Anda di halaman 1dari 45

PENGARUH BLADDER TRAINING TERHADAP KEJADIAN

INKONTINENSIA URINE PADA PASIEN POST OPERASI


BENIGNA PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH)
DI RUMAH SAKIT MUHAMMADYAH BANDUNG
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Stase Keperawataan Medikal Bedah
Holoistik Islami

Telaah Jurnal

Dosen Pebimbing :
Nina Gartika, S.Kp, M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 3

Abdul Wahid 402022018


Ade Riani 402022100
Anis Salamah Pertiwi 402022002
Destiani Rahma R 402022019
Endang Pujiastuti 402022024
Faizal Hadi U 402022144

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Dengan menyebut nama Allah SWT yang selalu melimpahkan
kasih dan sayangnya kepada kita semua khususnya kepada penulis serta
selalu memberikan hidayah dan inayahnya sehingga penulis dapat
membuat tugas menelaah jurnal ini dengan penuh suka cita dan dapat
mengumpulkan tugas Keperawatan Medikal Bedah Holistik Islam ini
tepat pada waktunya.
Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas stase dengan
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah Holistik Islami. Dalam
penyusunannya penulis mendapatkan bantuan dari jurnal. Tentunya
tugas yang dibuat ini belum sepenuhnya sempurna, sehingga penulis
dengan lapang dada menerima kritik dan saran dari bpk/ibu dosen yang
bersifat membangun sehingga dikemudian hari penulis dapat membuat
tugas laporan telaah jurnal jauh lebih baik dari tugas ini.
Penulis berharap laporan analisa telaah jurnal ini dapat
menambah pengetahuan pembaca serta menjadi inspirasi bagi pembaca.
Mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam pembuatan tugas ini.

Bandung, Desember 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I ....................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
C. Metode/Strategi Penelusuran Bukti .............................................................. 4
BAB II ..................................................................................................................... 8
TELAAH JURNAL ................................................................................................ 8
A. Hasil Penelusuran Jurnal .............................................................................. 8
BAB III .................................................................................................................. 35
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 35
A. Hasil ........................................................................................................... 35
1. Jurnal Pertama............................................................................................. 35
2. Jurnal kedua ................................................................................................ 35
3. Jurnal ketiga ................................................................................................ 36
4. Jurnal keempat ............................................................................................ 37
B. Pembahasan ................................................................................................ 38
BAB IV .................................................................................................................. 40
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 40
A. Kesimpulan ................................................................................................ 40
B. Saran ........................................................................................................... 40
1. Rumah Sakit................................................................................................ 40
2. Tenaga Kesehatan ....................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembedahan atau operasi merupakan tindakan pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian
tubuh yang akan ditangani dengan pemberian anastesi. Adapun anestesi
dalam tindakan pembedahan yaitu anestesi spinal dan anestesi umum.
Dampak pemberian anestesi dalam tindakan pembedahan yaitu dapat
mempengaruhi kesadaran serta penurunan fungsi tubuh lainnya salah
satunya adalah pengeluaran urine dan kemih (Lucky, 2012).
Contoh dari tindakan pembedahan yaitu tindakan prostatektomi pada
pasien Benigna Prostatic Hyperplasia (BPH). Pada pasien BPH baik
pre, intra maupun post operasi dilakukan tindakan pemasangan kateter atau
keteterisasi yang bertujuan sebagai terapi (Basuki, 2007). BPH atau
pembesaran prostat jinak (Benigna Prostatic Hyperplasia) merupakan
kelainan prostat yang sering terjadi, terutama pada pria berusia >50 tahun.
Pembesaran prostat berjalan seiring bertambahnya usia (Susanto, 2011).
Di Indonesia, BPH merupakan urutan kedua jenis oprasi urology setelah
batu saluran kemih dan diperkirakan ditemukan pada 50% pria berusia diatas
50 tahun dengan angka harapan hidup rata-rata di Indonesia yang sudah
mencapai 65 tahun dan diperkirakan bahwa lebih kurang 5% pria Indonesia
sudah berumur 60 tahun atau lebih. Kalau dihitung dari seluruh penduduk
Indonesia yang berjumlah 200 juta lebih, kira-kira 100 juta terdiri dari pria
dan yang berumur 60 tahun atau lebih kira-kira 5 juta, sehingga diperkirakan
ada 2,5 juta laki-laki Indonesia yang menderita BPH (Susanto, 2011).
Kejadian Benign Prostate Hyperplasia (BPH) terjadi pada pria berusia
40-49 tahun mencapai hampir 15%. Angka ini meningkat dengan
bertambahnya usia, sehingga pada usia 50-59 tahun prevalensinya
mencapai hampir 25% dan pada usia 60 tahun mencapai angka sekitar
43%. Angka kejadian BPH di Indonesia sebagai gambaran hospital
prevalensi di dua Rumah Sakit besar di Jakarta yaitu RSCM dan Sumber

1
waras selama 3 tahun (1994-1999) terdapat 1040 kasus (Aris, 2014). Salah
satu penatalaksanaan medis yaitu dengan melakukan tindakan operasi
yaitu TURP (Trans Urethral Resection Prostat). Meskipun Tindakan ini
sangat efektif dan standar yang baik untuk BPH, namun pasien dapat
mengalami syndroma TURP. Syndroma TURP timbul akibat dari tindakan
tersebut yang disebabkan oleh usia pasien, ukuran besar prostat, cairan
irigasi yang digunakan atau karena lamanya tindakan operasi yang
dilakukan. Beberapa penyulit bisa terjadi pada tindakan TURP, baik
selama operasi maupun setelah pembedahan. Penyulit yang bisa muncul
pada tindakan TURP selama operasi adalah perdarahan, sindroma TURP,
perforasi. Salah satu penyulit yang bisa ditimbulkan selama bedah lanjut
adalah inkontinensia urin. Penyulit lainnya yaitu disfungsi ereksi,
ejakulasi retrogad, maupun striktur uretra (Susanto, 2011).
Inkontinensia urine didefinisikan sebagai ketidakmampuan otot
sfingter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urin.
Meskipun prevalensi inkontinensia urin lebih sering terjadi pada lansia,
namun bisa juga terjadi pada orang dewasa dari segala usia (Mardliyah,
2013). Pada pasien yang mengalami inkontinensia urin dapat diobati
dengan memberikan suntikan obat-obat saraf serta obat-obatan untuk
mencegah terjadinya infeksi jika terpasang kateter terlalu lama. Akan
tetapi itu membutuhkan biaya yang sangat tinggi. Intervensi yang efektif
dalam menyelesaikan masalah inkontinensia urin adalah dengan
pemasangan kateter urin dan latihan kandung kemih atau bladder training.
Tindakan pemasangan kateter atau kateterisasi adalah tindakan yang
dilakukan untuk membantu pasien yang tidak mampu mengontrol
perkemihan atau pasien yang mengalami obstruksi pada saluran kemih.
Namun tindakan tersebut dapat menimbulkan masalah lain seperti infeksi,
trauma pada uretra, dan menurunnya rangsangan berkemih.
Menurunnya rangsangan berkemih terjadi akibat pemasangan kateter
dalam waktu yang lama sehingga dapat mengakibatkan kandung kemih
tidak akan terisi dan berkontraksi. Selain itu juga dapat mengakibatkan
kandung kemih akan kehilangan tonusnya. Otot detrusor tidak dapat

2
berkontraksi dan pasien tidak dapat mengontrol pengeluaran urinnya, atau
inkontinensia urine (Potter, Perry, 2010). Sedangkan bladder training
merupakan salah satu upaya untuk mengembalikan kandung kemih yang
mengalami gangguan ke keadaan normal atau fungsi normal
(Brunner&Suddarth, 2010).
Beberapa penelitian mengenai bladder training telah dilakukan untuk
mengetahui seberapa efektif tindakan tersebut dalam upaya mencegah
terjadinya inkontinensia dan mengembalikan fungsi berkemih secara
normal pada pasien BPH post TURP. Diantaranya adalah penelitian yang
dilakukan oleh Aris Wibowo pada tahun 2014 dengan judul “Pengaruh
Bladder training: Delay Urination Sebelum Pelepasan Douwer Kateter
Terhadap Pencegahan Inkontinensia Urin Pada Pasien BPH Pasca
Operasi Trans Vesica Prostatectomy” dimana Aris membandingkan 2
kelompok, yaitu kelompok perlakuandengan dilakukan bladder training
dan kelompok kontrol. Didapatkan hasil p value sebesar 0,091 dengan nilai
alfa 0,05, yang artinya tidak ada pengaruh bladder trainingsebelum
pelepasan douwer kateter terhadap pencegahan inkontinensia urin pada
pasien BPH pasca operasi TVP.
Penelitian yang lainnya yaitu dilakukan oleh Lucky pada tahun 2015
dengan judul “Efektifitas Bladder training Sejak Dini dan Sebelum
Pelepasan Kateter Urin Terhadap Terjadinya Inkontinensia Urin Pada
Pasien Paska Operasi Di SMC RS Telogorejo” dimana peneliti
membandingkan 2 kelompok yang dilakukan bladder training secara
dini dan kelompok yang dilakukan bladder training sebelum
pelepasan kateter terhadap terjadinya inkontinensia pada pasien paska
bedah. Didapatkan hasil p=0,004 yang artinya bladder training secara dini
lebih baik dilakukan daripada sebelum pelepasan kateter.
Dari latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk untuk mengambil
tema “Pengaruh Bladder training Secara Dini terhadap Kejadian
Inkontinensia Urin pada Pasien Post Operasi BPH” yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh bladder training terhadap inkontinensia urine.

3
B. Rumusan Masalah
Rangkuman menyeluruh dalam bentuk Evidence Base Nursing (EBN)
mengenai pengaruh baldder training terhadap kejadian inkontinensia urine
pada pasien dengan BPH. Adapun penentuan PICO adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1 PICO


Problem/Population Inkontinensia urine pasien
(P) BPH

Intervension (I) pengaruh bladder training

Comparison (C) -
Outcome (O) Tidak terjadi inkontnensia Urine
pada Post Operasi BPH

Rumusan masalah dalam laporan telaah jurnal ini adalah:


“Apakah terdapat pengaruh bladder training terhadap penurunan
inkontinensia urine post operasi BPH?”

C. Metode/Strategi Penelusuran Bukti


1. Hasil pencarian studi

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
berarti data atau hasil penelitian bukan dari pengamatan langsung.
Melainkan dari hasil penelitian yang relevan dan telah dipublikasikan
dalam jurnal online dari tingkat nasional. Strategi yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan PICO. Berdasarkan hasil penelusuran telaah
artikel di beberapa database yang dicari melalui google scholer dan
menggunakan kata kunci rendam kaki air hangat, tekanan darah, ibu
hamil, dan preeklamsi berat yang telah disesuaikan dengan MeSH, yang
dikombinasikan dengan kata “dan” “atau”, peneliti mendapatkan 10
artikel yang sesuai dengan kata kunci tersebut. Hasil pencarian
didapatkan 6 artikel yang sesuai dengan topik penelitian. Peneliti
kemudian melakukan skrining berdasarkan judul (n=6) yang disesuaikan
dengan tema, responden dan tahun artikel. Penilaian yang dilakukan

4
berdasarkan kelayakan terhadap kriteria inklusi dan eklusi diperoleh 4
artikel nasional. Tahun artikel yang dipilih oleh peneliti yaitu dari tahun
2017 sampai dengan tahun 2022 Kemudian terhadap 4 artikel
dilakukan penilaian kualitas keseluruhan isi artikel. Keempat artikel
tersebut memiliki kualitas yang baik. Berdasarkan hal ini maka
peninjauan laporan telaah jurnal dilakukan terhadap 4 artikel tersebut.

2. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Kriteria inklusi dan ekslusi yang digunakan dalam penentuan artikel


penelitian untuktelaah kritis ini adalah sebagai berikut :
Tabel 1.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria (PICO) Inklusi Eklusi


Population (Populasi) Pasien BPH dengan post Pasien BPH selain
Operasi TURP tindakan post operasi
TURP

Intervention Bladder training


Bladder training
dikombinasikan
(Intervensi)
dengan terapi lain

Comperation Tidak ada Tidak ada


(Pembanding)
Outcomes (Hasil) Untuk mengetahui Tidak ada
pengaruh bladder
training dalam
mengatasi
inkontinensia urin pada
pasien BPH pasca
TURP
Study Design Semua bentuk study Tidak ada
design (full textn quasi
eksperimen,
tr
ue eksperimen, studi
kasus, dll)

5
Publication Years Hasil penelitian Hasil penelitian yang
yang diterbitkan diterbitkan dibawah
(Tahun Publikasi)
pada tahun 2017- tahun 2017
2022
Language (Bahasa) Bahasa indonesia Bahasa selain bahasa
danBahasa Inggris Indonesia dan bahasa
Inggris.

3. Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas

Berdasarakan hasil penelusuran di database dengan menggunakan


google scholar dengan kata kunci bladder training, BPH, post oprasi
TURP sebanyak 903 jurnal yang sesuai dengan kata kunci tersebut.
Sebanyak 20 jurnal dari jurnal yang ditemukan sesuai kata kunci yang
dimasukkan kemudian dilakukan seleksi. Sebanyak 10 jurnal dieksklusi
karena tidak tersedia dalam artikel full text. Sebanyak 10 jurnal yang
tersedia dalam full text dilakukan assessmentkelayakan, jurnal duplikasi
serta jurnal yang tidak sesuai dengan kriteria inklusi dilakukan eksklusi
sebanyak 6 jurnal. Sehingga diperoleh 4 jurnal full text yang dilakukan
review

6
Diagram Seleksi Studi

Karakteristik yang dilihat dari


Pencarian Artikel:
pencarian artikel pada Google
Google Scholar
Scholar dengan kata kunci
“Bladder training, BPH, post
operasi TURP”

Judul yang sudah


dinilai dan terseleksi
(n=10)

Skrining tahap 1 judul/


abstrak berdasarkan
kriteria di eklusi (n=6)

Eliminasi duplikasi
(n=4)
Jurnal yang akan
dianalisis (n=4)

Bagan 1.1 Flowchart

7
BAB II
TELAAH JURNAL

A. Hasil Penelusuran Jurnal


Hasil yang telah dipilih kemudian dilakukan telaah kritis yang terdiri dari 3 aspek yaitu validitas penelitian,kepentingan klinis dan
aplikabilitasnya.
Hasil penelaahan jurnal disajikan dalam tabel 2.1

Tabel 2.1 Hasil Telaah Jurnal

Jurnal Validity Impotancy Application


Judul : V1 : Pada artikel penelitian Arikel penelitian
The Effects of Bladder Training - Penelitian ini menggunakan responden dijelaskan bahwa terdapat menjelaskan manfaat
on Bladder Functions after penelitian pasien BPH pasca TURP. pengaruh Bladder Training penelitian sehingga bisa
Transurethral resection of Desain penelitian menggunakan Quasi- untuk menormalkan fungsi diterapkan sebagai bagian
Prostate Experimental. Penelitian dilakukan di berkemih pada pasien Benign dari asuhan keperawatan.
Penulis : Klinik Urologi Istanbul, Turki. Dengan Prostate Hyperplasia (BPH)
1) Funda Buyukyilmaz, PHD, sampel penelitian sebanyak 50 laki-laki. pasca TURP (Trans Urethral
BSN Resection of the Prostate)

8
2) Hande Zumreler - Kriteria inklusi dalam penelitian ini
3) Mehmet Gokhan Culha, MD meliputi a) penderita BPH (Benign
4) Murat Ozer, MD Prostate Hyperplasia) yang menjalani
5) Yeliz Culha, MSc TURP, b) berjenis kelamin laki – laki, c)
Tahun : 2019 usia 18 tahun keatas, d) mampu
Sumber : (Büyükyilmaz et al., berkomunikasi, membaca dan menulis
2019) menggunakan bahasa Turki, e) tidak
terdiagnosis memiliki gangguan kognitif,
gangguan afektif atau gangguan verbal, f)
tidak memiliki penyakit akut lain yang
menyebabkan nyeri atau infeksi, dan g)
tidak ada komplikasi pada hari
perioperatif.
- Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan membagi dua kelompok yaitu
kelompok eksperimen sebanyak 28
responden dan kelompok kontrol
sebanyak 22 responden.

9
Kesimpulan :
Penelitian ini menjelaskan mengenai ketetapan
kriteria inklusi dengan baik, akan tetapi tidak
dijelaskan mengenai kriteria ekslusi atau
kriteria dropout sampel.
Metode pengambilan sampel bersifat non-
random, dengan jumlah sampel hanya
kelompok perlakuan.

V2 :
- Pada penelitian ini prosedur yang
digunakan yaitu pada kelompok
eksperimen ; kateter urin pasien dua hari
pasca operasi dengan cara dijepit/diklem
tiap selang waktu 4 jam dan kemudian
dibiarkan terbuka selama 5 menit.
Prosedur penjepitan diulang selama 24
jam sampai hari ketiga pasca operasi. Pada

10
kelompok kontrol ; kateter urin pada
pasien kelompok kontrol tidak sama sekali
dilakukan penjepitan. Jadi, kateter urin
dilepaskan sesuai dengan rutinitas
prosedur praktik yang berlaku di klinik.
- Pada kedua kelompok responden
penelitian hal yang dicatat waktu urgensi
pertama, waktu berkemih pertama, waktu
antara berkemih, volume sebelum
berkemih, volume berkemih dan volume
residu pasca berkemih. Penelitian ini
diukur dalam jangka waktu 3 hari.
- Alat penelitian menggunakan formulit
informasi pasien yang terdiri dari usia,
adanya penyakit kronis dan level of
prostate spesific antigen-PSA) dan data
penilaian kondisi fisik pasien
(International Prostate Symptom Score-
IPSS, prostate volume)

11
Kesimpulan :
Prosedur dalam penelitian ini tidak dijelaskan
mengenai poin dari skoring PSA dan IPSS.
V3 :
- Pemilihan sampel dalam penelitian ini
dengan cara skrining kriteria inklusi
pasien berusia 18 tahun keatas pada pasien
BPH pasca TURP yang sudah terpasang 3
foley kateter. Dengan dibagi menjadi dua
kelompok penelitian yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil
yang dipantau yaitu urin urgensi pertama,
waktu urin pertama, waktu antara
berkemih, volume sebelum berkemih,
volume setelah berkemih dan volume
residu setelah berkemih.
Kesimpulan :
Pemilihan sampel sudah sesuai dengan kriteria

12
inklusi.
V4 :
Analisis data menggunakan perangkat lunak
komputer, hasil penelitian disajikan dalam
bentuk analisis univariat dan bivariat
menggunakan Chi-Square untuk menguji
perbedaan kategori dan Uji-T sampel
independen untuk menentukan perbedaan
antara kelompok.
1) Semua pasien penelitian adalah laki – laki
berusia rata – rata 65 tahun.
2) Hasil skoring PSA 1,73 ± 0,68
3) Berdasarkan penyakit kronis 40 %
responden memiliki riwayat penyakit
kronis.
4) Hasil skoring IPSS 22,86 dan volume
prostat rata – rata 57,22 mL.
5) Tidak ada perbedaan antara kelompok
dengan usia, adanya penyakit kronis,

13
kadar PSA, IPSS dan volume kelenjar
prostat (p value = >0,05)
6) Hasil waktu urgensi urin dan waktu
pertama berkemih setelah pemasangan
kateter urin didapatkan hasil pada variabel
eksperimen memiliki waktu yang lebih
lama (152,14 – 184,29 menit)
7) Sedangkan variabel pembanding yaitu
kelompok kontrol waktu ugensi urin dan
waktu pertama berkemih setelah dipasang
kateter urin (75,45 – 98,18 menit).
8) Hasil signifikansi antara waktu antara
kedua kelompok memiliki nilai yang
signifikan (p value <0,05)
9) Hasil volume sebelum berkemih, volume
setelah berkemih dan volume residu
setelah berkemih didapatkan hasil pada
kelompok eksperimen yang menerima
pelatihan bladder training volume urinnya

14
lebih banyak (247,86±108,74,
194,11±107,09, dan 184,29±107,09, dan
57,32±32,38) dibandingkan kelompok
kontrol memiliki volume lebih sedikit
(110,00±81,99, 66,36±38,85, dan
58,18±33,19).
10) Hasil signifikansi volume urin sebelum
dan sesudah berkemih memiliki nilai yang
signifikan (p value <0,05), namun volume
residu urin setelah berkemih tidak
memiliki signifikansi (p value >0,05)
Kesimpulan dari hasil penelitian ini didapatkan
terdapat pengaruh bladder training untuk
memperbaiki fungsi kandung kemih pada
penderita BPH pasca TURP.
Kesimpulan :
Hasil analisis data yang dilakukan tepat.
Terdapat sajian data univariat dan hasil data
bivariate.

