Anda di halaman 1dari 309

BUKU PANDUAN KEPANITERAAN UMUM

TIM PENYUSUN
Suarni, S.Kep, Ns, M.Kep
Muh. Sahlan Zamaa, S.Kep, Ns, Sp.Kep, M.B
Iskandar Zulkarnaen, S.Kep, Ns
Aminullah, S.Kep, Ns
Hardianti, S.Kep, Ns
TIM EDITOR
Dewi Purnama WIndasari, SKM, M.Kes
Andi Sani Silwanah, SKM, M.Kes
Nurleli, SKM, M.Kes
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua,
sehingga Buku Panduan ini telah selesai disusun.
Buku Panduan ini disusun dengan tujuan agar mahasiswa dapat
memperoleh gambaran umum dan menjadikan panduan untuk
pelaksanaan praktik. Buku ini berisi tentang informasi umum, tujuan
dan kompetensi, proses bimbingan, proses pelaksanaan praktik,
evaluasi. Semoga buku panduan ini dapat digunakan dalam proses
pencapaian kemampuan mahasiswa sesuai dengan tujuan dan
komptensi yang diharapakan.

Wassalam

Tim Kepaniteraan Umum


PEMERIKSAAN FISIK IBU HAMIL
A. Pengertian
Pemeriksaan Fisik Ibu Hamil adalah pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu hamil dimulai
dari kepala sampai kaki
B. Tujuan :
1. Mengetahui kesehatan ibu dan janin saat ini
2. Mengetahui perubahan yg terjadi pd pemeriksaan sebelumnya
3. Mengetahui kondisi janin dan tuanya kehamilan
C. Persiapan alat :
1. Air Mengalir
2. Air sabun, air clorin dan air DTT
3. Ranjang Obstetric
4. Selimut
5. Tensi meter
6. Pen Light
7. Hammer
8. Thermometer
9. Stetoskop
10. Laenec/Doppler
11. Pengukur LILA /Pita Pengukur
12. Timbangan Berat Badan
13. Pengukur Tinggi Badan
14. Jangka Panggul
15. Jam Tangan
16. Selimut
17. Baju Ibu
18. Jam Tangan
19. Handuk bersih
20. Handscoon
D. Prosedur Pelaksanaan
1. Perkenalkan diri kepada ibu dan keluarga
2. Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan ini kepada ibu
3. Jelaskan tujuan atau hasil yang diharapkan dari pemeriksaan ini
4. Jelaskan bahwa pemeriksaan ini kadang-kadang menimbulkan perasaan khawatir atau
tidak enak tapi tidak akan membahayakan bayi yang ada dalam kandungan
5. Bila ibu mengerti apa yang telah disampaikan, mintalah persetujuan lisan tentang
pemeriksaan yang akan dilakukan
6. Cuci Tangan
7. Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih
8. Ukur TB ( Tinggi badan kurang dari 145 cm kemungkinan mengindikasikan panggul
sempit)
9. Ukur BB ibu (Berat badan, kenaikan rata-rata 0,3-0,5 kg/mg, sementara kenaikan BB total
selama kehamilan 9-12 kg, diats itu perlu dipantau dan antisipasi kejadian eklampsia)
10. Persilahkan ibu naik ketempat tidur dan ukur LILA ibu (Posisi duduk di temapat tidur)
11. Persilahkan ibu berbaring, pasang selimut, dan Ukur Tanda-Tanda Vital Ibu dalam posisi
berbaring
Pengukuran tanda-tanda vital :
 Mengukur Suhu
 Mengukur Tekanan Darah (dikatakan tinggi jika tekanan darah systole lebih dari 30
mmHg dan tekanan darah diastole lebih dari 15 mmHg dari tekanan darah ibu
sebelum hamil)
 Mengukur Pernapasan ibu selama satu menit
 Mengukur Denyut nadi Ibu selama satu menit
INSPEKSI
Tujuan :
Untuk mengetahui kondisi ibu secara umum
1. Daerah kepala : periksa kebersihan, bentuk dan keadaan rambut
2. Daerah muka : apakah ada kloasma gravidarum, keadaan konjunctiva, edema pada
wajah, dan bagaimana keadaan lidah dan gigi
3. Leher apakah ada pembesaran kelenjar tyroid, pembengkakan kelenjar limfe, distensi
vena jugularis
4. Payudara : bentuk payudara, pigmentasi payudara, keadaan putting susu, pengeluaran
kolostrum
5. Abdomen : membesar ke depan atau ke samping, linea alba, strie gravidarum dan
kontraksi uterus
6. Vulva : varises, tanda chadwik, flour albus, kebersihan dan keadaan perineum
7. Tungkai bawah : periksa varises dan edema
PALPASI
Tujuan :
1. Untuk mengetahui bagian-bagian janin, letak, presentasi
2. Untuk merasakan gerakan janin
3. Untuk merasakan kontraksi Barxton Hicks
Prosedur Tindakan :
1. Sisihkan pakaian ibu hingga seluruh bagian perut ibu tampak jelas kemudian minta ibu
untuk meletakkan kedua telapak kaki pada ranjang sehingga terjadi fleksi pada sendi paha
dan lutut untuk mengurangi ketegangan pada dinding perut
2. Tutup paha dan kaki ibu dengan kain yang telah disediakan
3. Cuci tangan dengan sabun, bilas dengan air hangat kemudian keringkan kedua tangan
dengan handuk
4. Pemeriksa berdidri di sisi kanan ibu dan sampaikan bahwa pemeriksaan akan segera di
mulai

LEOPOLD I

Tujuan :
untuk menentukan tinggi fundus uteri dan untuk menemukan presentasi dengan cara
mengidentifikasi bagian tubuh fetus apa yang berada di fundus

Prosedur Pelaksanaan :
1. Menghadap ke kepala ibu
2. Gunakan jari-jari kedua tangan untuk melakukan palpasi pada fundus
3. Tentukan tinggi fundus
4. Tentukan bagian apa yang terdapat pada fundus uteri : jika kepala yang berada di fundus
maka akan teraba keras, bulat dan melenting. Jika bokong yang berada di fundus maka
akan teraba lembut, tidak bulat dan tidak melenting, dan gerakan kurang, jika letak lintang
fundus uteri akan teraba kosong
Variasi menurut Knebel :
Menentukan letak kepala atau bokong dengan satu tangan di fundus dan tangan lain di atas
simfisis

LEOPOLD II

Tujuan :
Untuk menentukan batas samping rahim kiri-kianan dan untuk menentukan letak punggung
janin dan letak bagian-bagian kecil
Prosedur Pelaksanaan :
1. Menghadap ke kepala pasien
2. Letakkan kedua tangan pada kedua sisi abdomen
3. Letakkan tangan pada satu sisi dan tangan yang lain pada mempalpasi sisi yang berbeda
untuk menemukan bagian belakang janin. Jika punggung yang teranba maka akan terasa
lembut, cembung dan resisten. Jika bagian tubuh yang kecil (tangan dan kaki) maka akan
teraba kecil, tidak beraturan dan mungkin bisa bergerak aktif atau pasif.
Variasi menurut Budin :
Menentukan letak punggung dengan satu tangan menekan di fundus sedangkan tangan yang
lain mempalpasi sisi abdomen
LEOPOLD III
Tujuan :
Untuk menentukan bagian terbawah janin dan apakah bagian terbawah sudah atau belum
terpegang pada pintu atas panggul
Prosedur Pelaksanaan :
1. Letakkan 3 jari pertama dari kedua tangan pada sisi abdomen tepat diatas simfisis pubis.
Minta pasien menairk nafasdalam dan menghembuskannya
2. Pada saat mengeluarkan nafas, gerakkan tangan turun perlahan dan menekan sekitar
daerah tersebut, jika kepala maka akan teraba keras, lemdut dan bergerak jika disentuh.
Jika bagian bokong maka akan terasa lembut dan tidak beraturan
LEOPOLD IV
Tujuan :
Untuk menentukan bagian terbawah janin apa sudah masuk pintu atas panggul
Prosedur Pelaksanaan :
1. Menghadap ke kaki pasien, dengan lembut gerakkan tangan turun ke sisi abdomen
mendekati pelvia sampai salah satu tangan merasakan bagian bawah.
Ada 3 keadaan :
 Konvergen : jika kepala belum masuk pintu atas panggul
 Sejajar : jika bagian yang masuk baru setengah
 Divergen : jika hamper sebagian besar dari kepala janin masuk ke pintu atas
panggul
Cara lain untuk menentukan tuanya kehamilan :
 Dihitung dari tanggal haid terakhir
 Menurut Spiegelberg : dengan jalan mengukur tinggi fundus uteri dari simfisis maka
akan diperoleh table:
22-28 mg kehamilan 24-25 cm diatas simfisis
28 mg kehamilan 26,7 diatas simfisis
30 mg kehamilan 29,5-30 cm diatas simfisis
32 mg kehamilan 29,5-30 cm diatas simfisis
34 mg kehamilan 31 cm diatas simfisis
36 mg kehamilan 32 cm diatas simfisis
38 mg kehamilan 33 cm diatas simfisis
40 mg kehamilan 37,7 cm diatas simfisis
 Cara menentukan tafsiran berat janin dalam kandungan
Menurut Mc Donald : TBJ = TFU (dalam cm ) x Lingkar perut
 Menghitung tafsiran persalinan ibu ;
 Tentukan HPHT ibu
 Jika HPHT pada bulan januari-maret (tgl +7/bulan+9/tahun tetap)
 Jika HPHT pada bulan april-desember (tgl +7/bulan -3/tahun +1)

AUSKULTASI
Tujuan :
untuk mendengarkan denyut jantung janin
Prosedur Pelaksanaan :
1. Angkat kedua tangan dari dinding perut ibu, kemudian ambil stetoskop monoaural dengan
tangan kiri kemudian tempelkan ujungnya pada dinding perut ibu sesuai dengan posisi
punggung
2. Tempelkan telinga kiri pemeriksa dan dengarkan bunyi jantung janin (pindahkan titik
dengar apabila pada titik pertama bayi jantung tersebut kurang jelas. Upayakan untuk
mendapatkan bunyi jantung maksimal
3. Dengarkan bunyi jantung janin selama 1 menit penuh atau di dihitung 3x5 detik secara
berurutan dengan cara ini dapat diketahui teratur atau tidaknya djj:
Contoh : 11 12 13 : 4 x (11+12+13) = 136 x/menit
4. Letakkan peralatan yang telah digunakan, beritahu bahwa semua prosedur telah selesai.
Angkat kain penutup dan rapikan kembali pakaian ibu.
5. Persilahkan ibu untuk duduk kembali dan catat pemeriksaan pada lembar yang telah
tersedia dalam status pasien
6. Jelaskan hasil pemeriksaan palpasi dan auskultasi yang meliputi:
 Usia kehamilan, letak janin, presentasi
 Kondisi janin (sesuai dengan hasil pemeriksaan auskultasi)
 DJJ bisa di dengar pada bulan ke 4 – 5
 Tanyakan kepada ibu apakah ada penyakit menular seksual yang dialami saat
ini
 Jelaskan tentang rencana asuhan ante natal :
 Jelaskan hasil temuan atau diagnosis
 Jelaskan tentang rencana asuhan ante natal berkaitan dengan hasil temuan
 Jelaskan tentang langkah atau asuhan lanjutan serta jadwal pemeriksaan ulang
 Jelaskan untuk melakukan kunjungan
LEMBAR CHECK LIST PEMERIKSAAN FISIK IBU HAMIL

No. Aspek Yang Dinilai Checklist


0 1 2
1. Persiapkan Alat
1. Air Mengalir
2. Air sabun, air clorin dan air DTT
3. Ranjang Obstetric
4. Selimut
5. Tensi meter
6. Pen Light
7. Hammer
8. Thermometer
9. Stetoskop
10. Laenec/Doppler
11. Pengukur LILA /Pita Pengukur
12. Timbangan Berat Badan
13. Pengukur Tinggi Badan
14. Jangka Panggul
15. Jam Tangan
16. Selimut
17. Baju Ibu
18. Jam Tangan
19. Handuk bersih
20. Handscoon
2. Perkenalkan diri kepada ibu dan keluarga
3. Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan ini kepada ibu
4. Jelaskan tujuan atau hasil yang diharapkan dari pemeriksaan ini
5. Jelaskan bahwa pemeriksaan ini kadang-kadang menimbulkan perasaan khawatir
atau tidak enak tapi tidak akan membahayakan bayi yang ada dalam kandungan
6. Bila ibu mengerti apa yang telah disampaikan, mintalah persetujuan lisan tentang
pemeriksaan yang akan dilakukan
7. Cuci Tangan
8. Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih
9. Ukur TB
10. Ukur BB ibu
11. Persilahkan ibu naik ketempat tidur dan ukur LILA ibu
12. Persilahkan ibu berbaring, pasang selimut, dan Ukur Tanda-Tanda Vital Ibu dalam
posisi berbaring
13. Pengukuran tanda-tanda vital :
a. Mengukur Suhu
b. Mengukur Tekanan Darah
c. Mengukur Pernapasan ibu selama satu menit
d. Mengukur Denyut nadi Ibu selama satu menit

14. INSPEKSI
a. Daerah kepala
b. Daerah muka
c. Leher apakah ada pembesaran kelenjar tyroid, pembengkakan kelenjar limfe,
distensi vena jugularis
d. Payudara
e. Abdomen
f. Vulva
g. Tungkai bawah
15. PALPASI
Pelaksanaan :
a. Sisihkan pakaian ibu hingga seluruh bagian perut ibu tampak jelas kemudian
minta ibu untuk meletakkan kedua telapak kaki pada ranjang sehingga terjadi
fleksi pada sendi paha dan lutut untuk mengurangi ketegangan pada dinding
perut
b. Tutup paha dan kaki ibu dengan kain yang telah disediakan
c. Cuci tangan dengan sabun, bilas dengan air hangat kemudian keringkan kedua
tangan dengan handuk
d. Pemeriksa berdidri di sisi kanan ibu dan sampaikan bahwa pemeriksaan akan
segera di mulai
LEOPOLD I
a. Menghadap ke kepala ibu
b. Gunakan jari-jari kedua tangan untuk melakukan palpasi pada fundus
c. Tentukan tinggi fundus
LEOPOLD II
a. Menghadap ke kepala pasien
b. Letakkan kedua tangan pada kedua sisi abdomen
c. Letakkan tangan pada satu sisi dan tangan yang lain mempalpasi sisi yang
berbeda untuk menemukan bagian belakang janin.
LEOPOLD III
. a. Letakkan 3 jari pertama dari kedua tangan pada sisi abdomen tepat diatas simfisis
pubis. Minta pasien menarik nafas dalam dan menghembuskannya
b. Pada saat mengeluarkan nafas, gerakkan tangan turun perlahan dan menekan
sekitar daerah tersebut
LEOPOLD IV
a. Menghadap ke kaki pasien, dengan lembut gerakkan tangan turun ke sisi abdomen
mendekati pelvia sampai salah satu tangan merasakan bagian bawah.
16. AUSKULTASI
a. Angkat kedua tangan dari dinding perut ibu, kemudian ambil stetoskop monoaural
dengan tangan kiri kemudian tempelkan ujungnya pada dinding perut ibu sesuai
dengan posisi punggung
b. Tempelkan telinga kiri pemeriksa dan dengarkan bunyi jantung janin
c. Dengarkan bunyi jantung janin selama 1 menit penuh
d. Letakkan peralatan yang telah digunakan, beritahu bahwa semua prosedur telah
selesai. Angkat kain penutup dan rapikan kembali pakaian ibu.
e. Persilahkan ibu untuk duduk kembali dan catat pemeriksaan pada lembar yang
telah tersedia dalam status pasien
f. Jelaskan hasil pemeriksaan palpasi dan auskultasi

PEMERIKSAAN PANGGUL LUAR

A. Pengertian
Pemeriksaan panggul luar adalah pemeriksaan panggul yang dilakukan pada ibu primi gravida
untuk mengetahui ukuran panggul ibu normal atau tidak dengan menggunakan jangka panggul.
B. Tujuan :
1. Untuk mengetahui panggul seseorang normal atau tidak
2. Untuk memudahkan dalam mengambil tindakan selanjutnya
3. Untuk mengetahui bentuk atau keadaan panggul seseorang
C. Pemeriksaan panggul dilakukan :
1. Pada pemeriksaan pertama kali bagi ibu hamil
2. Pada ibu yang pernah melahirkan bila ada kelainan pada persalinan yang lalu
3. Ibu akan bersalin bila sebelumnya belum pernah memeriksakan diri terutama pada primi
para
D. Persiapan alat :
1. Pita pengukur
2. Jangka panggul
3. Buku catatan dan pena
E. Prosedur Pelaksanaan
1. Perkenalkan diri kepada ibu dan keluarga
2. Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan ini kepada ibu
3. Jelaskan tujuan atau hasil yang diharapkan dari pemeriksaan ini
4. Ujung jari telunjuk kanan dan kiri berada pada ujung jangka panggul
5. Jari tengah mencari tempat-tempat yang akan diukur
6. Tempatkan ujung jangka panggul pada tempat yang sudah ditemukan
7. Lihat dan baca skala pada jangka panggul
8. Ukuran-ukuran luar yang terpenting :
 Distansia spinarum : jarak antara spina iliaka anterior superior kanan dan kiri
(normalnya : 23-26 cm
 Distansia cristarum : jarak yang terpanjang antara crista illiac a kanan dan kiri (
normalnya : 26-29 cm)
 Conjugate eksternal (boudelocque) : jarak antara pinggir atas simfisis dan ujung
processus spinosus (ruas tulang lumbal ke lima) ( normalnya : 18-20 cm)
 Lingkar panggul : jarak dari pinggir atas simfisis melalui spina iliaka anterior superior
kanan ke pertengahan trochanter mayor kanan ke pertengahan trochanter mayor kiri
ke pertengahan spina illiaca anterior superior kiri kemudian kembali ke atas simfisis (
normalnya 80-90 cm)
9. Catat hasilnya dan dokumentasikan
10. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu
PEMERIKSAAN PANGGUL LUAR

No Aspek Yang Dinilai Checklist


0 1 2
1. Persiapkan Alat
2. Perkenalkan diri kepada klien
3. Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan ini kepada ibu
4. Jelaskan tujuan atau hasil yang diharapkan dari pemeriksaan ini
5. Ujung jari telunjuk kanan dan kiri berada pada ujung jangka panggul
6. Jari tengah mencari tempat-tempat yang akan diukur
7. Tempatkan ujung jangka panggul pada tempat yang sudah ditemukan
8. Lihat dan baca skala pada jangka panggul
9. Catat hasilnya dan dokumentasikan
10. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu

MEKANISME PENANGANAN INTRA NATAL


A. KALA I PERSALINAN
1. Pengertian
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari rahim ibu melalui jalan
lahir, dianggap normal jika usia kehamilan cukup bln (setelah 37 mgg), lama persalinan berlangsung
kurang lebih 24 jam dengan kekuatan ibu sendiri, tanpa melukai ibu dan janin dan tanpa disertai adanya
penyulit persalinan. Persalinan (inpartu) dimulai pd saat uterus berkontraksi diikuti oleh perubahan pd
serviks (serviks menipis dan membuka) dan berakhir dgn lahirnya plasenta secara lengkap
2. Batasan
Kala I dimulai sejak ibu merasakan HIS dan kontraksi diikuti dengan penipisan dan pembukaan
serviks 1 sampai pembukaan lengkap 10 cm
3. Tanda dan Gejala Inpartu :
a. Penipisan dan pembukaan serviks
b. Kontraksi uterus disertai dengan perubahan pada serviks (frekwensi minimal 2 kali dalam 10
menit)
c. Keluarnya lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina
4. FASE-FASE DALAM KALA SATU PERSALINAN
a. Kala satu persalinan dimulai pada saat terjadi kontraksi uterus dan diikuti oleh pembukaan serviks
secara berkala hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm)
b. Persalinan kala satu terbagi menjadi dua fase :
* Fase Laten Persalinan
~ Dimulai sejak awal kontraksi diikuti penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap
~ Pembukaan serviks 1-3 cm
~ Biasanya berlangsung dibawah hingga 8 jam
* Fase Aktif Persalinan
~ Fase akselerasi pembukaan serviks dari 4-5 cm
~ Fase dilatasi maksimal pembukaan serviks dari 6-9 cm
~ Fase deselerasi pembukaan serviks 9-10 cm
B. PERSALINAN KALA II
1. Batasan :
Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan lengkap 10 cm dan berakhir dengan lahirnya seluruh tubuh
janin.
2. Tanda Gejala Kala II
a. Ibu ingin meneran (dorongan meneran/doran)
b. Perineum menonjol (perjol)
c. Vulva membuka (vulka)
d. Tekanan anus (teknus)
e. Meningkatnya pengeluaran darah dan lendir
f. Kepala telah turun di dasar panggul bahkan sudah keliatan pada introitus vagina
g. Kontraksi
 sangat kuat dengan durasi 60-70 detik, 2-3 menit sekali
 sangat sakit dan akan berkurang bila meneran
 kontraksi mendorong kepala ke ruang panggul yang menimbulkan tekanan pada otot dasar
panggul sehingga timbul reflak dorongan meneran
3. Fase pada kala II (Aderhold dan robert)
a. fase I : fase tenang, mulai dari pembukaan lengkap samapi timbul keinginan untuk meneran
b. faseII : fase peneranan, mulai dari timbulnya kekuatan untuk meneran sam api kepala crowning
(lahirnya kepala)
c. fase III : fase perineal, mulai sejak crowning kepala janin sampai lahirnya seluruh badan bayi
4. Kontraksi
a. sangat kuat dengan durasi 60-70 detik, 2-3 menit sekali
b. sangat sakit dan akan berkurang bila meneran
c. kontraksi mendorong kepala ke ruang panggul yang menimbulkan tekanan pada otot dasar panggul
sehingga timbul reflak dorongan meneran
C. KALA III PERSALINAN
1. Batasan
Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya seluruh tubuh bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta.
2. Fisiologi Kala III Persalinan
 Otot uterus atau miometrium berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah
bayi lahir. Penyusutan ukuran mneyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta.
Karena tempat perlekatan makin kecil dan ukuran plasenta tdk berubah sehingga plasenta akan
terlipat dan menebal dan kemudian terlepas dari tempatnya
3. Tanda lepasnya plasenta:
a. Perubahan tinggi dan bentuk fundus uteri
b. Tali pusat memanjang
c. Semburan darah yang tiba-tiba yang diikuti dengan memanjangnya tali pusat keluar vagina
menandakan pelepasan plasenta dari dinding uterus. Darah yang berkumpul di belakang plasenta
akan membantu plasenta keluar bersama bantuan gravitasi, semburan darah yang tiba-tiba
menandakan bahwa kantung yang menjadi retrplasenta telah robek ketika plasenta memisah.
4. Tujuan manajemen aktif kala III
a. Untuk menghasilkan kontraksi uterus yg lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu kala III
b. Mencegah perdarahan dan/atau mengurangi kehilangan darah
5. Manfaat manajemen aktif kala III:
a. Persalinan kala III lebih singkat
b. Mengurangi jumlah kejadian atonia uteri
c. Mengurangi kejadian retensio plasenta
D. KALA IV PERSALINAN
1. Pengertian
Kala IV adalah kala pengawasan Dimulai setelah plasenta lahir dan 2 jam setelahnya
2. Hal-hal yang dipantau:
 Lakukan rangsangan taktil (massage) uterus untuk merangsang uterus berkontraksi dengan baik dan
kuat
 Evaluasi tinggi FU dengan meletakkan tangan melintang dengan pusat sebagai patokan, normalnya
TFU sejajar atau beberapa jari dibawah pusat
 Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan
 Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi/episiotomi) pada perineum
 Evaluasi keadaan umum ibu
 Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan kala 4 dibagian belakang partograf
segera setealh asuhan atau penilaian dilakukan
3. Periksa Perdarahan dan Robekan Perineum
 Derajat satu; robekan mengenai mukosa vagina, komisura posterior dan kulit perineum
 Derajat dua; mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum dan otot perineum
 Derajat tiga; mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum dan otot sfingter ani
 Derajat empat; mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum, otot
sfingter ani dan dinding depan rectum
4. Pemantauan 2 Jam post partum
 Pantau TTV, TFU, kandung kemih dan darah yang keluar setiap 15 menit satu jam pertama dan
setiap 30 menit satu jam kedua kala IV, jika da temuan tidak normal tingkatkan observasi dan
penilaian kondisi ibu
 Massage uterus untuk memperkuat kontraksi selama 2 jam post partum
 Pantau temperatur/suhu tubuh 2 jam post partum
 Observasi perdarahan, periksa perineum setiap 15 menit satu jam pertama dan setiap 30 menit
satu jam kedua
 Ajarkan ibu bagaimana cara massage uterus jika uterus menjadi lembek dan jelaskan pentingnya
massage uterus
 Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi, anjurkan untuk membantu ibu mengenakan kain
yang bersih dan kering, tutup kepala bayi dengan kain dan berikan kepada ibunya untuk disusun

5. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada kala IV


 Demam
 Perdarahan aktif
 Keluar banyak bekuan darah
 Bau busuk dari vagina
 Pusing
 Lemas luar biasa
 Penyulit dalam menyusukan bayi
 Nyeri panggul/abdomen yang lebih hebat dari nyeri kontraksi biasa
6. Persiapan alat pada proses Intranatal:
a. Persiapan Pelindung Diri
 Celemek Plastik
 Sepatu Boot
 Masker
 Handuk Bersih
 Kacamata
 PenutupKepala
 Cuci Tangan 7 langkah
b. Persiapan ibu dan bayi
 1 buah handuk
 Perlak/kain alas bokong ibu
 Selimut/sarung bersih 5 buah
 Pakaian ibu
 Topi/tutup kepala bayi
 Pakaian bayi
 Washlap 2 buah
c. Set partus steril dalam bak instrument
 2 klem kelly/klem kocher
 Gunting tali pusat
 Benang tali pusat/klem tali pusat
 Kateter nelaton
 Gunting episiotomy
 Klem ½ kocher
 2 pasang handscoon/sarung tangan
 Kasa atau tampon 5 buah
 Gulungan kapas basah (1 kom kapas DTT, 1 kom alat DTT)
 Spoit 3 cc
 Dee lee (penghisap lender)
d. Set hecting
 Spoit 10cc
 1 pinset anatomi
 1 pinset sirurgi
 Pegangan jarum/nald pooder
 2-3 jarum jahit tajam (untuk kulit dan otot)
 Benang chromic ukuran 2.0 atau 3.0
 1 pasang sarung tangan DTT dan steril
e. Peralatan tidak steril
 Thermometer
 Stetoskop
 Tensimeter
 Pita pengukur/meteran
 Pinnards, fetoskop, laenec/Doppler
 Bengkok
 Piring plasenta
 Timbangan bayi
 Pengukur panjang badan
 Gunting verband
 Washlap
 Wadah untk larutan clorin 0,5 %
 Wadah untuk air DTT
 Tempat sampah (sampah tajam, kering dan basah)
f. Obat-obatan dan bahan habis pakai
 Oksitosin 1 ml 10 U
 Lidokain 1 %
 Cairan infus RL, NaCl, dan Dex 5 %
 Peralatan Infus
 Kanula IV ukuran 16-18
 Vitamin K
 Salep mata 1 %

7. MENYIAPKAN KELAHIRAN
Tujuan :
Menyiapkan ruangan utk persalinan dan kelahiran bayi
a. Persiapan Ruangan :
 Ruangan yang hangat dan bersih
 Sumber air bersih yg mengalir
 Air disinfeksi tingkat tinggi
 Air bersih dalam jumlah yang cukup, klorin, deterjen, kain pembersih, kain pel dan sarung
tangan karet
 Kamar mandi yang bersih
 Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-jalan selama persalinan, melahirkan bayi dan
memberikan asuhan bagi ibu dan bayinya setelah persalinan
 Penerangan yg cukup, baik siang maupun malam
 Tempat tidur yang cukup bersih untuk ibu
 Tempat yg bersih untuk memberikan asuhan BBL
 Meja yang bersih atau tempat tertentu untuk menaruh peralatan persalinan
b. Menyiapkan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan esensial
c. Pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang diperlukan dan dalam keadaan siap
pakai
d. Menyiapkan rujukan
e. Siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan, perawatan dan penilaian yg telah
dilakukan.
f. Memberikan asuhan sayang ibu dan selama persalinan:
1) Memberikan dukungan emosional
* Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan pujian kepada ibu
* Membantu ibu bernafas pd saat kontraksi
* Memijat punggung, kaki dan kepala ibu
* Menyeka muka ibu dengan lembut
* Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman
2) Membantu pengaturan posisi
* Mencari posisi yg nyaman selama persalinan dan kelahiran
* Jangan membuat ibu dlm posisi terlentang
3) Memberikan cairan dan nutrisi
Anjurkan ibu utk mendapat asupan (makanan ringan dan minum air selama persalinan dan
kelahiran bayi)
4) Kosongkan kandung kemih
* Anjurkan ibu untuk kekamar mandi BAK untuk mengosongkan kandung kemih
* Jika ibu tidak bisa lagi berjalan ke kamar mandi maka lakukan pengosongan kandung kemih
secara rutin selama persalinan dengan menggunakan kateterisasi (tidak permanen)
* Ibu berkemih paling sedikit setiap 2 jam
* Selama persalinan berlangsung, tidak dianjurkan untuk melakukan kateterisasi kandung
kemih secara rutin
5) Pencegahan infeksi
* Menjaga lingkungan yang bersih merupakan hal penting dalam mewujudkan kelahiran yang
bersih dan aman bagi ibu dan bayinya
 Pemeriksaan Fisik
Tujuan :
Menilai kesehatan dan kenyamanan fisik ibu dan bayinya selama proses persalinan berlangsung
Persiapan Alat :
a. Pita Pengukur (mitline)
b. Jam tangan (yang memiliki detik)
c. Fetoskop Pinnards atau Doppler
d. Kertas dan pena untuk mencatat hasil pemeriksaan

a. Pemeriksaan abdomen
 Menentukan tinggi fundus
 pastikan pengukuran dilakukan pd saat uterus tdk berkontraksi
 Ukur tinggi fundus dengan menggunakan pita pengukur.
 Mulai dari tepi atas simfisis pubis, rentangkan hingga kepuncak fundus mengikuti aksis
atau linea medialis pd abdomen
 Pita pengukur harus menempel pd kulit abdomen

• Memantau kontraksi uterus


 Gunakan jarum detik untuk memantau kontraksi uterus
 Letakkan tangan diatas uterus dan rasakan jumlah kontraksi yg terjadi dalam kurun waktu
10 mnt
 Tentukan durasi/lama tiap kontraksi
 Fase aktif: minimal terjadi 2 kontraksi dalam 10 menit
 Lama kontraksi adalah 40 detik
 Diantara 2 kontraksi akan terjadi relaksasi dinding uterus
• Memantau denyut jantung janin
 Gunakan jarum detik dan sebuah fetoskop Pinnards atau Doppler utk memantau denyut
jantung janin (DJJ)
 Dengan fetoskop dengarkan DJJ yg dihantarkan melalui dinding abdomen
 Tentukan titik tertentu padd dinding abdomen dimana DJJ terdengar paling kuat
 DJJ normal 100-160 x/m
Tips :
 Jika DJJ sulit ditemukan, palpasi abdomen dan tentukan dataran punggung bayi.
Biasanya DJJ lebih mudah di dengar melalui dinding abdomen sesuai dgn dataran
pungung bayi
 Nilai DJJ selama dan segera setelah kontraksi uterus
 Mulailah penilaian sebelum / selama puncak kontraksi
• Menentukan presentasi
 Berdiri disamping ibu, menghadap ke arah kepalanya (pastikan lutut ibu ditekuk)
 Dengan ibu jari dan jari tengah dari satu tangan, pegang bagian bawah abdomen ibu,
tepat diatas simfisis pubis. Bagian terbawah janin atau persentasi dapat diraba diantara
ibu jari dan jari tengah
 Jika bagian terbawah janin belum masuk ke dalam rongga panggul, bagian tersebut
masih bisa digerakkan, jika sudah masuk maka bagian tdk dapat digerakkan
 Untuk menentukan apakah presentasi adalah kepala atau bokong, pertimbangkan
bentuk, ukuran dan kepadatan bagian tersebut
• Menentukan penurunan janin
 Menilai penurunan melalui palpasi abdomen juga memberikan informasi mengenai
kemajuan persalinan dan membantu mencegah pemeriksaan dlm yg tdk perlu
 Nilai penurunan kepala janin dengan hitungan perlima bagian kepala janin yang bisa
dipalpasi diatas simfisis pubis
 Lakukan Pemeriksaan Dalam (vagina toucher
8. Persiapan Persalinan Kala II
1) Memastikan Kebersihan Ibu
o Penuhi Kebersihan ibu ketika memasuki persalinan kala II sesuai dengan primsip-primsip
maupun pencegahan infeksi.
o Bersihkan bagian genetalia eksterna ibu secara cermat dengan air bersih gunakan cairan
antiseptik jika tersedia.
o Bilaslah vulva dan vagina, selama proses meneran
o Letakkan kain bersih dibawah bokong ibu dan sediakan kain bersih lain didekatnya
o Jika ibu mengeluarkan kotoran (defekasi) selama meneran, bersihkan tempat duduknya
dengan kain dan bersihkan vulva sekali lagi.
o Letakkan kain bersih lain dibawah bokong ibu, jika tidak tersedia cukup waktu untuk
membersihkan sisa sisa kotoran, tutupilah benda benda yang terkena dengan kain bersih
2) Lakukan pengosongan kandung kemih
Pastikan bahwa ibu telah mengosongkan kandung kemih paling tidak setiap dua jam. Kandung
kemih yang penuh akan menggangu his dan penurunan kepala. Hal tersebut juga dapat
menyababkan nyeri, kesulitan dalam lahirnya plasenta, pendarahan postpartum dan kemungkinan
urin akan memancar keluar saat ibu meneran.
3) Pasang penutup kepala dan celemek
4) Mencuci tangan

5) Pantau :
 Tanda vital ibu meliputi Frekuensi nadi dan tekana darah
 His
 Denjut janin
 Penurunan kepala
 Adanya bagian kecil janin atau tali pusat disamping
 Adanya lilitan tali pusat segera setelah kepala lahir
 Adanya kehamilan kembar yang terdeteksi segera setelah bayi lahir
6) Posisikan ibu pada posisi yang nyaman
 Duduk atau setengah duduk Ini merupakan posisi yang nyaman dan memudahkan
ponolong persalinan untuk membantu melahirkan kepala janin
 Jongkok atau berdiri Posisi ini dapat membantu turunya kepala janin jika persalina berjalan
lambat
 Merangkak Posisi ini cocok bila ibu merasa nyeri pada punggungnya dan dapat membantu
jika terdapat kesulitan pada proses perputaran janin
 Berbaring atau miring pada sisi kiri Posisi ini memberikan relaksasi dan membantu
mencegah laserasi perineum (minta seorang untuk membantu memengang kaki ibu)
Posisi yang Tidak dianjurkan saat melahirkan adalah posisi terlentang pada punggung
alasan: aliran darah dan oksigen ke janin akan berkurang dalam posisi ini.
7) Saat kepala bayi membuka vulva (5-6 cm), letakkan kain yang kering dan bersih di bawah
biokong ibu dan siapkan dan siapkan kain atau handuk bersih diatas perut ibu (untuk
mengeringkan bayi segera setelah bayi lahir)
8) Lindungi perineum dengan satu tangan (dibawah kain bersih dan kering), ibu jari pada salah satu
perineum dan empat jari lain pada sisi perineum yang lain dan tangan yang lain pada belakang
kepala bayi
9) Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap flexi pada saat keluar secara bertahap
melewati introitus perineum
10) Perhatikan perineum pada saat kepala keluar dan dilahirkan, usap muka bayi dengan kain bersih
atau kasa untuk membersihkan lendir dan darah dari mulut dan hidung bayi
 Jangan melakukan penghisapan lendir secara rutin pada mulut dan hidung bayi, karena
sebagian bayi dapat menghilangkan lendir tersebut secara alamiah melalui mekanisme
bersin dan menangis
 Jangan melakukan pengisapan lendir secara rutin karena pengisapan terlalu dalam
dapat menyentuh orofaring yang kaya akan saraf parasimpatis sehingga dapat
menyebabkan bradikardia/apnea
 Selalu isap mulut terlebih dahulu kemudian hidung, karena bayi akan menarik napas
sehingga dapat terjadi aspirasi mekonium atau cairan yang ada di mulutnya
 Hindari penghisapan terlalu dalam dan agresif pada mulut
11) Periksa lilitan tali pusat
12) Setelah bayi lahir, minta ibu untuk berhenti mengedan dan bernapas cepat
13) Periksa leher bayi apakah terjadi lilitan tali pusat
14) Jika ada lilitan, longgarkan lilitan dengan melewati kepala bayi
15) Jika lilitan terlalu erat maka jepit tali pusat sangat erat maka jepit tali pusat dengan klem pada 2
tempat dengan jarak 3 cm kemudian potong tali pusat diantara 2 klem tersebut
16) Setelah menyeka mulut dan hidung bayi dan memeriksa tali pusat, tunggu kontraksi berikut
sehingga terjadi putaran paksi luar secara spontan
17) Letakkan tangan pada sisi kiri dan kanan kepala bayi, minta ibu untuk mengedan sambil
menekan kepala kearah bawah dan lateraltubuh bayi hingga bahu depan melewati simfisis
18) Setelah bahu depan lahir, gerakkan kepala kearah atas dan lateral tubuh bayi sehingga bahu
bawah dan seluruh dada dapat dilahirkan
Antisipasi kejadian distosia bahu dengan tanda:
 Kepala seperti tertahan divagina
 Kepala lahir tapi tdk terjadi putaran paksi luar
 Kepala sempat keluar tetapi tertarik kembali kedalam vagina
19) Saat bahu posterior lahir, geser tangan bawah (posterior) dan sanggah bahu dan lengan atas bayi
pada tangan tersebut
20) Gunakan jari-jari tangan yang sama untuk mengendalikan kelahiran siku dan tangan pada sisi
posterior bayi pada saat melewati perineum
21) Gunakan tangan yang sama untuk menopang lahirnya siku dan tangan posterior saat melewati
perineum
22) Tangan bawah (posterior) menopang samping lateral tubuh bayi saat lahir
23) Secara simultan, tangan atas (anterior) untuk menelusuri dan memegang bahu, siku dan lengan
bagian anterior
24) Lanjutkan penelusuran dan memegang bagian punggung, bokong, dan kaki
25) Dari arah belakang, sisipkan jari telunjuk tangan atas diantara kedua kaki bayi yang kemudian
dipegang dengan ibu jari dan ketiga jari lainnya
26) Letakkan bayi diatas kain /handuk yang telah disiapkan pada perut bawah ibu dan posisikan kepala
bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya
27) Segera keringkan sambil melakukan rangsangan taktil pada tubuh bayi dengan kain/selimut diatas
perut ibu , pastikan bahwa kepala bayi terttup dengan baik
28) Dengan menggunakan klem, lakukan penjepitan tali pusat dengan klem sekitar 3 cm dari dinding
perut(pangkal pusat bayi)
29) Dari titik jepitan tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat kearah ibu (agar darah
tidak terpencar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat)
30) Lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan pertama pada sisi atau mengarah ke
ibu
31) Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil
melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut dengan
menggunakan gunting desinfeksi tingkat tinggi atau steril
32) Setelah memotong tali pusat, ganti handuk basah dan selimut bayi dengan selimut atau kain yang
bersih dan kering, pastikan kepala bayi terselimuti dengan baik
33) Keringkan dengan segera
 Jaga agar kepala tertutup
 Jangan mandikan sebelum suhu tubunya stabil
 Jangan lakukan penghisapan lendir yang terlalu dalam
34) Segera berikan bayi pada ibunya untuk disusukan

9. PENATALAKSANAAN MANAJEMEN KALA III


a. Jepit dan potong tali pusat segera setelah bayi lahir
b. Periksa fundus uteri untuk meyakinkan janin tunggal
c. Beri oksitosin sepuluh unit secara intramuscular selambat-lambatnya dalam waktu 2 menit sesudah
bayi dilahirkan untuk menstimulasi kontraksi uterus. Jika tidak tersedia oksitsin ,minta ibu
menstimulasi pada putting payudaranya. Ini menyebabkan pelepasan oksitosin secara alami. Bila bayi
menyusui pada hal ini juga sudah merupakan stimulasi pada putting payudara ibu.
d. Lakukan penegangan tali pusat terkendali sebagai berikut.
 Penolong berdiri pada sisi kanan pasien
 Jepitkan klem pada tali pusat(kurang lebih 5 cm didepan pulva)kemudian letakkan 4 jari pada
bagian depan bawah korpus utrus(tepat diatas segmen bawah uterus)
 Selama kontraksi, pegang klem dengan tangan kanan dan
 tegakkan tali pusaut dengan hati-hati sementara tangan kiri mendorong uterus kearah dorso
cranial,sehingga ketika plasenta mulai terlepas,dengan sendirinya plasenta akan bergerak
kearah introitus vagina.
 Sementara tangan kanan melakukan penegangan terkaendali pada tali pusat tangan kiri
memberikan dorongan kearah dorso cranial vagina.
 lanjutkan pengeluaran plasenta dengan kedua tangan dan lahirkan.
 Bila didapatkan kesulitan melahirkan selaput ketuban, putar plasenta dengan kedua tangan
secara hati-hati searah dengan jarum jam sehingga seluruh selaput ketuban dilahirkan lengkap.
e. Masase fundus uteri segera setelah kelahiran plasenta dengan mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut:
 Tempatkan bagian palmar tangan pada fundus uteri
 Gerakkan tangan anda dalam posisi sirkular (memutar) dipermukaan fundus, hingga uterus
teraba mengeras dibawa tangan anda.
f. Periksa tonus uteri setiap 1-2 menit.jika menjadi lunak, lakukan message lagi
g. Ajarkan ibu bagaimana melakukan message pada uterusnya sendiri dan bagaimana mengenal jika
tonus uterus tidak baik.
10. PENATALAKSANAAN MANAJEMEN KALA IV
 Lakukan rangsangan taktil (massage) uterus untuk merangsang uterus berkontraksi dengan baik dan
kuat
 Evaluasi tinggi FU dengan meletakkan tangan melintang dengan pusat sebagai patokan, normalnya
TFU sejajar atau beberapa jari dibawah pusat
 Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan
 Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi/episiotomi) pada perineum
 Evaluasi keadaan umum ibu
 Periksa adanya perdarahan dan robekan perineum
 Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan kala 4 dibagian belakang partograf
segera setealh asuhan atau penilaian dilakukan
 Pemantauan 2 Jam post partum pada KALA IV :
 Pantau TTV, TFU, kandung kemih dan darah yang keluar setiap 15 menit satu jam pertama dan
setiap 30 menit satu jam kedua kala IV, jika da temuan tidak normal tingkatkan observasi dan
penilaian kondisi ibu
 Massage uterus untuk memperkuat kontraksi selama 2 jam post partum
 Pantau temperatur/suhu tubuh 2 jam post partum
 Observasi perdarahan, periksa perineum setiap 15 menit satu jam pertama dan setiap 30 menit
satu jam kedua
 Ajarkan ibu bagaimana cara massage uterus jika uterus menjadi lembek dan jelaskan pentingnya
massage uterus
 Minta anggota keluarga untuk emeluk bayi, anjurkan untuk membantu ibu mengenakan kain yang
bersih dan kering, tutup kepala bayi dengan kain dan berikan kepada ibunya untuk disusun
LEMBAR CHECKLIST PENANGANAN INTRANATAL KALA I
No Aspek Yang Dinilai Checklist
0 1 2

1. Persiapkan Ruangan
 Ruangan yang hangat dan bersih
 Sumber air bersih yg mengalir
 Air disinfeksi tingkat tinggi
 Air bersih dalam jumlah yang cukup, klorin, deterjen, kain pembersih, kain pel dan
sarung tangan karet
 Kamar mandi yang bersih
 Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-jalan selama persalinan, melahirkan bayi
dan memberikan asuhan bagi ibu dan bayinya setelah persalinan
 Penerangan yg cukup, baik siang maupun malam
 Tempat tidur yang cukup bersih untuk ibu
 Tempat yg bersih untuk memberikan asuhan BBL
 Meja yang bersih atau tempat tertentu untuk menaruh peralatan persalinan
 Menyiapkan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan esensial
 Pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang diperlukan dan dalam
keadaan siap pakai
 Menyiapkan rujukan
 Siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan, perawatan dan penilaian
yg telah dilakukan.
2. Persiapan alat :
 Pita Pengukur (mitline)
 Jam tangan (yang memiliki detik)
 Fetoskop Pinnards atau Doppler
 Kertas dan pena untuk mencatat hasil pemeriksaan
3. Perkenalkan diri kepada klien dan keluarga
4. Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan kepada klien dan minta
persetujuan klien setelah klien memahami penjelasan
5. Berikan asuhan sayang ibu selama persalinan:
 Berikan dukungan emosional
 Atur posisi ibu yang nyaman
 Tetap berian cairan dan nutrisi
 Kosongkan kandung kemih
 Lakukan tindakan Pencegahan infeksi
6. Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan kepada klien
7. Anjurkan klien untuk berbaring di tempat Tidur
8. Menentukan tinggi fundus
Pastikan pengukuran dilakukan pd saat uterus tdk berkontraksi
9. Pastikan pengukuran dilakukan pd saat uterus tdk berkontraksi
10. Ukur tinggi fundus dengan menggunakan pita pengukur.
11. Ukur Mulai dari tepi atas simfisis pubis, rentangkan hingga kepuncak fundus mengikuti
aksis atau linea medialis pd abdomen
12. Pita pengukur harus menempel pd kulit abdomen
13. Hitung kontraksi
 Letakkan tangan diatas uterus dan rasakan jumlah kontraksi yg terjadi dalam kurun
waktu 10 mnt
14. Pantau denyut jantung janin (DJJ)
 Tentukan titik tertentu padd dinding abdomen dimana DJJ terdengar paling kuat
15. Menentukan presentasi
 Berdiri disamping ibu, menghadap ke arah kepalanya (pastikan lutut ibu ditekuk)
 Dengan ibu jari dan jari tengah dari satu tangan, pegang bagian bawah abdomen ibu,
tepat diatas simfisis pubis. Bagian terbawah janin atau persentasi dapat diraba
diantara ibu jari dan jari tengah
 Jika bagian terbawah janin belum masuk ke dalam rongga panggul, bagian tersebut
masih bisa digerakkan, jika sudah masuk maka bagian tdk dapat digerakkan
Tentukan penurunan kepala janin
 Nilai penurunan kepala janin dengan hitungan perlima bagian kepala janin yang bisa
dipalpasi diatas simfisis pubis
LEMBAR CHECKLIST PERSALINAN KALA II
No Aspek Yang Dinilai Checklist
0 1 2

Persiapan alat :

1 Ibu diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan


2 Minta persetujuan ibu jika ibu sudah memahami penjelasan yang diberikan
3 Bersihkan bagian genetalia eksterna ibu secara cermat dengan air bersih atau cairan
antiseptik
4 Bilaslah vulva dan vagina, selama proses meneran
5 Letakkan kain bersih dibawah bokong ibu dan sediakan kain bersih lain didekatnya
6 Jika ibu mengeluarkan kotoran (defekasi) selama meneran, bersihkan tempat duduknya
dengan kain dan bersihkan vulva sekali lagi.
7 Letakkan kain bersih lain dibawah bokong ibu, jika tidak tersedia cukup waktu untuk
membersihkan sisa sisa kotoran, tutupilah benda benda yang terkena dengan kain bersih
8 Lakukan pengosongan kandung kemih
9 Pasang penutup kepala dan celemek
10 Cuci tangan
Pantau :
 Tanda vital ibu meliputi Frekuensi nadi dan tekana darah
 His
 Denjut janin
 Penurunan kepala
 Adanya bagian kecil janin atau tali pusat disamping
 Adanya lilitan tali pusat segera setelah kepala lahir
 Adanya kehamilan kembar yang terdeteksi segera setelah bayi lahir
11 Posisikan ibu pada posisi yang nyaman
12 Saat kepala bayi membuka vulva (5-6 cm), letakkan kain yang kering dan bersih di bawah
biokong ibu dan siapkan dan siapkan kain atau handuk bersih diatas perut ibu (untuk
mengeringkan bayi segera setelah bayi lahir)
13 Lindungi perineum dengan satu tangan (dibawah kain bersih dan kering), ibu jari pada
salah satu perineum dan empat jari lain pada sisi perineum yang lain dan tangan yang lain
pada belakang kepala bayi
14 Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap flexi pada saat keluar secara
bertahap melewati introitus perineum
15 Perhatikan perineum pada saat kepala keluar dan dilahirkan, usap muka bayi dengan kain
bersih atau kasa untuk membersihkan lendir dan darah dari mulut dan hidung bayi
16 Periksa lilitan tali pusat
17 Setelah bayi lahir, minta ibu untuk berhenti mengedan dan bernapas cepat
18 Periksa leher bayi apakah terjadi lilitan tali pusat
19 Jika ada lilitan, longgarkan lilitan dengan melewati kepala bayi
20 Jika lilitan terlalu erat maka jepit tali pusat sangat erat maka jepit tali pusat dengan klem
pada 2 tempat dengan jarak 3 cm kemudian potong tali pusat diantara 2 klem tersebut
21 Setelah menyeka mulut dan hidung bayi dan memeriksa tali pusat, tunggu kontraksi
berikut sehingga terjadi putaran paksi luar secara spontan
22 Letakkan tangan pada sisi kiri dan kanan kepala bayi, minta ibu untuk mengedan sambil
menekan kepala kearah bawah dan lateraltubuh bayi hingga bahu depan melewati
simfisis
23 Setelah bahu depan lahir, gerakkan kepala kearah atas dan lateral tubuh bayi sehingga
bahu bawah dan seluruh dada dapat dilahirkan
24 Saat bahu posterior lahir, geser tangan bawah (posterior) dan sanggah bahu dan lengan
atas bayi pada tangan tersebut
25 Gunakan jari-jari tangan yang sama untuk mengendalikan kelahiran siku dan tangan
pada sisi posterior bayi pada saat melewati perineum
26 Gunakan tangan yang sama untuk menopang lahirnya siku dan tangan posterior saat
melewati perineum
27 Tangan bawah (posterior) menopang samping lateral tubuh bayi saat lahir
28 Secara simultan, tangan atas (anterior) untuk menelusuri dan memegang bahu, siku dan
lengan bagian anterior
29 Lanjutkan penelusuran dan memegang bagian punggung, bokong, dan kaki
30 Dari arah belakang, sisipkan jari telunjuk tangan atas diantara kedua kaki bayi yang
kemudian dipegang dengan ibu jari dan ketiga jari lainnya
31 Letakkan bayi diatas kain /handuk yang telah disiapkan pada perut bawah ibu dan
posisikan kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya
32 Segera keringkan sambil melakukan rangsangan taktil pada tubuh bayi dengan
kain/selimut diatas perut ibu , pastikan bahwa kepala bayi terttup dengan baik
33 Dengan menggunakan klem, lakukan penjepitan tali pusat dengan klem sekitar 3 cm dari
dinding perut(pangkal pusat bayi)
34 Dari titik jepitan tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat kearah ibu
(agar darah tidak terpencar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat)
35 Lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari tem pat jepitan pertama pada sisi atau
mengarah ke ibu
36 Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat
sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat diantara kedua klem
tersebut dengan menggunakan gunting desinfeksi tingkat tinggi atau steril
37 Setelah memotong tali pusat, ganti handuk basah dan selimut bayi dengan selimut atau
kain yang bersih dan kering, pastikan kepala bayi terselimuti dengan baik
38 Keringkan dengan segera
39 Segera berikan bayi pada ibunya untuk disusukan
LEMBAR CHECKLIST PERSALINAN KALA III

No Aspek Yang Dinilai Checklist


0 1 2

1 Jepit dan potong tali pusat segera setelah bayi lahir


2 Periksa fundus uteri untuk meyakinkan janin tunggal
3 Beri oksitosin sepuluh unit secara intramuscular selambat-lambatnya dalam waktu 2
menit sesudah bayi dilahirkan untuk menstimulasi kontraksi uterus.
4 Lakukan penegangan tali pusat terkendali sebagai berikut.
 Penolong berdiri pada sisi kanan pasien
 Jepitkan klem pada tali pusat(kurang lebih 5 cm didepan pulva)kemudian letakkan 4
jari pada bagian depan bawah korpus utrus(tepat diatas segmen bawah uterus)
 Selama kontraksi, pegang klem dengan tangan kanan dan
 tegakkan tali pusat dengan hati-hati sementara tangan kiri mendorong uterus kearah
dorso cranial,sehingga ketika plasenta mulai terlepas,dengan sendirinya
plasenta akan bergerak kearah introitus vagina.
 Sementara tangan kanan melakukan penegangan terkaendali pada tali pusat
tangan kiri memberikan dorongan kearah dorso cranial vagina.
 lanjutkan pengeluaran plasenta dengan kedua tangan dan lahirkan.
 Bila didapatkan kesulitan melahirkan selaput ketuban, putar plasenta dengan kedua
tangan secara hati-hati searah dengan jarum jam sehingga seluruh selaput
ketuban dilahirkan lengkap.
5 Masase fundus uteri segera setelah kelahiran plasenta dengan mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut:
 Tempatkan bagian palmar tangan pada fundus uteri
 Gerakkan tangan anda dalam posisi sirkular (memutar) dipermukaan fundus, hingga uterus
teraba mengeras dibawa tangan anda.
6 Periksa tonus uteri setiap 1-2 menit.jika menjadi lunak, lakukan message lagi
7 Ajarkan ibu bagaimana melakukan message pada uterusnya sendiri dan bagaimana
mengenal jika tonus uterus tidak baik.
LEMBAR CHECKLIST PERSALINAN KALA IV

No Aspek Yang Dinilai Checklist


0 1 2

1 Lakukan rangsangan taktil (massage) uterus untuk merangsang uterus berkontraksi


dengan baik dan kuat
2 Evaluasi tinggi FU dengan meletakkan tangan melintang dengan pusat sebagai patokan,
normalnya TFU sejajar atau beberapa jari dibawah pusat
3 Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan
4 Periksa perdarahan dan robekan perineum
5 Evaluasi kondisi umum ibu
6 Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan kala 4 dibagian belakang
partograf segera setealh asuhan atau penilaian dilakukan
7  Pemantauan 2 Jam post partum pada KALA IV :
 Pantau TTV, TFU, kandung kemih dan darah yang keluar setiap 15 menit satu
jam pertama dan setiap 30 menit satu jam kedua kala IV, jika da temuan tidak
normal tingkatkan observasi dan penilaian kondisi ibu
 Massage uterus untuk memperkuat kontraksi selama 2 jam post partum
 Pantau temperatur/suhu tubuh 2 jam post partum
 Observasi perdarahan, periksa perineum setiap 15 menit satu jam pertama dan
setiap 30 menit satu jam kedua
 Ajarkan ibu bagaimana cara massage uterus jika uterus menjadi lembek dan
jelaskan pentingnya massage uterus
 Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi, anjurkan untuk membantu ibu
mengenakan kain yang bersih dan kering, tutup kepala bayi dengan kain dan
berikan kepada ibunya untuk disusun
PEMERIKSAAN DALAM (VAGINA TOUCHER)

A. Pengertian
Pemeriksaan dalam (vagina Toucher) adalah pemeriksaan yang dilakukan pada ibu dengan memasukkan
jari telunjuk dan jari tengah ke jalan lahir
B. Tujuan :
1. Untuk mengetahui kemajuan persalinan
2. Untuk membantu penolong persalinan menilai kemajuan persalinan
3. Untuk mengetahui ada tidaknya tanda-tanda patologis atau penyulit proses persalinan
C. Persiapan Alat :
1. Handscoon steril
2. Perlak
3. Kapas sublimat
4. Bengkok/Nierbekken
5. Com
6. Kertas dan pena untuk mencatat hasil pemeriksaan
D. Prosedur pelaksanaan :
1. Perkenalkan diri kepada klien
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Minta persetujuan dari klien setelah klien memahami penjelasan
4. Anjurkan klien untuk berbaring di tempat Tidur
5. Pakaian bawah klien dikeataskan
6. Pasang selimut untuk menjaga privasi klien
7. Posisikan pasien kedalam posisi dorsal recumbent
8. Cuci tangan bersih
9. Kenakan handscoon pada satu sisi tangan saja, utamakan untuk dikenakan pada sisi tangan
dominan
10. Bersihkan area vulva dengan menggunakan kapas sublimat dengan tehnik 4 atau 6 kapas. Nilai
vagina. Luka parut lama divagina bisa memberikan indikasi luka / episiotomi sebelumnya
11. Letakkan tangan yang tidak dominan di bagian fundus uteri klien
12. Lakukan pemeriksaandalam dengan memasukkan kedua jari, telunjuk dan jari tengah tangan
dominan pemeriksa kedalam vagina pasien. Masukkan terlebih dulu jari tengah baru disusul jari
telunjuk, keduanya di masukkan dengan posisi dimiringkan
13. Nilai :
 Keadaan serviks, termasuk dilatasi, tebal tipisnya, kaku lunaknya
 Presentasi janin dan molage atau penyusupan kepala
 Penurunan kepala janin apakah kepala sudah masuk ke rongga panggul. Jika kepala dapat
dipalpasi, raba fontanela dan sutura sagitalis untuk menilai penyusupan tulang kepala dan/atau
tumpang tindih, dan apakah kepala janin sudah sesuai dengan diameter jalan lahir, sesuaikan
dengan hasil periksa luar
 Keadaan ketuban, termasuk bau, warna dan kejernihan
 Suhu/kehangatan vagina
 Keadaan jalan lahir, termasuk ada tidaknya tumor yang menutupi jalan lahir
14. Yakinkan hasil yang didapat
15. Keluarkan jari pemeriksa secara perlahan
16. Nilai cairan ketuban melalui basahan pada handscoobn, normalnya berbau amis, jernih dan agak
kental
17. Lepaskan handscoon dan cuci tangan
18. Catat hasil pada status pasien, Gunakan informasi yg terkumpul untku menentukan apakah ibu
sudah dlm persalinan (inpartu)
19. Tentukan ada tidaknya masalah / penyulit yang harus di tatalaksana secara khusus
20. Setiap selesai melakukan penilaian, analisa data yang terkumpul, buat diagnosis berdasarkan
informasi tersebut
21. Jelaskan semua temuan, diagnosis dan rencana penatalaksanaan kpd ibu dan keluarganya sehingga
mereka memahami asuhan yang akan diberikan
22. Penting untuk diperhatikan:
 Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam pertama, mungkin diagnosis in partu
belum dapat ditegakkan
 Jika terdapat kontraksi yang menetap, periksa ulang pasien tersebut setelah 4 jam untuk
melihat perubahan pada serviks. Jika serviks teraba tipis dan terbuka, maka wanita tersebut
dalam keadaan in partu, jika tidak teraba perubahan, maka diagnosanya adalah persalinan
palsu
LEMBAR CHECKLIST PEMERIKSAAN DALAM (VAGINA TOUCHER)

No Aspek Yang Dinilai Checklist


0 1 2

1. Persiapkan alat :
a. Handscoon steril
b. Perlak
c. Kapas sublimat
d. Bengkok/Nierbekken
e. Com
f. Kertas dan pena untuk mencatat hasil pemeriksaan
2 Perkenalkan diri kepada klien
3 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
4 Minta persetujuan dari klien setelah klien memahami penjelasan
5. Anjurkan klien untuk berbaring di tempat Tidur
6. Pakaian bawah klien dikeataskan
7. Pasang selimut untuk menjaga privasi klien
8. Posisikan pasien kedalam posisi dorsal recumbent
9. Cuci tangan bersih
10. Kenakan handscoon pada satu sisi tangan saja, utamakan untuk dikenakan pada sisi tangan
dominan
11. Bersihkan area vulva dengan menggunakan kapas sublimat dengan tehnik 4 atau 6 kapas.
Nilai vagina. Luka parut lama divagina bisa memberikan indikasi luka / episiotomi
sebelumnya
12. Letakkan tangan yang tidak dominan di bagian fundus uteri klien
13. Lakukan pemeriksaandalam dengan memasukkan kedua jari, telunjuk dan jari tengah tangan
dominan pemeriksa kedalam vagina pasien. Masukkan terlebih dulu jari tengah baru disusul
jari telunjuk, keduanya di masukkan dengan posisi dimiringkan
14. Nilai :
a. Keadaan serviks, termasuk dilatasi, tebal tipisnya, kaku lunaknya
b. Presentasi janin dan molage atau penyusupan kepala
c. Penurunan kepala janin apakah kepala sudah masuk ke rongga panggul. Jika kepala
dapat dipalpasi, raba fontanela dan sutura sagitalis untuk menilai penyusupan tulang
kepala dan/atau tumpang tindih, dan apakah kepala janin sudah sesuai dengan
diameter jalan lahir, sesuaikan dengan hasil periksa luar
d. Keadaan ketuban, termasuk bau, warna dan kejernihan
e. Suhu/kehangatan vagina
f. Keadaan jalan lahir, termasuk ada tidaknya tumor yang menutupi jalan lahir
15. Yakinkan hasil yang didapat
16. Keluarkan jari pemeriksa secara perlahan
17. Nilai cairan ketuban melalui basahan pada handscoon
18. Lepaskan handscoon dan cuci tangan
19. * Catat hasil pada status pasien, Gunakan informasi yg terkumpul untku menentukan apakah
ibu sudah dlm persalinan (inpartu)
* Tentukan ada tidaknya masalah / penyulit yang harus di tatalaksana secara khusus
* Setiap selesai melakukan penilaian, analisa data yang terkumpul, buat diagnosis
berdasarkan informasi tersebut
* Jelaskan semua temuan, diagnosis dan rencana penatalaksanaan kepada ibu dan
keluarganya sehingga mereka memahami asuhan yang akan diberikan
PARTOGRAF

A. Pengertian

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk
membuat keputusan klinik
B. Tujuan utama penggunaan partograf:
1. Mencatat kemajuan persalinan, menilai pembukaan serviks melalui VT
2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal (deteksi dini adanya partus lama)
3. Data pelengkap pemantauan kondisi ibu, janin dan grafik kemajuan proses persalinan
4. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
5. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat
waktu
C. Penggunaan Partograf dilakukan :
1. Pada semua ibu melahirkan baik Primi maupun Multi
2. Pada fase aktif kala satu persalinan, pencatatan untuk fase laten dilakukan secara terpisah dan
merupakan elemen penting pada asuhan persalinan karena partograf membantu penolong
persalinan dalam memantau, mengevaluasi, dan membuat keputusan klinik baik dengan persalinan
dengan penyulit ataupun tanpa penyulit
3. Selama persalinan dan kelahiran bayi
4. Secara rutin oleh semua penolong persalinan
D. Kondisi Ibu dan Janin yang dipantau pada partograf
1. Djj ( tiap ½ jam)
2. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus (tiap ½ jam)
3. Nadi (setiap ½ jam)
4. Pembukaan serviks (tiap 4 jam)
5. Penurunan bagian terbawah janin (tiap 4 jam)
6. Tekanan darah dan suhu (tiap 4 jam)
7. Produksi urin, aseton dan protein (tiap2-4 jam)
8. Lakukan lebih sering jika ada indikasi gawat janin
E. Pencatatan yang dilakukan pada partograf:
1. Isi nama pasien
2. Gravida
3. Para
4. Nomer rumah sakit (RM)
5. Tanggal dan waktu masuk
6. Jam berapa ketuban pecah.
7. Denyut Jantung Janin
 Nilai dan catat DJJ setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda gawat janin)
 Setiap kotak pada partograf menunjukkan waktu 30 menit
 Skala angka disebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ
 Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang
menunjukkan DJJ, kemudian hubungkan titik
 Kisaran normal DJJ 120-160 (jika lebih atau kurang dari itu merupakan indikasi gawat janin)

8. Catat setiap setengah jam.


9. Kemajuan persalinan
 Kolom dan lajur kedua partograf adalah pencatatan kemajuan persalinan
 Angka 0-10 yang tertera pada kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks
 Nilai setiap angka sesuai dengan besarnya dilatasi serviks dalam satuan centimeter
 Perubahan nilai atau perpindahan lajur satu ke lajur yang lain menunjukkan penambahan
dilatasi serviks sebesar 1 cm
 Pada lajur dan kotak yang mencatat penurunan bagian terbawah janin tercantum angka 1 -5
yang sesuai dengan metode perlimaan

10. Jam dan waktu


 waktu mulainya fase aktif persalinan
 waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
11. Kontraksi uterus
 Di bawah lajur waktu partograf, terdapat 5 kotak dengan tulisan “kontraksi per 10 menit
disebelah luar kolom paling kiri
 Setiap kotak menyatakan 1 kontraksi
 Setiap 30 menit raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam
satuan detik.
 Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit dengan cara mengisi kotak
kontraksi yang tersedia dan dan disesuaikan dengan angka yang mencerminkan temuan dari
hasil pemeriksaan kontraksi
 Gambarkan setiap setengah jam; palpasi banyaknya kontraksi selama jangka waktu 10 menit
serta lamanya kontraksi dalam hitungan detik

 Kontraksi Kurang dari 20 detik:

 Kontraksi Antara 20 dan 40 detik:

 Kontraksi Lebih dari 40 detik:


12. Obat-obatan dan cairan yang diberikan
13. Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus, tertera lajur kotak untuk mencatat :
 Jumlah Oksitosin yang diberikan
 Jenis dan dosis Obat-obat yang diberikan
 Jenis dan jumlah Cairan IV yang diberikan
 Catat jumlah asupan cairan dan nutrisi yang diberikan
14. Kondisi ibu
 Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograf digunakan untuk menilai
kondisi ibu
 Catat tekanan darah ibu setiap 4 jam pada fase aktif dan beri tanda panah pada kolom yang
sesuai
 Nilai dan catat nadi setiap 30 menit dan beri tanda titik pada kolom yang sesuai
 Ukur tanda-tanda vital ibu yang meliputi :
 Nadi: Catat setiap 30 menit dan tandai dengan titik
 Pernafasan ; catat setiap 30 menit
 Tekanan Darah : Catat setiap 4 jam dan tandai dengan panah.
 Suhu: Catat setiap 2 jam
 Catat Volume urine, Catat apakah terdapat protein dan aseton dalam urin. Pemantauan
dilakukan sedikitnya setiap 2 jam/setiap kali ibu berkemih
15. Kompresi kepala (molding/molase)
Pantau adanya Perubahan bentuk kepala janin dengan memantau Sutura janin
 Nilai 1 : jika sutura atau pertemuan dua tulang tengkorak janin saling bersesuaian
 Nilai 2 : jika sutura tumpang tindih tetapi masih dapat diperbaiki;
 Nilai 3 : jika sutura tumpang tindih & tidak bisa diperbaiki.
16. Pembukaan Servik :
 dengan menggunakan metode pemeriksaan fisik nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4
jam saat ibu berada pada fase aktif lebih sering jika ditemukan tanda-tanda penyulit persalinan
 Catat pada partograf setiap temuan dengan memberi tanda “x” digaris waktu yang sesuai
dengan besarnya pembukaan serviks
 Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif, temuan (pembukaan serviks) dari hasil VT harus
dicantumkan pada garis waspada, pilih angka yang sesuai dengan pembukaan servisks
 Hubungkan tanda “X” dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh
 Pembukaan serviks dinilai saat melakukan pemeriksaan vagina dan ditandai dengan huruf (X)
pada lembar partograf.
 Pengisian pada partograf dimulai saat pembukaan 4 cm (fase aktif).
17. Garis Waspada:
 Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimana
pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika pembukaan adalah 1 cm/jam
 Pencatatan harus dimulai/menyentuh garis waspada
 Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari
1 cm/jam) maka dipertimbangkan adan ya penyulit ( ex; fase aktif yang memanjang, serviks
kaku, dll), pertimbangkan perlunya melakukan persiapan rujukan
18. Garis Tindakan :
 Garis bertindak tertera sejajar dan berada disebelah kanan (berjarak 4 jam), jika pembukaan
serviks telah melampaui dan berada disebelah kanan garis bertindak hal ini menunjukkan perlu
dilakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan
 Garis yang dimulai saat pembukaan servik 4 cm hingga titik pembukaan penuh yg diperkirakan
1 cm per jam.
 Paralel dan 4 jam kesebelah kanan dari garis waspada
19. Penyusupan/Mollase Kepala
 Penyusupan merupakan indikator seberapa jauh kepala dapat menyesuaikan dengan tulang
panggul ibu
 Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan) yang menunjukkan seberapa
jauh bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul
 Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks selalu diikuti dengan turunnya bagian
terbawah janin
 Tapi ada kalanya, penurunan bagian terbawah baru terjadi setelah pembukaan serviks 7 cm
 Semakin besar derajat tumpang tindih menunjukkan risiko disproporsi tulang kepala-panggul
 Ketidakmampuan untuk berakomodasi ditunjukkan dengan derajat molase (tumpang tindih)
kepala yang sulit untuk dipisahkan
 Penurunan kepala dinilai melalui palpasi abdominal
 Kepala dibagi menjadi 5 bagian yang bisa dipalpasi diatas simfisis pubis
 Dicatat dalam bentuk sebuah lingkaran (O) pada setiap melakukan pemeriksaan vagina.
 Pada posisi 0/5, akan didapatkan sinciput (S) berada pada tingkat simfisis pubis.
 Penilaian Mollase kepala dapat dilakukan dengan mencantumkan angka sebagai berikut
pada kolom partograf:
Nilai 0 : Jika Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dgn mdh dpt diraba
Nilai 1 : Jika Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
Nilai 2 : Jika Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tapi msh dpt dipisahkan
Nilai 3 : Jika Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tidak dpt dipisahkan

GAMBAR PENURUNAN KEPALA

20. Penilaian Air Ketuban


 Nilai kondisi air ketuban setiap kali melakukan melakukan pemeriksaan dalam
 Nilai warna air ketuban jika selaput ketuban telah pecah
 Catat temuan-temuan dalam kotak yang sesuai dibawah lajur DJJ
 Penilaian Selaput Ketuban pada saat VT dilakukan dokumentasi sebagai berikut :
Berikan kode U : untuk selaput ketuban yang masih utuh (belum ecah)
Berikan kode J : untuk selaput ketuban sdh pecah dan air ketuban jernih
Berikan kode M : untuk selaput ketuban sdh pecah dan bercampur mekonium
Berikan kode D : untuk selaput ketuban sdh pecah dan bercampur darah
Berikan kode K : untuk selaput ketuban sdh pecah dan sdh kering
Partograf tidak digunakan pada saat menangani persalinan dengan kondisi-kondisi sebagai berikut:
1. Wanita hamil dengan tinggi badan kurang 145 cm
2. Perdarahan ante partum
3. Preeklampsia berat dan eklampsia
4. Persalinan premature
5. Persalinan bekas sectio caesaria (SC)
6. Persalinan dengan kehamilan kembar
7. Persalinan dengan kelainan letak
8. Keadaan gawat janin
9. Persalinan dengan induksi
10. Hamil dengan anemia berat
11. Dugaan kesempitan panggul
Keuntungan
1. Tersedia cukup waktu untuk melakukan rujukan (4 jam) setelah perjalanan
persalinan melewati garis waspada
2. Di pusat pelayanan kesehatan cukup waktu untuk melakukan tindakan
3. Mengurangi infeksi karena pemeriksaan dalam yang terbatas
Kerugian
1. Kemungkinan terlalu cepat untuk melakukan rujukan, yang sebenarnya dapat dilaksanakan di
tempat
j CATATAN PERSALINAN

1. Tanggal : - - - Penolong Persalinan :


_______________________________________
2. Tempat Persalinan : Rumah Ibu Polindes Klinik Swasta Puskesmas Lainnya :
___________________________________
3. Alamat Tempat Persalinan :
__________________________________________________________________________________
_________

KALA I
4. Partograf melewati garis waspada
5. Lain-lain sebutkan :
.....................................................................................................................................................................
...................................................
6. Penalaksanaan yang dilakukan pada masalah tersebut :
...........................................................................................................................................................
7. Bagaimana hasilnya :
.....................................................................................................................................................................
.....................................................

KALA II ______
________ ________
8. Lama Kala II ............... menit Epesiotomi : ya tidak, Indikasi :
....................................................................................................................
9. Pendamping pada saat persalinan : suami keluarga teman dukun tidak ada
10. Gawat Janin : miringkan ibu kesisi kiri minta ibu narik nafas Episiotomi
11. Distosia bahu : Manuver Mc.Robert Ibu merangklak Lainnya :
...........................................................................................................................
12. Penalaksanaan yang dilakukan pada masalah tersebut :
...........................................................................................................................................................
13. Lain-lainnya, sebutkan :
.....................................................................................................................................................................
..........................................
14. Bagaimana hasilnya :
.....................................................................................................................................................................
...............................................

KALA III ______ ______ ______


\
15. Lama Kala III : ............... menit Jumlah perdarahan : ................... ml.
a. Pemberian Oxitosin 10 IU ( IM ) < 2 menit? ya tidak, Alasan :
..................................................................................................................
Pemberian Oxitosin ( 2x )? ya, Alasan :
..................................................................................................................
b. Penangana tali pusat terkendali : ya tidak, Alasan :
............................................................................................................ ....
c. Massage pundus uteri : ya tidak, Alasan :
.................................................................................................................
16. Laserasi perineum derajat : .................................... Tindakan : penjahitan dengan/ tanpa )*
Anestesi
17. Atonia Uteri : Kompres Bimanual Interna Metal Ergotamin 0,2 mg/ml Oxitosin drip
18. Lain-lainnya, sebutkan :
...................................................................................................................................................................
.........................................
19. Penalaksanaan yang dilakukan pada masalah tersebut :
.......................................................................................................................................................
20. Bagaimana hasilnya :
...................................................................................................................................................................
..............................................

BAYI BARU LAHIR ______ ______


21. Berat Badan : .................... gram Panjang Badan : ................. cm. Jenis Kelamin : L / P )*
Nilai APGAR : ............. / ............
22. Pemberian ASI : 1 jam ya tidak : alasan :
.......................................................................................................
23. Bayi Lahir pucat/biru/lemas mengeringkan menghangatkan bebaskan jalan
nafas
Simulasi Rangsangan Taktil Lain-lain, sebutkan :
....................................................................
24. Cacat bawaan : ......................................................................................... hipotermia
25. Lain-lain, sebutkan :
...................................................................................................................................................................
...........................................
26. Penalaksanaan yang dilakukan pada masalah tersebut :
.......................................................................................................................................................
27. Bagaimana hasilnya :
...................................................................................................................................................................
..............................................

PEMANTAUAN KALA IV PERSALIANAN


Jam Waktu TD Nadi Temp. Kontraksi Uterus Kandung Kemih Perdarahan
1

2
Masalah Kala IV :
...........................................................................................................................................................................
...............................................................................................
Penatalaksanaan yang dilakukan pada masalah tersebut :
...........................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
Bagaimana Hasilnya :
................................................................................................................... ........................................................
................................................

MERAWAT TALI PUSAT

1. Pengertian ;
Tindakan merawat tali pusat adalah kegiatan yang dilakukan untuk merawat talipusat pada bayi baru
lahir
2. Tujuan:
a. Mempercepat gugurnya tali pusat
b. Mencegah terjadinya infeksi
c. Mempercepar keringnya tali pusat
3. Persiapan alat
a. Alcohol 70 %
b. Kapas lidi steril dalam tempatnya
c. Kassa steril dalam tempatnya
d. Korentang
e. Perlengkapan pakaian bayi
f. Pengikat tali pusat
g. Nierbekken
h. Sabun cuci tangan
i. Handuk
4. Keterampilan membina sambung rasa
a. Ucapkan salam
b. Perkenalkan diri kepada ibu
c. Ciptakan suasana membantu dan menyenangkan
d. Jelaskan prosedur tindakan kepada ibu
e. Minta persetujuan ibu terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan
5. Pelaksanaan
a. Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir, keringkan dengan handuk
b. Kassa pembungkus tali pusat yang masih melengket dibuka terlebih dahulu
c. Bersihkan tali pusat (pangkal) dengan kapas lidi yang telah di beri alcohol 70 %
d. Olesi pangkal tali pusat sampai ujung
e. Lakukan sampai semua bagian tali pusat selesai dibersihkan
f. Kenakan pakaian bayi
g. Baringkan bayi pada posisi yang menyenangkan
h. Rapikan alat-alat
i. Cuci tangan dan catat adanya kelainan-kelainan (dokumentasi)
LEMBAR CHECKLIST TEHNIK PERAWATAN TALI PUSAT
No Aspek Yang Dinilai Checklist
0 1 2

1. Persiapkan alat :
a. Alcohol 70 %
b. Kapas lidi steril dalam tempatnya
c. Kassa steril dalam tempatnya
d. Korentang
e. Perlengkapan pakaian bayi
f. Pengikat tali pusat
g. Nierbekken
h. Sabun cuci tangan
i. Handuk
2 Kegiatan membina sambung rasa dengan ibu
a. Ucapkan salam
b. Perkenalkan diri kepada ibu
c. Ciptakan suasana membantu dan menyenangkan
d. Jelaskan prosedur tindakan kepada ibu
e. Minta persetujuan ibu terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan
3 Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir, keringkan dengan handuk
4 Kassa pembungkus tali pusat yang masih melengket dibuka terlebih dahulu
5 Bersihkan tali pusat (pangkal) dengan kapas lidi yang telah di beri alcohol 70 %
6 Olesi pangkal tali pusat sampai ujung
7 Lakukan sampai semua bagian tali pusat selesai dibersihkan
8 Kenakan pakaian bayi
9 Baringkan bayi pada posisi yang menyenangkan
10 Rapikan alat-alat, Cuci tangan dan catat adanya kelainan-kelainan (dokumentasi)
MEMANDIKAN BAYI
Pengertian :
Memandikan bayi adalah kegiatan membersihkan seluruh tubuh bayi dengan menggunakan air dan sabun
Tujuan :
1. Membersihkan seluruh tubuh bayi
2. Memberikan rasa nyaman
PERSIAPAN ALAT
1. Handuk dan waslap bersih
2. Sabun bayi dan shampoo
3. Alkohol 70%
4. Cotton bud atau kapas bersih
5. Kapas untuk membersihkan perineal
6. Waskom atau bak mandi bayi
7. Bengkok
8. Air hangat
9. Popok dan pakaian bersih
10. Keranjang untuk baju kotor
PROSEDUR TINDAKAN
I. Tahap Pra Interaksi
1. Baca catatan perawatan dan catatan medis klien
2. Rencanakan mandi sesuai dengan pola makan dan tidur, memandikan bayi baru lahir pada
pertengahan waktu makan memiliki beberapa keuntungan yaitu bayi akan siap dalam prosedur.
3. Siapkan ruangan
4. tetapkan tujuan dilakukan prosedur
5. Siapkan alat – alat
6. Cuci tangan
II. Tahap interaksi
1. Ucapkan salam
2. Perkenalkan diri kepada ibu
3. Ciptakan suasana membantu dan menyenangkan
4. Jelaskan prosedur tindakan kepada ibu
5. Minta persetujuan ibu terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan

Memandikan Bayi :
a. Kaji temperatur tubuh serta tanda dan gejala adanya distress pernafasan
b. Pastikan bayi dalam posisi nyaman dalam pegangan atau terbaring dalam inkubator
c. Periksa kembali temperatur air dengan suhu 37 – 38 derajat celcius/ hangat – hangat kuku, air
dalam waskom hanya digunakan untuk menyeka (sponge bath) dan membersihkan rambut.
d. Mulai memandikan : usap mata dari kantus dalam ke kantus luar dengan menggunakan cooton
bud jika ada kotoran pada kelopak mata, gunakan air bersih dan bagian berbeda untuk tiap – tiap
mata.
e. Bersihkan wajah dengan lembut, gunakan air biasa dan waslap/ tanpa menggunakan sabun.
f. Membersihkan rambut :
o pegang bayi dengan aman, gunakan ”football hold”, basahi rambut dengan air secara lembut
o Usapkan shampoo bayi dengan menggunakan lap, bilas rambut dan keringkan kulit kepala
dengan cepat
g. Membersihkan telinga luar, bersihkan dengan gerakan memutar dan gunakan bagian yang
berbeda untuk tiap – tiap- telinga.
h. Membersihkan tubuh dan ekstremitas :
o Setelah melepas selimut mandi/ pakaian bayi, bersihkan leher, dada, lengan dan punggung
dengan cara yang sama
o Bersihkan tubuh dengan sabun dan air, bilas dengan hati-hati dan keringkan bagian tubuh
yang dibersihkan sebelum berpindah ke bagian yang lain
i. membersihkan genetalia :
o Bayi perempuan : bersihkan labia secara perlahan-lahan dengan arah dari depan ke
belakang.
o Bayi laki-laki : terik kulup dengan lembut dan sejauh-jauhnya, bersihkan ujun glands dengan
gerakan memutar dan kembalikan kulup dengan segera setelah dibersihkan.
o Bersihkan dan keringkan daerah perineal
Hal-hal yang perlu diperhatikan:

a. Tidak dianjurkan menggunakan bedak, minyak atau lotion pada kulit bayi
b. Gunakan alkohol untuk perawatan tali pusat jika perlu angkat tali pusat agar perawatan lebih
adequat.
c. Gunakan popok dengan lipatan ke depan dan berada dibawah tali pusat, biarkan tali pusat dalam
keadaan terbuka.
d. Gunakan pakaian bayi yang tepat sesuai dengan kondisi lingkungan.
IV. Tahap Terminasi
1. Bersihkan dan kembalikan peralatan mandi, rapikan ruangan senyaman mungkin dan kembalikan
alat-alat pada tempat semula
2. Perhatikan respon bayi
3. Cuci tangan
4. Evaluasi kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang diharapkan
Dokumentasi : Catat waktu dilakukan tindakan, tindakan yang telah dilakukan, respon bayi serta
penemuan penting saat dilakukan tindakan seperti hipotermi, distress pernafasan dll
LEMBAR CHECKLIST TEHNIK PERAWATAN TALI PUSAT
No Aspek Yang Dinilai Checklist
0 1 2

1. Persiapkan alat :
a. Handuk dan waslap bersih
b. Sabun bayi dan shampoo
c. Alkohol 70%
d. Cotton bud atau kapas bersih
e. Kapas untuk membersihkan perineal
f. Waskom atau bak mandi bayi
g. Bengkok
h. Air hangat
i. Popok dan pakaian bersih
j. Keranjang untuk baju kotor
2 Tahap Interaksi
a. Ucapkan salam
b. Perkenalkan diri kepada ibu
c. Ciptakan suasana membantu dan menyenangkan
d. Jelaskan prosedur tindakan kepada ibu
e. Minta persetujuan ibu terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan
Kaji temperatur tubuh serta tanda dan gejala adanya distress pernafasan
a. Pastikan bayi dalam posisi nyaman dalam pegangan atau terbaring dalam
inkubator
b. Periksa kembali temperatur air dengan suhu 37 – 38 derajat celcius/ hangat –
hangat kuku, air dalam waskom hanya digunakan untuk menyeka (sponge bath)
dan membersihkan rambut.
c. Mulai memandikan : usap mata dari kantus dalam ke kantus luar dengan
menggunakan cooton bud jika ada kotoran pada kelopak mata, gunakan air bersih
dan bagian berbeda untuk tiap – tiap mata.
d. Bersihkan wajah dengan lembut, gunakan air biasa dan waslap/ tanpa
menggunakan sabun.

 Membersihkan rambut :pegang bayi dengan aman, gunakan ”football hold”,


basahi rambut dengan air secara lembut
 Usapkan shampoo bayi dengan menggunakan lap, bilas rambut dan
keringkan kulit kepala dengan cepat
KONSEP LAKTASI

Untuk menghadapi masa laktasi, sejak kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar
mammae:
1. Proliferasi jaringan-jaringan dan kelenjar lemak akan bertambah
2. Keluarnya cairan susu dari duktus laktiferus yg disbt kolustrum, berwarna kuning-putih susu
3. Hipervaskularisasi pd permukaan dan bagian dalam dimana vena berdilatasi sehingga tampak jelas
4. Setelah persalinan pengaruh supresi estrogen dan progesteron hilang, maka timbul pengaruh
hormon laktogenik (LH) atau prolaktin yg akan merangsang pengeluaran ASI
Refleks penting pd laktasi:
1. Rooting refleks; apabila disentuh pipinya bayi akan menoleh ke arah sentuhan dan apabila bibirnya
disentuh bayi akan membuka mulut dan mencari puting ibunya untk menyusu
2. Refleks mengisap; bila langit-langit disentuh maka bayi akan langsung mengisap
3. Refleks menelan; terjadi bila terdapat cairan pd rongga muut misalnya ASI
Keuntungan Pemberian ASI
1. Mempromosikan keterikatan emosional ibu dan bayi
2. Memberikan kekebalan pasif segera kepada bayi melalui kolostrum
3. Merangsang kontraksi uterus
4. Pemberian ASI segera dapat merangsang produksi ASI, memperkuat refleks menghisap bayi
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh dua refleksi yaitu:
1. Refleksi prolaktin, sewaktu bayi menyusu, rangsangan dan ujung saraf sensorik pd puting susu akan
dikirim ke hipotalamus yg akan merangsang sel dan kelenjar payudara untk memproduksi ASI
2. Let down refleksi; keluarnya ASI karena kontraksi mioepitel spilling ductus lactiferus dgn pengarh
oksitosin, terjadinya refleks ini dipengaruhi oleh jiwa ibu, melalui refleks ini terjadi kontraksi rahim yg
membantu lepasnya plasenta dan megurangi perdarahan
3. Pengeluaran ASI dipengaruhi oleh dua stimulus yaitu melihat dan mendegar bayi menangis
Komponen ASI menurut stadium laktasi:
1. kolustrum, di produksi 1-3 hr masa laktasi
2. ASI transisi/peralihan, diproduksi pd hr ke 4-10 laktasi
3. ASI matur, diproduksi setelah hari ke 10 dgn komposisi relatif konstan
Pedoman Pemberian ASI :
1. Mulai menyusui segera setelah bayi lahir
2. Jangan berikan makanan dan minuman lain kepada bayi
3. Berikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan
4. Berikan ASI sesuai dorongan alamiahnya baik siang maupun malam sesering bayi
mengiinginkannya selama 24 jam
TEHNIK MENYUSUI

1. Persiapan Alat :
a. Kain kassa
b. Nierbekken
c. Air hangat
2. Persiapan bayi dan ibunya :
a. Bayi dirapikan kemudian beri identitas bayi
b. Ibu diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan
c. Ibu disiapkan dalam keadaan bersih dan rapih
3. Tehnik menyusui yang benar
a. Terlebih dahului cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui
b. Putting susu dibersihkan dengan menggunakan kain kasa kemudian asi dikeluarkan sedikit lalu
dioleskan pada putting susu dan areola
c. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara
 Ibu duduk/berbaring dengan santai. Bila duduk menggunakan kursi yang rendah agar
kaki tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi
 Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada
lingkaran siku ibu dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan
 Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, kepala bayi menghadap payudara
 Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis
d. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas danjari lainnya menopang dibawah, jangan menekan
putting susu atau areolanya saja
e. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan cara:
 Menyentuh pipi bayi dengan putting susu
 Menyentuh sisi mulut bayi
f. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu, putting serta
areola dilmasukkan kedalam mulut bayi
g. Menyusui pada satu payudara sebaiknya sampai terasa kosong, baru kemudian di pindah ke
payudara yang lain
h. Melepas isapan bayi
Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi, atau dagu bayi ditekan ke
bawah

i. Menyendawakan :
 Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu atau tidur tengkurap di pangkuan ibu
kemudian punggungnya ditepuk-tepuk perlahan sampai terdengar suara sendawa dari
mulutnya
LEMBAR CHECKLIST TEHNIK MENYUSUI
No Aspek Yang Dinilai Checklist
0 1 2

1. Persiapkan alat :
a. Kain kassa
b. Nierbekken
c. Air hangat
2 Persiapan bayi dan ibunya :
a. Perkenalkan diri kepada ibu
b. Ibu diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan
c. Minta Persetujuan ibu
d. Bayi dirapikan kemudian diberikan kepada ibu untuk disusukan
3 Terlebih dahului cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui
4 Putting susu dibersihkan dengan menggunakan kain kasa kemudian asi dikeluarkan
sedikit lalu dioleskan pada putting susu dan areola
5. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara
a. Ibu duduk/berbaring dengan santai.
b. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak
pada lingkaran siku ibu dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan
c. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, kepala bayi menghadap
payudara
d. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis
Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut
6. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas danjari lainnya menopang dibawah, jangan
menekan putting susu atau areolanya saja
7. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu,
putting serta areola dilmasukkan kedalam mulut bayi
8. Menyusui pada satu payudara sebaiknya sampai terasa kosong, baru kemudian di pindah
ke payudara yang lain
9. Lepaskan Isapan bayi dengan cara Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui
sudut mulut bayi, atau dagu bayi ditekan ke bawah
10. Senyendawakan bayi dengan cara bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu
atau tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuk-tepuk perlahan
sampai terdengar suara sendawa dari mulutnya
PERAWATAN PAYUDARA IBU POST PARTUM

A. Pengertian
Perawatan payudara adalah kegiatan melakukan perawatan payudara ibu setelah persalinan
dengan melakukan massage pada kedua payudara ibu secara bergantian
B. PERSIAPAN ALAT
Baki berisi ;
1. Kapas
2. Kom
3. Handuk besar 2 buah
4. Minyak kelapa 10 cc dalam tempatnya (baby oil)
5. Waslap 2 buah
6. Pompa payudara dan botol susu
7. Air dimgin dan air hangat dalam Waskom
C. Tujuan :
1. Memperlancar sirkulasi darah
2. Memperlancar produksi ASI
3. Mencegah tejadinya bendungan ASI
D. Prosedur kerja
1. Ucapkan salam
2. Ciptakan suasana membantu dan menyenangkan
3. Dengan sopan persilahkan ibu untuk mengatur posisi
4. Membuka pakaian ibu sendiri atau dengan bantuan
5. Menyampaikan tujuan perawatan payudara
6. Alat-alat didekatkan kepada ibu
7. Cuci tangan
8. Membersihkan putting susu
a. Kasa direndam dengan air
b. Putting susu dibersihkan denga kainkasa basah air masak
c. Keringkan dengan handuk
d. Lakukan sebelum dan sesudah menyusui
9. Pengurutan/ massage payudara
a. Satu handuk dilatakkan di punggung dan satu handuk diletakkan dibawah payudara
ibu/di atas daerah paha
b. Kedua telapak tangan diberi minyak
c. Payudara kiri di urut dengan tangan kiri dan payudara kanan di urut dengan tangan
kanan (jika ibu melaksanakan sendiri), jika dilakukan oleh perawat payudara kiri di urut
dengan tangan kiri dan payudara kanan di urut dengan tangan kanan, dengan cara
pengurutan dari tengah di putar ke samping terus ke bawah secara perlahan dan
halusserta observasi reaksi dari ibu dan pengeluaran ASI. Lakukan 10-15 kali
d. Tangan kiri menopang atau menyangga payudara, lakukan pengurutan dengan bagian
pinggir telapak tangan kanan mulai dari pangkal sampai areola mammae. Selanjutnya
tangan kanan menopang atau menyangga payudara kiri dan lakukan pengurutan
dengan bagian pinggiran telapak tangan kiri mulai dari pangkal sampai areola. Lakukan
10-15 kali
e. Posisi sama dengan pengurutan yang pertama, pengurutan dilakukan dengan
menggunakan ruas jari tangan. Lakukan 10-15 kali
f. Lakukan mandi air hangat dengan menggunakan waslap. Usap kedua payudara
lakukan 10 kali secara bergantian dan diakhiri dengan air dingin
g. Payudara dikeringkan/ lap pakai handuk yang berada pada bagian punggung
h. Handuk di daerah punggung dan di bawah payudara di lipat dan alat-alat dibersihkan
dan dibereskan
i. Ibu pakai baju sendiri atau dibantu oleh perawat
j. Cuci tangan
LEMBAR CHECKLIST TEHNIK PERAWATAN PAYUDARA IBU POST PARTUM
No Aspek Yang Dinilai Checklist
0 1 2

1 Persiapkan alat :
Baki berisi ;
a. Kapas
b. Kom
c. Handuk besar 2 buah
d. M inyak kelapa 10 cc dalam tempatnya (baby oil)
e. Waslap 2 buah
f. Pompa payudara dan botol susu
g. Air dimgin dan air hangat dalam Waskom
Prosedur kerja
Ucapkan salam
2
3 Ciptakan suasana membantu dan menyenangkan
4 Dengan sopan persilahkan ibu untuk mengatur posisi
5 M embuka pakaian ibu sendiri atau dengan bantuan
6 M enyampaikan tujuan perawatan payudara
7 M inta persetujuan ibu sebelum melakukan tindakan
8 Alat-alat didekatkan kepada ibu
9 Cuci Tangan
10 M embersihkan putting susu
a. Kasa direndam dengan air
b. Putting susu dibersihkan denga kainkasa basah air masak
c. Keringkan dengan handuk
d. Lakukan sebelum dan sesudah menyusui
11 Pengurutan/ massage payudara
a. Satu handuk dilatakkan di punggung dan satu handuk diletakkan dibawah payudara ibu/di atas
daerah paha
b. Kedua telapak tangan diberi minyak
c. Payudara kiri di urut dengan tangan kiri dan payudara kanan di urut dengan tangan kanan (jika
ibu melaksanakan sendiri), jika dilakukan oleh perawat payudara kiri di urut dengan tangan kiri
dan payudara kanan di urut dengan tangan kanan, dengan cara pengurutan dari tengah di putar
ke samping terus ke bawah secara perlahan dan halusserta observasi reaksi dari ibu dan
pengeluaran ASI. Lakukan 10-15 kali
d. Tangan kiri menopang atau menyangga payudara, lakukan pengurutan dengan bagian pinggir
telapak tangan kanan mulai dari pangkal sampai areola mammae. Selanjutnya tangan kanan
menopang atau menyangga payudara kiri dan lakukan pengurutan dengan bagian pinggiran
telapak tangan kiri mulai dari pangkal sampai areola. Lakukan 10-15 kali
e. Posisi sama dengan pengurutan yang pertama, pengurutan dilakukan dengan menggunakan
ruas jari tangan. Lakukan 10-15 kali
12 Lakukan mandi air hangat dengan menggunakan waslap. Usap kedua payudara lakukan 10 kali
secara bergantian dan diakhiri dengan air dingin
13 Payudara dikeringkan/ lap pakai handuk yang berada pada bagian punggung
14 Handuk di daerah punggung dan di bawah payudara di lipat dan alat-alat dibersihkan dan dibereskan
15 Ibu pakai baju sendiri atau dibantu oleh perawat
16 Perawat mencuci tangan setelah kegiatan selesai
MEMASANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)

A. Persiapkan alat :
1. Kapas savlon dalam com
2. Korentang
3. Handscoon steril
4. Speculum vagina
5. Uterus sonde
6. Penjepit portio
7. Alat AKDR (Lippes Loop, Cooper T, Multilood)
B. Keterampilan membina sambung rasa
1. Ucapkan salam
2. Perkenalkan diri kepada ibu
3. Ciptakan suasana membantu dan menyenangkan
4. Jelaskan prosedur tindakan kepada ibu
5. Minta persetujuan ibu terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan
6. Dengan sopan persilahkan ibu mengatur posisi/bantu ibu mengatur posisi
7. Membuka pakaian ibu sendiri atau dengan bantuan
C. Pemasangan AKDR
1. Lippes Loop
a. Memasang sarung tangan
b. Lippes loop sudah dimasukkan kedalam introdusor dari pangkal sampai mendekati ujung
proksimal
c. Tali AKDR dapat dipotong dahulu, sesuai dengan keinginan atau di potong setelah
pemasangan sependek mungkin untuk menghindari sentuhan penis dan untuk menghindari
infeksi
d. Lakukan desinfeksi dengan menggunakan kapas savlon
e. Membuka vulva atau jalan lahir dengan memakai speculum
f. Bersihkan jalan lahir dengan kapas savlon dengan memakai korentang
g. Mengukur jalan lahir dengan menggunakan uterus sonde
h. Mamasang busi mengukur besarnya jalan lahir
i. Portio dijepit dengan memakai penjepit portio
j. Introduser dimasukkan ke dalam rahim, sesuai dengan hasil ukur dengan menggunakan
uterus sonde
k. Pendorong AKDR dimasukkan kedalam introdusor untuk mendorng hingga lippes loop
terpasang
l. Setelah terpasang maka introdusor dan lippes loop ditarik keluar bersama pendorongnya
m. Speculum di buka dilanjutkan periksa dalam
n. Member informasi pada pasien follow up
o. Sarung tangan di buka dan alat dibereskan
2. Cupper T Sevev Cupper
a. Memasang sarung tangan
b. Melakukan desinfeksi dengan menggunakan kapas savlon
c. Membuka vulva/jalan lahir dengan menggunakan speculum
d. Bersihkan jalan lahir dengan kapas savlon dengan menggunakan korentang
e. Mengukur dalam rahim dengan menggunakan uterus sonde
f. Memasang busi mengukur besarnya jalan lahir
g. Porsio di jepit dengan memakai penjepit porsio
h. AKDR ini telah tersedia dalam bentuk steril lalu bukalah sampulnya
i. AKDR dimasukkan kedalam indusor melalui ujungnya sampai mencapai batas tertentu
dengan menggunakan sarung tangan
j. Indusor dengan AKDR terpasang dimasukkan kedalam rahim sampai menyentuh fundus uteri
kemudian ditarik sedikit
k. Pendorong selanjutnya mendorong AKDR hingga terpasang
l. Indusor dan pendorongnya ditarik keluar
m. Speculum diguka dilanjutkan periksa dalam
n. Memberikan informasi untuk melakukan follow up secara rutin
o. Sarung tangan dibuka alat dibereskan
3. Multilood atau Medusa
a. Memasang sarung tangan
b. Melakukan desinfeksi dengan menggunakan kapas savlon
c. Membuka vulva/jalan lahir dengan memakai speculum
d. Bersihkan jalan lahir dengan kapas savlon dengan memakai korentang
e. Mengukur dalam rahim dengan menggunakan uterus sonde
f. Memasang busi mengukur besarnya jalan lahir
g. Portio dijepit dengan menggunakan penjepit portio
h. Pembungkus AKDR dibuka menjelang pemasangan
i. Tehnik pemasangan langsung dengan mendorong sampai mencapai fundus uteri tanpa
berhenti
j. Setelah mencapai fundus uteri indusor di tarik keluar
k. Speculum dikeluarkan dilanjutkan dengan pemeriksaan dalam
l. Member informasi untuk melakukan follow up rutin
m. Sarung tangan di buka dan alat dibereskan
LEMBAR CHECKLIST TEHNIK PEMASANGAN ALAT KONTASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)
No Aspek Yang Dinilai Checklist
0 1 2

1. Persiapkan alat :
a. Kapas savlon dalam com
b. Korentang
c. Handscoon steril
d. Speculum vagina
e. Uterus sonde
f. Penjepit portio
g. Alat AKDR (Lippes Loop, Cooper T, Multilood)
2 Kegiatan membina sambung rasa dengan ibu
a. Ucapkan salam
b. Perkenalkan diri kepada ibu
c. Ciptakan suasana membantu dan menyenangkan
d. Jelaskan prosedur tindakan kepada ibu
e. Minta persetujuan ibu terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan
f. Dengan sopan persilahkan ibu mengatur posisi/bantu ibu mengatur posisi
g. Membuka pakaian ibu sendiri atau dengan bantuan
3 Terlebih dahului cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui
4 Pasang Handscoon steril
5. Lippes Loop
a. Lippes loop sudah dimasukkan kedalam introdusor dari pangkal sampai mendekati
ujung proksimal
b. Tali AKDR dapat dipotong dahulu
c. Lakukan desinfeksi dengan menggunakan kapas savlon
d. Membuka vulva atau jalan lahir dengan memakai speculum
e. Bersihkan jalan lahir dengan kapas savlon dengan memakai korentang
f. Mengukur jalan lahir dengan menggunakan uterus sonde
g. Mamasang busi mengukur besarnya jalan lahir
h. Portio dijepit dengan memakai penjepit portio
i. Introduser dimasukkan ke dalam rahim, sesuai dengan hasil ukur dengan
menggunakan uterus sonde
j. Pendorong AKDR dimasukkan kedalam introdusor untuk mendorong hingga lippes
loop terpasang
k. Setelah terpasang maka introdusor dan lippes loop ditarik keluar bersama
pendorongnya
l. Speculum di buka dilanjutkan periksa dalam
m. Member informasi pada pasien follow up
n. Sarung tangan di buka dan alat dibereskan
6 Cupper T Sevev Cupper
a. Memasang sarung tangan
b. Melakukan desinfeksi dengan menggunakan kapas savlon
c. Membuka vulva/jalan lahir dengan menggunakan speculum
d. Bersihkan jalan lahir dengan kapas savlon dengan menggunakan korentang
e. Mengukur dalam rahim dengan menggunakan uterus sonde
f. Memasang busi mengukur besarnya jalan lahir
g. Porsio di jepit dengan memakai penjepit porsio
h. AKDR ini telah tersedia dalam bentuk steril lalu bukalah sampulnya
i. AKDR dimasukkan kedalam indusor melalui ujungnya sampai mencapai batas
tertentu dengan menggunakan sarung tangan
j. Indusor dengan AKDR terpasang dimasukkan kedalam rahim sampai menyentuh
fundus uteri kemudian ditarik sedikit
k. Pendorong selanjutnya mendorong AKDR hingga terpasang
l. Indusor dan pendorongnya ditarik keluar
m. Speculum diguka dilanjutkan periksa dalam
n. Memberikan informasi untuk melakukan follow up secara rutin
o. Sarung tangan dibuka alat dibereskan
7 Multilood atau Medusa
a. Memasang sarung tangan
b. Melakukan desinfeksi dengan menggunakan kapas savlon
c. Membuka vulva/jalan lahir dengan memakai speculum
d. Bersihkan jalan lahir dengan kapas savlon dengan memakai korentang
e. Mengukur dalam rahim dengan menggunakan uterus sonde
f. Memasang busi mengukur besarnya jalan lahir
g. Portio dijepit dengan menggunakan penjepit portio
h. Pembungkus AKDR dibuka menjelang pemasangan
i. Tehnik pemasangan langsung dengan mendorong sampai mencapai fundus uteri
tanpa berhenti
j. Setelah mencapai fundus uteri indusor di tarik keluar
k. Speculum dikeluarkan dilanjutkan dengan pemeriksaan dalam
l. Member informasi untuk melakukan follow up rutin
m. Sarung tangan di buka dan alat dibereskan
TEHNIK M ENYUSUI
Alat dan Bahan
d. Kain kassa
e. Nierbekken
f. Air hangat
Nama M ahasiswa :
Nim :
No Aspek Yang Dinilai Checklist
0 1 2
Persiapan bayi dan ibunya :
Bayi dirapikan kemudian beri identitas bayi
Ibu diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan
Ibu disiapkan dalam keadaan bersih dan rapih
Tehnik menyusui yang benar
Terlebih dahului cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui
Putting susu dibersihkan dengan menggunakan kain kasa kemudian asi dikeluarkan sedikit lalu
dioleskan pada putting susu dan areola
Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara
 Ibu duduk/berbaring dengan santai. Bila duduk menggunakan kursi yang rendah agar kaki tidak
tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi
 Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lingkaran
siku ibu dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan
 Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, kepala bayi menghadap payudara
 Telinaga dan lengan bayi terletak pada satu garis
Payudara dipegang dengan ibu jari di atas danjari lainnya menopang dibawah, jangan menekan
putting susu atau areolanya saja
Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan cara:
 M enyentuh pipi bayi dengan putting susu
 M enyentuh sisi mulut bayi
Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu, putting serta
areola dilmasukkan kedalam mulut bayi
M enyusui pada satu payudara sebaiknya sampai terasa kosong, baru kemudian di pindah ke
payudara yang lain
Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi, atau dagu bayi ditekan ke
bawah
Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu atau tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudian
punggungnya ditepuk-tepuk perlahan sampai terdengar suara sendawa dari mulutnya

M ERAWAT TALI PUSAT


Persiapan alat:
a. Bethadine 10 % dalam tempatnya
b. Kapas lidi steril dalam tempatnya
c. Kassa steril dalam tempatnya
d. Korentang
e. Perlengkapan pakaian bayi
f. Pengilat tali pusat
g. Nierbekken
h. Sabun cuci tangan
i. Handuk
M ERAWAT TALI PUSAT
Nama M ahasiswa:
Nim :
No Aspek Yang Dinilai Checklist
0 1 2
Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir, keringkan dengan handuk
Kassa pembungkus tali pusat yang masih melengket ditetesi air lalu dibuka
Bersihkan tali pusat dan sekitarnya
Olesi bethadine mulai dari pangkal tali pusat dengan kapas lidi
Bungkus tali pusat dengan kasa steril yang kering
Kenakan pakaian bayi
Baringkan bayi pada posisi sesuai kebutuhan
Rapikan alat-alat
Cuci tangan dan catat adanya kelinan-kelainan

PERAWATAN PAYUDARA IBU POST PARTUM


1. PERSIAPAN ALAT
Baki berisi ;
a. Kapas
b. Kom
c. Handuk besar 2 buah
d. M inyak kelapa 10 cc dalam tempatnya (baby oil)
e. Waslap 2 buah
f. Pompa payudara dan botol susu
g. Air dimgin dan air hangat dalam Waskom
2. Tujuan :
a. M emperlancar sirkulasi darah
b. M encegah tejadinya bendungan ASI
PERAWATAN PAYUDARA IBU POST PARTUM
Nama M ahasiswa :
Nim :
No Aspek Yang Dinilai Checklist
0 1 2
Ucapkan salam
Ciptakan suasana membantu dan menyenangkan
Dengan sopan persilahkan ibu untuk mengatur posisi
Membuka pakaian ibu sendiri atau dengan bantuan
Menyampaikan tujuan perawatan payudara
Alat-alat didekatkan kepada ibu
Cuci tangan
Kasa direndam dengan air
Putting susu dibersihkan denga kainkasa basah air masak
Keringkan dengan handuk
Lakukan sebelum dan sesudah menyusui
Satu handuk dilatakkan di punggung dan satu handuk diletakkan dibawah payudara ibu/di
atas daerah paha
Kedua telapak tangan diberi minyak
Payudara kiri di urut dengan tangan kiri dan payudara kanan di urut dengan tangan kanan
(jika ibu melaksanakan sendiri), jika dilakukan oleh perawat payudara kiri di urut dengan
tangan kiri dan payudara kanan di urut dengan tangan kanan, dengan cara pengurutan dari
tengah di putar ke samping terus ke bawah secara perlahan dan halusserta observasi reaksi
dari ibu dan pengeluaran ASI. Lakukan 10-15 kali
Tangan kiri menopang atau menyangga payudara, lakukan pengurutan dengan bagian
pinggir telapak tangan kanan mulai dari pangkal sampai areola mammae. Selanjutnya tangan
kanan menopang atau menyangga payudara kiri dan lakukan pengurutan dengan bagian
pinggiran telapak tangan kiri mulai dari pangkal sampai areola. Lakukan 10-15 kali
Posisi sama dengan pengurutan yang pertama, pengurutan dilakukan dengan menggunakan
ruas jari tangan. Lakukan 10-15 kali
Lakukan mandi air hangat dengan menggunakan waslap. Usap kedua payudara lakukan 10
kali secara bergantian dan diakhiri dengan air dingin
Payudara dikeringkan/ lap pakai handuk yang berada pada bagian punggung
Handuk di daerah punggung dan di bawah payudara di lipat dan alat-alat dibersihkan dan
dibereskan
Ibu pakai baju sendiri atau dibantu oleh perawat
Cuci tangan

PEM ERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR

Pedoman Umum
1. Lakukan pemeriksaan fisik di ruangan yang hangat, nyaman, dan tidak menstimulasi
a. Lepaskan pakaian hanya pada area yang akan diperiksa, untuk mencegah kehilangan panas, kecuali
jika bayi baru lahir berada di bawah sumber panas seperti radian penghangat
b. Lakukan berurutan (head to toe) dengan pengecualian berikut :
 Lakukan semua prosedur yang memerlukan observasi ketat (posisi, sikap), kemudian lanjutkan
dengan prosedur ringan seperti mengauskultasi paru, jantung dan abdomen
 Lakukan prosedur yang mengganggu, seperti memeriksa reflex pada tahap akhir
 Ukur kepala, dada dan panjang sekaligus membandingkan hasil
c. Lakukan dengan cepat untuk menghindari membuat stress bayi
d. Periksa apakah peralatan dan bahan telah tersedia dan dapat di gunakan
e. Beri kenyamanan kepada bayi selama dan setelah pemeriksaan jika ia marah
 Bicara lembut
 Pegang tangan bayi diatas dadanya
 Peluk

PEM ERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR


Nama M ahasiswa:
Nim :
No Aspek Yang Dinilai Checklist
0 1 2
INSPEKSI
 Puncak kepala (vertex), lengan, tungkai bawah dalam keadaan fleksi ringan, tangan
menggenggam
 Bayi baru lahir tidak suka jika ekstremitasnya diluruskan untuk dikaji atau untuk diukur
dan bisa menangis jika hal itu dipaksakan
 Apabila dibiarkan kembali pada posisi melingkar semula, ia akan berhenti menangis
 Gerakan spontan normal biasanya tidak sinkron bilateral (kaki bergerak seperti
gerakan mengayuh sepeda), tetapi keduanya ekstensi
 Puncak kepala (vertex), lengan, tungkai bawah dalam keadaan fleksi ringan, tangan
menggenggam
 Bayi baru lahir tidak suka jika ekstremitasnya diluruskan untuk dikaji atau untuk diukur
dan bisa menangis jika hal itu dipaksakan
 Apabila dibiarkan kembali pada posisi melingkar semula, ia akan berhenti menangis
 Gerakan spontan normal biasanya tidak sinkron bilateral (kaki bergerak seperti
gerakan mengayuh sepeda), tetapi keduanya ekstensi
Tanda Tanda Vital
a) Inspeksi : Pulsasi terlihat disebelah kiri garis mid klavikula, sela iga ke lima
b) Palpasi : Denyut di apeks, di sela iga ke empat (120-160 x/m)
c) Auskultasi : kualitas S1 dan S2 harus terdengar tajam dan jelas
 Katup pulmonal : ICS 2, kiri sternum
 Katup aorta : ICS 2, kanan sternum
 Katup mitral : ICS 4
 Katup tricuspid : proseccus xipoideus dan sternum

Letakkan jari-jari tangan pada ligament inguinal disekitar pertengahan antara simfisi pubis
dan Krista iliaka
Teraba denyut secara bergantian pada kedua sisi (Pulsasi femoral harus sama kuat)
Frekuensi nafas, hitung satu menit : Normal 30-60 x/m
Saat tidur, cenderung dangkal
Saat terjaga, kecepatan dan kedalaman nafas tidak teratur
Seharusnya tidak ada bunyi yang terdengar saat inspirasi atau ekspirasi
Pantau apnea : Saat tidur, cenderung dangkal
Pantau suara nafas yang bisa di dengar tanpa stetoskop
Observasi usaha napas
Suhu (aksila) : 36,5 – 37 derajat celcius
Tekanan darah (biasanya dikaji hanya jika diduga ada masalah)
1) Pada waktu lahir sistolik : 60-80 mmHg, Diastolik : 40-50 mmHg
2) Setelah 10 hari sitolik : 95-100 mmHg, Diastolik : sedikit meningkat
BERAT BADAN
Letakkan kain pelindung dan atur skala ketitik nol
Timbang pada waktu yang sama setiap hari
Lindungi supaya tidak terkena panas
Temuan rata-rata ;
1) Berat badan 2,5 – 4 kg
2) Berat badan dalam 2 mg pertama sama dengan berat badan lahir
PANJANG BADAN
diukur dari ujung kepala sampai tumit (Temuan rata-rata : 48 cm- 52 cm)
LINGKAR KEPALA
Ukur kepala pada diameter terbesar yaitu oksipitofrontalis
Dilakukan pada hari kedua atau ketiga setelah molage dan kaputsuksedanum mereda
Temuan rerata
1) Normal 33 cm-35 cm
2) Lingkar kepala dan lingkar dada hamper sama selama satu sampai dua hari
Lingkar dada; ukur pada garis dada N ; 30 cm -33 cm
Lingkar abdomen; ukur di bawah umbilicus, ukan sama dengan lingkar dada
INTEGUM EN
a. Warna
Pada saat lahir warna terang, menggembung dan halus, pada hari kedua dan ketiga
merah muda, mengelupas dan kering
b. Perubahan warna normal
Akrosianosis (sianosis tangan dan kaki)
Kutis marmorata 9motting sementara ketika bayi terpapar suhu rendah
c. Periksa adanya ikterik;
Tidak ada saat bayi lahir
Ikyerik neonates nampak setelah 48 jam
d. Verniks kaseosa
Observasi jumlah, warna dan baunya sebelu dimandikan atau dilap
Jika tidak terlihat dipermukaan tubuh, periksa di aksila dan lipatan paha
Normalnya keputihan seperti keju, tidak berbau
e. Lanugo
Inspeksi rambut yang halus, jumlah dan distribusi
Di daerah bahu, pinna telinga, dahi
Tanda lahir; hiperpigmentasi sementara pada ariola,n genitalia, linea nigra
KEPALA
a. Inspeksi bentuk dan ukuran
palpasi, infeksi dan ukur fontanel
Besarnya seperempat panjang tubuh
M olase
Fontanel harus dtar, lunak dan padat
Fontanel anterior : seperti berlian , 5 cm. meningkat setelah molase berkurang
Fontanel posterior; segitiga, lebih kecil dari anterior
b. Palpasi satura
Inspeksi pola distribusi, jumlah rambut, raba tekstur
Teraba tidak menyatu
Keperakan, helai rambut satu-satu, menempel datar pada kulit kepala
Pola pertumbuhan menuju muka dan leher
M ATA
a. Warna ; Agak abu-abu,biru gelap, coklat
b. Kelopak mata
Kelopak biasanya edema
Lipatan epikantus
Resfleks mengedip
c. Bentuk dan ukuran ; ukuran berbentuk simetris
d. Rabas; tidak ada
e. Bola mata
Tidak ada air mata
Bola mata bulat
Ukuran sama dan padat
f. Gerakan bola mata
Acak, menyentak, tidak sama
Dapat focus sebentar
Dapat melihat kea rah garis tegah
g. Pupil; ada, ukuran sama, bereaksi terhadap cahaya
TELINGA
a. Observasi ukuran letak, jumlah kartilago, kanal auditori terbuka
b. Puncak pinna berada pada garis horizontal bersama bagian luar kantus mata
c. Pinna lentur, adanya kartilago
HIDUNG
Observasi bentuk letak kepatenan, kungfigurasi tulang hidung
a. Garis tengah
b. Tampak tidak ada tulang hidung, datar, lebar
c. Terdapat sedikit makmus (putih encer)
d. Bersin
M ULUT
Gerakan bibir simetris
Gusi merah muda
Lidah tidak menonjol, bergerak bebas, bentuk dan gerakan simetris
Palatum lunak, keras, utuh
Uvula digaris tengah
Saliva minimal atau tidak ada
Celah didagu
Reflex mengisap
Reflex rooting
Reflex ekstruksi
LEHER
Pendek
Kepala dapat bergerak kesatu sisi kesisi yang lain dan bebas melakukan ekstensi dan fleksi
DADA
Bentuk hamper bulat, bentuk tong
Diameter anteriorposterior dan lateral sama
Gerakan dada simetris, gerakan dada dan perut secara sinkron dengan pernafasan
Retraksi sterna sedikit terlihat saat inspirasi
Putting susu menonjol, sudah terbentuk dengan baik, letak simetris
Nodul payudara : kira-kira 6 mm pada bayi cukup bulan
Bentuk hamper bulat, bentuk tong
Diameter anteriorposterior dan lateral sama
Gerakan dada simetris, gerakan dada dan perut secara sinkron dengan pernafasan
Retraksi sterna sedikit terlihat saat inspirasi
Putting susu menonjol, sudah terbentuk dengan baik, letak simetris
Nodul payudara : kira-kira 6 mm pada bayi cukup bulan
ABDOM EN
a. Tali pusat
1) Putih keabuan
2) dua arteri, satu vena
3) batas antara tali pusat dan kulit jelas
4) tidak berbau
5) Kering di di di dasar
6) Klem tali pusat tetap ditempatnya selama 24 jam
b. Inspeksi ukuran abdomen dan palpasi kontur abdomen
1) Bulat, menonjol , berbentuk seperti kubah karna otot-otot abdomen belum
berkembang sempurna
2) Hepar dapat di raba 2-3 cm di bawah batas iga kanan
3) Ginjal dapat diraba 1-2 cm di atas umbilicus
4) Tidak teraba massa
5) Tidak distensi
6) Bising usus terdengar satu sampai dua jam setelah lahir
7) M ekonium keluar 24-48 jam setelah lahir
GENITALIA PRIA
a. M eatus urinarius; diujung penis
b. Prepusium; menutupi glans penisvdan tidak dapat menarik kebelakang
c. skrotum; besar,edema, tertutup rugae, pendulosa
d. testis; teraba pada setiap sisi
e. berkemih; berkemih dalam 24 jam
GENITALIA WANITA
1) Klitoris; biasanya edema
2) Libia mayora; biasanya edema, menutupi labia minora
3) Labia minora;keluar dari libia mayora
4) Vagina
 Orifisium terbuka
 Rabas mukoid
 Terdapat hymen
5) M eatus urinarius
 Di bawah klitoris, sulit dilihat, perhatikan saat berkemih
 Verniks kaseosa di antara labia
EKSTREM ITAS
a. Fleksi ekstremitas atas dan bawah
b. Sepuluh jari tangan dan kaki
c. Rentang gerak penuh
d. Femur utuh
e. Punggung kuku merah muda, sianosis sementara segera setelah lahir
f. Telapak kaki bergaris normal
g. Telapak kaki tampak datar
h. Fleksi ekstremitas atas dan bawah
i. Sepuluh jari tangan dan kaki
j. Rentang gerak penuh
k. Femur utuh
l. Punggung kuku merah muda, sianosis sementara segera setelah lahir
m. Telapak kaki bergaris normal
n. Telapak kaki tampak datar
PUNGGUNG
a. Tulang punggung lurus dan mudah fleksi
b. Spinal utuh, tidak ada lubang, massa atau kurva menonjol
c. Bayi dapat mengangkat dan menahan kepala sebentar saat tengkurap
d. Bahu, scapula, dan Krista iliaka harus berada pada bidang yang sama
e. Tulang punggung lurus dan mudah fleksi
f. Spinal utuh, tidak ada lubang, massa atau kurva menonjol
g. Bayi dapat mengangkat dan menahan kepala sebentar saat tengkurap
h. Bahu, scapula, dan Krista iliaka harus berada pada bidang yang sama
ANUS
a. Satu anus dengan tonus sfingter yang baik
b. Pengeluaran mekonium dalam 24 jam
c. Reflex “berkedut” sfingter yang baik
d. M ekonium diikuti tinja berwarna kuning dan lunak
APGAR SCORE BAYI BARU LAHIR

1. Pemeriksaan APGAR Score bayi baru lahir adalah pemeriksaan warna kulit, denyut jantung,
refleks, tonus otot, dan respirasi
2. Tujuan : Sebagai acuan penerapan langkah -langkah pemeriksaan APGAR score pada bayi
baru lahir Kebijakan Setiap bayi baru lahir harus dilakukan pemeriksaan APGAR score
3. Persiapan Alat :
 Stetoskop 1 buah
 Sarung tangan bersih 1 pasang
 Masker 1 buah
 Apron 1 buah
4. Prosedur kerja
 Cuci tangan
 Bebaskan jalan nafas dengan suctioning pada bayi
 Pastikan bayi dengan keadaan hangat
 Ukur vital sign
 Ukur APGAR score jika bayi telah stabil
Cek identitas bayi
INTERAKSI Orientasi
1. Memberi salam pada ibu bayi atau keluarga
2. Memperkenalkan diri
3. Mengklarifikasi nama bayi
4. Jelaskan tujuan tindakan kepada keluarga
5. Memastikan lingkungan hangat dan terang
6. Meletakkan alat yang mudah dijangkau
Kerja
1. Memberi kesempatan pada ibu bayi untuk bertanya sebelum dimulai
2. Mencuci tangan
3. Memakai apron, masker, dan sarung tangan
4. Meletakkan bayi di tempat yang rata
5. Periksa APGAR score bayi secara sistematis sebagai berikut :
a.Pulse/ Denyut jantung bayi dengan cara :
Inspeksi : inspeksi denyut jantung di sebelah kiri garis clavicular ; sela iga kelima
MEMASANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)

Nama M ahasiswa:
Nim :
No Aspek Yang Dinilai Checklist
0 1 2
Ucapkan salam
Ciptakan suasana membantu dan menyenangkan
Dengan sopan persilahkan ibu mengatur posisi
M embuka pakaian ubu sendiri atau dengan bantuan
Lippes Loop
M emasang sarung tangan
Lippes loop sudah dimasukkan kedalam introdusor dari pangkal sampai mendekati ujung proksimal
Tali AKDR dapat dipotong dahulu, sesuai dengan keinginan atau di potong setelah pemasangan
sependek mungkin untuk menghindari sentuhan penis dan untuk menghindari infeksi
Lakukan desinfeksi dengan menggunakan kapas savlon
M embuka vulva atau jalan lahirdengan memakai speculum
Bersihkan jalan lahir dengan kapas savlon dengan memakai korentang
M engukur jalan lahir dengan menggunakan uterus sonde
M amasang busi mengukur besarnya jalan lahir
Portio dijepit dengan memakai penjepit portio
Introduser dimasukkan ke dalam rahim, sesuai dengan hasil ukur dengan menggunakan uterus
sonde
Pendorong AKDR dimasukkan kedalam introdusor untuk mendorng hingga lippes loop terpasang
Setelah terpasang maka introdusor dan lippes loop ditarik keluar bersama pendorongnya
Speculum di buka dilanjutkan periksa dalam
M ember informasi pada pasien follow up
Sarung tangan di buka dan alat dibereskan
CUPPER T SEVEV CUPPER
M emasang sarung tangan
M elakukan desinfeksi dengan menggunakan kapas savlon
M embuka vulva/jalan lahir dengan menggunakan speculum
Bersihkan jalan lahir dengan kapas savlon dengan menggunakan korentang
M engukur dalam rahim dengan menggunakan uterus sonde
M emasang busi mengukur besarnya jalan lahir
Porsio di jepit dengan memakai penjepit porsio
AKDR ini telah tersedia dalam bentuk steril lalu bukalah sampulnya
AKDR dimasukkan kedalam indusor melalui ujungnya sampai mencapai batas tertentu dengan
menggunakan sarung tangan
Indusor dengan AKDR terpasang dimasukkan kedalam rahim sampai menyentuh fundus uteri
kemudian ditarik sedikit
Pendorong selanjutnya mendorong AKDR hingga terpasang
Indusor dan pendorongnya ditarik keluar
Speculum diguka dilanjutkan periksa dalam
M emberikan informasi untuk melakukan follow up secara rutin
Sarung tangan dibuka alat dibereskan
M ULTILOOD ATAU M EDUSA
M emasang sarung tangan
M elakukan desinfeksi dengan menggunakan kapas savlon
M embuka vulva/jalan lahir dengan memakai speculum
Bersihkan jalan lahir dengan kapas savlon dengan memakai korentang
M engukur dalam rahim dengan menggunakan uterus sonde
M emasang busi mengukur besarnya jalan lahir
Portio dijepit dengan menggunakan penjepit portio
Pembungkus AKDR dibuka menjelang pemasangan
Tehnik pemasangan langsung dengan mendorong sampai mencapai fundus uteri tanpa berhenti
Setelah mencapai fundus uteri indusor di tarik keluar
Speculum dikeluarkan dilanjutkan dengan pemeriksaan dalam
M ember informasi untuk melakukan follow up rutin
Sarung tangan di buka dan alat dibereskan
PENGKAJIAN FISIK PADA BAYI DAN ANAK
1. Pengertian
Pengkajian fisik adalah proses berkelanjutan yang dimulai selama wawancara terutama dengan
menggunakan inspeksi/observasi. Selama pemeriksaan yang lebih formal, alat-alat untuk perkusi,
palpasi dan auskultasi ditambahkan untuk memantapkan dan menyaring pengkajian system tubuh.
Seperti pada pengkajian riwayat kesehatan, objektif dari pengkajian fisik adalah untuk merumuskan
diagnosa keperawatan dan mengevaluasi keefektifan intervensi terapeutik.
2. Tujuan
Tujuan dari pemeriksaan fisik adalah untuk memperoleh informasi yang akurat tentang keadaan fisik
pasien. Karena sifat alamiah bayi dan anak, urutan pemeriksaan tidak harus mengikuti sistematika yang
lazim dilakukan pada orang dewasa.
3. Cara Pendekatan dan Pemeriksaan
Pendekatan dalam pemeriksaan fisik tergantung pada umur dan keadaan anak. Pada umumnya bayi
dan anak kecil akan merasa lebih aman dan rasa takutnya berkurang dengan kehadiran orang tua,
terutama ibu.
Cara pemeriksaan bayi dan anak pada umumnya sama dengan orang dewasa yaitu dimulai dengan
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pada keadaan tertentu, urutan pemeriksaan tidak harus
demikian. Pada bayi dan anak kecil, setelah inspeksi umum, dianjurkan untuk melakukan auskultasi
abdomen (untuk mendengarkan bising usus) serta auskultasi jantung (untuk mendengarkan karakteristik
bunyi dan bising jantung). Hal ini disebabkan karena apabila anak menangis, bising usus dapat
meningkat dan bising jantung sulit dinilai).
FORMAT PENILAIAN
PEMERIKSAAN FISIK KEPALA BAYI DAN ANAK

NO ITEM PENILAIAN DILAKSANAKAN


YA TIDAK
1. Persiapan
Persiapan alat :
Pita Ukur
Persiapan klien
 Keluarga dan klien diberitahukan tentang prosedur
yang akan dilakukan
 Jaga suhu ruangan dan pencahayaan
 Jaga privasi klien
 Siapkan alat dan dekatkan ke klien
2. Pelaksanaan
Pemeriksaan kepala
 Cuci tangan sebelum melakukan tindakan
 Bayi atau anak dibaringkan di atas tempat tidur
Pada bayi baru lahir
 Inspeksi bentuk kepala
 Inspeksi adanya caput succedaneum dan cephal
hematom
 Palpasi bentuk fontanel superior dan fontanel anterior
 Ukur fontanel posterior dan fontanel anterior
Pada anak
 Inspeksi bentuk dan kesimetrisan
 Perhatikan kontrol kepala dan postur kepala
 Evaluasi rentang gerak kepala
 Palpasi tengkorak akan adanya fontanel, nodus dan
pembengkakan yang nyata

3. Evaluasi
 Simpulkan hasil pemeriksaan
 Penyimpangan dari normal
4. Dokumentasi
 Catat respon klien
 Catat semua hasil pemeriksaan
 Catat nama perawat, waktu dan tindakan yang
dilakukan

NILAI :
PENILAI :
FORMAT PENILAIAN
PEMERIKSAAN LEHER PADA BAYI DAN ANAK
NO ITEM PENILAIAN DILAKSANAKAN
YA TIDAK
1. Persiapan
Persiapan alat
 Tangan yang hangat
 Sumber cahaya yang terang
Persiapan klien
 Beritahukan keluarga dan klien tentang prosedur yang
akan dilakukan
 Jaga privasi klien
 Atur posisi yang nyaman untuk klien
2. Pelaksanaan
 Cuci tangan
 Inspeksi dan palpasi leher
 Trakea : palpasi adanya deviasi, letakkan ibu jari dan
jari telunjuk pada setiap sisi dan gerakkan jari ke depan
dan ke belakang
 Tiroid : perhatikan ukuran, bentuk, kesimetrisan, nyeri
tekan, nodul, rasakan ismus naik ketika menelan
 Arteri carotis : palpasi di kedua sisi
 Pada bayi : periksa tonic neck reflex dan neck righting
reflex
3. Evaluasi
 Simpulkan hasil pemeriksaan
 Penyimpangan dari normal
4. Dokumentasi
 Catat respon klien
 Catat penyimpangan dari normal
 Catat nama perawat, waktu dan tindakan yang
dilakukan

NILAI :
PENILAI :
FORMAT PENILAIAN
PEMERIKSAAN FISIK PADA MATA

NO ITEM PENILAIAN DILAKSANAKAN


YA TIDAK
1. Persiapan
Persiapan alat
 Kapas lidi
 Kartu snellen
Persiapan klien
 Beritahukan keluarga dan klien tentang prosedur yang
akan dilakukan
 Jaga privasi klien
 Atur posisi yang nyaman untuk klien (seperti duduk di
kursi)
2. Pelaksanaan
 Inspeksi kelopak mata terhadap warna,
pembengkakkan, rabas dan lesi
 Periksa pelupuk mata ke bawah ketika anak melihat ke
atas dengan membalikkan kelopak mata ke atas
dengan kapas lidi
 Kaji reflex pupil
 Kaji adanya strabismus dengan menyorotkan cahaya
secara langsung ke mata dari jarak 40,5 cm. Amati
refleksi pada tiap-tiap pupil
 Pada bayi : periksa kelopak mata (tertutup/terbuka,
warna, air mata, reflex kornea, reflex mengedip, doll
eye reflex)

3. Evaluasi
 Simpulkan hasil pemeriksaan
 Penyimpangan dari normal
4. Dokumentasi
 Catat respon klien
 Catat penyimpangan dari normal
 Catat nama perawat, waktu dan tindakan yang
dilakukan

NILAI :
PENILAI :
FORMAT PENILAIAN
PEMERIKSAAN TELINGA PADA BAYI DAN ANAK
NO ITEM PENILAIAN DILAKSANAKAN
YA TIDAK
1. Persiapan
Persiapan alat
 Mistar
 Otoskop
 Garpu tala
 Penlight
Persiapan klien
 Beritahukan keluarga dan klien tentang prosedur yang akan
dilakukan
 Jaga privasi klien
 Atur posisi yang nyaman untuk klien
 Dekatkan alat-alat dengan klien
2. Pelaksanaan
 Cuci tangan
 Bayi atau anak dibaringkan ke atas tempat tidur
Pada bayi baru lahir :
 Inspeksi posisi pinna (penempatan dan kesejajaran)
 Observasi tanda umum pinna
 Perhatikan adanya lubang-lubang abnormal, penebalan kulit atau
sinus
 Inspeksi posisi gendang telinga, tarik pinna ke bawah dan ke
belakang
 Kaji reflex moro dan reflex startle
Pada anak
 Inspeksi kesejajaran pinna : ukur tinggi pinna dengan garis
imajiner dari orbit luar ke oksipital tengkorak, ukur sudut pinna
dengan menarik garis perpendicular dari garis horizontal imajiner
dan sejajarkan pinna
 Observasi tanda umum pinna
 Perhatikan adanya lubang-lubang abnormal, penebalan kulit atau
sinus
 Inspeksi hygiene (bau, warna, rabas)
 Inspeksi posisi gendang telinga, tarik pinna ke atas dan ke
belakang
 Periksa struktur luar kanal dan telinga tengah dengan oftolmoskop
 Kaji pendengaran
 Tes Rinne : letakkan batang vibrasi dan garpu tala pada
lubang mastoid sampai anak tidak mendengar lagi
bunyinya, gerakkan garpu tala ke lubang telinga perawat
dan pastikan apakah masih terdengar bunyi atau tidak
 Tes Weber : pegang garpu tala pada garis tengah kepala
3. Evaluasi
 Simpulkan hasil pemeriksaan
 Penyimpangan dari normal
4. Dokumentasi
 Catat respon klien
 Catat penyimpangan dari normal
 Catat nama perawat, waktu dan tindakan yang dilakukan

NILAI :
PENILAI
FORMAT PENILAIAN
PEMERIKSAAN FISIK HIDUNG DAN MULUT PADA AANK
NO ITEM PENILAIAN DILAKSANAKAN
YA TIDAK
1. Persiapan
Persiapan alat
 Senter/penlight
 Spatel lidah
 Spekulum hidung
 Sarung tangan
 Bengkok/tempat sampah
Persiapan klien
 Beritahukan keluarga dan klien tentang prosedur y ang akan dilakukan
 Jaga priv asi klien
 Perhatikan suhu ruangan dan pencahay aan
 Atur posisi y ang ny aman untuk klien
2. Pelaksanaan
 Tangan peraw at dicuci sampai dengan siku
 Pakai sarung tangan
 Perhatikan struktur w ajah klien (kesimetrisan, deformitas, inflamasi)
Hidung
 Inspeksi bentuk hidung dari luar, perhatikan gerakan cuping hidung
 Tengadahkan kepala klien ke belakang, dorong ujung hidung ke atas dan
sinari lubang hidung dengan penlight, periksa adany a septum, arahkan
cahay a ke salah satu lubang hidung dan observ asi lew atny a sinar melalui
perforasi
 Inspeksi keadaaan mukosa hidung. Perhatikan apakah ada dev iasi dan
perforasi, sekresi mukosa (meradang/pucat atau agak keabuan dan
membengkak), sekresi (purulen, berdarah atau cair), perdarahan,
obstruksi, ny eri fraktur dan pembengkakkan
 Inspeksi keadaan sinus maksilaris
 Pada bay i : kaji reflex glabelar
Mulut
 Perhatikan bibir (simetris, w arna, tekstur, lesi )
 Inspeksi gigi klien (jumlah, letak, motling, maloklusi, tumbuh terlambat
atau tidak, perubahan w arna y ang ny ata)
 Inspeksi lidah (kering atau tidak, tekstur, w arna, lesi, massa, kemampuan
menggerakkan lidah)
 Inspeksi palatum (w arna, terbelah atau tidak, terdapat perforasi atau
tidak)
 Inspeksi epiglotis (w arna, pembengkakkan)
 Inspeksi tonsil (ukuran, w arna, peradangan, eksudat)
 Inspeksi oropharing (w arna, peradangan, ulserasi dan perdarahan)
 Pada bay i : periksa intake, reflex mengedip, roting reflex , gag reflex ,
saliv a ev trution reflex ..
3. Ev aluasi
 Simpulkan hasil pemeriksaan
 Peny impangan dari normal
4. Dokumentasi
 Catat respon klien
 Catat peny impangan dari normal
 Catat nama peraw at, w aktu dan tindakan y ang dilakukan

NILAI :
PENILAI :
FORMAT PENILAIAN
PEMERIKSAAN EKSTREMITAS PADA BAYI DAN ANAK
NO ITEM PENILAIAN DILAKSANAKAN
YA TIDAK
1. Persiapan
Persiapan klien
 Beritahukan keluarga dan klien tentang prosedur y ang akan dilakukan
 Jaga priv asi klien
 Perhatikan suhu ruangan dan pencahay aan
 Atur posisi y ang ny aman untuk klien (klien dapat duduk di pangkuan
ibuny a bila klien masih sangat kecil) dengan kaki y ang dibiarkan
menggantung bebas
2. Pelaksanaan
 Cuci tangan sebelum melakukan tindakan
Bay i atau anak berbaring di atas tempat tidur
Pada bay i baru lahir
 Inspeksi ekstremitas secara umum, kesimetrisan ekstremitas atas dan
baw ah
 Inspeksi ekstremitas superior apakah terdapat fekomelia
 Kaji fleksi dan rentang gerak penuh ekstremitas atas
 Inspeksi jari tangan dan jari kaki untuk melihat apakah ada temuan
sindaktil atau polidaktil
 Inspeksi punggung kuku, perhatikan w arna kuku (dapat ditemukan
punggung kuku berw arna merah muda dengan sianosis sementara
segera bay i lahir)
 Ukur nadi brakialis bilateral
 Kaji tonus otot secara bilateral, terutama tahanan pada fleksi berlaw anan
 Kaji fleksi dan rentang gerak penuh ekstremitas baw ah
Pada anak
 Inspeksi setiap sendi ekstremitas untuk kesimetrisan, ukuran, suhu,
w arna, dan mobilitas
 Uji adany a perkembangan dy splasia panggul
 Kaji bentuk tulang
 Ukur jarak antara lutut ketika berdiri dengan maleolus bila anak berdiri
dengan kedua lutut merapat
 Inspeksi posisi telapak kaki; uji apakah deformitas kaki pada saat lahir
merupakan akibat dari posisi fetal atau perkembangan, oleh pergerakan
keluar, kemudian ke dalam, sisi telapak kaki; bila dapat normal dengan
sendiriny a, kaki mengambil sudut kanan.
 Inspeksi gay a berjalan
 Uji kekuatan
 Lengan : dengan meminta anak mengangkat tangan sambil
melaw an tekanan dari tangan peraw at
 Telapak tangan : dengan meremas jari peraw at sekeras
mungkin
 Kaki : dengan meminta anak duduk dengan kaki
menggantung, lanjutkan seperti pada tangan
 Telapak kaki : dengan meminta anak memfleksikan plantar,
dorong telapak kaki kearah lantai sambil menekan telapak kaki
3. Ev aluasi
 Simpulkan hasil pemeriksaan
 Peny impangan dari normal

4. Dokumentasi
 Catat respon klien
 Catat peny impangan dari normal
 Catat nama peraw at, w aktu dan tindakan y ang dilakukan

NILAI :

PENILAI :
FORMAT PENILAIAN
PEMERIKSAAN REFLEKS EKSTREMITAS ATAS DAN BAWAH

NO ITEM PENILAIAN DILAKSANAKAN


YA TIDAK
1. Persiapan
Persiapan alat
 Palu perkusi
 2 buah peniti
Persiapan klien
 Beritahukan keluarga dan klien tentang prosedur yang akan
dilakukan
 Jaga privasi klien
 Perhatikan suhu ruangan dan pencahayaan
 Atur posisi yang nyaman untuk klien (klien dapat duduk di
pangkuan ibunya bila klien masih sangat kecil) dengan kaki yang
dibiarkan menggantung bebas
2. Pelaksanaan
 Bisep : fleksikan lengan bawah anak. Letakkan ibu jari anda di
atas ruang antecubiti dan ketuk dengan palu reflex
 Trisep : Tekuk lengan anak pada siku sambil menopang lengan
bawah. Ketuk tendon trisep di atas siku
 Ulnar : lengan bawah semi fleksi dan semi pronasi. Kemudian
diketuk pada prosesus stiloideus dari ulna
 Patella : anak duduk di atas meja atau pangkuan orang tua
dengan kaki menggantung, ketuk bagian bawah lutut tepat di
bawah patella
 Achilles : Anak duduk di atas meja atau pangkuan orang tua
dengan tungkai fleksi dan topang kaki dengan pelan. Ketok
tendon Achilles
 Kresmaterik : gores paha bagian dalam atas
3. Evaluasi
 Simpulkan hasil pemeriksaan
 Penyimpangan dari normal
4. Dokumentasi
 Catat respon klien
 Catat penyimpangan dari normal
 Catat nama perawat, waktu dan tindakan yang dilakukan
NILAI :
PENILAI :
FORMAT PENILAIAN
PEMERIKSAAN FISIK DADA PADA BAYI DAN ANAK

NO ITEM PENILAIAN DILAKSANAKAN


YA TIDAK
1. Persiapan
Persiapan alat
 Stetoskop
 Tensimeter

Persiapan klien
 Beritahukan keluarga dan klien tentang prosedur yang akan
dilakukan
 Jaga privasi klien
 Perhatikan suhu ruangan dan pencahayaan
 Atur posisi yang nyaman untuk klien (klien tidur terlentang di
atas tempat tidur)
2. Pelaksanaan
 Dada : inspeksi bentuk, kesimetrisan, gerakan dan
perkembangan payudara, rasio anterior posterior : lateral,
krepitasi, garis/batas dada
 Paru-paru : frekuensi napas, irama, tipe respirasi,
kecepatan dan kedalaman, suara napas, fremitus suara
 Jantung : apeks, frekuensi jantung, intensitas irama jantung,
suara jantung S1 dan S2, murmur, thrill sianosis persisten
 Lakukan perkusi pada daerah jantung
3. Evaluasi
 Simpulkan hasil pemeriksaan
 Penyimpangan dari normal

4. Dokumentasi
 Catat respon klien
 Catat penyimpangan dari normal
 Catat nama perawat, waktu dan tindakan yang dilakukan

NILAI :
PENILAI :
FORMAT PENILAIAN
PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN

NO ITEM PENILAIAN DILAKSANAKAN


YA TIDAK
1. Persiapan
Persiapan alat
 Stetoskop
Persiapan klien
 Beritahukan keluarga dan klien tentang prosedur yang akan
dilakukan
 Jaga privasi klien
 Perhatikan suhu ruangan dan pencahayaan
 Atur posisi yang nyaman untuk klien (klien tidur terlentang di
atas tempat tidur)

2. Pelaksanaan
 Inspeksi : ukuran dan bentuk abdomen, simetris atau tidak
 Auskultasi : dengan memakai stetoskop, dengarkan bunyi
peristaltic
 Perkusi : lakukan perkusi melalui epigastrium secara simetris
menuju ke bagian bawah abdomen
 Palpasi : dapat dilakukan secara manomanual (satu tangan)
atau bimanual (dua tangan), palpasi daerah hati, limpa dan
ginjal
3. Evaluasi
 Simpulkan hasil pemeriksaan
 Penyimpangan dari normal
4. Dokumentasi
 Catat respon klien
 Catat penyimpangan dari normal
 Catat nama perawat, waktu dan tindakan yang dilakukan
NILAI :
PENILAI :
FORMAT PENILAIAN
PEMERIKSAAN FISIK PUNGGUNG, GENITAL DAN ANUS
NO ITEM PENILAIAN DILAKSANAKAN
YA TIDAK
1. Persiapan
Persiapan alat
 Handscoen
 Tirai
 Pita ukuran
Persiapan klien
 Beritahukan keluarga dan klien tentang prosedur y ang akan dilakukan
 Jaga priv asi klien
 Perhatikan suhu ruangan dan pencahay aan
 Atur posisi y ang ny aman untuk klien (klien tidur tengkurap di atas tempat tidur)

2. Pelaksanaan
Pemeriksaan fisik punggung
 Inspeksi : amati tulang belakang anak/bay i, kesimetrisan pinggul dan bahu.
Perhatikan mobilitas tulang belakang khususny a tulang serv ikal
 Palpasi : palpasi daerah tulang belakang untuk mencari ada tidakny a kelainan
seperti skoliosis, lordosis atau kifosis, spina bifida atau kelainan lain.
Pemeriksaan fisik genitalia
Wanita :
 Inspeksi :
 Adany a secret pada lubang v agina (bila ada, hal ini normal y ang
diakbatkan pengaruh hormone)
 Perhatikan adany a epispadia (terbelahny a mons pubis dan klitoris dan
uretra membuka di bagian dorsal)
 Palpasi : Periksa keadaan labio minor tertutup oleh labio may or, lubang uretra dan
lubang v agina terpisah.
 Pantau berkemih/tidakny a dalam 24 jam
Laki-laki
 Inspeksi : perhatikan ukuran, bentuk penis, testis, perhatikan kelainan y ang ada
seperti hipospadia (orificium uretra di v entral penis, biasany a dekat gand atau
sepanjang penis), epispadia (muara uretra pada dorsal penis), fimosis
(pembukaan prepusium sangat kecil sehingga gland penis tidak dapat ditarik),
perhatikan adany a radang pada penis atau skrotum
 Palpasi : ukur panjang penis (normal panjang penis 3-4 cm, dan lebar 1-1,3 cm)
 Pantau berkemih/tidakny a klien dalam 24 jam
Pemeriksaan fisik anus
 Pantau adany a mekonium (secara umum keluar dalam 24 jam, bila dalam 48
jam mekonium belum keluar maka bisa dicurigai adany a peny akit tertentu seperti
megakolon, hisprung atau obstruksi saluran pencernaan)
3. Ev aluasi
 Simpulkan hasil pemeriksaan
 Peny impangan dari normal
4. Dokumentasi
 Catat respon klien
 Catat peny impangan dari normal
 Catat nama peraw at, w aktu dan tindakan y ang dilakukan

NILAI :
PENILAI :
ANTROPOMETRI
A. Definisi

Antropometri adalah ilmu yang mempelajari ukuran tubuh manusia, member indikasi kadar nutrisi
jangka panjang dan jangka pendek dan dengan demikian merupakan komponen profil pengkajian nutrisi
yang berharga.
B. Indikasi
Antropometri dapat dilakukan untuk semua kelompok umur. Namun yang dilakukan di praktikum ini
yaitu antropometri pada bayi dan anak.
C. Tujuan

Tujuan antropometri yaitu untuk menentukan apakah tumbuh kembang seorang anak berjalan
normal atau tidak, baik dilihat dari segi medis maupun statistik.
D. Persiapan Alat
 Pita ukuran/meteran
 Papan pengukur panjang badan
 Timbangan
 Skaliper
 Alat pengukur tinggi badan
FORMAT PENILAIAN ANTROPOMETRI
NO ITEM PENILAIAN DILAKUKAN
YA TIDAK
1. Persiapan
1. Persiapan alat
 Pita ukuran/meteran
 Papan pengukur panjang badan
 Timbangan
 Skaliper
 Alat pengukur tinggi badan
2. Persiapan klien
 Alat disiapkan dan didekatkan ke klien
 Keluarga dan klien diberitahu tentang prosedur yang akan dilakukan
 Jaga suhu ruangan dan pencahayaan
 Jaga suhu ruangan pencahayaan
2. Pelaksanaan
a. Pelaksanaan
 Letakkan kain atau kertas pelindung dan atur skala timbangan ke titik
nol
 Timbang bayi dan anak kecil telanjang di atas skala tipe platform
 Timbang anak lebih besar dengan memakai pakaian dalam tanpa
mengenakan sepatu
b. Pengukuran panjang/tinggi badan
 Anak diterlentangkan kemudian lutut ditekan ke pemeriksaan
 Ukur panjang badan dari ujung kepala sampai tumit
c. Pengukuran lingkar kepala
 Ukur dengan kertas atau pita ukuran pada lingkar yang terbesar, dari
puncak alis mata dan pinna telinga ke tonjolan oksipital tengkorak
d. Pengukuran lingkar dada
 Ukur melingkar dada pada garis putting susu dengan memakai pita
ukuran
e. Pengukuran lingkar abdomen
 Ukur dibawah umbilicus

3. Evaluasi
 Simpulkan hasil pemeriksaan
 Penyimpangan dari normal

4. Dokumentasi
 Catat respon klien
 Catat semua hasil pemeriksaan

NILAI :
PENILAI :
DENVER DEVELOPMENT SCREENING TEST

1. Pengertian
DDST merupakan bentuk instrument yang sederhana untuk mendeteksi adanya keterlambatan atau
penundaan perkembangan infant dan anak-anak usia prasekolah. DDST merupakan test perkembangan
anak dari gerakan, penglihatan, keterampilan tangan, social dan kemampuan menolong diri sendiri,
berbicara dan mengerti keterampilan sederhana yang diajarkan.
DDST II memuat 125 tugas perkembangan atau item yang dibagi dalam 4 sektor, yaitu :
a. Personal-sosial skill
Tes ini dapat mengidentifikasi kemampuan anak untuk dapat bersama dengan orang lain dan untuk
dapat menjaga dirinya sendiri.
b. Fine motor adaptive
Tes ini dapat mengidentifikasi kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan
yang dilakukan bagian-bagian tubuh tertentu seperti otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi
yang cermat.
c. Language
Tes ini dapat mengidentifikasi kemampuan anak unutk mendengar, mengikuti perintah dan
berbicara.
d. Gross motor
Tes ini dapat menidentifikasi kemampuan anak untuk menggerakkan tubuh atau memperagakan
sikap tubuh seperti duduk, berdiri, berjalan, atau melompat.

2. Indikasi
Diberikan pada anak-anak antara usia 1 bulan sampai anak berumur 6 tahun. Tes ini dilakukan
secara individual, dengan pastisipasi aktif dari orang tua dan pemeriksa.
3. Tujuan
 Untuk menguji tingkah laku anak, apakah sesuai dengan tumbuh kembangnya atau tidak
 Memperkuat kecurigaan pada anak yang mempunyai masalah khusus
 Memonitor anak yang beresiko mempunyai msalah perkembangan
 Membandingkan tringkah laku seorang anak dengan anak yang lain yang memiliki usia sama.

4. Persiapan
 Alat peraga : benang wol merah, manik-manik, kubus warna merah-kuning-hijau-biru, permainan
anak, botol kecil, bola tenis, bel kecil, kertas dan pensil
 Lembar formulir DDST
 Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara
penilaiannya.
5. Penilaian
Dari buku petunjuk terdapat penjelasan tentang bagaimana melakukan penilaian, apakah lulus (P =
Passed), gagal (F = Fail), menolak (R = Refusal) ataukah anak tidak mendapat kesempatan untuk
melakukan tugau ( N.O. = No Oportunity)/ Kemudian ditarik garis berdasarkan umur kronologis yang
memotong garis horizontal tugas perkembangan pada formulir DDST. Setelah dihitung pada masing-
masing sector, berapa jumlah P dan F, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam
Normal, Abnormal, Meragukan (Quetionable) dan tidak dapat dites (Untestable).

Interprestasi hasil penilaian :


a. Abnormal
 Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan pada 2 sektor atau lebih
 Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 1 atau lebih keterlambatan plus 1 sektor atau lebih
dengan 1 keterlambatan pada sector yang sama tersebut tidak tidak ada yang lulus pada
kotak yang berpotongan dengan garis vertical usia

b. Meragukan
 Bila pada 1 sektor didapatan 2 keterlambatan atau lebih
 Bila ada 1 ektor atau lebih didapatkan keterlambatan dan pada sector yang sama tidak ada
yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertic al usia

c. Tidak dapat dites


Apabila anak menolak, yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan.

d. Normal
Semua yang tidak tercantum dalam criteria di atas

6. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan


Dalam pelaksanaan tes ini, umur anak perlu diitetapkan terlebih dahulu, dengan menggunakan
patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun. Bila dalam perhitungan umur kurang
dari 15 hari dibulatkan ke bawah dan sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.

Kelebihan tes ini yaitu sangat cocok untuk mengkaji perkembangan anak, karena tes ini dapat
menggambarkan anak yang kelihatannya normal, mengidentifikasikan kecurigaan yang bersifat objektif
dan dapat memonitor anak yang beresiko tinggi akibat kesulitan persalinan. Selain itu tes ini merupakan
sebuah pengukuran standar yang dinormalkan pada berbagai macam sampel. Hal tersebut dapat diatur
dengan tepat oleh pelaksana yang professional dan para staf yang professional.
Kekurangan tes ini yaitu kurang sensitive untuk mendeteksi anak yang telah mengalami masalah
status perkembangan yang lebih dini atau terlalu cepat masuk sekolah.
KOLOSTOMI

A. Pengertian
Kolostomi adalah suatu lubang buatan pada usus besar dan aperture pada kulit yang berfungsi
sebagai anus.
B. Indikasi/Kontraindikasi
Hal ini akan memuaskan pada anak yang lebih tua, tetapi pada anak bayi kolostomi dipertahankan
sampai umur bayi cukup agar dilakukan tindakan koreksi.
C. Tujuan
Tujuan kolostomi adalah untuk mengosongkan kolon dari feses, gas atau mucus, membersihkan
saluran usus bawah dan membuat pola defekasi teratur sehingga aktivitas kehidupan normal dapat
dilanjutkan
D. Persiapan Alat
1. Sarung tangan bersih
2. Handuk
3. Air hangat
4. Sabun mandi yang lembut
5. Kantong kolostomi yang bersih dengan ukuran sesuai ukuran stoma
6. Bengkok atau pispot
7. Kasa
8. Vaselin
9. Tempat sampah
10. Gunting
11. Cetakan ukuran stome
FORMAT PENILAIAN
KETERAMPILAN PERAWATAN KOLOSTOMI

NO ITEM PENILAIAN DILAKUKAN


YA TIDAK
1. Pengkajian
 Cek perencanaan
 Cek kemampuan klien
 Identifikasi tipe dan lokasi kolostomi

2. Perencanaan
 Cuci tangan
 Persiapan alat
- Sarung tangan bersih
- Handuk
- Air hangat
- Sabun mandi yang lembut
- Kantong kolostomi yang bersih dengan ukuran sesuai
ukuran stoma
- Bengkok atau pispot
- Kasa
- Vaselin
- Tempat sampah
- Gunting
- Cetakan ukuran stome

 Persiapan Klien
- Menjelaskan prosedur ke klien dan keluarga
- Mengatur posisi semi fowler
- Memasang sampiran

3. Implementasi
 Mendekatkan alat-alat ke klien
 Pasang handuk
 Dekatkan benkok ke klien
 Pasang sarung tangan bersih
 Buka kantong lama dan buang ke tempat sampah
 Bersihan stoma dan kulit sekitar stoma dengan sabun
lembut dan air hangat
 Lindungi stoma dengan tissue atau kasa agar feses tidak
mengotori kulit yang sudah dibersihkan
 Keringkan kulit sekitar stoma dengan tissue atau kasa
 Persiapkan kantong stoma sesuai dengan ukuran dan
jenis stoma
 Pasang kantong stoma
 Beri vaselin atau salep sekitar kulit apabila kantong stoma
terlalu besar
 Buka sarung tangan
 Bereskan alat
 Cuci tangan dengan antiseptic dan air yang mengalir

4. Evaluasi
 Keamanan kantong
 Kebersihan area
 Bau
 Kenyamanan klien

5. Dokumentasi
 Waktu pelaksanaan
 Jumlah dan karakteristik feses
 Keadaan stoma (tanda infeksi)
 Alat-alat yang digunakan untuk mengganti kantong
 Respon klien
 Nama perawat yang melakukan tindakan

NILAI :
PENILAI :
List Materi Panum

1. Askep Keperawatan Medikal Bedah


2. Macam-macam sediaan obat
3. Pemeriksaan fisik
4. Pemberian obat
5. Pemasangan, perawatan dan pelepasan infus
6. Transfusi darah
7. Pengambilan darah Vena
8. Pengambilan spesimen
9. Eliminasi : Kateter, huknah
10. Perawatan luka : bersih dan steril
11. Nutrisi : NGT
12. Pernapasan : WSD, terapi oksigen
13. Personal hygiene
14. Bed making
15. Positioning
16. Range of Motion
17. Ambulasi dan Transportasi
PEMERIKSAAN FISIK
Format Pemeriksaan Fisik Kepala

No Kegiatan Cheklist
1 2
Kepala
1 Persiapan alat
- Penlight
- Handscoen
2. Persiapan Klien
1. Beritahukan klien tentang tujuan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi klien senyaman mungkin
3. Anjurkan klien untuk melepas penutup kepala, kacamata, dll,
4. Perhatikan privasi klien

Pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Pakai handscoen (terutama jika terdapat luka/lesi di kepala)
3. Lakukan palpasi dengan gerakan memutar yang lembut menggunakanujungjari,
lakukan mulai dari depan turun ke bawah melalui garis tengahkemudianpalpasi
setiap sudut garis kepala
4. Rasakan apakah terdapat benjolan/massa, tanda bekas luka, pembengkakkan,
nyeri tekan, dll. Jika hal tersebut ditemukan, perhatikan ukuran, konsistensi,
posisinya
5. Bersihkan dan rapikan alat pada tempatnya
6. Cuci tangan
Evaluasi
Validasi Perasaan klien
7. Dokumentasi
- Catat hasil dan respon klien
- Catat nama perawat dan waktu melakukan tindakan

Format Pemeriksaan Fisik Mata


No Kegiatan Cheklist
1 2
Persiapan alat
- Penlight
- Kartu Snellen
- Handscoen
Persiapan Klien
1. Beritahukan klien tentang tujuan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi klien senyaman mungkin
3. Anjurkan klien untuk melepas penutup kepala, kacamata, dll,
4. Perhatikan privasi klien

Pelaksanaan
Persiapan perawat
Cuci tangan
Inspeksi
Kelopak Mata
1. Anjurkan klien melihat lurus ke depan
2. Bandingkan mata kiri dan kanan, inspeksi posisi dan warna kelopak mata
3. Anjurkan klien memjamkan matanya
4. Amati bentuk dan keadaan kulit kelopak mata serta pada pinggir kelopakmata dan
catat setiap kelainan yang ada
5. Amati pertumbuhan rambut pada kelopak mata dan posisi bulu mata
6. Minta klien membuka mata, inspeksi kelopak mata bawah
Konjungtiva dan Sklera
1. Anjurkan klien untuk melihat lurus ke depan
2. Tarik kelopak mata bagian bawah ke bawah dengan menggunakan ibu jari
3. Gunakan sarung tangan jika ada secret di kelopak mata
4. Amat keadaan konjungtiva dan kantung konjungtiva bagian bawah, catat jika
tedapat nfeksi, pus, atau warnanya tidak normal/anemis
5. Jika diperlukan, amati konjungtiva bagian atas, yaitu dengan membuka atau
membalik kelopak mata atas dengan posisi pemeriksa berdiri di belakang klien
6. Amati warna sclera ketika mengamati konjungtiva
Kornea
1. Berdiri di sisi klien, lalu dengan cahaya tidak langsung, inspeksi kejerniahandan
tekstur kornea
2. Lakukan uji sensitivitas kornea dengan menyentuhkangulungankapas steril untuk
melihat reaksi berkedip
Pupil dan Iris
1. Pegang kepala dan dagu klien agar tidak bergerak
2. Inspeksi ukuran, bentuk, keselarasan pupil dan reaksi terhadap cahaya
Uji reflex pupil terhadap cahaya
Dengan memakai penlight, sinari pupil klien dari arah samping
Amati mengecilnya pupil yang terkena sinar
Lakukan pada pupil yang lain
Bandingkan pengecilan pupil pada kedua mata
Pergerakan Bola Mata
Anjurkan klien untuk melihat lurus ke depan
Amati kedua bola mata apakah diam atau nistagmus (pergerakan secara spontan)
Amati bentuk, frekuensi (cepat/lambat) amplitude (luas/sempit) bola mata,jiak
ditemukan nistagmus
Amati apakah kedua mata memandang lurus ke depan atau salah satu deviasi
(strabismus)
Luruskan jari telunjuk dan dekatkan pada klien dengan jarak 15-30 cm
Instruksikan klien agar mengikuti gerakan jari pemeriksa ke8 arahtatapanutama,
yaitu atas dan bawah, kanan dan kiri, diagonal ke atas dan diagonal ke bawah
Jaga agar jari telunjuk tetap pada lapang pandang penglihatan normal
Medan Penglihatan
1. Pemeriksa berdiri di depan klien kira -kira 60 cm
2. Tutup mata yang tidak diperiksa (pemeriksa maupun klie)
3. Instruksikan klien untuk melihat lurus ke depan dan memfokuskanpada satutitik
pandang
4. Gerakkan jari pada jarak yang sebanding dengan panjang lengan di luar lapang
penglihatan
5. Minta klien untuk memberitahu pemeriksa jika ia melihat jari pemeriksa
6. Perlahan tarik jari pemeriksa mendekat. Jaga jari agar selalu di tengah antara
pemeriksa dengan klien
7. Kaji mata sebelahnya
Palpasi Mata
1. Anjurkan klien untuk memejamkan mata
2. Palpasi kedua mata dengan jari telunjuk di atas kelopak mata sisi kiri dan kanan
3. Dengan menekan-nekan bola mata, periksa konsistensinya danperhatikanadanya
nyeri tekan
4. Bersihkan dan rapikan alat di tempat semula
5. Cuci tangan
6. Validasi perasaan klien
7. Dokumentasi
- Catat hasil dan respon klien
- Catat nama perawat dan waktu melakukan pemeriksaan

Pemeriksaan Telinga
No Kegiatan Cheklist
1 2
1 Persiapan alat
- Garpu tala
- Spekulum telinga
- Lampu kepala
2. Persiapan Klien
1. Beritahukan klien tentang tujuan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi klien senyaman mungkin
3. Anjurkan klien untuk melepas penutup kepala, kacamata, dll,
4. Perhatikan privasi klien

Inspeksi dan Palpasi Telinga Luar


1. Bantu klien dalam posisi duduk jika memungkinkan
2. Posisi pemeriksa menghadap ke sisi telinga yang dikaji
3. Atur pencahayaaan dengan menggunakan lampu kepala atausumber cahaya lain
sehingga pemeriksa bebas bekerja
4. Inspeksi telinga luar terhadap posisi, warna, ukuran, bentuk, hygiene,(adanya)
lesi/massa, dan kesimetrisan. Bandingkan dengan hasil normal
5. Lakukan palpasi dengan memegang telinga menggunakanjari telunjukdanjempol
6. Palpasi kartilago (tulang rawan) telinga luar secara sistematis,yaitudari jaringan
lunak ke jaringan keras, perhatikan jika ada nyeri
7. Lakukan penekanan pada area tragus ke dalam dan tulang telinga di bawahdaun
telinga
8. Bandingkan telinga kiri dan kanan
9. Inspeksi lubang pendengaran eksternal dengan cara :
Pada orang dewasa pegang daun telinga dan perlahan-lahantarikdauntelinga ke
atas dank e belakang sehingga lurus dan menjadi mudah diamati danpada anak-
anak tarik daun telinga ke bawah
10. Periksa adanya peradangan, perdarahan, atau kotoran/serumen pada lubang
telinga
Pemeriksaan Pendengaran
Menggunakan Bisikan
1. Atur posisi klien berdiri membelakangi pemerisa pada jarak
4 - 6 meter
2. Instruksikan klien untuk menutup salah satu telinga
3. Bisikkan kata misalnya “tujuh enam”
4. Minta klien untuk mengulangi kata yang didengar
5. Periksa telinga lainnya dengan cara yang sama
6. Bandingkan kemampuan mendengar telinga kanan dan kiri klien
Test Rinne
1. Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke benda yang keras
2. Letakkan tangkai garpu tala pada prosesus mastoideus kliendi salahsatutelinga
klien
3. Anjurkan klien untuk memberitahu pemeriksa jika ia tidakmerasakangetaranlagi
3. Dengan cepat dekatkan garpu tala ke telinga pemeriksa dandengarkanapa masih
terdengar bunyi atau tidak
4. Lakukan dengan telinga satunya
Test Weber
1. Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke benda yang keras
2. Letakkan garpu tala ke puncak kepala klien
3. Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama jelas pada kedua telinga atau
lebih jelas pada salah satu telinga
4. Catat hsil pemeriksaan tersebut

Pemeriksaan Hidung

No Kegiatan Cheklist
1 2
1 Persiapan alat
- Spekulum hidung
- Penlight
- Handscoen (jika perlu)
2. Persiapan Klien
1. Beritahukan klien tentang tujuan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi klien senyaman mungkin
3. Perhatikan privasi klien

Inspeksi dan Palpasi Hidung Palpasi Bagian Luar


1. Cuci tangan
2. Pemeriksa duduk berhadapan dengan klien
3. Amati bentuk dan tulang hidur bagian luar dari sisi depan, samping dan atas
4. Amati keadaan kulit hidung terhadap warna, lesi dan adanya pembengkakkan
5. Amati kesimetrisan lubang hidung
6. Observasi pengeluaran dan pelebaran nares (lubang hidung), jika terdapat
pengeluaran (darah, dll) catat karakter, jumlah dan warnanya
7. Lakukan Palpasi lembut pada batang dan jaringanlunakhidungterhadapnyeri dan
massa. Palpasi kedua daerah sinus, perhatiakan adanya nyeri tekan atau massa
8. Letakkan satu jari pada masing-masing sisi arkus nasal danpalpasi denganlembut
lalu gerakkan jari dari batang ke ujung hidung
9. Kaji mobilitas septum hidung
10. Terangi salah satu lubang hidung memakai penlight
11. Amati posisi sputum hidung
12. Amati lubang hidung terhadap massa dan warna termasuk sekret
13. Rapikan alat
14. Cuci tangan
15. Validasi perasaan klien
16. Catat hasil dan respon klien yang diamati
17. Catat nama perawat dan waktu melakukan pengkajian
Pemeriksaan Mulut dan Faring

No Kegiatan Cheklist
1 2
1 Persiapan alat
- Penlight
- Spatel lidah
- Kasa
- Handscoen
2. Persiapan Klien
1. Beritahukan klien tentang tujuan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi klien senyaman mungkin
3. Perhatikan privasi klien

Inspeksi Mulut dan Faring


1. Cuci tangan
2. Pakai handscoen (terutama jika terdapat luka/lesi di kepala)
3. Atur tempat duduk klien berhadapan dengan pemeriksa dengan tinggi sejajar
4. Amati bibir klien, observasi warna, kesimetrisan,kelembapandanapakahterdapat
kelainan congenital, bibir sumbing, pembengkakkan, lesi atau ulkus
5. Instruksikan klien untuk membuka mulut
6. Dengan memakai penlight, sinari bagian dalam mulut,pakai spatel lidahdantekan
lidah, keadaan mati gigi klien
7. Amati keadaan gigi, jumlah, warna, ukuran, kebersihan, karies, dll
8. Amati keadaan gusi akan adanya lesi, massa, atau perubahan warna
9. Amati semua bagian mulut termasuk selaput lendir mulut dengan memeriksa
warna, sekresi, adanya perdarahan, peradangan maupun ulkus
10. Observasi kebersihan mulut
11. Minta klien untuk mengeluarkan lidahnya, amati kesimetrisan,warna atauadanya
kelainan pada lidah
12. Tarik lembut bibir bawah menjauhi gigi dengan menggunakanjari yangterpasang
handscoen. Inspeksi mukosa terhadap warna, tekstur, hidrasi, dan lesi
13. Beri klien kesenpatan untik beristirahat jika klien lelah
14. Anjurkan klien untuk membuka mulutnya sambil mengangkat kepala sedikitke
belakang untuk menginspeksi faing. Anjurkan klien berkata ‘ah”. Amati faring
terhadao kesimetrisan ovula. Periksa tonsil terhadap perubahan warna atau
tanda-tanda peradangan
Palpasi Mulut
1. Pemeriksa duduk berhadapan dengan klien
2. Anjurkan klien membuka mulut, pemeriksa memakai handscoen
3. Pegang pipi dengan menggunakan jari tangan. Lakukan palpasi secara sistematis
dan kaji adanya tumor, pembengkakkan atau nyeri
4. Letakkan kedua tangan di daerah maksilla dan mandubula, anjurkanklienuntuk
melakukan gerakan mengunyah. Perhatikan kekuatanotomandibula danmaksilla
sama pada kedua sisi
5. Validasi perassan klien
6. Catat hasil pemeriksaan dan respon klien
7. Catat nama perawat dan wakru melakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Leher

No Kegiatan Cheklist
1 2
1 Persiapan alat
- Handscoen

2. Persiapan Klien
1. Beritahukan klien tentang tujuan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi klien senyaman mungkin
3. Perhatikan privasi klien

Pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Pakai handscoen
3. Anjurkan klien untuk melepaskan benda apapun yang terdapat di leher
4. Amati bentuk leher, warna kulit, adanya lesi, atau pembengkakkan. Lakukan
pengamatan secara sistematis mulai dari garis tengah sisi depanleher,samping
dan belakang
5. Inspeksi kelenjar tiroid dengan menginstruksikan klien untuk menelndanamati
pergerakan kelenjar tiroid. Normalnya, kelenjar tiroid tidak dapatdilihatkecuali
pada orang yang kurus.
6. Minta klien untuk memfleksikan leher dengan dagu ke dada, hiperekstensikan
leher sedikit ke belakang dan gerakkan menyamping ke masing-masingsisi leher
untuk menguji kekuatan otot-otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
7. Untuk memeriksa nodus limfe, anjurkan klien untuk santai dengan leher sedikit
fleksi ke depan atau mengarah ke sisi pemeriksa untuk merelaksasikan otot-otot
8. Gunakan bantalan ketiga jari tangan dan palpasi masing-masingjaringanlimfe
dengan gerkan memutar
9. Periksa denyut arteri jugularis di kedua sisi leher
10. Validasi perassan klien
11. Catat hasil pemeriksaan dan respon klien
12. Catat nama perawat dan wakru melakukan pemeriksaan

Pemeriksaan Dada dan Paru

No Kegiatan Cheklist
1 2
1 Persiapan alat
- Stetoskop
- Handscoen (jika perlu)
2. Persiapan Klien
1. Beritahukan klien tentang tujuan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi klien senyaman mungkin
3. Perhatikan privasi klien

Inspeksi dan Palpasi


1. Anjurkan klien untuk membuka baju sampai sebatas pinggang
2. Atur posisi klien duduk atau berdiri
3. Lakukan pengamatan bentuk dada dari 4 sisi yaitu :
4. Sisi depan : Perhatikan klavikula, sternum dan tulang rusukterhadapkesimetrisan,
atau krepitasi
5. Belakang : Perhatikan bentuk tulang belakang, kesimetrisan scapula
6. Sisi kanan dan kiri : Inspeksi bentuk dada secara keseluruhan untuk mengetahui
kelainan bentuk dada
7. Inspeksi keadaan kulit dada, apakah terdapat retraksi interkostalis selama
bernapas, jaringan parut atau kelainan lainnya.
Ekspansi dada
1. Berdiri di depan klien dan letakkan kedua telapak tangansecara datar pada dinding
dada klien
2. Anjurkan klien untuk menarik napas
3. Rasakan gerakan dinding dada dan bandingkan sisi kanan dan kiri
4. Kemudian pemeriksa berdiri di belakang klien, letakkan tangankesisi dada lateral
kien, perhatikan getaran ke samping sewaktu klien bernapas.
5. Letakkan kedua tangan pemeriksa di punggung klien (ibu jari diletakkansepanjang
penonjolan spina setinggi tulang rusuk ke 10 dengan jari -jari harus terletak±5 cm
terpisah dengan ibu jari pada spina dan jari lain ke lateral)
6. Anjurkan klien untuk mengambil napas dalam dan observasi pergerakan ibu jari
7. Bandingkan gerakan kedua sisi dinding dada
Perkusi
1. Atur posisi klien terlentang di atas tempat tidur
2. Untuk perkusi paru anterior, perkusi dimulai dari atas klavikula kebawahspasium
interkostalis dengan interval 4-5 cm mengikuti pola sistematik.
3. Bandingkan sisi kiri dan kanan
4. Anjurkan posisi klien duduk atau berdiri
5. Untuk perkusi paru posterior, lakukan perkusi mulai dari puncak paru ke bawah
6. Bandingkan sisi kiri dan kanan
7. Lakukan perkusi dan bandingkan suara yang dihasilkan antara suara sonor dan
redup (sonor dihasilkan oleh perkusi paru dan redup dihasil kan oleh perkusi
jantung)
Auskultasi
1. Gunakan stetoskop untuk melakukan perkusi paru
2. Letakkan diafragma stetoskop dengan kuat pada kulit area intercosta
3. Instruksikan Klien untuk mengambil napas dalam
4. Dengarkan bunyi paru saat ekspirasi dan inspirasi (bunyi paru normal adalah
bronchovesikular)
5. Bandingkan suara di kedua sisi paru-paru
6. Validasi perasaan klien
7. Catat hasil pemeriksaan dan respon klien
8. Catat nama perawat dan waktu melakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Abdomen

No Kegiatan Cheklist
1 2
1 Persiapan alat
- Stetoskop
- Handscoen (jika perlu)
2. Persiapan Klien
1. Beritahukan klien tentang tujuan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi klien senyaman mungkin
3. Perhatikan privasi klien

Inspeksi
1. Anjurkan klien untuk membuka baju sampai sebatas pinggang
2. Atur posisi klien tidur terlentang dengan kedua kengan di sisi tubuh klien
3. Amati bentuk abdomen secara umum, warna, kulit, kasimetrisan,retraksi,benjolan,
dll
4. Amati pergerakan kulit abdomen saat inspirasi dan ekspirasi
s
1. Letakkan sisi diafragma stetoskop di atas kuadran kanan pada area sekum
2. Beri tekanan yang ringan pada diafragma dan anjurkan klien untuk tidak bicara
3. Dengarkan bising usus, perhatikan frekuensi dan durasinya
4. Jika bising usus tidak terdengar, lakukan pemeriksaan sistematis di setiap sisi
dinding abdomen
Perkusi
1. Mulailah perkusi mulai dari kuadran kiri bawah kemudian bergeraksearahjarum
jam
2. Perhatikan reaksi klien dan catat jika ada keluhan
3. Perhatikan bunyi perkusi antara timpani atau redup (timpani menandakanorgan
yang berisi udara seperti gaster dan suara redup dihasilkan olehorganyanglebih
keras seperti hepar)
Palpasi
1. Lakukan palpasi mulai dari palpasi ringan sampai palpasi dalam
2. Lakukan palpasi di setiap kuadran/daerah abdomen
3. Letakkan jari tangan di atas abdomen dan tekan ke bawahsecara ringansedalam1
cm
4. Perhatikan wajah klien saat melakukan palpasi apakah klien meringis atau tidak
5. Perhatikan apakah terdapat massa saat melakukan palpasi di abdomen
6. Hepar berada di kuadran kanan atas abdomen. Lakukan palpasi dalam untuk
memeriksa hepar.
7. Untuk perkusi paru posterior, lakukan perkusi mulai dari puncak paru ke bawah
8. Bandingkan sisi kiri dan kanan
9. Validasi perasaan klien
10. Catat hasil pemeriksaan dan respon klien
11. Catat nama perawat dan waktu melakukan pemeriksaan
PEMERIKSAAN EKSTREMITAS

No Kegiatan Cheklist
1 2
1 Persiapan alat
- Handscoen jika perlu
- Palu Refleks
2. Persiapan Klien
1. Beritahukan klien tentang tujuan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi klien senyaman mungkin
3. Perhatikan privasi klien

Inspeksi
1. Atur posisi klien duduk dengan kedua lengan di sisi tubuh klien
2. Inspeksi kedua ekstremitas atas klien akan kesimetrisan, perubahan warna, lesi, dll
3. Amati pertumbuhan otot ekstremitas klien
4. Bandingkan antara sisi kiri dan kanan
5. Periksa Capillary Refill Time (CRT) dengan cara menekan kuku klienselama 5 detik
kemudian dilepas. Kuku klien harus kembali dalamkeadaansemula dalamwaktu1-
3 detik.
6. kekuatan otot bisep dengan cara meminta klien memfleksikansikunya dananjurkan
klien untuk menahan posisi siku. Pemeriksa menarik tangan klien kea rah luar
(fleksi). Bandingkan di kedua sisi tangan klien
7. Lakukan pemeriksaan otot trisep dengan cara menganjurkan klien untuk
memfleksikan sikunya. Pemeriksa meletakkan tangan di tangankliendanmemberi
beban yang mengarah ke dalam. Anjurkan klien untuk memfleksikan tangannya.
Bandingkan di kedua sisi tangan klien.
8. Jika bising usus tidak terdengar, lakukan pemeriksaan sistematis di setiap sisi
dinding abdomen
9. Lakukan pemeriksaan pada ekstremitas bawah. Perhatikan kesimetrisan,adanya
perubahan warna atau deformitas.
10. Lakukan pemeriksaan reflex patella dengan cara menganjurkanklienuntukduduk
dengan kaki menggantung di atas lantai. Angkat kaki klien dengan meletakkan
tangan non dominan di bawah lutu dan tangan dominan memegangpalureflexdan
lakukan ketukan di bawah patella.
11. Lakukan pemeriksaan CRT pada kedua kaki
12. Validasi perasaan klien
13. Catat hasil pemeriksaan dan respon klien
14. Catat nama perawat dan waktu melakukan pemeriksaan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMASANGAN INFUS

Pengertian
Memasukkan cairan atau obat langsung kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah banyak dan dalam
waktu yang lama.

Tujuan :
1. Memenuhi cairan dan elektrolit tubuh setelah banyak kehilangan cairan.
2. Memberikan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
3. Menyediakan satu medium untuk memberikan obat secara intra vena.

Lokasi Pemasangan Infus


1. Vena palmar digitalis 5. Vena kubitis medialis
2. Vena Sevalika 6. Vena temporalis
3. Vena Basalika 7. Vena dorsalis
4. Vena antebrakhial medialis 8. Vena jugularis

Komplikasi Yang Mungkin Terjadi :


1. Infitrat : Masuknya cairan ke subkutan
Gejala : Bengkak, dingin, nyeri, tetesan infuse lambat
2. Flebitis : Trauma mekanik pada vena atau iritasi bahan kimia
Gejala : Nyeri, panas, kemerahan pada vena tempat pemasangan
3. Kelebihan intake cairan
 Akibat tetesan infuse yang terlalu cepat

Persiapan alat :
1. Infuse set 9. Plester
2. IV catheter 10. Pengalas jika diperlukan
3. Cairan infuse yang dibutuhkan (perhatikan 11. Nierbekken
“five rights”) 12. Kom kecil
4. Kasa steril 13. Torniket
5. Kapas alcohol 14. Spalk jika diperlukan
6. Betadine 15. Standar infus
7. Handscoen 16. Pena dan buku catatan pemberian infuse
8. Gunting
PROSEDUR PEMASANGAN INFUS
Check List
No. Kegiatan
0 1 2
1. Persiapan Klien :
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Atur posisi klien senyaman mungkin, lepaskan pakaian pada daerah yang
akan diinfus.
3. Perhatikan privasi klien
Pelaksanaan :
1. Cuci tangan
2. Atur peralatan disamping klien
3. Pasang pengalas dibawah anggota badan yang akan diinfus.
4. Gantungkan botol cairan pada tiang infuse
5. Desinfeksi tutup botol
6. Buka infuse set (pertahankan sterilisasi pada kedua ujungnya). Pasang klem
rol sekitar 2 hingga 4 cm dibawah bilik drip.
7. Tusukkan pangkal infuse set kedalam tutup botol.
8. Isi drip atau tabung pengontrol tetesan 1/3 atau ½ bagian.
9. Buka klem infuse, alirkan cairan kedalam nierbekken untuk mengeluarkan
udara, kemudian ditutup kembali.
10. Tutup kembali jarum infuse set dengan penutupnya, letakkan pada tiang
infuse.
11. Pilih tempat distal vena yang digunakan, sebaiknya vena yang berdilatasi
baik.
12. Letakkan torniket 10 hingga 12 cm diatas tempat penusukan.
13. Kenakan sarung tangan.
14. Bersihkan tempat insersi dengan gerakan sirkular.
15. Tusukkan IV cath pada vena dengan sudut 30’. Jika jarum telah masuk ke
dalam vena, ditandai dengan keluarnya darah.
16. Setelah IV cath masuk, tarik mandarin/stilet keluar, ujung IV cath ditekan.
17. Hubungkan pangkal IV cath dengan selang, buka klem perlahan -lahan dan
pastikan tidak ada pembengkakan pada daerah tusukan.
18. Pasang balutan kasa betadine diatas tempat insersi, lalu tutup dengan kasa
steril, fiksasi dengan plester.
19. Hitung tetesan infuse sesuai instruksi.
20. Pasang spalk bila diperlukan kemudian balut dengan verban.
21. Klien dirapikan kembali, atur posisi klien dengan baik.
22. Rapikan alat pada tempatnya semula.
23. Cuci tangan.
Evaluasi :
2.
Validasi perasaan klien
Dokumentasi :
Catat pada catatan perawat : jenis larutan, letak insersi, kecepatan aliran, ukuran dan
3.
tipe IV catheter, jam pemasangan infuse, bagaimana toleransi klien terhadap prosedur,
nama perawat yang melakukan prosedur.
Keterangan Check List :
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MENGATUR LAJU ARUS INFUS

Defenisi
Mengatur kecepatan tetesan cairan infus per menit

Tujuan
Mengatur kecepatan aliran intravena dan mencegah ketidak tepatan pemberian cairan. Kecepatan infuse
yang terlalu lambat dapat menimbulkan kolaps kardiovaskuler dan sirkulasi pada klien dehidrasi, syok atau
sakit kritis. Kecepatan infuse yang terlalu cepat dapat mengakibatkan kelebihan cairan.

PERSEDIAAN ALAT
1. Kertas dan pena
2. Jam yang menggunakan jarum detik

CARA KERJA
1. Baca pesan dokter
2. Mencari tahu kalibrasi dalam tetes setiap ml cairan infus (setiap produk yang berbeda faktor tetesannya)
Kalibrasi tetesan infuse (gtt/ml) atau Faktor tetesan :
 Mikrodrip
1 cc : 60 tetes/ml
 Makrodrip
Abbott Lab : 1 cc : 15 tetes/ml
McGraw Lab : 1 cc : 15 tetes/ml
Travenol Lab : 1 cc : 10 tetes/ml
Faktor tetesan pada setiap produksi
Pabrik Untuk Dewasa Untuk Anak-anak
Abbot Venopack 13-15 tts/ml (ft 4) Mikrodrips 60 tts/ml (ft 1)
Transfusi set 10 tts/ml (ft 6)
Baxter Plexitron 10 tts/ml (ft 6) Minimeter 50 tts/ml (ft 1,2)
Cutter Saftiset 20 ttsml (ft 3) Safit set 50 tts/ml (ft 1,2)
Transfusi set 12 tts/ml (ft 5)
Otsuka Infus set 15 tts/ml (ft 4)
Transfusi set 12 tts/ml (ft 5)
3. Hitunglah terlebih dahulu jumlah tetesan berdasarkan rumus kebutuhan, sebelum mengatur tetesan.
Rumus menghitung kecepatan aliran (ml / menit)
Jml tetes/menit : Jumlah cairan yang masuk (cc) x Faktor tetesan
Lamanya infuse (jam) x 60 menit
CATATAN :
Faktor tetesan dihitung dengan 60 / jumlah tetesan yang dikeluarkan oleh infus / transfusi set untuk
mengeluarkan 1 cc cairan.
Misalnya :
Suatu infus set dapat mengeluarkan 1cc cairan 15 tts.
Berarti faktor tetesannya = 60 : 15 = 4
Contoh : Apabila suatu cairan 1 kolf atau 500cc dipesankan untuk absorbs dalam jangka waktu 8 jam, dan
drip infuse mempunyai ukuran 1cc : 15 tetesan, maka berapa kecepatan tetesan per menit ?
Jawab :
Kecepatan tetesan : 500 x 15 = 15,6 tetes/menit
8 x 60

Lamanya Infuse (menit) : Jumlah cairan yang masuk (cc)


Jumlah tetesan (tts/mnt)/Faktor tetesan
Contoh :
Berapa waktu absorbs yang diperlukan untuk 500cc cairan bila tetesan diatur 32 tetes/menit, factor tetesan
1cc : 15 tetesan.
Jawab :
Lamanya infuse : 100 = 238 menit (238/60 menit) = 3 jam 58 menit
32/15
Contoh :
1. Kebutuhan cairan pasien ”A” 2400 cc / hari untuk kebutuhan perjam = 24 jam = 100 cc/m
Rumus : VOLUME TOTAL INFUS
JUMLAH TOTAL WAKTU INFUS DALAM JAM
Produk OTSUKA 15 tts/m  faktor tetesan = 60 : 15 = 4 untuk kebutuhan permenit = 100 ml : 4 = 25
cc/m .
RUMUS TETESAN / M :
Jumlah ml/jam = Faktor Tetesan
2. Pasien ”A” mendapat infus RL 20 tts/m
Faktor tetesan = 60 : 20 = 3
 Untuk kebutuhan/jam = 20 tts x 3 = 60 ml / jam
 Untuk kebutuhan selama 24 jam = 24 x 60 ml = 1440 ml ( + 3 KOLF )
3. 1 Kolf cairan RL = 500 cc. 1 cc = 20 tts.
Dalam beberapa jam cairan tersebut habis ?
1 kolf 500 /1 x 20 tts = 10.000 tts
10.000 / 20 + 1 m = 500 m ( + 8,3 jam )
Jadi kolf tersebut habis dalam + 8,3 jam
Dalam 1 jam habis 60 x 500 x 1 cc = 60 cc
500
4. Aturlah tetesan infus tersebut kemudian setelah tahu berapa tetes /m dengan cara :
1. Hitung tetesan pada tabung drip selama 1 menit dengan mendekatkan jam sambil mengatur klem
pengatur untuk menaikkan atau menurunkan kecepatan tetesan infus.
2. Periksalah tetesan infus tiap jam
Hal – hal berkaitan dengan tetesan infus yang penting untuk diketahui
A. Jalur infus intravena
1. Ketinggian botol cairan
2. Ketinggian permukaan isi botol cairan
3. Ketinggian permukaan isi tabung penetes
4. Adakah air Venting mekanism
5. Penjepit pipa Infus
6. Potensi pipa infus
7. Potensi jarum / kanule infus
Kewaspadaan Perawat
 Cairan infus yang tidak berhasil untuk diinfuskan tepat waktu merupakan tanda dini infiltrasi
 Bila menggunakan infus pump, tetap harus memantau kecepatan aliran infus sedikitnya per jam
Penyuluhan Klien
Klien diinstruksikan untuk dilaporkan kecendrungan atau pembengkakan pada tempat fungsi vena. Bila
menggunakan infus pump klien harus mengetahui makna dari bunyi alarm.
Pertimbangan Pediatrik
Aliran IV pada anak-anak harus selalu dipertahankan yang diprogramkan, karena ketidakseimbangan cairan
dapat terjadi dengan cepat.
Pertimbangan Getriatrik
Ketidakseimbangan cairan dapat terjadi dengan cepat pada populasi lansia. Pemantauan kecepatan aliran
yang cermat membantu dalam mencegah ketidakseimbangan elektronik dan beban sirkulasi.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TRANSFUSI DARAH

Defenisi
Memasukkan darah yang berasal dari donor ke dalam tubuh klien melalui vena.

