Anda di halaman 1dari 33

Lab/SMF Ilmu Kedokteran Forensik & Karya Tulis Ilmiah

Medikolegal Fakultas Kedokteran


Universitas Mulawarman

PENATALAKSANAAN SAMPEL BIOLOGIS JENAZAH DALAM


TOKSIKOLOGI

Disusun oleh:
Berta Ramadhani Ishaq 2010017043
Devi Permata Sari 2010017058
Muhammad Fadillah 2010017061

Pembimbing:
dr. Daniel Umar, S.H, Sp.F
NIP. 19591028 198903 1 010

Dibawakan Dalam Rangka Tugas


Kepaniteraan Klinik SMF/Lab Ilmu
Kedokteran Forensik & Medikolegal
Fakultas Kedokteran Umum
Universitas Mulawarman
2021
Lab/SMF Ilmu Kedokteran Forensik & Karya Tulis Ilmiah
Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

PENATALAKSANAAN SAMPEL BIOLOGIS JENAZAH DALAM


TOKSIKOLOGI

Disusun oleh:
Berta Ramadhani Ishaq 2010017043
Devi Permata Sari 2010017058
Muhammad Fadillah 2010017061

Pembimbing:
dr. Daniel Umar, S.H, Sp.F
NIP. 19591028 198903 1 010

Dibawakan Dalam Rangka Tugas


Kepaniteraan Klinik SMF/Lab Ilmu
Kedokteran Forensik & Medikolegal
Fakultas Kedokteran Umum
Universitas Mulawarman
2021
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah tentang “Laporan Kasus penatalaksanaan sampel biologis jenazah
(toksikologi)”. Karya tulis ini disusun dalam rangka tugas kepaniteraan klinik di
Laboratorium Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Daniel Umar, S.H., Sp.F
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan
kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan. Penulis
menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan karya tulis
ilmiah ini, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan
karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi para
pembaca.

Samarinda, 5 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................………………………………………………………i

KATA PENGANTAR....................……………………………………………………..ii

DAFTAR ISI....................………………………………………………………………iii

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………....iv

DAFTAR TABEL…………………………………………………………......v

BAB 1 PENDAHULUAN....................………………………………………………….1

1.1 Latar Belakang......................………………………………………………………….1

1.2 Tujuan.....................…………………………………………………………………...2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.....................................………………………………...3

2.1 Definisi Pengambilan Sampel ......................………………………………………….3


2.2 Jenis-jenis Sampel Uji Toksikologis……………………………………...
….3

2.3 Pedoman Pengumpulan Sampel Toksikologis………………….….………10


2.4 Wadah dan penempatan sampel…………………………………………...13

2.5 Label Sampel………………………………………………………..……14


2.6 Menyimpan sampel biologis………………………………………....……15
2.7 Mengirim sampel biologis……………………………………….
………...17
2.8 Aspek Hukum Pengambilan Sampel…………………………………..……
18

BAB 3 LAPORAN KASUS.......................................................................................20

3.1 Studi Kasus..................................................................................................................20

3.2 Pembahasan Kasus......................................................................................................21

BAB 4 PENUTUP......................................................................................................22

4.1 Kesimpulan…..............................................................................................................22
iii
4.2 Saran............................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................23
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kantong Penyimpanan Sampel........................................................... 14

Gambar 2. Wadah-wadah dengan Tutup Screw-top (Screw-top Container)….....14

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.3.1 Jenis-jenis sampel toksikologis………………………………..10


Tabel 2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Sampel…………………………...12

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teknik pengambilan sampel merupakan tahap pra analitik yang menentukan
validitas hasil pemeriksaan laboratorium toksikologi. Jenis sampel, cara
penanganan, dan teknik preparasi sampel baik sampel dari bahan biologi yang
diambil dari tubuh korban yang masih hidup atau mati. Sampel non biologis yang
berupa barang yang berada disekitar korban yang diduga mengandung zat yang
masih dicurigai disebut “residu kejadian”. Penanganan sampel dapat berupa
penyimpanan, pengawetan yang meliputi pemilihan cara dan bahan pengawet,
serta pengangkutan bila diperlukan proses rujukan. Sampel biologis sangat
mungkin mengandung agen infektif sehingga harus ditangani dengan hati-hati,
terutama jika berasal dari penyalahguna narkoba, dan harus selalu diperlakukan
seolah-olah infektif [ CITATION Dep18 \l 1033 ].
Sampel klinis untuk uji toksikologis dapat dibagi menjadi 4, yaitu cairan
darah, cairan tubuh selain darah, cairan atau residu eksretori, dan specimen klinis
lainnya. Banyak prosedur toksikologi analitis memerlukan pengumpulan darah,
urin, isi lambung, dan “residu kasus”, yaitu bahan, botol, tablet atau semacamnya
yang ditemukan di tempat kejadian. Sampel cairan dan jaringan lain yang sesuai
juga harus dikumpulkan secara rinci, terutama saat menyelidiki kematian, namun
mungkin tidak diperlukan untuk analisis kecuali jika diperlukan penyelidikan
khusus[ CITATION Dep18 \l 1033 ].
Tujuan pemeriksaan toksikologi secara umum dibagi dua yaitu untuk
projustisia/penyidikan dan diagnostic atau terapi, dimana untuk projustisia,
pemeriksaan harus dilakukan mengikuti prosedur yang ketat karena implikasinya
dalam pengadilan secara umum, spesimen biologis harus disimpan pada suhu 4 oC
sebelum diangkut ke laboratorium. Pengecualian untuk ini termasuk rambut dan
kuku, yang stabil pada suhu kamar, dan kertas saring yang diadsorpsi darah
kering, yang merupakan cara mudah untuk menyimpan dan mengangkut sampel
darah untuk analisis tertentu jika transportasi dan penyimpanan berpendingin
tidak ada. Setiap wadah spesimen harus disegel dan diberi label dengan aman
1
untuk mencegah kebocoran, dan dikemas secara terpisah dalam kantong plastik
terpisah. Perhatian khusus harus diberikan pada kemasan sampel yang akan
dikirim melalui pos atau kurir agar sesuai dengan peraturan kesehatan dan
keselamatan saat ini.[ CITATION Dep18 \l 1033 ].

1.2 Tujuan
Tujuan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk menambah
ilmu pengetahuan dan wawasan secara umum mengenai penatalaksanaan sampel
biologis jenazah dalam bidang toksikologi di Bagian Forensik dan Medikolegal
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel merupakan tahap pra analitik yang menentukan


validitas hasil pemeriksaan laboratorium toksikologi. Jenis sampel, cara
penanganan, dan Teknik preparasi sampel baik sampel dari bahan biologis yang
diambil dari tubuh berkaitan dengan mekanisme absorbs, distribusi dan eliminasi
suatu xenobiotic. Jenis-jenis sampel yang dapat diambil baik sampel biologis pada
korban yang masih hidup atau mati. Selain itu juga sampel non biologis yang
berupa barang-barang yang berada disekitar korban yang diduga mengandung zat
yang masih dicurigai disebut “residu kejadian”[ CITATION Dep18 \l 1033 ].

Penanganan sampel juga hal yang sangat penting untuk mempertahankan agar
analit tidak mengalami perubahan selama proses pengambilan sampel sampai
waktu analisis di laboratorium. Penanganan sampel dapat berupa penyimpanan,
pengawetan yang meliputi pemilihan cara dan bahan pengawet dan pengangkutan
bila diperlukan proses rujukan. Banyak prosedur toksikologi analitis memerlukan
pengumpulan darah, urin, isi lambung dan residu kasus, yaitu bahan, botol, tablet
atau semacamnya yang ditemukan ditempat kejadian. Sampel cairan dan jaringan
lain yang sesuai juga harus dikumpulkan secara rinci, terutama saat menyelidiki
kematian, namun mungkin tidak diperlukan untuk analisis kecuali jika diperlukan
penyidikan khusus[ CITATION Dep18 \l 1033 ]

2.2 Jenis-jenis Sampel Uji Toksikologis

Sampel klinis untuk uji toksikologis dapat dibagi menjadi (i) cairan darah dan
cairan terkait, (ii) cairan tubuh selain darah, (iii) cairan atau residu eksretori dan
(iv) specimen klinis lainnya. Sejumlah specimen tambahan dapat dikumpulkan
untuk tujuan toksikologi[ CITATION Dep18 \l 1033 ]

Tindakan pencegahan khusus akan dibutuhkan untuk analit yang tidak


stabil. Sebagian besar senyawa yang diukur dalam urin dapat dianggap stabil
setidaknya beberapa jam pada suhu kamar karena urin mungkin telah ditahan pada
3
suhu tubuh untuk beberapa saat sebelum dikeluarkan [ CITATION Dep18 \l
1033 ].

a. Darah
 Darah arteri

Darah arteri biasanya dikumpulkan oleh seorang praktisi medis yang


berpengalaman karena ini adalah prosedur yang relative berbahaya, dilakukan
untuk pengukuran gas darah dan biasanya tidak diajukan untuk analisis
toksikologi. Darah kapiler, yang mendekati darah arterial, dapat diperoleh dengan
menusuk tumit, lobang jari atau telinga, prosedur ini paling sering dilakukan pada
anak kecil[ CITATION Dep18 \l 1033 ].

 Darah vena
Darah vena diperoleh dengan venepuncture (biasanya) vena median cubital
lengan yang jauh dari lokasi infus. Dapat menggunakan spuit dan jarum suntik
(1-50 Ml) atau system sampling vakum komersial seperti Vacutainer dapat
digunakan untuk membendung vena sebelum venepunture, namun harus segera
dilepaskan sebelum pengambilan sampel. Untuk sampling berulang, kanula kecil
dapat dimasukkan ke dalam pembuluh darah dilengan atau tangan, yang
memungkinkan akses vena melalui septum karet. Namun, patensi mungkin
menjadi masalah karena ada risiko: (i) menginduksi hemolisis dan (ii)
kontaminasi spesimen karena penggunaan larutan antikoagulan dengan alat
tersebut. Setelah vepepunture, darah harus dipindah ke wadah yang tepat
sesegera mungkin. Beberapa analit dasar dan senyawa ammonium kuaterner,
misalnya antidepresan trisiklik dan paraquat, dan alumunium terikat pada kaca.
Tabung plastik lebih disukai dan juga cenderung pecah daripada kaca, terutama
jika dibekukan. Disisi lain, jika pelarut volatile atau gas anestesi, misalnya harus
dianalisi maka gelas lebih disukai jika tersedia[ CITATION Dep18 \l 1033 ].
Jika darah telah dikumpulkan ke dalam spuit, jarum harus dikeluarkan dan
darahnya dibiarkan mengalir dengan lancar ke dalam tabung sampel untuk
mencegah hemolisis. Kemudian diikuti dengan pencampuran lembut untuk
memastikan kontak dengan antikoagulan, jika digunakan. Bahkan hemolisis
ringan pun akan membuat besi serum atau tes kalium berlebih, dan mungkin

4
mengakibatkan analit lain dalam plasma atau serum terkonsentrasi pada sel darah
merah seperti chlortalidone meninggalkan plasma atau serum yang kontak.
Dengan sel darah merah, dapat menyebabkan perubahan karena aktivitas
enzimatik atau redistribusi analit antara sel dan plasma. Secara umum, plasma
atau serum harus dipisahkan dari sel darah sesegera mungkin. Jika perlu, seluruh
darah dapat disimpan pada suhu -20oC atau dibawahnya, namun pembekuan akan
melisiskan sebagian besar jenis sel[ CITATION Dep18 \l 1033 ].

Penting untuk menggunakan serum atau plasma dengan antikoagulan yang


direkomendasikan untuk pengukuran tertentu dan tidak mengganti alternatif
tanpa pertimbangan cermat. Tabung yang mengandung 0,5 atau 1 mL
antikoagulan natrium sitrat dalam larutan berair dan karenanya tidak sesuai untuk
pekerjaan kuantitatif. Selanjutnya, pengenceran sampel dapat mengurangi tingkat
pengikatan protein plasma dan akibatnya distribusi analit plasma - sel darah
merah. Harus dipastikan bahwa antikoagulan heparin lithium tidak digunakan
jika lithium plasma diukur. Heparin juga telah diketahui mengganggu dalam
analisis obat[ CITATION Dep18 \l 1033 ]

 Darah dan cairan terkait

1) Darah utuh (whole blood) adalah cairan yang bersirkulasi melalui arteri,
kapiler dan vena. Tubuh manusia dewasa mengandung sekitar 5-6 liter
darah. Ini terdiri dari plasma dan sel darah. Jika seluruh darah dianalisis,
sampel harus dikumpulkan ke dalam antikoagulan yang tepat, dicampur, dan
kemudian dibekukan untuk melisiskan sel sebelum analisis (Catatan: darah
tersembunyi adalah darah yang ditemukan hanya dalam jumlah jejak
terutama pada faeces. Ini tidak digunakan sebagai sampel analitis).

2) Sel darah termasuk sel darah merah (eritrosit) dan sel darah putih (limfosit,
leukosit), trombosit) dll. Semua dapat diperoleh dari darah yang baru
dikumpulkan dengan prosedur yang sesuai.

3) Cairan serebrospinal (cerebrospinal fluid = CSF) adalah ultrafiltrasi plasma


(komposisinya adalah plasma kecuali protein MR tinggi yang tidak ada)
yang mengelilingi elemen sistem saraf pusat (SSP). Cairan ini diperoleh
dengan tusukan lumbal (aspirasi jarum dari sumsum tulang belakang) dan

5
biasanya dikumpulkan ke dalam tabung steril.

4) Darah tali pusat diperoleh dari tali pusat saat parturisi. Biasanya darah tali
pusat diperoleh untuk mencerminkan neonatal, berlawanan dengan darah
plasenta. Untuk mendapatkan plasma atau serum tergantung pada volume
yang tersedia.

5) Plasma adalah bagian cairan darah yang diperoleh dengan penambahan


anticoagulant.

6) Serum adalah cairan kuning pucat yang tersisa saat seluruh darah membeku.
Komposisinya umumnya sama dengan plasma kecuali fibrinogen dan faktor
yang terkait dengan proses penggumpalan tidak ada.

b. Cairan tubuh selain darah


1) Cairan amnion adalah cairan yang mengelilingi janin di kantung amnion

2) Aqueous humor adalah cairan berair yang menempati ruang antara kornea
dan iris mata

3) ASI adalah cairan kaya protein dan lemak yang diproduksi oleh ibu
menyusui. Ekskresi pertama ASI (kolostrum) sangat kaya akan protein
4) Aspirasi empedu adalah cairan asam yang mengandung enzim pencernaan,
makanan, dan sebagainya, diperoleh dengan aspirasi dari lambung.
5) Getah bening adalah cairan kekuningan yang berasal dari kelenjar getah
bening

6) Cairan peritoneal adalah cairan yang menumpuk di peritoneum

7) Air liur adalah sekresi kelenjar mukosa yang kental dan jernih di mulut.
Cairan ini terkait dalam komposisi plasma, tetapi juga mengandung
beberapa enzim pencernaan.
8) Semen diproduksi oleh testis dan kelenjar prostat, dan terdiri dari cairan
mani (yang bisa didapat dari semen dengan sentrifugasi), dan
spermatozoa.
9) Cairan sinovial adalah cairan pelumas yang jernih dan kental yang mengisi
synovium (membran yang mengelilingi sendi)
10) Air mata adalah sekresi air mata yang jernih pada mata

11) Cairan vagina adalah sekresi kental vagina


6
12) Vitreous humor adalah cairan transparan dan kental yang terkandung di
balik lensa di mata.

7
c. Cairan / residu eksresi
1) Empedu adalah cairan kuning-hijau tebal yang disekresikan oleh hati
melalui kandung empedu ke dalam usus
2) Udara yang dihembuskan (ekspirasi) umumnya mengandung sedikit
oksigen dan lebih banyak karbon dioksida dan uap air daripada udara
sekitar, namun mungkin mengandung produk metabolik volatil lainnya.
3) Faeces adalah residu proses pencernaan yang berwarna coklat dan semi
solid

4) Keringat adalah cairan berair yang diekskresikan oleh pori-pori kulit

5) Urin adalah cairan kuning / kuning-hijau yang dihasilkan oleh ginjal,


terutama terdiri dari air, garam, urea, kreatinin, dan produk metabolik
lainnya.

d. Sampel lainnya
1) Bronchoalveolar lavage (BAL) diperoleh dengan mencuci bronkus / alveoli
dengan larutan yang tepat dan aspirasi cairan yang dihasilkan.
2) Calculi ('batu') adalah endapan kristal keras yang terbentuk di berbagai
rongga tubuh seperti ginjal.
3) Cairan dialisis (extracorporeal atau peritoneal) adalah cairan yang tersisa
setelah dialisis telah dilakukan.
4) Gastric lavage adalah spesimen yang diperoleh dengan cara mencuci
lambung dengan larutan yang tepat dan aspirasi cairan yang dihasilkan.
5) Rambut (kepala, aksila, atau kemaluan) kadang digunakan untuk menilai
keterpaparan baru-baru ini terhadap racun seperti obat-obatan terlarang atau
logam berat.
6) Potongan kuku atau kuku (jari atau kaki) kadang digunakan untuk menilai
terpapar obat- obatan terlarang atau logam berat.
7) Swab (olesan) hidung adalah cairan yang dikumpulkan ke kapas dari dalam
hidung.
8) Cairan oral adalah campuran air liur, cairan gingivial crevicular (cairan
antara gigi / gusi), sisa-sisa seluler, darah, lendir, partikel makanan, dan
bahan lain yang dikumpulkan dari mulut.

7
9) Isi perut dari (i) aspirasi gastrik, (ii) cuci lambung, (iii) muntahan, atau (iv)
residu di perut saat otopsi.
10) Spesimen jaringan diperoleh dengan pembedahan atau postmortem. Jaringan
yang diperoleh dari janin dan / atau plasenta kadang dapat digunakan untuk
analisis.
11) Sampel biopsi adalah sampel kecil jaringan yang diperoleh dengan teknik
sampling spesialis.

12) Muntahan mencerminkan komposisi aspirasi gastrik.


e. Serum

Bila darah utuh dibiarkan (15 menit, suhu kamar) dalam tabung
kosong (tidak ada antikoagulan), bentuk gumpalan yang akan ditarik
cukup untuk memungkinkan serum dikumpulkan. Untuk banyak analisis,
serum lebih disukai daripada plasma karena menghasilkan lebih sedikit
presipitat (fibrin) pada pembekuan dan pencairan[ CITATION Dep18 \l
1033 ].

f. Plasma

Pemisahan plasma dari darah utuh dengan antikoagulan biasanya


memerlukan sentrifugasi. Hubungan antara diameter rotor dari pusat,
kecepatan sentrifugasi dan gaya sentrifugal relatif (G-force) ditetapkan.
Pada sentrifugasi darah utuh dengan antikoagulan (2000 g, 10 menit, 2-
8oC jika perlu), maka akan terpisah menjadi tiga lapisan: lapisan bawah
(biasanya sekitar 45% volume) terdiri dari sel darah merah; lapisan tipis
antara sel darah putih dan platelet yang disebut buffy coat adalah lapisan
berikutnya; dan lapisan atas, berair, berwarna Jerami adalah plasma
(Sekitar 50% v/v). Asalkan analit stabil, darah utuh dan antikoagulan
dapat disimpan pada suhu kamar atau didinginkan (2-8oC) selama dua hari
atau lebih sebelum plasma dipisahkan[ CITATION Dep18 \l 1033 ].
Lebih banyak plasma dapat dipisahkan dari darah utuh daripada
serum. Beberapa tabung komersial mengandung zat seperti manik-manik
plastic ataub gel yang berada pada antarmuka antara sel dan plasma untuk
membantu pengumpulan plasma. Gel pemisah (gel separator) dapat

8
menyebabkan masalah pada analisis beberapa obat walaupun gel yang
diformulasikan telah diklaim memeliki sedikit efek pada pengukuran obat
terapeutik, tabung yang mengandung gel pemisah sebaiknya dihindari.
Penggunaan tabung semacam itu akan membuat banyak analit trace
elemen tidak ada dan dapat mengganggu

9
analisis untuk pelarut dan volatile lainnya[ CITATION Dep18 \l 1033 ].

g. Sel darah

Untuk mengumpulkan eritrosit, darah heparinisasi disentrifugasi


(2000 g, 10 menit), plasma, buffy coat dan 10% eritrosit teratas (terutama
retikulosit) dikeluarkan, dan sisa eritrosit dicuci dengan larutan garam
isotonik, untuk menghilangkan plasma yang terperangkap. Sel dapat
digunakan secara langsung atau beku, baik untuk menyebabkan hemolisis,
atau untuk penyimpanan. Trombosit biasanya diisolasi dengan sentrifugasi
yang lambat (misalnya 300 g, 15 menit) dari darah utuh untuk
menghasilkan plasma kaya trombosit, kemudian disentrifugasi (2000 g, 10
menit) untuk memisahkan trombosit. Sel darah putih lainnya paling sering
diperoleh dengan sentrifugasi melalui media kepadatan yang sesuai (sesuai
petunjuk pabriknya) atau diisolasi dengan teknik antibodi fase
padat[ CITATION Dep18 \l 1033 ].
h. Isi Lambung
Spesimen ini meliputi muntahan, aspirasi lambung dan cairan
lambung serta isi perut pada postmortem. Sifat sampel ini bisa sangat
bervariasi dan prosedur tambahan seperti homogenisasi diikuti dengan
penyaringan dan / atau sentrifugasi mungkin diperlukan untuk
menghasilkan cairan yang dapat diperiksa[ CITATION Dep18 \l 1033 ].
i. Faeces
Analisis feces jarang dilakukan, namun kadang-kadang analisis
obat dan kemungkinan metabolit mungkin diperlukan dalam studi
farmakokinetik dan metabolisme. Analisis mungkin juga diminta jika,
misalnya, muncul pertanyaan tentang kebocoran obat dari paket obat
antemortem yang ditelan. Tidak seperti plasma, urin, dan sampel cairan
lainnya, faeces tidak homogen, dan oleh karena itu seringkali diperlukan
untuk menganalisis keseluruhan sampel atau menghomogenkan seluruh
sampel dan membuktikan bahwa fraksi yang diambil untuk analisis
mewakili keseluruhan. Diperlukan lebih dari sehari sebelum obat oral atau
metabolit obat muncul dalam faeces[ CITATION Dep18 \l 1033 ].

9
j. Jaringan
Spesimen histologi biasanya dikumpulkan ke dalam bahan
pengawet seperti formalin (Larutan Formaldehyde dalam air). Perlakuan
awal semacam itu harus diingat jaika toksikologi dilanjutkan. Sampel
jaringan yang diperoleh postmortem biasanya disimpan pada suhu 4oC
sebelum analisis [ CITATION Dep18 \l 1033 ].

2.3 Pedoman Pengumpulan Sampel Toksikologis


Banyak prosedur toksikoklogi analisis memerlukan pengumpulan
darah, urin, isi lambung dan residu kasus, yaitu bahan, botol, tablet atau
semacamnya yang ditemukan ditempat kejadian. (tabel 2.3.1) Sampel
cairan dan jaringan lain yang sesuai juga harus dikumpulkan secara rinci,
terutama saat menyelidiki kematian, namun mungkin tidak diperlukan
untuk analisis kecuali jika diperlukan penyelidikan khusus.
Tabel 2.3.1 Jenis-jenis sampel toksikologis

Sampel Catatan

10 mL (tabung heparin lithium atau tabung EDTA -


gunakan fluoride / oksalat jika dicurigai etanol; gunakan
tabung plastik jika dicurigai paraquat;

gunakan tabung kaca atau plastik dengan headspace


darah minimal jika dicurigai karbon monoksida atau senyawa
volatil lainnya) Pada pemeriksaan postmortem,
kumpulkan dari vena femoral atau vena perifer lainnya
yang memastikan tidak ada kontaminasi, masukkan ke
dalam 2% (w/v) NaF dan yang lainnya ke dalam tabung
biasa.

plasma/serum 5 ml

20 – 50 ml Biasanya satu-satunya sampel yang


diperlukan untuk penyalahgunaan obat terlarang.
urin
Natrium fluorida (2%, b / v) harus ditambahkan jika
etanol dicurigai dan darah tidak tersedia.
10
20 – 50 ml Termasuk muntahan, cairan lambung (bilas
cairan lambung
lambung)

vitreous humor (sebanyak mungkin yang ada, kumpulkan


Cairan mata
secara terpisah dari kedua mata),

2 ml atau hati (sekitar 5 g) dapat menggantikan urin


Empedu
dalam pemeriksaan postmortem.

otak, hati, ginjal, paru-paru, lemak subkutan (  5 g)


Jaringan lain mungkin juga berharga, terutama jika dicurigai kasus
keracunan pelarut organik atau racun volatil lainnya.
Secukupnya (botol, tablet, wadah minuman, tabung
“Residu aerosol, dan sebagainya - bungkus seluruhnya, terpisah
kejadian” dari sampel biologis, terutama jika keracunan racun
volatil.
Catatan: Volume yang lebih kecil seringkali bisa diterima, misalnya
dalam kasus anak kecil[ CITATION Dep18 \l 1033 ].
Hanya ada sedikit informasi tentang distribusi obat dalam jaringan padat
pada manusia; koleksi sekitar 5 g spesimen dari beberapa lokasi pada organ
seperti otak dianjurkan, jika keseluruhan organ tersedia. Organ hati diambil
lobus kanan. Kelebihan dan kekurangan berbagai spesimen dijelaskan pada
Tabel 2.3.2; Jika keracunan dicurigai, sampel darah 10 mL (tabung heparin
lithium atau EDTA) dapat diambil dari orang dewasa (secara proporsional
kurang dari anak kecil) sesegera mungkin, misalnya setelah masuk rumah sakit.
Selain itu, 2 mL darah harus dikumpulkan dalam tabung fluoride / oksalat jika
dicurigai etanol. Perhatikan bahwa tabung jenis ini untuk penggunaan klinis
hanya mengandung sekitar 0,1% (w/v) fluorida, sedangkan sekitar 2% (w/v)
fluorida (40 mg sodium fluorida per 2 mL darah) diperlukan untuk
menghambat sepenuhnya aktivitas mikroba pada spesimen. Penambahan
fluoride juga membantu melindungi obat labil lainnya seperti clonazepam,
kokain, dan nitrazepam dari degradasi. Penggunaan penyeka desinfektan yang
mengandung alkohol harus dihindari, gunakan antikoagulan larutan heparin
yang mengandung pengawet fenol[ CITATION Dep18 \l 1033 ].

11
Tabel 2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Sampel
Jenis Sampel Kelebihan Kekurangan Catatan
Darah (serum/ Deteksi senyawa Volume terbatas Interpretasi hasil
plasma/ darah induk Konsentrasi rendah kuantitatif dari
utuh Interpretasi data obat-obatan tertentu darah postmortem
kuantitatif dan beberapa racun mungkin sulit
lainnya dilakukan
Urin Bisa diperoleh Tidak selalu tersedia Sampel
volume besar Data kuantitatif tidak standar untuk
Konsentrasi terlalu berguna penyalahguna
tinggi untuk an obat
banyak racun terlarang

Aspirasi Mungkin Sampel sangat Pastikan tidak ada


lambung (isi mengandung bervariasi. Tidak ada kontaminasi silang
perut, cuci racun dalam gunanya jika racun dengan spesimen
perut, jumlah besar, terhirup atau suntik lain selama
muntahan, dll) terutama jika an pengangkutan atau
tertelan
penyimpanan
Air liur / cairan Non-invasif Sampel variabel, sedi- Pola metabolit
oral Informasi kit gunanya untuk yang berbeda
kualitatif pemeriksaan kuantitatif. terhadap darah
tentang paparan Konsentrasi analit atau urin untuk
banyak obat rendah banyak analit
Potongan Biasanya Dibutuhkan metode Mudan disimpan
rambut / kuku tersedia bahkan dengan sensitivitas
atau potongan jika sudah tinggi. Hanya
kuku terjadi memberikan data
dekomposisi paparan untuk hari /
minggu / bulan
sebelum kematian
Udara ekspirasi Tidak invasif Hanya pasien hidup Terutama
Volume besar hanya untuk analit digunakan untuk
tersedia yang menguap menilai konsumsi
etanol dan
keracunan karbon
monoksida

12
Residu kejadian Mungkin Mungkin tidak Pastikan tidak ada
(botol tablet, kontaminasi silang
mengandung pernah racunnya
kaleng aerosol,
sisa tablet dll di sejumlah besar diambil spesimen lain
dekat pasien) racun selama
pengangkutan /
penyimpanan
Cairan vitreus Bisa digunakan Volume terbatas tapi Analisis mungkin
sebagai biasanya dua bermanfaat untuk
pengganti urine spesimen membantu
jika yang menginterpretasika
terakhir tidak n data darah
postmortem
tersedia
Organ atau Mungkin Interferensi dalam Analisis mungkin
jaringan: liver, bermanfaat untuk
mengandung analisis. Data
ginjal, paru-
paru, otak sejumlahbesar kuantitatif tidak membantu
racun. Jika selalu mudah menginterpretasika
tersedia maka ditafsirkan n data darah
postmortem
jumlahnya
banyak
[ CITATION Dep18 \l 1033 ]

2.4 Wadah dan penempatan sampel


Tempat untuk menyimpan sampel atau spesimen menggunakan wadah yang
bersih dan baru, berbahan plastik atau kaca, serta hindari menggunakan wadah
bekas. Masing-masing sampel atau spesimen diletakkan diwadah terpisah,
kemudian wadah disegel dan diberikan label[CITATION Dep18 \l 1033 ].
Setelah pengiriman sampel atau spesimen, maka sampel atau pesimen yang
diterima oleh Toksikolog forensik akan memberikan surat tanda terima kepada
dokter forensik, kemudian menyimpan sampel atau spesimen tersebut kedalam
lemari pendingin dan menguncinya sampai analisis dilakukan [ CITATION
Wir08 \l 1033 ].

13
Gambar 1. Kantong Penyimpanan Sampel

Gambar 2. Wadah-wadah dengan Tutup Screw-top (Screw-top Containers)

2.5 Label sampel


Label pada masing-masing wadah sampel yang disegel harus diberikan label.
Pada label terdapat beberapa informasi yang harus dilengkapi, yaitu meliputi
[ CITATION Wir08 \l 1033 ]:
1. Nomer identitas
2. Nama korban
3. Tanggal atau waktu otopsi
4. Nama spesimen

14
5. Jumlah spesimen

15
2.6 Menyimpan sampel biologis
Penyimpanan sampel merupakan suatu tahap yang memegang peranan
penting dalam kasus keracunan, terutama pada kasus dimana sampel tidak bisa
langsung dilakukan analisis dilaboratorium. Contohnya karena jauhnya jarak ke
laboratorium rujukan serta laboratorium rujukan yang tidak membuka pelayanan
setiap hari selama 24 jam. Dalam proses penyimpanan sampel biologis guna
pemeriksaan toksikologis perlu tahu adanya bahan pengawet. Bahan – bahan
pengawet yang dipergunakan adalah :
1. Alcohol absolute.
2. Larutan garam jenuh.
3. Natrium fluoride 2%.
4. Natrium fuorida + natrium sitrat.
5. Natrium benzoate dan phenyl mercuric nitrate.
1) Darah
Untuk kasus-kasus dimana sampel untuk pemeriksaan kuantitatif obat
tidak bisa dilakukan pemeriksaan langsung ke laboratorium maka sampel darah
harus disimpan pada temperatur yang sesuai dan bahan pengawet yang adekuat.
Pada penyimpanan yang tidak begitu lama maka penyimpanan yang
direkomendasikan adalah pada kulkas suhu 40C, jika butuh waktu yang lama
(lebih dari 2 minggu) maka disimpan pada freezer suhu 20 0C. Kematian bakteri
akan terjadi sangat cepat pada suhu –200C dan terjadi lambat pada suhu 4 0C. Pada
suhu yang rendah enzim juga inaktif.
Pengawet dan antikoagulan biasanya ditambahkan pada sampel darah
terutama untuk pemeriksaan yang membutuhkan waktu yang lama ke fasilitas
laboratorium. Pengawet yang dipakai adalah Natrium Florida 2%. Tabung
komersial yang sering tersedia (bertutup abu-abu) berisi natrium florida sebagai
pengawet dan potasium oksalat sebagai antikoagulan. Natrium florida ini dapat
menghambat perkembangan bakteri dan kerja enzim, sehingga sangat diperlukan
dalam penyimpanan sampel yang diduga mengandung etanol, cocaine, heroin dan
lain - lain. Flouride bekerja sebagai penghambat kerja enzim dan menghambat
terjadinya glikolisis.

15
Natrium florida dikenal sebagai sebagai antikoagulan. Namun dalam
perkembangannya dapat sebagai zat yang dapat menjaga kadar glukosa darah,
Sehingga ditambahkan pada darah untuk pemeriksaan kadar glukosa jika sampel
darah tidak langsung dilakukan pemeriksaan dilaboratorium. Ada
perkembangannya natrium florida juga digunakan untuk sampel toksikologi.
Kontaminasi bakteri dapat mengubah glukosa menjadi etanol melalui proses
glikolisis dan menyebabkan hasil negatif palsu. Untuk sampel yang mengandung
alkohol karena penyimpanan sampel sebelum pemeriksaan, kadar alkohol dapat
meningkat. Untuk mengatasi hal ini maka pada sampel darah yang mengandung
alkohol harus ditambahkan natrium florida untuk menghambat aktifitas enzim
dan mikroorganisme yang dapat menghasilkan ethanol dalam sampel darah.
Pengawet yang dianjurkan adalah natrium florida 1% yang mempunyai efek
antiglikolisis.
Semua sampel harus diberi identitas berupa nama, no kasus (rekam medis),
tanggal dan waktu pengambilan sampel, tanda tangan serta inisial nama yang
mengambil sampel tersebut. Kontaminasi spesimen juga perlu dipikirkan, baik dari
kontainer maupun faktor dari luar. Penyimpanan sampel pada tabung plastik juga
harus dipertimbangkan karena dibutylphthalate dapat mempengaruhi analisis obat
dengan gas chromatographic mass spectrometric[ CITATION Ker08 \l 1033 ].
2) Jaringan
Pemeriksaan toksikologi mutlak harus dilakukan untuk menentukan adanya
racun pada sedian kasus keracunan atau yang diduga mati akibat racun. Setelah
mayat si korban dibedah oleh dokter kemudian diambil dan dikumpulkan jaringan-
jaringan atau organ-organ tubuh si korban untuk dijadikan barang bukti dan bahan
pemeriksaan toksikologi.
Prinsip pengambilan sampel pada keracunan adalah diambil sebanyak-
banyaknya setelah disishkan untuk cadangan dan untuk pemeriksaan histopatologis.
Secara umum sampel yang harus diambil adalah :

1. Lambung dengan isinya.


2. Seluruh usus dengan isinya dengan membuat sekat dengan ikatan-ikatan pada
usus setiap jarak sekitar 60cm.

16
3. Darah yang berasal dari sentral (jantung), dan yang berasal dari perifer
(v.jugularis, a. femoralis dan sebagainya) masing-masing 50ml dan dibagi 2
yang satu diberi bahan pengawet (NaF 1%), yang lain tidak diberi bahan
pengawet.

4. Hati sebagai tempat detoksifikasi, tidak boleh dilupakan, hati yang diambil
sebanyak 500gram.

5. Ginjal, diambil keduanya, yaitu pada kasus keracunan dengan logam berat
khususnya, dan bila urin tidak tersedia.

6. Otak diambil 500 gram, khusus untuk keracunan khloroform dan keracunan
sianida, hal tersebut dimungkinkan karena otak terdiri dari jaringan lipoid yang
mempunyai kemampuan untuk meretensi racun walaupun telah mengalami
pembusukan

7. Pada kasus khusus dapat diambil :


a. Jaringan sekitar suntikan dalam radius 5-10 sentimeter.
b. Jaringan otot, yaitu, dari tempat yang terhindar dari kontaminasi,
misalnya muskulus psoas sebanyak 200 gram.

c. Lemak di bawah kulit dinding perut sebanyak 200 gram.


d. Kuku yang dipotong sebanyak 10 gram

e. Cairan otak sebanyak-banyaknya


Spesimen histologi biasanya dikumpulkan ke dalam bahan pengawet seperti
formalin (larutan formaldehyde dalam air). Perlakuan awal semacam itu harus
diingat jika analisis toksikologi dilanjutkan. Sampel jaringan yang diperoleh
postmortem biasanya disimpan pada suhu 4oC sebelum analisis
3) Rambut
Untuk sampel rambut cukup diambil sebanyak 10 gram dan disimpan di
suhu ruangan dalam keadaan bersih dan kering [ CITATION Dep18 \l 1033 ].

2.7 Mengirim sampel biologis


Cara pengiriman Apabila pemeriksaan toksikologi dilakukan di institusi lain,

17
maka pengiriman bahan pemeriksaan harus memenuhi kriteria :
a. Satu tempat hanya berisi satu contoh bahan pemeriksaan.
b. Contoh bahan pengawet harus disertakan untuk control.
c. Tiap tempat yang telah terisi disegel dan diberi label yang memuat keterangan
mengenai tempat pengambilan bahan, nama korban, bahan pengawet dan
isinya.
d. Disertakan hasil pemeriksaan otopsi secara singkat jika mungkin disertakan
anamnesis dan gejala klinis.
e. Surat permintaan pemeriksaan dari penyidik harus disertakan dan memuat
identitas korban dengan lengkap dan dugaa racun apa yang menyebabkan
intoksikasi.
f. Hasil otopsi dikemas dalam kotak dan harus dijaga agar botol tertutup rapat
sehingga tidak ada kemungkinan tumpah atau pecah pada saat pengiriman.
Kotak diikat dengan tali yang setiap persilangannya diikat mati serta diberi lak
pengaman.
g. Penyegelan dilakukan oleh Polisi yang mana juga harus dabuat berita acara
penyegelan dan berita acara ini harus disertakan dalampengiriman. Demikian
pula berita acara penyegelan barang bukti lain seperti barang bukti atau obat.
Dalam berita acara tersebut harus terdapat contoh kertas pembungkus, segel,
atau materi yang digunakan. Universitas Sumatera Utarah.
h. Pada pengambilan contoh bahan dari korban hidup, alcohol tidak dapat dipakai
untuk desinfektan local saat pengambilan darah, hal ini untuk menghilangkan
kesulitan dalam penarikan kesimpulan bila kasus menyangkut alcohol. Sebagai
gantinya dapat digunakan sublimate 1% atau mercuri klorida 1%.
Setelah semua proses pemeriksaan diatas dilakukan oleh ahli kedokteran
kehakiman maka hasil pemeriksaan tersebut dituangkan ke dalam sebuah surat
yaitu surat visum et repertum. Setelah dibuat berdasarkan aturan yang berlaku
maka surat tersebut sudah dapat digunakan sebagai alat bukti di dalam proses
peradilan [ CITATION Dep18 \l 1033 ].

2.8 Aspek Hukum Pengambilan Sampel

1) Toksikologi Forensik adalah penerapan ilmu pengetahuan tentang racun untuk


kepentingan hukum dan peradilan. Pasal 1 angka 10 Perkapolri 12/2011.

18
2) Jika berdasarkan penyidikan disimpulkan memang ada indikasi pembunuhan
karena racun, maka penyidik berdasarkan pasal 133 KUHAP berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli. Apabila terdapat racun pada barang
bukti harus disebutkan jenis racun tersebut untuk kemudian membuat
kesimpulan hasil pemeriksaannya dalam bentuk berita acara/laporan
pemeriksaan.
3) Berkaitan dengan analisis penyalahgunaan obat-obatan terlarang, mengacu
pada hukum yang berlaku di Indonesia (UU no 5 th 1997 tentang psikotropika
dan UU no 22 th 1997 tentang Narkotika), interpretasi temuan analisis oleh
seorang toksikolog forensik adalah merupakan suatu keharusan.
4) Menurut UU narkotika ini (pasal 84 dan 85), menyatakan bahwa
penyalahgunaan narkotika golongan I, II, dan III memiliki konsekuensi hukum
yang berbeda, sehingga interpretasi temuan analisis toksikologi forensik,
khususnya dalam kaitan menjawab pertanyaan narkotika apa yang telah
dikonsumsi, adalah sangat mutlak dalam penegakan hukum.

19
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Studi Kasus

Pada pertemuan di Restoran Olivier disepakati pada 6 Januari 2016


sekitar pukul 18.30 WIB. Jessica datang terlebih dahulu di pertemuan tersebut.
Jessica tiba di Restoran Olivier pukul 15.30 WIB dan langsung memesan
tempat duduk untuk 4 orang di area tidak merokok tepatnya di meja nomor 54.
Jika mengacu pada anggota di grup Whatsapp, maka 4 orang yang dimaksud
adalah Jessica, Mirna, Hani, dan Vera.
Setelah mengamati keadaan restoran, sebagai persiapan selanjutnya
untuk menghilangkan nyawa Mirna, kemudian terdakwa meninggalkan
restauran menuju toko Bath and Body Works, Lantai 1, West Mall, Grand
Indonesia. Sesampainya di toko tersebut, terdakwa membeli 3 buah sabun dan
meminta saksi Tri Nurhayati selaku karyawati Bath and Body Works, agar
masing-masing sabun tersebut dibungkus dan dimasukkan ke dalam 3 paper
bag.
Pukul 16.14 WIB, Jessica kembali ke restauran dan meletakkan 3
paper bag di atas meja yang telah dipesan sebelumnya. Ia kemudian memesan
Vietnamesse Iced Coffee (VIC) serta memesan 2 cocktail yaitu Old Fashion
dan Sazerac, ia juga sekaligus langsung membayarnya. Terdakwa langsung
membayar minuman itu (close bill) dan untuk itu terdakwa berjalan menuju
kasir sambil menengok dan memperhatikan situasi dan keadaan dalam
restauran Olivier. Begitu VIC tiba di meja 54, Jessica memasukkan sedotan ke
dalam gelas berisi VIC tersebut. Sebelumnya sedotan berada di samping gelas
di atas tisu dan masih tertutup di ujungnya. Tak lama, 2 cocktail tiba di meja
54. Saat itulah pegawai restauran menyadari bahwa sedotan sudah dimasukkan
ke gelas berisi VIC.
Sekitar pukul 16.28 WIB, Jessica pindah duduk ke tengah sofa. Jessica
meletakkan gelas berisi VIC di sebelah kanannya kemudian menyusun 3 paper
bag di atas meja sedemikian rupa dengan maksud menghalangi pandangan
orang sekitar agar perbuatan yang dilakukannya terhadap gelas berisi
minuman VIC tidak terlihat. Kemudian 3 paper bag tersusun, dalam rentang

20
waktu pukul 16.30 WIB s/d 16.45 WIB, terdakwa langsung memasukkan
racun natrium sianida (NaCN) ke dalam gelas berisi minuman VIC yang
disajikan untuk korban Mirna. Setelah terdakwa selesai memasukkan racun
NaCN ke dalam gelas VIC dan meletakannya di tengah meja 54, terdakwa
memindahkan 3 paper bag ke belakang sofa kemudian terdakwa kembali
duduk di posisi semula.

3.2 Pembahasan Kasus

 Keputusan Pengadilan
Setelah menjalani pemeriksaan selama 13 jam sebagai tersangka, Jessica pun
ditahan oleh pihak kepolisian. Setelah melewati beberapa kali persidangan,
Jessica Kumala Wongso pada akhirnya dituntut 20 tahun penjara atas tindak
pidana pembunuhan yang diatur dalam Pasal 340 KUHP. Dalam tuntutannya,
jaksa menyebutkan bahwas Jessica diyakini terbukti bersalah meracuni Mirna
dengan menaruh racun sianida dengan kadar 5 gram. Jessica disebut menutupi
aksinya dengan cara meletakkan 3 kantong kertas di meja nomor 54. Pada 27
Oktober 2016, Jessica Kumala Wongso dijatuhi vonis pidana penjara selama
20 tahun.
 Hasil Laboratorium Forensik

Hasil otopsi yang dilakukan terhadap jenazah Mirna, ditemukan adanya


pendarahan pada lambung dikarenakan adanya zat yang bersifat korosif masuk
dan merusak mukosa lambung. Belakangan diketahui, zat korosif tersebut
berasal dari Sianida. Pusat Laboratorium Forensik Mabes Polri juga sudah
mengeluarkan hasil pemeriksaan sampel kopi yang diminum Wayan Mirna
Salihin. Hasilnya, dari sampel kopi itu ditemukan 15 gram racun sianida.
Sebagai perbandingan, 90 miligram sianida bisa menyebabkan kematian pada
orang dengan berat badan 60 kilogram. Sekitar 90 miligram, jika dalam bentuk
cairan, dibutuhkan 3-4 tetes saja. Sedangkan 15 gram, sekitar satu sendok teh.

21
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Teknik pengambilan sampel merupakan tahap pra analitik yang


menentukan validitas hasil pemeriksaan laboratorium toksikologi. Jenis
sampel, cara penanganan, dan teknik preparasi sampel baik sampel dari bahan
biologi yang diambil dari tubuh korban yang masih hidup atau mati. Sampel
non biologis yang berupa barang yang berada disekitar korban yang diduga
mengandung zat yang masih dicurigai disebut “residu kejadian”.
Pemeriksaan toksikologi secara umum memiliki tujuan yang dibagi dua
yaitu untuk projustisia/penyidikan dan diagnostic atau terapi, dimana untuk
projustisia, pemeriksaan harus dilakukan mengikuti prosedur yang ketat
karena implikasinya dalam pengadilan.
Secara umum, spesimen biologis harus disimpan pada suhu 4oC sebelum
diangkut ke laboratorium. Pengecualian untuk ini termasuk rambut dan kuku,
yang stabil pada suhu kamar, dan kertas saring yang diadsorpsi darah kering,
yang merupakan cara mudah untuk menyimpan dan mengangkut sampel darah
untuk analisis tertentu jika transportasi dan penyimpanan berpendingin tidak
ada. Setiap botol spesimen harus disegel dengan aman untuk mencegah
kebocoran, dan dikemas secara terpisah dalam kantong plastik terpisah.

4.2 Saran

Sebaiknya sebagai dokter yang melakukan pengambilan sampel hingga


sampai ketahap pengiriman dan identifikasi sampel harus melakukannya
dengan hati-hati dan terperinci dalam setiap kegiatan dan prosedurnya
sehingga nantinya akan berguna untuk projustisia/penyidikan dan diagnostic
atau terapi yang tepat.

22
DAFTAR PUSTAKA

Kerrigan, S. (2008). Clarke's Analytical Forensic Toxicology. sampling storage and


stability.
Medikolegal, D. F. (2018). Manual KEterampilan Klinik ( Clinical Skill Learning )
Teknik Pengambilan Sampel Forensik. Makassar: Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin Makassar.
Wirasuta, M. A. (2008). Analisis Toksikologi Forensik dan Interpretasi Temuan
Analisis. Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences, 1 (1): 47-55.

23

Anda mungkin juga menyukai