4.Lainnya......

B. PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF


Petunjuk :Berilah tanda ceklis (√) pada kolom jawaban yang telah disediakan!
72

PERTANYAAN Ya Tidak
Apakah ibu memberikan ASI pada bayi berusia 0-6 bulan
tampah makanan tambahan lainnya.

C. DUKUNGAN SUAMI
Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling sesuai dengan ibu dengan
memberi tanda check (√) pada jawaban
1. Tidak Pernah (TP)
2. Pernah (P)
3. Sering (SR)
4. Selalu (SL)
No Pernyataan TP P SR SL
Dukungan Informatif
1 Suami memberitahu pada ibu bahwa bayi usia
0-6 bulan hanya diberikan ASI saja tanpa
boleh makanan lain seperti pisang, susu
formula, air putih, bubur nasi.
2 Suami berpendapat bayi umur 0-6 bulan
sudah merasa kenyang dan telah memenuhi
kebutuhan gizinya jika diberi ASI saja
3 Suami tidak memberitahu bahwa ASI itu
penting bagi ibu maupun bayi selama enam
bulan pertama
4 Suami memberi tahu kepada ibu bahwa
banyak manfaat yang didapatkan ataupun
bayi jika
5 Suami berpendapat dan memberi tahu ibu
bahwa kandungan ASI jauh lebih baik dari
pada susu formula
6 Suami berpendapat dan memberi tahu ibu
bahwa bayinya akan tumbuh lebih sehat dan
pintar ketika ibu memberikan ASI saja pada
73

umur 0-6 bulan


Dukungan Emosional
7 Suami menghibur ketika ibu kelelahan pada
saat mengurus, menyusui bayi
8 Suami menjaga perasaan ibu dan
menyenangkan hati ibu pada saat bayi berusia
0-6 bulan.
9 Suami tidak memberitahu ibu agar tidak takut
bentuk payudara menjadi jelek, tidak kencang
atau kendor setelah menyusui bayi.
10 Suami menanyakan keadaan ibu dan bayi
dengan penuh perhatian
11 Ketika ASI ibu belum keluar, suami
menyarankan untuk memberikan susu
formula
12 Suami tidak terlihat sedih ketika ibu memiliki
masalah menyusui.
13 Suami terlihat senang ketika ibu sedang
menyusui bayi.
14 Suami memperhatikan keluhan-keluhan yang
ibu sampaikan pada saat bayi berusia 0-6
bulan.
Dukungan Instrumental
15 Suami menyediakan makanan bergizi seperti
sayuran, buah, lauk-pauk seperti telur, tempe,
tahu, dan daging ayam
16 Suami bangun kemudian
membantu/menemani ibu menyusui ketika
bayi menangis pada malam hari
17 Suami tidak membantu ibu menggantikan
popok bayi
18 Suami menyediakan tempat yang nyaman
untuk menyusui pada saat bayi berusia 0-6
bulan.
19 Suami menemani ibu untuk memeriksakan
kesehatan bayi ke puskesmas, klinik atau
74

sarana kesehatan lain pada waktu bayi berusia


0-6 bulan saat suami libur atau setelah suami
pulang bekerja
20 Suami membelikan baju/pakaian ibu yang
nyaman digunakan saat menyusui.
21 Suami menggerutu saat diminta tolong untuk
mengambilkan makanan atau minuman untuk
ibu selagi ibu menyusui bayinya
22 Suami membelikan makanan
tambahan/suplemen/susu untuk ibu selama
masa mneyusui
Dukungan Appraisal
23 Suami marah ketika ibu/keluarga lain
memberikan makanan atau minuman selain
ASI pada bayi saat umur 0- 6 bulan
24 Suami tidak memberikan pujian kepada ibu
karena sudah menyusui bayi dengan baik.
25 Suami memberikan dukungan agar ibu
merasa yakin dapat menyusui bayi.
26 Suami marahi ibu ketika ibu mengeluh
kesulitan menyusui bayi.
27 Suami memuji ibu terlihat semakin cantik
ketika bu menyusui bayinya.
28 Suami memberi dukungan pada ibu bahwa
ASI nya cukup untuk memenuhi kebutuhan
bayi
29 Suami memberikan ucapan terima kasih
kepada ibu karena sudah memberikan nutrisi
yang terbaik bagi bayinya yaitu memberikan
ASI saja selama bayi umur 0-6 bulan.
30 Suami meyakinkan ibu bahwa ibu dapat
memberikan ASI saja selama bayi usia 0-6
bulan
75

D. Sikap Ibu
Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling sesuai dengan ibu dengan
memberi tanda check (√) pada jawaban
1. Sangat Tidak Setuju (STS)
2. Tidak Setuju (TS)
3. Setuju (S)
4. Sangat Setuju (SS)
No Pernyataan STS TS S SS
.
1. Manfaat akhir ASI hanya selama bayi disusui
2. Pemberian susu formula lebih mudah dari pada
ASI
3. ASI tidak megandung zat besis
4. Menyusui meningkatkan ikatan ibu dan bayi
5. Bayi yang diberi susu formula lebih mungkin
mengalami kelebihan berat badan di banding
bayi yang di beri ASI
6. Pemberian susu formula adalah pilihan yang
lebih baik jika ibu berencana untuk kembali
bekerja
7. Ibu yang memberi susu formula kehilangan
salah satu kegembiraan sebagai ibu karena harus
bekerja diluar rumah
8. Wanita tidak boleh menyusui di tempat umum
misalnya di rumah makan
9. Bayi yang diberi ASI lebih sehat dari pada bayi
yang diberi susu formula
10. Bayi yang diberi ASI cenderung mengalami
kelebihan berat badan dibandingkan bayi yang
diberi susu formula
11. Ayah merasa ditinggalkan jika ibu menyusui
12. ASI merupakan makanan ideal untuk bayi
13. ASI lebih muda dicerna dibandingkan susu
formula
14. Susu formula sama sehatnya bagi bayi seperti
76

ASI
15. Menyusui ASI lebih mudah daripada susu
formula
16 ASI lebih murah dari pada susu formula
17 Seorang ibu yang sesekali minum alkohol
sebaiknya tidak menyusui bayinya

Anda mungkin juga menyukai