Oleh :
RAHMAT HIDAYAT
NIM : P07131215113
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV
GIZI
2019
@ 2019
NIM : P07131215113
Menyatakan bahwa Saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan Tugas
Timurʼʼ Apabila suatu saat nanti Saya terbukti melakukan tindakan plagiat, maka
Rahmat Hidayat
P07131215113
RIWAYAT HIDUP
Rahmat Hidayat
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala Rahmat dan Karunia-Nya
rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh predikat Sarjana Terapan
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, tidak lepas dari bimbingan dan
masukan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Magdalena A., M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
Kemenkes Banjarmasin
3. Sajiman, SKM, M.Gizi selaku Ketua Prodi DIV Jurusan Gizi Poltekkes
Kemenkes Banjarmasin
5. Semua Dosen dan staf Jurusan Gizi yang telah memberikan dorongan
6. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan moral dan
materil
7. Teman-teman tingkat IV angkatan 2015 yang telah memberikan dukungan
serta masukan
Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pihak lain yang
memanfaatkannya. Aamin.
Penulis
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
GIZI
TAHUN 2019
ABSTRAK
Skripsi
RAHMAT HIDAYAT
HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN KEBIASAAN MAKAN
DENGAN KEJADIAN DISPEPSIA PADA REMAJA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS MARTAPURA TIMUR TAHUN 2019
(Magdalena A., M.kes)
xv + 86 Halaman + 11 Tabel + 2 Gambar + 14 Lampiran
Penyakit dispepsia dapat menyerang semua kalangan usia salah satunya
yaitu remaja. Penyebab dispepsia karena pengetahuan gizi yang kurang dan
kebiasaan makan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan
pengetahuan gizi dan kebiasaan makan dengan kejadian dispepsia pada remaja di
wilayah kerja Puskesmas Martapura Timur 2019.
Jenis penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian cross
sectional. Populasi 246 orang didapat dengan rata – rata perbulan dari laporan
tahunan dan sampel berjumlah 71 orang remaja diambil dengan cara Accidental
Sampling. Analisis data mengunakan uji korelasi Rank Spearman dengan tingkat
kepercayaan 95% (α = 0,05)
Hasil penelitian menunjukkan 54,9% pengetahuan gizi dengan kategori
cukup, 63,4% kebiasaan makan dengan kategori teratur dan tidak terjadi
dispepsia 62%. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dan
kebiasaan makan dengan kejadian dispepsia pada remaja di wilayah kerja
Puskesmas Martapura Timur tahun 2019.
Remaja diharapkan harus secara sadar menerapkan kebiasaan makan yang
baik agar menurunkan angka kejadian penyakit dispepsia dan menambah
wawasan tentang pengetahuan gizi untuk dapat memilih makanan yang baik dan
benar.
Kata Kunci : Pengetahuan Gizi dan Kebiasaan Makan dengan Kejadian
Dispepsia pada remaja
Referensi : 112 ( 1997 – 2018 )
MINISTRY OF HEALTH OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
BANJARMASIN HEALTH POLITECHNIC
NUTRITION
2019
ABSTRACT
Undergraduated Thesis
RAHMAT HIDAYAT
RELATIONSHIP OF NUTRITIONAL KNOWLEDGE AND FOOD
HABITS WITH DISPEPSIA EVENT IN ADOLESCENTS IN THE
WORKING AREA OF COMMUNITY HEALTH CENTER, MARTAPURA
TIMUR IN 2019
(Magdalena A., M.kes)
xv + 86 Pages + 11 Tables + 2 Images + 14 Attachments
Dyspepsia can affect all ages, one of them is teenagers. Causes of
dyspepsia due to lack of knowledge of nutrition and eating habits. The aim of the
study was to determine the relationship between knowledge of nutrition and
eating habits with the incidence of dyspepsia in adolescents in the work area of
the East Martapura Health Center in 2019.
This type of observational analytic study with cross sectional study design.
The population of 246 people was obtained on average per month from the annual
report and a sample of 71 adolescents was taken by means of accidental sampling.
Data analysis using Spearman Rank correlation test with a confidence level of
95% (α = 0.05)
The results showed 54.9% of nutrition knowledge with sufficient
categories, 63.4% of eating habits with regular categories and no dyspepsia 62%.
There is a significant relationship between knowledge of nutrition and eating
habits with the incidence of dyspepsia in adolescents in the work area of
Martapura Timur Health Center in 2019.
Adolescents are expected to consciously apply good eating habits in order
to reduce the incidence of dyspepsia and add insight into nutritional knowledge to
be able to choose good and right foods.
Keywords : Nutritional Knowledge and Eating Habits with Dyspepsia in
adolescents
References : 112 (1997 - 2018)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................iii
ABSTRAK............................................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Dispepsia ................................................................................................ 11
1. Pengertian ......................................................................................... 11
2. Klasifikasi ........................................................................................ 12
3. Etiologi ............................................................................................. 13
4. Fatofisiologi ..................................................................................... 14
6. Pencegahan ....................................................................................... 23
1. Pengertian ......................................................................................... 31
1. Pengertian ......................................................................................... 38
D. Remaja.................................................................................................... 40
1. Pengertian ......................................................................................... 40
E. Kerangka Teori....................................................................................... 43
2. Definisi Operasional......................................................................... 48
1. Pengolahan Data............................................................................... 51
A. Kesimpulan ............................................................................................ 85
B. Saran ....................................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 5.7 Distribusi Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Kejadian Dispepsia ...... 61
Tabel 5.8 Distribusi Hubungan Kebiasaan Makan dengan Kejadian Dispepsia ...... 62
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kematian PTM meningkat dari 37% di tahun 1990 menjadi 57% di tahun
2015. Salah satu PTM yang paling sering ditemukan dalam praktik sehari
masa dewasa. Pada periode ini, terjadi perubahan pada hidup individu baik secara
biologi, psikologi maupun sosial. Masa remaja dimulai sejak usia 10 hingga 19 tahun,
dan merupakan salah satu masa transisi yang kritis sepanjang kehidupan manusia
sebesar 29% dari penduduk dunia adalah usia remaja, dan 80% diantaranya tinggal di
negara berkembang.
(tidak termasuk keluhan refluks) dimana hanya 5% dari jumlah penderita tersebut
pergi ke dokter pelayanan primer. Di Inggris terdapat 21% penderita terkena dispepsia
dimana hanya 2% dari penderita yang berkonsultasi ke dokter pelayanan primer. Dari
seluruh penderita yang datang ke dokter pelayanan primer, hanya 40% di antaranya
dirujuk ke dokter spesialis (Wong et al., 2002). Berdasarkan data tersebut bahwa 95%
tidak pergi ke dokter. Pembiaran atau pengabaian pada kejadian sindrom dispepsia
terjadi mungkin saja karena mereka menganggap bahwa hal tersebut hanyalah hal
ringan yang tidak berbahaya; atau bisa saja pembiaran tersebut terjadi karena tingkat 2
fungsional lebih sering dijumpai pada kelompok umur yang lebih muda, prevalensi
dispepsia di Jepang 13% untuk kelompok umur di bawah 50 tahun dan 8% untuk usia
di atas 50 tahun, di Cina prevalensi terbanyak pada kisaran umur 41 – 50 tahun, dan di
Mumbai, India dispepsia ditemukan terbanyak pada umur lebih dari 40 tahun (Kumar
et al., 2012).
Menurut profil data kesehatan Indonesia tahun 2010 yang diterbitkan oleh
Depkes RI pada tahun 2011, dispepsia termasuk dalam 10 besar penyakit rawat inap
pada urutan ke – 5 dengan kejadian kasus sebesar 9.594 kasus pada pria dan 15.122
kasus pada wanita. Sedangkan untuk penyakit rawat jalan tahun 2010, dispepsia
berada pada urutan ke – 6 dengan angka kejadian kasus sebesar 34.981 kasus pada
pria dan 53.618 kasus pada wanita, jumlah kasus baru sebesar 88.599 kasus.
Pasien dispepsia yang memiliki gejala nyeri perut bagian atas, cepat kenyang,
rasa penuh, rasa terbakar dan panas di dada, kembung dan mual sangat berpengaruh
terhadap status gizinya. Gejala tersebut yang mempengaruhi nafsu makan pada pasien
dispepsia. Sehingga pasien dispepsia enggan makan atau tidak habis dengan porsi
makan normal (Filipovic, 2011). Pasien dengan penyakit dispepsia harus menjalan
diet untuk mengontrol kadar natrium dan kalium. Pengetahuan dapat diperoleh dari
pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain dan lingkungan.
Pengetahuan merupakan media pembentukan karakter seseorang dimana yang
yang lebih tinggi memiliki kesempatan dan peluang lebih besar untuk hidup sehat.
pasien di Rs.M. Djamil Padang tahun 2013 didapatkan pengetahuan pasien tentang
penyakit dispepsia rendah (65%), pengetahuan sedang (20%) dan pengetahuan tinggi
(15%).
