Anda di halaman 1dari 105

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kemajuan ilmu dan teknologi yang berkembang pesat di era modern ini
terutama pada bidang kesehatan menuntut sumber daya manusia yang
berkembang dan profesional, yaitu tenaga analis kesehatan atau ahli
teknologi laboratorium medis. Tenaga analis kesehatan adalah profesi yang
bergerak dalam ruang lingkup laboratorium. Keterampilan serta keahlian
adalah modal utama yang harus dimiliki untuk meningkatan profesionalitas.
Profesionalisme dapat dicapai dengan cara meningkatkan kualitas baik
secara teori maupun praktik.
Analis kesehatan atau ahli teknologi laboratorium medis merupakan
profesi yang turut andil dalam bidang laboratorium. Menjadi seorang analis
kesehatan harus terlatih, terampil, dapat mengembangkan diri dengan baik
dan dapat menjadi tenaga kesehatan yang berkompeten serta profesional.
Untuk meningkatkan kualitas seorang analis kesehatan dapat dilakukan
secara teori maupun praktik.
Praktik Kerja Lapangan bertujuan untuk meningkatkan mutu analis
kesehatan sebelum terjun ke dalam dunia kerja, sebagai wadah untuk
menerapkan teori yang diperoleh selama masa perkuliahan dalam dunia
kerja yang sebenarnya, meningkatkan keterampilan analis kesehatan,
sekaligus belajar dalam bidang manajemen, hubungan kerja, komunikasi
dan interpersonal.
Kesempatan yang diperoleh mahasiswa dalam Praktik Kerja Lapangan
bertujuan untuk mempersiapkan tenaga kesehatan yang handal dan
berkompeten sesuai dengan bidang ilmunya serta memberikan perngalaman
kerja yang faktual di lapangan. Di samping itu, Praktik Kerja Lapangan juga
sekaligus sebagai wahana untuk membentuk tenaga kerja yang memiliki
seperangkat pengetahuan, keterampilan, nilai serta sikap yang diperlukan
bagi profesinya.
Berdasarkan latar belakang tersebut Rumah Sakit Panti Waluyo dipilih
sebagai lahan Praktik Kerja Lapangan bagi mahasiswa program studi DIII
Analis Kesehatan STIKES Nasional dengan harapan mahasiswa dapat
memperoleh bimbingan pembelajaran di bidang laboratorium serta mampu
berkomunikasi dengan baik.

B. Tujuan
a. Sebagai salah satu syarat kelulusan untuk mendapatkan gelar Ahli
Madya Analis Kesehatan.
b. Sarana dalam meningkatkan kemampuan baik dalam tata krama,
pengetahuan dan keterampilan.
c. Sebagai sarana meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam proses
analisis di laboratorium.
d. Sebagai sarana mengembangkan kerjasama dengan tenaga kesehatan.

C. Waktu Pelaksanaan
Praktik Kerja Lapangan di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta
dilaksanakan pada 3 September – 27 Oktober 2018.

D. Profil Lahan Praktik Kerja Lapangan


a. Sejarah Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta
Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta berdiri pada tanggal 1
September 1937 dengan nama Balai Pengobatan Panti Waloejo, atas
prakarsa dari para bidan dan juru rawat {Vroedvrouwen, Verpleegsteres
dan Verpleegers Kristen (PVK)} RS Sending (sekarang RSUD Dr.
Moewardi Surakarta) dan atas bantuan Mr. Soemardi dan Mr. Moch.
Dalijono. Pada tanggal 1 Januari 1955 menjadi perhimpunan
Pengobatan Kristen Panti Waluyo dan menggabungkan diri dengan
JRSK Djateng sebagai RB. Panti Waluyo. RB. Panti Waluyo telah
menjadi Rumah Sakit unit kerja YAKKUM dalam jajaran YAKKUM
Cabang Surakarta.
Pada tahun 1998, sesuai dengan peraturan pemerintah Rumah Sakit
Panti Waluyo telah terakreditasi sebagai Rumah Sakit tipe C dengan
kapasitas 112 tempat tidur, hingga sekarang telah mencapai 150 tempat
tidur dan mempunyai 16 tenaga dr. Umum, 41 tenaga dr. Spesialis, 4
tenaga dr. Gigi, 157 perawat, 47 tenaga paramedis non perawat dan 119
tenaga non medis.
Rumah Sakit Panti Waluyo YAKKUM Surakarta telah
terakreditasi 12 Pokja dengan standar akreditasi penuh tingkat lanjut.
Dengan landasan "Berkarya Berdasarkan Kasih". Pelayanan di Rumah
Sakit Panti Waluyo diberikan tanpa membeda - bedakan suku, agama,
ras maupun golongan. Rumah Sakit Panti Waluyo YAKKUM
Surakarta mendukung program pemerintah didalam pelayanan
kesehatan dengan melayani BPJS (PBI/Jamkesmas dan non PBI) dan
PKMS.

1. Falsafah dan tujuan pelayanan Rumah Sakit Panti Waluyo


a) Visi
Rumah Sakit yang memberikan pelayanan prima berdasarkan
KASIH
b) Misi
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas
secara holistik, terpadu dan profesional
c) Tujuan
1) Mewujudkan kasih ALLAH melalui pelayanan kesehatan
yang berkualitas dan terjangkau bagi semua yang
memerlukan
2) Mampu mendukung program pemerintah dalam bidang
pelayanan kesehatan
3) Menciptakan iklim kerja yang memanusiakan setiap
karyawannya
4) Mengusahakan cara - cara kerja yang mengacu pada
pelestarian lingkungan
d) Motto
Cepat Tepat Memuaskan
e) Semboyan kerja
Cepat Ringkas Mudah
2. Falsafah dan tujuan pelayanan instalasi laboratorium Rumah
Sakit Panti Waluyo
a) Visi
Sebagai penunjang diagnostik yang akurat dan berkualitas
b) Misi
1) Melakukan pemeriksaan laboratorium secara
profesionalitas berdasarkan kasih
2) Menyelenggarakan kegiatan yang memberikan
sumbangan dalam rangka meningkatkan profesionalisme
3) Mengacu pada kelestarian lingkungan
4) Mengacu pada kesehatan dan keselamatan kerja
c) Tujuan
Tercapainya hasil laboratorium yang berkualitas
d) Motto
EDTA (Efisien Diagnostik Tepat Akurat)
3. Disiplin kerja pegawai
Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta sebagai salah satu rumah
sakit swasta yang memiliki jadwal kerja yang terdiri dari 3 shift,
yaitu :
Pagi : pukul 07:00 – 14:00 WIB
Siang : pukul 14:00 – 21:00 WIB
Malam : pukul 21:00 – 07:00 WIB
4. Kegiatan pelaksanaan laboratorium
Laboratorium Rumah Sakit Panti Waluyo melakukan
pemeriksaan sampel pasien guna membantu menegakkan
diagnosis klinis suatu penyakit sesuai permintaan dokter pengirim.
Pemeriksaan yang diperiksa meliputi kimia darah, kimia urine,
hematologi, feses, cairan tubuh, mikrobiologi, bank darah dan
imunoserologi. Laboratorium Rumah Sakit Panti Waluyo melayani
pemeriksaan baik dari pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Pelayanan rawat jalan dilayani pada pukul 07.00 sampai 21.00
WIB. Pelayanan rawat inap dilayani 24 jam dan pengambilan darah
rawat inap dilakukan pada pukul 05.00, 08.00, 15.00 dan 22.00
WIB.
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
RUMAH SAKIT PANTI WALUYO
SURAKARTA

PEMERIKSAAN KADAR FT4 MENGGUNAKAN MINI VIDAS

3 SEPTEMBER - 27 OKTOBER 2018

OLEH
AGUNG CAHYANHY PRASETYO
1162036

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL
SURAKARTA
2018
BAB II

TINJAUAN PROSEDUR

A. Ilustrasi Prosedur

Rumah Sakit Panti Waluyo memiliki laboratorium yang merupakan


salah satu bentuk pelayanan rumah sakit terhadap masyarakat.
Laboratorium di Rumah Sakit Panti Waluyo melakukan pemeriksaan
terhadap sampel pasien guna menegakkan diagnosa klinis penyakit serta
memantau perkembangan pengobatan pasien. Pemeriksaan yang dilakukan
antara lain hematologi, kimia darah, kimia urine, immunoserologi, feses,
dan crossmatch. Salah satu pemeriksaan yang dilakukan adalah
pemeriksaan FT4 yang termasuk di dalam pemeriksaan immunoserologi.

Pemeriksaan FT4 dilakukan untuk mengetahui konsentrasi hormon


thyroxine (T4) dalam bentuk bebas (tidak terikat dengan protein) di dalam
darah. Pemeriksaan FT4 di Laboratorium Rumah Sakit Panti Waluyo
menggunakan alat Mini VIDAS dengan metode Enzyme Linked Fluorescent
Assay (ELFA).

B. Uraian Prosedur

Pengukuran konsentrasi FT4 pada Mini VIDAS dilakukan dengan


menggunakan metode Enzyme Linked Flourescent Assay (ELFA).
Pemeriksaan FT4 dipengaruhi oleh faktor pra-analitik, analitik, dan post-
analitik. Berikut merupakan faktor pra-analitik, analitik, dan post-analitik
yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan FT4 dengan alat
Mini VIDAS.
1. Pra-analitik

Pada tahap pra-analitik hal yang perlu disiapkan adalah reagen


dan sampel.

a. Persiapan alat pelindung diri

Alat pelindung diri yang perlu digunakan adalah sarung


tangan, masker, serta jas laboratorium.

b. Persiapan Reagen

Reagen yang digunakan dalam pemeriksaan sudah siap pakai.


Reagen stabil hingga tanggal kadaluarsa apabila disimpan
dalam suhu 2°C-8°C (jangan dibekukan). Sebelum pemeriksaan
dilakukan strip reagen dan SPR (Solid Phase Receptacle)
dikeluarkan dari lemari penyimpanan dan dibiarkan sampai
dengan suhu ruang.

c. Persiapan Sampel

Pemeriksaan FT4 dengan Mini VIDAS menggunakan


sampel serum dan plasma heparin dengan syarat tidak boleh lisis,
lipemik, serta ikterik. Persiapan sampel dimulai dari
pengambilan sampel darah vena kemudian dilakukan
pemusingan menggunakan centrifuge.

a) Pengambilan darah vena

1) Lakukan komunikasi sebelum pengambilan sampel

darah vena dan persilahkan pasien untuk duduk atau

berbaring supaya dapat dilakukan pengambilan sampel

darah vena dengan mudah.


2) Minta pasien untuk mengepalkan tangan.

3) Pasang torniquet pada lengan ± 10 cm di atas lipat siku,

pilih bagian vena yang mudah dilakukan pengambilan

sampel darah.

4) Bersihkan kulit yang akan dilakukan pengambilan darah

vena menggunakan kapas alkohol 70%, tunggu hingga

kering untuk mencegah terjadinya hemolisis (kult yang

sudah dibersihkan jangan disentuh kembali).

5) Pasang jarum dengan holder dengan kencang, tusuk

bagian kulit yang akan diambil sampel darah dengan

sudut kemiringan 15°.

6) Apabila pada indikator jarum sudah terlihat darah yang

masuk maka paang tabung vacum dan tekan sehingga

darah terhisap ke dalam tabung. Minta pasien untuk

membuka kepalan tangan dan lepaskan torniquet.

7) Tunggu darah mengalir pada tabung sampai penuh

kemudian letakan kapas kering di atas jarum dan tarik

jarum secara perlahan, tekan bekas tusukan dengan

kapas selama ± 2 menit. Setelah darah berhenti, plester

bekas tusukan selama ± 15 menit (Depkes RI, 2008).

b) Pembuatan serum dan plasma

1) Untuk serum biarkan darah membeku terlebih dahulu

pada suhu kamar selama 20-30 menit kemudian diputar


dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Untuk

plasma heparin darah langsung diputar dengan

kecepatan 3000 rpm selama 15 menit.

2) Pemisahan serum dan plasma dilakukan paling lambat

dalam waktu 2 jam setelah pengambilan spesimen.

3) Serum yang memenuhi syarat harus tidak lisis, ikterik

dan lipemik.

2. Analitik
a. Operasional alat
1) Menyalakan UPS.
2) Tekan tombol power yang terdapat di belakang alat.
3) Alat akan melakukan inisialisasi selama ± 10 menit.
4) Muncul menu utama pada layar
b. Pemeriksaan sampel
1) Siapkan strip reagen dan SPR yang akan digunakan.
2) Beri identitas sampel pada strip reagen (diisi nomor
laboratorium).
3) Pipet serum atau plasma heparin sebanyak 200 µl,
kemudian masukkan ke dalam lubang sampel pada strip
reagen.
4) Pada menu utama layar pilih status screen.
5) Masukkan strip reagen ke dalam tray dan SPR ke dalam
SPR block di section yang dikehendaki (A atau B).
6) Pilih section dan posisi sesuai dengan strip reagen dan SPR,
misal A1 (tekan A dan angka 1 pada keypad).
7) Pilih assay.
8) Pilih select assay.
9) Daftar kode pemeriksaan akan muncul pada layar,
kemudian pilih pemeriksaan yang akan dilakukan.
10) Pilih sampel ID, kemudian masukkan identitas sampel
(diisi dengan nomor laoratorium).
11) Tekan tombol previous screen
12) Tekan tombol enter untuk meneruskan sampel ID dengan
pemeriksaan yang sama untuk posisi selanjutnya dalam satu
section.
13) Tekan tombol previous screen.
14) Pastikan nomor ID, pemeriksaan dan posisi sudah benar
15) Tekan start.

Pemeriksaan akan berlangsung selama ± 40 menit dimana


alat akan melakukan pemipetan sampel dan pencampuran
reagen secara otomatis.

3. Post-analitik

Setelah sampel diproses, alat akan mencetak lembar hasil


pemeriksaan yang kemudian akan dicatat pada sistem informasi
laboratorium. Hasil disajikan dalam satuan pmol/L. Rentang normal
FT4 adalah 9 – 20 pmol/L dan apabila hasil >20 pmol/L dinyatakan
sebagai hipertiroid, apabila <9 dinyatakan sebagai hipotiroid. Hasil
yang sudah diperoleh kemudian akan dicetak dan diserahkan kepada
pasien.

C. Identifikasi

Dalam melakukan pemeriksaan FT4 menggunakan Mini VIDAS harus


memperhatikan langkah-langkah pemeriksaan agar tidak terjadi kesalahan
pembacaan pada alat. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah dalam
satu section hanya boleh diisi dengan satu macam pemeriksaan, apabila
akan melakukan pemeriksaan lain dilakukan pada section yang berbeda.
Selain hal tersebut, saat memasukkan strip reagen dan SPR tidak boleh
menyentuh bagian dinding dan barcode karena akan menyebabkan
gangguan pembacaan konsentrasi dan barcode.

D. Pembatasan Masalah
Penulis ingin mengetahui kelebihan dan kekurangan Mini VIDAS dalam
melakukan pemeriksaan FT4

E. Rumusan Masalah
Apa kelebihan dan kekurangan Mini VIDAS dalam melakukan pemeriksaan
FT4?
BAB III
ANALISIS

A. Tinjauan Teori

Kelenjar tiroid merupakan salah satu organ yang penting di dalam tubuh,
karena menghasilkan hormon tiroid yang berfungsi mengendalikan
metabolisme tubuh. Kelenjar tiroid berbentuk seperti kupu-kupu yang
terletak di leher bagian depan dibawah jakun, di depan trakea. Kelenjar
tiroid menghasilkan hormon thyroxine (T4) dan hormon thyronine (T3).
Kelainan kadar hormon tiroid seperti hipotiroid maupun hipertiroid di
dalam tubuh akan berdampak pada organ penting lain di dalam tubuh.

Hormon tiroid menjadi salah satu hormon yang dibutuhkan oleh hampir
seluruh proses tubuh termasuk metabolisme, sehingga keadaan hipo/
hipertiroid berpengaruh pada berbagai peristiwa dijaringan tubuh manusia.
Hipotiroid dianggap sebagai keadaan di mana efek hormon tiroid di jaringan
tubuh menurun, sedangkan hipertiroid adalah kelebihan hormon tiroid yang
beredar dalam sirkulasi akibat kelenjar tiroid yang hiperaktif (hiperfungsi)
(Aga, 2014). Kadar FT4 meningkat pada kondisi hipertiroidisme sedangkan
kadar FT4 menurun pada keadaan hipotiroidisme atau penurunan sekresi
hormon kelenjar tiroid akibat kegagalan mekanisme kompensasi kelenjar
tiroid dalam memenuhi kebutuhan jarigan akan hormon tiroid.

Dalam diagnosis klinis hipertiroid, tes fungsi tiroid berupa pengukuran


kadar hormon tiroid darah biasa digunakan. Pemeriksaan kadar FT4 dan
TSH serum menjadi pemeriksaan standar yang banyak dipakai oleh dokter.
Hal ini disebabkan karena pemeriksaan FT4 secara umum tidak terpengaruh
oleh perubahan konsentrasi protein pengikat (TBG) di dalam plasma dan
FT4 menjadi fraksi aktif hormon tiroid di dalam tubuh (Aga, 2104).

Di dalam darah, sebagian besar hormon T4 dan T3 terikat oleh protein


dan bersifat tidak aktif. Satu persen berada dalam bentuk bebas (free)
sehingga disebut FT4 dan FT3, yang aktif mengendalikan metabolisme
tubuh. Pengukuran hormon tiroid total (T4 total atau T3 total) atau bentuk
bebas (FT4 atau FT3) biasanya memberikan informasi yang sama, sehingga
tidak perlu diperiksa sekaligus (Harsa, 2013).

B. Analisis SWOT
1. Strength (Kekuatan)

Pemeriksaan Free Thyroxine (FT4) menggunakan Mini VIDAS


dengan metode ELFA merupakan cara yang paling baik dalam hal
sensitifitas, serta telah direkomendasikan oleh CLSI (Clinical and
Laboratory Standard Institute). Selain baik dalam sensitifitas, Mini
VIDAS juga baik dalam efisiensi serta reliabilitas. Mini VIDAS dapat
melakukan dua pemeriksaan yang berbeda dalam satu waktu pada section
yang berbeda.

2. Weakness (Kelemahan)

Mini VIDAS memiliki kekurangan tidak bisa melakukan lebih


dari dua panel pemeriksaan (hepatitis, AIDS, tes serologi, deteksi
bacteri dan antigen virus, monitoring fertilitas/kehamilan, hormon
tiroid, alergi, tumor marker, endokrin, anemia, penyakit kardiovaskular,
therapeutic drug monitoring, immuno-hemostasis, industrial
microbiology) yang berbeda dalam waktu yang bersamaan, hal tersebut
dikarenakan dalam satu section hanya bisa melakukan satu macam
panel pemeriksaan dalam sekali running.

3. Opportunity (Kesempatan)

Mini VIDAS memiliki peluang yang cukup besar untuk


digunakan dalam pemeriksaan immunoserologi, karena alat tersebut
dapat digunakan untuk melakukan beberapa macam pemeriksaan
immunoserologi seperti FT4, TSH, HBS, HIV, T4, T3, HCG, CKMB,
HCV, FSH, LH, Troponin, H. pylori IgG, serta pemeriksaan
immunoserologi lainnya.

4. Threat (Ancaman)

Pemeriksaan FT4 menggunakan Mini VIDAS dipengaruhi oleh


beberapa faktor yang mengganggu sehingga pemeriksaan tidak akurat.
Perlu pengendalian dari tahap pra-analitik serta tahap analitik sehingga
pemeriksaan bisa akurat. Kalibrasi serta control yang tidak dilakukan
sesuai prosedur akan mempengaruhi hasil pemeriksaan walaupun tahap
pra-analitik dan tahap analitik telah dikendalikan.

C. Pembahasan

Pemeriksaan FT4 dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan


hormon free thyroxine (FT4) di dalam tubuh. Pemeriksaan FT4 merupakan
cara paling baik untuk mengukur hormon tiroid yang bebas dalam peredaran
darah. FT4 menggambarkan hormon yang aktif bekerja pada sel-sel tubuh.
Pada laboratorium Rumah Sakit Panti Waluyo, pemeriksaan FT4
menggunakan alat yang bernama Mini VIDAS. Pemeriksaan FT4
menggunakan alat Mini VIDAS memerlukan waktu ± 40 menit dan
membutuhkan sampel sebanyak 200 µl. Pengerjaan sampel di dalam alat
membutuhkan suhu 35°-38°C, suhu tersebut dapat tercapai karena di dalam
alat terdapat thermal probe yang berfungsi untuk menghangatkan tray dan
strip reagen. Suhu sangat berpengaruh pada pemeriksaan enzimatik,
pemeriksaan FT4 menggunakan metode ELFA dimana suhu optimal yang
dibutuhkan adalah 35°-38°C. Suhu mempengaruhi aktivitas enzim. Pada
suhu rendah, reaksi enzimatis berlangsung lambat, kenaikan suhu akan
mempercepat reaksi, hingga suhu optimum tercapai dan reaksi enzimatis
mencapai maksimum (Noviyanti, 2012).
Mini VIDAS menggunakan Solid Phase Receptacle (SPR) yang
berfungsi sebagai fase padat serta perangkat pipetting untuk pemeriksaan
tersebut serta strip reagen dimana sampel akan dimasukkan dan sudah
terdapat reagen didalamnya. SPR berbentuk pipet berbahan plastik di bagian
dalam dilapisi dengan antigen capture atau antibodi yang diarahkan ke
antigen. setiap SPR berpasangan dengan reagen strip yang memliliki kode
pemeriksaan yang sama. SPR digunakan untuk memipet sampel dan reagen
serta melakukan tugas sebagai berikut:
1. Sampling
2. Inkubasi
3. Mixing (Pencampuran)
4. Washing (pencucian)
Reagen untuk pemeriksaan siap digunakan dan terdapat di dalam
strip reagen tertutup. Semua langkah pemeriksaan dilakukan secara
otomatis oleh instrumen kecuali pemipetan sampel dari tempat sampel ke
dalam lubang strip reagen. Pengukuran konsentrasi FT4 dimulai dari media
reaksi mengalir keluar-masuk dari SPR beberapa kali, kemudian komponen
yang tidak terikat dihilangkan selama langkah pencucian. Selama langkah
deteksi akhir, substrat (4-Methyl-umbelliferyl phosphate) masuk dan keluar
SPR. Enzim konjugasi mengkatalisis substrat hidrolisa ini menjadi produk
fluoresen (4-Methyl-umbelliferone), fluoresensi yang diukur pada panjang
gelombang 450 nm. Intensitas fluoresensi tergantung pada konsentrasi
alkalin fosfatase yang terdapat pada SPR yang mengubah substrat. Di akhir
pengujian, hasil dihitung secara otomatis oleh instrumen. Untuk beberapa
tes, dua langkah deteksi dilakukan secara berturut-turut. Untuk deteksi
antigen, dinding SPR umumnya dilapisi dengan antibodi penangkap atau
kadang-kadang dengan turunan analit.
Mini VIDAS bekerja pada suhu 15°-30°C (suhu ruang). Alat ini
dikalibarsi saat memasukkan standart baru dengan nomor lot baru, setiap 14
atau 28 hari sekali (tergantung pemeriksaan), ataupun saat standart
kadaluarsa. Mini Vidas memiliki dua section dimana setiap section
memiliki enam tray yang bisa melakukan pemeriksaan dalam waktu
bersamaan namun berbeda pemeriksaan pada setiap section. Mini VIDAS
memiliki dimensi yang cukup besar yaitu 45cm x 57.5cm x 55cm, sehingga
akan membutuhkan tempat yang sedikit luas untuk menempatkan alat ini.
Mini VIDAS memiliki printer yang terdapat di dalam alat sehingga bisa
mencetak hasil setelah pengukuran sampel selesai dilakukan.
Dalam upaya mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang
tepat dan teliti di dalam proses pemeriksaan terhadap sampel selalu
memperhatikan beberapa hal yaitu persiapan pasien, pengambilan sampel
pasien, proses pemeriksaan sampel serta pelaporan hasil pemeriksaan
sampel. Penyimpanan terhadap sampel perlu dilakukan apabila pemeriksaan
ditunda dan saat sampel dikirim menuju laboratorium lain. Proses
penyimpanan sampel harus sesuai prosedur yang disyaratkan sehingga
diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat. Sampel dapat disimpan dalam suhu
2°-8°C dengan stabilitas 8 hari.
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Mini VIDAS merupakan alat untuk melakukan pengukuran


immunoserologi yang memiliki banyak macam pilihan serta mudah dalam
mengoperasikannya. Kelemahan alat ini adalah hanya bisa melakukan dua
panel pemeriksaan yang berbeda pada section yang berbeda, selain itu alat
ini memiliki dimensi yang cukup besar sehingga cukup memakan tempat.

B. Saran
1. Saat memasukkan strip reagen dan SPR ke dalam tray dan SPR Block
jangan menyentuh bagian dinding luar maupun barcode supaya tidak
mengganggu pemeriksaan.
2. Biarkan strip reagen dan SPR mencapai suhu ruangan terlebih dahulu
sebelum dimasukkan ke dalam tray dan SPR Block.
3. Sebaiknya lakukan kalibrasi apabila standart sudah kadaluarsa.
DAFTAR PUSTAKA

Aga, P., Eti, Y., Rudy A. 2014. Hubungan Kadar FT4 dan TSH Serum dengan Profil
Lipid Darah pada Pasien Hipertiroid yang Dirawat Inap di RSUP Dr. M.
Djamil Padang Tahun 2009 – 2013.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Pusat Laboratorium Kesehatan ,2008.
Pedoman Praktek Laboratorium Yang Benar.

Harsa, R., Fadil O., dan Yustini, A. 2013. Hubungan Kadar FT4 Dengan Kejadian
Tirotoksikosis berdasarkan Penilaian Indeks New Castle Pada Wanita
Dewasa di Daerah Ekses Yodium.

Mini VIDAS® - User Manual Industry Use - US version

Noviyanti, T., Ardiningsih, P., Rahmalia, W. 2012. Pengaruh Temperatur Terhadap


Aktivitas Enzim Protease Dari Daun Sansakng (Pycnarrhena Cauliflora
Diels). Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura

Pramila, K., Gopinath, P., Shanthi, K.M., Divya, M. 2016. Analytical Sensitivity
Of TSH Assays By ELISA And ELFA. Chennai, Madras Medical College.
National Journal of Basic Medical Sciences Vol. 6, Issue 4

VIDAS® Thyroid Panel - Clinical Diagnostics Products

VIDAS® Assay Solutions


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
RUMAH SAKIT PANTI WALUYO
SURAKARTA

PEMERIKSAAN RAPID TEST Ag Pf/Pv MALARIA DENGAN


WHOLE BLOOD

PERIODE
3 SEPTEMBER - 27 OKTOBER 2018

OLEH
ANTON SUSILO
1162040

PROGRAM STUDI D-3 ANALIS KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL
SURAKARTA
2018
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
RUMAH SAKIT PANTI WALUYO
SURAKARTA

PEMERIKSAAN RAPID TEST Ag Pf/Pv MALARIA DENGAN


WHOLE BLOOD

PERIODE
3 SEPTEMBER - 27 OKTOBER 2018

OLEH
ANTON SUSILO
1162040

PROGRAM STUDI D-3 ANALIS KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL
SURAKARTA
2018
BAB II

TINJAUAN PROSEDUR

A. Ilustrasi Prosedur

Pemeriksaan Malaria metode Rapid Test adalah tes cepat malaria Pf/Pv

Ag dengan menggunakan Lateral Flow Chromatographic Immunoassay untuk

deteksi simultan dan deferensiasi protein-2 kaya histidin ( Protein-2 Rich

Histidin (Pf HRP-II)) malaria Plasmodium falciparum dan malaria Plasmodium

vivax dengan Lactate Dehidrogenase (Pv-LDH) dalam spesimen darah manusia

sebagi bantuan dalam diagnosis infeksi malaria.

Tes cepat malaria Pf/Pv berisi strip membran dengan antibodi

monoklonal yang spesifik untuk Plasmodium falciparum pada garis uji Pf ( T2 )

dan dengan antibodi monoklonal spesifik untuk Plasmodium vivax di garis uji

Pv ( T1 ) pada daerah masing masing.

Buffer mengandung detergen yang melisiskan sel darah merah dan

melepaskan berbagai antigen yang bermigrasi secara kapiler di sepanjang strip

yang berada dalam kaset test. Pv-LDH jika ada dalam spesimen akan mengikat

konjugat Pv-LDH-gold. Immunocomplex kemudian ditangkap pada membran

oleh antibodi, garis berwarna merah anggur Pv ( T1 ) mnunjukan hasil tes positif

Pv (Plasmodium vivax ).

Pf HRP-II jika ada dalam spesimen aka berikatan dengan konjugat Pf

HRP-II-gold. Immunocompleks kemudian ditangkap pada membran oleh

antibodi anti-pHRP-II anti lapis yang membentuk pita berwarna merah anggur

di Pf ( T2 ) menunjukan hasil positif Plasmodium falciparum.


Tidak adanya garis pada T menunjukan hasil negatif. Tes ini berisi

kontrol internal ( garis C ) yang dapat menunjukan pita berwarna merah marun

dari immunocomplex anti-mouse IgG / Mouse IgG ( anti-Pv-LDH dan anti-

pHRP-II)-gold konjugasi terlepas dari salah satu perkembangan warna di salah

satu garis T. Jika hasil test tidak valid, spesimen harus di uji ulang dengan kaset

test lain.

B. Uraian Prosedur

1. Persiapan Alat

a. Alat-alat keamanan dan keselamatan kerja petugas laboratorium :

1. Jas laboratorium

2. Sarung tangan ( Handscoon )

3. Masker

b. Alat-alat persiapan dan penyimpanan bahan pemriksaan :

1. Roll Mixer

2. Lemari Pendingin

3. Pipet dan dispossable tip

c. Pengolahan limbah

1. Wadah limbah tajam

2. Wadah limbah infeksius

3. Wadah limbah non infeksius

2. Persiapan Bahan

a. Rapid Diagnostic Test / RDT Malaria ( Cassette Test )

b. Sampel darah ( Whoole Blood )


c. Dropper pipet atau Mikropipet

d. Timer

e. Blood Lancet ( untuk pengambilan kapiler )

f. Buffer

3. Persiapan Sampel

a. Pengambilan sampel dengan venipuncture

1. Ambil darah ( Whole Blood ) ke dalam tabung vacum ( dengan EDTA,

citrate atau heparin) dengan venipuncture

2. Jika sampel tidak segera diperiksa, sebaiknya sampel disimpan dalam

almari pendingin dengan suhu 2 - 8 ˚C. Untuk penyimpanan yang baik

selama 3 hari, sangat direkomendasikan sampel untuk dibekukan.

Sampel sebaiknya dikeluarkan dalam suhu ruang terlebih dahulu

sebelum digunakan untuk pemeriksaan. Menggunakan sampel yang

disimpan lebih dari 3 hari dapat menghasilkan reaksi yang tidak spesifik.

3. Penyimpanan pada suhu 2 - 8 ˚C, sampel darah dapat digunakan dalam

3 hari.

b. Pengambilan dengan kapiler

1. Bersihkan daerah yang akan distusuk dengan kapas alkohol

2. Pijat jari dari pangkal jari ke ujung jari ( sampai darah ke ujung jari )

dan tusuk dengan lancet yang steril.

3. Hapus darah yang pertama keluar dengan kapas atau kasa steril

4. Ambil darah dengan pipet sampai tanda dan teteskan darah ke dalam

lubang sampel ( S ) pada kaset test.


4. Keluarkan kaset test dari wadah dan segera digunakan. Hasil yang terbaik

akan terjadi jika pemeriksaan dilakukan dalam waktu satu jam.

5. Tempatkan kaset test di tempat yang bersih dan datar. Berikan label dengan

nomor identitas sesuai dengan identitas spesimen.

6. Dengan pipet plastik 5 μL yang disediakan, ambil spesimen darah yang tidak

melebihi batas pada pipet dan teteskan ke dalam lubang spesimen pada kaset

test ( S ). Kemudian tambahkan 3 tetes ( kira-kira 120 μL) Lysis Buffer ke

dalam lubang Buffer ( B ) sesegera mungkin. ( Catatan : jika belum terbiasa

dengan menggunakan pipet mini, untuk presisi yang lebih baik gunakan alat

dengan ketepatan 5μL misalnya mikropipet )

7. Pasang timer. Jika berkenan, setelah 5 menit penetesan sampel dan Buffer,

sebaiknya ditambahkan beberapa tetes Lysis Buffer untuk membantu agar

latar belakang menjadi lebih terang.

8. Hasil dapat dibaca dalam 20 – 30 menit. Membutuhkan waktu yang lebih dari

20 menit untuk menghasilkan latar belakang yang bersih. Jangan membaca

hasil lebih dari 30 menit. Untuk menghindari kesalahan, buang alat yang

sudah dibaca hasilnya.

C. Identifikasi Masalah

Pemeriksaan Ag Pf/Pv Malaria Rapid Test metode Lateral Flow

Chromatograpic Immunoassay. Selain deteksi antigen spesifik pemeriksaan

malaria dapat menggunakan deteksi antibodi tetapi tidak dapat memberi


gambaran infeksi serta dapat menggunakan deteksi sequencing DNA ( PCR ) ( I

Gede, 2012).

Metode imunokromatografi ini meliputi reaksi antigen dan antibodi yang

dikonjugasikan dalam partikel bewarna yang biasanya timbul garis yang

berwarna merah. Keunggulan pemeriksaan Chromatografi yang utama adalah

kesederhanaan pemeriksaanya dan hanya memerlukan waktu yang singkat.

D. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah yang dibahas oleh penulis adalah bagaimana proses

pembacaan hasil pada pemeriksaan Rapid Test Ag Pf/Pv Malaria dengan Whole

Blood.

E. Rumusan Masalah

Bagaimana prosedur pemeriksaan Ag Pf/Pv Malaria metode Rapid Test ?


BAB III

ANALISIS

A. Tinjauan Teori

Penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang penularannya melalaui

gigitan nyamuk Anopheles betina. Penyebab penyakit malaria adalah genus

Plasmodia family Plasmodiidae. Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus

Plasmodium, pada manusia terdapat 4 spesies yaitu Plasmodium falciparum,

Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale, Plasmodium

falciparum menyebabkan infeksi paling berat dan angka kematian tertinggi.

Secara umum ada 4 jenis malaria, yaitu tropika, tertiana, ovale dan quartana

(Andi Arsunan Arsin, 2012).

Tes Diagnostik Cepat ( Rapid Diagnostik Test / RDT ) adalah alat yang

mendeteksi antigen malaria pada sampel darah yang sedikit dengan tes

imunokromatografi. Tes imunochromatografi berdasarkan pada penangkapan

antigen parasit dari darah perifer menggunakan antibodi monoklonal atau

poliklonal terhadap antigen parasit. Untuk setiap antigen parasit di gunakan 2 set

antibodi monoklonal atau poliklonal, satu sebagai antibodi penangkap, dan satu

sebagai antibodi deteksi. Antibodi monoklonal bersifat lebih spesifik tetapi

kurang sensitif bila dibandingkan dengan antibodi poliklonal (Wijaya dkk, 2014).

Antigen yang digunakan sebagai target diagnostik dapat spesifik terhadap

satu spesies Plasmodium, atau dapat mencakup 4 parasit malaria pada manusia.

Saat ini tes imunokromatografi dapat mendeteksi Histidine-RichP rotein 2


(HRP-2) dari Plasmodium falciparum, Parasite Lactate Dehydrogenase (p-

LDH), dan aldolase yang diproduksi oleh bentuk aseksual atau seksual dari

parasit Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, dan

Plasmodium malariae ( Wijaya dkk, 2014).

B. Analisis SWOT

1. Strenght ( Kekuatan )

Pemeriksaan Ag Pf/Pv Malaria Rapid ini memiliki kelebihan dalam

segi waktu yang lebih singkat dan efisien dalam mengerjakan sampel dalam

jumlah yang banyak dan membutuhkan diagnosa cepat, jumlah volume yang

dibutuhkan lebih sedikit, mudah untuk dilakukan pemeriksaan dengan

menggunakan sampel darah kapiler. Dapat digunakan oleh individu dengan

pelatihan dasar untuk daerah terpencil serta dapat menggunakan darah yang

hemolisis.

2. Weakness ( Kekurangan )

Pemeriksaan Ag Pf/Pv Malaria dengan Rapid Diagnostic Test ini

dapat terjadi negatif dan positif palsu, pemeriksaan ini hanya mengetahui ada

tidaknya Ag Pf/Pv ( Plasmodium falciparum/Plasmodium vivax ) dalam darah

yang diperiksa sehingga tidak dapat mengetahui jumlah skala infeksi parasit

Plasmodium spp. Tidak dapat untuk mengetahui jenis selain Plasmodium

falciparum/Plasmodium vivax serta morfologi parasit. Pemeriksaan ini juga

kurang sensitif untuk infeksi parasitemia yang rendah.

3. Opportunity ( Kesempatan)
Pemeriksaan Ag Pf/Pv Malaria memiliki kesempatan atau peluang

yang dapat diambil seperti sebagai salah satu metode cepat ( Rapid ) dalam

diagnosis Malaria dalam darah yang diperiksa untuk daerah terpencil tanpa

pemeriksaan klinis malaria menggunakan mikroskop sehingga pemasaran

barang dapat banyak terjual.

4. Threat ( Ancaman )

Kaset pemeriksaan Ag Pf/Pv Malaria dapat rusak oleh kelembapan

ruangan sehingga membutuhkan pengaturan suhu yang optimal. Transpotasi

dan penyimpanan yang tidak sesuai dapat mengganggu hasil pemeriksaan.

C. Pembahasan

Kemampuan Rapid Diagnostic Test (RDT) yang beredar pada umumnya

ada 2 jenis yaitu mampu mendiagnosa infeksi-infeksi Plasmodium falciparum

dan non-falciparum(combo). Beberapa tes HRP2 Plasmodium falciparum

dikatakan dapat mendeteksi parasitemia aseksual. Umumnya sampel untuk

pemeriksaan RDT dapat berupa darah kapiler. Sampel ini dicampur dengan

larutan Buffer dan antibodi spesifik. Antibodi ini diberi label dengan penanda

yang dapat dideteksi secara visual. Pada pemeriksaan ini sampel darah mengalir

melewati permukaan membran nitroselulose secara kapiler.

Beberapa alat, antibodi berlabel dikemas saat pembuatan dan hanya larutan

Buffer untuk melisiskan yang ditambahakan. Antibodi penangkap disemprotkan

dalam bentuk garis oleh alat pada membran nitroselulose dan berikatan dengan

membran pada fase imobile. Antibodi yang terfiksir ini bertugas untuk
mengekstrak dan mengikta antigen parasit sampel yang mengalir. Jika antigen

target ada didarah maka terbentuk komopleks antigen-antibodi. Kompleks ini

akan berpindah ke atas strip tes untuk ditangkap oleh predeposit antibodi yang

spesifik terhadap antigen target dan terhadap antibodi berlabel. Larutan Buffer

kemudian ditambahkan untuk menghilangakan hemoglobin sehingga garis

berwarna yang terbentuk dari kompleks antigen-antibodi yang termobilisasi

dapat dilihat.

RDT ( Rapid Diagnostic Test ) dapat dilakukan oleh individu dengan

pelatihan minimal yang mendasar. Pemeriksaan RDT terdiri dari 2 sampai 6

langkah dan memerlukan waktu pemeriksaan 5 sampai 30 menit. Menurut

beberapa studi sebelumnya, khususnya yang dilakukan di daerah terpencil

menemukan bahwa RDT adalah alat yang bermanfaat untuk survei lapangan,

karena mudah dibaca. Waktu pemeriksaan yang digunakan singkat dan efisien

dengan sampel yang banyak.

Pemeriksaan RDT malaria dapat langsung dengan menggunakan darah

lengkap atau Whoole Blood tanpa harus melakukan pemusingan untuk

mendapatkan serum atau plasma darah karena antigen Plasmoudium sp berada

dalam sel eritrosit dan plasma darah sehingga penggunaan darah langsung sangat

dianjurkan. Pemeriksaan ini juga dapat menggunakan sampel yang hemolisis.

Di negara berkembang, RDT ( Rapid Diagnostic Test ) menurunkan

ketergantungan pada diagnosis klinis malaria di daerah terpencil dimana

mikroskop tidak tersedia. RDT juga direkomendasiakan pada situasi melebihi

kapasitas mikrospkop seperti misalnya wabah. Rapid Diagnostic Test yang


sekarang tidak dimaksudkan untuk mengganti mikroskop, pemeriksaan dengan

menggunakan mikroskop diperlukan untuk identifiksai dan konfirmasi dari

spesies parasit.

Pemeriksaan RDT ( Rapid Diagnostic Test ) memiliki beberapa kekurangan.

Diantaranya hasil positif paslu dan negatif palsu pada bebrapa kasus. Hasil

positif palsu terjadi karena reaksi silang dengan faktor rematoid di darah. Hasil

negatif palsu yang jarang dapat disebabkan oleh delesi atau mutasi dari gen

HRP2. Kelemahan lain dari RDT ( Rapid Diagnostic Test ) adalah tidak mampu

mengitung densitas parasetimia atau skala infeksi parasitemia, dan kemampuan

yang kurang optimal pada parasitemia yang rendah.

Pemeriksaan rapid test ini dapat diperdagangkan secara luas karena

pemakaiannya yang sangat mudah sehingga dapat membantu dengan membantu

screening malaria dalam diagnosa tanpa memerlukan diagnosa secara klinis

untuk malaria.

Kualitas alat diagnostik RDT sangat dipengaruhi transportasi dan

penyimpanan alat test diagopstik. Kelembapan dan temperatur yang tinggi dapat

dengan cepat merusak reagen dan mengakibatkan kesalahan pembacaan hasil.

Tidak dapat menggunakan presipitat darah.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Rapid Diagnostic Test malaria adalah tes imunokromatografi yang dapat

mendeteksi antigen ( Ag ) Histidine-Rich Protein 2 ( HRP-2) dari Plasmodium

falciparum, Parasite Lactate Dehydrogenase ( p-LDH ), dan aldolase dari

Plasmodium vivax.

B. Saran

1. Gunakan alat ukur yang tepat dan teliti untuk mendapatkan presisi sampel

tepat 5 μL.

2. Diperlukan perhatikan penyimpanan dan transportasi dari alat RDT.


DAFTAR PUSTAKA

Arsin, Andi Arsunan. (2012). Malaria Di Indonesia : Tinjauan Aspek Epidemiologi.


Makassar : MASAGENA PRESS

Center Of Disease : Control And Preventation. (2018). Availible from URL:


www.cdc.gov/parasites/malaria/index/html diakses pada 27 September
2018

Fuadzy, Hubullah dan Marliah Susanti. (2013). Gambaran Penggunaan Rapid


Diagnostik Test Parasit Malaria Di Desa Pasir Mukti Kecamatan Cineam
Kabupaten Tasikmalaya. Naskah Publikasi. Loka Litbang P2B2 Ciamis
Badan Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Pangandaran Volume
6, No 2

Hakim, Lukman. (2011). Malaria : Epidemiologi dan Diagnosis.. Loka Litbang


P2B2 Ciamis, Badan Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Ciamis.
Jurnal Ilmiah : Volume 3, No 2

Kusuma, Wijaya A.N. Wiradewi Lestari, Sianny Herawati, dan I Wayan Putu
Sutirta Yasa. (2014). Pemeriksaan Mikroskopis dan tes Diagnostik Cepat
Dalam Menegakkan Diagnosis Malaria. Bagian Patologi Klinik Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana / Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
Denpasar. Jurnal kedokteran. Volume , No

Putra, Teuku Romi Imansyah, (2011). Malaria Dan Permasalahannya. Universitas


Syiah Kuala Syiah Kuala . Jurnal Kedokteran : Volume 11, No 2

Wempi, I Gede DSP. (2012). Analisis Pemeriksaan Labaoratorium Pada Penderita


Malaria. BALABA Loka Baturaja. Artikel Ilmiah : Volume 8, No 2

World Health Organisation. (2015). Guidlines For The Threatment of Malaria 3rd
Edition. WHO Library Cataloguing-in-Publication Data Geneva Italy
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
RUMAH SAKIT PANTI WALUYO
SURAKARTA

PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DENGAN INDIKO PLUS

3 SEPTEMBER - 27 OKTOBER 2018

OLEH
DANIEL BAYU AJI KRISTANTO
1162048

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL
SURAKARTA
2018
BAB II

TINJAUAN PROSEDUR

A. Ilustrasi Prosedur

Pemerikaaan glukosa merupakan salah satu pemeriksaan yang penting dan

sering dilakukan di Rumah Sakit Panti Waluyo. Pemeriksaan kadar glukosa

darah dipakai untuk mengetahui adanya peningkatan atau penurunan kadar

gula darah, mengevaluasi kelainan metabolisme karbohidrat serta untuk

monitoring hasil pengobatan pasien Diabetes Melitus.

Pemeriksaan glukosa di Rumah Sakit Panti Waluyo Mengunakan alat

POCT glukosa, TMS dan Indiko Plus , oleh sebab itu penulis ingin mengangkat

metode pemeriksaan menggunakan salah satu alat yaitu Indiko Plus.

B. Uraian Prosedur

Agar mendapatkan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan kepada

pasien.Sebelum melakukan pemeriksaan glukosa menggunakan Indiko Plus

perlu diperhatikan Tahap Praanalitik, Analitik, serta Postanalitik sebagai

berikut :

1. Pra-analitik
Tahap pra-analitik merupakan kegiatan yang harus diperhatikan

sebelum pemeriksaan untuk menghindari kesalahan pemeriksaan, antara

lain :

a. Persiapan pasien yang harus dilakukan sebelum pemeriksaan meliputi :

1) Untuk pengambilan glukosa sewaktu pasien tidak perlu puasa.

Pasien harus puasa selama 10-12 jam sebelum diambil darah, selama

puasa tidak diperkenankan makan dan minum kecuali air putih guna

pemeriksaan glukosa puasa serta puasa selama 2 jam setelah diambil

darah untuk pemeriksaan glukosa 2 jam PP

2) Hindari latihan fisik (olahraga) sebelum pengambilan darah

3) Pasien diminta mencantumkan obat-obatan yang diminum

b. Persiapan yang dilakukan oleh analis sebelum melakukan pemeriksaan

antara lain :

1) Persiapan alat dan APD

Peralatan yang digunakan harus memenuhi syarat; bersih, kering,

dan tidak mengandung bahan kimia atau detergen, Persiapkan pula

pemasangn holder dan jarum, kapas alkohol, kapas steril, serta analis

menggukan APD lengkap handscun dan masker

2) Pengambilan darah vena

a) Memberi salam, memperkenalkan diri kepada pasien

b) Identifikasi pasien (nama, no rekam medis, tanggal lahir),

meneliti jenis pemeriksaan, verifikasi persiapan pasien (puasa)


serta melakukan penjelasan apa yang akan dilakukan kepada

pasien.

c) Cari vena yang akan ditusuk (superfisial, cukup besar, lurus,

tidak ada peradangan, tidak diinfus)

d) Lakukan Pembendungan pada daerah proksimal kira-kira 3 jari

(10cm) dari tempat penusukan. Desinfektan daerah yang akan

ditusuk dengan kapas alkohol 70 %, tunggu kering

e) Tusuk bagian vena tadi dengan jarum, lubang jarum menghadap

ke atas dengan sudut kemiringan antara jarum dan kulit 15-300,

bila jarum berhasil masuk vena maka terlihat darah masuk dalam

indikator, tekan tabung vakum (tabung vakum tanpa

antikoagulan atau dapat menggunakan tabung vakum dengan

plasma heparin), tourniquet dilepas segera setelah darah

mengalir, Biarkan darah mengalir ke dalam tabung sampai

selesai.

f) Tarik jarum dan letakkan kapas pada bekas tusukan untuk

menekan bagian tersebut selama ± 2-5 menit. Setelah darah

berhenti, plester bagian tusukan, Bila tabung terdapat

antikoagualan maka lakukan homogenisasi.

g) Jarum bekas pakai dimasukkan kedalam disposal conteiner

khusus

h) Pada masing-masing tabung vakum diberi label identitas pasien

3) Persiapan Sampel
a) Untuk pembuatan plasma sentrifuge 4000 rpm selama 5 menit,
pemeriksaan sebaiknya segera dikerjakan.
b) Untuk pembuatan serum biarkan membeku, kemudian sentifuge

4000 rpm selama 10 menit. Syarat serum harus segar, tidak boleh

beku ulang, tidak boleh hemolisis/ lipemik/ ikterik.

2. Analitik

1) Persiapan Alat

a) Alat dinyalakan dengan menekan tombol power yang ada di bagian

depan alat kearah atas

b) UPS dan Komputer dinyalakan

c) Setelah komputer ready, diaktifkan progam analyser dengan

memasukkan username dan password

d) Ditunggu kurang lebih 30 detik, sampai masuk progam indiko,

dimasukkan kembali username dan password

e) Agar alat ready, diklik tulisan START UP NOT DONE, diklik OK

f) Tunggu hingga alat ready

2) Prosedur pemeriksaan glukosa dengan Indiko Plus

a) Buka tutup tabung vakum, masukkan serum/ plasma kedalam rack

sampel

b) Masukkan rack kedalam Indiko Plus, klik F1 tunggu rack sampai

terbaca

c) Diklik F2, diklik SAMPLE, diklik NEW, diinput ID Pasien sesuai

barcode, diklik CONFIRM


d) Dipilih nomor rack sampel, dipilih posisi sampel, pilih parameter

pemeriksaan

e) Diklik SAVE

f) Diklik F1, setelah rack terbaca, diklik START

g) Tunggu hingga hasil keluar catat pada blangko pemeriksaan

3. Post Analitik

Tahap ini meliputi kegiatan yang dilakukan setelah pemeriksaan selesai,

yaitu :

a. Pencatatan hasil pemeriksaan pada buku log

b. Pelaporan hasil akhir pemeriksaan untuk menjamin kebenaran yang

dapat dipertanggungjawabkan

C. Identifikasi

Dalam pemeriksaan glukosa menggunakan alat Indiko Plus ini perlu

memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan persiapan sampel hingga

penggunakan alat harus sesuai prosedur. Dibandingkan alat lain untuk

pemeriksaan glukosa, Indiko Plus memliki beberapa kelemahan yaitu

memerlukan ruang yang besar, dalam hal running sampel yang lebih lama.

D. Pembatasan Masalah

Penulis ingin menjelaskan pemeriksaan glukosa menggunakan alat Indiko

Plus.

E. Rumusan Masalah
Apa kelebihan dan kelemahan pemeriksaan glukosa dengan menggunakan

Indiko Plus?
BAB III

ANALISIS

A. Tinjauan Teori

Glukosa adalah satu-satunya nutrisi yang dalam keadaan normal dapat

digunakan oleh otak, retina, dan epitel germinal dari gonad. Kadar glukosa

darah harus dijaga dalam konsentrasi yang cukup untuk menyediakan nutrisi

bagi organ-organ tubuh. Namun sebaliknya, konsentrasi glukosa darah yang

terlalu tinggi juga dapat memberikan dampak negatif seperti diuresis osmotik

dan dehidrasi pada sel. Oleh karena itu, glukosa darah perlu dijaga dalam

konsentrasi yang konstan (Firgiansyah,2016).

Glukosa merupakan sumber tenaga utama dalam tubuh, pada umumnya

tingkat glukosa darah dalam tubuh adalah 70-150 mg/dl. Biasanya glukosa

darah meningkat setelah makan dan berada di level terendah pada pagi hari.

Untuk mengetahui kadar glukosa darah dalam tubuh seseorang dilakukan 3

pemeriksaan yaitu glukosa sewaktu, glukosa puasa, dan glukosa 2 jam setelah

makan. Glukosa darah sewaktu adalah pemeriksaaan kadar glukosa darah yang

dilakukan setiap waktu sepanjang hari tanpa memperhatikan makanan terakhir

yang dimakan dan kondisi tubuh orang tersebut. Glukosa puasa adalah

pemeriksaan kadar glukosa yangdilakukan setelah pasien berpuasa selama 8-

10 jam,sedangkan pemeriksaan glukosa 2 jam setelah makan adalah

pemeriksaan yang dilakukan 2 jam dihitung setelah pasien menyelesaikan

makan (Mufti,2015).
Pemeriksaan glukosa darah dapat diperiksa menggunakan alat Indiko Plus,
prinsip dari alat ini sendiri adalah melewatkan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu di dalam kuvet. Didalam kuvet nantinya akan terjadi hasil reaksi antara
sampel dan reagen yang akan mmbentuk warna tertentu. Sebagian cahaya diserap
dan sisanya akan dilewatkan. Nilai dari absorbansi cahaya itu sebanding dengan
konsentrasi larutan di dalam kuvet (Alviani, 2016).

B. Analisis SWOT

Berdasarkan pengamatan di lahan PKL Rumah Sakit Panti Waluyo, penulis

melakukan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threat)

terhadap pemeriksaan glukosa menggunakan alat Indiko Plus. Berikut hasil

analisisnya :

1. Strength (kekuatan)

Pemeriksaan glukosa menggunakan alat Indiko Plus memiliki presisi dan

akurasi tinggi, hemat tenaga, mengurangi terjadinya human error, dapat

mengerjakan sampel dalam jumlah yang besar, serta memiliki fitur otomatis

seperti prosedur start up harian yang otomatis, deteksi bekuan, dan otomatis

dalam memonitoring penggunaan reagen, selain itu dapat melakukan

beberapa parameter pemeriksaan yang berbeda dengan satu sampel secara

bersamaan.

2. Weakness (kelemahan)

Pemeriksaan glukosa menggunakan Indiko Plus ini memiliki beberapa

kelemahan yaitu membutuhkan ruangan yang luas karena ukuran alat ini

sendiri 94cm x 70cm x 62 cm dan memiliki berat 110 kg, serta alat ini

memiki running sampel yang lama yaitu sekitar 9 menit, dibandingkan


dengan alat POCT waktu ini terlalu lama. Selain itu penyimpanan dari

reagen ini perlu diperhatikan 2-8oC sehingga memerlukan alat untuk

mengatur suhu seperti lemari pendingin. Selain itu perawatan berkala dari

alat ini juga perlu diperhatikan.

3. Opportunities (kesempatan)

Pemeriksaan glukosa darah dengan Indiko Plus memiliki peluang yang

cukup besar, karena alat ini dapat memuat sampel yang banyak serta

mengerjakan parameter pemeriksaaan kimia darah berbeda selain glukosa

secara bersamaan, juga tidak lupa alat ini memiliki deteksi kadar glukosa

lebih dari 600 md/dl.

4. Threat (ancaman)

Suhu ruangan dan Analis yang kurang kompeten mempengaruhi kinerja

dari alat Indiko Plus.

C. Pembahasan

Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan

sebagai glikogen di hati dan otot rangka. Umumnya, kadar glukosa darah

sesorang adalah 70-150 mg/dl, adanya peningkatan maupun penurunan kadar

glukosa mengindikasikan adanya kelainan metabolisme karbohidrat, untuk

mengetahui kadar glukosa darah seseorang maka dapat dilakukan pemeriksaan

glukosa dengan alat Indiko Plus.

Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium yang tepat dan teliti

dapat tercapai apabila di dalam proses pemeriksaaan terhadap sampel selalu


memperhatikan secara terpadu beberapa hal yaitu persiapan pasien,

pengambilan sampel penderita, proses pemeriksaan sampel dan pelaporan hasil

pemeriksaan sampel. Penyimpanan sampel dilakukan apabila pemeriksaan

ditunda atau sampel dikirim ke laboratorium lain. Berkaitan dengan itu

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan sampel yaitu waktu

penyimpanan sampel, cara penanganan sampel dan suhu penyimpanan sampel.

Pemeriksaan glukosa darah sebaiknya dilakukan sesegera mungkin.

Penundaan pemeriksaan akan menurunkan kadar glukosa darah dalam sampel,

hal ini dikarenakan adanya aktifitas yang dilakukan sel darah. Penyimpanan

sampel pada suhu kamar akan menyebabkan penurunanan kadar glukosa darah

kurang lebih 1-2 % per jam. Untuk menjaga stabilitas sampel apabila dilakukan

penundaan, dapat dilakukan penyimpanan dilemari es dengan suhu 2-80C

(Dewa, 2016).

Pemeriksaan glukosa menggunakan Indiko Plus memiliki banyak

keunggulan seperti fitur otomatisnya yang mempermudahkan analis dalam

pengerjaannya, selain itu Indiko memiliki akurasi dan presisi yang lebih baik

dari alat lain. Alat ini juga dapat memeriksa beberapa parameter dan juga dapat

menampung banyak sampel dan sekali pengerjaan. Alat Indiko ini juga

memiliki beberapa kelemahan seperti memakan banyak ruang dan perlu

melakukan perawatan berkala.

Fitur otomatis yang ditawarkan oleh alat ini sendiri mulai dari prosedur

memulai harian, mendeteksi adanya bekuan secara otomatis, kemampuannya

dalam memantau penggunaan reagen dan kadaluarsa secara otomatis, serta


mampu melakukan pengenceran otomatis bila sampel sedikit. Sistem

pembacaan sampel menggunakan bardcode tentu lebih memudahkan operator

dalam mengerjakan pemeriksaan.

Indiko Plus memiliki disk sampel hingga 108 sampel. Dalam

pengerjaannya alat ini menggunakan rack yang berisikan 9 posisi yang dapat

diatur ketinggiannya sesuai dengan bardcode. Selain itu, alat ini mampu

memuat reagen yang berbeda hingga 42 posisi. Bagian tengah dari alat ini juga

digunakan untuk memasukkan kuvet unik yang memiliki volume rendah yang

dapat menghemat penggunakan reagen, kuvet ini juga digunakan hanya sekali

pakai tentu hal ini menjamin hasil yang akurat dan tepat, terutama bagi

pemeriksaan glukosa.

Untuk menjaga hasil yang dapat dipertanggungjawabkan dengan alat ini

perlu memperhatikan beberapa hal seperti perawatan berkala. Hal yang perlu

diperhatikan dalam pemeliharaan Indiko Plus antara lain, pembersihan wadah

pembuangan hasil pemeriksaan, penyimpanan reagen dan bahan kontrol untuk

QC, menjaga suhu ruangan. Suhu yang perlu diperhatikan untuk alat ini adalah

18-300C, untuk menjaga suhu tetap stabil maka dilakukan monitoring suhu

ruangan serta menggunakan AC untuk mencapai target suhu ruangan.

Salah satu ancaman bagi alat ini adalah analis yang kurang kompeten,

dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :

370/Menkes/SK/III/2017 menjelaskan kompetensi yang harus dimiliki oleh

seorang analis adalah menguasai ilmu pengetahuan seta mampu merancang

proses yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsinya di laboratorium


kesehatan, memiliki ketrampilan untuk melaksanakan proses teknis

operasional pelayanan laboratorium, mampu memberikan penilaian analitis

terhadap hasil uji laboratorium, memiliki pengetahuan untuk melaksanakan

kebijakan pengendalian mutu dan prosedur laboratoium dan memiliki

kewaspadaan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi hasil uji laboratorium.

Untuk mencapai analis yang kompeten dapat dilakukan dengan melakukan

pelatihan-pelatih tentang analis, mengikuti seminar-seminar serta mengerjakan

pemeriksaan sesuai prosedur yang benar.


BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Pemeriksaan kadar glukosa darah menggunakan Indiko Plus memiliki

keunggulan dalam pengerjaan sampel yang banyak serta fitur otomatisnya

mempermudah operator dalam mengoperasikannya dan memilki kelemahan

dalam segi perawatan yang berkala dan memakan banyak ruang.

B. Saran

 Sebagai tenaga anais kesehatan memperhatikan faktor-faktor pra analitik,


analitik, post analitik.
 Bijak dalam memilih alat yang akan digunakan untuk pemeriksaan glukosa
darah
 Memperhatikan kualitas dan stabilitas sampel yang akan diperiksa
DAFTAR PUSTAKA

Thermo Fisher Scientific, Inc. 2017. Indiko and Indiko Plus Brochure.

Firgiansyah, A. 2016. Perbandingan Kadar Glukosa Darah Menggunakan


Spetrofotometer dan Glukometer. Skripsi. Universitas
Muhammaddiyah Semarang.

Mufti T, Dananjaya R, Yumiarti L. 2015. Perbandingan Peningkatan Kadar


Glukosa Darah Setelah Pemberian Madu, Gula Putih, dan Gula Merah
Pada Orang Dewasa Muda Yang Berpuasa. Universitas Islam
Bandung.

Alviani, Vivi. 2016. Pemeriksaan Kadar Kreatinin Menggunakan Alat Fotometer


dan Automated Chemistry Analyser Pada Pasien Gagal Ginjal di
RSUD Ciamis. Skipsi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhamaddiyah Ciamis

Dewa, M, E. 2016. Perbandingan Hasil Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah


Menggunakan Metode Glukosa Oksidase Para Amino Peroksidase
( GOD-PAP ) Dengan Metode Strip di RS. DR. R. Ismoyo Kota
Kendari sulawesi Tenggara. Skipsi. Polikteknik Kesehatan Kemenkes
Kendari Jurusan Analis Kesehatan

Anonim. Panduan Pengambilan Sampel Laboratorium. 2014. Rumah Sakit Panti


Waluyo Surakarta
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN RUMAH SAKIT

PANTI WALUYO

SURAKARTA

PEMERIKSAAN KADAR SGPT DENGAN AUTOMATED CHEMISTRY


ANALYZER

TMS 1024i

PERIODE IV (3 SEPTEMBER – 27 OKTOBER 2018)

OLEH
JESSICA NOOR FITRIAN

1162064

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL

SURAKARTA

2018

BAB II

TINJAUAN PROSEDUR

A. Ilustrasi Prosedur
Automated Chemistry Analyzer adalah instrumen laboratorium
klinik yang dirancang untuk mengukur berbagai macam bahan kimia
tubuh dengan karakteristik yang berbeda beda dari sejumlah sampel
biologis secara cepat dan otomatis, sehingga peran operator tidak lagi
dominan. Prinsip Automated Chemistry Analyzer yaitu melewatkan
cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada kuvet. Di dalam
kuvet tersebut terdapat hasil reaksi antara sampel dan reagen yang
membentuk warna tertentu. Sebagian dari cahaya yang dilewatkan
akan sebanding dengan konsentrasi larutan dalam kuvet (Alviani,
2016).
Pada dasarnya, Automated Chemistry Analyzer bekerja dengan
tahapan berikut:
1. Identifikasi sampel (identitas pasien dan parameter
pemeriksaan yang akan diperiksa).
2. Pengambilan sempel dengan volume tertentu kedalam
tabung reaksi atau kuvet.
3. Penambahan reagen pada sampel, reaksi sempel, dan reagen
serta pengukuran hasil reaksi.
4. Hasil pengukuran dihitung oleh sistem dan akan tampil
dalam bentuk konsentrasi dari parameter yang diperiksa.
5. Hasil perhitungan ditampilkan dilayar, dicetak, atau
langsung masuk ke Sistem Informasi Laboratorium (SIL).
6. Pembersihan bagian yang terkena reagen supaya dapat
digunakan pada pengukuran selanjutnya (Alviani, 2016).

B. Uraian Prosedur
Faktor faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan suatu
laboratorium ada 3 yaitu :
1. Faktor Pra Analitik
Tahap pra analitik adalah tahap persiapan awal, tahap ini
sangat menentukan kualitas sampel, yang termasuk dalam tahap
pra analitik yaitu:
a. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir.
b. Puasa 8-10 jam dan tidak beraktifitas berat.
c. Pengambilan sampel plasma dan serum volumenya harus
tepat dengan menggunakan alat dan bahan yang berkualitas.
d. Injeksi per IM (Intra Muscular) dapat meningkatkan kadar
ALT serum
e. Sampel tidak boleh hemolisis.
f. Pasien tidak dianjurkan mengkonsumsi alkohol.
g. Obat obatan tertentu seperti salisilat dapat menyebabkan
kadar positif atau negatif palsu.
h. Pasien harus tercukupi kebutuhan tidurnya.
i. Pasien tidak dianjurkan melakukan aktifitas yang berat.
2. Analitik
Pemeriksaan SGPT
1) Prinsip
Alanin aminotransferase (ALT) mengkatalis transaminase
dan L-Alanine dan 2-Oxoglutarate membentuk L-
Glutamate dan Pyruvate direduksi menjadi D-Lactate oleh
enzim Lactic Dehidrogenase (LDH) dan Niconamide
adenine dinucleotide ( NADH) teroksidase menjadi NAD.
2) Reaksi
2-Oxoglutarate + L-Aspartate GPT L- Glutamate +
Oxaloacetate
Oxaloacetate + NADH +H+ LDH L-Malate + NAD+
3) Prosedur pemeriksaan SGPT dengan Automated Chemistry
Analyzer TMS 1024i :
a. Klik “Order” pada layar utama, maka akan tampil
layar order entry.
b. Pada bagian Sampel No. akan tertera nomor urut
sampel sesuai lubang yang kosong.
c. Letakkan sampel pada lubang sampel sesuai dengan
nomor urut yang tertera pada Sample No.
d. Masukan nomor ID dan nama pasien pada kolom ID
dan Name.
e. Pilih jenis kelamin pasien (Sex Male or Female).
f. Klik UPLOAD, kemudian klik EXIT.
g. Klik pemeriksaan SGPT dan klik Order.
h. Klik EXIT pada layar order entry untuk mengakhiri.
i. Klik Start untuk memulai pemeriksaan, alat akan
melakukan pemeriksaan secara otomatis terhadap
sampel.
j. Tunggu kurang lebih 10 menit hingga alat berbunyi
Analysis has been completed, kemudian klik OK.
k. Klik R&E untuk melihat hasil pemeriksaan.

3. Faktor Pasca Analitik


Pasca Analitik adalah tahap akhir pemeriksaan yang
dikeluarkan untuk meyakinkan bahwa hasil yang dikeluarkan benar
benar valid, yaitu :
a. Pencatatan hasil pemeriksaan pada buku log.
b. Interpretasi hasil dan pelaporan hasil pemeriksaan.

C. Identifikasi
Pemeriksaan kimia klinik dengan menggunakan Automated Chemistry
Analyzer TMS 1024i memerlukan perawatan yang berkala, seperti
dalam pembersihan Needle Rinse atau jarum bilas, membersihkan
wash rotor dan membersihkan water dan waste container yang perlu
dilakukan secara rutin.

D. Pembatasan Masalah
Penulis ingin mengetahui kelebihan dan kekurangan pemeriksaan
SGPT menggunakan alat Automated Chemistry Analyzer TMS 1024i.

E. Rumusan Masalah
Apa kelebihan dan kelemahan pemeriksaan SGPT dengan
menggunakan Automated Chemistry Analyzer TMS 1024i ?
BAB III
ANALISIS
A. Tinjauan Teori
Glutamic Piruvat Transaminase atau juga dinakaman ALT
(Alanin Amino Transaminase) merupakan enzim yang banyak
ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis desruksi
hepatoseluler. Hati adalah satu satunya sel dengan konsentrasi
SGPT yang tinggi, sedangkan ginjal, otot jantung, dan otot rangka
mengandung kadar SGPT sedang. SGPT dalam jumlah yang lebih
sedikit ditemukan di pankreas, paru paru, limpa dan eritrosit.
Dengan demikian, SGPT memiliki spesifitas yang relative tinggi
untuk kerusakan hati. Apabila terjadi kerusakan enzim akan
banyak keluar ke ruang ekstrasel dan kedalam aliran darah.
Pengukuran konsetrasi enzim didalam darah dengan uji SGPT
dapat memberikan informasi penting mengenai tingkat gangguan
fungsi hati. Aktifitas SGPT didalam hati dapat di deteksi meskipun
dalam jumlah sangat kecil (Hartono, 2017).
Pada infark jantung akan meningkat setelah 10 jam dan
akan normal kembali setelah 4-6 hari. Faktor yang menyebabkan
kerusakan hati misalnya konsumsi alkohol yang berlebihan,
obesitas, masuknya obat atau zat kimia dalam tubuh, diet yang
tidak tepat dan zat toksik seperti paracetamol.
Pemeriksaan kadar SGPT dapat dilakukan dengan
menggunakan fotometer dan Automated Chemistry Analyzer yang
mempunyai prinsip yang sama yaitu melewatkan cahaya dengan
panjang gelombang tertentu pada kuvet.

B. Analisis SWOT
Berdasarkan pengamatan di lahan PKL Rumah Sakit Panti
Waluyo, penlis melakukan analisis SWOT (Strength, Weakness,
Opportunities, Threat) terhadap pemeriksaan SGPT menggunakan
Automated Chemistry Analyzer TMS 1024i, berikut hasil
analisisnya :
1. Strength (kekuatan)
Pemeriksaan SGPT dengan alat Automated Chemistry
Analyzer TMS 1024i dapat mengerjakan lebih dari satu
sampel secara bersamaan dengan parameter pemeriksaan
yang berbeda beda dan hasil pemeriksaan dapat otomatis
terkoneksi ke server, kestabilan reagen dalam alat dapat
terjaga.
2. Weakness (kelemahan)
Diperlukan ketelitian dalam memasukan sampel sesuai
nomor urut lubang terutama untuk pengerjaan banyak
sampel dan probe membutuhkan sampel sebanyak 1-1,5 ml
serum jika kurang maka probe tidak dapat menghisap
sampel dan alat akan memberikan peringatan apabila
sampel kurang.
3. Opportunities (kesempatan)
Alat Automated Chemistry Analyzer TMS 1024i memiliki
peluang besar digunakan dalam pemeriksaan kimia darah
dilaboratorium karena memiliki presisi dan akurasi baik,
Form data input pasien secara komputerisasi lengkap
disertai nomor rekam medis, nama dokter, bagian klinik
dan nilai rujukan sesuai format yang disetujui, serta hasil
yang didapat langsung dicetak.
4. Threat (ancaman)
Alat Automated Chemistry Analyzer TMS 1024i jika
terkena cahaya sinar matahari maka akan mengganggu
kestabilan reagen yang terdapat dalam alat dan akan
menganggu hasil pemeriksaan, pemakaian reagen yang
kadaluwarsa dapat menimbulkan hasil yang rendah atau
tinggi palsu.
C. Pembahasan
Pemeriksaan SGPT di Rumah Sakit Panti Waluyo dengan
menggunakan Automated Chemistry Analyzer TMS 1024i untuk
mendapatkan hasil yang akurat dan valid maka alat harus
dilakukan Maintenance Control setiap harinya serta dilakukan
Quality Control sebelum alat digunakan untuk pemeriksaan.
Kelebihan dari alat ini adalah dapat langsung mengerjakan 40
sampel sekaligus dalam sekali running dengan berbagai macam
pemeriksaan sehingga waktu pengerjaan cepat. Alat ini juga
terhubung langsung dengan server sehingga hasil pemeriksaan dan
data pasien seperti nomor rekam medis, nama dokter, nilai rujukan
sudah lengkap di komputer. Didalam alat terdapat cooler yang
berfungsi untuk menjaga stabilitas reagen pada suhu 2-8 derajat
celcius. Selain itu diperlukan ketelitian dalam memasukan sempel
sesuai nomor urut lubang terutama untuk pengerjaan banyak
sempel karena jika salah memasukan sempel tidak sesuai nomor
urut maka tidak ada kesesuaian antara nama pasien dan sempel
maka hasil akan error, masa kadaluwarsa reagen harus diperhatikan
karena jika melebihi masa kadaluwarsa maka akan mempengaruhi
hasil, sempel dalam jumlah sedikit harus ditempatkan pada cup
karena jika dimasukan pada tabung vacum maka alat tidak bisa
menghisap sempel karena sempel terlalu sedikit.

Automated Chemistry Analyzer adalah instrumen


laboratorium klinik yang dirancang untuk mengukur berbagai
macam bahan yang dirancang untuk mengukur berbagai macam
bahan kimia tubuh dengan karakteristik yang berbeda beda, dari
sejumlah sampel biologis secara cepat dan semi otomatis,
sehingga peran operator tidak lagi dominan. Prinsip Automated
Chemistry Analyzer yaitu dengan cara melewatkan cahaya dengan
panjang gelombang tertentu pada kuvet. Didalam kuvet tersebut
terdapat hasil reaksi antar sampel dan reagen yang membentuk
warna tertentu. Sebagian dari cahaya diserap dan sisanya akan
dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang akan dilewatkan
akan sebanding dengan konsentrasi larutan didalam kuvet.
Automated Chemistry Analyzer TMS 1024i memiliki
kekuatan antara lain memiliki presisi dan akurasi yang tinggi,
mempersingkat waktu pengerjaan sampel, serta menghindari
terjadinya human error. Selain itu, alat ini juga memudahkan dalam
pengerjaan sampel dalam jumlah yang besar. Dalam pemeriksaan
SGPT ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil
diantaranya yaitu kondisi sampel yang hemolisis menyebabkan
hasil tinggi palsu.
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Pemeriksaan kadar SGPT serum menggunakan Automated Chemistry
Analyzer TMS 1024i mampu mempersingkat waktu serta dapat
mengerjakan lebih dari satu sempel secara bersamaan dengan
parameter pemeriksaan yang berbeda meskipun demikian diperlukan
ketelitian dalam mengerjakan sempel yang diperiksa.
B. Saran
Pemeriksaan sampel dengan menggunakan alat Automated
Chemistry Analyzer TMS 1024i harus memperhatikan faktor pra
analitik,analitik dan post analitik supaya didapatkan hasil yang
akurat, selain itu dilakukan kalibrasi alat dan Quality Control secara
berkala sesuai prosedur sehingga mutu alat dapat terjamin.
DAFTAR PUSTAKA

Alviani, Vivi. 2016. Pemeriksaan Kadar Kreatinin Menggunakan Alat


Fotometer dan Automated Chemistry Analyzer Pada Pasien
Gagal Ginjal di RSUD Ciamis. Ciamis

Kahar, H.(2017). Pengaruh Hemolisis Terhadap Kadar Serum Glutamate


Pyrvate Transaminase (SGPT) Sebagai Salah Satu Parameter
Fungsi Hati. Journal of Muhammadiyah Medical Laboratory
Technologist,2,38-46

Insert Kit SGPT.2015.Cikarang : PT.Prodia Diagnostic Line

Iga, T,D., Nyoman,M., & I Wayan, M.(2016). Kadar Serum Glutamate


Piruvat Transaminase Pecandu Minuman Keras di Desa Banjar
Ambengan Desa Sayan Ubud Gianyar. Meditory,. 4(2),82-43

Hasan,I (2008).Peran Albumin dalam Penatalaksanaan Sirosis Hati.


Scientific Journal of Pharmaceutical Development and Medical
Application.Jakarta
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
RUMAH SAKIT PANTI WALOYO
SURAKARTA

PEMERIKSAAN SCREENING HIV

METODE RAPID TEST

(3 SEPTEMBER – 27 OKTOBER 2018)

OLEH

KINTAN ANGGITTIYA BUDHI

1162067

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL
SURAKARTA
2018
BAB II

TINJAUAN PROSEDUR

A. Ilustrasi Prosedur

Pemeriksaan HIV untuk diagnosa ada tidaknya virus HIV-1 secara

spesifik termasuk subtipe-O dan HIV-2 dalam tubuh manusia

menggunakan metode immunokromatografi yang menggunakan

membran berwarna untuk mendeteksi ada tidaknya virus HIV dalam

serum, plasma, dan darah lengkap. Membran yang dilapisi dengan

antiHIV pada daerah test (T) dapat bereaksi secara kapilaritas sehingga

membentuk garis merah.

B. Uraian Prosedur

1. Persiapan Alat

a) Alat-alat keamanan dan keselamatan kerja petugas

laboratorium :

1) jas laboratorium

2) sarung tangan

3) masker

b) Alat-alat persiapan dan penyimpanan bahan pemeriksaan :

1) centrifuge
2) lemari pendingin

3) pipet dan disposable tip

c) Alat pengolahan limbah

1) wadah limbah tajam

2) wadah limbah infeksius

3) wadah limbah non infeksius

2. Persiapan Bahan

Rapid HIV

3. Persiapan Sampel

Persiapan sampel dimulai dari pembuatan serum atau plasma dengan

centrifuge 4000 rpm selama 10 menit

4. Mengambil serum atau plasma dengan menggunakan clinipete

sebanyak 10 µl secara hati-hati

5. Meletakkan pada rapid yang telah diberikan label identitas sesuai

dengan pemilik sampel tersebut

6. Meneteskan reagen uji sebanyak 3-4 tetes

7. Tunggu dan biarkan selama 10-20 menit supaya serum bereaksi

secara sempurna

8. Interprestasi hasil :

a) Reaktif : Terbentuk garis merah pada zona control (C) dan

pada zona test (T) baik di T1,T2 maupun keduanya

b) Non Reaktif : Terbentuk garis merah hanya pada zona control

(C)
c) Invalid : Tidak terbentuk garis merah pada semua zona, atau

terbentuk garis merah hanya pada zona test (T) baik di T1,T2

maupun keduanya

C. Identifikasi

Pemeriksaan HIV dengan metode rapid test hanya digunakan untuk

screening. Selain dengan metode rapid test dapat pula menggunakan

pemeriksaan ELISA, RIA, dan PCR untuk mendeteksi adanya virus HIV

secara kuantitatif (Sacher, 2012).

Pemeriksaan HIV rapid test menggunakan metode

imunokromatografi yang meliputi reaksi antigen dan antibodi kemudian

dikonjugasikan ke dalam partikel berwarna yang biasanya timbul garis

berwarna merah. Kelemahan metode imunokromatografi adalah tidak

dapat menentukan kadar virus HIV dalam serum (Sacher, 2012).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan ini adalah

ketelitian dalam pembacaan hasil untuk menghindari terjadinya hasil

positif atau negatif semu yaitu jika tidak timbul garis warna pada zona

control atau timbul garis warna hanya pada zona test 1, test 2 maupun

keduanya maka test dinyatakan gagal, ulangi test dengan alat baru (Agnes,

2014).
D. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah pada prosedur ini hanya membahas bagaimana proses

pembacaan hasil pemeriksaan HIV metode rapid test.

E. Rumusan Masalah

Bagaimana cara pemeriksaan HIV metode rapid test ?


BAB III

ANALISIS

A. Tinjauan Teori

Kasus HIV pada remaja setiap tahun selalu mengalami peningkatan.

Hal ini juga didukung dengan perkembangan globalisasi yang

mengakibatkan adanya perubahan sosial dan gaya hidup remaja, termasuk

perilaku berisiko seperti hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan,

hubungan seks pranikah, serta penyalahgunaan narkoba. Gaya hidup seperti

ini membahayakan kesehatan reproduksi terutama kemungkinan terjadinya

penularan penyakit menular seksual termasuk HIV (Human

Immunodeficiency Virus)/AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome)

pada pasangannya (Thomas, 2017).

Kasus ini disebabkan oleh virus yang dikenal sebagai HIV (Human

Immunodeficiency Virus) atau lebih tepat yaitu Human T-Cell

Lymphdenopathy Associated Virus (LAV) (Syahlan, 1997). Infeksi HIV

bisa terjadi bila virus tersebut atau sel-sel yang terinfeksi virus masuk ke

dalam aliran darah lalu menimbulkan penyakit AIDS yaitu suatu keadaan

akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh secara bertahap. Berdasarkan

pemeriksaan laboratorium, penderita yang telah terinfeksi HIV, akan

terinfeksi lebih lanjut dengan bakteri, virus, atau protozoa yang

menyebabkan multiplikasi HIV virus pada penderita tersebut. Adapun

macam cara pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mendeteksi antibodi


yang spesifik terhadap HIV yakni secara kualitatif dan kuantitatif. Salah

satu metode pemeriksaan yang digunakan sebagai screening test diagnosa

HIV adalah Imunokromatografi Rapid Test (cara kualitatif).

B. Analisis SWOT

Strenght :

Pemeriksaan HIV rapid ini merupakan pemeriksaan yang memiliki

kelebihan dalam volume sampel yang sedikit, mudah untuk dilakukan,

sampel yang digunakan bisa menggunakan serum atau plasma, dan darah

lengkap.

Weakness :

Pemeriksaan HIV dengan rapid test ini bersifat kualitatif, sehingga

pemeriksaan ini hanya untuk mengetahui ada tidaknya virus HIV dalam

serum yang diperiksa dan tidak dapat mengetahui titer virus HIV.

Opportunity :

Pemeriksaan HIV rapid test memiliki berbagai kelebihan seperti dalam

segi waktu dan jumlah sampel. Hal tersebut memberi peluang yang luas

untuk dapat digunakan sebagai salah satu metode pemeriksaan untuk

screening test virus HIV dalam serum yang diperiksa.

Threat :

Pemeriksaan HIV metode rapid test ini dilakukan dalam suhu 15-

30ºC agar reaksi yang terjadi dapat optimal.


C. Pembahasan

Pemeriksaan HIV rapid screening test merupakan salah satu

pemeriksaan laboratorium yang berdasarkan prinsip immunokromatografi,

metode ini banyak digunakan laboratorium klinik pemerintah ataupun

swasta (Agnes, 2014).

Penggunaan metode immunokromatografi karena selain dapat

menentukan HIV secara kualitatif metode ini juga spesifik dan merupakan

cara pemeriksaan yang praktis, cepat, mudah dikerjakan (Agnes, 2014).

Pemeriksaan ini menggunakan sampel serum yang berasal dari

darah lengkap yang diletakkan pada tabung tidak mengandung antikoagulan

yang dibiarkan selama 30 menit sampai beku kemudian dilakukan

pemusingan hingga didapatkan serum. Selain itu dapat menggunakan

sampel plasma dari darah lengkap yang mengandung antikoagulan seperti

heparin, EDTA dan sodium citrate dan kemudian dilakukan pemusingan.

Syarat bahan pemeriksaan yang digunakan untuk pemeriksaan ini yaitu

tidak hemolisis, tidak ikterik dan tidak lipemik (Kemenkes, 2005).

Pemeriksaan ini hanya bersifat kualitatif sehingga tidak dapat

mengetahui kadar / titer antigen HIV yang terdapat dalam sampel yang

diperiksa dan pemeriksaan ini hanya pemeriksaan screening awal dari

penyakit AIDS. Apabila hasil dari pemerksaan ini positif sebaiknya

dilanjutkan dengan pemeriksaan lanjutan.

Adanya garis merah di atas area Control (C) dan Test (T) dikarenakan

terjadi gaya kapilaritas pada membran setelah diteteskan serum pada lubang
alat Rapid test. Pembacaan hasil HIV metode immunokromatografi, jika

dalam sampel mengandung HIV hasil menunjukkan uji positif : maka akan

terbentuk dua garis merah pada zona control dan test 1 atau test 2 maupun

keduanya, jika dalam sampel tidak mengandung HIV hasil menunjukkan uji

negatif maka akan terbentuk satu garis merah pada zona control (Agnes,

2014).

Terbentuknya garis merah merupakan reaksi antara HIV dengan

AntiHIV yang sudah dilapisi dengan konjugat koloidal. Konjugat koloidal

yang semula tidak berwarna akan berwarna merah bila terjadi ikatan antara

antigen-antibodi secara kapilaritas dengan serum yang mengandung HIV

sebagai antigen dan immunokromatografi stick yang sudah terdapat anti-

HIV sebagai antibodi (Agnes, 2014).

BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan

Pemeriksaan HIV metode rapid test dapat digunakan sebagai

screening awal untuk mendeteksi adanya antigen HIV pada serum yang

diperiksa.

B. Saran

1. Menggunakan Alat Perlindungan Diri secara lengkap dan benar

2. Hindari penggunaan ulang disposable tip

3. Memperhatikan sampel yang digunakan dalam pemeriksaan agar

tidak mempengaruhi hasil

4. Pipet yang dipakai harus terkalibrasi dengan baik untuk memberikan

volume yang diharapkan

5. Menjaga identitas pasien beserta hasil yang dikeluarkan


DAFTAR PUSTAKA

Harti, S.A., Agustin Amalia., dkk.2014. Pemeriksaan Hiv 1 Dan 2 Metode

Imunokromatografi Rapid Test Sebagai Screening Test Deteksi Aids. Jurnal

KesMaDaSka. Hal 56dan 59

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

150/MENKES.SK/X/2005 tentang Pedoman Pelayanan Konseling dan

Testing HIV/AIDS secara Sukarela (Voluntary Counselling and Testing)

Sacher, Ronald A. & Mc. Pherson, A. Richard (2012). Tinjauan Klinis Hasil

Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 11. (dr. Brahma U. Pendit & dr. Dewi

Wulandari dari penerjemah). EGC. Jakarta.

Syahlan. J. H,1997. AIDS Dan Penanggulangannya, Pusdiknakes kerjasama

dengan The Ford Foundation dan Studio Driya Media, Jakarta.

S. Thomas., A. Rahayu., dkk.2017. Skrining Hiv Pada Remaja Di Surabaya

Dengan Menggunakan Rapid Test. Medical and Health Science Journal, Vol.

1, No. 2. Hal 58

Waluya. R. B, 2001. AIDS di sekeliling kita. CV. Pioner Jaya, Bandung.


LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
RUMAH SAKIT PANTI WALUYO
SURAKARTA

PEMERIKSAAN HITUNG JUMLAH ERITROSIT DENGAN


MENGGUNAKAN ALAT HEMATOLOGY ANALYZER MINDRAY BC-6800
03 SEPTEMBER – 27 OKTOBER 2018

OLEH
SYAVIRA AROEM KUSUMA PREMADI
1162092

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL
SURAKARTA
2018
BAB II

TINJAUAN PROSEDUR

A. Ilustrasi Prosedur

Pemeriksaan hematologi merupakan salah satu pemeriksaan yang di

pakai sebagai penunjang diagnosis yang berkaitan dengan terapi dan prognosis,

untuk mendapatkan diagnosis yang tepat diperlukan hasil yang teliti dan cepat.

Berbagai test laboratorik untuk diagnosis telah mengalami perbaikan dan

kemajuan dalam menunjang pelayanan kesehatan yang efisien, teliti, dan cepat.

Pemeriksaan hematologi sangat penting, sering digunakan dalam

pemeriksaan penapsiran kesehatan. Pemeriksaan hematologi rutin terdiri dari

beberapa jenis yaitu pemeriksaan hemoglobin, jumlah lekosit, hematokrit,

hitung jumlah eritrosit, jumlah trombosit, retikulosit. Salah satu pemeriksaan

hematologi rutin, diantaranya adalah pemeriksaan Eritrosit. Pemeriksaan

eritrosit dilakukan untuk mengetahui keadaan anemia dan polisitemia (Kumala,

2010).

Laboratorium Rumah Sakit Panti Waluyo menggunakan alat

Hematology Analyzer Mindray BC-6800 guna pemeriksaan hematologi. Alat

ini dapat digunakan untuk pemeriksaan hitung jumlah eritrosit, hitung jumlah

leukosit, hitung jumlah trombosit, leukosit, indeks eritrosit, dan differensial

counting. Untuk itu perlu menguasai prosedur penggunaan alat ini, sehingga

bisa didapatkan hasil yang cepat dan akurat.


Hematology Analyzer cukup akurat dalam menganalisa darah guna

pemeriksaan hematologi, akan tetapi tidak dapat mencapai sensitivitas dan

spesifitas 100%, terutama dalam hal adanya agregasi trombosit, aglutinasi

eritrosit, dan leukosit. Dengan keterbatasan tersebut, penggunaan metode

manual dengan apusan darah sangat diperlukan guna memverifikasi hasil

pemeriksaan dari alat analisa hematologi otomatis terutama pada setiap pasien

baru dan pada pasien dengan abnormalitas beberapa parameter.

B. Uraian Prosedur

Hematology Analyzer bekerja dengan cara menghitung dan mengukur

sel-sel darah yang dilewatkan dengan sensor impedance listrik atau cahaya

yaitu resistensi atau ketahanan sel-sel yang tergantung volume sel terhadap

besarnya arus listrik, dimana ketelitiannya lebih baik daripada cara manual.

Berikut merupakan faktor pra analitik, analitik dan post analitik yang perlu

diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan hitung jumlah eritrosit dengan

menggunakan Hematology Analyzer Mindray BC-6800 :

1. Pra-Analitik

Pengambilan darah vena dilakukan pada vena mediana cubiti, vena

cephalica dan basilica dengan menggunakan spuit atau menggunakan

tabung vakum. Berikut prosedur pengambilan darah vena :

a) Posisi pasien duduk atau berbaring dengan posisi lengan pasien harus

lurus, jangan membengkokkan siku. Pilih lengan yang banyak

melakukan aktivitas.
b) Pasien diminta untuk mengepalkan tangan dengan ibu jari didalam.

c) Pasang tourniquet ± 10 cm di atas lipat siku.

d) Pilih bagian vena mediana cubiti.

e) Bersihkan kulit yang akan diambil darahnya dengan alkohol 70% dan

biarkan kering untuk mencegah terjadinya hemolisis dan rasa terbakar.

Kulit yang telah dibersihkan jangan dipegang lagi.

f) Tusuk bagian vena tadi dengan jarum , lubang jarum menghadap ke

atas dengan sudut kemiringan antara jarum dan kulit 15°. Tekan

tabung vakum sehingga darah terhisap ke dalam tabung. Bila jarum

berhasil masuk vena, akan terlihat darah masuk ke dalam spuit.

Selanjutnya lepaskan tourniquet dan pasien diminta lepaskan kepalan

tangan.

g) Biarkan darah mengalir ke dalam tabung sampai selesai. Apabila

dibutuhkan darah dengan antikoagulan yang berbeda dan volume

lebih banyak, digunakan tabung vakum yang lain.

h) Tarik jarum dan letakan kapas steril pada bekas tusukan untuk

menekan bagian tersebut selama ± 2 menit. Setelah darah berhenti,

plester pada bagian yang selesai ditusuk.

i) Tabung vakum yang berisi darah dibolak-balik kurang lebih 5 kali

agar bercampur dengan antikogulan.


2. Analitik

a) Prosedur Quality Control :

1) Keluarkan control QC dari kulkas dan biarkan selama 30 menit

pada suhu ruang.

2) Klik QC

3) Klik set-up dan pilih lot kemudian klik Ok

4) Sebelumnya bersihkan sisa control pada tutup tabung dan ujung

jarum.

5) Homogenisasi Control lalu tempatkan pada aspiration port dan

tekan tombol sampelnya.

6) Hasil analisa QC akan ditampilkan. Bila hasil QC keluar batas

maka perlu dilakukan QC ulang dengan memperhatikan faktor-

faktor lain seperti kadaluarsa reagen QC.

b) Prosedur pemeriksaan hitung jumlah eritrosit dengan Hematology

Analyzer Mindray BC-6800 :

1) Lakukan homogenisasi sampel darah dengan rotator minimal 1

menit. Pastikan sampel darah sudah homogen dengan antikoagulan.

2) Letakkan sampel darah pada rak pemeriksaan

3) Tekan Mode atau pilihan pemeriksaan

4) Klik OV-WB

5) Pilih mode CBC untuk pemeriksaan darah rutin tanpa Diffcount

dan pilih mode CD untuk pemeriksaan darah rutin dengan

Diffcount
6) Klik AL-WB

7) Klik semua kolom yang ada (centang)

8) Klik OK

9) Klik start count

10) Setelah proses pemeriksaan selesai hasil akan muncul secara

otomatis pada layar komputer, kemudian catat hasil di buku hasil

pemeriksaan hematologi.

c) Nilai rujukan hitung jumlah eritrosit

Nilai normal : 4,1-6,1 juta sel/mm3

3. Post Analitik

Hasil pemeriksaan hitung jumlah eritrosit yang didapat dilakukan

pembacaan hasil dan disesuaikan dengan nilai normalnya. Hasil

pemeriksaan dilakukan evaluasi dari pra-analitik, analitik sampai post-

analitik dan apabila didapatkan hasil pemeriksaan hitung jumlah eritrosit

kurang atau lebih dari nilai normal maka dilakukan pengulangan

pemeriksaan. Hasil yang didapat dicatat pada buku hasil pemeriksaan dan

dicetak sebagai lembar hasil pasien.

C. Identifikasi

Pemeriksaan hematologi khususnya hitung jumah eritrosit menggunakan

alat Hematology Analyzer Mindray BC-6800 tidak dapat membedakan mana


sel yang normal dan sel yang tidak normal serta sel yang tidak normal tersebut

tidak dapat terhitung oleh alat.

D. Pembatasan Masalah

Masalah yang dibahas dalam laporan ini adalah pemeriksaan hitung

jumlah sel eritrosit dengan menggunakan Hematology Analyzer Mindray BC-

6800.

E. Rumusan Masalah

Bagaimana pemeriksaan hitung jumlah eritrosit dengan menggunakan alat

Hematology Analyzer Mindray BC-6800 di Laboratorium Rumah Sakit Panti

Waluyo Surakarta?
BAB III

ANALISIS

A. Tinjauan Teori

1. Eritrosit

Sel darah merah atau eritrosit merupakan sel darah dengan jumlah

paling banyak dalam tubuh manusia. Fungsi utama eritrosit adalah

mengangkut oksigen dan mengantarkannya ke sel-sel tubuh. Hitung

jumlah eritrosit merupakan salah satu parameter Hematologi yang

ditentukan guna membantu menegakkan diagnosis, menunjang diagnosis,

memantau perjalanan penyakit, menilai beratnya sakit dan menentukan

prognosis (Wirawan, 2011).

Eritrosit adalah sel yang terbanyak dalam darah perifer. Jumlahnya

pada orang dewasa normal berkisar antara 4-6 juta sel/µl. Eritrosit

mempunyai bentuk bikonkaf, yang memberi gambaran seperti cincin pada

sediaan hapus darah tepi. Fungsi utama eritrosit adalah transport gas

(Kosasih E.N dan Kosasih A.S., 2008).

2. Faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit

a. Ph, plasma, suhu, konsentrasi glukosa dan saturasi oksigen di

dalam darah.

b. Eritrosit yang berumur lama cenderung memiliki fragilitas

osmotic tinggi.

c. Sampel darah yang diambil lebih dari 3 jam dapat menunjukkan

peningkatan fragilitas osmotic ( Gandasoebrata, 2013).


3. Pemeriksaan hitung jumlah eritrosit

Pemeriksaan nilai hitung jumlah eritrosit metode otomatis

menggunakan alat Hematology Analyzer Mindray BC-6800. Prinsip

impedansi listrik berdasarkan pada variasi impedansi yang dihasilkan oleh

sel-sel darah di dalam celah chamber mikro. Dimana sampel darah yang

diencerkan akan melalui mikrooperture yang dipasangi dua elektroda pada

dua sisinya, masing-masing arus listrik berjalan secara continue maka akan

terjadi peningkatan resistensi listrik (impedansi) pada kedua elektroda

sesuai dengan volume sel(ukuran sel) yang melewati impulst/voltage yang

dihasilkan oleh amplifier circuit ditingkatkan dan dianalisa oleh elektronik

sistem.

Pemeriksaan jumlah eritrosit dengan metode manual yaitu dengan

Hemositometer. Hemositometer sendiri merupakan alat yang dipakai untuk

menghitung jumlah sel darah dan terdiri dari kamar hitung, kaca penutup

dan dua macam pipet. Perhitungan jumlah eritrosit dihitung dalam 5 bidang

sedang yang terletak dibidang garis besar paling tengah. Alat yang

digunakan untuk pembacaan hasil pemeriksaan jumlah hitung eritrosit

metode manual yaitu dengan menggunakan mikroskop.


B. Analisis SWOT

Berdasarkan pengamatan lahan PKL penulis melakukan analisis SWOT

(Strenght, Weakness, Oppoturnity, Threat) terhadap pemeriksaan trombosit

dengan menggunakan Hematology Analyzer Mindray BC-6800.

a. Strenght (kekuatan)

Pemeriksaan hitung eritrosit dengan hematology analyzer Mindray

BC-6800 memiliki beberapa kelebihan yaitu waktu pengerjaan lebih

singkat, dapat mengerjakan lebih dari 1 sampel secara bersamaan, tidak

membutuhkan banyak tenaga, hasil pemeriksaannya lebih teliti dan

akurat, pengisian data pasien dapat dilakukan dengan sistem barcode

maupun manual.

b. Weakness (Kelemahan)

Pemeriksaan hitung eritrosit dengan hematology analyzer Mindray

BC-6800 memiliki beberapa kelemahan, yaitu alat ini tidak bisa

membedakan antara sel yang normal dengan sel yang tidak normal.

c. Opportunity (Kesempatan)

Hematology analyzer Mindray BC-6800 memiliki peluang yang

cukup besar untuk digunakan dalam pemeriksaan hematologi, karena

alat tersebut dapat digunakan untuk melakukan beberapa pemeriksaan

hematologi seperti Hb, hitung jumlah eritrosit, hitung jumlah leukosit,

hitung jumlah trombosit, Hematokrit, MCV, MCH, MCHC dan

differensial counting.
d. Threat (Ancaman)

Pemeriksaan hitung eritrosit dengan alat Hematology Analyzer

Mindray BC-6800 tidak dapat digunakan pada keadaan listrik padam.

C. Pembahasan

Alat Hematology Analyzer Mindray BC-6800 adalah alat otomatis

yang digunakan untuk pemeriksaan hematologi rutin, salah satunya

adalah pemeriksaan hitung jumlah eritrosit. Sebelum dilakukan

pemeriksaan menggunakan alat Hematology Analyzer, pastikan

melakukan cek reagen dan kontrol. Selain pemeriksaan hitung jumlah

eritrosit dapat juga digunakan dalam pemeriksaan hematologi seperti Hb,

hitung jumlah leukosit, hitung jumlah trombosit, Hematokrit, MCV,

MCH, MCHC dan differensial counting.

Pemeriksaan hitung eritrosit dengan hematology analyzer Mindray

BC-6800 memiliki beberapa kelebihan yaitu waktu pengerjaan lebih

singkat, dapat mengerjakan lebih dari 1 sampel secara bersamaan, tidak

membutuhkan banyak tenaga, hasil pemeriksaannya lebih teliti dan

akurat. Jika pada keadaan listrik padam otomatis alat Hematology

Analyzer Mindray BC-6800 tidak dapat digunakan untuk pemeriksaan.

Sehingga pada keadaan listtrik padam pemeriksaan hitung jumlah

eritrosit dilakukan secara manual.

Adanya bekuan akan berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan

dimana jika terdapat bekuan akan menyebabkan nilai jumlah eritrosit


rendah palsu, maka proses homogenisasi darah dan antikoagulan harus

homogen.

Pemeriksaan hitung eritrosit dengan alat Hematologi Analyzer

Mindray BC-6800 tidak dapat menghitung sel-sel yang abnormal

sehingga hasil pemeriksaan hitung jumlah eritrosit dapat rendah palsu.

Pembuatan sediaan apus darah tepi dilakukan untuk koreksi

pemeriksaan. Hasil pemeriksaan dengan alat ini secara otomatis akan

muncul dilayar dan dievaluasi berdasarkan harga normalnya, hasil

pemeriksaan hitung jumlah eritrosit yang rendah maupun hasil tinggi

pada komputer diberi warna merah muda kemudian ada keterangan

Low(L) atau High(H).


BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Alat Hematology analyzer Mindray BC-6800 yang digunakan untuk

pemeriksaan hematologi khususnya hitung jumlah eritroit mampu

mempersingkat waktu serta memudahkan dalam pemeriksaan, namun peran

operator masih dibutuhkan untuk mengendalikan kondisi sampel dan hasil

pemeriksaan lebih tepat.

B. Saran

1. Jika keadaan listrik padam pemeriksaan dilakukan dengan cara manual

diperiksa dan dihitung dibawah mikroskop.

2. Lebih memperhatikan proses homogenisasi antara darah dengan

antikoagulan.

3. Membuat sediaan apus darah tepi untuk koreksi pemeriksaan.


DAFTAR PUSTAKA

Oktiyani Neni,.dkk. 2017. Akurasi Hitung Jumlah Eritrosit Metode Manual


Dan Metode Otomatis. Banjarmasin: Analis Kesehatan Poltekkes
Kemenkes.

Gandasoebrata, 2013. Penuntun laboratorium klinik. Jakarta : PT Dian


Rakyat.

Jumayanti, Siti Amelia. 2016. Hasil Pemantapan Mutu Internal Pada Alat
Autometed Hematology Analyzer Untuk Pemeriksaan Jumlah
Eritrosit. Karya Tulis Ilmiah. Ciamis: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah.

Jtptunimus-gdl-mubarokahg-6246-3-babii.pdf. Diakses pada tanggal 04


Oktober 2018 jam 22.59 WIB

Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta:


Kanal Medika
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
RUMAH SAKIT PANTI WALUYO
SURAKARTA

PEMERIKSAAN KADAR KREATININ SECARA AUTOMATIC


DENGAN ALAT INDIKO PLUS
PERIODE 2 SEPTEMBER – 27 OKTOBER 2018

OLEH
PRABAWATI GALUH TEGANINGRUM
1162080

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL
SURAKARTA
2018
BAB II

TINJAUAN PROSEDUR

A. Ilustrasi Prosedur

Rumah Sakit Panti Waluyo merupakan salah satu rumah sakit swasta di

daerah Surakarta. Rumah Sakit Panti Waluyo memiliki instalasi

laboratorium yang melakukan pemeriksaan sampel pasien guna membantu

menegakkan diagnosa klinis suatu penyakit sesuai dengan permintaan

dokter pengirim. Pemeriksaan dapat meliputi hematologi, kimia darah,

urine, faeces, cairan tubuh, bank darah dan imunoserologi. Salah satu

pemeriksaan laboratorium yang sering dilakukan ialah kimia darah.

Pemeriksaan ini terdiri dari beberapa jenis, antara lain : pemeriksaan

kolesterol, glukosa, trigliserida, total protein, albumin, SGOT (AST), SGPT

(ALT), ureum, kreatinin, dan lain - lain.

Laboratorium Rumah Sakit Panti Waluyo menggunakan alat Automated

Chemistry Analyzer Indiko Plus guna pemeriksaan kimia darah. Alat ini

dapat digunakan untuk pemeriksaan albumin, glukosa, ureum, AST, ALT,

kreatinin, dan globulin.

Pemeriksaan kreatinin adalah pemeriksaan yang penting dan sering

dilakukan oleh masyarakat terutama untuk tes fungsi ginjal, oleh karena itu

penulis ingin mengangkat metode pemeriksaan kreatinin menggunakan alat

Indiko Plus (Automated Chemistry Analyzer).


B. Uraian Prosedur

Faktor - faktor yang menentukan ketepatan dan ketelitian hasil dari suatu

pemeriksaan terbagi menjadi 3, yaitu faktor pra analitik, analitik, dan post

analitik. Faktor pra analitik ialah faktor yang mempengaruhi sebelum

pemeriksaan dilakukan, misalnya persiapan alat, persiapan pasien, dan lain

- lain. Faktor analitik ialah faktor yang mempengaruhi saat pemeriksaan

sedang dilakukan, seperti pemipetan sampel, pemipetan reagen, alat yang

digunakan. Faktor post analitik ialah faktor yang mempengaruhi saat

pemeriksaan sudah selesai dilakukan, misalnya pencatatan serta pelaporan

hasil.

Berikut merupakan faktor pra analitik, analitik dan post analitik yang

perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan kreatinin dengan

menggunakan Indiko Plus (Automated Chemistry Analyzer) :

1. Pra analitik

Pemeriksaan kadar keratinin merupakan pemeriksaan kimia darah

yang menggunakan sampel serum atau plasma. Serum diperoleh dari

sampel darah vena tanpa antikoagulan sedangkan plasma diperoleh dari

sampel darah vena dengan antikoagulan. Pengambilan darah vena dapat

dilakukan menggunakan vacuum tube maupun syringe / spuit. Sebelum

dilakukan pengambilan sampel darah, pasien diminta untuk puasa

terlebih dahulu dengan kisaran waktu 10 - 12 jam dan diharapkan dapat

memberikan hasil pemeriksaan kreatinin secara tepat dan akurat.

Berikut ini merupakan prosedur pengambilan darah vena :


a. Persiapan alat

Siapkan peralatan yang akan digunakan untuk pengambilan darah

vena yaitu tourniquet, holder, vacuum tube, needle dispossable,

kapas alkohol, dan plester.

b. Pengambilan darah vena

1) Lakukan komunikasi sebelum dilakukan pengambilan darah

vena dan persilahkan pasien untuk duduk atau berbaring

supaya dapat dilakukan pengambilan darah vena dengan

mudah

2) Minta pasien untuk mengepalkan tangan

3) Pasang tourniquet pada lengan + 10 cm diatas lipat siku, pilih

bagian vena yang mudah untuk dilakukan penusukan untuk

mendapatkan sampel darah vena

4) Bersihkan kulit yang akan dilakukan pengambilan darah vena

menggunakan kapas alkohol 70%, tunggu hingga kering untuk

mencegah terjadinya hemolisis (kult yang sudah dibersihkan

jangan disentuh kembali)

5) Pasang jarum dengan holder dengan kencang, tusuk bagian

kulit yang akan diambil sampel darah dengan sudut

kemiringan 30˚

6) Apabila pada indikator jarum sudah terlihat darah yang masuk

maka pasang tabung vakum dan tekan sehingga darah terhisap


ke dalam tabung. Minta pasien untuk membuka kepalan tangan

dan lepaskan torniquet

7) Tunggu darah mengalir pada tabung sampai penuh kemudian

letakan kapas kering di atas jarum dan tarik jarum secara

perlahan, tekan bekas tusukan dengan kapas selama + 2 menit.

Setelah darah berhenti, plester bekas tusukan selama + 15

menit (Depkes RI, 2008)

c. Pencatatan

Pencatatan label identitas pada vacuum tube spesimen perlu

dilakukan sebelum dilakukan tindakan selanjutnya agar tidak ada

hasil yang tertukar.

d. Pembuatan serum

1) Biarkan darah membeku terlebih dahulu pada suhu kamar

selama 20 – 30 menit kemudian dicentrifuge dengan kecepatan

3000 rpm selama 5 - 15 menit

2) Pemisahan serum dilakukan dalam waktu 2 jam setelah

dilakukan pengambilan spesimen

3) Serum yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan

keruh (lipemik)

2. Analitik

Pemeriksaan kadar kreatinin secara automatic menggunakan alat

Automated Chemistry Analyzer Indiko Plus

a. Lakukan persiapan pada Indiko Plus dengan tahap sebagai berikut:


1) Menghidupkan alat

a) Tekan tombol power switch yang berada pada bagian

depan alat (warna hitam ke arah atas)

b) Nyalakan CPU dan tunggu sampai program Indiko Plus

muncul di layar

c) Log in windows dengan cara isi username : Indiko,

password : Indiko

d) Log in program dengan cara isi username : Indiko,

password : Indiko

e) Sebelum memulai pemeriksaan klik Start Up

2) Lakukan kontrol terlebih dahulu sebelum dilakukan running,

dengan cara :

a) Masukkan material QC dengan tahapan sebagai berikut :

Klik F2 pada layar  klik rak  klik no rak yang akan

dimasukkan  klik posisi (add sample)  klik Control

yang berada di sisi kanan layar, pilih

Nortrol/Abtrol/Lipotrol lalu masukkan material ke dalam

rak  masukkan rak ke dalam alat

b) Menjalankan QC dengan tahapan sebagai berikut :

Klik F4 pada layar  klik Cal/ctrl selection  pilih QC

profile (secara manual)  pilih parameter yang akan

dikerjakan  klik perform QC  klik start


Jika hasil kontrol yang dilakukan tidak masuk range

( diluar + 2SD), lakukan kontrol ulang, atau lakukan

kalibrasi dan kontrol ulang

3) Prosedur pemeriksaan kreatinin menggunakan Automated

Chemistry Analyzer Indiko Plus adalah sebagai berikut :

a) Siapkan rak yang akan digunakan beserta sampel

(serum/plasma EDTA)

b) Masukkan sampel ke dalam rak dengan cara barcode

dihadapkan ke depan (terlihat di antara sela-sela penjepit

tabung) dan tinggi tabung di bawah pengait rak

c) Masukkan rak yang sudah berisi sampel ke dalam alat

Automated Chemistry Analyzer Indiko Plus, klik F1,

tunggu sampai nomor rak terbaca oleh alat

d) Klik no rak yang dimasukkan, pilih no lab pasien

(dicocokkan dengan no lab pada blanko pemeriksaan).

e) Pilih pemeriksaan Crea Enz, klik save

f) Klik F1 lalu klik start, alat akan melakukan pengerjaan

secara otomatis terhadap sampel darah

g) Waktu tunggu yang diperlukan akan muncul di layar

h) Setelah sampel selesai dikerjakan, klik no rak lalu pilih no

lab (sesuaikan dengan no lab pada blanko pemeriksaan)

untuk melihat hasil pemeriksaan.


3. Post Analitik

Hasil pemeriksaan kadar kreatinin yang diperoleh kemudian

dibandingkan dengan nilai rujukannya. Hasil yang diperoleh

selanjutnya dicatat pada buku log pemeriksaan dan dikirimkan ke server

untuk dilakukan pencetakan dan diserahkan kepada pasien atau dokter

yang bersangkutan.

C. Identifikasi Masalah

Pemeriksaan kreatinin menggunakan alat Indiko Plus merupakan

parameter penting dalam pemeriksaan fungsi ginjal. Tahap pra analitik,

analitik, post analitik yang tidak dikendalikan dapat mempengaruhi hasil

pemeriksaan.

D. Pembatasan Masalah

Batasan masalah yang ingin dibahas penulis adalah tahap analitik yaitu

analisis pemeriksaan kreatinin menggunakan alat Indiko Plus.

E. Rumusan Masalah

Bagaimanakah analisis pemeriksaan kreatinin menggunakan alat

Automated Chemistry Analyzer Indiko Plus?


BAB III

ANALISIS

A. Tinjauan Teori

1. Kreatinin

Kreatinin merupakan hasil pemecahan kreatin fosfat otot yang

diproduksi secara konstan oleh tubuh dan tergantung masaa otot. Kadar

kreatinin berhubungan dengan massa otot, menggambarkan perubahan

kreatinin dan fungsi ginjal. Kadar kreatinin relatif stabil karena tidak

dipengaruhi oleh protein dari diet (Verdiansah, 2016). Kreatinin

memiliki berat molekul 113-Da (Dalton). Kreatinin difiltrasi di

glomerulus dan direabsorpsi di tubular. Kreatinin plasma disintesis di

otot skelet sehingga kadarnya bergantung pada massa otot dan berat

badan (Alfonso dkk, 2016). Nilai rujukan pemeriksaan kreatinin adalah

sebagai berikut : pria dewasa 0,9 - 1,3 mg/dL, wanita dewasa 0,6 - 1,1

mg/dL, anak-anak 0,3 - 0,7 mg/dL (Verdiansah, 2016)

2. Pemeriksaan Kreatinin

Pemeriksaan kreatinin dapat dilakukan dengan menggunakan

fotometer atau secara automatic menggunakan Automated Chemistry

Analyzer. Pada prinsipnya kedua cara ini sama, yaitu dengan cara

melewatkan cahaya pada panjang gelombang tertentu pada kuvet.

(Alviani, 2016)
B. Analisis SWOT

Berdasarkan pengamatan di lahan PKL, penulis melakukan analisis SWOT

(Strength, Weakness, Opportunities, Threat) terhadap pemeriksaan

kreatinin secara automatic menggunakan alat Automated Chemistry

Analyzer Indiko Plus. Berikut analisisnya :

1. Strength (kekuatan)

Pemeriksaan kreatinin menggunakan alat Automated Chemistry

Analyzer Indiko Plus memiliki presisi dan akurasi yang tinggi,

pengerjaan yang cepat dan sederhana, serta dapat mengerjakan sampel

dalam jumlah yang besar.

2. Weakness (kelemahan)

Pemeriksaan kreatinin menggunakan Automated Chemistry

Analyzer Indiko Plus dapat terganggu hasil pemeriksaannya yang

disebabkan oleh kondisi sampel yang mengalami lisis, ikterik dan

lipemik.

3. Opportunities (kesempatan)

Automated Chemistry Analyzer Indiko Plus memiliki peluang yang

cukup besar, karena selain dapat digunakan untuk pemeriksaan kimia

darah dapat pula digunakan untuk pemeriksaan narkoba, pemeriksaan

spesifik protein (HbA1c, RF, ASTO).

4. Threat (ancaman)

Pada alat Automated Chemistry Analyzer Indiko Plus untuk

pemeriksaan kretainin memerlukan suhu 37o C. Perlakuan penstabilan


suhu harus dilakukan pada alat Automated Chemistry Analyzer Indiko

Plus. Apabila terjadi mati listrik maka dapat menyebabkan

ketidakstabilan suhu pada alat yang akan mempengaruhi hasil

pemeriksaan kreatinin.

C. Pembahasan

Kreatinin merupakan produk akhir dari metabolisme endogen dari otot

skeletal yang kemudian disekresikan melalui filtrasi glomerulus yang

kemudian dibuang melalui urine serta tidak direabsorbsi oleh tubulus ginjal.

Meningkatnya kadar kreatinin dalam darah mengindikasikan adanya

gangguan pada fungsi ginjal.

Kadar kreatinin tidak hanya bergantung pada massa otot, tetapi juga

dapat dipengaruhi oleh aktivitas otot, diet serta status kesehatan. Pada

keadaan glomerulonefritis, nekrosis tubuler akut, polycystic kidney disease

dapat terjadi penurunan kadar kreatinin. Selain itu penurunan kadar

kreatinin juga dapat terjadi pada keadaan syok jantung kongestif, dan syok

dimana pada keadaan tersebut dapat menurunkan perfusi darah ke ginjal

sehingga semakin sedikit pula kreatinin yang dapat difiltrasi oleh ginjal.

Sedangkan pada keadaan dehidrasi, kelelahan yang berlebihan serta

penggunaan obat-obatan yang sifatnya toksik pada ginjal, disfungsi ginjal

disertai infeksi, hipertensi yang tidak terkontrol, dan penyakit ginjal dapat

meningkatkan kadar kreatinin.


Automated Chemistry Analyzer merupakan instrumen penting

laboratorium klinik yang digunakan untuk mengukur bahan kimia yang

dihasilkan tubuh dengan karakteristik yang berbeda - beda dari sejumlah

sampel biologis secara cepat dan otomatis. Prinsip dari alat ini adalah

melewatkan cahaya pada panjang gelombang tertentu di dalam kuvet. Di

dalam kuvet terjadi reaksi antara sampel dengan reagen membentuk suatu

warna tertentu. Sebagian cahaya akan diserap dan sisanya akan dilewatkan.

Nilai dari absorbansi cahaya dari Automated Chemistry Analyzer Indiko

Plus berkisar antara 0 – 3,5 A, nilai absorbansi yang dilewatkan akan

sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet.

Automated Chemistry Analyzer Indiko Plus memiliki kekuatan antara

lain presisi dan akurasi yang tinggi, pengerjaan sampel cepat dan sederhana,

dan dapat mengerjakan sampel dalam jumlah yang besar. Kondisi sampel

yang lipemik dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan kreatinin yaitu dapat

meningkatkan kadar kreatinin dalam darah. Batas konsentrasi lipemik

dalam serum/plasma adalah 10 g/l dimana dapat menyebabkan kenaikan

hasil sebesar 1,1 – 1,3 %. Untuk kondisi sampel yang ikterik batas

konsentrasi gangguan terbagi 2, yaitu bilirubin terkonjugasi sebesar 11

mg/dl dan bilirubin tidak terkonjugasi sebesar 19 mg/dl, dimana hal tersebut

dapat menyebabkan penurunan hasil kreatinin sebesar 10,0 %. Untuk

kondisi sampel yang lisis batas konsentrasi gangguan sebesar 11 g/l dapat

menyebabkan kenaikan kreatinin sebesar 7,9 %.


BAB III

ANALISIS

D. Tinjauan Teori

3. Kreatinin

Kreatinin merupakan hasil pemecahan kreatin fosfat otot yang

diproduksi secara konstan oleh tubuh dan tergantung masaa otot. Kadar

kreatinin berhubungan dengan massa otot, menggambarkan perubahan

kreatinin dan fungsi ginjal. Kadar kreatinin relatif stabil karena tidak

dipengaruhi oleh protein dari diet (Verdiansah, 2016). Kreatini

memiliki berat molekul 113-Da (Dalton). Kreatinin difiltrasi di

glomerulus dan direabsorpsi di tubular. Kreatinin plasma disintesis di

otot skelet sehingga kadarnya bergantung pada massa otot dan berat

badan (Alfonso dkk, 2016). Nilai rujukan pemeriksaan kreatinin adalah

sebagai berikut : pria dewasa 0,9 - 1,3 mg/dL, wanita dewasa 0,6 - 1,1

mg/dL, anak-anak 0,3 - 0,7 mg/dL (Verdiansah, 2016)

4. Pemeriksaan Kreatinin

Pemeriksaan kreatinin dapat dilakukan dengan menggunakan

fotometer atau secara automatic menggunakan Automated Chemistry

Analyzer. Pada prinsipnya kedua cara ini sama, yaitu dengan cara

melewatkan cahaya pada panjang gelombang tertentu pada kuvet.

(Alviani, 2016)
E. Analisis SWOT

Berdasarkan pengamatan di lahan PKL, penulis melakukan analisis SWOT

(Strength, Weakness, Opportunities, Threat) terhadap pemeriksaan

kreatinin secara automatic menggunakan alat Automated Chemistry

Analyzer Indiko Plus. Berikut analisisnya :

5. Strength (kekuatan)

Pemeriksaan kreatinin menggunakan alat Automated Chemistry

Analyzer Indiko Plus memiliki presisi dan akurasi yang tinggi,

pengerjaan yang cepat dan sederhana, serta dapat mengerjakan sampel

dalam jumlah yang besar.

6. Weakness (kelemahan)

Pemeriksaan kreatinin menggunakan Automated Chemistry

Analyzer Indiko Plus dapat terganggu hasil pemeriksaannya yang

disebabkan oleh kondisi sampel yang mengalami lisis, ikterik dan

lipemik.

7. Opportunities (kesempatan)

Automated Chemistry Analyzer Indiko Plus memiliki peluang yang

cukup besar, karena selain dapat digunakan untuk pemeriksaan kimia

darah dapat pula digunakan untuk pemeriksaan narkoba, pemeriksaan

spesifik protein (HbA1c, RF, ASTO).

8. Threat (ancaman)
Pada alat Automated Chemistry Analyzer Indiko Plus untuk

pemeriksaan kretainin memerlukan suhu 37o C. Perlakuan penstabilan

suhu harus dilakukan pada alat Automated Chemistry Analyzer Indiko

Plus. Apabila terjadi mati listrik maka dapat menyebabkan

ketidakstabilan suhu pada alat yang akan mempengaruhi hasil

pemeriksaan kreatinin.

F. Pembahasan

Kreatinin merupakan produk akhir dari metabolisme endogen dari otot

skeletal yang kemudian disekresikan melalui filtrasi glomerulus yang

kemudian dibuang melalui urine serta tidak direabsorbsi oleh tubulus ginjal.

Meningkatnya kadar kreatinin dalam darah mengindikasikan adanya

gangguan pada fungsi ginjal.

Kadar kreatinin tidak hanya bergantung pada massa otot, tetapi juga

dapat dipengaruhi oleh aktivitas otot, diet serta status kesehatan. Pada

keadaan glomerulonefritis, nekrosis tubuler akut, polycystic kidney disease

dapat terjadi penurunan kadar kreatinin. Selain itu penurunan kadar

kreatinin juga dapat terjadi pada keadaan syok jantung kongestif, dan syok

dimana pada keadaan tersebut dapat menurunkan perfusi darah ke ginjal

sehingga semakin sedikit pula kreatinin yang dapat difiltrasi oleh ginjal.

Sedangkan pada keadaan dehidrasi, kelelahan yang berlebihan serta

penggunaan obat-obatan yang sifatnya toksik pada ginjal, disfungsi ginjal


disertai infeksi, hipertensi yang tidak terkontrol, dan penyakit ginjal dapat

meningkatkan kadar kreatinin.

Automated Chemistry Analyzer merupakan instrumen penting

laboratorium klinik yang digunakan untuk mengukur bahan kimia yang

dihasilkan tubuh dengan karakteristik yang berbeda - beda dari sejumlah

sampel biologis secara cepat dan otomatis. Prinsip dari alat ini adalah

melewatkan cahaya pada panjang gelombang tertentu di dalam kuvet. Di

dalam kuvet terjadi reaksi antara sampel dengan reagen membentuk suatu

warna tertentu. Sebagian cahaya akan diserap dan sisanya akan dilewatkan.

Nilai dari absorbansi cahaya dari Automated Chemistry Analyzer Indiko

Plus berkisar antara 0 – 3,5 A, nilai absorbansi yang dilewatkan akan

sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet.

Automated Chemistry Analyzer Indiko Plus memiliki kekuatan antara

lain presisi dan akurasi yang tinggi, pengerjaan sampel cepat dan sederhana,

dan dapat mengerjakan sampel dalam jumlah yang besar. Kondisi sampel

yang lipemik dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan kreatinin yaitu dapat

meningkatkan kadar kreatinin dalam darah. Batas konsentrasi lipemik

dalam serum/plasma adalah 10 g/l dimana dapat menyebabkan kenaikan

hasil sebesar 1,1 – 1,3 %. Untuk kondisi sampel yang ikterik batas

konsentrasi gangguan terbagi 2, yaitu bilirubin terkonjugasi sebesar 11

mg/dl dan bilirubin tidak terkonjugasi sebesar 19 mg/dl, dimana hal tersebut

dapat menyebabkan penurunan hasil kreatinin sebesar 10,0 %. Untuk


kondisi sampel yang lisis batas konsentrasi gangguan sebesar 11 g/l dapat

menyebabkan kenaikan kreatinin sebesar 7,9 %.


BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Pada alat Automated Chemistry Analyzer Indiko Plus dapat digunakan

untuk pemeriksaan kreatinin. Pengukuran kreatinin berdasarkan prinsip

melewatkan cahaya pada panjang gelombang tertentu. Pengukuran

dilakukan dengan kisaran panjang gelombang 340 - 700 nm dan suhu pada

alat 37˚C Sebagian cahaya akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai

absorbansi cahaya yang dilewatkan sebanding dengan konsentrasi kreatinin

pada sampel. Nilai absorbansi cahaya berada pada kisaran 0 – 3,5 A.

B. Saran

1. Lebih memperhatikan faktor - faktor pra analitik, analitik serta post

analitik dalam pengerjaan pemeriksaan kreatinin agar dapat

memberikan hasil pemeriksaan yang akurat.

2. Mengerjakan sampel sesuai dengan prosedur pemeriksaan.

3. Melakukan kalibrasi alat serta Quality Control secara berkala sesuai

dengan prosedur sehingga mutu dan kualitas terjamin.


DAFTAR PUSTAKA

1. Alfonso, Astrid A., Arthur E Mongan., Maya F Memah.2016.Gambaran

kadar kreatinin serum pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 non

dialisis.Universitas Sam Ratulangi:Manado.Jurnal e-Biomedik vol 4:1

2. Alviani, Vivi.2016.Pemeriksaan kadar kreatinin menggunakan alat

fotometer dan Automated Chemistry Analyzer pada pasien gagal ginjal di

RSUD Ciamis tahun 2016 (Karya Tulis Ilmiah).Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Muhammadiyah:Ciamis

3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Pusat Laboratorium

Kesehatan.2008.Pedoman Praktek Laboratorium yang Benar

4. Padma, I Gusti Ayu Putu Widia Satia., Ida Ayu Made Sri Arjani., I Nyoman

Jirna.2017.Gambaran kadar kreatinin serum pada penderita diabetes

mellitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.Politeknik

Kesehatan Denpasar:Denpasar.vol 5:2, hal 107-117

5. Thermo SCIENTIFIC part of thermo fischer Scientific.2012.Thermo

Scientific Indiko Plus.

Diakses pada thermoscientific.com/indiko plus pada 19 Oktober 2018

6. Thermo SCIENTIFIC part of thermo fischer Scientific.2015.Insert

Creatinine Enzymatic.

Diakses pada https://www.e-labeling.eu/download pada 22 Oktober 2018

7. Verdiansah.2016.Pemeriksaan Fungsi Ginjal.Jurnal CDK vol 43:2

Anda mungkin juga menyukai