Anda di halaman 1dari 87

SKRIPSI

HUBUNGAN POLA PEMBERIAN MAKAN DENGAN


STATUS GIZI PADA ANAK BALITA DI BAGAN
PERCUT KECAMATAN PERCUT SEI TUAN
KABUPATEN DELI SERDANG

OLEH:

SARI INDAH WAHYUNI GULO

160204091

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2020
SKRIPSI

HUBUNGAN POLA PEMBERIAN MAKAN DENGAN


STATUS GIZI PADA ANAK BALITA DI BAGAN
PERCUT KECAMATAN PERCUT SEI TUAN
KABUPATEN DELI SERDANG

Skripsi ini diajukan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan


(S.Kep) di Program Studi Ners Fakultas Farmasi Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia

OLEH:

SARI INDAH WAHYUNI GULO

160204091

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2020
BERITA ACARA PERBAIKAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Pada Hari Selasa 6 Oktober 2020 telah diadakan sidang skripsi dengan judul :
Hubungan Pola Pemberian Makan Dengan Status Gizi Pada Anak Balita Di
Bagan Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2020.

Nama : Sari Indah Wahyuni Gulo


Nim : 16 02 04 091

Skripsi ini telah diperbaiki dan diperiksa :

No Hal Pernyataan/Saran/Kritik Dosen Penguji

1 BAB I,
BAB III, - Konsep teori jadwal
BAB IV makan balita seperti apa
- Tambahkan keterbatasan
penelitian
- Tambahkan daftar
pustaka
- Perbaiki Analisa
univariat dan bivariat
- Perbaiki modifikasi Ns. Rinco Siregar, S.
kuesioner Kep, MNS
- Perbaiki pengolahan data
bagian editing

2 Kata - Perbaiki kata pengantar


Pengantar, - Perbaiki pembahasan
BAB IV, - Tambahkan data
BAB I surveynya
- Perbaiki hasil pengolah
datanya.
Ns.Rumondang Gultom,
S.Kep,MKM

i
HALAMAN PENGESAHAN

Hubungan Pola Pemberian Makan Dengan Status Gizi Pada


Anak Balita Di Bagan Percut Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2020

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi


Pada hari Selasa, 6 Oktober 2020

TIM PENGUJI

Ketua Penguji : Ns. Novita Aryani, M. Biomed ( )

Penguji I : Ns. Rinco Siregar, S. Kep, MNS ( )

Penguji II : Ns. Rumondang Gultom, MKM ( )

Disetujui Oleh Medan, 06 Oktober 2020


Fakultas Farmasi & Ilmu Kesehatan Program Studi Keperawatan
Dekan Ketua

(Taruli Rohana Sinaga, SP, MKM) (Ns. Rinco Siregar, MNS)

ii
PERNYATAAN

HUBUNGAN POLA PEMBERIAN MAKAN DENGAN STATUS


GIZI PADA ANAK BALITA DI BAGAN PERCUT
KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI
SERDANG

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan
belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di
suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain dalam naskah ini,
kecuali tertulis dan tercantum dalam daftar pustaka.

Medan, 06 Oktober 2020


Peneliti

(Sari Indah Wahyuni Gulo)

iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri
1. Nama : Sari Indah Wahyuni Gulo
2. NIM : 160204091
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Tempat/Tgl Lahir : Dairi, 02 Januari 1998
5. Agama : Islam
6. Anak ke : 1 (Pertama)
7. Nama Ayah : Abdul Hamid Gulo
8. Nama Ibu : Salawati Berutu
9. Alamat Rumah : Jln. Luku V Lingkungan I Medan
10. Email : Sariindahwahyuni234@gmail.com
11. No Hp : 085270420572

B. Riwayat Pendidikan
1. Tahun 2004-2010 : SD Negeri 060938
2. Tahun 2010-2013 : SMP Negeri 21 Medan
3. Tahun 2013-2016 : SMKS Farmasi YPFSU Medan
4. Tahun 2016-2020 : S1 Keperawatan Program Studi Ners Fakultas
Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari
Mutiara Indonesia

iv
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
Skripsi, 06 Oktober 2020
Sari Indah Wahyuni Gulo

HUBUNGAN POLA PEMBERIAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI


PADA ANAK BALITA DI BAGAN PERCUT KECAMATAN PERCUT SEI
TUAN KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2020
xiv + 47 halaman + 9 tabel + 12 lampiran

ABSTRAK
Balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau di bawah
lima tahun yaitu 24-60 bulan. Masa ini menjadi tantangan bagi orang tua karena
anak susah makan, memilih makan dan suka pada jajan yang kandungan gizinya
tidak baik seperti mie instant, sehingga menyebabkan kekurangan atau kelebihan
asupan zat gizi yang dapat mempengaruhi status gizi dan kesehatannya. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan pola pemberian makan
dengan status gizi pada anak balita di bagan percut. Desain penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional . Jumlah populasi dalam
penelitian ini adalah sebanyak 67 orang di Bagan Percut dengan jumlah sampel 25
orang yang diambil menggunakan teknik simple random sampling. Penelitian ini
menggunakan kuesioner pola pemberian makan dan tabel z-score. Hasil penelitian
berdasarkan analisa statistik dengan menggunakan uji chi square dengan tingkat
kemaknaan <0,05 didapatkan hasil p=0,037. Nilai p lebih kecil dari 0,05
menandakan H1 diterima dan H0 ditolak, artinya terdapat hubungan pola
pemberian makan dengan status gizi pada anak balita di Bagan Percut Kecamatan
Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Nilai koefisien korelasi (r)=0,069 yang
berarti menunjukan hubungan yang kuat . Nilai r bertanda positif yang memiliki
makna bahwa semakin tepat pola pemberian makannya maka semakin baik pula
status gizi balita tersebut.
Kata Kunci : Pola pemberian makan, status gizi, anak balita
Daftar Pustaka : 2007-2020

v
NURSING STUDY PROGRAM

FACULTY OF PHARMACY AND HEALTH SCIENCES

UNIVERSITY OF SARI MUTIARA INDONESIA

Thesis, 06 October 2020

Sari Indah Wahyuni Gulo

RELATIONSHIP OF FEEDING PATTERNS WITH NUTRITIONAL


STATUS IN CHILDREN IN PERCUT CHART OF PERCUT DISTRICT,
SEI TUAN, DELI SERDANG DISTRICT, 2020
xiv + 47 pages + 9 tables + 12 attachments

ABSTRACT
Toddlers are children who have reached the age of over one year or under five
years, namely 24-60 months. This period is a challenge for parents because
children find it difficult to eat, choose to eat and like snacks with poor nutritional
content such as instant noodles, which lead to deficiency or excess intake of
nutrients that can affect their nutritional status and health. The purpose of this
study was to identify the relationship between feeding patterns and nutritional
status in children under five in the percut chart. The research design used in this
study was cross sectional. The population in this study was 67 people in Chart
Percut with a sample size of 25 people who were taken using simple random
sampling technique. This study used a feeding pattern questionnaire and a z-score
table. The results of the study were based on statistical analysis using the chi
square test with a significance level of <0.05, the result was p = 0.037. P value
less than 0.05 indicates H1 is accepted and H0 is rejected, meaning that there is a
relationship between feeding patterns and nutritional status in children under five
in Percut Percut, Percut Sei Tuan District, Deli Serdang Regency. The correlation
coefficient (r) = 0.069, which means that it shows a strong relationship. The value
of r is positive, which means that the more appropriate the feeding pattern, the
better the nutritional status of the toddler.
Keywords : Feeding pattern, nutritional status, children under five

References: 2007-2020

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan anugerahnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi yang
berjudul “Hubungan Pola Pemberian Makan Dengan Status Gizi Pada Anak
Balita Di Bagan Percut Tahun 2020”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu
persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan program sarjana keperawatan
(S.Kep) di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
Tahun 2020.

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti banyak mendapat bantuan berupa


bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati,
peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat
Bapak/Ibu :
1. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
3. Taruli Rohana Sinaga, SP, MKM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku Ketua Program Studi Keperawatan
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia dan
penguji I yang telah meluangkan waktunya untuk memberi masukan kepada
peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Anshari Syah S. Ag, selaku Kepala Desa Bagan Percut yang telah
memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian di
Bagan Percut.
6. Ns. Novita Aryani, M. Biomed selaku dosen pembimbing yang meluangkan
waktunya untuk membimbing dan memberi masukan kepada peneliti
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

vii
7. Ns. Rumondang Gultom, MKM selaku Penguji II yang telah meluangkan
waktu serta pikiran untuk memberikan bimbingan dan arahan saran kepada
peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Ns. Agnes Silvina Marbun, S.Kep, M.Kep, selaku dosen sekaligus wali kelas
peneliti yang telah memberi arahan kepada peneliti dalam menyelesaikan
skripsi ini dengan tepat waktu.
9. Seluruh Dosen Program Studi Keperawatan Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia yang telah banyak memberikan
dukungan
kepada peneliti.
10. Terima kasih kepada kedua orangtua tercinta peneliti, Abdul Hamid Gulo
(Ayah) dan Salawati Berutu (Ibu) yang selalu memberikan kasih sayang,
do’a serta perhatian dan dukungan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi
ini.
11. Terimakasih kepada sahabat, teman-teman, dan keluarga yang tidak bisa
disebut satu persatu yang telah ikut membantu dan memberikan dukungan
serta motivasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan terimakasih. Semoga skripsi


ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Terima kasih untuk semua
bimbingan, arahan, kritikan dan saran yang telah diberikan oleh semua pihak.

Medan, 06 Oktober 2020


Peneliti

Sari Indah Wahyuni

viii
DAFTAR ISI

Halaman

BERITA ACARA PERBAIKAN SKRIPSI ...................................................i


HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
PERNYATAAN ............................................................................................. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... iv
ABSTRAK....................................................................................................... v
ABSTRACT...................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR.................................................................................... vii
DAFTAR ISI................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL...........................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xiv

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 5

C. Tujuan ........................................................................................... 5

1. Tujuan Umum ......................................................................... 5

2. Tujuan Khusus ........................................................................ 6

D. Manfaat ........................................................................................ 6

1. Bagi Responden ...................................................................... 6

2. Bagi Bidan Desa .................................................................... 6

ix
3. Bagi Universitas Sari Mutiara ............................................... 6

4. Bagi Peneliti Selanjtnya ........................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 7

A. Konsep Tumbuh Kembang Balita .............................................. 7

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan


Perkembangan Balita ....................................................... 8

B. Konsep Status Gizi Pada Balita ................................................... 9

1. Status Gizi .............................................................................. 9

2. Penilaian Status Gizi Pada Balita .......................................... 10

3. Kategori Status Gizi Balita ..................................................... 12

4. Kebutuhan Gizi Balita ............................................................ 13

C. Konsep Pola Pemberian Makan ................................................... 15

1. Pengertian Pola Makan ........................................................... 15

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Pemberian Makan

pada Balita ............................................................................. 15

3. Pola Pemberian Makanan Sesuai Usia .................................. 18

4. Upaya Ibu Dalam Pemenuhan Nutrisi Balita ........................ 19

D. Komponen Pola Makan ............................................................... 20

1. Jenis Makanan ........................................................................ 20

2. Jumlah Porsi Makanan ........................................................... 22

3. Jadwal Makanan ..................................................................... 23

x
E. Kerangka Konsep ......................................................................... 24

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 25

A. Desain Penelitian ....................................................................... 25

B. Populasi dan Sampel .................................................................. 25

1. Populasi ............................................................................... 25

2. Sampel ................................................................................. 25

C. Tempat Penelitian ....................................................................... 26

D. Waktu Penelitian ........................................................................ 27

E. Definisi Operasional .................................................................. 27

F. Aspek Pengukuran ..................................................................... 27

1. Pola Pemberian Makan ....................................................... 27

2. Status Gizi ........................................................................... 28

G. Uji Validitas dan Reabilitas ....................................................... 29

1. Uji Validitas ........................................................................ 29

2. Uji Reabilitas ....................................................................... 30

H. Pengumpulan Data .................................................................... 31

I. Pengolahan Data ........................................................................ 31

J. Etika Penelitian ........................................................................... 33

K. Analisa Data .............................................................................. 34

1. Analisa Univariat ............................................................... 34

2. Analisa Bivariat ................................................................... 35

xi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 36

A. Hasil Penelitian ............................................................................ 36

1. Gambaran Umum Lokasi dan Penelitian ............................... 36

2. Analisa Univariat ................................................................... 36

3. Analisa Bivariat ..................................................................... 40

B. Pembahasan .................................................................................. 41

1. Pola Pemberian Makan .......................................................... 41

2. Status Gizi ............................................................................. 43

3. Hubungan Pola Pemberian Makan Dengan Status Gizi Gizi Balita


..................................................................................................... 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 46

A. Kesimpulan .................................................................................. 46

B. Keterbatasan Peneliti .................................................................... 46

C. Saran ............................................................................................ 46

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penilaian Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/U, TB/U, BB/TB .... 11

Tabel 2.2 Takaran Konsumsi Makanan Sehari Pada Anak ............................. 19

Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 27

Tabel 3.2 Uji Validitas Instrumen Child Feeding Quetionaire (CFQ) ............ 29

Tabel 3.3 Uji Reabilitas Instrumen Child Feeding Quetionaire (CFQ) ........... 30

Tabel 4.1 Distribusi Usia, Jenis Kelamin dan Berat Badan Responden .......... 37

Tabel 4.2 Distribusi Usia, Pendidikan, Pekerjaan dan Pendapatan Ibu ........... 38

Tabel 4.3 Distribusi Pola Pemberian Makan ................................................... 39

Tabel 4.4 Tabel Distribusi Status Gizi ............................................................. 40

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Kuesioner Gambaran Status Gizi Anak Balita Bedasarkan


Antropometri

Lampiran 3 : Kuesioner Pemberian Pola Makan

Lampiran 4 : Lembar Pencatatan BB balita

Lampiran 5 : SOP Pengukuran Berat Badan Balita

Lampiran 6 : Surat Ijin Penelitian

Lamipran 7 : Surat Balasan Penelitian

Lampiran 8 : Lembar Konsul Skripsi

Lampiran 9 : Master Data

Lampiran 10 : Hasil SPSS

Lampiran 11 : Hasil Uji Etik

Lampiran 12 : Dokumentasi

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau di bawah
lima tahun yaitu 24-60 bulan. Masa ini menjadi tantangan bagi orang tua
karena anak susah makan, memilih makan dan suka pada jajan yang
kandungan gizinya tidak baik seperti mie instant, sehingga menyebabkan
kekurangan atau kelebihan asupan zat gizi yang dapat mempengaruhi status
gizi dan kesehatannya (Boediarsih, dkk, 2019). Balita dianggap pada risiko
gizi terbesar karena pola pemberian makan yang buruk akan berdampak pada
pertumbuhan dan perkembangan. Hal tersebut menyebabkan kelompok usia
balita terjadi peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas (Subarkah, dkk,
2016).

Zat gizi dari makanan merupakan sumberutama untuk memenuhi kebutuhan


anaktumbuh kembang optimal sehingga dapatmencapai kesehatan yang
paripurna, yaitusehat fisik, sehat mental, dan sehat sosial. Setiap harinya
anakmembutuhkan asupan gizi seimbang yangterdiri dari karbohidrat, protein,
lemak,vitamin dan mineral. Asupan kandungan gizitersebut dapat diperoleh
dari makanan yang dikonsumsi yang berguna untuk pertumbuhanotak
(intelegensia) dan pertumbuhan fisik. Untuk mengetahui statusgizi dan
kesehatan anak secara menyeluruhdapat dilihat mulai dari penampilan
umum(berat badan dan tinggi badan),tanda-tandafisik, motorik, fungsional,
emosi dan kognisianak. Berdasarkan pengukuran antropometrimaka anak yang
sehat bertambah umur, bertambah berat, dan tinggi. Salah satu cara penilaian
status gizi balitaadalah dengan pengukuran antropometri yangmenggunakan
indeks berat badan menurutumur (BB/U) dan di kategorikan dalam “gizilebih,
gizi baik, gizi kurang, gizi buruk”.(Muzayyaroh, 2017).

1
2

Berdasarkan data World Health Organitation (WHO) pada tahun 2017 lebih
dari setengah kematian balita disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah
dan diobati melalui intervensi sederhana dan terjangkau. Anak-anak yang
kekurangan gizi, terutama mereka yang kekurangan gizi akut, memiliki risiko
kematian yang lebih tinggi. Faktor-faktor yang berhubungan dengan gizi
berkontribusi pada sekitar 45% kematian pada anak di bawah usia 5 tahun
(Hanim, 2020).

Pemantauan status gizi (PSG) di Indonesia pada tahun 2015 PSG telah
berhasil dilakukandi seluruh Kabupaten dan kota di Indonesia, yakni 496
Kabupaten/Kota Madya dengan melibatkan lebih kurang 165.000 Balita
sebagai sampelnya. PSG 2015 menunjukkan hasil yang lebih baik dari tahun
sebelumnya. Persentase balita dengan gizi buruk dan sangat pendek
mengalami penurunan. PSG 2015 menyebut 3,8% Balita mengalami gizi
buruk. Angka ini turun dari tahun sebelumnya yakni 4,7%. Hasil PSG 2015,
antara lain: Status Gizi Balita menurut Indeks Berat Badan per Usia (BB/U),
didapatkan hasil: 79,7% gizi baik; 14,9% gizi kurangdan 1,5% gizi lebih.
Status Gizi Balita Menurut Indeks Tinggi Badan per Usia (TB/U), didapatkan
hasil: 71% normal dan 29,9% Balita pendek dan sangat pendek. Status Gizi
Balita Menurut Indext Berat Badan per Tinggi Badan (BB/TB), didapatkan
hasil : 82,7% Normal, 8,2% kurus,5,3% gemuk, dan 3,7% sangat kurus
(Rahmadaniah, 2019).

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2008-


2009 menunjukkan angka kematian balita sebesar 46 per 1.000 kelahiran
hidup atau setiap hari ada 566 kematian balita. Sedangkan status gizi pada
tahun 2009 jumlah anak kuang gizi sebesar 5 juta. Tahun 2010 di Indonesia
dilaporkan Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB)
dan Angka Kematian Balita (AKBA) berturut-turut sebesar 19/1000 kelahiran
3

hidup (KH), 34/1000 dan 44/1000 KH dari target AKB dan AKBA tahun 2015
23/1000 KH dan 32/1000 KH (Kemenkes RI, 2010).

Saat ini Indonesia dihadapkan pada Beban Gizi Ganda atau sering disebut
Double Burden, yang artinya pada saat negara ini masih terus bekerja keras
mengatasi masalah kekurangan gizi seperti gizi buruk, kurus, dan stunting,
namun pada saat yang sama juga harus menghadapi masalah kelebihan gizi
atau obesitas khususnya pada balita (Hanim, 2020).

Status gizi anak balita secara sederhana dapat diketahui dengan


membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang
badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan
menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di
bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh dibawah standar dikatakan
gizi buruk. Namun penghitungan berat badan menurut panjang badan lebih
memberi arti klinis. Anak kurang gizi pada tingkat ringan dan atau sedang
masih seperti anak-anak lain, beraktivitas, bermain dan sebagainya, tetapi bila
diamati dengan seksama badannya mulai kurus dan staminanya mulai
menurun. Pada fase lanjut (gizi buruk) akan rentan terhadap infeksi, terjadi
pengurusan otot, pembengkakan hati, dan berbagai gangguan yang lain seperti
misalnya peradangan kulit, infeksi, kelainan organ dan fungsinya (akibat
atrophy/ pengecilan organ tersebut) (Rahmadaniah, 2019).

Status gizi seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Ketidak sesuaian antara jumlah gizi yang diperoleh
dan kebutuhan gizi serta penyakit infeksi, seperti diare dapat memengaruhi
status gizi secara langsung, tergantung pada besarnya dampak yang
ditimbulkan. Faktor yang secara tidak langsung memengaruhi status gizi ialah
pengetahuan, persepsi, kebiasaan makan,dan kondisi sosial ekonomi.
Prevalensi balita dengan status gizi kurang yang cenderung meningkat apabila
4

tidak diatasi akan menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius. Oleh
sebab itu, perlu dilakukan upaya untuk menekan prevalensi balita dengan
status gizi kurang.Upaya yang dapat dilakukan untuk menekan kejadian balita
dengan status gizi kurang ialah meningkatkan mutu gizi perorangan dan
masyarakat dengan cara memperbaiki pola konsumsi makanan yang sesuai
dengan gizi seimbang, memperbaiki perilaku sadar gizi, aktivitas fisik,
meningkatkan akses dan mutu pelayanan gizi sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta meningkatkan sistem kewaspadaan pada
pangan dan gizi (Khayati dan Ririn, 2018).

Berdasarkan penelitian Damaiyanti, dkk (2016) tentang pola makan yg


memiliki hubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak dimana
orang tua yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang pola makan
dan pertumbuhan (status gizi) akan mampu untuk memantau dan melatih anak
untuk perkembangan dengan optimal sehingga jika terjadi kelainan tumbuh
kembang pada anak balita dapat dideteksi secara dini.Begitupun
denganpenelitianPurwani dan Mariyam (2013) mengatakan pola makan pada
balita sangat berperan penting dalam proses pertumbuhan pada balita, karena
dalam makanan banyak mengandung gizi.Gizi ini sangat berpengaruh
terhadap nafsumakan. Jika pola makan tidak tercapai dengan baik pada balita
maka pertumbuhan balita akan terganggu seperti tubuh kurus,kulit kering,
sering sakit, kurang lincah, pendek bahkan bisa terjadi gizi buruk pada balita.

Dimana pada jumlah makan menurut (Sulistyoningsih, 2011) adalah jenis


makanan pokok yang dimakan setiap hari terdiri dari makanan pokok, lauk
hewani, lauk nabati, sayuran, dan buah yang dikonsumsi setiap hari. Makanan
pokok adalah sumber makanan utama di negara Indonesia yang dikonsumsi
setiap orang atau sekelompok masyarakat yang terdiri dari beras, jagung, sagu,
umbi-umbian dan tepung. Frekuensi makan adalah beberapa kali makan dalam
sehari meliputi makan pagi, makan siang, makan malam dan makan selingan
5

(Depkes, 2013). Sedangkan jumlah makan (Willy, 2011) adalah banyaknya


makanan yang dimakan dalam setiap orang atau setiap individu dalam
kelompok.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti pada tahun 2019 jumlah
anak balita di Dusun XVI Kecamatan Percut Sei Tuan terdapat 67 anak balita.
Didapatkan data dari bidan setempat di daerah Kecamatan Percut Sei Tuan
bahwa jumlah anak balita yang mengalami gizi kurang sebanyak 3 orang dan
yang mengalami gizi buruk tidak ada. Dari hasil wawancara terhadap beberapa
ibu disana yang memiliki anak balita. Berdasarkan pengamatan peneliti
terdapat beberapa balita yang mengalami kondisi badan kurus, berambut
pirang dan memiliki kulit tubuh yang kering. Kemudian pengetahuan ibu
tentang pola makannya, ibu menyebutkan anak tersebut jarang mengkonsumsi
sayur-sayuran, susu, maupun buah-buahan. Selain itu, pola makan anak juga
tidak teratur bisa sehari hanya dua kali saja. Dan jumlah makanan yang
diberikan pada anak sehari hanya 1-2 piring nasi atau berkisar 4 sampai 6
sendok makan saja dan itupun tidak habis. Berdasarkan inilah saya tertarik
untuk mengambil judul penelitian tentang “Hubungan Pola Pemberian Makan
Dengan Status Gizi Pada Anak Balita Di Bagan Percut Kecamatan Percut Sei
Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2020”

B. Rumusan Masalah
Apakah ada Hubungan Pola Pemberian Makan Dengan Status Gizi Pada Anak
Balita di Bagan Percut ?

1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi Hubungan Pola Pemberian Makan Dengan Status


Gizi Pada Anak Balita di Bagan Percut.
6

2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi Pola Pemberian Makan Pada Anak Balita Di Bagan
Percut.
2. Mengidentifikasi Status Gizi Pada Balita Di Bagan Percut.