Tujuan
1. Untuk menggantikan kehilangan darah yang banyak sewaktu pembedahan dalam kasus perdarahan
2. Menggantikan kekurangan komponen darah yang spesifik contohnya, Platelet, RBC, faktor-faktor
pembekuan darah
3. Untuk memepertahankan dan meningkatkan volume darah dalam sirkulasi pada kasus-kasus syok
akibat perdarahan
4. Untuk meningkatkan kandungan oksigen dalam darah pada kasus anemia

Di lakukan pada:
1. Klien yang kehilangan darah
2. Klien yang penyakit kelainan darah tertentu (misalnya anemia, leukemia)

Komponen-Komponen darah:
1. Whole blood  Semua komponen darah
2. Packed red cell/packd cell  Plasma yang dikeluarkan dari whole blood
3. Plasma  Hasil pemisahan whole blood
4. Platelets  kandungannya platelets, limfosit dan sedikit plasma
5. Granulosit  Kandungannya WBC, plasma dan sedikit RBC
6. Albumin  Kandungannya albumin, plasma dan human albumin
7. clotting factor/Faktor pembekuan darah  Cryoprecipited anti hemolitik faktor

Peralatan
1. Selain alat-alat yang diberikan dalam 7. Kapas alkohol
pemberian infus 8. plester
2. Larutan normal saline 0,9%/ Nacl 0,9% 9. Nierbekken
3. Set infus dengan filter 10. Format persetujuan pemberian transfusi
4. IV khateter (Diemeter 18 G/19G) yang ditandatangani
5. produk darah yang benar 11. Penghangat darah.
6. Sarung tangan
PROSEDUR TRANSFUSI DARAH
Check List
No. KEGIATAN
0 1 2
Jelaskan prosedur pada klien. Tentukan apakah klien pernah mendapatkan transfusi
1
dan catatan reaksi, jika ada
2 Suruh klien berkemih atau kosongkan wadah penampungan urine
Dapatkan data dasar tanda – tanda vital dalam 30 menit sebelum pemberian transfusi
3
darah. Laporkan adanya peningkatan suhu pada dokter.
Minta klien untuk dengan segera melaporkan gejala-gejala berikut : mengigil, sakit
4
kepala, gatal, kemerahan jika ada
5 Cuci tangan
6 Kenakan sarung tangan sekali pakai
7 Buat jalur IV dengan kateter besar (diameter 18-G atau 19-G)
8 Gunakan slang infus yang memiliki filter
Memberi infus normal saline/Nacl 0,9% sebelum memberi darah (50 cc) . Jangan
9
memeberikan larutan yang ada kandungan glukosa.
10 Ikuti protokol institusi dalam mendapatkan produk darah dari bank darah.
Dengan perawat lain, indentifikasi kebenaran produk darah dan klien:
 Pemeriksa kompatibilatas yang tertera pada kantung darah dan informasipada
kantung itu sendiri.
11  Untuk darah lengkap, pemeriksa golongan ABO, dan tipe Rh (padacatatan klien)
 Periksa ulang produk darah dengan pesanan dokter.
 Periksa tanggal kadaluawarsa pada kantung.
 Periksa darah terhadap adanya bekuan.
Darah disimpan pada suhu ruangan kurang lebih 30 menit setelah dikeluarkan dari
kotak darah dengan cara :
12
 Dialirkan pada air kran
 Direndam dengan air tetapi pastikan selang penyambungnya tidak bocor
Dengan perlahan balikkan kantung darah 1 sampai 2 kali untuk mencampur sel– sel
13
tetapi tidak digoncang.
Untuk pemberian darah:
 Tusuk unit darah
14
 Pencet bilik drip; biarkan filter terisi darah.
 Buka klem pengatur dan biarkan selang infus terisi darah.
15 Masukkan darah dan atur kadar tetesan :
 Dimulai dengan kecepatan aliran yang perlahan 2-5 ml/menit ( 10-15
tetes)dalam 10 menit pertama
 Tambahkan jumlah tetesan jika tiada tanda-tanda reaksi transfusi darah,antara
28-30 tetes /menit (jumlah tetesan tergantung pada keadaan pasien dan jenis
darah yang di berikan)
 Tetap bersama klien selama 15 sampai 30 menit masa transfusi
Pantau tanda – tanda vital klien: tiap 5 menit selama 15 menit pertama : tiap 15menit
16 selama satu jam berikutnya; tiap jam sampai unit darah terinfuskan; selamasatu jam
setelah infus selesai.
Atur infus sesuai pesanan dokter. Kemasal sel – sel darah biasanya diberikan 1 ½
17
sampai 2 jam sementara darah lengkap diberikan 2 sampai 3 jam.
Pastikan tidak memberikan obat melalui aliran transfusi darah; kecuali pemberian
18
diuretik (lasix) jika ada instruksi.
Jika terdapat tanda-tanda reaksi darah pada pasien : Maka hentikan transfusidarah
19 dan ganti dengan Nacl 0,9%dan beritahu dokter dgn cepat untuk tindakan
selanjutnya.
Setelah darah diinfuskan , bersih selang dengan normal salin 0,9% dan letakkan
20
kantung darah pada kantung plastik untuk dikembalikan ke bank darah.
Buang semua bahan yang telah digunakan di tempat yang telah disediakan.Lepaskan
21
sarung tangan dan cuci tangan
Catat tipe dan jumlah komponen darah yang diberikan, tanggal pemberian, waktu
22 dimulai, waktu habis, dan raspons klien terhadap terapi darah. Biasanyadigunakan
catatan transfusi terpisah.
23 Teruskan pemerhatian tanda-tanda vital pasien dan keadaan pasien
24 Cek hemoglobin setelah 24 jam pemberian transfusi darah diberikan kepada pasien
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
PENGAMBILAN DARAH VENA
Batasan
Tindakan pengambillan darah vena melalui penusukan langsung jarum suntik ke vena klien.
Tujuan
Diagnostik.
Prinsip
1. Steril
2. Nyaman, nyeri minimal
Persiapan Alat
1. Spuit disposable dengan jarum atau vacutainer sesuai ukuran.
2. Tabung pemeriksaan darah yang sesuai
3. Kapas alcohol dan plester
4. Manset / Tourniquet
5. Sarung tangan karet bersih
6. Pengalas
7. Piala ginjal/bengkok
PROSEDUR PENGAMBILAN DARAH VENA
Check List
No. Kegiatan
0 1 2
1. Jelaskan pada klien tujuan dan prosedur pengambilan darah
2. Pasang sarung tangan
Pilih dan kaji kondisi vena. Pasang pengalas dibawah area vena yang
3
dipilih.
Lakukan pembendungan pada lengan diatas vena, anjurkan klien
4 untuk membuka dan menutup tangannya atau tepuk-tepuk vena
tersebut. Bersihkan area penusukan dengan kapas alcohol.
Buka jarum, pegang dengan tangan dominan, tusukan jarum dengan
5
sudut 15 – 450 dan bevel keatas, pertahankan teknik steril.
Bila jarum sudah masuk ke vena, tarik jarum sampai darah mengisi
spuit sesuai kebutuhan. Bila menggunakan vacutainer, pegang plastic
6
adapter, tekan tabung vacuum dan biarkan darah masuk sampai
sesuai kebutuhan.
7 Lepaskan manset
Cabut jarum dari vena secara perlahan-lahan dan gunakan
8 kassa/kapas alcohol untuk menekan tempat penusukan. Bila darah
telah berhenti keluar, berikan plester.
Tempatkan darah pada tabung yang sesuai jika dibutuhkan dan beri
9
label pada tabung.
10 Rapikan alat dan klien
11 Cuci tangan
12 Dokumentasikan hasil tindakan
13 Terminasi tindakan

Keterangan Check List


0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMASANGAN NASOGASTRIK TUBE (NGT)
Definisi
 Memasukkan selang nasogastrik ke dalam gaster atau lambung melalui mulut atau hidung
 Biasanya melalui hidung lebih mudah dan lebih nyaman bagi pasien
Tujuan
1. Mengeluarkan cairan dan gas dari saluran pencernaan (gaster atau usus)
 Mengurangi perasaan mual dan muntah serta kekembungan
 Sebelum pembedahan emergency
 Setelah pembedahan pada saluran pencernaan untuk mengistirahatkan bagian yang di bedah
 Perdarahan
 Intestinal obstruction
2. Melakukan pencucian gaster (gastric lavage)  keracunan bahan toksik atau perdarahan
3. Mengambil specimen kandungan gaster untuk analisa  kasus keracunan toksik
4. Memberi obat, makanan/minuman langsung ke dalam gaster
 Penyakit jiwa
 Pasien tidak sadar
 Menambah pengambilan kalori dalam kasus malnutrisi
 Lumpuh (CVA)  tidak bisa menelan
 Penyempitan faring esophagus
 Pembedahan di mulut atau farings
 Pasien dementia
 Pasien yang ada keabnormalan di mulut atau esophagus atau yang telah menjalani pembedahan
di tempat-tempat ini

Persediaan Alat
 Bak Instrumen  Handuk
 2 Nierbekken  Plaster
 2 com  Gunting
 Selang Nasogastrik (8-16 French)  Stetoskop
 Cotton buds/oren stick  Kertas lakmus
 1 gelas air dan sedotan  Spatel
 Kertas tissue/hand towel  Penlight
 Kasa
 1 syringe/spoit 20/10 ml
PROSEDUR PEMASANGAN NASOGASTRIK TUBE (NGT)
Nama Mahasiswa :
NIM :
Check List
No. Kegiatan
0 1 2
1. Terangkan prosedur dan tujuannya
2. Tutup pintu dan tirai
3. Posisikan pasien (recumbent/fowlers)
4. Pakaikan handuk dan sediakan plaster : 2 untuk anchoring, 1 untuk penanda
5. Asses hidung dan cuci jika perlu
6. Cuci tangan medical dan pakai glove disposable.
7. Buka bungkusan nasogastrik tube dan pangkal selang digulung pada jari
Ukur selang nasogastrik dari ujung hidung ke telinga sampai pada prosessus
8.
xiphoideus
9. Licinkan ujung selang dengan mencelup ke dalam air atau jelly
10. Instruksikan klien untuk bernafas normal
Ekstensikan kepala pasien, masukkan selang nasogastrik ke dalam hidung sampai
11. ada halangan/rintangan (Nasopharyngeal junction) kemudian arahkan pasien untuk
memfleksikan kepalanya
Arahkan pasien terus menelan sampai pada paras tanda. (sambil menelan perawat
mendorong selang ke dalam 2-4 inci)
 Jika pasien ‘gag’ terus menerus dan selang tidak mau masuk walaupun pasien
12.
menelan  periksa mulut pasien menggunakan penlight dan spatel lidah
 Perhatikan pasien untuk tanda-tanda distress (batuk dan sianosis) jika terjadi,
keluarkan selang dengan cepat dan boleh memasukkan lagi setelah pasien
‘recover’
Periksa kedudukan selang NG
 Reaksi sekresi
 Pasang syringe ke tube NG
 Aspirasi sekresi lambung
 Uji dengan menggunakan kertas lakmus
13.
 Menggunakan stetoskop
 Sediakan 10 cc udara dalam syringe
 Pasang Syringe ke selang NG
 Masukkan udara dan dengar dengan stetoskop di kawasan epigastrium
 Uji ‘bubble’
Masukkan ujung selang ke dalam kom yang berisi air

Letakkan selang ke ujung hidung dengan menggunakan plaster (lap hidung jika
14.
perlu)
15. Rapikan dan pastikan pasien merasa nyaman
16. Rapikan alat-alat
17. Catat dalam catatan intake output
Keterangan Check List :
0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan tapi perlu latihan 2. Dilakukan dengan sempurna
PROSEDUR CARA PENCABUTAN NGT
Check List
No. Kegiatan
1 2 3
1. Periksa instruksi dokter untuk pencabutan NGT
2. Jelaskan prosedur pada klien
3. Siapkan pencatatan
4. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
5. Tempatkan handuk di atas dada klien secara hati-hati, buka plester dari hidung
6. Instruksikan klien untuk menarik napas dalam dan menahannya
Jepit selang dengan pinset secara hati-hati dan cabutlah selang ketika pasien
7.
menahan napas
8. Tempatkan ujung selang ke dalam kantong plastik
9. Bersihkan mulut dan hidung klien dan beri kenyamanan pada klien
10. Pindahkan semua peralatan dan cuci tangan
11. Catat hasil pencabutan selang
Keterangan Check List :
0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan tapi perlu latihan 2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMASANGAN KATETER URIN

Pengertian
Kateter adalah suatu selang untuk memasukkan dan mengeluarkan cairan. Kateterisasi urinarius
adalah memasukkan kateter melalui uretra ke dalam kandung kemih dengan tujuan untuk
mengeluarkan urin. Tindakan kateterisasi dapat menyebabkan infeksi nosokomial, oleh karena itu
sedapat mungkin tindakan kateterisasi di hindarkan, kecuali bila sangat diperlukan, dan harus
menggunakan tehnik yang tepat.

Tujuan Kateterisasi
1. Untuk mengurangi ketidaknyamanan yang disebabkan oleh distensi bladder untuk melakukan
dekompresi bertahap terhadap distensi bladder.
2. Untuk mengkaji jumlah residu urine residual jika pengosongan bladder yang tidak komplit,
yaitu pada kasus Bladder @ spincter Incompeten dan Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)
3. Untuk mengambil spesimen urine steril
4. Untuk mengosongkan bladder sebelum dan selama pembedahan
5. Untuk mencegah urine mengkontaminasi area insisi pembedahan terutama daerah perineum.
6. Memudahkan pengosongan kandung kemih, pemantauan berterusan dan akurat terhadap output
urine.
7. Untuk penatalaksanaan irigasi kandung kemih intermitten (bladder irrigation)
8. Untuk menangani urinaria inkontinensia jika perawatan lain tidak berhasil.

Tipe Kateter
I. Nelaton Kateter/”Straight Kateter”/Kateter sementara
II. Folley Kateter/”Indwelling Kateter”/Kateter tetap
Folley kateter terbuat dari karet atau plastik yang mempunyai cabang dua atau tiga (yang terdapat
satu balon yang dapat mengembang oleh air atau udara untuk mengamankan/menahan ujung
kateter dalam kandung kemih, cabang yang lainnya untuk mengalirkan urin dari kandung kemih
dan itu dapat disambung dengan tabung tertutup dari kantong/urin bag). Sedangkan pada kateter
cabang tiga, cabang yang ketiga digunakan untuk disambungkan ke irigasi dengan demikian
cairan irigasi yang steril dapat masuk ke kandung kemih dan tercampur dengan urin dan akan
keluar ke urin
Ukuran Kateter

Wanita dewasa Kateter no 14/16


Laki-laki dewasa Kateter no 18/20
Anak-anak Kateter no 8/10

Keterangan yang harus di Wanita Laki-laki


ketahui
Panjang uretra (cm) 3,7 – 7 14 – 20

Kateter yang masuk 5 – 7,5 15 – 22,5

Yang diberi jelly 3- 4 5 – 7,5

Prinsip
1. Steril
2. Fiksasi balon kateter hanya jika selang kateter sudah berada di dalam kandung kemih
3. Kateter urin jangan dipaksakan masuk atau keluar (cabut) jika ada tahanan
4. Privacy
Persiapan Alat
1. Sarung tangan steril 8. Sarung tangan bersih
2. Set kateter dan urine bag 9. Kom bersih
3. Jelly 10. Bengkok
4. Syringe yang berisi aquades/NaCl steril 11. Alas bokong
untuk mengisi balon kateter 12. Pengikat/penggantung urine bag
5. Kateter urin dengan ukuran yang sesuai 13. Sampiran
6. Cairan antiseptic 14. Tempat specimen jika diperlukan
7. Kapas/kassa dan cairan pembersih
PROSEDUR PEMASANGAN KATETER URIN
Check List
No. Kegiatan
0 1 2
1. Lakukan persiapan sesuai indikasi tindakan
Atur posisi klien (wanita: posisi dorsal recumbent, pria : posisi supine dengan kain
2.
penutup/selimut klien)
3. Letakkan alas tahan air dibawah bokong klien
4. Tutup area pinggang kecuali area perineal dengan kain penutup/selimut klien
5. Gunakan sarung tangan bersih, lakukan perawatan perineum jika ada indikasi.
6. Buka set kateter urin dan alat-alat steril lainnya, tempatkan dialas steril
Gunakan sarung tangan steril. Buka bungkusan kateter urin steril. Cekapakah balon
7. berkembang sempurna dengan memasukkan cairan dan tarik semua cairan kembali
ke spuit
Pegang kateter dan berikan jelly di ujung kateter (dengan meminta bantuan atau
8.
dilakukan sendiri) dengan tetap mempertahankan tehnik steril.
Masukkan kateter ke dalam uretra secara perlahan sampai urin mengalir keluar.
Jangan sampai paksakan jika ada hambatan. Untuk pria posisikan penis tegaklurus
9.
900 dengan tubuh saat memasukkan kateter. Masukkan kateter sepanjang 7,5 – 9cm
untuk wanita dewasa dan 22,5 cm untuk laki-laki dewasa.
Pegang selang kateter 2 cm dari muara meatus uretra agar kateter tidak terdorong
10.
keluar lagi
Setelah urin mengalir, minta asisten untuk menyambungkan selang kateter keurine
11.
bag dan masukkan kateter 5 cm untuk memastikan posisi.
Sambil tetap mempertahankan posisi kateter, minta bantuan atau lakukan sendiri,
masukkan aquades/NaCl steril/udara untuk menfiksasi balon. Tarik kateterperlahan
12.
untuk memastikan balon kateter sudar terfiksasi dengan baik didalam kandung
kemih.
13. Lepas sarung tangan. Lakukan fiksasi luar kateter urin dengan plesterdidaerah paha.
14. Gantungkan urine bag dengan posisi lebih rendah dari klien
Lakukan tindakan penutup :
 Rapikan alat dan klien
15.  Cuci tangan
 Dokumentasikan hasil tindakan
 Terminasi tindakan
Keterangan Check List :
0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan tapi perlu latihan 2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMASANGAN ENEMA/HUKNAH

Batasan
Tindakan memasukkan cairan/terapi ke kolon melalui anus dengan memakai selang rectal

Tujuan
1. Merangsang defekasi pada klien konstipasi
2. Membersihkan kolon untuk diagnostic atau persiapan operasi
3. Memberikan terapi

Prinsip
1. Jumlah dan jenis cairan enema yang diberikan tergantung kebutuhan dan kondisi klen
2. Suhu cairan yang diberikan sesuai suhu tubuh internal
3. Hindari pemberian enema yang terlalu sering

Persiapan Alat
1. Sarung tangan bersih 5. Thermometer
2. Set enema : tabung enema, rectal tube dengan 6. Pengalas
dan kanu; rectal ukuran atau paket enema 7. Selimut mandi
dengan rectal tip 8. Tissue dan bengkok
3. Cairan enema 9. Baskom, washlap, sabun dan handuk
4. Jelly 10. Pispot

PROSEDUR ENEMA/HUKNAH

Check List
No. Kegiatan
0 1 2
1. Lakukan tindakan persiapan sesuai indikasi tindakan
2. Jaga privasi klien
Masukkan cairan enema ke dalam tabung enema. Buka klem dan alirkan cairan
3. melalui selang dan rectal tube, keluarkan udara yang ada, klem selang dan gantung
di standar.
4. Pakai sarung tangan
Pasang pengalas dibawah bokong klien dan tempatkan pispot ditempat yang mudah
5.
dijangkau.
Buka area rectal yang diperlukan. Atur posisi lien miring kanan/kiri atau posisisims
6.
lutut kanan fleksi.
7. Lumasi ujung kanul dengan jelly.
Masukkan ujung kanul sepanjang 7,5 – 10 cm (dewasa), 5 – 7,5 (anak). Instruksikan
8.
klien relaks dan napas dalam.
Alirkan cairan enema perlahan lahan sampai selesai dengan meninggikan tabung
9.
enema 30 cm (untuk enema rendah) dan 45 cm (untuk enema tinggi)
Rendahkan posisi tabung enema atau klem untuk beberapa saat jika klien mengeluh
10. perut kram, gelisah dan tidak dapat menahan buang air. Teruskan jika keluhan
menurun.
Tarik kanul secara perlahan bila sudah selesai. Instruksikan klien untuk menahan
11.
cairan selama 10 – 15 menit, atau pada anak, rapatkan gluteus beberapa menit.
12. Bantu klien defekasi dengan pispot atau dikamar mandi dan bersihkan klien.
13. Rapikan alat dan klien
14. Cuci tangan
15. Dokumentasikan hasil tindakan
16. Terminasi tindakan
Keterangan Check List :
0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan tapi perlu latihan 2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
BALUTAN BASAH – KERING
Definisi
Balutan basah kering adalah tindakan pilihan untuk luka yang memerlukan debridement

Tujuan
a. Membersihkan luka terinfeksi dan nekrotik
b. Mengabsorbsi semua eksudat dan debris luka
c. Membantu menarik kelembaban dari luka ke dalam balutan.
Balutan basah ke kering adalah tindakan pilihan untuk luka yang memerlukan debridement. Bagian yang
basah dan balutan secara efektif membersihkan luka terinfeksi dan nekrotik. Kasa lembab secara langsung
mengabsorbsi semua eksudat dan debris luka, serta mempercepat pertumbuhan jaringan baru. Lapisan luar
kering membantu menarik kelembapan dari luka ke dalam balutan dengan kerja kapiler.

Persiapan Alat
1. Set balutan steril atau bahan-bahan sebagai
berikut :
o Sarung tangan steril
o Set balutan gunting dan forsep
o Balutan kasa dan bantalan kasa
o Basin/kom untuk larutan antiseptic atau
larutan pembersih
o Salep/bubuk antibiotic (bila dipesankan)
2. Larutan pembersih yang diresepkan oleh
dokter
3. Larutan garam faal (NaCl 0,9%)/air
4. Sarung tangan sekali pakai
5. Plester atau larutan sesuai kebutuhan
6. Kantung tahan air untuk sampah
7. Balutan kasa ekstra dan surgipad
8. Selimut mandi
9. Aseton
10. Bantalan tahan air/perlak
PROSEDUR PENGGANTIAN BALUTAN BASAH – KERING
Check List
No. KEGIATAN
0 1 2
Persiapan klien
1
Jelaskan prosedur pada pasien
2 Cuci tangan
3 Susun semua peralatan yang diperlukan dan dekatkan pada pasien
4 Tutup ruangan atau tirai ditempat tidur
Ambil kantung sekali pakai dan buat lipatan diatasnya. Letakkan kantung dalam
5
jangkauan area kerja anda.
Bantu klien pada posisi yang nyaman, pasang selimut mandi han untuk
6 memanjangkan area luka.instruksikan klien untuk tidak menyentuh area luka atau
peralatan steril.
7 Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester ikatan atau balutan.
Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan perlahan, sejajar
8 pada kulit dan mengarah pada balutan (Bila masih terdapat plester dikulit, inidapat
dibersihkan dengan aseton)
Dengan sarung tangan atau forsep, angkat balutan, pertahankan permukaan kotor
9
jauh dari penglihatan pasien.
10 Bila balutan lengket pada luka, lepaskan dengan memberikan larutan steril atau air.
11 Observasi karakter dan jumlah drainase pada balutan
Buang balutan kotor pada kantung sampah, hindarkan kontaminasi permukaan luar
12
kantung. Lepaskan sarung tangan.
Buka bak steril. Buka botol atau bungkusan larutan antiseptic dan tuangkan kedalam
13
bak steril atau diatas kasa steril.
14 Pakai sarung tangan steril.
Inspeksi luka. Perhatikan kondisinya, letak drain, integritas jahitan atau penutup
15 kulit dan karakter drainase (palpasi luka, bila perlu, dengan bagian tangan non -
dominan yang tidak akan menyentuh bahan steril).
Bersihkan luka dengan larutan antiseptic yang diresepkan atau larutan garam faal.
Pegang kasa yang dibasahi dalam larutan dengan forsep. Gunakan kasa terpisah
16
untuk setiap usapan membersihkan. Bersihkan dari area yang kurang terkontaminasi.
Gerakkan dalam tekanan progresif menjauh dari insisi atau tepi luka.
Pasang kasa beranyam halus yang basah tepat pada permukaan luka.Bilalukadalam,
dengan perlahan buat kasa seperti kemasan dengan menekuk tepi kasa dengan
17
forsep. Secara perlahan masukkan kasa kedalam luka sehingga semua permukaan
luka kontak dengan kasa basah.
Berikan salep/larutan/bubuk antiseptic bila dipesankan. Jaringan oleskan diatas
18
tempat drainase.
19 Pasang kasa steril kering (4 x 4) diatas kasa basah.
20 Tutup dengan kasa, surgipad atau bantalan ABD
21 Gunakan plester diatas balutan atau amankan dengan ikatan.
22 Lepaskan sarung tangan dan buang pada tempat yang telah disediakan
23 Buang semua bahan dan bantu klien pada posisi nyaman
24 Cuci tangan.
Catat pada catatan perawat hasil observasi luka, balutan dan drainase.
25
Dokumentasikan penggantian balutan, termasuk pernyataan respon klien.
Keterangan Check List
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BALUTAN KERING
Definisi
Balutan kering adalah tindakan pilihan untuk luka bersih tak terkontaminasi dan luka steril
Tujuan
Balutan kering melindungi luka dengan drainase minimal terhadap kontaminasi mikroorganisme
Persiapan Alat
a. Set balutan steril dalam bak instrumen
steril :
1. Sarung tangan steril
2. Pinset steril (2 anatomis dan 1
sirurgis)
3. Gunting
4. Balutan kasa dan kasa steril
5. Kom untuk larutan antiseptik
atau pembersih
6. Salep antiseptik
b. Larutan pembersih yang diresepkan oleh
dokter
c. Normal salin
d. Sarung tangan sekali pakai
e. Plester, pengikat, atau perban sesuai
kebutuhan
f. Nierbekken (1 berisi lisol, 1 kosong)
g. Selimut mandi
h. Bantalan tahan air/perlak pengalas
i. Gunting perban
PROSEDUR PENGGANTIAN BALUTAN KERING
Check List
No. KEGIATAN
0 1 2
Persiapan klien
1 Jelaskan prosedur pada klien dengan menggambarkan langkah -langkah perawatan
luka.
Susun semua peralatan yang diperlukan di meja dekat tempat tidur (jangan membuka
2
peralatan).
Ambil nierbekken dan buat balutan diatasnya. Letakkan kantung dalam jangkauan
3
area kerja anda/letakkan nierbekken didekat pasien
4 Tutup ruangan atau tirai di sekitar tempat tidur. Tutup semua jendela yang terbuka.
5 Intruksikan pasien untuk tidak menyentuh area luka atau peralatan steril.
6 Cuci tangan secara menyeluruh.
7 Letakkan bantalan tahan air di bawah klien/perlak pengalas
8 Kenakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester, ikatan atau perban
Lepaskan plester dengan melemaskan ujungnya dan menarik secaraperlahan,sejajar
9 dengan kulit dan kearah balutan dengan tangan yang telah menggunakan sarung
tangan atau pinset
Bila balutan merekat pada jaringan dibawahnya, jangan dibasahi.Perlahan bebaskan
10 balutan dari eksudat yang mongering. Ingatkan klien tentang penarikan dan
ketidaknyamanan
11 Observasi karakter dan jumlah drainase pada balutan
Buang balutan kotor pada wadah yang telah di sediakan, hidari kontaminasi
12 permukaan luar wadah. Lepaskan sarung tangan sekali pakai dengan menarikbagian
dalam keluar. Buang pada tempat yang telah disediakan
Siapkan peralatan balutan steril. Tuangkan larutan yang diresapkan ke dalam kom
13
steril dan tambahkan kasa berlubang kecil
14 Kenakan sarung tangan
Inspeksi luka. Perhatikanlah kondisinya, letak drain, integritas jahitan atau
15 penutupan kulit, dan krakteristik drainase. (palpasi luka, bila perlu, dengan bagian
non dominan anda yang tidak akan menyentuh peralatan steril)
Bersihkan luka dengan larutan antiseptik atau larutan normal salin. Pegang kasa
yang telah dibasahi dengan larutan menggunakan pinset. Gunakan satu kasauntuk
16 setiap tekanan pembersihan. Bersihkan dari area yang kurang terkontaminasikearea
yang paling terkontaminasi. Bergerak dalam tekanan progresif menjauh dari garis
insisi ataupun tepi luka.
Gunakan kasa baru untuk mengeringi luka atau insisi. Pasang kasa steril kering
17
diatas kasa basah.
Berikan salep antibiotik bila dipesankan, gunakan teknik seperti langkah pada
18
pembersihan. Jangan di oleskan ditempat drainase
Pasang kasa steril kering pada insisi atau letak luka :
 Pasang satu kasa setiap kali
 Pasang kasa sebagai lapisan kontak
19
 Bila terpasang drain, ambil gunting dan potong kasa kotak untuk dipasangkan
disekitarnya.
 Pasang kasa lapisan kedua sebagai absorben.
20 Bantu klien pada posisi nyaman
21 Cuci tangan.
22 Catat pada catatan perawatan dari observasi luka, balutan drainase,dan respon klien
Keterangan Check List
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
RANGE OF MOTION (ROM)

Definisi
Range Of Motion (ROM) adalah tindakan/latihan otot atau persendian yang diberikan kepada klien yang
mobilitas sendinya terbatas karena penyakit, diabilitas, atau trauma.

Tujuan
Untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan pada otot yang dapat dilakukan aktif maupun pasif
tergantung dengan keadaan klien.

PROSEDUR LATIHAN ROM

Check List
No. Prosedur Tindakan
0 1 2
1. Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Atur posisi lengan klien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk
4. Pegang tangan klien dengan satu tangan dan tangan yang lain memegang
pergelangan tangan klien
5. Tekuk tangan klien ke depan sejauh mungkin
6. Lakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi. Misalnya, rentang
gerak pergelangan dan kekakuan sendi.
7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
2. Fleksi dan Ekstensi Siku
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Atur posisi lengan klien dengan menjauhi sisi tubuh dan telapak
mengarah ke tubuh klien
4. Letakkan tangan perawat di atas siku klien dan pegang tangan klien
dengan tangan lainnya
5. Tekuk siku klien sehingga tangan klien mendekat bahu
6. Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya
7. Lakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi. Misalnya, rentang
gerak pada siku, kekakuan sendi dan adanya nyeri.
3. Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuhnya dengan siku menekuk.
4. Letakkan satu tangan perwat pada pergelangan klien dan pegang tangan
klien dengan tangan yang lainnya
5. Putar lengan bawah klien ke arah kanan/kiri
6. Kembalikan ke posisi awal sebelum dilakukan pronasi dan supinasi.
7. Lakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak
lengan baawah dan kekakuan.
8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
4. Fleksi Bahu
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Atur posisi tangan klien di sisi tubuhnya
4. Letakkan satu tangan perawat di atas siku klien dan pegang tangan klien
dengan tangan lainnya
5. Angkat lengan klien pada posisi awal
6. Lakukan observasi perubahan yang terjadi. Misalnya, rentang gerak bahu
dan kekakuan
7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
5. Abduksi dan Adduksi Bahu
1. Jelaskan prsosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Atur posisi lengan klien di samping badannya
4. Letakkan satu tangan perawat di atas siku klien dan pegang tangan klien
dengan tangan lainnya
5. Gerakkan lengan klien menjauh dari tubuhnya kea rah perawat. Ke arah
samping bagian bawah
6. Kembalikan ke posisi semula
7. Catat perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak bahu, adanya
kekakuan dan adanya nyeri
8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
6. Rotasi Bahu
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Atur posisi lengan klien menjauh dari tubuh ( ke samping) dengan siku
menekuk.
4. Letakkan satu tangan perawat di lenngan atas klien dekat siku dan pegang
tangan klien dengan tangan lainnya.
5. Lakukan rotasi bahu dengan lengan ke bawah sampai menyentuh tempat
tidur, telapak tangan menghadap ke bawah
6. Kembalikan lengan ke posisi semula
7. Gerakkan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat tidur,
telapak tangan menghadap ke atas.
8. Kembalikan ke posisi semula.
9. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
10. Catat perubahan yang terjadi, misalnya rentang gerak, kekakuan dan
nyeri.
7. Fleksi dan Ekstensi Jari-Jari Kaki
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Pegang jari-jari kaki klien dengan satu tangan sementara tangan yang lain
memegang kaki
4. Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke bawah
5. Luruskan jari-jari kemudian dorong ke belakang
6. Kembalikan ke poosisi semula
7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
8. Catat perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak, dan adanya kekakuan
sendi.
8. Inverse dan Eversi Kaki
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Pegang separuh bagian atas kaki klien dengan tangan kaki (pelaksana) dan
pegang pergelangan kaki klien dengan tangan satunya.
4. Putar kaki dengan arah ke dalam sehingga bagian telapak kki menjauhi
kaki yang lain
5. Kembalikan ke posisi semula
6. Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang lain
7. Kembalikan ke posisi semula
8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
9. Catat perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak dan kekakuan.
9. Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Kaki
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Letakkan satu tangan pada telapak kaki klien dan satu tangan yang lain di
atas pergelangan kaki, jaga kaki lurus, dan rileks
4. Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada/ke bagian atas
tubuh klien
5. Kembalikan posisi awal
6. Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada klien. Jari dan telapak kaki
diarahkan ke bawah
7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
8. Catat perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak dan kekakuan.
10. Fleksi dan Ekstensi Lutut
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Letakkan satu tangan ke bawah lutut dan pangkal paha
4. Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha
5. Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada klien sejauh mungkin dan
semampu klien
6. Turunkan dan luruskan lutut dengan tetap mengangkat kaki ke atas.
7. Kembali ke posisi semula
8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
9. Catat perubahan yang terjadi. Misal rentang gerak dan adanya kekakuan
sendi.
11. Rotasi Pangkal Paha
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki klien dan satu
tangan yang lain di atas lutut klien
4. Putar kaki ke arah klien
5. Putar kaki ke arah pelaksana
6. Kembali ke posisi semula
7. Cuci tangan seelah prosedur dilakukan
8. Catat perubahan yang terjadi
12. Abduksi dan Adduksi Pangkal Paha
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut klien dan satu tangan pada
tumit.
4. Angkat kaki klien 1-8 cm dari tempat tidur dan pertahankan posisi tetap
lurus. Gerakkan kaki menjauhi badan klien atau ke samping ke arah
perawat.
5. Gerakkan kaki mendekati badan klien
6. Kembali ke posisi semula
7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
8. Catat perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak dan kekakuan sendi.

Keterangan Check List


0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
PENGATURAN POSISI

Definisi
Mengatur posisi klien di atas tempat tidur

Tujuan
1. Meningkatkan kenyamanan
2. Program rehabilitasi

Persiapan alat

1. Bantal
2. Trochanter roll
3. Hand roll
4. papan kaki
PROSEDUR PENGATURAN POSISI KLIEN
DI ATAS TEMPAT TIDUR

Check List
No. Prosedur Tindakan
0 1 2
1. Lakukan kontrak dengan klien
2. Jelaskan prosedur pelaksanaan
3. Jaga privasi klien dengan menutup pintu atau sampiran
4. Mencuci tangan
5. Dekatkan alat-alat yang akan digunakan
6. Buatlah posisi tempat tidur yang memudahkan untuk bekerja (sesuaikan dengan
tinggi perawat
7. Sesuaikan berat badan klien dan perawat. Bila perlu carilah bantuan atau gunakan
alat bantu pengangkat
8. A. Posisi Fowler
1. Naikkan posisi kepala 45⁰-65⁰ (bagi klien hemiplegia, atur klien setegak mungkin).
Instruksikan klien untuk menekuk lutut sedikit sebelum menaikkan bagian kepala
tempat tidur
2. Letakkan bantal dibawah kepala, leher dan bahu (bagi klien hemiplegia, atur dagu
agak keatas
3. Letakkan bantal kecil atau gulungan handuk didaerah lekuk pinggang, jika
terdapat celah kecil didaerah tersebut
4. Letakkan bantal untuk mendukung lengan dan tangan terutama pada bagian yang
paralysis
5. Berikan hand roll jika klien mempunyai kecenderungan deformitas pada jari dan
telapak tangan, trochanter roll dan foot board pada pasien dengan paralysis
6. Letakkan bantal kecil dibawah kaki, mulai dari bawah lutut sampai ke tumit
9. B. Posisi SIMS
1. Pindahkan klien ke posisi tempat tidur dengan arah berlawanan dengan posisi
yang diinginkan.
2. Rapatkan kedua kaki klien dan tekuk kedua lutut yang berlawanan dengan posisi
yang diinginkan
3. Anjurkan klien meletakkkan salah satu lengan di sisi luar paha, miringkan klien
sampai posisi agak tengkurap, anjurkan klien untuk meletakkan lengan ke bagian
belakang tubuh
4. Letakkan bantal kecil dibawah kepala, di bawah lengan atas, dan antar paha.
5. Yakinkan bahwa bahu dan pinggul berada pada bidang yang sama
6. Letakkan gulungan handuk atau bantal pasir di telapak kaki

10. C. Pemberian Posisi Lateral


1. Pindahkan klien ke posisi berlawanan
2. Letakkan tangan klien yang jauh dengan perawat menyilang ke dada dan tangan
yang dekat dari perawat sedikit menjauh dari tubuh klien
3. Letakkan kaki klien yang terjauh dengan perawat disilangkan di atas kaki yang
terdekat
4. Tempatkan diri perawat sedekat mungkin dengan klien
5. Tempatkan tangan perawat di bokong dan bahu klien
6. Tarik badan klien ke arah perawat sehingga menjadi posisi miring
7. Letakkan bantal dibawah kepala dan leher
8. Letakkan bantal di bawah tangan
9. Letakkan bantal keras pada punggung klien untuk menstabilitaskan posisi
10. Letakkan dua atau lebih bantal di antara kedua kaki klien dengan posisi kaki
sebelah atas semi fleksi

11. D. PEMBERIAN POSISI PRONE


1. Bantu klien pada posisi lateral (poin 1 lateral), kecuali lengan dekat dari perawat
tetap disisi tubuh klien
2. Pindahkan klien ke posisi berlawanan
3. Letakkan tangan klien yang jauh dengan perawat menyilang ke dada dan tangan
yang dekat dari perawat sedikit menjauh dari tubuh klien
4. Letakkan kaki klien yang terjauh dengan perawat disilangkan di atas kaki yang
terdekat
5. Tempatkan diri perawat sedekat mungkin dengan klien
6. Tempatkan tangan perawat di bokong dan bahu klien
7. Tarik badan klien ke arah perawat sehingga menjadi posisi miring
8. letakkan bantal kecil di bawah kepala tetapi tidak sampai bahu. Letakkan bantal
kecil di bawah diafragma
9. Tengkurapkan klien
10. Letakkan bantal di tungkai bawah

12. Evaluasi respon pasien


13. Cuci tangan
14. Lakukan pendokumentasian
Keterangan Check List
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
PEMBERIAN SUNTIKAN

Menyuntikkan obat adalah prosedur invasive yang mencakup memasukkan obat melalui jarum steril yang
dimasukkan ke dalam jaringan tubuh. Teknik aseptik ini harus dipertahankan karena klien berisiko terhadap
infeksi manakala jarum suntik menusuk kulit. Karakteristik jaringan mempengaruhi kecepatan penyerapan
obat, awitan kerja obat. Oleh karenanya sebelum menyuntikkan obat, perawat harus mengetahui volume
obat yang diberikan, karakteristik obat dan letak struktur anatomi di bawah tempat yang akan disuntikkan.
Menyuntik dapat dilakukan dengan cara intravena, intracutan, sub kutan dan intra mascular.

INJEKSI INTRADERMAL

Pengertian
Injeksi intradermal adalah pemberian obat ke dalam lapisan dermis kulit tepat dibawah epidemis

Tujuan
Biasa digunakan untuk tes alergi dan screening TB
Area injeksi : lengan bawah bagian dalam, dada bagian atas, punggung bagian belakang
tepat di bagian scapulae.

Persiapan alat :
1. Vial atau ampul obat
2. Spoit 1 ml
3. Kapas alcohol
4. Handscoen bersih

PROSEDUR INJEKSI INTRADERMAL


Check List
No. Prosedur Tindakan
0 1 2
1. Persiapan
Cek label obat
Atur peralatan
2. Cuci tangan
3. Siapkan obat dari vial ataupun ampul
4. Siapkan klien
5. Jelaskan prosedur pemberian obat pada klien
6. Jaga privasi klien
7. Pilih area injeksi yang tepat. Palpasi tempat tersebut terhadap edema,
massa atau nyeri tekan. Hindari area kulit yang terdapat jaringan parut,
kemerahan, bengkak, melepuh dan terdapat lesi atau infeksi
8. Gunakan sarung tangan
9. Bersihkan kulit dengan kapas alcohol secara sirkuler dari bagian tengah ke
luar
10. Siapkan spoit injeksi
- Buka penutup jarum
- Keluarkan udara dari dalam spoit jika ada
- Pindahkan spoit pada tangan dominan, pegang spoit diantara ibujari danjari
telunjuk
11. Kencangkan kulit dengan tangan nondominan
12. Masukkan ujung jarum secukupnya, hingga badan jarum menembus
epidermis sampai ke dermis. Badan jarum harus tampak kelihatan dibawah
permukaan kulit
13. Stabilkan spoit dan jarum lalu suntikkan obat
14. Tarik jarum suntik
15. Anjurkan klien untuk tidak menekan atau memijat area suntikkan
16. Buang spoit dan jarumnya dengan aman
17. Lepaskan sarung tangan
18. Lingkari area injeksi untuk mengobservasi adanya kemerahan atau indurasi
19. Dokumentasikan tindakan
20. Evaluasi
- Evaluasi respon klien
- Evaluasi kondisi area suntikan dalam 24 sampai 48 jam,tergantungtesnya.Ukur
kemerahan, indurasi dalam millimeter
- Dokumentasikan hasil skin test
Keterangan Check List :
3. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan tapi perlu latihan 2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN INJEKSI SUBKUTAN

Pengertian
Injeksi subkutan adalah pemberian obat kedalam jaringan ikat dibawah dermis. Hanya pengobatan dosis
kecil (0,5 – 1 ml) yang biasa disuntikkan melalui rute subkutan.

Tujuan
- Untuk memberikan pengobatan seperti penyuntikan vaksin, medikasi preoperative, narkotik, heparin
dan insulin.
- Untuk memberikan efek absorpsi yang lebih lambat dibandingkan injeksi intramuscular ataupun
intravena.

Area injeksi
Lengan atas bagian luar, paha anterior, abdomen, area scapula pada punggung belakang, ventrogluteal dan
dorsogluteal bagian atas.

Persiapan alat :
1. Vial atau ampul berisi obat
2. Spoit 2,5 ml ; 3 ml
3. Kapas alcohol
4. Kasa (bila perlu)
5. Handscoen bersih

PROSEDUR INJEKSI SUBKUTAN


Check List
No. Prosedur Tindakan
0 1 2
1. Persiapan
Cek label obat
Atur peralatan
2. Cuci tangan
3. Siapkan obat dari vial ataupun ampul
4. Siapkan klien dan bantu pada posisi nyaman untuk injeksi
5. Jelaskan prosedur pemberian obat pada klien
6. Jaga privasi klien
7. Pilih area injeksi yang tepat. Palpasi tempat tersebut terhadap edema, massa atau
nyeri tekan. Hindari area kulit yang terdapat jaringan parut, kemerahan, bengkak,
melepuh dan terdapat lesi atau infeksi
8. Gunakan sarung tangan bersih
9. Bersihkan kulit dengan kapas alcohol secara sirkuler dari bagian tengah ke luar + 5
cm
10. Siapkan spoit injeksi
- Buka penutup jarum
- Keluarkan udara dari dalam spoit jika ada
11. Genggam spoit dengan tangan dominan diantara ibu jari dan jari-jari lainnya
dengan telapak tangan menghadap area injeksi dengan sudut 45°, 60° Atau 90°
12. Cubit atau kumpulkan kulit pada satu sisi dengan menggunakan tangan
nondominan, masukkan jarum dengan tangan dominan, cepat, tepat dan tegas.
13. Stabilkan spoit dan jarum lalu suntikkan obat
14. Tarik jarum suntik secara perlahan
Jika terjadi pendarahan, tekan dengan kasa steril sampai pendarahan berhenti
15. Buang spoit dan jarumnya dengan aman pada tempatnya
16. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
17. Dokumentasikan semua informasi yang relevan :
- Obat yang diberikan, waktu, dosis dan rute pemberian obat
- Semua peralatan injeksi yang digunakan
- Masalah-masalah khusus jika terjadi
18. Evaluasi
- Evaluasi respon klien
- Lakukan follow up terhadap efek obat yang mungkin terjadi
- Laporkan penyimpangan yang terjadi pada dokter
Keterangan Check List :
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan 2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN INJEKSI INTRAMUSKULAR

Pengertian
Intra mascular adalah pemberian suntikan ke dalam jaringan otot, intra mascular memberikan absorpsi
obat lebih cepat karena mascularitas otot. Bahaya kerusakan jaringan menjadi lebih sedikit jika obat
diberikan jauh ke dalam otot. Otot juga kurang sensitive terhadap obat-obat yang kental dan mengiritasi.
Namun ada risiko yang merugikan dari penyuntikan pembuluh darah jika perawat tidak cermat. Ada dua
tekhnik dalam melakukan injeksi intramuscular yaitu dengan menggunakan teknik z-track dan teknik air
lock (kunci udara).

Tujuan
untuk memberikan pengobatan

Area injeksi
1. Paha (vastus lateral is) – klien barbaring terlentang dengan lutut sedikit flkesi.
2. Ventrogluteal – klien berbaring miring, tengkurap, atau terlentang dengan lutut dan pinggul pada sisi
yang akan disuntikkan dalam keadaan fleksi.
3. Dorsogluteal – klien tengkurap dengan lutut diputar kearah dalam, atau miring dengan lutut bagian
atas dan pinggul fleksi dan diletakkan di depan tungkai bawah.
4. Lengan atas (deltoid) – klien duduk atau berbaring mendatar dengan lengan atas fleksi tetapi rileks
menyilang abdomen atau di alas abdomen.

Persiapan alat :
1. Vial atau ampul berisi obta
2. Spoit 1 – 5 ml : volume 0,5 – 1 ml direkomendasikan pada pemberiannya pada muskulus deltoideus,
pada otot yang lebih tebal pemberiannya dengan volume sampai dengan 4 ml dapat ditoleransi dengan
aman.
3. Kapas alcohol
4. Kasa (bila perlu)
5. Handscoen bersih

PROSEDUR INJEKSI INTRAMUSKULAR


Check
No. Prosedur Tindakan List
0 1 2
1. Persiapan
Cek label obat
Atur peralatan
2. Cuci tangan
3. Siapkan obat dari vial ataupun ampul
4. Siapkan klien dan bantu pada posisi nyaman untuk injeksi
5. Jelaskan prosedur pemberian obat pada klien
6. Jaga privasi klien
7. Pilih area injeksi yang tepat. Palpasi tempat tersebut terhadap edema,
massa atau nyeri tekan. Hindari area kulit yang terdapat jaringan parut,
gatal, kemerahan, bengkak, melepuh dan terdapat lesi atau infeksi
8. Gunakan sarung tangan bersih
9. Bersihkan kulit dengan kapas alcohol secara sirkuler dari bagian tengah
ke luar + 5 cm dan biarkan hingga mengering.
Metode z-track
a. - Siapkan spoit injeksi
- Buka penutup jarum
- Keluarkan udara dari dalam spoit jika ada
b. Genggam spoit dengan tangan dominan diantara ibu jari dan jari telunjuk
c. Tepat dibawah tempat injeksi, tarik kulit dibawahnya dan jaringan
subkutan 2,5-3,5 cm ke arah lateral tempat injeksi dengan tangan
nondominan.
d. Pegang taut kulit dan dengan cepat injeksikan jarum ke dalam otot pada
sudut 90° Dengan menggunakan metode z-track
e. Setelah jarum memasuki area, pegang bagian bawah ujung tabung spoit
dengan tangan nondominan. Terus pegang kulit dengan kencang,
lepaskan tangan dominan pada ujung plunger, hindarkan menggerakkan
spoit.
Metode kunci udara (Air Lock)
a. - Siapkan spoit yang berisi medikasi
- Tambahkan udara sebanyak 0,3 – 0,5 ml udara kedalam spoit.
- Buka penutup jarum
b. Genggam spoit dengan tangan dominan diantara ibu jari dan jari
telunjuk, tusuk kulit secara cepat dan lembut dengan sudut 90°
c. Kumpulkan atau cubit otot yang akan diinjeksi (jika lapisan otot tipis)
dengan menggunakan tangan nondominan.
d. Dengan cepat injeksikan jarum ke dalam otot pada sudut 90°
e. Setelah jarum memasuki area, pegang bagian bawah ujung tabung spoit
dengan tangan nondominan
10. Tarik pengisap (plunger) dengan tangan dominan selama 5 – 10 detik :
- Jika tampak darah didalam spoit, maka tarik spoit, buangdansiapkaninjeksi
baru
- Jika tak tampak ada darah dalam spoit, injeksikan obat dengankecepatan10
ml/detik secara perlahan
11. Tarik jarum suntik secara perlahan. Hindari masase area injeksi, cukup
dengan memberikan tekanan ringan.
12. Jika terjadi pendarahan, tekan dengan kasa steril sampai pendarahan
berhenti.
13. Buang spoit dan jarumnya dengan aman pada tempatnya.
14. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
15. Dokumentasikan semua informasi yang relevan :
- Nama obat yang diberikan, waktu, dosis, dan rute pemberian obat
- Semua peralatan injeksi yang digunakan
- Masalah-masalah khusus jika terjadi
16. Evaluasi
- Evaluasi respon klien
- Lakukan follow up terhadap efek obat yang mungkin terjadi
- Laporkan penyimpangan yang terjadi pada dokter

Keterangan Check List :


0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN PEMBERIAN SUNTIKAN INTRA VENA

Pengertian
Intra vena adalah pemberian suntikan dengan medikasi langsung ke dalam pembuluh darah vena.

Tempat Suntikan Intra Vena


1. Pembuluh darah vena
2. Selang infus (bolus)

Tujuan
Melaksanakan tindakan pengobatan langsung ke dalam vena

Persiapan Pasien
1. Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan
2. Pasien diatur dalam posisi terlentang dan nyaman
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN INJEKSI INTRAVENA

Persiapan alat
1. Obat dalam spoit
2. Kapas alcohol
3. Plester

PROSEDUR INJEKSI INTRAVENA


Check
No. Prosedur Tindakan List
0 1 2
1. Pastikan adanya order pengobatan
2. Peralatan disiapkan
3. Yakinkan bahwa pasien benar, memberikan HE (Healt Education) dan
beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan, kemudian bantu
mengatur posisi yang enak. Cuci tangan kemudian gunakan handscoen
4. Lakukan skin test jika ada alergi terhadap pasien maka batalkan
pemberian obat tetapi jika tidak ada alergi maka bisa dilanjutkan
5. Tentukan dan cari vena yang akan ditusuk
6. Bila vena sudah ditemukan misalnya basilika, agar lengan lurus dan
pasang turnikel sampai vena benar-benar dapat dilihat dan diraba
kemudian desinfeksi dengan menggunakan kapas alkohol
7. Siapkan spoit yang berisi obat. Bila dalam tabung masih terdapat udara,
maka udara harus dikeluarkan
8. Pelan tusukkan jarum ke dalam vena dengan posisi jarum sejajar dengan
vena dan lubang jarum menghadap ke atas. Untuk mencegah vena tidak
bergeser tangan yang tidak memegang spoit dapat digunakan untuk
menahan vena sampai jarum masuk vena
9. Lakukan aspirasi dengan cara menarik pengokang spoit. Bila terisap
darah berarti sudah di dalam vena, jika tidak terisap/keluar darah berarti
belum di dalam vena. Bila sudah di dalam vena maka lepaskan turnikel
dan masukkan obat perlahan-lahan sampai habis
10. Setelah obat masuk semua, segera cabut spoit dan buang ditemput
pembuangan sesuai prosedur
11. Pasang kapas alkohol dengan plester
12. Rapikan pasien dan atur posisi enak
13. Cuci tangan
14. Observasi keadaan pasien
Keterangan Check List :
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
INJEKSI IV LOCK DENGAN JARUM (IV LOCK WITH NEEDLE)

Persiapan alat
1. Obat dalam spoit
2. Spoit yang berisi normal saline
3. Kapas alcohol

PROSEDUR INJEKSI IV LOCK DENGAN JARUM


Check
No. Prosedur Tindakan List
0 1 2
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
2. Cek intruksi dokter
3. Jelaskan prosedur pada klien
4. Periksa ketepatan identitas klien
5. Periksa posisi jarum di dalam vena.
6. Bersihkan diafragma karet kapas alcohol
7. Tusukkan jarum dan suntikkan 1 ml normal saline
8. Tarik jarum dan spoit.
9. Bersihkan diafragma dengan kapas alcohol.
10. Tusukkan jarum spoit yang telah berisi obat yang telah disiapkan
menembus bagian tengah diafragma.
11. Suntikkan bolus obat secara perlahan.
12. Setelah pemberian bolus, cabut spoit.
13. Tusukkan jarum dan suntikkan 1 ml normal saline.
14. Tarik jarum dan spoit.
15. Buang jarum dan spoit pada tempat yang telah disediakan.
16. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
17. Dokumentasikan data yang relevan, monitor klien dan infus.
Keterangan Check List :
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
INJEKSI IV LOCK TANPA JARUM (IV LOCK WITH NEEDLELESS SYSTEM)

Persiapan alat
1. Obat dalam spoit
2. Spoit yang berisi normal saline

PROSEDUR INJEKSI IV LOCK TANPA JARUM


Check
No. Prosedur Tindakan List
0 1 2
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
2. Cek instruksi dokter
3. Jelaskan prosedur pada klien
4. Periksa ketetapan identitas klien
5. Periksa posisi jarum di dalam vena
6. Buka penutup jarum
7. Masukkan spoit dan suntikkan 1 ml normal saline
8. Lepaskan spoit
9. Masukkan spoit yang berisi obat ke dalam katup selang intravena
10. Suntikkan obat secara perlahan
11. Setelah pemberian obat, cabut spoit
12. Ulangi suntikkan 1 ml normal saline
13. Tarik jarum dan spoit
14. Buang jarum dan spoit pada tempat yang telah disediakan
15. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
16. Dokumentasikan data yang relevan, monitor klien dan infuse

Keterangan Check List :


0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
INJEKSI MELALUI INFUS INTRAVENA

Persiapan alat
1. Obat dalam spoit
2. Kapas alcohol antiseptic
3. Selang dengan port injeksi

PROSEDUR INJEKSI IV LOCK TANPA JARUM


Check
No. Prosedur Tindakan List
0 1 2
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
2. Cek instruksi dokter
3. Jelaskan prosedur pada klien
4. Periksa ketetapan identitas klien
5. Pilih port penyuntikan pada selang sedekat mungkin pada tempat
penusukan jarum
6. Bersihkan port penyuntikan dengan kapas alcohol
7. Tusukkan jarum spoit yang telah berisi obat yang telah disiapkan melalui
bagian tengah port
8. Hambat aliran IV dengan menekuk selang tepat diatas port suntikan.
Tarik plunger dengan perlahan untuk mengaspirasi darah
9. Setelah melihat adanya darah, suntikkan obat dengan perlahan
10. Setelah penyuntikan obat, tarik spoit dan periksa kembali kecepatan
infuse
11. Observasi klien dengan ketat terhadap reaksi yang merugikan
12. Buang jarum dan spoit pada tempat yang telah disediakan
13. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
14. Dokumentasikan data yang relevan, monitor klien dan infuse
Keterangan Check List :
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
PENAMBAHAN OBAT KE DALAM CAIRAN INFUS TERPASANG

Pemberian medikasi yang pekat/padat secara langsung kedalam vena dengan teknik bolus
merupakan metode pemberian obat yang sangat berbahaya. Obat tersebut bereaksi dengan cepat karena
obat masuk ke dalam sirkulasi klien secara langsung. Efek samping yang serius dapat terjadi dalam hitungan
detik.
Obat dapat diberikan secara intervena melalui lock intravena (saluran khusus yang dibuat untuk
memasukkan obat) atau melalui saluran infuse yang sudah ada
Ada beberapa cara pemberian obat secara intravena.

Infus intravena intermitten


Infus intermitten adalah sebuah metode pemberian obat dengan mencampur obat dengan
sejumlah cairan intravena. Dua bentuk tempat cairan yang digunakan adalah cairan infus yang pada
umumnya dengan volume 500 cc (tandem) dan dalam bentuk piggyback (volume 100 cc. adapula
pemberian obat dengan menggunakan prinsip volume control yakni menggunakan syringe pump.
Metode teraman untuk menambahkan obat intravena adalah menambahkan obat kedalam wadah
cairan bervolume besar (biasanya dalam larutan dekstrosan, ringer laktat atau normal saline). Kemudian
obat diinfuskan dengan perlahan, resiko efek samping minimal dan kadar terapeutik dipertahankan. Obat
yang ditambahkan kedalam wadah cairan meliputi elektrolit, vitamin, mineral, dll.

PROSEDUR MENAMBAHKAN OBAT KE DALAM CAIRAN INFUS TERPASANG


Check
No. Prosedur Tindakan List
1 2 3
1. Persiapan
Cek label obat
Atur peralatan
2. Cuci tangan
3. Gunakan sarung tangan bersih
4. Siapkan obat
5. Masukkan obat ke dalam spoit
6. Hentikan aliran cairan infus pada selang infuse set dengan memutar
clamp infus set ke arah bawah.
7. Bersihkan tempat injeksi obat pada botol infuse dengan kapas alkohol
8. Injeksikan obat
9. Secara perlahan putar botol cairan agar obat dan cairan infus tercampur
baik.
10. Tuliskan obat yang dicampurkan pada label cairan
11. Putar clamp infus set ke arah atas untuk mengalirkan cairan
12. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
13. Dokumentasikan data yang relevan, monitor klien dan infuse.
Keterangan Check List :
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
TERAPI OKSIGEN

Defenisi
Memasukkan zat asam (oksigen) ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan
alat.
Tujuan
 Memenuhi kekurangan zat asam (oksigen) pada pasien yang dalam keadaan hypoksia/anoksia.
 Tidak terjadinya hyroksia misalnya pada penyelam.
 Metabolisme berjalan lancar.
Dilakukan Pada Pasien
 Dengan anoksia, hypoksia, syok, dyspnoe, sinnosis, coma.
 Dengan kelumpuhan alat-alat pernapasan.
 Selama narcose umman.
 Trauma paru-paru.
Sifat Oksigen
 Tidak berwarna dan tidak berbau.
 Tidak berasa.
 Tidak bisa disimpan dalam tubuh.
 Mudah terbakar.

Hal lain yang harus diperhatikan saat memberi terapi oksigen adalah tindakan penggunaan (SAFETY
PERCAUTION) guna mencegah bahaya kebakaran.
Beberapa upaya penggunaan tersebut antara lain :
 Hindari menyalakan api disekitar sumber oksigen karena dapat meledak
 Beritahu pasien / pengunjung untuk tidak merokok di dekat sumber tersebut.
 Lakukan pengecekan perlengkapan listrik, terutama kabel-kabel diruangan tersebut, pastikan
semuanya masih berfungsi dengan baik.
 Hindari menggunakan minyak tanah atau listrik disekitar sumber oksigen
Penatalaksanaan Sumber Oksigen
Sumber oksigen di Rumah Sakit dapat meliputi oksigen dinding dan tabung oksigen.
1. Sumber dinding :
Penatalaksanaan pemberian oksigen melalui sumber dinding meliputi :
 Pasangkan flow meter pada sumber oksigen, gunakan tekanan yang tidak terlalu kuat
 Isi botol dengan air Steril, pasang pada flow meter dan atau aliran flow meter
 Pasangkan pada alat yang digunakan pada slang atau saluran oksigen
2. Tabung :
Penatalaksanaan pemberian oksigen melalui tabung meliputi :
 Lepas tutup pelindung tabung
 Putar kran tabung secara perlahan-lahan sampai oksigen sedikit keluar untuk membersihkan debu
dan kotoran yang melekat disalurkan keluar oksigen, lakukan dengan hati-hati sebab tindakan
tersebut dapat menimbulkan bunyi yang keras.
 Sambungkan flow meter dengan outlet silinder, kencangkan dengan kunci inggens
 Letakkan tabung pada posisi menetap, lepaskan katup secara perlahan sampai terbuka penuh, lalu
kembalikan atau tutup sampai seperempatnya.
 Atur flow meter Ssi dengan kebutuhan (instruksi dokter)
Pemberian terapi O2 dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti :
Kanula hidung, masker, transtrachee dan lain-lain.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN PEMASANGAN KANULA NASAL/MASKER

Defenisi
Kanula nasal merupakan alat sederhana yang dapat dimasukkan ke dalam lubang hidung untuk
memberikan oksigen dan yang memungkinkan klien untuk bernapas melalui mulut atau hidungnya. Alat ini
tersedia untuk semua kelompok usia dan cocok untuk penggunaan jangka panjang maupun pendek
dirumah sakit atau dirumah.

Tujuan
Secara umum tindakan ini bertujuan untuk mengatasi hipoksia yaitu dengan memberikan oksigen
tambahan pada klien untuk memudahkan oksigenisasi jaringan yang adekuat. Perkiraan persentase
oksigen yang diberikan melalui kanula adalah sbb :
Persentase pemberian oksigen dengan kanula nasal
1 liter = 24 %
2 liter = 28 %
3 liter = 32 %
4 liter = 36 %
5 liter = 40 %
Klien yang memerlukan oksigen dosis rendah dalam konsentrasi yang konstan dengan pola napas
bervariasi, lebih baik menggunakan masker venture daripada kanula nasal.
Persiapan Alat :
1. Tabung oksigen
2. Jeli pelumas
3. Sarung tangan tidak steril
4. Kasa/kapas
5. Kanula nasal / masker wajah
6. Humidifier (tabung pelembab) berisi air steril
7. Flow meter
8. Tanda “DILARANG MEROKOK”
9. Alat tulis, kertas dokumentasi
Persiapan Klien :
1. Berikan penjelasan pada klien tentang tujuan tindakan.
2. Posisi diatur senyaman mungkin.
PROSEDUR PEMASANGAN KANULA NASAL/MASKER
Check List
No. Kegiatan
0 1 2
Persiapan Klien :
1. Berikan penjelasan pada klien tentang tujuan tindakan.
2. Posisi diatur senyaman mungkin.
Pelaksanaan :
1. Cuci tangan
2. Bawa alat ke dekat klien
3. Memastikan volume air steril dalam humidifier sesuai ketentuan,
tambahkan air suling jika diperlukan, atau buang isi tabung dari
kemasan dan sekrup penutup atas tabung.
4. Sambungkan humidifier ke flow meter
5. Menghubungkan selang dari kanula nasal ke tabung pelembab.
6. Sambungkan humidifier pada selang yang disambungkan kekanula
atau maker.
7. Memeriksa apakah oksigen keluar dari kanula atau masker
8. Menetapkan kadar oksigen sesuai indikasi ) *
9. Gunakan sarung tangan
10. Kanula
Bersihkan sekresi lubang hidung dengan bola kapas lembab
Pasang kanula hidung yang bercabang ke dalam lubang hidung klien
Selipkan selang mengitari telinga klien dan dagu bagian bawah.
Kapas atau kasa di antara selang dan telinga dapat menambah
kenyamanan.
Kencangkan selang untuk mengamankan kanula, tetapi yakinkan
klien merasa nyaman.
11. Masker
Pasang masker di atas hidung, mulut dan dagu
Letakkan masker sesuai dengan strip logam pada batang hidung
masker sehingga pas dengan batang hidung klien
Tarik pita elastic mengitari bagian belakang kepala atau leher
Tarik pita pada sisi masker untuk mengencangkan.
12. Mengkaji kondisi secara teratur.
Pindahkan / lepaskan kanula setiap 4 sampai 8 jam untuk mengkaji
kulit dan oleskan jeli pada lubang hidung dan bersihkan secret.
13.
Lepaskan masker setiap 4 sampai 8 jam, usap embun yang
terakumulasi dan kaji kulit dibawahnya.
Posisikan klien agar nyaman dengan meninggikan kepala tempat
14.
tidur.
15. Buang atau simpan peralatan dengan tepat.
Meletakkan tanda “DILARANG MEROKOK” pada tanda yang jelas
16.
terlihat.
Evaluasi
17.
Validasi perasaan klien
18. Cuci tangan.
Dokumentasi
19.
Catat hasil dan respon klien pada proses keperawatan.
20. Cantumkan nama perawat yang melakukan tindakan.
Keterangan Check List :
4. Tidak dilakukan sama sekali
5. Dilakukan tapi perlu latihan
6. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
PENGHISAPAN LENDIR (SUCTION)

Definisi
Tindakan memasukkan selang kateter melalui oral untuk menghisap secret/lendir pada oral atau orofaring

Tujuan
1. Memfasilitasi pengeluaran lendir melalui mulut
2. Meningkatkan ventilasi sehingga perfusi jaringan meningkat

Persiapan alat :
1. Stetoskop
2. Kateter suction sesuai ukuran
3. Mesin suction
4. Tabung penghubung
5. Sarung tangan steril
6. Kom steril berisi aquades tau normal salin
7. Pinset steril pada tempatnya
8. Kom berisi cairan antiseptic
9. Pengalas/handuk
10. Oksigen dengan nasal kanula atau ambubag

PROSEDUR MELAKUKAN SUCTION

Check List
No. Prosedur Tindakan
0 1 2
1. Lakukan kontrak waktu dengan klien
2. Persiapkan alat
3. Cuci tangan
4. Kaji fungsi pernapasan : suara napas, letak secret, kekentalan secret,
kemampuan batuk klien
5. Cek program pengobatan, oksigen yang diberikan
6. Cek tekanan mesin suction, atur sesuai kondisi klien
7. Letakkan pengalas di bawah dagu/dada klien
8. Tingkatkan oksigenasi klien dengan meminta klien menarik napas dalam,
meninggikan pemberian oksigen 100% selama 1-2 menit melalui nasal
kanula atau ambubag
9. Gunakan sarung tangan steril
10. Dengan tangan non dominan sambungkan kateter dengan mesin suction
11. Dengan tangan dominan, jepit kateter dengan pinset anatomi, lakukan
pengecekan suction dengan menghisap cairan pada kom steril
12. Instruksikan klien untuk membuka mulut
13. Masukkan kateter ke dalam mulut sampai karina (adanya reflex batuk)
tanpa menutup tabing. Tutup tubing lalu Tarik keluar selang suction secara
perlahan dengan arah memutar. Lakukan prosedur ini maksimal 10-15
detik
14. Bersihkan selang kateter dengan menghisap aquades atau normal salin
pada kom
15. Anjurkan klien menarik napas jika masih terdapat lendir dan perawat ingin
melakukan suction lagi
16. Lakukan prosedur pengisapan maksimal sampai 3 kali
17. Bersihkan selang kateter
18. Bersihkan mulut klien
19. Kembalikan konsentrasi oksigen sesuai program pengobatan
20. Lepaskan kateter dan buang di tempat sampah tidak
21. Jelaskan kepada klien bahwa prosedur telah selesai
22. Lepaskan sarung tangan
23. Evaluasi respon klien
24. Lakukan pendokumentasian

Keterangan Check List :


0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
MENYIAPKAN OBAT DARI AMPUL DAN VIAL

Defenisi
Ampul dan vial biasa digunakan sebagai wadah obat parenteral yang steril. Ampul adalah wadah
penyimpanan obat yang terbuat dari kaca dengan bagian leher yang menyempit dan digunakan untuk satu
kali dosis pemakaian. Untuk menggunakan obat dari ampul maka leher ampul harus dipatahkan terlebih
dahulu. Vial adalah botol kecil dengan tutup yang terbuat dari karet, dengan ukuran berbeda -beda baik
dosis sekali pakai ataupun multipel dosis.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN MENYIAPKAN OBAT DARI AMPUL

Persiapan alat
1. Ampul obat
2. Jarum dan spoit
3. Kasa kecil
4. Kapas alcohol

PROSEDUR MENYIAPKAN OBAT DARI AMPUL


Check
No
Prosedur Tindakan List
.
0 1 2
1. Persiapan
Cek label obat
Atur peralatan
2. Cuci tangan
3. Siapkan obat dari ampul
4. Sentil bagian atas ampul menggunakan jari tangan
5. Letakkan selembar kasa atau kapas alcohol pada bagian leher ampul
6. Patahkan leher ampul dengan arah menjauhi tangan anda
7. Buang patahan ampul bagian atas pada tempatnya
8. Ambil spoit, buka penutupnya dan masukkan jarum ke dalam ampul
9. Aspirasi medikasi ke dalam spoit dengan menarik plunger ke belakang
10. Pertahankan ujung jarum di bawah permukaan cairan. Jika memegang
ampul tegak lurus, angkat keatas untuk memungkinkan semua cairan
masuk ke dalam spoit.
11. Jika gelembung udara teraspirasi, jangan mengeluarkan udara ke dalam
ampul
12. Untuk mengeluarkan gelembung udara, angkat jarum dari dalam ampul,.
Pegang spoit dengan jarum menghadap ke atas untuk mengeluarkan
udara. Jangan mengeluarkan cairan obat
13. Tutup jarum dengan capnya
14. Buang alat-alat yang tidak terpakai pada tempatnya
15. Cuci tangan
Keterangan Check List :
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN MENYIAPKAN OBAT DARI VIAL

Persiapan alat
1. Vial obat
2. Jarum dan spoit
3. Aquades 25 mL
4. Kapas alcohol

PROSEDUR MENYIAPKAN OBAT DARI VIAL


Check
No. Prosedur Tindakan List
0 1 2
1. Persiapan
Cek label obat
Atur peralatan
2. Cuci tangan
3. Siapkan obat dari vial
4. Lepaskan penutup plastic dan cap logam untuk memajan penutup
karet vial
5. Dengan kapas alcohol usap permukaan tutup karet
6. Lepaskan cap jarum. Aspirasi udara dengan menarik plunger ke
belakang sejumlah volume medikasi yang akan diaspirasi
7. Masukkan jarum, dengan bevel jarum menghadap keatas, menembus
bagian tengah penutup karet
8. Keluarkan udara ke dalam vial, dengan ujung jarum tetap diatas
permukaan cairan obat, jangan biarkan plunger kembali ke atas.
9. Balikkan vial sambil tetap memegang kuat pada spoit dari plunger.
Pegang vial antara ibujari dan jari tengah pada tangan yang
nondominan. Raih bagian ujung barel dan plunger dengan ibu jari dan
jari telunjuk dengan tangan yang dominan
10. Pertahankan ujung jarum di bawah permukaan cairan obat. Tekanan
udara akan mengisi spoit dengan sendirinya. Tarik plunger jika perlu
11. Jika dosis yang sesuai sudah terpenuhi, tarik jarum dari dalam vial
12. Untuk mengeluarkan gelembung udara, pegang spoit dengan jarum
menghadap ke atas dan sentil-sentil untuk melepaskan gelembung
udara. Tarik sedikit plunger ke belakang dan dorong ke atas untuk
mengeluarkan udara. Jangan mengeluarkan cairan obat.
13. Buang jarum dengan capnya
14. Buang alat-alat yang tidak terpakai pada tempatnya
15. Cuci tangan
16. Dokumentasi
Keterangan Check List :
0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan tapi perlu latihan 2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
PEMBERIAN OBAT MATA

Defenisi
Pemberian obat-obatan atau cairan tertentu di dalam mata. Macam-macam pemberian:
1. Meneteskan
2. Mengoleskan
3. Membilas (irigasi) mata

Persiapan alat :
11. Botol obat tetes atau salep mata
12. Bola kapas atau tisu
13. Baskom cuci dengan air hangat
14. Penutup mata/eye patch (tidak menjadi keharusan)
15. Sarung tangan bersih

PROSEDUR PEMBERIAN OBAT MATA


Check List
No. Prosedur Tindakan
0 1 2
1. Telaah pesanan dokter untuk memastikan nama obat, dosis, waktu
dan tempat pemberian.
2. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
3. Identifikasi identitas klien
4. Jelaskan prosedur pemberian pada klien
5. Minta klien untuk berbaring terlentang dengan leher agak
hiperekstensi (mendongak)
6. Bila terdapat drainase disepanjang kelopak mata atau kantung dalam,
basuh dengan perlahan. Basahi semua belek yang telah mongering
dan sulit dibuang dengan memakai lap basah atau bola kapas mata
selama beberapa menit. Selalu membersihkan dari bagian dalam ke
luar kantus.
7. Pegang bola kapas atau tisu yang bersih pada tangan dominan diatas
tulang pipi klien tepat dibawah kelopak mata bawah.
8. Dengan tisu atau kapas dibawah kelopak mata bawah, perlahan tekan
bagian bawah dengan ibu jari atau jari telunjuk di atas tulang
9. Minta klien untuk melihat pada langit-langit
10. Teteskan obat tetes mata :
a. Dengan tangan dominan anda diatas dahi klien, pegang
penetes mata yang telah terisi obat kurang lebih 1 – 2 cm
diatas saku konjungtiva.
b. Teteskan sejumlah obat yang diresepkan ke dalam sakus
konjungtiva
c. Bila klien berkedip, menutup mata atau bila tetesan jatuh ke
pinggiran luar kelopak mata, ulangi prosedur.
d. Bila memeberikan obat yang memberikan efek sistemik,
lindungi jari anda dengan sarung tangan atau tisu bersih dan
berikan tekanan lembut pada duktus nasolakrimal klien
selama 30 sampai 60 detik
e. Setelah meneteskan obat tetes, minta klien untuk menutup
mata dengan perlahan
11. Memasukkan salep mata :
a. Pegang aplikator salep diatas kelopak mata, pencet tube
sehingga memberikan aliran tipis sepanjang tepi dalam
kelopak mata bawah pada konjungtiva
b. Minta klien untuk melihat kebawah
c. Berikan aliran tipis sepanjang kelopak mata atas pada
konjungtiva dalam
d. Biarkan klien memejamkan mata dan menggosok kelopak
mata secara perlahan dengan gerakan sirkuler menggunakan
bola kapas
12. Bila terdapat kelebihan obat pada kelopak mata, dengan perlahan
usap dari bagian dalam ke luar kantus
13. Bila klien mempunyai penutup mata, pasang penutup mata yang
bersih diatas pada mata yang sakit, sehingga seluruh mata
terlindungi. Plester dengan aman tanpa memberikan tekanan pada
mata.
14. Buang peralatan pada wadah yang disediakan
15. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
16. Dokumentasikan semua informasi yang relevan :
- Nama obat yang diberikan, waktu, dosis dan rute pemberian
obat mata (kiri, kanan atau kedua mata) yang menerima obat
- Masalah-masalah khusus jika terjadi
17. Evaluasi
- Evaluasi respon klien
Keterangan Check List :
3. Tidak dilakukan sama sekali
4. Dilakukan tapi perlu latihan
5. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN IRIGASI MATA

Persiapan alat
1. Boorwater 3% atau cairan RL yang steril di dalam tempatnya.
2. Spoit 20 cc atau spoit khusus mata steril.
3. Infus set
4. Kapas basah steril dalam tempatnya
5. Kain kasa steril
6. Perlak dan alasnya
7. Bengkok (nierbekken)
8. Handuk
9. Anasthesi topikal; pantocain 0,5%

PROSEDUR IRIGASI MATA


Check List
No. Prosedur Tindakan
0 1 2
1. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
2. Jelaskan prosedur pelaksanaan pada klien
3. Perlak dan alasnya dipasang di dada pasien sampai bahu
4. Pasien dianjurkan agar memegang bengkok
5. Mata yang akan dicuci dilap dengan kapas basah dari arah dalam ke
arah luar.
6. Spoit diisi cairan atau cairan RL dipasangi infuse set
7. Kelopak mata dibuka dengan kapas basah
8. Jika penderita kesakitan ditetesi pantocain 0,5 %
9. Cairan disemprotkan perlahan-lahan dari arah dalam ke luar
10. Setelah bersih, kelopak mata dikeringkan dengan kapas lembab,
muka dikeringkan dengan handuk
11. Obat mata diberikan bila perlu
12. Setelah selesai pasien direbahkan kembali (bila duduk)
13. Peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ke tempat
semula
14. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
15. Dokumentasikan semua informasi yang relevan :
- pemberian irigasi mata (kiri, kanan atau kedua mata) yang
menerima obat
- Masalah-masalah khusus jika terjadi
16. Evaluasi respon klien
Keterangan Check List :
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
PEMBERIAN OBAT TETES TELINGA

Persiapan alat
1. Sarung tangan bersih
2. Obat tetes
3. Cotton fluff
PROSEDUR PEMBERIAN OBAT TETES TELINGA
Check List
No. Prosedur Tindakan
0 1 2
1. Telaah pesanan dokter untuk memastikan nama obat, dosis, waktu dan
tempat pemberian.
2. Identifikasi identitas klien
3. Jelaskan prosedur pemberian pada klien
4. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
5. Minta klien untuk berbaring dengan posisi yang nyaman untuk tetes
telinga, posisi kepala miring dengan lubang telinga menghadap ke atas
6. Bersihkan pinna dan lubang telinga
7. Hangatkan sejenak botol obat dengan tangan atau menggunakan air
hangat
8. Pastikan posisi saluran telinga dengan menarik pinna ke belakang atas
9. Teteskan obat sesuai dosis pengobatan
10. Anjurkan pasien untuk mempertahankan posisi miring selama 5 menit
11. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
12. Dokumentasikan semua informasi yang relevan :
- Nama obat yang diberikan, waktu, dosis, dan rute pemberian obat,mata (kiri,
kanan atau kedua mata) yang menerima obat
- Masalah-masalah khusus jika terjadi
13. Evaluasi respon klien
Keterangan Check List :
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
PEMBERIAN OBAT TOPIKAL UNTUK KULIT
Persiapan alat
1. Agen topical yang dipesankan (mis 6. Waslap
Bubuk, krim, lotion, dll) 7. handuk
2. Kasa kecil steril 8. sabun basah
3. Sarung tangan sekali pakai atau steril 9. Kasa balutan
4. Aplikator berujung kapas 10. Plester
5. Baskom dengan air hangat,

PROSEDUR PEMBERIAN OBAT TOPIKAL UNTUK KULIT


Check List
No. Prosedur Tindakan
0 1 2
1. Telaah pesanan dokter untuk memastikan nama obat, dosis, waktu
dan tempat pemberian.
2. Cuci tangan
3. Atur peralatan disamping tempat tidur klien
4. Jaga privasi klien
5. Identifikasi identitas klien
6. Posisikan klien dengan nyaman. Lepaskan pakaian atau linen tempat
tidur, pertahan area yang tak digunakan tetap tertutup.
7. Gunakan sarung tangan bila ada indikasi
8. Inspeksi kondisi kulit secara menyeluruh. Bersihkan / cuci area luka,
lepaskan semua debris dan kulit yang mengeras.
9. Keringkan atau biarkan kering oleh udara
10. Oleskan agen topikal
11. Krim, salep dan losion mengandung minyak
- Letakkan 1 – 2 sendok the obat ditelapak tangan dan lunakkan dengan
menggosokkan lembut diantara kedua tangan
- Manakala obat telah lunak dan lembut, usapkan merata diatas
permukaan kulit, lakukan gerakan memanjang searah pertumbuhan bulu.
- Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa berminyak setelah
pemberian.
12. Sprai aerosol
- Kocok wadah dengan keras
- Baca label untuk jarak yang dianjurkan (biasanya 15 – 30 cm)
- Bila leher atau bagian atas dada harus disemprot, minta klien untuk
memalingkan wajah dari arah sprai.
- Semprotkan obat dengan merata pada bagian yang sakit
13. Lotion mengandung suspensi
- Kocok wadah dengan kuat
- Oleskan sejumlah kecil lotion pada kasa balutan ataubantalankecil dan
oleskan pada kulit dengan menekan merata searah pertumbuhan bulu
- Jelaskan pada klien bahwa area akan terasa dingin dan kering.
14. Bubuk
- Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara menyeluruh
- Renggangkan dengan baik bagian lipatan kulit
- Bubuhkan obat sedikit demi sedikit hingga area kulit tertutup dengan
bubuk halus, lapisan tipis.
15. Tutup area kulit dengan balutan sesuai dengan indikasi, dan kuatkan
dengan plester
16. Bantu klien untuk posisi nyaman, kenakan kembali pakaian, dan tutup
dengan linen tempat tidur sesuai keinginan
17. Buang peralatan yang basah pada wadah yang disediakan
18. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
19. Dokumentasikan semua informasi yang relevan :
- Nama obat yang diberikan, waktu, dosis, dan rute pemberian obat
- Masalah-masalah khusus jika terjadi
20. Evaluasi respon klien
Keterangan Check List :
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
PEMBERIAN SUPOSITORIA REKTAL
Defenisi
Berbagai obat tersedia dalam bentuk supositoria rectal dan membuat efek local dan efek sistemik.
Aminofilin suppositoria bekerja secara sistemik untuk mediatasi bronkiele respiratori, sedangkan lainnya
(misalnya dulcolax) dapat bekerja secara local untuk meningkatkan defekasi. Perawat harus
memperhatikan terutama pada penempatan supositoria dengan benar pada dinding mukosa rectal,
melewati sfingter anal internal, sehingga suppositoria tidak dikeluarkan. Klien yang mengalami
pembedahan atau pendarahan rectal tidak boleh diberikan supositoria rectal.
Persiapan alat :
1. Supositoria rectal
2. Jeli pelumas
3. Sarung tangan bersih sekali pakai
4. Tisu

PROSEDUR PEMBERIAN SUPOSITORIA REKTAL


Check List
No. Prosedur Tindakan
0 1 2
1. Telaah pesanan dokter untuk memastikan nama obat, kekuatan, waktu
dan tempat pemberian.
2. Cuci tangan
3. Identifikasi identitas klien
4. Jelaskan prosedur pemberian pada klien
5. Minta klien untuk berbaring dengan posisi miring (sims) dengan
tungkai bagian atas fleksi ke depan
6. Pertahankan agar klien tetap terselimuti dan hanya area anal yang
terpajang
7. Pakai sarung tangan
8. Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada ujung
bulatnya dengan jeli. Beri pelumas sarung tangan pada jari telunjuk
tangan dominan anda.
9. Minta klien untuk menarik napas perlahan melalui mulut dan untuk
merilekskan sfingter ani.
10. Regangkan bokong klien dengan tangan nondominan anda. Dengan
jari telunjuk, masukkan supositoria dengan perlahan melalui anus,
melalui sfingter anal internal, dan mengenai dinding rectal sekitar 10
cm (4inci) pada dewasa dan 5 cm (2 inci) pada anak-anak dan bayi.
11. Tarik jari anda dan bersihkan area anal klien
12. Instruksikan klien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama
5 menit
13. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
14. Dokumentasikan semua informasi yang relevan :
- Nama obat yang diberikan, waktu, dosis dan rute pemberian obat
- Masalah-masalah khusus jika terjadi
15. Evaluasi respon klien
Keterangan Check List :
0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan tapi perlu latihan 2. Dilakukan
dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
PROSEDUR PEMBERIAN OBAT VAGINAL
Persiapan Alat
1. Sarung tangan sekali pakai atau steril
2. Obat yang dipesankan (krim Vagina / suppositoria)
3. Jelly atau pelumas tahan air
4. Kantung tahan air
5. Aplikator

PROSEDUR PEMBERIAN OBAT VAGINAL


Check List
No. Prosedur Tindakan
0 1 2
1. Telaah pesanan dokter untuk memastikan nama obat, dosis, waktu dan
tempat pemberian.
2. Cuci tangan
3. Identifikasi identitas pasien
4. Jelaskan prosedur pemberian pada pasien
5. Minta klien untuk berbaring dengan posisi dorsal rekumben
6. Pertahankan selimut abdomen dan turunkan selimut ekstremitas
7. Pakai sarung tangan
8. Memasukkan obat supositoria :
a. Buka bungkus aluminium foil supositoria dan oleskansejumlahpelumas
yang larut dalam air pada ujung supositoria yang bulat dan halus.
Lumaskan jari telunjuk yang telah dipasang sarung tangan dan tangan
dominan
b. Dengan tangan nondominan yang sudah terpasang sarung tangan
regangkan lipatan labia
c. Masukkan ujung bulat supositoria sepanjang dinding kanal vagina
posterior sepanjang dindi ng posterior lubang vagina sampai jari telunjuk
7,5 – 10 cm / 3 – 4 inci
d. Tarik jari bersihkan pelumas yang tersisa disekitar orifisium dan labia
e. Instruksikan klien untuk tetap pada posisi terlentangselama sedikitnya 10
menit
Memasukkan obat krim vagina :
a. Isi aplikator krim, ikuti petunjuk yang tertera pada kemasan
b. Dengan tangan nondominan yang sudah terpasang sarung tangan
regangkan lipatan labia
c. Dengan tangan dominan anda yang bersarung tanganmasukkanaplikator
sekitar 7,5 cm.
Dorong aplikator untuk mengeluarkan obat
a. Tarik plunger dan letakkan pada tisu. Bersihkan sisa krimpada labia
atau orifisium vagina
b. Instruksikan klien untuk tetap pada posisi terlentang selama
sedikitnya 10 menit
c. Cuci aplikator dengan sabun dan air hangat. Simpan untuk
penggunaan selanjutnya
9. Buang peralatan pada wadah yang disediakan
10. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
11. Dokumentasikan semua informasi yang relevan :
- Nama obat yang diberikan, waktu, dosis, dan rute pemberian obat.
- Masalah-masalah khusus jika terjadi
12. Evaluasi respon klien
Keterangan Check List :
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
PENGAMBILAN SPESIMEN DAHAK UNTUK KULTUR DAN SENSITIFITAS

Batasan
Tindakan pengambilan specimen dahak secara langsung

Tujuan
Untuk keperluan diagnostic dan mengidentifikasi mikroorganisme yang menyebabkan infeksi/penyakit

Persiapan Alat
1. Botol specimen
2. Masker
3. Kertas tisu
4. Catatan specimen
5. Ampra tindakan untuk kultur dan sensitifitas

PROSEDUR PENGAMBILAN SPESIMEN DAHAK UNTUK KULTUR DAN SENSITIFITAS


Check List
No. Kegiatan
0 1 2
Lakukan tindakan persiapan :
a. Periksa catatan dari dokter
1.
b. Periksa keadaan pasien
c. Siapkan peralatan
2. Cuci tangan
3 Beri salam, jelaskan pada klien tujuan dan prosedur pengambilan dahak
4 Beri klien botol specimen
Beritahu klien kapan dan cara mengambil specimen
I. Waktu
 Ambil specimen pada waktu pagi setelah bangun pagi
 Kumur mulut
5 II. Cara
 Tarik napas dalam sebanyak 2 – 3 kali
 Batuk dan keluarkan dahak ke dalam botol specimen
 Periksa specimen adalah dahak bukan air liur
 Tutup kembali botol specimen dan kemasi dengan rapat
6 Label specimen dengan lengkap
7 Masukkan botol specimen kedalam plastik
8 Cuci tangan
9 Lengkapkan ampra tindakan dengan betul
Hantar specimen ke tempat pemeriksaan diagnostic dengan ampra
10
tindakannya
11 Bersihkan dan rapikan peralatan
12 Dokumentasikan specimen yang di antar
Keterangan Check List
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN PENGAMBILAN SPESIMEN FESES
Batasan
Tindakan pengambilan specimen feses melalui anus secara langsung
Tujuan
Untuk keperluan diagnostik
Persiapan Alat
1. Botol specimen
2. Bedpan dan tissue
3. Masker
4. Kertas tisu
5. Spatula
6. Catatan specimen
7. Ampra tindakan untuk kultur dan sensifitas dan klinikal diagnostic

PROSEDUR PENGAMBILAN SPESIMEN FESES


Check List
No. Kegiatan
0 1 2
Lakukan tindakan persiapan :
- Periksa catatan dari dokter
1.
- Periksa keadaan pasien
- Siapkan peralatan
2. Cuci tangan
3 Beri salam, jelaskan pada klien tujuan dan prosedur pengambilan feses
4 Jaga privasi
5 Bantu klien duduk diatas bedpan (jika perlu)
Beritahu klien untuk ambil feses saja
6
 Letakkan piala ginjal dalam bedpan dan tuan feses dalam botol specimen
7 Periksa feses klien : warna, bau, kekentalan, kandungan
Ambil bagian tengah feses menggunakan tutup botol specimen
8
berspatula (feses normal)
9 Bersihkan dan rapikan klien
10 Label specimen dengan lengkap
11 Masukkan botol specimen kedalam plastic
12 Cuci tangan
13 Lengkapkan ampra tindakan dengan betul
Hantar specimen ke tempat pemeriksaan diagnostic dengan ampra
14
tindakannya
15 Bersihkan dan rapikan peralatan
16 Dokumentasikan specimen yang di antar
Keterangan Check List
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
PENGAMBILAN SPESIMEN UNTUK KULTUR DAN SENSITIVITAS
(Tanpa dan dengan media)
Check List
no. Kegiatan
0 1 2
Lakukan tindakan persiapan :
- Periksa catatan dari dokter
1.
- Periksa keadaan pasien
- Siapkan peralatan
2. Cuci tangan
3 Beri salam, jelaskan pada klien tujuan dan prosedur pengambilan urin
4 Jaga privasi
Ambil specimen
I. Swab tenggorokan
 Posisikan klien ke semi fowler’s atau fowler’s
 Keluarkan kapas lidi steril
 Beritahu klien untuk buka mulut seluas -luasnya
 Tekan lidah di bagian tengah dengan spatula perlahan-lahan
 Senterkan tenggorokan dengan lampu untuk mengenali bagian mana yang
akan di swab
 Swab tenggorokan
 Masukkan kembali lidi kapas ke dalam tabung pemeriksaantanpa menyentuh
bagian tabung
II. Swab luka
 Lakukan dressing pada luka dengan teknik aseptic
 Keluarkan kapas lidi steril
 Swab luka dengan satu kali usapan
 Masukkan kembali lidi kapas kedalam tabung pemeriksaantanpa menyentuh
bagian tabung
III. Swab hidung
 Arahkan klien untuk menengadah ke atas
5  Keluarkan kapas lidi steril
 Masukkan kapas lidi ke dalam hidung
 Swab hidung dengan usapan lidi kapas kedalam tabungpemeriksaantanpa
menyentuh bagian tabung.
IV. Swab mata
 Kenali mata yang mau di swab
 Arahkan klien untuk menutup kedua matanya
 Keluarkan kapas lidi steril
 Swab mata dari kantus dalam ke kantus luar
V. Arah telinga
 Kenali telinga yang mau di swab
 Berdiri menghadap telinga yang mau di swab
 Keluarkan kapas lidi steril
 Swab telinga dengan usapan berputar
 Masukkan kembali l idi kapas kedalam tabung pemeriksaan tanpa
menyentuh bagian tabung
VI. Swab rectum
 Posisikan klien lateral kiri atau kanan
 Buka bagian perineum
 Keluarkan kapas lidi steril
 Masukkan lidi kapas ke dalam anus secara berputar
 Masukkan kembali lidi kapas kedalam ta bung pemeriksaan tanpa
menyentuh bagian tabung
6 Lengkapi ampra tindakan dengan betul
Hantar specimen ke tempat pemeriksaan diagnostic dengan ampra
7
tindakannya
8 Bersihkan dan rapikan peralatan
9 Dokumentsikan specimen yang di antar
Keterangan Check List
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
PENGAMBILAN SPESIMEN URIN 24 JAM

Batasan
Tindakan pengambilan specimen urin pada klien dalam waktu 24 jam
Tujuan
Mengenai jenis mikroorganisme yang menyebabkan infeksi, mengetahui kemungkinan penyebab penyakit
dan mengetahui jumlah urin out put

Persiapan Alat :
1. Bedpan/urinal
2. Botol pengumpul
3. Jug pengukur
4. Ampra tindakan pemeriksaan
5. Catatan specimen
PROSEDUR
PENGAMBILAN SPESIMEN URIN UNTUK KULTUR DAN SENSITIFITAS
(Klien dengan keterbatasan gerak dan kateter urin)
Check List
No. Kegiatan
0 1 2
Lakukan tindakan persiapan :
1. - Periksa catatan dari dokter
- Periksa keadaan pasien
- Siapkan peralatan
2. Cuci tangan
3 Beri salam, jelaskan pada klien tujuan dan prosedur pengambilan urin.
4 Tanyakan klien kapan kencing yang pertama setelah bangun pagi
5 Catat waktu dan urin yang dikumpulkan pertama
6 Ambil dan catat jumlah urin yang keluar
Tuangkan semua urin ke dalam botol setiap kali kencing sampai keesokan
7
harinya.
8 Catat waktu dan jumlah pengambilan urin yang terakhir
9 Label specimen dengan lengkap
10 Masukkan botol specimen kedalam plastic
11 Cuci tangan
12 Lengkapkan ampra tindakan dengan betul
Hantar specimen ke tempat pemeriksaan diagnostic dengan ampra
13
tindakannya.
14 Bersihkan dan rapikan peralatan
15 Dokumentasikan specimen yang di antar
Keterangan Check List
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
PENGAMBILAN SPESIMEN URIN UNTUK KULTUR DAN SENSITIFITAS
(Klien dengan keterbatasan gerak dan kateter urin)

Batasan
Tindakan pengambilan specimen urin pada klien dengan keterbatasan gerak dan kateter urin

Tujuan
Mengenali jenis mikroorganisme yang menyebabkan infeksi dan penyakit

Persiapan Alat
1. Sarung tangan bersih
2. Botol specimen urin steril
3. Swab/kapas alcohol
4. Spuit 20 cc dan jarum 21 G
5. Bak/kom steril
6. Ampra tindakan pemeriksaan
7. Catatan Spesimen

PROSEDUR PENGAMBILAN SPESIMEN URIN 24 JAM


Check List
No. Kegiatan
0 1 2
Lakukan tindakan persiapan :
1. - Periksa catatan dari dokter
- Periksa keadaan pasien
- Siapkan peralatan
2. Cuci tangan
3 Beri salam, jelaskan pada klien tujuan dan prosedur pengambilan urin
4 Jaga privasi
Pakai sarung tangan bersih
5  Keluarkan spuit dan jarum
 Longgarkan tutup botol specimen
Ambil specimen urin
 Kenali bagian kateter yang akan di tes
 Swab bagian kateter yang akan di tusuk
6  Tusukkan kateter perlahan-lahan dengan spuit pada 30 0
 Keluarkan urin sebanyak 20 ml
 Masukkan urin kedalam botol specimen
 Tutup dan goncang botol perlahan-lahan sehingga kristal di dalamnya larut.
7 Lepaskan sarung tangan bersih
8 Label specimen dengan lengkap
9 Masukkan botol specimen kedalam plastic
10 Cuci tangan
11 Lengkapkan ampra tindakan dengan betul
Hantar specimen ke tempat pemeriksaan diagnose dengan ampra
12
tindakannya
13 Bersihkan dan rapikan peralatan
14 Dokumentasikan specimen yang diantar
Catatan : kateter di klem ½ jam sebelum specimen di ambil
Keterangan Check List
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
PENGAMBILAN SPESIMEN URIN UNTUK KULTUR DAN SENSITIFITAS
(Klien dengan keterbatasan gerak dan tanpa kateter)

Batasan
Tindakan pengambilan specimen urin pada klien dengan keterbatasan gerak dan tanpa kateter

Tujuan
Mengenai jenis mikroorganisme yang menyebabkan infeksi dan penyakit

Persiapan Alat
1. Sarung tangan steril
2. Botol specimen urin steril
3. Larutan Normal Salin
4. Bak/kom steril
5. Pengalas/perlak
6. Set perawatan perineum
7. Bedpan dan penutup
8. Ampra tindakan pemeriksaan
9. Catatan specimen

PROSEDUR PENGAMBILAN SPESIMEN URIN UNTUK KULTUR DAN SENSITIFITAS


(Klien dengan keterbatasan gerak dan tanpa kateter)
Check List
No. Kegiatan
0 1 2
Lakukan tindakan persiapan :
1. - Periksa catatan dari dokter
- Periksa keadaan pasien (sadar tapi memerlukan bantuan)
- Siapkan peralatan
2. Cuci tangan
3 Beri salam, jelaskan pada klien tujuan dan prosedur pengambilan urin
4 Jaga privasi
Buka set dan tuang larutan normal salin kedalam kom steril yang berisi
5
swab dan keluarkan sarung tangan steril.
6 Longgarkan penutup botol specimen
Persiapkan klien :
 Letakkan pengalas
7  Lindungi bagian perineum
 Lepaskan/buka pakaian/celana klien
 Letakkan bedpan dibawah punggung
8 Cuci tangan asepsis ke dua
9 Pakai sarung tangan steril
10 Peras swab dan susun dalam bak/kom steril
11 Posisikan klien (Litotomi)
12 Lakukan perineum hygine
Ambil specimen urin :
13
 Arahkan klien untuk kencing
 Tadah urin di pertengahan aliran kencing bak/kom steril
 Tuang urin ke dalam botol specimen
 Goncang perlahan-lahan sampai Kristal di dalamnya larut
14 Keluarkan bedpan dan pengalas
15 Rapikan klien dan kemasi peralatan
16 Lepaskan sarung tangan steril
17 Masukkan botol specimen kedalam plastic
18 Cuci tangan
19 Lengkapkan ampra tindakan dengan betul
Hantar specimen ke tempat pemeriksaan diagnostic dengan ampra
20
tindakannya
21 Bersihkan dan rapikan peralatan
22 Dokumentasikan specimen yang di antar
Keterangan Check List
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
PENGAMBILAN SPESIMEN URINE UNTUK KULTUR DAN SENSITIFITAS
(Klien dengan ambulasi aktif)
Batasan
Tindakan pengambilan specimen urin pada klien dengan ambulasi aktif
Tujuan
Mengenali jenis mikroorganisme yang menyebabkan infeksi dari penyakit
Persiapan Alat :
1. Botol specimen urin
2. Larutan Normal Salin
3. Bak/kom steri
4. Catatan specimen
5. Set perawatan perineum
6. Ampra tindakan pemeriksaan

PROSEDUR PENGAMBILAN SPESIMEN URINE UNTUK KULTUR DAN SENSITIFITAS


(Klien dengan ambulasi aktif)
Check List
No. Kegiatan
0 1 2
Lakukan tindakan persiapan :
1. - Periksa catatan dari dokter
- Periksa keadaan pasien
2. Cuci tangan
3 Beri salam, jelaskan pada klien tujuan dan prosedur pengambilan urin.
Buka set dan tuang larutan normal salin kedalam kom steril yang berisi
4
swab
Beritahu klien cara mengambil specimen
 Cuci tangan dengan sabun dan air
5  Cuci bagian perineum dengan sabun dan air
 Swab area vulva atau penis dengan swab normal salin
 Kencing sedikit kemudian tadah urin di pertengahan aliran kedalam botol.
 Goyangkan botol perlahan-lahan sehingga Kristal didalamnya larut.
6 Beri botol dan set perawatan perineum steril kepada klien.
7 Tunggu klien mengambil specimen urinnya.
8 Ambil botol dan set perawatan perineum dari klien
9 Label specimen dengan lengkap.
10 Masukkan botol specimen kedalam plastic
11 Lengkapkan ampra tindakan dengan betul
Hantar specimen ketempat pemeriksaan diagnostic dengan ampra
12
tindakannya.
13 Bersihkan dan rapikan peralatan
14 Cuci tangan
15 Dokumentasikan specimen yang di antar

Keterangan Check List


0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN MENCUCI RAMBUT

Defenisi
Mencuci rambut dan kulit kepala dengan mempergunakan sabun atau shampo

Tujuan
1. Membersihkan kulit kepala dan rambut
2. menghilangkan bau dan memberi rasa nyaman
3. Merangsang peredaran darah di bawah kulit kepala
4. Membasmi kutu dan ketombe

Dilakukan pada
1. Pasien yang rambutnya kotor dan keadaan umumnya mengizinkan
2. Bagi pasien yang berkutu,s ebelum dicuci harus diobati dan dipasang kap kutu terlebih
dahulu.
3. Pasien yang menjalani operasi besar (bila keadaan umum mengizinkan)

Persiapan Alat
1. Handuk dua buah
2. Perlak panjang sebagai alas
3. Baskom berisi air hangat
4. Gayung
5. Shampo dan sabun kedalam
tempatnya
6. Sisir
7. Kain kassa dan kapas
8. Ember kosong
9. Bengkok (NIERBEKKEN)
10. Celemek untuk petugas
11. Sampiran (Seherem)
12. Alat pengering rambut bila mungkin
disediakan
13. Hans Cm
PROSEDUR MENCUCI RAMBUT
Check List
No. Kegiatan
0 1 2
1. Bila pasien tidak dapat duduk, posisi tidurnya diatur dengan kepala di pinggir
tempat tidur
2. Ember diletakkan di bawah tempat tidur di bagian kepala
Perlak pengalas dipasang di bawah kepala dengan sisi kanan dan kirinya
3.
digulung sedikit ke dalam dan ujungnya berada di dalam ember
Lubang telinga ditutup dengan kapas dan mata ditutup dengan kain kasa atau
4.
sapu tangan pasien
5. Dada ditutup dengan handuk sampai leher
Rambut disisir, kemudian disiram dengan air hangat, selanjutnya rambut
6. dicuci dengan shampo atau sabun, rambut dibilas beberapa kali dengan air
hangat dan bersamaan dengan itu kepala dipijit-pijit
7. Kepala diangkat dan diberi alas handuk selanjutnya rambut dikeringkan
Kapas penutup lubang telinga dan kain kasa penutup mata diangkat dan
8.
diletakkan dalam bengkok (Nierbekken)
9. Rambut dikeringkan dengan handuk
10. Rambut disisir dengan rapi
11. Posisi pasien diatur kembali
12. Peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ke tempat semula
Keterangan Check List
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
MENYISIR RAMBUT

Defenisi
Mengatur rambut agar rapi dengan menggunakan sisir dilakukan pada pasien yang tidak dapat
menyisir sendiri.

Tujuan
1. Rambut tetap bersih, rapi dan terpelihara
2. memberikan rasa senang kepada pasien/ rasa nyaman
3. Mencari kemungkinan adanya kutu atau penyakit kulit kepala
4. Merangsang aliran darah kulit kepala

Persiapan alat-alat
Alat-alat yang harus disiapkan untuk menyisir rambut pasien adalah sebuah baki yang berisi :
1. Sisir (sebaiknya milik pasien)
2. Handuk kepunyaan rumahs akit
3. Potongan kertas tissue dalam tempatnya
4. Bengkok kosong
5. Tali pita atau karet untuk mengikat rambut
6. Minyak kelapa atau minyak rambut

Menyisir rambut pasien dilaksanakan / dilakukan :


1. Secara rutin tiap hari sesudah mandi pagi dan sore
2. Bila perlu, jika pasien akan pergi keluar ruangan misalnya, kebagian ronggen dan sebagainya

PROSEDUR
Check List
No. Kegiatan
1 2 3
1. Memberitahu pasien
2. Mencuci tangan
3. Membentangkan handuk di bawah kepala pasien kemudian dimiringkan
4. Membagi rambut menjadi dua bagian
5. Menyisir rambut mulai dari ujungnya, demikian juga bagian lainnya
Setelah menyisir, sisir dibersihkan dengan kertas tissue, kemudian
6.
dimasukkan ke dalam bengkok yang berisi larutan lisol
7. Masukkan kertas tissue ke dalam bengkok kosong
8. Mengangkat handuk di bawah kepala dan merapikan pasien
Membersekan alat-alat, dibawah ke spoel hok untuk dibersihkan
9.
kemudian dikembalikan ke tempat semula
10. Mencuci tangan
11. Dokumentasikan
Keterangan Check List
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN


MEMINDAHKAN KLIEN DARI TEMPAT TIDUR KE KURSI

Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi, memampukan perawat untuk mengubah
lingkungan sekitar klien juga posisinya. Bila klien mampu mentoleransi berpindah ke kursi
roda, perawat dapat memindahkannya ke ruangan lain dan meningkatkan kesempatannya
untuk bersosialisasi. Untuk klien yang telah tirah baring, perpindahan ini adalah satu
aktivitas pertama yang harus dilakukan.

PROSEDUR MEMINDAHKAN KLIEN DARI TEMPAT TIDUR KE KURSI


Check List
No. Kegiatan
0 1 2
1. Cuci tangan
Bantu klien ke posisi duduk ditepi tempat tidur ataur kursi pada sudut 45
2.
derajat terhadap tempat tidur
3. Pasang sabuk pengikat untuk pindah bila perlu
4. Pastikan bahwa klien menggunakan sepatu yang stabil dan antislip
5. Rentangkan kaki anda
6. Fleksikan pinggul dan lutut anda, sejajarkan lutut anda dengan lutut klien
Pegang sabuk pengikat pemindah dari bawah atau pegang melalui aksial
7.
klien dan tempatkan pada scapula klien
Angkat klien sampai berdiri pada hitungan ketiga sambil meluruskan pinggul
8.
dan kaki, pertahankan lutut agak fleksi
Pertahankan kestabilan dari tangkai dengan lutut yang lebih lemah atau
9.
paralise
Pusatkan pada kaki yang terjauh dari kursi, pindahkan klien langsung ke
10.
depan kursi
Instruksikan klien untuk menggunakan sandaran tangan pada kursi untuk
11.
sanggaan
12. Fleksikan pinggul dan lutut anda saat menurunkan klien ke kursi
13. Kaji klien untuk kelurusan yang tepat
14. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
15. Catat perpindahan klien pada kursi pada catatan perawatan
Keterangan Check List :
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
MEMINDAHKAN KLIEN MENGGUNAKAN KURSI RODA

Memindahkan klien menggunakan kursi roda merupakan salah satu keterampilan


penting yang harus dikuasai oleh seorang perawat. Tujuan pemindahan klien menggunakan
kursi roda diantaranya yaitu untuk keperluan pemeriksaan laboratorium atau pemriksaan
lainnya yang tidak dapat dilakukan di ruang perawatan klien. Sebelum memindahkan klien,
pastikan klien bisa menahan posisi duduk untuk sementara waktu.

PROSEDUR MEMINDAHKAN KLIEN MENGGUNAKAN KURSI RODA


Check List
No. Kegiatan
0 1 2
1. Cuci tangan
Mengecek program terapi medis atau prosedur pemeriksaan yang akan
2.
dilakukan
3. Identifikasi kemampuan klien dalam menggunakan kursi roda
4. Pastikan bahwa klien menggunakan sepatu yang stabil dan antislip
5. Ukur tanda-tanda vital klien
Tinggikan bagian atas tempat tidur dan atur posisi duduk sesuai yang
6.
ditoleransi klien, beri bantal di belakang punggung jika diperlukan
Atur posisi duduk di tepi tempat tidur (sesuai sisi yang diinginkan). Untuk
klien dengan keterbatasan rentang gerak ekstremitas letakkan satu
7. tangan di bawah bahu klien dan tangan lain di area popliteal lalu putar
klien hingga posisi kaki menggantung di tempat tidur, lalu atur posisi klien
hingga kaki menapak lantai
Tempatkan kursi roda sejajar tempat tidur; pastikan kursi roda dalam
8.
posisi terkunci. Buka pijakan kaki pada kursi roda
Regangkan kedua kaki perawat sejajar bahu. Fleksikan lutut perawat,
9.
sejajarkan dengan lutut klien
10. Sanggah kedua axilla klien dengan posisi kedua tangan perawat mengunci
11. Letakkan kaki perawat agak kesamping dan depan klien
Posisikan klien berdiri dan kaji keluhan klien. Salah satu tangan klien
12. memegang kursi roda (jika klien mampu). Lalu bantu tubuh klien untuk
duduk di atas kursi roda
13. Atur posisi klien di kursi roda agar nyaman dan buka kunci kursi roda
Jika melewati jalanan datar dan menanjak posisi perawat ada di belakang
14.
klien
Jika melewati jalan menurun, posisi perawat di depan membelakangi arah
15. tujuan dengan klien menghadap ke arah yang sama, mundurlah secara
perlahan-lahan
16 Jika telah sampai ke tempat yang dituju, periksa kembali kondisi klien
Keterangan Check List :
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
KEPERAWATAN
MANAJEMEN
FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN

Manajemen keperawatan suatu proses menyelesaikan pekerjaan melalui staf perawat di


bawah tanggung jawabnya untuk memberikan asuhan keperawaatan, pengobatan, rasa aman
kepada keluarga dan masyarakat (Gilies, 1994/1996). Tugas manajer keperawatan adalah
berkoordinasi dan berintegrasi dengan sumber-sumber yang ada melalui fungsi manajemen
planing, organizing, staffing, actuating, dan controling (Huber, 2010; Marquis & Huston,
2003/2010; Sitorus & Panjaitan, 2011).

Kepala ruangan (head nurse) adalah tingkatan manajer pertama (first-level managers)
membawahi dua atau lebih perawat primer atau ketua tim (Keliat & Akemat, 2009). Kepala
ruangan berperan sebagai manajer unit mempunyai tanggung jawab utama mengatur
aktivitasperawatan di unit perawatan melalui pelaksanaan manajerial yang meliputi
planning, organizing, staffing, actuating dan controlling (Huber, 2010; Marquis & Huston,
2003/2010).

1. Planning (Fungsi Perencanaan)


Perencanaan adalah komponen manajemen yang paling esensial. Fungsi perencanaan
meliputi penentuan misi, filosofi, tujuan umum, tujuan khusus, kebijakan, prosedur, dan
peraturan termasuk proyeksi jangka panjang dan pendek (Marquis & Huston, 2003/2010).

2. Organisation (Fungsi Pengorganisasian)


Pengorganisasian adalah pembentukan struktur formal untuk melaksanakan rencana,
menguraikan prosedur, mempersiapkan perlengkapan, menetapkan tugas, menentukan jenis
pemberian asuhan yang tepat, mengelompokkan aktifitas untuk mencapai tujuan unit
(Marquis & Huston, 2003/2010).

3. Staffing (Fungsi Ketenagaan)


Fungsi ketenagaan meliputi analisis pekerjaan, perencanaan tenaga baru, menetapkan
deskripsi posisi, proses perekrutan, seleksi, pengangkatan pegawai baru, orientasi pegawai,
pengaturan jadwal staf, pengembangan staf, sosialisasi pekerja bahkan membangun kerja
sama dengan rekan kerja serta penilaian kinerja (Thompson, 2007/2014).

4. Actuating (Fungsi Pengarahan)


Pengarahan adalah memberi penugasan yang jelas, menetapkan deskripsi tugas dan
menetapkan ketenagaan yang dibutuhkan (Sitorus & Panjaitan, 2011). Fungsi pengarahan ini
membutuhkan keterampilan dari seorang manajer, karena terkait dengan kemampuan
berkomunikasi, memotivasi, menangani konflik serta, mendelegasikan jabatan, mendorong
kerja sama dan memberi dukungan kepada setiap pegawai (Marquiz & Huston, 2003/2010).

5. Controlling (Fungsi Pengendalian)


Pengendalian meliputi proses pengevaluasian implementasi rencana yang diambil, pesanan
yang diberikan, pembuatan prinsip-prinsip berdasarkan standar kerja, membandingkan
kinerja dengan standar dan memperbaiki kekurangan (Marquis & Huston, 2003/2010).
KISI- KISI PENGKAJIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

Konsep Variabel Metode Sasaran Waktu


No. Sub Variabel Sub-sub Variabel
yang diukur
1 2 3 1 2 3
1 Perencanaan 1. Filosofi 1.1 Visi 1.1.1 Keberadaan Visi Rumah sakit
1.1.2 Keberadaan Visi Ruangan
1.2 Misi 1.2.1 Keberadaan Misi Rumah sakit
1.2.2 Keberadaan Misi Ruangan
2. Kebijakan/ 2.1 Peraturan/ 2.1.1 Penentuan kualifikasi perawat disetiap ruangan
peraturan kebijakan 2.1.2 Perhitungan tenaga perawat disetiap ruangan.
ketenagaan 2.1.3 Perencanaan pengembangan tenaga perawat
perawat 2.1.4 Keterlibatan perawat dalam rencana pengembangan
tenaga perawat
2.2 Peraturan/ 2.2.1 Keberadaan SAK, SPO
kebijakan dalam 2.2.2 Keterlibatan perawat dalam rencana kegiatan tahunan,
kegiatan bulanan, mingguan, dan harian
keperawatan
3. Perencanaan 3.1 Perencanaan 3.1.1 Perencanaan strategi Rumah sakit
Strategi strategi 3.1. 3 Perencanaan strategi Ruangan
2. Pengorganis 1. Struktur 1.1 Struktur organisasi 1.1.1 Keberadaan Struktur Organisasi RS.
asian RS 1.1.2 Keberadaan Struktur Organisasi Keperawatan
1.2 Struktur organisasi 1.1.3 Keberadaan Struktur Organisasi Ruangan
keperawatan 1.1.4 Metode Penugasan
1.3 Struktur organisasi
ruangan
2. Pemahaman 2.1 Sosialisasi struktur 2.1.1 Sosialisasi struktur organisasi Rumah sakit kepada
terhadap organisasi seluruh karyawan rumah sakit
struktur 2.1.2 Sosialisasi struktur organisasi Rumah sakit kepada
organisasi seluruh perawat
3. Uraian 3.1 Uraian tugas 3.1.1 Ketersediaan uraian tugas Kepala Ruangan/ Katim/ PP
Tugas Kepala Ruangan/ 3.1.2 Kejelasan tanggung jawab dan wewenang Kepala
Katim/ PP Ruangan/ Katim/ PP
3.1.2 Sosialisasi uraian tugas Kepala Ruangan/ Katim/ PP
Konsep Variabel Metode Sasaran Waktu
No. Sub Variabel Sub-sub Variabel
yang diukur
4. Pokja 5.2 Pokja 5.2.1 Terbentuknya Pokja
5.2.2 Uraian tugas pokja

3. Staffing 1. Rekruitmen 1.1 Uji kompetensi 1.1.1 Keberadaan uji kompetansi untuk pegawai baru
1.1.2 Uji komptensi berkala
1.2 Penempatan 1.1.3 Penempatan atas dasar uji kompetensI
2. Orientasi 2.1 Waktu orientasi 2.1.1 Orientasi dilakukan pada perawat baru
2.1.2 Selama orientasi dilakukan penilaian secara formal
2.2 Pendampingan dan informal.
selama orientasi 2.1.3 Selama orientasi didampingi oleh instruktur klinik
2.1.5 Selama orientasi didampingi oleh senior
3. Pertemuan 3.1 Pertemuan rutin 3.1.1 Adanya sistem operan
staf 3.1.2 Pertemuan antara pimpinan dan staf perawatan
4. Kebutuhan 4.1 Perhitungan 4.1.1 Perhitungan tenaga sesuai dengan teori tertentu
tenaga dan kebutuhan tenaga 4.1.2 Ada yang melakukan perhitungan tenaga keperawatan
penjadwalan 4.2 Penjadwalan 4.1.3 Perhitungan tenaga perawat sudah didasarkan pada
tenaga klasifikasi klien
keperawatan 4.1.4 Keberadaan jadwal dinas
4.3 Rotasi tenaga 4.1.5 Ada yang membuat jadwal dinas
keperawatan 4.1.6 Program rotasi perawat secara berkala.
5.Pengembanga 5.1 Mapping karir 5.1.1 Form Mapping karir pendidikan perawat
n tenaga pendidikan 5.1.2 Penanggungjawab perumusan dan follow up Mapping
(Continuing perawat karir pendidikan perawat
Professional 5.2 Pendidikan formal 5.2.1 Kesempatan melanjutkan pendidikan bagi perawat
Developmen perawat 5.2.2 Kesempatan mengikuti pelatihan bagi perawat
t) 5.2.3 Pendidikan non
formal (pelatihan)
perawat
4. Pengarahan 1. Motivasi 1.1 Reward 1.1.1 Cara pemberian reward
1.2 Punisment 1.1.2 Cara pemberian punisment
1.3 Teknik 1.1.3 Teknik pemberian motivasi
komunikasi
2. Delegasi 2.1 Jenis tugas yang 2.1.1 Kepala Ruangan mendelegasikan tugas-tugas tertentu
didelegasikan ke staf pelaksana
Konsep Variabel Metode Sasaran Waktu
No. Sub Variabel Sub-sub Variabel
yang diukur
2.2 Kualifikasi orang 2.1.2 Kepala Ruangan mendelegasikan tugas dengan
yang mendapat melihat kualifikasi staf pelaksana
delegasi
3. Manajemen 3.1 Teknik 3.1.1 Frekuensi munculnya masalah
Konflik penyelesaian 3.1.2 Masalah langsung diselesaikan atau ditunda
konflik penyelesaiannya
4.1.3 Orang yang menjadi pengambil keputusan dalam
penyelesaaian masalah
4. Supervisi 5.1 Supervisi 5.1.1 Frekuensi pelaksanaan supervisi
5.1.2 Orang yang melakukan supervisi
5. Pengontrolan 1. Kualitas 1.1 Penilaian 1.1.1 Indikatot mutu
Kontrol pelaksanaan 1.1.2 Audit mutu
kewaspadaan 1.1.3 Program pengendalian mutu
standar 1.1.4 Mekanisme tindak lanjut pengendalian mutu
2. Penilaian 2.1 Alat penilaian 2.1.1 Format penilaian kinerja
kinerja kinerja 2.1.2 Interval dilakukan penilaian penilaian kinerja
2.1.3 Pengaruh penilaian kinerja terrhadap angka indikator
mutu
3. Disiplin 3.1 Reward dan 3.1.1 Sistem reward dan punishment (materi dan non
punishment materi)
3.1.2 Pengaruh sistem reward dan punishment

Keterangan:
Metode : 1. Wawancara narasumber Sumber : 1. Kepala Ruangan
2. Observasi 2. Katim
3. Studi Dokumentasi 3. PP/ PA
PERHITUNGAN BED RATE OCCUPATION (BOR)
A. Definisi
Bed Rate Occupation atauangka penggunaan tempat tidur yang biasa disingkat BOR adalah
persentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.

B. Tujuan
Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah
sakit. Nilai parameter BOR yang ideal menurut Depkes RI (2005) adalah antara 60-85%.
Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan rumah
sakit oleh masyarakat. Jumlah pasien yang sedikit menimbulkan masalah pendapatan ekonomi
bagi pihak fasilitas pelayanan kesehatan. Pasien sedikit menimbulkan pertanyaan bagaimana
pelayanan di fasilitas kesehatan tersebut. BOR yang tinggi (lebih dari 85%) menunjukkan
tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi, sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau
penambahan tempat tidur.

C. Cara Perhitungan

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒉𝒂𝒓𝒊 𝒑𝒆𝒓𝒂𝒘𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒓𝒖𝒎𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒌𝒊𝒕


𝑩𝑶𝑹 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑻𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕 𝑻𝒊𝒅𝒖𝒓 𝒙 𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒉𝒂𝒓𝒊 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒔𝒂𝒕𝒖 𝒑𝒆𝒓𝒊𝒐𝒅𝒆

Contoh:
1. Pada bulan Juni 4000 pasien rawat inap dilayani di rumah sakit dengan 150 tempat
tidur. Hitung persentase tingkat hunian rawat inap.
Perhatikan:
Jumlah rawat inap = 4000
Tempat tidur yang tersedia = 150
Juni memiliki 30 hari. Jadi, jumlah hari dalam periode = 30
Jawaban:
Jumlah hari perawatan rumah sakit
𝐁𝐎𝐑 = x 100%
Jumlah Tempat Tidur x jumlah hari dalam satu periode
4000
𝐁𝐎𝐑 = x 100%
150 x 30

BOR= 88.889%
2. Kasus penambahan tempat tidur
Rumah sakit ABC memiliki tempat tidur 100, pada tanggal 25 Januari 2016 terjadi
penambahan 20 TT. Jumlah total hari perawatan hingga akhir periode Januari 2016 =
2500.
Rumus BOR Penambahan Tempat Tidur = (Jumlah hari perawatan /((Jumlah TT periode
sebelum penambahan x jumlah hari periode sebelum penambahan)+(Jumlah TT setelah
penambahan x Jumlah hari periode setelah penambahan))) x 100 %. Maka untuk
menghitung BOR periode Januari 2016 yaitu: (2.500 / ((100x24)+(120x7))) x 100% =
77,16 %.

3. Kasus pengurangan tempat tidur


Rumah sakit ABC memiliki tempat tidur 100. Pada tanggal 25 Januari 2016 terjadi
pengurangan 5 TT. Jumlah total hari perawatan hingga akhir periode Januari 2016 =
2500.
Rumus BOR Pengurangan Tempat Tidur = (Jumlah hari perawatan /((Jumlah TT
periode sebelum pengurangan x jumlah hari periode sebelum pengurangan)+(Jumlah TT
setelah pengurangan x Jumlah hari periode setelah pengurangan))) x 100 %. Maka untuk
menghitung BOR periode Januari 2016 yaitu: (2.500 / ((100x24)+(95x7))) x 100% =
81,57 %.
PERHITUNGAN TENAGA PERAWAT

A. Pengertian
Dasar dilakukan perhitungan tenaga perawat adalah beban kerja perawat. Metode
perhitungan tenaga yang dikembangkan berakar dari beban kerja dan personal yang
bersangkutan serta spesifik sesuai kondisi pasien (Hariyati, 2014).
B. Perhitungan Metode Douglas
Douglas (1989 dalam Swansburg 2006) menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam
suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana masing-masing kategori
mempunyai nilai standar per shiftnya.

Tabel 1. Klasifikasi Klien berdasarkan Tingkat Ketergantungan


(Metode Douglas)
HARI
KRITERIA
1 2 3 4 5
A. Perawatan Minimal
1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
2. Makan dan minum dilakukan sendiri.
3. Ambulasi dengan pengawasan.
4. Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shift.
5. Pengobatan minimal, status psikologis stabil.
Jumlah pasien dengan perawatan minimal
B. Perawatan Partial
1. Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu.
2. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
3. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dai sekali.
4. Dipasang voley kateter, intak output dicatat.
5. Pasien terpasang infus, persiapan pengobatan memerlukan
prosedur.
Jumlah pasien dengan perawatan partial.
C. Perawatan Total
1. Semua kebutuhan dibantu
2. Merubah posisi, obserasi TTV tiap 2 jam.
3. Makan melalui NGT, Intravena terapi.
4. Pemakaian suction
5. Gelisah/ disorientasi
Jumlah pasien dengan perawatan total
(Sumber: Sitorus & Panjaitan, 2011)
Tabel 2. Konstanta Douglas Berdasarkan Klasifikasi Klien

Klasifikasi pasien
Jumlah Minimal Parsial Total
Pasien
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
1 0.17 0.14 0.07 0.27 0.15 0.10 0.36 0.30 0.20

2 0.34 0.28 0.14 0.54 0.30 0.20 0.72 0.60 0.40

3 0.51 0.42 0.21 0.81 0.45 0.30 1.08 0.90 0.60

(Sumber: Hariyati, 2014)

Contoh kasus: Ruang Rawat Inap pada shift pagi dengan 20 klien, dimana 5 ketergantungan
minimal, 7 ketergantungan parsial dan 6 ketergantungan total. Pada shift sore tidak ada
penambahan klien dan klasifikasi klien tidak berubah. Pada malam hari masuk 1 pasien dengan
ketergantungan total, maka jumlah perawat yang dibutuhkan:
Tabel 3. Perhitungan Tenaga dengan Metode Konstanta Douglas

Minimal Parsial Total Jumlah

Pagi 0.17 x 5 = 0,85 0.27 x 7 = 2.16 0.36 x 6 = 2,16 4,90

Sore 0,14 x 5 = 0,70 0.15 x 7 = 1,05 0.30 x 6 = 1,80 3,55

Malam 0,07 x 5 = 0,35 0.10 x 7 = 0,70 0.20 x 7 = 1,40 2,45

Jumlah secara keseluran perawat per hari = 10,9 atau 11 orang.


Untuk antisipasi cuti, libur dan kejadian tidak terduga + 25% sehingga kebutuhan perawat dalam
sehari : 10,9 + (25% x 10,9) = 13, 62 atau 14 perawat.
Perhitungan ini belum termasuk kepala ruangan dan ketua tim.

C. Perhitungan Tenaga Depkes 2002


1. Perhitungan Kamar Operasi
1.1 Dalam Kamar Operasi
Dasar perhitungan tenaga di kamar operasi (Depkes, 2002):
a. Jumlah dan jenis operasi
b. Jumlah kamar operasi
c. Pemakaian kamar operasi (diprediksi 6 jam per hari) pada hari kerja
d. Tugas perawat di kamar operasi: instrumentator dan perawat sirkulasi
e. Ketergantungan pasien:
 Operasi besar : 5 jam/ 1 operasi
 Operasi sedang : 2 jam/ 1 operasi
 Operasi kecil : 1 jam/ 1 operasi.

(Jumlah jam perawatan/ hari x jumlah operasi) x jumlah perawat dalam tim
Jam kerja efektif/ hari (7 jam)

Keterangan:
Hasil yang diperoleh di tambahkan 1 orang perawat sebagai cadangan.

1.2 Ruang Penerimaan dan RR


Kebutuhan tenaga perawat di ruang ini didasarkan:
a. Ketergantungan pasien di ruang penerimaan : 15 menit = 0,25 jam
b. Ketergantungan pasien di ruang RR : 1 jam.

Jumlah jam perawatan (0, 25 + 1) x jumlah pasien


Jam kerja efektif perawar/ hari

2. PerhitunganGawat Darurat
Dasar perhitungan unit gawat darurat adalah (Depkes, 2002) :
a. Rata-rata jumlah pasien/ hari
b. Jumlah jam perawatan per hari (4 jam)
c. Jam efektif perawat/ hari

Rata-rata jumlah pasien/ hari x jumlah jam perawatan + lost day


Jam kerja efektif perawat per hari

3. Perhitungan Critical Care


Dasar perhitungan unit critical care adalah (Depkes, 2002) :
a. Rata-rata jumlah pasien/ hari
b. Jumlah jam perawatan per hari (12 jam)
c. Jam efektif perawat/ hari

Rata-rata jumlah pasien/ hari x jumlah jam perawatan + lost day


Jam kerja efektif perawat per hari
4. Perhitungan Rawat Jalan
Dasar perhitungan rawat jalan adalah (Depkes, 2002) :
a. Rata-rata jumlah pasien/ hari
b. Jumlah jam perawatan 1 hari (15 jam)
c. Jam efektif perawat/ hari

Rata-rata jumlah pasien 1 hari x jumlah jam perawatan + koreksi 15%


Jam kerja perawat efektif per hari x 60

5. Kamar Bersalin
Dasar perhitungan rawat jalan adalah (Depkes, 2002) :
a. Waktu yang diperlukan untuk pertolongan persalinan mencakup kala I sampai dengan
IV = 4 jam/ pasien
b. Rata-rata jumlah pasien hari
c. Jam efektif bidan/ hari = 7 jam hari

Rata-rata jumlah pasien 1 hari x jumlah jam perawatan/ pasien + lost day
Jam kerja bidan efektif per hari
METODE PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN

Metode pemberian asuhan keperawatan atau metode penugasan akan mempengaruhi jumlah
ketenagaan dan kualifikasi tenaga keperawatan yang dibutuhkan, misalnya: metode penugasan
suatu ruangan menggunakan metode primer maka dibutuhkan tenaga perawat yang kompten
dan memiliki accountability yang dibutuhkan (Hariyati, 2014). Menurut (Marquis & Huston,
2003/2010) ada lima metode utama pemberian asuhan keperawatan:

1. Metode Keperawatan Kasus


Metode kasus disebut juga asuhan keperawatan total dan juga metode yang paling awal
dikembangkan, berpusat pada klien, menjadi cikal bakal metode primer dan sering digunakan
dalam keperawatan intensif (Kozier, Berman, & Synder, 2004/2010). Metode ini
mengharuskan perawat mengemban tanggung jawab total untuk memenuhi semua kebutuhan
pasien yang dikelola selama jam kerja, bahkan pada abad 19 karena metode ini diberikan di
rumah maka perawat juga bertanggung jawab memask dan membersihkan rumah (Marquis &
Huston, 2003/2010).

Secara teori pasien mendapatkan perawatan holistik dan tidak terpisah selama jam kerja
perawat. Masalah yang kemudian muncul adalah kebingungan pasien karena dalam satu hari
terdapat tiga kali pergantian jaga, maka tiga perawat melakukan pendekatan asuhan yang
berbeda. Agar dapat mempertahankan mutu asuhan maka dibutuhkan perawat yang terampil
sehingga biayanya lebih mahal. Akan tetapi kenyataannya terkadang digunakan perawat yang
kurang terlatih sehingga biaya lebih murah. Hal ini berpotensi menimbulkan asuhan yang tidak
aman (Marquiz & Huston, 2003/ 2010).

2. Metode Keperawatan Fungsional


Metode ini diperkenalkan ketika terjadi Perang Dunia II, dimana terjadi kekurangan tenaga
perawat. Sehingga rumah sakit mempekerjakan petugas tambahan untuk mengerjakan satu
tugas tertentu (Marquiz & Huston, 2003/ 2010). Metode yang ditekankan pada penyelesain
tugas dan prosedur serta yang dikerjakan lebih ke kebutuhan fisik dibanding pemenuhan
kebutuhan secara holistik. Satu perawat diberi satu tugas atau beberapa tugas untuk
dilaksanakan kepada semua pasien dalam satu ruangan misalnya: ganti perban atau pemberian
obat (Sitorus & Panjaitan, 2011).
3. Metode Keperawatan Tim
Metode dimana seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan
berdasakan konsep kooperatif dan kolaboratif. Ketua tim bertugas membagi tugas di dalam
kelompok tim, mengarahkan anggota tim, melapor ke kepala ruangan tentang kemajuan
pelayanan asuhan keperawatan (Hariyati, 2014).

Kepala Ruangan

Ketua tim Ketua tim Ketua Tim

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien/klien Pasien/klien Pasien/Klien

Gambar 1: Stuktur Organisasi Keperawatan Tim


Sumber: Marquiz & Huston (2003/ 2010).

3.1 Tugas dan tanggung jawab


a. Kepala Ruangan
1) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf.
2) Membantu staf menetapkan sasaran dari unit/ruangan.
3) Memberi kesempatan pada ketua tim untuk pengembangan kepemimpinan.
4) Menjadi nara sumber dari ketua tim.
5) Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset keperawatan.
6) Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf.
b. Ketua Tim
1) Bertanggung jawab terhadap pengelolaan asuhan keperawatan klien sejak masuk
sampai pulang.
2) Mengorentasikan klien yang baru dan keluarganya.
3) Mengkaji kondisi kesehatan klien.
4) Membuat diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan.
5) Mengkomunikasikan rencana keperawatan kepada anggota tim
6) Mengarahkan dan membimbing anggota tim dalam melakukan tindakan keperawatan
7) Mengefaluasi tindakan dan rencana keparawatan
8) Melakasanakan tindakan keperawatan tertentu
9) Mengembangkan perencanaan pulang
10) Memonitor pendokumentasian tindakan keperawatan yang dilakukan oleh anggota
tim
11) Melakukan /mengikuti pertemuan dengan anggota tim/tim kesehatan lainnya untuk
membahas perkembangan kondisi pasien
c. Anggota Tim
1) Melaksanakan tindakan keperawatan yang telah direncanakan ketua tim
2) Mendokumentasikan tindakan keperawatan yang dilakukan
3) Membantu ketua tim melakaukan pengkajian,menentukan diagnosa keperawatan dan
membuat rencana keperawatan
4) Membantu ketua tim mengevaluasi hasil tindakan keperawatan
5) Membantu/bersama dengan ketua tim mengorientasiakan pasien baru.
3.2 Strategi kerja Tim
Pasien baru masuk di ruang rawat, pasien dan keluarga akan diterima oleh ketua tim serta
diperkenalkan kepada anggota tim yang ada, kemudian ketua tim akan memberikan orentasi
tentang ruangan dan peraturan-peraturan ruangan. Ketua tim (dapat dibantu oleh anggota
tim) melakukan pengkajian, kemudian membuat rencana keperawatan berdasarkan standar
rencana keperawatan yang sudah ada setelah terlebih dahulu melakukan analisa dan
memodifikasi terhadap rencana keperawatan tersebut sesuai dengan kondisi pasien.

Langkah selanjutnya, ketua tim menjelaskan rencana keperawatan tersebut kepada anggota
tim, dan anggota tim akan melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
keperawatan tersebut. Tindakan yang telah dilakukan oleh anggota tim lalu
didokumentasikan pada format yang tersedia. Bila anggota tim yang menerima pasien baru
pada sore dan malam hari atau saat hari libur, pengkajian awal dapat dilakukan oleh anggota
tim terutama yang terkait dengan masalah kesehatan utama klien,anggota tim membuat
masalah keperawatan yang utama dan melakukan tindakan keperawatan dengan terlebih
dahulu mendiskusikannya dengan penanggung jawab sore/malam/hari libur. Saat ketua tim
ada ,pengkajian dilengkapi oleh ketua tim kemudian membuat rencana yang lengkap dan
selanjutnya akan menjadi panduan oleh anggota tim dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien.
Pada dinas pagi, ketua tim bersama anggota tim melakukan operan dari dinas malam (hanya
pasien yang dirawat oleh tim yang bersangkutan), selanjutnya dengan anggota tim pagi
melakukan konferens tentang permasalahan pasien, pembagian pengelolaan pasien untuk
tiap anggota tim dan mengkoodinasikan tugas yng harus dilakukan oleh anggota tim. Selama
anggota tim melakukan asuhan keperawatan pada pasien, ketua tim akan memonitor
tindakan yang akan dilakukan dan memberi bimbingan pada anggota tim. Anggota tim
selama melakukan asuhan keperawatan harus mendokumentasikan semua tindakan yang
telah dilakukan pada format-format yang terdapat di papan dokumentasi. Kemudian ketua
tim akan memonitor dan mengevaluasi perkembangan pasien dengan mendokumentasiakan
pada format catatan perkembangan dengan metoda SOAP (data subyektif,data
obyektif,analisa dan perencanaan). Catatan perkembangan pasien ini bagi anggota tim juga
menjadi penuntun dalam memberikan asuhan keperwatan pada pasien.

Pasien yang akan pulang atau pindah ke unit rawat lain, ketua tim akan membuat resume
keperawatan sebagai informasi tentana asuhan keperawatan yang telah diberiakan pada
pasien selama dirawat, yang berisi masalah-maslah pasien yang timbul dan masalah yang
sudah teratasi, tindakan keperawatan yang telah dilakukan serta pendidikan kesehatan yang
telah diberikan. Pada penggantian dinas pagi ke sore, dilakukan operan antara anggota tim
pagi dengan tim sore yang didampingi oleh ketua tim. Komponen utama yang
diinformasikan dalam operan antara lain keadaan umum pasien,tindakan/intervensi yang
telah dilakukan dan atau tindakan yang belum dilakukan, hal-hal penting yang harus
diperhatikan oleh perawat dinas sore dan malam yang berkaitan dengan perencanaan
keperawatan pasien yang dibuat oleh ketua tim. Selanjutnya bila perlu, ketua tim
melengkapi informasi-informasi penting yang belum disampaikan kepada dinas sore.
Angota tim juga menulis laporan pagi/sore/malam pada format yang tersedia.

d. Metode Keperawatan Primer


Metode asuhan komperhensif, individual dan konsisten dimana seorang perawat primer
bertanggung jawab atas perawatan total sejumlah pasien selama 24 jam sehari, 7 hari dalam
seminggu. Perawat primer bertugas untuk mengkaji, memprioritaskan kebutuhan tiap-tiap
klien, mengidentifikasi diagnosis keperawatan, membuat rencana keperawatan bersama klien
dan mengevaluasi efektifitas asuhan. Perawat pelaksana melakukan beberapa asuhan akan
tetapi perawat primer yang mengkordinir dan menyampaikan informasi ke perawat lain dan
juga petugas kesehatan lainnya. Perawat primer juga berperan sebagai advokat, penyuluh,
pembuat keputusan dan kontinuitas asuhan (Kozier et al, 2004/ 2010).

Keuntungannya komunikasi yang baik antardisiplin jelas dan asuhan pasien yang konsisten
oleh staf perawat yang lebih sedikit memungkinkan asuhan pasien yang holistik dengan
kualitas tinggi. Kekurangannya adalah membutuhkan perawat yang seluruhnya ners,
membutuhkan tanggung jawab dan otonomi yang tinggi dari perawat primer sehingga
terkadang perawat primer yang tidak kompeten dan tidak siap terkadang tidak mampu
mengkordinir dan mengindetifikasi kebutuhan pasien (Marquiz & Huston, 2003/2010).

e. Manajemen Kasus
Metode ini berkembang sekitar tahun 1990 dipicu oleh penerapan sistem biayaan yang makin
tinggi. Manajemen kasus merupakan sistem pemberian asuhan multidisplin yang bertujuan
meningkatkan pemanfaatan fungsi berbagai anggota tim kesehatan sehingga dicapai asuhan
pasien yang optimal. Metode manajemen kasus meliputi elemen utama yaitu: (1) pendekatan
yang berfokus pada pasien (2) kordinasi asuhan dan layanan antar institusi (3) berorientasi
pada hasil (4) efisiensi sumber, dan (5) kolaborasi (Sitorus & Panjaitan, 2011). Manajemen
kasus mirip manajemen primer dimana satu perawat bertanggung jawab untuk
mengkodinisaski asuhan pada satu pasien. Perbedaanya case manajer tidak fokus melakukan
asuhan keperawatan akan tetapi berkodinasi dengan disiplin ilmu lain dalam perencanaan,
kordinasi dan evaluasi asuhan. Metode ini juga dapat menggunakan metode asuha tim, primer,
fungsional atau total (Marquiz & Huston, 2003/2010).

Kekurangannya adalah lebih berorientasi pada faktor ekonomi dibanding pasien, rencana
asuhan terdapat pada critical pathways menyebabkan hilangnya mutu asuhan jika ditinjau dari
hubungan pasien-perawat kecuali jika keperawatan dilibatkan lebih pada pelaksanaan tugas.
Critical pathways adalah suatu metode pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
efektifitas pembiayaan asuhan pasien. Bertujuan memberikan standarisasi asuhan medik
untuk diagnosis medik tertentu, menentukan lama rawat (Sitorus & Panjaitan, 2011).
GAYA KEPEMIMPINAN
A. Definisi
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama secara produktif
serta dalam keadaan yang menyenangkan (Tappen, 1995 dalam Sitorus dan Panjaitan 2011).
Pemimpin adalah seseorang yang berpengaruh dan mengarahkan, beropini dan bertindak
(Marquis dan Huston, 2003/2010). Pemimpin yang efektif adalah seseorang yang mampu
membangkitkan tenaga pekerja dalam menyatukan usaha kerja pekerja yang memiliki berbagai
macam ketermpilan, serta seseorang yang berperan sebagai penghubung dalam memudahkan
interaksi yang efektif diantara tenaga kerja, bahan dan waktu (Gillies, 1994/1996).

B. Gaya Kepemimpinan
Ada banyak teori yang mebahas tentang gaya kepemimpinan, namun dalam salah satu litertur
yaitu Gillies (1994/1996) dijelaskan empat gaya kepemimpinan yaitu:

1. Otokratis
Gaya seorang pemimpin utama yang berorientasi pada tugas, menggunakan jabatan dan
kekuasaan pribadinya dengan cara otoriter, mempertahankan tanggung jawab untuk semua
perencanaan tujuan dan pembuatan keputusan serta memotivasi bawahan dengan
menggunakan sanjungan, kesalahan dan penghargaan (Gillies, 1994/1996). Sitorus dan
Panjaitan (2011) pemimpin sangat mengatur kelompok serta pengambilan keputusan lebih
banyak ditentukan pemimpin kelompok, kurang melibatkan kelompok sehingga kelompok
menjadi kurang kreatif.

Gaya ototratik menyebabkan karyawan juga menjadi ketergantungan pada pemimpin,


ketakutan untuk mengkritik, tidak disukai, kehilangan finansial, akan tetapi menurut (Gillies,
1994/1996) gaya ini mempercepat pengambilan keputusan sehingga tepat jika digunakan
dalam keaadaan genting. Gaya otokratik ini menghasillkan kuantitas kerjab yang lebih besar
namun kualitas kerja lebih baik di bawah kepemimpinan demokratis (Argyris, 1973 dalam
Giliies, 1994/1996)

2. Demokratis
Gaya seorang pemimpin yang menghargai karakteristik dan kemampuan seseorang. Pemimpin
demokratis menggunkan kekuasaan pribadi serta kekuatan jabatannya untuk menarik gagasan
dari pegawai, serta memotivasi anggota kelompok untuk memiliki tujuan, mengembangkan
rencana dan mengontrol kerja mereka sendiri (Gillies, 1994/1996). Gaya kepemimpinan ini
menurut

3. Partisipatif
Gabungan dari gaya otokratik dan demokratis. Pemimpin dalam mengambil keputusan,
terlebih dahulu menyajikan analisa masalah dan mengusulkan tindakan pada para anggota
kelompok, meminta kritikan dan usulan mereka. Pemimpin kemudian mempertimbakan
semua jawaban dan usulan anggota, kemudian memutuskan keputusan final (Gillies,
1994/1996).

4. Laissez Fair
Disebut juga gaya kepemimpinan bebas, dimana pemimpin memberi kebebasan pada anggota
untuk bekerja tanpa pengarahan, supervisi atau kordinasi. Memaksa pekerja untuk
merencanakan, melakukan dan menilai pekerjaan mereka sendiri yang menurut mereka tepat
(Gillies, 1994/1996). Menurut Sitorus dan Panjaitan (2011) gaya ini tepat jika digunakan pada
pekerja yang telah matur karena dapat mendorong pencapaian tujuan.
MANAJEMEN KONFLIK

A. Definisi
Konflik adalah kejadian alamiah dalam hubungan pekerjaan, yang terjadi ketika dua atau
lebih pihak mempunyai pandangan yang berbeda tentang suatu situasi (Sitorus & Panjaitan,
2011).

B. Proses Konflik
Lima tahapan proses konflik (Marquiz & Huston, 2003/2010):
1. Kondisi-kondisi bersifat laten yang memicu konflik
2. Konflik dipersepsikan jika kedua belah pihak jika mereka mempunya persepsi bahwa tujuan
mereka dihalangi.
3. Konflik dirasakan individu dan kelompok dan dengan cepat membrikan tanggapan
emosional pada pihak lain. Pada tahap ini konflik sudah bisa menghambat kegiatan dan jika
tidak diselesaikan dapat berkembang lebih besar.
4. Konflik dimanifestasikan dengan persaingan, debat, saling mengalahkan atau penyelesaian
masalah.
5. Hasil akhir konflik dapat memberi dampak pada kedua belah pihak. Jika konflik dapat
diselesaikan sebelum tahap empat maka konflik dapat meningkatkan hubungan kerja.
Namun bila tidak tersselaikan dapat memperburuk hubungan kerja.

C. Strategi Penyelesaian Konflik


Penangangan konflik menurut (Marquiz & Huston, 2003/2010) ada lima:
1. Menghindar
Merupakan cara yangs sering digunakan untuk mencegah terjadinya konfrontasi. Menghindar
merupakan keinginan untuk menjauhkan diri atau menekan konflik. Cara ini dapat digunakan
manajer jika masalahnya tidak menggangu pekerjaan, dan diharapkan masalahnya dapat
diselesaikan atau hilang sendiri (lose-lose situation).
2. Mengakomodasi
Suatu pola dimana satu pihak menerima kepentingan pihak lain diatas kepentingan sendiri dan
ini dilakukan bila masalah tersebut bukan masalah penting atau satu pihak adalah pihak yang
kuat (lose-win outcome).
3. Bersaing
Suatu pola memuaskan kepentingan sendiri dengan menggunakan power. Pola ini
inginmnecapai tujuan tanpa peduli dengan pihak lain (win-lose outcome).
4. Kompromi
Merupakan pola penyelesaian konflik, dimana tiap pihak ingin mencari kesepakatan diantara
kedua belah pihak tanpa ada yang menang atau kalah.
5. Kolaborasi atau Konfrontasi
Pola menyelesaikan konflik dengan menghadapi masalah secara langsung dan mencari solusi
yang memuaskan kedua belah pihak (win-win outcome).

D. Proses Penyelesaian Konflik


1. Identifikasi masalah/ isu
2. Identifikasi solusi yang mungkin dilakukan
3. Evaluasi solusi yang diusulkan
4. Tetapkan solusi yang paling tepat
5. Implementasi solusi tersebut
6. Konflik dapat diatasi.
ORIENTASI PASIEN BARU

A. Pengertian
Orientasi pasien baru merupakan kontrak antara perawat dank lien/keluarga dimana terdapat
kesepakatan antara perawat dengan klien/keluarganya dalam memberikan asuhan keperawatan.
Kontrak ini diperlukan agar hubungan saling percaya antara perawat dank lien/keluarga dapat
terbina (trust)

B. Tujuan
a. Menghilangkan kebingungan
b. Memberikan gambaran ringkas tentang ruang perawatan
c. Memberikan pemahaman tentang hal-hal apa saja yang mesti mereka lakukan

C. Pelaksanaan
a. Orientasi dilakukan saat pertama kali oleh klien datang (24 jam pertama) dan kondisi klien
sudah tenang
b. Orientasi dilakukan oleh PP, bila PP tidak ada PA dapat memberikan orientasi untuk klien
dan keluarga, selanjutnya orientasi harus dilengkapi kembali oleh PP sesegera mungkin.
Hal ini penting karena PP yang bertanggung jawab terhadap semua kontrak atau orientasi
yang dilakukan
c. Orientasi diberikan pada klien dan didampingianggota keluarga yang dilakukan dikamar
klien dengan menggunakan format orientasi. Selanjutnya klien diinformasikan untuk
membaca lebih lengkap format orientasi yang ditempelkan dikamar klien.
d. Setelah orientasi, berikan daftar nama tim kepada klien dan keluarga kemudian gantungkan
daftar nama tersebut pada laci klien
e. Orientasi diulang kembali minimal setiap dua hari oleh PP atau yang mewakili, terutama
tentang daftar nama tim yang sudah diberikan, sekaligus mengkonfirmasikan
perkembangan kondisi keperawatan klien dengan mengidentifikasikan kebutuhan klien
f. Pada saat penggantian dinas (dikamar klien), ingatkan klien nama perawat yang bertugas
saat itu, bila perlu anjurkan klien atau keluarga melihat pada daftar nama tim.

D. Hal-hal yang perlu di informasikan :


a. Nama perawat PP dan PA (TIM) serta dokter yang bertugas pada saat itu termasuk kontrak
waktu jaga
b. Fasilitas ruangan
c. Hak dan kewajiban
d. Tata tertib RS
e. Identitas klien sekamarnya (buat dalam bentuk format)
DISCHARGE PLANNING
A. Pengertian
Perencanaan pulang (discharge planning) merupakan proses sistematik dalam rangka
penilaian, persiapan dan koordinasi yang dilakukan untuk memberikan kemudahan
pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan sesudah pemulangan
(Carpenito & Moyet, 2009).

B. Tujuan
Menilai kemampuan yang sudah dimiliki dan mengidentifikasi kebutuhan khusus agar dapat
mempertahankan dan meningkatkan sehingga mencapai fungsi maksimum setelah pulang
(Carpenito & Moyet, 2009). Tindakan yang biasa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
pulang adalah penyuluhan pasien dan keluarga agar bisa mengatasi permasalahan kesehatan
dirinya di rumah, bisa juga merujuk pasien dan keluarga ke pelayanan kesehatan yang ada
di masyarakat atau komunitas misalnya perawat komunitas untuk membantu dalam
pelaksanaan perawatan dirumah.

C. Manfaat
1. Meningkatkan kontinuitas asuhan dengan mengidentifikasi kebutuhan pulang pasien
secara dini.
2. Memendekan lama perawatan di rumah sakit, mempengaruhi kebutuhan rumah sakit.
3. Menurunkan angka penerimaan kembali pasien dan memberikan intervensi rencana
pulang tepat waktu.
4. Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang cara merawat klien.

D. Komponen
1. Kondisi klien saat ini (fisik, mental dan sosial),termasuk juga jika ada perubahan
kondisi selama proses perawatan berlangsung.
2. Antisipasi masalah dan perubahan yang terjadi selama perawat, termasuk perubahan
keseimbangan yang dialami oleh klien.
3. Rekomendasi untuk perawatan selanjutnya.
4. Dampakperawatan yang dilakukan
5. Sumber-sumberpendukungdarilingkungansosial
6. Adanyasumber-sumberinformasi (liflet, video, bukudanwebsite)
7. Nama kontak yang jelas (nama, telephon dan email), untuk memberikan informasi oleh
pihak rumah sakit.

E. Fokus Perencanaan Pulang


Perencanaan pasien pulang berfokus pada (Kozier et al, 2010):
1. Konferensi tim kesehatan: berfokus pada cara pemberian memberikan perawatan
perorangan pada klien.
2. Konferensi keluarga: petugas kesehatan dan keluarga bersama-sama membahas
masalah keluarga yang berkaitan dengan klien.

F. Langkah- Langkah Perencanaan Pulang


1. Memulai perencanaan sebelum atau pada saat penerimaan/masuk rumah sakit
Perawatan yang efektif dimulai saat pasien baru masuk dalam bentuk alat skrining,
penilaian risiko atau jalur perawatan. Dalam keadaan darurat, perawatan tak terjadwal,
maka perencanaan di awal tidak dimungkinkan, sehingga sistem yang kuat untuk
mengumpulkan informasi pasien harus ada sumber pentingnya misalnya: perawatan
primer.
2. Mengidentifikasi apakah pasien memiliki kebutuhan sederhana atau kompleks.
Mengidentifikasi alur pasien dari masuk sehingga memungkinkan perawat untuk
mengenali kebutuhan sederhana menjadi kebutuhan kompleks.
3. Mengembangkan rencana manajemen klinis dalam waktu 24 jam masuk rumah
sakit (admisi)
Kebanyakan pasien yang dirawat oleh perawat pemula memiliki target rencana
manajemen. Keterlibatana Multidisiplin Team (MDT) bisa meminimalkan waktu
masuk. Misalnya, admisi setelah jam 5 sore akan direview/dikaji oleh tim pada hari
berikutnya di putaran bangsal (ward round). Putaran bangsal, karena itu, menjadi terkait
erat dengan rencana manajemen. Pada akhirnya, rencana manajemen harus terlibat dan
memfokuskan seluruh MDT dengan pasien untuk merencanakan aspek perawatan yang
diperlukan menuju kepulangan.
4. Mengkoordinasikan proses kepulangan atau pemindahan (transfer)
Meskipun sebagian besar bidang klinis memiliki sistem yang canggih di mana
koordinator dialokasikan untuk perencanaan kepulangan, ternyata ada banyak
perbedaan antara peran-peran ini. Beberapa sistem menggunakan staf administrasi
untuk mengkoordinasikan tugas-tugas sederhana, sementara sistem yang lain
menggunakan perawat dalam: beberapa sistem merotasi perawat ke peran koordinator
shift harian, sementara yang lain memegang peran koordinator kepulangan full time.
Komunikasi, pekerjaan MDT dan penilaian adalah tiga peran kunci bagi koordinator
kepulangan.
5. Tetapkan tanggal perkiraan pulang dalam waktu 48 jam admisi
Hal ini telah terbukti sangat sulit untuk mengimplementasikan dan menanamkan dalam
filosofi organisasi. Tanggal pulang pasien harus diperkirakan sedini mungkin untuk
memandu proses perencanaan pulang;
6. Review rencana manajemen klinis sehari-hari
Rencana klinis dimulai sejak masuk dan memperbaharui rencana setiap saat. misalnya:
tindakan, kemajuan
7. Melibatkan pasien dan pengasuh
Hal ini bertujuan untuk mengelola harapan pasien / pengasuh dan memahami potensi
kompleksitas atau tantangan; terutama melibatkan mitra terapi dan perawatan sosial
(social care),
8. Merencanakan kepulangan dan pemindahan (transfer) yang berlangsung selama
lebih tujuh hari
Hal ini bergantung pada keterlibatan layanan yang mendukung kepulangan, seperti
terapi, X-ray, transportasi, keperawatan distrik dan perawatan menengah (intermediate
care). Kelangsungan selama tujuh hari dalam seminggu dapat dimungkin hanya dengan
dukungan kerja tujuh hari dari rumah sakit dan layanan komunitas.
9. Gunakan checklist kepulangan 48 jam sebelum transfer
Cheklist disusun perawat primer dan perawat pengasuh untuk perencanaan pra
kepulangan.
10. Membuat keputusan untuk memulangkan dan mentransfer pasien setiap hari
Kepulangan yang dipandu perawat tidak akan menggantikan peran MDT dan pembuat
keputusan klinis senior seperti konsultan tetapi implementasi yang dipikirkan dengan
baik akan mendukung MDT untuk memberikan layanan lebih dari tujuh hari. Sangat
penting bahwa keperawatan menangkap kesempatan untuk mengembangkan cara baru
dalam bekerja.
PRE DAN POST CONFERANCE

A. Pengertian
Konfrensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konfrensi dilakukan
setelah melakukan operan dinas sesuai dengan jadwal dinas PP (setiap shift). Pre-
conference yaitu komunikasi PP dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk
rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh PP, jika yang dinas pada shift
tersebut hanya satu orang, maka pre-conference ditiadakan. Post-conference yaitu
komunikasi PP dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan
sebelum operan kepada shift berikutnya.

B. Tujuan Konfrensi
1. Mambahas masalah setiap klien berdasarkan renpra yang telah dibuat oleh PP
2. Menetapkan klien yang menjadi tanggung jawab masing-masing PA
3. Membahas rencana tindakan keperawatan untuk setiap klien pada hari itu, rencana
tindakan didasarkan pada renpra yang ditetapkan oleh PP
4. Mengidentifikasi tugas PA untuk setiap klien yang menjadi tanggung jawabnya

C. Kegiatan dalam konfrensi


1. Keadaan umum klien
2. Keluhan utama
3. TTV dan kesadaran
4. Hasil pemeriksaan laboratorium/diagnostic terbaru
5. Masalah keperawatan
6. Renpra hari ini
7. Perubahan terapi medis
8. Rencana medis

D. Pedoman pre-conference
1. Waktu kagiatan : setelah operan
2. Tempat : meja masing-masing tim
3. Penanggung jawab : PP
4. Kegiatan :
a. PP membuka acara dengan salam
b. PP menanyakan rencana harian masing-masing perawat pelaksana
c. PP memberikan masukan dan tindak lanjut terkait dengan asuhan yang
diberikan saat itu
d. PP memberikan reinforcement
e. PPmenutup acara

E. Pedoman post-conference
1. Waktu kegiatan : sebelum operan ke dinas berikut
2. Tempat : meja masing-masing tim
3. Penanggung jawab : PP
4. Kegiatan :
a. PP membuka acara dengan salam
b. PP menanyakan hasil asuhan masing-masing pasien
c. Pp menanyakan kendala dalam asuhan yang telah diberikan
d. PP menanyakan tindak lanjutasuhan pasien yang harus dioperkan kepada
perawat shift berikut
e. PP menutup acara

TIMBANG TERIMA (OPERAN)

A. Pengertian
Adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu laporan yang berkaitan
dengan keadaan klien.

B. Tujuan
1. Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien
2. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti pada dinas selanjutnya
3. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya

C. Manfaat
1. Bagi perawat
a. Meningkatkan kemampuan antar perawat
b. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan
2. Bagi pasien;
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap

D. Langkah-langkah:
1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
2. Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-hal apa yang
ingin disampaikan
3. Perawat yang bertanggung jawab menyampaikan kepada penanggung jawab shift yang
selanjutnya meliputi:
a. Kondisi atau keadaan klien secara umum
b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan
4. Penyampaian operan diatas (point c)harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru
5. Perawat penanggung jawab dan anggotanya dari kedua shift bersama-sama secara
langsung melihat keadaan klien

E. Prosedur timbang terima:


Hal-hal yang perlu diperhatikandalam prosedur ini meliputi:
1. Persiapan
a. Kedua kelompok dalam keadaan siap
b. Kelompok yang akanbertugas menyiapkan buku catatan
2. Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-masing penanggung
jawab:
a. Timbang terima dilaksanakan setiap penggantian shift/operan
b. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan
mengkaji secara komprehensif yang berkaitan dengan masalah keperawatan klien,
rencana tindakan yang belum dan sudah dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya
yang perlu dilimpahkan
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya
dicatat secara khusus untuk kemudian diserah terimakan kepada perawat berikutnya
d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah:
1) Identitas klien termasuk KU dan TTV serta diagnose medic
2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul
3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
4) Intervensi, kolaborasi dan dependensi
5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya,
misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan penunjang lainnya,
persiapan untuk konsultasiatau prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara
rutin
e. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab
dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang jelas
f. Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas
g. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada
kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
h. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan
ruangan oleh perawat
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam operan;
1. Dilaksanakan tepat pada pergantian shift
2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab pasien (PP)
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas
4. Informasi yang disampaikan harus akurat, sistematis, singkat dan menggambarkan
kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien
5. Timbang terima harus berorientasi pada permasalahan pasien
6. Pada saat timbang terima dikamar pasienmenggunakan volume suara yang cukup
sehingga pasien disebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi klien. Sesuatu
yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung dekat dengan klien.
Catatan :
1. Operan diruangan masing-masing 2 tim (Nurse Station) lalu dilanjutkan di ruang pasien
untuk validasi (2-3 menit)
2. Dilanjutkan dengan pre conference (kurang lebih 10 menit)
3. Pada saat pre conference, dimulai dengan baca doa dan langsung ke intinya
4. Operan dilaksanakan pada 30 menit sebelum pergantian dinas
5. Contoh ;
b. Dinas pagi
1) Jam 07.30-08.00 wita operan dan validasi
2) Jam 08.00-08.15 wita pre conference
3) Jam 08.15-12.00 wita pelayanan keperawatan
4) Jam 12.00-12.30 wita iatirahat/ishoma
5) Jam 12.30-13.00 wita pendokumentasian
6) Jam 13.00-13.30 wita post conference
7) Jam 13.30-14.00 wita operand an validasi
c. Dinas sore
1) Jam 14.00-14.15 wita per conference
2) Jam 14.15-17.30 wita pelayanan keperawatan
3) Jam 17.30-18.15 wita istirahat/ishoma
4) Jam 18.15-20.00 wita pendokumentasian
5) Jam 20.00-20.30 wita post conference
6) Jam 20.30-21.00 wita operand an validasi
d. Dinas malam
1) Jam 21.00-21.15 wita pre conference
2) Jam 21.15-00.30 wita pelayanan keperawatan
3) Jam 00.30-01.30 wita istirahat
4) Jam 01.30-05.00 wita pelayanan keperawatan
5) Jam 05.00-05.30 wita ishoma
6) Jam 05.30-06.30 wita pendokumentasian
7) Jam 06.30-07.30 wita post conference
TRANSFER PASIEN

A. Definisi
Transfer pasien adalah mindahkan pasien dari satu unit pelayanan ke unit pelayanan lain di
dalam rumah sakit (intra rumah sakit) atau memindahkan pasien dari satu rumah sakit ke
rumah sakit lain (inter rumah sakit).
B. Tujuan
Memberikan pelayanan di butuhkan pasien sesuai dengan kondisinya.
C. Prinsip
1. Transfer pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk
ditransfer/transportabel.
2. Memastikan keselamatan dan keamanan pasien saat menjalani transfer.
3. Transfer pasien hanya boleh dilakukan oleh staf medis dan staf perawat yang kompeten
serta petugas profesional lainnya yang sudah terlatih, misalnya BHD.
4. Tim transfer
D. Persiapan sebelum transfer pasien
1. Pastikan bahwa pasien layak ditransfer (Hemodinamik stabil)
2. Amankan patensi jalan nafas. Pasien yang membutuhkan vetilator, transfer dilakukan
dengan ambulance dengan fasilitas yang memadai. Jika terpasang akses vena, pastikan
adekuat.
3. Jika terdapat WSD, harus terpasang dan tidak boleh diklem.
4. Pasang kateter urine dan NGT jika diperlukan.
5. Pemberian terapi atau tatalaksana tidak boeh ditunda saat menunggu pelaksanaan
transfer.
6. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus di cek ulng oleh tim transfer.
7. Gunakan daftar persiapan transfer pasien untuk memastikan bahwa semua persiapan
yang diperlukan telah lengkap dan tidak ada yang terlewat.
E. Prosedur
1. Memastikan kondisi pasien dalam keadaan stabil.
2. Transfer pasien dimulai dengan melakukan koordinasi dan komunikasi pra transportasi
pasien (serah terima unit yang dituju dan unit tersebut siap menerima pasien). Dokter dan
tim transfer juga harus memastikan bahwa rumah sakit yang dituju dapat memenuhi
kebutuhan pasien.
3. Menentukan SDM pendamping pasien. Pasien dengan sakit berat/ kritis harus didampingi
oleh minimal dua tenaga medis. Pendamping juga harus mengerti kondisi pasien dan
aspek-aspek lain yang berkaitan dengan prosedur transfer. Beberapa pasien juga tidak
membutuhkan pendampinga dokter, misalnya: pasien yang menurut assesmen DPJP
tidak membutuhkan pendampingan dokter, tidak menggunakan ventilator, pasien DNR,
pasien dengan kondisi stabil yang dirujuk untuk pemeriksaaan penunjang,
4. Menyiapkan peralatan, misalnya: tabung oksige transport, monitor pasien, suction,
syringe/ infusion pump. Semua peralatan medis yang digunakan dalam kondisi baik dan
terkalibrasi.
5. Menyiapkan obat-obatan yang disertakan saat transfer. Misalnya: adrenalin/ epinefrin,
anti aritmia, obat sedasi, analgesok, relaksan otot dan obat inotropik.
6. Memonitoring pasien selama ditransfer.
7. Dokumentasikan proses transfer pasien, meliputi: kondisi pasien secara jelas, alasan
transfer, nama DPJP yang merujuk, hasil monitoring pasien.
RONDE KEPERAWATAN

A. Pengertian
Ronde keperawatan merupakan kegiatan dimana dua atau lebih perawat mengunjungi klien
untuk mendapat informasi yang akan membantu merencanakan pelayanan keperawatan, dan
memberikan kesempatan pada klien untuk mendiskusikan masalah keperawatannya serta
mengevaluasi pelayanan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan atau
konsuler, kepala ruangan, perawat associate, yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim.
Karasteristik :
1. Klien dilibatkan secara langsung
2. Klien merupakan pocos kegiatan
3. Perawat associate,perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama
4. Konsuler memfasilitasi kreatifitas
5. Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat associate,perawat primer untuk
meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.
B. Tujuan
1. Menumbuhkan cara berfikir secara kritis.
2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari masalah klien.
3. Meningkatkan validitas data klien.
4. Menilai kemampuan justifikasi.
5. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
6. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan .
C. Peran
1. Perawat Primer dan Perawat Associate
Menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa untuk memaksimalkan
keberhasilan,yang bisa disebutkan antara lain :
a. Menjelaskan keadaan dan data demografi klien
b. Menjelaskan masalah keperawatan utama
c. Menjelaskan interfensi yang belum dan yang akan diakukan
d. Menjelaskan tindakan selanjutnya
e. Menjelaskan alas an ilmiah tindakan yang akan diambil
2. Peran Konsuler
a. Member justifikasi
b. Menilai kebenaran dari suatu masalah,interfensi keperawatan serta tindakan yang rasional
c. Mengarahkan dan koreksi
d. Megintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari.
D. Langkah-Langkah
Langkah langkah yang diperlukan dalam ronde keperawatan adalah sebagai berikut:
5. Tahap Pra Ronde
a. Menentukan kasus dan topic(masalah yang tidak teratasi atau langka).
b. Menentukan tim ronde.
c. Mencari sumber literature.
d. Membuat proposal.
e. Mempersiapan pasien: informed consent dan pengkajian.
f. Diskusi: diagnosa, data pendukung, intervensi yang sudah diberikan, hambatan dalam
perawatan.
6. Tahap Ronde
a. Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada masalah
keperawatanb dan rencana tindakan yang aka dilaksanakan dan atau telah
dilaksanakans serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
b. Diskusi antara anggota tim tentan kasus tersebut.
c. Pemberian justifikasi oleh oerawat primer atau koselor, atau kepala ruangan tentang
masalah pasien serta rencana tindakaj yang akan dilkukan.
7. Pasca Ronde
a. Evaluasi, revisi, dan perbaikan.
b. Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosa, intervensi keperawatan selanjutnya.
.
PATIEN SAFETY
A. Definisi
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang
memiputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
B. Sasaran Keselamatan Pasien
1. Sasaran I Ketepatan Identifikasi Pasien
Identifikasi pasien harus mengikuti pasien kemanapun (gelang identitas) dan yang tak mudah/ bisaberubah.
Identifikasi pasien menggunakan dua dari minimal tiga identitas yaitu: nama pasien (sesuai KTP), tanggal
lahir atau nomor rekam medis.
2. Sasaran II: Peningkatan Komunikasi yang Efektif
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan yang dipahami oleh resipien/ penerima,akan
mengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien.
3. Sasaran III: Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai
High alert medication adalah obat-obatan yang memiliki risiko tinggi menyebabkan/ menimbulkan adanya
komplikasi/ membahayakan pasien secara signifikan jika terdapat keselah an dalam penggunaan (dosis,
interval dan pemilihannya)
4. Sasaran IV: Kepastiaan Tepat- Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien Operasi.
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memastikan tepat - lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien
operasi. Kesalahan ketiganya adalah hal yang mengkhwatirkan dan biasa terjadi.
5. Sasaran V: Pengurangan Risiko Infeksi terkait Pelayanan Kesehatan
Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi hand hygien yang terbaru dan diterbitakn secara umum oleh
WHO Patien Safety.
6. Sasaran VI: Pengurangan Risiko Pasien Jatuh
a. Mengidentifikasi pasien yang memiliki risiko tinggi jatuh dengan menggunakan asesmen risiko jatuh.
b. Melakukan asesmen ulang pada semua pasien setiap hari.
c. Melakukan asesmen yang berkesinambungan terhadap risiko pasien jatuh dengan menggunakan asesmen
risiko jatuh harian
d. Menerapkan standar pencegahan dan pengurangan risiko jatuh secara komprehensip.
METODE KOMUNIKASI EFEKTIF SBAR

Komunikasi efektif adalah unsur utama dari sasaran keselamatan pasien karena komunikasi
adalah penyebab pertama masalah keselamatan pasien (patient safety). Komunikasi yang
efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dipahami oleh penerima mengurangi
kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien. Komunikasi efektif dapat dilakukan antar teman
sejawat (dokter dengan dokter/perawat dengan perawat) dan antar profesi (perawat dengan dokter).
Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit adalah komunikasi SBAR yaitu:
Situation : kondisi terkini pasien.
Background : informasi penting yang berhubungan dengan kondisi pasien terkini
Assessment : hasil pengkajian kondisi terkini.
Recommendation : apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah.
Metode ini dapat digunakan pada saat perawat melakukan handover ke pasien, komunikasi
perawat ke dokter saat melaporkan kondisi pasien, komunikasi dokter ke dokter. Contoh
komunikasi SBAR:
Situation : dr. Anwar, saya Ria dari Ruang Katinting. Klien Tn. Joko mengalami distress
pernapasan.
Background : Tn. Joko, 60 tahun dengan COPD berat, keadaan makin menurun, saat ini
kondisinya makin menurun dan saat ini kondisinya memburuk.
Assessment : suara nafas makin menurun pada paru kanan. Apa kemungkinan Tn. Joko
mengalami pneumothoraks.
Recommendation : Menurut saya, mungkin dia pelu foto toraks ulang.
Tabel 4. Format Melapor Pasien
Tanggal/ Jam Status Pasien Catatan Pelapor Pemberi
Instruksi

Tabel 5. Lembar Observasi Komunikasi Efektif SBAR di Rumah Sakit

No. Komponen Observasi Ya Tidak


A Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien)
1 Perawat menyebutkan nama dan umur pasien
2 Perawat menyebutkan tanggal pasien masuk ruangan dan hari
Perawatannya
3 Perawat menyebutkan nama dokter yang menangani pasien
4 Perawat menyebutkan diagnose medis pasien/masalah
kesehatan yang dialami pasien (penyakit)
5 Perawat menyebutkan masalah keperawatan pasien yang sudah
dan belum teratasi
B Background (Info penting yang berhubungan dengan
kondisi pasien terkini)
6 Perawat menjelaskan intervensi/tindakan dari setiap masalah
keperawatan pasien
7 Perawat menyebutkan riwayat alergi, riwayat pembedaha
8 Perawat menyebutkan pemasangan alat invasif (infus, dan alat
bantu lain seperti kateter dll), serta pemberian obat dan cairan
infus.
9 Perawat menjelaskan dan mengidentifikasi pengetahuan pasien
terhadap diagnose medis/penyakit yang dialami pasien
C Assessment (hasil pengkajian dari kondisi pasien terkini)
10 Perawat menjelaskan hasil pengkajian pasien terkini
11 Perawat menjelaskan kondisi klinik lain yang mendukung
seperti hasil Lab, Rontgen dll
D Recommendation/Rekomendasi
12 Perawat menjelaskan intervensi/tindakan yang sudah teratasi
dan belum teratasi serta tindakan yang harus dihentikan,
dilanjutkan atau dimodifikasi.
LANGKAH-LANGKAH PENJAMINAN MUTU

A. Definisi
Kendali mutu adalah upaya mempertahankan mutu, mencegah konsumen atau klien
memperoleh pelayanan yang tidak sesuai standar. Konsep penjaminan mutu lebih tertuju pada
keselamatn pasien serta terjaminnya mutu pelayanan secara berkesinambungan (Hariyati,
2014).
B. Langkah Penjamin Mutu
Langkah-langkah penjamin mutu sumber daya keperawatan adalah (Hariyati, 2014):
1. Identifikasi Masalah Penjamin Mutu
Pengidentifikasian masalah dilaksanakan dengan mengumpulkan data primer, sekunder dan
tersier. Proses identifikasi masalah dilakukan dengan merangkai prosedur kegiatan untuk
mengetahui lokasi permasalahan, observasi lapangan, mempelajari dokumen-dokumen, Focus
Group Discusion (FGD), wawancara individu, dan penyebaran kuesioner.
2. Penetapan Masalah Penjamin Mutu
Langkah menganalisis masalah yang ada dan menyimpulkan masalah berdasarkan data yang
diperoleh. Pendekatan yang digunakan dalam penetapan dan perumusan masalah dapat melalui
metode SWOT (Strength, Weaknes, Opportunity and Threat) dan menggunakan diagram
tulang ikan (fish bone) yaitu dilihat dari man, methode, machine, material, market dan money.
Analisa SWOT bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai faktor yang secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan (Ayuningtyas, 2013). Analisas ini didasarkan pada logika
yang dapat memaksimalkan komponen Internal yaitu Strength (kekuatan) dan Weakness
(Kelemahan) dan komponen eksternal yaitu Opportunity (kesempatan) dan Threath
(ancaman). Secara sederhana analisis SWOT terbagi atas 4 kuadran yaitu :

a. Kuadran 1: merupakan situasi yang sangat menguntungkan sebab kita memiliki kekuatan
sehingga mampu memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam
kondisi ini adalah mendukung pertumbuhan kebijakan yang agresif.
b. Kuadran 2 : meskipun menghadapi berbagai ancaman akan tetapi rumah sakit masih
memiliki kekuatan internal. Strategi yang diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang jangka panjang dengan strategi diversifikasi (produk/pasar)
c. Kuadran 3 : rumah sakit memiki peluang yang besar akan tetapi menghadapi banyak kendala
dalam internal. Strategi yang bisa diterapkan adalah meminimalkan masalah internal
sehingga dapat merai peluang pasar. Misalnya: menawarkan produk-produk baru dalam
layanan yang diberikan.
d. Kuadran 4: merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, dimana perusahaan
menghadapi berbagai ancaman dan tidak memilki kekuatan internal untuk menghadapinya.
Tabel 6. Matriks SWOT

Strength (S) Weakness (W)

Tuliskan dan deskripsikan hasil Tuliskan dan deskripsikan hasil identifikasi


identifikasi SDM keperawatan SDM keperawatan sebagai kelemahan-
sebagai nilai positif yang akan kelamahan yang harus diatasi jika ingin
membantu penyelesaian masalah mencapai tujuan

Opportunity (O) Threat (T)

Tuliskan dan deskripsikan hasil Tuliskan dan deskripsikan hasil identifikasi


identifikasi sebagai nilai positif yang ancaman yang membuat urgensi penyelesasain
akan membantu penyelesaian masalah keperawatan. Umunya acmana berasal
masalah. Umumnya peluang berasal dari eksternal unit/ rumah sakit.
dari interna unit/ rumah sakit.

(Sumber: Hariyati, 2014)

Metode yang kedua adalah metode fish bone yaitu menganalisis masalah dengan melihat dilihat
dari man, methode, machine, material, market dan money.

Man Methode Material

Masalah
Mutu

Machine Money Market

Gambar 2. Contoh Diagram Fish Bone

Berikut ini adalah penjelasan singkat mengenai unsur-unsur manajemen diantaranya:


1. Man (Sumber daya Manusia) : sumber daya manusia menjadi subjek pertama yang paling
penting dalam unsur manajemen sebab mereka yang membuat perencanaan sekaligus
melaksanakan seluruh kegiatan perusahaan untuk mencapai suatu tujuan perusahaan.
2. Money (uang) : uang berperan dalam perusahaan dalam pembiayaan seluruh aktivitas
normal perusahaan.
3. Materials (bahan baku) : bahan-bahan yang akan diolah menjadi produk yang siap di jual.
4. Machines: mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan keuntungan
yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.
5. Methods (metode): dalam pelaksanaan kerja diperlukan suatu metode-metode kerja. Suatu
tata cara kerja yang baik yang akan memperlancar jalan atau alur pekerjaan.
6. Market (pemasaran) : sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditunjukkan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang, jasa, ide
kepada pasar sasaran agar dapat mencapai tujuan organisasi dengan memperhatihan
pesaing.
3. Memprioriritaskan Masalah Penjamin Mutu SDM
Penetapan prioritas masalah dilakukan melalui penghitungan berdasarkan metode Hanlon.
Cara ini dilakukan melalui pembobotan pada setiap masalah yang ditemukan, dengan
mempertimbangkan berbagai aspek, diantaranya :
a. Magnitude (M) : tingkat kecenderungan atau frekuensi terjadinya masalah, yaitu jika
masalah tersebut seringkali ditemukan (prevalensinya tinggi).
b. Saverity (S) : kerugian yang ditimbulkan, yaitu jika akibat yang ditimbulkan oleh masalah
tersebut cukup serius.
c. Manageable (Mn) : bisa dipecahkan, yaitu jika masalah tersebut diyakini dapat ditemukan
jalan keluar.
d. Nursing Concern (Ncm : Melibatkan perhatian dan pertimbangan perawat, yaitu jika
masalah tersebut akan selalu melibatkan perawat dan memerlukan pertimbangan perawat.
e. Affordability (Af) : ketersediaan sumber daya, yaitu terpenuhinya sumber daya yang dapat
menopang dalam memecahkan masalah tersebut, bisa berupa dana, sarana, ataupun tenaga
yang diperlukan.

Metode Hanlon ini memberikan pembobotan masing-masing aspek penilaian dengan rentang
nilai 1-5. Nilai 5 = sangat penting, nilai 4 = penting, nilai 3 = cukup penting, nilai 2 = kurang
penting, nilai 1 = tidak peting. Masalah yang menjadi prioritas adalah masalah dengan jumlah
nilai atau skror paling besar. Skor akhir dirumuskan dengan cara: M x S x Mn x Nc x Af.
Tabel 7. Matriks Prioritas Masalah Manajemen Pelayanan Keperawatan
No Masalah M S Mn Nc Af Skor Prioritas

Keterangan:
1. Magnitude (M) : prevalensi masalah, sering atau tidak kejadiannya.
2. Severity (S), : akibat yang ditimbulkan, tingkat keseriusannya.
3. Manageable (Mn : kemungkinan masalah dapat diselesaikan.
4. Nursing concern (Nc) : seberapa besar peran perawat dalam penyelesaiannya.
5. Affordability (Af) :ketersediaan sumber daya (dana, tenaga dan sarana

4. Membuat Plan of Action (POA)


Langkah selanjutnya prioritas yang telah ditetapkan dan disepakati kemudian dibuat tujuan dan
alternative pemecahan masalah. Alternatif pemecahan masalah kemudian dibuat rencana
kegiatannya (Plan of Action). Permasalahan yang berhasil diidentifkasi, maka dengan
mempertimbangkan waktu, keterbatasan sumber daya dan kewenangan atau kemampuan untuk
mengatasi masalah yang ada, maka masalah yang diatasi adalah masalah yang termasuk 3 (tiga)
prioritas utama. Langkah selanjutnya mempresentasikan dan mensosialisasikan rencana
kegiatan
Tabel 8. Plan of Action
No. Kegiatan Uraian Tujuan Indikator Sasaran Penanggung Waktu Biaya
Jawab

Total

5. Implementasi POA
6. Evaluasi POA
Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan
7. Membuat Rencana Tindak Lanjut
Merencanakan tindak lanjut dari hasil yang dicapai supaya hasil yang dicapai dapat
dipertahankan dan diperbaiki.
KEPERAWATAN
KELUARGA
I. Definisi

1. Menurut Undang-Undang No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan


dan Pembangunan Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau
suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
2. Menurut Baylon dan Maglaya (1978) dalam Friedman, Bowden, dan Jones (2010)
Keluarga merupakan dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga
karena pertalian darah, ikatan perkawinan, atau adopsi.

II. Tipe Keluarga

Berdasarkan pengelompokan secara tradisional, keluarga terdiri atas:


a) Nuclear family (Keluarga Inti), yakni keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak
yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b) Extended family (Keluarga Besar), yakni keluarga inti ditambah anggota keluarga lain
yang masih mempunyai hubungan darah, seperti kakek, nenek, paman, dan bibi
c) Dyad family, yakni keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang hidup dalam satu
rumah tanpa anak.
d) Childless family, yakni keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya. Penyebabnya adalah karena mengejar karir atau
pendidikan yang terjadi pada wanita.
e) Single parent family (keluarga duda atau janda), yakni keluarga yang terdiri dari satu
orang tua bias ayah atau ibu. Penyebabnya dapat terjadi karena proses perceraian,
kematian atau bahkan ditinggalkan.
f) Commuter family, yakni keluarga dengan kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda,
tetapi setiap akhir pecan semua anggota keluarga berkumpul bersama di salah satu kota
yang menjadi tempat tinggal.
g) Multigenerational family, yakni keluarga dengan generasi atau kelompok umur yang
tinggal bersama dalam satu rumah.
h) Kin-network family, yaitu keluarga dengan beberapa keluarga inti tinggal dalam satu
rumah atau saling berdekatan dan menggunakan barang-barang serta pelayanan bersama
seperti menggunakan dapur, kamar mandi, televisi, atau telepon bersama.
i) Blended family, yakni keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
j) Single adult living/single adult family, yakni keluarga yang terdiri dari orang dewasa
yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan seperti perceraian atau ditinggal
mati.

Berdasarkan pengelompokan secara modern, tipe keluarga terdiri atas:


a) Unmarried teenage mother, yakni keluarga yang terdiri dari orang tua terutama ibu
dengan anak dari hubungan tanpa nikah
b) Stepparent family, yakni keluarga dengan orang tua tiri
c) Commune family, yakni keluarga dengan beberapa pasangan keluarga dengan anaknya
yang tidak memiliki hubungan saudara, hidup dalam satu rumah, sumber dan fasilitas
sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak
bersama.
d) Nonmarital heterosexual cohabiting family, yakni keluarga yang hidup bersama
berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan
e) Gay and lesbian family, yakni keluarga dengan seseorang yang mempunyai persamaan
jenis kelamin yang hidup bersama sebagaimana pasangan suami istri
f) Cohabitating couple, yakni keluarga dengan orang dewasa yang hidup bersama diluar
ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
g) Foster family, yakni keluarga yang menerima anakn yang tidak ada hubungan keluarga
atau saudara untuk waktu sementara
h) Homeless family, yakni keluarga tang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen
karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau masalah
kesehatan mental.
i) Gang, yakni sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang
dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupannya.

III. Fungsi Keluarga


1. Fungsi afektif
2. Fungsi sosialisasi
3. Fungsi reproduksi
4. Fungsi ekonomi
5. Fungsi perawatan kesehatan yang berfokus pada kemampuan keluarga dalam:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
b. Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
c. Merawat anggota keluarga yang sakit
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
IV. Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap I (Keluarga baru menikah)
2. Tahap II (Keluarga dengan anak baru lahir/ child bearing)
3. Tahap III (Keluarga dengan anak usia pra sekolah)
4. Tahap IV (Keluarga dengan anak usia sekolah)
5. Tahap V (Keluarga dengan anak remaja)
6. Tahap VI (Keluarga mulai melepas sebagai dewasa)
7. Tahap VII (Keluarga usia pertengahan)
8. Tahap VIII (Keluarga usia tua)
V. Tujuan Keperawatan Keluarga
1. Tujuan Umum
Mengoptimalkan fungsi keluarga dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam
menangani masalah kesehatan dan mempertahankan status kesehatan anggotanya.
2. Tujuan Khusus
a. Keluarga mampu melaksanakan tugas pemeliharaan kesehatan keluarga dan
menanagani masalah kesehatannya.
b. Keluarga memperoleh pelayanan keperawatan sesuai kebutuhan
c. Keluarga mampu berfungsi optimal dalam memelihara hidup sehat anggota
keluarganya

VI. Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Pengkajian
2. Analisa data
3. Diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan Masalah keperawatan
keluarga
 Ketidakmampuan keluarga mengenal maslaah kesehatan
 Ketidakmampuan keluarga menentukan tindakan keperawatan
 Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
 Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
 Ketidakmampuan keluarga menggunakan pelayanan kesehatan
4. Intervensi Keperawatan
5. Impelementasi Keperawatan
6. Evaluasi
S : Subjektif
O : Objektif
A : Assessment
P : Planning

1. PENGKAJIAN

PETUNJUK MENYUSUN PENGKAJIAN KELUARGA MODEL FRIEDMAN


A. IDENTIFIKASI DATA
1. Nama keluarga : diisi dengan nama kepala keluarga (KK)
2. Alamat dan nomor telepon (jika ada)
3. Komposisi keluarga (tinggal serumah): isi dengan membuat kolom nama dimulai
dari usia yang paling tua, jenis kelamin, hubungan dengan kepala keluarga, tempat
dan tanggal lahir atau usia, pekerjaan dan pendidikan terakhir.

Contoh:
Jenis Hubungan TTL/ Pendidikan
No Nama Pekerjaan
kelamin dg KK umur terakhir
1. Bp A Laki-laki Kk 3 Januari Petani SMP
2. 1982/36 tahun
3. Ibu A Perempuan Istri 5 September IRT SMP
4. 1986/32 tahun
5. Anak Y Perempuan Anak 18 Desember Belum SD
2010 bekerja
Ib C Perempuan Mertua 29 Agustus Pedagang SD

Bp. T Laki-laki Bapak 23 Februari Petani SD


Berikutnya buatkan genogram berupa diagram pohon keluarga tiga generasi.
Contoh :

PM BC Mn Pt
90 81 92 80
(1910-2000) penyakit jantung diabetes (1916-1996)
kanker stroke

Bd Bt Bs Bp Jn
50 47 45 40 49
Alkoholik perokok nyeri
Aktif punggung

Fn AD Bb Wh
19 17 12 24
Obat-obatan sehat asma

Keterangan :
Laki-laki perempuan meninggal

Menikah pisah cerai klien

Pasangan tidak menikah

Anak adopsi anak kembar ibu hamil tinggal serumah

4. Tipe keluarga: keluarga inti, keluarga besar (extended family), single parent, dsb.
5. Latar belakang budaya: menjelaskan budaya keluarga, bahasa, dan kebiasaan-
kebiasaan yang berhubungan dengan perilaku kesehatan.
6. Identifikasi agama: agama yang dianut oleh setiap anggota keluarga
B. TAHAP PERKEMBANGAN DAN SEJARAH KELUARGA
- Menjelaskan tentang tahap perkembangan yang telah dilalui oleh keluarga
- Menjelaskan tahap yang saat ini dijalani oleh keluarga
- Menjelaskan tugas perkambangan sesuai dengan tahap perkembangan keluarga saat
ini
C. DATA LINGKUNGAN
- Karakteristik rumah: menggambarkan denah rumah secara sederhana dan
menjelaskan secara singkat mengenai kondisi rumah yang dapat mempengaruhi
status kesehatan keluarga.
- Karakteristik tetangga dan komunitas : menjelaskan karakteristik lingkungan
sosial di sekitar tempat tinggal keluarga dan aktivitas sosial kelompok.
D. STRUKTUR KELUARGA
- Pola komunikasi: menjelaskan pola komunikasi keluarga
- Struktur kekuatan keluarga: menjelaskan struktur kekuatan keluarga
- Struktur peran: menjelaskan peran dari setiap anggota keluarga terutama yang
mempengaruhi status kesehatan keluarga.
E. FUNGSI KELUARGA
- Fungsi afektif : menjelaskan fungsi afektif dalam keluarga
- Fungsi sosialisasi : menjelaskan fungsi sosialisasi keluarga
- Fungsi reproduksi: menjelaskan fungsi reproduksi keluarga
- Fungsi ekonomi: menjelaskan fungsi ekonomi keluarga
- Fungsi perawatan kesehatan: menjelaskan fungsi perawatan kesehatan keluarga,
keyakinan-keyakinan, nilai-nilai dan perilaku keluarga yang mempengaruhi
kesehatan.
F. KOPING KELUARGA: menjelaskan mekanisme koping internal dan eksternal.
G. PEMERIKSAAN FISIK (seluruh anggota keluarga)
Anggota keluarga
Pemeriksaan
Ayah Ibu Anak 1 Anak 2
Kepala:
Rambut
Mata
Hidung
Telinga
Gigi-mulut
Leher :
Tonsil
Kelenjar
Dada :
Jantung
Paru
Bentuk dada
Gerakan
Perut :
Bising usus
Nyeri tekan
Kulit :
Turgor
Ekstremitas :
Gerakan
Kelainan
Tekanan darah: Nadi:
Pernapasan: Suhu:
Berat badan:
Kesimpulan secara umum (tuliskan ulang secara singkat data-data
yang dianggap perlu menjadi fokus)
Contoh Kasus
Diketahui Bp. Roni (39 tahun) memiliki satu orang istri dan dua orang anak. Istrinya bernama
Dinda (36 tahun), sedangkan anaknya bernama Karto (16 tahun) dan Yani (4 tahun).
Berdasarkan data yang terdapat di Puskesmas, Bapak Roni tercatat menderita Tuberkulosis dan
sedang menjalani perawatan obat selama 6 bulan. Ibu Dinda tercatat pernah terdiagnosa
Diabetes Mellitus. Pada saat pengkajian di rumah keluarga Bapak Roni, perawat Nina mengkaji
keadaan kesehatan pasien secara langsung. Pada kunjungan tersebut diperoleh data Bpaak
Roni, TD: 128/100 mmHg, P: 18X/menit, N: 86X/menit, dan S: 36OC. Data Ibu Dinda adalah
TD: 110/90 mmHg, P: 16X/menit, N: 70x/menit, S: 36,8oC, terdapat luka dengan diameter 1,2
cm dan kedalaman 7mm. Karto tidak berada dirumah saat pengkajian, sedangkan menurut
keterangan Ibu Dinda, Yani telah empat hari buang air besar dengan frekuensi 3-5 kali sehari
dengan konsistensi encer. Diketahui TTV Yani adalah TD: 90/70mmHg, P: 28x/menit,
N:60X/menit, S: 37,8OC.

Analisa Data
No. Data Masalah
1. DS: ……. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga
DO: …….
2. DS: ……. Perilaku kesehatan cenderung berisiko
DO: …….
Diagnosa Keperawatan (NANDA)
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
2. Perilaku kesehatan cenderung berisiko berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

Skoring yang dirumuskan oleh Bailon dan Maglay (1978) dalam Effendy (1998).
Kriteria Bobot Skor
Sifat masalah 1 Aktual =3
Risiko =2
Potensial =1
Kemungkinan masalah untuk 2 Mudah =2
dipecahkan Sebagian =1
Tidakdapat = 0
Potensi masalah untuk dicegah 1 Tinggi =3
Cukup =2
Rendah =1
Menonjolnya masalah 1 Segeradiatasi = 2
Tidaksegeradiatasi = 1
Tidakdirasakanadanyamasalah = 0

Cara Penilaian: skor x bobot


Nilai tertinggi
Contoh Penyelesaian
Skoring Diagnosa 1
Sifat masalah : 1/3 x 1 = 1/3
Kemungkinan masalah untuk dipecahkan : ½ x 2 = 1 total : 13/6 = 2.166
Potensi masalah dapat dicegah : 1/3 x 1 = 1/3
Menonjolnya masalah : ½ x 1 = ½

Skoring Diagnosa 2
Sifat masalah : 2/3 x 1 = 2/3
Kemungkinan masalah untuk dipecahkan : ½ x 2 = 1 total : 19/6 = 3.166
Potensi masalah dapat dicegah : 3/3 x 1 = 1
Menonjolnya masalah : ½ x 1 = ½

Berdasarkan skoring, diagnosa keperawatan prioritas keluarga adalah:


1. Perilaku kesehatan cenderung berisiko berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
2. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

Rencana Intervensi
No. Diagnosa Kep. Tujuan & Intervensi Rasional
Kriteria
Hasil
1 Perilaku kesehatan cenderung … 1. ………… 1. …………..
berisiko berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga 2. Dst… 2. Dst…….
merawat anggota keluarga yang
sakit

2 Ketidakefektifan manajemen … 1. ………… 1. …………..


kesehatan keluarga berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga 2. Dst… 2. Dst…….
mengenal masalah kesehatan
Implementasi
No. Diagnosa Kep. Implementasi Evaluasi
1 Perilaku kesehatan 1. …………. S: ………
cenderung berisiko Hasil: …………. O: ……….
berhubungan dengan A: Masalah teratasi/belum teratasi/teratasi sebagian
ketidakmampuan keluarga 2. ……….. P: lanjutkan intervensi/pertahankan intervensi:
merawat anggota keluarga Hasil :………… a. ……………………
yang sakit b. …………………… dst

2 Ketidakefektifan 1. …………. S: ………


manajemen kesehatan Hasil: …………. O: ……….
keluarga berhubungan A: Masalah teratasi/belum teratasi/teratasi sebagian
dengan ketidakmampuan 2. ……….. P: lanjutkan intervensi/pertahankan intervensi:
keluarga mengenal masalah Hasil :………… a. ……………………
kesehatan b. …………………… dst

TUGAS!!
Tn. A adalah seorang perawat Puskesmas yang melakukan pengkajian dirumah Bp. S. Bapak
S, usia 58 tahun tinggal bersama istri (56 tahun) dan seorang anak.(27 tahun). Berdasarkan data
yang terdapat di Puskesmas, Bapak S tercatat menderita Tuberkulosis dan sedang menjalani
perawatan obat selama 6 bulan. Pada saat kunjungan rumah diperoleh data Bapak S, TD:
128/100 mmHg, frekuensi Pernafasan : 18x/menit, frekuensi nadi: 86x/menit, dan Suhu :
36OC. Di samping itu, isteri Bp. S mengalami sesak nafas dan mengatakan sering batuk
berlendir, takut dengan kondisi yang dialaminya, BB 35 Kg, TD : 110/80 mmHg, N : 68x/i, P
: 28 x/i, S : 36,7oC. Sedangkan anak Bp. S mengeluh mual dan muntah dan mengalami diare
dengan frekuensi BAB 5 kali sejak 2 hari yang lalu. Hasil pemeriksaan TTV TD: 80/70 mmHg,
P: 25X/menit, N: 60x/menit, S: 36,8oC.
Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Buatlah Analisa Data Keluarga Bapak S (Analisa data terdiri data subjektif dan data
objektif setiap anggota keluarga).
2. Buatlah diagnosa keperawatan yang dapat muncul berdasarkan masalah yang ditemukan
pada keluarga Bapak S!
3. Pilihlah 3 diagnosa keperawatan dari yang Anda tuliskan di nomor 2, lalu buatkan
skoringnya!
4. Tuliskan masing-masing intervensi dari diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas hasil
skoring!
5. Tuliskan masing-masing implementasi berdasarkan intervensi yang Anda tuliskan!
6. Tuliskan contoh evaluasi berdasarkan implementasi yang Anda berikan!
KEPERAWATAN
KOMUNITAS
1. Definisi
a. Kozier dkk (1997) dalam Chilton dkk. (2013) menyebutkan bahwa komunitas adalah
sekumpulan orang yang tinggal dalam satu lokasi tertentu, memiliki nilai, keyakinan,
dan minat yang relatif sama, serta berinteraksi satu sama lain untuk mencapai satu
tujuan tertentu.
b. American Nurses Association (2004) menjelaskan keperawatan komunitas sebagai
tindakan untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan suatu populasi dengna
mengintegrasikan keterampilan dan pengetahuan sesuai dengan keperawatan dan
kesehatan masyarakat.
c. Departemen Kesehatan (2006) menjelaskan bahwa keperawatan kesehatan masyarakat
merupakan perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan
yang ditujukan untuk seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok risiko
tinggi.

2. Tujuan Keperawatan Komunitas


A. Tujuan Umum
Tujuan umum pelayanan keperawatan komunitas adalah untuk meningkatkan
kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah keperawatan kesehatan masyarakat
yang optimal.
B. Tujuan Khusus
1). Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku individu, kelompok, dan
masyarakat tentang kesehatan.
2). Meningkatkan penemuan kasus-kasus prioritas secara dini
3). Meningkatkan penanganan keperawatan terhadap kasus prioritas di Puskesmas dan
yang mendapatkan tindak lanjut keperawatan di rumah.
4). Meningkatkan akses keluarga yang tidak dapat menjangkau pelayanan kesehatan.

3. Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas


Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada komunitas lebih difokuskan pada upaya
promotif dan preventif tanpamengabaikan kuratif dan rehabilitatif.
a. Promotif, ditujukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat dengan melakukan kegiatan pendidikan kesehatan dan penyuluhan
kesehatan masyarakat.
b. Preventif, meliputi tindakan pencegahan sebelum klien menderita suatu permasalahan
kesehatan.
1). Primary prevention
merupakan pencegahan yang dilakukan pada tahap prepatogenesis atau tahap
sebelum terjadinya penyakit (seperti imunisasi, personal hygiene, perlindungan diri
dari kecelakaan kerja, perlindungan diri dari lingkungan, dan kesehatan kerja).
2). Secondary prevention
Merupakan pencegahan yang dilakukan pada tahap terjadinya masalah
kesehatan (penyakit) yang ditujukan untuk menghambat proses perjalanan penyakit
sehingga dapat memperpendek waktu sakit dan menurunkan tingkat keparahan
penyakit.
3). Tertiary prevention
merupakan upaya pencegahan pada masyarakat yang telah sembuh dari sakit
serta mengalami kecatatan. Proses ini dimulai pada saat cacat dampai kondisi stabil atau
menetap dan tidak dapat diperbaiki.
c. Kuratif, dalam bentuk pelayanan kesehatan langsung (direct care) terhadap individu,
keluarga dan kelompok dalam lingkup komunitas.
d. Rehabilitatif, sebagai tujuan pencegahan tersier yang dimaksudkan untuk
mengembalikan individu pada tingkat fungsi optimal dari ketidakmampuannya.

