Anda di halaman 1dari 26

Mata Kuliah : Penanganan Spesimen dan Flebotomi (T)

Jenis Tugas : Kelompok 1


Dosen Pengampu : Zulfikar Ali Hasan, S.ST., M.Kes

KOMPLIKASI FLEBOTOMI

Oleh :
DIRA MAHARANI (013)
ANNI ATIQAH MAHDIYYAH (008)
KURNIAWATI (019)
MUHAMMAD ADE LUTHFI (022)
JULFANI (017)
ILMIA PUTRI USNUL (016)
NI LUH LITA DESMIANTI (024)
DINDA WAHYU SURYADI (012)
ANISAH MUSFIRAH PUTRI MH FAARUK (007)
MUH. ALI (021)
NURHALISA HASRI (026)
KURNIAWAN AGUS JAMAAN (018)
HASTUTI (014)
ANDI NURUL SABRIA (006)
A.IKAH PUSPITASARI (001)
SYAKILA KHAERA SYAH (031)

KELAS A
PROGRAM SARJANA TERAPAN
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Komplikasi Flebotomi.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk


memenuhi tugas Mata Kuliah Penanganan Sampel dan Flebotomi.Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
pengambilan darah vena secara manual dan tertutup.

Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membagi


sebagian pengetahuannya sehingga kamidapat menyelesaikan makalah
ini.

Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 22 Mei 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................
ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................
iii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................

A Latar Belakang.......................................................................................
1

B Rumusan Masalah ...............................................................................


3

C Tujuan Penulisan...................................................................................
3

BAB 2 PEMBAHASAN .......................................................................................

A Komplikasi dalam flebotomi...................................................................


4

1. Syncope.............................................................................................
4

2. Rasa Nyeri.........................................................................................
9

3. Hematoma.........................................................................................
10

4. Infeksi.................................................................................................
11

5. Perdarahan........................................................................................
13

6. Alergi..................................................................................................
15

7. Trombosis..........................................................................................
16

iii
8. Anemia...............................................................................................
17

9. Komplikasi Neurologik.......................................................................
19

BAB 3 PENUTUP................................................................................................

A Kesimpulan............................................................................................
21

B Saran......................................................................................................
21

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
22

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Darah adalah jaringan cair berisi atas dua bagian.Bahan
interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan didalamnya
terdapat unsur-unsur padat, yaitu sel darah.Volume darah secara
keseluruhan kira-kira merupakan satu perdua belas berat badan atau
kira-kira 5 liter.Sekitar 55 persennya adalah cairan, sedangkan 45
persen sisanya terdiri atas sel darah.Angka ini dinyatakan dalam
menilai hematokrit atau volume darah yang dipadatkan yang berkisar
antara 40 sampai 47.
Darah terdiri dari beberapa jenis sel yaitu sel darah merah
(eritrosit) dan sel darah putih (leukosit).Sel darah merah atau eritrosit
berupa cakram kecil bikonkaf, cekung pada kedua sisinya, sehingga
dilihat dari samping tampak seperti dua buah buan sabit yang saling
bertolak belakang.Dalam setiap milimeterkubik darah terdapat
5.000.000 sel darah jika dilihat satu per satu berwarna kuning tua
pucat, tetapi dalam jumlah besar terlihat merah dan memberi warna
pada darah. Strukturnya terdiri dari pembungkus luar atau stroma,
berisi massa hemoglobin. Leukosit atau sel darah putih yang berfungsi
reparatif (memperbaiki) dan defensif (bertahan atau pertahanan).Sel
darah putih berupa bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar
dari pada sel darah merah, tetapi jumlahnya lebih kecil.Dalam setiap
millimeter kunik mengandung 6.000-10.000 (rata-rata 8.000) sel darah
putih.
Pengambilan darah di laboratorium sering diasumsikan dengan
nama flebotomi. Flebotomi (bahasa inggris : phlebotomy) berasal dari
kata Yunani phleb dan tomia. Phleb berarti pembuluh darah vena dan
tomia berarti mengiris/memotong (“cutting”).Pengambilan darah

1
umumnya yang diberikan kepada analis kesehatan hanya untuk
memperoleh spesimen darah yang berasal dari vena dan kapiler.
Darah vena adalah darah yang berada di pembuluh darah vena,
membawa darah miskin akan oksigen menuju ke jantung. Pembuluh
darah vena juga berdinding tiga lapis seperti arteri, tetapi lapisan
tengah berotot lebih tipis, kurang kuat, lebih mudah kempes, dan
kurang elastis dari pada arteri.Pada umumnya semua pembuluh vena
cukup besar dan letaknya superficial dapat dipergunakan
pengambilan darah.Tetapi pada prakteknya yang sering digunakan
adalah vena difosa cubiti.Pada anak kecil atau bayi darah dapat
diambil pada vena jugula ris externa, vena femoralis, bahkan dari
sinus sagitalis superior. (Evelyn C. Pearce, 2006).
Praktek pengeluaran darah (bloodletting) sudah sejak lama
dikenal manusia dan menjadi bagian dari pengobatan pasien. Teknik
pengeluaran darah yang pertama(tahun 100 SM) dilakukan oleh
dokter-dokter dari Syria dengan menggunakan lintah. Sebelum dikenal
Hippocrates dengan sebutan”Bapak Ilmu Kedokteran” (abad 5 SM),
seni pengambilan darah banyak mengalami perubahan demikian pula
berbagai alat untuk keperluan pengambilan dan penampunngan
bahan darah. Lanset untuk pengambilan darah digunakan pertama
kali sebelum abad ke 5 SM dengan tetap mengacu kepada lintah
sebagai bentuk dasar. Dengan lanset ini seorang dokter (practitioner)
melubangi vena, kadang-kadang sampai beberapa lubang. Menjelang
akhir abad 19 barulah teknologi mengambil alih memproduksi “lintah
artificial”. Kini telah dikenal beragam alat pengambilan darah dan
mudah diperoleh di pasaran.
Kebanyakan pengambilan specimen darah pasien saat ini masih
dilaksanakan oleh teknisi/analis laboratorium baik diruang
laboratorium maupun diruang perawatan; padahal jabatan dan
kandungan tugas seorang teknisi atau analis laboratorium tidak
sejalan dengan tannggung jawab dan kegiatan/aktivitas seorang

2
pengambil specimen darah(dalam hal ini seorang flebotomis). Obyek
yang dihadapi oleh teknisi/analis laboratorium adalah peralatan
pemeriksaan sedang obyek yang dihadapi oleh flebotomis adal pasien
(atau orang sehat) yang dilekati oleh banyak hal:sifat, perilaku,
masalah intern/pribadi dan lain-lain. Hal-hal ini sedikit banyaknya bisa
menjadi penghalang dalam kelancaran proses pengambilan specimen
darah dan hal-hal ini pula yang harus bias dihadapi dan diatasi
seorang flebotomis.
Dalam proses pengambilan darah vena tidak menutup
kemungkinan akan terjadi kesalahan yang dilakukan oleh seorang
flebotomis. Kesalahan yang ditimbulkan tersebut dapat menyebabkan
komplikasi, yang selanjutnya disebut dengan komplikasi flebotomi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja komplikasi yang dapat timbul pada flebotomi ?
2. Bagaimana penyebab timbulnya komplikasi pada flebotomi?
3. Bagaimana cara penanganan komplikasi yang timbul pada
flebotomi?
4. Bagaimana cara pencegahan komplikasi yang timbul pada
flebotomi?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui komplikasi yang dapat timbul pada tindakan
flebotomi.
2. Untuk mengetahui penyebab timbulnya komplikasi pada tindakan
flebotomi.
3. Untuk mengetahui cara penanganan komplikasi yang timbul pada
tindakan flebotomi.
4. Untuk mengetahui cara pencegahan komplikasi yang timbul pada
tindakan flebotomi.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. KOMPLIKASI PADA FLEBOTOMI


1. Syncope
a) Definisi
Syncope adalah keadaan dimana pasien kehilangan
kesadarannyabeberapa saat/ sementara waktu sebagai akibat
menurunnya tekanandarah. Gejala dapat berupa rasa pusing,
keringat dingin, nadi cepat,pengelihatan kabur/ gelap, bahkan
bisa sampai muntah.Hal ini biasanya terjadi karena adanya
perasaan takut atau akibatpasien puasa terlalu lama. Rasa
takut atau cemas bisa juga timbul karenakurang percaya diri
Itulah sebabnya mengapa perlu memberikan penjelasan
kepada pasien tentang tujuan pengambilan darah
danprosedur yang akan dialaminya.Penampilan dan prilaku
seorang Flebotomis juga bisamempengaruhi keyakinan pasien
sehingga timbul rasa curiga/ was-wasketika proses
pengambilan darah akan dilaksanakan. Oleh sebab
itupenampilan dan prilaku seorang flebotomis harus
sedemikian rupa sehingga tampak berkompetensi dan
Profesional.
Syncope adalah masalah kesehatan yang umum
mencakup hingga 3% dari gawat darurat (ED) dilihat antara
1% dan 6% dari semua pasien yang masuk rumah sakit.
Syncope dapat menjadi penyabab cidera serius dan awal
terjadinya aritmia jantung yang serius yang segera
mebutuhkan perhatian medis karena kekhawatiran kematian
medadak. Populasi pasien dengan Syncope adalah
heterogen, dan prognsis bervariasi secara signifikan,

4
tergantung pada penyebab sinkop dan faktor komorbiditis
(Elesber et al, 2005).
Sinkop adalah kehilangan kesadaran sementara, biasanya
terjadi secara singkat, penurunan perfusi serebral secara tiba-
tiba. Mungkin disebabkan oleh disritmia jantung oleh
penurunan volume darah atau distribusi. Sinkop vasovagal
adalah kondisi dimana terjadi peningkatan parasimpatis
secara mendadak dan penurunan singkat kardiak output dan
perfusi serebral. Pasien biasanya akan mengalami pusing,
kunang-kunang (disebut presinkop) berlanjut ke kehilangan
kesadaran. Sinkop non kardiak biasanya tidak membutuhkan
perawatan dan sering ditangani dengan memposisikan pasien
supinasi dengan kaki lebih tinggi. Pastikan pasien tidak
memiliki cedera saat jatuh (Chapleau Will et a, 2008).
b) Penyebab
Dapat disebabkan oleh physical stress (stress fisik) dan
asupan cairan pada tubuh pasien tidak memadahi.
Faktor yang dapat memicu terjadinya syncope dibagi
menjadi 2 yaitu: faktor psikogenik (rasa takut, tegang, stres
emosional, rasa nyeri hebat yang terjadi secara tiba2 dan
tidak terduga dan rasa ngeri melihat darah atau peralatan
kedokteran seperti jarum suntik) dan Faktor non psikogenik
(posisi duduk tegak, rasa lapar, kondisi fisik yang jelek, dan
lingkungan yang panas, lembab dan padat).
Penyebab paling umum dari sinkop pada orang tua
adalah hipotensi ortostatik, refleks sinkop, terutama CSS, dan
arrhythmias jantung (Angel Moya et al, 2009).
Adapun penyebab syncope paling sering dibedakan
menjadi beberapa bagian diantaranya yaitu:
1) Kardiak (Jantung) dan pembuluh darah
o Sumbatan Jantung

5
Gangguan pada jantung bisa disebabkan adanya
sumbatan (obstruksi) pada jantung sumbatan ini
bisa disebabkan gangguan katup jantung, adanya
tumor dan pembesaran otot-otot jantung serta
penyakit-penyakit jantung.
o Listrik Jantung
Gangguan listrik jantung menyebabkan gangguan
irama dan frekuensi denyutan jantung sehingga
volume darah yang dipompa ke tubuh dan yang
sampai ke otak juga akan berkurang.
o Verrtebro vaskular sistem
Penyempitan pada pembuluh darah yang
dikarenakan faktor umur, merokok, tekanan darah
tinggi, kolesterol tinggi, dan diabetes. Sistim
vertebrobasilar ini berisiko untuk terjadi
penyempitan, dan jika ada gangguan sementara
pada aliran darah ke otak tengah (midbrain) dan
reticular activating system, pingsan
atau syncope mungkin terjadi.
2) Persyarafan
o Vasovagal syncope
Di dalam tubuh manusia terdapat system reflek
pada saraf yang secara tidak sadar reflek saraf ini
bisa menyebabkan penurunan tekanan darah
mendadak. Vasovagal syncope akibat dari tindakan
saraf vagus yang kemudian akan mengirim sinyal
ke jantung kemudian memperlambat denyut jantung
sehingga seseorang pingsan. Vasovagal
syncope ini biasanya dipicu oleh rasa takut, nyeri,
cedera, kelelahan dan berdiri terlalu lama. Situasi-
situasi lain umumnya menyebabkan denyut jantung

6
untuk sementara melambat dan menyebabkan
pingsan seperti mengejan, batuk, bersin
(Ocupational syncope) yang dapat menyebabkan
vagal response.
o Sinus Karotis
Sinus Karotis merupakan bagian dari pembuluh
darah leher yang sangat sensitif terhadap
perubahan fisik dan regangan pembuluh darah
pada daerah tersebut. Karena terlalu sensitif, maka
hal ini akan mengakibatkan pengiriman impuls pada
saraf pusat sehingga menstimulasi system saraf
yang membuat kehilangan kesadaran.
3)  Pengaruh posisi tubuh
o Ortostatik Hypotensi
Postural Hypotension pembuluh-pembuluh darah
perlu untuk mempertahankan kekuatan mereka
sehingga tubuh dapat menahan efek-efek dari
gravitasi (gaya berat) dengan perubahan-
perubahan dalam posisi. Ketika posisi tubuh
berubah dari berbaring ke berdiri, sistim syaraf
autonomik meningkatkan kekuatan pada dinding-
dinding pembuluh darah, membuat mereka
mengerut, dan pada saat yang sama meningkatkan
denyut jantung supaya darah dapat dipompa naik
keatas ke otak yang menyebabkan tekanan darah
yang relatif rendah pada saat berdiri. Hal ini biasa
terjadi pada lansia dan ibu hamil.
Biasanya, pingsan akan terjadi ketika seseorang
berdiri dengan cepat dan tidak ada cukup waktu
untuk tubuh untuk mengkompensasi. Hal ini
membuat jantung berdenyut lebih cepat, serta

7
terjadi vasokontriksi pembuluh-pembuluh darah
untuk mempertahankan tekanan darah tubuh dan
aliran darah ke otak.
4) Kekurangan komponen-komponen tubuh
o Hipoglikemi
Penurunan gula darah tiba-tiba menyebabkan
penurunan glukosa yang tersedia untuk fungsi otak.
Hal ini dapat dilihat pada penderita diabetes yang
cenderung overdosis insulin. Jika orang kehilangan
dosis, mungkin tergoda mengambil dosis insulin
tambahan untuk menebus dosis yang terabaikan.
Dalam kasus tersebut, gula darah cenderung tiba-
tiba jatuh, dan membuat orang menjadi shock
insulin.
o Ketidakseimbangan elektrolit
Hal ini dikarenakan perubahan konsentrasi cairan
dalam tubuh dan juga secara langsung
mempengaruhi tekanan darah dalam tubuh.
o Anemia
Anemia adalah suatu kondisi kurangnya sel darah
merah (eritrosit) lebih spesifiknya adalah
hemoglobin (Hb). Hal ini menyebabkan kurangnya
jumlah oksigen mencapai otak yang menyebabkan
pingsan, dikarenakan Hb tersebut adalah alat
transportasi oksigen untuk sampai di sel dalam hal
ini sel-sel yang ada di otak.
c) Cara menangani
 Hentikan pengambilan darah
 Baringkan pasien ditempat tidur, kepala dimiringkan
kesalah satusisi
 Tungkai bawah ditinggikan ( lebih tinggi dari posisi kepala)

8
 Longgarkan baju yang sempit dan ikat pinggang
 Minta pasien menarik nafas panjang
 Hubungi dokter
 Pasien yang tidak sempat dibaringkan, diminta
menundukankepala diantara kedua kakinya dan menarik
nafas panjang
d) Cara Pencegahan
o Pasien diajak bicara supaya perhatiannya dapat
dialihkan.
o Pasien yang akan dirawat syncope sebaiknya
dianjurkan berbaringpada waktu pengambilan darah.
o Kursi pasien mempunyai sandaran dan tempat/
sandaran tangan

2. Rasa Nyeri

a) Definisi
Nyeri pada dasarnya adalah reaksi fisiologis karena
merupakan reaksi perlindungan untuk menghindari stimulus
yang membahayakan tubuh. Tetapi bila nyeri tetap
berlangsung walaupun stimulus penyebab sudah tidak ada,
berarti telah terjadi perubahan patofisiologis yang justru
merugikan tubuh dan membutuhkan terapi. Rasa nyeri bisa
timbul pada proses pengambilan darah dapat diakibatkan oleh
alkohol yang belum kering atau akibat penarikan jarum yang
terlalu kuat.
b) Penyebab
Nyeri bisa timbul akibat alkohol yang belum kering atau

akibat penarikan jarum yang terlalu kuat.

c) Cara penanganan

9
1. Mengompres area bekas suntikan dengan air dingin atau
es yang dibalut handuk
2. Bila timbul nyeri yang terasa mengganggu dapat
mengonsumsi obat pereda nyeri seperti paracetamol atau
ibuprofen
3. Hindari aktivitas fisik yang menggunakan tangan secara
berlebihan
4. Beristirahat cukup dan konsumsi makanan bergizi untuk
menjaga kondisi tubuh
d) Cara pencegahan
o Setelah disinfeksi kulit, yakin dulu bahwa alcohol sudah
mongering sebelum pengambilan darah dilakukan.
o Penarikan jarum tidak terlalu kuat
o Penjelasan/Menggambarkan sifat nyeri yang sebenarnya
(memberi contoh).

3. Hematoma
a) Definisi
Hematoma dalah terkumpulnya massa darah dalam
jaringan (dalam Hal Flebotomi : jaringan dibawah kulit ) sebagai
akibat robeknya pembuluh darah.
b) Penyebab
Faktor penyebab terletak pada teknik pengambilan darah :
 Jarum terlalu menungkik sehingga menembus dinding
vena
 Penusukan jarum dangkal sehingga sebagian lubang
jarum berada diluar vena
 Setelah pengambilan darah, tempat penusukan kurang
ditekan atau kurang lama ditekan

10
 Pada waktu jarum ditarik keluar dari vena, tourniquet
( tourniket) belum dikendurkan
 Tempat penusukan jarum terlalu dekat dengan tempat
turniket.
c) Cara Penanganan
Jika dalam proses pengambilan darah terjadi pembengkakan
kulit disekitar tempat penusukan jarum segera 1. Lepaskan
turniket dan jarum 2. Tekan tempat penusukan jarum dengan
kain kasa 3. Angkat lengan pasien lebih tinggi dari kepala (+-
15 menit) 4. Kalau perlu kompres untuk mengurangi rasa nyeri.
d) Cara Pencegahan
1. lepas turniket sebelum jarum dilepas dari pasien
2. hindari penusukan berkali-kali pada pasien

4. Infeksi
a) Definisi
Infeksi adalah penyakit yang di sesbabkan oleh mikroba
patogen dan bersifat sangat dinamis. Infesksi asdalah invasi
tubuh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit (Perry dan Potter, 2005). Infeksi adalah
peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme di dalam
tubuh penjamu (Tiatjen, 2004). Dari beberapa pengertian
infeksi tersebut dapat disimpulkan bahwa infeksi adalah suatu
keadaan masuknya suatu mikroba patogen ataupun
mikroorganisme ke dalam tubuh yang dapat berkembangbiak
serta menyebabkan kesakitan atau bahkan kematian.

Ada 2 jenis infeksi yang biasa terjadi :


1. Cellulitis (inflamasi jaringan)
2. Phlebitis (inflamasi pemburuh darah)
b) Penyebab

11
 Selulitis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri dari
golongan Streptococcus dan Staphylococcus. Kedua
jenis bakteri ini dapat tumbuh dan berkembang pada
kulit yang terluka, seperti luka operasi, luka gores, dan
gigitan serangga. Selain kedua bakteri di atas, ada
beberapa bakteri lain yang bisa menyebabkan selulitis,
yaitu Hemophilus influenzae, Pasteurella multocida,
Aeromonas hydrophillia, Vibrio vulnificus, atau
Pseudomonas aeruginosa.
 Phlebitis merupakan kondisi peradangan (inflamasi)
yang terjadi pada pembuluh darah vena. Inflamasi ini
terjadi karena adanya gumpalan darah akibat
pembekuan darah, atau karena adanya kerusakan pada
pembuluh vena. Kondisi tersebut memicu nyeri atau
bengkak.
c) Gejala
Adapun gejala bila terserang infeksi yaitu, nyeri/panas di area
penusukan serta kemerahan
d) Cara Penanganan
 Penanganan pada selulitis adalah :
 Mengistirahatkan bagian yang terkena
 Tinggikan area yang terkena tersebut untuk
mengurangi pembengkakan
 Mengonsumsi obat pereda nyeri seperti
acetaminophen
 Mengonsumsi antiobiotik oral hingga 14 hari
 Jika infeksi bertambah parah, antibiotik diberikan
melalui injeksi (intravena)
 Pembedahan, dokter akan membuka dan
mengeringkan nanah yang terkumpul di jaringan,

12
serta memotong jaringan mati untuk
memungkinkan penyembuhan
 Pada kondisi superficial phlebitis, dapat diberikan
kompres hangat serta penggunaan compression
stocking. Dapat juga diberikan obat antiinflamasi, seperti
ibuprofen dan obat untuk mengurangi nyeri. Jika
ditemukan adanya infeksi pada kondisi superficial
phlebitis, akan ditambahkan terapi antibiotik.
Pada kondisi DVT, diberikan pula obat antikoagulasi
darah, untuk mengurangi risiko emboli paru. Pada terapi
awal, dokter dapat memberikan injeksi enoxaparin.
Warfarin juga dapat diberikan pada terapi DVT.
e) Cara Pencegahan
Memakai sarung tangan dan jaslab, cuci tangan sebelum
memakai sarung tangan dan setelah melepasnya, cuci tangan
dengan sabun + air/ handsrub, ganti sarung tangan setiap
menangani satu pasien atau bila terkena darah, menutup jarum
dengan tekhnik satu tangan, dan terakhir buang alat yang
sudah dipakai pada tempatnya.

5. Perdarahan
a) Definisi
Pendarahan atau hemoragi (bahasa Inggris: hemorrhage,
exsanguination; bahasa Latin: exsanguinātus, tanpa darah)
merupakan istilah kedokteran yang digunakan untuk
menjelaskan ekstravasasi atau keluarnya darah dari tempatnya
semula.Perdarahan adalah kondisi ketika darah keluar dari
pembuluh darah dan menyebabkan penderita kehilangan darah
dalam tubuhnya.
Ada 2 tipe perdarahan, yaitu perdarahan yang berasal dari
pembuluh darah vena dan perdarahan yang berasal dari

13
pembuluh darah arteri. Perdarahan pada pembuluh darah vena
berwarna agak gelap dan mengalir secara spontan. Sedangkan
perdarahan dari pembuluh darah arteri warnanya lebih terang
dan alirannya memancar dari tubuh yang terluka.
Komplikasi pendarahan lebih sering terjadi pada pengambilan
darah arteri. Pengambilan darah kapiler lebih kurang resikonya.
Perdarahan pada arteri dapat menyebabkan kondisi kritis,
sebab darah yang terpompa keluar dengan kecepatan melebihi
rata-rata. Akibatnya, korban akan banyak kehilangan darah.
b) Penyebab
Pendarahan yang berlebihan (atau sukar berhenti ) terjadi
karma terganggunya system koagulasi darah pasien. Hal ini
bisa terjadi karena :
 Pasien mengalami pengobatan dengan obat antikougulan
sehingga menghambat pembekuan darah.
 Pasien menderita gangguan pembekuan darah
(trombositopenia, defisiensi factor pembeku darah
(misalnya hemofilia)
 Pasien mengidap penyakit hati yang berat ( pembentukan
protrombin, fibrinogen terganggu)
c) Cara Penanganan
Menurut Stanley M. Zildo seperti dikutip dari bukunya yang
berjudul 'First Aid, Cara Benar Pertolongan Pertama dan
Penanganan Darurat', menekan langsung pada daerah yang
terluka adalah salah tindakan yang dapat dilakukan untuk
menghentikan perdarahan, walaupun menyebabkan rasa sakit
pada bagian tersebut.
Cara penekanan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Letakkan kain tebal yang bersih atau steril seperti
saputangan, potongan handuk atau lembaran kain langsung
pada area yang terluka. Kemudian tekan perlahan dengan

14
telapak tangan Anda. Apabila tidak ada kain, gunakan
tangan atau jari untuk menekan.
2. Teruskan menekan dengan tekanan konstan.
3. Jangan melepaskan kain yang digunakan untuk menekan
luka.
4. Apabila darah telah memenuhi kain, jangan dilepas, tetapi
tambahkan dengan kain baru dan letakkan di atasnya.
Kemudian lanjutkan lagi menahannya dengan tangan Anda.
5. Apabila perdarahan terhenti atau berkurang, gunakan
perban untuk diikatkan pada kain penutup luka.
6. Tali perban jangan terlalu kencang untuk menghindari aliran
darah arteri terhenti.
7. Usahakan luka pada posisi di atas organ jantung.

 Panggil perawat/dokter untuk penanganan selanjutnya


d) Cara pencegahan
 Perlu anamnesis ( wawancara) yang cermat denga pasien
 Setelah pengambilan darah, penekanan tempat
penusukan jarum perlu ditekan lebih lama

6. Alergi
a) Definisi
Alergi adalah reaksi sistem kekebalan tubuh manusia terhadap
benda tertentu, yang seharusnya tidak menimbulkan reaksi di
tubuh orang lain. Reaksi tersebut dapat muncul dalam bentuk
pilek, ruam kulit yang gatal, atau bahkan sesak napas. Benda
yang dapat memicu respons alergi dikenal dengan istilah
alergen.
b) Penyebab

15
Alergi bisa terjadi terhadap bahan- bahan yang dipakai dalam
flebotom, misalnya terhadap zat antiseptic/ desinfektan, latex
yang ada pada sarung tangan, turniket atau plester.
c) Gejala
Gejala alergi bisa ringan atau berat, berupa kemerahan, rhinitis,
radang selaput mata; kadang-kadang bahkan bisa (shock)
d) CaraPenanganan
 Tenangkan pasien, beri penjelasan
 Panggil dokter atau perawat untuk penanganan
selanjutnya
e) Cara pencegahan
 Wawancara apa ada riwayat allergi
 Memakai plester atau sarung-tangan yang tidak
mengandung latex

7. Trombosis
a) Definisi
Penggumpalan darah yang terjadi di dalam pembuluh darah
vena dalam disebut deep vein thrombosis (DVT) atau trombosis
vena dalam. Kondisi ini umumnya muncul pada pembuluh vena
besar yang terdapat di bagian paha dan betis. Trombosis vena
juga dapat muncul di pembuluh darah vena lainnya, seperti
lengan dan dapat menyebar hingga ke paru-paru. DVT yang
menyerang paru-paru ini dapat menyumbat separuh atau
seluruh bagian dari arteri paru dan menyebabkan timbulnya
komplikasi berbahaya bernama emboli paru pulmonary
embolism (PE) dan venous thromboembolism (VTE). DVT bisa
menyebabkan nyeri dan pembengkakan di tungkai yang dapat
mengakibatkan komplikasi serius emboli paru, yaitu suatu
kondisi saat gumpalan darah masuk ke aliran darah dan
menyumbat pembuluh darah arteri di paru-paru.

16
b) Penyebab
Terjadi karena pengambilan darah yang berulang kali ditempat
yang sama sehingga menimbulkan kerusaka dan peradangan
setempat dan berakibat dengan penutupan (occlusion)
pembuluh darah. Hal ini juga terlihat pada kelompok pengguna
obat (narcotics) yang memakai pembuluh darah vena.
c) Cara Penanganan
Pengobatan deep vein thrombosis (DVT) atau trombosis vena
dapat berbeda-beda sesuai dengan tubuh pengidapnya, yaitu:
 Umumnya diberikan obat tipe antikoagulan (pencegah
kebekuan darah).
 Stocking medis atau stocking kompresi untuk mencegah
terjadinya pembekuan darah.
 Latihan fisik (berjalan).
 Beristirahat dengan tungkai yang terangkat. Kaki berada
lebih tinggi dari pinggang demi mengembalikan aliran
darah dari betis.
d) Cara Pencegahan
 Hindari pengambilan berulang ditempat yang sama
 Pembinaan pengidap/pengguna narkotika

8. Anemia
a) Definisi
Anemia adalah kondisi dimana kadar Hemoglobin (Hb) kurang
dari 13 g/dL pada pria dan kurang dari 12 g/dL pada wanita.
Kadar hemoglobin yang rendah atau kurang dari normal
disebut anemia. Anemia merupakan salah satu kelainan darah
yang umum terjadi ketika kadar hemoglobin dalam sel darah
merah terlalu rendah. Anemia bukan suatu penyakit namun
suatu tanda dari proses penyakit. Diagnosa anemia dapat
dilakukan dengan pemeriksaan kadar hemoglobin,

17
penghitungan jumlah sel darah merah, dan penentuan nilai
hematokrit. Anemia dapat terjadi karena perdarahan, defisiensi
besi, penyakit ginjal, kehamilan, gizi buruk, dan thalassemia
(Proverawati 2011, hh. 1-4).
Anemia iatrogenik atau disebut juga anemia nosokomial
merupakan anemia yang disebabkan hilangnya darah untuk
pemeriksaan laboratorium. Pada umumnya terjadi pada pasien
bayi, anak-anak dan dewasa yang di raqat di ruang intensive,
serta pasien transplantasi.
b) Penyebab
Komplikasi anemia dapat terjadi dalam tindakan flebotomi.
Pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium
yang berlebihan dapat menyebabkan anemia bisa terjadi.
Kehilangan darah yang berlebihan menyebabkan seseorang
menjadi kekurangan zat besi (Anemia Difisiensi Besi). Zat besi
diperlukan tubuh untuk menghasilkan komponen sel darah
merah yang dikenal sebagai hemoglobin.
c) Cara Penanganan
Untuk menangani anemia dilakukan untuk mengembalikan
kadar zat besi sehingga kadar hemoglobin kembali normal.
Untuk meningkatkan kadar zat besi dalam tubuh dapat
dilakukan dengan cara
 memperbanyak konsumsi makanan yang tinggi zat besi
seperti daging merah, ati ayam, kacang-kacangan,
sayuran hijau dan makanan laut seperti tiram dan ikan.
 Mengomsumsi makanan dan minuman yang
mengandung vitamin C
 Membatasi makanan yang dapat menghambat
penyerapan zat besi, seperti kopi, susu, teh daln lain-
lain.
 Mengonsumsi suplemen penambah zat besi

18
 Transfusi sel darah merah
d) Cara Pencegahan
Anemia yang timbul akibat tindakan flebotomi yakni terjadi
karena kehilangan darah yang berlebihan, maka dapat dicegah
dengan jalan:
 mengurangi jumlah sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium untuk menghindari oversampling.
 Menghindari pengujian yang tidak perlu
9. Komplikasi Neurologik
Komplikasi neurologist dapat bersifat local karena tertusuknya
syaraf dilokasi penusukan, dan menimbulkan keluhan nyeri atau
kesemutan yang menjalar ke lengan, seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya. Walaupun jarang, serangan kejang
(seizures) dapat pula terjadi.
a) Cara Penanganan
 Pasien yang mengalami serangan saat pengambilan
darah harus dilindungi dari perlukaan.
 Hentikan pengambilan darah, baringkan pasien dengan
kepala miringkan ke satu sisi, bebaskan jalan nafas,
hindari agar lidah tidak tergigit.
 Segera mungkin aktifkan perlengkapan keselamatan,
hubungi dokter
 Lakukan penekanan secukupnya di daerah penusukan
sambil membatasi pergerakan pasien.
b) Cara Pencegahan
1. Hentikan pengambilan darah
2. Baringkan pasien dengan kepala di miringkan ke satu sisi
3. Bebaskan jalan nafas
4. Hindari agar lidah tidak tergigit

19
Catatan:
* Bila terjadi komplikasi flebotomi, seorang flebotomis harus tenang,
berfikir jernih dan sigap, lakukan pertolongan pertama, dan segera
laporkan kepada dokter penanggung jawab laboratoium.
* Setiap kejadian konflikasi flebotomi harus dicatat dalam buku catatan
tersendiri dengan mencantumkan identitas pasien selengkapnya, tanggal
dan jam kejadian, urutan kejadian, tindakan yang diberikan, dan petugas
yangmelakukan flebotomi.

20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam kegiatan pengumpulan sampel darah dikenal istilah
phlebotomi yang berarti proses mengeluarkan darah. Ada 3 macam
cara untuk memperoleh darah yaitu skinpuncture, venipuncture, dan
arteri. Venipuncture adalah cara yang paling umum dilakukan, oleh
karena itu istilah phlebotomis sering dikaitkan dengan pengambilan
darah vena (venipuncture). Dalam pengambilan darah vena seorang
TLM harus berhati hati karna jika dalam proses pengambilan darah
vena terjadi kesalahan makan akan terjadi komplikasi pada pasien.

B. SARAN
Dalam kegiatan pengambilan darah baik itu secara manual
maupun tertutup, sebaiknya selalu memperhatikan prosedur dan
dilakukan oleh seorang flebotomist yang berpengalaman.Perlu juga
diperhatikan keselamatan kerja untuk menghindari kecelakaan kerja
apabila prosedur kerja terabaikan.Seorang TLM
kita hendaknya mampu menerapkan kompetensi standart dan
standart professional phlebotomy sehingga dalam menjalankan
tugas sebagai petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan
yang bermutu untuk pelanggan/pasien

21
DAFTAR PUSTAKA

Angel Moya et al. 2009. Guidelines for the Diagnosis and Management of
Syncope. Oxford: European Heart Journal.

Chapleau Will et al. 2008. The Paramedic. New York: The Mc Graw-Hill
Companies.

Elesber et al. 2005. Impact of the application of the American College of


Emergency Physicians recommendations for the admission of
patients with syncope on a retrospectively studied population
presenting to the emergency department. Philadelphia: Elsevier
Limited.

Kesieme, E. et al. (2011). Deep Vein Thrombosis: A Clinical Review.


Journal of Blood Medicine, 2, pp. 56-69

Proverawati, Atikah. 2011. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta:


Nuha Medika.

https://doktersehat.com/perdarahan/ [Diakses pada tanggal 22 Mei 2020]

https://m.detik.com/health/first-aid/d-2071624/pertolongan-pertama-pada-
perdarahan [Diakses pada tanggal 22 Mei 2020]

https://www.google.com/amp/s/hasnahcholidas.wordpress.com/2015/02/1
4/patologi-klinik-phlebotomi-dan-peran-perawat/amp/ [Diakses pada
tanggal 22 Mei 2020]

http://dillaanggreini.blogspot.com/2016/12/komplikasi-flebotomi-dan-
penanganannya.html?m=1 [Diakses pada tanggal 22 Mei 2020]

https://www.academia.edu/9045662/PHLEBOTOMI [Diakses pada tanggal


22 Mei 2020]

22

Anda mungkin juga menyukai