Anda di halaman 1dari 84

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN KEJADIAN


STUNTING PADA BALITA UMUR 12-59 BULAN DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAWAWOI
KABUPATEN SIDRAP TAHUN 2020

HASNAWATI
NIM. 201601013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS JENJANG STRATA SATU (S1)


STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TAHUN 2020
SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN KEJADIAN


STUNTING PADA BALITA UMUR 12-59 BULAN DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAWAWOI
KABUPATEN SIDRAP TAHUN 2020

Karya ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat


untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan

HASNAWATI
NIM. 201601013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS JENJANG STRATA SATU (S1)


STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP
TAHUN 2020
RINGKASAN
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)
Muhammadiyah Sidrap
Program Study : Ilmu Keperawatan (S1)
Skripsi : Juli 2020
HASNAWATI
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 12-
59 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Lawawoi Kabupaten Sidrap
Dibimbing oleh :H. Syamsa Latief dan Jumiarsih Purnama
Stunting masih menjadi permasalahan besar untuk sebagian besar negara
di dunia. Data WHO (2016) mencatat bahwa terdapat 162 juta balita penderita
stunting di seluruh dunia, dimana 56% berasal dari Asia. Dibandingkan beberapa
Negara tetangga, prevalensi balita pendek di Indonesia juga tertinggi
dibandingkan Myanmar (35%), Vietnam (23%), Malaysia (17%), Thailand (16%),
dan Singapura (4%). Global Nutrition Report tahun 2014 menunjukkan Indonesia
termasuk dalam 17 negara, diantara 117 negara yang mempunyai 3 masalah gizi
yaitu stunting
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu
dengan kejadian stunting pada balita usia 12-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Lawawoi Kabupaten Sidrap. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional studi. Sampel dalam
penelitian adalah 30 responden dengan teknik penarikan sampel Purposive
sampling. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji chi square

Hasil penelitian diperoleh bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu


dengan kejadian stunting dengan nilai p = 0,02 (p < α = 0,05) pada balita usia 12-
59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Lawawoi Kabupaten Sidrap.

Kata Kunci : Pengetahuan Ibu, Stunting, Balita

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Karena atas berkat dan

rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 12-

59 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Lawawoi Kabupaten Sidenreng

Rappang”. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu

syarat untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ners

Jenjang Strata Satu (S1) Stikes Muhammadiyah Sidrap (STIKES).

Dalam penelitian skripsi ini, tidak sedikit kesulitan maupun hambatan

yang dialami oleh penulis, oleh karena itu penulis masih perlu banyak belajar.

Namun penulis mendapat bantuan dan dukungan dalam bentuk moral maupun

material dari bebrbagai pihak. Untuk ini perkenankan penulis menyampaikan

terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Drg. Bambang Roesmono.MM, selaku Ketua STIKES

Muhammadiyah Sidrap yang telah memberikan sarana untuk

menyelesaikan pendidikan di program Ners Jenjang Sarjana (S1)

Stikes Muhammadiyah Sidrap sekaligus sebagai penguji I dalam

skripsi ini.

ii
2. Bapak Ns. Hasrul, S.Kep.,MM.Kep selaku wakil ketua I bidang

akademik STIKES Muhammadiyah Sidrap.

3. Bapak Asnal Bebang S.Pd selaku Wakil Ketua II Bidang Akademik

STIKES Muhammadiyah Sidrap

4. Bapak Kassaming, SKM.,M.Kes selaku Wakil Ketua III Bidang

Akademik STIKES Muhammadiyah Sidrap.

5. Ns. Sulkifli Nurdin S.Kep.,M.M.Kes selaku Ketua Prodi Ners

Jenjang Sarjana di STIKES Muhammadiyah Sidrap.

6. Dr. dr.H. Syamsa Latief, M.Kes., DPDK selaku Pembimbing I

dalam menyusun Skripsi ini.

7. Ns. Jumiarsih Purnama, S.Kep.,M.Kep selaku Pembimbing II dalam

Skripsi ini.

8. Ns. Sulaeman, S.Kep.,M.Kep selaku Penguji II dalam Skripsi ini.


9. Bapak dan Ibu pengajar Program Studi Ners Jenjang Sarjana (S1)

yang telah memberi dorongan, arahan dan bimbingan sejak awal

kuliah sampai akhir.

10. Bapak Mansyur Arifin, SKM. selaku Bapak Kepala Puskesmas

Lawawaoi Kabupaten Sidrap yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk melakukan penelitian di Desa Lawawoi

wilayah kerja Puskesmas Lawawoi Kabupaten Sidrap.

11. Terkhusus dan Teristimewa kepada kedua orang tua saya yang selalu

memberi motivasi, dorongan kekuatan dan semangat kepada saya

selama ini sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

iii
12. Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Ners Jenjang Sarjana (S1)

STIKES Muhammadiyah Sidrap dan terkhusus semua teman-teman

seperjuangan angkatan 2016 yang tidak bisa saya sebutkan satu

persatu yang selalu bersama baik suka maupun duka serta turut

memberikan bantuan, dukungan dan motivasi sehingga saya dapat

menyelesaikan skripsi ini.

13. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan

ini yang tidak sempat saya sebutkan satu persatu namanya.

Akhir kata, segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang sempurna Allah

SWT. Begitu pula dengan adanya skripsi ini, untuk menuju proses kesempurnaan,

saya mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun. Semoga skripsi

ini bermamfaat bagi pembaca dan masyarakat luas khususnya bagi Keperawatan.

Pangkajene, Agustus 2020

Penyusun,

Hasnawati

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................i

RINGKASAN...................................................................................................ii

KATA PENGANTAR....................................................................................iii

DAFTAR ISI...................................................................................................iv

DAFTAR TABEL..........................................................................................vii

DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH.............................................................viii

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................ix

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................1

A. Latar Belekang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................3
C. Tujuan Penelitian...................................................................................3
D. Manfaat Penelitian.................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................5

A. Tinjauan Umum Tentang Stunting.........................................................5


1. Definisi Stunting........................................................................5
2. Dampak Stunting........................................................................5
3. Pemeriksaan Antropometri Stunting..........................................5
4. Factor Penyebab Stunting..........................................................7
B. Tinjauan Umum Tentang Balita 12-59 Bulan......................................11
1. Definisi ....................................................................................11
2. Tahap/Periode Pertumbuhan Dan Perkembangan ..................11
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan
Perkembangan..........................................................................12

v
4. Pertumbuhan Dan Perkembangan............................................15
5. Deteksi Dini Pertumbuhan.......................................................18
C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan Ibu ........................................18
1. Definisi Pengetahuan ..............................................................18
2. Tingkat Pengetahuan................................................................19
3. Pengukuran Pengetahuan.........................................................20
4. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan...............................21

BAB III KERANGKA KONSEP..................................................................22

A. Dasar Pemikiran Variable Yang Di Teliti............................................22


1. Variable Independen................................................................22
2. Variable Dependen...................................................................22
B. Bagan Kerangka Konsep......................................................................22
C. Definisi Operasional............................................................................23
D. Hipotesis..............................................................................................24

BAB IV METODE PENELITIAN...............................................................25

A. Jenis penelitian.....................................................................................25
B. Waktu dan lokasi penelitian.................................................................25
C. Populasi dan sampel.............................................................................25
D. Pengumpulan data................................................................................26
E. Pengolahan data...................................................................................27
F. Etika penelitian....................................................................................27
G. Analisa data..........................................................................................28

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................30

A. HASIL..................................................................................................30
B. PEMBAHASAN..................................................................................37

BAB VI PENUTUP........................................................................................39

A. KESIMPULAN....................................................................................39
B. SARAN................................................................................................39

vi
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DOKUMENTASI

vii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman

3.1 Kerangka Konsep.......................................................................................23

3.2 Definisi Operasional..................................................................................24

5.1 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Umur ...................................................32

5.2 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Pendidikan...........................................33

5.3 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga...................34

5.4 Distribusi subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Balita Usia 12-59 Bulan ..35

5.5 Distribusi Subjek Berdasarkan Umur Balita Usia 12-59 Bulan................35

5.6 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Pengetahuan........................................36

5.7 Distribusi Balita Berdasarkan Klasifikasi stunting....................................37

5.8 Hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan kejadian stunting pada Balita usia
12-59 bulan......................................................................................................37

vii
DAFTAR SINGKATAN ATAU ISTILAH

LAMBANG SINGKATAN ARTI/ISTILAH

ANC Ante Natal Care

BAB Buang Air Kecil

GH Growt Hormone

HPK Kehidupan Hari Pertama

IDAI Ikatan Dokter Anak Indonesia

IGF- 1 Insulin-Like Growth Factor 1

ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut

IUGR Intra Uterine Growth Restriction

MP ASI Makanan Pendamping ASI

PB/U Panjang Badan Menurut Umur

PMT Pemberian Makanan Tambahan

TB/U Tinggi Badan Menurut Umur

SEAR South-East Asia Region

WHO World Health Organization

viii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Permohonan Jadi Responden


