LAPORAN
LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
O l eh :
ii
6. Lokasi Kegiatan Mitra(1)
b. Sumber lain :-
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
RINGKASAN EKSEKUTIF......................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 8
a. Latar Belakang............................................................................. 8
b. Perumusan Masalah .................................................................... 9
c. Manfaat Kegiatan........................................................................ 9
d. Khalayak Sasaran........................................................................ 9
v
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 22
a. Hasil Pengabdian Pada Masyarakat.......................................... 22
b. Pembahasan............................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA 26
vi
RINGKASAN EKSEKUTIF
Remaja merupakan suatu periode yang kritis, periode perubahan dari masa
kanak-kanak ke dewasa, serta dimulainya eksplorasi terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan seksual dan romantisme. Ada banyak masalah kesehatan
reproduksi yang terjadi pada remaja dimana berkaitan dengan perilaku seksual.
Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada remaja
tahun 2018 terlihat bahwa wanita dan pria yang tahu tentang masa subur hanya
33% dan 37%. Sebanyak 81% remaja wanita dan 84% remaja pria telah
berpacaran dan sekitar 45% remaja wanita dan 44% remaja pria mulai berpacaran
pada umur 15-17 tahun. Tujuan dari kegiatan yaitu agar terjadi peningkatan
pengetahuan siswi berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Adapun kegiatan yang
dilakukan berupa penyuluhan menggunakan slide dari Power point (ppt). Hasil
kegiatan ini yaitu terjadi peningkatan pengetahuan mahasiswa tentang kesehatan
reproduksi pada point terjadi peningkatan pengetahuan mahasiswa tentang
kesehatan reproduksi pada point batasan usia remaja, alasan masa remaja penting
bagi kesehatan reproduksi, penyakit yang diakibatkan berhubungan seksual di usia
remaja, umur menikah perempuan, alasan hubungan seks pra nikah dan dampak
seks pranikah bagi masyarakat. Kegiatan pengabdian masyarakat berupa
penyuluhan kesehatan dengan media power point dapat digunakan meningkatkan
pengetahuan. Melalui kegiatan ini disarankan agar pemberian informasi kesehatan
reproduksi dapat dilakukansecara terus menerus kepada para siswi.
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja merupakan salah satu sasaran dalam kesehatan reproduksi. Remaja
merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa, dimana pada masa
ini terjadi banyak perubahan baik perubahan fisik maupun perubahan kejiwaan.
Perubahan fisik pada remaja ditandai dengan tanda seks primer dan tanda seks
sekunder dan perubahan kejiwaan ditandai dengan perubahan emosi dan
perubahan intelegensia.
Kondisinya yaitu perubahan fisik yang terjadi secara cepat dimana tidak
seimbang dengan perubahan kejiwaan baik mental maupun emosional. Remaja
merupakan suatu masa kritis dalam kehidupan. Ini merupakan waktu dimana
orang- orang menjadi individu yang mandiri, menjalin hubungan baru,
mengembangkan keterampilan sosial dan masa dimana mempelajari perilaku-
perilaku yang akan bertahan sampai sisa hidupnya. Selain itu, masa remaja
merupakan suatu waktu dimana dimana dimulainya eksplorasi terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan seksual dan romantisme. Jika masa remaja tidak dijalani
dengan baik maka akan berdampak kepada kesehatan reproduksi.
World Health Organization mendefenisikan remaja sebagai individu yang
berusia 10-19 tahun, sedangkan di Indonesia terdapat beberapa batasan usia
remaja diantaranya yaitu menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 25 tahun 2014
bahwa remaja merupakan kelompok usia 10 sampai 18 dan menurut BKKBN
Rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah (Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), 2015)
Saat ini jumlah orang muda di dunia lebih banyak dibandingkan waktu-
waktu sebelumnya yaitu dari 7.2 milyar orang di dunia, lebih dari 3 milyar orang-
orang muda yang berusia kurang dari 25 tahun. Sekitar 1.2 milyar diantara orang
muda tersebut merupakan remaja yang berusia 10 sampai 19 tahun (World Health
Organization, 2018a). Jumlah remaja di Indonesia pada tahun 2018 yaitu sekitar
44.066,2 jiwa (Badan Pusat Statistik (BPS), 2019). Ada banyak masalah
1
kesehatan reproduksi pada remaja, seperti seks pranikah, pernikahan usia remaja,
kehamilan yang tidak dikehendaki serta aborsi (Marni, 2015); (World Health
Organization, 2018b).
Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) terlihat
bahwa wanita dan pria yang tahu tentang masa subur hanya 33% dan 37%.
sebanyak 81% remaja wanita dan 84% remaja pria telah berpacaran dan sekitar
44% remaja wanita dan 44% remaja pria mulai berpacaran pada umur 15-17
tahun. Kebanyakan remaja berpegangan tangan, cium bibir dan meraba/ diraba
saat berpacaran, dimana aktivitas ini mengarah kepadaperilaku seksual. Selain itu,
umur pertama kali berhubungan seksual pertama kali yang terbanyak yaitu umur
15-25 tahun, sekitar 8% pria 2% wanita melaporkan telah melakukan hubungan
seksual pra nikah, dan sekitar 9.1% wanita dan 85.7% pria menikah pada usia 15-
19 tahun (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional et al., 2018).
Masalah-masalah tersebut berkaitan dengan perilaku seksual yang dilakukan
pada masa remaja. Perilaku seksual pada remaja dipengaruhi oleh banyak faktor.
Pengetahuan merupakan bagian dari faktor individu yang mempengaruhi perilaku
seksual remaja (Kumalasari & Andhyantoro, 2012); (Cherry et al., 2017).
Pengetahuan seksual yang benar akan membawa remaja ke arah perilaku seksual
yang rasional dan bertanggung jawab serta dapat membantu membuat keputusan
pribadi yang penting berkaitan dengan seksualitas sehingga dapat terhindar dari
masalah-masalah kesehatan reproduksi (Kumalasari & Andhyantoro, 2012). Hal
ini sesuai dengan penelitian Ayu et al., (2019), Kadarwati et al., (2019) dan Dut &
M (2017) bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku seks
premarital. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan penyuluhan
tentang kesehatan reproduksi kepada Masyarakat di Kelurahan Teluk Sepang.
2
B. Perumusan Masalah
Kesehatan Pada Remaja adalah masa pematangan organ reproduksi
manusia, dan sering disebut masa peralihan. Memasuki masa remaja yang ditandai
dengan perubahan fisik primer maupun sekunder, maka remaja akan dihadapkan
pada keadaan yang memerlukan penyesuaian untuk dapat menerima perubahan-
perubahan yang terjadi. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk
tubuh sangat berpengaruh padakehidupan kejiwaan remaja.
C. Manfaat Kegiatan
Agar remaja dibekali pengetahuan kesehatan reproduksi yang
komprehensif, maka remaja dapat lebih bertanggung jawab dalam berbuat dan
mengambil keputusan sehubungan dengan kesehatan reproduksinya.
D. Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran yang strategis dalam kegiatan ini adalah Remaja
Perempuan di lingkungan Kelurahan Teluk sepang Kota Bengkulu.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
setiap hari, sedangkan 8% pernah menggunakan narkoba. Ancaman HIV dan
AIDS menyebabkan perilaku seksual dan kesehatan reproduksi remaja muncul ke
permukaan, diperkirakan 20 – 25% dari semua infeksi HIV di dunia terjadi pada
remaja. Demikian pula dengan kejadian PMS, yang tertinggi adalah remaja
khususnya remaja perempuan.
2. DEFINISI
a. Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan sejahtera fisik, mental
dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistim reproduksi,
serta fungsi dan prosesnya.
b. Remaja atau adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang
berarti tumbuh ka arah kematangan. Kematangan yang dimaksud
adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan
sosial dan psikologis.
c. Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya
perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja adalah suatu periode
masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa
peralihan. Masa remaja merupakan periode peralihan dari masa anak
ke masa dewasa.
3. TAHAPAN REMAJA
Tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial
dan seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut :
a. Masa remaja awal/dini (early adolescence) : umur 11 – 13 tahun.
Dengan ciri khas : ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya,
mulai berfikir abstrak dan lebih banyak memperhatikan keadaan
tubuhnya.
b. Masa remaja pertengahan (middle adolescence) : umur 14 – 16 tahun.
Dengan ciri khas : mencari identitas diri, timbul keinginan untuk
berkencan, berkhayal tentang seksual, mempunyai rasa cinta yang
5
mendalam.
c. Masa remaja lanjut (late adolescence) : umur 17 – 20 tahun.
Dengan ciri khas : mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam
mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat
mewujudkan rasa cinta, pengungkapan kebebasan diri.
Tahapan ini mengikuti pola yang konsisten untuk masing-masing individu.
Walaupun setiap tahap mempunyai ciri tersendiri tetapi tidak mempunyai batas
yang jelas, karena proses tumbuh kembang berjalan secara berkesinambungan.
Terdapat ciri yang pasti dari pertumbuhan somatik pada remaja, yaitu peningkatan
massa tulang, otot, massa lemak, kenaikan berat badan, perubahan biokimia,
yang terjadi pada kedua jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan walaupun
polanya berbeda. Selain itu terdapat kekhususan (sex specific), seperti
pertumbuhan payudara pada remaja perempuan dan rambut muka (kumis,
jenggot) pada remaja laki-laki.
6
5. TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA
Setiap tahap perkembangan akan terdapat tantangan dan kesulitan-
kesulitan yang membutuhkan suatu ketrampilan untuk mengatasinya. Pada masa
remaja, merekadihadapkan kepada dua tugas utama, yaitu :
a. Mencapai ukuran kebebasan atau kemandirian dari orang tua.
Pada masa remaja sering terjadi adanya kesenjangan dan konflik antara
remaja dengan orang tuanya. Pada saat ini ikatan emosional menjadi
berkurang dan remaja sangat membutuhkan kebebasan emosional dari
orang tua, misalnya dalam hal memilih teman ataupun melakukan
aktifitas. Sifat remaja yang ingin memperoleh kebebasan emosional
sementara orangtua yang masih ingin mengawasi dan melindungi
anaknya dapat menimbulkan konflik diantara mereka.
Pada usia pertengahan, ikatan dengan orangtua semakin longgar dan
mereka lebih banyak menghabiskan waktunya bersama teman
sebayanya. Pada akhir masa remaja, mereka akan berusaha mengurangi
kegelisahannya dan meningkatkan integritas pribadinya, identitas diri
lebih kuat, mampu menunda pemuasan, kemampuan untuk menyatakan
pendapat menjadi lebih baik, minat lebih stabil dan mampu membuat
keputusan dan mengadakan kompromi. Akhir masa remaja adalah tahap
terakhir perjuangan remaja dalam mencapai identitas diri. Bila tahap
awal dan pertengahan dapat dilalui dengan baik, yaitu adanya keluarga
dan kelompok sebaya yang suportif maka remaja akan mempunyai
kesiapan untuk mampu mengatasi tugas dan tanggungjawab sebagai
orang dewasa.
b. Membentuk identitas untuk tercapainya integrasi diri dan kematangan
pribadi. Proses pembentukan identitas diri merupakan proses yang
panjang dan kompleks, yang membutuhkan kontinuitas dari masa lalu,
sekarang dan yang akan datang dari kehidupan individu, dan hal ini
akan membentuk kerangka berfikir untuk mengorganisasikan dan
mengintegrasikan perilaku ke dalam berbagai bidang kehidupan.
7
6. HAK-HAK REMAJA TERKAIT DENGAN KESEHATAN
REPRODUKSI
Selain kebutuhan-kebutuhan tersebut, remaja juga memiliki hak-hak
mendasar terkait kesehatan reproduksinya. Hak-hak itu juga harus terpenuhi
sebagai kebutuhan dasar mereka. Hak-hak itu adalah :
a. Hak hidup. Ini adalah hak dasar setiap individu tidak terkecuali remaja,
untuk terbebas dari resiko kematian karena kehamilan, khususnya bagi
remaja perempuan.
b. Hak atas pelayanan dan perlindungan kesehatan. Termasuk dalam hal
ini adalah perlindungan privasi, martabat, kenyamanan, dan
kesinambungan.
c. Hak atas kerahasiaan pribadi. Artinya, pelayanan kesehatan reproduksi
bagi remaja dan setiap individu harus menjaga kerahasiaan atas pilihan-
pilihan mereka.
d. Hak atas informasi dan pendidikan. Ini termasuk jaminan kesehatan dan
kesejahteraan perorangan maupun keluarga dengan adanya informasi
dan pendidikan kesehatan reproduksi yang memadai tersebut.
e. Hak atas kebebasan berpikir. Ini termasuk hak kebebasan berpendapat,
terbebas dari penafsiran ajaran yang sempit, kepercayaan, tradisi, mitos-
mitos, dan filosofi yang dapat membatasi kebebasan berpikir tentang
pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual.
f. Hak berkumpul dan berpartisipasi dalam politik. Hal ini termasuk
mendesak pemerintah dan parlemen agar menempatkan masalah
kesehatan reproduksi menjadi prioritas kebijakan negara.
g. Hak terbebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk. Hal ini terutama
bagi anak-anak dan remaja untuk mendapatkan perlindungan dari
eksploitasi, pelecehan, perkosaan, penyiksaan, dan kekerasan seksual.
h. Hak mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan terbaru. Yaitu hak
mendapatkan pelayan kesehatan reproduksi yang terbaru, aman, dan
dapat diterima.
i. Hak memutuskan kapan punya anak, dan punya anak atau tidak.
8
j. Hak atas kesetaraan dan bebas dari segala bentuk diskriminasi. Ini
berarti setiap individu dan juga remaja berhak bebas dari segala bentuk
diskriminasi termasuk kehidupan keluarga, reproduksi, dan seksual.
k. Hak untuk memilih bentuk keluarga. Artinya, mereka berhak
merencanakan, membangun, dan memilih bentuk keluarga (hak untuk
menikah atau tidak menikah).
l. Hak atas kebebasan dan keamanan. Remaja berhak mengatur kehidupan
seksual dan reproduksinya, sehingga tidak seorang pun dapat
memaksanya untuk hamil, aborsi, ber-KB dan sterilisasi.
9
merangsang tumbuhnya sel kanker pada rahim remaja perempuan.
Sebab, pada remaja perempuan usia 12-17 tahun mengalami perubahan
aktif pada sel dalam mulut rahimnya. Selain itu, seks bebas biasanya
juga dibarengi dengan penggunaan obat-obatan terlarang di kalangan
remaja. Sehingga hal ini akan semakin memperparah persoalan yang
dihadapi remaja terkait kesehatan reproduksi ini.
c. Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD). Hubungan seks pranikah di
kalangan remaja didasari pula oleh mitos-mitos seputar masalah
seksualitas. Misalnya saja, mitos berhubungan seksual dengan pacar
merupakan bukti cinta. Atau, mitos bahwa berhubungan seksual hanya
sekali tidak akan menyebabkan kehamilan. Padahal hubungan seks
sekalipun hanya sekali juga dapat menyebabkan kehamilan selama si
remaja perempuan dalam masa subur.
d. Aborsi. Aborsi merupakan keluarnya embrio atau janin dalam kandungan
sebelum waktunya. Aborsi pada remaja terkait KTD biasanya tergolong
dalam kategori aborsi provokatus, atau pengguguran kandungan yang
sengaja dilakukan. Namun begitu, ada juga yang keguguran terjadi secara
alamiah atau aborsi spontan. Hal ini terjadi karena berbagai hal antara
lain karena kondisi si remaja perempuan yang mengalami KTD
umumnya tertekan secara psikologis, karena secara psikososial ia belum
siap menjalani kehamilan. Kondisi psikologis yang tidak sehat ini akan
berdampak pula pada kesehatan fisik yang tidak menunjang untuk
melangsungkan kehamilan.
f. Perkawinan dan kehamilan dini. Nikah dini ini, khususnya terjadi di
pedesaan. Di beberapa daerah, dominasi orang tua biasanya masih kuat
dalam menentukan perkawinan anak dalam hal ini remaja perempuan.
Alasan terjadinya pernikahan dini adalah pergaulan bebas seperti hamil
di luar pernikahan dan alasan ekonomi. Remaja yang menikah dini, baik
secara fisik maupun biologis belum cukup matang untuk memiliki anak
sehingga rentan menyebabkan kematian anak dan ibu pada saat
melahirkan. Perempuan dengan usia kurang dari 20 tahun yang menjalani
10
kehamilan sering mengalami kekurangan gizi dan anemia. Gejala ini
berkaitan dengan distribusi makanan yang tidak merata, antara janin dan
ibu yang masih dalam tahap proses pertumbuhan.
g. IMS (Infeksi Menular Seksual) atau PMS (Penyakit Menular Seksual),
dan HIV/AIDS. IMS ini sering disebut juga penyakit kelamin atau
penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Sebab IMS dan HIV
sebagian besar menular melalui hubungan seksual baik melalui vagina,
mulut, maupun dubur. Untuk HIV sendiri bisa menular dengan transfusi
darah dan dari ibu kepada janin yang dikandungnya. Dampak yang
ditimbulkannya juga sangat besar sekali, mulai dari gangguan organ
reproduksi, keguguran, kemandulan, kanker leher rahim, hingga cacat
pada bayi dan kematian.
11
BAB III
METODE PENGABDIAN
A. Keterkaitan Kegiatan
Kegiatan Edukasi Kesehatan Reproduksi Pada Remaja adalah suatu kegiatan
untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi Remaja di Kelurahan Teluk
Sepang kota Bengkulu, yang nantinya dapat memberikan pemahaman dan
pengetahuan kepada Remaja Perempuan.
1. Persiapan Kegiatan (2 Hari)
a. Penjajakan lokasi
b. Identifikasi pengetahuan
c. Persiapan alat dan bahan juga kuesioner
2. Pelaksanaan (3 hari)
a. Koordinasi dengan pihak Lurah Kelurahan Teluk Sepang
b. Mempersiapkan materi edukasi Kesehatan Reproduksi
c. Pelaksanaan edukasi tentang Kesehatan Reproduksi Pada
Remaja Perempuan
3. Evaluasi Kegiatan (1 hari)
a. Monitoring kegiatan para peserta
b. Identifikasi mitra kerja sama
B. Rancangan Evaluasi
Teridentifikasi kegiatan Edukasi Kesehatan Reproduksi Pada Remaja
Perempuan Di Kelurahan Teluk Sepang, Kota Bengkulu
C. Jadwal Pelaksanaan
12
3 Pengurusan izin Kelurahan Teluk Oktober
Sepang
Pelaksanaan Kegiatan
a. Menjalin Mitra
b. Menyusun Materi Edukasi Kelurahan Teluk
4
menstruasi Sepang Oktober
c. Pelaksanaan Edukasi tentang
menstruasi
Kelurahan Teluk
5 Evaluasi kegiatan Oktober
Sepang
No Rincian Biaya
1 Alat Tulis Rp 250.000,-
2 Spanduk Rp 350.000,-
3 Foto Copy Liflet Rp 350.000,-
4 Foto Copy kuesioner Rp 500.000,-
5 Konsumsi Khalayak Sasaran Rp 1000.000,-
6 Konsumsi Rapat Persiapan Rp 1000.000,-
7 Transport Kegiatan Rp 800.000,-
8 Masker Rp 500.000,-
11 Hand Sanitizer Rp 250.000,-
Jumlah Rp 5.000.000,-
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
14
B. Pembahasan
Walaupun peningkatan pengetahuan tidak terlalu besar tetapi dapat terlihat
bahwa telah terjadi peningkatan pengetahuan para peserta berkaitan dengan
kesehatan reproduksi remaja setelah dilakukan penyuluhan dengan menggunakan
alat bantu slide dari Power point (ppt). Penelitian Benita (2012) dan Madinah et
al., (2017) yang melakukan penyuluhan berkaitan dengan kesehatan reproduksi
dengan media power point menunjukkan ada perbedaan antara pengetahuan
sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan reproduksi.
Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada siswi-siwi setelah dilakukan
penyuluhan menunjukkan ada peningkatan jika dibandingkan dengan pengetahuan
sebelumnya. Pendidikan kesehatan merupakan salah satu dari strategi promosi
kesehatan. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan penyuluhan. Adapun
tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk menyampaikan informasi dan
pengetahuan. Pengetahuan akan mempengaruhi perilaku suatu individu atau
organisasi dan akan mempengaruhi kesehatannya (Breinbauer & Maddaleno,
2005); (DiClemente et al., 2013); (Davies & Macdowall, 2006).
Peningkatan pengetahuan setelah dilakukan penyuluhan tidak terlalu
banyak. Hal ini dikarenakan ruangan terasa panas dikarenakan Air Conditioner
(AC) yang ada di kelas tidak berfungsi dengan baik. Selain itu peserta duduk di
lantai karena jumlah kursi yang tidak sesuai dengan jumlah peserta. Kondisi-
kondisi tersebut membuat proses berjalannya penyuluhan menjadi kurang efektif
dan tidak nyaman.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini banyak mendapat dukungan yang
menjadi mitra kerjasama dalam penyuluhan ini. Bahkan menyediakan konsumsi
makan siang sebagai ucapan terima kasih bagi panitia yang terlibat. peserta sangat
antusias dalam mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat ini sampai selesai. Hal
ini dapat terlihat dari semangatnya dan beberapa diantaranya mengajukan
pertanyaan dan ketika pemateri memberikan pertanyaan mereka merespon dengan
baik.
15
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil evaluasi pengabdian kepada masyarakat dari Tim Fikes Dehasen
Bengkulu dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan pengetahuan remaja
perempuan di Kelurahan Teluk Sepang setelah dilakukan penyelusuran tentang
Edukasi Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Perempuan.
A. Saran
1. Kegiatan pelatihan ini sangat tepat diberikan pada remaja perempuan,
sehingga diharapkan remaja perempuan dapat melaksanakan secara
mandiri apabila.
2. Diharapkan kegiatan ini dapat dilaksanakan di semua wilayah di
kota Bengkulu.
3. Meningkatkan kerjasama dengan mitra untuk mendukung program
pemerintah sehingga dosen dapat update informasi dan melaksanakan
salah satu dari kegiatan ini.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN
EDUKASI KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA PEREMPUAN
DI KELURAHAN TELUK SEPANG
18
19
20
21
22
23
24
25