Anda di halaman 1dari 31

UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS

VERITAS ET SCIENTIA NOBIS LUMEN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Jl. Kol. H. Burlian Lrg. Suka Senang No. 204 KM 7 Palembang 30152
Telp. +62 711-412808 Fax. +62 711-415780 Email: fikes@ukmc.ac.id

MAKALAH IMUNOLOGI
“SEL-SEL SYSTEM IMUN”

DISUSUN OLEH:
Lince Lestari Siagian ( 1834014 )

DOSEN PEMBIMBING:
dr Hotman Sinaga Sp.PK

UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
2020/2021
Kata Pengantar

Pemeriksaan laboratorium klinik merupakan hal yang paling rutin


dilaksanakan sebagai bahan monitor atas reaksi pengobatan dan dampak
klinis yang perlu penanganan lanjut.

Pemeriksaan laboratorium
dapat dikelompokkan sebagai
pemeriksaan penapisan
(screening) dan pemeriksaan
diagnostik. Pemeriksaan
penapisan dimaksudkan
untuk
mendeteksi adanya suatu
penyakit sedini mungkin agar
intervensi dapat dilakukan
lebih
efektif. Umumnya
pemeriksaan penapisan relatif

i
sederhana dan mempunyai
kepekaan
tinggi. Pemeriksaan
diagnostik dilakukan pada
pasien yang memiliki gejala,
tanda
klinik, riwayat penyakit atau
nilai pemeriksaan penapisan
yang abnormal. Pemeriksaan
diagnostik ini cenderung
lebih rumit dan spesifi k
untuk pasien secara
individual
Pemeriksaan laboratorium
dapat dikelompokkan sebagai
pemeriksaan penapisan

ii
(screening) dan pemeriksaan
diagnostik. Pemeriksaan
penapisan dimaksudkan
untuk
mendeteksi adanya suatu
penyakit sedini mungkin agar
intervensi dapat dilakukan
lebih
efektif. Umumnya
pemeriksaan penapisan relatif
sederhana dan mempunyai
kepekaan
tinggi. Pemeriksaan
diagnostik dilakukan pada
pasien yang memiliki gejala,
tanda

iii
klinik, riwayat penyakit atau
nilai pemeriksaan penapisan
yang abnormal. Pemeriksaan
diagnostik ini cenderung
lebih rumit dan spesifi k
untuk pasien secara
individual
Pemeriksaan laboratorium dapat dikelompokkan sebagai
pemeriksaan penapisan (screening) dan pemeriksaan diagnostik.
Pemeriksaan penapisan dimaksudkan untuk mendeteksi adanya suatu
penyakit sedini mungkin agar intervensi dapat dilakukan lebih efektif.
Umumnya pemeriksaan penapisan relatif sederhana dan mempunyai
kepekaan tinggi.

Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan


pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada
suatu organisme.

Dalam sistem imun terdapat 2 macam, yaitu sistem imun


nonspesifik dan sistem imun spesifik. Sistem imun nonspesifik merupakan
sistem imun yang telah dimiliki hospes sejak dilahirkan, sistem imun ini
bersifat nonspesifik karena komponen sistem imun yang sama dapat
menanggulangi berbagai macam benda asing (mikroorganisme) yang
berbeda, sel-sel dalam sistem imun nonspesifik adalah Sawar Epitel,
Sistem Fagosit (Sistem Fagosit mononuklear, Sistem fagosit
polimorfonuklear), Sel Dendritik-Antigen Presenting Cell (Pembagian

iv
APC, Fungsi Sel dendritik, Sel Dendritik Folikular), Sel Null atau Sel
Populasi Ketiga (Sel Nk dan sel K), Basofil dan Sel Mast, Eosinofil,
Trombosit.

Palembang, Oktober 2020

Lince Lestari Siagian

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

RINGKASAN....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................1
C. Tujuan................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................2

A. Pengertian Sistem Imun....................................................................2


B. Fungsi Sistem Imun...........................................................................3
C. Macam-macam Sistem Imun.............................................................3
1) Sistem imun nonspesifik.............................................................3
a) Pengertian..............................................................................3
b) Sel-sel sistem imun nonspesifik............................................4
2) Sistem imun spesifik..................................................................15
a) Pengertian.............................................................................15

v
b) Sel-sel sistem imun spesifik.................................................15

BAB III PENUTUP..........................................................................................21

A. Kesimpulan......................................................................................21
B. Saran................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................22

Ringkasan

Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh


luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika
sistem kekebalan bekerja dengan bener, sistem ini akan melindungi tubuh
terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing
lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi
tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang
menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan
juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini
juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.

Dalam sistem imun terdapat 2 macam, yaitu sistem imun nonspesifik dan
sistem imun spesifik. Sistem imun nonspesifik merupakan sistem imun yang telah
dimiliki hospes sejak dilahirkan, sistem imun ini bersifat nonspesifik karena
komponen sistem imun yang sama dapat menanggulangi berbagai macam benda
asing (mikroorganisme) yang berbeda, sel-sel dalam sistem imun nonspesifik
adalah Sawar Epitel, Sistem Fagosit (Sistem Fagosit mononuklear, Sistem fagosit
polimorfonuklear), Sel Dendritik-Antigen Presenting Cell (Pembagian APC,
Fungsi Sel dendritik, Sel Dendritik Folikular), Sel Null atau Sel Populasi Ketiga
(Sel Nk dan sel K), Basofil dan Sel Mast, Eosinofil, Trombosit.

sistem imun spesifik adalah sistem imun yang memiliki kemampuan untuk
mengenali benda yang dianggap asing oleh tubuh. Sel-sel dalam sistem imun
spesifik adalah sel B dan sel T. Pada sel B terdapat Pematangan sel B, Respons sel

vi
B, Reseptr sel B, Aktivasi sel B, Sel B reg. Pada sel T terdapat Pematangan sel T,
Reseptor sel T, Molekul asesori, Diskriminasi antigen, Fungsi sel T, Aktivasi sel
T, Subset sel T.

vii
BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Imunolgi atau Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit
terutama penyakit infeksi. Gabungan sel, molekul dan jaringan yang
berperan dalam resistensi terhadap infeksi disebut sistem imun. Reaksi
yang dikoordinasi sel-sel, molekul-molekul terhadap mikroba dan bahan
lainnya disebut respons imun. Sistem imun diperlukan tubuh untuk
mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan
berbagai bahan dalam lingkungan hidup.
Mikroba dapat hidup ekstraseluler, melepas enzim dan
menggunakan makanan yang banyak mengandung gizi yang
diperlukannya. Mikroba lain menginfeksi sel pejamu dan berkembang baik
intraseluler dengan menggunakan sumber energi sel pejamu. Baik mikroba
ekstraseluler maupun intraseluler dapat menginfeksi subjek lain,
menimbulkan penyakit dan kematian, tetapi banyak juga yang tidak
berbahaya bahkan berguna untuk pejamu. Pertahanan imun terdiri atas
sistem imun alamiah atau nonspesifik (nature innate/ native) dan didapat
atau spesifik (adaptive/ acquired)
B. Permasalahan
1) Apa itu sistem Imun?
2) Apa fungsi dari Sistem Imun?
3) Ada beberapa macam-macam Sistem Imun?
4) Apa saja jenis Sel-Sel Sistem Imun?
C. Tujuan Permasalahan
1) Untuk mengetahui apa itu sistem imun.
2) Mengetahui fungsi dari Sistem Imun
3) Mengetahui macam-macam Sistem Imun
4) Mengetahui jenis Sel-Sel Sistem Imun

1
BAB II
Pembahasan

A. Pengertian Sistem Imun


Imunologi adalah ilmu yang mempelajari tentang proses
pertahanan atau imunitas terhadap senyawa makromolekuler atau
organisme asing yang masuk kedalam tubuh. Secara historis istilah ini
kemudian digunakan untuk menjelaskan perlindungan terhadap penyakit
infeksi. Untuk melindungi dirinya, tubuh memerlukan mekanisme yang
dapat membedakan sel-sel itu sendiri (Self) dari agen-agen penginvasi
(nonself).

Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan


pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada
suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan bener, sistem ini
akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta
menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem
kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang,
sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan
demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga
memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini
juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.

Sistem imun dapat membedakan sel normal, sel sehat dan tidak
sehat dengan cara mengenali berbagai tanda bahaya yang disebut Danger-
Associated Molecular Patterns (DAMP). Mikroba infeksius seperti virus
dan bakteri mengeluarkan sejumlah sinyal DAMP. Saat pertama kali
sinyal dikenal, sistem imun diaktifkan untuk mengatasi masalah.

Sistem imun sangat kompleks, berbagai jenis sel dilibatkan baik


yang bersirkulasi ke seluruh tubuh atau yang menetap di jaringan tertentu
saja. Setiap jenis sel memiliki peran yang unik, mengenali masalah dengan

2
cara yang berbeda-beda, berkomunikasi dengan sel-sel lainnya dan
melakukan tugasnya dengan baik.

B. Fungsi Sistem Imun


 Pertahanan
Fungsi pertahanan sistem imun adalah membentuk imunitas
spesifik untuk melawan agen yang mematikan, seperti bakteri,
virus, toksin dan bahkan jaringan asing yang masuk kedalam tubuh
 Homeostasis
Sistem imun mempunyai peran homeostasis agar tubuh dapat
mempertahankan keseimbangan antara lingkungan di luar dan di
dalam. Sistem imun memiliki fungsi sebagai eliminasi komponen-
komponen tubuh yang sudah tua.
 Pengawasan
Sistem imun dibutuhkan untuk menghancurkan sel-sel yang
bermutasi terutama yang menjadi ganas.
C. Macam-macam Sistem Imun
1) Sistem Imun Nonspesifik (nature innate/ native)
a) Pengertian
Sistem Imun Nonspesifik merupakan sistem imun yang telah
dimiliki hospes sejak dilahirkan, sistem imun ini bersifat nonspesifik
karena komponen sistem imun yang sama dapat menanggulangi
berbagai macam benda asing (mikroorganisme) yang berbeda. Sistem
imun ini dapat memberikan respons langsung terhadap benda asing
yang masuk kedalam tubuh, artinya tidak memerlukan waktu untuk
mengenal antigen terlebih dahulu sebelum dapat memberikan
responsnya. Benda asing yang menimbulkan respons imun dikenal
dengan istilah antigen.
Komponen Sistem Imun nonspesifik diturunkan dari orangtua ke
anak dan ditujukan terhadap molekul yang hanya diekspresikan oleh
mikroorganisme. Komponen pertahanan pejamu ini sudah ada sejak

3
dulu kala dan terus berevolusi, ditemukan pada semua organisme
multiselular.
Imunitas nonspesifik fisiologik berupa komponen normal tubuh,
selalu ditemukan pada individu sehat, siap mencegah mikroba masuk
tubuh dan dengan cepat menyingkirkannya. Jumlahnya dapat
ditingkatkan oleh infeksi, misalnya jumlah sel darah putih meningkat
selama fase akut pada banyak penyakit. Mekanismenya tidak
menunjukkan spesifisitas terhadap bahan asing dan mampu melindungi
tubuh terhadap banyak patogen potensial.
Sistem Imun nonspesifik terdiri atas berbagai sel dan molekul larut
dalam jaringan dan darah yang siap mencegah mikroba masuk tubuh
dan menimbulkan infeksi. Setiap hari manusia berada dalam
lingkungan yang dipenuhi mikroba. Biasanya kita tidak menyadari
bahwa tubuh kita sebetulnya terus menerus bertempur untuk
mencegah terjadinya infeksi. Proteksi yang poten namun tidak terlihat
itu merupakan gambaran efisiensi dari sistem pertahanan garis depan
kita, sistem imun nonspesifik. Tanpa adanya mekanisme pertahanan
tubuh yang sangat efektif, manusia tidak mungkin dapat hidup.
b) Sel-sel dalam Sistem Imun nonspesifik
o Sawar Epitel
Sel epitel menutupi permukaan tubuh seperti kulit, saluran
napas dan cerna, paru, hati, pankreas, ginjal dan lainnya. Sel
epitel dapat menjadi tempat masuk mikroorganisme dan
bebagai bahan berbahaya. peranan epitel yang sangat penting
adalah mempertahankan sawar terhadap lingkungan dan
melindungi sistem imun yang rentan terhadap mikroorganisme
dari luar tubuh. Sel epitel merupakan penghubung penting
antara lingkungan luar dan dalam dari tubuh misalnya pada
saluran cerna dan saluran napas. Leukosit berperan penting,
merupakan populasi utama dalam inflamasi dan satu-satunya
sel yang berperan dalam imunitas spesifik terhadap patogen.

4
Sel epitel dan leukosit membentuk jaring kompleks yang
mengatur proses-proses seperti pertahanan pejamu, imunitas,
inflamasi, perbaikan jaringan dan dalam pertumbuhan kanker.
Fungsi sawar epitel adalah mempertahankan polaritas yang
baik agar terjadi kontak terus menerus antara organ dalam dan
bagian luar tubuh.
Sel epitel memiliki fungsi sebagai pejaga pada jaringan.
Seperti halnya makrofag, sel ini ditemukan di daerah jaringan
yang pajanan antigennya tinggi dan mengekspresikan PRR
yang memungkinkan pengenalan PAMP dan memiliki respons
yang bahkan lebih cepat dibandingkan neutrofil dan monosit.
Sel epitel menyediakan sawar fisik secara terus-menerus
dan juga mekanisme klirens (misalnya sistem mukosiliar dan
permukaan yang dilapisi AMP) untuk menghindari pejamu dan
lingkungan luar. Sel epitel saluran napas manusia
mengekspresikan berbagai TLR dan ketika PAMP dirangsang
maka terbentuk sitokin proinflamasi termasuk IL-8 dan AMP.
Keratinosit mengekspresikan Mannan Binding Receptor yang
memediasi pemusnahan kandida dan melepaskan berbagai
AMP.
o Sistem Fagosit
Arti fagosit sebenarnya adalah “makan sel” berarti sel imun
yang makan patogen atau partikel. Yang digolongkan fagosit
adalah makrofag, neutrofil dan sel dendritik. Bila sel pejamu
mati, melalui kematian sel terprogram (programmed cell death
atau apoptosis) atau cedera oleh infeksi bakteri atau virus, sel
fagosit berperan untuk menyingkirkan dari lokasi yang terkena
dan karenanya berperan dalam proses penyembuhan pasca
cedera.
Jenis-jenis Sel Fagosit, sebagai berikut:
 Sistem fagosit mononuklear

5
Sel-sel yang digolongkan dalam sistem fagosit
mononuklear didasarkan atas kesamaan morfologi, fungsi,
asal dan kinetika fagosit. Berdasarkan kriteria tersebut sel
retikular, SD, sel endotel dan fibroblas (fibrosit) tidak
memenuhi kriteria. Istilah sistem fagosit makrofag, sistem
sel histiosit, sistem retikulo-hisiosit dan sistem RES adalah
istilah lama yang merupakan sebutan kolektif untuk semua
sel fagosit yang dapat hidup lama di seluruh jaringan tubuh.
Sistem fagosit mononuklear terdiri atas monosit dalam
sirkulasi dan makrofag dalam jaringan.

 Monosit
Selama hematopoiesis dalam sumsum
tulang, sel progenitor granulosit/monosit
berdiferensiasi menjadi premonosit yang
meninggalkan sumsum tulang dan masuk kedalam
sirkulasi untuk seanjutnya berdiferensiasi menjadi
monosit matang dan berperan dalam berbagai
fungsi. Monosit adalah fagosit yang didistribusikan
secara luas sekali di organ limfoid dan organ
lainnya.
Monosit berperan sebagai APC, mengenal,
menyerang mikroba dan sel kanker dan juga
memproduksi sitokin, mengerahkan pertahanan
sebagai respons terhadap infeksi. Berbagai monosit
dapat menemukan antigen dan membawanya ke
KGB regional tanpa berdiferensiasi menjadi
makrofag.
IL-1, IL-6 dan TNF-α yang diproduksi monosit
menginduksi panas dan produksi protein fase akut
di hati, memodulasi produksi seng (Zn) dan
tembaga, menginduksi produksi hormon

6
kortikotropik adrenal dalam otak dan
mempengaruhi metabolisme Monosit juga berperan
dalam remodeling dan perbaikan jaringan. Sel-sel
imun nonspesifik ada dalam darah selama 10 jam
sampai dua hari sebelum meninggalkan sirkulasi
darah.
Selanjutnya monosit bermigrasi ke tempat
tujuan di berbagai jaringan untuk berdiferensiasi
sebagai makrofag jaringan spesifik dengan berbagai
fungsi. Proses ini lebih menonjol pada respons
terhadap infeksi atau kenker. Makrofag dan
neutrofil saling melengkapi dan bekerja sama.
 Makrofag
Monosit yang seterusnya hidup dalam jaringan
sebagai makrofag residen (fixed macrophage),
berbentuk khusus yang tergantung dari alat/jaringan
yang ditempati, dan dinamakan sesuai dengan lokasi
jaringan sebagai berikut:
- Usus : makrofag intestinal
- Kulit : sel dendritik atau sel Langerhans
- Paru : makrofag alveolar, sel Langhans
- Jaringan ikat : histiosit
- Hati : sel Kuppfer
- Ginjal : sel mesangial
- Otak : sel mikroglia
- Tulang : osteoklas

Makrofag merupakan leukosit besar, dapat bergerak


keluar dari pembuluh darah melewati dinding
pembuluh darah. Dijaringan makrofag
berdiferensiasi jadi monosit.

7
Makrofag diaktifkan oleh berbagai rangsangan,
dapat menangkap, memakan dan mencerna antigen
eksogen, seluruh mikroorganisme, partikel tidak
larut dan bahan endogen seperti sel pejamu yang
cedera atau mati. Makrofag berperan penting dalam
mencerna mikroba dan mempresentasikan antigen
mikroba ke limfosit untuk diproses selanjutnya
secara spesifik.

Makrofag dapat hidup lama, mempunyai


beberapa granul dan melepas berbagai bahan, antara
lain lisozim, komplemen, interferon dan sitokin
yang semuanya memberikan kontribusi dalam
pertahanan nonspesifik dan spesifik.

- Lisosom
Lisosom adalah organel sitoplasma yang
memiliki membran dan mengandung enzim
hidrolitik multipel seperti ribonuklease,
deoksiribonuklease, fosfatase, glikosidase,
kolagenase, arilsulfatase dan katepsin. Enzim-
enzim tersebut dapat keluar dari fagosom dan
sel.
- Endosom
Endosom adalah vesikel intraselular
berukuran 0,1-0,2 µm yang diproduksi melalui
endositosis. Protein ekstraselular dimakan dan
selanjutnya diproses menjadi antigen. Ensosom
memiliki pH asam dan mengandung enzim
proteolitik yang memecah protein menjadi
peptida dan selanjutnya diikat MHC-II
- Mitokondria

8
Mitokondria adalah organel sitoplasma yang
diperlukan dalam metabolisme sel pada sel
eukariositik aerobik, tempat terjadinya respirasi,
transport elektron, fosforilase oksidatif dan
reaksi siklus asam sitrat Mitokondria memiliki
DNA dan ribosom.

 FcR
FcR merupakan struktur permukaan
beberapa jenis limfosit, makrofag dan mungkin juga
sel mast yang dapat mengikat regio Fc
imunoglobulin. FcR untuk IgG adalah FcyR dan
untuk IgE adalah FcɛR. Reseptor untuk IgM, IgD
dan IgA masih belum banyak diketahui. Neutrofil,
eosinofil, fagosit 33emononuklear, sel B, sel T
tertentu dan sel asesori memiliki FcR untuk IgG
pada permukaan selnya. FcR ditemukan pada 95%
sel T perifer. Sekitar 75% FcR adalah spesifik untuk
IgM dan 20% untuk IgG.
 Sistem fagosit polimorfonuklear
Neutrofil, eosinofil dan basofil dikenal sebagai granulosit
atau sebagai PMN karena bentuk nukleusnya.
 Neutrofil
Granul neutrofil merupakan jenis fagosit
terbanyak, biasanya 50-60% dari seluruh leukosit
dalam sirkulasi. Sumsum tulang norml
memproduksi lebih dari 100 milyar neutrofil/hari
dan lebih dari 10 kali lipat lebih banyak per hari
pada inflamasi akut. Neutrofil kadang disebut
“Soldiers of the Body” karena merupakan sel
pertama yang dikerahkan ke tempat bakteri masuk

9
dan berkembang dalam tubuh. Neutrofil merupakan
sebagian besar dari leukosit dalam sirkulasi.
Biasanya hanya berada dalam sirkulasi kurang dari
7-10 jam sebelum bermigrasi ke jaringan, dan hidup
selama beberapa hari dalam jaringan.
 Eosinofil
Eosinofil merupakan 2-5% dari sel darah
putih orang sehat tanpa alergi. Seperti neutrofil,
eosinofil juga dapat berfungsi sebagai fagosit.
Eosinofil dapat pula dirangsang untuk degranulasi
seperti halnya dengan sel mast dan basofil serta
mediator.
Fungsi utama eosinofil adalah melawan
infeksi parasit dan dapat juga memakan kompleks
antigen antibodi. Penelotian akhir mengelompokkan
eosinofil sebagai sel multifungsional dengan
aktivitas antibakteri dan antivirus. Eosinofil diatur
oleh IL-5, IL-13 dan sitokin dari sel imun.
Keberadaanya disaluran cerna memiliki dampak
yang kurang baik yaitu terjadinya Eosinophilic
Gastrointestinal Diseases (EGID) dan IBD.
 Basofil
Sel basofil merupakan sel dengan sejumlah granul
khas yang basofilik yang mengandung heparin,
histamin dan leukotrin. Morfologis menyerupai sel
mast meskipun berasal dari sel induk yang berlainan
dalam sumsum tulang.

o Sel Dendritik-Antigen Presenting Cell


Sel dendritik (SD) adalah fagosit dalam jaringan dan terus
menerus berkontak dengan lingkungan luar terutama kulit

10
(disebut sel Langerhans) dan mukosa hidung, paru, lambung
dan usus. Disebut dendritik oleh karena dalam
perkembangannya membentuk cabang-cabang yang dikenal
dengan istilah dendrit seperti sel saraf, tetapi tidak
berhubungan dengan sistem saraf. Sedikitnya dikenal 4 jenis
SD yaitu sel Langerhans, sel interstisial, SD asal monosit dan
SD asal plasmasitoid.
 ⁺Pembagian APC
Sel dendrit merupakan APC paling efektif dalam
mengaktifkkan sel T naif dan mengawali respons sel T.
Makrofag dan sel B berfungsi sebagai APC, terutama
untuk sel Th CD4⁺ yang sudah diaktifkan dibanding
untuk sel T naif. SD, makrofag dan sel B
mengekspresikan MHC II dan molekul lainnya yang
terlibat dalam stimulasi sel T sehingga dapat
mengaktifkan sel T CD4⁺. Oleh karena itu ketiga jenis
sel tersebut disebut APC profesional, meskipun SD
merupakan satu-satunya sel yang dikhususkan untuk
menangkap dan mempresentasikan antigen dan
mengawali respons sel T primer profil respons yang
terjadi.
 Fungsi sel dendritik
Sel dendritik berfungsi dalam pengenalan antigen,
mengikat antigen, mengolah dan mempresentasikan
antigen ke sel T atau sel B.

Fungsi berbagai
APC
Antigen yang Presentasi antigen Respons
dicerna APC

11
Organ limfoid SD Presentasi ke sel Sel T efektor: Aktivasi
perifer T naif melalui sel T naif, ekspansi dan
kostimulator B7 diferensiasi klon
pada SD dengan menjadi sel T efektor
ligannya CD28
pada sel T naif
Organ limfoid Makrofag Presentasi ke sel Mikroba dibunuh:
perifer atau T efektor Aktivasi sel T efektor;
jaringan non aktivasi makrofaf
limfoid (CMI)
Organ limfoid Sel B Presentasi ke sel Antibodi: Aktivasi sel T
perifer atau T efektor efektor; aktivasi sel B
jaringan non dan produksi antibodi
limfoid (imunitas humoral)

 Sel dendritik folikular


Sel dendritik folikular tidak dibentuk dalam
sumsum tulang dan mempunyai berbagai fungsi yang
berbeda dari SD yang sudah disebut diatas, SD folikular
tidak mengekspresikan MHC-II dan karenanya tidak
berfungsi sebagai APC untuk aktivasi sel Th.

o Sel Null atau sel populasi ketiga


Sel Null, bukan sel T dan juga bukan sel B, disebut juga sel
populasi ke-3, merupakan sebagian kecil (2%) dari limfosit
dalam sirkulasi. Sel Null merupakan sel besar dengan granul
besar dan granzim dalam plasma dan hanya hidup 5-6 hari.
Sel Null adalah limfosit dengan sifat sitotoksik, merupakan
sel intermediat antara sel B dan sel T, jumlahnya kurang dari
3%. Kerjanya khusus membunuh sel sasaran tertentu, terutama

12
sel pejamu yang terinfeksi virus atau berubah menjadi sel
tumor. Tidak halnya seperti sel T dan B, tidak memiliki
memori imunologis dan spesifisitas. Berdasarkan fungsinya, sel
null dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu sel NK dan Killer
Cell (Sel K).
 Sel NK
Sel NK merupakan 1/3 populasi limfosit, memiliki
2-3 granul besar dan granzim dalam sitoplasma,
memiliki nukleus bentuk ginjal, karenanya disebut juga
Large Granular Lymphocytes (LGL). Sel NK berperan
terutama terhadap sel terinfeksi virus (herpes, gondok),
sel tumor dan bakteri intraselular, tanpa bantuan
antibodi atau komplemen, karenanya disebut antibodi
independen.
Sel NK diaktifkan interferon dan IL-2, membentuk
IFN-y yang mengaktifkan makrofag untuk membunuh
sel asing, sel tumor, patogen dalam sel, bahkan tanpa
stimulasi lebih dulu. Sel NK yang diaktifkan juga
melepas berbagai sitokin yang mengatur sel sistem
imun lainnya.
IFN-y dan TNF-α yang diproduksi sel NK
merupakan sitokin imunoregulator poten. Sel NK
mengandung “activating receptors” dan KIR. Bila sel
NK mengikat sel sasaran tanpa molekul MHC-I,
reseptor yang diaktifkan memacu aktivitas sel NK. KIR
memberikan sinyal inhibitori ke sel NK bila terpajan
dengan molekul MHC-I pada permukaan sel sasaran.
 Sel K
Sel K (Killer cells) adalah antibodi dependen,
memiliki reseptor Fc untuk mengikat antibodi; dapat
mengikat sel yang dilapisi IgG dan membunuhnya. Sel

13
K dapat membunuh berbagai sel seperti sel tumor,
bakteri, virus, jamur dan parasit. Sel K memerlukan
antibodi dalam aktivitasnya. Karenanya sel K disebut
juga ADCC.
o Basofil dan sel mast
Sel basofil, sel mast mast dan eosinofil adalah sel serupa
neutrofil, diaktifkan bila dihadapkan dengan patogen. Basofil
dan sel mast melepas histamin yang berperan pada pertahanan
terhadap parasit dan pada reaksi alergi seperti asma.
Jumlah sel basofil yang ditemukan dalam sirkulasi darah
sangat sedikit, yaitu < 0,5% dari seluruh sel darah putih.
Basofil diduga dapat berfungsi sebagai fagosit, tetapi yang jelas
sel tersebut melepas mediator inflamasi. Sel mast adalah sel
yang dalam struktur, fungsi dan poliferasinya serupa dengan
basofil. Bedanya adalah sel mast hanya ditemukan didalam
darah.
o Eosinofil
Sel eosinofil yang diaktifkan melepas sejumlah bahan
toksik fan radikal bebas yang efektif untuk membunuh parasit,
tetapi dapat juga merusak jaringan. Sel eosinofil memiliki
nukleus dengan 2 lobus dan sitoplasma berisikan sekitar 200
granul yang mengadung enzim dan protein dengan berbagai
fungsi dan berperan dalam berbagai proses inflamasi, terutama
pada penyakit alargi dan juga dikerahkan ke lokasi inflamasi
untuk menangkap berbagai bahan, membunuh sel, aktivitas
antiparasit dan bakterisidal, berperan dalam reaksi alergi direk
dan modulasi respons inflamasi.
Eosinofil dapat berperan yang menguntungkan tubuh,
namun dapat juga berhubungan dengan penyakit seperti
sindrom Loefiler yang menunjukkan perubahan patologis
permanen.

14
o Trombosit
Trombosit sudah dikenal lebih dari 100 tahun. Trombosit juga
berperan dalam inflamasi dan respons imun. Trombosit
merupakan sel kecil tanpa nukleus dalam sirkulasi darah dan
adhesi trombosit di tempat kerusakan vaskular merupakan hal
yang paling penting sekali dalam hemostatis dan trombosis.
Trombosit yang mengandung olekul inflamasi yang multiple
dan sitokin (TGF-β and trombospodin-1)
2) Sel-sel Sistem Imun Spesifik
a. Pengertian
Sistem imun spesifik adalah sistem imun yang memiliki
kemampuan untuk mengenali benda yang dianggap asing oleh
tubuh. Fungsi sistem imun spesifik adalah menghancurkan patogen
yang masuk tiubuh dan setiap molekul toksik yang diproduksinya.
b. Sel-sel Sistem Imun Spesifik
o Sel B
Sel B merupakan 5-25% dari limfosit dalam darah yang
berjumlah sekitar 1000-2000 sel/mm. Terbanyak merupakan
limfosit asal sumsum tulang (hampir 50%) sisanya sekitar
sepertiganya berasal dari KGB, limfa dan kurang dari 1% dari
timus.
Sel B dapat mempresentasikan antigen ke sel T dan
melepas sitokin namun fungsi utamanya adalah berkembang
menjadi sel plasma yang membuat dan mensekresi antibodi.
Pasien dengan defisiensi sel B biasanya rentan terhadap infeksi
bakteri berulang
 Pematangan sel B
Pada unggas, sel B berkembang dalam bursa
fabricius yang terbentuk dari epitel kloaka. Pada manusis
belum didapatkan hal yang analog dengan bursa tersebut
dan pematangan terjadi di sumsum tulang atau ditempat

15
yang belum diketahui. Setalah matang, sel B bergerak ke
organ-organ seperti limpa, KGB dan tonsil.
 Respons sel B
Pada respons imun primer, sel B naif matang yang
pertama kali menuemukan antigen berproliferasi dan
berdiferensiasi menjadi sel memori yang dapat memberikan
respons terhadap antigen atau menjadi sel plasma matang
yang mensekresi antibodi. Ada periode laten beberapa hari
sebelum antibodi diproduksi.
Semula yang diproduksi IgM dan setelah itu dengan
bantuan sel T, sel B dapat mengatur ulang gen-gen Ig-nya
dan dapat memproduksi IgG, IgA atau IgE. Setelah pajanan
pertama, responsnya lambat dan memberikan imunitas
protektif terbatas.
 Resptor Sel B
Reseptor permukaan sel (reseptor membran,
reseptor transmembran) adalah reseptor dipermukaan sel
yang bergabung dengan membran sel. Reseptor merupakan
protein membran khusus yang memungkinkan komunikasi
antara sel dengan dunia luar.
Reseptor sel B (BCR) yang mengikat antigen
multivalen asing, akan memacu 4 proses: proliferasi,
diferensiasi menjadi sel plasma yang memproduksi
antibodi, membentuk sel memori dan mempresentasikan
antigen ke sel T.
 Aktivasi sel B
Sel B dapat diaktifkan sel T melalui dua cara yaitu T
dependen dan T dependen.
 Aktivasi sel B yang T dependen
Setelah antigen diikat mlg, sel B memakan
antigen, memproses dan mengekspresikan epitop

16
antigen di celah MHC dan mempresentasikannya ke
sel T. Sel T memodulasi fungsi sel B melalui
sejumlah cara.
Interaksi fisik antara sel B dan sel T
memberikan sinyal melalui koreseptor
CD40L.CD40 yang atas pengaruh IL-4 berperan
penting dalam imunoregulasi dan pengalihan kelas
Ig. Sel B naif mempresentasikan IgM dan IgD pada
permukaannya dan atas pengaruh rangsangan, sel B
mengaktifkan kelas Ig yang memproduksi IgG, IgA
atau IgE.
 Aktivasi sel B yang T independen
Pada keadaan tertentu sel B juga dapat
memberikan respons dan berproliferasi melalui
mekanisme yang tidak memerlukan sel T (T
independen), biasanya pada antigen dengan epitop
yang berulang dan panjang sehingga
memungkinkan terjadinya ikatan silang dengan
reseptor imunoglobulin pada permukaan sel B. Sel
B pada T independen memproduksi antibodi
terhadap bakteri.
 Sel B reg
Limfosit B merupakan komponen sistem imun yang
berfungsi sebagai efektor. Yang telah banyak diketahui
adalah pembentukkan antibodi, presentasi antigen ke sel T
dan modulasi respons imun melalui produksi sitokin. Sel B
reg ditemukan pada tahun 1970 dan defisiensi sel B reg
ditemukan pada penyakit autoimun. Dari percobaan dengan
tikut, sel B reg menunjukkan keterlibatannya dalam
autoimunitas dan penyakit alergi
o Sel T

17
Sel T yang nonaktif disirkulasikan melalui KGB dan lipa
yang dikonsentrasikan dalam folikel. Pada imunitas selular, sel
T yang diaktifkan bereaksi direk dengan antigen asing seperti
virus yang dipresentasikan pada permukaan sel pejamu. Sel T
akan langsung mematikan sel terinfeksi virus yang
menunjukkan antigen virus dipermukaannya, dan
menyingkirkan sel terinfeksi sebelum virus berkesempatan
bereplikasi.
 Pematangan sel T
Timosit terdini mengekspresikan atau CD4 atau
CD8 dan karenanya dikelaskan dalam sel negatif ganda
CD4¯CD8¯. Dalam perkembangan sel selanjutnya, sel-sel
menjadi timosut tunggal positif (CD4⁺CD8¯ atau
CD4¯CD8⁺) yang kemudian dilepas dari timus ke jaringan
perifer. Sekitar 98% timosit mati selama proses
perkembangan dalam timus oleh karena gagal dalam seleksi
positif atau negatif
 Reseptor sel T
Reseptor sel T ditemukan pada smua sel T matang,
dapat mengenal peptida antigen yang diikat MHC dan
dipresentasikan APC. Reseptor serupa Ig untuk mengikat
antigen yang disebut TCR.
Ekspresi molekul unik pada membran ini
memampukan limfosit T matang untuk mengenal benda
asing. Reseptor tersebut memiliki sifat diversitas, spesifitas,
memori dan berperan dalam imunitas spesifik.
 Molekul asesori
Baik pada fase induksi maupun fase efektor, respons
sel T naif dipacu oleh kompleks antigen-MHC yang
dipresentasikan APC/SD. SD seperti sel Langerhans di kulit

18
yang menangkap antigen akan bermigrasi kelenjar limfoid
dan mempresentasikan antigen ke sel T.
Ikatan spesifik TCR dengan antigen relevan yang
sudah diproses dan dipresentasikan melalui MHC-II oleh
APC belum cukup untuk memberikan sinyak aktivasi sel T.
 Diskriminasi antigen
Salah satu kemampuan sel T yang unik adalah
membedakan antara sel sehat dengan sel abnormal
(misalnya sel terinfeksi atau kanker). Sel yang sehat
biasanya mengekspresikan sejumlah besar pMHC self pada
permukaan selnya. Meskipun reseptor antigen sel T dapat
berinteraksi dengan sekurangnya satu subset pMHC self,
namun biasanya sel sehat ini diacuhkan oleh sel T.
 Fungsi sel T
Sel T umumnya berperan pada inflamasi, aktivasi
fagositosis makrofag, aktivasi dan proliferasi sel B dalam
produksi antibodi sel T juga berperan dalam pengenalan
dan penghancuran sel yang terinfeksi virus. Sel T terdiri
atas sel Th yang mengaktifkan makrofag untuk membunuh
mikroba dan sel CTL/Tc yang membunuh mikroba dan sel
CTL/Tc yang membunuh sel terinfeksi mikroba/virus dan
menyingkirkan sumber infeksi.
 Aktivasi sel T
Secara ringkas urutan aktivasi sel T CD4⁺ terlihat sebagai
berikut:
 SD menangkap dan memroses antigen dari daerah
perifer
 Sel T naif memidai SD dengan TCRnya mencari
peptida MHC komplement

19
 Pengenalan antigen memicu kaskade kompleks dan
kontak membran protein interselular dan sinyal
biokimia intraselular.
 Interaksi sel T-APC (atau sel lainnya)
 Sifat khusus dari milieu sitokin dan kombinasi sinyal
menghasilkan baik aktivasi atau tolerisasi sel T.
 Sel T efektor/teraktivasi kemudian bermigrasi ke
jaringan perifer atau mengalami interaksi dengan sel
lain (misal sel B) dalam jaringan linfoid.
 Subset sel T
Sel T dibagi dalam dua populasi, tergantung dari
molekul yang dimikikinya yaitu CD4 dan CD8. Pembagian
sel T ini berdasarkan atas petanda molekul dan sifat
fungsinya misalnya sitotoksik seperti CD8 (walau sel T
CD4 dapat juga sitotoksik)

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa dalam sistem imun terdapat 2 macam,
yaitu sistem imun nonspesifik dan sistem imun spesifik. Sistem imun
nonspesifik merupakan sistem imun yang telah dimiliki hospes sejak
dilahirkan, sistem imun ini bersifat nonspesifik karena komponen sistem
imun yang sama dapat menanggulangi berbagai macam benda asing
(mikroorganisme) yang berbeda, sel-sel dalam sistem imun nonspesifik
adalah Sawar Epitel, Sistem Fagosit (Sistem Fagosit mononuklear, Sistem
fagosit polimorfonuklear), Sel Dendritik-Antigen Presenting Cell
(Pembagian APC, Fungsi Sel dendritik, Sel Dendritik Folikular), Sel Null
atau Sel Populasi Ketiga (Sel Nk dan sel K), Basofil dan Sel Mast,
Eosinofil, Trombosit.

B. Saran

Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih


terdapat banyak kesalahan karena kurangnya materi yang di paparkan.
Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.

21
22
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan.Jakarta:Salemba.Hal 148

Baratawidjaja Garna Karnen, dkk.2018. Imunologi Dasar. Edisi ke-12.Jakarta:Badan


Penerbit FKUI.Hal:25

Syarifuddin.Prinsip Dasar Sistem Kekebalan Tubuh.Hal:6

Wulan Olam Adrianus.Imunologi.Politeknik Kesehatan Kemenkes.Kupang

Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. 2014. Antigen Recognition in the Adaptive
Immune System. Falam ; Basic Immunology Functions Disorders of the Immune
System. Philadelphia: Elsevier Saunders

Antari L arlita. 2017. Imunologi dasar. Yogyakarta : Deepublish CV BUDI UTAMA


Alam R, G. M. 2003. Lymphocyte, jurnal allergy clin immunol, 111, pp. 476-485

Blasius AL, B. B. 2010. Intraceluler toll-like receptors, immunity, 30, pp. 305-315

Davis s. 2005. Panduan pemeriksaan kesehatan dengan dokumentasi. Jakarta : Buku


kedokteran EGC

Dale DC, dkk. 2008. The phagocytes neutrophilia and monocytes blood, 112, pp. 935-
945

Davies, dkk. 2013. Tissue-resident macrophages 986-95, nature immunol, 14, pp.
986-995

23

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen3 halaman
    Bab Ii
    Lince Lestari Siagian
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pmi
    Laporan Pmi
    Dokumen9 halaman
    Laporan Pmi
    Lince Lestari Siagian
    Belum ada peringkat
  • Laporan 1 PK
    Laporan 1 PK
    Dokumen22 halaman
    Laporan 1 PK
    Lince Lestari Siagian
    Belum ada peringkat
  • Beban Kerja
    Beban Kerja
    Dokumen5 halaman
    Beban Kerja
    Lince Lestari Siagian
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    Lince Lestari Siagian
    Belum ada peringkat
  • Laporan KK
    Laporan KK
    Dokumen14 halaman
    Laporan KK
    Lince Lestari Siagian
    100% (1)
  • Program Kerja
    Program Kerja
    Dokumen3 halaman
    Program Kerja
    Lince Lestari Siagian
    Belum ada peringkat
  • Jaminan Mutu Virologi
    Jaminan Mutu Virologi
    Dokumen28 halaman
    Jaminan Mutu Virologi
    Lince Lestari Siagian
    Belum ada peringkat
  • Kimia Klinik
    Kimia Klinik
    Dokumen31 halaman
    Kimia Klinik
    Lince Lestari Siagian
    Belum ada peringkat
  • Virologi
    Virologi
    Dokumen8 halaman
    Virologi
    Lince Lestari Siagian
    Belum ada peringkat
  • Bank Darah
    Bank Darah
    Dokumen19 halaman
    Bank Darah
    Lince Lestari Siagian
    Belum ada peringkat
  • Pemeriksaan Laboratorium Anemia
    Pemeriksaan Laboratorium Anemia
    Dokumen17 halaman
    Pemeriksaan Laboratorium Anemia
    Lince Lestari Siagian
    Belum ada peringkat