OLEH:
160204091
OLEH:
160204091
Pada Hari Selasa 6 Oktober 2020 telah diadakan sidang skripsi dengan judul :
Hubungan Pola Pemberian Makan Dengan Status Gizi Pada Anak Balita Di
Bagan Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2020.
1 BAB I,
BAB III, - Konsep teori jadwal
BAB IV makan balita seperti apa
- Tambahkan keterbatasan
penelitian
- Tambahkan daftar
pustaka
- Perbaiki Analisa
univariat dan bivariat
- Perbaiki modifikasi Ns. Rinco Siregar, S.
kuesioner Kep, MNS
- Perbaiki pengolahan data
bagian editing
i
HALAMAN PENGESAHAN
TIM PENGUJI
ii
PERNYATAAN
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan
belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di
suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain dalam naskah ini,
kecuali tertulis dan tercantum dalam daftar pustaka.
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
1. Nama : Sari Indah Wahyuni Gulo
2. NIM : 160204091
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Tempat/Tgl Lahir : Dairi, 02 Januari 1998
5. Agama : Islam
6. Anak ke : 1 (Pertama)
7. Nama Ayah : Abdul Hamid Gulo
8. Nama Ibu : Salawati Berutu
9. Alamat Rumah : Jln. Luku V Lingkungan I Medan
10. Email : Sariindahwahyuni234@gmail.com
11. No Hp : 085270420572
B. Riwayat Pendidikan
1. Tahun 2004-2010 : SD Negeri 060938
2. Tahun 2010-2013 : SMP Negeri 21 Medan
3. Tahun 2013-2016 : SMKS Farmasi YPFSU Medan
4. Tahun 2016-2020 : S1 Keperawatan Program Studi Ners Fakultas
Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari
Mutiara Indonesia
iv
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
Skripsi, 06 Oktober 2020
Sari Indah Wahyuni Gulo
ABSTRAK
Balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau di bawah
lima tahun yaitu 24-60 bulan. Masa ini menjadi tantangan bagi orang tua karena
anak susah makan, memilih makan dan suka pada jajan yang kandungan gizinya
tidak baik seperti mie instant, sehingga menyebabkan kekurangan atau kelebihan
asupan zat gizi yang dapat mempengaruhi status gizi dan kesehatannya. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan pola pemberian makan
dengan status gizi pada anak balita di bagan percut. Desain penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional . Jumlah populasi dalam
penelitian ini adalah sebanyak 67 orang di Bagan Percut dengan jumlah sampel 25
orang yang diambil menggunakan teknik simple random sampling. Penelitian ini
menggunakan kuesioner pola pemberian makan dan tabel z-score. Hasil penelitian
berdasarkan analisa statistik dengan menggunakan uji chi square dengan tingkat
kemaknaan <0,05 didapatkan hasil p=0,037. Nilai p lebih kecil dari 0,05
menandakan H1 diterima dan H0 ditolak, artinya terdapat hubungan pola
pemberian makan dengan status gizi pada anak balita di Bagan Percut Kecamatan
Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Nilai koefisien korelasi (r)=0,069 yang
berarti menunjukan hubungan yang kuat . Nilai r bertanda positif yang memiliki
makna bahwa semakin tepat pola pemberian makannya maka semakin baik pula
status gizi balita tersebut.
Kata Kunci : Pola pemberian makan, status gizi, anak balita
Daftar Pustaka : 2007-2020
v
NURSING STUDY PROGRAM
ABSTRACT
Toddlers are children who have reached the age of over one year or under five
years, namely 24-60 months. This period is a challenge for parents because
children find it difficult to eat, choose to eat and like snacks with poor nutritional
content such as instant noodles, which lead to deficiency or excess intake of
nutrients that can affect their nutritional status and health. The purpose of this
study was to identify the relationship between feeding patterns and nutritional
status in children under five in the percut chart. The research design used in this
study was cross sectional. The population in this study was 67 people in Chart
Percut with a sample size of 25 people who were taken using simple random
sampling technique. This study used a feeding pattern questionnaire and a z-score
table. The results of the study were based on statistical analysis using the chi
square test with a significance level of <0.05, the result was p = 0.037. P value
less than 0.05 indicates H1 is accepted and H0 is rejected, meaning that there is a
relationship between feeding patterns and nutritional status in children under five
in Percut Percut, Percut Sei Tuan District, Deli Serdang Regency. The correlation
coefficient (r) = 0.069, which means that it shows a strong relationship. The value
of r is positive, which means that the more appropriate the feeding pattern, the
better the nutritional status of the toddler.
Keywords : Feeding pattern, nutritional status, children under five
References: 2007-2020
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan anugerahnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi yang
berjudul “Hubungan Pola Pemberian Makan Dengan Status Gizi Pada Anak
Balita Di Bagan Percut Tahun 2020”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu
persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan program sarjana keperawatan
(S.Kep) di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
Tahun 2020.
vii
7. Ns. Rumondang Gultom, MKM selaku Penguji II yang telah meluangkan
waktu serta pikiran untuk memberikan bimbingan dan arahan saran kepada
peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Ns. Agnes Silvina Marbun, S.Kep, M.Kep, selaku dosen sekaligus wali kelas
peneliti yang telah memberi arahan kepada peneliti dalam menyelesaikan
skripsi ini dengan tepat waktu.
9. Seluruh Dosen Program Studi Keperawatan Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia yang telah banyak memberikan
dukungan
kepada peneliti.
10. Terima kasih kepada kedua orangtua tercinta peneliti, Abdul Hamid Gulo
(Ayah) dan Salawati Berutu (Ibu) yang selalu memberikan kasih sayang,
do’a serta perhatian dan dukungan kepada peneliti dalam penyusunan skripsi
ini.
11. Terimakasih kepada sahabat, teman-teman, dan keluarga yang tidak bisa
disebut satu persatu yang telah ikut membantu dan memberikan dukungan
serta motivasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
C. Tujuan ........................................................................................... 5
D. Manfaat ........................................................................................ 6
ix
3. Bagi Universitas Sari Mutiara ............................................... 6
x
E. Kerangka Konsep ......................................................................... 24
1. Populasi ............................................................................... 25
2. Sampel ................................................................................. 25
xi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 36
B. Pembahasan .................................................................................. 41
A. Kesimpulan .................................................................................. 46
C. Saran ............................................................................................ 46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Penilaian Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/U, TB/U, BB/TB .... 11
Tabel 3.2 Uji Validitas Instrumen Child Feeding Quetionaire (CFQ) ............ 29
Tabel 3.3 Uji Reabilitas Instrumen Child Feeding Quetionaire (CFQ) ........... 30
Tabel 4.1 Distribusi Usia, Jenis Kelamin dan Berat Badan Responden .......... 37
Tabel 4.2 Distribusi Usia, Pendidikan, Pekerjaan dan Pendapatan Ibu ........... 38
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 12 : Dokumentasi
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau di bawah
lima tahun yaitu 24-60 bulan. Masa ini menjadi tantangan bagi orang tua
karena anak susah makan, memilih makan dan suka pada jajan yang
kandungan gizinya tidak baik seperti mie instant, sehingga menyebabkan
kekurangan atau kelebihan asupan zat gizi yang dapat mempengaruhi status
gizi dan kesehatannya (Boediarsih, dkk, 2019). Balita dianggap pada risiko
gizi terbesar karena pola pemberian makan yang buruk akan berdampak pada
pertumbuhan dan perkembangan. Hal tersebut menyebabkan kelompok usia
balita terjadi peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas (Subarkah, dkk,
2016).
1
2
Berdasarkan data World Health Organitation (WHO) pada tahun 2017 lebih
dari setengah kematian balita disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah
dan diobati melalui intervensi sederhana dan terjangkau. Anak-anak yang
kekurangan gizi, terutama mereka yang kekurangan gizi akut, memiliki risiko
kematian yang lebih tinggi. Faktor-faktor yang berhubungan dengan gizi
berkontribusi pada sekitar 45% kematian pada anak di bawah usia 5 tahun
(Hanim, 2020).
Pemantauan status gizi (PSG) di Indonesia pada tahun 2015 PSG telah
berhasil dilakukandi seluruh Kabupaten dan kota di Indonesia, yakni 496
Kabupaten/Kota Madya dengan melibatkan lebih kurang 165.000 Balita
sebagai sampelnya. PSG 2015 menunjukkan hasil yang lebih baik dari tahun
sebelumnya. Persentase balita dengan gizi buruk dan sangat pendek
mengalami penurunan. PSG 2015 menyebut 3,8% Balita mengalami gizi
buruk. Angka ini turun dari tahun sebelumnya yakni 4,7%. Hasil PSG 2015,
antara lain: Status Gizi Balita menurut Indeks Berat Badan per Usia (BB/U),
didapatkan hasil: 79,7% gizi baik; 14,9% gizi kurangdan 1,5% gizi lebih.
Status Gizi Balita Menurut Indeks Tinggi Badan per Usia (TB/U), didapatkan
hasil: 71% normal dan 29,9% Balita pendek dan sangat pendek. Status Gizi
Balita Menurut Indext Berat Badan per Tinggi Badan (BB/TB), didapatkan
hasil : 82,7% Normal, 8,2% kurus,5,3% gemuk, dan 3,7% sangat kurus
(Rahmadaniah, 2019).
hidup (KH), 34/1000 dan 44/1000 KH dari target AKB dan AKBA tahun 2015
23/1000 KH dan 32/1000 KH (Kemenkes RI, 2010).
Saat ini Indonesia dihadapkan pada Beban Gizi Ganda atau sering disebut
Double Burden, yang artinya pada saat negara ini masih terus bekerja keras
mengatasi masalah kekurangan gizi seperti gizi buruk, kurus, dan stunting,
namun pada saat yang sama juga harus menghadapi masalah kelebihan gizi
atau obesitas khususnya pada balita (Hanim, 2020).
Status gizi seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Ketidak sesuaian antara jumlah gizi yang diperoleh
dan kebutuhan gizi serta penyakit infeksi, seperti diare dapat memengaruhi
status gizi secara langsung, tergantung pada besarnya dampak yang
ditimbulkan. Faktor yang secara tidak langsung memengaruhi status gizi ialah
pengetahuan, persepsi, kebiasaan makan,dan kondisi sosial ekonomi.
Prevalensi balita dengan status gizi kurang yang cenderung meningkat apabila
4
tidak diatasi akan menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius. Oleh
sebab itu, perlu dilakukan upaya untuk menekan prevalensi balita dengan
status gizi kurang.Upaya yang dapat dilakukan untuk menekan kejadian balita
dengan status gizi kurang ialah meningkatkan mutu gizi perorangan dan
masyarakat dengan cara memperbaiki pola konsumsi makanan yang sesuai
dengan gizi seimbang, memperbaiki perilaku sadar gizi, aktivitas fisik,
meningkatkan akses dan mutu pelayanan gizi sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta meningkatkan sistem kewaspadaan pada
pangan dan gizi (Khayati dan Ririn, 2018).
Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti pada tahun 2019 jumlah
anak balita di Dusun XVI Kecamatan Percut Sei Tuan terdapat 67 anak balita.
Didapatkan data dari bidan setempat di daerah Kecamatan Percut Sei Tuan
bahwa jumlah anak balita yang mengalami gizi kurang sebanyak 3 orang dan
yang mengalami gizi buruk tidak ada. Dari hasil wawancara terhadap beberapa
ibu disana yang memiliki anak balita. Berdasarkan pengamatan peneliti
terdapat beberapa balita yang mengalami kondisi badan kurus, berambut
pirang dan memiliki kulit tubuh yang kering. Kemudian pengetahuan ibu
tentang pola makannya, ibu menyebutkan anak tersebut jarang mengkonsumsi
sayur-sayuran, susu, maupun buah-buahan. Selain itu, pola makan anak juga
tidak teratur bisa sehari hanya dua kali saja. Dan jumlah makanan yang
diberikan pada anak sehari hanya 1-2 piring nasi atau berkisar 4 sampai 6
sendok makan saja dan itupun tidak habis. Berdasarkan inilah saya tertarik
untuk mengambil judul penelitian tentang “Hubungan Pola Pemberian Makan
Dengan Status Gizi Pada Anak Balita Di Bagan Percut Kecamatan Percut Sei
Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2020”
B. Rumusan Masalah
Apakah ada Hubungan Pola Pemberian Makan Dengan Status Gizi Pada Anak
Balita di Bagan Percut ?
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi Pola Pemberian Makan Pada Anak Balita Di Bagan
Percut.
2. Mengidentifikasi Status Gizi Pada Balita Di Bagan Percut.
C. Manfaat
1. Bagi Responden
Sebagai bahan informasi untuk mengetahui Pola Pemberian Makan
Dengan Status Gizi Pada Balita di Bagan Percut.
TINJAUAN PUSTAKA
Usia balita merupakan masa pertumbuhan dasar anak dan periode penting
dalam proses tumbuh kembang anak. Masa tumbuh kembang pada usis ini
merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, atau
sering disebut golden age atau masa keemasan. Pada masaa ini, balita
membutuhkan asupan zat gizi yang cukup dalam jumlah dan kualitas yang
lebih banyak, karena pada umumnya aktivitas fisik yang cukup tinggi dan
masih dalam proses belajar (Boediarsih, dkk, 2019).
7
8
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
balita
Menurut (Santri, dkk 2014) Tingkat pertumbuhan dan perkembangan pada
anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain status ekonomi
dan tingkat pendidikan.
1. Status Ekonomi
Status ekonomi keluarga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Anak yang dibesarkan di keluarga yang memiliki
status ekonomi tinggi akan lebih mudah untuk memenuhi kebutuhan
gizi yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang dibesarkan di
keluarga yang berstatus ekonomi sedang atau rendah. Anak dengan
latar belakang status ekonomi rendah biasanya memiliki keterkaitan
dengan masalah kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang
buruk, serta ketidaktahuan terhadap proses tumbuh kembang. Hal
tersebut akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak
secara langsung.
2. Tingkat Pendidikan
Status ekonomi sering dikaitkan dengan tingkat pendidikan seseorang,
semakin tinggi status ekonomi seseorang akan semakin tinggi pula
tingkat pendidikannya. Keluarga dengan tingkat pendidikan yang
tinggi akan lebih mudah menerima informasi atau arahan tentang cara
meningkatan tumbuh kembang anak, penggunaan fasilitas kesehatan,
serta pendidikan yang terbaik untuk anaknya dibandingkan keluarga
dengan tingkat pendidikan rendah.
1. Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
adalah konsumsi makanan dan pengguanan zat-zat gizi dalam tubuh.
Tubuh yang memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara
efisien akan mencapai status gizi yang optimal. Defisiensi zat mikro
seperti vitamin dan mineral memberi dampak pada penurunan status
gizi dalam waktu yang lama (Soekirman, 2012).
10
2. Penilaian status gizi pada balita
a. Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi,
kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang
salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang
akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur
yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya
kecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5
tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung
dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan
adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh,
artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes, 2014).
b. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran
massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka
terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi
maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan
dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau
melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat
pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan
gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena
hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada
ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan
perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Djumadias Abunain, 2015).
11
c. Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat
dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik
untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan
keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita.
Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan
menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi
Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat
dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada
umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik,
kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes RI, 2014).
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk
menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan
dengan status gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB
merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi
pertumbuhan dan komposisi tubuh.
Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan
sensitive/peka dalam menunjukkan keadaan gizi kurang bila
dibandingkan dengan penggunaan BB/U. Dinyatakan dalam BB/TB,
menurut standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2SD diatas 10 %
menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat
serius dan berhubungan langsung dengan angka kesakitan.
1. Status gizi balita dinilai menurut 3 indeks, yaitu Berat Badan menurut
Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), Berat Badan
menurut Tinggi Badan (BB/TB).
a) BB/U adalah berat badan anak yang dicapai pada umur
tertentu
b) TB/U adalah tinggi badan anak yang dicapai pada umur
tertentu.
c) BB/TB adalah berat badan anak dibandingkan dengan tinggi
badan yang dicapai.
Ketiga nilai indeks status gizi diatas dibandingkan dengan
baku pertubuhan WHO.
13
2. Z-Score adalah nilai simpangan BB atau TB dari nilai BB atau TB
normal menurut baku pertumbuhan WHO.
3. Contoh perhitungan Z-Score BB/U: (BB anak- BB standar)/standar
deviasi BB standar.
4. Batasan untuk kategori status gizi balita menurut Indeks BB/U,
TB/U, BB/TB menurut WHO dapat dilihat pada tabel “pengertian
kategori status gizi balita”
Proses tumbuh kembang pada masa balita berlangsung sangat pesat yaitu
pertumbuhan fisik dan perkembangan psikomotorik, mental dan sosial.
Pertumbuhan fisik balita perlu memperoleh asupan zat gizi dari makanan
seharihari dalam jumlah yang cukup dan berkualitas baik untuk mendukung
pertumbuhan. Kebutuhan gizi pada anak diantaranya energi, protein, lemak,
air, hidrat arang, vitamin, dan mineral (Adriani dan wirjatmadi, 2012).
1. Energi
Energi dalam makanan berasal dari nutrisi karbohidrat, protein, dan
lemak. Setiap gram protein menghasilkan 4 kalori, lemak 9 kalori dan 13
karbohidrat 4 kalori. Distribusi kalori dalam makanan anak yang dalam
keseimbangan diet (balanced diet) ialah 15% berasal dari protein, 35%
dari lemak dan 50% dari karbohidrat. Kelebihan energi yang tetap setiap
hari sebanyak 500 kalori, dapat menyebabkan kenaikan berat badan 500
gram dalam seminggu (Soekirman, 2012).
2. Protein
Nilai gizi protein ditentukan oleh kadar asam amino esensial. Akan tetapi
dalam praktek sehari-hari umumnya dapat ditentukan dari asalnya.
14
Protein hewani biasanya mempunyai nilai yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan protein nabati. Protein telur dan protein susu
biasanya dipakai sebagai standar untuk nilai gizi protein.Nilai gizi
protein nabati ditentukan oleh asam amino yang kurang (asam amino
pembatas), misalnya protein kacang-kacangan. Nilai protein dalam
makanan orang Indonesia sehari-hari umumnya diperkirakan 60% dari
pada nilai gizi protein telur (Soekirman, 2012).
3. Lemak
Lemak merupakan komponen struktural dari semua sel-sel tubuh, yang
dibutuhkan oleh ratusan bahkan ribuan fungsi fisiologis tubuh (McGuire
& Beerman, 2011). Lemak terdiri dari trigliserida, fosfolipid dan sterol
yang masing-masing mempunyai fungsi khusus bagi kesehatan manusia.
Sebagian besar (99%) lemak tubuh adalah trigliserida. Trigliserida terdiri
dari gliserol dan asam-asam lemak. Disamping mensuplai energi, lemak
terutama trigliserida, berfungsi menyediakan cadangan energi tubuh,
isolator, pelindung organ dan menyediakan asam-asam lemak esensial
(Soekirman, 2012).
1. Pengertian
2. Faktor pendidikan
Pendidikan ibu dalam pemenuhan nutrisi akan menentukan status
gizi anaknya. Hal tersebut dapat berpengaruh pada pemilihan bahan
makanan dan pemenuhan kebutuhan gizi. Tingkat pendidikan
yangtinggi pada seseorang akan cenderung memilih dan
menyeimbangkan kebutuhan gizi untuk anaknya. Tingkat
pendidikan yang rendah pada seseorang, akan beranggapan bahwa
hal yang terpenting dalam kebutuhan nutrisi adalah
mengenyangkan. Pendidikan yang didapat akan memberikan
pengetahuan tentang nutrisi dan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi masalah gizi pada anak. Tingkat pendidikan formal
merupakan faktor yang ikut menentukan ibu dalam menyerap dan
memahami informasi gizi yang diperoleh (Saxton et al, 2009)
3. Faktor lingkungan
Lingkungan dibagi menjadi lingkungan keluarga, sekolah dan
promosi yang dilakukan oleh perusahaan makanan baik pada media
17
cetak maupun elektronik. Lingkungan keluarga dan sekolah akan
mempengaruhi kebiasaan seseorang yang dapat membentuk pola
makannya. Promosi iklan makanan juga akan berdampak pada
konsumsi makanan tersebut, sehingga dapat mempengaruhi pola
makan seseorang (Sulistyoningsih, 2011).
5. Faktor agama
Segala bentuk kehidupan di dunia ini telah diatur dalam agama.
Salah satunya yaitu tentang mengkonsumsi makanan. Sebagai
contoh, agama islam terdapat peraturan halal dan haram yang
terdapat pada setiap bahan makanan. Hal tersebut juga akan
mempengaruhi konsumsi memilih bahan makanan.
Tipe kontrol yang didentifikasi dapat dilakukan oleh orang tua terhadap
anak-anaknya ada tiga yaitu memaksa, membatasi dan menggunakan
makanan sebagai hadiah. Beberapa literatur mengidentifikasi pola
makan dan perilaku orang tua seperti memonitor asupan nutrisi,
membatasi jumlah makanan, respon terhadap pola makan dan
memperhatikan status gizi anak (Karp et al, 2014).
Pola pemberian makan anak harus dengan usia anak supaya tidak
menimbulkan masalah kesehatan (Yustianingrum dan Adrani, 2017).
Berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG), umur dikelompokkan
menjadi 0-6 bulan, 7-12 bulan, 1-3 tahun, dan 4-6 tahun dengan tidak
membedakan jenis kelamin. Takaran konsumsi makanan sehari dapat
dilihat pada tabel di bawah ini (Dapartemen RI, 2000).
19
Tabel 2.2 Takaran Konsumsi Makanan Sehari pada Anak.
Menurut (Gibney, dkk, 2004) upaya yang harus dilakukan oleh ibu
dalam memenuhi kebutuhan nutrisi balita diantaranya adalah :
1. Membuat Makanan
Ibu dapat mengolah makanan dengan memperhatikan jenis
makanan yang sesuai dengan usia anak. Ibu juga harus
menjaga kebersihan dan cara menyimpan makanan. Caranya
yaitu dengan memilih bahan makanan yang segar dan yang
sehat.
2. Menyiapkan Makanan
20
Ibu harus mengetahui cara menyiapkan makanan yang baik
dan benar sesuai dengan usia anak. Misalnya ibu
menyediakan sayur dan buah dari jenis yang berbeda.
Kemudian sajikan sesuai porsi anak, antara 3 sampai 5
mangkok setiap hari untuk menghindari defisiensi zat besi,
vitamin A, iodium hingga vitamin B. Jika ibu ingin mengolah
aneka sayur dan buah, misalnya dengan cara : digoreng,
diolah menjadi soup, hingga diolah menjadi karakter lucu dan
menarik.
3. Memberikan Makanan
Ibu harus memberikan makanan kepada balita sampai habis,
bisa dengan porsi sedikit tapi sering atau sebisa mungkin porsi
yang diberikan harus dapat habis. Ibu harus membuatnya
menjadi menarik dan dalam suasana yang mendukung tidak
sambil diburu-buru. Ibu harus responsif dalam memberikan
makan pada anak, jangan memaksakan kehendak ibu tapi
keinginan anak yang diikuti kemauannya.
3. Jadwal Makan
Jadwal makan dapat diiterprestasikan dengan frekuensi makan
sehari-hari (Priantika 2013). Jadwal makan adalah jumlah kegiatan
makan dalam sehari-hari. Frekuensi makan merupakan seringnya
23
seseorang melakukan kegiatan makan dalam sehari baik makanan
utama maupun makanan selingan. Frekuensi makan dalam sehari
terdiri dari tiga makan utama yaitu makan pagi (sebelum jam
09.00), makan siang (jam 12.00- 13.00), dan makan malam (jam
18.00-19.00). jadwal makan ini disesuaikan dengan waktu
pengosongan lambung yakni 3-4 jam sehingga waktu makan yang
baik adalah dalam rentang waktu ini sehingga lambung tidak
dibiarkan kosong terutama dalam waktu yang lama (Oktaviani
2011).
Jadwal makan meliputi makanan lengkap (full meat) dan makan
selingan(snack). Makanan lengkap biasanya diberikan tiga kali sehari
(makan pagi, makan siang dan makan malam), sedangkan makanan
selingan biasa diberikan antara makan pagi dan makan siang dan
antara makan siang dan makan malam. Lama makanan dalam
lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Jika rata-rata umumnya
lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun
menyesuaikan dengan kosongnya lambung (Oktaviani 2011).
Dalam pola makan sehari-hari kebiasaan jadwal makan sering
tidakteratur seperti terlambat makan atau menunda waktu makan
bahkan tidak makan dapat membuat perut mengalami kekosongan
dalam jangka waktu yang lama. Jadwal makan yang tidak teratur
tentunya akan dapat menyerang lambung. Jadwal makan malam juga
tidak boleh terlalu dekat dengan waktu tidur. Seseorang yang langsung
tidur setelah makan malam maka orang tersebut rentan mengalami
refluks asam lambung. Kondisi ini menyebabkan asam lambung naik
menujukerongkongan dan memicu rasa tidak nyaman (Kinanti 2014).
E. Kerangka Konsep
Ha : Ada hubungan pola pemberian makan dengan status gizi pada anak balita
di bagan percut 2020.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis Penelitian merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan rancangan
cross sectional bertujuan untuk mengetahui hubungan pola pemberian makan
dengan status gizi pada anak balita di Bagan Percut Kecamatan Percut Sei
Tuan Kabupaten Deli Serdang 2020.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan cara simple random sampling
yaitu teknik pengambilan sampel dari anggota populasi dengan cara acak
sebagai sampel peneilitian dimana terdapat kriteria inklusi dan kriteria
ekslusi sebagai berikut :
1. Kriteria Inklusi
1. Bersedia ikut dalam penelitian.
2. Memiliki anak balita tidak sedang sakit atau cacat.
3. Bisa membaca dan menulis.
2. Kriteria Ekslusi
1. Saat dilakukan kunjungan ibu tidak ada di rumah.
2. Ibu tidak bersedia dijadikan sampel.
25
26
Jumlah Sampel penelitian sebanyak 25 orang wargaDusun XVI Bagan
Percut Deli Serdang 2020.Sampel dihitung menggunakan rumus slovin
(2013) yaitu :
Keterangan :
n= Ukuran sampel/jumlah responden
N = Ukuran populasi
E = Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel
yang masih bisa ditolerir, e = 0,1
Diketahui : N = 67
e = 0,2 (20%)
Ditanya : n .. ?
Jawab : n= N/ 1+N (e)²
n = 67/1 + 67 (0,2)²
n= 67/2,68
n=25 orang
C. Tempat/Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Dusun XVI Bagan Percut Kecamatan Percut
Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang 2020.
27
D. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-September Tahun 2020.
E. Definisi Operasional
F. Aspek Pengukuran
1. Pola Pemberian Makan
Untuk mengukur pola pemberian makan menggunakan lembar
kuisioner dari kuesioner Child Feeding Questionnaire (CFD) (Camci,
Bas and Buyukkaragoz, 2014). Kuisioner yang digunakan dalam
28
penelitian memiliki 15 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan memiliki
pilihan jawaban dengan skor 1 sampai 4.
Skor 1 untuk jawaban responden yang memilih jawaban tidak
pernah.
Skor 2 untuk jawaban responden yang memilih jawaban jarang.
Skor 3 untuk jawaban responden yang memilih jawaban sering.
Skor 4 untuk jawaban responden yang memilih jawaban sangat
sering.
Item pertanyaan terdiri dari jenis makanan (1, 2, 3, 4, 5), jumlah porsi
makan yang diberikan (6, 7, 8, 9, 10) dan jadwal pemberian makan (11,
12, 13, 14, 15). Kategori pola pemberian makan diinterprestasikan
dengan kategori tidak tepat ¿55% dari skor yang didapat dan tepat 55%-
100% dari skor yang didapat. Dimana untuk mengetahui interprestasi
tersebut menggunakan rumus f/n x 100%.
2. Status Gizi
Untuk memperoleh status gizi balita dilakukan dengan membandingkan
BB/U. Peneliti akan menanyakan umur dan mengukur BB
menggunakan timbangan digital, lalu mencatat pada lembar pencatatan.
Kemudian untuk memperoleh status gizi balita dalam penelitian ini di
gunakan tabel Standar Antropometri untuk menentukan kategori gizi
buruk, gizi kurang, gizi baik dan gizi lebih. Status gizi dapat diukur,
dengan menggunakan rumus BB/U. Berdasarkan buku pemantauan
status gizi (2017) kategori status gizi balita dibagi menjadi :
Gizi baik : -1 SD sampai +3 SD
Gizi kurang : -3 SD sampai -2 SD
Gizi buruk : kurang dari -3 SD
Gizi lebih : lebih dari +3 SD
29
G. Uji Validitas dan Reabilitas
Uji coba kuesioner dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan sistemik
yang nantinya akan merusak validitas dan kualitas penelitian. Uji validitas
dan reabilitas dilakukan pada ibu yang memiliki balita. Uji validitas dalam
penelitian ini dikatakan valid jika r hitung ˃r tabel.
1. Uji Validitas
Uji validitas merupakan pengukuran dan pengamatan yang berarti
prinsip keandalan instrumen dalam pengumpulan data. Uji validitas
sangat penting untuk mengetahui ada tidaknya pertanyaan dalam
kuesioner yang kurang relavan sehingga harus diganti. Hasil r hitunf
dibandingkan dengan r tabel dimana df=n-2 dengan signifikan 5%.
Item dalam instrumen dianggap valid jika uji validitas menyatakan r
hitung ˃ dari r tabel.
2. Uji Reabilitas
Reabilitas merupakan kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila
fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam
waktu berlainan. Reabilitas berguna untuk mengetahui data yang
didapatkan sesuai dengan tujuan pengukuran. Uji reliabilitas diukur
dengan menggunakan alpha cronbach diukur berdasarkan skala alpha
cronbach 0 sampai 1.
Ukuran kemantapan alpha cronbach dapat diinterprestasikan sebagai
berikut :
1. Nilai alpha cronbach 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang
reliabel.
2. Nilai alpha cronbach 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliabel.
3. Nilai alpha cronbach 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup
reliabel.
4. Nilai alpha cronbach 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel.
5. Nilai alpha cronbach 0,81sampai dengan 1,00 berarti sangat reliabel.
H. Pengumpulan Data
Prosedur Pengumpulan Data
Adapun prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut
31
1) Sebelum melakukan penelitian peneliti melakukan uji etik
keperawatan.
2) Setelah itu, mendapatkan rekomendasi izin pelaksanaan penelitian
dari institusi program studi farmasi dan ilmu kesehata USM-
Indonesia.
3) Membawa surat rekomendasi penelitian ke Kepala Desa Bagan
Percut.
4) Setelah mendapat izin dari kepala desa Bagan Percut 2020,
peneliti melaksanakan pengumpulan data peneliti.
5) Peneliti melakukan pengambilan sampel di Desa Bagan Percut.
6) Peneliti akan memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan
manfaat dan prosedur penelitian.
7) Setelah memahami tujuan dan manfaat penelitian, calon
responden di minta persetujuannya sebagai kesediaan menjadi
responden peneliti.
8) Responden diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
di berikan penelit. Serta peniliti melakukan penimbangan dan
mengukur panjang badan pada balita tersebut.
9) Peneliti kemudian mengumpulkan data.
I. Pengolahan Data
Pengolahan data adalah bagian dari penelitian setelah pengumpulan data.
Pada tahap ini data mentah atau raw data yang telah dikumpulah dan diolah
atau dianalisis sehingga menjadi informasi. Setelah semua data terkumpul,
maka dilakukan pengolahan data melalui beberapa tahap:
1. Editing
Editing atau penyuntingan data adalah tahapan dimana data yang sudah
dikumpulkan dari hasil pengisian kuesioner disunting kelengkapan
jawabannya. Jika pada tahapan penyuntingan ternyata ditemukan
32
ketidaklengkapan dalam pengisian jawaban, maka harus melakukan
pengumpulan data ulang.
2. Coding
Jenis Kelamin :
1 = Laki-laki
2 = Perempuan
Usia :
1 = 1 Tahun
2 = 2 Tahun
3 = 3 Tahun
4 = 4 Tahun
5 = 5 Tahun
Status Gizi :
1 = Gizi Baik
2 = Gizi Kurang
1 = Tidak Pernah
2 = Jarang
3 = Sering
33
4 = Sangat Sering
3. Entry data
J. Etika Penelitian
Selama penelitian, responden dilindungi daengan memperhatikan aspek-aspek
self determination, privacy and anonmymity, benefience maleficience, justice
(Polit & Beck, 2013). Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan dengan menekankan masalah etika sebagai berikut :
3. Kebaikan (Benefience)
Benefience merupakan prinsip etik yang mementingkan keuntungan, baik bagi
peneliti maupun responden sendiri. Peneliti ini menjelaskan kepada responden
tentang manfaat peneliti.
K. Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisa univariat menjelaskan variabel usia, jenis kelamin dan berat
badan responden, status gizi, pola makan balita digunakan untuk
mendeskripsikan karakteristik dari variabel independen dan variabel
dependen. Keseluruhan data yang ada dirubah dan diujikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat menjelaskan hubungan pola pemberian makan dengan
status gizi pada anak balita di Bagan Percut Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang.
35
Statistik bivariat digunakan untuk melihat hubungan (korelasi) antara
variabel independen dengan variabel dependen. Membuktikan adanya
hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan variabel
dependen digunakan chiuji-square melalui tabulasi silang. Batas
kemaknaan perthitungan statistik p value (0,05). Apabila hasil
perhitungan menunjukkan nilai p¿p value (0,05) maka dikatakan (Ho)
ditolak, artinya kedua variabel secara statistik mempunyai hubungan
yang signifikan
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan mempunyai luas 190,79 Km2 yang
terdiri dari 18 Desa dan 2 Kelurahan. 5 Desa dari wilayah Kecamatan
merupakan Desa Pantai dengan ketinggian dari permukaan air laut berkisar
dari 10-20 m dengan curah hujan rata-rata 243 %. Perjalanan menuju
Kecamatan Percut Sei Tuan akan ditemukan suasana alam yang begitu asri
dan lumayan sejuk dengan ciri khas daerah ini. Jika ditelusuri dengan
seksama, banyak arel perumahan penduduk dengan pola-pola rumah yang
klasik, modernis dan minimalis dengan jenis rumah toko (ruko) dan rumah
sederhana.
Program yang sudah dilakukan untuk wilayah kecamatan percut sei tuan
adalah mulai dari menimbang berat badan bayi baru lahir setiap hari sabtu
pagi dan menjalankan layanan kesehatan yaitu ada posyandu lansia, posyandu
kemudian pemberian vaksin pada anak – anak setiap bulannya
2. Analisis Univariat
Analisis Univariat pada penelitian ini akan mmenjelaskan usia, jenis kelamin
dan berat badan responden, status gizi, pola makan balita
1. Tabel frekuensi usia, jenis kelamin dan berat badan responden di Bagan
Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
36
37
Tabel 4.1 Distribusi usia, jenis kelamin dan berat badan responden di Bagan
Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.
Usia (tahun)
2 5 20,0
3 7 28,0
4 9 36,0
5 4 16,0
Total 25 100
Jenis Kelamin
Laki-Laki 10 40,0
Perempuan 15 60,0
Total 25 100
Berat Badan
8 1 4,0
10 4 16,0
12 3 12,0
13 1 4,0
14 2 8,0
15 6 24,0
16 1 4,0
17 3 12,0
20 2 8,0
22 2 8,0
Total 25 100
38
Dari tabel 4.1 diatas maka dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden memiliki usia 4 tahun sebanyak 9 orang (36,0%), sedangkan usia 2
tahun sebanyak 5 orang (20,0%), usia 3 tahun sebanyak 7 orang (28,0%) dan usia
5 tahun sebanyak 4 orang (16,0%) . Mayoritas responden berjenis kelamin
perempuan sebanyak 15 orang (60,0%) sedangkan berjenis kelamin laki-laki
sebaanyak 10 orang (40,0%) . Mayoritas responden memiliki berat badan 15 kg
sebanyak 6 responden (24,0%)
2. Tabel frekuensi usia ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan pendapatan ibu
Tabel 4.2 distribusi usia ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan pendapatan ibu
Dari
Variabel Kategori Jumlah %
tabel
Pola Pemberian Makan Tepat 22 88,0
4.3
Tidak Tepat 3 12,0 diatas
Jumlah 25 100 dapat
diketahui bahwa mayoritas pola pemberian makan dalam kategori tepat sebanyak
22 responden (88,0%) sedangkan dalam kategori tidak tepat sebanyak 3
responden (12,0%)
40
4. Tabel distribusi status gizi
Gizi Lebih 0 0
Gizi Buruk 0 0
Total 25 100
Dari tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas status gizi dalam kategori
baik sebanyak 22 responden (88,0%), minoritas berada dalam kategori kurang
sebanyak 3 responden (12,0%).
3. Analisis Bivariat
Tabel 4.5 Analisa hubungan pola pemberian makan dengan status gizi
pada anak balita di Bagan Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten
Deli Serdang.
Status Gizi
Pola Pemberian
Makan Gizi Gizi Gizi Gizi PV
Baik Kurang Lebih Buruk
16 0 0 0 0,037
Tepat
6 3 0 0
Tidak Tepat
22 3 0 0
Total
41
Berdasarkan analisa statistik dengan menggunakan uji chi square dengan
tingkat kemaknaan <0,05 didapatkan hasil p=0,037. Nilai p lebih kecil dari
0,05 menandakan H1 diterima dan H0 ditolak, artinya terdapat hubungan pola
pemberian makan dengan status gizi pada anak balita di Bagan Percut
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Nilai koefisien korelasi
(r)=0,069 yang berarti menunjukan hubungan yang kuat . Nilai r bertanda
positif yang memiliki makna bahwa semakin tepat pola pemberian makannya
maka semakin baik pula status gizi balita tersebut.
B. Pembahasan
1. Pola Pemberian Makan
Pola pemberian makan yang diberikan kepada balita tersebut sudah tergolong
dalam kategori tepat yaitu sebanyak 22 responden (88,0%) dimana responden
diberikan pola yang tepat dalam makanan. Pola pemberian makanan yang
tepat disini adalah para ibu responden memberikan makan sesuai jadwal dan
sesuai usia dari balit tersebut.
Hal ini sejalan dengan penelitian (Purwani et al., 2013) dalam penelitiannya
mengatakan bahwa seorang ibu yang telah menanamkan kebiasaan makan
dengan gizi yang baik pada usia dini tentunya sangat mudah mengarahkan
makanan anak, karena dia telah mengenal makanan yang baik pada usia
sebelumnya. Oleh karena itu, pola pemberian makanan sangat penting
diperhatikan. Secara umum faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola
makan adalah faktor ekonomi, sosial budaya, agama, pendidikan, dan
lingkungan. Pola makan yang baik perlu dibentuk sebagai upaya untuk
memenuhi kebutuhan gizi dan pola makan yang tidak sesuai akan
menyebabkan asupan gizi berlebih atau sebaliknya kekurangan. Asupan
berlebih menyebabkan kelebihan berat badan dan penyakit lain yang
disebabkan oleh kelebihan gizi. Sebaliknya asupan yang kurangdari yang
dibutuhkan akan menyebabkan tubuh menjadi kurus dan rentan terhadap
penyakit.
42
Sambo et al., 2020 dalam penelitiannya juga mengatakan bahwa anak usia
prasekolah merupakan masa dimana pertumbuhan fisik dan psikologis
bertumbuh dengan pesat. Pola makan pada anak usia prasekolah berperan
penting dalam proses pertumbuahn dan perkembangan, Karena itu diperlukan
makanan yang banyak mengandung zat gizi. Jika pola makan anak tidak
tercapai dengan baik maka pertumbuhan dan perkembangan akan terhambat .
Tahapan perkembangan anak usia pra sekolah merupakan consumer pasif,
anak akan menerima asupan makan dari apa yang disediakan oleh ibunya atau
pengasuhnya. Pola pemberian makan orang tua mempengaruhi status
kesehatan anak usia prasekolah . Pola makan yang kurang tepat menyebabkan
kegemukan, keparahan penyakit, gangguan kecerdasan intelektual , anemia
perawakan pendek peningkatan risiko angka kematian dan angka kesakitan
pada anak
Pola pemberian makan yang tepat kepada balita maka akan menentukan
bagaimana status gizinya di masa yang akan mendatang, para orangtua
memakai beberapa cara agar pola makan baik dan tepat didapatkan para
balita.
2. Status Gizi
43
Status gizi yang dialami oleh balita tergolong baik sebanyak 22 balita
(88,0%) dimana para orangtua memperhatikan dalam gizi anak anaknya . Gizi
baik disini adalah Hal ini sejalan dengan penelitiann yang dilakukan (Sari,
etal, 2016) yang mengatakan bahwa anak dengan status gizi normal, namun
mempunyai pola makan yang tidak baik disebabkan karena cara pemberian
makan pada anak tidak sesuai dengan yang seharusnya, namun jumlah asupan
kalori yang dikonsumsi sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) nya
masing-masing, sehingga menghasilkan status gizi normal. Untuk pola makan
kategori kurang dengan status gizi kategori kurang terdapat 4 (5,1%)
responden. Menurut Damaiyanti dalam (Nasution et al., 2016) mengatakan
bahwa pola makan merupakan faktor yang berhubungan langsung dengan
status gizi sehingga dengan mengkonsumsi makanan yang rendah gizi
mengakibatkan kondisi atau keadaan gizi kurang.
Hubungan antara pola pemberian makan dengan status gizi balita dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara
pola pemberian makan dengan status gizi pada anak balita di Bagan Percut
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan analisa
statistik dengan menggunakan uji chi square dengan tingkat kemaknaan <0,05
didapatkan hasil p=0,037. Nilai p lebih kecil dari 0,05 menandakan H1
diterima dan H0 ditolak, artinya terdapat hubungan pola pemberian makan
dengan status gizi pada anak balita di Bagan Percut Kecamatan Percut Sei
Tuan Kabupaten Deli Serdang. Nilai p=0,037 dan koefisien korelasi (r)=0,069
yang berarti menunjukan hubungan yang kuat . Nilai r bertanda positif yang
memiliki makna bahwa semakin tepat pola pemberian makannya maka
semakin baik pula status gizi balita tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian
Priyono et al. (2015) status gizi balita stunting merupakan akumulasi dari
kebiasaan makan terdahulu, sehingga pola pemberian makan pada hari
tertentu tidak dapat langsung mempengaruhi status gizinya.Kunci
keberhasilan dalam pemenuhan gizi anak terletak pada ibu. Kebiasaan makan
yang baik sangat tergantung kepada pengetahuan dan keterampilan ibu akan
cara menyusun makanan yang memenuhi syarat zat gizi.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan pola pemberian makan
dengan status gizi pada anak balita di Bagan Percut Kecamatan Percut Sei
Tuan Kabupaten Deli Serdang.
1. Pola pemberian makan yang diberikan kepada balita tersebut sudah
tergolong dalam kategori tepat
2. Status gizi yang terdapat pada balita di daerah tersebut tergolong dalam
kategori baik
3. Hubungan antara pola pemberian makan dengan status gizi balita dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang dilakukan saat ini masih memiliki banyak kekurangan dan
keterbatasan, diantaranya sebagai berikut :
1. Masih terdapat jawaban kuesioner yang tidak konsisten menurut
pengamatan peneliti. Karena responden yang cenderung kurang teliti
terhadap penyataan yang ada sehingga terjadi tidak konsisten terhadap
jawaban kuesioner.
2. Jumlah responden yang hanya 25 orang, tentunya masih kurang untuk
menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.
C. Saran
1. Bagi responden
Ibu atau orang tua harus memperhatikan pemenuhan kebutuhan gizi anak
balita. Hal yang penting adalah pemenuhan nutrisi dengan prinsip gizi
seimbang dan beragam. Orang tua khususnya ibu yang setiap saat bersama
46
47
balita dapat memberikan gizi seimbang dengan cara menentukan jenis
makanan, jumlah makanan, dan jadwal makanan sesuai dengan kebutuhan
anak sesuai usianya.
Febry, A.B dan Marendra, Z (2008) Buku Pintar Menu Balita. Jakarta:
Wahyu Media.
Karps, S. M. Et al. (2014). Parental feeding patterns and child weigh status
for Latino preschoolers. Obesity Research & Clinical Practice. Asia Oceania
Assoc. For the study of obesity, 8(1), pp. E88-e97. Doi:
10.1016/j.orcp.2012.08.193.
Kemenkes RI. (2016). Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) Tahun 2016.
Oetoro, S. (2012) Smart Eating: 1000 Jurus Makan Pintar dan Hidup Bugar.
Jakarta: balai Pustaka.
Sutomo, B dan Anggraini, D. Y (2010) Menu Sehat Alami Untuk Batita dan
Balita. Jakarta: Demedia.
LEMBAR PERSETUJUAN
MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Hormat Saya
Hormat Saya
(Responden )
LAMPIRAN 2
KUESIONER
GAMBARAN STATUS GIZI ANAK BALITA BEDASARKAN
ANTROPOMETRI
A. Identitas IbuBalita
1. Umur.................................................tahun
2. Pendidikan : 1. TamatSD
2. SLTP
3. SLTA
4. DIII
5. S-1
3. Pekerjaan : 1.IRT
2. PNS
3. Pegawai swasta
4. Wiraswasta/Berdagang
5. Bertani/berkebun
4. Pendapatan : 1. ≥ UMK Kota Medan(Rp.2.037.000)
2. < UMK Kota Medan(Rp.2.037.000)
B. IdentitasBalita
1. TanggalLahir :
2. Jeniskelamin : [ ] Laki-laki [ ]Perempuan
3. Anakke :
buruk/kurang/baik/lebih*) Tinggi/PanjangBadan:......cm
b.BB/TB-
PB:sangatkurus/kurus/normal/ge
LAMPIRAN 3
Kuesioner Pola Pemberian Makan
Keterangan :
No Pertanyaan SS S J TP Skor
Jenis Makanan
1 Saya memberikan anak makanan
dengan menu seimbang (seperti nasi,
lauk, sayur, buah, dan susu) pada
anak saya setiap hari.
2 Saya memberikan anak makanan
yang mengandung lemak (seperti
alpukat, kacang, daging, ikan, telur,
susu) setiap hari.
3 Saya memberikan anak makanan
yang mengandung karbohidrat
(seperti nasi, umbi-umbian, jagung,
tepung) setiap hari.
4 Saya memberikan anak makanan
yang mengandung protein (seperti
daging, ikan, kedelai, telur, kacang-
kacangan, susu) setiap hari.
5 Saya memberikan anak makananyang
mengandung vitamin (buah dan
sayur) setiap hari.
Jumlah Makanan
6 Saya memberikan anak saya makan
nasi 1-3 piring/mangkuk setiap hari.
7 Saya memberikan anak saya makan
dengan lauk hewani (seperti daging,
ikan, telur) setiap hari.
8 Saya memberikan anak saya makan
dengan lauk nabati (seperti tahu,
tempe, dsb) setiap hari.
9 Anaksayamenghabiskan semua
makanan yang ada di piring/mangkuk
setiap kali makan.
10 Saya memberikan anak saya makan
buah setiap hari.
Jadwal Makan
11 Saya memberikan makanan pada
anak saya secara teratur 3 kali sehari
(pagi, siang, sore/malam)
12 Saya memberikan makanan selingan
1-2 kali sehari diantara makanan
utama.
13 Anak saya makan tepat waktu
14 Saya membuat jadwal makan tepat
waktu.
15 Saya memberikan makan anak saya
tidak lebih dari 30 menit
LAMPIRAN 4
Lembar Pencatatan BB balita
LAMPIRAN 5
SOP PENGUKURAN BERAT BADAN BALITA
LAMPIRAN 6
SURAT IJIN PENELITIAN
LAMPIRAN 7
SURAT BALASAN PENELITIAN
LAMPIRAN 8
LEMBAR KONSUL SKRIPSI
NIM : 160204091
2 Jumat, 18 Perbaiki
September 2020 penulisan dan
di BAB 4
HASIL SPSS
Status Gizi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Berat Badan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Count
Status Gizi
Tepat 16 0 16
Total 22 3 25
Chi-Square Tests
N of Valid Casesb 25
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.08.
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pendapatan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
UJI ETIK
LAMPIRAN 12
DOKUMENTASI