Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

RISIKO GANGGUAN JIWA DENGAN MASALAH KECEMASAN

Oleh :
NAMA : AHMAD SAFI’I
NIM : 2020207209032

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2021

A. Masalah Utama : Ansietas


1. Pengertian
Cemas (ansietas) adalah sebuah emosi dan penglaman subjektif dri
seseorang. Pengertian lain cemas adalah suatu keadaan yang membuat
seseorng tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi, cemas
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Kususmawati,
2010). Ansietas merupakan respon tubuh terhadap peristiwa yang terjadi,
dimana respons tubuh terhadap peristiwa yang terjadi, dimana respon
tubuh tersebut lebih bersifat negative sehingga The Anxiety and
Depression menimbulkan ketidaknyamanan bagi klien (Zaini, 2019).
Ansietas adalah sebuah emosi dan pengalaman subjektif dari seseorang.
Pengertian lain ansietas adalah suatu keadaan yang membuat seseorang
tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi, ansietas
berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya
(Hidayatullah, 2017).

2. Tanda dan Gejala


Adapun tanda dan gejala dari kecemasan Hawari (2008) dalam
Hidayatullah (2017), yaitu:
a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah
tersinggung
b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut
c. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang
d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan
e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat
f. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran
g. berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan
pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala, dan sebagainya.

3. Jenis-Jenis
Adapun jenis-jenis ansietas menurut Prabowo (2014), yaitu:
a. Kcemasan Ringan
Kecemasan ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda
dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan
membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar,
menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan
melindungi diri sediri.
b. Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa
sesuatu yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau
agitasi.
c. Kecemasan Berat
Kecemasan berat yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respon takut dan distress.
d. Panik
Individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena
kehilangan kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun
dengan perintah.

4. Rentang respon
Menurut Struart, (2007):

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

B. Proses Terjadinya
1. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang
dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan dalam kehidupan
tersebut dapat berupa:
a. Peristiwa traumatik, yang daapt memicu terjadinya kecemasan
berkitan dengan krisis yang dilami individu baik krisis yang dialami
individu baik krisis perkembangan maupun situasional.
b. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan
kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
d. Frusatasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep
diri individu.
f. Pola mekanisme koping keluarga atau ola keluarga menangani stress
akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konfllik yang
dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari
dalam keluarga
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah
pengobatan yang mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepin
dapat menekan neurotransmitter gamma amino butyric acid (GABA)
yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab
menghasilkan kecemasan.

2. Faktor Presipitasi
Stressor presipitas adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi dikelompokkan
menjadi dua bagian, yaitu:
a. Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi:
1) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis system
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya:
hamil).
2) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak
adekuatnya tempat tinggal.
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internl dan eksternal
1) Sumber internal, kesulitan dalam hubungann interpersonal di
rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.
Berbagai ancaman terhadap integritas fisik jug dapat mengancam
harga diri.
2) Sumber eksternal, kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekrjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

3. Mekanisme Koping
Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi
merupakan faktor utama yang membuat klien berperilaku patologis atau
tidak. Bila individu sedang mengalami kecemasan ia mencoba
menetralisasi, mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan
mengembangkan pola koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme
koping yang biasanya digunakan adalah menangis, tidur, makan, tertawa,
berkhayal, memaki, merokok, olahraga, mengurangi kontak mata dengan
orang lain, membatasi diri pada orang lain (Suliswati, 2005). Mekanisme
koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik
membutuhkan banyak energi. Menurut Suliswati (2005), mekanisme
koping yang dapat dilakukan ada dua jenis, yaitu :
a. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas.
Tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah
individu mencoba menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan
menilai secara objektif ditujukan untuk mengatasi masalah,
memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.
1) Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi
hambatan pemenuhan kebutuhan.
2) Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun
psikologik untuk memindahkan seseorang dari sumber stress.
3) Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang
mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek
kebutuhan personal seseorang.

b. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini
tidak selalu sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini
seringkali digunakan untuk melindungi diri, sehingga disebut
mekanisme pertahanan ego diri biasanya mekanisme ini tidak
membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk menilai
penggunaan makanisme pertahanan individu apakah adaptif atau tidak
adaptif, perlu di evaluasi hal-hal berikut :
1) Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme
pertahanan klien.
2) Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri terebut apa
pengaruhnya terhadap disorganisasi kepribadian.
3) Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan
kesehatan klien.
4) Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan.

4. Sumber Koping
Individu dapat menanggulangi stress dan kecemasan dengan
menggunakan atau mengambil sumber koping dari lingkungan baik dari
sosial, intrapersonal dan interpersonal. Sumber koping diantaranya
adalah aset ekonomi, kemampuan memecahkan masalah, dukungan
sosial budaya yang diyakini. Dengan integrasi sumber-sumber koping
tersebut individu dapat mengadopsi strategi koping yang
efektif (Suliswati, 2005).

C. Pohon Masalah
Kerusakan interaksi sosial Affeck

Gangguan suasana perasaan: Core Problem


cemas

Koping individu tidak efektif Causa

Gambar 2.1 Pohon Masalah Keputusasaan

D. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan resiko jiwa pada kecemasan yaitu:
1. Kerusakan interaksi sosial
2. Gangguan suasana perasaan: cemas
3. Koping individu tidak efektif

E. Intervensi Keperawatan
No. Dx. Kep Perencanaan
Tujuan Kriteria hasil Intervensi
1. Gangguan TUM: Setelah dilakukan 1. Lakukan pendekatan
suasana Cemas berkurang tindakan keperawatan yang hangat,
perasaan: atau hilang selama 4x pertemuan menerima pasien apa
cemas / diharapkan klien adanya dan bersifat
ansietas TUK 1: mampu menunjukkan empati
Pasien dapat tanda-tanda percaya 2. Mawas diri dan cepat
menjalin dan kepada perawat mengendalikan
membina hubungan dengan kriteria hasil : perasaan dan reaksi
terapeutik dengan 1. Ekspresi wajah diri perawat sendiri
perawat bersahabat 3. Sediakan waktu untuk
2. Menunjukkan rasa berdiskusi dan bina
senang hubungan yang
3. Ada kontak mata sifatnya suportif
4. Mau berjabat 4. Beri waktu untuk
tangan pasien berespon
5. Mau menyebutkan
nama
6. Mau duduk
berdampingan
dengan perawat
7. Bersedia
mengungkapkan
perasaan yang
dirasakan
TUK 2: Setelah dilakukan 1. Kaji ansietas klien
Pasien dapat tindakan keperawatan 2. Bantu pasien
mengenali selama 4x pertemuan mengenali ansietas:
kecemasannya dan diharapkan kecemasan a. Mengidentifikasi
cara mengatasinya berkurang dengan dan menguraikan
dengan teknik criteria hasil: perasaannya
relaksasi 1. Klien terlihat b. Mengenal
tenang penyebab ansietas
2. Klien mampu c. Menyadari perilaku
menguraikan akibat ansietas
perasaanya 3. Latih teknik relaksasi:
3. Klien melakukan a. Tarik nafas dalam
teknik relaksasi b. Distraksi (dibaca,
bercakap-cakap
dan nonton TV)
4. Anjurkan klien untuk
memasukan latihan
nafas dalam (tiap 2
jam) dan distraksi
setiap saat ke dalam
jadwal kegiatan
sehari-hari

TUK 3 : Setelah dilakukan 1. Evaluasi ansietas dan


Pasien dapat tindakan keperawatan kemampuan pasien
melakukan latihan selama 4x pertemuan melakukan tarik nafas
hipnotis diri sendiridiharapkan kecemasan dalam dan distraksi,
(teknik 5 jari) dan berkurang dengan berikan pujian
kegiatan spiritual criteria hasil: 2. Latihan hipnotis diri
1. Klien tidak terlihat sendiri (teknik lima
cemas jari) dan kegiatan
2. Klien melakukan spiritual
latihan hipnotis diri 3. Anjurkan pasien
sendiri (teknik lima melakukan tarik nafas
jari) dan kegiatan dalam (setiap 2 jam),
spiritual distraksi (setiap saat),
teknik lima jari(lima
kali sehari) dan
kegiatan spiritual
(disesuaikan)
TUK 4: Setelah dilakukan 1. Evaluasi ansietas dan
Pasein dapat tindakan keperawatan kemampuan pasien
melakukan cara selama 4x pertemuan melakukan tarik nafas
mengatasu diharapkan kecemasan dalam dan distraksi,
kecemasan yang berkurang dengan teknik lima jari dan
telah diajarkan criteria hasil: kegiatan spiritual,
sampai membudaya 1. Klien tidak terlihat berikan pujian.
cemas 2. Latih sampai
2. Klien melakukan membudaya
latihan sampai 3. Nilai kemampuan
membudaya yang telah mandiri
4. Nilai dampaknya pada
ansietas
DAFTAR PUSTAKA

Hidayatullah, F., (2017). “Asuhan Keperawatan Tn. P dengan Gangguan


Kebutuhan Dasar Aman Nyaman: Ansietas pada Pasien Abses Hati di
RSUP H. Adam Malik”. Kaya Tulis Ilmiah: Universitas Sumut.
Kususmawati, F. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Prabowo, E. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC
Suliswati, dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
Penerbit Buku. Kedokteran EGC.
Wahyuni, Sri Teguh Indah. 2018. Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah
Psikososial: Ansietas Pada penderita PPOK. D3 Thesis. Universitas
Airlangga. Surabaya.
Zaini, Mad. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa Masalah Psikososial di Pelayanan
Klinis dan Komunitas. Deepublish: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai