Anda di halaman 1dari 95

PENGARUH PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

(STBM) TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU


PENCEGAHAN STUNTING DI DESA SINARJAYA KABUPATEN
BANDUNG BARAT

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi persyaratan menyelesaikan pendidikan


Program Studi Gizi dan Diettika Program Sarjana Terapan

Oleh :

DINI CHARTIKA JUNIANGSIH R

NIM : P17331119500

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

PROGRAM STUDI GIZI DAN DIETETIKA

PROGRAM SARJANA TERAPAN

2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul “Pengaruh Program Sanitasi Total Berbasis


Masyarakat (STBM) Terhadap Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Pencegahan Stunting Di Desa Sinarjaya Kabupaten Bandung Barat”
telah memperoleh persetujuan dan disidangkan pada tanggal
21 Mei 2020.

Pembimbing Skripsi,

Dr. H. Ir. Osman Syarief, MKM

NIP. 196008061983121002
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul

PENGARUH PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT


(STBM) TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU
PENCEGAHAN STUNTING DI DESA SINARJAYA KABUPATEN
BANDUNG BARAT

Telah disetujui, diperiksa dan disidangkan di hadapan Tim Penguji Skripsi


Program Studi Gizi dan Dietetika Program Sarjana Terapan

Bandung, 21 Mei 2020

Pembimbing,

Dr. H. Ir. Osman Syarief, MKM

NIP. 196008061983121002

Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung


Ketua Jurusan Gizi,

Dr. Judiono, MPS


NIP. 19640811988031001
TIM PENGUJI UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI GIZI DAN DIETETIKA
PROGRAM SARJANA TERAPAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
BANDUNG

Bandung, 21 Mei 2020

Ketua

(Dr. Suparman, SKM, M.Sc)

Anggota

(Holil M Par’i, SKM, M.Kes)

(Dr. H. Ir. Osman Syarief, MKM)


ABSTRAK
Juniangsih, Dini Chartika. 2020. Pengaruh Program Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) terhadap Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Pencegahan Stunting Di Desa Sinarjaya Kabupaten
Bandung Barat. Skripsi. Program Diploma IV Alih Jenjang. Jurusan
Gizi. Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung.
Pembimbing : Dr. H. Ir. Osman Syarief, MKM

Stunting merupakan kondisi panjang/tinggi badan anak dibawah standar


usia anak secara fisik balita stunting akan lebih pendek dibandingkan
balita normal lainnya yang seumuran. Faktor – faktor yang mempengaruhi
status gizi stunting terdapat dua faktor penting, yaitu faktor yang
mempengaruhi secara langsung dan faktor yang mempengaruhi secara
tidak langsung. Upaya pemerintah menurunkan angka kejadian stunting di
Indonesia dengan membuat program, yaitu program Sanitai Total
Berbasis Masyarakat (STBM). STBM merupakan suatu program nasional
dalam intervensi yang menitikberatkan pada pencapaian kondisi sanitasi
total di masyarakat melalui perubahan perilaku higienis masyarakat.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh program Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) terhadap pengetahuan, sikap dan
perilaku pencegahan stunting pada wanita usia subur (WUS) di Desa
Sinarjaya Kabupaten Bandung Barat. Desain yang digunakan dalam
penelitian ini adalah desain quasi eksperimental dengan one group pre-
post test dengan menggunakan media power point. Sampel penelitian
adalah wanita usia subur Desa Sinarjaya Kabupaten Bandung Barat
sebanyak 25 orang dengan cara purposive sampling. Hasil penelitian
Hasil uji statistik menggunakan uji Paired Sampel T-Test terhadap variabel
pengetahuan ibu didapatkan hasil p=0,000 (p<0,05). Hasil uji statistik
menggunakan uji Wilocoxon terhadap variabel sikap ibu didapatkan hasil
p=0,000 (p<0,05). Hasil uji statistik menggunakan uji Wilocoxon terhadap
variabel perilaku ibu didapatkan hasil p=0,000 (p<0,05). Dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian penyuluhan STBM-Stunting
menggunakan media power point terhadap pengetahuan, siap dan
perilaku. Disarankan penelitian selanjutnya diharapkan monitoring
perubahan variabel dilakukan dengan cara observasi langsung dan
penyampaian dengan media lainnya seperti video.

Kata kunci : Stunting, Pengetahuan, Sikap, Perilaku Ibu


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikanSkripsi yang berjudul “Pengaruh
Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Terhadap
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Pencegahan Stunting Di Desa
Sinarjaya Kabupaten Bandung Barat” dengan baik. Penyusunan Skripsi ini
tidak akan terwujud tanpa bantuan berbagai pihak. Penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Judiono, MPS selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik
Kesetahan Kemenkes Bandung.
2. Bapak Dr. H. Ir. Osman Syarief, MKM selaku pembimbing penyusunan
Skripsi yang telah memberikan ide, bimbingan dan saran.
3. Bapak Ibu Dosen Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung Jurusan
Gizi yang telah memberikan ilmunya.
4. Kedua Orang tua yang selalu memberikan doa serta dukungan.
5. Teman-teman dan semua orang yang terlibat dalam bentuk apapun
yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selalu memberikan
masukan, bantuan dan semangat.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini belum
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan penelitian selanjutnya. Akhir kata, semoga
Skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan secara umum memberi
kontribusi terhadap pengembangan ilmu gizi.

Bandung,Mei 2020

Penulis

v
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN...........................................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................v
DAFTAR ISI.................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................6
1.3.1 Tujuan Umum...........................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................7
1.4.1 Bagi peneliti..............................................................................7
1.4.2 Bagi Sampel.............................................................................7
1.4.3 Bagi Lokasi Penelitian..............................................................7
1.4.4 Bagi Politeknik Kesehatan Jurusan Gizi..........................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................8
2.1 Stunting...........................................................................................8
2.1.1Pengertian Stunting.......................................................................8
2.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Stunting.................8
2.2.1 Faktor yang mempengaruhi secara langsung..............................8
2.2.2 Faktor yang mempengaruhi secara tidak langsung...................10
2.3 Faktor Resiko Stunting.....................................................................10
2.4 Dampak Stunting..............................................................................12
2.5 Upaya Pencegahanan......................................................................13
2.6 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.................................................14
2.6.1 Pengertian Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)...........14
2.6.2 Konsep Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)................14
2.6.3 Strategi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)................15
2.7 Delapan Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat – Stunting (STBM
– Stunting)...............................................................................................16
2.8 Prinsip – prinsip STBM-Stunting.......................................................21

vi
2.9 Tangga Perubahan Perilaku Visi STBM-Stunting............................24
2.10 Penyuluhan Gizi.............................................................................25
2.10.1 Pengertian Penyuluhan............................................................25
2.10.2 Metoda Penyuluhan.................................................................25
2.11 Media Penyuluhan..........................................................................26
2.12 Pengetahuan, Sikap dan Perilaku..................................................28
2.12.1 Pengetahuan............................................................................28
2.12.2 Sikap.........................................................................................30
2.12.3 Perilaku.....................................................................................31
BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN
DEFINISI OPERASIONAL.........................................................................33
3.2 Kerangka Konsep.............................................................................35
3.2 Hipotesis...........................................................................................36
3.3 Definisi Operasional..........................................................................37
3.3.1 Penyuluhan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat-
Stunting (STBM-Stunting) melalui media power point........................37
3.3.2 Pengetahuan mengenai pencegahanan stunting......................37
3.3.3 Sikap mengenai pencegahanan stunting...................................38
3.3.4 Perilaku mengenai pencegahanan stunting...............................38
BAB IV METODE PENELITIAN...............................................................39
4.1 Desain Penelitian..........................................................................39
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................40
4.3 Populasi dan Sampel....................................................................40
4.3.1 Populasi..................................................................................40
4.3.2 Sampel...................................................................................40
4.4 Jenis dan Cara Pengumpulan Data..................................................41
4.4.1 Jenis Data..................................................................................41
4.4.2 Pengumpulan Data.....................................................................42
4.5 Pengolahan Data..............................................................................43
4.5.1 Univariat.....................................................................................43
4.5.2 Bivariat........................................................................................43
BAB V HASIL PENELITIAN.....................................................................45
5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian..............................................45
5.2 Analisis Univariat..............................................................................45
5.2.1 Karateristik Sampel Penelitian...................................................45

vii
5.2.2 Skor Pengetahuan......................................................................47
5.2.3 Skor Sikap..................................................................................48
5.2.4 Skor Perilaku..............................................................................48
5.3 Analisis Bivariat.................................................................................49
5.3.1 Uji Normalitas.............................................................................49
5.3.2 Uji Bivariat..................................................................................50
BAB VI PEMBAHASAN...........................................................................53
6.1 Keterbatasan Penelitian....................................................................53
6.2 Pembahasan.....................................................................................53
6.2.1 Karateristik Sampel Penelitian Berdasarkan Usia, Pendidikan
dan Pekerjaan.....................................................................................53
6.2.2 Skor Pengetahuan Mengenai Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat terhadap Pencegahan Stunting Sebelum dan Sesudah
diberikan Intervensi.............................................................................54
6.2.3 Skor Sikap Mengenai Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
terhadap Pencegahan Stunting Sebelum dan Sesudah diberikan
Intervensi.............................................................................................56
6.2.4 Skor Perilaku Mengenai Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
terhadap Pencegahan Stunting Sebelum dan Sesudah diberikan
Intervensi.............................................................................................58
6.2.5 Pengaruh Mengenai Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
terhadap Pengetahuan Pencegahan Stunting....................................59
6.2.6 Pengaruh Mengenai Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
terhadap Sikap Pencegahan Stunting.................................................60
6.2.7 Pengaruh Mengenai Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
terhadap Perilaku Pencegahan Stunting.............................................61
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN..........................................................62
7.1 Simpulan...........................................................................................62
7.2 Saran.............................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................64

viii
DAFTAR TABEL

No Hal

5.1 DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN USIA.............47


5.2 DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN PENDIDIKAN
IBU..............................................................................................................47
5.3 DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN PEKERJAAN
IBU..............................................................................................................48
5.4 NILAI PENGETAHUAN SEBELUM DAN SESUDAH INTERVENSI . 49
5.5 NILAI SIKAP SEBELUM DAN SESUDAH INTERVENSI...................50
5.6 NILAI PERILAKU SEBELUM DAN SESUDAH INTERVENSI............51
5.7 HASIL UJI NORMALITAS DATA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN
PERILAKU..................................................................................................53
5.8 HASIL ANALISA BEDA RATA – RATA PENGETAHUAN SEBELUM
DAN SESUDAH DIBERIKAN INTERVENSI..............................................54
5.9 HASIL ANALISA BEDA RATA – RATA SIKAP SEBELUM DAN
SESUDAH DIBERIKAN INTERVENSI.......................................................55
5.10 HASIL ANALISA BEDA RATA – RATA PERILAKU SEBELUM DAN
SESUDAH DIBERIKAN INTERVENSI.......................................................57

ix
DAFTAR GAMBAR
No Hal
2.1 Teknik mencuci tangan ......................................................................18
2.2 Tangga Perubahan Perilaku STBM-Stunting......................................25
2.3 Cone Of Learning Edgar Dale.............................................................27
3.2 Kerangka Teori....................................................................................36
3.3 Kerangka Konsep................................................................................39
4.1 Desain Penelitan............................................................................... 49

x
DAFTAR LAMPIRAN
No Hal
LAMPIRAN 1..............................................................................................75
LAMPIRAN 2..............................................................................................78
LAMPIRAN 3..............................................................................................79
LAMPIRAN 4..............................................................................................83
LAMPIRAN 5..............................................................................................84
LAMPIRAN 6..............................................................................................85
LAMPIRAN 7..............................................................................................87

xi
xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Permasalahan gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak
dalam kandungan, bayi, anak, dewasa, dan usia lanjut. Periode dua tahun
pertama kehidupan merupakan masa kritis dan pada masa ini terjadi
pertumbuhan serta perkembangan yang sangat pesat. Peran
penimbangan balita secara teratur untuk dapat diikuti pertumbuhan berat
badannya menjadi penting. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah
kesehatan masyarakat dan faktor penyebab timbulnya masalah gizi
adalah multi faktorial, untuk itu pendekatan dan penanggulangannya
harus melibatkan berbagai sektor yang terkait [1].
Balita merupakan harapan bangsa. Penundaan pemberian
perhatian dan pemberian zat gizi yang kurang tepat pada balita akan
menurunkan nilai potensi balita sebagai sumber daya pembangunan
masyarakat dan ekonomi nasional [2].
Menurut UNICEF (1990) dalam Adriani 2011, terdapat dua faktor
penyebab utama kurang gizi pada balita yaitu : 1) Penyebab langsung,
faktor penyebab utama kurang gizi pada balita disebabkan kurangnya
asupan makanan bergizi dalam tubuh balita baik secara kualitas dan
kuantitas. Selain itu, adanya infeksi penyakit yang menyertai sering kali
juga merupakan penyebab yang sangat berpengaruh terhadap keadaan
kesehatan dan gizi balita, 2) Penyebab tidak langsung, faktor yang bukan
penyebab utama terjadinya kurang gizi pada balita namun dapat
berpengaruh seperti pola asuh, ketersediaan pangan dalam keluarga
serta pelayanan kesehatan individu dan sanitasi lingkungan.
Secara global jumlah anak stunting di bawah usia 5 tahun
sebanyak 165 juta anak atau 26%. Asia merupakan wilayah kedua setelah
Afrika yang memiliki prevalensi anak stunting tertinggi yaitu 26,8% atau
95,8 juta anak. Sedangkan prevalensi anak stunting untuk wilayah Asia
Tenggara adalah 27,8% atau 14,8 juta anak.

1
2

Stunting pada anak-anak di negara berkembang terjadi terutama sebagai


akibat dari kekurangan gizi kronis dan penyakit infeksi yang
mempengaruhi 30% dari anak-anak usia di bawah lima tahun [4].
Stunting terjadi karena kekurangan gizi kronis yang disebabkan
oleh kemiskinan dan pola asuh tidak tepat, yang mengakibatkan
kemampuan kognitif tidak berkembang maksimal, mudah sakit dan
berdaya saing rendah, sehingga bisa terjebak dalam kemiskinan. Seribu
hari pertama kehidupan seorang anak adalah masa kritis yang
menentukan masa depannya, dan pada periode itu anak Indonesia
menghadapi gangguan pertumbuhan yang serius [49].
Indonesia merupakan Negara terbesar kelima dengan jumlah
anak stunting di dunia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2018 prevalensi status gizi anak balita gizi pendek dan
sangat pendek di Indonesia pada tahun 2018 adalah 30,8% menurun
dibandingkan dengan Riskesdas tahun 2013 yaitu 37,2%. Walaupun
terjadi penurunan tetapi masih menjadi masalah gizi dimasyarakat karena
prevalensi status gizi pendek dan sangat pendek diatas 20%.
Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017 di Jawa
Barat prevalensi status gizi anak balita gizi pendek dan sangat pendek
adalah 29,2%, sedangkan di Kabupaten Bandung Barat berdasarkan
Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017 prevalensi status gizi pendek
dan sangat pendek tinggi yaitu 34,3% [5,6,7]
Secara spesifik, Kementrian Kesehatan menetapkan empat
prioritas kesehatan 2015 – 2019, yaitu: 1) menurunkan angka kematian
ibu dan angka kematian bayi, 2) menurunkan prevalensi balita pendek
(stunting), 3) menanggulangi penyakt menular HIV-AIDS, Tuberclosis, da
Malaria dan 4) menanggulangi penyakit tidak menular Hipertensi,
Diabetes, Obesitas, Kanker dan gangguan jiwa [8]. Paradigma sehat
diartikan sebagai cara pandang, pola pikir, atau model pembanguan
kesehatan yang memandang masalah kesehatan saling terkait dan
mempengaruhi banyak faktor. Paradigma sehat mengubah cara pandang
terhadap masalah kesehatan dengan memperhatian dampaknya baik
3

kesehatan secara makro maupun mikro. Secara mikro, pembangunan


kesehatan harus menekan pada upaya pencegahanan, promosi terhadap
penyakit, tanpa mengesampingkan upaya pengobatan dan pemulihan.
Sedangkan secara makro, paradigma sehat minimal memberikan
sumbangan dalam pengembangan lingkungan dan perilaku sehat [9].
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan semua
perilaku yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga dapat
menolong dirinya sendiri dan berperang aktif dalam kegiatan kesehatan
dimasyarakat di bidang kesehatan [10]. Sedangkan menurut Kementrian
Kesehatan 2011, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah salah
satu program prioritas pemerintah melalui Puskesmas dan menjadi
sasaranluaran dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, seperti
yang di sebutkan pada Rencana Strategis (Renstra) Kementrian
Kesehatan tahun 2010-2014.
Pemerintah berupaya menurunkan angka kejadian stunting di
Indonesia dengan membuat program, yaitu program Sanitai Total
Berbasis Masyarakat (STBM). STBM adalah suatu program nasional
dalam intervensi yang menitikberatkan pada pencapaian kondisi sanitasi
total di masyarakat melalui perubahan perilaku higienis masyarakat [12].
Untuk mencegah serta mengatasi stunting, dilakukan dua model intervensi
yaitu intervensi spesifik dan sensitif. Studi Lancet (2013) menemukan
bahwa intervensi spesifik hanya mendukung 20% upaya
penegahan/penurunan stunting, sementara intervensi sensitive
berkontribusi hingga 80% [8].
Program Sanitai Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan
kolaborasi dan integrasi antara program sanitasi lingkungan dan gizi yang
terdiri dari delapan pilar kesehatan dimana lima pilar aspek STBM dan tiga
pilar aspek gizi pencegahan stunting. Menurut Bloom, 3 ranah perilaku
adalah pengetahuan, sikap, dan aksi [13]. Program STBM yang berupaya
melakukan perubahan perilaku higienis agar mencapai keadaan sanitasi
total berjalan dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat termasuk
4

para ibu. Ibu memiliki peranan dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan


keluarga terutama anak [14].
Berdasarkan penelitan Atikah 2014, Rendahnya pendidikan ibu
yang berkaitan dengan pengetahuan tentang gizi bayi, sangat
mempengaruhi kejadian balita stunting. Ibu dengan tingkat pendidikan
rendah berisiko 5,1 kali lebih besar memiliki anak stunting [15]. Anak
stunting lebih banyak terjadi pada anak yang memiliki ibu dengan tingkat
pendidikan di bawah 9 tahun [16]. Meningkatnya jumlah wanita yang
bekerja di luar rumah juga mempengaruhi jumlah kejadian balita stunting.
Menurut Notoadmodjodalam Fitria, pengetauan dan sikap
merupakan faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang.
Pengetahuan sendiri adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
tersebut melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan
terjadi lewat panca indra indera manusia yaitu penglihatan, penciuman,
rasa, pendengaran dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia
didapatkan lewat mata dan telinga. Menurut kamus Besar Bahasa
Indonesia, pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui, segala sesuatu
yang dketahui berhubungan dengan hal (mata pelajaran) [17]. Sedangkan
Scifman dan Kanuk dalam Neila mengemukakan bahwa sikap adalah
kecenderungan bertindak yang dipelajari seseorang untuk merespon
secara positif atau negative [18]. Sikap bukan perilaku tetapi merupakan
kecenderungan untuk berprilaku dengan cara – cara tertentu terhadap
objek sikap [19].
Salah satu upaya menanggulangi masalah stunting yaitu melalui
penyuluhan. Penyuluhan dalam hal ini merupakan bagian dari pendidikan
gizi sebagai upaya untuk mengadakan perubahan pengetahuan atau
sikap dalam hal konsumsi makanan [20]. Kholid (2012) mengungkapkan
bahwa media merupakan bagian terpenting sebagai alat bantu dalam
penyampaian informasi, dengan menggunakan media dapat
meningkatkan pengetahuan masyarakat, media juga dapat digunakan
untuk promosi kesehatan sehingga mengenai sasaran yang diharapkan.
5

Berbagai media yang digunakan sebagai penunjang dan alat bantu


untuk metode penyuluhan salah satunya adalah media yang dimana
media presentasi berbasis Power Point. Media Power Point adalah
sebuah program komputer untuk presentasi yang dikembangkan oleh
Microsoft. Aplikasi ini sangat banyak digunakan apalagi oleh kalangan
perkantoran, para pendidik, siswa, dan petugas kesehatan dan trainer
[22]. Dalam media ini terdapat interaksi antara ibu dengan media, hal ini
akan merangsang rasa ingin tahu ibu dan rasa ketertarikan terhadap apa
yang dipelajarinya, dengan demikian maksud dari penyuluhan tersebut
dapat mencapai hasil yang optimal.
Penelitian Mayasari (2012) menyatakan bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara penyuluhan dengan berbagai media salah satunya slide
(power point) dengan perubahan pengetahuan masyarakat di Desa
Sukajadi Kabupaten Oku. Power point sering digunakan sebagai media
pengajaran termasuk dalam pemberian pendidikan kesehatan.
Menurut Brock and Joglekar (2011) penggunaan power point
sangat dianjurkan dalam presentasi dan pengajaran, powert point dapat
mencatumkan gambar, foto, bagan, grafik, suara (audio visual) dan
animasi bila dibandingkan dengan penggunaan media lain. Penggunaan
media dalam pendidikan kesehatan memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing, tergantung pada tujuan dan sasaran penyuluhan
kesehatan. Penggunaan power point memudahkan untuk pemberian
materi penyuluhan kesehatan karena melalui power point beberapa media
penyuluhan dapat dipadukan seperti poster, brosur, namun kekurangan
media power point hanya bisa digunakan saat presentasi dan tidak bisa
dipajan seperti poster atau banner. Menurut Khoirun (2014) penggunaan
power point dalam pendidikan kesehatan lebih efektif dari penggunaan
leaflet, mean pengetahuan dengan menggunakan power point lebih besar
dari mean pengetahuan dengan menggunakan leaflet.
Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini bertujuan untuk
menilai pengaruh program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
6

terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku pencegahan stunting pada


wanita usia subur (WUS) di Desa Sinarjaya Kabupaten Bandung Barat.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah ada pengaruh program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku
pencegahan stunting pada wanita usia subur (WUS) diDesa Sinarjaya
Kabupaten Bandung Barat?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku
pencegahan stunting pada wanita usia subur (WUS) diDesa Sinarjaya
Kabupaten Bandung Barat?

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran karakteristik sampel meliputi usia,


pendidikan, dan pekerjaan.
2. Mengetahui skor pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan
penyuluhan pengaruh program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) terhadap pencegahan stunting pada wanita
usia subur (WUS)
3. Mengetahui skor sikap sebelum dan sesudah diberikan
penyuluhan pengaruh program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) terhadap pencegahan stunting pada wanita
usia subur (WUS)
4. Mengetahui skor perilaku sebelum dan sesudah diberikan
penyuluhan pengaruh program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) terhadap pencegahan stunting pada wanita
usia subur (WUS)
5. Menganalisis pengaruh pengetahuan mengenai program
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) terhadap
pencegahan stunting
7

6. Menganalisis pengaruh sikap mengenai program Sanitasi Total


Berbasis Masyarakat (STBM) terhadap pencegahan stunting
7. Menganalisis pengaruh perilaku mengenai program Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) terhadap pencegahan
stunting

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, sikap
dan perilaku khususnya mengenai pengaruh Program Santasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) terhadap pencegahan stunting. Penelitian
ini diharapkan dapat membantu peneliti dalam menerapkan ilmu
pengetahuan mengenai ilmu gizi yang telah diperoleh selama perkuliahan.

1.4.2 Bagi Sampel


Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, sikap dan
perilaku pada wanita usia subur (WUS) mengenai pencegahanan stunting
dengan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

1.4.3 Bagi Lokasi Penelitian


Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai penambah
referensi dan bermanfaat bagi pengembangan Kabupaten Bandung Barat.

1.4.4 Bagi Politeknik Kesehatan Jurusan Gizi


Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi tambahan referensi bagi
institusi dalam rangka menambah pengetahuan bagi mahasiswa dan
penelitian – penelitian yang sejenis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stunting
2.1.1Pengertian Stunting
Stunting adalah kondisi panjang/tinggi badan anak dibawah standar
usia anak secara fisik balita stunting akan lebih pendek dibandingkan
balita normal lainnya yang seumuran. Pendek dan sangat pendek status
gizi yang didasarkan pada indeks panjang badan menurut umur (PB/U)
atau tinggi badan menurut umur (TB/U) yang merupakan istilah lain untuk
stunted(pendek) dan severely stunted(sangat pendek) [26]. Stunting
merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek sehingga
melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan.

2.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Stunting


Faktor – faktor yang mempengaruhi status gizi stunting terdapat
dua faktor penting, yaitu faktor yang mempengaruhi secara langsung dan
fakotr yang mempengaruhi secara tidak langsung.

2.2.1 Faktor yang mempengaruhi secara langsung


1. Asupan makan

Asupan makan terkait dengan ketersediaan pangan. Namun,


bukan berarti jika tersedianya pangan kemudian akan secara pasti setiap
orang akan tercukupi konsumsi makannya karena kecukupan kecukupan
gizi seseorang tergantung dari makanan yang dikonsumsinya. Selama
masa pertumbuhan, balita membutukan asupan energi dan protein.
Protein diperlukan oleh balita untuk pemeliharaan jaringan, perubahan
komposisi tubuh dan pertumbuhan jarigan baru [27].

Energi adalah kemampuan yang dipakai untuk melakukan


kegiatan atau aktifitas sehari-hari. Kebutuhan energi didapat dari asupan
makanan yang dikonsumsi sehari-hari, yang terdiri atas zat gizi makro

8
9

seperti karbohidrat, protein dan lemak [28]. Beberapa penelitian


menunjukan adanya hubungan positif yang signifikan antara asupan
energi dengan status gizi balita, diperoleh implikasi bahwa semakin baik
tingkatan asupan energi maka status gizi balita semakin baik, seperti
penelitian yang dilakukan oleh [29]. Dalam penelitiannya menunjukan
adanya hubungan asupan energi dengan status gizi (p< 0,5).

Protein adalah bahan pembentuk dasar struktur sel tubuh. Fungsi


utama protein adalah membentuk jaringan baru dan memperbaiki jaringan
yang rusak. Sehingga protein diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan dalam masa pertumbuhan serta memelihara jaringan
tubuh selama usia dewasa [30]. Beberapa penelitian menunjukkan ada
hubungan tingkat kecukupan protein dengan status gizi, semakin tinggi
rata-rata konsumsi protein maka semakin tinggi pula status gizinya.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Zulfa dan Hidayanti (2009). Dalam
penelitiannya menunjukkan adanya hubungan asupan protein dengan
status gizi (p <0,5) [31].

2. Penyakit infeksi

Status gizi mempunyai ketekaitan yang erat dengan kejadian


infeksi. Anak yang mempunyai status gizi kurang, akan mudah terkena
infeksi karena anak tidak mempunyai daya tubu yang cukup. Sebaliknya,
anak yang menderita panykait infeksi, umumnya tidak mempunyai nafsu
makan yang cukup, akibatnya infeksi dengan status gizi mempunyai
hubungan imbal balik yang kuat [32].

Hubungan yang sangat kuat antara malnutrisi dengan kematian


balita dikarenakan balita menderita gizi kurang yang disertai dengan
penyakit infeksi. Beberapa penyakit yang menyebabkan malnutrisi antara
lain diare, campak, ISPA, malaria, dan lain- lain. [33].
10

2.2.2 Faktor yang mempengaruhi secara tidak langsung


1. Pola asuh

Peranan wanita dalam mengasuh dan membesarkan anak begitu


penting, sehingga membuat pendidikan bagi anak perempuan menjadi
sangat berarti. Studi-studi menunjukkan adanya korelasi signifikan antara
tingkat pendidikan ibu dan status gizi anaknya dan angka harapan hidup.
Lebih jauh, manfaat kesehatan dan gizi yang lebih baik dan tingkat
fertilitasyang lebih rendah yang diakibatkan oleh investasi dalam
pendidikan mendorong produktivitas investasi-investasi lainnya dalam
sektor pembangunan lainnya [34].

2. Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu proses penyampaian materi kepada


sasaran guna perubahan tingkah laku. Hasil pendidikan orang dewasa
adalah perubahan kemampuan, penampilan, atau perilakunya [22].

3. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tau dan terjadi sesudah orang


melakukan faktor yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang.
Berdasrkan penelitan, terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetauan akan lebih langgeng [22].

4. Sanitasi lingkungan

Sanitasi lingkungan diartikan sebagai kegiatan yang ditunjukan


untuk meningkatkan dan mempertahankan standar kondisi lingkungan
yang mendasar yang mempengaruhi kesejahteraan manusia [22].

2.3 Faktor Resiko Stunting


Faktor risiko stunting dapat dikategorikan ke dalam beberapa
kondisi yakni [8] :
11

1. Ibu hamil yang kurang Energi Kronis (KEK) dan menderita


anemia

Ibu hamil kurang energi kronis (KEK) adalah kekurangan energi


dan protein erjadi pada saat sebelum sampai kehamilan berlagsung dalam
jangka waktu yang cukup lama atau dengan anemia yang diketahui dari
hasil penapisan (screening) ibu hamil, berisko melahirkan bayi pendek
dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Kondisi ini berisiko terhdapa bayi
yang akan dilahirkannya seperti kematian, kurang gizi, gangguan
pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak yang dapat
menebabkan anak menjadi pendek atau stunting.

2. Bayi yang tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

Air susu ibu (ASI) Eksklusif telah terbukti sbagai satu-satunya


makanan terbaik untuk bayi usia0-6 bulan untk pertumbuhan da
perkembangan yang optimal. Bila bayi tidak mendapatkan ASI Eksklusif,
maka akan meninkatkan resiko terhadap penyakit infeks yang diakibatkan
oleh pemberian makanan atau minuman lain yang telalu dini sehingga
pertumbuhannya menjadi terganggu. Penyakit yang berulang diderita oleh
anak dapat meningkatkan reisiko terjadinya stunting.

3. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tidak tepat

Setelah usia 6 bulan, kualitas ASI tidak lagi dapat mencukupi


kebutuhan gizi bayi sehingga bayi perlu diberikannya makanan
pendamping ASI (MP-ASI) sambil tetap diberikan ASI hingga usia 2 tahun.
Tantangan yang dihadapi pada masa pemberian MP-ASI adalah
bagaimana ibu/pengasuh memiliki pengetahuan dan perilaku yang benar
sehingga dapat mempraktikkan pemberian MP-ASI secara tepat.
12

4. Pertumbuhan yang tidak dipantau

Pemantauan pertumbuhan menjadi bagian penting dalam upaya


pencegahan stunting. Apabila pertumbuhan anak dipantau secara rutin,
maka akan dapat segera terdeteksi bila terjadi gangguan pertumbuhan
untuk segera ditangani.

5. Penyediaan air bersih dan sanitasi yang tidak layak

Sebuah analisis penilaian risiko komparatif global terbaru dari 137


data Negara berkembang mengidentifikasi faktor-faktor risiko lingkungan
(yaitu, kualitas air yang buruk, kondisi sanitasi yang buruk, dan
penggunaan bahan bakar padat) memiliki pengaruh terbesar kedua pada
kejadian stunting secara global.

