Anda di halaman 1dari 102

SKRIPSI

HUBUNGAN LAMA PERAWATAN BAYI DAN


DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT
KECEMASAN ORANG TUA DI RUANG NICU
RSUP. DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

KURNIA CITRA
21806230

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR
MAKASSAR
2020
SKRIPSI
HUBUNGAN LAMA PERAWATAN BAYI DAN
DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT
KECEMASAN ORANG TUA DI RUANG NICU
RSUP. DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

KURNIA CITRA
21806230

Skripsi Ini Diajukan


Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatam

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR
MAKASSAR
2020
v

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang Bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Kurnia Citra

Stambuk : 21806230

Institusi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-

benar merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan

atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan

sebagian atau keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain, saya bersedia

menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, 10 Mei 2020

Yang menyatakan,

Kurnia Citra

v
ABSTRAK

Hubungan Lama Perawatan Bayi dan Dukungan Keluarga dengan


Tingkat Kecemasan Orang Tua Di Ruang NICU RSUP
Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

KURNIA CITRA

(Dibimbing oleh Hj. Patmawati dan Andi Sani Silwanah)

Angka kematian di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) masih tinggi. Menurut
WHO (2017), angka kematian neonatus di NICU pada tahun 2015 mencapai 2, 7 juta
jiwa. Angka kematian bayi pada tahun 2017 (semester I) mencapai 10.294 kasus (Depkes
RI). Ketika orang tua memiliki bayi yang dirawat di NICU, respon fisiologi yang kerap
muncul ialah stress atau kecemasan. (DeLaune & Ladner, 2011). Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan lama perawatan bayi dan dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan orang tua di ruang NICU RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Jenis penelitian ini menggunakan observasional analitik dengan pendekatan
Cross Sectional. Responden dalam penelitian ini sebanyak 27 responden. Teknik
pengambilan sampel dengan cara total sampling.
Hasil penelitian menggunakan uji fisher diperoleh nilai ρ (0,004) < α (0,05) untuk
lama perawatan bayi dengan tingkat kecemasan dan nilai ρ (0,002) < α (0,05) untuk
dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan ibu. Jika ρ < α menandakan bahwa
hipotesis penelitian diterima. Hal ini terdapat hubungan lama perawatan bayi dan
dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan orang tua di ruang NICU RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Disimpulkan dalam penelitian ini terdapat hubungan lama perawatan bayi dan
dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan orang tua di ruang NICU RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar, diharapkan dari hasil penelitian ini sebagai masukan
dalam proses pembelajaran dan penelitian khususnya tentang hubungan lama perawatan
bayi dan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan orang tua di ruang NICU.

Kata Kunci: NICU, Dukungan Keluarga, Lama perawatan, Kecemasan.


Daftar Pustaka: 35 (2001-2019)

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, tiada kata paling indah selain ucapan syukur kepada Allah

SWT atas segala limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “ Hubungan Lama Perawatan Bayi dan

Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Orang Tua di Ruang NICU

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo” Shalawat serta salam semoga tetap tercurah

kepada Rasulullah SAW, insan terbaik sepanjang sejarah kehidupan manusia.

Dengan segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih yang setingi-

tingginya kepada kedua orang tuaku, Ayahanda Alm. H.Nurking dan Ibunda

Hj.Hapsah yang telah penuh kesabaran dan keikhlasan dalam merawat dan

membesarkan ananda dengan segala kasih sayang, jerih payah, nasehat, didikan

dan do’anya yang tak henti-hentinya untuk keberhasilan dan kebahagiaan penulis.

Ucapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar – besarnya kepada Ibu

Hj. Patmawati, S.Kp.,M.Kes selaku pembimbing I dan Ibu Andi Sani Silwanah,

SKM.,M.Kes selaku pembimbing II yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan

telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan

arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis juga

mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Sry Satriani, SKM.,M.Kes dan Ibu

Nour Sriyanah, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku tim penguji yang telah meluangkan

waktu dan pikiran guna memberikan masukan dan arahannya.

Demikian pula ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :

1. Ibu Hj. Andi Tenriwaru Assad Lantara sebagai Dewan Pendiri Yayasan

Pendidikan Makassar (YAPMA).

vii
2. Bapak Andi Indri Damayanti Asaad Lantara, SH.,M.Adm.,SDA sebagai Ketua

Yayasan Penddidikan Makassar (YAPMA).

3. Ibu Andi Esse Puji Pawenrusi, SKM.,M.Kes sebagai Ketua Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar.

4. Bapak Muhammad Sahlan Zamaa, S.Kep.,Ns.,M.Kep,.Sp.KMB sebagai Ketua

Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Makassar

5. Dr. dr. Khalid Saleh, Sp.PD, FINASIM, MARS selaku Direktur RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar.

6. Penasehat akademik Bapak Sulaeman

7. Pengelolah Bapak Aminullah, S.Kep.,Ns

8. Responden yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini

9. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membimbing dan mengajar penulis Untuk

sahabat – sahabat ku di Prodi Keperawatan Non Reguler G yang tidak dapat

saya sebut namanya satu persatu, terima kasih semua telah menjadi teman

seperjuangan yang solid dalam suka dan duka.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

mengingat keterbatasan diri penulis sebagai manusia biasa.Oleh karena itu adanya

saran dan kritik yang konstruktif sangat dibutuhkan guna kesempurnaan skripsi ini

sangat penulis harapkan.

Makassar, 23 Mei 2020

Penulis

Kurnia Citra

viii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i

HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ............................................. iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ............................ v

ABSTRAK .................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................. vii

DAFTAR ISI ................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ............................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Kecemasan ....................................... 6


B. Tinjauan Umum Tentang Lama Perawatan ............................... 14
C. Tinjauan Umum Tentang Dukungan Keluarga ......................... 19
D. Tinjauan Umum Tentang Neonatal Intensive Care Unit (NICU)
................................................................................................. 25
E. Tabel Sintesa Penelitian ............................................................ 34

ix
BAB III KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian......................................... 38


B. Pola Pikir Variabel Penelitian ................................................... 39
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ............................... 40
D. Hipotesis Penelitian ................................................................... 41

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ........................................................................ 42


B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 42
C. Populasi dan Sampel ................................................................ 42
D. Pengumpulan Data ................................................................... 43
E. Pengolahan Data ..................................................................... 46
F. Analisis Data ............................................................................ 47
G. Penyajian Data ......................................................................... 48
H. Etika Penelitian ........................................................................ 48

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ........................................................................ 50


B. Pembahasan ............................................................................. 56

BAB VI PENUTUP

A. Simpulan .................................................................................. 64
B. Saran ........................................................................................ 64

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

nomor halaman
1 Sintesa Hasil Penelitian Sebelumnya .......................................................... 34
2 Distribusi Karakteristik Responden Orang Tua Bayi yang Di Rawat Di
Ruang NICU RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar ........................ 51
3 Distribusi Lama Hari Rawat Bayi yang Di Rawat Di Ruang NICU
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar .............................................. 52
4 Distribusi Dukungan Keluarga Orang Tua Bayi yang Di Rawat Di
Ruang NICU RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar ........................ 53
5. Hubungan Lama Perawatan Bayi dengan Tingkat Kecemasan Orang
Tua Di Ruang NICU RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar ............ 54
6. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Orang Tua
Di Ruang NICU RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar ................... 55

xi
DAFTAR GAMBAR

nomor halaman

1. Gambar 1.1 Rentang Respon Cemas.............................................................. 10

2. Gambar 1.2 Penilaian Kuesioner HARS ........................................................ 11

3. Gambar 1.3 Bagan Kerangka Konsep ............................................................ 39

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 : Lembar Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 : Master Tabel Penelitian

Lampiran 5 : Hasil Analisis SPSS

Lampiran 6 : Surat Persetujuan Penelitian dari STIK Makassar

Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian dari RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar

Lampiran 8 : Surat Keterangan Melakukan Penelitian

Lampiran 9 : Dokumentasi

Lampiran 10 : Daftar Riwayat Hidup

xiii
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

Singkatan Arti

Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

NICU : Neonatal Intensive Care Unit

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat

WHO : World Health Organitation

RSWS : RS Dr. WahidinSudirohusodo

HARS : Hamilton Anxiety Rating Scale

LD : lama dirawat

LOS : Length Of Stay

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Neonatal Intensive Care Unit (NICU) merupakan suatu unit perawatan

intensif untuk bayi baru lahir usia 0 sampai dengan 28 hari yang memerlukan

perawatan khusus misalnya bayi yang lahir dengan berat badan rendah,

mengalami gangguan sistem pernafasan (asfiksia), mengalami kesulitan dalam

proses persalinan, maupun bayi yang terlahir secara premature (DeLaune &

Ladner, 2011).

Angka kematian di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) masih tinggi.

Menurut WHO (2017), angka kematian neonatus di NICU pada tahun 2015

mencapai 2, 7 juta jiwa. Satu juta kematian terjadi pada saat kelahiran dan

sekitar 2 juta neonates mengalami kematian pada minggu pertama kehidupan.

Selainitu, Unicef Indonesia (2012) juga mengatakan bahwa sebagian besar

kematian di Indonesia terjadi pada masa neonatus (bulan pertama kehidupan).

Angka kematian bayi pada tahun 2017 (semester I) mencapai 10.294 kasus

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia). Dari hasil data Profil kesehatan

2016 jumlah kematian bayi menjadi 1.179 bayi atau 7,94 per 1000 kelahiran

hidup (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan). Jadi bias disimpulkan

bahwa pravalensi atau angka kejadian pasien rawat intensif di rumah sakit

ruang rawat NICU masih sangat tinggi.

1
Sedangkan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar yang menjadi

salah satu alternatef pelayanan Neonatal Intensive Care Unit (NICU) di

Indonesia Timur, jumlah pesien yang di rawat meningkat tiap tahunnya, tercatat

3 tahun terakhir 1.126 bayi yang di rawat di NICU selama 3 tahun terakhir, 277

bayi pada tahun 2017, 362 bayi pada tahun 2018, dan 277 bayi pada tahun 2019

(Januari- Juni), (RM RSWS, 2019).

Menurut Penelitian Siwi, Fatimah, & Emaliyawat, (2012) mengenai judul

faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan dan analisis kebutuhan

orangtua yang mengalami kecemasan dengan bayi sakit kritis di nicu RSUD

Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto menyatakan bahwa terdapat

hubungan antara lama perawatan bayi dengan tingkat kecemasan ibu dengan

nilai (p value > 0,05 ).

Selain faktor yang telah dijelaskan, terdapat faktor lain yang dapat

memicu terjadinya stress pada orang tua yaitu factor usia, jenis kelamin orang

tua, usia gestasi ibu, pendidikan, lama hari rawat, dan berat badan lahir bayi

(Turner, 2015; Dutta, 2016).

Menurut Hendrawati et al., (2018) dalam penelitiannnya mengenai

kebutuhan orang tua dalam perawatan bayi sakit kritis di Neonatal Intensive

Care Unit (NICU), yaitu kebutuhan terhadap dukungan masih merupakan

kebutuhan yang dirasakan penting bagi orang tua. Karena di dapatkan

nilai Mean = 3,49 dan standar deviasi = 0,16.

2
Kebutuhan terhadap dukungan digambarkan sebagai kebutuhan

terhadap sumber, sistem, dan struktur yang dibutuhkan orang tua,

seperti kebutuhan untuk mengekspresikan emosi, mengatasi masalah

finansial, ada yang perhatian untuk diri mereka sendiri, dan dukungan

spiritual. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan hasil bahwa orang

tua membutuhkan dukungan dan perhatian selama perawatan bayi di

NICU, baik dari keluarga, petugas kesehatan, ataupun sesama orang tua

yang bayinya mengalami perawatan di NICU (Hendrawati et al., 2018).

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Lama Perawatan Bayi

Dan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Orang Tua di Ruang

NICU RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar “.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti dapat

merumuskan masalah penelitian ini yaitu “Adakah Hubungan Lama Perawatan

Bayi dan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Orang Tua di Ruang

NICU RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar ?”.

3
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan lama perawatan bayi dan dukungan

keluarga dengan tingkat kecemasan orang tua di ruang NICU RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya hubungan lama perawatan dengan tingkat kecemasan orang tua di

rumah sakit ruang rawat NICU.

b. Diketahuinya hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan orang

tua di rumah sakit ruang awat NICU.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah :

1. Manfaat Ilmiah

Proposal penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam

mengembangan ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan referensi dalam

penelitian selanjutnya.

2. ManfaatInstitusi

Proposal penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan

untuk meningkatkan pelayanan keperawatan tentang penatalaksanaan

kecemasan pada orang tua di rumah sakit ruang rawat NICU.

4
3. Manfaat Praktis

Proposal peneitian ini diharapkan akan lebih memperkaya pengetahuan

keperawatan, sehingga mahasiswa/i akan lebih memperhatikan tentang

hubungan lama perawatan dan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan

orang tua dirumah sakit ruang rawat NICU.

4. Manfaat Bagi Masyarakat

Proposal penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

pemahaman masyarakat tentang hubungan lama perawatan dan dukungan

keluarga dengan tingkat kecemasan orang tua dirumah sakit ruang rawat NICU.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Kecemasan

1. Definisi Kecemasan

Istilah kecemasan dalam Bahasa Inggris yaitu anxiety yang berasal dari

Bahasa Latin angustus yang memiliki arti kaku, dan ango, anci yang berarti

mencekik (Trismiati, dalam Yuke Wahyu Widosari, 2010). Selanjutnya Hawari

(2011), mengemukakan Kecemasan (anxiety) adalah suatu pengalaman subyektif

tentanggangguan alam perasaan (affective) yang menggelisahkan sebagai reaksi

dari ketidakmampuan mengatasi masalah atau tidak adanya rasa aman. yang

ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan

berkelanjutan Kecemasan merupakan reaksi terhadap ancaman, hambatan pada

keinginan pribadi atau adanya perasaan tertekan. Hal ini semua dapat timbul

karena kecewa, rasa tak puas, rasa tak nyaman atau adanya sikap permusuhan

dengan orang lain.

Syamsu Yusuf (2009) mengemukakan anxiety (cemas) merupakan

ketidakberdayaan neurotik, rasa tidak aman, tidak matang, dan kekurangmampuan

dalam menghadapi tuntutan realitas (lingkungan), kesulitan dan tekanan

kehidupan sehari-hari. Sarlito Wirawan Sarwono (2012) menjelaskan kecemasan

merupakan takut yang tidak jelas objeknya dan tidak jelas pula alasannya.

6
2. Gejala-gejala Kecemasan

Kecemasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan karena adanya

ancaman terhadap kesehatan.Individu-individu yang tergolong normal kadangkala

mengalami kecemasan yang menampak, sehingga dapat disaksikan pada

penampilan yang berupa gejala-gejala fisik maupun mental.Gejala tersebut lebih

jelas pada individu yang mengalami gangguan mental.Lebih jelas lagi bagi

individu yang mengidap penyakit mental yang parah.

Kecemasan berasal dari perasaan tidak sadar yang berada didalam

kepribadian sendiri, dan tidak berhubungan dengan objek yang nyata atau

keadaan yang benar-benar ada. Kholil Lur Rochman, (2010) mengemukakan

beberapa gejala-gejala dari kecemasan antara lain :

a. Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian

menimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut merupakan bentuk

ketidakberanian terhadap hal-hal yang tidak jelas.

b. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan sering

dalam keadaan exited (heboh) yang memuncak, sangat irritable,akan tetapi sering

juga dihinggapi depresi.

c. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion ofpersecution

(delusi yang dikejar-kejar).

d. Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah,

banyakberkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.

7
e. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan tekanan

jantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi.

3. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan

Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian

besar tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang.Peristiwa-peristiwa

atau situasi khusus dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan.

Zakiah Daradjat (Kholil Lur Rochman, 2010) mengemukakan beberapa

penyebab dari kecemasan yaitu :

a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya.

Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya terlihat jelas

didalam pikiran.

b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-halyang

berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini sering pula

menyertai gejala-gejala gangguan mental, yang kadang-kadang terlihat dalam

bentuk yang umum.

c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk. Kecemasan

ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan dengan apapun

yang terkadang disertai dengan perasaan takut yang mempengaruhi keseluruhan

kepribadian penderitanya. Kecemasan hadir karena adanya suatu emosi yang

berlebihan. Selain itu, keduanya mampu hadir karena lingkungan yang

menyertainya, baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun penyebabnya.

8
4. Jenis-jenis Kecemasan

Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan didalam

dirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsangan dari

luar.Mustamir Pedak (2009:30) membagi kecemasan menjadi tiga jenis

kecemasan yaitu :

a. Kecemasan Rasional

Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang memang mengancam,

misalnya ketika menunggu hasil ujian.Ketakutan ini dianggap sebagai suatu unsur

pokok normal dari mekanisme pertahanan dasariahkita.

b. Kecemasan Irrasional

Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini dibawah keadaan-keadaan

spesifik yang biasanya tidak dipandang mengancam.

c. Kecemasan Fundamental

Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan tentang siapadirinya, untuk

apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya berlanjut. Kecemasan ini

disebut sebagai kecemasan eksistensial yang mempunyai peran fundamental bagi

kehidupan manusia.

5. Rentang Respon Kecemasan

Rentang respon individu terhadap cemas berfluktuasi antara respon adaptif

dan maladaptif.Rentang respon yang paling adaptif adalah antisipasi dimana

individu siap siaga untuk beradaptasi dengan cemas yang mungkin

muncul.Sedangkan rentang yang paling maladaptif adalah panik dimana individu

9
sudah tidak mampu lagi berespon terhadap cemas yang dihadapi sehingga

mengalami ganguan fisik, perilaku maupun kognitif (Stuart, 2007).

Seseorang yang berespon adaptif terhadap kecemasannya maka tingkat

kecemasan yang dialaminya ringan, semakin maladaptif respon seseorang terhadap

kecemasan maka semakin berat pula tingkat kecemasan yang dialaminya, seperti

gambar dibawah ini :

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Gambar 1.1 Rentang Respon Cemas

Sumber: Stuart (2007)

6. Skala Kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

Untuk mengetahui tingkat kecemasan pada pasien apakah masuk kedalam

tingkat kecemasan ringan, sedang atau berat, menggunakan instrument ukur yaitu

Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS).Skala ini dibuat oleh Max Hamilton

tujuannya adalah untuk menilai kecemasan sebagai gangguan klinikal dan

mengukur gejala kecemasan.Kuesioner HARS berisi empat belas pertanyaan yang

terdiri dari tiga belas kategori pertanyaan tentang gejala kecemasan dan satu

kategori perilaku saat wawancara (Nursalam, 2011).

10
Dengan keterangan tersebut terdapat aspek penilaian kuesioner HARS

diantaranya :

Gambar 1.2 Penilaian Kuesioner HARS

No. Aspek Penilaian

1. Ketakutan

2. Kecemasan

3. Kegelisahan/ketegangan

4. Optimisme

5. Kesedihan/depresi

6. Intelektual

7. Minat

8. Otot (somatic)

9. Insomnia

10. Kardiovaskuler

11. Pernafasan

12. Perkemihan

13. Gastrointestinal

14. Perilaku

Dengan masing-masing penilaian mempunyai jawaban diantaranya 1=

tidak pernah, 2= kadang-kadang, 3= sering, 4= sangat sering.

11
Dengan hasil keterangan :

a. Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan

b. Skor 14 – 20 = kecemasan ringan

c. Skor 21 – 27 = kecemasan sedang

d. Skor 28 – 41 = kecemasan berat

e. Skor 42 – 56 = kecemasan berat sekali/panic

7. Hubungan Lama Perawatan dengan Tingkat Kecemasan

Menurut Penjelasan Wong et. Al (2001) bahwa orang tua merasakan

kecemasan sejalan dengan lama hari rawat bayi. Bayi yang dirawat di NICU,

lama perawatan yang panjang serta harapan hidup yang tidak pasti dapat

menyebabkan orang tua merasa takut, cemas, dan putus asa. Orang tua yang

menunggu bayinya di NICU, berharap masa perawatannya tidak lama. Semakin

lama bayi dirawat di NICU semakin meningkatkan kecemasan, dikarenakan

ketidakpastian terhadap kondisi bayinya. Orang tua beranggapn bahwa bayinya

yang tidak parah maka dapat segera pulang, sebaliknya bayi yang dirawat dalam

jangka waktu yang lama berarti bayinya mengalami masalah serius dan

mendapatkan perawatan yang intensif.

Dalam kondisi cemas dan stress keluarga akan membutuhkan waktu lama

untuk pengambilan keputusan, sehingga dapat mempengaruhi dan menunda

pemberian tindakan yang bersifat segera untuk pasien (Sugimin, 2017)

12
Hasil penelitian Saragih dan Suparmi (2017) menunjukkna bahwa dari

pasien yang dirawat di ruangan intensif ditemukan rata-rata lama rawat lebih dari

5 hari. Pasien yang dirawat di ruang intensif , datang dalam keadaan mendadak

dan tidak direncanakan, penyakit yang kritis serta keparahan penyakit

menyebabkan perawatan yang lama yang dihubungkan dengan kekhawatiran serta

kecemasan (Mc. Adam dan Puntillo,2009)

8. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan

Pengaruh dukungan social terhadap kesehatan dapat diterangkan melalui

hipotesis penyangga (Buffer Hypotesis) dan hipotesis efek langsung (Direct Effect

Hypotesis). Menurut hipotesis pengganggu, dukungan social mempengaruhi

kesehatan dengan melindungi individu terhadap efek negative dari stress yang

berat. Orang dengan dukungan social yang tinggi akan kurang menilai situsai

penuh stress, sedangkan dukungan social yang rendah akan mengubah respon

mereka terhadap sumber stress. Hipotesis efek tidak langsung berpendapat bahwa

dukungan social itu bermanfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan, tidak peduli

banyaknya stress yang dialami. Contohnya: orang yang dengan dukungan social

tinggi dapat memiliki penghargaan lebih tinggi. Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa dukugan social terhadap kesehatan berkaitan dengan fungsi

melindungi seseorang terhadap gangguan psikologis (Liandi,2011).

Dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Liandi (2011) bahwa

dukungan keluarga sedang sebanyak 53,33% menyebabkan kecemasan sedang,

13
kecemasan rendah sebanyak 10% dan kecemasan sedang 6,76% didapat pada

anak yang memperoleh dukungan tinggi (baik) dari keluraga mereka.

Kecemasan karena tidak adanya dukungan dari keluarga baik dukungan

internal maupun eksternal. Kebutuhan terhadap dukungan sangat diperlukan oleh

orang tua untuk menciptakan koping yang daptif (Feldman et. al 1999 dalam

Padovani et. al, 2004). Hasil penelitian oleh Ward (2001); Nicholas (2006) &

Mundy (2011) menyatakan orang tua membutuhkan dukungan dari sesama orang

tua yang mempunyai bayi sakit kritis yang sedang menjalani perawatan di NICU.

Dukungan yang diberikan sesame orang tua bisa dalam hal berbagi pengalaman,

memotivasi dan saling menguatkan.

B. Tinjauan Umum Lama Perawatan

1. Definisi Lama Perawatan

Lama Perawatan atau Lama Hari Rawat atau Length of Stay (LOS) adalah

suatu ukuran berapa hari lamanya seorang pasien dirawat inap pada suatu periode

perawatan.Satuan lama hari rawat adalah hari. Kemudian, cara menghitung lama

hari rawat ialah dengan menghitung selisih antara tanggal kepulangan (keluar dari

rumah sakit, baik hidup atau meninggal) dengan tanggal masuk ke rumah sakit.

(Nursalam, 2013).

Penghitungan statistik pelayanan rawat inap di rumah sakit dikenal istilah

yang lama dirawat (LD) yang memiliki karakteristik cara pencatatan,

penghitungan, dan penggunaan yang berbeda. LD menunjukkan berapa hari

14
lamanya seorang pasien dirawat inap pada satu episode perawatan.Satuan untuk

LD adalah hari.Cara menghitung LD yaitu dengan menghitung selisih antara

tanggal pulang (keluar dari rumah sakit, hidup maupun mati) dengan tanggal

masuk rumah sakit. Pasien yang masuk dan keluar pada hari yang sama, lama

dirawatnya dihitung sebagai 1 hari dan pasien yang belum pulang atau keluar

belum bisa dihitung lama dirawatnya (Indradi, 2007). Sedangkan pembagian lama

hari rawat menurut Budiningsari (2004) yaitu : panjang ( ≥ 7 hari ) dan pendek ( <

7 hari ).

2. Faktor yang berpengaruh terhadap Lama Perawatan atau Length Of Stay (LOS)

Beberapa faktor baik yang berhubungan dengan keadaan klinis pasien,

tindakan medis, pengelolaan pasien di ruangan maupun masalah adminstrasi

rumah sakit bisa mempengaruhi terjadinya penundaan pulang pasien. Ini akan

mempengaruhi LOS. Terutama untuk pasien yang memerlukan tindakan medis

atau pembedahan, faktor-faktor yang berpengaruh tersebut antara lain;

a. Komplikasi atau infeksi luka operasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi luka operasi dan

komplikasi pada umumnya menurut Fakhrul (2011) yaitu waktu / lama operasi.

Makin lama waktu yang dibutuhkan untuk operasi maka akan mempengaruhi

terhadap penyembuhan luka operasi dan juga akan meningkatkan terjadinya

infeksi luka operasi, sehingga lama hari rawat akan lebih panjang.

15
b. Jenis operasi

Pada jenis operasi elektif pasien dipersiapkan secara optimal, sedangkan

pada operasi yang berjenis cyto persiapannya tidak sebaik seperti pada operasi

yang bersifat elektif,karena dengan ditundanya tindakan operasi akan

membahayakan jiwa pasien. Sehingga dengan persiapan yang kurang optimal

terutama pada operasi yang bersifat cyto, resiko untuk terjadinya infeksi luka

operasi menjadi lebih besar (Erbaydar, 2004).

c. Jenis kasus atau penyakit

Kasus yang akut dan kronis akan memerlukan lama hari rawat yang

berbeda, dimana kasus yang kronis akan memerlukan lama hari rawat lebih lama

dari pada kasus-kasus yang bersifat akut.Demikian juga penyakit yang tunggal

pada satu penderita akan mempunyai lama hari rawat lebih pendek dari pada

penyakit ganda pada satu penderita (Barbara J, 2008).

d. Tenaga dokter yang menangani atau pelaksana operasi

Faktor tenaga dokter yang menangani pasien cukup berperan dalam

menentukan memanjangnya lama hari rawat, dimana perbedaan ketrampilan antar

dokter akan mempengaruhi kinerja dalam penanganan kasus, juga waktu

memutuskan untuk melakukan tindakan (Lacy, Antonio M, 2008).

16
e. Umur Pasien

Usia dalam kamus bahasa Indonesia adalah waktu hidup atau sejak

dilahirkan. Menurut pertimbangan pembedahan pengelompokan umur dibagi

menjadi usia anak-anak (umur antara 0 sampai 18 tahun), usia dewasa (umur

antara 19 sampai 45 tahun), usia tua (usia yang lebih dari 45 tahun). Usia

mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya resiko, serta sifat

resistensi tertentu. Usia juga mempunyai hubungan yang erat dengan beragam

sifat yang dimiliki oleh seseorang. Perbedaan penyakit menurut umur mempunyai

pengaruh yang akan berhubungan dengan perbedaan tingkat keterpaparan dan

kerentanan menurut umur, proses pathogenesisdan pengalaman terhadap penyakit

tertentu.

f. Pekerjaan

Pekerjaan tidak secara langsung mempengaruhi lama hari rawat pasien,

namun mempengaruhi cara pasien dalam membayar biaya perawatan. Pekerjaan

menentukan penghasilan serta ada atau tidaknya jaminan kesehatan untuk

menanggung biaya selama perawatan di rumah sakit (Anggraini, 2008).

g. Jenis Penanggung biaya

Hasil penelitian Adriani (2008) dan Angraini (2008), disimpulkan bahwa

penderita yang biaya perawatannya dibayar oleh perusahaan atau asuransi

kesehatan akan mempunyai lama hari rawat lebih lama dari pada penderita yang

17
biaya perawatannya dibayar sendiri, ini dikarenakan proses penyelesaian

administrasi pembayaran dengan pihak penjamin akan memakan waktu terutama

jika pasien belum melengkapi syarat-syarat administrasinya. Kondisi

sosioekonomi yang rendah akan berdampak terhadap lama hari rawat. Negara

yang sedang berkembang dan bagi masyarakat yang kurang beruntung dan

biasanyadengan jumlah anak yang cukup banyak, biaya untuk perawatan atau

pengobatan anaknya yang sakit tentunya sangat memberatkan, sehingga mereka

berusaha untuk mempercepat lama hari rawatnya.

h. Pemeriksaan Penunjang Medis

Banyak pemeriksaan penunjang diagnostik yang sebenarnya tidak

dibutuhkan dalam menegakkan diagnose bagi penderita, pemeriksaan yang

berlebihan inilah yang menyebabkan penderita berada di rumah sakit lebih lama

sehingga berakibat juga pada perpanjangan lama hari rawat. Ketidaklengkapan

tenaga dan fasilitas di unit penunjang (laboratorium, radiologi dan lain-lain) juga

berpengaruh terhadap lama hari rawat yang disebut hospital bottle neck

(Andriani, 2008).

Lama perawatan dapat mengakibatkan kecemasan dimana menurut

Needle, O’Riordan & Smith (2009), bahwa kecemasan mengganggu ketenangan

atau rasa aman nyaman kemudian mengakibatkan gangguan konsentrasi.

Orangtua yang mengalami gangguan konsentrasi, maka sulit dalam mengambil

keputusan terhadap tindakan atau prosedur yang dilakukan pada

18
bayinya.Kecemasan yang dialami oleh orangtua dapat ditransfer kepada bayinya

sehingga dapat memperparah penyakit dan memperpanjang masa penyembuhan

(Morton et al, 2011).

Kecemasan yang dialami oleh orang tua merupakan salah satu akibat dari

hospitalisasi yang disebabkan karena perpisahan.Semakin lama hari rawat bayi

di NICU maka semakin lama waktu perpisahan antara orang tua dan bayi. Pada

awalnya orang tua bereaksi dengan rasa tidak percaya, terutama saat

mendapatkan informasi tentang diagnose dan harus menjalani perawatan di

ruang intensif. Setelah mendapatkan informasi yang jelas dari tenaga kesehatan

terkait kondisi kesehatannya, awalnya orang tua bereaksi dengan marah atau

merasa bersalah.Bahkan pada kondisi bayi sakit ringan, orang tua

mempertanyakan dirinya sebagia pemberi perawatan seiring waktu, orang tua

memasuki fase cemas.Orang tua menjadi murung, diam, ketakutan serta cemas,

tetapi pada akhirnya orang tua dapat menerima kenyataan bahwa yang dialami

oleh bayinya harus menjalani perawatan intensif.

C. Tinjauan Umum Dukungan Keluarga

1. Defenisi Dukungan Keluarga

Menurut Sarafino & Smith (2012) dukungan adalah suatu bentuk

kenyamanan, perhatian, penghargaan, ataupun bantuan yang diterima individu

dari orang yang berarti, baik secara perorangan maupun kelompok. Dukungan

dapat berupa dukungan sosial keluarga internal, seperti dukungan dari suami istri

atau dukungan dari saudara kandung, atau dukungan sosial keluarga eksternal

19
dukungan sosial eksternal bagi keluarga inti (dalam jaringan kerja sosial

keluarga).

Dari uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa dukungan

keluarga adalah suatu keadaan atau proses hubungan antara keluarga yang

memberi manfaat kepada orang lain.

2. Fungsi Dukungan Keluarga

Efendi & Makhfudly (2009) menjelaskan bahwa keluarga memiliki beberapa

fungsi dukungan yaitu:

a. Dukungan Informasional

Dukungan informasional adalah keluarga berfungsi sebagai pemberi

informasi, dimana keluarga menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti,

informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah (Friedman,

2013). Dukungan informasi terjadi dan diberikan oleh keluarga dalam bentuk

nasehat, saran dan diskusi tentang bagaimana cara mengatasi atau memecahkan

masalah yang ada (Sarafino & Smith, 2012)

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan desiminator (penyebar)

informasi tentang dunia.Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi

yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah.Manfaat dari dukungan ini

adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan

dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek

dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk, dan pemberian

informasi (Efendi & Makhfudly, 2009).

20
b. Dukungan Penilaian

Dukungan penilaian atau penghargaan adalah keluarga yang bertindak

membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator

indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan,

perhatian (Friedman, 2013). Dukungan penghargaan terjadi melalui ekspresi

penghargaan yang positif melibatkan pernyataan setuju dan panilaian positif

terhadap ide-ide, perasaan dan performa orang lain yang berbanding positif antara

individu dengan orang lain (Sarafino & Smith, 2012).

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing

dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator identitas

anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, dan perhatian

(Efendi & Makhfudly, 2009).

c. Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental adalah keluarga merupakan sumber pertolongan

praktis dan konkrit, diantaranya adalah dalam hal kebutuhan keuangan, makan,

minum dan istirahat(Friedman, 2013).

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit,

diantaranya: kesehatan penderita dalam hal makan dan minum, istirahat,

terhindarnya penderita dari kelelahan (Efendi & Makhfudly, 2009).

d. Dukungan Emosional

Dukungan emosional adalah keluarga sebagai tempat yang aman dan damai

untuk istirahat serta pemulihan dan membantu penguasaan terhadap emosi.

21
Dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk adanya

kepercayaan dan perhatian(Friedman, 2013). Keluarga sebagai tempat yang aman

dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap

emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang

diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaaan, perhatian, mendengarkan

dan didengarkan (Efendi & Makhfudly, 2009).

3. Tipe Keluarga

Menurut Kozier, Erb, Berman, & Snyder (2010), tipe-tipe keluarga adalah

sebagai berikut:

a. Keluarga Tradisional

Keluarga tradisional dipandang sebagai unit otonom dengan kedua orang

tua tinggal dirumah bersama anak mereka, ibu menjalankan peran pengasuh dan

ayah memberikan sumber ekonomi yang diperlukan oleh keluarga.

b. Keluarga Karir Ganda

Pada keluarga karir ganda, kedua orang tua sama-sama bekerja.Mereka

mungkin memiliki anak atau tidak.

c. Keluarga Orang Tua Tunggal

Ada banyak alasan terjadinya orang tua tunggal, seperti kematian

pasangan, perceraian, kelahiran anak dari wanita yang belum menikah, atau

adopsi seorang anak pria atau wanita lajang.

22
d. Keluarga Remaja

Jumlah kelahiran bayi dari orang tua yang masih remaja makin banyak tia[

tahunnya. Orang tua yang masih muda ini seringkali tidak siap baik dari segi

tingkat perkembangan, fisik, emosi, maupun finansial untuk mengemban

tanggung jawab sebagai orang tua.

e. Keluarga Angkat

Anak-anak yang tidak dapat tinggal dengan orang tua kandung yang

membutuhkan tempat tinggal dengan keluarga yang telah mnyetujui untuk

sementara menerima mereka.

f. Keluarga Campuran

Beberapa unit keluarga yang telah terbentuk bergabung membentuk

keluarga baru yang dikenal sebagai keluarga campuran, keluarga tiri, atau

keluarga rekonstitusi.

g. Keluarga Inragenerasi

Pada beberapa budaya dan sering peningkatan angka harapan hidup

manusia, lebih dari dua generasi dapat tinggal bersama.Anak-anak dapat terus

tinggal dengan orang tuanya bahkan setelah memiliki anak sendiri atau kakek dan

nenek tinggal bersama dengan keluarga anak yang mereka besarkan setelah

bertahun-tahun tinggal terpisah.

h. Keluarga Kohabitasi

Keluarga kohabitasi (atau keluarga kumpul kebo) terdiri atas beberapa

keluarga atau individu yang tinggal bersama dalam satu atap.

23
i. Keluarga Lesbian dan Gay

Orang dewasa yang homoseksual dapat membentuk keluarga lesbian atau

gay berdasarkan tujuan asuhan dan komitmen yang sama dengan yang dijumpai

pada hubungan heteroseksual.

j. Orang Dewasa Lajang Hidup Sendiri

Individu yang tinggal sendirian menggambarkan bagian penting dalam

masyarakat saat ini. Dukungan keluarga sangat dibutuhkan selama proses

perawatan, dimana keluarga memiliki fungsi-fungsi yang seharusnya

dilaksanakan tetapi karena kecemasan yang dialami ketika mendampingi kaluarga

yang sedang dirawat di ruang intensif akan berdampak terhadap kesehatan dan

menyebabkan sakit. Didalam keadaan sakit keluarga tidak mampu melaksanakan

fungsi-fungsi yang seharusnya dilaksanakan sehingga akan mengakibatkan

dukungan keluarga berkurang yang sedang sakit dan di rawat di rumah sakit

proses penyembuhannya semakin lama.

Selain pemberian dukungan berupa perhatian, pemenuhan kebutuhan

spiritual diharapkan mampu mengembalikan keyakinan, memenuhi kewajiban

agama serta dapat meningkatkan hubungan antara dirinya dengan Sang Pencipta

(Hamid, 2010).Keluarga membutuhkan tempat ibadah yang dekat dengan tempat

perawatan karena pada kondisi yang dialami saat ini, keyakinan spiritual dan

keinginan untuk berdoa lebih tinggi dari biasa yang dilakukan. Dukungan

psikoreligius tidak kalah penting dengan psikoterapi psikiatrik, karena

mengandung kekuatan spiritual yang mampu membangkitkan rasa percaya diri dan

24
optimisme merupakan hal yang pokok selama masa penyembuhan disamping

tindakan medis lainnya (Hawari,2004). Disamping itu, Moore et. al(2012)

pemenuhan kebutuhan terhadap dukungan dapat meningkatkan tingkat psikososial

dan meningkatkan komunikasi dengan keluarga sehingga dapat meningkatkan

kepuasan dalam perawatan. Kurangnya komunikasi antara keluarga dapat

menimbulkan stress, komunikasi secara tidak langusng dengan keluarga seperti

komunikasi dilakukan secara pesan pendek Short Massage Send (SMS)

dikarenakan keluarga yang lain berada d luar kota, adanya masalah keluarga yang

memicu adanya komunikasi tidak efektif dalam keluarga.

D. Tinjauan Umum Neonatal Intensive Care Unit (NICU)

1. Konsep Neonatal Intensive Care Unit (NICU)

Ruangan Neonatal Intensive Care Unit (NICU) adalah ruang perawatan

intensif untuk bayi yang memerlukan pengobatan dan perawatan khusus, guna

mencegah dan mengobati terjadinya kegagalan organ-organ vital. NICU

merupakan ruangan khusus yang menggabungkan teknologi canggih dan tenaga

kesehatan profesional terlatih untuk memberikan perawatan khusus dan intensif

bagi bayi baru lahir. Bayi-bayi yang dirawat di NICU umumnya adalah bayi

dengan risiko tinggi. Bayi risiko tinggi adalah bayi yang mempunyai

kemungkinan lebih besar untuk menderita sakit atau kematian daripada bayi yang

lain. Istilah bayi risiko tinggi digunakan untuk menyatakan bahwa bayi

memerlukan perawatan dan pengawasan ketat (Surami, 2003) Bayi risiko tinggi

adalah bayi yang mempunyai kemungkinan lebih besar untuk menderita sakit atau

25
kematian daripada bayi yang lain. Istilah bayi risiko tinggi digunakan untuk

menyatakan bahwa bayi memerlukan perawatan dan pengawasan ketat (Surami,

2003).

Perawatan dan monitoring bayi risiko tinggi merupakan proses yang

kompleks yang melibatkan penggunaan sejumlah mesin dan kolaborasi di antara

beberapa orang dengan keterampilan dan latar belakang yang berbeda.

Monitoring secara komputerisasi memungkinkan perawat untuk melihat

kecenderungan vital sign dalam periode waktu yang relatif lama daripada

monitoring dengan monitor vital sign pada umumnya.

Peralatan yang digunakan dalam sistem monitoring seringkali

menyebabkan ketidaknyamanan dan menstimulus nyeri pada bayi. Pemantauan

parameter vital dilakukan dengan menempatkan sejumlah alat sensor pada kulit

bayi yang sangat sensitif yang dihubungkan dengan sebuah monitor. Pelepasan

dan pemasangan sensor menimbulkan ketidaknyamanan, iritasi kulit, dan

terputusnya waktu tidur pada bayi. Lebih lanjut, orang tua sering merasa terpisah

dari bayi dan sulit untuk melakukan skin to skin contact dengan bayinya karena

pemasangan berbagai peralatan medis di tubuh bayi. Alternatifnya, monitoring

fungsi fisiologis secara non-invasif dapat diaplikasikan untuk meningkatkan

perkembangan hasil pada perawatan bayi risiko tinggi.

2. Asuhan Perkembangan/developmental carepada Bayi di Ruang RawatNICU

Menurut Coughlin et al. (2009) terdapat 6 inti dalam asuhan

perkembangan, yaitu: memfasilitasi tidur, pengkajian dan manajemen stres dan

26
nyeri, aktifitas sehari-hari, asuhan berpusat pada keluarga, optimalisasi nutrisi dan

lingkungan yang mendukung penyembuhan. Adapun kategori intervensi asuhan

perkembangan adalah: modifikasi lingkungan (penerangan dan suara),

handling(minimal handling, perawatan metode kanguru, dan pemberian posisi

yang tepat), mengelompokkan aktifitas perawatan, dan memfasilitasi interaksi

bayi dan orang tua.

a. Memfasilitasi Tidur

Memfasilitasi tidur penting dalam asuhan perkembangan, karena tidur

merupakan hal penting dalam status perilaku, yang merupakan dasar dari seluruh

aktifitas. Gangguan dalam siklus tidur secara signifikan berhubungan dengan

proses awal perkembangan sensori.

Menurut Bowden & Greenberg (2012), tahap-tahap dimana perawat dan

keluarga dapat dan tidak dapat berinteraksi dengan bayi adalah sebagai berikut:

1) Tahap tidak optimal berinteraksi dengan bayi

Diam & tidur lelap, mengantuk, sering membuka dan menutup mata, mata

terlihat berkaca-kaca dan terlihat susah untuk buka mata, respon lambat,

menangis, pernapasan irregular, mimik menyeringai, sensitif terhadap

rangsangan dan berespon dengan menangis.

2) Tahap dengan waktu terbaik untuk berinteraksi dengan bayi

Alert, aktivitas tubuh minimal, pernapasan reguler, wajah cerah, mata terbuka

dan bersinar, perhatian penuh terhadap stimuli.

3) Tahap tambahan dimana perawat dan keluarga dapat berinteraksi dengan bayi

27
Aktif alert, aktivitas tubuh banyak, pernapasan iregular, ekspresi wajah berubah-

ubah, mata terbuka tapi tidak terang, rewel mengindikasikan bayi menginginkan

untuk diberi makan atau ditenangkan.

b. Manajemen stres dan nyeri

Jalur nyeri desending belum matur pada bayi prematur sehingga

mengalami rasa nyeri lebih lama. Berbeda pada Bayi matur memiliki jalur

persepsi nyeri yang matang, sehingga memiliki kemampuan merasakan nyeri

yang lebih cepat (Bowden & Greenberg, 2010). Neurotransmitter yang

menghambat rangsangan nyeri tidak berfungsi pada bayi prematur hingga 6

sampai 8 minggu setelah lahir. Peningkatan besar dan lamanya durasi nyeri juga

berhubungan dengan pertumbuhan syaraf pada area sekitar kulit terluka. Stres

fisik dan psikologis yang disebabkan nyeri misalnya, menyebabkan depresi

sistem imun dan meningkatkan resiko terhadap infeksi. Penggunaan metode non

farmakologi seperti penggunaan sukrosa oral dapat mengurangi stres akibat

prosedur yang menyakitkan (Bowden & Greenberg, 2010)

Tindakan untuk mengurangi nyeri pada bayi :

1) Stimulasi lingkungan : cahaya lampu redup dan suara yang minimal

2) Meletakkan tangan dimulut (menyusui tangan bisa dengan ibu jari atau jari

tangan)

3) Menganjurkan menyusui atau dengan memberikan air gula 2 menit sebelum dan

selama tindakan

4) Stimulasi pendengaran dengan musik instrumental, suara ibu.

28
5) Sentuhan tangan orang tua bayi

Tindakan lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi stres bayi yang

dilakukan prosedur invasif seperti pengambilan darah adalah dengan

memberikan posisi fleksi (facilitated tucking). Hasil telah mengidentifikasi

efektifitas metode facilitated tucking oleh orang tua (orang tua memegang bayi

dengan posisi fleksi) pada manajemen nyeri selama penghisapan lendir

endotrakeal pada bayi prematur. Pengukuran dilakukan menggunakan Neonatal

Infant Pain Scale (NIPS), nadi dan saturasi oksigen juga dicatat. Hasil dari

penelitian tersebut menunjukan bahwa dengan metode facilitatde tucking bayi

menjadi tenang lebih cepat.

Swaddling/ pembedongan (American Academik of Pediatric, 2013),

Mohrbacher, (2010)) dan Nesting/ pembatasandapat mengurangi stres fisiologis

dan perilaku setelah prosedur rutin seperti memandikan, menimbang berat badan,

dan penusukan pada tumit. Nesting dapat dilakukan dengan menempatkan

gulungan kain dibagian bawah sprei untuk mempertahankan sikap fleksi saat

posisi prone atau sim (Hockenberry & Wilson, 2009).

c. Minimal Handling

Minimal handling atau tidak terlalu sering memanipulasi bayi bertujuan untuk

melindungi dan mempertahankan stabilitas kondisi bayi. Dapat dilakukan dengan

merencanakan dan mengelompokkan prosedur dengan petugas kesehatan lain

sehingga manipulasi fisik dapat diminimalkan.

29
d. Pemberian posisi yang tepat

Perubahan postur yang teratur dengan posisi yang tepat dapat mempertahankan

fungsi neuromuskular dan osteo-artcular serta memberikan kesempatan terhadap

perkembangan dan fungsi motorik pada bayi prematur. Posisi yang tepat dan

anatomis merupakan komponen penting dalam asuhan perkembangan (Bowden

& Greenberg, 2010). Prisip-prinsip dalam pemberian posisi adalah:

1) Posisi hendaknya diubah secara teratur untuk mendukung pertumbuhan dan

perkembangan simetris;

2) Posisi prone, miring atau supine hendaknya menfasilitasi ekstremitas dalam

keadaan fleksi dengan dipertahankan dengan menggunakan nesting (pembatas)

yang dapat dibuat dari gulungan kain

e. Feeding

Bayi prematur yang di rawat di NICU sangat membutuhkan ASI dan perlu

menyusu lebih sering daripada bayi lahir cukup bulan (Hunter & Gotteil, 2012).

Prinsip pemberian ASI yang terbaik langsung pada payudara ibu yang akan

menstimulasi bayi untuk menempel, menghisap dan menyusu bahkan pada bayi

yang berusia 28 minggu. Prinsip asuhan perkembangan terkait feeding bukan

menekankan pada penambahan berat badan tetapi kemampuan bayi untuk

menyusu dengan baik. Hasil penelitian Lessen dan Crivelli, 2007 menunjukkan

bahwa 16% bayi di NICU yang telah melaksanakan menyusu langsung ke

payudara ibu menunjukkan peningkatan jumlah konsumsi susu. Manfaat lain

untuk bayi di ungkapkan Bowden and Greelberg, 2010 bayi mendapat

30
immunoglobulin untuk mencegah infeksi, jarang diare dan penyakit saluran cerna,

bayi lebih sedikit untuk mengalami limfoma tipe tertentu, mengurangi reaksi

alergi, meningkatkan perkembangan persarafan dan bonding antara bayi dan ibu

(European Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology and Nutrition

(ESPGHAN) Comitte on Nutrition, 2006 ; Schack Nielsen and Michaelsen, 2007

dalam Ball, Bindler and Cowen 2010).

f. Family centered care

Keterlibatan keluarga dalam perawatan bayi yang dirawat di NICU sangat

penting. Kontak fisik antara bayi dan orang tua meningkatkan kedekatan emosi

dan meningkatkan pemberian ASI pada usia selanjutnya. Telah banyak penelitian

yang mendukung manfaat kontak kulit dengan kulit antara bayi dan orang tua

yaitu: bayi dapat tidur lebih lama, menunjukkan lebih banyak pergerakan fleksor

dan postur, dan lebih sedikit pergerakan ekstensor, bayi lebih sedikit menangis,

status perilaku lebih tenang, dan lebih sedikit peningkatan denyut jantung selama

prosedur penusukan tumit serta lebih sedikit menunjukkan respon nyeri pada saat

prosedur (Newman & Kernerman, 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Cooper et al., (2007) dalam Cockroft,

(2012) menunjukkan bahwa dengan keterlibatan keluarga dalam perawatan bayi

prematur di NICU dapat menurunkan lamanya perawatan di rumah sakit.

Penelitian yang dilakukan oleh Ilda, Z, A. (2006), menunjukkan bahwa asuhan

perkembangan memiliki dampak positif terhadap ibu, dimana ibu merasa lebih

31
puas dengan perawatan yang diberikan. Penelitian lain menunjukkan bahwa orang

tua merasa lebih dekat dengan bayi (Hutchinson et al., 2012)

g. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan stimulasi lingkungan

Lingkungan fisik di NICU terutama kebisingan dan penerangan akan

mempengaruhi bayi. Modifikasi lingkungan bertujuan untuk mengurangi sensori

yang berlebihan dari level kebisingan dan penerangan yang tidak adekuat.

1) Mengurangi kebisingan

Kebisingan merupakan lingkungan NICU yang dapat membahayakan bayi.

Tingkat kebisingan akibat peralatan monitoring, alarm dan aktifitas umum

berhubungan dengan insiden perdarahan intrakranial khususnya bayi berat lahir

sangat rendah atau bayi berat lahir ekstrim rendah. Oleh karena itu perawat harus

mengurangi kebisingan akibat menutup inkubator, mendengarkan radio dengan

suara keras, berbicara terlalu keras, dan memindahkan peralatan (Hockenberry &

Wilson, 2009). Aktifitas keperawatan seperti mengukur tanda-tanda vital,

merubah posisi, menimbang berat badan, dan mengganti popok berhubungan

dengan frekuensi periode hipoksia, penurunan saturasi oksigen, dan peningkatan

tekanan intrakranial (Hockenberry & Wilson, 2009).

2) Mengurangi penerangan

Penelitian yang dilakukan oleh Ozawa, Sasaki, dan Kanda (2010) tentang

efek penerangan terhadap respon fisiologis bayi prematur menunjukkan bahwa

lampu prosedur yang ditingkatkan secara perlahan pada bayi prematur akan

mempermudah bayi beradaptasi secara perlahan terhadap penerangan yang tajam

32
dan mencegah penurunan saturasi oksigen. Oleh karena itu, mata bayi harus

dilindungi dari lampu prosedur yang terang (Hockenberry & Wilson, 2009).

Penerangan yang dianjurkan di ruang NICU yang aman untuk bayi berskisar

antara 1-60 fct ( couglin et al, 2009 dalam Zubaidah, 2012).

Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi penerangan adalah :

melakukan siklus penerangan dimana bayi diberikan stimulus siang hari (terang)

dan malam hari (gelap), menutup inkubator dengan kain, mencegah pencahayaan

langsung kepada bayi, mencatat respon bayi terhadap cahaya yang berlebihan.

Perawat juga harus memperhatikan penerangan dari sumber lain seperti : lampu

prosedur, lampu penghangat, dan lampu fototerapi dari bayi lain.

3) Sentuhan terapeutik

Sentuhan merupakan salah satu lingkungan fisik bayi prematur, oleh karena

itu sentuhan yang terapeutik diperlukan untuk bayi prematur. Penelitian yang

dilakukan oleh Hanley (2008) tentang sentuhan terapeutik pada bayi prematur

menunjukkan bahwa respon bayi terhadap sentuhan terapeutik diantaranya :

menurunkan denyut nadi dan pernapasan, meningkatkan koordinasi dalam

menghisap, menelan dan bernapas, serta meningkatkan kemampuan untuk

beradaptasi terhadap lingkungan. Memanggil bayi dengan namanya secara

lembut serta menyentuh secara perlahan bagian tubuh bayi dapat mengurangi

gangguan yang mendadak sebelum tindakan (Hockenberry & Wilson, 2009).

33
E. Tabel Sintesa Penelitian

Tabel 1
Sintesa Hasil Penelitian Sebelemunya

No. Nama Judul Penelitian Metode Penelitian, Hasil Penelitian


Peneliti Populasi dan Sampel

1 Siwi, Faktor-faktor yang Penelitian ini adalah Hasil penelitian


Fatimah, & berhubungan penelitian cross didapatkan informasi
Emaliyawat dengan kecemasan
dan analisis sectional kuantitatif. bahwa faktor yang
, (2012)
kebutuhan Total responden terkait dengan
orangtua yang dalam penelitian ini kecemasan orang tua
mengalami adalah 70 orang adalah pengalaman
kecemasan dengan
bayi sakit kritis di dengan metode orang tua untuk
NICU RSUD consecutive merawat bayi mereka
Prof.Dr. Margono sampling. Semua di NICU (p value
Soekardjo responden dalam 0,000) dan lama
Purwokerto
penelitian ini perawatan bayi (p
menerima kuesioner value 0,000). Dan
ibu-bayi, HARS kebutuhan orang tua
(Hamilton Anxiety saat menemani bayi
Rating Scale) dan mereka disortir dari
NFNI (NICU yang paling penting
Family Needs adalah kebutuhan akan
Inventory). Analisis kedekatan (65%
data dilakukan responden), kebutuhan
dengan akan kepastian (55%
menggunakan Chi responden), kebutuhan
Square. akan kenyamanan
(30% responden),
kebutuhan akan
dukungan (18,3%
responden) , dan
kebutuhan akan
informasi (15%
responden).

34
2. Turner The Assessment Penelitian ini Orang tua dengan
(2015) of Parental menggunakan anak yang dirawat
Stres and metode survei di ruang NICU
Support in The dengan pada 73 mengalami Stres.
Neonatal orang tua dengan Usia orang tua
Intensive Care anak dirawat di yang terlalu tua,
Unit Using The ruang Neonatal
Parent Stress Intensive Care kelahiran sangat
Scale -Neonatal Unit dengan prematur dan
Intensive Care menggunakan kelahiran bayi
Unit. instrument PSS;NICU kembar memiliki
kemudian menguji hubungan yang
hubungan antara sangat signifikan
variabel orang tua dengan kejadian
stres pada orang
dengan subskala
dari PSS;NICU. tua.
Dan menggunakan
analisis statisti
regresi linear.

3 Baia (2016) Parenting Very Penelitian ini Pengalaman


Preterm Infants menggunakan metode hospitalisasi pada
and Stress in orang tua (ibu dan
Neonatal crossectional dan ayah) yang
Intensive observasi. Penelitian selama perawatan
Care Unit. ini ilakukkan pada bayi di NICU
120 ibu dan 91 ayah ialah orang tua
mengalami
dengan bayi dirawat
Stressful. Tingkat
di NICU dengan Stres pada ibu
menggunakan secara signifikan
instrument lebih tinggi
PSS;NICU. Analisis dibandingkan
dengan tingkat
statistic yang Stres pada ayah
digunakan adalah pada keseluruhan
median dan subskala.
percentile, uji
mperbandingan
dengan Mann-
Whitney Test dan
regresi linear
berganda

35
4 Dutta Stres in Father of Penelitian ini Hasil penelitian ini
(2016) Premature menggunakan Desaign mendapatkan
Newborn Admited penelitian kohort hasil bahwa
in A Neonatal prospektif penelitian adalah financial
Intensive Care ini burden, parental
Unit. dilakukan pada80 role alteration
orang ayah dengan dan concern
bayi preterm yang about home
dirawat di NICU affairs.
dengan
menggunakan
Paternal Stres
Questionnaire in
Hindi Language.
Analisis statistic
yang digunakan
dalam penelitian ini
adalah multivariate
regresi linear.

5 Hendrawati Kebutuhan Orang Penelitian ini Penelitian


et al., Tua Dalam menggunakan metode dilaksanakan di
(2018) Perawatan Bayi
Sakit Kritis Di deskriptif kuantitatif NICU Rumah Sakit
Neonatal Intensive dengan sampel 45 Pemerintah Wilayah
Care Unit (NICU) responden dan Bandung Raya.
pengumpulan data Orang tua memiliki
dengan kuesioner urutan prioritas
NICU Family Need kebutuhan terhadap
Inventory. Analisis kepastian (M =
data dilakukan dengan 3,90), informasi (M
nilai mean. = 3,82), kedekatan
(M = 3,76),
dukungan (M =
3,49), dan
kenyamanan (M =
3,37). Kebutuhan
orang tua lebih
berfokus pada
kesejahteraan bayi.
Dalam melakukan
asuhan keperawatan

36
selain meningkatkan
pelayanan terhadap
bayi, perawat juga
harus memerhatikan
kebutuhan orang tua
terkait jaminan
kepastian bahwa
bayinya
mendapatkan
perawatan terbaik,
penyampaian
informasi dengan
komunikasi terbuka,
dan menjalin kontak
dengan bayi.

37
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar PemikiranVariabel yang Diteliti

Kondisi yang ada di ruang intensif (NICU) tampak asing bagi orang tua

karena yang canggih, aura kondisi kritis dan kesulitan berkomunikasi dengan

banyaknya petugas kesehatan yang tidak mereka kenal (Miles,1989, dalam

Rahayuningsih, 2017). Wong, et. al (2008) memaparkan bahwa perawatan bayi di

NICU mempunyai dampak yang bermakna pada orang tua khususnya ibu.

Kondisi perpisahan akibat perawatan ini dapat memicu timbulnya kecemasan

pada orang tua. Umumnya orang tua cemas mengenai keadaan anaknya, harapan

hidup, dan lingkungan ruang rawat.

Ada beberapahal yang dapat meningkatkan tingkat kecemasan orang tua,

salah satu yang menyebabkan meningkatnya tingkat kecemasan pada orang tua

bayi yaitu lama perawatan atau hari rawat bayi di ruang NICU membutuhkan

waktu yang cukup lama, dari beberapa hari, minggu bahkan bulan (Board & Ryan

Wenger, 2000 dalam Agazio& Buckley, 2012 & Cleveland, 2008). Dukungan

social dapat menimbulkan kecemasan pada orang tua dikarenakan tidaka danya

dukungan keluarga membuat orang tua merasa sendirian dalam menghadapi

kondisi bayi di NICU sehingga koping yang tidak baik dapat menyebabkan

kecemasan pada orang tua (D’Sauza, 2009).

38
Dari uraian diatas dapat dilihat bagaimana hubungan lama perawatan dan

dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan orang tua di ruang NICU RSUP

Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

B. Pola Pikir Variabel yang Diteliti

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan pada tinjauan kepustakaan

lama perawatan bayi dan dukungan keluarga merupakan variabel independen dan

kecemasan orang tua sebagai variable dependen. Adapun gambaran variabel di

atas dapat dilihat pada skema di bawah ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Lama Perawatan
Bayi

Kecemasan Orang Tua

Dukungan
Keluarga

Gambar 1.3 Bagan Kerangka Konsep

Keterangan:

: Variabel independen

: Variabel dependen

: Penghubung Variabel

39
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

a. Lama Perawatan Bayi

Lamanya bayi di rawat atau lama hari rawat bayi mulai masuk di ruang rawat

NICU sampai dilakukan penelitian.

Kriteria objektif:

a. Perawatan jangka panjang :≥7 hari

b. Perawatan jangka pendek : < 7 hari

b. Dukungan Keluarga

Dukungan yang diberikan oleh keluarga pada individu dalam bentuk dukungan

emosional, dukungan instrumental, dukungan informational dan dukungan

penilaian. Penentuan dukungan keluarga menggunakan skala likert.

Kriteria objektif:

1) Mendukung : jika skor ≥ 50

2) Tidak mendukung : jika skor < 50

c. Kecemasan Orang Tua

Tingkat kecemasan orang tua yang di ukur melalui Hamilton Anxiety Rating Scale

(HARS).

Kriteria objektif:

a. Skor 14 – 20 = kecemasan ringan

b. Skor 21 – 27 = kecemasan sedang

c. Skor 28 – 41 = kecemasan berat

40
d. Skor 42 – 56 = kecemasan berat sekali/panik

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesa dari penelitian ini adalah “ada hubungan antara lama perawatan bayi dan

dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan orang tua di ruang NICU RSUP

Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar”.

41
BAN IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian observasional analitik dengan

pendekatan Cross Sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada

waktu pengukuran atau observasi data dalam satu kali pada satu waktu yang

dilakukan pada variable terikat dan variable bebas. Pendekatan ini digunakan

untuk menlihat hubungan antara variable satu dengan variable lainnya

(Hidayat AA, 2017).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Penelitian dilaksanakan di Ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU)

RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar.

2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari- Maret 2020

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien bayi dirawat di

ruang NICU RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo, pada tahun 2019 dari Januari

sampai Juni sebanyak 277 orang. Dengan data 3 bulan terakhir sebanyak 118

orang, 46 orang di bulan September, 39 orang di bulan Oktober dan 33 orang

di bulan November.

42
2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah pasien bayi yang di rawat di ruang

NICU RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Penelitian ini

menggunakan teknik total sampling dimana suatu teknik penarikan sampel

yang jumlah sampelnya sama dengan jumlah populasi. Alasan mengambil

total sampling karena menurut (Sugiono, 2016), jumlah populasi yang kurang

dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya.

Kriteria Inklusi:

a. Semua bayi yang dirawat di ruang NICU RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar dalam perawatan> 24 jam.

b. Orang tua bilogis dari anak/bayi.

c. Orang tua bersedia menjadi responden dan menandatangani informed

consent.

Kriteria Eksklusi:

a. Orang tua mempunyai riwayat gangguan kejiwaan.

b. Pasien yang menolak atau mengundurkan diri untuk menjadi responden.

D. Pengumpulan Data

1. Sumber Data

a. Data primer: Data yang diperoleh langsung dari responden yaitu dengan

mengunjungi lokasi penelitian.

b. Data sekunder: Data yang diperoleh dari rumah sakit yang akan menjadi

tempat penelitian.

43
2. Prosedur Pengumpulan Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data, yaitu:

a. Fase persiapan

Pada fase ini, ada beberapa langkah-langkah yang dilakukan, yaitu:

1) Memperoleh pengantar dari kampus bagian Prodi Keperawatan

2) Memperoleh izin dari Rumah Sakit tempat pengambilan data awal yaitu

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.

b. Fase pelaksanaan

Sebelum melakukan penelitian, penelitiakan melakukan screening

pasien di ruang rawat NICU bersedia menjadi responden di RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo. Setiap hari peneliti akan melakukan kunjungan

kerumah sakit dan memastikan responden kooperatif. Setelah diperoleh

persetujuan dari responden, peneliti menjelaskan tujuan dari penelitian,

informed consent dibacakan oleh peneliti. Selanjutnya diberikan lembar

identitas untuk mengetahui data demografi responden baru kemudian

diberikan kuisioner respons penilaian terhadap dukungan keluarga dan

kuisioner tingkat kecemasan. Dalam pengisian kuesioner peneliti membantu

membacakan isi kuesioner kepada responden dan peneliti mengisi lembar

kuesioner sesuai dengan jawaban responden.

44
3. Instrumen Pengumpulan Data

a. Lembar data demografi responden

Lembaran ini dikembangkan oleh peneliti untuk mengumpulkan data

demografi responden yang terdiri dari inisial, umur, pekerjaan, tingkat

pendidikan, karakteristik bayi dan lama hari rawat bayi.

b. Instrumen Dukungan Keluarga

Untuk mengungkap variable dukungan keluarga, peneliti akan

mengadopsi kuesioner dari Nursalam (2014) dan Friedman (2013). Aspek-

aspek yang digunakan untuk mengukur dukungan keluarga adalah dukungan

emosional, dukungan instrumental, dukungan informatif serta dukungan

penilaian.

Pada pengisian skala ini, responden diminta untuk menjawab

pertanyaan yang ada dengan memilih salah satu jawaban dari beberapa

alternative jawaban yang tersedia. Skala ini menggunakan skala model likert

yang terdiri dari 4 alternatif jawaban yaitu Sangat Sering (SS), Sering (S),

Kadang-kadang (KK) dan Tidak Pernah (TP). Pernyataan pilihannya adalah

positif, jawaban SS diberi skor 4, S diberi skor 3, KK diberi skor 2, dan TP

diberi skor 1. Skor maksimal pada kuesioner ini yaitu 80 dan skor

minimalnya yaitu 20. Pengkategorian hasil yaitu tinggi jika skor ≥50 dan

rendah jika skor < 50.

c. Instrumen Tingkat Kecemasan

Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan

menurut alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating

45
Scale) adalah memberikan nilai dengan kategori : 1= tidak pernah, 2=

kadang-kadang, 3= sering, 4= sangat sering. Penentuan derajat kecemasan

dengan cara menjumlahkan nilai skor dan item 1-14 dengan hasil :

1) Kecemasan ringan : apabila skor 14-20

2) Kecemasan sedang : apabila skor 21-27

3) Kecemasan berat : apabila skor 28 – 41

4) Kecemasan berat sekali/panic : apabila skor 42 – 56

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data

skunder, dimana :

a. Data Primer

Data primer diperoleh dengan melakukan observasi langsung terhadap

respon orang tua bayi dan mengisi daftar pertanyaan lembar observasi yang

telah tersedia.

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui instansi tempat penelitian dalam hal

ini ruang rawat NICU RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

E. Pengolahan Data

a. Editing

Editing adalah peneliti memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh

atau dikumpulkan.

46
b. Koding

Pengkodean lembar observasi, pada tahap ini kegiatan yang dilakukan

adalah memberikan kode yang disediakan pada lembar observasi sesuai

dengan hasil pengamatan. Berlaku untuk semua variabel.

c. Scoring

Setelah semua variabel di beri kode selanjutnya masing-masing komponen

variabel di jumlahkan, untuk menentukan variabel tersebut berhubungan atau

tidak berhubungan.

d. Tabulasi data

Setelah semua isian terisi dan benar, langkah selanjutnya adalah

memproses data agar dapat dianalisis.

F. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah teknik untuk menjelaskan atau

mendekskripsikan setiap variable penelitian. Pada umumnya dalam analisis

ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari setiap variabel

(Notoatmodjo, 2010).

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah teknik yang dilakukan terhadap dua variabel

yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Penelitian

ini mengunakan uji chi square.

Uji signifikan dilakukan dengan menggunakan batas kemaknaan () =

0,05 dan 95% confidence interval dengan ketentuan bila :

47
a. P. Value < 0,05 berarti hipotesis diterima (P. Value <). Uji statistic

menunjukan adanya hubungan yang signifikan.

b. P. Value  0,05 berarti hipotesis ditolak (P. Value ). Uji statistic

menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan.

E. Penyajian Data

Penyajian data dalam penelitian ini adalah penyajian dalam bentuk

table distribusi frekuensi dan narasi.

F. Etika Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti mengajukan permohonan

pada Direktur RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo untuk mendapatkan

persetujuan. Kemudian observasi dilakukan langsung kepada subjek yang

diteliti dengan menekankan pada masalah etika yang meliputi:

1. Lembar persetujuan (Informed concent).

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan respon den

penelitian dengan memberikan lembar persetujuan (Informed concent). Tujuan

Informed concent adalah agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian,

mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan dan jika responen tidak bersedia maka

peneliti harus menghormati hak pasien.

2. Tanpa Nama (Anonimity).

Merupakan masalah etika dalam penelitian keperawatan dengan cara

tidak memberikan nama responden pada lembar alat ukur hanya menuliskan

kode pada lembar pengumpulan data.

48
3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan dari hasil

penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya, semua informasi

yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

49
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit)

RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar. Desain penelitian yang

digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross

Sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan lama perawatan bayi

dan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan orang tua di ruang NICU

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

Penelitian dilakukan dengan mengambil data primer dengan jumlah

responden sebanyak 27 responden. Data yang diperoleh kemudian diolah dan

disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan crosstab (tabulasi silang) sesuai

dengan penelitian dan disertai narasi sebagai penjelasan tabel. Adapun hasil

penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada uraian berikut.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran umum

dengan cara mendeskripsikan tiap-tiap variabel yang digunakan dalam

penelitian yaitu dengan melihat gambaran distribusi frekuensinya dalam

bentuk tabel.

50
a. Karakteristik Responden

Tabel 2
Distribusi Karakteristik Responden Orang Tua Bayi yang Dirawat Di Ruang
NICU RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
Karakteristik n %
Umur (Tahun)
<19 2 7.4
20-30 11 40.7
>31 14 51.9
Pendidikan
SMP 6 22.2
SMA 13 48.1
Sarjana (S1) 6 22.2
Magister (S2) 2 7.4
Pekerjaan
IRT 16 59.3
PNS 3 22.2
Wiraswasta 6 7.4
Honorer 2 11.1
Umur Bayi (Hari)
<20 13 48.1
21-40 11 40.7
>40 3 11.1
Diagnosa
BBLR 18 66.7
Kembar Siam 1 3.7
Diare Kronik 1 3.7
Hiperbilirubin 1 3.7
Post Op kolostomi 1 3.7
Kejang Demam 2 7.4
PJB 3 11.1

Total 27 100

Sumber: Data Primer 2020

Tabel 2 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan umur,

pendidikan, pekerjaam, umur bayi (hari), dan diagnose. Dilihat dari

karakteristik umur yang paling banyak 14 orang (51,9%) yang berusia >31

tahun dan paling sedikit 2 orang (7,4%) yang berusia <19 tahun. Dilihat dari

51
karakteristik tingkat pendidikan yang paling banyak tingkat pendidikan SMA

13 orang (48.1%) dan paling sedikit Magister (S2) 2 orang (7,4%). Dilihat

dari karakteristik status pekerjaan yang paling banyak Ibu Rumah Tangga

(IRT) 16 orang (59,3%) dan paling sedikit Honorer 2 orang (11,1%). Dilihat

dari karakteristik umur bayi (hari) paling banyak 13 bayi (48,1%) yang

berusia <20 hari dan paling sedikit 3 bayi (11,1%) yang berusia >40 hari. Dan

dilihat dari karakteristik diagnosa bayi yang dirawat, diagnosa yang paling

banyak Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 18 bayi (66.7%) dan paling

sedikit kembar siam 1 orang (3,7%), diare kronik 1 orang (3,7%),

hiperbilirubin 1 orang (3,7%) dan post operasi 1 orang (3,7%).

b. Distribusi Lama Hari Rawat Bayi yang Dirawat Di Ruang NICU RSUP

Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

Tabel 3
Distribusi Lama Hari Rawat Bayi yang Dirawat Di Ruang NICU RSUP
Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
Lama Hari n %
RawatBayi
Jangka Panjang ( >7 hari) 18 66.7
Jangka Pendek (≤7 hari) 9 33.3

Total 27 100
Sumber: Data Primer 2020

Tabel 3 menunjukkan lama hari rawat bayi jangka panjang ( >7 hari)

sebanyak 18 bayi (66.7%) dan lama hari rawat bayi jangka pendek (≤7 hari)

sebanyak 9 bayi (33.3%) dari 27 sampel (100%)

52
c. Distribusi Dukungan Keluarga Orang Tua Bayi yang Dirawat Di Ruang

NICU RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

Tabel 4
Distribusi Dukungan Keluarga Orang Tua Bayi yang Dirawat Di Ruang
NICU RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
Dukungan Keluarga n %
Orang Tua Bayi
Dukungan Rendah 16 59.3
Dukungan Tinggi 11 40.7

Jumlah 27 100,0
Sumber: Data Primer 2020

Tabel 4 menunjukkan untuk dukungan keluarga orang tua bayi, yang

memberi dukungan rendah sebanyak 16 responden (59.3%) dan dukungan

tinggi sebanyak 11 responden (40.7%) dari 27 responden (100%)

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat berfungsi untuk melihat hubungan variabel dependen

dengan variabel independen dengan menggunakan program komputer SPSS

dimana hubungan antar variabel dapat dilihat pada tabel 5 dan 6 di bawah ini:

53
a. Hubungan Lama Perawatan Bayi dengan Tingkat Kecemasan Orang Tua Di

Ruang NICU RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

Tabel 5
Hubungan Lama Perawatan Bayi dengan Tingkat Kecemasan Orang Tua
Di Ruang NICU RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

Lama Tingkat Kecemasan Orang Tua Ρ


Perawatan Value
Bayi Sangat Berat Berat Jumlah (Sig. p)
n % n % n %
Jangka
Panjang 15 83.3 3 16.7 18 100
( >7 hari)
Jangka 0,04
Pendek 2 22.2 7 77.8 9 100
(≤7 hari)
Sumber: Data Primer, 2020

Hasil menunjukkan bahwa dari 27 responden (100%) dengan lama

perawatan jangka panjang ( >7 hari) terdapat 15 responden (83.3%) yang

mengalamai tingkat kecemasan sangat berat dan 3 responden (16.7%) yang

mengalami tingkat kecemasan berat. Sedangkan dengan lama perawatan

jangka pendek (≤7 hari) terdapat 2 responden (22.2%) yang mengalami

tingkat kecemasan sangat berat dan 7 responden (77.8%) yang mengalamai

tingkat kecemasan berat.

Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan uji chi square

dengan jenis table 2 x 2 untuk mengetahuai hubungan antara lama perawatan

bayi dengan tingkat kecemasan orang tua di ruang NICU RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar, hasilnya terdapat 1 sel (25%) yang nilai expected-

nya kurang dari 5, maka pada table 2 x 2 tersebut tidak layak di lakukan uji

Chi square. Oleh karena itu peneliti menggunakan uji alternatifnya, yaitu uji

54
Fisher yang hasil analisisnya p = 0.04 (p < 0.05). Hal ini berarti terdapat

hubungan antara lama perawatan bayi dengan tingkat kecemasan orang tua di

ruang NICU RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

b. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Orang Tua Di

Ruang NICU RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

Tabel 6
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Orang Tua Di
Ruang NICU RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

Tingkat Kecemasan Orang Tua Ρ


Dukungan
Value
Keluarga Sangat Berat Berat Jumlah (Sig. p)
n % n % n %
Dukungan
Rendah 14 87.5 2 12.5 16 100
0,02
Dukungan
Tinggi 3 27.3 8 72.7 11 100
Sumber: Data Primer, 2020

Hasil menunjukkan orang tua yang mendapatkan dukungan rendah

terdapat 14 responden (87.5%) yang mengalamai tingkat kecemasan sangat

berat dan 2 responden(12.5%) yang mengalami tingkat kecemasan berat.

Sedangkan orang tua yang mendapatkan dukungan tinggi terdapat 3

responden (27.3%) yang mengalami tingkat kecemasan sangat berat dan

hanya 8 responden (72.7%) yang mengalamai tingkat kecemasan berat.

Analisis digunakan diatas juga mengguakan uji fisher karena hasilnya

juga terdapat 1 sel (25%) yang nilai expected-nya kurang dari 5, dan tidak

layak di lakukan uji Chi square. Adapun hasil analisis uji Fisher yaitu p =

0.02 (p< 0.05). Hal ini berarti juga terdapat hubungan dukungan keluarga

55
dengan tingkat kecemasan orang tua di ruang NICU RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar.

B. Pembahasan

1. Karakteristik responden

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar, sebanyak 27 responden menunjukkan dari

karakteristik umur yang paling banyak 14 orang (51,9%) yang berusia >31

tahun dan paling sedikit 2 orang (7,4%) yang berusia <19 tahun. Potter dan

Perry (2005) mempercayai bahwa gangguan kecemasan lebih sering terjadi

pada usia dewasa, terutama pada rentang usia 21-45 tahun. Kecemasan yang

dirasakan oleh orang tua akan bertambah pada saat peran pengasuhan bayi.

Selain usia kecemasan juga dipengaruhi oleh pengetahuan dan kognitif.

Pada penelitian ini sebagian besar responden memiliki karakteris tingkat

pendidikan yang paling banyak tingkat pendidikan SMA 13 orang (48.1%)

dan paling sedikit Magister (S2) 2 orang (7,4%). Namun, berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh Suyanto & Arumdari (2017) menemukan latar

belakang pendidikan terbanyak responden yaitu responden berpendidikan SD

sebanyak 62 responden (50,8 %), SMP sebanyak 31 responden (25,4 %), dst.

Pendidikan dapat memicu munculnya stres pada orang tua dengan bayi yang

dirawat di NICU. Hasil penelitian Anggraini, (2017). menjelaskan bahwa

semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua bayi maka stres yang dirasakan

semakin tinggi hal ini diakibatkan oleh dengan pengetahuan yang tinggi

56
orang tua banyak bertanya namun terkadang informasi yang didapatkan oleh

orang tua tidak sesuai dengan hal yang diharapkan oleh orang tua.

Dari hasil penelitian dilihat dengan karakteristik status pekerjaan yang

paling banyak Ibu Rumah Tangga (IRT) 16 orang (59,3%) dan paling sedikit

Honorer 2 orang (11,1%). Sedangkan, penelitian yang dilakukan oleh

Suyanto & Arumdari (2017) pekerjaan terbanyak yang ditemukan pada orang

tua yang memiliki bayi di ruang intensive yaitu pekerjaan swasta sebanyak 78

responden (63.9%). Status pekerjaan dapat mempengaruhi mekanisme koping

seseorang, pekerjaan yang berkaitan dengan status ekonomi yang dimiliki

akan berpengaruh hingga menimbulkan terjadinya stress dan lebih lanjut

dapat mencetuskan kecemasan pada kehidupan individu. (Budiman, Khambri,

& Bacthtiar, 2013).

Sedangkan dari hasil penelitian dengan karakteristik umur bayi (hari)

paling banyak 13 bayi (48,1%) yang berusia <20 hari dan paling sedikit 3

bayi (11,1%) yang berusia >40 hari. Hal ini sejalan dengan penelitian Merysa,

R (2016) yang mendapatkan neonatus yang paling banyak yang dirawat di

Ruang NICU RSUD dr. Zainoel Abidin yaitu usia 0-8 hari dengan frekuensi

sebanyak 58 orang (89,2%).

Dan dari hasil penelitian dengan karakteristik diagnosa bayi yang

dirawat, diagnosa yang paling banyak Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 18

bayi (66.7%) dan paling sedikit kembar siam 1 orang (3,7%), diare kronik 1

orang (3,7%), hiperbilirubin 1 orang (3,7%) dan post operasi 1 orang (3,7%).

Hasil penelitian yang dilakukan Chirianet al. (2012) di Jepang menunjukkan

57
bahwa kebanyakan bayi dirawat di ruang perawatan intensif dengan berbagai

alasan masuk, diantaranya prematuritas, BBLR, sepsis, kesulitan bernafas,

atau gagal nafas.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar

orangtua mengalami kecemasan dalam kategori sangat berat (63.0%)

dibanding dengan kecemasan kategori berat (37.0%). Kecemasan yang

dialami oleh orangtua merupakan dampak atau akibat dari kejadian yang

membuat dirinya tidak merasa nyaman karena bayinya mengalami masalah

kesehatan yang serius dan harus menjalani perawatan intensif di NICU.

Menurut Hendrawati, S dkk (2018) menjelaskan bahwa ketika orangtua

mendapatkan informasi atau mendengarkan keputusan dokter mengenai

diagnosis penyakit bayinya, maka orangtua mengalami masalah psikososial

(kecemasan).

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan

orang tua yang yang bayinya menjalani hospitalisasi di ruang intensif yaitu

faktor lingkungan (environment). Faktor-faktor lingkungan yang

menyebababkan stres pada orang tua diantaranya adalah faktor karakteristik

personal (pengalaman orang tua sebelumnya), faktor situasional (penyakit

bayi), faktor sumber daya personal (dukungan sosial) dan faktor dukungan

lingkungan (dukungan perawat) dan termasuk lama perawatan atau hari rawat

bayi. (Steedman,2017).

58
2. Hubungan lama perawatan bayi dengan tingkat kecemasan orang tua

Pada penelitian ini telah ditemukan hasil yang menunjukkan bahwa

dari 27 responden (100%) dengan lama perawatan yang jangka panjang ( >7

hari) terdapat 15 responden (83.3%) yang mengalamai tingkat kecemasan

sangat berat dan 3 responden (16.7%) yang mengalami tingkat kecemasan

berat. Sedangkan dengan lama perawatan jangka pendek (≤7 hari) terdapat 2

responden (22.2%) yang mengalami tingkat kecemasan sangat berat dan 7

responden (77.8%) yang mengalamai tingkat kecemasan berat. Setelah di uji

statistic dengan uji Fisher yang hasil analisisnya p = 0.04 (p < 0.05) berarti

terdapat hubungan antara lama perawatan bayi dengan tingkat kecemasan

orang tua.

Hal ini sejalan hasil penelitian Sekar Siwi, A. dkk, (2017) bahwa lama

bayi dirawat di NICU memiliki nilai p value= 0.000 dengan correlation

coefficient 0.438. Hal tersebut disimpulkan bahwa lama bayi dirawat memiliki

hubungan dengan kecemasan, dimana semakin lama bayi dirawat di NICU

akan menyebabkan tingkat cemas yang tinggi.

Sesuai dengan penjelasan Wong et al (2011) bahwa orangtua

merasakan kecemasan sejalan dengan lama hari rawat bayi. Bayi yang dirawat

di NICU, lama perawatan yang panjang serta harapan hidup yang tidak pasti

dapat menyebabkan orangtua merasa takut, cemas dan putus asa.Orangtua

yang menunggu bayinya di NICU, berharap masa perawatannya tidak lama.

Semakin lama bayi dirawat di NICU semakin meningkatkan kecemasan,

dikarenakan ketidakpastian terhadap kondisi bayinya. Orangtua beranggapan

59
bahwa bayinya yang tidak parah maka dapat segera pulang, sebaliknya bayi

yang dirawat dalam jangka waktu yang lama berarti bayinya mengalami

masalah serius dan mendapatkan perawatan yang intensif.

Peneliti berasumsi bahwa lama perawatan bayi dapat mengakibatkan

kecemasan pada orang tua. Lama perawatan di ruang NICU berbeda-beda,

tergantung kondisi setiap bayi. Semakin serius masalah kesehatan yang

dialami bayi, semakin lama bayi akan berada di ruang NICU. Ada banyak

faktor mengapa bayi perlu dirawat di ruang NICU, namun pada dasarnya

bertujuan agar bayi mendapat pengawasan dan perawatan secara intesif. Dari

beberapa faktor masalah yang dialami pada bayi sehingga mengakibatkan

kecemasan pada orang tua. Menjadi orang tua tentu merupakan sebuah

pengalaman. Beberapa ada yang sudah tidak sabar keluar dari rumah sakit,

sementara sebagian lainnya masih menunggu dengan cemas.

3. Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan orang tua

Hal selanjutnya yang diteliti yaitu tentang hubungan dukungan

keluarga dengan tingkat kecemasan orang tua di ruang NICU RSUP. Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar yang hasilnya dengan uji statistic fisher

didapatkan p = 0.02 (p < 0.05) berarti terdapat hubungan dukungan keluarga

dengan tingkat kecemasan orang tua di ruang NICU RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian dari Hendrawati, S dkk (2018)

yang meneliti tentang kebutuhan orang tua dalam perawatan bayi sakit kritis

di neonatal intensive care unit (NICU) dengan hasil kebutuhan dukungan

60
keluarga (M = 3,49 dan SD = 0,16) walaupun nilai yang didaptkan paling

rendah dari yang lain tetapi masih merupakan kebutuhan yang dirasakan

penting bagi orang tua. Perbedaan hasil penelitian ini kemungkinan

disebabkan oleh perbedaan latar belakang budaya.

Menurut Sarafino & Smith (2012) dukungan adalah suatu bentuk

kenyamanan, perhatian, penghargaan, ataupun bantuan yang diterima individu

dari orang yang berarti, baik secara perorangan maupun kelompok. Dukungan

dapat berupa dukungan sosial keluarga internal, seperti dukungan dari suami

istri atau dukungan dari saudara kandung, atau dukungan sosial keluarga

eksternal dukungan sosial eksternal bagi keluarga inti (dalam jaringan kerja

sosial keluarga).

Menurut Efendi & Makhfudly (2009) menjelaskan bahwa keluarga

memiliki beberapa fungsi dukungan yaitu dukungan Informasional, dukungan

penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional.

Dukungan informasional adalah keluarga berfungsi sebagai pemberi

informasi, dimana keluarga menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti,

informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah (Friedman,

2013). Dukungan penilaian atau penghargaan adalah keluarga yang bertindak

membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan

validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support,

penghargaan, perhatian (Friedman, 2013). Dukungan instrumental adalah

keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya

adalah dalam hal kebutuhan keuangan, makan, minum dan istirahat

61
(Friedman, 2013). Dukungan emosional adalah keluarga sebagai tempat yang

aman dan damai untuk istirahat serta pemulihan dan membantu penguasaan

terhadap emosi. Dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan

dalam bentuk adanya kepercayaan dan perhatian (Friedman, 2013)

Peneliti berasumsi bahwa dukungan keluarga selama bayi dalam

perawatan intensif sangat penting sehingga dapat mengurangi kecemasan

orang tua selama bayi dirawat di ruang NICU. Dengan adanya dukungan

keluarga baik dari keluarga internal maupun eksternal dapat memberikan

perhatian baik psikologis, spiritual, dan bantuan biaya.

Kecemasan merupakan respon dari persepsi ancaman yang diterima

oleh system saraf pusat. Persepsi ini timbul akibat adanya rangsangan dari luar

serta dari dalam yang berupa pengalaman masa lalu dan faktor genetic.

Rangsangn tersebut dipersepsi oleh panca indra, diteruskan dan direspon oleh

system saraf pusat sesuai pola hidup tiap individu. Di dalam saraf pusat,

proses tersebut melibatkan jalur cortex Cerebri-Limbic System-Reticular

Activating System-Hypothalamus yang memberikan impuls kepada kelenjar

hipofise untuk menskresi mediator hormonal terhadap target organ yaitu

kelenjar adrenal, yang kemudian memacu system saraf otonom melalui

mediator hormonal yang lain menyebutkan bahwa di dalam system saraf pusat

yang merupakan mediator-mediator utama dari gejala-gejala kecemasan ialah

norepinephrine dan serotonin. Neurotranmiter dan peptide lain, corticotropin-

releasing factor, juga ikut terlibat. System saraf otonom yang berada di

62
perifer, terutam system saraf simpatis, juga memperantai banyak gejala

kecemsan.

63
BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan diatas maka dapat ditarik

kesimpulan :

1. Terdapat hubungan antara lama perawatan bayi dengan tingkat kecemasan

orang tua di Ruang NICU RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

2. Terdapat hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan orang

tua di Ruang NICU RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

B. Saran

1. Diharapkan tenaga kesehatan untuk memberikan pelayanan dan informasi

yang optimal serta tetap memberikan dukungan kepada orang tua bayi

untuk meminimalkan tingka kecemasan.

2. Bagi institusi pendidikan, lebih meningkatkan proses pembelajaran dan

penelitian khususnya tentang hubungan lama perawatan bayi dan

dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan orang tua.

3. Bagi peneliti, diharapkan dapat menjadi evidence base dan sebagai

informasi awal, sehingga untuk penelitian selanjutnya perlu adanya

penelitian lanjut mengenai hubungan lama perawatan bayi dan dukungan

keluarga dengan tingkat kecemasan orang tua.

64
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, Elvi Rhida. (2008). Pengaruh Persepsi Tentang Pelayanan Kesehatan


Terhadap Kepuasan Pasien Peserta Askeskin Rawat Inap Di RSU dr.
Pirngadi Medan Tahun 2006. FK UNHAS: Skripsi. Tidak dipublikasikan.
Afif, Ahmad. (2008). Hubungan Faktor Komorbid, Usia dan Status Gizi dengan
Lama Rawat Inap pada Pasien Hernia Inguinalis Lateralis Reponibilis yang
Dioperasi Herniorepair Tanpa Mesh di RS PKU Muhammadiyah Surakarta
Periode 2005 – 2007. FIK UI: Tesis. Tidak dipublikasikan.
Agazio, J.B & Buckley, K.M. (2012). Revision of a parental stress scale for use
on a pediatric general care unit. Pediatric Nursing, 38 (2)

Altimier, L. (2011). Mother and Child Integrative Developmental Care Model : A


Simple Approach to a Complex Population. Nainr. 11(3), 105-108

Anggraini, Dian. (2008). Perbandingan Kepuasan Pasien Gakindan Pasien Umum


di Unit Rawat Inap RSUD Budi Asih Tahun 2008.FKMUI.
Ball, J. W., Bindler, R. C., & Cowen, K. J (2010). Child health nursing,
partnering withchildren & families. (2nd ed). New Jersey:Pearson
Education inc.

Barbara J, Billie F., Brahm Pendit. (2008). Buku Ajar Perawatan


Perioperatif.Volume 2.Praktik. Cetakan I. . Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Bayuningsih, R. (2011). Efektifitas penggunaan nesting dan posisi prone terhadap
saturasi oksigen dan frekuensi nadi pada bayi prematur di rumah sakit
umum daerah (RSUD) kota bekasi, FIK UI.

Bowden, V. R., Greenberg, C. S., & Donaldson, N. E (2010). Children andTheir


Families. (2nd ed). China:Lippincot Williams & Wilkins

Bredmeyer, S., Reid, S., Polverino, J., Wocadlo, C (2008). Implementation of


evaluation of an individualized Developmental Care program in a neonatal
intensive care unit. Journal Compilation, 13(4), 281-296

Brodsky, D., & Qualette, M. (2008). Primary care of the premature infant,
Philadelpia : Saunders Elseviers

Budiningsari , Dwi R., (2004). Pengaruh Perubahan Status Gizi Pasien Dewasa
terhadap Lama Rawat Inap dan Biaya Rumah Sakit.Jurnal Gizi Klinik
Indonesia. i-lib.ugm.ac.id/jurnal.
Chriswardani S. (2006). Penyusunan Indikator Kepuasan Pasien Rawat Inap
Rumah Sakit di Provinsi Jawa Tengah.Jurnal Managemen Pelayanan
Kesehatan.
Cockroft, S. (2012). How can family centred care be improved to meet the needs
of parents with a premature baby in Neonatal intensive care?. Journal of
neonatal nursing, 18, 105-110

Couglin, M., Gibbins, S., & Hoat, S. (2009). Core measures of developmentally
supportive care in neonatal intensive care unit: Theory precedence, and
practice. Journal of advanced nursing, 65(10), 2239-2248

Cricco.,Lizza R.(2009). Rooting for the breast: Breastfeeding promotion in the


NICU. MCN Am J Matern Child Nurs. 34(6):356--64.

DeLaune & Ladner. (2011). Fundamental of Nursing Standart and Practice ed


4th. USA : Delmar Cengage Learning

Erbaydar, Akgun, at all. (2004). Estimation of increased hospital stay due to


nosocomial infections in surgical patients: comparison of matched groups.
Istanbul University Medical School, Çapa, Istanbul, Turkey.
Fakhrul, Razi. 2011. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perawat terhadap
Pencegahan Terjadinya Infeksi Nosokomial di Ruang Rawat Bedah RSUD
Kota Langsa Tahun 2011.Tesis (tidak dipublikasikan). Jakarta: UI.
Gardner, S., Merenstein, G. (2002). Handbook of Neonatal Intensive Care Fifth
Edition. Missouri : Mosby

Harrison, L., Lotas, M., & Jorgensen, K. (2004). Enviromental issues. Dalam C.
Kenner & J. M. McGrath (Eds.), Developmental care of newborn and
infant: A guide for health professionals, (pp. 229-263). St. Louis: Elsevier
Mosby.

Herman C., Karolak W.,at all. (2009). Predicting Prolonged Intensive Care Unit
Length of Stay in Patients Undergoing Coronary Artery Bypass Surgery
Development of An Entirely Preoperative Scorecard. Current Opinion in
Critical Care.
Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2009). Wong’s Essensials of pediatric
nursing. (8th ed). St. Louis: Mosby Inc
Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2012). Wong’s clinical manual of pediatric
nursing. (8th ed). St. Louis: Mosby Inc

Hunter, C., Gotteil,S (2012). Breastfeeding Promotion : the NICU Perspective. J


WOM. 81(1).
Hutchinson, S. W., Spillet, M. A., & Cronin, M. (2012). Parents Experiences
during their infant’s transition from neonatal intensive care unit to home: a
qualitative study. The qualitative report, 17 (23), 1-20

Ilda, Z. A. (2013). Pengaruh pelibatan ibu dalam perawatan bayi prematur


terhadap interaksi ibu-bayi dan kepercayaan diri ibu di ruang perinatologi
RSUP fatmawati Jakarta. FIK UI : Tesis.

Imbalo S Pohan. (2007). Jaminan Mutu Layanan Kesehatan.Dasar–Dasar


Pengertian dan Penerapan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Cetakan I,
Jakarta.
Kenner, C,. McGrath, J.2004. Developmental Care of Newborn and Infants : A
Guide for Health Professionals. St Louis : Mosby
Lessen R, Crivelli--Kovach A.(2007). Prediction of initiation and duration of
breast-- feeding for neonates admitted to the neonatal intensive care unit. J
Perinat Neonatal Nurs.Jul-­Sep;;21(3):256--66.

McGrath, J. M. (2004). Neurologic development. Dalam C. Kenner & J. M.


McGrath (Eds.), Developmental care of newborn and infant: A guide for
health professionals, (pp. 105-118). St. Louis: Elsevier Mosby.

Miles, M.S., Funk, S., & Carlson, J. (2007) The Parental Stressor Scale:
Neonatal Intensive Care Unit. Nursing Research, 42, 148-152

Mohrbacher, N. (2010). Rethingking Swaddling. International journal of


childbirth education, 25(3), 7-10.

Mugliyah, A.F., & Razzak, M.I. (2015). The parents' perception of nursing
support in their Neonatal Intensive Care Unit (NICU) experience.
International Journal of Advanced Computer Science and Applications, 6
(2), 153-158.

National Safety Counsil. (2003). Managemen Stres. Jakarta: EGC

Nursalam. (2013). Konsep dan Penerapan Metodologi


Penelitian Ilmu Keperawatan. Pedoman Skripsi,
Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Perinasia. (2011). Resusitasi neonatus sesuai pedoman AAP/AHA (5th ed).
Jakarta: Perinasia.

Potter & Perry.(2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan.Jakarta : EGC

Reijneveld, S. A., De Kleine, M. J., Van Baar, A. L., Kolle´e, L. A., Verhaak, C.
M., Verhulst, F. C., & Verloove-Vanhorick, S. P. (2006). Behavioural and
emotional problems in very preterm and very low birthweight infants at age
5 years. Arch Dis Child Fetal Neonatal, 91, F423–F428.

Solfiani,E.T, Monalisa S, Evelyn HemmeT. (2016). Pengalaman Ibu dalam


Pelaksanaan Perawatan Metode Kangguru di Rumah terhadap Bayi Berat
Badan Lahir Rendah di Wilayah Kerja Puskesmas Parongpong Kabupaten
Bandung Barat.Jurnal Skolastik Keperawatan Advent, 2(1), 103-110.

Surami, Asrining. (2003). Perawatan bayi risiko tinggi. Jakarta : EGC


Suryani, E & Widyasih, H. (2008).Psikology Ibu dan Anak.Yogyakarta :
Fitramaya

Turner, M., Hansen, A.C., Winefield, H., & Stanners, M. (2015), The assesment
of parental stress and support in Neonatal Intensive Care Unit using the
parent stress scale – Neonatal Intensive Care Unit. Woment and Birt, 28
252-258.

Wong, D. L., Eaton. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik.Edisi 6 vol.1.


Jakarta: ECG

Yeni, S., Novayelinda, R., & Karim D. (2013).Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Tingkat Stres Orang Tua Pada Anak Yang Di Rawat Di Ruangan
Perinatologi.Skripsi. . Universitas Riau.
http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/article/viewfile/3516/3411.

Zimmerman, K., & Bauersachs, C. (2012). Empowering NICU parents.


International Journal of Childbirth Education, 27 (1), 50-53.
Lampiran 1

LAMPIRAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth. Responden

Di Tempat

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Kurnia Citra

Nim : 21806230

Alamat : Jl. AR. Hakim Lr.32 NO.24 Makassar

Adalah Mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Makassar yang akan mengadakan penelitian tentang “HUBUNGAN LAMA PERAWATAN

BAYI DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ORANG

TUA DI RUANG NICU RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR”

Kegiatan yang diharapkan dari calon responden adalah mengisi lembar Kuesioner yang

diberikan oleh peneliti dan menjawab semua pertanyaan sesuai dengan petunjuk yang ada.

Jawaban yang calon responden berikan akan peneliti jaga kerahasiaannya dan hanya digunakan

untuk kepentingan penelitian saja.

Apabila anda sebagai calon responden bersedia, mohon menandatangani lembar

persetujuan dan mengisi lembar Kuesioner yang disertakan.

Makassar,.....................2020

Peneliti

(Kurnia Citra)
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Dengan menandatangani lembar ini, saya :

Nama :

Umur :

Alamat :

Memberikan persetujuan untuk mengisi lembar persetujuan menjadi responden yang

diberikan peneliti. Saya mengerti bahwa saya menjadi bagian dari penelitian yang bertujuan

untuk mengetahui “HUBUNGAN LAMA PERAWATAN BAYI DAN DUKUNGAN

KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ORANG TUA DI RUANG NICU

RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR”.

Saya telah diberitahu peneliti, bahwa jawaban yang diberikan akan dijamin

kerahasiaannya dan hanya dipergunakan untuk keperluan penelitian. Oleh karena itu secara

sukarela saya ikut berperan serta dalam penelitian ini.

Makassar,.......................2020

Responden
Lampiran 3

LEMBAR KUESIONER
HUBUNGAN LAMA PERAWATAN BAYI DAN DUKUNGAN KELUARGA
DENGAN TINGKAT KECEMASAN ORANG TUA DI RUANG NICU RSUP
DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

No. Res :

Petunjuk Pengisian Kuesioner

a. Bacalah dengan cermat dan teliti setiap pertanyaan dibawah ini


b. Berilah tanda cek (√) pada kolom tersedia pada salah satu alternatif jawaban yang paling
sesuai menurut anda.
c. Berilah jawaban yang jujur karena setiap jawaban yang anda berikan akan sangat
membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian.
Identitas Responden
1. Responden (Inisial) :.......................................................
2. Umur Responden :......................................................
3. Tingkat Pendidikan : Ti Tidak Sekolah

SD

SMP

SMA/SMK

Diploma

Sarjana

Master

4. Pekerjaan :............................................................
5. TanggalPemeriksaan :............................................................
6. Lama PerawatanBayi :............................................................
7. Karakteristik Bayi :

a. Umur :…………………………………….
b. Jenis Kelamin :…………………………………….
c. Berat Badan :…………………………………….
d. Panjang Badan :…………………………………….
e. Lingkar Kepala :…………………………………….
f. Lingkar Lengan :…………………………………….

8. Indikator Perawatan Bayi :……………………………...


A. DukunganKeluarga

Berilah tanda checklist (√) pada kolom di bawah ini, sesuai


dengan apa yang Anda rasakan.

Sangat Kadang- Tidak


Sering
No. Pernyataan Sering Kadang Pernah
(S)
(SS) (KK) (TP)
A. Dukungan Informatif
1. Keluarga mencari informasi
tentang upaya penyembuhan
untuk penyakit yang bayisaya
alami.
2. Keluarga mengajari saya
tentang hal-hal yang harus
dihindari selama perawatan
bayisaya.
3. Keluarga memberikan nasehat
ketika saya menghadapi
masalah.
4. Keluarga mengingatkan untuk
selalu mengikuti
rehabilitasi bayi saya.
5. Selama ini, saya mendapat
bimbingan/saran dari keluarga
dalam menjalani
perawatanbayisaya.
B. Dukungan Penilaian/ Penghargaan
6. Keluarga memberikan pujian
atau penghargaan positif ketika
ada kemajuan yang lebih baik.
7. Keluarga mendukung penuh
terhadap tindakan yang
dilakukan rumah sakit.
8. Ketika bayi saya sakit, keluarga
menganggapseperti biasa,
seperti sebelum bayi saya sakit
yaitu tidak menjadi beban
dalamkeluarga.
9. Keluarga meyakinkan saya
untuk patuh mengikuti
perawatanbayisaya.
10. Keluarga memberikan motivasi
kepada saya untuk selalu sabar
dan tabah dalam menghadapi
masalah.
C. Dukungan Emosional
11. Keluarga menanyakan keadaan
bayisaya setiap hari.
12. Keluarga mendengarkanketika
saya mengungkapkanperasaan.
13. Keluarga mendampingi dan
memberikan perhatiannya
ketika saya sedang dalam
menjalani perawatanbayi
saya.
14. Keluarga memberikan
kesempatan untuk melakukan
aktivitas yang masih bisa saya
lakukan secara mandiri atau
tanpa bantuan.
15. Keluarga memahami keadaan
saya selama bayisayadirawat.
D. Dukungan Tambahan/ Instrumental
16. Keluarga membantu
membiayai biaya
perawatanbayisaya.
17. Keluarga membantu kebutuhan
makan-minum sehari-hari.
18. Keluarga mengantarkan saya
ke rumah sakit untuk
mengikuti
pengobatanbayisaya.
19. Keluarga membantu saya
untuk mendapatkan fasilitas
yang saya butuhkan selama
perawatanbayisaya.
20. Keluarga menyediakan waktu
khusus untuk saya ketika
menjalani
perawatanbayisaya.
Sumber: Nursalam (2014) dan Friedman (2013)
B. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS)

Berilah tanda checklist (√) pada kolom di bawah ini, sesuai


dengan apa yang Anda rasakan.

No Pertanyaan Sangat Sering Kdang- Tidak


Sering (S) Kadang Pernah
(SS) (KK) (TP)
1 Saya merasa takut setiap kali ada dokter
atau perawat datang dan menjelaskan
keadaan bayi saya.
2 Saya merasa gelisah karena bayi saya
belum ada perkembangan.
3 saya merasa cemas karena saya tidak tahu
bagaimana kondisi bayi saya.
4 Saya merasa tenang karena bayi saya ada
perkembangan selama dirawat di rumah
sakit.
5 Saya merasa sedih karena terlalu lama di
rumah sakit.
6 Saya kurang bisa berkosenstrasi karena
pikiran saya hanya tertuju pada bayi saya.
7 Saya merasa kurang nafsu makan karena
pikiran hanya tertuju pada bayi saya.
8 Saya merasa tidak bisa melakukan sesuatu
yang biasanya bisa saya lakukan.
9 Saya susah untuk berkativitas karena saya
merasa badan saya lemas.
10 Saya percaya bayi saya akan sembuh.
11 Saya tidak bisa tidur nyenyak selama di
rumah sakit.
12 saya merasa jantung saya berdetak lebih
kencang karena membayangkan bayi saya.
14 Saya merasa akhir-kahir ini sering kencing.
15 Saya merasa susah untuk buang air besar
selama berada di rumah sakit.
16 Saya merasa selama di rumah sakit saya
selalu ingin ditemani oleh orang terdekat
saya.
Sumber : Nursalam (2011)
JENIS KELAMIN RESPONDEN UMUR PENDIDIKAN
NO INISIAL
KATEGORI KODING KATEGORI KODING KATEGORI
1 Ny. R P 1 37 3 SMP
2 Ny. V P 1 24 2 SMA
3 Ny. S P 1 17 1 SMA
4 Tn. M L 2 29 2 SI
5 Ny. F P 1 27 2 SI
6 Ny. R P 1 28 2 SI
7 Ny. D P 1 32 3 SMP
8 Ny. J P 1 38 3 SMA
9 Ny. S P 1 21 2 SMA
10 Ny. H P 1 26 2 SMA
11 Ny. G P 1 33 3 SMA
12 Ny. M P 1 36 3 SMP
13 Ny. H P 1 35 3 SMA
14 Ny. W P 1 22 2 SMA
15 Ny. H P 1 37 3 SMA
16 Ny. S P 1 17 1 SMA
17 Ny. M P 1 20 1 SMA
18 Ny. R P 1 24 2 SMP
19 Ny. N P 1 30 2 SI
20 Ny. E P 1 32 3 SMP
21 Ny. W P 1 37 3 MASTER
22 Ny. S P 1 27 2 SI
23 Ny. A P 1 36 3 MASTER
24 Ny. J P 1 25 2 SMA
25 Ny. N P 1 39 3 SMA
26 Ny. R P 1 36 3 SMP
27 Ny. D P 1 31 3 SI

KETERANGAN :
Jenis Kelamin : 1 = Perempuan Pekerjaan ; 1 = IRT
2 = Laki-laki 2=
Umur : 1 = <19 tahun 3=
2 = 20-30 tahun 4 = PNS
3 = >31 tahun
Pendidikan : 1 = SMP Umur Bayi: 1 = <20 hari
2 = SMA 2 = 21-40
3 = Sarjana 3 = >41 hari
4= Magister
HUBUNGAN LAMA PERAWATAN BAYI DAN DUKUNGAN KELUARGA

PENDIDIKAN PEKERJAAN UMUR BAYI (HARI) DIAGNOSA


KODING KATEGORI KODING KATEGORI KODING KATEGORI
1 IRT 1 7 2 BBLR
2 IRT 1 23 2 BBLR
2 IRT 1 13 1 BBLR
3 WIRASWASTA 2 12 1 BBLR
3 HONORER 3 49 3 BBLR
3 WIRASWASTA 2 27 3 BBLR
1 IRT 1 18 1 BBLR
2 IRT 1 9 1 BBLR
2 IRT 1 6 1 KEMBAR SIAM
2 IRT 1 27 2 BERAK-BERAK
2 WIRASWASTA 2 11 1 HIPERBILIRUBIN
1 IRT 1 37 2 BBLR
2 WIRASWASTA 2 19 1 BBLR
2 IRT 1 25 2 BBLR
2 IRT 1 25 2 BBLR
2 IRT 1 8 1 BBLR
2 IRT 1 18 1 BBLR
1 IRT 1 16 1 POST OP COLOSTOMY
3 HONORER 13 7 1 BBLR
1 IRT 1 6 2 BBLR
4 PNS 4 4 1 BBLR
3 WIRASWASTA 2 3 1 BBLR
4 PNS 4 28 2 KEJANG DEMAM
2 IRT 1 7 2 KEJANG DEMAM
2 WIRASWASTA 2 22 2 PJB
1 IRT 1 28 2 PJB
3 PNS 4 44 3 PJB

Diagnosa : 1 = BBLR Lama Perawatan


2 = KEMBAR SIAM
3 = BERAK- BERAK
4 = HIPERBILIRUBIN Dukungan Keluarga
5 = POST OP COLOSTOMY
6 = KEJANG DEMAM
7 = PJB Tingkat Kecemasan
MASTER TABEL PENELITIAN
KUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN ORANG TUA DI RUANG NICU RSUP DR. WAHIDIN SUDIR

GNOSA LAMA HARI RAWAT DUKUNGAN KELU


KODING HARI KATEGORI KODING 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 6 PENDEK 2 4 4 3 3 3 3 3 1 4 4 3 3
1 23 PANJANG 1 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2
1 13 PANJANG 1 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2
1 12 PANJANG 1 2 2 2 2 2 2 2 1 3 3 2 2
1 49 PANJANG 1 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2
1 27 PANJANG 1 2 2 2 2 2 2 2 1 3 3 3 2
1 17 PANJANG 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2
1 9 PANJANG 1 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2
2 6 PENDEK 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2
3 7 PANJANG 1 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2
4 6 PENDEK 2 2 3 2 3 3 2 3 2 4 3 2 2
1 11 PANJANG 1 2 3 2 3 4 2 3 2 3 3 2 2
1 19 PANJANG 1 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3
1 25 PANJANG 1 4 4 4 4 4 3 3 2 4 4 4 4
1 25 PANJANG 1 4 2 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3
1 6 PENDEK 2 4 2 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3
1 18 PANJANG 1 2 2 2 2 2 2 2 1 3 3 3 2
5 16 PENDEK 2 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 2 4
1 13 PANJANG 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2
1 6 PENDEK 2 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4
1 4 PENDEK 2 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3
1 3 PENDEK 2 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3
6 15 PANJANG 1 3 3 3 3 2 3 2 3 1 3 2 3
3 16 PANJANG 1 3 4 4 3 2 3 2 1 2 1 3 3
7 22 PANJANG 1 3 2 2 2 3 2 3 1 3 3 2 4
7 5 PENDEK 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2
7 29 PANJANG 1 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3

: 1 = Panjang ( ≥7 Hari)
2 = Pendek (< 7 hari)

: 1 = Rendah (< 50 )
2 = Tinggi (≥50)

: 1 = Sangat Berat ( 42-56)


2 = Berat (28-41)
P DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR.

DUKUNGAN KELUARGA TINGKA


13 14 15 16 17 18 19 20 SUM KATEGORI KODING 1 2 3 4 5 6 7 8 9
4 3 3 3 3 3 3 4 64 TINGGI 2 2 3 1 2 1 2 2 2 1
2 2 1 3 3 3 3 3 49 RENDAH 1 3 4 4 4 4 4 3 3 3
2 2 2 2 1 3 3 3 48 RENDAH 1 2 3 3 3 3 3 3 4 4
2 2 2 4 2 2 2 4 45 RENDAH 1 2 2 4 4 4 4 2 4 2
2 2 2 4 2 2 2 4 48 RENDAH 1 1 3 2 3 3 3 2 2 2
2 2 2 4 2 2 2 4 46 RENDAH 1 3 3 4 3 4 4 4 4 4
2 2 2 2 2 2 3 2 42 RENDAH 1 3 4 4 3 3 4 3 3 3
2 3 3 2 2 3 2 3 49 RENDAH 1 4 3 4 4 3 4 4 4 3
3 3 3 1 2 2 2 2 49 RENDAH 1 4 4 3 3 3 4 4 2 2
2 2 2 1 1 1 1 2 43 RENDAH 1 4 4 3 3 4 3 4 4 4
2 2 2 1 1 1 1 2 43 RENDAH 1 2 2 2 4 4 4 3 3 3
2 2 2 1 1 1 1 2 43 RENDAH 1 3 4 4 2 2 3 4 3 3
3 3 3 1 4 4 4 3 66 TINGGI 2 2 3 2 4 4 4 3 2 2
4 3 4 4 4 4 4 4 75 TINGGI 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 4 4 3 3 3 4 67 TINGGI 2 3 2 2 2 1 4 4 2 3
3 3 3 1 3 3 3 2 61 TINGGI 2 3 3 3 3 3 2 2 2 1
2 2 2 4 2 2 2 4 46 RENDAH 1 3 2 3 3 2 3 4 3 3
3 3 2 2 3 3 4 3 65 TINGGI 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2
2 2 2 3 2 2 2 4 46 RENDAH 1 3 4 4 4 3 3 2 3 2
3 3 4 2 3 3 3 4 67 TINGGI 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3
3 3 3 4 3 3 3 3 65 TINGGI 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3
3 4 3 3 3 3 4 3 65 TINGGI 2 3 2 2 2 2 4 2 2 2
2 2 3 2 2 2 2 3 49 RENDAH 1 2 3 2 2 2 2 2 3 2
3 2 2 2 2 2 2 3 49 RENDAH 1 3 3 3 3 3 3 2 2 2
3 3 2 2 2 2 3 2 49 RENDAH 1 3 4 4 2 2 3 3 3 2
3 3 3 3 3 3 3 3 58 TINGGI 2 3 4 4 3 3 3 2 2 2
3 3 3 3 3 3 3 3 64 TINGGI 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2
TINGKAT KECEMASAN
10 11 12 13 14 15 16 SUM KATEGORI KODING
4 1 2 3 2 1 4 33 BERAT 2
4 4 4 2 3 2 2 53 SANGAT BERAT 1
4 3 2 3 3 3 4 50 SANGAT BERAT 1
4 2 4 4 2 2 4 50 SANGAT BERAT 1
3 2 3 3 2 1 4 39 BERAT 2
4 4 4 2 2 3 4 56 SANGAT BERAT 1
4 4 3 3 3 3 4 54 SANGAT BERAT 1
2 4 4 4 4 2 4 57 SANGAT BERAT 1
4 4 4 2 2 2 3 50 SANGAT BERAT 1
3 4 4 3 3 4 3 57 SANGAT BERAT 1
4 4 3 3 3 1 2 47 SANGAT BERAT 1
3 4 3 3 1 1 2 45 SANGAT BERAT 1
4 4 4 4 3 3 3 51 SANGAT BERAT 1
3 3 3 3 3 3 3 47 SANGAT BERAT 1
4 3 2 4 1 2 4 43 SANGAT BERAT 1
3 3 2 1 1 1 4 37 BERAT 2
4 3 4 4 3 4 4 52 SANGAT BERAT 1
3 2 3 3 2 3 3 41 BERAT 2
3 4 4 4 4 3 3 53 SANGAT BERAT 1
3 3 3 1 3 2 3 39 BERAT 2
3 3 3 1 3 2 2 41 BERAT 2
2 2 2 2 2 3 2 36 BERAT 2
4 3 3 3 3 2 3 41 SANGAT BERAT 1
3 3 2 2 2 2 3 41 BERAT 2
3 4 3 3 2 2 3 46 SANGAT BERAT 1
2 2 2 2 2 2 2 40 BERAT 2
3 3 3 2 2 2 2 41 BERAT 2
Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

lama hari rawat *


27 100.0% 0 0.0% 27 100.0%
kecemasan
dukungan keluarga *
27 100.0% 0 0.0% 27 100.0%
kecemasan

lama hari rawat * kecemasan

Crosstab

kecemasan

sangatt berat berat Total

lama hari rawat panjang Count 15 3 18

% within lama hari rawat 83.3% 16.7% 100.0%

pendek Count 2 7 9

% within lama hari rawat 22.2% 77.8% 100.0%


Total Count 17 10 27

% within lama hari rawat 63.0% 37.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 9.609a 1 .002


Continuity Correctionb 7.167 1 .007
Likelihood Ratio 9.839 1 .002
Fisher's Exact Test .004 .004
Linear-by-Linear Association 9.253 1 .002
N of Valid Cases 27

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.33.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .512 .002


N of Valid Cases 27

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for lama hari


17.500 2.365 129.506
rawat (panjang / pendek)
For cohort kecemasan =
3.750 1.086 12.953
sangatt berat
For cohort kecemasan =
.214 .072 .638
berat
N of Valid Cases 27
dukungan keluarga * kecemasan

Crosstab

kecemasan

sangatt berat berat Total

dukungan keluarga rendah Count 14 2 16

% within dukungan keluarga 87.5% 12.5% 100.0%

tinggi Count 3 8 11

% within dukungan keluarga 27.3% 72.7% 100.0%


Total Count 17 10 27

% within dukungan keluarga 63.0% 37.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 10.139a 1 .001


Continuity Correctionb 7.721 1 .005
Likelihood Ratio 10.647 1 .001
Fisher's Exact Test .003 .002
Linear-by-Linear Association 9.764 1 .002
N of Valid Cases 27

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.07.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .523 .001


N of Valid Cases 27

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for dukungan


18.667 2.554 136.409
keluarga (rendah / tinggi)
For cohort kecemasan =
3.208 1.201 8.571
sangatt berat
For cohort kecemasan =
.172 .045 .660
berat
N of Valid Cases 27

FREQUENCIES VARIABLES=V1 V2 V3 V4 V5 V6 V7 V8 V9 V10 V11 V12 v13


/STATISTICS=STDDEV MINIMUM MAXIMUM MEAN
/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies
Statistics

jenis jenis
inisial nama kelamin umur pendidikan pekerjaan umur kelamin lama hari dukungan umur umur
responden responden responden responden responden bayi/hari bayi diagnosa rawat keluarga kecemasan angka bayi

N Valid 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 2.44 1.63 1.33 1.41 1.37 29.48 23.19
Std. Deviation .641 .688 .480 .501 .492 6.664 12.493
Minimum 1 1 1 1 1 17 6
Maximum 3 3 2 2 2 39 52
Frequency Table
inisial nama responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ny. A 1 3.7 3.7 3.7

Ny. D 2 7.4 7.4 11.1

Ny. E 1 3.7 3.7 14.8

Ny. F 1 3.7 3.7 18.5

Ny. G 1 3.7 3.7 22.2

Ny. H 3 11.1 11.1 33.3

Ny. J 2 7.4 7.4 40.7

Ny. M 2 7.4 7.4 48.1

Ny. N 2 7.4 7.4 55.6

Ny. R 4 14.8 14.8 70.4

Ny. S 4 14.8 14.8 85.2

Ny. V 1 3.7 3.7 88.9

Ny. W 2 7.4 7.4 96.3

Tn. M 1 3.7 3.7 100.0

Total 27 100.0 100.0

jenis kelamin responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid perempuan 26 96.3 96.3 96.3

laki- laki 1 3.7 3.7 100.0

Total 27 100.0 100.0

umur responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <19 2 7.4 7.4 7.4

20-30 11 40.7 40.7 48.1

>31 14 51.9 51.9 100.0


Total 27 100.0 100.0
pendidikan responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SMP 6 22.2 22.2 22.2

SMA 13 48.1 48.1 70.4

S1 6 22.2 22.2 92.6

MASTER 2 7.4 7.4 100.0

Total 27 100.0 100.0

pekerjaan responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid IRT 16 59.3 59.3 59.3

WIRASWASTA 6 22.2 22.2 81.5

HONORER 2 7.4 7.4 88.9

PNS 3 11.1 11.1 100.0

Total 27 100.0 100.0

umur bayi/hari

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <20 13 48.1 48.1 48.1

21-40 11 40.7 40.7 88.9

>41 3 11.1 11.1 100.0


Total 27 100.0 100.0

jenis kelamin bayi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid perempuan 16 59.3 59.3 59.3

laki-laki 11 40.7 40.7 100.0

Total 27 100.0 100.0


diagnosa

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid BBLR 18 66.7 66.7 66.7

KEMBAR SIAM 1 3.7 3.7 70.4

BERAK- BERAK 1 3.7 3.7 74.1

HIPERBILIRUBIN 1 3.7 3.7 77.8

POST OP COLOSTOMY 1 3.7 3.7 81.5

KEJANG DEMAM 2 7.4 7.4 88.9

PJB 3 11.1 11.1 100.0

Total 27 100.0 100.0

lama hari rawat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid panjang 18 66.7 66.7 66.7

pendek 9 33.3 33.3 100.0

Total 27 100.0 100.0

dukungan keluarga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid rendah 16 59.3 59.3 59.3

tinggi 11 40.7 40.7 100.0


Total 27 100.0 100.0

kecemasan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid sangatt berat 17 63.0 63.0 63.0

berat 10 37.0 37.0 100.0

Total 27 100.0 100.0


umur angka

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 17 2 7.4 7.4 7.4

20 1 3.7 3.7 11.1

21 1 3.7 3.7 14.8

22 1 3.7 3.7 18.5

24 2 7.4 7.4 25.9

25 1 3.7 3.7 29.6

26 1 3.7 3.7 33.3

27 2 7.4 7.4 40.7


28 1 3.7 3.7 44.4

29 1 3.7 3.7 48.1

30 1 3.7 3.7 51.9

31 1 3.7 3.7 55.6

32 2 7.4 7.4 63.0

33 1 3.7 3.7 66.7

35 1 3.7 3.7 70.4

36 3 11.1 11.1 81.5

37 3 11.1 11.1 92.6

38 1 3.7 3.7 96.3

39 1 3.7 3.7 100.0

Total 27 100.0 100.0


umur bayi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 6 2 7.4 7.4 7.4

8 1 3.7 3.7 11.1

10 1 3.7 3.7 14.8

11 1 3.7 3.7 18.5

12 1 3.7 3.7 22.2

13 1 3.7 3.7 25.9

16 2 7.4 7.4 33.3

17 1 3.7 3.7 37.0


18 2 7.4 7.4 44.4

19 1 3.7 3.7 48.1

22 1 3.7 3.7 51.9

23 1 3.7 3.7 55.6

25 2 7.4 7.4 63.0

26 1 3.7 3.7 66.7

27 1 3.7 3.7 70.4

28 1 3.7 3.7 74.1

30 1 3.7 3.7 77.8

31 1 3.7 3.7 81.5

37 2 7.4 7.4 88.9

44 1 3.7 3.7 92.6

49 1 3.7 3.7 96.3

52 1 3.7 3.7 100.0

Total 27 100.0 100.0

Anda mungkin juga menyukai