Anda di halaman 1dari 136

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

STUNTING PADA BALITA


DI PUSKESMAS TIGARAKSA KABUPATEN TANGERANG

SKRIPSI

Disusun Oleh:
USWATUN HASANAH
2115201055

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2023
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
STUNTING PADA BALITA
DI PUSKESMAS TIGARAKSA KABUPATEN TANGERANG

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi Sarjana Kebidanan

LEMBAR JUDUL

Disusun Oleh:
USWATUN HASANAH
2115201055

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2023
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Uswatun Hasanah


NIM : 2115201055
Program Studi : S1 Kebidanan
Judul : Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Stunting pada Balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten
Tangerang

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing skripsi untuk mengikuti sidang skripsi.

Tangerang, Agustus 2023

Tanda Tangan

Pembimbing 1:
Catur Erty Suksesty, SST, M. Keb (………………………….)
NIK. 040211.87.04

Pembimbing 2:
Titis Wahyuni, SST, MKM (………………………….)
NIK. 042010.91.01

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Uswatun Hasanah


NIM : 2115201055
Program Studi : S1 Kebidanan
Judul : Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Stunting pada Balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten
Tangerang
Tanggal sidang skripsi : Agustus 2023

Telah berhasil dipertahankan di hadapan sidang penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana
Kebidanan pada Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tangerang.
Tangerang, Agustus 2023
Tanda Tangan
Pembimbing 1:
Catur Erty Suksesty, SST, M. Keb (………………………….)
NIK : 040211.87.04
Pembimbing 2:
Titis Wahyuni, SST, MKM (………………………….)
NIK. 042010.91.01
Penguji 1:
Catur Erty Suksesty, SST, M. Keb (………………………….)
NIK : 040211.87.04
Penguji 2:
Titis Wahyuni, SST., MKM (………………………….)
NIK : 042010.91.01
Penguji 3:
Wahidin, SKM, MKM (………………………….)
NIK :041211.77.06
Mengesahkan

Dekan Fikes UMT Ka. Prodi Sarjana Kebidanan

( ) ( )
Imas Yoyoh,S Kep.M. Kep Dewi Puspitasari,SST,MKM
NBM. 042010.72.01 NBM : 042202.85.02

iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertandatangan dibawah ini:


Nama : Uswatun Hasanah
NIM : 2115201055
Program Studi : S1 Kebidanan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita di Puskesmas Tigaraksa
Kabupaten Tangerang”, adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi berasal atau
dikutip dari karya tulis yang diterbitkan atau tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir.
Demikian pernyataan saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Tangerang
Pada Tanggal : Agustus 2023

Yang Menyatakan

(Uswatun Hasanah)

iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai Civitas Akademik Universitas Muhammadiyah Tangerang, saya yang


bertandatangan dibawah ini:

Nama : Uswatun Hasanah


NIM : 2115201055
Program Studi : S1 Kebidanan
Karya :

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Muhammadiyah Tangerang hak bebas Royalti Non-Eksklusif atas
karya ilmiah saya yang berjudul: ”Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Stunting pada Balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang”.
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Royalti Non-Eksklusif ini
Universitas Muhammadiyah Tangerang berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base), merawat,
dan mempublikasikan tugas akhir saya selama mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Tangerang
Pada Tanggal : Agustus 2023
Yang Menyatakan

(Uswatun Hasanah)

v
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

SARJANA KEBIDANAN

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita di


Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang

ABSTRAK

Latar belakang: Prevalensi stunting di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten


Tangerang pada tahun 2021 20%, tahun 2022 24,7% mengalami peningkatan 4,7%.
Beberapa faktor berhubungan dengan kejadian stunting pada balita diantaranya
pengetahuan ibu, riwayat KEK, riwayat ASI eksklusif dan riwayat penyakit infeksi.
Tujuan penelitian: untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian stunting pada balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang.
Metodelogi penelitian: Penelitian ini merupakan analitik kuantitatif dengan
rancangan case control. Sampel dalam penelitian ini seluruh ibu mempunyai balita
periode bulan Februari 2023 berjumlah 81 responden dengan teknik proportional
stratified random sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner telah
teruji validitas dan reliabilitas. Data primer dianalisis menggunakan uji square.
Hasil penelitian: Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu (p =
0,000), riwayat KEK (p = 0,000), riwayat ASI eksklusif (p = 0,003), dan riwayat
penyakit infeksi (p = 0,000) dengan kejadian stunting pada balita. Kesimpulan:
riwayat penyakit infeksi berpeluang terbesar terhadap kejadian stunting pada balita
dengan nilai OR = 36,667. Saran: Diharapkan kepada keluarga terutama ibu dapat
menjaga kesehatan anaknya agar tidak mudah terkena penyakit infeksi,
meningkatkan pengetahuan tentang asupan gizi yang baik pada balita sehingga
dapat mengurangi risiko terjadinya stunting pada balita.

Kata Kunci : Pengetahuan, KEK, ASI Eksklusif, Penyakit Infeksi, Stunting,


Balita.

vi
MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF TANGERANG

FACULTY OF HEALTH SCIENE

GRADUATE OF MIDWIFERY

Analysis of Factors Associated with Stunting Incidents in Toddlers at the


Tigaraksa Health Center, Tangerang Regency

ABSTRACT

Background: The prevalence of stunting at the Tigaraksa Health Center in Tange-


rang Regency in 2021 is 20%, in 2022 it is 24.7%, an increase of 4.7%. Several
factors are associated with the incidence of stunting in toddlers including mother's
knowledge, history of CED, history of exclusive breastfeeding and history of infec-
tious diseases. Research objective: to determine the factors related to the incidence
of stunting in toddlers at the Tigaraksa Community Health Center, Tangerang Re-
gency. Research methodology: This research is a quantitative analytic with case
control design. The sample in this study were all mothers who had toddlers for the
period of February 2023, totaling 81 respondents using the proportional stratified
random sampling technique. The research instrument using a questionnaire has
been tested for validity and reliability. Primary data were analyzed using the square
test. Results: There is a significant relationship between mother's knowledge (p =
0.000), history of CED (p = 0.000), history of exclusive breastfeeding (p = 0.003),
and history of infectious diseases (p = 0.000) with the incidence of stunting in tod-
dlers. Conclusion: a history of infectious diseases has the greatest chance of stunt-
ing in toddlers with OR = 36.667. Suggestion: It is hoped that families, especially
mothers, can maintain the health of their children so that they are not susceptible
to infectious diseases, increase knowledge about good nutrition in toddlers so that
they can reduce the risk of stunting in toddlers.

Keywords: Knowledge, KEK, Exclusive Breastfeeding, Infectious Diseases, Stunt-


ing, Toddlers

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamin. Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT,
atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi
ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Kebidanan, pada Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKes), Universitas
Muhammadiyah Tangerang (UMT). Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan
skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena
itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ahmad Amarullah, S.Pd., M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Tangerang yang memiliki kebijakan yang baik dan berguna bagi mahasiswa
2. Dr. H. Desri Arwen, M.Pd selaku wakil Rektor I Universitas Muhammadiyah
Tangerang yang memiliki kebijakan yang baik dan berguna bagi mahasiswa
3. Ir. Saiful Haq. ST, M.Sc selaku wakil Rektor II Universitas Muhammadiyah
Tangerang yang memiliki kebijakan yang baik dan berguna bagi mahasiswa
4. Dr. Enawar, S.Pd, MM selaku wakil Rektor III Universitas Muhammadiyah
Tangerang yang memiliki kebijakan yang baik dan berguna bagi mahasiswa
5. Imas Yoyoh, S. Kep., M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Tangerang
6. Zuhrotunida,SST,M.Kes selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Tangerang
7. Fauzan Hakim SE, MM selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Tangerang.
8. Dewi Puspitasari, SST, MKM selaku Ketua Program Studi Kebidanan Fakultas
Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Tangerang.
9. Catur Erty Suksesty, SST, M. Keb selaku dosen pembimbing I yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan skripsi ini
10. Titis Wahyuni, SST. MKM selaku dosen pembimbing 2 yang telah
memberikan banyak masukan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini
11. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral serta Doa yang selalu dipanjatkan kepada Allah SWT untuk
peneliti

vi
Akhir kata, saya berdoa kepada Allah SWT semoga membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu.

Tangerang, 2023

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR JUDUL ...................................................................................................i


HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...............................................v
ABSTRAK .............................................................................................................vi
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ...........................................................................................vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................x
DAFTAR TABEL .................................................................................................xi
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULAAN ..................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 5
C. Batasan Masalah ..................................................................................... 6
D. Rumusan Masalah................................................................................... 6
E. Tujuan Penulisan .................................................................................... 6
1. Tujuan Umum.................................................................................................. 6
2. Tujuan Khusus ................................................................................................ 6
F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 7
1. Aspek Teoritis ................................................................................................. 7
2. Aspek Praktis dan Daya Guna ................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................9
A. Landasan Teori ....................................................................................... 9
1. Balita ................................................................................................................... 9
2. Stunting ........................................................................................................... 11

viii
ix

3. Ajaran Islam Tekankan Pentingnya Pencegahan Stunting ........ 22


4. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting ................. 23
B. Penelitian Terkait .................................................................................. 34
C. Kerangka Teori ..................................................................................... 40
D. Kerangka Konsep ................................................................................. 40
E. Hipotesis Penelitian .............................................................................. 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.........................................................43
A. Jenis dan Desain Penelitian .................................................................. 43
B. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................... 43
C. Populasi dan Sampel ............................................................................. 43
1. Populasi .......................................................................................................... 43
2. Sampel ............................................................................................................. 43
D. Definisi Operasional ............................................................................. 47
E. Instrumen Penelitian ............................................................................. 48
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 50
G. Teknik Pengolahan Data ....................................................................... 50
H. Etika Penelitian ..................................................................................... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................57
A. Hasil Penelitian ..................................................................................... 57
1. Analisis Univariat ......................................................................................... 57
2. Hasil Analisis Bivariat ................................................................................ 59
B. Pembahasan .......................................................................................... 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................82
A. Kesimpulan ........................................................................................... 82
B. Saran ..................................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................84
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR JUDUL HAL


Gambar 2.1 Alat Ukur Panjang Bayi................................................................. 18
Gambar 2.2 Alat Ukur Tinggi Balita ................................................................. 18
Gambar 2.3 Kerangka Teori .............................................................................. 40
Gambar 2.4 Kerangka Konsep .......................................................................... 41

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Berdasarkan Indeks
(PB/U) atau (TB/U) ......................................................................... 14
Tabel 2.2 Penelitian Terkait ............................................................................. 34
Tabel 3.1 Jumlah Sampel di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang ..... 45
Tabel 3.2 Defenisi Operasional........................................................................ 47
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Stunting pada Balita di
Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang ................................... 57
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu, Riwayat KEK, Riwayat
ASI Eksklusif dan Riwayat Penyakit Infeksi di Puskesmas
Tigaraksa Kabupaten Tangerang ..................................................... 58
Tabel 4.3 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Stunting pada
Balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang .................... 59
Tabel 4.4 Hubungan Riwayat KEK dengan Kejadian Stunting pada
Balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang .................... 60
Tabel 4.5 Hubungan Riwayat ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting
pada Balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang ........... 61
Tabel 4.6 Hubungan Riwayat Penyakit Infeksi dengan Kejadian Stunting
pada Balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang ........... 62

xi
DAFTAR SINGKATAN

AKE : Angka Kecukupan Energi


ASI : Air Susu Ibu
BBLR : Berat Badan Lahir Rendah
BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
BPD : Badan Penghubung Daerah
HPK : Hari Pertama Kehidupan
IMD : Inisiasi Menyusu Dini
ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut
KEK : Kekurangan Energi Kronik
Kemenkes RI: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
LILA : Lingkaran Lengan Atas
Menkes RI : Menteri Kesehatan Republik Indonesia
MP-ASI : Makanan Pendamping ASI
OR : Odd Ratio
PB/U : Indeks Panjang Badan menurut Umur
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PPGBM : Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat
SD : Standar Deviasi
DM : Sumber Daya Manusia
SSGBI : Survei Status Gizi Balita Indonesia
TB/U : Tinggi Badan menurut Umur
TTD : Tablet Tambah Darah
UNICEF : United Nations Children's Fund
WHO : World Health Organization
WUS : Wanita Usia Subur

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup.................................................................... 88


Lampiran 2. Surat Izin Penelitian ...................................................................... 89
Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Penelitian ......................................................... 90
Lampiran 4. Surat Permohonan Menjadi Responden ........................................ 91
Lampiran 5. Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Responden ............................ 92
Lampiran 6. Kuesioner ....................................................................................... 93
Lampiran 7. Hasil Uji Validitas ......................................................................... 96
Lampiran 8. Standar Antropometri .................................................................... 97
Lampiran 9. Master Data ................................................................................. 102
Lampiran 10. Hasil Output SPSS ....................................................................... 110
Lampiran 11. Dokumentasi ................................................................................ 118
Lampiran 12. Lembar Bimbingan ...................................................................... 119

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stunting/pendek merupakan kondisi kronis yang menggambarkan

terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi dalam jangka waktu yang lama.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun

2020 tentang Standar Antropometri Anak, pengertian pendek dan sangat

pendek adalah status gizi yang didasarkan pada Indeks Panjang Badan menurut

Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang merupakan

istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek). Stunting pada

balita adalah bayi 0-60 bulan dengan status gizi berdasarkan panjang atau

tinggi badan menurut umur, bila dibandingkan dengan standar baku WHO

dikatakan balita mengalami pendek jika Z scorenya - 3 SD sd <- 2 SD dan

dikategorikan sangat pendek jika nilai Z-scorenya kurang dari -3SD

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).

Dampak buruk dari stunting dalam jangka pendek bisa menyebabkan

terganggunya otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan

metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang

dapat ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi

belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, risiko tinggi

munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh

darah, kanker, stroke dan disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang

1
2

tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktifitas ekonomi

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2021).

World Health Organization (WHO) mengestimasikan prevalensi balita

kerdil (stunting) di seluruh dunia sebesar 22% atau sebanyak 149,2 juta pada

2020, angka ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun

sebelumnya yaitu tahun 2019 mencapai 21,3% atau sebanyak 144 juta.

Kejadian stunting di kawasan Asia diantaranya Asia Selatan ditemukan

sebanyak 30,7% atau sebanyak 54,3 juta, Asia Tenggara ditemukan sebanyak

27,4% atau sebanyak 15,3 juta dan Asia Barat ditemukan sebanyak 13,9% atau

sebanyak 3,7 juta (World Health Organization, 2021).

Kementerian Kesehatan mengumumkan hasil Survei Status Gizi

Indonesia (SSGI) pada Rapat Kerja Nasional BKKBN dimana prevalensi

stunting di Indonesia turun dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di 2022

(Rokom, 2023). Berdasarkan data SSGI, pada tahun 2021 prevalensi stunting

di Banten sebesar 24,5%, kemudian di tahun 2022 prevalensi stunting turun

menjadi 20%, turun sebesar 4,5% dari tahun 2021 (Febrianto, 2023).

Kabupaten Tangerang tahun 2021 berada di posisi empat besar terbanyak

kasus kekerdilan pada anak dimana ditemukan 16.100 kasus. Saat ini

menunjukkan penanganan stunting yang dilakukan oleh kerjasama tim

percepatan penurunan dari berbagai stakholder membuahkan hasil cukup

positif sehingga mengalami penurunan menjadi 9.200 kasus pada tahun 2022

(Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Tangerang, 2023).


3

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Puskesmas Tigaraksa

Kabupaten Tangerang melalui tenaga kesehatan yang bertugas di bagian gizi,

menurut data pada tahun 2021 bahwa dari 415 balita usia 12-60 bulan

didapatkan 83 balita yang mengalami stunting dan pada tahun 2022 dari 417

balita usia 12-60 bulan didapatkan 103 balita mengalami stunting, dan pada

bulan Februari 2023 dari 417 balita usia 12-60 bulan didapatkan 99 balita yang

mengalami stunting. Dari data diatas terjadi kenaikan angka stunting di

Puskesmas Tigaraksa. .

Penyebab terjadinya stunting pada anak pada dasarnya dibagi menjadi

4 kategori besar yaitu faktor keluarga dan rumah tangga, makanan tambahan

dan komplementer yang tidak adekuat, menyusui dan infeksi. Faktor keluarga

dan rumah tangga diantaranya Berat badan lahir rendah (BBLR), riwayat ibu

hamil dengan KEK dan pengetahuan. Faktor makanan komplementer yang

tidak adekuat diantaranya pemberian makan dan pengaruh budaya. Faktor

ketiga yaitu riwayat ASI eksklusif dan faktor keempat yaitu faktor infeksi yang

terdiri dari riwayat penyakit infeksi dan praktek kesehatan (Soetjiningsih,

2019).

Hasil penelitian terdahulu dilakukan oleh Resti (2019) dalam

penelitiannya menunjukkan pengetahuan berhubungan dengan stunting pada

balita. Hasil penelitian selanjutnya Ismawati et al. (2021) menunjukkan

riwayat KEK memiliki hubungan dengan stunting pada balita. Hasil penelitian

Migang (2021) dalam penelitiannya riwayat pemberian ASI Ekslusif

berhubungan dengan status gizi. Penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan


4

infeksi dalam penelitian sebelumnya dilakukan oleh Sumardilah & Rahmadi

(2019) menunjukkan bahwa faktor riwayat penyakit infeksi berhubungan

secara siginfikan dengan kejadian stunting. Fadilah et al. (2020) dalam

penelitiannya ada hubungan antara perawatan kesehatan dengan kejadian

stunting.

Berdasarkan hasil tersebut perlu dilakukannya upaya pencegahan

dalam mengatasi stunting. Proses upaya tersebut diperlukan intervensi dari

berbagai sektor diantaranya dengan melakukan 1) pencegahan stunting dengan

sasaran ibu hamil dengan cara memperbaiki gizi ibu hamil, mendapat tablet

tambah darah (TTD) minimal 90 tablet selama kehamilan dan menjaga agar

tidak sakit saat hamil; 2) pencegahan stunting pada saat bayi lahir dengan cara

persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan segera melakukan IMD

setelah bayi lahir dan bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi ASI secara

eksklusif; 3) pencegahan stunting pada bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2

tahun dengan cara mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan

Pendamping ASI (MP- ASI) dan ASI tetap dilanjutkan sampai bayi berumur 2

tahun dan memperoleh kapsul Vitamin A dan imunisasi dasar lengkap; 4)

memantau pertumbuhan ke posyandu setiap bulan; dan 5) perilaku hidup

bersih dan sehat (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2021)

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik melakukan

penelitian mengenai “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian

Stunting pada Balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang”.


5

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa

permasalahan yaitu:

1. Dampak stunting pada jangka pendek bisa menyebabkan terganggunya

otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme

dalam tubuh. Dampak stunting jangka panjang menurunnya kekebalan

tubuh, risiko tinggi munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit

jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke dan disabilitas pada usia tua.

2. Prevalensi stunting di dunia tahun 2019 mencapai 21,3%, tahun 2020

mencapai 22%, meningkat 0,7%.

3. Prevalensi di Indonesia turun dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di

2022

4. Prevalensi di Provinsi Banten tahun 2021 sebesar 24,5%, tahun 2022

menjadi 20%, turun sebesar 4,5%

5. Kabupaten Tangerang pada tahun 2021 ditemukan 16.100 kasus, mengalami

penurunan menjadi 9.200 kasus pada tahun 2022.

6. Akan tetapi angka prevalensi stunting di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten

Tangerang pada tahun 2021 20%, tahun 2022 24,7% mengalami

peningkatan.
6

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan idetifikasi masalah di atas, peneliti

membahas mengenai:

1. Pengetahuan ibu, riwayat KEK, riwayat ASI eksklusif dan riwayat penyakit

infeksi (Variabel independen)

2. Kejadian stunting pada balita (Variabel dependen)

3. Penelitian dilakukan di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang.

4. Penelitian di lakukan pada bulan Juni - Agustus 2023

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut diatas maka, dapat

dirumuskan sebagai berikut “Bagaimanakah faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian stunting pada balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten

Tangerang?”

E. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

stunting pada balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian stunting pada balita di

Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang.


7

b. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu, riwayat KEK,

riwayat ASI eksklusif dan riwayat penyakit infeksi di Puskesmas

Tigaraksa Kabupaten Tangerang.

c. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian stunting pada

balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang

d. Mengetahui hubungan riwayat KEK dengan kejadian stunting pada

balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang

e. Mengetahui hubungan riwayat ASI eksklusif dengan kejadian stunting

pada balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang

f. Mengetahui hubungan riwayat penyakit infeksi dengan kejadian

stunting pada balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang

F. Manfaat Penelitian

1. Aspek Teoritis

Hasil penelitian ini dapat mengembangkan ilmu kebidanan,

khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian stunting pada balita.

2. Aspek Praktis dan Daya Guna

a. Bagi Tenaga Kesehatan

Memberikan informasi tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian stunting pada balita sehingga dapat

melakukan upaya-upaya pencegahan untuk menurunkan prevalensi

stunting pada balita.


8

b. Bagi Ibu Balita

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan ibu

tentang penyebab terjadinya stunting diantaranya disebabkan oleh

kurangnya pengetahuan, riwayat KEK, riwayat ASI eksklusif dan

riwayat penyakit infeksi sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan

stunting pada balita.

c. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan

dan bahan pertimbangan bagi penelitian lain ataupun penelitian

lanjutan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian stunting.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Balita

a. Pengertian Balita

Anak bawah lima tahun atau sering disingkat anak balita

adalah anak yang berusia diatas satu tahun atau dibawah lima tahun

atau dengan perhitungan bulan 12-59 bulan (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2021). Balita didefinisikan sebagai anak dengan

usia di bawah lima tahun dimana pertumbuhan tubuh dan otak sangat

pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya. Masa balita sering

disebut sebagai golden age karena pada masa ini pertumbuhan dasar

yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan

kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, emosional dan

intelegensia yang berjalan sangat cepat dan merupakan dasar

perkembangan berikutnya (Dwiwardani, 2018).

b. Karakteristik Balita

Balita mempunyai karakteristik yang digolongkan menjadi

dua yaitu anak usia 1-3 tahun yang disebut batita dan anak usia

prasekolah (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2021).

Menurut Destarina (2018), masa balita merupakan masa pertumbuhan

tubuh dan perkembangan kognitif untuk tingkat yang optimal. Pada

9
10

masa ini pertumbuhan dasar dapat mempengaruhi perkembangan

kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan

intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan

perkembangan berikutnya. Anak usia di bawah lima tahun khususnya

pada usia 1-3 tahun merupakan masa pertumbuhan fisik yang cepat,

sehingga memerlukan kebutuhan gizi yang paling banyak dibanding

masa-masa berikutnya. Anak akan mudah mengalami gizi kurang di

usia ini apabila kebutuhan nutrisi tidak ditangani dengan baik.

c. Tumbuh Kembang Balita

Soetjiningsih (2019) menjelaskan tumbuh kembang adalah

suatu proses yang berkelanjutan dari konsepsi sampai dewasa yang

dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Pertumbuhan paling

cepat terjadi pada masa janin, usia 0-1 tahun dan masa pubertas.

Sedangkan tumbuh kembang yang dapat dengan mudah diamati pada

masa balita. Pada saat tumbuh kembang setiap anak mempunyai pola

perkembangan yang sama, akan tetapi kecepatannya berbeda.

Masa balita termasuk kelompok umur paling rawan terhadap

kekurangan energi dan protein, asupan zat gizi yang baik sangat

diperlukan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan. Zat gizi

yang baik adalah zat-zat gizi yang berkualitas tinggi dan jumlahnya

mencukupi kebutuhan. Apabila zat gizi tubuh tidak terpenuhi dapat

menyebabkan beberapa dampak yang serius, contohnya gagal dalam


11

pertumbuhan fisik serta perkembangan yang tidak optimal (Waryana,

2018).

Tinggi badan memberikan gambaran tentang pertumbuhan.

Pada keadaan tubuh yang normal, pertumbuhan tinggi badan

bersamaan dengan usia. Pertumbuhan tinggi badan berlangsung

lambat, kurang peka pada kekurangan zat gizi dalam waktu yang

singkat. Dampak pada tinggi badan akibat kekurangan zat gizi

belangsung sangat lama, sehingga dapat menggambarkan keadaan

gizi masa lalu. Keadaan tinggi badan pada usia sekolah

menggambarkan status gizi berdasarkan indeks TB/U (Aritonang,

2019).

2. Stunting

a. Pengertian Stunting

Stunting/pendek merupakan kondisi kronis yang

menggambarkan terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi dalam

jangka waktu yang lama. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar

Antropometri Anak, pengertian pendek dan sangat pendek adalah

status gizi yang didasarkan pada Indeks Panjang Badan menurut Umur

(PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang merupakan

istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek). Stunting

pada balita adalah bayi 0-60 bulan dengan status gizi berdasarkan
12

panjang atau tinggi badan menurut umur, bila dibandingkan dengan

standar baku WHO dikatakan balita mengalami pendek jika Z

scorenya - 3 SD sd <- 2 SD dan dikategorikan sangat pendek jika nilai

Z-scorenya kurang dari -3SD (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2020).

Stunting pada anak balita merupakan indikator utama dalam

menilai kualitas modal sumber daya manusia di masa mendatang.

Gangguan pertumbuhan yang diderita anak pada awal kehidupan,

dapat menyebabkan kerusakan yang permanen (Seftianingtyas, 2018).

Nadiyah & Martianto (2018) mengatakan bahwa tinggi badan

sangat berkaitan dengan produktivitas dan tinggi badan akhir

ditentukan oleh gizi mulai dari konsepsi hingga umur dua tahun.

Kurangnya tinggi badan saat dewasa adalah akibat dari stunting masa

kecil yang berhubungan dengan hilangnya produktivitas sebesar

1.4%. Tingginya prevalensi stunting pada anak balita di Indonesia saat

ini dapat menurun-kan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

Indonesia.

b. Etiologi Stunting

Masalah yang terjadi pada balita yang pendek

menggambarkan masalah gizi kronis, dipengaruhi dari kondisi

ibu/calon ibu, masa janin dan masa bayi/baduta, termasuk penyakit

yang diderita selama masa balita. Selama dalam kandungan, janin

akan tumbuh dan berkembang melalui pertambahan berat dan panjang


13

badan, perkembangan otak serta organ-organ lainnya. Kekurangan

gizi yang terjadi dalam kandungan dan awal kehidupan menyebabkan

janin melakukan reaksi penyesuaian. Secara paralel penyesuaian

tersebut meliputi perlambatan pertumbuhan dengan pengurangan

jumlah dan pengembangan sel-sel tubuh termasuk sel otak dan organ

tubuh lainnya. Hasil reaksi penyesuaian akibat kekurangan gizi

diekspresikan pada usia dewasa dalam bentuk tubuh yang pendek

(Arisman, 2019).

c. Indikator Stunting

Salah satu metode penilaian status gizi secara langsung yang

paling populer dan dapat diterapkan untuk populasi dengan jumlah

sampel besar adalah antropometri. Indonesia antropometri telah

digunakan secara luas sebagai alat untuk menilai status gizi

masyarakat dan pertumbuhan perorang pada beberapa dasawarsa

belakang ini. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat

dilakukan dengan mengukur beberapa parameter, sedangkan

parameter adalah ukuran tunggal dari ukuran tubuh manusia. Tinggi

badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah

lalu dan keadaan sekarang. Pengukuran tinggi badan atau panjang

badan pada anak dapat dilakukan dengan alat pengukur tinggi/panjang

badan dengan presisi 0,1 cm (Supariasa, 2019).

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2020)

bahwa indikator status gizi berdasarkan indeks TB/U (tinggi badan per
14

umur) memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai

akibat dari keadaan yang berlangsung lama. Misalnya: kemiskinan,

perilaku hidup tidak sehat, dan pola asuh/pemberian makan yang

kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang mengakibatkan anak

menjadi pendek. Berikut klasifikasi status gizi stunting berdasarkan

tinggi badan/panjang badan menurut Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar

Antropometri Anak berdasarkan umur ditunjukkan dalam tabel

berikut ini:

Tabel 2.1
Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Berdasarkan
Indeks (PB/U) atau (TB/U)
Indeks Kategori Status Ambang Batas (Z-Score)
Gizi
Panjang Badan menurut Sangat Pendek <-3SD
Umur (PB/U) atau Tinggi Pendek -3SD sampai dengan <-2SD
Badan menurut Umur Normal -2SD sampai dengan 2SD
(TB/U) Anak Umur 0-60 Tinggi >2SD
Bulan
Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020

d. Pemeriksaan Antropometri Stunting

Antropometri berasal dari kata anthropos (tubuh) dan metros

(ukuran) sehingga antropometri secara umum artinya ukuran tubuh

manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi

adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi

tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan gizi.

Dimensi tubuh yang diukur, antara lain: umur, berat badan, tinggi

badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar


15

pinggul dan tebal lemak di bawah kulit (Supariasa, 2019). Perubahan

dimensi tubuh dapat menggambarkan keadaan kesehatan dan

kesejahteraan secara umum individu maupun populasi. Dimensi tubuh

yang dibutuhkan pada penelitian ini yaitu umur dan tinggi badan, guna

memperoleh indeks antropometri tinggi badan berdasar umur (TB/U)

(Aritonang, 2019).

Tinggi badan diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa

alas kaki dan aksesoris kepala, kedua tangan tergantung rileks di

samping badan, tumit dan pantat menempel di dinding, pandangan

mata mengarah ke depan sehingga membentuk posisi kepala

Frankfurt Plane (garis imaginasi dari bagian inferior orbita horisontal

terhadap meatus acusticus eksterna bagian dalam). Bagian alat yang

dapat digeser diturunkan hingga menyentuh kepala (bagian verteks).

Sentuhan diperkuat jika anak yang diperiksa berambut tebal. Pasien

inspirasi maksimum pada saat diukur untuk meluruskan tulang

belakang (Supariasa, 2019).

Pengukuran pada bayi bukan tinggi melainkan panjang badan.

Biasanya panjang badan diukur jika anak belum mencapai ukuran

linier 85cm atau berusia kurang dari 2 tahun. Ukuran panjang badan

lebih besar 0,5-1,5 cm daripada tinggi. Oleh sebab itu, bila anak di

atas 2 tahun diukur dalam keadaan berbaring maka hasilnya dikurangi

1 cm sebelum diplot pada grafik pertumbuhan. Anak dengan

keterbatasan fisik seperti kontraktur dan tidak memungkinkan


16

dilakukan pengukuran tinggi seperti di atas, terdapat cara pengukuran

alternatif. Indeks lain yang dapat dipercaya dan sahih untuk mengukur

tinggi badan ialah: rentang lengan (arm span), panjang lengan atas

(upper arm length), dan panjang tungkai bawah (knee height). Semua

pengukuran di atas dilakukan sampai ketelitian 0,1 cm (Rasyid, 2018).

e. Pengukuran Stunting

Istilah panjang dinyatakan sebagai pengukuran yang dilakukan

ketika anak telentang. Pengukuran panjang badan digunakan untuk

menilai status perbaikan gizi. Selain itu, panjang badan merupakan

indikator yang baik untuk pertumbuhan fisik yang sudah lewat

(stunting) dan untuk perbandingan terhadap perubahan relatif, seperti

nilai berat badan dan lingkar lengan atas (Proverawati, 2021).

Alat yang digunakan untuk pengukuran tinggi badan untuk

anak balita yang sudah dapat berdiri dilakukan dengan alat

pengukuran tinggi mikrotoa (micritoise). Namun untuk bayi atau anak

yang belum dapat berdiri, digunakan alat pengukur panjang bayi pita

meter (Supariasa, 2019). Alat yang digunakan untuk mengukur

panjang bayi dan tinggi balita menurut Mauliantika (2019) di

antaranya adalah:

1) Infatometer

Infatometer adalah sejenis alat ukur panjang atau tinggi

badan dengan ketelitian 0,1 cm atau 1 mm. Bagian dari

infatometer adalah sebagai berikut:


17

a) Bagian kepala atau head board tidak dapat digerakkan atau fix.

b) Bagian kaki atau foot board yang bisa digerakkan

c) Alas yang rata.

d) Bagian skala dengan ketelitian 0.1 cm atau 1.

Cara mengukur tinggi badan menggunakan infantometer

adalah sebagai berikut:

a) Sebelum mengukur panjang bayi letakkanlah alat pada

permukaan yang rata dengan ketinggian yang nyaman untuk

mengukur dan cukup kuat.

b) Beri alas yang tidak terlalu tebal, bersih, dan nyaman

misalnya selembar selimut tipis atau kertas tisu yang lebar.

c) Sebelum mengukur tinggi badan bayi lepaskan tutup kepala

bayi misalnya topi, hiasan rambut, dan kaos kaki bayi.

d) Kemudian pengukur berdiri pada salah satu sisi. Sebaiknya

sisi yang paling dekat dengan skala pengukur.

e) Letakkan bayi dengan kepala menempel pada bagian kepala

atau head board.

f) Posisikan kepala bayi sehingga sudut luar mata dan sudut

atas liang telinga berada pada garis yang tegak lurus dengan

bidang infantometer.

g) Usahakan dapat mempertahankan kepala bayi pada posisi.

h) Luruskan tubuh bayi sejajar dengan bidang infatometer.

i) Luruskan tungkai bayi bila perlu salah satu tangan pengukur

menahan agar lutut bayi lurus.


18

j) Tangan pengukur menekan lutut bayi kebawah dengan

lembut.

k) Dengan tangan yang lain pengukur mendorong atau

menggerakkan bagian kaki atau foot board sehingga

menempel dengan tumit bayi.

l) Posisi kaki bayi adalah jari kaki menunjuk ke atas.

m) Baca ukuran panjang badan bayi sampai 0,1 cm terdekat.

Pengukuran dapat dilakukan pada satu atau dua kaki bayi.

Sumber: Mauliantika (2019)


Gambar 2.1 Alat Ukur Panjang Bayi

Sumber: Mauliantika (2019)


Gambar 2.2 Alat Ukur Tinggi Balita
19

f. Dampak Stunting

Stunting mengakibatkan otak seorang anak kurang

berkembang. Ini berarti 1 dari 3 anak Indonesia akan kehilangan

peluang lebih baik dalam hal pendidikan dan pekerjaan dalam sisa

hidup mereka. Stunting bukan semata pada ukuran fisik pendek, tetapi

lebih pada konsep bahwa proses terjadinya stunting bersamaan

dengan proses terjadinya hambatan pertumbuhan dan perkembangan

organ lainnya, termasuk otak (Achadi, 2020).

Dampak buruk dari stunting dalam jangka pendek bisa

menyebabkan terganggunya otak, kecerdasan, gangguan

pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh.

Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat

ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi

belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, risiko

tinggi munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung

dan pembuluh darah, kanker, stroke dan disabilitas pada usia tua, serta

kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya

produktifitas ekonomi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

2020).

g. Upaya Pencegahan Stunting

Upaya intervensi untuk balita stunting difokuskan pada 1000

Hari Pertama Kehidupan (HPK) yaitu pada masa ibu hamil, ibu

menyusui, dan anak dari usia 0 – 23 bulan, pada masa inilah


20

penanganan balita pendek paling efektif dilakukan. 1000 hari pertama

kehidupan ini meliputi 270 hari selama kehamilan dan 730 hari

pertama setelah bayi dilahirkan yang telah dibuktikan secara ilmiah

merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan. Oleh karena

itu periode disebut dengan “periode emas”, “periode kritis” atau

“window of opportuntiy” (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2018).

Perkembangan otak, kecerdasan, ganggguan pertumbuhan

fisik seperti stunting, dan gangguan metabolisme dalam tubuh

merupakan akibat buruk yang akan timbulkan akibat permasalahan

gizi pada periode tersebut dalam jangka panjang. Upaya intervensi

untuk mengatasi masalah diatas antara lain:

1) Ibu hamil

Cara terbaik unutk mengatasi stunting yaitu memperbaiki

kesehatan dan gizi ibu hamil, saat ibu hamil mengalami masalah

kesehatan Kurang Energi Kronis maka harus segera diberikan

makanan tambahan kepada ibu hamil tersebut dan mendapatkan

makanan dengan kandungan gizi yang bagus. Tablet penambah

darah perlu sekali diberikan kepada ibu ketika hamil, minimal 90

tablet selama proses kehamilan serta perlunya menjaga kondisi

kesehatan tubuh ibu hamil.


21

2) Bayi lahir

Bayi ketika persalinan yang di tolong oleh bidan atau

dokter terlatih dan begitu bayi lahir melakukan Inisiasi Menyusui

Dini (IMD), dan bayi sampai usia 6 bulan diberi ASI Eksklusif

saja.

3) Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun

Bayi yang sudah berusia 6 bulan diberikan Makanan

Pendamping ASI. Pemberian ASI dilakukan sampai bayi berusia

2 tahun atau lebih, dan anak diberikan imuniasi lengkap dan

vitamin A.

4) Upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya

gangguan pertumbuhan adalah memantau pertumbuhan Balita di

Posyandu.

5) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus dilaksanakan

oleh setiap rumah tangga termasuk meningkatkan akses air ber-

sih dan fasilitas sanitasi, dan menjaga kebersihan lingkungan.

PHBS akan menurunkan kejadian sakit terutama penyakit infeksi

yang dapat membuat energi pertumbuhan dialihkan kepada per-

lawanan tubuh menghadapi infeksi, dan gizi sulit diserap oleh

tubuh dan terlambatnya pertumbuhan.


22

3. Ajaran Islam Tekankan Pentingnya Pencegahan Stunting

Pencegahan stunting sejalan dengan ajaran Islam tentang merawat

anak. Penyelesaian stunting tidak hanya melibatkan ibu, tetapi juga ayah

sebagai anggota keluarga. QS Al Baqarah ayat 233 menyebutkan:

َ ‫عةَ ۗ َو‬
‫علَى‬ َ ‫ضا‬ َّ ‫َاملَي ِْن ِل َم ْن اَ َرادَ اَ ْن يُّتِ َّم‬
َ ‫الر‬ ِ ‫َو ْال َوا ِل ٰدتُ ي ُْر‬
ِ ‫ض ْعنَ اَ ْو ََلدَه َُّن َح ْولَي ِْن ك‬

‫ض ۤا َّر‬
َ ُ ‫س ا ََِّل ُو ْسعَ َها ۚ ََل ت‬ ِ ۗ ‫ْال َم ْولُ ْو ِد لَهٗ ِر ْزقُ ُه َّن َو ِكس َْوت ُ ُه َّن بِ ْال َم ْع ُر ْو‬
ُ َّ‫ف ََل ت ُ َكل‬
ٌ ‫ف نَ ْف‬

َ ‫ث ِمثْ ُل ٰذلِكَ ۚ َفا ِْن اَ َرادَا ِف‬


‫ص ًاَل‬ ِ ‫علَى ْال َو ِار‬
َ ‫َوا ِلدَة ٌ ۢبِ َولَ ِدهَا َو ََل َم ْولُ ْودٌ لَّهٗ بِ َولَد ِٖه َو‬

ِ ‫علَ ْي ِه َما َۗوا ِْن اَ َر ْدت ُّ ْم اَ ْن تَ ْست َْر‬


‫ضعُ ْْٓوا‬ ُ ‫اض ِ ِّم ْن ُه َما َوتَش‬
َ ‫َاو ٍر َف ََل ُجنَا َح‬ ٍ ‫ع ْن ت ََر‬
َ

‫ّٰللاَ َوا ْعلَ ُم ْْٓوا اَ َّن‬ ِ ۗ ‫سلَّ ْمت ُ ْم َّما ْٓ ٰاتَ ْيت ُ ْم بِ ْال َم ْع ُر ْو‬
‫ف َواتَّقُوا ه‬ َ ‫علَ ْي ُك ْم اِذَا‬
َ ‫اَ ْو ََلدَ ُك ْم َف ََل ُجنَا َح‬

ِ َ‫ّٰللاَ ِب َما تَ ْع َملُ ْونَ ب‬


‫صي ٌْر‬ ‫ه‬

Artinya: Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun


penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan
kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka
dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena
anaknya dan jangan pula seorang ayah (menderita) karena
anaknya. Ahli waris pun (berkewajiban) seperti itu pula.
Apabila keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan
permusyawaratan antara keduanya, maka tidak ada dosa atas
keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada
orang lain, maka tidak ada dosa bagimu memberikan
pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah
dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan.

Berdasarkan QS Al Baqarah ayat 233 dalam perspektif Islam,

kasus stunting ini juga sangat perlu dicegah dari generasi Muslim.

Menyusui bayi sebagai upaya pencegahan stunting. Pencegahan stunting

sejalan dengan ajaran Islam tentang merawat anak. Keberadaan keluarga

samawa akan membawa efek dalam lingkungan. Kehadirannya bukan


23

hanya baik tapi juga memperbaiki, tidak sekadar saleh tapi juga

muslih. Implikasi dari mawaddah (maddah atau materi) adalah adanya

kehamilan, menyusui, rezeki dan pakaian yang baik, serta jangka

menyusui.

4. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting

Menurut Soetjiningsih (2019) penyebab terjadinya stunting pada

anak pada dasarnya dibagi menjadi 4 kategori besar yaitu:

a. Faktor keluarga dan rumah tangga:

1) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

2) Ibu hamil dengan riwayat KEK

3) Tinggi badan ibu

4) Pengetahuan Ibu

b. Makanan tambahan dan komplementer yang tidak adekuat

1) Pemberian makanan

2) Pengaruh budaya

c. ASI Eksklusif

d. Infeksi.

Peneliti dalam penelitian ini akan mengkaji empat faktor yang

berhubungan dengan kejadian stunting diantaranya pengetahuan ibu,

pemberian makanan, riwayat ASI eksklusif dan riwayat penyakit infeksi.

a. Pengetahuan Ibu

Pengetahuan merupakan hasil dari tidak tahu menjadi tahu, ini

terjadi karena seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu


24

obyek tertentu. Peningkatan terjadi melalui panca indera manusia

yakni indera penciuman, penglihatan, pendengaran, rasa, dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoatmodjo, 2019).

Pengetahuan merupakan faktor penting dalam menentukan

perilaku seseorang karena pengetahuan dapat menimbulkan

perubahan persepsi dan kebiasaan masyarakat. Pengetahuan yang

meningkat dapat merubah persepsi masyarakat tentang penyakit.

Meningkatnya pengetahuan juga dapat mengubah perilaku

masyarakat dari yang negatif menjadi positif, selain itu pengetahuan

juga membentuk kepercayaan (Wawan & Dewi, 2019).

Pengetahuan tentang gizi orang tua terutama ibu sangat

berpengaruh terhadap tingkat kecukupan gizi yang diperoleh oleh

balita. Pengetahuan gizi ibu yang baik akan meyakinkan ibu untuk

memberikan tindakan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan gizi

balita, terutama yang berkaitan dengan kandungan zat-zat dalam

makanan, menjaga kebersihan makanan, waktu pemberian makan dan

lain-lain, sehingga pengetahuan yang baik akan membantu ibu atau

orang tua dalam menentukan pilihan kualitas dan kuantitas makanan.

(Rahmatillah, 2018). Pemilahan bahan makanan, tersedianya jumlah

makanan yang cukup dan keanekaragaman makanan ini dipengaruhi

oleh tingkat pengetahuan ibu tentang makanan dan gizinya (Uliyanti,

2019).
25

Hasil penelitian Lugina (2021) pengetahuan orangtua

berhubungan secara signifikan dengan stunting pada balita. Begitu

juga dengan hasil penelitian Sarumaha (2019) menunjukkan bahwa

ada hubungan yang signifikanpengetahuan ibu dengan status gizi

balita. Dakhi (2018) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan kejadian

stunting.

b. Riwayat KEK

Riwayat KEK berkaitan dengan status gizi ibu saat hamil.

Kurang Energi Kronik (KEK) merupakan suatu keadaan dimana

status gizi seseorang buruk disebabkan karena kurangnya konsumsi

pangan sumber energi yang mengandung zat gizi makro yang

berlangsung lama atau menahun (Almatsier, 2020). Riwayat KEK ibu

hamil dapat diketahui dengan melakukan pengukuran lingkar lengan

atas (LILA). Lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan

jaringan otot dan lemak di bawah kulit. Lila digunakan untuk

mendapatkan perkiraan tebal lemak bawah kulit denga cara ini dapat

diperkirakan jumlah lemak tubuh total (Supariasa, 2019).

Proverawati (2021) menjelaskan faktor yang memengaruhi

riwayat KEK terjadi karena penyebab langsung dan penyebab tidak

langsung. Penyebab langsung diantaranya berkaitan dengan asupan

makanan atau pola konsumsi dan infeksi. Penyebab tidak langsung

diantaranya karena adanya hambatan masuknya zat-zat gizi, hambatan


26

penyerapannkarena penyakit infeksi atau penyakit cacing, ekonomi

yang kurang, pendidikan gizi kurang, produksi pangan yang kurang,

kondisi hygiene yang kurang baik dan jumlah anak yang terlalu

banyak.

Kekurangan energi secara kronis menyebabkan cadangan zat

gizi yang dibutuhkan oleh janin dalam kandungan tidak adekuat untuk

menyediakan kebutuhan fisiologis kehamilan yakni perubahan

hormon dan meningkatkan volume darah (Hartriyanti dan Triyanti,

2019). Menurut Kristiyanasari (2021) di dalam kandungan, janin akan

tumbuh dan berkembang melalui pertambahan berat dan panjang

badan, perkembangan otak serta organ-organ lainnya seperti jantung,

hati, dan ginjal. Janin mempunyai plastisitas yang tinggi, artinya janin

akan dengan mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan

lingkungannya baik yang menguntungkan maupun yang merugikan

pada saat itu. Sekali perubahan tersebut terjadi, maka tidak dapat

kembali ke keadaan semula. Perubahan tersebut merupakan interaksi

antara gen yang sudah dibawa sejak awal kehidupan dengan

lingkungan barunya. Pada saat dilahirkan, sebagian besar perubahan

tersebut menetap atau selesai, kecuali beberapa fungsi, yaitu

perkembangan otak dan imunitas, yang berlanjut sampai beberapa

tahun pertama kehidupan bayi.

Sejak 1000 hari antara kehamilan sampai di usia dua tahun

merupakan Window of Opportunity, yakni kesempatan yang singkat


27

untuk melakukan sesuatu yang menguntungkan jadi sebaiknya tetap

memperhatikan kesehatan ibu saat hamil supaya jangan terganggu

yang pastinya akan berakibat pada anaknya kelak sehingga dapat

mencegah mata rantai kehidupan berikutnya yaitu kejadian stunting

pada anak (Heningham dan Grantham, 2021). Asupan zat gizi dari

makanan merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan status

gizi ibu sebelum dan selama hamil, dan selanjutnya akan berpengaruh

terhadap hasil konsepsi. Wanita yang menderita malnutrisi sebelum

hamil atau selama minggu pertama kehamilan cenderung melahirkan

bayi yang menderita kerusakan otak dan sumsum tulang karena sistem

saraf pusat sangat peka pada 2-5 minggu pertama. Ibu penderita

malnutrisi sepanjang minggu terakhir kehamilan akan melahirkan

bayi dengan BBLR karena jaringan lemak banyak ditimbun selama

trimester III (Arisman, 2019).

Kurang gizi pada janin terjadi pada masa tengah dan akhir

gestasi yang akan menyebabkan pertumbuhan fetus yang disproporsi

berhubungan dengan penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi

dan diabetes tipe 2 yang dikenal dengan hipotesa Barker.

Terhambatnya pertumbuhan janin akan merubah struktur dan fungsi

faal tubuh secara permanen. Bayi yang lahir BBLR sering kali

mengalami kesulitan untuk mengejar ketertinggalan pertumbuhannya

(inadequate catch up growth). Risiko hambatan pertumbuhan akan

semakin di perparah apabila kejadian kurang gizi pada masa janin


28

diikuti dengan asupan makanan yang kurang pada masa dua tahun

pertama kehidupannya. Masa dalam kandungan dan dua tahun

pertama kehidupan sangat menentukan terhadap kejadian stunting

pada masa dewasa (Soekirman, 2020).

Hasil penelitian Ruaida dan Soumokil (2018) menunjukkan

status KEK saat ibu hamil, anaknya lebih banyak mengalami stunting

(57,89%) sedangkan status tidak KEK saat ibu hamil, anaknya juga

tidak mengalami stunting (77,91%). Hasil analisis dengan uji Chi

Square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara KEK pada

ibu hamil dengan kejadian stunting yang dapat dilihat dari nilai p =

0,00 dan OR = 4,85 (95% CI; 2,70 – 8,72) sehingga dapat

diinterpretasikan bahwa ibu hamil dengan KEK sewaktu hamil

berpeluang 4,85 kali lebih besar mengakibatkan anak stunting

dibandingkan dengan ibu yang tidak KEK.

Ismawati et al. (2021) hasil penelitian menunjukan terdapat

53,3% yang masuk kategori pendek dan 46,7% masuk kategori sangat

pendek. Balita yang mengalami stunting dengan riwayat ibu

mengalami KEK berjumlah 40,0% sedangkan balita stunting dengan

ibu tidak memiliki riwayat KEK berjumlah 6,67%. Hasil analisis

korelasional didapati nilai p sebesar 0,004 (nilai p < 0,05).

Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan antara riwayat

KEK pada ibu hamil dengan kejadian stunting pada balita berusia 24-

59 bulan.
29

Hasil penelitian yang berbeda dilakukan oleh Qoyyimah et al.

(2021) diketahui bahwa kejadian stunting sebanyak 33,3%, sedangkan

tidak pendek sebanyak 66,7%. Riwayat ibu hamil dengan Kekurangan

energi kronis (KEK) sebanyak 6,7%, sedangkan riwayat ibu hamil

dengan tidak kekurangan energi kronis (KEK) sebanyak 93,3%. Hasil

perhitungan dengan korelasi Chi-Square yaitu diperoleh nilai p 0,605

yang berarti tidak ada hubungan riwayat ibu hamil KEK dengan

kejadian stunting pada Usia 3-5 tahun. Kusumaningrum (2020) dalam

penelitiannya ibu balita yang memiliki riwayat KEK (36,2%) dan ibu

balita yang tidak memiliki riwayat KEK (63,8%). Berdasarkan

analisis data statistik menggunakan Chi-Square diperoleh hasil bahwa

tidak ada hubungan antara riwayat KEK (Kurang Energi Kronik) ibu

hamil dengan kejadian stunting pada balita di Wilayah Kabupaten

Sukoharjo dengan nilai p = 0,626.

c. Riwayat ASI

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2020)

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6

bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat

diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. ASI merupakan makanan yang

paling baik untuk bayi segera setelah lahir.

Sulistyoningsih (2019) menjelaskan bahwa pemberian ASI

eksklusif dapat memenuhi kebutuhan zat gizi bayi serta penunjang

pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sehingga dapat


30

mempengaruhi status gizi bayi. Pemberian ASI dianjurkan diberikan

hingga anak berusia 2 tahun. Bagi bayi usia 6-8 bulan, ASI masih

memenuhi kebutuhan kalori sebanyak 70%, untuk bayi usia 9-11

bulan dapat memenuhi kalori sebanyak 55% sementara untuk bayi

usia 12 – 23 bulan dapat memenuhi kalori sebanyak 40%. Keadaan ini

akan secara siginifikan memenuhi kebutuhan makanan bayi sampai

usia 2 tahun.

United Nations Children’s Fund (2021) menyatakan bahwa

pemberian ASI eksklusif merupakan faktor perlindungan terhadap

stunting, sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi

prevalensi stunting pada anak di bawah usia lima tahun. ASI sangat

dibutuhkan dalam masa pertumbuhan bayi agar kebutuhan gizinya

tercukupi. Oleh karena itu ibu harus dan wajib memberikan ASI

secara eksklusif kepada bayi sampai umur bayi 6 bulan dan tetap

memberikan ASI sampai bayi berumur 2 tahun untuk memenuhi

kebutuhan gizi bayi.

Prasetyono (2019) menjelaskan bahwa salah satu manfaat ASI

eksklusif adalah mendukung pertumbuhan bayi terutama tinggi badan

karena kalsium ASI lebih efisien diserap dibanding susu pengganti

ASI atau susu formula. Sehingga bayi yang diberikan ASI Eksklusif

cenderung memiliki tinggi badan yang lebih tinggi dan sesuai dengan

kurva pertumbuhan dibanding dengan bayi yang diberikan susu

formula. ASI mengandung kalsium yang lebih banyak dan dapat


31

diserap tubuh dengan baik sehingga dapat memaksimalkan

pertumbuhan terutama tinggi badan dan dapat terhindar dari resiko

stunting.

Hasil penelitian Sarumaha (2019) ada hubungan yang

signifikan antara pelaksanaan ASI Eksklusif dengan Status Gizi

(stunting), bayi yang tidak diberi ASI secara Eksklusif sangat rentan

terserang penyakit. Migang (2021) dalam penelitiannya riwayat

pemberian ASI Ekslusif berhubungan dengan status gizi. Bayi yang

mendapat ASI cenderung memiliki frekuensi sakit dan periode lama

sakit lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI

ekslusif sehingga nutrisi dapat terserap dengan baik ke dalam

tubuhnya, sehingga balita memiliki status gizi yang baik seimbang

antara berat dan tinggi badan.

Hasil penelitian yang sama dilakukan oleh Khoiriyah et al.

(2021) menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara ASI

eksklusif dengan kejadian stunting pada balita. Balita yang tidak

diberi ASI eksklusif kemungkinan 5,3 kali berpeluang menjadi

stunting dibandingkan dengan balita yang diberi ASI eksklusif.

Pengaruh ASI eksklusif terhadap perubahan status stunting

disebabkan oleh fungsi ASI sebagai antiinfeksi. Pemberian ASI yang

kurang dan pemberian pemberian makanan atau formula terlalu dini

dapat meningkatkan risiko stunting karena bayi cenderung lebih


32

mudah terkena penyakit infeksi seperti diare ataupu penyakit

pernapasan.

Begitu juga dengan hasil penelitian Nurmalasari & Septiyani

(2019) menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara riwayat

pemberian ASI Ekslusif dengan stunting. Pemberian ASI Ekslusif

dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi badan pada anak. ASI

Eksklusif membantu mencegah kejadian malnutrisi pada anak dan

dapat mencegah terjadinya stunting atau gagal tumbuh.

d. Riwayat Infeksi

Infeksi bisa berhubungan dengan gangguan gizi melalui

beberapa cara, yaitu mempengaruhi nafsu makan, menyebabkan

kehilangan bahan makanan karena muntah-muntah/diare dan

mempengaruhi metabolisme makanan. Gizi buruk atau infeksi

menghambat reaksi imunologis yang normal dengan menghabiskan

sumber energi di tubuh. Sulistyoningsih (2019) menyatakan bahwa

terjadinya masalah gizi pendek (TB/U) sebagai akibat dari rendahnya

sanitasi dan kebersihan lingkungan dapat memicu gangguan saluran

pencernaan, yang membuat energi untuk pertumbuhan teralihkan

kepada perlawanan tubuh menghadapi infeksi diantaranya ISPA dan

diare. Saat anak sakit, lazimnya selera makan mereka pun berkurang,

sehingga asupan gizi makin rendah.

Seorang anak yang terkena diare akan mengalami malabsorbsi

zat gizi dan durasi diare yang berlangsung lama (lebih dari empat hari)
33

akan membuat anak semakin mengalami kehilangan zat gizi, bila

tidak segera ditindaklanjuti dan diimbangi dengan asupan yang sesuai

makan terjadi gagal tumbuh (Agustina, 2019). Anak yang kurang gizi

akan memiliki daya tahan tubuh terhadap penyakit yang rendah

sehingga mudah terkena penyakit infeksi dan dampak penyakit infeksi

ini dapat mempengaruhi perkembangan kognitif anak dan

menghambat pertumbuhan badan (Almatsier, 2020).

Sumardilah & Rahmadi (2019) menunjukkan bahwa faktor

riwayat penyakit infeksi berhubungan secara siginifikan dengan

kejadian stunting. Penyakit infeksi yang sering diderita anak balita

adalah diare dan infeksi saluran pernapadan akut (ISPA). Jika kondisi

ini terjadi secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama, maka

dapat menyebabkan terjadinya masalah gizi.

Hasil penelitian yang sama dilakukan Desyanti & Nindya

(2019) ada hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit diare

dengan kejadian stunting) yang artinya adalah balita yang sering

mengalami diare berisiko mengalami stunting lebih besar daripada

balita yang jarang mengalami diare di wilayah kerja Puskesmas

Simolawang.
34

B. Penelitian Terkait

Tabel 2.2
Penelitian Terkait
No Nama Judul Metode
Hasil Penelitian
Peneliti Peneliti Penelitian
1. Setia Nisa, The Effect of Penelitian ini Hasil : rata-rata
Prasetyanin Providing menggunakan pengetahuan ibu balita
gsih. Counseling korelasi pra sebelum penyuluhan tentang
(2022). with eksperimen stunting dilakukan adalah
Audiovisual desain dengan 44,56 dengan standar
Internationa Methods on One Group deviasi 15,38, sedangkan
l Journal of the Pretest-Posttest rata-rata pengetahuan ibu
Public Knowledge of Design. setelah konseling yang
Health Mothers of Pengambilan dilakukan adalah 61,26
Excellence Toddlers sampel dengan standar deviasi
(IJPHE) about menggunakan 12,14. Dapat dilihat
Vol. 2, No. Stunting purposive perbedaan pada nilai rata-
1, sampling rata setelah dan sebelum
December dengan jumlah diberikan pendidikan
2022. sampel yang kesehatan tentang
diperoleh kontrasepsi adalah 16,70
sebanyak 50 dengan standar
PUSH Wanita. penyimpangan 10,99. Hasil
Data dianalisis uji statistik diperoleh nilai P
menggunakan = 0,000.
independent Kesimpulan: Ada
sample t test perbedaan yang signifikan
(paired sample t- pada rata-rata pengetahuan
test) ibu balita sebelum dan
sesudah
penyuluhan
2. Supriyatun Analisis Penelitian Hasil balita dengan Riwayat
(2021) Faktor Risiko korelasional tidak BBLR 43 responden
yang dengan (86 %) balita dengan
JKM Berhubungan menggunakan Riwayat BBLR 7 responden
(Jurnal dengan rancangan (14 %) balita dengan
Kebidanan Kejadian Kasus Kontrol. Riwayat ASI ekslusif 40
Malahayati) Stunting Analisis responden (80 %) balita
. Vol 7, pada Balita penelitian tidak ASI
No.4. menggunakan ekslusif 10 responden (20
Oktober Chi-square. %), pendidikan ibu
2021, Jumlah subjek menengah 34 responden (68
penelitian %) pendidikan dasar 11
sebanyak 50 responden
orang (22 %) pendidikan tinggi 5
35

No Nama Judul Metode


Hasil Penelitian
Peneliti Peneliti Penelitian
dengan rincian responden (10 %), status
kelompok kasus sosial ekonomi kategori non
25 responden dan gakin 37 responden (74 %)
kelompok kontrol kategori gakin yaitu
sebanyak 25 sebanyak 13 responden (26
responden. %), jarak kelahiran kategori
Tekhnik sampling lebih dari sama dengan 2
yang digunakan tahun 43
adalah total responden (86 %) kategori
sampling. Alat kurang dari 2 tahun yaitu
ukur yang sebanyak 14 responden (14
digunakan adalah %).
lembar ceklis
Kesimpulan: Faktor risiko
yang berhubungan dengan
kejadian stunting di wilayah
kerja Puskesmas Purwaharja
II Kota Banjar adalah
riwayat BBLR.
3. Hana Ilmi Faktor-Faktor Penelitian ini Hasil: persentase responden
Khoiriyah, yang menggunakan yang stunting sebesar
dkk (2021) Berhubungan metode kuantitatif 38,6%. Analisis uji statistik
dengan dengan desain menunjukkan adanya
Jurnal Kejadian cross hubungan bermakna antara
Mahasiswa Stunting sectional, asupan energi (p-value
Kesehatan pada Balita populasi sebanyak 0,001), ASI eksklusif
Masyarakat Usia 24-59 506 balita dengan (p-value 0,001), MP-ASI (p-
Promotor Bulan di sampel sebanyak value 0,039), praktik
Vol. 4 No. Desa 83 orang. Teknik kebersihan dan sanitasi (p-
2, April Bantargadun sampling value 0,017), dan
2021 g Kabupaten menggunakan status ekonomi keluarga (p-
Sukabumi simple random value 0,027) dengan
sampling. kejadian stunting pada balita
Instrumen yang
digunakan berupa Kesimpulan: adanya
kuesioner dan hubungan bermakna antara
lembar food recall asupan energi, ASI eksklusif
24 jam. Analisis , MP-ASI), praktik
data dilakukan kebersihan dan sanitasi, dan
dengan uji chi- status ekonomi keluarga
square dengan kejadian stunting
pada balita.
4. Asweros Faktor-faktor Desain studi cross Hasil Penelitian: aktor
Umbu yang sectional orang tua yang berhubungan
36

No Nama Judul Metode


Hasil Penelitian
Peneliti Peneliti Penelitian
Zogara Berhubungan digunakan dalam dengan kejadian stunting
(2020) dengan penelitian ini. adalah
Kejadian Sampel penelitian pendidikan ayah
Jurnal Ilmu Stunting berjumlah 176 (Pvalue=0,035) dan ibu
Kesehatan pada Balita balita dan data (Pvalue=0,031), jumlah
Masyarakat. dianalisis anggota keluarga
2020; 9 (2) menggunakan uji (Pvalue=0,008), dan
chi square pengetahuan
gizi ibu (Pvalue=0,002).
Sedangkan pekerjaan ayah
(Pvalue= 0,233) dan
pekerjaan ibu (Pvalue=
0,895) tidak
berhubungan dengan
kejadian stunting. Asupan
zat gizi yang berhubungan
dengan kejadian stunting,
yaitu asupan
protein (Pvalue=0,002) dan
lemak (Pvalue=0,017).
Sedangkan asupan
karbohidrat tidak
berhubungan dengan
kejadian
stunting (Pvalue=0,687).
Kesimpulan: pendidikan
ayah dan ibu, jumlah
anggota
keluarga, dan pengetahuan
gizi ibu, serta
asupan protein dan
karbohidrat
berhubungan signifikan
dengan kejadian
stunting pada balita.
Sedangkan pekerjaan
ayah dan ibu, serta asupan
karbohidrat
tidak berhubungan.
5. Rita Sari Faktor Desain penelitian Hasil Penelitian:
(2018) Determinan ini adalah Hasil penelitian 46% berada
yang observasional pada kondisi stunting
Wacana Berhubungan analitik dengan (pendek). Faktor
Kesehatan dengan pendekatan Penghasilan, pola
37

No Nama Judul Metode


Hasil Penelitian
Peneliti Peneliti Penelitian
Vol. 2, No.2, Kejadian crossectional. asuh dan pemberian makan
Desember Stunting pada Subjek dalam berhubungan dengan
2018 Balita di penelitian ini kejadian balita stunting
Kabupaten adalah pasangan (ρ<0,05).
Pesawaran ibu dan balita usai Kesimpulan: penghasilan
Lampung 2-5 tahun.Jumlah keluarga, pola asuh dan pola
sampel pada pemberian makan
penlitian ini berhubungan siginifikan
adalah 385 dengan kejadian stunting di
pasangan ibu dan Kabupaten Pesawaran
balita dari 12 Lampung.
Wilayah kerja
Puskesmas di
Pesawaran
6. Ari Faktor-Faktor Penelitian Hasil Penelitian:
Sulistyawati yang kuantitatif dengan balita stunting sebesar
, (2020) Berhubungan pendekatan 27.8%,
dengan potong faktor yang berpengaruh
Jurnal Ilmu Kejadian lintang. Populasi terhadap kejadian stunting
Kebidanan, Stunting pada balita di Dusun adalah berat badan lahir
Jilid 5, Balita Teruman (p=0,017; OR= 4.625),
Nomor 1, berjumlah 980 pengetahuan
November anak. ibu tentang gizi (p=0.000;
2020 Data bivariat OR=0.208), pola perawatan
dianalisis kesehatan balita (p=0.000;
menggunakan uji OR=0.200), panjang badan
Chi Square dan lahir
data (p=0.000; OR=0.129),
multivariat diuji pendapatan perkapita
menggunakan (p=0.000; OR=0.129), dan
Regresi Logistik pola pemenuhan gizi
Ganda (p=0.000; OR=0.033).
Kesimpulan: Berat badan
lahir, panjang badan lahir,
pola
pemenuhan gizi,
pengetahuan ibu tentang
gizi,
pola perawatan dan
pendapatan perkapita
merupakan faktor yang
paling berpengaruh
terhadap kejadian stunting
balita.
38

No Nama Judul Metode


Hasil Penelitian
Peneliti Peneliti Penelitian
7. Ruaida dan Hubungan Penelitian Hasil Penelitian :
Soumokil Status KEK observasional Status KEK saat ibu hamil,
(2018) Ibu Hamil Dan dengan rancangan anaknya lebih banyak
Bblr Dengan case control mengalami stunting
JKT Kejadian menggunakan (57,89%) sedangkan status
Volume 9 Stunting lenght board dan tidak KEK saat ibu hamil,
Nomor 2 Pada Balita Dikuesioner. Subjek anaknya juga tidak
Tahun 2018 Puskesmas penelitian pada mengalami stunting
Tawiri Kota kasus adalah anak (77,91%). Hasil analisis
Ambon yang mengalami dengan uji Chi Square
stunting. menunjukkan ada hubungan
Didapatkan 76 yang bermakna antara KEK
kasus dan 163 pada ibu hamil dengan
kontrol. kejadian stunting yang dapat
Pengambilan dilihat dari nilai p = 0,00
sampel dan OR = 4,85 (95% CI;
menggunakan 2,70 – 8,72)
teknik Kesimpulan :
nonprobability Ibu hamil dengan KEK
sampling dengan sewaktu hamil berpeluang
metode purposive 4,85 kali lebih besar
sampling. Analisa mengakibatkan anak
data stunting dibandingkan
secara univariat dengan ibu yang tidak KEK.
menggunakan
distribusi
frekuensi, bivariat
menggunakan
Chi-square
8. Ismawati et Kejadian Penelitian survei Hasil Penelitian :
al. (2021) Stunting Pada dengan Terdapat 53,3% yang masuk
Balita menggunakan kategori pendek dan 46,7%
Dipengaruhi rancangan cross masuk kategori sangat
Oleh sectional. Jumlah pendek. Balita yang
Riwayat sampel yang mengalami stunting dengan
Kurang Energi digunakan adalah riwayat ibu mengalami
Kronik 30 balita stunting. KEK berjumlah 40,0%
Pada Ibu Data sedangkan balita stunting
Hamil diambil dengan dengan ibu tidak memiliki
melakukan riwayat KEK berjumlah
pengukuran tinggi 6,67%. Hasil analisis
badan balita serta korelasional didapati nilai p
melihatnya pada sebesar 0,004 (nilai p <
buku Kesehatan 0,05).
39

No Nama Judul Metode


Hasil Penelitian
Peneliti Peneliti Penelitian
Ibu dan Kesimpulan :
Anak (KIA). Terdapat hubungan antara
riwayat KEK pada ibu hamil
dengan kejadian stunting
pada balita berusia 24-59
bulan.
9. Qoyyimah Hubungan Deskriptif Hasil Penelitian :
et al. (2021) Riwayat Ibu korelatif dengan Kejadian stunting sebanyak
Hamil metode 33,3%, sedangkan tidak
Kekurangan retrospektif. pendek sebanyak 66,7%.
Energi Kronis Sampel pada Riwayat ibu hamil dengan
Dengan penelitian ini Kekurangan energi kronis
Kejadian adalah seluruh (KEK) sebanyak 6,7%,
Stunting Pada balita stunting sedangkan riwayat ibu
Balita Usia 3-usia 3-5 tahun di hamil dengan tidak
5 Tahun Di wilayah kerja kekurangan energi kronis
Puskesmas Puskesmas (KEK) sebanyak 93,3%.
Jatinom Jatinom. Hasil perhitungan dengan
Klaten Teknik korelasi Chi-Square yaitu
pengambilan diperoleh nilai p 0,000
sampel pada Kesimpulan :
penelitian ini Ada hubungan riwayat ibu
adalah dengan hamil KEK dengan kejadian
Teknik total stunting pada Usia 3-5
sampling. tahun.
10. Kusumanin Hubungan Observasional Hasil Penelitian :
grum Riwayat dengan desain Ibu balita yang memiliki
(2020) Anemia Dan case control. riwayat KEK (36,2%) dan
Kurang Energi Sampel pada ibu balita yang tidak
Kronik (Kek) penelitian ini memiliki riwayat KEK
Ibu Hamil berjumlah 47 (63,8%).
Dengan balita stunting Kesimpulan :
Kejadian dan 47 balita Tidak ada hubungan antara
Stunting Pada tidak stunting. riwayat KEK (Kurang
Balita Di Pengambilan Energi Kronik) ibu hamil
Wilayah sampel dengan kejadian stunting
Kabupaten dilakukan secara pada balita di Wilayah
Sukoharjo purposive Kabupaten Sukoharjo
sampling. Uji dengan nilai p = 0,626
hubungan anemia
dan KEK dengan
kejadian stunting
menggunakan uji
Chi Square
40

C. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka yang diuraikan di atas, maka disusun

kerangka teori sebagai berikut:

Faktor-faktor penyebab stunting:

1. Faktor keluarga dan rumah tangga


a. BBLR
b. Riwayat Ibu hamil dengan
KEK
c. Pengetahuan ibu Stunting

2. Faktor makanan
a. Pemberian makanan
Kejadian
b. Pengaruh budaya Stunting

3. ASI Eksklusif
Normal
4. Faktor infeksi
c. Riwayat penyakit infeksi
d. Praktek kesehatan

: Tidak diteliti

: Diteliti

: Hubungan

Gambar 2.3 Kerangka Teori


Sumber: Soetjiningsih (2019), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
(2020)

D. Kerangka Konsep

Stunting/pendek merupakan kondisi kronis yang menggambarkan

terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi dalam jangka waktu yang lama.

Stunting pada anak balita merupakan indikator utama dalam menilai kualitas

modal sumber daya manusia di masa mendatang. Penyebab terjadinya stunting


41

disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pengetahuan ibu, pemberian

makanan, riwayat ASI dan riwayat penyakit infeksi. Berdasarkan pernyataan

tersebut, maka kerangka konsep dapat diurakan sebagai berikut:

Variabel Bebas Variabel Terikat

1. Pengetahuan ibu
2. Riwayat KEK Kejadian Stunting Pada Balita
3. Riwayat ASI eksklusif
4. Riwayat Penyakit Infeksi

Gambar 2.4 Kerangka Konsep

E. Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2019), hipotesis penelitian merupakan jawaban

semetara dari permasalahan yang akan diteliti. Hipotesis disusun dan diuji

untuk menunjukkan benar atau salah dengan cara terbebas dari nilai dan

pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya. Hipotesis dalam penelitian

ini yaitu:

Ha1: Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian stunting pada

balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang.

H01: Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian stunting

pada balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang.

Ha2: Terdapat hubungan antara riwayat KEK dengan kejadian stunting pada

balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang.

H02: Tidak terdapat hubungan antara riwayat KEK dengan kejadian stunting

pada balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang.


42

Ha3: Terdapat hubungan antara riwayat ASI eksklusif dengan kejadian stunting

pada balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang.

H03: Tidak terdapat hubungan antara riwayat ASI eksklusif dengan kejadian

stunting pada balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang.

Ha4: Terdapat hubungan antara riwayat penyakit infeksi dengan kejadian

stunting pada balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang.

H04: Tidak terdapat hubungan antara riwayat penyakit infeksi dengan kejadian

stunting pada balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan

cross sectional dimana data yang menyangkut variabel bebas atau resiko

(pengetahuan ibu, riwayat ibu hamil dengan KEK, riwayat ASI eksklusif dan

riwayat penyakit infeksi) dan variabel terikat (kejadian stunting pada balita)

akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2019).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten

Tangerang. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni - Agustus

2023.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Arikunto (2018), populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu mempunyai

balita periode bulan Februari 2023 sebanyak 417 balita.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian atau mewakili dari

populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian atau

43
44

mewakili dari populasi yang diteliti. Menurut Notoatmodjo (2020), cara

untuk menentukan ukuran sampel dengan menggunakan rumus Slovin

sebagai berikut:

𝑁
𝑛 = 1+𝑁 (𝑑)2

Keterangan :

n = Sampel

N = Populasi

d2 = Tingkat Kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,1)

Besar sampel size pada peneliitian ini adalah:

417
𝑛=
1 + 417𝑥 0,12

417
= 1+417 ×0,01

417
=
1 + 4,17

= 80,6 dibulatkan menjadi 81orang.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik

proportional stratified random sampling. Menurut Iskandar (2019)

proportional stratified random sampling di mana metode pengambilan

sampel diambil di setiap Posyandu di Desa yang berlokasi di wilayah

Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang. Cara pengambilan sampel

dengan proportional stratified random sampling menggunakan rumus

alokasi proportional:
45

𝑁𝑖
𝑛𝑖 = .𝑛
𝑁

Dimana :

ni = jumlah anggota sampel menurut strata

n = jumlah anggota sampel seluruhnya

Ni =jumlah anggota populasi menurut strata

N = jumlah anggota populasi seluruhnya

Tabel 3.1
Jumlah Sampel di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang
Jumlah
Nama Pengambilan Jumlah
No Populasi
Posyandu Sampel Sampel
Strata

62
1. Bantar Panjang 62 X 81 = 13,1 13
417

58
2. Cileles 58 X 81 = 11,3 11
417

55
3. Kadu agung 55 X 81 = 10,6 11
417

53
4. Margasari 53 X 81 = 10,2 10
417

54
5. Sodong 54 X 81 = 10,4 10
417

58
6. Tapos 58 X 81 = 11,3 11
417
67
7. Tigaraksa 77 X 81 = 14,9 15
417

Jumlah Strata 417 Jumlah Sampel 81


46

Setelah selesai menentukan sampel dengan menggunakan

proportional stratified random sampling, maka langkah selanjutnya

menggunakan random sampling dengan cara membuat daftar semua unit

sampel pada masing-masing Posyandu, selanjutnya memberi nomor urut

pada lembar kertas dan membuat nomor urut pada kertas kecil, langkah

terakhir kocok lalu ambil secara acak sebanyak jumlah sampel yang

dibutuhkan sesuai masing-masing desa dan cocokkan nomor yang telah

diambil dengan daftar unit sampel. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi

dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi

1) Balita yang berada di wilayah Puskesmas Tigaraksa Kabupaten

Tangerang

2) Ibu yang memiliki balita (12-23 bulan) yang mengikuti posyandu

pada bulan Juni tahun 2023 dan dilakukan pemeriksaan status gizi

dengan indeks TB/U.

3) Memiliki KIA/KMS

b. Kriteria eksklusi

1) Anak yang mengalami kelainan seperti autisme dan retardasi

mental

2) Tidak bersedia menjadi responden.


47

D. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan yang berdasarkan

kenyataan atau penjelasan di lapangan yang meliputi penjelasan tentang apa

variabel tersebut, alat ukur, hasil ukur dan skala ukur (Nursalam, 2019).

Variabel-variabel dalam penelitian ini akan dijelaskan dalam definisi sebagai

berikut :

Tabel 3.2
Defenisi Operasional
Definisi Alat Skala
Variabel Cara Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur
Variabel Bebas
Pengetahu- Pengetahuan Mengisi Kuesioner 1. Kurang Ordinal
an ibu yang diketahui kuesioner (≤75%)
oleh ibu balita 2. Baik
mengenai gizi (>75%)

(Notoatmodjo,
2019)
Riwayat ibu Suatu keadaan Mengisi Kuesioner 1. KEK (jika Ordinal
hamil KEK dimana status kuesioner LILA ibu
gizi seseorang saat hamil
buruk < 23,5cm)
disebabkan 2. Tidak
karena KEK (jika
kurangnya LILA ibu
konsumsi saat hamil
pangan sumber (≥23,5cm)
energi yang
mengandung zat
gizi makro yang (Muliarini,
berlangsung 2019)
lama atau
menahun
Riwayat Riwayat yang Mengisi Kuesioner 1. ASI tidak Nominal
ASI dialami ibu kuesioner eksklusif
dalam 2. ASI Ek-
memberikan skulsif
ASInya tanpa
ada tambahan
cairan atau (Kementerian
48

Definisi Alat Skala


Variabel Cara Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur
makanan lain Kesehatan
selain obat- Republik
obatan dan Indonesia,
vitamin sejak 2020)
lahir hingga 6
bulan pertama
kehidupannya

Riwayat Balita dalam Mengisi Kuesioner 1. Ada Nominal


penyakit kurun waktu 3 kuesioner 2. Tidak ada
infeksi bulan terakhir
menderita
penyakit infeksi (Sulistyoning
seperti diare dan sih, 2019)
ISPA
Variabel Terikat
Kejadian Tinggi balita Lembar Data KIA/ 1. Stunting Ordinal
stunting (12-60 bulan) Observasi KMS (jika z
pada balita menurut umur score < -2
(TB/U) kurang SD)
dari -2 SD 2. Normal
sehingga lebih (jika z
pendek daripada score ≥ -2
tinggi yang SD)
seharusnya
(Kemenkes
RI, 2020)

E. Instrumen Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2019), instrumen penelitian pada dasarnya alat

yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian.

1. Variabel pengetahuan ibu terdiri dari 10 soal meliputi kebutuhan gizi balita

(1, 2, 3) faktor yang mempengaruhi pemenuhan gizi (4) dan penilaian status

gizi (5), serta mengenai stunting meliputi pengertian stunting (6, 7), faktor

yang mempengaruhi stunting (8, 9) dan dampak stunting (10). Kuesioner ini
49

berbentuk Multiple Choice yang terdiri dari 10 pertanyaan dengan skor

jawaban benar (1) dan salah (0).

2. Variabel Riwayat KEK terdiri dari 1 soal dengan alternatif jawaban hasil

pengukuran LILA dengan satuan cm.

3. Riwayat ASI eksklusif peneliti hanya menanyakan apakah setelah bayi lahir

sampai usia 6 bulan bayi diberi ASI saja tanpa tambahan susu formula atau

air putih/cairan lain selain obat, dalam hal ini peneliti tidak melakukan uji

validitas karena pertanyaan tersebut merupakan keadaan yang pernah ibu

alami dalam hal pemberian ASI.

4. Variabel tentang riwayat penyakit infeksi dan kejadian stunting pada balita

peneliti melihat dari data KIA/KMS, mengukur tinggi badan. Data penyakit

infeksi yang akan digunakan oleh Peneliti adalah data diagnosa medis yang

berada di buku KIA/KMS yang dimiliki oleh anak. Penyakit infeksi yang

dialami oleh anak minimal terjadi dalam 3 bulan terakhir. Jenis penyakit

infeksi meliputi: Infeksi Saluran Pernafasa Atas (ISPA) dan diare.

Kuesioner pada penelitian ini dilakukan uji validitas ulang di Klinik

Hijau Putih 9 Tanjung Duren Selatan kepada 30 responden untuk mempertegas

hasil. Adapun nilai r tabel pada 30 responden adalah 0,361, apabila hasil uji

validitas dengan r hitung > 0,361 maka kuesioner tersebut dinyatakan valid,

namun jika hasil uji validitas dengan r hitung ≤ 0,361 maka kuesioner tersebut

dinyatakan tidak valid. Berdasarkan hasil uji validitas dari 10 soal pengetahuan

menunjukkan hasil r hitung terkecil hingga terbesar yaitu 0,682-0,754, dengan


50

demikian hasil uji validitas dinyatakan valid semua. Hasil uji reliabilitas

menunjukkan hasil 0,741 > 0,6, dengan demikian soal pengetahuan valid dan

reliabel atau bisa dipercaya.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data atau adalah proses riset dimana peneliti

menerapkan metode ilmiah dalam mengumpulkan data secara sistematis untuk

dianalisa (Notoatmodjo, 2019). Teknik pengumpulan data yang dilakukan

penelitian sebagai berikut :

1. Pengurusan surat izin penelitian

2. Mendapat jawaban surat izin penelitian

3. Melakukan penelitian

Tahap ini peneliti melakukan pengambilan data dari responden yaitu

penderita hipertensi dan melakukan kunjungan ke Posyandu yang berada di

wilayah Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang saat dilakukan penelitian.

Sebelumnya peneliti meminta ijin untuk bersedia menjadi responden,

selanjutnya menjelaskan tujuan penelitian bahwa ibu akan diberi kuesioner

yang harus diisi secara lengkap. Apabila ditemukan kesulitan, maka peneliti

akan membatunya. Proses penelitian dilakukan dengan menggunakan protokol

kesehatan.

G. Teknik Pengolahan Data

Notoatmodjo (2019) memaparkan bahwa pengolahan data merupakan

salah satu bagian rangkaian kegiatan setelah pengumpulan data. Agar analisis
51

penelitian menghasilkan informasi yang benar, paling tidak ada empat tahapan

dalam pengolahan data yang peneliti harus lalui yaitu editing, coding,

processing, dan cleaning yang selanjutnya dilakukan analisis data. Data yang

telah dikumpulkan pada penelitian ini selanjutnya diolah dengan menggunakan

program komputer dengan beberapa tahapan yaitu merekapitulasi hasil

jawaban kuesioner yang diisi oleh responden kemudian dilakukan:

1. Editing

Editing merupakan upaya memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Peneliti mengecek kembali

setiap data dan jawaban dari setiap pertanyaan pada kuesioner yang telah

dikumpulkan.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian numerik (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode sangat penting

dilakukan bila pengolahan data dan analisa data menggunakan komputer.

Peneliti memberikan kode pada setiap item untuk mempermudah dalam

pengolahan data yang menggunakan perangkat lunak komputer yaitu

program statistik.

a. Pengetahuan ibu diberi kode 1 jika tinggi dan 2 jika rendah

b. Riwayat KEK diberi kode 1 jika KEK dan 2 jika tidak KEK.

c. Riwayat ASI eksklusif diberi kode 1 jika ASI tidak eksklusif dan 2

jika eksklusif.
52

d. Riwayat penyakit infeksi diberi kode 1 jika ada dan 2 jika tidak ada.

e. Kejadian stunting pada balita diberi kode 1 jika stunting dan 2 jika

normal.

3. Processing

Pada tahapan ini data yang berupa jawaban-jawaban dari masing-

masing responden dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke

dalam program atau software computer, salah satunya SPSS IBM 25.

4. Cleaning

Pada tahap ini data yang telah ada diperiksa kembali untuk

memastikan bahwa data bersih dari kesalahan. Pada penelitian ini peneliti

mengkoreksi kembali data-data yang telah di entry dan mengubah setiap

kesalahan atau kekeliruan yang terjadi pada saat melakukan entry data.

Peneliti memeriksa kembali data yang telah di entry ke dalam komputer

dengan mencocokan data yang ada pada kuesioner.

5. Analisis data

Analisis data yang dilakukan untuk melakukan pengujian hipotesis,

adalah:

a. Analisis Univariat

Menurut Badriah (2019), analisi univariat dilakukan terhadap

tiap variabel dan hasil penelitian. Pada umumnya hasil analisis ini

menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel. Rumus yang

digunakan adalah sebagai berikut:

F
P= x 100%
N
53

Keterangan:

P = Persentase

F = Frekuensi

N = Jumlah responden

100% = Bilangan tetap

(Notoatmodjo, 2019)

b. Analisis Bivariat

Analisis yang dilakukan dengan dua variabel yang diduga

berhubungan atau korelasi (Notoatmodjo, 2019). Analisis bivariat

juga ditujukan untuk menguji hipotesis penelitian. Jenis analisis

bivariat menggunakan uji Uji statistik Chi Square. Uji Chi Square

termasuk kedalam statistik non-parametrik. Adapun rumus uji Chi

Square menurut Hidayat (2021) adalah sebagai berikut:

(O−E)²
X2 = ∑ E

Keterangan :

X2 : Chi Square

O : Frekuensi yang diamati

E : Frekuensi yang diharapkan

Menentukan uji kemaknaan hubungan dengan cara

membandingkan nilai p (p value) dengan nilai α = 0,05 pada taraf

kepercayaan 95% dan derajat kebebasan = 1 dengan kaidah keputusan

sebagai berikut:
54

a) Jika nilai  < α berarti ada hubungan antara variabel bebas dengan

terikat.

b) Jika nilai  ≥ berarti tidak ada hubungan antara variabel terikat

dengan bebas.

Chi-Square disebut juga dengan Kai Kuadrat. Chi Square

adalah salah satu jenis uji komparatif non parametris yang dilakukan

pada dua variabel, di mana skala data kedua variabel adalah nominal.

(Apabila dari 2 variabel, ada 1 variabel dengan skala nominal maka

dilakukan uji chi square dengan merujuk bahwa harus digunakan uji

pada derajat yang terendah). Uji chi-square merupakan uji non

parametris yang paling banyak digunakan. Ada beberapa syarat

menurut Hidayat (2021) di mana chi-square dapat digunakan yaitu:

a) Tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga

Actual Count (F0) sebesar 0 (Nol).

b) Apabila bentuk tabel kontingensi 2 X 2, maka tidak boleh ada 1

cell saja yang memiliki frekuensi harapan atau disebut juga ex-

pected count ("Fh") kurang dari 5. Apabila tidak memenuhi

syarat yaitu ada cell dengan frekuensi harapan kurang dari 5,

maka rumus harus diganti dengan rumus “Fisher Exact Test”.

c) Apabila bentuk tabel lebih dari 2 x 2, misak 2 x 3, maka jumlah

cell dengan frekuensi harapan yang kurang dari 5 tidak boleh

lebih dari 20%. Apabila tidak memenuhi syarat, maka dilanjutkan

dengan test kolmogorv smirnov.


55

H. Etika Penelitian

Penelitian ini tidak memiliki risiko yang dapat merugikan atau

membahayakan responden, namun peneliti mempertimbangkan aspek sosio

etika dan menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan (Notoatmodjo,

2019).

1. Autonomy

Peneliti menjaga kerahasiaan identitas dari responden menjadi

penting untuk dijaga oleh peneliti. Identitas responden diberikan kode

tertentu sehingga bukan nama terang responden, peneliti hanya

mencantumkan kode yang akan dilampirkan dalam hasil penelitian.

2. Beneficence

Pada penelitian ini peneliti melakukan prinsip untuk melakukan

yang baik dan tidak merugikan pasien, dalam hal ini dalam pengisian

kuesioner dengan jelas dan menjelaskannya jika tidak dimengerti.

3. Justice

Pada penelitian ini, dilakukan secara jujur peneliti ini bersikap adil

kepada seluruh responden tanpa membeda-bedakan latar belakang

responden, dalam hal ini peneliti tidak membeda-bedakan responden, baik

suku dan budaya.

4. Veracity

Peneliti menjelaskan dengan sujujur-jujurnya maksud dan tujuan

melakukan penelitian agar mengetahui faktor-faktor yang berhubungan


56

dengan kejadian stunting pada balita sehingga bisa ditemukan solusi untuk

pemecahan masalahnya.

5. Confidentiality

Merupakan jaminan kerahasiaan hasil penelitian sehingga peneliti

mentiadakan identitas responden seperti nama dan alamat responden

kemudian diganti dengan kode tertentu.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
a. Distribusi Frekuensi Kejadian Stunting pada Balita di Puskesmas
Tigaraksa Kabupaten Tangerang

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Kejadian Stunting pada Balita di Puskesmas
Tigaraksa Kabupaten Tangerang

Frekuensi Prosentase
Kejadian Stunting pada Balita
(f) (%)
Stunting 20 24,7
Normal 61 75,3
Jumlah 81 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui dari 81 responden didapatkan

24,7% dengan kejadian stunting.

57
58

b. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu, Riwayat KEK, Riwayat


ASI Eksklusif dan Riwayat Penyakit Infeksi di Puskesmas
Tigaraksa Kabupaten Tangerang

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu, Riwayat KEK, Riwayat
ASI Eksklusif dan Riwayat Penyakit Infeksi di Puskesmas
Tigaraksa Kabupaten Tangerang

Frekuensi Prosentase
Variabel
(f) (%)
Pengetahuan Ibu
Kurang 31 38,3
Baik 50 61,7
Riwayat KEK
KEK 17 21,0
Tidak KEK 64 79,0
Riwayat ASI Eksklusif

ASI Tidak Eksklusif 33 40,7


ASI Eksklusif
48 59,3
Riwayat Penyakit Infeksi
Ada 22 27,2
Tidak Ada 59 72,8
Jumlah 81 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui dari 81 responden sebagian

besar responden dengan pengetahuan ibu baik yaitu sebanyak 50

(61,7%), tidak ada riwayat KEK yaitu sebanyak 64 (79,0%), ASI

eksklusif yaitu sebanyak 48 (59,3%), dan tidak ada riwayat penyakit

infeksi yaitu sebanyak 59 (72,8%).


59

2. Hasil Analisis Bivariat


a. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Stunting pada Balita
di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang

Tabel 4.3
Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Stunting pada
Balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang

Kejadian Stunting pada Balita


Pengetahuan
Stunting Normal Jumlah P value OR
Ibu
F % f % n %
Kurang 17 54,8 14 45,2 31 100
Baik 3 6,0 47 94,0 50 100 0,000 19,024
Jumlah 20 24,7 61 75,3 81 100

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 31 responden

dengan pengetahuan kurang sebagian besar mengalami kejadian

stunting pada balita yaitu sebanyak 17 responden (54,8%). Sedangkan

dari 50 responden dengan pengetahuan baik sebagian besar tidak

mengalami kejadian stunting pada balita yaitu sebanyak 47 responden

(94,0%).

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square di-

peroleh nilai p value 0,000 hal ini menunjukan bahwa nilai p value lebih

kecil dari nilai alpha yaitu 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa

Ho ditolak yakni artinya ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan ibu dengan kejadian stunting pada balita. Dari hasil ana-

lisis diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 19,024 yang artinya balita

dengan pengetahuan ibu kurang berpeluang 19 kali mengalami kejadian

stunting pada balita dibandingkan balita dengan pengetahuan ibu baik.


60

b. Hubungan Riwayat KEK dengan Kejadian Stunting pada Balita di


Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang

Tabel 4.4
Hubungan Riwayat KEK dengan Kejadian Stunting pada Balita
di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang

Kejadian Stunting pada Balita


Riwayat
Stunting Normal Jumlah P value OR
KEK
F % f % n %
KEK 11 64,7 6 35,3 17 100
Tidak KEK 9 14,1 55 85,9 64 100 0,000 11,204
Jumlah 20 24,7 61 75,3 81 100

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 17 responden

dengan riwayat KEK sebagian besar mengalami kejadian stunting pada

balita yaitu sebanyak 11 responden (64,7%). Sedangkan dari 64

responden dengan riwayat tidak KEK sebagian besar tidak mengalami

kejadian stunting pada balita yaitu sebanyak 55 responden (85,9%).

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square di-

peroleh nilai p value 0,000 hal ini menunjukan bahwa nilai p value lebih

kecil dari nilai alpha yaitu 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa

Ho ditolak yakni artinya ada hubungan yang signifikan antara riwayat

KEK dengan kejadian stunting pada balita. Dari hasil analisis diperoleh

nilai Odds Ratio (OR) = 11,204 yang artinya balita dengan riwayat

KEK berpeluang 11 kali mengalami kejadian stunting pada balita

dibandingkan balita dengan tidak riwayat KEK.


61

c. Hubungan Riwayat ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting pada


Balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang

Tabel 4.5
Hubungan Riwayat ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting pada
Balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang

Kejadian Stunting pada Balita


Riwayat ASI
Stunting Normal Jumlah P value OR
Eksklusif
F % f % n %
Riwayat ASI
Tidak 17 51,5 16 48,5 33 100
Eksklusif
Riwayat ASI 0,000 15,938
3 6,3 45 93,8 48 100
Eksklusif
Jumlah 20 24,7 61 75,3 81 100

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 33 responden

dengan riwayat ASI tidak eksklusif sebagian besar mengalami kejadian

stunting pada balita yaitu sebanyak 17 responden (51,5%). Sedangkan

dari 48 responden dengan riwayat ASI eksklusif sebagian besar tidak

mengalami kejadian stunting pada balita yaitu sebanyak 45 responden

(93,8%).

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square di-

peroleh nilai p value 0,000 hal ini menunjukan bahwa nilai p value lebih

kecil dari nilai alpha yaitu 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa

Ho ditolak yakni artinya ada hubungan yang signifikan antara riwayat

ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita. Dari hasil analisis

diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 15,938 yang artinya balita dengan

riwayat ASI tidak eksklusif berpeluang 15 kali mengalami kejadian

stunting pada balita dibandingkan balita dengan riwayat ASI eksklusif.


62

d. Hubungan Riwayat Penyakit Infeksi dengan Kejadian Stunting


pada Balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang

Tabel 4.6
Hubungan Riwayat Penyakit Infeksi dengan Kejadian Stunting
pada Balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang

Kejadian Stunting pada Balita


Riwayat
Penyakit Stunting Normal Jumlah P value OR
Infeksi
F % f % n %
Ada 16 72,7 6 27,3 22 100
Tidak Ada 4 6,8 55 93,2 59 100 0,000 36,667
Jumlah 20 24,7 61 75,3 81 100

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 22 responden

yang ada riwayat penyakit infeksi sebagian besar mengalami kejadian

stunting pada balita yaitu sebanyak 16 responden (72,7%). Sedangkan

dari 59 responden yang tidak ada riwayat penyakit infeksi sebagian

besar tidak mengalami kejadian stunting pada balita yaitu sebanyak 55

responden (93,5%).

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square di-

peroleh nilai p value 0,000 hal ini menunjukan bahwa nilai p value lebih

kecil dari nilai alpha yaitu 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa

Ho ditolak yakni artinya ada hubungan yang signifikan antara riwayat

penyakit infeksi dengan kejadian stunting pada balita. Dari hasil ana-

lisis diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 36,667 yang artinya balita

dengan yang ada riwayat penyakit infeksi berpeluang 36 kali

mengalami kejadian stunting pada balita dibandingkan balita yang tidak

ada riwayat penyakit infeksi.


63

B. Pembahasan
1. Analisis Univariat
a. Distribusi Frekuensi Kejadian Stunting pada Balita di Puskesmas
Tigaraksa Kabupaten Tangerang

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 81

responden didapatkan 24,7% dengan kejadian stunting.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2020) menjelas-

kan bahwa dampak buruk dari stunting dalam jangka pendek bisa me-

nyebabkan terganggunya otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan

fisik dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dalam

jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah

menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya

kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, risiko tinggi munculnya pen-

yakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah,

kanker, stroke dan disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang

tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktifitas

ekonomi.

Menurut Soetjiningsih (2019) penyebab terjadinya stunting

beberapa diantaranya riwayat ibu hamil KEK, pengetahuan ibu,

riwayat ASI eksklusif dan riwayat penyakit infeksi. Menurut

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2020) upaya untuk

mengatasi masalah stunting diantaranya perbaiki kesehatan ibu hamil,

pemberian ASI eksklusif, pemberian ASI dilakukan sampai bayi beru-

sia 2 tahun atau lebih, dan anak diberikan imuniasi lengkap dan vita-

min A, pantau pertumbuhan balita, dan perilaku hidup sehat.


64

Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Khoiriyah

dkk (2021) persentase responden yang stunting sebesar 38,6%. Sari

(2018) dalam penelitiannya ditemukan hasil 46% berada pada kondisi

stunting (pendek). Begitu juga dengan hasil penelitian Sulistyawati

(2020) balita stunting sebesar 27,8%.

Peneliti berasumsi masih ditemukannya balita yang

mengalami stunting, hal ini perlu mendapatkan perhatian karena apa-

bila anak telah mengalami stunting maka dapat diprediksikan anak

balita tetap menjadi stunting di masa yang akan datang dikarenakan

kesulitan mengejar pertumbuhannya sampai normal, sesuai dengan te-

ori yang telah dibahas. Anak yang mengalami stunting akan mem-

bawa dampak pada pertumbuhan fisik yaitu menjadi pendek,

disamping itu mengganggu perkembangan otak dimana menurunnya

kemampuan kognitif dan prestasi belajar, kondisi lainnya yaitu anak

mudah menderita sakit. Banyak faktor yang berhubungan dengan ke-

jadian stunting diantaranya riwayat ibu hamil KEK, ibu yang memiliki

pengetahuan kurang dalam merawat dam memberikan makan pada

anak, tidak mendapatkan ASI eksklusif pada usia 0-6 bulan dan

adanya riwayat penyakit infeksi seperti diare dan anemia. Kegagalan

pertumbuhan sering dimulai dalam rahim dan berlanjut setelah ke-

lahiran, sebagai cerminan dari praktik pemberian ASI yang kurang op-

timal, dan pemberian makanan pelengkap yang tidak memadai serta

pengendalian infeksi. Diperlukan suatu pencegahan agar anak tidak

mengalami stunting dengan cara memperbaiki gizi saat hamil,


65

mendapatkan tablet tambah darah dan menjaga agar tidak sakit.

Pencegahan berikutnya yaitu pemberian ASI eksklusif, kapsul vitamin

A, dilanjutkan dengan memantau pertumbuhan di posyandu dan

PHBS.

b. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu, Riwayat KEK, Riwayat


ASI Eksklusif dan Riwayat Penyakit Infeksi di Puskesmas
Tigaraksa Kabupaten Tangerang

1) Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 81

responden sebagian besar dengan pengetahuan ibu baik yaitu

sebanyak 50 (61,7%).

Pengetahuan merupakan hasil dari tidak tahu menjadi

tahu, ini terjadi karena seseorang melakukan pengindraan

terhadap suatu obyek tertentu. Peningkatan terjadi melalui panca

indera manusia yakni indera penciuman, penglihatan,

pendengaran, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2019).

Pengetahuan merupakan faktor penting dalam menentukan

perilaku seseorang karena pengetahuan dapat menimbulkan

perubahan persepsi dan kebiasaan masyarakat. Pengetahuan yang

meningkat dapat merubah persepsi masyarakat tentang penyakit.

Meningkatnya pengetahuan juga dapat mengubah perilaku

masyarakat dari yang negatif menjadi positif, selain itu

pengetahuan juga membentuk kepercayaan (Wawan & Dewi,

2019).
66

Sesuai dengan hasil penelitian Lugina (2021) sebagian

besar pengetahuan ibu dalam kategori baik. Begitu juga dengan

hasil penelitian Sarumaha (2018) menunjukkan bahwa ada

sebagian besar ibu memiliki penegtahuan baik. Dakhi (2018)

dalam penelitiannya menjelaskan bahwa sebagian besar ibu

dengan pengetahuan baik. Penyediaan bahan dan menu makanan

yang tepat untuk balita dalam upaya peningkatan status gizi akan

dapat terwujud bila ibu mempunyai tingkat pengetahuan gizi

yang baik.

Peneliti berasumsi sebagian besar pengetahuan ibu

dengan pengetahuan baik, hal ini disebabkan oleh karena ibu

balita mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan sehingga

mereka mengetahui tentang stunting, tanda dan gejala, dan

dampak yang terjadi jika mengalami stunting. Mereka

mengetahuinya dari tenaga kesehatan saat mendapatkan

penyuluhan. Sesuai dengan hasil kuesioner ditemukan bahwa

sebagian besar ibu sudah mengetahui dalam pencegahan stunting

atau kerdil diantaranya yaitu dengan memperhatikan asupan ma-

kanan, kebiasaan dalam mengolah makanan dan gizi ibu saat

hamil. Adanya pengetahuan ibu yang baik menjadikan ibu

mengetahui asupan gizi yang baik untuk anaknya. Ketidaktahuan

mengenai informasi tentang gizi dapat menyebabkan kurangnya

mutu atau kualitas gizi makanan bagi keluarga khususnya bagi

makanan bagi makanan makanan yang dikonsumsi balita.


67

2) Riwayat KEK

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 81

responden sebagian besar tidak ada riwayat KEK yaitu sebanyak

64 (79,0%). Riwayat KEK berkaitan dengan status gizi ibu saat

hamil. Kurang Energi Kronik (KEK) merupakan suatu keadaan

dimana status gizi seseorang buruk disebabkan karena kurangnya

konsumsi pangan sumber energi yang mengandung zat gizi

makro yang berlangsung lama atau menahun (Almatsier, 2020).

Riwayat KEK ibu hamil dapat diketahui dengan melakukan pen-

gukuran lingkar lengan atas (LILA). Lingkar lengan atas menc-

erminkan pertumbuhan jaringan otot dan lemak di bawah kulit.

Lila digunakan untuk mendapatkan perkiraan tebal lemak bawah

kulit denga cara ini dapat diperkirakan jumlah lemak tubuh total

(Supariasa, 2019).

Proverawati (2021) menjelaskan faktor yang memen-

garuhi riwayat KEK terjadi karena penyebab langsung dan

penyebab tidak langsung. Penyebab langsung diantaranya

berkaitan dengan asupan makanan atau pola konsumsi dan

infeksi. Penyebab tidak langsung diantaranya karena adanya

hambatan masuknya zat-zat gizi, hambatan penyerapan karena

penyakit infeksi atau penyakit cacing, ekonomi yang kurang,

pendidikan gizi kurang, produksi pangan yang kurang, kondisi

hygiene yang kurang baik dan jumlah anak yang terlalu banyak.
68

Hasil penelitian Ruaida dan Soumokil (2018)

menunjukkan status KEK saat ibu hamil, anaknya lebih banyak

mengalami stunting (57,89%) sedangkan status tidak KEK saat

ibu hamil, anaknya juga tidak mengalami stunting (77,91%).

Hasil analisis dengan uji Chi Square menunjukkan ada hubungan

yang bermakna antara KEK pada ibu hamil dengan kejadian

stunting yang dapat dilihat dari nilai p = 0,00 dan OR = 4,85 (95%

CI; 2,70 – 8,72) sehingga dapat diinterpretasikan bahwa ibu hamil

dengan KEK sewaktu hamil berpeluang 4,85 kali lebih besar

mengakibatkan anak stunting dibandingkan dengan ibu yang

tidak KEK.

Sesuai dengan hasil penelitian Ismawati et al. (2021)

menunjukan balita yang mengalami stunting dengan riwayat ibu

mengalami KEK berjumlah 40,0% sedangkan balita stunting

dengan ibu tidak memiliki riwayat KEK berjumlah 6,67%.

Qoyyimah et al. (2021) dalam penelitiannya diketahui bahwa

riwayat ibu hamil dengan Kekurangan energi kronis (KEK)

sebanyak 6,7%, sedangkan riwayat ibu hamil dengan tidak

kekurangan energi kronis (KEK) sebanyak 93,3%. Begitu juga

dengan hasil Kusumaningrum (2020) dalam penelitiannya ibu

balita yang memiliki riwayat KEK (36,2%) dan ibu balita yang

tidak memiliki riwayat KEK (63,8%).

Peneliti berasumsi, adanya ibu hamil mengalami KEK hal

ini disebabkan oleh kurangnya asupan makana yang dikonsumsi


69

ibu hamil yang terjadi sejak sebelum masa kehamilan. Kurangnya

asupan makanan yang dikonsumsi tersebut diantaranya pada

pemenuhan sumber energi ibu yang kurang jumlah dikaitkan

dengan mitos bahwa ibu yang hamil tidak boleh makan banyak

dan dianjurkan membatasi tidur siang supaya bayinya tidak besar.

Kekurangan energi kronis pada kehamilan memberikan dampak

negatif pada ibu hamil serta kepada janin yang dikandungnya. Sa-

lah satu dampak negatif yang sangat menonjol adalah risiko ke-

matian ibu saat melahirkan dan bayi lahir dengan berat badan ren-

dah.

3) Riwayat ASI Eksklusif

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 81

responden sebagian besar dengan riwayat ASI eksklusif yaitu

sebanyak 48 (59,3%). Menurut Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia (2020) ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada

bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan

lain. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. ASI meru-

pakan makanan yang paling baik untuk bayi segera setelah lahir.

Sulistyoningsih (2019) menjelaskan bahwa pemberian ASI ek-

sklusif dapat memenuhi kebutuhan zat gizi bayi serta penunjang

pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sehingga dapat

mempengaruhi status gizi bayi.

Sesuai dengan hasil penelitian Supriyatun (2021) balita

dengan riwayat ASI ekslusif 80 % dan balita tidak ASI ekslusif


70

20 %. Hasil penelitian yang sama dilakukan oleh Khoiriyah et al.

(2021) didapatkan hasil sebagian besar dengan riwayat pemberian

ASI eksklusif. Sarumaha (2019) dan Migang (2021) didapatkan

hasil sebagian besar dengan riwayat pemberian ASI eksklusif.

Peneliti berasumsi banyaknya balita dengan riwayat

pemberian ASI eksklusif menandakan bahwa pemenuhan kebu-

tuhan bayi 0-6 bulan telah dapat terpenuhi melalui ASI. Bayi yang

mendapatkan ASI saja sampai usia 6 bulan sangat penting, karena

pada usia ini makanan selain ASI belum mampu dicerna oleh en-

zim-enzim yang ada di dalam usus, selain itu pengeluaran sisa

pembakaran makanan belum bisa dilakukan dengan baik karena

ginjal belum sempurna meningkatkan praktik pemberian ASI

yang optimal adalah kunci untuk memastikan pertumbuhan dan

perkembangan anak yang sehat. Melalui pemberian ASI eksklusif

selama enam bulan memberikan perlindungan terhadap infeksi

saluran cerna. Bayi yang mendapat ASI cenderung memiliki frek-

uensi sakit dan periode lama sakit lebih rendah dibandingkan

dengan bayi yang tidak diberi ASI ekslusif sehingga nutrisi dapat

terserap dengan baik ke dalam tubuhnya.

4) Riwayat Penyakit Infeksi

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 81

responden sebagian besar tidak ada riwayat penyakit infeksi yaitu

sebanyak 59 (72,8%). Seorang anak yang terkena diare akan men-

galami malabsorbsi zat gizi dan durasi diare yang berlangsung


71

lama (lebih dari empat hari) akan membuat anak semakin men-

galami kehilangan zat gizi, bila tidak segera ditindaklanjuti dan

diimbangi dengan asupan yang sesuai makan terjadi gagal tum-

buh (Agustina, 2019). Sulistyoningsih (2019) menyatakan bahwa

rendahnya sanitasi dan kebersihan lingkungan dapat memicu

gangguan saluran pencernaan, yang membuat energi untuk per-

tumbuhan teralihkan kepada perlawanan tubuh menghadapi in-

feksi diantaranya ISPA dan diare. Saat anak sakit, lazimnya selera

makan mereka pun berkurang, sehingga asupan gizi makin ren-

dah.

Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Sumardilah

& Rahmadi (2019) didapatkan hasil sebagian besar tidak pernah

mengalami riwayat penyakit infeksi. Penelitian yang sama dil-

akukan Desyanti & Nindya (2019) sebagian besar tidak

mengalami riwayat penyakit infeksi.

Peneliti berasumsi sebagian balita tidak mengalami

riwayat penyakit infeksi, hal ini menandakan bahwa balita

melakukan perilaku hidup sehat sehingga jarang terkena penyakit

terutama diare dan ISPA. Terjadinya penyakit berhubungan

dengan fasilitas air, sanitasi dan hygene yang rendah dan perilaku

buruk. Apabila balita sering mengalami penyakit infeksi maka

nafsu makan anak akan berkurang, untuk itu perlu kiranya ibu

balita menjaga dan merawat anaknya dengan baik agar anak dapat

tumbuh dan berkembang dengan baik.


72

2. Analisis Bivariat

a. Hubungann Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Stunting pada


Balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square di-

peroleh nilai p value 0,000 hal ini menunjukan bahwa nilai p value

lebih kecil dari nilai alpha yaitu 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa Ho ditolak yakni artinya ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan ibu dengan kejadian stunting pada balita. Dari hasil ana-

lisis diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 19,024 yang artinya balita

dengan pengetahuan ibu kurang berpeluang 19 kali mengalami

kejadian stunting pada balita dibandingkan balita dengan pengetahuan

ibu baik.

Pengetahuan tentang gizi orang tua terutama ibu sangat ber-

pengaruh terhadap tingkat kecukupan gizi yang diperoleh oleh balita.

Pengetahuan gizi ibu yang baik akan meyakinkan ibu untuk mem-

berikan tindakan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan gizi balita,

terutama yang berkaitan dengan kandungan zat-zat dalam makanan,

menjaga kebersihan makanan, waktu pemberian makan dan lain-lain,

sehingga pengetahuan yang baik akan membantu ibu atau orang tua

dalam menentukan pilihan kualitas dan kuantitas makanan. (Rahmat-

illah, 2018). Pemilahan bahan makanan, tersedianya jumlah makanan

yang cukup dan keanekaragaman makanan ini dipengaruhi oleh ting-

kat pengetahuan ibu tentang makanan dan gizinya (Uliyanti, 2019).

Sesuai dengan hasil penelitian Lugina (2021) pengetahuan

orangtua berhubungan secara signifikan dengan stunting pada balita.


73

Begitu juga dengan hasil penelitian Sarumaha (2019) menunjukkan

bahwa ada hubungan yang signifikanpengetahuan ibu dengan status

gizi balita. Dakhi (2018) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa ter-

dapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan ke-

jadian stunting.

Peneliti berasumsi adanya pengetahuan dengan kejadian

stunting, hal ini disebabkan oleh karena pengetahuan merupakan kom-

ponen penting dalam prilaku sehat sakit sesorang. Pengetahuan yang

baik maka sesorang akan dapat melakukan tidakan pencegahan secara

baik. Tingkat pengetahuan gizi seseorang akan sangat berpengaruh

terhadap sikap dan tindakan dalam memilih makanan yang akan ber-

pengaruh terhadap gizi. Kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi

dapat mengakibatkan terjadinya gangguan gizi pada balita sehingga

pengetahuan orang tua tentang gizi merupakan salah satu kunci keber-

hasilan baik atau buruknya status gizi pada balita. Penyediaan bahan

dan menu makanan yang tepat untuk balita dalam upaya peningkatan

status gizi akan dapat terwujud bila ibu mempunyai tingkat penge-

tahuan gizi yang baik. Ketidaktahuan mengenai informasi tentang gizi

dapat menyebabkan kurangnya mutu atau kualitas gizi makanan bagi

keluarga khususnya bagi makanan bagi makanan makanan yang

dikonsumsi balita.
74

b. Hubungan Riwayat KEK dengan Kejadian Stunting pada Balita


di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square di-

peroleh nilai p value 0,000 hal ini menunjukan bahwa nilai p value

lebih kecil dari nilai alpha yaitu 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa Ho ditolak yakni artinya ada hubungan yang signifikan antara

riwayat KEK dengan kejadian stunting pada balita. Dari hasil analisis

diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 11,204 yang artinya balita dengan

riwayat KEK berpeluang 11 kali mengalami kejadian stunting pada

balita dibandingkan balita dengan tidak riwayat KEK.

Menurut Kristiyanasari (2021) janin akan dengan mudah me-

nyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungannya baik yang

menguntungkan maupun yang merugikan pada saat itu. Perubahan ter-

sebut merupakan interaksi antara gen yang sudah dibawa sejak awal

kehidupan dengan lingkungan barunya. Pada saat dilahirkan, sebagian

besar perubahan tersebut menetap atau selesai, kecuali beberapa

fungsi, yaitu perkembangan otak dan imunitas, yang berlanjut sampai

beberapa tahun pertama kehidupan bayi. Sejak 1000 hari antara

kehamilan sampai di usia dua tahun merupakan Window of

Opportunity, yakni kesempatan yang singkat untuk melakukan

sesuatu yang menguntungkan jadi sebaiknya tetap memperhatikan

kesehatan ibu saat hamil supaya jangan terganggu yang pastinya akan

berakibat pada anaknya kelak sehingga dapat mencegah mata rantai

kehidupan berikutnya yaitu kejadian stunting pada anak (Heningham

dan Grantham, 2021). Ibu penderita malnutrisi sepanjang minggu


75

terakhir kehamilan akan melahirkan bayi dengan BBLR karena

jaringan lemak banyak ditimbun selama trimester III (Arisman, 2019).

Sesuai dengan hasil penelitian Ruaida dan Soumokil (2018)

dengan uji Chi Square menunjukkan ada hubungan yang bermakna

antara KEK pada ibu hamil dengan kejadian stunting yang dapat

dilihat dari nilai p = 0,00 dan OR = 4,85 (95% CI; 2,70 – 8,72)

sehingga dapat diinterpretasikan bahwa ibu hamil dengan KEK

sewaktu hamil berpeluang 4,85 kali lebih besar mengakibatkan anak

stunting dibandingkan dengan ibu yang tidak KEK. Ismawati et al.

(2021) hasil penelitian menunjukan nilai p sebesar 0,004 (nilai p <

0,05). Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan antara

riwayat KEK pada ibu hamil dengan kejadian stunting pada balita

berusia 24-59 bulan. Hasil penelitian yang berbeda dilakukan oleh

Qoyyimah et al. (2021) diperoleh nilai p 0,605 yang berarti tidak ada

hubungan riwayat ibu hamil KEK dengan kejadian stunting pada Usia

3-5 tahun. Kusumaningrum (2020) dalam penelitiannya tidak ada hub-

ungan antara riwayat KEK (Kurang Energi Kronik) ibu hamil dengan

kejadian stunting pada balita di Wilayah Kabupaten Sukoharjo dengan

nilai p = 0,626.

Peneliti berasumsi, KEK berhubungan dengan kejadian stunt-

ing, hal ini disebabkan oleh karena ibu yang mengalami KEK otomatis

cadangan makanan yang ada dalam tubuh ibu pun berkurang, semen-

tara itu bayi membutuhkan asupan nutrisi dari ibunya. Hal inilah yang

menjadikan anak mengalami stunting karena kekurangan asupan


76

nutrisi dari ibunya, sehingga apabila ditemukan ibu mengalami KEK

saat hamil harus segera diatasi dengan cara mengkonsumsi makanan

dengan menu gizi seimbang dan melakukan pola hidup sehat lainnya.

c. Hubungan Riwayat ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting


pada Balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square di-

peroleh nilai p value 0,000 hal ini menunjukan bahwa nilai p value

lebih kecil dari nilai alpha yaitu 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan

bahwa Ho ditolak yakni artinya ada hubungan yang signifikan antara

riwayat ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita. Dari hasil

analisis diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 15,938 yang artinya balita

dengan riwayat ASI tidak eksklusif berpeluang 15 kali mengalami

kejadian stunting pada balita dibandingkan balita dengan riwayat ASI

eksklusif.

United Nations Children’s Fund (2021) menyatakan bahwa

pemberian ASI eksklusif merupakan faktor perlindungan terhadap

stunting, sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi preva-

lensi stunting pada anak di bawah usia lima tahun. ASI sangat dibu-

tuhkan dalam masa pertumbuhan bayi agar kebutuhan gizinya ter-

cukupi. Oleh karena itu ibu harus dan wajib memberikan ASI secara

eksklusif kepada bayi sampai umur bayi 6 bulan dan tetap mem-

berikan ASI sampai bayi berumur 2 tahun untuk memenuhi kebutuhan

gizi bayi. Prasetyono (2019) menjelaskan bahwa salah satu manfaat

ASI eksklusif adalah mendukung pertumbuhan bayi terutama tinggi

badan karena kalsium ASI lebih efisien diserap dibanding susu


77

pengganti ASI atau susu formula. Sehingga bayi yang diberikan ASI

Eksklusif cenderung memiliki tinggi badan yang lebih tinggi dan

sesuai dengan kurva pertumbuhan dibanding dengan bayi yang diberi-

kan susu formula. ASI mengandung kalsium yang lebih banyak dan

dapat diserap tubuh dengan baik sehingga dapat memaksimalkan per-

tumbuhan terutama tinggi badan dan dapat terhindar dari resiko stunt-

ing.

Sesuai dengan hasil penelitian Sarumaha (2019) ada hubungan

yang signifikan antara pelaksanaan ASI Eksklusif dengan Status Gizi

(stunting), bayi yang tidak diberi ASI secara Eksklusif sangat rentan

terserang penyakit. Migang (2021) dalam penelitiannya riwayat pem-

berian ASI Ekslusif berhubungan dengan status gizi. Hasil penelitian

yang sama dilakukan oleh Khoiriyah et al. (2021) menunjukkan ada

hubungan yang signifikan antara ASI eksklusif dengan kejadian stunt-

ing pada balita. Begitu juga dengan hasil penelitian Nurmalasari &

Septiyani (2019) menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara

riwayat pemberian ASI Ekslusif dengan stunting. Pemberian ASI

Ekslusif dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi badan pada anak.

ASI Eksklusif membantu mencegah kejadian malnutrisi pada anak

dan dapat mencegah terjadinya stunting atau gagal tumbuh.

Peneliti berasumsi adanya hubungan riwayat pemberian ASI

eksklusif dengan kejadian stunting, hal ini disebabkan oleh bayi yang

diberi ASI secara Eksklusif, maka kebutuhan nutrisinya akan ter-

penuhi karena ASI makanan terbaik bayi. ASI merupakan asupan gizi
78

yang sesuai dengan dengan kebutuhan akan membantu pertumbuhan

dan perkembangan anak. Salah satu manfaat ASI eksklusif adalah

mendukung pertumbuhan bayi terutama tinggi badan karena kalsium

ASI lebih efisien diserap dibanding susu pengganti ASI atau susu

formula sehingga bayi yang diberikan ASI Eksklusif cenderung

memiliki tinggi badan yang lebih tinggi dan sesuai dengan kurva

pertumbuhan dibanding dengan bayi yang diberikan susu formula.

ASI mengandung kalsium yang lebih banyak dan dapat diserap tubuh

dengan baik sehingga dapat memaksimalkan pertumbuhan terutama

tinggi badan dan dapat terhindar dari resiko stunting. Berbeda dengan

bayi yang tidak diberi ASI secara eksklusif sangat rentan terserang

penyakit. Penyakit yang bisa disebabkan karena kegagalan pemberian

ASI antaralain resiko kematian, infeksi saluran pencernaan, infeksi

saluran pernapasan, meningkatkan gizi buruk, selain itu bayi yang

tidak diberikan ASI secara eksklusif juga akan mengalami gangguan

pertumbuhan dan perkembangan. Keberhasilan dan kegagalan ASI

eksklusif selain ditentukan oleh ibu juga ditentukan oleh dukungan

keluarga seperti suami dan orang tua, juga tenaga Kesehatan, untuk

itu perlu kiranya adanya pemberian dukungan dari lingkungan sekitar

pada ibu menyusui untuk memberikan ASInya secara eksklusif.

d. Hubungan Riwayat Penyakit Infeksi dengan Kejadian Stunting


pada Balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square di-

peroleh nilai p value 0,000 hal ini menunjukan bahwa nilai p value

lebih kecil dari nilai alpha yaitu 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan
79

bahwa Ho ditolak yakni artinya ada hubungan yang signifikan antara

riwayat penyakit infeksi dengan kejadian stunting pada balita. Dari

hasil analisis diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 36,667 yang artinya

balita dengan yang ada riwayat penyakit infeksi berpeluang 36 kali

mengalami kejadian stunting pada balita dibandingkan balita yang

tidak ada riwayat penyakit infeksi.

Proverawati (2021) menyatakan bahwa penyakit infeksi bisa

berhubungan dengan gangguan gizi melalui beberapa cara, yaitu

mempengaruhi nafsu makan, menyebabkan kehilangan bahan

makanan karena muntah-muntah/ diare dan mempengaruhi

metabolisme makanan. Gizi buruk atau infeksi menghambat reaksi

imunologis yang normal dengan menghabiskan sumber energi di

tubuh. Sulistyoningsih (2019) menyatakan bahwa terjadinya masalah

gizi pendek (TB/U) sebagai akibat dari rendahnya sanitasi dan

kebersihan lingkungan dapat memicu gangguan saluran pencernaan,

yang membuat energi untuk pertumbuhan teralihkan kepada perla-

wanan tubuh menghadapi infeksi diantaranya ISPA dan diare.

Agustina (2019) menambahkan bahwa seorang anak yang terkena

diare akan mengalami malabsorbsi zat gizi dan durasi diare yang

berlangsung lama (lebih dari empat hari) akan membuat anak semakin

mengalami kehilangan zat gizi, bila tidak segera ditindaklanjuti dan

diimbangi dengan asupan yang sesuai makan terjadi gagal tumbuh.

Diare yang terjadi dalam periode yang panjang pada saat balita berusia
80

dua tahun pertama kehidupan dapat berpengaruh terhadap terjadinya

retardasi pertumbuhan.

Penelitian yang dilakukan Sumardilah & Rahmadi (2019)

menunjukkan bahwa faktor riwayat penyakit infeksi berhubungan

secara bermakna dengan kejadian stunting. Penyakit infeksi yang ser-

ing diderita anak balita adalah diare dan infeksi saluran pernapadan

akut (ISPA). Jika kondisi ini terjadi secara berulang-ulang dalam

jangka waktu yang lama, maka dapat menyebabkan terjadinya masa-

lah gizi. Penelitian yang sama dilakukan Desyanti & Nindya (2019)

ada hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit diare dengan

kejadian stunting) yang artinya adalah balita yang sering mengalami

diare berisiko mengalami stunting lebih besar daripada balita yang ja-

rang mengalami diare di wilayah kerja Puskesmas Simolawang.

Peneliti berasumsi adanya riwayat penyakit infeksi

berhubungan dengan kejadian stunting, hal ini disebabkan oleh karena

kejadian infeksi merupakan suatu gejala klinis suatu penyakit pada

anak yang akan mempengaruhi pada penurunan nafsu makan anak,

sehingga asupan makanan anak akan berkurang. Apabila terjadi

penurunan asupan makan dalam waktu yang lama dan disertai kondisi

muntah dan diare, maka anak akan mengalami kekurangan zat gizi dan

cairan. Hal ini akan berdampak pada penurunan berat badan anak yang

semula memiliki status gizi yang baik sebelum mengalami penyakit

infeksi menjadi status gizi kurang. Apabila kondisi tersebut tidak ter-

manajemen dengan baik maka anak akan mengalami stunting.


81

Pencegahan infeksi memerlukan perilaku yang sehat, untuk mencegah

kejadian stunting karena faktor penyakit infeksi, setiap keluarga perlu

menjaga sanitasi lingkungan rumah. Peran petugas kesehatan, terma-

suk kader dan tokoh masyarakat, sangat penting untuk meningkatkan

gerakan hidup bersih dalam masyarakat karena potensi stunting bisa

berkurang jika ada intervensi yang terfokus pada perubahan perilaku

dalam sanitasi dan kebersihan.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian stunting pada balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten

Tangerang, maka penulis membuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang yang mengalami

kejadian stunting sebanyak 24,7%.

2. Sebagian besar pengetahuan ibu baik yaitu sebanyak 61,7%, tidak ada

riwayat KEK yaitu sebanyak 79,0%, riwayat ASI eksklusif yaitu sebanyak

59,3%, dan tidak ada riwayat penyakit infeksi pada balita yaitu sebanyak

72,8% di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang.

3. Terdapat hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian stunting pada balita

di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang dengan p value 0,000.

4. Terdapat hubungan riwayat KEK dengan kejadian stunting pada balita di

Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang dengan p value 0,000.

5. Terdapat hubungan riwayat ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada

balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang dengan p value

0,003.

6. Terdapat hubungan dan riwayat penyakit infeksi dengan kejadian stunting

pada balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang dengan p value

0,000.

82
83

B. Saran

1. Bagi Kepentingan Keilmuan

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan

mahasiswa dan dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian

selanjutnya, sehingga dapat melakukan penelitian yang lebih baik dan

lebih luas lagi yang berkaitan dengan kejadian stunting pada balita.

2. Bagi Institusi Pelayanan

Petugas kesehatan beserta instansi lain dan masyarakat dapat

menjalin kerjasama dalam memberbaiki status gizi balita khususnya

stunting dengan cara kader posyandu dapat mengetahui lebih dini kejadian

stunting pada balita, memberikan informasi secara luas baik melalui

penyuluhan maupun pelatihan kepada masyarakat ataupun kader

kesehatan dalam upaya pencegahan stunting pada balita salah satunya

dengan menjaga kesehatan dan dapat memberikan makanan dengan menu

gizi seimbang.

3. Bagi Ibu Balita

Diharapkan kepada keluarga terutama ibu dapat menjaga kesehatan

anaknya agar tidak mudah terkena penyakit infeksi, meningkatkan

pengetahuan tentang asupan gizi yang baik pada balita sehingga dapat

mengurangi risiko terjadinya stunting pada balita.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan bahan

pertimbangan bagi penelitian lain ataupun penelitian lanjutan.


DAFTAR PUSTAKA

Muliarini, P., (2015). Pola Makan dan Gaya Hidup Sehat Selama Kehamilan. Nuha
Medika. Yogyakarta.
Achadi, E. L. (2020). Investasi Gizi 1000 HPK dan Produktivitas Generasi
Indonesia. Disampaikan pada: Lokakarya dan Seminar Ilmiah “Peran
Profesi Dalam Upaya Peningkatan Status Kesehatan dan Gizi Pada Periode
1000 HPK.”
Agustina. (2019). Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Batita Usia 6 – 36 Bulan
di Desa Fatukanutu Kecamatan Amabi Oefeto Kabupaten Kupang. Poltekkes
Kemenkes Kupang.
Almatsier, S. (2020). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Arisman. (2019). Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.
Aritonang, J.M.P., Soewadi., Wirasto, R. . (2018). Korelasi Tingkat Kebermaknaan
Hidup dengan Depresi pada Lansia di Posyandu Lansia Padukuhan
Soropadan, Sleman, Yogyakarta. Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana,
03 (01), 23–37.
Aritonang, I. (2019). Gizi Ibu dan Anak. LeutikaPrio.
Badriah, L. D. (2019). Metodologi Penelitian Ilmu-Ilmu Kesehatan. Multazam.
Bella, F. D. (2019). Analisis Hubungan Faktor Budaya Pola Asuh dalam
Pendekatan Positive Deviance dengan Kejadian Stunting Balita di Kota
Palembang. Universitas Sriwijaya.
Dakhi, A. (2018). Hubungan Pendapatan Keluarga, Pendidikan dan Pengetahuan
Ibu Tentang Gizi dengan Kejadian Stunting Pada Anak Umur 6-23 Bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Jati Makmur Binjai Utara. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Medan Jurusan Gizi.
Damayanti, R., Irawan E., Tania, M., Rahmawati, R., Khasanah, U. (2020).
Hubungan Activity of Daily Living (ADL) dengan Tingkat Depresi Pada
Lansia. Jurnal Keperawatan BSI, 8 (2), 247–255.
Destarina, R. (2018). Faktor Risiko Status Anemia Ibu Hamil terhadap Panjang
Badan Lahir Pendek di Puskesmas Sentolo 1 Kulon Progo D.I Yogyakarta.
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Yogyakarta.
Desyanti, C., & Nindya, T. S. (2019). Hubungan Riwayat Penyakit Diare dan
Praktik Higiene dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Simolawang, Surabaya. Jurnal Kesehatan, 1(3),
243–251.
Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Tangerang. (2023). Kasus Stunting di
Kabupaten Tangerang Turun dari 16.100 Jadi 9.200 Kasus.
https://tangerangkab.go.id/detail-konten/show-berita/8004
Dwiwardani, R. L. (2018). Analisis Faktor pola Pemberian Makan pada Balita
Stunting berdasarkan Teori Transcultural Nursing. Universitas Airlangga
Surabaya.
Fadilah, S. N. N., Wahyu Ningtyias, F., & Sulistiyani, S. (2020). Tinggi badan

84
85

orang tua , pola asuh , dan kejadian diare sebagai faktor risiko kejadian
stunting pada balita di Kabupaten Bondowoso toddler in Bondowoso District.
Ilmu Gizi Indonesia, 04(01), 11–18.
Febrianto. (2023). Menko PMK : Banten Sudah Baik, Tapi Harus Dipercepat.
Artikel. https://www.kemenkopmk.go.id/menko-pmk-banten-sudah-baik-
tapi-harus-dipercepat
Hartriyanti & Triyanti. (2019). Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rajawali
Pers.
Hidayat. (2021). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Ismawati V, Kurniati FD, Suryati, Oktavianto E. (2021). Kejadian Stunting pada
Balita Dipengaruhi oleh Riwayat Kurang Energi Kronik Pada Ibu Hamil.
Syifa’ Medika, Vol.11 (No.2), Hal. 126-138
Irianto, D. P. (2018). Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Andi
Offset.
Iskandar. (2019). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Referensi.
Izah, N., Zulfiana, E., & Rahmanindar, N. (2020). Analisis Sebaran dan Determinan
Stunting pada Balita berdasarkan Pola Asuh (Status Imunisasi dan Pemberian
Asi Eksklusif). Journal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 8(1), 76–79.
Jessie, W. N. (2016). Hubungan Tingkat Kemandirian dalam Activity Daily Living
(ADL) dengan Tingkat Depresi pada Lansia di Graha Werdha Marie Joseph
Pontianak dan Graha Werdha Kasih Bapa Kabupaten Kubu Raya.
Universitas Tanjungpura.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Situasi Balita Pendek
(Stunting) di Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2019.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Situasi Balita Pendek
(Stunting) di Indonesia. Buletin Jendela Data Dan Informasi Kemenkes RI.
Khoiriyah, H. I., Pertiwi, F. D., & Prastia, T. N. (2021). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di
Desa Bantargadung Kabupaten Sukabumi. Jurnal Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat, 4(2), 145–160.
Kristiyanasari, W. (2021). Gizi Ibu Hamil. Yogyakarta: Nuha Medika.
Kusumaningrum. (2020). Hubungan Riwayat Anemia dan Kurang Energi Kronik
(KEK) Ibu Hamil dengan Kejadian Stunting pada Balita di Wilayah
Kabupaten Sukoharjo. Publikasi Ilmiah. Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Kumala, D., & Sianipar, S. S. (2019). Pengaruh Pemberian Makanan Bayi dan Anak
(PMBA) Sesuai Tahapan pada Balita Usia 0–24 Bulan dalam Upaya
Penurunan Resiko Stunting pada 1000 Hari Pertama Kehidupan di Posyandu
Wilayah Keja Puskesmas Kereng Bangkirai Kota Palangka Raya Kalimantan
Tengah. Din. Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 10(2), 571–584.
Lubis Z, Fitria M. (2020). Chronic Energy Malnutrition and Anemia in Pregnant
Women in Medan. Atlantis Press PHICo. 337–40.
Lugina, R. (2021). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting
di Kelurahan Pasirjati. Universitas Airlangga Surabaya.
86

Mauliantika, A. A. (2019). Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan Bayi.


Salemba Medika.
Migang, Y. W. (2021). Riwayat Pemberian ASI Ekslusif, Imunisasi dan Paritas
dengan Status Gizi Baduta. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(1).
Nadiyah, B. D., & Martianto, D. (2018). Faktor Risiko Stunting Pada Anak Usia
0—23 Bulan Di Provinsi Bali, Jawa Barat, Dan Nusa Tenggara Timur. Jurnal
Gizi Dan Pangan, 9(2).
Niga, D. M., & Purnomo, W. (2019). Hubungan Antara Praktik Pemberian Makan,
Perawatan Kesehatan dan Kebersihan Anak dengan Kejadian Stunting pada
Anak Usia 1-2 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Oebobo Kota Kupang.
Jurnal Wiyata, 3(2), 151–155.
Ningtias, L. O., & Solikhah, U. (2020). Perbedaan Pola Pemberian Nutrisi pada
Balita dengan Stunting dan Non-Stunting di Desa Rempoah Kecamatan
Baturaden. Jurnal Ilmu Keperawatan Anak, 3(1), 2–8.
Notoatmodjo, S. (2019). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka cipta.
Nurfita, E. (2019). Faktor Determinan Stunting di Puskesmas Gunung Meriah
Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh. Institut Kesehatan Helvetia Medan.
Nurmalasari, Y., & Septiyani, D. F. (2019). Pola Asuh Ibu dengan Angka Kejadian
Stunting Balita Usia 6-59 Bulan. Jurnal Kebidanan, 5(4), 381–388.
Pamungkas, D.A., Nurtamin, T., Junuda, R. A. . (2016). Hubungan Depresi dengan
Kemampuan Dalam Aktivitas Dasar Sehari-Hari Pada Lanjut Usia di Panti
Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari. Jurnal Kesehatan, 3 (2), 249–255.
Prasetyono. (2019). Buku Pintar Asi Eksklusif. Diva Press.
Pratama, I. H. (2018). Identifikasi Tingkat Kemandirian Lansia dalam Melakukan
Aktivitas Sehari – Hari di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari.
Politeknik Kesehatan Kendari.
Proverawati. (2021) Status Gizi pada Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Qoyyimah A, Wintoro P, Hartati L, Chasanah M. (2021). Hubungan Riwayat Ibu
Hamil Kekurangan Energi Kronis dengan Kejadian Stunting pada Balita
Usia 3-5 Tahun di Puskesmas Jatinom Klaten. Prosiding Seminar Nasional
Unimus. Volume 4. Nomor. 1
Rahmatillah, D. K. (2018). Hubungan Pengetahuan Sikap dan Tindakan terhadap
Status Gizi. Amerta Nutrition, 2(1), 106–112.
Rasyid, H. (2018). Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1. Univesitas
Hasanuddin, Makassar.
Resti, M. M. (2019). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting
pada Balita 24-59 Bulan di Jorong Talaok Kecamatan Hiliran Gumanti
Kabupaten Solok. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang.
Riza, S., Desreza, N., & Asnawati. (2018). Tinjauan Tingkat Kemandirian Lansia
Dalam Activities Daily Living (ADL) di Gampong Lambhuk Kecamatan
Ulee Kareng Kota Banda Aceh. Jurnal Aceh Medika, 2(1), 166–170.
Rokom. (2023). Prevalensi Stunting di Indonesia Turun ke 21,6% dari 24,4%.
Artikel Sehatku Negeriku. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-
media/20230125/3142280/prevalensi-stunting-di-indonesia-turun-ke-216-
dari-244/
87

Ruaida N, Soumokil O. (2018). Hubungan Status Kek Ibu Hamil dan BBLR dengan
Kejadian Stunting pada Balita di Puskesmas Tawiri Kota Ambon. Jurnal
Kesehatan Tangerang. Volume 9(2): 45-51.
Said, Irfan, Pradana, A. K., Suryati, T., & Barokah, F. I. (2021). Hubungan Pola
Pemberian Makanan Bayi dan Anak, Pengetahuan Gizi Ibu dengan Status
Gizi Bayi 6-24 Bulan di Wilayah Puskesmas Kebayoran Lama Jakarta
Selatan. Jurnal Kesehatan Global, 4(2), 84–91.
Sarumaha, R. M. (2019). Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu, Pelaksanaan ASI
Eksklusif dan Berat Badan Lahir (BBL) pada Anak Umur 6-24 Bulan dengan
Status Gizi di Kelurahan Medan Tenggara Kecamatan Medan Denai.
Politeknik Kesehatan Medan.
Seftianingtyas, W. N. (2018). Hubungan Pekerjaan dan Pendidikan Ibu dengan
Status Gizi Balita di Puskesmas Meo-Meo Periode 2018. Jurnal Ilmiah
Kesehatan BPI, 4(1), 26–33.
Soetjiningsih. (2019). Tumbuh Kembang Anak. EGC.
Sudarsono, I. M. R. (2018). Analisis Data Hasil Pemantauan Status Gizi Faktor
Determinan Kejadian Stunting pada Balita Usia 6–59 Bulan di Kabupaten
Konawe Kepulauan. Poltekkes Kemenkes Kendari.
Suharyanto, H. (2018). Ketahanan Pangan. Nuha Medika.
Supariasa, I.D.N. (2019). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Soekirman. (2020). llmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta: Penerbit PT Gramedia
Pustaka Utama.
Sulistyoningsih, H. (2019). Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Graha Ilmu.
Sumardilah, D. S., & Rahmadi, A. (2019). Risiko Stunting Anak Baduta (7-24
bulan). Jurnal Kesehatan, 10(1).
Supariasa. (2019). Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Uliyanti. (2019). Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita
Usia 24-59 Bulan. Jurnal Vokasi Kesehatan, 3(2), 1–11.
United Nations Children’s Fund. (2021). The UNICEF UK Baby Friendly Initiative
Orientation to Breastfeeding for General Practitioners. Orientation
Handbook. Oxford University Press.
Waryana. (2018). Gizi Reproduksi. Pustaka Rihama.
Wawan, & Dewi. (2019). Teori dan Pengukuran Terhadap Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Nuha Medika.
Wibowo, & Pannya, I. (2018). Pengaruh Tingkat Depresi Terhadap Kemandirian
Activities of Daily Living (ADL) pada Lansia. Jurnal Keperawatan Malang
(JKM), 3(1), 31–38.
World Health Organization. (2021). Prevalence and number of stunting children
under five in the world.
Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Uswatun Hasanah


Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 10 April 1986
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Negara : Warga Negara Indonesia
Alamat : Kamp. Kedaung Rt.004/08 No.4 Kel.Kedaung Kaliangke
Kec. Cengkareng Jakarta Barat 11710
Email : uzwaanggrek@gmail.com
Nomor Tlp : 081703399174

Pendidikan
1. 2006-2007 : Akademi Kebidanan Pelita Persada Jakarta Barat
2. 2022-2023 : S1 Program Studi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Tangerang
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian
IZIN PENELITIAN
Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Penelitian
BALASAN IJIN PENELITIAN
Lampiran 4. Surat Permohonan Menjadi Responden
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada :
Responden
di Tempat

Dengan hormat,
Saya yang bertandatangan dibawah ini adalah Mahasiswa Program Studi
Sarjana Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Tangerang, akan melakukan penelitian “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Stunting pada Balita di Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang”.
Nama : Uswatun Hasanah
NIM : 2115201055

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang


berhubungan dengan kejadian stunting pada balita di Puskesmas Tigaraksa
Kabupaten Tangerang. Saya berharap setiap pertanyaan yang diajukan dijawab
dengan jujur. Bersama ini saya harapkan kesediaan Ibu untuk menjadi responden
dalam penelitian ini, dan saya akan menjamin kerahasiaan identitas Ibu/Bapak.
Partisipasi ibu dalam penelitian ini hanya akan dipergunakan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud
yang lain.
Atas perhatian dan partisipasinya saya ucapkan terima kasih.
Tangerang, Agustus 2023
Hormat Saya

Uswatun Hasanah
Lampiran 5. Surat Pernyataan Bersedia Menjadi Responden

SURAT PERNYATAAN
BERSEDIA MENJADI RESPONDEN
Yang bertandatangan dibawah ini, saya :
Nama :
Umur :
Alamat :
Menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang berjudul
“Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita di
Puskesmas Tigaraksa Kabupaten Tangerang”.
Surat persetujuan ini dibuat dengan sadar tanpa ada paksaan dari pihak
manapun.

Tangerang, Agustus 2023


Responden

( )
Lampiran 6. Kuesioner

KUESIONER
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN STUNTING PADA BALITA
DI PUSKESMAS TIGARAKSA
KABUPATEN TANGERANG

Petunjuk pengisian kuisioner:


Isilah identitas Anda dengan benar dengan mengisi titik-titik dan memberi
tanda checklist (√) pada kolom yang disediakan.
1. Beri tanda silang (x) pada jawaban yang sesuai.
2. Setiap pertanyaan membutuhkan satu jawaban.
A. Data Responden (melihat buku KMS/KIA)
1. No responden : (diisi peneliti)
2. Umur /TB Balita :
( ) Z score < -2 SD ( ) Z score ≥ -2 SD
3. Riwayat penyakit infeksi dalam kurun waktu 3 bulan terakhir menderita
penyakit infeksi seperti diare dan ISPA
( ) Ada ( ) Tidak
4. LILA : ..... cm

B. Riwayat ASI Eksklusif


Jawablah pertanyaan/pernyataan di bawah ini dengan memberikan tanda
(√) pada jawaban yang sesuai menurut ibu.
Apakah setelah bayi lahir sampai usia 6 bulan bayi diberi ASI saja tanpa
tambahan susu formula atau air putih/cairan lain selain obat)?
( ) Ya ( ) Tidak
Kapan pertama kali memberikan makanan/buah?
( ) ≤ 6 bulan ( ) > 6 bulan
Kapan pertama kali anak diberi jus?
( ) ≤ 6 bulan ( ) > 6 bulan
C. Pengetahuan Ibu
Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang menurut Anda benar
1. Dibawah ini merupakan gangguan pertumbuhan tinggi badan anak yang
disebabkan oleh kekurangan gizi disebut.....
a. Obesitas
b. Stunting/Pendek
c. Infeksi
d. Diare
2. Arti Stunting/Pendek adalah.....
a. Anak dengan kelebihan berat badan
b. Tinggi badan anak lebih pendek dari standar uisanya akibat kekurangan
gizi dalam jangka panjang
c. Anak yang lahir karena kurang bulan
d. Anak yang sehat
3. Salah satu penyebab Stunting/Pendek adalah.....
a. Kekuranag gizi dalam jangka panjang
b. Sering makan banyak
c. Sering bermain
d. Makan-makanan nasi,telur,sayur,buah,susu dan puding
4. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada kejadian Stunting/Pendek
pada balita yaitu.....
a. Mencukupi kebutuhan nutrisi/gizi ibu sewaktu dalam kehamilan
b. Sulit untuk dicegah
c. Tidak perlu ke posyandu
d. Kondisi lingkungan
5. Dampak dan efek buruk bagi anak yang mengalami Stunting/Pendek dian
taranya...
a. Mempunyai kekebalan tubuh
b. Tidak berdampak apapun
c. Anak berprestasi
d. Terhambatnya tumbuh kembang anak dan beresiko terkena penyakit jan-
tung, dsb
6. Makanan pokok seperti; (nasi, kentang, singkong ubi), lauk pauk, sayur-
sayuran, buah-buahan, susu, dan makanan selingan termasuk makanan
dengan gizi.....
a. Seimbang
b. Kurang seimbang
c. Sesuai
d. Tidak lengkap
7. Nasi, kentang, ubi, singkong merupakan sumber.....
a. Pembangunan
b. Tenaga
c. Pengatur
d. Vitamin
8. Makanan yang mengandung sumber protein yaitu…
a. Pembangunan
b. Tenaga
c. Pengatur
d. Vitamin
9. Faktor yang mempengaruhi dalam pemberian makanan pada anak salah
satunya adalah.....
a. Keinginan anak
b. Faktor keuangan dan keseharian ibu saat memberikan makanan
c. Keinginan nenek
d. Tersedianya bahan makanan dirumah
10. Kegiatan pengukuran di posyandu setiap bulan pada anak untuk melihat sta-
tus gizi anak adalah....
a. Berat badan dan tinggi badan
b. Lingkar kepala
c. Lingkar lengan
d. Lingkar dada
Lampiran 7. Hasil Uji Validitas

Nilai r Tabel Nilai r Hitung Keterangan

Gangguan Pertumbuhan Kurang Gizi 0.361 .697 Valid


Pengertian Stunting 0.361 .712 Valid
Penyebab Stunting 0.361 .720 Valid
Dampak Buruk Stunting 0.361 .750 Valid
Gizi Seimbang 0.361 .682 Valid
Singkong Ubi Sumber 0.361 .697 Valid
Makanan Protein 0.361 .716 Valid
Faktor Pemberian Makan Anak 0.361 .729 Valid
Pemantauan Status Gizi Anak 0.361 .754 Valid
Jumlah Pengetahuan Stunting 0.361 .750 Valid

Reliability Statistics
Cronbach's Al-
pha N of Items
.741 10
Lampiran 8. Standar Antropometri
Lampiran 9. Master Data
MASTER DATA

Kejadian Stunting Riwayat Penyakit LILA


Stunting Normal
No. (jika z (jika z
Ket Kode Ya Tidak Ket Kode cm Ket Kode
score < -2 score ≥ -2
SD) SD)
1  Normal 2  Tidak 2 25,5 Tidak KEK 2
2  Normal 2  Tidak 2 24,5 Tidak KEK 2
3  Normal 2  Tidak 2 25,5 Tidak KEK 2
4  Stunting 1  Ya 1 24,5 Tidak KEK 2
5  Normal 2  Tidak 2 25,5 Tidak KEK 2
6  Normal 2  Tidak 2 25,0 Tidak KEK 2
7  Normal 2  Tidak 2 24,0 Tidak KEK 2
8  Normal 2  Ya 1 22,5 KEK 1
9  Normal 2  Tidak 2 25,0 Tidak KEK 2
10  Normal 2  Tidak 2 24,5 Tidak KEK 2
11  Normal 2  Tidak 2 24,5 Tidak KEK 2
12  Normal 2  Tidak 2 24,0 Tidak KEK 2
13  Normal 2  Tidak 2 25,0 Tidak KEK 2
14  Normal 2  Ya 1 24,0 Tidak KEK 2
15  Normal 2  Tidak 2 25,0 Tidak KEK 2
16  Normal 2  Tidak 2 24,0 Tidak KEK 2
17  Normal 2  Tidak 2 24,0 Tidak KEK 2
18  Normal 2  Tidak 2 25,0 Tidak KEK 2
19  Stunting 1  Ya 1 22,0 KEK 1
Kejadian Stunting Riwayat Penyakit LILA
Stunting Normal
No. (jika z (jika z
Ket Kode Ya Tidak Ket Kode cm Ket Kode
score < -2 score ≥ -2
SD) SD)
20  Normal 2  Tidak 2 24,0 Tidak KEK 2
21  Normal 2  Tidak 2 24,0 Tidak KEK 2
22  Stunting 1  Ya 1 25,5 Tidak KEK 2
23  Normal 2  Tidak 2 24,0 Tidak KEK 2
24  Normal 2  Tidak 2 25,0 Tidak KEK 2
25  Stunting 1  Ya 1 25,0 Tidak KEK 2
26  Normal 2  Tidak 2 24,5 Tidak KEK 2
27  Normal 2  Tidak 2 24,0 Tidak KEK 2
28  Normal 2  Tidak 2 25,0 Tidak KEK 2
29  Normal 2  Tidak 2 25,0 Tidak KEK 2
30  Stunting 1  Ya 1 23,0 KEK 1
31  Normal 2  Tidak 2 24,0 Tidak KEK 2
32  Normal 2  Tidak 2 25,0 Tidak KEK 2
33  Normal 2  Tidak 2 24,0 Tidak KEK 2
34  Normal 2  Tidak 2 25,5 Tidak KEK 2
35  Normal 2  Tidak 2 24,0 Tidak KEK 2
36  Stunting 1  Ya 1 24,0 Tidak KEK 2
37  Normal 2  Tidak 2 25,0 Tidak KEK 2
38  Normal 2  Tidak 2 25,5 Tidak KEK 2
39  Stunting 1  Ya 1 25,0 Tidak KEK 2
40  Normal 2  Tidak 2 25,5 Tidak KEK 2
41  Normal 2  Tidak 2 24,5 Tidak KEK 2
Kejadian Stunting Riwayat Penyakit LILA
Stunting Normal
No. (jika z (jika z
Ket Kode Ya Tidak Ket Kode cm Ket Kode
score < -2 score ≥ -2
SD) SD)
42  Stunting 1  Tidak 2 25,0 Tidak KEK 2
43  Normal 2  Tidak 2 23,0 KEK 1
44  Normal 2  Tidak 2 25,5 Tidak KEK 2
45  Normal 2  Tidak 2 24,5 Tidak KEK 2
46  Normal 2  Tidak 2 23,0 KEK 1
47  Normal 2  Tidak 2 25,5 Tidak KEK 2
48  Normal 2  Tidak 2 24,0 Tidak KEK 2
49  Normal 2  Tidak 2 22,0 KEK 1
50  Normal 2  Tidak 2 24,5 Tidak KEK 2
51  Normal 2  Tidak 2 25,5 Tidak KEK 2
52  Normal 2  Tidak 2 25,5 Tidak KEK 2
53  Stunting 1  Ya 1 25,5 Tidak KEK 2
54  Normal 2  Ya 1 24,0 Tidak KEK 2
55  Normal 2  Ya 1 24,0 Tidak KEK 2
56  Normal 2  Ya 1 25,5 Tidak KEK 2
57  Stunting 1  Tidak 2 22,0 KEK 1
58  Normal 2  Tidak 2 22,0 KEK 1
59  Normal 2  Tidak 2 24,0 Tidak KEK 2
60  Stunting 1  Tidak 2 24,0 Tidak KEK 2
61  Normal 2  Tidak 2 24,0 Tidak KEK 2
62  Stunting 1  Tidak 2 22,5 KEK 1
63  Stunting 1  Ya 1 25,0 Tidak KEK 2
Kejadian Stunting Riwayat Penyakit LILA
Stunting Normal
No. (jika z (jika z
Ket Kode Ya Tidak Ket Kode cm Ket Kode
score < -2 score ≥ -2
SD) SD)
64  Stunting 1  Ya 1 22,5 KEK 1
65  Normal 2  Tidak 2 25,0 Tidak KEK 2
66  Normal 2  Tidak 2 24,0 Tidak KEK 2
67  Normal 2  Tidak 2 24,0 Tidak KEK 2
68  Normal 2  Ya 1 24,0 Tidak KEK 2
69  Normal 2  Tidak 2 25,0 Tidak KEK 2
70  Stunting 1  Ya 1 22,0 KEK 1
71  Stunting 1  Ya 1 22,0 KEK 1
72  Stunting 1  Ya 1 22,5 KEK 1
73  Normal 2  Tidak 2 22,0 KEK 1
74  Normal 2  Tidak 2 25,5 Tidak KEK 2
75  Stunting 1  Ya 1 22,5 KEK 1
76  Normal 2  Tidak 2 25,0 Tidak KEK 2
77  Normal 2  Tidak 2 24,0 Tidak KEK 2
78  Normal 2  Tidak 2 25,0 Tidak KEK 2
79  Stunting 1  Ya 1 22,0 KEK 1
80  Normal 2  Tidak 2 25,5 Tidak KEK 2
81  Stunting 1  Ya 1 23,0 KEK 1
Riwayat ASI Ekslusif Pengetahuan
No Susu
Makanan Jus Ket Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jml % Ket Kode
Formula
1    ASI tidak eksklusif 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 80% Baik 2
2    ASI tidak eksklusif 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 6 60% Kurang 1
3    ASI tidak eksklusif 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 5 50% Kurang 1
4    ASI tidak eksklusif 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 5 50% Kurang 1
5    ASI tidak eksklusif 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100% Baik 2
6    ASI tidak eksklusif 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 7 70% Kurang 1
7 ASI eksklusif 2 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8 80% Baik 2
8 ASI eksklusif 2 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 7 70% Kurang 1
9 ASI eksklusif 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100% Baik 2
10    ASI tidak eksklusif 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 80% Baik 2
11 ASI eksklusif 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90% Baik 2
12 ASI eksklusif 2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7 70% Kurang 1
13 ASI eksklusif 2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 80% Baik 2
14 ASI eksklusif 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100% Baik 2
15 ASI eksklusif 2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 90% Baik 2
16 ASI eksklusif 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100% Baik 2
17 ASI eksklusif 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100% Baik 2
18 ASI eksklusif 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 80% Baik 2
19    ASI tidak eksklusif 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 7 70% Kurang 1
20 ASI eksklusif 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 80% Baik 2
21 ASI eksklusif 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 90% Baik 2
22    ASI tidak eksklusif 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 80% Baik 2
23 ASI eksklusif 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90% Baik 2
24 ASI eksklusif 2 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 80% Baik 2
Riwayat ASI Ekslusif Pengetahuan
No Susu
Makanan Jus Ket Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jml % Ket Kode
Formula
25    ASI tidak eksklusif 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 80% Baik 2
26 ASI eksklusif 2 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 80% Baik 2
27 ASI eksklusif 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100% Baik 2
28 ASI eksklusif 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100% Baik 2
29    ASI tidak eksklusif 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100% Baik 2
30    ASI tidak eksklusif 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8 80% Baik 2
31 ASI eksklusif 2 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8 80% Baik 2
32 ASI eksklusif 2 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8 80% Baik 2
33 ASI eksklusif 2 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 6 60% Kurang 1
34 ASI eksklusif 2 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 80% Baik 2
35 ASI eksklusif 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90% Baik 2
36    ASI tidak eksklusif 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7 70% Kurang 1
37 ASI eksklusif 2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 80% Baik 2
38 ASI eksklusif 2 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 6 60% Kurang 1
39    ASI tidak eksklusif 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 5 50% Kurang 1
40 ASI eksklusif 2 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 5 50% Kurang 1
41 ASI eksklusif 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100% Baik 2
42    ASI tidak eksklusif 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 6 60% Kurang 1
43 ASI eksklusif 2 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 7 70% Kurang 1
44 ASI eksklusif 2 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 6 60% Kurang 1
45 ASI eksklusif 2 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 6 60% Kurang 1
46 ASI eksklusif 2 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 80% Baik 2
47 ASI eksklusif 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90% Baik 2
48 ASI eksklusif 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100% Baik 2
Riwayat ASI Ekslusif Pengetahuan
No Susu
Makanan Jus Ket Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jml % Ket Kode
Formula
49 ASI eksklusif 2 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 8 80% Baik 2
50 ASI eksklusif 2 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 8 80% Baik 2
51 ASI eksklusif 2 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90% Baik 2
52 ASI eksklusif 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90% Baik 2
53    ASI tidak eksklusif 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7 70% Kurang 1
54    ASI tidak eksklusif 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 80% Baik 2
55    ASI tidak eksklusif 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100% Baik 2
56    ASI tidak eksklusif 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 80% Baik 2
57    ASI tidak eksklusif 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 6 60% Kurang 1
58 ASI eksklusif 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 90% Baik 2
59 ASI eksklusif 2 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 8 80% Baik 2
60    ASI tidak eksklusif 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 5 50% Kurang 1
61 ASI eksklusif 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100% Baik 2
62    ASI tidak eksklusif 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 5 50% Kurang 1
63    ASI tidak eksklusif 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 7 70% Kurang 1
64    ASI tidak eksklusif 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 6 60% Kurang 1
65    ASI tidak eksklusif 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90% Baik 2
66    ASI tidak eksklusif 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 8 80% Baik 2
67    ASI tidak eksklusif 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90% Baik 2
68    ASI tidak eksklusif 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100% Baik 2
69 ASI eksklusif 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100% Baik 2
70    ASI tidak eksklusif 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 6 60% Kurang 1
71    ASI tidak eksklusif 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7 70% Kurang 1
72 ASI eksklusif 2 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 7 70% Kurang 1
Riwayat ASI Ekslusif Pengetahuan
No Susu
Makanan Jus Ket Kode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jml % Ket Kode
Formula
73 ASI eksklusif 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100% Baik 2
74    ASI tidak eksklusif 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 6 60% Kurang 1
75 ASI eksklusif 2 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 6 60% Kurang 1
76 ASI eksklusif 2 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 7 70% Kurang 1
77    ASI tidak eksklusif 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 90% Baik 2
78 ASI eksklusif 2 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 7 70% Kurang 1
79 ASI eksklusif 2 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 5 50% Kurang 1
80 ASI eksklusif 2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 90% Baik 2
81    ASI tidak eksklusif 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 5 50% Kurang 1
Lampiran 10. Hasil Output SPSS

HASIL OUTPUT SPSS

A. HASIL ANALISIS UNIVARIAT

Kejadian stunting pada balita


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Stunting 20 24,7 24,7 24,7
Normal 61 75,3 75,3 100,0
Total 81 100,0 100,0

Riwayat Penyakit Infeksi


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 22 27,2 27,2 27,2
Tidak Ada 59 72,8 72,8 100,0
Total 81 100,0 100,0

Riwayat KEK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid KEK 17 21,0 21,0 21,0
Tidak KEK 64 79,0 79,0 100,0
Total 81 100,0 100,0

Riwayat ASI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ASI Tidak Eksklusif 33 40,7 40,7 40,7
ASI Eksklusif 48 59,3 59,3 100,0
Total 81 100,0 100,0
Pengetahuan Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 31 38,3 38,3 38,3
Baik 50 61,7 61,7 100,0
Total 81 100,0 100,0
B. HASIL ANALISIS BIVARIAT

Riwayat Penyakit Infeksi * Kejadian stunting pada balita

Crosstab
Kejadian stunting pada
balita
Stunting Normal Total
Riwayat Penyakit Ada Count 16 6 22
Infeksi % within Riwayat 72,7% 27,3% 100,0%
Penyakit Infeksi
Tidak Count 4 55 59
Ada % within Riwayat 6,8% 93,2% 100,0%
Penyakit Infeksi
Total Count 20 61 81
% within Riwayat 24,7% 75,3% 100,0%
Penyakit Infeksi

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 37,480a 1 ,000
Continuity Correctionb 34,017 1 ,000
Likelihood Ratio 35,511 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear 37,017 1 ,000
Association
N of Valid Cases 81
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,43.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Riwayat 36,667 9,204 146,071
Penyakit Infeksi (Ada / Tidak
Ada)
For cohort Kejadian stunting 10,727 4,025 28,587
pada balita = Stunting
For cohort Kejadian stunting ,293 ,147 ,581
pada balita = Normal
N of Valid Cases 81

Riwayat KEK * Kejadian stunting pada balita

Crosstab
Kejadian stunting pada balita
Stunting Normal Total
Riwayat KEK KEK Count 11 6 17
% within Riwayat KEK 64,7% 35,3% 100,0%
Tidak KEK Count 9 55 64
% within Riwayat KEK 14,1% 85,9% 100,0%
Total Count 20 61 81
% within Riwayat KEK 24,7% 75,3% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 18,527 1 ,000
Continuity Correctionb 15,903 1 ,000
Likelihood Ratio 16,490 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear 18,298 1 ,000
Association
N of Valid Cases 81
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,20.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Riwayat KEK 11,204 3,311 37,914
(KEK / Tidak KEK)
For cohort Kejadian stunting 4,601 2,285 9,266
pada balita = Stunting
For cohort Kejadian stunting ,411 ,214 ,788
pada balita = Normal
N of Valid Cases 81

Riwayat ASI * Kejadian stunting pada balita

Riwayat ASI * Kejadian stunting pada balita Crosstabulation


Kejadian stunting pada balita
Stunting Normal Total
Riwayat ASI ASI Tidak Eksklusif Count 17 16 33
% within Riwayat 51,5% 48,5% 100,0%
ASI
ASI Eksklusif Count 3 45 48
% within Riwayat 6,3% 93,8% 100,0%
ASI
Total Count 20 61 81
% within Riwayat 24,7% 75,3% 100,0%
ASI
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 21,548a 1 ,000
Continuity Correctionb 19,183 1 ,000
Likelihood Ratio 22,383 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear 21,282 1 ,000
Association
N of Valid Cases 81
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,15.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Riwayat ASI 15,938 4,117 61,692
(ASI Tidak Eksklusif / ASI
Eksklusif)
For cohort Kejadian stunting 8,242 2,624 25,890
pada balita = Stunting
For cohort Kejadian stunting ,517 ,361 ,741
pada balita = Normal
N of Valid Cases 81
Pengetahuan Ibu * Kejadian stunting pada balita

Pengetahuan Ibu * Kejadian stunting pada balita Crosstabulation


Kejadian stunting pada balita
Stunting Normal Total
Pengetahuan Ibu Kurang Count 17 14 31
% within Pengetahuan 54,8% 45,2% 100,0%
Ibu
Baik Count 3 47 50
% within Pengetahuan 6,0% 94,0% 100,0%
Ibu
Total Count 20 61 81
% within Pengetahuan 24,7% 75,3% 100,0%
Ibu

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 24,546a 1 ,000
Continuity Correctionb 21,990 1 ,000
Likelihood Ratio 25,164 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear 24,243 1 ,000
Association
N of Valid Cases 81
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,65.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Pengetahuan 19,024 4,859 74,474
Ibu (Kurang / Baik)
For cohort Kejadian stunting 9,140 2,915 28,655
pada balita = Stunting
For cohort Kejadian stunting ,480 ,324 ,713
pada balita = Normal
N of Valid Cases 81
Lampiran 11. Dokumentasi

DOKUMENTASI
Lampiran 12. Lembar Bimbingan

LEMBAR BIMBINGAN

Anda mungkin juga menyukai