Anda di halaman 1dari 68

Dr. Rita Kartika Sari SKM, M.

Kes
 LAHIR DI KARANGANYAR, 20 APRIL 1978
 LULUS S3 KEDOKTERAN UNDIP 2015 DENGAN
PREDIKAT CUMLAUD, TERBAIK, TERCEPAT

 RISET SCOPUS :
 Study on Emotional Intelligence and Spiritual Intelligence
As A Prediction of Students Comulative’ Grade Points
Average
Perum Genuk, Semarang  Coronavirus Outbreak Causes Halal Sex Tourism to Suffer
 The Advantage of Theoretical Education and Practical
rita.kartika.sari@gmail.com Education in Modern Society
 Preschool Education: Knowledge or Social Skills
+6282225934333
 Factors Affecting Cognitive Intelligence Theory
 Knowledge as Factor Increase Frequency of Vaginal
Discharge in District Demak
 Empowerment Of Health Care And Community To Improve
Mother And Children's Health (MCH) In Demak Gaji Village
Dr. Rita Kartika Sari SKM, M.Kes
• TENAGA PELATIH PROGRAM KESEHATAN (TPPK) PUSLAT SDM KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.
• KONSULTAN MANAJEMEN KESEHATAN
• SOFT SKILLS DEVELOPMENT TRAINER
• DOSEN FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA
• DOSEN UIN WALISONGO SEMARANG
• DOSEN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNISSULA
• DOSEN KEBIDANAN UNISSULA
• PENGURUS DPW PPNI JATENG
• EVALUATOR PENDIRIAN PERGURUAN TINGGI KEMENRISTEK DIKTI
• PENGURUS DPW PPNI JATENG DIVISI RISET & KOMINFO
• MANAJER PENELITIAN RSI SULTAN AGUNG (2013-2016)
Perum Genuk, Semarang • MANAJER KEPERAWATAN RSI SULTAN AGUNG (2009-2013)
• KABAG DIKLAT RSI SULTAN AGUNG (2007-2009)
rita.kartika@unissula.ac.id • OWNER CV ALRI ABADI
• OWNER AHASS KARTIKA ABADI MOTOR
+6282225934333
DESAIN PENELITIAN
DR. RITA KARTIKA SARI, SKM.M.KES
EPIDEMIOLOGI

 Epidemiologi : The study of the distribution and determinant of


disease frequency
 Implikasinya di bedakan menjadi 2 kategori : Epidemiologi Diskriptif &
Epidemiologi Analitik
EPIDEMIOLOGI DISKRIPTIF

 Epidemiologi Diskriptif bertujuan mendeskripsikan penyakit dan status kesehatan


populasi, berdasarkan karakteristik dasar individu, seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan,
kelas social, status perkawinan, waktu dan letak geografis
 Epidemiologi Diskriptif mempelajari penyebaran penyakit menurut orang (person),
waktu (time), dan tempat (place)
 Epedimiologi Diskriptif berguna untuk :
1. Memberikan informasi status kesehatan, pola distribusi penyakit, kecenderungan penyakit
pada populasi yang berguna untuk perencanaan dan alokasi sumber daya intervensi kesehatan.
2. Merumuskan hipotesis tentang paparan sebagai factor resiko / kausa penyakit.
EPIDEMIOLOGI ANALITIK

 Epidemiologi Analitik bertujuan meniliti hubungan variable – variable (misalnya hubungan paparan &
penyakit), pengaruh satu variable terhadap variable lainnya (misalnya pengaruh intervensi / terapi
terhadap kelangsungan hidup pasien)
 Epidemiologi analitik menguji hipotesis dan mengestimasi (estimate) tentang kekuatan hubungan antara
paparan dan penyakit atau efektivitas intervensi pencegahan dan pengendalian penyakit pada populasi.
 Epedimiologi Analitik berguna untuk :
1. Menentukan factor resiko, factor pencegah, (factor protektif), atau kausa penyakit
2. Menentukan factor prognostik / factor yg mempengaruhi prognostik kasus
3. Memprediksi terjadinya penyakit pada populasi
4. Memberikan bukti untuk pembuatan kebijakan / perencanaan intervensi kesehatan untuk
pencegahan atau pengendalian penyakit
 Jika peneliti ingin melakukan melakukan studi analitik maka rancangan penelitiannya harus terdapat
kelompok pembanding.
 Contoh : peneliti ingin meneliti hubungan antara kebiasaan merokok dan resiko untuk mengalami kanker
paru  harus dibandingkan kelompok yang perokok dan bukan perokok, kalaupun harus meneliti kelompok
perokok saja, maka peneliti harus membedakan kelompok perokok ringan, sedang, berat. Jadi kelompok
atau subyek control (pembanding) mutlak harus ada dalam studi analitik.
 Studi deskriptif tidak memerlukan kelompok pembanding, perbedaan karakteristik sosio-demografi (umur,
jenis kelamin) perbedaan tersebut digunakan untuk mendiskripsikan kejadian penyakit pada berbagai
kelompok, bukan untuk menguji statistic perbedaan kejadian penyakit untuk menyimpulkan hubungan /
pengaruh variabel
DESAIN STUDI EPIDEMIOLOGI
Apakah terdapat
kelompok
Tidak pembanding? Ya

Studi deskriptif Studi analitik

Apakah peneliti
Case Cross
memberikan
report/ sectional
paparan (intervensi)
series  
Tidak Ya
 
Observasional Eksperimental

Arah Alokasi random


pengusutan? Ke dalam
  Kelompok studi?

Paparan dan penyakit Dari penyakit Dari paparan Tidak Ya


diukur pada saat ke paparan ke penyakit
yang sama Eksperimen RCT
kuasi
Cross Kasus Kohor
sectional Kontrol
STUDI OBSERVASIONAL ANALITIK

 Jika status paparan & penyakit diukur pada saat yang sama, maka desainnya studi
potong lintang (Cross-Sectional).
 Jika penelitian dimulai dengan menentukan kelompok-kelompok studi berdasarkan status
penyakit, yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol, lalu mengusut kebelakang tentang
status paparan masing-masing subyek penelitian, desain itu merupakan studi kasus
control.
 Jika penelitian dimulai dengan menentukan kelompok-kelompok studi berdasarkan status
paparan, yaitu kelompok terpapar dan kelompok tak terpapar lalu mengikuti ke depan
untuk mengidentifikasi dan menghitung jumlah kejadian penyakit yang di teliti maka
desain tersebut merupakan studi kohor.
STUDI EKSPERIMEN

 Jika paparan (intervensi) dengan sengaja diberikan oleh peneliti kepada kelompok
perlakuan (kelompok intervensi) maka desain tersebut merupakan studi eksperimental
 Studi eksperimental dimulai dengan mengalokasikan subyek penelitian ke dalam
kelompok yang diberi intervensi (kelompok eksperimental) dan kelompok yang tidak
diberikan intervensi (kelompok control)
 Jika alokasi tersebut dilakukan dengan prosedur random maka desain eksperimen itu
merupakan Randomized Controlled Trial (RCT).
 Jika alokasi subyek penelitian tidak dilakukan dengan prosedur random, dengan
menetapkan kriteria inklusi eksklusi maka desain itu merupakan eksperimen non random,
disebut juga Eksperimen Quasi.
STUDI POTONG LINTANG (CROSS SECTIONAL)

 Studi potong lintang (cross sectional study) adalah studi epidemiologi observasional yang mempelajari
distribusi dan prevalensi penyakit, ataupun menilai hubungan penyakit dan paparan dengan cara
mengamati status paparan, penyakit, dan karakteristik terkait kesehatan, pada individu-individu
dari suatu populasi pada satu saat.
 Desain ini yang dihitung Rasio Prevalens yaitu perbandingan antara prevalens suatu penyakit atau efek
pada subyek kelompok yang mempunyai factor resiko dengan prevalen penyakit atau efek pada subyek
yang tidak mempunyai factor resiko
 Rasio prevalens menunjukkan peran factor resiko dalam terjadinya efek / penyakit pada studi
cross sectional
 Hasil pengamatan cross sectional untuk mengidentifikasi factor resiko disusun dalam tabel 2X2
 Karena meneliti secara sistematis tanpa melakukan eksperimen, maka studi potong lintang disebut juga
survei.
GAMBAR STUDI POTONG LINTANG

Populasi

Pemilihan subjek penelitian (random,


fixed-exposure, atau fixed-disease)
sampling

Terpapar, Terpapar, Tak terpapar’ Tak terpapar, Tak


Berpenyakit Tak berpenyakit Berpenyakit berpenyakit
(E+D+) (E+D-) (E-D+) (E-D-)
STUDI POTONG LINTANG (CROSS SECTIONAL)

 Dalam studi potong lintang peneliti menentukan populasi sasaran, kemudian


melakukan pemilihan sampel (idealnya pemilihan random sederhana), lalu
mengumpulkan informasi dari individu-individu dalam sampel tentang status penyakit
dan paparan.
 Ibarat memotret (snap shot) status paparan & penyakit serta karakteristik terkait
kesehatan lainnya diukur pada saat yang sama
 Konsekuensinya data penyakit yang dihasilkan terdiri dari kasus baru dan lama, suatu
kelemahan ketika data studi cross sectional digunakan untuk menarik kesimpulan
tentang etiologi/factor resiko penyakit.
STUDI POTONG LINTANG (CROSS SECTIONAL)

 Berdasarkan waktu pengumpulan data paparan dan penyakit, studi potong lintang dapat bersifat :
1. Sesaat (concurrent)
2. Retrospektif (historis)
3. Prospektif (untuk menghitung prevalensi periode dalam satu tahun kedepan)
 Contoh penelitian hubungan tekanan darah dengan kebiasaan merokok, tekanan darah diukur dengan
sfigmomanometer pada saat ini, tetapi riwayat kebiasaan merokok selama setahun terakhir diukur
dengan kuesioner secara retrospektif.
 Berdasarkan tujuannya studi potong lintang dibagi menjadi 2 jenis :
1. Studi potong lintang diskriptif
2. Studi potong lintang analitik
STUDI POTONG LINTANG DISKRIPTIF

 Studi potong lintang diskriptif meneliti distribusi dan prevalensi penyakit, paparan & berbagai
karakteristik terkait dengan kesehatan dari suatu populasi. Prevalensi adalah proporsi kasus
dalam suatu populasi pada suatu saat (BMJ, 2002)
 Prevalensi = ∑ Kasus / Populasi total
 Jika pengukuran paparan & penyakit dilakukan pada satu titik waktu, bukan dalam satu kurun
waktu disebut prevalensi titik (point prevalence), studi prevalensi tersebut dapat dilakukan
pada suatu peristiwa penting yang dialami masing-masing individu, misal memasuki
perguruan tinggi, pemeriksaan kesehatan pegawai baru. Implikasinya, waktu pengukuran
untuk masing-masing subyek penelitian mungkin saja berbeda, meskipun paparan dan penyakit
tetap diukur pada saat yang sama bukan longitudinal
STUDI POTONG LINTANG DISKRIPTIF

 Jika pengukuran dan perhitungan frekuensi penyakit dilakukan dalam suatu periode
waktu, misalnya satu tahun, sehingga menghasilkan prevalensi periode (period
prevalence)
 Biasanya prevalensi periode dilakukan untuk meneliti penyakit-penyakit kronis yang
gejalanya intermiten, agar diperoleh beban penyakit kronis yang sesungguhnya.
STUDI POTONG LINTANG ANALITIK

 Studi potong lintang analitik mengumpulkan data prevalensi paparan dan penyakit pada saat yang sama,
untuk menarik kesimpulan tentang hubungan antara paparan/factor resiko dan penyakit/efek.
 Jadi yang dibandingkan dalam studi potong lintang analitik adalah proporsi orang-orang
terpapar/mempunyai factor resiko yang mengalami penyakit  (a/(a+b)) dan proporsi orang-orang
yang tidak terpapar/tanpa factor resiko yang mengalami penyakit (c/(c+d))
 Contoh : Variabel yang diteliti misalnya, pertanyaan yang akan dijawab adalah apakah terdapat hubungan
antara tingkat pendidikan orang tua dengan kejadian enuresis pada anaknya.
GAMBAR TABEL 2X2 MENUNJUKKAN HASIL CROSS
SECTIONAL

Efek

Ya Tidak Jumlah
Ya a b a+b
 Aktor Resiko Tidak c d c+d
Jumlah a+c b+d a+b+c+d

a = Subyek dengan factor resiko yang mengalami efek


b = Subyek dengan factor resiko yang tidak mengalami efek
c = Subyek tanpa factor resiko yang mengalami efek
d = Subyek tanpa factor resiko yang tidak mengalami efek
Rasio Prevalens = Prevalens efek pada kelompok dengan resiko dibagi prevalens efek pada kelompok
tanpa resiko RP = a/(a+b): c/(c+d)
Interpretasi hasil

 RP 1  variabel yang diduga sebagai factor resiko tidak ada pengaruhnya dalam terjadinya efek / netral
 RP > 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1  berarti variable tersebut
merupakan factor resiko untuk timbulnya penyakit (misal Rasio Pevalens pemakaian KB suntik pada
ibu memberikan asi eksklusif terhadap kejadian kurang gizi pada anak = 2 berarti KB suntik
merupakan resiko untuk terjadinya defisiensi gizi pada bayi yang ibunya aseptor KB suntik mempunyai
resiko untuk terjadinya defisiensi gizi 2 kali lebih besar ketimbang bayi yang ibunya bukan pemakai
KB suntik)
 RP < 1 dan rentang IK tidak mencakup angka 1 berarti factor yang diteliti merupakan factor protektif,
bukan factor resiko
 Nilai interval kepercayaan rasio prevalens mencakup angka 1 berarti pada populasi yang diwakili oleh
sampel tersebut masih mungkin nilai RP nya = 1 artinya data yang ada belum bisa disimpulkan
merupakan factor resiko atau factor protektif
 Dalam studi potong lintang deskriptif, idealnya subjek penelitian dipilih dengan
skema pemilihan sampel random sederhana (simple random sampling) agar
deskripsi dalam sampel mewakili (representatif)populasi sasaran.
 Sebagai alternatif, subjek penelitian dalam studi potong lintang dapat dipilih
dengan menggunakan skema pemilihan sampel random komplek misalnya :
1. Pemilihan sampel random berstrata (Stratified random sampling)
2. Pemilihan sampel random klaster (Cluster random sampling)
KEKUATAN CROSS SECTIONAL

 Mudah untuk dilakukan dan murah karena tidak memerlukan follow-up


 Desain yang efisien untuk mendeskripsikan distribusi penyakit di hubungkan dengan
distribusi sebuah karakteristik populasi : umur, seks, ras, status sosek.
 Data prevalensi yang dihasilkan merupakan salah satu indicator beban penyakit (disease
burden) yang dialami suatu populasi.
 Bermanfaat untuk merumuskan hipotesis hubungan kausal yang akan diuji dalam studi
analitik lainnya, seperti studi kohor dan studi kasus-kontrol
KELEMAHAN CROSS SECTIONAL

 Dalam penilaian hubungan kausal terdapat prinsip paparan/factor resiko harus


mendahului penyakit, kriteria ini sulit dipastikan dalam studi potong lintang.
Sehingga penggunaan desain studi ini untuk menganalisis hubungan kausal
paparan dan penyakit terbatas.

 Penggunaan data prevalensi. Prinsipnya penelitian factor resiko & etiologi penyakit
menuntut penggunaan data insiden penyakit, pengamatan status penyakit harus dilakukan
segera pada fase klinis penyakit, keterlambatan mengidentifikasi status penyakit pada
penyakit yang berdurasi pendek akan mengakibatkan perhitungan jumlah kasus yang
tidak akurat untuk penelitian etiologi penyakit.
STUDI KASUS KONTROL

 Studi kasus control merupakan studi observasional yang menilai hubungan paparan-
penyakit dengan menentukan sekelompok orang-orang berpenyakit (kasus) dan
sekelompok orang-orang tidak berpenyakit (control) lalu membandingkan
frekuensi paparan pada kedua kelompok.
 Jika terdapat perbedaan frekuensi paparan antara kasus dan control, maka dapat ditarik
kesimpulan terdapat asosiasi antara penyakit dan paparan.
 Studi kasus control / Case referent study / Case history study / Retrospective Study
 Kasus dan control biasanya dipilih dari populasi sumber yang sama (Rothman,
2002) sehingga kedua kelompok memiliki karakteristik yang sebanding kecuali status
penyakit
STUDI KASUS KONTROL

 Peneliti kemudian mengukur paparan yg dialami subjek pada waktu yang lalu
(Retrospektif) dengan cara wawancara, mengkaji catatan medik, pemeriksaan lab
dll.
 Sering peneliti melakukan Matching (pencocokan) yaitu suatu proses pencocokan untuk
membuat kelompok kasus sebanding dengan kelompok control dalam hal factor-factor
luar.
GAMBAR DESAIN STUDI KASUS KONTROL

Populasi Sumber

Sampling

Kasus Kontrol
(berpenyakit) (tidak berpenyakit)

Terpapar Tida Terpapar Tidak


Terpapar Terpapar
GAMBAR TABEL 2x2 MENUNJUKKAN HASIL
PENGAMATAN PADA STUDI KASUS KONTROL (tanpa
matching)

Kasus Kontrol Jumlah


Faktor Resiko + a b a+b
Faktor Resiko - c d c+d
Jumlah a+c b+d a+b+c+d

Sel a = Kasus yang mengalami pajanan


Sel b = Kontrol yang mengalami pajanan
Sel c = Kasus yang tidak mengalami pajanan
Sel d = Kontrol yang tidak mengalami pajanan
Risiko relative yang dinyatakan dalam rasio odds (RO)
RO = = {a/(a+b): b/(a+b)}/{c(c+d):d/(c+d)} = a/b : c/d = ad/bc
STUDI CASE CONTROL MENURUT
TIMING KRONOLOGIS DIBAGI 2 JENIS

 Studi kasus control prospektif  jika insiden kasus baru terjadi setelah dimulainya
penelitian
 Studi kasus control retrospektif  Jika insiden kasus telah terjadi pada waktu
dimulainya penelitian
GAMBAR STUDI KASUS KONTROL
PROSPEKTIF & RETROSPEKTIF

Masa
Masa lalu Sekarang
Mendatang

Kejadian fenomena penyakit (D) Kejadian fenomena penyakit (D)

Studi kasus- Studi kasus-kontrol


kontrol prospektif
retrospektif
Mulai
penelitian
3 KRITERIA PERLU DIPERHATIKAN DALAM MEMILIH
KASUS & KONTROL

3 Kriteria dalam memilih kasus :


 Kriteria diagnostic
 Populasi sumber kasus /populasi terjangkau
 Jenis data penyakit
3 Kriteria dalam memilih kontrol :
 Karakteristik populasi sumber kasus
 Keserupaan antara kontrol dan kasus
 Pertimbangan praktis dan ekonomis
KEKUATAN STUDI KASUS KONTROL

 Dapat dilakukan dalam waktu yang singkat


 Relatif murah dibandingkan desain analitik lainnya
 Cocok untuk meneliti penyakit langka
 Cocok untuk meneliti penyakit periode latin panjang
 Dapat meneliti berbagai kemungkinan factor etiologis sebuah penyakit
KELEMAHAN STUDI KASUS KONTROL

 Tidak efisien untuk mengevaluasi paparan langka, kecuali jika presentase attributable
risk tinggi
 Tidak dapat menghitung laju insiden (incidenent rate) penyakit secara langsung pada
kelompok terpapar dan tidak terpapar, kecuali jika studi berbasis populasi
 Kadang-kadang sulit memastikan hubungan temporal antar paparan dan penyakit.
 Lebih rawan bias disbanding dengan desain analitik lainnya, khususnya bias seleksi dan
recall bias
 Per definisi hanya meneliti sebuah penyakit
 Kesulitan memilih control yang tepat
STUDI KOHOR

 Studi Kohor adalah desain observasional yang mempelajari hubungan antara paparan dan
penyakit, dengan memilih dua atau lebih kelompok studi berdasarkan perbedaan status
paparan, kemudian mengikuti sepanjang suatu periode waktu untuk melihat berapa
banyak subjek dalam masing2 kelompok mengalami penyakit atau kesudahan tertentu
lainnya.
 Pada awal penelitian, semua subyek bebas dari penyakit yang diteliti
 Jika terdapat subjek yang berpenyakit diawal penelitian maka harus dieksklusi dari
penelitian
GAMBAR STUDI KOHOR

Populasi

Kasus Non-Kasus

Terpapar (E+) Tak Terpapar (E-)

Follow-up Follow-up

Terpapar Terpapar Tak terpapar Tak terpapar


Berpenyakit Tak berpenyakit Berpenyakit Tak berpenyakit
(E+D+) (E+D-) (E-D+) (E-D-)
JENIS STUDI KOHOR

Berdasarkan timing kronologis dibagi menjadi 2 jenis :


1. Studi kohor prospektif / concurrent  status paparan diukur pada awal penelitian dan kohor diikuti untuk
melihat kejadian penyakit dimasa yang akan datang
Kejadian penyakit ditentukan melalui wawancara dengan anggota kohor, anggota keluarga, atau memeriksa
catatan medik.

2. Studi kohor Retrospektif / histori / non concurrent  paparan & penyakit sudah terjadi dimasa lampau
sebelum penelitian dimulai, sehingga variable tersebut diukur melalui catatan historis.
GAMBAR STUDI KOHOR PROSPEKTIF & RETROSPEKTIF

Masa
Masa lalu Sekarang
Mendatang

Kejadian fenomena penyakit (D) Kejadian fenomena penyakit (D)

Studi kohor Studi kohor


historis prospektif

Mulai
penelitian
GAMBAR ANALISIS DASAR STUDI KOHOR

Efek

Ya Tidak Jumlah
Ya a b a+b
 Faktor Resiko Tidak c d c+d
Jumlah a+c b+d a+b+c+d

a = Subyek dengan factor resiko yang mengalami efek


b = Subyek dengan factor resiko yang tidak mengalami efek
c = Subyek tanpa factor resiko yang mengalami efek
d = Subyek tanpa factor resiko yang tidak mengalami efek
Rasio Prevalens = Prevalens efek pada kelompok dengan resiko dibagi prevalens efek pada kelompok
tanpa resiko RR = a/(a+b): c/(c+d)
KEKUATAN STUDI KOHOR

 Cocok untuk meneliti paparan langka


 Dapat meneliti berbagai pengaruh sebuah paparan
 Dapat memastikan sekuens temporal antara paparan & penyakit
 Jika prospektif, meminimalkan bias dalam menentukan status paparan
 Memungkinkan penghitungan langsung laju insiden (incident rate) penyakit pada
kelompok terpapar maupun tidak terpapar.
KELEMAHAN STUDI KOHOR

 Tidak efisien untuk mengevaluasi penyakit langka, kecuali pada attributable risk tinggi
 Jika prospektif sangat mahal dan memakan banyak waktu
 Jika retrospektif membutuhkan ketersediaan catatan lengkap dan akurat
 Validitas bias terancam oleh subjek-subjek yang hilang waktu follow up
EKSPERIMEN

 Eksperimen merupakan desain riset dimana peneliti melakukan manipulasi sebuah atau
lebih factor (variable) dan melakukan pengujian dalam kondisi yang terkendali,
untuk menentukan efek dari manipulasi vaktor itu terhadap sebuah variable
dependen.
 Pada eksperimen peneliti sengaja mengubah sebuah atau lebih factor pada situasi yang
terkontrol dengan tujuan untuk mempelajari pengaruh dari pengubahan factor itu
terhadap variable dependen.
 Dalam studi eksperimental, pengaruh perlakuan (intervensi) pada populasi diestimasi
dengan cara membandingkan hasil perlakuan pada kelompok perlakuan dan
kelompok control.
EKSPERIMEN

 Studi eksperimental disebut juga studi intervensi


 Untuk menghindari bias, anggota dari kelompok perlakuan dan kelompok control harus
sebanding (comparable) kecuali perlakuan yg diberikan.
 Alokasi individu-individu ke dalam kelompok perlakuan atau kelompok control
CONTOH STUDI EKSPERIMEN

 Peneliti membagi pasien kedalam 6 kelompok : kelompok 1 mendapatkan minuman


beralkohol terbuat dari jus apel, kelompok 2 mendapatkan 25 tetes eliksir pahit,
kelompok 3 mendapatkan dua sendok cuka, kelompok 4 mendapatkan air laut, kelompok
5 mendapat sebuah jeruk jeruk dan sebuah limau setiap hari.

 Pengaruh perbaikan yang paling baik dan cepat dijumpai pada pasien yang mendapat
jeruk dan limau, satu diantaranya dapat bekerja kembali setelah 6 hari terapi.
EKSPERIMEN RANDOM (RANDOMIZED CONTROLLED TRIAL, RCT)

 Eksperimen Random adalah studi eksperimental yang menggunakan prosedur


random untuk mengalokasikan subyek penelitian dalam berbagai level penelitian.
 Eksperimen Random disebut true experiment, alokasi (penunjukkan) subjek penelitian
secara random disebut randomisasi (randomization), alokasi random (random allocation)
penunjukkan random(random assignment)
 Randomisasi harus dibedakan dengan pemilihan random (random sampling)yang
merupakan tehnik memilih sampel dari populasi secara random.
GAMBAR DESAIN DASAR EKPERIMEN RANDOM
(RANDOMIZED CONTROLLED TRIAL, RCT)

Populasi sumber
(populasi
terjangkau)
Tidak memenuhi
Memenuhi syarat syarat (ineligible)
(eligible)

Setuju partisipasi Menolak partisipasi

Randomisasi

Perlakuan Kontrol
EKSPERIMEN RANDOM (RANDOMIZED CONTROLLED TRIAL, RCT)

 Peneliti mulai dengan menentukan populasi sumber (populasi terjangkau)


 Dengan kriteria eligibilitas, anggota-anggota populasi terlebih dulu di saring untuk
menentukan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi mengikuti penelitian.
 Subjek-subjek yang setuju berpartisipasi (Informed Consent) dilakukan secara random
kedalam kelompok perlakuan dan kelompok control
 Jika perbaikan hasil lebih banyak dijumpai pada kelompok perlakuan dari pada
kelompok control, maka disimpulkan terapi baru memang lebih baik.
JENIS DESAIN EKPERIMEN RANDOM

 Completely Randomized Design


 Randomized block design
 Crossover design (Plannned Crossover & Unplanned Crossover)
 Factorial Design
1. Completely Randomized Design

 Semua subjek dari populasi studi langsung dialokasikan random ke dalam


kelompok perlakuan atau kelompok kontrol

 Tujuan randomisasi supaya semua variable independen di luar perlakuan itu


sendiri yang potensial perancu akan tersebar merata ke dalam kelompok
perlakuan maupun kelompok kontrol
GAMBAR COMPLETELY RANDIMIZED DESIGN

Populasi Studi

Randomisasi

Perlakuan Kontrol
2. RANDOMIZED BLOCK DESIGN

 Dalam randomized block design randomisasi dalam pengelolaan subjek penelitian


memperbesar kemungkinan penyebaran karakteristik yang merata diantara kelompok-
kelompok studi yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
 Desain eksperimen dengan sengaja mengeluarkan variasi vaktor perancu dari error term
lalu mengukur dan memperhitungkan pengaruhnya secara eksplisit di dalam model.
 randomized block design memungkinkan pengujian pengaruh perlakuan dalam
lingkungan yang lebih sebanding (comparable)
GAMBAR RANDOMIZED BLOKER DESIGN

Populasi Studi

Blok 1 Blok 2 Blok 3

Randomisasi Randomisasi Randomisasi

Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol


3. CROSSOVER DESIGN

 Merupakan studi eksperimental untuk membandingkan dua atau lebih perlakuan dan
intervensi dimana subjek/pasien setelah melakukan salah sebuah perlakuan “Melintas”
kepada perlakuan lainnya
 Crossover design dibagi 2 yaitu Planned Crossover dan Unplanned Crossover
a. Planned Crossover

 Subjek penelitian diberi terapi A atau terapi B secara randomisasi, setelah diamati selama
suatu periode waktu dengan satu terapi subjek itu dialihkan pada terapi lainnya, masing-
masing sebagai kontrol untuk dirinya sendiri (self-control), sehingga mengatasi variasi
antar individu dalam hal karakteristik yang mungkin mempengaruhi perbandingan
efektivitas kedua terapi.
 Yang perlu dicermati dalam planned crossover : 1. carryover / harus dipastikan perbedaan
yang teramati dari satu perlakuan tidak tercampur oleh sisa pengaruh perlakuan lain, 2.
pemberian terapi mungkin membawa respons psikologis, 3. crossing over design
terencana tentu tidak mungkin jika perlakuan bersifat bedah, atau terapi baru
menyembuhkan penyakit.
GAMBAR PLANNED CROSSOVER DESIGN

Randomisasi

Terapi A Terapi B
   
Group 1 Group 2

Diminati

Group 1 Group 2

Group 2 Group 1
Diminati

Group 2 Group 1
b. Unplanned Crossover

 Dimulai dengan completely randomized design


 Contoh pasien jantung coroner ditunjuk secara random kedalam kelompok yang akan
mendapat terapi bedah pintas coroner dan kelompok yang akan mendapat terapi medis,
randomisasi dilakukan setelah mendapatkan informed concent, problem scenario tersebut
sejumlah pasien semula ditunjuk mendapat tindakan bedah mungkin saja berubah pikiran
dan memutuskan untuk tidak memilih terapi bedah pasien ini crossover, sebaliknya ada
kemungkinan kondisi sejumlah subjek yang ditunjuk mendapat terapi medis makin
memburuk sehingga memerlukan tindakan bedah pintas.
GAMBAR UNLANNED CROSSOVER DESIGN

Randomisasi

Terapi bedah Terapi medis

Menolak Perlu
bedah bedah

Terapi Terapi
bedah Medis
4. Factorial Design

 Factorial design merupakan metode eksperimental yang menata studi eksperimental


sedemikian rupa sehingga semua level dari masing-masing intervensi terjadi dalam
semua level intervensi lainnya.
 Factorial design menarik dan ekonomis karena dapat menguji pengaruh masing-masing
dari dua factor penelitian (perlakuan) dengan menggunakan populasi studi yang sama,
 Desain factorial yang hanya melibatkan dua factor penelitian disebut 2X2 Factorial
Design
KEKUATAN RANDOMIZED CONTROLLED TRIAL (RCT)

 Memungkinkan evaluasi perlakuan dalam situasi terkontrol (randomisasi) untuk


memberikan bukti-bukti kuat inferensi kausal
 Arah pengusutan prospektif (mulai dari penentukan perlakuan lalu diikuti ke depan untuk
melihat efeknya terhadap variable hasil
 Dapat dilakukan validasi data, karena data yang dikumpulkan terjadi bersamaan dengan
berlangsungnya studi (concurrent data)
 Potensial mengurangi bias dengan jalan membandingkan 2 kelompok identik
 Memungkinkan dilakukan meta-analisis (memadukan hasil-hasi kuantitatif sejumlah uji
klinis serupa dikemudian hari).
KELEMAHAN RANDOMIZED CONTROLLED TRIAL (RCT)

 Mahal dan memakan banyak waktu


 Banyak RCT dilakukan dengan sedikit pasien
 Banyak RCT dilakukan dalam waktu terlalu pendek
 Kegagalan melakukan randomisasi kepada semua pasien yang memenuhi syarat
 Diperlukan desain yang lebih kompleks dan sensitive terhadap bias untuk menjawab
masalah penelitian yang komplek agar dibuat inferensi valid, reliable, dan dapat
digeneralisasi, dengan implikasi menambah kesulitan penggunaan RCT
 Sebagian besar didanai badan-badan riset besar (perusahaan obat, pemerintah, universitas
yang akhirnya mendikte agenda riset
EKSPERIMEN KUASI

 Eksperimen kuasi (Quasi Experiment) adalah studi eksperimental yang dalam mengontrol situasi
penelitian dengan cara non randomisasi
 Eksperimen kuasi disebut eksperimen non randomisasi
 Untuk memperoleh estimasi dampak perlakuan yang sebenarnya, maka peneliti harus memilih
kelompok control yang memiliki karakteristik variable perancu yang sebanding (comparable) dengan
kelompok perlakuan.
 Eksperimen kuasi dilakukan sebagai alternatif eksperimen randomisasi, tatkala pengalokasian factor
penelitian kepada subjek penelitian tidak mungkin, tidak etis, atau tidak praktis dilakukan dengan
randomisasi. Misal ukuran sampel terlalu kecil.
JENIS EKSPERIMEN QUASI

Eksperimen quasi dibedakan dalam beberapa jenis :


 Desain sebelum dan sesudah satu kelompok
 Desain sesudah saja dengan control
 Desain sebelum dan sesudah dengan control
 Desain campuran (time-series)
1. DESAIN SEBELUM DAN SESUDAH SATU KELOMPOK
(ONE GROUP BEFORE & AFTER DESIGN, ONE GROUP PRE
& POST TEST DESIGN)

 Merupakan ekperimen kuasi dengan masing-masing unit eksperimentasi berfungsi sebagi


control bagi dirinya sendiri.
 Pengamatan variable hasil dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan
 Kelompok control atas dirinya sendiri disebut control internal atau control reflektif
 Pengaruh perlakuan ditentukan dengan membandingkan nilai-nilai variable hasil sesudah
dan sebelum perlakuan yang terjadi pada kelompok tersebut
GAMBAR DESAIN SEBELUM DAN SESUDAH
MENGGUNAKAN SATU KELOMPOK

 
E (=C) O₁ Tx O₂
 
(X) (Y)
 
Pengaruh Perlakuan = Y-X

Keterangan:
E= kelompok perlakuan. O₁ = pengamatan pertama. Tx = Intervensi.
C= kelompok control. O₂ = pengamatan kedua.
2. DESAIN SESUDAH DENGAN KONTROL
(AFTER ONLY WITH CONTROL DESIGN)

 Desain sesudah dengan control mengamati variable hasil pada saat yang sama terhadap
kelompok perlakuan dan kelompok control, setelah perlakuan diberikan kepada
kelompok perlakuan.
 Dengan cara non random, peneliti memilih kelompok control yang memiliki karakteristik
atau variable-variable perancu potensial yang sebanding (comparable) dengan kelompok
perlakuan
GAMBAR DESAIN SESUDAH DENGAN KONTROL

 
E Tx O₁
(Y)
C O₁
(Z)
 
Pengaruh Perlakuan = Y-Z

Keterangan:
E= kelompok perlakuan.
C= kelompok control
3. DESAIN SEBELUM & SESUDAH DENGAN KONTROL
(BEFORE AND AFTER WITH CONTROL DESIGN / PRE-POST WITH
CONTROL DESIGN )

 Desain sebelum dan sesudah dengan control mirip dengan RCT kecuali penunjukkan
kelompok subjek tidak dilakukan dengan cara random.
 Pengaruh perlakuan ditentukan dengan membandingkan perubahan nilai-nilai variable
hasil pada kelompok perlakuan dengan perubahan nilai-nilai pada kelompok kontrol.
 Desain ini lebih baik dari pada dua desain kuasi yang lain, karena mengatasi
kemungkinan variasi eksternal yang akibatnya perubahan waktu
GAMBAR DESAIN SEBELUM & SESUDAH DENGAN
KONTROL

E O₁ Tx O₂
(X) (Y)
 
C O₁ O₁
(A) (Z)

Pengaruh Perlakuan = (Y-X) – (Z-A)


4. DESAIN CAMPURAN

 Desain campuran mengkombinasikan elemen-elemen pembanding internal dan eksternal.


 Kombinasi tersebut meningkatkan kemampuan mengatasi ancaman validitas,
selanjutnyameningkatkan kemampuan untuk menarik inferensi kausal
KEKUATAN & KELEMAHAN EKSPERIMEN
KUASI

 KEKUATAN  Eksperimen kuasi lebih mungkin diterapkan & lebih


murah dari pada eksperimen randomisasi, ketika randomisasi tidak bisa
diterapkan.

 KELEMAHAN  karena alokasi perlakuan tidak dilakukan random


maka peneliti akan kurang mampu mengendalikan factor perancu.
Alokasi non random dapat menimbulkan bias yang sulit dikontrol pada
analisis data

Anda mungkin juga menyukai