2.4 Dampak Stunting


Dampak stunting menurut WHO dalam Buletin Stunting 2018 yang
ditimbulkan stunting dapat dibagi menjadi dampak jangka pendek dan
jangka panjang, yaitu [8] :

1. Dampak Jangka Pendek :


a. Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian;
b. Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak
tidak optimal; dan
c. Peningkatan biaya kesehatan.
2. Dampak Jangka Panjang :
a. Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih
pendek dibandingkan pada umumnya);
b. Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya;
c. Menurunnya kesehatan reproduksi;
d. Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat
masa sekolah; dan
e. Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal.
13

2.5 Upaya Pencegahanan


1. Pendekatan secara langsung/ intervensi gizi spesifik

Intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan,


antara lain berupa [8] :

a. Ibu hamil dan Bersalin


- Memperbaiki gizi dan kesehatan ibu hamil merupakan cara
terbaik dalam mengatasi stunting. Ibu hamil perlu
mendapatkan makanan yang baik, sehingga apabila ibu hamil
dalam keadaan sangat kurus atau mengalami Kurang Energi
Kronis (KEK), maka perlu diberikan makanan tambahan
kepada ibu hamil tersebut.
- Ibu hamil normal harus memeriksakan kehamilan ke tenaga
kesehatan minimal 4 kali selama kehamilan
- Setiap ibu hamil perlu mendapatkan tablet tambah darah,
minimal 90 tablet selama kehamilan
- Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami
sakit
b. Bayi Baru lahir
- Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan seperti bidan atau
dokter terlatih dan begitu bayi lahir melakukan Inisiasi
Menyusui Dini (IMD)
- Ibu mendapatkan kapsul vitamin A merah di masa nifas
- Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi Air Susu Ibu (ASI)
saja atau ASI Eksklusif
- Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan setiap bulan
di posyandu
c. Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun
- Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberikan Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI)
- Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun
14

- Bayi dan anak memperolehkan kapsul vitamin A, taburi,


imunisasi dasar lengkap
- Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan setiap bulan
di posyandu
- Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus diupayakan
oleh setiap rumah tangga

2. Pendekatan secara tidak langsung/ intervensi gizi sensitif

Intevensi gizi sensitif meibatkan sektor pembangunan lain seperti :


penanggulangan kemiskinan, ketahanan pangan dan gizi, penyedian
lapangan kerja, pendidikan anak usia dini (PAUD), Program Keluarga
Berencana (KB), Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), dan penyediaan air
bersih serta perbaikan perilaku higienis dan saniter.

Salah satu cara untuk mencegah penyebab stunting secara tidak


langsung adalah dengan memutus rantai penularan penyakit atau alur
kontaminasi dan melakukan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat
yang dilakukan dengan pendekatan STBM.

2.6 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat


2.6.1 Pengertian Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Berdasarkan Permenkes No. 3 Tahun 2014 mengenai Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan pendekatan untuk merubah
perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan
cara pemicuan dengan tujuan mendorong perubahan perilaku hygiene
dan saniter individu atau masyarakat atas kesadaran sendiri dengan
menyentuh perasaan, pola pikir, perilaku, dan kebiasaan individu atau
masyarakat.

2.6.2 Konsep Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)


Konsep Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) diadopsi dari
konsep Community Led Total Sanitation (CLTS) yang telah disesuai kan
dengan konteks dan kebutuhan di Indonesia.
15

CTLS adalah sebuah pendekatan dalam pembangunan sanitasi


pedesaan dan mulai berkembang pada tahun 2001. Pendekatan ini
awalnya diujicobakan di beberapa komunitas di Bangiadesh dan saat ini
sudah diadopsi secara massal di 60 negara [8].

Pada dasarnya CLTS adalah “pemberdayaan” dan “tidak


membicarakan masalah subsidi”. Artinya, masyarakat yang menentukan
sendiri jenis sarana sanitasi yang akan dibangun dan dimiliki sesuai
dengan kemampuan dan pengetahuan mereka sendiri [8].

2.6.3 Strategi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)


1. Peningkatan Kebutuhan dan Permintaan Sanitasi

Strategi peningkatan kebutuhan sanitasi merupakan upaya


sistematis untuk mendapatkan perubahan perilaku yang higienis dan
saniter, berupa [8] :

a. Pemicu perubahan perilaku


b. Promosi dan kampanye perubahan hygiene dan sanitasi
secara langsung
c. Penyampaian melalui media massa dan media komunikasi
lainnya
d. Mengembangkan komitmen masyarakat dalam perubahan
perilaku

2. Peningkatan Layanan Penyediaan Sanitasi

Peningkatan penyediaan sanitasi yang secara khusus


diprioritaskan untuk meningkatkan dan mengembangkan percepatan
penyediaan akses dan layanan sanitasi yang layak dalam rangka
membuka dan mengembangkan pasar sanitasi, yaitu [8] :

a. Mengembangkan opsi teknologi sarana sanitasi yang sesuai


kebutuhan dan terjangkaunya
b. Menciptakan dan memperkuat jejaring pasar sanitasi
16

c. Mengembangkan kapasitas pelaku pasar sanitasi termasuk


wirausaha sanitasi local

3. Penciptaan Lingkungan yang Kondisif

Strategi ini mencakup advokasi kepada para pemimpin, pemerintah


daerah dan pemangku kepentingan dalam membangun komitmen
bersama untuk melembangakan kegiatan STBM yang diharapkan akan
menghasilkan [8] :

a. Komitmen pemerintah daerah menyediakan sumber daya untuk


melaksanakan pendekanan STBM menyediakan anggaran
untuk penguatan institus
b. Kebijakan dan peraturan daerah mengenai program sanitasi
seperti Surat Edaran Kepala Daerah, SK Bupati/Walikota
c. Adanya tenaga fasilitator, pelatihan STBM dan kegiatan
peningkatan kapasitas

2.7 Delapan Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat – Stunting


(STBM – Stunting)
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat – Stunting (STBM – Stunting)
terdiri dari lima pilar STBM dan tiga pilar pencegahan stunting, yaitu [8] :

1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS)

Suatu kondisi ketika individu dalam suatu komunitas tidak lagi


melakukan perilaku BABS yang berpotensi menyebarkan penyakit.
Kegiatan ini dapat diwujudkan dalam membudayakan perilaku buang air
besa sehat yang dapat memutus alur kontaminasi kotoran manusia
sebagai penyakit secara berkelanjutan dan menyediakan dan memelihara
sarana buang air besar yang memenuhi standar dan persyaratan
kesehatan.

Pembuangan tinja yang ridak menurut auran memudahkan


terjainya penyebaran penyakit tertentu yan penularaya melalui tinja.
17

Menurut Notoatmodjo (2003), syarat pembuangan kotoran yang


memenuhi aturan kesehatan adalah :

a. Tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya


b. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya
c. Tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya
d. Kotoran tidak oleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai
tempat lalat bertelur atau perkembangbiakan vector penyait
lainnya
e. Tidak menimbulkan bau
f. Pembuatannya mudah dan
g. Mudah digunakan dan diperlihara.

2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CPTS)

Cuci tangan merupakan proses membuang kotoran dan debu


secara mekanis dari kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air
yang bertujuan untuk mencegah kontaminasi silang (orang ke orang aau
benda terkontaminasi ke orang) suatu penyakit atau perpindahan kuman.

Menurut Kemenks RI (2010), untuk mendapatkan hasil yang


optimal maka mencuci tangan haruslahdengan air bersih yan mengalir,
baik itu melalui kran air atau disiram dngan gayung, menggunakan sabun
yang standar, setelah itu kerinkan dengan handuk bersih atau
menggunakan tisu. Penggunaan jenis sbun dpat gunaka semua jenis
sabun karena semua sabun sebenarnya cukup efektif dalam membunuh
kuman penyebab penyakit.
18

Gambar 2.1 : Teknik mencuci tangan dengan menggunaka air


dan sabun (WHO, 2017)

Waku kritis yan mengharuskan praktik cuci tangan pakai sabun


untuk mencegah diare dan ISPA (Tifus/Hepatitis A dan Polio), yaitu :

a. Sebelum makan
b. Sesudah BAB
c. Sebelum mempersiapkan makan
d. Sesudah membersihkan kooran bayi
e. Sebelum menyuapi anak

3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan di Ruma Tangga (PAMM


- RT)

Pengelolaan air minum dan makanan di rumah tangga untuk


memperbaiki dan menjaga kualitas air dari sumber air yang akan
digunakan untuk ai minum, serta untuk menerapkan prinsip hygiene
saniasi pangan dalam proses pengelolaan makanan di rumah tangga
19

yang meliputi 6 prinsip Higiene Sanitasi Pangan : (1) Pemilihan bahan


makanan, (2) Penyimpanan bahan makanan, (3) Pengolahan bahan
makanan, (4) Penyimpanan makanan, (5) Pengakutan makanan, (6)
Penyajian makanan.

Perilaku pilar ke 3 STBM diwujudkan melalui kegiatan sedikitnya :

a. Membudayakan perilaku pengolahan air layak minum dan


makanan yang aman dan bersih secara berkelanjutan
b. Menyediakan dan memelihara tempat pengolahan air minum
dan makanan rumah tangga yang sehat

4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PS-RT)

Merupakan kegiatan pengolahan sampah di rumah tangga dengan


mengedepankan prinsip mengurangi, memakai ulang, dan mendaur ulang.
Perilaku pilar ke 4 STBM diwujudkan melalui kegiatan sedikitnya :

a. Membudayakan perilaku memilah sampah rumah tangga


sesuai dengan jenisnya dan membuang sampah rumah
tangga di luar rumah secara rutin
b. Melakukan pengurangan (reduce), penggunaan kembali
(reuse), dan pengolahan kembali (recycle)
c. Menyediakan dan memelihara sarana pembuangan sampah
rumah tangga di luar rumah

5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PCL-RT)

Melakukan kegiatan pengolahan limbah cair di rumah tangga yang


berasal dari sisa kegiatan mencuci, kamar mandi dan dapur yang
memenuhi standar baku mutu kesehatan lingkungan an persyaratan
kesehatan yang mampu memutus mata rantai penularan penyakit.
Perilaku pilar ke 5 STBM diwujudkan melalui kegiatan sedikitnya :
20

a. Melakukan pemisahan saluran limbah cair rumah tangga


melalui sumur resapan dan saluran pembuangan air limbah.
Namun, jika pada kawasan permukiman sudah tersedia
sarana IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) dengan
sistem perpipaan atau tangki septik yang sesuai standar
dilengkapi dengan bidang resapan, air limbah jamban, dan
non jamban dapat diolah secara tercampur.
b. Menyediakan dan menggunakan penampungan limbah ciar
rumah tangga
c. Memelihara saluran pembuangan dan penampungan limbah
cair rumah tangga

6. Gizi Ibu Hamil

Pencegahanan stunting perlu dilakukan selama 1000 Hari Pertama


Kehidupan (HPK). Oleh karena itu, terdapat beberapa kegiatan yang perlu
dilakukan oleh ibu hamil untuk menjaga kondisi gizinya, yaitu:

a. Calon pengantin dan ibu pra-hamil harus berada pada status


gizi baik dan tidak menderita kurang darah (anemia). Untuk
mempersiapkan hal ini, calon pengantin harus mengatur pola
konsumsi makanan yang beraneka ragam dan bergizi
seimbang
b. Menunda kehamilan pada remaja sampai mereka berusia 20
tahun sehingga tubuhnya sudah siap menghadapi kehamilan
c. Semua ibu hamil harus mengkonsumsi 1 tablet tambah
darah setiap hari selama kehamilannya, minimal 90 tablet
berturut-turut
d. Ibu hamil minum 1 tablet sumplemen Multipel Mikronutrien
(MMN) setiap hari selama kehamilannya
e. Ibu hamil yang menderita KEK harus mendapatkan makanan
tambahan pemulihan
21

7. Pemberian Makan Bayi dan Anak

Stunting disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk diantaranya


asupan gizi pada bayi dan anak yang tidak baik yang disebabkan karena
pemberian makan bayi dan anak yang tidak. Oleh karena itu, langkah –
langkah berikut perlu dilakukan :

a. Pastikan pemberian ASI Eksklusif pada bayi stunting


b. Pemberian MP ASI yang tepat dan baik mulai anak berumur
6 bulan dengan penambahan tabur gizi pada makanan
c. Pemberian ASI dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun

8. Pemantauan Pertumbuhan

Untuk cegah stunting, perlu dilakukan pemantauan pertumbuhan


bayi dan anak secara rutin, diantaranya dengan cara :

a. Pemberian 1 kapsul vitamin A warna merah (200.000 SI)


saat pertama kali dideteksi
b. Selanjutnya mendapatkan 1 kapsul vitamin A warna merah
(200.000 SI) 2 kali dalam setahun pada bulan Februari dan
Agustus
c. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan setiap bulan
di posyandu
d. Cek KMS untuk imunisasi dasar lengkap

Pelaksanaan 8 pilar STBM-Stunting bertujuna untuk mewujudkan


perilaku masyarakat yang hygiene, saniter, menerapkan pola hidup
dengan gizi baik secara mandiri yang meliputi lima pilar STBM dan 3 pilar
pencegahan stunting dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya secara mandiri dan berkeadilan.
22

2.8 Prinsip – prinsip STBM-Stunting


Prinsip – prinsip dalam pelaksaan 8 pilar STBM-Stunting digunakan
sebagai pendekatan untuk mencegah stunting, sebagai berikut [8] :

1. Tanpa Subsidi

Pada program sanitasi terdahulu ciri khas yang menonjol adalah


adanya subsidi bagi masyarakat untuk membangun sarana sanitasinya
baik berupa material sanitasi maupun dibangunkan secara penuh. Namun
kenyataannya subsidi tidak bisa memenuhi semua kebutuhan masyarakat
sehingga penerima bantuan hanya keluarga tertentu saja, dan sering
terjadi penerimanya dari golongan kerabat keluarga penentu keputusan,
yang belum tentu membutuhkan bantuan tersebut.

Oleh karena itu dalam pendekatan STBM-Stunting, prinsip ini pun


diterapkan. Tidak boleh ada subsidi yang diberikan kepada masyarakat
untuk mencegah stunting, baik dalam penyediaan makanan bagi ibu hamil
maupun makanan bagi bayi dan anak. Subsidi hanya diberikan pada
kondisi khusus, yaitu untuk pengobatan (kuratif) misalnya pemberian
vitamin dan makanan tambahan untuk ibu hamil atau anak bayi yang
kekurangan nutrient tertentu atau menderita sakit infeksi.

2. Masyarakat sebagai pemimpin

Program sanitasi terdahulu sifatnya topdown, masyarakat kurang


diberi kesempatan untuk berpartisipasi dan memutuskan pilihan teknologi,
lokasi, model, dan pelaksanaan pembangunannya. Masyarakat hanya
dijadikan obyek sasaran program tanpa diberi peran yang maksimal,
hanya mengikuti apa yang sudah diinstruksikan dari atas dalam dokumen
program. Akibatnya masyarakat tidak merasa memiliki dan tingkat
partisipasinya rendah terutama dalam penggunaan dan pemeliharaan
sarana yang dibangun.
23

Oleh karena itu prinsip yang kedua yaitu memposisikan masyarakat


sebagai pemimpin yang menentukan keputusan dan berinisiatif
pembangunan sarana sanitasinya dan untuk mencegah stunting. Jenis
pilihan teknologi sanitasi, kualitas material, jenis makanan yang akan
dikonsumsi, pendanaanya, serta penggunaan dan pemeliharaannya
ditentukan sendiri oleh masyarakat. Pihak luar bertindak sebagai fasilitator
yang berfungsi memudahkan masyarakat mengakses material sanitasi
dan gizi baik yang diperlukan dan sumber pendanaan yang diperlukan.
Dalam praktiknya, biasanya akan tercipta natural leader di masyarakat
yang akan menggerakkan masyarakat lainnya untuk melakukan
perubahan memperbaiki kondisi sanitasi dan pencegahanan stunting.

3. Tidak menggurui atau memaksa

Program sanitasi terdahulu telah dirancang oleh pemerintah atau


pihak donor berdasarkan kajian yang mereka lakukan tanpa
mempertimbangkan kepentingan masyarakat. Seolah – olah pihak luar
tersebut mengetahui dengan pasti apa yang dibutuhkan oleh masyarakat
dan apa yang sesuai dengan keinginan masyarakat. Pihak luar merasa
lebih tahu dan lebih ahli dalam menentukan kebutuhan masyarakat,
namun melupakan masyarakat yang sudah bertahun-tahun tinggal di
wilayah tersebut dengan kebiasaan dan budaya mereka. Pihak luar
secara tidak sadar telah memaksa masyarakat untuk menerima sesuatu
yang baru yaitu sarana yang telah ditetapkan teknologi maupun modelnya.
Namun, kenyataannya teknologi dan model sarana sanitasi tersebut tidak
selalu cocok bagi masyarakat.

Oleh karena itu, sebaiknya pihak luar tidak lagi memaksa


masyarakat dan seakan lebih tahu (menggurui) apa yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Pihak luar berperan sebagai fasilitator dan mendorong
masyarakat untuk melakukan kajian terhadap kondisi lingkungan dan
perilaku masyarakat yang dapat merugikan dirinya sendiri serta
menemukan solusi dari permasalahan yang ditemukan.
24

4. Totalitas

Program sanitasi terdahulu pun tidak banyak melibatkan


masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan maupun monitoring dan
evaluasi serta pemanfaatan dan pemeliharaan sarana sanitasin yang
dibangun. Hanya sebagian anggota masyarakat yang terlibat dan menjadi
sasaran penerima program bantuan pembangunan sarana air minum dan
jamban keluarga. Akibatnya, masyarakat merasa keputusan yang
ditetapkan bukan merupakan keputusan kolektif masyarakat, serta
membuat masyarakat yang tidak menerima bantuan merasa iri dan
menunggu bantuan berikutnya.

Oleh karena itu seluruh anggota masyarakat baik laki-laki atau


perempuan, yang kaya atau miskin, yang tua atau muda (totalitas) terlibat
dalam analisis permasalahan, perencanaan, pelaksanaan serta
pemanfaatan, dan pemeliharaan sarana sanitasi dan perubahan perilaku
hygiene dan saniter untuk mencegah stunting, keputusan masyarakat dan
pelaksanaan secara kolektif adalah kunci keberhasilan STBM-Stunting.

2.9 Tangga Perubahan Perilaku Visi STBM-Stunting


Untuk mencegah dan menurunkan kejadian sunting serta untuk
meningkatkan perilaku sanitasi total, perubahan perilaku STBM dan
stunting perlu dilaksanakan secara terintegrasi. Intergrasi STBM dan
sunting perlu dilakukan secara bertahap. Berikut adalah tangga
perubahan perilaku visi STBM-Stunting [8] :
25

Gambar 2.2 Tangga Perubahan Perilaku STBM-Stunting

2.10 Penyuluhan Gizi


2.10.1 Pengertian Penyuluhan
Penyuluhan adalah proses perubahan perilaku dikalangan
masyarakat agar mereka tahu, mau dan mampu melakukan perubahan
demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan atau keuntungan dan
perbaikan kesejahteraannya [35].

Penyuluhan gizi merupakan salah satu unsur penting dalam


meningkatkan status gizi masyarakat untuk jangka panjang. Melalui
sosialisasi dan penyampaian pesan – pesan gizi yang praktis akan
membentuk suatu keseimbangan bangsa antara gaya hidup. Seseorang
yang berpengetahuan gizi baik cenderung memilih makanan yang lebih
baik mutu maupn jumlahnya [36].

2.10.2 Metoda Penyuluhan


1. Metoda Ceramah

Metoda ceramah merupakan bentuk pembelajaran langsung


dimana pemberi materimentransformasikan informasi atau keterampilan
secara langsung kepada peserta didik. Tujuan utama pembelajaran
26

langsung adalah untuk memaksimalkan penggunaan waktu peserta didik.


Metoda ceramah dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar
terstruktur. Pemberi materi berperan sebagai penyampai materi informasi,
dalam melakukan tugasnya pemberi materi dapat mengunakan media
[37].

2. Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok merupakan metoda dengan dibaginya peserta


didik menjadi kelompok kecil untuk melakukan diskusi terhadap suatu
masalah/materi, yang kemudian hasil diskusi tersebut di presentasikan
oleh tiap kelompok yan akan di tanggapi oleh kelompok lain, dan dibhas
pula oleh pemberi materi [37].

3. Metoda Wawancara

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan


penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk
menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia
tertarik atau belum menerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah
perilaku yang sudah atau akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian
dan kesadaran yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan yang
lebih mendalam lagi [22].

2.11 Media Penyuluhan


Media penyuluhan merupakan alat yang dapat membantu proses
penyampaian informasi, berfungsi memperjelas makna pesan yang
disampaikan sehingga tujuan penyampaian informasi dapat tercapai lebih
baik. Media yang digunakan harus berupa peralatan yan ekonomis, efisien
dan mampu dimiliki oleh peserta, serta tidak bertolak belakang dengan
peralatan teknologi yang semakin bekembang [38].

Pentingnya media dalam penyuluhan gizi dapat digambarkan


dalam Cone of Learning dari Edgar Dale. Ia bahwa hasil belajar
27

seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (kongket)


berdasarkan kenyataan yang ada di lingkungan hidupnya, kemudian
melalui benda-benda tiruan, dan selanjutnya sampai kepada lambang-
lambang verbal (abstrak). Untuk kondisi seperti inilah kehadiran media
pembelajaran menjadi sangat signifikan bagi terciptanya proses dan hasil
pembelajaran yang optimal. Dalam posisinya ini, media diharapkan dapat
merangang keterlibatan berbagai alat indera atau dimaksimalkan bagi
seluruh alat indera pembelajaran [38].

Gambar 2.3 Cone Of Learning Edgar Dale

Media penyuluhan pada peneliian ini adalah media power point.


Media power point adalah media pembelajaran dalam bentuk presentasi
yang mampu mengolah teks, wacana, gambar dan animasi – animasi
yang mampu di olah sendiri oleh penggunanya yang disesuaikan dengan
materi serta tujuan pembelajaran yang akan diajarkan dan di sajikannya
hanya dalam point – point penting.

Kelebihan dari media ini antara lain dapat menyajikan teks, gambar,
foto, animasi, audio dan video sehingga lebih menarik, dapat menjaukan
28

kelompok dalam jumlah banyak, tempo dan cara penyajian bisa


disesuaikan, penyajian masih bisa bertatap muka dan dapat digunakan
secara berulang – ulang.

Sedangkan kekurangan media ini antara lain ketergantungan arus


listrik sangat tinggi, media pendukung memiliki harga yang relative mahal
karena memerlukan computer dan LCD, sangat tergantung pada penyaji
materi dan masih sangat terbatas pemateri yang mampu membuat media
presentasi yang menarik [40].

2.12 Pengetahuan, Sikap dan Perilaku


2.12.1 Pengetahuan
Faktor perilaku ditentukan oleh 3 faktor. Pertama, faktor
predisposisi, yaitu faktor yang mempermudah atau mempredisposisi
terjadinya perilaku seseorang, antara lain : pengetahuan, sikap,
keyakinan, kepecayaan, nlai-nilai, tradisi dan sebagainya. Kedua, faktor
pemungkin, yaitu faktor yang memungkinkan atau yang menfasiltasi
perilaku atau tindakan, antara lain : prasarana, sarana, ketersediaan
sumber daya manusia. Ketiga, faktor penguat yaitu faktor yang
mendorong atau mempekuat terjadinya perilaku, antara lain : sikap
petugas kesehatan, sikap tokoh masyarakat, dukungan suami, dukungan
keluarga, tokoh agama dan bagainya [17].

Notoatmodjo (2010) menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan


hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui indera penglihatan dan indera pendengaran. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia pengetahuan adalah segala sesuatu
yang diketahui berkenaan dengan hal. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (overbehaviour).

Menurut (Notoatmodjo, 2010) pengetahuan yang dicakup dalam


domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu [42] :
29

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari


sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan


secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi


yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi
ini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau


suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan


atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
30

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau


penilaian terhadapsuatu objek atau materi. Penilaian-penilaian ini
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.

2.12.2 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak
dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan
sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus
sosial. Menurut Newcomb, salah seorang ahli psikologis social,
menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu [22].

Seperti halnya pengetahuan, sikap juga memiliki tingkatan


berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut [22]:

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan


stimulus yang diberikan (obyek).

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan


menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena
dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas
yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang
itu menerima ide tersebut.
31

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan


dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap
tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnuya


dengansegala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.

2.12.3 Perilaku
Menurut Rogers yan dikutip oleh Notoatmodjo dalam Aldela,
perilaku adalah semua kegiatan atau aktiitas manusia baik yang dapat
diamati langsung dari maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Sedangkan sebelum mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut
terjadi proses yang berurutan, yakni [43] :

1. Awareness (Kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti


mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2. Interest (merasa tertarik), dimana individu mulai menaruh perhatian
dan tertaik paa stimulus.
3. Evaluation (menimban-nimbang), individu akan mempetimbangkan
baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal
ini berarti siap responden sudah baik lagi.
4. Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru.
5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Pada peneltian selanjutnya Rogers yang dikutip oleh Notoadmodjo


dalam Aldela menyimpulkan bahwa pengadopsian perilaku yang melalui
proses seperti diatas dan didasari oleh pengetahuan, kesadaran yang
positif, maka perilaku tesebut akan berlansung langgeng (long lasting).
Namun, sebaliknya jika perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan
dan kesadaran, maka perilaku tersebut bersifat sementara atau tidak akan
berlangsung lama. Perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu
32

aspek fisik, psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari
berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap
dan sebagainya yang ditentukan dan dipengaruhi oleh fakor pengalaman,
keyakinan, sarana fisik, dan sosial budaya [43].

Menurut Notoatmodjo dalam Darma, dilihat dari bentuk respon


terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi 2, yaitu
[44]:

1. Peilaku tertutup (convert behavior)

Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus


dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi
terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan, kesadaran, dan sikap yng terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh
orang lain.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau


terbuka. Respon terhadap stimulus tesebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek, yang dnganmudah dapat diamati atau dilihat oleh
orang lain.
BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI
OPERASIONAL

3.1 Kerangka Teori

Stunting adalah kondisi panjang/tinggi badan anak dibawah standar


usia anak secara fisik balita stunting akan lebih pendek dibandingkan
balita normal lainnya yang seumuran. Pendek dan sangat pendek status
gizi yang didasarkan pada indeks panjang badan menurut umur (PB/U)
atau tinggi badan menurut umur (TB/U) yang merupakan istilah lain untuk
stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek) [26]. Stunting
merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek sehingga
melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan.

Faktor – faktor yang mempengaruhi status gizi stunting terdapat


dua faktor penting, yaitu faktor yang mempengaruhi secara langsung dan
fakotr yang mempengaruhi secara tidak langsung.

33
Stunting

Faktor yang mempengaruhi Faktor yang mempengaruhi


secara langsung secara tidak langsung

1. Asupan makan
1. Pola asuh

2. Penyakit infeksi
2. Pendidikan

3. Pengetahuan

Varialbel yang tidak diteliti


4. Sanitasi
lingkungan
Variabel yang diteliti

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat –


Stunting (STBM-Stunting), 8 pilar :

1. Stop buang air besar


sembarangan (Stop BABS)
2. Cuci tangan pakai sabun
1. Pengetahuan (CPTS)
3. Pengelolaan air
2. Sikap minum&makan di rumah
tangga (PAMM-RT)
4. Pengamanan sampah
3. Perilaku rumah tangga (PS-RT)
5. Pengamanan limbah cair
rumah tangga (PCL-RT)
6. Gizi ibu hamil
7. Pemberian makan bayi dan
anak
8. Pemantauan pertumbuhan

GAMBAR 3.1
KERANGKA TEORI

34
3.2 Kerangka Konsep

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh


asupan gizi kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan
yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Penyebab langsung adalah
asupan makanan dan penyakit infeksi. Penyakit infeksi yang berulang
akibat dari sanitasi yang buruk memberikan dampak pada ganguan
pertumbuhan anak. Sanitai Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah
suatu program nasional dalam intervensi yang menitikberatkan pada
pencapaian kondisi sanitasi total di masyarakat melalui perubahan
perilaku higienis masyarakat [12]. Program STBM yang berupaya
melakukan perubahan perilaku higienis agar mencapai keadaan sanitasi
total berjalan dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat.
Peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku stunting dapat
dipengaruhi oleh beberapa perlakuan, salah satunya adalah pemberian
intervensi menggunakan media penyuluhan power point. Media slide
power point mampu menampilkan progam multimedia dengan menarik,
dengan tampilannya yang dapat berupa teks, gambar, dan video.

35
36

Pengetahuan
pencegahan stunting

Penyuluhan Sanitasi
Total Berbasis Sikap pencegahan
Masyarakat- stunting
Stunting(STBM-Stunting)
menggunakan media
power point
Perilaku pencegahan
stunting

Gambar 3.2
KERANGKA KONSEP PENGARUH PROGRAM SANITASI TOTAL
BERBASIS MASYARAKAT (STBM) TERHADAP PENGETAHUAN,
SIKAP, DAN PERILAKU PENCEGAHAN STUNTING PADA WANITA
USIA SUBUR (WUS) DI DESA SINARJAYA KABUPATEN BANDUNG
BARAT

Variable Independen : Penyuluhan STBM-Stunting menggunaan media


power point

Variable Dependen : a. Pengetahuan pencegahan stunting

b. Sikap pencegahan stunting

c. Perilaku pencegahan stunting

3.2 Hipotesis
3.2.1 Ada pengaruh pengetahuan mengenai program Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) terhadap stunting pada wanita usia subur
(WUS)

3.2.2 Ada pengaruh sikap mengenai program Sanitasi Total Berbasis


Masyarakat (STBM) terhadap stunting pada wanita usia subur (WUS)

3.2.3 Ada pengaruh perilaku mengenai program Sanitasi Total Berbasis


Masyarakat (STBM) terhadap stunting pada wanita usia subur (WUS)
37

3.3 Definisi Operasional


3.3.1 Penyuluhan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat-
Stunting (STBM-Stunting) melalui media power point

a. Definisi : Media penyuluhan pada penelitian ini menggunakan


media power point yang dilakukan sebanyak 2 kali dengan selang
waktu 3 hari. Media berisikan materi tentang pengertian stunting,
faktor–fakor yang mempengaruhi stunting, faktor resiko stunting,
dampak stunting, upaya pencengahan stunting, konsep STBM,
strategi STBM, delapan pilar STBM - Stunting, prinsip – prinsip
STBM - Stunting, tangga perubahan perilaku visi STBM-Stunting.

3.3.2 Pengetahuan mengenai pencegahanan stunting


Pengetahuan pencegahanan stunting meliputi pengetahuan
pengaruh program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat- Stunting
(STBM-Stunting) berisikan tentang pengertian stunting, faktor–fakor
yang mempengaruhi stunting, faktor resiko stunting, dampak
stunting, upaya pencengahan stunting, konsep STBM, strategi
STBM, delapan pilar STBM - Stunting, prinsip – prinsip STBM –
Stunting, tangga perubahan perilaku visi STBM-Stunting.

Cara Ukur : Angket

Alat Ukur : Kuesioner

Hasil Ukur :Hasil pengetahuan terkait materi pencegahanan


stunting. Jawaban benar diberi skor 1 dan apabila
jawaban salah diberi skor 0.

Skala Ukur : Rasio


38

3.3.3 Sikap mengenai pencegahanan stunting


Sikap ini meliputi respon, tanggapan atau pandangan
sampel sebagai kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dalam
menyikapi pencegahanan stunting mengenai pengaruh program
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat- Stunting (STBM-Stunting).
Cara Ukur : Angket

Alat Ukur : Daftar ceklis

Hasil Ukur : Skor sikap

Skala Ukur : Rasio

3.3.4 Perilaku mengenai pencegahanan stunting


Perilaku ini meliputi perubahan tindakan sampel dalam
menyikapi pencegahanan stunting mengenai pengaruh program
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat- Stunting (STBM-Stunting).
Cara Ukur : Angket

Alat Ukur : Daftar ceklis

Hasil Ukur : Skor sikap

Skala Ukur : Rasio


BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Quasi – Eksperimental dengan menggunakan rancangan model perlakuan
One Group Pre - Post Test Desain. Desain ini digunakan untuk
mengetahui analisis pemberian penyuluhan program Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat - Stunting (STBM-Stunting) dengan intervensi
menggunakan media power point dengan proses pendahuluan introduced,
penyampaian materi, diskusi tanya jawab dan simpulan yang dilakukan
dalam waktu 90 menit untuk mengetahui perubahan pengetahuan, sikap
dan perilaku pada wanita usia subur di Desa Sinarjaya Kabupaten
Bandung Barat.

Adapun skema desain penelitian dapat dilihat dibawah ini.

O1 X1 X2 O2

Gambar 4.1

DESAIN PENELITIAN PENGARUH PROGRAM SANITASI TOTAL


BERBASIS MASYARAKAT TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP DAN
PERILAKU PENCEGAHAN STUNTING PADA WANITA USIA SUBUR
(WUS) DI DESA SINARJAYA KABUPATEN BANDUNG BARAT

Keterangan :

O1 : Pre-test pengetahuan, sikap dan perilaku pencegahan stunting


sebelum diberikan intervensi

X1 : Intervensi pertama dengan menggunakan media power point

X2 : Intervensi kedua dengan menggunakan media power point

39
O2 : Post-test pengetahuan, sikap dan perilaku pencegahan stunting
setelah diberikan intervensi

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian akan dilakukan pada bulan Februari tahun 2020
bertempat di Posyandu Desa Sinarjaya Kabupaten Bandung Barat.

4.3 Populasi dan Sampel


4.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah wanita usia subur (WUS) di
wilayah Desa Sinarjaya Kabupaten Bandung Barat.

4.3.2 Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini diambil menggunakan
cara purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan
pertimbangan tertentu yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi sampel :

1. Wanita usia subur (WUS) di Desa Sinarjaya Kabupaten Bandung


Barat dengan usia 15 – 49 tahun
2. Sampel belum pernah mendapatkan penyuluhan mengenai
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat – Stunting (STBM-Stunting)
3. Bersedia menjadi sampel penelitian dan mengikuti prosedur
sampai selesai dengan menandatangani inform consent.

Krieria eksklusi sampel :

1. Tidak hadir pada saat dilakukan penelitian


2. Tidak bisa berkomunikasi

Perhitungan besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus


perhitungan sebagai berikut :

40
2 ( Z 1−α + Z 1−β )2 σ 2
n1 = n 2 =
δ2

2 ( 1,96+1,28 )2 6,472
6,50 2

= 20,8 ≈ 21

keterangan :

n = Besar Sampel

Z1-α = tingkat kepercayaan 95% (1,96)

Z1-β = kekuatan uji 90% (1,28)

σ2 = standar deviasi kedua kelompok = 6,47[45]

δ2 = perubahan setelah intervensi = 6,50 [45]

Berdasarkan perhitungan sampel menggunakan rumus tersebut,


diketahui jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 20,8 = 21 dengan
faktor koreksi 20% maka masing-masing jumlah sampel antara kelompok
intervensi dan kontrol adalah 25 sampel.

4.4 Jenis dan Cara Pengumpulan Data


4.4.1 Jenis Data
a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari


sampel. Data primer meliputi :

1. Data karakteristik sampel meliputi usia, pendidikan dan pekerjaan.


Data ini diperoleh dengan cara memberikan kuesioner karakteristik
sampel.
2. Data skor pengetahuan gizi yang diperoleh melalui pre dan post
test menggunakan kuesioner
3. Data skor sikap gizi yang diperoleh melalui pre dan post test
menggunakan kuesioner
4. Data skor perilaku gizi yang diperoleh melalui pre dan post test
menggunakan kuesioner

41
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung,
mengenai gambaran umum lokasi penelitian yaitu posyandu Desa
Sinarjaya Kabupaten Bandung Barat

4.4.2 Pengumpulan Data


a. Tahap Persiapan
1. Peneliti menetapkan sampel, tempat dan tujunan penelitian
2. Peneliti mengajukan perizinan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten Bandung Barat untuk data penelitian awal
3. Peneliti meminta kerja sama dengan puskesmas wilayah
setempat untuk melaksanakan penelitian pada posyandu
wilayah kerja puskesmas untuk memberikan penjelasan
mengenai hal- hal yang berkaitan dengan penelitian, serta
meminta ijin diluangkan waktu untuk melakukan kegiatan
pre dan post test.

b. Pelaksanaan Penelitian
1. Pada hari pertama, peneliti memperkenalkan diri kepada
calon sampel, menyampaikan penjelasan penelitian yang
meliputi tujuan penelitian, prosedur penelitian dan meminta
kesediaan calon sampel untuk berpartisipasi sebagai
sampel penelitian dengan menyerahkan Naskah Penjelasan
Peneitian dan Persetujuan Setelah Penjelasan.
2. Kemudian sampel yang bersedia berpartisipasi sebagai
sampel diminta untuk mengisi kuesioner mengenai identitas
sampel dan melakukan pre test dengan mengisi kuesioner
mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku selama 20 menit
3. Sampel diberikan intervensi pertama berupa penyuluhan
mengenai pemicu program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat-Stunting (STBM-Stunting) dengan media power
point

42
4. Setelah penyampaian materi lakukan sesi tanya jawab atau
diskusi antara responden dengan penyuluh dan mereview
kembali materi yang telah disampaikan
5. Intervensi kedua penyuluhan dilakukan berjarak 3 hari
setelah intervensi pertama dengan cara yang sama dan
dilakukan review penyuluhan dan sesi tanya jawab atau
diskusi yang telah diberikan sebelumnya
6. Berjarak seminggu dari intervensi keduaa, dilakukan post
test dengan mengisi kuesioner pengetahuan, sikap dan
perilaku selama 20 menit.

4.5 Pengolahan Data


4.5.1 Univariat
a. Data karakteristik sampel meliputi usia, pendidikan dan
pekerjaan dianalisa secara deskriptif

b. Data pengetahuan diperoleh dengan cara memberikan


kuensioner yang kemudian diberi skor. Adapun skor yang
diberikan yaitu 1 jika menjawab benar dan 0 jika jawaban salah

c. Data sikap diperoleh dengan cara memberikan kuensioner yang


kemudian diberi skor. Adapun skor yang diberikan yaitu 1 jika
menjawab benar dan 0 jika jawaban salah

d. Data perilaku diperoleh dengan cara memberikan kuensioner


yang kemudian diberi skor. Adapun skor yang diberikan yaitu 1
jika menjawab benar dan 0 jika jawaban salah

4.5.2 Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaru penyuluhan
gizi menggunakan media audiovisual terhadap pengetahuan, sikap
dan perilaku pada sampel. Analisis yang dilakukan dengan
menggunakan SPSS 15.0 Windows yaitu :

43
a. Dilakukan Uji Normalitas untuk mengetahui apakah data
terdistribusi normal atau tidak normal. Dikatakan data
terdistribusi normal apabila p (nilai signifikansi) > (α=0,05)
b. Dilakukan Uji Peired Sampel T-Test untuk data yang
terdistribusikan normal dan Uji Wilcoxon untuk data yang tidak
terdistribusi normal. Tujuannya adalah untuk mengetahui
perbedaan rata-rata skor pengetahuan, sikap dan perilaku
antara dua kelompok data dependen yaitu data pengetahuan,
sikap dan perilaku pre test dan post test

44
45

BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian


Puskesmas Gunung Halu berada di Kecamatan Gunung Halu
Kabupaten Bandung Barat. Wilayah kerja Puskesmas Gunung Halu
merupakan kawasan pedesaan yang masih asri dengan perkebunan dan
sawah serta padat penduduk.
Lokasi penelitian dilakukan pada posyandu yang terletak di Desa
Sinarjaya Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat. Wilayah ini
adalah Kecamatan Gunung Halu yang terdiri dari 25 RW dengan 17
posyandu. Posyandu tersebut diambil berdasarkan padat penduduk,
jumlah balita banyak dan wilayah tempat tinggal didataran tinggi sehingga
jauh dari pekotaan.

5.2 Analisis Univariat


Analisis univariat pada penelitian ini terdiri dari karakteristik sampel,
skor pengetahuan, skor sikap dan skor perilaku.
5.2.1 Karateristik Sampel Penelitian
Data karateristik ampel diuraikan secara deskriptif yang
meliputi usia, pendidikan dan pekerjaan ibu.
1. Usia
Data usia dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu 15- 31
tahun dan 32 – 49 tahun. Distribusi frekuensi sampel berdasarkan
usia dapat dilihat pada tabel berikut ini :
TABEL 5.1
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN USIA
Usia N %
15 – 31 tahun 16 64,0
32 – 49 tahun 9 36,0
Total 25 100,0
46

Karakteristik sampel berdasarkan usia pada kelompok


kontrol terdiri dari kelompok usia yaitu 15 – 31 tahun dan 32 – 49
tahun. Usia 15 – 31 tahun pada kelompok kontrol sebanyak 16
sampel (64,0%) dan 32 – 49 tahun sebanyak 9 sampel (36,0%).
Hal tersebut menunjukan usia sampel masih masuk dalam
golongan usia wanita usia subur yang diharapkan masuk dalam
penelitian.

2. Pendidikan
Data pendidikan terakhir dikategorikan menjadi
empatkelompok yaitu SD, SMP, SMA, dan Perguruan
tinggi.Distribusi frekuensi sampel berdasarkan pendidikan terakhir
dapat dilihat pada tabel berikut ini :

TABEL 5.2
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN PENDIDIKAN IBU
Pendidikan Ibu N %
SD 15 60,0
SMP 6 24,0
SMA 4 16,0
PTN 0 0
Total 25 100,0

Karakteristik sampel berdasarkan pendidikan terakhir ibu


pada kelompok kontrol terdiri dari kelompok SD, SMP, SMA, dan
Perguruan tinggi. Pendidikan terakhir SD pada kelompok kontrol
sebanyak 15 orang (60,0%), SMP sebanyak 6 orang (24,0%), SMA
sebanyak 4 orang (16,0%).

3. Pekerjaan
Data pekerjaan dikategorikan menjadi duakelompok yaitu
bekerja dan tidak bekerja.Distribusi frekuensi sampel
berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
47

TABEL 5.3
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN PEKERJAAN IBU
Pekerjaan Ibu N %
Bekerja 6 24,0
Tidak Bekerja 19 76,0
Total 25 100,0

Karakteristik sampel berdasarkan pekerjaan pada kelompok kontrol


terdiri dari kelompok bekerja dan tidak bekerja. kelompok bekerja pada
kelompok kontrol sebanyak 6 orang (24,0%) dan kelompok tidak bekerja
sebanyak 19 orang (76,0%).

5.2.2 Skor Pengetahuan


Pengetahuan sampel penelitian diukur melalui kuesioner yang
berisi 15 soal pilihan ganda meliputi stunting dan Sanitasi Total Berbasis
Masyarkat (STBM). Penilaian pengetahuan didasarkan pada hasil skoring.
Setiap jawaban yang benar diberi nilai 1 dan setiap jawaban salah diberi
nilai 0. Kemudian seluruh skor dijumlahkan dengan nilai maksimum 15.
Hasil pengukuran pengetahuan sampel penelitian pada kelompok kontrol
disajikan dalam tabel berikut :

TABEL 5.4
NILAI PENGETAHUAN SEBELUM DAN SESUDAH INTERVENSI
Skor
Rata -
pengetahua N Min Maks SD
rata
n
Pre – Test 25 4 12 6,80 1,8
Post – Test 25 7 12 8,56 1,3

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukan bahwa rata – rata skor


pengetahuan pada kelompok kontrol sebelum diberikan intervensi adalah
6,80, nilai minimum 4, nilai maksimum 12 dan standar deviasi sebesar 1,8.
Ketika sudah diberikan intervensi, rata – rata kelompok kontrol menjadi
8,56, nilai minimum 7, nilai maksimum 12 dan standar deviasi sebesar 1,3.
48

5.2.3 Skor Sikap


Sikap sampel penelitian diukur melalui kuesioner yang berisi 10
soal meliputi pernyataan yang dimana sampel mengisi pernyataan
tersebut dengan setuju atau tidak setuju. Penilaian sikap didasarkan pada
hasil skoring, dimana jika jawaban yang benar diberi nilai 1 dan setiap
jawaban salah diberi nilai 0. Kemudian seluruh skor dijumlahkan dengan
nilai maksimum 10. Hasil pengukuran sikap sampel penelitian pada
kelompok kontrol disajikan dalam tabel berikut :

TABEL 5.5
NILAI SIKAP SEBELUM DAN SESUDAH INTERVENSI
Skor Rata -
N Min Maks SD
Sikap rata
Pre – Test 25 5 8 6,48 0,65
Post –
25 7 10 8,40 0,70
Test

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukan bahwa rata – rata skor sikap


pada kelompok kontrol sebelum diberikan intervensi adalah 6,48, nilai
minimum 5, nilai maksimum 8 dan standar deviasi sebesar 0,65. Ketika
sudah diberikan intervensi, rata – rata kelompok kontrol menjadi 8,40, nilai
minimum 7, nilai maksimum 10 dan standar deviasi sebesar 0,70.

5.2.4 Skor Perilaku


Perilaku sampel penelitian diukur melalui kuesioner yang berisi 10
soal meliputi pernyataan yang dimana sampel mengisi pernyataan
tersebut dengan iya atau tidak. Penilaian perilaku didasarkan pada hasil
skoring, dimana jika jawaban yang benar diberi nilai 1 dan setiap jawaban
salah diberi nilai 0. Kemudian seluruh skor dijumlahkan dengan nilai
maksimum 10. Hasil pengukuran perilaku sampel penelitian pada
kelompok kontrol disajikan dalam tabel berikut :

TABEL 5.6
NILAI PERILAKU SEBELUM DAN SESUDAH INTERVENSI
49

Skor Rata –
N Min Maks SD
Perilaku rata
Pre – Test 25 5 9 6,72 0,93
Post –
25 8 9 8,56 0,50
Test

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukan bahwa rata – rata skor perilaku


pada kelompok kontrol sebelum diberikan intervensi adalah 6,72, nilai
minimum 5, nilai maksimum 9 dan standar deviasi sebesar 0,93. Ketika
sudah diberikan intervensi, rata – rata kelompok kontrol menjadi 8,56, nilai
minimum 8, nilai maksimum 9 dan standar deviasi sebesar 0,50.

5.3 Analisis Bivariat


Analisis bivariat pada penelitian ini terdiri dari uji normalitas, hasil
analisa uji bivariat seperti berikut :

5.3.1 Uji Normalitas


Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui sebaran data
apakah data yang didapatkan terdistribusi normal atau tidak normal. Uji
normalitas yang digunakan pada data pengetahuan,sikap, dan perilaku
adalah Shapiro Wilk of Normality karena sampel yang digunakan kurang
dari 50. Data dikatakan terdistribusi normal jika nilai p > (α = 0,05 ).
Berikut merupakan hasil dari uji normalitas data pengetahuan, sikap, dan
perilaku pada kelompok kontrol :

TABEL 5.7
HASIL UJI NORMALITAS DATA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU

Uji Normalitas
Variabel Pengukuran Distribusi Uji
Nilai p
Data Bivariat
Pengetahua Pre Test 0,125 Normal Paired T -
Post Test 0,357
50

n test
Pre Test 0,000 Tidak
Sikap Wilocoxon
Post Test 0,001 Normal
Pre Test 0,005 Tidak
Perilaku Wilocoxon
Post Test 0,000 Normal

Berdasarkan data uji normalitas tersebut menunjukkan bahwa


semua data yang meliputi hasil pre test dan post test pengetahuan, sikap
serta perilaku sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Data yang
terdistribusi normal adalah pre pengetahuan dan post pengetahuan.
Sedangkan data yang tidak terdistribusi normal adalah pre sikap, post
sikap, pre perilaku dan post perilaku. Data yang terdistribusi normal
kemudian akan dilanjutkan uji menggunakan uji paired sampel t-test dan
data yang tidak terdistribusi normal akan menggunakan uji wilocoxon.

5.3.2 Uji Bivariat


Analisa perbedaan rata – rata pada kelomok berpasangan yaitu
pada data pengetahuan, sikap, dan perilaku sebelum dan sesudah
intervensi.

1. Pengetahuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)


pada kelompok Kontrol

TABEL 5.8
HASIL ANALISA BEDA RATA – RATA PENGETAHUAN SEBELUM DAN
SESUDAH DIBERIKAN INTERVENSI

Rata - rata
Pre Post Uji
Menurun Tetap Meningkat Nilai p
Test Test Bivariat
Paired T
6,80 8,56 0 1 24 0,000
- test
51

Berdasarkan tabel 5.8 menunjukan bahwa 1 sampel mempunyai


skor pengetahuan tetap dan 24 sampel lainnya memiliki skor meningkat
dari sebelum diberikan intervensi dan sesudah intervensi. Berdasarkan
hasil uji paired sampel t - test kelompok kontrol menunjukan bahwa tidak
ada perbedaan antara skor pengetahuan pre test dan psot test dengan
hasil uji p = 0,000 dan derajat kepercayaan 95% (p<0,05), dapat
disimpulkan bahwaada pengaruh yang signifikan padapenyuluhan
terhadap pengetahuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
terhadap pencegahan stunting.

2. Sikap Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) pada


kelompok Kontrol

TABEL 5.9
HASIL ANALISA BEDA RATA – RATA SIKAP SEBELUM DAN SESUDAH
DIBERIKAN INTERVENSI

Rata – rata
Pre Post Uji
Menurun Tetap Meningkat Nilai p
Test Test Bivariat
6,48 8,40 0 1 24 Wilocoxon 0,000

Berdasarkan tabel 5.8 menunjukan bahwa 1 sampel mempunyai


skor sikap tetap dan 24 sampel lainnya memiliki skor meningkat dari
sebelum diberikan intervensi dan sesudah intervensi. Berdasarkan hasil
uji wilocoxon kelompok kontrol menunjukan bahwa tidak ada perbedaan
antara skor sikap pre test dan post test dengan hasil uji p = 0,000 dan
derajat kepercayaan 95% (p<0,05), dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh yang signifikan pada penyuluhan terhadap sikap Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) terhadap pencegahan stunting.

3. PerilakuSanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) pada


kelompok Kontrol
52

TABEL 5.10
HASIL ANALISA BEDA RATA – RATA PERILAKU SEBELUM DAN SESUDAH
DIBERIKAN INTERVENSI

Rata - rata
Pre Post Uji
Menurun Tetap Meningkat Nilai p
Test Test Bivariat
6,72 8,56 0 4 21 Wilocoxon 0,000

Berdasarkan tabel 5.8 menunjukan bahwa 4 sampel mempunyai


skor perilaku tetap dan 21 sampel lainnya memiliki skor meningkat dari
sebelum diberikan intervensi dan sesudah intervensi. Berdasarkan hasil
uji wilocoxon kelompok kontrol menunjukan bahwa tidak ada perbedaan
antara skor sikap pre test dan psot test dengan hasil uji p = 0,000 dan
derajat kepercayaan 95%, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
penyuluhan terhadap perilaku Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
terhadap pencegahan stunting.

BAB VI
PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian


Pada penelitian ini terdapat keterbatasan penelitian sebagai
berikut:
Penelitian ini memiliki keterbatasanya yaitu pada kuesioner perilaku
yang dimana tidak melakukan observasi langsung tetapi hanya bertanya
melalui kuesioner terhadap perubahan perilaku dan pertanyaan pada
kuesioner perilaku tidak terdapat tentang gizi.
53

6.2 Pembahasan
Pembahasan pada penelitian ini meliputi karateristik sampel
penelitian, perbandingan dan perubahan hasil pengetahuan, sikap, dan
perilaku mengenai Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) terhadap
pencegahan stunting sebagai berikut :

6.2.1 Karateristik Sampel Penelitian Berdasarkan Usia,


Pendidikan dan Pekerjaan

Karakteristik ibu yang mencakup umur, pendidikan, pekerjaan bisa


mempengaruhi proses perubahan perilaku. Pada penelitian ini, jumlah
sampel sebanyak 25 orang sampel dengan usia sampel yang diamati
pada wanita usai subur yaitu 15 – 49 tahun yang dipilih secara purporsive
sampling yaitu teknik sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
Karakteristik sampel wanita usia subur berdasarkan usia yaitu pada
usia 15 – 31 tahun sebanyak 16 sampel (64,0%). Umur responden rata –
rata masih dalam kategori usia produktif memungkinkan mereka masih
mampu untuk menangkap informasi yang diberikan dan mengingatnya
kembali dengan baik.
Pendidikan ibu dapat menggambarkan pengetahuan serta akses
mendapatkan informasi terkait gizi dan makanan [22]. Pendidikan terakhir
ibu sebagian besar tamat SD, yaitu sebanyak 15 orang (60,0%). Faktor
pendidikan yang umumnya rendah sehingga dapat mempengaruhi
terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku awal responden sebelum
diberikan pendidikan kesehatan [51] dan terbatas mengetahui mengenai
pola hidup sehat dan pentingnya zat gizi bagi kesehatan dan status gizi
pada anak.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nasikhah
(2014) di Semarang, yang menunjukkan pengetahuan ibu tentang gizi
merupakan faktor risiko kejadian stunting yang bermakna.
Karakteristik sampel berdasarkan pekerjaan terdiri dari kelompok
bekerja dan tidak bekerja. dimana kelompok tidak bekerja sebanyak 19
54

orang (76,0%). Pada penelitian sebagian besar merupakan ibu tidak


bekerja, sehingga ibu yang tidak bekerja akan mempunyai waktu yang
lebih banyak dengan anaknya dan mempengaruhi peningkatan kualitas
gizi anaknya.

6.2.2 Skor Pengetahuan Mengenai Sanitasi Total Berbasis


Masyarakat terhadap Pencegahan Stunting Sebelum dan
Sesudah diberikan Intervensi

Pengetahuan terhadap pencegahan stunting merupakan salah satu


variabel yang diukur dalam penelitian ini. Penelitian yang dilakukan oleh
Astuti dkk (2002) didapatkan bahwa metode pendidikan kesehatan
dengan penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan responden.
Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat menentukan
dalam membentuk kebiasaan atau tindakan seseorang (overt behavior)
[58].

Sebelum diberikan perlakuan intervensi, didapatkan hasil


berdasarkan data pengukuran pengetahuan pada saat pre-test dengan
hasil rata – rata nilai sebesar 6,80. Hasil tersebut menunjukan bahwa
sebelum diberikan intervensi penyuluhan gizi, banyak ibu yang belum
paham tentang stunting itu apa, terlihat dari sebagian besar ibu tidak tepat
dalam menjawab pertanyaan yang diberikan terutama pertanyaan
mengenai faktor yang mempengaruhi, faktor resiko, dampak serta upaya
pencegahan dari stunting. Pengetahuan mengenai stunting pada
responden masih sangatlah rendah.

Selain itu, sebagian besar responden pun masih mempunyai


kesadaran yang rendah terhadap sanitasi kebersihan lingkungan.
Responden masih tidak mengetahui bahwa kebersihan sanitasi
lingkungan pun merupakan salah satu penyebab terjadi stunting. Hal
tersebut dapat disebabkan karena responden kurang terpaparnya
informasi sehingga, faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan selain
55

informasi adalah pengalaman, usia, pendidikan, lingkungan serta sosial,


budaya dan ekonomi menurut Budiman dan Riyanto dalam Saputro.

Setelah diberikan perlakuan intervensi sebanyak 2 kali, yakni


menggunakan media power point, terjadi peningkatan rata – rata nilai
pada saat post tes, dengan hasil nilai sebesar 8,56. Hal ini menunjukan
bahwa sampel sudah mampu menjawab dengan lebih baik dibandingkan
sebelum diberikan perlakuan intervensi. Pengetahuan ibu merupakan
penyebab tidak langsung namun sangat berpengaruh pada penyebab
langsung terjadi stunting anak karena berkontribusi pada makanan apa
yang diberikan pada anak. Intervensi gizi spesifik salah satunya upaya
melakukan pencegahan dan mengurangi penyebab langsung memilki
kontribusi 30% dalam upaya perbaikan gizi [59].

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh


Ardiyah et all (2015) mengatakan bahwa tingkat pengetahuan ibu
mengenai gizi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya stunting pada anak balita baik yang ada dipedesaan maupun
perkotaan.

6.2.3 Skor Sikap Mengenai Sanitasi Total Berbasis Masyarakat


terhadap Pencegahan Stunting Sebelum dan Sesudah
diberikan Intervensi

Penyuluhan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan


pengetahuan gizi seseorang. Karena penyuluhan merupakan sarana
edukatif untuk meningkatkan pengetahuan seseorang. Tujuan akhir
penyuluhan adalah adanya perubahan perilaku manusia yang dilakukan
secara edukatif. Karena dengan adanya penyuluhan diharapkan orang
bisa memahami pentingnya makanan dan gizi, sehingga mau bersikap
dan bertindak mengikuti norma – norma gizi [2].
Sebelum diberikan perlakuan intervensi, didapatkan hasil
berdasarkan data pengukuran sikap pada saat pre-test dengan hasil rata
56

– rata nilai sebesar 6,48. Sikap adalah kesiapan atau kesediaan


seseorang untuk bertingkah laku atau merespon sesuatu baik terhadap
rangsangan positif maupun rangsangan negative dari suatu objek
rangsangan [57]. Hasil tersebut menunjukan bahwa sebelum diberikan
intervensi penyuluhan gizi, responden sebagian besar masih mempunyai
tingkat kesadaran yang rendah terhadap menyikapin respon stunting.
Respon ibu pun masih kurang pada pemantauan pertumbuhan setiap
bulannya pada anak untuk dibawa keposyandu. Selain faktor
pengetahuan, karena terdapat faktor – faktor lain yang dapat
mempengaruhi sikap, yaitu bisa pengaruh orang lain yang dianggap
penting, pengalaman pribadi, pengaruh kebudayaan, media massa,
lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosional [54].
Setelah diberikan perlakuan intervensi sebanyak 2 kali, yakni
menggunakan media power point, terjadi peningkatan rata – rata nilai
pada saat post tes, dengan hasil nilai sebesar 8,40. Hasil tersebut dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengetahuan. Diketahui bahwa
pada penelitian terjadi peningkatan skor pengetahuan setelah diberikan
intervensi, hal ini sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Notoatmodjo
(2005) bahwa pengetahuan yang baik akan mendorong seseorang untuk
menampilkan sikap yang sesuai dengan pengetahuan yang telah
didapatkan. Maka hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kusumastuti (2010), bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan
dengan sikap. Pengetahuan bertambah dapat meningkatkan kesadaran
dan dapat merubah respon menjadi lebih positif [53].
Sikap yang didasari oleh pengetahuan akan bertahan lebih lama
dari pada sikap yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum
responden memiliki sikap baru tentang pencegahan stunting, responden
penelitian meliputi beberapa tahap tingkatan yang berurutan yaitu
meneriman (receiving), merespon (responding), menghargai (valuing) dan
bertanggung jawab (responsible) [68].
Tahap menerima (receiving) pada penelitian ini yaitu pada saat
pemberian materi dimana responden mulai diberikan stimulus berupa
57

penyuluhan STBM-Stunting dengan menggunakan media power point


yang melibatkan penglihatan dan pendengaran kemudian responden mau
menerima stimulus yang diberikan dan sampel mengikuti proses
penyuluhan dengan baik dimana seluruh responden memperhatikan
penyuluh. Setelah itu muncul merespons (responding) dimana sampel
mempertimbangkan pertanyaan – pertanyaan yang diajukan kepada
penyuluh. Sampel terlihat antusian dilihat dari pertanyaan yang mereka
ajuka serta mampu menjawab pertanyaa yang penyuluh berikan.
Tahap selanjutnya menghargai (valuing) sampel diberikan
kesempatan selama satu minggu untuk memahami, mengajak orang lain
untuk mendiskusikan mengenai penyuluhan yang didapatkan dan pada
hari terakhir dilakukan penelian apakah sampel sudah dapat bersikap
bertanggung jawab (responsible) dapat memberikan pandangan positif
dan negative tentang pernyataan mengenai pencegahan stunting.

6.2.4 Skor Perilaku Mengenai Sanitasi Total Berbasis


Masyarakat terhadap Pencegahan Stunting Sebelum dan
Sesudah diberikan Intervensi

Pendidikan/penyuluhan kesehatan memotivasi orang untuk


berperilaku hidup sehat. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga agar
semua orang lebih sehat dengan menghindari hal – hal yang tidak
menguntungan [65].
Sebelum diberikan perlakuan intervensi, didapatkan hasil
berdasarkan data pengukuran pengetahuan pada saat pre-test dengan
hasil rata – rata nilai sebesar 6,72. Hubungan perilaku sangat dipengaruhi
oleh fungsi karakteristik individu dan factor lingkungan. Karateristik
individu yang meliputi variabel sifat, kepribadian dan sikap yang saling
berinteraksi satu sama lain dari kemudian berinteraksi pula dengan factor
– factor lingkungan dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan
memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku, bahkan
58

kekuatannya lebih besar dari pada karateristik individu. Kenyataan


dilapangan yaitu, masyarakat setempat (termasuk responden) mempunyai
kebiasaan dan keyakinan yang masih negative dalam berperilaku seperti
tidak mencuci tangan pada saat 5 momen penting.
Setelah diberikan perlakuan intervensi sebanyak 2 kali, yakni
menggunakan media power point, terjadi peningkatan rata – rata nilai
pada saat post tes, dengan hasil nilai sebesar 8,56. Menurut Mubarak
(2012) pengetahuan seseorang akan menjadi dasar bagi seseorang untuk
bersikap dan pada akhirnya akan mempengaruhi perilakunya. Apabila
penerimaan perilaku baru didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan
sikap yang positif maka perilaku tersebut dapat berlangsung lama (long
lasting). Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak disadari oleh pengetahuan
dan kesadaran tidak berlangsung lama.

6.2.5 Pengaruh Mengenai Sanitasi Total Berbasis Masyarakat


terhadap Pengetahuan Pencegahan Stunting

Berdasarkan uji statistik menggunakan uji paired sampel t – test


didapatkan hasil p=0,000 dengan derajat kepercayaan 95% (p<0,05)
maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penyuluhan terhadap
pengetahuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) terhadap
pencegahan stunting. Pada hasil penelitian menunjukan bahwa 1 sampel
mempunyai pengetahuan tetap dan 24 sampel lainnya memiliki skor
meningkat dari sebelum diberikan intervensi. Peningkatan pengetahuan
terjadi dikarenakan adanya kemauan dalam diri ibu untuk mengikuti dan
mengetahui upaya pencegahan stunting. Hal ini sesuai dengan teori
Notoatmodjo (2007) yang mengatakan bahwa sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Media penyuluhan merupakan salah satu komponen yang penting.


Menurut Riyana (2008), Program Microsoft Office Power Point adalah
salah satu software yang dirancang khusus untuk mampu menampilkan
program multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan, mudah
59

dalam penggunaan dan relatif murah karena tidak membutuhkan bahan


baku selain alat untuk menyimpan data [54].

Menurut Maulana (2009), pancaindera yang banyak menyalurkan


pengetahuan ke otak adalah mata (kurang lebih 75% sampai 87%),
sedangkan 13% sampai 25%, pengetahuan manusia diperoleh dan
disalurkan melalui pancaindera yang lain. Hasil penelitian ini sejalan
dengan Puspita (2012) yang menyatakan bahwa melalui media
Pendidikan/penyuluhan yang digunakan dan cara penyampaian materi
pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap seseorang. Media
pendidikan berfungsi untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin
kepada suatu objek sehingga mempermudah persepsi.

6.2.6 Pengaruh Mengenai Sanitasi Total Berbasis Masyarakat


terhadap Sikap Pencegahan Stunting

Berdasarkan uji statistik menggunakan uji wilocoxon pada


kelompok kontrol didapatkan hasil p=0,000 yang dapat disimpulkan bahwa
ada pengaruh penyuluhan terhadap sikap Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) terhadap pencegahan stunting. Pada kelompok
kontrol menunjukan bahwa 1 sampel mempunyai skor sikap tetap dan 24
sampel lainnya memiliki skor meningkat dari sebelum diberikan intervensi
dan sesudah intervensi. Peningkatan sikap ibu ke arah positif dapat
dilakukan dengan menimbulkan perasaan senang terhadap hal-hal yang
dipelajari. Sehingga untuk mendukung terjadinya perubahan sikap ke arah
positif pelaksanaan penyuluhan dibuat semenarik mungkin dengan
melakukan aktifitas - aktifitas yang tidak monoton selama penyuluhan.
Newcomb dalam Notoatmojo 2003 mengatakan bahwa sikap
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Jadi, sikap belum merupakan
suatu tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan
suatu perilaku. Sikap merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi
terbuka atau tingkah laku yang terbuka dari seseorang terhadap suatu
60

stimulus atau objek (55). Peneliti melakukan peningkatan sikap kearah


positif dengan cara menimbulkan perasaan senang terhadap hal-hal yang
akan dipelajari. Sehingga, materi penyuluhan dengan mudah dapat
dipahami oleh ibu. Selain itu, peningkatan kualitas sikap ke arah positif
juga dikarenakan penyuluh telah berhasil dalam berkomunikasi dan
menyampaikan informasi kepada ibu dengan menggunakan alat bantu
penyuluhan yaitu media power point dan membuat kata-kata yang lebih
mudah dipahami oleh ibu.

6.2.7 Pengaruh Mengenai Sanitasi Total Berbasis Masyarakat


terhadap Perilaku Pencegahan Stunting

Berdasarkan uji statistik menggunakan uji wilocoxon pada


kelompok kontrol didapatkan hasil p=0,000 dengan derajat kepercayaan
95% (p<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penyuluhan
terhadap perilaku Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) terhadap
pencegahan stunting. Pada kelompok kontrol menunjukan bahwa 4
sampel mempunyai skor perilaku tetap dan 21 sampel lainnya memiliki
skor meningkat dari sebelum diberikan intervensi dan sesudah intervensi.
Media selain digunakan sebagai alat untuk memperjelas, juga
dapat berfungsi untuk menimbulkan kesan mendalam, artinya apa yang
disuluhkan tidak mudah untuk dilupakan responden. Oleh karena itu,
media dapat mempengaruhi perubahan pada perilaku responden menjadi
kearah positif, karena didasari oleh pengetahuan dan pengalaman hidup
responden [67].
Power point sering digunakan sebagai media pengajaran termasuk
dalam pemberian pendidikan kesehatan. Menurut Brock and Joglekar
(2011) penggunaan power point sangat dianjurkan dalam presentasi dan
pengajaran, powert point dapat mencatumkan gambar, foto, bagan, grafik,
suara (audio visual) dan animasi bila dibandingkan dengan penggunaan
61

media lain. Pemberian penyuluah dengan menggunakan media power


point adalah cara agar responden dapat dengan mudah meniru perilaku
yang dimaksud dengan power point yang disampaikan setelah dibuat
sedemikian menariknya dan mudah untuk dipahami, sehinggan media
coco digunakan untuk mengajarkan keterampilan tertentu kepada
responden karena merupakan media yang tepat untuk mengajarkan
prosedur suatu kegiatan secara berurutan.

BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan
7.1.1 Karateristik sampel berdasarkan usia pada kelompok kontrol adalah
usia 15 – 49 tahun, yang dimana usia sampel terbanyak pada usia
15 – 31 tahun sebanyak 16 orang. Data pendidikan ibu sebagian
besar adalah tamat SD yaitu sebanyak 15 orang dan pekerjaan ibu
sebagian besar tidak berkerja yaitu sebanyak 19 orang.
7.1.2 Skor pengetahuan ibu didapatkan hasil rata – rata pre test 6,80 dan
post test 8,56.
7.1.3 Skor sikap ibu didapatkan hasil rata – rata pre test 6,48 dan post test
8,40.
7.1.4 Skor perilaku ibu didapatkan hasil rata – rata pre test 6,72 dan post
test 8,56.
7.1.5 Hasil uji statistik menggunakan uji Paired Sampel T-Test terhadap
variabel pengetahuan ibu didapatkan hasil p=0,000 (p<0,05)
terdapat pengaruh penyuluhan dengan media power point terhadap
pengetahuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) terhadap
pencegahan stunting.
7.1.6 Hasil uji statistik menggunakan uji Wilocoxon terhadap variabel sikap
ibu didapatkan hasil p=0,000 (p<0,05) terdapat pengaruh
62

penyuluhan dengan media power point terhadap sikap Sanitasi


Total Berbasis Masyarakat (STBM) terhadap pencegahan stunting.
7.1.7 Hasil uji statistik menggunakan uji Wilocoxon terhadap variabel
perilaku ibu didapatkan hasil p=0,000 (p<0,05) terdapat pengaruh
penyuluhan dengan media power point terhadap perilaku Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) terhadap pencegahan stunting.

7.2 Saran
7.2.1 Supaya peningkatan mencapai standar yang diharapkan perlu terus
menerus diberikan informasi. Seperti menambah media dengan
memberikan poster untuk ditempel
7.2.2 Bagi peneliti selanjutnya diharapkan pada monitoring perubahan
variabel perilaku dilakukan dengan cara obervasi langsung
ketempat dan dapat meneliti tidak hanya pada satu kelompok
sampel saja bisa dibandingkan dengan media bentuk penyampaian
yang lainnya seperti video
DAFTAR PUSTAKA

1. Istiono W, Suryadi H, Haris M, Irnizarifka ADT, M Adrian H, Tika F,


T. I. R.S. Analisisfaktor- faktor yang mempengaruhi status
gizibalita. JurnalKesehatan Masyarakat, 25(3), hal. 150-155.2009.
2. Suharjo. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bogor: Bumi Aksara.2003.
3. Adriani, M, Pola asuh makan pada baita dengan status gizi kurang
di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Kalimantan Tengah,dan
Kalimantan Tengah. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 16(2),
185-193. 2011.
4. UNSCN. Fifth Report on The World Nutrition Situation. SCN.2004.
5. Riskesdas. Riset Kehatan Dasar. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan, Republik
Indonesia.2018.
6. Riskesdas. Riset Kehatan Dasar. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan, Republik
Indonesia.2013.
7. PSG 2017. Buku Saku Pemantauan Status Gizi. Jakarta : Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan,
Republik Indonesia. 2017.
8. Kementrian Kesehatan RI.Kurikulum dan Modul Pelatihan
Fasilitator STM-Stunting. Jakarta : Kementerian Kesehatan. 2017.
9. Kemenkes RI. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS).Jakarta:Kementrian Kesehatan RI. 2015
10. Maryunani, Anik. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS. Jakarta:
TIM. 2013.
11. Kemenkes RI. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS).Jakarta:Kementrian Kesehatan RI. 2011.

63
64

12. Dinas Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri


Kesehatan RI Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008 Tentang Strategi
Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, Jakarta. 2008.
13. Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta, 2010 p. 20-33.
14. Departemen Kesehatan RI. Kebijakan Nasional Promosi
Kesehatan. Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI
Tahun 2004, Jakarta. 2004.
15. Rahayu, Atikah dan Laily Khairiyati. Risiko Pendidikan Ibu
terhadap kejadian Stuntin pada Anak 6-23 Bulan. Banjarmasin:
Jurnal FK Universitas Lambung Mangkurat. 2014.
16. Lestari, W., Margawati, A., Rahfiludin, M. Faktor Risiko Stunting
pada Anak Umur 6–24 Bulan di Kecamatan Penanggalan Kota
Subussalam Provinsi Aceh. Jurnal Gizi Indonesia, 3(1), 37–45.
Diakses dari http:// ejournal. undip.ac.id/index.php/jgi/article/
download/8752/7081. 2014.
17. Rahmawati,Fitria. Hubungan Pengetahuan Ibu, Pola Pemberan
Makan dan Pendapatan Keluarga terhadap Status Gizi Balita di
Desa Pajerukan Kecamatan Kalibogor dalam Skripsi Univesitas
Muhammadiyah Purwokerto. 2016.
18. Ramdhani, Neila. Sikap dan Beberapa Pendekatan dalam
Memahaminya. 2008.
19. Susanta. Sikap : Konsep dan Pengukuran. Dalam Jurnal
Administrasi Bisnis volume 2, No.2. 2006.
20. Suharjo.Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta : Bumi Aksara.
2003.
21. Ahmad Kholid. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta: Trans
Info Media. 2012.
22. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan Ilmu Prilaku. Jakarta :
Rineka Cipta, 2007.
65

23. Efektivitas Audiovisual sebagai Media Penyuluhan Kesehatan


terhadap Penngkatan Pengetahuan an Sikap Ibu dalam
Tatalaksana Balita dengan Diare di Dua Rumah Sakit Kota Malang.
Kapti, R E, Rustiana, Y and Widyatuti. 53-60, Malang : Jurnal Ilmu
Keperawatan, 2013, Vol, 1 (1).
24. Musyahid. A. Pemanfaatan Media Slide Presentasi dan Media Asli
dalam Pembelajaran Konsep Sistem Saraf di SMAN 8 Semarang.
Skrispsi :Semarang UNNES. 2008.
25. Brock and Joglekar. Empowering Power point: Slides and teaching
effectiveness. Interdisciplinary Journal of Information, Knowledge,
and Management, 6:85-94. 2011.
26. Meilyasari, Friska. Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Balita
Usia 12 Bulan di Desa Purwokerto Kecamatan Patebon Kabupaten
Kendal dalam Skripsi. 2014.
27. Robberts, Bennie Warthington dan Williams Sue R. Nutrition
Troughuot The Life Cycle, Fourth Edition. The McGraw-Hill Book.
2000.
28. Irianto, KusnoWaluyo. Gizi dan Pola HidupSehat. Bandung:
YramaWidya. 2007.
29. Eko, Irianto.Hubungan Antara AsupanEnergi, Protein dan
PenyakitInfeksidenganKejadianGiziKurang Pada Balita 36-59 Bulan
di DesaBejiKecamatanUnggara Timur Kabupaten Semarang
2016.Jurnal. Semarang: Sekolah Tinggi
IlmuKesehatanNgudiwaluyo. 2016.
30. Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama. 2009.
31. Zulfa dan Hidayanti, L. Analisis Keterkaitan Faktor Keluarga
Terhadap Status Gizi Balita (BB/TB) di Kecamatan Karang nunggal
Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal. Semarang: Universitas
Diponegoro. 2009.
66

32. Par’i,H. Penilaian Status Gizi: Dilengkapi Proses Asuhan Gizi


Terstandar. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 2016.
33. Schroeder, Dirk. Malnutrion, Nutrion, And Health In Developing
Countries, ed. Richarg D. Semba and Martin W. Bloem. Human
Press, Totowa. 2001.
34. Devi, M. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Status
Gizi Balita di Pedesaan. Teknologi dan Kejuruan, 33(2). 183-192.
2010.
35. Kusnadi, Dedi. Dasar – dasar Penyuluhan Pertanian. Dalam modul
Dasar – dasar Penyuluhan Pertanian. 2011.
36. Depkes, RI. Modul Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Jakarta :
Pusat Promosi Kesehatan, 2002.
37. Afandi, Muhamad. Model dan Metode Pembelajaran di Sekolah.
Semarang : Sultan Agung Press. 2013.
38. Dani, Mohamad. Pembelajaran Interaktif dan Aktraktif Berbasis
Game dan Animasi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah di
Indonesia. Dalam Jurnal e-Indonesia Initiative. 2008.
39. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Audio Visual
tentang Pembuatan Koloid. Asmara, A P. 156-178, s.I : Jurnal
Ilmiah, 2015, vol.15(2).
40. Artianto. 2007. Kreatif dan Atraktif dengan Power Point. Jakarta :
PT Prima Infosarana Media.
41. Lee, W W and Owens, D L. Multimedia-Based Instructional
Design, . San Francisco : Pfeiffer, 2004.
42. Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta, 2010.
43. Aldela, Kika. Hubungan Antara Sikap Ibu Tentang ASI dengan
Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi di Desa Sendangrejo
Kecamatan Tayu Kabupaten Pati Tahun 2011 dalam Skripsi
Unimus.
67

44. Darma. Konsep Prilaku Kesehatan Menurut Dr. Doekidjo


Notoatmodjo, 2003 diakses pada tanggal 25 Januari 2018.
45. Dewi M danAminah M. Pengaruh Edukasi Gizi terhadap Feeding
Practice Ibu Balita Stunting Usia 6-24 Bulan. Indonesia Journalof
Human Nutrition. 2016. [diunduh: 05 Juni 2017]; 3(1): 1-8.
http://ijhn.ub.ac.id/index.php/ijhn/article/view/138.
46. Rozie, F. Pengembangan Media Audiovisual Pembelajaan Daur Air
untuk menigkatkan proses dan hasil belajar IPA siswa. [online]
Jurnal Pendidikan Sains, 2013. [Cited:Desember23.2018]
http://journal.um.ac.id/index.php/jps/article/view/4191/846.
47. Lia, Karisma Saraswati. The Effect of Health Promotion Towards
Woman’ss Knowledge and Participation in Early Detection of
Cervical Cancer. Dalam tesis Universitas Sebelas Maret. 2011.
48. Hamtiah S, Dwijatmiko S, Satmoko S. EfektivitasMedia Audio
Visual (Audiovisual) terhadap Tingkat Pengetahuan Petani Ternak
Sapi Perah TentangKualitas Susu di Desa Indrokilo
KecamatanUngaran Barat Kabupaten Semarang. AnimalAgriculture
Journal. 2012;1(2):322-30.
49. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.
KeputusanMenteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor.HK.02.02/MENKES/52/2015
50. Depkes RI. (2016). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015. Jakarta:
Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI.
51. Emilia RC. Pengaruh Penyuluhan Asi Ekslusif Terhadap
Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil di Mukim Laure-E Kecamatan
Simeulue Tengah Kabupaten Simeulue (NAD) Tahun 2008. Medan:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara; 2009 .
52. Nasikhah R. Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Balita Usia 24 –
36 Bulan di Kecamatan Semarang Timur, Semarang. JKM.2012 :
Vol(1) : 56-64. 2014.
68

53. Kusumastuti, Fadhila Arbi Dyah. Hubungan antara Pengetahuan


dengan Sikap Seksual Pranikah Remaja dalam Skripsi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2010.
54. Riyana, Ilyasih. 2008. Pemanfaatan OHP dan Presentasi Dalam
Pembelajaran. Jakarta: Cipta Agung.
55. Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat (prinsip -
prinsip Dasar). Jakarta : Rineka Cipta.
56. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Aplikasi. Jakarta :
Jakarta: Rineka Cipta. 2005.
57. Sarwono. Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Remaja, 2003.
58. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta. 2010.
59. Jalal, Fasil. Penanggulangan Stunting dan Peningkatan Mutu
Pendidikan Sebagai Contoh Upaya Pencapaian Tujuan SDGs.
Jakarta. 2017.
60. Aridiyah, Farah Okky., et all. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah Pedesaan dan
Perkotaan. eJurnal Pustaka Kesehatan, Vol. 3 (No. 1). 2015.
61. Mubarak, W.I. Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsep dan Aplikasi
Dalam kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. 2012.
62. Maulana, Heri. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.
63. Puspita, I, D. 2012. Retensi Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Pasca Pelatihan Gizi Seimbang Pada Siswa Kelas 5 dan 6 di 10
Sekolah Dasar Terpilih Kota Depok Tahun 2012. Universitas
Indonesia.
64. Wicaksono, Dipo. 2016. Pengaruh Media Audio-Visual MP-ASI
Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Baduta Di
Puskesmas Kelurahan Johar Baru. Jurnal Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat.
69

65. Green WH, Simons Morton BG & Gottileb NH. Health Education
Planning A Diagnostic Approach, United States Of America: The
John Hopkins University. 1980.
66. Mubarak, W. I. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika.2012.
67. Simons-Morton BG, Green WH & Gottlieb NH. In-trodution to Health
Education and Health Promotion. lllionas: Waveland Press Inc.
1995.
68. Azwar, Saifudin. Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013.
69. Azwar, Saifudin. Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013.
70. Saputro DNAA. Pengaruh promosi kesehatan tentang kesehatan
reproduksi terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang seks
pranikah Di SMA Muhammadiyah 4 Kartasura. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta; 2015.
71. Khoiron. (2014). Efektifitas Pendidikan Kesehatan Dengan
Menggunakan Media Leaflet Dan Media Slide Power Point
Terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Deteksi
Dini Kanker Serviks Pada Ibu-Ibu PKK Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kartasura Sukoharjo. Skripsi thesis, Universitas
Muhammadiyah Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/28620/.
70

LAMPIRAN 1
NASKAH PENJELASAN PENELITIAN
PENGARUH PEMICUAN PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS
MASYARAKAT (STBM) MELALUI MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP
PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU PENCEGAHAN STUNTING
PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI DESA SINARJAYA
KABUPATEN BANDUNG BARAT
Saya Dini Chartika Juniangsih Rustiana mahasiswa Jurusan Gizi
Poltekkes Bandung Program Studi D4 AJENG akan melakukan penelitian
yang berjudul “Pengaruh Pemicuan Program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) melalui Media Audiovisual terhadap Pengetahuan,
Sikap, dan Perilaku Pencegahan Stunting pada Wanita Usia Subur (WUS)
di Desa Sinarjaya Kabupaten Bandung Barat”. Adapun tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemicu program sanitasi total
berbasis masyarakat (STBM) melalui media audiovisual terhadap
pengetahuan, sikap,dan perlaku pencegahan stunting pada wanita usia
subur (WUS).

Kesediaan ibu untuk mengikuti penelitian ini bersifat sukarela,


penelitian ini memerlukan ketersediaan waktu sampel meliputi wawancara
identitas diri, tes pre- test dan post-test pengetahuan, sikap dan perilaku
penyuluhan mengenai pemicu program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) menggunakan media audiovisual. Tes awal (pre-test)
dan tes akhir (post-test) masing – masing dilakukan sebanyak 1 kali
menghabiskan waktu 20 menit, penyuluhan mengenai Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) menggunakan media audiovisual pada
wanita usia subur yang berada pada kisaran usia 15 - 49 tahun yang
dilakukan 2 kali dalam jangka waku 3 hari pada tayangan pertama.
Kompensasi yang diberikan berupa souvenir di akhir penelitian sebagai
ungkapan terimakasih.

Terimakasih atas partisipasi ibu pada penelitian ini. Semua


informasi dan hasil penelitian akan dijaga kerahasiannya. Apabila
71

memerlukan penjelasan lebih lanjut mengenai penelitian ini dapat


menghubungi peneliti Dini Chartika Juniangsih Rustiana, no HP
081221198577 atau bisa melalui email: dini.chartika@gmail.com
72

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Saya telah mendapatkan penjelasan rinci dan mengerti mengenai


penelitian“Pengaruh Pemicuan Program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) melalui Media Audiovisual terhadap Pengetahuan,
Sikap, dan Perilaku Pencegahan Stunting pada Wanita Usia Subur (WUS)
di Desa Sinarjaya Kabupaten BandungBarat”yang akan dilaksanakan oleh
mahasiswa Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Bandung serta bersedia
mengikuti penelitian sebagai sampel secara sukarela tanpa paksaan.

Nama Subyek Tanggal/Bulan/Tahun Tanda Tangan

Nama Saksi Tanggal/Bulan/Tahun Tanda Tangan


73

LAMPIRAN 2
KUESIONER PENELITIAN
Tanggal Wawancara :

Nama Pewawancara :

A. Identitas Sampel

No Sampel : ………………………………………………..

Nama : ….............................................................

Tempat Tanggal Lahir : ……………………………………………….

Usia : ………………………………………………..

Alamat : ………………………………………………..

………………………………………………….

Pendidikan terakhir : ………………………………………………..

1. SD/ Sederajat 5. D3
2. SMP/ Sederajat 6. S1
3. SMA/ Sederajat 7. S2
4. D1 8. S3

Pekerjaan : ………………………………………………….
1. PNS / TNI / POLRI / BUMN 5. Nelayan
2. Pegawai Swasta 6. Buruh
3. Wiraswasta / Pedagang 7. Tidak bekerja
4. Petani 8. Lain – lain, sebutkan

………………………….
74

LAMPIRAN 3
KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN PEMICUAN PROGRAM
SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) TERHADAP
PENCEGAHAN STUNTING

1. Stunting adalah …
a. Kondisi anak dimana berat badan menurut umurnya tidak
normal (tidak sesuai standar)
b. Kondisi anak dimana berat badan menurut tinggi badannya
tidak normal
c. Kondisi anak dimana panjang badan/ tinggi badam menurut
umurnya tidak normal (tidak sesuai standar)
d. Kondisi anak dimana indeks masa tubuh menurut umurnya tidak
normal
2. Faktor penyebab langsung terjadinya “stunting” adalah …
a. Sosial politik budaya dan budaya
b. Asupan yang kurang dan penyakit infeksi
c. Sanitasi dan pelayanan kesehatan
d. Karena anak sering sakit
3. Pemberian ASI (air susu ibu) dikatakan ASI Eksklusif bila ibu
menyusui bayinya …
b. Dari lahir sampai usia 24 bulan hanya diberikan ASI saja
c. Dari lahir sampai usia 6 bulan hanya diberikan ASI saja
d. Dari lahir sampai usia 12 bulan hanya diberikan ASI saja
e. Dari lahir sampai usia 9 bulan hanya diberikan ASI saja
4. Akibat dari anak yang menderita stunting …
a. Anak gemuk dan gangguan pendengaran
b. Anak kurus dan mudah terserang penyakit
c. Anak kurus dan pertumbuhan sel otak terganggu
d. Anak pendek dan pertumbuhan sel otak terganggu
75

5. Penanggulangan stunting pada bayi & anak 0-24 bulan dari aspek
gizi adalah…
a. Pemantauan pertumbuhan, pemberian ASI Eksklusif,
pemberian makan sesuai anjuran
b. Pemantauan pertumbuhan, pemberian susu pengganti ASI,
makanan bervariasi
c. Pemberian makanan sesuai anjuran, pemberian ASI Eksklusif,
immunisasi
d. uImmunisasi, penimbangan secara rutin, pemberian makanan
tambahan
6. Yang tidak termasuk upaya untuk mencegah terjadinya stunting
adalah …
a. Perbaiki kondisi sanitasi lingkungan
b. Bayi mendapatkan asupan makanan bergizi seimbang
c. Bayi mendapatkan imunisasi yang lengkap
d. Menggalakkan posyandu
7. Sanitasi total berbasis masyarakat adalah …
a. Pemberdayaan masyarakat melalui pemicuan untuk
menurunkan kejadian diare
b. Pendekatan untuk merubah perilaku higienis dan saniter
melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan
c. Pemberdayaan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan
sehat untuk menurunkan kejadian penyakit diare dan penyakit
berbasis lingkungan lainnya
d. Pendekatan untuk merubah perilaku hidup bersih dan sehat
melalui upaya pemberdayaan masyarakat
8. Strategi peningkatan kebutuhan sanitasi merupakan upaya
sistematis untuk perubahan perilaku yang higienis berupa …
a. Pengembangan komitmen masyarakat dalam perubahan
perilaku
b. Peningkatan kerja bakti
76

c. Pengembangan komitmen masyarakat dalam perubahan


kepercayaan
d. Penciptaan lingkungan yang kondusif
9. Ada berapa pilar yang disasar dalam STBM-Stunting?
a. 5 pilar
b. 6 pilar
c. 7 pilar
d. 8 pilar
10. Penyakit diare dalam tinja dapat diserbarkan melalui …
a. Air, tanah, lalat, makanan, kaki
b. Air, tanah, lalat, tangan,makanan
c. Tangan, kaki, tanah, lalat
d. Tangan, air,kaki, lalat
11. Kriteria sarana untuk mencuci tangan yang memenuhi persyaratan
adalah …
a. Ada air mengalir, sabun, penampung limbah cair
b. Ada air hangat, tissue basah, saringan air
c. Ada air, sabun khusus
d. Ada air dalam ember, sabun cair, penangkap lemak
12. Pengamanan limbah cair rumah tangga tidak dilakukan dengan
cara …
a. Pemisahan saluran limbah cair ruamh tangga
b. Memelihara saluran pembuangan dan limbah cair rumah tangga
c. Menyediakan dan menggunakan penampungan limbah cair
rumah tangga
d. Membuat saluran khusus untuk pembuangan limbah cair ke
sungai
13. Keberadaan sampah di lingkungan berdampak terhadap …
a. Perumahan, estetika dan industry
b. Perusahan, industry dan produksi
c. Kesehatan, lingkungan fisik dan keadaan sosial masyarakat
77

d. Strata sosial masyarakat dan ekonomi


14. Dibawah ini yang bukan termasuk prinsip-prinsip STBM adalah …
a. Masyarakat sebagai pemimpin
b. Tanpa subsidi
c. Melakukan penyuluhan
d. Totalitas seluruh komponen masyarakat
15. Setelah mengikuti penyuluhan tentang pembuangan tinja yang
baik, seseorang mempunyai rencana segera akan membangun
jamban keluarga sendiri dirumahnya, maka orang tersebut sudah
berubah perilakunya pada ranah :
a. Pengetahuan
b. Tindakkan dan perilaku
c. Percontohan
d. Perilaku dan percontohan
78

LAMPIRAN 4
KUESIONER GAMBARAN SIKAP PEMICUAN PROGRAM SANITASI TOTAL
BERBASIS MASYARAKAT (STBM) TERHADAP PENCEGAHAN STUNTING

Berilah tanda √ pada kolom jawaban yang paling benar

Tidak
Pernyataan Setuju
Setuju
Saya harus menimbang anak balita ke posyandu setiap bulan

agar bisa mengetahui pertumbuhannya
Saya akan konsultasi kepada petugas kesehatan jika berat
badan anak balita turun dibandingkan bulan lalu dan berada 
pada pita merah
Setujukah pemberian ASI Eksklusif pada anak sampai dengan

usia 0-6 bulan
BAB di tempat terbuka memberikan kenyamanan yang sama

dengan BAB di jamban
Buang air besar tidak pada jamban dapat menyebabkan

pencemaran lingkungan
Kebiasaan buang air besar tidak di jamban masih ada di
masyarakat temasuk tetangga rumah. Setujukah jika tetangga 
ibu BAB dikebun atau deket rumah ibu.
Setujukah ibu dengan air dan makanan yang tercemar tinja

dapat menimbulkan penyakit
Sumber air bersih dapat tercemar oleh tinja akibat jarak
penampungan tinja dengan sumber air kurang dari 10 meter

sehingga jika dikonsumsi terus menerus dapat menyebabkan
diare
Sebelum menyuapi anak balita saya akan selalu mencuci

tangan dengan sabun
Menurut saya, dalam memberikan makanan kepada anak balita

yang penting anak kenyang.
LAMPIRAN 5
KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PEMICUAN PROGRAM
SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) TERHADAP
PENCEGAHAN STUNTING

Berilah tanda √ pada kolom jawaban yang paling benar

Pernyataan Ya Tidak
Apakah banguan tempat jongkok (kloset) terbuat dari 
79

bahan yang kuat?


Apakah terdapat akses untuk membersikan dubur (sabun) 
setelah buang air besar?
Apakah tesedia air mengalir/sarana cuci tangan didalam 
rumah?
Apakah tersedia sabun untuk mencuci tangan? 
Apakah ibu selalu waktu cuci tangan (sebelum makan, 
setelah makan, sesudah BAB, sebelum menyiapkan
makanan)?
Apakah air minum/ air dimasak sebelum dikonsumsi? 
Apakah makanan yang sudah dimasak ditaruh dalam 
wadah tertutup dan bersih?
Apakah saudara mempunyai tempat penampungan 
sampah dirumah?
Tempat sampah dirumah saudara terpisah antara sampah 
organic dan anorganik?
Apakah terdapat genangan air disekitar rumah karena 
limbah rumah tangga?

LAMPIRAN 6
JADWAL KEGIATAN

2019 2020
KEGIATAN

NO
MAR

APR
FEB

JUN
JAN
NOV

MEI
OKT

DES

1 Studi Pustaka

2 Bimbingan TA

Penyusunan
3
Proposal

Sidang
4
Proposal
80

5 Perizinan

Persiapan
6 Pengumpulan
Data
Pelaksanaan
7
Penelitian
Pengolahan
8
Data

Penyusunan
9
Skripsi

10 Sidang Skripsi

LAMPIRAN 7

JUSTIFIKASI ANGGARAN PENELITIAN

BAHAN HABIS PAKAI


Harga
Harga
Justifikasi Peralatan
Material Kuantitas Satuan
Pemakaian Penunjan
(Rp)
g (Rp)
Fotocopy Penjelasan
naskah naskah 25 orang
200 5.000
penjelasan penelitian (1 lembar)
penelitian kepada sampel
Fotocopy Form
25 orang
informed persetujuan 200 5.000
(1 lembar)
consent sampel
Fotocopy
kuesioner Mencatat data 25 orang
200 5.000
karakteristik umum sampel (1 lembar)
sampel
81

Fotocopy
Uji
kuesioner 25 orang
pengetahuan 200 20.000
pengetahuan (4 lembar)
sampel
sampel
Fotocopy
kuesioner Uji sikap 25 orang
200 5.000
sikap sampel (1 lembar)
sampel
Fotocopykue
sioner Uji perilaku 25 orang
200 10.000
perilaku sampel (2 lembar)
sampel
Penyimpanan
Map plastik 2 buah 5.000 10.000
kuesioner
Tip-ex 1 buah 5.000 5.000
Pulpen Mencatat data 5 buah 2.500 12.500
Souvenir untuk
Souvenir 25 orang 5.000 125.000
sampel
Sub Total 202.500

TRANSPORTSI
Harga
Harga
Justifikasi Peralatan
Material Kuantitas Satuan
Pemakaian Penunjang
(Rp)
(Rp)
Transportasi
Transportasi 3 hari (6
pengumpula 15.000/org 270.000
penelitian orang)
n data
Sub Total 270.000
82

LAIN-LAIN
Harga
Harga
Justifikasi Peralatan
Material Kuantitas Satuan
Pemakaian Penunjang
(Rp)
(Rp)
Biaya
Penyusunan
penyusunan 1 100.000 100.000
proposal
laporan
Biaya
Penyusunan
penyusunan 1 150.000 150.000
Skripsi
laporan
Penggandaan Skripsi 3 100.000 300.000
Sub Total 550.000

Anda mungkin juga menyukai