4. Sasaran Keperawatan Komunitas


Seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok beresiko tinggi
(kelompok penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau
termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil).
a. Individu. Permasalahan kesehatan yang dapat terjadi diantaranya seperti kasus penyakit
hipertensi, diabetes mellitus (DM), tuberkulosis (TBC), dan penyakit individual
lainnya.
b. Keluarga. Sasaran pelayanan keperawtan komunitas ditujukan pada keluarga sehat,
keluarga risiko tinggi dan rawan kesehatan, dan keluarga dengan tindak lanjut
perawatan.
c. Kelompok. Seperti kelompok balita, lansia, remaja, ibu hamil, ibu melahirkan, ibu
menyusui, dan sebagainya.
d. Masyarakat. Difokuskan kepada masyarakat rentan atau mempunyai risiko tinggi
terhadap timbulnya permasalahan kesehatan, misalnya masyarakat di
daerahpengungsian akibat konflik atau bencana dan daerah endemik penyakit menular.

5. Peran Perawat Komunitas


a. Pendidik (educator), dalam hal ini perawat dituntut untuk dapat memberikan
pendidikan kesehatan baik kepada individu, keluarga, kelompok, ataupun masyarakat.
b. Pemberi asuhan keperawatan (care giver), dimana asuhan keperawatan diberikan
secara komprehensif dan berkesinambungan.
c. Konselor (counselor), dalam hal ini perawat sebagai konselor berusaha membantu
memecahkan permasalahan kesehatan yang dialami klien secara efektif dan melibatkan
keluarga, kelompok, dan masyarakat.
d. Pembela hak klien (advocator), dalam hal ini perawat sebagai pembela hak-hak klien
dan memastikan kebutuhan klien terpenuhi.
e. Manajer kasus (case manager), dalam hal ini perawat mengelola kegiatan pelayanan
kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab
yang dibebankan kepadanya.
f. Kolaborator (collaborator), dalam hal ini perawat bekerjasama dengan tim kesehatan
yang lain dalam kaitannya membantu mempercepat proses penyembuhan klien.
g. Penemu kasus (case finder), dalam hal ini perawat melakukan monitoring terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
yang berkaitan dengan masalah-masalah kesehatan serta dampaknya terhadap status
kesehatan melalui kunjungan rumah dan pengumpulan data.

6. Asuhan Keperawatan Komunitas


1. Pengkajian. Dapat dilakukan melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, sensus,
laporan penyakit yang terinformasikan, dan catatan medis di pelayanan kesehatan.
2. Analisa data. Dilakukan secara bertahap mulai dari pengkategorian, ringkasan,
pembandingan, dan penarikan kesimpulan.
3. Diagnosa keperawatan komunitas. Berisi prioritas masalah kesehatan komunitas yang
dinilai berdasarkan kriteria penapisan yakni :
a.sesuai dengan peran perawat komunitas
b.jumlah yang berisiko
c.besarnya risiko
d.kemungknan untuk pendidikan kesehatan
e.minat masyarakat
f. kemungkinan untuk diatasi
g.sesuai program pemerintah
h.sumber daya tempat
i. sumber daya waktu
j. sumber dana
k.sumber daya peralatan
l. sumber daya manusia

Jumlah skor untuk masing-masing kriteria adalah rentang 1 – 5 dengan skala 0 paling
rendah dan 5 paling tinggi.

Tabel Contoh Penulisan Tabel Kriteria Penapisan


Kriteria Penapisan
Dx a b c d e f g h i j k l Skor
1
2
Dst..

4. Intervensi Keperawatan. Dilakukan dengan menggunakan empat macam strategi yaitu


pendidikan kesehatan, kemitraan, pemberdayaan, dan proses kelompok. Langkah-
langkah yang dapat dilakukan dalam merumuskan perencanaan asuhan keperawatan
diantaranya:
a. Identifikasi alternatif tindakan keperawatan
b. Tetapkan prosedur yang akan digunakan
c. Libatkan peran serta masyarakat dalam penyusunan rencana melalui musyawarah
desa atau lokakarya mini.
d. Pertimbangan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang tersedia
e. Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan yang sangat
dirasakan masyarakat
f. Perencanaan mengarah pada tujuan yang ingin dicapai
5. Impelementasi Keperawatan. Merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan
keperawatan dimana perawat komunitas harus memiliki beberapa prinsip umum
diantaranya inovatif, terintegrasi, rasional, dan mandiri.
6. Evaluasi. Fokus dalam melakukan evaluasi adalah relevansi atau hubungan antara
kenyataan yang ada dengan target pelaksanaan, perkembangan atau kejuan proses, dan
efisiensi kerja. Evaluasi dalam keperawatan komunitas terbagi ke dalam tiga kriteria
diantaranya adalah evaluasi struktur, evaluasi proses, dan evaluasi hasil. Hasil evaluasi
ini kemudian digunakan sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau merumuskan
rencana baru dalam proses keperawatan.
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Nama KK : Pekerjaan :
Umur : Pendidikan :
Suku : Alamat/Dusun :
Agama : Desa :

I. IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA


HUBUNGAN
NAMA UMUR L/P DGN KK AGAMA SUKU PENDIDIKAN PEKERJAAN KET

II. LINGKUNGAN FISIK


A. PERUMAHAN
1. Status kepemilikan rumah
( ) Milik pribadi ( ) Asrama ( ) Lain-lain
( ) Kontrak ( ) Menumpang
2. Jumlah kamar ?.................................
3. Luas rumah ?....................................
4. Jenis rumah : ( ) Permanen ( ) Semi Permanen ( ) Panggung/Kayu ( ) Lain-
lain
5. Jenis lantai :
( ) Tanah ( ) Tegel/Keramik ( ) Plester ( ) papan ( )
Lain-lain
6. Dinding rumah terbuat dari :
( ) Tembok penuh ( ) Papan kayu ( ) Bilik ( ) ½ tembok ( )
Lain-lain
7. Apakah terdapat ventilasi ? ( ) Ya ( ) Tidak
8. Apakah dirumah terdapat jendela, kalau ada apakah dibuka setiap hari ?
( ) Ya ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak
9. Cahaya matahari masuk kedalam rumah : ( ) Ya ( ) Tidak
10. Kebersihan dalam rumah : ( ) Bersih ( ) Tidak bersih
Bila tidak bersih disebabkan oleh :
( ) banyak sisa makanan ( ) Sampah ( ) Pasir ( ) Debu
11. Kebersihan halaman : ( ) Bersih ( ) Tidak bersih
12. Pemanfaatan halaman :
( ) Tidak dimanfaatkan ( ) Untuk kandang ternak
( ) Untuk perkebunan ( ) Untuk perikanan
13. Vektor yang banyak disekitar rumah dan membahayakan kesehatan :
( ) Lalat ( ) Nyamuk ( ) Kucing ( ) Anjing
( ) Burung ( ) Kecoa ( ) Ayam ( ) Lain2
B. SUMBER AIR
1. Sumber air minum :
( ) Sumur pompa ( ) Sumur gali ( ) Sungai ( ) Mata air
( ) Air hujan ( ) Empang ( ) PAM ( ) Lain2
2. Apakah air untuk minum dimasak ? ( ) Ya ( ) Tidak
Alasan
:………………………………………………………………………………
3. Jarak sumber air dengan penampungan akhir kotoran : ( ) < 10 m ( ) > 10 m
4. Keadaan fisik air untuk minum :
( ) berwarna ( ) berasa ( ) berbau
5. Sumber air untuk mandi dan mencuci :
( ) Sumur pompa ( ) Sumur gali ( ) Sungai ( ) Mata air
( ) Air hujan ( ) Empang ( ) PAM ( ) Laut
6. Tempat penampungan air : ( ) Tertutup ( ) Terbuka
7. Keadaan gentong / bak mandi :
( ) Berlumut ( ) Tidak berlumut
( ) Ada jentik nyamuk ( ) Tidak ada jentik nyamuk
8. Frekuensi membersihkan penampungan air
( ) 1minggu ( ) 2 minggu ( ) 3 minggu
C. CARA PEMBUANGAN SAMPAH
1. Bagaimana sampah dari rumah dibuang ?
( ) Dikumpulkan dan dibakar ( ) Di sungai ( ) Di timbun
dalam tanah ( ) Sembarangan ( ) di laut ( ) di selokan
2. Tempat penampungan sampah : ( ) Ada ( ) Tidak ada
Bila ada, keadaan tempat penampungan sampah :
( ) Banyak lalat ( ) Bau busuk
( ) Banyak kecoa ( ) Terpelihara
3. Apakah ada polusi udara dan buangan limbah yang mengganggu kesehatan ?
( ) Ya ( ) Tidak
Bila ya, sumber dari : ( ) Pabrik ( ) Lain2 :
4. Kebiasaan membuang barang bekas (botol, ban bekas, kaleng, dll) yang dapat
menampung air :
( ) Ditutup ( ) Dibuang di tempat penampungan sampah
( ) sampah ditimbun
D. PEMBUANGAN TINJA
Apakah keluarga mempunyai jamban : ( ) Ya ( ) Tidak
Jika Ya,
Jenis jamban : ( ) Cemplung ( ) Leher angsa
Kondisi jamban : ( ) Terpelihara ( ) Tidak terpelihara
Kepemilikan jamban : ( ) Milik sendiri ( ) Milik bersama ( ) Menumpang
Jika Tidak, BAB dimana ?
( ) Selokan ( ) Sembarang tempat ( ) Aliran bak penampungan
( ) Sawah ( ) Lain2 : .........................
E. PEMBUANGAN AIR LIMBAH
Air limbah dibuang dimana ? ( ) Selokan ( ) Sawah
( ) Sembarang tempat ( ) Aliran bak penampungan ( ) Lain2
III. EKONOMI
1. Berapakah penghasilan rata-rata keluarga setiap bulan ?
( ) < Rp. 200.000 ( ) Rp. 200.000 – Rp. 300.000
( ) Rp. 300.000 – Rp. 500.000 ( ) > Rp. 500.000
2. Adakah alokasi dana untuk pemeliharaan kesehatan ? ( ) Ya ( ) Tidak
Jika tidak, alasan : ………………………………………………………………
3. Sarana ekonomi apa yang ada di wilayah saudara ?
( ) Pasar ( ) Bank ( ) KUD ( )Perusahaan ( ) Lain2
4. Industri apa yang ada di wilayah saudara ?
( ) Pertanian ( ) Makanan ( ) Perikanan ( ) Perusahaan RT
( ) Lain2, sebutkan : …………………………………………………………..

IV. TRANSPORTASI
1. Sarana transportasi umum yang ada diwilayah saudara :
( ) Bus ( ) Angkutan pedesaan / pete2 ( ) Becak ( ) Ojek
( ) Lain2 :...............................................................................................................
2. Bagaimana keadaan jalan di wilayah saudara ?
( ) Dapat dilewati mobil sepanjang musim
( )Dapat dilewati hanya sepeda motor
( ) Dapat dilewati mobil hanya musim kemarau
( ) dapat ditempuh jalan kaki
( ) Lain2, sebutkan :……………………………………………………………
3. Saudara ke Puskesmas naik :
( ) Jalan kaki ( ) Naik sepeda . ( ) Naik motor
( ) Naik mobil ( ) Lain2, sebutkan :………………………………
4. Apakah saudara merasa aman di lingkungan saudara ?
( ) Ya ( ) Tidak
Alasan :…………………………………………………………………………….
V. PENDIDIKAN
1. Sarana pendidikan apa yang ada di sekitar tempat tinggal keluarga ?
( ) TK ( ) SD ( ) SMP ( ) SMU ( )
Lain2………………….
2. Adakah program kesehatan yang diajarkan disekolah tersebut ?
( ) Ya ( ) Tidak
3. Bila ya, program apa yang sudah berjalan :
( ) UKS ( ) UKGS ( ) Dokter kecil ( ) PMR
( ) Pemeriksaan kesehatan ( ) Lain2 : …………………………………….
VI. PELAYANAN KESEHATAN DAN PELAYANAN SOSIAL
1. Apakah keluarga sudah/sering mendapat informasi tentang kesehatan ?
( ) Ya ( ) Tidak
2. Jika ya, melalui apakah keluarga mendapat informasi tentang kesehatan ?
( ) Radio ( ) Televisi ( ) Koran / Majalah
( ) Papan pengumuman RW / desa ( ) Penyuluhan Puskesmas / posyandu
( ) Lain2 : ………………………………………….
3. Dimana keluarga melakukan pemeriksaan kesehatan ?
( ) Puskesmas ( ) Rumah Sakit ( ) Dokter Praktek
( ) Dukun ( ) Perawat ( ) Balai Pengobatan ( ) Posyandu
4. Bagaimana anggapan saudara mengenai petugas kesehatan ?
( ) Baik ( ) Kurang baik
Alasan,............................................................................................................. ...........
5. Apakah saudara perlu mendapatkan penyuluhan kesehatan ?
( ) Ya ( ) Ya, secara Individu ( ) Ya, secara kelompok
6. Apakah saudara pernah dikunjungi petugas kesehatan puskesmas ?
( ) Ya, < 1 bulan sekali ( ) Ya, 1 bulan sekali ( ) Ya, Jika dipanggil

( ) Tidak Pernah.
VII. KOMUNIKASI
1. Sarana Komunikasi yang digunakan :
( ) Telepon ( ) Koran / majalah ( ) Radio
( ) Papan pengumuman dusun / desa
VIII. KESEHATAN BAYI DAN BALITA
Jika keluarga mempunyai bayi / balita. :
A. STATUS GIZI BAYI DAN BALITA
1. Anak ke berapa ?.........
2. Apakah Bayi / Balita itu mempunyai KMS ? ( ) Ya ( ) Tidak
Jika tidak , apa alasannya……….
Jika Ya, bagaimana grafik KMS
( ) Meningkat setiap bulan ( ) Datar setiap bulan
( ) Menurun setiap bulan ( ) Lain - lain sebutkan,…
3. Apakah bayi ibu masih diberi ASI : ( ) Ya ( ) Tidak
Jika tidak, alasannya :
( ) Produksi ASI berkurang ( ) Ibu bekerja ( ) Ibu sakit ( )
Estetika
( ) Bayi tidak mau makan ( ) Putting mamae tidak normal
4. Berapa kali bayi/ balita ibu makan dalam sehari :
( ) 1 kali ( ) 2 Kali ( ) 3 Kali ( ) 4 kali
5. Jenis makanan yang di makan bayi / balita setiap hari :
( ) Makanan pokok saja ( ) Makanan pokok + protein + sayur / buah
( ) Makanan pokok + protei hewani / nabati ( ) Lengkap sumber gizi
6. Apakah bayi ibu mendapat makanan tambahan : ( ) Ya ( ) Tidak
Jika Ya , sampai umur berapa bayi ibu mendapat makanan tambahan :
( ) 2 – 3 bulan ( ) 6 – 7 bulan ( ) 4 – 5 bulan ( ) > 7 bulan
Jika tidak , alasannya …………………………………………………
7. Apakah ada pantangan makanan untuk bayi / balita itu ?
( ) Ya ( ) Tidak
Jika ya, Jenisnya adalah ……………………………………………..
( ) Telur , alasannya………………………………………………
( ) Ikan, alsannya…………………………………………………
( ) Lain-lain, sebutkan……………………………………………
8. Bagaimana pengolahan bahan makanan bayi / balita ibu ?
( ) Membeli ( ) Makanan siap saji seperti bubur sreal, susu dll.
( ) Masak sendiri ( )Lain-lain,
sebutkan……………………………………………
9. Apakah bayi / balita ibu mendapat vitamin A setiap 6 bulan sekali :
( ) Ya ( ) Tidak
10. Penyakit apa yang sering diderita oleh bayi / balita ibu ?
( ) Batuk – batuk ( ) Demam ( ) Penyakit kulit seperti kurap, gatal,
kudis
( ) Bisul ( ) Kejang-kejang karena panas tinggi ( ) Diare
( ) Lain-lain , sebutkan………………………………………..
11. Apakah ibu menimbang bayi / balita setiap bulan ? ( ) Ya ( ) Tidak
Jika Tidak, alasannya………………………………………….
B. IMUNISASI
Apakah bayi / balita ibu sudah diimunisasi dasar ? ( ) Ya ( ) Tidak
Bila Ya, jenis imunisasi yang sudah dierikan :
( ) BCG ( ) Campak ( ) DPT I - Polio I ( ) DPT II – Polio II
( ) DPT III – Polio III ( ) Polio IV ( ) Hepatitis I - II
Bila tidak, alasannya ?
( ) Takut ( ) Sedang sakit ( ) Tidak sempat
( ) Tidak tahu manfaat imunisasi ( ) lain-lain, alasannya……………

IX. MASALAH ANAK DAN REMAJA


Jika dalam keluarga ada anak umur 6 – 12 tahun
A. KESEHATAN ANAK
1. Apakah anak saudara mengalami kesulitan makan ? ( ) Ya ( ) Tidak
Jika Ya, disebabkan karena
( ) Malas makan ( ) Banyak bermain ( ) lain-lain sebutkan
………………………
2. Apakah anak saudara mempunyai jadwal kegiatan sehari-hari (belajar, bermain,
tidur / istirahat) : Y / T
B. KESEHATAN REMAJA
1. Apa masalah yang sering anak remaja saudara alami ?
( ) Kesulitan belajar ( ) Begadang ( ) Kurang percaya diri
( ) Kurang bisa bergaul ( ) Lain-lain, sebutkan……………..
2. Jika memiliki masalah, apa yang akan dilakukan oleh anak/ remaja saudara ?
( ) Bercerita pada teman ( ) Marah / mengamuk
( ) Bercerita pada orang tua ( ) Mengurung diri
( ) Bercerita pada saudara. ( ) Lari dari rumah
( ) lain-lain, sebutkan………………………………………………………..
3. Pada waktu luang kebiasaan / kegiatan remaja :
( ) Karang taruna ( ) Membantu orang tua
( ) Masjid / majelis ta’lim ( ) Berolah raga
( ) Lain-lain, sebutkan ………………………………………………………

X. MASALAH MATERNAL DAN KB


Jika dalam keluarga ada ibu hamil
A. KESEHATAN IBU HAMIL
1. Apakah dalam keluarga ada ibu hamil :
( ) Ya, usia < 17 tahun, ( ) 25 – 35 tahun, ( ) > 35 Tahun ( ) Tidak
Jika Ya, Lakukan Pemeriksaan :
( ) TB ( ) BB ( ) TD
2. Ini adalah kehamilan yang ke :
3. Jarak kehamilan dengan kehamilan sekarang : ( ) > 3 tahun ( ) < 3 tahun
4. Berapa umur kehamilan ibu sekarang :
( ) 1 – 3 bulan ( ) 4 – 6 bulan ( ) 7 – 9 bulan
5. Apakah ibu hamil mendapatkan imunisasi TT :
( ) Ya ( ) Tidak, Jelaskan alsannya…………………
6. Penyakit yang menyertai kehamilan saat ini :
( ) Jantung ( ) Anemia ( ) Hipertensi ( ) DM
7. Apakah selama hamil ibu mendapatkan tambahan zat besi :
( ) Ya ( ) Tidak, Alasannya……………………………….
8. Apakah iu memeriksa kehamilan : ( ) Ya ( ) Tidak
Jika Ya, dimana ? ( ) Dukun ( ) Bidan desa ( ) Puskesmas ( ) RB / Praktik
swasta
Dan sudah berapa kali ? ( ) 1 kali ( ) 2 kali ( ) 3 kali ( ) 4 kali
9. Pernahkah ibu mendapatkan pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan
kehamilan. Jika pendidikan kesehatan ya, tentang apa ?
( ) Perawatan payudara ( ) Perawatan tali pusat/perawatan bayi baru lahir
( ) Gizi ibu hamil ( ) Senam hamil ( ) ASI ( ) Persiapan persalinan

B. KESEHATAN IBU MENYUSUI


Jika ada ibu yang mempunyai anak 0 – 2 tahun
1. Apakah ibu menyusui anak ? ( ) Ya ( ) Tidak
2. Apakah ibu yang menyusui sering membersihkan putting susu ? ( ) Ya ( )
Tidak
Jika Ya, kapan saja : ………………………………………………….
Jika tidak, Alasannya : ……………………………………………….
3. Apakah pernah mendapat pendidikan kesehatan balita dengan ibu menyusui :
( ) Ya ( ) Tidak
Jika Ya, dimana didapatkan/ diperoleh
( ) Posyandu ( ) Puskesmas ( ) Bidan Desa ( ) Media Komunikasi
4. Apakah ibu telah menerima pendidikan kesehatan tentang ;
( ) Makanan buteki ( ) ASI ( ) Senam Nifas ( ) Makanan bayi

C. KELUARGA BERENCANA
1. Apakah PUS menjadi akseptor KB ?
( ) Ya ( ) Tidak ( ) Pernah tetapi saat ini tidak lagi
Bila Ya, alat kontrasepsi apa yang digunakan :
( ) Pil ( ) AKDR ( ) Kondom ( ) Suntik ( ) Susuk
( ) Lain2,……
Bila belum menjadi akseptor KB, alasannya :
( ) Takut ( ) Agama ( ) Dilarang suami
( ) Sakit ( ) Tidak tahu guna KB ( ) Ingin anak
Bila PUS pernah menjadi akseptor KB dan saat ini tidak menjadi akseptor KB
lagi alasannya :
( ) Tidak cocok ( ) Lain-lain, sebutkan : ………………..
2. Dari manakah mendapat informasi tentang KB :
( ) Petugas kesehatan ( ) Media TV ( ) Radio
( ) Toma/toga ( ) Lain-lain, sebutkan : ……………..

XI. MASALAH PENYAKIT DALAM 1 TAHUN TERAKHIR YANG DIDERITA


KELUARGA
1. Apakah didalam keluarga saat ini ada yang menderita sakit ? kalau Ya,
No Anggota Keluarga UMUR Keluhan yang dirasakan Tempat berobat
XII. MASALAH LANSIA
Jika dalam keluarga ada lansia :
1. Berapa usia lansia : ( ) 55 – 59 thn ( ) 60 – 69 tahun ( ) Lebih dari 70
tahun.
2. Dengan adanya penyakit sebutkan apa yang dilakukan lansia :
( ) Berobat ke sarana Yankes ( ) Berobat ke Praktik tenaga kesehatan
( ) Berobat ke dukun ( ) Diobati / diatasi sendiri
3. Berapa kali lansia memeriksa kesehatan dalam setahun :
( ) 1X ( ) 2X ( ) 3X ( ) Kalau sakit saja.
4. Apakah kegiatan lansia sehari - hari :
( ) Pengajian/Keagamaan ( ) Olah raga ( ) Berkebun
( ) Memelihara hewan ( ) Nonton TV
5. Bentuk bantuan apa yang di butuhkan lansia di masyarakat :
( ) Dana sehat ( ) Pelayanan kesehatan ( ) Kelompok lansia ( ) Panti
jompo
( ) Penyuluhan kesehatan ( ) Lain-lain, sebutkan….

TUGAS!!
1. Setiap mahasiswa melakukan pengkajian di sebuah daerah secara berkelompok.
2. Hasil pengkajian tersebut kemudian dianalisa secara bersama-sama sehingga
ditemukan permasalahan kesehatan dai masyarakat tersebut.
3. Permasalahan kesehatan yang ditemukan tersebut kemudian diskoring hingga
ditemukan prioritas masalah kesehatan yang terjadi dalam populasi tersebut.
4. Setelah menemukan prioritas masalah, dibuatkan rencana intervensi, bentuk
implementasi, dan evaluasi
5. Tugas kemudian dipresentasikan secara berkelompok di hadapan pembimbing dan
mahasiswa lain dalam bentuk diskusi kelompok.
Tabel Rencana Intervensi
No Dx Tujuan Sasaran Strategi Intervensi Hari/ Tempat Evaluasi
. tgl Kriteria Standar
1 Ketidakefektif Setelah diberikan Warga Pendidikan Berikan pendidikan Kamis, Aula Verbal 70% warga
an manajemen asuhan keperawatan RT 001 kesehatan kesehatan tentang 16 Desa mampu
kesehatan selama 3 kali pengertian, penyebab, Maret menyebutkan
komunitas pertemuan tanda dan gejala, 2017 pengertian,
berhubungan diharapkan warga pencegahan, dan penyebab, tanda
dengan mampu: pengobatan dan gejala,
ketidakmampu a. memahami tuberkulosis pencegahan, dan
an masyarakat tentang penyakit pengobatan
mengenal tuberkulosis tuberkulosis
masalah b. melakukan upaya Pemberdaya Memotivasi warga Sabtu, Aula Psikom 75% warga
kesehatan pencegahan an untuk melakukan 18 Desa otor menerapkan
tuberkulosis penularan penyakit tindakan pencegahan Maret upaya
tuberkulosis penularan tuberkulosis 2017 pencegahan
c. menciptakan penularan
lingkungan yang tuberkulosis
sehat dan terhindar Kemitraan Bekerjasama dengan Minggu, Aula Verbal Tersedianya
dari faktor pencetus pihak puskesmas dan 19 Desa dan papan himbauan
tuberkulosis pemerintah desa untuk Maret Psikom untuk tidak
menetapkan kawasan 2017 otor merokok di
bebas asap rokok sembarang tempat
dan himbauan
untuk menutup
mulut saat batuk
dan bersin
Tabel Implementasi dan Evaluasi
No. Dx Waktu Kegiatan Evaluasi
Ketidakefektifan Kamis, 16 Pendidikan kesehatan Evaluasi struktur:
manajemen Maret tentang tuberculosis - Persiapan kegiatan dilakukan selama 2 minggu
kesehatan komunitas 2017 Evaluasi proses
berhubungan dengan - Peserta yang hadir 30 orang
ketidakmampuan - Kegiatan berlangsung selama 90 menit
masyarakat - 5 orang bertanya dalam kegiatan
mengenal masalah - 90% peserta antusias mengikuti kegiatan
kesehatan Evaluasi hasil
tuberkulosis - 75% peserta mampu memahami tentang penyakit tuberkulosis
Sabtu, 18 Pendidikan kesehatan Evaluasi struktur:
Maret tentang bahaya penularan - Persiapan kegiatan dilakukan selama 2 minggu
2017 tuberkulosis Evaluasi proses
- Peserta yang hadir 30 orang
- Kegiatan berlangsung selama 60 menit
- 3 orang bertanya dalam kegiatan
- 80% peserta antusias mengikuti kegiatan
Evaluasi hasil
- 70% peserta mampu memahami tentang bahaya penularan tuberkulosis
Minggu, Pengadaan papan Evaluasi struktur:
19 Maret himbauan kawasan bebas - Proposal pengadaan papan himbauan telah dimasukkan ke puskesmas dan
2017 rokok dan perilaku untuk pemerintah setempat 1 bulan sebelumnya
menghindari penularan Evaluasi proses
tuberkulosis - Proses koordinasi berjalan baik
- Puskesmas memberikan lay out bahaya penularan tuberkulosis
- Pemerintah desa bersedia memfasilitasi papan himbauan
Evaluasi hasil
- Papan himbauan terpasang di 5 titik, yakni depan aula desa, depan balai
pos kamling, samping puskesmas, depan masjid, dan depan sekolah.
PENDIDIKAN KESEHATAN

Definisi
1. Mc.Ewen (2001) menyebutkan bahwa pendidikan kesehatan merupakan aktivitas belajar
yang dirancang sesuai dengan kondisi klien dan situasi tempat pembelajaran yang
diberikan oleh tenaga professional kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
2. A Joint Committee ON Termonilogi in Health Education of United States (1973) dalam
Machfoedz (2009) menyebutkan bahwa pendidikan kesehatan adalah proses yang
mencakup dimensi dan kegiatan intelektual, psikologis, dan sosial untuk meningkatkan
kemampuan manusia dalam mengambil keputusan yang mempengaruhi kesejahteraan
diri, keluarga, dan masyarakat.
3. Departemen Kesehatan RI menyebutkan bahwa penyuluhan kesehatan adalah gabungan
dari berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk
mencapai suatu keadaan dimana individu, keluarga, kelompok dan masyarakat secara
keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa
dilakukan secara perorangan maupun secara kelompok, dan meminta pertolongan bila
perlu

Tujuan
• Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam membina dan
memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
• Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, dan kelompok dan masyarakat yang
sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental, dan sosial sehingga dapat
menurunkan angka kesakitan dan kematian
• Memberikan informasi sehingga klien mampu membuat keputusan-keputusan yang tepat
dalam hubungannya dengan kesehatan dan sakit.
• Membantu klien agar berpartisipasi secara efektif dalam perawatan atau penyembuhan.
• Membantu klien beradaptasi terhadap realita penyakit dan pengobatannya.
• Membantu klien agar mengalami rasa puas dengan usaha-usaha mereka sendiri yang
menunjang kesehatan

Sasaran Pendidikan Kesehatan


1. Individu, Mencakup masalah keperawatan dan kesehatan secara umum yang dapat
dilakukan dimana saja dan kapan saja.
2. Keluarga, Mencakup masalah kesehatan dan keperawatan yang tergolong dalam
keluarga resiko tinggi antara lain:
a. Keluarga yang menderita penyakit menular.
b. Keluarga dengan masalah sanitasi lingkungan yang rendah.
c. Keluarga dengan kondisi gizi kurang dan lain-lain.
3. Kelompok. Mencakup masalah kesehatan dan keperawatan pada kelompok khusus,
antara lain:
a. Kelompok ibu hamil.
b. Kelompok ibu yang menyusui anak dan balita.
b. Kelompok PUS (pasangan usia subur).
c. Kelompok remaja (masalah narkoba, miras dan lain-lain).
4. Mayarakat. Mencakup masalah kesehatan dan keperawatan pada masyarakat antara
lain:
a. Masyarakat binaan Puskesmas.
b. Masyarakat pegunungan, masyarakat nelayan, dan lain-lain.
Tahap-tahap pendidikan kesehatan
Di dalam tahap implementasi kegiatan pendidikan kesehatan, komunikasi memegang
peranan penting dalam penyampaian informasi kepada klien. Keterampilan dalam
berkomunikasi dengan baik dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan persepsi
dan memberi kepuasan dalam pelayanan. Beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi
diantaranya persepsi, nilai, emosi, pengetahuan, peran dan hubungan serta kondisi
lingkungan (Hartono, 2010).
Tahapan-tahapan dalam komunikasi yang efektif meliputi tahap persiapan, tahap
pembukaan, tahap eksplorasi dan tahap terminasi yang dapat dilihat pada tabel berikut
(Machfoedz, 2009):
Tahapan Dan Tidakan Dalam Komunikasi
Tahapan Tindakan
Persiapan - Merencanakan pertemuan pertama
- Mengkaji kekuatan dan keterbatasan
Pembukaan - Mempertahankan suasana terapeutik
- Memperjelas tujuan
- Melakukan kontak dengan klien
- Menjaga tujuan bersama
Eksplorasi - Menggali masalah klien
- Menjaga perasaan
- Mengembangkan keterampilan menguasai diri
Terminasi - Merencanakan akhir wawancara
- Menyampaikan kesimpulan
- Menyatakan perasaan.

Selanjutnya, dalam bentuk aplikasinya, pendidikan kesehatan dilakukan berdasarkan


tahapan-tahapan berikut:
No. FAKTOR PENDUKUNG Ada Tidak Ada
1 Media Penyuluhan
2 Media Penunjang
3 Kelengkapan Berkas
No. TAHAP KEGIATAN Dilakukan Tidak
1 Salam Pembuka
2 Perkenalan
3 Kontrak Waktu
4 Validasi Perasaan
5 Validasi Pengetahuan
6 Penjelasan Materi
7 Validasi Subjektif
8 Validasi Objektif
9 Penutup
10 Salam Penutup

Metode
Pendidikan kesehatan merupakan sebuah proses dimana proses tersebut mempunyai
masukan (input) dan keluaran (output). Tercapainya tujuan pendidikan kesehatan
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor metode, faktor isi, faktor petugas yang
memberikan pendidikan kesehatan, dan alat bantu atau media yang digunakan. Beberapa
metode yang dapat digunakan dalam kegiatan pendidikan kesehatan:
1. Metode pendidikan individual (perorangan)
Metode pendidikan kesehatan dengan pendekatan individual ini digunakan karena setiap
orang memiliki masalah dan alasan yang berbeda sehubungan perilaku baru yang
diterima. Bentuk metode ini diantaranya adalah bimbingan dan konseling serta
wawancara.
2. Metode pendidikan kelompok
Metode pendidikan kesehatan dengan pendekatan kelompok ini harus
mempertimbangkan besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari
sasaran. Metode kelompok ini terbagi atas dua yaitu kelompok besar dan kecil.
a. Kelompok Besar
Dikatakan kelompok besar apabila peserta pendidikan kesehatan lebih dari 15 orang.
Metode yang dapat digunakan untuk kelompok besar ini adalah dengan ceramah dan
seminar.
b. Kelompok Kecil
Dikatakan kelompok kecil apabila peserta kegiatan kurang dari 15 orang. Metode-
metode yang dapat digunakan adalah diskusi kelompok, curah pendapat (brain
storming), bola salju (snow balling), kelompok-kelompok kecil (buzz group),
bermain peran (role play), dan permainan simulasi (simulation game) (Koelen & Van
Den Ban, 2004).
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam menentukan metode pendidikan
kesehatan diantaranya adalah aspek yang akan dicapai yang terdiri dari (Lowenstein, Foord,
and Romano, 2009):
1. Aspek pengetahuan. Metode yang dapat digunakan adalah penyuluhan langsung maupun
pemasangan spanduk, poster, dan penyebaran leaflet.
2. Aspek sikap, dimana metode yang digunakan berupa metode yang dapat mengunggah
emosi, perasaan, dan sikap sasaran. Metode yang digunakan misalnya memperlihatkan
slide atau video.
3. Aspek keterampilan. Metode yang digunakan berupa memberikan kesempatan kepada
sasaran untuk mencoba keterampilan tersebut, misalnya demonstrasi.

Media
Media pendidikan kesehatan merupakan sarana dalam menampilkan informasi atau
pesan yang ingin disampaikan baik melalui media cetak maupun elektronik. Media
digunakan untuk membantu meningkatkan pengetahuan yang diharapkan dapat merubah
perilaku ke arah yang positif terhadap kesehatan. Media dibuat untuk memudahkan
pemahaman terhadap materi yang disampaikan. Media yang digunakan dalam proses
pendidikan kesehatan harus bergantung pada jenis sasaran, tingkat pendidikan sasaran, aspek
yang ingin dicapai, metode yang digunakan, dan sumber daya yang ada.
Adapun tujuan media pendidikan kesehatan adalah untuk memperjelas dan
memudahkan penyampaian informasi informasi serta menghindari kesalahan persepsi
(Hartono, 2010).
Pemilihan media merupakan hal yang harus diperhatikan oleh pemberi pendidikan
kesehatan. Hal yang perlu diperhatikan adalah media yang dipilih harus memberikan dampak
yang luas dan penggunaan media secara terpadu akan dapat meningkatkan cakupan,
frekuensi, dan efektivitas pesan. Penggolongan media pendidikan kesehatan dapat ditinjau
dari beberapa aspek diantaranya (Bastable, 2014):
1. Berdasarkan bentuk umum penggunaan.
Berdasarkan bentuk umum penggunaannya, media dapat berupa bahan bacaan seperti
modul, buku rujukan, leaflet, dan majalah bulletin. Selain itu juga dapat berupa bahan
peragaan seperti poster, flipchart, slide, dan film.
2. Berdasarkan cara produksi.
Berdasarkan cara produksinya, media dapat berupa media cetak, media elektronik, dan
media luar ruang. Media cetak dapat berupa poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar,
stiker, dan pamflet. Media elektronik dapat melalui televise, radio dan pemutaran film.
Sedangkan media luar ruang dapat berupa papan reklame, spanduk, dan standing banner.

Salah satu media yang paling sering digunakan adalah leaflet.

PEMBUATAN LEAFLET

Definisi
Leaflet merupakan selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang masalah
khususnya untuk suatu sasaran dengan tujuan tertentu.

Pemanfaatan
 Dapat ditempel di papan pengumuman puskesmas, rumah sakit, kantor, atau sekolah, atau
tempat-tempat lainnya yang mudah untuk dilihat oleh masyarakat umum.
 Dapat diberikan kepada sasaran setelah penyuluhan.

Bentuk leaflet
a. Tulisan terdiri dari 200-400 huruf dengan tulisan cetak biasanya diselingi dengan
gambar-gambar.
b. Harus dapat dibaca sekali pandang.
c. Ukurannya biasanya 20 x 30 cm
d. Dapat berupa leaflet tentang masalah kesehatan atau informasi kesehatan lainnya
misalnya imunisasi, penatalaksanaan diare, demam berdarah, pemberian vitamin A, dan
lain-lain.
Keuntungan
a. Dapat disimpan lama, bila lupa dapat dibuka kembali.
b. Dapat dipakai sebagai bahan rujukan
c. Isi dapat dipercaya karena dicetak dan dikeluarkan oleh instansi resmi
d. Jangkauannya jauh dan dapat membantu jangkauan media lain
e. Jika perlu dapat dicetak ulang
f. Dapat dipakai sebagai bahan diskusi untuk kesempatan yang berbeda

Kerugian
a. Bila cetakannya kurang menarik, orang akan enggan menyimpannya
b. Kebanyakan orang malas membacanya, apabila hurufnya terlalu kecil dan susunannya
kurang menarik
c. Tidak dapat digunakan oleh orang yang tidak bisa membaca.

TUGAS!!

Setelah mahasiswa membaca dan memahami dasar pemahaman tentang pembuatan


leaflet, maka diharapkan mahasiswa mampu mengaplikasikan dalam bentuk nyata tentang
pembuatan leaflet dalam kegiatan ini. Kegiatan selanjutnya :
a. Mahasiswa mampu membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang sehingga
terbentuk 4 kelompok kecil
b. Masing-masing kelompok mendiskusikan tentang topik yang akan disampaikan dalam
leaflet yang akan dibuat seperti tentang Manfaat ASI dan cara menyusui yang benar,
penanggulangan diare, manfaat jamban keluarga, imunisasi dan posyandu, dan beberapa
topik lainnya.
c. Topik yang telah dipilih selanjutnya didesain oleh masing-masing kelompok untuk dibuat
sebagai leaflet
d. Leaflet yang telah jadi selanjutnya dikonsultasikan dan dikumpulkan kepada
pembimbing.

Selain membutuhkan media penyuluhan dan media penunjang, setiap kegiatan


pendidikan kesehatan yang dilakukan harus dilengkapi dengan berkas Satuan Acara
Pembelajaran (SAP)
1. Satuan Acara Pembelajaran
a. Pengertian
SAP adalah program pengajaran yang merupakan rencana/rancangan atau
kerangka pengajaran penyuluhan yang akan disampaikan kepada peserta (masyarakat)
dalam situasi interaksi belajar mengajar.
b. Format SAP
1. Topik penyuluhan :
2. Waktu :
3. Sasaran :
4. Lokasi :
5. Tanggal pelaksanaan :
6. Tujuan umum :
7. Tujuan khusus :
8. Pokok bahasan :
9. Metode :
10. Kegiatan belajar :
No. Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
1. Membuka pengajaran (5- ................................. .................................
2. 10%) ................................. .................................
3. Penyajian materi (80-90%) ................................. .................................
Menutup pelajaran
11. Media penyuluhan :
- AVA -standing banner -Flash card
- OHP -Poster -Booklet
- LCD -Pamflet -Flipchart
- Leaflet -Brosur
12. Evaluasi (proses, akhir)
- Objektif test
- Check list
13. Rujukan/kepustakaan

TUGAS!!
Setelah mahasiswa membaca dan memahami cara pembuatan SAP penyuluhan
kesehatan, maka diharapkan mahasiswa mampu:
a. Membuat SAP penyuluhan tentang masalah yang disesuaikan dengan materi isi leaflet.
b. Mengaplikasikan/mendemonstrasikan pendidikan kesehatan di masyarakat sesuai dalam
SAP yang telah dibuat.
c. Bila SAP dan materi telah siap, maka masing-masing mahasiswa mendemonstrasikan
pelaksanaan pendidikan kesehatan dengan kelompok lain sebagai peserta dan masing-
masing mahasiswa dalam kelompok membawa materi sesuai dengan pembagian tugas
degan kelompoknya.
d. Masing-masing mahasiswa yang menyajikan materi memperagakan mulai dari membuka
pendidikan kesehatan, penyajian materi, dan menutup pendidikan kesehatan.
KEPERAWATAN
GERONTIK
PERNAPASAN DIAFRAGMA

1. Berbaring pada posisi supinasi atau semi fowler


2. Letakkan 1 tangan di tengah abdomen di bawah sternum
3. Letakkan tangan yang lain pada dada bagian atas
4. Tarik napas perlahan melalui hidung. Abdomen harus mengembang (perhatikan
pergerakan tangan di atas abdomen)
5. Buang nafas perlahan melalui bibir yang dikerutkan. Perut harus berkontraksi.
6. Istirahat
7. Ulangi

PURSED-LIP BREATHING

1. Ambil posisi yang nyaman


2. Tarik nafas perlahan melalui hidung, jaga agar mulut tetap tertutup
3. Ingat untuk menggunakan teknik pernapasan diafragma
4. Majukan bibir seperti meniup lilin, mencium, atau bersiul
5. Buang napas perlahan melalui bibir yang dikerutkan (exhalasi dilakukan minimal 2
kali sepanjang inhalasi)
6. Istirahat
7. Ulangi
BUERGER-ALLEN EXERCISE

A. Pasien berbaring di tempat datar dengan tungkai ditinggikan di atas level jantung
hingga kaki memucat (sekitar 2 menit)
B. Pasien merendahkan tungkai untuk mengisi pembuluh darah dan gerakkan kaki
hingga tungkai berwarna merah muda (sekitar 5 menit)
C. Pasien berbaring di tempat tidur sekitar 5 menit sebelum mengulangi latihan.
Keseluruhan prosedur dilakukan sebanyak 5 kali, atau sesuai dengan toleransi pasien, pada 3
waktu yang berbeda sepanjang hari. Perawat harus membantu pasien saat
SENAM KAKI DIABETIK

1. Pengertian
Senam kaki diabetik adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien
diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan
peredaran darah bagian kaki.
Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot -
otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat
meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha, dan juga mengatasi keterbatasan
pergerakan sendi.

2. Tujuan

a. Memperbaiki sirkulasi darah


b. Memperkuat otot-otot kecil
c. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki
d. Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha
e. Mengatasi keterbatasan gerak sendi

3. Indikasi dan Kontraindikasi


a. Indikasi
Senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh penderita Diabetes mellitus
dengan tipe 1 maupun 2. Namun sebaiknya diberikan sejak pasien didiagnosa
menderita Diabetes Mellitus sebagai tindakan pencegahan dini.
b. Kontraindikasi
1) Klien mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dipsnu atau nyeri dada.
2) Orang yang depresi, khawatir atau cemas.

4. Hal yang Harus Dikaji Sebelum Tindakan


a. Lihat Keadaan umum dan keadaran pasien
b. Cek tanda-tanda Vital sebelum melakukan tindakan
c. Cek Status Respiratori (adakan Dispnea atau nyeri dada)
d. Perhatikan indikasi dan kontraindiikasi dalam pemberian tindakan senam kaki
tersebut
e. Kaji status emosi pasien (suasanan hati/mood, motivasi)

5. Implementasi
a. Persiapan Alat :
 Kertas Koran 2 lembar,
 Kursi (jika tindakan dilakukan dalam posisi duduk),
 handscoon
b. Persiapan Klien :
 Kontrak Topik, waktu, tempat dan tujuan dilaksanakan senam kaki
c. Persiapan lingkungan :
 Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien,
 Jaga privacy pasien

d. Prosedur Pelaksanaan :
1) Perawat cuci tangan
2) Jika dilakukan dalam posisi duduk maka
posisikan pasien duduk tegak diatas bangku
dengan kaki menyentuh lantai

3) Dengan Meletakkan tumit dilantai,


jari-jari kedua belah kaki diluruskan
keatas lalu dibengkokkan kembali
kebawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali

4) Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai,


angkat telapak kaki ke atas. Pada kaki lainnya,
jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit
kaki diangkatkan ke atas. Cara ini dilakukan
bersamaan pada kaki kiri dan kanan secara
bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.

5) Tumit kaki diletakkan di lantai.


Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan
buat gerakan memutar dengan pergerakkan
pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
6) Jari-jari kaki diletakkan dilantai.
Tumit diangkat dan buat gerakan
memutar dengan pergerakkan pada
pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

7) Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan.


Gerakan jari-jari kedepan turunkan kembali
secara bergantian kekiri dan ke kanan.
Ulangi sebanyak 10 kali.

10) Angkat kedua kaki dan luruskan,


pertahankan posisi tersebut.
Gerakan pergelangan kaki kedepan
dan kebelakang.

11) Luruskan salah satu kaki dan angkat,


putar kaki pada pergelangan kaki ,
tuliskan pada udara dengan kaki
dari angka 0 hingga 10
lakukan secara bergantian.

12) Letakkan sehelai koran dilantai.


Bentuk kertas itu menjadi seperti bola
dengan kedua belah kaki. Kemudian,
buka bola itu menjadi lembaran
seperti semula menggunakan kedua belah kaki.
Cara ini dilakukan hanya sekali saja
 Lalu robek koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian koran.
 Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki
 Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki lalu letakkan
sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh.
 Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola
13) Merapikan Alat dan mencuci tangan
7. Hal yang Harus di Evaluasi Setelah Tindakan
a. Pasien dapat menyebutkan kembali pengertian senam kaki
b. Pasien dapat menyebutkan kembali 2 dari 4 tujuan senam kaki
c. Pasien dapat memperagakkan sendiri teknik-teknik senam kaki secara mandiri
8. Dokumentasi Tindakan
a. Respon klien
b. Tindakan yang dilakukan klien sesuai atau tidak dengan prosedur
c. Kemampuan klien melakukan senam kaki

TEKNIK KOMUNIKASI PADA USIA LANJUT


VERBAL:
1. Menggunakan kata-kata yang pendek dan singkat
2. Menggunakan kalimat sederhana
3. Memulai percakapan dengan menyebut nama anda dan panggil nama pasien
4. Menggunakan gaya bicara lambat
5. Mengucapkan tiap kata dengan jelas
6. Jika volume meningkat, turunkan nada, volume ditinggikan pada pasien dengan
gangguan pendengaran
7. Jika bertanya, beri waktu untuk merespon
8. Menanyakan satu pertanyaan tiap kali bertanya
9. Mengulang pertanyaan dengan kata yang sama
10. Menggunakan humor jika mungkin

NONVERBAL:

1. Meyakini gaya bicara anda dirasakan oleh semua orang, bukan hanya pasien
2. Setiap komunikasi verbal disertai nonverbal yang sesuai
3. Berhadapan dengan pasien
4. Mempertahankan kontak mata
5. Bergerak dengan lambat (tidak tergesa-gesa)
6. Tidak menghentikan pasien, jika pasien menyela pada waktu anda bicara
7. Menggunakan gerakan muka yang tepat pada tutur yang penting
SKALA DEPRESI GERIATRIK YESAVAGE

1. Apakah anda puas dengan kehidupan anda? (tidak)


2. Apakan anda mengurangi hobi dan aktivitas sehari-hari? (ya)
3. Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong? (ya)
4. Apakah anda sering merasa bosan? (ya)
5. Apakah anda selalu bersemangat? (tidak)
6. Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda? (ya)
7. Apakah anda selalu merasa bahagia? (tidak)
8. Apakah anda sering merasa putus asa? (ya)
9. Apakah anda lebih suka tinggal di rumah pad malam hari daripada keluar dan
melakukan sesuatu yang baru? (ya)
10. Apakah anda merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan ingatan dibanding
dengan orang lain? (ya)
11. Apakah anda berpikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan? (tidak)
12. Apakah anda merasa tidak berguna? (ya)
13. Apakah anda merasa berenergi? (tidak)
14. Apakah anda berpikir bahwa situasi anda tidak ada harapan? (ya)
15. Apakah anda berpikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada anda? (ya)

Skor 1 poin untuk tiap respon yang sesuai dengan jawaban YA atau TIDAK sesuai
pertanyaan
Skor 5 atau lebih menunjukkan adanya depresi.

ISAACS-WALKEY IMPAIRMENT MEASUREMENT


1. Apa nama tempat ini?
2. Ini hari apa?
3. Ini bulan apa?
4. Tahun berapa sekarang?
5. Berapa umur klien? (jika klien menjawab 1 tahun lebih muda atau lebih tua maka
dianggap benar)
6. Tahun berapa klien lahir?
7. Bulan berapa klien lahir?
8. Tanggal berapa klien lahir?
9. Berepa lama klien tinggal di panti jompo? (keslahan 25% dianggap benar)

Keterangan :
Kesalahan 0-2 : fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3-4 : kerusakan intelektual ringan
Kesalahan 5-7 : kerusakan intelektual sedang
Kesalahan 8-9 : kerusakan intelektual berat
TES MINI MENTAL

Nama :
Umur :
Pendidikan Terakhir :

1. Orientasi Waktu
Peneliti menanyakan kepada lansia tentang waktu-waktu tertentu:
a. Tahun berapa sekarang?
b. Musim apa sekarang?
c. Bulan berapa sekarang?
d. Hari apakah hari ini?
e. Tanggal berapakah sekarang?
2. Orientasi Tempat
Peneliti menanyakan kepada lansia tentang waktu-waktu tertentu:
a. Di Negara manakah kita sekarang?
b. Di kota manakah kita sekarang?
c. Di daerah manakah kita sekarang?
d. Di gedung manakah kita sekarang?
e. Di lantai berapakah kita sekarang?
3. Registrasi
Peneliti akan menyebutkan 3 kata. Lansia diminta menyebutkan kembali kata itu
setelah peneliti selesai menyebutkan
Kata-katanya adalah :
a. Buku (tunggu 1 detik)
b. Rumah (tunggu 1 detik)
c. Piring (tunggu 1 detik)
4. Perhatian dan kalkulasi
Peneliti akan menyebutkan satu kata. Eja kata tersebut dari belakang.
Misalnya. DUNIA menjadi AINUD
5. Mengingat
Peneliti menanyakan kembali kata-kata yang telah diucapkan lansia pada soal nomor
3
6. Memberikan nama
Peneliti akan menanyakan nama suatu benda dengan menunjukkan benda tersebut
Benda apakah ini?
a. Pensil (tunjukkan pensil)
b. Jam tangan (tunjukkan jam tangan)
7. Mengulang
Peneliti akan menyebutkan beberapa kata tanpa jeda dan meminta kepada lansia
untuk segera menyebutkan kata-kata tersebut, misalnya tidak, jika, dan, atau, tapi.
8. Perhatian
Peneliti akan meminta kepada lansia untuk memperhatikan, sebab peneliti akan
meminta lansia untuk mengikuti apa yang dikatakan
a. Ambil kertas ini dengan tangan kiri anda
b. Lipat menjadi dua bagian
c. Letakkan di lantai
9. Membaca
Peneliti akan meminta kepada lansia untuk membaca yang telah dituliskan dan
melakukan apa yang telah tertulis.
Misalnya. Tutup Mata Anda
10. Menulis
Peneliti akan meminta kepada lansia untuk menuliskan sebuah kalimat. Jika tidak ada
respon, berikan bantuan.
Misalnya. Tuliskan tentang cuaca hari ini
11. Menggambar
Peneliti meminta kepada lansia untuk menggambar mengikuti contoh. Yaitu :
KEPERAWATAN
JIWA
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA

Ruang rawat : …………………….…


Masuk rumah sakit :Ke…………….Tgl:………………..
Tanggal dirawat : ……………………….
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : …….. ( L/P ) Usia : ……thn
No. CM : ………….
Alamat
:………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
…….
II. ALASAN MASUK
1. Keluhan utama saat masuk RS……………………………………………............
2. Kondisi saat ini ..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
III.FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu ?

2. Pengobatan sebelumnya

3. Trauma : (usia, pelaku/korban/saksi)


Aniaya fisik :……………………………………………………..
Aniaya seksual :……………………………………………………………..
: ……….....................................................................................
:
...................................................................................................
Tindakan kriminal : ...........................................................................................
Jelaskan :
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Masalah keperawatan
..............................................................................................................
..............................................................................................................
4. adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Tidak
Kalau ada :
Hubungan keluarga :..............................................................................................................
Gejala :.............................................................................................................. .
Riwayat pengobatan/perawatan:............................................................................
Masalah keperawatan
………………………………...................................................................................................
..............................................................................
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan :
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Masalah keperawatan
………………………………...................................................................................................
..............................................................................
IV.PEMERIKSAAN FISIK
1. TTV : TD : ……….mmHg N : ……X/mnt
S : …….….°C P :……X/mnt
2. Ukur : BB : ……….kg, TB : ……..cm
3. Keluhan fisik :
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Masalah keperawatan
………………………………...................................................................................................
..............................................................................
..............................................................................................................
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram :

Ket: Jelaskan masalah yang terkait dengan komunikasi dalam keluarga, pengambilan
keputusan, dan pola asuh.
Jelaskan :
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................

Masalah keperawatan
………………………………...................................................................................................
..............................................................................
2. Konsep diri
a. Citra tubuh :
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
b. Identitas :
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
c. Peran :
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
d. Ideal diri :
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
e. Harga diri :
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Masalah keperawatan
………………………………...................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti :
………………………………...................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
………………………………...................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
………………………………...................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Masalah keperawatan
………………………………...................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
………………………………...................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
b. Kegiatan ibadah :
………………………………...................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Masalah keperawatan
………………………………...................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan

Penggunaan pakaian tidak sesuai


Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan :
………………………………...................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Masalah keperawatan :
………………………………...................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
2. Pembicaraan
Jelaskan : ………………………………...................................................................
Masalah keperawatan .........................................................................................
3. Aktivitas Motorik

Gelisah

Kompulsif
Jelaskan :
………………………………...................................................................
Masalah keperawatan.......................................................................................................... ....
..............................................................................................................
4. Alam perasaan

Jelaskan :
………………………………...................................................................
..............................................................................................................
Masalah keperawatan
………………………………........................................................................
5. Afek
Datar
umpul

Jelaskan :
………………………………...................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Masalah keperawatan
………………………………........................................................................
6. Interaksi selama wawancara
n
Jelaskan :
………………………………...................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Masalah keperawatan
………………………………...................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
7. Persepsi
Halusinasi :
ran

Jelaskan :
..............................................................................................................
Masalah keperawatan ..............................................................................................................
..............................................................................................................
8. Isi pikir

Waham :

Jelaskan :
..............................................................................................................
Masalah keperawatan ..............................................................................................................
..............................................................................................................
9. Proses pikir

Flight of idea
Blocking
Jelaskan :
..............................................................................................................
Masalah keperawatan ..............................................................................................................
..............................................................................................................
10. Tingkat Kesadaran

Jelaskan : ..............................................................................................................
..............................................................................................................
Masalah keperawatan ......................................................................................................... .....
..............................................................................................................
11. Daya ingat
Gangguan daya ingat jangka panjang

Jelaskan :
..............................................................................................................
Masalah keperawatan ......................................................................................................... .....

12. kemampuan berhitung dan konsentrasi

sederhana

Jelaskan :
..............................................................................................................
Masalah keperawatan ..............................................................................................................
..............................................................................................................
13. Kemampuan penilaian
ringan

Jelaskan :
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Masalah keperawatan ......................................................................................................... .....
..............................................................................................................
14. Daya tilik diri

-hal diluar dirinya


Jelaskan :
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Masalah keperawatan ......................................................................................................... .....
..............................................................................................................

VII. KEBUTUHAN PERENCANAAN PULANG


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan : Ya / Tidak
………. ………
………. ………
………. ………
………. ………
………. ………
………. ………
………. ………
Jelaskan :
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Masalah keperawatan ......................................................................................................... .....
..............................................................................................................
2. Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan diri Bantuan Total Bantuan Minimal
Mandi
Kebersihan
Makan
BAB / BAK
Ganti pakaian
Jelaskan :
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Masalah keperawatan ..............................................................................................................
..............................................................................................................
b. Nutrisi
Apakah anda puas dengan pola makan anda ?
Ya

Apakah anda memisahkan diri ?

Frekuensi makan sehari: ..................X


Frekuensi kudapan sehari : ..............X
Nafsu makan :

an
– sedikit
Berat Badan :

BB terendah : ..............kg BB tertinggi : ..................kg


Jelaskan :
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Masalah keperawatan ......................................................................................................... .....
..............................................................................................................
c. Tidur
1) Apakah ada masalah tidur ?
2) Apakah merasa segar setelah bangun tidur ?
3) Apakah ada kebiasaan tidur siang ?
4) Lama tidur siang :................jam
5) Apa yang menolong tidur ? .............................
6) Tidur malam jam : ........, bangun jam .............
7) Apakah ada gangguan tidur ?

bulisme
Terbangun saat tidur

a saat tidur
Jelaskan :
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Masalah keperawatan ..............................................................................................................
..............................................................................................................
3. Kemampuan klien dalam :
Mengantisipasi kebutuhan sendiri

Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri

Mengatur penggunaan obat

Melakukan pemeriksaan kesehatan (follow up)

Jelaskan :
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Masalah keperawatan ..............................................................................................................
..............................................................................................................
Klien memiliki sistem pendukung
Keluarga : Ya :........... Tidak : .........
Terapis : Ya : .......... Tidak : .........
Teman sejawat : Ya : .......... Tidak : .........
Kelompok sosial : Ya: ........... Tidak : .........
Jelaskan : ..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Masalah keperawatan ......................................................................................................... .....
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau hobi ?

Jelaskan :
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Masalah keperawatan ..............................................................................................................
..............................................................................................................
VIII. MEKANISME KOPING
Masalah keperawatan ..............................................................................................................
..............................................................................................................
Adaptif :

mpu menyelesaikan masalah

Olahraga

Maladaptif :

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL & LINGKUNGAN

………………………......……………………………………

…..…………………………..................…………………

………………………......……………………………………
n
………………………......……………………………………
………………………......……………………………………

………………………......……………………………………

………………………......……………………………………
Masalah keperawatan ..............................................................................................................
..............................................................................................................
X. KURANG PENGETAHUAN TENTANG
Penyakit jiwa

-obatan

Masalah keperawatan
………………………………................................................................

XI. ASPEK MEDIK


Diagnosis medik : …………………………………………....................................................
Terapi medik : ..............................................................................................................
..............................................................................................................

XII. Pohon Masalah

…………,…………….
Mahasiswa

……………………..
PENGKAJIAN KEPERAWATAN

MASALAH PSIKOSOSIAL

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial :………(L/P) Umur :…….thn
Alamat ……………………………………………..............

II. KELUHAN UTAMA


………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
……

III. KONDISI SAAT INI


………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
…………………

IV. PEMERIKSAAN FISIK


TTV: TD :………………….mmHg N:……..X/menit
S :………………….0C P:……...X/menit

V. PSIKOSOSIAL
1. Konsep Diri
a. Citra tubuh
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………
b. Identitas
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………
c. Peran
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………
d. Ideal diri
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………
e. Harga diri
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………

2. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………

VI. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Masalah dengan dukungan kelompok, uraikan
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………
Masalah dengan pendidikan, uraikan
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………
Masalah dengan pekerjaan, uraikan
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………
Masalah dengan perumahan, uraikan
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………
Masalah dengan ekonomi, uraikan
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………
Masalah dengan pelayanan kesehatan, uraikan
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………
Masalah lainnya, uraikan
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………

VII. MEKANISME KOPING


Adapatif: Maladaptif:
 Bicara dengan orang lain  minum alcohol
 Mampu menyelesaikan masalah  reaksi lambat/berlebih
 Aktivitas konsruktif  bekerja berlebihan
 Olahraga  menghindar
 Lainnya…..  mencederai diri
 lainnya……

VIII. ASPEK MEDIK


Dianosa medik :

Terapi medik :
PETUNJUK PENGKAJIAN 2 MENIT

KELUHAN UTAMA (SPONTAN)

A. FISIK (F) B. PSIKO-SOMATIK (PS) C. MENTAL


EMOSIONAL
Keluhan yang bersifat fisik & Keluhan fisik yang didduga Keluhan yang berkaitan
tidak jelas berlatar belakang berkaitan dengan masalah dengan
mental emosional kejiwaan: masalah alam perasaan,
danmembutuhkan terai utama 1. Jantung berdebar, tengkuk pegal, pikiran,
fisik darah tinggi, perilaku:
2. Ulu hati sakit, perut sakit, 1. Gejala psikologis: waham,
FISIK MURNI KELUHAN kembung, diare
(F1) FISIK halusinasi, inkoheren,
3. Sesak nafas, bengek, asma, mengik katatonia, perilaku kacau
GANDA (F2) 4. gatal-gatal, eksim 2. Gejala ansietas: cemas, panic,
5. encok, pegal-pegal, sakit kepala, gelisah, takut, obsesi,
Keluhan fisik Keluhan fisik kejang kompulsif
6. banyak keluar keringat, gugup, 3. Gejala depresi: murung, tak
+ keluhan gangguan haid
ME bergairah, putus asa, menarik
7. keputihan diri, idea kematian
(komorbditas) 4. Penggunaan zat psikoaktif
5. Gejala retardasi mental
6. Gejala epilepsy
7. Gangguan perkembangan anak
dan remaja

D. PERTANYAAN (AKTIF)
1. Ada distress (penderitaan pada diri sendiri, dan/ atau
lingkungan/ keluarga)
2. Ada gangguan fungsi pekerjaan/ akademik, social, sehari-
hari
3. (khusus anak) ada gangguan perkembangan, masih
mengompol, terlalu nakal/ aktif, gangguan makan, kesulitan
belajar, tak mau sekolah, sering melarikan diri dan
menentang

Ada disertai kelainan organik


Tanpa kelainan organik

Dementia
Delirium
G psikotik
G psikosomatik
Gangguan fisik G depresi
G penggunaan zat
G cemas
G retardasi mental
Epilepsy G kesehatan anak dan remaja
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN ...................

