Oleh :
AGUS WAHYONO
NIM : 2017.02.002
1. Teridentifikasi praktik mencuci tangan pakai sabun (CTPS) pada siswa kelas
5 di SDN kebalenan sebelum di berikan penyuluhan.
2. Teridentifikasi perilaku mencuci tangan pakai sabun (CTPS) pada siswa kelas
5 di SDN kebalenan sesudah di berikan penyuluhan.
3. Teranalisis pengaruh penyuluhan metode demonstrasi terhadap praktik
mencuci tangan pakai sabun (CTPS) pada siswa kelas 5 di SDN kebalenan
kabupaten banyuwangi tahun 2020.
1) Teknik Komunikasi
a. Metode penyuluhan langsung yaitu penyuluh langsung berhadapan atau
bertatap muka dengan sasaran.
b. Metode penyuluh tidak langsung yaitu penyuluh tidak langsung bertatap
muka dengan sasaran tapi menyampaikan pesan melalui perantara (media).
2) Sasaran yang dicapai
a. Pendekatan peroranganPenyuluh berhubungan secara langsung maupun
tidak langsung dengan sasaran perorangan.
b. Pendekatan kelompok
c. Dalam pendekatan ini penyuluh berhubungan dengan sekelompok sasaran.
d. Pendekatan masal
e. Petugas penyuluh kesehatan menyampaikan secara sekaligus kepada
sasaran yang jumlahnya banyak.
3) Indera penerima
1) Ceramah
Menyampaikan atau menjelaskan suatu pengertian atau pesan secara lisan
yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu oleh seseorang pembiacara (ahli)
kepada sekelompok pendengar dengan dibantu beberapa alat peraga yang
diperlukan. Ceramah pada hakikatnya adalah transfer informasi dari penyuluh
kepada sasaran (peserta) penyuluhan.
2) Diskusi Kelompok
3) Diskusi Panel
Suatu pembicaraan yang dilakukan oleh beberapa orang yang dipilih (3
sampai 6 orang) yang dipimpin oleh seorang moderator di hadapan
sekumpulan pendengar.
4) Curah Pendapat (Brainstorming)
Suatu penyampaian pendapat atau ide untuk pemecahan suatu
masalah tanpa adanya kritik.
5) Demonstrasi
Metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan
kepada siswa tentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu baik
sebenarnya atau hanya sekedar tiruan saja. metode demonstrasi mampu
menyampaikan meteri secara jelas dan mudah di pahami siswa. Dengan
demikian penggunan metode demonstrasi dapat menyalurkan pesan yang
dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan. Dari hal tersebut maka
proses belajar akan efektif dan prestasi belajar siswa akan meningkat.
Pengalaman mendapatkan penyuluhan demonstrasi juga mempengaruhi
tingkat kebersihan gigi mulut hal ini ditunjukkan dalam penelitian Riyanti
(2014) bahwa dilakukan 4 kali penyuluhan demonstrasi lalu diukur tingkat
kebersihan gigi mulutnya di setiap pertemuan.
6) Bermain peran (Roll Play)
Dalam bermain peran, peserta memerankan seperti dalam kenyataan. Mereka
berbuat sesuai dengan pendapatnya. Peserta kemudian mencoba untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.
7) Simulasi
Permainan yang direncanakan yang maknanya dapat di ambil untuk
kepentingan sehari-hari. Metode simulasi dapat dilaksanakan untuk
memaknai masalah hubungan antar manusia.
8) Meninjau Lapangan (Field Trip)
Metode meninjau lapangan adalah pergi ke tempat-tempat, baik di komunitas
atau tatanan lain yang di anggap perlu untuk memantapkan hasil belajar.
Biasanya dapat dilakukan setelah mendapat teori di kelas dan
membandingkan dengan kondisi nyata yang ada di lapangan. Mislanya,
kunjungan ke posyandu untuk melihat pelaksanaan 9 langkah oleh kader.
9) Studi Kasus (Case Study)
Sekumpulan situasi masalah yang di analisis secara mendalam atau
mendetail. Biasanya adalah permasalahan bagian dari kehidupan yang
memerlukan diagnosis dan penanganan.
10) Simposium
Serangkaian pidato pendek di depan pengunjung dengan seorang
pemimpin.
2.1.4 Demonstrasi
2.1.4.1 Definisi Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan memperagakan
barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara
langsung maupun melalui media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan
atau materi yang sedang disajikan. Metode demonstrasi adalah metode yang
digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang
berkenaan dengan bahan pelajaran. Metode demonstrasi lebih sesuai untuk
mengajarkan bahan-bahan pelajaran yang merupakan suatu gerakan-gerakan,
suatu proses maupun hal-hal yang bersifat rutin (Syaiful Bahri Djamarah, 2010).
(1) Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau
kerja suatu benda.
(2) Memudahkan berbagai jenis penjelasan
1) Perencanaan
Dalam perencanaan hal-hal yang dilkukan ialah :
(1) Merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang
diharapkan dapat tercapai setelah metode demonstrasi berakhir.
(2) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan
dilaksanakan
(3) Memperhitungkan waktu yang dubutuhkan
(4) Selama demonstrasi berlangsung harus introspeksi diri apakah keterangan-
keterangan dapat didengar dengan jelas oleh siswa dan apakah semua media
yang digunakan telah ditempatkan pada posisi yang baik sehingga semua
siswa dapat melihat semuanya dengan jelas.
(5) Siswa disarankan membuat catatan yang dianggap perlu.
(6) Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan anak.
(7) Memilih alat peraga atau media penyuluhan.
2). Pelaksanaan
Hal-hal yang mesti dilakukan adalah:
2.2.1 Definisi
2.2.2.1 Diare
Diare menjadi penyebab kematian kedua yang paling umum untuk anak-
anak balita. Sebuah ulasan yang membahas sekitar 30 penelitian terkait di
temukan bahwa cuci tangan dengan sabun dapat memangkas angka diare hingga
separuh. Penyakit diare sering di asosiasikan dengan keadaan air namun secara
akurat sebenarnya harus diperhatikan juga penanganan kotoran manusia seperti
tinja dan air kencing, karena kuman-kuman penyebab diare berasal dari kotoran-
kotoran ini. Kuman-kuman ini membuat manusia sakit ketika mereka masuk
mulut melalui tangan yang telah menyentuh tinja, air minum yang terkontaminasi,
makanan mentah, dan peralatan makan yang tidak dicuci terlebih dahulu atau
terkontaminasi akan tempat makannya yang kotor. Tingkat keefektifan mencuci
tangan dengan sabun dalam penurunan angka diare dalam persen menurut tipe
inovasi pencegahan adalah mencuci tangan dengan sabun (44%), penggunaan air
olahan (39%), sanitasi (32%), pendidikan kesehatan (28%), penyediaan air (25%),
sumber air yang diolah (11%) (Kemenkes RI, 2014).
1. Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai air yang
mengalir, ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan secara
lembut.
Bila dilihat satu-persatu pada Tabel 1 hanya variabel Sikap, Persepsi dan
Peran Petugas Kesehatan yang mempunyai nilai negatif yaitu nilai yang bersifat
positif hanya dibawah 50% (Persepsi baik 37% dan Peran Petugas Kesehatan
47%). Itu daat diasumsikan bahwa Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun yang hanya
55,9% didukung oleh sebagian besar variabel di atas.
Dapat diasumsikan pula bahwa Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun seperti
tersebut di atas disebabkan oleh perbedaan persepsi buruk yang mungkin juga
disebabkan oleh kurangnya peran petugas kesehatan memberi penyuluhan
tentang Cuci Tangan Pakai Sabun.
2.3.1 Pengetahuan
Tentang nilai rerata pertanyaan Pengetahuan Cuci Tangan Pakai Sabun
belum maksimal, pada pertanyaan nomor 6 pada Angket Pengetahuan, yaitu
dengan nilai maksimal 1, yang menggambarkan bahwa setiap mencuci tangan
tidak memakai sabun. Nilai ini cukup ekstrem tentang gambaran pengetahuan
tentang Cuci Tangan Pakai Sabun. Demikian pula terjadi di Burundi Health
Knowledge hanya sebesar 45% (Simetz, E., et all., 2016). Pengetahuan ini sangat
penting peranannya karena dapat menjadi dasar (fondasi) dari perubahan perilaku
Cuci Tangan Pakai Sabun di India dalam jangka panjang (Biran., A., et al., 2012).
Tingkat pengetahuan tentang Cuci Tangan Pakai Sabun tersebut yang cukup
tinggi (mencapai 80%) tidak menjamin perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun seperti
terjadi di Nagolda, Andhra Pradesh, India (Takalkar, AA., et al., 2013).
2.3.2 Sikap
Pada Variabel Sikap yang di gambarkan secara rinci pada angket
pertanyaan, secara rerata nilainya di atas 3 atau di atas nilai tengan 2,5, maka
dapat disimpulkan bahwa sikapnya cenderung mendukung kurang mendukung
atau negatif atas kegiatan Cuci Tangan Pakai Sabun. Demikian pula terjadi di
Burundi Affective Beliefs mencapai 76% (Simetz, E., et al., 2016). Demikian
pula di Turki seperti yang dilaporakan oleh Tuzun., H. Et al (2015) bahwa
78% responden menyatakan bahwa mencuci tangan sangat penting karena
dapat mencegah penyakit. Sikap positif (positive attitudes) menjadi dasar bagi
terbentuknya keyakinan yang positif yang diperlukan bagi perilaku cuci tangan
(Burusnukul., P., dan Broz., CC., 2013).
2.3.3 Persepsi
Gambaran variabel Persepsi tentang Cuci Tangan Pakai Sabun tergambar
pada tiga pertanyaan paka angket pertanyaan. Dari gambaran tersebut nampak
bahwa pada nilai rerata pertanyaan nomor 1 dan 2 frekuensi relatif rendah
dibandingkan pertanyaan nomor 3 yang mendapatkan nilai rerata yang paling
tinggi. Apalagi pertanyaan nomor 1 merupakan pertanyaan negatif. Dengan nilai
yang cukup variasi ini dapat simpulkan bahwa masih terjadi perbedaan persepsi
tentang Cuci Tangan Pakai Sabun. Demikian pula terjadi di sekolah perawat East
Tennessee State University USA, bahwa batasan yang jelas tentang Cuci Tangan
Pakai Sabun yang baik dan benar belum mereka pahami secara menyeluruh
(Berger, B., 2013). Kesalahpahaman tentang Cuci Tangan Pakai Sabun juga
terjadi di kalangan pelajar/mahasiswa kedokteran di Malaysia (Al-Naggar, RA.,
Al- Jashamy, K., 2013).
2.3.4 Citra Diri
Tentang variabel Citra Diri yang tergambar pada distribusi frekuensi
pertanyaan angket, bahwa yang mempunyai nilai tertinggi adalah pertanyaan
nomor 3 yaitu sebesar 3,7, dibandingkan dengan nomor pertanyaan nomor 1 yaitu
3,1. Jika dibandingkan dengan hasil kumulatif nilai kuesioner dimana Citra Diri
Baik mencapai 64,8%. Disimpulkan bahwa Citra Diri lebih dilihat pihak luar
yaitu teman-teman sekolahnya atau teman sebaya (peers review) cukup baik atau
cukup tinggi. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) menjadai kebanggaan diri
mereka dan merasa percaya diri (‘pede’) bila melakukan Cuci Tangan Pakai
Sabun. Di Burundi juga tidak terlalu besar yaitu hanya sekitar 70% (Simetz, E.,
et al., 2016).
2.3.5 Nilai-Nilai
Variabel Cuci Tangan Pakai Sabun dilihat dari unsur Nilai-nilai, pada
Distribusi Frekuensi hasil jawaban pada pertanyaan Angket, di bawah ini bahwa
pertanyaan nomor yang paing tinggi frekuensinya yaitu 3,4 dan yang paling
rendah nomor pertanyaan 3 yaitu 3,2 nilai frekuensinya. Jika dibandingka dengan
hasil kumulatif yaitu Nilai-nilai yang bersifat positif hanya 58%, maka hal ini
menggambarkan bahwa nilai Cuci Tangan Pakai Sabun belum sepenuhnya
sebagai nilai-nilai dalam kehidupan, karena gambaran frekuensi dari 3 pertanyaan
masih sangat fluktuasi belum ada kecenderungan yang solid atau semua
pertanyaan menuju kepada nilai frekuensi yang maksimal. Hal yang tidak jauh
berbeda juga terjadi di Burundi, Social Norm hanya 69% (Simetz, E., et al.,
2016).
2.3.6 Kepercayaan
Gambaran distribusi frekuensi rerata pertanyaan pada angket pertanyaan
tentang kepercayaan, dari empat nomor pertanyaan juga kecenderungannya masih
fluktuatif belum kearah solid atau nilai nilai frekuensi yang maksimal. Dengan
kemikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan Cuci Tangan Pakai Sabun belum
sepenuhnya sebagai suatu kepercayaan yang melekat pada keyakinannya masing-
masing. Terbentuknya keyakinan/kepercayaan yang positif yang diperlukan bagi
perilaku cuci tangan (Burusnukul., P., dan Broz., CC., 2013) dan upaya
peningkatan keyakinan/kepercayaan merupakan upaya peningkatan perilaku Cuci
Tangan Pakai Sabun di Bangladesh (Halder. A, et al, 2010). Tingkat kepercayaan/
keyakinan yang tinggi juga terjadi kalangan perawat (Aiello., AE., et al., 2010).
KERANGKA KONSEP
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak
Diteliti
Gambar 3.1 : Kerangka Konseptual Penyuluhan Metode Demonstrasi Terhadap Praktik
Mencuci Tangan Pakai Sabun pada Siswa Kelas 5 di SDN Kebalenan
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2020.
3.2 Hipotesis Penelitian
Keterangan:
K : Subjek
purposive sampling
Intervensi Penyuluhan
Laporan penelitian
Hasil penelitian
Keterangan :
n : besar sampel
N : besar populasi
d : tingkat signifikansi ( tingkat kesalahan yang dipilih, d = 0,1)
90
n=
1+ 90 ¿ ¿
90 90 90 90
n= = = = = 47
1+ 90 ¿ ¿ 1+ 90(0.01) 1+ 0.9 1.9
Variable Independen Suatu cara/ proses belajar 1. Pengertian cuci tangan SAP - -
dengan memperagakan pakai sabun
Penyuluhan Metode
suatu gerakan. 2. Tujuan cuci tangan
Demonstrasi
pakai sabun
3. Manfaat cuci tangan
pakai sabun
4. waktu Pemilihan
sabun cuci tangan
5. SOP meliputi
a) Persiapan alat
b) Langkah – Langkah
c) Cara
cuci tangan pakai
sabun
Variable Dependent Pelaksanaan secara nyata 1. SOP meliputi Lembar Ordinal 1. Baik Jika
Observasi
Praktik cuci tangan membersihkan tangan a) Persiapan alat 70-100 %
1). Coding
2). Scoring
Meliputi penentuan skor atau nilai untuk tiap item pertanyaan pada
variabel Menggosok gigi. Dalam hal ini penentuan skor atau nilai dari
observasi.
Scoring = nilai yang didapat : nilai tertinggi x 100%
a) Baik jika 70-100%
b) Cukup jika 51-69%
c) Kurang jika <50%
3). Tabulating
Pengelompokkan data sedemikian rupa dengan membuat gambar
dan table sesuai dengan analisis yang dibutuhkannya (Sugiyono,
2010).
4.7.3 Analisis Statistik
1) Analisa statistik diskriptif
Analisa diskriptif adalah ststistik yang digunakan untuk
menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya
tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum
atau generalisasi, tapi hanya menjelaskan kelompok itu saja
(Sugiyono, 2010).
Adapun analisis statistika deskriftif ini memiliki tujuan untuk
memberikan gambaran (deskriptif) mengenai suatu data agar data
yang tersaji menjadi mudah dipahami dan informatif bagi orang
yang membacanya.Statistika deskriptif menjelaskan berbagai
karakteristik data seperti rata – rata (mean), jumlah (sum),
simpangan baku (standart deviation), varians (variance), rentang
(range), nilai minimum dan maximum dan sebagainya.
2) Analisa statistika Inferensial
Analisa inferensial adalah teknik analisis sata yang
digunakan untuk menentukan sejauh mana kesamaan antara hasil
yang diperoleh dari suatu sampel dengan hasil yang akan di dapat
pada populasi secara keseluruhan. Jadi statistika Inferensial
membantu peneliti untuk mencari tahu apakah hasil yang diperoleh
dari suatu sampel dapat digeneralisasi pada populasi, sejalan
dengan pengertian statistika Inferensial menurut Creswell,
Muhammad Nisfiannor berpendapat bahwa statistika Inferensial
adalah metode yang berhubungan dengan analisis data pada sampel
untuk digunakan untuk penggeneralisasian pada populasi.
B
N Xa1 Xb1 Peringkat Tanda ( + ) Tanda ( - )
( Xa1 – Xb1)
Jumlah T T
Keterangan :
N : Jumlah Sampel
Xa1 : Nilai Sebelum Perlakuan
Xb1 : Nilai Sesudah ada Perlakuan
B : Beda pengamatan sebelum dan sesudah pengamatan
T : Jumlah peringkat terkecil