TIM PENYUSUN
Suarni, S.Kep, Ns, M.Kep
Muh. Sahlan Zamaa, S.Kep, Ns, Sp.Kep, M.B
Iskandar Zulkarnaen, S.Kep, Ns
Aminullah, S.Kep, Ns
Hardianti, S.Kep, Ns
TIM EDITOR
Dewi Purnama WIndasari, SKM, M.Kes
Andi Sani Silwanah, SKM, M.Kes
Nurleli, SKM, M.Kes
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua,
sehingga Buku Panduan ini telah selesai disusun.
Buku Panduan ini disusun dengan tujuan agar mahasiswa dapat
memperoleh gambaran umum dan menjadikan panduan untuk
pelaksanaan praktik. Buku ini berisi tentang informasi umum, tujuan
dan kompetensi, proses bimbingan, proses pelaksanaan praktik,
evaluasi. Semoga buku panduan ini dapat digunakan dalam proses
pencapaian kemampuan mahasiswa sesuai dengan tujuan dan
komptensi yang diharapakan.
Wassalam
LEOPOLD I
Tujuan :
untuk menentukan tinggi fundus uteri dan untuk menemukan presentasi dengan cara
mengidentifikasi bagian tubuh fetus apa yang berada di fundus
Prosedur Pelaksanaan :
1. Menghadap ke kepala ibu
2. Gunakan jari-jari kedua tangan untuk melakukan palpasi pada fundus
3. Tentukan tinggi fundus
4. Tentukan bagian apa yang terdapat pada fundus uteri : jika kepala yang berada di fundus
maka akan teraba keras, bulat dan melenting. Jika bokong yang berada di fundus maka
akan teraba lembut, tidak bulat dan tidak melenting, dan gerakan kurang, jika letak lintang
fundus uteri akan teraba kosong
Variasi menurut Knebel :
Menentukan letak kepala atau bokong dengan satu tangan di fundus dan tangan lain di atas
simfisis
LEOPOLD II
Tujuan :
Untuk menentukan batas samping rahim kiri-kianan dan untuk menentukan letak punggung
janin dan letak bagian-bagian kecil
Prosedur Pelaksanaan :
1. Menghadap ke kepala pasien
2. Letakkan kedua tangan pada kedua sisi abdomen
3. Letakkan tangan pada satu sisi dan tangan yang lain pada mempalpasi sisi yang berbeda
untuk menemukan bagian belakang janin. Jika punggung yang teranba maka akan terasa
lembut, cembung dan resisten. Jika bagian tubuh yang kecil (tangan dan kaki) maka akan
teraba kecil, tidak beraturan dan mungkin bisa bergerak aktif atau pasif.
Variasi menurut Budin :
Menentukan letak punggung dengan satu tangan menekan di fundus sedangkan tangan yang
lain mempalpasi sisi abdomen
LEOPOLD III
Tujuan :
Untuk menentukan bagian terbawah janin dan apakah bagian terbawah sudah atau belum
terpegang pada pintu atas panggul
Prosedur Pelaksanaan :
1. Letakkan 3 jari pertama dari kedua tangan pada sisi abdomen tepat diatas simfisis pubis.
Minta pasien menairk nafasdalam dan menghembuskannya
2. Pada saat mengeluarkan nafas, gerakkan tangan turun perlahan dan menekan sekitar
daerah tersebut, jika kepala maka akan teraba keras, lemdut dan bergerak jika disentuh.
Jika bagian bokong maka akan terasa lembut dan tidak beraturan
LEOPOLD IV
Tujuan :
Untuk menentukan bagian terbawah janin apa sudah masuk pintu atas panggul
Prosedur Pelaksanaan :
1. Menghadap ke kaki pasien, dengan lembut gerakkan tangan turun ke sisi abdomen
mendekati pelvia sampai salah satu tangan merasakan bagian bawah.
Ada 3 keadaan :
Konvergen : jika kepala belum masuk pintu atas panggul
Sejajar : jika bagian yang masuk baru setengah
Divergen : jika hamper sebagian besar dari kepala janin masuk ke pintu atas
panggul
Cara lain untuk menentukan tuanya kehamilan :
Dihitung dari tanggal haid terakhir
Menurut Spiegelberg : dengan jalan mengukur tinggi fundus uteri dari simfisis maka
akan diperoleh table:
22-28 mg kehamilan 24-25 cm diatas simfisis
28 mg kehamilan 26,7 diatas simfisis
30 mg kehamilan 29,5-30 cm diatas simfisis
32 mg kehamilan 29,5-30 cm diatas simfisis
34 mg kehamilan 31 cm diatas simfisis
36 mg kehamilan 32 cm diatas simfisis
38 mg kehamilan 33 cm diatas simfisis
40 mg kehamilan 37,7 cm diatas simfisis
Cara menentukan tafsiran berat janin dalam kandungan
Menurut Mc Donald : TBJ = TFU (dalam cm ) x Lingkar perut
Menghitung tafsiran persalinan ibu ;
Tentukan HPHT ibu
Jika HPHT pada bulan januari-maret (tgl +7/bulan+9/tahun tetap)
Jika HPHT pada bulan april-desember (tgl +7/bulan -3/tahun +1)
AUSKULTASI
Tujuan :
untuk mendengarkan denyut jantung janin
Prosedur Pelaksanaan :
1. Angkat kedua tangan dari dinding perut ibu, kemudian ambil stetoskop monoaural dengan
tangan kiri kemudian tempelkan ujungnya pada dinding perut ibu sesuai dengan posisi
punggung
2. Tempelkan telinga kiri pemeriksa dan dengarkan bunyi jantung janin (pindahkan titik
dengar apabila pada titik pertama bayi jantung tersebut kurang jelas. Upayakan untuk
mendapatkan bunyi jantung maksimal
3. Dengarkan bunyi jantung janin selama 1 menit penuh atau di dihitung 3x5 detik secara
berurutan dengan cara ini dapat diketahui teratur atau tidaknya djj:
Contoh : 11 12 13 : 4 x (11+12+13) = 136 x/menit
4. Letakkan peralatan yang telah digunakan, beritahu bahwa semua prosedur telah selesai.
Angkat kain penutup dan rapikan kembali pakaian ibu.
5. Persilahkan ibu untuk duduk kembali dan catat pemeriksaan pada lembar yang telah
tersedia dalam status pasien
6. Jelaskan hasil pemeriksaan palpasi dan auskultasi yang meliputi:
Usia kehamilan, letak janin, presentasi
Kondisi janin (sesuai dengan hasil pemeriksaan auskultasi)
DJJ bisa di dengar pada bulan ke 4 – 5
Tanyakan kepada ibu apakah ada penyakit menular seksual yang dialami saat
ini
Jelaskan tentang rencana asuhan ante natal :
Jelaskan hasil temuan atau diagnosis
Jelaskan tentang rencana asuhan ante natal berkaitan dengan hasil temuan
Jelaskan tentang langkah atau asuhan lanjutan serta jadwal pemeriksaan ulang
Jelaskan untuk melakukan kunjungan
LEMBAR CHECK LIST PEMERIKSAAN FISIK IBU HAMIL
14. INSPEKSI
a. Daerah kepala
b. Daerah muka
c. Leher apakah ada pembesaran kelenjar tyroid, pembengkakan kelenjar limfe,
distensi vena jugularis
d. Payudara
e. Abdomen
f. Vulva
g. Tungkai bawah
15. PALPASI
Pelaksanaan :
a. Sisihkan pakaian ibu hingga seluruh bagian perut ibu tampak jelas kemudian
minta ibu untuk meletakkan kedua telapak kaki pada ranjang sehingga terjadi
fleksi pada sendi paha dan lutut untuk mengurangi ketegangan pada dinding
perut
b. Tutup paha dan kaki ibu dengan kain yang telah disediakan
c. Cuci tangan dengan sabun, bilas dengan air hangat kemudian keringkan kedua
tangan dengan handuk
d. Pemeriksa berdidri di sisi kanan ibu dan sampaikan bahwa pemeriksaan akan
segera di mulai
LEOPOLD I
a. Menghadap ke kepala ibu
b. Gunakan jari-jari kedua tangan untuk melakukan palpasi pada fundus
c. Tentukan tinggi fundus
LEOPOLD II
a. Menghadap ke kepala pasien
b. Letakkan kedua tangan pada kedua sisi abdomen
c. Letakkan tangan pada satu sisi dan tangan yang lain mempalpasi sisi yang
berbeda untuk menemukan bagian belakang janin.
LEOPOLD III
. a. Letakkan 3 jari pertama dari kedua tangan pada sisi abdomen tepat diatas simfisis
pubis. Minta pasien menarik nafas dalam dan menghembuskannya
b. Pada saat mengeluarkan nafas, gerakkan tangan turun perlahan dan menekan
sekitar daerah tersebut
LEOPOLD IV
a. Menghadap ke kaki pasien, dengan lembut gerakkan tangan turun ke sisi abdomen
mendekati pelvia sampai salah satu tangan merasakan bagian bawah.
16. AUSKULTASI
a. Angkat kedua tangan dari dinding perut ibu, kemudian ambil stetoskop monoaural
dengan tangan kiri kemudian tempelkan ujungnya pada dinding perut ibu sesuai
dengan posisi punggung
b. Tempelkan telinga kiri pemeriksa dan dengarkan bunyi jantung janin
c. Dengarkan bunyi jantung janin selama 1 menit penuh
d. Letakkan peralatan yang telah digunakan, beritahu bahwa semua prosedur telah
selesai. Angkat kain penutup dan rapikan kembali pakaian ibu.
e. Persilahkan ibu untuk duduk kembali dan catat pemeriksaan pada lembar yang
telah tersedia dalam status pasien
f. Jelaskan hasil pemeriksaan palpasi dan auskultasi
A. Pengertian
Pemeriksaan panggul luar adalah pemeriksaan panggul yang dilakukan pada ibu primi gravida
untuk mengetahui ukuran panggul ibu normal atau tidak dengan menggunakan jangka panggul.
B. Tujuan :
1. Untuk mengetahui panggul seseorang normal atau tidak
2. Untuk memudahkan dalam mengambil tindakan selanjutnya
3. Untuk mengetahui bentuk atau keadaan panggul seseorang
C. Pemeriksaan panggul dilakukan :
1. Pada pemeriksaan pertama kali bagi ibu hamil
2. Pada ibu yang pernah melahirkan bila ada kelainan pada persalinan yang lalu
3. Ibu akan bersalin bila sebelumnya belum pernah memeriksakan diri terutama pada primi
para
D. Persiapan alat :
1. Pita pengukur
2. Jangka panggul
3. Buku catatan dan pena
E. Prosedur Pelaksanaan
1. Perkenalkan diri kepada ibu dan keluarga
2. Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan ini kepada ibu
3. Jelaskan tujuan atau hasil yang diharapkan dari pemeriksaan ini
4. Ujung jari telunjuk kanan dan kiri berada pada ujung jangka panggul
5. Jari tengah mencari tempat-tempat yang akan diukur
6. Tempatkan ujung jangka panggul pada tempat yang sudah ditemukan
7. Lihat dan baca skala pada jangka panggul
8. Ukuran-ukuran luar yang terpenting :
Distansia spinarum : jarak antara spina iliaka anterior superior kanan dan kiri
(normalnya : 23-26 cm
Distansia cristarum : jarak yang terpanjang antara crista illiac a kanan dan kiri (
normalnya : 26-29 cm)
Conjugate eksternal (boudelocque) : jarak antara pinggir atas simfisis dan ujung
processus spinosus (ruas tulang lumbal ke lima) ( normalnya : 18-20 cm)
Lingkar panggul : jarak dari pinggir atas simfisis melalui spina iliaka anterior superior
kanan ke pertengahan trochanter mayor kanan ke pertengahan trochanter mayor kiri
ke pertengahan spina illiaca anterior superior kiri kemudian kembali ke atas simfisis (
normalnya 80-90 cm)
9. Catat hasilnya dan dokumentasikan
10. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu
PEMERIKSAAN PANGGUL LUAR
7. MENYIAPKAN KELAHIRAN
Tujuan :
Menyiapkan ruangan utk persalinan dan kelahiran bayi
a. Persiapan Ruangan :
Ruangan yang hangat dan bersih
Sumber air bersih yg mengalir
Air disinfeksi tingkat tinggi
Air bersih dalam jumlah yang cukup, klorin, deterjen, kain pembersih, kain pel dan sarung
tangan karet
Kamar mandi yang bersih
Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-jalan selama persalinan, melahirkan bayi dan
memberikan asuhan bagi ibu dan bayinya setelah persalinan
Penerangan yg cukup, baik siang maupun malam
Tempat tidur yang cukup bersih untuk ibu
Tempat yg bersih untuk memberikan asuhan BBL
Meja yang bersih atau tempat tertentu untuk menaruh peralatan persalinan
b. Menyiapkan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan esensial
c. Pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang diperlukan dan dalam keadaan siap
pakai
d. Menyiapkan rujukan
e. Siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan, perawatan dan penilaian yg telah
dilakukan.
f. Memberikan asuhan sayang ibu dan selama persalinan:
1) Memberikan dukungan emosional
* Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan pujian kepada ibu
* Membantu ibu bernafas pd saat kontraksi
* Memijat punggung, kaki dan kepala ibu
* Menyeka muka ibu dengan lembut
* Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman
2) Membantu pengaturan posisi
* Mencari posisi yg nyaman selama persalinan dan kelahiran
* Jangan membuat ibu dlm posisi terlentang
3) Memberikan cairan dan nutrisi
Anjurkan ibu utk mendapat asupan (makanan ringan dan minum air selama persalinan dan
kelahiran bayi)
4) Kosongkan kandung kemih
* Anjurkan ibu untuk kekamar mandi BAK untuk mengosongkan kandung kemih
* Jika ibu tidak bisa lagi berjalan ke kamar mandi maka lakukan pengosongan kandung kemih
secara rutin selama persalinan dengan menggunakan kateterisasi (tidak permanen)
* Ibu berkemih paling sedikit setiap 2 jam
* Selama persalinan berlangsung, tidak dianjurkan untuk melakukan kateterisasi kandung
kemih secara rutin
5) Pencegahan infeksi
* Menjaga lingkungan yang bersih merupakan hal penting dalam mewujudkan kelahiran yang
bersih dan aman bagi ibu dan bayinya
Pemeriksaan Fisik
Tujuan :
Menilai kesehatan dan kenyamanan fisik ibu dan bayinya selama proses persalinan berlangsung
Persiapan Alat :
a. Pita Pengukur (mitline)
b. Jam tangan (yang memiliki detik)
c. Fetoskop Pinnards atau Doppler
d. Kertas dan pena untuk mencatat hasil pemeriksaan
a. Pemeriksaan abdomen
Menentukan tinggi fundus
pastikan pengukuran dilakukan pd saat uterus tdk berkontraksi
Ukur tinggi fundus dengan menggunakan pita pengukur.
Mulai dari tepi atas simfisis pubis, rentangkan hingga kepuncak fundus mengikuti aksis
atau linea medialis pd abdomen
Pita pengukur harus menempel pd kulit abdomen
5) Pantau :
Tanda vital ibu meliputi Frekuensi nadi dan tekana darah
His
Denjut janin
Penurunan kepala
Adanya bagian kecil janin atau tali pusat disamping
Adanya lilitan tali pusat segera setelah kepala lahir
Adanya kehamilan kembar yang terdeteksi segera setelah bayi lahir
6) Posisikan ibu pada posisi yang nyaman
Duduk atau setengah duduk Ini merupakan posisi yang nyaman dan memudahkan
ponolong persalinan untuk membantu melahirkan kepala janin
Jongkok atau berdiri Posisi ini dapat membantu turunya kepala janin jika persalina berjalan
lambat
Merangkak Posisi ini cocok bila ibu merasa nyeri pada punggungnya dan dapat membantu
jika terdapat kesulitan pada proses perputaran janin
Berbaring atau miring pada sisi kiri Posisi ini memberikan relaksasi dan membantu
mencegah laserasi perineum (minta seorang untuk membantu memengang kaki ibu)
Posisi yang Tidak dianjurkan saat melahirkan adalah posisi terlentang pada punggung
alasan: aliran darah dan oksigen ke janin akan berkurang dalam posisi ini.
7) Saat kepala bayi membuka vulva (5-6 cm), letakkan kain yang kering dan bersih di bawah
biokong ibu dan siapkan dan siapkan kain atau handuk bersih diatas perut ibu (untuk
mengeringkan bayi segera setelah bayi lahir)
8) Lindungi perineum dengan satu tangan (dibawah kain bersih dan kering), ibu jari pada salah satu
perineum dan empat jari lain pada sisi perineum yang lain dan tangan yang lain pada belakang
kepala bayi
9) Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap flexi pada saat keluar secara bertahap
melewati introitus perineum
10) Perhatikan perineum pada saat kepala keluar dan dilahirkan, usap muka bayi dengan kain bersih
atau kasa untuk membersihkan lendir dan darah dari mulut dan hidung bayi
Jangan melakukan penghisapan lendir secara rutin pada mulut dan hidung bayi, karena
sebagian bayi dapat menghilangkan lendir tersebut secara alamiah melalui mekanisme
bersin dan menangis
Jangan melakukan pengisapan lendir secara rutin karena pengisapan terlalu dalam
dapat menyentuh orofaring yang kaya akan saraf parasimpatis sehingga dapat
menyebabkan bradikardia/apnea
Selalu isap mulut terlebih dahulu kemudian hidung, karena bayi akan menarik napas
sehingga dapat terjadi aspirasi mekonium atau cairan yang ada di mulutnya
Hindari penghisapan terlalu dalam dan agresif pada mulut
11) Periksa lilitan tali pusat
12) Setelah bayi lahir, minta ibu untuk berhenti mengedan dan bernapas cepat
13) Periksa leher bayi apakah terjadi lilitan tali pusat
14) Jika ada lilitan, longgarkan lilitan dengan melewati kepala bayi
15) Jika lilitan terlalu erat maka jepit tali pusat sangat erat maka jepit tali pusat dengan klem pada 2
tempat dengan jarak 3 cm kemudian potong tali pusat diantara 2 klem tersebut
16) Setelah menyeka mulut dan hidung bayi dan memeriksa tali pusat, tunggu kontraksi berikut
sehingga terjadi putaran paksi luar secara spontan
17) Letakkan tangan pada sisi kiri dan kanan kepala bayi, minta ibu untuk mengedan sambil
menekan kepala kearah bawah dan lateraltubuh bayi hingga bahu depan melewati simfisis
18) Setelah bahu depan lahir, gerakkan kepala kearah atas dan lateral tubuh bayi sehingga bahu
bawah dan seluruh dada dapat dilahirkan
Antisipasi kejadian distosia bahu dengan tanda:
Kepala seperti tertahan divagina
Kepala lahir tapi tdk terjadi putaran paksi luar
Kepala sempat keluar tetapi tertarik kembali kedalam vagina
19) Saat bahu posterior lahir, geser tangan bawah (posterior) dan sanggah bahu dan lengan atas bayi
pada tangan tersebut
20) Gunakan jari-jari tangan yang sama untuk mengendalikan kelahiran siku dan tangan pada sisi
posterior bayi pada saat melewati perineum
21) Gunakan tangan yang sama untuk menopang lahirnya siku dan tangan posterior saat melewati
perineum
22) Tangan bawah (posterior) menopang samping lateral tubuh bayi saat lahir
23) Secara simultan, tangan atas (anterior) untuk menelusuri dan memegang bahu, siku dan lengan
bagian anterior
24) Lanjutkan penelusuran dan memegang bagian punggung, bokong, dan kaki
25) Dari arah belakang, sisipkan jari telunjuk tangan atas diantara kedua kaki bayi yang kemudian
dipegang dengan ibu jari dan ketiga jari lainnya
26) Letakkan bayi diatas kain /handuk yang telah disiapkan pada perut bawah ibu dan posisikan kepala
bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya
27) Segera keringkan sambil melakukan rangsangan taktil pada tubuh bayi dengan kain/selimut diatas
perut ibu , pastikan bahwa kepala bayi terttup dengan baik
28) Dengan menggunakan klem, lakukan penjepitan tali pusat dengan klem sekitar 3 cm dari dinding
perut(pangkal pusat bayi)
29) Dari titik jepitan tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat kearah ibu (agar darah
tidak terpencar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat)
30) Lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan pertama pada sisi atau mengarah ke
ibu
31) Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil
melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut dengan
menggunakan gunting desinfeksi tingkat tinggi atau steril
32) Setelah memotong tali pusat, ganti handuk basah dan selimut bayi dengan selimut atau kain yang
bersih dan kering, pastikan kepala bayi terselimuti dengan baik
33) Keringkan dengan segera
Jaga agar kepala tertutup
Jangan mandikan sebelum suhu tubunya stabil
Jangan lakukan penghisapan lendir yang terlalu dalam
34) Segera berikan bayi pada ibunya untuk disusukan
1. Persiapkan Ruangan
Ruangan yang hangat dan bersih
Sumber air bersih yg mengalir
Air disinfeksi tingkat tinggi
Air bersih dalam jumlah yang cukup, klorin, deterjen, kain pembersih, kain pel dan
sarung tangan karet
Kamar mandi yang bersih
Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-jalan selama persalinan, melahirkan bayi
dan memberikan asuhan bagi ibu dan bayinya setelah persalinan
Penerangan yg cukup, baik siang maupun malam
Tempat tidur yang cukup bersih untuk ibu
Tempat yg bersih untuk memberikan asuhan BBL
Meja yang bersih atau tempat tertentu untuk menaruh peralatan persalinan
Menyiapkan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan esensial
Pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang diperlukan dan dalam
keadaan siap pakai
Menyiapkan rujukan
Siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan, perawatan dan penilaian
yg telah dilakukan.
2. Persiapan alat :
Pita Pengukur (mitline)
Jam tangan (yang memiliki detik)
Fetoskop Pinnards atau Doppler
Kertas dan pena untuk mencatat hasil pemeriksaan
3. Perkenalkan diri kepada klien dan keluarga
4. Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan kepada klien dan minta
persetujuan klien setelah klien memahami penjelasan
5. Berikan asuhan sayang ibu selama persalinan:
Berikan dukungan emosional
Atur posisi ibu yang nyaman
Tetap berian cairan dan nutrisi
Kosongkan kandung kemih
Lakukan tindakan Pencegahan infeksi
6. Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan kepada klien
7. Anjurkan klien untuk berbaring di tempat Tidur
8. Menentukan tinggi fundus
Pastikan pengukuran dilakukan pd saat uterus tdk berkontraksi
9. Pastikan pengukuran dilakukan pd saat uterus tdk berkontraksi
10. Ukur tinggi fundus dengan menggunakan pita pengukur.
11. Ukur Mulai dari tepi atas simfisis pubis, rentangkan hingga kepuncak fundus mengikuti
aksis atau linea medialis pd abdomen
12. Pita pengukur harus menempel pd kulit abdomen
13. Hitung kontraksi
Letakkan tangan diatas uterus dan rasakan jumlah kontraksi yg terjadi dalam kurun
waktu 10 mnt
14. Pantau denyut jantung janin (DJJ)
Tentukan titik tertentu padd dinding abdomen dimana DJJ terdengar paling kuat
15. Menentukan presentasi
Berdiri disamping ibu, menghadap ke arah kepalanya (pastikan lutut ibu ditekuk)
Dengan ibu jari dan jari tengah dari satu tangan, pegang bagian bawah abdomen ibu,
tepat diatas simfisis pubis. Bagian terbawah janin atau persentasi dapat diraba
diantara ibu jari dan jari tengah
Jika bagian terbawah janin belum masuk ke dalam rongga panggul, bagian tersebut
masih bisa digerakkan, jika sudah masuk maka bagian tdk dapat digerakkan
Tentukan penurunan kepala janin
Nilai penurunan kepala janin dengan hitungan perlima bagian kepala janin yang bisa
dipalpasi diatas simfisis pubis
LEMBAR CHECKLIST PERSALINAN KALA II
No Aspek Yang Dinilai Checklist
0 1 2
Persiapan alat :
A. Pengertian
Pemeriksaan dalam (vagina Toucher) adalah pemeriksaan yang dilakukan pada ibu dengan memasukkan
jari telunjuk dan jari tengah ke jalan lahir
B. Tujuan :
1. Untuk mengetahui kemajuan persalinan
2. Untuk membantu penolong persalinan menilai kemajuan persalinan
3. Untuk mengetahui ada tidaknya tanda-tanda patologis atau penyulit proses persalinan
C. Persiapan Alat :
1. Handscoon steril
2. Perlak
3. Kapas sublimat
4. Bengkok/Nierbekken
5. Com
6. Kertas dan pena untuk mencatat hasil pemeriksaan
D. Prosedur pelaksanaan :
1. Perkenalkan diri kepada klien
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Minta persetujuan dari klien setelah klien memahami penjelasan
4. Anjurkan klien untuk berbaring di tempat Tidur
5. Pakaian bawah klien dikeataskan
6. Pasang selimut untuk menjaga privasi klien
7. Posisikan pasien kedalam posisi dorsal recumbent
8. Cuci tangan bersih
9. Kenakan handscoon pada satu sisi tangan saja, utamakan untuk dikenakan pada sisi tangan
dominan
10. Bersihkan area vulva dengan menggunakan kapas sublimat dengan tehnik 4 atau 6 kapas. Nilai
vagina. Luka parut lama divagina bisa memberikan indikasi luka / episiotomi sebelumnya
11. Letakkan tangan yang tidak dominan di bagian fundus uteri klien
12. Lakukan pemeriksaandalam dengan memasukkan kedua jari, telunjuk dan jari tengah tangan
dominan pemeriksa kedalam vagina pasien. Masukkan terlebih dulu jari tengah baru disusul jari
telunjuk, keduanya di masukkan dengan posisi dimiringkan
13. Nilai :
Keadaan serviks, termasuk dilatasi, tebal tipisnya, kaku lunaknya
Presentasi janin dan molage atau penyusupan kepala
Penurunan kepala janin apakah kepala sudah masuk ke rongga panggul. Jika kepala dapat
dipalpasi, raba fontanela dan sutura sagitalis untuk menilai penyusupan tulang kepala dan/atau
tumpang tindih, dan apakah kepala janin sudah sesuai dengan diameter jalan lahir, sesuaikan
dengan hasil periksa luar
Keadaan ketuban, termasuk bau, warna dan kejernihan
Suhu/kehangatan vagina
Keadaan jalan lahir, termasuk ada tidaknya tumor yang menutupi jalan lahir
14. Yakinkan hasil yang didapat
15. Keluarkan jari pemeriksa secara perlahan
16. Nilai cairan ketuban melalui basahan pada handscoobn, normalnya berbau amis, jernih dan agak
kental
17. Lepaskan handscoon dan cuci tangan
18. Catat hasil pada status pasien, Gunakan informasi yg terkumpul untku menentukan apakah ibu
sudah dlm persalinan (inpartu)
19. Tentukan ada tidaknya masalah / penyulit yang harus di tatalaksana secara khusus
20. Setiap selesai melakukan penilaian, analisa data yang terkumpul, buat diagnosis berdasarkan
informasi tersebut
21. Jelaskan semua temuan, diagnosis dan rencana penatalaksanaan kpd ibu dan keluarganya sehingga
mereka memahami asuhan yang akan diberikan
22. Penting untuk diperhatikan:
Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam pertama, mungkin diagnosis in partu
belum dapat ditegakkan
Jika terdapat kontraksi yang menetap, periksa ulang pasien tersebut setelah 4 jam untuk
melihat perubahan pada serviks. Jika serviks teraba tipis dan terbuka, maka wanita tersebut
dalam keadaan in partu, jika tidak teraba perubahan, maka diagnosanya adalah persalinan
palsu
LEMBAR CHECKLIST PEMERIKSAAN DALAM (VAGINA TOUCHER)
1. Persiapkan alat :
a. Handscoon steril
b. Perlak
c. Kapas sublimat
d. Bengkok/Nierbekken
e. Com
f. Kertas dan pena untuk mencatat hasil pemeriksaan
2 Perkenalkan diri kepada klien
3 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
4 Minta persetujuan dari klien setelah klien memahami penjelasan
5. Anjurkan klien untuk berbaring di tempat Tidur
6. Pakaian bawah klien dikeataskan
7. Pasang selimut untuk menjaga privasi klien
8. Posisikan pasien kedalam posisi dorsal recumbent
9. Cuci tangan bersih
10. Kenakan handscoon pada satu sisi tangan saja, utamakan untuk dikenakan pada sisi tangan
dominan
11. Bersihkan area vulva dengan menggunakan kapas sublimat dengan tehnik 4 atau 6 kapas.
Nilai vagina. Luka parut lama divagina bisa memberikan indikasi luka / episiotomi
sebelumnya
12. Letakkan tangan yang tidak dominan di bagian fundus uteri klien
13. Lakukan pemeriksaandalam dengan memasukkan kedua jari, telunjuk dan jari tengah tangan
dominan pemeriksa kedalam vagina pasien. Masukkan terlebih dulu jari tengah baru disusul
jari telunjuk, keduanya di masukkan dengan posisi dimiringkan
14. Nilai :
a. Keadaan serviks, termasuk dilatasi, tebal tipisnya, kaku lunaknya
b. Presentasi janin dan molage atau penyusupan kepala
c. Penurunan kepala janin apakah kepala sudah masuk ke rongga panggul. Jika kepala
dapat dipalpasi, raba fontanela dan sutura sagitalis untuk menilai penyusupan tulang
kepala dan/atau tumpang tindih, dan apakah kepala janin sudah sesuai dengan
diameter jalan lahir, sesuaikan dengan hasil periksa luar
d. Keadaan ketuban, termasuk bau, warna dan kejernihan
e. Suhu/kehangatan vagina
f. Keadaan jalan lahir, termasuk ada tidaknya tumor yang menutupi jalan lahir
15. Yakinkan hasil yang didapat
16. Keluarkan jari pemeriksa secara perlahan
17. Nilai cairan ketuban melalui basahan pada handscoon
18. Lepaskan handscoon dan cuci tangan
19. * Catat hasil pada status pasien, Gunakan informasi yg terkumpul untku menentukan apakah
ibu sudah dlm persalinan (inpartu)
* Tentukan ada tidaknya masalah / penyulit yang harus di tatalaksana secara khusus
* Setiap selesai melakukan penilaian, analisa data yang terkumpul, buat diagnosis
berdasarkan informasi tersebut
* Jelaskan semua temuan, diagnosis dan rencana penatalaksanaan kepada ibu dan
keluarganya sehingga mereka memahami asuhan yang akan diberikan
PARTOGRAF
A. Pengertian
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk
membuat keputusan klinik
B. Tujuan utama penggunaan partograf:
1. Mencatat kemajuan persalinan, menilai pembukaan serviks melalui VT
2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal (deteksi dini adanya partus lama)
3. Data pelengkap pemantauan kondisi ibu, janin dan grafik kemajuan proses persalinan
4. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
5. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat
waktu
C. Penggunaan Partograf dilakukan :
1. Pada semua ibu melahirkan baik Primi maupun Multi
2. Pada fase aktif kala satu persalinan, pencatatan untuk fase laten dilakukan secara terpisah dan
merupakan elemen penting pada asuhan persalinan karena partograf membantu penolong
persalinan dalam memantau, mengevaluasi, dan membuat keputusan klinik baik dengan persalinan
dengan penyulit ataupun tanpa penyulit
3. Selama persalinan dan kelahiran bayi
4. Secara rutin oleh semua penolong persalinan
D. Kondisi Ibu dan Janin yang dipantau pada partograf
1. Djj ( tiap ½ jam)
2. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus (tiap ½ jam)
3. Nadi (setiap ½ jam)
4. Pembukaan serviks (tiap 4 jam)
5. Penurunan bagian terbawah janin (tiap 4 jam)
6. Tekanan darah dan suhu (tiap 4 jam)
7. Produksi urin, aseton dan protein (tiap2-4 jam)
8. Lakukan lebih sering jika ada indikasi gawat janin
E. Pencatatan yang dilakukan pada partograf:
1. Isi nama pasien
2. Gravida
3. Para
4. Nomer rumah sakit (RM)
5. Tanggal dan waktu masuk
6. Jam berapa ketuban pecah.
7. Denyut Jantung Janin
Nilai dan catat DJJ setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda gawat janin)
Setiap kotak pada partograf menunjukkan waktu 30 menit
Skala angka disebelah kolom paling kiri menunjukkan DJJ
Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang
menunjukkan DJJ, kemudian hubungkan titik
Kisaran normal DJJ 120-160 (jika lebih atau kurang dari itu merupakan indikasi gawat janin)
KALA I
4. Partograf melewati garis waspada
5. Lain-lain sebutkan :
.....................................................................................................................................................................
...................................................
6. Penalaksanaan yang dilakukan pada masalah tersebut :
...........................................................................................................................................................
7. Bagaimana hasilnya :
.....................................................................................................................................................................
.....................................................
KALA II ______
________ ________
8. Lama Kala II ............... menit Epesiotomi : ya tidak, Indikasi :
....................................................................................................................
9. Pendamping pada saat persalinan : suami keluarga teman dukun tidak ada
10. Gawat Janin : miringkan ibu kesisi kiri minta ibu narik nafas Episiotomi
11. Distosia bahu : Manuver Mc.Robert Ibu merangklak Lainnya :
...........................................................................................................................
12. Penalaksanaan yang dilakukan pada masalah tersebut :
...........................................................................................................................................................
13. Lain-lainnya, sebutkan :
.....................................................................................................................................................................
..........................................
14. Bagaimana hasilnya :
.....................................................................................................................................................................
...............................................
2
Masalah Kala IV :
...........................................................................................................................................................................
...............................................................................................
Penatalaksanaan yang dilakukan pada masalah tersebut :
...........................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
Bagaimana Hasilnya :
................................................................................................................... ........................................................
................................................
1. Pengertian ;
Tindakan merawat tali pusat adalah kegiatan yang dilakukan untuk merawat talipusat pada bayi baru
lahir
2. Tujuan:
a. Mempercepat gugurnya tali pusat
b. Mencegah terjadinya infeksi
c. Mempercepar keringnya tali pusat
3. Persiapan alat
a. Alcohol 70 %
b. Kapas lidi steril dalam tempatnya
c. Kassa steril dalam tempatnya
d. Korentang
e. Perlengkapan pakaian bayi
f. Pengikat tali pusat
g. Nierbekken
h. Sabun cuci tangan
i. Handuk
4. Keterampilan membina sambung rasa
a. Ucapkan salam
b. Perkenalkan diri kepada ibu
c. Ciptakan suasana membantu dan menyenangkan
d. Jelaskan prosedur tindakan kepada ibu
e. Minta persetujuan ibu terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan
5. Pelaksanaan
a. Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir, keringkan dengan handuk
b. Kassa pembungkus tali pusat yang masih melengket dibuka terlebih dahulu
c. Bersihkan tali pusat (pangkal) dengan kapas lidi yang telah di beri alcohol 70 %
d. Olesi pangkal tali pusat sampai ujung
e. Lakukan sampai semua bagian tali pusat selesai dibersihkan
f. Kenakan pakaian bayi
g. Baringkan bayi pada posisi yang menyenangkan
h. Rapikan alat-alat
i. Cuci tangan dan catat adanya kelainan-kelainan (dokumentasi)
LEMBAR CHECKLIST TEHNIK PERAWATAN TALI PUSAT
No Aspek Yang Dinilai Checklist
0 1 2
1. Persiapkan alat :
a. Alcohol 70 %
b. Kapas lidi steril dalam tempatnya
c. Kassa steril dalam tempatnya
d. Korentang
e. Perlengkapan pakaian bayi
f. Pengikat tali pusat
g. Nierbekken
h. Sabun cuci tangan
i. Handuk
2 Kegiatan membina sambung rasa dengan ibu
a. Ucapkan salam
b. Perkenalkan diri kepada ibu
c. Ciptakan suasana membantu dan menyenangkan
d. Jelaskan prosedur tindakan kepada ibu
e. Minta persetujuan ibu terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan
3 Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir, keringkan dengan handuk
4 Kassa pembungkus tali pusat yang masih melengket dibuka terlebih dahulu
5 Bersihkan tali pusat (pangkal) dengan kapas lidi yang telah di beri alcohol 70 %
6 Olesi pangkal tali pusat sampai ujung
7 Lakukan sampai semua bagian tali pusat selesai dibersihkan
8 Kenakan pakaian bayi
9 Baringkan bayi pada posisi yang menyenangkan
10 Rapikan alat-alat, Cuci tangan dan catat adanya kelainan-kelainan (dokumentasi)
MEMANDIKAN BAYI
Pengertian :
Memandikan bayi adalah kegiatan membersihkan seluruh tubuh bayi dengan menggunakan air dan sabun
Tujuan :
1. Membersihkan seluruh tubuh bayi
2. Memberikan rasa nyaman
PERSIAPAN ALAT
1. Handuk dan waslap bersih
2. Sabun bayi dan shampoo
3. Alkohol 70%
4. Cotton bud atau kapas bersih
5. Kapas untuk membersihkan perineal
6. Waskom atau bak mandi bayi
7. Bengkok
8. Air hangat
9. Popok dan pakaian bersih
10. Keranjang untuk baju kotor
PROSEDUR TINDAKAN
I. Tahap Pra Interaksi
1. Baca catatan perawatan dan catatan medis klien
2. Rencanakan mandi sesuai dengan pola makan dan tidur, memandikan bayi baru lahir pada
pertengahan waktu makan memiliki beberapa keuntungan yaitu bayi akan siap dalam prosedur.
3. Siapkan ruangan
4. tetapkan tujuan dilakukan prosedur
5. Siapkan alat – alat
6. Cuci tangan
II. Tahap interaksi
1. Ucapkan salam
2. Perkenalkan diri kepada ibu
3. Ciptakan suasana membantu dan menyenangkan
4. Jelaskan prosedur tindakan kepada ibu
5. Minta persetujuan ibu terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan
Memandikan Bayi :
a. Kaji temperatur tubuh serta tanda dan gejala adanya distress pernafasan
b. Pastikan bayi dalam posisi nyaman dalam pegangan atau terbaring dalam inkubator
c. Periksa kembali temperatur air dengan suhu 37 – 38 derajat celcius/ hangat – hangat kuku, air
dalam waskom hanya digunakan untuk menyeka (sponge bath) dan membersihkan rambut.
d. Mulai memandikan : usap mata dari kantus dalam ke kantus luar dengan menggunakan cooton
bud jika ada kotoran pada kelopak mata, gunakan air bersih dan bagian berbeda untuk tiap – tiap
mata.
e. Bersihkan wajah dengan lembut, gunakan air biasa dan waslap/ tanpa menggunakan sabun.
f. Membersihkan rambut :
o pegang bayi dengan aman, gunakan ”football hold”, basahi rambut dengan air secara lembut
o Usapkan shampoo bayi dengan menggunakan lap, bilas rambut dan keringkan kulit kepala
dengan cepat
g. Membersihkan telinga luar, bersihkan dengan gerakan memutar dan gunakan bagian yang
berbeda untuk tiap – tiap- telinga.
h. Membersihkan tubuh dan ekstremitas :
o Setelah melepas selimut mandi/ pakaian bayi, bersihkan leher, dada, lengan dan punggung
dengan cara yang sama
o Bersihkan tubuh dengan sabun dan air, bilas dengan hati-hati dan keringkan bagian tubuh
yang dibersihkan sebelum berpindah ke bagian yang lain
i. membersihkan genetalia :
o Bayi perempuan : bersihkan labia secara perlahan-lahan dengan arah dari depan ke
belakang.
o Bayi laki-laki : terik kulup dengan lembut dan sejauh-jauhnya, bersihkan ujun glands dengan
gerakan memutar dan kembalikan kulup dengan segera setelah dibersihkan.
o Bersihkan dan keringkan daerah perineal
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a. Tidak dianjurkan menggunakan bedak, minyak atau lotion pada kulit bayi
b. Gunakan alkohol untuk perawatan tali pusat jika perlu angkat tali pusat agar perawatan lebih
adequat.
c. Gunakan popok dengan lipatan ke depan dan berada dibawah tali pusat, biarkan tali pusat dalam
keadaan terbuka.
d. Gunakan pakaian bayi yang tepat sesuai dengan kondisi lingkungan.
IV. Tahap Terminasi
1. Bersihkan dan kembalikan peralatan mandi, rapikan ruangan senyaman mungkin dan kembalikan
alat-alat pada tempat semula
2. Perhatikan respon bayi
3. Cuci tangan
4. Evaluasi kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang diharapkan
Dokumentasi : Catat waktu dilakukan tindakan, tindakan yang telah dilakukan, respon bayi serta
penemuan penting saat dilakukan tindakan seperti hipotermi, distress pernafasan dll
LEMBAR CHECKLIST TEHNIK PERAWATAN TALI PUSAT
No Aspek Yang Dinilai Checklist
0 1 2
1. Persiapkan alat :
a. Handuk dan waslap bersih
b. Sabun bayi dan shampoo
c. Alkohol 70%
d. Cotton bud atau kapas bersih
e. Kapas untuk membersihkan perineal
f. Waskom atau bak mandi bayi
g. Bengkok
h. Air hangat
i. Popok dan pakaian bersih
j. Keranjang untuk baju kotor
2 Tahap Interaksi
a. Ucapkan salam
b. Perkenalkan diri kepada ibu
c. Ciptakan suasana membantu dan menyenangkan
d. Jelaskan prosedur tindakan kepada ibu
e. Minta persetujuan ibu terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan
Kaji temperatur tubuh serta tanda dan gejala adanya distress pernafasan
a. Pastikan bayi dalam posisi nyaman dalam pegangan atau terbaring dalam
inkubator
b. Periksa kembali temperatur air dengan suhu 37 – 38 derajat celcius/ hangat –
hangat kuku, air dalam waskom hanya digunakan untuk menyeka (sponge bath)
dan membersihkan rambut.
c. Mulai memandikan : usap mata dari kantus dalam ke kantus luar dengan
menggunakan cooton bud jika ada kotoran pada kelopak mata, gunakan air bersih
dan bagian berbeda untuk tiap – tiap mata.
d. Bersihkan wajah dengan lembut, gunakan air biasa dan waslap/ tanpa
menggunakan sabun.
Untuk menghadapi masa laktasi, sejak kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar
mammae:
1. Proliferasi jaringan-jaringan dan kelenjar lemak akan bertambah
2. Keluarnya cairan susu dari duktus laktiferus yg disbt kolustrum, berwarna kuning-putih susu
3. Hipervaskularisasi pd permukaan dan bagian dalam dimana vena berdilatasi sehingga tampak jelas
4. Setelah persalinan pengaruh supresi estrogen dan progesteron hilang, maka timbul pengaruh
hormon laktogenik (LH) atau prolaktin yg akan merangsang pengeluaran ASI
Refleks penting pd laktasi:
1. Rooting refleks; apabila disentuh pipinya bayi akan menoleh ke arah sentuhan dan apabila bibirnya
disentuh bayi akan membuka mulut dan mencari puting ibunya untk menyusu
2. Refleks mengisap; bila langit-langit disentuh maka bayi akan langsung mengisap
3. Refleks menelan; terjadi bila terdapat cairan pd rongga muut misalnya ASI
Keuntungan Pemberian ASI
1. Mempromosikan keterikatan emosional ibu dan bayi
2. Memberikan kekebalan pasif segera kepada bayi melalui kolostrum
3. Merangsang kontraksi uterus
4. Pemberian ASI segera dapat merangsang produksi ASI, memperkuat refleks menghisap bayi
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh dua refleksi yaitu:
1. Refleksi prolaktin, sewaktu bayi menyusu, rangsangan dan ujung saraf sensorik pd puting susu akan
dikirim ke hipotalamus yg akan merangsang sel dan kelenjar payudara untk memproduksi ASI
2. Let down refleksi; keluarnya ASI karena kontraksi mioepitel spilling ductus lactiferus dgn pengarh
oksitosin, terjadinya refleks ini dipengaruhi oleh jiwa ibu, melalui refleks ini terjadi kontraksi rahim yg
membantu lepasnya plasenta dan megurangi perdarahan
3. Pengeluaran ASI dipengaruhi oleh dua stimulus yaitu melihat dan mendegar bayi menangis
Komponen ASI menurut stadium laktasi:
1. kolustrum, di produksi 1-3 hr masa laktasi
2. ASI transisi/peralihan, diproduksi pd hr ke 4-10 laktasi
3. ASI matur, diproduksi setelah hari ke 10 dgn komposisi relatif konstan
Pedoman Pemberian ASI :
1. Mulai menyusui segera setelah bayi lahir
2. Jangan berikan makanan dan minuman lain kepada bayi
3. Berikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan
4. Berikan ASI sesuai dorongan alamiahnya baik siang maupun malam sesering bayi
mengiinginkannya selama 24 jam
TEHNIK MENYUSUI
1. Persiapan Alat :
a. Kain kassa
b. Nierbekken
c. Air hangat
2. Persiapan bayi dan ibunya :
a. Bayi dirapikan kemudian beri identitas bayi
b. Ibu diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan
c. Ibu disiapkan dalam keadaan bersih dan rapih
3. Tehnik menyusui yang benar
a. Terlebih dahului cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui
b. Putting susu dibersihkan dengan menggunakan kain kasa kemudian asi dikeluarkan sedikit lalu
dioleskan pada putting susu dan areola
c. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara
Ibu duduk/berbaring dengan santai. Bila duduk menggunakan kursi yang rendah agar
kaki tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi
Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada
lingkaran siku ibu dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan
Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, kepala bayi menghadap payudara
Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis
d. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas danjari lainnya menopang dibawah, jangan menekan
putting susu atau areolanya saja
e. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan cara:
Menyentuh pipi bayi dengan putting susu
Menyentuh sisi mulut bayi
f. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu, putting serta
areola dilmasukkan kedalam mulut bayi
g. Menyusui pada satu payudara sebaiknya sampai terasa kosong, baru kemudian di pindah ke
payudara yang lain
h. Melepas isapan bayi
Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi, atau dagu bayi ditekan ke
bawah
i. Menyendawakan :
Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu atau tidur tengkurap di pangkuan ibu
kemudian punggungnya ditepuk-tepuk perlahan sampai terdengar suara sendawa dari
mulutnya
LEMBAR CHECKLIST TEHNIK MENYUSUI
No Aspek Yang Dinilai Checklist
0 1 2
1. Persiapkan alat :
a. Kain kassa
b. Nierbekken
c. Air hangat
2 Persiapan bayi dan ibunya :
a. Perkenalkan diri kepada ibu
b. Ibu diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan
c. Minta Persetujuan ibu
d. Bayi dirapikan kemudian diberikan kepada ibu untuk disusukan
3 Terlebih dahului cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui
4 Putting susu dibersihkan dengan menggunakan kain kasa kemudian asi dikeluarkan
sedikit lalu dioleskan pada putting susu dan areola
5. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara
a. Ibu duduk/berbaring dengan santai.
b. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak
pada lingkaran siku ibu dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan
c. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, kepala bayi menghadap
payudara
d. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis
Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut
6. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas danjari lainnya menopang dibawah, jangan
menekan putting susu atau areolanya saja
7. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu,
putting serta areola dilmasukkan kedalam mulut bayi
8. Menyusui pada satu payudara sebaiknya sampai terasa kosong, baru kemudian di pindah
ke payudara yang lain
9. Lepaskan Isapan bayi dengan cara Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui
sudut mulut bayi, atau dagu bayi ditekan ke bawah
10. Senyendawakan bayi dengan cara bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu
atau tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuk-tepuk perlahan
sampai terdengar suara sendawa dari mulutnya
PERAWATAN PAYUDARA IBU POST PARTUM
A. Pengertian
Perawatan payudara adalah kegiatan melakukan perawatan payudara ibu setelah persalinan
dengan melakukan massage pada kedua payudara ibu secara bergantian
B. PERSIAPAN ALAT
Baki berisi ;
1. Kapas
2. Kom
3. Handuk besar 2 buah
4. Minyak kelapa 10 cc dalam tempatnya (baby oil)
5. Waslap 2 buah
6. Pompa payudara dan botol susu
7. Air dimgin dan air hangat dalam Waskom
C. Tujuan :
1. Memperlancar sirkulasi darah
2. Memperlancar produksi ASI
3. Mencegah tejadinya bendungan ASI
D. Prosedur kerja
1. Ucapkan salam
2. Ciptakan suasana membantu dan menyenangkan
3. Dengan sopan persilahkan ibu untuk mengatur posisi
4. Membuka pakaian ibu sendiri atau dengan bantuan
5. Menyampaikan tujuan perawatan payudara
6. Alat-alat didekatkan kepada ibu
7. Cuci tangan
8. Membersihkan putting susu
a. Kasa direndam dengan air
b. Putting susu dibersihkan denga kainkasa basah air masak
c. Keringkan dengan handuk
d. Lakukan sebelum dan sesudah menyusui
9. Pengurutan/ massage payudara
a. Satu handuk dilatakkan di punggung dan satu handuk diletakkan dibawah payudara
ibu/di atas daerah paha
b. Kedua telapak tangan diberi minyak
c. Payudara kiri di urut dengan tangan kiri dan payudara kanan di urut dengan tangan
kanan (jika ibu melaksanakan sendiri), jika dilakukan oleh perawat payudara kiri di urut
dengan tangan kiri dan payudara kanan di urut dengan tangan kanan, dengan cara
pengurutan dari tengah di putar ke samping terus ke bawah secara perlahan dan
halusserta observasi reaksi dari ibu dan pengeluaran ASI. Lakukan 10-15 kali
d. Tangan kiri menopang atau menyangga payudara, lakukan pengurutan dengan bagian
pinggir telapak tangan kanan mulai dari pangkal sampai areola mammae. Selanjutnya
tangan kanan menopang atau menyangga payudara kiri dan lakukan pengurutan
dengan bagian pinggiran telapak tangan kiri mulai dari pangkal sampai areola. Lakukan
10-15 kali
e. Posisi sama dengan pengurutan yang pertama, pengurutan dilakukan dengan
menggunakan ruas jari tangan. Lakukan 10-15 kali
f. Lakukan mandi air hangat dengan menggunakan waslap. Usap kedua payudara
lakukan 10 kali secara bergantian dan diakhiri dengan air dingin
g. Payudara dikeringkan/ lap pakai handuk yang berada pada bagian punggung
h. Handuk di daerah punggung dan di bawah payudara di lipat dan alat-alat dibersihkan
dan dibereskan
i. Ibu pakai baju sendiri atau dibantu oleh perawat
j. Cuci tangan
LEMBAR CHECKLIST TEHNIK PERAWATAN PAYUDARA IBU POST PARTUM
No Aspek Yang Dinilai Checklist
0 1 2
1 Persiapkan alat :
Baki berisi ;
a. Kapas
b. Kom
c. Handuk besar 2 buah
d. M inyak kelapa 10 cc dalam tempatnya (baby oil)
e. Waslap 2 buah
f. Pompa payudara dan botol susu
g. Air dimgin dan air hangat dalam Waskom
Prosedur kerja
Ucapkan salam
2
3 Ciptakan suasana membantu dan menyenangkan
4 Dengan sopan persilahkan ibu untuk mengatur posisi
5 M embuka pakaian ibu sendiri atau dengan bantuan
6 M enyampaikan tujuan perawatan payudara
7 M inta persetujuan ibu sebelum melakukan tindakan
8 Alat-alat didekatkan kepada ibu
9 Cuci Tangan
10 M embersihkan putting susu
a. Kasa direndam dengan air
b. Putting susu dibersihkan denga kainkasa basah air masak
c. Keringkan dengan handuk
d. Lakukan sebelum dan sesudah menyusui
11 Pengurutan/ massage payudara
a. Satu handuk dilatakkan di punggung dan satu handuk diletakkan dibawah payudara ibu/di atas
daerah paha
b. Kedua telapak tangan diberi minyak
c. Payudara kiri di urut dengan tangan kiri dan payudara kanan di urut dengan tangan kanan (jika
ibu melaksanakan sendiri), jika dilakukan oleh perawat payudara kiri di urut dengan tangan kiri
dan payudara kanan di urut dengan tangan kanan, dengan cara pengurutan dari tengah di putar
ke samping terus ke bawah secara perlahan dan halusserta observasi reaksi dari ibu dan
pengeluaran ASI. Lakukan 10-15 kali
d. Tangan kiri menopang atau menyangga payudara, lakukan pengurutan dengan bagian pinggir
telapak tangan kanan mulai dari pangkal sampai areola mammae. Selanjutnya tangan kanan
menopang atau menyangga payudara kiri dan lakukan pengurutan dengan bagian pinggiran
telapak tangan kiri mulai dari pangkal sampai areola. Lakukan 10-15 kali
e. Posisi sama dengan pengurutan yang pertama, pengurutan dilakukan dengan menggunakan
ruas jari tangan. Lakukan 10-15 kali
12 Lakukan mandi air hangat dengan menggunakan waslap. Usap kedua payudara lakukan 10 kali
secara bergantian dan diakhiri dengan air dingin
13 Payudara dikeringkan/ lap pakai handuk yang berada pada bagian punggung
14 Handuk di daerah punggung dan di bawah payudara di lipat dan alat-alat dibersihkan dan dibereskan
15 Ibu pakai baju sendiri atau dibantu oleh perawat
16 Perawat mencuci tangan setelah kegiatan selesai
MEMASANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)
A. Persiapkan alat :
1. Kapas savlon dalam com
2. Korentang
3. Handscoon steril
4. Speculum vagina
5. Uterus sonde
6. Penjepit portio
7. Alat AKDR (Lippes Loop, Cooper T, Multilood)
B. Keterampilan membina sambung rasa
1. Ucapkan salam
2. Perkenalkan diri kepada ibu
3. Ciptakan suasana membantu dan menyenangkan
4. Jelaskan prosedur tindakan kepada ibu
5. Minta persetujuan ibu terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan
6. Dengan sopan persilahkan ibu mengatur posisi/bantu ibu mengatur posisi
7. Membuka pakaian ibu sendiri atau dengan bantuan
C. Pemasangan AKDR
1. Lippes Loop
a. Memasang sarung tangan
b. Lippes loop sudah dimasukkan kedalam introdusor dari pangkal sampai mendekati ujung
proksimal
c. Tali AKDR dapat dipotong dahulu, sesuai dengan keinginan atau di potong setelah
pemasangan sependek mungkin untuk menghindari sentuhan penis dan untuk menghindari
infeksi
d. Lakukan desinfeksi dengan menggunakan kapas savlon
e. Membuka vulva atau jalan lahir dengan memakai speculum
f. Bersihkan jalan lahir dengan kapas savlon dengan memakai korentang
g. Mengukur jalan lahir dengan menggunakan uterus sonde
h. Mamasang busi mengukur besarnya jalan lahir
i. Portio dijepit dengan memakai penjepit portio
j. Introduser dimasukkan ke dalam rahim, sesuai dengan hasil ukur dengan menggunakan
uterus sonde
k. Pendorong AKDR dimasukkan kedalam introdusor untuk mendorng hingga lippes loop
terpasang
l. Setelah terpasang maka introdusor dan lippes loop ditarik keluar bersama pendorongnya
m. Speculum di buka dilanjutkan periksa dalam
n. Member informasi pada pasien follow up
o. Sarung tangan di buka dan alat dibereskan
2. Cupper T Sevev Cupper
a. Memasang sarung tangan
b. Melakukan desinfeksi dengan menggunakan kapas savlon
c. Membuka vulva/jalan lahir dengan menggunakan speculum
d. Bersihkan jalan lahir dengan kapas savlon dengan menggunakan korentang
e. Mengukur dalam rahim dengan menggunakan uterus sonde
f. Memasang busi mengukur besarnya jalan lahir
g. Porsio di jepit dengan memakai penjepit porsio
h. AKDR ini telah tersedia dalam bentuk steril lalu bukalah sampulnya
i. AKDR dimasukkan kedalam indusor melalui ujungnya sampai mencapai batas tertentu
dengan menggunakan sarung tangan
j. Indusor dengan AKDR terpasang dimasukkan kedalam rahim sampai menyentuh fundus uteri
kemudian ditarik sedikit
k. Pendorong selanjutnya mendorong AKDR hingga terpasang
l. Indusor dan pendorongnya ditarik keluar
m. Speculum diguka dilanjutkan periksa dalam
n. Memberikan informasi untuk melakukan follow up secara rutin
o. Sarung tangan dibuka alat dibereskan
3. Multilood atau Medusa
a. Memasang sarung tangan
b. Melakukan desinfeksi dengan menggunakan kapas savlon
c. Membuka vulva/jalan lahir dengan memakai speculum
d. Bersihkan jalan lahir dengan kapas savlon dengan memakai korentang
e. Mengukur dalam rahim dengan menggunakan uterus sonde
f. Memasang busi mengukur besarnya jalan lahir
g. Portio dijepit dengan menggunakan penjepit portio
h. Pembungkus AKDR dibuka menjelang pemasangan
i. Tehnik pemasangan langsung dengan mendorong sampai mencapai fundus uteri tanpa
berhenti
j. Setelah mencapai fundus uteri indusor di tarik keluar
k. Speculum dikeluarkan dilanjutkan dengan pemeriksaan dalam
l. Member informasi untuk melakukan follow up rutin
m. Sarung tangan di buka dan alat dibereskan
LEMBAR CHECKLIST TEHNIK PEMASANGAN ALAT KONTASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)
No Aspek Yang Dinilai Checklist
0 1 2
1. Persiapkan alat :
a. Kapas savlon dalam com
b. Korentang
c. Handscoon steril
d. Speculum vagina
e. Uterus sonde
f. Penjepit portio
g. Alat AKDR (Lippes Loop, Cooper T, Multilood)
2 Kegiatan membina sambung rasa dengan ibu
a. Ucapkan salam
b. Perkenalkan diri kepada ibu
c. Ciptakan suasana membantu dan menyenangkan
d. Jelaskan prosedur tindakan kepada ibu
e. Minta persetujuan ibu terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan
f. Dengan sopan persilahkan ibu mengatur posisi/bantu ibu mengatur posisi
g. Membuka pakaian ibu sendiri atau dengan bantuan
3 Terlebih dahului cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui
4 Pasang Handscoon steril
5. Lippes Loop
a. Lippes loop sudah dimasukkan kedalam introdusor dari pangkal sampai mendekati
ujung proksimal
b. Tali AKDR dapat dipotong dahulu
c. Lakukan desinfeksi dengan menggunakan kapas savlon
d. Membuka vulva atau jalan lahir dengan memakai speculum
e. Bersihkan jalan lahir dengan kapas savlon dengan memakai korentang
f. Mengukur jalan lahir dengan menggunakan uterus sonde
g. Mamasang busi mengukur besarnya jalan lahir
h. Portio dijepit dengan memakai penjepit portio
i. Introduser dimasukkan ke dalam rahim, sesuai dengan hasil ukur dengan
menggunakan uterus sonde
j. Pendorong AKDR dimasukkan kedalam introdusor untuk mendorong hingga lippes
loop terpasang
k. Setelah terpasang maka introdusor dan lippes loop ditarik keluar bersama
pendorongnya
l. Speculum di buka dilanjutkan periksa dalam
m. Member informasi pada pasien follow up
n. Sarung tangan di buka dan alat dibereskan
6 Cupper T Sevev Cupper
a. Memasang sarung tangan
b. Melakukan desinfeksi dengan menggunakan kapas savlon
c. Membuka vulva/jalan lahir dengan menggunakan speculum
d. Bersihkan jalan lahir dengan kapas savlon dengan menggunakan korentang
e. Mengukur dalam rahim dengan menggunakan uterus sonde
f. Memasang busi mengukur besarnya jalan lahir
g. Porsio di jepit dengan memakai penjepit porsio
h. AKDR ini telah tersedia dalam bentuk steril lalu bukalah sampulnya
i. AKDR dimasukkan kedalam indusor melalui ujungnya sampai mencapai batas
tertentu dengan menggunakan sarung tangan
j. Indusor dengan AKDR terpasang dimasukkan kedalam rahim sampai menyentuh
fundus uteri kemudian ditarik sedikit
k. Pendorong selanjutnya mendorong AKDR hingga terpasang
l. Indusor dan pendorongnya ditarik keluar
m. Speculum diguka dilanjutkan periksa dalam
n. Memberikan informasi untuk melakukan follow up secara rutin
o. Sarung tangan dibuka alat dibereskan
7 Multilood atau Medusa
a. Memasang sarung tangan
b. Melakukan desinfeksi dengan menggunakan kapas savlon
c. Membuka vulva/jalan lahir dengan memakai speculum
d. Bersihkan jalan lahir dengan kapas savlon dengan memakai korentang
e. Mengukur dalam rahim dengan menggunakan uterus sonde
f. Memasang busi mengukur besarnya jalan lahir
g. Portio dijepit dengan menggunakan penjepit portio
h. Pembungkus AKDR dibuka menjelang pemasangan
i. Tehnik pemasangan langsung dengan mendorong sampai mencapai fundus uteri
tanpa berhenti
j. Setelah mencapai fundus uteri indusor di tarik keluar
k. Speculum dikeluarkan dilanjutkan dengan pemeriksaan dalam
l. Member informasi untuk melakukan follow up rutin
m. Sarung tangan di buka dan alat dibereskan
TEHNIK M ENYUSUI
Alat dan Bahan
d. Kain kassa
e. Nierbekken
f. Air hangat
Nama M ahasiswa :
Nim :
No Aspek Yang Dinilai Checklist
0 1 2
Persiapan bayi dan ibunya :
Bayi dirapikan kemudian beri identitas bayi
Ibu diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan
Ibu disiapkan dalam keadaan bersih dan rapih
Tehnik menyusui yang benar
Terlebih dahului cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui
Putting susu dibersihkan dengan menggunakan kain kasa kemudian asi dikeluarkan sedikit lalu
dioleskan pada putting susu dan areola
Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara
Ibu duduk/berbaring dengan santai. Bila duduk menggunakan kursi yang rendah agar kaki tidak
tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi
Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lingkaran
siku ibu dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan
Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, kepala bayi menghadap payudara
Telinaga dan lengan bayi terletak pada satu garis
Payudara dipegang dengan ibu jari di atas danjari lainnya menopang dibawah, jangan menekan
putting susu atau areolanya saja
Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan cara:
M enyentuh pipi bayi dengan putting susu
M enyentuh sisi mulut bayi
Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu, putting serta
areola dilmasukkan kedalam mulut bayi
M enyusui pada satu payudara sebaiknya sampai terasa kosong, baru kemudian di pindah ke
payudara yang lain
Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi, atau dagu bayi ditekan ke
bawah
Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu atau tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudian
punggungnya ditepuk-tepuk perlahan sampai terdengar suara sendawa dari mulutnya
Pedoman Umum
1. Lakukan pemeriksaan fisik di ruangan yang hangat, nyaman, dan tidak menstimulasi
a. Lepaskan pakaian hanya pada area yang akan diperiksa, untuk mencegah kehilangan panas, kecuali
jika bayi baru lahir berada di bawah sumber panas seperti radian penghangat
b. Lakukan berurutan (head to toe) dengan pengecualian berikut :
Lakukan semua prosedur yang memerlukan observasi ketat (posisi, sikap), kemudian lanjutkan
dengan prosedur ringan seperti mengauskultasi paru, jantung dan abdomen
Lakukan prosedur yang mengganggu, seperti memeriksa reflex pada tahap akhir
Ukur kepala, dada dan panjang sekaligus membandingkan hasil
c. Lakukan dengan cepat untuk menghindari membuat stress bayi
d. Periksa apakah peralatan dan bahan telah tersedia dan dapat di gunakan
e. Beri kenyamanan kepada bayi selama dan setelah pemeriksaan jika ia marah
Bicara lembut
Pegang tangan bayi diatas dadanya
Peluk
Letakkan jari-jari tangan pada ligament inguinal disekitar pertengahan antara simfisi pubis
dan Krista iliaka
Teraba denyut secara bergantian pada kedua sisi (Pulsasi femoral harus sama kuat)
Frekuensi nafas, hitung satu menit : Normal 30-60 x/m
Saat tidur, cenderung dangkal
Saat terjaga, kecepatan dan kedalaman nafas tidak teratur
Seharusnya tidak ada bunyi yang terdengar saat inspirasi atau ekspirasi
Pantau apnea : Saat tidur, cenderung dangkal
Pantau suara nafas yang bisa di dengar tanpa stetoskop
Observasi usaha napas
Suhu (aksila) : 36,5 – 37 derajat celcius
Tekanan darah (biasanya dikaji hanya jika diduga ada masalah)
1) Pada waktu lahir sistolik : 60-80 mmHg, Diastolik : 40-50 mmHg
2) Setelah 10 hari sitolik : 95-100 mmHg, Diastolik : sedikit meningkat
BERAT BADAN
Letakkan kain pelindung dan atur skala ketitik nol
Timbang pada waktu yang sama setiap hari
Lindungi supaya tidak terkena panas
Temuan rata-rata ;
1) Berat badan 2,5 – 4 kg
2) Berat badan dalam 2 mg pertama sama dengan berat badan lahir
PANJANG BADAN
diukur dari ujung kepala sampai tumit (Temuan rata-rata : 48 cm- 52 cm)
LINGKAR KEPALA
Ukur kepala pada diameter terbesar yaitu oksipitofrontalis
Dilakukan pada hari kedua atau ketiga setelah molage dan kaputsuksedanum mereda
Temuan rerata
1) Normal 33 cm-35 cm
2) Lingkar kepala dan lingkar dada hamper sama selama satu sampai dua hari
Lingkar dada; ukur pada garis dada N ; 30 cm -33 cm
Lingkar abdomen; ukur di bawah umbilicus, ukan sama dengan lingkar dada
INTEGUM EN
a. Warna
Pada saat lahir warna terang, menggembung dan halus, pada hari kedua dan ketiga
merah muda, mengelupas dan kering
b. Perubahan warna normal
Akrosianosis (sianosis tangan dan kaki)
Kutis marmorata 9motting sementara ketika bayi terpapar suhu rendah
c. Periksa adanya ikterik;
Tidak ada saat bayi lahir
Ikyerik neonates nampak setelah 48 jam
d. Verniks kaseosa
Observasi jumlah, warna dan baunya sebelu dimandikan atau dilap
Jika tidak terlihat dipermukaan tubuh, periksa di aksila dan lipatan paha
Normalnya keputihan seperti keju, tidak berbau
e. Lanugo
Inspeksi rambut yang halus, jumlah dan distribusi
Di daerah bahu, pinna telinga, dahi
Tanda lahir; hiperpigmentasi sementara pada ariola,n genitalia, linea nigra
KEPALA
a. Inspeksi bentuk dan ukuran
palpasi, infeksi dan ukur fontanel
Besarnya seperempat panjang tubuh
M olase
Fontanel harus dtar, lunak dan padat
Fontanel anterior : seperti berlian , 5 cm. meningkat setelah molase berkurang
Fontanel posterior; segitiga, lebih kecil dari anterior
b. Palpasi satura
Inspeksi pola distribusi, jumlah rambut, raba tekstur
Teraba tidak menyatu
Keperakan, helai rambut satu-satu, menempel datar pada kulit kepala
Pola pertumbuhan menuju muka dan leher
M ATA
a. Warna ; Agak abu-abu,biru gelap, coklat
b. Kelopak mata
Kelopak biasanya edema
Lipatan epikantus
Resfleks mengedip
c. Bentuk dan ukuran ; ukuran berbentuk simetris
d. Rabas; tidak ada
e. Bola mata
Tidak ada air mata
Bola mata bulat
Ukuran sama dan padat
f. Gerakan bola mata
Acak, menyentak, tidak sama
Dapat focus sebentar
Dapat melihat kea rah garis tegah
g. Pupil; ada, ukuran sama, bereaksi terhadap cahaya
TELINGA
a. Observasi ukuran letak, jumlah kartilago, kanal auditori terbuka
b. Puncak pinna berada pada garis horizontal bersama bagian luar kantus mata
c. Pinna lentur, adanya kartilago
HIDUNG
Observasi bentuk letak kepatenan, kungfigurasi tulang hidung
a. Garis tengah
b. Tampak tidak ada tulang hidung, datar, lebar
c. Terdapat sedikit makmus (putih encer)
d. Bersin
M ULUT
Gerakan bibir simetris
Gusi merah muda
Lidah tidak menonjol, bergerak bebas, bentuk dan gerakan simetris
Palatum lunak, keras, utuh
Uvula digaris tengah
Saliva minimal atau tidak ada
Celah didagu
Reflex mengisap
Reflex rooting
Reflex ekstruksi
LEHER
Pendek
Kepala dapat bergerak kesatu sisi kesisi yang lain dan bebas melakukan ekstensi dan fleksi
DADA
Bentuk hamper bulat, bentuk tong
Diameter anteriorposterior dan lateral sama
Gerakan dada simetris, gerakan dada dan perut secara sinkron dengan pernafasan
Retraksi sterna sedikit terlihat saat inspirasi
Putting susu menonjol, sudah terbentuk dengan baik, letak simetris
Nodul payudara : kira-kira 6 mm pada bayi cukup bulan
Bentuk hamper bulat, bentuk tong
Diameter anteriorposterior dan lateral sama
Gerakan dada simetris, gerakan dada dan perut secara sinkron dengan pernafasan
Retraksi sterna sedikit terlihat saat inspirasi
Putting susu menonjol, sudah terbentuk dengan baik, letak simetris
Nodul payudara : kira-kira 6 mm pada bayi cukup bulan
ABDOM EN
a. Tali pusat
1) Putih keabuan
2) dua arteri, satu vena
3) batas antara tali pusat dan kulit jelas
4) tidak berbau
5) Kering di di di dasar
6) Klem tali pusat tetap ditempatnya selama 24 jam
b. Inspeksi ukuran abdomen dan palpasi kontur abdomen
1) Bulat, menonjol , berbentuk seperti kubah karna otot-otot abdomen belum
berkembang sempurna
2) Hepar dapat di raba 2-3 cm di bawah batas iga kanan
3) Ginjal dapat diraba 1-2 cm di atas umbilicus
4) Tidak teraba massa
5) Tidak distensi
6) Bising usus terdengar satu sampai dua jam setelah lahir
7) M ekonium keluar 24-48 jam setelah lahir
GENITALIA PRIA
a. M eatus urinarius; diujung penis
b. Prepusium; menutupi glans penisvdan tidak dapat menarik kebelakang
c. skrotum; besar,edema, tertutup rugae, pendulosa
d. testis; teraba pada setiap sisi
e. berkemih; berkemih dalam 24 jam
GENITALIA WANITA
1) Klitoris; biasanya edema
2) Libia mayora; biasanya edema, menutupi labia minora
3) Labia minora;keluar dari libia mayora
4) Vagina
Orifisium terbuka
Rabas mukoid
Terdapat hymen
5) M eatus urinarius
Di bawah klitoris, sulit dilihat, perhatikan saat berkemih
Verniks kaseosa di antara labia
EKSTREM ITAS
a. Fleksi ekstremitas atas dan bawah
b. Sepuluh jari tangan dan kaki
c. Rentang gerak penuh
d. Femur utuh
e. Punggung kuku merah muda, sianosis sementara segera setelah lahir
f. Telapak kaki bergaris normal
g. Telapak kaki tampak datar
h. Fleksi ekstremitas atas dan bawah
i. Sepuluh jari tangan dan kaki
j. Rentang gerak penuh
k. Femur utuh
l. Punggung kuku merah muda, sianosis sementara segera setelah lahir
m. Telapak kaki bergaris normal
n. Telapak kaki tampak datar
PUNGGUNG
a. Tulang punggung lurus dan mudah fleksi
b. Spinal utuh, tidak ada lubang, massa atau kurva menonjol
c. Bayi dapat mengangkat dan menahan kepala sebentar saat tengkurap
d. Bahu, scapula, dan Krista iliaka harus berada pada bidang yang sama
e. Tulang punggung lurus dan mudah fleksi
f. Spinal utuh, tidak ada lubang, massa atau kurva menonjol
g. Bayi dapat mengangkat dan menahan kepala sebentar saat tengkurap
h. Bahu, scapula, dan Krista iliaka harus berada pada bidang yang sama
ANUS
a. Satu anus dengan tonus sfingter yang baik
b. Pengeluaran mekonium dalam 24 jam
c. Reflex “berkedut” sfingter yang baik
d. M ekonium diikuti tinja berwarna kuning dan lunak
APGAR SCORE BAYI BARU LAHIR
1. Pemeriksaan APGAR Score bayi baru lahir adalah pemeriksaan warna kulit, denyut jantung,
refleks, tonus otot, dan respirasi
2. Tujuan : Sebagai acuan penerapan langkah -langkah pemeriksaan APGAR score pada bayi
baru lahir Kebijakan Setiap bayi baru lahir harus dilakukan pemeriksaan APGAR score
3. Persiapan Alat :
Stetoskop 1 buah
Sarung tangan bersih 1 pasang
Masker 1 buah
Apron 1 buah
4. Prosedur kerja
Cuci tangan
Bebaskan jalan nafas dengan suctioning pada bayi
Pastikan bayi dengan keadaan hangat
Ukur vital sign
Ukur APGAR score jika bayi telah stabil
Cek identitas bayi
INTERAKSI Orientasi
1. Memberi salam pada ibu bayi atau keluarga
2. Memperkenalkan diri
3. Mengklarifikasi nama bayi
4. Jelaskan tujuan tindakan kepada keluarga
5. Memastikan lingkungan hangat dan terang
6. Meletakkan alat yang mudah dijangkau
Kerja
1. Memberi kesempatan pada ibu bayi untuk bertanya sebelum dimulai
2. Mencuci tangan
3. Memakai apron, masker, dan sarung tangan
4. Meletakkan bayi di tempat yang rata
5. Periksa APGAR score bayi secara sistematis sebagai berikut :
a.Pulse/ Denyut jantung bayi dengan cara :
Inspeksi : inspeksi denyut jantung di sebelah kiri garis clavicular ; sela iga kelima
MEMASANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)
Nama M ahasiswa:
Nim :
No Aspek Yang Dinilai Checklist
0 1 2
Ucapkan salam
Ciptakan suasana membantu dan menyenangkan
Dengan sopan persilahkan ibu mengatur posisi
M embuka pakaian ubu sendiri atau dengan bantuan
Lippes Loop
M emasang sarung tangan
Lippes loop sudah dimasukkan kedalam introdusor dari pangkal sampai mendekati ujung proksimal
Tali AKDR dapat dipotong dahulu, sesuai dengan keinginan atau di potong setelah pemasangan
sependek mungkin untuk menghindari sentuhan penis dan untuk menghindari infeksi
Lakukan desinfeksi dengan menggunakan kapas savlon
M embuka vulva atau jalan lahirdengan memakai speculum
Bersihkan jalan lahir dengan kapas savlon dengan memakai korentang
M engukur jalan lahir dengan menggunakan uterus sonde
M amasang busi mengukur besarnya jalan lahir
Portio dijepit dengan memakai penjepit portio
Introduser dimasukkan ke dalam rahim, sesuai dengan hasil ukur dengan menggunakan uterus
sonde
Pendorong AKDR dimasukkan kedalam introdusor untuk mendorng hingga lippes loop terpasang
Setelah terpasang maka introdusor dan lippes loop ditarik keluar bersama pendorongnya
Speculum di buka dilanjutkan periksa dalam
M ember informasi pada pasien follow up
Sarung tangan di buka dan alat dibereskan
CUPPER T SEVEV CUPPER
M emasang sarung tangan
M elakukan desinfeksi dengan menggunakan kapas savlon
M embuka vulva/jalan lahir dengan menggunakan speculum
Bersihkan jalan lahir dengan kapas savlon dengan menggunakan korentang
M engukur dalam rahim dengan menggunakan uterus sonde
M emasang busi mengukur besarnya jalan lahir
Porsio di jepit dengan memakai penjepit porsio
AKDR ini telah tersedia dalam bentuk steril lalu bukalah sampulnya
AKDR dimasukkan kedalam indusor melalui ujungnya sampai mencapai batas tertentu dengan
menggunakan sarung tangan
Indusor dengan AKDR terpasang dimasukkan kedalam rahim sampai menyentuh fundus uteri
kemudian ditarik sedikit
Pendorong selanjutnya mendorong AKDR hingga terpasang
Indusor dan pendorongnya ditarik keluar
Speculum diguka dilanjutkan periksa dalam
M emberikan informasi untuk melakukan follow up secara rutin
Sarung tangan dibuka alat dibereskan
M ULTILOOD ATAU M EDUSA
M emasang sarung tangan
M elakukan desinfeksi dengan menggunakan kapas savlon
M embuka vulva/jalan lahir dengan memakai speculum
Bersihkan jalan lahir dengan kapas savlon dengan memakai korentang
M engukur dalam rahim dengan menggunakan uterus sonde
M emasang busi mengukur besarnya jalan lahir
Portio dijepit dengan menggunakan penjepit portio
Pembungkus AKDR dibuka menjelang pemasangan
Tehnik pemasangan langsung dengan mendorong sampai mencapai fundus uteri tanpa berhenti
Setelah mencapai fundus uteri indusor di tarik keluar
Speculum dikeluarkan dilanjutkan dengan pemeriksaan dalam
M ember informasi untuk melakukan follow up rutin
Sarung tangan di buka dan alat dibereskan
PENGKAJIAN FISIK PADA BAYI DAN ANAK
1. Pengertian
Pengkajian fisik adalah proses berkelanjutan yang dimulai selama wawancara terutama dengan
menggunakan inspeksi/observasi. Selama pemeriksaan yang lebih formal, alat-alat untuk perkusi,
palpasi dan auskultasi ditambahkan untuk memantapkan dan menyaring pengkajian system tubuh.
Seperti pada pengkajian riwayat kesehatan, objektif dari pengkajian fisik adalah untuk merumuskan
diagnosa keperawatan dan mengevaluasi keefektifan intervensi terapeutik.
2. Tujuan
Tujuan dari pemeriksaan fisik adalah untuk memperoleh informasi yang akurat tentang keadaan fisik
pasien. Karena sifat alamiah bayi dan anak, urutan pemeriksaan tidak harus mengikuti sistematika yang
lazim dilakukan pada orang dewasa.
3. Cara Pendekatan dan Pemeriksaan
Pendekatan dalam pemeriksaan fisik tergantung pada umur dan keadaan anak. Pada umumnya bayi
dan anak kecil akan merasa lebih aman dan rasa takutnya berkurang dengan kehadiran orang tua,
terutama ibu.
Cara pemeriksaan bayi dan anak pada umumnya sama dengan orang dewasa yaitu dimulai dengan
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pada keadaan tertentu, urutan pemeriksaan tidak harus
demikian. Pada bayi dan anak kecil, setelah inspeksi umum, dianjurkan untuk melakukan auskultasi
abdomen (untuk mendengarkan bising usus) serta auskultasi jantung (untuk mendengarkan karakteristik
bunyi dan bising jantung). Hal ini disebabkan karena apabila anak menangis, bising usus dapat
meningkat dan bising jantung sulit dinilai).
FORMAT PENILAIAN
PEMERIKSAAN FISIK KEPALA BAYI DAN ANAK
3. Evaluasi
Simpulkan hasil pemeriksaan
Penyimpangan dari normal
4. Dokumentasi
Catat respon klien
Catat semua hasil pemeriksaan
Catat nama perawat, waktu dan tindakan yang
dilakukan
NILAI :
PENILAI :
FORMAT PENILAIAN
PEMERIKSAAN LEHER PADA BAYI DAN ANAK
NO ITEM PENILAIAN DILAKSANAKAN
YA TIDAK
1. Persiapan
Persiapan alat
Tangan yang hangat
Sumber cahaya yang terang
Persiapan klien
Beritahukan keluarga dan klien tentang prosedur yang
akan dilakukan
Jaga privasi klien
Atur posisi yang nyaman untuk klien
2. Pelaksanaan
Cuci tangan
Inspeksi dan palpasi leher
Trakea : palpasi adanya deviasi, letakkan ibu jari dan
jari telunjuk pada setiap sisi dan gerakkan jari ke depan
dan ke belakang
Tiroid : perhatikan ukuran, bentuk, kesimetrisan, nyeri
tekan, nodul, rasakan ismus naik ketika menelan
Arteri carotis : palpasi di kedua sisi
Pada bayi : periksa tonic neck reflex dan neck righting
reflex
3. Evaluasi
Simpulkan hasil pemeriksaan
Penyimpangan dari normal
4. Dokumentasi
Catat respon klien
Catat penyimpangan dari normal
Catat nama perawat, waktu dan tindakan yang
dilakukan
NILAI :
PENILAI :
FORMAT PENILAIAN
PEMERIKSAAN FISIK PADA MATA
3. Evaluasi
Simpulkan hasil pemeriksaan
Penyimpangan dari normal
4. Dokumentasi
Catat respon klien
Catat penyimpangan dari normal
Catat nama perawat, waktu dan tindakan yang
dilakukan
NILAI :
PENILAI :
FORMAT PENILAIAN
PEMERIKSAAN TELINGA PADA BAYI DAN ANAK
NO ITEM PENILAIAN DILAKSANAKAN
YA TIDAK
1. Persiapan
Persiapan alat
Mistar
Otoskop
Garpu tala
Penlight
Persiapan klien
Beritahukan keluarga dan klien tentang prosedur yang akan
dilakukan
Jaga privasi klien
Atur posisi yang nyaman untuk klien
Dekatkan alat-alat dengan klien
2. Pelaksanaan
Cuci tangan
Bayi atau anak dibaringkan ke atas tempat tidur
Pada bayi baru lahir :
Inspeksi posisi pinna (penempatan dan kesejajaran)
Observasi tanda umum pinna
Perhatikan adanya lubang-lubang abnormal, penebalan kulit atau
sinus
Inspeksi posisi gendang telinga, tarik pinna ke bawah dan ke
belakang
Kaji reflex moro dan reflex startle
Pada anak
Inspeksi kesejajaran pinna : ukur tinggi pinna dengan garis
imajiner dari orbit luar ke oksipital tengkorak, ukur sudut pinna
dengan menarik garis perpendicular dari garis horizontal imajiner
dan sejajarkan pinna
Observasi tanda umum pinna
Perhatikan adanya lubang-lubang abnormal, penebalan kulit atau
sinus
Inspeksi hygiene (bau, warna, rabas)
Inspeksi posisi gendang telinga, tarik pinna ke atas dan ke
belakang
Periksa struktur luar kanal dan telinga tengah dengan oftolmoskop
Kaji pendengaran
Tes Rinne : letakkan batang vibrasi dan garpu tala pada
lubang mastoid sampai anak tidak mendengar lagi
bunyinya, gerakkan garpu tala ke lubang telinga perawat
dan pastikan apakah masih terdengar bunyi atau tidak
Tes Weber : pegang garpu tala pada garis tengah kepala
3. Evaluasi
Simpulkan hasil pemeriksaan
Penyimpangan dari normal
4. Dokumentasi
Catat respon klien
Catat penyimpangan dari normal
Catat nama perawat, waktu dan tindakan yang dilakukan
NILAI :
PENILAI
FORMAT PENILAIAN
PEMERIKSAAN FISIK HIDUNG DAN MULUT PADA AANK
NO ITEM PENILAIAN DILAKSANAKAN
YA TIDAK
1. Persiapan
Persiapan alat
Senter/penlight
Spatel lidah
Spekulum hidung
Sarung tangan
Bengkok/tempat sampah
Persiapan klien
Beritahukan keluarga dan klien tentang prosedur y ang akan dilakukan
Jaga priv asi klien
Perhatikan suhu ruangan dan pencahay aan
Atur posisi y ang ny aman untuk klien
2. Pelaksanaan
Tangan peraw at dicuci sampai dengan siku
Pakai sarung tangan
Perhatikan struktur w ajah klien (kesimetrisan, deformitas, inflamasi)
Hidung
Inspeksi bentuk hidung dari luar, perhatikan gerakan cuping hidung
Tengadahkan kepala klien ke belakang, dorong ujung hidung ke atas dan
sinari lubang hidung dengan penlight, periksa adany a septum, arahkan
cahay a ke salah satu lubang hidung dan observ asi lew atny a sinar melalui
perforasi
Inspeksi keadaaan mukosa hidung. Perhatikan apakah ada dev iasi dan
perforasi, sekresi mukosa (meradang/pucat atau agak keabuan dan
membengkak), sekresi (purulen, berdarah atau cair), perdarahan,
obstruksi, ny eri fraktur dan pembengkakkan
Inspeksi keadaan sinus maksilaris
Pada bay i : kaji reflex glabelar
Mulut
Perhatikan bibir (simetris, w arna, tekstur, lesi )
Inspeksi gigi klien (jumlah, letak, motling, maloklusi, tumbuh terlambat
atau tidak, perubahan w arna y ang ny ata)
Inspeksi lidah (kering atau tidak, tekstur, w arna, lesi, massa, kemampuan
menggerakkan lidah)
Inspeksi palatum (w arna, terbelah atau tidak, terdapat perforasi atau
tidak)
Inspeksi epiglotis (w arna, pembengkakkan)
Inspeksi tonsil (ukuran, w arna, peradangan, eksudat)
Inspeksi oropharing (w arna, peradangan, ulserasi dan perdarahan)
Pada bay i : periksa intake, reflex mengedip, roting reflex , gag reflex ,
saliv a ev trution reflex ..
3. Ev aluasi
Simpulkan hasil pemeriksaan
Peny impangan dari normal
4. Dokumentasi
Catat respon klien
Catat peny impangan dari normal
Catat nama peraw at, w aktu dan tindakan y ang dilakukan
NILAI :
PENILAI :
FORMAT PENILAIAN
PEMERIKSAAN EKSTREMITAS PADA BAYI DAN ANAK
NO ITEM PENILAIAN DILAKSANAKAN
YA TIDAK
1. Persiapan
Persiapan klien
Beritahukan keluarga dan klien tentang prosedur y ang akan dilakukan
Jaga priv asi klien
Perhatikan suhu ruangan dan pencahay aan
Atur posisi y ang ny aman untuk klien (klien dapat duduk di pangkuan
ibuny a bila klien masih sangat kecil) dengan kaki y ang dibiarkan
menggantung bebas
2. Pelaksanaan
Cuci tangan sebelum melakukan tindakan
Bay i atau anak berbaring di atas tempat tidur
Pada bay i baru lahir
Inspeksi ekstremitas secara umum, kesimetrisan ekstremitas atas dan
baw ah
Inspeksi ekstremitas superior apakah terdapat fekomelia
Kaji fleksi dan rentang gerak penuh ekstremitas atas
Inspeksi jari tangan dan jari kaki untuk melihat apakah ada temuan
sindaktil atau polidaktil
Inspeksi punggung kuku, perhatikan w arna kuku (dapat ditemukan
punggung kuku berw arna merah muda dengan sianosis sementara
segera bay i lahir)
Ukur nadi brakialis bilateral
Kaji tonus otot secara bilateral, terutama tahanan pada fleksi berlaw anan
Kaji fleksi dan rentang gerak penuh ekstremitas baw ah
Pada anak
Inspeksi setiap sendi ekstremitas untuk kesimetrisan, ukuran, suhu,
w arna, dan mobilitas
Uji adany a perkembangan dy splasia panggul
Kaji bentuk tulang
Ukur jarak antara lutut ketika berdiri dengan maleolus bila anak berdiri
dengan kedua lutut merapat
Inspeksi posisi telapak kaki; uji apakah deformitas kaki pada saat lahir
merupakan akibat dari posisi fetal atau perkembangan, oleh pergerakan
keluar, kemudian ke dalam, sisi telapak kaki; bila dapat normal dengan
sendiriny a, kaki mengambil sudut kanan.
Inspeksi gay a berjalan
Uji kekuatan
Lengan : dengan meminta anak mengangkat tangan sambil
melaw an tekanan dari tangan peraw at
Telapak tangan : dengan meremas jari peraw at sekeras
mungkin
Kaki : dengan meminta anak duduk dengan kaki
menggantung, lanjutkan seperti pada tangan
Telapak kaki : dengan meminta anak memfleksikan plantar,
dorong telapak kaki kearah lantai sambil menekan telapak kaki
3. Ev aluasi
Simpulkan hasil pemeriksaan
Peny impangan dari normal
4. Dokumentasi
Catat respon klien
Catat peny impangan dari normal
Catat nama peraw at, w aktu dan tindakan y ang dilakukan
NILAI :
PENILAI :
FORMAT PENILAIAN
PEMERIKSAAN REFLEKS EKSTREMITAS ATAS DAN BAWAH
Persiapan klien
Beritahukan keluarga dan klien tentang prosedur yang akan
dilakukan
Jaga privasi klien
Perhatikan suhu ruangan dan pencahayaan
Atur posisi yang nyaman untuk klien (klien tidur terlentang di
atas tempat tidur)
2. Pelaksanaan
Dada : inspeksi bentuk, kesimetrisan, gerakan dan
perkembangan payudara, rasio anterior posterior : lateral,
krepitasi, garis/batas dada
Paru-paru : frekuensi napas, irama, tipe respirasi,
kecepatan dan kedalaman, suara napas, fremitus suara
Jantung : apeks, frekuensi jantung, intensitas irama jantung,
suara jantung S1 dan S2, murmur, thrill sianosis persisten
Lakukan perkusi pada daerah jantung
3. Evaluasi
Simpulkan hasil pemeriksaan
Penyimpangan dari normal
4. Dokumentasi
Catat respon klien
Catat penyimpangan dari normal
Catat nama perawat, waktu dan tindakan yang dilakukan
NILAI :
PENILAI :
FORMAT PENILAIAN
PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN
2. Pelaksanaan
Inspeksi : ukuran dan bentuk abdomen, simetris atau tidak
Auskultasi : dengan memakai stetoskop, dengarkan bunyi
peristaltic
Perkusi : lakukan perkusi melalui epigastrium secara simetris
menuju ke bagian bawah abdomen
Palpasi : dapat dilakukan secara manomanual (satu tangan)
atau bimanual (dua tangan), palpasi daerah hati, limpa dan
ginjal
3. Evaluasi
Simpulkan hasil pemeriksaan
Penyimpangan dari normal
4. Dokumentasi
Catat respon klien
Catat penyimpangan dari normal
Catat nama perawat, waktu dan tindakan yang dilakukan
NILAI :
PENILAI :
FORMAT PENILAIAN
PEMERIKSAAN FISIK PUNGGUNG, GENITAL DAN ANUS
NO ITEM PENILAIAN DILAKSANAKAN
YA TIDAK
1. Persiapan
Persiapan alat
Handscoen
Tirai
Pita ukuran
Persiapan klien
Beritahukan keluarga dan klien tentang prosedur y ang akan dilakukan
Jaga priv asi klien
Perhatikan suhu ruangan dan pencahay aan
Atur posisi y ang ny aman untuk klien (klien tidur tengkurap di atas tempat tidur)
2. Pelaksanaan
Pemeriksaan fisik punggung
Inspeksi : amati tulang belakang anak/bay i, kesimetrisan pinggul dan bahu.
Perhatikan mobilitas tulang belakang khususny a tulang serv ikal
Palpasi : palpasi daerah tulang belakang untuk mencari ada tidakny a kelainan
seperti skoliosis, lordosis atau kifosis, spina bifida atau kelainan lain.
Pemeriksaan fisik genitalia
Wanita :
Inspeksi :
Adany a secret pada lubang v agina (bila ada, hal ini normal y ang
diakbatkan pengaruh hormone)
Perhatikan adany a epispadia (terbelahny a mons pubis dan klitoris dan
uretra membuka di bagian dorsal)
Palpasi : Periksa keadaan labio minor tertutup oleh labio may or, lubang uretra dan
lubang v agina terpisah.
Pantau berkemih/tidakny a dalam 24 jam
Laki-laki
Inspeksi : perhatikan ukuran, bentuk penis, testis, perhatikan kelainan y ang ada
seperti hipospadia (orificium uretra di v entral penis, biasany a dekat gand atau
sepanjang penis), epispadia (muara uretra pada dorsal penis), fimosis
(pembukaan prepusium sangat kecil sehingga gland penis tidak dapat ditarik),
perhatikan adany a radang pada penis atau skrotum
Palpasi : ukur panjang penis (normal panjang penis 3-4 cm, dan lebar 1-1,3 cm)
Pantau berkemih/tidakny a klien dalam 24 jam
Pemeriksaan fisik anus
Pantau adany a mekonium (secara umum keluar dalam 24 jam, bila dalam 48
jam mekonium belum keluar maka bisa dicurigai adany a peny akit tertentu seperti
megakolon, hisprung atau obstruksi saluran pencernaan)
3. Ev aluasi
Simpulkan hasil pemeriksaan
Peny impangan dari normal
4. Dokumentasi
Catat respon klien
Catat peny impangan dari normal
Catat nama peraw at, w aktu dan tindakan y ang dilakukan
NILAI :
PENILAI :
ANTROPOMETRI
A. Definisi
Antropometri adalah ilmu yang mempelajari ukuran tubuh manusia, member indikasi kadar nutrisi
jangka panjang dan jangka pendek dan dengan demikian merupakan komponen profil pengkajian nutrisi
yang berharga.
B. Indikasi
Antropometri dapat dilakukan untuk semua kelompok umur. Namun yang dilakukan di praktikum ini
yaitu antropometri pada bayi dan anak.
C. Tujuan
Tujuan antropometri yaitu untuk menentukan apakah tumbuh kembang seorang anak berjalan
normal atau tidak, baik dilihat dari segi medis maupun statistik.
D. Persiapan Alat
Pita ukuran/meteran
Papan pengukur panjang badan
Timbangan
Skaliper
Alat pengukur tinggi badan
FORMAT PENILAIAN ANTROPOMETRI
NO ITEM PENILAIAN DILAKUKAN
YA TIDAK
1. Persiapan
1. Persiapan alat
Pita ukuran/meteran
Papan pengukur panjang badan
Timbangan
Skaliper
Alat pengukur tinggi badan
2. Persiapan klien
Alat disiapkan dan didekatkan ke klien
Keluarga dan klien diberitahu tentang prosedur yang akan dilakukan
Jaga suhu ruangan dan pencahayaan
Jaga suhu ruangan pencahayaan
2. Pelaksanaan
a. Pelaksanaan
Letakkan kain atau kertas pelindung dan atur skala timbangan ke titik
nol
Timbang bayi dan anak kecil telanjang di atas skala tipe platform
Timbang anak lebih besar dengan memakai pakaian dalam tanpa
mengenakan sepatu
b. Pengukuran panjang/tinggi badan
Anak diterlentangkan kemudian lutut ditekan ke pemeriksaan
Ukur panjang badan dari ujung kepala sampai tumit
c. Pengukuran lingkar kepala
Ukur dengan kertas atau pita ukuran pada lingkar yang terbesar, dari
puncak alis mata dan pinna telinga ke tonjolan oksipital tengkorak
d. Pengukuran lingkar dada
Ukur melingkar dada pada garis putting susu dengan memakai pita
ukuran
e. Pengukuran lingkar abdomen
Ukur dibawah umbilicus
3. Evaluasi
Simpulkan hasil pemeriksaan
Penyimpangan dari normal
4. Dokumentasi
Catat respon klien
Catat semua hasil pemeriksaan
NILAI :
PENILAI :
DENVER DEVELOPMENT SCREENING TEST
1. Pengertian
DDST merupakan bentuk instrument yang sederhana untuk mendeteksi adanya keterlambatan atau
penundaan perkembangan infant dan anak-anak usia prasekolah. DDST merupakan test perkembangan
anak dari gerakan, penglihatan, keterampilan tangan, social dan kemampuan menolong diri sendiri,
berbicara dan mengerti keterampilan sederhana yang diajarkan.
DDST II memuat 125 tugas perkembangan atau item yang dibagi dalam 4 sektor, yaitu :
a. Personal-sosial skill
Tes ini dapat mengidentifikasi kemampuan anak untuk dapat bersama dengan orang lain dan untuk
dapat menjaga dirinya sendiri.
b. Fine motor adaptive
Tes ini dapat mengidentifikasi kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan
yang dilakukan bagian-bagian tubuh tertentu seperti otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi
yang cermat.
c. Language
Tes ini dapat mengidentifikasi kemampuan anak unutk mendengar, mengikuti perintah dan
berbicara.
d. Gross motor
Tes ini dapat menidentifikasi kemampuan anak untuk menggerakkan tubuh atau memperagakan
sikap tubuh seperti duduk, berdiri, berjalan, atau melompat.
2. Indikasi
Diberikan pada anak-anak antara usia 1 bulan sampai anak berumur 6 tahun. Tes ini dilakukan
secara individual, dengan pastisipasi aktif dari orang tua dan pemeriksa.
3. Tujuan
Untuk menguji tingkah laku anak, apakah sesuai dengan tumbuh kembangnya atau tidak
Memperkuat kecurigaan pada anak yang mempunyai masalah khusus
Memonitor anak yang beresiko mempunyai msalah perkembangan
Membandingkan tringkah laku seorang anak dengan anak yang lain yang memiliki usia sama.
4. Persiapan
Alat peraga : benang wol merah, manik-manik, kubus warna merah-kuning-hijau-biru, permainan
anak, botol kecil, bola tenis, bel kecil, kertas dan pensil
Lembar formulir DDST
Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara
penilaiannya.
5. Penilaian
Dari buku petunjuk terdapat penjelasan tentang bagaimana melakukan penilaian, apakah lulus (P =
Passed), gagal (F = Fail), menolak (R = Refusal) ataukah anak tidak mendapat kesempatan untuk
melakukan tugau ( N.O. = No Oportunity)/ Kemudian ditarik garis berdasarkan umur kronologis yang
memotong garis horizontal tugas perkembangan pada formulir DDST. Setelah dihitung pada masing-
masing sector, berapa jumlah P dan F, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam
Normal, Abnormal, Meragukan (Quetionable) dan tidak dapat dites (Untestable).
b. Meragukan
Bila pada 1 sektor didapatan 2 keterlambatan atau lebih
Bila ada 1 ektor atau lebih didapatkan keterlambatan dan pada sector yang sama tidak ada
yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertic al usia
d. Normal
Semua yang tidak tercantum dalam criteria di atas
Kelebihan tes ini yaitu sangat cocok untuk mengkaji perkembangan anak, karena tes ini dapat
menggambarkan anak yang kelihatannya normal, mengidentifikasikan kecurigaan yang bersifat objektif
dan dapat memonitor anak yang beresiko tinggi akibat kesulitan persalinan. Selain itu tes ini merupakan
sebuah pengukuran standar yang dinormalkan pada berbagai macam sampel. Hal tersebut dapat diatur
dengan tepat oleh pelaksana yang professional dan para staf yang professional.
Kekurangan tes ini yaitu kurang sensitive untuk mendeteksi anak yang telah mengalami masalah
status perkembangan yang lebih dini atau terlalu cepat masuk sekolah.
KOLOSTOMI
A. Pengertian
Kolostomi adalah suatu lubang buatan pada usus besar dan aperture pada kulit yang berfungsi
sebagai anus.
B. Indikasi/Kontraindikasi
Hal ini akan memuaskan pada anak yang lebih tua, tetapi pada anak bayi kolostomi dipertahankan
sampai umur bayi cukup agar dilakukan tindakan koreksi.
C. Tujuan
Tujuan kolostomi adalah untuk mengosongkan kolon dari feses, gas atau mucus, membersihkan
saluran usus bawah dan membuat pola defekasi teratur sehingga aktivitas kehidupan normal dapat
dilanjutkan
D. Persiapan Alat
1. Sarung tangan bersih
2. Handuk
3. Air hangat
4. Sabun mandi yang lembut
5. Kantong kolostomi yang bersih dengan ukuran sesuai ukuran stoma
6. Bengkok atau pispot
7. Kasa
8. Vaselin
9. Tempat sampah
10. Gunting
11. Cetakan ukuran stome
FORMAT PENILAIAN
KETERAMPILAN PERAWATAN KOLOSTOMI
2. Perencanaan
Cuci tangan
Persiapan alat
- Sarung tangan bersih
- Handuk
- Air hangat
- Sabun mandi yang lembut
- Kantong kolostomi yang bersih dengan ukuran sesuai
ukuran stoma
- Bengkok atau pispot
- Kasa
- Vaselin
- Tempat sampah
- Gunting
- Cetakan ukuran stome
Persiapan Klien
- Menjelaskan prosedur ke klien dan keluarga
- Mengatur posisi semi fowler
- Memasang sampiran
3. Implementasi
Mendekatkan alat-alat ke klien
Pasang handuk
Dekatkan benkok ke klien
Pasang sarung tangan bersih
Buka kantong lama dan buang ke tempat sampah
Bersihan stoma dan kulit sekitar stoma dengan sabun
lembut dan air hangat
Lindungi stoma dengan tissue atau kasa agar feses tidak
mengotori kulit yang sudah dibersihkan
Keringkan kulit sekitar stoma dengan tissue atau kasa
Persiapkan kantong stoma sesuai dengan ukuran dan
jenis stoma
Pasang kantong stoma
Beri vaselin atau salep sekitar kulit apabila kantong stoma
terlalu besar
Buka sarung tangan
Bereskan alat
Cuci tangan dengan antiseptic dan air yang mengalir
4. Evaluasi
Keamanan kantong
Kebersihan area
Bau
Kenyamanan klien
5. Dokumentasi
Waktu pelaksanaan
Jumlah dan karakteristik feses
Keadaan stoma (tanda infeksi)
Alat-alat yang digunakan untuk mengganti kantong
Respon klien
Nama perawat yang melakukan tindakan
NILAI :
PENILAI :
List Materi Panum
No Kegiatan Cheklist
1 2
Kepala
1 Persiapan alat
- Penlight
- Handscoen
2. Persiapan Klien
1. Beritahukan klien tentang tujuan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi klien senyaman mungkin
3. Anjurkan klien untuk melepas penutup kepala, kacamata, dll,
4. Perhatikan privasi klien
Pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Pakai handscoen (terutama jika terdapat luka/lesi di kepala)
3. Lakukan palpasi dengan gerakan memutar yang lembut menggunakanujungjari,
lakukan mulai dari depan turun ke bawah melalui garis tengahkemudianpalpasi
setiap sudut garis kepala
4. Rasakan apakah terdapat benjolan/massa, tanda bekas luka, pembengkakkan,
nyeri tekan, dll. Jika hal tersebut ditemukan, perhatikan ukuran, konsistensi,
posisinya
5. Bersihkan dan rapikan alat pada tempatnya
6. Cuci tangan
Evaluasi
Validasi Perasaan klien
7. Dokumentasi
- Catat hasil dan respon klien
- Catat nama perawat dan waktu melakukan tindakan
Pelaksanaan
Persiapan perawat
Cuci tangan
Inspeksi
Kelopak Mata
1. Anjurkan klien melihat lurus ke depan
2. Bandingkan mata kiri dan kanan, inspeksi posisi dan warna kelopak mata
3. Anjurkan klien memjamkan matanya
4. Amati bentuk dan keadaan kulit kelopak mata serta pada pinggir kelopakmata dan
catat setiap kelainan yang ada
5. Amati pertumbuhan rambut pada kelopak mata dan posisi bulu mata
6. Minta klien membuka mata, inspeksi kelopak mata bawah
Konjungtiva dan Sklera
1. Anjurkan klien untuk melihat lurus ke depan
2. Tarik kelopak mata bagian bawah ke bawah dengan menggunakan ibu jari
3. Gunakan sarung tangan jika ada secret di kelopak mata
4. Amat keadaan konjungtiva dan kantung konjungtiva bagian bawah, catat jika
tedapat nfeksi, pus, atau warnanya tidak normal/anemis
5. Jika diperlukan, amati konjungtiva bagian atas, yaitu dengan membuka atau
membalik kelopak mata atas dengan posisi pemeriksa berdiri di belakang klien
6. Amati warna sclera ketika mengamati konjungtiva
Kornea
1. Berdiri di sisi klien, lalu dengan cahaya tidak langsung, inspeksi kejerniahandan
tekstur kornea
2. Lakukan uji sensitivitas kornea dengan menyentuhkangulungankapas steril untuk
melihat reaksi berkedip
Pupil dan Iris
1. Pegang kepala dan dagu klien agar tidak bergerak
2. Inspeksi ukuran, bentuk, keselarasan pupil dan reaksi terhadap cahaya
Uji reflex pupil terhadap cahaya
Dengan memakai penlight, sinari pupil klien dari arah samping
Amati mengecilnya pupil yang terkena sinar
Lakukan pada pupil yang lain
Bandingkan pengecilan pupil pada kedua mata
Pergerakan Bola Mata
Anjurkan klien untuk melihat lurus ke depan
Amati kedua bola mata apakah diam atau nistagmus (pergerakan secara spontan)
Amati bentuk, frekuensi (cepat/lambat) amplitude (luas/sempit) bola mata,jiak
ditemukan nistagmus
Amati apakah kedua mata memandang lurus ke depan atau salah satu deviasi
(strabismus)
Luruskan jari telunjuk dan dekatkan pada klien dengan jarak 15-30 cm
Instruksikan klien agar mengikuti gerakan jari pemeriksa ke8 arahtatapanutama,
yaitu atas dan bawah, kanan dan kiri, diagonal ke atas dan diagonal ke bawah
Jaga agar jari telunjuk tetap pada lapang pandang penglihatan normal
Medan Penglihatan
1. Pemeriksa berdiri di depan klien kira -kira 60 cm
2. Tutup mata yang tidak diperiksa (pemeriksa maupun klie)
3. Instruksikan klien untuk melihat lurus ke depan dan memfokuskanpada satutitik
pandang
4. Gerakkan jari pada jarak yang sebanding dengan panjang lengan di luar lapang
penglihatan
5. Minta klien untuk memberitahu pemeriksa jika ia melihat jari pemeriksa
6. Perlahan tarik jari pemeriksa mendekat. Jaga jari agar selalu di tengah antara
pemeriksa dengan klien
7. Kaji mata sebelahnya
Palpasi Mata
1. Anjurkan klien untuk memejamkan mata
2. Palpasi kedua mata dengan jari telunjuk di atas kelopak mata sisi kiri dan kanan
3. Dengan menekan-nekan bola mata, periksa konsistensinya danperhatikanadanya
nyeri tekan
4. Bersihkan dan rapikan alat di tempat semula
5. Cuci tangan
6. Validasi perasaan klien
7. Dokumentasi
- Catat hasil dan respon klien
- Catat nama perawat dan waktu melakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Telinga
No Kegiatan Cheklist
1 2
1 Persiapan alat
- Garpu tala
- Spekulum telinga
- Lampu kepala
2. Persiapan Klien
1. Beritahukan klien tentang tujuan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi klien senyaman mungkin
3. Anjurkan klien untuk melepas penutup kepala, kacamata, dll,
4. Perhatikan privasi klien
Pemeriksaan Hidung
No Kegiatan Cheklist
1 2
1 Persiapan alat
- Spekulum hidung
- Penlight
- Handscoen (jika perlu)
2. Persiapan Klien
1. Beritahukan klien tentang tujuan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi klien senyaman mungkin
3. Perhatikan privasi klien
No Kegiatan Cheklist
1 2
1 Persiapan alat
- Penlight
- Spatel lidah
- Kasa
- Handscoen
2. Persiapan Klien
1. Beritahukan klien tentang tujuan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi klien senyaman mungkin
3. Perhatikan privasi klien
No Kegiatan Cheklist
1 2
1 Persiapan alat
- Handscoen
2. Persiapan Klien
1. Beritahukan klien tentang tujuan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi klien senyaman mungkin
3. Perhatikan privasi klien
Pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Pakai handscoen
3. Anjurkan klien untuk melepaskan benda apapun yang terdapat di leher
4. Amati bentuk leher, warna kulit, adanya lesi, atau pembengkakkan. Lakukan
pengamatan secara sistematis mulai dari garis tengah sisi depanleher,samping
dan belakang
5. Inspeksi kelenjar tiroid dengan menginstruksikan klien untuk menelndanamati
pergerakan kelenjar tiroid. Normalnya, kelenjar tiroid tidak dapatdilihatkecuali
pada orang yang kurus.
6. Minta klien untuk memfleksikan leher dengan dagu ke dada, hiperekstensikan
leher sedikit ke belakang dan gerakkan menyamping ke masing-masingsisi leher
untuk menguji kekuatan otot-otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
7. Untuk memeriksa nodus limfe, anjurkan klien untuk santai dengan leher sedikit
fleksi ke depan atau mengarah ke sisi pemeriksa untuk merelaksasikan otot-otot
8. Gunakan bantalan ketiga jari tangan dan palpasi masing-masingjaringanlimfe
dengan gerkan memutar
9. Periksa denyut arteri jugularis di kedua sisi leher
10. Validasi perassan klien
11. Catat hasil pemeriksaan dan respon klien
12. Catat nama perawat dan wakru melakukan pemeriksaan
No Kegiatan Cheklist
1 2
1 Persiapan alat
- Stetoskop
- Handscoen (jika perlu)
2. Persiapan Klien
1. Beritahukan klien tentang tujuan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi klien senyaman mungkin
3. Perhatikan privasi klien
No Kegiatan Cheklist
1 2
1 Persiapan alat
- Stetoskop
- Handscoen (jika perlu)
2. Persiapan Klien
1. Beritahukan klien tentang tujuan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi klien senyaman mungkin
3. Perhatikan privasi klien
Inspeksi
1. Anjurkan klien untuk membuka baju sampai sebatas pinggang
2. Atur posisi klien tidur terlentang dengan kedua kengan di sisi tubuh klien
3. Amati bentuk abdomen secara umum, warna, kulit, kasimetrisan,retraksi,benjolan,
dll
4. Amati pergerakan kulit abdomen saat inspirasi dan ekspirasi
s
1. Letakkan sisi diafragma stetoskop di atas kuadran kanan pada area sekum
2. Beri tekanan yang ringan pada diafragma dan anjurkan klien untuk tidak bicara
3. Dengarkan bising usus, perhatikan frekuensi dan durasinya
4. Jika bising usus tidak terdengar, lakukan pemeriksaan sistematis di setiap sisi
dinding abdomen
Perkusi
1. Mulailah perkusi mulai dari kuadran kiri bawah kemudian bergeraksearahjarum
jam
2. Perhatikan reaksi klien dan catat jika ada keluhan
3. Perhatikan bunyi perkusi antara timpani atau redup (timpani menandakanorgan
yang berisi udara seperti gaster dan suara redup dihasilkan olehorganyanglebih
keras seperti hepar)
Palpasi
1. Lakukan palpasi mulai dari palpasi ringan sampai palpasi dalam
2. Lakukan palpasi di setiap kuadran/daerah abdomen
3. Letakkan jari tangan di atas abdomen dan tekan ke bawahsecara ringansedalam1
cm
4. Perhatikan wajah klien saat melakukan palpasi apakah klien meringis atau tidak
5. Perhatikan apakah terdapat massa saat melakukan palpasi di abdomen
6. Hepar berada di kuadran kanan atas abdomen. Lakukan palpasi dalam untuk
memeriksa hepar.