C. Manfaat
1. Bagi Responden
Sebagai bahan informasi untuk mengetahui Pola Pemberian Makan
Dengan Status Gizi Pada Balita di Bagan Percut.

2. Bagi Bidan Desa


Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan bagi
tenaga kesehatan untuk menambah wawasan agar bisa lebih
memperhatikan kesehatan warganya dalam mengambil langkah
mencegah terjadinya gizi kurang.

3. Bagi Universitas Sari Mutiara


Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi bagi
mahasiswa sari mutiara khususnya program studi ilmu kesehatan
mengenai Pola Pemberian Makan Dengan Status Gizi Pada Anak
Balita.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya


Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan penelitian
selanjutnya sebagai informasi tambahan untuk mengetahui Hubungan
Pola Pemberian Makan Dengan Status Gizi Pada Anak Balita.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Tumbuh Kembang Balita

Usia balita merupakan masa pertumbuhan dasar anak dan periode penting
dalam proses tumbuh kembang anak. Masa tumbuh kembang pada usis ini
merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, atau
sering disebut golden age atau masa keemasan. Pada masaa ini, balita
membutuhkan asupan zat gizi yang cukup dalam jumlah dan kualitas yang
lebih banyak, karena pada umumnya aktivitas fisik yang cukup tinggi dan
masih dalam proses belajar (Boediarsih, dkk, 2019).

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses berkelanjutan dan saling


terkait di masa kanak-kanak. Pertumbuhan dan perkembangan yang adekuat
mengindikasikan kesehatan bayi atau anak. Pertumbuhan merupakan
peningkatan ukuran fisik sedangkan perkembangan merupakan rangkaian
proses ketika bayi dan anak-anak mengalami peningkatan berbagai
ketrampilan dan fungsi (Rahmadaniah, 2019)

Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh dua faktor


diantaranya faktor hereditas/keturunan dan lingkungan.
Faktorhereditas/keturunan diantaranya yaitu penentuan bentuk fisik dan
panjang tulang yang akan tumbuh serta potensi untuk penyakit tertentu yang
disebabkan oleh faktor genetik, sedangkan faktor lingkungan merupakan
faktor yang dipengaruhi oleh orang tua diantaranya kecukupan gizi,
pemeliharaan kesehatan dan upaya pendidikan (Widodo, 2009).

7
8
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
balita
Menurut (Santri, dkk 2014) Tingkat pertumbuhan dan perkembangan pada
anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain status ekonomi
dan tingkat pendidikan.
1. Status Ekonomi
Status ekonomi keluarga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Anak yang dibesarkan di keluarga yang memiliki
status ekonomi tinggi akan lebih mudah untuk memenuhi kebutuhan
gizi yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang dibesarkan di
keluarga yang berstatus ekonomi sedang atau rendah. Anak dengan
latar belakang status ekonomi rendah biasanya memiliki keterkaitan
dengan masalah kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang
buruk, serta ketidaktahuan terhadap proses tumbuh kembang. Hal
tersebut akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak
secara langsung.

2. Tingkat Pendidikan
Status ekonomi sering dikaitkan dengan tingkat pendidikan seseorang,
semakin tinggi status ekonomi seseorang akan semakin tinggi pula
tingkat pendidikannya. Keluarga dengan tingkat pendidikan yang
tinggi akan lebih mudah menerima informasi atau arahan tentang cara
meningkatan tumbuh kembang anak, penggunaan fasilitas kesehatan,
serta pendidikan yang terbaik untuk anaknya dibandingkan keluarga
dengan tingkat pendidikan rendah.

Tumbuh kembang anak dapat juga dipengaruhi oleh berbagai faktor


lainnya seperti stimulasi orang tua, nutrisi, serta jenis kelamin. Nutrisi dan
stimulasi orang tua merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam
keberlangsungan proses tumbuh kembang anak. Anak yang mendapatkan
9
kebutuhan nutrisi yang cukup dan stimulasi yang terarah dari orang tua
akan memiliki tumbuh kembang yang optimal.

B. Konsep Status Gizi Pada Balita

1. Status Gizi

Status gizi diartikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh


keseimbangan antara kebutuhan dan masukan zat gizi. Status gizi
sangat ditentukan oleh ketersediaan zat gizi dalam jumlah cukup dan
dalam kombinasi waktu yang tepat di tingkat sel tubuh agar
berkembang dan berfungsi secara normal. Status gizi ditentukan oleh
sepenuhnya zat gizi yang diperlukan tubuh dan faktor yang menentukan
besarnya kebutuhan, penyerapan, dan penggunaan zat-zat tersebut.
Kebutuhan bahan makanan pada setiap individu berbeda karena adanya
variasi genetik yang akan mengakibatkan perbedaan dalam proses
metabolisme. Sasaran yang dituju yaitu pertumbuhan yang optimal
tanpa disertai oleh keadaan defisiensi gizi. Status gizi yang baik akan
turut berperan dalam pencegahan terjadinya berbagai penyakit,
khususnya penyakit infeksi dan dalam tercapainya tumbuh kembang
anak yang optimal. (Triaswulan, 2012).

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
adalah konsumsi makanan dan pengguanan zat-zat gizi dalam tubuh.
Tubuh yang memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara
efisien akan mencapai status gizi yang optimal. Defisiensi zat mikro
seperti vitamin dan mineral memberi dampak pada penurunan status
gizi dalam waktu yang lama (Soekirman, 2012).
10
2. Penilaian status gizi pada balita

Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok


masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia
yang dikenal dengan Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian
status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan
dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :

a. Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi,
kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang
salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang
akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur
yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya
kecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5
tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung
dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan
adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh,
artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes, 2014).

b. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran
massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka
terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi
maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan
dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau
melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat
pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan
gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena
hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada
ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan
perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Djumadias Abunain, 2015).
11
c. Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat
dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik
untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan
keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita.
Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan
menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi
Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat
dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada
umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik,
kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes RI, 2014).

Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk
menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan
dengan status gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB
merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi
pertumbuhan dan komposisi tubuh.

Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan
sensitive/peka dalam menunjukkan keadaan gizi kurang bila
dibandingkan dengan penggunaan BB/U. Dinyatakan dalam BB/TB,
menurut standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2SD diatas 10 %
menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat
serius dan berhubungan langsung dengan angka kesakitan.

Tabel 2.1 Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB


Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS

Indeks yang Batas


No Sebutan Status Gizi
dipakai Pengelompokan

1 BB/U < -3 SD Gizi buruk


12
  - 3 s/d <-2 SD Gizi kurang
  - 2 s/d +2 SD Gizi baik
  > +2 SD Gizi lebih

2 TB/U < -3 SD Sangat Pendek


- 3 s/d <-2 SD Pendek
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Tinggi

3 BB/TB < -3 SD Sangat Kurus


- 3 s/d <-2 SD Kurus
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Gemuk

Sumber : Depkes RI 2014

3. Kategori Status Gizi

1. Status gizi balita dinilai menurut 3 indeks, yaitu Berat Badan menurut
Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), Berat Badan
menurut Tinggi Badan (BB/TB).
a) BB/U adalah berat badan anak yang dicapai pada umur
tertentu
b) TB/U adalah tinggi badan anak yang dicapai pada umur
tertentu.
c) BB/TB adalah berat badan anak dibandingkan dengan tinggi
badan yang dicapai.
Ketiga nilai indeks status gizi diatas dibandingkan dengan
baku pertubuhan WHO.
13
2. Z-Score adalah nilai simpangan BB atau TB dari nilai BB atau TB
normal menurut baku pertumbuhan WHO.
3. Contoh perhitungan Z-Score BB/U: (BB anak- BB standar)/standar
deviasi BB standar.
4. Batasan untuk kategori status gizi balita menurut Indeks BB/U,
TB/U, BB/TB menurut WHO dapat dilihat pada tabel “pengertian
kategori status gizi balita”

4. Kebutuhan Gizi Balita

Proses tumbuh kembang pada masa balita berlangsung sangat pesat yaitu
pertumbuhan fisik dan perkembangan psikomotorik, mental dan sosial.
Pertumbuhan fisik balita perlu memperoleh asupan zat gizi dari makanan
seharihari dalam jumlah yang cukup dan berkualitas baik untuk mendukung
pertumbuhan. Kebutuhan gizi pada anak diantaranya energi, protein, lemak,
air, hidrat arang, vitamin, dan mineral (Adriani dan wirjatmadi, 2012).

1. Energi
Energi dalam makanan berasal dari nutrisi karbohidrat, protein, dan
lemak. Setiap gram protein menghasilkan 4 kalori, lemak 9 kalori dan 13
karbohidrat 4 kalori. Distribusi kalori dalam makanan anak yang dalam
keseimbangan diet (balanced diet) ialah 15% berasal dari protein, 35%
dari lemak dan 50% dari karbohidrat. Kelebihan energi yang tetap setiap
hari sebanyak 500 kalori, dapat menyebabkan kenaikan berat badan 500
gram dalam seminggu (Soekirman, 2012).

2. Protein
Nilai gizi protein ditentukan oleh kadar asam amino esensial. Akan tetapi
dalam praktek sehari-hari umumnya dapat ditentukan dari asalnya.
14
Protein hewani biasanya mempunyai nilai yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan protein nabati. Protein telur dan protein susu
biasanya dipakai sebagai standar untuk nilai gizi protein.Nilai gizi
protein nabati ditentukan oleh asam amino yang kurang (asam amino
pembatas), misalnya protein kacang-kacangan. Nilai protein dalam
makanan orang Indonesia sehari-hari umumnya diperkirakan 60% dari
pada nilai gizi protein telur (Soekirman, 2012).

3. Lemak
Lemak merupakan komponen struktural dari semua sel-sel tubuh, yang
dibutuhkan oleh ratusan bahkan ribuan fungsi fisiologis tubuh (McGuire
& Beerman, 2011). Lemak terdiri dari trigliserida, fosfolipid dan sterol
yang masing-masing mempunyai fungsi khusus bagi kesehatan manusia.
Sebagian besar (99%) lemak tubuh adalah trigliserida. Trigliserida terdiri
dari gliserol dan asam-asam lemak. Disamping mensuplai energi, lemak
terutama trigliserida, berfungsi menyediakan cadangan energi tubuh,
isolator, pelindung organ dan menyediakan asam-asam lemak esensial
(Soekirman, 2012).

4. Vitamin dan Mineral


Pada dasarnya dalam ilmu gizi, nutrisi atau yang lebih dikenal dengan zat
gizi dibagi menjadi 2 macam, yaitu makronutrisi dan mikronutrisi.
Makronutrisi terdiri dari protein, lemak, karbohidrat dan beberapa
mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang besar. Sedangkan
mikronutrisi (mikronutrient) adalah nutrisi yang diperlukan tubuh dalam
jumlah sangat sedikit (dalam ukuran miligram sampai mikrogram),
seperti vitamin dan mineral.
Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan tubuh dalam
jumlah sangat kecil. Vitamin dibagi menjadi 2 kelompok yaitu vitamin
yang larut dalam air (vitamin B dan C) dan vitamin yang tidak larut
dalam air (vitamin A, D, E dan K). Satuan untuk vitamin yang larut
15
dalam lemak dikenal dengan Satuan Internasional (S.I) atau I.U
(International Unit). Sedangkan yang larut dalam air maka berbagai
vitamin dapat diukur dengan satuan milligram atau mikrogram.
Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting
dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ
maupun fungsi tubuh secara keseluruhan, berperan dalam berbagai tahap
metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim
(Soekirman, 2012).

C. Konsep Pola Pemberian Makan

1. Pengertian

Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat


mempengaruhi keadaan gizi yang disebabkan karena kualitas dan
kuantitas makanan dan minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi
tingkat kesehatan individu. Gizi yang optimal sangat penting untuk
pertumbuhan normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan bayi,
anak-anak serta seluruh kelompok umur. Pola makan merupakan
tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam pemenuhan
kebutuhan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pilihan
makanan. Pola makan terbentuk sebagai hasil dari pengaruh fisiologis,
psikologis, budaya dan sosial (Vita, dkk, 2018).