15
V5 :
Pembahasan menyebutkan kesemaan hasil
penelitian dengan penelitian sebelumnya.
Jumlah sampel terdapat variabel kontrol
sehingga kesimpulan dapat digeneralisasi.
Kesimpulan :
Hasil penelitian menyimpulkan hasil validity
yang sesuai dengan hasil dari analisis data yang
memperkuat hasil intervensi yang diteliti.
Judul : V1 : Pada artikel penelitian Artikel penelitian ini
Manfaat Bladder Training - Desain penelitian ini menggunakan one menunjukkan bahwa menjelaskan prosedur SOP
Terhadap Fungsi Perkemihan group pre test and post test design. Sampel tindakan bladder training yang cukup jelas sehingga
Pada Pasien Post TURP (Trans dipilih menggunakan teknik acidental pada pasien post turp terdapat memudahkan perawat pada
Urethral Resection Of The sampling dengan 8 responden. digunakan efektifitas bladder training saat melakukan asuhan
Prostat) dalam penelitian ini adalah non terhadap retensi urin pada keperawatan sehingga bisa
probability sampling berupa accidental pasien post turp diterapkan sebagai bagian
Penulis :
sampling, yaitu suatu metode penentuan dari asuhan keperawatan.
1) Ajeng Vida Lestari
sampel dengan mengambil responden
2) Nabhani
yang kebetulan ada atau tersedia di suatu

16
3) Sulastri tempat sesuai dengan konteks penelitian.
Tahun : 2019 Kesimpulan :
Sumber : (Lestari et al., 2019) Penelitian ini menjelaskan mengenai
perbedaan yang bermakna setelah dan sebelum
dilakukan bladder training.Instrumen
penelitian menggunakan lembar observasi
sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan.
Uji normalitas menggunakan shapiro wilk dan
analisa data menggunakan uji paired test.
V2 :
- Pada penelitian ini prosedur yang
digunakan yaitu pada seluruh responden
yang pasca operasi dengan kateter terlepas
yang di lakukan 6 sd 7 kali per hari atau 2
sampai 3 jam sekali
Kesimpulan:
Prosedur dalam penelitian ini tidak dijelaskan
mengenai poin dari skoring.
V3 :

17
- Pada penelitian ini berjumlah 8responden
BTH PASCA OPRASI PURT dengan
kreteria karakteristik usia dan pekerjaan.
Kesimpulan :
Bawah kreteria inklusinya tidak di jelaskan
secara rinci dan tidak dijelaskan kretria
eklusinya di penelitian ini
V4 :

- Berdasarkan tindakan skor post test lama


waktu menahan miksi diketahui setelah
perlakuan sebagian besae responden
menahan miksi selama 4 detik sebanyak 3
responden (37,5%), selama 3 detik
sebanyak 3 responden. dan paling sedikit
dapat menahan miksi selama 2 detik
sebanyak 2 responden (25,0%). hasil dari
skor miksi diketahui bahwa sebagian
besar skor miksi responden sebelum dan

18
sesudah dilakukan perlakuan sebanyak 5
responden (62,5%) dan responden tidak
tercapai sejumlah 3 (37,5%)
Kesimpulan :
Hasil analisis data dilakukan dengan tepat,
ditinjau dari data univariat dan data bivariat
V5 :
- Berdasarkan hasil penelitian bahwa
sebelum diberi tindakan, paling banyak
responden dapat menahan miksi selam 2
detik sebanyak 4 responden ( 50,0%).
- Berdasarkan hasil setelah dilakukan
tindakan sebagian besar responden dapat
menahan miksi selama 4 detik sebanyak 3
responden (37,5 %).
- Hasil penelitian dengan menggunakan uji
paired test
- Nilai significancy p sebesar 0.021 dimana
nilai p < 0,050, maka dapat diketahui

19
bahwa terdapat perbedaan yang bermakna
antara sebelum dan sesudah pemberian
tindakan bladder training.
Kesimpulan :
Hasil penelitian tidak ada pembanding dengan
penelitian sebelumnya
Judul: V1 : Pada artikel ini kurang Artikel penelitian ini
Pengaruh Bladder training - Penelitian ini menggunakan jenis menjelaskan mengenai menjelaskan pengaruh
Secara Dini terhadap Kejadian penelitian Quasy eksperimental dua kriteria inklusi dan ekslusi penelitian sehingga bisa
Inkontinensia Urin pada Pasien kelompok yang bertujuan untuk terhadap pengembangan ilmu diterapkan sebagai bagian
Post Operasi BPH di RSUD dr. mengetahui pegaruh bladder training keperawatan dari asuhan keperawatan
Loekmono Hadi Kudus secara dini pada pasien post operasi BPH
terhadap kejadian inkontinensia urin.
Penulis :
Adapun rancangan penelitian ini yaitu
1) Aseterilia Nurhayati Pratiwi
post only with control group design yaitu
2) Joni Siswanti
dilakukan pengukuran setelah dilakukan
3) Sudiarto
perlakuan untuk masing-masing
Tahun : 2017 kelompok.
Sumber : (Pratiwi et al., 2017) - Populasi pada penelitian seluruh pasien

20
post operasi BPH yang terpasang kateter
urine serta mengalami inkontinensia di
RSUD dr Loekmono Hadi Kudus
sebanyak 34 responden. .Didapatkan
sampel sejumlah 30 responden sehingga
masing masing kelompok terdiri atas 15
responden.
Kesimpulan :
Penelitian ini menggunakan populasi pada
pasien post Operasi BPH yang terpasang
kateter urine.
V2 :
- Penelitian ini menggunakan jenis
penelitian Quasy eksperimental dua
kelompok yang bertujuan untuk
mengetahui pegaruh bladder training
secara dini pada pasien post operasi BPH
terhadap kejadian inkontinensia urin.
Adapun rancangan penelitian ini yaitu

21
post only with control group design yaitu
dilakukan pengukuran setelah dilakukan
perlakuan untuk masing-masing
kelompok.
- Pada dua kelompok Bladder training ini
dilakukan setelah pasien post operasi BPH
selesai melakukan irigasi yang kemudian
dilakukan bladder trainingseperti biasa
yang dilakukan setiap hari yaitu pada sore
hari selama kateter terpasang. bladder
training dilakukan dengan cara kateter
diklem selama dua jam dan dilepas setelah
satu jam dan bladder training tersebut
dilakukan sebelum kateter urin dilepas.
Setelah selesai dilepas responden dilakukan
observasi dengan menggunakan kuesioner
UDI-6 untuk mengetahui seberapa
berpengaruh tindakan yang telah
dilakukan dan pada kategori apa

22
responden setelah perlakuan.
- Instrumen yang di gunakan menggunakan
alat bantu komputer melalui program,
kemudian dilanjutkan uji normalitas data.
Kesimpulan :
Prosedur dalam Instrumen penelitian ini tidak
dijelaskan mengenai alur pengambilan sample
V3 :
- Populasi dalam penelitian adalah subjek
yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan. Populasi pada penelitian
seluruh pasien post operasi BPH yang
terpasang kateter urine serta mengalami
inkontinensia di RSUD dr Loekmono
Hadi Kudus sebanyak 34 responden.
Didapatkan sampel sejumlah 30
responden sehingga masing masing
kelompok terdiri atas 15 responden.
Kesimpulan :

23
Pemilihan sample pada penelitian ini yaitu
menggunakan tehnik sample dengan cara
meemilih diantara populasi yang sesuai
karakteristik oleh peneliti
V4 :

- Analisa data ini digunakan untuk


mengetahui pengaruh bladder training
secara dini terhadap kejadian
inkontinensia urine pada pasien post
operasi BPH yang telah selesai melakukan
irigasi di RSUD dr. Loekmono Hadi
Kudus dengan menggunakan alat bantu
komputer melalui program, kemudian
dilanjutkan uji normalitas data.
- Pada penelitian ini menggunakan uji
Shapiro-wilk karena sampel yang
digunakan 30 responden. Uji Shapirowilk
dikatakan sebaran data tidak normal baik

24
kelompok kontrol maupun kelompok
perlakuan yaitu p value < 0.05, maka
analisis di uji dengan uji non-parametrik
independen t-test yang bertujuan untuk uji
pengaruh bladder training secara dini
terhadap inkontinensia urine.
Kesimpulan :
Pada penelitian ini tidak terdapat hasil sajian
data univariat dan bivariat
V5 :
- Hasil yang optimal dalam pelaksanaan
bladder training dapat tercapai dengan
memperhatikan keadaan kandung kemih,
yang bertujuan untuk memelihara reflek
otot-otot kandung kemih atau untuk
merangsang agar timbul kontraksi
supaya tidak terjadi kemunduran.
Dengan demikian tujuan utama
pengelolaan untuk menjaga atau

25
meningkatkan fungsi kandung kemih
sebaiknya dimulai dari meregangkan
kandung kemih dalam waktu singkat
(kurang dari 1 jam dan bertahap sampai
bisa beradaptasi kurang lebih 4 jam, dan
setelah beradaptasi dilakukan rutin
sampai kateter dilepas.Berdasarkan
konsep yang terkait, jika kateterisasi
berjalan dalam jangka waktu lama, maka
bladder trainingjuga perlu waktu yang
lama.
Kesimpulan :
Hasil penelitian sesuai dengan hasil validity
yang sesuai dengan hasil dari analisis data yang
memperkuat hasil intervensi yang di teliti
Judul : V1 : Pada artikel penelitian Artikel penelitian ini
- Jurnal ini menggunakan responden atau dijelaskan bahwa terdapat menjelaskan prosedur SOP
Bladder Training Berpengaruh
sampel penelitian yang terpasang kateter pengaruh intervensi bladder yang cukup jelas sehingga
Terhadap Penurunan Kejadian
dan pasien post op BPH. Jenis penelitian training baik dengan metoda memudahkan perawat pada

26
Inkontinensia Urine Pada Pasien menggunakan quasi eksperimen, dengan delay urination maupun saat melakukan asuhan
Post Operasi BPH Di Ruang pendekatan pre and post test pada dua scheduled urination terhadap keperawatan sehingga bisa
Rawat Inap RSUD Soreang kelompok intervensi tanpa menggunakan penurunan kejadian diterapkan sebagai bagian
kelompok kontrol dengan jumlah sampel inkontinensia urine pasien dari asuhan keperawatan.
Penulis :
sebanyak 60 pasien post operasi BPH post operasi BPH.
1) Teti Nurhasanah
yang diperoleh dengan accidental
2) Ali Hamzah sampling dengan jumlah masing-masing
Tahun : 2017 kelompok 30 orang pasen.
Sumber : (Nurhasanah & Kesimpulan :
Hamzah, 2017) Penelitian ini menjelaskan mengenai ketetapan
kriteria inklusi, akan tetapi tidak dijelaskan
mengenai kriteria ekslusi atau kriteria dropout
sampel.
Metode pengambilan sampel bersifat non-
random, dengan jumlah sampel hanya
kelompok perlakuan (kontrol).
V2 :
- Penelitian ini menggunakan quasi
eksperimen dengan desain pre and post

27
test pada dua kelompok intervensi, yaitu 1
kelompok dilakukan intervensi bladder
training dengan metode delay urination
dan kelompok pasien yang lain dilakukan
bladder training dengan metode scheduled
urinaria.
- Pada penelitian ini prosedur yang
digunakan yaitu pada kelompok
eksperimen latihan delay urination
dilakukan sebanyak 7 kali perhari dimulai
dari kemampuan menahan buang air kecil
selama 1 jam pada hari ketiga post operasi
selanjutnya dilanjutkan dengan menahan
buang air kecil 2 jam dan seterusnya
ditingkatkan lebih lama kemampuan
menahan buang air kecilnya pada hari-
hari berikutnya. Sedangkan latihan
scheduled urination dimulai pada bangun
tidur pagi kemudian dilakukan jadwal

28
berkemih 2-3 jam sepanjang siang sampai
sore hari, serta setiap 4 jam sekali pada
malam hari dengan melibatkan peran serta
keluarga pasien.
- Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini ada 2 yaitu : a. Instruksi
latihan delay urination dan scheduled
urination yang diberikan kepada pasien
post operasi BPH. b. Kuesioner tentang
kejadian Inkontinensia urine, dengan
menggunakan pertanyaan tertutup yang
berisi sejumlah pertanyaan dan pilihan
jawaban nya “ya” atau “tidak”.
Pertanyaan yang ditanyakan tentang bisa
tidaknya pasien merasakan dan menahan
keinginan buang air kecil setelah pasien
tersebut menjalani latihan Bladder
Training dengan delay urination atau
scheduled urination.

29
Kesimpulan :
Prosedur dalam penelitian ini tidak dijelaskan
mengenai poin dari skoring.

V3 :
- Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah
pasien yang menggunakan kateter dan
juga pasien yang memiliki BPH post op
TURF.
Kesimpulan :
Pemilihan sampel sudah sesuai dengan kriteria
inklusi.

V4 :

- Pada penelitian ini dianalisa dengan


analisa univariat yaitu menggunakan
rumus presentase. Selanjutnya dilakukan

30
analisa bivariate dengan menggunakan 2
jenis test non parametrik, yaitu: uji
wilcoxon signed rank dan test Mann
Whitney U.

- Analisa menggunakan uji Wilcoxon


diketahui terdapat pengaruh scheduled
urination terhadap penurunan kejadian
inkontinensia urine pada pasien post
operasi BPH di RSUD Soreang (p =
0.000)

- Intervensi dengan delay urination


menghasilkan nilai Z score -3,317 dan p-
value sebesar 0,001 sedangkan dengan
intervensi scheduled urination
menghasilkan Z score -3,873 dan p-value
= 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa
kedua jenis metoda bladder training ini
dapat menurunkan kejadian inkontinesia

31
urine pada pasen post open prostatectomy
di rumah sakit.
Kesimpulan :
Hasil analisis data yang dilakukan tepat.
Terdapat sajian data univariat dan hasil data
bivariate.
V5 :
- Scheduled urination adalah metode
untuk melatih pengembalian fungsi
syaraf otot-otot berkemih dengan cara
menentukan jadwal untuk berkemih, dan
jadwal tersebut harus diikuti dengan
ketat oleh pasien, sehingga pasien
berhasil dan setelah dilakukan intervensi
scheduled urination diketahui setengah
dari jumlah pasien (50%) masih
mengalami inkontinensia urine dan
setengah lagi (50%) sudah tidak
mengalami inkontinensia urine lagi.

32
- Delay urination adalah metode dengan
melakukan latihan menahan
kencing/menunda untuk berkemih. Pada
pasien yang masih terpasang kateter,
delay urination dilakukan dengan
mengklem atau mengikat aliran urine ke
urine bag.Tindakan ini memungkinkan
kandung kemih terisi urine dan otot
detrusor berkontraksi sedangkan
pelepasan klem memungkinkan kandung
kemih untuk mengosongkan isinya
(Smeltzer, 2002)
- Pembahasan menyebutkan kesemaan
hasil penelitian dengan penelitian
sebelumnya. Jumlah sampel terdapat
variabel kontrol sehingga kesimpulan
dapat digeneralisasi.
Kesimpulan :
Hasil penelitian menyimpulkan hasil validity

33
yang sesuai dengan hasil dari analisis data yang
memperkuat hasil intervensi yang diteliti.

34
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Jurnal Pertama
Jurnal pertama pada hasil analisis memiliki kelebihan menjelaskan
mengenai ketetapan kriteria inklusi dengan baik, akan tetapi tidak dijelaskan
mengenai kriteria ekslusi atau kriteria dropout sampel. Metode pengambilan
sampel bersifat non-random sampling, dengan jumlah sampel kelompok
kontrol dan eksperimen. Pemilihan sampel sudah sesuai dengan kriteria
inklusi. Kelebihan penelitian ini menjelaskan mengenai prosedur yang
digunakan dalam penelitian, menjelaskan waktu dan cara ketika dilakukan
bleder training. Kekurangan dalam penelitian ini prosedur tidak dijelaskan
mengenai poin dari skoring PSA (Prostate Spesific Antigen) dan IPSS
(Internasional Prostate Symptom Score).
Berdasarkan hasil analisis disajikan dalam bentik univariat dan bivariat
menggunakan Chi-Square dan Uji-T sampel independen. Hasil penelitian
Hasil skoring IPSS 22,86 dan volume prostat rata – rata 57,22 mL. Tidak ada
perbedaan antara kelompok dengan usia, adanya penyakit kronis, kadar PSA,
IPSS dan volume kelenjar prostat (p value = >0,05). Kesimpulan dari hasil
penelitian ini didapatkan terdapat pengaruh bladder training untuk
memperbaiki fungsi kandung kemih pada penderita BPH pasca TURP.
Jurnal ini sudah menyebutkan kesamaan pada pembahasan
menyebutkan kesamaan hasil penelitian dengan penelitian sebelumnya.
Hasil penelitian menyimpulkan hasil validity yang sesuai dengan hasil dari
analisis data yang memperkuat hasil intervensi yang diteliti. Jurnal penelitian
menjelaskan manfaat penelitian sehingga bisa diterapkan sebagai bagian dari
asuhan keperawatan.

2. Jurnal kedua
Jurnal kedua, dapat dilihat dari hasil analisis yang dibuat tidak
mencantumkan dan menjelaskan baik kriteria inklusi atau kriteria ekslusi
dan menggunakan one group sehingga sulit melihat perbandingan jika

35
responden tidak dilakukan blader training. Meskipun tidak ada kelompok
pembanding tetapi jurnal kedua ini menjelaskan mengenai perbedaan yang
bermakna setelah dan sebelum dilakukan bladder training. Instrumen
penelitian menggunakan lembar observasi sebelum dan sesudah
dilakukannya tindakan. Uji normalitas menggunakan shapiro wilk dan
analisa data menggunakan uji paired test.
Prosedur pelaksanaan pada penelitian ini menjadi kekurangan jurnal
karena tidak dijelaskan secara detail, tetapi langsung mengenai poin dari
skoring. Hasil penelitian ini tetap di analisis univariat dan bivariat. Dengan
hasil penelitian bahwa sebelum diberi tindakan, paling banyak responden
dapat menahan miksi selam 2 detik sebanyak 4 responden ( 50,0%).
Berdasarkan hasil setelah dilakukan tindakan sebagian besar responden
dapat menahan miksi selama 4 detik sebanyak 3 responden (37,5 %).
Hasil penelitian dengan menggunakan uji paired test. Nilai significancy
p sebesar 0.021 dimana nilai p < 0,050, maka dapat diketahui bahwa terdapat
perbedaan yang bermakna antara sebelum dan sesudah pemberian tindakan
bladder training. Ada manfaat bladder training terhadap fungsi perkemihan
pada pasien post turp.
Kekurangan lain pada penelitian ini, tidak ada atau tidak menyebutkan
kesamaan pada pembahasan dengan hasil penelitian sebelumnya. Jurnal
penelitian ini menunjukkan bahwa tindakan bladder training pada pasien
post turp terdapat efektifitas bladder training terhadap retensi urin pada
pasien post turp dan penulis menyampaikan bahwa tindakan ini dapat
dilakukan sebagai bagian dari asuhan keperawatan.

3. Jurnal ketiga
Jurnal ketiga ini memiliki kelebihan dengan jenis penelitian Quasy
eksperimental dua kelompok, sehingga ada pembanding antara kelompok
perlakuan dengan kelompok kontrol. Kekurangan pada jurnal ini, pada isi
jurnal tidak dicantumkan kriteria inkusi dan eksklusi secara detail. Tidak ada
prosedur dan instrumen pada jurnal penelitian ini.
Analisis data yang digunakan uji shapiro-wilk karena sampel yang

36
digunakan 30 responden dan data tidak normal baik kelompok kontrol
maupun kelompok perlakuan. Maka analisis di uji dengan uji non-parametrik
independent t-test. Hasil yang didapatkan dengan analisis uji independent t-
test menunjukkan sebaran data tidak normal sehingga dilakukan uji statistik
menn-witney dengan p value sebesar 0,001 (p<0,05) dengan demikian dapat
diambil kesimpuln bahwa bladder training secara dini lebih berpengaruh
menurunkan inkontenensia urine pada pasein post operasi BPH.
Jurnal ini sudah menjelaskan mengenai kesamaan dengan penelitian
sebelumnya mengenai bladder training pada pasien post operasi BPH.
Sehingga hasil penelitian ini sesuai dengan hasil validity yang sesiau dengan
hasil dari analisi data yang memperkuat hasil intervensi yang diteliti. Peneliti
pada jurnal ini berasumsi bahwa intervensi bladder training dapat diterapkan
sebagai bagian dari asuhan keperawatan

4. Jurnal keempat
Jurnal keempat, memiliki kelebihan dengan jenis penelitian Quasy
eksperimental dua kelompok, sehingga ada pembanding antara kelompok
perlakuan dengan kelompok kontrol dan penelitian ini menggukan cukup
banyak responden yang dijadikan sampel. Kekurangan pada jurnal ini,
kurang menjelaskan mengenai kriteria inklusi, tidak tercantum kriteria
eksklusi dan drop out.
Kelebihan pada jurnal ini menjelaskan untuk prosedur penelitian yang
digunakan dan intrument yang digunakan, tetapi tidak dijelaskan mengenai
poin dari skoring yang diberikan. Untuk sampel yang digunakan sudah
sesuai dengan kriteria inklusi. Jurnal penelitian ini dianalisa dengan analisa
univariat dan bivariat, selanjutnya pada bivariat dilakukan analisa bivariate
dengan menggunakan 2 jenis test non parametrik, yaitu: uji wilcoxon signed
rank dan test Mann Whitney U.
Hasil pada jurnal penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon diketahui
terdapat pengaruh scheduled urination terhadap penurunan kejadian
inkontinensia urine pada pasien post operasi BPH di RSUD Soreang (p =
0.000). Intervensi dengan delay urination menghasilkan nilai Z score -3,317

37
dan p-value sebesar 0,001 sedangkan dengan intervensi scheduled urination
menghasilkan Z score -3,873 dan p-value = 0,000. Hal ini menunjukkan
bahwa kedua jenis metoda bladder training ini dapat menurunkan kejadian
inkontinesia urine pada pasen post open prostatectomy di rumah sakit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bladder training baik dengan
teknik delay urination maupun scheduled urination sama-sama memiliki
pengaruh signifikan terhadap penurunan kejadian inkontinensia urine pada
pasien post operasi BPH, tetapi tidak terdapat perbedaan hasil yang
signifikan dari kedua teknik bladder training tersebut terhadap penurunan
kejadian inkontinensia urine. Penelitian ini sudah mencantumkan kesaamaan
jurnal dengan jurnal sebelumnya,jurnal penelitian ini menjelaskan prosedur
SOP yang cukup jelas sehingga memudahkan perawat pada saat melakukan
asuhan keperawatan sehingga bisa diterapkan sebagai bagian dari asuhan
keperawatan.

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisa dari 4 artikel yang telah dilakukan telaah,
ketika menetapkan kriteria inklusi dan kriteria ekslusi merupakan salah satu
cara untuk mengurangi bias dalam penelitian dan hal ini penting untuk
dilakukan (Nursalam, 2016). Kriteria inklusi meliputi: pasien BPH dengan
post operasi TURP, intervensi yang dilakukan bladder training, dengan
semua bentuk study design, dipublikasikan pada tahun 2017-2022, dengan
bahasa yang digunakan bahasa indonesia dan bahasa inggris. Kriteria
ekslusi nya pasien BPH selain tindakan post operasi TURP, intervensi
yang dikombinasikan dengan terapi lain, jurnal yang diterbitkan kurang
dari 2017, selain bahasa indonesia dan bahasa inggris.
Dari ke-4 jurnal yang ditelaah terkait bladder training pada pasien post
operasi TURP. Hasil telaah jurnal ini menunjukkan terdapat pengaruh bladder
training untuk memperbaiki fungsi kandung kemih serta terdapat efektif
terhadap retensi urine pada pasien post operasi TURP. Bladder training
diterapkan sebagai bagian dari asuhan keperawatan dan merupakan salah satu
tindakan keperawatan dengan pasien yang digunakan kateter urine, terkhusus

38
pada pasien-pasien post operasi.
Retensi urin juga mempengaruhi dampak dari perubahan eliminasi,
retensi urine adalah ketidakmampuan dalam mengeluarkan urin sesuai dengan
keinginan, sehingga urin yang terkumpul dibuli-buli melampaui batas
maksimal. penyebabnya adalah akibat penyempitan pada lumen uretra karena
fibrosis pada dindingnya, maka dari itu dilakukan tindakan bladder training.
Tujuan Bladder Training yaitu untuk memperpanjang intervak berkemih yang
normal dengan berbagai teknik distraksi atau teknik relaksasi sehingga
frekuensi berkemih dpat berkuran, hanya 6-7 kali per hari atau 2- 3 jam sekali.
Melalui latihan penderita diharapkan dapat menangani sensasi berkemih.
Latihan ini dilakukan pada pasien paska bedah yang terlepas kateter.

39
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh bladder training


pada pasien post operasi TURP. Dampak kalau tidak dilakukan irigasi pada
pasien post TURP yaitu adanya perdarahan dan bekuan-bekuan darah yang
akan menghambat lubang kateter. Salah satu intervensi nonfarmakologis
keperawatan yang bersifat independent dan dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya inkontinensia urine antara lain dengan bladder training. Bladder
training merupakan upaya mengembalikan pola buang air kecil dengan
menghambat atau merangsang keinginan buang air kecil. Melalui tindakan
bladder training diharapkan akan mencegah disfungsional, memperbaiki
kemampuan untuk menekan urgensi dapat diubah dan secara bertahap akan
meningkatkan kapasitas kandung kemih serta memperpanjang interval
berkemih.

B. Saran

Saran ditujukan kepada:

1. Rumah Sakit

Pihak rumah sakit diharapkan dapat memfasilitasi untuk bladder training


pada pasien-pasien yang terpasang kateter urine.
2. Tenaga Kesehatan
Para tenaga kesehatan terutama perawat yang 24 jam senantiasa
menjadikan tindakan bladder training menjadi salah satu upaya dalam
pemulihan pasien post operasi dan menjadikan salah satu intervensi non
farmakologi untuk mencegah terjadinya inkontinensia urine.
Penerapannya perlu pertimbangan faktor usia dan kemampuan pasien
dalam menerima informasi/instruksi dari perawat.

40
DAFTAR PUSTAKA

Anngelia L. 2015. Efektivitas Bladder Training Secara Dini dan Sebelum Pelepasan
Katetr Urin Terhadap Terjadinya Inkontinensia Urine Pada Pasien Paska
Operasi di SMC RS Telogorejo. Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK).
Desember; II.

Oktaviani NW. 2014. Pengaruh Bladder Training Terhadap Fungsi Berkemih Pada
Pasien Yang Terpasang Kateter Di Ruang Rawat Inap Kelas III RSUD Prof.
Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.

Büyükyilmaz, F., Culha, Y., Zümreler, H., Özer, M., Culha, M. G., & Ötünçtemur,
A. (2019). The Effects Of Bladder Training On Bladder Functions After
Transurethral Resection Of Prostate. Journal Of Clinical Nursing, 29(11–12),
1913–1919. Https://Doi.Org/10.1111/Jocn.14939

Lestari, A. V., Nabhani, & Sulastri. (2019). Manfaat Bladder Training Terhadap
Fungsi Pekemihan Pada Pasien Post TURP ( Trans Urethral Resection Of
The Prostat ). Repositori ITS PKU Muhammadiyah Surakarta.
Http://Repository.Itspku.Ac.Id/Id/Eprint/97
Nurhasanah, T. N., & Hamzah, A. H. (2017). Bladder Training Berpengaruh
Terhadap Penurunan Kejadian Inkontinensia Urine Pada Pasien Post Operasi
BPH Di Ruang Rawat Inap RSUD Soreang. Jurnal Ilmu Dan Teknologi
Kesehatan, 5(1), 79–91. Https://Doi.Org/10.32668/Jitek.V5i1.83
Pratiwi, A. N., Siswanti, J., & Sudiarto. (2017). Pengaruh Bladder Training Secara
Dini Terhadap Inkontinensia Urin Pada Pasien Post Operasi BPH Di
RSUD Dr. Loekmono Hadi Kudus.
Http://Repository.PoltekkesSmg.Ac.Id/Index.Php?P=Show_Detail&Id=1281
3&Keywords=

41
JURNAL
Pengaruh Bladder Training untuk menormalkan fungsi berkemih pada
pasien Benign Prostate Hyperplasia(BPH) pasca TURP (Trans Urethral
Resection of the Prostate)

Di Indonesia, BPH merupakan urutan kedua jenis oprasi urology setelah batu saluran kemih dan diperkirakan
ditemukan pada 50% pria berusia diatas 50 tahun dengan angka harapan hidup rata-rata di Indonesia yang
sudah mencapai 65 tahun dan diperkirakan bahwa lebih kurang 5% pria Indonesia sudah berumur 60 tahun
atau lebih. Kalau dihitung dari seluruh penduduk Indonesia yang berjumlah 200 juta lebih, kira-kira 100 juta
terdiri dari pria dan yang berumur 60 tahun atau lebih kira-kira 5 juta, sehingga diperkirakan ada 2,5 juta
laki-laki Indonesia yang menderita BPH (Susanto, 2011).
Menurunnya rangsangan berkemih terjadi akibat pemasangan kateter dalam waktu yang lama sehingga
dapat mengakibatkan kandungkemih tidak akan terisi dan berkontraksi. Selain itu juga dapat mengakibatkan
kandung kemih akan kehilangan tonusnya. Otot detrusor tidak dapat berkontraksi dan pasien tidak dapat
mengontrol pengeluaran urinnya, atau inkontinensiaurine (Potter, Perry, 2010). Sedangkan bladder training
merupakan salah satu upaya untuk mengembalikan kandung kemih yang mengalami gangguanke keadaan
normal atau fungsi normal (Brunner&Suddarth, 2010).

Apakah terdapat Pengaruh


Bladder Training untuk
menormalkan fungsi berkemih
pada pasien BPH pasca TURP ?

Jurnal 1 Jurnal 2 Jurnal 3 Jurnal 4


Bladder Training
Manfaat Bladder Pengaruh Bladder
Berpengaruh Terhadap
The Effects of Training Terhadap training Secara Dini
Penurunan Kejadian
Bladder Training on Fungsi Perkemihan terhadap Kejadian
Inkontinensia Urine
Bladder Functions Pada Pasien Post TURP Inkontinensia Urin pada
Pada Pasien Post
after Transurethral (Trans Urethral Pasien Post Operasi
Operasi BPH Di Ruang
resection of Prostate Resection Of The BPH di RSUD dr.
Rawat Inap RSUD
Prostat) Loekmono Hadi Kudus
Soreang

8 Responden
50 Responden 30 Responden 60 responden
Kelebihan Hasil analisis data Kelebihan dengan jenis Kelebihan dengan jenis
Kelebihan penelitian ini dilakukan dengan tepat, ditinjau
menjelaskan mengenai prosedur penelitian Quasy eksperimental penelitian Quasy eksperimental
dari data univariat dan data dua kelompok, sehingga ada dua kelompok, sehingga ada
yang digunakan dalam bivariat. Kekurangan lain pada pembanding antara kelompok pembanding antara kelompok
penelitian, menjelaskan waktu penelitian ini, tidak ada atau tidak perlakuan dengan kelompok
perlakuan dengan kelompok
dan cara ketika dilakukan bleder menyebutkan kesamaan pada kontrol. Kekurangan pada jurnal kontrol dan penelitian ini
training. Kekurangan dalam pembahasan dengan hasil ini, pada isi jurnal tidak menggukan cukup banyak
penelitian ini prosedur tidak penelitian sebelumnya. Prosedur dicantumkan kriteria inkusi dan responden yang dijadikan
dijelaskan mengenai poin dari pelaksanaan pada penelitian ini eksklusi secara detail. Tidak ada sampel. Kekurangan pada jurnal
skoring PSA (Prostate Spesific menjadi kekurangan jurnal prosedur dan instrumen pada ini, kurang menjelaskan
Antigen) dan IPSS (Internasional karena tidak dijelaskan secara jurnal penelitian ini. mengenai kriteria inklusi, tidak
Prostate Symptom Score). detail, tetapi langsung mengenai tercantum kriteria eksklusi dan
poin dari skoring. drop out.

Hasil volume sebelum berkemih, volume Hasil penelitian dengan Analisa menggunakan uji Wilcoxon
setelah berkemih dan volume residu setelah menggunakan uji paired test. Hasil yang didapatkan dengan diketahui terdapat pengaruh scheduled
berkemih didapatkan hasil pada kelompok
Nilai significancy p sebesar analisis uji independent t-test urination terhadap penurunan kejadian
eksperimen yang menerima pelatihan menunjukkan sebaran data tidak
bladder training volume urinnya lebih banyak 0.021 dimana nilai p < 0,050, inkontinensia urine pada pasien post
, dibandingkan kelompok kontrol memiliki maka dapat diketahui bahwa normal sehingga dilakukan uji operasi BPH di RSUD Soreang (p = 0.000)
volume lebih sedikit terdapat perbedaan yang statistik menn-witney dengan p Intervensi dengan delay urination
Hasil signifikansi volume urin sebelum dan
bermakna antara sebelum dan value sebesar 0,001 (p<0,05) menghasilkan nilai Z score -3,317 dan p-
sesudah berkemih memiliki nilai yang dengan demikian dapat diambil value sebesar 0,001 sedangkan dengan
signifikan (p value <0,05), namun volume sesudah pemberian tindakan intervensi scheduled urination
bladder training. Ada manfaat kesimpulan bahwa bladder training
residu urin setelah berkemih tidak memiliki menghasilkan Z score -3,873 dan p-value
signifikansi (p value >0,05) bladder training terhadap secara dini lebih berpengaruh
= 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa
Kesimpulan dari hasil penelitian ini fungsi perkemihan pada pasien menurunkan inkontenensia urine
kedua jenis metoda bladder training ini
didapatkan terdapat pengaruh bladder
post turp. pada pasein post operasi BPH. dapat menurunkan kejadian inkontinesia
training untuk memperbaiki fungsi kandung
kemih pada penderita BPH pasca TURP.
urine pada pasen post open
prostatectomy

Pada penelitian ini prosedur yang Pada penelitian ini prosedur yang digunakan
digunakan yaitu pada kelompok Pada penelitian ini prosedur yang yaitu pada kelompok eksperimen latihan
eksperimen ; kateter urin pasien dua hari digunakan yaitu dimulai dari delay urination dilakukan sebanyak 7 kali
meregangkan kandung kemih dalam perhari dimulai dari kemampuan menahan
pasca operasi dengan cara dijepit/diklem buang air kecil selama 1 jam pada hari ketiga
tiap selang waktu 4 jam dan kemudian waktu singkat (kurang dari 1 jam dan
post operasi selanjutnya dilanjutkan dengan
dibiarkan terbuka selama 5 menit. Pada penelitian ini prosedur yang bertahap sampai bisa beradaptasi menahan buang air kecil 2 jam dan
Prosedur penjepitan diulang selama 24 digunakan yaitu pada seluruh responden kurang lebih 4 jam, dan setelah seterusnya ditingkatkan lebih lama
jam sampai hari ketiga pasca operasi. yang pasca operasi dengan kateter beradaptasi dilakukan rutin sampai kemampuan menahan buang air kecilnya
Pada kelompok kontrol ; kateter urin terlepas yang di lakukan 6 sd 7 kali per kateter dilepas.Berdasarkan konsep pada hari-hari berikutnya. Sedangkan latihan
pada pasien kelompok kontrol tidak hari atau 2 sampai 3 jam sekali yang terkait, jika kateterisasi berjalan scheduled urination dimulai pada bangun
dalam jangka waktu lama, maka tidur pagi kemudian dilakukan jadwal
sama sekali dilakukan penjepitan. Jadi, berkemih 2-3 jam sepanjang siang sampai
kateter urin dilepaskan sesuai dengan bladder trainingjuga perlu waktu
sore hari, serta setiap 4 jam sekali pada
rutinitas prosedur praktik yang berlaku yang lama. malam hari dengan melibatkan peran serta
di klinik. keluarga pasien.

Instrumen yang digunakan


dalam penelitian ini ada 2 yaitu :
Alat penelitian menggunakan a. Instruksi latihan delay
formulit informasi pasien yang urination dan scheduled
terdiri dari usia, adanya penyakit Prosedur dalam Instrumen urination yang diberikan kepada
Instrumen penelitian
kronis dan level of prostate spesific penelitian ini tidak dijelaskan pasien post operasi BPH. b.
menggunakan lembar observasi
antigen-PSA) dan data penilaian
sebelum dan sesudah mengenai alur pengambilan Kuesioner tentang kejadian
kondisi fisik pasien (International
dilakukannya tindakan sampel Inkontinensia urine, dengan
Prostate Symptom Score-IPSS,
menggunakan pertanyaan
prostate volume)

tertutup yang berisi sejumlah
pertanyaan dan pilihan jawaban
nya “ya” atau “tidak”.

Kelompok 3_RSMB

Anda mungkin juga menyukai