Anda di halaman 1dari 25

TUGAS MAKALAH

Eksploitasi Dan Penindasan Dihadapi Dengan Perlawanan

Guru Pengajar : Vivi Amdani, S.Pd

Nama Kelompok :

Zahra Zelika
Aulia Citra Rahmadani
Andini Mustika
M. Fukron
M. Fadil
Gilang Setiawan

SEKOLAH MENEGAH ATAS NEGERI 7


KOTA BENGKULU
TAHUN AJARAN 2022/2023

1
KATA PENGATAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Pengerahan dan Penindasan Versus
Perlawanan ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam
semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya,
sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Makalah Sejarah Indonesia ini Dan kami juga menyadari pentingnya
akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam
memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan
serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan
sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
Makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah
Pengerahan dan Penindasan Versus Perlawanan ini dapat bermanfaat bagi kita
semuanya

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................................ 2
BAB II. PEMBAHASAN....................................................................................
A. Eksploitasi Dan Penindasan Dihadapi Dengan Perlawanan............... 3
1. Pembekuan ekonomi perang.......................................................... 3
2. Pengekangan pendidikan dan kebudayaan.................................... 4
3. Eksploitasi social........................................................................... 4
4. Perlawanan Terhadap Tirani.......................................................... 5
B. Menjelang berakhirnya kekuasaan Jepang ke Indonesia.................. 13
1. Dampak Penduduk Jepang............................................................ 14
2. Janji Kemerdekaan........................................................................ 17
BAB III. PENUTUP............................................................................................ 21
A. Kesimpulan................................................................................................ 21
B. Saran.......................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seperti yang udah kita tahu, negara kita Indonesia, merupakan


negara yang kaya akan sumber daya alam. Nah, karena kekayaan alam kita
ini, jadilah beberapa negara kayak Belanda dan Jepang datang buat
eksploitasi nih. Pasca penjajahan, negara yang pernah ngejajah itu jadi
suka ngaku-ngaku satu saudara sama orang Indonesia. Kalau orang Jepang
nih, ada sebutannya yakni Hakko Ichiu, atau saudara tua Indonesia.

Lalu, soal sejarahnya, Jepang itu pertama kali datang ke Indonesia


pada 11 Januari 1942. Mereka datang ke Tarakan, Kalimantan Timur. Ayo,
tebak kenapa ya, Jepang milih Tarakan? Jadi, Jepang itu sangat
membutuhkan suplai bahan bakar minyak setelah hubungannya dengan
Amerika Serikat hancur. Nah, si Jepang ini mencari wilayah yang
memiliki sumber bahan bakar minyak salah satunya Indonesia.

Mendaratlah mereka di Tarakan Kalimantan Timur yang pada saat


itu sedang dikuasai Belanda. Pada awalnya kedatangan Jepang ini
disambut baik oleh rakyat Indonesia. Hal ini karena, pada saat itu Jepang
datang ke Indonesia dengan mengaku sebagai saudara tua.

Jepang juga mengimingi untuk mengusir sekutu. Akhirnya, bangsa


Indonesia percaya dengan gerakan 3A (Jepang cahaya Asia, Jepang
pemimpin Asia, dan Jepang pelindung Asia). Sebab, gerakan ini menjadi
titik awal rakyat Indonesia untuk lepas dari penjajahan.

Namun, apa yang terjadi sangat berbeda dengan harapan bangsa


Indonesia. Ternyata gerakan 3 A merupakan salah satu strategi Jepang
untuk dapat menguasai Indonesia dan melakukan eksploitasi sumber daya
alam maupun sumber daya manusia.

1
Jadilah, selama 3,5 tahun Jepang berhasil menguasai Indonesia dan
meninggalkan sejarah yang kelam karena kekejaman-kekejaman yang
dilakukan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja eksploitasi dan penindasan yang dilakukan jepang ?
2. Peristiwa yang terjadi paska berakhirnya kekuasaan jepang ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui berbagai macam cara rakyat indonesia menghadapi
jepang
2. Mengetahui berbagai peristiwa yang terjadi pada saat penjajahan
jepang di Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Eksploitasi Dan Penindasan Dihadapi Dengan Perlawanan


1. pemberlakukan ekonomi perang

Dikutip dari Masa Pendudukan Jepang di Indonesia (2019), di


awal kedatangannya, Jepang memberlakukan ekonomi self help atau
berusaha untuk memenuhi sendiri kebutuhan pemerintahan Jepang di
Indonesia.

Jepang berusaha memperbaiki ekonomi Indonesia yang hancur.


Ketika Jepang berusaha merebut Indonesia dari Belanda, Belanda
memilih membumihanguskan obyek-obyek vital. Ini dimaksudkan agar
Jepang kesulitan mengambil alih Indonesia.

Setelah berhasil merebut Indonesia dari Belanda, Jepang


terpaksa memperbaiki sarana-sarana yang rusak. Sarana-sarana itu
meliputi transportasi, telekomunikasi, dan bangunan-bangunan publik.

Pengendalian perkebunan Khusus perekebunan, dikeluarkan


Undang-undang No 322/1942 yang menyatakan bahwa Gunseikan
(kepala militer) langsung mengawasi perkebunan kopi, kina, karet, dan
teh.

Pengawasan diserahkan kepada Saibai Kigyo Kanrikodan


(SKK), badan pengawas yang dibentuk gunseikan. SKK juga bertindak
sebagai pelaksana pembelian dan penentuan harga jual hasil perkebunan.

Bagi Jepang, hanya sedikit komoditas yang bisa berguna


menunjang perang. Kopi, teh, dan tembakau diklasifikasikan sebagai para
yang kurang berguna bagi perang.

3
2. pengekangan pendidikan dan kebudayaan

Zaman pendudukan Jepang di Indonesia selama 3,5 tahun


ternyata membawa dampak yang cukup signifikan pada kehidupan
masyarakat Indonesia dalam berbagai bidang. Dimana, pengendalian
Jepang terhadap tanah air terlihat pada bidang pendidikan dan
kebudayaan yang kondisinya semakin buruk dan memprihatinkan.

Adanya konsep pengendalian disini berarti membatasi dan


mengurangi suatu sekolah dan bangunan pendidikan yang ada di
Indonesia, sehingga pendidikan mengalami kemerosotan drastis jika
dibandingkan zaman Hindia Belanda. sebanyak kurang lebih 8000
sekolah dasar telah dibumi hanguskan, jumlahnya menurun menjadi
13.500 dari jumlah awal sebesar 21.500.

Oleh karena itu, dampaknya adalah banyak anak-anak sekolah


dasar yang berhenti sekolah dikarenakan tenaga pendidikannya pun juga
dikurangi. Jumlah guru dan kurikulum yang diajarkan pun dibatasi
dengan mengupayakan bahasa Jepang menjadi pelajaran wajib.

Bahasa Indonesia adalah salah satu unsur kebudayaan, dimana


bahasa Indonesia tetap menjadi pengantar umum kegiatan pembelajaran
tetapi para siswa harus taat untuk menghormati segala adat istiadat dan
budaya Jepang. Maka bidang pendidikan digunakan oleh Jepang untuk
menanamkan pengaruhnya.

3. eksploitasi social
Tak bisa dimungkiri kalau negeri Sakura ini memang disukai
orang Indonesia. Ya, selain panorama dan budaya di sana, kita itu terasa
“dekat” dengan Jepang, karena mereka juga pernah menjajah Indonesia.
Meski nih, Jepang cuma menjajah sekitar 3,5 tahun dari 1942-
1945, tapi masa pendudukan Jepang yang cuma “seumur jagung” itu juga
berkesan. Yap, penjajahan Jepang itu memberikan dampak besar yang

4
dirasakan masyarakat Indonesia. Mulai dari politik, ekonomi, sampai
juga sosial.
Terus apa saja ya dampak pendudukan Jepang di Indonesia di
bidang ekonomi, politik, dan sosial? Yuk, simak penjelasan gue berikut
ini!
4. perlawanan terhadap tirani

Jepang yang mula-mula disambut dengan senang hati, kemudian


berubah menjadi kebencian. Rakyat bahkan lebih benci pada pemerintah
Jepang daripada pemerintah Kolonial Belanda. Jepang seringkali
bertindak sewenang- wenang. Rakyat tidak bersalah ditangkap, ditahan,
dan disiksa. Kekejaman itu dilakukan oleh kempetai (polisi militer
Jepang). Pada masa pendudukan Jepang banyak gadis dan perempuan
Indonesia yang ditipu oleh Jepang dengan dalih untuk bekerja sebagai
perawat atau disekolahkan, ternyata hanya dipaksa untuk melayani para
kempetai. Para gadis dan perempuan itu disekap dalam kamp-kamp yang
tertutup sebagai wanita penghibur. Kamp- kamp itu dapat kita temukan di
Solo, Semarang, Jakarta, dan Sumatera Barat. Kondisi itu menambah
deretan penderitaan rakyat di bawah kendali penjajah Jepang. Oleh
karena itu, wajar kalau kemudian timbul berbagai perlawanan terhadap
pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia.

a. Strategi Kooperasi

Tetapi buruh kereta api rendahan menginginkan serikat ini


nantinya terlepas dari ikatan atau afiliasi politik manapun dan
menahan diri dari konflik terbuka dengan perusahaan dan pemerintah
kolonial.

Setelah pemogokan buruh-buruh kereta api di bawah VSTP dan


perlawanan Partai Komunis Indonesia pada 1926, pemerintah kolonial
mulai bertindak keras terhadap aktivitas kaum pergerakan dan
organisasi pendukungnya. Karena itu, buruh kereta api rendahan

5
mengubah strategi serikat kerjanya menjadi kooperatif dengan
pemerintah kolonial dan perusahaan.

Kecenderungan tersebut tampak pada aktivitas Perhimpoenan


Beambte Spoor dan Tram (PBST). Serikat buruh kereta api baru ini
berdiri di Bandung pada 10 Juli 1927. Pemimpinnya antara lain
Wiriaatmadja, Soemodinoto, dan Wiriosoeharto.

Beambte berarti buruh rendahan atau buruh kelas 2. Ini


menggambarkan latar belakang anggota mereka. Tapi Beambte di sini
tidak mencakup semua buruh kereta api rendahan di berbagai
perusahaan kereta api. PBST hanya beranggotakan buruh-buruh
perusahaan kereta api milik pemerintah (Staats Spoorwegen/SS).

b. Gerakan bawah tanah

Awal kedatangan Jepang di Indonesia disambut hangat oleh para


penduduk karena dianggap sebagai pembebas dari cengkraman
kolonial. Namun tak berselang lama kekerasan justru semakin sering
terjadi.

1) kelompok sultan sjahril


Tujuan Jepang menduduki Indonesia adalah karena negara
tersebut membutuhkan sumber daya untuk menunjang keperluan
Perang Asia Pasifik.
Sejak saat itu, Jepang terus berusaha mendapat dukungan
dari rakyat Indonesia, terutama para pemimpin nasionalis, seperti
Soekarno, Mohammad Hatta, dan Sutan Sjahrir. Awalnya,
Soekarno, Mohammad Hatta, dan Sjahrir menolak untuk bekerja
sama dengan Jepang. Namun, keputusan itu berubah. Mereka
setuju bekerja sama dengan Jepang agar bisa melanjutkan
perjuangan kemerdekaan. Perjuangan Indonesia saat itu dilanjutkan
dengan dua cara, yaitu gerakan atas tanah dan gerakan bawah
tanah.

6
2) Kelompok Amir Sjarifuddin

Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap (ER, EYD: Amir


Syarifuddin Harahap; 27 April 1907 – 19 Desember 1948) adalah
seorang politikus dan jurnalis Indonesia. Ia menjabat sebagai
Perdana Menteri Indonesia ketika Revolusi Nasional Indonesia
sedang berlangsung.[1] Amir adalah pemimpin sayap kiri terdepan
pada masa Revolusi. Pada tahun 1948, ia dieksekusi mati tanpa
peradilan oleh pemerintah karena dituduh terlibat dalam Peristiwa
Madiun

3) kelompok asrama angkatan baru Indonesia

Jepang mulai menduduki Indonesia sejak 1942, yang


kemudian terus menggalakkan berbagai propaganda dan
membentuk berbagai lembaga, salah satunya Asrama Angkatan
Baru Indonesia, yang berlokasi di Jalan Menteng No 31, Jakarta
Pusat. Pada zaman pendudukan Belanda, gedung Asrama Menteng
31 adalah Hotel Schomper, yang khusus digunakan sebagai
penginapan para pejabat tinggi yang singgah di Batavia. Kemudian,
pada masa pendudukan Jepang, gedung ini diambil alih dan
digunakan sebagai markas Kantor Jawatan Barisan Propaganda
yang disebut Sendenbu.

Tidak lama kemudian, gedung ini diserahkan kepada


pemuda Indonesia dan menjadi pusat pendidikan untuk
menggembleng mereka agar dapat berguna bagi kepentingan
Jepang.

Asrama Angkatan Baru Indonesia atau Asrama Menteng 31


disponsori oleh Sendenbu. Tujuan awal Jepang mendirikan asrama
ini adalah untuk menghasilkan para kader nasionalis Indonesia
yang nantinya dapat bermanfaat bagi kepentingan Jepang.

4) Kelompok asrama Indonesia merdeka

7
Asrama Indonesia Merdeka dibentuk atas prakarsa
Laksamana Tadashi Maeda dalam kapasitasnya sebagai kepala
Bunkafu dalam Angkatan Laut Kekaisaran Jepang atau Kaigun
pada Oktober 1944 sebagai bentuk implementasi nyata atas "Janji
Koiso" akan memberikan kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia.
Asrama ini diawasi oleh Yoshizumi Tomegoro dan Nishijima
Shigetada, asrama ini dimaksudkan untuk menciptakan generasi
pemimpin Indonesia merdeka kelak.

Asrama ini memunculkan kontroversi di dalam Angkatan


Bersenjata Kekaisaran Jepang, terutama dari Angkatan Darat
Kekaisaran Jepang atau Rikugun. Meskipun tidak disukai oleh
pihak Rikugun, Maeda tetap mempersilahkan dan melindungi para
tokoh Kemerdekaan Indonesia untuk menngajarkan apapun kepada
peserta kaderisasi di asrama tersebut. Peserta kaderisasi gelombang
pertama di asrama ini sekitar tiga puluh orang lulus pada April
1945, kemudian disusul oleh peserta gelombang kedua sekitar
delapan puluh orang yang mulai pada Mei 1945, namunpeserta
gelombang kedua tidak pernah menyelesaikan kaderisasinya,
karena Kekaisaran Jepang kalah dalam Perang Dunia II.

5) Asrama Prapatan 10

Para mahasiswa kelahiran dekade 2000-an yang hidup di


era digital, android atau smart-phone, kiranya sulit membayangkan
bahwa di Jakarta sekitar 1945, beberapa aktivis mahasiswa
kedokteran Sekolah Tinggi Kedokteran (Ika Daigaku) dan Sekolah
Perobatan (Yaku Gaku), pernah memainkan peran yang cukup
penting dalam merintis terbukanya pintu gerbang menuju
Kemerdekaan Nasional Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Masyarakat Prapatan 10/1945, merupakan sebuah


komunitas pemuda dan mahasiswa yang sejatinya terdiri dari dua

8
kelompok kecenderungan. Yang satu terhimpun dalam asrama Ika
Daigaku, yang berpusat di Prapatan 10 dan yang satu lagi
berkumpul di Baperpi(Badan Perwakilan Pelajar Indonesia) yang
berpusat di Cikini 71. Namun para mahasiswa kedokteran Ika
Daigaku inilah yang punya ikatan organisasi yang solid dan jadi
pendorong di kalangan pemuda-pemuda dan mahasiswa pada
umumnya.

Yang unik dari mereka yang menamakan dirinya sebagai


Masyarakat Prapatan 10/1945 itu, para anggotanya merasa terikat
oleh suatu ideology yang telah meresap di dalam kalbu masing-
masing. Ideologi yang yang mereka anut itu disebut “Reine Jurgend
Ideologie,” cita-cita Pemuda Murni, suatu ideology tanpa pamrih,
anti-kehdoliman terhadap rakyat, anti perongrongan material/moral
terhadap rakyat, dan anti penginjak-injakan hak asasi rakyat.

Inilah landasan ideologi para pemuda-mahasiswa Angkatan


45 yang kemudian membakar jiwa mereka yang mencapai
kulminasinya saat runtuhnya kekuasaan kolonial Belanda dan
fasisme Jepang pada 1945. Bagi para pemuda-mahasiswa Prapatan
10/1945, Reine Jurgend Ideologie ini dipandang paralel dan senafas
dengan Semangat Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Bahwa hanya
melalui persatuan bangsalah kemerdekaan baru dapat diraih.

c. perlawanan senjata

Selain melakukan perlawanan dengan gerakan yang dilakukan secara


diam-diam, rakyat Indonesia juga melakukan perlawanan bersenjata
kepada Jepang. Ada beberapa perlawanan bersenjata yang sempat
terjadi.

1) rakyat Aceh pengangkat senjata

Salah satu perlawanan terhadap Jepang di Aceh adalah


perlawananan rakyat yang terjadi di Cot Plieng yang dipimpin oleh

9
Abdul Jalil. Abdul Jalil adalah seorang ulama muda, guru mengaji
di daerah Cot Plieng, Provinsi Aceh. Karena melihat kekejaman
dan kesewenangan pemerintah pendudukan Jepang, terutama
terhadap romusa, maka rakyat Cot Plieng melancarkan perlawanan.
Abdul Jalil memimpin rakyat Cot Plieng untuk melawan tindak
penindasan dan kekejaman yang dilakukan pendudukan Jepang. Di
Lhokseumawe, Abdul Jalil berhasil menggerakkan rakyat dan para
santri di sekitar Cot Plieng. Gerakan Abdul Jalil ini di mata Jepang
dianggap sebagai tindakan yang sangat membahayakan.

2) perlawanan di singaparna

Jepang menjajah Indonesia kurang lebih 3,5 tahun. Meski


relatif singkat, namun negeri matahari terbit berhasil mengubah
mimpi buruk menjadi nyata dengan kepemimpinan yang begitu
kejam dan merenggut banyak hal dari Bangsa Indonesia. Hal inilah
yang menjadi pemicu berbagai perlawanan dari rakyat, salah
satunya perlawanan Singaparna.

Pasca perpindahan kekùasaan dari Belanda ke Jepang,


rakyat Indonesia ditorehkan luka yang mendalam akibat kekejaman
negara tersebut. Dimana, mereka memberlakukan kebijakan yang
merugikan bahkan menyengsarakan rakyat Indonesia baik
pemberlakuan romusha (kerja paksa), memonopoli makanan,
pakaian, barang, dan obat-obatan, maupun adanya perbudakan
seks.

Disamping itu, Jepang juga mengharuskan atau mewajibkan


Bangsa Indonesia untuk melakukan Seikerei. Seikerei adalah tradisi
penghormatan kepada Dewa Matahari dengan cara membungkukan
badan ke arah matahari terbit setiap pagi hari.

Kebijakan Jepang tersebut tentu saja ditentang oleh


mayoritas bangsa Indonesia, salah satunya KH Zainal Mustafa,

10
seorang pimpinan pesantren di Sukamanah Jawa Barat
(Singaparna) yang menolak dengan tegas tradisi tersebut.
Penolakan ini terjadi lantaran beliau menganggap bahwa tradisi
seikerei termasuk perbuatan syirik atau menyekutukan Tuhan.

3) Rakyat Indramayu angkat senjata

Jepang pun berhasil merebut Indonesia dari tangan Belanda


pada Maret 1942. Daerah Indramayu juga tidak luput dari perhatian
mereka. Pada 3 Maret 1942, Jepang mendarat di Eretan,
Indramayu, tepatnya di Kampung Sumur Sereh. Pada saat itu, para
serdadu Jepang yang umumnya berpangkat jenderal datang ke
sebuah pendopo yang ada di Indramayu.

Mereka pun menuntut penduduk setempat memberi hormat.


Siapa pun yang menolak, maka akan dipukul atau diteriaki bagero
yang berarti bodoh.

