KELOMPOK 5
NAMA ANGGOTA :
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul......................................................................................... i
Kata Pengantar........................................................................................ ii
Daftar Isi................................................................................................... iii
Pernyataan Keaslian Tulisan.................................................................. iv
Lembar Persetujuan................................................................................ v
Lembar Pengesahan................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................ 2
C. Tujuan Penelitian............................................................. 2
D. Manfat Penelitian............................................................. 3
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 25
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Menyatakan dengan sebenar benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang kami
tulis ini adalah benar benar adalah hasil karya sendiri dan bukan merupakan
pengambilan alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan
atau pikiran kami sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulis ilmiah ini hasil
jiplakan, maka kami bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Gombong, … November2018
Pembuat pernyataan
(.................................)
LEMBAR PERSETUJUAN
iii
Karya tulis ilmiah oleh kelompok 5 dengan judul “PENERAPAN
TERAPI HYPNO BREASTFEEDING TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU
MENYUSUI PADA RS. PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG”. Telah
diperiksa dan disetujui untuk diujikan.
(…………………)
LEMBAR PENGESAHAN
iv
Karya Tulis Ilmiah oleh kelompok 5 dengan judul “PENERAPAN TERAPI
HYPNO BREASTFEEDING TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU
MENYUSUI PADA RS. PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG”. Telah
dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal ….............2018
Dewan Penguji
Penguji Ketua
(………………….)
Penguji Anggota
(…………………)
Mengetahui
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
(……………………..)
BAB I
PENDAHULUAN
v
A. Latar Belakang Masalah.
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi baru
lahir hingga berusia 2 tahun. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara
eksklusif selama 6 bulan yang diteruskan sampai usia 2 tahun dengan
pemberian makanan pendamping ASI secara adekuat merupakan salah satu
intervensi efektif untuk menurunkan angka kematian bayi akibat kurang
gizi (WHO, 2017). Indriani dari Maternal Child Health Specialist World
Vision mengungkapkan perawatan sederhana seperti pemberian ASI dapat
menekan Angka Kematian Bayi (AKB) dan menegaskan pemberian ASI
ekslusif dapat mencegah kematian 13%.
Armini, 2016 mengemukakan bahwa Lembaga Internasional UNICEF
(United Nation Children’s Fund) memperkirakan pemberian ASI Ekslusif
sampai usia 6 bulan dapat mencegah kematian 1,3 juta anak berusia di
bawah 5 tahun. UNICEF juga mengungkapkan bahwa bayi yang diberi
susu formula memiliki kemungkinan untuk meninggal dunia pada bulan
pertama kehidupannya 25 kali lebih tinggi dibandingkan bayi yang disusui
secara ekslusif, yakni tanpa diberi minuman maupun makanan tambahan
(Febrina, 2011 dalam Bentelu, Kundre, Bataha 2015). Di Indonesia, hanya
8 % ibu memberikan ASI Ekslusif kepada bayinya sampai berumur enam
bulan dan hanya 4% bayi disusui ibunya pada jam pertama kehidupannya.
Sekitar 21.000 kematian bayi baru lahir di Indonesia dapat dicegah melalui
pemberian ASI. Banyak kondisi yang menyebabkan ibu tidak memberikan
ASI. Kadangkala ibu mendapatkan informasi yang salah tentang manfaat
ASI eksklusif, mengenai cara menyusui yang benar, dan apa yang harus
dilakukan bila timbul kesukaran dalam menyusui. Proses pemberian ASI
bisa saja mengalami hambatan dikarenakan produksi ASI berhenti
(Febriyanti, Rosalina, dan Dwi Ernawati, 2015 dalam Yusrina, 2017).
