Disusun oleh:
Berta Ramadhani Ishaq 2010017043
Devi Permata Sari 2010017058
Muhammad Fadillah 2010017061
Pembimbing:
dr. Daniel Umar, S.H, Sp.F
NIP. 19591028 198903 1 010
Disusun oleh:
Berta Ramadhani Ishaq 2010017043
Devi Permata Sari 2010017058
Muhammad Fadillah 2010017061
Pembimbing:
dr. Daniel Umar, S.H, Sp.F
NIP. 19591028 198903 1 010
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................………………………………………………………i
KATA PENGANTAR....................……………………………………………………..ii
DAFTAR ISI....................………………………………………………………………iii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………....iv
DAFTAR TABEL…………………………………………………………......v
BAB 1 PENDAHULUAN....................………………………………………………….1
1.2 Tujuan.....................…………………………………………………………………...2
BAB 4 PENUTUP......................................................................................................22
4.1 Kesimpulan…..............................................................................................................22
iii
4.2 Saran............................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................23
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk menambah
ilmu pengetahuan dan wawasan secara umum mengenai penatalaksanaan sampel
biologis jenazah dalam bidang toksikologi di Bagian Forensik dan Medikolegal
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penanganan sampel juga hal yang sangat penting untuk mempertahankan agar
analit tidak mengalami perubahan selama proses pengambilan sampel sampai
waktu analisis di laboratorium. Penanganan sampel dapat berupa penyimpanan,
pengawetan yang meliputi pemilihan cara dan bahan pengawet dan pengangkutan
bila diperlukan proses rujukan. Banyak prosedur toksikologi analitis memerlukan
pengumpulan darah, urin, isi lambung dan residu kasus, yaitu bahan, botol, tablet
atau semacamnya yang ditemukan ditempat kejadian. Sampel cairan dan jaringan
lain yang sesuai juga harus dikumpulkan secara rinci, terutama saat menyelidiki
kematian, namun mungkin tidak diperlukan untuk analisis kecuali jika diperlukan
penyidikan khusus[ CITATION Dep18 \l 1033 ]
Sampel klinis untuk uji toksikologis dapat dibagi menjadi (i) cairan darah dan
cairan terkait, (ii) cairan tubuh selain darah, (iii) cairan atau residu eksretori dan
(iv) specimen klinis lainnya. Sejumlah specimen tambahan dapat dikumpulkan
untuk tujuan toksikologi[ CITATION Dep18 \l 1033 ]
a. Darah
Darah arteri
Darah vena
Darah vena diperoleh dengan venepuncture (biasanya) vena median cubital
lengan yang jauh dari lokasi infus. Dapat menggunakan spuit dan jarum suntik
(1-50 Ml) atau system sampling vakum komersial seperti Vacutainer dapat
digunakan untuk membendung vena sebelum venepunture, namun harus segera
dilepaskan sebelum pengambilan sampel. Untuk sampling berulang, kanula kecil
dapat dimasukkan ke dalam pembuluh darah dilengan atau tangan, yang
memungkinkan akses vena melalui septum karet. Namun, patensi mungkin
menjadi masalah karena ada risiko: (i) menginduksi hemolisis dan (ii)
kontaminasi spesimen karena penggunaan larutan antikoagulan dengan alat
tersebut. Setelah vepepunture, darah harus dipindah ke wadah yang tepat
sesegera mungkin. Beberapa analit dasar dan senyawa ammonium kuaterner,
misalnya antidepresan trisiklik dan paraquat, dan alumunium terikat pada kaca.
Tabung plastik lebih disukai dan juga cenderung pecah daripada kaca, terutama
jika dibekukan. Disisi lain, jika pelarut volatile atau gas anestesi, misalnya harus
dianalisi maka gelas lebih disukai jika tersedia[ CITATION Dep18 \l 1033 ].
Jika darah telah dikumpulkan ke dalam spuit, jarum harus dikeluarkan dan
darahnya dibiarkan mengalir dengan lancar ke dalam tabung sampel untuk
mencegah hemolisis. Kemudian diikuti dengan pencampuran lembut untuk
memastikan kontak dengan antikoagulan, jika digunakan. Bahkan hemolisis
ringan pun akan membuat besi serum atau tes kalium berlebih, dan mungkin
4
mengakibatkan analit lain dalam plasma atau serum terkonsentrasi pada sel darah
merah seperti chlortalidone meninggalkan plasma atau serum yang kontak.
Dengan sel darah merah, dapat menyebabkan perubahan karena aktivitas
enzimatik atau redistribusi analit antara sel dan plasma. Secara umum, plasma
atau serum harus dipisahkan dari sel darah sesegera mungkin. Jika perlu, seluruh
darah dapat disimpan pada suhu -20oC atau dibawahnya, namun pembekuan akan
melisiskan sebagian besar jenis sel[ CITATION Dep18 \l 1033 ].
1) Darah utuh (whole blood) adalah cairan yang bersirkulasi melalui arteri,
kapiler dan vena. Tubuh manusia dewasa mengandung sekitar 5-6 liter
darah. Ini terdiri dari plasma dan sel darah. Jika seluruh darah dianalisis,
sampel harus dikumpulkan ke dalam antikoagulan yang tepat, dicampur, dan
kemudian dibekukan untuk melisiskan sel sebelum analisis (Catatan: darah
tersembunyi adalah darah yang ditemukan hanya dalam jumlah jejak
terutama pada faeces. Ini tidak digunakan sebagai sampel analitis).
2) Sel darah termasuk sel darah merah (eritrosit) dan sel darah putih (limfosit,
leukosit), trombosit) dll. Semua dapat diperoleh dari darah yang baru
dikumpulkan dengan prosedur yang sesuai.
5
biasanya dikumpulkan ke dalam tabung steril.
4) Darah tali pusat diperoleh dari tali pusat saat parturisi. Biasanya darah tali
pusat diperoleh untuk mencerminkan neonatal, berlawanan dengan darah
plasenta. Untuk mendapatkan plasma atau serum tergantung pada volume
yang tersedia.
6) Serum adalah cairan kuning pucat yang tersisa saat seluruh darah membeku.
Komposisinya umumnya sama dengan plasma kecuali fibrinogen dan faktor
yang terkait dengan proses penggumpalan tidak ada.
2) Aqueous humor adalah cairan berair yang menempati ruang antara kornea
dan iris mata
3) ASI adalah cairan kaya protein dan lemak yang diproduksi oleh ibu
menyusui. Ekskresi pertama ASI (kolostrum) sangat kaya akan protein
4) Aspirasi empedu adalah cairan asam yang mengandung enzim pencernaan,
makanan, dan sebagainya, diperoleh dengan aspirasi dari lambung.
5) Getah bening adalah cairan kekuningan yang berasal dari kelenjar getah
bening
7) Air liur adalah sekresi kelenjar mukosa yang kental dan jernih di mulut.
Cairan ini terkait dalam komposisi plasma, tetapi juga mengandung
beberapa enzim pencernaan.
8) Semen diproduksi oleh testis dan kelenjar prostat, dan terdiri dari cairan
mani (yang bisa didapat dari semen dengan sentrifugasi), dan
spermatozoa.
9) Cairan sinovial adalah cairan pelumas yang jernih dan kental yang mengisi
synovium (membran yang mengelilingi sendi)
10) Air mata adalah sekresi air mata yang jernih pada mata
7
c. Cairan / residu eksresi
1) Empedu adalah cairan kuning-hijau tebal yang disekresikan oleh hati
melalui kandung empedu ke dalam usus
2) Udara yang dihembuskan (ekspirasi) umumnya mengandung sedikit
oksigen dan lebih banyak karbon dioksida dan uap air daripada udara
sekitar, namun mungkin mengandung produk metabolik volatil lainnya.
3) Faeces adalah residu proses pencernaan yang berwarna coklat dan semi
solid
d. Sampel lainnya
1) Bronchoalveolar lavage (BAL) diperoleh dengan mencuci bronkus / alveoli
dengan larutan yang tepat dan aspirasi cairan yang dihasilkan.
2) Calculi ('batu') adalah endapan kristal keras yang terbentuk di berbagai
rongga tubuh seperti ginjal.
3) Cairan dialisis (extracorporeal atau peritoneal) adalah cairan yang tersisa
setelah dialisis telah dilakukan.
4) Gastric lavage adalah spesimen yang diperoleh dengan cara mencuci
lambung dengan larutan yang tepat dan aspirasi cairan yang dihasilkan.
5) Rambut (kepala, aksila, atau kemaluan) kadang digunakan untuk menilai
keterpaparan baru-baru ini terhadap racun seperti obat-obatan terlarang atau
logam berat.
6) Potongan kuku atau kuku (jari atau kaki) kadang digunakan untuk menilai
terpapar obat- obatan terlarang atau logam berat.
7) Swab (olesan) hidung adalah cairan yang dikumpulkan ke kapas dari dalam
hidung.
8) Cairan oral adalah campuran air liur, cairan gingivial crevicular (cairan
antara gigi / gusi), sisa-sisa seluler, darah, lendir, partikel makanan, dan
bahan lain yang dikumpulkan dari mulut.
7
9) Isi perut dari (i) aspirasi gastrik, (ii) cuci lambung, (iii) muntahan, atau (iv)
residu di perut saat otopsi.
10) Spesimen jaringan diperoleh dengan pembedahan atau postmortem. Jaringan
yang diperoleh dari janin dan / atau plasenta kadang dapat digunakan untuk
analisis.
11) Sampel biopsi adalah sampel kecil jaringan yang diperoleh dengan teknik
sampling spesialis.
Bila darah utuh dibiarkan (15 menit, suhu kamar) dalam tabung
kosong (tidak ada antikoagulan), bentuk gumpalan yang akan ditarik
cukup untuk memungkinkan serum dikumpulkan. Untuk banyak analisis,
serum lebih disukai daripada plasma karena menghasilkan lebih sedikit
presipitat (fibrin) pada pembekuan dan pencairan[ CITATION Dep18 \l
1033 ].
f. Plasma
8
menyebabkan masalah pada analisis beberapa obat walaupun gel yang
diformulasikan telah diklaim memeliki sedikit efek pada pengukuran obat
terapeutik, tabung yang mengandung gel pemisah sebaiknya dihindari.
Penggunaan tabung semacam itu akan membuat banyak analit trace
elemen tidak ada dan dapat mengganggu
9
analisis untuk pelarut dan volatile lainnya[ CITATION Dep18 \l 1033 ].
g. Sel darah
9
j. Jaringan
Spesimen histologi biasanya dikumpulkan ke dalam bahan
pengawet seperti formalin (Larutan Formaldehyde dalam air). Perlakuan
awal semacam itu harus diingat jaika toksikologi dilanjutkan. Sampel
jaringan yang diperoleh postmortem biasanya disimpan pada suhu 4oC
sebelum analisis [ CITATION Dep18 \l 1033 ].
Sampel Catatan
plasma/serum 5 ml
11
Tabel 2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Sampel
Jenis Sampel Kelebihan Kekurangan Catatan
Darah (serum/ Deteksi senyawa Volume terbatas Interpretasi hasil
plasma/ darah induk Konsentrasi rendah kuantitatif dari
utuh Interpretasi data obat-obatan tertentu darah postmortem
kuantitatif dan beberapa racun mungkin sulit
lainnya dilakukan
Urin Bisa diperoleh Tidak selalu tersedia Sampel
volume besar Data kuantitatif tidak standar untuk
Konsentrasi terlalu berguna penyalahguna
tinggi untuk an obat
banyak racun terlarang
12
Residu kejadian Mungkin Mungkin tidak Pastikan tidak ada
(botol tablet, kontaminasi silang
mengandung pernah racunnya
kaleng aerosol,
sisa tablet dll di sejumlah besar diambil spesimen lain
dekat pasien) racun selama
pengangkutan /
penyimpanan
Cairan vitreus Bisa digunakan Volume terbatas tapi Analisis mungkin
sebagai biasanya dua bermanfaat untuk
pengganti urine spesimen membantu
jika yang menginterpretasika
terakhir tidak n data darah
postmortem
tersedia
Organ atau Mungkin Interferensi dalam Analisis mungkin
jaringan: liver, bermanfaat untuk
mengandung analisis. Data
ginjal, paru-
paru, otak sejumlahbesar kuantitatif tidak membantu
racun. Jika selalu mudah menginterpretasika
tersedia maka ditafsirkan n data darah
postmortem
jumlahnya
banyak
[ CITATION Dep18 \l 1033 ]
13
Gambar 1. Kantong Penyimpanan Sampel
14
5. Jumlah spesimen
15
2.6 Menyimpan sampel biologis
Penyimpanan sampel merupakan suatu tahap yang memegang peranan
penting dalam kasus keracunan, terutama pada kasus dimana sampel tidak bisa
langsung dilakukan analisis dilaboratorium. Contohnya karena jauhnya jarak ke
laboratorium rujukan serta laboratorium rujukan yang tidak membuka pelayanan
setiap hari selama 24 jam. Dalam proses penyimpanan sampel biologis guna
pemeriksaan toksikologis perlu tahu adanya bahan pengawet. Bahan – bahan
pengawet yang dipergunakan adalah :
1. Alcohol absolute.
2. Larutan garam jenuh.
3. Natrium fluoride 2%.
4. Natrium fuorida + natrium sitrat.
5. Natrium benzoate dan phenyl mercuric nitrate.
1) Darah
Untuk kasus-kasus dimana sampel untuk pemeriksaan kuantitatif obat
tidak bisa dilakukan pemeriksaan langsung ke laboratorium maka sampel darah
harus disimpan pada temperatur yang sesuai dan bahan pengawet yang adekuat.
Pada penyimpanan yang tidak begitu lama maka penyimpanan yang
direkomendasikan adalah pada kulkas suhu 40C, jika butuh waktu yang lama
(lebih dari 2 minggu) maka disimpan pada freezer suhu 20 0C. Kematian bakteri
akan terjadi sangat cepat pada suhu –200C dan terjadi lambat pada suhu 4 0C. Pada
suhu yang rendah enzim juga inaktif.
Pengawet dan antikoagulan biasanya ditambahkan pada sampel darah
terutama untuk pemeriksaan yang membutuhkan waktu yang lama ke fasilitas
laboratorium. Pengawet yang dipakai adalah Natrium Florida 2%. Tabung
komersial yang sering tersedia (bertutup abu-abu) berisi natrium florida sebagai
pengawet dan potasium oksalat sebagai antikoagulan. Natrium florida ini dapat
menghambat perkembangan bakteri dan kerja enzim, sehingga sangat diperlukan
dalam penyimpanan sampel yang diduga mengandung etanol, cocaine, heroin dan
lain - lain. Flouride bekerja sebagai penghambat kerja enzim dan menghambat
terjadinya glikolisis.
15
Natrium florida dikenal sebagai sebagai antikoagulan. Namun dalam
perkembangannya dapat sebagai zat yang dapat menjaga kadar glukosa darah,
Sehingga ditambahkan pada darah untuk pemeriksaan kadar glukosa jika sampel
darah tidak langsung dilakukan pemeriksaan dilaboratorium. Ada
perkembangannya natrium florida juga digunakan untuk sampel toksikologi.
Kontaminasi bakteri dapat mengubah glukosa menjadi etanol melalui proses
glikolisis dan menyebabkan hasil negatif palsu. Untuk sampel yang mengandung
alkohol karena penyimpanan sampel sebelum pemeriksaan, kadar alkohol dapat
meningkat. Untuk mengatasi hal ini maka pada sampel darah yang mengandung
alkohol harus ditambahkan natrium florida untuk menghambat aktifitas enzim
dan mikroorganisme yang dapat menghasilkan ethanol dalam sampel darah.
Pengawet yang dianjurkan adalah natrium florida 1% yang mempunyai efek
antiglikolisis.
Semua sampel harus diberi identitas berupa nama, no kasus (rekam medis),
tanggal dan waktu pengambilan sampel, tanda tangan serta inisial nama yang
mengambil sampel tersebut. Kontaminasi spesimen juga perlu dipikirkan, baik dari
kontainer maupun faktor dari luar. Penyimpanan sampel pada tabung plastik juga
harus dipertimbangkan karena dibutylphthalate dapat mempengaruhi analisis obat
dengan gas chromatographic mass spectrometric[ CITATION Ker08 \l 1033 ].
2) Jaringan
Pemeriksaan toksikologi mutlak harus dilakukan untuk menentukan adanya
racun pada sedian kasus keracunan atau yang diduga mati akibat racun. Setelah
mayat si korban dibedah oleh dokter kemudian diambil dan dikumpulkan jaringan-
jaringan atau organ-organ tubuh si korban untuk dijadikan barang bukti dan bahan
pemeriksaan toksikologi.
Prinsip pengambilan sampel pada keracunan adalah diambil sebanyak-
banyaknya setelah disishkan untuk cadangan dan untuk pemeriksaan histopatologis.
Secara umum sampel yang harus diambil adalah :
16
3. Darah yang berasal dari sentral (jantung), dan yang berasal dari perifer
(v.jugularis, a. femoralis dan sebagainya) masing-masing 50ml dan dibagi 2
yang satu diberi bahan pengawet (NaF 1%), yang lain tidak diberi bahan
pengawet.
4. Hati sebagai tempat detoksifikasi, tidak boleh dilupakan, hati yang diambil
sebanyak 500gram.
5. Ginjal, diambil keduanya, yaitu pada kasus keracunan dengan logam berat
khususnya, dan bila urin tidak tersedia.
6. Otak diambil 500 gram, khusus untuk keracunan khloroform dan keracunan
sianida, hal tersebut dimungkinkan karena otak terdiri dari jaringan lipoid yang
mempunyai kemampuan untuk meretensi racun walaupun telah mengalami
pembusukan
17
maka pengiriman bahan pemeriksaan harus memenuhi kriteria :
a. Satu tempat hanya berisi satu contoh bahan pemeriksaan.
b. Contoh bahan pengawet harus disertakan untuk control.
c. Tiap tempat yang telah terisi disegel dan diberi label yang memuat keterangan
mengenai tempat pengambilan bahan, nama korban, bahan pengawet dan
isinya.
d. Disertakan hasil pemeriksaan otopsi secara singkat jika mungkin disertakan
anamnesis dan gejala klinis.
e. Surat permintaan pemeriksaan dari penyidik harus disertakan dan memuat
identitas korban dengan lengkap dan dugaa racun apa yang menyebabkan
intoksikasi.
f. Hasil otopsi dikemas dalam kotak dan harus dijaga agar botol tertutup rapat
sehingga tidak ada kemungkinan tumpah atau pecah pada saat pengiriman.
Kotak diikat dengan tali yang setiap persilangannya diikat mati serta diberi lak
pengaman.
g. Penyegelan dilakukan oleh Polisi yang mana juga harus dabuat berita acara
penyegelan dan berita acara ini harus disertakan dalampengiriman. Demikian
pula berita acara penyegelan barang bukti lain seperti barang bukti atau obat.
Dalam berita acara tersebut harus terdapat contoh kertas pembungkus, segel,
atau materi yang digunakan. Universitas Sumatera Utarah.
h. Pada pengambilan contoh bahan dari korban hidup, alcohol tidak dapat dipakai
untuk desinfektan local saat pengambilan darah, hal ini untuk menghilangkan
kesulitan dalam penarikan kesimpulan bila kasus menyangkut alcohol. Sebagai
gantinya dapat digunakan sublimate 1% atau mercuri klorida 1%.
Setelah semua proses pemeriksaan diatas dilakukan oleh ahli kedokteran
kehakiman maka hasil pemeriksaan tersebut dituangkan ke dalam sebuah surat
yaitu surat visum et repertum. Setelah dibuat berdasarkan aturan yang berlaku
maka surat tersebut sudah dapat digunakan sebagai alat bukti di dalam proses
peradilan [ CITATION Dep18 \l 1033 ].
18
2) Jika berdasarkan penyidikan disimpulkan memang ada indikasi pembunuhan
karena racun, maka penyidik berdasarkan pasal 133 KUHAP berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli. Apabila terdapat racun pada barang
bukti harus disebutkan jenis racun tersebut untuk kemudian membuat
kesimpulan hasil pemeriksaannya dalam bentuk berita acara/laporan
pemeriksaan.
3) Berkaitan dengan analisis penyalahgunaan obat-obatan terlarang, mengacu
pada hukum yang berlaku di Indonesia (UU no 5 th 1997 tentang psikotropika
dan UU no 22 th 1997 tentang Narkotika), interpretasi temuan analisis oleh
seorang toksikolog forensik adalah merupakan suatu keharusan.
4) Menurut UU narkotika ini (pasal 84 dan 85), menyatakan bahwa
penyalahgunaan narkotika golongan I, II, dan III memiliki konsekuensi hukum
yang berbeda, sehingga interpretasi temuan analisis toksikologi forensik,
khususnya dalam kaitan menjawab pertanyaan narkotika apa yang telah
dikonsumsi, adalah sangat mutlak dalam penegakan hukum.
19
BAB III
LAPORAN KASUS
20
waktu pukul 16.30 WIB s/d 16.45 WIB, terdakwa langsung memasukkan
racun natrium sianida (NaCN) ke dalam gelas berisi minuman VIC yang
disajikan untuk korban Mirna. Setelah terdakwa selesai memasukkan racun
NaCN ke dalam gelas VIC dan meletakannya di tengah meja 54, terdakwa
memindahkan 3 paper bag ke belakang sofa kemudian terdakwa kembali
duduk di posisi semula.
Keputusan Pengadilan
Setelah menjalani pemeriksaan selama 13 jam sebagai tersangka, Jessica pun
ditahan oleh pihak kepolisian. Setelah melewati beberapa kali persidangan,
Jessica Kumala Wongso pada akhirnya dituntut 20 tahun penjara atas tindak
pidana pembunuhan yang diatur dalam Pasal 340 KUHP. Dalam tuntutannya,
jaksa menyebutkan bahwas Jessica diyakini terbukti bersalah meracuni Mirna
dengan menaruh racun sianida dengan kadar 5 gram. Jessica disebut menutupi
aksinya dengan cara meletakkan 3 kantong kertas di meja nomor 54. Pada 27
Oktober 2016, Jessica Kumala Wongso dijatuhi vonis pidana penjara selama
20 tahun.
Hasil Laboratorium Forensik
21
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
23