2. Faktor-Faktor Yang Menpengaruhi Pola Pemberian Makan Pada


Balita

Ada beberapa pendapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pola


makan (Perdani, dkk, 2017).

1. Faktor status sosial ekonomi


Menurut (Septiana, dkk, 2010), ekonomi keluarga secara tidak
langsung dapat mempengaruhi ketersediaan pangan keluarga.
16
Ketersediaan pangan dalam keluarga mempengaruhi pola konsumsi
yang dapat berpengaruh terhadap intake gizi keluaga. Tingkat
pendapatan keluarga menyebabkan tingkat konsumsi energi yang
baik. Status sosial ekonomi dapat dilihat dari pendapatan dan
pengeluaran keluarga. Keadaan status ekonomi yang rendah dapat
mempengaruhi pola keluarga, baik untuk konsumsi makanan
maupun bukan makanan. Hal ini berkaitan dengan daya beli
keluarga. Keluarga dengan status ekonomi rendah, kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan pangan terbatas sehingga akan
mempengaruhi konsumsi makanan.

2. Faktor pendidikan
Pendidikan ibu dalam pemenuhan nutrisi akan menentukan status
gizi anaknya. Hal tersebut dapat berpengaruh pada pemilihan bahan
makanan dan pemenuhan kebutuhan gizi. Tingkat pendidikan
yangtinggi pada seseorang akan cenderung memilih dan
menyeimbangkan kebutuhan gizi untuk anaknya. Tingkat
pendidikan yang rendah pada seseorang, akan beranggapan bahwa
hal yang terpenting dalam kebutuhan nutrisi adalah
mengenyangkan. Pendidikan yang didapat akan memberikan
pengetahuan tentang nutrisi dan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi masalah gizi pada anak. Tingkat pendidikan formal
merupakan faktor yang ikut menentukan ibu dalam menyerap dan
memahami informasi gizi yang diperoleh (Saxton et al, 2009)

3. Faktor lingkungan
Lingkungan dibagi menjadi lingkungan keluarga, sekolah dan
promosi yang dilakukan oleh perusahaan makanan baik pada media
17
cetak maupun elektronik. Lingkungan keluarga dan sekolah akan
mempengaruhi kebiasaan seseorang yang dapat membentuk pola
makannya. Promosi iklan makanan juga akan berdampak pada
konsumsi makanan tersebut, sehingga dapat mempengaruhi pola
makan seseorang (Sulistyoningsih, 2011).

4. Faktor sosial budaya


Konsumsi makanan seseorang akan dipengaruhi oleh budaya.
Pantangan dan anjuran dalam mengkonsumsi makanan aan menjadi
sebuah batasan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya.
Kebudayaan akan memberikan aturan untuk menentukan tata cara
makan, penyajian, persiapan dan makanan tersebut dapat
dikonsumsi. Hal tersebut akan menjadikan gaya hidup dalam
pemenuhan nutrisi. Kebiasaan yang terbentuk berdasarkan
kebudayaan tersebut dapat mempengaruhi status gizi dan
menyebabkan terjadinya malnutrisi. Upaya untuk pencegahan harus
dilakukan dengan cara pendidikan akan dampak dari suatu
kebiasaan pola makan yang salah dan perubahan peilaku untuk
mencegah terjadinya malnutrisi sehingga dapat meningkatkan status
kesehatan seseorang serta memelihara kebiasaan baru yang elah
dibentuk dengan tetap mengontrol pola makan (Booth and Booth,
2011).
Budaya atau kepercayaan seseorang dapat mempengaruhi pantangan
dalam mengkonsumsi makanan tertentu. Pada umumnya, pantangan
yang didasari kepercayaan mengandung sisi baik atau buruk.
Kebudayaan mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk
mempengaruhi sesorang dalam memilih dan mengolah makanan
yang akan dikonsumsi. Keyakinan terhadap pemenuhan
makananberperan penting untuk memelihara perilaku dalam
mengontrol pola makan seseorang (Ames et al, 2012).
18

5. Faktor agama
Segala bentuk kehidupan di dunia ini telah diatur dalam agama.
Salah satunya yaitu tentang mengkonsumsi makanan. Sebagai
contoh, agama islam terdapat peraturan halal dan haram yang
terdapat pada setiap bahan makanan. Hal tersebut juga akan
mempengaruhi konsumsi memilih bahan makanan.

3. Pola Pemberian Makanan Sesuai Usia

Pola makan balita sangat berperan penting dalam proses pertumbuhan


pada balita, karena dalam makanan banyak mengandung gizi. Gizi
merupakan bagian penting dalam pertumbuhan. Gizi tersebut memiliki
keterkaitan yang sangat erat hubungannya dengan kesehatan dan
kecerdasan. Apabila pola makan tidak tercapai dengan baik pada balita
maka pertumbuhan balita akan terganggu, tubuh kurus, pendek bahkan
terjadi gizi buruk pada balita (Purwani,2013)

Tipe kontrol yang didentifikasi dapat dilakukan oleh orang tua terhadap
anak-anaknya ada tiga yaitu memaksa, membatasi dan menggunakan
makanan sebagai hadiah. Beberapa literatur mengidentifikasi pola
makan dan perilaku orang tua seperti memonitor asupan nutrisi,
membatasi jumlah makanan, respon terhadap pola makan dan
memperhatikan status gizi anak (Karp et al, 2014).

Pola pemberian makan anak harus dengan usia anak supaya tidak
menimbulkan masalah kesehatan (Yustianingrum dan Adrani, 2017).
Berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG), umur dikelompokkan
menjadi 0-6 bulan, 7-12 bulan, 1-3 tahun, dan 4-6 tahun dengan tidak
membedakan jenis kelamin. Takaran konsumsi makanan sehari dapat
dilihat pada tabel di bawah ini (Dapartemen RI, 2000).
19
Tabel 2.2 Takaran Konsumsi Makanan Sehari pada Anak.

Kelompok Umur Jenis dan Jumlah Makanan Frekuensi Makan


0-6 bulan ASI Eksklusif Sesering mungkin
6-12 bulan Makanan lembek 2x sehari
2x selingan
1-3 tahun Makanan keluarga :
1-1½piring nasi pengganti
2-3 potong lauk hewani
1-2 potong lauk nabati 3x sehari
½mangkuk sayur
2-3 potong buahan
1 gelas susu
4-6 tahun 1-3 piring nasi pengganti
2-3 potong lauk hewani
1-2 potong lauk nabati 3x sehari
1-1½ mangkuk sayur
2-3 potong buahan
1-2 gelas susu

4. Upaya Ibu Dalam Pemenuhan Nutrisi Balita

Menurut (Gibney, dkk, 2004) upaya yang harus dilakukan oleh ibu
dalam memenuhi kebutuhan nutrisi balita diantaranya adalah :

1. Membuat Makanan
Ibu dapat mengolah makanan dengan memperhatikan jenis
makanan yang sesuai dengan usia anak. Ibu juga harus
menjaga kebersihan dan cara menyimpan makanan. Caranya
yaitu dengan memilih bahan makanan yang segar dan yang
sehat.

2. Menyiapkan Makanan
20
Ibu harus mengetahui cara menyiapkan makanan yang baik
dan benar sesuai dengan usia anak. Misalnya ibu
menyediakan sayur dan buah dari jenis yang berbeda.
Kemudian sajikan sesuai porsi anak, antara 3 sampai 5
mangkok setiap hari untuk menghindari defisiensi zat besi,
vitamin A, iodium hingga vitamin B. Jika ibu ingin mengolah
aneka sayur dan buah, misalnya dengan cara : digoreng,
diolah menjadi soup, hingga diolah menjadi karakter lucu dan
menarik.

3. Memberikan Makanan
Ibu harus memberikan makanan kepada balita sampai habis,
bisa dengan porsi sedikit tapi sering atau sebisa mungkin porsi
yang diberikan harus dapat habis. Ibu harus membuatnya
menjadi menarik dan dalam suasana yang mendukung tidak
sambil diburu-buru. Ibu harus responsif dalam memberikan
makan pada anak, jangan memaksakan kehendak ibu tapi
keinginan anak yang diikuti kemauannya.

D. Komponen Pola Makan


1. Jenis Makanan

Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang jika dimakan,


dicerna dan diserap sehingga menghasilkan susunan menu yang
sehat dan seimbang. Jenis makanan yang dikonsumsi harus variatif
dan kaya nutrisi. Diantaranya mengandung nutrisi yang bermanfaat
untuk tubuh yaitu karbohidrat, protein, lemak serta vitamin dan
mineral (Oetoro 2012). Karbohidrat, lemak, dan protein merupakan
zat gizi makro sebagai sumber energi, sedangkan vitamin dan
mineral merupakan zat gizi mikro sebagai pengatur kelancaran
metabolisme tubuh (Suhardjo dan Kusharto, 2010). Karbohidrat
21
kompleks bisa kita penuhi dari beras, jagung, singkong, ubi, talas,
sagu dan produk olahannya (Kemenkes RI 2014). Jenis karbohidrat
yang baik dikonsumsi adalah karbohidrat yang berserat tinggi.
Karbohidrat yang berasal dari gula, sirup dan makanan yang manis-
manissebaiknya dikurangi yakni 3-5 sendokmakan perhari saja.
Konsumsi protein harus lengkap antara protein nabati dan protein
hewani. Kelompok pangan lauk pauk sumber protein hewani
meliputidaging ruminansia (daging sapi, daging kambing, dll),
daging unggas (dagingayam, daging bebek dll), ikan termasuk
seafood, telur dan susu serta hasil olahnya. Kelompok pangan lauk
pauk sumber protein nabati meliputi kacang-kacangan dan hasil
olahnya seperti kedele, tahu, tempe, kacang hijau, kacang tanah,
kacang merah, kacang hitam, kacang tolo dan lain-lain. Kedua
kelompok pangan tersebut (pangan sumber protein hewani dan
pangan sumber protein nabati) meskipun sama-sama menyediakan
protein, tetapi masing-masingkelompok pangan tersebut
mempunyai keunggulan dan kekurangan (Kemenkes RI 2014).

Pangan hewani mempunyai asam amino yang lebih lengkap dan


mempunyai mutu zat gizi yaitu protein, vitamin dan mineral lebih
baik, karena kandungan zat-zat gizi tersebut lebih banyak dan
mudah diserap tubuh, tetapi pangan hewani mengandung tinggi
kolesterol (kecuali ikan) dan lemak. Lemak dari daging dan unggas
lebih banyak mengandung lemak jenuh. Kolesterol dan lemak
jenuh diperlukan tubuh, namun perlu dibatasai asupannya pada
orang dewasa (Kemenkes RI 2014).Pangan protein nabati
mempunyai keunggulan mengandung proporsilemak tidak jenuh
yang lebih banyak dibanding pangan hewani dan mengandung
isoflavon, yaitu kandungan fitokimia yang turut berfungsi mirip
hormon estrogen (hormon kewanitaan) dan antioksidan serta anti-
22
kolesterol. Kualitas protein dan mineral yang dikandung pangan
protein nabati lebih rendah dibanding pangan protein hewani.
Sumber vitamin dan mineral terdapat pada vitamin A (hati, susu,
wortel dan sayuran), vitamin D (ikan, susu dan kuning telur),
vitamin E (minyak, kacang-kacangan dan kedelai), vitamin K
(brokoli, bayam dan wortel), vitamin B (gandum, ikan, susu dan
telur), serta kalsium (susu, ikan dan kedelai) (KemenkesRI 2014).

