Anda di halaman 1dari 105

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN POLA ASUH

IBU TERHADAP KEJADIAN STUNTING DI KELURAHAN


SAMPIR KECAMATAN TALIWANG TAHUN 2022

SKRIPSI

Disusun oleh:
ROSMINI
NIM: 2022E1D071M

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH MATARAM
TAHUN 2023
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN POLA ASUH
IBU TERHADAP KEJADIAN STUNTING DI KELURAHAN
SAMPIR KECAMATAN TALIWANG TAHUN 2022

SKRIPSI
Diajukan Untuk Menyusun Memperoleh Gelar Sarjana Studi S1 Kebidanan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadyah Mataram

Disusun oleh:
ROSMINI
NIM: 2022E1D071M

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH MATARAM
TAHUN 2023
LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN POLA ASUH


IBU TERHADAP KEJADIAN STUNTING DI KELURAHAN
SAMPIR KECAMATAN TALIWANG TAHUN 2022

SKRIPSI

Disusun oleh:
ROSMINI
NIM: 2022E1D071M

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui Untuk Mengikuti Ujian Skripsi


Program Studi S1 Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan di
Universitas Muhammadiyah Mataram

Hari/Tanggal ………………………...

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

(dr. Andy Setiawan Tahang, S.p.OG)


NIDN. 8932830022
(Cahaya Indah Lestari, S.ST., M.Keb)

NIDN. 0817038602

HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN POLA ASUH


IBU TERHADAP KEJADIAN STUNTING DI KELURAHAN
SAMPIR KECAMATAN TALIWANG TAHUN 2022

SKRIPSI

Disusun oleh:
ROSMINI
NIM: 2022E1D071M

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Diterima Sebagai Syarat


Memperoleh Gelar S1 Kebidanan Pada Program Studi S1 Kebidanan
Fakultas Ilmu Kesehatan di Universitas Muhammadiyah Mataram
Dewan Penguji Tanggal Tanda Tangan

1. Ketua Tim Penguji


Cahaya Indah Lestari, S.ST., M.Keb

2. Penguji I
Evi Diliana Rospia, S.ST., M.Keb

3. Penguji II
dr. Andy Setiawan Tahang, S.p.OG

Mengeesahkan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammdiyah Mataram
Dekan,

(Apt. Nurul Qiyam, M.Farm, Klin.)


NIDN. 0827108402
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Skripsi “Hubungan Tingkat
Pengetahuan dan Pola Asuh Ibu Terhadap Kejadian Stunting di kelurahan Sampir
Kecamatan Taliwang Tahun 2022. Skripsi ini mengkaji akan adakah pengaruh antara
pengetahuan dan pola asuh ibu pada bayi balita stunting.
Penulis menyadari bahwa selsainya Skripsi ini atas bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang mendalam kepada :
1. Bapak Drs.Abdul Wahab,M.A, selaku Rektor Universitas Muhammadyah
Mataram.
2. Ibu Apt.Nurul Qiyaam,M.Farm,Klin.Sebagai Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadyah Mataram.
3. Ibu Catur Esty Pamungkas,M.Keb. Selaku Ketua Program Studi S1 Kebidanan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadyah Mataram.
4. Ibu Cahaya Indah Lestari,M.Keb. selaku dosen pembimbing I yang dengan
ketulusannya membimbing sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
5. Bapak dr.Andi Setiawan T,Sp.OG,M.Kes,F.Mas,D.Mas,FICRS selaku dosen
pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan arahan-
arahan dalam penyusunan Skripsi ini.
6. Bapak ibu dosen yang telah membekali ilmu pengetahuan selama kuliah.
7. Terspesial juga buat pak Suami tercinta dan anakku tersayang yang telah banyak
mendukung dan mensupport mendorong agar segera menyelesaikan penulisan
Skripsi ini.
Dan semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu yang telah turut
berpartisipasi dalam proses penyusunan Skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu,saran dan kritik konstruktif sangat penulis harapkan. Akhirnya, penulis berharap
Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan dunia pendidikan.
Mataram April 2023

Penulis

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN POLA ASUH IBU


TERHADAP KEJADIAN STUNTING DI KELURAHAN SAMPIR
KECAMATAN TALIWANG TAHUN 2022

ABSTRAK

Rosmini1, Cahaya Indah Lestari2, dr.Andi Setiawan T3


Program Studi S1 Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan di Universitas
Muhammadiyah Mataram123
email : rosmini21987@gmail.com1

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2021 Tentang


Percepatan Penurunan Stunting. Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Rencana
Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting Indonesia Tahun 2021-2024.
Dinas Kesehatan KSB telah menggalakan Program STBM ( Sanitsi Total Berbasis
Masyarakat ) sebagai salah satu program upaya menurunkan angka stunting di
Kelurahan Sampir Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat. Saat ini
presentase stunting di Kabupaten Sumbawa Barat khusus sampir tahun 2020
24,81%.stunting 2021 16,84%. Dan stunting tahun 2022 7,72. Tujuan penelitian
adalah untuk mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Pola Asuh Ibu
Terhadap Kejadian Stunting Di Kelurahan Sampir Kecamatan Taliwang Kabupaten
Sumbawa Barat Tahun 2022. Penelitian ini menggunakan observasional analitik
dengan pendekatan cross sectional. Variabel indepeden dalam penelitian ini adalah
Tingkat pengetahuan dan pola asuh ibu, Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah kejadian stunting. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa ada
pengaruh tingkat pengetahuan dengan kejadian stunting di Wilayah Kelurahan
Sampir Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat dengan hasil chi square
dengan nilai p value = 0.000 dan α = 0.05 dimana p < α.

Kata Kunci : Pengetahuan, Pola Asuh, Stunting.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................i


HALAMAN DEPAN..........................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................v
ABSTRAK.........................................................................................................vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................vii
DAFTAR TABEL...........................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................x
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah .....................................................................1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................4
C. Tujuan Penelitian.................................................................................4
D. Manfaat penelitian...............................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 10
A. Tinjauan Teoritis............................................................................... 10
B. Tinjauan Islami..................................................................................44
C. Kerangka Teori..................................................................................47
D. Kerangka Konsep ............................................................................. 48
E. Hipotesis ........................................................................................... 48
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 49
A. Rancangan Penelitian ....................................................................... 49
B. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................49
C. Variabel Penelitian ........................................................................... 50
D. Definisi Operasional ....................................................................... 51
D. Populasi dan Sampel......................................................................... 53
E. Etika Penelitian ................................................................................. 55
F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ................................................ 56
G. Metode Pengolahan dan Analisa Data...............................................59
H. Rencana Jalannya Penelitian.............................................................62
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................63
A. Hasil Penelitian..................................................................................63
B. Pembahasan.......................................................................................68
BAB V PENUTUP............................................................................................78
A. Kesimpulan........................................................................................78
B. Saran..................................................................................................79
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional..............................................................................51
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur........................................64
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan...............................64
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan..................................65
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan..............................................66
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi Pola Asuh..............................................................66
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kejadian Stunting................................................67
Tabel 4.7 Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap kejadian Stunting....................67
Tabel 4.8 Pengaruh Pola Asuh terhadap kejadian Stunting..................................68
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori....................................................................................47


Gambar 2.2 Kerangka Konsep ...............................................................................48
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian


Lampiran 2. Informed Consent
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian
Lampiran 4. Etichal Clereance
Lampiran 5. Hasil SPSS
Lampiran 6. Master Tabel
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2021 Tentang
Percepatan Penurunan Stunting. Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2021 Tentang
Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting Indonesia
Tahun 2021-2024.
Hasil data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2019, angka
stunting di Indonesia sebesar 27,67%. Menurut WHO, masalah kesehatan
masyarakat dianggap kronis ketika prevalensi stunting melebihi 20%. WHO
juga menempatkan Indonesia sebagai negara ketiga dengan prevalensi stunting
tertinggi di Asia pada tahun 2017. Indonesia berada di peringkat lima dari 81
negara dengan jumlah anak stunting terbesar di dunia yang mencapai 7.547.000
anak. Indonesia dilaporkan memiliki jumlah anak stunting yang lebih besar
daripada beberapa negara Afrika, seperti Ethiopia, Republik Demokratik
Kongo, Kenya, Uganda, dan Sudan. Dibandingkan beberapa negara tetangga,
prevalensi balita pendek di Indonesia juga tertinggi dibandingkan Myanmar
(35%), Vietnam (23%), Malaysia (17%), Thailand (16%), dan Singapura (4%).
Gladys Apriluana dan Sandra Fikawati (2018).
Beberapa studi menunjukkan dampak akibat stunting adalah penurunan
prestasi akademik (picauly & toy,2013), meningkatkan resiko obesitas
( Hoffman et al, 2000; Timaeus, 2021) lebih rentan terhadap penyakit tidak
menular dan peningkatan risiko penyakit degeneratif ( Picauly & Toy,2013).
Stunting patut mendapat perhatian lebih karena dapat berdampak bagi
kehidupan seseorang,terutama resiko gangguan perkembangan fisik dan
konginitif apabila tidak segera ditangani dengan baik ( Nirmalasari, 2020).
Penelitian yang sama juga pernah dilakukan oleh sumiati dkk,2021
dengan sampel sebanyak 355 diwilayah puskesmas Rundeng Kota
Subullusalam tahun 2021 yang mendapatkan hasil sebanyak (51,3%)

1
2

mengalami stunting dan ada hubungan antara pola asuh dan pengetahuan ibu
pada kejadian stunting.penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh yulia
wardita,eka meyri kurniati,cory Nelia Damayanti,mujib hannan,emdan
suprayitno dengan sampel sebanyak 92 responden di wilayah kerja puskesmas
kabupaten sumenep tahun 2022, dengan hasil penelitian kejadian infeksi secara
langsung berpengaruh signifikan terhadap kejadian stunting. Pengetahuan dan
polah asuh ibu berpengaruh signifikan terhadap ketaatan dalam melakukan
imunisasi.
Dinas Kesehatan KSB telah menggalakan Program STBM ( Sanitsi
Total Berbasis Masyarakat ) sebagai salah satu program upaya menurunkan
angka stunting di Kelurahan Sampir Kecamatan Taliwang Kabupaten
Sumbawa Barat. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan
pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan
masyarakat dengan metode pemicuan. Setiap individu dan komunitas
mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan
komunitas yang bebas dari buang air di sembarang tempat (ODF), Setiap
rumah tangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan yang
aman di rumah tangga, Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum
dalam suatu komunitas (seperti sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas,
pasar, terminal) tersedia fasilitas cuci tangan (air, sabun, sarana cuci tangan),
sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar, Setiap rumah tangga
mengelola limbahnya dengan benar, Setiap rumah tangga mengelola
sampahnya dengan benar.
Inovasi kebijakan penurunan stunting di KSB meliputi : 1. sinergitas
dan kolabarasi Pemerintah Daerah dengan Perusahaan Swasta,BUMN, dan
BUMD,2. Pencatatan dan pengumpulan bahan keterangan dalam bentuk
Kerjasama antar wilayah sebagai upaya penanganan stunting secara
berkelanjutan,3. optimalisasi PErusahaan Sahabat Anak untuk PENanganan
stunTING (PESAN PENTING),4. kolaborasi TPPS (prov/kab/kec/des/kel)
dengan TPK untuk penanggulangan kemiskinan ,pokja PPAS untuk
infrastruktur air minum dan sanitasi ,dan berbagai pihak terkait lainnya
3

(Organisasi Kemasyarakatan dan Akademis),5. Penguatan Regulasi Daerah


dalam upaya penanganan stunting secara terintegrasi dan berlandaskan gotong
royong.
Bila dilihat prevalensi secara keseluruhan baik yang mild maupun
severe (pendek dan sangat pendek), maka prevalensinya sebesar 30,8%
(Mkes(Epid),2020). Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018
menunjukan penurunan prevalensi stunting di tingkat nasional sebesar 6,4%
selama 5 tahun, yaitu dari 37,2%(2013) menjadi 30,8% (2018). Proporsi status
gizi ; pendek dan sangat pendek pada seseorang mencapai 29,9% atau lebih
tinggi dibandingkan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RJPMN) 2019 sebesar 28% (Untung dkk,, 2021).
Dari hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dilaksanankan tahun
2021 prevelensi stunting di Indonesia sebesar 27,6%. Sedangkan di Provinsi
Nusa Tenggara Barat 31,4% dan masuk dalam 12 provinsi yang menjadi
prioritas percepatan penurunan stunting. Target di akhir 2022 adalah bisa
mencapai 26,85% sedangkan di 2023 bisa menurun lagi menjadi 22,42%
sehingga NTB ditahun 2024 bisa menuju angka prevalensi di 17,98%. Di
Kabupaten sumbawa 8,39% terbesar pada 37 lokasi stunting dan hal itu
terungkap dalam pertemuan konvergensi penurunan stunting aksi 6 pada jumat
26 November 2021.
Berdasarkan Data, angka stunting di KSB hanya 8,78%. Sementara
persentase Input E-PPGBM ( Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Berbasis
Masyarakat ) mencapai 98,92%. Dibawah KSB ada Kabupaten Sumbawa
dengan 10,88%, persentase input 88,16%. Kabupaten Dompu berada pada
posisi ketiga 14,78% dengan persentase input 78,76%. Kabupaten Bima
14,90%. Kota Mataram 17,33%. Kabupaten lombok Timur 19,28%. Kabupaten
Lombok Barat 19,92%. Kabupaten Lombok Utara 23,27%. Kabupaten Lombok
tengah 23,07% dan kota Bima 19,74%.
Saat ini presentase stunting di Kabupaten Sumbawa Barat 2019
(15,81%), 2020 (15,80%), 2021 (14,45%), 2022 (9,22%) sebanyak 1.052 balita
stunting. Khususnya Kecamatan Taliwang 3 tahun terakhir penimbangan
4

massal 2020 (underweight BB/U) 17.96%. (stunting TB/U) 17,43%. Dan


(wasting BB/TB) 13,23%. Penimbangan massal tahun 2021 (underweight
BB/U) 17,4%. (stunting TB/U) 17.15%. dan (wasting BB/TB) 8,44%.
Penimbangan massal tahun 2022 (underweight BB/U) 16,13%. (stunting TB/U)
11,17%. Dan (wastingBB/TB) 9,42%. Dan stunting khusus sampir tahun 2020
24,81%.stunting 2021 16,84%. Dan stunting tahun 2022 7,72%.( sumber data
Puskesmas Taliwang. Kecamatan Taliwang. Kabupaten Sumbawa Barat.).
Berdasarkan uraian tersebut penelitian tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Pola Asuh Ibu
Terhadap Kejadian Stunting Di Kelurahan Sampir Kecamatan Taliwang
Tahun 2022.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini “ Adakah Hubungan Tingkat
Pengetahuan Dan Pola Asuh Ibu Terhadap Kejadian Stunting Di
Kelurahan Sampir Kecamatan Taliwang Tahun 2022 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Pola Asuh Ibu
Terhadap Kejadian Stunting Di Kelurahan Sampir Kecamatan Taliwang
Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2022.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi Karakteristik Keluarga berdasarkan umur ibu,
Pendidikan dan pekerjaan
b. Mengidentifikasi Tingkat Pengetahuan ibu Tentang Kejadian Stunting Di
Kelurahan Sampir Kecamatan Taliwang
c. Mengidentifikasi Pola Asuh Ibu Di Kelurahan Sampir Kecamatan
Taliwang
d. Mengidentifikasi Kejadian Stunting Di Kelurahan Sampir Kecamatan
Taliwang.
5

e. Menganalisa Pengaruh Tingkat Pengetahuan Ibu Dan Pola Asuh Ibu


Dengan Kejadian Stunting Di Kelurahan Sampir Kecamatan Taliwang.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
Supaya masyarakat mengetahui Pengaruh Dari Tingkat Pengetahuan Dan
Pola Asuh Ibu Pada Kejadian Stunting.
b. Bagi Institusi
Dapat digunakan sebagai masukan dalam pengembangan ilmu Kebidanan
tentang Pengaruh Tingkat Pengetahuan Dan Pola Asuh Ibu Terhadap
Kejadian Stunting.
c. Bagi Peneliti
Sebagai referensi bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian khusunya
Mahasiswa jurusan Kebidanan yang berhubungan dengan Pengaruh
Tingkat Pengetahuan Dan Pola Asuh Ibu Terhadap Kejadian Stunting.
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Dasar Teori Stunting

a. Definisi Stunting

Pada dasarnya stunting dan pendek ialah dua hal yang berbeda.

Penderita stunting memang betul pendek, tapi tidak selalu anak yang

bertubuh pendek itu menderita stunting. Ada yang mengganggap

stunting dan pendek itu sama. Untuk kebijakan yang berkaitan dengan

masyarakat luas, pengertian pendek sama dengan stunting dapat

memudahkan dan digunakan karena tidak perlu membedakan dengan

proses diagnosis yang sering sulit dan tidak selalu tersedian disarananya.

Namun untuk keperluan klinis seorang dokter harus mampu

membedakan keduanya karena tata laksana yang pasti berbeda. Hal ini

sesuai dengan definisi stunting menurut dua referensi.(Prawirohartono

2021..book.google).

UNICEF menyatakan seorang anak mengalami stunting bila

height-for age Z score (HAZ) <-2 SD menurut growth reference yang

sedang berlaku (“below minus two standart deviations from median

height for age of refrence population”) (UNICEF 2019). Berdasarkan

referensi ini semua anak pendek dapat disebut juga sebagai stunting.

10
7

Stunting (pendek) merupakan suatu masalah kurang gizi kronis

yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu yang cukup

lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan

gizi. Stunting dapat terjadi mulai dari janin yang masih di dalam

kandungan dan baru terlihat setelah berusia dua tahun. Stunting dapat

diketahui apabila seorang balita ditimbang berat badannya dan diukur

panjang atau tinggi badannya setelah itu dibandingkan dengan deviasi

standar yang telah ditentukan dan hasilnya berada di bawah normal.

Sehingga secara fisik balita tersebut akan lebih pendek dibandingkan

dengan balita seusianya. perhitungan tersebut digunakan sesuai dengan

standar Z score yang telah ditentukan oleh organisasi kesehatan dunia

atau yang disebut dengan World Health Organization (WHO) (Ketut,

2020).

b. Gejala stunting

1) Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya

2) Proporsi cendrung normal tapi anak tampak lebih muda/kecil untuk

usianya

3) Berat badan rendah untuk Anak seusianya

4) Pertumbuhan tulang tertunda.

(Kemenkes.2018)

c. Pencegahan Stunting

Pencegahan stunting pada anak dapat dilakukan sejak masa

kehamilan, dan memberi asupan nutrisi yang cukup untuk si kecil. Jika
8

diabaikan, kondisi ini dapat mempengaruhi tumbuh kembangnya

(Kemenkes, 2019).

Pencegahan stunting adalah hal yang penting karena dampaknya

bisa terjadi hingga jangka panjang. Langkah-langkah pencegahan

stunting sebagai berikut:

1) Pemeriksaan kehamilan rutin

Kegiatan untuk mencegah stunting dapat diawali dengan rutin

memeriksakan kandungan ke dokter. Ibu hamil sebaiknya melakukan

pemeriksaan kehamilan secara teratur hingga 1000 hari pertama, yakni

periode sejak bayi berada dalam kandungan hingga berusia 2

tahun.Dengan begitu, adanya masalah yang ditemukan pada kurun

waktu tersebut bisa segera ditangani sehingga kesehatan si kecil

terjaga dan terhindar dari stunting.(Kemenkes.2019)

2) Memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil

Tidak hanya pada bayi, pencegahan stunting Kemenkes harus

dimulai dari pemberian nutrisi yang cukup untuk calon ibu. Pemberian

nutrisi yang tepat dan cukup pada ibu hamil, dapat meningkatkan

berat badan bayi saat lahir hingga 41 gram. Selain itu, ibu hamil yang

mengonsumsi cukup nutrisi dapat mengurangi risiko bayi lahir mati

sebesar 40 persen. Ibu hamil harus mencukupi kebutuhan nutrisi mulai

dari protein, kalsium, zat besi, hingga asam folat, agar pertumbuhan

janin bisa berlangsung dengan baik (Kemenkes, 2019).


9

3) Pemberian ASI Ekslusif

Veronika Scherbaum, ahli nutrisi dari Universitas Hohenheim,

Jerman, menyatakan ASI ternyata berpotensi mengurangi peluang

stunting pada anak berkat kandungan gizi mikro dan makro. Oleh

karena itu, ibu disarankan untuk tetap memberikan ASI Eksklusif

selama enam bulan kepada sang buah hati. Protein whey dan

kolostrum yang terdapat pada susu ibu pun dinilai mampu

meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang terbilang rentan

(Kemenkes, 2019).

4) Menciptakan lingkungan yang bersih

Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan

penyakit, terutama kalau lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor ini

pula yang secara tak langsung meningkatkan peluang stunting. Studi

yang dilakukan di Harvard Chan School menyebutkan diare adalah

faktor ketiga yang menyebabkan gangguan kesehatan tersebut.

Sementara salah satu pemicu diare datang dari paparan kotoran yang

masuk ke dalam tubuh manusia (Kemenkes, 2019).

5) Pemberian MPASI yg sehat

Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah

bisa memberikan makanan pendamping atau MPASI. Dalam hal ini

pastikan makanan-makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro

dan makro yang sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah

stunting. WHO pun merekomendasikan fortifikasi atau penambahan


10

nutrisi ke dalam makanan. Di sisi lain, sebaiknya ibu berhati-hati saat

akan menentukan produk tambahan tersebut (Kemenkes, 2019).

6) Konsisten memantau Tumbuh Kembang Anak

Orang tua perlu terus memantau tumbuh kembang anak

mereka, terutama dari tinggi dan berat badan anak. Bawa si Kecil

secara berkala ke Posyandu maupun klinik khusus anak. Dengan

begitu, akan lebih mudah bagi ibu untuk mengetahui gejala awal

gangguan dan penanganannya (Kemenkes, 2019).

7) Pemberian Imunisasi Lengkap

Cegah stunting dengan pemberian imunisasi. Imunisasi dapat

menjauhkan anak dari risiko infeksi penyakit yang berbahaya. Sebab,

semakin sering anak mengalami infeksi, semakin rentan mereka

terhadap stunting. Oleh sebab itu, berikan bayi imunisasi dasar

lengkap sebelum usia 1 tahun yang terdiri dari, 1 dosis hepatitis B, 1

dosis BCG (tuberkulosis), 3 dosis DPT (difteri, pertusis, dan tetanus)-

Hepatitis B, 4 dosis polio, dan 1 dosis campak. .(Kemenkes.2019)

d. Dampak Stunting

1) Konginitif Lemah Dan Psikomotorik Terhambat

Kognitif lemah dan psikomotorik terhambat Bukti menunjukkan

anak yang tumbuh dengan stunting mengalami masalah

perkembangan kognitif dan psikomotor. Jika proporsi anak yang

mengalami kurang gizi, gizi buruk, dan stunting besar dalam suatu

negara, maka akan berdampak pula pada proporsi kualitas sumber


11

daya manusia yang akan dihasilkan. Artinya, besarnya masalah

stunting pada anak hari ini akan berdampak pada kualitas bangsa masa

depan (frencenco brancha 2016).

2) Kesulitan Menguasai Sains Dan Berprestasi Dalam Olahraga

Anak-anak yang tumbuh dan berkembang tidak proporsional hari

ini, pada umumnya akan mempunyai kemampuan secara intelektual di

bawah rata-rata dibandingkan anak yang tumbuh dengan baik.

Generasi yang tumbuh dengan kemampuan kognisi dan intelektual

yang kurang akan lebih sulit menguasai ilmu pengetahuan (sains) dan

teknologi karena kemampuan analisis yang lebih lemah. Pada saat

yang sama, generasi yang tumbuh dengan kondisi kurang gizi dan

mengalami stunting,tidak dapat diharapkan untuk berprestasi dalam

bidang olah raga dan kemampuan fisik. Dengandemikian, proporsi

kurang gizi dan stunting pada anak adalah ancaman bagi prestasi dan

kualitas bangsa di masa depan dari segala sisi (Hardisman Dasman

2019).

3) Lebih Muda Terkena Penyakit Degeneratif

Kondisi stunting tidak hanya berdampak langsung terhadap

kualitas intelektual bangsa, tapi juga menjadi faktor tidak langsung

terhadap penyakit degeneratif (penyakit yang muncul seiring

bertambahnya usia). Berbagai studi membuktikan bahwa anak-anak

yang kurang gizi pada waktu balita, kemudian mengalami stunting,

maka pada usia dewasa akan lebih mudah mengalami obesitas dan
12

terserang diabetes melitus. Seseorang yang dalam masa pertumbuhan

dan perkembangannya mengalami kekuranga gizi dapat mengalami

masalah pada perkembangan sistem hormonal insulin dan glukagon

pada pankreas yang mengatur keseimbangan dan metabolism glukosa.

Sehingga, pada saat usia dewasa jika terjadi kelebihan intake kalori,

keseimbangan gula darah lebih cepat terganggu, dan pembentukan

jaringan lemak tubuh (lipogenesis) juga lebih mudah. Dengan

demikian, kondisi stunting juga berperan dalam meningkatkan beban

gizi ganda terhadap peningkatan penyakit kronis di masa depan

(Hardisman Dasman 2019).

4) Sumber Daya Manusia Berkualitas Rendah

Kurang gizi dan stunting saat ini, menyebabkan rendahnya

kualitas sumber daya manusia usia produktif. Masalah ini selanjutnya

juga berperan dalam meningkatkan penyakit kronis degenerative saat

dewasa.

Akademisi, peneliti, dan pemerhati kesehatan masyarakat di

lapangan dapat melakukan riset, mengedukasi masyarakat, dan

mengadvokasi untuk melahirkan kebijakan sesuai dengan

rekomendasi riset (Hardisman Dasman 2019).

e. Faktor-Faktor Penyebab Stunting

1) Pemberian Asi Ekslusif

Pemberian ASI pada 6 bulan pertama kehidupan bayi. Bayi yang

lebih banyak mengalami stunting adalah bayi yang tidak mendapatkan


13

ASI eksklusif dari sang ibu dibandingkan dengan yang mendapatkan

ASI eksklusif. Salah satu alasan bagi ibu yang tidak melakukan

pemberian Asi eksklusif pada anak bayinya karena pada saat lahir,

ASI tidak keluar dan langsung diberikan susu formula. Selain itu, ibu

juga lebih cepat memberikan makanan pendamping ASI dengan

alasan agar sang anak tidak rewel atau menangis. Padahal, ASI

memiliki banyak manfaat bagi sang bayi seperti dapat meningkatkan

imunitas tubuh dari berbagai jenis penyakit (Ni‟mah dan

Nadhiroh,2015)

2) Sistem Pola Asuh Ibu

Secara etiologi, pola asuh berarti bentuk, tata cara. Sedangkan

asuh berarti merawat, menjaga, mendidik. Sehingga pola asuh berarti

bentuk atau sistem dalam merawat, menjaga dan mendidik. Pola asuh

orang tua adalah interaksi orang tua terhadap anaknya dalam hal

mendidik dan memberikan contoh yang baik agar anak dapat

kemampuan sesuai dengan tahap perkembangannya (Handayani, dkk

2017).

Pola asuh orang tua merupakan segala bentuk dan proses interaksi

yang terjadi antara orang tua dan anak yang dapat memberi pengaruh

terhadap perkembangan kepribadian anak. Interaksi orang tua dalam

suatu pembelajaran menentukan karakter anak nantinya (Rakhmawati

2015).
14

Sistem pola asuh ibu pada bayi merupakan faktor risiko lain

terjadinya stunting pada anak. Sistem pola asuh yang rendah dapat

menyebabkan buruknya status gizi pada anak. Jika hal ini terjadi pada

anak, maka akan menghambat perkembangan otaknya dan sangat sulit

untuk dipulihkan kembali. Pola asuh yang salah yang sering dilakukan

oleh ibu adalah lambatnya pemberian makanan kepada anak dan tidak

memperhatikan makanan yang diberikan dimana seharusnya harus

disesuaikan dengan kebutuhan zat gizi sang anak (Widyaningsih,

Kusnandar dan Anantanyu, 2018).

Pola asuh dinilai :

Baik : Hasil Persentase 76% -100%

Cukup : Hasil Persentase 56% -75%

Kurang : Hasil Persentase <56%

a) Tipe-Tipe Pola Asuh Orang Tua

Gaya pengasuhan Baumrind menurut Diana Baumrind (1971)

dalam buku (Sanrtrock, 2011) bersikukuh bahwa orang tua tidak

boleh menghukum atau menjauhi anak secara fisik, sebaliknya

mereka harus mengembangkan aturan- aturan untuk anak-anak

mereka dan penuh kasih terhadap mereka. Ia menggambarkan

empat jenis gaya pengasuhan.

(1) Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter (authoritarian parenting) adalah gaya

membatasi dan menghukum ketika orang tua memaksa anak-


15

anak untuk mengikuti arahan mereka dan menghormati

pekerjaan serta upaya mereka.

(2) Pola Asuh Demokratis

Pola asuh demokratis (authoritative parenting)

mendorong anak-anak untuk menjadi mandiri, tetapi masih

menempatkan batasan dan kontrol atas tindakan

mereka .Komunikasi verbal member dan menerima yang

ekstensif di perbolehkan, dan orang tua hangat dan nurturant

terhadap anak-anak.

(3) Pola Asuh Permisif

Pola asuh permisif (indulgent parenting) merupakan

sebuah gaya pengasuhan ketika orang tua sangat terlibat

dengan anak-anak mereka, orang tua permisif, tetapi

menempatkan beberapa tuntutan atau control mereka.

(4) Pola Asuh Lalai

Pola asuh lalai (neglectful parenting) merupakan gaya

ketika orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak.

Anak-anak yang orang tuanya lalai mengembangkan rasa

bahwa aspek lain kehidupan orang tua lebih penting daripada

mereka. Anak-anak tersebut cenderung tidak kompeten secara

sosial.
16

3) Tingkat Pengetahuan Ibu

Pengetahuan adalah merupakan hasil penginderaan manusia,

atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang

dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan

sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian

dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang

diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera

penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek

mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda.

(Notoatmodjo, 2017).

Tingkat pengetahuan ibu terhadap kesehatan dan gizi di masa

sebelum terjadi kehamilan, dan setelah terjadi kelahiran menjadi

factor risiko anak mengalami stunting. Selain anak yang tidak

mendapatkan ASI eksklusif di usia 0-6 bulan, pada usia 0-24 bulan

anak tidak diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Kita

ketahui bahwa MP-ASI diberikan kepada balita diatas 6 bulan

dimana makanan pendamping ASI ini berfungsi untuk

meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan sistem imunologis

pada anak terhadap minuman maupun makanan, memberikan gizi

yang dibutuhkan oleh tubuh anak yang tidak dapat lagi disokong

oleh ASI, dan memperkenalkan jenis makanan baru pada bayi

(Sutarto, Mayasari dan Indriyani, 2018).


17

a) Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2017) secara garis besarnya dibagi

dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu :

(1) Tahu (Know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (kembali) memori yang

telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

(2) Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek

tertentu, tidak sekedar menyebutkan, tetapi orang tersebut

hanya dapat menginterprestasikan secara benar tentang

objek yang diketahui tersebut.

(3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami

objek yang dimaksud dapat menggunakan atau

mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada

situasi yang lain.

(4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan

atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara

komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah

atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan

seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah

apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau


18

memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan)

terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

(5) Sintesis (Synthetis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang

logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.

Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang

telah ada.

(6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukanjustifikasi atau penilaian terhadap suatu objek

tetentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada

suatu bkriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma

yang berlaku di masyarakat.

b) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2017), pengetahuan seseorang dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

(1) Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri

maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat

memperluas pengetahuan seseorang.


19

(2) Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuaan

seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan

lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan lebih luas

dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikan

lebih rendah. Kategori tingkat pendidikan terdiri dari Tidak

Sekolah, Tamat SD, Tamat SMP, Tamat SMA dan

Perguruan Tinggi.

(3) Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan

tanpa adanya pembuktian terlebih dahul. Keyakinan ini bisa

mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu

sifatnya positif maupun negatif

(4) Fasilitas

Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat

mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio,

televisi, majalah, koran dan buku.

(5) Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap

pengetahuan seseorang. Namun bila seseorang

berpenghasilan cukup beasar, maka dia akan mampu untuk

menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber

informasi.
20

(7) Sosial Budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat

mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang

terhadap sesuatu.

c) Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang

ingin diukur. Guna mengukur suatu pengetahuan dapat digunakan

suatu pertanyaan. Adapun pertanyaan yang dapat dipergunakan

untuk pengukuran pengetahuan secara umum dapat

dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu pertanyaan subjektif

misalnya jenis pertanyaan essay dan pertanyaan objektif misalnya

pertanyaan pilihan ganda (multiple choice), betul salah dan

pertanyaan menjodohkan. Pertanyaan essay disebut pertanyaan

subjektif karena penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor

subjektif dari nilai, sehingga nilainya akan berbeda dari seorang

penilai yang satu dibandingkan dengan yang lain dan dari satu

waktu ke waktu lainnya. Pertanyaan pilihan ganda, betul-salah,

menjodohkan disebut pertanyaan objektif karena

pertanyaanpertanyaan itu dapat dinilai secara pasti oleh penilainya

tanpa melibatkan faktor subjektifitas dari penilai. Pertanyaan yang

dapat dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum

yaitu pertanyaan subjektif dari peneliti. Pertanyaan objektif


21

khususnya pertanyaan pilihan ganda lebih disukai dalam

pengukuran pengetahuan karena lebih mudah disesuaikan dengan

pengetahuan yang akan diukur dan penilaiannya akan lebih cepat.

Bahwa sebelum orang menghadapiperilaku baru, didalam diri

seseorang terjadi proses berurutan yakni Awareness(kesadaran)

dimana orang tersebut menyadari terlebih dahulu terhadap

stimulus,Interest (merasa tertarik) terhadap objek atau stimulus,

Trail yaitu subjek mulai mencoba melakukan sesuatusesuai

dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya (Notoatmodjo,

2017).

d) Cara Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang

akan diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalam

pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita

sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan (Notoatmodjo, 2017).

Tingkat pengetahuan dibagi tiga :

a) Tingkat Pengetahuan Baik

Tingkat pengetahuan baik adalah tingkat pengetahuan dimana

seseorang mampu mengetahui, memahami, mengaplikasikan,

menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Tingkat

pengetahuan dapat dikatakan baik jika seseorang mempunyai

76 – 100% pengetahuan.
22

b) Tingkat Pengetahuan Cukup

Tingkat pengetahuan cukup adalah tingkat pengetahuan

dimana seseorang mengetahui, memahami, tetapi kurang

mengaplikasikan, menganalisis,mensintesis, dan mengevaluasi.

Tingkat pengetahuan dapat dikatakan sedang jika seseorang

mempunyai 56 – 75% pengetahuan.

c) Tingkat Pengetahuan Kurang

Tingkat pengetahuan kurang adalah tingkat pengetahuan

dimana seseorang kurang mampu mengetahui, memahami,

mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan

mengevaluasi. Tingkat pengetahuan dapat dikatakan kurang

jika seseorang mempunyai < 56% pengetahuan.

4) Status Ekonomi Keluarga

Tingkat sosial ekonomi keluarga memiliki dampak signifikan

terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Kondisi sosial

ekonomi yang mencakup sanitasi dan sumber air minum yang tidak

memiliki akses yang tidak sesuai berisiko besar terhadap terjadinya

stunting (Rahayu et al., 2018)

5) Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi merupakan salah satu factor penyebab

langsung status gizi balita disamping konsumsi makanan. Terdapat

interaksi bolak-balik antara status gizi dengan penyakit infeksi.

Malnutrisi dapat meningkatkan risiko infeksi, sedangkan infeksi dapat


23

menyebabkan malnutrisi, yang mengarahkan ke lingkaran setan. Anak

kurang gizi, yang daya tahan terhadap penyakitnya rendah, jatuh sakit

dan akan semakin kurang gizi, sehingga mengurangi kapasitasnya

untuk melawan penyakit dan sebagainya (Anisa 2021).

6) Pendidikan Ayah

kecenderungan kejadian stunting pada balita lebih banyak

terjadi pada ayah yang berpendidikan rendah. Penelitian lain yang

dilakukan oleh Astarini, Nasoetion, dan Dwiariani (2015),

menyatakan tingkat pendidikan ayah pada kelmpok anak stunting

relatif lebih rendah dibandingkan dengan kelompok anak

normal.Suami yang lebih terdidik akan cenderung memiliki istri yang

juga berpendidikan. pendidikan yang tinggi dapat mencerminkan

pendapatan lebih tinggi dan ayah akan lebih memperhatikan gizi anak.

(Sri Mugianti,Arif ,Mulyadi, Agus Khoirul Anam, Zian Lukluin

Najah.2018).

7) Asupan Protein Rendah

Asupan protein dibagi menjadi dua kategori, yaitu rendah dan

cukup. Kategori protein rendah apabila <100% AKG dan kategori

asupan cukup apabila  100% AKG. terdapat hubungan signifikan

antara konsumsi protein dan kejadian stunting pada balita. Protein

penting untuk fungsi normal dari hampir semua sel dan proses

metabolisme, dengan demikian defisit dalam zat gizi ini memiliki

banyak efek klinis. Asupan protein rendah dapat dipengaruhi oleh


24

penyakit infeksi yang terjadi pada anak stunting mengakibatkan

kurangnya nafsu makan sehingga konsumsi makan pada anak menjadi

berkurang (Sri Mugianti et al. 2018).

8) Berat Badan Lahir

Ibu dengan gizi kurang sejak awal sampai akhir kehamilan dan

menderita sakit akan melahirkan BBLR, yang kedepannya menjadi

anak stunting, selain itu bayi yang diiringi dengan konsumsi makanan

yang tidak adekuat, dan sering terjadi infeksi selama masa

partumbuhan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan (Sri Mugianti

et al. .2018).

9) Pelayanan Kesehatan (Imunisasi)

Dalam semua jenis malnutrisi, telah diketahui bahwa proporsi

anak tidak diimnunisasi lebih besar dibandingkan yang diberi

imunisasi. Pada dasarnya imunisasi pada anak memiliki tujuan penting

yaitu untuk mengurangi risiko mordibitas (kesakitan) dan mortilitas

(kematian) anak akibat penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi (Narendra, 2002).

Status imunisasi padaanak adalah salah satu indikator kontak

dengan pelayanan kesehatan. Karena diharapkan bahwa kontak

dengan pelayanan kesehatan akan membantu memperbaiki maslah

gizi baru, sehingga imunisasi juga diharapkan akan memberikan efek

positif terhadap status gizi jangka panjang (Sri Mugianti et al. 2018).
25

Karena penyebab stunting ialah nutrisi atau masalah kesehatan,

yaitu penyakit infeksi dan noninfeksi yang menyebabkan kebutuhan

energi dan nutrien yang penting untuk pertumbuhan tidak tercukupi,

pertumbuhan linear dapat diukur dengan panjang badan (PB) atau

tinggi badan (TB) akan kurang dibanding normal. Ukuran PB dan TB

yang kurang dari normal (<-2SD) ini disebut pendek (Prawirohartono

2021).

10) Penampilan Dismorpik

Bila anak perawakan pendek disertai dengan penampilan

dismorpik, perlu diwaspadai kemungkinan akan mengalami kelainan

genetik. Beberapa kelainan menyebabkan dismorpik yaitu:

a) Trisomi 21

Secara klinis kelainan ini disebut down syndrom yang

disebabkan oleh pembelahan sel yang tidak normal sehingga

menghasilkan tambahan kromosom 21 utuh atau sebagian.

Kelainan ini ditandai dengan : perawakan pendek, wajah datar,

kepala kecil, leher pendek, lidah menonjol, kelopak mata miring ke

atas, daun telinga kecil atau dengan bentuk yang tidak lazim,tonus

otot lemah, lengan lebar dan pendek dengan garis tangan tunggal,

tangan dan kaki relatif kecil disertai jari-jari yang pendek,dan titih

putih pada iris yang disebut brushfield spot.anak dengan down

syndrome menunjukan kelambatan perkembangan dan penurunan

konginitif (Mayo Clinic 2019a).


26

b) Turner syndrome

Kelainan ini hanya dijumpai pad anak perempuan dan

terjadi bila salh satu kromosom X (kromosom seks) seluruhnya

atau sebagian hilang. Secara klinis kelainan ini ditandi dengan

perawakan pendek,gangguan perkembangan ovarium, dan kelainan

jantung. Gambarak klinis turner syndrome bervariasi sehingga

kadang-kadang tidak jelas.

Pada saat lahir dan bayi, anak dengan kelainan ini

menunjukan leher lebar atau dengan gambaran seperti sayap,telinga

letak rendah,dada lebar dengan puting susu lebar,rongga mulut

tinggi dan sempit,lengan memutar ke depan disiku,kuku jari tangan

dan kaki sempit dan melengkung ke atas,pembengkakan pada

tangan dan kaki terutama pada saat lahir,panjang lahir

kurang,pertumbuhan lambat,kelainan jantung,garis rambut rendah

pada kepala bagian belakang,rahang kecil dan rendah,serta jari

tangn dan kaki pendek (Mayo Clinic 2019b).

c) Fetal alcohol syndrome

Kelainan ini terjadi akibat terpapar alkohol selama dalam

kandungan sehingga terjadi kerusakan otak dan gangguan

pertumbuhan. Kelainannya bervariasi, tetapi tidak dapat kembali

normal (Mayo Clinic 2019).


27

d) Prader-willi syndrome

Prader-willi syndrome jarang dijumpai,anak dengan

kelainan ini kecuali pendek,juga sulit mengontrol berat badan

karena banyak makan dan mempunyai perasaan komfulsif untuk

makan sehingga kelainan ini merupakan penyebab terbanyak

kegemukan akibat kelainan genetik (Nordqvist 2019).

e) Noonan syndrome

Noonan syndrome adalah kelainan genetik yang

mengganggu perkembangan normal dari beberapa bagian tubuh.

Dengan demikian gejala klinisnya bervariasi yang meliputi wajah

yang tidak lazim,perawakan pendek,kelainan jantung,dan masalah

fisik serta perkembangan lain .(Mayo Clinic 2019).

f) Primordial dwarfism

Primordial dwarfism sudah dimulai sejak periode

primordial didalam kandungan dengan konsekuensi ukuran tubuh

yang kecil disemua periode kehidupan (Abolila et al. 2019).

g) Cornelia de lange syndrome

Kelainan ini disebabkan oleh nutasi gen tertentu,sedangkan

sekitar 30% tidak diketahui sebabnya. Kelainan ini diwariskan

secara outosom dominan,namun sebagian besar kasus disebabkan

oleh nutasi baru dan terjadi pada individu tanpa riwayat keluarga

dengan kelainan serupa (Genetic and rare diases information

center 2019).
28

h) Perawakan disproporsional

Anak dengan perawakan pendek yang tidak proporsional

(disproportional) yang ditunjukkan dengan panjang tungkai yang

lebih pendek secara proporsional terhadap panjang tubuhnya atau

sebaliknya, menggambarkan keadaan yang diwariskan atau suatu

kelainan tulang atau penyakit metabolisme tulang (Zhou dan Pauli

2019).

i) Familian short stature

Anak dengan familian short stature memang pendek tetapi

terlihat sehat dan dapat bertambah PB atau TBnya mengikuti kurva

pertumbuhan BB atau TBnya, sedangkan kedua orang tuanya

termasuk pendek (Pediatric Endocrine Society/ American Academy

Of Pediatrics 2019).

j) Constutional growth delay

Anak dengan constutionsl growth delay hanya bedanya

kedua orang tuanya pada umumnya memiliki TB yang normal

namun salah satu orang tua mempunyai perkembangan yang

terlambat (Pediatric Endocrine Society/ American Academy Of

Pediatrics 2019).

k) Mid-prenatal height

Panjang badan atau TB anak dapat dinilai dengan potensi

genetiknya. Potensi genetik PB atau TB anak dapat dinilai dari TB


29

orang tuanya dengan menghitung mid-prenatal height (Pediatric

Endocrine Society/ American Academy Of Pediatrics 2019).

Proses menjadi stunting sudah dimulai setelah terpapar

faktor faktor resiko atau penyebabnya sehingga proses stunting

sudah dimulai dari pembuahan atau didalam kandungan (Dewey

dan Begum 2017).

f. Program Pemerintah Terkait Penanganan Stunting

Di NTB, upaya penurunan stunting juga merupakan salah satu

langkah menuju generasi gemilang. sehingga, telah dilakukan upaya-upaya

teknis yang bersifat lintas sektoral pemerintah telah berusaha melibatkan

seluruh lapisan masyarakat. upaya yang telah dilakukan adalah berupa

optimalisasi revitalisasi posyandu menjadi posyandu keluarga dan

posyandu mandiri. optimalisasi ini dilakukan baik dari sisi fasilitas,

petugas pelayanan, kualitas pelayanan, dan sdm kader posyandu.

Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan instansi lainnya ikut

bertanggung jawab dalam kegiatan revitalisasi posyandu. Penanggung

jawab dan seluruh yang berperan aktif dalam menuntaskan stunting,

memetakan penyebab dan risiko yang terjadi, dan mencari solusi yang

disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing daerah.

Contoh lain upaya lintas sektoral yang sudah diterapkan di NTB

adalah Dinas PUPR telah fokus dalam menyiapkan infrastruktur sanitasi

yang baik. Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik tengah

membangun aplikasi penanganan stunting secara keseluruhan sehingga


30

data pasti dan proses follow up penderita yang komprehensif dari

posyandu juga dapat optimal Pelibatan akademisi dan LSM juga dilibatkan

terkait dengan riset yang komprehensif dan mendalam yang mereka

lakukan sehingga berkontribusi dalam pengenatasan stunting.

Upaya lain juga yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk

penanganan stuting khususnya di kelurahan Sampir telah dibentuk TPK

(Tim Pendamping Keluarga) Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS),

BKKBN membentuk Satuan Tugas Percepatan Penurunan Stunting di

Tingkat Provinsi dan Kabupaten / Kota serta Tim Pendamping Keluarga

yang bergerak di level teknis di Desa dan Kelurahan. Tim Pendamping

Keluarga adalah sekelompok tenaga yang terdiri dari Bidan, Kader TP

PKK dan Kader KB yang melaksanakan pendampingan kepada Calon

Pengantin / Calon Pasangan Usia Subur, keluarga dan keluarga yang

berisiko Stunting yang meliputi penyuluhan, fasilitasi pelayanan rujukan

dan fasilitasi penerimaan program bantuan sosial serta surveilans untuk

mendeteksi dini faktor resiko stunting. Tim Pendamping Keluarga ini

ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan (SK) oleh Kepala Desa atau

Lurah atau Pejabat yang Berwenang. Pemerintah memprioritaskan sumber

daya yang tersedia untuk meningkatkan cakupan pelayanan kepada

kelompok sasaran Percepatan Penurunan Stunting yang meliputi remaja,

calon pengantin / calon pasangan usia subur (PUS), ibu hamil, ibu

menyusui dan anak usia 0 (nol) hingga 59 (lima puluh sembilan) bulan.

Oleh sebab itu, dalam penyelenggaraan Percepatan Penurunan Stunting


31

membutuhkan pendekatan intervensi yang komprehensif. Intervensi ini

mencakup aspek penyiapan kehidupan berkeluarga, pemenuhan asupan

gizi, perbaikan pola asuh, peningkatan akses dan mutu pelayanan

kesehatan serta peningkatan akses air minum serta sanitasi.

Intervensi yang paling menentukan adalah mempersiapakan calon

ibu, memberikan pelayanan maksimal kepada ibu hamil dan memastikan

persalinan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. ASI ekslusif

diberikan dengan diawali melalui inisiasi menyusui dini dan pemantauan

pertumbuhan dan perkembangan yang dilakukan secara terus menerus oleh

tenaga Kesehatan pada 1000 hari pertama kehidupan.

Tim Pendamping Keluarga Berisiko Stunting adalah tim yang

terdiri dari bidan, kader Tim Penggerak PKK dan Kader KB/IMP untuk

menjadi pendamping keluarga yang memiliki remaja, calon pengantin, ibu

hamil dan pascasalin, serta bayi baru lahir hingga usia 5 tahun dalam

rangka pencegahan stunting. Tim pendamping bertugas melaksanakan

deteksi dini faktor risiko stunting dan melakukan upaya meminimalisir

atau mencegah pengaruh bila terdapat faktor risiko stunting di suatu

keluarga. Tim ini akan memberikan edukasi, konseling dan fasilitas

bantuan kepada keluarga-keluarga yang berisiko, baik dari aspek

intervensi spesifik maupun intervensi sensitive yang berpengaruh terhadap

kemunculan kasus-kasus stunting.


32

2. Pertumbuhan dan Perkembangan

a. Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan

ْ ُّ‫ب ثُ َّم ِم ْن ن‬
‫ ٍة ثُ َّم ِم ْن‬vvvvَ‫طف‬ َ ُ‫ث فَاِنَّا خَ لَ ْق ٰن ُك ْم ِّم ْن ت‬
ٍ ‫را‬vvvv ٍ ‫ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ اِ ْن ُك ْنتُ ْم فِ ْي َر ْي‬
ِ ‫ب ِّمنَ ْالبَ ْع‬

‫ام َما نَ َش ۤا ُء اِ ٰلٓى اَ َج ٍل‬vِ ‫َعلَقَ ٍة ثُ َّم ِم ْن ُّمضْ َغ ٍة ُّم َخلَّقَ ٍة َّو َغي ِْر ُم َخلَّقَ ٍة لِّنُبَيِّنَ لَ ُك ۗ ْم َونُقِرُّ فِى ااْل َرْ َح‬

‫م َّم ْن ي َُّر ُّد اِ ٰلٓى اَرْ َذ ِل‬vْ ‫ َو ِم ْن ُك‬v‫ُّم َس ّمًى ثُ َّم نُ ْخ ِر ُج ُك ْم ِط ْفاًل ثُ َّم لِتَ ْبلُ ُغ ْٓوا اَ ُش َّد ُك ۚ ْم َو ِم ْن ُك ْم َّم ْن يُّتَ َو ٰفّى‬

‫ا َء‬vۤ v‫اِ َذٓا اَ ْنزَ ْلنَا َعلَ ْيهَا ْال َم‬v َ‫ َدةً ف‬v‫ض هَا ِم‬ َ vَ‫ ِد ِع ْل ٍم َشئًْـ ۗا َوت‬v‫ر لِ َك ْياَل يَ ْعلَ َم ِم ۢ ْن بَ ْع‬v
َ ْ‫ ااْل َر‬v‫رى‬v ِ v‫ْال ُع ُم‬

‫ْج‬ ْ ‫ت َواَ ۢ ْنبَت‬


ٍ ۢ ْ‫َت ِم ْن ُكلِّ َزو‬
ٍ ‫ج بَ ِهي‬ ْ َ‫ت َو َرب‬
ْ ‫ا ْهتَ َّز‬

Artinya : Wahai manusia, jika kamu meragukan (hari)

kebangkitan, sesungguhnya Kami telah menciptakan (orang tua) kamu

(Nabi Adam) dari tanah, kemudian (kamu sebagai keturunannya Kami

ciptakan) dari setetes mani, lalu segumpal darah, lalu segumpal daging,

baik kejadiannya sempurna maupun tidak sempurna, agar Kami jelaskan

kepadamu (tanda kekuasaan Kami dalam penciptaan). Kami tetapkan

dalam rahim apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah

ditentukan. Kemudian, Kami mengeluarkanmu sebagai bayi, lalu (Kami

memeliharamu) hingga kamu mencapai usia dewasa. Di antara kamu ada

yang diwafatkan dan (ada pula) yang dikembalikan ke umur yang sangat

tua sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang pernah diketahuinya

(pikun). Kamu lihat bumi itu kering. Jika Kami turunkan air (hujan) di

atasnya, ia pun hidup dan menjadi subur serta menumbuhkan berbagai

jenis (tetumbuhan) yang indah (Terjemah Kemenag 2019).


33

Pada hakikatnya, semua manusia mengalami proses pertumbuhan

dan perkembangan. Pertumbuhan terjadi setiap saat dalam tubuh

manusia. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta

jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur

tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan (Fitriani, 2011). Pertumbuhan

adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler,

bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur menggunakan satuan panjang,

satuan berat, dan ukuran kepala (Khamzah 2012).

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan

ukuran, besar atau jumlah dimensi pada tingkat sel, organ, ataupun

individu, yang bias diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram),

ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolic

(retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Soetjiningsih 2012).

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan struktur dan

fungsi tubuh yang lebih kompleks, bersifat kualitatif, pengukuran dapat

dilakukan menggunakan skrining perkembangan (Khamzah, 2012 ;

Fitriani 2011). Perkembangan merupakan progresif yang teratur sebagai

akibat kematangan. Pengertian perubahan progresif adalah perubahan

menuju kemajuan (Herri dan Namora 2010).

Dalam perkembangan terdapat interelasi antara tugas-tugas

perkembangan sebelumnya, saat ini, dan persiapan menghadapi tugas

sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perubahan saat ini


34

dipengaruhi perubahan sebelumnya dan perubahan saat ini akan

mempengaruhi perubahan selanjutnya.

b. Tahapan Tumbuh Kembang Anak

Tahap tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling

berkaitan, dan berkesinambungan dimulai sejak konsepsi sampai dewasa.

Tahap-tahap pertumbuhan anak sebagai berikut :

1) Masa prenatal atau intrauterine

Masa ini dibagi menjadi 2 periode :

a) Masa embrio

Masa emberio adalah masa sejak konsepsi sampai umur kehamilan

8 minggu. Ovum yang telah dibuahi dengan cepat menjadi suatu

organisem,terjadi diferensiasi yang berlangsung cepat, terbentuk

system organ dalam tubuh

b) Masa fetus

Masa fetus adalah sejak umur kehamilan 9 minggu sampai dengan

kelahiran. Masa ini terjadi atas dua periode yaitu masa fetus dini

dan masa fetus lanjut. Masa fetus dini, sejak usia 9 minggu sampai

trimester kedua kehamilan. Terjadi percepatan pertumbuhan dan

alat tubuh mulai terbentuk dan mulai berfungsi. Sedangkan masa

fetus lanjut pada trimester akhir kehamilan. Pertumbuhan

berlangsung pesat dan adanya perkembangan fungsi-fungsi.


35

2) Masa postnatal

Masa post natal atau masa setelah lahir terdiri dari beberapa periode

yaitu :

a) Masa neonatal (0-28 hari)

Terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan

sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi organ-organ lainnya.

b) Masa bayi (1-24 bulan)

Masih bayi dibagi menjadi dua yaitu : masa bayi dini (1-12 bulan)

dan masa bayi akhir (1-2 tahun). Masa bayi dini pertumbuhan pesat

dan proses pematangan berlangsung secara kontinyu terutama

meningkatkan system syaraf. Masa bayi akhir kecepatan

pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam

perkembangan motorik dan fungsi eksresi.

c) Masa prasekolah (2-6 tahun)

Pada saat ini pertumbuhan berlangsung dengan stabil, terjadi

perkembangan dengan aktifitas jasmani yang bertambah dan

meningkatnya keterampilan dan proses belajar.

d) Masa sekolah (wanita: 6-10 tahun laki-laki: 8-12 tahun)

Pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan masa pra sekolah,

keterampilan dan intelektual makin berkembang, senang bermain

kelompok dengan jenis kelompok yang sama.


36

e) Masa remaja (wanita: 10-18 tahun laki-laki: 12-20 tahun)

Pada masa ini merupakan transisi dari periode anak ke dewasa.

Pada masa ini, percepatan pertumbuhan berat badan dan tinggi

badan yang sangat pesat yang disebut Adolescent Growth Spurt

(Fitriani 2011)

c. Ciri-ciri Pertumbuhan dan Perkembangan

Secara garis besar terdapat 4 (empat) perubahan sebagai ciri

pertumbuhan, yaitu :

1) Perubahan ukuran

Perubahan ini terlihat jelas pada pertumbuhan fisik yang dengan

bertambahnya umur anak terjadi pula penambahan berat badan, tinggi

badan, lingkar kepala,dan lain-lain. Organ tubuh seperti jantung,

paru,dan usus kan bertambah besar sesuai dengan peningkatan

kebutuhan tubuh.

2) Perubahan proporsi

Selain bertambahnya ukuran-ukuran, tubuh juga memperlihatkan

perubahan proporsi. Anak bukanlah dewasa kecil, tubuh anak

memperlihatkan perbedaan proporsi jika dibandingkan dengan tubuh

orang dewasa. Proporsi seorang bayi baru lahir sangat berbeda

dibandingkan tubuh anak dan orang dewasa. Pada bayi baru lahir,

kepala relative mempunyai proporsi yang lebih besar dibandingkan

dengan usia-usia lain. Titik pusat tubuh bayi baru lahir kurang lebih
37

setinggi umbilicus sedangkan pada orang dewasa titik pusat tubuh

setinggi simpisi pubis.

3) Hilangnya ciri-ciri lama

Selama proses pertumbuhan terdapat hal-hal yang terjadi perlahan-

lahan, seperti menghilangnya kelenjar thymus,lepasnya gigi susu, dan

menghilangnya refleks-refleks primitif.

4) Timbulnya ciri-ciri baru

Perubahan fisik yang penting selama pertumbuhan adalah munculnya

gigi tetap yang menggantikan gigi susu yang lepas, dan munculnya

tanda-tanda seks sekunder seperti pertumbuhan rambut pubis dan

aksila, tumbuhnya buah dada pada wanita, dan sebagainya (Fitriani

2011).

Ciri-ciri perkembangan :

a) Perkembangan melibatkan perubahan

Karena perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan,

maka setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.

Perkembangan system reproduksi disertai dengan perubahan pada

organ kelamin, perkembangan intelegensia menyertai pertumbuhan

otak dan serabut syaraf.

b) Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya

Seorang tidak akan bisa melewati suatu tahap perkembangan

sebelum melewati tahapan sebelumnya. Seorang anak tidak akan

bisa berjalan sebelum dia bisa berdiri.


38

c) Perkembangan mempunyai pola yang tetap

Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang

tetap, yaitu : sefalokaudal dan proksimodistal. Perkembangan yang

terjadi lebih dahulu didaerah kepala kemudian akan menuju ke

kaudal, pola ini disebut sefalokaudal.Sedangkan proksimodistal

adalah perkembangan yang terjadi dahulu didaerah proksimal

(Gerakan kasar) lalu berkembang kebagian distal seperti jari-jari

yang mempunyai kemampuan dalam gerakan halus.

d) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan

Tahap ini dilalui seorang anak mengikuti pola yang teratur dan

berurutan, tahap-tahap tersebut tidak dapat terjadi secara terbalik.

Seorang anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum

mampu gambar kotak, berdiri sebelum jalan dan sebagainya.

e) Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda

Seperti halnya pertumbuhan, perkembangan berlangsung dalam

kecepatan berbeda-beda. Kaki dan tangan perkembangan pesat

pada awal masa remaja, sedangkan bagian tubuh yang lain

mungkin berkembang pada masa yang lainnya.

f) Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan

Pada saat pertumbuhan berlangsung, perkembangan pun demiikian,

terjadi peningkaytan mental,daya nalar,asosiasi, dan lain-lain

( Fitriani 2011).
39

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

Pertumbuhan dipengaruhi oleh determinan biologis yang

meliputi jenis kelamin, lingkungan didalam rahim, jumlah kelahiran,

berat lahir, pada kehamilan tunggal atau majemuk, ukurang orang tua,

dan konstitusigenetis, serta faktor lingkungan (iklim, musim dan keadaan

sosial ekonomi). Pengaruh lingkungan, terutama terutama gizi lebih

penting ketimbang latar belakang genetis atau faktor biologis lain,

terutama pada masa pertumbuhan. Ukuran tubuh tertentu dapat

memberikan keterangan mengenai jenis malnutrisi (Arisman MB 2009).

Secara umum terdapat 2 faktor utama yaitu :

a. Faktor Genetik

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir

proses tumbuh kembang anak. Melalui intruksi genetik yang

terkandung dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan

kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan

kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap

rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang.

b. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan situasi dan

kondisi di luar individu yang secara langsung maupun tidak langsung

mempengaruhi tumbuh kembang anak atau perkembangan individu.


40

B. Tinjauan Islami

‫ فِ ْيهَا َحبًّ ۙا‬v‫فَا َ ۢ ْنبَ ْتنَا‬

Artinya : Lalu, Kami tumbuhkan padanya biji-bijian (Terjemah

Kemenag 2019).

Islam secara lugas mengatur konsep makanan halal dan thayyib dalam QS.

al-Maidah: 88 (yang artinya), “dan makanlah makanan yang halal lagi

baik dari apa yang Allah telah rezekekikan kepadamu, dan bertakwalah

kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya”.

‫ فِ ْيهَا َحبًّ ۙا‬v‫فَا َ ۢ ْنبَ ْتنَا‬

Artinya : Lalu, Kami tumbuhkan padanya biji-bijian (Terjemah

Kemenag 2019).

َ‫ع َو ِم ْنهَا تَْأ ُكلُوْ ن‬vُ ِ‫ف ٌء َّو َمنَاف‬


ْ ‫م َخلَقَهَا لَ ُك ْم فِ ْيهَا ِد‬vَ ‫َوااْل َ ْن َعا‬

Artinya : Dia telah menciptakan hewan ternak untukmu. Padanya

(hewan ternak itu) ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai manfaat,

serta sebagian (daging)-nya kamu makan (Terjemah Kemenag 2019).

ِ ۗ ‫ر‬v
‫ت اِ َّن فِ ْي‬ ٰ v‫لِّ الثَّ َم‬vv‫َاب َو ِم ْن ُك‬ ُ ِ‫يُ ۢ ْنب‬
َ ‫ت لَ ُك ْم بِ ِه ال َّزرْ َع َوال َّز ْيتُوْ نَ َوالنَّ ِخ ْي َل َوااْل َ ْعن‬

َ ِ‫ٰذل‬
َ‫ك اَل ٰ يَةً لِّقَوْ ٍم يَّتَفَ َّكرُوْ ن‬

Artinya : Dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan untukmu

tumbuh-tumbuhan, zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-

buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda

(kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir (Terjemah Kemenag 2019).


41

Makanan halal hakikatnya adalah makanan yang didapat dan

diolah dengan cara yang benar menurut agama. Makanan yang baik belum

tentu halal dan makanan halal belum tentu baik. Makanan yang

diperbolehkan oleh agama adalah halal dari segi hukumnya, baik halal

dzatnya, misalnya telur, buah-buahan, sayur-sayuran dan lain-lain, juga

halal dalam proses memperoleh makanannya, yaitu diperoleh dengan

usaha yang benar seperti sapi yang disembelih dengan menyebut nama

Allah dan lain-lain. Sementara makanan yang thayyib atau ‘baik’ yaitu

makanan yang dikonsumsi dapat memberikan manfaat untuk memelihara

dan meningkatkan kesehatan tubuh. Makanan yang baik tidak

membahayakan bagi kesehatan tubuh manusia. Konteks thoyyib bersifat

kondisional sesuai dengan kebutuhan dan kecukupan asupan gizi yang

diperlukan untuk setiap individu sesuai dengan kelompok usia, jenis

kelamin, status kesehatan, maupun faktor fisiologis lainnya. Islam tidak

hanya mengajarkan tata cara makan yang sesuai tuntunan sunnah, namun

juga memperhatikan kecukupan di mana terdapat batasan sepertiga diisi

oleh makanan, sepertiga minuman, dan sepertiga oleh udara. Hal ini juga

sejalan dengan konsep asupan gizi seimbang yang diperlukan bagi balita.

Asupan gizi seimbang dapat mencegah terjadinya stunting atau

pendek, yaitu asupan makanan harus sesuai dan tepat dalam hal: pertama,

jumlah atau porsinya, sesuai yang diperlukan tubuh berdasarkan Angka

Kecukupan Gizi (AKG) harian, kedua, kombinasi zat gizinya, antara

konsumi sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan


42

kebutuhan cairan tubuh anak (1-1,5 liter/hari), serta ketiga, tahap

pertumbuhan dan perkembangan anak, artinya kebutuhan kalori anak

sesuai dengan berat badan dan tinggi badan menurut umurnya (BR

Narasiang, N Mayulu, S Kawengian, 2016).

Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG), ibu hamil

memerlukan tambahan asupan sebesar 300 kkal dari 2250 kkal dengan,

dan tambahan asupan sekitar 330-400 kkal bagi ibu menyusui. Asupan

tersebut harus seimbang, baik untuk zat gizi makro (karbohidrat, lemak,

dan protein) maupun mikro (vitamin dan mineral) serta kebutuhan cairan

untuk tubuh. Begitupun untuk balita. Kecukupan gizi disesuaikan dengan

berat dan tinggi badan menurut umurnya, yang semakin meningkat seiring

dengan pertambahan umur dan perkembangannya. Balita memerlukan

kalori 550 kkal bagi bayi berusia 0-6 bulan (cukup terpenuhi dengan ASI

eksklusif) dan meningkat seiring pertambahan usia hingga 1600 kkal saat 

berusia 5 (lima) tahun (BR Narasiang, N Mayulu, S Kawengian 2016).


43

C. Kerangka Teori

Stunting

Faktor Penyebab Stunting Pertumbuhan dan Perkembangan

1. Pemberian Asi Ekslusif


2. Sistem Pola Asuh Ibu
3. Tingkat Pengetahuan Ibu Tahapan Tumbuh Kembang Anak
4. Status Ekonomi Keluarga 1. Masa prenatal atau intrauterine
5. Penyakit Infeksi 2. Masa fetus
6. Pendidikan Ayah 3. Masa postnatal
7. Asupan Protein Rendah
8. Berat Badan Lahir
9. Pelayanan Kesehatan Ciri-ciri Pertumbuhan dan
(Imunisasi) Perkembangan
1. Perubahan ukuran
2. Perubahan proporsi
3. Hilangnya ciri-ciri lama
4. Timbulnya ciri-ciri baru

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Tumbuh Kembang Anak
1. Faktor Genetik
2. Faktor Lingkungan

Gambar 1.1 Kerangka Teori

Sumber : (Handayani, dkk 2017) ; (Notoatmodjo 2021).


44

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu:

Variabel Independen adalah pengetahuan dan pola asuh ibu terhadap kejadian

stunting. Variabel Dependen adalah kejadian stunting.

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan dan pola asuh Kejadian stunting


ibu terhadap kejadian
stunting

Gambar 1.2 Kerangka Konsep

Sumber : Teori Lawrence Green, dikutip dari Notoatmodjo (2021)

Berdasarkan kerangka teori dan tujuan penelitian, penelitian ingin

mengidentifikasi apakah ada pengaruh Tingkat Pengetahuan Dan Pola Asuh

Ibu Terhadap Kejadian Stunting Di Kelurahan Sampir Kecamatan Taliwang

Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2022.

E. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep dan tujuan penelitian, maka hipotesis

penelitian yang muncul adalah ada pengaruh yang signifikan antara Tingkat

Pengetahuan Dan Pola Asuh Ibu Terhadap Kejadian Stunting Di Kelurahan

Sampir Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2022.


49

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan

pendekatan cross sectional. Observasional analitik merupakan penelitian yang

hasilnya tidak berhenti pada taraf menguraikan atau pendeskripsian, namun

dilanjutkan sampai pada taraf pengambilan simpulan yang berlaku secara umum

serta menerangkan hubungan sebab akibat dan sudah ada hipotesis, serta dalam

pengambilan keputusan menggunakan uji statistic (Notoatmojo, 2012).

Pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika

korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan

observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmojo, 2012).

B. Ruang Lingkup Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif

analitik yang menggunakan data primer berupa kuisioner yang dibagikan kepada

responden yang telah ditentukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

Pengaruh Tingkat Pengetahuan Dan Pola Asuh Ibu Terhadap Kejadian Stunting

Di Kelurahan Sampir dengan melakukan pendekatan kepada sasaran yaitu ibu

yang mempunyai bayi balita sebanyak 78 orang dengan metode cross secsional

menggunakan kuisioner. Penelitian ini telah dilakukan di kelurahan Sampir

49
50

kecamatan taliwang kabupaten sumbawa barat dan penelitian telah dilakukan dari

Maret 2023 sampai dengan April 2023.

C. Variabel Penelitian

Variabel merupakan konsep dari berbagai level abstrak untuk fasilitas

pengukuran dan atau memanipulasi penelitian bersifat konkret dan dapat diukur

Sugiyono (2017).

1. Variabel Independen

Variabel independen menurut Sugiyono (2017) adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel bebas. Variabel indepeden dalam penelitian ini adalah Tingkat

pengetahuan dan pola asuh ibu.

2. Variabel Dependen

Variabel dependent Menurut Sugiyono (2017) adalah varibel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya varibel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen. Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah kejadian stunting.


51

D. Definisi Operasional Penelitian

Variabel Definisi Operasional Indikator Skala Alat ukur


Tingkat Hasil pengindaraan Dikatakan baik jika Nominal Kuisioner
Pengetahuan manusia, atau hasil tahu seorang mempunyai
seseorang terhadap objek 76-100%
melalui indra yang pengetahuan.
dimiliki (mata, Dikatakan cukup jika
hidung,tilinga, dan seorang mempunyai
sebagainya) jadi 56-75% pengethuan.
pengetahuan adalah Dikatakan kurang
sebagai macam hal yang jika seorang
di peroleh seseorng mempunyai <56%
melalui indera. pengetahuan.
(Notoatmodjo dalam
Yuliana,2017)

Pola asuh Pola asuh dapat diartikan Baik : hasil Nominal Kuisioner
sebagai sistem, cara kerja persentase 76-100%
atau bentuk dalam upaya cukup : hasil
menjaga, merawat persentase 56-75%
mendidik da kurang : hasil
membimbing anak kecil persentase <56%
supaya dapat berdiri
sendiri. Selain itu, pola
asuh orang tua
dapat diartikan sebagai
interaksi antara
anak dan orang tua
selama mengadakan
kegiatan peng-asuhan.
Pola pengasuhan adalah
proses memanusiakan
atau mendewasakan
manusia secar
manusiawi, yang harus
disesuaikan dengan
situasi dan kondisi serta
perkembangan zaman.
(uswatuh hasanah,2016)
Menurut Morrison
52

(2016), pola asuh adalah


pengasuhan dan
pendidikan anak-anak di
luar rumah secara
komprehensif untuk
melengkapi pengasuhan
dan pendidikan anak
yang diterima dari
keluarganya.

Kejadian Stunting (pendek) anak mengalami Nominal Kuisioner


Stunting merupakan suatu stunting bila height-
masalah kurang gizi for age Z score
kronis yang disebabkan (HAZ) <-2 SD
oleh asupan gizi yang
kurang dalam waktu anak tidak
yang cukup lama akibat mengalami stunting
pemberian makanan bila height-for age Z
yang tidak sesuai dengan score (HAZ) >2 SD
kebutuhan gizi. (WHO)

E. Populasi Dan Sampel

Teknik sampling disebut juga dengan teknik pengambilan sampel

penelitian. Sampel dalam hal ini merupakan sebagian dari populasi di dalam

penelitian. Sebagai penjelasan populasi merupakan keseluruhan objek yang

dijadikan sasaran dalam penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian populasi

yang bisa mewakili.

1. Populasi

Populasi Menurut Silaen (2018), adalah keseluruhan dari objek atau

individu yang memiliki karakteristik (sifat-sifat) tertentu yang akan diteliti.

Maka populasi dalam dalaam penelitian ini adalah semua orang tua / keluarga
53

yang mempunyai bayi balita di kelurahan Sampir Kab.Sumbawa Barat

sebanyak 350 ibu yang punya bayi balita.

2. Sampel

Sampel penelitian merupakan objek yang diteliti dan dianggap

mewakili seluruh populasi penelitian (Notoatmodjo, 2018). Pengambilan

sampel (sampling) adalah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari

populasi, sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat

atau karakteristiknya akan membuat kita dapat menggenaralisasikan sifat atau

karakteristik tersebut pada elemen populasi (Noor, 2017).

Sampel merupakan bagian dari populasi yang harus dapat

menggambarkan seluruh karakteristik yang ada pada populasinya (Eddy

Roflin, 2021). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi

balita di Wilayah Kelurahan Sampir Kecamatan Taliwang Kabupaten

Sumbawa Barat.

Besarnya sampel dalam penelitian dihitung dengan menggunakan

rumus slovin yaitu :

n=

Keterangan :

N = Ukuran populasi

n = Ukuran sampel/jumlah responden


54

e = Persentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang

masih bisa ditolerir = 0,1 atau 10%.

n= 350
1 + 350 (0,1²)

n= 350
1 + 350 (0,01)
n= 350
1 + 3,5
n= 350 = 77,7 dibulatkan menjadi 78.
4,5

Maka penelitian mengambil sebagian populasi untuk dijadikan sampel

dalam penelitian ini yaitu sebanyak 78 sampel. Teknik pengambilan sampel

yang digunakan pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling,

yakni setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesamaan yang sama

untuk di seleksi sebagai sampel (Sugiyono 2017). Dalam memilih sampel

peneliti menggunakan kriteria sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria yang harus ada pada setiap sampel yang

diambil dari setiap anggota populasi oleh peneliti (Notoatmodjo, 2015).

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :

1) Ibu yang mempunyai anak usia 0-5 tahun

2) Anak yang memiliki KMS (kartu Menuju Sehat)

3) Anak yang masih memiliki orang tua lengkap

4) Anak yang tinggal di kelurahan Sampir

5) Responden yang menanda tangani informed consent


55

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dari keseluruhan populasi yang tidak

bisa diambil sebagai sampel dalam penelitian (Notoatmodjo, 2015).

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah Ibu yang tidak bersedia

menjadi responden.

F. Etika Penelitian

Etika penelitian adalah perilaku peneliti yang di penggang secara teguh

pada sikap ilmiah dan etika penelitian meskipun penelitian tidak merugikan

responden akan tetapi etika penelitian harus dilakukan (Nursalam, 2016).

Masalah etika penelitian yang harus diperhatikan oleh peneliti adalah sebagai

berikut :

1. Informed consent

Pada penelitian ini yang telah dilakukan peneliti adalah membagikan

lembar informed consent dan menjelaskan maksud dan tujuan serta dampak

yang akan terjadi selama proses pengambilan data kepada responden. Fungsi

dari informed consent adalah supaya responden mengetahui maksud dan

tujuan serta memahami dampak dari penelitian ini. Dalam proses pengisian

informed consent jika responden bersedia di teliti, maka responden harus

menandatangani lembar persetujuan tersebut. Apabila responden tidak

bersedia, maka peneliti tidak boleh memaksa serta harus menghormati

keputusan responden (Nursalam, 2016).


56

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Pada penelitian ini responden tidak diwajibkan untuk mengisi lembar

kuisioner dengan keterangan nama sesuai dengan kartu tanda penduduk, akan

tetapi responden boleh mengisi nama responden dengan inisial nama depan

responden. Tujuannya adalah untuk menjaga kerahasiaan data responden yang

telah diperoleh dari penelitian (Luthfiyah, 2017).

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Dalam penelitian ini, peneliti menyampaikan kepada responden akan

menjamin kerahasiaan informasi dari setiap responden baik secara lisan

maupun tulisan. Peneliti akan bertanggung jawab atas semua informasi dan

data responden yang telah diperoleh sebagai keperluan penelitian. Tujuan dari

confidentiality adalah memberikan jaminan untuk menjaga kerahasiaan hasil

penelitian, baik informasi tertulis maupun tidak tertulis serta masalah lain saat

penelitian berlangsung. Semua penelitian yang sudah dikumpulkan oleh

peneliti harus dijaga kerahasiaannya (Notoatmodjo, 2015).

G. Alat Dan Metode Pengumpulan Data

1. Alat pengumpulan data

Instrument penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh

informasi dari responden ialah menggunakan kuisioner. Kuisioner adalah

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pembagian lembaran

yang berisi pertanyaan-pertanyaan tertutup secara tertulis kepada responden


57

untuk dijawab. Kuisioner juga merupakan teknik pengumpulan data yang

efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa

yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono, 2017).

pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah kuisioner atau

angket yang disesuaikan dengan tujuan penelitian dan mengacu kepada

konsep dan teori yang telah dibuat. Pertanyaan terdiri dari tiga bagian yaitu:

a. Bagian pertama berisi tentang tingkat pengetahuan ibu

b. Bagian kedua kebiasaan pemberian makan pada anak

c. Bagian ketiga kebiasaan pengasuhan / pola asuh pada anak

2. Sumber data

a. Data Primer

Data primer merupakan sumber data yang langsung memberikan

data ke peneliti (Sugiyono, 2016.) Merupakan data yang di peroleh

langsung dari hasil pengisian kuesioner dari responden. Proses

pengumpulan data primer didapat berdasarkan survei dilapangan dengan

melakukan pengamatan dilokasi penelitian.

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini

adalah lembar kuesioner. Kuesioner diartikan sebagai daftar pernyataan

yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden hanya

memberikan tanda-tanda tertentu (Notoadmodjo, 2012).


58

Kuesioner terkait tingkat stres pada mahasiswa yang diadopsi

dari instrumen Sinaga (2021) yang telah diuji validitas ulang oleh peneliti

yang terdiri dari 50 item pernyataan dimana terdapat 48 item penyataan

valid dan 2 tidak valid dengan opsi jabawan, yaitu sangat setuju, setuju,

tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

3. Prosedur pengumpulan data

Proses-proses pengumpulan data pada penelitian melalui beberapa

tahap, yaitu:

a. Menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat izin penelitian dari

Ketua Program Studi Kebidanan, Program Sarjana dan Pendidikan Profesi

Bidan Program Profesi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Mataram yang ditujukan kepada Dinas Kesehatan

Kabupaten Sumbawa Barat dan Kepala Puskesmas Taliwang.

b. Setelah mendapat persetujuan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa

Barat dan Kepala Puskesmas Taliwang, peneliti melakukan pengambilan

data yang memenuhi kriteria penelitian.

c. Mengunjungi/mendatangi calon responden yang termasuk dalam kriteria

penelitian di rumah responden Kelurahan Sampir KSB

d. Meminta kesediaan calon responden yang terpilih agar bersedia menjadi

responden setelah mengadakan pendekatan dan memberikan penjelasan

tentang tujuan dan manfaat, dan prosedur penelitian serta hak dan
59

kewajiban selama menjadi responden. Responden yang bersedia

selanjutnya diminta menandatangani lembar informed consent.

e. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya bila ada yang

belum jelas.

f. Setelah seluruh pertanyaan dalam kuisioner sudah dijawab, maka peneliti

mengumpulkan data dan mengucapkan terimakasih.

H. Metode Pengolahan Dan Analisis Data

1. Tekhnik analisis data

Peneliti mengumpulkan data untuk diseleksi dari lembar kuisioner

yang telah disiapkan. Data yang terkumpul akan diolah dengan berbagai

tahapan (Notoatmodjo, 2015).

a. Editing

Editing yaitu peneliti melakukan pengecekan isian kuisioner apakah

sudah lengkap relevan, jelas dan konsisten. Pada penelitian ini editing

dilakukan pada saat setelah pengisian kuisioner. Bila ada data yang

kurang lengkap maka peneliti mengecek kembali

b. Tabulation

Tabulasi yaitu memberikan skor pada setiap item dan mengubah jenis

data sesuai analisa yang digunakan dalam penelitian kemudian dimasukan

ke daftar table yang telah disiapkan.


60

c. Coding

Coding yaitu suatu tindakan yang dilakukan untuk merubah data yang

awalnya berbentuk huruf menjadi angka atau bilangan untuk

mempermudah analisa data dan mempercepat proses entry data.

d. Entry data

Entry data merupakan proses yang dilakukan dengan cara memasukan

data dari kuisioner ke program komputer.

e. Cleaning data

Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang

sudah di-entri, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin

terjadi pada saat meng-entry data ke computer

2. Analisis data

a. Analisa univariat

Analisa univariat adalah analisis satu variabel, yang bertujuan

supaya peneliti dapat mendeskripsikan karakteristik setiap variabel

penelitiannya secara ilmiah baik dalam bentuk tabel maupun grafik

(Nursalam, 2016).
61

Data ditampilkan dengan tabel mengenai tingkat pengetahuan

dan pola asuh ibu sebagai variabel independen dan kejadian stunting

sebagai variabel dependen.

b. Analisa bivariat

Analisa bivariat adalah analisa data yang digunakan untuk

menganalisis dua variabel. Analisa ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara variabel x dan y (Donsu, 2016). Analisa bivariat dalam

penelitian ini untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan dan polah

asuh ibu pada kejadian stunting. Analisis ini menggunakan uji Chi-Square

karena data yang diujikan adalah berbentuk kategorik dan kategorik.

Analisis Chi-Square ini menggunakan derajat kepercayaan 95% dengan α

5%, sehingga nilai P (p value) ≤ 0,005 berarti hasil perhitungan statistik

bermakna (signifikan) dan menunjukkan ada hubungan antara variabel

dependen dengan variabel independen, dan apabila nilai p value > 0,05

berarti hasil perhitungan statistik tidak bermakna atau tidak ada hubungan

antara variabel dependen dengan variable independen (Sarwono, 2016).


62

I. Rencana Jalanya Penelitian

No Kegiatan Oktobet November Desember Januari Februari

1 Pengajuan judul

2 Penyusunan
proposal

3 Konsul
pembimbing I

4 Konsul
pembimbing 2

5 Seminar hasil
proposal

6 Revisi

7 Pengumpulan
laporan proposal
63

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2023 di Kelurahan Sampir

Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat. Pengambilan data sekunder

dilakukan di Kelurahan Sampir Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat

yakni data ibu yang mempunyai bayi balita sebanyak 78 orang. Sedangkan

pengambilan data primer menggunakan instrumen kuesioner pengetahuan dan pola

asuh ibu. Variabel indepeden dalam penelitian ini adalah peran pengetahuan dan

pola asuh ibu serta Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian

stunting. populasi dalam dalaam penelitian ini adalah semua orang tua / keluarga

yang mempunyai bayi balita di kelurahan Sampir Kab.Sumbawa Barat sebanyak

350 ibu yang punya bayi balita. Penelitian ini mengambil sebagian populasi untuk

dijadikan sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 78 sampel. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan teknik


64

purposive sampling, dengan kritria inklusi Ibu yang mempunyai anak usia 0-5

tahun, Anak yang memiliki KMS (kartu Menuju Sehat), Anak yang masih

memiliki orang tua lengkap, Anak yang tinggal di kelurahan Sampir dan

Responden yang menanda tangani informed consent.

1. Analisis Univariat
63
a. Karakteristik responden berdasarkan umur

Karakteristik responden berdasarkan umur dibedakan menjadi 3

kelompok dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan Usia

Usia f (%)
<20 tahun 1 1.3
20-35 tahun 74 94.9
>35 tahun 3 3.8
Total 78 100.0
Sumber : Pengolahan data primer

Berdasarkan Tabl 4.1 di atas karakteristik responden berdasarkan

usia, responden terbanyak adalah ibu yang berumur 20-35 tahun (94.9%)

atau sebanyak 74 dari 78 responden. Sedangkan umur paling sedikit adalah

<20 tahun yakni sebanyak 1 (1.3%).

b. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dibedakan menjadi 5

kelompok dapat dilihat pada tabel 4.2


65

Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan Pendidikan

Pendidikan f (%)
Tidak Sekolah 1 1.3
Tamat SD 9 11.5
Tamat SMP 12 15.4
Tamat SMA 44 56.4
Perguruan Tinggi 12 15.4
Total 78 100.0
Sumber : Pengolahan data primer

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas karakteristik responden berdasarkan

pendidikan, responden terbanyak adalah ibu yang tamat SMA (56.4%) atau

sebanyak 44 dari 78 responden. Sedangkan pendidikan paling sedikit adalah

Tidak Sekolah yakni 1 responden (1.3%).

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dibedakan menjadi 4

kelompok dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pendidikan f (%)

Buruh 7 9.0
IRT 43 55.1
Wiraswasta 17 21.8
Pegawai Swasta 8 10.3
PNS 3 3.8
Total 78 100.0
Sumber : Pengolahan data primer
Berdasarkan tabel 4.3 di atas karaktristik responden berdasarkan

pekerjaan, responden terbanyak adalah IRT (55.1%) atau sebanyak 43 dari


66

78 responden. Sedangkan pekerjaan paling sedikit adalah PNS yakni 3

responden (3.8%).

d. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan di bedakan menjadi 3

kelompok dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan f (%)


Baik 27 34.6
Cukup 22 28.2
Kurang 29 37.2
Total 78 100.0
Sumber : Pengolahan data primer

Berdasarkan tabel 4.4 diatas bahwa tingkat pengetahuan ibu yang

terbanyak adalah memiliki pengetahuan Kurang sebanyak 29 (37.2%) dan

pengetahuan ibu paling sedikit adalah ibu yang berpengetahuan Cukup yakni

22 responden (28.2%).

e. Distribusi Frekuensi Pola Asuh

Distribusi Frekuensi Pola Asuh dibedakan menjadi 3 kelompok, dapat

dilihat pada tabel 4.5

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pola Asuh


Pola Asuh f (%)
Baik 41 52.6
Cukup 23 29.5
Kurang 14 17.9
67

Total 78 100.0
Sumber : Pengolahan data primer

Berdasarkan tabl 4.5 di atas bahwa pola asuh terbanyak adalah Baik

yakni sebanyak 41 responden (52.6%) sedangkan pola asuh paling sedikit

adalah Kurang yakni 14 (17.9%).

f. Distribusi Frekuensi Kejadian Stunting

Distribusi Frekuensi Kejadian Stunting dibedakan menjadi 2

kelompok, dapat dilihat pada tabel 4.6

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kejadian Stunting


Kejadian Stunting f (%)
Stunting 33 42.3
Tidak Stunting 45 57.7
Total 78 100.0
Sumber : Pengolahan data primer

Berdasarkan tabl 4.6 di atas bahwa kejadian stunting sebanyak 33

(42.3%) sedangkan tidak stunting sebanyak adalah 45 (57.7%).

2. Analisis Bivariat

a. Pengaruh Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan Kejadian Stunting

Tabel 4.7 Hasil Uji Chi Square


Kejadian Stunting Pengetahuan Total
Baik Cukup Kurang
f % f % f % f %
Stunting 0 0.0 5 15.2 28 84.8 33 100.0
Tidak Stunting 27 60.0 17 37.8 1 2.2 45 100.0
Total 27 34.6 22 28.2 29 37.2 78 100.0
P Value 0.000
Sumber : Pengolahan data primer

Berdasarkan tabel 4.7 di atas menunjukkan tingkat pengetahuan ibu

terbanyak adalah kurang yakni 29 (37.2%) dan 28 diantanya memiliki anak


68

yang stunting. hasil uji Chi Square Pengaruh Tingkat Pengetahuan Ibu

Dengan Kejadian Stunting didapatkan nilai signifikan 0.000 atau < 0.05

sehingga dapat di simpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap kejadian stunting.

b. Pengaruh Pola Asuh Dengan Kejadian Stunting

Tabl 4.8 Hasil Uji Chi Square


Kejadian Stunting Pola Asuh Total
Baik Cukup Kurang
f % f % f % f %
Stunting 9 27.3 10 30.3 14 42.4 33 100.0
Tidak Stunting 32 71.1 13 28.9 0 0.0 45 100.0
Total 41 52.6 23 29.5 14 17.9 78 100.0
P Value 0.000
Sumber : Pengolahan data primer

Berdasarkan tabel 4.8 di atas menunjukkan pola asuh ibu terbanyak

adalah Baik yakni 41 (52.6%) dan 32 diantanya memiliki anak yang tidak

stunting. Sedangkan pada tabel stunting pola asuh terbanyak adalah Kurang

yakni 14 atau sebanyak (42.4%) dari ibu yang memiliki anak stunting.

hasil uji Chi Square Pengaruh Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan

Kejadian Stunting didapatkan nilai signifikan 0.000 atau < 0.05 sehingga

dapat di simpulkan bahwa pola asuh ibu memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap kejadian stunting.


69

B. Pembahasan

1. Karakteristik Usia

Pada penelitian ini karakteristik responden berdasarkan Usia, responden

terbanyak adalah ibu yang berumur 20-35 tahun (94.9%) atau sebanyak 74 dari

78 responden. Sedangkan umur paling sedikit adalah <20 tahun yakni sebanyak

1 (1.3%).

Usia ibu yang relatif muda berhubungan erat dengan kegagalan

pertumbuhan pada bayi 0-11 bulan. Penelitian lain menunjukkan hasil yang

sejalan dengan penelitian ini, dimana usia yang terlalu muda (<20 tahun) dan

terlalu tua (>35 tahun) memiliki hubunngan yang signifikan dengan kejadian

stunting dan beresiko 4 kali lebih tinggi memiliki keturunan stunting

dibandingkan dengan ibu usia ideal (20-35 tahun) (Manggala, A.K., et al.

2018).

Menurut (Stephenson, T., J. & Schiff, W., J. 2019) pertumbuhan secara

fisik pada ibu usia remaja masih terus berlangsung, sehingga terjadi kompetisi

untuk memperoleh nutrisi antara ibu dan janin. Akibatnya ibu beresiko

mengandung janin Intrauterine Growth Restriction (IUGR), dan melahirkan

anak yang BBLR dan pendek. Apabila dalam 2 tahun pertama tidak ada

perbaikan tinggi badan (catch up growth) pada balita, maka balita tersebut akan

tumbuh menjadi anak yang pendek. Selain itu secara psikologis, ibu yang masih

muda belum matang dari segi pola pikir sehingga pola asuh gizi anak pada ibu

usia remaja tidak sebaik ibu yang lebih tua.


70

2. Karakteristik Pendidikan

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan, responden terbanyak

adalah ibu yang tamat SMA (56.4%) atau sebanyak 44 dari 78 responden.

Sedangkan pendidikan paling sedikit adalah Tidak Sekolah yakni 1 responden

(1.3%).

Penelitian yang dilakukan oleh (Sumardilah, D., S. & Rahmadi, A.

2019) yang mengemukakan bahwa tingkat pendidikan ibu memiliki hubungan

yang signifikan dengan kejadian stunting dimana semakin tinggi tingkat

pendidikan ibu maka resiko anak mengalami stunting 5 kali lebih rendah

daripada ibu dengan tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini dikarenakan

tingkat pendidikan menentukan pengetahan yang baik tentang gizi dan

kesehatan anak.

3. Karakteristik Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan karaktristik responden

berdasarkan pekerjaan, responden terbanyak adalah IRT (55.1%) atau

sebanyak 43 dari 78 responden. Sedangkan pekerjaan paling sedikit adalah PNS

yakni 3 responden (3.8%). Penelitian terdahulu di Peru (Chávez-Zárate, 2019),

dimana tidak ditemukan adanya hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian

stunting. Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, ibu yang tidak bekerja

lebih banyak memiliki waktu di pagi hari untuk ke posyandu dan memperoleh

makanan tambahan serta mendapatkan edukasi kesehatan dibanding ibu yang

bekerja. Menurut penelitian terdahulu menunjukkan hal yang berkebalikan


71

dengan hasil penelitian ini dimana dalam penelitian tersebut dikemukakan

bahwa ibu yang tidak bekerja justri dominan memiliki anak yang stunting

sementara ibu yang bekerja memiliki anak yang tidak stunting (Mentari, S. &

Hermansyah, A. 2019). Meskipun ibu yang bekerja tidak memiliki waktu untuk

ke posyandu, namun ibu yang bekerja dapat menambah pendapatan keluarga,

sehingga hal ini dapat menunjang pertumbuhan anak karena orang tua dapat

memenuhi kebutuhan nutrisi anak dengan baik. Berkaitan dengan pendapatan

keluarga, hal ini dapat dihubungkan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Kurnia Illahi, 2017) yang menjelaskan bahwa keluarga dengan pendapatan

yang tinggi dominan memiliki anak yang tidak stunting, sementara itu keluarga

berpendapatan rendah dominan memiliki anak yang stunting

4. Tingkat Pengetahuan

Menurut Soekidjo Notoatmodjo, 2014 berdasakan (Studi et al., 2021)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan itu terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa,

dan raba. Hasil analisis data penelitian terlihat bahwa dari 78 responden

terdapat 29 ibu (37.2%) memiliki pengetahuan kurang, 27 ibu (34.6%) memiliki

pengetahuan baik, dan 22 ibu (28.2%) memiliki pengetahuan cukup. Hal ini

menunjukkan tingkat pengetahuan rata-rata responden adalah kurang. Penyebab

dari kurangnya tingkat pengetahuan ibu tentang stunting adalah kurangnya ibu
72

terpapar dengan materi yang ditanyakan pada kuesioner tentang pengetahuan

ibu, sehingga ibu tidak dapat mejawab dengan benar (Hasanah 2022).

Hal ini sesuai dengan pendapat (Hermayanti et al 2020) bahwa

pengetahuan seseorang adalah bagian dari perilaku seseorang, awal dari

seseorang melakukan suatu tindakan biasanya disebabkan karena pengetahuan

seseorang tentang yang akan dilakukan tersebut. Semakin luas pengetahuan

seseorang semakin mudah orang melakukan perubahan dalam tindakannya,

perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih lama daripada perilaku

yang tidak di dasarkan pengetahuan.

Berdasarkan penelitian (Haerunnisa 2019) tentang Gambaran

Pengetahuan Ibu Balita tentang Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Baregbeg

Kabupaten Ciamis Tahun 2019, diketahui hampir sebagian responden memiliki

pengetahuan kurang sebanyak 41 orang (42,7%), sebagian kecil dengan

pengetahuan baik sebanyak 29 orang (30,2%) dan pengetahuan cukup sebanyak

26 orang (27,1%). Kesimpulan berdasarkan Pengetahuan Ibu balita tentang

stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Baregbeg Kecamatan Baregbeg

Kabupaten Ciamis Tahun 2019 dari 96 orang bahwa hampir sebagian

responden memiliki pengetahuan kurang sebanyak 41 orang (42,7%), sebagian

kecil dengan pengetahuan baik sebanyak 29 orang (30,2%) dan pengetahuan

cukup sebanyak 26 orang (27,1%). sehingga Pengetahuan Ibu balita tentang

stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Baregbeg Kecamatan Baregbeg


73

Kabupaten Ciamis Tahun 2019 dari 96 orang bahwa hampir sebagian

responden memiliki pengetahuan kurang sebanyak 41 orang (42,7%).

5. Pola Asuh

Pola asuh berarti bentuk, tata cara. Sedangkan asuh berarti merawat,

menjaga, mendidik. Sehingga pola asuh berarti bentuk atau sistem dalam

merawat, menjaga dan mendidik anak. Pola asuh ibu merupakan perilaku ibu

dalam mengasuh balita mereka. Perilaku sendiri dipengaruhi oleh sikap dan

pengetahuan. Pengetahuan yang baik akan menciptakan sikap yang baik, yang

selanjutnya apabila sikap tersebut dinilai sesuai,maka akan muncul perilaku

yang baik pula. Ibu dengan pola asuh yang baik akan cenderung memiliki anak

dengan status gizi yang baik pula, begitu juga sebaliknya, ibu dengan pola asuh

gizi yang kurang cenderung memiliki anak dengan status gizi yang kurang pula

(Virdani, 2020).

Berdasarkan hasil penelitian bahwa Dari 33 responden dengan status

gizi Stunting terdapat pola asuh orang tua yang Kurang sebanyak 14 responden,

10 responden dengan pola asuh responden Cukup dan 9 responden dengan pola

asuh Baik. Sedangkan pada responden dengan status gizi tidak stunting pola

asuh terbanyak adalah Baik sebanyak 33 responden, pola asuh Cukup 13

responden dan tidak terdapat pola asuh kurang. Pola asuh berhubungan dengan

stunting disebabkan oleh adanya pola asuh ibu yang kurang terhadap balita

yaitu dalam praktik pemberian makan, rangsangan psikologis, praktik

kebersihan dan pelayanan kesehatan. Dimana, masalah ini secara garis besar
74

ialah 14 pola asuh ibu yang kurang dapat meningkatkan resiko terjadinya

stunting (Putra, dkk 2020). Sehingga, rendahnya pola asuh akan menyebabkan

buruknya status gizi pada balita. Karena pada masa golden age akan

menyebabkan otak tidak dapat berkembang dengan optimal dan sulit untuk

pulih kembali (Afrilya 2020).

6. Pengaruh Tingkat Pengetahuan dengan Kejadian Stunting

Hasil penelitian menunjukkan Tingkat Pengetahuan dengan kejadian

stunting di wilayah kelurahan Sampir Kecamatan Taliwang Kabupaten

Sumbawa Barat. Dari 33 responden dengan status gizi Stunting Tingkat

pengetahuan ibu terbanyak adalah kurang yakni 29, 5 responden dengan tingkat

pengetahuan Cukup dan tidak ada responden dengan tingkat pengetahuan Baik.

Sedangkan pada 45 responden dengan status gizi tidak stunting terdapat tingkat

pengetahuan Baik sebanyak 27, tingkat pengetahuan Cukup sebanyak 17 dan

tingkat pengetahuan Kurang hanya 1 responden. Hasil analisis di dapatkan

bahwa ada pengaruh tingkat pengetahuan dengan kejadian stunting di Wilayah

Kelurahan Sampir Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat dengan

hasil chi square dengan nilai p value = 0.000 dan α = 0.05 dimana p < α.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa kejadian stunting di Wilayah Kelurahan Sampir Kecamatan Taliwang


75

Kabupaten Sumbawa Barat, lebih banyak terjadi pada ibu yang berpengetahuan

kurang.

Pengetahuan orang tua dapat membantu memperbaiki status gizi

pada anak untuk mencapai kematangan pertumbuhan. Pengetahuan yang tidak

memadai, kurangnya pengertian tentang kebiasaan makan yang baik, serta

pengertian yang kurang mengenai stunting menentukan sikap dan perilaku

ibu dalam menyediakan makanan untuk anaknya termasuk jenis dan jumlah

yang tepat agar anak dapat timbuh dan berkembang secara optimal..

Semakin tinggi pengetahuan ibu tentang stunting dan kesehatan maka penilaian

makanan semakin baik, sedangkan pada keluarga yang pengetahuannya

rendah seringkali anak makan dengan tidak memenuhi kebutuhan gizi

(Purnama et al 2021).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Edwin Danie

Olsa et al 2016) Terdapat pengaruh pengetahuan ibu terhadap kejadian Stunting

pada anak baru masuk sekolah dasar di Kecamatan Nanggalo Kota Padang.

Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh (Rahmandiani et al 2019) bahwa

trdapat pengaruh antara pengetahuan ibu dengan Stunting di Desa Hegarmanah

Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang.

7. Pengaruh Pola Asuh dengan Kejadian Stunting

Hasil penelitian menunjukkan pola asuh orang tua dengan kejadian

stunting di wilayah kelurahan Sampir Kecamatan Taliwang Kabupaten

Sumbawa Barat. Dari 33 responden dengan status gizi Stunting terdapat pola
76

asuh orang tua yang Kurang sebanyak 14 responden, 10 responden dengan pola

asuh responden Cukup dan 9 responden dengan pola asuh Baik. Sedangkan

pada responden dengan status gizi tidak stunting pola asuh terbanyak adalah

Baik sebanyak 33 responden, pola asuh Cukup 13 responden dan tidak terdapat

pola asuh kurang.

Hasil analisis di dapatkan bahwa ada pengaruh pola asuh dengan

kejadian stunting di Wilayah Kelurahan Sampir Kecamatan Taliwang

Kabupaten Sumbawa Barat dengan hasil chi square dengan nilai p value =

0.000 dan α = 0.05 dimana p < α. Hal ini disebabkan karena peran orang tua

sebagai pola asuh yang baik dan demokratis sehingga lebih dominan untuk

menjadikan status gizi balita menjadi lebih baik dibandingkan pola asuh orang

tua yang kurang baik. Sementara itu untuk pola asuh yang tidak baik bisa saja

menghasilkan status gizi balita yang tidak stunting, karena stuting bukan hanya

disebabkan oleh faktor luar namun bisa disebabkan oleh faktor dari dalam

seperti faktor genetik orang tua yang secara tidak langsung dapat

mempengaruhi status gizi balita (Juliani 2019).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Putri

2019) mengenai hubungan pola asuh yang mengakibatkan stunting pada

siswa sekolah dasar di kecamatan Lut Tawar, Kabupaten Aceh Tengah

menunjukkan bahwa pola asuh yang baik berisiko 8,07 kali lebih besar

dibanding pola asuh yang baik, dengan hasil persentase masing-masing

status gizi stunting yaitu 53% dan 12,3%. Hasil uji statistik chi square
77

menunjukkan adanya hubungan antara pola asuh dengan status gizi (p<0,001)

dengan OR 8,07 yang artinya subjek penelitian dengan pola asuh kurang baik

berisiko 8 kali lebih besar untuk terkena stunting dibanding dengan subjek

penelitian dengan pola asuh yang baik. Pola asuh sendiri merupakan

praktik yang di lakukan pengasuh seperti ibu, bapak, nenek, atau orang

lain dalam pemeliharaan kesehatan, pemberian makanan, dukungan

emosional anak dan pemberian stimulasi yang anak butuhkan dalam masa

tumbuh kembang. Pemberian dan kualitas makanan pada bayi sangat

bergantung pada pengetahuan dan pendidikan ibu serta ketersediaan

bahan makanan tersebut. Kesadaran ibu dalam pemenuhan gizi yang

baik pada anak memiliki peran penting dalam menentukan kualitas

makanan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa keluarga dengan

perilaku sadar gizi yang kurang baik cenderung meningkatkan risiko

stunting pada balita 1,22 kali lebih besar dibanding dengan keluarga dengan

perilaku sadar gizi yang baik.


78

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Hubungan Tingkat Pengetahuan

Dan Pola Asuh Ibu Terhadap Kejadian Stunting Di Kelurahan Sampir Kecamatan

Taliwang Tahun 2022 dapat di simpulkan bahwa :

1. Karakteristik responden berdasarkan Usia, responden terbanyak adalah ibu

yang berumur 20-35 tahun (94.9%) atau sebanyak 74 dari 78 responden.

Sedangkan umur paling sedikit adalah <20 tahun yakni sebanyak 1 (1.3%).

2. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan, responden terbanyak adalah

ibu yang tamat SMA (56.4%) atau sebanyak 44 dari 78 responden. Sedangkan

pendidikan paling sedikit adalah Tidak Sekolah yakni 1 responden (1.3%).


79

3. Karaktristik responden berdasarkan pekerjaan, responden terbanyak adalah IRT

(55.1%) atau sebanyak 43 dari 78 responden. Sedangkan pekerjaan paling

sedikit adalah PNS yakni 3 responden (3.8%).

4. Hasil analisis data penelitian terlihat bahwa dari 78 responden terdapat 29 ibu

(37.2%) memiliki pengetahuan kurang, 27 ibu (34.6%) memiliki pengetahuan

baik, dan 22 ibu (28.2%) memiliki pengetahuan cukup. Hal ini menunjukkan

tingkat pengetahuan rata-rata responden adalah kurang. Penyebab dari

kurangnya tingkat pengetahuan ibu tentang stunting adalah kurangnya ibu

terpapar dengan materi yang ditanyakan pada kuesioner tentang pengetahuan

ibu, sehingga ibu tidak dapat mejawab dengan benar.


78
5. Hasil penelitian bahwa Dari 33 responden dengan status gizi Stunting terdapat

pola asuh orang tua yang Kurang sebanyak 14 responden, 10 responden dengan

pola asuh responden Cukup dan 9 responden dengan pola asuh Baik.

Sedangkan pada responden dengan status gizi tidak stunting pola asuh

terbanyak adalah Baik sebanyak 33 responden, pola asuh Cukup 13 responden

dan tidak terdapat pola asuh kurang.

6. Hasil analisis di dapatkan bahwa ada pengaruh tingkat pengetahuan dengan

kejadian stunting di Wilayah Kelurahan Sampir Kecamatan Taliwang

Kabupaten Sumbawa Barat dengan hasil chi square dengan nilai p value =

0.000 dan α = 0.05 dimana p < α. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian stunting di Wilayah Kelurahan

Sampir Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat, lebih banyak terjadi


80

pada ibu yang berpengetahuan kurang. Hasil analisis di dapatkan bahwa ada

pengaruh pola asuh dengan kejadian stunting di Wilayah Kelurahan Sampir

Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat dengan hasil chi square

dengan nilai p value = 0.000 dan α = 0.05 dimana p < α.

B. Saran

Atas dasar pembahasan dan kesimpulan yang telah dikemukakan,

disampaikan saran sebagai berikut :

1. Diharapkan kepada masyarakat khususnya ibu dapat lebih aktif dalam mencari

informasi tentang stunting pada anak dan meningkatkan pola asuh yang

seharusnya diberikan kepada anak sehingga tidak ada lagi anak yang

mengalami stunting.

2. Diharapkan kepada petugas kesehatan dapat memberikan lebih banyak

informasi-informasi tentang stunting melalui penyuluhan atau melalui media

cetak, poster, brosur dan lain-lain.

3. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya supaya menindaklanjuti penelitian ini

sehingga dapat menemukan faktor apa yang paling berpengaruh terhadap

kejadian stunting.
81

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Y., & Ernita, L. (2022). Peran Amal Usaha Muhammadiyah Dan
‘Aisyiyah Dalam Menurunkan Stunting Di Kenagarian Tanjung Bungo.
Jomis (Journal Of Midwifery Science), 6(1), 75-84.
Arisman, M. B. "Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi Dalam Daur Kehidupan." Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran Egc 2 (2009): 275.
Fitriani, I. S., & Oktobriariani, R. R. (2017). Stimulasi, Deteksi Dan Intervensi Dini
Orang Tua Terhadap Pencegahan Penyimpangan Pertumbuhan Dan
Perkembangan Anak Balita. Indonesian Journal For Health Sciences,
1(1), 1-9.

Haeriyah, Y. S. (2019). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Dalam


Menstimulasi Bahasa Dengan Kemampuan Bicara Anak Usia 1 Tahun Di
Desa Pamarican Wilayah Kerja Puskesmas Pamarican Kabupaten Ciamis.
Jurnal Kesehatan Mandiri Aktif, 2(1), 1-6.
Nirmalasari, N. O. (2020). Stunting Pada Anak: Penyebab Dan Faktor Risiko
Stunting Di Indonesia. Qawwam, 14(1), 19-28.
Qomariyah, N. S. (2022). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Makanan
Pendamping Asi Dan Penerapan Basic Feeding Rules Terhadap Kejadian
Stunting (Doctoral Dissertation, Politeknik Negeri Jember).
Siauta, J. A., & Leskona, N. C. (2022). Penggunaan Leaflet Dalam Pemberian
Pendidikan Kesehatan Terhadap Motivasi Ibu Hamil Dalam Mencegah
Stunting. Jurnal Smart Kebidanan, 9(1), 51-57.
82

Timæus, I. M. (2012). Stunting And Obesity In Childhood: A Reassessment Using


Longitudinal Data From South Africa. International Journal Of
Epidemiology, 41(3), 764-772.
Vizianti, Lis. "Peran Dan Fungsi Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Dalam
Pencegahan Stunting Di Kota Medan." Warta Dharmawangsa 16.3
(2022): 563-580.
Widjaja, G. (2022). Kebijakan Dan Peran Lintas Sektor Pemerintah Dalam
Penanggulangan Masalah Stunting Pada Anak Di Kota Bekasi. Cross-
Border, 5(1), 308-321.
Wirth, J. P., Rohner, F., Petry, N., Onyango, A. W., Matji, J., Bailes, A., ... &
Woodruff, B. A. (2017). Assessment Of The Who Stunting Framework
Using Ethiopia As A Case Study. Maternal & Child Nutrition, 13(2),
E12310.
Lampiran 2. Informed Consent

FORMULIR PERSETUJUAN UNTUK BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN

Judul Penelitian : Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Pola Asuh Ibu Terhadap
Kejadian Stunting Di kelurahan Sampir Kecamatan
Taliwang Tahun 2022
Peneliti : Rosmini
NIM : 2022E1D071M

Mahasiswa Prodi S1 Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah


Mataram.

Saya (Setuju/ Tidak setuju*) untuk mengisi kuesioner yang diberikan peneliti. Saya
mengerti bahwa saya menjadi bagian dari peneliti yang setuju untuk mengetahui tentang
“Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Pola Asuh Ibu Terhadap Kejadian Stunting Di
kelurahan Sampir Kecamatan Taliwang Tahun 2022 ”. Saya telah diberitahu jawaban terhadap
kuisioner tidak akan diberitahukan kepada siapapun.

Partisipasi saya atau penolakan saya untuk menjawab kuisioner ini tidak akan merugikan
saya. Saya mengerti bahwa tujuan penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi tenaga kesehatan
dan masyarakat umumnya.

Demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya bersedia
berperan serta dalam penelitian ini.
83

Taliwang,

(Responden)

*Coret yang tidak perlu

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian


KUESIONER

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN POLA ASUH IBU


TERHADAP KEJADIAN STUNTING DI KELURAHAN SAMPIR
KECAMATAN TALIWANG TAHUN 2022

KODE RESPONDEN: Saya setuju untuk diwawancarai

__________________ __________________

Tanda tangan

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. TANGGAL KUNJUNGAN :__________________
2. PEWAWANCARA :___________________
3. NAMA IBU BALITA : ___________________
4. NAMA KEPALA KELUARGA : ___________________
5. RT :__________
6. RW :__________
7. Kelurahan : SAMPIR
84

8. Jam Mulai Wawancara : ___________________


9. Jam Selesai Wawancara : ___________________
B. KARAKTERISTIK DAN ANTROPOMETRI BALITA
Tanggal Lahir : ___________________
Umur : ___________________
Jenis Kelamin : 1. Laki-Laki 2.Perempuan
Berat badan :
Panjang badan :

1. Tingkat Pengetahuan Ibu

No Pertanyaan Jawaban responden Scor


(diisi
peneliti

1 Apakah ibu mengetahui apa itu stunting? a. Ya


b. Tidak
2 Apakah ibu pernah mendengar istilah a. Ya
stunting? b. Tidak

3 Apakah ASI Ekslusif selama 6 bulan? a. Ya


b. Tidak,
alasannya:

4 Apakah ibu memberikan Asi yang pertama a. Ya


keluar ( kolostrum) saat bayi baru lahir? b. Tidak ,alaannya
:

5 Apakah ibu memberikan susu formula a. Ya,Alasannya:


sebelum anak berusia 6 bulan?
b. Tidak
6 Apakah ibu memberikan MP-ASI sebelum a. Ya, alasannya:
6 bulan?
b. Tidak
85

7 Apakah ibu sudah menggunakan garam a. Ya


beryodium? b. Tidak

8 Pada saat masa kehamilan apakah ibu a. Ya, brapa kali?


pernah memeriksakan kehamilan b. Tidak,
dipelayanan kesehatan alasannya :
(puskesmas ,posyandu, atau bidan)?

9 Selama kehamilan apakah ibu pernah a. Ya,


mengkonsumsi tablet tambah dara? b. Tidak,alasannya
:
10 Menurut ibu apakah penting a. Ya
anakmendapatkan gizi yang baik? b. Tidak

11 Apakah ibu sering membawa anak ke a. Ya


posyandu? b. Tidak,alasannya
:
12 Apakah imunisasi anak ibu lengkap? a. Ya
b. Tidak,alasannya
:
13 Menurut ibu apakah periode emas a. Ya
pertumbuhan dan perkembangan harus b. Tidak
didukung dengan asupan gizi yang baik?

14 Menurut ibu apakah periode emas a. Ya


pertumbuhan dan perkembangan anak b. Tidak
terjadi sejak masa kandungan hingga usia 2
tahun?

15 Apakah porsi makan ibu ketika hamil a. Ya


sebaiknya lebih banyak dibandingkan b. Tidak
ketika tidak hamil?

16 Apakah kecukupan gizi ibu ketika hamil a. Ya


akan berpengaruh terhadap pertumbuhan b. Tidak
dan perkembangan anak ?

17 Apakah anemia atau kurang darah dapat a. Ya


terjadi karena kurang vitamin A dan dapat b. Tidak
mengakibatkan berat badan lahir bayi
86

rendah?

18 Apakah anak ibu pernah mengalami diare a. Ya


(Bab cair > 3kali/hari)? b. Tidak

19 Apakah anak ibu pernah mengalami a. Ya, kapan?:


penyakit infeksi saluran nafas (batuk, pilek, b. Tidak
demam selama 1-2 minggu?

20 Apakah suami ibu merokok, atau ada a. Ya


anggota keluarga lain merokok...?yg b. Tidak
tinggal serumah dengan ibu...

2. Kebiasaan Pemberian Makan

no Pertanyaan Jawaban responden Skor


(diisi
peniliti)

1 Apakah ibu selalu mencuci a. Ya


tangan ketika hendak b. tidak
menyuapi anak makan?

2 Apakah ibu mencuci tangan a. ya


anak sebelum makan? b. tidak

3 Makanan jenis apa saja yang a. Bubur susu atau


akan diberikan pada anak nasi tim,dan buah
anda? segar,atau biskuit
b. Mkanan
keluarga,snack,dan
buah segar atau
biskuit
c.
4 Sejak kapan anak anda a. Sejak lahir
diberikan makanan tambahan? b. Sejak usia 2/4 bulan
c. Sejak usia anak 6
bulan
5 Berapa kali dalam satu hari a. 1-2 kali
MP-ASI anak anda diberikan? b. 3 kali
87

c. 4-6 kali
6 Bagaimana cara memberikan a. Berikan secara hati-
makan anak anda ? hati sedikit demi
sedikit
b. Dipaksa jika anak
tidak mau makan
c. Berikan makanan
sebanyak mungkin
7 Apakah anak balita anda a. Ya,Apa saja.
dibiasakan sejak dini Sebutkan :
mengkonsumsi buah? b. tidak

8 Apakah anak balita anda a. Ya, Apa saja.


dibiasakan sejak dini Sebutkan:
mengkonsumsi sayuran? b. Tidak

9 Apakah ibu tetap memberikan a. Ya


ASI sebagai pendamping MP- b. Tidak
ASI hingga bayi berusia 2
tahun?

10 Apakah anak ibu diberikan a. Ya sejak usia


susu formula ( saat dibawah b. Tidak
usia 1 tahun) Alasan ya.....:
1. Asi tidak
keluar/sedikit
2. Putingnya tidak mau
keluar
3. Ibu keburu hamil
lagi
4. Ibu bekerja
5. Anak tidak mau ASI
6. Ibunya sakit
7. Lainnya :
11 Apakah saat ini anak ibu masih a. Ya, berapa kali
diberikan susu sapi ( bukan hr/minggu
susu kental manis) b. tidak

3. Kebiasaan Pengasuhan Anak

No Pertanyaan Jawaban responden Skor


88

(disisi
peneliti)

1 Apakah yang ibu lakukan a. Dibiarkan saja


kepada anak jika anak membuat b. Dipukul
ibu kesal atau berperilaku tidak c. Dibujuk agar anak
sesuai dengan keinginan ibu tidak mengulang lagi

2 Apakah ibu menemani anak a. Ya


ketika sedang sakit ? b. Tidak
c. Kadang-kadang

3 Jika anak tidak mau makan a. Dibiarkan


sayur apa tindakan yang ibu b. Membujuknya
lakukan c. Memarahinya

4 Bila balita tidak suka makanan a. Ya


tertentu, apakah ibu b. Tidak
mengusahakan makanan lain? c. Kadang-kadang

5 Apakah ibu selalu menyiapkan a. Selalu


makanan untuk anak ibu? b. Kadang-kadang
c. Tidak pernah

6 Bila anak tidak mau makan, apa a. Membujuk


yang ibu lakukan? b. Memaksa
c. Membiarkan
89

Lampiran 4. Etichal Clereance


90

Lampiran 5. Hasil SPSS


91

ANALISIS UNIVARIAT

UMUR
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <20 TAHUN 1 1.3 1.3 1.3
25-35 TAHUN 74 94.9 94.9 96.2
>35 TAHUN 3 3.8 3.8 100.0
Total 78 100.0 100.0

PENDIDIKAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid TIDAK SEKOLAH 1 1.3 1.3 1.3
SD 9 11.5 11.5 12.8
SMP 12 15.4 15.4 28.2
SMA 44 56.4 56.4 84.6
PERGURUAN TINGGI 12 15.4 15.4 100.0
Total 78 100.0 100.0

PEKERJAAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid BURUH 7 9.0 9.0 9.0
IRT 43 55.1 55.1 64.1
WIRASWASTA 17 21.8 21.8 85.9
PEGAWAI SWASTA 8 10.3 10.3 96.2
PNS 3 3.8 3.8 100.0
Total 78 100.0 100.0

PENGETAHUAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid BAIK 27 34.6 34.6 34.6
CUKUP 22 28.2 28.2 62.8
KURANG 29 37.2 37.2 100.0
Total 78 100.0 100.0
92

POLA_ASUH
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid BAIK 41 52.6 52.6 52.6
CUKUP 23 29.5 29.5 82.1
KURANG 14 17.9 17.9 100.0
Total 78 100.0 100.0

KEJADIAN_STUNTING
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid STUNTING 33 42.3 42.3 42.3
TIDAK STUNTING 45 57.7 57.7 100.0
Total 78 100.0 100.0

KEJADIAN_STUNTING * PENGETAHUAN Crosstabulation


PENGETAHUAN
BAIK CUKUP
KEJADIAN_STUNTING STUNTING Count 0 5
% within 0.0% 15.2%
KEJADIAN_STUNTING
% within PENGETAHUAN 0.0% 22.7%
% of Total 0.0% 6.4%
TIDAK STUNTING Count 27 17
% within 60.0% 37.8%
KEJADIAN_STUNTING
% within PENGETAHUAN 100.0% 77.3%
% of Total 34.6% 21.8%
Total Count 27 22
% within 34.6% 28.2%
KEJADIAN_STUNTING
% within PENGETAHUAN 100.0% 100.0%
% of Total 34.6% 28.2%

KEJADIAN_STUNTING * PENGETAHUAN Crosstabulation


PENGETAH
UAN
KURANG Total
KEJADIAN_STUNTING STUNTING Count 28 33
% within 84.8% 100.0%
KEJADIAN_STUNTING
% within PENGETAHUAN 96.6% 42.3%
% of Total 35.9% 42.3%
TIDAK STUNTING Count 1 45
% within 2.2% 100.0%
KEJADIAN_STUNTING
% within PENGETAHUAN 3.4% 57.7%
% of Total 1.3% 57.7%
Total Count 29 78
93

% within 37.2% 100.0%


KEJADIAN_STUNTING
% within PENGETAHUAN 100.0% 100.0%
% of Total 37.2% 100.0%

KEJADIAN_STUNTING * POLA_ASUH Crosstabulation


POLA_ASUH
BAIK CUKUP
KEJADIAN_STUNTING STUNTING Count 9 10
% within 27.3% 30.3%
KEJADIAN_STUNTING
% within POLA_ASUH 22.0% 43.5%
% of Total 11.5% 12.8%
TIDAK STUNTING Count 32 13
% within 71.1% 28.9%
KEJADIAN_STUNTING
% within POLA_ASUH 78.0% 56.5%
% of Total 41.0% 16.7%
Total Count 41 23
% within 52.6% 29.5%
KEJADIAN_STUNTING
% within POLA_ASUH 100.0% 100.0%
% of Total 52.6% 29.5%

KEJADIAN_STUNTING * POLA_ASUH Crosstabulation


POLA_ASU
H
KURANG Total
KEJADIAN_STUNTING STUNTING Count 14 33
% within 42.4% 100.0%
KEJADIAN_STUNTING
% within POLA_ASUH 100.0% 42.3%
% of Total 17.9% 42.3%
TIDAK STUNTING Count 0 45
% within 0.0% 100.0%
KEJADIAN_STUNTING
% within POLA_ASUH 0.0% 57.7%
% of Total 0.0% 57.7%
Total Count 14 78
% within 17.9% 100.0%
KEJADIAN_STUNTING
% within POLA_ASUH 100.0% 100.0%
% of Total 17.9% 100.0%
94

ANALISIS BIVARIAT

Pengaruh Tingkat Pengetahuan Terhadap Kejadian Stunting

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 58.215a 2 .000
Likelihood Ratio 73.996 2 .000
Linear-by-Linear Association 53.301 1 .000
N of Valid Cases 78

Pengaruh Pola Asuh Terhadap Kejadian Stunting

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 26.065a 2 .000
Likelihood Ratio 31.629 2 .000
Linear-by-Linear Association 23.894 1 .000
N of Valid Cases 78
49

UMUR KEJADIAN
NO INISIAL
Lampiran
KODE
6. Master Tabel
PENDIDIKAN KODE PEKERJAAN KODE PENGETAHUAN KODE POLA ASUH KODE STUNTING KODE
1 A 20 2 SD 2 BURUH 1 KURANG 3 KURANG 3 stunting 1
2 S 28 2 SMA 4 IRT 2 KURANG 3 KURANG 3 stunting 1
3 S 28 2 SMA 4 IRT 2 BAIK 1 CUKUP 2 tidak stunting 2
4 S 26 2 SMA 4 PEGAWAI SWASTA 4 BAIK 1 CUKUP 2 tidak stunting 2
5 N 27 2 SMA 4 IRT 2 CUKUP 2 BAIK 1 tidak stunting 2
6 J 28 2 SMA 4 IRT 2 CUKUP 2 BAIK 1 tidak stunting 2
7 B 30 2 SMA 4 IRT 2 BAIK 1 BAIK 1 tidak stunting 2
8 A 29 2 PT 5 PEGAWAI SWASTA 4 CUKUP 2 BAIK 1 tidak stunting 2
9 I 26 2 PT 5 PEGAWAI SWASTA 4 BAIK 1 BAIK 1 tidak stunting 2
10 A 34 2 PT 5 PNS 5 CUKUP 2 BAIK 1 tidak stunting 2
11 L 36 3 SMA 4 IRT 2 CUKUP 2 BAIK 1 stunting 1
12 L 29 2 SMA 4 IRT 2 KURANG 3 BAIK 1 stunting 1
13 A 30 2 SMA 4 IRT 2 KURANG 3 BAIK 1 stunting 1
14 S 30 2 SMA 4 IRT 2 KURANG 3 KURANG 3 stunting 1
15 B 27 2 SMP 3 BURUH 1 KURANG 3 KURANG 3 stunting 1
16 N 27 2 SMP 3 IRT 2 CUKUP 2 BAIK 1 stunting 1
17 I 28 2 SMA 4 WIRASWASTA 3 CUKUP 2 BAIK 1 tidak stunting 2
18 I 19 1 SMP 3 WIRASWASTA 3 BAIK 1 BAIK 1 tidak stunting 2
19 L 26 2 SMA 4 WIRASWASTA 3 BAIK 1 BAIK 1 tidak stunting 2
20 W 26 2 SMA 4 IRT 2 KURANG 3 CUKUP 2 stunting 1
21 S 26 2 SMA 4 IRT 2 KURANG 3 BAIK 1 stunting 1
22 H 30 2 SMA 4 IRT 2 KURANG 3 BAIK 1 stunting 1
23 S 29 2 PT 5 PNS 5 CUKUP 2 BAIK 1 tidak stunting 2
24 H 33 2 PT 5 PEGAWAI SWASTA 4 BAIK 1 BAIK 1 tidak stunting 2
25 I 34 2 SMA 4 IRT 2 KURANG 3 CUKUP 2 stunting 1
26 K 33 2 SMA 4 IRT 2 KURANG 3 CUKUP 2 stunting 1
50

27 L 38 3 SMA 4 WIRASWASTA 3 KURANG 3 CUKUP 2 stunting 1


28 A 36 3 SMA 4 WIRASWASTA 3 KURANG 3 CUKUP 2 stunting 1
29 U 29 2 PT 5 PEGAWAI SWASTA 4 BAIK 1 CUKUP 1 tidak stunting 2
30 A 28 2 PT 5 WIRASWASTA 3 CUKUP 2 CUKUP 1 tidak stunting 2
31 D 28 2 SMA 4 IRT 2 CUKUP 2 CUKUP 2 stunting 1
32 C 28 2 SMA 4 IRT 2 KURANG 3 KURANG 3 stunting 1
33 N 28 2 SMP 3 IRT 2 KURANG 3 CUKUP 2 stunting 1
34 N 27 2 SMP 3 IRT 2 KURANG 3 KURANG 3 stunting 1
35 W 27 2 SD 2 BURUH 1 KURANG 3 KURANG 3 stunting 1
36 Q 22 2 SD 2 IRT 2 KURANG 3 KURANG 3 stunting 1
37 A 22 2 SMA 4 WIRASWASTA 3 BAIK 1 CUKUP 2 tidak stunting 2
38 A 26 2 SMA 4 WIRASWASTA 3 BAIK 1 BAIK 1 tidak stunting 2
39 Z 26 2 SMA 4 PEGAWAI SWASTA 4 BAIK 1 BAIK 1 tidak stunting 2
40 S 26 2 TS 1 BURUH 1 KURANG 3 CUKUP 2 stunting 1
41 D 26 2 SD 2 IRT 2 KURANG 3 BAIK 1 stunting 1
42 L 28 2 SMP 3 IRT 2 KURANG 3 KURANG 3 stunting 1
43 N 30 2 SMA 4 IRT 2 KURANG 3 KURANG 3 stunting 1
44 N 30 2 SMP 3 IRT 2 KURANG 3 KURANG 3 stunting 1
45 W 31 2 SMA 4 IRT 2 KURANG 3 CUKUP 2 tidak stunting 2
46 Q 32 2 PT 5 PNS 5 CUKUP 2 CUKUP 2 tidak stunting 2
47 A 20 2 SD 2 IRT 2 KURANG 3 KURANG 3 stunting 1
48 A 21 2 SMP 3 IRT 2 KURANG 3 KURANG 3 stunting 1
49 Z 23 2 SMA 4 WIRASWASTA 3 BAIK 1 CUKUP 2 tidak stunting 2
50 S 22 2 SMP 3 IRT 2 KURANG 3 CUKUP 2 stunting 1
51 D 27 2 SMP 3 IRT 2 KURANG 3 CUKUP 2 stunting 1
52 L 26 2 SD 2 BURUH 1 KURANG 3 KURANG 3 stunting 1
53 M 29 2 SMA 4 IRT 2 CUKUP 2 BAIK 1 tidak stunting 2
51

54 L 30 2 PT 5 PEGAWAI SWASTA 4 BAIK 1 BAIK 1 tidak stunting 2


55 Y 30 2 PT 5 PEGAWAI SWASTA 4 BAIK 1 BAIK 1 tidak stunting 2
56 L 30 2 PT 5 WIRASWASTA 3 BAIK 1 BAIK 1 tidak stunting 2
57 L 30 2 SMA 4 IRT 2 CUKUP 2 BAIK 1 tidak stunting 2
58 A 28 2 SMA 4 IRT 2 CUKUP 2 BAIK 1 tidak stunting 2
59 S 28 2 SMA 4 IRT 2 BAIK 1 BAIK 1 tidak stunting 2
60 B 28 2 SMA 4 IRT 2 CUKUP 2 CUKUP 2 tidak stunting 2
61 N 27 2 SMA 4 IRT 2 BAIK 1 CUKUP 2 tidak stunting 2
62 I 27 2 SMA 4 WIRASWASTA 3 BAIK 1 CUKUP 2 tidak stunting 2
63 I 22 2 SMA 4 WIRASWASTA 3 BAIK 1 BAIK 1 tidak stunting 2
64 L 22 2 SMA 4 WIRASWASTA 3 BAIK 1 BAIK 1 tidak stunting 2
65 W 26 2 SMP 3 IRT 2 BAIK 1 BAIK 1 tidak stunting 2
66 S 26 2 SD 2 IRT 2 BAIK 1 BAIK 1 tidak stunting 2
67 H 26 2 SD 2 IRT 2 CUKUP 2 BAIK 1 stunting 1
68 S 26 2 SMP 4 IRT 2 CUKUP 2 BAIK 1 tidak stunting 2
69 H 28 2 SMA 4 WIRASWASTA 3 CUKUP 2 BAIK 1 tidak stunting 2
70 I 27 2 SMA 4 WIRASWASTA 3 CUKUP 2 BAIK 1 tidak stunting 2
71 K 30 2 SMA 4 IRT 2 CUKUP 2 BAIK 1 stunting 1
72 L 31 2 SMA 4 IRT 2 BAIK 1 BAIK 1 tidak stunting 2
73 A 32 2 PT 5 WIRASWASTA 3 CUKUP 2 BAIK 1 tidak stunting 2
74 U 20 2 SD 2 BURUH 1 BAIK 1 BAIK 1 tidak stunting 2
75 A 21 2 SMP 3 BURUH 1 BAIK 1 CUKUP 2 tidak stunting 2
76 D 23 2 SMA 4 IRT 2 BAIK 1 CUKUP 2 tidak stunting 2
77 C 22 2 SMA 4 IRT 2 BAIK 1 CUKUP 2 tidak stunting 2
78 A 27 2 SMA 4 WIRASWASTA 3 CUKUP 2 CUKUP 2 tidak stunting 2
52

Anda mungkin juga menyukai