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien :

2. Diagnosa keperawatan:

3. Tujuan khusus:

4. Tindakan keperawatan:

B. PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN


Fase Orientasi :
1. Salam terapeutik

2. Evaluasi

3. Validasi

4. Kontrak
Topik dan tujuan
Waktu
Tempat

Fase Kerja : (Langkah-langkah tindakan keperawatan)

Fase Terminasi :
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subjektif

Evaluasi obyektif
2. Rencana tindak lanjut klien
3. Rencana tindak lanjut perawat / Kontrak yang akan datang
Topik
Waktu
Tempat

PEDOMAN PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


(TAK)

NO JENIS TAK SESI TAK TUJUAN INDIKASI


1 TAK 1 Memperkenalkan diri Memperkenalkan diri : nama 1. Klien isolasi
SOSIALISASI lengkap, nama panggilan, asal dan sosial
Tujuan Umum : hobi yang telah
Klien dapat 2 Berkenalan dengan anggota Memperkenalkan identitas diri : mulai
meningkatkan kelompok nama lengkap, nama panggilan, asal melakukan
hubungan sosial dan hobi interaksi
dan kelompok Menanyakan identitas diri anggota interpersonal
secara bertahap kelompok lain : nama lengkap, 2. Klien dengan
nama panggilan, asal dan hobi kerusakan
3 Bercakap-cakap dengan Mengajukan pertanyaan tentang komunikasi
anggota kelompok kehidupan pribadi satu orang verbal
anggota kelompok yang telah
Menjawab pertanyaan tentang berespon
kehidupan pribadi terhadap
4 Bercakap-cakap topik Menyampaikan topik yang ingin stimulus
tertentu dibicarakan
Memilih topik yang ingin
dibicarakan
Memberi pendapat tentang topik
yang dipilih
5 kemampuan bercakap- Menyampaikan masalah pribadi
cakap masalah pribadi Memilih salah satu masalah untuk
dibicarakan
Memberi pendapat tentang masalah
pribadi yg dipilih
6 Bekerja sama Bertanya dan meminta sesuai
kebutuhan pada orang lain
Menjawab dan memberi pada orang
lain sesuai permintaan
7 Evaluasi kemampuan Menyampaikan pendapat mengenai
sosialisasi manfaat kegiatan kelompok yang
telah dilakukan
2 TAK STIMULASI
PERSEPSI
Tujuan :
Mempersepsikan
stimulus nyata yg
ditemui sehari-hari

2.1 Stimulasi Persepsi 1 Menonton TV Menyebutkan apa yang dilihat 1. Klien dengan
Umum Memberikan pendapat thdp acara gangguan
TV yg ditonton orientasi
Memberikan tanggapan terhadap realita yang
pendapat orang lain mulai
2 Membaca Menyebutkan kembali isi bacaan terkontrol
majalah/koran/artikel 2. Klien
Memberikan pendapat terhadap isi menarik diri
bacaan yang telah ikut
Memberikan tanggapan terhadap TAKS
pendapat orang lain 3. Klien
3 Melihat gambar Menyebutkan nama gambar yang
dilihat
Memberikan tanggapan terhadap perubahan
pedapat orang lain sensori persepsi

2.2 Stimulasi Persepsi: 1 Mengenal perilaku Menyebutkan stimulasi penyebab Klien risiko
Perilaku Kekerasan kekerasan yang biasa kemarahannya perilaku
dilakukan Menyebutkan respon yang kekerasan
dirasakan saat marah (tanda
dan gejala marah)
Menyebutkan reaksi yang dilakukan
saat marah (perilaku
kekerasan)
Menyebutkan akibat perilaku
kekerasan
2 Mencegah perilaku Menyebutkan kegiatan fisik yang
kekerasan melalui kegiatan biasa dilakukan oleh
fisik klien
Menyebutkan kegiatan fisik yang
dapat mencegah
perilaku kekerasan
Mendemonstrasikan dua kegiatan
fisik yang dapat
mencegah perilaku kekerasan
3 Mencegah perilaku Menyebutkan nama obat dan waktu Sudah
kekerasan makannya intervensi
dengan patuh mengonsumsi menyebutkan 7 benar cara minum tindakan
obat obat tentang obat
Menyebutkan keuntungan patuh
minum obat
Menyebutkan akibat/kerugian tidak
patuh minum obat
4 Mencegah perilaku Mengungkapkan keinginan dan
kekerasan dengan cara permintaan tanpa memaksa
interaksi sosial asertif Mengungkapkan penolakan dan rasa
sakit hati tanpa kemarahan
5 Mencegah perilaku Melakukan kegiatan ibadah secara
kekerasan dengan cara teratur
spiritual
2.3 Stimulasi Persepsi: 1 Mengenal halusinasi Mengenal isi halusinasi Klien dengan
Halusinasi Mengenal waktu terjadinya halusinasi
halusinasi
Mengenal frekuensi terjadinya
halusinasi
Mengenal perasaan bila mengalami
halusinasi
2 Mengontrol halusinasi : Menjelaskan cara yang selama ini
menghardik dilakukan untuk
mengatasi halusinasi
Memahami dinamika halusinasi
Cara menghardik halusinasi
Klien dapat memperagakan cara
menghardik halusinasi
3 Mengontrol halusinasi Memahami pentingnya patuh
dengan patuh minum obat minum obat
Memahami akibat tidak patuh
minum obat
Menyebutkan lima benar minum
obat
4 Mencegah halusinasi Memahami pentingnya bercakap-
dengan bercakap-cakap cakap dengan orang lain untuk
mencegah munculnya halusinasi
Dapat bercakap-cakap dengan orang
lain untuk mencegah halusinasi
3 Mengontrol halusinasi Memahami pentingnya melakukan
dengan melakukan kegiatan aktivitas untuk mencegah
munculnya halusinasi
Menyusun jadwal aktivitas dari pagi
sampai tidur malam
2.4 Stimulasi Persepsi: 1 Identifikasi hal positif diri Mengidentifikasi hal-hal positif 1. Klien dengan
Harga Diri Rendah pada dirinya harga diri yang
2 Melatih hal positif diri Menilai hal positif diri yang dapat rendah 2.
digunakan Peningkatan
Memilih hal positif diri yang akan harga diri
dilatih
Memperagakan halpositif diri yang
telah dipilih
Menjadwalkan penggunaan
kemampuan/hal positif yang telah
dilatih
3 TAK STIMULASI 1A Kebersihan diri: Mandi Memahami pentingnya mandi Klien defisit
PERSEPSI Memahami cara mandi yang baik perawatan diri
MENGATASI atau risiko
DEFISIT Mandi dengan baik defisit
PERAWATAN 1B Keberihan diri: Keramas Memahami manfaat keramas perawatan diri
DIRI Memahami alat dan bahan untuk (isolasi sosial
Tujuan: Klien keramas atau harga diri
Mampu rendah)
Melakukan keramas
melaksanakan
upaya kebersihan 1C Kebersihan diri: Menyikat Memahami manfaat menyika gigi
diri, berdandan, gigi Memahami alat dan bahan untuk
makan dan minum menyikat gigi
dengan baik, serta Melakukan melakukan menyikat
toileting gigi secara benar
1D Kebersihan diri: Perawatan Memahami manfaat perawatan kuku
kuku Memahami cara perawatan kuku
2A Berdandan: berpakaian rapi Memahami manfaat berpakaiaan
rapi
Mengelola pakaian bekas pakai
Memilih pakaian yang sesuai
Menggunakan pakaian yang sesuai
2B Berdandan: berhias diri Memahami manfaat berhias diri
Memahami alat dan bahan berhias
diri
Memahami cara berhias diri
3A Tata cara makan Memahami manfaat makan yang
baik
Memahami tata cara makan yang
baik
Mampu mengelola peralatan makan
3B Tata cara minum Memahami cara minum yang baik
Manfaat minum yang baik
4A Tata cara buang air besar Memahami manfaat buang air besar
yang benar
Menggunakan peralatan BAB
dengan tepat
BAB dengan benar
4B Tata cara buang air kecil Memahami buang air kecil dengan
benar
Menggunakan peralatan BAK
dengan baik
BAK dengan benar
4 TAK Stimulasi 1 TAK Stimulasi suara Mengenali musik yang didengar Klien yang
Sensori Memberi respon terhadap musik mengalami
Tujuan: klien dapat isolasi sosial
berespons terhadap Menceritakan perasaan setelah dan harga diri
stimulus panca mendengarkan musik rendah yang
indera yang 2 TAK Stimulasi sensori : Mengekspresikan perasaan melalui disertai dengan
diberikan gambar gambar kurang
Memberi makna gambar komunikasi
3 TAK Stimulasi sensori : Menikmati menonton TV/Video verbal
menonton TV/video (acara positif dan bermakna terapi
bagi klien)
Menceritakan makna acara yang
ditonton pada perasaan klien

5 1 Mengenal nama-nama perawat


TAK ORIENTASI Pengenalan orang: mampu Mengenal nama-nama klien Klien
REALITA mengenal orang-orang di halusinasi,
Tujuan: Klien sekitarnya demensia,
mampu mengenali 2 Pengenalan tempat : Mengenal nama rumah kebingungan,
orang, tempat, dan mengenal tempat dimana ia sakit//desa/kelurahan/dll tidak kenal
waktu sesuai berada Mengenal nama ruangan tempat dirinya, salah
dengan kenyataan dirawat/tinggal menenal orang
Mengeal nomor kamar/rumah lain, salam
mengenal
Mengenal no tempat tidur (bila di
tempat dan
panti/RS)
waktu
Mengenal letak ruang perawat,
ruang istirahat, kamar mandi dan
WC
3 Pengenalan waktu : Mengenal waktu secara tepat
mengenal waktu dengan Mengenal tanggal dengan tepat
tepat
Mengenal hari dengan tepat
Mengenal tahun dengan tepat
PEDOMAN ASUHAN KEPERAWATAN MASALAH KESEHATAN JIWA

NO DIAGNOS TINDAKA PERTEMUAN


A N
KEPERAW
ATAN
1 2 3 DST
1 ANSIETAS PASIEN 1. Kaji ansietas 1. Evaluasi ansietas dan 1. Evaluasi
pasien kemampuan pasien melakukan ansietas dan
2. Bantu pasien tasik nafas dalam dan distraksi kemampua tarik
mengenal ansietas: dan berikan pujian. nafas dalam,
a) Mengidentifikasi 2. Latihan hipnotis diri sendiri distraksi, teknik
dan menguraikan (teknik lima jari) dan kegiatan lima jari, spiritual.
perasaannya. spiritual Beri pujian
b) Mengenal 3. Anjurkan pasien melakukan
penyebab ansietas tarik nafas dalam (setiap dua 2. Latih sampai
c) Menyadari perilaku jam), distraksi (setiap saat), membudaya
akibat ansietas teknik lima jari (lima kali 3. Nilai
3.Latih teknik sehari) dan kegiatan spiritual kemampuan yang
relaksasi: (disesuaikan) telah mandiri
a) Tarik napas dalam ( 4. Nilai
lima kali setiap dampaknya pada
latihan) ansietas
b) Distraksi (baca,
bercakap-cakap,
nonton tv)
4. Anjurkan latihan
nafas dalam tiap dua
jam, distraksi setiap
saat (kecuali saat
tidur)
KELUARG 1. Diskusikan masalah 1. Evaluasi masalah yang 1. Evaluasi
A yg dirasakan dalam dirasakan keluarga dan kegiatan keluarga
merawat pasien kemampuan keluarga merawat dalam
2. Menjelaskan pasien. Berikan pujian. merawat/melatih
ansietas, penyebab, 2. Menyertakan keluarga saat pasien tarik nafas
proses terjadi, tanda melatih pasien hipnotis diri dalam, distraksi,
dan gejala, serta sendiri (lima jari) dan kegiatan teknik lima jari
akibatnya spiritual dan kegiatan
3. Menjelaskan cara 3. Anjurkan membantu pasien spiritual
merawat ansietas mengatasi ansietasnya 2. Nilai
pasien: tidak 4. Diskusikan dengan keluarga kemampuan
menambah masalah cara perawatan di rumah, keluarga merawat
pasien, selalu bersikap follow up dan kondisi pasien pasien
positif dan memberi yang perlu dirujuk (lapang 3. Nilai
semangat persepsi menyempit, tidak kemampuan
4. Menyertakan mampu menerima informasi, keluarga
keluarga saat melatih gelisah, tidak dapat tidur) dan melakukan
pasien melakukan cara merujuk pasien kontrol/rujukan
tarik nafas dalam, dan
distraksi
5. Anjurkan keluarga
memotivasi pasien
melakukan tarik nafas
dalam dan distraksi
serta menjelaskan
kepada yang besuk
untuk melakukan
sikap yang positif
2 Gangguan PASIEN 1. Kaji 1. Evaluasi gangguan citra 1. Evaluasi
citra tubuh stresor/penyebab tubuh dan kemampuan pasien gangguan citra
gangguan citra tubuh melatih bagian tubuh yang tubuh dan
dan tanda dan gejala terganggu dan yang sehat. kemampuan
2. Bantu pasien 2. Motivasi pasien untuk meningkatkan dan
mengenal gangguan melatih pembentuhan tubuh membentuk citra
citra tubuhnya: yang ideal: bagian tubuh yang tubuh yang ideal.
a) Mengidentifikasi terganggu dan bagian tubuh Beri pujian
dan menguraikan yang sehat 2. Latih sampai
perasaannya. 3. Ajarkan pasien membudaya
b) Menyadari meningkatkan citra tubuh 3. Nilai
gangguan citra dengan cara : kemampuan yang
tubuhnya a) Gunakan protese, wig, telah mandiri
3. Diskusikan persepsi kosmetik atau yang lainnya 4. Nilai
pasien tentang: citra sesegera mungkin, gunakan dampaknya pada
tubuhnya yang pakaian yang baru (jika gangguan citra
terganggu dan bagian diperlukan) tubuh
tubuh yang masih b) Motivasi pasien untuk
potensial dan harapan melihat, menyentuh, merawat
4. Latih meningkatkan bagian tubuh yang hilang dan
fungsi bagian tubuh diganti secara bertahap.
yang terganggu: 4. Lakukan interaksi secara
melihat, menyentuh, bertahap dengan cara :
melatih. a. Susun jadual kegiatan
5. Latih sehari-hari
menggunakan bagian b. Dorong melakukan aktifitas
tubuh yang masih sehari-hari dan terlibat dalam
sehat dan potensial. aktifitas dalam keluarga dan
sosial
c. Dorong untuk mengunjungi
teman atau orang lain yang
berarti/mempunyai peran
penting baginya.
d. Beri pujian terhadap
keberhasilan pasien
melakukan interaksi
KELUARG 1. Diskusikan 1. Evaluasi peran keluarga 1. Evaluasi
A masalah yg dirasakan merawat pasien, mengatasi kegiatan keluarga
dalam merawat pasien gangguan citra tubuh melalui dalam
2. Menjelaskan aktifitas yang mengarah pada merawat/melatih
gangguan citra tubuh, pembentukan tubuh yang ideal pasien dalam
penyebab, proses dan follow up. Berikan pujian pembentukan
terjadi, tanda dan 2. Menyertakan keluarga saat tubuh yang ideal
gejala, serta akibatnya melatih pasien mengatasi 2. Nilai
3. Menjelaskan cara gangguan citra tubuh melalui kemampuan
merawat gangguan aktifitas yang mengarah pada keluarga merawat
citra tubuh pasien: pembentukan tubuh yang ideal pasien
tidak menambah 3. Diskusikan dengan 3. Nilai
masalah pasien, selalu keluarga cara perawatan di kemampuan
bersikap positif dan rumah, follow up dan kondisi keluarga
memberi semangat pasien yang perlu dirujuk melakukan
4. Mendiskusikan (penolakan terhadap kontrol/rujukan
dengan keluarga perubahan diri bersifat
bagian tubuh yang menetap dan tidak mau
terganggu:fungsi, terlibat dalam perawatan diri)
struktur dan atau dan cara merujuk pasien
bentuk dan bagian
tubuh yang masih
sehat
5. Menyertakan
keluarga saat pasien
melakukan latihan
bagian tubuh yang
terganggu dan yang
masih sehat
6. Anjurkan keluarga
memotivasi pasien
melakukan latihan
bagian tubuh yang
terganggu dan bagian
tubuh yang sehat
3 HARGA PASIEN 1. Kaji stresor harga 1. Evaluasi harga diri pasien 1. Evaluasi harga
DIRI diri rendah situasional serta kemampuan melakukan diri pasien dan
RENDAH dan tanda dan gejala kegiatan positif dan kemampuan
SITUASION 2. Bantu pasien manfaatnya. Beri pujian melakukan
AL mengenal harga diri 2. Latih kemampuan kedua kegiatan yang
rendah: 3. Anjurkan melatih positif serta
a) Mengidentifikasi kemampuan pertama, kedua manfaatnya dalam
dan menguraikan dstnya meningkatkan
perasaannya. 4. Anjurkan menilai manfaat harga diri. Beri
b) Mengenal melakukan kegiatan dalam pujian
penyebab harga diri meningkatkan harga diri. 2. Nilai
rendah kemampuan
c) Menyadari perilaku pasien melakukan
akibat harga diri kemampuan
rendah positif
d) Mengevaluasi 3. Nilai harga diri
positif diri yang lalu pasien
3. Bantu pasien
mengidentifikasi
potensi dan
keterbatasan yang
dimiliki saat ini
4. Diskusikan aspek
positif/potensi/kemam
puan diri sendiri,
keluarga, dan
lingkungan
5. Latih satu
kemampuan positif
yang dimiliki
6. Latih kemampuan
positif yang lain
7. Tekankan bahwa
kegiatan melakukan
kemampuan positif
berguna untuk
menumbuhkan harga
diri positif
KELUARG 1. Diskusikan masalah 1. Evaluasi masalah yang 1. Evaluasi
A yg dirasakan dalam dirasakan keluarga dan kegiatan keluarga
merawat pasien kemampuan keluarga merawat dalam
2. Bantu keluarga pasien. Berikan pujian. merawat/melatih
mengenal harga diri 2. Menyertakan keluarga saat pasien melakukan
rendah pada pasien: melatih kemampuan pasien kegiatan positif
a) Menjelaskan harga yang kedua serta manfaatnya
diri rendah, penyebab, 3. Anjurkan membantu pasien meningkatkan
proses terjadi, tanda mengatasi harga diri harga diri pasien
dan gejala, serta rendahnya 2. Nilai
akibatnya 4. Diskusikan dengan keluarga kemampuan
b) Menjelaskan cara cara perawatan di rumah, keluarga merawat
merawat pasien follow up dan kondisi pasien pasien
dengan harag diri yang perlu dirujuk (lapang 3. Nilai
rendah: persepsi menyempit, tidak kemampuan
menumbuhkan harga mampu menerima informasi, keluarga
diri positif melalui gelisah, tidak dapat tidur) dan melakukan
melakukan kegiatan cara merujuk pasien kontrol/rujukan
positif
3. Sertakan keluarga
saat melatih latihan
kemampuan positif
positif
4. Anjurkan
membantu/memotivas
i pasien melakukan
kemampuan positif
dan memberi pujian
4 KETIDAKB PASIEN 1. Kaji stresor dan 1. Evaluasi ketidak berdayaan 1. Evaluasi
ERDAYAA tanda & gejala pasien dan kemampuan ketidakberdayaan
N ketidakberdayaan afirmasi pikiran dan harapan dan kemampuan
2. Bantu pasien positif. Beri pujian pemberdayaan
mengenal 2. Latihan cara mengontrol pasien. Berikan
ketidakberdayaan: perasaan ketidakberdayaan pujian
a) Mengidentifikasi melalui peningkatan 2. Nilai
dan menguraikan kemampuan mengendalikan keberdayaan
perasaannya. situasi yang masih bisa pasien
b) Mengenal dilakukan pasien: 3. Nilai apakah
penyebab a. Bantu pasien ketidakberdayaan
ketidakberdayaan mengidentifikasi area/kegiatan berkurang/hilang
c) Menyadari perilaku kehidupan yang dapat
akibat dilakukan walaupun sedang
ketidakberdayaan sakit
3. Bantu b. Latih berbagai kegiatan yg
mengidentifikasi masih dapat dilakukan
situasi kehidupan walaupun sedang sakit:
yang tidak mampu misalnya makan sendiri,
dikontrol oleh pasien menggerakkan tangan dan
4. Diskusikan kaki dan ditingkatkan sesuai
pemikiran negatif kondisi kesehatan pasien
pasien yang dapat
menurunkan kondisi
pasien
5. Bantu pasien untuk
meningkatkan
pemikiran positif,
logis dan rasional
6. Latih
mengembangkan
pikiran dan harapan
positif (latihan
afirmasi positif)
KELUARG 1. Diskusikan masalah 1. Evaluasi masalah yang 1. Evaluasi
A yg dirasakan dalam dirasakan oleh keluarga dalam kegiatan keluarga
merawat pasien merawat dan membantu dalam
2. Bantu keluarga latihan berpikir positif pasien merawat/melatih
mengenal (afirmasi positif). Beri pujian pasien afirmasi
ketidakberdayaan 2. Menyertakan keluarga saat dan
pasien: melatih pasien mengontrol mengendalikan
a) Menjelaskan perasaan ketidakberdayaan perasaan
ketidakberdayaan, melalui peningkatan 2. Nilai
penyebab, proses kemampuan mengendalikan kemampuan
terjadi, tanda dan situasi yang masih bisa keluarga merawat
gejala, serta akibatnya dilakukan pasien. pasien
b) Menjelaskan cara 3. Anjurkan keluarga 3. Nilai
merawat pasien membantu pasien kemampuan
dengan mengendalikan perasaan dan keluarga
ketidakberdayaan: latihan afirmasi melakukan
berpikir positif, logis, 4. Diskusikan dengan keluarga kontrol/rujukan
rasional dan cara perawatan di rumah,
mengembangkan follow up dan kondisi pasien
pikiran 7 harapan yang perlu dirujuk
positif (afirmasi (ketidakberdayaan dan
positif) keengganan pasien melakukan
3. Sertakan keluarga kegiatan) dan cara merujuk
saat melatih latihan pasien
pengembangan
pikiran dan harapan
positif serta afirmasi
positif
5 KEPUTUSA PASIEN 1. Kaji stresor dan 1. Evaluasi keputusasaan 1. Evaluasi
SAAN tanda keputusasaan pasien dan kemampuan keputusasaan dan
2. Bantu pasien berpikir positif, membangun kemampuan
mengenal harapan dan makna hidup berpikir positif,
keputusasaan: 2. Diskusikan aspek positif melakukan
mengidentifikasi dan diri sendiri, keluarga, dan kegiatan positif,
menguraikan perasaan lingkungan membangun
sedih/ kesendirian/ 3. Diskusikan kemampuan harapan dan
keputusasaannya. positif diri sendiri makna hidup
3. Bantu pasien 4. Latih satu kemampuan 2. Nilai
mengenal penyebab positif kemampuan
putus asa 5. Diskusikan manfaat pasien melakukan
4. Diskusikan melakukan kegiatan positif cara mengatasi
perbedaan antara dalam menumbuhkan harapan keputusasaan
perasaan dan pikiran dan makna hidup 3. Nilai tanda
terhadap kondisi yang 6. Anjurkan melakukan keputusasaan
dialami pasien latihan kemampuan berikut pasien
5. Bantu pasien sesuai dengan kondisi
menyadari akibat kesehatan
putus asa 7. Lanjutkan berpikir positif,
6. Bantu pasien melakukan kegiatan positif ,
mengungkapkan membangun harapan dan
pengalaman pikiran, makna hidup
perasaan dan perilaku
yang positif
7. Latih menata ulang
pikiran dengan cara:
latihan berpikir positif
, membangun harapan
dan menemukan
makna hidup
8. Anjurkan
melakukan berpikir
positif, membangun
harapan dan mencari
makna hidup
KELUARG 1. Diskusikan masalah 1. Evaluasi masalah yang 1. Evaluasi
A yg dirasakan dalam dirasakan oleh keluarga dan kegiatan keluarga
merawat pasien kegiatan keluarga dalam dalam
2. Bantu keluarga membimbing pasien berpikir merawat/melatih
mengenal putus asa positif, membangun harapan pasien berpikir
pada dan makna hidup. Beri pujian positif, melakukan
pasien:Menjelaskan 2. Menyertakan keluarga saat kegiatan positif,
keputusasaan, melatih pasien melatih membangun
penyebab, proses kemampuan positif harapan dan
terjadi, tanda dan 3. Anjurkan keluarga makna hidup
gejala, serta akibatnya membantu pasien mengatasi 2. Nilai
3. Menjelaskan cara keputusasaannya kemampuan
merawat pasien 4. Diskusikan dengan keluarga keluarga merawat
dengan putus asa: cara perawatan di rumah, pasien
menumbuhkan follow up dan kondisi pasien 3. Nilai
harapan positif yang perlu dirujuk kemampuan
melalui restrukturisasi (keputusasan dan keinginan keluarga
pikiran: berpikir bunuh diri) dan cara merujuk melakukan
positif, melakukan pasien kontrol/rujukan
kegiatan positif,
menemukan harapan
dan makna hidup
4. Sertakan keluarga
saat melatih berpikir
positif, membangun
harapan dan makna
hidup
5. Anjurkan keluarga
memotivasi pasien
berpikir positif,
membangun harapan
dan makna hidup
6 DISTRESS PASIEN 1. Kaji faktor 1. Evaluasi keterampilan 1. Evaluasi
SPIRITUAL penyebab distress spiritual klien dan kegiatan kegiatan spiritual
spiritual pada klien. spiritual yang telah dilakukan. yang telah
2. Bantu dan 2. Fasilitasi klien dengan dilakukan dan
fasilitasi klien untuk alat-alat ibadah sesuai perasaan klien
mengungkapkan agamanya . setelah
perasaannya (marah, 3. Fasilitasi klien jika melakukannya.
bersalah, kesepian). membutuhkan pemuka agama 2. Bantu klien
3. Bantu klien sesuai dengan agamanya. untuk ikut serta
mengungkapkan 4. Evaluasi dan berikan dalam kegiatan
perasaan dan pikiran pujian setelah klien keagamaan.
tentang keyakinannya. melakukan kegiatan ibadah. 3. Bantu klien
4. Bantu klien mengevaluasi
mengembangkan perasaan setelah
keterampilan untuk melakukan
mengatasi perubahan kegiatan
spiritual dalam keagamaan.
kehidupan.
5. Identifikasi
keterampilan spiritual
klien dan Berikan
pujian.
KELUARG 1. Mendiskusikan 1. evaluasi kegiatan keluarga
A masalah yang dalam merawat pasien
dihadapi dalam
merawat klien.
2. Jelaskan proses
terjadinya masalah
spiritual yang
dihadapi klien.
3. Jelaskan pada
keluarga tentang cara
merawat anggota
keluarga yang
mengalami masalah
spiritual.
4. Bantu keluarga
untuk membantu klien
melaksanakan
kegiatan spiritual
5. Beri pujian bila
keluarga mampu
melakukan kegiatan
yang positif.
STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI PADA PASIEN DENGAN
GANGGUAN JIWA

A. STANDAR SP : Halusinasi
Askep pada klien individu Askep pada klien keluarga

SP I P SP I k
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien 1. Mendiskusikan masalah yang
2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien dirasakan keluarga dalam
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien merawat pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien 2. Menjelaskan pengertian, tanda
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi dan gejala halusinasi, dan jenis
6. Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi halusinasi yang dialami pasien
7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi beserta proses terjadinya
8. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik 3. Menjelaskan cara-cara
halusinasi dalam jadwal kegiatan harian merawat pasien halusinasi

SP II p SP II k
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 1. Melatih keluarga
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan mempraktekkan
obat secara teratur cara merawat pasien dengan
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan Halusinasi
harian 2. Melatih keluarga melakukan
cara merawat langsung kepada
SP III p pasien Halusinasi
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara SP III k
bercakap-cakap dengan orang lain 1. Membantu keluarga membuat
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan jadual aktivitas di rumah
harian termasuk minum obat
(discharge planning)
SP IV p 2. Menjelaskan follow up pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien setelah pulang
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan
melakukan kegiatan
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN WAHAM
Askep pada klien individu Askep pada klien keluarga

SP I p SP I k
1. Membantu orientasi realita 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan
2. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak keluarga dalam merawat pasien
terpenuhi 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
3. Membantu pasien memenuhi kebutuhannya waham, dan jenis waham yang dialami pasien
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam beserta proses terjadinya
jadwal kegiatan harian 3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien
waham
SP II p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian SP II k
pasien 1. Melatih keluarga mempraktekkan cara
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang merawat pasien dengan waham
penggunaan obat secara teratur 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam langsung kepada pasien waham
jadwal kegiatan harian
SP III k
SP III p 1. Membantu keluarga membuat jadual aktivitas
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian di rumah termasuk minum obat
pasien 2. Mendiskusikan sumber rujukan yang bisa
2. Berdiskusi tentang kemampuan yang dijangkau keluarga
dimiliki
3. Melatih kemampuan yang dimiliki
ASUHAN KEPERAWATAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN
Askep pada klien individu Askep pada klien keluarga

SP 1 p SP 1 k
1. Mendiskusikan penyebab marah/kekerasan pasien 1. Mengidentifikasi
2. Mendiskusikan tanda dan gejala marah/kekerasan kemampuan keluarga dalam
3. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada merawat pasien
saat marah (verbal, terhadap orang lain, terihadap diri sendiri, dan 2. Menjelaskan peran serta
lingkungan) keluarga dalam merawat
4. Mendiskusikan akibat perilakunya pasien
5. Melatih mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik: tarik 3. Menjelaskan cara
nafas dalam, pukul kasur/bantal, kegiatan fisik merawat klien RPK
6. Memasukkan ke jadwal kegiatan harian SP 2 k
SP 2 p 1. Melatih keluarga
1. Mendiskusikan jadwal kegiatan harian dalam mengontrol PK merawat klien dengan RPK
secara fisik 2. Menjelaskan tentang obat
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat Untuk mengatasi RPK
secara teratur dalam mengontrol perilaku marah SP 3 k
3. Menganjurkan pasien memasukkan ke jadwal kegiatan harian 1. Menjelaskan sumber
SP 3 p rujukan yang tersedia untuk
1. Mendiskusikan jadwal kegiatan harian mencegah Pk dengan mengatasi anak PK
patuh minum obat 2. Mendorong untuk
2. Melatih cara social Untuk mengekspresikan marah: (bicara yang memanfaatkan sumber
baik: meminta, menolak dan mengungkapkan rasa marahnya rujukan yang tersedia
kepada sumber)
3. Menganjurkan memasukkan ke jadwal kegiatan harian
SP 4 p
1. Mendiskusikan jadwal kegiatan harian mencegah PK dengan
cara spiritual
2. Melatih De-enskalasi: curhat, tulis
3. Menganjurkan memasukkan ke jadwal kegiatan harian

SP 5 p
1. Mendiskusikan jadwal kegiatan harian mencegah PK dengan De-
enskalasi
2. Melatih cara spiritual Untuk mencegah PK
3. Menganjurkan memasukkan ke jadwal kegiatan harian
ASUHAN KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH
Askep pada klien individu Askep pada klien keluarga

SP I p SP I k
1. Mengidenfikasi kemampuan dan aspek 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan
positif yang dimiliki pasien keluarga dalam merawat pasien
2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
yang masih dapat digunakan harga diri rendah yang dialami pasien
3. Membantu pasien memilih kegiatan yang beserta proses terjadinya
akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien 3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien
4. Melatih pasien sesuai kemampuan yang harga diri rendah
dipilih
5. Memberikan pujian yang wajar terhadap SP II k
keberhasilan pasien 1. Melatih keluarga mempraktekkan cara
6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam merawat pasien dengan harga diri rendah
jadwal kegiatan harian 2. Melatih keluarga melakukan cara
SP II p merawat langsung kepada pasien harga
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih kemampuan kedua diri rendah
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam SP III k
jadwal kegiatan harian 1. Membantu keluarga membuat jadual
aktivitas di rumah termasuk minum obat
(discharge planning)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah
pulang
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL
Askep pada klien individu Askep pada klien keluarga

SP I p SP I k
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi social pasien 1. Mendiskusikan masalah yang
2. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan dirasakan keluarga dalam merawat
berinteraksi dengan orang lain pasien
3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
berinteraksi dengan orang lain gejala isolasi sosial yang dialami
4. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu pasien
orang beserta proses terjadinya
5. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan 3. Menjelaskan cara-cara merawat
berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan pasien isolasi social
harian
SP II k
SP II p 1. Melatih keluarga mempraktekkan
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien cara
2. Melakukan interaksi dalam kelompok disaat merawat pasien dengan isolasi sosial
melakukan kegiatan rumah (Latih pasien bercakap-cakap 2. Melatih keluarga melakukan cara
dengan keluarga di rumah) merawat langsung kepada pasien
3. Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang- isolasi social
bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan
harian SP III k
1. Membantu keluarga membuat
SP III p jadual aktivitas di rumah termasuk
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien minum
2. Menganjurkan pasien melakukan interaksi dalam obat (discharge planning)
keiatan sosial (Latih pasien bercakap-cakap dalam 2. Menjelaskan follow up pasien
melakukan kegiatan kelompok di rumah) setelah pulang
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN


DIRI
Askep pada klien individu Askep pada klien keluarga

SP I p SP I k
1. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan
2. Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri keluarga dalam merawat pasien
3. Membantu pasien mempraktekkan cara 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
menjaga kebersihan diri (mandi) defisit perawatan diri, dan jenis deficit
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam perawatan diri yang dialami pasien beserta
jadwal kegiatan harian proses terjadinya
SP IIp 3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien defisit perawatan diri
2. Menjelaskan cara makan yang baik SP II k
3. Membantu pasien mempraktekkan cara makan 1. Melatih keluarga mempraktekkan cara
yang baik merawat pasien dengan defisit perawatan diri
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat
jadwal kegiatan harian langsung kepada pasien deficit perawatan diri
SP III p SP III k
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 1. Membantu keluarga membuat jadual
2. Menjelaskan cara eliminasi yang baik aktivitas di rumah termasuk minum obat
3. Membantu pasien mempraktekkan cara (discharge planning)
eliminasi yang baik dan memasukkan dalam 2. Menjelaskan follow up pasien setelah
jadual pulang
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
SP IV p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Menjelaskan cara berdandan
3. Membantu pasien mempraktekkan cara
berdandan
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN RISIKO BUNUH DIRI


Askep pada klien individu Askep pada klien keluarga
SP 1P
1. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat SP I k
membahayakan pasien 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan
2. Mengamankan benda-benda yan dapat keluarga dalam merawat pasien
membahayakan pasien 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
3. Melakukan kontrak treatmen risiko bunuh diri, dan jenis bunuh diri yang
4. Mengajarkan cara mengendalikan dialami pasien beserta proses terjadinya
dorongan bunuh diri 3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien
5. Melatih cara mengendalikan dorongan risiko bunuh diri
bunuh diri SP II k
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara
SP2P merawat pasien dengan risiko bunuh diri
1. Mengidentifikasi aspek positif pasien 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat
2. Mendorong pasien berpikir positif langsung kepada pasien risiko bunuh diri
terhadap diri SP III k
3. Mendorong pasien untuk menghargai diri 1. Membantu keluarga membuat jadual
sebagai individu yang berharga aktivitas di rumah termasuk minum obat
SP3P (discharge planning)
1. Mengidentifikasi pola koping yang bisa 2. Menjelaskan follow up pasien setelah
diterapan pasien pulang
2. Menilai pola koping yang bisa dilakukan
3. Mengidentifikasi pola koping ang
konstruktif
4. Mendorong pasien memilih pola koping
yang konstruktif
5. Menganjurkan pasien menerapkan pola
koping yang konstruktif dalam kegiatan
harian
SP4P
1. Membuat rencana masa depan yang
realistis bersama pasien
2. Mengidentifikasi cara cara mencapai
rencana masa depan yang realistis
3. Memberi dorongan pasien melakukan
kegiatan dalam rangka meraih masa
depan yang realistis

ANCAMAN/ PEROBAAN BUNUH DIRI


1. Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ketempat yang aman
2. Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, tali pinggang)
3. Mendapatkan orang yang dapat segera membawa pasien ke Puskesmas/ Rumah Sakit
untuk pengkajian lebih lanjut dan kemungkinan dirawat
4. Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien
mendapatkan obat
5. Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien
sampai tidak ada keinginan bunuh diri

ISYARAT BUNUH DIRI


1. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan meminta
bantuan dari keluarga atau teman.
2. Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
3. Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
4. Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif.
5. Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
6. Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien
7. Latih kontrol pikiran BD dengan Pikiran Positif Diri
8. Latih kontrol pikiran BD dengan Pikiran Positif Keluarga & Lingkungan
9. Latih menyusun rencana masa depan
10. Latih melakukan kegiatan rencana masa depan
PENGEKANGAN / PENGIKATAN FISIK ( RESTRAIN )

A. Pengertian
Pengekangan / pengikatan fisik ( restrain ) adalah pembatasan gerak klien dengan mengikat
tungkai klien. Tindakan pengekangan masih umum digunakan perawat disertai dengan
penggunaan obat psikotropik.

B. Indikasi
Indikasi pengekangan adalah :
1. Perilaku amuk yang membahayakan diri sendiri atau orang lain
2. Perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan
3. Ancaman terhadap integritas fisik yang berhubungan dengan penolakan pasien untuk
beristirahat, makan dan minum.

C. Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa mampu memahami dan melakukan pengikatan/pengekangan fisik dengan
menggunakan teknik yang tepat.

D. Pelaksanaan pengekangan / pengikatan fisik adalah :


1. Mengkaji apakah klien membutuhkan pengikatan
2. Memeriksa instruksi dokter untuk tujuan dan jenis pengikatan
3. Menyiapkan jumlah staf yang cukup dengan alat pengekangan yang aman dan nyaman.
4. Menunjuk satu orang perawat sebagai ketua tim
5. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang pentingnya pengikatan dan perilaku yang
mengindikasikan pelepasan . Usahakan untuk mendapatkan persetujuan
6. Menempatkan klien pada posisi tubuh yang tepat.
7. Mengikat tidak dilakukan pada pinggir temapat tidur. Mengikat dengan posisi anatomis
dan ikatan tidak terjangkau klien. Mengikat tali dengan simpul yang mudah dilepas.
(Jika klien dikursi, sambungkan pengikat dengan lengan kursi dan selipkan ujung tali
ke bagian belakang kursi.)
8. Melakukan supervisi yang adekuat dengan tindakan terapeutik dan memberikan rasa
nyaman.
9. Melakukan perawatan pada daerah pengikatan :
a. Memantau kondisi kulit yang diikat : warna, temperature, sensasi
b. Melakukan latihan gerak pada tungkai yang diikat secara bergantian setiap 2 jam.
c. Melakukan perubahan posisi tidur
d. Memeriksa tanda – tanda vital tiap 2 jam
10. Membantu pemenuhan kebutuhan nutrisi, eliminasi, hidrasi, dan kebersihan diri
11. Melibatkan dan melatih klien untuk mengontrol perilaku sebelum ikatan dibuka secara
bertahap.
12. Mengurangi pengekangan secara bertahap, misalnya setelah ikatan dibuka satu persatu
secara bertahap, kemudian melanjutkan dengan pembatasan gerak kemudian
mengembalikan ke lingkungan semula
13. Mendokumentasikan seluruh tindakan yang dilakukan beserta respons klien.
ANALISA DATA

Nama Pasien :
No RM :
Tgl Masuk RS :
Tgl Pengkajian:

No. Tanggal DATA MASALAH KEPERAWATAN


IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Inisial Klien : ……….. Ruangan : ……………


RM No :. ……….

No. Dx. Hari, Tgl, IMPLEMENTASI EVALUASI


Kep. Jam
S:

O:

A:

P:
KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT
Pengisapan Lendir / Sekret (SUCTION)
Pengertian
Pengisapan lendir adalah suatu metode untuk mengeluarkan lendir atatu secret
dari jalan napas.Pengisapan ini biasa dilakukan melalui mulut,nasofaring atau
trakea.pengisapan nasotrakea meliputi pemasangan selang karet kecil kedalam hidung
klien dan terus ke trakea.
Tujuan
Mempertahankan kepatenan jalan napas dengan menjaga kelancaran dan
membebaskan jalan napas dari secret/lendir yang menumpuk dan untuk merangsang klien
batuk dalam.
Kontaindikasi
Prosudeur ini dikontradikkasikan pada klien yang mengalami kelainan yang dapat
menimbulkan spasme laring (terutama sebagai akibat pengisapan melalui trakea)
gangguan pendaharan,edema laring,varises esophagus,pembedahan trakea,pembedahan
gaster dengan anastomosis dan infark miokard.

Persiapan alat :
1. Mesin peingisapan dan set pelengkapan
2. Kateter pengisapan ukuran 14F(dilengkapi dengan alat penutup/pembuka)
3. Wadah steril (t.u untuk pengisapan melalui trakea dan trakeostomi)
4. Air steril
5. Pelumas (biasanya KY Jelly)
6. Tisu/lap pengering
7. Handuk steril
8. Sarung tangan steril (untuk pengisapan melalui trakea dan trakeostom)
9. Botol penampung
10. Manometer untuk mengukur jumlah daya isap
11. Spatel lidah (jika perlu)
12. Set oksigen
PROSEDUR PENGISAPAN LENDIR / SEKRET (SUCTION)
Nama Mahasiswa :
NIM :
NO. Kegiatan Check List
0 1 2
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur kepada klien atau keluarga (jika klien tidak sadar)
3. Ukuran tanda vital
4. Periksa fungsi mesin pengisap
5. Posisikan fungsi semi fowler atau fowler
6. Berikan oksigen sebelum melakukan pengisapan
7. Hidupkan sumber pengisapan dan tempatkan ujung jari di ujung
selang yang disambungkan.
8. Pakai sarung tangan dan member pelumas pada kateter.Dengan
pengisapan tidak mengisap,masukkan kateter perlahan-lahan sampai
ke faring,laring.pengisap mengisap,keluarkan kateter dengan gerakan
memutar.lama pengisapan 10-15 detik,berikan istirahan.
9. Berikan oksigen setelah melakukan pengisapan.
10. Nilai kembali kondisi klinis klien
11. Cuci tangan
12. Dokumentasikan prosedur dan respon klien dalam catatan klien
Keterangan Check List :
INTUBASI ENDOTRACHEAL
Defenisi
Adalah memasukkan pipa jalan nafas buatan kedalam trachea melalui mulut
Tujuan
1. Membebaskan jalan nafas
2. Untuk pemberian pernafasan mekanis (dengan ventilator)

Indikasi
1. Proteksi jalan napas
2. Hilangnya refleks gag misalnya cedera serebro caskuler,kelebihan dosis obat.
3. Obstruksi jalan napas besar mesalnya epiglotis,corpus alienum,paralisis pita suara
4. Pendarahan faring.
5. Optimalisasi jalan napas
6. Saluran untuk pelaksanaan pulmonari toilt darurat contoh pengisapan lendir atau
bronkoskopi untuk aspirasi akut.
7. Tindakan untuk memberikan tekanan positif dan continue yang tinggi pada jalan
napas,contoh ARDS
8. Ventilasi mekanik.
9. Pulmonar-penyakit asma
10. Neurologi-berkurangnya dorongan respirasi

Persiapan Alat
1. Selang endotracheal sesuai ukuran 5. Penghisap lendir
2. Spoit 10 ml 6.Anastesi topikal/semprot
3. Stilet 7.jely lidokain
4. Laringoskop set 8.plaster
9. masker
PROSEDUR INTUBASI ENDOTRACHEAL
Nama Mahasiswa :
NIM :
No. Kegiatan Check List

1. Cuci tangan
2. Jelaskan dengan singkat prosedur kerja pada pasien sadar dan isi surat
izin bila situasi memungkinkan.
3. Awasi pasien dengan oksimetri nadi bila memungkinkan
4. Pasang masker,pelindung mata dan sarung tangan
5. Masukkan stilet ke dalam selang endotracheal,buat lengkungan pada
selang dan stilet,uji integritas balon selang dengan mengembangkan
udara 10 ml,kempeskan balon dan biarkan udara semprit mengisi selang
6. Berikan jely lidokain pada balon ujung selang
7. Buat posisi pada kepala tempat tidur,baringkan pasien terlentang dan
buat kepala dan leher dalam posisi menghirup.jangan lakukan bila ada
kemungkinan fraktur tulang belakang.
8. Gunakan bag dan masker untuk memberikan pre oksigenasi pasien
selama 30 detik
9. Genggam selang endotracheal dengan tangan kanan,masukkan dengan
tangan kiri dari mata pisau laringoskop ke dalam mulut pasien sepanjang
sisi kanan lidah kemudian gerakkan laringgoskop ke garis tengah.
10. Lanjutkan mata pisau ke valekula,dan biarkan laringgoskop ke arah kiri
dan ke atas dengan kekuatan langsung sejajar ke sepanjang aksis
pegangan.
11. Perhatikan laring pasien,bersihkan jalan napas dari sekret
12. Masukkan selang endotracheal ke dalam sisi kanan mulut
pasien,lanjutkan ke faring dan akhirnya melalui pita
13. Angkat laringgoskop dan stile selang endotracheal,isi balon dengan
udara 5-10 ml
14. Ventilasi bag melalui selang saat mengauskultasi hemitorak dan
epigastrium
15. Setelah bunyi napas optimal dicapai,amankan selang dalam posisi dan
plester kemudian periksa dengan sinar X.
PEMASANGAN ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG)
Defenisi
 Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari aktifitas listrik jantung.
 Elektrokardiogram adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik
jantung.
 Kegiatan listrik jantung dalam tubuh dapat dicatat da direkam melalui elektroda-
elektroda yang dipasang pada permukaan tubuh.Kelainan tata listrik jantung akan
menimbulkan kelainan gambar EKG.

Tujuan
EKG sangat berguna dalam menentukan kelainan seperti berikut :
 Kelainan-kelainan irama jantung (Disritmia)
 Gangguan otot jantung berupa iskemia dan infark miokard.
 Memperkirakan adanya pembesaran jantung ( Hipertrofi Atrium dan Ventrikel)
 Efek obat-obatan terutama Digitalis dan Anti-aritmia
 Peradangan pada dinding jantung seperti miokarditis
 Gangguan keseimbangan elektrolit khususnya kalium.
 Penilaian fungsi pacu jantung.

Persiapan Alat
1. Set balutan steril atau bahan-
 Sarung tangan steril
 Set balutan gunting dan forsep
 Balutan kasa dan bantalan kasa
 Basin/kom untuk larutan antiseptic
Atau larutan pembersih
 Salep/bubuk antibiotic (bila dipesankan)
2. Larutan pembersih yang diresepkan oleh dokter
3. Larutan garam faal (NaCl 0,9%)/air
4. Sarung tangan sekali pakai
5. Plester atau larutan sesuai kebutuhan
6. Kantung tahan air untuk sampah
7. Balutan kasa ekstra dan surgipad
8. Selimut mandi
9. Aseton
10. Bantalan tahan air/perlak
PROSEDUR PEMASANGAN ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG)
Nama Mahasiswa :
NIM :
NO KEGIATAN Check List

1. Persiapan klie
 Memberitahu penderita bahwa akan dilakukan perekaman
jantung
 Menginstuksi penderita untuk membuka pakaian dan perhiasan
 Penderita diminta untuk berbaring
2. Bawa semua peralatan di samping tempat tidur.Perawat berdiri di area
dominan (jika kidal maka berdirilah diseblah kiri tempat tidur)
3. Salam terapeutik
4. Bantun klien untuk atur posisi yang sesuai untuk pemasangan EKGtau
posisi supinasi
Elektroda ekstremitas dipasang pada pergelangan tangan kanan dan kiri
searah dengan telapak tangan dan pada ekstremitas bahwa pada
5. pergelangan kaki kiri/kanan sebelah dalam yang sudah diberi jelly.
 Merah (RA)_lengan kanan
 Kuning (LA)_lengan kiri
 Hijau (LF)_tungkai kiri
 Hitam (RF)_tungkai kanan
Elektroda sadapan unipolar perikordial dipasang paadaa :
- Sela iga ke 4 pada garis sterna kanan = V1
- Sela iga ke 4 pada garis sterna kiri = V2
- Terletak antara V2 dan V4 adalah = V3
- Ruang iga ke 5 pada garis tengah klavikula = V4
6. - Garis aksila depan sejajar dengan V4 =V5
- Garis ksila tengah sejajar dengan V4 =V6
- Garis aksila belakang sejajar dengan V4 = V7
- Garis scapula belakang sejajar dengan V4 =V8
- Batas kiri dari kolumna veterbrata sejajar dengan V5 = V9
- Lokasi sama dengan V3 tetapi pada sebelah kanan = V3R
Pada umumnya perekaman hanya 12 lead yaitu I.II.III.aVR,aVF,aVL,V1-V6
7. Hidupkn mesin EKG dan tunggu sebentr untuk pemanasan
Periks kembali standarisasi EKG anatara lain :
8.  Kalibrasi 1 mvolt
 Kecepatan 25 mm/detik
9. Lakukan kalibrasi 3x dengan menekan tombol run/start dan setelah itu
bergerak
10. Pindah lead selektor
11. Setelah selesi tulis penctatan :
 Nama Klien
 Umur
 Jenis kelamin
 Tanggal/jam pembuatan rekaman
 Tuli ruangan/poliklinik asal penderita
 Tanda lead I,II,III,aVR,aVF,aVL,V1-V6
 Tulis disudut kiri bawah nama si pembuat rekaman
12. Rapikan alat-alat EKG kembali
13. Beritahukan bahwa prosedur telah selesai.angkat rapikan pakaian klien
14. Cuci tangan
DC SHOCK
Defenisi
 Suatu cara memberikan renjatan arus listrik langsung ke jantung lewat sepasang
elektrod yang diletakkan pada dinding toraks untuk menghentikan takikardia
ventricular dan supraventrikuler.
 Pemberian renjatan sinkron gelombng R (kompleks QRS).
 Renjatan listrik mendepolarisasi sel pemacu jantung utomatic dan sel miokardial
serta menghilangkan atritmia.
 Nodus sinoatrial,nodus atrioventrikuler dan system purkinje alih irama jantung.

Indikasi :
 Kardioversi darurat,
1. Takikardi supraventrikular,fluter atrial,dan filbrilasi dengan
hipotensi,hipoperfusi sistemik,ggal jantung kongestif,atau iskemia miokard.
2. Takikardi ventrikel dengan nadi palpasi gagalberubah ke irama sinus dengn
lidokain tau amiodaron.
 Kardioversi elektif
Kardioversi dilakukn elektif pada takikardi supraventrikuler,fluter atrial,dan fibrilasi
atrial,yang gagal berubah ke irama sinus dengan
digitalis,propranolol,adrofonium,fenilefrin,kuinidin,atau verapanil.
Irama sinus lebih baik daripada aritmia karena curah jantung lebih banyak dan
lebih rendh angka embolisme.

Kontraindikasi :
 Intoksikasi digitalis
 Fibrilasi ventrikel dapat terjadi walaaupun dilakukan kardioversi sinkron,stimulasi
cepat atrium dengan pemacu temporer (TPM) dapat merubah atritmia
supraventrikular.
 Penyakit system konduksi.blok atrioventrikular dipasang profilaktik temporer pace
maker (TPM).
 Pasien dengan tidk mampu bertahan pada irama sinus.
 Fibrilasi atrial yang telah lama atu bertahun
 Kardioversi dengan fibrilasi atrial cepat berulang,dengan dosiis kuinidin profilaktik.
 Post operasi baru katup jantung,kardioversi ditund 10-14 hari,TPM dapat
menghentikan takiaritmia.

Evaluasi pasien :
Evaluasi tentang hipertiroidisme,intake,digitalis,hipoksemia,stress
psikologik,anemia,hipokalemia,hiperkalemia,hipokalsemia,hipomagnesemia,atau
gangguan metabolic utonom lain yang menyebabkan aritmia.
Persiapaan pasien :
1. Jelaskan prosedur secara penuh kepada pasien termasuk komplikasi potensialnya
dan dapatkan izin tertulis.
2. Berikan antikoagulan profilaktik,dianjurkan pada pasien atrial fibrilasi dengan
riwayat embolisme,stenosis mitral,gagal jantung kongestif,atau pembesran atrium
kiri.
3. Hentikan digitalis,24jam sebelum kardioversi dan 48-72 jam pada pasien
tua.Digoxin bekerja selamaa 2-5 hari.
4. Berikan kuinidin (3000 mg tiap 6 jam ) selama 2 hari sebelum
kardioversi,menurunkaan 40% pemulihan ke irama sinus,tetapi kadang pencetus
VT atau Vf.
5. Puasakan pasien 6 jam sebelum tindakan kardioversi
6. Rawat pasien dengan monitor EKG,untuk evaluasi Irma dan evaluasi EKG 12 lead.
7. Letakkan lempeng resusitasi jantung di bawah dada pasien.
Personalia :
Dokter atau perawt terampil kardioversi,anestesi dibutuhkan untuk penataalaksaanaan
intubasiendotrakeal.
Persiapan alat :
1. Kardioverter arus searah (DC) dengan monitor osiloskop,modus sinkronisasi
tombol seleksi tingkat energy,pedal elektroda dan jelly elektroda.
2. Obat sedasi : amnesia atau anastesi selama kardioversi dengan diazepam
(valium).pentothal atau brevithal.
3. Resusitasi : lempeng dipunggung,section,oksigen,intubasi,set
(EET,lavingoskope,guidel,jelly,spatel)ambubag dan obat atropine serta aantiaritmi.

Penatalaksanaan kardioversi
1. letakkan pasien terlentang diatas lempeng resusitasi jantung.
2. Pasang elektroda monitor EKG pada dada pasien
3. Nyalakan tombol kardioversi dan sikronisasi
4. Singkirkan oksigen atau peralatan atau bahan yang mudah terbakar.
5. Berikan obat sedative perlahan,pantau frekunsi jantung,respirasi dan tekanan
darah.
6. Berikan jelly pada pedal elektroda kardioversi,bantalan kasa larutan garam tidak
dipakai karena menyebabkan lengkungan arus.
7. Tipe kardioveter anteroapikal,elektroda pertama diletakkan di bawah klavikula
kanan tepat lateral sternum dan elektroda kedua diletakkan dibawah putting susu
anterior aksilaris.
8. Pilih tingkatan energy 100 joule
9. Pastikan tidak ada kontak operator,orang lain dan pasien terhadap bahan
konduktor (logam,air,ventrikulator).
10. Berikan renjatan listrik bila sedasi pasien memadai dengan teknn mantap 11,25 kg
pada pedal elektroda.
11. Periksa nadi pasien,EKG,dan jalan napas segera setelah renjatan listrik
kardioversi.reaksi kardiovaskuler setelah rejatan listrik tampak vagal dengan
bradikardi disusul takikardi 30 detik reaksi simpatis.
12. Aritmia ventrikel atau kelainan gelombang ST dapat menunjukkan kerusakan
miokard akibat rejatan atau interaksi obat dengan rejatan listrik.
13. Bila rejatan gagal,tingkatkan dosis energy secara bertahan 100,200,300,360,joules
sampai aritmia dikoversi atau smpai 360mjoules gagal.
14. Biarkan 2 menit di antara rejatan listrik untuk supraventrikular takikardi,karena
lambat berkonversi.

Asuhan Keperawatan Post Kardiversi :


1. Lakukan pemeriksaan singkat,kaji komplikasi segera seperti hipotensi,embolisasi
sistemik,edema paru,dan aspirasi.
2. Periksa EKG 12 lead dan pantau irama EKG pasien selama beberapa jam.
3. Pasien bedrest total
4. Lanjutkan obat antiaritmia maintenance amiodaron 450 mg/24 jam

Komplikasi Kardiversi :
1. Luka bakar kulit.kontak elektroda tidak mamadai atau renjatan berulang dapat
timbul luka bakar derajat I-II.
2. Aritmia,irama qtrioventrikuler,VES,VT dan VF dapat timbul setelah renjatan.
3. Kerusakan otot jantung perubahan gelombang T dan ST terjadi sekitar 1% dan
peningkatan CKMB sekitar 9% pasien.
4. Pembesaran jantung
5. Edema paru,diduga paralisis atrial kiri
6. Embolisasi sistemik,sekitar 0.8%lebih tinggi pada atrium kiri besar,stenosis
mitral,CHF,atau emboli sebelumnya.
7. Hipotensi,singkat dan berakhir beberapa jam
8. Pneumonia aspirasi.
DEFIBRILASI

Defenisi
 Pemberian syok listrik atau searah pada thoraks untuk menghentikan
fibrilasi ventrikel atau takikardi ventrikel yang menyebabkan gangguan
hemodinamik mengancam jiwa

Indikasi :
1. Filbrilasi ventrikal.
2. Takikardia ventrikel tanpa nadi arteri tepi terdeteksi atau gagal sirkulasi (apnea
atau kolaps).
Kolps mendadak dengan kehilangan nadi.diasumsikan 75% pasien dengan
VF.defibrilasi buta,memuaskan meskipun sebelum RJP jika diberikan kurung 30
detik sejak henti jantung.jika VF sebelum masuk rumah sakit RJP harus
dilakukan 4 menit dan defibrilasi diusahakan dalam 8 menit,50% pasien dapat
bertahan hidup.

Kontraindikasi :
 Tidak ada indikasi absolute karena VF selalu menuju kematian dan
defibrilasi VT atau VF jarang spontan
 Keputusan memberikan pasien meninggal,penderita penyakit kritis/tanpa
harapan
 Pasien sadar atau nadi arteri spontan teraba.tidak peduli osiloskop atau
EKG termonitor.Artefak pada elektroda longgar,tremor otot dan alat
monitor bermasalah kecuali diperlukan kardioversi.
 Defibrillator malfungsi tak terawatt dengan isolasi/kawat terbuka,elektroda
pedal bengkoko,pegangan elektroda retak.RJP diteruskan sampai peralatan
elefibrilator aman bagi operator dan pasien.

Persiapan Alat :
1. Defibrillator kardiak
2. Bahan konduksi listrik seperti jelly elektroda
3. Peralatan pamantau iraama EKG (elektroda pedal dan monitor osiloskop)
4. Pastikan tidak ada orang lain menyentuh pasien atau logam konduktor atu
ventilator
5. Tekan tombol untuk mengisi kapasitor dan tekan tombol elektroda pedal
secara serentak untuk melepaskan syok listrik
6. Segera seorang anggota tim resusitasi meraba nadi arteri dan pantau irama
EKG,bila nadi tidak teraba ulangi RJP
7. Bila irama sinus dan kembali VF,syok energy sama diberikan dalam 5-15 detik
energy DC syok 200,300 dan 360 joules,tidak defibrilasi lakukan :
a. Teruskan RJP diantara Dc syok
b. Koreksi asidosis atau alkalosis dan rasio ion abnormal (Ka,Ca,Mg,Na)
c. Pastikan ventilasi paru memadai,periksa gas darah secara serial.
d. Berikan epinefrin IV(0,5 mg) dan/atau CaCl2 (5 ml larutan 10%)
(1g/10ml),bila terdapat VF halus atau asistol monitorEKG,MgSO4 dapat
mempercepat defibrilasi VF dan memungkinkan defibrilasi efektif.
e.
e. Periksa fungsi defibrillator kegagalan output sering dan kedutan otot tidak
menunjukkan aliran DC syok adekuat lewat dinding toraks dan
jantung,pertimbangan memakai alat defibrillator lain sambil RJP.
Asuhan keperawatan Post Defibrilasi :
Pasien defibrilasi VF atau VT memerlukan pemantauan EKG
seksama,persiapan control aritmia dan mencegah VF berulang dan
penatalaksanaan penyakit dan kondisi patofisiologi yang mendasari keadaan
pasien :
1. Pasien indikasi rawat intensif
2. Lakukan pemeriksaan fisik,kaji komplikasi resusitasi,seperti faktur
iga,pneumotoraks,tau rupture hati atau limpa.
3. Lakukan ronsen thoraks dan EKG 12 lead
4. Secara khusus pantau :
a. Tekanan darah,nadi dan pernapasan
b. irama jantung lima kali atau lebih/menit,dan jenis
(kuplet,multifocal,begemini,fenomenon R atau T) dari VES,episode singkat
VT,dan VT menetap,terapi santiaritmia penting untuk mencegah rekurensi
VF.
c. Fungsi serebral (integrative lebih tinggi)
d. Gas darah arteri,asidosis dan alkalosis predisposisi refibrilasi
e. Elektrolit dan fungsi ginjal
f. Pantau hemodinamik secara akurat.

Komplikasi defibrilasi :
Sekuele RJP dan defibrilasi cukup banyak disebabkan oleh ruda paksa
mekanis dan listrik,petugas terlatih pertolongn hidup dasar dan
lanjutan,komplikasi harus dapat diabaikan :
1. Fraktur iga
2. Flail chest
3. Pneumotoraks,hemothoraks,atau pneumomediastrinum
4. Tamponade pericardial
5. Luka bakar atau kontusio miokard
6. Pneumoni aspirasi
7. Edema paru
MEKANISME PENGISIAN FLOW SHEET

1. DEFENISI
Flow sheet merupakan bagian dari clinical record (rekam medis),merupakan
kumpulan data komprehensif yang menggambrkan kondisi pasien,kebutuhan
perawatan,pelayanan kesehatan yang diberikan dan respon terhadap
perawatan.

2. PENANGGUNG JAWAB
- Perawat primer dan pelaksana
- Dokter pennggung jawab atau dokter yang merawat

3. URAAIAN PROSEDUR
1. Identitas
- Nama penderita : menuliskan nama jelas pasien bukan dengan
singkatan.
- Nama ayah/suami/istri : menuliskan penanggung jawab atas pasien
selama berada di intensive care unit.
- Pangkat/golongan : mencantumkan dengan jelas golongan jika
pasien dalam lingkup asuransi kesehatan (ASKES).
- Alamat : menuliskan alamt jelas pasien
- Tanggal : tanggal sat dilakukan pengisian flow sheet
- Umur : diisi umur diagnose medis saaat masuk dan selama di
intensive care unit.
- Register : menuliskan nomor rekam medic pasien (No RM)
- Hari ke : menuliskan jumlah atau lamanya pasien dirawat di
intensive care unit.

2. Pemantauan tanda-tanda vital


- Tekanan darah : menuliskan hasil tekanan yang tercantum bed side
monitoring dengan tinta hitam.
- Nadi : menuliskan hasil nadi atau heart rate yang tercantum pada
bed side monitoring dengan tinta merah.
- Suhu : menuliskn hasil suhu yang tercantum pada bed side
monitoring dengan tinta biru.

3. Instruksi dokter
Semua instruksi dokter yang berada di lembar merah pada status
pasien dicantumkan pada lembar flow sheet baik terapi
farmakologis yang lengkap dengan dosis dan cara pemberiannya
maupun non farmakologis secara jelas pengisian instruksi dokter ini
dapat di isi langsung oleh dokter jika ada instruksi tambahan.

4. Tingkat kesadaran
- Glow Coma Scale (GCS) : menuliskan GCS pasien secara jelas yang
terdiri dari :
 Buka mata (BM)
 Respon motorik (RM)
 Respon verbal (RV)
- Reaksi reflex pupil : menuliskan hasil pemeriksaan reflex pada pupil
pasien.
5. Set up ventilator
Menuliskan settingan atau pengaturan atau mode ventilator yang
digunakan pada pasien,hal-hal yang penting dituliskan adalah :
- Tipe ventilasi
- PEEP/CPAP
- Respirasi rate
- Tidal volume
- FO 02
- Ukuran ETT
-
6. Intake
Menuliskan intake atau asupan pasien baik per NGT/OGT maupun secara
parenteral selama 24 jam
- Infuse : menuliskan terapi cairan atau obat-obatan yang masuk
melalui infuse
- Oral : menuliskan semua pemberian makanan yang diberikan secara
oral maupun NGT/OGT
- Obat-obatan : menuliskan terapi obat lengkap dengan dosis dan
cara pemberiannya yang diberikan pada pasien baik secara injeksi
maupun oral.penulisan obat-obatan untuk injeksi dari kolom atas
sedangkan obat injeksi ditulis dari kolom bawah.

7. Output
Menuliskan hasil pengeluaran pasien selama 24 jam terdiri dari :
- Urine
- Drain (jika terdapat drainase)
- Maag slang

8. Hasil laboratorium
Mencatat semua hasil laboratorium pasien utamanya hasil laboratorium
yang bermasalah secara jelas dan lengkap

9. Neuro status
- Reaksi dan besar pupil : diisi ukuran pupil dalam bentuk gambar
lingkaran atau besar pupil dalam cm serta refleksi pupil terhadap
cahaya (-/+/±/lambat/cepat).
- GCS : NILAI
a. Buka mata (E)
 Spontan 4
 Respon perintah lisan 3
 Respon rangsang sakit 2
 Tidak ada respon 1

b. Respon Motorik (M)


 Sesuai perintah 6
 Terlokasi pada sakit 5
 Menarik terhadap rangsang sakit 4
 Fleksi abnormal 3
 Respon ekstensor 2
 Tidak ada respon 1
c. Respon Vebral Terbaik (V)
 Bicara sesuai,teroritasi 5
 Bicara kacau 4
 Bicara tidak sesuai 3
 Kata-kata tidak berarti 2
 Tidak ada suara 1
 Terintubasi T

10. Catatan perkembangan


Catatan perkembangan : diisi catatan perkembagan pasien selama shift
pagi.diisi oleh dokter atau perawat yang merawat pasien pada shift
tersebut.komponen catatan perkembangan yang harus diisi pada kolom
ini adalah SOAP,dokter atau oerawat yang menulis catatan
perkembangan harus mencantumkan nama dan paraf.

Anda mungkin juga menyukai