DISUSUN OLEH:
FILBERT FILMORE CENDRIAWAN
C011181503
SUPERVISOR PEMBIMBING:
dr. Mathilda, Sp.KFR
MAKASSAR
2022
i
HALAMAN PENGESAHAN
NIM : C011181503
Hasanuddin
Supervisor Pembimbing
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
BAB 2
PEMBAHASAN
2
yang dilakukan oleh Sohn dkk, diantara 2418 wanita yang berusia diatas 65 tahun,
506 orang (20,9%) mengidap inkontinensia urin. (Sohn et al., 2018)
3
gangguan mobilitas, serta adanya hambatan fungsional. Jadi inkontinensia urin
bisa terjadi akibat adanya abnormalitas pada kandung kemih, sfingter uretra, atau
keduanya. (Nambiar et al., 2017)
4
2.6.5 Inkontinensia Urin Tipe Campuran
Campuran dari inkontinensia urin tipe stress dan urgensi. Adanya
ketidakmampuan menahan untuk berkemih dan keluarnya urin akibat
peningkatan tekanan intraabdomen.
5
Pemeriksaan abdomen : distensi kandung kemih, nyeri tekan
suprapubik, massa di abdomen regio hipogastric (perut bagian
bawah), buli-buli teraba/tidak.
Pemeriksaan neurologis: refleks ani, refleks bulbocavernosis, keadaan
columna vertebralis.
Pemeriksaan ekstremitas: menyingkirkan kemungkinan inkontinensia
urin tipe fungsional. Edema perifer juga mungkin mengindikasikan
kelebihan volume.
Inspeksi daerah genitalia: adanya prolapse organ panggul (POP),
tanda inflamasi seperti vaginitis atrofi atau tanda iritasi pada vulva
(adanya eritema dan neovaskularisasi pada daerah labium minora dan
epitel vagina), kondisi perineum, massa di pelvis dan kelainan
anatomis. (Goode et al., 2010)
Vaginal Toucher (VT): memeriksa prolapse organ panggul (dengan
sistokel, rektokel).
Rectal Toucher (RT)/ Digital Rectal Examination (DRE) : untuk
memeriksa kekuatan tonus sfingter, otot dasar panggul, memeriksa
BPH maupun kanker prostat. Bisa juga untuk menilai impaksi tinja
yang dapat memberikan tekanan pada uretra dan mengganggu
pengosongan kandung kemih (inkontinensia urin tipe overflow).
(DuBeau et al., 2010)
6
lantai untuk melihat kebocoran. Jika urin keluar dengan awitan batuk, berarti
tes ini positif untuk inkontinensia stress.
Tes negatif jika tidak ada kebocoran atau kebocoran tertunda 5-15
detik. Hasil negatif palsu bisa terjadi jika vesica urinaria pasien kosong, batuk
tidak cukup kuat, otot dasar panggul berkontraksi untuk mengatasi
inkompetensi sfingter uretra, atau jika prolapse yang parah menutupi
kebocoran. Kebocoran yang tertunda bisa menunjukkan spasme vesica
urinaria yang dipicu oleh batuk dan bukan karena kelemahan sfingter, ini bisa
menunjukkan adanya inkontinensia urin tipe urgensi. (Christine et al., 2013)
7
2.7.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis: Hematuria, pyuria, kultur bakteri, proteinuria, glikosuria,
infeksi saluran kemih (ISK).
2. Darah: Gula darah, fungsi ginjal, PSA.
3. Radiologi
USG Abdomen.
BNO-IVP.
Urethrocystoscopy.
4. Urinary Diary
Mengetahui seberapa parah inkontinensia dan tipenya.
Mencatat tiap berapa jam kencing dan berapa volumenya.
Berapa kali ada inkontinensia stress.
Rangsangan berkemih yang terus-menerus dan tidak tertahankan.
5. Urodinamik
Untuk melihat destrusor dan uroflow.
Diperlukan apabila terapi konservatif dan medikamentosa gagal
dan direncanakan untuk melakukan tindakan operatif.
8
Estrogen
Injeksi periuretra
Pesarium
Operasi suspensi leher kandung kemih
2. Inkontinensia Urin Tipe Urgensi
Latihan kandung kemih
Obat relaksan kandung kemih. Pria: antagonis alfa-adrenergik
3. Inkontinensia Urin Tipe Overflow
Operasi pengurangan sumbatan
Kateterisasi intermitten
Kateterisasi indwelling (jika harus menggunakan kateter dalam jangka
waktu yang panjang)
4. Inkontinensia Urin Tipe Fungsional
Terapi berdasarkan penyakit yang mendasari
Modifikasi lingkungan
Menggunakan pembalut atau popok
2.8.1 Farmakologi
Tatalaksana farmakologi pada inkontinensia urin sangat bervariatif,
tergantung penyebab tipe inkontinensia urin itu sendiri. Dibawah ini beberapa
golongan obat yang bisa digunakan untuk mengatasi inkontinensia urin,
antara lain:
1. Antikolinergik dan Antispasme
Obat ini berfungsi untuk meningkatkan kapasitas dari vesica
urinaria dan mengurangi kontraksi yang involunter dari vesica
urinaria. Obat golongan ini banyak digunakan pada pasien
dengan inkontinensia urin tipe urgensi atau campuran
2. Agonis Kolinergik
Obat golongan agonis kolinergik bekerja dengan cara
merangsang sistem saraf parasimpatis sehingga terjadi kontraksi
pada vesica urinaria. Obat ini golongan ini banyak digunakan
pada inkontinensia urin tipe overflow
9
3. Agonis Alfa Adrenergik
Obat ini berfungsi untuk meningkatkan kontraksi otot polos
uretra. Obat ini paling sering digunakan pada pasien dengan
inkontinensia urin tipe stress.
4. Alpha-1 Blocker
Obat ini sering digunakan pada pasien dengan benign
hyperplasia prostate (BPH). Obat ini berfungsi untuk
merelaksasikan otot polos pada vesica urinaria dan mengurangi
volume prostat. Obat ini sering digunakan pada pasien dengan
inkontinensia urin tipe urgensi akibat BPH.
5. 5-Alpha Reductase Inhibitor
Obat ini juga sering digunakan pada pasien dengan benign
hyperplasia prostate (BPH). Obat ini dapat mengurangi volume
prostat jangka panjang.
6. Estrogen
Terapi dengan estrogen biasanya diberikan untuk memperkuat
jaringan periuretra. Oleh sebab itu, obat ini sering digunakan
pada pasien dengan inkontinensia urin tipe stress dan urgensi
yang berkaitan dengan vaginitis atrofi.
10
b. Bladder Training
Bladder training ini bertujuan untuk meningkatkan
pengosongan urin di vesica urinaria. Latihan ini biasanya juga
digunakan pada pasien dengan inkontinensia urin tipe stress dan
urgensi. Terdapat 3 komponen dalam latihan ini, antara lain edukasi,
pengosongan kandung kemih terjadwal, serta penguatan otot
panggul. Latihan ini biasanya membutuhkan terapis yang sudah
terlatih, fungsi kognitif dan fisik dari pasien yang masih memadai,
serta memiliki motivasi yang tinggi. (Robert M. et al, 2006)
c. Bladder Retraining
Latihan ini bertujuan untuk mengembalikan pola berkemih dan
kontinensia yang normal. Latihan ini biasanya digunakan pada
inkontinensia akut, misalnya pada pasien post kateterisasi dengan
inkontinensia urgensi atau overflow, poststroke. Latihan ini
memerlukan fisik dan fungsi kognitif yang adekuat. (Majumdar et al,
2010)
11
Prompted voiding adalah rehabilitasi yang dilakukan dengan cara
memberikan minum secara rutin dan menawarkan pasien untuk
berkemih setiap 2 jam pada siang hari. Ke toilet hanya bila pasien
menginginkan. Terapi ini diberikan untuk mengurangi frekuensi dari
inkontinensia urin dan meningkatkan keinginan pasien untuk
berkemih. Prompted voiding ini bisa diberikan pada inkontinensia
urin tipe apa saja, kecuali tipe overflow. Rehabilitasi ini dapat diuji
coba dalam 3 hari pertama, kemudian dilihat apakah pasien dapat
merespon dengan baik atau tidak. (Hagglund D., 2010)
12
inkontinensia pada pasien. Ada beberapa indikasi dilakukannya pembedahan,
antara lain:
Pada pasien usia lanjut dengan inkontinensia urin tipe stress yang
gagal dengan pengobatan nonfarmakologi maupun farmakologi
Prolapse organ panggul
Adanya outflow obstruction yang sudah dibuktikan secara anatomis
maupun urodinamik pada laki-laki
Kerusakan uretra akibat melakukan tindakan invasif misalnya operasi
Transuretra Resection of The Bladder (TURB) maupun Transuretra
Resection of the Prostate (TURP)
2.9 Pencegahan
Langkah pertama dalam mencegah inkontinensia urin adalah melakukan
gaya hidup yang sehat. Ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan, antara lain:
Menurunkan berat badan jika mengalami obesitas.
Mengkonsumsi makanan yang tinggi serat untuk menghindari terjadinya
konstipasi.
Membatasi konsumsi kafein, tanin, dan minuman beralkohol.
Berhenti merokok.
Berolahraga secara rutin.
13
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Inkontinensia urin bisa terjadi akibat adanya masalah pada vesica urinaria,
sphincter uretra, bahkan disfungsi neurologis. Inkontinensia urin adalah keluarnya
urin secara involunter yang bisa berdampak kepada masalah psikososial,
kesehatan, hygiene, bahkan ekonomi. Inkontinensia urin termasuk salah satu
geriatric giant. Inkontinensia urin terbagi menjadi inkontinensia akut dan
persisten. Inkontinensia urin persisten sendiri terbagi menjadi 5 tipe, yaitu tipe
stress, urgensi, overflow, fungsional, dan campuran. Gejalanya pun sangat
bervariatif tergantung tipe inkontinensia itu sendiri. Penyebabnya inkontinensia
sendiri juga sangat banyak. Baik pria maupun wanita dapat mengidap
inkontinensia urin, walaupun menurut penelitian, wanita lebih sering mengalami
inkontinensia urin dibandingkan pria.
14
DAFTAR PUSTAKA
Adrian W., dkk. 2014. Urinary Incontinence in Frail Elderly Persons: Report
From the 5th International Consultation on Incontinence. Canada: Division
of Geriatric Medicine, University of Alberta.
DuBeau C.E., dkk. 2010. Incontinence in the Frail Elderly: Report From the 4 th
International Consultation on Incontinence. Worcester, Massachusetts:
Division of Geriatric Medicine, University of Massachusetts
Fantl J.A., dkk. 1996. Urinary Incontinence In Adults: Acute and Chronic
Management. United States: Department of Health and Human Service.
Huang Y.C. dan Chang K.V. 2021. Kegel Exercises. Taiwan: National Taiwan
University Hsopital.
15
Majumdar A., dkk. 2010. Inpatient Bladder Retraining: Is It Beneficial On Its
Own?. Birmingham, United Kingdom: The International Urogynecological
Association
Sohn K., Lee C.K., Shin J., Lee J. 2018. Association Between Female Urinary
Incontinence and Geriatric Health Problems: Results From Korean
Longitudinal Study of Ageing. Korea: Korean J Fam Med.
16