Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERKEMIHAN: BANIGNA PROSTAT HYPERPLASIA (BPH)
DI KAMAR OPERASI RSAU Dr. MOHAMMAD SUTOMO
KABUPATEN KUBU RAYA

DISUSUN OLEH:

ABDUSSALAM
NIM.201133001

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
JURUSAN KEPERAWATAN PONTIANAK
PRODI PROFESI NERS
TAHUN 2020/2021
VISI DAN MISI

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

VISI
"Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bermutu dan Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di Tingkat Regional
Tahun 2020"

MISI
1. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
IPTEK dan Teknologi Tepat Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri,
Transparan dan Akuntabel.
5. Mengembangkan kerjasama baik lokal maupun regional

i
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERKEMIHAN: BANIGNA PROSTAT HYPERPLASIA (BPH)
DI KAMAR OPERASI RSAU Dr. MOHAMMAD SUTOMO
KABUPATEN KUBU RAYA

Mata Kuliah : Praktek Klinik Keperawatan Medikas Bedah (KMB)


Semester : 2 (Genap)
Institusi : Poltekkes Kemenkes Pontianak
Prodi : Profesi Ners

Pontianak, 24 Mei 2021


Mahasiswa

Fransiska Oybur
NIM. 201133074

Mengetahui,

Pembimbing Klinik/CI Pembimbing Akademik

NIP. NIP.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat membuat laporan pendahuluan
dengan kasus Banigna Prostat Hyperplasia (BPH) di Ruang Bedah Rumah Sakit
Angkatan Udara Dr Mohammad Sutomo pada Praktik Klinik Stase Keperawatan
Medikal Bedah (KMB).
Dalam penyusunan laporan pendahuluan, penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Bapak Didik Hariyadi, S.Gz., M.Si selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Pontianak.
2. Ibu Nurbani, S.Kp., M.Kep selaku Ketua Jurusan Keperawatan
3. Ibu Ns. Puspa Wardhani, M.Kep selaku Ketua Program Studi Sarjana
Terapan dan Ners.
4. Bapak Ns. Azhari Baedlawi, M.Kep selaku koordinator mata kuliah Praktik
Klinik Stase Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
5. Semua dosen Program Studi Profesi Ners Pontianak yang telah memberikan
bimbingan dengan sabar dan wawasanya serta ilmu yang bermanfaat.
Semoga laporan studi kasus ini dapat bermanfaat untuk semua pihak terutama
dalam perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan.

Pontianak, Juni 2021.

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
VISI DAN MISI i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I KONSEP DASAR 1
A. Konsep Dasar...............................................................................................1
1. Definisi.................................................................................................1
2. Etiologi.................................................................................................1
3. Klasifikasi.............................................................................................1
4. Tanda dan Gejala.................................................................................2
5. Komplikasi...........................................................................................3
6. Pemeriksaan Penunjang......................................................................3
7. Penatalaksanaan Medis.......................................................................4
BAB II WEB OF CAUSATION (WOC) 4
A. Web Of Causation.......................................................................................6
BAB III PROSES KEPERAWATAN 6
A. Pengkajian....................................................................................................7
B. Diagnosa keperawatan................................................................................7
C. Perencanaan (Luaran keperawatan yang diharapkan pada kasus).........8
D. Intervensi keperawatan.............................................................................10
E. Aplikasi Pemikiran Kritis dalam Asuhan Keperawatan Keluarga.......15
DAFTAR PUSTAKA 16

iv
BAB I
KONSEP DASAR

A. Konsep Dasar
1. Definisi
Menurut (Nurhasanah et al., 2020) Pembesaran jinak kelenjar prostat
yang disebabkan karena hyperplasia beberapa/semua komponen prostat.
Hiperplasia prostat jinak (benign prostate hyperplasia-BPH) merupakan
tumor jinak yang paling sering terjadi pada laki-laki. Insidennya terkait
pertambahan usia, prevelensi yang meningkat dari 20 % pada laki-laki
berusia 41-50 tahun menjadi lebih dari 90% pada laki-laki berusia lebih
dari 80 tahun.
BPH ( Benigna Prostat Hyperplasia ) adalah suatu keadaan dimana
kelenjar prostat mengalami pembesaran, memanjang ke atas ke dalam
kandung kemih dan menyumbat aliran urine dengan menutup orifisium
uretra (Aprina et al., 2017).
Hyperplasia merupakan pembesaran ukuran sel dan diikuti oleh
penambahan jumlah sel. BPH merupakan suatu kondisi patologis yang
paling umum di derita oleh laki-laki dengan usia rata-rata 50 tahun (Aprina
et al., 2017).

2. Etiologi
Menurut Tanto (2014) teori yang umum digunakan adalah bahwa
BPH bersifat multifactorial dan pengaruh oleh sistem endokrin, selain itu
ada pula yang menyatakan bahwa penuaan menyebabkan peningkatan
kadar estrogen yang menginduksi reseptor adrogen sehingga meningkat
sensitivitas prostat terhadap testosteron bebas, secara patologis, pada BPH
terjadi proses hiperplesia sejati disertai peningkatan jumlah sel.
Pemeriksaan micropis menunjukan bahwa BPH tersusun atas stroma dan
epitel dengan rasio yang bervariasi.
Menurut Prabowo dkk (2014) etiologi BPH sebagai berikut:

1
1. Peningkatan DKT (dehidrotestosteron)
Peningkatan 5 alfa reduktase dan resepto androgen akan menyebabkan
epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hyperplasia.
2. Ketidak seimbangan esterogen-testosteron
Ketidak seimbangan ini terjadi karena proses degeneratif. Pada proses
penuaan, pada pria terjadi peningkan hormone estrogen dan
penurunan hormon testosteron. Hal ini yang memicu terjadinya
hiperplasia stroma pada prostat.
3. Interaksi antar sel struma dan sel epitel prostat
peningkatan kadar epidermal growth factor atau fibroblast growth
factor dan penurunan transforming growth factor beta menyebabkan
hiperplasia stroma dan epitel, sehingga akan terjadi BPH.
4. Berkurangnya kematian sel ( apoptosis )
Estrogen yang meningkat akan menyebabkan peningkatan lama hidup
stroma dan epitel dari kelenjar prostat.
5. Teori stem sel
Sel stem yang meningkat akan mengakibatkan proliferasi sel transit
dan memicu terjadi BPH.

3. Klasifikasi
Derajat berat BPH menurut (Tanto, 2012) adalah sebagai berikut :
a) Stadium I
Ada obstruksi tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine
sampai habis.
b) Stadium II
Ada retensi urine tetapi kandung kemih mampu mengeluarkan urine
walaupun tidak sampai habis masih tersisa kira-kira 60-150 cc. Ada
rasa tidak enak saat BAK atau disuria dan menjadi nocturia.
c) Stadium III
Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc
d) Stadium IV
Retensi urine total, buli-buli penuh pasien tampak kesakitan. Urine
menetes secara periodik.

4. Tanda dan Gejala


Menurut (Tanto, 2012) kelenjar prostat terletak dibawah kandung
kemih dan tembus oleh uretra.kelenjar ini dibagi empat zona yaitu zona
perifer, sentral, stoma fibromuskularis anterior, dan transsisional, yang
disebut dengan benign prostat obstruksi (BPO). Gejala klinis yang timbul
terbagi atas dua jenis yaitu gejala obstruksi dan gejala iritasi, gejala
obstruksi timbul akibat sumbatan secara langsung akibat uretra, gejala
iritatif terjadi sekunder pada kandung kemih sebagai respon meningkatkan
resitensi pengeluaran dan pengosongan yang tidak sempurna menyebakan
ransangan pada kandung kemih berkontraksi pada kondisi belum penuh.

5. Komplikasi
Menurut (Prabowo, 2014) komplikasi BPH meliputi :
a. Aterosclerosis
b. Infark jantung
c. Impoten
d. Haemoragik post operasi
e. Fistula
f. Struktur pasca operasi dan inconentia urin
g. Infeksi

6. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan colok dubur
Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan kesan keadaan tonus
sfingter anus mukosa rectum kelainan lain seperti benjolan dalam
rectum dan prostat.
b) Ultrasonografi (USG)
Digunakan untuk memeriksa konsistensi volume dan besar prostat
juga keadaan buli-buli termasuk residual urine.
c) Urinalisis dan kultur urine
Pemeriksaan ini untuk menganalisa ada tidaknya infeksi dan RBC
(Red Blood Cell) dalam urine yang memanifestasikan adanya
pendarahan atau hematuria (prabowo dkk, 2014).
d) DPL (Deep Peritoneal Lavage)
Pemeriksaan pendukung ini untuk melihat ada tidaknya perdarahan
internal dalam abdomen. Sampel yang di ambil adalah cairan abdomen
dan diperiksa jumlah sel darah merahnya.
e) Ureum, Elektrolit, dan serum kreatinin
Pemeriksaan ini untuk menentukan status fungsi ginjal. Hal ini sebagai
data pendukung untuk mengetahui penyakit komplikasi dari BPH.
f) PA(Patologi Anatomi)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan sampel jaringan pasca operasi.
Sampel jaringan akan dilakukan pemeriksaan mikroskopis untuk
mengetahui apakah hanya bersifat benigna atau maligna sehingga akan
menjadi landasan untuk treatment selanjutnya.
7. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Astuti et al., 2019) penatalaksaan BPH meliputi :
1. Terapi medikamentosa
a. Penghambat adrenergik, misalnya prazosin, doxazosin, afluzosin.
b. Penghambat enzim, misalnya finasteride
c. Fitoterapi, misalnya eviprostat
2. Terapi bedah
Waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung beratnya
gejala dan komplikasi, adapun macam-macam tindakan bedah
meliputi:
a) Prostatektomi
← Prostatektomi suprapubis , adalah salah satu metode mengangkat
kelenjar melalui insisi abdomen yaitu suatu insisi yang di buat
kedalam kandung kemih dan kelenjar prostat diangkat dari atas.
Prostaktektomi perineal, adalah mengangkat kelenjar melalui
suatu insisi dalam perineum. Prostatektomi retropubik, adalah
suatu teknik yang lebih umum di banding [endekatan suprapubik
dimana insisi abdomen lebih rendah mendekati kelenjar prostat
yaitu antara arkuspubis dan kandung kemih tanpa memasuki
kandung kemih.
b) Insisi prostat transurethral (TUIP)
Yaitu suatu prosedur menangani BPH dengan cara memasukkan
instrumen melalui uretra. Cara ini diindikasikan ketika kelenjar
prostat berukuran kecil (30 gr / kurang) dan efektif dalam
mengobati banyak kasus dalam BPH.
c) Transuretral Reseksi Prostat (TURP)
Adalah operasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra
menggunakan resektroskop dimana resektroskop merupakan
endoskopi dengan tabung 10-3-F untuk pembedahan uretra yang
di lengkapi dengan alat pemotong dan counter yang di
sambungkan dengan arus listrik.
BAB II
WEB OF CAUSATION (WOC)
A. Web Of Causation

Idiopatik, penuaan

Perubahan keseimbangan esterogen dan testosteron

Produksi testosterone metrogen menurun dan estrogen meningkat

Simulasi sel stroma yang BPH Berpolifirasi


dipengaruhi infeksi

Simulasi sel stroma oleh


pengaruh GH

Pre Operasi Post Operasi

Pembesaran Prostat Kurangnya Prostalektomi


informasi pasca
Penyempitan uretra Pars prostat bedah
Nyeri BAK Trauma bekas
insisi

Urine terhambat Kurangnya Kurangnya


Pendarahan
Pengetahuan Perawatan
Gangguan Pola eliminasi urin
Bakteri mudah Resiko Tinggi
masuk Kekurangan
Cairan

Resiko Tinggi Infeksi


Nyeri Akut

6
BAB III
PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami Banigna Prostast
Hyperplasia sebagai berikut :
a. Data biografi dan demografi klien, meliputi nama, usia, jenis
kelamin, tempat lahir, status pernikahan, pekerjaan.
b. Riwayat penyakit sekarang :
Keluhan yang paling lazim didapatkan adalah adanya nyeri saat
berkemih. Pasien mengatakan sudah mengalami nyeri dan sakit saat
berkemih sudah dari 4 minggu yang lalu.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu sebelumnya.
d. Riwayat penyakit keluarga
Berhunbungan dengan riwayat kanker dalam keluarga seperti kanker
prostat, kanker ginjal, dan lainlain.
e. Riwayat penggunaan obat-obatan
Pasien mungkin mengkonsumsi obat-obatan seperti siklofosfamid
(cytoxan) yang menjadi faktor penyebab.
1. Pemeriksaan fisik :
Dari hasil pemeriksaan Tanda- tanda vital biasanya ditemukan suhu badan
sedikit meningkat, tekanan darah relatif normal, nadi relatif normal
(kecuali ada kecemasn) dan penapasan normal.
B. Diagnosa keperawatan
Berikut ini adalah beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
pada klien dengan ca buli (SDKI, 2017)
1. D.0077 - Nyeri Akut
a. Penyebab
1) Agen cidera fisilogis (mis. Inflamasi, Iskemia, Neoplasma)

7
2) Agen cidera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong
dll)
2. D.0055 - Gangguan Pola Tidur
a. Penyebab
1) Adanya nyeri sisa post op
2) Kondisi lingkungan yang kurang nyaman
3. D.0074 – Gangguan Rasa Nyaman
a. Penyebab
1) Gejala penyakit
2) Kurang pengendalian situasional/lingkungan
3) Ketidakadekuatan sumber daya
4) Kurangnya privasi
5) Gangguan stimulus lingkungan
6) Efek samping terapi

C. Perencanaan (Luaran keperawatan yang diharapkan pada kasus)


Berikut ini adalah beberapa luaran eperawatan yang mungkin muncul pada klien
dengan ca buli (SLKI 2017)
1. L.08066 – Tingkat Nyeri
Diharapkan tingkat nyeri menurun kriteria hasil:
a. Kemampuan menuntaskan aktifvitas meningkat
b. Keluhan nyeri menurun
c. Meringis menurun
d. Sikap protektif menurun
e. Gelisah menurun
f. Kesulitan tidur menurun
g. Menarik diri menurun
h. Berfokus pada diri sendiri menurun
i. Diaforesis menurun
j. Perasaan takut mengalami cedera berulang menurun
k. Anoreksi menurun
2. L.05045 – Gangguan Pola Tidur
Diharapkan Gangguan Pola Tidur teratasi dengan kriteria hasil :
a. Keluhan sulit tidur menurun
b. Keluhan sering terjaga menurun
c. Keluhan tidak puas tidru menurun
d. Keluhan pola tidur berubah menurun
e. Keluhan istirahat tidak cukup menurun
3. L.08064 – Status Kenyamanan
Diharapkan status kenyamanan meningkat dengan kriteria hasil :
a. Kesejahteraan fisik meningkat

b. Kesejahteraan psikologis meningkat

c. Dukungan sosial dari keluarga meningkat

d. Dukungan sosial dari teman meningkat

e. Perawatan sesuai keyakinan budaya meningkat

f. Perawatan sesuai kebutuha meningkat

g. Kebebasan melakukan ibadah meningkat

h. Kebebasan melakukan ibadah meningkat

i. Rileks meningkat

j. Keluhan tidak nyaman menurun

k. Gelisah menurun

l. Kebisingan menurun

m. Keluhan sulit tidur menurun

n. Keluhan kedinginan menurun

o. Keluhan kepanasan menurun


D. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan (SLKI) Intervensi keperawatan (SIKI)
1 D.0077 - Nyeri Akut L.08066 – Tingkat Nyeri 1. Manajemen Nyeri (I. 08238)
Penyebab Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
a. Agen cidera fisilogis (mis. diharapkan tingkat nyeri menurun kriteria a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Inflamasi, Iskemia, hasil: kualitas, intensitas nyeri
Neoplasma) a. Kemampuan menuntaskan aktifvitas b. Identifikasi skala nyeri
b. Agen cidera kimiawi (mis. meningkat c. Identifikasi respon nyeri non verbal
Terbakar, bahan kimia b. Keluhan nyeri menurun d. Identifikasi faktor yang memperberat dan
iritan) c. Meringis menurun memperingan nyeri
c. Agen pencedera fisik (mis. d. Sikap protektif menurun e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
Abses, amputasi, terbakar, e. Gelisah menurun nyeri
terpotong dll) f. Kesulitan tidur menurun f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
g. Menarik diri menurun nyeri
h. Berfokus pada diri sendiri menurun g. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
i. Diaforesis menurun h. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
j. Perasaan takut mengalami cedera sudah diberikan
berulang menurun i. Monitor efek samping penggunaan analgetik
k. Anoreksi menurun
Terapeutik
a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
b. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri

10
11

Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Pemberian Analgesik (I.08243)
Observasi
a. Identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus,
pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi,
durasi)
b. Identifikasi riwayat alergi obat
c. Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis.
Narkotika, non-narkotika, atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
d. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
e. Monitor efektifitas analgesic
Terapeutik
a. Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk
mencapai analgesia optimal, jika perlu
b. Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau
bolus opioid untuk mempertahankan kadar dalam
serum
c. Tetapkan target efektifitas analgesic untuk
mengoptimalkan respon pasien
d. Dokumentasikan respon terhadap efek analgesic
dan efek yang tidak diinginkan
12

Edukasi
a. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik,
sesuai indikasi
2 D.0055- Gangguan Pola L.05045 – Pola Tidur Dukungan Tidur (I. 09265)
Tidur Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
a. Penyebab diharapkan Gangguan Pola Tidur Teratasi a. Identifikasi pola istirahat dan tidur
1) Adanya nyeri sisa post dengan kriteria hasil : b. Identifikasi factor pengganggu tidur
op a. Keluhan sulit tidur menurun c. Identifikasimakanan dan minuman yang menganggu
2) Kondisi lingkungan b. Keluhan sering terjaga menurun tidur
yang kurang nyaman c. Keluhan tidak puas tidur menurun d. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
d. Keluhan pola tidur berubah Terapeutik
menurun a. Modifikasi Lingkungan
e. Keluhan istirahat tidak cukup b. Batasi waktu tidur siang
menurun c. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
d. Tetapkan jadwal tidur
e. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
Edukasi
a. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
b. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
c. Anjurkan menghindari makanan/minuman yang
mengganggu tidur
d. Anjurkan penggunaan obat yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM
e. Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara non
farmakologi

3 D.0074 - Gangguan Rasa L.08064 – Status Kenyamanan Terapi Relaksasi (L.09326)


Nyaman Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi
13

diharapkan status kenyamanan meningkat a. Identifikasi penurunan tingkat energy,


dengan kriteria hasil : ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala
a. Kesejahteraan fisik meningkat lain yang menganggu kemampuan kognitif
b. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif
b. Kesejahteraan psikologis meningkat digunakan
c. Dukungan sosial dari keluarga c. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan
meningkat penggunaan teknik sebelumnya
d. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan
d. Dukungan sosial dari teman darah, dan suhu sebelum dan sesudah latihan
meningkat e. Monitor respons terhadap terapi relaksasi
2. Terapeutik
e. Perawatan sesuai keyakinan budaya a. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan
meningkat dengan pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika
memungkinkan
f. Perawatan sesuai kebutuha
b. Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan
meningkat
prosedur teknik relaksasi
g. Kebebasan melakukan ibadah c. Gunakan pakaian longgar
meningkat d. Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat
dan berirama
h. Kebebasan melakukan ibadah e. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang
meningkat dengan analgetik atau tindakan medis lain, jika
sesuai
i. Rileks meningkat 3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan
j. Keluhan tidak nyaman menurun jenis, relaksasi yang tersedia (mis. music, meditasi,
k. Gelisah menurun napas dalam, relaksasi otot progresif)
b. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi
l. Kebisingan menurun yang dipilih
c. Anjurkan mengambil psosisi nyaman
d. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
14

m. Keluhan sulit tidur menurun relaksasi


e. Anjurkan sering mengulang atau melatih
n. Keluhan kedinginan menurun teknik yang dipilih
o. Keluhan kepanasan menurun
f. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
(mis. napas dalam, pereganganm atau imajinasi)
15

E. Aplikasi Pemikiran Kritis dalam Asuhan Keperawatan Medikal Bedah


(Efektivitas Asam Traneksamat Pada Prosedur Transurethral Resection
of The Prostate (TURP) Pada Benign Prostate Hyperplasia (BPH)
1. Definisi
Transuretral Resection of The Prostate (TURP) merupakan prosedur
baku emas dan paling umum yang dilakukan untuk tindakan pembedahan
pada pasien BPH dengan volume prostat 30-80 ml. TURP merupakan
tindakan pembedahan dengan endoskopi transuretal yang tidak
memerlukan pembedahan ataupun insisi secara terbuka namun masih
memberikan risiko morbiditas perioperatif yang signifikan seperti
perdarahan. Asam traneksamat merupakan obat antifibrinolitik sintesis
yang dapat mencegah pemecahan fibrin, sehingga dapat menstabilkan
pembekuan darah dan mengurangi kehilangan darah dalam kondisi yang
memicu fibrinolisis. Pemberian agen antifibrinolitik dianggap bermanfaat
dalam mengurangi kehilangan darah perioperatif dan pasca operatif akibat
TURP (Veronica, 2021).
2. Etiologi
Asam traneksamat adalah turunan sintesis dari asam amino lisin
dan berikatan dengan 5 protein lisin lain di plasminogen. Asam
traneksamat merupakan antifibrinolitik agen yang dapat mencegah
pemecahan fibrin dan dapat menstabilkan pembekuaan darah serta dapat
mengurangi perdarahan dalam proses fibrinolisis (Lier, Maegele dan
Shander, 2019). Asam traneksamat bekerja dengan menghambat konversi
plasminogen menjadi plasmin dengan mencegah plasminogen berikatan
dengan molekul fibrin. Asam traneksamat juga menghambat aktivitas
plasmin secara langsung meskipun hanya pada dosis yang lebih tinggi.
Dengan menghambat pembelahan fibrin asam traneksamat dapat
mengurangi risiko perdarahan juga menghambat pengikatan α2-
antiplasmin sehingga reaksi inflamasi juga dapat dihambat (Pabinger et al.,
2017).
16

3. Dampak
Asam traneksamat efektif dalam mencegah kehilangan darah pada
perioperatif pada pasien TURP. Hal ini juga sesuai dengan teori Pabinger
2017 yang menyatakan bahwa asam traneksamat dapat diindikasikan
sebagai terapi dalam mengurangi perdarahan pada pasien yang menjalani
operasi prostat (Pabinger et al., 2017).

SUMBER
Khan, N., Khan, I., Khan, N., Rahman, F. U., Naushad, M., & Kaka, A., 2017.
‘Role of Intravenous Tranexamic Acid in Decreasing Blood Loss During
Transurethral Resection of the Prostate ( Tur - P )’. Central European Journal
of Urology, 2(2), pp. 78–81.
Lier, H., Maegele, M., & Shander, A., 2019. ‘Tranexamic Acid for Acute
Hemorrhage: A Narrative Review of Landmark Studies and a Critical
Reappraisal of Its Use Over the Last Decade’. Anesthesia and Analgesia,
129(6), pp. 1574–1584.
Pabinger, I., Fries, D., Schöchl, H., Streif, W., & Toller, W., 2017. ‘Tranexamic
acid for treatment and prophylaxis of bleeding and hyperfibrinolysis’. Wiener
Klinische Wochenschrift, 129(9–10), pp. 303–316.
Veronica, Y. (2021). Efektivitas Asam Traneksamat Pada Prosedur Transurethral
Resection Of The Prostate (TURP) Pada Benign Prostate Hyperplasia (BPH):
Telaah Sistematis dan Meta-Analisis.
17

DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. (2015). Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan Nyeri
Pada Pasien Post Op BPH Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang.
33, 2015.
Aprina, A., Yowanda, N. I., & Sunarsih, S. (2017). Relaksasi Progresif terhadap
Intensitas Nyeri Post Operasi BPH (Benigna Prostat Hyperplasia). Jurnal
Kesehatan, 8(2), 289. https://doi.org/10.26630/jk.v8i2.505
Astuti, D., Hartinah, D., & Permana, D. R. A. (2019). Pengaruh Terapi Dzikir
Terhadap Tingkat Nyeri Pada Pasien Post Operasi Benigna P Rostat H
Yperplasia D I Rsud. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 10(1), 229–
235.
Bachtiar, & Maryam, S. (2017). Jurnal Media Keperawatan : Politeknik Kesehatan
Makassar Jurnal Media Keperawatan : Politeknik Kesehatan Makassar.
Pengaruh PMR (Progressive Muscle Relaxation) Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Op BPH (Benign Prostate Hiperplasia),
08(02), 39–45.
Indriana, B. R. (2014). Teknik Relaksasi Otot Progresif Untuk Megurangi Nyeri.
02(01), 1–20.
Nurhasanah, N., Umara, A. F., & Hikmah, H. (2020). Pengaruh Mendengarkan
Asmaul Husna Terhadap Tingkat Nyeri Pada Pasien Post Turp Di Rsu
Kabupaten Tangerang. Jurnal JKFT, 5(2), 36.
https://doi.org/10.31000/jkft.v5i2.3920
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1 Cetakan 1. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai