Anda di halaman 1dari 41

PENGARUH EDUKASI CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS)

TERHADAP PENGETAHUAN CUCI TANGAN PAKAI

SABUN PADA SISWA KELAS 3 DI SDN 3

PODOMORO PRINGSEWU

DISUSUN OLEH :

LIYANA LUVITA DEWI

142012016058

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

PRINGSEWU LAMPUNG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah program pemerintah untuk

meningkatkan pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan, dan pembinaan

lingkungan sekolah sehat atau kemampuan hidup sehat bagi warga sekolah

(Kemenkes 2017). Pelaksanaan kebijakan UKS di sekolah masih

terkendala oleh berbagai persoalan. (Kemenkes 2015) menyatakan

beberapa hambatan dalam pelaksanaan UKS diantaranya seperti masih

banyak guru pembina UKS belum dilatih, kurangnya motivasi guru

pelaksanaan UKS, belum ada buku pedoman materi kesehatan untuk

pegangan guru, dan masih banyak tenaga kesehatan yang belum dilatih

UKS. Peranan mereka sangatlah penting untuk mempengaruhi kualitas

hidup anak dimasa depan. Maka dari itu perlu diberikan edukasi untuk

mengajarkan hidup bersih dan sehat salah satunya menjaga kebersihan

khususnya melakukan cuci tangan untuk diri sendiri dan lingkunganya

(Sekarwati 2017).

Cuci tangan merupakan proses membuang kotoran dan debu secara

mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air.

Kesehatan dan kebersihan tangan secara bermakna mengurangi jumlah

mikroorganisme penyebab penyakit pada kedua tangan (Kahusadi,

Tumurang et al. 2018). Cuci tangan pakai sabun (CTPS) adalah salah satu

tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari-jemari


menggunakan air dan sabun sehingga menjadi bersih. Cuci tangan pakai

sabun adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari

kulit kedua belah tangan dengan memakai air dan sabun, cuci tangan pakai

sabun merupakan cara yang sederhana, mudah, dan bermanfaat untuk

mencegah berbagai penyakit. Masyarakat menganggap CTPS tidak

penting, mereka cuci tangan pakai sabun ketika tangan berbau, berminyak

dan kotor. Tindakan cuci tangan merupakan tindakan pencegahan dan

penanggulangan penyakit yang menjadi program perilaku hidup bersih dan

sehat (PHBS) di sekolah (Kemenkes 2011).

Indonesia sampai saat ini diare masih menjadi masalah masyarakat.

Menurut WHO, 2011 dalam Megaria, 2013. Mengatakan bahwa angka

kejadian diare di Indonesia tahun 2010 mencapai 411 penderita per 1000

penduduk. Beberapa faktor penyebab diare adalah disebabkan oleh kuman

yang masuk kedalam tubuh melalui makanan dan minuman karena

kurangnya menjaga kebersihan tangan dan kuku. Berdasarkan data WHO,

perilaku mencuci tangan dengan sabun dapat menurunkan terjadinya kasus

diare dan ISPA. Terdapat berbagai hal yang mempengaruhi rendahnya

perilaku cuci tangan pakai sabun karena masih rendahnya pengetahuan dan

kesadaran untuk melakukan perilaku cuci tangan pakai sabun yang benar.

Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih bertahan lama

dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan

(Notoatmodjo 2010).
Kurangnya pengetahuan anak tentang cuci tangan pakai sabun sangatlah

minim, dan kurangnya informasi yang diberikan oleh guru disekolah

tentang cuci tangan pakai sabun yang benar. Selama ini siswa hanya

diberikan informasi bahwa harus mencuci tangan setelah melakukan

aktifitas dan dari tenaga kesehatan juga kurang dalam memberikan

penyuluhan tentang pentingnya cuci tangan pakai sabun yang benar

disekolah-sekolah. Karena anak-anak siswa disekolah kurang pengetahuan

tentang bagaimana cuci tangan pakai sabun yang benar banyak terjadi

masalah kesehatan misalnya tifus, infeksi jamur, polio, disentri, diare,

kolera, cacingan, ISPA, dan hepatitis A. Untuk memutuskan mata rantai

penyebaran penyakit, pemberian edukasi tentang pola hidup sehat kepada

anak-anak penting untuk dilakukan karena anak-anak banyak

menghabiskan banyak waktu disekolah (Ma'rifah 2015). Sekolah memiliki

peran penting dalam mendidik dan mendorong kebiasaan cuci tangan sejak

usia dini karena kebiasaan mencuci tangan yang dipelajari di sekolah dapat

bertahan seumur hidup (Global Handwashing Day, 2008). Selain itu, anak-

anak juga merupakan calon-calon agen perubahan lingkungan sekitarnya

(Kemenkes 2014).

Cuci tangan pakai sabun sebagai upaya preventif dalam melindungi diri

dari berbagai penyakit menular. Mencuci tangan dengan menggunakan air

dan sabun dapat lebih efektif membersihkan kotoran dan telur cacing yang

menempel pada permukaan kulit, kuku dan jari-jari pada kedua tangan

(Desiyanto dan Djannah 2012). Cuci tangan menggunakan sabun juga

adalah salah satu upaya pencegahan penyakit dan penularan penyakit. Hal
ini dilakukan karena tangan merupakan agen yang membawa kuman dan

menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke oraang lain, baik

dengan kontak langsung atau kontak tidak langsung (Kemenkes RI 2013).

Gerakan CTPS di sekolah juga tidak terlalu baik seperti yang terjadi di

negara-negara Asia Tenggara. Di negara Banglades kegiatan mencuci

tangan saja hanya 3,7% dan di Kenya cuci tangan pakai sabun hanya 25%.

Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Kemenkes RI (2013) menyebutkan hanya 18,5% masyarakat Indonesia

yang mencuci tangan dengan sabun di lima waktu penting. Riset

Kesehatan dasar (Riskesdas 2018) menunjukan bahwa perilaku cuci

tangan dengan benar pada penduduk umur ≥ 10 tahun di Indonesia telah

menunjukan adanya perubahan 48 %. Di provinsi Lampung itu sendiri

menunjukan adanya peningkatan pada tahun 2007 perilaku cuci tangan

dengan benar yaitu 19% dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan

perilaku cuci tangan yaitu sebesar 45% dan pada tahun 2018 mengalami

peningkatan sendikit yaitu 46% (Riskesdas 2018).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rizal dan Jalpi (2019)

mengatakan bahwa hasil penelitianya yaitu adanya perbedaan yang

bermakna nilai rata-rata pengetahuan tentang cuci tangan pakai sabun

sebelum dan sesudah mendapatkan intervensi promosi kesehatan di

sekolah dan adanya perbedaan sikap tentang cuci tangan pakai sabun

sebelum dan sesudah mendapatkan intervensi promosi kesehatan di

sekolah.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dari guru disekolah SDN 3

Podomoro bahwa siswa-siswi di SDN tersebut belum menerapkan cuci

tangan pakai sabun dengan benar dikarenakan kurangnya pengetahuan dan

disekolah sudah disediakan wastafell tetapi anak-anak SDN 3 Podomoro

tidak menggunakan wastafell tersebut, mereka menganggap cuci tangan

pakai sabun hanya pada saat tanganya kotor dan pada saat setelah makan

saja. Adapun beberapa masalah yang sering muncul pada siswa akibat

tidak mencuci tangan pakai sabun salah satunya yaitu diare. Adapun

masalah tersebut sering terjadi pada siswa kelas 3. Sehingga peneliti

tertarik untuk meneliti tentang “ Pengaruh Edukasi Cuci Tangan Pakai

Sabun (CTPS) Terhadap Pengetahuan Cuci Tangan Pakai Sabun Pada

Siswa Kelas 3 Di SDN 3 Podomoro Pringsewu”.

B. Rumusan Masalah

Kurangnya pengetahuan dan perilaku anak tentang cuci tangan pakai

sabun sangatlah minim, dan kurangnya informasi yang diberikan oleh guru

disekolah tentang cuci tangan pakai sabun yang benar. Karena cuci tangan

pakai sabun belum terlalu dilakukan pada siswa sehingga masih banyak

masalah kesehatan yang terjadi pada siswa. Berdasarkan permasalahan dan

latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

“Adakah pengaruh edukasi Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) terhadap

pengetahuan cuci tangan pakai sabun pada siswa kelas 3 di SDN 3

Podomoro?”.
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahuai pengaruh edukasi cuci tangan pakai sabun terhadap

pengetahuan cuci tangan pakai sabun pada siswa kelas 3 di SDN 3

Podomoro tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik responden anak umur dan jenis kelamin

pada siswa kelas 3 di SDN 3 Podomoro tahun 2020.

b. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan cuci tangan pakai

sabun sebelum dilakukan edukasi cuci tangan pakai sabun pada

siswa kelas 3 di SDN 3 Podomoro tahun 2020.

c. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan cuci tangan pakai

sabun sesudah dilakukan edukasi cuci tangan pakai sabun pada siswa

kelas 3 di SDN 3 Podomoro tahun 2020.

d. Mengetahui pengaruh edukasi cuci tangan pakai sabun terhadap

pengetahuan cuci tangan pakai sabun pada siswa kelas 3 di SDN 3

Podomoro tahun 2020.

D. Ruang lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah :

1. Lingkup Masalah

Masalah dibatasi pada pengaruh edukasi cuci tangan pakai sabun

(CTPS) terhadap pengetahuan cuci tangan pakai sabun siswa.


2. Lingkup Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan maret-april tahun 2020

3. Lingkup Tempat

Penelitian dilaksanakan di SDN 3 Podomoro

4. Lingkup Metode

Metode yang digunakan adalah quasi eksperimen

5. Lingkup Sasaran

Sasaran penelitian adalah siswa kelas 3 di SDN 3 Podo Moro

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden

Diharapkan penelitian edukasi cuci tangan pakai sabun ini mampu

dilakukan oleh siswa.

2. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan penelitian ini dilakukan intervensi oleh guru disekolah

untuk upaya cuci tangan pakai sabun yang benar agar mencegah

berbagai penyakit.

3. Bagi Institusi

Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan kepustakaan atau referensi

khusus bagi Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Pringsewu Lampung, tentang pengaruh edukasi cuci

tangan pakai sabun (CTPS) terhadap pengetahuan dan perilaku siswa.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan atau dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai

pengaruh edukasi CTPS terhadap pengetahuan dan perilaku siswa.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Edukasi

1. Definisi Edukasi

Edukasi atau pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk intervensi atau

upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku tersebut kondusif

untuk kesehatan. Dengan perkataan lain pendidikan kesehatan

mengupayakan agar perilaku individu, kelompok, atau masyarakat

mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan

kesehatan (Notoatmodjo 2014).

2. Tujuan Edukasi

Menjadikan individu mampu secara mandiri atau berkelompok

mengadakan kegiatan untuk mencapai hidup sehat. Mendororng

pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan

yang ada. Mengunggah kesadaran, memberikan atau meningkatkan

pengetahuan masyarakat tentang pemeliharaan dan peningkatan

kesehatan bagi dirinya sendiri, keluarganya maupun masyarakatnya

(Notoatmodjo 2014).
3. Ruang Lingkup Edukasi Kesehatan

Menurut (Notoatmodjo 2014) ruang lingkup edukasi kesehatan dapat di

bagi menjadi 3 bagian. Berikut ini beberapa ruang lingkup edukasi

kesehatan :

a. Ruang lingkup berdasarkan aspek kesehatan

1) Pendidikan kesehatan pada aspek promotif

Sasaran pendidikan atau promosi kesehatan pada aspek promotif

adalah kelompok orang sehat. Tujuan dari pendidikan kesehatan

pada kelompok ini perlu ditingkatkan atau dibina agar tetap sehat,

atau lebih meningkat lagi.

2) Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan

a) Pencegahan tingkat pertama (primary prevention)

Sasaran promosi/pedidikan kesehatan pada aspek ini adalah

kelompok masyarakat yang berisiko tinggi. Tujuan upaya

pendidikan/promosi kesehatan pada kelompok ini adalah agar

mereka tidak jatuh sakit atau terkena penyakit.

b) Pencegahan kedua (secondary prevention)

Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah para penderita

penyakit kronis. Tujuan upaya promosi kesehatan pada

kelompok ini adalah agar penderita mampu mencegah

penyakitnya menjadi lebih parah.


c) Pencegahan tingkat tiga (tertiary prevention)

Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah kelompok

pasien yang baru saja sembuh (recovery) dari suatu penyakit.

Tujuanya adalah agar mereka segera pulih kembali kesehatanya.

b. Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan tatanan pelaksanaan

1) Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)

Keluarga atau rumah tangga adalah unit masyarakat terkecil. Oleh

sebab itu untuk mencapai perilaku masyarakat yang sehat harus

dimulai dimasing-masing keluarga. Orang tua adalah sasaran dalam

promosi kesehatan pada tatanan ini. Karena orang tua, terutama ibu

merupakan peletak dasar perilaku, terutama perilaku kesehatan bagi

anak-anak mereka.

2) Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah

Sekolah merupakan perpanjangan tangan pendidikan kesehatan

pada keluarga. Sekolah, terutama guru pada umunya lebih dipatuhi

murid-murid. Maka dari itu lingkungan sekolah, baik lingkungan

fisik maupun lingkungan sosial yang sehat, akan sangat

berpengaruh terhadap perilaku sehat anak-anak. Kunci pendidikan

kesehatan adalah guru, oleh sebab itu perilaku guru harus

dikondisikan, melalui pelatihan-pelatihan kesehatan, seminar,

lokakarya dan sebagainya.

3) Pendidikan kesehatan di tempat kerja

Lingkungan kerja yang sehat (fisik dan nonfisik) akan mendukung

kesehatan pekerjaan atau karyawannya dan akhirnya akan


menghasilkan produktifitas yang optimal. Sebaliknya lingkungan

kerja yang tidak sehat serta rawan kecelakaan kerja akan

menurunkan derajat kesehatan pekerjanya, dan akhirnya kurang

produktif. Sasaran promosi kesehatan pada tatanan ini adalah

pemilik, pemimpin, atau manajer dari institusi tempat kerja agar

mereka peduli terhadap kesehatan para pekerjanya dan

mengembangkan unit pendidikan kesehatan di tempat kerja.

4) Pendidikan di tempat-tempat umum

Tempat-tempat umum di sini mencakup pasar, terminal bus, bandar

udara, tempat-tempat perbelanjaan, tempat-tempat olahraga, taman-

taman kota, dan sebagainya. Para pengelola tempat-tempat umum

merupak sasaran promosi kesehatan agar mereka melengkapi

tempat-tempat umum dengan fasilitas yang dimaksud yaitu

memberikan himbauan-himbauan melalui pengeras suara, poster

leaflet.

5) Fasilitas pelayanan kesehatan

Fasilita pelayanan kesehatan ini mencakup rumah sakit (RS),

puskesmas, poliklinik, rumah bersalin, karena terkadang di rumah

sakit atau puskesmas tidak menjaga kebersihan fasilitas pelayanan

kesehatan. Oleh sebab itu pemimpin fasilitas pelayanan kesehatn

merupakan sasaran utama promosi kesehatan di fasilitas pelayanan

kesehatan ini. Mereka inilah yang bertanggung jawab atas

terlaksananya pendidikan atau promosi kesehatan di institusi

tersebut.
c. Ruang lingkup berdasarkan tingkat pelayanan

1) Promosi kesehatan (health promotion)

2) Perlindungan khusus (specifik protection)

3) Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt

treatment)

4) Pembatasan cacat (disability limitation)

5) Rehabilitas (rehabilitation)

4. Metode Pendidikan Kesehatan

Metode edukasi merupakan suatu faktor yang mempengaruhi tercapainya

suatu hasil secara optimal, berikut ini beberapa metode pendidikan

kesehatan menurut (Notoatmodjo 2014) yaitu:

a. Metode pendidikan individual (perorangan)

Metode pendidikan kesehatan ini bersifat individual ini digunakan

untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang mulai

tertarik pada suatu perubahan perilaku. Bentuk pendekatan ini antara

lain :

1) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling)

2) Interview (wawancara)

b. Metode pendidikan kelompok

Metode pendidikan kelompok perlu diingat bahwa besarnya kelompok

sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran.

1) Kelompok besar

Kelompok besar adalah apabila peserta penyuluhan lebih dari 15

orang.
a) Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi

maupun rendah.

b) Seminar

Metode ini cocok untuk sasaran kelompok besar dengan

pendidikan menengah ke atas.

