MAKALAH HEMATOLOGI II
“Pemeriksaan Laboratorium Anemia”
DISUSUN OLEH:
Lince Lestari Siagian ( 1834014 )
DOSEN PEMBIMBING:
dr Hotman Sinaga Sp.PK
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
RINGKASAN....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................
A. Pengertian..........................................................................................2
B. Etiologi..............................................................................................3
C. Gambaran Klinis................................................................................4
D. Klasifikasi..........................................................................................5
E. Pemeriksaan Laboratorium................................................................8
F. Pemeriksaan Laboratorium lain........................................................10
A. Kesimpulan........................................................................................11
B. Saran..................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................13
ii
Ringkasan
iii
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya 1 atau lebih parameter
sel datah merah: konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah
merah. Menurut kriteria WHO anemia adalah kadar hemoglobin di bawah
13 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita. Anemia merupakan
tanda adanya penyakit. Anemia selalu merupakan keadaan tidak normal
dan harus dicari penyebabnya. Anamnesis pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium sederhana berguna dalam evaluasi penderita
anemia.
Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk menentukan
derajat anemia dan pengujian defisiensi zat besi, yang dapat menggunakan
pemeriksaan laboratorium. Penentuan derajat anemia dapat dilakukan
melalui pemeriksaan darah rutin, seperti pemeriksaan HB, Ht, hitung
jumlah RBC, bentuk RBC, jumlah retikulosit, sementara uji defisiensi zat
besi melalui pemeriksaan feritin serum, kejenuhan transferin dan
protoporfirin eritrosit.
Tes lain dapat dilakukan untuk mengidentifikasi masalah medis
yang dapat menyebabkan anemia. Tes darah digunakan untuk
mendiagnosa beberapa jenis anemia yang mencakup: darah kadar vitamin
B12, asam folat, vitamin dan mineral; pemeriksaan sumsum tulang;
jumlah darah merah dan kadar hemoglobin; hitung terikulosit; kadar
feritin; kadar besi.
B. Permasalahan
1) Apa defiisi Anemia?
2) Apa pemeriksaan laboratorium anemia?
C. Tujuan Permasalahan
1) Untuk mengetahui definisi Anemia
2) Untuk mengetahui pemeriksaan laboratorium anemia
1
BAB II
Pembahasan
A. Pengertian
2
Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau
hemoglobin (protein pembawa O2) dari nilai normal dalam darah sehingga
tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa O2 dalam jumlah yang
cukup ke jaringan perifer sehingga pengiriman O2 ke jaringan menurun.
13 Secara fisiologi, harga normal hemoglobin bervariasi tergantung umur,
jenis kelamin, kehamilan, dan ketinggian tempat tinggal. Oleh karena itu,
perlu ditentukan batasan kadar hemoglobin pada anemia.
3
2) Perdarahan
Perdarahan baik akut maupun kronis mengakibatkan penurunan total
sel darah merah dalam sirkulasi.
3) Hemolisis
Hemolisis adalah proses penghancuran eritrosit.
4
Tabel nilai normal eritrosit dewasa
Pria Wanita
Hemoglobin* (g/dl) 13,5-17,5 11,5-15,5
Hematokrit (PCV) (%) 40-52 36-48
Hitung eritrosit (x10ⁱ²/l) 4,5-6,5 3,9-5,6
Hemoglobin eritrosit rata-rata (pg) 27-34
Volume eritrosit rata-rata (fl) 80-95
Konsentrasi hemoglobin eritrosit 30-35
rata-rata (g/dl)
Hitung retikulosit (x10⁹/l) 25-125
D. Klasifikasi Anemia
Klasifikasi Berdasarkan gambaran morfologik, anemia
diklasifikasikan menjadi tiga jenis anemia:
5
Anemia normositik (normositer) normokrom
merupakan jenis anemia dimana ukuran dan bentuk sel-sel
darah merah normal serta mengandung hemoglobin dalam
jumlah yang normal tetapi individu menderita anemia.
Anemia normositik normokrom disebabkan oleh karena
perdarahan akut, hemolisis, dan penyakit-penyakit infiltratif
metastatik pada sumsum tulang. Terjadi penurunan jumlah
eritrosit tidak disertai dengan perubahan konsentrasi
hemoglobin (Indeks eritrosit normal pada anak: MCV 73 –
101 fl, MCH 23 – 31 pg , MCHC 26 – 35 %), bentuk dan
ukuran eritrosit.
2) Anemia mikrositik hiperkrom
o Pengertian
Anemia mikrositik hipokrom adalah suatu keadaan
kekurangan besi (Fe) dalam tubuh yang dapat
mengakibatkan pembentukan eritrosit atau sel darah merah
mengalami ketidakmatangan (Imatur). Sel darah merah
yang terbantuk ukurannya lebih kecil dari normal dan
hemoglobin dalam sel darah merah berjumlah sangat
sedikit, penyakit ini disebut juga defisiensi zat besi.
Defisiensi besi adalah penyebab anemia yang
tersering terjadi disemua negara didunia. Defisiensi besi
merupakan penyebab terpenting suatu anemia mikrositik
hipokrom, dengan ketiga indeks eritrosit (MCV, MCH,
MCHC) berkurang dan sediaan apus darah menunjukkan
eritrosit yang kecil (mikrositik) dan pucat (hipokrom).
(Indeks eritrosit pada anak MCV > 73 fl, MCH = > 31 pg,
MCHC = > 35 %). Ditemukan pada anemia megaloblastik
(defisiensi vitamin B12, asam folat), serta anemia
makrositik non-megaloblastik (penyakit hati, dan
myelodisplasia)
6
o Pemeriksaan Laboratorium anemia mikrositik hipokrom
Untuk anemia mikrositik hipokrom, dilakukan NER (Nilai
Eritrosit Rata-Rata) yang terdiri dari VER, HER, KHER.
1) VER (Volume Eritrosit Rata-Rata)
VER yaitu perbandingan nilai hematokrit dengan
jumlah eritrosit (dalam juta) x 10. Satuannya tl. Jika
lebih kecil dari pada normal: eritrositnya mikrositer.
2) HER (Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata)
HER yaitu perbandingan nilai hemoglobin dengan
jumlah eritrosit (dalam juta) x 10. Satuannya Pg. Jika
lebih kecil dari normal biasanya eritrosit hipokrom.
3) KHER (Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata)
KHER yaitu perbandingan nilai hemoglobin dengan
nilai hematokrit x100. Satuannya 9/dl. Jika lebih kecil
dari normal biasanya eritrosit hipokrom. Kalau
perhitungan sudah menunjukkan bahwa eritrosit
mikrositik hipokrom, maka dilanjutkan dengan
pemeriksaan apus darah tepi untuk melihat morfologi
darah tepi.
4) Apus Darah Tepi
Eritrosit : hipokrom mikrositer
Leukosit : jumlahnya normal, granulositopenia
Ringan dan terdapat mielosit.
Trombosit : biasanya meningkat sampai dua kali
trombosit normal
5) Apus Sumsum Tulang
Hyperplasia eritropoesis dengan kelompok-
kelompok normoblas basofil. Bentuk
pronormablas, normoblas kecil-kecil, dengan
sitoplasma ireguler, sideroblas negatif.
7
3) Anemia makrositik Normokrom
Makrositik berarti ukuran sel darah merah lebih besar dari
normal, tetapi normokrom terjadi karena konsentrasi
hemoglobinnya normal (MCV meningkat, MCHC normal). Hal
ini diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam
nukleat DNA seperti yang ditemukan pada defisiensi B₁₂ atau
asam folat.
E. Pemeriksaan Laboratorium Penunjang
1. Tes saring untuk mencari penyebab anemia dan dapat menetapkan
klasifikasi anemia berdasarkan morfologinya
Tes darah rutin
Tes darah rutin dengan menggunakan alat automatic cell counter
memberikan beberapa hasil parameter yang berbeda-beda, tetapi
umumnya terdiri dari parameter:
- Hemoglobin
- Hitung jumlah eritrosit, lekosit dan trombosit
- Hematocrit
- MCV (Mean Corpuscule Volume)
- MCH (Mean Corpuscle Hemoglobin)
- MCHC (Mean Corpuscule Hemoglobin Consentrate)
- RDW (Red Cell Distribution Widthi)
8
Hiperplasia eritoid dengan sel megaloblast
Giant metanmyelocyte\sel Megakariosit besar
Cadangan besi sumsum tulang meningkat
o Kadar bilirubin inderek serum dan LDH meningkat
2. Tes diagnostic
(tes diagnostic berdasarkan indikasi)
1) Tes apusan darah tepi
Tes apusan darah tepi merupakan bagian yang penting dalam
rangkaian tes hematologi. Tujuan tes sediaan apus darah tepi
adalah mencari kemungkinan penyakit (suspected disease) baik
yang primer akibat kelainan hematologi maupun yang sekunder
akibat penyakit sistemik lainnya.
2) Tes hitung retikulosit
Pada proses maturasi eritrosit, sel yang mengandung
hemoglobin masih memerlukan waktu beberapa hari untuk
melepaskan sisa-sisa asam ribonukleat (RNA) setelah inti sel
dikeluarkan. Sebagian proses ini berlangsung dalam sumsum
tulang, sebagian lagi dalam darah tepi. Pada saat proses terakhir
maturasi ini, sel yang masih mengandung RNA berukuran lebih
besar dari eritrosit matang. Sel ini mengandung berbagai pecahan
mitokondria dan organel lain disamping RNA ribosom. Sel ini
disebut retikulosit yang dapat dibedakan dari eritrosit matang
karena berukuran lebih besar dan berwarna lebih biru dari eritrosit.
Retikulum yang terdapat di dalam sel ini hanya dapat dilihat
dengan pewarnaan supravital, dengan Brilliant Cresyl Blue (BCB)
atau New Methylene Blue (NMB).
3) Tes Fe serum dan TIBC
Tes Fe (zat besi) serum adalah pengukuran Fe yang terikat pada
transferrin
9
o Total Iron Binding Capasity (TIBC) atau daya ikat Fe total
adalah pengukuran transferrin secara tidak langsung, kadar
TIBC dihitung berdasarkan penjumlahan Unsaturated Iron
Binding Capasity (UIBC) dengan Fe serum.
o Saturasi transferrin adalah presentase Fe serum terhadap
TIBC. Indikasi tes bila ada dugaan anemia defisiensi Fe.
F. Pemeriksaan Penunjang Lainnya
Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi
Radiologi; torak, bone survey, USG atau limfangiografi
Pemeriksaan sitogenetik
Pemeriksaan biologi molekuler (PCR= Polymerase Chain
Reaction, FISH = fluorescence in situ hybrydization)
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin
hematokrit dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang
dipatok untuk perorangan. Anemia sebagai keadaan bahwa level
hemoglobin rendah karena kondisi patologis. Menurut Nursalam (2010),
anemia dalah berkurangnya kadar eritrosit (sel darah merah) dan kadar
hemoglobin (Hb) dalam setiap milimeter kubik darah dalam tubuh
manusia. Hampir semua gangguan pada sistem peredaran darah disertai
dengan anemia yang ditandai dengan warna kepucatan pada tubuh,
penurunan kerja fisik dan penurunan daya tahan tubuh. Penyebab anemia
bermacam-macam diantaranya adalah anemia defisiensi zat besi.
Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau
hemoglobin (protein pembawa O2) dari nilai normal dalam darah sehingga
tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa O2 dalam jumlah yang
cukup ke jaringan perifer sehingga pengiriman O2 ke jaringan menurun.
13 Secara fisiologi, harga normal hemoglobin bervariasi tergantung umur,
jenis kelamin, kehamilan, dan ketinggian tempat tinggal. Oleh karena itu,
perlu ditentukan batasan kadar hemoglobin pada anemia.
11
tes penunjang yaitu tes saring dan tes diagnostic. Yang dimana terdapat
banyak pemeriksaan yang dilakukan pada tes diagnostic.
B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan.Jakarta:Salemba.
Sudoyono. A. W. et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV.
Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI
13