DISUSUN OLEH:
ABDUSSALAM
NIM.201133001
VISI
"Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bermutu dan Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di Tingkat Regional
Tahun 2020"
MISI
1. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
IPTEK dan Teknologi Tepat Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri,
Transparan dan Akuntabel.
5. Mengembangkan kerjasama baik lokal maupun regional
i
HALAMAN PENGESAHAN
Fransiska Oybur
NIM. 201133074
Mengetahui,
NIP. NIP.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat membuat laporan pendahuluan
dengan kasus Banigna Prostat Hyperplasia (BPH) di Ruang Bedah Rumah Sakit
Angkatan Udara Dr Mohammad Sutomo pada Praktik Klinik Stase Keperawatan
Medikal Bedah (KMB).
Dalam penyusunan laporan pendahuluan, penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1. Bapak Didik Hariyadi, S.Gz., M.Si selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Pontianak.
2. Ibu Nurbani, S.Kp., M.Kep selaku Ketua Jurusan Keperawatan
3. Ibu Ns. Puspa Wardhani, M.Kep selaku Ketua Program Studi Sarjana
Terapan dan Ners.
4. Bapak Ns. Azhari Baedlawi, M.Kep selaku koordinator mata kuliah Praktik
Klinik Stase Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
5. Semua dosen Program Studi Profesi Ners Pontianak yang telah memberikan
bimbingan dengan sabar dan wawasanya serta ilmu yang bermanfaat.
Semoga laporan studi kasus ini dapat bermanfaat untuk semua pihak terutama
dalam perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
VISI DAN MISI i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I KONSEP DASAR 1
A. Konsep Dasar...............................................................................................1
1. Definisi.................................................................................................1
2. Etiologi.................................................................................................1
3. Klasifikasi.............................................................................................1
4. Tanda dan Gejala.................................................................................2
5. Komplikasi...........................................................................................3
6. Pemeriksaan Penunjang......................................................................3
7. Penatalaksanaan Medis.......................................................................4
BAB II WEB OF CAUSATION (WOC) 4
A. Web Of Causation.......................................................................................6
BAB III PROSES KEPERAWATAN 6
A. Pengkajian....................................................................................................7
B. Diagnosa keperawatan................................................................................7
C. Perencanaan (Luaran keperawatan yang diharapkan pada kasus).........8
D. Intervensi keperawatan.............................................................................10
E. Aplikasi Pemikiran Kritis dalam Asuhan Keperawatan Keluarga.......15
DAFTAR PUSTAKA 16
iv
BAB I
KONSEP DASAR
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Menurut (Nurhasanah et al., 2020) Pembesaran jinak kelenjar prostat
yang disebabkan karena hyperplasia beberapa/semua komponen prostat.
Hiperplasia prostat jinak (benign prostate hyperplasia-BPH) merupakan
tumor jinak yang paling sering terjadi pada laki-laki. Insidennya terkait
pertambahan usia, prevelensi yang meningkat dari 20 % pada laki-laki
berusia 41-50 tahun menjadi lebih dari 90% pada laki-laki berusia lebih
dari 80 tahun.
BPH ( Benigna Prostat Hyperplasia ) adalah suatu keadaan dimana
kelenjar prostat mengalami pembesaran, memanjang ke atas ke dalam
kandung kemih dan menyumbat aliran urine dengan menutup orifisium
uretra (Aprina et al., 2017).
Hyperplasia merupakan pembesaran ukuran sel dan diikuti oleh
penambahan jumlah sel. BPH merupakan suatu kondisi patologis yang
paling umum di derita oleh laki-laki dengan usia rata-rata 50 tahun (Aprina
et al., 2017).
2. Etiologi
Menurut Tanto (2014) teori yang umum digunakan adalah bahwa
BPH bersifat multifactorial dan pengaruh oleh sistem endokrin, selain itu
ada pula yang menyatakan bahwa penuaan menyebabkan peningkatan
kadar estrogen yang menginduksi reseptor adrogen sehingga meningkat
sensitivitas prostat terhadap testosteron bebas, secara patologis, pada BPH
terjadi proses hiperplesia sejati disertai peningkatan jumlah sel.
Pemeriksaan micropis menunjukan bahwa BPH tersusun atas stroma dan
epitel dengan rasio yang bervariasi.
Menurut Prabowo dkk (2014) etiologi BPH sebagai berikut:
1
1. Peningkatan DKT (dehidrotestosteron)
Peningkatan 5 alfa reduktase dan resepto androgen akan menyebabkan
epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hyperplasia.
2. Ketidak seimbangan esterogen-testosteron
Ketidak seimbangan ini terjadi karena proses degeneratif. Pada proses
penuaan, pada pria terjadi peningkan hormone estrogen dan
penurunan hormon testosteron. Hal ini yang memicu terjadinya
hiperplasia stroma pada prostat.
3. Interaksi antar sel struma dan sel epitel prostat
peningkatan kadar epidermal growth factor atau fibroblast growth
factor dan penurunan transforming growth factor beta menyebabkan
hiperplasia stroma dan epitel, sehingga akan terjadi BPH.
4. Berkurangnya kematian sel ( apoptosis )
Estrogen yang meningkat akan menyebabkan peningkatan lama hidup
stroma dan epitel dari kelenjar prostat.
5. Teori stem sel
Sel stem yang meningkat akan mengakibatkan proliferasi sel transit
dan memicu terjadi BPH.
3. Klasifikasi
Derajat berat BPH menurut (Tanto, 2012) adalah sebagai berikut :
a) Stadium I
Ada obstruksi tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine
sampai habis.
b) Stadium II
Ada retensi urine tetapi kandung kemih mampu mengeluarkan urine
walaupun tidak sampai habis masih tersisa kira-kira 60-150 cc. Ada
rasa tidak enak saat BAK atau disuria dan menjadi nocturia.
c) Stadium III
Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc
d) Stadium IV
Retensi urine total, buli-buli penuh pasien tampak kesakitan. Urine
menetes secara periodik.
5. Komplikasi
Menurut (Prabowo, 2014) komplikasi BPH meliputi :
a. Aterosclerosis
b. Infark jantung
c. Impoten
d. Haemoragik post operasi
e. Fistula
f. Struktur pasca operasi dan inconentia urin
g. Infeksi
6. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan colok dubur
Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan kesan keadaan tonus
sfingter anus mukosa rectum kelainan lain seperti benjolan dalam
rectum dan prostat.
b) Ultrasonografi (USG)
Digunakan untuk memeriksa konsistensi volume dan besar prostat
juga keadaan buli-buli termasuk residual urine.
c) Urinalisis dan kultur urine
Pemeriksaan ini untuk menganalisa ada tidaknya infeksi dan RBC
(Red Blood Cell) dalam urine yang memanifestasikan adanya
pendarahan atau hematuria (prabowo dkk, 2014).
d) DPL (Deep Peritoneal Lavage)
Pemeriksaan pendukung ini untuk melihat ada tidaknya perdarahan
internal dalam abdomen. Sampel yang di ambil adalah cairan abdomen
dan diperiksa jumlah sel darah merahnya.
e) Ureum, Elektrolit, dan serum kreatinin
Pemeriksaan ini untuk menentukan status fungsi ginjal. Hal ini sebagai
data pendukung untuk mengetahui penyakit komplikasi dari BPH.
f) PA(Patologi Anatomi)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan sampel jaringan pasca operasi.
Sampel jaringan akan dilakukan pemeriksaan mikroskopis untuk
mengetahui apakah hanya bersifat benigna atau maligna sehingga akan
menjadi landasan untuk treatment selanjutnya.
7. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Astuti et al., 2019) penatalaksaan BPH meliputi :
1. Terapi medikamentosa
a. Penghambat adrenergik, misalnya prazosin, doxazosin, afluzosin.
b. Penghambat enzim, misalnya finasteride
c. Fitoterapi, misalnya eviprostat
2. Terapi bedah
Waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung beratnya
gejala dan komplikasi, adapun macam-macam tindakan bedah
meliputi:
a) Prostatektomi
← Prostatektomi suprapubis , adalah salah satu metode mengangkat
kelenjar melalui insisi abdomen yaitu suatu insisi yang di buat
kedalam kandung kemih dan kelenjar prostat diangkat dari atas.
Prostaktektomi perineal, adalah mengangkat kelenjar melalui
suatu insisi dalam perineum. Prostatektomi retropubik, adalah
suatu teknik yang lebih umum di banding [endekatan suprapubik
dimana insisi abdomen lebih rendah mendekati kelenjar prostat
yaitu antara arkuspubis dan kandung kemih tanpa memasuki
kandung kemih.
b) Insisi prostat transurethral (TUIP)
Yaitu suatu prosedur menangani BPH dengan cara memasukkan
instrumen melalui uretra. Cara ini diindikasikan ketika kelenjar
prostat berukuran kecil (30 gr / kurang) dan efektif dalam
mengobati banyak kasus dalam BPH.
c) Transuretral Reseksi Prostat (TURP)
Adalah operasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra
menggunakan resektroskop dimana resektroskop merupakan
endoskopi dengan tabung 10-3-F untuk pembedahan uretra yang
di lengkapi dengan alat pemotong dan counter yang di
sambungkan dengan arus listrik.
BAB II
WEB OF CAUSATION (WOC)
A. Web Of Causation
Idiopatik, penuaan
6
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami Banigna Prostast
Hyperplasia sebagai berikut :
a. Data biografi dan demografi klien, meliputi nama, usia, jenis
kelamin, tempat lahir, status pernikahan, pekerjaan.
b. Riwayat penyakit sekarang :
Keluhan yang paling lazim didapatkan adalah adanya nyeri saat
berkemih. Pasien mengatakan sudah mengalami nyeri dan sakit saat
berkemih sudah dari 4 minggu yang lalu.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu sebelumnya.
d. Riwayat penyakit keluarga
Berhunbungan dengan riwayat kanker dalam keluarga seperti kanker
prostat, kanker ginjal, dan lainlain.
e. Riwayat penggunaan obat-obatan
Pasien mungkin mengkonsumsi obat-obatan seperti siklofosfamid
(cytoxan) yang menjadi faktor penyebab.
1. Pemeriksaan fisik :
Dari hasil pemeriksaan Tanda- tanda vital biasanya ditemukan suhu badan
sedikit meningkat, tekanan darah relatif normal, nadi relatif normal
(kecuali ada kecemasn) dan penapasan normal.
B. Diagnosa keperawatan
Berikut ini adalah beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
pada klien dengan ca buli (SDKI, 2017)
1. D.0077 - Nyeri Akut
a. Penyebab
1) Agen cidera fisilogis (mis. Inflamasi, Iskemia, Neoplasma)
7
2) Agen cidera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong
dll)
2. D.0055 - Gangguan Pola Tidur
a. Penyebab
1) Adanya nyeri sisa post op
2) Kondisi lingkungan yang kurang nyaman
3. D.0074 – Gangguan Rasa Nyaman
a. Penyebab
1) Gejala penyakit
2) Kurang pengendalian situasional/lingkungan
3) Ketidakadekuatan sumber daya
4) Kurangnya privasi
5) Gangguan stimulus lingkungan
6) Efek samping terapi
i. Rileks meningkat
k. Gelisah menurun
l. Kebisingan menurun
10
11
Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Pemberian Analgesik (I.08243)
Observasi
a. Identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus,
pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi,
durasi)
b. Identifikasi riwayat alergi obat
c. Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis.
Narkotika, non-narkotika, atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
d. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
e. Monitor efektifitas analgesic
Terapeutik
a. Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk
mencapai analgesia optimal, jika perlu
b. Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau
bolus opioid untuk mempertahankan kadar dalam
serum
c. Tetapkan target efektifitas analgesic untuk
mengoptimalkan respon pasien
d. Dokumentasikan respon terhadap efek analgesic
dan efek yang tidak diinginkan
12
Edukasi
a. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik,
sesuai indikasi
2 D.0055- Gangguan Pola L.05045 – Pola Tidur Dukungan Tidur (I. 09265)
Tidur Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
a. Penyebab diharapkan Gangguan Pola Tidur Teratasi a. Identifikasi pola istirahat dan tidur
1) Adanya nyeri sisa post dengan kriteria hasil : b. Identifikasi factor pengganggu tidur
op a. Keluhan sulit tidur menurun c. Identifikasimakanan dan minuman yang menganggu
2) Kondisi lingkungan b. Keluhan sering terjaga menurun tidur
yang kurang nyaman c. Keluhan tidak puas tidur menurun d. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi
d. Keluhan pola tidur berubah Terapeutik
menurun a. Modifikasi Lingkungan
e. Keluhan istirahat tidak cukup b. Batasi waktu tidur siang
menurun c. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
d. Tetapkan jadwal tidur
e. Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
Edukasi
a. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
b. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
c. Anjurkan menghindari makanan/minuman yang
mengganggu tidur
d. Anjurkan penggunaan obat yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM
e. Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara non
farmakologi
3. Dampak
Asam traneksamat efektif dalam mencegah kehilangan darah pada
perioperatif pada pasien TURP. Hal ini juga sesuai dengan teori Pabinger
2017 yang menyatakan bahwa asam traneksamat dapat diindikasikan
sebagai terapi dalam mengurangi perdarahan pada pasien yang menjalani
operasi prostat (Pabinger et al., 2017).
SUMBER
Khan, N., Khan, I., Khan, N., Rahman, F. U., Naushad, M., & Kaka, A., 2017.
‘Role of Intravenous Tranexamic Acid in Decreasing Blood Loss During
Transurethral Resection of the Prostate ( Tur - P )’. Central European Journal
of Urology, 2(2), pp. 78–81.
Lier, H., Maegele, M., & Shander, A., 2019. ‘Tranexamic Acid for Acute
Hemorrhage: A Narrative Review of Landmark Studies and a Critical
Reappraisal of Its Use Over the Last Decade’. Anesthesia and Analgesia,
129(6), pp. 1574–1584.
Pabinger, I., Fries, D., Schöchl, H., Streif, W., & Toller, W., 2017. ‘Tranexamic
acid for treatment and prophylaxis of bleeding and hyperfibrinolysis’. Wiener
Klinische Wochenschrift, 129(9–10), pp. 303–316.
Veronica, Y. (2021). Efektivitas Asam Traneksamat Pada Prosedur Transurethral
Resection Of The Prostate (TURP) Pada Benign Prostate Hyperplasia (BPH):
Telaah Sistematis dan Meta-Analisis.
17
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. (2015). Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan Nyeri
Pada Pasien Post Op BPH Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang.
33, 2015.
Aprina, A., Yowanda, N. I., & Sunarsih, S. (2017). Relaksasi Progresif terhadap
Intensitas Nyeri Post Operasi BPH (Benigna Prostat Hyperplasia). Jurnal
Kesehatan, 8(2), 289. https://doi.org/10.26630/jk.v8i2.505
Astuti, D., Hartinah, D., & Permana, D. R. A. (2019). Pengaruh Terapi Dzikir
Terhadap Tingkat Nyeri Pada Pasien Post Operasi Benigna P Rostat H
Yperplasia D I Rsud. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 10(1), 229–
235.
Bachtiar, & Maryam, S. (2017). Jurnal Media Keperawatan : Politeknik Kesehatan
Makassar Jurnal Media Keperawatan : Politeknik Kesehatan Makassar.
Pengaruh PMR (Progressive Muscle Relaxation) Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Op BPH (Benign Prostate Hiperplasia),
08(02), 39–45.
Indriana, B. R. (2014). Teknik Relaksasi Otot Progresif Untuk Megurangi Nyeri.
02(01), 1–20.
Nurhasanah, N., Umara, A. F., & Hikmah, H. (2020). Pengaruh Mendengarkan
Asmaul Husna Terhadap Tingkat Nyeri Pada Pasien Post Turp Di Rsu
Kabupaten Tangerang. Jurnal JKFT, 5(2), 36.
https://doi.org/10.31000/jkft.v5i2.3920
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1 Cetakan 1. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.