2. Jumlah Porsi Makanan


Jumlah atau porsi merupakan suatu ukuran maupun takaran
makanan yang dikonsumsi pada tiap kali makan (Pratiwi 2013).
Setiap orang harusmenyeimbangkan jumlah kalori yang masuk
dengan jumlah energi yangdikeluarkan. Konsumsi makan sehari-
hari harus mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah (porsi)
yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang atau kelompok umur
(Kemenkes RI 2014). Kekurangan atau kelebihan salah satu unsur
zat gizi akan menyebabkan penyakit (Sebayang 2012). Selain itu,
makanan dalam porsi besar dapat menyebabkan refluks isi lambung
yang pada akhirnya membuat kekuatan dinding lambung menurun
(Baliwati 2009). Kondisi seperti ini dapat menimbulkan
peradangan atau luka pada lambung. Perlu diterapkan kebiasaan
mengonsumsi makanan yang seimbang sejak usia dini dengan
jumlah yang sesuai untuk mencukupi kebutuhan masing-masing
individu, sehingga tercapai kondisi kesehatan yang baik. Jumlah
kalori yang masuk apabila lebih besar dari energi yang dikeluarkan
maka akan mengalami kelebihan berat badan.

3. Jadwal Makan
Jadwal makan dapat diiterprestasikan dengan frekuensi makan
sehari-hari (Priantika 2013). Jadwal makan adalah jumlah kegiatan
makan dalam sehari-hari. Frekuensi makan merupakan seringnya
23
seseorang melakukan kegiatan makan dalam sehari baik makanan
utama maupun makanan selingan. Frekuensi makan dalam sehari
terdiri dari tiga makan utama yaitu makan pagi (sebelum jam
09.00), makan siang (jam 12.00- 13.00), dan makan malam (jam
18.00-19.00). jadwal makan ini disesuaikan dengan waktu
pengosongan lambung yakni 3-4 jam sehingga waktu makan yang
baik adalah dalam rentang waktu ini sehingga lambung tidak
dibiarkan kosong terutama dalam waktu yang lama (Oktaviani
2011).
Jadwal makan meliputi makanan lengkap (full meat) dan makan
selingan(snack). Makanan lengkap biasanya diberikan tiga kali sehari
(makan pagi, makan siang dan makan malam), sedangkan makanan
selingan biasa diberikan antara makan pagi dan makan siang dan
antara makan siang dan makan malam. Lama makanan dalam
lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Jika rata-rata umumnya
lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun
menyesuaikan dengan kosongnya lambung (Oktaviani 2011).
Dalam pola makan sehari-hari kebiasaan jadwal makan sering
tidakteratur seperti terlambat makan atau menunda waktu makan
bahkan tidak makan dapat membuat perut mengalami kekosongan
dalam jangka waktu yang lama. Jadwal makan yang tidak teratur
tentunya akan dapat menyerang lambung. Jadwal makan malam juga
tidak boleh terlalu dekat dengan waktu tidur. Seseorang yang langsung
tidur setelah makan malam maka orang tersebut rentan mengalami
refluks asam lambung. Kondisi ini menyebabkan asam lambung naik
menujukerongkongan dan memicu rasa tidak nyaman (Kinanti 2014).

E. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen


24

Status gizi pada anak


2.6Pola
Hipotesa
pemberian makan balita

Ha : Ada hubungan pola pemberian makan dengan status gizi pada anak balita
di bagan percut 2020.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis Penelitian merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan rancangan
cross sectional bertujuan untuk mengetahui hubungan pola pemberian makan
dengan status gizi pada anak balita di Bagan Percut Kecamatan Percut Sei
Tuan Kabupaten Deli Serdang 2020.

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu dan balitanya yang
berumur 1-5 tahun di Dusun XVI Bagan Percut Kecamatan Percut Sei
Tuan Kabupaten Deli Serdang 2020 yang berjumlah 67 orang.

2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan cara simple random sampling
yaitu teknik pengambilan sampel dari anggota populasi dengan cara acak
sebagai sampel peneilitian dimana terdapat kriteria inklusi dan kriteria
ekslusi sebagai berikut :
1. Kriteria Inklusi
1. Bersedia ikut dalam penelitian.
2. Memiliki anak balita tidak sedang sakit atau cacat.
3. Bisa membaca dan menulis.

2. Kriteria Ekslusi
1. Saat dilakukan kunjungan ibu tidak ada di rumah.
2. Ibu tidak bersedia dijadikan sampel.

25
26
Jumlah Sampel penelitian sebanyak 25 orang wargaDusun XVI Bagan
Percut Deli Serdang 2020.Sampel dihitung menggunakan rumus slovin
(2013) yaitu :

Rumus : n= N/ 1+N (e)²

Keterangan :
n= Ukuran sampel/jumlah responden
N = Ukuran populasi
E = Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel
yang masih bisa ditolerir, e = 0,1

Dalam rumus slovin ada ketentuan sebagai berikut :

Nilai e = 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar


Nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil

Diketahui : N = 67
e = 0,2 (20%)

Ditanya : n .. ?
Jawab : n= N/ 1+N (e)²
n = 67/1 + 67 (0,2)²
n= 67/2,68
n=25 orang

C. Tempat/Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Dusun XVI Bagan Percut Kecamatan Percut
Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang 2020.
27
D. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-September Tahun 2020.

E. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Variabel Definisi Operasional Alat Ukur HasilUkur Skala
Ukur
Variabel Pola pemenuhan nutrisi Kuesioner 1. Tepat Ordinal
Independen balita sesuai dengan 2. Tidak
usia berdasarkan tepat
jumlah makan, jenis
Pola makan, jadwal makan.
pemberian
makan
Variabel Pengukuran berat Pengukuran 1. Gizi Ordinal
dependen badan untuk menilai BB Buruk
pertambahan berat berdasarkan 2. Gizi
badan berdasarkan Antropometri Kurang
Status gizi umur (BB/U). 3. Gizi
pada balita Baik
4. Gizi
Lebih

F. Aspek Pengukuran
1. Pola Pemberian Makan
Untuk mengukur pola pemberian makan menggunakan lembar
kuisioner dari kuesioner Child Feeding Questionnaire (CFD) (Camci,
Bas and Buyukkaragoz, 2014). Kuisioner yang digunakan dalam
28
penelitian memiliki 15 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan memiliki
pilihan jawaban dengan skor 1 sampai 4.
 Skor 1 untuk jawaban responden yang memilih jawaban tidak
pernah.
 Skor 2 untuk jawaban responden yang memilih jawaban jarang.
 Skor 3 untuk jawaban responden yang memilih jawaban sering.
 Skor 4 untuk jawaban responden yang memilih jawaban sangat
sering.
Item pertanyaan terdiri dari jenis makanan (1, 2, 3, 4, 5), jumlah porsi
makan yang diberikan (6, 7, 8, 9, 10) dan jadwal pemberian makan (11,
12, 13, 14, 15). Kategori pola pemberian makan diinterprestasikan
dengan kategori tidak tepat ¿55% dari skor yang didapat dan tepat 55%-
100% dari skor yang didapat. Dimana untuk mengetahui interprestasi
tersebut menggunakan rumus f/n x 100%.

2. Status Gizi
Untuk memperoleh status gizi balita dilakukan dengan membandingkan
BB/U. Peneliti akan menanyakan umur dan mengukur BB
menggunakan timbangan digital, lalu mencatat pada lembar pencatatan.
Kemudian untuk memperoleh status gizi balita dalam penelitian ini di
gunakan tabel Standar Antropometri untuk menentukan kategori gizi
buruk, gizi kurang, gizi baik dan gizi lebih. Status gizi dapat diukur,
dengan menggunakan rumus BB/U. Berdasarkan buku pemantauan
status gizi (2017) kategori status gizi balita dibagi menjadi :
Gizi baik : -1 SD sampai +3 SD
Gizi kurang : -3 SD sampai -2 SD
Gizi buruk : kurang dari -3 SD
Gizi lebih : lebih dari +3 SD
29
G. Uji Validitas dan Reabilitas
Uji coba kuesioner dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan sistemik
yang nantinya akan merusak validitas dan kualitas penelitian. Uji validitas
dan reabilitas dilakukan pada ibu yang memiliki balita. Uji validitas dalam
penelitian ini dikatakan valid jika r hitung ˃r tabel.

1. Uji Validitas
Uji validitas merupakan pengukuran dan pengamatan yang berarti
prinsip keandalan instrumen dalam pengumpulan data. Uji validitas
sangat penting untuk mengetahui ada tidaknya pertanyaan dalam
kuesioner yang kurang relavan sehingga harus diganti. Hasil r hitunf
dibandingkan dengan r tabel dimana df=n-2 dengan signifikan 5%.
Item dalam instrumen dianggap valid jika uji validitas menyatakan r
hitung ˃ dari r tabel.

Hasil uji validitas pada instrumen pola pemberian makan dalam


penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

Tabel 3.2 Uji validitas instrumen Child Feeding Quetionaire (CFQ)


Item Pertanyaan R hitung R table 5% (30) Keterangan
1 0,874 0,312 Valid
2 0,736 0,312 Valid
3 0,844 0,312 Valid
4 0,874 0,312 Valid
5 0,736 0,312 Valid
6 0,810 0,312 Valid
7 0,986 0,312 Valid
8 0,912 0,312 Valid
9 0,830 0,312 Valid
10 0,760 0,312 Valid
11 0,867 0,312 Valid
12 0,739 0,312 Valid
13 0,842 0,312 Valid
14 0,917 0,312 Valid
15 0,748 0,312 Valid
30

2. Uji Reabilitas
Reabilitas merupakan kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila
fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam
waktu berlainan. Reabilitas berguna untuk mengetahui data yang
didapatkan sesuai dengan tujuan pengukuran. Uji reliabilitas diukur
dengan menggunakan alpha cronbach diukur berdasarkan skala alpha
cronbach 0 sampai 1.
Ukuran kemantapan alpha cronbach dapat diinterprestasikan sebagai
berikut :
1. Nilai alpha cronbach 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang
reliabel.
2. Nilai alpha cronbach 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliabel.
3. Nilai alpha cronbach 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup
reliabel.
4. Nilai alpha cronbach 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel.
5. Nilai alpha cronbach 0,81sampai dengan 1,00 berarti sangat reliabel.

Tabel 3.3 Uji reabilitas instrumen Child Feeding Quetionaire (CFQ)


Variabel Alpha Cronbach Keterangan
Pola Pemberian Makan
Jenis Makanan 0,902 Sangat Reliabel
Jumlah Makanan 0,769 Reliabel
Jadwal Makanan 0,911 Sangat Reliabel

H. Pengumpulan Data
Prosedur Pengumpulan Data
Adapun prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut
31
1) Sebelum melakukan penelitian peneliti melakukan uji etik
keperawatan.
2) Setelah itu, mendapatkan rekomendasi izin pelaksanaan penelitian
dari institusi program studi farmasi dan ilmu kesehata USM-
Indonesia.
3) Membawa surat rekomendasi penelitian ke Kepala Desa Bagan
Percut.
4) Setelah mendapat izin dari kepala desa Bagan Percut 2020,
peneliti melaksanakan pengumpulan data peneliti.
5) Peneliti melakukan pengambilan sampel di Desa Bagan Percut.
6) Peneliti akan memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan
manfaat dan prosedur penelitian.
7) Setelah memahami tujuan dan manfaat penelitian, calon
responden di minta persetujuannya sebagai kesediaan menjadi
responden peneliti.
8) Responden diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
di berikan penelit. Serta peniliti melakukan penimbangan dan
mengukur panjang badan pada balita tersebut.
9) Peneliti kemudian mengumpulkan data.

I. Pengolahan Data
Pengolahan data adalah bagian dari penelitian setelah pengumpulan data.
Pada tahap ini data mentah atau raw data yang telah dikumpulah dan diolah
atau dianalisis sehingga menjadi informasi. Setelah semua data terkumpul,
maka dilakukan pengolahan data melalui beberapa tahap:
1. Editing

Editing atau penyuntingan data adalah tahapan dimana data yang sudah
dikumpulkan dari hasil pengisian kuesioner disunting kelengkapan
jawabannya. Jika pada tahapan penyuntingan ternyata ditemukan
32
ketidaklengkapan dalam pengisian jawaban, maka harus melakukan
pengumpulan data ulang.

2. Coding

Mengubah data responden yakni dengan memberi pengkodean (bilangan)


sebagai berikut:

Jenis Kelamin :

1 = Laki-laki
2 = Perempuan

Usia :

1 = 1 Tahun

2 = 2 Tahun

3 = 3 Tahun

4 = 4 Tahun

5 = 5 Tahun

Status Gizi :

1 = Gizi Baik

2 = Gizi Kurang

Pola Pemberian Makan :

1 = Tidak Pernah

2 = Jarang

3 = Sering
33
4 = Sangat Sering

3. Entry data

Selanjutnya peneliti mengubah data responden dan hasil obeservasi


kedalam bentuk angka (kode), selanjutnya peneliti memasukkan data
tersebut kedalam program komputer dalam bentuk mistar table
menggunakan Ms. Excel.
4. Tabulating

Selanjutnya peneliti memasukkan data tersebut kedalam bentuk distribusi


frekuensi tabel-tabel dengan tujuan penellitian.

J. Etika Penelitian
Selama penelitian, responden dilindungi daengan memperhatikan aspek-aspek
self determination, privacy and anonmymity, benefience maleficience, justice
(Polit & Beck, 2013). Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan dengan menekankan masalah etika sebagai berikut :

1. Tekad Individu (Self determination)


Prinsip self determination dijelaskan bahwa responden diberi kebebasan oleh
peneliti untuk menentukan keputusan sendiri, apakah bersedia ikut dalam
penelitian atau tidak tanpa paksaan (sukarela).Setelah responden bersedia,
maka langkah selanjutnya peneliti menjeaskan maksud dan tujuan serta
manfaat penellitian, kemudian peneliti menanyakan kesediaan responden,
setelah setuju respon di minta untuk menandatangani lembar persetujuan
menjadi subjek penelitian atau informed consent yang disediakan.

2. Kerahasiaan (Privacy and anonmymity)


Prinsip etik privacy anonmymity yaitu prinsip menjaga kerahasiaan informasi
responden dengan tidak mencantumkan nama, tetapi hanya menuliskan kode
inisial dan hanya digunakan untuk kepentingan peneliti.
34

3. Kebaikan (Benefience)
Benefience merupakan prinsip etik yang mementingkan keuntungan, baik bagi
peneliti maupun responden sendiri. Peneliti ini menjelaskan kepada responden
tentang manfaat peneliti.

4. Tidak Merugikan (Non Malefience)


Peneliti ini menggunakan prosedur yang tidak menimbulkan bahaya bagi
responden dan terbebas dari rasa tidak nyaman, dalam hal ini peneliti
meyakinkan responden bahwa ini tidak merugikan respondendan peneliti.

5. Persetujuan (Informend Consent)


Informend Consent merupakan persetujuan atau izin yang di berikan oleh
responden untuk memperbolehkan dilakukannya suatu tindakan atau
perlakuan.

K. Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisa univariat menjelaskan variabel usia, jenis kelamin dan berat
badan responden, status gizi, pola makan balita digunakan untuk
mendeskripsikan karakteristik dari variabel independen dan variabel
dependen. Keseluruhan data yang ada dirubah dan diujikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi

2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat menjelaskan hubungan pola pemberian makan dengan
status gizi pada anak balita di Bagan Percut Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang.
35
Statistik bivariat digunakan untuk melihat hubungan (korelasi) antara
variabel independen dengan variabel dependen. Membuktikan adanya
hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan variabel
dependen digunakan chiuji-square melalui tabulasi silang. Batas
kemaknaan perthitungan statistik p value (0,05). Apabila hasil
perhitungan menunjukkan nilai p¿p value (0,05) maka dikatakan (Ho)
ditolak, artinya kedua variabel secara statistik mempunyai hubungan
yang signifikan
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi dan Penelitian

Wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan mempunyai luas 190,79 Km2 yang
terdiri dari 18 Desa dan 2 Kelurahan. 5 Desa dari wilayah Kecamatan
merupakan Desa Pantai dengan ketinggian dari permukaan air laut berkisar
dari 10-20 m dengan curah hujan rata-rata 243 %. Perjalanan menuju
Kecamatan Percut Sei Tuan akan ditemukan suasana alam yang begitu asri
dan lumayan sejuk dengan ciri khas daerah ini. Jika ditelusuri dengan
seksama, banyak arel perumahan penduduk dengan pola-pola rumah yang
klasik, modernis dan minimalis dengan jenis rumah toko (ruko) dan rumah
sederhana.

Program yang sudah dilakukan untuk wilayah kecamatan percut sei tuan
adalah mulai dari menimbang berat badan bayi baru lahir setiap hari sabtu
pagi dan menjalankan layanan kesehatan yaitu ada posyandu lansia, posyandu
kemudian pemberian vaksin pada anak – anak setiap bulannya

2. Analisis Univariat
Analisis Univariat pada penelitian ini akan mmenjelaskan usia, jenis kelamin
dan berat badan responden, status gizi, pola makan balita

1. Tabel frekuensi usia, jenis kelamin dan berat badan responden di Bagan
Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

36
37
Tabel 4.1 Distribusi usia, jenis kelamin dan berat badan responden di Bagan
Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

Karakteristik Jumlah (n) Presentase (%)

Usia (tahun)
2 5 20,0
3 7 28,0
4 9 36,0
5 4 16,0
Total 25 100
Jenis Kelamin
Laki-Laki 10 40,0
Perempuan 15 60,0
Total 25 100
Berat Badan
8 1 4,0
10 4 16,0
12 3 12,0
13 1 4,0
14 2 8,0
15 6 24,0
16 1 4,0
17 3 12,0
20 2 8,0
22 2 8,0
Total 25 100
38
Dari tabel 4.1 diatas maka dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden memiliki usia 4 tahun sebanyak 9 orang (36,0%), sedangkan usia 2
tahun sebanyak 5 orang (20,0%), usia 3 tahun sebanyak 7 orang (28,0%) dan usia
5 tahun sebanyak 4 orang (16,0%) . Mayoritas responden berjenis kelamin
perempuan sebanyak 15 orang (60,0%) sedangkan berjenis kelamin laki-laki
sebaanyak 10 orang (40,0%) . Mayoritas responden memiliki berat badan 15 kg
sebanyak 6 responden (24,0%)

2. Tabel frekuensi usia ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan pendapatan ibu

Tabel 4.2 distribusi usia ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan pendapatan ibu

Karakteristik Jumlah (n) Presentase (%)


Usia (tahun)
20-25 10 40,0
26-30 7 28,0
31-35 8 32,0
Total 25 100
Pendidikan
Tidak Sekolah 9 36,0
SD 9 36,0
SMP 2 8,0
SMA 2 8,0
SARJANA 3 12,0
Total 25 100
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 9 36,0
PNS 6 24,0
Pegawai Swasta 3 12,0
Wiraswasta 5 20,0
Bertani 2 8,0
Total 25 100
Pendapatan
Lebih dari UMR 11 44,0
Dibawah UMR 14 56,0
Total 25 100
39
Dari Tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas ibu yang sebagai
responden berusia 20-25 tahun sebanyak 10 responden (40,0%) sedangkan
minoritas berusia 26-30 tahun sebanyak 7 responden (28,0%), kemudian
responden mayoritas tidak bersekolah dan tamat SD sebanyak 9 responden
(36,0%) dan minoritas tamatan SMA sebanyak 2 responden (8,0%) . Responden
mayoritas bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 9 orang (36,0%) dan
minoritas bekerja sebagai petani sebanyak 2 responden (8,0%). Responden
mayoritas memiliki pendapatan dibawah UMR sebanyak 14 responden (56,0%)
dan minoritas memiliki pendapatan lebih dari UMR sebanyak 11 responden
(44,0%).

3. Tabel distribusi pola pemberian makan

Tabel 4.3 distribusi pola pemberian makan

Dari
Variabel Kategori Jumlah %
tabel
Pola Pemberian Makan Tepat 22 88,0
4.3
Tidak Tepat 3 12,0 diatas
Jumlah 25 100 dapat

diketahui bahwa mayoritas pola pemberian makan dalam kategori tepat sebanyak
22 responden (88,0%) sedangkan dalam kategori tidak tepat sebanyak 3
responden (12,0%)
40
4. Tabel distribusi status gizi

Tabel 4.4 distribusi status gizi

Variabel Kategori Jumlah %


Status Gizi Gizi Baik 22 88,0

Gizi Kurang 3 12,0

Gizi Lebih 0 0

Gizi Buruk 0 0
Total 25 100

Dari tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas status gizi dalam kategori
baik sebanyak 22 responden (88,0%), minoritas berada dalam kategori kurang
sebanyak 3 responden (12,0%).

3. Analisis Bivariat
Tabel 4.5 Analisa hubungan pola pemberian makan dengan status gizi
pada anak balita di Bagan Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten
Deli Serdang.

Status Gizi
Pola Pemberian
Makan Gizi Gizi Gizi Gizi PV
Baik Kurang Lebih Buruk

16 0 0 0 0,037
Tepat

6 3 0 0
Tidak Tepat

22 3 0 0
Total
41
Berdasarkan analisa statistik dengan menggunakan uji chi square dengan
tingkat kemaknaan <0,05 didapatkan hasil p=0,037. Nilai p lebih kecil dari
0,05 menandakan H1 diterima dan H0 ditolak, artinya terdapat hubungan pola
pemberian makan dengan status gizi pada anak balita di Bagan Percut
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Nilai koefisien korelasi
(r)=0,069 yang berarti menunjukan hubungan yang kuat . Nilai r bertanda
positif yang memiliki makna bahwa semakin tepat pola pemberian makannya
maka semakin baik pula status gizi balita tersebut.

B. Pembahasan
1. Pola Pemberian Makan

Pola pemberian makan yang diberikan kepada balita tersebut sudah tergolong
dalam kategori tepat yaitu sebanyak 22 responden (88,0%) dimana responden
diberikan pola yang tepat dalam makanan. Pola pemberian makanan yang
tepat disini adalah para ibu responden memberikan makan sesuai jadwal dan
sesuai usia dari balit tersebut.

Hal ini sejalan dengan penelitian (Purwani et al., 2013) dalam penelitiannya
mengatakan bahwa seorang ibu yang telah menanamkan kebiasaan makan
dengan gizi yang baik pada usia dini tentunya sangat mudah mengarahkan
makanan anak, karena dia telah mengenal makanan yang baik pada usia
sebelumnya. Oleh karena itu, pola pemberian makanan sangat penting
diperhatikan. Secara umum faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola
makan adalah faktor ekonomi, sosial budaya, agama, pendidikan, dan
lingkungan. Pola makan yang baik perlu dibentuk sebagai upaya untuk
memenuhi kebutuhan gizi dan pola makan yang tidak sesuai akan
menyebabkan asupan gizi berlebih atau sebaliknya kekurangan. Asupan
berlebih menyebabkan kelebihan berat badan dan penyakit lain yang
disebabkan oleh kelebihan gizi. Sebaliknya asupan yang kurangdari yang
dibutuhkan akan menyebabkan tubuh menjadi kurus dan rentan terhadap
penyakit.
42
Sambo et al., 2020 dalam penelitiannya juga mengatakan bahwa anak usia
prasekolah merupakan masa dimana pertumbuhan fisik dan psikologis
bertumbuh dengan pesat. Pola makan pada anak usia prasekolah berperan
penting dalam proses pertumbuahn dan perkembangan, Karena itu diperlukan
makanan yang banyak mengandung zat gizi. Jika pola makan anak tidak
tercapai dengan baik maka pertumbuhan dan perkembangan akan terhambat .
Tahapan perkembangan anak usia pra sekolah merupakan consumer pasif,
anak akan menerima asupan makan dari apa yang disediakan oleh ibunya atau
pengasuhnya. Pola pemberian makan orang tua mempengaruhi status
kesehatan anak usia prasekolah . Pola makan yang kurang tepat menyebabkan
kegemukan, keparahan penyakit, gangguan kecerdasan intelektual , anemia
perawakan pendek peningkatan risiko angka kematian dan angka kesakitan
pada anak

(Leersia, 2018) dalam penelitiannya mengatakan bahwa pemberian makan


pada anak balita merupakan bentuk pola asuh yang paling mendasar karena
unsur zat gizi yang terkandung di dalam makanan memegang peranan penting
terhadap tumbuh kembang anak. Pola pemberian makan pada anak turut
dipengaruhi oleh faktor fisiologis, psikologis, sosial, dan kebudayaan. Faktor-
faktor tersebut mampu menentukan pilihan terhadap makanan apa saja yang
akan dikonsumsi, sebanyak apa jumlah makanan yang dikonsumsi, siapa saja
yang akan mengonsumsi, serta kapan makanan tersebut boleh atau tidak boleh
untuk dikonsumsi.

Pola pemberian makan yang tepat kepada balita maka akan menentukan
bagaimana status gizinya di masa yang akan mendatang, para orangtua
memakai beberapa cara agar pola makan baik dan tepat didapatkan para
balita.

2. Status Gizi
43
Status gizi yang dialami oleh balita tergolong baik sebanyak 22 balita
(88,0%) dimana para orangtua memperhatikan dalam gizi anak anaknya . Gizi
baik disini adalah Hal ini sejalan dengan penelitiann yang dilakukan (Sari,
etal, 2016) yang mengatakan bahwa anak dengan status gizi normal, namun
mempunyai pola makan yang tidak baik disebabkan karena cara pemberian
makan pada anak tidak sesuai dengan yang seharusnya, namun jumlah asupan
kalori yang dikonsumsi sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) nya
masing-masing, sehingga menghasilkan status gizi normal. Untuk pola makan
kategori kurang dengan status gizi kategori kurang terdapat 4 (5,1%)
responden. Menurut Damaiyanti dalam (Nasution et al., 2016) mengatakan
bahwa pola makan merupakan faktor yang berhubungan langsung dengan
status gizi sehingga dengan mengkonsumsi makanan yang rendah gizi
mengakibatkan kondisi atau keadaan gizi kurang.

(Purwani et al., 2013) dalam penelitiannya mengatakan bahwa Status gizi


adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-
zat gizi. Status gizi dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih
. Untuk menentukan klasifikasi status gizi digunakan z-score sebagai batas
ambang kategori. Standar deviasi unit (z-score) digunakan untuk meneliti dan
memantau pertumbuhan serta mengetahui klasifikasi status gizi. Pertumbuhan
(growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah ukuran
atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, bersifat kuantitatif sehingga
bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang
(cm, meter), umur, tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan
nitrogen tubuh) .

Gizi menjadi bagian yang sangat penting dalam pertumbuhan. Gizi di


dalamnya memiliki keterkaitan yang sangat erat hubungannya dengan
kesehatan dan kecerdasan. Apabila terkena defisiensi gizi maka kemungkinan
besar sekali anak akan mudah terkena infeksi. Gizi ini sangat berpengaruh
terhadap nafsu makan. Jika pola makan tidak tercapai dengan baik pada balita
44
maka pertumbuhan balita akan terganggu, tubuh kurus, pendek bahkan bisa
terjadi gizi buruk pada balita.

3. Hubungan pola pemberian makan dengan status gizi balita

Hubungan antara pola pemberian makan dengan status gizi balita dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara
pola pemberian makan dengan status gizi pada anak balita di Bagan Percut
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan analisa
statistik dengan menggunakan uji chi square dengan tingkat kemaknaan <0,05
didapatkan hasil p=0,037. Nilai p lebih kecil dari 0,05 menandakan H1
diterima dan H0 ditolak, artinya terdapat hubungan pola pemberian makan
dengan status gizi pada anak balita di Bagan Percut Kecamatan Percut Sei
Tuan Kabupaten Deli Serdang. Nilai p=0,037 dan koefisien korelasi (r)=0,069
yang berarti menunjukan hubungan yang kuat . Nilai r bertanda positif yang
memiliki makna bahwa semakin tepat pola pemberian makannya maka
semakin baik pula status gizi balita tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian
Priyono et al. (2015) status gizi balita stunting merupakan akumulasi dari
kebiasaan makan terdahulu, sehingga pola pemberian makan pada hari
tertentu tidak dapat langsung mempengaruhi status gizinya.Kunci
keberhasilan dalam pemenuhan gizi anak terletak pada ibu. Kebiasaan makan
yang baik sangat tergantung kepada pengetahuan dan keterampilan ibu akan
cara menyusun makanan yang memenuhi syarat zat gizi.

(Sambo et al., 2020) dalam penelitiannya mengatakan bahwa responden yang


memiliki pola makan kategori baik dengan status gizi kategori lebih. Status
gizi lebih terjadi apabila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam sejumlah
berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksis atau membahayakan. Anak di
TK Kristen Tunas Rama Kota Makassar juga ditemukan mempunyai pola
makan kategori baik dengan status gizi kategori lebih, hal ini disebabkan
karena berdasarkan wawancara dengan orang tua anak lebih sering makan
45
dengan porsi yang banyak. Pada waktu melakukan penelitian tampak anak
yang memiliki berat badan lebih tidak bermain dengan teman-temannya.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Realita (2017) yang menjelaskan


bahwa konsumsi makanan atau dalam pola pemberian makan yang baik
berpengaruh terhadap status gizi (pertumbuhan) balita. Status gizi baik bila
tubuh memperoleh asupan gizi yang baik, sehingga memungkinkan
pertumbuhan fisik dan kesehatan secara umum pada keadaan umum sebaik
mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan atau
kelebihan zat gizi.

Pemberian makan pada balita bertujuan untuk memasukkan dan memperoleh


zat gizi penting yang diperlukan oleh tubuh untuk proses tumbuh kembang.
Zat gizi beperan dalam memelihara dan memulihkan kesehatan anak serta
berguna sebagai sumber energi untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari.6 Di
samping makanan dari segi fisik, hal yang lain juga dibutuhkan anak untuk
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal yaitu, perhatian serta
sikap (asuhan) orang tua dalam memberi makan. Kesalahan dalam
memilihkan makanan akan berakibat buruk pada anak baik di masa kini
maupun masa yang yang akan datang.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan pola pemberian makan
dengan status gizi pada anak balita di Bagan Percut Kecamatan Percut Sei
Tuan Kabupaten Deli Serdang.
1. Pola pemberian makan yang diberikan kepada balita tersebut sudah
tergolong dalam kategori tepat
2. Status gizi yang terdapat pada balita di daerah tersebut tergolong dalam
kategori baik
3. Hubungan antara pola pemberian makan dengan status gizi balita dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan

B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang dilakukan saat ini masih memiliki banyak kekurangan dan
keterbatasan, diantaranya sebagai berikut :
1. Masih terdapat jawaban kuesioner yang tidak konsisten menurut
pengamatan peneliti. Karena responden yang cenderung kurang teliti
terhadap penyataan yang ada sehingga terjadi tidak konsisten terhadap
jawaban kuesioner.
2. Jumlah responden yang hanya 25 orang, tentunya masih kurang untuk
menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.

C. Saran
1. Bagi responden

Ibu atau orang tua harus memperhatikan pemenuhan kebutuhan gizi anak
balita. Hal yang penting adalah pemenuhan nutrisi dengan prinsip gizi
seimbang dan beragam. Orang tua khususnya ibu yang setiap saat bersama

46
47
balita dapat memberikan gizi seimbang dengan cara menentukan jenis
makanan, jumlah makanan, dan jadwal makanan sesuai dengan kebutuhan
anak sesuai usianya.

2. Bagi Bagan Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli


Serdang

Pemerintahan yang berada di daerah tersebut dapat meningkatkan program-


program yang sudah dilaksanakan, meningkatkan informasi terkait dengan
status gizi balita serta meningkatkan upaya penerapan perilaku hidup bersih
dan sehat yang benar dalam rangka menurunkan angka kejadian infeksi.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan variabel


yang lain yang dapat mempengaruhi status gizi pada balita
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M dan Wirjatmadi, B. (2012) Peranan Gizi Dalam Siklus


Kehidupan. Edited by P. Group. Jakarta.

Ames, G. E et al. (2012). Eating self-efficacy: Development of a short-form


WEL. Eating Behaviors. Elsevier Ltd, 13(4), pp. 375-378. Doi:
10.1016/j.eabeth.2012.03.013.

Baliwati, Y. F. (2009). Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar


Swadya.

Boediarsih, dkk (2019). FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN


DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PONCOL KOTA
SEMARANG. Jurnal Surya Muda Jurnal STIKES Muhammadiyah Kendal,
1(2), 102-110.

Booth, D. A. And Booth, P. (2011). Targeting cultural changes supportive of


the healthiest lifestyle patterns. A biosocial evidance-base for prevention of
obesity. Appetite. Elsevier Ltd, 56(1), pp. 210-221. Doi:
10.1016/j.appet.2010.12.003

Damaiyanti, A, dkk (2016). Hubungan Antara Pola Makan Dengan Status


Gizi Pada Balita Di Posyandu Desa Manunggal Wilayah Kerja Puskesmas
Batulicin 1 Kecamatan Karang Bintang. Jurnal Darul Azhar, 1(1), 63-68.

Febry, A.B dan Marendra, Z (2008) Buku Pintar Menu Balita. Jakarta:
Wahyu Media.

Gibney, M et al. (2004). Public Health Nutrition. Oxford: Blackwell


Publishing Ltd.

Gizi & Kesehatan Masyarakat, D. (2010) Gizi dan Kesehatan Masyarakat.


Jakarta: Rajawali Pers.

Hanim, B. (2020). FAKTOR YANG MEMENGARUHI STATUS GIZI


BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKEMAS SIDOMULYO KOTA
PEKANBARU. JOMIS (Journal of Midwifery Science), 4(1), 15-24.

Jumiatun, j. (2019). Hubungan Pola Pemberian Makanan dengan Status Gizi


Balita Umur 1-5 Tahun di Desa Ngampel Kulon Kecamatan Ngampel
Kabupaten Kendal. Jurnal Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan, 6, 218-224.

Karps, S. M. Et al. (2014). Parental feeding patterns and child weigh status
for Latino preschoolers. Obesity Research & Clinical Practice. Asia Oceania
Assoc. For the study of obesity, 8(1), pp. E88-e97. Doi:
10.1016/j.orcp.2012.08.193.

Kemenkes RI. (2016). Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) Tahun 2016.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2014). Pedoman Gizi Seimbang


2014. Jakarta; Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
RI.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2014). Pedoman Gizi Seimbang


2014. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
RI.

Khayati, dkk. (2018). Hubungan Pengetahuan Ibu dan Pola Pemberian


Makanan Terhadap Status Gizi Anak Usia Tddler. Jurnal Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (JPPNI), 2(1), 52-64.

Kinanti, A. A(2014). Mau Tidur Setelah Makan, Ini jeda


Watunya”Detikhealth”.

Loka, dkk (2018). HUBUNGAN POLA PEMBERIAN MAKAN DENGAN


PERILAKU SULIT MAKAN PADA ANAK USI PRASEKOLAH (3-6
TAHUN). Jurnal Keperawatan Suaka Insan (JKSI), 3(2), 1-10.

Muzayyaroh, M. (2017). Hubungan Pola Pemberian Makan Dengan Status


Gizi Balita Usia 3-4 Tahun Di Play Group Irsyadus Salam Subersari Megaluh
Kabupaten Jombang. Jurnal EDUMidwifery, 1(1), 1-6.

Oetoro, S. (2012) Smart Eating: 1000 Jurus Makan Pintar dan Hidup Bugar.
Jakarta: balai Pustaka.

Oktaniany, W. (2011) Hubungan Pola Makan Dengan Gastritis Pada


Mahasiswa S1 Keperawatan Program A FIKES UPN Veteran. Universitas
Pembangunan Nasional Veteran.

Perdani, Z, P, dkk (2017). Hubungan Praktik Pemberian Makan Dengan


Status Gizi Anak Usia 3-5 Tahun Di Pos Gizi Desa Tegal Kunir Lor Mauk.
Jurnal JKFT, 1(2), 9-17.

Pratiwi, W. (2013) Hubungan Pola Makan Dengan Gastritis Pada Remaja


Di Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung, Jayanti, Tangerang.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Priantika, S (2013) Hubungan Kebiasaan Makan Dengan Gangguan


Dispepsia Fungsional. Universitas Jambi.
Purwani, E dan Maryam (2013). Pola Pemberian Makan Dengan Status Gizi
Pada Anak 1-5 Tahun di Kbuman Taman Pemalang. Jurnal Kpereawatan
Anak, 1(1), pp. 30-36.

Puspasari, N. Dan Andriani, M . (2017). Hubungan Pengetahuan Ibu tentang


Gizi dan Asupan Makan Balita dengan Status Gizi Balita (BB/U) Usia 12-24
Bulan.

Rahmadaniah, I. (2019). HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN


TERHADAP STATUS GIZI BATITA DI PUSKESMAS PUNTI KAYU
PALEMBANG. JKAB: Jurnal Kesehatan Abdurahman, 8(1), 1-8.

Riskesdas (2013) Pokok-Pokok Hasil Riskesdas.

Saxton, J. Et al. (2009). Maternal Education Is Associated with Feeding


Style. Journal Of The American Dietetic Association. American Dietetic
Association, 109(5), pp. 894-898. Doi: 10.1016/j. Jada. 2009.02.010.

Sebayang, A. N. (2012). Gambaran Pola Konsumsi Makanan Mahasiswa di


Universitas Indonesia. Universitas Indonesia.

Septiana, R, dkk (2010). Hubungan Antara Pola Pemberian Makanan


Pendamping ASI (MP-ASI) dan Status Gizi Balita Usia 6-24 Bulan.
KESMAS, 4(2), pp. 76-143.

Subarkah, dkk. “Pola Pemberian Makan Terhadap Peningkatan Status Gizi


Pada Anak Usia 1-3 Tahun.” Jurnal Injec 1.2 (2016): 146-154

Suhardjo & Clara M. Kusharto (2010). Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi.


Yogyakarta: Kanisius.

Sulistyoningsih, H. (2011). Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Supariasa, I. Dkk (2001) Penilaian Status Gizi.

Sutomo, B dan Anggraini, D. Y (2010) Menu Sehat Alami Untuk Batita dan
Balita. Jakarta: Demedia.

Widodo, R (2009) Pemberian Makanan, Suplemen, & Obat pada Anak.


Edited by Amalia H. Hadinata. Jakarta: EGC.

Yuliarsih, L, dkk (2020). Pengaruh Pola Pemberian Makan Terhadap Status


Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Astanajapura Kabupaten Cirebon
Tahun 2019. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 5(4), 82-91.
Yustianingrum, L.N dan Adriani, M. (2017). Perbedaan Status Gizi dan
Penyakit Infeksi pada Anak Baduta yang Diberi ASI Eksklusif dan Non ASI
Eksklusif The Differences of Nutritional Status and Infection Disease in
Exclusive Breastfeed and Non Exclusive Breasfeed Toddlers, pp. 415-423.
LAMPIRAN 1

LEMBAR PERSETUJUAN
MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama/NIM : Sari Indah Wahyuni Gulo/160204091
Tempat Institusi Pendidikan : Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan
Judul Penelitian : Hubungan Pola Pemberian Makan Dengan
Status Gizi Pada Anak Balita Di Bagan Percut

Sehubungan dengan penyusunan laporan penelitian yang akan saya lakukan


dengan judul diatas tersebut dengan yang merupakan syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) di Program Studi Studi Ners
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Medan Tahun
2020. Untuk itu saya memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk saya melakukan
observasi mengisi kuesioner dengan kejujuran dan apa adanya. Jawaban
Bapak/Ibu/Saudara/i dijamin kerahasiaannya.

Demikian permohonan saya ini, atas kerjasamanya saya ucapkan terima


kasih.

Medan, September 2020

Hormat Saya

(Sari indah Wahyuni Gulo )

Sehubungan dengan penjelasan diatas, dengan ini saya menyatakan bahwa


saya bersedia untuk berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini
dengan sukarela.

Hormat Saya

(Responden )
LAMPIRAN 2

KUESIONER
GAMBARAN STATUS GIZI ANAK BALITA BEDASARKAN
ANTROPOMETRI

A. Identitas IbuBalita
1. Umur.................................................tahun
2. Pendidikan : 1. TamatSD
2. SLTP
3. SLTA
4. DIII
5. S-1
3. Pekerjaan : 1.IRT
2. PNS
3. Pegawai swasta
4. Wiraswasta/Berdagang
5. Bertani/berkebun
4. Pendapatan : 1. ≥ UMK Kota Medan(Rp.2.037.000)
2. < UMK Kota Medan(Rp.2.037.000)

B. IdentitasBalita
1. TanggalLahir :
2. Jeniskelamin : [ ] Laki-laki [ ]Perempuan
3. Anakke :

C. Hasil Pengukuran Antropometri:

Berat Badan:........kg a. BB/U:

buruk/kurang/baik/lebih*) Tinggi/PanjangBadan:......cm

b.BB/TB-

PB:sangatkurus/kurus/normal/ge

LAMPIRAN 3
Kuesioner Pola Pemberian Makan

Child Feeding Questionnaire (CFQ)

(Camci, Bas and Buyukkaragoz, 2014)

Petunjuk pengisian : berilah tanda centang (√ ¿ pada kolom jawaban yang


tersedia

Keterangan :

SS : Jika pernyataan tersebut “Sangat Sering” dilakukan

S : Jika pernyataan tersebut “Sering” dilakukan

J : Jika pernyataan tersebut “Jarang” dilakukan

TP : Jika pernyataan tersebut “Tidak Pernah” dilakukan

Catatan :Setiap makan memberikan lengkap “Sangat Sering”Lengkap tapi


tidak setiap hari memberikan “Sering”Pernah memberikan “Jarang”

No Pertanyaan SS S J TP Skor
Jenis Makanan
1 Saya memberikan anak makanan
dengan menu seimbang (seperti nasi,
lauk, sayur, buah, dan susu) pada
anak saya setiap hari.
2 Saya memberikan anak makanan
yang mengandung lemak (seperti
alpukat, kacang, daging, ikan, telur,
susu) setiap hari.
3 Saya memberikan anak makanan
yang mengandung karbohidrat
(seperti nasi, umbi-umbian, jagung,
tepung) setiap hari.
4 Saya memberikan anak makanan
yang mengandung protein (seperti
daging, ikan, kedelai, telur, kacang-
kacangan, susu) setiap hari.
5 Saya memberikan anak makananyang
mengandung vitamin (buah dan
sayur) setiap hari.
Jumlah Makanan
6 Saya memberikan anak saya makan
nasi 1-3 piring/mangkuk setiap hari.
7 Saya memberikan anak saya makan
dengan lauk hewani (seperti daging,
ikan, telur) setiap hari.
8 Saya memberikan anak saya makan
dengan lauk nabati (seperti tahu,
tempe, dsb) setiap hari.
9 Anaksayamenghabiskan semua
makanan yang ada di piring/mangkuk
setiap kali makan.
10 Saya memberikan anak saya makan
buah setiap hari.
Jadwal Makan
11 Saya memberikan makanan pada
anak saya secara teratur 3 kali sehari
(pagi, siang, sore/malam)
12 Saya memberikan makanan selingan
1-2 kali sehari diantara makanan
utama.
13 Anak saya makan tepat waktu
14 Saya membuat jadwal makan tepat
waktu.
15 Saya memberikan makan anak saya
tidak lebih dari 30 menit

LAMPIRAN 4
Lembar Pencatatan BB balita

No Identitas Balita Usia BB

LAMPIRAN 5
SOP PENGUKURAN BERAT BADAN BALITA

SOP PENGUKURAN BERAT BADAN BALITA

Pengertian Mengukur berat badan balita dengan menggunakan


alat timbangan.

Tujuan Untuk mendapatkan data objektif mengenai berat


badan balita.

Persiapan alat 1. Timbangan digital


2. Buku catatan
Tahap pra 1. Melakukan verifikasi data balita
interaksi 2. Mencuci tangan
3. Menemparkan alat didekat balita dengan
benar.
Tahap orientasi 1. Memberi salam pada balita dengan menyapa
nama balita tersebut.
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksana
3. Menanyakan kesiapan dan persetujusn
keluarga balita tersebut
Tahap kerja 1. Peneliti mencuci tangan terlebih dahulu
2. Timbangan distel terlebih dahulu
3. Lalu berdirikan balita tersebut di atas
timbangan sampai timbangan menunjukkan
angkanya.
4. Dokumentasikan/catat hasil penimbangan
berat badan balita yang didapat
5. Lalu angkat kembali balita dari timbangan
6. Bereskan peralatan
7. Cuci tangan kembali

LAMPIRAN 6
SURAT IJIN PENELITIAN

LAMPIRAN 7
SURAT BALASAN PENELITIAN

LAMPIRAN 8
LEMBAR KONSUL SKRIPSI

NAMA : SARI INDAH WAHYUNI GULO

NIM : 160204091

JUDUL : HUBUNGAN POLA PEMBERIAN MAKAN


DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK BALITA
DI BAGAN PERCUT TAHUN 2020

PEMBIMBING : Ns. NOVITA ARIYANI, M. BIOMED

No HARI/TANGGAL MATERI BUKTI BIMBINGAN PARAF


PEMBIMBING
1 Kamis, 17 Konsul 1
September 2020

2 Jumat, 18 Perbaiki
September 2020 penulisan dan
di BAB 4

3 Kamis, 24 BAB 1 Konsul KeBAB


2 1
September 2020
4 Sabtu, 26 Perbaiki tabel
September 2020 di analisa
bivariat dan
status gizi

5 Sabtu, 26 ACC , Kuasai


September 2020 materi dan
lengkapi
skripsi
LAMPIRAN 9
MASTER DATA
LAMPIRAN 10

HASIL SPSS

Status Gizi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 22 88.0 88.0 88.0

2 3 12.0 12.0 100.0

Total 25 100.0 100.0

Pola Pemberian Makan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 3 12.0 12.0 12.0

2 22 88.0 88.0 100.0

Total 25 100.0 100.0


Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 2 Tahun 5 20.0 20.0 20.0

3 Tahun 7 28.0 28.0 48.0

4 Tahun 9 36.0 36.0 84.0

5 Tahun 4 16.0 16.0 100.0

Total 25 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki Laki 10 40.0 40.0 40.0

Perempuan 15 60.0 60.0 100.0

Total 25 100.0 100.0

Berat Badan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 8 1 4.0 4.0 4.0

10 4 16.0 16.0 20.0

12 3 12.0 12.0 32.0

13 1 4.0 4.0 36.0

14 2 8.0 8.0 44.0

15 6 24.0 24.0 68.0

16 1 4.0 4.0 72.0


17 3 12.0 12.0 84.0

20 2 8.0 8.0 92.0

22 2 8.0 8.0 100.0

Total 25 100.0 100.0

Label Status Pola Makan * Status Gizi Crosstabulation

Count

Status Gizi

Gizi Baik Gizi Kurang Total

Label Status Pola Makan Tidak Tepat 6 3 9

Tepat 16 0 16

Total 22 3 25

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 6.061a 1 .014

Continuity Correctionb 3.315 1 .069

Likelihood Ratio 6.889 1 .009

Fisher's Exact Test .037 .037

Linear-by-Linear Association 5.818 1 .016

N of Valid Casesb 25

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.08.

b. Computed only for a 2x2 table


Usia Ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 20-25 10 40.0 40.0 40.0

26-30 7 28.0 28.0 68.0

31-35 8 32.0 32.0 100.0

Total 25 100.0 100.0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ibu Rumah Tangga 9 36.0 36.0 36.0

PNS 6 24.0 24.0 60.0

Pegawai Swasta 3 12.0 12.0 72.0

Wiraswasta 5 20.0 20.0 92.0

Bertani 2 8.0 8.0 100.0

Total 25 100.0 100.0

Pendapatan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Lebih dari UMR 11 44.0 44.0 44.0

Dibawah UMR 14 56.0 56.0 100.0

Total 25 100.0 100.0


Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Sekolah 9 36.0 36.0 36.0

SD 9 36.0 36.0 72.0

SMP 2 8.0 8.0 80.0

SMA 2 8.0 8.0 88.0

SARJANA 3 12.0 12.0 100.0

Total 25 100.0 100.0


LAMPIRAN 11

UJI ETIK
LAMPIRAN 12

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai