Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN

PRAKTIK SITOHISTOLOGI 2
DI LABORATORIUM PATOLOGI ANATOMI
CHARITAS HOSPITAL PALEMBANG

DISUSUN OLEH:

1. Franciscus Deni Suryatama (1834007)


2. Lince Lestari Siagian (1834014)
3. Yeni Debora Sitinjak (1834018)
4. Franzeska Fiorencia (1834021)

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM


MEDIS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS
PALEMBANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Sehungungan dengan adanya laporan kegiatan Praktik Mata Kuliah Sitohistologi


2 di Laboratorium Patologi Anatomi Charitas Hospital Palembang yang disusun
oleh:

Kelompok : IV

Ketua : Lince Lestari Siagian

Anggota :

1. Franciscus Deni Suryatama (1834007)


2. Yeni Debora Sitinjak (1834018)
3. Franzeska Fiorencia (1834021)

Program Studi : DIV Teknologi Laboratorium Medis

Menyatakan bahwa nama-nama yang tercantum diatas telah mengukuti kegiatan


Praktik Mata Kuliah Sitohistologi 2 di Laboratorium Patologi Anatomi Charitas
Hospital Palembang pada tanggal 08 November 2021 – 13 Novemebr 2021.
Laporan ini tekah disetujui dan disahkan.

Palembang, 18 November 2021

Ketua Kelompok IV Kepala Lab. PA Charitas Hospital Palembang

Lince Lestari Siagian dr. Pillipus Resar Andreano, Sp.PA

Mengetahui,

Ka. Prodi DIV Teknologi Laboratorium Medis

Pra Dian Mariadi, S.Si., M.T.


NIDN. 0213038503

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan kasih-Nya , praktikan dapat menyelesaikan laporan praktik
Mata Kuliah Sitohistologi 2 di Laboratorium Patologi Anatomi Charitas Hospital
Palembang. Kami juga mengucap syukur dan berterima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam menyusun laporan ini sehingga dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. Laporan ini disusun berdasarkan hasil pengamatan dan
pemeriksaan serta pengumpulan data selama mahasiswa melakukan kegiatan
praktik di Laboratorium Patologi Anatomi Charitas Hospital Palembang.

Praktik adalah suatu bentuk pendidikan dengan cara memberikan


pengalaman belajar bagi mahasiswa untuk berpartipasi dengan tugas langsung di
Laboratorium Patologi Anatomi Charitas Hospital Palembang. Praktik
memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengabdikan ilmu-ilmu yang
telah diperoleh dikampus. Praktik merupakan wujud relevansi antara teori yang
didapat selama di perkuliahan dengan praktik yang ditemui baik dalam dunia
kerja.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ada dalam


pembuatan laporan ini. Maka dari itu, penulis menginginkan saran dan kritik yang
bersifat membangun demi tercapainya tujuan dan penyusunan laporan ini. Dalam
penyusunan laporan ini penyusun banyak belajar ilmu baru mengenai
pemeriksaan di Laboratorium Patologi Anatomi Charitas Hospital Palembang.

Penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang


memberikan dukungan dan yang telah berpartisipasi dalam penyusunan laporan
ini sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Maka dari itu
penyusun menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan kasih karunia-Nya
yang melimpah sehingga laporan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya
2. dr. Pillipus Resar Andreano, Sp.PA selaku penanggung jawab Laboratorium
Patologi Anatomi
3. Seluruh pegawai Laboratorium Patologi Anatomi Charitas Hospital
Palembang yang turut memberikan ilmu dan membagikan penggalaman dalam
dunia kerja.
4. Pra Dian Mariadi, S.Si.,M.T selaku kepala Prodi DIV Teknologi Laboratorium
Medis Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Musi Charitas Palembang
5. Maria Nuraeni, SKM., M.Kes selaku Koordinator sekaligus dosen
pembimbing Mata Kuliah Sitohistologi 2
6. Lidwina Septie Christyawardani, S.Si.T., M.Biomed selaku dosen
pembimbing Mata Kuliah Sitohistologi 2
7. Dan kepada teman-teman DIV Teknologi Laboratorium Medis Angkatan 2018
yang telah memberikan support

Palembang, November 2021


Penyusun

Kelompok IV
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Laboratorium klinik atau laboratorium kesehatan merupakan suatu tempat
yang dapat disebut laboratorium dan di tempat itu dilakukan berbagai macam
pemeriksaan pada spesimen biologis yang didapat dari berbagai sumber
biologis untuk mendapatkan segala informasi tentang kesehatan pasien dan
lingkungannya. Pekerja laboratorium merupakan bagian dari laboratorium
yang melakukan pemeriksaan tersebut guna menyediakan informasi bagi
dokter maupun bagi konsumen sehingga dapat digunakan untuk diagnosis
ataupun informasi tentang kesehatan pasien tersebut. Pekerja laboratorium
saat ini dikenal dengan sebutan atau istilah baku yaitu tenaga Kesehatan
(Khristian, E; Inderiati, D. 2017).
Pemeriksaan laboratorium adalah kegiatan yang dapat menunjang
pencegahan dan pengobatan penyakit. Pelayanan di laboratorium Kesehatan
khususnya bidang Patologi Anatomi terdapat banyak pemeriksaan yang dapat
menunjang dalam penetapan diagnosis, pemberian pengobatan dan
pemantauan hasil (KepMenKes, 2010). Pemeriksaan laboratorium Patologi
Anatomi meliputi pemeriksaan Sitopatologi dan Histopatologi. Pemeriksaan
Sitopatologi meliputi pemeriksaan FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy),
Sputum, Urine, Cairan tubuh (Pleura, Ascites, Fistel, dan LCS) dan Pap
Smear sedangkan Histopatologi meliputi Laminasi Jaringan, Potong Gross
(Potong Jaringan Basah), Prossesing Jaringan, Embedding (Penanaman
Jaringan), Potong Mikrotome, Waterbath (Tissue Flotation Bath), Hotplate
dan Pengecatan.

Pemeriksaan laboratorium pada umumnya melaui beberapa proses tahapan


yaitu pra-analitik, analitik dan pasca analitik. Tahap pra-analitik adalah semua
tahapan yang harus dilakukan sebelum sampel analis, diantaranya persiapan,
pengambilan sampel, pengolahan sampel, penyimpanan spesimen dan
pengiriman spesimen. Tahap analitik dimulai dari pengerjaan sampel sampai
perolehan hasil pemeriksaan mencakup peralatan, reagensia, metode dan
prosedur pemeriksaan. Tahap pasca analitik merupakan tahap pencatatan hasil
hingga penyampaian hasil ke orang yang tepat presentase kesalahan dalam
pemeriksaan laboratorium pada tahap pra-analitik adalah sebesar 61%,
analitik 25% dan pasca analitik %) (Apriani dan Umami, 2018).

Program studi DIV Teknologi Laboratorium Medis Fakultas Ilmu


Kesehatan Universitas Katolik Musi Charitas dalam menyiapkan tenaga
analis kesehatan berupaya agar lulusan yang dikeluarkan dapat memenuhi
kompetensi sebagai tenaga analis yang memiliki integritas tinggi dan selalu
mengembangkan bidang ilmunya, memiliki kemampuan aplikatif dalam
pelayanan terhadap masyarakat baik secara teoritis maupun praktik.

Praktik di Laboratorium Patologi Anatomi diberikan pada mahasiswa yang


telah menyelesaikan Mata Kuliah Sitohistologi 1 pada semester 6, dengan
demikian Mahasiswa sudah mendapatkan teori dan praktik mengenai Mata
Kuliah Sitohistologi.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu Patologi Anatomi ?
2. Bagaimana cara Penerimaan, Identifikasi Sampel dan Administrasi ?
3. Bagaimana cara Laminasi Jaringan ?
4. Bagaimana cara Pemotongan Jaringan atau Potong Gross ?
5. Bagaimana cara Prossesing Jaringan ?
6. Bagaimana cara Embedding atau Proses Penanaman Jaringan ?
7. Bagaimana cara Potong Mikrotome ?
8. Apa itu proses Afixing dan Deparafinisasi Kering ?
9. Bagaimana cara pengecatan preparat Histopatologi ?
10. Bagaimana cara pengambilan dan pemeriksaan Sitologi FNAB ?
11. Bagaimana cara pengambilan dan pemeriksaan PAP Smear ?
12. Bagaimana cara pengecatan preparat Sitologi ?
1.3. Tujuan
1. Mahasiswa memahami apa itu Patologi Anatomi
2. Mahasiswa memahami bagaimana cara Penerimaan, Identifikasi Jaringan
dan Administrasi
3. Mahasiswa mengetahui cara Laminasi Jaringan ?
4. Mahasiswa mengetahui cara Pemotongan Jaringan atau Potong Gross ?
5. Mahasiswa mengetahui cara Prossesing Jaringan ?
6. Mahasiswa mengetahui cara Embedding atau Proses Penanaman
Jaringan?
7. Mahasiswa mengetahui cara Potong Mikrotome ?
8. Mahasiswa memahami proses Afixing dan Deparafinisasi Kering ?
9. Mahasiswa mengetahui cara pengecatan preparat Histopatologi ?
10. Mahasiswa mengetahui cara pengambilan dan pemeriksaan Sitologi
FNAB ?
11. Mahasiswa mengetahui cara pengambilan dan pemeriksaan PAP Smear ?
12. Mahasiswa mengetahui cara pengecatan preparat Sitologi ?
BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Patologi Anatomi

Patologi Anatomi merupakan Ilmu yang mempelajari pathogenesis dan


kelainan-kelainan jaringan tubuh atau sel tubuh akibat penyakit berdasarkan
hasil pemeriksaan sel, organ atau jaringan tubuh. Sebagai contoh dalam
mendiagnosa penyakit tumor yang diderita pasien, maka dilakukan
pemeriksaan patologi anatomi terhadap sel tumor sehingga diketahui apakah
tumor tersebut jinak atau tumor ganas (Suyanto. 2016).

Adapun jenis pemeriksaan yang dilakukan dalam Patologi anatomi terdiri


pemeriksaan

a. Histopatologi
Bagian dari ilmu patologi anatomi yang mempelajari dan mendiagnosa
penyakit berdasarkan hasil pemeriksaan jaringan tubuh. Sebagai contoh
yaitu pemeriksaan jaringan dengan cara biopsi sehingga diperoleh
diagnosa definitif.
Biopsi adalah prosedur medis berupa pengambilan sampel kecil dari
jaringan untuk diperiksa di bawah mikroskop. Biopsi dapat di lakukan
dari hampir diseluruh tubuh, termasuk hati, sumsum tulang, kulit dan
ginjal serta paru.
Biopsi dilakukan untuk mengidentifikasi sel-sel abnormal dan untuk
membantu mendiagnosa serta untuk mengukur tingkat keparahan penyakit
melalui beberapa jenis biopsi.
b. Sitopatologi
Bagian ilmu patologi anatomi yang mempelajari dan mendiagnosa
penyakit
berdasarkan hasil pemeriksaan sel tubuh yang didapat atau diambil.
Sebagai contoh adalah pemeriksaan sel neoplasma untuk mengetahui tipe
sel tersebut termasuk ganas atau jinak.

2.2. Prosedur Penerimaan dan Identifikasi Jaringan

a. Identifikasi sampel dengan formulir permintaan pemeriksaan yang


bertujuan untuk memastikan sampel jaringan yang diterima sesuai
dengan formulir permintaan pemeriksaan. Identitas meliputi :
1) Nama Lengkap Pasien
2) Tanggal Lahir
3) Nomor Rekam Medis
4) Dokter Pengirim
5) Lokasi Jaringan
6) Diagnosa Klinik
b. Jika identitas jaringan sesuai dengan formulir permintaan pemeriksaan
telah sesuai maka catat pada buku yang sesuai dengan pemeriksaan yang
diminta misalnya pemeriksaan yang diminta histologi maka catat pada
buku histologi, maka sampel akan mendapatkan nomor urut pemeriksaan.
1) Tanggal
2) Nomor Registrasi
3) Nama pasien
4) Asal Pasien (Jika Rawat Inap, berasal dari ruang apa, kamar dan bed
berapa. Jika rawat jalan, tulis saja DS (Datang Sendiri)
5) Tempat Tanggal Lahir
6) Nomor Rekam Medis
7) Lokasi Jaringan
8) Diagnosa Klinik
9) Dokter Patologi yang akan memeriksa
10) Biaya Pemeriksaan
c. Kemudian pada formulir permintaan pemeriksaan ditulis menggunakan
pulpen berwarna merah dengan penulisan NO/PA/CH/21 (Pemeriksaan
Patologi Anatomi), selain itu diujung kiri atas dengan menggunakan
pulpen, tulis nomor registrasi dan nama dokter Patologi Anatomi pada
lembar formulir untuk mempermudah proses selanjutnya dan
meminimalisir kemungkinan tertukarnya nomor registrasi dan sampel.
d. Setelah itu formulir diserahkan ke bagian administrasi untuk dilakukan
transaksi, formulir yang telah ditransaksi akan diberi barcode sebanyak 2
label, satu untuk ditempel pada formulir permintaan pemeriksaan dan
barcode yang satu lagi untuk ditempel pada wadah yang berisi sampel.
e. Lakukan check fiksasi, fiksasi adalah proses perendaman jaringan
menggunakan cairan tertentu. Tujuan fiksasi yaitu :
1) Menghentikan autolisis jaringan dengan inaktivasi enzim hidrolisis
dari lisosom dan dengan demikian dapat memberikan morfologi seluler
yang lebih baik untuk dianalisis serta menstabilkan struktur baik di
dalam maupun di antara sel dengan membuat molekul menjadi resisten
terhadap disolusi air dan cairan lainnya.
2) Mengimobilisasi jaringan dan antigen seluler untuk imunolabelling
dari antigen.
3) Persiapan yang lebih baik dalam pemotongan sampel histopatologi
dengan cara memadatkan dan mengeraskan jaringan.
4) Mencegah proses pembusukan yaitu proses penghancuran jaringan
yang diakibatkan oleh aktifitas bakteri dan biasanya dengan
pembentukan gas.

Sampel yang telah diterima dan diidentifikasi diletakkan diruang


prossesing. Jaringan harus difiksasi menggunakan cairan fiksasi yang baik,
contohnya Buffer Formalin 10% sebelum dilakukan potong gross. Volume
fiksasi yaitu 10 kali besar jaringan (jaringan harus terendam).
2.3. Prosedur Laminasi Jaringan

Jika jaringan terlalu besar, dilakukan laminasi jaringan (penyayatan jaringan),


laminasi dilakukan dengan syarat jaringan jangan sampai putus dengan
ketebalan 1 – 2 cm untuk mempercepat proses fiksasi buffer formalin 10%.
Didiamkan selama ± 24 jam atau lebih. Lalu laksanakan potong gross. Jika
jaringan yang kecil, dapat langsung dilaksanakan potong gross beberapa jam
setelah terima jaringan.

2.4. Pendeskripsian dan Prosedur Potong Gross/Makroskopis

a. Identifikasi sampel (mencocokkan identitas sampel dan formulir


permintaan pemeriksaan
b. Check ulang fiksasi
c. Memastikan Kembali jaringan yang diterima sesuai dengan sampel yang
diterima
d. Pendeskripsian secara makroskopis, yang bertujuan untuk memeriksa
atau menilai jaringan yang diterima dan menggantinya dalam bentuk
tulisan sejelas mungkin sehingga setiap yang membacanya dapat
membayangkan jaringan tersebut.
Pendeskripsian secara makroskopis dalam potong gross jaringan
meliputi:
1) Jumlah sampel jaringan yang diterima
2) Lokasi atau asal jaringan
3) Ukuran jaringan ( misalnya jaringan diterima berupa sepotong maka
diukur 3 dimensi : P x L x T dengan satuan cm, jaringan tidak
beraturan : volume)
4) Warna jaringan
5) Konsistensi (rapuh, kenyal, keras, dan lunak)
6) Keterangan lain atau kelainan pada jaringan
7) Jumlah jaringan yang akan diproses (semua atau Sebagian)

Contoh pendeskripsian jaringan secara makroskopis :


Uterus

Sepotong jaringan dari uterus berukuran 15,5 x 14 x 7 cm pada potongan


terdapat nodul-nodul (myom) berwarna putih, konsistensi padat, berbatas
tegas Ө Serviks 2 cm. pada potongan berkiste berisi material jernih
seperti agar. Ovarium berukuran 3,5 x 2,8 x 1,7 cm. Pada potongan
berwarna putih kecokelatan, konsistensi padat, tuba panjang 7 cm

Diproses Sebagian :

1) Serviks/Portio : 1 Kaset
2) Cavum dan Myometrium : 1 Kaset
3) Ovarium dan Tuba : 2 Kaset
e. Menyiapkan alat dan bahan
1) Nampan
2) Talenan
3) Pisau Besar
4) Pisau Kecil
5) Penggaris
6) Pinset
7) Etiket
8) Alat Tulis (pulpen, pensil, spidol)
9) Kaset Jaringan
10) Keranjang Jaringan
11) Kertas Saring
12) Gergaji
13) Plastik
14) Karet
15) Air Mengalir
f. Potong Gross (Potong Jaringan Basah)
1) Bilas jaringan dengan air mengalir untuk mengurangi bau cairan
fiksasi (Buffer formalin 10%) agar tidak terlalu menyengat (untuk
jaringan yang besar)
2) Lakukan pemotongan dengan ukuran panjang dan lebar 1- 2 cm dan
ketebalan ± 4 mm.
3) Tentukan jaringan yang akan dipotong, yang kita anggap mengalami
kelainan.
Contoh pengambilan dan pemotongan
a) Jaringan Uterus
Ada bagian-bagian tertentu yang harus dipotong yaitu
serviks/portio, cavum dan myom, ovarium dan tuba. Etiket yang
ditulis a, b, c, d
b) Jaringan Usus
Ada bagian-bagian tertentu yang harus dipotong yaitu diameter I,
diameter II, massa tumor, kelenjar getah bening (KGB). Etiket
yang ditulis a, b, c, d
c) Jaringan Mammae Utuh
Bagian-bagian tertentu yang harus dipotong yaitu putting, massa
tumor, batas dasar, batas atas, batas bawah, batas medial, batas
lateral, KGB.
- KGB yang didapat minimal 12 buah untuk menentukan derajat
keganasan tumor
- Batas-batas sayatan diberi tanda/tinta/marker untuk mengetahui
batas sayatan batas tumor atau belum
d) Jaringan Appendiks
Bagian-bagian yang ahrus dipotong : bagian ujung, diameter besar
dan kecil, (atau jika ada perfolasi dipotong juga)
e) Jaringan Kandung Empedu
Bagian-bagian yang harus dipotong : bagian ujung, tengah,
pangkal, diukur tebal dinding
f) Jaringan Kulit (Ganas)
Dipotong bagian batas sayatan minimal 5 sisi, lalu diberi
tanda/tinta/marker untuk mengetahui batas sayatan bebas
tumor/belum
g) Jaringan Tidak Teratur
Contoh : Prostat, Kuretase
Dihitung volume (jumlah jaringan)
10 cc pertama diambil 3 kaset
10 cc berikutnya diambil 1 kaset

Jika dalam satu tempat sediaan terdapat jaringan yang berbeda, etiket
yang ditulis A, B, C. Jika ada beberapa tempat sediaan, etiket yang
ditulis I, II, III

- Setelah itu tulis etiket setelah jaringan dipotong, dan


dimasukkan ke dalam kaset
- Sisa jaringan diarsipkan dan diberi etiket

2.5. Prossesing Jaringan

Setelah dilakukan potong gross (potong jaringan basah), selanjutnya


dilakukan tahap prossesing jaringan menggunakan alat Cytadel 2000, dengan
prosedur kerja alat sebagai berikut :

a. Tekan Go To 1 pada remote alat Cytadel 2000 dan pastikan berada pada
Buffer formalin 10%
b. Masukkan kaset jaringan ke dalam keranjang/basket
c. Masukkan keranjang/basket kedalam alat Cytadel 2000, tutup dengan
pemberat
d. Tekan Lower pada remote
e. Stel program (disesuaikan dengan jam selesai pemotongan dan program
yang dipakai)
f. Tekan Enter pada remote
g. Tekan Autostart pada remote, maka alat akan bekerja secara otomatis
Gambar Alat Cytadel 2000
Tahap – tahap Prossesing jaringan sebagai berikut :
1) Fiksasi Jaringan
Fiksasi berfungsi sebagai fiksasi ulang apabila ada jaringan yang
belum terfiksasi sempurna. Fiksasi dilakukan selama 2 jam
menggunakan Buffer formalin 10%
2) Dehidrasi
Dehidrasi berfungsi untuk menarik kadar air dari dalam jaringan
menggunakan alcohol bertingkat :
a) Alcohol 70% : 1,5 Jam
b) Alcohol 80% : 1,5 Jam
c) Alcohol 95% : 1,5 Jam
d) Alcohol Absolute I : 1 Jam
e) Alcohol Absolute II : 1 Jam
f) Alcohol Absolute III : 1,5 Jam
3) Clearing
Berfungsi untuk menarik kadar alcohol dari dalam jaringan dan untuk
membuka pori-pori jaringan/rongga jaringan. Clearing menggunakan
Xylol :
a) Xylol I : 1 Jam
b) Xylol II : 1,5 Jam
c) Xylol III : 1,5 Jam
4) Impregnasi Parafin suhu 57-59℃
Impregnasi berfungsi untuk mengisi rongga-rongga jaringan dengan
parafin dan untuk memadatkan jaringan
a) Paraffin I : 1,5 Jam
b) Paraffin II : 1,5 Jam

2.6. Embedding atau Proses Penanaman Jaringan

Proses penanaman jaringan untuk mendapatkan blok parafin menggunakan


alat Shandon Histocentre 3 yang berungsi untuk mempermudah pemotongan
microtome, dengan prosedur kerja sebagai berikut :

a. Sambungkan stacker kabel ke stop kontak


b. Tekan tombol ON pada layar
c. Alat sudah siap digunakan
1) Letakkan cassette berisi jaringan yang sudah selesai diproses dari alat
citadel 2000 kedalam tissue storage tank
2) Pindahkan cassette kebagian depan storage tank dan buka penutup
cassette
3) Pilih dan ambil basemold dari mold storage oven untuk memblok
sesuai ukuran jaringan, letakkan di area hot spot kemudian isi dengan
parafin sesuai volume
d. Ambil jaringan dari cassette dengan pinset dan letakkan dalam basemold
tersebut
e. Pindahkan basemold ke area coldspot dan susun jaringan sesuai dengan
posisi seharusnya
1) Tutup basemold tersebut dengan cassette embedding, tekan bagian
atas basemold menggunakan alat penekan
2) Tambahkan parafin lagi apabila parafin tidak sampai permukaan
3) Berikan etiket pada cassette embedding
4) Kemudian letakkan basemold tersebut ke colling surface
5) Setelah parafin dingin/beku, lepaskan blok jaringan dari basemold,
bersihkan pinggiran blok jaringan dari sisa jaringan yang melekat
6) Blok jaringan selanjutnya diproses dengan microtome

Gambar Alat Shandon Histocentre 3

2.7. Pemotongan Mikrotome

Proses ini terdapat 2 jenis pemotongan dengan tahap :

a. Trimming
Trimming bertujuan untuk mengikis blok parafin sehingga didapatkan
penampang jaringan dengan ketebalan 10 – 15 µ
b. Section
Section bertujuan untuk mendapatkan pita jaringan, ketebalan jaringan
yang dipotong sesuai dengan jenis jaringan :
1) Jaringan KGB :1–2µ
2) Jaringan Biasa :2–3µ
3) Jaringan Lemak : 4 – 6 µ

Pemotongan microtome atau pemotongan blok parafin menggunakan alat


Shandon Finesse ME + dengan prosedur kerja sebagai berikut :

a) Sambungkan stacker kabel ke stop kontak


b) Tekan tombol ON pada bagian belakang alat
c) Letakkan blok jaringan pada orientation head
d) Pasang pisau pada knife holder
e) Tekan tombol “mode” pada posisi “stop”
f) Putar headwheel pada posisi motor
g) Atur posisi blok jaringan hingga mengenai pisau dengan menekan
tombol atau pada kontrol unit
h) Tekan tombol “trim” kemudian tekan tombol “run”
i) Setelah seluruh penampang jaringan telah tampak terlihat tekan
tombol stop
j) Ganti pisau yang baru dengan knife holder
k) Tekan tombol “section” kemudian tekan tombol “run” setelah
selesai tekan tombol stop
l) Ambil hasil potongan dengan menggunakan jarum (sifang brand)

Gambar Alat Shandon Finesse ME +

2.8. Proses Afixing dan Deparafinisasi Kering

Proses Affixing adalah proses pelekatan atau penempatan sayatan jaringan


pada kaca objek dengan bantuan media pelekat tertentu. Tujuan penempelan
ini adalah untuk menempelkan pita jaringan yang sudah berisi sayatan
jaringan pada kaca objek menggunakan alat waterbath (tissue flotation bath)
sehingga memudahkan proses penempelan pita jaringan pada objek glass.

Proses deparafinisasi adalah proses dimana lilin parafin meleleh dengan cara
penguapan yang mana objek glass diletakkan di atas hotplate dengan suhu
60℃. Proses deparafinisasi bertujuan untuk melelehkan parafin pada objek
glass

a. Menyiapkan alat dan bahan


1) Objek Glass
2) Tissue Flotation Bath
3) Hotplate
4) Jarum
5) Pensil
6) Air Biasa
b. Prosedur Kerja
1) Tahap ini pita jaringan yang telah didapatkan dimasukkan kedalam
Tissue Flotation Bath agar lembaran pita jaringan terbuka dengan baik
2) Kemudian celupkan objek glass kedalam tissue flotation bath dengan
posisi tegak lurus pada jaringan
3) Tempelkan jaringan pada bagian atas objek glass kemudian posisikan
jaringan sesuai dengan objek glass
4) Bersihkan sisa lilin parafin pada tissue flotation bath agar tidak
mengkontaminasi jaringan lain dnegan menggunakan jarum
5) Beri etiket pada objek glass sesuai nomor jaringan pada blok parafin
jaringan dengan menggunakan pensil
6) Lalu masuk ke tahap deparafinisasi kering, yaitu preparat jaringan
diletakkan di atas alat hotplate untuk melelehkan parafin pada jaringan
dan memperkuat penempelan
7) Preparat siap diwarnai dengan pewarnaan Hematoxylin Eosin

Gambar Alat Waterbath


Gambar Alat Hotplate

Anda mungkin juga menyukai