7. Untuk perkusi paru posterior, lakukan perkusi mulai dari puncak paru ke bawah
8. Bandingkan sisi kiri dan kanan
9. Validasi perasaan klien
10. Catat hasil pemeriksaan dan respon klien
11. Catat nama perawat dan waktu melakukan pemeriksaan
PEMERIKSAAN EKSTREMITAS
No Kegiatan Cheklist
1 2
1 Persiapan alat
- Handscoen jika perlu
- Palu Refleks
2. Persiapan Klien
1. Beritahukan klien tentang tujuan prosedur yang akan dilakukan
2. Atur posisi klien senyaman mungkin
3. Perhatikan privasi klien
Inspeksi
1. Atur posisi klien duduk dengan kedua lengan di sisi tubuh klien
2. Inspeksi kedua ekstremitas atas klien akan kesimetrisan, perubahan warna, lesi, dll
3. Amati pertumbuhan otot ekstremitas klien
4. Bandingkan antara sisi kiri dan kanan
5. Periksa Capillary Refill Time (CRT) dengan cara menekan kuku klienselama 5 detik
kemudian dilepas. Kuku klien harus kembali dalamkeadaansemula dalamwaktu1-
3 detik.
6. kekuatan otot bisep dengan cara meminta klien memfleksikansikunya dananjurkan
klien untuk menahan posisi siku. Pemeriksa menarik tangan klien kea rah luar
(fleksi). Bandingkan di kedua sisi tangan klien
7. Lakukan pemeriksaan otot trisep dengan cara menganjurkan klien untuk
memfleksikan sikunya. Pemeriksa meletakkan tangan di tangankliendanmemberi
beban yang mengarah ke dalam. Anjurkan klien untuk memfleksikan tangannya.
Bandingkan di kedua sisi tangan klien.
8. Jika bising usus tidak terdengar, lakukan pemeriksaan sistematis di setiap sisi
dinding abdomen
9. Lakukan pemeriksaan pada ekstremitas bawah. Perhatikan kesimetrisan,adanya
perubahan warna atau deformitas.
10. Lakukan pemeriksaan reflex patella dengan cara menganjurkanklienuntukduduk
dengan kaki menggantung di atas lantai. Angkat kaki klien dengan meletakkan
tangan non dominan di bawah lutu dan tangan dominan memegangpalureflexdan
lakukan ketukan di bawah patella.
11. Lakukan pemeriksaan CRT pada kedua kaki
12. Validasi perasaan klien
13. Catat hasil pemeriksaan dan respon klien
14. Catat nama perawat dan waktu melakukan pemeriksaan
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMASANGAN INFUS
Pengertian
Memasukkan cairan atau obat langsung kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah banyak dan dalam
waktu yang lama.
Tujuan :
1. Memenuhi cairan dan elektrolit tubuh setelah banyak kehilangan cairan.
2. Memberikan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
3. Menyediakan satu medium untuk memberikan obat secara intra vena.
Persiapan alat :
1. Infuse set 9. Plester
2. IV catheter 10. Pengalas jika diperlukan
3. Cairan infuse yang dibutuhkan (perhatikan 11. Nierbekken
“five rights”) 12. Kom kecil
4. Kasa steril 13. Torniket
5. Kapas alcohol 14. Spalk jika diperlukan
6. Betadine 15. Standar infus
7. Handscoen 16. Pena dan buku catatan pemberian infuse
8. Gunting
PROSEDUR PEMASANGAN INFUS
Check List
No. Kegiatan
0 1 2
1. Persiapan Klien :
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Atur posisi klien senyaman mungkin, lepaskan pakaian pada daerah yang
akan diinfus.
3. Perhatikan privasi klien
Pelaksanaan :
1. Cuci tangan
2. Atur peralatan disamping klien
3. Pasang pengalas dibawah anggota badan yang akan diinfus.
4. Gantungkan botol cairan pada tiang infuse
5. Desinfeksi tutup botol
6. Buka infuse set (pertahankan sterilisasi pada kedua ujungnya). Pasang klem
rol sekitar 2 hingga 4 cm dibawah bilik drip.
7. Tusukkan pangkal infuse set kedalam tutup botol.
8. Isi drip atau tabung pengontrol tetesan 1/3 atau ½ bagian.
9. Buka klem infuse, alirkan cairan kedalam nierbekken untuk mengeluarkan
udara, kemudian ditutup kembali.
10. Tutup kembali jarum infuse set dengan penutupnya, letakkan pada tiang
infuse.
11. Pilih tempat distal vena yang digunakan, sebaiknya vena yang berdilatasi
baik.
12. Letakkan torniket 10 hingga 12 cm diatas tempat penusukan.
13. Kenakan sarung tangan.
14. Bersihkan tempat insersi dengan gerakan sirkular.
15. Tusukkan IV cath pada vena dengan sudut 30’. Jika jarum telah masuk ke
dalam vena, ditandai dengan keluarnya darah.
16. Setelah IV cath masuk, tarik mandarin/stilet keluar, ujung IV cath ditekan.
17. Hubungkan pangkal IV cath dengan selang, buka klem perlahan -lahan dan
pastikan tidak ada pembengkakan pada daerah tusukan.
18. Pasang balutan kasa betadine diatas tempat insersi, lalu tutup dengan kasa
steril, fiksasi dengan plester.
19. Hitung tetesan infuse sesuai instruksi.
20. Pasang spalk bila diperlukan kemudian balut dengan verban.
21. Klien dirapikan kembali, atur posisi klien dengan baik.
22. Rapikan alat pada tempatnya semula.
23. Cuci tangan.
Evaluasi :
2.
Validasi perasaan klien
Dokumentasi :
Catat pada catatan perawat : jenis larutan, letak insersi, kecepatan aliran, ukuran dan
3.
tipe IV catheter, jam pemasangan infuse, bagaimana toleransi klien terhadap prosedur,
nama perawat yang melakukan prosedur.
Keterangan Check List :
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MENGATUR LAJU ARUS INFUS
Defenisi
Mengatur kecepatan tetesan cairan infus per menit
Tujuan
Mengatur kecepatan aliran intravena dan mencegah ketidak tepatan pemberian cairan. Kecepatan infuse
yang terlalu lambat dapat menimbulkan kolaps kardiovaskuler dan sirkulasi pada klien dehidrasi, syok atau
sakit kritis. Kecepatan infuse yang terlalu cepat dapat mengakibatkan kelebihan cairan.
PERSEDIAAN ALAT
1. Kertas dan pena
2. Jam yang menggunakan jarum detik
CARA KERJA
1. Baca pesan dokter
2. Mencari tahu kalibrasi dalam tetes setiap ml cairan infus (setiap produk yang berbeda faktor tetesannya)
Kalibrasi tetesan infuse (gtt/ml) atau Faktor tetesan :
Mikrodrip
1 cc : 60 tetes/ml
Makrodrip
Abbott Lab : 1 cc : 15 tetes/ml
McGraw Lab : 1 cc : 15 tetes/ml
Travenol Lab : 1 cc : 10 tetes/ml
Faktor tetesan pada setiap produksi
Pabrik Untuk Dewasa Untuk Anak-anak
Abbot Venopack 13-15 tts/ml (ft 4) Mikrodrips 60 tts/ml (ft 1)
Transfusi set 10 tts/ml (ft 6)
Baxter Plexitron 10 tts/ml (ft 6) Minimeter 50 tts/ml (ft 1,2)
Cutter Saftiset 20 ttsml (ft 3) Safit set 50 tts/ml (ft 1,2)
Transfusi set 12 tts/ml (ft 5)
Otsuka Infus set 15 tts/ml (ft 4)
Transfusi set 12 tts/ml (ft 5)
3. Hitunglah terlebih dahulu jumlah tetesan berdasarkan rumus kebutuhan, sebelum mengatur tetesan.
Rumus menghitung kecepatan aliran (ml / menit)
Jml tetes/menit : Jumlah cairan yang masuk (cc) x Faktor tetesan
Lamanya infuse (jam) x 60 menit
CATATAN :
Faktor tetesan dihitung dengan 60 / jumlah tetesan yang dikeluarkan oleh infus / transfusi set untuk
mengeluarkan 1 cc cairan.
Misalnya :
Suatu infus set dapat mengeluarkan 1cc cairan 15 tts.
Berarti faktor tetesannya = 60 : 15 = 4
Contoh : Apabila suatu cairan 1 kolf atau 500cc dipesankan untuk absorbs dalam jangka waktu 8 jam, dan
drip infuse mempunyai ukuran 1cc : 15 tetesan, maka berapa kecepatan tetesan per menit ?
Jawab :
Kecepatan tetesan : 500 x 15 = 15,6 tetes/menit
8 x 60
Defenisi
Memasukkan darah yang berasal dari donor ke dalam tubuh klien melalui vena.
Tujuan
1. Untuk menggantikan kehilangan darah yang banyak sewaktu pembedahan dalam kasus perdarahan
2. Menggantikan kekurangan komponen darah yang spesifik contohnya, Platelet, RBC, faktor-faktor
pembekuan darah
3. Untuk memepertahankan dan meningkatkan volume darah dalam sirkulasi pada kasus-kasus syok
akibat perdarahan
4. Untuk meningkatkan kandungan oksigen dalam darah pada kasus anemia
Di lakukan pada:
1. Klien yang kehilangan darah
2. Klien yang penyakit kelainan darah tertentu (misalnya anemia, leukemia)
Komponen-Komponen darah:
1. Whole blood Semua komponen darah
2. Packed red cell/packd cell Plasma yang dikeluarkan dari whole blood
3. Plasma Hasil pemisahan whole blood
4. Platelets kandungannya platelets, limfosit dan sedikit plasma
5. Granulosit Kandungannya WBC, plasma dan sedikit RBC
6. Albumin Kandungannya albumin, plasma dan human albumin
7. clotting factor/Faktor pembekuan darah Cryoprecipited anti hemolitik faktor
Peralatan
1. Selain alat-alat yang diberikan dalam 7. Kapas alkohol
pemberian infus 8. plester
2. Larutan normal saline 0,9%/ Nacl 0,9% 9. Nierbekken
3. Set infus dengan filter 10. Format persetujuan pemberian transfusi
4. IV khateter (Diemeter 18 G/19G) yang ditandatangani
5. produk darah yang benar 11. Penghangat darah.
6. Sarung tangan
PROSEDUR TRANSFUSI DARAH
Check List
No. KEGIATAN
0 1 2
Jelaskan prosedur pada klien. Tentukan apakah klien pernah mendapatkan transfusi
1
dan catatan reaksi, jika ada
2 Suruh klien berkemih atau kosongkan wadah penampungan urine
Dapatkan data dasar tanda – tanda vital dalam 30 menit sebelum pemberian transfusi
3
darah. Laporkan adanya peningkatan suhu pada dokter.
Minta klien untuk dengan segera melaporkan gejala-gejala berikut : mengigil, sakit
4
kepala, gatal, kemerahan jika ada
5 Cuci tangan
6 Kenakan sarung tangan sekali pakai
7 Buat jalur IV dengan kateter besar (diameter 18-G atau 19-G)
8 Gunakan slang infus yang memiliki filter
Memberi infus normal saline/Nacl 0,9% sebelum memberi darah (50 cc) . Jangan
9
memeberikan larutan yang ada kandungan glukosa.
10 Ikuti protokol institusi dalam mendapatkan produk darah dari bank darah.
Dengan perawat lain, indentifikasi kebenaran produk darah dan klien:
Pemeriksa kompatibilatas yang tertera pada kantung darah dan informasipada
kantung itu sendiri.
11 Untuk darah lengkap, pemeriksa golongan ABO, dan tipe Rh (padacatatan klien)
Periksa ulang produk darah dengan pesanan dokter.
Periksa tanggal kadaluawarsa pada kantung.
Periksa darah terhadap adanya bekuan.
Darah disimpan pada suhu ruangan kurang lebih 30 menit setelah dikeluarkan dari
kotak darah dengan cara :
12
Dialirkan pada air kran
Direndam dengan air tetapi pastikan selang penyambungnya tidak bocor
Dengan perlahan balikkan kantung darah 1 sampai 2 kali untuk mencampur sel– sel
13
tetapi tidak digoncang.
Untuk pemberian darah:
Tusuk unit darah
14
Pencet bilik drip; biarkan filter terisi darah.
Buka klem pengatur dan biarkan selang infus terisi darah.
15 Masukkan darah dan atur kadar tetesan :
Dimulai dengan kecepatan aliran yang perlahan 2-5 ml/menit ( 10-15
tetes)dalam 10 menit pertama
Tambahkan jumlah tetesan jika tiada tanda-tanda reaksi transfusi darah,antara
28-30 tetes /menit (jumlah tetesan tergantung pada keadaan pasien dan jenis
darah yang di berikan)
Tetap bersama klien selama 15 sampai 30 menit masa transfusi
Pantau tanda – tanda vital klien: tiap 5 menit selama 15 menit pertama : tiap 15menit
16 selama satu jam berikutnya; tiap jam sampai unit darah terinfuskan; selamasatu jam
setelah infus selesai.
Atur infus sesuai pesanan dokter. Kemasal sel – sel darah biasanya diberikan 1 ½
17
sampai 2 jam sementara darah lengkap diberikan 2 sampai 3 jam.
Pastikan tidak memberikan obat melalui aliran transfusi darah; kecuali pemberian
18
diuretik (lasix) jika ada instruksi.
Jika terdapat tanda-tanda reaksi darah pada pasien : Maka hentikan transfusidarah
19 dan ganti dengan Nacl 0,9%dan beritahu dokter dgn cepat untuk tindakan
selanjutnya.
Setelah darah diinfuskan , bersih selang dengan normal salin 0,9% dan letakkan
20
kantung darah pada kantung plastik untuk dikembalikan ke bank darah.
Buang semua bahan yang telah digunakan di tempat yang telah disediakan.Lepaskan
21
sarung tangan dan cuci tangan
Catat tipe dan jumlah komponen darah yang diberikan, tanggal pemberian, waktu
22 dimulai, waktu habis, dan raspons klien terhadap terapi darah. Biasanyadigunakan
catatan transfusi terpisah.
23 Teruskan pemerhatian tanda-tanda vital pasien dan keadaan pasien
24 Cek hemoglobin setelah 24 jam pemberian transfusi darah diberikan kepada pasien
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
PENGAMBILAN DARAH VENA
Batasan
Tindakan pengambillan darah vena melalui penusukan langsung jarum suntik ke vena klien.
Tujuan
Diagnostik.
Prinsip
1. Steril
2. Nyaman, nyeri minimal
Persiapan Alat
1. Spuit disposable dengan jarum atau vacutainer sesuai ukuran.
2. Tabung pemeriksaan darah yang sesuai
3. Kapas alcohol dan plester
4. Manset / Tourniquet
5. Sarung tangan karet bersih
6. Pengalas
7. Piala ginjal/bengkok
PROSEDUR PENGAMBILAN DARAH VENA
Check List
No. Kegiatan
0 1 2
1. Jelaskan pada klien tujuan dan prosedur pengambilan darah
2. Pasang sarung tangan
Pilih dan kaji kondisi vena. Pasang pengalas dibawah area vena yang
3
dipilih.
Lakukan pembendungan pada lengan diatas vena, anjurkan klien
4 untuk membuka dan menutup tangannya atau tepuk-tepuk vena
tersebut. Bersihkan area penusukan dengan kapas alcohol.
Buka jarum, pegang dengan tangan dominan, tusukan jarum dengan
5
sudut 15 – 450 dan bevel keatas, pertahankan teknik steril.
Bila jarum sudah masuk ke vena, tarik jarum sampai darah mengisi
spuit sesuai kebutuhan. Bila menggunakan vacutainer, pegang plastic
6
adapter, tekan tabung vacuum dan biarkan darah masuk sampai
sesuai kebutuhan.
7 Lepaskan manset
Cabut jarum dari vena secara perlahan-lahan dan gunakan
8 kassa/kapas alcohol untuk menekan tempat penusukan. Bila darah
telah berhenti keluar, berikan plester.
Tempatkan darah pada tabung yang sesuai jika dibutuhkan dan beri
9
label pada tabung.
10 Rapikan alat dan klien
11 Cuci tangan
12 Dokumentasikan hasil tindakan
13 Terminasi tindakan
Persediaan Alat
Bak Instrumen Handuk
2 Nierbekken Plaster
2 com Gunting
Selang Nasogastrik (8-16 French) Stetoskop
Cotton buds/oren stick Kertas lakmus
1 gelas air dan sedotan Spatel
Kertas tissue/hand towel Penlight
Kasa
1 syringe/spoit 20/10 ml
PROSEDUR PEMASANGAN NASOGASTRIK TUBE (NGT)
Nama Mahasiswa :
NIM :
Check List
No. Kegiatan
0 1 2
1. Terangkan prosedur dan tujuannya
2. Tutup pintu dan tirai
3. Posisikan pasien (recumbent/fowlers)
4. Pakaikan handuk dan sediakan plaster : 2 untuk anchoring, 1 untuk penanda
5. Asses hidung dan cuci jika perlu
6. Cuci tangan medical dan pakai glove disposable.
7. Buka bungkusan nasogastrik tube dan pangkal selang digulung pada jari
Ukur selang nasogastrik dari ujung hidung ke telinga sampai pada prosessus
8.
xiphoideus
9. Licinkan ujung selang dengan mencelup ke dalam air atau jelly
10. Instruksikan klien untuk bernafas normal
Ekstensikan kepala pasien, masukkan selang nasogastrik ke dalam hidung sampai
11. ada halangan/rintangan (Nasopharyngeal junction) kemudian arahkan pasien untuk
memfleksikan kepalanya
Arahkan pasien terus menelan sampai pada paras tanda. (sambil menelan perawat
mendorong selang ke dalam 2-4 inci)
Jika pasien ‘gag’ terus menerus dan selang tidak mau masuk walaupun pasien
12.
menelan periksa mulut pasien menggunakan penlight dan spatel lidah
Perhatikan pasien untuk tanda-tanda distress (batuk dan sianosis) jika terjadi,
keluarkan selang dengan cepat dan boleh memasukkan lagi setelah pasien
‘recover’
Periksa kedudukan selang NG
Reaksi sekresi
Pasang syringe ke tube NG
Aspirasi sekresi lambung
Uji dengan menggunakan kertas lakmus
13.
Menggunakan stetoskop
Sediakan 10 cc udara dalam syringe
Pasang Syringe ke selang NG
Masukkan udara dan dengar dengan stetoskop di kawasan epigastrium
Uji ‘bubble’
Masukkan ujung selang ke dalam kom yang berisi air
Letakkan selang ke ujung hidung dengan menggunakan plaster (lap hidung jika
14.
perlu)
15. Rapikan dan pastikan pasien merasa nyaman
16. Rapikan alat-alat
17. Catat dalam catatan intake output
Keterangan Check List :
0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan tapi perlu latihan 2. Dilakukan dengan sempurna
PROSEDUR CARA PENCABUTAN NGT
Check List
No. Kegiatan
1 2 3
1. Periksa instruksi dokter untuk pencabutan NGT
2. Jelaskan prosedur pada klien
3. Siapkan pencatatan
4. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
5. Tempatkan handuk di atas dada klien secara hati-hati, buka plester dari hidung
6. Instruksikan klien untuk menarik napas dalam dan menahannya
Jepit selang dengan pinset secara hati-hati dan cabutlah selang ketika pasien
7.
menahan napas
8. Tempatkan ujung selang ke dalam kantong plastik
9. Bersihkan mulut dan hidung klien dan beri kenyamanan pada klien
10. Pindahkan semua peralatan dan cuci tangan
11. Catat hasil pencabutan selang
Keterangan Check List :
0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan tapi perlu latihan 2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMASANGAN KATETER URIN
Pengertian
Kateter adalah suatu selang untuk memasukkan dan mengeluarkan cairan. Kateterisasi urinarius
adalah memasukkan kateter melalui uretra ke dalam kandung kemih dengan tujuan untuk
mengeluarkan urin. Tindakan kateterisasi dapat menyebabkan infeksi nosokomial, oleh karena itu
sedapat mungkin tindakan kateterisasi di hindarkan, kecuali bila sangat diperlukan, dan harus
menggunakan tehnik yang tepat.
Tujuan Kateterisasi
1. Untuk mengurangi ketidaknyamanan yang disebabkan oleh distensi bladder untuk melakukan
dekompresi bertahap terhadap distensi bladder.
2. Untuk mengkaji jumlah residu urine residual jika pengosongan bladder yang tidak komplit,
yaitu pada kasus Bladder @ spincter Incompeten dan Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)
3. Untuk mengambil spesimen urine steril
4. Untuk mengosongkan bladder sebelum dan selama pembedahan
5. Untuk mencegah urine mengkontaminasi area insisi pembedahan terutama daerah perineum.
6. Memudahkan pengosongan kandung kemih, pemantauan berterusan dan akurat terhadap output
urine.
7. Untuk penatalaksanaan irigasi kandung kemih intermitten (bladder irrigation)
8. Untuk menangani urinaria inkontinensia jika perawatan lain tidak berhasil.
Tipe Kateter
I. Nelaton Kateter/”Straight Kateter”/Kateter sementara
II. Folley Kateter/”Indwelling Kateter”/Kateter tetap
Folley kateter terbuat dari karet atau plastik yang mempunyai cabang dua atau tiga (yang terdapat
satu balon yang dapat mengembang oleh air atau udara untuk mengamankan/menahan ujung
kateter dalam kandung kemih, cabang yang lainnya untuk mengalirkan urin dari kandung kemih
dan itu dapat disambung dengan tabung tertutup dari kantong/urin bag). Sedangkan pada kateter
cabang tiga, cabang yang ketiga digunakan untuk disambungkan ke irigasi dengan demikian
cairan irigasi yang steril dapat masuk ke kandung kemih dan tercampur dengan urin dan akan
keluar ke urin
Ukuran Kateter
Prinsip
1. Steril
2. Fiksasi balon kateter hanya jika selang kateter sudah berada di dalam kandung kemih
3. Kateter urin jangan dipaksakan masuk atau keluar (cabut) jika ada tahanan
4. Privacy
Persiapan Alat
1. Sarung tangan steril 8. Sarung tangan bersih
2. Set kateter dan urine bag 9. Kom bersih
3. Jelly 10. Bengkok
4. Syringe yang berisi aquades/NaCl steril 11. Alas bokong
untuk mengisi balon kateter 12. Pengikat/penggantung urine bag
5. Kateter urin dengan ukuran yang sesuai 13. Sampiran
6. Cairan antiseptic 14. Tempat specimen jika diperlukan
7. Kapas/kassa dan cairan pembersih
PROSEDUR PEMASANGAN KATETER URIN
Check List
No. Kegiatan
0 1 2
1. Lakukan persiapan sesuai indikasi tindakan
Atur posisi klien (wanita: posisi dorsal recumbent, pria : posisi supine dengan kain
2.
penutup/selimut klien)
3. Letakkan alas tahan air dibawah bokong klien
4. Tutup area pinggang kecuali area perineal dengan kain penutup/selimut klien
5. Gunakan sarung tangan bersih, lakukan perawatan perineum jika ada indikasi.
6. Buka set kateter urin dan alat-alat steril lainnya, tempatkan dialas steril
Gunakan sarung tangan steril. Buka bungkusan kateter urin steril. Cekapakah balon
7. berkembang sempurna dengan memasukkan cairan dan tarik semua cairan kembali
ke spuit
Pegang kateter dan berikan jelly di ujung kateter (dengan meminta bantuan atau
8.
dilakukan sendiri) dengan tetap mempertahankan tehnik steril.
Masukkan kateter ke dalam uretra secara perlahan sampai urin mengalir keluar.
Jangan sampai paksakan jika ada hambatan. Untuk pria posisikan penis tegaklurus
9.
900 dengan tubuh saat memasukkan kateter. Masukkan kateter sepanjang 7,5 – 9cm
untuk wanita dewasa dan 22,5 cm untuk laki-laki dewasa.
Pegang selang kateter 2 cm dari muara meatus uretra agar kateter tidak terdorong
10.
keluar lagi
Setelah urin mengalir, minta asisten untuk menyambungkan selang kateter keurine
11.
bag dan masukkan kateter 5 cm untuk memastikan posisi.
Sambil tetap mempertahankan posisi kateter, minta bantuan atau lakukan sendiri,
masukkan aquades/NaCl steril/udara untuk menfiksasi balon. Tarik kateterperlahan
12.
untuk memastikan balon kateter sudar terfiksasi dengan baik didalam kandung
kemih.
13. Lepas sarung tangan. Lakukan fiksasi luar kateter urin dengan plesterdidaerah paha.
14. Gantungkan urine bag dengan posisi lebih rendah dari klien
Lakukan tindakan penutup :
Rapikan alat dan klien
15. Cuci tangan
Dokumentasikan hasil tindakan
Terminasi tindakan
Keterangan Check List :
0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan tapi perlu latihan 2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMASANGAN ENEMA/HUKNAH
Batasan
Tindakan memasukkan cairan/terapi ke kolon melalui anus dengan memakai selang rectal
Tujuan
1. Merangsang defekasi pada klien konstipasi
2. Membersihkan kolon untuk diagnostic atau persiapan operasi
3. Memberikan terapi
Prinsip
1. Jumlah dan jenis cairan enema yang diberikan tergantung kebutuhan dan kondisi klen
2. Suhu cairan yang diberikan sesuai suhu tubuh internal
3. Hindari pemberian enema yang terlalu sering
Persiapan Alat
1. Sarung tangan bersih 5. Thermometer
2. Set enema : tabung enema, rectal tube dengan 6. Pengalas
dan kanu; rectal ukuran atau paket enema 7. Selimut mandi
dengan rectal tip 8. Tissue dan bengkok
3. Cairan enema 9. Baskom, washlap, sabun dan handuk
4. Jelly 10. Pispot
PROSEDUR ENEMA/HUKNAH
Check List
No. Kegiatan
0 1 2
1. Lakukan tindakan persiapan sesuai indikasi tindakan
2. Jaga privasi klien
Masukkan cairan enema ke dalam tabung enema. Buka klem dan alirkan cairan
3. melalui selang dan rectal tube, keluarkan udara yang ada, klem selang dan gantung
di standar.
4. Pakai sarung tangan
Pasang pengalas dibawah bokong klien dan tempatkan pispot ditempat yang mudah
5.
dijangkau.
Buka area rectal yang diperlukan. Atur posisi lien miring kanan/kiri atau posisisims
6.
lutut kanan fleksi.
7. Lumasi ujung kanul dengan jelly.
Masukkan ujung kanul sepanjang 7,5 – 10 cm (dewasa), 5 – 7,5 (anak). Instruksikan
8.
klien relaks dan napas dalam.
Alirkan cairan enema perlahan lahan sampai selesai dengan meninggikan tabung
9.
enema 30 cm (untuk enema rendah) dan 45 cm (untuk enema tinggi)
Rendahkan posisi tabung enema atau klem untuk beberapa saat jika klien mengeluh
10. perut kram, gelisah dan tidak dapat menahan buang air. Teruskan jika keluhan
menurun.
Tarik kanul secara perlahan bila sudah selesai. Instruksikan klien untuk menahan
11.
cairan selama 10 – 15 menit, atau pada anak, rapatkan gluteus beberapa menit.
12. Bantu klien defekasi dengan pispot atau dikamar mandi dan bersihkan klien.
13. Rapikan alat dan klien
14. Cuci tangan
15. Dokumentasikan hasil tindakan
16. Terminasi tindakan
Keterangan Check List :
0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan tapi perlu latihan 2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
BALUTAN BASAH – KERING
Definisi
Balutan basah kering adalah tindakan pilihan untuk luka yang memerlukan debridement
Tujuan
a. Membersihkan luka terinfeksi dan nekrotik
b. Mengabsorbsi semua eksudat dan debris luka
c. Membantu menarik kelembaban dari luka ke dalam balutan.
Balutan basah ke kering adalah tindakan pilihan untuk luka yang memerlukan debridement. Bagian yang
basah dan balutan secara efektif membersihkan luka terinfeksi dan nekrotik. Kasa lembab secara langsung
mengabsorbsi semua eksudat dan debris luka, serta mempercepat pertumbuhan jaringan baru. Lapisan luar
kering membantu menarik kelembapan dari luka ke dalam balutan dengan kerja kapiler.
Persiapan Alat
1. Set balutan steril atau bahan-bahan sebagai
berikut :
o Sarung tangan steril
o Set balutan gunting dan forsep
o Balutan kasa dan bantalan kasa
o Basin/kom untuk larutan antiseptic atau
larutan pembersih
o Salep/bubuk antibiotic (bila dipesankan)
2. Larutan pembersih yang diresepkan oleh
dokter
3. Larutan garam faal (NaCl 0,9%)/air
4. Sarung tangan sekali pakai
5. Plester atau larutan sesuai kebutuhan
6. Kantung tahan air untuk sampah
7. Balutan kasa ekstra dan surgipad
8. Selimut mandi
9. Aseton
10. Bantalan tahan air/perlak
PROSEDUR PENGGANTIAN BALUTAN BASAH – KERING
Check List
No. KEGIATAN
0 1 2
Persiapan klien
1
Jelaskan prosedur pada pasien
2 Cuci tangan
3 Susun semua peralatan yang diperlukan dan dekatkan pada pasien
4 Tutup ruangan atau tirai ditempat tidur
Ambil kantung sekali pakai dan buat lipatan diatasnya. Letakkan kantung dalam
5
jangkauan area kerja anda.
Bantu klien pada posisi yang nyaman, pasang selimut mandi han untuk
6 memanjangkan area luka.instruksikan klien untuk tidak menyentuh area luka atau
peralatan steril.
7 Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester ikatan atau balutan.
Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan perlahan, sejajar
8 pada kulit dan mengarah pada balutan (Bila masih terdapat plester dikulit, inidapat
dibersihkan dengan aseton)
Dengan sarung tangan atau forsep, angkat balutan, pertahankan permukaan kotor
9
jauh dari penglihatan pasien.
10 Bila balutan lengket pada luka, lepaskan dengan memberikan larutan steril atau air.
11 Observasi karakter dan jumlah drainase pada balutan
Buang balutan kotor pada kantung sampah, hindarkan kontaminasi permukaan luar
12
kantung. Lepaskan sarung tangan.
Buka bak steril. Buka botol atau bungkusan larutan antiseptic dan tuangkan kedalam
13
bak steril atau diatas kasa steril.
14 Pakai sarung tangan steril.
Inspeksi luka. Perhatikan kondisinya, letak drain, integritas jahitan atau penutup
15 kulit dan karakter drainase (palpasi luka, bila perlu, dengan bagian tangan non -
dominan yang tidak akan menyentuh bahan steril).
Bersihkan luka dengan larutan antiseptic yang diresepkan atau larutan garam faal.
Pegang kasa yang dibasahi dalam larutan dengan forsep. Gunakan kasa terpisah
16
untuk setiap usapan membersihkan. Bersihkan dari area yang kurang terkontaminasi.
Gerakkan dalam tekanan progresif menjauh dari insisi atau tepi luka.
Pasang kasa beranyam halus yang basah tepat pada permukaan luka.Bilalukadalam,
dengan perlahan buat kasa seperti kemasan dengan menekuk tepi kasa dengan
17
forsep. Secara perlahan masukkan kasa kedalam luka sehingga semua permukaan
luka kontak dengan kasa basah.
Berikan salep/larutan/bubuk antiseptic bila dipesankan. Jaringan oleskan diatas
18
tempat drainase.
19 Pasang kasa steril kering (4 x 4) diatas kasa basah.
20 Tutup dengan kasa, surgipad atau bantalan ABD
21 Gunakan plester diatas balutan atau amankan dengan ikatan.
22 Lepaskan sarung tangan dan buang pada tempat yang telah disediakan
23 Buang semua bahan dan bantu klien pada posisi nyaman
24 Cuci tangan.
Catat pada catatan perawat hasil observasi luka, balutan dan drainase.
25
Dokumentasikan penggantian balutan, termasuk pernyataan respon klien.
Keterangan Check List
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BALUTAN KERING
Definisi
Balutan kering adalah tindakan pilihan untuk luka bersih tak terkontaminasi dan luka steril
Tujuan
Balutan kering melindungi luka dengan drainase minimal terhadap kontaminasi mikroorganisme
Persiapan Alat
a. Set balutan steril dalam bak instrumen
steril :
1. Sarung tangan steril
2. Pinset steril (2 anatomis dan 1
sirurgis)
3. Gunting
4. Balutan kasa dan kasa steril
5. Kom untuk larutan antiseptik
atau pembersih
6. Salep antiseptik
b. Larutan pembersih yang diresepkan oleh
dokter
c. Normal salin
d. Sarung tangan sekali pakai
e. Plester, pengikat, atau perban sesuai
kebutuhan
f. Nierbekken (1 berisi lisol, 1 kosong)
g. Selimut mandi
h. Bantalan tahan air/perlak pengalas
i. Gunting perban
PROSEDUR PENGGANTIAN BALUTAN KERING
Check List
No. KEGIATAN
0 1 2
Persiapan klien
1 Jelaskan prosedur pada klien dengan menggambarkan langkah -langkah perawatan
luka.
Susun semua peralatan yang diperlukan di meja dekat tempat tidur (jangan membuka
2
peralatan).
Ambil nierbekken dan buat balutan diatasnya. Letakkan kantung dalam jangkauan
3
area kerja anda/letakkan nierbekken didekat pasien
4 Tutup ruangan atau tirai di sekitar tempat tidur. Tutup semua jendela yang terbuka.
5 Intruksikan pasien untuk tidak menyentuh area luka atau peralatan steril.
6 Cuci tangan secara menyeluruh.
7 Letakkan bantalan tahan air di bawah klien/perlak pengalas
8 Kenakan sarung tangan bersih sekali pakai dan lepaskan plester, ikatan atau perban
Lepaskan plester dengan melemaskan ujungnya dan menarik secaraperlahan,sejajar
9 dengan kulit dan kearah balutan dengan tangan yang telah menggunakan sarung
tangan atau pinset
Bila balutan merekat pada jaringan dibawahnya, jangan dibasahi.Perlahan bebaskan
10 balutan dari eksudat yang mongering. Ingatkan klien tentang penarikan dan
ketidaknyamanan
11 Observasi karakter dan jumlah drainase pada balutan
Buang balutan kotor pada wadah yang telah di sediakan, hidari kontaminasi
12 permukaan luar wadah. Lepaskan sarung tangan sekali pakai dengan menarikbagian
dalam keluar. Buang pada tempat yang telah disediakan
Siapkan peralatan balutan steril. Tuangkan larutan yang diresapkan ke dalam kom
13
steril dan tambahkan kasa berlubang kecil
14 Kenakan sarung tangan
Inspeksi luka. Perhatikanlah kondisinya, letak drain, integritas jahitan atau
15 penutupan kulit, dan krakteristik drainase. (palpasi luka, bila perlu, dengan bagian
non dominan anda yang tidak akan menyentuh peralatan steril)
Bersihkan luka dengan larutan antiseptik atau larutan normal salin. Pegang kasa
yang telah dibasahi dengan larutan menggunakan pinset. Gunakan satu kasauntuk
16 setiap tekanan pembersihan. Bersihkan dari area yang kurang terkontaminasikearea
yang paling terkontaminasi. Bergerak dalam tekanan progresif menjauh dari garis
insisi ataupun tepi luka.
Gunakan kasa baru untuk mengeringi luka atau insisi. Pasang kasa steril kering
17
diatas kasa basah.
Berikan salep antibiotik bila dipesankan, gunakan teknik seperti langkah pada
18
pembersihan. Jangan di oleskan ditempat drainase
Pasang kasa steril kering pada insisi atau letak luka :
Pasang satu kasa setiap kali
Pasang kasa sebagai lapisan kontak
19
Bila terpasang drain, ambil gunting dan potong kasa kotak untuk dipasangkan
disekitarnya.
Pasang kasa lapisan kedua sebagai absorben.
20 Bantu klien pada posisi nyaman
21 Cuci tangan.
22 Catat pada catatan perawatan dari observasi luka, balutan drainase,dan respon klien
Keterangan Check List
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
RANGE OF MOTION (ROM)
Definisi
Range Of Motion (ROM) adalah tindakan/latihan otot atau persendian yang diberikan kepada klien yang
mobilitas sendinya terbatas karena penyakit, diabilitas, atau trauma.
Tujuan
Untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan pada otot yang dapat dilakukan aktif maupun pasif
tergantung dengan keadaan klien.
Check List
No. Prosedur Tindakan
0 1 2
1. Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Atur posisi lengan klien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk
4. Pegang tangan klien dengan satu tangan dan tangan yang lain memegang
pergelangan tangan klien
5. Tekuk tangan klien ke depan sejauh mungkin
6. Lakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi. Misalnya, rentang
gerak pergelangan dan kekakuan sendi.
7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
2. Fleksi dan Ekstensi Siku
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Atur posisi lengan klien dengan menjauhi sisi tubuh dan telapak
mengarah ke tubuh klien
4. Letakkan tangan perawat di atas siku klien dan pegang tangan klien
dengan tangan lainnya
5. Tekuk siku klien sehingga tangan klien mendekat bahu
6. Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya
7. Lakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi. Misalnya, rentang
gerak pada siku, kekakuan sendi dan adanya nyeri.
3. Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuhnya dengan siku menekuk.
