Dianjukan oleh
Ira Mayasari Mandjurungi
NIM. 711530119034
Kepada
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MANADO
Desember 2020
i
LEMBARAN PERSETUJUAN
Pembimbing I
Pembimbing II
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Masa Esa, karena atas
izin dan ridho-Nya penulis bisa menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
Perbandingan Pijat Oksitosi Dengan Tekhnik Marmet Terhadap Peningkatan
Produksi ASI Pada Ibu Nifas Di Puskesmas Wawonasa.
Dalam penyusunan laporan studi kasus ini, penulis tidak luput dari
kesalahan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian..................................................................................... 4
Daftar Pustaka................................................................................................ 30
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air Susu Ibu atau yang sering disingkat dengan ASI merupakan satu-
satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki komposisi gizi yang
ASI semakin berkurang. Pengeluaran ASI yang kurang tersebut juga dapat
mempengaruhi pikiran ibu dan pengeluaran hormon oksitosin (Sutanto, 2018: 95).
Pengeluaran ASI yang kurang juga akan berdampak pada cakupan ASI Eksklusif,
karena ibu akan memberikan susu formula dalam memenuhi kebutuhan bayinya.
waktu yang paling optimal untuk pemberian ASI eksklusif. Hal ini didasarkan
pada bukti ilmiah bahwa ASI eksklusif mencukupi kebutuhan gizi dan
1
2
pemberian ASI eksklusif. Hasil ini masi jauh dari target capian dari pemerintah
yang menargekan 80% di tahun 2018. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan AKN sebesar 15 per 1.000 kelahiran
hidup, AKB 24 per 1.000 kelahiran hidup, dan AKABA 32 per 1.000 kelahiran
diharapkan AKN juga dapat mencapai target yaitu 12/1.000 kelahiran hidup.
Tingginya AKB dan masalah gizi pada bayi dapat ditangani sejak awal
dengan cara pemberian Air Susu Ibu (ASI). Menurut penelitian yang dilakukan
oleh UNICEF, risiko angka kematian bayi (AKB) bisa berkurang sebanyak 22%
dengan pemberian ASI ekslusif dan menyusui sampai 2 tahun. Khusus untuk
kematian neonatus dapat ditekan hingga 55% - 87% jika setiap bayi lahir
dilakukan IMD dan diberikan ASI eksklusif. Selain itu kasus kurang gizi pada
anak di bawah usia dua tahun juga dapat atasi melalui pemberian ASI eksklusif.
masalah gizi dan mencegah penyakit infeksi. Melalui pemberian ASI eksklusif
selama 6 bulan dapat menjamin kecukupan gizi bayi serta meningkatkan daya
tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Manfaat lain yang diperoleh dari
pemberian ASI adalah hemat dan mudah dalam pemberiannya serta manfaat
jangka panjang adalah meningkatkan kualitas generasi penerus karena ASI dapat
capaian inisiasi menyusui dasar (IMD) sekitar 71,17% sedangkan capaian ASI
ekslusif hanya 68,74% dari target renstar 47% dari target nasional. Data dari
2016 data bayi usia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI ekslusif (38,5%), Tahun
2017 turun menjadi 36,93% dan Cakupan pemberian ASI ekslusif di Sulawesi
utara tahun 2018 naik menjadi 38,69%, Namun capaian ini masi belum mencapai
target renstar 47% dari dinas kesehatan provinsi sulawesi utara (Dinkes Kota
Manado,2018) .
ibu menyusui karena ASI tidak keluar, Dari hasil wawancara dengan 10 ibu hamil
bayinya dikarenakan puting susu ang datar dan tidak keluar,dan 8 ibu di
ASI yang kurang sehinga di bantu dengan memberikan susu formula. Berbagai
upaya telah dilakukan diantaranya dengan melakukan pijat oksitosin dan tekhnik
rusuk) ke lima hingga keenam sampai ke scapula (tulang belikat) yang akan
oblongata dan pada daerah daerah sacrum dari medulla spinalis, merangsang
sel-sel otot polos yang melingkari duktus laktiferus kelenjar mamae yang
responden yang dilakukan pijat oksitosin sebanyak 9 ibu nifas (60%) yang
pengeluaran ASI cepat, 5 ibu nifas (33%) yang pengeluaran ASI normal dan ibu
yang mengalami pengeluaran ASI lambat sebesar 1 ibu nifas (7% ) dan kelompok
yang tidak dilakukan pijat oksitosin 15 responden sebanyak 12 ibu nifas (80%).