2) Kelompok kecil

Apabila peserta kegiatan kurang dari 15 orang.

a) Diskusi kelompok

Metode ini digunakan agar anggota kelompok dapat

berpartisipasi dalam diskusi.

b) Curah pendapat

Dalam metode ini peserta diberikan masalah oleh pemimpin

kemudia tiap peserta memberikan jawaban-jawaban dan

tanggapanya.

c) Memainkan peran (role playing)

Beberapa anggota kelompok diberikan peran tertentu untuk

memainkan peranan tersebut.

c. Metode pendidikan massa

Metode pendekatan ini nersifat umum, dalam arti tidak membedakan

golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi,

tingkat pendidikan dan sebagainya, maka pesan-pesan kesehatan yang

akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat

ditangkap oleh massa tersebut


5. Media Pendidikan Kesehatan

Media dalam pendidikan kesehatan ini bisa disebut juga alat bantu. Alat

bantu ini leebih sering disebut sebagai alat peraga karena berfungsi untuk

membantu dan memperagakan sesuatu di dalam proses pendidikan

kesehatan (Notoatmodjo 2014).

a. Manfaat alat peraga

1) Menimbulkan minat sasaran pendidikan.

2) Mempermudah penerimaan informasi

3) Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman.

4) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan

yang diterima kepada orang lain.

5) Mendorong keinginan untuk mengetahui, mendalami, dan

mendapat pengertian yang lebih baik.

b. Macam-macam alat bantu pendidikan

Ada tiga alat bantu (alat peraga) pendidikan kesehatan :

1) Alat bantu lihat (visual aids)

Membantu menstimulasi indera mata (penglihatan) pada waktu

terjadinya proses pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk :

a) Alat yang diproyeksikan

Slide, film, film strip dan sebagainya.

b) Alat-alat yang tidak diproyeksikan :

1. Dua dimensi, gambar peta, bagan, dan sebagainya

2. Tiga dimensi, misalnya bola dunia, boneka, dan sebagainya.


2) Alat bantu dengar (audio aids)

Alat yang dapat membantu untuk menstimulasikan indera

pendengar pada waktu proses penyampaian bahan

pendidikan/pelajaran. Misalnya: radio, pita suara, dan sebagainya.

3) Alat bantu lihat atau dengar

Seperti televisi dan video cassette. Alat-alat bantu pendidikan ini

lebih dikenal dengan Audio Visual Aids (AVA) .

4) Media cetak

a. Di rumah tangga, seperti leaflet, model buku bergambar, benda-

benda yang nyata seperti buah-buahan, sayur-sayuran, dan

sebagainya.

b. Di masyarakat umum, misalnya poster, spanduk, leaflet, flanel

graph, boneka wayang, dan sebagainya.

6. Teknik Edukasi Pada Anak Sekolah

Menurut (Setyawan) teknik edukasi pada anak sekolah dapat di bagi

menjadi 10 bagian. Berikut ini beberapa teknik edukasi pada anak

sekolah, yaitu :

a. Menciptakan suasana pembelajaran (Learning Conditionning).

b. Menerapkan pembelajaran interaktif (interactif Learning).

c. Merancang pembelajaran yang aplikatif (Applied Learning).

d. Pemantauan, analisa dan pengkategorian (Scanning and Levelling).

e. Membiasakan diskusi dan memberi umpan balik (Discussion and

Feedback).

f. Menjelaskan materi melalui bercerita (Story Telling).


g. Menjelaskan materi melalui perumpamaan dan study kasusu (Analogy

and Case Study).

h. Mengajar sekaligus memotivasi siswa (Teaching and Motivating ).

i. Menggunakan bahasa tubuh yang menarik (Body Language).

j. Menggunakan media gambar dan desain grafis (Picture and Graph

Technology).

B. Konsep Cuci Tangan Pakai Sabun

1. Definisi Cuci Tangan Pakai Sabun

Cuci tangan pakai sabun (CTPS) adalah salah satu tindakan sanitasi

dengan membersihkan tangan dan jari-jemari menggunakan air dan

sabun sehingga menjadi bersih. Cuci tangan merupakan proses

membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua belah

tangan dengan memakai sabun dan air. Kesehatan dan kebersihan tangan

secara bermakna mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit

pada kedua tangan (Kahusadi, Tumurang et al. 2018).

2. Manfaat Cuci Tangan Pakai Sabun

Menurut (Maryunani 2013) terdapat beberapa manfaat cuci tangan pakai

sabun, diantaranya yaitu :

a. Mengangkat kuman penyakit yang ada di tangan.

b. Mencegah penularan penyakit seperti diare, kolera disentri, typus,

kecacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA),

flu burung atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) .

c. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.


3. Waktu Harus Mencuci Tangan

Menurut (Maryunani 2013) ada watu harus mencuci tangan yang tepat,

yaitu :

a. Setiap kali tangan kita kotor (setelah; memegang uang, memegang

binatang, berkebun, dll).

b. Setelah buang air besar.

c. Setelah menceboki bayi atau anak.

d. Sebelum makan dan menyuapi anak.

e. Sebelum memegang makanan.

f. Sebelum menyususi bayi.

4. Cara Cuci Tangan Pakai Sabun

Menurut (Kemenkes 2014) terdapat cara cuci tangan pakai sabun yang

benar, yaitu :

a. Menggosok telapak tangan secara bersamaan.

b. Menggosok punggung kedua tangan.

c. Jalinkan kedua telapak tangan lalu digosok-gosokkan.

d. Tautkan jari-jari antara kedua telapak tangan secara berlawanan.

e. Gosok ibu jari secara memutar dilanjutkan dengan daerah antara jari

telunjuk dan ibu jari secara bergantian.

f. Gosok kedua pergelangan tangan dengan arah memutar dan bilas

dengan air dan keringkan.


5. Faktor Yang Memperngaruhi Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun

Menurut Lawrence Green dalam (Notoatmodjo 2010) perilaku dilakukan

atau dibentuk oleh tiga faktor, yaitu :

a. Faktor predisposisi (predisposing factor)

Faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang. Faktor ini

termasuk pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, kebiasaan,

nilai-nilai, norma sosial, budaya, dan faktor sosio-demografi.