4. Letakkan satu tangan perwat pada pergelangan klien dan pegang tangan
klien dengan tangan yang lainnya
5. Putar lengan bawah klien ke arah kanan/kiri
6. Kembalikan ke posisi awal sebelum dilakukan pronasi dan supinasi.
7. Lakukan observasi terhadap perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak
lengan baawah dan kekakuan.
8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
4. Fleksi Bahu
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Atur posisi tangan klien di sisi tubuhnya
4. Letakkan satu tangan perawat di atas siku klien dan pegang tangan klien
dengan tangan lainnya
5. Angkat lengan klien pada posisi awal
6. Lakukan observasi perubahan yang terjadi. Misalnya, rentang gerak bahu
dan kekakuan
7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
5. Abduksi dan Adduksi Bahu
1. Jelaskan prsosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Atur posisi lengan klien di samping badannya
4. Letakkan satu tangan perawat di atas siku klien dan pegang tangan klien
dengan tangan lainnya
5. Gerakkan lengan klien menjauh dari tubuhnya kea rah perawat. Ke arah
samping bagian bawah
6. Kembalikan ke posisi semula
7. Catat perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak bahu, adanya
kekakuan dan adanya nyeri
8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
6. Rotasi Bahu
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Atur posisi lengan klien menjauh dari tubuh ( ke samping) dengan siku
menekuk.
4. Letakkan satu tangan perawat di lenngan atas klien dekat siku dan pegang
tangan klien dengan tangan lainnya.
5. Lakukan rotasi bahu dengan lengan ke bawah sampai menyentuh tempat
tidur, telapak tangan menghadap ke bawah
6. Kembalikan lengan ke posisi semula
7. Gerakkan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat tidur,
telapak tangan menghadap ke atas.
8. Kembalikan ke posisi semula.
9. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
10. Catat perubahan yang terjadi, misalnya rentang gerak, kekakuan dan
nyeri.
7. Fleksi dan Ekstensi Jari-Jari Kaki
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Pegang jari-jari kaki klien dengan satu tangan sementara tangan yang lain
memegang kaki
4. Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke bawah
5. Luruskan jari-jari kemudian dorong ke belakang
6. Kembalikan ke poosisi semula
7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
8. Catat perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak, dan adanya kekakuan
sendi.
8. Inverse dan Eversi Kaki
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Pegang separuh bagian atas kaki klien dengan tangan kaki (pelaksana) dan
pegang pergelangan kaki klien dengan tangan satunya.
4. Putar kaki dengan arah ke dalam sehingga bagian telapak kki menjauhi
kaki yang lain
5. Kembalikan ke posisi semula
6. Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang lain
7. Kembalikan ke posisi semula
8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
9. Catat perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak dan kekakuan.
9. Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Kaki
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Letakkan satu tangan pada telapak kaki klien dan satu tangan yang lain di
atas pergelangan kaki, jaga kaki lurus, dan rileks
4. Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada/ke bagian atas
tubuh klien
5. Kembalikan posisi awal
6. Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada klien. Jari dan telapak kaki
diarahkan ke bawah
7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
8. Catat perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak dan kekakuan.
10. Fleksi dan Ekstensi Lutut
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Letakkan satu tangan ke bawah lutut dan pangkal paha
4. Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha
5. Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada klien sejauh mungkin dan
semampu klien
6. Turunkan dan luruskan lutut dengan tetap mengangkat kaki ke atas.
7. Kembali ke posisi semula
8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
9. Catat perubahan yang terjadi. Misal rentang gerak dan adanya kekakuan
sendi.
11. Rotasi Pangkal Paha
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki klien dan satu
tangan yang lain di atas lutut klien
4. Putar kaki ke arah klien
5. Putar kaki ke arah pelaksana
6. Kembali ke posisi semula
7. Cuci tangan seelah prosedur dilakukan
8. Catat perubahan yang terjadi
12. Abduksi dan Adduksi Pangkal Paha
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3. Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut klien dan satu tangan pada
tumit.
4. Angkat kaki klien 1-8 cm dari tempat tidur dan pertahankan posisi tetap
lurus. Gerakkan kaki menjauhi badan klien atau ke samping ke arah
perawat.
5. Gerakkan kaki mendekati badan klien
6. Kembali ke posisi semula
7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
8. Catat perubahan yang terjadi. Misal, rentang gerak dan kekakuan sendi.
Definisi
Mengatur posisi klien di atas tempat tidur
Tujuan
1. Meningkatkan kenyamanan
2. Program rehabilitasi
Persiapan alat
1. Bantal
2. Trochanter roll
3. Hand roll
4. papan kaki
PROSEDUR PENGATURAN POSISI KLIEN
DI ATAS TEMPAT TIDUR
Check List
No. Prosedur Tindakan
0 1 2
1. Lakukan kontrak dengan klien
2. Jelaskan prosedur pelaksanaan
3. Jaga privasi klien dengan menutup pintu atau sampiran
4. Mencuci tangan
5. Dekatkan alat-alat yang akan digunakan
6. Buatlah posisi tempat tidur yang memudahkan untuk bekerja (sesuaikan dengan
tinggi perawat
7. Sesuaikan berat badan klien dan perawat. Bila perlu carilah bantuan atau gunakan
alat bantu pengangkat
8. A. Posisi Fowler
1. Naikkan posisi kepala 45⁰-65⁰ (bagi klien hemiplegia, atur klien setegak mungkin).
Instruksikan klien untuk menekuk lutut sedikit sebelum menaikkan bagian kepala
tempat tidur
2. Letakkan bantal dibawah kepala, leher dan bahu (bagi klien hemiplegia, atur dagu
agak keatas
3. Letakkan bantal kecil atau gulungan handuk didaerah lekuk pinggang, jika
terdapat celah kecil didaerah tersebut
4. Letakkan bantal untuk mendukung lengan dan tangan terutama pada bagian yang
paralysis
5. Berikan hand roll jika klien mempunyai kecenderungan deformitas pada jari dan
telapak tangan, trochanter roll dan foot board pada pasien dengan paralysis
6. Letakkan bantal kecil dibawah kaki, mulai dari bawah lutut sampai ke tumit
9. B. Posisi SIMS
1. Pindahkan klien ke posisi tempat tidur dengan arah berlawanan dengan posisi
yang diinginkan.
2. Rapatkan kedua kaki klien dan tekuk kedua lutut yang berlawanan dengan posisi
yang diinginkan
3. Anjurkan klien meletakkkan salah satu lengan di sisi luar paha, miringkan klien
sampai posisi agak tengkurap, anjurkan klien untuk meletakkan lengan ke bagian
belakang tubuh
4. Letakkan bantal kecil dibawah kepala, di bawah lengan atas, dan antar paha.
5. Yakinkan bahwa bahu dan pinggul berada pada bidang yang sama
6. Letakkan gulungan handuk atau bantal pasir di telapak kaki
Menyuntikkan obat adalah prosedur invasive yang mencakup memasukkan obat melalui jarum steril yang
dimasukkan ke dalam jaringan tubuh. Teknik aseptik ini harus dipertahankan karena klien berisiko terhadap
infeksi manakala jarum suntik menusuk kulit. Karakteristik jaringan mempengaruhi kecepatan penyerapan
obat, awitan kerja obat. Oleh karenanya sebelum menyuntikkan obat, perawat harus mengetahui volume
obat yang diberikan, karakteristik obat dan letak struktur anatomi di bawah tempat yang akan disuntikkan.
Menyuntik dapat dilakukan dengan cara intravena, intracutan, sub kutan dan intra mascular.
INJEKSI INTRADERMAL
Pengertian
Injeksi intradermal adalah pemberian obat ke dalam lapisan dermis kulit tepat dibawah epidemis
Tujuan
Biasa digunakan untuk tes alergi dan screening TB
Area injeksi : lengan bawah bagian dalam, dada bagian atas, punggung bagian belakang
tepat di bagian scapulae.
Persiapan alat :
1. Vial atau ampul obat
2. Spoit 1 ml
3. Kapas alcohol
4. Handscoen bersih
Pengertian
Injeksi subkutan adalah pemberian obat kedalam jaringan ikat dibawah dermis. Hanya pengobatan dosis
kecil (0,5 – 1 ml) yang biasa disuntikkan melalui rute subkutan.
Tujuan
- Untuk memberikan pengobatan seperti penyuntikan vaksin, medikasi preoperative, narkotik, heparin
dan insulin.
- Untuk memberikan efek absorpsi yang lebih lambat dibandingkan injeksi intramuscular ataupun
intravena.
Area injeksi
Lengan atas bagian luar, paha anterior, abdomen, area scapula pada punggung belakang, ventrogluteal dan
dorsogluteal bagian atas.
Persiapan alat :
1. Vial atau ampul berisi obat
2. Spoit 2,5 ml ; 3 ml
3. Kapas alcohol
4. Kasa (bila perlu)
5. Handscoen bersih
Pengertian
Intra mascular adalah pemberian suntikan ke dalam jaringan otot, intra mascular memberikan absorpsi
obat lebih cepat karena mascularitas otot. Bahaya kerusakan jaringan menjadi lebih sedikit jika obat
diberikan jauh ke dalam otot. Otot juga kurang sensitive terhadap obat-obat yang kental dan mengiritasi.
Namun ada risiko yang merugikan dari penyuntikan pembuluh darah jika perawat tidak cermat. Ada dua
tekhnik dalam melakukan injeksi intramuscular yaitu dengan menggunakan teknik z-track dan teknik air
lock (kunci udara).
Tujuan
untuk memberikan pengobatan
Area injeksi
1. Paha (vastus lateral is) – klien barbaring terlentang dengan lutut sedikit flkesi.
2. Ventrogluteal – klien berbaring miring, tengkurap, atau terlentang dengan lutut dan pinggul pada sisi
yang akan disuntikkan dalam keadaan fleksi.
3. Dorsogluteal – klien tengkurap dengan lutut diputar kearah dalam, atau miring dengan lutut bagian
atas dan pinggul fleksi dan diletakkan di depan tungkai bawah.
4. Lengan atas (deltoid) – klien duduk atau berbaring mendatar dengan lengan atas fleksi tetapi rileks
menyilang abdomen atau di alas abdomen.
Persiapan alat :
1. Vial atau ampul berisi obta
2. Spoit 1 – 5 ml : volume 0,5 – 1 ml direkomendasikan pada pemberiannya pada muskulus deltoideus,
pada otot yang lebih tebal pemberiannya dengan volume sampai dengan 4 ml dapat ditoleransi dengan
aman.
3. Kapas alcohol
4. Kasa (bila perlu)
5. Handscoen bersih
Pengertian
Intra vena adalah pemberian suntikan dengan medikasi langsung ke dalam pembuluh darah vena.
Tujuan
Melaksanakan tindakan pengobatan langsung ke dalam vena
Persiapan Pasien
1. Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan
2. Pasien diatur dalam posisi terlentang dan nyaman
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN INJEKSI INTRAVENA
Persiapan alat
1. Obat dalam spoit
2. Kapas alcohol
3. Plester
Persiapan alat
1. Obat dalam spoit
2. Spoit yang berisi normal saline
3. Kapas alcohol
Persiapan alat
1. Obat dalam spoit
2. Spoit yang berisi normal saline
Persiapan alat
1. Obat dalam spoit
2. Kapas alcohol antiseptic
3. Selang dengan port injeksi
Pemberian medikasi yang pekat/padat secara langsung kedalam vena dengan teknik bolus
merupakan metode pemberian obat yang sangat berbahaya. Obat tersebut bereaksi dengan cepat karena
obat masuk ke dalam sirkulasi klien secara langsung. Efek samping yang serius dapat terjadi dalam hitungan
detik.
Obat dapat diberikan secara intervena melalui lock intravena (saluran khusus yang dibuat untuk
memasukkan obat) atau melalui saluran infuse yang sudah ada
Ada beberapa cara pemberian obat secara intravena.
Defenisi
Memasukkan zat asam (oksigen) ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan
alat.
Tujuan
Memenuhi kekurangan zat asam (oksigen) pada pasien yang dalam keadaan hypoksia/anoksia.
Tidak terjadinya hyroksia misalnya pada penyelam.
Metabolisme berjalan lancar.
Dilakukan Pada Pasien
Dengan anoksia, hypoksia, syok, dyspnoe, sinnosis, coma.
Dengan kelumpuhan alat-alat pernapasan.
Selama narcose umman.
Trauma paru-paru.
Sifat Oksigen
Tidak berwarna dan tidak berbau.
Tidak berasa.
Tidak bisa disimpan dalam tubuh.
Mudah terbakar.
Hal lain yang harus diperhatikan saat memberi terapi oksigen adalah tindakan penggunaan (SAFETY
PERCAUTION) guna mencegah bahaya kebakaran.
Beberapa upaya penggunaan tersebut antara lain :
Hindari menyalakan api disekitar sumber oksigen karena dapat meledak
Beritahu pasien / pengunjung untuk tidak merokok di dekat sumber tersebut.
Lakukan pengecekan perlengkapan listrik, terutama kabel-kabel diruangan tersebut, pastikan
semuanya masih berfungsi dengan baik.
Hindari menggunakan minyak tanah atau listrik disekitar sumber oksigen
Penatalaksanaan Sumber Oksigen
Sumber oksigen di Rumah Sakit dapat meliputi oksigen dinding dan tabung oksigen.
1. Sumber dinding :
Penatalaksanaan pemberian oksigen melalui sumber dinding meliputi :
Pasangkan flow meter pada sumber oksigen, gunakan tekanan yang tidak terlalu kuat
Isi botol dengan air Steril, pasang pada flow meter dan atau aliran flow meter
Pasangkan pada alat yang digunakan pada slang atau saluran oksigen
2. Tabung :
Penatalaksanaan pemberian oksigen melalui tabung meliputi :
Lepas tutup pelindung tabung
Putar kran tabung secara perlahan-lahan sampai oksigen sedikit keluar untuk membersihkan debu
dan kotoran yang melekat disalurkan keluar oksigen, lakukan dengan hati-hati sebab tindakan
tersebut dapat menimbulkan bunyi yang keras.
Sambungkan flow meter dengan outlet silinder, kencangkan dengan kunci inggens
Letakkan tabung pada posisi menetap, lepaskan katup secara perlahan sampai terbuka penuh, lalu
kembalikan atau tutup sampai seperempatnya.
Atur flow meter Ssi dengan kebutuhan (instruksi dokter)
Pemberian terapi O2 dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti :
Kanula hidung, masker, transtrachee dan lain-lain.
Defenisi
Kanula nasal merupakan alat sederhana yang dapat dimasukkan ke dalam lubang hidung untuk
memberikan oksigen dan yang memungkinkan klien untuk bernapas melalui mulut atau hidungnya. Alat ini
tersedia untuk semua kelompok usia dan cocok untuk penggunaan jangka panjang maupun pendek
dirumah sakit atau dirumah.
Tujuan
Secara umum tindakan ini bertujuan untuk mengatasi hipoksia yaitu dengan memberikan oksigen
tambahan pada klien untuk memudahkan oksigenisasi jaringan yang adekuat. Perkiraan persentase
oksigen yang diberikan melalui kanula adalah sbb :
Persentase pemberian oksigen dengan kanula nasal
1 liter = 24 %
2 liter = 28 %
3 liter = 32 %
4 liter = 36 %
5 liter = 40 %
Klien yang memerlukan oksigen dosis rendah dalam konsentrasi yang konstan dengan pola napas
bervariasi, lebih baik menggunakan masker venture daripada kanula nasal.
Persiapan Alat :
1. Tabung oksigen
2. Jeli pelumas
3. Sarung tangan tidak steril
4. Kasa/kapas
5. Kanula nasal / masker wajah
6. Humidifier (tabung pelembab) berisi air steril
7. Flow meter
8. Tanda “DILARANG MEROKOK”
9. Alat tulis, kertas dokumentasi
Persiapan Klien :
1. Berikan penjelasan pada klien tentang tujuan tindakan.
2. Posisi diatur senyaman mungkin.
PROSEDUR PEMASANGAN KANULA NASAL/MASKER
Check List
No. Kegiatan
0 1 2
Persiapan Klien :
1. Berikan penjelasan pada klien tentang tujuan tindakan.
2. Posisi diatur senyaman mungkin.
Pelaksanaan :
1. Cuci tangan
2. Bawa alat ke dekat klien
3. Memastikan volume air steril dalam humidifier sesuai ketentuan,
tambahkan air suling jika diperlukan, atau buang isi tabung dari
kemasan dan sekrup penutup atas tabung.
4. Sambungkan humidifier ke flow meter
5. Menghubungkan selang dari kanula nasal ke tabung pelembab.
6. Sambungkan humidifier pada selang yang disambungkan kekanula
atau maker.
7. Memeriksa apakah oksigen keluar dari kanula atau masker
8. Menetapkan kadar oksigen sesuai indikasi ) *
9. Gunakan sarung tangan
10. Kanula
Bersihkan sekresi lubang hidung dengan bola kapas lembab
Pasang kanula hidung yang bercabang ke dalam lubang hidung klien
Selipkan selang mengitari telinga klien dan dagu bagian bawah.
Kapas atau kasa di antara selang dan telinga dapat menambah
kenyamanan.
Kencangkan selang untuk mengamankan kanula, tetapi yakinkan
klien merasa nyaman.
11. Masker
Pasang masker di atas hidung, mulut dan dagu
Letakkan masker sesuai dengan strip logam pada batang hidung
masker sehingga pas dengan batang hidung klien
Tarik pita elastic mengitari bagian belakang kepala atau leher
Tarik pita pada sisi masker untuk mengencangkan.
12. Mengkaji kondisi secara teratur.
Pindahkan / lepaskan kanula setiap 4 sampai 8 jam untuk mengkaji
kulit dan oleskan jeli pada lubang hidung dan bersihkan secret.
13.
Lepaskan masker setiap 4 sampai 8 jam, usap embun yang
terakumulasi dan kaji kulit dibawahnya.
Posisikan klien agar nyaman dengan meninggikan kepala tempat
14.
tidur.
15. Buang atau simpan peralatan dengan tepat.
Meletakkan tanda “DILARANG MEROKOK” pada tanda yang jelas
16.
terlihat.
Evaluasi
17.
Validasi perasaan klien
18. Cuci tangan.
Dokumentasi
19.
Catat hasil dan respon klien pada proses keperawatan.
20. Cantumkan nama perawat yang melakukan tindakan.
Keterangan Check List :
4. Tidak dilakukan sama sekali
5. Dilakukan tapi perlu latihan
6. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
PENGHISAPAN LENDIR (SUCTION)
Definisi
Tindakan memasukkan selang kateter melalui oral untuk menghisap secret/lendir pada oral atau orofaring
Tujuan
1. Memfasilitasi pengeluaran lendir melalui mulut
2. Meningkatkan ventilasi sehingga perfusi jaringan meningkat
Persiapan alat :
1. Stetoskop
2. Kateter suction sesuai ukuran
3. Mesin suction
4. Tabung penghubung
5. Sarung tangan steril
6. Kom steril berisi aquades tau normal salin
7. Pinset steril pada tempatnya
8. Kom berisi cairan antiseptic
9. Pengalas/handuk
10. Oksigen dengan nasal kanula atau ambubag
Check List
No. Prosedur Tindakan
0 1 2
1. Lakukan kontrak waktu dengan klien
2. Persiapkan alat
3. Cuci tangan
4. Kaji fungsi pernapasan : suara napas, letak secret, kekentalan secret,
kemampuan batuk klien
5. Cek program pengobatan, oksigen yang diberikan
6. Cek tekanan mesin suction, atur sesuai kondisi klien
7. Letakkan pengalas di bawah dagu/dada klien
8. Tingkatkan oksigenasi klien dengan meminta klien menarik napas dalam,
meninggikan pemberian oksigen 100% selama 1-2 menit melalui nasal
kanula atau ambubag
9. Gunakan sarung tangan steril
10. Dengan tangan non dominan sambungkan kateter dengan mesin suction
11. Dengan tangan dominan, jepit kateter dengan pinset anatomi, lakukan
pengecekan suction dengan menghisap cairan pada kom steril
12. Instruksikan klien untuk membuka mulut
13. Masukkan kateter ke dalam mulut sampai karina (adanya reflex batuk)
tanpa menutup tabing. Tutup tubing lalu Tarik keluar selang suction secara
perlahan dengan arah memutar. Lakukan prosedur ini maksimal 10-15
detik
14. Bersihkan selang kateter dengan menghisap aquades atau normal salin
pada kom
15. Anjurkan klien menarik napas jika masih terdapat lendir dan perawat ingin
melakukan suction lagi
16. Lakukan prosedur pengisapan maksimal sampai 3 kali
17. Bersihkan selang kateter
18. Bersihkan mulut klien
19. Kembalikan konsentrasi oksigen sesuai program pengobatan
20. Lepaskan kateter dan buang di tempat sampah tidak
21. Jelaskan kepada klien bahwa prosedur telah selesai
22. Lepaskan sarung tangan
23. Evaluasi respon klien
24. Lakukan pendokumentasian
Defenisi
Ampul dan vial biasa digunakan sebagai wadah obat parenteral yang steril. Ampul adalah wadah
penyimpanan obat yang terbuat dari kaca dengan bagian leher yang menyempit dan digunakan untuk satu
kali dosis pemakaian. Untuk menggunakan obat dari ampul maka leher ampul harus dipatahkan terlebih
dahulu. Vial adalah botol kecil dengan tutup yang terbuat dari karet, dengan ukuran berbeda -beda baik
dosis sekali pakai ataupun multipel dosis.
Persiapan alat
1. Ampul obat
2. Jarum dan spoit
3. Kasa kecil
4. Kapas alcohol
Persiapan alat
1. Vial obat
2. Jarum dan spoit
3. Aquades 25 mL
4. Kapas alcohol
Defenisi
Pemberian obat-obatan atau cairan tertentu di dalam mata. Macam-macam pemberian:
1. Meneteskan
2. Mengoleskan
3. Membilas (irigasi) mata
Persiapan alat :
11. Botol obat tetes atau salep mata
12. Bola kapas atau tisu
13. Baskom cuci dengan air hangat
14. Penutup mata/eye patch (tidak menjadi keharusan)
15. Sarung tangan bersih
Persiapan alat
1. Boorwater 3% atau cairan RL yang steril di dalam tempatnya.
2. Spoit 20 cc atau spoit khusus mata steril.
3. Infus set
4. Kapas basah steril dalam tempatnya
5. Kain kasa steril
6. Perlak dan alasnya
7. Bengkok (nierbekken)
8. Handuk
9. Anasthesi topikal; pantocain 0,5%
Persiapan alat
1. Sarung tangan bersih
2. Obat tetes
3. Cotton fluff
PROSEDUR PEMBERIAN OBAT TETES TELINGA
Check List
No. Prosedur Tindakan
0 1 2
1. Telaah pesanan dokter untuk memastikan nama obat, dosis, waktu dan
tempat pemberian.
2. Identifikasi identitas klien
3. Jelaskan prosedur pemberian pada klien
4. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
5. Minta klien untuk berbaring dengan posisi yang nyaman untuk tetes
telinga, posisi kepala miring dengan lubang telinga menghadap ke atas
6. Bersihkan pinna dan lubang telinga
7. Hangatkan sejenak botol obat dengan tangan atau menggunakan air
hangat
8. Pastikan posisi saluran telinga dengan menarik pinna ke belakang atas
9. Teteskan obat sesuai dosis pengobatan
10. Anjurkan pasien untuk mempertahankan posisi miring selama 5 menit
11. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
12. Dokumentasikan semua informasi yang relevan :
- Nama obat yang diberikan, waktu, dosis, dan rute pemberian obat,mata (kiri,
kanan atau kedua mata) yang menerima obat
- Masalah-masalah khusus jika terjadi
13. Evaluasi respon klien
Keterangan Check List :
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
PEMBERIAN OBAT TOPIKAL UNTUK KULIT
Persiapan alat
1. Agen topical yang dipesankan (mis 6. Waslap
Bubuk, krim, lotion, dll) 7. handuk
2. Kasa kecil steril 8. sabun basah
3. Sarung tangan sekali pakai atau steril 9. Kasa balutan
4. Aplikator berujung kapas 10. Plester
5. Baskom dengan air hangat,
Batasan
Tindakan pengambilan specimen dahak secara langsung
Tujuan
Untuk keperluan diagnostic dan mengidentifikasi mikroorganisme yang menyebabkan infeksi/penyakit
Persiapan Alat
1. Botol specimen
2. Masker
3. Kertas tisu
4. Catatan specimen
5. Ampra tindakan untuk kultur dan sensitifitas
Batasan
Tindakan pengambilan specimen urin pada klien dalam waktu 24 jam
Tujuan
Mengenai jenis mikroorganisme yang menyebabkan infeksi, mengetahui kemungkinan penyebab penyakit
dan mengetahui jumlah urin out put
Persiapan Alat :
1. Bedpan/urinal
2. Botol pengumpul
3. Jug pengukur
4. Ampra tindakan pemeriksaan
5. Catatan specimen
PROSEDUR
PENGAMBILAN SPESIMEN URIN UNTUK KULTUR DAN SENSITIFITAS
(Klien dengan keterbatasan gerak dan kateter urin)
Check List
No. Kegiatan
0 1 2
Lakukan tindakan persiapan :
1. - Periksa catatan dari dokter
- Periksa keadaan pasien
- Siapkan peralatan
2. Cuci tangan
3 Beri salam, jelaskan pada klien tujuan dan prosedur pengambilan urin.
4 Tanyakan klien kapan kencing yang pertama setelah bangun pagi
5 Catat waktu dan urin yang dikumpulkan pertama
6 Ambil dan catat jumlah urin yang keluar
Tuangkan semua urin ke dalam botol setiap kali kencing sampai keesokan
7
harinya.
8 Catat waktu dan jumlah pengambilan urin yang terakhir
9 Label specimen dengan lengkap
10 Masukkan botol specimen kedalam plastic
11 Cuci tangan
12 Lengkapkan ampra tindakan dengan betul
Hantar specimen ke tempat pemeriksaan diagnostic dengan ampra
13
tindakannya.
14 Bersihkan dan rapikan peralatan
15 Dokumentasikan specimen yang di antar
Keterangan Check List
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
PENGAMBILAN SPESIMEN URIN UNTUK KULTUR DAN SENSITIFITAS
(Klien dengan keterbatasan gerak dan kateter urin)
Batasan
Tindakan pengambilan specimen urin pada klien dengan keterbatasan gerak dan kateter urin
Tujuan
Mengenali jenis mikroorganisme yang menyebabkan infeksi dan penyakit
Persiapan Alat
1. Sarung tangan bersih
2. Botol specimen urin steril
3. Swab/kapas alcohol
4. Spuit 20 cc dan jarum 21 G
5. Bak/kom steril
6. Ampra tindakan pemeriksaan
7. Catatan Spesimen
Batasan
Tindakan pengambilan specimen urin pada klien dengan keterbatasan gerak dan tanpa kateter
Tujuan
Mengenai jenis mikroorganisme yang menyebabkan infeksi dan penyakit
Persiapan Alat
1. Sarung tangan steril
2. Botol specimen urin steril
3. Larutan Normal Salin
4. Bak/kom steril
5. Pengalas/perlak
6. Set perawatan perineum
7. Bedpan dan penutup
8. Ampra tindakan pemeriksaan
9. Catatan specimen
Defenisi
Mencuci rambut dan kulit kepala dengan mempergunakan sabun atau shampo
Tujuan
1. Membersihkan kulit kepala dan rambut
2. menghilangkan bau dan memberi rasa nyaman
3. Merangsang peredaran darah di bawah kulit kepala
4. Membasmi kutu dan ketombe
Dilakukan pada
1. Pasien yang rambutnya kotor dan keadaan umumnya mengizinkan
2. Bagi pasien yang berkutu,s ebelum dicuci harus diobati dan dipasang kap kutu terlebih
dahulu.
3. Pasien yang menjalani operasi besar (bila keadaan umum mengizinkan)
Persiapan Alat
1. Handuk dua buah
2. Perlak panjang sebagai alas
3. Baskom berisi air hangat
4. Gayung
5. Shampo dan sabun kedalam
tempatnya
6. Sisir
7. Kain kassa dan kapas
8. Ember kosong
9. Bengkok (NIERBEKKEN)
10. Celemek untuk petugas
11. Sampiran (Seherem)
12. Alat pengering rambut bila mungkin
disediakan
13. Hans Cm
PROSEDUR MENCUCI RAMBUT
Check List
No. Kegiatan
0 1 2
1. Bila pasien tidak dapat duduk, posisi tidurnya diatur dengan kepala di pinggir
tempat tidur
2. Ember diletakkan di bawah tempat tidur di bagian kepala
Perlak pengalas dipasang di bawah kepala dengan sisi kanan dan kirinya
3.
digulung sedikit ke dalam dan ujungnya berada di dalam ember
Lubang telinga ditutup dengan kapas dan mata ditutup dengan kain kasa atau
4.
sapu tangan pasien
5. Dada ditutup dengan handuk sampai leher
Rambut disisir, kemudian disiram dengan air hangat, selanjutnya rambut
6. dicuci dengan shampo atau sabun, rambut dibilas beberapa kali dengan air
hangat dan bersamaan dengan itu kepala dipijit-pijit
7. Kepala diangkat dan diberi alas handuk selanjutnya rambut dikeringkan
Kapas penutup lubang telinga dan kain kasa penutup mata diangkat dan
8.
diletakkan dalam bengkok (Nierbekken)
9. Rambut dikeringkan dengan handuk
10. Rambut disisir dengan rapi
11. Posisi pasien diatur kembali
12. Peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ke tempat semula
Keterangan Check List
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPERAWATAN
MENYISIR RAMBUT
Defenisi
Mengatur rambut agar rapi dengan menggunakan sisir dilakukan pada pasien yang tidak dapat
menyisir sendiri.
Tujuan
1. Rambut tetap bersih, rapi dan terpelihara
2. memberikan rasa senang kepada pasien/ rasa nyaman
3. Mencari kemungkinan adanya kutu atau penyakit kulit kepala
4. Merangsang aliran darah kulit kepala
Persiapan alat-alat
Alat-alat yang harus disiapkan untuk menyisir rambut pasien adalah sebuah baki yang berisi :
1. Sisir (sebaiknya milik pasien)
2. Handuk kepunyaan rumahs akit
3. Potongan kertas tissue dalam tempatnya
4. Bengkok kosong
5. Tali pita atau karet untuk mengikat rambut
6. Minyak kelapa atau minyak rambut
PROSEDUR
Check List
No. Kegiatan
1 2 3
1. Memberitahu pasien
2. Mencuci tangan
3. Membentangkan handuk di bawah kepala pasien kemudian dimiringkan
4. Membagi rambut menjadi dua bagian
5. Menyisir rambut mulai dari ujungnya, demikian juga bagian lainnya
Setelah menyisir, sisir dibersihkan dengan kertas tissue, kemudian
6.
dimasukkan ke dalam bengkok yang berisi larutan lisol
7. Masukkan kertas tissue ke dalam bengkok kosong
8. Mengangkat handuk di bawah kepala dan merapikan pasien
Membersekan alat-alat, dibawah ke spoel hok untuk dibersihkan
9.
kemudian dikembalikan ke tempat semula
10. Mencuci tangan
11. Dokumentasikan
Keterangan Check List
0. Tidak dilakukan sama sekali
1. Dilakukan tapi perlu latihan
2. Dilakukan dengan sempurna
Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi, memampukan perawat untuk mengubah
lingkungan sekitar klien juga posisinya. Bila klien mampu mentoleransi berpindah ke kursi
roda, perawat dapat memindahkannya ke ruangan lain dan meningkatkan kesempatannya
untuk bersosialisasi. Untuk klien yang telah tirah baring, perpindahan ini adalah satu
aktivitas pertama yang harus dilakukan.
Kepala ruangan (head nurse) adalah tingkatan manajer pertama (first-level managers)
membawahi dua atau lebih perawat primer atau ketua tim (Keliat & Akemat, 2009). Kepala
ruangan berperan sebagai manajer unit mempunyai tanggung jawab utama mengatur
aktivitasperawatan di unit perawatan melalui pelaksanaan manajerial yang meliputi
planning, organizing, staffing, actuating dan controlling (Huber, 2010; Marquis & Huston,
2003/2010).
3. Staffing 1. Rekruitmen 1.1 Uji kompetensi 1.1.1 Keberadaan uji kompetansi untuk pegawai baru
1.1.2 Uji komptensi berkala
1.2 Penempatan 1.1.3 Penempatan atas dasar uji kompetensI
2. Orientasi 2.1 Waktu orientasi 2.1.1 Orientasi dilakukan pada perawat baru
2.1.2 Selama orientasi dilakukan penilaian secara formal
2.2 Pendampingan dan informal.
selama orientasi 2.1.3 Selama orientasi didampingi oleh instruktur klinik
2.1.5 Selama orientasi didampingi oleh senior
3. Pertemuan 3.1 Pertemuan rutin 3.1.1 Adanya sistem operan
staf 3.1.2 Pertemuan antara pimpinan dan staf perawatan
4. Kebutuhan 4.1 Perhitungan 4.1.1 Perhitungan tenaga sesuai dengan teori tertentu
tenaga dan kebutuhan tenaga 4.1.2 Ada yang melakukan perhitungan tenaga keperawatan
penjadwalan 4.2 Penjadwalan 4.1.3 Perhitungan tenaga perawat sudah didasarkan pada
tenaga klasifikasi klien
keperawatan 4.1.4 Keberadaan jadwal dinas
4.3 Rotasi tenaga 4.1.5 Ada yang membuat jadwal dinas
keperawatan 4.1.6 Program rotasi perawat secara berkala.
5.Pengembanga 5.1 Mapping karir 5.1.1 Form Mapping karir pendidikan perawat
n tenaga pendidikan 5.1.2 Penanggungjawab perumusan dan follow up Mapping
(Continuing perawat karir pendidikan perawat
Professional 5.2 Pendidikan formal 5.2.1 Kesempatan melanjutkan pendidikan bagi perawat
Developmen perawat 5.2.2 Kesempatan mengikuti pelatihan bagi perawat
t) 5.2.3 Pendidikan non
formal (pelatihan)
perawat
4. Pengarahan 1. Motivasi 1.1 Reward 1.1.1 Cara pemberian reward
1.2 Punisment 1.1.2 Cara pemberian punisment
1.3 Teknik 1.1.3 Teknik pemberian motivasi
komunikasi
2. Delegasi 2.1 Jenis tugas yang 2.1.1 Kepala Ruangan mendelegasikan tugas-tugas tertentu
didelegasikan ke staf pelaksana
Konsep Variabel Metode Sasaran Waktu
No. Sub Variabel Sub-sub Variabel
yang diukur
2.2 Kualifikasi orang 2.1.2 Kepala Ruangan mendelegasikan tugas dengan
yang mendapat melihat kualifikasi staf pelaksana
delegasi
3. Manajemen 3.1 Teknik 3.1.1 Frekuensi munculnya masalah
Konflik penyelesaian 3.1.2 Masalah langsung diselesaikan atau ditunda
konflik penyelesaiannya
4.1.3 Orang yang menjadi pengambil keputusan dalam
penyelesaaian masalah
4. Supervisi 5.1 Supervisi 5.1.1 Frekuensi pelaksanaan supervisi
5.1.2 Orang yang melakukan supervisi
5. Pengontrolan 1. Kualitas 1.1 Penilaian 1.1.1 Indikatot mutu
Kontrol pelaksanaan 1.1.2 Audit mutu
kewaspadaan 1.1.3 Program pengendalian mutu
standar 1.1.4 Mekanisme tindak lanjut pengendalian mutu
2. Penilaian 2.1 Alat penilaian 2.1.1 Format penilaian kinerja
kinerja kinerja 2.1.2 Interval dilakukan penilaian penilaian kinerja
2.1.3 Pengaruh penilaian kinerja terrhadap angka indikator
mutu
3. Disiplin 3.1 Reward dan 3.1.1 Sistem reward dan punishment (materi dan non
punishment materi)
3.1.2 Pengaruh sistem reward dan punishment
Keterangan:
Metode : 1. Wawancara narasumber Sumber : 1. Kepala Ruangan
2. Observasi 2. Katim
3. Studi Dokumentasi 3. PP/ PA
PERHITUNGAN BED RATE OCCUPATION (BOR)
A. Definisi
Bed Rate Occupation atauangka penggunaan tempat tidur yang biasa disingkat BOR adalah
persentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.
B. Tujuan
Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah
sakit. Nilai parameter BOR yang ideal menurut Depkes RI (2005) adalah antara 60-85%.
Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan rumah
sakit oleh masyarakat. Jumlah pasien yang sedikit menimbulkan masalah pendapatan ekonomi
bagi pihak fasilitas pelayanan kesehatan. Pasien sedikit menimbulkan pertanyaan bagaimana
pelayanan di fasilitas kesehatan tersebut. BOR yang tinggi (lebih dari 85%) menunjukkan
tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi, sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau
penambahan tempat tidur.
C. Cara Perhitungan
Contoh:
1. Pada bulan Juni 4000 pasien rawat inap dilayani di rumah sakit dengan 150 tempat
tidur. Hitung persentase tingkat hunian rawat inap.
Perhatikan:
Jumlah rawat inap = 4000
Tempat tidur yang tersedia = 150
Juni memiliki 30 hari. Jadi, jumlah hari dalam periode = 30
Jawaban:
Jumlah hari perawatan rumah sakit
𝐁𝐎𝐑 = x 100%
Jumlah Tempat Tidur x jumlah hari dalam satu periode
4000
𝐁𝐎𝐑 = x 100%
150 x 30
BOR= 88.889%
2. Kasus penambahan tempat tidur
Rumah sakit ABC memiliki tempat tidur 100, pada tanggal 25 Januari 2016 terjadi
penambahan 20 TT. Jumlah total hari perawatan hingga akhir periode Januari 2016 =
2500.
Rumus BOR Penambahan Tempat Tidur = (Jumlah hari perawatan /((Jumlah TT periode
sebelum penambahan x jumlah hari periode sebelum penambahan)+(Jumlah TT setelah
penambahan x Jumlah hari periode setelah penambahan))) x 100 %. Maka untuk
menghitung BOR periode Januari 2016 yaitu: (2.500 / ((100x24)+(120x7))) x 100% =
77,16 %.
A. Pengertian
Dasar dilakukan perhitungan tenaga perawat adalah beban kerja perawat. Metode
perhitungan tenaga yang dikembangkan berakar dari beban kerja dan personal yang
bersangkutan serta spesifik sesuai kondisi pasien (Hariyati, 2014).
B. Perhitungan Metode Douglas
Douglas (1989 dalam Swansburg 2006) menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam
suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana masing-masing kategori
mempunyai nilai standar per shiftnya.
Klasifikasi pasien
Jumlah Minimal Parsial Total
Pasien
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
1 0.17 0.14 0.07 0.27 0.15 0.10 0.36 0.30 0.20
Contoh kasus: Ruang Rawat Inap pada shift pagi dengan 20 klien, dimana 5 ketergantungan
minimal, 7 ketergantungan parsial dan 6 ketergantungan total. Pada shift sore tidak ada
penambahan klien dan klasifikasi klien tidak berubah. Pada malam hari masuk 1 pasien dengan
ketergantungan total, maka jumlah perawat yang dibutuhkan:
Tabel 3. Perhitungan Tenaga dengan Metode Konstanta Douglas
(Jumlah jam perawatan/ hari x jumlah operasi) x jumlah perawat dalam tim
Jam kerja efektif/ hari (7 jam)
Keterangan:
Hasil yang diperoleh di tambahkan 1 orang perawat sebagai cadangan.
2. PerhitunganGawat Darurat
Dasar perhitungan unit gawat darurat adalah (Depkes, 2002) :
a. Rata-rata jumlah pasien/ hari
b. Jumlah jam perawatan per hari (4 jam)
c. Jam efektif perawat/ hari
5. Kamar Bersalin
Dasar perhitungan rawat jalan adalah (Depkes, 2002) :
a. Waktu yang diperlukan untuk pertolongan persalinan mencakup kala I sampai dengan
IV = 4 jam/ pasien
b. Rata-rata jumlah pasien hari
c. Jam efektif bidan/ hari = 7 jam hari
Rata-rata jumlah pasien 1 hari x jumlah jam perawatan/ pasien + lost day
Jam kerja bidan efektif per hari
METODE PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN
Metode pemberian asuhan keperawatan atau metode penugasan akan mempengaruhi jumlah
ketenagaan dan kualifikasi tenaga keperawatan yang dibutuhkan, misalnya: metode penugasan
suatu ruangan menggunakan metode primer maka dibutuhkan tenaga perawat yang kompten
dan memiliki accountability yang dibutuhkan (Hariyati, 2014). Menurut (Marquis & Huston,
2003/2010) ada lima metode utama pemberian asuhan keperawatan:
Secara teori pasien mendapatkan perawatan holistik dan tidak terpisah selama jam kerja
perawat. Masalah yang kemudian muncul adalah kebingungan pasien karena dalam satu hari
terdapat tiga kali pergantian jaga, maka tiga perawat melakukan pendekatan asuhan yang
berbeda. Agar dapat mempertahankan mutu asuhan maka dibutuhkan perawat yang terampil
sehingga biayanya lebih mahal. Akan tetapi kenyataannya terkadang digunakan perawat yang
kurang terlatih sehingga biaya lebih murah. Hal ini berpotensi menimbulkan asuhan yang tidak
aman (Marquiz & Huston, 2003/ 2010).
Kepala Ruangan
Langkah selanjutnya, ketua tim menjelaskan rencana keperawatan tersebut kepada anggota
tim, dan anggota tim akan melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
keperawatan tersebut. Tindakan yang telah dilakukan oleh anggota tim lalu
didokumentasikan pada format yang tersedia. Bila anggota tim yang menerima pasien baru
pada sore dan malam hari atau saat hari libur, pengkajian awal dapat dilakukan oleh anggota
tim terutama yang terkait dengan masalah kesehatan utama klien,anggota tim membuat
masalah keperawatan yang utama dan melakukan tindakan keperawatan dengan terlebih
dahulu mendiskusikannya dengan penanggung jawab sore/malam/hari libur. Saat ketua tim
ada ,pengkajian dilengkapi oleh ketua tim kemudian membuat rencana yang lengkap dan
selanjutnya akan menjadi panduan oleh anggota tim dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien.
Pada dinas pagi, ketua tim bersama anggota tim melakukan operan dari dinas malam (hanya
pasien yang dirawat oleh tim yang bersangkutan), selanjutnya dengan anggota tim pagi
melakukan konferens tentang permasalahan pasien, pembagian pengelolaan pasien untuk
tiap anggota tim dan mengkoodinasikan tugas yng harus dilakukan oleh anggota tim. Selama
anggota tim melakukan asuhan keperawatan pada pasien, ketua tim akan memonitor
tindakan yang akan dilakukan dan memberi bimbingan pada anggota tim. Anggota tim
selama melakukan asuhan keperawatan harus mendokumentasikan semua tindakan yang
telah dilakukan pada format-format yang terdapat di papan dokumentasi. Kemudian ketua
tim akan memonitor dan mengevaluasi perkembangan pasien dengan mendokumentasiakan
pada format catatan perkembangan dengan metoda SOAP (data subyektif,data
obyektif,analisa dan perencanaan). Catatan perkembangan pasien ini bagi anggota tim juga
menjadi penuntun dalam memberikan asuhan keperwatan pada pasien.
Pasien yang akan pulang atau pindah ke unit rawat lain, ketua tim akan membuat resume
keperawatan sebagai informasi tentana asuhan keperawatan yang telah diberiakan pada
pasien selama dirawat, yang berisi masalah-maslah pasien yang timbul dan masalah yang
sudah teratasi, tindakan keperawatan yang telah dilakukan serta pendidikan kesehatan yang
telah diberikan. Pada penggantian dinas pagi ke sore, dilakukan operan antara anggota tim
pagi dengan tim sore yang didampingi oleh ketua tim. Komponen utama yang
diinformasikan dalam operan antara lain keadaan umum pasien,tindakan/intervensi yang
telah dilakukan dan atau tindakan yang belum dilakukan, hal-hal penting yang harus
diperhatikan oleh perawat dinas sore dan malam yang berkaitan dengan perencanaan
keperawatan pasien yang dibuat oleh ketua tim. Selanjutnya bila perlu, ketua tim
melengkapi informasi-informasi penting yang belum disampaikan kepada dinas sore.
Angota tim juga menulis laporan pagi/sore/malam pada format yang tersedia.
Keuntungannya komunikasi yang baik antardisiplin jelas dan asuhan pasien yang konsisten
oleh staf perawat yang lebih sedikit memungkinkan asuhan pasien yang holistik dengan
kualitas tinggi. Kekurangannya adalah membutuhkan perawat yang seluruhnya ners,
membutuhkan tanggung jawab dan otonomi yang tinggi dari perawat primer sehingga
terkadang perawat primer yang tidak kompeten dan tidak siap terkadang tidak mampu
mengkordinir dan mengindetifikasi kebutuhan pasien (Marquiz & Huston, 2003/2010).
e. Manajemen Kasus
Metode ini berkembang sekitar tahun 1990 dipicu oleh penerapan sistem biayaan yang makin
tinggi. Manajemen kasus merupakan sistem pemberian asuhan multidisplin yang bertujuan
meningkatkan pemanfaatan fungsi berbagai anggota tim kesehatan sehingga dicapai asuhan
pasien yang optimal. Metode manajemen kasus meliputi elemen utama yaitu: (1) pendekatan
yang berfokus pada pasien (2) kordinasi asuhan dan layanan antar institusi (3) berorientasi
pada hasil (4) efisiensi sumber, dan (5) kolaborasi (Sitorus & Panjaitan, 2011). Manajemen
kasus mirip manajemen primer dimana satu perawat bertanggung jawab untuk
mengkodinisaski asuhan pada satu pasien. Perbedaanya case manajer tidak fokus melakukan
asuhan keperawatan akan tetapi berkodinasi dengan disiplin ilmu lain dalam perencanaan,
kordinasi dan evaluasi asuhan. Metode ini juga dapat menggunakan metode asuha tim, primer,
fungsional atau total (Marquiz & Huston, 2003/2010).
Kekurangannya adalah lebih berorientasi pada faktor ekonomi dibanding pasien, rencana
asuhan terdapat pada critical pathways menyebabkan hilangnya mutu asuhan jika ditinjau dari
hubungan pasien-perawat kecuali jika keperawatan dilibatkan lebih pada pelaksanaan tugas.
Critical pathways adalah suatu metode pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
efektifitas pembiayaan asuhan pasien. Bertujuan memberikan standarisasi asuhan medik
untuk diagnosis medik tertentu, menentukan lama rawat (Sitorus & Panjaitan, 2011).
GAYA KEPEMIMPINAN
A. Definisi
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama secara produktif
serta dalam keadaan yang menyenangkan (Tappen, 1995 dalam Sitorus dan Panjaitan 2011).
Pemimpin adalah seseorang yang berpengaruh dan mengarahkan, beropini dan bertindak
(Marquis dan Huston, 2003/2010). Pemimpin yang efektif adalah seseorang yang mampu
membangkitkan tenaga pekerja dalam menyatukan usaha kerja pekerja yang memiliki berbagai
macam ketermpilan, serta seseorang yang berperan sebagai penghubung dalam memudahkan
interaksi yang efektif diantara tenaga kerja, bahan dan waktu (Gillies, 1994/1996).
B. Gaya Kepemimpinan
Ada banyak teori yang mebahas tentang gaya kepemimpinan, namun dalam salah satu litertur
yaitu Gillies (1994/1996) dijelaskan empat gaya kepemimpinan yaitu:
1. Otokratis
Gaya seorang pemimpin utama yang berorientasi pada tugas, menggunakan jabatan dan
kekuasaan pribadinya dengan cara otoriter, mempertahankan tanggung jawab untuk semua
perencanaan tujuan dan pembuatan keputusan serta memotivasi bawahan dengan
menggunakan sanjungan, kesalahan dan penghargaan (Gillies, 1994/1996). Sitorus dan
Panjaitan (2011) pemimpin sangat mengatur kelompok serta pengambilan keputusan lebih
banyak ditentukan pemimpin kelompok, kurang melibatkan kelompok sehingga kelompok
menjadi kurang kreatif.
2. Demokratis
Gaya seorang pemimpin yang menghargai karakteristik dan kemampuan seseorang. Pemimpin
demokratis menggunkan kekuasaan pribadi serta kekuatan jabatannya untuk menarik gagasan
dari pegawai, serta memotivasi anggota kelompok untuk memiliki tujuan, mengembangkan
rencana dan mengontrol kerja mereka sendiri (Gillies, 1994/1996). Gaya kepemimpinan ini
menurut
3. Partisipatif
Gabungan dari gaya otokratik dan demokratis. Pemimpin dalam mengambil keputusan,
terlebih dahulu menyajikan analisa masalah dan mengusulkan tindakan pada para anggota
kelompok, meminta kritikan dan usulan mereka. Pemimpin kemudian mempertimbakan
semua jawaban dan usulan anggota, kemudian memutuskan keputusan final (Gillies,
1994/1996).
4. Laissez Fair
Disebut juga gaya kepemimpinan bebas, dimana pemimpin memberi kebebasan pada anggota
untuk bekerja tanpa pengarahan, supervisi atau kordinasi. Memaksa pekerja untuk
merencanakan, melakukan dan menilai pekerjaan mereka sendiri yang menurut mereka tepat
(Gillies, 1994/1996). Menurut Sitorus dan Panjaitan (2011) gaya ini tepat jika digunakan pada
pekerja yang telah matur karena dapat mendorong pencapaian tujuan.
MANAJEMEN KONFLIK
A. Definisi
Konflik adalah kejadian alamiah dalam hubungan pekerjaan, yang terjadi ketika dua atau
lebih pihak mempunyai pandangan yang berbeda tentang suatu situasi (Sitorus & Panjaitan,
2011).
B. Proses Konflik
Lima tahapan proses konflik (Marquiz & Huston, 2003/2010):
1. Kondisi-kondisi bersifat laten yang memicu konflik
2. Konflik dipersepsikan jika kedua belah pihak jika mereka mempunya persepsi bahwa tujuan
mereka dihalangi.
3. Konflik dirasakan individu dan kelompok dan dengan cepat membrikan tanggapan
emosional pada pihak lain. Pada tahap ini konflik sudah bisa menghambat kegiatan dan jika
tidak diselesaikan dapat berkembang lebih besar.
4. Konflik dimanifestasikan dengan persaingan, debat, saling mengalahkan atau penyelesaian
masalah.
5. Hasil akhir konflik dapat memberi dampak pada kedua belah pihak. Jika konflik dapat
diselesaikan sebelum tahap empat maka konflik dapat meningkatkan hubungan kerja.
Namun bila tidak tersselaikan dapat memperburuk hubungan kerja.
A. Pengertian
Orientasi pasien baru merupakan kontrak antara perawat dank lien/keluarga dimana terdapat
kesepakatan antara perawat dengan klien/keluarganya dalam memberikan asuhan keperawatan.
Kontrak ini diperlukan agar hubungan saling percaya antara perawat dank lien/keluarga dapat
terbina (trust)
B. Tujuan
a. Menghilangkan kebingungan
b. Memberikan gambaran ringkas tentang ruang perawatan
c. Memberikan pemahaman tentang hal-hal apa saja yang mesti mereka lakukan
C. Pelaksanaan
a. Orientasi dilakukan saat pertama kali oleh klien datang (24 jam pertama) dan kondisi klien
sudah tenang
b. Orientasi dilakukan oleh PP, bila PP tidak ada PA dapat memberikan orientasi untuk klien
dan keluarga, selanjutnya orientasi harus dilengkapi kembali oleh PP sesegera mungkin.
Hal ini penting karena PP yang bertanggung jawab terhadap semua kontrak atau orientasi
yang dilakukan
c. Orientasi diberikan pada klien dan didampingianggota keluarga yang dilakukan dikamar
klien dengan menggunakan format orientasi. Selanjutnya klien diinformasikan untuk
membaca lebih lengkap format orientasi yang ditempelkan dikamar klien.
d. Setelah orientasi, berikan daftar nama tim kepada klien dan keluarga kemudian gantungkan
daftar nama tersebut pada laci klien
e. Orientasi diulang kembali minimal setiap dua hari oleh PP atau yang mewakili, terutama
tentang daftar nama tim yang sudah diberikan, sekaligus mengkonfirmasikan
perkembangan kondisi keperawatan klien dengan mengidentifikasikan kebutuhan klien
f. Pada saat penggantian dinas (dikamar klien), ingatkan klien nama perawat yang bertugas
saat itu, bila perlu anjurkan klien atau keluarga melihat pada daftar nama tim.
B. Tujuan
Menilai kemampuan yang sudah dimiliki dan mengidentifikasi kebutuhan khusus agar dapat
mempertahankan dan meningkatkan sehingga mencapai fungsi maksimum setelah pulang
(Carpenito & Moyet, 2009). Tindakan yang biasa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
pulang adalah penyuluhan pasien dan keluarga agar bisa mengatasi permasalahan kesehatan
dirinya di rumah, bisa juga merujuk pasien dan keluarga ke pelayanan kesehatan yang ada
di masyarakat atau komunitas misalnya perawat komunitas untuk membantu dalam
pelaksanaan perawatan dirumah.
C. Manfaat
1. Meningkatkan kontinuitas asuhan dengan mengidentifikasi kebutuhan pulang pasien
secara dini.
2. Memendekan lama perawatan di rumah sakit, mempengaruhi kebutuhan rumah sakit.
3. Menurunkan angka penerimaan kembali pasien dan memberikan intervensi rencana
pulang tepat waktu.
4. Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang cara merawat klien.
D. Komponen
1. Kondisi klien saat ini (fisik, mental dan sosial),termasuk juga jika ada perubahan
kondisi selama proses perawatan berlangsung.
2. Antisipasi masalah dan perubahan yang terjadi selama perawat, termasuk perubahan
keseimbangan yang dialami oleh klien.
3. Rekomendasi untuk perawatan selanjutnya.
4. Dampakperawatan yang dilakukan
5. Sumber-sumberpendukungdarilingkungansosial
6. Adanyasumber-sumberinformasi (liflet, video, bukudanwebsite)
7. Nama kontak yang jelas (nama, telephon dan email), untuk memberikan informasi oleh
pihak rumah sakit.
A. Pengertian
Konfrensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konfrensi dilakukan
setelah melakukan operan dinas sesuai dengan jadwal dinas PP (setiap shift). Pre-
conference yaitu komunikasi PP dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk
rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh PP, jika yang dinas pada shift
tersebut hanya satu orang, maka pre-conference ditiadakan. Post-conference yaitu
komunikasi PP dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan
sebelum operan kepada shift berikutnya.
B. Tujuan Konfrensi
1. Mambahas masalah setiap klien berdasarkan renpra yang telah dibuat oleh PP
2. Menetapkan klien yang menjadi tanggung jawab masing-masing PA
3. Membahas rencana tindakan keperawatan untuk setiap klien pada hari itu, rencana
tindakan didasarkan pada renpra yang ditetapkan oleh PP
4. Mengidentifikasi tugas PA untuk setiap klien yang menjadi tanggung jawabnya
D. Pedoman pre-conference
1. Waktu kagiatan : setelah operan
2. Tempat : meja masing-masing tim
3. Penanggung jawab : PP
4. Kegiatan :
a. PP membuka acara dengan salam
b. PP menanyakan rencana harian masing-masing perawat pelaksana
c. PP memberikan masukan dan tindak lanjut terkait dengan asuhan yang
diberikan saat itu
d. PP memberikan reinforcement
e. PPmenutup acara
E. Pedoman post-conference
1. Waktu kegiatan : sebelum operan ke dinas berikut
2. Tempat : meja masing-masing tim
3. Penanggung jawab : PP
4. Kegiatan :
a. PP membuka acara dengan salam
b. PP menanyakan hasil asuhan masing-masing pasien
c. Pp menanyakan kendala dalam asuhan yang telah diberikan
d. PP menanyakan tindak lanjutasuhan pasien yang harus dioperkan kepada
perawat shift berikut
e. PP menutup acara
A. Pengertian
Adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu laporan yang berkaitan
dengan keadaan klien.
B. Tujuan
1. Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien
2. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti pada dinas selanjutnya
3. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya
C. Manfaat
1. Bagi perawat
a. Meningkatkan kemampuan antar perawat
b. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan
2. Bagi pasien;
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap
D. Langkah-langkah:
1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
2. Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-hal apa yang
ingin disampaikan
3. Perawat yang bertanggung jawab menyampaikan kepada penanggung jawab shift yang
selanjutnya meliputi:
a. Kondisi atau keadaan klien secara umum
b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan
4. Penyampaian operan diatas (point c)harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru
5. Perawat penanggung jawab dan anggotanya dari kedua shift bersama-sama secara
langsung melihat keadaan klien
A. Definisi
Transfer pasien adalah mindahkan pasien dari satu unit pelayanan ke unit pelayanan lain di
dalam rumah sakit (intra rumah sakit) atau memindahkan pasien dari satu rumah sakit ke
rumah sakit lain (inter rumah sakit).
B. Tujuan
Memberikan pelayanan di butuhkan pasien sesuai dengan kondisinya.
C. Prinsip
1. Transfer pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk
ditransfer/transportabel.
2. Memastikan keselamatan dan keamanan pasien saat menjalani transfer.
3. Transfer pasien hanya boleh dilakukan oleh staf medis dan staf perawat yang kompeten
serta petugas profesional lainnya yang sudah terlatih, misalnya BHD.
4. Tim transfer
D. Persiapan sebelum transfer pasien
1. Pastikan bahwa pasien layak ditransfer (Hemodinamik stabil)
2. Amankan patensi jalan nafas. Pasien yang membutuhkan vetilator, transfer dilakukan
dengan ambulance dengan fasilitas yang memadai. Jika terpasang akses vena, pastikan
adekuat.
3. Jika terdapat WSD, harus terpasang dan tidak boleh diklem.
4. Pasang kateter urine dan NGT jika diperlukan.
5. Pemberian terapi atau tatalaksana tidak boeh ditunda saat menunggu pelaksanaan
transfer.
6. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus di cek ulng oleh tim transfer.
7. Gunakan daftar persiapan transfer pasien untuk memastikan bahwa semua persiapan
yang diperlukan telah lengkap dan tidak ada yang terlewat.
E. Prosedur
1. Memastikan kondisi pasien dalam keadaan stabil.
2. Transfer pasien dimulai dengan melakukan koordinasi dan komunikasi pra transportasi
pasien (serah terima unit yang dituju dan unit tersebut siap menerima pasien). Dokter dan
tim transfer juga harus memastikan bahwa rumah sakit yang dituju dapat memenuhi
kebutuhan pasien.
3. Menentukan SDM pendamping pasien. Pasien dengan sakit berat/ kritis harus didampingi
oleh minimal dua tenaga medis. Pendamping juga harus mengerti kondisi pasien dan
aspek-aspek lain yang berkaitan dengan prosedur transfer. Beberapa pasien juga tidak
membutuhkan pendampinga dokter, misalnya: pasien yang menurut assesmen DPJP
tidak membutuhkan pendampingan dokter, tidak menggunakan ventilator, pasien DNR,
pasien dengan kondisi stabil yang dirujuk untuk pemeriksaaan penunjang,
4. Menyiapkan peralatan, misalnya: tabung oksige transport, monitor pasien, suction,
syringe/ infusion pump. Semua peralatan medis yang digunakan dalam kondisi baik dan
terkalibrasi.
5. Menyiapkan obat-obatan yang disertakan saat transfer. Misalnya: adrenalin/ epinefrin,
anti aritmia, obat sedasi, analgesok, relaksan otot dan obat inotropik.
6. Memonitoring pasien selama ditransfer.
7. Dokumentasikan proses transfer pasien, meliputi: kondisi pasien secara jelas, alasan
transfer, nama DPJP yang merujuk, hasil monitoring pasien.
RONDE KEPERAWATAN
A. Pengertian
Ronde keperawatan merupakan kegiatan dimana dua atau lebih perawat mengunjungi klien
untuk mendapat informasi yang akan membantu merencanakan pelayanan keperawatan, dan
memberikan kesempatan pada klien untuk mendiskusikan masalah keperawatannya serta
mengevaluasi pelayanan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan atau
konsuler, kepala ruangan, perawat associate, yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim.
Karasteristik :
1. Klien dilibatkan secara langsung
2. Klien merupakan pocos kegiatan
3. Perawat associate,perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama
4. Konsuler memfasilitasi kreatifitas
5. Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat associate,perawat primer untuk
meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.
B. Tujuan
1. Menumbuhkan cara berfikir secara kritis.
2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari masalah klien.
3. Meningkatkan validitas data klien.
4. Menilai kemampuan justifikasi.
5. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
6. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan .
C. Peran
1. Perawat Primer dan Perawat Associate
Menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa untuk memaksimalkan
keberhasilan,yang bisa disebutkan antara lain :
a. Menjelaskan keadaan dan data demografi klien
b. Menjelaskan masalah keperawatan utama
c. Menjelaskan interfensi yang belum dan yang akan diakukan
d. Menjelaskan tindakan selanjutnya
e. Menjelaskan alas an ilmiah tindakan yang akan diambil
2. Peran Konsuler
a. Member justifikasi
b. Menilai kebenaran dari suatu masalah,interfensi keperawatan serta tindakan yang rasional
c. Mengarahkan dan koreksi
d. Megintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari.
D. Langkah-Langkah
Langkah langkah yang diperlukan dalam ronde keperawatan adalah sebagai berikut:
5. Tahap Pra Ronde
a. Menentukan kasus dan topic(masalah yang tidak teratasi atau langka).
b. Menentukan tim ronde.
c. Mencari sumber literature.
d. Membuat proposal.
e. Mempersiapan pasien: informed consent dan pengkajian.
f. Diskusi: diagnosa, data pendukung, intervensi yang sudah diberikan, hambatan dalam
perawatan.
6. Tahap Ronde
a. Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada masalah
keperawatanb dan rencana tindakan yang aka dilaksanakan dan atau telah
dilaksanakans serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
b. Diskusi antara anggota tim tentan kasus tersebut.
c. Pemberian justifikasi oleh oerawat primer atau koselor, atau kepala ruangan tentang
masalah pasien serta rencana tindakaj yang akan dilkukan.
7. Pasca Ronde
a. Evaluasi, revisi, dan perbaikan.
b. Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosa, intervensi keperawatan selanjutnya.
.
PATIEN SAFETY
A. Definisi
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang
memiputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
B. Sasaran Keselamatan Pasien
1. Sasaran I Ketepatan Identifikasi Pasien
Identifikasi pasien harus mengikuti pasien kemanapun (gelang identitas) dan yang tak mudah/ bisaberubah.
Identifikasi pasien menggunakan dua dari minimal tiga identitas yaitu: nama pasien (sesuai KTP), tanggal
lahir atau nomor rekam medis.
2. Sasaran II: Peningkatan Komunikasi yang Efektif
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan yang dipahami oleh resipien/ penerima,akan
mengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien.
3. Sasaran III: Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai
High alert medication adalah obat-obatan yang memiliki risiko tinggi menyebabkan/ menimbulkan adanya
komplikasi/ membahayakan pasien secara signifikan jika terdapat keselah an dalam penggunaan (dosis,
interval dan pemilihannya)
4. Sasaran IV: Kepastiaan Tepat- Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien Operasi.
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memastikan tepat - lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien
operasi. Kesalahan ketiganya adalah hal yang mengkhwatirkan dan biasa terjadi.
5. Sasaran V: Pengurangan Risiko Infeksi terkait Pelayanan Kesehatan
Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi hand hygien yang terbaru dan diterbitakn secara umum oleh
WHO Patien Safety.
6. Sasaran VI: Pengurangan Risiko Pasien Jatuh
a. Mengidentifikasi pasien yang memiliki risiko tinggi jatuh dengan menggunakan asesmen risiko jatuh.
b. Melakukan asesmen ulang pada semua pasien setiap hari.
c. Melakukan asesmen yang berkesinambungan terhadap risiko pasien jatuh dengan menggunakan asesmen
risiko jatuh harian
d. Menerapkan standar pencegahan dan pengurangan risiko jatuh secara komprehensip.
METODE KOMUNIKASI EFEKTIF SBAR
Komunikasi efektif adalah unsur utama dari sasaran keselamatan pasien karena komunikasi
adalah penyebab pertama masalah keselamatan pasien (patient safety). Komunikasi yang
efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dipahami oleh penerima mengurangi
kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien. Komunikasi efektif dapat dilakukan antar teman
sejawat (dokter dengan dokter/perawat dengan perawat) dan antar profesi (perawat dengan dokter).
Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit adalah komunikasi SBAR yaitu:
Situation : kondisi terkini pasien.
Background : informasi penting yang berhubungan dengan kondisi pasien terkini
Assessment : hasil pengkajian kondisi terkini.
Recommendation : apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah.
Metode ini dapat digunakan pada saat perawat melakukan handover ke pasien, komunikasi
perawat ke dokter saat melaporkan kondisi pasien, komunikasi dokter ke dokter. Contoh
komunikasi SBAR:
Situation : dr. Anwar, saya Ria dari Ruang Katinting. Klien Tn. Joko mengalami distress
pernapasan.
Background : Tn. Joko, 60 tahun dengan COPD berat, keadaan makin menurun, saat ini
kondisinya makin menurun dan saat ini kondisinya memburuk.
Assessment : suara nafas makin menurun pada paru kanan. Apa kemungkinan Tn. Joko
mengalami pneumothoraks.
Recommendation : Menurut saya, mungkin dia pelu foto toraks ulang.
Tabel 4. Format Melapor Pasien
Tanggal/ Jam Status Pasien Catatan Pelapor Pemberi
Instruksi
A. Definisi
Kendali mutu adalah upaya mempertahankan mutu, mencegah konsumen atau klien
memperoleh pelayanan yang tidak sesuai standar. Konsep penjaminan mutu lebih tertuju pada
keselamatn pasien serta terjaminnya mutu pelayanan secara berkesinambungan (Hariyati,
2014).
B. Langkah Penjamin Mutu
Langkah-langkah penjamin mutu sumber daya keperawatan adalah (Hariyati, 2014):
1. Identifikasi Masalah Penjamin Mutu
Pengidentifikasian masalah dilaksanakan dengan mengumpulkan data primer, sekunder dan
tersier. Proses identifikasi masalah dilakukan dengan merangkai prosedur kegiatan untuk
mengetahui lokasi permasalahan, observasi lapangan, mempelajari dokumen-dokumen, Focus
Group Discusion (FGD), wawancara individu, dan penyebaran kuesioner.
2. Penetapan Masalah Penjamin Mutu
Langkah menganalisis masalah yang ada dan menyimpulkan masalah berdasarkan data yang
diperoleh. Pendekatan yang digunakan dalam penetapan dan perumusan masalah dapat melalui
metode SWOT (Strength, Weaknes, Opportunity and Threat) dan menggunakan diagram
tulang ikan (fish bone) yaitu dilihat dari man, methode, machine, material, market dan money.
Analisa SWOT bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai faktor yang secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan (Ayuningtyas, 2013). Analisas ini didasarkan pada logika
yang dapat memaksimalkan komponen Internal yaitu Strength (kekuatan) dan Weakness
(Kelemahan) dan komponen eksternal yaitu Opportunity (kesempatan) dan Threath
(ancaman). Secara sederhana analisis SWOT terbagi atas 4 kuadran yaitu :
a. Kuadran 1: merupakan situasi yang sangat menguntungkan sebab kita memiliki kekuatan
sehingga mampu memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam
kondisi ini adalah mendukung pertumbuhan kebijakan yang agresif.
b. Kuadran 2 : meskipun menghadapi berbagai ancaman akan tetapi rumah sakit masih
memiliki kekuatan internal. Strategi yang diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang jangka panjang dengan strategi diversifikasi (produk/pasar)
c. Kuadran 3 : rumah sakit memiki peluang yang besar akan tetapi menghadapi banyak kendala
dalam internal. Strategi yang bisa diterapkan adalah meminimalkan masalah internal
sehingga dapat merai peluang pasar. Misalnya: menawarkan produk-produk baru dalam
layanan yang diberikan.
d. Kuadran 4: merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, dimana perusahaan
menghadapi berbagai ancaman dan tidak memilki kekuatan internal untuk menghadapinya.
Tabel 6. Matriks SWOT
Metode yang kedua adalah metode fish bone yaitu menganalisis masalah dengan melihat dilihat
dari man, methode, machine, material, market dan money.
Masalah
Mutu
Metode Hanlon ini memberikan pembobotan masing-masing aspek penilaian dengan rentang
nilai 1-5. Nilai 5 = sangat penting, nilai 4 = penting, nilai 3 = cukup penting, nilai 2 = kurang
penting, nilai 1 = tidak peting. Masalah yang menjadi prioritas adalah masalah dengan jumlah
nilai atau skror paling besar. Skor akhir dirumuskan dengan cara: M x S x Mn x Nc x Af.
Tabel 7. Matriks Prioritas Masalah Manajemen Pelayanan Keperawatan
No Masalah M S Mn Nc Af Skor Prioritas
Keterangan:
1. Magnitude (M) : prevalensi masalah, sering atau tidak kejadiannya.
2. Severity (S), : akibat yang ditimbulkan, tingkat keseriusannya.
3. Manageable (Mn : kemungkinan masalah dapat diselesaikan.
4. Nursing concern (Nc) : seberapa besar peran perawat dalam penyelesaiannya.
5. Affordability (Af) :ketersediaan sumber daya (dana, tenaga dan sarana
Total
5. Implementasi POA
6. Evaluasi POA
Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan
7. Membuat Rencana Tindak Lanjut
Merencanakan tindak lanjut dari hasil yang dicapai supaya hasil yang dicapai dapat
dipertahankan dan diperbaiki.
KEPERAWATAN
KELUARGA
I. Definisi
1. Pengkajian
2. Analisa data
3. Diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan Masalah keperawatan
keluarga
Ketidakmampuan keluarga mengenal maslaah kesehatan
Ketidakmampuan keluarga menentukan tindakan keperawatan
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
Ketidakmampuan keluarga menggunakan pelayanan kesehatan
4. Intervensi Keperawatan
5. Impelementasi Keperawatan
6. Evaluasi
S : Subjektif
O : Objektif
A : Assessment
P : Planning
1. PENGKAJIAN
Contoh:
Jenis Hubungan TTL/ Pendidikan
No Nama Pekerjaan
kelamin dg KK umur terakhir
1. Bp A Laki-laki Kk 3 Januari Petani SMP
2. 1982/36 tahun
3. Ibu A Perempuan Istri 5 September IRT SMP
4. 1986/32 tahun
5. Anak Y Perempuan Anak 18 Desember Belum SD
2010 bekerja
Ib C Perempuan Mertua 29 Agustus Pedagang SD
PM BC Mn Pt
90 81 92 80
(1910-2000) penyakit jantung diabetes (1916-1996)
kanker stroke
Bd Bt Bs Bp Jn
50 47 45 40 49
Alkoholik perokok nyeri
Aktif punggung
Fn AD Bb Wh
19 17 12 24
Obat-obatan sehat asma
Keterangan :
Laki-laki perempuan meninggal
4. Tipe keluarga: keluarga inti, keluarga besar (extended family), single parent, dsb.
5. Latar belakang budaya: menjelaskan budaya keluarga, bahasa, dan kebiasaan-
kebiasaan yang berhubungan dengan perilaku kesehatan.
6. Identifikasi agama: agama yang dianut oleh setiap anggota keluarga
B. TAHAP PERKEMBANGAN DAN SEJARAH KELUARGA
- Menjelaskan tentang tahap perkembangan yang telah dilalui oleh keluarga
- Menjelaskan tahap yang saat ini dijalani oleh keluarga
- Menjelaskan tugas perkambangan sesuai dengan tahap perkembangan keluarga saat
ini
C. DATA LINGKUNGAN
- Karakteristik rumah: menggambarkan denah rumah secara sederhana dan
menjelaskan secara singkat mengenai kondisi rumah yang dapat mempengaruhi
status kesehatan keluarga.
- Karakteristik tetangga dan komunitas : menjelaskan karakteristik lingkungan
sosial di sekitar tempat tinggal keluarga dan aktivitas sosial kelompok.
D. STRUKTUR KELUARGA
- Pola komunikasi: menjelaskan pola komunikasi keluarga
- Struktur kekuatan keluarga: menjelaskan struktur kekuatan keluarga
- Struktur peran: menjelaskan peran dari setiap anggota keluarga terutama yang
mempengaruhi status kesehatan keluarga.
E. FUNGSI KELUARGA
- Fungsi afektif : menjelaskan fungsi afektif dalam keluarga
- Fungsi sosialisasi : menjelaskan fungsi sosialisasi keluarga
- Fungsi reproduksi: menjelaskan fungsi reproduksi keluarga
- Fungsi ekonomi: menjelaskan fungsi ekonomi keluarga
- Fungsi perawatan kesehatan: menjelaskan fungsi perawatan kesehatan keluarga,
keyakinan-keyakinan, nilai-nilai dan perilaku keluarga yang mempengaruhi
kesehatan.
F. KOPING KELUARGA: menjelaskan mekanisme koping internal dan eksternal.
G. PEMERIKSAAN FISIK (seluruh anggota keluarga)
Anggota keluarga
Pemeriksaan
Ayah Ibu Anak 1 Anak 2
Kepala:
Rambut
Mata
Hidung
Telinga
Gigi-mulut
Leher :
Tonsil
Kelenjar
Dada :
Jantung
Paru
Bentuk dada
Gerakan
Perut :
Bising usus
Nyeri tekan
Kulit :
Turgor
Ekstremitas :
Gerakan
Kelainan
Tekanan darah: Nadi:
Pernapasan: Suhu:
Berat badan:
Kesimpulan secara umum (tuliskan ulang secara singkat data-data
yang dianggap perlu menjadi fokus)
Contoh Kasus
Diketahui Bp. Roni (39 tahun) memiliki satu orang istri dan dua orang anak. Istrinya bernama
Dinda (36 tahun), sedangkan anaknya bernama Karto (16 tahun) dan Yani (4 tahun).
Berdasarkan data yang terdapat di Puskesmas, Bapak Roni tercatat menderita Tuberkulosis dan
sedang menjalani perawatan obat selama 6 bulan. Ibu Dinda tercatat pernah terdiagnosa
Diabetes Mellitus. Pada saat pengkajian di rumah keluarga Bapak Roni, perawat Nina mengkaji
keadaan kesehatan pasien secara langsung. Pada kunjungan tersebut diperoleh data Bpaak
Roni, TD: 128/100 mmHg, P: 18X/menit, N: 86X/menit, dan S: 36OC. Data Ibu Dinda adalah
TD: 110/90 mmHg, P: 16X/menit, N: 70x/menit, S: 36,8oC, terdapat luka dengan diameter 1,2
cm dan kedalaman 7mm. Karto tidak berada dirumah saat pengkajian, sedangkan menurut
keterangan Ibu Dinda, Yani telah empat hari buang air besar dengan frekuensi 3-5 kali sehari
dengan konsistensi encer. Diketahui TTV Yani adalah TD: 90/70mmHg, P: 28x/menit,
N:60X/menit, S: 37,8OC.
Analisa Data
No. Data Masalah
1. DS: ……. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga
DO: …….
2. DS: ……. Perilaku kesehatan cenderung berisiko
DO: …….
Diagnosa Keperawatan (NANDA)
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
2. Perilaku kesehatan cenderung berisiko berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Skoring yang dirumuskan oleh Bailon dan Maglay (1978) dalam Effendy (1998).
Kriteria Bobot Skor
Sifat masalah 1 Aktual =3
Risiko =2
Potensial =1
Kemungkinan masalah untuk 2 Mudah =2
dipecahkan Sebagian =1
Tidakdapat = 0
Potensi masalah untuk dicegah 1 Tinggi =3
Cukup =2
Rendah =1
Menonjolnya masalah 1 Segeradiatasi = 2
Tidaksegeradiatasi = 1
Tidakdirasakanadanyamasalah = 0
Skoring Diagnosa 2
Sifat masalah : 2/3 x 1 = 2/3
Kemungkinan masalah untuk dipecahkan : ½ x 2 = 1 total : 19/6 = 3.166
Potensi masalah dapat dicegah : 3/3 x 1 = 1
Menonjolnya masalah : ½ x 1 = ½
Rencana Intervensi
No. Diagnosa Kep. Tujuan & Intervensi Rasional
Kriteria
Hasil
1 Perilaku kesehatan cenderung … 1. ………… 1. …………..
berisiko berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga 2. Dst… 2. Dst…….
merawat anggota keluarga yang
sakit
TUGAS!!
Tn. A adalah seorang perawat Puskesmas yang melakukan pengkajian dirumah Bp. S. Bapak
S, usia 58 tahun tinggal bersama istri (56 tahun) dan seorang anak.(27 tahun). Berdasarkan data
yang terdapat di Puskesmas, Bapak S tercatat menderita Tuberkulosis dan sedang menjalani
perawatan obat selama 6 bulan. Pada saat kunjungan rumah diperoleh data Bapak S, TD:
128/100 mmHg, frekuensi Pernafasan : 18x/menit, frekuensi nadi: 86x/menit, dan Suhu :
36OC. Di samping itu, isteri Bp. S mengalami sesak nafas dan mengatakan sering batuk
berlendir, takut dengan kondisi yang dialaminya, BB 35 Kg, TD : 110/80 mmHg, N : 68x/i, P
: 28 x/i, S : 36,7oC. Sedangkan anak Bp. S mengeluh mual dan muntah dan mengalami diare
dengan frekuensi BAB 5 kali sejak 2 hari yang lalu. Hasil pemeriksaan TTV TD: 80/70 mmHg,
P: 25X/menit, N: 60x/menit, S: 36,8oC.
Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Buatlah Analisa Data Keluarga Bapak S (Analisa data terdiri data subjektif dan data
objektif setiap anggota keluarga).
2. Buatlah diagnosa keperawatan yang dapat muncul berdasarkan masalah yang ditemukan
pada keluarga Bapak S!
3. Pilihlah 3 diagnosa keperawatan dari yang Anda tuliskan di nomor 2, lalu buatkan
skoringnya!
4. Tuliskan masing-masing intervensi dari diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas hasil
skoring!
5. Tuliskan masing-masing implementasi berdasarkan intervensi yang Anda tuliskan!
6. Tuliskan contoh evaluasi berdasarkan implementasi yang Anda berikan!
KEPERAWATAN
KOMUNITAS
1. Definisi
a. Kozier dkk (1997) dalam Chilton dkk. (2013) menyebutkan bahwa komunitas adalah
sekumpulan orang yang tinggal dalam satu lokasi tertentu, memiliki nilai, keyakinan,
dan minat yang relatif sama, serta berinteraksi satu sama lain untuk mencapai satu
tujuan tertentu.
b. American Nurses Association (2004) menjelaskan keperawatan komunitas sebagai
tindakan untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan suatu populasi dengna
mengintegrasikan keterampilan dan pengetahuan sesuai dengan keperawatan dan
kesehatan masyarakat.
c. Departemen Kesehatan (2006) menjelaskan bahwa keperawatan kesehatan masyarakat
merupakan perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan
yang ditujukan untuk seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok risiko
tinggi.
Jumlah skor untuk masing-masing kriteria adalah rentang 1 – 5 dengan skala 0 paling
rendah dan 5 paling tinggi.
Nama KK : Pekerjaan :
Umur : Pendidikan :
Suku : Alamat/Dusun :
Agama : Desa :
IV. TRANSPORTASI
1. Sarana transportasi umum yang ada diwilayah saudara :
( ) Bus ( ) Angkutan pedesaan / pete2 ( ) Becak ( ) Ojek
( ) Lain2 :...............................................................................................................
2. Bagaimana keadaan jalan di wilayah saudara ?
( ) Dapat dilewati mobil sepanjang musim
( )Dapat dilewati hanya sepeda motor
( ) Dapat dilewati mobil hanya musim kemarau
( ) dapat ditempuh jalan kaki
( ) Lain2, sebutkan :……………………………………………………………
3. Saudara ke Puskesmas naik :
( ) Jalan kaki ( ) Naik sepeda . ( ) Naik motor
( ) Naik mobil ( ) Lain2, sebutkan :………………………………
4. Apakah saudara merasa aman di lingkungan saudara ?
( ) Ya ( ) Tidak
Alasan :…………………………………………………………………………….
V. PENDIDIKAN
1. Sarana pendidikan apa yang ada di sekitar tempat tinggal keluarga ?
( ) TK ( ) SD ( ) SMP ( ) SMU ( )
Lain2………………….
2. Adakah program kesehatan yang diajarkan disekolah tersebut ?
( ) Ya ( ) Tidak
3. Bila ya, program apa yang sudah berjalan :
( ) UKS ( ) UKGS ( ) Dokter kecil ( ) PMR
( ) Pemeriksaan kesehatan ( ) Lain2 : …………………………………….
VI. PELAYANAN KESEHATAN DAN PELAYANAN SOSIAL
1. Apakah keluarga sudah/sering mendapat informasi tentang kesehatan ?
( ) Ya ( ) Tidak
2. Jika ya, melalui apakah keluarga mendapat informasi tentang kesehatan ?
( ) Radio ( ) Televisi ( ) Koran / Majalah
( ) Papan pengumuman RW / desa ( ) Penyuluhan Puskesmas / posyandu
( ) Lain2 : ………………………………………….
3. Dimana keluarga melakukan pemeriksaan kesehatan ?
( ) Puskesmas ( ) Rumah Sakit ( ) Dokter Praktek
( ) Dukun ( ) Perawat ( ) Balai Pengobatan ( ) Posyandu
4. Bagaimana anggapan saudara mengenai petugas kesehatan ?
( ) Baik ( ) Kurang baik
Alasan,............................................................................................................. ...........
5. Apakah saudara perlu mendapatkan penyuluhan kesehatan ?
( ) Ya ( ) Ya, secara Individu ( ) Ya, secara kelompok
6. Apakah saudara pernah dikunjungi petugas kesehatan puskesmas ?
( ) Ya, < 1 bulan sekali ( ) Ya, 1 bulan sekali ( ) Ya, Jika dipanggil
( ) Tidak Pernah.
VII. KOMUNIKASI
1. Sarana Komunikasi yang digunakan :
( ) Telepon ( ) Koran / majalah ( ) Radio
( ) Papan pengumuman dusun / desa
VIII. KESEHATAN BAYI DAN BALITA
Jika keluarga mempunyai bayi / balita. :
A. STATUS GIZI BAYI DAN BALITA
1. Anak ke berapa ?.........
2. Apakah Bayi / Balita itu mempunyai KMS ? ( ) Ya ( ) Tidak
Jika tidak , apa alasannya……….
Jika Ya, bagaimana grafik KMS
( ) Meningkat setiap bulan ( ) Datar setiap bulan
( ) Menurun setiap bulan ( ) Lain - lain sebutkan,…
3. Apakah bayi ibu masih diberi ASI : ( ) Ya ( ) Tidak
Jika tidak, alasannya :
( ) Produksi ASI berkurang ( ) Ibu bekerja ( ) Ibu sakit ( )
Estetika
( ) Bayi tidak mau makan ( ) Putting mamae tidak normal
4. Berapa kali bayi/ balita ibu makan dalam sehari :
( ) 1 kali ( ) 2 Kali ( ) 3 Kali ( ) 4 kali
5. Jenis makanan yang di makan bayi / balita setiap hari :
( ) Makanan pokok saja ( ) Makanan pokok + protein + sayur / buah
( ) Makanan pokok + protei hewani / nabati ( ) Lengkap sumber gizi
6. Apakah bayi ibu mendapat makanan tambahan : ( ) Ya ( ) Tidak
Jika Ya , sampai umur berapa bayi ibu mendapat makanan tambahan :
( ) 2 – 3 bulan ( ) 6 – 7 bulan ( ) 4 – 5 bulan ( ) > 7 bulan
Jika tidak , alasannya …………………………………………………
7. Apakah ada pantangan makanan untuk bayi / balita itu ?
( ) Ya ( ) Tidak
Jika ya, Jenisnya adalah ……………………………………………..
( ) Telur , alasannya………………………………………………
( ) Ikan, alsannya…………………………………………………
( ) Lain-lain, sebutkan……………………………………………
8. Bagaimana pengolahan bahan makanan bayi / balita ibu ?
( ) Membeli ( ) Makanan siap saji seperti bubur sreal, susu dll.
( ) Masak sendiri ( )Lain-lain,
sebutkan……………………………………………
9. Apakah bayi / balita ibu mendapat vitamin A setiap 6 bulan sekali :
( ) Ya ( ) Tidak
10. Penyakit apa yang sering diderita oleh bayi / balita ibu ?
( ) Batuk – batuk ( ) Demam ( ) Penyakit kulit seperti kurap, gatal,
kudis
( ) Bisul ( ) Kejang-kejang karena panas tinggi ( ) Diare
( ) Lain-lain , sebutkan………………………………………..
11. Apakah ibu menimbang bayi / balita setiap bulan ? ( ) Ya ( ) Tidak
Jika Tidak, alasannya………………………………………….
B. IMUNISASI
Apakah bayi / balita ibu sudah diimunisasi dasar ? ( ) Ya ( ) Tidak
Bila Ya, jenis imunisasi yang sudah dierikan :
( ) BCG ( ) Campak ( ) DPT I - Polio I ( ) DPT II – Polio II
( ) DPT III – Polio III ( ) Polio IV ( ) Hepatitis I - II
Bila tidak, alasannya ?
( ) Takut ( ) Sedang sakit ( ) Tidak sempat
( ) Tidak tahu manfaat imunisasi ( ) lain-lain, alasannya……………
C. KELUARGA BERENCANA
1. Apakah PUS menjadi akseptor KB ?
( ) Ya ( ) Tidak ( ) Pernah tetapi saat ini tidak lagi
Bila Ya, alat kontrasepsi apa yang digunakan :
( ) Pil ( ) AKDR ( ) Kondom ( ) Suntik ( ) Susuk
( ) Lain2,……
Bila belum menjadi akseptor KB, alasannya :
( ) Takut ( ) Agama ( ) Dilarang suami
( ) Sakit ( ) Tidak tahu guna KB ( ) Ingin anak
Bila PUS pernah menjadi akseptor KB dan saat ini tidak menjadi akseptor KB
lagi alasannya :
( ) Tidak cocok ( ) Lain-lain, sebutkan : ………………..
2. Dari manakah mendapat informasi tentang KB :
( ) Petugas kesehatan ( ) Media TV ( ) Radio
( ) Toma/toga ( ) Lain-lain, sebutkan : ……………..
TUGAS!!
1. Setiap mahasiswa melakukan pengkajian di sebuah daerah secara berkelompok.
2. Hasil pengkajian tersebut kemudian dianalisa secara bersama-sama sehingga
ditemukan permasalahan kesehatan dai masyarakat tersebut.
3. Permasalahan kesehatan yang ditemukan tersebut kemudian diskoring hingga
ditemukan prioritas masalah kesehatan yang terjadi dalam populasi tersebut.
4. Setelah menemukan prioritas masalah, dibuatkan rencana intervensi, bentuk
implementasi, dan evaluasi
5. Tugas kemudian dipresentasikan secara berkelompok di hadapan pembimbing dan
mahasiswa lain dalam bentuk diskusi kelompok.
Tabel Rencana Intervensi
No Dx Tujuan Sasaran Strategi Intervensi Hari/ Tempat Evaluasi
. tgl Kriteria Standar
1 Ketidakefektif Setelah diberikan Warga Pendidikan Berikan pendidikan Kamis, Aula Verbal 70% warga
an manajemen asuhan keperawatan RT 001 kesehatan kesehatan tentang 16 Desa mampu
kesehatan selama 3 kali pengertian, penyebab, Maret menyebutkan
komunitas pertemuan tanda dan gejala, 2017 pengertian,
berhubungan diharapkan warga pencegahan, dan penyebab, tanda
dengan mampu: pengobatan dan gejala,
ketidakmampu a. memahami tuberkulosis pencegahan, dan
an masyarakat tentang penyakit pengobatan
mengenal tuberkulosis tuberkulosis
masalah b. melakukan upaya Pemberdaya Memotivasi warga Sabtu, Aula Psikom 75% warga
kesehatan pencegahan an untuk melakukan 18 Desa otor menerapkan
tuberkulosis penularan penyakit tindakan pencegahan Maret upaya
tuberkulosis penularan tuberkulosis 2017 pencegahan
c. menciptakan penularan
lingkungan yang tuberkulosis
sehat dan terhindar Kemitraan Bekerjasama dengan Minggu, Aula Verbal Tersedianya
dari faktor pencetus pihak puskesmas dan 19 Desa dan papan himbauan
tuberkulosis pemerintah desa untuk Maret Psikom untuk tidak
menetapkan kawasan 2017 otor merokok di
bebas asap rokok sembarang tempat
dan himbauan
untuk menutup
mulut saat batuk
dan bersin
Tabel Implementasi dan Evaluasi
No. Dx Waktu Kegiatan Evaluasi
Ketidakefektifan Kamis, 16 Pendidikan kesehatan Evaluasi struktur:
manajemen Maret tentang tuberculosis - Persiapan kegiatan dilakukan selama 2 minggu
kesehatan komunitas 2017 Evaluasi proses
berhubungan dengan - Peserta yang hadir 30 orang
ketidakmampuan - Kegiatan berlangsung selama 90 menit
masyarakat - 5 orang bertanya dalam kegiatan
mengenal masalah - 90% peserta antusias mengikuti kegiatan
kesehatan Evaluasi hasil
tuberkulosis - 75% peserta mampu memahami tentang penyakit tuberkulosis
Sabtu, 18 Pendidikan kesehatan Evaluasi struktur:
Maret tentang bahaya penularan - Persiapan kegiatan dilakukan selama 2 minggu
2017 tuberkulosis Evaluasi proses
- Peserta yang hadir 30 orang
- Kegiatan berlangsung selama 60 menit
- 3 orang bertanya dalam kegiatan
- 80% peserta antusias mengikuti kegiatan
Evaluasi hasil
- 70% peserta mampu memahami tentang bahaya penularan tuberkulosis
Minggu, Pengadaan papan Evaluasi struktur:
19 Maret himbauan kawasan bebas - Proposal pengadaan papan himbauan telah dimasukkan ke puskesmas dan
2017 rokok dan perilaku untuk pemerintah setempat 1 bulan sebelumnya
menghindari penularan Evaluasi proses
tuberkulosis - Proses koordinasi berjalan baik
- Puskesmas memberikan lay out bahaya penularan tuberkulosis
- Pemerintah desa bersedia memfasilitasi papan himbauan
Evaluasi hasil
- Papan himbauan terpasang di 5 titik, yakni depan aula desa, depan balai
pos kamling, samping puskesmas, depan masjid, dan depan sekolah.
PENDIDIKAN KESEHATAN
Definisi
1. Mc.Ewen (2001) menyebutkan bahwa pendidikan kesehatan merupakan aktivitas belajar
yang dirancang sesuai dengan kondisi klien dan situasi tempat pembelajaran yang
diberikan oleh tenaga professional kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
2. A Joint Committee ON Termonilogi in Health Education of United States (1973) dalam
Machfoedz (2009) menyebutkan bahwa pendidikan kesehatan adalah proses yang
mencakup dimensi dan kegiatan intelektual, psikologis, dan sosial untuk meningkatkan
kemampuan manusia dalam mengambil keputusan yang mempengaruhi kesejahteraan
diri, keluarga, dan masyarakat.
3. Departemen Kesehatan RI menyebutkan bahwa penyuluhan kesehatan adalah gabungan
dari berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk
mencapai suatu keadaan dimana individu, keluarga, kelompok dan masyarakat secara
keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa
dilakukan secara perorangan maupun secara kelompok, dan meminta pertolongan bila
perlu
Tujuan
• Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam membina dan
memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
• Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, dan kelompok dan masyarakat yang
sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental, dan sosial sehingga dapat
menurunkan angka kesakitan dan kematian
• Memberikan informasi sehingga klien mampu membuat keputusan-keputusan yang tepat
dalam hubungannya dengan kesehatan dan sakit.
• Membantu klien agar berpartisipasi secara efektif dalam perawatan atau penyembuhan.
• Membantu klien beradaptasi terhadap realita penyakit dan pengobatannya.
• Membantu klien agar mengalami rasa puas dengan usaha-usaha mereka sendiri yang
menunjang kesehatan
Metode
Pendidikan kesehatan merupakan sebuah proses dimana proses tersebut mempunyai
masukan (input) dan keluaran (output). Tercapainya tujuan pendidikan kesehatan
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor metode, faktor isi, faktor petugas yang
memberikan pendidikan kesehatan, dan alat bantu atau media yang digunakan. Beberapa
metode yang dapat digunakan dalam kegiatan pendidikan kesehatan:
1. Metode pendidikan individual (perorangan)
Metode pendidikan kesehatan dengan pendekatan individual ini digunakan karena setiap
orang memiliki masalah dan alasan yang berbeda sehubungan perilaku baru yang
diterima. Bentuk metode ini diantaranya adalah bimbingan dan konseling serta
wawancara.
2. Metode pendidikan kelompok
Metode pendidikan kesehatan dengan pendekatan kelompok ini harus
mempertimbangkan besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari
sasaran. Metode kelompok ini terbagi atas dua yaitu kelompok besar dan kecil.
a. Kelompok Besar
Dikatakan kelompok besar apabila peserta pendidikan kesehatan lebih dari 15 orang.
Metode yang dapat digunakan untuk kelompok besar ini adalah dengan ceramah dan
seminar.
b. Kelompok Kecil
Dikatakan kelompok kecil apabila peserta kegiatan kurang dari 15 orang. Metode-
metode yang dapat digunakan adalah diskusi kelompok, curah pendapat (brain
storming), bola salju (snow balling), kelompok-kelompok kecil (buzz group),
bermain peran (role play), dan permainan simulasi (simulation game) (Koelen & Van
Den Ban, 2004).
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam menentukan metode pendidikan
kesehatan diantaranya adalah aspek yang akan dicapai yang terdiri dari (Lowenstein, Foord,
and Romano, 2009):
1. Aspek pengetahuan. Metode yang dapat digunakan adalah penyuluhan langsung maupun
pemasangan spanduk, poster, dan penyebaran leaflet.
2. Aspek sikap, dimana metode yang digunakan berupa metode yang dapat mengunggah
emosi, perasaan, dan sikap sasaran. Metode yang digunakan misalnya memperlihatkan
slide atau video.
3. Aspek keterampilan. Metode yang digunakan berupa memberikan kesempatan kepada
sasaran untuk mencoba keterampilan tersebut, misalnya demonstrasi.
Media
Media pendidikan kesehatan merupakan sarana dalam menampilkan informasi atau
pesan yang ingin disampaikan baik melalui media cetak maupun elektronik. Media
digunakan untuk membantu meningkatkan pengetahuan yang diharapkan dapat merubah
perilaku ke arah yang positif terhadap kesehatan. Media dibuat untuk memudahkan
pemahaman terhadap materi yang disampaikan. Media yang digunakan dalam proses
pendidikan kesehatan harus bergantung pada jenis sasaran, tingkat pendidikan sasaran, aspek
yang ingin dicapai, metode yang digunakan, dan sumber daya yang ada.
Adapun tujuan media pendidikan kesehatan adalah untuk memperjelas dan
memudahkan penyampaian informasi informasi serta menghindari kesalahan persepsi
(Hartono, 2010).
Pemilihan media merupakan hal yang harus diperhatikan oleh pemberi pendidikan
kesehatan. Hal yang perlu diperhatikan adalah media yang dipilih harus memberikan dampak
yang luas dan penggunaan media secara terpadu akan dapat meningkatkan cakupan,
frekuensi, dan efektivitas pesan. Penggolongan media pendidikan kesehatan dapat ditinjau
dari beberapa aspek diantaranya (Bastable, 2014):
1. Berdasarkan bentuk umum penggunaan.
Berdasarkan bentuk umum penggunaannya, media dapat berupa bahan bacaan seperti
modul, buku rujukan, leaflet, dan majalah bulletin. Selain itu juga dapat berupa bahan
peragaan seperti poster, flipchart, slide, dan film.
2. Berdasarkan cara produksi.
Berdasarkan cara produksinya, media dapat berupa media cetak, media elektronik, dan
media luar ruang. Media cetak dapat berupa poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar,
stiker, dan pamflet. Media elektronik dapat melalui televise, radio dan pemutaran film.
Sedangkan media luar ruang dapat berupa papan reklame, spanduk, dan standing banner.
PEMBUATAN LEAFLET
Definisi
Leaflet merupakan selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang masalah
khususnya untuk suatu sasaran dengan tujuan tertentu.
Pemanfaatan
Dapat ditempel di papan pengumuman puskesmas, rumah sakit, kantor, atau sekolah, atau
tempat-tempat lainnya yang mudah untuk dilihat oleh masyarakat umum.
Dapat diberikan kepada sasaran setelah penyuluhan.
Bentuk leaflet
a. Tulisan terdiri dari 200-400 huruf dengan tulisan cetak biasanya diselingi dengan
gambar-gambar.
b. Harus dapat dibaca sekali pandang.
c. Ukurannya biasanya 20 x 30 cm
d. Dapat berupa leaflet tentang masalah kesehatan atau informasi kesehatan lainnya
misalnya imunisasi, penatalaksanaan diare, demam berdarah, pemberian vitamin A, dan
lain-lain.
Keuntungan
a. Dapat disimpan lama, bila lupa dapat dibuka kembali.
b. Dapat dipakai sebagai bahan rujukan
c. Isi dapat dipercaya karena dicetak dan dikeluarkan oleh instansi resmi
d. Jangkauannya jauh dan dapat membantu jangkauan media lain
e. Jika perlu dapat dicetak ulang
f. Dapat dipakai sebagai bahan diskusi untuk kesempatan yang berbeda
Kerugian
a. Bila cetakannya kurang menarik, orang akan enggan menyimpannya
b. Kebanyakan orang malas membacanya, apabila hurufnya terlalu kecil dan susunannya
kurang menarik
c. Tidak dapat digunakan oleh orang yang tidak bisa membaca.
TUGAS!!
TUGAS!!
Setelah mahasiswa membaca dan memahami cara pembuatan SAP penyuluhan
kesehatan, maka diharapkan mahasiswa mampu:
a. Membuat SAP penyuluhan tentang masalah yang disesuaikan dengan materi isi leaflet.
b. Mengaplikasikan/mendemonstrasikan pendidikan kesehatan di masyarakat sesuai dalam
SAP yang telah dibuat.
c. Bila SAP dan materi telah siap, maka masing-masing mahasiswa mendemonstrasikan
pelaksanaan pendidikan kesehatan dengan kelompok lain sebagai peserta dan masing-
masing mahasiswa dalam kelompok membawa materi sesuai dengan pembagian tugas
degan kelompoknya.
d. Masing-masing mahasiswa yang menyajikan materi memperagakan mulai dari membuka
pendidikan kesehatan, penyajian materi, dan menutup pendidikan kesehatan.
KEPERAWATAN
GERONTIK
PERNAPASAN DIAFRAGMA
PURSED-LIP BREATHING
A. Pasien berbaring di tempat datar dengan tungkai ditinggikan di atas level jantung
hingga kaki memucat (sekitar 2 menit)
B. Pasien merendahkan tungkai untuk mengisi pembuluh darah dan gerakkan kaki
hingga tungkai berwarna merah muda (sekitar 5 menit)
C. Pasien berbaring di tempat tidur sekitar 5 menit sebelum mengulangi latihan.
Keseluruhan prosedur dilakukan sebanyak 5 kali, atau sesuai dengan toleransi pasien, pada 3
waktu yang berbeda sepanjang hari. Perawat harus membantu pasien saat
SENAM KAKI DIABETIK
1. Pengertian
Senam kaki diabetik adalah kegiatan atau latihan yang dilakukan oleh pasien
diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan
peredaran darah bagian kaki.
Senam kaki dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot -
otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat
meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha, dan juga mengatasi keterbatasan
pergerakan sendi.
2. Tujuan
5. Implementasi
a. Persiapan Alat :
Kertas Koran 2 lembar,
Kursi (jika tindakan dilakukan dalam posisi duduk),
handscoon
b. Persiapan Klien :
Kontrak Topik, waktu, tempat dan tujuan dilaksanakan senam kaki
c. Persiapan lingkungan :
Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien,
Jaga privacy pasien
d. Prosedur Pelaksanaan :
1) Perawat cuci tangan
2) Jika dilakukan dalam posisi duduk maka
posisikan pasien duduk tegak diatas bangku
dengan kaki menyentuh lantai
NONVERBAL:
1. Meyakini gaya bicara anda dirasakan oleh semua orang, bukan hanya pasien
2. Setiap komunikasi verbal disertai nonverbal yang sesuai
3. Berhadapan dengan pasien
4. Mempertahankan kontak mata
5. Bergerak dengan lambat (tidak tergesa-gesa)
6. Tidak menghentikan pasien, jika pasien menyela pada waktu anda bicara
7. Menggunakan gerakan muka yang tepat pada tutur yang penting
SKALA DEPRESI GERIATRIK YESAVAGE
Skor 1 poin untuk tiap respon yang sesuai dengan jawaban YA atau TIDAK sesuai
pertanyaan
Skor 5 atau lebih menunjukkan adanya depresi.
Keterangan :
Kesalahan 0-2 : fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3-4 : kerusakan intelektual ringan
Kesalahan 5-7 : kerusakan intelektual sedang
Kesalahan 8-9 : kerusakan intelektual berat
TES MINI MENTAL
Nama :
Umur :
Pendidikan Terakhir :
1. Orientasi Waktu
Peneliti menanyakan kepada lansia tentang waktu-waktu tertentu:
a. Tahun berapa sekarang?
b. Musim apa sekarang?
c. Bulan berapa sekarang?
d. Hari apakah hari ini?
e. Tanggal berapakah sekarang?
2. Orientasi Tempat
Peneliti menanyakan kepada lansia tentang waktu-waktu tertentu:
a. Di Negara manakah kita sekarang?
b. Di kota manakah kita sekarang?
c. Di daerah manakah kita sekarang?
d. Di gedung manakah kita sekarang?
e. Di lantai berapakah kita sekarang?
3. Registrasi
Peneliti akan menyebutkan 3 kata. Lansia diminta menyebutkan kembali kata itu
setelah peneliti selesai menyebutkan
Kata-katanya adalah :
a. Buku (tunggu 1 detik)
b. Rumah (tunggu 1 detik)
c. Piring (tunggu 1 detik)
4. Perhatian dan kalkulasi
Peneliti akan menyebutkan satu kata. Eja kata tersebut dari belakang.
Misalnya. DUNIA menjadi AINUD
5. Mengingat
Peneliti menanyakan kembali kata-kata yang telah diucapkan lansia pada soal nomor
3
6. Memberikan nama
Peneliti akan menanyakan nama suatu benda dengan menunjukkan benda tersebut
Benda apakah ini?
a. Pensil (tunjukkan pensil)
b. Jam tangan (tunjukkan jam tangan)
7. Mengulang
Peneliti akan menyebutkan beberapa kata tanpa jeda dan meminta kepada lansia
untuk segera menyebutkan kata-kata tersebut, misalnya tidak, jika, dan, atau, tapi.
8. Perhatian
Peneliti akan meminta kepada lansia untuk memperhatikan, sebab peneliti akan
meminta lansia untuk mengikuti apa yang dikatakan
a. Ambil kertas ini dengan tangan kiri anda
b. Lipat menjadi dua bagian
c. Letakkan di lantai
9. Membaca
Peneliti akan meminta kepada lansia untuk membaca yang telah dituliskan dan
melakukan apa yang telah tertulis.
Misalnya. Tutup Mata Anda
10. Menulis
Peneliti akan meminta kepada lansia untuk menuliskan sebuah kalimat. Jika tidak ada
respon, berikan bantuan.
Misalnya. Tuliskan tentang cuaca hari ini
11. Menggambar
Peneliti meminta kepada lansia untuk menggambar mengikuti contoh. Yaitu :
KEPERAWATAN
JIWA
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA
2. Pengobatan sebelumnya
Ket: Jelaskan masalah yang terkait dengan komunikasi dalam keluarga, pengambilan
keputusan, dan pola asuh.
Jelaskan :
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Masalah keperawatan
………………………………...................................................................................................
..............................................................................
2. Konsep diri
a. Citra tubuh :
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
b. Identitas :
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
c. Peran :
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
d. Ideal diri :
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
e. Harga diri :
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Masalah keperawatan
………………………………...................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti :
………………………………...................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
………………………………...................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
………………………………...................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Masalah keperawatan
………………………………...................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
………………………………...................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
b. Kegiatan ibadah :
………………………………...................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Masalah keperawatan
………………………………...................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Gelisah
Kompulsif
Jelaskan :
………………………………...................................................................
Masalah keperawatan.......................................................................................................... ....
..............................................................................................................
4. Alam perasaan
Jelaskan :
………………………………...................................................................
..............................................................................................................
Masalah keperawatan
………………………………........................................................................
5. Afek
Datar
umpul
Jelaskan :
………………………………...................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Masalah keperawatan
………………………………........................................................................
6. Interaksi selama wawancara
n
Jelaskan :
………………………………...................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Masalah keperawatan
………………………………...................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
7. Persepsi
Halusinasi :
ran
Jelaskan :
..............................................................................................................
Masalah keperawatan ..............................................................................................................
..............................................................................................................
8. Isi pikir
Waham :
Jelaskan :
..............................................................................................................
Masalah keperawatan ..............................................................................................................
..............................................................................................................
9. Proses pikir
Flight of idea
Blocking
Jelaskan :
..............................................................................................................
Masalah keperawatan ..............................................................................................................
..............................................................................................................
10. Tingkat Kesadaran
Jelaskan : ..............................................................................................................
..............................................................................................................
Masalah keperawatan ......................................................................................................... .....
..............................................................................................................
11. Daya ingat
Gangguan daya ingat jangka panjang
Jelaskan :
..............................................................................................................
Masalah keperawatan ......................................................................................................... .....
sederhana
Jelaskan :
..............................................................................................................
Masalah keperawatan ..............................................................................................................
..............................................................................................................
13. Kemampuan penilaian
ringan
Jelaskan :
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Masalah keperawatan ......................................................................................................... .....
..............................................................................................................
14. Daya tilik diri
an
– sedikit
Berat Badan :
bulisme
Terbangun saat tidur
a saat tidur
Jelaskan :
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Masalah keperawatan ..............................................................................................................
..............................................................................................................
3. Kemampuan klien dalam :
Mengantisipasi kebutuhan sendiri
Jelaskan :
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Masalah keperawatan ..............................................................................................................
..............................................................................................................
Klien memiliki sistem pendukung
Keluarga : Ya :........... Tidak : .........
Terapis : Ya : .......... Tidak : .........
Teman sejawat : Ya : .......... Tidak : .........
Kelompok sosial : Ya: ........... Tidak : .........
Jelaskan : ..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Masalah keperawatan ......................................................................................................... .....
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Apakah klien menikmati saat bekerja, kegiatan produktif atau hobi ?
Jelaskan :
..............................................................................................................
..............................................................................................................
Masalah keperawatan ..............................................................................................................
..............................................................................................................
VIII. MEKANISME KOPING
Masalah keperawatan ..............................................................................................................
..............................................................................................................
Adaptif :
Olahraga
Maladaptif :
………………………......……………………………………
…..…………………………..................…………………
………………………......……………………………………
n
………………………......……………………………………
………………………......……………………………………
………………………......……………………………………
………………………......……………………………………
Masalah keperawatan ..............................................................................................................
..............................................................................................................
X. KURANG PENGETAHUAN TENTANG
Penyakit jiwa
-obatan
Masalah keperawatan
………………………………................................................................
…………,…………….
Mahasiswa
……………………..
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
MASALAH PSIKOSOSIAL
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial :………(L/P) Umur :…….thn
Alamat ……………………………………………..............
V. PSIKOSOSIAL
1. Konsep Diri
a. Citra tubuh
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………
b. Identitas
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………
c. Peran
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………
d. Ideal diri
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………
e. Harga diri
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………
2. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………
Terapi medik :
PETUNJUK PENGKAJIAN 2 MENIT
D. PERTANYAAN (AKTIF)
1. Ada distress (penderitaan pada diri sendiri, dan/ atau
lingkungan/ keluarga)
2. Ada gangguan fungsi pekerjaan/ akademik, social, sehari-
hari
3. (khusus anak) ada gangguan perkembangan, masih
mengompol, terlalu nakal/ aktif, gangguan makan, kesulitan
belajar, tak mau sekolah, sering melarikan diri dan
menentang
Dementia
Delirium
G psikotik
G psikosomatik
Gangguan fisik G depresi
G penggunaan zat
G cemas
G retardasi mental
Epilepsy G kesehatan anak dan remaja
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN ...................
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien :
2. Diagnosa keperawatan:
3. Tujuan khusus:
4. Tindakan keperawatan:
2. Evaluasi
3. Validasi
4. Kontrak
Topik dan tujuan
Waktu
Tempat
Fase Terminasi :
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subjektif
Evaluasi obyektif
2. Rencana tindak lanjut klien
3. Rencana tindak lanjut perawat / Kontrak yang akan datang
Topik
Waktu
Tempat
2.1 Stimulasi Persepsi 1 Menonton TV Menyebutkan apa yang dilihat 1. Klien dengan
Umum Memberikan pendapat thdp acara gangguan
TV yg ditonton orientasi
Memberikan tanggapan terhadap realita yang
pendapat orang lain mulai
2 Membaca Menyebutkan kembali isi bacaan terkontrol
majalah/koran/artikel 2. Klien
Memberikan pendapat terhadap isi menarik diri
bacaan yang telah ikut
Memberikan tanggapan terhadap TAKS
pendapat orang lain 3. Klien
3 Melihat gambar Menyebutkan nama gambar yang
dilihat
Memberikan tanggapan terhadap perubahan
pedapat orang lain sensori persepsi
2.2 Stimulasi Persepsi: 1 Mengenal perilaku Menyebutkan stimulasi penyebab Klien risiko
Perilaku Kekerasan kekerasan yang biasa kemarahannya perilaku
dilakukan Menyebutkan respon yang kekerasan
dirasakan saat marah (tanda
dan gejala marah)
Menyebutkan reaksi yang dilakukan
saat marah (perilaku
kekerasan)
Menyebutkan akibat perilaku
kekerasan
2 Mencegah perilaku Menyebutkan kegiatan fisik yang
kekerasan melalui kegiatan biasa dilakukan oleh
fisik klien
Menyebutkan kegiatan fisik yang
dapat mencegah
perilaku kekerasan
Mendemonstrasikan dua kegiatan
fisik yang dapat
mencegah perilaku kekerasan
3 Mencegah perilaku Menyebutkan nama obat dan waktu Sudah
kekerasan makannya intervensi
dengan patuh mengonsumsi menyebutkan 7 benar cara minum tindakan
obat obat tentang obat
Menyebutkan keuntungan patuh
minum obat
Menyebutkan akibat/kerugian tidak
patuh minum obat
4 Mencegah perilaku Mengungkapkan keinginan dan
kekerasan dengan cara permintaan tanpa memaksa
interaksi sosial asertif Mengungkapkan penolakan dan rasa
sakit hati tanpa kemarahan
5 Mencegah perilaku Melakukan kegiatan ibadah secara
kekerasan dengan cara teratur
spiritual
2.3 Stimulasi Persepsi: 1 Mengenal halusinasi Mengenal isi halusinasi Klien dengan
Halusinasi Mengenal waktu terjadinya halusinasi
halusinasi
Mengenal frekuensi terjadinya
halusinasi
Mengenal perasaan bila mengalami
halusinasi
2 Mengontrol halusinasi : Menjelaskan cara yang selama ini
menghardik dilakukan untuk
mengatasi halusinasi
Memahami dinamika halusinasi
Cara menghardik halusinasi
Klien dapat memperagakan cara
menghardik halusinasi
3 Mengontrol halusinasi Memahami pentingnya patuh
dengan patuh minum obat minum obat
Memahami akibat tidak patuh
minum obat
Menyebutkan lima benar minum
obat
4 Mencegah halusinasi Memahami pentingnya bercakap-
dengan bercakap-cakap cakap dengan orang lain untuk
mencegah munculnya halusinasi
Dapat bercakap-cakap dengan orang
lain untuk mencegah halusinasi
3 Mengontrol halusinasi Memahami pentingnya melakukan
dengan melakukan kegiatan aktivitas untuk mencegah
munculnya halusinasi
Menyusun jadwal aktivitas dari pagi
sampai tidur malam
2.4 Stimulasi Persepsi: 1 Identifikasi hal positif diri Mengidentifikasi hal-hal positif 1. Klien dengan
Harga Diri Rendah pada dirinya harga diri yang
2 Melatih hal positif diri Menilai hal positif diri yang dapat rendah 2.
digunakan Peningkatan
Memilih hal positif diri yang akan harga diri
dilatih
Memperagakan halpositif diri yang
telah dipilih
Menjadwalkan penggunaan
kemampuan/hal positif yang telah
dilatih
3 TAK STIMULASI 1A Kebersihan diri: Mandi Memahami pentingnya mandi Klien defisit
PERSEPSI Memahami cara mandi yang baik perawatan diri
MENGATASI atau risiko
DEFISIT Mandi dengan baik defisit
PERAWATAN 1B Keberihan diri: Keramas Memahami manfaat keramas perawatan diri
DIRI Memahami alat dan bahan untuk (isolasi sosial
Tujuan: Klien keramas atau harga diri
Mampu rendah)
Melakukan keramas
melaksanakan
upaya kebersihan 1C Kebersihan diri: Menyikat Memahami manfaat menyika gigi
diri, berdandan, gigi Memahami alat dan bahan untuk
makan dan minum menyikat gigi
dengan baik, serta Melakukan melakukan menyikat
toileting gigi secara benar
1D Kebersihan diri: Perawatan Memahami manfaat perawatan kuku
kuku Memahami cara perawatan kuku
2A Berdandan: berpakaian rapi Memahami manfaat berpakaiaan
rapi
Mengelola pakaian bekas pakai
Memilih pakaian yang sesuai
Menggunakan pakaian yang sesuai
2B Berdandan: berhias diri Memahami manfaat berhias diri
Memahami alat dan bahan berhias
diri
Memahami cara berhias diri
3A Tata cara makan Memahami manfaat makan yang
baik
Memahami tata cara makan yang
baik
Mampu mengelola peralatan makan
3B Tata cara minum Memahami cara minum yang baik
Manfaat minum yang baik
4A Tata cara buang air besar Memahami manfaat buang air besar
yang benar
Menggunakan peralatan BAB
dengan tepat
BAB dengan benar
4B Tata cara buang air kecil Memahami buang air kecil dengan
benar
Menggunakan peralatan BAK
dengan baik
BAK dengan benar
4 TAK Stimulasi 1 TAK Stimulasi suara Mengenali musik yang didengar Klien yang
Sensori Memberi respon terhadap musik mengalami
Tujuan: klien dapat isolasi sosial
berespons terhadap Menceritakan perasaan setelah dan harga diri
stimulus panca mendengarkan musik rendah yang
indera yang 2 TAK Stimulasi sensori : Mengekspresikan perasaan melalui disertai dengan
diberikan gambar gambar kurang
Memberi makna gambar komunikasi
3 TAK Stimulasi sensori : Menikmati menonton TV/Video verbal
menonton TV/video (acara positif dan bermakna terapi
bagi klien)
Menceritakan makna acara yang
ditonton pada perasaan klien
A. STANDAR SP : Halusinasi
Askep pada klien individu Askep pada klien keluarga
SP I P SP I k
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien 1. Mendiskusikan masalah yang
2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien dirasakan keluarga dalam
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien merawat pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien 2. Menjelaskan pengertian, tanda
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi dan gejala halusinasi, dan jenis
6. Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi halusinasi yang dialami pasien
7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi beserta proses terjadinya
8. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik 3. Menjelaskan cara-cara
halusinasi dalam jadwal kegiatan harian merawat pasien halusinasi
SP II p SP II k
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 1. Melatih keluarga
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan mempraktekkan
obat secara teratur cara merawat pasien dengan
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan Halusinasi
harian 2. Melatih keluarga melakukan
cara merawat langsung kepada
SP III p pasien Halusinasi
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara SP III k
bercakap-cakap dengan orang lain 1. Membantu keluarga membuat
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan jadual aktivitas di rumah
harian termasuk minum obat
(discharge planning)
SP IV p 2. Menjelaskan follow up pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien setelah pulang
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan
melakukan kegiatan
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan
harian
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN WAHAM
Askep pada klien individu Askep pada klien keluarga
SP I p SP I k
1. Membantu orientasi realita 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan
2. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak keluarga dalam merawat pasien
terpenuhi 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
3. Membantu pasien memenuhi kebutuhannya waham, dan jenis waham yang dialami pasien
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam beserta proses terjadinya
jadwal kegiatan harian 3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien
waham
SP II p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian SP II k
pasien 1. Melatih keluarga mempraktekkan cara
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang merawat pasien dengan waham
penggunaan obat secara teratur 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam langsung kepada pasien waham
jadwal kegiatan harian
SP III k
SP III p 1. Membantu keluarga membuat jadual aktivitas
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian di rumah termasuk minum obat
pasien 2. Mendiskusikan sumber rujukan yang bisa
2. Berdiskusi tentang kemampuan yang dijangkau keluarga
dimiliki
3. Melatih kemampuan yang dimiliki
ASUHAN KEPERAWATAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN
Askep pada klien individu Askep pada klien keluarga
SP 1 p SP 1 k
1. Mendiskusikan penyebab marah/kekerasan pasien 1. Mengidentifikasi
2. Mendiskusikan tanda dan gejala marah/kekerasan kemampuan keluarga dalam
3. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada merawat pasien
saat marah (verbal, terhadap orang lain, terihadap diri sendiri, dan 2. Menjelaskan peran serta
lingkungan) keluarga dalam merawat
4. Mendiskusikan akibat perilakunya pasien
5. Melatih mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik: tarik 3. Menjelaskan cara
nafas dalam, pukul kasur/bantal, kegiatan fisik merawat klien RPK
6. Memasukkan ke jadwal kegiatan harian SP 2 k
SP 2 p 1. Melatih keluarga
1. Mendiskusikan jadwal kegiatan harian dalam mengontrol PK merawat klien dengan RPK
secara fisik 2. Menjelaskan tentang obat
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat Untuk mengatasi RPK
secara teratur dalam mengontrol perilaku marah SP 3 k
3. Menganjurkan pasien memasukkan ke jadwal kegiatan harian 1. Menjelaskan sumber
SP 3 p rujukan yang tersedia untuk
1. Mendiskusikan jadwal kegiatan harian mencegah Pk dengan mengatasi anak PK
patuh minum obat 2. Mendorong untuk
2. Melatih cara social Untuk mengekspresikan marah: (bicara yang memanfaatkan sumber
baik: meminta, menolak dan mengungkapkan rasa marahnya rujukan yang tersedia
kepada sumber)
3. Menganjurkan memasukkan ke jadwal kegiatan harian
SP 4 p
1. Mendiskusikan jadwal kegiatan harian mencegah PK dengan
cara spiritual
2. Melatih De-enskalasi: curhat, tulis
3. Menganjurkan memasukkan ke jadwal kegiatan harian
SP 5 p
1. Mendiskusikan jadwal kegiatan harian mencegah PK dengan De-
enskalasi
2. Melatih cara spiritual Untuk mencegah PK
3. Menganjurkan memasukkan ke jadwal kegiatan harian
ASUHAN KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH
Askep pada klien individu Askep pada klien keluarga
SP I p SP I k
1. Mengidenfikasi kemampuan dan aspek 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan
positif yang dimiliki pasien keluarga dalam merawat pasien
2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
yang masih dapat digunakan harga diri rendah yang dialami pasien
3. Membantu pasien memilih kegiatan yang beserta proses terjadinya
akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien 3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien
4. Melatih pasien sesuai kemampuan yang harga diri rendah
dipilih
5. Memberikan pujian yang wajar terhadap SP II k
keberhasilan pasien 1. Melatih keluarga mempraktekkan cara
6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam merawat pasien dengan harga diri rendah
jadwal kegiatan harian 2. Melatih keluarga melakukan cara
SP II p merawat langsung kepada pasien harga
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih kemampuan kedua diri rendah
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam SP III k
jadwal kegiatan harian 1. Membantu keluarga membuat jadual
aktivitas di rumah termasuk minum obat
(discharge planning)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah
pulang
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL
Askep pada klien individu Askep pada klien keluarga
SP I p SP I k
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi social pasien 1. Mendiskusikan masalah yang
2. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan dirasakan keluarga dalam merawat
berinteraksi dengan orang lain pasien
3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
berinteraksi dengan orang lain gejala isolasi sosial yang dialami
4. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu pasien
orang beserta proses terjadinya
5. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan 3. Menjelaskan cara-cara merawat
berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan pasien isolasi social
harian
SP II k
SP II p 1. Melatih keluarga mempraktekkan
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien cara
2. Melakukan interaksi dalam kelompok disaat merawat pasien dengan isolasi sosial
melakukan kegiatan rumah (Latih pasien bercakap-cakap 2. Melatih keluarga melakukan cara
dengan keluarga di rumah) merawat langsung kepada pasien
3. Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang- isolasi social
bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan
harian SP III k
1. Membantu keluarga membuat
SP III p jadual aktivitas di rumah termasuk
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien minum
2. Menganjurkan pasien melakukan interaksi dalam obat (discharge planning)
keiatan sosial (Latih pasien bercakap-cakap dalam 2. Menjelaskan follow up pasien
melakukan kegiatan kelompok di rumah) setelah pulang
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
SP I p SP I k
1. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan
2. Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri keluarga dalam merawat pasien
3. Membantu pasien mempraktekkan cara 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
menjaga kebersihan diri (mandi) defisit perawatan diri, dan jenis deficit
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam perawatan diri yang dialami pasien beserta
jadwal kegiatan harian proses terjadinya
SP IIp 3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien defisit perawatan diri
2. Menjelaskan cara makan yang baik SP II k
3. Membantu pasien mempraktekkan cara makan 1. Melatih keluarga mempraktekkan cara
yang baik merawat pasien dengan defisit perawatan diri
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat
jadwal kegiatan harian langsung kepada pasien deficit perawatan diri
SP III p SP III k
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 1. Membantu keluarga membuat jadual
2. Menjelaskan cara eliminasi yang baik aktivitas di rumah termasuk minum obat
3. Membantu pasien mempraktekkan cara (discharge planning)
eliminasi yang baik dan memasukkan dalam 2. Menjelaskan follow up pasien setelah
jadual pulang
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
SP IV p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Menjelaskan cara berdandan
3. Membantu pasien mempraktekkan cara
berdandan
4. Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
A. Pengertian
Pengekangan / pengikatan fisik ( restrain ) adalah pembatasan gerak klien dengan mengikat
tungkai klien. Tindakan pengekangan masih umum digunakan perawat disertai dengan
penggunaan obat psikotropik.
B. Indikasi
Indikasi pengekangan adalah :
1. Perilaku amuk yang membahayakan diri sendiri atau orang lain
2. Perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan
3. Ancaman terhadap integritas fisik yang berhubungan dengan penolakan pasien untuk
beristirahat, makan dan minum.
C. Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa mampu memahami dan melakukan pengikatan/pengekangan fisik dengan
menggunakan teknik yang tepat.
Nama Pasien :
No RM :
Tgl Masuk RS :
Tgl Pengkajian:
O:
A:
P:
KEPERAWATAN
GAWAT DARURAT
Pengisapan Lendir / Sekret (SUCTION)
Pengertian
Pengisapan lendir adalah suatu metode untuk mengeluarkan lendir atatu secret
dari jalan napas.Pengisapan ini biasa dilakukan melalui mulut,nasofaring atau
trakea.pengisapan nasotrakea meliputi pemasangan selang karet kecil kedalam hidung
klien dan terus ke trakea.
Tujuan
Mempertahankan kepatenan jalan napas dengan menjaga kelancaran dan
membebaskan jalan napas dari secret/lendir yang menumpuk dan untuk merangsang klien
batuk dalam.
Kontaindikasi
Prosudeur ini dikontradikkasikan pada klien yang mengalami kelainan yang dapat
menimbulkan spasme laring (terutama sebagai akibat pengisapan melalui trakea)
gangguan pendaharan,edema laring,varises esophagus,pembedahan trakea,pembedahan
gaster dengan anastomosis dan infark miokard.
Persiapan alat :
1. Mesin peingisapan dan set pelengkapan
2. Kateter pengisapan ukuran 14F(dilengkapi dengan alat penutup/pembuka)
3. Wadah steril (t.u untuk pengisapan melalui trakea dan trakeostomi)
4. Air steril
5. Pelumas (biasanya KY Jelly)
6. Tisu/lap pengering
7. Handuk steril
8. Sarung tangan steril (untuk pengisapan melalui trakea dan trakeostom)
9. Botol penampung
10. Manometer untuk mengukur jumlah daya isap
11. Spatel lidah (jika perlu)
12. Set oksigen
PROSEDUR PENGISAPAN LENDIR / SEKRET (SUCTION)
Nama Mahasiswa :
NIM :
NO. Kegiatan Check List
0 1 2
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur kepada klien atau keluarga (jika klien tidak sadar)
3. Ukuran tanda vital
4. Periksa fungsi mesin pengisap
5. Posisikan fungsi semi fowler atau fowler
6. Berikan oksigen sebelum melakukan pengisapan
7. Hidupkan sumber pengisapan dan tempatkan ujung jari di ujung
selang yang disambungkan.
8. Pakai sarung tangan dan member pelumas pada kateter.Dengan
pengisapan tidak mengisap,masukkan kateter perlahan-lahan sampai
ke faring,laring.pengisap mengisap,keluarkan kateter dengan gerakan
memutar.lama pengisapan 10-15 detik,berikan istirahan.
9. Berikan oksigen setelah melakukan pengisapan.
10. Nilai kembali kondisi klinis klien
11. Cuci tangan
12. Dokumentasikan prosedur dan respon klien dalam catatan klien
Keterangan Check List :
INTUBASI ENDOTRACHEAL
Defenisi
Adalah memasukkan pipa jalan nafas buatan kedalam trachea melalui mulut
Tujuan
1. Membebaskan jalan nafas
2. Untuk pemberian pernafasan mekanis (dengan ventilator)
Indikasi
1. Proteksi jalan napas
2. Hilangnya refleks gag misalnya cedera serebro caskuler,kelebihan dosis obat.
3. Obstruksi jalan napas besar mesalnya epiglotis,corpus alienum,paralisis pita suara
4. Pendarahan faring.
5. Optimalisasi jalan napas
6. Saluran untuk pelaksanaan pulmonari toilt darurat contoh pengisapan lendir atau
bronkoskopi untuk aspirasi akut.
7. Tindakan untuk memberikan tekanan positif dan continue yang tinggi pada jalan
napas,contoh ARDS
8. Ventilasi mekanik.
9. Pulmonar-penyakit asma
10. Neurologi-berkurangnya dorongan respirasi
Persiapan Alat
1. Selang endotracheal sesuai ukuran 5. Penghisap lendir
2. Spoit 10 ml 6.Anastesi topikal/semprot
3. Stilet 7.jely lidokain
4. Laringoskop set 8.plaster
9. masker
PROSEDUR INTUBASI ENDOTRACHEAL
Nama Mahasiswa :
NIM :
No. Kegiatan Check List
1. Cuci tangan
2. Jelaskan dengan singkat prosedur kerja pada pasien sadar dan isi surat
izin bila situasi memungkinkan.
3. Awasi pasien dengan oksimetri nadi bila memungkinkan
4. Pasang masker,pelindung mata dan sarung tangan
5. Masukkan stilet ke dalam selang endotracheal,buat lengkungan pada
selang dan stilet,uji integritas balon selang dengan mengembangkan
udara 10 ml,kempeskan balon dan biarkan udara semprit mengisi selang
6. Berikan jely lidokain pada balon ujung selang
7. Buat posisi pada kepala tempat tidur,baringkan pasien terlentang dan
buat kepala dan leher dalam posisi menghirup.jangan lakukan bila ada
kemungkinan fraktur tulang belakang.
8. Gunakan bag dan masker untuk memberikan pre oksigenasi pasien
selama 30 detik
9. Genggam selang endotracheal dengan tangan kanan,masukkan dengan
tangan kiri dari mata pisau laringoskop ke dalam mulut pasien sepanjang
sisi kanan lidah kemudian gerakkan laringgoskop ke garis tengah.
10. Lanjutkan mata pisau ke valekula,dan biarkan laringgoskop ke arah kiri
dan ke atas dengan kekuatan langsung sejajar ke sepanjang aksis
pegangan.
11. Perhatikan laring pasien,bersihkan jalan napas dari sekret
12. Masukkan selang endotracheal ke dalam sisi kanan mulut
pasien,lanjutkan ke faring dan akhirnya melalui pita
13. Angkat laringgoskop dan stile selang endotracheal,isi balon dengan
udara 5-10 ml
14. Ventilasi bag melalui selang saat mengauskultasi hemitorak dan
epigastrium
15. Setelah bunyi napas optimal dicapai,amankan selang dalam posisi dan
plester kemudian periksa dengan sinar X.
PEMASANGAN ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG)
Defenisi
Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari aktifitas listrik jantung.
Elektrokardiogram adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik
jantung.
Kegiatan listrik jantung dalam tubuh dapat dicatat da direkam melalui elektroda-
elektroda yang dipasang pada permukaan tubuh.Kelainan tata listrik jantung akan
menimbulkan kelainan gambar EKG.
Tujuan
EKG sangat berguna dalam menentukan kelainan seperti berikut :
Kelainan-kelainan irama jantung (Disritmia)
Gangguan otot jantung berupa iskemia dan infark miokard.
Memperkirakan adanya pembesaran jantung ( Hipertrofi Atrium dan Ventrikel)
Efek obat-obatan terutama Digitalis dan Anti-aritmia
Peradangan pada dinding jantung seperti miokarditis
Gangguan keseimbangan elektrolit khususnya kalium.
Penilaian fungsi pacu jantung.
Persiapan Alat
1. Set balutan steril atau bahan-
Sarung tangan steril
Set balutan gunting dan forsep
Balutan kasa dan bantalan kasa
Basin/kom untuk larutan antiseptic
Atau larutan pembersih
Salep/bubuk antibiotic (bila dipesankan)
2. Larutan pembersih yang diresepkan oleh dokter
3. Larutan garam faal (NaCl 0,9%)/air
4. Sarung tangan sekali pakai
5. Plester atau larutan sesuai kebutuhan
6. Kantung tahan air untuk sampah
7. Balutan kasa ekstra dan surgipad
8. Selimut mandi
9. Aseton
10. Bantalan tahan air/perlak
PROSEDUR PEMASANGAN ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG)
Nama Mahasiswa :
NIM :
NO KEGIATAN Check List
1. Persiapan klie
Memberitahu penderita bahwa akan dilakukan perekaman
jantung
Menginstuksi penderita untuk membuka pakaian dan perhiasan
Penderita diminta untuk berbaring
2. Bawa semua peralatan di samping tempat tidur.Perawat berdiri di area
dominan (jika kidal maka berdirilah diseblah kiri tempat tidur)
3. Salam terapeutik
4. Bantun klien untuk atur posisi yang sesuai untuk pemasangan EKGtau
posisi supinasi
Elektroda ekstremitas dipasang pada pergelangan tangan kanan dan kiri
searah dengan telapak tangan dan pada ekstremitas bahwa pada
5. pergelangan kaki kiri/kanan sebelah dalam yang sudah diberi jelly.
Merah (RA)_lengan kanan
Kuning (LA)_lengan kiri
Hijau (LF)_tungkai kiri
Hitam (RF)_tungkai kanan
Elektroda sadapan unipolar perikordial dipasang paadaa :
- Sela iga ke 4 pada garis sterna kanan = V1
- Sela iga ke 4 pada garis sterna kiri = V2
- Terletak antara V2 dan V4 adalah = V3
- Ruang iga ke 5 pada garis tengah klavikula = V4
6. - Garis aksila depan sejajar dengan V4 =V5
- Garis ksila tengah sejajar dengan V4 =V6
- Garis aksila belakang sejajar dengan V4 = V7
- Garis scapula belakang sejajar dengan V4 =V8
- Batas kiri dari kolumna veterbrata sejajar dengan V5 = V9
- Lokasi sama dengan V3 tetapi pada sebelah kanan = V3R
Pada umumnya perekaman hanya 12 lead yaitu I.II.III.aVR,aVF,aVL,V1-V6
7. Hidupkn mesin EKG dan tunggu sebentr untuk pemanasan
Periks kembali standarisasi EKG anatara lain :
8. Kalibrasi 1 mvolt
Kecepatan 25 mm/detik
9. Lakukan kalibrasi 3x dengan menekan tombol run/start dan setelah itu
bergerak
10. Pindah lead selektor
11. Setelah selesi tulis penctatan :
Nama Klien
Umur
Jenis kelamin
Tanggal/jam pembuatan rekaman
Tuli ruangan/poliklinik asal penderita
Tanda lead I,II,III,aVR,aVF,aVL,V1-V6
Tulis disudut kiri bawah nama si pembuat rekaman
12. Rapikan alat-alat EKG kembali
13. Beritahukan bahwa prosedur telah selesai.angkat rapikan pakaian klien
14. Cuci tangan
DC SHOCK
Defenisi
Suatu cara memberikan renjatan arus listrik langsung ke jantung lewat sepasang
elektrod yang diletakkan pada dinding toraks untuk menghentikan takikardia
ventricular dan supraventrikuler.
Pemberian renjatan sinkron gelombng R (kompleks QRS).
Renjatan listrik mendepolarisasi sel pemacu jantung utomatic dan sel miokardial
serta menghilangkan atritmia.
Nodus sinoatrial,nodus atrioventrikuler dan system purkinje alih irama jantung.
Indikasi :
Kardioversi darurat,
1. Takikardi supraventrikular,fluter atrial,dan filbrilasi dengan
hipotensi,hipoperfusi sistemik,ggal jantung kongestif,atau iskemia miokard.
2. Takikardi ventrikel dengan nadi palpasi gagalberubah ke irama sinus dengn
lidokain tau amiodaron.
Kardioversi elektif
Kardioversi dilakukn elektif pada takikardi supraventrikuler,fluter atrial,dan fibrilasi
atrial,yang gagal berubah ke irama sinus dengan
digitalis,propranolol,adrofonium,fenilefrin,kuinidin,atau verapanil.
Irama sinus lebih baik daripada aritmia karena curah jantung lebih banyak dan
lebih rendh angka embolisme.
Kontraindikasi :
Intoksikasi digitalis
Fibrilasi ventrikel dapat terjadi walaaupun dilakukan kardioversi sinkron,stimulasi
cepat atrium dengan pemacu temporer (TPM) dapat merubah atritmia
supraventrikular.
Penyakit system konduksi.blok atrioventrikular dipasang profilaktik temporer pace
maker (TPM).
Pasien dengan tidk mampu bertahan pada irama sinus.
Fibrilasi atrial yang telah lama atu bertahun
Kardioversi dengan fibrilasi atrial cepat berulang,dengan dosiis kuinidin profilaktik.
Post operasi baru katup jantung,kardioversi ditund 10-14 hari,TPM dapat
menghentikan takiaritmia.
Evaluasi pasien :
Evaluasi tentang hipertiroidisme,intake,digitalis,hipoksemia,stress
psikologik,anemia,hipokalemia,hiperkalemia,hipokalsemia,hipomagnesemia,atau
gangguan metabolic utonom lain yang menyebabkan aritmia.
Persiapaan pasien :
1. Jelaskan prosedur secara penuh kepada pasien termasuk komplikasi potensialnya
dan dapatkan izin tertulis.
2. Berikan antikoagulan profilaktik,dianjurkan pada pasien atrial fibrilasi dengan
riwayat embolisme,stenosis mitral,gagal jantung kongestif,atau pembesran atrium
kiri.
3. Hentikan digitalis,24jam sebelum kardioversi dan 48-72 jam pada pasien
tua.Digoxin bekerja selamaa 2-5 hari.
4. Berikan kuinidin (3000 mg tiap 6 jam ) selama 2 hari sebelum
kardioversi,menurunkaan 40% pemulihan ke irama sinus,tetapi kadang pencetus
VT atau Vf.
5. Puasakan pasien 6 jam sebelum tindakan kardioversi
6. Rawat pasien dengan monitor EKG,untuk evaluasi Irma dan evaluasi EKG 12 lead.
7. Letakkan lempeng resusitasi jantung di bawah dada pasien.
Personalia :
Dokter atau perawt terampil kardioversi,anestesi dibutuhkan untuk penataalaksaanaan
intubasiendotrakeal.
Persiapan alat :
1. Kardioverter arus searah (DC) dengan monitor osiloskop,modus sinkronisasi
tombol seleksi tingkat energy,pedal elektroda dan jelly elektroda.
2. Obat sedasi : amnesia atau anastesi selama kardioversi dengan diazepam
(valium).pentothal atau brevithal.
3. Resusitasi : lempeng dipunggung,section,oksigen,intubasi,set
(EET,lavingoskope,guidel,jelly,spatel)ambubag dan obat atropine serta aantiaritmi.
Penatalaksanaan kardioversi
1. letakkan pasien terlentang diatas lempeng resusitasi jantung.
2. Pasang elektroda monitor EKG pada dada pasien
3. Nyalakan tombol kardioversi dan sikronisasi
4. Singkirkan oksigen atau peralatan atau bahan yang mudah terbakar.
5. Berikan obat sedative perlahan,pantau frekunsi jantung,respirasi dan tekanan
darah.
6. Berikan jelly pada pedal elektroda kardioversi,bantalan kasa larutan garam tidak
dipakai karena menyebabkan lengkungan arus.
7. Tipe kardioveter anteroapikal,elektroda pertama diletakkan di bawah klavikula
kanan tepat lateral sternum dan elektroda kedua diletakkan dibawah putting susu
anterior aksilaris.
8. Pilih tingkatan energy 100 joule
9. Pastikan tidak ada kontak operator,orang lain dan pasien terhadap bahan
konduktor (logam,air,ventrikulator).
10. Berikan renjatan listrik bila sedasi pasien memadai dengan teknn mantap 11,25 kg
pada pedal elektroda.
11. Periksa nadi pasien,EKG,dan jalan napas segera setelah renjatan listrik
kardioversi.reaksi kardiovaskuler setelah rejatan listrik tampak vagal dengan
bradikardi disusul takikardi 30 detik reaksi simpatis.
12. Aritmia ventrikel atau kelainan gelombang ST dapat menunjukkan kerusakan
miokard akibat rejatan atau interaksi obat dengan rejatan listrik.
13. Bila rejatan gagal,tingkatkan dosis energy secara bertahan 100,200,300,360,joules
sampai aritmia dikoversi atau smpai 360mjoules gagal.
14. Biarkan 2 menit di antara rejatan listrik untuk supraventrikular takikardi,karena
lambat berkonversi.
Komplikasi Kardiversi :
1. Luka bakar kulit.kontak elektroda tidak mamadai atau renjatan berulang dapat
timbul luka bakar derajat I-II.
2. Aritmia,irama qtrioventrikuler,VES,VT dan VF dapat timbul setelah renjatan.
3. Kerusakan otot jantung perubahan gelombang T dan ST terjadi sekitar 1% dan
peningkatan CKMB sekitar 9% pasien.
4. Pembesaran jantung
5. Edema paru,diduga paralisis atrial kiri
6. Embolisasi sistemik,sekitar 0.8%lebih tinggi pada atrium kiri besar,stenosis
mitral,CHF,atau emboli sebelumnya.
7. Hipotensi,singkat dan berakhir beberapa jam
8. Pneumonia aspirasi.
DEFIBRILASI
Defenisi
Pemberian syok listrik atau searah pada thoraks untuk menghentikan
fibrilasi ventrikel atau takikardi ventrikel yang menyebabkan gangguan
hemodinamik mengancam jiwa
Indikasi :
1. Filbrilasi ventrikal.
2. Takikardia ventrikel tanpa nadi arteri tepi terdeteksi atau gagal sirkulasi (apnea
atau kolaps).
Kolps mendadak dengan kehilangan nadi.diasumsikan 75% pasien dengan
VF.defibrilasi buta,memuaskan meskipun sebelum RJP jika diberikan kurung 30
detik sejak henti jantung.jika VF sebelum masuk rumah sakit RJP harus
dilakukan 4 menit dan defibrilasi diusahakan dalam 8 menit,50% pasien dapat
bertahan hidup.
Kontraindikasi :
Tidak ada indikasi absolute karena VF selalu menuju kematian dan
defibrilasi VT atau VF jarang spontan
Keputusan memberikan pasien meninggal,penderita penyakit kritis/tanpa
harapan
Pasien sadar atau nadi arteri spontan teraba.tidak peduli osiloskop atau
EKG termonitor.Artefak pada elektroda longgar,tremor otot dan alat
monitor bermasalah kecuali diperlukan kardioversi.
Defibrillator malfungsi tak terawatt dengan isolasi/kawat terbuka,elektroda
pedal bengkoko,pegangan elektroda retak.RJP diteruskan sampai peralatan
elefibrilator aman bagi operator dan pasien.
Persiapan Alat :
1. Defibrillator kardiak
2. Bahan konduksi listrik seperti jelly elektroda
3. Peralatan pamantau iraama EKG (elektroda pedal dan monitor osiloskop)
4. Pastikan tidak ada orang lain menyentuh pasien atau logam konduktor atu
ventilator
5. Tekan tombol untuk mengisi kapasitor dan tekan tombol elektroda pedal
secara serentak untuk melepaskan syok listrik
6. Segera seorang anggota tim resusitasi meraba nadi arteri dan pantau irama
EKG,bila nadi tidak teraba ulangi RJP
7. Bila irama sinus dan kembali VF,syok energy sama diberikan dalam 5-15 detik
energy DC syok 200,300 dan 360 joules,tidak defibrilasi lakukan :
a. Teruskan RJP diantara Dc syok
b. Koreksi asidosis atau alkalosis dan rasio ion abnormal (Ka,Ca,Mg,Na)
c. Pastikan ventilasi paru memadai,periksa gas darah secara serial.
d. Berikan epinefrin IV(0,5 mg) dan/atau CaCl2 (5 ml larutan 10%)
(1g/10ml),bila terdapat VF halus atau asistol monitorEKG,MgSO4 dapat
mempercepat defibrilasi VF dan memungkinkan defibrilasi efektif.
e.
e. Periksa fungsi defibrillator kegagalan output sering dan kedutan otot tidak
menunjukkan aliran DC syok adekuat lewat dinding toraks dan
jantung,pertimbangan memakai alat defibrillator lain sambil RJP.
Asuhan keperawatan Post Defibrilasi :
Pasien defibrilasi VF atau VT memerlukan pemantauan EKG
seksama,persiapan control aritmia dan mencegah VF berulang dan
penatalaksanaan penyakit dan kondisi patofisiologi yang mendasari keadaan
pasien :
1. Pasien indikasi rawat intensif
2. Lakukan pemeriksaan fisik,kaji komplikasi resusitasi,seperti faktur
iga,pneumotoraks,tau rupture hati atau limpa.
3. Lakukan ronsen thoraks dan EKG 12 lead
4. Secara khusus pantau :
a. Tekanan darah,nadi dan pernapasan
b. irama jantung lima kali atau lebih/menit,dan jenis
(kuplet,multifocal,begemini,fenomenon R atau T) dari VES,episode singkat
VT,dan VT menetap,terapi santiaritmia penting untuk mencegah rekurensi
VF.
c. Fungsi serebral (integrative lebih tinggi)
d. Gas darah arteri,asidosis dan alkalosis predisposisi refibrilasi
e. Elektrolit dan fungsi ginjal
f. Pantau hemodinamik secara akurat.
Komplikasi defibrilasi :
Sekuele RJP dan defibrilasi cukup banyak disebabkan oleh ruda paksa
mekanis dan listrik,petugas terlatih pertolongn hidup dasar dan
lanjutan,komplikasi harus dapat diabaikan :
1. Fraktur iga
2. Flail chest
3. Pneumotoraks,hemothoraks,atau pneumomediastrinum
4. Tamponade pericardial
5. Luka bakar atau kontusio miokard
6. Pneumoni aspirasi
7. Edema paru
MEKANISME PENGISIAN FLOW SHEET
1. DEFENISI
Flow sheet merupakan bagian dari clinical record (rekam medis),merupakan
kumpulan data komprehensif yang menggambrkan kondisi pasien,kebutuhan
perawatan,pelayanan kesehatan yang diberikan dan respon terhadap
perawatan.
2. PENANGGUNG JAWAB
- Perawat primer dan pelaksana
- Dokter pennggung jawab atau dokter yang merawat
3. URAAIAN PROSEDUR
1. Identitas
- Nama penderita : menuliskan nama jelas pasien bukan dengan
singkatan.
- Nama ayah/suami/istri : menuliskan penanggung jawab atas pasien
selama berada di intensive care unit.
- Pangkat/golongan : mencantumkan dengan jelas golongan jika
pasien dalam lingkup asuransi kesehatan (ASKES).
- Alamat : menuliskan alamt jelas pasien
- Tanggal : tanggal sat dilakukan pengisian flow sheet
- Umur : diisi umur diagnose medis saaat masuk dan selama di
intensive care unit.
- Register : menuliskan nomor rekam medic pasien (No RM)
- Hari ke : menuliskan jumlah atau lamanya pasien dirawat di
intensive care unit.
3. Instruksi dokter
Semua instruksi dokter yang berada di lembar merah pada status
pasien dicantumkan pada lembar flow sheet baik terapi
farmakologis yang lengkap dengan dosis dan cara pemberiannya
maupun non farmakologis secara jelas pengisian instruksi dokter ini
dapat di isi langsung oleh dokter jika ada instruksi tambahan.
4. Tingkat kesadaran
- Glow Coma Scale (GCS) : menuliskan GCS pasien secara jelas yang
terdiri dari :
Buka mata (BM)
Respon motorik (RM)
Respon verbal (RV)
- Reaksi reflex pupil : menuliskan hasil pemeriksaan reflex pada pupil
pasien.
5. Set up ventilator
Menuliskan settingan atau pengaturan atau mode ventilator yang
digunakan pada pasien,hal-hal yang penting dituliskan adalah :
- Tipe ventilasi
- PEEP/CPAP
- Respirasi rate
- Tidal volume
- FO 02
- Ukuran ETT
-
6. Intake
Menuliskan intake atau asupan pasien baik per NGT/OGT maupun secara
parenteral selama 24 jam
- Infuse : menuliskan terapi cairan atau obat-obatan yang masuk
melalui infuse
- Oral : menuliskan semua pemberian makanan yang diberikan secara
oral maupun NGT/OGT
- Obat-obatan : menuliskan terapi obat lengkap dengan dosis dan
cara pemberiannya yang diberikan pada pasien baik secara injeksi
maupun oral.penulisan obat-obatan untuk injeksi dari kolom atas
sedangkan obat injeksi ditulis dari kolom bawah.
7. Output
Menuliskan hasil pengeluaran pasien selama 24 jam terdiri dari :
- Urine
- Drain (jika terdapat drainase)
- Maag slang
8. Hasil laboratorium
Mencatat semua hasil laboratorium pasien utamanya hasil laboratorium
yang bermasalah secara jelas dan lengkap
9. Neuro status
- Reaksi dan besar pupil : diisi ukuran pupil dalam bentuk gambar
lingkaran atau besar pupil dalam cm serta refleksi pupil terhadap
cahaya (-/+/±/lambat/cepat).
- GCS : NILAI
a. Buka mata (E)
Spontan 4
Respon perintah lisan 3
Respon rangsang sakit 2
Tidak ada respon 1