Anda di halaman 1dari 62

SKRIPSI

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN DISMENORE PADA


REMAJA KELAS X DAN XI DI SMA NEGERI 1
PARLILITAN KABUPATEN HUMBANG
HASUNDUTAN TAHUN 2018

DESI SIMANULLANG
PO7524517076

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN


JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D-IV KEBIDANAN
TAHUN 2018
SKRIPSI

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN DISMENORE PADA


REMAJA KELAS X DAN XI DI SMA NEGERI 1
PARLILITAN KABUPATEN HUMBANG
HASUNDUTAN TAHUN 2018

Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi


Diploma IV

DESI SIMANULLANG
PO7524517076

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D-IV KEBIDANAN
TAHUN 2018
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : HUBUNGAN ANEMIA DENGAN DISMENORE PADA


REMAJA KELAS X DAN XI DI SMA NEGERI 1 PARLILITAN
KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2018

NAMA : DESI SIMANULLANG


NIM : P07524517076

Telah Diterima dan Disetujui Untuk Diseminarkan Dihadapan Penguji


Medan, 24 Juli 2018

Menyetujui
Pembimbing Utama

Idau Ginting, SST, M.Kes


NIP.195408191980032002

Ketua Jurusan Kebidanan Medan


Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

Betty Mangkuji, SST, M.Keb


NIP. 196609101994032001
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : HUBUNGAN ANEMIA DENGAN DISMENORE PADA


REMAJA KELAS X DAN XI DI SMA NEGERI 1 PARLILITAN
KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2018

NAMA : DESI SIMANULLANG


NIM : P07524517076

Skripsi ini telah Diuji pada Sidang Ujian Akhir Program


Jurusan D-IV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan
Selasa, 24 Juli 2018

MENGESAHKAN
TIM PENGUJI

PENGUJI I PENGUJI II

IDAU GINTING, SST, M.Kes Drs. MUKAMTO, MPH


NIP.195408191980032002 NIP. 1953111519771010001

KETUA PENGUJI

EVI DESFAUZA, SST, M.Kes


NIP. 195912281983022001

MENGETAHUI
KETUA JURUSAN KEBIDANAN

BETTY MANGKUJI, SST, M.Keb


NIP. 196609101994032001
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN
JURUSAN KEBIDANAN
SKRIPSI, JULI 2018

DESI SIMANULLANG

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN DISMENORE PADA REMAJA KELAS X DAN


XI DI SMA NEGERI 1 PARLILITAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
TAHUN 2018

viii + 35 halaman+ 6 tabel + 11 lampiran

ABSTRAK

Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia.


Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, anemia pada anak
usia 5-14 tahun (Hb kurang dari 12,0 g/dL) sebesar 26,4%. Bagi remaja yang
memiliki aktifitas tinggi maka anemia dapat mempengaruhi masa haid remaja
misalnya dismenorea. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan anemia
dengan dismenore pada remaja putri.
Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional.
Populsai penelitian ini adalah semua siswi kelas X dan XI SMA Negeri 1 Parlilitan
sebanyak 246 orang yang terdiri dari 10 kelas. Dari populasi tersebut diambil
sampel sebanyak 80 orang, teknik sampling yang digunakan adalah random
sampling. Instrumen menggunakan lembar kuesioner, analisis statistika dengan
uji statistik chi square, taraf signifikan 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden yang anemia
mengalami dismenore sebanyak 28 responden (84,8%) dan yang tidak
dismenore sebanyak 5 responden (15,2%). Sedangkan responden yang tidak
anemia mengalami dismenore sebanyak 24 responden (51,1%) dan yang tidak
dismenore 23 responden (48,9%). Hasil uji statistik dengan menggunakan chi
square didapatkan nilai p= 0,004 dan nilai RR= 1,66.
Kesimpulan ada hubungan anemia dengan dismenore pada remaja kelas
X dan XI di SMA Negeri 1 Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun
2018. Disarankan kepada pihak Puskesmas setempat untuk memberikan
penyuluhan kepada siswi SMA Negeri 1 parlilitan tentang makanan bergizi
seimbang yang banyak mengandung Fe sehingga dapat mencegah dan
mengatasi kejadian anemia pada remaja putri.

Kata Kunci : Anemia, Dismenore, Remaja


Daftar Pustaka : 28 (2004-2017)
MEDAN HEALTH POLYTECNIC OF MINISTRY OF HEALTH
EXTENSION PROGRAM OF APPLIED HEALTH SCIENCE IN MIDWIFERY
THESIS, JULI 2018

DESI SIMANULLANG

RELATIONSHIP BETWEEN ANEMIA AND DYSMENORRHEA IN


ADOLESCENTS OF CLASS X AND XI AT SMA NEGERI 1 PARLILITAN OF
HUMBANG HASUNDUTAN DISTRICT in 2018

viii + 35 pages + 6 tables + 11 attachments

ABSTRACT

Anemia is a nutritional problem that is widely found throughout the world.


Based on the 2013 Basic Health Research (Riskesdas) data, anemia in children
aged of 5-14 years (Hb less than 12,0 g/dl) was 26,4%. For adolescents who
have high activity, anemia can affect teenage menstruation such as
dysmenorrhea. The purpose of this study was to determine therelationship of
anemia with dysmenorrhea in young women.
The research is analytical with a cross sectional approach. The population
of this study were all students of class X and XI of SMA Negeri 1 Parlilitan as
many as 246 peoples consisting of 10 classes. From the population, a sample of
80 people was taken, the sampling technique used was random sampling. The
instrument uses a questionnaire sheet, statistical analysis with chi square
statistical test, a significant level of 0,05.
The result showed that most of the respondents who were anemic
experienced dysmenorrhea as many as 28 respondents (84,8%) and those who
did not dysmenorrhea were 5 respondents (15,2%). While respondents who were
not anemic experienced dysmenorrheal as many as 24 respondents (51,1%) and
those who did not dysmenorrhea was 23 respondents (48,9%). Statistical test
results using chi square obtained p=0,004 and RR=1,66.
Conclusion showed that there was a relationship of anemia with
dysmenorrhea in adolescents of class X and XI at SMA Negeri 1 Parlilitan of
Humbang Hasundutan District in 2018. It is suggested to the local health centers
to provide counseling to students of SMA Negeri 1 Parlilitan especially about
balanced nutritious foods that contain lots of Fe so its can prevent and overcome
the incidence of anemia in young women.

Keywords : Anemia, Dysmenorrhe, Adolescence


References : 28 (200-2017)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkat dan
rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hubungan Anemia dengan Dismenore pada Remaja Kelas X Dan XI di SMA
Negeri 1 Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2018” sebagai salah
satu syarat menyelesaikan pendidikan Sarjana Terapan Kebidanan pada
Program Studi D-IV Kebidanan Medan Politeknik Kesehatan Kementerian
kesehatan RI Medan.
Dalam hal ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada:
1. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI
Medan, yang telah memberikan kesempatan menyusun skripsi ini.
2. Betty Mangkuji, SST, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes RI Medan yang telah memberikan kesempatan menyusun
skripsi ini.
3. Yusniar Siregar, SST, M.Kes selaku Ketua Program Studi D-IV
Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan yang telah memberikan
kesempatan menyusun skripsi ini.
4. Idau Ginting, SST, M.Kes selaku pembimbing I yang telah memberikan
masukan dan bimbingan sehingga skripsi ini terselesaikan.
5. Drs. Mukamto, MPH selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan sehingga skripsi ini terselesaikan.
6. Evi Desfauza, SST, M.Kes selaku ketua penguji yang telah meluangkan
waktu dan sabar dalam menguji skripsi ini.
7. Ardiana Batubara, SST, M.Keb selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan arahan dan bimbingan sehingga proposal skripsi ini
terselesaikan.
8. Panutur Simorangkir, S.Pd selaku kepala Sekolah SMA Negeri 1 Parlilitan
yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penyusunan skripsi
ini.
9. Siswi kelas X dan XI SMA Negeri 1 Parlilitan atas kerjasama yang baik
bersedia menjadi responden dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Kedua orang tua saya J. Simanullang dan L. Sitohang, S.Pd serta kakak
kandung saya K. Situmorang, S.Pd/ M. Simanullang, S.Pd, Swandi
Simanullang, S.Pd, Rio H. Simanullang S. Hut, Roi H. Simanullang dan
Rosa E. Simanullang, S.Pd atas cinta, doa dan dukungan yang selalu
diberikan sehingga skripsi ini selesai pada waktunya.
11. Seluruh pihak yang tidak dapat dicantumkan namanya satu per satu yang
telah banyak membantu dan memberikan dukungan serta semangat
dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala
amal baik yang telah diberikan dan semoga skripsi ini berguna bagi semua pihak
yang memanfaatkan. Akhir kata saya ucapkan terimakasih.

Medan, Juli 2018

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ......................................................................................................... i

KATA PENGATAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1


A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4
C.1 Tujuan Umum...................................................................................... 4
C.2 Tujuan Khusus .................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4
D.1 Manfaat Teoritis .................................................................................... 4
D.2 Manfaat Praktis .................................................................................... 4
E. Keaslian Penelitian ..................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 8


A. Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 8
A.1. Dismenore ........................................................................................... 8
A.1.1 Pengertian Dismenore ................................................................. 8
A.1.2 Klasifikasi Dismenore ................................................................... 8
A.1.3 Derajat Dismenore ..................................................................... 10
A.1.4 Diagnosa Dismenore ................................................................. 11
A.2. Anemia............................................................................................... 11
A.2.1 Pengertian Anemia ................................................................... 11
A.2.2 Diagnosa Anemia ..................................................................... 12
A.2.3 Batasan Anemia ....................................................................... 12
A.2.4 Penyebab Anemia .................................................................... 12
A.2.5 Gejala Anemia .......................................................................... 16
A.2.6 Dampak Anemia ....................................................................... 16
A.2.7 Cara Pencegahan danPenanggulangan Anemia ...................... 16
A.3. Hubungan Anemia dengan Dismenore .............................................. 18
B. Kerangka Teori ......................................................................................... 19
C. Kerangka Konsep ..................................................................................... 19
D. Definisi Operasional .................................................................................. 20
E. Hipotesis ................................................................................................... 20
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 21
A. Jenisdan Desain Penelitian ....................................................................... 21
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 21
C. Populasi dan Sampel Penelitian................................................................ 22
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data........................................................... 24
E. Alat Ukur/Instrumen dan Bahan Penelitian ................................................ 25
F. Uji Validitas dan Reabilitas ........................................................................ 25
G. Prosedur Penelitian ................................................................................... 25
H. Pengolahan dan Analisis Data .................................................................. 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 28


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................................... 28
B. Hasil Penelitian ......................................................................................... 28
B.1 Analisi Univariat .................................................................................. 28
B.2 Analisi Bivariat .................................................................................... 29
C. Pembahasan............................................................................................. 30
C.1 Kejadian Anemia ................................................................................ 30
C.2 Kejadian Dismenore ........................................................................... 31
C.3 Hubungan Anemia dengan Dismenore ............................................... 32

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 34


A. Simpulan .................................................................................................. 34
B. Saran ........................................................................................................ 34

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Batasan Normal Kadar Hb Menurut Umur dan Jenis Kelamin... 12

Tabel 2.2 Defenisi Operasional Variabel Penelitian……………………….. 20

Tabel 3.1 Sebaran/ Distribusi Sampel Berdasarkan Kelas……………….. 24

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Status Anemia pada Remaja Kelas X dan
XI di SMA Negeri 1 Parlilitan Kabupaten Humbang
Hasundutan Tahun 2018………………………………………….. 28

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kejadian Dismenore pada Remaja Kelas


X dan XI di SMA Negeri 1 Parlilitan Kabupaten Humbang
Hasundutan Tahun 2018………………………………………….. 29

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hubungan Anemia dengan Dismenore


pada Remaja Kelas X dan XI di SMA Negeri 1 Parlilitan
Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2018………………... 29
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Hak Cipta

Lampiran 2 Lembar Pernyataan Bukan Plagiat

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian

Lampiran 4 Surat Balasan Penelitian

Lampiran 5 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 6 Kuesioner Penelitian

Lampiran 7 Etical Clearence

Lampiran 8 Master Tabel

Lampiran 9 Hasil Uji Statistik

Lampiran 10 Kartu Bimbingan Skripsi

Lampiran 11 Daftar Riwayat Hidup


BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia,


tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita
anemia diperkirakan dua milyar dengan prevalensi terbanyak di wilayah Asia dan
Afrika. Bahkan World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa anemia
merupakan 10 masalah kesehatan terbesar diabad modern. Kelompok yang
beresiko tinggi menderita anemia adalah wanita usia subur (WUS), ibu hamil,
anak usia sekolah dan remaja (Briawan, 2014).
Anemia merupakan suatu keadaan ketika jumlah sel darah merah atau
konsentrasi pengangkut oksigen dalam darah (Hb) tidak mencukupi untuk
kebutuhan fisiologis tubuh. Menurut WHO dan pedoman Kemenkes 1999, cut-off
points atau batasan anemia berbeda-beda antar kelompok umu maupun
golongan individu. Rujukan cut-off point anemia pada balita 12-59 bulan adalah
kadar Hb dibawah 11,0 g/dL, anak sekolah usia 6-12 tahun bila kadar Hbnya
<12,0 g/dL, ibu hamil bila kadar Hb-nya di bawah 11,0 g/dL, wanita usia subur
15-49 tahun bila kadar Hb <12,0 g/dL. Sementara itu, laki-laki berusia ≥15 tahun
dianggap mengalami anemia bila kadar Hb <13,0 g/dL. Kelompok umur atau
golongan individu tertentu dianggap lebih rentan mengalami anemia
dibandingkan kelompok lainnya (Kemenkes, 2013).
Anemia di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013 masih dijumpai 28,1% pada balita dengan kadar hemoglobin
(Hb) kurang dari 11,0 g/dL, anak usia 5- 14 tahun (Hb kurang dari 12,0 g/dL)
sebesar 26,4%, dan pada wanita hamil 37,1%. Anemia pada daerah perdesaan
lebih tinggi (22,8%) dibanding perkotaan (20,6%) (Kemenkes, 2013).
Anemia defisiensi zat besi adalah penurunan jumlah sel darah merah zat
dalam darah yang disebabkan oleh zat besi yang terlalu sedikit. Dibandingkan
pria, wanita lebih mungkin untuk mengalami anemia defisiensi zat besi karena
kehilangan darah setiap bulan melalui menstruasi normal (Proverawati, 2011).
Pada wanita dengan anemia defisiensi zat besi jumlah darah haidnya juga lebih
banyak. Kebanyakan wanita tidak merasakan gejala – gejala pada waktu haid,
tetapi sebagian merasa berat di panggul atau merasa nyeri (dismenore). Keluhan
nyeri saat menstruasi, seperti kram di tengah bawah rahim sampai mengganggu
aktivitas tak jarang dialami oleh remaja, terutama remaja sekolah dengan tingkat
aktivitas fisik yang tinggi (Prawirohardjo, 2009).
Menurut World Health Organization (WHO) angka kejadian nyeri haid di
dunia sangat tinggi. Angka kejadian dismenore sebesar 1.769.425 jiwa (90%)
dengan 10-15% mengalami dismenore berat. Rata-rata lebih dari 50%
perempuan di setiap negara mengalami nyeri haid. Prevalensi nyeri haid di
Amerika Serikat diperkirakan 45-90%. Insiden nyeri haid pada remaja dilaporkan
sekitar 92%, dari Swedia dilaporkan nyeri haid pada 90% wanita yang berusia
kurang dari 19 tahun dan 67% wanita yang berusia 24 tahun. Prevalensi
dismenore di Indonesia sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89% dismenore
primer dan 9,36% dismenore sekunder. Dismenore primer dialami oleh 60-75%
remaja, dengan tiga perempat dari jumlah remaja tersebut mengalami nyeri
ringan sampai berat dan seperempat lagi mengalami nyeri berat. Penelitian di
Amerika Serikat menyebutkan bahwa dismenore dialami oleh 30%-50% wanita
usia reproduksi dan 10%-15% diantaranya kehilangan kesempatan kerja,
mengganggu kegiatan belajar di sekolah dan kehidupan keluarga. Begitu pula
angka kejadian dismenore di Indonesia cukup tinggi, namun yang berobat ke
pelayanan kesehatan sangatlah sedikit, yaitu hanya 1% - 2% (Ramli, 2017).
Di Indonesia menurut hasil penelitian Pusat Informasi dan Konseling
Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR), angka kejadian dismenore primer
sebesar 72,89% dan dismenore sekunder sebesar 27,11%. Angka kejadian
dismenore yang terjadi pada perempuan usia produktif berkisar antara 45-95%.
Dismenore menyebabkan 14% dari pasien remaja sering tidak hadir di sekolah
dan tidak menjalani kegiatan sehari-hari (Proverawati dan Misaroh, 2009).
Bentuk dismenore yang banyak dialami oleh remaja adalah kekakuan
atau kejang di bagian bawah perut. Rasanya sangat tidak nyaman sehingga
menyebabkan mudah marah, gampang tersinggung, mual, muntah, kenaikan
berat badan, perut kembung, punggung terasa nyeri, sakit kepala, timbul jerawat,
tegang, lesu, dan depresi. Gejala ini datang sehari sebelum haid dan
berlangsung 2 hari sampai berakhirnya masa haid. Berdasarkan penelitian
Parker MA et al. terdapat beberapa gangguan psikologi yakni dilaporkan 73%
merasa ingin marah-marah, 65% depresi, 52% merasa sangat sedih, 32%
merasa kewalahan, dan 25% merasa ingin bersembunyi. Selain itu gejala lain
yang menyertai dismenore menurut penelitian Novia dan Puspitasari (2008)
adalah rasa nyeri bagian bawah perut (38,3%), paha terasa ngilu (12,57%), mual
(5,98%), pusing (10,78%), sakit pada punggung bawah (23,3%) , kaki bagian
belakang sakit (5,98%), diare (1,2%), susah buang air besar (1,2 %) dan pingsan
(0,6 %).
Menurut penelitian N. Karout et al. (2012) sebanyak 19,3% mengalami
dismenore ringan, 60,3% mengalami dismenore sedang dan 20,2% mengalami
dismenore berat. Dari hasil penelitian tersebut kebanyakan responden
mengalami sakit perut yang meluas sampai ke paha. Dismenore menyebabkan
59,4% wanita tidak dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari dan 33,3%
menyebabkan kadang-kadang menggangu aktivitas. Sementara siswi yang tidak
hadir di sekolah akibat rasa sakit yang dialami saat menstruasi yaitu sebanyak
8,5%.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Wahyuningsih, dkk (2014) yang
berjudul “Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Kejadian Dismenore pada Siswi
Kelas XI SMA Negeri 1 Wonosari Klaten” menunjukkan bahwa sebagian besar
responden mempunyai kadar hemoglobin rendah dan mengalami dismenore
sebanyak 11 responden (27,5%) dan yang tidak dismenore 1 responden (2,5%)
dan yang memiliki kadar hemoglobin tinggi dengan dismenore sebanyak 4
responden (10,0%) dan yang tidak dismenore 2 responden (5,0%).
Dari uraian di atas, penulis berminat untuk melakukan penelitian tentang
“Hubungan Anemia dengan Dismenore pada Remaja Kelas X dan XI di SMA
Negeri 1 Parlilitan Tahun 2018”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah


adalah “Adakah Hubungan Anemia dengan Dismenore pada Remaja Kelas X
dan XI di SMA Negeri 1 Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun
2018”?
C. Tujuan Penelitian
C.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan anemia dengan dismenore pada remaja


kelas X dan XI di SMA Negeri 1 Parlilitan Tahun 2018.
C.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui frekuensi siswi kelas X dan XI di SMA Negeri 1


Parlilitan yang mengalami anemia.
2. Untuk mengetahui frekuensi siswi kelas X dan XI di SMA Negeri 1
Parlilitan yang mengalami dismenore.
3. Untuk mengetahui hubungan anemia dengan kejadian dismenore siswi
kelas X dan XI di SMA Negeri 1 Parlilitan

D. Manfaat Penelitian
D.1 Manfaat Teoritis

Data dan informasi hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi
tenaga kesehatan agar dapat memberikan informasi kepada remaja dengan cara
melakukan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang
anemia dan dismenore serta cara penanganannya.

D.2 Manfaat Praktik


D.2.1 Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman berharga serta menambah pengetahuan, wawasan


dan pengembangan kemampuan penelitian penulis dalam penerapan ilmu yang
diperoleh selama mengikuti perkuliahan.

D.2.2 Bagi responden

Dapat menjadi salah satu sarana informasi untuk meningkatkan


pengetahuan remaja putri tentang anemia dan dismenore.

D.2.3 Bagi Institusi

Dapat dimanfaatkan dan dijadikan sebagai bahan dokumentasi


perpustakaan Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan judul penelitian hubungan


anemia dengan dismenore sudah pernah dilakukan. Penelitian-penelitian
tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh penulis. Persamaan dan perbedaan penelitian terutama dari dasar
teori yang digunakan dan metodologi penelitiannya dapat dilihat pada table
berikut.

Tabel 1.1
Keaslian Penelitian

Nama Judul Penelitian Perbedaan Persamaan


Peneliti
Rospitasa Hubungan 1. Penelitian yang dilakukan 1. Metode
ri dan Anemia dengan menggunakan metode pendekatan
Isnadewi Tingkat observasional analitik waktu
Dismenore di dengan menggunakan uji menggunakan
SMA statistik Somers’d cross sectional
Muhammadiyah sementara penulis dalam 2. Variable
3 Surakarta penelitiannya independen dan
tahun 2015 menggunakan metode dependen dalam
analitik. penelitian yaitu
2. Sampel penelitian diambil aemia dan
dengan menggunakan dismenore
teknik total sampling dan 3. Analisis
terdiri dari 43 responden penelitian
yang memenuhi kriteria menggunakan
inklusi sementara penulis analisis univariat
dalam penelitiannya dan analisis
mengambil sampel bivariate
menggunakan metode
proportional random
sampling.
3. Lokasi penelitian
dilakukan di SMA
Muhammadiyah 3
Surakarta sementara
penulis melakukan
penelitian di SMA Negeri 1
Parlilitan Kabupaten
Humbang Hasundutan.
Endang Hubungan Kadar 1. Metode penelitian yang 1. Metode
dan Linda Hemoglobin digunakan adalah pendekatan
dengan Kejadian deskriptif kolerasional waktu
Dismenore pada bersifat analitik sementara menggunakan
Siswi Kelas XI penulis dalam cross sectional
SMA Negeri 1 penelitiannya 2. Variable
Wonosari Klaten menggunakan metode dependen dalam
tahun 2014 analitik. penelitian adalah
2. Teknik sampling yang dismenore
digunkan adalah quota 3. Analisis
sampling sementara penelitian
penulis dalam menggunakan
penelitiannya mengambil analisis univariat
sampel menggunakan dan analisis
metode proportional bivariat
random sampling.
3. Variabel independen
dalam penelitian yaitu
kadar hemoglobin
sementara dalam
penelitian penulis yang
menjadi variabel
independen adalah
anemia.
4. Lokasi penelitian
dilakukan di SMA Negeri 1
Wonosari Klaten
sementara penulis
melakukan penelitian di
SMA Negeri 1 Parlilitan
Kabupaten Humbang
Hasundutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
A.1 Dismenore
A.1.1 Pengertian Dismenore
Dismenore merupakan perasaan nyeri pada waktu haid terutama terjadi
pada perut bagian bawah, punggu dan kram pada bagian kemaluan sampai
terjadi gangguan dalam tugas sehari-hari (Syafrudin, 2011).
Dismenore adalah nyeri-nyeri di perut dan area-area pelvis yang dialami
oleh seorang wanita sebagai suatu akibat dari periodik menstruasinya (Sukarni,
2013).
Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi
selama menstruasi (Nugroho dan Utama, 2014).

A.1.2 Klasifikasi Dismenore

Berdasarkan nyeri haid, dismenore digolongkan menjadi dismenore


spasmodik dan dismenore kongestif (Indarsita et al., 2016).
a. Dismenore spamodik adalah nyeri yang dirasakan di bagian bawah
perut dan terjadi sebelum atau segera setelah haid dimulai.
Dismenore spasmodik dapat dialami oleh wanita muda maupun
wanita berusia 40 tahun ke atas. Tanda dan gejala dismenore
spamodik, antara lain pingsan, mual dan muntah.
b. Dismenore kongestif dapat diketahui beberapa hari sebelum haid
datang. Gejala yang ditimbulkan berlangsung 2-3 hari sampai kurang
dari dua minggu. Pada saat haid datang tidak terlalu menimbulkan
nyeri. Bahkan sehari setelah hari pertama haid, penderita dismenore
kongestif akan merasa lebih baik. Gejala yang ditimbulkan antara lain
pegal pada paha, sakit pada payudara, lelah, mudah tersinggung,
kehilangan keseimbangan, ceroboh, gangguan tidur dan timbul
memar di paha dan lengan atas.
Berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati, nyeri
haid dapat dibagi menjadi dismenore primer dan dismenore sekunder (Mumpuni,
Y dan Andang, T, 2013).
a. Dismenore primer
Dismenore primer yaitu nyeri haid yang dialami perempuan usia subur
yang tidak berhubungan dengan kelainan pada alat kandungan. Dismenore
primer merupakan ciri-ciri siklus ovulasi dan bisa terjadi 6 sampai 12 bulan
menarche, oleh karena itu siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah
menarche umumnya berjenis anovulatoar atau bersama-sama dengan
permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun dalam beberapa
kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-
jangkit, biasanya terbatas pada bagian perut bawah, tetapi dapat menyebar ke
daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa
mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas dan sebagainya.
Disebut dismenore primer jika tidak ditemukan penyebab yang
mendasarinya. Dismenore primer sering terjadi, lebih dari 50% wanita
mengalaminya dan 15% diantaranya mengalami nyeri yang hebat pada saat
menstruasi. Nyeri pada dismenore primer diduga berasal dari kontraksi rahim
yang dirangsang oleh prostaglandin. Nyeri dirasakan semakin hebat ketika
bekuan atau potongan jaringan dari lapisan dinding rahim melewati serviks (leher
rahim), terutama jika saluran serviksnya sempit. Faktor lain yang dapat
memperburuk dismenore yaitu rahim yang menghadap ke belakang (retroversi),
kurang berolahraga dan stres psikis atau stres sosial (Sukarni dan Wahyuni,
2013).
Perbedaan rasa nyeri saat mestruasi tergantung pada kadar
prostaglandin. Wanita yang mengalami dismenorea memiliki kadar prostaglandin
yang 5-13 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami
dismenore.
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya dismenore primer antara
lain (Wiknjosastro, 2008):
1. Faktor kejiwaan
Dismenore mudah timbul pada wanita yang emosionalnya tidak stabil,
apalagi mereka tidak mendapat penerangan atau informasi yang baik
tentang proses haid.
2. Faktor konstitusi
Faktor-faktor seperti anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat
mempengaruhi timbulnya dismenore.
3. Faktor obstruksi kanalis servikalis
Pada wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi mungkin dapat terjadi
stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak merupakan
faktor yang penting sebagai penyebab dismenore.
4. Faktor endokrin
Pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada
dismenore primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan.
Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan soal tonus dan
kontraktilitas otot usus. Endometrium dalam fase sekresi memproduksi
prostaglandin F2 yang menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika
jumlah prostaglandin yang berlebihan dilepaskan ke dalam peredaran
darah, maka selain dismenorea, dijumpai pula efek lain seperti diare,
nausea, muntah dan flushing.
b. Dismenore sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disebabkan karena adanya
penyakit atau kelainan pada alat kandungan (Mumpuni, Y dan Andang, T, 2013).
Tanda-tanda klinik dari dismenore sekunder adalah endometriosis, radang pelvis,
fibroid, adenomiosis, kista ovarium dan kongesti pelvis. Umumnya dismenore
sekunder tidak terbatas pada haid, kurang berhubungan dengan hari pertama
haid, terjadi pada perempuan yang lebih tua (tiga puluh atau empat puluhan
tahun) dan dapat disertai dengan gejala yang lain (dispareunia, kemandulan dan
perdarahan yang abnormal).

A.1.3 Derajat Dismenore

Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri terutama pada awal


menstruasi, namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Menurut Bobak
(2004) dismenore secara siklik dibagi menjadi tiga tingkat keparahan, yaitu:
a. Dismenore ringan
Dismenore yang berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan
aktivitas sehari-hari.
b. Dismenore sedang
Pada dismenore sedang, penderita memerlukan obat penghilang rasa
nyeri namun masih mampu melakukan pekerjaan atau aktivitasnya.
c. Dismenore berat
Pada dismenore berat, penderita tidak mampu melakukan
aktivitasnya dan membutuhkan istirahat dalam beberapa hari dan
dapat disertai sakit kepala, pingsan, diare dan rasa tekanan.

A.1.4 Diagnosa Dismenore

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.


Diagnosa dismenore didasari atas ketidaknyamanan saat menstruasi. Perubahan
apapun pada kesehatan reproduksi, termasuk hubungan badan yang sakit dan
perubahan pada jumlah serta lama menstruasi, membutuhkan pemeriksaan
ginekologis. Perubahan-perubahan tersebut dapat menandakan dismenore
sekunder.

A.2 Anemia
A.2.1 Pengertian Anemia

Anemia ialah keadaan dimana massa eritrosit dan massa hemoglobin


yang beredar tidak dapat memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi
jaringan tubuh (Bakta, 2014).
Anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadarhemoglobin (Hb) dalam
darah lebih rendah dari normal (WHO, 2011). Hemoglobin adalah salah satu
komponen dalam sel darah merah/eritrosit yang berfungsi untuk mengikat
oksigen dan menghantarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh. Oksigen
diperlukan oleh jaringan tubuh untuk melakukan fungsinya. Kekurangan oksigen
dalam jaringan otak dan otot akan menyebabkan gejala antara lain kurangnya
konsentrasi dan kurang bugar dalam melakukan aktivitas. Hemoglobin dibentuk
dari gabungan protein dan zat besi dan membentuk sel darah merah/eritrosit.
Anemia merupakan suatu gejala yang harus dicari penyebabnya dan
penanggulangannya dilakukan sesuai dengan penyebabnya.

A.2.2 Diagnosa Anemia

Menurut WHO (2011) penegakkan diagnosis anemia dilakukan dengan


pemeriksaaan laboratorium kadar hemoglobin/Hb dalam darah dengan
menggunakan metode Cyanmethemoglobin. Hal ini sesuai dengan Permenkes
Nomor 37 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan
Masyarakat. Rematri dan WUS menderita anemia bila kadar hemoglobin darah
menunjukkan nilai kurang dari 12 g/dL (Kemenkes, 2016).

A.2.3 Batasan Anemia

Untuk menjabarkan defenisi anemia maka perlu ditetapkan batasan (cut


off point) hemoglobin atau hematokrit yang dianggap sudah terjadi anemia. Cut
off point menurut WHO yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1
Batas Normal Kadar Hb Menurut Umur dan Jenis kelamin

Populasi Non Anemia (g/dL)


Anemia Ringan Sedang Berat
(g/dL)
Anak 6 – 59 bulan 11 10.0 – 10.9 7.0 – 9.9 < 7.0
Anak 5 – 11 tahun 11.5 11.0 – 11.4 8.0 – 10.9 < 8.0
Anak 12 – 14 12 11.0 – 11.9 8.0 – 10.9 < 8.0
tahun
Perempuan tidak 12 11.0 – 11.9 8.0 – 10.9 < 8.0
hamil (≥ 15 tahun)
Ibu hamil 11 10.0 – 10.9 7.0 – 9.9 < 7.0
Laki-laki ≥ 15 13 11.0 – 12.9 8.0 – 10.9 < 8.0
tahun
Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016.

A.2.4 Penyebab Anemia

Beberapa jenis anemia dapat diakibatkan oleh defisiensi zat besi, infeksi
dan genetik. Jenis anemia yang paling sering terjadi adalah anemia yang
disebabkan oleh kekurangan asupan zat besi dan gizi lain serta rendahnya
tingkat penyerapan zat besi. Selain defisiensi zat besi, anemia juga terjadi karena
defisiensi vitamin A, vitamin C, asam folat, vitamin atau karena kekurangan
zat gizi secara umum (Briawan, 2014).
Penyebab anemia berbeda di setiap wilayah/negara. Menurut Iron
Deficiency Project Advisory Service dalam Briawan (2014) penyebab anemia
yaitu:
a. Defisiensi zat besi (iron deficiency anemia)

Sumsum tulang memerlukan zat besi untuk memproduksi


hemoglobin darah. Darah mengandung zat besi yang dapat didaur ulang,
akan tetapi kehilangan darah yang cukup banyak, seperti saat
menstruasi, kecelakaan, dan donor darah berlebihan dapat
menghilangkan zat besi dalam tubuh. Wanita yang menstruasi setiap
bulan berisiko menderita anemia. Asupan diet yang rendah zat besi atau
rendahnya penyerapan zat besi di dalam usus karena gangguan usus
juga dapat menyebabkan anemia.

b. Defisiensi vitamin (vitamin deficiency anemia)

Selain zat besi, tubuh memerlukan asam folat dan vitamin


untuk memproduksi sel darah merah yang cukup. Rendahnya vitamin
tersebut di dalam makanan dapat menyebabkan penurunan produksi sel
darah merah. Orang yang mengalami gangguan penyerapan vitamin ini
juga dapat menderita anemia. Anemia akibat defisiensi vitamin ini
termasuk di dalam anemia megaloblastik yaitu sumsum tulang
memproduksi sel darah yang besar dan abnormal (megaloblast).

c. Penyakit kronis (anemia of chronic disease)

Penyakit kronis seperti AIDS, kanker, liver dan inflamasi dapat


menyebabkan gangguan produksi sel darah merah. Gagal ginjal atau efek
samping kemoterapi juga dapat menyebabkan anemia, karena ginjal
memproduksi hormon eritropoietin yang berfungsi menstimulasi sumsum
tulang untuk memproduksi sel darah merah.

d. Anemia aplastik (aplastic anemia)

Keadaan ini dapat menyebabkan anemia seumur hidup karena


menurunnya kemampuan sumsum tulamng memproduksi tiga jenis sel
darah, yaitu sel darah merah, sel darah putih dan trombosit. Infeksi yang
sangat serius seperti hepatitis, pajanan bahan kimia beracun atau efek
pengobatan tertentu dapat memicu anemia aplastik.

e. Anemia hemolitik (hemolytic anemia)


Kelompok penderita anemia ini mengalami kerusakan sel darah
merah yang lebih cepat daripada pembentukannya di sumsum tulang
belakang. Penyakit darah tertentu dapat mengakibatkan kerusakan sel
darah merah dengan cepat. Gangguan imunitas dapat menyebabkan
tubuh memproduksi antibodi untuk sel darah merah dan dapat
merusaknya lebih awal. Anemia ini menyebabkan kulit berwarna kuning
(ikterus) dan limfa akan membesar.

f. Anemia bulan sabit (sickle cell anemia)

Anemia ini disebabkan faktor keturunan yaitu kerusakan bentuk


hemoglobin yang menyebakan sel darah merah berbentuk seperti bulan
sabit. Bentuk yang tidak normal ini menyebabkan sel darah mati lebih
awal, yang mengakibatkan kekurangan sel darah merah kronis. Sel darah
ini juga menyebabkan terhambatnya aliran pembuluh darah kecil di dalam
tubuh sehingga menimbulkan gejala penyakit lain.

Sedangkan menurut Kemenkes RI (2016) dalam pedoman pencegahan


dan penanggulangan anemia pada remaja dan wanita usia subur (WUS) ada tiga
penyebab anemia, yaitu:
a. Defisiensi zat gizi
1. Rendahnya asupan zat gizi baik hewani dan nabati yang merupakan
pangan sumber zat besi yang berperan penting untuk pembuatan
hemoglobin sebagai komponen dari sel darah merah/eritrosit. Zat gizi
lain yang berperan penting dalam pembuatan hemoglobin antara lain
asam folat dan vitamin B12.
2. Pada penderita penyakit infeksi kronis seperti TBC, HIV/AIDS, dan
keganasan seringkali disertai anemia, karena kekurangan asupan zat
gizi atau akibat dari infeksi itu sendiri.

b. Pedarahan (Loss of blood volume)


1. Perdarahan karena kecacingan dan trauma atau luka yang
mengakibatkan kadar Hb menurun.
2. Perdarahan karena menstruasi yang lama dan berlebihan
c. Hemolitik

Perdarahan pada penderita malaria kronis perlu diwaspadai


karena terjadi hemolitik yang mengakibatkan penumpukan zat besi
(hemosiderosis) di organ tubuh, seperti hati dan limpa.

Di Indonesia diperkirakan sebagian besar anemia terjadi karena


kekurangan zat besi sebagai akibat dari kurangnya asupan makanan sumber zat
besi khususnya sumber pangan hewani (besi heme). Sumber utama zat besi
adalah pangan hewani (besi heme), seperti: hati, daging (sapi dan kambing),
unggas (ayam, bebek, burung), dan ikan. Zat besi dalam sumber pangan hewani
(besi heme) dapat diserap tubuh antara 20-30%.
Pangan nabati (tumbuh-tumbuhan) juga mengandung zat besi (besi
nonheme) namun jumlah zat besi yang bisa diserap oleh usus jauh lebih sedikit
dibanding zat besi dari bahan makanan hewani. Zat besi nonheme (pangan
nabati) yang dapat diserap oleh tubuh adalah 1-10%. Contoh pangan nabati
sumber zat besi adalah sayuran berwarna hijau tua (bayam, singkong, kangkung)
dan kelompok kacang-kacangan (tempe, tahu, kacang merah). Masyarakat
Indonesia lebih dominan mengkonsumsi sumber zat besi yang berasal dari
nabati. Hasil Survei Konsumsi Makanan Individu (Kemenkes, 2014) menunjukkan
bahwa 97,7% penduduk Indonesia mengonsumsi beras (dalam 100 gram beras
hanya mengandung 1,8 mg zat besi). Oleh karena itu, secara umum masyarakat
Indonesia rentan terhadap risiko menderita Anemia Gizi Besi (AGB).
Untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus, sebaiknya
mengonsumsi makanan kaya sumber vitamin C seperti jeruk dan jambu dan
menghindari konsumsi makanan yang banyak mengandung zat yang dapat
menghambat penyerapan zat besi dalam usus dalam jangka panjang dan pendek
seperti tanin (dalam teh hitam, kopi), kalsium, fosfor, serat dan fitat (biji-bijian).
Tanin dan fitat mengikat dan menghambat penyerapan besi dari makanan.

A.2.5 Gejala Anemia

Pada dasarnya gejala anemia timbul karena anoksia organ target akibat
berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah ke jaringan dan
mekanisme kompensasi tubuh terhadap anemia.
Gejala yang sering ditemui pada penderita anemia adalah 5 L (lesu,letih,
lemah, lelah, lunglai), disertai sakit kepala dan pusing, mata berkunang-kunang,
mudah mengantuk, cepat capai serta sulit konsentrasi. Secara klinis penderita
anemia ditandai dengan pucat pada muka, kelopak mata, bibir, kulit, kuku dan
telapak tangan.
Tanda dan gejala anemia ringan yaitu kelelahan, penurunan energi,
kelemahan, sesak napas, ringan, palpitasi dan tampak pucat. Sementara tanda
dan gejala anemia berat yaitu perubahan warna tinja (tinja hitam, lengket, berbau
busuk dan berwarna merah maron), denyut jantung cepat, tekanan darah rendah,
frekuensi pernapasan cepat, pucat atau kulit dingin, kulit kuning, nyeri dada,
pusing atau kepala terasa ringan, kelelahan, sakit kepala, tidak bisa
berkonsentrasi, sesak napas dan pingsan (Proverawati, 2011).

A.2.6 Dampak Anemia

Anemia dapat menyebabkan berbagai dampak buruk pada remaja putri


dan WUS, diantaranya:
a. Menurunkan daya tahan tubuh sehingga penderita anemia mudah
terkena penyakit infeksi.
b. Menurunnya kebugaran dan ketangkasan berpikir karena kurangnya
oksigen ke sel otot dan sel otak.
c. Menurunnya prestasi belajar dan produktivitas kerja/kinerja.

A.2.7 Cara Pencegahan dan Penanggulangan Anemia

Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia dilakukan dengan


memberikan asupan zat besi yang cukup ke dalam tubuh untuk meningkatkan
pembentukan hemoglobin. Upaya yang dapat dilakukan adalah:

a. Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi

Meningkatkan asupan makanan sumber zat besi dengan pola


makan bergizi seimbang, yang terdiri dari aneka ragam makanan,
terutama sumber pangan hewani yang kaya zat besi (besi heme) dalam
jumlah yang cukup sesuai dengan AKG. Selain itu juga perlu
meningkatkan sumber pangan nabati yang kaya zat besi (besi non-
heme), walaupun penyerapannya lebih rendah dibanding dengan hewani.
Makanan yang kaya sumber zat besi dari hewani contohnya hati, ikan,
daging dan unggas, sedangkan dari nabati yaitu sayuran berwarna hijau
tua dan kacang-kacangan. Untuk meningkatkan penyerapan zat besi dari
sumber nabati perlu mengonsumsi buah-buahan yang mengandung
vitamin C, seperti jeruk, jambu. Penyerapan zat besi dapat dihambat oleh
zat lain, seperti tanin, fosfor, serat, kalsium, dan fitat.

b. Fortifikasi bahan makanan dengan zat besi

Fortifikasi bahan makanan yaitu menambahkan satu atau lebih zat


gizi ke dalam pangan untuk meningkatkan nilai gizi pada pangan tersebut.
Penambahan zat gizi dilakukan pada industri pangan, untuk itu
disarankan membaca label kemasan untuk mengetahui apakah bahan
makanan tersebut sudah difortifikasi dengan zat besi. Makanan yang
sudah difortifikasi di Indonesia antara lain tepung terigu, beras, minyak
goreng, mentega, dan beberapa snack. Zat besi dan vitamin mineral lain
juga dapat ditambahkan dalam makanan yang disajikan di rumah tangga
dengan bubuk tabur gizi atau dikenal juga dengan Multiple Micronutrient
Powder.

c. Suplementasi zat besi

Pada keadaan dimana zat besi dari makanan tidak mencukupi


kebutuhan terhadap zat besi, perlu didapat dari suplementasi zat besi.
Pemberian suplementasi zat besi secara rutin selama jangka waktu
tertentu bertujuan untuk meningkatkan kadar hemoglobin secara cepat,
dan perlu dilanjutkan untuk meningkatkan simpanan zat besi di dalam
tubuh. Suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri dan
WUS merupakan salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk
memenuhi asupan zat besi. Pemberian TTD dengan dosis yang tepat
dapat mencegah anemia dan meningkatkan cadangan zat besi di dalam
tubuh.

A.3 Hubungan Anemia dengan Dismenore


Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, terdapat hubungan anemia
dengan dismenore yaitu sebagai berikut:
1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rospitasari dan Isnadewi yang
berjudul Hubungan Anemia dengan Tingkat Dismenore di SMA
Muhammadiyah 3 Surakarta tahun 2015 mengatakan keluhan nyeri
menstruasi atau dismenore sering dijumpai pada remaja perempuan
sampai mengganggu aktivitas mereka. Keluhan ini diperparah dengan
kondisi anemia atau kadar hemoglobin yang kurang dari normal.
Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan
menggunakan uji statistik Somers’d. Sampel penelitian diambil dengan
menggunakan teknik total sampling dan terdiri dari 43 responden yang
memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan data dengan mengambil sampel
darah siswi untuk mengukur dan mengumpulkan data anemia oleh
petugas laboratorium Surakarta pada tanggal 20 April 2015. Hasil
penelitian menunjukkan siswa tingkat I yangmengalami anemia 88,9%,
tingkat II sebanyak 75,6% dan tingkat III sebanyak 84,6%. Simpulan ada
hubungan bermakna antara anemia dengan tingkat dismenore di SMA
Muhammadiyah 3 Surakarta dengan kekuatan korelasi sedang r =0,426.
2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Endang dan Linda Hubungan Kadar
Hemoglobin dengan Kejadian Dismenore pada Siswi Kelas XI SMA
Negeri 1 Wonosari Klaten tahun 2014 menunjukkan bahwa sebagian
besar responden mempunyai kadar hemoglobin rendah dan mengalami
dismenore sebanyak 11 responden (27,5%) dan yang tidak dismenore 1
responden (2,5%) dan yang memiliki kadar hemoglobin tinggi dengan
dismenore sebanyak 4 responden (10,0%) dan yang tidak dismenore 2
responden (5,0%). Hasil analisis bivariat dengan menggunakan chi
square didapatkan bahwa hitung sebesar 0,99 sedangkan nilai p
adalah 0,012 berarti (p<0,05). Maka menunjukkan hubungan yang
signifikan antara kadar hemoglobin dengan kejadian dismenore pada
siswi kelas XI SMA Negeri 1 Wonosari Klaten.
3. Wiknjosastro (2008) faktor konstitusi seperti anemia, penyakit menahun,
dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenore.
B. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Defisiensi zat besi Hemoglobin

Defisiensi vitamin
Iskemia

Penyakit kronis
Prostaglandin
Anemia
F2 alfa

Anemia aplastik

Dismenorea

Anemia hemolitik

Anemia bulan sabit

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian hubungan anemia dengan dismenore


pada remaja kelas X dan XI di SMA Negeri 1 Parlilitan Kabupaten Humbang
Hasundutan tahun 2018 adalah sebagai berikut:

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

Variable Independen Variabel Dependen

Anemia Dismenore
Dari kerangka konsep di atas, dapat dilihat bahwa variable independen
dalam penelitian ini adalah anemia, sedangkan variable dependennya adalah
dismenore.

D. Defenisi Operasional

Definisi operasional variabel bebas dan variabel terikat yang digunakan


dalam penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.2
Definisi Operasional Variabel Penelitian

Nama Defenisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skla


Variabel
Anemia Kadar Hb Pengukuran Alat test 1.Tidak Anemia Ordinall
< 12 gr% kadar Hb hemoglobi (>12 gr%)
diukur n Easy 2. Anemia
sebelum Touch (<12 gr%)
menstruasi GCHb

Dismenore Nyeri yang kuesioner 1.Tidak Nominal


dirasakan Dismenore
ketika haid 2.Dismenore
mengguna
kan skala
angka
nyeri
(comparati
ve pain
scale)

E. Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penellitian ini yaitu ada hubungan antara anemia
dengan kejadian dismenore.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan cross


sectional yang bertujuan menjelaskan hubungan kausal antara faktor risiko
anemia dengan efek, yaitu kejadian dismenore pada remaja kelasX dan XI di
SMA Negeri 1 Parlilitan, Kabupaten Humbang Hasundutan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


B.1 Lokasi

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Parlilitan Kecamatan Parlilitan


Kabupaten Humbang Hasundutan. Sekolah ini dipilih karena belum pernah
dijadikan sebagai lokasi penelitian terkait judul penulis.

B.2 Waktu

Waktu penelitian untuk menyelesaikan penelitian ini dimulai sejak bulan


November 2017 sampai dengan Juli 2018. Pengumpulan data dilakukan pada
tanggal 17 s/d 18 Mei 2018.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


C.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi kelas X dan XI SMA
Negeri 1 Parlilitan yang terdiri dari 10 kelas dengan jumlah 246 orang.

C.2 Sampel

Kriteria inklusi dan eksklusif dalam pengambilan sampel pada penelitian


ini adalah :
Kriteria inklusif:
1. Siswi yang dapat kooperatif dalam penelitian
2. Siswi yang bersedia menjadi responden
3. Siswi yang sudah mengalami menstruasi
Kriteria eksklusif
1. Siswi yang tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian
2. Siswi yang sedang mengalami menstruasi
3. Siswi yang sedang sakit

Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus SLovin, yaitu


sebagai berikut:

n=

246
= 2
1 246 (0 1)

=71, 0982659
= 72
Keterangan:
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
d : tingkat kesalahan (ketepatan yang diinginkan) sebesar 10% (0,1).
Berdasarkan rumus di atas, jumlah sampel yang didapatkan dengan
tingkat kesalahan 10 % yaitu sebanyak 72 orang. Untuk mengurangi bias pada
penelitian ini dilakukan penambahan sampel sebanyak 10% (8) dari jumlah
sampel yang didapat. Sehinggan jumlah sampel dalam penelitian ini menjadi 80
orang.
Penentuan besar sampel tiap kelas pada kelas X dan XI SMA Negeri 1
Parlilitan dilakukan dengan menggunakan proportionate stratified random
sampling. Teknik ini merupakan gabungan dari teknik sampling bertingkat
(stratified sampling), sampling berimbang (proportional sampling) dan teknik acak
(random sampling). Penggunaan teknik ini dikarenakan di dalam populasi
terdapat kelompok-kelompok subjek dan atara satu kelompok yang lain tampak
adanya tingkatan, yaitu pada tingkatan kelas X dan kelas XI sehingga sampel
penelitian harus diambil dari perwakilan kelas-kelas tersebut menggunakan
metode alokasi atau proporsional dengan rincian sebagai berikut:

Table 3.2
Sebaran/ Distribusi Sampel Berdasarkan Kelas

No Kelas Populasi (orang) Perhitungan Sampel (orang)


1 X-1 20 20/246 x 80 7
2 X-2 23 23/246 x 80 8
3 X-3 25 25/246 x 80 8
4 X-4 22 22/246 x 80 7
5 X-5 26 26/246 x 80 8
6 XI- IPA 1 28 28/246 x 80 9
7 XI-IPA 2 30 30/246 x 80 10
8 XI-IPS 1 21 21/246 x 80 7
9 XI-IPS 2 26 26/246 x 80 8
10 XI-IPS 3 25 25/246 x 80 8
Total 246 80

Pengambilan sampel terpilih dari setiap kelas dilakukan dengan cara


undian dengan memberi kode yang berupa angka untuk semua yang akan diteliti
dalam nomor 1. Kemudian menulis kode tersebut masing-masing pada selembar
kertas kecil dan menggulung setiap kertas kecil berkode tersebut. Siswi yang
mendapat angka satu akan menjadi sampel dalam penelitian.

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

D.1 Jenis Data


Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder
yang didapatkan di SMA Negeri 1 Parlilitan yaitu:
a. Data primer yang dikumpulkan meliputi :
1. Kadar Hemoglobin
2. Tingkat rasa nyeri haid atau dismenore
b. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi :
1. Data siswi kelas XI SMA Negeri 1 Parlilitan
2. Gambaran umum SMA Negeri 1 Parlilitan
D.2 Cara Pengumulan Data

1. Kadar hemoglobin diperoleh dengan pemeriksaan kadar hemoglobin yang


dilakukan oleh peneliti sendiri dan enumerator menggunakan alat test
hemoglobin Easy Touch GCHb. Adapun cara pemeriksaan kadar
hemoglobin yaitu sebagai berikut:
a. Responden dikumpulkan dalam satu ruangan dan memilih responden
sesuai dengan kriteria inklusif.
b. Peneliti meminta bantuan kepada guru atau pegawai SMA Negeri 1
Parlilitan untuk membantu dalam melakukan pencatatan kadar
hemoglobin responden.
c. Peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang tindakan
yang akan dilakukan dan meminta kesediaan responden yang setuju
untuk menandatangani informed concent.
d. Peneliti melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin didampingi oleh
guru SMA Negeri 1 Parlilitan serta langsung mencatat hasil
pemeriksaan.
2. Tingkat rasa nyeri haid atau dismenore diukur menggunakan kuesioner
dengan cara sebagai berikut:
a. Peneliti/enumerator memberikan penjelasan tentang cara pengisian
kuesioner dan meminta kesediaan untuk menjadi responden dengan
menandatangani lembar persetujuan.
b. Peneliti/ enumerator mendampingi selama responden mengisi
kuesioner agar pertanyaan dapat dijawab semua.
c. Setelah selesai pengisian kuesioner, lembar kuesioner dikumpulkan
kembali dan peneliti memeriksa kelengkapan jawabannya.

E. Alat Ukur/Instrumen dan Bahan Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang akan di gunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya
lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah
diolah (Sugiyono, 2017). Beberapa alat ukur/instrument penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Form identitas responden
2. Kuesioner untuk nyeri dismenore
3. Alat test hemoglobin Easy Touch GCHb.
4. Kapas alkohol
5. Alat tulis

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa kuesioner
tentang dismenore sudah valid sehingga penulis tidak perlu melakukan uji
validitas dan reliabilitas.

G. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan masalah penelitian, dalam tahap ini peneliti melakukan
survey awal dan meminta izin dari bagian pendidikan untuk melakukan
penelitian di SMA Negeri 1 Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan.
2. Penelusuran kepustakaan, pada tahap ini peneliti melakukan penelusuran
kepustakaan berdasarkan buku dan jurnal yang berkaitan dengan
permasalahan yang akan diteliti untuk memperoleh data dan informasi
yang relevan.
3. Pelaksanaan, dimana peneliti setelah melakukan informed consent
selanjutnya peneliti melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin dan
memberikan kuesioner tentang dismenore kepada siswi yang bersedia
menjadi responden.
4. Analisis data, data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis
menggunakan analisis univariat dan bivariat. Terkait uji bivariat peneliti
menggunakan uji chi square.
5. Membuat kesimpulan yang sesuai dengan hipotesis yang diajukan dan
membuat laporan penelitian.
H. Pengolahan dan Analisa Data

G.1 Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diolah
menggunakan program analisis statistik. Proses pengolahan data tersebut terdiri
dari beberapa langkah berikut.
a. Editing
Melakukan pengecekan kelengkapan data yang terkumpul dengan
tujuan agar data yang terkumpul dapat diolah secara benar dan tidak
terdapat kesalahan dan kekurangan dalam pengisian kuesioner..
b. Coding
Melakukan pengkodean untuk mempermudah analisis data
dengan menggunakan kode angka.
c. Memasukkan data (data entry) atau processing
Memasukkan data yang telah lengkap dan memenuhi kriteria ke
dalam tabel, kemudian data yang telah ditabulasi dimasukkan ke
komputer menggunakan aplikasi program SPSS untuk melakukan analisis
data.
d. Pembersihan data (data cleaning)
Memastikan seluruh data sesuai dengan data yang sebenarnya,
mulai dari kelengkapan data dan pengkodean data.

G.2 Analisa Data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diolah
menggunakan program analisis statistik, kemudian dilakukan analisis univariat
dan analisis bivariat.

a. Analisis univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian,
menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variable (Notoatmodjo,
2010).
P = x 100%

Keterangan : P = prosentase
F = frekuensi
N = jumlah responden
Analisis univarat dalam penelitian ini adalah variabel bebas yaitu
anemia dan variabel terikat kejadian dismenore.

b. Analisis bivariat
Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berkorelasi (Notoatmojo, 2010). Analisis yang dilakukan untuk melihat
hubungan kedua variabel, antara variabel bebas yaitu kadar hemoglobin
dengan variabel terikat yaitu kejadian dismenore. Untuk menguji
kemaknaan, digunakan batas kemaknaan sebesar 5% (α = 0 05). Hasil uji
dikatakan ada hubungan yang bermakna bila nilai ρ value ≤ α (ρ value ≤
0,05). Hasil uji dikatakan tidak ada hubungan yang bermakna secara
statistik apabila nilai ρ value > α (ρ value > 0 05) (Dahlan 2013). Dengan
menggunakan rumusChi Quadrat :
2
k (f0 - fh )
= ∑i=1
f h

Keterangan :
= Chi Kuadrat
fo = Frekuensi yang diobservasi
fh = Frekuensi yang diharapkan
Σ = Penjumlahan keseluruhan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMA Negeri 1 Parlilitan adalah sebuah sekolah yang berada di desa


Sihastonga, kecamatan Parlilitan kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki
tenaga pendidik sebanyak 23 orang dan tata usaha sebanyak 4 orang. SMA
Negeri 1 Parlilitan memiliki siswa sebanyak 591 orang yang terdiri dari siswa
laki-laki sebanyak 240 orang dan siswa perempuan sebanyak 351orang.

B. Hasil Penelitian

Hasil analisis univariat dan bivariat hubungan anemia dengan


dismenore pada remaja kelas X dan XI di SMA Negeri 1 Parlilitan Kabupaten
Humbang Hasundutan tahun 2018 dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini:

B.1 Analisis Univariat

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Status Anemia pada Remaja Kelas X dan XI di SMA Negeri
1 Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2018

No Status Anemia Jumlah Persentase


(orang) (%)
1 Anemia 33 41,2
2 Tidak anemia 47 58,8
Jumlah 80 100,0

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 80 responden mayoritas


responden tidak mengalami anemia yaitu sebanyak 47 orang (58,75%).
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Kejadian Dismenore pada Remaja Kelas X dan XI di SMA
Negeri 1 Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2018

No Kejadian Jumlah Persentase


Dismenore (orang) (%)
1 Dismenore 52 65,0
2 Tidak dismenore 28 35,0
Jumlah 80 100,0

Dari tabel di atas dapat dilihat dari 80 responden, mayoritas responden


mengalami dismenore yaitu sebanyak 52 responden (65,0%).

B.2 Analisis Bivariat


Hubungan antara anemia dengan dismenore dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 4.3
Distribusi Fre kuensi Hubungan Anemia dengan Dismenore pada Remaja Kelas
X dan XI di SMA Negeri 1 Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun
2018

Kejadian Dismenore
Status Tidak
Dismenore Total
Anemia Dismenore
f % F % f % p.value RP
Anemia 28 84.8 5 15.2 33 100
Tidak Anemia 24 51.1 23 48.9 47 100 0,004 1,66
Jumlah 52 65.0 28 35.0 80 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 47 responden yang tidak
anemia mengalami dismenore sebanyak 24 responden (51,1%) dan yang tidak
dismenore sebanyak 23 responden (48,9%), sedangkan responden pada
kategori anemia sebanyak 33 responden, 28 responden (84,8%) mengalami
dismenore dan 5 responden (15,2%) tidak dismenore.
Hasil uji statistik dengan menggunakan chi square didapatkan nilai
p=0,004 (p<0,05) dan nilai RP (Rate Prevalence) = 1,66. Responden yang
anemia mempunyai peluang 1,66 kali mengalami dismenore dibandingkan
dengan responden yang tidak anemia. Hasil uji ini menunjukkan hubungan yang
signifikan antara anemia dengan kejadian dismenore pada remaja kelas X dan XI
di SMA Negeri 1 Parlilitan.
C. Pembahasan
C.1 Kejadian Anemia

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 80 responden, sebanyak 47


orang (58,8%) tidak mengalami anemia dan 33 orang (41,2%) mengalami
anemia. Situasi ini merupakan sebuah hal yang perlu ditangani melihat hampir
setengah dari jumlah siswi yang mengalami anemia.
Peneliti menemukan bahwa penyebab responden mengalami anemia
adalah responden yang mengalami menstruasi setiap bulannya, pola makan
yang tidak teratur dan melakukan pola diet yang salah. Hal ini sesuai dengan
pendapat Briawan (2014), faktor – faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin
remaja putri adalah kehilangan darah akibat menstruasi, kurangnya zat besi
dalam makanan yang dikonsumsi, penyakit yang kronis, pola hidup remaja putri
yang berubah, ketidakseimbangan antara asupan gizi dan aktifitas yang
dilakukan.
Menstruasi pada remaja putri memberikan beban ganda pada tubuhnya,
karena disamping mengalami pertumbuhan yang pesat remaja mengeluarkan
darah setiap bulan. Keluarnya darah dari tubuh remaja putri saat menstruasi
mengakibatkan hemoglobin yang terkandung dalam sel darah merah juga ikut
terbuang, sehingga cadangan zat besi dalam tubuh berkurang. Kemudian hal ini
di perburuk dengan tidak adanya intake zat besi yang berfungsi untuk
menormalkan kembali kondisi tubuh dan kemudian menyebabkan anemia.
Briawan (2014) menjelaskan bahwa rata-rata kehilangan darah menstruasi 84 ml,
dengan asumsi kehilangan Hb 133 g/l, sehingga remaja putri membutuhkan
tambahan zat besi 0,56 mg/hari.
Pola makan remaja putri yang tidak teratur sangat berpengaruh terhadap
pemenuhan zat gizi dalam tubuh. Remaja putri memiliki kebiasaan makan yang
tidak teratur, mengkonsumsi makanan berisiko seperti fast food, snack, dan soft
drink, kurang mengkonsumsi sumber makanan hewani yang merupakan sumber
Fe yang mudah diserap serta tingginya keinginan untuk diet agar tampak
langsing (Kusumawardani, 2010).
Penyakit infeksi yang dapat menimbulkan anemia pada remaja di
antaranya adalah malaria dan infeksi cacing tambang (Proverawati, 2012).
Infeksi malaria dapat menimbulkan lisisnya sel darah merah yang mengandung
parasit, sehingga ketika remaja putri terinfeksi malaria dapat menyebabkan
anemia yang dapat mengganggu distribusi nutrisi dan oksigen dalam tubuh.
Infeksi cacing tambang juga menyebabkan kehilangan banyak sel darah merah
di saluran pencernaan.Kurangnya kadar hemoglobin dapat menyebabkan
metabolisme tubuh dan sel – sel saraf tidak bekerja secara optimal,
menyebabkan pola penurunan percepatan impuls saraf, mengacaukan sistem
reseptor dopamine.
Menurut WHO (2011) anemia adalah suatu kondisi tubuh dimana kadar
hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari normal. Hemoglobin adalah
salah satu komponen dalam sel darah merah/eritrosit yang berfungsi untuk
mengikat oksigen dan menghantarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh. Oksigen
diperlukan oleh jaringan tubuh untuk melakukan fungsinya. Kekurangan oksigen
dalam jaringan otak dan otot akan menyebabkan gejala antara lain kurangnya
konsentrasi dan kurang bugar dalam melakukan aktivitas. Hemoglobin dibentuk
dari gabungan protein dan zat besi dan membentuk sel darah merah/eritrosit.

C.2 Kejadian Dismenore


Dari hasil penelitian yang dilakukan menjukkan bahwa dari 80 responden,
sebagian besar mengalami dismenore yaitu sebanyak 52 orang (65%)
sedangkan yang tidak mengalami dismenore sebanyak 28 orang (35%). Hal ini
berarti masih banyak remaja yang mengalami kejadian dismenore.
Menurut Syafrudin (2011), dismenore merupakan perasaan nyeri pada
waktu haid terutama terjadi pada perut bagian bawah, punggung dan kram pada
bagian kemaluan sampai terjadi gangguan dalam tugas sehari-hari. Beberapa
faktor yang menyebabkan terjadinya dismenore antara lain faktor kejiwaan, faktor
konstitusi, faktor obstruksi kanalis servikalis, faktor endokrin dan adanya penyakit
atau kelainan pada alat kandungan (Wiknjosastro, 2008).
Pada wanita yang berolahraga didapatkan penurunan dismenore. Hal ini
mungkin disebabkan efek hormonal yang berhubungan dengan olahraga pada
permukaan uterus atau peningkatan kadar endorphin yang bersirkulasi. Diduga
olahraga sebagai analgesik nonspesifik yang bekerja jangka pendek dalam
mengurangi nyeri.
Suatu studi menemukan bahwa merokok, alkohol, menarche awal kurang
dari 12 tahun, siklus menstruasi yang panjang, jumlah darah menstruasi yang
berlebih, usia kurang dari 20 tahun, BMI (Body Mass Indeks) yang rendah kerena
diet dan sterilisasi pelvic inflammatory disease (PID), penyimpangan seksual,
gelaja psikologi, depresi atau ansietas, gangguan jaringan social, obesitas dan
riwayat keluarga yang positif dismenore dapat mempengaruhi terjadinya
dismenore.
Perbedaan rasa nyeri saat mestruasi tergantung pada kadar
prostaglandin. Wanita yang mengalami dismenorea memiliki kadar prostaglandin
yang 5-13 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami
dismenore.

C.3 Hubungan Anemia dengan Dismenore pada Remaja Kelas X dan


XI di SMA Negeri 1 Parlilitan Kabupaten Humban Hasundutan

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar


responden tidak mengalami anemia yaitu sebesar 58,8%, sedangkan responden
yang mengalami anemia sebesar 41,2%. Responden dengan kategori anemia
mengalami kejadian dismenore lebih besar dibandingkan dengan responden
yang tidak mengalami anemia. Dari 47 responden yang tidak anemia mengalami
kejadian dismenore sebanyak 24 responden (51,1%) dan yang tidak dismenore
sebanyak 23 responden (48,9%). Responden pada kategori anemia sebanyak 33
responden, 28 responden (84,8%) mengalami dismenore dan 5 responden
(15,2%) tidak dismenore. Dari keseluruhan responden mayoritas mengalami
dismenore, hanya 35% responden yang tidak mengalami dismenore.
Berdasarkan hasil uji statistik didapat nilai p= 0,004 (p<0,05) dan nilai RP
(Relative Risk) = 1,66. Responden yang anemia mempunyai peluang 1,66 kali
mengalami dismenore dibandingkan dengan responden yang tidak anemia. Hal
ini menunjukkan bahwa hipotesis diterima berarti ada hubungan anemia dengan
dismenore pada remaja kelas X dan XI di SMA Negeri 1 Parlilitan.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rospitasari
dan Isnadewi (2015) bahwa ada hubungan anemia dengan dismenore dengan
nilai p=0,000 (p<0,05) dan kekuatan korelasi sedang yaitu r=0,426. Hasil ini juga
didukung dengan penelitian Endang dan Linda (2014), bahwa ada hubungan
kadar hemoglobin dengan kejadian dismenore pada siswi kelas XI SMA Negeri 1
Wonosari Klaten dengan nilai p adalah 0,012 berarti (p<0,05). Sementara itu
menurut Wiknjosastro (2008) faktor konstitusi seperti anemia, penyakit menahun
dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenore.
Responden yang anemia dan mengalami dismenore sebanyak 28 orang
(84,8%). Penulis berasumsi bahwa kejadian dismenore yang dialami responden
akibat anemia yang dialaminya. Asumsi ini sesuai dengan Wiknjosastro (2010)
bahwa kondisi anemia merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
tingkat dismenore pada saat menstruasi, karena terjadinya iskemia yang
merupakan suatu keadaan kekurangan oksigen pada jaringan yang bersifat
sementara dan reversibel. Molekul yang berfungsi untuk mengikat dan membawa
oksigen ke seluruh tubuh adalah hemoglobin. Semakin banyak hemoglobin yang
mengikat dan membawa oksigen dalam sel darah merah maka kebutuhan
oksigen pada jaringan akan terpenuhi. Dismenore juga terjadi karena
pengeluaran prostaglandin tertentu. Endometrium dalam fase sekresi
memproduksi prostaglandin F2 yang menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika
jumlah prostaglandin yang berlebihan dilepaskan ke dalam peredaran darah,
maka selain dismenorea, dijumpai pula efek lain seperti diare, nausea, muntah
dan flushing.
Responden yang tidak anemia tetapi mengalami kejadian dismenore
sebanyak 24 orang (51,1 %). Menurut asumsi penulis, kejadian dismenore yang
dialami oleh responden diakibatkan oleh beberapa faktor selain anemia, seperti
faktor kejiwaan atau psikologi, faktor obstruksi kanalis servikalis, faktor endokrin
dan adanya penyakit atau kelainan pada alat kandungan. Asumsi ini sesuai
dengan pendapat Wiknjosastro (2005) bahwa merokok, alkohol, menarche awal
kurang dari 12 tahun, siklus menstruasi yang panjang, jumlah darah menstruasi
yang berlebih, usia kurang dari 20 tahun, BMI (Body Mass Indeks) yang rendah
kerena diet dan sterilisasi pelvic inflammatory disease (PID), penyimpangan
seksual, gelaja psikologi, depresi atau ansietas, gangguan jaringan social,
obesitas dan riwayat keluarga yang positif dismenore dapat mempengaruhi
terjadinya dismenore. Perbedaan rasa nyeri saat mestruasi tergantung pada
kadar prostaglandin. Wanita yang mengalami dismenorea memiliki kadar
prostaglandin yang 5-13 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak
mengalami dismenore.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan

1. Frekuensi remaja kelas X dan XI di SMA Negeri 1 Parlilitan yang tidak


mengalami anemia yaitu sebanyak 47 orang (58,8%) dan yang
mengalami anemia sebanyak 33 orang (41,2%).
2. Frekuensi remaja kelas X dan XI di SMA Negeri 1 Parlilitan yang
mengalami dismenore yaitu sebanyak 52 responden (65,0%) sementara
responden yang tidak mengalami dismenore sebanyak 28 responden
(35,0%).
3. Ada hubungan anemia dengan kejadian dismenore pada remaja remaja
kelas X dan XI di SMA Negeri 1 Parlilitan Kabupaten Humbang
Hasundutan tahun 2018 dengan nilai p=0,004 (p<0,05).

B. Saran

1. Bagi Puskesmas
Diharapkan kepada pihak Puskesmas setempat untuk memberikan
penyuluhan kepada siswi SMA Negeri 1 Parlilitan tentang makanan
bergizi seimbang yang banyak mengandung Fe sehingga dapat
mencegah dan mengatasi kejadian anemia pada remaja.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan institusi agar lebih memperbanyak referensi terbaru tentang
anemia pada remaja dan dismenore di perpustakaan sehingga
mempermudah peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian terkait
dengan judul penelitian ini.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya


Diharapkan agar peneliti selanjutnya dapat memperluas variabel yang
berhubungan dengan kejadian dismenore pada remaja.
DAFTAR PUSTAKA

Bakta, I Made. 2014. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.

Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Balitbang Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013.


http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pdf(diakses pada 19 Februari 2018).

Briawan, Dodik. 2014. Anemia Masalah Gizi pada Remaja Wanita. Jakarta: EGC.

Indarsita, Dina et al. 2016. Perbedaan Senam Kesegaran Jasmani dan Senam
Aerobik dalam Mengurangi Dismenore pada Remaja Putri Awal (Study
SMPN 1 Pancur BatuKab Deli Serdang).

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Jurnal Kesehatan Reproduksi.


http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/kespro (diakses pada 12
Maret 2018).

Program Pencegahan dan Penanggulangan Anemia pada Remaja dan WUS.


Direktorat Gizi Masyarakat. Jakarta.

Mumpuni, Yekti dan Andang, Tantrini. 2013. 45 Penyakit Musuh Kaum


Perempuan. Yogyakarta: Rapha Publishing.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Novia, Ika dan Puspitasari, Nunik. 2008. Faktor Risiko yang Mempengaruhi
Kejadian Dismenore Primer.The Indonesian Journal of Public Health Vol.
4.

Nugroho, Taufan dan Utama, Bobby Indra. 2014. Masalah Kesehatan


Reproduksi Wanita. Yogyakarta: Nuha Medika.

N. Karoutet al.2012. Prevalence and Pattern of Menstrual Disorders Among


Lebanese Nursing Students.Eastern Mediterranean Health Journal.Vol.
18.

Parker MA, Sneddon AE, Arbon P. 2010. The Menstrual Disorder of Teenagers
(MDOT) Study: Determining Typical Menstrual Patterns and Menstrual
Disturbance in A Large Population Based Study of Australian Teenagers.

Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Proverawati, A. 2011. Anemia dan Anemia Kehamilan.Yogyakarta :NuhaMedika.


dan Siti, M. 2009. Menarche Menstruasi Penuh Makna. Yogyakarta:
Mulia Medika.

Ramli, N dansanty, P. 2017.Efektifitas Pemberian Ramuan Jahe (Zingibers


Officinale) dan Teh Rosella (Hibiscus Sabdariffa) Terhadap Perubahan
Intensitas Nyeri Haid.JurnalAcTion: Aceh Nutrition Journal.

Ropitasari dan Isnadewi Safitri.2015. Hubungan Anemia dengan Tingkat


Dismenorea di SMA Muhammadiyah 3 Surakarta.KTI. Program Studi D III
Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Saraswati, Sylvia. 2015. 52 Penyakit Perempuan. Yogyakarta: Kata Hati.

Sugiyono. 2017. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sukarni, I dan Wahyu, P. 2013. Buku Ajar Keperawatan Matermitas. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Syafrudin et al. 2011. Penyuluhan Kesehatan pada Remaja, Keluarga, Lansia


dan Masyarakat. Jakarta: Trans Info Media.

Wahyuningsih, E dan Puspitasari, L. 2014. Hubungan Kadar Hemoglobin dengan


Kejadian Dismenore pada Siswi Kelas XI SMA Negeri 1 Wonosari
Klaten.Jurnal Involusi Kebidanan.

Wiknjosastro, H. 2008. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sawono Prawirohardjo.

World health Organization. 2011. Haemoglobin Concentrations For The


Diagnosis of Anaemia and Assessment Of
Severity.http://ww.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Risk
esdas%202013.pdf. (diaksespada 07 Maret 2018).
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Poltekkes Kemenkes MEDAN, saya yang


bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Desi Simanullang


NIM : P07524517076
Program Studi : D-IV
Jurusan : Kebidanan
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepada Poltekkes Kemenkes Medan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
(Non-exclusive Royalty-Free Right) atas Skripsi saya yang berjudul:

Hubungan Anemia dengan Dismenore pada Remaja Kelas X dan XI di


SMA Negeri 1 Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun
2018

Beserta Perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Poltekkes Kemenkes Medan berhak menyimpan mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik
Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan
Pada Tanggal : 30 Agustus 2018

(Desi Simanullang)
PERNYATAAN

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN DISMENORE PADA


REMAJA KELAS X DAN XI DI SMA NEGERI 1
PARLILITAN KABUPATEN HUMBANG
HASUNDUTAN TAHUN 2018

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan,30 Agustus 2018

Desi Simanullang
P07524517076
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

“Hubugan Anemia dengan Dismenore pada Remaja Kelas X dan XI di SMA


Negeri 1 Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2018”

Setelah saya mendapat penjelasan dari peneliti tentang tujuan penelitian,


saya bersedia menjadi responden tanpa ada unsur paksaan, sebagai bukti saya
akan menandatangani surat persetujuan penelitian.

Parlilitan, April 2018

Hormat saya sebagai responden

( )
KUESIONER NYERI HAID (DISMENORE)

A. Data Demografi
Nama :
Umur :
Kelas :

B. Pertanyaan
Isilah data sesuai item yang diminta di bawah ini dan berilah tanda (
pada kolom petanyaan.
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah Anda mengalami nyeri perut bagian bawah saat
menstruasi?
2. Apakah nyeri itu berlangsung dalam beberapa jam?
3. Apakah nyeri itu berlangsung dalam 24 jam?
4. Apakah nyeri itu berlangsung dalam beberapa hari?
5. Apakah nyeri tersebut bersifat kram?
6. Apakah nyeri tersebut hilang timbul?
7. Apakah nyeri tersebut menetap sampai akhir menstruasi?
8. Apakah daerah tersebut menyebar sampai daerah
pinggang?
9. Apakah nyeri tersebut menyebar sampai daerah paha?
10. Apakah saat nyeri perut tersebut timbul, Anda juga
merasakan mual?
11. Apakah saat nyeri perut tersebut timbul, Anda juga
merasakan muntah?
12. Apakah saat nyeri perut tersebut timbul, Anda juga
merasakan sakit kepala?
13. Apakah saat nyeri perut tersebut timbul, Anda juga
mengalami diare?
14. Apakah saat nyeri perut tersebut timbul, Anda menjadi
mudah untuk marah?
15. Apakah nyeri tersebut memaksa Anda untuk beristirahat?
16. Apakah nyeri tersebut membuat Anda absen dari sekolah?
17. Apakah rasa nyeri tersebut membuat Anda harus meminum
obat?
18. Apakah obat tersebut dapat membantu menghilangkan
keluhan nyeri perut tersebut?
19. Apakah setelah meminum obat nyeri tersebut timbul
kembali?
20. Apakah rasa nyeriter sebut membuat Anda harus pergi
kedokter?
21. Apakah Anda pernah didiagnosis oleh dokter terkena
penyakit pada alat reproduksi?

Lingkarilah jawaban di bawah ini yang sesuai dengan karakteristik Anda!

22. Dari skala 0-10 nyeri menstruasi yang Anda alami ada di nomor berapa,
apabila 0 adalah tidak nyeri, 1-3 nyeri ringan, 4-6 nyeri sedang, 7-10 nyeri
berat?

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Master Tabel
Hasil Pengukuran Kadar Hb dan Tingkat Dismenore
Kode Responden Kelas Hb Dismenore
1 X-1 12 3
2 X-1 13.2 0
3 X-1 13.9 2
4 X-1 9.2 8
5 X-1 14.1 0
6 X-1 10.3 6
7 X-1 9.7 3
8 X-2 13 0
9 X-2 11.2 5
10 X-2 15.5 0
11 X-2 13.5 2
12 X-2 10.1 4
13 X-2 13.9 2
14 X-2 12.5 3
15 X-2 12.5 0
16 X-3 13.7 0
17 X-3 13.1 3
18 X-3 10.9 4
19 X-3 13.2 2
20 X-3 6.9 8
21 X-3 10.9 2
22 X-3 15.6 1
23 X-3 9.9 0
24 X-4 14 5
25 X-4 12.8 0
26 X-4 13.9 1
27 X-4 10.9 2
28 X-4 9.9 4
29 X-4 15.2 0
30 X-4 10 4
31 X-5 16.2 0
32 X-5 12.6 2
33 X-5 10.2 5
34 X-5 15.1 3
35 X-5 13.8 0
36 X-5 9.5 6
37 X-5 8.4 7
38 X-5 15.7 0
39 XI-IPA 1 7.9 9
40 XI-IPA 1 9.4 6
41 XI-IPA 1 13.8 0
42 XI-IPA 1 12.1 0
43 XI-IPA 1 10.5 4
44 XI-IPA 1 13.7 1
45 XI-IPA 1 8.8 5
46 XI-IPA 1 12 2
47 XI-IPA 1 15.7 1
48 XI-IPA 2 7.4 8
49 XI-IPA 2 10.3 2
50 XI-IPA 2 8.9 6
51 XI-IPA 2 13.7 0
52 XI-IPA 2 12.4 4
53 XI-IPA 2 13 3
54 XI-IPA 2 8.5 6
55 XI-IPA 2 10.9 0
56 XI-IPA 2 10.5 3
57 XI-IPA 2 14.2 0
58 XI-IPS 1 16 3
59 XI-IPS 1 14.4 0
60 XI-IPS 1 13.7 0
61 XI-IPS 1 9.6 7
62 XI-IPS 1 10.7 0
63 XI-IPS 1 12.3 0
64 XI-IPS 1 12.7 5
65 XI-IPS 2 8.5 3
66 XI-IPS 2 13 7
67 XI-IPS 2 15.4 1
68 XI-IPS 2 13.8 6
69 XI-IPS 2 8.9 8
70 XI-IPS 2 13.8 4
71 XI-IPS 2 15 0
72 XI-IPS 2 14 0
73 XI-IPS 3 13.7 0
74 XI-IPS 3 10.3 7
75 XI-IPS 3 12.3 7
76 XI-IPS 3 16 0
77 XI-IPS 3 8.6 3
78 XI-IPS 3 10.4 0
79 XI-IPS 3 9.7 0
80 XI-IPS 3 12 0
Frequencies

Notes

Output Created 14-JUL-2018 16:10:47

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data


80
File

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are


treated as missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with


valid data.

Syntax FREQUENCIES VARIABLES=Anemia


Dismenore

/STATISTICS=STDDEV VARIANCE
RANGE MINIMUM MAXIMUM
SEMEAN MEAN MEDIAN MODE
SUM

/ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00.00

Elapsed Time 00:00:00.00


Statistics

Anemia Dismenore

N Valid 80 80

Missing 0 0

Mean 12.0688 2.7250

Std. Error of Mean .26308 .30083

Median 12.4500 2.0000

Mode 13.70 .00

Std. Deviation 2.35305 2.69070

Variance 5.537 7.240

Range 9.30 9.00

Minimum 6.90 .00

Maximum 16.20 9.00

Sum 965.50 218.00

Frequency Table

Anemia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak anemia 47 58.8 58.8 58.8

Anemia 33 41.3 41.3 100.0

Total 80 100.0 100.0


Dismenore

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak dismenore 28 35.0 35.0 35.0

Dismenore 52 65.0 65.0 100.0

Total 80 100.0 100.0

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Anemia * Dismenore 80 100.0% 0 0.0% 80 100.0%

Anemia * Dismenore Crosstabulation

Dismenore

Tidak dismenore Dismenore Total

Anemia Tidak anemia Count 23 24 47

% within Anemia 48.9% 51.1% 100.0%

Anemia Count 5 28 33

% within Anemia 15.2% 84.8% 100.0%


Total Count 28 52 80

% within Anemia 35.0% 65.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)

a
Pearson Chi-Square 9.727 1 .002

b
Continuity Correction 8.299 1 .004

Likelihood Ratio 10.385 1 .001

Fisher's Exact Test .002 .002

Linear-by-Linear Association 9.605 1 .002

N of Valid Cases 80

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.55.

b. Computed only for a 2x2 table


Symmetric Measures

Approximate
Value Significance

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .329 .002

N of Valid Cases 80

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Anemia


5.367 1.768 16.288
(Tidak anemia / Anemia)

For cohort Dismenore =


3.230 1.369 7.622
Tidak dismenore

For cohort Dismenore =


.602 .439 .825
Dismenore

N of Valid Cases 80
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI
NAMA : DESI SIMANULLANG
TEMPAT/TANGGAL LAHIR : DOLOK SANGGUL, 21 NOVEMBER 1996
JENIS KELAMIN : PEREMPUAN
AGAMA : KRISTEN PROTESTAN
ANAK KE : 6 DARI 6 BERSAUDARA
TELEPON : 085373886596
EMAIL : desisimanullang96@gmail.com
ALAMAT : LUMBAN NAUNGKUP, DESA PUSUK 1
KECAMATAN PARLILITAN

II. DATA ORANG TUA `


NAMA AYAH : JAMINTER SIMANULLANG
NAMA IBU : LISBET SITOHANG, S.Pd

III. RIWAYAT PENDIDIKAN


FORMAL
TAHUN 2002 – 2008 : SD NEGERI NO.173511 PUSUK
TAHUN 2008 – 2011 : SMP NEGERI 2 PARLILITAN
TAHUN 2011 – 2014 : SMA RAKSANA MEDAN
TAHUN 2014 – 2017 : DIII KEBIDANAN POLTEKKES
KEMENKES RI MEDAN
TAHUN 2017 – 2018 : DIV KEBIDANAN POLTEKKES
KEMENKES RI MEDAN

Anda mungkin juga menyukai