Solusi lain bagi ibu yang mengalami ASI tidak keluar atau tidak
refleks keluarnya ASI dapat optimal. Teknik memerah ASI dengan cara marmet
Teknik marmet dapat dilihat setelah 20-30 menit, dan dilakukan 3 kali dalam
2-3 menit sehingga ASI dapat lancar kembali. Semakin banyak ASI
dikeluarkan atau dikosongkan dari payudara akan semakin baik produksi ASI
(Marmi, 2012).
marmet dan pijat oksitosin pada ibu postsecsio mempuyai peluang 11,5
kali lebih besar untuk mempunyai produksi ASI lebih lancar dibanadingkan
lama menyusui 10-15 menit disetiap payudara, bangunkan bayi, lepaskan baju
yang menyebabkan rasa gerah dan duduklah selama menyusui, pastikan bayi
menyusui dalam posisi menempel yang baik dan dengarkan suara menelan yang
aktif, susui bayi ditempat yang tenang dan nyaman dan minumlah setiap kali habis
menyusui, ibu harus meningkatkan istirahat dan minum, petugas kesehatan harus
mengamati ibu yang menyusui bayinya dan mengoreksi setiap kali terdapat
Data profil puskesmas wawonasa tahun 2018 IMD 90,2%, sedangkan data
ASI ekslusif hanya 33.5% dari target Renstar 47%. Dan data yang terbaru ditahun
2019 berkisar 30,14% ibu nifas yang memberikan ASI secara ekslusif 0-6 bulan .
6
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penelitian ini sangat dibutuhkan untuk
Wawonasa mengalami ASI yang lancer. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk
Marmet Terhadap Peningkatan Produksi ASI Pada Ibu Nifas Di Wilayah Kerja
B. Rumusan Masalah
masalah dalam penelitian ini adalah: “ Perbandingan Pijat Oksitosin Dan Tehnik
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Oksitosin Dan Tehnik Marmet Terhadap Peningkatan Produksi ASI pada Ibu
2. Tujuan Khusus
untuk mengetahui :
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Ilmiah
Kiranya hasil penelitian ini dapat menambah wawasan bagi para bidan
2. Bagi Ibu/Masyarakat
ASI.
3. Bagi Petugas
kususnya ibu nifas sehingga dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam
4. Peneliti Lain
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori
1. Masa Nifas
a. Masa nifas
Masa nifas atau puerperium berasal dari bahasa latin yaitu dari kata
“peur” yang artinya bayi dan “paraous” yang berarti melahirkan. Nifas
1
10
3. Proses Laktasi Laktasi merupakan suatu masa dimana terjadi perubahan pada
3.Produksi ASI
a. Pengertian
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan
makanan pertama yang paling baik bagi awal kehidupan bayi (Irianto,2014).
11
dan sel epitel payudara. Pada saat pembersaran payudara ini hormon
(Proverawati,2010).
Produksi ASI juga sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu
yang baik, makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak,
dan vitamin serta mineral yang cukup selain itu ibu dianjurkan minum
minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali
obat dan vitamin. Namun bukan berarti setelah pemberian ASI eksklusif,
pemberian ASI dihentikan, akan tetapi tetap diberikan kepada bayi sampai
1) Bagi Bayi
dentis, memberi rasa aman dan nyaman pada bayi dan adanya ikatan
pertumbuhan gigi.
2) Bagi Ibu
13
3) Bagi Keluarga
ekonomis, ibu dan anak lebih sehat, dan siap tersedia dengan suhu yang
4) Bagi Negara
c. Stadium Laktasi
14
transisi,dan air susu matur. Komposisi ASI hari 1-4 (kolostrum) berbeda
dengan ASI hari 5-10 (transisi) dan ASI matur. Ada 3 stadium dalam
pengelompokan ASI :
5) Kolostrum
Kolostrum adalah ASI yang diproduksi beberapa saat setelah bayi lahir
sampai hari ke-3 atau ke-4. Warnanya lebih kuning dan lebih kental
ASI transisi atau peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum
sampai sebelum AS matang, yaitu setelah hari ke-4 sampai hari ke-10.
Selama dua minggu, volume air susu bertambah banyak serta berubah
feti.2017).
komposisi relatif konstan. Pada ibu yang sehat dengan produksi ASI
cukup, ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan
al., 2013).
1) Protein
Protein dalam ASI terdiri dari casein (protein yang sulit dicerna)
2) karbohidrat
energi bayi, ASI mengandung 7 gram laktosa per 100 ml, jauh
lebih tinggi dari susu lain yang merupakan sumber energi utama
3) Lemak
16
(Nirwana,2014).
4) Mineral
5) Air
(Baskoro,2012)
6) Vitamin
17
(Baskoro, 2012).
7) Kalori
dari:
1) Ibu
a) Usia
18
dengan ibu yang sudah tua. Ibu yang melahirkan anak kedua
b) Paritas
ibu yang melahirkan lebih dari satu kali, produksi ASI jauh
pada bayinya.
19
c) Pekerjaan
2011).
f) Pola Istrirahat
g) Pengaruh persalinan,
h) Psikologi Ibu
(Nugroho,2011).
i) Perawatan Payudar.
Exact Test diperoleh hasil nilai Exact Sig. sebesar 0,002 <
0,05.
Kelainan bentuk puting susu yaitu bentuk puting yang datar dan
Bayi
yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan
b) Frekuensi Menyusui
24
c) Hisapan Bayi
25
d) Dukungan Keluarga
terjadi.
disetiap payudara.
posisi penempelan.
lain:
1) Produksi ASI akan “berlimpah” pada hari ke-2 sampai hari ke-
spontan.
4) Frekuensi buang air kecil (BAK) bayi > 6 kali sehari. Urin
8) Berat badan bayi tidak turun lebih dari 10% dibanding berat
lahir.
10-20 menit.
keluar.
4) Pijat Oksitosin
Pijat ASI atau pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk
Pijat oksitosin bisa dibantu suami atau nenek selaku keluarga ibu
reflekx let down. Selain untuk merangsang reflekx let down manfaat pijat
sakit.
31
Pijat oksitosin adalah pijatan yang dilakukan oleh suami pada ibu
buah hatinya. Salah satu hormon yang berperan dalam produksi ASI
bayinya.
4. Meningkatkan ASI .
5. Memperlancar ASI
6. Melepas Lelah
c) Lepas bra dan baju bagian atas, biarkan payudara tergantung lepas.
1. Untuk Pemijat
kebawah kira-kira dua rusa jari dan geser ke kana dan ke kiri,
d) Lakuka pijat ini sekitar 3 menit dan dapat di ulangi sebanyak 3 kali.
4. Tehnik Marmet
memerah ASI dengan cara marmet ini pada prinsipnya bertujuan untuk
mengosongkan ASI dari sinus laktiferus yang terletak dibawah areola sehingga
diharapkan dengan pengosongan ASI pada daerah sinus laktiferus ini akan
payudara maka akan semakin banyak ASI akan diproduksi (Mas’ad, 2016).
Jika kita perhatikan cara memerah ASI dengan tangan, tampaknya sulit dari
yang dibayangkan. Dalam hal ini, tangan harus lebih cepat dari mata sehingga
34
banyak ibu yang merasa bahwa memerah ASI dengan tangan sangatlah sulit,
meskipun ibu telah belajar dari bacaan atau praktik langsung. Memang, ASI
dapat diperah dengan mudah tanpa teknik apa pun, namun satu hal yang sering
terlupakan adalah teknik yang tidak tepat akan merusak jaringan lemak pada
menjadi memar atau memerah (Ari, 2009). Memerah ASI dengan teknik
tersebut awalnya diciptakan oleh seorang ibu yang harus mengeluarkan ASI-
refleks (tidak sesuai dengan refleks keluarnya ASI saat bayi menyusu). Hingga
keluarnya ASI lebih optimal. Kunci sukses dari teknik ini adalah kombinasi
Jika teknik ini dilakukan dengan efektif dan tepat maka seharusnya tidak akan
terjadi lagi masalah dalam produksi ASI atau cara mengeluarkan ASI. Teknik
ini dapat dengan mudah dipelajari sesuai instruksi. Tentu saja, semakin sering
ibu melatih memerah dengan teknik Marmet ini maka ibu makin terbiasa dan
2. Letakkan ibu jari dan dua jari lainnya sekitar 1-1,5 cm dari
ibu jari di atas areola pada posisi jam 12 dan jari lainnya di posisi
7. utar ibu jari dan jari-jari lainnya ke titik gudang ASI lainnya.
kosong. Pindahkan ibu jari dan jari lainnya pada posisi arah
jam 6 dan jam 12, posisi jam 11 dan jam 5, jam 2 dan jam 8,
B. Kerangka Teori
Produksi ASI
a. Usia
b. Paritas
c. Pekerjaan
d. Pola Istirahat
e. Pengaruh Persalinan
f. Psikologi
Faktor Ibu Faktor Bayi Dukungan Sosial
g. Perawatan Payudara
a. IMD
h. Bentuk dan Kondisi
b. BBL
Puting
c. Frekuensi
i. Merokok dan Alkohol a. Keluarga
Menyusui
j. Asupan Nutrisi dan b. Pelayanan
d. Hisapan Bayi
Cairan Kesehatan
37
C. Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori yang diuraikan pada tinjauan teori diatas,
maka faktor yang memperlancar produksi ASI dijelaskan melalui kerangka
konsep berikut :
Pijat Oksitosin
Tehnik Marmet Peningkatan Produksi ASI
38
D. Definisi Oprasional
Variabel
Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Dependen
Kelancara Pengeluaran Observasi Kuisioner 1. Lanca Ordinal
n ASI ASI dan r ASI
setelah setelah diberikan wawancar 2. Tida
diberikan Pijat Oksitosin a k
Pijat selama 3 hari yang lanca
Oksitosin dinilai dari indikator r ASI
ibu melihat payudara
tegang dan ASI
merembes
sebelum menyusui
bayi, ibu mendengar
suara bayi saat
menelan ASI, saat
menyusu payudara
seperti diperas dan
indikator bayi yaitu
menyusu 8 kali
dalam sehari serta
buang air
kecil 6-8 kali sehari.
Kelancara Pengeluaran Observasi Kuisioner 1. Lanca Ordinal
n ASI ASI dan r ASI
39
merembes
sebelum menyusui
bayi, ibu
mendengar
suara bayi
saat
menelan ASI, saat
menyusu payudara
seperti diperas dan
indikator bayi yaitu
menyusu 8 kali
dalam sehari serta
buang air
kecil 6-8 kali sehari.
Pijat Pemijatan pada Observasi Ceklist Intervens Nomina
l
Oksitosi daerah sepanjang i Pijat
n kedua sisi tulang Oksitosi
belakang yang pada n
ibu postpartum hari
1-30 yang dilakukan
setiap 2 kali sehari
pagi dan sore hari
selama 2 hari (4 kali
tindakan).
Teknik Perahan pada Observasi Ceklist Intervens Nomina
40
E. Hipotesis
Hipotesis ialah prosedur statistik untuk menunjukkan kesahihan suatu
hipotesis. Uji ini diperlukan oleh karena penelitian dilakukan pada sampel
tidak pada populasi. Uji hipotesis dilakukan dengan pernyataan hipotesis nol
yaitu hipotesis tidak beda atau tidak ada hubungan. Kemudian terhadap data
pada sampel dilakukan uji untuk memperoleh angka apakah cukup bukti
untuk menolak hipotesis nol, hingga dapat disimpulkan ada atau tidaknya
241). Hipotesis pada penelitian ini yaitu Pijat Oksitosin lebih efektif
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
dkk, 2017).
Rancangan pada penelitian ini adalah quasi experiment yaitu desain yang
tidak mempunyai pembatasan ketat terhadap randomisasi, dan pada saat yang
1
42
Asi Lancar
Gambar 3
Rancangan Penelitian
C. Subjek Penelitian
1. Populasi
menyebutkan seluruh elemen/ anggota dari suatu wilayah yang menjadi sasaran
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui hari ke 1 sampai hari
berjumlah 40 ibu.
2. Sampel
a. Besar Sampel
240) :
Keterangan:
N : Jumlah Sampel
N : Jumlah Populasi
maka jumlah sampel yang dibutuhkan 38, jadi sampel yang digunakan sejumlah
44
19 ibu sebagai kelompok perlakuan pijat oksitosin dan 19 ibu sebagai kelompok
teknik marmet.
b. Teknik Sampling
memiliki kesempatan atau peluang yang sama sebagai sampel. Teknik yang
jatah. Teknik sampling ini dilakukan dengan cara menetapkan terlebih dahulu
besar sampel yang diperlukan. Kemudian jumlah sampel/ quotum itu dijadikan
dasar untuk mengambil unit sampel yan diperlukan. Anggota populasi mana
pun yang akan diambil tidak menjadi masalah, yang terpenting jumlah quotum
1) Ibu menyusui yang tidak lancar ASI di wilayah kerja Puskesmas Purwosari
45
4) Bayi dalam
keadaan sehat
Kriteria
Eksklusi :
Bayi yang memiliki kelainan kongenital sejak lahir seperti bibir sumbing
1. Lokasi Penelitian
yang terbagi dalam empat kelurahan yaitu kelurahan Singkil I, Karame, Wonasa
Dan Ketang Baru . Pemilihan lokasi ini berdasarkan hasil survei pendahuluan
Eksklusif yang belum mencapai target ranstar tahun 2019 dan belum pernah
2. Waktu Penelitian
46
tahun 2020.
D. Pengumpulan Data
sesuai panduan.
sesuai panduan.
kuisioner kelancaran ASI dari indikator ibu sebelum intervensi dan 2 hari
a. Langkah persiapan
penelitian
48
b. angkah pelaksanaan
1. Pengolahan Data
a. Editing
formulir atau kuesioner. Apabila terdapat jawaban yang belum lengkap, jika
b. Coding
menjadi data angka atau bilangan. Coding sangat berguna dalam memasukkan
data.
49
c. Processing/Memasukkan data
computer SPSS.
d. Cleaning
2. Analisis Data
Untuk penyajian data, bila distribusi normal menggunakan rerata dan simpang
baku. Bila distribusi tidak normal, menggunakan median dan persentil. Untuk
menggunakan uji parametrik, bila tidak normal maka menggunakan uji non
normal apabila p < 0,05. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
a. Analisis univariat
(Notoatmodjo, 2018). Analisis univariat pada penelitian ini adalah data ibu nifas
b. Analisis bivariat
dilakukan dalam penelitian ini menggunakan uji t independen, jika data yang
didapat memiliki distribusi normal, tetapi jika data yang didapat tidak
1
51
uji mann whitney. Jika hasil analisis statistik yang didapat memiliki nilai p
value < α (0,05) maka Hal diterima dan Ho ditolak , yang berarti pijat
ditolak dan Ho diterima, yang artinya pijat oksitosin tidak lebih efektif
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Provinsi. 2018. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi utara Tahun
2018. Sulut
Handini, dkk. 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses laktasi ibu dengan
bayi usia 0-6 bulan di desa cibeusi kecamatan jatinangor. Skripsi Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran, 1–15.
Isnaini, N., & Rama, D. (2015). Hubungan pijat oksitosin pada ibu nifas terhadap
pengeluaran asi di wilayah kerja puskesmas raja basa indah bandar lampung
tahun 2015. Jurnal kebidanan, 1(2): 91-97. Retrieved from:
53
http://ejurnal.malahayati. ac.id/index.php?journal=bidan&page=article&
op=view&path%5B%5D=19
Kementerian
Kesehatan RI. Jakarta
Munasir, Z dan Murniati. (2011). Air Susu Ibu dan Kekebalan Tubuh.
Jakarta:IDAI.http://www.idai.or.id/asi/artikel.aspq=2009113010413.sit asi 19
maret 2015.
Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
_____ . 2014. Intranatal Care Asuhan Kebidanan Pada Persalinan.
Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Proverawati, A dan Erni. 2010. Kapita Selekta ASI dan Menyusui. Nuha Medika;
Yogyakarta.
Sulistyawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas; Yogyakarta
54
Susanti, L.W. 2015. Faktor Penghambat Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu
Menyusui di NgestiharjoBoyolali, 75-83
Suryani, E., & Astuti, K. E. W. (2013). Pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi
ASI ibu postpartum di BPM Wilayah Kabupaten Klaten. Jurnal Ilmu
Kesehatan, 2(2).: 123-128. Retrieved from: http://jurnal.poltekkes-solo.
ac.id/index.php/Int/article/view/69
Yusefni, E. (2012). Hubungan inisiasi menyusu dini dengan produksi asi pada ibu
menyusui di wilayah kerja puskesmas nanggalo padang, 1–8.