Anda di halaman 1dari 97

SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN


TENTANG STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN STUNTING
DI DESA LENDANG ARA WILAYAH KERJA
PUSKESMAS WAJAGESENG

Oleh:

SULASTRI
NIM: 113421119

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) HAMZAR
LOMBOK TIMUR
2023
SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN


TENTANG STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN STUNTING
DI DESA LENDANG ARA WILAYAH KERJA
PUSKESMAS WAJAGESENG

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melakukan Penelitian Pada Program
Studi S1 Pendidikan Bidan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKes)
Hamzar Lombok Timur

Oleh:

SULASTRI
NIM: 113421119

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) HAMZAR
LOMBOK TIMUR
2023

ii
iii
iv
v
vi
Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Tentang
Status Gizi Dengan Kejadian Stunting Di Desa Lendang Ara
Wilayah Kerja Puskesmas Wajageseng

Sulastri1, Eka Mustika Yanti, Siti Naili Ilmiyani.

ABSTRAK

Latar Belakang: Salah satu permasalahan gizi di dunia adalah stunting,


khususnya di negara-negara miskin dan berkembang stunting menjadi pokok
persoalan kesehatan yang berhubungan dengan risiko terjadinya kesakitan dan
kematian, perkembangan otak sub-optimal, sehingga perubahan motorik terlambat
dan pertumbuhan kejiwaan terhambat.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu
tentang Status Gizi dengan kejadian stunting pada balita 0-59 bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Wajageseng.
Metode: Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan
rancangan cross-sectional study. Jumlah populasi dalam penelitiaan ini sebanyak
110 orang, pengambilan sampel menggunakan teknik non- probability sampling
dengan purposive sampling dan diperoleh sampel sebanyak 53 balita.
Pengumpulan data melalui data primer dengan menggunakan kuesioner dan data
sekunder. Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan bivariat
dengan menggunakan uji statistik chi-square test.
Hasil: penelitian ini didapatkan bahwa dari 53 responden terdapat 22 responden
(41,51%) berada pada tingkat pendidikan SMA, dan dari 53 responden terdapat 28
responden (52,83%) berada pada tingkat pengetahuan dengan kategori cukup. Uji
statistic dengan menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa variabel tingkat
pendidikan (p=0,000< a=0,05) dan variabel pengetahuan (p=0,000< a=0,05)
sehingga H1 diterima.
Kesimpulan: terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu
dengan kejadian stunting pada balita 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Wajageseng. Diharapkan agar stunting menjadi perhatian penting bagi pemerintah
dan bagi seluruh lapisan masyarakat.

Kata Kunci : Pengetahuan, Pendidikan, Stunting

1
Mahasiswa Kebidanan, Sekolah Tingi Ilmu Kesehatan Hamzar
2
Dosen S1 Pendidikan Bidan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hamzar
3
Dosen S1 Pendidikan Bidan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hamzar

vii
Relationship Level of Education and Knowledge About
Nutritional Status with Stunting Incidents in Lendang Ara Village
Work Area of the Wajageseng Health Center

Sulastri1, Eka Mustika Yanti, Siti Naili Ilmiyani.

ABSTRACT

Background: One of the nutritional problems in the world is stunting, especially


in poor and developing countries, stunting is a major health problem related to the
risk of morbidity and death, sub-optimal brain development, so that motor
changes are delayed and mental growth is stunted.
Objective: To determine the relationship between education level and mother's
knowledge about nutritional status with the incidence of stunting in toddlers 0-59
months in the Working Area of the Wajageseng Health Center.
Methods: This type of research is a descriptive analytic study with a cross-
sectional study design. The total population in this study was 110 people, the
sample was taken using a non-probability sampling technique with purposive
sampling and a sample of 53 children was obtained. Data collection through
primary data using questionnaires and secondary data. Data analysis in this study
was univariate and bivariate analysis using the chi-square test statistic.
Results: this study found that out of 53 respondents there were 22 respondents
(41.51%) who were at the high school level of education, and out of 53
respondents there were 28 respondents (52.83%) who were at the level of
knowledge in the sufficient category. The statistical test using the chi square test
shows that the education level variable (p=0.000 <a=0.05) and knowledge
variable (p=0.000 <a=0.05) so that H1 is accepted.
In Conclusion: there is a relationship between education level and mother's
knowledge with the incidence of stunting in toddlers 0-59 months in the working
area of the Wajageseng Health Center. It is hoped that stunting will become an
important concern for the government and for all levels of society.

Keywords: Knowledge, Education, Stunting

1
Midwifery Student, Hamzar Health Sciences College
2
Lecturers of Midwifery Education S1, Hamzar Health Sciences College
3
Lecturers of Midwifery Education S1, Hamzar Health Sciences College

viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat
rahmat dan bimbinganNya saya dapat menyelesaikan Skripsi
dengan judul “Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan
Tentang Status Gizi Dengan Kejadian Stunting di Desa Lendang
Ara Wilayah Kerja Puskesmas Wajageseng”. Skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
kebidanan (S.Keb) pada Program Studi S1 Pendidikan Bidan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan HAMZAR Lombok Timur.
Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus
kepada:
1. Drs. H. Muh. Nagib, M.Kes selaku Dekan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKES) HAMZAR Lombok Timur yang telah memberikan kesempatan
kepada mahasiswa untuk melakukan penelitian.
2. Eka Faizaturrahmi, S. ST., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Program Studi S1
Pendidikan Bidan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatab (STIKES) HAMZAR
Lombok Timur yang telah memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
menyelesaikan propasl ini.
3. Eka Mustika Yanti, S. ST, M.Psi selaku dosen pembimbing I saya yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam pembuatan Skripsi ini
sehingga saya mampu menyusun usulan penelitian ini dengan baik dan
menyelesaikannya sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
4. Siti Naili Ilmiyani, SST, M. Keb selaku dosen pembimbing II saya yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam pembuatan Skripsi ini
sehingga saya mampu menyusun usulan penelitian ini dengan baik dan
menyelesaikannya sesuai jadwal yang telah ditetapkan
5. Dwi Wirastri, S.Tr. Keb., M.Kes selaku dosen Penguji saya yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam pembuatan Skripsi ini
sehingga saya mampu menyusun usulan penelitian ini dengan baik dan
menyelesaikannya sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
6. Usman Nawawi, S.Kep, selaku Kepala Puskesmas Wajageseng yang telah
memberikan dukungan dalam proses penyusunan Skripsi ini.
7. Seluruh dosen dan staff Program Studi S1 Pendidikan Bidan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan HAMZAR Lombok Timur yang telah memberikan bantuan
selama menyusun Skripsi ini.
8. Semua keluarga yang telah memberikan doa restu kepada saya demi
kelancaran proses pendidikan yang sedang ditempuh.
9. Sahabat Alih Jenjang Kebidanan Program Studi Pendidikan S1 Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan HAMZAR Lombok Timur yang telah saling
membantu kelancaran pembuatan isi Skripsi ini.

ix
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah
memberi kesempatan, dukungan, dan bantuan dalam menyelesaikan Skripsi
ini. Saya sadari bahwa Skripsi ini jauh dari sempurna, namun saya berharap
kiranya Skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Lombok Timur, Mei 2023

Penulis

x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN........................................ i
HALAMAN PRASYARAT............................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN............................................ iv
ABSTRAK.......................................................................... v
KATA PENGANTAR........................................................ vi
DAFTAR ISI....................................................................... vii
DAFTAR TABEL.............................................................. viii
DAFTAR GAMBAR.......................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN...................................................... x

BAB I PENDAHULUAN................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 4
E. Keaslian Penelitian................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................ 7


A. Tinjauan Teori....................................................................................... 7
B. Kerangka Konsep.................................................................................. 23
C. Hipotesis............................................................................................... 23

BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 28


A. Jenis dan Desain Penelitian.................................................................. 28
B. Populasi dan Sampel............................................................................. 29
C. Waktu dan Tempat Penelitian............................................................... 30
D. Variabel Penelitian................................................................................ 30
E. Definisi Operasional............................................................................. 31
F. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data.......................... 32
G. Pengolahan dan Analisis Data.............................................................. 33
H. Etika Penelitian..................................................................................... 35
I. Alur Penelitian...................................................................................... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 38


A. Hasil...................................................................................................... 38
B. Pembahasan.......................................................................................... 42
C. Keterbatasan Penelitian........................................................................ 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 51


A. Kesimpulan........................................................................................... 51
B. Saran..................................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambaran Anak Normal dan Anak Stunting............................. 19


Gambar 2.2 Kerangka Konsep....................................................................... 23
Gambar 3.1 Alur Penelitian Hubungan Pendidikan dan Pengetahuan
Tentang Status Gizi Dengan Kejadian Stunting Di Desa
Lendang Ara Wilayah Kerja Puskesmas Wajageseng.............. 33
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian.............................................................................. 5


Tabel 2.1 Kategori Status Gizi Balita................................................................. 15
Tabel 2.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak................................... 24
Tabel 3.1 Definisi Operasional........................................................................... 27
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik
Subjek Penelitian................................................................................ 40
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Angka Kejadian Stunting di Desa
Lendang Ara........................................................... 41
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden di
Desa Lendang Ara................................................. 42
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Status Gizi di
Desa Lendang Ara.................................................. 42
Tabel 4.5 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Angka Kejadian Stunting..... 43
Tabel 4.6 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Angka Kejadian Stunting... 43
LAMPIRAN

Lampiran 1. Permohonan Izin Penelitian


Lampiran 2. Lembar Penjelasan Penelitian
Lampiran 3. Lembar Informed Consent
Lampiran 4. Kuesioner Penelitian
xv

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Balita merupakan salah satu kelompok yang rawan mengalami

masalah gizi anak. Kekurangan gizi pada usia dini akan meningkatkan angka

kematian bayi dan anak. Salah satu masalah gizi pada anak yaitu stunting

anak. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh

asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan

yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting merupakan gangguan

pertumbuhan sebagai dampak dari rendahnya status gizi dan kesehatan pada

periode pre dan post-natal. UNICEF framework menjelaskan tentang faktor

penyebab terjadinya malnutrisi. Dua penyebab langsung stunting adalah

faktor penyakit dan asupan zat gizi. Kedua faktor ini berhubungan dengan

faktor pola asuh, akses terhadap makanan, akses terhadap layanan kesehatan

dan sanitasi lingkungan. Namun, penyebab dasar dari semua ini adalah

terdapat pada level individu dan rumah tangga tersebut, seperti tingkat

pendidikan, pendapatan rumah tangga (Anggraini, L., dkk. 2018).

Pada tahun 2017, lebih dari setengah balita stunting di dunia berasal

dari Asia (55%) sedangkan lebih dari sepertiganya (39%) tinggal di Afrika.

Dari 83,6 juta balita stunting di Asia, proporsi terbanyak berasal dari Asia

Selatan (58,7%) dan proporsi paling sedikit di Asia Tengah (0,9%). Data

prevalensi balita stunting yang dikumpulkan World Health Organization

(WHO), Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi

tertinggi di regional Asia Tenggara/South- East Asia Regional (SEAR). Rata-

rata prevalensi balita stunting di Indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4%


xvi

(Pusdatin, 2018).

Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2015,

prevalensi balita pendek di Indonesia adalah 29%. Angka ini mengalami

penurunan pada tahun 2016 menjadi 27,5%. Namun prevalensi balita pendek

kembali meningkat menjadi 29,6% pada tahun 2017. Prevalensi balita sangat

pendek dan pendek usia 0-59 bulan di Indonesia tahun 2017 adalah 9,8% dan

19,8% (Pusdatin, 2018).

Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 angka

stunting di NTB menempati posisi ke7 terendah di Indonesia. Angka stunting

juga mengalami penurunan dari 48,3% (2010) menjadi 45,3% (2013). Per

Desember 2018 jumlah rata-rata kasus stunting di NTB kurang lebih

mencapai 37,2% (kurang lebih sekitar 150.000 anak).Dari 10 kabupaten/kota

di NTB, kasus stunting paling banyak ditemukan di Kabupaten Sumbawa

mencapai 41,8%, Kemudian disusul Lombok Tengah 39,1%, Dompu

38,3%,Lombok Utara 37,6%, Kota Mataram 37,5%, Bima 36,7%, Lombok

Barat 36,1%, Lombok Timur 35,1%, daan Sumbawa barat 32,6% (Riskesdas,

2018).

Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi, salah satunya karena

masih kurangnya pengetahuan ibu dan keluarga mengenai kesehatan dan gizi

seimbang balitanya. Stunting dapat berdampak mengganggu pertumbuhan

dan perkembangan anak di masa depan. Deteksi dini yang dapat dilakukan

terhadap masalah gizi anak terutama stunting yaitu dengan pemantauan gizi

balita setiap bulan kemudian akan dicatat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS).

Upaya yang dilakukan Pemerintah untuk memperbaiki masalah gizi balita


xvii

terutama stunting dengan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi yang

berfokus pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang dimulai sejak

dalam kandungan (270 hari) hingga anak berusia 2 tahun (730 hari).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Luh Masrini Murti pada

Tahun 2020 tentang hubungan pengetahuan ibu tentang gizi balita dengan

kejadian stunting anak umur 36-59 bulan di desa Singakerta Kabupaten

Gianyar, didapatkan bahwa hasil uji statistik (chi square) didapatkan p value

adalah 0,001 yang berarti p value < α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang gizi balita dengan

kejadian stunting anak. Hasil analisis juga menunjukkan nilai Odds Ratio

(OR) yaitu sebesar 4,846 dan 95% CI (1,882- 12,482) artinya bahwa ibu

balita yang memiliki pengetahuan kurang tentang gizi balita berpeluang

anaknya mengalami stunting sebesar 4,8 kali lebih besar dibandingkan ibu

balita yang memiliki pengetahuan baik tentang gizi balita.

Berdasarkan survey awal diperoleh sekitar 30% balita mengalami

stunting di desa Lendang Ara, yaitu jumlah balita yang mengalami stunting

di Desa Lendang Ara sebanyak 110 balita dari total balita umur 0-59 bulan

sebanyak 364 orang.

Dari uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan

tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang status gizi dengan angka

kejadian stunting di Desa Lendang Ara Wilayah Kerja Puskesmas

Wajageseng.
xviii

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari

penelitian ini adalah “Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan

Tentang Status Gizi Dengan Angka Kejadian Stunting di Desa Lendang Ara

Wilayah Kerja Puskesmas Wajageseng”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang status gizi dengan angka

kejadian stunting di Desa Lendang Ara Wilayah Kerja Puskesmas

Wajageseng.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi karakteristik responden dan kejadian

Stunting.

b. Untuk mengetahui tingkat pendidikan responden di Desa Lendang

Ara Wilayah Kerja Puskesmas Wajageseng.

c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang status gizi di Desa

Lendang Ara Wilayah Kerja Puskesmas Wajageseng.

d. Untuk mengetahui tingkat kejadian Stunting di Desa Lendang Ara

Wilayah kerja Puskesmas Wajageseng.

e. Menganalisa hubungan tingkat pendidikan tentang status gizi dengan

angka kejadian stunting di Desa Lendang Ara Wilayah Kerja

Puskesmas Wajageseng.
xix

f. Menganalisa hubungan tingkat pengetahuan tentang status gizi

dengan angka kejadian stunting di Desa Lendang Ara Wilayah Kerja

Puskesmas Wajageseng

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan tentang

Stunting.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Puskesmas dan Bidan di Puskesmas Wajageseng

Memberikan informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian Stunting untuk puskesmas sebagai dasar melakukan

upaya preventif dan promotif terhadap kejadian stunting di wilayah

kerja Puskesmas Wajageseng.

b. Bagi Ibu-Ibu Balita di Wilayah kerja Puskesmas Wajageseng

Sebagai informasi baru tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

Stunting di wilayah kerja Puskesmas Wajageseng.

c. Bagi institusi Pendidikan

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai kontribusi dalam

meningkatkan pengetahuan dan sikap mahasiswa sehingga

meningkatkan kepedulian terhadap Stunting.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini bisa dijadikan referensi jika ingin melakukan

penelitian lain yang berhubungan dengan Stunting


xx

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


Penelitian
1. Masrini, L., hubungan Metode Hasil penelitian ini Populasi Metode
dkk (2020) pengetahuan ibu penelitian yang menemukan dari 40 yang yang
tentang gizi balita digunakan adalah responden yang digunakan digunakan
dengan kejadian analitik mengalami balita adalah pada
stunting anak umur korelasional stunting (kasus) jumlah ibu peneleitian
36-59 bulan di Desa dengan sebanyak 28 (68,3%) yang ini adalah
Singakerta rancangan responden yang memiliki deskriftif
Kabupaten Gianyar penelitian case- memiliki pengetahuan balita analitik
(Jurnal Ilmiah control study. kurang tentang gizi stunting
Kebidanan: The Populasi dalam balitanya dan 12 yaitu
Journal Of penelitian ini (30,8%) responden sebanyak
Midwifery; Vol. 8 adalah seluruh yang memiliki 110 orang,
No. 2 Tahun 2020) ibu yang pengetahuan baik sedangkan
memiliki balita tentang gizi balita. sampel
umur 36-59 Pada kelompok yang akan
bulan kontrol dari 40 digunakan
responden sebanyak yaitu
13 (31,7%) responden sejumlah
yang memiliki 53orang.
pengetahuan kurang
tentang gizi balitanya
dan 27 (69,2%)
responden yang
memiliki pengetahuan
baik tentang gizi
balita
2. Ni’mah, Hubungan Tingkat Penelitian cross Berdasarkan hasil Persamaan Populasi
Cholifatun, Pendidikan, sectional ini penelitian didapatkan dalam dan
dkk. (2015) Pengetahuan dan menggunakan bahwa pada keluarga penelitian Sampel
Pola Asuh Ibu populasi seluruh miskin persentase ini adalah yang
Dengan Wasting dan balita usia 13-59 stunting lebih besar pendekatan digunakan
Stunting Pada Balita bulan dari daripada wasting, dan yang dalam
Keluarga Miskin. keluarga miskin tidak ada hubungan digunakan penelititan
yang tinggal di antara tingkat yait cross ini adalah
Kecamatan Balen pendidikan (p=0,581 sectional ibu yang
Kabupaten dan 0,605), tingkat memiliki
Bojonegoro, pengetahuan (p=0,632 balita
yaitu sebanyak dan 0,963), dan pola stunting,
79 balita. Sampel asuh ibu (p=0,719 dan berbeda
penelitian dipilih 0,928) dengan dengan
secara acak wasting dan stunting. ppenelitian
menggunakan Kesimpulan yang
teknik simple penelitian adalah sudah
random sampling tingkat pendidikan, dilakukan
yaitu sebanyak tingkat pengetahuan, tersebut
49 balita. Teknik dan pola asuh ibu adalah
pengumpulan tidak berkontribusi balita dari
data untuk data terhadap terjadinya keluarga
xxi

primer yaitu wasting dan stunting miskin.


wawancara pada balita keluarga
menggunakan miskin di Kecamatan
kuesioner Balen Kabupaten
Bojonegoro
3. Alwin Dhaki HubunganPendapatan Penelitian Hasil penelitian Populasi
(2018) Keluarga, Pendidikan dilakukan dari menunjukkan bahwa yang
dan Pengetahuan Ibu November 2017 Pendapatan keluarga digunakan
tentang Gizi Dengan hingga dengan rendah sebesar 48,8%, adalah
Kejadian Stunting Juli 2018 yang Pendapatan keluarga jumlah ibu
Padda anak umur 6- berlokasi tinggi sebesar 51,8%, yang
23 bulan di Wilayah diwilayah kerja Pendidikan ibu Tinggi memiliki
Kerja Puskesmas Jati Puskesmas Jati sebesar balita
Makmur Binjai Makmur Binjai 52%,pendidikan ibu stunting
Utara. Utara dengan rendah sebesar 48 yaitu
desain analitik %.Pengetahuan ibu sebanyak
observasional tentang gizi kurang 110 orang,
dan pendekatan sebesar 29,9% dan sedangkan
cross sectional. pengetahuan ibu sampel
Sampel adalah tentang gizi baik yang akan
sebanyak 127 sebesar 70,1 %,anak digunakan
yang berusia 6- yang mengalami yaitu
23 bulan. stunting sebesar 34,6 sejumlah
Pendidikan %, dan anak yang tidak 53orang.
ibu ,Pengetahuan mengalami stunting
ibu tentang gizi, sebesar 65,4 %. Hasil
dan pendapatan penelitian menunjukkan
perkapita Pendapatan keluarga
keluarga didapat tidak berhubungan
melalui secara signifikan
kuesioner, dan (p=0.134) dengan
status gizi balita kejadian
dengan indek stunting,Pendidikan ibu
TB/U didapat tidak berhubungan
dengan cara secara signifikan
pengukuran (p=0.891) dengan
panjang badan. kejadian stunting,
Data analisa Pengetahuan ibu
secara Univariat tentang gizi
dan Bivariat berhubungan signifikan
menggunakan (p=0.000) dengan
Uji Chi Square kejadian stunting
4 Rizcewaty, Hubungan Tingkat Jenis penelitian Dari penelitian ini Persamaan
dkk (2021) Pendidikan dan ini merupakan diperoleh hasil dari 55 dalam
Pengetahuan tentang desain penelitian responden, sebagian penelitian
Status Gizi dengan analitik dengan besar responden ini adalah
kejadian Stuting metode Cross mengalami kejadian pendekatan
Anak usia 12-59 Sectional. stunting pendek yang
bulan di Wilayah Populasi pada sebanyak 33 responden digunakan
Kerja Puskesmas penelitian ini (60%), dan mempunyai yait cross
Pulau Kupang adalah orang tua pendidikan dasar sectional
Kabupaten Kapuas yang memiliki sebanyak 40 responden
Tahun 2021 anak usia 12-59 (72,7%) , dan memiliki
bulan. Sampel pengetahuan kurang
sebanyak 55 sebanyak 45 responden
responden yang (81,1%). Hasil
diambil dengan penelitian ini tidak ada
meggunakan hubungan antara
xxii

teknik Random tingkat pendidikan


sampling dengan dengan kejadian
menggunakan stunting (p-value 0,757
Uji statistik yaitu > 0,05), dan ada
Uji Chi-Square hubungan antara
pengetahuan tentang
status gizi dengan
kejadian stunting (p-
value 0,004 < 0,05)
5. Suci Hubungan Tingkat Jenis penelitian Hasil penelitian Persamaan
Mardiana Pendidikan dan ini adalah menunjukkan ada dalam
(2020) Pengetahuan Ibu penelitian hubungan tingkat penelitian
tentang Status Gizi deskriptif analitik pendidikan dan ini adalah
dengan Angka dengan desain pengetahuan tentang pendekatan
Kejadian Stunting di penelitian status gizi dengan yang
Desa Secanggang crossectional. angka kejadian stunting digunakan
Kabupaten Langkat Subjek pada di Desa Secanggang yait cross
penelitian ini Kabupaten Langkat sectional
adalah ibu yang
memiliki balita
usia 0- 59 bulan
dengan kondisi
stunting yang
bertempat tinggal
di Kecamatan
Secanggang
Kabupaten
Langkat
sebanyak 27
orang.
xxiii

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori

1. Pendidikan

a. Pengertian Pendidikan

Pendidikan dalam bahasa Yunani berasal dari kata padegogik

yaitu ilmu menuntun anak. Orang Romawi melihat pendidikan sebagai

educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan

potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman

melihat pendidikan sebagai Erziehung yang setara dengan educare,

yakni: membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan

kekuatan atau potensi anak. Pendidikan merupakan suatu proses yang

mencakup tiga dimensi, individu, masyarakat atau komunitas nasional

dari individu tersebut, dan seluruh kandungan realitas, baik material

maupun spiritual yang memainkan peranan dalam menentukan sifat,

nasib, bentuk manusia maupun masyarakat (Nurkholis, 2013).

Pendidikan adalah segala daya upaya dan semua usaha untuk

membuat masyarakat dapat mengembangkan potensi manusia agar

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

berkepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki

keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga

negara. Di samping itu pendidikan merupakan usaha untuk membentuk

manusia yang utuh lahir dan batin cerdas, sehat, dan berbudi pekerti

luhur. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara


xxiv

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat

(Kharmina, Ni’mah. 2014).

Pendidikan mengimplemantasikan bukan sekedar pengajaran

atau penyampaian pengetahuan (ta’lim), tetapi pelatih, pembangkit

seluruh potensi diri siswa (tarbiyah). Jadi guru bukan sekedar seorang

mu’alim atau penyampai pengetahuan, tetapi juga sekaligus murabbi,

pelatih jiwa dan kepribadian sekaligus pendamping atau teman

seperjalanan siswa (Tabrani, 2017).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan

berasal dari kata dasar didik (mendidik), yaitu : memelihara dan

memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan

pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian : proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam

usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan,

proses perbuatan, cara mendidik.

Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya

upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar

dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan

anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya Nurkholis, 2013).

Dari pengertian-pengertian dan analisis yang ada maka bisa

disimpulkan bahwa pendidikan adalah upaya menuntun anak sejak lahir

untuk mencapai kedewasaan jasmani dan rohani, dalam interaksi alam


xxv

beserta lingkungannya.

b. Fungsi dan Tujuan Pendidikan

1) Fungsi Pendidikan

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermatabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab, (Sujana, 2019).

Fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala sumber

penderitaan rakyat dari kebodohan dan ketertinggalan serta fungsi

pendidikan Indonesia menyatakan bahwa pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa. Dari fungsi yang diuraikan tersebut menunjukan

bahwa pendidikan nasional Indonesia lebih mengedepankan akan

pembangunan sikap, karakater, dan transpormasi nilai-nilai filosopis

negara Indonesia. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan rasa

nasionalisme serta mampu bersaing di kancah internasional, (Sujana,

2019).

2) Tujuan Pendidikan

Pendidikan diupayakan dengan berawal dari manusia apa

adanya (aktualisasi) dengan mempertimbangkan berbagai


xxvi

kemungkinan yang apa adanya (potensialitas), dan diarahkan menuju

terwujudnya manusia yang seharusnya atau manusia yang dicita-

citakan (idealitas).

Tujuan pendidikan itu tiada lain adalah manusia yang

beriman dan bertaqwa kapada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat,

cerdas, berperasaan, berkemauan, dan mampu berkarya; mampu

memenuhi berbagai kebutuhan secara wajar, mampu mngendalikan

hawa nafsunya; berkepribadian, bermasyarakat dan berbudaya.

Implikasinya, pendidikan harus berfungsi untuk mewujudkan

(mengembangkan) berbagai potensi yang ada pada manusia dalam

konteks dimensi keberagaman, moralitas, moralitas, individualitas/

personalitas, sosialitas dan keberbudayaan secara menyeluruh dan

terintegrasi.

Dengan kata lain, pendidikan berfungsi untuk memanusiakan

manusia (Sujana, 2019).

c. Jenjang Pendidikan

Menurut Kharmina (2011) Jenjang pendidikan terdiri dari:

1) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9

(sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi

jenjang pendidikan menengah.

2) Pendidikan menengah, pendidikan menengah merupakan jenjang

pendidikan lanjutan pendidikan dasar.

3) Pendidikan tinggi, pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan

setelah pendidikan menengah yang mencakup program sarjana,


xxvii

magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh

perguruan tinggi.

d. Jalur Pendidikan

Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk

mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang

sesuai dengan tujuan pendidikan. Menurut Ni’mah (2016), dibawah ini

secara singkat di jelaskan mengenai jalur pendidikan, yaitu:

1) Pendidikan formal

Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di

sekolahsekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai

jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar,

pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.

2) Pendidikan nonformal

Pendidikan nonformal paling banyak terdapat pada usia dini, serta

pendidikan dasar, adalah TPA, atau Taman Pendidikan Al

Quran,yang banyak terdapat di setiap mesjid dan Sekolah Minggu,

yang terdapat di semua gereja.

3) Pendidikan informal

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan

lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang

dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab.


xxviii

2. Pengetahuan

a. Definisi pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap objek

melalui indera yang dimilikinya. Pengindraan terjadi melalui panca

indra manusia seperti indra pengelihatan, penciuman, indra

pendengeran, rasa dan raba. Hasil tahu seseorang akan menghasilkan

pengetahuan dan sangat dipengaruhi oleh persepsi terhadap objek.

Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera

pendengaran dan indera pengelihatan. Pengetahuan merupakan

domain yang penting untuk menumbuhkan tindakan seseorang.

Pengetahuan diperlukan untuk menumbuhkan rasa percaya diri serta

dukungan bagi seseorang (Notoatmodjo, 2010).

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang

menurut Notoatmodjo (2018) antara lain :

1) Tingkat Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka remaja makin

mudah menerima informasi tentang kehamilan usia dini, sehingga

remaja akan lebih cepat paham tentang bagaimana risiko yang

akan terjadi bila remaja mengalami kehamilan usia dini serta

remaja dapat lebih menyesuaikan dengan hal-hal bermanfaat bagi

kesehatan reproduksinya.

2) Informasi

Remaja yang mempunyai banyak sumber informasi dapat


xxix

memberikan peningkatan terhadap tingkat pengetahuan remaja

tersebut. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui media masa

seperti majalah, koran, berita televisi, internet dan salah satunya

juga dapat diperoleh dari penyuluhan atau pendidikan kesehatan.

3) Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan

seseorang. Hal ini dikarenakan informasi yang baru akan disaring

sesuai dengan budaya dan agama yang dianut.

4) Pengalaman

Pengalaman merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi pengetahuan yang berkaitan dengan umur dan

pendidikan individu. Hal ini mengandung maksud bahwa semakin

bertambahnya umur dan pendidikan yang tinggi, maka

pengalaman seseorang akan jauh lebih luas.

c. Penilaian Pengetahuan

Nilai pengetahuan dalam penelitian ini akan diperoleh dengan

perhitungan sebagai berikut (Budiarto, 2016).

Keterangan :

p = Skor pengetahuan

f =

Frekuensi jawaban benar

n = Jumlah pertanyaan
xxx

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui distribusi data.

Perhitungan dengan menggunakan nilai rata-rata (mean) akan

digunakan apabila data memiliki sebaran normal dan median akan

digunakan apabila data tidak menyebar normal (Rahmawati, 2013).

Hasil pengukuran pengetahuan menurut Arikunto (2013) dapat

dibedakan menajdi 3 yaitu:

1) Pengetahuan baik, jika skor 76%-100%

2) Pengetahuan cukup, jika skor 56%-75%

3) Pengetahuan kurang, jika skor < 55%.

3. Status Gizi

a. Definisi Status Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan

yang dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak

digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi

normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Status gizi adalah

ekspresi dari keadaan keseimbangan atau perwujudan dari nutriture

dalam bentuk variabel tertetu (Widiastuti, 2019).

Status gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara

konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut,

atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler

tubuh. Makanan yang memenuhi gizi tubuh, umumnya membawa ke

status gizi memuaskan. Sebaiknya jika kekurangan atau kelebihan zat

gizi esensial dalam makanan untuk jangka waktu yang lama disebut gizi
xxxi

salah. Manifestasi gizi salah dapat berupa gizi kurang dan gizi lebih

(Supariasa, dkk. 2015).

b. Penilaian Status Gizi Balita

Status gizi balita diukur berdasarkan 3 indeks, yaitu berat badan

menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan

menurut tinggi badan (BB/TB). Untuk menilai status gizi balita, angka

berat badan dan tinggi badan anak yang telah di ukur dikonversikan ke

dalam nilai yang telah terstandar (Zscore) dengan menggunakan baku

antropometri anak balita yang telah di tetapkan oleh WHO pada 2005.

Berdasarkan nilai Z-score yang telah di konversikan maka dapat

ditentukan status gizi anak balita (Kemenkes RI, 2017).

Tabel 2.1.
Kategori Status Gizi Balita ( Menurut Kemenkes RI, 2011)

Indikator Status Gizi Z-Score


Gizi Buruk <-3,0 SD
Badan Badan menurut Umur Gizi Kurang -3,0 SD sampai dengan <-2,0 SD
(BB/U) Gizi Baik -2,0 SD sampai dengan 2,0 SD
Anak umur 0-60 bulan Gizi Lebih >2,0 SD
Tinggi Badan menurut Umur Sangat Pendek <-3,0 SD
(TB/U) Pendek -3,0 SD sampai dengan <-2,0 SD
Anak umur 0-60 bulan Normal ≥-2,0 SD
Sangat Kurus <-3,0 SD
Berat Badan menurut Tinggi Kurus -3,0 SD sampai dengan <-2,0 SD
Badan (BB/TB) Normal -2,0 SD sampai dengan 2,0 SD
Anak umur 0-60 bulan Gemuk >2,0 SD

Indikator status gizi berdasarkan tinggi badan menurut umur

(TB/U) dapat memberikan indikasi masalah gizi yang dialami oleh

balita tersebut merupakan masalah gizi yang telah berlangsung lama

atau kronis. Seperti: kemiskinan, perilaku hidup yang tidak sehat, dan

pola asuh/ pemberian makan yang kurang baik sejak anak dilahirkan

yang menyebabkan anak menjadi pendek dibandingkan anak-anak


xxxii

seumurannya (Kemenkes, RI, 2017).

Adapun kelebihan indeks antropometri TB/U menurut Kemenkes RI

(2017) adalah:

1) Baik untuk menilai status gizi masa lampau.

2) Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa.

Adapun kelemahan indeks antropometri TB/U adalah :

1) Tinggi badan tidak cepat naik bahkan tidak mungkin turun.

2) Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak

sehingga diperlukan dua orang atau lebih untuk melakukannya.

3) Ketepatan umur sulit didapat.

4. Stunting

1. Definisi Stunting

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat

dari kekurangan gizi yang kronis sehingga anak terlalu pendek untuk

usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak masih dalam kandungan dan

pada masa awal setelah bayi lahir. Tetapi, kondisi stunting baru nampak

setelah bayi berusia 2 tahun. Balita pendek dan sangat pendek adalah

balita dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut

umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO- MGRS

(Multicentre Growth Reference Study) 2014. Sedangkan definisi

stunting menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah anak

balita dengan nilai z- scorenya kurang dari -2SD/standar deviasi


xxxiii

(stunted) dan kurang dari – 3SD (severely stunted) (Charles, W. 2014).

Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan angka kematian

bayi dan anak, menyebabkan penderitanya mudah sakit dan memiliki

postur tubuh tak maksimal saat dewasa. Kemampuan kognitif para

penderita juga berkurang, sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi

jangka panjang bagi Indonesia. Indonesia menduduki peringkat kelima

dunia untuk jumlah anak dengan kondisi stunting. Lebih dari sepertiga

anak berusia di bawah lima tahun di Indonesia tingginya berada di

bawah rata-rata (Sutarto, dkk. 2018).

Gambar 2.1 Gambaran Anak Normal dan Anak Stunting (Charles, W. 2014).

2. Etiologi dan Faktor Resiko

Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya

disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun

anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat

mengurangi pervalensi stunting oleh karenanya perlu dilakukan pada

1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita (Charles, W.


xxxiv

2014).

Dibawah ini beberapa penyebab yang menjadi penyebab

stunting sebagai berikut menurut Charles, W (2014).

a. Praktek pengasuhan yang kurang baik

Hal ini termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan

dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, serta setelah ibu

melahirkan. Beberapa fakta menunjukkan bahwa 60% dari anak usia

0-6 bulan tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, dan

2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima Makanan Pendamping

Air Susu Ibu (MP-ASI). MP-ASI diberikan/ mulai diperkenalkan

ketika balita berusia diatas 6 bulan. Selain berfungsiuntuk

mengenalkan jenis makanan baru pada bayi, MPASI juga dapat

mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh bayi yang tidak lagi dapat

disokong oleh ASI, serta membentuk daya tahan tubuh dan

perkembangan sistem imunologis anak terhadap makanan maupun

minuman.

b. Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante

Natal Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan)

Post Natal Care dan pembelajaran dini yang berkualitas.

Informasi yang dikumpulkan dari publikasi Kemenkes dan Bank

Dunia menyatakan bahwa tingkat kehadiran anak di Posyandu

semakin menurun dari 79% di 2007 menjadi 64% di 2013 dan anak

belum mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi. Fakta


xxxv

lain adalah 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi sumplemen zat

besi yang memadai serta masih terbatasnya akses ke layanan

pembelajaran dini yang berkualitas (baru 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun

belum terdaftar di layanan PAUD/Pendidikan Anak Usia Dini).

c. Masih kurangnya akses rumah tangga/keluarga ke makanan bergizi.

Hal ini dikarenakan harga makanan bergizi di Indonesia masih

tergolong mahal. Menurut beberapa sumber (RISKESDAS 2013,

SDKI 2012, SUSENAS), komoditas makanan di Jakarta 94% lebih

mahal dibanding dengan di New Delhi, India. Harga buah dan

sayuran di Indonesia lebih mahal daripada di Singapura. Terbatasnya

akses ke makanan bergizi di Indonesia juga dicatat telah

berkontribusi pada 1 dari 3 ibu hamil yang mengalami anemia.

d. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi.

Data yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa 1 dari 5

rumah tangga di Indonesia masih buang air besar (BAB) diruang

terbuka, serta 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki akses ke air

minum bersih.

Beberapa penyebab seperti yang dijelaskan di atas, telah

berkontibusi pada masih tingginya prevalensi stunting di Indonesia

dan oleh karenanya diperlukan rencana intervensi yang

komprehensif untuk dapat mengurangi pervalensi stunting di

Indonesia (Sutarto, 2018).

Faktor lain adalah kejadian kurang energi kronis (KEK) pada

wanita usia subur 15-49 tahun, baik hamil maupun tidak hamil.
xxxvi

Menurut Riskesdas 2013, prevalensi risiko KEK pada wanita hamil

adalah 24,2%, sedangkan pada wanita tidak hamil adalah 20,8%.

Stunting dapat dipengaruhi oleh banyak faktor terutama riwayat

terdahulu dibandingkan dengan diare yang hanya dilihat dalam

waktu yang singkat. Faktor lain seperti keberagaman pangan baik zat

gizi makro dan mikro terdahulu juga dapat mempengaruhi keadaan

stunting pada balita (Kemenkes RI, 2013).

3. Epidemiologi Stunting

Prevalensi stunting di Indonesia lebih tinggi daripada negara-

negara lain di Asia Tenggara, seperti Myanmar (35%), Vietnam (23%),

dan Thailand (16%). Menurut Riskesdas 2013, prevalensi pendek secara

nasional pada balita adalah 37,2% yang terdiri dari sangat pendek

sebesar 18% dan pendek 19,2%. Angka nasional ini meningkat dari

tahun 2010 (35,6%) dan 2007 (36,8%). Terdapat 20 provinsi dengan

prevalensi diatas nasional (37,2%) dengan prevalensi tertinggi terjadi di

Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Barat menempati urutan ke 2

tertinggi (Supariasa, 2017).

Menurut Riskesdas 2018, menunjukkan proporsi status gizi

stunting turun dari 37,2% menjadi 30,8%. Akan tetapi berasarkan dat

Pemantauan Status Gizi(PSG) selama tiga tahun terakhir,stunting

memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi

lainnya seperi gizi kurang, kurus, dan gemuk. Prevalensi balita pendek

mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi 29,6%

pada tahun 2017, angka tersebut di atas batasan yang ditetapkan WHO
xxxvii

(20%) (Supariasa, 2017).

4. Penilaian Status Gizi Stunting

Penilaian status gizi balita yang paling sering dilakukan adalah

dengan cara penilaian antropometri. Secara umum antropometri

berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan

komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan

protein dan energi. Keseimbangan ini terlihat pada pola

pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh, seperti lemak, otot, dan

jumlah air dalam tubuh. Beberapa indeks antropometri yang sering

digunakan adalah BB/U, TB/U, dan BB/TB yang dinyatakan dengan

standar deviasi unit z (z- score) (Supariasa, dkk. 2002).

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan

dengan mengukur beberapa parameter antara lain: umur, berat badan,

tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar

pinggul, dan tebal lemak dibawah kulit. Parameter antropometri

merupakan dasar dari penilaian status gizi (Grantham, dkk. 2015).

Stunting dapat diketahui bila seorang balita sudah diketahui

usianya dan diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan

dengan standar dan hasilnya berada di bawah normal. Jadi, secara fisik

balita stunting akan lebih pendek dibandingkan balita seumurnya.

Perhitungan ini menggunakan standar z- score dari WHO.


xxxviii

Tabel 2.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak

Berdasarkan Indeks PB/U atau TB/U Menurut Kemenkes RI (2018)

Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)


Panjang badan menurut umur Sangat Pendek <-3SD
(PB/U) atau tinggi badan Pendek -3 sampai dengan < -2 SD
menurut umur (TB/U) anak 0-60 Normal -2 sampai dengan 2 SD
bulan
Tinggi >2 SD
Pengukuran tinggi badan untuk anak balita yang sudah dapat

berdiri dilakukan dengan menggunakan alat pengukur tinggi mikrotoa

(microtoise) yang mempunyai ketelitian 0,1 cm. Pengukuran

antropometri (berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan) sebenarnya

sangat mudah dilakukan namun juga sekaligus rawan terhadap bias dan

error data. Untuk menghindari bias dan error data maka hal yang perlu

diperhatikan adalah kualitas alat yang digunakan dan ketelitian

pewawancara dalam melakukan pengukuran (Grantham, 2015).

5. Dampak Stunting

Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada

periode tersebut, dalam jangka pendek adalah terganggunya

perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan

gangguan metabolisme dalam tubuh. Anak-anak yang mengalami

stunting lebih awal yaitu sebelum usia 6 bulan, akan mengalami

kekerdilan lebih berat menjelang usia dua tahun. Bila hal tersebut

terjadi, maka salah satu organ tubuh yang paling cepat mengalami

resiko adalah otak. Dalam otak terdapat sel-sel saraf yang sangat

berkaitan dengan respon anak termasuk dalam melihat, mendengar,


xxxix

dan berpikir selama proses belajar. Anak stunting pada usia dua tahun

secara signifikan mengalami kinerja kognitif yang lebih rendah dan

nilai yang lebih rendah disekolah pada masa anak- anak (Bappenas,

2017).

Dampak berkepanjangan akibat stunting yaitu kesehatan yang

buruk, meningkatnya risiko terkena penyakit tak menular, buruknya

kognitif dan prestasi pendidikan yang dicapai pada masa kanak-kanak.

Risiko tinggi munculnya penyakit dan disabilitas pada usia tua, serta

kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya

produktivitas ekonomi (Kemenkes, 2016).

6. Pencegahan

Pencegahan Stunting dilakukan melalui intervensi gizi spesifik

yang ditujukan dalam 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Intervensi

gizi spesifik untuk mengatasi permasalahan gizi pada ibu hamil,ibu

menyusui 0-6 bulan, ibu menyusui 7-23 bulan, anak usia 0-6 bulan, dan

anak usia 7-23 bulan. Permasalahan gizi ini bisa diatasi ketika mereka

memahami masalahnya dan mengetahui cara mengatasinya sesuai

dengan kodisi masing-masing.

Pemberian konseling gizi kepada individu dan keluarga dapat

membantu untuk mengenali masalah gizi, dan membantu individu serta

keluarga memecahkan masalahnya sehingga terjadi perubahan perilaku

untuk dapat menerapkan perubahan perilaku makan yang telah

disepakati bersama (Rmayulis, dkk. 2018).


xl

B. Kerangka Konsep

Faktor-faktor yang mempengaruhi Stunting

Pendidikan

Pengetahuan

Stunting
3. Pola Asuh
4. Akses Pelayanan
Kesehatan
5. Akses Air bersih

Gambar 2. 2 Kerangka Konsep

Keterangan:

yang diteliti

yang tidak diteliti

C. Hipotesis

Adapun hipotesis yang terjawab dalam penelitian ini Ha diterima dan Ho

ditolak yang berarti


xli

1. Ada hubungan tingkat pendidikan dengan angka kejadian stunting di

Desa Lendang Ara Wilayah Kerja Puskesmas Wajageseng.

2. Ada hubungan pengetahuan tentang status gizi dengan angka kejadian

stunting di Desa Lendang Ara Wilayah Kerja Puskesmas Wajageseng.


xlii

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode

peneilitian deskriftif analitik menggunakan desain cross sectional. Penelitian

cross sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi

antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi,

atau pengumpulan data sekaligus pada satu saat (point time approach),

(Notoatmodjo, 2018).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Notoatmodjo, 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang

memiliki balita usia 0-59 bulan dengan kondisi Stunting yang bertempat

tinggal di Desa Lendang Ara wilayah kerja Puskesmas Wajageseng yaitu

sebanyak sebanyak 110 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek

yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Sugiyono, 2016).

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita usia 0-59

dengan kondisi stunting .

Jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin.

xlii
xliii

N
Rumus slovin n = 2
1+ N (e)

Keterangan:

n = ukuran sampel/ jumlah responden

N = Ukuran Populasi

E = Persentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan

sampel yang amsih bias ditolerir ; e=0,1

110
n= 2
1+ 110(0,1)

110
n=
1+ 1,1

110
n= = 52,38 = 53 orang
2,1

Sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 53 orang

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel atau sampling adalah proses dan cara

mengambil sampel untuk menduga keadaan suatu populasi. Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive

sampling. Purposive Sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2017).

a) Kriteria Inklusi

1) Ibu yang memiliki balita usia 0-59 bulan dengan kondisi stunting

2) Ibu yang memiliki balita usia 0-59 bulan yang tinggal di desa

Lendang Ara Wilayah Kerja Puskesmas Wajageseng saat penelitian

berlangsung

b) Kriteria Eksklusi

xliii
xliv

Ibu yang memiliki balita usia 0-59 bulan dan tinggal di desa

Lendang Ara tetapi tidak bersedia menjadi responden.

C. Waktu dan Tempat Penelitiaan

1. Waktu Kegiatan

Penelitian ini dilakukan pada bulan 25 Februari sampai dengan 21

Maret 2023.

2. Tempat Kegiatan

Penelitian ini dilakukan di Desa Lendang Ara Wilayah Kerja Puskesmas

Wajageseng.

D. Variabel Penelitian

1) Variabel independen adalah tipe variable yang menjelaskan atau

mempengaruhi atau menjadi penyebab berubahnya variable dependen.

Variabel Independen dalam penelitian ini adalah Tingkat pendidikan dan

Pengetahuan tentang status gizi

2) Variable dependen adalah tipe veriabel yang dijelaskan atau dipengaruhi

oleh variable independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

Stunting

xliv
xlv

E. Defenisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi oprasional

Variabel Defenisi Operasional Parameter Alat ukur Hasi ukur Skala


Ukur
Tingkat Pendidikan akhir yang1. Jenjang Pendidikan: Kuesioner 6. SD/Tidak sekolah:1 Ordinal
Pendidikan ibu miliki pada saat2. SD/Tidak sekolah 7. SMP:2
penelitian 3. SMP 8. SMA:3
Dilakukan
4. SMA 9. Sarjana:4
5. Sarjana
Pengetahuan Pengetahuan ibu Pengetahuan Kuesioner 1. Baik: hasil Ordinal
Ibu mengenai tentang gizi adalah tentang: persentase
status gizi pengetahuan ibu 1. ASI Eksklusif 76%- 100%.
tentang gizi yang 2. MP-ASI 2. Cukup: hasil
meliputi tentang 3.fungsi makanan persentase
keragaman makanan, 4. kandungan gizi 56%- 75%.
gizi seimbang, Asi, pada makanan 3. Kurang: hasil
dan bentuk makanan
persentase <56%.
Balita

Stunting Kondisi kurang gizi1. Sangat pendek: <- 3 Antropome tri


3. Sangat pendek: <- 3 Ordinal
kronis yang dapat SD: 1 (TB/U) SD
disebabkan oleh2. Pendek : -3 SD 4. Pendek : -3 SD sampai
asupan gizi yang tidak sampai dengan ≤ - dengan ≤ -2 SD
adekuat dalam waktu 2 SD: 2 5. Normal: -2 SD sampai
lama akibat pemberian Normal: -2 SD dengn 2SD
makanan yang tidak sampai dengn 2SD:3
sesuai dengan
kebutuhan gizi

xlv
xlvi

F.

Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data

yang dikumpulkan langsung oleh peneliti dengan menggunakan

instrument penelitian. Instrumen peneleitian adalah suatu alat yang

digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian (Purwanto,

2018). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Kuesioner yang digunakan diadopsi dari peneliti Suci Mardiana (2020)

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Pendidikan Tentang Status Gizi

Dengan Kejadian Stunting Di Desa Secanggang Kabupaten Langkat.

2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian dilakukan berdasarkan prosedur dibawah

ini:

a. Peneliti mengajukan permohonan izin kepada Kepala Puskesmas

untuk mendapatkan surat keterangan pelaksanaan penelitian di Desa

Lendang Ara Wilayah Kerja Puskesmas Wajageseng.

b. Peneliti menyerahkan surat permohonan izin untuk melakukan

penelitian kepada pihak kepala lingkungan setempat.

c. Setelah diberi izin melakukan penelitian dari pihak, peneliti

menentukan sampel penelitian, dan menjelaskan kepada calon

responden dan menjelaskan segala informasi yang diperlukan oleh

responden yang akan menjadi pertimbangan responden untuk bersedia

xlvi
xlvii

atau menolak berpartisipasi dalam penelitian

d. Jika calon responden bersedia untuk berpartisipasi, selanjutnya

responden diberi informed concent untuk ditanda tangani.

e. Peneliti memberikan kuesioner kepada ibu-ibu rumah tangga yang

telah setuju menjadi responden.

f. Peneliti memeriksa kejelasan dan kelengkapan kuesioner.

G. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Langkah selanjutnya yang dilakukan setelah seluruh kuesioner diisi

oleh responden adalah pengolahan data. Pengolahan data dilakukan

dengan langkah- langkah sebagai berikut:

a) Editing

Kuesioner yang telah diisi dan dikumpulkan dari seluruh responden

kemudian dilakukan pengecekan. Pengecekan kuesioner meliputi cek

kelengkapan seluruh nomor kuesioner, kelengkapan data, dan macam

isian data.

b) Coding

Coding merupakan proses merubah data dalam bentuk huruf menjadi

data berbentuk angka. Pemberian kode angka digunakan untuk

mempermudah peneliti dalam melakukan entry dan analisis data.

1) Tingkat Pendidikan :

SD = 1

SMP = 2

SMA = 3

xlvii
xlviii

Sarjana= 4

2) Pengetahuan

Baik = 1

Cukup = 2

Kurang = 3

3) Stunting

Sangat Pendek = 1

Pendek = 2

Normal = 3

c) Skoring

Memberikan skor pada data-data sekunder dan primer yang telah diberi

kode, dan selanjutnya memberikan nilai dan bobot pada data tersebut

1) Variabel pengetahuan

Benar :1

Salah :0

2) Variabel Stunting

Sangat Pendek : < -3SD =1

Pendek : -3SD s/d ≤ -2SD = 2

Normal : -2SD s/d 2SD = 3

d) Entry data

Peneliti melakukan entry atau pemasukan data yang telah melalui

proses editing dan coding ke perangkat computer pada software

xlviii
xlix

pengolahan data.

e) Cleaning

Sebelum dilakukan analisi data, peneliti melakukan pengecekan

kembali terhadap kemungkinan ada kesalahan saat pemasukan data ke

perangkat komputer. Pengecekan dilakukan dengan melihat missing,

variasi, dan konsistensi data.

2. Analisis Data

Data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis secara

univariat dan bivariat.

a. Analisis Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi

pada variabel independen (variabel bebas yaitu tingkat pendidikan dan

pengetahuan tentang status gizi) dan variabel dependen (variable terikat

yaitu angka kejadian stunting) yang diteliti.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat diperlukan untuk menjelaskan atau mengetahui

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Analisis

bivariat dilakukan setelah karakteristik masing-masing variabel

diketahui. Data yang diperoleh akan diuji dengan Chi-square atau kai

kuadrat apabila memenuhi syarat uji Chi-square. Syarat uji Chi-square

adalah tidak ada nilai expected yang kurang dari 5. Jika syarat uji Chi-

square tidak terpenuhi, maka dapat dipakai uji alternatifnya yairu uji

xlix
l

Fisher’s Exact Test. Variabel yang diuji dikatakan memiliki hubungan

yang signifikan apabila dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan nilai

p-value kurang dari 0,05.

H. Etika Penelitian

Masalah pada penelitian ilmu kebidanan, hampir 90% subjek

penelitian yang digunakan adalah manusia. Oleh karena itu, peneliti harus

memahami prinsip – prinsip etika penelitian. Salah satu aspek penting dalam

etika penelitian adalah suatu keharusan adanya informed consent (persetujuan

setelah penjelasan) dari manusia yang digunakan dalam penelitian. Ada

beberapa etika dalam penelitian yang harus diperhatikan oleh peneliti sendiri,

antara lain:

1. Lembar Persetujuan Responden (Informed Consent)

Lembar persetujuan akan diberikan kepada responden atau subjek

sebelum penelitian dilaksanakan dengan maksud supaya responden

mengetahui tujuan penelitian, jika subjek bersedia diteliti harus

menandatangani lembar persetujuan tersebut, tetapi jika tidak bersedia

maka peneliti harus tetap menghormati hak responden (Notoatmodjo,

2018).

2. Tanpa Nama (Anonymity)

Peneliti tidak mencantumkan nama responden yang akan

dijadikan sebagai subyek penelitian untuk menjaga kerahasiaan identitas

subyek, tetapi peneliti akan memberi tandda atau kode secara khusus

(Notoatmodjo, 2018).

3. Kerahasiaan ( Confidentiality)

l
li

Peniliti senantiasa akan menjaga kerahasiaan dari data yng

diperoleh, dan hanya akan disajikan kepada kelompok tertentu yang

berhubungan dengan penelitian, sehingga rahasia subyek penelitian

benar-benar terjamin. Metode penelititan merupakan suatu cara dalam

melakukan penelititan, metode yang dipilih berhubungan erat dengan

prosedur, alat, serta desain penelititan yang digunakan (Notoatmodjo,

2018).

I. Alur Penelitian
Masyarakat Desa Lendang Ara
Wilayah kerja Puskesmas Pengajuan informed consent
Wajageseng

Pembagian Kuesioner

Pemeriksaan Antropometri pada


anak, meliputi:
BB
TB

Pengumpulan Data

Pengelolahan dan Analisa Data

Hasil

Gambar 3.1. Alur Penelitian Hubungan Tingkat Pendidikan dan pengetahuan


Tentang Status Gizi Dengan Kejadian Stunting di Desa Lendang
Ara

Sebelum melakukan pengambilan data ke responden, peneliti meminta izin

li
lii

ke kepala desa Lendang Ara, kemudian peneliti turun langsung ke lapangan ke

rumah responden untuk memberikan informed consent, jika responden setuju

untuk menjadi responden, maka peneliti meminta responden untuk mengisi

kuesioner dan anaknya diminta untuk diukur. Setelah itu peneliti mengumpulkan

data dari ibu yang mengisi kuesioner dan anak yang sudah diukur

antropometrinya, kemudian peneliti melakukan pengolahan data dengan

menggunakan Chi-square untuk kemudian menganalisa hasil yang didapatkan.

lii
liii

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Lendang Ara adalah salah satu desa yang merupakan wilayah

kerja Puskesmas Wajageseng kecamatan Kopang, Kabupaten

Lombok Tengah. Desa Lendang Ara berbatasan dengan:

a. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Lombok Timur

b. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bebuak

c. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Wajageseng

d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kopang

2. Analisis Univariat

Hasil analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi

frekuensi dan presentase dari setiap variabel, yaitu tingkat

pendidikan, tingkat pengetahuan, dan kejadian Stunting.

a. Karakteristik Responden

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan


Karakteristik Subjek Penelitian
Karakteristik Frekuensi Presentasi (%)
Biodata Orangtua
Umur
1. 20-29 Tahun 16 30,18
2. 30-40 tahun 31 58,49
3. >40 tahun 6 11,32
Total 53 100,0
Biodata Anak
Umur
1. 2 tahun 14 26,41
2. 3 tahun 31 58,49
3. 4 tahun 8 15,09
Total 53 100,0

Jenis Kelamin

liii
liv

1. Laki-laki 26 49,05
2. Perempuan 27 50,94
Total 53 100,0
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dari 53 responden diketahui

demografi sampel penelitian berdasarkan biodata orangtua sebagian

besar berusia antara 30 sampai dengan 40 tahun yaitu sebanyak 31

orang (58,49%) dan merupakan ibu-ibu yang memiliki anak Stunting.

Berdasarkan demografi anak, sebagian besar berusia 3 tahun

yaitu sebanyak 31 orang (58,49%) dan berjenis kelamin perempuan

yaitu sebanyak 27 orang (50,94%).

b. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden di Desa

Lendang Ara

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden di Desa


Lendang Ara
Tingkat Pendidikan N %
1. SD/Tidak sekolah 13 24,53
2. SMP 18 33,96
3. SMA 21 39,62
4. SARJANA 1 1,87
Total 53 100,0

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas diketahui bahwa tingkat

pendidikan responden selaku orangtua yang memiliki balita yang

mengalami stunting di Desa Lendang Ara sebagian besar adalah

SMA yaitu sebanyak 21 orang (39,62%) dan paling sedikit adalah

berpendidikan sarjana yaitu 1 orang (1,87%).

liv
lv

c. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Status Gizi

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan tentang Status


Gizi di Desa Lendang Ara
Tingkat Pengetahuan tentang N %
Status Gizi
Baik 14 26,42
Cukup 27 50,94
Kurang 12 22,64
Total 53 100,0

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas diketahui bahwa tingkat

pengetahuan orangtua yang memiliki balita yang mengalami stunting

tentang status gizi di Desa Lendang Ara sebagian besar adalah dalam

kategori cukup yaitu sebanyak 27 orang (50,94%) dan paling sedikit

adalah dengan tingkat pengetahuan kurang yaitu 12 orang (22,64%).

Hal ini dapat diketahui dari jawaban responden

berdasarkan kuesioner yang peneliti sebar pada saat penelitian.

d. Kejadian Stunting di Desa Lendang Ara

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Angka Kejadian Stunting di Desa


Lendang Ara
Angka Kejadian Stunting N %
Sangat Pendek 33 62,26
Pendek 20 37,74
Total 53 100,0

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas diketahui bahwa angka kejadian

stunting di Desa Lendang Ara sebagian besar adalah sangat pendek

yaitu sebanyak 33 orang (62,26%).

5. Analisa Bivariat

lv
lvi

a. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Angka Kejadian Stunting

di Desa Lendang Ara

Tabel 4.5 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Angka Kejadian


Stunting
Angka Kejadian Stunting
Tingkat Jumlah P-
Sangat Pendek Pendek
Pendidikan value
N % N % N %
SD/Tidak Sekolah 13 24,53 0 0 13 24,53
SMP 18 33,96 0 0 18 33,96 0,000
SMA 2 3,77 19 35,85 21 39,62
SARJANA 0 0 1 1,89 1 1,89
Total 33 62,26 20 37,74 53 100,0
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas diketahui bahwa sebagian besar

ibu berpendidikan hanya sampai SMA memiliki balita stunting dalam

hal ini pendek yaitu sebanyak 19 orang (35,85%), dan paling sedikit

yaitu ibu dengan tingkat pendidikan SMA memiliki anak stunting

dalam hal ini sangat pendek pendek yaitu 2 orang (3,77%).

Dari hasil analisis statistik antara tingkat pendidikan dengan

kejadian Stunting dengan menggunakan uji Chi-square diperoleh p-

value sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa ada hubungan tingkat

pendidikan dengan angka kejadian stunting di Desa Lendang Ara.

b. Hubungan Pengetahuan Tentang Status Gizi Dengan Angka

Kejadian Stunting

Tabel 4.6 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Angka Kejadian


Stunting
Pengetahuan Angka Kejadian Stunting
tentang Status Jumlah P-
Sangat Pendek Pendek
Gizi value
N % N % N %
Baik 6 11,32 8 9,64 14 26,42
Cukup 16 30,19 11 20,75 27 50,94 0,023
Kurang 11 20,75 1 1,89 12 22,64
Total 33 47,16 20 52,84 53 100,0
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas diketahui bahwa sebagian besar

ibu berpengetahuan cukup tentang status gizi memiliki balita stunting

lvi
lvii

dalam hal ini sangat pendek yaitu sebanyak 16 orang (30,19%) dan

paling sedikit ibu dengan tingakt pengetahuan kurang tentang status gizi

memiliki balita stunting dalam hal ini pendek yaitu 1 orang (1,89%).

Dari hasil analisis statistik antara tingkat pengetahuan tentang

status gizi dengan kejadian stunting dengan menggunakan uji Chi-

square diperoleh p-value sebesar 0,023 yang menunjukkan bahwa ada

hubungan pengetahuan tentang status gizi dengan angka kejadian

stunting di Desa Lendang Ara.

B. Pembahasan

1. Analisa Univariat

a. Karakteristik Responden di Desa Lendang Ara

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa karakteristik

responden berdasarkan umur orang tua terbesar adalah berada pada

usia 30-40 tahun yaitu sebanyak 31 orang (58,49%), sedangkan

berdasarkan umur anak yaitu berada pada usia 3 tahun yaitu sebanyak

31 orang (58,49%) dan berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 27

orang (50,94%).

Hal ini sejalan dengan teori bahwa Masa balita merupakan

masa yang rawan mengalami masalah kurang gizi, hal tersebut

dikarenakan pada masa balita tubuh mengalami pertumbuhan dan

perkembangan yang relatif cepat dibandingkan masa-masa yang lain.

Pertumbuhan dan perkembangan tubuh pada masa balita akan

menentukan kualitas pertumbuhan di masa yang akan datang. Masalah

stunting banyak terjadi pada balita kategori usia 13-38 bulan dan 29-

lvii
lviii

44 bulan. Hal tersebut kemungkinan terjadi karena bisa jadi stunting

pada balita tersebut terjadi sebelum balita mencapai 13-38 bulan dan

29-44 bulan, namun manifestasinya lebih nampak pada usia 13-38

bulan dan 29-44 bulan.

b. Tingkat Pendidikan Ibu Yang Memiliki Balita Stunting

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat

pendidikan responden selaku orangtua yang memiliki balita yang

mengalami stunting di Desa Lendang Ara sebagian besar adalah SMA

yaitu sebanyak 21 orang (39,62%).

Hal ini sejalan dengan teori Menurut UU RI No. 20 Tahun

2003 BAB VI Pasal 17-19, tingkat pendidikan mempunyai beberapa

jenis diantaranya yaitu; pendidikan dasar (SD/MI, SMP/MTs),

pendidikan menengah (SMA/MA, SMK/MAK), dan perguruan tinggi

(diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor). Terjadinya stunting

pada balita kemungkinan disebabkan karena rendahnya tingkat

pendidikan orang tua. Karena tingkat pendidikan rendah

memungkinkan orang tua tidak memahami pemberian gizi yang baik

untuk balita, serta kurangnya perilaku dalam menyehatkan anaknya

(Fauzi, et al., 2020).

Perubahan sikap dan perilaku sangat dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan yang lebih tinggi maka akan mudah lebih mudah

menyerap informasi (Nursalam dalam buku wawan dan Dewi M

2017) sehingga dapat mengimplementasikannya dalam perilaku dan

gaya hidup khususnya dalam kesehatan( (Wawan dan Dewi, 2017,

lviii
lix

sehingga pendidikan ibu yang tinggi akan menerapkan perilaku hidup

sehat dalam keluarga sehingga status gizi pada anak akan baik.

Sebaliknya pendidikan ibu yang rendah, tidak dapat menerapkan

perilaku hidup sehat dalam keluarga sehingga akan mengakibatkan

masalah stus gizi contohnya stunting pada balita. Pendidikan ibu

tampak lebih kuat hubungannya dengan stunting.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Rizcewaty dkk (2021) yang berjudul Hubungan Tingkat

Pendidikan Dan Pengetahuan Tentang Status Gizi Dengan Kejadian

Stunting Anak 12-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pulau

Kupang Kabupaten Kapuas Tahun 2021menunjukkan dari total dari

55 responden yang diteliti menunjukkan bahwa responden yang

memiliki pendidikan dasar sebanyak 40 orang (72.7%) sedangkan

yang memiliki pendidikan menengah sebanyak 15 orang (27.3%).

Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa responden

paling banyak memiliki pendidikan dasar sebanyak 40 orang (72.7%).

Hal ini sejalan dengan Hasil penelitian tahun 2018 yang

dilakukan oleh Budiawan di Provinsi Sulawesi Selatan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan kejadian

stunting pada balita. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat

pendidikan menjadi salah satu hal yang tidak bisa diabaikan.

Dikarenakan apabila semakin rendah tingkat pendidikan maka

proporsi masalah gizi pada balita semakin tinggi, begitu juga

sebaliknya (Budiawan, et al., 2018).

lix
lx

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Alwin Dakhi (2018) yang berjudul Hubungan Pendapatan Keluarga,

Pendidikan, Dan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Kejadian

Stunting Pada Anak Umur 6-23 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas

Jati Makmur Binjai Utara didapatkan bahwa dari 127 sampel,

pendidikan Ibu rendah sebanyak adalah 61 sampel (48,0%). dan

Pendidikan ibu yang tinggi sebanyak 66 sampel (52,0%).

Dari fakta dan teori diatas dapat diketahui bahwa tingkat

pendidikan merupakan komponen yang sangat penting, akan tetapi

orang tua yang memiliki balita stunting di Desa Lendang Ara sebagian

besar menduduki pendidikan menengah yaitu SMA. Pendidikan ibu

mempunyai peranan penting terhadap status gizi balita. Pendidikan

ibu yang meningkat akan membawa dampak pada investasi sumber

daya manusia yang berkualitas, karena dengan pendidikan ibu status

gizi balita akan meningkat dan pada akhirnya dapat meningkatkan

peluang kesempatan pendidikan balitanya sebagai modal dasar

peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas.

Tingkat pendidikan ibu tersebut terkait dengan kemudahan

ibu dalam menerima informasi tentang gizi dan kesehatan dari luar.

Ibu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mudah

menerima informasi dari luar, dibandingkan dengan ibu yang

memiliki tingkat pendidikan lebih rendah. Tingkat pendidikan pada

keluarga miskin sebagian besar dalam kategori rendah, hal ini

dikarenakan keterbatasan ekonomi yang dialami sehingga mereka

lx
lxi

tidak mampu melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih

c. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa diketahui

bahwa tingkat pengetahuan orangtua yang memiliki balita yang

mengalami stunting tentang status gizi di Desa Lendang Ara sebagian

besar adalah dalam kategori cukup yaitu sebanyak 27 orang (50,94%).

Tingkat pengetahuan ibu yang tinggi tidak menjamin memiliki

balita dengan status gizi yang normal. Ibu yang memiliki pengetahuan

yang baik diharapkan mampu mengaplikasikan pengetahuan yang

dimiliki dalam kehidupan sehari-hari. Namun, perilaku selain

dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor

lain, misalnya sosio ekonomi, sosio budaya, dan lingkungan

(Notoatmodjo, 2018).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alwin

Dakhi yang berjudul (2018) yang berjudul Hubungan Pendapatan

Keluarga, Pendidikan, Dan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan

Kejadian Stunting Pada Anak Umur 6-23 Bulan Di Wilayah Kerja

Puskesmas Jati Makmur Binjai Utara diperoleh dari 127 sampel,

didapatkan hasil persentase Pengetahuan Ibu kurang sebanyak adalah

38 sampel(29.9%). dan pengetahuan Ibu yang baik sebanyak 89

sampel (70.1%).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Rizcewaty dkk (2021) yang berjudul Hubungan Tingkat

Pendidikan Dan Pengetahuan Tentang Status Gizi Dengan Kejadian

lxi
lxii

Stunting Anak 12-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pulau

Kupang Kabupaten Kapuas Tahun 2021 menunjukkan dari total 55

responden yang diteliti menunjukkan bahwa responden yang memiliki

pengetahuan kurang sebanyak 50 orang (90.9%) sedangkan yang

memiliki pengetahuan cukup sebanyak 3 orang (5.5%) dan yang

memiliki pengetahuan baik sebanyak 2 orang (3.6%).

Salah satu penyebab gangguan gizi adalah kurangnya

pengetahuan gizi dan kemampuan seorang menerapkan informasi

tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat pengetahuan gizi

ibu mempengaruhi sikap dan perilaku dalam memilih bahan makanan,

yang lebih lanjut akan mempengaruhi keadaan gizi.

d. Kejadian Stunting di Desa Lendang Ara

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa angka kejadian

stunting di Desa Lendang Ara sebagian besar adalah sangat pendek

yaitu sebanyak 33 orang (62,26%).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Rizcewaty dkk (2021) yang berjudul Hubungan Tingkat

Pendidikan Dan Pengetahuan Tentang Status Gizi Dengan Kejadian

Stunting Anak 12-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pulau

Kupang Kabupaten Kapuas Tahun 2021 menunjukkan bahwa dari 55

responden yang diteliti bahwa sebagian besar responden memiliki

balita yang mengalami kejadian stunting pendek sebanyakk 33 orang

sebesar (60%).

Asumsi peneliti bahwa kejadian Stunting de Desa Lendang

lxii
lxiii

Ara masih terbilang tinggi, hal ini dikarenakan oleh tingkat

pendidikan dan tingkat pengetahuan ibu mengenai status gizi anak

balita masih terbilang rendah.

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan Pendidikan dengan Kejadian Stunting Di Desa

Lendang Ara

Berdasarkan hasil penelitian dari 53 responden ditemukan

bahwa sebagian besar ibu berpendidikan hanya sampai SMA memiliki

balita stunting dalam hal ini pendek yaitu sebanyak 19 orang

(35,85%). Dari hasil analisis statistik uji chi-square diperoleh p-value

0,000< 0,05 yang menunjukkan bahwa ada hubungan tingkat

pendidikan dengan angka kejadian stunting di Desa.

Pendidikan disebut sebagai efek dari lingkungan atas individu

untuk memperoleh perubahan-perubahan yang bersifat permanen

didalam kebiasaan tingkah laku, pikiran dan sikap. Dapat disimpulkan

bahwa pendidikan orang tua dalam merawat anak akan mempengaruhi

persiapan mereka menjalankan pengasuhan (Komal, 2019).

Salah satu faktor tidak langsung stunting adalah tingkat

pendidikan. Tingkat pendidikan individu ditetapkan berdasarkan

tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan

kemampuan yang dikembangkan. Tingkat pendidikan sekolah terdiri

dari dasar, menengah, dan tinggi. Sekolah Dasar merupakan tingkat

pendidikan pertama. Pendidikan menengah contohnya SMP, SMA,

dan SMK. Pendidikan menengah bertujuan mengantisipasi peserta

lxiii
lxiv

didik agar dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam

dunia kerja atau pendidikan tinggi. Strata 1, strata 2, dan strata 3

termasuk pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi bertujuan mendidik

peserta didik baru agar dapat menciptakan ilmu pengetahuan (Lestari,

2013).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dedeh

Husnaniyah, Depi Yulyanti, Rudiansyah tahun 2020 yang berjudul

Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kejadian Stunting

didapatkan bahwa dari 134 responden yang yang berpendidikan

Sekolah Dasar (SD) dan memiliki anak dengan stunting sebanyak 67

(50%) responden, ibu yang berpendidikan Sekolah Dasar (SD) dan

memiliki anak tidak stunting sebanyak 67 (50%) responden. Hasil

analisis dengan menggunakan chisquare diperoleh nilai p value =

0,005 (p < 0,05) maka dapat di simpulkan bahwa ada hubungan

anatara pendidikan ibu dengan kejadian stunting di wilayah kerja

Puskesmas Kandanghaur Indramayu.

Hasil penelitian menunjukan responden yang memiliki

tingkat pendidikan rendah lebih banyak mengalami stunting

dibandingkan dengan responden yang memiliki pendidikan tinggi.

Responden yang memiliki pendidikan rendah dan menderita stunting

diakibatkan oleh faktor pengetahuan yang kurang. Hal yang membuat

responden memiliki pengetahuan kurang berdasarkan wawancara pada

saat penelitian beberapa dari responden tersebut, disebabkan malu

untuk bertanya pada kader posyandu/bidan padahal mereka ikut dalam

lxiv
lxv

posyandu hampir setiap bulannya. Faktor malu bertanya tentang

pemenuhan gizi dan dalam menyediakan makanan dengan jenis dan

jumlah yang tepat agar anaknya dapat bertumbuh dan berkembang

sesuai usianya dikaitkan dengan tingkat kepercayaan ibu sehingga

kurang mencari informasi tentang kejadian pencegahan stunting

(Alwin, Dakhi, 2021).

Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Elfa Prabawati, Rininta Andriani (2020) yang berjudul Hubungan

Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Dengan Kejadian Stunting Pada

Balita 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Batauga Kabupaten

Buton Selatan Tahun 2020 menunjukkan bahwa sebagian besar

responden memiliki pengetahuan kurang yaitu 29 orang (55,88%), dan

setelah dilakukan uji statisti menggunakan chi Square ditemukan -

value =0,002 atau P-value<0,05 yang menunjukkan bahwa ada

hubungan antara tingkat Pengetahuan dengan kejadian stunting pada

balita di wilayah kerja Puskesmas Batauga.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Rizcewaty dkk (2021) yang berjudul Hubungan Tingkat

Pendidikan Dan Pengetahuan Tentang Status Gizi Dengan Kejadian

Stunting Anak 12-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pulau

Kupang Kabupaten Kapuas Tahun 2021 menunjukkan bahwa dari

total 55 responden menunjukkan hasil bahwa sebanyak 42.5%

responden yang memiliki tingkat pendidikan dasar mempunyai anak

dengan kejadian stunting sangat pendek, dan 57.5% responden yang

lxv
lxvi

memiliki tingkat pendidikan dasar mempunyai anak dengan kejadian

stunting pendek. Sedangkan ada sebanyak 33.3% responden yang

memiliki tingkat pendidikan menengah mempunyai anak dengan

kejadian stunting sangat pendek, dan ada sebanyak 66.7% responden

yang memiliki tingkat pendidikan menengah mempunyai anak dengan

kejadian stunting pendek. Berdasarkan hasil uji analisis yang

menggunakan uji chi-square menunjukkan nilai p = 0,757 > 0,05

maka Ho diterima dengan Ha ditolak berarti menunjukkan bahwa

tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian

stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Pulau Kupang Kabupaten

Kapuas

Tingkat pendidikan, khususnya tingkat pendidikan ibu

mempengaruhi derajat kesehatan. Hal ini terkait dengan peranan ibu

yang paling banyak pada pembentukan kebiasaan makan anak, karena

ibulah yang mempersiapkan makanan mulai mengatur menu,

berbelanja, memasak, menyiapkan makanan dan mendistribusikan

makanan.

b. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Stunting Di Desa

Lendang Ara

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar

ibu berpengetahuan cukup tentang status gizi memiliki balita stunting

dalam hal ini sangnat pendek yaitu sebanyak 16 orang (30,19%). Dari

hasil analisis statistik uji chi-square diperoleh p-value sebesar

0,023<0,05 yang menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan

lxvi
lxvii

tentang status gizi dengan angka kejadian stunting di Desa Lendang

Ara.

Hal ini sejalan dengan teori bahwa Pengetahuan merupakan

hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan terjadi melalui

pancaindera manusia yakni, indera pendengaran, penglihatan,

penciuman, perasaan dan perabaan. Sebagaian pengetahuan manusia

didapat melalui mata dan telinga (Wiwi, 2015).

Menurut Sulistin & Widajadnya (2015) pengetahuan gizi ibu

yang kurang baik dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor

pendidikan, dan sikap kurang peduli atau ketidakingintahuan ibu

tentang gizi, sehingga hal ini akan berdampak pada tumbuh kembang

anak balitanya yang akan mengalami gangguan pertumbuhan seperti

halnya stunting. Berdasarkan penelitian Ariyidah dkk (2015),

menyatakan bahwa status menyusui juga merupakan faktor risiko

terhadap kejadian stunting, rendahnya pemberian ASI ekslusif

menjadi salah satu pemicu terjadinya stunting pada anak balita yang

disebabkan oleh kejadian masa lalu dan akan berdampak terhadap

masa depan anak balita, sebaliknya pemberian ASI yang baik oleh ibu

akan membantu mejaga keseimbangan gizi anak sehingga tercapai

pertumbuhan anak yang normal.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Elfa Prabawati, Rininta Andriani (2020) yang berjudul Hubungan

Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Dengan Kejadian Stunting Pada

lxvii
lxviii

Balita 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Batauga Kabupaten

Buton Selatan Tahun 2020 menunjukkan bahwa ada hubungan antara

Pengetahuan dengan kejadian stunting pada balita di wilayah kerja

Puskesmas Batauga dengan dengan P-value =0,013 atau P-value

<0,05.

Hasil penelitian menunjukan responden yang memiliki

pengetahuan kurang lebih banyak mengalami stunting dibandingkan

dengan responden yang memiliki pengetahuan baik. Responden yang

memiliki pengetahuan kurang dan mengalami stunting Hal ini

akibatkan oleh pengetahuan ibu yang minim dan sikap kurang peduli

atau ketidakingintahuan ibu tentang gizi yang bersikap acuh tak acuh.

Misalnya pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan, beberapa alasan

dari responden yang tidak melakukan pemberian ASI eksklusif

dikarenakan sibuk bekerja, sehingga susu formula lebih praktis.

Sedangkan terhadap responden yang memiliki pengetahuan baik

namun mengalami stunting disebabkan oleh status ekonomi keluarga

yang rendah dimana dari 89 responden terdapat 48 responden

berpengasilan rendah. Dimana diantara responden tersebut 10

responden bekerja sebagai nelayan biasa yang menjajakan hasil

tangkapan ikannya di depan rumahnya ditambah lagi status rumah

yang mereka tempati. Sehingga kecukupan ekonominya sangat

terbatas dalam pemenuhuhan gizi dan kebutuhan sehari-hari (Elfa

Prabwati, 2020).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alwin

lxviii
lxix

Dakhi yang berjudul (2018) yang berjudul Hubungan Pendapatan

Keluarga, Pendidikan, Dan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan

Kejadian Stunting Pada Anak Umur 6-23 Bulan Di Wilayah Kerja

Puskesmas Jati Makmur Binjai Utara bahwa responden yang

pengetahuan kurang mempunyai anak balita stunting dalam penelitian

ini sebanyak 97,1%. Untuk responden yang Pengetahuan baik

mempunyai anak balita stunting dalam penelitian ini sebanyak 2,9%.

Anak yang stunting lebih banyak anak yang Pengetahuan Ibu yang

rendah. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,000

menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara Pengetahuan Ibu

dengan kejadian stunting.

Dari fakta dan teori diatas dapat diketahui bahwa

pengetahuan orang tua tentang status menjadi salah satu penyebab

kejadian stunting. Dimana sesuai fakta dari lapangan sendiri hampir

setengahnya memiliki pengetahuan tentang status gizi yang cukup,

akan tetapi hal tersebut juga menjadi salah satu penyebab tingginya

kejadian stunting di Desa Lendang Ara. Dikarenakan pengetahuan

orang tua akan mempengaruhi tingkah laku dalam mengasuh dan

mamantau pertumbuhan balita. Karena itulah orang tua yang memiliki

balita stunting di Desa Lendang Ara harus mengetahui dengan baik

pengetahuan tentang status gizi dan stunting agar dapat mencegah

tingginya kejadian stunting di Desa Lendang Ara.

lxix
lxx

C. Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian dilakukan dari rumah ke rumah setiap responden, sehingga

membutuhkan waktu yang cukup lama.

2. Penelitian yang seharusnya dilakukan 2 hari menjadi 2 minggu, karena

tidak bertemu langsung dengan sasaran.

lxx
lxxi

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Karakteristik responden sebagian besar adalah ibu yaitu 47 orang

(88,67%), dengan kategori umur sebagian besar adalah berada pada umur

30-40 tahun yaitu sebanyak 31 orang (58,49%). Kejadian Stunting di

Desa Lendang Ara diketahui bahwa sebagian besar pada kategori pendek

sebanyak 28 orang (52,83%)

2. Tingkat Pendidikan Ibu yang memiliki Balita Stunting di Desa Lendang

Ara sebagian besar adalah SMA yaitu sebanyak 21 orang (39,62%).

3. Tingkat Pengetahuan Ibu yang memiliki Balita Stunting tentang status

Gizi di Desa Lendang Ara sebagian besar adalah pada tingakat

pengetahuan cukup yaitu sebanyak 27 orang (50,94%)

4. Kejadian Stunting di Desa Lendang Ara sebagian besara adalah berada

pada kategori pendek sebanyak 33 orang (62,24%).

5. Sebagian besar ibu berpendidikan hanya sampai SMA memiliki balita

stunting dalam hal ini pendek yaitu sebanyak 19 orang (35,85%), dan

paling sedikit yaitu ibu dengan tingkat pendidikan SMA memiliki anak

stunting dalam hal ini sangat pendek pendek yaitu 2 orang (3,77%). Dari

hasil analisis statistik antara tingkat pendidikan dengan kejadian Stunting

dengan menggunakan uji Chi-square diperoleh p-value sebesar 0,000

lxxi
lxxii

yang menunjukkan bahwa ada hubungan tingkat pendidikan dengan

angka kejadian stunting di Desa Lendang Ara.

6. Sebagian besar ibu berpengetahuan cukup tentang status gizi memiliki

balita stunting dalam hal ini sangat pendek yaitu sebanyak 16 orang

(30,19%) dan paling sedikit ibu dengan tingakt pengetahuan kurang

tentang status gizi memiliki balita stunting dalam hal ini pendek yaitu 1

orang (1,89%). Dari hasil analisis statistik antara tingkat pengetahuan

tentang status gizi dengan kejadian stunting dengan menggunakan uji

Chi-square diperoleh p-value sebesar 0,023 yang menunjukkan bahwa

ada hubungan pengetahuan tentang status gizi dengan angka kejadian

stunting di Desa Lendang Ara.

B. SARAN

1. Bagi Puskesmas dan Bidan di Puskesamas Wajageseng

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Stunting untuk

puskesmas sebagai dasar melakukan upaya preventif dan

promotif terhadap kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas

Wajageseng.

2. Bagi Ibu-Ibu Balita di Wilayah kerja Puskesmas Wajageseng

Pada penelitian ini diharapkan pada masyarakat terutama ibu, untuk

memiliki inovasi dan pengetahuan terbaik dalam lingkup

kesehatan dalam keluarga terutama dalam perbaikan status gizi,

dan juga perilakunya agar dapat menekan angka kejadian

stunting di wilayah kerja Puskesmas Lendang Ara.

lxxii
lxxiii

3. Bagi institusi Pendidikan

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai kontribusi dalam

meningkatkan pengetahuan dan sikap mahasiswa sehingga

meningkatkan kepedulian terhadap Stunting.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti

selanjutnya pada bidang keilmuan yang sama serta dapat memberikan

masukan dan informasi yang dapat dijadikan referensi pada instansi terkait

lxxiii
lxxiv

DAFTAR PUSTAKA

Bappenas And Unicef. 2017. Laporan Baseline SDG Tentang Anak-Anak di


Indonesia.

Burhanudin Salam. 2015. Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara.

Cahyani, Vellim. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga
Dengan Kejadian Stunting dan Non-Stunting pada Remaja Putri di SMP
Negeri 1 Nguter Sukoharjo. Skripsi. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2017

Fuadiyah, Fikriyah. 2009. Penilaian Status Gizi Balita berdasarkan Berat Badan
terhadap Umur di Kecamatan Ciputat bulan September Tahun 2009.
Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Grantham-McGregor SM, Fernald LC., Sethurahman, K. (2015) Development


Potensial In The First 5 Years For Children In Developing Countries

Kemenkes RI. 2015. Panduan Pembinaan dan Penilaian Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat di Rumah Tangga melalui Tim Penggerak PKK

Kemenkes RI. 2016. Situasi Balita Pendek, Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.

Kemenkes RI., 2011. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:


1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian
Status Gizi Anak. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan
Anak. Direktorat Bina Gizi.

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar


(Riskesdas) Tahun 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Kementerian Kesehatan. 2011. Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan


Sehat (PHBS) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2269/Menkes/Per/XI/2011.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pemantauan Status Gizi


Tahun 2017. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2017

Krathwohl, David R. 2010. A Revision of Bloom’s Taxonomy: An Overview.


Theory into Practice Volume 41 Number 4. College of Education. The
Ohio State University.

MCA Indonesia.2014. Stunting dan Masa Depan Indonesia

lxxiv
lxxv

Ni’mah, Cholifatun, Lailatul Muniroh. 2015. Hubungan Tingkat Pendidikan,


Tingkat Pengetahuan Dan Pola Asuh Ibu Dengan Wasting Dan Stunting
Pada Balita Keluarga Miskin. Media Gizi Indonesia, Vol. 10, No. 1
Januari–Juni 2015

Notoatmodjo, S., 2018. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka
Cipta

Notoatmodjo, S., 2017. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka


Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT


Rineka Cipta

Nurjanah, Putri., 2013. Tingkat Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Dukuh Keden Wetan Kelurahan
Keden Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen Tahun 2013. Surakarta:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada

Nurkholis. 2013. Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi. Jurnal


Kependidikan. Vol. 1 No. 1 Nopember 2013

Pusat Data dan Informasi. 2018. Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia.
Buletin Jendela Data dan Informasi. ISSN 2088-270X

Rahayu, A., Yulidasari, F., Putri, A.O, Rahman, F., dan Rosadi, D. 2016. Faktor
Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pendek Pada Anak Usia 6-
24 Bulan. Jurnal Kesehatan Masyarakat. KEMAS 11 (2) (2016) xx-xx.
ISSN 1858-1196

Rahayu, Atika, dkk. 2018. Study Guide –Stunting Dan Upaya Pencegahannya
Bagi Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. Cetakan ke-1 Tahun 2018. CV.
Mine. ISBN:978-602-52833-1-4.

Schmidt, Charles W. “Beyond malnutrition: the role of sanitation in stunted


growth.” Environmental health perspectives. 122.11 (2014): A298.

Sujana, I Wayan Cong. 2019. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Indonesia. ADI
WIDYA: Jurnal Pendidikan Dasar. Volume. 4, Nomor 1 April 2019
ISSN: 2527-5445

Supariasa IDN Dkk. 2017. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC

Supariasa, dkk. 2015. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Supariasa, I.D.N., Bakri, B. and Fajar, I. (2012) Penilaian Status Gizi, 2nd
edition, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

Suparlan Suhartono. 2021. Dasar-Dasar Filsafat. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

lxxv
lxxvi

Surajiyo. 2012. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sutarto, Mayasari D, Indriyani R. Stunting, Faktor Resiko dan Pencegahannya. J


Agromedicine. 2018 Juni;5(1): 542

Tabrani. ZA. 2017. Sistem Pendidikan di Indonesia-Antara Solusi dan Ilusi.


Artikel. Fakultas Tarbiyah Universitas Serambi Mekkah Indonesia.

Widiastuti, Rosita N. 2019. Bersama Perangi Stunting. Direktorat Jenderal


Informasi dan Komunikasi Publik. Kementerian Komunikasi dan
Informatika

lxxvi
lxxvii

Lampiran 1. Permohonan Izin Penelitian

MOHON PARTISIPASI

Kepada Yth. Bapak/Ibu Responden .


Saya Sulastri adalah salah seorang mahasiswa Program studi Kebidanan
di STIKES HAMZAR Lombok Timur. Saat ini saya sedang melakukan penelitian
untuk penyusunan tugas akhir/Skripsi berjudul “Hubungan Tingkat Pendidikan
dan Pengetahuan Tentang Status Gizi dengan Angka Kejadian Stunting di
Desa Lendang Ara Wilayah Kerja Puskesmas Wajageseng”. Untuk keperluan
tersebut, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi mengisi kuesioner
ini.
Kuisioner ini semata-mata hanya digunakan untuk kepentingan
penyelesaian skripsi dan tidak berpengaruh apapun terhadap Bapak/Ibu. Atas
partisipasinya saya ucapkan banyak terima kasih.