Faktor yang lain variabel demografi seperti :

1) Status sosial ekonomi

Rendahnya ekonomi berdampak pada kebiasaan, individu untuk

mencuci tangan sebelum ataupun sesudah beraktifitas, dibatasi

dengan kelengkapan sabun.

2) Jenis kelamin

Biasanya laku-laki cenderung untuk malas cuci tangan

dibandingkan dengan perempuan.

3) Pengetahuan

Rendahnya pengetahuan tentang manfaat cuci tangan pakai sabun,

memepengaruhi tidak dilakukanya cuci tangan pakai sabun

sebelum atau sesudah beraktifitas.

b. Faktor pendorong (enabling factors)

Faktor yang memungkinkan terjadinya perilaku. Hal ini berupa

lingkungan fisik, sarana kesehatan atau sumber-sumber khusus yang

mendukung, dan keterjangkauan sumber dan fasilitas kesehatan,

seperti :
1) Ketersediaan sarana cuci tangan

Ketersediaan mencuci tangan pakai sabun akan mempermudah

masyarakat agar lebih sadar pentingknya mencuci tangan.

2) Ketersediaan air

Air merupakan yang sangat penting untuk mencuci tangan, dengan

tidak adanya ketersediaan air bersih dapat berdampak buruk bagi

masyarakat.

c. Faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor yang mendukung timbulnya perilaku yang berasal dari orang

lain, seperti:

1) Keluarga

Keluarga merupakan bagian dalam kehidupan yang sejak pertama

kali mengajarkan perbuatan baik dan menanamkan kebiasaan-

kebiasaan baik dalam diri.

2) Teman sebaya

Kebiasaan dalam lingkungan bermain bergantung pada teman

sebaya, dimana ketika teman sebaya melakukan hal-hal baik, maka

akan berdampak baik, dan sebaliknya.

3) Guru

Guru merupakan bagian terpenting dalam pendidikan yang dapat

mengajarkan individu untuk melakukan perbuatan-perbuatan

ataupun kebiasaan baik.


4) Petugas kesehatan

Petugas kesehatan bertugas untuk memberikan penyuluhan

kesehatan bagi masyarakat terkait dengan perilaku kesehatan yang

baik.

C. Konsep Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimiliknya (mata, hidung, dan

sebagainya. Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas

perhatian dan presepsi terhadap objek.

Pengetahuan adalah hal apa yang diketahui oleh orang atau responden

terkait dengan sehat dan sakit atau kesehatan, misal: tentang penyakit

(penyebab, cara penularan, cara pencegahan), gizi, sanitasi, pelayanan

kesehatan, kesehatan lingkungan, keluarga berencana, dan sebagainya).

(Notoatmodjo 2010)

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut (Notoatmodjo 2010) tingkat pengetahuan dibagi menjadi :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah

ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau

mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-

pertanyaan.
b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut,

tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat

mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang diketahui

tersebut.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-

komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang

diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang sudah sampai pada

tingkat anilisis apabila orang tersebut telah dapat membedakan,, atau

memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap

pengetahuan atas objek tersebut.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum

atau meletakan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-

komponen pengetahuan yang dimiliki.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini


dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut (Wawan 2010) terdapat faktor yang memperngaruhi

pengetahuan, diataranya yaitu :

1) Pendidikan yaitu suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian

seumur hidup, semakin tinggi tingkat pendidikan maka cenderung

seseorang akan lebih mudah mendapatkan informasi.

2) Informasi/media, informasi yang di peroleh baik dari pendidikan

formal maupun non formal dapat memberi pengaruh sehingga dapat

menghasilakn peningkatan pengetahuan.

3) Sosial budaya dan ekonomi. Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan

orang-orang sangat berpengaruh dalam mendapatkan pengetahuan.

Status ekonomi juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas

untuk melakukan kegiatan tertentu sehingga status ekonomi ini akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4) Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.

5) Pengalaman adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang di

peroleh dalam memecahkan masalah yang di hadapi masa lalu.

6) Usia dapat mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia semakin berkembang pula daya pikir dan

tangkap, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin baik


4. Pengukuran Pengetahuan

(Notoarmodjo 2012) menjelaskan bahwa pengukuran pengetahuan dapat

di lakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi

materi yang inin di ukur dari subjek penelitian atau responden.

Angket/Kuesioner merupakan alat ukur berupa pertanyaan. Alat ukur ini

digunakan bila responden jumlahnya besar dan dapat mebaca dengan

baik.

Menurut (Arikunto 2012) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif yaitu :

1) Baik : Hasil presentase 76-100%

2) Cukup : Hasil presentase 56-75%

3) Kurang : Hasil presentase <55%


D. Kerangka Teori

Kerangka teoriadalah ringkasan dari tinjauan pustaka yang digunakan

untukmengientifikasi variable-variable yangakan diteliti (diamati) yang

berkaitan dengan konteks ilmu pengetahuan yang digunakan untuk

mengembangkan kerangka konep penelitian (Notoatmodjo 2010).

Faktor yang mempengaruhi


perilaku cuci tangan pakai sabun
: Edukasi
1. Faktor predisposisi
Status sosial
Jenis kelamin
Ekonomi Indikator perilaku hidup bersih dan
Pengetahuan sehat :
2. Faktor pendorong a. Persalinan ditolong oleh tenaga
Ketersediaan sarana cuci kesehatan
b. Memberi ASI ekslusif
tangan
c. Menimbang balita setiap bulan
Ketersediaan air d. Menggunakan air bersih
3. Faktor penguat e. Mencuci tangan dengan air
Keluarga bersih dan sabun
Guru f. Menggunakan jamban sehat
Teman sebaya g. Memberantas jentik dirumah
Petugas kesehatan seminggu sekali
h. Makan buah dan sayur setiap hari
i. Melakukan aktivitas fisik setiap
hari
j. Tidak merokok didalam rumah

Pengetahuan Cuci Tangan Pakai Sabun

Sumber : Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2010)

Gambar 1. Kerangka Teori


E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep-konsep

atau variabel-variabel yang akan diamati melalui penelitian (Notoatmodjo

2012).

Variabel Independent Variabel Dependent

Edukasi Cuci Meningkatkan


Tangan Pakai Pengetahuan Cuci
Sabun dan Praktik Tangan Pakai
Cuci Tangan Pakai Sabun
Sabun

Gambar 2. Kerangka Konsep

F. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan awal peneliti mengenai hubungan antar variabel

yang merupakan jawaban peneliti tentang kemungkinan hasil peneliti

(Dharma 2011).

a) Ha

Ada pengaruh edukasi cuci tangan pakai sabun (CTPS) terhadap

pengetahuan cuci tangan pakai sabun pada siswa kelas 3 di SDN 3

Podomoro.

b) Ho

Tidak ada pengaruh edukasi cuci tangan pakai sabun (CTPS) terhadap

pengetahuan cuci tangan pakai sabun pada siswa kelas 3 di SDN 3

Podomoro.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik komparatif dengan

menggunakan metode eksperimen semu (quasi eksperiment) dengan

menggunakan desain pre and post without control yaitu desain penelitian

yang dilakukan dengan cara melakukan intervensi pada satu kelompok tanpa

pembanding. Kelompok diberikan pre-test untuk mengetahui keadaan awal,

lalu diberikan intervensi, selanjutnya peneliti melakukan post-test untuk

melihat pengaruh dari intervensi yang diberikan (Dharma 2011).

Gambar 3.1

Desain Penelitian Quasi Eksperiment

(pre and post without control)

R : 01---------------------> X1 ----------------------> 02

Keterangan :

01 : Pengukuran pengetahuan sebelum perlakuan (pre test).

02 : Pengukuran pengetahuan sesudah perlakuan (post test).

X1: Perlakuan yang diberikan (intervensi) berupa edukasi cuci tangan pakai

sabun.

B. Variabel Penelitian
Variabel adalah karakteristik yang melekat pada populasi, bervariasi antara
satu orang dengan yang lainya dan diteliti dalam suatu penelitian, yang
dikembangkan dari hasil konsep atau teori dan hasil penelitian terdahulu
sesuai dengan fenomena atau masalah penelitian (Dharma 2011). Variabel
dalam penelitian ini :
1) Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang dapat

mempengaruhi variabel terikat, yang dalam penelitian ini adalah edukasi

cuci tangan pakai sabun.

2) Variabel dependen atau variabel terkait adalah yang dipengaruhi oleh

variabel bebas, dalam penelitian ini adalah pengetahuan cuci tangan

pakai sabun.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu penjelasan variabel yang dapat diukur

menggunakan instrument atau alat ukur, metode pengukuran, hasil

pengukuran dan skala yang digunakan dalam pengukuran yang disajikan

dalam bentuk matrix yang terdiri dari kolom-kolom (Notoatmodjo 2012).

Definisi Operasional dapat dilihat di table 3.1

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur
Pengetahua Pengetahuan Kuesioner Mengisi 0 = Kurang Ordinal
n merupakan Kuesioner (jika
hasil tahu dari skore
cuci tangan <55)
pakai sabun 1 = Cukup
(jika
>56-
75)
2 = Baik
(jika
skore
>76-
100)
Edukasi Edukasi Memberikan SOP - -
Cuci CTPS adalah edukasi Edukasi
Tangan suatu CTPS sesuai CTPS
Pakai Sabun intervensi dengan SOP
atau
memberikan
informasi
tentang cuci
tangan pakai
sabun yang
meliputi
langkah-
langkah cuci
tangan

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya (Sugiyono

2017). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 3 di SD 3

Podomoro terdapat 56 responden di tahun 2019.

2. Sampel

Sampel penelitian ini menggunakan metode total sampling yaitu jumlah

sampel ditentukan dengan pengambilan sampel sama dengan jumlah

populasi yang ada.


3. Kriteria Sampel

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inkulsi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam 2016),

karakteristik inklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Klien yang bersedia menjadi responden

2) Siswa kelas 3 SD

b. Kriteria ekslusi

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari studi berbagai sebab, antara lain :

1) Siswa kelas 1, 2, 4, 5, dan 6

E. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SDN 3 Podomoro.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret - April 2020.

F. Etika Penelitian

Secara umum terdapat empat prinsip utama dalam etika penelitian

keperawatan (Dharma 2011).

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (Respect for human dignity)

Penelitian harus dilaksanakan dengan menjujung tinggi harkat dan

martabat manusia. Subjek memiliki hak asasi dan kebebasan untuk

menentukan pilihan ikut atau menolak penelitian (autonomy), tidak boleh


ada paksaan atau penekanan tertentu agar subjek bersedia ikut dalam

penelitian. Subjek juga berhak mendapatkan informasi yang terbuka dan

lengkap tentang pelaksanaan penelitian meliputi tujuan dan manfaat

penelitian, prosedur penelitian, resiko penelitian, keuntungan yang

mungkin didapat dan kerahasiana informasi.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (Respect for privacy and

confidentiality)

Manusia sebagai subjek penelitian memiliki privasi dan hak asasi untuk

mendapatkan kerahasiaan informasi. sehingga peneliti perlu

merahasiakan berbagai informasi yang menyangkut privas subjek yang

tidak ingin identitas dan segala informasi tentang responden diketahui

oleh orang lain. Prinsip ini diterapkan dengan meniadakan identitas

subjek, kemudian diganti dengan kode tertentu.

3. Menghormati keadilan dan inklusivitas (Respect for justice inclusiveness)

Prinsip keterbukaan dalam penelitian mengandung makna bahwa

penelitian dilakukan secara jujur, tepat, cermat, hati-hati dan dilakukan

secara professional. Sedangkan prinsip keadilan mengandung makna

bahwa penelitian memberikan keuntungan dan beban secara merata

sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan subjek.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (Balancing

harm and benefits)

Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap penelitian harus

mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi subjek

penelitian dan populasi dimana hasil penelitian akan diterapkan


(beneficience). Kemudian meminimalisir resiko/dampak yang merugikan

bagi subjek penelitian (nonmaleficience).

G. Instrumen dan Metode dan Pengumpulan Data

1. Instrumen

a. Kuesioner

Kuesioner adalah metode pengumpulan data dengan cara

memberikan daftar pertanyaan-pertanyaan tertulis dengan beberapa

pilihan jawaban kepada responden terhadap setiap item pertanyaan

yang diajukan metode kuesioner tidak mengharuskan peneliti untuk

bertatap muka langsung dengan responden (Dharma 2011).

Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri

dengan dibantu oleh guru pengajar SDN 3 Podomoro, dengan cara

wawancara dengan lembar kuesioner kepada responden kuesioner

yang berisi Pengetahuan Cuci Tangan Pakai sabun pada anak dengan

diberikan 10 pertanyaan dengan jawaban ya dan tidak. Digunakan

untuk memperoleh data dari responden yang berada di SDN 3

Podomoro Pringsewu. Kemudian setelah di wawancara kuesioner

dikumpulkan untuk diambil datanya.

b. Instrumen Edukasi

1) Video

Media video tergolong dalam kelompok alat bantu lihat atau

dengar. Video edukasi cuci tangan pakai sabun berisi tentang

pengertian cuci tangan pakai sabun, tujuan mencuci tangan,


dampak tidak mencuci tangan, langkah-langkah mencuci tangan

dan waktu yang tepat untuk cuci tangan.

2) Demontrasi CTPS

Peneliti akan mendemontrasikan langkah-langkah cuci tangan

pakai sabun.

2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan pada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam 2016). Ada pun cara pengumpulan data di bawah

ini, yaitu :

a. Langkah persiapan.

1) Peneliti meminta surat permohonan izin dari pihak institusi

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Fakultas Kesehatan untuk

melakukan pra survey dan pengumpulan data.

2) Peneliti menyerahkan surat permohonan izin yang diperoleh dari

pihak institusi ketempat penelitian SDN 3 Podomoro.

3) Peneliti melakukan observasi dan wawancara pada salah satu guru

di SDN 3 Podomoro.

4) Peneliti menyiapkan surat permohonan menjadi responden.

5) Peneliti menentukan instrument atau lembar observasi yang akan

digunakan.
b. Langkah Pelaksanaan

1) Peneliti menyerahkan surat izin penelitian ke tempat penelitian di

SDN 3 Podomoro.

2) Peneliti bersama enumerator memperkenalkan diri dan

menjelaskan maksud, tujuan, dan manfaat yang akan didapat oleh

responden setelah mendapatkan edukasi cuci tangan pakai sabun,

serta peneliti menanyakan kepada siswa bersedia atau tidak

menjadi responden, jika bersedia peneliti memberikan lembar

informed consent kepada siswa.

3) Peneliti bersama enumerator menjelaskan waktu dilakukannya

edukasi cuci tangan pakai sabun yaitu selama 1 hari dilakukan 1

kali dalam sehari dan waktu pelaksanaan selama 30 menit.

4) Kemudian peneliti bersama enumerator memberikan kuesioner

pengetahuan dengan cara mewawancarai siswa serta peneliti

mengisi kuesioner, setelah itu peneliti melakukan pengecekan

kembali apakah data yang diperoleh sudah memenuhi syarat

pengisian.

H. Metode pengolahan dan Analisa Data

1. Metode Pengolahan Data

Pengelolaan data merupakan salah satu langkah yang penting. Hal ini

disebabkan karna data yang diperoleh langsung dari peneliti masih

mentah, belum memberikan informasi apa-apa dan belum siap untuk

disajikan. Untuk memperoleh penyajian data sebagai hasil yang berarti


dan kesimpulan yang baik, diperlukan pengelolaan data (Notoatmodjo

2012). Langkah-langkah yang digunakan pengolahan data adalah :

a. Editing

Editing merupakan kegiatan pengecekan dan perbaikan isi lembar

observasi dari hasil pengamatan secara langsung. Tahap ini

digunakan untuk memeriksa ulang semua jawaban lembar observasi

apakah sudah terisi dengan lengkap, jelas, relevan dan konsisten.

b. Coding

Coding adalah suatu kegiatan mengubah data berbentuk huruf

menjadi data berbentuk angka dan bilangan. Pada variabel edukasi

CTPS 0: tidak dilakukan edukasi CTPS dan 1: dilakukan edukasi

CTPS.

c. Data Entry atau Processing

Setelah data responden yang sudah benar dan tepat yang diperoleh

dari hasil pengukuran melalui lambar observasi kemudian

memproses data agar data yang sudah diperoleh dapat dianalisis.

Pemprosesan data dapat dilakukan dengan cara memasukkan atau

meng-entry data dari lembar observasi ke program SPSS.

d. Cleaning data atau Missing Data

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan

adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya,

kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

2. Analisa Data
a. Analisa Univariat

Analisa univariat memiliki tujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada

umunya dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi

frekuensi dan persentase dari tiap variable (Notoatmodjo 2012).

Pada penelitian ini menggunakan analisa univariat untuk

mengetahui karakteristik responden berdasarkan usia, jenis

kelamin serta tingkat pengetahuan cuci tangan pakai sabun

sebelum dan sesudah dilakukan edukasi cuci tangan pakai sabun.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat yaitu yang digunakan terhadap dua variabel yang

diduga berhubungan atau berkolerasi. Analisis yang digunakan

dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh edukasi cuci

tangan pakai sabun terhadap pengetahuan cuci tangan pakai sabun

pada siswa dengan menggunakan uji statistik uji T yaitu uji

dependen T-test dengan tingkat kemaknaan 95% atau dapat pula

dengan perbandingan nilai P-value dengan nilai α = 0,05. Maka

Ho ditolak, dan P (p-value) ≥ 0,05 maka Ho gagal ditolak.

3. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

a. Validitas

Validitas adalah syarat mutlak bagi suatu alat ukur agar dapat

digunakan dalam suatu pengukuran. Suatu penelitian meskipun

didesain dengan tepat, namun tidak akan memperoleh hasil

penelitian akurat jika menggunakan alat ukur yang tidak valid


(Dharma 2011). Untuk mengetahui validitas suatu instrument

perlu dilakukan uji korelasai antara kuesioner yang berhubungan

dengan tingkat skor pengetahuan. Teknik korelasi yang dipakai

adalah teknik korelasi product moment dengan hasil valid apabila

nilai korelasi dari perhitungan skor tersebut memenuhi taraf

signifikan di atas r table. Bila r hitung > r table maka Ho ditolak,

artinya variabel valid, bila r hitung < r table maka Ho gagal

ditolak, artinya variabel tidak valid (Notoatmodjo 2012).

b. Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat pengukur dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Hal ini

berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap

konsisten atau tetap asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua

kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan

alat ukur yang sama (Notoatmodjo 2012). Untuk mengetahui

reliabilitas caranya adalah membandingkan nilai r hasil dengan r

table. Dalam uji reliabilitas sebagai r hasil adalah nilai “alpha”.

Ketentuan bila r alpha > r table, maka pernyataan tersebut

reliable. Dari hasil uji reliabilitas untuk penerapan tentang edukasi

cuci tangan pakai sabun terhadap pengetahuan cuci tangan pakai

sabu pada siswa.


I. Jalanya Penelitian

1. Penyusunan Proposal

a. Melakukan pengajuan judul penelitian ke pembimbing setelah

mendapat persetujuan, dikonsulkan ke Prodi S1 Keperawatan setelah

mendapat persetujuan dari beberapa judul. Kemudian judul yang

disetujui adalah pengaruh edukasi cuci tangan pakai sabun terhadap

pengetahuan dan perilaku cuci tangan pakai sabun pada siswa.

b. Mengajukan surat permohonan izin prasurvei

c. Melakukan prasurvei di SDN 3 Podomoro.

d. Mengumpulkan data dengan bertanya kepada bagian data di SDN 3

PodoMoro.

e. Peneliti mengecek kembali apakah data yang terkumpul sudah

mencukupi untuk dijadikan responden dengan melakukan

perhitungan sampel

f. Mulai melakukan persiapan proposal

g. Sidang proposal

h. Perbaikan proposal

2. Penelitian

a. Melakukan pengajuan surat izin penelitian ke Universitas

Muhammadiyah Pringsewu Lampung

b. Melakukan pengajuan surat izin penelitian ke SDN 3 Podomoro.

c. Menentukan pilihan responden berdasarkan kriteria inklusi dan

ekslusi
d. Memberikan lembar persetujuan (informed consen)

e. Memberikan edukasi cuci tangan pakai sabun pada kelompok

perlakuan.

f. Setelah mendapatkan data dimasukan dalam pengolahan data

g. Kemudian konsul bab IV – V

h. Persiapkan sidang hasil


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto (2012). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta, Rineka


Cipta.

Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan (Panduan


Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian). Jakarta, CV Trans Info Media.

Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan Panduan


Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta Timur, CV. Trans Info
Media.

Kahusadi, O. A., et al. (2018). "Pengaruh Penyuluhan Kebersihan Tangan (Hand


Hygiene) Terhadap Perilaku Siswa SD GMIM 76 Maliambao Kecamatan
Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara." Jurnal Kesmas Volume 7 Nomor 5.

Kemenkes (2011). "Situasi Diare Di Indonesia."

Kemenkes (2014). "Hari Cuci tangan Pakai Sabun."

Kemenkes (2014). "Profil Kesehatan Indonesia Jakarta."

Kemenkes (2015). "Pedoman Akselerasi UKS Jakarta."

Kemenkes (2017).

Ma'rifah, A., & Krisdian, A. (2015). "Hubungan Penyuluhan Cuci Tangan Dengan
Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Siswa Kelas 1 di SD Negeri Centong
Desa Centong Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto." Keperawatan SEhat
2.

Maryunani (2013). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta, CV. Trans
Info Media.

Notoarmodjo (2012). Kesehatan Masyarakat, Ilmu dan Seni. Jakarta, Rineka


Cipta.

Notoatmodjo (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta.

Notoatmodjo (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta.

Notoatmodjo (2014). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta, Rineka


Cipta.
Nursalam (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (4 ed), Salemba
Medik
Riskesdas (2018).

Sekarwati, N. (2017). "Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku Anak


Sekolah Tentang Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Pada Siswa Di Sekolah Dasar
Negeri Kalasan 1 Kalasan Sleman Yogyakarta." Jurnal Fomil (Forum Ilmiah)
KesMas Respati Volume 2 Nomor 1.

Setyawan, I. A.

Sugiyono (2017). Statistika Untuk Penelitian. Bandung, Penerbit Alfabeta.

Wawan, D. (2010). Teori dan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia.


Yogyakarta, Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai