OLEH :
KELOMPOK 1’18
WARSIATUN 1841312032
DEFRITA 1841312008
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat beserta
salam tak lupa pula kita hadiahkan kepada Nabi besar kita yakninya Nabi besar Muhammad
SAW. Yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah kepada zaman yang penuh ilmu
pengetahuan yang kita rasakan pada saat sekarang ini.
Asuhan keperawatan ini penulis buat untuk melengkapi tugas kelompok seminar kasus
mengenai “Asuhan Keperawatan Pada Pasien BPH”. Dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan makalah ini. Semoga menjadi ibadah dan mendapatkan pahala dari Allah SWT.
Amin.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, demi kesempurnaan makalah ini. Akhir
kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan supaya kita
selalu berada di bawah lindungan Allah SWT.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Definisi ................................................................................................................ 3
B. Etiologi ................................................................................................................ 4
C. Patofisiologi ............................................................................................................. 5
D. Tanda dan gejala ....................................................................................................... 4
E. Komplikasi ............................................................................................................... 5
F. Pemeriksaan penunjang ............................................................................................ 4
G. Penatalaksanaan ........................................................................................................ 5
H. Asuhan Keperawatan ................................................................................................. 4
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 9
A. Kesimpulan ............................................................................................................... 9
B. Saran ................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan ilmu dan teknologi di segala bidang dalam kehidupan ini membawa
dampak yang sangat signifikan terhadap peningkatan kualitas hidup, status kesehatan,
umur harapan hidup dan bertambahnya usia lanjut yang melebihi perkiraan statistik.
Kondisi tersebut menempati kasus degeneratif tersering yang diderita pria yaitu BPH.
Benign prostatic hyperplasia atau Benigna Prostat Hiperplasi (BPH) disebut juga Nodular
hyperplasia, Benign prostatic hypertrophy atau Benign enlargement of the prostate (BEP)
yang merujuk kepada peningkatan ukuran prostat pada laki-laki usia pertengahan dan usia
lanjut.
Benigna prostatic hyperplasia adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, yang
disebabkan hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan
kelenjar/jaringan fibromuskular yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika
(Jitowiyono & Kristiyanasari,2012:112). Hiperplasia prostat jinak (BPH) adalah penyakit
yang disebabkan oleh penuaan. Tanda klinis BPH biasanya muncul pada lebih dari 50%
laki-laki yang berusia 50 tahun keatas.(Price & Wilson,2006:1320). Penyebab terjadinya
BPH sampai sekarang belum diketahui secara pasti, namun faktor usia dan hormonal
menjadi predisposisi terjadinya BPH. Beberapa faktor meyebutkan bahwa hiperplasia
prostat sangat erat kaitannya dengan peningkatan DTH (dehidrotestosteron), peningkatan
esterogen-testosteron, interaksi antar sel stroma dan sel epitel prostat, berkurangnya
kematian sel, dan teori stem sel (Prabowo & Pranata,2014:131 )
Menurut data BPOM Pembentukan nodul pembesaran prostat ini sudah mulai
tampak pada usia 25 tahun pada sekitar 25% pria. Faktor lain yang mempengaruhi BPH
adalah latar belakang kondisi penderita misalnya usia, riwayat keluarga, obesitas,
meningkatnya kadar kolesterol darah, pola makan tinggi lemak hewani, olahraga, merokok,
minuman beralkohol, penyakit Diabetes Mellitus, dan aktifitas seksual. Berdasarkan data
yang ada, prevalensi BPH adalah umur 41-50 tahun sebanyak 20%, 51-60 tahun 50%, >80
tahun sekitar 90%. Angka kejadian di Indonesiabervariasi antara 24-30% dari kasus
urologi yang dirawat di beberapa rumah sakit (Badan POM RI,2013:4), penyakit
pembesaran prostat jinak menjadi urutan keduasetelah penyakit batu saluran kemih, dan
jika dilihat secara umumnya,diperkirakan hampir 50 persen pria Indonesia yang berusia di
atas 50 tahun,dengan kini usia harapan hidup mencapai 65 tahun ditemukan menderita
penyakitPPJ atau BPH ini. Selanjutnya, 5 persen pria Indonesia sudah masuk ke
dalamlingkungan usia di atas 60 tahun. Oleh itu, jika dilihat, dari 200 juta lebihbilangan
rakyat indonesia, maka dapat diperkirakan 100 juta adalah pria, dan yangberusia 60 tahun
dan ke atas adalah kira-kira seramai 5 juta, maka dapat secaraumumnya dinyatakan bahwa
kira-kira 2.5 juta pria Indonesia menderita penyakitBPH atau PPJ ini. Angka kejadian BPH
di Bangsal Bedah Pria RSUP DR M Djamil Padang yaitu 10 orang yang menderita
penyakit BPH pada bulan Maret 2018 .
Berdasarkan uraian diatas, maka kelompok tertarik mengambil kasus untuk
seminar dengan judul asuhan keperawatan pada pasien dengan BPH yang bertujuan untuk
mendeskripsikan kasus/masalah kesehatan dengan penerapan asuhan keperawatan secara
sistematis yaitu mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi
dan evaluasi dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien gangguan perkemihan
(BPH).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Landasan Teoritis Penyakit BPH ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan teoritis BPH?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan BPH?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Landasan Teoritis Penyakit BPH
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan teoritis BPH
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan BPH
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Kelenjar prostat terletak tepat dibawah leher kandung kemih. Kelenjar ini
mengelilingi uretra dan dipotong melintang oleh dua duktus ejakulatorius, yang merupakan
kelanjutan dari vas deferen. Pada bagian anterior difiksasi oleh ligamentum
pubroprostatikum dan sebelah inferior oleh difragma urogenital. Pada prostat bagian
posterior bermuara duktus ejakulatoris yang berjalan miring dan berakhir pada
verumontarum pada dasar uretra prostatika tepat proksimal dan sfingter uretra eksterna
secara embriologi, prostat berasal dari lima evaginasi epitel uretra posterior. Suplai darah
prostat diperdarahi oleh arteri vesikalis inferior dan masuk pada sisi postero lateralis lever
vesika (Wijaya & Putri,
2013:96)
Prostat adalah organ genetalia pria yang terletak di sebelah inferior kandung
kemih, di depan rectum yang membungkus uretra posterior. Bentuknya seperti buah
kemiri, dengan ukuran 4 x 3 x 2,5 cm, dan beratnya kurang lebih 20gram. Secara
histopatologi, kelenjar prostat terdiri atas komponen kelenjar dan stroma. Komponen
stroma ini terdiri atas otot polos, fibroblas, pembuluh darah, saraf, dan jaringan
penyangga yang lain (Muttaqin & Sari, 2013:20)
3. Etiologi
Penyebab pasti terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui. Namun, kelenjar protat
jelas sangat bergantung dengan hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya dengan
BPH adalah proses penuaan. Ada beberapa faktor yang kemungkinan menjadi penyebab
antara lain:
a. Dehydotesteron (DHT)
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor andogen menyebabkan epitel dan stroma
dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi.
b. Usia
BPH merupakan penyakit yang diderita oleh klien laki-laki dengan usia rata-rata 45
tahun dan frekuensi makin bertambah sesuai dengan bertambahnya umur, sehingga
diatas umur 80 tahun kira-kira 80% menderita kelainan ini. Sebagai etiologi sekarang
dianggap ketidakseimbangan endokrin testosteron dianggap mempengaruhi bagian tepi
prostat, sedangkan estrogen (dibuat oleh kelenjar adrenal) mempengaruhi bagian
tengah prostat. Peningkatan usia membuat ketidakseimbangan rasio antara estrogen
dan testosteron. Dengan meningkatnya kadar ekstrogen diguga berkaitan dengan
terjadinya hyperplasia stroma, sehingga timbul dugaan bahwa testosteron diperlukan
untuk inisiasi terjadinya poliferasi sel tetapi kemudian estrogenlah yang berperan
untuk perkembangan stroma.
c. Perubahan keseimbangan hormone esterogen dan testoteron
Pada proses penuaan yang dialami pria terjadi peningkatan hormon esterogen dan
penurunan testoteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
d. Interaksi stoma-epitel
Peningkatan epidermal growth factor atau fibroblast growth factor dan penurunan
transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma.
e. Berkurangnya sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan eepitel
dari kelenjar prostat.
f. Teori kebangkitan kembali (reawakening) atau reinduksi dari kemampuan mensekim
sinus urogenital untuk berproliferasi dan membentuk jaringan prostat.
4. Patofisiologi
Menurut Mansjoer Arif (2000), pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan
pada traktus urinarius. Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi
perubahan fisiologis yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher vesika
kemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat.
Sebagai akibatnya, serat destrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat
detrusor ke dalam mukosa buli-buli akan terlihat sebagai balok-balok yang tampai
(trabekulasi). Jika dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi , mukosa vesika dapat
menerobos keluar di antara serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang
apabila kecil dinamakan sakula dan apabila besar disebut diverkel. Fase penebalan
detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak
mampu lagi untuk kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut pada
hidronefrosis dan difungsi saluran kemih atas.
Pathway BPH
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
5. Derajat BPH
Benigne Prostat Hiperplasia terbagi dalam 4 derajat sesuai dengan gangguan
klinisnya:(Kristiyanasari&Jitowiyono,2012:119)
1. Derajat satu
Keluhan prostatime ditemukan penonjolan prostatisme 1-2 cm, sisa urine kurang
50 cc, pancaran lemah, necturia, berat kurang lebih 20 gram.
2. Derajat dua
Keluhan miksi terasa panas, sakit, disuria, nucturia bertambah berat, panas badan
tinggi(menggigil), nyeri daerah pinggang postat lebih menonjol, batas atas masih
teraba, sisa urine 50-100cc dan beratnya kurang lebih 20-40 gram.
3. Derajat tiga
Gangguan lebih berat dari derajat dua, batas sudah tak teraba, sisa urine lebih
100cc, penonjolan prostat 3-4 cm, dan beratnya 40 gram.
4. Derajat empat
Prostat lebih menonjol dari 4cm, ada penyulitke ginjal seperti gagal ginjal,
hydroneprosis.
7. Komplikasi
a. Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter
b. Atherosclerosis
c. hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal
d. Hernia / hemoroid
e. Infark Jantung
f. Imponten
g. Hemoragik post Operasi
h. Fistula
i. Struktur pasca operasi
j. Infeksi
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan colok dubur
Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan kesan keadaan tonus sfingtetr
anus, mukosa rectum, kelainan lain seperti benjolan dalam rectum dan prostat.
Pada perabaan melalui colok dubur dapat diperhatikan konsistensi prostat
adakah asimetri, adakah nodul pada prostat, apakah batas atas dapat dirab.
Derajat berat obstruksi dapat diukur dengan menentukan jumlah sisa urin
setelah miksi spontan. Sisa miksi ditentukan dengan mengukur urin yang masih
dapat keluar dengan kateterisasi. Sisa urin dapat pula diketahui dengan
melakukan ultrasonografi kandung kemih setelah miksi.
Ada 3 cara mengukur besarnya hipertropi prostat, yaitu :
1) Rectal grading
Rectal grading atau rectal toucher dilakukan dalam keadaan buli-buli
kosong. Sebab bila buli-buli penuh dapat terjadi kesalahan dalam penilaian.
Dengan rectal toucher diperkirakan dengan beberapa cm prostat menonjol
kedalam lumen dan rectum. Menonjolnya prostat dapat ditentukan dalam
grade. Pembagian grade sebagai berikut:
0-1 cm : Grade 0
1-2 cm : Grade 1
2-3 cm : Grade 2
3-4 cm : Grade 3
Lebih 4 cm : Grade 4
Biasanya pada grade 3 dan 4 batas dari prostat tidak dapat diraba karena
benjolan masuk ke dalam cavum rectum. Dengan menentukan rectal grading
maka didapatkan kesan besar dan beratnya prostat dan juga penting untuk
menentukan macam tindakan operasi yang akan dilakuakn. Bila kecil (grade
1) maka terapi yang baik adalah T.U.R.P (Trans Urethral Resection Prostat)
Bila prostat besar sekali ( grade 3-4) dapat dilakuakn prostatectomy terbuka
secara transvesical.
2) Clinical Grading
Pada pengukuran ini yang menjadi patokan adalah banyaknya sisa urin.
Pengukuran ini dilakukan dengan cara meminta pasien berkemih sampai
selesai saat bangun tidur pagi, kemudian memasukan kateter ke dalam
kandung kemih untuk mengukur sisa urin.
Sisa urin 0 cc : Normal
Sisa urin 0-50 cc : Grade 1
Sisa uri 50-150 cc : Grade 2
Sisa urin > 150 cc : Grade 3
Sama sekali tidak bisa kemih : Grade 4
3) Intra urethra grading
Untuk melihat seberapa jauh penonjolan lobus lateral ke dalam lumen
urethra. Pengukuran ini harus dapat dilihat dengan penendoskopy dan sudah
menjadi bidang dari urologi yang spesifik.
b. Pemeriksaan laboratorium
1) Analisis urin dan pemeriksaan mikroskopik urin, elektrolit, kadar ureum
kreatinin
2) Bila perlu Prostate Spesific Antigen (PSA), untuk dasar penentuan biopsy
c. Pemeriksaan radiologi
1) Foto polos abdomen
2) BNO- IVP
3) Systocopy
Dilakukan apabila anamnesis ditemukan hematuria atau pada pemeriksaan
urin ditemukan mikrohematuria. Pemeriksaan ini dapat memberikan
gambaran kemungkinan tumor didalam kandungan kemih atau sumber
perdarahan dari atas apabila darah datang dari muara ureter atau batu
radiolusen didalam vesica. Selain itu, sistoscopi dapat juga member
keterangan mengenai besar prostat dengan mengukur panjang urethra pars
prostatica dan melihat penonjolan prostat ke dalam urethra.
d. USG (Ultrasonografi)
Digunakan untuk memeriksa konsitensi, volume dan besar prostat juga keadaan
buli-buli termasuk residual urin. Pemeriksaan dapat dilakukan secara
transrektal, transuretal dan supra pubik.
9. Penatalaksanaan
a. Perubahan gaya hidup
Yaitu mengurangi minum-minuman beralkohol dan yang mengandung kafein.
b. Pengobatan :
1) Alpha blockers, suatu α1-adrenergic receptor antagonis (misalnya:
Doxazosin, Terazosin, Alfazosin, dan Tamsulosin), dapat memperbiki
gejala-gejala BPH, Alpha blockers dapat merelaksasi otot pada prostat dan
leher kandung kemih, danmenurunkan derajat hambatan aliran urine.
2) 5α-reductase inhibitors (misalnya: Finasteride and dutasteride). Ketika
digunanakan bersama dengan alpha bockers dapat menurunkan
progresifitas pembesaran prostat.
c. Kateterisasi
d. Pemberian obat antimikrobal
e. Pembedahan
Prostatectomy adalah pembedahan dengan mengeluarkan seluruh atau
sebagian dari kelenjar prostate. Abnormalitas prostate, seperti sebuah tumor
atau apabila kelenjar prostate membesar kerena berbagai alas an dapat
menghambat aliran urin
Terdapat beberapa bentuk operasi pada prostat, diantaranya:
1) Transurethral resection of prostate (TURP)
a) Suatu alat sistoscopy dimasukan melalui uretra ke prostat, dimana
jaringan di sekeliling di eksisi.
b) TURP adalah suatu pembedahan yang dilakukan pada BPH dan
hasilnya sempurna dengan tingkat keberhasilan 80-90%.
2) Open Prostatectomy
Open Prostatectomy adalah suatu prosedur pembedahan dengan
melakukan insisi pada kulit dan mengangkat ade noma prostat melalui
kapsula prostat (retropubic prostatectomy) atau RPP, atau melalui
kandung kemih (suporapubic prostatectomy) atau SPP. Open
prostatectomy diindikasikan apabila prostat lebih dari 60 gram.
3) Laparoscopy prostatectomy
Suatu laparoscopi atau empat insisi kecil dibuat di abdomen dan seluruh
prostat dikeluarkan sesacara hati-hati dimana saraf-saraf lebih mudah
rusak dengan teknik retropubic atau suprapubic. Laparoscopic
prostatectomy lebih menguntungkan dibandingkan dengan pembedahan
radikal perineal prostatectomy atau retropubik prostatectomy dan lebih
ekonomis dibandingkan teknik bantuan robot.
4) Robotic-assited prostatectomy
Robotic-assited prostatectomy atau pembedahan dengan bantuan robot.
Tangan-tangan robot laparoscopi dikendalikan oleh seorang ahli bedah.
5) Radical perineal prostatectomy
Radical perineal prostatectomy adalah suatu insisi yang dibuat dperinium
di tengah-tengah antara rectum dan scrotum , dan kemudian prostat
dikeluarkan
6) Radical retropubic prostatectomy
Radical retropubic prostatectomy adalah suatu insisi yang dibuat di
abdomen bawah, dan kemudian prostat dikeluarkan (diangkat) melalui
belakang tulang pubis (retropubic). Radical retropubic prostatectomy
adalah salah satu tindakan kunci pada kanker prostat.
7) Transurethral elctrovaporization of the prostate (TVP)
8) Transurethral plasmakinetic vaporization prostatectomy (TUPVP)
9) Laser TURP
10) Visual laser ablation (VLAP)
11) Transurethral Microwaves Thermo Therapy (TUMT)
12) Transurethral Needle Ablation (TUNA)
4) Pemeriksaan Fisik
5) Pemeriksaan Penunjang
6) Terapi
b. Analisa Data
2. Diagnosa Keperawatan
a Gangguan eliminasi urin
b Retensi Urin
c Nyeri akut
d Resiko ketidakefektifan perfusi ginjal
e Resiko infeksi
f Ansietas
g Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
h Risiko Perdarahan
3. Rencana Keperawatan
No. NANDA NOC NIC
1. Gangguan eliminasi urin
NOC: Urinary Retention Care
Definisi: - Urinary elimination - Lakukan penilaian kemih yang
Disfungsi eliminasi urin - Urinary Contiunence komprehensif berfokus pada
Batasan karakteristik: Kriteria Hasil : inkontinensia (misalnya, output urin,
- Anyang-anyangan - Kandung kemih kosong pola berkemih kemih, fungsi kognitif,
- Disuria secara penuh dan masalah kencing praeksisten)
- Dorongan berkemih - Tidak ada residu urine > - Memantau penggunaan obat dengan
- Inkontinensia 100-200 cc sifat antikolinergik atau properti alpha
- Nokturia - Intake cairan dalam agonis
- Retensi urin rentang normal - Memonitor efek dari obat-obatan yang
- Sering berkemih - Bebas dari ISK diresepkan, seperti calcium channel
Faktor yang - Tidak ada spasme bladder blockers dan antikolinergik
berhubungan: - Menyediakan penghapusan privasi
- Balance cairan seimbang
- Gangguan sensori - Gunakan kekuatan sugesti dengan
motorik menjalankan air atau disiram toilet
- Infeksi saluran kemih
- Merangsang refleks kandung kemih
- Obstruksi anatomik
dengan menerapkan dingin untuk
- Penyebab multipel
perut, membelai tinggi batin, atau air
- Sediakan waktu yang cukup untuk
pengosongan kandung kemih (10
menit)
- Gunakan spirit wintergreen di pispot
atau urinal
- Menyediakan manuver Crede, yang
diperlukan
- Gunakan double-void teknik
- Masukkan kateter kemih, sesuai
- Anjurkan pasien / keluarga untuk
merekam output urin, sesuai
- Instruksikan cara-cara untuk
menghindari konstipasi atau impaksi
tinja
- Memantau asupan dan keluaran
- Memantau tingkat distensi kandung
kemih dengan palpasi dan perkusi
- Membantu dengan toilet secara berkala
- Memasukkan pipa ke dalam lubang
tubuh untuk sisa
- Menerapkan kateterisasi intermiten
- Merujuk ke spesialis kontinensia
kemih
Bulechek,G.M.,`Butcher,H.K.,`Dochterman,J.M,Wagner,C.M.`2013.`Nursing`Intervent
ion Classification (NIC). United Kingdom: Elsevier
Brunner & Sudart, 2002. Keperawatan Medikal Bedah Volume 8.EGC : Jakarta.
Mansjoer,Arif,dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 ,FK UI.Jakarta: Media
Aesculapius
Moorhead,S., Jhonson,M., Maas,M.L.,Swanson,E.2013. Nursing Outcome
Classification (NOC). Kingdom: Elsevier
Nanda International. 2015. Diagnosis Keperawatan: Defenisi dan klassifikasi, Jakarata:
EGC
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosis Medis & NANDA NIC NOC.Jakarta:MediAction
Publishing
Rudi Haryono. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Perkemihan. Yogyakarta:
Rapha Publishing.
Toto Suharyanto. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta Timur, Trans Info media
Yuliana Elin, Andrajat Retnosari, dkk.2011.ISO Farmakoterapi 2.Jakarta:ISFI
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
DATA KLINIS
Nama : Tn. N No. Rek. Medis : 01.01.16.99
Usia : 69 Th TB : 160 cm BB : 50 kg
LILA : 21 cm
Suhu : 36,80C
Nadi : 80 x/i Kuat ( ) Lemah ( √ ) Teratur ( ) Tidak teratur ( )
Tekanan darah : Lengan kanan 120/80 mmHg Lengan kiri Duduk Berbaring .
Tanggal kedatangan : 4 April 2018 Waktu : 01.54 WIB
Orang yang bisa dihubungi : Tn. RTelepon : 082345263006 .
Catatan Kedatangan : Kursi roda ( ) Ambulans ( √ ) Brankar ( )
Genogram
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
POLA ELIMINASI
Keluhan: Nyeri, dan tidak puas saat BAK (sebelum pemasangan kateter)
Pola Defekasi Pola Urinasi
Frekwensi 1x/2 hari Konsistensi: lembek Frekwensi: - Konsistensi: cair
Warna: kuning Warna: kuning pekat/
kecoklatan Bau: busuk seperti air teh Bau: busuk
Banyaknya: ¼ pempers Banyaknya: ± 400 cc
Stoma : tidak ada Alat bantu: kateterisasi intermitten
Hal yang dilakukan saat ada masalah:Bila mempunyai masalah biasanya pasien
bercerita dan meminta pendapat dari keluarganya.
Penggunaan obat untuk menghilangkan stres:Tidak ada penggunaan obat untuk stress
Keadaan emosi dalam sehari hari:√santai______________tegang
POLA KEYAKINAN-NILAI:
Agama : (√ ) Islam ( ) Kristen ( ) Protestan ( ) Hindu ( ) Budha
Pantangan keagamaan : (√) Tidak ( ) Ya
Pengaruh agama dalam kehidupan : Membuat klien hidup lebih damai
Permintaan kunjungan rohaniawan pada saat ini : ( ) Ya ( √) Tidak
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnostik :
Nilai Rujukan
Pemeriksaan Hasil Satuan Interpretasi
Pria Wanita
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda vital TD = 120/80 mmHg
Nadi = 80 x/i
Nafas = 22 x/i
Suhu = 36,8 derajat C
Kulit Sawo matang
Kulit kering
Leher
Trakea Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Karotid Bruit Tidak ada pembesaran tiroid
Vena
Kelenjar Tiroid
Lainnya
Dada I = Simetris kiri kanan
P = Fremitus kiri kanan
P = Sonor
A = vesikuler
Neurologi
Status mental/GCS GCS 15
Saraf kranial E4M5V6
Motoris
Sensoris
DTR
Lainnya
Ekstremitas Atas : tangan kanan terpasang IVFD RL 6 jam/kolf
Bawah : tidak ada masalah
Vaskuler perifer Baik
Genitalia Terpasang kateter intermitten
Rectal Bersih, tidak ada kelainan
TERAPI MEDIS:
- IVFD RL 28 6 jam/kolf
- Inj. Keterolac 3x 30 mg
- Inj. Ranitin 2 x 50 mg
ANALISA DATA
Data Penyebab Diagnosa keperawatan
DS : Obstruksi mekanik, Retensi urin
- Pasien mengeluh BAK pembesaran prostat
tertahan
- Pasien mengeluh sebelum
pemasangan kateter urine
BAK keluar tertahan
(klien tidak puas saat
BAK)
- Keluarga klien
mengatakan urine pasien
terakhir dibuang jam
07.00 WIB pada tanggal
5 April 2018.
DO :
- Saat di kaji tampak urine
klien berwarna kuning
pekat,
- Jumlah 400 ml,
- Kebiasaan berkemih klien
mengalami retensi
DS : Agen cidera biologis (distensi Nyeri akut
- Klien mengeluhkan nyeri kandung kemih)
pada area alat kelamin,
- Klien mengatakan nyeri
datang hilang-timbul dan
saat nyeri berlangsung 2-
3 menit.
DO :
- Skala nyeri 5.
- Nyeri disebabkan oleh
penebalan pada dinding
saluran prostat
- Klien tampak meringis
- Nyeri datang hilang
timbul dibagian alat
kelamin
- Durasi saat nyeri 2-3
menit
- Nyeri disebabkan oleh
penekanan pada kandung
kemih
- Karateristik nyeri akut
DS : Intake yang tidak adekuat Ketidak seimbangan nutrisi
- Keluarga klien kurang dari kebutuhan
mengatakan klien tidak
mau makan,
- Keluarga mengatakan
nafsu makan klien
menurun
DO :
- Diet yang diberikan oleh
petugas gizi tidak
menarik bagi pasien.
- BB awal : 55 Kg menjadi
50 Kg terjadi penurunan
berat badan 5 kg dalam 3
bulan terakhir
- IMT saat sehat = 21
- IMT saat sakit= 19
- Klien hanya
mengahabiskan makanan
3 sendok saat makan
siang pada saat
pengkajian tanggal 5
April 2018.
Rencana Asuhan Keperawatan
Nama Pasien : Tn. N
No RM : 01.01.16.99
Diagnosa Medis : BPH (Benigna Prostat Hiperplasia)
Ruangan : CP (Bedah Pria)
Perlindungan Infeksi
aktivitas:
- monitor adanya tanda dan gejala infeksi sitemik
dan lokal
- monitor kerentanan terhadap infeksi
- monitor hitung hitung mutlak granulosit, WBC,
dan hasil-hasil deferensial
- ikuti tindakan pencegahan neutropenia yang
sesuai
- batasi jumlah pengunjung
- skrining semua pengunjung terkait penyakit
menular
- pertahankan aseptic untuk pasien beresiko
- pertahankan teknik-teknik isolasi yang sesuai
- berikan perawatan kulit yang tepat
- periksa kulit pada area pemasangan kateter
untuk adanya kemerahan, kehangatan ekstrim
atau adanya cairan yang keluar
- tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
- anjurkan asupan cairan yang tepat
- anjurkan istirahat
- anjurkan peningkatan mobilitas dan latihan
dengan tepat
- ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan
gejala infeksi, dan kapan harus melaporkannya
kepada pemberi pelayanan kesehatan
- ajarkan pasien dan anggota keluar bagaimana
cara menghindari infeksi
2 Nyeri Akut berhubungan dengan agen Kontrol nyeri Menajemen nyeri
cidera biologi ( distensi kandung kemih) Indikator: Aktivitas:
- Mengenali kapan nyeri - Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
terjadi meliputi lokasi karakteristik, onset/durasi,
- Menggambarkan faktor frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya
penyebab nyeri dan faktor pencetus
- Menggunakan tindakan - Obserfasi adanya petunjuk nonverbal
pencegahan mengenai ketidaknyamanan
- Menggunakan tindakan - Pastikan perawatan analgesik bagi pasien
pengurangan nyeri dilakukan dengan pemantauan yang ketat
- Menggunakan analgesik - Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien
yang di rekomendasikan mengenai nyeri
- Melaporkan perubahan - Tentukan akibat dari pengalaman nyeri
terhadap gejala nyeri terhaddap kualitas hidup pasien
- Melaporkan nyeri yan - Berikan informasi mengenai nyeri, seperti
terkontrol penyebab nyeri, berpa lama nyeri
1 2 3 4 5 - Kendalikan faktor lingkungan yang dapat
Ket: mempengaruhi respon pasien terhadap
1. Tidak pernah ketidaknyamanan
menunjukkan - Kurani faktor-faktor yang dapat mencetuskan
2. Jarang menunjukkan peningkatan nyeri
3. Kadang-kadang - Ajarkan pasien prinsip-prinsip menajemen
menunjukkan nyeri
4. Sering menunjukkan - Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi
5. Secara konsisten - Berikan individu penurunan nyeri yang
menunjukkan optimal dengan peresepan analgesik
- Dukung istirahat/tidur yang adekuat
Tingkatan nyeri
Indikator: Pemberian Analgesik
- Nyeri yang dilaporkan Aktivitas:
- Panjangnya episode nyeri - Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan
- Menggosok area yang keparahan nyeri sebelum mengobati pasien
terkena dampak - Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis,
- Menggerang dan menangis dan frekuensi obat analgesik yang diresepkan
- Ekspresi wajah nyeri - Cek adanya riwayat alergi
- Tidak bisa istirahat - Tentukan pilhan obat analgesik
- Mengerinyit - Berikan analgesik sesuai waktu paruhnya,
- Kehilangan nafsu makan terutama pada nyeri yang berat
- Mual - Pilih rute intervena
1 2 3 4 5 - Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian
Ket : analgesik
1. Berat - Dokumentasikan responterhaddap analgesik
2. Cukup berat dan adanya efek samping
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
aktivitas:
- Memonitor adanya tanda dan gejala infeksi
sitemik dan lokal
- Memonitor kerentanan terhadap infeksi
- Memonitor hitung hitung mutlak granulosit,
WBC, dan hasil-hasil deferensial
- Mengikuti tindakan pencegahan neutropenia
yang sesuai
- Membatasi jumlah pengunjung
- Menskrining semua pengunjung terkait
penyakit menular
- Mempertahankan aseptic untuk pasien beresiko
- Mempertahankan teknik-teknik isolasi yang
sesuai
- Memberikan perawatan kulit yang tepat
- Memeriksa kulit pada area pemasangan kateter
untuk adanya kemerahan, kehangatan ekstrim
atau adanya cairan yang keluar
- Meningkatkan asupan nutrisi yang cukup
- Menganjurkan asupan cairan yang tepat
- Menganjurkan istirahat
- Menganjurkan peningkatan mobilitas dan
latihan dengan tepat
- Mengajarkan pasien dan keluarga mengenai
tanda dan gejala infeksi, dan kapan harus
melaporkannya kepada pemberi pelayanan
kesehatan
- Mengajarkan pasien dan anggota keluar
bagaimana cara menghindari infeksi
Nyeri akut Aktivitas : S:
berhubungan dengan - melakukan pengkajian nyeri komprehensif - Klien mengeluhkan nyeri masih
agen cidera biologi yang meliputi lokasi karakteristik, pada area kandung kemih,
(distensi kandung onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas - Klien mengatakan nyeri datang
kemih) atau beratnya nyeri dan faktor pencetus hilang-timbul dan saat nyeri
- mengobservasi adanya petunjuk nonverbal berlangsung 2-3 menit.
mengenai ketidaknyamanan - Klien mengatakan kurang puas
- memastikan pemberian analgesik bagi pasien BAK nya
dilakukan dengan pemantauan yang ketat O:
- menggali pengetahuan dan kepercayaan - Skala nyeri 5.
pasien mengenai nyeri - Klien tampak meringis
- menentukan akibat dari pengalaman nyeri - Nyeri datang hilang timbul
terhadap kualitas hidup pasien dibagian kandung kemih bagian
- memberikan informasi mengenai nyeri, bawah
seperti penyebab nyeri, berpa lama nyeri - Durasi saat nyeri 2-3 menit
- mengendalikan faktor lingkungan yang dapat - Nyeri disebabkan oleh
mempengaruhi respon pasien terhadap penekanan pada kandung kemih
ketidaknyamanan - Teraba distensi kandung kemih
- mengurangi faktor-faktor yang dapat - TD : 120/70 mmHg, Nadi :
mencetuskan peningkatan nyeri 86x/i,P : 20 x/i, Suhu : 36,5 0C
- mengajarkan penggunaan teknik non A : Masalah Belum teratasi
farmakologi seperti teknik nafas dalam setiap P : Intervensi dilanjutkan dengan
nyeri berlangsung manajemen nyeri tarik nafas dalam
- memberikan individu penurunan nyeri yang dan monitor TTV
optimal dengan peresepan analgesic yaitu
pemberian injeksi ketorolac 2 cc melalui
bolus
- Dukung istirahat/tidur yang adekuat
- Monitor TTV sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
TTV sebelum pemberian ketorolac TD= 120/80
mmHg, Nadi = 80 x/i, Nafas = 22 x/i, Suhu = 36,8 0
C
TTV sesudah pemeberian analgesic ketorolac : TD
: 120/70 mmHg, Nadi : 86x/i,P : 20 x/i, Suhu : 36,5
0
C
mendokumentasikan respon terhaddap analgesik
dan adanya efek samping
Ketidakseimbangan Aktivitas : S:
nutrisi kurang dari - menentukan status gizi pasien dan - Keluarga klien mengatakan
kebutuhan tubuh kemampuan pasien untuk memenuhi klien tidak mau makan,
berhubungan dengan kebutuhan gizi - Keluarga mengatakan nafsu
intake yang tidak - mengidentifikasi adanya alergi atau makan klien menururn
adekuat intoleransi makanan yang dimiliki pasien O:
- menginstruksikan pasien mengenai - Diet yang diberikan oleh petugas
kebutuhan nutrisi gizi tidak ada disentuh
- menentukan jumlah kalori dan jenis nutri sedikitpun.
yang dibutuhkan - BB awal : 55 Kg menjadi 50 Kg
- memberikan pilihan makanan sambil terjadi penurunan berat badan 5
menawarkan bimbingan terhadap pilihan kg dalam 3 bulan terakhir
makanan yang lebih sehat - Klien hanya mengahbiskan
- mengatur diit yang diperlukan makanan 3 sendok saat makan
- menciptakan lingkungan yang optimal pada siang pada saat pengkajian
saat mengkonsumsi makan tanggal 5 April 2018.
- membantu pasien terkait dengan perawatan A : Masalah Belum teratasi
mulut sebelum makan yaitu oral hygiene P : intervensi dilanjutkan dengan
pasien ditempat tidur Manajemen Nutrisi dengan diet
- memastikan diit mencakup makanan tinggi TKTP dan monitor Penambahan BB
kandungan serat untuk mencegah konstipasi
- memonitor kecendrungan terjadi penurunan
dan kenaikan berat badan
- Lakkan pengukuran antropometri: LILA
pasien 21 cm
- Memonitor kecendrungan turun atau
kenaikan berat badan
- mengidentifikasi perubahan berat badan
terkhir
- Monitor turgor kulit dan mobilitas: Pasien
bedrest, tampak lemah dan membrane
mukosa tampak kering
- Memonitor adanya mual dan muntah
- mengidentifikasi abnormalitas eliminasi
bowel: pasien mengalami susah BAK karena
pembesaran prostat
- Memonitor diit dan asupan kalori
- mengidentifikasi perubahan nafsu makan dan
akrivitas akhir-akhir ini
- menentukan pola makan
- Memonitor adanya warna pucat, kemerahan
dan konjungtiva yang kering
- melakukan evaluasi kemampuan menelan
- melakukan pemeriksaan laboratorium Hb
terakhir :11,3 g/dl
menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi
asupan nutrisi
Jum’at/ 06 Retensi urin Aktivitas : S:
April 2018 berhubungan dengan - Menjelaskan prosedur dan rasionalisasi - Klien mengeluh BAK masih
obstruksi mekanik, kateterisasi tertahan dan BAB berdarah
pembesaran prostat - Memasang alat dengan tepat sudah berhenti.
- Memberikan privasi dan tutupi pasien dengan - keluarga klien mengatakan klien
baik untuk kesopanan (yaitu hanya urinenya masih sedikit
mengekspos area genitalia) O:
- Memastikan pencahayaan yang tepat untuk - tampak urine klien berwarna
visualisasi anatomi yang tepat kuning pekat,
- Mengisi bola kateter sebelum pemasangan - Jumlah diurese 250 ml dari jam 7
kateter untuk memeriksa ukuran dan kepatenan malam sampai jam 7 pagi
kateter - kandung kemih klien teraba
- Mempertahankan teknik aseptik yang ketat penuh.
- Mempertahankan kebersihan tangan yang baik, - Kebiasaan berkemih klien
sebelum, selama, dan setelah insersi atau saat mengalami retensi
memanipulasi kateter A : masalah belum teratasi
- Memposiskan pasien dengan tepat, laki-laki P : intervensi dilanjutkan dengan
dengan posisi terlentang (supine) manajemen cairan, intake output dan
- Membersihkan daerah sekitar meatus uretra monitor TTV
dengan larutan antibakteri, saline steril atau air
steril sesuai kebijakan lembaga
- Memasukkan dengan lurus atau retensi kateter
kedalam kandung kemih
- Menggunakan ukuran kateter yang sesuai
- Memastikan bahwa kateter yang dimasukkan
cukup jauh kedalam kandung kemih untuk
mencegah trauma pada jaringan uretra dengan
inflasi balon kateter
- Mengisi bola kateter untuk menetapkan
kateter, berdasarkan usia dan ukuran tubuh
sesuai rekomendasi pabrik
- Menghubungkan retensi kateter ke urine bag
ke sisi tempat tidur pasien
- Mengamankan kateter pada kulit dengan
plaster yang sesuai
- Menempatkan urine bag dibawah permukaan
kandung kemih
- Memonitor intake dan output
- Melakukan pengosongan urine bag bila
diperlukan
- Mendokumentasikan perawatan termasuk
ukuran kateter, jenis, jumlah pengisian balon
kateter, warna urine yang keluar, jumlah urine
yang keluar
aktivitas:
- Memonitor adanya tanda dan gejala infeksi
sitemik dan lokal
- Memonitor kerentanan terhadap infeksi
- Memonitor hitung hitung mutlak granulosit,
WBC, dan hasil-hasil deferensial
- Mengikuti tindakan pencegahan neutropenia
yang sesuai
- Membatasi jumlah pengunjung
- Menskrining semua pengunjung terkait
penyakit menular
- Mempertahankan aseptic untuk pasien beresiko
- Mempertahankan teknik-teknik isolasi yang
sesuai
- Memberikan perawatan kulit yang tepat
- Memeriksa kulit pada area pemasangan kateter
untuk adanya kemerahan, kehangatan ekstrim
atau adanya cairan yang keluar
- Meningkatkan asupan nutrisi yang cukup
- Menganjurkan asupan cairan yang tepat
- Menganjurkan istirahat
- Menganjurkan peningkatan mobilitas dan
latihan dengan tepat
- Mengajarkan pasien dan keluarga mengenai
tanda dan gejala infeksi, dan kapan harus
melaporkannya kepada pemberi pelayanan
kesehatan
- Mengajarkan pasien dan anggota keluar
bagaimana cara menghindari infeksi
Nyeri akut Aktivitas : S:
berhubungan dengan - melakukan pengkajian nyeri komprehensif - Klien mengeluhkan nyeri masih
agen cidera biologi yang meliputi lokasi karakteristik, sering datang
(distensi kandung onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas - Klien mengatakan nyeri datang
kemih) atau beratnya nyeri dan faktor pencetus saat beraktivitas.
- mengobservasi adanya petunjuk nonverbal - Klien mengatakan nyerinya
mengenai ketidaknyamanan seperti ditusuk-tusuk
- memastikan pemberian analgesik bagi pasien O:
dilakukan dengan pemantauan yang ketat - Skala nyeri 4
- menggali pengetahuan dan kepercayaan - Klien masih meringis
pasien mengenai nyeri - Nyeri datang hilang timbul
- menentukan akibat dari pengalaman nyeri dibagian kandung kemih bagian
terhadap kualitas hidup pasien bawah
- memberikan informasi mengenai nyeri, - Klien tampak berhati-hati dalm
seperti penyebab nyeri, berpa lama nyeri bergerak
- mengendalikan faktor lingkungan yang dapat - Nyeri disebabkan oleh
mempengaruhi respon pasien terhadap penekanan pada kandung kemih
ketidaknyamanan - Teraba distensi kandung kemih
- mengurangi faktor-faktor yang dapat - TD : 120/60 mmHg, Nadi :
mencetuskan peningkatan nyeri 80x/i,P : 24 x/i, Suhu : 36,6 0C
- mengajarkan penggunaan teknik non A : Masalah Belum Teratasi
farmakologi seperti teknik nafas dalam setiap P : intervensi Lanjut dengan
nyeri berlangsung manajemen nyeri Distraksi dan
- memberikan individu penurunan nyeri yang monitor TTV
optimal dengan peresepan analgesic yaitu
pemberian injeksi ketorolac 2 cc melalui
bolus
- Dukung istirahat/tidur yang adekuat
- Monitor TTV sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
TTV sebelum pemberian ketorolac TD= 120/80
mmHg, Nadi = 78 x/i, Nafas = 20 x/i, Suhu = 36,9 0
C
TTV sesudah pemeberian analgesic ketorolac : TD
: 120/60 mmHg, Nadi : 80x/i,P : 24 x/i, Suhu :
36,60C
mendokumentasikan respon terhaddap analgesik
dan adanya efek samping
Ketidakseimbangan Aktivitas : S:
nutrisi kurang dari - menentukan status gizi pasien dan - Keluarga klien mengatakan
kebutuhan tubuh kemampuan pasien untuk memenuhi klien tidak mau makan,
berhubungan dengan kebutuhan gizi - Keluarga mengatakan nafsu
intake yang tidak - mengidentifikasi adanya alergi atau makan klien menururn
adekuat intoleransi makanan yang dimiliki pasien
- menginstruksikan pasien mengenai O:
kebutuhan nutrisi - BB awal : 55 Kg menjadi 50 Kg
- memberikan pilihan makanan sambil terjadi penurunan berat badan 5
menawarkan bimbingan terhadap pilihan kg dalam 3 bulan terakhir
makanan yang lebih sehat - Klien hanya mengahbiskan
- mengatur diit yang diperlukan makanan 5 sendok saat makan
- menciptakan lingkungan yang optimal pada siang dan meminum air aqua
saat mengkonsumsi makan sekitar 550 ml
- membantu pasien terkait dengan perawatan - Hb terakhir : 11,3 g/dl
mulut sebelum makan yaitu oral hygiene - LILA : 21 cm
pasien ditempat tidur - Pasien mengalami susah BAJ
- memastikan diit mencakup makanan tinggi karena pembesaran prostat
kandungan serat untuk mencegah konstipasi - Konjungtiva anemis
- memonitor kecendrungan terjadi penurunan - Kulit kering
dan kenaikan berat badan - Klien masih tampak lemah
- Lakkan pengukuran antropometri: LILA A : masalah teratasi sebagian
pasien 21 cm P : intervensi dilanjutkan dengan
- mengidentifikasi perubahan berat badan manajemen nutrisi
terkhir
- Monitor turgor kulit dan mobilitas: Pasien
bedrest, tampak lemah dan membrane
mukosa tampak kering
- mengidentifikasi abnormalitas eliminasi
bowel: pasien mengalami susah BAK karena
pembesaran prostat
- Memonitor diit dan asupan kalori
- mengidentifikasi perubahan nafsu makan dan
akrivitas akhir-akhir ini
- menentukan pola makan
- Memonitor adanya warna pucat, kemerahan
dan konjungtiva yang kering
- melakukan evaluasi kemampuan menelan
- melakukan pemeriksaan laboratorium Hb
terakhir :11,3 g/dl
- menentukan faktor-faktor yang
mempengaruhi asupan nutrisi
aktivitas:
- Memonitor adanya tanda dan gejala infeksi
sitemik dan lokal
- Memonitor kerentanan terhadap infeksi
- Memonitor hitung hitung mutlak granulosit,
WBC, dan hasil-hasil deferensial
- Mengikuti tindakan pencegahan neutropenia
yang sesuai
- Membatasi jumlah pengunjung
- Menskrining semua pengunjung terkait
penyakit menular
- Mempertahankan aseptic untuk pasien beresiko
- Mempertahankan teknik-teknik isolasi yang
sesuai
- Memberikan perawatan kulit yang tepat
- Memeriksa kulit pada area pemasangan kateter
untuk adanya kemerahan, kehangatan ekstrim
atau adanya cairan yang keluar
- Meningkatkan asupan nutrisi yang cukup
- Menganjurkan asupan cairan yang tepat
- Menganjurkan istirahat
- Menganjurkan peningkatan mobilitas dan
latihan dengan tepat
- Mengajarkan pasien dan keluarga mengenai
tanda dan gejala infeksi, dan kapan harus
melaporkannya kepada pemberi pelayanan
kesehatan
- Mengajarkan pasien dan anggota keluar
bagaimana cara menghindari infeksi
Nyeri akut Aktivitas : S:
berhubungan dengan - melakukan pengkajian nyeri komprehensif - Klien mengeluhkan nyeri masih
agen cidera biologi yang meliputi lokasi karakteristik, datang lagi pada perut bagian
(distensi kandung onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas bawah
kemih) atau beratnya nyeri dan faktor pencetus - Klien mengatakan nyeri kadang
- mengobservasi adanya petunjuk nonverbal datang disaat tidur
mengenai ketidaknyamanan O:
- memastikan pemberian analgesik bagi pasien - Skala nyeri 4
dilakukan dengan pemantauan yang ketat - Ekspresi klien masih meringis
- menggali pengetahuan dan kepercayaan - Nyeri hilang timbul dibagian
pasien mengenai nyeri kandung kemih bagian bawah
- menentukan akibat dari pengalaman nyeri - Nyeri disebabkan oleh
terhadap kualitas hidup pasien penekanan pada kandung kemih
- memberikan informasi mengenai nyeri, - Masih Teraba distensi kandung
seperti penyebab nyeri, berpa lama nyeri kemih
- mengendalikan faktor lingkungan yang dapat - TD : 120/70 mmHg, Nadi :
mempengaruhi respon pasien terhadap 86x/i,P : 20 x/i, Suhu : 36,5 0C
ketidaknyamanan A : masalah teratasi sebagian
- mengurangi faktor-faktor yang dapat P : intervensi dilanjutkan dengan
mencetuskan peningkatan nyeri manajemen nyeri dan pemberian
- mengajarkan penggunaan teknik non drip ketorolac 2 cc dalam RL 500 ml
farmakologi seperti teknik nafas dalam setiap dan monitor TTV
nyeri berlangsung
- memberikan individu penurunan nyeri yang
optimal dengan peresepan analgesic yaitu
pemberian drip ketorolac 2 cc dalam RL 500
ml dengan 28 TPM
- Dukung istirahat/tidur yang adekuat
- Monitor TTV sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
TTV sebelum pemberian ketorolac TD= 120/80
mmHg, Nadi = 94 x/i, Nafas = 22 x/i, Suhu = 36,50
C
TTV sesudah pemeberian analgesic ketorolac : TD
: 120/70 mmHg, Nadi : 86x/i,P : 20 x/i, Suhu : 36,5
0
C
mendokumentasikan respon terhaddap analgesik
dan adanya efek samping
Ketidakseimbangan Aktivitas : S:
nutrisi kurang dari - menentukan status gizi pasien dan - Keluarga klien mengatakan
kebutuhan tubuh kemampuan pasien untuk memenuhi klien tidak mau makan,
berhubungan dengan kebutuhan gizi - Keluarga mengatakan nafsu
intake yang tidak - mengidentifikasi adanya alergi atau makan sudah ada peningkatan
adekuat intoleransi makanan yang dimiliki pasien dari yang sebelumnya
- menginstruksikan pasien mengenai O:
kebutuhan nutrisi - Diet klien makanan lunak dan
- menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi susu ultramilk
yang dibutuhkan - BB awal : 55 Kg menjadi 50 Kg
- memberikan pilihan makanan sambil terjadi penurunan berat badan 5
menawarkan bimbingan terhadap pilihan kg dalam 3 bulan terakhir
makanan yang lebih sehat - Klien hanya mengahabiskan
- mengatur diit yang diperlukan makanan ¼ porsi dari porsi yang
- menciptakan lingkungan yang optimal pada disediakan.
saat mengkonsumsi makan - Konjungtiva anemis
- membantu pasien terkait dengan perawatan A : masalah teratasi sebagian
mulut sebelum makan yaitu oral hygiene P : Intervensi dilanjutkan dengan
pasien ditempat tidur manajemen nutrisi dan monitor
- memastikan diit mencakup makanan tinggi nutrisi intake output dan kolaborasi
kandungan serat untuk mencegah konstipasi dengan ahli gizi dalam pemberian
- memonitor kecendrungan terjadi penurunan menu makanan yang disukai pasien
dan kenaikan berat badan
- Lakkan pengukuran antropometri: LILA
pasien 21 cm
- Memonitor kecendrungan turun atau
kenaikan berat badan
- mengidentifikasi perubahan berat badan
terkhir
- Monitor turgor kulit dan mobilitas: Pasien
bedrest, tampak lemah dan membrane
mukosa tampak kering
- Memonitor adanya mual dan muntah
- mengidentifikasi abnormalitas eliminasi
bowel: pasien mengalami susah BAK karena
pembesaran prostat
- Memonitor diit dan asupan kalori
- mengidentifikasi perubahan nafsu makan dan
akrivitas akhir-akhir ini
- menentukan pola makan
- Memonitor adanya warna pucat, kemerahan
dan konjungtiva yang kering
- melakukan evaluasi kemampuan menelan
- melakukan pemeriksaan laboratorium Hb
terakhir :11,7 g/dl
- menentukan faktor-faktor yang
mempengaruhi asupan nutrisi
Minggu/ 8 Retensi urin Aktivitas : S:
april 2018 berhubungan dengan - Menjelaskan prosedur dan rasionalisasi - Klien mengeluh masih susah
obstruksi mekanik, kateterisasi untuk BAK
pembesaran prostat - Memasang alat dengan tepat - keluarga klien mengatakan klien
- Memberikan privasi dan tutupi pasien dengan BAK nya masih belum lancar
baik untuk kesopanan (yaitu hanya O:
mengekspos area genitalia) - Saat di kaji tampak urine klien
- Memastikan pencahayaan yang tepat untuk berwarna kuning pekat, tidak
visualisasi anatomi yang tepat bercampur darah
- Mengisi bola kateter sebelum pemasangan - Jumlah diurese 350 ml,
kateter untuk memeriksa ukuran dan kepatenan - kandung kemih klien teraba
kateter penuh.
- Mempertahankan teknik aseptik yang ketat - Kulit klien tampak kering
- Mempertahankan kebersihan tangan yang baik, - Pasien terpasang cateter urin
sebelum, selama, dan setelah insersi atau saat - TD : 130/70 mmHg, Nadi : 94
memanipulasi kateter x/i,P : 20 x/i, Suhu : 36,5 0C
- Memposiskan pasien dengan tepat, laki-laki A : masalah belum teratasi
dengan posisi terlentang (supine) P : intervensi dilanjutkan dengan
- Membersihkan daerah sekitar meatus uretra manajemen cairan dan monitor TTV
dengan larutan antibakteri, saline steril atau air dan turgor kulit
steril sesuai kebijakan lembaga
- Memasukkan dengan lurus atau retensi kateter
kedalam kandung kemih
- Menggunakan ukuran kateter yang sesuai
- Memastikan bahwa kateter yang dimasukkan
cukup jauh kedalam kandung kemih untuk
mencegah trauma pada jaringan uretra dengan
inflasi balon kateter
- Mengisi bola kateter untuk menetapkan
kateter, berdasarkan usia dan ukuran tubuh
sesuai rekomendasi pabrik
- Menghubungkan retensi kateter ke urine bag
ke sisi tempat tidur pasien
- Mengamankan kateter pada kulit dengan
plaster yang sesuai
- Menempatkan urine bag dibawah permukaan
kandung kemih
- Memonitor intake dan output
- Melakukan pengosongan urine bag bila
diperlukan
- Mendokumentasikan perawatan termasuk
ukuran kateter, jenis, jumlah pengisian balon
kateter, warna urine yang keluar, jumlah urine
yang keluar
aktivitas:
- Memonitor adanya tanda dan gejala infeksi
sitemik dan lokal
- Memonitor kerentanan terhadap infeksi
- Memonitor hitung hitung mutlak granulosit,
WBC, dan hasil-hasil deferensial
- Mengikuti tindakan pencegahan neutropenia
yang sesuai
- Membatasi jumlah pengunjung
- Menskrining semua pengunjung terkait
penyakit menular
- Mempertahankan aseptic untuk pasien beresiko
- Mempertahankan teknik-teknik isolasi yang
sesuai
- Memberikan perawatan kulit yang tepat
- Memeriksa kulit pada area pemasangan kateter
untuk adanya kemerahan, kehangatan ekstrim
atau adanya cairan yang keluar
- Meningkatkan asupan nutrisi yang cukup
- Menganjurkan asupan cairan yang tepat
- Menganjurkan istirahat
- Menganjurkan peningkatan mobilitas dan
latihan dengan tepat
- Mengajarkan pasien dan keluarga mengenai
tanda dan gejala infeksi, dan kapan harus
melaporkannya kepada pemberi pelayanan
kesehatan
- Mengajarkan pasien dan anggota keluar
bagaimana cara menghindari infeksi
Nyeri akut Aktivitas : S:
berhubungan dengan - melakukan pengkajian nyeri komprehensif - Klien mengeluhkan nyeri masih
agen cidera biologi yang meliputi lokasi karakteristik, datang kadang-kadang
(distensi kandung onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas - Klien mengatakan nyeri sudah
kemih) atau beratnya nyeri dan faktor pencetus berkurang dari hari sebelumnya
- mengobservasi adanya petunjuk nonverbal O:
mengenai ketidaknyamanan - Skala nyeri 3
- memastikan pemberian analgesik bagi pasien - Ekspresi klien masih meringis
dilakukan dengan pemantauan yang ketat - Nyeri hilang timbul dibagian
- menggali pengetahuan dan kepercayaan kandung kemih bagian bawah
pasien mengenai nyeri - Nyeri disebabkan oleh
- menentukan akibat dari pengalaman nyeri penekanan pada kandung kemih
terhadap kualitas hidup pasien - Masih Teraba distensi kandung
- memberikan informasi mengenai nyeri, kemih
seperti penyebab nyeri, berpa lama nyeri - TD : 130/70 mmHg, Nadi :
- mengendalikan faktor lingkungan yang dapat 94x/i,P : 20 x/i, Suhu : 36,5 0C
mempengaruhi respon pasien terhadap A : masalah teratasi sebagian
ketidaknyamanan P : intervensi dilanjutkan dengan
- mengurangi faktor-faktor yang dapat manajemen nyeri dan pemberian
mencetuskan peningkatan nyeri drip ketorolac 2 cc dalam RL 500 ml
- mengajarkan penggunaan teknik non dan monitor TTV
farmakologi seperti teknik nafas dalam setiap
nyeri berlangsung
- memberikan individu penurunan nyeri yang
optimal dengan peresepan analgesic yaitu
pemberian drip ketorolac 2 cc dalam RL 500
ml dengan 28 TPM
- Dukung istirahat/tidur yang adekuat
- Monitor TTV sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
TTV sebelum pemberian ketorolac TD= 120/80
mmHg, Nadi = 84 x/i, Nafas = 22 x/i, Suhu = 36,50
C
TTV sesudah pemeberian analgesic ketorolac : TD
: 130/70 mmHg, Nadi : 94x/i,P : 20 x/i, Suhu : 36,5
0
C
- mendokumentasikan respon terhaddap
analgesik dan adanya efek samping
Ketidakseimbangan Aktivitas : S:
nutrisi kurang dari - menentukan status gizi pasien dan - Keluarga klien mengatakan
kebutuhan tubuh kemampuan pasien untuk memenuhi klien sudah mau makan sedikit
berhubungan dengan kebutuhan gizi demi sedikit tapi sering
intake yang tidak - mengidentifikasi adanya alergi atau - Keluarga mengatakan nafsu
adekuat intoleransi makanan yang dimiliki pasien makan sudah ada peningkatan
- menginstruksikan pasien mengenai dari yang sebelumnya
kebutuhan nutrisi O:
- menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi - Diet klien makanan lunak dan
yang dibutuhkan susu ultramilk
- memberikan pilihan makanan sambil - BB awal : 55 Kg menjadi 50 Kg
menawarkan bimbingan terhadap pilihan terjadi penurunan berat badan 5
makanan yang lebih sehat kg dalam 3 bulan terakhir
- mengatur diit yang diperlukan - Klien hanya mengahabiskan
- menciptakan lingkungan yang optimal pada makanan ½ porsi dari porsi yang
saat mengkonsumsi makan disediakan.
- membantu pasien terkait dengan perawatan - Konjungtiva masih anemis
mulut sebelum makan yaitu oral hygiene A : masalah teratasi sebagian
pasien ditempat tidur P : Intervensi dilanjutkan dengan
- memastikan diit mencakup makanan tinggi manajemen nutrisi dan monitor
kandungan serat untuk mencegah konstipasi nutrisi intake output dan kolaborasi
- memonitor kecendrungan terjadi penurunan dengan ahli gizi dalam pemberian
dan kenaikan berat badan menu makanan yang disukai pasien
- Lakkan pengukuran antropometri: LILA
pasien 21 cm
- Memonitor kecendrungan turun atau
kenaikan berat badan
- mengidentifikasi perubahan berat badan
terkhir
- Monitor turgor kulit dan mobilitas: Pasien
bedrest, tampak lemah dan membrane
mukosa tampak kering
- Memonitor adanya mual dan muntah
- mengidentifikasi abnormalitas eliminasi
bowel: pasien mengalami susah BAK karena
pembesaran prostat
- Memonitor diit dan asupan kalori
- mengidentifikasi perubahan nafsu makan dan
akrivitas akhir-akhir ini
- menentukan pola makan
- Memonitor adanya warna pucat, kemerahan
dan konjungtiva yang kering
- melakukan evaluasi kemampuan menelan
- melakukan pemeriksaan laboratorium Hb
terakhir :11,7 g/dl
- menentukan faktor-faktor yang
mempengaruhi asupan nutrisi
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia
(status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana
perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan
merubah (Carpenito,2000)
Pada diagnosa keperawatan teoritis delapan diagnosa keperawatan dari referensi
yaitu Gangguan eliminasi urin, Retensi Urin, Nyeri akut, resiko ketidakefektifan
perfusi ginjal, Resiko infeksi, Ansietas, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, Risiko Perdarahan.
Sedangkan pada kenyataannya untuk kasus Tn. “N”, penulis hanya ditemukan 3
diagnosa, karena pada saat pengkajian tidak ada data yang mendukung untuk penulis
merumuskan diagnosa seluruhnya. Ketiga diagnosa yang diangkat memang telah
sesuai dengan hasil yang didapatkan saat pengkajian, baik secara subjektif ataupun
objektif dan ketiga diagnosa tersebut sesuai dengan kriteria yang ada dalam
perumusan diagnosa, berikut diagnosa yang penulis dapatkan dari hasil pengkajian
yang terdapat pada teori, yaitu: Retensi urin berhubungan dengan Obstruksi mekanik,
pembesaran prostat, Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cidera biologis (distensi
kandung kemih), Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan Intake yang tidak adekuat.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi merupakan rencana- rencana tindakan yang akan dilakukan pada pasien.
Dalam teori pada pasien BPH, intervensi sesuai dengan diagnosa yang didapat dari
data pengkajian.
Dari teori yang didapat intervensi yang dilakukan ada untuk diagnosa gangguan
eliminasi urin, sementara dari kasus yang didapat diagnosa pertama adalah retensi
urin dengan intervensi sebagai berikut :
• kateterisasi urin
Aktivitas dari kateterisasi urinyang ada di NIC sebanyak 23 aktivitas, sementara
aktivitas yang diambil untuk kateterisasi urinini sebanyak 19 aktivitas. Aktivitas
tersebut adalah : Jelaskan prosedur dan rasionalisasi kateterisasi, Pasang alat dengan
tepat, berikan privasi dan tutupi pasien dengan baik untuk kesopanan (yaitu hanya
mengekspos area genitalia), pastikan pencahayaan yang tepat untuk visualisasi
anatomi yang tepat, isi bola kateter sebelum pemasangan kateter untuk memeriksa
ukuran dan kepatenan kateter, pertahankan teknik aseptik yang ketat, pertahankan
kebersihan tangan yang baik, sebelum, selama, dan setelah insersi atau saat
memanipulasi kateter, posiskan pasien dengan tepat, laki-laki dengan posisi
terlentang (supine), bersihkan daerah sekitar meatus uretra dengan larutan
antibakteri, saline steril atau air steril sesuai kebijakan lembaga, masukkan dengan
lurus atau retensi kateter kedalam kandung kemih, gunakan ukuran kateter yang
sesuai, pastikan bahwa kateter yang dimasukkan cukup jauh kedalam kandung kemih
untuk mencegah trauma pada jaringan uretra dengan inflasi balon kateterisi bola
kateter untuk menetapkan kateter, berdasarkan usia dan ukuran tubuh sesuai
rekomendasi pabrik, hubungkan retensi kateter ke urine bag ke sisi tempat tidur
pasien, amankan kateter pada kulit dengan plaster yang sesuai, tempatkan urine bag
dibawah permukaan kandung kemih, monitor intake dan output, lakukan
pengosongan urine bag bila diperlukan, dokumentasikan perawatan termasuk ukuran
kateter, jenis, jumlah pengisian balon kateter, warna urine yang keluar, jumlah urine
yang keluar.
• Perlindungan infeksi
Aktivitas dari perlindungan infeksidalam NIC terdapat 33 aktivitas, sementara pada
kasus aktivitas yang diambil sebanyak 16 aktivitas yang diantaranya : Monitor
adanya tanda dan gejala infeksi sitemik dan lokal, Monitor kerentanan terhadap
infeksi, Monitor hitung hitung mutlak granulosit, WBC, dan hasil-hasil deferensial,
Ikuti tindakan pencegahan neutropenia yang sesuai, batasi jumlah pengunjung,
skrining semua pengunjung terkait penyakit menular, pertahankan aseptic untuk
pasien beresiko, pertahankan teknik-teknik isolasi yang sesuai, berikan perawatan
kulit yang tepat, periksa kulit pada area pemasangan kateter untuk adanya
kemerahan, kehangatan ekstrim atau adanya cairan yang keluar, tingkatkan asupan
nutrisi yang cukup, anjurkan asupan cairan yang tepat, anjurkan istirahat, anjurkan
peningkatan mobilitas dan latihan dengan tepat, ajarkan pasien dan keluarga
mengenai tanda dan gejala infeksi, dan kapan harus melaporkannya kepada pemberi
pelayanan kesehatan, ajarkan pasien dan anggota keluar bagaimana cara menghindari
infeksi
Selanjutnya untuk diagnosa kedua, diteori retensi urin sementara dari kasus yang
kami dapat diagnosa keperawatan klien kami adalah nyeri akut. Intervensi dari nyeri
akut ini ada dua yaitu manajemen nyeri dan pemberian analgesik.
• Manajemen Nyeri
Aktivitas yang didapat di NIC ada 43 aktivitas, pada kasus aktivitas untuk manjemen
nyeri ada 12 aktivitas yang diambil. Aktivitas tersebut diantaranya : lakukan
pengkaian nyeri secara komprehensif, observasi adanya petunjuk non verbal
mengenai ketidaknyamanan, gali pengetahuan dan kepercayaan klien mengenai
nyeri, berikan informasi mengenai nyeri.
• Pemberian analgesik
Aktivitas yang didapat di NIC 25 aktivitas dan aktivitas yang diambil sesuai dengan
kasus sebanyak 8 aktivitas. Aktivitas tersebut, diantaranya : tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas dan keparahan nyeri sebelum mengobati pasien, cek perintah
pengobatan meliputi obat, dosis dan frekuensi obat analgesik yang diresepkan, cek
adanya riwayat alergi, berikan analgesik sesuai waktu paruhnya, terutama pada nyeri
yang berat.
4. Implementasi Keperawatan
Fase implementasi dari proses keperawatan mengikuti rumusan dari rencana
keperawatan dan mengacu pada pelaksanaan rencana keperawatan yang sudah
disusun (Smeltzer & Bare, 2001). Pada proses implementasi penulis melakukan
asuhan keperawatan pada Tn.N dengan BPH yang telah direncanakan sebelumnya.
Pelaksanaan asuhan keperawatan ini dilaksanakan sesuai dengan kondisi dan situasi
serta menggunakan sarana yang tersedia diruangan, penulis mengikuti perkembangan
pasien dengan melihat dari catatan perawatan selain itu juga penulis melihat dari
catatan perkembangan dokter yang menangani pasien.
Secara umum hambatan penulis yang ditemukan selama melaksanakan
asuhan keperawatan pada Tn.N adalah keterbatasan waktu dinas. Untuk mengatasi
hal tersebut penulis melakukan kolaborasi dengan perawat ruangan untuk
memastikan pasien mendapatkan perawatan yang optimal dan berkesinambungan.
Berikut ini penulis mengemukakan pembahasan dari pelaksanaan asuhan
keperawatan pada Tn.N sesuai dengan urutan keperawatan yang penulis susun :
Pemasangan kateterisasi urin
Tn. N dengan BPH mengalami kesulitan BAK, dalam satu hari intake oral 500
cc dan parenteral 2000 cc dan output urin 400 cc dan out IWL 750 cc (cairan
yang tertahan 1.350 cc) Tn. N terpasang kateter urine. Tn. N mengeluh urine nya
seperti tertahan. berwarna kuning pekat.
Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Tn. N dengan BPH mengeluh nyeri di kuadran 8 abdomen menjalar sampai ke
processus xifoideous. Skalaa nyeri 5, Tn. N tampak meringis, klien meringkuk
menahan sakit, klien banyak tidur untuk menghilangkan rasa sakit yang
dialaminya, keluarga juga mengatakan selama sakit Tn. N hanya tidur.
Kelompok menganjurkan klien untuk relaksasi nafas dalam. Meminta klien
untuk menarik nafasnya dalam dalam dan merasakan udara yang masuk ke paru-
paru, lalu kemudian meminta klien untuk menghembuskan nya pelan pelan.
Kelompok meminta klien untuk rutin melakukan nafas dalam bila merasa sakit
bagian abdomennya.
Memberikan analgesik sesuai waktu paruhnya
Tn. N mendapatkan katerolak 2cc di berikan melalui bolus untuk
membantu menghilangkan nyeri klien. Kelompok memberitahu klien bahwa
obat yang diinjeksikan akan membantu menghilangkan nyeri klien.
Menginstruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi
selama dirawat, Tn. N mendapatkan makanan lunak, namun makanan
tampak masih untuh dan tidak di sentuhnya, makan buah atau jus buah juga
tidak dihabiskan oleh klien. Klien mengalami penurunan BB 5 kg dari 55kg
menjadi 50kg dalam 3bulan. Kelompok selalu membujuk klien untuk mau
menghabiskan makanannya.
Memonitor diit dan asupan nutrisi
kelompok mengajurkan Tn. N untuk mau dipasangkan NGT agar asupan
nutrisi nya terpenuhi dan menganjurkan mengganti makanan lunak menjadi
makanan cair.
5. Evaluasi Keperawatan
Implementasi pada diagnosa retensi urin berhubungan dengan obstruksi mekanik,
pembesaran prostat, yang sering di evaluasi yaitu jumlah diurese. Pada hari pertama
implementasi diurese 400 ml. Pada hari ke empat rawatan diurese menurun menjadi
350 ml. Untuk diagnosa pertama masalah belum teratasi (menetap).
Implementasi pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi
(distensi kandung kemih), pada hari terakhir pemberian intervensi, nyeri dirasakan
hilang timbul pada pasien dengan skala nyeri 3 atau nyeri ringan. Untuk diagnosa
kedua terjadi perbaikan skala nyeri dari 5 menjadi 3.
Untuk implementasi diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, pada hari terakhir intervensi
klien mengatakan sudah mau makan sedikit demi sedikit dan keluarga juga
mengatakan jika klien sudah mengahabiskan makan ½ porsi makanan yang diberikan
rumah sakit. Untuk diagnosa ketiga masalah ketidakseimbanagan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh teratasi sebagian.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Bagi Ruang Rawat Inap Bedah Pria (CP)
Diharapakan dapat mempertahankan pelayanan kesehatan yang tepat dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien serta dapat memantau respon
pasien dan keluhan pasien terhadap nyeri dan memberikan penkes terkait
keluhan nyeri yang dirasakan pasien serta membantu pasien dalam melatih
aktivitas yang mampu dilakukan pasien.
2. Bagi Keperawatan
Diharapkan perawat dapat melakukan penerapan asuhan keperawatan
secara tepat dan dapat mendokumentasikan hasil tindakan yang telah dilakukan
dengan baik.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Laporan asuhan keperawatan ini dapat dijadikan sebagai bahan tambahan
untuk memperkaya pengetahuan dan keperluan referensi ilmu keperawatan
tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker tulang.