Kes
LAHIR DI KARANGANYAR, 20 APRIL 1978
LULUS S3 KEDOKTERAN UNDIP 2015 DENGAN
PREDIKAT CUMLAUD, TERBAIK, TERCEPAT
RISET SCOPUS :
Study on Emotional Intelligence and Spiritual Intelligence
As A Prediction of Students Comulative’ Grade Points
Average
Perum Genuk, Semarang Coronavirus Outbreak Causes Halal Sex Tourism to Suffer
The Advantage of Theoretical Education and Practical
rita.kartika.sari@gmail.com Education in Modern Society
Preschool Education: Knowledge or Social Skills
+6282225934333
Factors Affecting Cognitive Intelligence Theory
Knowledge as Factor Increase Frequency of Vaginal
Discharge in District Demak
Empowerment Of Health Care And Community To Improve
Mother And Children's Health (MCH) In Demak Gaji Village
Dr. Rita Kartika Sari SKM, M.Kes
• TENAGA PELATIH PROGRAM KESEHATAN (TPPK) PUSLAT SDM KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.
• KONSULTAN MANAJEMEN KESEHATAN
• SOFT SKILLS DEVELOPMENT TRAINER
• DOSEN FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA
• DOSEN UIN WALISONGO SEMARANG
• DOSEN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNISSULA
• DOSEN KEBIDANAN UNISSULA
• PENGURUS DPW PPNI JATENG
• EVALUATOR PENDIRIAN PERGURUAN TINGGI KEMENRISTEK DIKTI
• PENGURUS DPW PPNI JATENG DIVISI RISET & KOMINFO
• MANAJER PENELITIAN RSI SULTAN AGUNG (2013-2016)
Perum Genuk, Semarang • MANAJER KEPERAWATAN RSI SULTAN AGUNG (2009-2013)
• KABAG DIKLAT RSI SULTAN AGUNG (2007-2009)
rita.kartika@unissula.ac.id • OWNER CV ALRI ABADI
• OWNER AHASS KARTIKA ABADI MOTOR
+6282225934333
DESAIN PENELITIAN
DR. RITA KARTIKA SARI, SKM.M.KES
EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi Analitik bertujuan meniliti hubungan variable – variable (misalnya hubungan paparan &
penyakit), pengaruh satu variable terhadap variable lainnya (misalnya pengaruh intervensi / terapi
terhadap kelangsungan hidup pasien)
Epidemiologi analitik menguji hipotesis dan mengestimasi (estimate) tentang kekuatan hubungan antara
paparan dan penyakit atau efektivitas intervensi pencegahan dan pengendalian penyakit pada populasi.
Epedimiologi Analitik berguna untuk :
1. Menentukan factor resiko, factor pencegah, (factor protektif), atau kausa penyakit
2. Menentukan factor prognostik / factor yg mempengaruhi prognostik kasus
3. Memprediksi terjadinya penyakit pada populasi
4. Memberikan bukti untuk pembuatan kebijakan / perencanaan intervensi kesehatan untuk
pencegahan atau pengendalian penyakit
Jika peneliti ingin melakukan melakukan studi analitik maka rancangan penelitiannya harus terdapat
kelompok pembanding.
Contoh : peneliti ingin meneliti hubungan antara kebiasaan merokok dan resiko untuk mengalami kanker
paru harus dibandingkan kelompok yang perokok dan bukan perokok, kalaupun harus meneliti kelompok
perokok saja, maka peneliti harus membedakan kelompok perokok ringan, sedang, berat. Jadi kelompok
atau subyek control (pembanding) mutlak harus ada dalam studi analitik.
Studi deskriptif tidak memerlukan kelompok pembanding, perbedaan karakteristik sosio-demografi (umur,
jenis kelamin) perbedaan tersebut digunakan untuk mendiskripsikan kejadian penyakit pada berbagai
kelompok, bukan untuk menguji statistic perbedaan kejadian penyakit untuk menyimpulkan hubungan /
pengaruh variabel
DESAIN STUDI EPIDEMIOLOGI
Apakah terdapat
kelompok
Tidak pembanding? Ya
Apakah peneliti
Case Cross
memberikan
report/ sectional
paparan (intervensi)
series
Tidak Ya
Observasional Eksperimental
Jika status paparan & penyakit diukur pada saat yang sama, maka desainnya studi
potong lintang (Cross-Sectional).
Jika penelitian dimulai dengan menentukan kelompok-kelompok studi berdasarkan status
penyakit, yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol, lalu mengusut kebelakang tentang
status paparan masing-masing subyek penelitian, desain itu merupakan studi kasus
control.
Jika penelitian dimulai dengan menentukan kelompok-kelompok studi berdasarkan status
paparan, yaitu kelompok terpapar dan kelompok tak terpapar lalu mengikuti ke depan
untuk mengidentifikasi dan menghitung jumlah kejadian penyakit yang di teliti maka
desain tersebut merupakan studi kohor.
STUDI EKSPERIMEN
Jika paparan (intervensi) dengan sengaja diberikan oleh peneliti kepada kelompok
perlakuan (kelompok intervensi) maka desain tersebut merupakan studi eksperimental
Studi eksperimental dimulai dengan mengalokasikan subyek penelitian ke dalam
kelompok yang diberi intervensi (kelompok eksperimental) dan kelompok yang tidak
diberikan intervensi (kelompok control)
Jika alokasi tersebut dilakukan dengan prosedur random maka desain eksperimen itu
merupakan Randomized Controlled Trial (RCT).
Jika alokasi subyek penelitian tidak dilakukan dengan prosedur random, dengan
menetapkan kriteria inklusi eksklusi maka desain itu merupakan eksperimen non random,
disebut juga Eksperimen Quasi.
STUDI POTONG LINTANG (CROSS SECTIONAL)
Studi potong lintang (cross sectional study) adalah studi epidemiologi observasional yang mempelajari
distribusi dan prevalensi penyakit, ataupun menilai hubungan penyakit dan paparan dengan cara
mengamati status paparan, penyakit, dan karakteristik terkait kesehatan, pada individu-individu
dari suatu populasi pada satu saat.
Desain ini yang dihitung Rasio Prevalens yaitu perbandingan antara prevalens suatu penyakit atau efek
pada subyek kelompok yang mempunyai factor resiko dengan prevalen penyakit atau efek pada subyek
yang tidak mempunyai factor resiko
Rasio prevalens menunjukkan peran factor resiko dalam terjadinya efek / penyakit pada studi
cross sectional
Hasil pengamatan cross sectional untuk mengidentifikasi factor resiko disusun dalam tabel 2X2
Karena meneliti secara sistematis tanpa melakukan eksperimen, maka studi potong lintang disebut juga
survei.
GAMBAR STUDI POTONG LINTANG
Populasi
Berdasarkan waktu pengumpulan data paparan dan penyakit, studi potong lintang dapat bersifat :
1. Sesaat (concurrent)
2. Retrospektif (historis)
3. Prospektif (untuk menghitung prevalensi periode dalam satu tahun kedepan)
Contoh penelitian hubungan tekanan darah dengan kebiasaan merokok, tekanan darah diukur dengan
sfigmomanometer pada saat ini, tetapi riwayat kebiasaan merokok selama setahun terakhir diukur
dengan kuesioner secara retrospektif.
Berdasarkan tujuannya studi potong lintang dibagi menjadi 2 jenis :
1. Studi potong lintang diskriptif
2. Studi potong lintang analitik
STUDI POTONG LINTANG DISKRIPTIF
Studi potong lintang diskriptif meneliti distribusi dan prevalensi penyakit, paparan & berbagai
karakteristik terkait dengan kesehatan dari suatu populasi. Prevalensi adalah proporsi kasus
dalam suatu populasi pada suatu saat (BMJ, 2002)
Prevalensi = ∑ Kasus / Populasi total
Jika pengukuran paparan & penyakit dilakukan pada satu titik waktu, bukan dalam satu kurun
waktu disebut prevalensi titik (point prevalence), studi prevalensi tersebut dapat dilakukan
pada suatu peristiwa penting yang dialami masing-masing individu, misal memasuki
perguruan tinggi, pemeriksaan kesehatan pegawai baru. Implikasinya, waktu pengukuran
untuk masing-masing subyek penelitian mungkin saja berbeda, meskipun paparan dan penyakit
tetap diukur pada saat yang sama bukan longitudinal
STUDI POTONG LINTANG DISKRIPTIF
Jika pengukuran dan perhitungan frekuensi penyakit dilakukan dalam suatu periode
waktu, misalnya satu tahun, sehingga menghasilkan prevalensi periode (period
prevalence)
Biasanya prevalensi periode dilakukan untuk meneliti penyakit-penyakit kronis yang
gejalanya intermiten, agar diperoleh beban penyakit kronis yang sesungguhnya.
STUDI POTONG LINTANG ANALITIK
Studi potong lintang analitik mengumpulkan data prevalensi paparan dan penyakit pada saat yang sama,
untuk menarik kesimpulan tentang hubungan antara paparan/factor resiko dan penyakit/efek.
Jadi yang dibandingkan dalam studi potong lintang analitik adalah proporsi orang-orang
terpapar/mempunyai factor resiko yang mengalami penyakit (a/(a+b)) dan proporsi orang-orang
yang tidak terpapar/tanpa factor resiko yang mengalami penyakit (c/(c+d))
Contoh : Variabel yang diteliti misalnya, pertanyaan yang akan dijawab adalah apakah terdapat hubungan
antara tingkat pendidikan orang tua dengan kejadian enuresis pada anaknya.
GAMBAR TABEL 2X2 MENUNJUKKAN HASIL CROSS
SECTIONAL
Efek
Ya Tidak Jumlah
Ya a b a+b
Aktor Resiko Tidak c d c+d
Jumlah a+c b+d a+b+c+d
RP 1 variabel yang diduga sebagai factor resiko tidak ada pengaruhnya dalam terjadinya efek / netral
RP > 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1 berarti variable tersebut
merupakan factor resiko untuk timbulnya penyakit (misal Rasio Pevalens pemakaian KB suntik pada
ibu memberikan asi eksklusif terhadap kejadian kurang gizi pada anak = 2 berarti KB suntik
merupakan resiko untuk terjadinya defisiensi gizi pada bayi yang ibunya aseptor KB suntik mempunyai
resiko untuk terjadinya defisiensi gizi 2 kali lebih besar ketimbang bayi yang ibunya bukan pemakai
KB suntik)
RP < 1 dan rentang IK tidak mencakup angka 1 berarti factor yang diteliti merupakan factor protektif,
bukan factor resiko
Nilai interval kepercayaan rasio prevalens mencakup angka 1 berarti pada populasi yang diwakili oleh
sampel tersebut masih mungkin nilai RP nya = 1 artinya data yang ada belum bisa disimpulkan
merupakan factor resiko atau factor protektif
Dalam studi potong lintang deskriptif, idealnya subjek penelitian dipilih dengan
skema pemilihan sampel random sederhana (simple random sampling) agar
deskripsi dalam sampel mewakili (representatif)populasi sasaran.
Sebagai alternatif, subjek penelitian dalam studi potong lintang dapat dipilih
dengan menggunakan skema pemilihan sampel random komplek misalnya :
1. Pemilihan sampel random berstrata (Stratified random sampling)
2. Pemilihan sampel random klaster (Cluster random sampling)
KEKUATAN CROSS SECTIONAL
Penggunaan data prevalensi. Prinsipnya penelitian factor resiko & etiologi penyakit
menuntut penggunaan data insiden penyakit, pengamatan status penyakit harus dilakukan
segera pada fase klinis penyakit, keterlambatan mengidentifikasi status penyakit pada
penyakit yang berdurasi pendek akan mengakibatkan perhitungan jumlah kasus yang
tidak akurat untuk penelitian etiologi penyakit.
STUDI KASUS KONTROL
Studi kasus control merupakan studi observasional yang menilai hubungan paparan-
penyakit dengan menentukan sekelompok orang-orang berpenyakit (kasus) dan
sekelompok orang-orang tidak berpenyakit (control) lalu membandingkan
frekuensi paparan pada kedua kelompok.
Jika terdapat perbedaan frekuensi paparan antara kasus dan control, maka dapat ditarik
kesimpulan terdapat asosiasi antara penyakit dan paparan.
Studi kasus control / Case referent study / Case history study / Retrospective Study
Kasus dan control biasanya dipilih dari populasi sumber yang sama (Rothman,
2002) sehingga kedua kelompok memiliki karakteristik yang sebanding kecuali status
penyakit
STUDI KASUS KONTROL
Peneliti kemudian mengukur paparan yg dialami subjek pada waktu yang lalu
(Retrospektif) dengan cara wawancara, mengkaji catatan medik, pemeriksaan lab
dll.
Sering peneliti melakukan Matching (pencocokan) yaitu suatu proses pencocokan untuk
membuat kelompok kasus sebanding dengan kelompok control dalam hal factor-factor
luar.
GAMBAR DESAIN STUDI KASUS KONTROL
Populasi Sumber
Sampling
Kasus Kontrol
(berpenyakit) (tidak berpenyakit)
Studi kasus control prospektif jika insiden kasus baru terjadi setelah dimulainya
penelitian
Studi kasus control retrospektif Jika insiden kasus telah terjadi pada waktu
dimulainya penelitian
GAMBAR STUDI KASUS KONTROL
PROSPEKTIF & RETROSPEKTIF
Masa
Masa lalu Sekarang
Mendatang
Tidak efisien untuk mengevaluasi paparan langka, kecuali jika presentase attributable
risk tinggi
Tidak dapat menghitung laju insiden (incidenent rate) penyakit secara langsung pada
kelompok terpapar dan tidak terpapar, kecuali jika studi berbasis populasi
Kadang-kadang sulit memastikan hubungan temporal antar paparan dan penyakit.
Lebih rawan bias disbanding dengan desain analitik lainnya, khususnya bias seleksi dan
recall bias
Per definisi hanya meneliti sebuah penyakit
Kesulitan memilih control yang tepat
STUDI KOHOR
Studi Kohor adalah desain observasional yang mempelajari hubungan antara paparan dan
penyakit, dengan memilih dua atau lebih kelompok studi berdasarkan perbedaan status
paparan, kemudian mengikuti sepanjang suatu periode waktu untuk melihat berapa
banyak subjek dalam masing2 kelompok mengalami penyakit atau kesudahan tertentu
lainnya.
Pada awal penelitian, semua subyek bebas dari penyakit yang diteliti
Jika terdapat subjek yang berpenyakit diawal penelitian maka harus dieksklusi dari
penelitian
GAMBAR STUDI KOHOR
Populasi
Kasus Non-Kasus
Follow-up Follow-up
2. Studi kohor Retrospektif / histori / non concurrent paparan & penyakit sudah terjadi dimasa lampau
sebelum penelitian dimulai, sehingga variable tersebut diukur melalui catatan historis.
GAMBAR STUDI KOHOR PROSPEKTIF & RETROSPEKTIF
Masa
Masa lalu Sekarang
Mendatang
Mulai
penelitian
GAMBAR ANALISIS DASAR STUDI KOHOR
Efek
Ya Tidak Jumlah
Ya a b a+b
Faktor Resiko Tidak c d c+d
Jumlah a+c b+d a+b+c+d
Tidak efisien untuk mengevaluasi penyakit langka, kecuali pada attributable risk tinggi
Jika prospektif sangat mahal dan memakan banyak waktu
Jika retrospektif membutuhkan ketersediaan catatan lengkap dan akurat
Validitas bias terancam oleh subjek-subjek yang hilang waktu follow up
EKSPERIMEN
Eksperimen merupakan desain riset dimana peneliti melakukan manipulasi sebuah atau
lebih factor (variable) dan melakukan pengujian dalam kondisi yang terkendali,
untuk menentukan efek dari manipulasi vaktor itu terhadap sebuah variable
dependen.
Pada eksperimen peneliti sengaja mengubah sebuah atau lebih factor pada situasi yang
terkontrol dengan tujuan untuk mempelajari pengaruh dari pengubahan factor itu
terhadap variable dependen.
Dalam studi eksperimental, pengaruh perlakuan (intervensi) pada populasi diestimasi
dengan cara membandingkan hasil perlakuan pada kelompok perlakuan dan
kelompok control.
EKSPERIMEN
Pengaruh perbaikan yang paling baik dan cepat dijumpai pada pasien yang mendapat
jeruk dan limau, satu diantaranya dapat bekerja kembali setelah 6 hari terapi.