Dari hasil penelitian Syagriani dosen STIKes Tuanku Tambusai Riau (2015),
faktor pendidikan. Terbukti dari hasil peneltian didapatkan bahwa responden sebagian
besar berada pada kategori pendidikan dasar. Tinggi rendahnya pendidikan erat
Menurut (Suparyanto, 2012) pola makan yang baik dan teratur merupakan
salah sati penatalaksaaan dyspepsia dan juga merupakan tindakan preventif mencegah
sebagai upaya untuk mempernaikki kondisi pencernaan lambung. Hasil ini sesuai
sekresi cairan asam lambung (Djojoningrat, 2009). Pola makan berhubungan dengan
jenis makanan dan keteraturan dalam waktu makan. Selain jenis-jenis makanan yang
dikonsumsi, ketidak teraturan makan seperti kebiasaan makan yang buruk, tergesa-
gesa, dan jadwal makan yang tidak teratur dapat menyebabkan dispepsia (Eschleman,
Keluhan dispepsia fungsional banyak didapatkan pada umur yang lebih muda.
Dispepsia fungsional merupakan masalah yang sering timbul pada remaja putri.
yang dilakukan pada remaja umur 14-17 tahun, remaja putri lebih banyak menderita
dispepsia fungsional yaitu 27% dibandingkan dengan remaja laki - laki hanya 16%
(Reshetnikov, 2007). Dijelaskan juga pada hasil penelitian besarnya angka kejadian
sindroma dispepsia fungsional pada remaja putri dikarenakan pola makannya yang
sebagian tidak teratur. Pada penelitian yang dilakukan Annisa (2009), pada remaja
putri di SMA Plus Al-Azhar Medan didapat angka kejadian sindroma dispepsia
sebesar 64,4%.
seperti kurang memperhatikan makanan yang dikonsumsi, baik pola maupun jenis
oleh Reshetnikov (2007), jeda antara jadwal makan yang lama dan ketidakteraturan
dengan kejadian sindroma dispepsia adalah ketidakteraturan makan. Selain itu, jenis
makanan seperti makanan yang mengandung asam ataupun dengan kadar lemak yang
kebiasaan makan buruk hingga 46%. Pasien cenderung memiliki kebiasaan makan
yang buruk seperti jatwal makan yang tidak teratur, makan tergesa-gesa, sering
menunda-nunda, melewatkan jam makan dan tidak habis dengan porsi normal
(Filipovic, 2011) Penelitian yang dilakukan Devi Andryani Bare, dkk (2012)
dengan kejadian dispepsia pada pasien rawat jalan usia 20 – 40 tahun. Kemudian
Reshetnikov et al. (2007) kepada 1562 orang dewasa, jeda jatwal makan yang lama
dan tidak teratur makan juga berkaitan dengan gejala dispepsia (Firman, 2009),
namun ada juga penelitian yang dilakukan susanti (2011) menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan antara jeda waktu makan dan kebiasaan sarapan pagi dengan gejala
dispepsia.
kalimantan selatan tahun 2018, pada tahun 2014 dispepsia termasuk dalam 10
penyakit tertinggi pada urutan ke – 6 dengan kejadian kasus sebesar 20.085 kasus.
Pada tahun 2015 kejadian kasus dispepsia mengalami peningkatan dengan kejadian
kasus sebesar 23.679 kasus. Pada tahun 2016 kejadian dispepsia mengalami
penurunan dengan kejadian kasus sebesar 15.279 kasus dan pada tahun 2017 kasus
kejadian dispepsia sebanyak 18.655 kasus sedangkan laporan yang diperoleh dari
dinas kabupaten banjar pada tahun 2017 terdapat 7.620 kasus dispepsia dan termasuk
tertinggi nomer 1 kasus dispepsia di wilayah provinsi kalimantan selatan, jadi untuk
dispepsia berada di urutan ke-3 penyakit tertinggi pada tahun 2017 dengan 2.947
kasus, jadi sekitar 38,67% kasus dispepsia di wilayah kabupaten Banjar terletak di
wilayah kerja puskesmas Martapura Timur yaitu kebiasaan makan yang tidak teratur
dikarenakan sering menunda-nunda jadwal makan, melakukan diet yang kurang tepat,
serta latar belakang pengetahuan menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya
akan menyebabkan penyakit asam lambung, gastritis, maag akut, dan kebutuhan
?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
pendidikan ).
remaja.
remaja.
D. Manfaat Penelitian
Bagi peneliti lain bisa menjadi sumber referensi dan pengetahuan untuk
2 Novita Hubungan pola Perbedaan pada variabel bebas yaitu pengetahuan gizi dan kebiasaan Variabel yang terikat
Kurniati makan dengan maka kejadian dispepsia
Nasution kejadian sindrom
(2015) dispepsia Tempat fakultas kesehatan masyarakat universitas sumatera utara Rancangan penelitian
mahasiswa sedangkan yang akan diteliti di wilayah kerja puskesmas martapura pada penelitian ini
fakultas kesehatan timur menggunakan
masyarakat analitik observasional
universitas Sasaran remaja dispepsia di wilayah kerja puskesmas martapura timur
sumatera utara
Analisis data menggunakan uji chi squarei sedangkan yang diteliti
menggunakan uji rank spearman
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DISPEPSIA
1. Pengertian
berupa keluhan nyeri, perasaan tidak enak perut bagian atas yang
menetap atau episodik disertai dengan keluhan seperti rasa penuh saat
heartburn, regurgitasi.
berbahan susu dan efek samping kafein alkhol atau obat (Herman,
2004).
2. Klasifikasi
b. Gastritis b. Keganasan
steroid d. Kehamilan
c. Digitalis sistemik
Hepato-bilier a. Dispepsia
a. Hepatitis fungsional
c. Digitalis iritatif
d. Keganasan
e. Disfungsi sphineter
Odli
Sumber : Annisa (2009, dikutip dari Buku Ajar Ilmu Penyakit
dalam, 2001)
4. Patofisiologi
diantaranya :
asam lambung dapat terjadi akibat pola makan yang tidak teratur.
Pola makan yang tidak teratur akan membuat lambung sulit untuk
beradaptasidalam pengeluaran sekresi asam lambung. Jika hal ini
(Rani, 2011)
b. Dismotilitas Gastrointestinal
c. Hipersensitivitas visceral
dispepsia fungsional sudah timbul rasa nyeri atau rasa tidak nyman
pada di perut pada inflasi balon dengan volume yang lebih rendah
f. Helicobacter pylori
g. Diet
coklat, paprika, buah jeruk, dan ikan (Chan & Burakoff, 2010)
h. Faktor psikologis
(Djojoningrat, 2009).
adalah :
a. Usia
faktor prilaku dan pola makan. Pada umur tua 50% disebabkan
b. Jenis kelamin
tidak teratur dan pada wanita sering menjalankan program diit yang
c. Pendidikan
potensi peribadinya, yaitu tohani (pikir, rasa, cipta dan budi nurani).
sakit (Harahap, 2010). Hal ini didukung oleh penelitia Mushtaq, et al.
d. Pekerjaan
yang memiliki pekerjaan, dengan resiko 2,1 kali lebih besar. Stress
Semakin tinggi beban kerja, lama jam kerja, dan posisi jabatan
e. Kebiasaan Merokok
20puluh batang memiliki resiko 1,55 kali dari bukan perokok untuk
f. Pola makan
2009)
6. Pencegahan
a. Pencegahan Primordial
b. Pencegahan Primer
c. Pencegahan Sekunder
d. Pencegahan tersier
2009)
a) Frekuensi Makan
Frekuensi makan yang baik idealnya adalah makan tiga kali sehari
pagi, makan siang, dan makan malam dan disertai dengan selingan.
b) Jadwal Makan
secara wajar dan alamiah, artinya pola maka harus sesuai dengan
lambung setiap saat dalam jumlah kecil. Setela 4-6 jam sesudah
terpakai sehingga tubuh akan merasa lapar dan saat itu jumlah asam
untuk tanda dan gejala dispepsia dan pedoman 2013 untuk penyakit
makan khusus untuk kedua kondisi tersebut karena tidak ada cukup
a. Makanan Berlemak
lebih lama dari makanan lain sebelum masuk ke saluran usus. Hal
b. Makanan Pedas
dan sakit maag. Seperti yang dirangkum dalam tinjauan Maret 2015
c. Makanan Asam
bahwa makanan asam seperti jus jeruk, saus tomat atau soda
d. Coklat
dispepsia.
f. Kacang
kembung.
macam makanan dispepsia yang bisa ada ketahui untuk anda hindari
segera.
B. Pengetahuan Gizi
1. Pengertian
zat gizi, sumber –sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman
makanan yang baik agar zat gizi dalam makanan tidak hilang serta
konsumsi sehari – hari dengan baik dan memberikan semua zat gizi
baik atau status gizi optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cuukup
zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Status gizi kurang terjadi apabila
Sedangkan status gizi lebih terjadi apabila tubuh memperoleh zat gizi
membahayakan.
Baik > 80 %
Cukup 60 – 80 %
dyspepsia.
Dari hasil penelitian Syagriani dosen STIKes Tuanku Tambusai
dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula
formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.
aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang
seseorang.
individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena
adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai
menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak
C. Pola Makan
sehari – hari yang tidak dapat dihindari oleh manusia karena setiap
1. Kebiasaan Makan
a. Pengertian
pengaruh media.
Dari segi gizi, kebiasaan makan yang baik adalah yang dapat
sehat adalah tiga kali dalam sehari dengan porsi besar. Kebiasaan
D. REMAJA
1. Pengertian
2013).
tinggi badan pada perempuan tercapai usia 12,9 dan 12,1 tahun,
sementara pada laki-laki 14,3 dan 14,1 tahun. Selain itu pada remaja
2. Kategori Remaja
menjadi remaja awal, dengan rentang usia 11-14 tahun dan masa
remaja, yaitu
teman sejenis.
b. Remaja Tengah (middle adolescence) : usia 15-17 tahun,
depan.
Sosial Ekonomi :
Pengetahuan,
pendidikan, Uang saku,
Kebiasan makan
Kejadian Dispepsia
Faktor Psikologis (stres) Pada Remaja
Kebiasaan Merokok
Penyakit gangguan
pencernaan :
Gastritis,
ulkuspeptikum,
stomach cancer,
gastroesop
hangealreflux disease,
hyperacidity, dll
A. Kerangka Konsep
Pengetahuan Gizi
Kejadian Dispepsia
Kebiasaan Makan
B. Hipotesis Penelitian
2019.
METODE PENILITIAN
A. Jenis Penelitian
remaja.
Desain penelitian ini adalah cross sectional yaitu Jenis penelitian ini
1. Populasi
246 orang didapat dengan rata – rata perbulan dari jumlah total kejadian
yang kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat sesuai dengan konteks
2010)
N
n = 1+𝑁(𝑑)2
Keterangan :
n : besar sampel
N : besar populasi
1. Variabel Penelitian
ukuran yang dimiliki atau didapat oleh satuan penelitian tentan suatu
sebagai berikut :
penyakit dispepsia.
2. Definisi Operasional
1. Jenis Data
a. Data primer
hasil pengujian.
2. Pengetahuan gizi
3. Kebiasaan makan
b. Data sekunder
data.
a. Data Primer
1. Persiapan Penelitian
2. Melaksanakan penelitian
3. Menggumpulkan data
menggunakan kuesioner.
1. Pengolahan data
a. Editing
yakni :
berisi data yang telah diberi kode sesuai analisis yang dibutuhkan,
2) Dispepsia
Timur.
c. Data pengetahuan gizi
1. Baik : >80%
2. Cukup : 60-80%
3. Kurang : <60%
atau (d). Skor tertinggi tiap pertanyaan adalah 4 dan nilai terendah
2. Analisis data
a. Analisis Univariat
umur)
b. Analisis Bivariat
Rumus :
6 ∑ 𝑑𝑖 2
𝑟𝑠 = 1 −
𝑛 (𝑛2 − 1)
Keterangan
terikat.
terikat.
variabel terikat.
sebagai berikut :
HASIL PENELITIAN
adalah 47 km2.
7 Keramat 300 5
9 Mekar 467 4
10 Melayu 726 6
13 Pekauman 713 3
Total 9479 86
Sumber : Data Kecamatan Martapura Timur Kabupaten Banjar
Desember 2018
Astambul
Martaputa 1
Martapura 2
Sungai Rangas
adalah
b. TK sebanyak : 11 buah
Timur
a. Pustu
b. Poskesdes
d. Posyandu Usila
Tingkat
No Nama Posyandu Perkembangan Alamat
Usila Postandu
1. Mekar Dasar Mekar
2. Keramat Baru Dasar Keramat Baru
3. Tambak Anyar Ilir Dasar Tambak Anyar Ilir
4. Tambak Anyar Dasar Tambak Anyar
5. Tambak Anyar Dasar Tambak Anyar
6. Tambak Anyar Ulu Dasar Tambak Anyar
7. Antaran Senor Dasar Ulu
8. Melayu Ulu Dasar Antaran Senor
9. Melayu Tengah Dasar Melayu Ulu
10. Melayu Ilir Dasar Melayu Tengah
11. Akar Baru Dasar Melayu Ilir
12. Akar Begantung Dasar Akar Baru
13. Dalam Pagar Dasar Akar Begantung
14. Sungai Kitano Dasar Dalam Pagar
15. Keramat Dasar Sungai Kitano
16. Pematang Baru Dasar Keramat
17. Pematang Baru Dasar Pematang Baru
18. Pematang Dalam Dasar Pematang Baru
19. Pekauman Dasar Pematang Dalam
20. Pekamuan ulu Dasar Pekauman
Pekamuan ulu
e. Posbindu
1. Identitas Responden
a. Umur
Umur N %
13 – 14 tahun 9 12,6
15- 17 tahun 27 38,1
18 - 21 tahun 35 49,3
Total 71 100
Sesuai tabel 5.1 diketahui di Wilayah Kerja Puskesmas
49,3%.
b. Jenis Kelamin
yaitu jenis kelamin pada remaja dapat dilihat pada tabel berikut :
c. Pendidikan
Pendidikan n %
SMP / Pesantren 22 31
SMA / Pesantren 36 50,7
Kuliah 13 18,3
Total 71 100
Sesuai tabel 5.2 diketahui di Wilayah Kerja Puskesmas
50,7%.
2. Pengetahuan Gizi
54,9%.
3. Kebiasaan Makan
63,4%.
4. Kejadian Dispepsia
Kejadian Dispepsia
Pengetahuan
Tidak Terjadi Dispepsia Terjadi Dispepsia Jumlah
Gizi
n % n % n %
Baik 8 11,3 4 5,6 12 16,9
Cukup 33 46,5 6 8,5 39 54,9
Kurang 3 4,2 17 23,9 20 28,2
Jumlah 44 62 27 38 71 100
P = 0.000 r = 0.459 α =
0.05
Kejadian Dispepsia
Kebiasaan Tidak Terjadi
Terjadi Dispepsia Jumlah
Makan Dispepsia
n % n % n %
Teratur 38 53,5 7 9,9 45 63,4
Tidak teratur 6 8,5 20 28,2 26 36,6
Jumlah 44 62 27 38 71 100
P = 0.000 r = 0.609 α =
0.05
2019
Kebiasaan Makan
Teratur skor Tidak teratur
Pengetahuan Gizi Jumlah
32,6 - 52 skor 13 - 32,5
n % n % n %
Baik 9 12,7 3 4,2 12 16,9
Cukup 31 43,7 8 11 39 54,9
Kurang 5 11,1 15 21 20 28,2
Jumlah 45 63,4 26 36,6 71 100
P = 0.000 r = 0.416 α =
0.05
PEMBAHASAN
1. Umur
2. Jenis Kelamin
stes, pola makan sering tidak teratur dan pada wanita sering
3. Pendidikan
tiga yaitu, dasar (SD/MI atau bentuk lain sederajat serta SMP / MTS),
untuk belajar atau mengkali ilmu pengetahuan agama kepada kiai atau
pesantren modern.
diperoleh.
4. Pengetahuan Gizi
warnet.
(Notoatmodjo 2010).
gizi, sanitasi dan pengetahuan yang terkait dengan pola makan lainnya
(Handayani, 2004).
5. Kebiasaan Makan
sehari dan selingan 2x sehari dengan pola makan pagi, siang, malam
dan selingan di jam istrahat sekolah dan sore. Sedangkan untuk remaja
pertama istrhat sekolah dan sore atau malam hari dikarenakan remaja
pagi.
makan tiga kali dalam sehari. Berdasarkan hasil uji statistik Mann-
pada contoh yang dispepsia sebesar 21.1% daripada contoh yang non
dan tidak pernah) paling tinggi pada contoh yang dispepsia yaitu
dyspepsia
6. Kejadian Dispepsia
sindrom (kumpulan gejala atau keluhan) yang terdiri dari nyeri atau
Keluhan ini tidak selalu ada pada setiap penderita. Bahkan pada
baik dari segi jenis keluhan maupun kualitas keluhan. Jadi, dispepsia
2013).
bahwa apabila pengetahuan gizi yang cukup dan baik maka akan
dispepsia.
2015.
besar tidak terjadi dispepsia begitu pula dengan kebaisaan makan pada
dispepsia.
pola makan yang baik dan teratur merupakan salah satu dari
meningkat pada waktu pagi, yaitu jam 07.00-09.00. Ketika siang hari
berada dalam kondisi normal dan melemah pada waktu malam hari
jam 07.00-09.00 malam dan jeda waktu makan yang baik berkisar
antara 4-5 jam. Jeda waktu makan yang lama dapat mengakibatkan
sindroma dispepsia.
bahwa apabila Pengetahuan gizi yang cukup dan baik maka akan
bantuan SPSS Versi 13.0 diperoleh nilai r hitung lebih besar dari r
kurang dari 0,05 (0,000 < 0,05). Sedangkan koefisien korelasi yang
Yogyakarta diterima.
konsumsi pangan.
BAB VII
A. Kesimpulan
dan r = 0.456.
dan r = 0.609.
0.416.
B. Saran
1. Bagi Puskesmas
2. Bagi Remaja
pada remaja.
DAFTAR PUSTAKA
Agnes Grace Florance (2017). Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Pola Konsumsi
Dengan Status Gizi Pada Mahasiswa Tpb Sekolah Bisnis Dan Manajemen
Institut Teknologi. Bandung
Almatsier S, 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Arisman, 2004. Gizi Dalam Dasar Kehidupan : Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Aritonang, Irianto, 2012. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Jakarta: CV. Yrama Widya.
Baliwati, Y.F, dkk, 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Bangun, 2002. Pengetahuan menjadi tolak titik dalam perubahan sikap dan gaya
hidup. Jakarta: Argo Media Pustaka
Bytzer P, 2009. Dyspepsoa as an Adverse Effect of Drugs. In: Best Practice &
Research Clinical Gastroenterology. Elsevier: 109-120.
Cahyano SB, 2014. Tatalaksana Klinis di Bidang Gastro dan Hepatologi. Jakarta:
Sagung Seto.
Carvalho, R.V.B., Lorena, S.L.S., Almeida, J.R.S., Mesquita, M.A., 2009. Food
Intolerance, Diet Composition, and Eating Patterns in Functional
Dispepsia Patients. Springer.
Chang L, 2006. The Rome Criteria for the Functional Gastroinstestinal Disorder.
World Journal of Gastroenterology 885:898. http://www.medscape.com.
Diakses pada tanggal 12 September 2018.
Declan Wash. T, 2001. Kapita Selekta Penyakit dan Terapi. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Djojoningrat, D., 2009. Dispepsia Fungsional Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid 1. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Friedman M, 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, dan Praktek.
Jakarta: EGC.
Ganong WF, 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi ke-22. Jakarta: EGC.
Grace, A, P & Borley, R. N. 2006. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jkarta:
Erlangga.
Haekal M, 2012, Jenis Sindrom Dispepsia Dengan Status Gizi Bagian Ilmu
Penyakit RSUD dr. Zaenal Abidin Banda Aceh. Skripsi. Nanggroe Aceh
Darussalam : UNSYIAH.
Iping S, 2004. Metode Makan Kuantitatif Cata Mutakhir Untuk Langsung dan
Sehat. Jakarta: Puspa Swarta, 17-18.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Definisi Kata. Kbbi.web.id Diakses pada
tanggal 18 September 2018.
Karina, BR, Widyo PH, Yuwono A. 2013. Perancangan Buku Visual Grafis
tentang Pola Makan Food Combining. http://www.books.google.com.
Diakses pada tanggal 12 Septembet 2018.
Khomsan A, 2002. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Bogor: Jurusan Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Bogor: Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
Khomsan (2004). Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Krause M, 2002. Food, Nutrition, & Diet Therapy. W.B. Saunders Company.
Philadelpia.
Li, M., Lu, B., Chu, L., Zhou, H., Chen, M., 2014. Prevalence and
Characteristics of Dyspepsia Among College Students in Zhejiang
Province. In: World Journal of Gastroenterology. Baishideng Publishing
Group Co: 3649-3645.
Massarrat S, 2008. Smoking and Gut. In: Archives of Iranian Medicine, Volume
11. Arch Irian Med: 293-305
Harahap Mu, Shahid U, Abdullah HM, Seed A, Omer F, Shad MA, Siddiqui AM,
Akram J, 2011. Urban-rural inequities in knowledge, attitudes and
practices regarding tuberculosis in two districts of Pakistan’s Punjab
province. Int J Equity Health.
Http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21294873. Diakses pada tanggal 15
September 2018.
Nasution KN, dkk, 2015. Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Sindrom
Dispepsia Pada Mahasiswa Fkultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara Tahun 2015. Skipsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Prince dan Wilson, 2006. Patofiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi
6. Jakata : EGC.
Purtiantini (2010). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Pemilihan
Makanan Jajanan Dengan Perilaku Anak Memilih Makanan di SDIT
Muhammadiyah Al Kautsar Gumpang Kartasura. Surakarta: Prodi S-1
Ilmu Gizi Universitas Muhammadiah Surakarta.
Rani AA, 2011. Jam Piket Tubuh Manusia. Yogyakarta: DIVA Press
Rani (2015). Hubungan Pola Makan Dengan Sindroma Dispepsia Remaja Putri
Di Smp Negeri I Karya Penggawa Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2013.
Yogyakarta
Ratri Penny Awianti (2016). Hubungan antara Sarapan Pagi dengan. Sindrom
Dispepsia pada Remaja SMP N 16. Surakarta
Riyadi, H 2004. Penilaian Status Gizi Dalam Pengantar Pangan dan Gizi.
Penebar Swadaya. Jakarta
Sinn et al, 2010. Relationship Between Diet and Dyspepsia Syndrome. Jurnal Asia
Tenggara
Soedomo, Hadi, 2008. Pendidikan (Suatu Pengantar). Surakarta: Lembaga
Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan Peretakan
UNS (UNS Press).
Soekirman, 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Syafriani, (2015). Hubungan Tidak Sarapan Pagi, Jenis Makanan dan Minuman
yang Memicu Asam Lambung dengan Kejadian Dispepsia pada Remaja
usia 15 – 19 tahun di Desan Tambang. Riau : Tambusai
Taringan CJ, 2003. Perbedaan Depresi pada Pasien Dispepsia Fungsional dan
Dispepsia Organik. Medan: Bagian Psikiatri, Fakultas Kedokteran,
Univeristas Sumatera Utara.
Uleng, AST., Jayalangka, A., Hawaidah, Patellongi, I., 2011. Hbungan Derajat
Ans dengan Dispepsia Organik.
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/2eb17594ee3e7559a1d9e2a420fb329pdf.
Diakses pada tanggal 15 september 2018.
Verawati, 2013. Hubungan Pengeetahuan dan Tingkat Stres pada Pasien Rs. M
Djamil Padang. Sumatera Barat
Worhington, 2010. Nutrition Throughout the life cycle. Mc Graw Hill Company.
USA
Yu, J., et al., 2013. Gastrointestinal Sympotoms and Associated Factors in
Chinese Patient with Functional Dyspepsia. In: World Jurnal
Gastroenterology. Baishideng: 5357-5364
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Nama :
Umur :
Alamat :
Dengan pernyataan ini dibuat tanpa adanya paksaan dari pihak manapun
dan Saya berhak menuntut atas kerahasiaan informasi yang Saya berikan.
Banjarbaru,
2019
Frekuensi Makan
Jadwal Makan
7. Apakah Anda sarapan pagi pada pukul 07.00 – 09.00 setiap harinya ... ?
a. Ya, rutin setiap hari
b. Sering ( 3 – 6 kali seminggu )
c. Jarang ( < 3 kali seminggu )
d. Tidak pernah
8. Apakah Anda mengkonsumsi cemilan pagi sekitar pukul 10.00 setiap harinya
... ?
a. Ya, rutin setiap hari
b. Sering ( 3 – 6 kali seminggu )
c. Jarang ( < 3 kali seminggu )
d. Tidak pernah
9. Apakah Anda makan siang pada pukul pukul 12.00 – 14.00 setiap harinya ... ?
a. Ya, rutin setiap hari
b. Sering ( 3 – 6 kali seminggu )
c. Jarang ( < 3 kali seminggu )
d. Tidak pernah
10. Apakah Anda mengkonsumsi cemilan sore sekitar pukul 16.00 setiap harinya
... ?
a. Ya, rutin setiap hari
b. Sering ( 3 – 6 kali seminggu )
c. Jarang ( < 3 kali seminggu )
d. Tidak pernah
11. Apakah Anda makan malam pada pukul pukul 19.00 – 21.00 setiap harinya ...
?
a. Ya, rutin setiap hari
b. Sering ( 3 – 6 kali seminggu )
c. Jarang ( < 3 kali seminggu )
d. Tidak pernah
Sumber : Penuntun Diet Tahun 2005
Jeda Makan
12. Apakah jeda waktu makan yang anda gunakan 4 – 5 jam setiap harinya ... ?
a. Ya, rutin setiap hari
b. Sering ( 3 – 6 kali seminggu )
c. Jarang ( < 3 kali seminggu )
d. Tidak pernah
Sumber : Iping, 2004
13. Berapa lama waktu yang Anda perlukan untuk menghabiskan seporsi
makanan utama adalah ± 20 menit ... ?
a. Ya, setiap kali makan
b. Ya, satu kali makan dalam sehari
c. Jarang, kurang dari satu kali dalam sehari
d. Tidak pernah
Sumber : McKevith, 2015
PENGETAHUAN GIZI
3. Menurut anda makanan apa yang harus dihindari penyakit dispepsia adalah...?
a. Makanan berlemak, pedas, dan asam
b. Makanan pedas, asam, dan manis
c. Makanan berlemak, asam dan manis
4. Menurut anda makanan yang baik dikonsumsi untuk penyakit dispepsia adalah...?
a. Bubur ayam
b. Sate ayam
c. Nasi kuning
5. Menurut anda buah yang baik dikonsumsi untuk penyakit dispepsia adalah...?
a. Nangka
b. Anggur
c. Semangka
7. Menurut anda minuman yang harus dihindari penyakit dispepsia adalah ... ?
a. Minuman kafien
b. Minuman soda
c. Minuman alkohol
10. Menurut anda frekuensi makanan sehari yang baik adalah ... ?
a. Tiga kali sehari, teratur, dan sesuai kondisi kesehatan seseorang
b. Tiga kali sehari dan tidak teratur
c. Dua kali sehari tetapi teratur
FOTO PENELITIAN