Sejak saat itu, rakyat menjadi sangat murka terhadap


Jepang. Kemarahan mereka memuncak saat penduduk Indramayu
yang mayoritas bekerja sebagai buruh tani diwajibkan untuk
menyerahkan hasil panen padi.

Peristiwa inilah yang melatarbelakangi pemberontakan


petani di Indramayu terhadap Jepang.

4) Perlawanan rakyat Kalimantan

Penyebab perlawanan rakyat Kalimantan terhadap Jepang


sangat kompleks. Pasukan Jepang pertama kali mendarat di
Pontianak, Kalimantan Barat, pada 19 Desember 1941. Setelah
berhasil mengusir Belanda tanpa mendapat perlawanan berarti,
Jepang pun mudah menguasai kota-kota pedalaman seperti
Putussibau dan Sanggau, hingga kota besar seperti Banjarmasin.
Kedatangan Jepang segera menyebabkan kondisi perekonomian

11
menjadi macet hingga menimbulkan bencana kelaparan yang
merajalela.

Selain itu, pada awal pendudukan Jepang di Kalimantan


Barat, ada dua buah perusahaan yang masuk, yaitu Nomura
(pertambangan) dan Sumitomo (perkayuan). Untuk menjalankan
kedua perusahaan itu, Jepang mempekerjakan sekitar 80.000 rakyat
dengan sistem kerja paksa (romusha). Hal inilah yang kemudian
memicu perlawanan

5) Perlawanan penduduk Iran

Perang Iran-Irak juga dikenali sebagai Pertahanan Suci dan


Perang Revolusi Iran di Iran, dan Qadisiyyah Saddam (M‫م‬M‫ ا‬M‫ ّد‬M‫ ص‬M‫ ة‬Mّ‫ي‬M‫س‬M‫د‬M‫ا‬M‫ق‬,
Qādisiyyat Saddām) di Irak, adalah perang di antara Irak dan Iran
yang bermula pada bulan September 1980 dan berakhir pada bulan
Agustus 1988. Umumnya, perang ini dikenali sebagai Perang Teluk
Persia sehingga Konflik Iraq-Kuwait meletus pada awal 1990-an.

6) Perlawanan anggota peta

PETA merupakan organisasi militer yang dibentuk oleh


Pemerintah Militer Pendudukan Jepang di Indonesia yang didirikan
pada bulan Oktober 1943. Jepang merekrut para pemuda Indonesia
untuk dijadikan sebagai tentara teritorial guna mempertahankan
Pulau Jawa, Bali, dan Sumatera sebagai antisipasi jika terjadi
penyerangan yang dilakukan oleh pasukan sekutu seperti Amerika
Serikat, Inggris, Australia, Belanda, yang berada di Front
Pertempuran Asia Pasifik pada Perang Dunia II.

Tentara-tentara PETA mendapatkan pelatihan militer dari


tentara Pendudukan Jepang di Indonesia. Namun, berbeda dengan
tentara-tentara HEIHO yang ikut bertempur bersama tentara-tentara
Jepang di berbagai medan tempur Asia seperti Myanmar, Thailand,
dan Filipina. Tentara PETA belum pernah mengalami pengalaman

12
tempur. Hal ini demikian terjadi karena memang tujuan
pembentukan PETA sendiri untuk mempertahankan wilayah
Indonesia, khususnya Pulau Jawa.

Perlu diketahui tentara HEIHO (Pasukan Pembantu Prajurit


Jepang) adalah organisasi yang beranggotakan prajurit Indonesia
untuk melaksanakan pertahanan militer, baik di Angkatan Darat
maupun di Angkatan Laut. HEIHO sendiri berperang sebagai
Pasukan Pembantu Prajurit Jepang. HEIHO ditugaskan bukan
hanya di Indonesia, tetapi di seluruh daerah pendudukan Jepang
seperti di Burma, Vietnam, Singapura, dan Malaya.

B. Menjelang berakhirnya kekuasaan Jepang ke indonesia.

Menjelang tahun 1945, posisi Jepang dalam Perang Pasifik mulai


terjepit. Jenderal Mac. Arthur, Panglima Komando Pertahanan Pasifik Barat
Daya yang terpukul di Filipina mulai melancarkan pukulan balasan dengan
siasat “loncat kataknya”. Satu per satu pulau-pulau antara Australia dan
Jepang dapat direbut kembali.

Pada bulan April 1944 Sekutu telah mendarat di Irian Barat.


Kedudukan Jepang pun semakin terjepit. Keadaan makin mendesak ketika
pada bulan Juli 1944 Pulau Saipan pada gugusan Kepulauan Mariana jatuh
ke tangan Sekutu. Bagi Sekutu pulau tersebut sangat penting karena jarak
Saipan - Tokyo dapat dicapai oleh pesawat pengebom B 29 USA. Hal itu
menyebabkan kegoncangan dalam masyarakat Jepang. Situasi Jepang pun
semakin buruk. Akibat faktor-faktor yang tidak menguntungkan tersebut,
menyebabkan jatuhnya Kabinet Tojo pada tanggal 17 Juli 1944 dan
digantikan oleh Jenderal Kuniaki Koiso. Agar rakyat Indonesia bersedia
membantu Jepang dalam Perang Pasifik, maka pada tanggal 7 September
1944 Perdana Menteri Koiso mengumumkan janji pemberian kemerdekaan
kepada Indonesia di kemudian hari. Janji ini dikenal sebagai janji
kemerdekaan Indonesia.

13
Sebagai realisasi dari janji kemerdekaan yang diucapkan oleh Koiso,
maka pemerintah pendudukan Jepang di bawah pimpinan Letnan Jenderal
Kumakici Harada pada tanggal 1 Maret 1945 mengumumkan pembentukan
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yaitu
BPUPKI atau Dokuritsu Junbi Coosakai dalam bahasa jepangnya.

Tugas BPUPKI adalah untuk mempelajari dan menyelidiki hal-hal


yang penting yang berhubungan dengan berbagai hal yang menyangkut
pembentukan negara Indonesia merdeka. BPUPKI memiliki anggota
sebanyak 67 orang bangsa Indonesia ditambah 7 orang dari golongan
Jepang. BPUPKI diketuai oleh dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat dan
dibantu oleh dua orang ketua muda yaitu R.P. Suroso dan Ichibangse dari
Jepang. Anggota BPUPKI dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 di gedung Cuo
SangiIn,Jalan Pejambon Jakarta (sekarang gedung Departemen Luar
Negeri). Selama masa berdirinya, BPUPKI mengadakan sidang sebanyak
dua kali. Sidang pertama berlangsung antara 29 Mei – 1 Juni

1. dampak penduduk Jepang

Pendudukan Jepang selama 3,5 tahun di tanah air menjadi salah


satu masa terkelam bagi bangsa Indonesia. Pasalnya, bukan hanya
sumber daya alam, tenaga manusia juga diperas untuk kepentingan
Jepang. Namun, dibalik mirisnya kehidupan bangsa Indonesia pada masa
kependudukan Jepang, ada dampak positif yang terasa sampai saat ini di
beberapa bidang kehidupan. Dampak kependudukan Jepang pada
kehidupan masyarakat Indonesia bisa dilihat di sejumlah bidang,
termasuk politik, ekonomi, sosial-budaya, pendidikan serta bidang
birokrasi dan militer. Nah, kira-kira seperti apa dampaknya?

a. Bidang Politik
Adanya suatu perombakan struktur pemerintahan berdasarkan
kaidah di Jepang. Daerah keresidenan berganti menjadi Syu,
kabupaten berganti menjadi Ken, kota praja berganti menjadi Syi,

14
kawedanan berganti menjadi Gun, kecamatan berganti menjadi So,
dan desa berganti menjadi Kewajiban untuk melakukan seikerei pada
kaisar Tenno Heika saat melakukan upacara bendera.
Kewajiban untuk memakai bahasa Jepang dan menghapus
bahasa Belanda. Pembentukan suatu angkatan laut dan angkatan darat
di berbagai wilayah di Indonesia seperti di Kalimantan, Nusa
Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Irian yang pusat kemiliterannya
berada di bawah panglima Jepang yang berada di Dalat, Vietnam.
Pembentukan suatu organisasi berbasis propaganda yang bertujuan
untuk menarik hati rakyat. Organisasi tersebut adalah Peta, Gerakan
3A yang justru meningkatkan suatu gerakan kemerdekaan pada kaum
nasionalis
b. Bidang Sosial-Budaya dan Ekonomi

Jepang memberikan suatu gelar kepahlawanan bagi pekerja


yang meninggal dunia akibat kekejaman romusa. Gelar tersebut
bernama “pahlawan pekerja” atau “prajurit ekonomi”. Ekonomi
merosot turun akibat masyarakat tidak dapat mendapatkan bahan
makanan dan muncullahq berbagai penyakit seperti diare dan kudis.
Adanya pasar gelap yang menyebabkan kenaikan inflasi secara
drastis.

Bahan makanan dan obat-obatan sulit di dapatkan. Perkebunan


tebu dan pabrik gula ditutup oleh Jepang sehingga masyarakat tidak
mempunyai penghasilan. Masyarakat dipaksa dan dikerahkan untuk
membangun dan memperbaiki jalan, menanam tanaman jarak di
sepanjang jalan dan membangun saluran air. Adanya kesulitan
komunikasi karena Jepang sebagai pengendali utama secara sengaja
melakukan hal tersebut terjadi.

Adanya penggantian nama pada beberapa kota di Indonesia.


Awalnya, kota tersebut merupakan serapan dari Bahasa Belanda dan
diganti dengan asli nama Indonesia. (contoh : Buitenzorg menjadi

15
Bogor, Batavia menjadi Jakarta). Adanya pembangunan suatu Gedung
kebudayaan di Jakarta dan diberi nama Keimun Bunda Shidosho pada
1 April 1943.

c. Bidang Pendidikan

Adanya suatu aturan untuk belajar wajib hanya selama 6 tahun dan
mewajibkan Bahasa Jepang sebagai materi pelajaran yang wajib
dikuasai. Budaya dan adat istiadat Jepang diperkenalkan dan Bahasa
Indonesia menjadi Bahasa pengantar wajib di seluruh sekolah di
Indonesia.

Pada tahun 1943 adanya proses penutupan pada perguruan tinggi.


Adanya suatu proses re-open atau pembukaan kembali perguruan
tinggi seperti Perguruan Tinggi Teknik (Kogyo Daigaku) di Bandung,
Perguruan Tinggi Kedokteran (Ika Daigaku) di Jakarta. Adanya
pembukaan sekolah Akademi Pamong Praja (Konkoku Gakuin) yang
bertempat di Jakarta.

d. Bidang Birokrasi dan Militer

Jepang telah mengeluarkan UU no.27 tentang Aturan


Pemerintah Daerah dan UU No.28 tentang Aturan Pemerintah Syu dan
Tokubetshu Syi. Dampak yang ditimbulkan oleh peraturan baru
tersebut adalah terhentinya kegiatan pemerintahan sementara dan
mendatangkan suatu tenaga sipil dari Jepang ke daerah Jawa. Pulau
Jawa menjadi pusat suatu peralatan dan segala perbekalan yang
diperlukan saat perang.

Berdasarkan Undang-undang no.27 dan UU no. 28 tersebut,


seluruh kota yang berada di daerah persebaran Jawa maupun Madura
terbagi menjadi struktur yang dianut oleh Jepang (syu, syi, ken, gun,
son, dank u), terkecuali untuk daerah Yogyakarta dan Solo.

16
Rakyat Indonesia mendapatkan manfaat pengalaman dan
bidang ketentaraan, bidang pertahanan, dan keamanan. Terdapat
kekuatan inti Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang berganti nama
menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan sekarang berganti
nama menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).

2. janji kemerdekaan

Ketika pertama datang ke Indonesia pada 1942, Jepang


menampilkan diri sebagai "saudara tua" yang akan membebaskan
Indonesia dari imperialisme Barat. Rakyat Indonesia yang awalnya
menyambut Jepang dengan gembira, belakangan tertipu.

1) pembentukan bpupki

BPUPKI dibentuk pada tanggal berapa? Ini dapat diketahui


dengan mengulas BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia). BPUPKI adalah suatu badan bentukan
pemerintah Jepang pada masa penjajahan di Indonesia.

Latar belakang pembentukan BPUPKI secara tertulis termuat


dalam Maklumat Gunseikan Nomor 23 tanggal 29 Mei 1945.
Pembentukan BPUPKI dilatarbelakangi karena kedudukan Jepang
yang sudah semakin terancam pada perang melawan sekutu saat itu.

Lantas BPUPKI dibentuk pada tanggal berapa? Simak


penjelasan berikut ini Melansir website Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemdikbud), BPUPKI dibentuk pada tanggal 29 April
1945 dan bertujuan untuk mendapatkan dukungan bangsa Indonesia
dengan memberikan janji akan membantu proses terealisasikannya
kemerdekaan Indonesia. Upacara peresmian BPUPKI dilangsungkan
di gedung Cuo Sangi In, Jalan Pejambon (Sekarang gedung
Departemen Luar Negeri), Jakarta,pada tanggal 28 mei 1945.

17
Upacara peresmian BPUPKI itu juga dihadiri oleh dua orang
pejabat Jepang, yaitu Jendral Itagaki dan Letnan Jendral Nagano. Pada
upacara itu bendera Jepang dikibarkan oleh Mr. A. G. Pringgodigdo,
kemudian pengibaran bendera merah putih oleh Royohiko Masuda.

BPUPKI dibentuk tanggal 23 April 1945 bukan sepenuhnya


kebaikan hati dari pemerintah Jepang. Dapat dikatakan kebijaksanaan
ini diambil oleh Jepang untuk memikat hati rakyat Indonesia, demi
untuk mempertahankan sisa-sisa kekuatannya.

Sejarah pembentukan BPUPKI diawali dengan Jepang yang


mulai terdesak dalam Perang Asia Timur Raya pada akhir 1944.
Bayang-bayang kekalahan Jepang mulai nampak karena seluruh garis
pertahanan Jepang di Pasifik hancur oleh serangan sekutu. Pada 1
Maret 1945 dalam situasi kritis, Letnan Jendral Kumakici
Harada,pimpinan pemerintah pendudukan Jepang di Jawa,
mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Anggotanya terdiri dari
60 orang yang bertujuan menyelidiki hal-hal penting menyangkut
pembentukan negara Indonesia merdeka.

Pengangkatan pengurus BPUPKI diumumkan pada 29 April


1945. Badan ini semula berjumlah 70 orang, terdiri atas 62 orang
Indonesia dan 8 orang istimewa Jepang yang hanya bertugas
mengamati, kemudian pada sidang kedua ditambah 6 orang anggota
dari Indonesia.

2) pembentukan ppki

Jepang membuka kesempatan Indonesia untuk mempersiapkan


kemerdekaan. Setelah BPUPKI dibubarkan, Jepang kembali
mendirikan PPKI pada 7 Agustus 1945. Apa tugasnya?Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbi Inkai
adalah badan yang dibentuk Jepang untuk mempersiapkan

18
kemerdekaan Indonesia. Untuk keperluan membentuk PPKI, pada
tanggal 8 Agustus 1945 tiga orang tokoh pendiri negara, yaitu Ir.
Soekarno, Mohammad Hatta dan Dr. K.R.T. Radjiman
Wedyodiningrat berangkat menemui Jenderal Besar Terauchi, Saiko
Sikikan di Saigon.

Dalam pertemuan tersebut, Ir. Soekarno diangkat sebagai


Ketua PPKI dan Mohammad Hatta sebagai wakilnya. Menurut
Sumber Belajar Kemdikbud, PPKI pun bergerak menyiapkan
kemerdekaan Indonesia hingga tiga sidang.

Pada awalnya PPKI beranggotakan 21 orang termasuk Ketua


dan Wakil Ketua. Antara lain 12 orang dari Jawa, 3 orang dari
Sumatra, 2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari
Nusa Tenggara, 1 orang dari Maluku, 1 orang dari golongan
Tionghoa. Sebelum dibubarkan, anggota PPKI bertambah menjadi 27
orang. Pendirian PPKI ini memiliki sejumlah tujuan. Dalam buku
Pengetahuan Sosial oleh Drs. Tugiyono Ks, ada dua tujuan
pembentukan PPKI yaitu sebagai berikut.

 Tujuan PPKI
1. Melanjutkan tugas-tugas dari organisasi sebelumnya
(BPUPKI) yakni untuk menyegerakan proklamasi
kemerdekaan Indonesia
2. Membahas hal-hal praktis lainnya yang berhubungan dengan
negara Indonesia. Mulai dari penetapan dasar negara, hingga
pembentukan lembaga negara.
 Hasil Sidang PPKI

Setelah PPKI dibentuk, lembaga ini mengadakan tiga kali sidang


dengan agenda yang berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya sebagai
berikut:

 Sidang PPKI Pertama (18 Agustus 1945)

19
1. Mengesahkan UUD 1945
2. Memilih Soekarno sebagai Presiden dan Moh. Hatta sebagai
Wakil Presiden
3. Pembentukan Komite Nasional untuk membantu tugas
Presiden sementara sebelum terbentuknya MPR dan DPR
 Sidang PPKI Kedua (19 Agustus 1945)
1. Pembagian wilayah Indonesia terdiri atas 8 Provinsi, yaitu
Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra,
Borneo, Sulawesi, Maluku, dan Sunda Kecil yang masing-
masing dipimpin oleh gubernur
2. Pembentukan Komite Nasional (daerah)
3. Menetapkan 12 departemen beserta menteri untuk mengepalai
departemen dan 4 menteri agama
 Sidang PPKI Ketiga (20 Agustus 1945)
1. Pembentukan Komite Nasional
2. Membentuk Partai Nasional Indonesia
3. Membentuk Badan Keamanan Rakyat

Setelah Jepang menyerah kepada pihak sekutu tanggal 14


Agustus 1945, kesempatan tersebut digunakan sebaik-baiknya oleh
para pejuang untuk segera menyatakan kemerdekaan bangsa
Indonesia. Akhirnya pada hari Jumat, tanggal 17 Agustus 1945, Ir.
Soekarno didampingi oleh Mohammad Hatta memproklamasikan
kemerdekaan bangsa Indonesia ke seluruh dunia. Kemudian pada 29
Agustus, PPKI resmi dibubarkan.

20
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berbagai macam tindakan yang dilakukan oleh jepang pada saat
menjajah Indonesia membuat berbagai peristiwa terjadi mulai dar
perlawanan, tindakan jepang yang membuat rakyat semakin menderita dan
berbagai macam bentuk perlawanan yang dilakukan oleh berbagai lapisan
masyarakat.
B. SARAN
Belajar sejarah Indonesia Perlawanan ini sangat penting karena di
samping mendapatkan pemahaman tentang berbagai perubahan seperti
dalam tata pemerintahan dan kemiliteran, tetapi juga mendapatkan pelajaran
tentang nilai-nilai keuletan dan kerja keras dari para pejuang, pengorbanan,
dan keteguhan untuk mempertahankan kebenaran dan hak asasi manusia

21
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik, dan A.B. Lapian. 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 6
(Perang dan Revolusi). Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve.
Benda, Harry J., 1983. The Crescent and The Rising Sun: Indonesian Islam Under
The Japanese Occupation 1942–1945. Holland/USA: Faris Publications.
Boomgaard, Peter dan Janneke van Dijk. 2001. Het Indie Boek. Zwolle:
Waanders Drukkers.
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. 2007. Wisata Sejarah. Jakarta:
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.
Elson, R. E. 2009. The Idea of Indonesia: Sejarah Pemikiran dan Gagasan.
Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Kahin, George Mc.Turnan. 2013. Nasionalisme & Revolusi Indonesia. Depok:
Komunitas Bambu.
Margana, Sri dan Widya Fitrianingsih (ed.). 2010. Sejarah Indonesia: Perspektif
Lokal dan Global. Yogyakarta: Ombak.
Notosusanto, Nugroho. 1979. Tentara Peta pada Jaman Pendudukan Jepang di
Indonesia. Jakarta: Departemen Pertahanan dan Keamanan.

22

Anda mungkin juga menyukai