Hambatan dalam pemberian ASI eksklusif antara lain ASI keluar sedikit,
Ibu takut payudara turun, dan Ibu bekerja. Beberapa faktor yang
mempengaruhi penggunaan ASI ekslusif antara lain faktor pengetahuan,
faktor meniru teman, faktor sosial budaya, faktor psikologis, faktor fisik
ibu, faktor perilaku, faktor tenaga kesehatan (Soetjiningsih, 2012 dalam
vi
Yusrina 2017). Faktor yang sering mempengaruhi ASI ekslusif antara lain
ibu menyusui mengalami kecemasan saat pertama kali menyusui bayinya
dengan berbagai alasan atau belum mempunyai pengalaman dalam hal
merawat bayi seperti menyusui maupun merasa cemas akibat dari trauma
persalinan pertama dan pengeluaran ASI yang kurang sewaktu kelahiran
anak pertama serta berbagai faktor lainnya seperti faktor ekonomi.
Terapi Hypno Breasfeeding membantu ibu untuk memastikan agar ibu
yang menyusui bisa terus memberikan ASI, minimal secara ekslusif
selama 6 bulan pertama. Dukungan untuk ibu menyusui harus senantiasa
berusaha menciptakan kondisi yang positif bagi dirinya untuk terus
menyusui dengan teknik relaksasi untuk membantu proses kelancaran
menyusui.
Berdasarkan hal yang telah disampaikan diatas, maka kami tertarik
untuk memberikan gambaran mengenai Terapi Hypno Breastfeeding dapat
memberikan solusi dalam mempermudah dan memperlancar produksi ASI
pada ibu menyusui serta mengatasi hambatan dalam menyusui.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan Terapi Hypno Breastfeeding pada produksi ASI
pada ibu menyusui?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian antara lain :
1. Tujuan Umum.
Menggambarkan dengan penerapan terapi hypno breastfeeding agar
dapat meningkatkan produksi ASI untuk bayi baru lahir pada ibu
menyusui.
2. Tujuan Khusus.
a. Mendeskripsikan tanda dan gejala sebelum diberikan tindakan.
b. Mendeskripsikan tanda dan gejala setelah di berikan tindakan.
c. Mendeskripsikan kemampuan dalam melakukan tindakan
pemberian Terapi Hypno Breastfeeding sebelum di berikan.
D. Manfaat Penelitian
vii
Karya tulis ini, diharapkan memberikan manfaat bagi :
1. Masyarakat :
Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam meningkatkan produksi
ASI untuk bayi baru lahir pada ibu menyusui.
2. Bagi Pengembangan Ilmu Teknologi Keperawatan :
Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan
dalam meningkatkan produksi ASI untuk bayi baru lahir pada ibu
menyusui.
3. Penulis :
Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan prosedur
Terapi Hypno Breastfeeding agar dapat meningkatkan produksi ASI
untuk bayi baru lahir pada ibu menyusui.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
viii
pemeberian ASI tanpa makanan dan minuman dan pendamping
(termasuk air jeruk, madu, gula), yang dimulai sejak bayi baru lahir
sampai dengan usia 6 bulan (Sulityawati, 2009 dalam Suryono, 2015).
b. ASI Stadium II
ASI stadium II adalah ASI peralihan. ASI peralihan adalah
ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi
ASI yang matang / matur. Ciri dari air susu pada masa
peralihan adalah sebagai berikut :
1) Peralihan ASI dari kolostrum hingga menjadi matur.
2) Disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa
laktasi.
Teori lain mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada
minggu ke-3 sampai minggu ke-5. Jumlah volume ASI
ix
semakin meningkat tetapi komposisi protein semakin rendah,
sedangkan lemak dan hidrat arang semakin tinggi, Hal ini
untuk memenuhi kebutuhan bayi karena aktifitas bayi yang
mulai aktif dan bayi sudah mulai beradaptasi dengan
lingkungan. Pada masa ini pengeluaran ASI mulai stabil.
x
8) Terdapat faktor antimikrobial.
9) Interferon producting cell.
10) Sifat biokimia yang khas, kapasitas buffer yang rendah, dan
adanya faktor bifidus.
11) ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah
disesuaikan dengan perkembangan bayi sampai enam
bulan. Setelah enam bulan bayi mulai dikenalkan dengan
makanan pendamping selain ASI.
3. Jenis ASI.
Air susu ibu atau ASI ternyata tidak selalu sama kualitasnya
saat keluar, ada yang bentuknya kental, encer atau bahkan sangat
encer. Dari segi warna kadang juga berbeda – beda, ada yang
berwarna putih, putih kekuning – kuningan, dan bahkan juga ada
yang berwarna bening seperti air pada umumnya.
a. Foremilk
Foremilk adalah ASI yang encer yang diproduksi pada
awal proses menyusui dengan kadar air tinggi mengandung
banyak protein, laktosa, serta nutrisi lainnya, tetapi rendah
lemak. Foremilk disimpan pada saluran penyimpanan dan
keluar pada awal menyusui. Foremilk merupakan ASI yang
keluar pada lima menit pertama. ASI ini lebih encer
dibandingkan hindmilk, dihasilkan sangat banyak, dan cocok
untuk menghilangkan rasa haus bayi.
b. Hindmilk
Hindmilk adalah ASI yang mengandung tinggi lemak yang
memberikan banyak zat tenaga/energi dan diproduksi
menjelang akhir proses menyusui. Hindmilk keluar setelah
foremilk habis saat menyusui hampir selesai, sehingga bisa
dianalogikan seperti hidangan utama setelah hidangan
pembuka. Jenis air susu ini sangat kaya, kental, dan penuh
xi
lemak bervitamin. Hindmilk mengandung lemak 4-5 kali
dibanding foremilk. Bayi memerlukan foremilk dan hindmilk.
2. Laktogenesis II
Saat melahirkan keluarnya plasenta menyebabkan
turunnya tingkat hormon progesteron, estrogen, dan
human placental lactogen (HPL) secara tiba-tiba, tetapi
hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan
produksi ASI besar-besaran yang dikenal dengan fase
Laktogenesis II.
Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah
meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan
kemudian kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam
kemudian. Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel
di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon ini
juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian
mengindikasikan ba hwa level prolaktin dalam susu lebih
tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar
pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah
xii
saat payudara terasa penuh. Hormon lainnya, seperti
insulin, tiroksin, dan kortisol, juga terdapat dalam proses
ini, namun peran hormon tersebut belum diketahui.
Penanda biokimiawi mengindikasikan bahwa proses
laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam setelah
melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru merasakan
payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah
melahirkan. Artinya, memang produksi ASI sebenarnya
tidak langsung setelah melahirkan.
Kolostrum dikonsumsi bayi sebelum ASI
sebenarnya. Kolostrum mengandung sel darah putih da n
antibodi yang tinggi daripada ASI sebenarnya,
khususnya tinggi dalam level immunoglobulin A
(IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih
rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga
mencegah alergi makanan. Dalam dua minggu pertama
setelah melahirkan, kolostrum pelan pelan hilang dan
tergantikan oleh ASI sebenarnya.
3. Laktogenesis III.
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur
produksi ASI selama kehamilan dan beberapa hari
pertama sete lah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai
stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Fase ini
dinamakan Laktogenesis III.
Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan,
payudara akan memproduksi ASI dengan banyak pula.
Pene litian berkesimpulan bahwa apabila payudara
dikosongkan secara menyeluruh juga akan meningkatkan
xiii
taraf produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI
sangat dipengaruhi seberapa sering dan seberapa baik bayi
menghisap, dan juga seberapa sering payudara
dikosongkan.
5. Hormon yang Mempengaruhi Pe mbentukan ASI
Mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita
memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam
sistem payudara. Proses bekerjanya hormon dalam menghasilkan ASI
adalah sebagai berikut:
1. Saat bayi menghisap, sejumlah sel saraf di payudara ibu
mengirimkan pesan ke hipotalamus.
2. Ketika menerima pesan itu, hipotalamus melepas “rem”
penahan prolaktin.
3. Untuk mulai menghasilkan ASI, prolaktin yang dihasilkan
kelenjar pituitari merangsang kelenjar – kelenjar susu di
payudara.
Hormon – hormon yang terlibat dalam proses pembentukan ASI
adalah sebagai berikut :
1) Progesteron: memengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli.
Tingkat progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah
melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi secara besar-besaran
2) Estrogen: menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar.
3) Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk
beberapa bulan selama tetap menyusui. Karena itu, sebaiknya ibu
menyusui menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen,
karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI.
Prolaktin: berperan dalam membesarnya alveoil dalam
kehamilan. Dalam fisiologi laktasi, prolaktin merupakan suatu
hormon yang disekresikan oleh glandula pituitari. Hormon ini
memiliki peranan penting untuk memproduksi ASI. Kadar
hormon ini meningkat selama kehamilan. Kerja hormon prolaktin
dihambat oleh hormon plasenta. Peristiwa lepas atau keluarnya
xiv
plasenta pada akhir proses persalinan membuat kadar estrogen
dan progesteron berangsur – ansur menurun sampai tingkat dapat
dilepaskan dan diaktifkannya prolaktin.
4) Oksitosin: mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat
melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme.
Setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus di
sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin
berperan dalam proses turunnya susu let-down / milk ejection
reflex.
5) Human placental lactogen (HPL): Sejak bulan kedua kehamilan,
plasenta mengeluarkan banyak HPL, yang berperan dalam
pertumbuhan payudara, puting, dan areola sebelum melahirkan.
Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap
memproduksi ASI.
xv
d. ASI membuat anak lebih cerdas. Meskipun demikian, masih
diperdebatkan oleh para pakar, apakah kecerdasaan itu dipicu
dipicu kandungan asam lemak dalam ASI ataukah ikatan
emosional yang terbentuk antara orang tua dan anak selama
proses menyusui berlangsung.
e. ASI mengurangi risiko obesitas. ASI membantu bayi untuk
memilih makanan lebih baik dikemudian hari, yang pada akhirnya
memperkecil resiko obesitas. ASI adalah makanan yang mudah
dicerna bayi, sangat bergizi, dan membantu bayi memutuskan
berapa banyak yang bisa dia konsumsi dan kapan meminumnya.
f. ASI menjadikan anak-anak berperilaku lebih baik. Anak-anak
yang minum ASI dan mampu membentuk ikatan emosional
dengan kedua orang tuanya selama proses menyusui, mampu
mengembangankan perilaku yang lebih baik daripada yang tidak.
Namun jika ikatan itu tidak terbentuk, dampaknya bisa
berlawanan.
g. Nutrisi dalam ASI membantu otak anak berkembang sempurna
dan lebih baik daripada nutrisi dalam susu formula.
h. ASI membantu ibu menurunkan berat badan. Proses menyusui
membakar banyak kalori dalam tubuh ibu, sehingga berat badan
berlebih selama hamil dapat cepat turun.
i. ASI mengurangi resiko kanker pada ibu, terutama kanker
payudara dan indung telur.
j. ASI membantu keluarga menghemat anggaran rumah tangga
karena gratis.
xvi
yang baru melahirkan akan menghasilkan ASI. ASI dapat
keluar sendiri atau melalui isapan bayi, serta sangat bergantung
pada keadaan emosi ibu. Kolostrum merupakan salah satu
kandungan ASI yang sangat penting karena mengandung zat gizi
yang dibutuhkan bayi.
b. Aspek Psikologis
Menyusui merupakan proses interaksi antara ibu dan bayi yang
saling mempengaruhi. Hubungan interaksi ini paling mudah
tercipta selama 12 jam pertama dan mulai terjalin sejak
beberapa menit setelah bayi dilahirkan. Oleh karena itu, sangat
dianjurkan agar bayi disusui sedini mungkin. Proses menyusui
yang berjalan dengan baik akan memberikan kepuasan dan
rasa aman kepada bayi melalui kehangatan tubuh dan denyut
jantung ibu.
c. Aspek Sosio – Budaya
Pemberian ASI tidak lepas dari tatanan budaya. Para
antropolog yang melakukan penelitian mengungkap
adanya perhatian dan perlakuan khusus terhadap ibu
dalam masa kehamilannya, saat persalinan, dan pasca
persa linan. Perilaku dibentuk oleh kebiasaan, yang
bisa diwarnai oleh adat (budaya), tatanan norma yang
berlaku di masyarakat (sosial), dan kepercayaan
(agama). Setiap orang selalu terpapar dan tersentuh
oleh kebiasaan di lingkungannya serta mendapat
pengaruh dari masyarakat, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pemahaman latar belakang
sosial, budaya, agama, dan pendidikan seseorang akan
lebih memudahkan upaya mengenal perilaku dan
alasan yang mendasarinya. Membantu ibu agar bisa
menyusui bayinya dengan benar memerlukan
pemahaman tentang perilaku.
xvii
9. Tujuh Keberhasilan ASI Eksklusif.
Tujuh keberhasilan yang mendukung pemberian ASI Eksklusif adalah:
a. Mempersiapkan payudara.
b. Mempelajari ASI dan tata laksanan menyusui
c. Menciptakan dukungan keluarga, teman, dsb
d. Memilih tempat melahirkan yang sayang bayi
e. Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI
eksklusif
f. Mencari ahli persoalan menyusui seperti klinik laktasi dan / atau
konsultasi laktasi untuk persiapan apabila ibu menemui kesuburan
g. Menciptakan suatu sikap yang positif tentang ASI dan menyusui
xviii
11. Tindakan Keperawatan pada Ibu menyusui yang mengalami kesuliatan
dalam produksi ASI.
Tindakan keperawatan yang dilakukan kepada ibu menyusui yang
mengalami kesulitan dalam produksi ASI antara lain :
a. Memberikan dan mengajarkan teknik hypno breastfeeding.
b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang gizi seimbang pada ibu
menyusui.
c. Memonitor terapi hypno breastfeeding pada ibu menyusui.
d. Mengajarkan cara menyusui yang baik dan benar.
e. Memberikan motivasi untuk menyusui.
xix
1) Memberikan salam dan memperkenalkan diri
2) Menanyakan nama pasien dan tempat tanggal lahir (melihat
gelang nama).
3) Menanyakan cara yang biasa digunakan agar rileks dan tempat
yang disukai.
4) Menjelaskan tujuan dan prosedur.
5) Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien.
c. Tahap Kerja.
1) Mencuci tangan.
2) Membaca tasmiyah.
3) Mengatur posisi yang nyaman menurut pasien sesuai dengan
kondisi pasien (duduk/berbaring).
4) Mengatur lingkungan yang tenang.
5) Redupkan pencahayaan lampu maupun sinar matahari.
6) Meminta pasien untuk memejamkan mata.
7) Meminta pasien untuk memfokuskan pikiran pasien pada kedua
kakinya untuk rileks, kendorkan seluruh otot-otot kakinya,
perintahkan pasien untuk merasakan relaksasi kedua kaki
pasien.
8) Meminta pasien untuk memindahkan pikirannya kepada kedua
tangan pasien, kendorkan otot-otot kedua tangannya, meminta
pasien untuk merasakan relaksasi keduanya.
Memindahkan fokus pikiran pasien pada bagian tubuhnya,
memerintahkan pasien untuk merilekskan otot-otot tubuh
pasien mulai dari otot pinggang sampai otot bahu, meminta
pasien untuk merasakan relaksasi otot-otot tubuh pasien.
9) Meminta pasien untuk memfokuskan pikiran pada masuknya
udara melalui jalan napas.
10) Membawa alam pikiran pasien menuju ke tempat yang
menyenangkan pasien. Meminta pasien untuk senyum agar
otot-otot muka menjadi rileks.
11) Disamping itu, dapat diperdengarkan musik yang menambah
suasana lebih nyaman dan merasa rileks.
12) Mencuci tangan.
d. Tahap Terminasi.
1) Melakukan evaluasi tindakan.
2) Membaca tahmid dan berpamitan dengan pasien.
xx
Penggunaan hipnosis dalam hypno breastfeeding merupakan sarana
relaksasi, biaya relatif rendah karena tanpa menggunakan obat-obatan,
metode yang digunakan relatif sehingga mudah dipahami dan
dipraktekan oleh banyak orang, termasuk subjek, dapat dilakukan
sendiri oleh subjek (ibu menyusui) dan cukup dibantu oleh satu terapis
(Bidan), dapat menyehatkan unsur tindakan, perilaku, hasrat, semangat,
motivasi, inisiatif, kebiasaan buruk, dan lain-lain, serta mempersiapkan
ibu agar berhasil pada masa menyusui dan mempersiapkan bayi
menjadi generasi sehat, cerdas dan kreatif.
5. Tahapan Relaksasi
Teknik dalam Terapi Hypnobreastfeeding dalam Armini, 2016 terdiri
atas 3 tahap yaitu :
a. Ibu melakukan relaksasi otot mulai dari puncak kepala sampai
telapak kaki, termasuk wajah, bahu kiri dan kanan, kedua lengan,
daerah dada, perut, pinggul, sampai kedua kaki.Caranya bisa
xxi
dengan membayangkan sesutu hal yang positif sehingga otot-otot
menjadi relaksasi.
b. Relaksasi nafas.
Untuk mencapai kondisi relaks yaitu dengan cara menarik napas
panjang melalui hidung dan menghembuskan napas secara
perlahan keluar melalui hidung atau mulut dan memfokuskan
pernapasan pada bagian perut. Lakukan secara berulang kali
sampai ketegangan otot benar-benar mengendur dan berangsur
hilang.
c. Merelaksasikan pikiran.
Belajarlah memusatkan pikiran berada ditempat yang sama dengan
raga. Dengan cara berdiam diri atau meditasi dengan
mengkosongkan pikiran dan memejamkan mata dengan melakukan
relaksasi napas, mendalam dan teratur selama beberapa saat sampai
otot-otot benar-benar rileks, napas teratur, serta pikiran tenang
sehingga hypno breastfeeding dapat dilakukan dengan baik.
Hypnobreastfeeding dapat juga dilakukan secara mandiri di rumah
dengan beberapa tahapan antara lain :
a. Masuklah ke dalam ruangan yang tenang.
b. Menyalakan musik khusus untuk relaksasi.
c. Menyediakan aroma terapi.
d. Mengikuti panduan relaksasi otot, relaksasi napas serta pikiran
yang telah dipelajari sebelumnya.
e. Melakukan sugesti yang positif.
xxii
menyusui memiliki resiko lebih rendah dari kanker payudara,
kanker ovarium, dan bahkan patah tulang panggul dikemudian hari.
Penelitian Kusmiyati dan Heni, 2014 di Yogyakarta dalam
Armini 2016 menemukan bahwa hypno breastfeeding menurunkan
tingkat kecemasan pada ibu menyusui yaitu dengan skor pre
eksperimen 8,44 menjadi 1,41 pada saat post eksperimen. Dalam
penelitian tersebut juga ditemukan bahwa pengeluaran ASI terjadi
pada 13,07 jam pada pasien yang dilakukan hypnobreastfeeding,
sedangkan yang tanpa menggunakan hypnobreastfeeding
pengeluaran asi terjadi 18,43 jam.
BAB III
METODE STUDI KASUS
xxiii
keluar dengan lancar dengan pendekatan studi kasus. Studi Kasus adalah
suatu metode untuk memahami individu yang dilakukan secara integrative
dan komprehensif agar diperoleh pemahaman yang mendalam tentang
individu tersebut beserta masalah yang dihadapinya dengan tujuan
masalahnya dapat terselesaikan dan memperoleh perkembangan diri yang
baik (Susilo Rahardjo & Gudnanto (2011 : 250). Studi kasus merupakan
suatu metode untuk menyelidiki atau mempelajari suatu kejadian
mengenai perseorangan (riwayat hidup). Pada metode studi kasus ini
diperlukan banyak informasi guna mendapatkan bahan materi yang luas.
Metode ini merupakan integrasi dari data yang diperoleh dengan metode
lain (Bimo Walgito (2010 : 92)
1. Tujuan Studi Kasus
Tujuan Studi Kasus adalah untuk memahami individu secara
mendalam guna membantu individu mencapai penyesuaian yang lebih
baik.
2. Langkah – langkah Studi Kasus
a. Mengenali gejala
b. Membuuat suatu deskriptif kasus secara obyektif, sederhana dan
jelas.
c. Mempelajari lebih lanjut aspek yang ditemukan untuk menentukan
jenis masalahnya.
d. Jenis masalah yang sudah dikelompokkan dijabarkan dengan cara
menyumbang ide-ide yang lebih rinci.
e. Membuat perkiraan kemungkinan penyebab masalah.
f. Membuat perkiraan kemungkinan akibat yang timbul dan jenis
bantuan langsung yang diberikan baik bantuan langsung dosen
pembimbing atau perlu conferensi kasus atau alih tangan kasus
(referral case)
g. Kerangka berpikir untuk menentukan langkah-langkah menangani
dan mengungkap kasus.
h. Perkirakan penyebab masalah itu membantu untuk mempelajari
jenis informasi yang dikumpulkan dalam teknik atau alat yang
digunakan dalam mengumpulkan informasi atau data.
i. Langkah penumpulan data terutama melihat jenis informasi atau
data yang diperlukan seperti antara lain kemampuan akademik,
sikap, bakat, dan minat melalu teknik tes maupun teknik non tes.
xxiv
B. Subyek Studi Kasus
Subyek studi kasus ini menggunakan dua pasien Terapi Hypno
Breastfeeding dengan kerusakan integritas jaringan dengan kriteria :
1. Kriteria Inklusi
Merupakan criteria dimana subyek penelitian mewakili sample
penelitian yang memenuhi syarat sebagai sample (Nursalam, 2011).
a. Pasien ibu menyusui
b. Pasien yang mengalami masalah susah untuk mengeluarkan ASI
pada ibu menyusui
c. Pasien yang bersedia menjadi subyek dalam studi kasus ini
2. Kriteria Eksklusi
Merupakan kriteria dengan subyek penelitian tidak dapat mewakili
sample karena tidak memenuhi syarat sebagai sample penelitian
(Nursalam, 2011).
a. Pasien dengan keterbatasan komunikasi
b. Pasien yang tidak bersedia menjadi subyek dalam komunikasi
ini
c. Pasien ibu yang mempunyai masalah untuk mengeluarkan ASI
pada bayi pasien .
D. Definisi Operasional
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
pendamping (termasuk air jeruk, madu, air, gula), yang dimulai sejak bayi
baru lahir sampai dengan usia 6 bulan. Memberikan ASI eksklusif di awal
kehidupan bayi menjadi hal yang sangat penting. Komposisi ASI yang
sarat nutrisi lengkap (termasuk DHA/AA) harus diketahui oleh semua ibu
hamil dan menyusui sehingga bayi mendapat yang terbaik sejak awal
kehidupannya. Dampak yang dapat timbul dari kurangnya pemberian ASI
eksklusif kepada bayi adalah mengakibatkan gangguan pencernaan, daya
tahan tubuh yang kurang, karena ASI mengandung zat anti infeksi dan
bebas kontaminasi. Menurut (Dwi Sunar Prasetyono:2015) menyusui bayi
xxv
mendatangkan keuntungan bagi bayi, ibu, keluarga, masyarakat, dan
negara.
xxvi
2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan partisipan, maka dalam lembar
pengumpulan data tidak di cantumkan nama tapi kode (Hidayat, 2009).
3. Confidentiality (kerahasiaaan)
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari partisipan dijaga
oleh peneliti. Data hanya disajikan atau dilaporkan dalam bentuk
kelompok yang berhubungan dengan peneliti ini (Hidayat, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
xxvii
hVOfysKHe_UBbMQFjABegQICRAB&usg=AOvVaw3Qu_Nh
YdOtgheOtRSbt4xl Diunduh pada 07 November 2018 Pukul
11.03 WIB.
xxviii