Anda di halaman 1dari 61

PERBANDINGAN PIJAT OKSITOSIN DENGAN TEKHNIK MARMET

TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI ASI PADA IBU NIFAS DI


PUSKESMAS WAWONASA

Usulan Penelitian Untuk Skripsi

Program Diploma IV Jurusan Alih Jenjang


Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado

Dianjukan oleh
Ira Mayasari Mandjurungi
NIM. 711530119034

Kepada

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MANADO

Desember 2020
i

LEMBARAN PERSETUJUAN

Usulan Penelitian Skripsi

Perbandingan Pijat Oksitosi Dengan Tekhnik Marmet Terhadap


Peningkatan Produksi ASI Pada Ibu Nifas Di Puskesmas Wawonasa

Yang diajukan oleh

Iea Mayasari Mandjurungi


NIM : 711530119034

Telah disetujui oleh :

Pembimbing I

Sandra.G.J Tombokan S.SiT,S.Pd,M.Kes Tanggal Januari 2020


NIP: 197401311992032001

Pembimbing II

Nama Dosen Tanggal Januari 2020


NIP :
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Masa Esa, karena atas
izin dan ridho-Nya penulis bisa menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
Perbandingan Pijat Oksitosi Dengan Tekhnik Marmet Terhadap Peningkatan
Produksi ASI Pada Ibu Nifas Di Puskesmas Wawonasa.

Saya menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan


tanpa adanya izin dari Tuhan yang maha kuasa, dukungan, bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini dengan rendah
hati dan rasa hormat yang besar saya mengucapkan Puji Tuhan beserta
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Direktur Poltekes Kemenkes Manado Elisabet Barung
2. Kepada Jurusan Ibu Atik.Purwandari SKM,M.Kes
3. Kepada Ibu Sandra. G. J Tombokan,S.SiT,S.Pd,M.Kes Selaku
pembimbing 1
4. Kepada ibu…. Selaku pembimbing 2
5. Seluruh dosen dan staf Jurusan kebidanana yang telah mendidik dan
menfasilitasi proses pembelajaran di kampus
6. Kepala Puskesama Wawonasa yang telah memberi kesempatan untuk
melakukan penelitian .
7. Untuk Suami tercinta, kedua orang tua, dan kedua anak anakku yang telah
memberikan dorongan dan dukungan baik moril, materil dan do’a yang
tulus.
8. Untuk senior- senior dan rekan kerja di puskesmas yang selalu membantu
skripsi ini.
9. Rekan-rekan seperjuangan yang selalu memberikan semangat dan
dukungannya dalam penulisan laporan tugas akhir ini.

Dalam penyusunan laporan studi kasus ini, penulis tidak luput dari
kesalahan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
iii

membangun dari pembaca untuk memperbaiki makalah yang selanjutnya.


Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
menjadi bahan informasi bagi pembaca.

Manado Januari 2020

Ira Mayasari. Mandjurungi


NIM . 711530119034
iv

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian..................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 5


A. Konsep Teori............................................................................................. 5
1. Masa Nifas............................................................................................ 5
2. Produksi Asi.......................................................................................... 6
3. Pengertian Pijat Oksitosin.....................................................................
a. Manfaat Pijat Oksitosin...............................................................
b. Langkah-Langkah Pijat Oksitosn................................................
4. Pengertian Tehnik Marmet...................................................................
a. Manfaat Tehnik Marmet..............................................................
b. Langkah-Langkah Tehnik Marmet.............................................. 18
B. Kerangka Teori.......................................................................................... 23
C. Kerangka Konsep...................................................................................... 23
D. Definisi Oprational.................................................................................... 24
E. Hipotesis.................................................................................................... 25

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN..................................................... 26


A. Desain Penelitian ...................................................................................... 26
v

B. Waktu Dan Tempat Penelitian................................................................... 26


C. Subjek Penelitian....................................................................................... 26
D. Variabel Penelitian ................................................................................... 27
E. Instrumen Penelitian.................................................................................. 27
F. Pengumpulan Dan Pengelolaan Data........................................................ 27
G. Analisis Data.............................................................................................. 28
H.

Daftar Pustaka................................................................................................ 30
vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air Susu Ibu atau yang sering disingkat dengan ASI merupakan satu-

satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki komposisi gizi yang

paling lengkap untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Sugiarti, 2015).

Pengeluaran ASI kurang akan mempengaruhi kepercayaan diri ibu untuk

menyusui sehingga akan menyebabkan terjadinya ketidakcukupan ASI serta akan

mempengaruhi pengeluaran hormon prolactin yang akan mengakibatkan produksi

ASI semakin berkurang. Pengeluaran ASI yang kurang tersebut juga dapat

mempengaruhi pikiran ibu dan pengeluaran hormon oksitosin (Sutanto, 2018: 95).

Pengeluaran ASI yang kurang juga akan berdampak pada cakupan ASI Eksklusif,

karena ibu akan memberikan susu formula dalam memenuhi kebutuhan bayinya.

Penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI selama 6 bulan adalah jangka

waktu yang paling optimal untuk pemberian ASI eksklusif. Hal ini didasarkan

pada bukti ilmiah bahwa ASI eksklusif mencukupi kebutuhan gizi dan

pertumbuhan bayi yang lebih baik (Susanti, 2015).

Data pemberian ASI eksklusif di Indonesia hanya 27,5 % dengan hasil

tersebut, Indonesia berada di peringkat 49 dari 51 negara yang mendukung

1
2

pemberian ASI eksklusif. Hasil ini masi jauh dari target capian dari pemerintah

yang menargekan 80% di tahun 2018. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan AKN sebesar 15 per 1.000 kelahiran

hidup, AKB 24 per 1.000 kelahiran hidup, dan AKABA 32 per 1.000 kelahiran

hidup. Angka Kematian Balita telah mencapai Target Pembangunan

Berkelanjutan (TPB/SDGs) 2030 yaitu sebesar 25/1.000 kelahiran hidup dan

diharapkan AKN juga dapat mencapai target yaitu 12/1.000 kelahiran hidup.

Tingginya AKB dan masalah gizi pada bayi dapat ditangani sejak awal

dengan cara pemberian Air Susu Ibu (ASI). Menurut penelitian yang dilakukan

oleh UNICEF, risiko angka kematian bayi (AKB) bisa berkurang sebanyak 22%

dengan pemberian ASI ekslusif dan menyusui sampai 2 tahun. Khusus untuk

kematian neonatus dapat ditekan hingga 55% - 87% jika setiap bayi lahir

dilakukan IMD dan diberikan ASI eksklusif. Selain itu kasus kurang gizi pada

anak di bawah usia dua tahun juga dapat atasi melalui pemberian ASI eksklusif.

WHO merekomendasikan semua bayi perlu mendapat ASI untuk mengatasi

masalah gizi dan mencegah penyakit infeksi. Melalui pemberian ASI eksklusif

selama 6 bulan dapat menjamin kecukupan gizi bayi serta meningkatkan daya

tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Manfaat lain yang diperoleh dari

pemberian ASI adalah hemat dan mudah dalam pemberiannya serta manfaat

jangka panjang adalah meningkatkan kualitas generasi penerus karena ASI dapat

meningkatkan kecerdasan intelektual dan emosional anak( Marmi, 2012).


3

Menurut data dari kementrian kesehatan tahun 2018 di indonesia Jumlah

capaian inisiasi menyusui dasar (IMD) sekitar 71,17% sedangkan capaian ASI

ekslusif hanya 68,74% dari target renstar 47% dari target nasional. Data dari

profil kementrian kesehatan indonesia tahun 2018 provinsi sulawesi utara

merupakan 3 provinsi terendah yang belum mencapai target renstar IMD,

sedangkan capaian ASI ekslusif provinsi sulawesi utara termasuk dalam 6

provinsi yang belum mencapai target renstar 47% di tahun 2018.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara tahun

2016 data bayi usia 0-6 bulan yang mendapatkan ASI ekslusif (38,5%), Tahun

2017 turun menjadi 36,93% dan Cakupan pemberian ASI ekslusif di Sulawesi

utara tahun 2018 naik menjadi 38,69%, Namun capaian ini masi belum mencapai

target renstar 47% dari dinas kesehatan provinsi sulawesi utara (Dinkes Kota

Manado,2018) .

Rendahnya cakupan ASI eklusif ini erat kaitannya dengan kesukaran

ibu menyusui karena ASI tidak keluar, Dari hasil wawancara dengan 10 ibu hamil

di puskesmas wawonasa 3 diantaranya mengatakan tidak memberi ASI kepada

bayinya dikarenakan puting susu ang datar dan tidak keluar,dan 8 ibu di

antaranya mengatakan tdidak memberikan ASI kepada bayinya karena produksi

ASI yang kurang sehinga di bantu dengan memberikan susu formula. Berbagai

upaya telah dilakukan diantaranya dengan melakukan pijat oksitosin dan tekhnik

marmet yang sudah terbukti efektif untuk meningkatkan produksi ASI .


4

Pijat oksitosin adalah pemijatan tulang belakang pada costae (tulang

rusuk) ke lima hingga keenam sampai ke scapula (tulang belikat) yang akan

mempercepat kerja saraf parasimpatis, saraf yang berpangkal pada medulla

oblongata dan pada daerah daerah sacrum dari medulla spinalis, merangsang

hipofise posterior untuk mengeluarkan oksitosin, oksitosin menstimulasi kontraksi

sel-sel otot polos yang melingkari duktus laktiferus kelenjar mamae yang

menyebabkan kontraktilitas mioepitel payudara sehingga dapat meningkatkan

pelancaran ASI dari kelenjar mamae (Suryani, & Astuti, 2013).

Hasil penelitian Isnaini & Rama (2015) menjelaskan bahwa dari 15

responden yang dilakukan pijat oksitosin sebanyak 9 ibu nifas (60%) yang

pengeluaran ASI cepat, 5 ibu nifas (33%) yang pengeluaran ASI normal dan ibu

yang mengalami pengeluaran ASI lambat sebesar 1 ibu nifas (7% ) dan kelompok

yang tidak dilakukan pijat oksitosin 15 responden sebanyak 12 ibu nifas (80%).

Solusi lain bagi ibu yang mengalami ASI tidak keluar atau tidak

lancar dianjurkan untuk melakukan metode teknik marmet .Teknik marmet

merupakan kombinasi cara memerah ASI dan memijat payudara sehingga

refleks keluarnya ASI dapat optimal. Teknik memerah ASI dengan cara marmet

bertujuan untuk mengosongkan ASI dari sinus laktiferus yang terletak

dibawah areola sehingga diharapkan dengan mengosongkan asi pada sinus

laktiferus akan merangsang pengeluaran hormone prolaktin. Pengeluaranhormone

prolaktin diharapkan akan merangsang mammary alveoli untukmemproduksi ASI.


5

Teknik marmet dapat dilihat setelah 20-30 menit, dan dilakukan 3 kali dalam

2-3 menit sehingga ASI dapat lancar kembali. Semakin banyak ASI

dikeluarkan atau dikosongkan dari payudara akan semakin baik produksi ASI

(Marmi, 2012).

Menurut penelitian yang dilakuka oleh Mardiyaningsih (2010)

didapatkan bahwa ibu prospartum yang diberikan kombinasi tehnik

marmet dan pijat oksitosin pada ibu postsecsio mempuyai peluang 11,5

kali lebih besar untuk mempunyai produksi ASI lebih lancar dibanadingkan

yang tidak dilakukan kombinasi kedua tehnik tersebut.

Upaya dalam memperbanyak ASI adalah Menyusui setiap 2 jam dengan

lama menyusui 10-15 menit disetiap payudara, bangunkan bayi, lepaskan baju

yang menyebabkan rasa gerah dan duduklah selama menyusui, pastikan bayi

menyusui dalam posisi menempel yang baik dan dengarkan suara menelan yang

aktif, susui bayi ditempat yang tenang dan nyaman dan minumlah setiap kali habis

menyusui, ibu harus meningkatkan istirahat dan minum, petugas kesehatan harus

mengamati ibu yang menyusui bayinya dan mengoreksi setiap kali terdapat

masalah pada posisi penempelan (Sulistyawati, 2014).

Data profil puskesmas wawonasa tahun 2018 IMD 90,2%, sedangkan data

ASI ekslusif hanya 33.5% dari target Renstar 47%. Dan data yang terbaru ditahun

2019 berkisar 30,14% ibu nifas yang memberikan ASI secara ekslusif 0-6 bulan .
6

Berdasarkan hasil prasurvey yang telah dilakukan di Puskesmas

Wawonasa didapatkan 30 dari 68 ibu menyusui mengalami ASI tidak lancer.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penelitian ini sangat dibutuhkan untuk

meningkatkan cakupa ASI eksklusif supaya ibu menyusui di wilayah Puskesma

Wawonasa mengalami ASI yang lancer. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai Perbandingan Pijat Oksitosin Dan Tehnik

Marmet Terhadap Peningkatan Produksi ASI Pada Ibu Nifas Di Wilayah Kerja

Puskesmas Wawonasa Kota Manado Tahun 2020.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

masalah dalam penelitian ini adalah: “ Perbandingan Pijat Oksitosin Dan Tehnik

Marmet Terhadap Peningkatan Produksi ASI Pada Ibu Nifas di Puskesmasa

Wawonasa Kota Manado tahun 2020 ”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Perbandingan Pijat

Oksitosin Dan Tehnik Marmet Terhadap Peningkatan Produksi ASI pada Ibu

Nifas di Puskesmasa Wawonasa Kota Manado tahun 2020 ”

2. Tujuan Khusus

Adapun untuk mengetahui tujuan khusus dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui :

a. Mengetahui proporsi pengeluaran ASI ibu menyusui pada


7

kelompok intervensi Teknik Marmet.

b. Mengetahui proporsi pengeluaran ASI ibu menyusui pada

kelompok intervensi Pijat oksitosin.

c. Mengetahui perbandingan efektivitas teknik marmet dengan pijat

oksitosin terhadap kelancaran ASI.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Ilmiah

Kiranya hasil penelitian ini dapat menambah wawasan bagi para bidan

yang masih dalam proses mempersiapkan diri untuk dapat memberikan

pelayanan pada masyarakat kususnya untuk meningkatakan capaian

Inisisasi menyusui dasar (IMD) dan ASI ekslusif.

2. Bagi Ibu/Masyarakat

Memberikan informasi dan pengetahuan kepada ibu nifas mengenai

manfaat pijat oksitosin dan tehnik marmet untuk peningkatan produksi

ASI.

3. Bagi Petugas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

petugas dan pelayanan kebidanan yang ada di Kota Manado sebagai

intervensi dalam melakukan asuhan kebidanan, memberikan informasi

serta mensosialisasikan manfaat dan pebandingan antara pijat oksitosin

dan tekhnik marmet terhdap peningkatan produksi ASI kepada masyarakat


8

kususnya ibu nifas sehingga dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam

melakukan upaya promotif terhadap peningkatan pemberian ASI eksklusif.

4. Peneliti Lain

Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengalaman dan sebagai

referensi serta data empiris untuk penelitian selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Masa Nifas

a. Masa nifas

Masa nifas atau puerperium berasal dari bahasa latin yaitu dari kata

“peur” yang artinya bayi dan “paraous” yang berarti melahirkan. Nifas

merupakan proses alamiah yang dialami oleh wanita setelah persalinan

yang berlangsung kira-kira 6 minggu (Wiknojosastro, 2011).

b. Tahapan Masa Nifas

Menurut Prawirohardjo (2010) nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :

1) Early puerperium yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan

berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih

dan boleh bekerja setelah 40 hari.

2) Intermedial puerperium yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia

yang lamanya 6-8 minggu.

3) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan

sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan

mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-

minggu, bulanan, atau tahunan.

1
10

3. Proses Laktasi Laktasi merupakan suatu masa dimana terjadi perubahan pada

payudara ibu, sehingga mampu memproduksi ASI dan merupakan suatu

interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf, dan

berbagai macam hormon sehingga ASI dapat keluar (Wiknojosastro, 2011).

3.Produksi ASI

a. Pengertian

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan

garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara

ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Soetjiningsih,2013). ASI merupakan

makanan pertama yang paling baik bagi awal kehidupan bayi (Irianto,2014).
11

Produksi ASI merupakan suatu proses yang menjelaskan air susu

mengalir masuk ke dalam duktul berkat kerja otot-otot halus yang

mengelilingi alveoli. Dari duktul, air susu kemudian mengalir ke saluran

air susu yang terletak tepat di bawah aerola (Supriyadi,2010). ASI

dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita melalui proses laktasi.

Keberhasilan laktasi ini dipengaruhi oleh kondisi sebelum dan saat

kehamilan berlangsung. Kondisi sebelum kehamilan ditentukan oleh

perkembangan payudara saat lahir dan pubertas. Sedangkan kondisi pada

saat kehamilan yaitu pada trimester II dimana payudara mengalami

pembesaran oleh karena pertumbuhan dan diferensiasi dari lobulalveolar

dan sel epitel payudara. Pada saat pembersaran payudara ini hormon

prolaktin dan laktogen palsenta aktif bekerja dalam memproduksi ASI

(Proverawati,2010).

Produksi ASI juga sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu

(nutrisi), karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja dengan

sempurna tanpa makanan yang cukup. Untuk membentuk produksi ASI

yang baik, makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak,

dan vitamin serta mineral yang cukup selain itu ibu dianjurkan minum

lebih banyak kurang lebih 8 – 12 gelas/air (Kristiyanasari, 2009).


12

Menurut World Health Organization(WHO, 2013) ASI Eksklusif

adalah memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan

minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali

obat dan vitamin. Namun bukan berarti setelah pemberian ASI eksklusif,

pemberian ASI dihentikan, akan tetapi tetap diberikan kepada bayi sampai

bayi berusia 2 tahun.

b. Manfaat Pemberian ASI

Menurut Susanti (2015) manfaat pemberian ASI meliputi:

1) Bagi Bayi

Manfaat pemberian ASI bagi bayi adalah dapat membantu

memulai kehidupanya dengan lebih baik, mengandung antibodi, ASI

mengandung komposisi yang tepat, mengurangi kejadian karies

dentis, memberi rasa aman dan nyaman pada bayi dan adanya ikatan

antara ibu dan bayi, terhindar dari alergi, ASI meningkatkan

kecerdasan, membantu perkembangan rahang dan merangsang

pertumbuhan gigi.

2) Bagi Ibu
13

Manfaat pemberian ASI bagi ibu adalah menjadi kontrasepsi aspek

kontrasepsi hisapan mulut bayi pada puting susu merangsang ujung

syaraf sensorik, Post anterior hipofisis mengeluarkan prolaktin.

Prolaktein masuk ke indung telur, menekan produksi esterogen

akibatnya tidak ada ovulasi dan menjarangkan kehamilan bila hanya

diberikan ASI esklusif dan belum terjadi menstruasi kembali,

Membantu involusi uterus dan mencegah terjadina perdarahan paska

melahirkan, memberi asi juga bermanfaat sebagai kontrasepsi alami

bagi ibu,aspek psikologi , da mendekatkan ikatan batin antara ibu dan

bayi (Juhari Imam,fitriani rini, bustamin.2018).

3) Bagi Keluarga

Manfaat pemberian ASI bagi keluarga adalah lebih hemat dan

ekonomis, ibu dan anak lebih sehat, dan siap tersedia dengan suhu yang

tepat (widiyanti rahayu.2019).

4) Bagi Negara

Manfaat pemberian ASI bagi negara adalah menurunkan angka

kesakitan dan kematian anak, menghemat subsidi negara, dan

menghasilan SDM yang bermutu (Royis isfi.2014).

c. Stadium Laktasi
14

ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu: kolostrum, air susu

transisi,dan air susu matur. Komposisi ASI hari 1-4 (kolostrum) berbeda

dengan ASI hari 5-10 (transisi) dan ASI matur. Ada 3 stadium dalam

pengelompokan ASI :

5) Kolostrum

Kolostrum adalah ASI yang diproduksi beberapa saat setelah bayi lahir

sampai hari ke-3 atau ke-4. Warnanya lebih kuning dan lebih kental

daripada ASI yang diproduksi setelah hari keempat dengan volume

150-300 ml/24jam. Zat-zat yang terkandung dalam kolostrum adalah

protein, zat penangkal infeksi, mineral terutama K,Na dan Cl serta

vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A,D,E, dan K.

Kolostrum mengandung lebih banyak antibodi yang dapat memberikan

perlindungan bagi bayi sampai bayi usia 6 bulan (Soetjiningsih, 2011).

6) Air Susu Transisi/Peralihan

ASI transisi atau peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum

sampai sebelum AS matang, yaitu setelah hari ke-4 sampai hari ke-10.

Selama dua minggu, volume air susu bertambah banyak serta berubah

warna dan komposisinya. Kadar Imunoglobulin dan protrin menurun,

sedangkan lemak dan laktosa meningkat ( Susilo rini, Kumala

feti.2017).

7) Air Susu Matur


15

Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya,

komposisi relatif konstan. Pada ibu yang sehat dengan produksi ASI

cukup, ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan

cukup untuk bayi sampai 6 bulan. Merupakan suatu cairan berwarna

putih kekuning-kuningan yang diakibatkan warna dari garam Ca-

caseinat, riboflavin dan karoten yang terdapat didalamnya (Badriahet

al., 2013).

d. Komposisi Gizi Dalam AS

Komposisi gizi yang terdapat didalam ASI berupa :

1) Protein

Protein dalam ASI terdiri dari casein (protein yang sulit dicerna)

dan whey (protein yang mudah dicerna). ASI lebih banyak

mengandung whey dari pada casein sehingga protein ASI

mudah dicerna (Nirwana,2014)

2) karbohidrat

Karbohidrat utama ASI adalah laktosa (gula) yang merupakan

komposisi utama ASI. Laktosa memenuhi 40-45% kebutuhan

energi bayi, ASI mengandung 7 gram laktosa per 100 ml, jauh

lebih tinggi dari susu lain yang merupakan sumber energi utama

dan paling penting (Monika F.B.2018).

3) Lemak
16

Lemak ASI adalah penghasil kalori (energi) utama dan

merupakan komponen zat gizi yang sangat bervariasi. Lebih

mudah dicerna karena sudah dalam bentuk emulsi

(Nirwana,2014).

4) Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap. Total mineral selama

masa laktasi adalah konstan, tetapi beberapa mineral yang

spesifik kadarnya tergantung dari diit dan stadium laktasi. Fe

dan Ca paling stabil, tidak dipengaruhi oleh diit ibu. Garam

organik yang terdapat dalam ASI terutama adalah kalsium,

kalium dan natrium dari asam klorida dan fosfat. Komposisi

yang terbanyak adalah kalium, sedangkan kadar Cu,Fe dan Mn

yang merupakan bahan untuk pembuat darah relatif sedikit. Ca

dan P yang merupakan bahan pembentuk tulang kadarnya dalam

ASI cukup (Badriahet al., 2013).

5) Air

Jumlah air yang terkandung pada kedua payudara kurang lebih

sama (87-87,5%) dengan berat jenis 1,030 – 1,032

(Baskoro,2012)

6) Vitamin
17

ASI mengandung vitamin yang lengkap dan dapat mencukupi

kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan kecuali vitamin K, karena

bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K

(Baskoro, 2012).

7) Kalori

Kalori dari ASI relatif hanya 77 kalori/100 ml ASI. 90% berasal

dari karbohidrat dan lemak, sedangkan 10% berasal dari protein

(Badriahet al., 2013).

e. Unsur-Unsur lain dalam ASI

Laktokrom, kreatin, urea, xanthin, amonia dan asam sitrat.

Subtansi tertentu di dalam plasma darah ibu, dapat juga berada

dalam ASI(Soetjiningsih, 2013).

f. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI

Faktor yang mempengaruhi produksi ASI (Susanti, 2015) terdiri

dari:

1) Ibu

a) Usia
18

Umur ibu berpengaruh terhadap produksi ASI. Ibu yang

umurnya muda lebih banyak memproduksi ASI dibandingkan

dengan ibu yang sudah tua. Ibu yang melahirkan anak kedua

dan seterusnya produksi ASI lebih banyak dibandingkan

dengan kelahiran anak yang pertama (Soetjiningsih,2013).

b) Paritas

Dalam penelitian (Proveravati, 2010), mengatakan bahwa pada

ibu yang melahirkan lebih dari satu kali, produksi ASI jauh

lebih tinggi dibanding ibu yang melahirkan pertama kali.

Jumlah persalinan yang pernah dialami ibu memberikan

pengalaman dalam memberikan ASI kepada bayi. Semakin

banyak paritas ibu akan semakin berpengalaman dalam

memberikan ASI dan mengetahui cara untuk meningkatkan

produksi ASI sehingga tidak ada masalah bagi ibu dalam

memberikan ASI. Pada ibu yang baru pertama kali melahirkan

anak, sering kali menemukan masalah dalam memberikan ASI

pada bayinya.
19

c) Pekerjaan

Ibu yang tidak bekerja adalah ibu yang hanya menjalankan

fungsinya sebagai ibu rumah tangga dan banyak menghabiskan

waktunya di rumah tanpa terikat pekerjaan di luar rumah,

sehingga mempunyai kesempatan yang banyak untuk dapat

merawat dan memberikan ASI secara optimal tanpa dibatasi

oleh waktu dan kesibukan. Sedangkan, pada ibu yang bekerja

di luar rumah harus meninggalkan anakanya lebih dari 7 jam,

sehingga kesempatan untuk memberikan perawatan dan Air

Susu Ibu (ASI) kepada anak menjadi berkurang (Juliastuti,

2011).

e) Asupan Nutrisi dan Cairan

Nutrisi ibu selama menyusui merupakan hal penting yang

harus diperhatikan selama masa menyusui. Nutrisi akan

berpengaruh pada produksi dan kualitas ASI yang akan ibu

hasilkan. Menurut Carpenito (2011) nutrisi merupakan hal

yang penting bagi ibu menyusui karena akan berpengaruh pada

produksi dan pengeluaran ASI. Hal ini sejalan dengan

penelitian Kusmiyati (2014) yang menyatakan bahwa

peningkatan frekuensi makan berhubungan dengan tingkat

kecukupan energi dan status gizi pada ibu menyusui.


20

Makanan yang bersifat laktagogum merupakan zat yang dapat

meningkatkan dan melancarkan produksi ASI. Untuk menjaga

produksi ASI dibutuhkan juga asupan cairan yang memadai.

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 41 Tahun 2014 tentang

pedoman gizi seimbang menjelaskan bahwa jumlah air yang

dikonsumsi ibu menyusui perhari adalah sekitar 850-1.000 ml

lebih sbanyak dari ibu yang tidak menyusui atau sebanyak

3.000 ml atau 12-13 gelas air. Jumlah tersebut adalah untuk

dapat memproduksi ASI sekitar 600-850 ml perhari.

f) Pola Istrirahat

Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI.

Apabila kondisi ibu terlalu capek, kurang istirahat maka ASI

juga berkurang (Maritalia,2012)

g) Pengaruh persalinan,

Menurut Riksani (2012), produksi ASI dapat mempengaruhi

proses persalinan. Proses persalinan yang normal sangat

mendukung dalam pemberian ASI khususnya sejam atau lebih

setelah persalinan. Persalinan yang normal akan memudahkan

ibu langsung berinteraksi segera dengan si bayi. Jika bayi tidak

diberikan ASI dengan segera, bayi sudah mulai mengantuk dan

mengalami kesulitan untuk memegang puting dengan efektif.


21

h) Psikologi Ibu

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, bila ibu

dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan

berbagai bentuk ketegangan emosional dapat menurunkan

produksi ASI bahkan akan tidak terjadi produksi ASI, sehingga

ibu yang sedang menyusui sebaiknya jangan terlalu dibebani

oleh urusan pekerjaan rumah tangga,urusan kantor dan lainnya

(Nugroho,2011).

i) Perawatan Payudar.

Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara

mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormon prolaktin

dan oksitosin (Maritalia,2012). Terdapat hubungan perawatan

payudara dengan produksi ASI pada ibu primipara pada hasil

penelitian (Djumadiet al., 2014) di wilayah kerja puskesmas

Wongkaditi Kota Gorontalo dari hasil uji statistik Fisher’s

Exact Test diperoleh hasil nilai Exact Sig. sebesar 0,002 <

0,05.

j) Bentuk dan Kondisi Puting Susu

Kelainan bentuk puting susu yaitu bentuk puting yang datar dan

puting susu yang masuk akan membuat bayi kesulitan untuk

menghisap payudara, hal tersebut menyebabkan rangsangan


22

pengeluaran prolaktin terhambat dan produksi ASI pun

terhambat (Soedardi dan Tobing,2010).

K Merokok dan Alkohol

Merokok dan alkohol dapat meracuni bayi dan membuat

pertumbuhannya terhambat (Irianto,2014). Merokok dapat

mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon

prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan

menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan

menghambat pelepasan oksitosin (Murkoff, 2010).

Bayi

Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


23

Terdapat hubungan antara Inisiasi Menyusu Dini dengan

Produksi Air Susu Ibu Pada Ibu Menyusui Di Wilayah Kerja

Puskesmas Nanggalo Padang tahun 2013 (Yusefni, 2012)

a) Berat bayi lahir

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) mempunyai kemampuan

menghisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi yang berat

lahir normal (BBL>2500gram). Kemampuan mengisap ASI

yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan

yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan

mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam

memproduksi ASI (Maritalia,2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Amahorsejaet

al., 2012) dengan judul “Faktor Determinan Kelangsungan

Produksi ASI di Rumah Sakit Umum Daerah Dr, M. Haulussy

Ambon” ditemukan adanya pengaruh yang signifikan antara

berat lahir terhadap kelangsungan produksi ASI (p=0,017).

b) Frekuensi Menyusui
24

ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon dan

refleks. Selama periode menyusui ada beberapa hal yang dapat

mempengaruhi produksi ASI salah satu nya adalah frekuensi

menyusui, dalam konsep frekuensi pemberian ASI sebaiknya

bayi disusui tanpa dijadwal (on demand). Dengan menyusui

tanpa dijadwal, sesuai kebutuhan bayi, akan dapat mencegah

timbulnya masalah menyusui (Sujiyatini et al., 2010).

Menurut Bobak (2010) frekuensi, intensitas, dan lama bayi

menghisap akan mempengaruhi jumlah ASI yang diproduksi.

Hal ini dikarenakan stimulus isapan bayi akan mengirimkan

pesan ke hipotalamus yang merangsang hipofisis anterior untuk

melepas prolaktin dan akan terjadi peningkatan produksi ASI

oleh sel-sel alveolar. Dengan kata lain, bahwa semakin sering

menyusui maka produksi ASI kan semakin meningkat, sehingga

kebutuhan bayi akan selalu terpenuhi dan laktasi pun berjalan

dengan lancar (Handiniet al.,2012)

c) Hisapan Bayi
25

Pada puting dan aerola payudara terdapat ujung-ujung saraf

yang sangat penting untuk refleks menyusui. Apabila puting

susu dihisap oleh bayi maka rangsangannya akan diteruskan ke

hipotalamus untuk mengeluarkan prolaktin dan oksitosin. Hal

tersebut menyebabkan air susu diproduksi dan

dialirkan(Sujiyatini et al., 2010).

d) Dukungan Keluarga

Dukungan dari lingkungan keluarga termasuk suami, orang tua

atau saudara lain sangat menentukan keberhasilan menyusui.

Pengaruh keluarga berdampak pada kondisi emosi ibu sehingga

secara tidak langsung mempengaruhi produksi ASI. Seorang ibu

yang mendapat dukungan dari suami dan anggota keluarga lain

akan meningkatkan pemberian ASI kepada bayinya. Sebaliknya,

dukungan yang kurang maka pemberian ASI menurun (Haryono

dan Setianingsih, 2014)

e) Dukungan dari pelayanan kesehatan


26

Dukungan tenaga kesehatan kaitannya dengan nasehat kepada

ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya menentukan

keberlanjutan ibu dalam pemberian Air Susu Ibu (ASI)

(Haryono dan Setianingsih, 2014). Menurut Nugroho (2011)

Petugas kesehatan mempunyai peran yang sangat penting dalam

menunjang pemberian Air Susu Ibu (ASI). Peran petugas

kesehatan dapat membantu ibu untuk memberikan Air Susu Ibu

(ASI) dengan baik dan mencegah masalah-masalah yang umum

terjadi.

g. Upaya Memperbanyak ASI

Menurut Sulistyawati (2013), upaya dalam memperbanyak ASI

adalah sebagai berikut :

1) Menyusui setiap 2 jam dengan lama menyusui 10-15 menit

disetiap payudara.

2) Bangunkan bayi, lepaskan baju yang menyebabkan rasa

gerah dan duduklah selama menyusui.

3) Pastikan bayi menyusui dalam posisi menempel yang baik dan

dengarkan suara menelan yang aktif.

4) Susui bayi ditempat yang tenang dan nyaman dan minumlah

setiap kali habis menyusui.

5) Tidurlah bersebelahan dengan bayi.


27

6) Ibu harus meningkatkan istirahat dan minum.

7) Petugas kesehatan harus mengamati ibu yang menyusui

bayinya dan mengoreksi setiap kali terdapat masalah pada

posisi penempelan.

8) Yakinkan bahwa ia dapat memproduksi susu lebih banyak

dengan melakukan hal-hal tersebut.

Selain beberapa hal penting tersebut, bidan juga harus

menyampaikan pendidikan kesehatan kepada ibu menyusui, antara

lain:

h. Tanda Bayi Cukup ASI

Menurut Ambarwati (2014), untuk mencegah malnutrisi seorang

ibu harus mengetahui tanda kecukupan ASI, terutama pada bulan

pertama. Setelah pertama tanda kecukupan ASI lebih tergambar

melalui perubahan berat badan bayi. Tanda bahwa bayi mendapat

cukup ASI adalah :

1) Produksi ASI akan “berlimpah” pada hari ke-2 sampai hari ke-

4 setelah melahirkan, nampak dengan payudara bertambah

besar,berat,lebih hangat dan seringkali ASI menetes dengan

spontan.

2) Bayi menyusu 8-12 kali sehari dengan perlekatan yang benar

pada setiap payudara dan menghisap secara teratur selama

minimal 10 menit pada setiap payudara.


28

3) Bayi akan tampak puas setelah menyusu dan seringkali tertidur

pada saat menyusu, terutama pada payudara yang kedua.

4) Frekuensi buang air kecil (BAK) bayi > 6 kali sehari. Urin

berwarna jernih, tidak kekuningan. Butiran halus kemerahan

(yang mungkin berupa kristal urat pada urin) merupakan salah

satu tanda ASI kurang.

5) Frekuensi buang air besar (BAB) > 4 kali sehari dengan

volume paling tidak 1 sendok makan, tidak hanya berupa noda

membekas pada popok bayi, pada bayi usia 4 hari sampai 4

minggu. Sering ditemukan bayi yang BAB setiap kali menyusu

dan hal ini merupakan hal yang normal.

6) Feses berwarna kekuningan dengan butiran-butiran berwarna

putih susu diantaranya (seedy milk), setelah bayi berumur 4

sampai 5 hari. Apabila setelah bayi berumur 5 hari, fesesnya

masih berupa mekonium (berwarna hitam seperti ter) atau

transisi antara hijau kecoklatan ini merupakan salah satu tanda

bayi kurang mendapatkan ASI.

7) Puting payudara akan terasa sedikit sakit pada hari-hari

pertama menyusui. Apabila sakit ini bertambah dan menetap

setelah 5-7 hari, lebih-lebih apabila disertai dengan lecet, hal

ini merupakan tanda bahwa bayi tidak melekat dengan baik

saat menyusu. Apabila tidak segera ditangani dengan


29

membetulkan posisi dan perlekatan bayi maka hal ini akan

menurunkan produksi ASI.

8) Berat badan bayi tidak turun lebih dari 10% dibanding berat

lahir.

9) Berat badan bayi kembali seperti berat lahir pada usia 10

sampai 14 hari setelah lahir.

Perilaku bayi menyusu tidak dapat dijadikan patokan bahwa

bayi mendapat cukup ASI. Beberapa bayi menyusu dengan cepat,

tetapi bayi lain menyusu dengan diselingi istirahat/tidur. Cara

menyusu bayi seperti dibawah ini semuanya normal :

1) Barracudas adalah tipe menyusu dengan tangan bayi

memegang puting dan kemudian menyusu secara kuat selama

10-20 menit.

2) Excited ineffectives (Ketidakefektifan yang berlebihan) dimana

bayi ingin sekali secara aktif untuk menyusu dengan puting

yang dikeluarkan dan dimasukkan secara berulang-ulang

kedalam mulut dan kemudian menangis apabila ASI tidak

keluar.

3) Procrastinators adalah tipe bayi yang menunggu sampai ASI

keluar dan kemudian mulai menyusu dengan baik.

4) Gourmerts adalah bayi yang menjilat dan merasakan ASI yang

menetes terlebih dahulu sebelum benar-benar melekat pada


30

puting. Apabila bayi dipaksa untuk cepat-cepat menyusu maka

bayi justru menolak.

5) Resters adalah tipe yang lebih suka menyusu beberapa menit

kemudian berhenti beberapa menit sehingga membutuhkan

waktu menyusu yang lama.

4) Pijat Oksitosin

a. Pengertian Pijat Oksitosin

Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang kedua sisi tulang

belakang. Pijat in dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau

refleks pengeluaran ASI (F.B.Monica.2018).

Pijat ASI atau pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk

mengatasi ketidaklancaran produksi ASI. Pijat ASI adalah pemijatan

pada sepanjan tlang belakang (verterbae) sampe pada tulang costae

kelima dan keenam dan merupakan dan usaha untuk merangansang

hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan.

Pijat oksitosin bisa dibantu suami atau nenek selaku keluarga ibu

nifas. Pijat oksitosin dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau

reflekx let down. Selain untuk merangsang reflekx let down manfaat pijat

oksitosin adalah memberi kenyaman pada ibu, mengurangi bengkak

(Engorgement), mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan

hormo oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi

sakit.
31

Pijat oksitosin adalah pijatan yang dilakukan oleh suami pada ibu

menyusui yang berupa back massage pada punggung ibu untuk

meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin. Pijat oksitosin yang

dilakukan oleh suami akan memberikan kenyamana pada ibu, sehingga

akan memberikan kenyamana pada bayi yang disusui.

Salah satu tujuan perawatan payudarah bagi ibu menyusui setelah

melahirkan yankin agar dapat memberikan ASI secara maksimal kepada

buah hatinya. Salah satu hormon yang berperan dalam produksi ASI

adalah hormn oksitosin. Saat terjadi stimulasi hormon oksitosin, sel-sel

alveoli di kelenjar payudarah berkontraksi dengan adanya kontraksi

menyebabkan air susu keluar lalu mengalir dalam saluran kecil

payudarah, sehingga keluarlah tetesan air susu. Oksitosin di produksi

oleh kelenjar pituitari posterior (neorohipofisis). Saat bayi menghisap

areola akan mengirimkan stimulasi ke neorohipofisis untuk memproduksi

dan melepaskan oksitosn secara intermiten. Oksitosin akan masuk

kealiran darah ibu dan merangsang sel otot di sekeliling alveoli

berkontraksi membuat ASI yang telah terkumpul didalamnya mengalir ke

saluran-saluran duktus (Rahayu.Anik.puji,2016).


32

b. Manfaat Pijat oksitosin

1. Membantu ibu secara psikologis, menenangakan , dan tidak sters.

2. Membangkitkan rasa percaya diri.

3. Membantu ibu agar mempunyai pikiran perasaan baik tentang

bayinya.

4. Meningkatkan ASI .

5. Memperlancar ASI

6. Melepas Lelah

7. Mengurangi pembengkakan payudara (engergement)

8. Mengurangi sumbaran ASI ( plugged / milk duct)

9. Membentk pertahanan ASI ketika ibu dan bayi sakit

c. Langkah – Langkah Pijat Oksitosin

Berikut ini Langkah-langkah melakukan pijat oksitosin

1. Untuk ibu nfas

a) Duduklah dengan nyaman sambil bersandar kedepan, bisa dengan

cara melipat lengan diatas meja.

b) Letakan kepala diatas lengan.

c) Lepas bra dan baju bagian atas, biarkan payudara tergantung lepas.

1. Untuk Pemijat

a) Lumuri kedua tangan dengan baby oil


33

b) Kepalkan kedua tangan dengan ibu jari menunjuk kedepan dimulai

dari bagian tulang yang menonjol di tengkuk. Turun sedikit

kebawah kira-kira dua rusa jari dan geser ke kana dan ke kiri,

setiap kepalan tangan sekita dua rusa jari.

c) Dengan menggunakan ibu jari, mulailah memijat membentuk

gerakan melingkar kecil menuju tulang belikat atau daerah dibagian

batas bawah bra ibu.

d) Lakuka pijat ini sekitar 3 menit dan dapat di ulangi sebanyak 3 kali.

e) Setelah selesai memijat sambil membersikan sisa baby oli,

Kompres pundak/ punggung ibu dengan handuk hangat.

4. Tehnik Marmet

a. Pengertian Tehnik Marmet

Teknik marmet merupakan kombinasi antara cara memerah ASI dan

memijat payudara sehingga refleks keluarnya ASI dapat optimal. Teknik

memerah ASI dengan cara marmet ini pada prinsipnya bertujuan untuk

mengosongkan ASI dari sinus laktiferus yang terletak dibawah areola sehingga

diharapkan dengan pengosongan ASI pada daerah sinus laktiferus ini akan

merangsang pengeluaran hormon prolaktin (Mas’ad, 2016). Pengeluaran

hormon prolaktin ini selanjutnya akan merangsang mammary alveoli untuk

memproduksi ASI. Makin banyak ASI dikeluarkan atau dikosongkan dari

payudara maka akan semakin banyak ASI akan diproduksi (Mas’ad, 2016).

Jika kita perhatikan cara memerah ASI dengan tangan, tampaknya sulit dari

yang dibayangkan. Dalam hal ini, tangan harus lebih cepat dari mata sehingga
34

banyak ibu yang merasa bahwa memerah ASI dengan tangan sangatlah sulit,

meskipun ibu telah belajar dari bacaan atau praktik langsung. Memang, ASI

dapat diperah dengan mudah tanpa teknik apa pun, namun satu hal yang sering

terlupakan adalah teknik yang tidak tepat akan merusak jaringan lemak pada

payudara, membuat payudara menjadi lecet, bahkan kulit payudara dapat

menjadi memar atau memerah (Ari, 2009). Memerah ASI dengan teknik

tersebut awalnya diciptakan oleh seorang ibu yang harus mengeluarkan ASI-

nya karena alasan medis. Awalnya, ia kesulitan mengeluarkan ASI dengan

refleks (tidak sesuai dengan refleks keluarnya ASI saat bayi menyusu). Hingga

akhirnya ia menemukan satu metode memijat dan menstimulasi agar refleks

keluarnya ASI lebih optimal. Kunci sukses dari teknik ini adalah kombinasi

dari cara memerah ASI dan cara memijat (Ari, 2009).

Jika teknik ini dilakukan dengan efektif dan tepat maka seharusnya tidak akan

terjadi lagi masalah dalam produksi ASI atau cara mengeluarkan ASI. Teknik

ini dapat dengan mudah dipelajari sesuai instruksi. Tentu saja, semakin sering

ibu melatih memerah dengan teknik Marmet ini maka ibu makin terbiasa dan

tidak akan menemui kendala (Ari, 2009).

b. Langkah- Langkah Tehnik marmet

1. Memerah asi dengan menggunakan tangan

2. Letakkan ibu jari dan dua jari lainnya sekitar 1-1,5 cm dari

areola.Usahakan untuk mengikuti aturan tersebut sebagai panduan,

apalagi ukuran dari areola tiap wanita sangat bervariasi. Tempatkan


35

ibu jari di atas areola pada posisi jam 12 dan jari lainnya di posisi

jam 6. Perhatikan bahwa jari jaritersebut terletak di atas gudang ASI

sehingga proses pengeluaran ASI dapat optimal.

3. Hindari melingkari jari pada areola seperti gambar di samping.

Posisi jari seharusnya tidak berada di jam 12 dan jam 4.

4. Dorong ke arah dada. Hindari meregangkan jari. Bagi ibu yang

payudaranya besar, angkat dan dorong ke arah dada.

5. Gulung menggunakan ibu jari dan jari lainnya secara bersamaan.

6. Gerakkan ibu jari dan jari lainnya hingga menekan gudang

ASI hingga kosong. Jika dilakukan dengan tepat maka ibu

tidak akan kesakitan saat memerah.

7. utar ibu jari dan jari-jari lainnya ke titik gudang ASI lainnya.

Demikian juga saat memerah payudara lainnya, gunakan

kedua tangan. Misalkan, saat memerah payudara kiri,

gunakan tangan kiri. Juga saat memerah payudara kanan,

gunakan tangan kanan. Saat memerah ASI, jarijari berputar

seiring jarum jam atau berlawanan agar semua gudang ASI

kosong. Pindahkan ibu jari dan jari lainnya pada posisi arah

jam 6 dan jam 12, posisi jam 11 dan jam 5, jam 2 dan jam 8,

serta jam 3 dan jam 9

Memerah ASI dengan tangan sangat direkomendasikan. Memerah

ASI dengan tangan menghasilkan stimulus sentuhan yang memacu


36

hormone laktasi dan memungkinkan ibu untuk memilih daerah-daerah

khusus pada payudara bila ada saluran-saluran yang tersumbat. Bila

pemerahan dengan tangan hanya satu- satunya cara untuk

mengosongkan payudara, maka ibu harus didorong untuk memerah

paling sedikit 8 kali sehari, termasuk dimalam hari ketika kadar

prolaktin tinggi (Maria Porland, 2016).

B. Kerangka Teori

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI

Produksi ASI
a. Usia
b. Paritas
c. Pekerjaan
d. Pola Istirahat
e. Pengaruh Persalinan
f. Psikologi
Faktor Ibu Faktor Bayi Dukungan Sosial
g. Perawatan Payudara
a. IMD
h. Bentuk dan Kondisi
b. BBL
Puting
c. Frekuensi
i. Merokok dan Alkohol a. Keluarga
Menyusui
j. Asupan Nutrisi dan b. Pelayanan
d. Hisapan Bayi
Cairan Kesehatan
37

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Modifikasi dari (Baskoro,2012) dan (Yogasmara,2010)

C. Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori yang diuraikan pada tinjauan teori diatas,
maka faktor yang memperlancar produksi ASI dijelaskan melalui kerangka
konsep berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Pijat Oksitosin
Tehnik Marmet Peningkatan Produksi ASI
38

Bagan2.2 Kerangka Konsep


Modifikasi Notoadmojo,2010

D. Definisi Oprasional

Variabel
Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Dependen
Kelancara Pengeluaran Observasi Kuisioner 1. Lanca Ordinal
n ASI ASI dan r ASI
setelah setelah diberikan wawancar 2. Tida
diberikan Pijat Oksitosin a k
Pijat selama 3 hari yang lanca
Oksitosin dinilai dari indikator r ASI
ibu melihat payudara
tegang dan ASI

merembes
sebelum menyusui
bayi, ibu mendengar
suara bayi saat
menelan ASI, saat
menyusu payudara
seperti diperas dan
indikator bayi yaitu
menyusu 8 kali
dalam sehari serta
buang air
kecil 6-8 kali sehari.
Kelancara Pengeluaran Observasi Kuisioner 1. Lanca Ordinal
n ASI ASI dan r ASI
39

setelah setelah wawancar 2. Tida


diberikan diberikan a k
Teknik Teknik Marmet lanca
Marmet selama 3 hari yang r ASI
dinilai dari indikator
ibu melihat payudara
tegang dan ASI

merembes
sebelum menyusui
bayi, ibu
mendengar
suara bayi
saat
menelan ASI, saat
menyusu payudara
seperti diperas dan
indikator bayi yaitu
menyusu 8 kali
dalam sehari serta
buang air
kecil 6-8 kali sehari.
Pijat Pemijatan pada Observasi Ceklist Intervens Nomina
l
Oksitosi daerah sepanjang i Pijat
n kedua sisi tulang Oksitosi
belakang yang pada n
ibu postpartum hari
1-30 yang dilakukan
setiap 2 kali sehari
pagi dan sore hari
selama 2 hari (4 kali
tindakan).
Teknik Perahan pada Observasi Ceklist Intervens Nomina
40

Marme payudara yang di i Teknik l


t lakukan oleh ibu Marmet
maupun keluarga
pada ibu menyusui
hari ke 1-30 yang
dilakukan setiap 2
kali sehari pagi dan
sore hari selama 2
hari (4 kali tindakan)

E. Hipotesis
Hipotesis ialah prosedur statistik untuk menunjukkan kesahihan suatu

hipotesis. Uji ini diperlukan oleh karena penelitian dilakukan pada sampel

tidak pada populasi. Uji hipotesis dilakukan dengan pernyataan hipotesis nol

yaitu hipotesis tidak beda atau tidak ada hubungan. Kemudian terhadap data

pada sampel dilakukan uji untuk memperoleh angka apakah cukup bukti

untuk menolak hipotesis nol, hingga dapat disimpulkan ada atau tidaknya

perbedaan antara kelompok dan akan diperoleh nilai (Sastroasmoro, 2002:

241). Hipotesis pada penelitian ini yaitu Pijat Oksitosin lebih efektif

dibandingkan dengan Teknik Marmet terhadap pengeluaran ASI kurang.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Rancangan penelitian adalah suatu rencana, struktut, dan strategi penelitian

yang dimaksudkan untuk menjawab permasalahan yang dihadapi dengan

mengupayakan optimasi yang berimbang antara validitas dalam dan validitas

luar dengan melakukan pengendalian varians (Pratiknya, 2010: 111). Jenis

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.

Penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan menekankan analisisnya pada

data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika (Siswanto,

dkk, 2017).

Rancangan pada penelitian ini adalah quasi experiment yaitu desain yang

tidak mempunyai pembatasan ketat terhadap randomisasi, dan pada saat yang

sama dapat mengontrol ancaman-ancaman validitas (Notoatmodjo, 2018).

Rancangan ini menggunakan pendekatan non equivalent control group untuk

membandingkan hasil intervensi dengan suatu kelompok kontrol yang serupa.

Pada rancangan ini pengelompokan anggota sampel tidak dilakukan secara

random atau acak (Notoatmodjo, 2018).

Rancangan penelitian ini akan dibentuk dua kelompok, yaitu kelompok

teknik marmet dan kelompok pijat oksitosin. Pada masing-masing kelompok

akan dilakukan pretest untuk menilai kelancaran ASI sebelum diberikan

1
42

perlakuan. Setelah itu dilakukan perlakuan pada masing-masing kelompok,

kelompok 1 diberi pijat oksitosin dan kelompok 2 diberi teknik marmet.

Selanjutnya dilakukan penilaian kelancaran pada masing-masing kelompok dan

membandingkan mana yang lebih efektif dalam meningkatkan kelancaran ASI.

Bentuk rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

5) Pretest Perlakuan Posttest


Asi Tidak Lancar Teknik Marmet Asi Lancar

Asi Tidak Lancar Pijat Oksitosin

Asi Lancar

Gambar 3
Rancangan Penelitian

B. Waktu dan Tempat Penelitian


1. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan januari - februari 2020
2. Tempat
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Wawonasa Tahun 2020

C. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2018). Menurut Noor (2017) bahwa populasi digunakan untuk

menyebutkan seluruh elemen/ anggota dari suatu wilayah yang menjadi sasaran

penelitian atau merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian.


43

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui hari ke 1 sampai hari

ke 30 yang tidak lancar ASI di wilayah kerja Puskesmas purwosari yaitu

berjumlah 40 ibu.

2. Sampel

Sampel penelitian merupakan objek yang diteliti dan dianggap mewakili

seluruh populasi penelitian (Notoatmodjo, 2018). Pengambilan sampel

(sampling) adalah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari populasi,

sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat atau

karakteristiknya akan membuat kita dapat menggenaralisasikan sifat atau

karakteristik tersebut pada elemen populasi (Noor, 2017).

a. Besar Sampel

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sampel sederhana, dengan

teknik pengambilan sampel menggunakan rumus taro Yamane (Riduwan, 2013:

240) :

Keterangan:

N : Jumlah Sampel

N : Jumlah Populasi

D : Level Signinifikasi Yang diinginkan

besar sampel yang dibutuhkan adalah 2 kelompok perlakuan yang berbeda,

maka jumlah sampel yang dibutuhkan 38, jadi sampel yang digunakan sejumlah
44

19 ibu sebagai kelompok perlakuan pijat oksitosin dan 19 ibu sebagai kelompok

teknik marmet.

b. Teknik Sampling

Terdapat dua cara pengambilan sampel, yaitu dengan teknik probabilitas

dan sampel nonprobabilitas. Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

teknik sampel nonprobabilitas. Menurut Noor (2017) sampel nonprobabilitas

adalah teknik pengambilan sampel dimana setiap anggota populasi tidak

memiliki kesempatan atau peluang yang sama sebagai sampel. Teknik yang

termasuk ke dalam sampel nonprobabilitas antara lain: systematic sampling,

quota sampling, convenience sampling, purposive sampling, saturated

sampling, dan snowball sampling.

Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah quota

sampling. Quota sampling adalah pengambilan sampel secara quotum atau

jatah. Teknik sampling ini dilakukan dengan cara menetapkan terlebih dahulu

besar sampel yang diperlukan. Kemudian jumlah sampel/ quotum itu dijadikan

dasar untuk mengambil unit sampel yan diperlukan. Anggota populasi mana

pun yang akan diambil tidak menjadi masalah, yang terpenting jumlah quotum

yang telah ditetapkan terpenuhi (Notoatmodjo, 2018).

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada

penelitian ini adalah : Kriteria inklusi :

1) Ibu menyusui yang tidak lancar ASI di wilayah kerja Puskesmas Purwosari
45

2) Responden yang hanya memberikan memberikan ASI eksklusif

3) Bentuk payudara normal atau tidak ada kelainan

4) Bayi dalam

keadaan sehat

Kriteria

Eksklusi :

1) Ibu mengalami putting susu lecet/ putting susu pecah

Bayi yang memiliki kelainan kongenital sejak lahir seperti bibir sumbing

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Wawonasa

yang terbagi dalam empat kelurahan yaitu kelurahan Singkil I, Karame, Wonasa

Dan Ketang Baru . Pemilihan lokasi ini berdasarkan hasil survei pendahuluan

yang dilakukan di Puskesmas Wawonasa, yaitu memiliki cakupan ASI

Eksklusif yang belum mencapai target ranstar tahun 2019 dan belum pernah

ada penelitian tentang perbandingan efektivitas pijat oksitosin dengan teknik

marmet terhadap Peningkatan produksi ASI pada ibu Nifas.

2. Waktu Penelitian
46

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Februari

tahun 2020.

D. Pengumpulan Data

1. Instrumen Pengumpulan Data

Menurut Notoatmodjo (2018) instrumen penelitian adalah alat-alat yang

akan digunakan untuk pengumpulan data. Instrument penelitian dapat berupa:

kuesioner, formulis observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan

pencatatan data dan sebagainya. Penelitian ini menggunakan instrumen yang

digunakan untuk menilai kelancaran ASI dengan

menggunakan kuisioner kelancaran ASI, sedangkan pijat oksitosin dan teknik

marmet akan dilakukan berdasarkan ceklist panduan.

2. Pengukuran Variabel Penelitian

Pengukuran variabel penelitian ini dengan memberikan nilai pada

masing-masing variabel, yaitu:

a. Pengukuran variable pijat oksitosin

b. Pengukuran variabel ini dengan cara diobservasi dengan alat ukur


47

checklist. Dikategorikan dilakukan pijat oksitosin apabila responden

melakukan pijat oksitosin 2 kali sehari dan diobservasi selama 2 hari

sesuai panduan.

c. Pengukuran variabel teknik marmet

d. Pengukuran variabel ini dengan cara observasi dengan alat ukur

checklist. Dikategorikan dilakukan teknik marmet apabila responden

melakukan teknik marmet 2 kali sehari dan diobservasi selama 2 hari

sesuai panduan.

e. Pengukuran variabel kelancaran / peningkatan ASI

f. Pengukuran variabel kelancaran ASI dilakukan dengan menggunakan

kuisioner kelancaran ASI dari indikator ibu sebelum intervensi dan 2 hari

setelah diberikan intervensi. Dikategorikan lancer ASI jika didapattkan

nilai 5 dari 6 indikator.

3. Prosedur Pengumpulan Data

a. Langkah persiapan

1) Menyusun proposal penelitian

2) Menyelesaikan administrasi perizinan untuk melaksanakan

penelitian
48

b. angkah pelaksanaan

1) Pengumpulan data dengan kuesioner

2) Menentukan populasi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi

3) Menentukan besar sampel

B. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2018), proses pengolahan data dengan computer

melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Editing

Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian

formulir atau kuesioner. Apabila terdapat jawaban yang belum lengkap, jika

memungkinkan perlu dilakukan pengambilan data ulang untuk melengkapi

jawaban-jawaban tersebut. Tetapi apabila tidka memungkinkan, maka

pertanyaan yang jawabannya tidak lengkap tersebut tidak diolah atau

dimasukkan dalam pengolahan “data missing”

b. Coding

Coding bermaksud untuk mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan. Coding sangat berguna dalam memasukkan

data.
49

c. Processing/Memasukkan data

Data dari masing-masing responden dimasukkan ke dalam program atau

software computer. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan program

computer SPSS.

d. Cleaning

Cleaning merupakan pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan,dsb.

Kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

2. Analisis Data

Penyajian data dan hipotesis bergantung pada normal tidaknya data.

Untuk penyajian data, bila distribusi normal menggunakan rerata dan simpang

baku. Bila distribusi tidak normal, menggunakan median dan persentil. Untuk

uji hipotesis, bila distribusi normal


50

menggunakan uji parametrik, bila tidak normal maka menggunakan uji non

parametrik. Uji normalitas menggunakan analistik Shapiro-Wilk, yaitu uji

normalitas pada penelitian dengan jumlah responden n <50. Data berdistribusi

normal apabila p > 0.05, dan dikatakan tidak

normal apabila p < 0,05. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. Analisis univariat

Analisis Univariat bertujuan untuk menjelaskan karakteristik setiap

variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung jenis datanya. Untuk

data numerik digunakan mean (rata-rata), median dan standar deviasi

(Notoatmodjo, 2018). Analisis univariat pada penelitian ini adalah data ibu nifas

di wilayah kerja Puskesmas Wawonasa meliputi kelancaran / peningkatan

produksi ASI sebelum dan sesudah diberikan intervensi dengan menggunakan

bantuan aplikasi software computer (SPSS).

b. Analisis bivariat

Apabila telah dilakukan analisis univariat, hasilnya akan diketahui

karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan kemudian dilanjutkan analisis

bivariat. Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2018-183). Analisis bivariat yang

dilakukan dalam penelitian ini menggunakan uji t independen, jika data yang

didapat memiliki distribusi normal, tetapi jika data yang didapat tidak

1
51

terdistribusi secara normal maka analisis statistik yang digunakan adalah

uji mann whitney. Jika hasil analisis statistik yang didapat memiliki nilai p

value < α (0,05) maka Hal diterima dan Ho ditolak , yang berarti pijat

oksitosin terhadap kelancaran/ peningkatan produksi ASI lebih efektif

dibandingkan teknik marmet. Sedangkan jika p value > α (0,05) maka Ha

ditolak dan Ho diterima, yang artinya pijat oksitosin tidak lebih efektif

terhadap kelancaran ASI dibandingkan


52

DAFTAR PUSTAKA

Amahorseja,M.L, 2012. Faktor Determinan Kelangsungan Produksi ASI di


Rumah Sakit Dr.M.Haulussy Ambon, 1–14.

Anik, uji rahayu.2016.Panduan


praktekKeperawatanMaternitas.Deepublish:Yogyakarta.

Ambarwati, W. (2014). Perbandingan Pertumbuhan Bayi yang Diberi ASI


Eksklusif. E-Journal Syarif Hidayatullah State Islamic University (UIN).
Jakarta.http://www.repository.uinjkt.ac.id. (sitasi 1 Januari 2020).

Badriah, dkk. 2013. Asuhan Kebidanan Postpartum.Aditama; Bandung

Baskoro,A.(2008). ASI: Panduan Praktis Ibu Menyusui.Yogyakarta:Banyu Media

Dinas Kesehatan Provinsi. 2018. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi utara Tahun
2018. Sulut

F.B Monika.2018.Buku Pintar Asi Dan Menyusui.Noura books PT Mizan


Publikat:Jakarta Selatan.

Handini, dkk. 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses laktasi ibu dengan
bayi usia 0-6 bulan di desa cibeusi kecamatan jatinangor. Skripsi Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran, 1–15.

Irianto, K. 2014. Ilmu Kesehatan Anak.Alfabeta ; Bandung

Imam jauhari,Rini fitriani,Bustamin.2018.Perlindungan hak anak terhadap


pemberian Air Susu Ibu (ASI).CV Budi Utama:Yogyakarta.

Isfi,Royis.2014.Sayangi Dan Bimbing Aku Ibu.PT Gramedia Pustaka


Utama:Jakatra.

Isnaini, N., & Rama, D. (2015). Hubungan pijat oksitosin pada ibu nifas terhadap
pengeluaran asi di wilayah kerja puskesmas raja basa indah bandar lampung
tahun 2015. Jurnal kebidanan, 1(2): 91-97. Retrieved from:
53

http://ejurnal.malahayati. ac.id/index.php?journal=bidan&page=article&
op=view&path%5B%5D=19

Kementerian Kesehatan RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia.

Kementerian
Kesehatan RI. Jakarta

Mochtar,R. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid I, EGC; Jakarta

Munasir, Z dan Murniati. (2011). Air Susu Ibu dan Kekebalan Tubuh.
Jakarta:IDAI.http://www.idai.or.id/asi/artikel.aspq=2009113010413.sit asi 19
maret 2015.

Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
_____ . 2014. Intranatal Care Asuhan Kebidanan Pada Persalinan.
Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Marmi. 2012. ASI Saja Mama.Yogyakarta : Pustaka Pelaja


Mardiyaningsih, Eko. 2010. Efektivitas Kombinasi Tehnik Marmet
dan Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI Ibu Postpartum Seksio
Sesarea di Rumah Sakit Wilayah Jawa Tengah.(Tesis). Jakarta:
Universitas Indonesia.

Proverawati, A dan Erni. 2010. Kapita Selekta ASI dan Menyusui. Nuha Medika;
Yogyakarta.

Rahayu Widiyanti.2019.Pemberian Makanan Bayi dan Anak.Deepublish CV Budi


Utama:Yogyakarta.

Rini Susilo,Feti Kumala.2017.Panduan Asuhan Nifas Dan Evidence Based


Practice.Deepublish CV Budi Utama:Yogyakata.

Sulistyawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas; Yogyakarta
54

Susanti, L.W. 2015. Faktor Penghambat Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu
Menyusui di NgestiharjoBoyolali, 75-83

Suminar, (2013). Hubungan Pola Pemberian ASI dengan Peningkatan Berat


Badan Bayi, Studi di Kecamatan Ngaliyan, Kelurahan Ngaliyan Semarang.
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan. Vol I, No 4, 2013.

Suryani, E., & Astuti, K. E. W. (2013). Pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi
ASI ibu postpartum di BPM Wilayah Kabupaten Klaten. Jurnal Ilmu
Kesehatan, 2(2).: 123-128. Retrieved from: http://jurnal.poltekkes-solo.
ac.id/index.php/Int/article/view/69

Yusefni, E. (2012). Hubungan inisiasi menyusu dini dengan produksi asi pada ibu
menyusui di wilayah kerja puskesmas nanggalo padang, 1–8.

Anda mungkin juga menyukai