Anda di halaman 1dari 49

Gambaran Berat Badan Bayi usia 6 bulan Yang Diberi ASI

dengan Susu Formula : Literature Review

Skripsi

Disusun Oleh :

Iin Indah Safitri (G2A017046)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

TAHUN 2020-2021
ii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan dibawah menyatakan dengan sebenarnya bahwa


skripsi dengan judul “Gambaran Berat Badan Bayi Usia 6 Bulan Yang DiBeri
ASI dengan Susu Formula”. Saya susun tanpa tindakan plagiat yaitu
pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau
pikiran saya sendiri. Jika dikemudian hari terdapat bukti bahwa skripsi saya
adalah hasil jiplakan, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan bersedia
menerima sanksi yang di jatuhkan oleh Universitas Muhammadiyah Semarang.

Brebes, 19 November 2021

Iin Indah Safitri


iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Gambaran Berat Badan Bayi Usia-6 Bulan Yang DiBeri ASI


dengan Susu Formula

Skripsi ini telah disetujui untuk diseminarkan dihadapan

Tim Penguji Skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Semarang

Pembimbing

Dr. Ns. Sri Rejeki., M.Kep., Sp. Mat


iv

HALAMAN PENGESAHAN
Gambaran Berat Badan Bayi Usia 6 Bulan Yang DiBeri ASI
dengan Susu Formula

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan

Tim Penguji Skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Semarang

Pada tanggal

28 Juni 2021

Tim Penguji :

Ns. Machmudah., M.Kep., Sp.Kep.Mat :

Ns. Nikmatul Khayati., M.Kep :

Dr. Ns. Sri Rejeki., M.Kep., Sp. Mat :

Mengetahui,

Ketua Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

Ns. Machmudah., M.Kep., Sp.Kep.


v

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulilah Robbil ‘Alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan


Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayatnya penulis dapat
menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “Gambaran Berat Badan
Bayi Usia 6 Bulan Yang DiBeri ASI dengan Susu Formula ” telah berhasil
di selesaikan. Proposal skripsi ini disusun dalam rangka melakukan penelitian
untuk memenuhi tugas gelar sarjana keperawatan Universitas Muhammadiyah
Semarang.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang


membantu penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini. Terima kasih
kepada :

1. Prof. Dr. Masrukhi, M.Pd Rektor Universitas Muhammadiyah Semarang.

2. Dr. Ir. Ali Rosyidi, Msi. Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang.
3. Ibu Ns. Machmudah, M.Kep.,Sp.Kep.Mat, Selaku Ketua prodi S1
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang.
4. Ibu Dr. Ns. Sri Rejeki., M.Kep., Sp.Mat selaku pembimbing yang selalu
mengarahkan dan membimbing hingga terselesaikan proposal skripsi ini.
5. Ns. Machmudah., M.Kep., Sp.Kep.Mat, selaku penguji I dan Ns. Nikmatul
Khayati., M.Kep selaku penguji II yang telah memberikan dukungan dan
memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Orang tua Bapak dan Ibu yang senantiasa mengasuh, merawat,
membimbing dan memberi dukungan baik secara moral maupun finansial
dan kasih sayang serta Doa yang sangat berarti bagi terselesainya proposal
skripsi ini.
7. Terimakasih kepada mas pacar berinisial Rsn dan sahabat yang selalu
memberikan dukungan semangat dalam proses pembuatan skripsi ini.
vi

8. Teman-teman sejawat S1 Keperawatan Reguler angkatan 2017 Universitas


Muhammadiyah Semarang yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang
telah banyak kontribusi.
9. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebut satu per satu yang telah
memberikan dukungan dalam penyusunan penelitian ini.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Kepada
semua pihak yang telah membantu penyelesaian proposal skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan
kebaikan bagi banyak pihak demi kemaslahatan bersama serta bernilai
ibadah dihadapan Allah SWT. Aamiin.
Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada proposal
penelitian ini, untuk itu penelitian menerima segala masukan yang
membangun dan dapat menyempurnakan proposal penelitian. Semoga
proposal penelitian ini memberikan manfaat untuk kita semua. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Brebes, 19 November 2021


Penulis

Iin Indah Safitri


vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME.................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN...........................................................................iii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................iv

KATA PENGANTAR.........................................................................................v

DAFTAR ISI......................................................................................................vii

DAFTAR TABEL...............................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1

A . Latar belakang.....................................................................................1

B . Rumusan Masalah................................................................................3

C . Tuhuan Penelitian................................................................................4

D . Manfaat Penelitian...............................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................5

A . Produksi ASI........................................................................................7

B . Pengertian Berat Badan.....................................................................12

C . Pengertian Susu Formula...................................................................18

BAB III METODE PENELITIAN...................................................................22

A .Desain Penelitian................................................................................22
viii

B . Kreteria Inklusi..................................................................................22

C . Strategi Pencarian Literature.............................................................23

D . Sleksi Studi........................................................................................23

E . Quality Assesment.............................................................................23

F .Metode Analisis...................................................................................24

G .Sitensis data........................................................................................14

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................29

A . Hasil...................................................................................................29

B . Pembahasan.......................................................................................34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................37

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................39
ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kreteria Inklusi penelitian...................................................................22

Tabel 3.2 Seleksi Studi Jurnal.............................................................................23

Tabel 3.3 Sintesis Data .......................................................................................25

Tabel 4.1 Quality Assesment...............................................................................29

Tabel 4.2 Karakteristik Ibu Bayi.........................................................................31

Tabel 4.3 Telaah perbedaan berat badan bayi usia 6 bulan yang diberi ASI dan
susu formula........................................................................................................32
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebelum bayi terbiasa dengan makanan pendamping ASI (MP-ASI), ibu
harus memberikan air susu ibu (ASI). ASI 24 jam pertama banyak mengandung
kolostrum untuk meningkatkan stamina. ASI sangat penting untuk pertumbuhan
dan perkembangan bayi. Protein pertama dalam ASI adalah cairan yang disebut
"whey." ASI juga mengandung "AA/Archidonic Anonymous" (yang merupakan
salah satu unsur terpenting dalam pembentukan jaringan otak), dan
"DHA/docosahexaenoic acid" yang lebih dikenal lemak tak jenuh atau
unsaturated fatty acid, yang dapat membantu otak . Perkembangan saraf dan
penglihatan. (Nasar et al., 2015; Enamberea et al., 2020). Pengganti ASI atau
(PASI) termasuk produk susu formula lengkap yang kandungannya hampir sama
dengan ASI, kecuali kandungan mineral dan imunoglobulin. Jika unsur hara dan
mineral tidak tersedia, maka mekanisme pertumbuhan alami akan terganggu, dan
pertumbuhan dan perkembangan tidak akan mencapai keadaan yang optimal
(Windiyati dan Arismawati, 2018). Tampilan angka kelangsungan hidup anak
diharapkan dapat menurunkan angka kematian bayi (AKN), angka kematian bayi
(AKB), dan angka kematian balita (AKABA). Pada tahun 2015, angka penularan
dari ibu ke anak di Indonesia adalah 22,23 per 1.000 kelahiran hidup
(Kementerian Kesehatan, 2016).
Penimbangan bayi dan balita secara teratur sangat membantu untuk
deteksi dini malnutrisi dan malnutrisi. Dengan menimbang berat badan bayi dan
balita secara cermat maka tumbuh kembang balita dapat terpantau dengan baik,
sehingga apabila berat badan anak tidak bertambah atau ditemukan memiliki
penyakit dapat segera diobati dan dicegah untuk mencegah malnutrisi atau
malnutrisi. Semakin cepat terdeteksi, kasus kematian akibat gizi buruk dapat
diatasi dan dapat dilakukan tindakan yang tepat waktu dan cepat (RI, Kementerian
Kesehatan, 2016). Penelitian lain yang dilakukan Dewi (2016) di wilayah kerja
2

Puskesmas Kartasura tentang perbedaan berat badan bayi antara ASI dengan susu
formula menunjukkan bahwa pertambahan berat badan bayi yang diberi ASI lebih
sedikit dibandingkan bayi yang mendapat susu formula. Bayi yang diberi ASI
mendapatkan rata-rata berat bulanan 633 gram, sedangkan bayi yang diberi susu
formula kehilangan 775 gram.
Pada tahun 2019, proporsi bayi yang mendapat ASI eksklusif pada usia
06 bulan di Jawa Tengah sebesar 66,0%, meningkat dari 65,5% pada tahun 2018.
Proporsi bayi di Kabupaten Brebes yang mendapatkan ASI eksklusif masih sangat
rendah, hanya 56,3%. Masalah yang terkait dengan pencapaian ASI eksklusif
antara lain: Untuk bayi usia 6 bulan, penjualan susu formula masih sangat intensif,
Masih banyak perusahaan yang mempekerjakan perempuan dan tidak
menyediakannya untuk perempuan. ibu usia 06 bulan. -Bayi yang lebih tua
Kesempatan pemberian ASI eksklusif, yang dibuktikan dengan tidak adanya
ruang laktasi dan tim pendukungnya, Kegiatan edukasi, sosialisasi, publisitas dan
kampanye terkait pentingnya pemberian ASI pada bayi usia 06 bulan belum
sepenuhnya dilakukan.

Air Susu Ibu (ASI) terdapat nutrisi alamiah bayi bersama kandungan gizi
paling sesuai untuk tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan
kecerdasan, maka perlu diperhatikan agar dapat terlaksana bersama benar. Air
Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan
garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna
sebagai makanan bagi bayinya (Puspita Theresia, Bahan Kuliah Gizi Dalam Daur
Kehidupan. Akzi. Banda Aceh. 1995). Manfaat ASI dapat menghambat
pertumbuhan bakteri patogen, merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang
mengandung asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin. Memudahkan
terjadinya pengendapan calsium-cassienat. Memudahkan berbagai jenis mineral,
seperti calsium, magnesium. Manfaat memberikan ASI bagi ibu adalah
mengurangi perdarahan setelah persalinan, mempercepat pemulihan kesehatan
ibu, menunda kehamilan berikutnya dan mengurangi resiko terkena kanker
payudara (Depkes RI, 2018). Persiapan ibu secara psikologis sebelum akan
berikan ASI merupakan aspek mutlak yang memengaruhi kesuksesan menyusui.
3

Stress, rasa kuatir yang berlebihan, ketidakbahagiaan pada ibu amat berperan
dalam kelancaran ASI. WHO dan UNICEF memberi saran sebaiknya anak hanya
diberi air susu ibu (ASI) sepanjang paling sedikit 6 bulan dan perlindungan ASI
dilanjutkan hingga anak berumur dua tahun. Data Badan Kesehatan Dunia
(WHO ) tahun 2016 menunjukkan rata-rata angka pemberian ASI eksklusif di
dunia berkisar 38 persen. Di Indonesia walaupun sejumlah besar perempuan
(96%) menyusui anak mereka di kehidupan mereka, hanya 42% dari bayi yang
berusia di bawah 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif. Pada saat anak-anak
mendekati usia 2 tahun, hanya 55% yang masih diberi ASI.

Capaian ASI eksklusif di Asia Tenggara menunjukan angka yang tidak


banyak perbedaan. Sebagai perbandingan, cakupan ASI eksklusif di India sudah
meraih 46%, di Philippines 34%, di Vietnam 27% dan di Myanmar 24%.

Menurut data pemantauan status gizi di Indonesia pada tahun 2017


menunjukan cakupan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama oleh ibu
kepada bayinya masih sangat rendah yakni 35,7%. Artinya ada 65% bayi yang
tidak diberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan saat lahir. Angka ini cukup
jauh dari target cakupan ASI eksklusif pada 2019 yang ditetapkan oleh WHO
ataupun Kementrian Kesehatan yaitu 80% (Kemenkes RI, 2017). Persentase bayi
kurang dari 6 bulan mendapat ASI eksklusif tercapai 66,1% dari target 40% atau
persentase pencapaian kinerja sebesar 165,25% (Menteri Kesehatan pada
dokumen Perjanjian Kinerja Tahun 2020).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ditemukan di atas, maka permasalahan
yang dapat diselesaikan sebagai berikut: Bagaimana gambaran berat badan bayi
ASI dengan susu formula

C. Tujuan penelitian
Tujuan umum
Secara umum untuk mengetahui gambaran perbedaan berat badan bayi
yang di beri ASI dan susu formula berdasarkan literature review method.
4

Tujuan khusus
a) Mengidentifikasi berat badan bayi berusia 6 bulan yang diberi ASI
berdasarkan literature review
b) Mengindentifikasi berat badan bayi usia 6 bulan dengan penambahan susu
formula berdasarkan literature review
D. Manfaat penelitian
Manfaat teoritas
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menambah informasi ilmiah
mengenai gambaran berat badan bayi yang diberi ASI dengan susu formula.
Manfaat praktis
a) Untuk masyarakat
Kajian sederhana ini diharapkan dapat membantu meningkatkan
pengetahuan dan informasi masyarakat tentang gambaran berat badan bayi
yang diberi ASI dengan susu formula.
b) Penelitian tambahan
Hasil literature review ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian lain yang
berkaitan dengan gambaran berat badan bayi yang diberi ASI dengan susu
formula.
c) Untuk tempat belajar
Berikut ini gambaran berat badan bayi yang diberi ASI dengan susu
formula untuk menentukan langkah selanjutnya.
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Produksi ASI
1. Pengertian ASI
ASI adalah cairan yang dibuat khusus yang dapat langsung keluar dari
dada ibu untuk bayi. Sangat cocok, karena bisa diminum langsung dari dada dada
ibu, praktis, murah dan higienis. ASI mengandung nutrisi dan cairan lengkap yang
dibutuhkan bayi untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya dalam enam bulan
pertama. ASI Eksklusif sangat bermanfaat bagi bayi, bermanfaat untuk menyusui
dan haid ibu, serta dapat menjaga kesehatan ibu dengan mengurangi resiko kanker
payudara, dan anda dapat membantu ibu anda dengan ibunya. Karena mereka
tidak membeli susu formula dengan harga mahal, membantu mengurangi
pengeluaran keluarga. (Pada 2015).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan (UNICEF) sedang
mempertimbangkan: Inisiatif Menyusui dini dalam waktu 1 jam setelah lahir.
setelah pengenalan suplemen nutrisi (padat) yang tepat dan aman selama 6 bulan
pertama, 6 bulan pertama ASI Eksklusif selama berbulan-bulan dan terus
menyusui hingga 2 tahun atau lebih. Namun, masih banyak bayi dan anak yang
belum mendapatkan makanan terbaik. Antara tahun 2007 dan 2014, hanya 36%
bayi berusia 6 bulan di seluruh dunia yang disusui secara eksklusif (WHO 2016)
Pada tahun 2015, skala pemberian ASI di Indonesia adalah 55,7%. Jika
mengacu pada target 39% dalam renstra 2015, skala pemberian ASI eksklusif
pada bayi di bawah 6 bulan secara nasional telah mencapai target. Dari 33
provinsi yang dilaporkan, 29 (88%) mencapai target renstra tahun 2015
(Kemenkes RI 2016). Sementara itu, pada tahun 2016 di Indonesia, diketahui 29%
bayi mendapat ASI eksklusif sebelum usia 06 bulan, dan 54,0% diberikan ASI
pada usia 05 bulan (Kemenkes RI).
ASI yang cukup merupakan makanan terbaik untuk bayi karena dapat
memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dalam 6 bulan pertama. Air Susu Ibu (ASI)
6

merupakan makanan alami pertama dan utama bagi bayi, sehingga dapat
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Kelebihan ASI adalah
sangat mudah dicerna karena mengandung jumlah nutrisi yang sama dengan
enzim yang mencerna nutrisi dalam ASI. ASI mengandung nutrisi berkualitas
tinggi yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan
bayi Anda. Selain kandungan protein yang tinggi dalam ASI, rasio whey terhadap
kasein juga sangat cocok untuk bayi. Rasio whey terhadap kasein adalah salah
satu keunggulan ASI, yang tidak tersedia dalam susu sapi. ASI mengandung lebih
banyak whey, yaitu 6535. Bahan ini membuat protein lebih mudah diserap. Dalam
susu, rasio whey terhadap kasein adalah 20:80, yang tidak mudah diserap (Depkes
RI 2018).

Menurut data pemantauan status gizi di Indonesia pada tahun 2017


menunjukan cakupan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama oleh ibu
kepada bayinya masih sangat rendah yakni 35,7%. Artinya ada 65% bayi yang
tidak diberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan saat lahir. Angka ini cukup
jauh dari target cakupan ASI eksklusif pada 2019 yang ditetapkan oleh WHO
ataupun Kementrian Kesehatan yaitu 80% (Kemenkes RI, 2017). Persentase bayi
kurang dari 6 bulan mendapat ASI eksklusif tercapai 66,1% dari target 40% atau
persentase pencapaian kinerja sebesar 165,25% (Menteri Kesehatan pada
dokumen Perjanjian Kinerja Tahun 2020).

Cakupan untuk meningkatkan ASI Eksklusif dengan ditetapkan Peraturan


Pemerintah (PP) No 33/2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif sebagai jaminan
pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan sumber makanan terbaik (ASI) sejak
dilahirkan sampai berusia enam bulan tanpa menambah dan/atau mengganti
dengan makanan atau minuman lain, melindungi ibu dalam memberikan ASI
eksklusif kepada bayi, program Inisiasi Menyusu Dini (IMD), pengaturan
penggunaan susu formula dan produk bayi lainnya, serta sarana menyusui di
tempat kerja dan sarana umum lainnya. Menurut Kemenkes RI (2016), mengacu
pada target rencana strategi (renstra) pada tahun 2015 yang sebesar 39%, maka
7

secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia kurang dari
enam bulan sebesar 55,7% telah mencapai target.

Menurut Sirkesnas (2017), proses mulai menyusu terbanyak terjadi pada


1-6 jam setelah kelahiran (28,3%) dan kurang dari 1 jam IMD (inisiasi menyusui
dini) sebesar 42,7%. Sedangkan mulai proses menyusu terendah terjadi pada 7-23
jam setelah kelahiran yaitu sebesar 3,7% (Kemenkes RI, 2015).

Faktor ibu yang menjadi masalah dalam pemberian ASI adalah


pengeluaran ASI. Masalah pengeluaran ASI pada hari pertama setelah melahirkan
dapat disebabkan berkurangnya rangsangan hormon Prolaktin dan Oksitoksin.
Faktor psikologis merupakan hal yang perlu diperhatikan setelah melahirkan, ibu
mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang mengakibatkan perubahan pada
psikis. Kondisi ini dapat mempengaruhi proses laktasi, fakta menunjukan bahwa
cara kerja hormone oksitosin dipengaruhi oleh kondisi psikologis. Persiapan ibu
secara psikologis sebelum menyusui merupakan faktor penting yang
mempengaruhi keberhasilan menyusui. Stress, rasa kuatir dan cemas yang
berlebihan, ketidakbahagiaan pada ibu sangat berperan dalam mensukseskan
pemberian ASI esklusif. Saat ini terapi nonfarmakologis untuk meningkatkan
produksi ASI telah ada, namun belum banyak diterapkan disemua pelayanan
kebidanan karena keterbatasan informasi dilayanan kesehatan tentang prosedur
pelaksanaan (Masadah, 2016).

2. jenis- jenis ASI


Jenis ASI akan membantu ibu menyadari berbagai manfaat dan fungsi dari
jenis ASI yang dihasilkan selama menyusui. ASI dibentuk secara bertahap sebagai
makanan terbaik untuk tumbuh kembang bayi, dan komposisi ASI dibentuk secara
bertahap sesuai dengan kebutuhan nutrisi bayi sejak lahir. Menurut tahapan
pemompaan payudara dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
8

a. Kolostrum.
Yang pertama adalah jenis ASI yang keluar pada hari pertama
setelah melahirkan (1-4 hari) dan memiliki ciri cairan berwarna kuning tua
yang lebih di kenal dengan kolostrum. Kolostrum jenis ini mengandung
berbagai protein dan zat imun, seperti IgG, IgA dan IgM. Kolostrum kaya
akan zat kekebalan yang membantu melindungi kondisi bayi yang masih
dalam tahap awal kehidupan. Meskipun kandungan proteinnya tinggi
mengandung kolostrum jenis ini, ASI lebih pekat, sehingga ibu tidak perlu
khawatir konsistensi yang kental atau padat ini akan menyebabkan bayi
merasa lebih kenyang meski menyusui dalam jumlah sedikit, karena ini
adalah hari pertama menyusui. Tidak perlu makan banyak.
ASI jenis ini juga berperan penting dalam menutupi dinding usus
bayi dari bakteri, serta mengeluarkan zat-zat yang tidak perlu dari usus
bayi dan menyiapkan ASI jenis lain untuk saluran pencernaan bayi. ASI
atau makanan lain. Produksi kolostrum ini secara bertahap akan menurun
dari hari ketiga hingga hari kelima. (Hanindita Herdiana Meta. 2018.
Tanya Jawab Tentang Nutrisi Di 100 Hari Pertama Kehidupan. Gramedia
Pustaka Utama).
ASI mengandung kaya antibodi, karena tinggi protein sistem imun
dan bakteri pembunuh, sehingga pemberian ASI lengkap dapat mencegah
kematian bayi.. Dari hari pertama sampai hari ketiga, akan dihasilkan
kolostrum berwarna kuning muda. Dari hari keempat hingga kesepuluh,
ASI mengandung lebih sedikit imunoglobulin, protein, dan laktosa
daripada kolostrum, tetapi lebih banyak lemak dan kalori daripada susu
putih. Selain mengandung berbagai zat makanan, ASI juga mengandung
banyak zat yang dapat diserap, yang ada dalam bentuk enzim sendiri dan
tidak akan mengganggu enzim di saluran usus. Susu formula tidak
mengandung enzim, sehingga penyerapan makanan mungkin bergantung
pada enzim di usus bayi. (Kementerian Kesehatan RI 2017).
9

b. ASI masa trasisi atau ASI peralihan.


Masa transisi terjadi dari hari ke-4 hingga ke-10, saat sekresi ASI
mulai stabil. Pada saat ini, seiring dengan meningkatnya jumlah ASI,
karbohidrat akan meningkat dan komponen protein akan berkurang.
Karena penurunan komposisi protein ini, ibu diharapkan menambahkan
protein ke dalam makanannya. (Untuk Yuslena 2016).

c. ASI mature.
ASI matang adalah jenis ASI yang keluar setelah hari ke-10 setelah
bayi lahir. ASI matur ini nutrisinya disesuaikan untuk memenuhi
kebutuhan bayi di bawah 6 bulan. Menurut waktu produksi susu matang,
yang dapat dibagi menjadi dua jenis foremilk dan hindmilk.
Pertama, susu matur, jenis pra-susu, adalah susu yang mengalir di
awal/pertama kali aktivitas laktasi. Selama produksi, jumlah ASI matur
yang dihasilkan lebih banyak daripada jenis susu berikutnya, yang
menyebabkan rasa kenyang pada bayi. Mengenai nutrisi. foremilk rendah
lemak dan lebih tinggi protein, laktosa, dan air. Kandungan protein laktosa
dan air yang tinggi membuat susu matang tampak lebih encer
dibandingkan handmilk.
Kedua jenis susu terakhir adalah susu yang keluar setelah yang
terakhir atau yang pertama habis. Itu terjadi ketika proses laktasi hampir
selesai. Susu matang kaya akan nutrisi dan tinggi lemak, sehingga dari
segi kekentalannya, susu akhir terlihat lebih kental dan lebih kuning dari
yang pertama.

3. komposisi nutrisi dalam ASI


ASI mengandung nutrisi yang diperlukan untuk 6 bulan pertama.
karbohidrat. Lemak, protein, vitamin, dan air merupakan komponen ASI. Selain
itu, ASI juga mengandung faktor biologis aktif, yang dapat mencegah infeksi dan
membantu pencernaan dan penyerapan nutrisi. (WHO, 2017)
10

ASI merupakan emulsi lemak yang terkandung dalam larutan protein,


laktosa, vitamin dan mineral, dan dapat digunakan untuk makanan bayi. Oleh
karena itu, ASI dalam jumlah yang cukup dapat memenuhi kebutuhan bayi selama
enam bulan pertama kehidupannya. Nutrisi dalam ASI adalah sebagai berikut:
a. Karbohidrat.
Karbohidrat dalam ASI berupa laktosa atau gula susu. Kandungan
karbohidrat dalam ASI tidak berubah setiap hari, dan kandungannya lebih
tinggi dari PASI. Hubungan antara kandungan laktosa dalam ASI dan
PASI adalah 7 banding 4, itulah sebabnya ASI lebih manis daripada PASI.
Karbohidrat dalam ASI berperan sangat penting dalam pertumbuhan sel
saraf. Asam laktat juga membantu menyerap kalsium dan mineral lainnya,
yang juga diperlukan untuk perkembangan otak anak (Kementerian
Kesehatan RI 2015).

b. Lemak.
Kandungan lemak dalam ASI kurang lebih 2262 g/l, 50%
diantaranya mengandung kalori. Kandungan lemak "hindmilk" atau ASI
akhir lebih tinggi daripada "foremilk" atau ASI awal. Kandungan asam
lemak dalam ASI lebih tinggi dari pada susu formula. Proses pemecahan
lemak yang terjadi pada ASI dilakukan melalui proses pemecahan lipase.
Lipase memecah trigliserida dalam lemak menjadi asam lemak bebas dan
gliserol. Meski sistem pencernaan bayi baru lahir belum terbentuk
sempurna, proses pemecahan lemak membuatnya lebih mudah diserap
(Ambalawati dkk., 2015).

c. Vitamin.
Vitamin dalam ASI mengandung beberapa vitamin yang
dibutuhkan bayi. Ini termasuk vitamin D, E, dan K yang ditemukan dalam
kolostrum, yang digunakan untuk melawan sel darah merah. Vitamin K
perlu bertindak sebagai katalis untuk proses pembekuan dan berlimpah
dalam ASI dan mudah diserap (Asturk 2017).
11

d. Mineral.
ASI mengandung mineral utuh. Meskipun kandungan mineral ASI
relatif rendah, namun dapat memenuhi kebutuhan bayi di bawah usia 6
bulan. Zat besi dan kalsium yang terkandung dalam ASI merupakan
mineral yang sangat stabil. Usus dapat menyerap hingga 75% zat besi
dalam ASI. Hal ini berbeda dengan kandungan zat besi dalam PASI yang
sekitar 510%. ASI mengandung mineral yang disebut selenium, yang
dapat meningkatkan pertumbuhan pada anak Anda (Kementerian
Kesehatan RI 2015).

4. Manfaat ASI

Manfaat ASI eksklusif sangat penting bagi ibu untuk memproduksi ASI
sebelum bayinya berusia 2 tahun. Manfaat menyusui antara lain:

a. Manfaat untuk bayi


1) Mengandung antibody
Mekanisme pembentukan antibodi pada bayi adalah ibu
membentuk antibodi ketika bayi terinfeksi, dan mendistribusikannya
dengan bantuan jaringan limfosit. (Sutanto, 2018).

2) Mengurangi kejadian karises dentis


Bayi dengan susu formula memiliki insiden kerusakan gigi yang
jauh lebih tinggi daripada bayi yang diberi ASI. Kebiasaan memberi
susu botol dan dot, terutama sebelum tidur, adalah membiarkan gigi
lebih banyak bersentuhan dengan susu formula bubuk, sehingga
membentuk asam yang merusak gigi. (Perbup Sleman No. 38 tentang
IMD dan ASI Eksklusif 2015).

3) Membantu perkembangan otak dan fisik bayi


Manfaat ASI eksklusif yang paling utama adalah mendukung dan
membantu proses perkembangan tubuh dan otak bayi. Hal ini karena
12

pada usia 06 bulan, bayi perlu mengkonsumsi ASI. Oleh karena itu,
ASI yang diberikan kepada bayi selama 6 bulan sangat berpengaruh
terhadap perkembangan otak dan tubuh bayi. (Kementerian Kesehatan
RI 2018).

B. Pengertian Berat Badan

Saat memeriksa bayi/anak kecil, berat badan adalah indeks pengukuran


yang paling penting.

Pengukuran berat badan dapat digunakan


a) untuk menilai status gizi, pertumbuhan dan kesehatan anak
b) untuk memantau kondisi kesehatan, seperti penyakit dan perawatan
c) menghitung dasar takaran makanan dan obat yang akan diminum
(Maryunani, 2016).
Menurut Kementerian Kesehatan RI, pertumbuhan mengacu pada
peningkatan jumlah dan ukuran sel di berbagai bagian tubuh, yang bersifat
kuantitatif dan terukur. Pada usia 6 bulan, pertambahan berat badan bayi adalah
682 g/bulan. Berat lahir bayi menjadi dua kali lipat pada usia 5 bulan. Berat rata-
rata pada 6 bulan adalah 7,3 kg. Untuk bayi cukup bulan, berat lahir akan pulih
pada hari ke-10. Berat bayi usia 5 bulan menjadi dua kali berat lahir, dan pada
usia 1 tahun menjadi 3 kali berat lahir, dan menjadi 4 kali berat lahir. Berat badan
lahir pada usia 2 tahun. (Arimbi, 2016).
Berat badan normal bayi baru lahir kurang dari 2500-4000 gram yang
akan bertambah setiap harinya. Untuk bayi baru lahir, kita bisa memantau berat
badannya sejak lahir hingga 28 hari. (Jitowiyono dan Weni 2017).

1. kriteria penambahan berat badan bayi


Mengenai perkiraan kenaikan berat badan menurut Behrman dalam
Marimbi (2016), yaitu:
Lahir: 3,25 kg
13

Sejak lahir hingga satu minggu kehidupan, berat badan bayi akan turun 5-
10%. Bayi umumnya mendapatkan 170-220g/minggu dan 450-900g/bulan.
3-12 bulan : umur (bulan) + 9 ÷ 2
1-6 tahun : umur (bulan) X 2+8
6-12 tahun : umur (bulan) X 7 – 5

2. faktor yang mempengaruhi berat badan bayi


Berat badan bayi saat lahir merupakan hasil interaksi banyak faktor, dan
proses ini berlangsung di dalam kandungan. Pada umumnya bayi dengan berat
lahir normal memiliki berat badan 3000-4000 gram. Dan jika kurang dari atau
kurang dari 2500 gram, dikatakan berat badan lahir rendah. Menurut Jaya
(2019) dan Siza (2018), ada beberapa faktor yang mempengaruhi berat badan
bayi saat lahir, yaitu:
1) Factor internal
Dari Ibu
a. Usia ibu hamil
Usia ibu berhubungan erat dengan berat lahir bayi. Kehamilan di
bawah 20 tahun mengacu pada kehamilan seorang wanita dewasa.
Meskipun risiko kehamilan remaja tinggi, namun tidak dianjurkan
untuk hamil pada usia 35 tahun, karena dalam proses persalinan,
kehamilan lanjut akan menghadapi kesulitan karena kontraksi yang
lemah dan sering akan menghadirkan kelainan di bagian tengah
panggul. Faktor usia memegang peranan penting dalam kesehatan dan
kesejahteraan ibu hamil dan bayi, oleh karena itu direncanakan untuk
hamil pada usia 20-30.

b. Jarak kehamilan
Sesuai dengan rekomendasi yang dikeluarkan oleh Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Jarak kehamilan
yang ideal adalah 2 tahun atau lebih, karena jarak kelahiran yang terlalu
14

pendek akan menghambat pemulihan kondisi fisik ibu setelah


melahirkan secara prematur.

c. Paritas
Rata-rata umum mencakup jumlah kehamilan, jumlah kelahiran,
jumlah aborsi, atau jumlah kelahiran dalam arti yang sebenarnya. Jika
seorang ibu melahirkan empat anak atau lebih, paritasnya dikatakan
sangat tinggi. Seorang wanita yang telah melahirkan tiga anak dan
kehilangan kesehatannya mulai memburuk, seringkali dengan anemia,
pendarahan di jalan lahir dan posisi bayi dalam posisi sungsang atau
horizontal.

d. Status gizi ibu


Menurut Almaiser (2017), status gizi ibu hamil adalah kondisi fisik
yang disebabkan oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi
selama kehamilan. Status gizi ibu selama pembuahan dan selama
kehamilan sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan
ibu hamil. Jika ibu kekurangan gizi sebelum dan selama kehamilan,
akan menyebabkan berat badan lahir rendah. Status gizi ibu hamil dapat
dipahami dari pertambahan berat badan ibu dari awal kehamilan sampai
persalinan. Bertambahnya usia kehamilan biasanya disertai dengan
penambahan berat badan yang cukup. Kenaikan berat badan yang tidak
normal pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran, kelahiran
prematur, berat badan lahir rendah, penyakit rahim, dan pendarahan
setelah melahirkan.

e. Kebutuhan makan
Menurut Wiryo (2018), ibu menyusui disarankan untuk
mengonsumsi makanan yang mengandung asam lemak omega 3 yang
kaya akan ikan laut seperti ikan air tawar dan tuna. Asam lemak omega
3 diubah menjadi DHA, yang dikeluarkan melalui ASI.
15

f. Usia kehamilan saat persalinan


Jika terjadi kelahiran prematur atau usia kehamilan belum cukup
tua. Berat badan bayi saat lahir mungkin lebih rendah dari bayi lainnya.
Secara umum, bayi prematur memiliki berat badan kurang dari 3 kg dan
membutuhkan asupan nutrisi lebih banyak untuk menambah berat
badan.
g. Kadar kemoglobin
Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil sangat mempengaruhi berat lahir
bayi. Menurut Sarwono (2017), jika kadar hemoglobin di bawah 12
g/dl, ibu hamil akan mengalami anemia. Menurut data Kementerian
Kesehatan RI (2018), ibu hamil menderita anemia. Anemia pada ibu
hamil meningkatkan risiko bayi berat lahir rendah (BBLR), risiko
perdarahan sebelum dan selama persalinan, dan jika ibu hamil
menderita anemia berat bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan
bayi (Depkes RI, 2018). . ). Hal ini disebabkan suplai darah yang tidak
mencukupi nutrisi yang dipasok oleh plasenta, yang akan
mempengaruhi fungsi plasenta pada janin.

Dari bayi
a. Jenis kelamin
Ketika usia kehamilan sama, berat badan ideal bayi perempuan
yang baru lahir biasanya kurang dari berat badan bayi laki-laki. Berat
rata-rata bayi adalah sekitar 135 gram. Saat kehamilan sudah matang
(cukup untuk melahirkan). Kurva perkembangan biasanya lebih cepat
daripada anak perempuan. Itulah sebabnya WHO telah
mengembangkan dua grafik pertumbuhan bayi yang berbeda untuk
anak laki-laki dan perempuan.
16

b. Genetic
Potensi tinggi badan seseorang diturunkan secara genetik, sehingga
dapat diperkirakan dengan mengukur berat badan bayi. Jika kedua
orang tua kelebihan berat badan, kemungkinan anak juga mengalami
masalah berat badan, karena faktor genetik sangat berpengaruh.

c. Kondisi kesehatan bayi


Bayi yang memiliki riwayat penyakit kongenital atau bawaan sejak
lahir akan mempengaruhi pertambahan berat badan bayi.

d. Waktu kelahiran cukup atau premature


Dibandingkan dengan bayi lain, bayi yang belum cukup umur atau
lahir prematur memiliki berat badan yang lebih rendah. Secara umum,
bayi prematur memiliki berat badan kurang dari 3 kg dan membutuhkan
lebih banyak nutrisi untuk menambah berat badan.

3. Factor eksternal
a. Status pekerjaan ibu
Pekerjaan fisik berkaitan dengan peran ibu, selain pekerjaan rumah
tangga juga memiliki pekerjaan tambahan untuk menambah pendapatan
keluarga. Berat badan ibu saat melahirkan dapat menyebabkan
persalinan prematur karena ibu tidak dapat beristirahat yang berdampak
pada janin dalam kandungan. Ibu yang bekerja seringkali tidak
memiliki banyak waktu untuk istirahat, sehingga berisiko mengalami
komplikasi selama kehamilan, seperti kehilangan plasenta yang
berhubungan langsung dengan berat badan lahir rendah. (Sistialani,
2018).

b. Pendidikan ibu
Pendidikan mempengaruhi kehamilan, terutama kejadian bayi berat
lahir rendah. Hal ini berkaitan dengan pengetahuan ibu dalam menjaga
17

keadaan kehamilan dan upayanya untuk memperoleh pelayanan


kesehatan dan pemeriksaan selama kehamilan. Ibu hamil dengan tingkat
pendidikan yang lebih tinggi dapat dengan mudah menyerap informasi
dan menerapkannya dalam sikap dan perilaku sehari-hari terutama
dalam hal kesehatan ibu.

c. Kondisi lingkungan
Kebersihan dan kesehatan lingkungan berhubungan dengan
anthelmintik. Dengan nutrisi yang tepat, infeksi anthelmintik yang
sering dapat menyebabkan anemia. Selain itu, asupan zat besi yang
rendah dapat mengurangi daya tahan tubuh dan membuat Anda lebih
rentan terhadap penyakit, yang dapat menurunkan kadar Hb Anda.
Faktor ginjal hidup Jitowiyono (2017) menegaskan bahwa salah satu
penyebab kelahiran ajaib adalah tempat tinggal, yaitu daerah
pegunungan. Menurut Kristyanasari (2017), suhu tubuh pada dasarnya
dipertahankan pada 36.5370 jalan untuk metabolisme yang optimal.
Karena perbedaan suhu antara tubuh dan lingkungan, tubuh mau tidak
mau harus beradaptasi untuk bertahan hidup. Dengan kata lain, tubuh
harus melepaskan sejumlah panas untuk dapat menggantikan
metabolisme. Semakin besar perbedaan antara tubuh dan lingkungan,
semakin besar jumlah panas yang dilepaskan.

d. Factor ekonomi
Menurut Kristyyanasari (2017), keadaan ekonomi keluarga akan
mempengaruhi pilihan jenis dan kualitas bahan makanan, dan
perekonomian seseorang akan mempengaruhi pilihan makanan yang
dikonsumsinya setiap hari. Setelah seseorang dengan sumber daya
keuangan yang tinggi menjadi hamil, ia mungkin dapat memenuhi
nutrisi yang diperlukan. Berbeda dengan orang yang kekurangan dana,
ada kekurangan gizi dari ibu dan bayi.
18

C. Pengertian susu formula

Susu formula adalah susu yang kandungan nutrisinya telah berubah dan
dapat diberikan kepada bayi tanpa efek samping (Khazanah, 2018).

Susu formula bayi adalah cairan atau bubuk yang mengandung formula bayi
tertentu. Susu formula merupakan pengganti ASI. Susu formula berperan penting
dalam makanan bayi karena umumnya merupakan satu-satunya sumber nutrisi
bagi bayi. Oleh karena itu, bahan-bahan dalam formula bayi yang tersedia secara
komersial dikontrol secara ketat dan FDA (Food and Drug Association)
mengharuskan produk tersebut memenuhi standar ketat tertentu. (Nirwana. 2018).

1. kandungan susu formula


a. Lemak
Kandungan lemak yang dianjurkan dalam susu formula adalah 2,7-
4,1 gram per 100 mililiter. Komposisi asam lemak harus memungkinkan
bayi berusia 1 bulan menyerap setidaknya 85% lemak dalam susu formula.

b. Protein
Kandungan protein dalam formula harus antara 1,2-1,9 gram per
100 ml. Asupan protein yang berlebihan dapat menyebabkan tingginya
kadar urea, amonia dan asam amino tertentu dalam darah.

c. Karbohidrat
Kandungan karbohidrat susu formula yang dianjurkan adalah 5,4-
8,2 gram per 100 mililiter. Direkomendasikan bahwa beberapa karbohidrat
digunakan hanya atau sebagian besar selaput lendir, dan sisanya adalah
glukosa dan maltosa.

d. Mineral
Kandungan mineral terbanyak dalam ASI adalah 3-4 kali lipat dari
ASI.
19

e. Vitamin
Umumnya, berbagai vitamin ditambahkan dalam pembuatan susu
formula untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

f. Kandungan zat tambahan


Salah satu bahan tambahan untuk susu formula bayi adalah DHA.
Penambahan ini diperbolehkan karena zat tersebut merupakan zat sisa dan
penambahannya mengikuti kriterianya. (Khazanah, 2018).

2. kelemahan susu formula


a. Kandungan susu formula tidak lengkap seperti ASI
Susu formula tidak mengandung DHA seperti ASI, sehingga tidak
dapat membantu meningkatkan kecerdasan bayi. ASI mengandung lebih
dari 100 zat, seperti DHA, taurin, dan sphingomyelin, yang tidak
ditemukan dalam susu formula.

b. Mudah tercemar
Produksi susu formula mudah terkontaminasi bakteri, apalagi jika
ibu tidak merebus setiap kali menyusui menggunakan botol. Ini karena
bakteri dalam susu bubuk tumbuh sangat cepat dan mendorong bayi
sebelum bau busuk di dalam susu.

c. Diare dan sering muntah


Jika susu bubuk tidak cukup encer, akan mengganggu pencernaan
bayi, dan susu yang terlalu keruh dikeluarkan melalui anus dan
menyebabkan diare sebelum sulit dicerna dan dicerna di bab bayi. Meski
tidak berbahaya, diare bisa menyebabkan dehidrasi dan kekurangan cairan.
20

d. Infeksi
Susu formula bayi tidak mengandung sel darah putih hidup atau
antibodi yang dapat melindungi tubuh dari infeksi. Bakteri juga dapat
dengan mudah menembus selama proses pembuatan susu yang tidak
dipasteurisasi. Bayi yang diberi susu formula lebih rentan terhadap diare
dan infeksi saluran pernapasan. Akibatnya, bayi yang mengonsumsi susu
formula empat kali lebih mungkin mengalami diare dibandingkan bayi
yang mengonsumsi ASI.

e. Obesitas
Studi ini membandingkan pola pertumbuhan normal bayi yang
diberi ASI dan bayi yang diberi susu formula. Hasil yang diperoleh selama
beberapa bulan pertama:
1. Bayi yang diberi ASI dan bayi yang diberi susu formula melihat pola
pertumbuhan yang sama selama bulan pertama.
2. Bayi yang mengkonsumsi susu formula pada usia 4-6 bulan cenderung
menambah berat badan lebih cepat daripada bayi yang diberi ASI.
3. Setelah usia 6 bulan, bayi yang diberi ASI cenderung lebih kurus
daripada bayi yang minum susu.
Dibandingkan dengan ASI, bayi yang diberi susu formula dianggap
kelebihan berat badan karena kelebihan air dan komposisi lemak tubuh
yang berbeda.

f. Kekurangan zat besi


Vitamin yang terkandung dalam susu tidak cukup untuk bayi. Zat
besi dalam susu tidak diserap seperti halnya zat besi dalam ASI. Bayi yang
diberi susu formula dapat mengalami anemia karena kekurangan zat besi.

g. Susu formula sulit di cerna


Susu formula lambat dicerna, sehingga membutuhkan waktu lebih
lama untuk mengisi perut bayi Anda daripada ASI. Susu formula lebih
21

sulit dicerna karena tidak mengandung enzim yang membantu mencerna


nutrisi, karena susu.
22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Beberapa jurnal penelitian yang didapat, pengumpulan data dilakukan secara


langsung dan melalui observasi dengan berbagai metode penelitian yang berbeda.
Pada penelitian ini membahas tentang Gambaan Berat Badan Bayi Usia 6 Bulan
Diberi Air Susu Ibu (ASI) dan Susu Formula. Berikut data penelitian.

a. Instrumen PICOC

P (Patient, Population, Problem) : Bayi usia 6 bulan


I (Intervention, prognostic factor, exprosure) : Penimbangan Bayi
C (Comparison, control) : Oleh peneliti
O (Outcome) : Perbandingan berat badan bayi
C (Context) : Studi literature review

Apakah teredapat perbedaan atau perbandingan berat badan bayi usia 6 bulan
yang diberi Air Susu Ibu (ASI) dan Susu Formula.

B. Kreteria Inklusi

Kreteria inklusi ditetapkn berdasarkan : tipe studi, tipe intervensi, hasil ukur
(outcome).

Tabel 3.1

Kreteria Inklusi Penelitian

Kreteria
Inklusi
Jangka waktu Rentang waktu penelitian jurnal maksimal
Tipe studi Quasi eksperimen, kuantitatif eksperimental
23

Bahasa Bahasa Indonesia


Jenis jurnal Original artikel penelitian,
Tema isi jurnal Gambaran berat badan bayi usia 6 bulan yang diberi ASI
dengan susu formula

C. Strategi Pencarian Literature

Penulisan melakukan pencarian artikel yang berhubungan dengan gambarn


bert badan bayi usia 6 bulan yang diberi Air Susu Ibu (ASI) dengansusu formula.
Pencarian melalui database yaitu google scholar, SINTA, dengan kata kunci yang
digunkan dalam literature review ini adalah : ‘’Gambaran berat badan bayi usia 6
bulan yang diberi ASI dengan susu formula” pencarian artikel dibatasi pada
artikel yang dipublikasi yakni tahun 2016-2021.

D. Seleksi studi

Artikel dilakukan dengan menghapus judu duplikat, artikel dibawah 2016,


dan artikel dan artikel yang tidak full text. Atikel yang dipilih sesuai kriteria
inklusi yakni Gambaran berat badan bayi usia 6 bulan yang diberi ASI dengan
susu formula sehingga didapat hasil akhir yang akan dianalisis.

Tabel 3.2

Seleksi studi jurnal

Google Scholar Sinta


549 2

E. Quality Assesment

Dalam penelitian literature review, data yang ditemukan akan dievaluasi


berdasarkan pertanyaan kriteria penilaian kualitas sebagai berikut :
24

1. (QA1) Apakah artikel jurnal di terbitkan pada tahun 2016-2020?


2. (QA2) Apakah pada artikel jurnal menuliskan penjelasan karakteristik
respnden yang diberi ASI dan susu formula?
3. (QA3) Apakah pada artikel jurnal menuliskan penjelasan perbedaaan berat
badan bayi yang di beri ASI dan susu formula.

Dari masing-masing paper, akan diberi nilai jawaban dibawah ini untuk tiap-tiap
pertanyaan diatas.

1. Y (Ya) : untuk artikel jurnal yang sesuai quality assessment.


2. T (Tidak) : untuk artikel jurnal yang tidak sesuai quality assessment.

F. Metode Analisis
Metode analisis yang dilakukan dalam literature review ini menggunakan
cara berikut :
1. Mencari Kesamaan (Compare) Teknik melakukan review dengan cara
mencari kesamaan di antara beberapa literatur dan diambil kesimpulannya.
2. Mencari ketidaksamaan (Contrast) Teknik melakukan review dengan cara
menemukan perbedaan di antara beberapa literatur dan diambil
kesimpulannya.
3. Memberikan pandangan (Critize) Teknik melakukan review dengan membuat
pendapat sendiri terhadap sumber yang dibaca.
4. Membandingkan (Synthesize) Teknik melakukan review dengan
menggabungkan beberapa sumber menjadi sebuah ide baru, membandingkan
dengan sumber teori lain yang terkait.
5. Meringkas (Summarize) Teknik melakukan review dengan menulis kembali
sumbernya dengan kalimat sendiri.

G. Sintesis data

Menjelaskan berbagai pandangan tentang pemikiran dengan mengelompokan


data-data hasil elstrasi sesuai dengan hasil yang dikur untuk menjawab tujuan.
Jurnal yang telah didapatkan kemuduan dikumpulkan dan dibuat ringkasan jurnal
25

meliputi nama peneliti, tahun terbit jurnal, negara penelitian, judul penelitian,
metode, dan ringkasan hasil atau temuan.

Skema Sintesis data

Tabel 3.3

Sintesis data

No Judul, peneliti, tahun Sumber Desain Populasi Hasil Kesimpulan


jurnal penelitian dan sampel
1 Perbedan pemberian e-jurnal Pendekatan Populasi Berdasarkan hasil Terdapat perbedaan perubahan
ASI ekslusif dan ASI Keperawatan Cross Sectionl. dalam tersebut dapat berat badan bayi yang diberi
non ekslusif dengan (e-Kp) Menggunakan penelitia ini diketahui bahwa ASI ekslusif dengan yang
peubahan berat badan Volume 4 tenik Total sebanyak tedapat perbedaaan diberi ASI non ekslusif di
pada bayi di puskesmas No. 2 Juli Sampling 38 bayi. pemberian ASI Puskesmas Bahu Manado.
Bahu Manado, Jane 2016 Ekslusif dan ASI non
Kristin Lutur, Julia ekslusif dengan
Rottie, Rivelino Hamel, perubahan barat
(2016) badan pada bayi.
Hasil ini sesuai
dengan hasil uji
Mann Whitney
dengan kemaknaan
95% dengan p=0,000
atau probabilitas
kurang dari 0,05
menyatakan bahwa
terdapat perbedaan
pemberian ASI
Ekslusif dan ASI non
eklusif dengan
perubahan berat
badan bayi.
2 Tumbuh kembang bayi Oksitosin, Desain Populasi Hasi dari uji statistik Hasil penelitian dapat
usia 6 bulan yang diberi kebidanan vol penelitian dalam mann whitney dengan disimpulkan bahwa tidak ada
ASI ekslusif dan ASI III No 2, yang penelitian tingkat kemaksimalan terdapat perbedaan yang
non ekslusif, Agustus 2016 digunakan ini adalah p= <0,05. Dari sigifikan pada pertumbuhan
26

Debbiyatus Sofia, Indah adalah analitik bayi usia 6 perhitungan data bayi usia 6 bulan yang diberi
Afiah (2016) dengan Cross bulan yang menggunakan uji ASI ekslusif dan nn ekslusif,
Sectional ada didesa mann whitney dan terdapat perbedaan
dengan sumberejo diperoleh hasil perkembangan antara bayi yang
pendekayan Sampel dengan nili signifikan di beri ASI ekslusif dan ASI
observasi atau dalam (P value) P= 0,249 > non ekslusif.
pengumpulan penelitian 0,05 yang artinya
data sekaligus. ini adalah tidak terdapat
sebanyak perbeaan
39 bayi pertumbuhan bayi
usia 6 bulan yang
diberi ASI ekslusif
dan non ekslusif.
Pada hasil
perkembangan
diperoleh hasil uji
mann whitney
dengan nilai P =
0,000 < 0,05 yaitu
diterima yang artinya
terdapat perbedaan
perkembangan bayi
usia 6 bulan yang
diberi ASI ekslusif
dan non ekslusif.
3 Perbeaan peningkatan Jurnal Menggunakan Sampel Hasil penelitian; nilai Ada perbedaan peningkatan
berat bayi usia 6 bulan Nasional jenis penelitian penelitian ρ = 0,001, dengan berat badan bayi 6 bulan yang
yang diberi ASI Ilmu endekatam ini pemenuhan hipotesis diberi ASI ekslusif dan susu
ekslusif dan susu Kesehatan Cross bejumlah χ2 hitung (11,429) formula di wilyah kerja
formula di wilayah (JNIK) vol 2 Sectional 60 ibu yang >χ2 tabel (3,841) dan puskesmas Tapa Kabupaten
kerja puskesmas Tapak edisi 1. 2019 dengan uji memiliki nilai ρ (0,000), a, Bone Bolango.
Kabupaten Bone statisitik bayi 0,05 dengan
Bolango, Nancy Olii sampel T-Test berusia 6 demikian H0 ditolak
(2019) bulan dan Ha diterima.
4 Hubungan pemberian Jurnal Desain dalam Populasi Hasil uji statistik di - Pertumbuhan berta
ASI ekslusif dengan kesehatan penelitian ini dalam peroleh ada badan bayi usia 0-6
pertumbuhan berat ilmiah menggunakan penelitian hubungan pemberian bulan diwilayah kerja
27

badan bayi 0-6 bulan di indonesia vol pendekatan ini adalah ASI ekslusif dengan puskesmas
wilayah Padangtinggi 5 No 1, Juni deskriptif ibu pertumbuhan berat padangtinggi
kota Padangsidipun, 2020 korelasi menyusui badan bayi 0-6 bulan mayoritas normal
Srianty Siregar, Sukhri dengan studi bayi 0-6 dengan nilai P = pertumbuhan berat
herianto ritonga (2020) Cross bulan di 0,003 badan bayi usia 0-6
Sectional wilayah bulan 55 orang ( 83,1
kerja %)
padangting - Terdapat hubungan
gi pemberian ASI
Sampel ekslusif dengan
sebanyak petumbuhan berat
67 orang badan bayi 0-6 bulan
di wilayah kerja
puskesmas
padangtinggi kota
padangsidimpuan
dengan hasil (P =
0,003)
5 Perbedaan kenaikan Jurnal Penelitian ini Populasi Hasil uji statistic di - Dari 15 responden
berat badan ada bayi kesehatan dan menggunakan penelitian dapatkan ada yang bayinya
dengan pemberian ASI pembangunan study ini adalah perbedaan kenaikan diberikan ASI ekslusif
ekslusif dan ASI persial (2019) Comparatve semua ibu berat badan pada bayi sebagian besar
di puskesmas kalidoli yang dengan pemberian SI mengalami kenaikan
Palembang, Noviani memiliki ekslusif dan ASI berat badan normal
Elsira (2019) bayi usia 7- persial di puskesmas sebanyak 10
12 bulan di kalidoni Palembang responden (66,7%)
puskesmas dengan nilai P = - Ada perbedaan
kalidoni 0,000 < a 0,05 kenaikan berat badan
palembang pada bayi dengan
Sampel pemberian ASI
sebanyak ekslusif dan ASI
30 orang. persial di puskesmas
kalidoni.
6 Perbedaan pemberian Gentle Birh Merupakan Populasi Penelitian Hasil penelitin ini ada
ASI Ekslusif dan tidak vol. 4 No. 1 penelitian dalam menunjukkan hubungan perbedaan pemberian
ekslusif terhadap bert januari-juni survey analitik penelitian Pemberian ASI ASI ekslusif dan ASI tidak
badan bayi di klinik 2021 dengan ini adalah Eksklusif mayoritas ekslusif terhadap berat badan
28

Wita medan, Utary Dwi pendekatan ibu yang kategori tidak ASI bayi di klinik Wita Medan
Listiarin, Indah Dewi Cross memiliki Eksklusif berjumlah tahun 2020.
Sari (2021) Sectional bayi 23 responden
berusia 6 (60,5%), dan
bulan minoritas kategori
senbanyak ASI Eksklusif
38 berjumlah 15
respnden responden (39,5%),
Sampel Berat badan bayi usia
yang 6 bulan, mayoritas
dignakan responden yang
dalam memiliki bayi normal
penelitian berjumlah 21
ini adalah responden (55,3%),
accidental responden yang
sampling memiliki bayi kurus
berjumlah berjumlah 7
38 bayi responden (18.4%),
dan responden yang
memiliki bayi gemuk
berjumlah 10
responden
(26,3%)dan hasil uji
chi square, diperoleh
nilai p value =
0,007< α 0,05 maka
hipotesis diterima.
29

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1) Hasil kualitas yang di review (Quality Assesment)
Artikel yang terkumpul akan dievalusi berdasarkan kriteria penilaian
kualitas dalam bentuk tabel dan selanjutnya dibagian bawah tabel akan
dijelaskan dalam bentuk narasi.
Tabel 4.1
Quality Assesment

No Penulis Judul Tahun QA1 QA2 QA3


1 Jane Kristin Perbedaan pemberian 2016 Y Y Y
Lutur, ASI ekslusif dan ASI
Julia Rottie, non ekslusif dengan
Rivelino Hamel perubahan berat
badan pada bayi di
Puskesmas Bahu
Manado
2 Debbiyatus Sofia Tumbuh kembang 2016 Y Y Y
Indah Afiah bayi usia 6 bulan yang
diberi ASI ekslusif
dan ASI non ekslusif
3 Nancy Olii Perbedaan 2019 Y Y Y
peningakatan berat
badan bayi usia 6
bulan yang diberi ASI
ekslusif dan susu
formula di wilayah
kerja puskesmas Tapa
Kabupaten Bone
Bolango
4 Srianty Siregar Hubungan emberian 2020 Y Y Y
Sukhri Herianto ASI ekslusif dengan
30

Ritonga pertumbuhan berat


badan bayi 0-6 bulan
di wilayah kerja
puskesmas
padangtinggi kota
padangsidimpun
5 Noviani Elsira Perbedaan kenikan 2019 Y Y Y
berat badan pada bayi
dengan pemberian
ASI ekslusif dan ASI
persial di puskesmas
Kalidoni palembang
6 Utary Dwi Perbedaan pemberian 2021 Y Y Y
Listiarini, ASI ekslusif dan tidak
Indah Dewi Sari ASI ekslusif terhadap
berat badan bayi di
klinik Wita Medan

Keterangan simbol :

1. (QA1) apakah artikel jurnal di terbitkan pada tahun 2016-2020 ?


2. (QA2) apakah pada arteikel jurnal menuliskan penjelasan karakteristik
responden
3. (QA3) apakah pada artikel jurnal menuliskan penjelasan adanya perbedaan
pada bayi yang diberi ASI dengan susu formula
Dari masing-masing paper, aan diberi nilai jawaban ini untuk tiap-tiap
pertanyaan diatas
1. Y (ya) : untuk artikel jurnal yang sesuai quality assement
2. T (tidak) : untuk artikel jurnal yang tidak sesuai dengan quality
assement.
31

2) Hasil literature Review


a) Karakterisitik ibu bayi
Tabel 4.2
Karekteristik ibu bayi

Karakterisitik Demografi Hasil Review


Usia Untuk usia ibu terbanyak yaitu 20-35 tahun
sebanyak 42 responden (62,7%), dan paling
sedikit berusia < 20 tahun sebanyak 9 (13,4%)
(Srianty Siregar, Sukhi Herianto Ritonga)
Berdasarkan usia ibu mayoritas berusia 20-35
tahun sebanyak 55 responden (91,7%) dan
minoritas berusia < 20 tahun sebanyak 2
(3,3%) ( Nancy Olii)
Pekerjaan Berdasarkan pekerjaan ibu terbanyak adalah
sebagai IRT atau tidak bekerja sebanyak 39
responden (58,2%), dan minoritas bekerja
sebanyak 28 responden (41,8%) (Srianty
Siregar, Sukhri Herianto Ritonga)
Sebagian besar responden bekerja sebagai
IRT yaitu sebanyak 29 (74,35%) dan
sebagian kecil ibu bekerja sebanyak 10
(25,65%) (Debbiyatus Sofia, Indah Afiah)
Responden mayoritas tidak bekerja atau
sebagai IRT sebanyak 48 (80%) (Nancy Olii)
Pendidikan Pendidikan ibu terbanyak yaitu SMA 29
responden (43,3%), dan paling sedikit yaitu
SD 9 responden (13,4%) (Srianty Siregar,
Sukhri Herianto Ritonga)
Pendidikan terakhir ibu mayoritas SMA
sebanyak 32 (53,3%), dan minoritas SD
sebanyak 5 responden (8,3%) (Nancy Olii)
32

b) Hasil perbedaan berat badan bayi usia 6 bulan yang diberi ASI dengan
susu formula
Tabel
Telaah perbedan berat badan bayi uais 6 bulan yang diberi ASI dengaan
susu formula
Tabel 4.3
Telaah perbedaan berat badan bayi usia 6 bulan yang diberi ASI dan susu
formula

No Judul artikel (peneliti, tahun) Hasil penelitian


1 Judul Berdasarkan hasil tersebut dapat
Perbedaan pemberian ASI diketahui bahwa tedapat perbeaaan
ekslusif dan ASI non ekslusif emberian ASI Ekslusif dan ASI non
dengan erubahan berat badan di ekslusif dengan perubahan barat badan
Puskesmas Bahu Manado pada bayi. Hasil ini sesuai dengan hasil
Peneliti dan tahun uji Mann Whitney dengan kemaknaan
Jane Kristin Lutur, Julia Rottie, 95% dengan p=0,000 atau probabilitas
Rivelino Hamel (2016) kurang dari 0,05 menyatakan bahwa
terdapat erbedaan pemberian ASI
Ekslusif dan ASI non eklusif dengan
perubahan berat badan bayi.
2 Judul Hasi dari uji statistik mann whitney
Tumbuh kembang bayi usia 6 dengan tingkat kemaksimalan p= <0,05.
bulan yang di beri ASI ekslusif Dari perhitungan data menggunakan uji
dan ASI non ekslusif mann whitney diperoleh hasil dengan nili
Peneliti dan tahun signifikan (P value) P= 0,249 > 0,05
Debbiyatus Sofia yang artinya tidak terdapat perbeaan
Indah Afiah (2016) pertumbuhan bayi usia 6 bulan yang
diberi ASI ekslusif dan non ekslusif.
Pada hasil perkembangan diperoleh hasil
uji mann whitney dengan nilai P = 0,000
< 0,05 yaitu diterima yang artinya
terdapat perbedaan perkembangan bayi
usia 6 bulan yang diberi ASI ekslusif dan
non ekslusif.
33

3 Judul Hasil penelitian; nilai ρ = 0,001, dengan


Perbedaan peningakatan berat pemenuhan hipotesis χ2 hitung (11,429)
badan bayi usia 6 bulan yang >χ2 tabel (3,841) dan nilai ρ (0,000), a,
diberi ASI ekslusif dan susu 0,05 dengan demikian H0 ditolak dan Ha
formula di wilayah kerja diterima.
puskesmas Tapa Kabupaten
Bone Bolango
Peneliti dan tahun
Nancy Olii (2019)
4 Judul Hasil uji statistik di peroleh ada
Hubungan pemberian ASI hubungan pemberian ASI ekslusif
ekslusif dengan pertumbuhan dengan pertumbuhan berat badan bayi 0-
barat badan bayi 0-6 bulan di 6 bulan dengan nilai P = 0,003
wilayah kerja puskesmas
padangtinggi kota
padangsidimpun
Peneliti dan tahun
Srianty Siregar
Sukhri Herianto Ritonga (2020)
5 Judul Hasil uji statistic di dapatkan ada
Perbedaan kenaikan berat badan perbedaan kenaikan berat badan pada
ada bayi dengan pemberian ASI bayi dengan pemberian SI ekslusif dan
ekslusif dan ASI persial di ASI persial di puskesmas kalidoni
puskesmas kalidoni palembang Palembang dengan nilai P = 0,000 < a
Peneliti dan tahun 0,05
Noviani Elsira (2019)
6 Judul Penelitian menunjukkan Pemberian ASI
Perbedaan pen=mberian ASI Eksklusif mayoritas kategori tidak ASI
ekslusif dan tidak ASI ekslusif Eksklusif berjumlah 23 responden
terhadap berat badan bayi di (60,5%), dan minoritas kategori ASI
klinik Wita Medan Eksklusif berjumlah 15 responden
Peneliti dan tahun (39,5%), Berat badan bayi usia 6 bulan,
Utary Dwi Listiarini, Indah mayoritas responden yang memiliki bayi
Dewi Sari (2021) normal berjumlah 21 responden (55,3%),
responden yang memiliki bayi kurus
berjumlah 7 responden (18.4%), dan
responden yang memiliki bayi gemuk
34

berjumlah 10 responden (26,3%)dan


hasil uji chi square, diperoleh nilai p
value = 0,007< α 0,05 maka hipotesis
diterima.

Secara keseluruhan terdapat 6 jurnal melalui serch process. Setelah


data di seleksi berdasarkan kriteria inklusi dengan menggunakan kata kunci
(keyword) “berat badan bayi yang diberi ASI dengan susu formula”
kemudian di kelompokan berdasarkan berat badan bayi usia 6 bulan yang
diberi ASI dengan susu formula.

B. Pembahasan
1. Karakterisitik responden
Literture review terhadap artikel penelitian yang telah di review sesuai
dengan 6 artikel enelitian yang didapatkan, untuk pembahasan yang pertama
yaitu mengetahui artikel penelitian melalui hasil karakterisitik pada ibu bayi
yaitu yang pertama berdasarkan usia, pendidikan, dan pekerjaan sesuai pada
tabel 4.2 meperlihatkan usia ibu mayoritas 20-35 tahun yaitu sebanyak 42
responden (62,7%), pendidikan terakhir ibu sebagian menempuh pendidikan
hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebanyak 29 responden (43,3%),
dan sebagian responden tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga sebanyak
39 responden (58,2%) (Srianty Siregar, et all). Usia 20-35 tahun sebanyak 55
responden (91,7%), berpendidikan SMA sebanyak 32 (53.3%) ,sedangkan
untuk pekerjaan sebagian besar sebagai IRT sebanyak 29 (74,35%) (Nancy
Olii). Dari beberapa jurnal yang diperoleh pada penelitian ini bahwa jurnal
tersebut menjelaskan, karakterisitik yang diambil untuk dilakukan penelitian
gambaran berat badan bayi usia 6 bulan yang diberi ASI dan susu formula.
Karakterisitik tersebut digunakan untuk pengkajian awal sebagai alat ukur.

2. Perbedaan bayi yang diberi ASI dengan susu formula


35

Semua jurnal yang diperoleh pada penelitian ini berjumlah 6 jurnal,


dari keseluruhan jurnal yang di review terdapat 6 jurnal yang memiliki
persamaan terkait perbedaan berat badan bayi usia 6 bulan yang diberi ASI
dengan susu formula.pada jurnal tersebut menjelaskan adanya perbedaan berat
badan bayi yang diberi ASI ekslusif dengan susu formula.
Dengan menggunakan uji Mann Whitney pada tingkat kemaknaan 95
(α < 0,05) Hasil Penelitian diperoleh nilai p= 0,000 yang berarti bahwa p <
0,05. Kesimpulan Terdapat perbedaan perubahan berat badan bayi yang diberi
ASI ekslusif dengan yang diberi ASI non ekslusif di Puskesmas Bahu Manado
(Jane Krisitian Lutur, et all, 2016). Hasil dari uji statistik mann whitney
dengan tingkat kemaksimalan p= <0,05. Dari perhitungan data menggunakan
uji mann whitney diperoleh hasil dengan nili signifikan (P value) P= 0,249 >
0,05 yang artinya tidak terdapat perbeaan pertumbuhan bayi usia 6 bulan yang
diberi ASI ekslusif dan non ekslusif. Pada hasil perkembangan diperoleh hasil
uji mann whitney dengan nilai P = 0,000 < 0,05 yaitu diterima yang artinya
terdapat perbedaan perkembangan bayi usia 6 bulan yang diberi ASI ekslusif
dan non ekslusif (Debbiyatus Sofia et all). Dengan menggunakan uji
independent T test nilai p (0,000) <a (0,05) dengan demikian H0 ditolak dan Ha
diterima. Yang artinya ada perbedaan berat badan bayi yang diberi ASI
dengan susu formula ( Nancy Olii, 2019). Hasil uji statistik di peroleh ada
hubungan pemberian ASI ekslusif dengan pertumbuhan berat badan bayi 0-6
bulan dengan nilai P = 0,003 (Srianty Siregar, Sukhri Herianto Ritonga ). Hasil
dari uji chi square, diperoleh nilai p value = 0,007< α 0,05 maka hipotesis
diterima maka ada hubungan pemberian ASI ekslusif dan ASI tidak ekslusif
terhadap berat badan bayi di klinik Wita Medan (Utary Dwi Listiarini, et all,
2021). Hasil uji statistic di dapatkan ada perbedaan kenaikan berat badan pada
bayi dengan pemberian SI ekslusif dan ASI persial di puskesmas kalidoni
Palembang dengan nilai P = 0,000 < a 0,05 ( Noviani Elsira)
Pada variabel yang didapatkan dari 6 artikel tersebut yaitu
pada varibel independent adalah ASI ekslusif dan susu formula, seangkan
untuk variabel dependent nya adalah berat badan bayi. Dari 6 artikel penelitian
36

yang sudah di review memperlihatkan hasil P- value yaitu (p= <0,05), yang
membuktikan bahwa ada perbedaan berat badan bayi yang diberi ASI dengan
susu formula.
37

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil literature riview yang berjudul “gambaran berat
badan bayi usia 6 bulan yang diberi ASI dengan susu formula : literature riview”
terdapat beberapa kesimpulan seperti dibawah ini :
1. Semua jurnal yang diperoleh pada penelitian ini berjumlah 6 jurnal, dari
keseluruhan jurnal yang di review terdapat jurnal yang memiliki persamaan
terkait berat badan bayi yang diberi ASI ekslusif dengan susu formula. Pada
pemberian ASI secara ekslusif dapat mengurangi resiko terjadinya obesitas
pada bayi, dan ASI secara ekslusif dapat melengkapi gizi yang di butuhkan
pada bayi.

2. Dari 6 artikel penelitian yang sudah di review, memperlihatkan hasil nilai P-


value yaitu (p <0,05), yang membuktikan bahwa adanya perbedaan berat
badan bayi usia 6 bulan yang diberi ASI dengan susu formula.

B. Saran
1. Bagi tenaga kesehatan hasil literature review ini akan dapat digunakan untuk
menambah informasi yang dapat dimanfaatkan sebagi sumber informasi yang
berguna memberikan pengetahuan kepada masyarakat dan dapat Memotivasi
ibu yang memiliki bayi untuk memberikan ASI ekslusif sehingga dapat
memperbaiki berat badan bayi.

2. Bagi responden atau masyarakat yang memberikan bayinya susu formula agar
dapat memberikan bayinya dengan ASI ekslusif yang berusia kurang dari 6
bulan dan menghindari pemberian susu formula selama ASI masih mencukupi
kebutuhan bayi.
38

3. Bagi ilmu pengetahuan


Penulis berharap hasil literature review ini bermanfaat sebagai penambah
wawasan atau ilmu pengetahuan terutama dibidang keperawatan maternitas.

4. Bagi peneliti
Penulis berharap peneliti selanjutnya dapat menjadikan literature review ini
dengan topik gambaran berta badan bayi usia 6 bulan yang diberi ASI dengan
susu formula sebagai tambahan referensi atau informasi dalam penelitian.
39

DAFTAR PUSTAKA

Arlenti, L. (2019). PERBANDINGAN PERKEMBANGAN BAYI YANG


DIBERI ASI EKSLUSIF DAN TIDAK ASI EKSLUSIF. Jurnal
Kebidanan Besurek, 4(1), 14-21.

Astri, & Mutira. (2016). Perbandingan Kenaikan Berat Badan Bayi Yang Di
Berikan ASI Ekslusif Dengan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (PASI).

Choirunissa, R., & Gika Candra Pratiwi Putri. (2019). PERBEDAAN


KENAIKAN BERAT BADAN BAYI PADA USIA 0-6 BULAN YANG
DIBERI ASI EKSKLUSIF DAN NON ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS GAMPING II SLEMAN. JURNAL ILMU DAN
BUDAYA, 41(63).

Debbiyatus, S., & Afiah, I. (2016). Tumbuh Kembang Bayi Usia 6 Bulan Yang
diberi ASI Ekslusif Dengan Non ASI Ekslusif. jurnal Oksitosin,
Kebidanan, 3(2), 64-70.

Elsira, N. (2019). PERBEDAAN KENAIKAN BERAT BADAN PADA BAYI


DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DAN ASI PARSIAL. Jurnal
Kesehatan dan Pembangunan,, 9(8).

Endarwati. (2018). Hubungan Pemberian ASI Ekslusif Dengan Berat Badan Bayi
Usia 6 Bulan. IJMS. Indonesian J Med SCI.

Harjanto, A. (2016). Pengaruh riwayat Air susu ibu (ASI) Eklusif Terhadap
Pertumbuhan Berat Badan, Panjang Badan Dan Lingkar Lengan Atas Bayi
Berusia 6 Bulan Sampai 12 Bulan.

Harningtyas, S., & Sri, R. K. (2020). Kenaikan Berat Badan Bayi Usia 6 Bulan
Berdasarkan Pemberian ASI Ekslusif Dengan Pemberian Susu Formula.
jurnal MID-Z (midwefery zigot) jurnal ilmiah kebidanan, 3(2), 44-47.
40

Lutur, J. K., Julia Rottie, & Rivelino Hamel. (2016). PERBEDAAN


PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DAN ASI NON EKSLUSIF DENGAN
PERUBAHAN BERAT BADAN PADA BAYI. e-journal Keperawatan
(e-Kp), 4(2).

Martin, R., & Smith. DG. (2017). Assocition Between Feeding And Growth. The
Boyd Orr Kohort Study.

Noermawati. (2016). perbedaan berat badan pada bayi yang mendapatkan ASI
ekslusif dengan ASI persial. jurnal Ners dan kebidanan Indonesia.

Olii, N. (2019). PERBEDAAN PENINGKATAN BERAT BADAN BAYI 6


BULAN YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DAN SUSU FORMULA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAPAKABUPATENBONE
BOLANGO. JURNAL NASIONAL ILMU KESEHATAN (JNIK), 2(1).

Pudjiadi, S. (2017). Ilmu Gizi Klinis Pada Anak.

Simanjuntak, L., & Carolina Simanjuntak. (2019). PERBANDINGAN


PERTUMBUHAN BAYI USIA 6 BULAN YANG MENDAPAT ASI
ESKLUSIF DAN NON ESKLUSIF DI KECAMATAN. Program
Diploma Keperawatan, Akademi Keperawatan HKBP Balige.

Soejiningsi. (2017). tumbuh kembang anak.

Tanuwijaya, S. (2016). Konsep Umum tumbuh dan kembang anak.

Anda mungkin juga menyukai