2. Lembaran Persetujuan Responden (Informed Consent)
3. Lembar Kosenel
4. Master Data Analisis
5. Hasil Analisis
6. Surat Permohonan Pengambilan Data Awal Dari Stikes Muhammadiyah
Sidrap
7. Surat Keterangan Izin Pengambilan Data Awal Dari Puskesmas Lawawoi
8. Surat Rekomendasi Izin Pengambilan Data Awal Dari Badan Kesatuan
Bangsa Dan Politik Kab. Sidrap
9. Surat Rekomendasi Izinpengambilan Data Awa Dari Kantor Dinas
Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kab. Sidrap
10. Surat Keterangan Izin Penelitian Dari Puskesmas Lawawoi
11. Surat Rekomendasi Izin Penelitian Dari Badan Kesatuan Bangsa Dan
Politik Kab. Sidrap
12. Surat Rekomendasi Izin Penelitian Dari Kantor Dinas Penanaman Modal
Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kab. Sidrap
13. Surat Keterangan Selesai Penelitian Dari Puskesmas Baranti
14. Dokumentasi Penelitian

ix
x
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai dengan
proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat disertai dengan
perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan
kualitas tinggi(Pos & Gorontalo, 2017). Stunting adalah keadaan tubuh yang
kurang normal, atau tubuh yang kurang tinggi /pendek terhadap usianya. Yang di
dasarkan pada indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan
menurut umur (TB/U) (Olsa, Sulastri, & Anas, 2017).
Anak stunting merupakan hasil kronis gizi buruk dan kondisi yang kurang
baik. Kondisi stunting pada anak dapat di cegah dengan cara meningkatkan status
gizi ibunya pada masa remaja dan wanita subur, pemberian makanan bayi dan
anak yang benar, serta meningkatkan akses air bersih dan sanitasi yang memadai,
imunisasi dan pengobatan untuk penyakit menular (Bertalina & P.R, 2018).
Intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan di sektor kesehatan, namun
hanya berkontribusi 30%, sedangkan 70% nya merupakan kontribusi intervensi
gizi sensitif yang melibatkan berbagai faktor, salah satunya adalah pendidikan.
Upaya intervensi gizi spesifik difokuskan pada kelompok 1.000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK), yaitu ibu hamil, ibu menyusui, dan Anak 0-23 bulan, karena
penanggulangan anak pendek yang paling efektif dilakukan pada 1.000
HPK[ CITATION Kem16 \l 1033 ].
Pengetahuan orang tua tentang gizi membantu memperbaiki status gizi pada
anak untuk mencapai kematangan pertumbuhan. Pada anak dengan stunting
mudah timbul masalah kesehatan baik fisik maupun psikis. Oleh karena itu, tidak
semua anak dapat bertumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya, ada anak
yang mengalami hambatan dan kelainan (Saragih et al., 2013).
Stunting masih menjadi permasalahan besar untuk sebagian besar negara di
dunia. Data WHO mencatat bahwa terdapat 162 juta balita penderita stunting di
seluruh dunia, dimana 56% berasal dari Asia. Dibandingkan beberapa Negara

1
2

tetangga, prevalensi balita pendek di Indonesia juga tertinggi dibandingkan


Myanmar (35%), Vietnam (23%), Malaysia (17%), Thailand (16%), dan
Singapura (4%). Global Nutrition Report tahun 2014 menunjukkan Indonesia
termasuk dalam 17 negara, diantara 117 negara yang mempunyai 3 masalah gizi
yaitu stunting [ CITATION Kem16 \l 1033 ].
Prevalensi stunting secara Nasional pada tahun 2013 sejumlah 37,2 %.
Pemantauan status gizi tahun 2016 mencapai 27,5 %, melebihi batas WHO <20%.
Hal ini berarti pertumbuhan yang tidak maksimal dialami oleh sekitar 8,9 juta
anak Indonesia, atau 1 dari 3 anak Indonesia mengalami stunting. Lebih dari 1/3
anak berusia di bawah 5 tahun di Indonesia tingginya berada di bawah rata-rata
[ CITATION San17 \l 1033 ].
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pormes dkk, (2014) tentang
“Hubungan pengetahuan orang tua tentang gizi dengan stunting pada anak usia 4-
5 tahun di TK Malaekat Pelindung Manado”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dari 30 anak, 24 diantaranya memiliki (TB/U) normal (96%) disertai
dengan pengetahuan orang tua tentang gizi yang baik, ada 1 anak yang memiliki
tinggi badan normal (TB/U) tetapi memiliki pengetahuan orang tua tentang gizi
yang tidak baik (4%), sedangkan 5 anak denga stunting memiliki orang tua
dengan pengetahuan tentang gizi yang tidak baik (100%).
Data stunting di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2010 justru lebih
tinggi dari pada angka nasional yakni 38,9% dan tahun 2013 prevalensi balita
stunting di Sulawesi Selatan meningkat kembali menjadi 41%. Hal ini
menandakan bahwa prevalensi stunting pada balita merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang serius karena mencapai prevalensi stunting >40%
(RISKESDAS, 2013 dalam Irviani dkk, 2014).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Sidrap tahun 2017, wilayah
dengan prevalensi tertinggi stunting adalah di wilayah kerja Puskesmas Lawawoi
1005 balita (32,89%), Pangkajene 464 balita (10,69%), Puskesmas Empagae 328
balita (20,10%) (Dinkes Kab. Sidrap, 2017).
Berdasarkan data dari dinas kesehatan kabupaten sidrap, wilayah dengan
jumlah kejadian balita stunting tertinggi adalah daerah lawawoi dengan jumlah

2
3

363 orang yang merupakan balita umur 12-59 bulan yang terdiri dari 196 orag
laki-laki dan 167 orang perempuan. Data tersebut di peroleh dari data jumlah
stunting wilayah kerja puskesmas lawawoi, dengan desa/kelurahan arawa 40
orang, bangkai 25 orang, batulappa 38 orang, buae 56 orang, carawali 29 orang,
ciro-ciroe 18 orang, lainungan 47 orang, lawawoi 33 orang, mattirotasi 21 orang,
uluale 56 orang. (Dinkes Kab. Sidrap, 2019)
Dari latar belakang dan studi pendahuluan di atas maka perlu dilakukan
penelitian tentang “Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Stunting Pada
Balita Umur 12-59 Bulan di wilayah kerja Puskesmas Lawawoi Kabupaten Sidrap
tahun 2020”.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, terdapat rumusan
masalah yaitu bagaimana hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian stunting
pada balita umur 12-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Lawawoi Kabupaten
Sidrap tahun 2020 ?

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum
Terindetifikasi hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian
stunting pada balita umur 12-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Lawawoi Kabupaten Sidrap tahun 2020
2. Tujuan khusus
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
a) Untuk Mengetahui kejadian stunting pada balita umur 12-
59 bulan
b) Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang kejadian
stunting balita umur 12-59 bulan
c) Untuk mengetahui hubungan dan pengetahuan ibu dengan
kejadian stunting pada balita umur 12-59 bulan

3
4

D. MANFAAT PENELITIAN
a) Manfaat bagi puskesmas lawawoi
Sebagai bahan evaluasi dan informasi bagi Puskesmas Lawawoi
kabupaten Sidrap terhadap program-program yang telah
dilaksanakan maupun yang masih di rencanakan oleh Puskesmas
Lawawoi kabupaten Sidrap
b) Manfaat bagi Stikes Muhammadiyah Sidrap
Mengetahui program-program yang dilaksanakan pada unit gizi
yang bergerak di bidang kesehatan khususnya di Puskesmas
Lawawoi
c) Manfaat masyarakat
Penelitian ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagai bahan
informasi upaya pencegahan stunting pada balita
d) Manfaat bagi peneliti
Menambah mengetahuan dan keterampilan serta mengaplikasikan
ilmu yang didapatkan selama perkuliahan dan mengetahui
hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian stunting pada balita
umur 12-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Lawawoi Kabupaten
Sidrap

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN UMUM TENTANG STUNTING


1. Definisi stunting
Stunting adalah gangguan kronik akibat kurangnya gizi sehingga
menghambat pertumbuhan dan perkembangan pada bayi. Stunting adalah
kondisi dimana terjadinya suatu gangguan pertumbuhan fisik yang ditandai
dengan pertumbuhan yang tidak optimal sebagai akibat dari ketidak
seimbangan gizi (Apriluana & Fikawati, 2018)
2. Dampak stunting
Mnurut WHO (World Health Organization) dampak yang ditimbulkan
stunting dapat dibagi menjadi:
a. Dampak Jangka Pendek.
1) Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian
2) Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak tidak
optimal;
3) Peningkatan biaya kesehatan.
b. Dampak Jangka Panjang.
1) Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek
dibandingkan pada umumnya)
2) Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya
3) Menurunnya kesehatan reproduksi
4) Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat
masa sekolah
5) Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal.

5
6

3. Pemeriksaan antropometri stunting

Antropometri berasal dari kata “anthropos” (tubuh) dan “metros”


(ukuran) sehingga antropometri secara umum artinya ukuran tubuh manusia.
Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi adalah
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi dan komposisi
tubuh dari berbagai tingkat umur dan gizi.(Rahim & Pratiwi, 2017)

Dimensi tubuh yang diukur, antara lain: umur, berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal
lemak di bawah kulit. Perubahan dimensi tubuh dapat menggambarkan
keadaan kesehatan dan kesejahteraan secara umum individu maupun
populasi. Dimensi tubuh yang dibutuhkan pada penelitian ini yaitu umur dan
tinggi badan, guna memperoleh indeks antropometri tinggi badan berdasar
umur (TB/U.(Rahim & Pratiwi, 2017)

a. Umur
Umur adalah suatu angka yang mewakili lamanya kehidupan
seseorang. Usia dihitung saat pengumpulan data, berdasarkan
tanggal kelahiran. Apabila < 14 hari maka dibulatkan ke bawah,
sebaliknya jika ≥15 hari maka dibulatkan ke atas. Informasi terkait
umur didapatkan melalui pengisian kuesioner.(Rahim & Pratiwi,
2017)
b. Tinggi badan
Tinggi atau panjang badan ialah indikator umum dalam
mengukur tubuh dan panjang tulang. Alat yang biasa dipakai disebut
stadiometer. Ada dua macam yaitu: ‘stadiometer portabel’ yang
memiliki kisaran pengukur 840-2060 mm dan ‘harpenden
stadiometer digital’ yang memiliki kisaran pengukur 600-2100 mm.
(Rahim & Pratiwi, 2017)
Tinggi badan diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa
alas kaki dan aksesoris kepala, kedua tangan tergantung rileks di
7

samping badan, tumit dan pantat menempel di dinding, pandangan


mata mengarah ke depan sehingga membentuk posisi kepala (garis
imaginasi dari bagian inferior orbita horisontal terhadap meatus
acusticus eksterna bagian dalam). Bagian alat yang dapat digeser
diturunkan hingga menyentuh kepala (bagian verteks). Sentuhan
diperkuat jika anak yang diperiksa berambut tebal. Pasien inspirasi
maksimum pada saat diukur untuk meluruskan tulang belakang.
(Rahim & Pratiwi, 2017)
Pada bayi yang diukur bukan tinggi melainkan panjang badan. Biasanya
panjang badan diukur jika anak belum mencapai ukuran linier 85 cm atau
berusia kurang dari 2 tahun. Ukuran panjang badan lebih besar 0,5-1,5 cm
daripada tinggi. Oleh sebab itu, bila anak diatas 2 tahun diukur dalam
keadaan berbaring maka hasilnya dikurangi 1 cm sebelum diplot pada grafik
pertumbuhan.(Rahim & Pratiwi, 2017)
Anak dengan keterbatasan fisik seperti kontraktur dan tidak
memungkinkan dilakukan pengukuran tinggi seperti di atas, terdapat cara
pengukuran alternatif. Indeks lain yang dapat dipercaya dan sahih untuk
mengukur tinggi badan ialah: rentang lengan (arm span), panjang lengan
atas (upper arm length), dan panjang tungkai bawah (knee height). Semua
pengukuran di atas dilakukan sampai ketelitian 0,1 cm (Rahim & Pratiwi,
2017).
4. Faktor penyebab stunting
Stunting disebabkan oleh Faktor Multi Dimensi. Intervensi paling
menentukan pada 1.000 HPK (1000 Hari Pertama Kehidupan). (Kemendes,
2017)
a. Praktek pengasuhan yang tidak baik
1) Kurang pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum dan pada
masa kehamilan
2) 60 % dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan ASI ekslusif
3) 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima Makana Pengganti
ASI
8

b. Terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan anc (ante natal


care), post natal dan pembelajaran dini yang berkualitas
1) 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun tidak terdaftar di Pendidikan Aanak
Usia Dini
2) 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi suplemen zat besi yang
memadai
3) Menurunnya tingkat kehadiran anak di Posyandu (dari 79% di
2007 menjadi 64% di 2013)
4) Tidak mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi
c. Kurangnya akses ke makanan bergizi
1) 1 dari 3 ibu hamil anemia
2) Makanan bergizi mahal
d. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi
1) 1 dari 5 rumah tangga masih BAB diruang terbuka
2) 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki akses ke air minum bersih

Faktor-faktor penyebab stunting erat hubungannya dengan kondisi-


kondisi yang mendasari kejadian tersebut, kondisi-kondisi yang
mempengaruhi faktor penyebab stunting terdiri atas: (1) kondisi politik
ekonomi wilayah setempat, (2) status pendidikan, (3) budaya masyarakat,
(4) Agriculture dan sistem pangan, (5) kondisi air, sanitasi, dan lingkungan.
Kondisi-kondisi tersebut dapat mempengaruhi munculnya faktor penyebab
sebagai berikut (Rahim & Pratiwi, 2017).

1) Faktor keluarga dan rumah tangga


Faktor maternal, dapat dikarenakan nutrisi yang buruk selama
pre-konsepsi, kehamilan, dan laktasi. Selain itu juga dipengaruhi
perawakan ibu yang pendek, infeksi, kehamilan muda, kesehatan
jiwa, IUGR dan persalinan prematur, jarak persalinan yang dekat,
dan hipertensi. Lingkungan rumah, dapat dikarenakan oleh stimulasi
dan aktivitas yang tidak adekuat, penerapan asuhan yang buruk,
ketidakamanan pangan, alokasi pangan yang tidak tepat, rendahnya
9

edukasi pengasuh (Rahim & Pratiwi, 2017). Sebagaimana firman


Allah dalam Q.S. An-Nisa Ayat 9

‫ين لَ ْو َت َر ُك وا ِم ْن َخ ْل ِف ِه ْم ذُ ِّر يَّ ةً ِض َع افً ا َخ افُ وا َع لَ ْي ِه ْم َف ْل يَ َّت ُق وا‬ ِ َّ ‫و لْ ي خ‬


َ ‫ش ال ذ‬
َ َْ َ

ً ‫اللَّ هَ َو لْ َي ُق ولُ وا َق ْو اًل َس ِد‬


‫يد ا‬

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya


meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.

2) Makanan pendamping ASI yang tidak adekuat


Kualitas makanan yang buruk meliputi kualitas micronutrient
yang buruk, kurangnya keragaman dan asupan pangan yang
bersumber dari pangan hewani, kandungan tidak bergizi, dan
rendahnya kandungan energi pada complementary foods (Rahim &
Pratiwi, 2017)
Praktik pemberian makanan yang tidak memadai, meliputi
pemberian makan yang jarang, pemberian makan yang tidak adekuat
selama dan setelah sakit, konsistensi pangan yang terlalu ringan,
kuantitas pangan yang tidak mencukupi, pemberian makan yang
tidak berespon. 24 Bukti menunjukkan keragaman diet yang lebih
bervariasi dan konsumsi makanan dari sumber hewani terkait dengan
perbaikan pertumbuhan linear. Analisis terbaru menunjukkan bahwa
rumah tangga yang menerapkan diet yang beragam, termasuk diet
yang diperkaya nutrisi pelengkap, akan meningkatkan asupan gizi
dan mengurangi risiko stunting (Rahim & Pratiwi, 2017).
3) Beberapa masalah dalam pemberian ASI
10

Masalah-masalah terkait praktik pemberian ASI meliputi


Delayed Initiation, tidak menerapkan ASI eksklusif, dan penghentian
dini konsumsi ASI.24 Sebuah penelitian membuktikan bahwa
menunda inisiasi menyusu (Delayed initiation) akan meningkatkan
kematian bayi.25 ASI eksklusif didefinisikan sebagai pemberian ASI
tanpa suplementasi makanan maupun minuman lain, baik berupa air
putih, jus, ataupun susu selain ASI (Rahim & Pratiwi, 2017).
IDAI merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6
bulan pertama untuk mencapai tumbuh kembang optimal. Setelah
enam bulan, bayi mendapat makanan pendamping yang adekuat
sedangkan ASI dilanjutkan sampai usia 24 bulan.26 Menyusui yang
berkelanjutan selama dua tahun memberikan kontribusi signifikan
terhadap asupan nutrisi penting pada bayi (Rahim & Pratiwi, 2017)
4) Infeksi
Beberapa contoh infeksi yang sering dialami yaitu infeksi
enterik seperti diare, enteropati, dan cacing, dapat juga disebabkan
oleh infeksi pernapasan (ISPA), malaria, berkurangnya nafsu makan
akibat serangan infeksi mycobacterium tuberculosis, dan inflamasi
(Rahim & Pratiwi, 2017).
5) Kelainan endokrin
Kelainan endokrin dalam faktor penyebab terjadinya stunting
berhubungan dengan defisiensi GH, IGF- 1, hipotiroidisme,
kelebihan glukokortikoid, diabetes melitus, diabetes insipidus,
rickets hipopostamemia (Rahim & Pratiwi, 2017).
Pada referensi lain dikatakan bahwa tinggi badan merupakan
hasil dari faktor genetik (biologik), kebiasaan makan (psikologik)
dan terpenuhinya makanan yang bergizi pada anak (sosial). Stunting
dapat disebabkan karena kelainan endokrin dan non endokrin.
Penyebab terbanyak adalah kelainan yang tidak mengandung
endokrin yaitu penyakit infeksi kronis, gangguan nutrisi, kelainan
11

gastrointestinal, penyakit jantung bawaan dan faktor sosial ekonomi


(Rahim & Pratiwi, 2017).

B. TINJAUAN UMUM TENTANG BALITA 12-59 BULAN


1. Definisi
usia balita merupakan suatu periode yang menentukan masa
depan anak karena tumbuh kembang fisik, kognitif, keterampilan
sosial, emosi termasuk perkembangan kepribadiannya berlangsung
dengan pesat. Perkembangan normal pada anak perlu dipantau secara
rutin karena dapat dijadikan dasar untuk mengetahui gangguan tumbuh
kembang. (Kemendes, 2017)
2. Tahap/periode pertumbuhan dan perkembanngan
Perkembangan anak secara umum terdiri atas tahapan prenatal,
neonatus, periode bayi, pra sekolah, pra remaja, dan remaja.
a. Masa Pranatal
Masa prenatal terdiri dari masa embrio dan fetus. Pada fase
embrio pertumbuhan dimulai 8 minggu pertama dengan terjadi
defenisi yang cepat dari ovum menjadi suatu organisme dan
terbentuknya manusia. Pada minggu kedua terjadi pembelahan
sel dan terjadi pemisahan jaringan entoderm dan eksoderm,
pada masa ini sampai umur tujuh minggu belum tampak terjadi
gerakan yang menonjol hanya jantung janin sudah mulai dapat
berdenyut sejak 4 minggu. Dalam masa fetus ( minggu ke-12
sampai 40) terjadi peningkatan fungsi organ yaitu
bertambahnya panjang dan berat badan terutama pertumbuhan
dan penambahan jaringan subkutan dan jaringan otot.
(Sembiring, 2017)
b. Masa Neonatus (0-28 hari)
12

Pada masa neonatus (0-28 hari) adalah awal dari


pertumbuhan dan perkembangan setelah lahir, masa ini
merupakan masa terjadi kehidupan yang baru dalam ekstra
uteri dengan terjadi proses adaptasi semua sistem organ tubuh.
Proses adaptasi dari organ tersebut dimulai dari aktivitas
pernapasan yang disertai pertukaran gas dengan frekuensi
pernapasan antara 35-50 x/menit, penyesuaian denyut jantung
antara 120-160 x/menit dengan ukuran jantung lebih besar
apabila dibandingkan dengan rongga dada, aktivitas bayi mulai
meningkat. Selanjutnya diikuti perkembangan fungsi organ-
organ tubuh lainnya (Sembiring, 2017).
c. Masa bayi (28 hari-1 tahun)
d. Masa anak (1-3 tahun)
e. Masa pra sekolah (3-5 tahun)
f. Masa sekolah (3-5 tahun)
g. Masa sekolah (5- 12 tahun)
h. Masa remaja (12-18/20 tahun
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan
a. Faktor Herediter
Merupakan faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan yaitu suku,
ras, dan jenis kelamin. Jenis kelamin ditentukan sejak dalam
kandungan. Anak laki-laki setelah lahir cenderung lebih besar dan
tinggi dari pada anak perempuan, hal ini akan tampak saat anak sudah
mengalami masa pra-pubertas. Ras dan suku bangsa juga
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Misalnya suku
bangsa Asia memiliki tubuh yang lebih pendek dari pada orang Eropa
atau suku Asmat dari Irian yang berkulit hitam. (Sembiring, 2017)
b. Faktor Lingkungan
1) Lingkungan pra natal
13

Kondisi lingkungan yang mempengaruhi fetus dalam uterus


yang dapat menganggu pertumbuhan janin antara lain gangguan
nutrisi karena ibu kurang mendapat asupan gizi yang baik,
gangguan endokrin pada ibu (diabetes mellitus), ibu yang
mendapat terapi sitostatika atau mengalami infeksi rubela,
toxoplasmosis, sifilis, dan herpes. Faktor lingkungan yang lain
adalah radiasi yang dapat menyebabkan kerusakan pada organ
otak janin. (Sembiring, 2017)
2) Lingkungan post natal
Lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan setelah bayi lahir adalah :
a) Nutrisi
Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam
menunjang keberlangsungan proses pertumbuhan dan
perkembangan. Terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan
seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air.
Apabila kebutuhan tersebut tidak atau kurang terpenuhi maka
dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak.
Asupan nutrisi yang berlebihan juga berdampak buruk bagi
kesehatan anak, yaitu terjadi penumpukan kadar lemak yang
berlebihan dalam sel/jaringan bahkan pada pembuluh darah .
Penyebab status nutrisi kurang pada anak :
1) Asupan nutrisi yang tidak adekuat, baik secara kuantitatif
maupun kualitatif
2) Hiperaktivitas fisik / istirahat yang kurang
3) Adanya penyakit yang menyebabkan peningkatam
kebutuhan nutrisi
4) Stres emosi yang dapat menyebabkan menurunnya nafsu
makan atau absorpsi makanan tidak adekuat. (Sembiring,
2017)
b) Budaya lingkungan
14

Budaya keluarga atau masyarakat akan mempengaruhi


bagaimana mereka dalam mempersepsikan dan memahami
kesehatan dan perilaku hidup sehat. Pola perilaku ibu hamil
dipengaruhi oleh budaya yang dianutnya, misalnya larangan
untuk makan makanan tertentu padahal makanan tersebut
merupakan zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin. Keyakinan untuk melahirkan didukun
beranak dari pada ditenaga kesehatan. Setelah lahir, anak
dibesarkan di lingkungan atau berdasarkan lingkungan
budaya masyarakat setempat (Sembiring, 2017)
c) Status sosial dan ekonomi keluarga
Anak yang dibesarkan di keluarga yang berekonomi
tinggi untuk pemenuhan kebutuhan gizi akan tercukupi
dengan baik dibandingkan dengan anak yang dibesarkan di
keluarga yang berekonomi sedang atau kurang. Demikian
juga dengan status pendidikan orang tua, keluarga dengan
pendidikan tinggi akan lebih mudah menerima arahan
terutama tentang peningkatan pertumbuhan dan
perkembangan anak, penggunaan fasilitas kesehatan, dll
dibandingkan dengan keluarga dengan latar belakang
pendidikan rendah. (Sembiring, 2017)
d) Iklim/cuaca
Iklim tertentu akan mempengaruhi status kesehatan anak
misalnya penghujan dapat menimbulkan banjir sehingga
menyebabkan sulitnya transportasi untuk mendapatkan bahan
makanan, timbul penyakit menular, dan penyakit kulit yang
dapat menyerang bayi dan anak-anak. Anak yang tinggal di
daerah endemik misalnya endemik demam berdarah, jika
terjadi perubahan cuaca wabah berdarah akan meningkat.
(Sembiring, 2017)
e) Olahraga/latihan fisik
15

Manfaat olah raga atau latihan fisik yang teratur akan


meningkatkan sirkulasi darah sehingga meningkatkan suplai
oksigen ke seluruh tubuh, meningkatkan aktivitas fisik dan
menstimulasi perkembangan otot dan jaringan sel.
(Sembiring, 2017)
f) Posisi anak dalam keluarga
Posisi anak sebagai anak tunggal, anak sulung, anak
tengah atau anak bungsu akan mempengaruhi pola
perkembangan anak tersebut yang diasuh dan dididik dalam
keluarga (Sembiring, 2017)
g) Status kesehatan
Status kesehatan anak dapat berpengaruh pada
pencapaian pertumbuhan dan perkembangan optimal. Hal ini
dapat terlihat apabila anak dalam kondisi sehat dan sejahtera
maka percepatan pertumbuhan dan perkembangan akan lebih
mudah dibandingakn dengan anak dalam kondisi sakit
(Sembiring, 2017).
c. Faktor Hormonal
Faktor hormonal yang berperan dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak adalah somatotropon yang berperan dalam
mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan, horman tiroid dengan
menstimulasi metabolisme tubuh, glukokortiroid yang berfungsi
menstimulasi pertumbuhan sel intertisial dari testis untuk
memproduksi testosteron dan ovarium untuk memproduksi ekstrogen
selanjutnya hormon tersebut akan menstimulasi perkembangan seks
baik pada anak laki-laki maupun perempuan sesuai dengan peran
hormonnya (Sembiring, 2017).
4. Pertumbuhan dan Perkembangan
1) Berat Badan
Masa pertumbuhan berat badan bayi dibagi menjadi dua yaitu
usia 0-6 bulan dan usia 6-12 bulan. Untuk usia 0-6 bulan berat badan
16

akan mengalami pertumbuhan setiap seminggu sekitar 140-200 gram


dan berat badannya akan menjadi dua kali berat badan lahir pada akhir
bulan ke 6. Pada usia 6-12 bulan terjadi pertumbuhan setiap seminggu
sekitar 40 gram dan pada akhir bulan ke-12 akan menjadi
pertumbuhan 3 kali lipat berat badan lahir (Sembiring, 2017).
Pada masa bermain, terjadi pertumbuhan berat badan sekitar 4
kali lipat dari berat badan lahir pada usia kurang lebih 2,5 tahun serta
pertumbuhan berat badan setiap tahunnya adalah 2-3 kilogram. Pada
masa pra sekolah dan sekolah akan terjadi pertumbuhan berat badan
setiap tahunnya kurang lebih 2-3 kilogram (Sembiring, 2017).
2) Tinggi Badan
Pada usia 0-6 bulan bayi akan mengalami pertumbuhan tinggi
badan sekitar 2,5 cm setiap bulannya. Pada usia 6-12 bulan akan
mengalami pertumbuhan tinggi badan hanya sekitar 1,25 cm setiap
bulannya. Pada akhir tahun pertama akan meningkat kira-kira 50%
dari tinggi badan waktu lahir. Pada masa bermain pertumbuhan
selama tahun ke-2 kurang lebih 12 cm sedangkan pertumbuhan tahun
ketiga rata-rata 4 -6 cm. pada masa pra sekolah, khususnya diakhir
usia 4 tahun, terjadi pertumbuhan rata-rata 2 kali lipat dari tinggi
badan waktu lahir dan mengalami pertumbuhan setiap tahunnya
kurang lebih 6-8 cm. Pada masa sekolah akan mengalami
pertumbuhan setiap tahunnya. Setelah usia 6 tahun tinggi badan
bertambah rata-rata 5 cm, kemudian pada usia 13 tahun bertambah
lagi menjadi rata-rata 3 kali lipat dari tinggi badan waktu lahir
(Sembiring, 2017).
3) Lingkar kepala
Pertumbuhan lingkar kepala ini terjadi dengan sangat cepat
sekitar 6 bulan pertama, yaitu dari 35-42 cm. Pada usia-usia
selanjutnya pertumbuhan lingkar kepala mengalami perlambatan.
Pada usia 1 tahun lingkar kepala hanya mengalami pertumbuhan
kurang lebih 46,5 cm, kemudian akan bertambah 1 cm sampai dengan
17

usia tahun ke tiga bertambah lagi kurang lebih 5 cm sampai dengan


usia remaja (Sembiring, 2017).
4) Gigi
Pertumbuhan gigi pada masa tumbuh kembang banyak
mengalami perubahan mulai dari pertumbuhan sampai penanggalan
(Sembiring, 2017).
5) Organ Penglihatan
Perkembangan organ penglihatan dapat dimulai pada saat lahir.
Pada usia 1 bulan bayi memiliki perkembangan, yaitu adanya
kemampuan melihat untuk mengikuti gerakan dalam rentang 90
derajat, dapat melihat orang secara terus menerus, dan kelenjar air
mata sudah mulai berfungsi. Pada usia 2-3 bulan memiliki penglihatan
perifer hingga 180 derajat. Pada usia 4-5 bulan kemampuan bayi
untuk memfiksasi sudah mulai pada hambatan 1,25 cm, dapat
mengenali botol susu, melihat tangan saat duduk atau berbaring ,
melihat bayangan dicermin, dan mampu mengakomodadi objek. Usia
5-7 bulan dapat menyesuaikan postur untuk melihat objek, mampu
mengembangkan warna kesukaan kuning dan merah, menyukai
rangsangan visual kompleks serta mengembangkan koordinasi mata
dan tangan. Pada usia 7-11 bulan mampu memfiksasi objek yang
sangat kecil. Pada usia 11-12 bulan ketajaman penglihatan mendekati
20/20, dapat mengikuti objek yang dapat bergerak. Pada usia 12-14
bulan mampu mengidentifikasi bentuk geometrik. Pada usia 18-24
bulan mampu berakomodasi dengan baik (Sembiring, 2017).
6) Organ Pendengaran
Setalah lahir, bayi sudah dapat berespons terhadap bunyi yang
keras dan refleks. Pada usia 2-3 bulan mampu memalingkan kepala ke
samping bila bunyi setinggi telinga. Pada usia 3-4 bulan anak
memiliki kemampuan dalam melokalisasi bunyi dengan makin kuat
dan mulai mampu berespons pada nama sendiri. Pada usia 10-12
bulan mampu mengenal beberapa kata dan artinya. Pada usia 18 bulan
18

mulai dapat membedakan bunyi. Pada usia 36 bulan mampu


membedakan bunyi yang halus dalam berbicara. Pada usia 48 bulan
mulai membedakan bunyi yang serupa dan mampu mendengarkan
yang lebih halus (Sembiring, 2017).
7) Organ Seksual
Pertumbuhan oragan seksual laki-laki antara lain terjadinya
pertumbuhan cepat penis pada usia 12-15 tahun, testis pada usia 11-15
tahun, kemudian rambut pubis pada usia 12-15 tahun (Sembiring,
2017).
5. Deteksi Dini Pertumbuhan
Penilaian pertumbuhan dapat dilakukan sedini mungkin sejak anak
dilahirkan. Deteksi dini merupakan upaya penjaringan yang
dilaksanakan secara komprehensif untuk menentukan penyimpangan
tumbuh kembang dan mengetahui serta mengenal faktor pada balita,
yang disebut juga anak usia dini, sehingga upaya pencegahan,
stimulasi, penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan
indikasi yang jelas pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang.
Upaya-upaya tersebut diberikan sesuai dengan umur perkembangan
anak, dengan demikian dapat tercapai kondisi tumbuh kembang yang
optimal. Penilaian pertumbuhan dan perkembangan meliputi dua hal
pokok, yaitu penilaian pertumbuhan fisik. Masing-masing penilaian
tersebut mempunyai parameter dan alat ukur tersendiri (Chamidah,
2009)
Dasar utama dalam penilaian pertumbuhan fisik anak adalah
penilaian menggunakan alat baku (standar). Untuk menjamin
ketepatan dan keakuratan penilaian harus dilakukan dengan teliti dan
rinci. Pengukuran perlu dilakukan dalam kurun waktu tertentu untuk
menilai kecepatan pertumbuhan (Chamidah & Yogyakarta, 2012).
Parameter ukuran antropometrik yang dipakai dalam penilaian
pertumbuhan fisik adalah tinggi badan, berat badan, lingkar kepala,
19

lipatan kulit, lingkar lengan atas, panjang lengan, proporsi tubuh, dan
panjang tungkai (Chamidah, 2009).

C. TINJAUAN UMUM TENTANG PENGETAHUAN IBU


1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Saragih, Jumaini,
& Indriati, 2013).
Pengetahuan merupakan hasil dari “Tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui pasca indra manusia, yaitu : indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang
lain, media massa maupun lingkungan (Saragih et al., 2013).
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai
dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan
perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan
merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang (Notoadmodjo &
soekidjo, 2010).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan gizi
adalah zat makanan pokok yang diperlukan bagi pertumbuhan dan
kesehatan badan. Jadi pengetahuan ibu tentang gizi dapat diartikan
sebagai segala apa yang diketahui oleh ibu tentang zat makanan pokok
yang diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan badan (Notoadmodjo &
soekidjo, 2010).
2. Tingkat Pengetahuan
20

Notoadmodjo & Soekidjo, (2010), mengemukakan domain kognitif


yang mempunyai enam tingkatan sebagai berikut :
a. Tahu (Know)
Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari,
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.
Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain : Menyebutkan, menguraikan,
mengidentifikasikan dan mengatakan.
b. Memahami (Compreheension)
Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Aplicattion)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip-
prinsip dan sebagainya.
d. Analisis (Analysis)
Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam
suatu komponen tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja seperti kata kerja mengelompokkan,
menggambarkan, dan memisahkan.
e. Sintesis (Synthesis)
Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk
keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formasi baru dari formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk melakuka penilaian tehadap suatu materi atau
objek tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan sendiri
atau menggunakan kriteria yang sudah ada.
21

3. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita
ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di
atas (Notoadmodjo & soekidjo, 2010)
Menurut Nursalam, (2008). hasil pengukuran pengetahuan dengan
menggunakan hasil rata-rata keseluruhan dan diimplementasikan ke
dalam tiga kategori, yaitu :
1) Kategori pengetahuan baik, jika skor 76-100%
2) Kategori pengetahuan cukup, jika skor 56-75%
3) Kategori pengetahuan kurang, jika skor ≤ 56%
4. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Factor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut
Notoadmodjo & soekidjo, (2010), antara lain :
a. Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah ia
memahami hal baru dan menyelesaikan aneka persoalan yang
berkaitan dengannya.
b. Informasi
Seseorang yang memiliki keluasan informasi, akan semakin
memberikan pengetahuan yang lebih jelas.
c. Budaya
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan
seseorang karena apa yang sampai kepada dirinya. Biasanya terlebih
dahulu disaring berdasarkan kebudayaan yang mengikatnya.
d. Pengalaman
Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan
individu maksudnya pendidikan yang tinggi pengalaman akan luas
sedang umur semakin banyak (semakin tua).
e. Sosial Ekonomi
22

Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup


disesuaikan dengan penghasilan yang ada sehingga menuntut
pengetahuan yang dimiliki harus dipergunakan semaksimal
mungkin. Begitupun dalam mencari bentuan ke sarana kesehatan
yang ada mereka sesuaikan dengan pendapatan yang lain.
BAB III

KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variable Yang Diteliti
1. Variabel Independen
Variabel Independen (bebas) dalam penelitian ini adalah
pengetahuan seorang ibu, Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu
(Saragih s, jumaini, & indrianti, 2016). Pengetahuan ibu tentang gizi
dapat diartikan sebagai segala apa yang diketahui oleh ibu tentang zat
makanan pokok yang diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan badan.
2. Variabel dependen
Variabel Dependen (terkait) dalam penelitian ini adalah Kejadian
Stunting, Stunting adalah sebuah kondisi dimana tinggi badan seseorang
ternyata lebih pendek dibanding tinggi badan orang lain pada umumnya
(Sandjojo, 2017).

B. Bagan Kerangka Konsep


Bagan. 3.1
Kerangka Konsep

PENGETAHUAN IBU
KEJADIAN STUNTING

Keterangan :
: Variabel Independen Yang di Teliti

: Variabel Dependen

22
23
23

C. Definisi Operasional
Tabel 3.2
Definisi Operasional

Alat Ukur
Definisi Kriteria
Variabel dan Cara Skala
Operasional Hasil
Ukur
Dependen : Stunting adalah Anthropom - Sangat Nominal
pendek<
Kejadian masalah kurang etri dengan
-3,0= 2
Stunting gizi kronis yang cara - Pendek <
-2,0 s.d ≥
mengakibatkan mengukur
-3,0= 1
anak bertubuh tinggi badan
pendek dari anak dan
yang lain. menanyaka
n umur anak
Independen Pengetahuan orang Kuesioner - Baik jika Ordinal
: tua adalah hasil membagika skor
Pengetahua dari tahu yang n kepada jawaban
n ibu didapat dari proses responden, responden
pembelajaran dan dengan ≥ 10 nilai
pengalaman ibu skala median
tentang anak Guttman - Kurang baik
stunting terdiri dari jika skor
20 jawaban
pertanyaan responden
< 10 nilai
median

D. Hipotesis

Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian


Ha : Ada hubungan pengetahuan orang tua dengan kejadian Stunting
stunting pada balita usian 12-59 bulan di wilayah kerja
pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Lawawoi Kabupaten
Puskesmas Lawawoi Kabupaten Sidrap tahun 2020
24

Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian


H0 :
stunting pada balita usia 12-59 bula di wilayah kerja Puskesmas
Lawawoi Kabupaten Sidrap tahun 2020
26

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif

analitik pendekatan cross sectional, dimana pengumpulan data dan

pengukuran variabel independen dan variabel dependen dilakukan pada

waktu yang bersamaan (Amalia Amanda, 2014).

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 02 juli sampai 30 juli 2020

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Lawawoi

Kabupaten Sidrap

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah anggota dari suatu himpunan

yang ingin diketahui karakteristiknya berdasarkan inferensi atau

generalisasi (Supardi & Rustika, 2014). Populasi dalam penelitian ini

adalah Ibu yang mempunyai anak stunting di Wilayah Kerja Puskesmas

Lawawoi Kabupaten Sidrap yang berjumlah 363 orang.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini

adalah Purposive sampling yaitu cara pengambilan sampel berdasarkan


27

kriteria yang ditentukan oleh peneliti untuk dapat dianggap mewakili

karakteristik populasinya adapun besar sampel sebanyak 30 responden di

wilayah kerja Puskesmas lawawoi (Supardi & Rustika, 2014). Dalam

pemilihan sampel peneliti membuat kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

Subyek yang memenuhi kriteria inklusi akan masuk dalam sampel

penelitian sedangkan subyek yang memenuhi kriteria eksklusi maka

subyek tidak masuk dalam sampel penelitian. Adapun kriteria inklusi dan

kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu:

1. Kriteria inklusi

a. Ibu yang bersedia menjadi responden

b. Ibu yang memiliki balita stunting yang bersedia menjadi responden

di Wilayah Kerja Puskesmas Lawawoi

2. Kriteria eksklusi

a. Tidak bersedia menjadi responden pada penelitian

b. Ibu yang tidak memiliki balita stunting

D. Pengumpulan Data

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Angket (Quesioner)

Angket (Quesioner) merupakan cara penguympulan data penelitian

dengan mengirimkan atau memberikan kuesioner kepada responden

untuk mengisinya sendiri, angket memerlukan pedoman pengisian agar

memudahkan responden mengisi dan mencegah terjadi kesalahan


28

interpretasi pertanyaan (Supardi & Rustika, 2014). Angket ini bersifat

tertutup dan digunakan untuk mengukur variabel pengetahuan orang tua.

3. Pengukuran

Pengukuran merupakan cara pengumpulan data penelitian dengan

mengukur objek menggunakan alat ukut tertentu (Supardi & Rustika,

2014). Pengukuran digunakan untuk mengukur tinggi badan anak.

E. Pengolahan Data

1. Editing

Setelah data terkumpul maka dilakukan pemeriksaan kelengkapan

data, kesinambungan dan keseragaman data.

2. Coding

Dilakukan untuk mempermudah pengolahan data yaitu memberikan

simbol simbol dari setiap jawaban responden.

3. Entri data

Mengelompokkan data dalam bentuk tabel yaitu hubungan antara

variable dependen dan independen.

F. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya

rekomendasi dari pihak lain yang mengajukan permohonan izin kepada

instansi tempat penelitian dalam hal ini wilayah kerja Puskesmas Lawawoi.

Setelah mendapatkan persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan

menggunakan etika penelitian yang meliputi:


29

1. Imforment Consent

Persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang

memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat

penelitian. Bila subjek menolak maka peneliti tidak akan memaksakan

kehendak dan tetap menghormati hak hak subjek

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasian, peneliti tidak akan mencantumkan nama

responden tetapi lembar tersebut diberikan kode

3. Confidentiality

Kerahasian informasi dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok yang

dilaporkan sebagai hasil penelitian.

G. Analisa Data

Data yang sudah diolah kemudian dianalisa dengan menggunakan

menggunakan program computer yang meliputi:

1. Analisis Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui karakteristik data

demografi, masing masing variable yaitu variable independen

(Pengetahuan seorang ibu) dan variable dependen (Kejadian Stunting).

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan uji chi square yang digunakan

untuk menguji hipotesis hubungan pengetahuan seorang ibu dengan

kejadian stunting pada anak di wilayah kerja Puskesmas Lawawoi


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 02 JuIi sampai 30 Juli
2020 pada ibu yang memiliki anak stunting usia 12-59 bulan di wilayah
kerja Puskesmas Lawawoi Kelurahan Batu Lappa, Arawa, Bangkai dan
Lawawaoi. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif analitik dengan
rancangan cross sectional study dimana peneliti mengukur variabel
independen dan variabel dependen secara bersamaan. Hasil yang diperoleh
menggambarkan kondisi yang terjadi saat penelitian di lakukan. Populasi
penelitian adalah ibu yang mempunyai balita stunting usia 12-59 bulan di
wilayah kerja puskesmas Lawawoi tahun 2020 dan tehnik pengambilan
sampel dengan cara Purposive Sampling. Data primer dalam penelitian ini
diperoleh dengan cara membagikan kuesioner ke pada responden.
Kuesioner yang terkumpul dan diisi akan diperiksa kembali untuk
menghindari dan memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi pada saat
pengisian. Setelah pemeriksaan kuesioner dilakukan, langkah selanjutnya
adalah entry data, pengolahan data, dan dianalisa dengan menggunaka
program computer SPSS 16,0.
Uji statistik ini terdiri dari uji analisis univariat dan analisis
bivariat. Uji analisis univariat dilakukan terhadap variabel-variabel dari
hasil penelitian. Analisis ini mengahasilkan distrinbusi dan presentasi dari
tiap-tiap variabel sedangkan analisis bivariat dilakukan untuk melihat
hubungan antara varibel bebas dan varibel terkait.
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisa data yang telah
dilakukan kemudian disajikan sebagai berikut :

29
30
30

1. Karakteristik Ibu
1) Umur
Tabel 5.1
Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Umur
Di Wilayah Kerja Puskesmas Lawawoi
Kabupaten Sidrap Tahun 2020

Kategori Umur Jumlah Persen


(tahun) (n) (%)
20-25 7 23
26-30 8 27
31-35 4 13
>35 11 37
Total 30 100
Sumber : Data Primer 2020
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 30 orang,
yang tergolong umur 20-25 tahun sebanyak 7 orang (23%), umur
26-30 tahun sebanyak 8 orang (27%), umur 31-35 tahun sebanyak
4 orang (13%), dan >35 sebanyak 11 orang (37%). Sebanyak 19
orang ibu (63%) berumur <35 tahun

2) Pendidikan
Tabel 5.2
Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Pendidikan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Lawawoi
Kabupaten Sidrap Tahun 2020
No Kategori Umur Jumlah (n) Persen (%)
31

(Bulan)
1 SD 13 43
2 SMP 11 37
3 SMA 6 20
Total 30 100
Sumber : Data Primer 2020
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 30 orang ibu
balita, yang tergolong pendidikan SD sebanyak 13 orang (43%),
pendidikan SMP sebanyak 11 orang (37%), dan pendidikan SMA
sebanyak 6 orang (20%).
3) Jumlah anggota keluarga
Tabel 5.3
Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
di Wilayah Kerja Puskesmas Lawawoi
Kabupaten Sidrap Tahun 2020
Jumlah Anggota
No Jumlah (n) Persen (%)
Keluarga
1. 2 0 0
2. 3 8 27
3. >4 22 73
Total 30 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 30 orang,
yang tergolong 2 anggota keluarga sebanyak 0 orang (0%), 3
anggota keluarga sebanyak 8 orang (27%), >4 anggota keluarga
sebanyak 22 orang (73%).
2. Karakteristik Balita
1) Jenis Kelamin
Tabel 5.4
Distribusi Balita Berdasarkan Jenis Kelamin Usia 12-59
Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Lawawoi
Kabupaten Sidrap Tahun 2020
Jenis Kelamin Frekuensi Persen (%)
Perempuan 18 60
Laki-laki 12 40
Total 30 100
Sumber : Data Primer 2020
32

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 30 orang dalam


penelitian ini laki-laki sebanyak 12 orang (40%) dan perempuan 18 orang
(60%).
2) Umur
Tabel 5.5
Distribusi Balita Berdasarkan Umur Usia 12-59
Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Lawawoi
Kabupaten Sidrap Tahun 2020
Kategori Umur
No Jumlah (n) Persen (%)
(Bulan)
1 12-24 1 3
2 25-36 8 27
3 37-59 21 70
Total 30 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 30 orang, yang
tergolong umur 12-24 bulan sebanyak 1 orang (3%), umur 25-36 bulan
sebanyak 8 orang (27%), umur 37-59 bulan sebanyak 21 orang (70%).
3. Analisis Univariat
a. Pengetahuan Ibu
Tabel 5.6
Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Pengetahuan
di Wilayah Kerja Puskesmas Lawawoi
Kabupaten Sidrap Tahun 2020
Jumlah Persen
No Pengetahuan Ibu
(n) (%)
1. Baik 9 30
2. Kurang 21 70
Total 30 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 30 orang yang
diteliti terdapat 9 ibu balita yang memiliki pengetahuan baik (30%) dan
21 ibu balita yang memiliki pengetahuan kurang (70%).
b. Stunting
Tabel 5.7
Distribusi Balita Berdasarkan Klasifikasi stunting
di Wilayah Kerja Puskesmas Lawawoi
33

Kabupaten Sidrap Tahun 2020


Jumlah Persen
No Stunting
(n) (%)
1. Pendek 10 33
2. Sangat Pendek 20 67
Total 30 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 30 orang yang


diteliti yang masuk dalam kategori pendek sebanyak 10 orang (33%),
sedangkan responden dengan kategori sangat pendek sebanyak 20 orang
(67%).

4. Analisis Bivariat
Tabel 5.8
Hubungan antara Pengetahuan ibu dan kejadian stunting pada
Balita usia 12-59 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Lawawoi Kabupaten Sidrap Tahun 2020
Stunting
Pengetahuan
Sangat
orang tua Pendek % % Total % P
pendek
Baik 7 23 2 7 9 30
Kurang 3 10 18 70 21 70 0,02
Total 10 33 20 77 30 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 5.8 diperoleh data bahwa dari 30 ibu balita dengan
pengetahuan ibu yang baik dengan kejadian stunting pada anak usia 12-59
bulan yang masuk kategori pendek sejumlah 7 orang (23%) dan
pengetahuan ibu yang kurang dengan kejadian stunting pada anak usia 12-
59 bulan berjumlah 3 orang dengan kategori pendek (10%), sedangkan
pengetahuan ibu yang baik dengan kejadian stunting pada anak usia 12-59
bulan yang masuk kategori sangat pendek jumlah 2 orang (7%), dan
pengetahuan ibu yang kurang jumlah 18 (70%). Total yang memiliki
pengetahuan yang baik sejumlah 9 orang (30%) dan total yang memiliki
pengetahuan yang kurang sejumlah 21 orang (70%), sedangkan total anak
masuk kategori pendek sejumlah 10 orang (33%) dan total anak masuk
34

kategori sangat pendek sejumlah 20 orang (77%). sehingga total secara


keseluruhan sejumlah 30 orang (100%).
Dari hasil uji Chi Square didapatkan nilai p = 0,02 lebih kecil dari
nilai α (0,05) maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima,
yang artinya ada hubungan antara pengetahuan ibu terhadap kejadian
stunting pada anak usia 12-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Lawawoi
Kabupaten Sidrap Tahun 2020.
B. Pembahasan

Berdasarkan analisis hasil penelitian ternyata dari 30 ibu dengan


pengetahuan kategori pendek sebanyak 10 0rang (33%), sedangkan ibu
dengan kategori baik tujuh orang (23%), sedangkan ibu dengan kategori
pengetahuan kurang, kejadian stunting pada balitanya dengan kategori
pendek sebanyank tiga orang (10%). Selanjutnya, ibu dengan kategori
pengetahuan baik, kejadian stunting pada balitanya dengan kategori sangat
pendek sebanyak dua orang (27%), sedangkan ibu dengan pengetahuan
kategori kuang sebanyak 18 orang (70%), kejadian stunting pada
balitanya dengan kategori sangat pendek, sehingga total secara
keseluruhan sejumlah 30 orang (100%). Di dapatkan hasil penelitian ini
menggunakan uji chi-square dan nilai diperoleh adalah p =0,02. Hal ini
berate nilai p lebih kecil dari α(0.05).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Pormes dkk, (2014),
tentang “Hubungan pengetahuan orang tua tentang gizi dengan stunting
pada anak usia 4-5 tahun di TK Malaekat Pelindung Manado”. Didapatkan
hasil penelitian ini menggunakan uji chi-square dan nilai yang diperoleh
ialah p = 0,000. Hal ini berarti nilai p lebih kecil dari α (0.05). karena nilai
p < 0,05, maka dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa H0
ditolak. Sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara pengetahuan orang tua tentang gizi dengan stunting pada anak usia
4-5 tahun di TK Malaekat Pelindung Manado (p = 0,000).
35

Dari hal di atas peneliti berasumsi bahwa pengetahuan ibu


berpengaruh terhadap kejadian stunting pada anak usia 12-59 bulan.
Pengetahuan orang tua dapat membantu memperbaiki status gizi pada anak
untuk mencapai kematangan pertumbuhan. Pengetahuan yang tidak
memadai , kurangnya pengertian tentang kebiasaan makan yang baik, serta
pengertian yang kurang mengenai stunting menentukan sikap dan perilaku
ibu dalam menyediakan makanan untuk anaknya termasuk jenis dan
jumlah yang tepat agar anak dapat timbuh dan berkembang secara optimal.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa kejadian stunting pada anak usia 12-59 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Lawawoi Kabupaten Sidrap tahun 2020, baik itu pendek
maupun sangat pendek, lebih banyak terjadi pada ibu yang berpengetahuan
kurang. Semakin tinggi pengetahuan ibu tentang stunting dan kesehatan
maka penilaian makanan semakin baik, sedangakan pada keluarga yang
pengetahuannya rendah seringkali anak makan dengan tidak memenuhi
kebutuhan gizi.
38

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dan kejadian stunting pada

balita usia 12-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Lawawoi Kabupaten

Sidrap, dengan nilai p=0,02 Oleh karena p 0,02 < 0,05 (α).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diberikan beberapa saran kepada

pihak yang terkait sebagai berikut :

1. Bagi Pasien

Hendaknya selalu memantau pertumbuhan dan perkembangan

sejak bayi dalam kandungan secara rutin agar agar tumbuh secara optimal

dan mampu menjadi keluarga kadar gizi (kadarzi), sehingga masalah gizi

kronis dapat ditanggulangi.

2. Bagi Puskesmas

a. Tingginya prevalensi kekurangan gizi berdasarkan indeks

gabungan (CIAF), maka selayaknya jika penilaian status gizi

balita berdasarkan metode ini dapat dipertimbangkan dan di

terapkan, agar dapat memperkirakan prevalensi kekurangan gizi

secara komprehensif sehingga bermanfaat bagi perencana

program dan intervensi yang di lakukan dapat tepat sasaran.


39

b. Melakukan pemantauan pertumbuhan balita di posyandu,

memberikan penyuluhan dan konseling menyusui dan Makanan

Pendamping ASI (MP ASI) serta Pemberian Makanan Tambahan

(PMT) pemulihan yang aman, bemutu dan berbasis bahan

makanan local pada balita yang mengalami masalah gizi CIAF

untuk mencukupi kebutuhan gizi balita.

c. Perlunya pendidikan dan pelatihan secara khusus bagi petugas

kesehatan dan kader posyandu dalam melakukan pengukuran

antropometri secara benar, sehingga di dapatkan prevalensi status

gizi balita yang valid dan reliabel.

d. Diperlukan kerjasama dan dukungan dari stakeholder (lintas

sector) dalam pemberdayaan masyarakat untuk memperbaiki pola

asuh dan upaya peningkatan pengetahuan ibu tentang pola gizi

seimbang serta peningkatan kunjungan ke posyandu pada meja 4

dan 5.

3. Bagi Pemerintah

Diharapkan agar penelitian ini dapat menjadi sumber informasi

sehingga dapat lebih mempehatikan pemberian penyuluhan kepada

masyarakat, dan juga diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi

masyarakan terutama pada ibu yang memiliki balita stunting sehingga

lebih dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan kesehatan

serta dapat bersikap positif terhadap segala sesuatu yang berkaitan

dengan penyakit stunting.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Surah An-Nisa ayat 9

Amalia Amanda. (2014). Hubungan asupan zat gizi (energi, protein besi, dan
seng), stunting dan stimulasi psikososial dengan status motorik anak usia 3-
6 tahundi paud wilayah binaan puskesmas kecematan kebayoran lama tahun
2014.

Apriluana, G., & Fikawati, S. (2018). Analisis Faktor-Faktor Risiko terhadap


Kejadian Stunting pada Balita (0-59 Bulan) di Negara Berkembang dan Asia
Tenggara. Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, 28(4), 247–256.
https://doi.org/10.22435/mpk.v28i4.472

Bertalina, B., & P.R, A. (2018). Hubungan Asupan Gizi, Pemberian Asi
Eksklusif, dan Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi (Tb/U) Balita 6-59
Bulan. Jurnal Kesehatan, 9(1), 117. https://doi.org/10.26630/jk.v9i1.800

Chamidah, A. N. (2009). Deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangn


anak. Pendidikan Khusus, 5, 2.

Chamidah, A. N., & Yogyakarta, U. N. (2012). Deteksi Dini Gangguan


Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. JPK (Jurnal Pendidikan Khusus),
4(3). https://doi.org/10.21831/jpk.v4i3.789

Irviani A., Ibrahim, & Ratih F. (2014). Hubungan Faktor Sosial Ekonomi
Keluarga dengan Kejadian Stunting Anak Usia 24-59 Bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Barombong.

Kemendes. (2017). Buku saku desa dalam penanganan stunting. Buku Saku Desa
Dalam Penanganan Stunting, 42. Retrieved from https://siha.depkes.go.id

Notoadmodjo, & soekidjo. (2010). promosi kesehatan dan perilaku kesehatan.

Nursalam. (2008). konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu


keperawatan.

Olsa, E. D., Sulastri, D., & Anas, E. (2017). Hubungan Sikap dan Pengetahuan
Ibu Terhadap Kejadian Stunting pada Anak Baru Masuk Sekolah Dasar di
Kecamanatan Nanggalo. Jurnal Kesehatan Andalas, 6(3), 523–529.
Retrieved from http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/733

Pormes, W., Rompas, S., & Ismanto, A. (2014). HUBUNGAN PENGETAHUAN


ORANG TUA TENTANG GIZI DENGAN STUNTING PADA ANAK
USIA 4-5 TAHUN DI TK MALAEKAT PELINDUNG MANADO. Jurnal
Keperawatan UNSRAT, 2(2), 105260.

Pos, K., & Gorontalo, K. (2017). HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI IBU


DENGAN KEJADIAN STUNTING

Rahim, A. ., & Pratiwi, R. (2017). hubungan komsumsi ikan terhadap kejadian


stunting pada anak usia 2-5 tahun. Kedokteran Diponegoro, 6, 1.

Sandjojo, E. putro. (2017). Buku saku desa dalam penanganan stunting. Buku
Saku Desa Dalam Penanganan Stunting.

Saragih, s, Jumaini, & Indriati, g. (2013). gambaran tingkat pengetahuan dan


sikap keluarga tentang perawatan pasien resiko perilaku kekerasan di
rumah.

Saragih S, Sumaini, & Indrianti, G. (2016). gambaran tingkat pengetahuan dan


sikap keluarga tentang perawatan pasien resiko perilaku kekerasan di
rumah.

Sembiring, J. . (2017). asuhan neonatus, bayi, balita, anak pra sekolah.

Supardi, s, & Rustika. (2014). metodologi riset keperawatan.


FORMAT PERSETUJUAN

(Informed Consent)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini bersedia dan tidak keberatan
menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh Peneliti atas nama
Hasnawati dengan judul “Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian
Stunting Pada Balita Umur 12-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Lawawoi Kabupaten Sidrap Tahun 2020”.
Saya telah mengetahui maksud dan tujuan dari penelitian ini sesuai
dengan penjelasan dari peneliti yang di sampaikan kepada saya. Dan bersedia
berperan serta dalam penelitian ini.
Demikian surat pernyataan ini saya buat secara sadar dan sukarela tanpa
ada paksaan dari pihak manapun untuk dipergunakan sebagaimna mestinya.

Sidrap, 2020

Responden

(...................................)
ANGKET / KUESIONER PENELITIAN

Kepada yth. Ibu-ibu Orang tuaAnak

Di Wilayah Kerja Puskesmas

Lawawoi

Sehubungan dengan penulisan skripsi yang meneliti tentang “Hubungan

pengtahuan ibu dengan kejadian stunting pada balita umur 12-59 bulan di

Wilayah Kerja Puskesmas Lawawoi”, maka dengan segala kerendahan hati saya

mohon kesediaan dan keikhlasan ibu untuk mengisi angket yang berisi pertanyaan

yang terlampir. Semua jawaban dan keterangan yang ibu berikan benar-benar

hanya untuk keperluan penelitian yang berorientasi ilmiah dan sama sekali tidak

akan mempengaruhi status, keamanan dan keselamatan ibu. Setiap jawaban yang

ibu berikan merupakan bantuan yang berharga bagi penelitian ini. Atas kesediaan

ibu meluangkan waktu untuk mengisi angket ini saya ucapkan terimakasih.

Pangkajene, 2020

Peneliti,

HASNAWATI
NIM : 201601013
KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PENGTAHUAN IBU DENGAN KEJADIAN


STUNTING PADA BALITA UMUR 12-59 BULAN DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAWAWOI

No. Sampel :

RT/RW :

Pewawancara :

Tanggal Wawancara :

1. IDENTITAS IBU/RESPONDEN
1. Nama : HP :
2. Alamat :
3. Umur :
4. Pendidikan :
5. Pekerjaan :
6. Jumlah Anggota Keluarga : ……………… orang
7. Riwayat kehamilan sekarang
 HPHT :
 TP :
 Siklus Haid :
 Tanda-Tanda Bahaya Kehamila :
 Obat Yang Di Komsumsi (termasuk jamu) :
 Imunisasi TT :
8. Apakah Ibu Menggunakan KB
 Ya
 tidak
9. Riwayat KB
 Jenis KB :
 Lama :
 Mulai KB :
 Kapan berhenti :
 Alasan berhenti :
10. Jenis alat kontrasepsi

2. IDENTITAS ANAK
1. Nama :
2. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2.Perempuan
3. Tanggal lahir :
4. Umur :………….bulan
5. Berat badan lahir :
6. Berat Badan sekarang :…………..kg
7. Tinggi Badan/panjang badan sekarang :................cm
8. Tanggal penimbang :
9. Imunisasi :( )YA ( )TIDAK

3. IDENTITAS KEPALA KELUARGA


1. Nama :
2. Umur :
3. Pendidikan :
4. Pekerjaan :
PERTANYAAN PENGATAHUAN

a. Kuesioner ini berisi 20 pertanyaan pengetahuan orang tua tentang stunting


yang ditanyakan kepada orang tua atau diisi sendiri oleh orang tua.
b. Pilih salah jawaban yang ibu yakini paling benar dengan meberikan ceklis (√)
c. Kriteria: Baik, jika skor jawaban responden > nilai media dan tidak baik, jika
skor jawaban responden ≤ nilai median
Benar : 1
Salah : 0

NO PERTANYAAN BENAR SALAH


Stunting keadaan tubuh sangat pendek yang terjadi
1.
pada anak

Faktor gizi pada saat ibu hamil bukan faktor


2.
pencetus stunting

Faktor utama stunting yaitu gizi, BBLR (Berat


3.
Badan Lahir rendah), dan riwayat penyakit

Gizi mikro tidak berperan untuk menghindari


4. stunting seperti kalsium, yodium, zink, zat gizi,
dan asam folat

Makanan pendamping ASI diberikan sejak 3 bulan


5.
bayi baru lahir

Menimbang berat badan anak sebaiknya 3 – 6


6.
bulan sekali

Susu formula adalah makanan yang terbaik bagi


7.
anak

Penyakit beri-beri terjadi pada anak kekurangan


8.
protein
Energi yang diperlukan oleh anak yaitu karbohidrat
9.
dan lemak

Usia dan kebutuhan gizi anak menjadi prioritas


10.
kedua setelah pemberian makanan

Stunting hanya menghambat pertumbuhan motorik


11.
tetapi tidak mempengaruhi mental

Dampak stunting mengakibatkanpenurunan IQ


12.
anak

Faktor tidak langsung sehingga terjadi stunting


13.
pada anak yaitu karena penyakit infeksi

14. Ketersediaan pangan adalah faktor secara langsung

Tanda kekurangan gizi yaitu nafsu makan


15.
berkurang

Yang termasuk penyakit gizi pada balita yaitu


16.
pusing, mual dan muntah

17. Gizi pada anak harus dipertahankan

Pola makan yang baik dapat member dampak


18.
positif bagi anak

Tanda-tanda kurang gizi adalah rambut kusam,


19.
tampak lemas, kurang aktif, berat badan kurang

Yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan


20.
perkembangan anak yaitu nutrisi dan pola makan
MASTER TABEL

N N U J JUM PENGETAHUAN IBU J K ST U PE


O A M K LAH U E U M ND
M U ANG M T N U IDI
A R GOTA L TI R KA
KELU A N ib N
ARG H G u
A P P p p p p p p p p p p p p p p p p p p
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
1 N 2 2 3 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 11 2 2 2 3
y.
S
R
2 N 2 1 3 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 9 1 2 1 1
Y.
N
3 N 3 1 3 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 6 1 2 1 2
Y.
M
4 N 3 2 3 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 11 2 1 2 1
Y.
S
5 N 2 1 3 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 9 1 2 1 3
Y.
M
a
6 N 2 1 3 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 9 1 2 1 2
Y.
U
7 N 3 1 3 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 9 1 2 4 2
Y.
R
8 N 3 2 2 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 13 2 1 4 2
Y.
S
A
9 N 2 2 3 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 9 1 2 1 3
Y.
V
1 N 3 2 3 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 9 1 2 3 1
0 Y.
D
1 N 3 2 3 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 9 1 2 4 2
1 Y.
H
1 N 2 1 2 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 11 2 1 1 3
2 Y.
S
W
1 N 1 2 2 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 9 1 2 3 3
3 Y.
J
1 N 3 1 3 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 7 1 2 4 1
4 Y.
M
R
1 N 3 1 2 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 11 2 1 2 2
5 Y.
D
1 N 3 1 3 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 9 1 2 1 1
6 y.
D
1 N 3 2 3 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 9 1 2 2 1
7 y.
M
1 N 3 1 2 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 9 1 1 2 1
8 Y.
R
a
1 N 3 2 3 O O 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 O O 16 2 1 3 1
9 y.
Si
2 N 3 1 2 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 9 1 2 3 2
0 y.
Y
2 N 2 1 2 1 0 1 1 1 0 1 O 0 0 0 0 O 1 O 1 O 1 O 1 9 1 2 4 2
1 y.
D
e
2 N 3 1 3 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 O O O 1 O 0 0 O 9 1 1 2 1
2 y.
J
2 N 3 1 3 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 14 2 1 2 1
3 y.
T
2 N 2 2 3 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 9 1 2 2 1
4 y.
N
2 N 3 1 3 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 8 1 2 4 1
5 y.
I
2 N 3 1 3 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 9 1 1 4 2
6 y.
S
u
2 N 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 16 2 1 4 2
7 y.
Sa
2 N 3 2 3 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 12 1 2 4 2
8 y.
F
2 N 3 2 3 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 8 1 2 4 1
9 y.
N
u
3 N 3 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 19 2 2 4 3
0 y.
Is
KETERANGAN :

1. UMUR: 6. UMUR IBU


1=12-24 BULAN 1=20-25
2=25-36 BULAN 2=26-30
3=37-59 BULAN 3=31-35
2. JENIS KELAMIN: 4=>36
1=PEREMPUAN
2=LAKI-LAKI 7. PENDIDIKAN
3. JUMLAH ANGGOTA KELUARGA: 1= SD
1=2 ANGGOTA KELUARGA 2=SMP
2=3 ANGGOTA KELUARGA 3=SMA
3=>4 ANGGOTA KELUARGA

4. STUNTING:
1=PENDEK <2,0-≥3,0
2=SANGAT PENDEK <3,0

5. PENGETAHUAN IBU :
1=<10
2=≥10
HASIL ANALISIS

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0-12 Bulan 1 3.3 3.3 3.3

13-24 Bulan 8 26.7 26.7 30.0

25-36 Bulan 21 70.0 70.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Perempuan 18 60.0 60.0 60.0

Laki-laki 12 40.0 40.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Jumlah Anggota Keluarga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 3 Anggota Keluarga 8 26.7 26.7 26.7

>4 Anggota Keluarga 22 73.3 73.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pengetahuan Ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang 21 70.0 70.0 70.0

Baik 9 30.0 30.0 100.0

Total 30 100.0 100.0


Stunting balita

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Pendek 10 33.3 33.3 33.3

Sangat Pendek 20 66.7 66.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pendidikan ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 13 43.3 43.3 43.3

SMP 11 36.7 36.7 80.0

SMA 6 20.0 20.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Umur Ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 20-25 7 23.3 23.3 23.3

26-30 8 26.7 26.7 50.0

31-35 4 13.3 13.3 63.3

>36 11 36.7 36.7 100.0

Total 30 100.0 100.0


Pengetahuan Ibu * Stunting balita Crosstabulation

Stunting balita

Pendek Sangat Pendek Total

Pengetahuan Ibu Kurang Count 3 18 21

Expected Count 7.0 14.0 21.0

% within Pengetahuan Ibu 14.3% 85.7% 100.0%

% within Stunting balita 30.0% 90.0% 70.0%

% of Total 10.0% 60.0% 70.0%

Baik Count 7 2 9

Expected Count 3.0 6.0 9.0

% within Pengetahuan Ibu 77.8% 22.2% 100.0%

% within Stunting balita 70.0% 10.0% 30.0%

% of Total 23.3% 6.7% 30.0%

Total Count 10 20 30

Expected Count 10.0 20.0 30.0

% within Pengetahuan Ibu 33.3% 66.7% 100.0%

% within Stunting balita 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 33.3% 66.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 11.429a 1 .001

Continuity Correctionb 8.750 1 .003

Likelihood Ratio 11.431 1 .001

Fisher's Exact Test .002 .002

Linear-by-Linear Association 11.048 1 .001

N of Valid Casesb 30

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Anda mungkin juga menyukai