EKSPERIMEN RANDOM (RANDOMIZED CONTROLLED TRIAL, RCT)
Populasi sumber
(populasi
terjangkau)
Tidak memenuhi
Memenuhi syarat syarat (ineligible)
(eligible)
Randomisasi
Perlakuan Kontrol
EKSPERIMEN RANDOM (RANDOMIZED CONTROLLED TRIAL, RCT)
Populasi Studi
Randomisasi
Perlakuan Kontrol
2. RANDOMIZED BLOCK DESIGN
Populasi Studi
Merupakan studi eksperimental untuk membandingkan dua atau lebih perlakuan dan
intervensi dimana subjek/pasien setelah melakukan salah sebuah perlakuan “Melintas”
kepada perlakuan lainnya
Crossover design dibagi 2 yaitu Planned Crossover dan Unplanned Crossover
a. Planned Crossover
Subjek penelitian diberi terapi A atau terapi B secara randomisasi, setelah diamati selama
suatu periode waktu dengan satu terapi subjek itu dialihkan pada terapi lainnya, masing-
masing sebagai kontrol untuk dirinya sendiri (self-control), sehingga mengatasi variasi
antar individu dalam hal karakteristik yang mungkin mempengaruhi perbandingan
efektivitas kedua terapi.
Yang perlu dicermati dalam planned crossover : 1. carryover / harus dipastikan perbedaan
yang teramati dari satu perlakuan tidak tercampur oleh sisa pengaruh perlakuan lain, 2.
pemberian terapi mungkin membawa respons psikologis, 3. crossing over design
terencana tentu tidak mungkin jika perlakuan bersifat bedah, atau terapi baru
menyembuhkan penyakit.
GAMBAR PLANNED CROSSOVER DESIGN
Randomisasi
Terapi A Terapi B
Group 1 Group 2
Diminati
Group 1 Group 2
Group 2 Group 1
Diminati
Group 2 Group 1
b. Unplanned Crossover
Randomisasi
Menolak Perlu
bedah bedah
Terapi Terapi
bedah Medis
4. Factorial Design
Eksperimen kuasi (Quasi Experiment) adalah studi eksperimental yang dalam mengontrol situasi
penelitian dengan cara non randomisasi
Eksperimen kuasi disebut eksperimen non randomisasi
Untuk memperoleh estimasi dampak perlakuan yang sebenarnya, maka peneliti harus memilih
kelompok control yang memiliki karakteristik variable perancu yang sebanding (comparable) dengan
kelompok perlakuan.
Eksperimen kuasi dilakukan sebagai alternatif eksperimen randomisasi, tatkala pengalokasian factor
penelitian kepada subjek penelitian tidak mungkin, tidak etis, atau tidak praktis dilakukan dengan
randomisasi. Misal ukuran sampel terlalu kecil.
JENIS EKSPERIMEN QUASI
E (=C) O₁ Tx O₂
(X) (Y)
Pengaruh Perlakuan = Y-X
Keterangan:
E= kelompok perlakuan. O₁ = pengamatan pertama. Tx = Intervensi.
C= kelompok control. O₂ = pengamatan kedua.
2. DESAIN SESUDAH DENGAN KONTROL
(AFTER ONLY WITH CONTROL DESIGN)
Desain sesudah dengan control mengamati variable hasil pada saat yang sama terhadap
kelompok perlakuan dan kelompok control, setelah perlakuan diberikan kepada
kelompok perlakuan.
Dengan cara non random, peneliti memilih kelompok control yang memiliki karakteristik
atau variable-variable perancu potensial yang sebanding (comparable) dengan kelompok
perlakuan
GAMBAR DESAIN SESUDAH DENGAN KONTROL
E Tx O₁
(Y)
C O₁
(Z)
Pengaruh Perlakuan = Y-Z
Keterangan:
E= kelompok perlakuan.
C= kelompok control
3. DESAIN SEBELUM & SESUDAH DENGAN KONTROL
(BEFORE AND AFTER WITH CONTROL DESIGN / PRE-POST WITH
CONTROL DESIGN )
Desain sebelum dan sesudah dengan control mirip dengan RCT kecuali penunjukkan
kelompok subjek tidak dilakukan dengan cara random.
Pengaruh perlakuan ditentukan dengan membandingkan perubahan nilai-nilai variable
hasil pada kelompok perlakuan dengan perubahan nilai-nilai pada kelompok kontrol.
Desain ini lebih baik dari pada dua desain kuasi yang lain, karena mengatasi
kemungkinan variasi eksternal yang akibatnya perubahan waktu
GAMBAR DESAIN SEBELUM & SESUDAH DENGAN
KONTROL
E O₁ Tx O₂
(X) (Y)
C O₁ O₁
(A) (Z)