Lombok Tengah,

………….2022

Peneliti

Sulastri

lxxvii
78

Lampiran 2. Lembar Penjelasan Penelitian

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Yth,
Bapak dan ibu

Saya Sulastri adalah salah seorang mahasiswa Program studi Kebidanan di


STIKES HAMZAR Lombok Timur. Saat ini saya sedang melakukan penelitian
untuk penyusunan tugas akhir/Skripsi berjudul:

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN


TENTANG STATUS GIZI DENGAN ANGKA KEJADIAN STUNTING DI
DESA LENDANG ARA WILAYAH KERJA PUSKESMAS WAJAGESENG

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan
dan pengetahuan tentang status gizi dengan angka kejadian stunting di Desa
Lendang Ara Wilayah Kerja Puskesmas Wajageseng.

Pada penelitian ini yang saya melakukan pemeriksaan tinggi dan berat
badan anak untuk mengetahui stunting dan dimasukan ke dalam kriteria inklusi.
selanjutnya saya melihat status gizi pada keluarga subjek. Pada lazimnya
penelitian ini tidak akan menimbulkan hal-hal yang berbahaya bagi Bapak/ Ibu
sekalian.

Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak/Ibu yang telah ikut


berpartisipasi dalam penelitian ini, diharapkan Bapak/Ibu bersedia mengisi lembar
persetujuan turut serta dalam penelitian yang telah disiapkan.

Lombok Tengah,

………….2022
Peneliti

Sulastri

78
79

Lampiran 3. Lembar Informed Consent

LEMBAR INFORMED CONSENT

Saya yang bertandatangan dibawah ini:


Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :

Setelah mempelajari dan mendapatkan penjelasan yang sejelas-jelasnya mengenai


penelitian yang berjudul Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan tentang
Status Gizi dengan Angka Kejadian Stunting di Desa Lendang Ara Wilayah Kerja
Puskesmas Wajagesen, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan
mengizinkan dilakukan pemeriksaan pada anak saya:

Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Tinggi Badan :
Berat Badan :

Demikianlah surat pernyatan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Lombok Tengah,

………….2022

Responden

79
80

Lampiran 4. Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN


TENTANG STATUS GIZI DENGAN ANGKA KEJADIAN
STUNTING DI DESA LENDANG ARA WILAYAH KERJA
PUSKESMAS WAJAGESENG

Penjelasan:
Pilihlah satu satu jawaban yang Bapak/Ibu anggap benar

I. Pengetahuan Ibu tentang Status Gizi


1. Menurut Ibu apa yang dimaksud dengan ASI Eksklusif?
c. 0-6 bulan hanya asi saja tanpa diberi makan
d. 0-5 bulan hanya asi saja dan diberi makan
e. Sejak lahir diberi asi dan makan
2. Menurut ibu ASI diberikan sampai anak umur?
a. 0-24 bulan
b. 0-12 bulan
c. 0-6 bulan
3. Menurut ibu Apa itu MP-ASI?
a. Makanan Pendamping ASI
b. Makanan pokok ASI
c. Makanan pengganti ASI
4. Menurut ibu, sebaiknya anak mulai diberi makan umur…..
a. >6 bulan
b. 4 bulan
c. Sejak lahir 5
5. Menurut ibu, apa fungsi makanan bagi anak………
a. Sebagai zat pembangun, zat tenaga, dan zat pengatur
b. Sebagai zat tenaga dan menunda rasa lapar
c. Memberi rasa kenyang

80
81

6. Menurut ibu apa fungsi dari asupan protein…..


a. Pertumbuhan dan memelihara jaringan tubuh
b. Menjaga kesehatan tubuh
c. Membuat anak pintar
7. Menurut ibu memberi makan anak seharusnya disesuaikan dengan….
a. Usia dan kebutuhan gizi anak
b. Kesukaan anak
c. Kesenangan ibu
8. Menurut ibu, bentuk makanan anak sebaiknya…..
a. Sesuai dengan umur
b. Sesuai dengan kebutuhan
c. Sesuai dengan kesukaan anak
9. Apakah dirumah ibu sering menghidangkan makanan yang beranekaragam
(terdiri dari: makanan pokok, sayur, lauk hewani, lauk nabati, dan buah) ?
a. Sering
b. Selalu
c. Tidak pernah
10. Menurut ibu sumber lauk hewani yang baik untuk anak adalah…
a. Ikan, produk susu, ayam, telur
b. Ikan, ayam, telur, tahu
c. Telur, hati ayam, tempe
11. Menurut ibu, menu seimbang itu seperti apa?
a. Nasi + ikan + sayur +Buah
b. Nasi + ikan+Buah
c. Nasi + buah+sayur
12. Kekurangan

asupan

makanan

bergizi

81
82

terhadap anak
akan
mengakibatkan......
a. Masalah status gizi pada anak
b. Sakit
c. Lapar

13. Menurut ibu, sayur adalah sumber……


a. Vitamin dan mineral
b. Vitamin dan air
c. Vitamin dan protein
14. Menurut ibu sumber makanan yang mengandung protein nabati adalah…..
a. Tahu, tempe, dan kacang-kacangan
b. Kacang hijau, tempe, telur
c. Ikan, telur, tempe
15. Asupan makanan yang baik pada anak akan membuat ….
a. Status gizi anak baik
b. Anak gendut
c. Anak anak kuat
16. Menurut ibu vitamin D sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan ?
a. Tulang dan gigi
b. Tulang dan otot
c. Gigi dan otot
17. Asam lemak esensial omega-3 yang baik untuk perkembangan otak anak-
anak banyak terdapat pada...
a. minyak ikan, kacang-kacangan dan vitamin B komplek
b. sayuran berwarna kuning dan merah
c. minyak kelapa, buah-buahan dan vitamin C
18. Bahan pangan di bawah ini yang banyak mengandung vitamin A adalah
a. pepaya, labu kuning dan brokoli
b. tahu, tempe kedelai, bakso
c. cumi-cumi, udang, ikan

82
83

19. Menurut ibu untuk mencegah agar tidak hilang zat gizi pada bahan
makanan sebaiknya pengolahan bahan makanan yaitu…..
a. di cuci dulu baru dipotong
b. dipotong dulu baru dicuci
c. dipotong dan tidak dicuci

20. Menurut ibu, pertumbuhan anak seharusnya?


a. Bertambah umur disertai dengan bertambahnya tinggi/panjang badan
dan berat badan anak
b. Bertambahnya tinggi anak adan sehat
c. Sehat dan pintar

Sumber : Mardiana, S (2020).

83
84

Tanggal Tanggal PB/T


No Nama Balita L/P Nama Orangtua Alamat Posyandu Desa Umur BB Posisi BMI Status Gizi
Lahir Pengukuran B
34 Denis L 03-02-2013 Wahyuni S. Tiram Merak Secanggang 15-02-2018 58 14,9 H 99,6 15,0 Pendek
35 Ipnuh Khoyum L 01-03-2014 Sumiyati S. Tiram Merak Secanggang 15-02-2018 48 14,6 H 94 16,5 Pendek
36 Riski Akilanda L 05-08-2015 Sariyem S. Tiram Merak Secanggang 15-02-2018 30 13,9 H 85 19,2 Pendek
37 Mipta Hujana P 12-02-2017 Isnaini S. Tiram Merak Secanggang 15-02-2018 13 5,2 L 58,1 15,4 Sangat Pendek
38 Apipa Putri P 08-08-2015 Sumiatun S. Tiram Merak Secanggang 15-02-2018 30 12,3 H 81,4 18,6 Pendek
39 Pahru raji L 08-09-2015 Siska S. Tiram Merak Secanggang 15-02-2018 29 10,3 H 82,9 15,0 Pendek
40 Aska Pratama L 06-07-2016 Nurhayati S. Tiram Merak Secanggang 15-02-2018 19 9,7 H 76,4 16,3 Pendek
41 Haisah P 12-06-2016 Martina S. Tiram Merak Secanggang 15-02-2018 20 7,5 H 70,6 14,8 Sangat Pendek
42 Raka L 10-05-2015 Suniawati S. Tiram Merak Secanggang 15-02-2018 27 10,2 H 80,3 15,8 Pendek
43 Alkalifi L 03-05-2014 Vina S. Tiram Merak Secanggang 15-02-2018 45 13,8 H 74,1 25,1 Sangat Pendek
44 Alia P 09-05-2016 Wati S. Tiram Merak Secanggang 15-02-2018 21 7,1 L 71,1 14,0 Sangat Pendek
45 Raysa P 07-05-2015 Siska S. Tiram Merak Secanggang 15-02-2018 30 80,5 H 80,5 124 Pendek
46 Rasida Hubsi P 24-05-2015 Juli Hulu Tengah Nuri Secanggang 13-02-2018 32 8,5 H 71,5 16,6 Sangat Pendek
47 Khairun Najiha P 21-03-2017 Yeni Hulu Tengah Nuri Secanggang 13-02-2018 10 6,4 L 67 14,3 Pendek
48 Liza Rosalia P 19-11-2015 Sariah Hulu Tengah Nuri Secanggang 13-02-2018 26 9,5 H 73 17,8 Sangat Pendek
49 Nazia P 11-01-2013 Sariah Hulu Tengah Nuri Secanggang 13-02-2018 61 10,9 H 79 17,5 Sangat Pendek
50 Rian Riadi L 06-06-2015 Ria Hulu Tengah Nuri Secanggang 13-02-2018 32 10,9 H 79 17,5 Sangat Pendek
51 Marwa Safam P 06-12-2015 Mariati Hulu Tengah Nuri Secanggang 13-02-2018 26 11 H 78 18,1 Sangat Pendek
52 M. Rehan L 30-08-2015 Suhani Hulu Tengah Nuri Secanggang 13-02-2018 29 98 H 78 161 Sangat Pendek
53 Wina P 28-03-2016 Hazlin Hulu Tengah Nuri Secanggang 13-02-2018 22 9,9 L 79 15,9 Pendek
54 Dau Irfandi L 19-08-2013 Harnida Hulu Tengah Nuri Secanggang 13-02-2018 53 10,2 H 80 15,9 Sangat Pendek
55 Irwan Syaputra L 10-04-2013 Ponira Hulu Tengah Nuri Secanggang 13-02-2018 58 14,2 H 98 14,8 Pendek
56 Fana L 25-03-2014 Rini Jl Selotong Garuda Secanggang 15-02-2018 46 14,4 H 90,5 17,6 Pendek
57 Karisa Aulia P 12-04-2016 Dewi Jl Selotong Garuda Secanggang 15-02-2018 22 11 L 79,6 17,4 Pendek
58 Samsudin L 11-06-2015 Siti Jl Selotong Garuda Secanggang 15-02-2018 32 9,5 H 76,2 16,4 Sangat Pendek
59 Wansaid L 30-03-2017 Juliana K. Lama Merak Secanggang 19-02-2018 10 72 67,4 15,8 Pendek
60 Ayu Seprida P 21-09-2015 Mahendra/fatar Dusun Hilir Bangau Secanggang 19-02-2018 28 10,7 H 81,5 16,1 Pendek
61 M. Yasin L 23-05-2014 M. Nur/Melinda Dusun Hilir Bangau Secanggang 19-02-2018 44 14,2 H 92,5 16,6 Pendek
62 Yanesa P 30-11-2013 Jumrik/Jubaidah Dusun Hilir Bangau Secanggang 19-02-2018 50 12,2 H 92,5 14,3 Pendek

84
85

63 Jefri Farina L 17-11-2015 Imam Fauzi/Erna A. Mesjid Bangau Secanggang 19-02-2018 27 9,4 H 78 15,5 Sangat Pendek
64 Safira Aulia P 28-02-2014 Halima/Lukman Dusun Hilir Bangau Secanggang 15-02-2018 47 12 H 84 17,0 Sangat Pendek
65 Asila Azahra P 15-04-2016 Fitri/Sopyan Dusun Hilir Bangau Secanggang 15-02-2018 22 9,5 L 78 15,6 Pendek
66 Aruzi L 13-12-2013 Desi/Sudrajat Dusun Hilir Bangau Secanggang 15-02-2018 50 12 H 92 14,2 Pendek
67 Al Hadi Akbar L 25-06-2016 Salma/Suryadi Dusun Hilir Bangau Secanggang 15-02-2018 19 9,7 L 74,5 17,5 Sangat Pendek
68 Levin Al Rasyid L 31-07-2014 Aulia Ulfa/Suryono Dusun Hilir Bangau Secanggang 15-02-2018 42 13 H 90 16,0 Pendek

85
86

86
87

87
88

88
89

89
90

90
91

91
92

92
93

93
94

94
95

95
96

96
97

97

Anda mungkin juga menyukai