Anda di halaman 1dari 17

UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS

VERITAS ET SCIENTIA NOBIS LUMEN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Jl. Kol. H. Burlian Lrg. Suka Senang No. 204 KM 7 Palembang 30152
Telp. +62 711-412808 Fax. +62 711-415780 Email: fikes@ukmc.ac.id

MAKALAH HEMATOLOGI II
“Pemeriksaan Laboratorium Anemia”

DISUSUN OLEH:
Lince Lestari Siagian ( 1834014 )

DOSEN PEMBIMBING:
dr Hotman Sinaga Sp.PK

UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
2020/2021
KATA PENGANTAR

Laboratorium klinik adalah laboratorium kesehatan yang


melaksanakan pelayanan pemeriksaan spesimen klinik untuk mendapatkan
informasi tentang kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya
diagnosis penyakit, dan memulihkan kesehatan.
Pemeriksaan laboratorium klinik merupakan hal yang paling rutin
dilaksanakan sebagai bahan monitor atas reaksi pengobatan dan dampak
klinis yang perlu penanganan lanjut.
Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk menentukan
derajat anemia dan pengujian defisiensi zat besi, yang dapat menggunakan
pemeriksaan laboratorium. Penentuan derajat anemia dapat dilakukan
melalui pemeriksaan darah rutin, seperti pemeriksaan HB, Ht, hitung
jumlah RBC, bentuk RBC, jumlah retikulosit, sementara uji defisiensi zat
besi melalui pemeriksaan feritin serum, kejenuhan transferin dan
protoporfirin eritrosit.
Penulis telah mengerjakannya semaksimal mungkin, dan
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik segi
penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Saya ucapkan terimakasih

Palembang, September 2020

Lince Lestari Siagian

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

RINGKASAN....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................

A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................

A. Pengertian..........................................................................................2
B. Etiologi..............................................................................................3
C. Gambaran Klinis................................................................................4
D. Klasifikasi..........................................................................................5
E. Pemeriksaan Laboratorium................................................................8
F. Pemeriksaan Laboratorium lain........................................................10

BAB III PENUTUP.............................................................................................

A. Kesimpulan........................................................................................11
B. Saran..................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................13

ii
Ringkasan

Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya 1 atau lebih parameter sel


datah merah: konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah merah.
Menurut kriteria WHO anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g% pada
pria dan di bawah 12 g% pada wanita. Anemia merupakan tanda adanya penyakit.
Anemia selalu merupakan keadaan tidak normal dan harus dicari penyebabnya.
Anamnesis pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium sederhana berguna
dalam evaluasi penderita anemia.
Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin hematokrit
dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan
Anemia sebagai keadaan bahwa level hemoglobin rendah karena kondisi
patologis. Menurut Nursalam (2010), anemia dalah berkurangnya kadar eritrosit
(sel darah merah) dan kadar hemoglobin (Hb) dalam setiap milimeter kubik darah
dalam tubuh manusia. Hampir semua gangguan pada sistem peredaran darah
disertai dengan anemia yang ditandai dengan warna kepucatan pada tubuh,
penurunan kerja fisik dan penurunan daya tahan tubuh. Penyebab anemia
bermacam-macam diantaranya adalah anemia defisiensi zat besi.
Pemeriksaan anemia didasarkan pada gejala yang dialami oleh pasien,
timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau akibat
penyebab yang tidak diketahui.

iii
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya 1 atau lebih parameter
sel datah merah: konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah
merah. Menurut kriteria WHO anemia adalah kadar hemoglobin di bawah
13 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita. Anemia merupakan
tanda adanya penyakit. Anemia selalu merupakan keadaan tidak normal
dan harus dicari penyebabnya. Anamnesis pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium sederhana berguna dalam evaluasi penderita
anemia.
Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk menentukan
derajat anemia dan pengujian defisiensi zat besi, yang dapat menggunakan
pemeriksaan laboratorium. Penentuan derajat anemia dapat dilakukan
melalui pemeriksaan darah rutin, seperti pemeriksaan HB, Ht, hitung
jumlah RBC, bentuk RBC, jumlah retikulosit, sementara uji defisiensi zat
besi melalui pemeriksaan feritin serum, kejenuhan transferin dan
protoporfirin eritrosit.
Tes lain dapat dilakukan untuk mengidentifikasi masalah medis
yang dapat menyebabkan anemia. Tes darah digunakan untuk
mendiagnosa beberapa jenis anemia yang mencakup: darah kadar vitamin
B12, asam folat, vitamin dan mineral; pemeriksaan sumsum tulang;
jumlah darah merah dan kadar hemoglobin; hitung terikulosit; kadar
feritin; kadar besi.
B. Permasalahan
1) Apa defiisi Anemia?
2) Apa pemeriksaan laboratorium anemia?
C. Tujuan Permasalahan
1) Untuk mengetahui definisi Anemia
2) Untuk mengetahui pemeriksaan laboratorium anemia

1
BAB II
Pembahasan

A. Pengertian

Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya kadar hemoglobin


darah dari nilai normal. Walaupun nilai normal dapat bervariasi antar
laboratorium, kadar hemoglobin biasanya < 13,5 g/dl pada pria dewasa
dan < 11,5 g/dl pada wanita dewasa. Sejak usia 3 bulan sampai pubertas,
kadar hemoglobin yang kurang dari 11,0 g/dl menunjukkan anemia.
Tingginya kadar hemoglobin pada bayi baru lahir menyebabkan
ditentukannya 15,0 g/dl sebagai batas bawah pada waktu lahir.
Menurunnya kadar hemoglobin biasanya disertai dengan penurunan
jumlah eritrosit dan hematokrit (packed cell volume, PCV) tetapi kedua
parameter ini mungkin normal pada beberapa pasien yang memiliki kadar
hemoglobin subnormal (dan berdasarkan definisi menderita anemia).

Anemia adalah suatu keadaan dimana menurunnya hemoglobin (Hb),


hematokrit, dan jumlah sel darah di bawah nilai normal.

Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin


hematokrit dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang
dipatok untuk perorangan. Anemia sebagai keadaan bahwa level
hemoglobin rendah karena kondisi patologis. Menurut Nursalam (2010),
anemia dalah berkurangnya kadar eritrosit (sel darah merah) dan kadar
hemoglobin (Hb) dalam setiap milimeter kubik darah dalam tubuh
manusia. Hampir semua gangguan pada sistem peredaran darah disertai
dengan anemia yang ditandai dengan warna kepucatan pada tubuh,
penurunan kerja fisik dan penurunan daya tahan tubuh. Penyebab anemia
bermacam-macam diantaranya adalah anemia defisiensi zat besi.

2
Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau
hemoglobin (protein pembawa O2) dari nilai normal dalam darah sehingga
tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa O2 dalam jumlah yang
cukup ke jaringan perifer sehingga pengiriman O2 ke jaringan menurun.
13 Secara fisiologi, harga normal hemoglobin bervariasi tergantung umur,
jenis kelamin, kehamilan, dan ketinggian tempat tinggal. Oleh karena itu,
perlu ditentukan batasan kadar hemoglobin pada anemia.

Batasan kadar hemoglobin anemia berdasarkan usia:

KELOMPOK UMUR HEMOGLOBIN


( gr/dl )
Anak 6 bulan – 6 tahun <11
6 tahun – 14 tahun <12
Wanita dewasa <12
Dewasa Laki-laki dewasa <13
Ibu hamil <11

B. Etiologi anemia secara umum


1. Anemia oleh kehilangan darah secara berlebihan, mungkin oleh
perdarahan, mungkin juga oleh proses destruksi yang berlebihan.
2. Anemia oleh terganggunya produksi darah; sumsum tulang kurang
baik membuat eritrosit oleh bermacam-macam sebab intoxikasi;
kekurangan sesuatu zat dalam produksi; jaringan eritropoetik terdesak
atau tersingkirkan oleh proses patologik dalam sumsum tulang. Dsb-
nya.

Anemia dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

1) Gangguan pembentukan eritrosit


Gangguan pembentukan eritrosit terjadi apabila terdapat defisiensi
substansi tertentu seperti mineral (besi, tembaga), vitamin (B12, asam
folat), asam amino, serta gangguan pada sumsum tulang.

3
2) Perdarahan
Perdarahan baik akut maupun kronis mengakibatkan penurunan total
sel darah merah dalam sirkulasi.
3) Hemolisis
Hemolisis adalah proses penghancuran eritrosit.

C. Gambaran klinis anemia


Adaptasi utama terhadap anemia terjadi dalam sistem kardiovaskular
(dengan peningkatan volume sekuncup dan takikardial) dan pada kurva
disosiasi O₂ hemoglobin. Pada beberapa penderita anemia yang cukup
berat, mungkin tidak terdapat gejala atau tanda, sedangkan pasien lain
yang menderita anemia ringan mungkin mengalami kelemahan berat. Ada
atau tidaknya gambaran klinis dapat dipertimbangkan menurut empat
kriteria utama.
1. Kecepatan awitan
Anemia yang memburuk dengan cepat menimbulkan lebih
banyak gejala dibandingkan anemia awitan lambat, karena lebih
sedikit waktu untuk adaptasi dalam sistem kardiovaskular dan
kurva disosiasi O₂ hemoglobin.
2. Keparahan
Anemia ringan sering kali tidak menimbulkan gejala atau
tanda, tetapi gejala biasanya muncul jika hemoglobin kurang dari
9-10 g/dl. Bahkan anemia berat (kadar hemoglobin serendah 6,0
g/dl) dapat menimbulkan gejala yang sangat sedikit jika awitan
sangat lambat pada subjek muda yang sehat.
3. Usia
Orang tua menoleransi anemia dengan kurang baik dibandingkan
orang muda karena adanya efek kekurangan oksigen pada organ
jika terjadi gangguan kompensasi kardiovaskular normal
(peningkatan curah jantung akibat peningkatan volume sekuncup
dan takikardia).

4
Tabel nilai normal eritrosit dewasa

Pria Wanita
Hemoglobin* (g/dl) 13,5-17,5 11,5-15,5
Hematokrit (PCV) (%) 40-52 36-48
Hitung eritrosit (x10ⁱ²/l) 4,5-6,5 3,9-5,6
Hemoglobin eritrosit rata-rata (pg) 27-34
Volume eritrosit rata-rata (fl) 80-95
Konsentrasi hemoglobin eritrosit 30-35
rata-rata (g/dl)
Hitung retikulosit (x10⁹/l) 25-125

4. Kurva disosiasi hemoglobin O₂


Anemia umumnya disertai peningkatan 2,3-DPG dalam
eritrosit dan pergeseran kurva disosiasi O₂ ke kanan sehingga O₂
lebih mudah dilepaskan ke jaringan. Adaptasi ini sangat jelas pada
beberapa macam anemia yang mengenai metabolisme eritrosit
secara langsung, misalnya pada anemia akibat defisiensi piruvat
kinase (yang menyebabkan peningkatan konsentrasi 2,3-DPG
dalam eritrosit), atau yang disertai dengan hemoglobin berafnitas
rendah (misal HbS).

D. Klasifikasi Anemia
 Klasifikasi Berdasarkan gambaran morfologik, anemia
diklasifikasikan menjadi tiga jenis anemia:

1) Anemia normositik normokrom.


 Pengertian

5
Anemia normositik (normositer) normokrom
merupakan jenis anemia dimana ukuran dan bentuk sel-sel
darah merah normal serta mengandung hemoglobin dalam
jumlah yang normal tetapi individu menderita anemia.
Anemia normositik normokrom disebabkan oleh karena
perdarahan akut, hemolisis, dan penyakit-penyakit infiltratif
metastatik pada sumsum tulang. Terjadi penurunan jumlah
eritrosit tidak disertai dengan perubahan konsentrasi
hemoglobin (Indeks eritrosit normal pada anak: MCV 73 –
101 fl, MCH 23 – 31 pg , MCHC 26 – 35 %), bentuk dan
ukuran eritrosit.
2) Anemia mikrositik hiperkrom
o Pengertian
Anemia mikrositik hipokrom adalah suatu keadaan
kekurangan besi (Fe) dalam tubuh yang dapat
mengakibatkan pembentukan eritrosit atau sel darah merah
mengalami ketidakmatangan (Imatur). Sel darah merah
yang terbantuk ukurannya lebih kecil dari normal dan
hemoglobin dalam sel darah merah berjumlah sangat
sedikit, penyakit ini disebut juga defisiensi zat besi.
Defisiensi besi adalah penyebab anemia yang
tersering terjadi disemua negara didunia. Defisiensi besi
merupakan penyebab terpenting suatu anemia mikrositik
hipokrom, dengan ketiga indeks eritrosit (MCV, MCH,
MCHC) berkurang dan sediaan apus darah menunjukkan
eritrosit yang kecil (mikrositik) dan pucat (hipokrom).
(Indeks eritrosit pada anak MCV > 73 fl, MCH = > 31 pg,
MCHC = > 35 %). Ditemukan pada anemia megaloblastik
(defisiensi vitamin B12, asam folat), serta anemia
makrositik non-megaloblastik (penyakit hati, dan
myelodisplasia)

6
o Pemeriksaan Laboratorium anemia mikrositik hipokrom
Untuk anemia mikrositik hipokrom, dilakukan NER (Nilai
Eritrosit Rata-Rata) yang terdiri dari VER, HER, KHER.
1) VER (Volume Eritrosit Rata-Rata)
VER yaitu perbandingan nilai hematokrit dengan
jumlah eritrosit (dalam juta) x 10. Satuannya tl. Jika
lebih kecil dari pada normal: eritrositnya mikrositer.
2) HER (Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata)
HER yaitu perbandingan nilai hemoglobin dengan
jumlah eritrosit (dalam juta) x 10. Satuannya Pg. Jika
lebih kecil dari normal biasanya eritrosit hipokrom.
3) KHER (Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata)
KHER yaitu perbandingan nilai hemoglobin dengan
nilai hematokrit x100. Satuannya 9/dl. Jika lebih kecil
dari normal biasanya eritrosit hipokrom. Kalau
perhitungan sudah menunjukkan bahwa eritrosit
mikrositik hipokrom, maka dilanjutkan dengan
pemeriksaan apus darah tepi untuk melihat morfologi
darah tepi.
4) Apus Darah Tepi
 Eritrosit : hipokrom mikrositer
 Leukosit : jumlahnya normal, granulositopenia
Ringan dan terdapat mielosit.
 Trombosit : biasanya meningkat sampai dua kali
trombosit normal
5) Apus Sumsum Tulang
 Hyperplasia eritropoesis dengan kelompok-
kelompok normoblas basofil. Bentuk
pronormablas, normoblas kecil-kecil, dengan
sitoplasma ireguler, sideroblas negatif.

7
3) Anemia makrositik Normokrom
Makrositik berarti ukuran sel darah merah lebih besar dari
normal, tetapi normokrom terjadi karena konsentrasi
hemoglobinnya normal (MCV meningkat, MCHC normal). Hal
ini diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam
nukleat DNA seperti yang ditemukan pada defisiensi B₁₂ atau
asam folat.
E. Pemeriksaan Laboratorium Penunjang
1. Tes saring untuk mencari penyebab anemia dan dapat menetapkan
klasifikasi anemia berdasarkan morfologinya
Tes darah rutin
Tes darah rutin dengan menggunakan alat automatic cell counter
memberikan beberapa hasil parameter yang berbeda-beda, tetapi
umumnya terdiri dari parameter:
- Hemoglobin
- Hitung jumlah eritrosit, lekosit dan trombosit
- Hematocrit
- MCV (Mean Corpuscule Volume)
- MCH (Mean Corpuscle Hemoglobin)
- MCHC (Mean Corpuscule Hemoglobin Consentrate)
- RDW (Red Cell Distribution Widthi)

Hemoglobin menurun dari ringan sampai berat 3-4g/dl

o Dijumpai makrosit berbentuk oval dengan poikilositosis


berat, MCV meningkatkan 110-125 fl, sedangkan
retikulosit normal.
o Biasanya dijumpai leukopenia ringan dengan
hipersegmentasi neutrofil
o Pada pemeriksaan sumsum tulang dapat dijumpai adanya
gejala sebagai berikut:

8
 Hiperplasia eritoid dengan sel megaloblast
 Giant metanmyelocyte\sel Megakariosit besar
 Cadangan besi sumsum tulang meningkat
o Kadar bilirubin inderek serum dan LDH meningkat

2. Tes diagnostic
(tes diagnostic berdasarkan indikasi)
1) Tes apusan darah tepi
Tes apusan darah tepi merupakan bagian yang penting dalam
rangkaian tes hematologi. Tujuan tes sediaan apus darah tepi
adalah mencari kemungkinan penyakit (suspected disease) baik
yang primer akibat kelainan hematologi maupun yang sekunder
akibat penyakit sistemik lainnya.
2) Tes hitung retikulosit
Pada proses maturasi eritrosit, sel yang mengandung
hemoglobin masih memerlukan waktu beberapa hari untuk
melepaskan sisa-sisa asam ribonukleat (RNA) setelah inti sel
dikeluarkan. Sebagian proses ini berlangsung dalam sumsum
tulang, sebagian lagi dalam darah tepi. Pada saat proses terakhir
maturasi ini, sel yang masih mengandung RNA berukuran lebih
besar dari eritrosit matang. Sel ini mengandung berbagai pecahan
mitokondria dan organel lain disamping RNA ribosom. Sel ini
disebut retikulosit yang dapat dibedakan dari eritrosit matang
karena berukuran lebih besar dan berwarna lebih biru dari eritrosit.
Retikulum yang terdapat di dalam sel ini hanya dapat dilihat
dengan pewarnaan supravital, dengan Brilliant Cresyl Blue (BCB)
atau New Methylene Blue (NMB).
3) Tes Fe serum dan TIBC
Tes Fe (zat besi) serum adalah pengukuran Fe yang terikat pada
transferrin

9
o Total Iron Binding Capasity (TIBC) atau daya ikat Fe total
adalah pengukuran transferrin secara tidak langsung, kadar
TIBC dihitung berdasarkan penjumlahan Unsaturated Iron
Binding Capasity (UIBC) dengan Fe serum.
o Saturasi transferrin adalah presentase Fe serum terhadap
TIBC. Indikasi tes bila ada dugaan anemia defisiensi Fe.
F. Pemeriksaan Penunjang Lainnya
 Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi
 Radiologi; torak, bone survey, USG atau limfangiografi
 Pemeriksaan sitogenetik
 Pemeriksaan biologi molekuler (PCR= Polymerase Chain
Reaction, FISH = fluorescence in situ hybrydization)

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin
hematokrit dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal yang
dipatok untuk perorangan. Anemia sebagai keadaan bahwa level
hemoglobin rendah karena kondisi patologis. Menurut Nursalam (2010),
anemia dalah berkurangnya kadar eritrosit (sel darah merah) dan kadar
hemoglobin (Hb) dalam setiap milimeter kubik darah dalam tubuh
manusia. Hampir semua gangguan pada sistem peredaran darah disertai
dengan anemia yang ditandai dengan warna kepucatan pada tubuh,
penurunan kerja fisik dan penurunan daya tahan tubuh. Penyebab anemia
bermacam-macam diantaranya adalah anemia defisiensi zat besi.
Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau
hemoglobin (protein pembawa O2) dari nilai normal dalam darah sehingga
tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa O2 dalam jumlah yang
cukup ke jaringan perifer sehingga pengiriman O2 ke jaringan menurun.
13 Secara fisiologi, harga normal hemoglobin bervariasi tergantung umur,
jenis kelamin, kehamilan, dan ketinggian tempat tinggal. Oleh karena itu,
perlu ditentukan batasan kadar hemoglobin pada anemia.

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb (Hemoglobin)


darah atau hitung eritrosit lebih rendah dari harga normal. Dikatakan
sebagai anemia bila Hb < 14 g/dL dan Ht < 41% pada pria, Hb <12 g/dL
dan Ht < 37% pada wanita. Pada pemeriksaan lab anemia ini terdapat dua

11
tes penunjang yaitu tes saring dan tes diagnostic. Yang dimana terdapat
banyak pemeriksaan yang dilakukan pada tes diagnostic.

B. Saran

Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat


banyak kesalahan karena kurangnya materi yang di paparkan. Penulis akan
memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta
kritik yang membangun dari para pembaca.

12
DAFTAR PUSTAKA

 Permenkes RI No. 411/Menkes/Per/III/2010

 Muttaqin Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan.Jakarta:Salemba.

 Ertiana Dwi dkk.2018.Anemia Dalam Kehamilan.Jawa Timur: CV.Pustaka Abadi.


Sutjahjo Ari.2016.Dasar-dasar Ilmu Penyakit Dalam.Surabaya:Airlangga University
Press (AUP).

 Hillman RS, Ault KA.Iron Deficiency Anemia.Hematology in Clinical Practice.A


Guide to Diagnosis and management.New York; McGraw Hill.

 Hoffbrand, dkk. 2005. Hematologi. Edisi 4. Jakarta: EGC

 Masthalina Herta dkk.2015.Pola Konsumsi (Faktor Inhibitor dan Enhancer Fe)


Terhadap Status Anemia Remaja Putri.

 Shadily Hassan.1973.Ensiklopedi Umum.Yogyakarta:Kanisius.

 supandiman I, Sumatri R, Fadjari,TN, Firanza, PI, Oehadian. A. 2003. Pedoman


Diagnosis dan Terapi Hematologi Onkologi Medik. Bandung: Q-Communication.

 Sudoyono. A. W. et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV.
Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI

 Jane.barbara. 2012. Hemtologi kurikuluminti. Jakarta. Kedokteran EGC

13

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen3 halaman
    Bab Ii
    Lince Lestari Siagian
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    Lince Lestari Siagian
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pmi
    Laporan Pmi
    Dokumen9 halaman
    Laporan Pmi
    Lince Lestari Siagian
    Belum ada peringkat
  • Laporan 1 PK
    Laporan 1 PK
    Dokumen22 halaman
    Laporan 1 PK
    Lince Lestari Siagian
    Belum ada peringkat
  • Laporan KK
    Laporan KK
    Dokumen14 halaman
    Laporan KK
    Lince Lestari Siagian
    100% (1)
  • Virologi
    Virologi
    Dokumen8 halaman
    Virologi
    Lince Lestari Siagian
    Belum ada peringkat
  • Imunologi
    Imunologi
    Dokumen31 halaman
    Imunologi
    Lince Lestari Siagian
    Belum ada peringkat