PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan kematian pada bayi dengan
memberikan vaksin. Dengan imunisasi, seseorang menjadi kebal terhadap penyakit
khususnya penyakit infeksi. Dengan demikian, angka kejadian penyakit infeksi akan
menurun, kecacatan serta kematian yang ditimbulkannya akan berkurang (Cahyono,
2010).
Vaksin yang pertama kali dibuat adalah vaksin cacar (smallpox). Padatahun 1778,
Edward Jenner, berhasil mengembangkan vaksin cacar dari virus cacar sapi atau cowpox.
Sebelum ditemukan vaksin cacar, penyakit ini sangat ditakuti masyarakat karena sangat
mematikan, bahkan penyakit ini sempat menyebar ke seluruh dunia dan menelan banyak
jiwa (Achmadi, 2006). Namun saat ini, kejadian penyakit cacar jarang ditemukan karena
WHO telah berhasil memberantasnya melalui program imunisasi. Tidak hanya cacar
(smallpox), angka kejadian penyakit-penyakit infeksi lain juga menurun dengan
ditemukannya vaksin terhadap penyakit-penyakit tersebut (Depkes, 2006).
Strategisnya imunisasi sebagai alat pencegahan, menjadikan imunisasi sebagai
program utama suatu negara. Bahkan merupakan salah satu alat pencegahan penyakit
yang utama di dunia. Di Indonesia, imunisasi merupakan andalan program kesehatan
(Achmadi, 2006). Imunisasi bayi dan anak dipandang sebagai perlambang kedokteran
pencegahan dan pelayanan kesehatan. Angka cakupan imunisasi sering dipakai sebagai
indikator pencapaian pelayanan kesehatan (Marimbi, 2010). Pada tahun 1974, WHO
mencanangkan Expanded Programme on Immunization (EPI) atau Program
Pengembangan Imunisasi (PPI) dalam rangka pencegahan penularan terhadap penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), yaitu dengan cara meningkatkan cakupan
imunisasi pada anak-anak di seluruh belahan dunia. Hasil dari program EPI ini cukup
memuaskan, dimana terjadi peningkatan angka cakupan imunisasi dunia dari 5% menjadi
80% (Ali, 2003). Di Indonesia, PPI mulai diselenggarakan tahun 1977 dan berfokus pada
campak, tuberkulosis, difteri, tetanus, pertusis, polio.
1
Sementara imunisasi hepatitis B dimasukkan terakhir karena vaksin hepatitis B baru
tersedia pada tahun 1980-an (Depkes, 2005).
Salah satu indikator keberhasilan program imunisasi adalah tercapainya Universal
Child Immunization (UCI). Pencapaian UCI merupakan gambaran cakupan imunisasi
pada bayi (0-11 bulan) secara nasional hingga ke tingkat pedesaan. WHO dan UNICEF
menetapkan indikator cakupan nisasi adalah 90% di tingkat nasional dan 80% di semua
kabupaten. Pada tahun 1990, Indonesia telah mencapai target UCI, dimana paling sedikit
80% bayi di setiap desa telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap sebelum berumur
satu tahun (Depkes, 2005). Salah satu faktor yang berperan penting terhadap pemberian
imunisasi dasar secara lengkap pada bayi adalah orangtua, khususnya ibu. Menurut
penelitian Ningrum (2006), pengetahuan dan motivasi ibu memiliki hubungan yang
signifikan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi. Ibu dengan pengetahuan dan
motivasi yang baik akan meningkatkan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.
Riskesdas (2010), juga menyebutkan bahwa pendidikan, pekerjaan, dan tingkat
pengeluaran per kapita berhubungan dengan persentase anak umur 12-23 bulan yang
mendapatkan imunisasi dasar. Semakin tinggi tingkat pendidikan, pekerjaan, dan
pengeluaran per kapita keluarga maka semakin tinggi cakupan imunisasi pada anak
B. RUMUSAN MASALAH
Menjelaskan kebutuhan Imunisasi pada neonatus,bayi,anak dan Prasekolah
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Asuhan Neonatus,bayi,balita dan Anak Prasekolah
D. MANFAAT
Manfaat dari penulisan makalah mengetahui kebutuhan imunisasi Neonatus,bayi,anak
danPrasekola
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Imunisasi
1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau resisten Imunisasi.
Anak di Imunisasi berarti di berikan kekebalan terhadap suatu penyakit
tertentu.anak kebal terhadap suatu penyakit tertentu anak kebal atau resisten
terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit lain
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan
(Kemenkes RI,
2013).
Vaksin adalah antigen berupa migroorganisme yang sudah mati,masih hidup tapi
sudah di lemahkan masih utuh atau bagiannya yang telah di olah berupa tosin
mikroorganisme yang telah di olah menjadi toksid,protein rekombinan yang apa
bila telah di berikan ke pada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik
secara katif terhadap penyakit infeksi tertentu.
2. Tujuan Imunisasi
Tujuan umum dari imunisasi adalah menurunkan angka kesakitan,kematian dan
kecatatan akibat penyakit yang bias di cegah dengan Imunisasi ( PD31)
a. Secara umun tujuan imunisasi antara lain: (Atikah, 2010,)
a) Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular
b) Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular
c) Imunisasi menurunkan angka mordibitas (angka kesakitan) dan
mortalitas (angkakematian) pada balita
b. Tujuan khusus program ini adalah sebagai berikut:
a) Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu
cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi
di seluruh desa/kelurahan pada tahun 2014
b) Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden
di bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun
2013
3
c) Global eradikasi polio pada tahun 2018.
d) Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015 dan pengendalian
penyakit rubella 2020.
e) Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta
pengelolaan limbah medis (safety injection practise and waste
disposal management) (Kemenkes RI, 2013)
3. Manfaat Imunisasi
Menurut Proverawati dan Andhini (2010) manfaat imunisasi tidak hanya
dirasakan oleh pemerintah dengan menurunnya angka kesakitan dan kematian
akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, tetapi juga dirasakan
oleh :
a. Untuk Anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan
cacat atau kematian.
b. Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.
Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin akan menjalani
masa kanak-kanak yang nyaman. Hal ini mendorong penyiapan keluarga
yang terencana, agar sehat dan berkualitas
c. Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan menciptakan bangsa yang kuat dan berakal
untuk melanjutkan pembangunan negara.
4. Sasaran Imunisasi
Table sasaran Imunnisasi pada Anak Balita
Jenis Imunisasi Usia pemberian Jumlah pemberian Interval
pemberian
Hepatitis B 0-7 hari 1 -
BCG 1 bulan 1 -
POLIO/IPV 1,2,3,4 bulan 4 4 minggu
DPT-HB-Hib 2,3,4 bulan 3 4 minggu
CAMPAK 9 bulan 1 -
Sumber: dijen PP dan PL DEPKES RI .2013
4
Jenis Imunisasi Usia pemberian Jumlah pemberian
DPT-HB-Hib 18 bulan 1
Campak 24 bulan 1
Sumber: dijen PP dan PL DEPKES RI .2013
5. Jenis Imunisasi
1) Imunisasi Wajib
Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah untuk
seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang
bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular tertentu.
terdiri dari :
Imunisasi rutin
Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang secara rutin dan terus
menerus harus dilaksanakan pada periode tertentu yang telah ditetapkan.
Berdasarkan tempat pelayanan imunisasi rutin dibagi menjadi:
a. BCG
Imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah penularan Tuberkulosis
(TBC) tuberkulosis disebabkan oleh sekelompok bakteria bernama
Mycobacterium tuberculosis complex. Pada manusia, TBC terutama
menyerang sistem pernafasan (TB paru), meskipun organ tubuh lainnya juga
5
dapat terserang (penyebaran atau ekstraparu TBC). Mycobacterium
tuberculosis biasanya ditularkan melalui batuk seseorang.
Vaksi BCG merupakan vaksin beku kering yang mengandung ycrobacterium
bovis hidup yang di lemahkan ( basciilus calmette Guerin ) strain paris
Indikasi : untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberculosis
a) Cara pemberian daan dosis :
1. Dosis pemberian 0,05 ml,sebanyak 1 kali
2. Di suntikkan secara Intrakutan de daerah lengan kanan atas
( Insersio musculus deltoeideus ), dengan menggunakan ADS
0,05
b) Kontra indikasi:
Imunisasi BCG tidak boleh diberikan pada kondisi:
1. Seorang anak menderita penyakit kulit yang berat atau menahun,
seperti eksim, furunkulosis, dan sebagainya.
2. Imunisasi tidak boleh diberikan pada orang atau anak yang sedang
menderita TBC
c) Efek samping :
2-6 minggu setelah imunisasi BCG daerah bekas suntikan timbul
bisul kecil ( papula) yang semakin membesar dan dapat terjadi
ulserasi dla waktu 2-4 bulan,kemudian menyembuh perlahan
dengannmenimbulakan jaringan parut dengan diameter 2-10mm
6
Pemberian imunisasi DPT-HB-Hib diberikan sebanyak 3 (tiga) kali
pada usia 2, 3 dan 4 bulan. Pada tahap awal hanya diberikan pada bayi
yang belum pernah mendapatkan imunisasi DPT-HB. Apabila sudah
pernah mendapatkan imunisasi DPT-HB dosis pertama atau kedua, tetap
dilanjutkan dengan pemberian imunisasi DPT-HB sampai dengan dosis
ketiga. Untuk mempertahankan tingkat kekebalan dibutuhkan imunisasi
lanjutan kepada anak batita sebanyak satu dosis pada usia 18
a) Cara pemberian :
Vaksin harus di suntikkan secara Intramuskular pada anterolateral
paha atas. satu dosis anak adalah 0,5 ml
b) Kontra aiandikasi :
Kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahiratau kelainan
sarafseri
c) Efeksamping :
Reaksi local sementara seperti bengkak ,nyeri,dan kemerahan pada
lokasisuntikan di sertai demamdapat timbul dalam sejumlah yang
besar kasus kadang kadang reaksi berat seperti demam tinggi
irritabilitas ( rewel ),dan menangis dengan nada tinggi dapat terjadi
dalam 24 jam setelaah pemberian
d) Penanganan efek samping :
Orang tua di anjurkan untuk memberikan minum lebih banyak ASI
jika demam kenakan pakaian tipus.bekas suntikan yang nyeri dapat di
kompres air dingin.jika demam berikan paracetamol 15mg/kgBB
setiap 3-4 jam ( maksimal 6 kali dalam 24 jam ) bayi boleh mandi
atau cukup deseka dengan air hangat jika reaksi memberat dan
menetap bawa bayi ke dokter.
c. Hepatitis B
Vaksin virus recombinan yang telah diinaktivaskan dan bersifat non-
infecious,berasal dari HBsAG.
1. Indikasi :
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis
2. Kontra indikasi
Pemberian imunisasi polio tidak boleh dilakukan pada orang
yang menderita defisiensi imunitas. Tidak ada efek yang berbahaya
yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit.
Namun, jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka
dosis ulang dapat diberikan setelah sembuh.
3. Cara pemberian dan dosis:
8
Secara oral ,1 dosis ( dua tetes ) sebanyak 4 kali (polio I, II,
III dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi
ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian
pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD
(12 tahun). Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 ml)
langsung kemulut anak atau dengan atau dengan menggunakan
sendok yang berisi air gula. Setiap membuka vial baru harus
menggunakan penetes (dropper) yang baru.
4. Efek samping :
Pada umunya tidak terdapat efek samping. Efek samping
berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin jarang terjadi.
5. Penanganan efek samping
Orang tua tidak perlu melakukan apa pun
e. Imunisasi campak
Imunisai campak ditujukan untuk memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit campak. Campak, measles atau rubelal adalah penyakit
virus akut yang disebabkan oleh virus campak. Penyakit ini sangat
infeksius, menular sejak awal masa prodromal sampai lebih kurang 4 hari
setelah munculnya ruam. Infeksi disebarkan lewat udara (airborne)
3. Kontraindikasi
Pemberian imunisasi tidak boleh dilakukan pada orang yang
mengalami immunodefisiensi atau individu yang diduga menderita
gangguan respon imun karena leukimia, dan limfoma
6. Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap
9
Sesuai dengan Permenkes Nomor 42 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Imunisasi, jadwal pemberian imunisasi dasar pada bayi dapat dilihat pada
tabel
dibawah ini :
Waktu Pemberian (usia) Jenis imunisasi yang diberikan
0 bulan Hepatitis B0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4
9 bulan Campak
12
Pada mumps terjadi reaksi vaksin pambengkakan kelenjar parotis,
rubela terjadi rasa nyeri sendi 15% dan pembengkakan limfe
3. Reaksi vaksin berat
a. kejang
b. Trombositopenia
c. Hypotemic hyperesponsive episode/ HHE
c. Persistent inconsolable csreaning bersifat self-imiting dan tidak
merupakan masalah jangka panjang
d. sefalopati akibat imunisasi campak atau DPT
Daftar pustaka
Cahyono suharjo.B. 2010 Vaksinasi cara ampuh cegah penyakit infeksi
Noordiatih.2018 Asuhan kebidanan Neonatus,bayi balita,dan anak prasekolah
URNAL NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1 Tahun 2012,
13
Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jnursing
factor factor yang berhubungan dengan pemberian Imunisasi dasar lengkap pada bayi
14