PROGRAM S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINALITA SUDAMA MEDAN
2022
1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan rahmat
dan hidayah nya sehingga pembuatan makalah tentang “Asuhan Keperawatan
Maternitas Mioma Uteri di Ruang Anggrek I RSUD Dr. Pirngadi Medan”.
Kelompok kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun,penulis telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang di miliki sehingga dapat selesai
dengan baik dan oleh karenanya,penulis dengan rendah hati menerima masukan dan
saran untuk penyempurnaan makalah ini
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BABI PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................3
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................66
B. Saran......................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................69
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Salah satu hal penting untuk mencapai derajat kesehatan adalah dengan
memperhatikan kesehatan wanita, terutama kesehatan reproduksi karena hal
tersebut berdampak luas, menyangkut berbagai aspek kehidupan, serta
merupakan parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat. Kesehatan reproduksi wanita berpengaruh
besar dan berperan penting terhadap kelanjutan generasai penerus suatu negara
(Manuaba, 2009).
Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh
dan bukan tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segalah hal yang
berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsinya serta proses-prosesnya.
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah kesejahteraan fisik, mental dan
sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala
aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi, serta prosesnya
(Nugroho, 2012).
Salah satu penyakit reproduksi adalah mioma uteri. Mioma uteri merupakan
suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal dari otot polos
dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri
atau uterine fibroid. Mioma uteri ini merupakan neoplasma jinak yang sering
ditemukan pada traktus genitalia wanita, terutama wanita sesudah produktif
atau menopouse (Aspiani, 2017).
Menurut WHO kejadian mioma uteri sekitar 20% sampai 30% dari seluruh
wanita didunia dan terus mengalami peningkatan. Mioma uteri ditemukan
30% sampai 50% pada perempuan usia subur (Robbins, 2007). Menurut Wise
penelitiannya di Amerika serikat periode 1997-2007 melaporkan 5.871 kasus
1
mioma uteri dari 22.120 terjadi pada wanita kulit hitam dengan prevalensi
26,5%
2
hanya dilakukan operasi pada alat kelamin tetapi juga dapat dilakukan operasi
pencernaan (colostomy). Pada kasus ini pasien mioma uteri mengalami
komplikasih yang berat dan dapat memperburuk kesehatan dan tidak jarang
pasien tersebut mengalami penurunan kesehatan karena terjadi gangguan pada
nutrisi dan tubuh mengalami kelemahan hingga menjadi syok dan pada
akhirnya menimbulkan kematian (Aspiani, 2017).
Hampir dari separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvik rutin. Penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-
apa dan tidak sadar bahwa pederita mengalami penyakit mioma uteri.
Pengobatan mioma uteri bervariasi tergantung pada umur ibu atau penderita,
jumlah anak yang dimiliki, lokasi mioma uteri di rahim, dan besar mioma
uteri. Prinsip pengobatannya adalah melakukan operasi pengangkatan total
atau sebagian, pemberian hormon dan radiasi untuk menghilangkan fungsinya
sehingga diharapkan dapat mengecilkan tumor (Manuaba, 2009).
2. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui penerapan asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah Mioma Uteri di RSU dr. Pirngadi
Medan mengunakan metode ilmiah proses keperawatan mulai dari pengkajian
sampai dengan pembuatan dokumentasi keperawatan.
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2. Etiologi
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor
predisposisi terjadinya mioma uteri.
1) Umur
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan
sekitar 40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri
jarang ditemukan sebelum menarche (sebelum mendapatkan haid).
3) Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan
penderita mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk
menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan
penderita mioma uteri.
4
4) Makanan
Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang
(red meat), dan daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun
sayuran hijau menurunkan insiden menurunkan mioma uteri.
5) Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus.
Hal ini mempercepat pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada
pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon dan faktor
pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor
progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.
6) Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan
dengan wanita yang mempunyai riwayat melahirkan 1 (satu) kali atau
2 (2) kali
5
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi udara,
makanan, radiasi dan berasala dari bahan kimia, baik bahan kimia yang
ditam,bahkan pada makanan, ataupun bahan makanan yang bersal dari
polusi. Bahan kimia yang ditambahkan dalam makanan seperti
pengawet dan pewarna makanan cara memasak juga dapat mengubah
makanan menjadi senyawa kimia yang berbahaya.
6
2) Progesteron
Progesteron merupakan antogonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara, yaitu
mengaktifkan hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor
estrogen pada tumor.
7
bertangkai atau memiliki dasar lebar. Apa bila mioma tumbuh keluar
dinding uterus sehingga menonjol kepermukaan uterus diliputi oleh
serosa. Mioma serosa dapat tumbuh di antara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter. Mioma subserosa
yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum
atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga
disebut wandering parasitis fibroid.
8
4. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam miometrium dan
lambat laun membesar karena pertumbuhan itu miometrium mendesak
menyusun semacam pseudokapsula atau sampai semua mengelilingi tumor
didalam uterus mungkin terdapat satu mioma akan tetapi mioma biasanya
banyak. Bila ada satu mioma yang tumbuh intramural dalam korpus uteri
maka korpus ini tampak bundar dan konstipasi padat. Bila terletak pada
dinding depan uterus mioma dapat menonjol kedepan sehingga menekan dan
mendorong kandung kemih keatas sehingga sering menimbulkan keluhan
miksi (Aspiani, 2017).
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih, padat,
berbatas tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan gambaran
kumparan yang khas. Tumor mungkin hanya satu, tetapi umumnya jamak dan
tersebar di dalam uterus, dengan ukuran berkisar dari benih kecil hingga
neoplasma masif yang jauh lebih besar dari pada ukuran uterusnya. Sebagian
terbenam didalam miometrium, sementara yang lain terletak tepat di bawah
endometrium (submukosa) atau tepat dibawah serosa (subserosa). Terakhir
membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat ke organ disekitarnya, dari
mana tumor tersebut mendapat pasokan darah dan kemudian membebaskan
diri dari uterus untuk menjadi leimioma “parasitik”. Neoplasma yang
berukuran besar memperlihatkan fokus nekrosis iskemik disertai daerah
perdarahan dan perlunakan kistik, dan setelah menopause tumor menjadi padat
kolagenosa, bahkan mengalami kalsifikasi (Robbins, 2007).
9
5. WOC
Faktor predisposisi:
a. Usia penderita
b. Hormon endogen
c. Riwayat keluarga
d. Makanan, kehamilan dan paritas
Mioma Uteri
Tumbuh didinding uterus berada dibawah endometrium & tumbuh keluar dinding
Menonjol kedalam rogga uterus uterus
Penekanan
Kandung kemih uretra Ureter Rektum kolon sigmoid
Poli Uria Retensio Urine Hidronefrosis obstipasi kolon desenden dan ileum
(Aspiani, 2017)
10
6. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis
Berikut beberapa perubahan yang dapat terjadi pada pada tubuh karena mioma
uteri.
1. Degenerasi hialin, merupakan perubahan degeneratif yang paling umum
ditemukan.
a. Jaringan ikat bertambah
b. Berwarna putih dan keras
c. Sering disebut “mioma durum”.
2. Degenerasi kistik
a. Bagian tengah dengan degenerasi hialin mencair.
b. Menjadi poket kistik.
3. Degenerasi membantu (calcareous degeneration)
a. Terdapat timbunan kalsium pada mioma uteri.
b. Padat dan keras
c. Berwarna putih.
4. Degenerasi merah (carneus degeneration )
a. Paling sering terjadi pada masa kehamilan.
b. Estrogen merangsang perkembangan mioma.
c. Aliran darah tidak seimbang karena terjadi edema sekitar tungkai dan
tekanan hamil.
d. Terjadi kekurangan darah yang menimbulkan nekrosis, pembentukan
trombus, bendungan darah dalam mioma, warna merah hemosiderosis
atau hemofusin.
e. Biasanya disertai rasa nyeri, tetapi dapat hilang dengan sendirinya.
Komplikasi lain yang jarang ditemukan meliputi kelahiran prematur,
ruptur tumor dengan perdarahan peritoneal, dan shock.
5. Degenerasi mukoid
Daerah hyalin digantikan dengan bahan gelatinosa yang lembut dan
biasa terjadi pada tumor yang besar, dengan aliran arterial yang tergangu.
6. Degenerasi lemak
Lemak ditemukan dalam serat otot polos.
11
7. Degenerasi sarkomatous (transformasi maligna)
Terjadi pada kurang dari 1% mioma. Kontraversi yang ada saat ini adalah
apakah hal ini mewakili sebuah perubahan degeneratif ataukah sebuah
neoplasma spontan. Leimiosarkoma merupakan sebuah tumor ganas yang
jarang terdiri dari sel-sel yang mempunyai diferensiasi otot polos.
2) Gejalah klinis lain yang dapat timbul pada mioma uteri adalah sebagai
berikut.
a. Perdarahan abnormal merupakan gejala klinik yang sering ditemukan
(30%). Bentuk perdarahan yang ditemukan berupa menoragia,
metroragia, dan hipermenorhe. Perdarahan dapat menyebabkan anemia
defisiensi Fe. Perdarahan abnormal ini dapat dijelaskan oleh karena
bertambahnya areah permukaan dari endometrium yang menyebabkan
gangguan kontraksi otot rahim, distorsi, dan kongesti dari pembuluh
darah disekitarnya dan ulserasi dari lapisan endometrium.
b. Penekanan rahim yang membesar.
c. Terasa berat di abdomen bagian bawah.
d. Terjadi gejalah traktus urinarius: urine freqency, retensi urine,
obstruksi ureter, dan hidronefrosis.
12
e. Terjadi gejalah intestinal: kontipasi dan obstruksi intestinal.
f. Terasa nyeri karena saraf tertekan.
3) Sedangkan rasa nyeri pada kasus mioma dapat disebabkan oleh beberapa
hal berikut.
a. Penekanan saraf.
b. Torsi bertangkai.
c. Submukosa mioma terlahir.
d. Infeksi pada mioma.
13
1) Penanganan konservatif dilakukan jika mioma yang kecil muncul pada pra
dan postmenopause tanpa adanya gejala. Cara penanganan konsevatif
adalah sebagai berikut.
a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
b. Jika terjadi anemia kemungkinan Hb menurun.
c. Pemberian zat besi.
d. Penggunaan agonis GnRH (gonadotropin-releasing hormone) leuprolid
asetat 3,75 mg IM pada hari pertama sampai ketiga menstruasi setiap
minggu, sebanyak tiga kali. Obat ini mengakibatkan pengerutan tumor
dan menghilangkan gejala. Obat ini menekan sekresi gonodotropin dan
menciptakan keadaan hipoestrogenik yang serupa ditemukan pada
periode postmenopause. Efek maksimum dalam mengurangi ukuran
tumor diobsevasi dalam 12 minggu.
3) Jenis operasi yang dilakukan untuk mengatasi mioma uteri dapat berupa
langkah-langkah berikut.
a. Enukleusi Mioma
Enuklesia mioma dilakukan pada penderita yang infertil yang masih
menginginkan anak, atau mempertahankan uterus demi kelangsungan
fertilitas. Enukleasi dilakukan jika ada kemungkinan terjadinya
karsinoma endometrium atau sarkoma uterus dan dihindari pada masa
kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan
tangkai dan tumor yang dengan mudah dijepit dan diikat. Bila
miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau sangat
14
berdekatan dengan endometrium, maka kehamilan berikutnya harus
dilahirkan dengan seksio sesarea.
5) Histeroktomi
Histerektomi dilakukan jika pasien tidak menginginkan anak lagi dan pada
pasien yang memiliki leimioma yang simptomatik atau yang sudah
bergejala. Kriteria ACOG untuk histerektomi adalah sebagai berikut.
a. Terdapat satu sampai tiga leimioma asimptomatik atau yang dapat
teraba dari luar dan dikelukan oleh pasien.
b. Perdarahan uterus berlebihan.
c. Perdarahan yang banyak, bergumpal-gumpal, atau berulang-ulang
selama lebih dari delapan hari.
d. Anemia akut atau kronis akibat kehilangan darah.
6) Rasa tidak nyaman pada daerah pelvis akibat mioma meliputi hal-hal
berikut.
a. Nyeri hebat dan akut.
b. Rasa tertekan yang kronis dibagian punggung bawah atau perut bagian
bawah.
c. Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-ulangdan tidak
disebabkan infeksi saluran kemih.
7) Penanganan radioterapi
Tujuan dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan. Langkah
ini dilakukan sebagai penanganan dengan kondisi sebagai berikut.
15
a. Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk
patient).
b. Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
c. Bukan jenis submukosa.
d. Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
e. Tidak dilakukan pada wanita muda karena dapat menyebabkan
menopause.
16
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada pasien mioma uteri
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
2) Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin, hubungan
dengan keluarga, pekerjaan, alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri,
misalnya timbul benjolan diperut bagian bawah yang relatif
lama. Kadang-kadang disertai gangguan haid
2) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma saat dilakukan
pengkajian, seperti rasa nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi
jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah dan adapun yang yang
perlu dikaji pada rasa nyeri adalah lokasih nyeri, intensitas nyeri,
waktu dan durasi serta kualitas nyeri.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis
pengobatan yang dilakukan oleh pasien mioma uteri, tanyakan
penggunaan obat-obatan, tanyakan tentang riwayat alergi, tanyakan
riwayat kehamilan dan riwayat persalinan dahulu, penggunaan alat
kontrasepsi, pernah dirawat/dioperasi sebelumnya.
4) Riwaya Penyakit Keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga
mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes melitus, hipertensi,
jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat kelahiran kembar dan
riwayat penyakit mental.
5) Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri yang
perlu diketahui adalah
17
a. Keadaan haid
Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir, sebab
mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarhe dan
mengalami atrofi pada masa menopause.
b. Riwayat kehamilan dan persalinan
Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri, dimana
mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan
dengan hormon estrogen, pada masa ini dihasilkan dalam
jumlah yang besar.
c. Faktor Psikososial
1) Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya, faktor-
faktor budaya yang mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang
dimiliki pasien mioma uteri, dan tanyakan mengenai seksualitas
dan perawatan yang pernah dilakukan oleh pasien mioma uteri.
2) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri,
peran diri, personal identity, keadaan emosi, perhatian dan
hubungan terhadap orang lain atau tetangga, kegemaran atau jenis
kegiatan yang di sukai pasien mioma uteri, mekanisme pertahanan
diri, dan interaksi sosial pasien mioma uteri dengan orang lain.
e. Pola eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir.
Sedangkan pada BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna, dan
bau.
18
f. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain
Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan
frekwensinya, tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi, berpakaian,
eliminasi, makan minum, mobilisasi
h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri
2) Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan.
3) Pemeriksaan Fisik Head to toe
a) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan
rambut.
b) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris
c) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya
pembengkakan konka nasal/tidak.
d) Telinga : lihat kebersihan telinga.
e) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat
kebersihan rongga mulut, lidah dan gigi, lihat adanya
penbesaran tonsil.
f) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya
pembengkakan kelenjar getah bening/tidak.
g) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler
dan sirkulasi, ketiak dan abdomen.
h) Abdomen
Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol,
Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen
Perkusi: timpani, pekak
Auskultasi: bagaimana bising usus
19
i) Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi pembengkakan pada
ekstremitas atas dan bawah pasien mioma uteri
j) Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya lesi,
perdarahan diluar siklus menstruasi.
20
2. Kemungkinan Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan dan
refleks spasme otot sekunder akibat tumor
b. Resiko syok berhubungan dengan perdarahan
c. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh sekunder
akibat gangguan hematologis (perdarahan)
d. Retensi urine berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan
neoplasma pada organ sekitarnya, gangguan sensorik motorik.
e. Resiko Konstipasi berhubungan dengan penekanan pada rectum
(prolaps rectum)
f. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, ancaman
pada status kesehatan, konsep diri (kurangnya sumber informasi terkait
penyakit)
21
3. Rencana keperawatan
Tabel 2.2 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan NANDA Internasional (2015-2017), NIC-NOC (2013)
N Intervensi
Diagnosa Keperawatan
O NOC NIC
1. Nyeri akut berhubungan NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri
dengan nekrosis atau trauma selama 1 x 24 jam, pasien mioma uteri 1) Lakukan pengkajian nyeri
jaringan dan refleks spasme mampu mengontrol nyeri dibuktikan komprehensip yang meliputi lokasi,
otot sekunder akibat tumor dengan kriteria hasil: karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
Mengontrol Nyeri dan faktor pencetus
Definisi: 1) Mengenali kapan nyeri terjadi 2) Observasi adanya pentunjuk nonverbal
Pengalaman sensori dan 2) Menggambarkan faktor penyebab nyeri mengenai ketidak nyamanan terutama
emosional tidak menyenangkan 3) Menggunakan tindakan pencegahan nyeri pada mereka yang tidak dapat
yang muncul akibat kerusakan 4) Menggunakan tindakan pengurangan nyeri berkomunikasi secara efektif
jaringan aktual atau potensial (nyeri) tanpa analgesik 3) Pastikan perawatan analgesik bagi
atau yang digambarkan sebagai 5) Menggunakan analgesik yang pasien dilakukan dengan pemantauan
kerusakan (International direkomendasikan yang ketat
Association for the Study of 6) Melaporkan perubahan terhadap gejalah 4) Gunakan strategi komunikasi
22
pain) awitan yang tiba-tiba atau nyeri pada profesional kesehatan terapeutik untuk mengetahui
lambat dari intensitas ringan 7) Melaporkan gejalah yang tidak terkontrol pengalaman nyeri dan sampaikan
hingga berat dengan akhir yang pada profesional kesehatan penerimaan pasien terhadap nyeri
dapat diantisipasi atau 8) Menggunakan sumber daya yang tersedia 5) Gali pengetahuan dan kepercayaan
diprediksi. untuk menangani nyeri pasien mengenai nyeri
9) Mengenali apa yang terkait dengan gejala 6) Pertimbangkan pengaruh budaya
Batasan karakteristik: nyeri terhadap respon nyeri
a) Bukti nyeri dengan 10) Melaporkan nyeri yang terkontrol 7) Tentukan akibat dari pengalaman nyeri
menggunakan standar daftar terhadap kualitas hidup pasien
periksa nyeri untuk pasien (misalnya, tidur, nafsu makan,
yang tidak dapat pengertian, perasaan, performa kerja
mengungkapannya dan tanggung jawab peran)
b) Ekspresi wajah nyeri (misal: 8) Gali bersama pasien faktor-faktor yang
mata kurang bercahaya, dapat menurunkan atau memperberat
tampak kacau, gerakan mata nyeri
berpencar atau tetap pada 9) Evaluasi pengalaman nyeri dimasa lalu
satu fokus, meringis) yang meliputi riwayat nyeri kronik
c) Fokus menyempit (misal: individu atau keluarga atau nyeri yang
persepsi waktu, proses menyebabkan disability/ ketidak
23
berpikir, interaksi dengan mampuan/kecatatan, dengan tepat
orang dan lingkungan) 10) Evaluasi bersama pasien dan tim
d) Fokus pada diri sendiri kesehatan lainnya, mengenai
e) Keluhan tentang intensitas efektifitas, pengontrolan nyeri yang
menggunakan standars kala pernah digunakan sebelumnya
nyeri 11) Bantu keluarga dalam mencari dan
f) Keluhan tentang menyediakan dukungan
karakteristik nyeri dengan 12) Gunakan metode penelitian yang sesuai
menggunakan standar dengan tahapan perkembangan yang
instrumen nyeri memungkinkan untuk memonitor
g) Laporan tentang perilaku perubahan nyeri dan akan dapat
nyeri/ perubahan aktivitas membantu mengidentifikasi faktor
h) Perubahan posisi untuk pencetus aktual dan potensial
menghindari nyeri (misalnya, catatan perkembangan,
i) Putus asa catatan harian)
j) Sikap melindungi area nyeri 13) Tentukan kebutuhan frekuensi untuk
melakukan pengkajian ketidak
Faktor yang berhubungan: nyamanan pasien dan
a) Agens cidera biologis mengimplementasikan rencana monitor
24
b) Agens cidera fisik 14) Berikan informasi mengenai nyeri,
Agens cidera kimiawi seperti penyebab nyeri, berapa nyeri
yang dirasakan, dan antisipasi dari
ketidak nyamanan akibat prosedur
15) Kendalikan faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi respon pasien
dari ketidaknyamanan (misalnya, suhu
ruangan, pencahayaan, suara bising)
16) Ajarkan prinsip manajemen nyeri
17) Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri
ketika memilih strategi penurunan
nyeri
18) Kolaborasi dengan pasien, orang
terdekat dan tim kesehatan lainnya
untuk memilih dan
mengimplementasikan tindakan
penurunan nyeri nonfarmakologi,
sesuai kebutuhan
19) Gunakan tindakan pengontrolan nyeri
25
sebelum nyeri bertambah berat
20) Pastikan pemberian analgesik dan atau
strategi nonfarmakologi sebelum
prosedur yang menimbulkan nyeri
21) Periksa tingkat ketidaknyamanan
bersama pasien, catat perubahan dalam
cacatan medis pasien, informasikan
petugas kesehatan lain yang merawat
pasien
22) Mulai dan modifikasi tindakan
pengontrolan nyeri berdasarkan respon
pasien
23) Dukung istirahat/tidur yang adekuat
untuk membantu penurunan nyeri
24) Dorong pasien untuk mendiskusikan
pengalaman nyerinya, sesuai
kebutuhan
25) Beritahu dokter jika tindakan tidak
berhasil atau keluhan pasien saat ini
26
berubah signifikan dari pengalaman
nyeri sebelumnya
26) Gunakan pendekatan multi disiplin
untuk menajemen nyeri, jika sesuai
Pemberian analgesik
1) Tentukan lokasi, karakteris, kualitas
dan keparahan nyeri sebelum
mengobati pasien
2) Cek perintah pengobatan meliputi obat,
dosis, dan frekuesi obat analgesik yang
diresepkan
3) Cek adanya riwayat alergi obat
4) Pilih analgesik atau kombinasi
analgesik sesuai lebih dari satu kali
pemberian
5) Monitor tanda vital sebelum dan
setelah memberikan analgesik pada
pemberian dosis pertama kali atau jika
27
ditemukan tanda-tanda yang tidak
biasanya
6) Berikan kebutuhan kenyamanan dan
aktivitas lain yang dapat membantu
relaksasi untuk memfasilitasi penuruna
nyeri
7) Berikan analgesik sesuai waktu
paruhnya, terutama pada nyeri yang
berat
8) Dokumentasikan respon terhadap
analgesik dan adanya efek samping
9) Lakukan tindakan-tindakan yang
menurunkan efek samping analgesik
(misalnya, konstipasi dan iritasi
lambung)
10) Kolaborasikan dengan dokter apakah
obat, dosis, rute, pemberian, atau
perubahan interval dibutuhkan, buat
rekomendasi khusus bedasarkan
28
prinsip analgesik
2. Resiko syok berhubungan NOC: Setelah dilakukan perawatan selama 1x Pencegahan Syok
dengan perdarahan 24 jam diharapkan tidak terjadi syok 1) Monitor adanya respon konpensasi
hipovolemik dengan kriteria: terhadap syok (misalnya, tekanan darah
Definisi: beresiko terhadap 1) Tanda vital dalam batas normal. normal, tekanan nadi melemah,
ketidak cukupan aliran darah 2) Tugor kulit baik. perlambatan pengisian kapiler, pucat/
kejaringan tubuh, yang dapat 3) Tidak ada sianosis. dingin pada kulit atau kulit kemerahan,
mengakibatkan disfungsi seluler 4) Suhu kulit hangat. takipnea ringan, mual dan munta,
yang mengancam jiwa. 5) Tidak ada diaporesis. peningkatan rasa haus, dan kelemahan)
Faktor resiko 6) Membran mukosa kemerahan. 2) Monitor adanya tanda-tanda respon
1) Hipotensi. sindroma inflamasi sistemik (misalnya,
2) Hipovolemi peningkatan suhu, takikardi, takipnea,
3) Hipoksemia hipokarbia, leukositosis, leukopenia)
4) Hipoksia 3) Monitor terhadap adanya tanda awal
5) Infeksi reaksi alergi (misalnya, rinitis, mengi,
6) Sepsis stridor, dipnea, gatal-gatal disertai
7) Sindrom respon inflamasi kemerahan, gangguan saluran
sestemik pencernaan, nyeri abdomen, cemas dan
29
gelisa)
4) Monitor terhadap adanya tanda ketidak
adekuatan perfusi oksigen kejaringan
(misalnya, peningkatan stimulus,
peningkatan kecemasan, perubahan
status mental, egitasi, oliguria dan
akral teraba dingin dan warna kulit
tidak merata)
5) Monitor suhu dan status respirasi
6) Periksa urin terhadap adanya darah dan
protein sesuai kebutuhan
7) Monitor terhadap tanda/gejalah asites
dan nyeri abdomen atau punggung.
8) Lakukan skin-test untuk mengetahui
agen yang menyebabkan anaphiylaxis
atau reaksi alergi sesuai kebutuhan
9) Berikan saran kepada pasien yang
beresiko untuk memakai atau
membawa tanda informasi kondisi
30
medis
10) Anjurkan pasien dan keluarga
mengenai tanda dan gejala syok yang
mengancam jiwa
11) Anjurkan pasien dan keluarga
mengenai langkah-langkah timbulnya
gejala syok
3. Resiko Infeksi berhubungan NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Alat terapi per vaginam
dengan penurunan imun selama 1 x 24 jam, pasien mioma uteri 1) Kaji ulang riwayat kontraindikasih
tubuh sekunder akibat menunjukkan pasien mampu melakukan pemasangan alat pervaginam pada
gangguan hematologis pencegahan infeksi secara mandiri, pasien (misalnya, infeksi pelvis,
(perdarahan) ditandai dengan kriteria hasil: laserasi, atau adanya massa sekitar
1) Kemerahan tidak ditemukan pada vagina)
Definisi: tubuh 2) Diskusikan mengenai aktivitas-
Mengalami peningkatan resiko 2) Vesikel yang tidak mengeras aktivitas seksual yang sesuai sebelum
terserang organisme patogenik permukaannya memilih alat yang dimasukan
3) Cairan tidak berbauk busuk 3) Lakukan pemeriksaan pelvis
Faktor yang berhubungan: 4) Piuria/nanah tidak ada dalam urin 4) Intruksikan pasien untuk melaporkan
31
1) Penyakit kronis 5) Demam berkurang ketidaknyamanan, disuria, perubahan
a. Diabetes melitus 6) Nyeri berkurang warna, konsistensi, dan frekuensi
b. Obesitas 7) Nafsu makan meningkat cairan vagina
2) Pengetahuan yang tidak 5) Berikan obat-obat berdasarkan resep
cukup untuk menghindari dokter untuk mengurangi iritasi
pemanjanan patogen 6) Kaji kemampuan pasien untuk
3) Pertahanan tubuh primer melakukan perawatan secara mandiri
yang tidak adekuat 7) Observasi ada tidaknya cairan vagina
a. Gangguan peritalsis yang tidak normal dan berbau
b. Kerusakan integritas 8) Infeksi adanya lubang, laserasi, ulserasi
kulit (pemasangankateter pada vagina
intravena, prosedur
invasif) Kontrol Infeksi
c. Perubahan sekresi PH 1) Bersihkan lingkungan dengan baik
d. Penurunan kerja siliaris setelah digunakan untuk setiap pasien
e. Pecah ketuban dini 2) Isolasi orang yang terkena penyakit
f. Pecah ketuban lama menular
g. Merokok 3) Batasi jumlah pengunjung
h. Stasis cairan tubuh 4) Anjurkan pasien untuk mencuci tangan
32
i. Trauma jaringan yang benar
(misalnya, trauma 5) Anjurkan pengunjung untuk mencuci
destruksi jaringan) tangan pada saat memasuki dan
4) Ketidak adekuatan jaringan meninggalkan ruangan pasien
sekunder 6) Gunakan sabun antimikroba untuk cuci
a. Penurunan hemoglobin tangan yang sesuai
b. Supresi respon inflamasi 7) Cuci tangan sebelum dan sesudah
5) Vaksinasi tidak adekuat kegiatan perawatan pasien
6) pemajanan terhadap patogen 8) Pakai sarung tangan sebagaimana
lingkungan meningkat dianjurkan oleh kebijakan pencegahan
7) prosedur invasif universal
8) malnutrisi 9) Pakai sarung tangan steril dengan tepat
10) Cukur dan siapkan untuk daerah
persiapan prosedur invasif atau opersai
sesuai indikasi
11) Pastikan teknik perawatan luka yang
tepat
12) Tingkatkan inteke nutrisi yang tepat
13) Dorong intake cairan yang sesuai
33
14) Dorong untuk beristirahat
15) Berikan terapi anti biotik yang sesuai
16) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
tanda dan gejalah infeksi dan kapan
harus melaporkannya kepada penyedia
perawatan kesehatan
17) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
bagaimana menghindari infeksi
4. Retensi urine berhubungan NOC: setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen eliminasi urin:
dengan penekanan oleh massa 1x 24 jam diharapkan eliminasi urin kembali 1) Monitor eliminasi urin termasuk
jaringan neoplasma pada normal dengan kriteria hasil: frekuensi, konsistensi, bau, volume dan
organ sekitarnya, gangguan 1) Pola eliminasi kembali normal warna urin sesuai kebutuhan.
sensorik motorik. 2) Bau urin tidak ada 2) Monitor tanda dan gejala retensio urin.
3) Jumlah urin dalam batas normal 3) Ajarkan pasien tanda dan gejala infeksi
Definisi: pengosongan kantung 4) Warna urin normal saluran kemih.
kemih tidak komplit 5) Intake cairan dalam batas normal 4) Anjurkan pasien atau keluarga untuk
6) Nyeri saat kencing tidak ditemukan melaporkan urin uotput sesuai
Batasan karakteristik: kebutuhan.
34
1) Tidak ada keluaran urin 5) Anjurkan pasien untuk banyak minum
2) Distensi kandung kemih saat makan dan waktu pagi hari.
3) Menetes 6) Bantu pasien dalam mengembangkan
4) Disuria rutinitas toileting sesuai kebutuhan.
5) Sering berkemih 7) Anjurkan pasien untuk memonitor
6) Inkontinensia aliran berlebih tanda dan gejalah infeksi saluran
7) Residu urin kemih.
8) Sensasi kandung kemih
penuh Kateterisasi Urin
9) Berkemih sedikit 1) Jelaskan prosedur dan alasan dilakukan
kateterisasi urin.
Faktor yang berhubungan 2) Pasang kateter sesuai kebutuhan.
1) Sumbatan 3) Pertahankan teknik aseptik yang ketat.
2) Tekanan ureter tinggi 4) Posisikan pasien dengan tepat
3) Inhibishi arkus reflex (misalnya, perempuan terlentang
dengan kedua kaki diregangkan atau
fleksi pada bagian panggul dan lutut).
5) Pastikan bahwa kateter yang
dimasukan cukup jauh kedalam
35
kandung kemih untuk mencegah
trauma pada jaringan uretra dengan
inflasi balon
6) Isi balon kateter untuk menetapkan
kateter, berdasarkan usia dan ukuran
tubuh sesuai rekomendasi pabrik
(misalnya, dewasa 10 cc, anak 5 cc)
7) Amankan kateter pada kulit dengan
plester yang sesuai.
8) Monitor intake dan output.
9) Dokumentasikan perawatan termasuk
ukuran kateter, jenis, dan pengisian
bola kateter
5. Konstipasi berhubungan NOC: setelah dilakukan perawatan selama 1 x 24 Manajemen saluran cerna
dengan penekanan pada jam pasien diharapkan konstipasi tidak ada 1) Monitor bising usus
rectum (prolaps rectum) dengan kriteria hasil: 2) Lapor peningkatan frekuensi dan bising
1) Tidak ada irita bilitas usus bernada tinggi
Definisi: penurunan pada 2) Mual tidak ada 3) Lapor berkurangnya bising usus
frekuensi normal defekasi yang 3) Tekanan darah dalam batas normal 4) Monitor adanya tanda dan gejalah
36
disertai oleh kesulitan atau 4) Berkeringat diare, konstipasi dan impaksi
pengeluaran tidak lengkap feses 5) Catat masalah BAB yang sudah ada
atau pengeluaran feses yang Keparahan Gejalah sebelumnya, BAB rutin, dan
kering, keras, dan banyak. 1) Intensitas gejalah penggunaan laksatif
Batasan karakteristik 2) Frekuensi gejalah 6) Masukan supositorial rektal, sesuai
1) Nyeri abdomen 3) Terkait ketidak nyamanan dengan kebutuhan
2) Nyeri tekan abdomen dengan 4) Gangguan mobilitas fisik 7) Intruksikan pasien mengenai makanan
teraba resistensi otot 5) Tidur yang kurang cukup tinggi serat, dengan cara yang tepat
3) Nyeri tekan abdomen tanpa 6) Kehilangan nafsu makan 8) Evaluasi profil medikasi terkait dengan
teraba resistensi otot efek samping gastrointestinal
4) Anoraksia
5) Penampilan tidak khas pada Manajemen konstipasi/inpaksi
lansia 1) Monitor tanda dan gejala konstipasi
6) Darah merah pada feses 2) Monitor tanda dan gejala impaksi
7) Perubahan pola defekasi 3) Monitor bising usus
8) Penurunan frekuensi 4) Jelaskan penyebab dari masalah dan
9) Penurunan volume feses rasionalisasi tindakan pada pasien
10) Distensia abdomen 5) Dukung peningkatan asupan cairan,
11) Rasa rektal penuh jika tidak ada kontraindikasi
37
12) Rasa tekanan rektal 6) Evaluasi pengobatan yang memiliki
13) Keletihan umum efek samping pada gastrointestinal
14) Feses keras dan berbentuk 7) Intruksikan pada pasien dan atau
15) Sakit kepala keluarga untuk mencatat warna,
16) Bising usus hiperaktif volume, frekuensi dan konsistensi dari
17) Bising usus hipoaktif feses
18) Peningkatan tekanan 8) Intruksikan pasien atau keluarga
abdomen mengenai hubungan antara diet latihan
19) Tidak dapat makan, mual dan asupan cairan terhadap kejadian
20) Rembesan feses cair konstipasi atau impaksi
21) Nyeri pada saat defekasi 9) Evaluasi catatan asupan untuk apa saja
22) Massa abdomen yang dapat nutrisi yang telah dikonsumsi
diraba 10) Berikan petunjuk kepada pasien untuk
Faktor yang berhubungan dapat berkonsultasi dengan dokter jika
1) Funfsional konstipasi atau impaksi masih tetap
a. Kelemahan otot abdomen terjadi
b. Ketidak adekuatan 11) Informasukan kepada pasien mengenai
toileting prosedur untuk mengeluarkan feses
c. Kurang aktifitas fisik secara manual jika di perlukan
38
d. Kebiasaan defekasi tidak 12) ajarkan pasien atau keluarga mengenai
teratur proses pencernaan normal
2) Psikologis
a. Defresi, stres, emosi
b. Konfusi mental
3) Farmakologi
4) Mekanis
5) fiologis
39
BAB III
KASUS
A. Pembahasan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
Partisipan 1 (Ny. H) dan Partisipan 2 (Ny. E) berjenis kelamin perempuan
yang masing-masing berumur 35 tahun dan 42 tahun. Berdasarkan teori
yang dikemukakan oleh Aspiani (2017), usia produktif mempengaruhi
tingginya kejadian mioma uteri karena pada usia produktif konsentrasi
hormon estrogen pada jaringan mioma uteri tinggi dari pada jaringan
miometrium normal sedangkan pada menopouse konsentrasi hormon
estrogen menurun. Menurut Manuaba (2009), semakin tinggi usia
penderita maka semakin besar kemungkinan terjadi mioma.
Diagnosa medis kedua partisipan ketika masuk sama, yaitu mioma uteri +
anemia. Penyebab mioma uteri dari kedua pasien adalah makanan yang
terlalu banyak minyak atau lemak dan makanan kaleng yang mengandung
pengawet dan pewarna makanan serta pasien terlalu banyak makan daging
dari pada sayuran. Hal ini akan memicu pertubuhan sel abnormal pada
jaringan miometrium karena pada miometrium terdiri dari jaringan yang
lunak sehingga sangat muda terjadi perubahan sel normal menjadi sel
abnormal atau menjadi tumor (Aspiani, 2017).
40
Menurut Manuaba (2009) haemoglobin adalah molekul protein pada sel
darah merah yang berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru-
Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh pompa jantung untuk
menggerakan darah keseluruh tubuh. Darah membawa nutrisi dan oksigen
keseluruh bagian tubuh. Pada penderita kasus mioma uteri dapat
menibulkan penyumbatan akibat penekanan sehingga nutrisi dan oksigen
tidak tersalur kebagian tubuh sehingga mengakibatkan pasien nyeri dan
menimbulkan kelelahan dan mioma uteri yang membesar menimbulkan
perdarahan akibat anemia.
41
disebut hydremia atau hipervolemia. Kemudian anemia terjadi ketika
volume darah pasien bertambah lebih kurang 50% yang menyebabkan
konsentrasi sel darah merah mengalami penurunan. Keadaan ini tidak
normal bila konsetrasi turun terlalu rendah yang menyebabkan
hemoglobin sampai <11g/dl. Meningkatnya volume darah berarti
meningkatkan pula jumlah zat besi yang dibutuhkan untuk memproduksi
sel-sel darah merah sehingga tubuh dapat menormalkan konsentrasi
hemoglobin Prawirohardjo (2010).
b. Keluhan utama
Ketika masuk kedua partisipan mengeluh keluar darah pada pervagina,
dan perut membesar dan kembung serta terdapat nyeri tekan pada
abdomen bawah. Pasien kesulitan BAK dan BAB hal ini karena
penyempitan dan penekanan oleh mioma uteri. Pendarahan pervaginam
merupakan manifestasi dari bertambahnya area permukaan endometrium
yang menyebabkan gangguan kontraksi otot rahim atau miometrium.
Menurut manuaba (2009), penyakit mioma uteri menyebabkan BAK dan
42
BAB mengalami gangguan dan dapat menimbulkan perdarahan yang
berleihan pada saat menstruasi, terasa berat bagian perut bawah serta
infertilitas atau kemandulan akibat desakan sekitar saluran telur yang
menyebabkan penutupan total atau sebagian.
43
makan akibat desakan dari mioma uteri sehingga fungsi pencernaan
memberi respon mual dan muntah. Akibatnya, intake nutrisi yang masuk
ke dalam tubuh akan berkurang dan nutrisi yang dibutuhkan tubuh
menjadi tidak seimbang.
44
nafsu makan menurun. Pasien juga mengalami kelemahan karena asupan
nutrisi yang tidak adekuat serta terjadi anemia serta kesehatan pasien yang
buruk akan mengakibatkan kelelahan hebat yang mengganggu
kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin sehari-hari (Nugroho, 2012).
g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang menonjol ditemukan pada kedua pasien yaitu
konjungtiva anemis, sklera ikterik, warna kulit pucat, akral teraba dingin.
Secara umum, hal tersebut merupakan manifestasi dari perfusi jaringan
perifer yang tidak adekuat akibat dari anemia karena perdarahan yang
terjadi. Kemudian hasil pemeriksaan pada abdomen bawah ditemukan
distensi abdomen, nyeri saat dipalpasi, dan adanya nyeri pada genitalia.
h. Data Psikososial
Pada saat penelitian kedua partisipan tampak tidak terlalu cemas terhadap
kondisinya. Berbeda dengan pernyataan Lyndon (2014) bahwa dampak
psikososial yang dialami pasien adalah perasaan tak mampu
mengendalikan fungsi tubuh, perasaan takut karena perubahan fungsi dan
struktur tubuh dan penurunan kepercayaan diri.
i. Data penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kedua partisipan antara lain
pemeriksaan USG, pemeriksaan laboratorium hematologi, pemeriksaan
laboratorium kimia klinis, dan pemeriksaan laboratorium imunologi
serologi. Dari hasil pemeriksaan laboratorium, yang paling menonjol
ditemukan pada kedua partisipan yaitu penurunan nilai hemoglobin,
penurunan nilai hematokrit, penurunan nilai trombosit, peningkatan PT
APTT yang berhubungan dengan risiko perdarahan pada pasien.
Kemudian ditemukan penurunan nilai total protein, dan albumin.
45
Berdasarkan hasil yang diperoleh kedua pasien mengalami perdarahan dan
memiliki resiko syok hipovolemik karena perdarahan yang banyak dan
memiliki resiko infeksi. Dalam hal tersebut partisipan 1 dan 2 ditransfusi
PRC 3 unit.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA International 2016, berdasarkan teori masalah keperawatan
yang muncul pada pasien dengan mioma uteri ada 9 masalah keperawatan.
Namun berdasarkan hasil pengamatan perawat ruangan menegakkan 2
diagnosa keperawatan pada partisipan 1 (Ny. H) yaitu risiko syok
hipovolemik berhubungan dengan pendarahan dan ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer berhubungan dengan pendarahan. Sedangkan menurut hasil
pengkajian dan pemeriksaan oleh peneliti, diagnosa keperawatan yang dapat
diangkat pada partisipan 1 (Ny. H) antara lain risiko syok hipovolemik
berhubungan dengan pendarahan, nyeri akut berhubungan dengan nekrosis
atau trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat tumor, resiko
infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh sekunder akibat gangguan
hematologis (pendarahan), ketidakfektifan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan pendarahan, dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan nutrisi.
a. Risiko hipovolemik berhubungan dengan pendarahan
Masalah keperawatan risiko syok hipovolemik didefenisikan beresiko
terhadap ketidak cukupan aliran darah kejaringan tubuh, yang dapat
mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa (NANDA, 2016).
Faktor risiko diagnosa ini diantaranya, Hipovolemi, Hipoksemia,
Hipoksia, Infeksi, Sepsis, Sindrom respon inflamasi sistemik (NANDA,
2016).
46
8,7 g/dl suhu 37,5 oC, TD: 90/60 mmHg, Trombosit : 128.000/mm 3. Data
yang diperoleh dari partisipan sesuai dengan kriteria diagnosa
keperawatan resiko hipovolemik. Menurut analisa peneliti bahwa pasien
tersebut sesuai dengan pembahasan terdahulu bahwa pasien mengalami
resiko syok hipovolemik karena pasien mengalami penurunan Hb dan
tensi menurun, suhu 37,5 oC maka sesuai dengan kriteria dari resiko syok
hipovolemik.
b. Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan dan refleks
spasme otot sekunder akibat tumor
Masalah keperawatan nyeri akut didefenisikan pengalaman sensori dan
emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan
aktual atau potensial yang digambarkan sebagai kerusakan. Batasan
karakterisitik dilatasi pupil, ekspresi wajah nyeri fokus menyempit,
keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri, keluhan
tentang karakteristik nyeri, laporan tentang perilaku nyeri,
mengekspresikan perilaku gelisah dan merengek, perubahan selera makan,
sikap melindungi nyeri (NANDA, 2016).
47
oleh mioma uteri. Kesulitan istirahan dan beraktifitas merupakan
komplikasi dari mioma uteri.
48
perifer, nyeri ekstremitas, parestesia, pemendekan jarak nyeri yang
ditempuh dalam uji berjalan 6 menit, pemendekan jarak total yang
ditempuh dalam uji yang berjalan 6 menit, penurunan nadi perifer,
perubahan fungsi motorik, perubahan karakteristik kulit (misal, warna,
elastisitas, rambut, kelembapan, kuku, sensasi, suhu), perubahan tekanan
darah di ekstremitas, tidak ada nadi perifer, waktu pengisisian kapiler >3
detik, warna kulit pucat saat elevasi, warna tidak kembali ke tungkai satu
menit setelah tungkai diturunkan (NANDA, 2016).
49
Pengkajian pada pasien didapatkan bahwa pasien mengatakan nafsu
makannya menurun, pasien mengatakan terkadang merasa mual, pasien
mengatakan BB nya menurun. Pasien mendapat diit DH2 dengan jenis
makanan lunak. Hasil labor menunjukkan total protein 6,2 g/dl dan
albumin 2,6 g/dl. Menurut Aspiani (2017) berkurangnya pemberian darah
pada mioma uteri yang dapat menyebabkan tumor membesar, sehingga
menibulkan rasa nyeri dan mual.
50
aliran berlebih, residu urin, sensasi kandung kemih penuh, berkemih
sedikit (NANDA, 2016).
51
Pengkajian dan pemeriksaan pada pasien ditemukan data pasien tidak
mengalami peningkatan frekuensi nadi 90 x/i, suhu tubuh normal 36,5 C,
turgor kulit tidak buruk, intake dan output seimbang. Sehingga peneliti
tidak mengangkat diagnosa keperawatan kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
52
a. Risiko hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
Masalah keperawatan risiko perdarahan didefenisikan beresiko terhadap
ketidak cukupan aliran darah kejaringan tubuh, yang dapat
mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa (NANDA, 2016).
Faktor risiko diagnosa ini diantaranya, Hipotensi, Hipovolemi,
Hipoksemia, Hipoksia, Infeksi, Sepsis, Sindrom respon inflamasi
sestemik (NANDA, 2016).
b. Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan dan refleks
spasme otot sekunder akibat tumor
Masalah keperawatan nyeri akut didefenisikan pengalaman sensori dan
emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan
aktual atau potensial yang digambarkan sebagai kerusakan. Batasan
karakterisitik dilatasi pupil, ekspresi wajah nyeri fokus menyempit,
keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri, keluhan
tentang karakteristik nyeri, laporan tentang perilaku nyeri,
mengekspresikan perilaku gelisah dan merengek, perubahan selera makan,
sikap melindungi nyeri (NANDA, 2016).
53
c. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh sekunder
akibat gangguan hematologis (pendarahan).
Masalah keperawatan resiko infeksi didefinisikan memiliki resiko
terserang organisme patogenik yang dapat mengganggu kesehatan
(NANDA, 2016). Batasan karakteristik diagnosa ini diantaranya
penurunan hemoglobin, trauma destruksi jaringan, malnutrisi, obstruksi
oleh massa, imunitas didapat tidak adekuat, peningkatan suhu tubuh, dan
pucat.
54
Hasil pengkajian dan pemeriksaan didapatkan data bahwa pasien
mengatakan badannya terasa lemah, akral teraba dingin, warna kulit pucat,
konjungtiva anemis, nilai Hb 8,3 g/dl, Ht : 28 % dan CRT > 3 detik.
55
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan
memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman. Batasan
karakteristik antara lain penurunan produktivitas, gelisa, imsomnia,
mengekpresikan kekwatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup,
tampak waspada, ketakutan, peningkatan keringat, penurunan tekan darah,
dan perasaan tidak adekuat (NANDA, 2016).
56
dan komplit. Batasan karakteristik antara lain merasa mider dengan
lingkungan, defresi, perubahan peran sosial, perubahan tahap
perkembangan dan perubahan persepsi diri (NANDA, 2017).
57
antara lain Monitor adanya respon konpensasi terhadap syok (misalnya,
tekanan darah normal, tekanan nadi melemah, perlambatan pengisian kapiler,
pucat/ dingin pada kulit atau kulit kemerahan, takipnea ringan, mual dan
munta, peningkatan rasa haus, dan kelemahan), memonitor adanya tanda-
tanda respon sindroma inflamasi sistemik (misalnya, peningkatan suhu,
takikardi, takipnea, hipokarbia, leukositosis, leukopenia), memonitor terhadap
adanya tanda awal reaksi alergi (misalnya, rinitis, mengi, stridor, dipnea,
gatal-gatal disertai kemerahan, gangguan saluran pencernaan, nyeri abdomen,
cemas dan gelisa), memonitor terhadap adanya tanda ketidak adekuatan
perfusi oksigen kejaringan (misalnya, peningkatan stimulus, peningkatan
kecemasan, perubahan status mental, egitasi, oliguria dan akral teraba dingin
dan warna kulit tidak merata), memonitor suhu dan status respirasi,
memeriksakan urin terhadap adanya darah dan protein sesuai kebutuhan,
memonitor terhadap tanda/gejalah asites dan nyeri abdomen atau punggung,
melakukan skin-test untuk mengetahui agen yang menyebabkan anaphiylaxis
atau reaksi alergi sesuai kebutuhan, memberikan saran kepada pasien yang
beresiko untuk memakai atau membawa tanda informasi kondisi medis,
menganjurkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala syok yang
mengancam jiwa, menganjurkan pasien dan keluarga mengenai langkah-
langkah timbulnya gejala syok
58
pasien, mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan, kaji tanda verbal
dan non verbal dari ketidaknyamanan, dan pemberian analgesik.
59
4) Implementasi keperawatan
Dalam pelaksanan tindakan keperawatan tidak semua tindakan dilaksanankan
oleh peneliti, karena peneliti tidak merawat klien 24 jam penuh. Namun
sebagai solusi peneliti mendelegasikan rencana tindakan tersebut kepada
perawat ruangan dan mahasiswa praktek yang sedang dinas di ruangan
tersebut. Untuk melihat tindakan yang dilakukan perawat ruanganan peneliti
melihat dan membaca buku laporan tindakan yang di tulis oleh perawat yang
sedang dinas. Tindakan keperawatan dilakukan 6 x 24 jam.
60
pengalaman nyeri yang dirasakan pasien, menggali pengetahuan dan
kepercayaan pasien mengenai nyeri, menggali bersama pasien faktor-
faktor yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri, menentukan
kebutuhan frekuensi untuk melakukan pengkajian ketidak nyamanan
pasien dan mengimplementasikan rencana monitor, memberikan informasi
mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, dan berapa nyeri yang dirasakan,
mengajarkan prinsip manajemen nyeri (teknik relaksasi), mendukung
istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri, mendorong
pasien untuk mendiskusikan pengalaman nyerinya, sesuai keadaan yang
dirasakan pasien, menentukan lokasi, karakteris, kualitas dan keparahan
nyeri sebelum memberikan terapi obat pasien.
61
d. Tindakan keperawatan yang telah diberikan untuk diagnosa
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan pendarahan
antara lain mempertahankan kepatenan akses selang IV, monitor
kehilangan darah, menilai sirkulasi perifer (nadi, edema, CRT ,warna dan
suhu ekstermitas), memberikan tranfusi darah yang sesuai, monitor nilai
elektrolit, dan kreatinin, memonitor sensasi panas dan dingin, dan
memeriksa adanya kerusakan kulit.
5) Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. H
pada bulan Februari 2022 untuk diagnosa risiko syok hipovolemik
berhubungan dengan perdarahan antara lain, pada hari pertama Ny. H
mengalami perdarahan pada pervaginam, nilai hasil laboratorium mengalami
peningkatan yaitu PT : 10, 5 detik, APTT : 35,4 detik, trombosit :
224.000/mm3. Pada hari ke 5 implementasi risiko perdarahan teratasi, dan
pasien direncanakan pulang.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. H
pada bulan Februari 2022 untuk nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis antara lain, pada hari pertama hingga ketiga
62
implementasi Ny. H masih mengeluh nyeri, namun pada hari kempat dan
kelima Ny. H menyatakan nyerinya berkurang dan tidak terlalu
mengganggunya. Tanda-tanda vital pasien normal TD 100/70 mmHg, RR 19
x/i, HR 89 x/i, S 36,50C. Pada hari kelima nyeri akut teratasi dan pasien
direncanakan pulang.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. H
pada bulan Februari 2022 untuk resiko infeksi berhubungan dengan
penurunan imun tubuh sekunder akibat gangguan hematologis (perdarahan),
pada hari pertama dan ketiga pasien masih mengeluh perdarahan pada
pervaginam, hal itu berkaitan dengan nyeri dan penekanan massa yang
dialami pasien, pada hari keempat pasien sudah mulai duduk dan perdarahan
pervaginam sudah mulai membaik, pada hari kelima pasien sudah mulai
melakukan aktivitas makan sendiri namun untuk berjalan masih perlu
bantuan. Pada hari kelima infus dan kateter pasien dilepas, masalah
perdarahan teratasi dan pasien direncanakan pulang.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. H
pada bulan Februari 2022 untuk ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
antara lain, pada hari pertama hingga ketiga implementasi konjungtiva masih
anemis, CRT>3 detik, kemudian dilakukan transfusi PRC 3, pada hari
kempat dan kelima konjungtiva pasien subanemis, CRT<3 detik, hasil labor
terakhir Hb 12 g/dl. Pada hari kelima masalah ketidakefektifan perfusi
jaringan teratasi dan pasien boleh pulang.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. H
pada bulan Februari 2022 untuk ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan nutrisi, pada hari
pertama dan kedua implementasi pasien masih dibantu oleh keluarga, dan
mendapat diit DH2 makanan lunak tetapi pada hari ketiga hingga kelima
63
pasien makan peroral dan mendapat makanan keras seperti nasi dan lauk
pauk, nafsu makan pasien mulai meningkat dan bisa menghabiskan ½ porsi.
Pada hari kelima masalah ketidakseimbangan nutrisi teratasi dan dilanjutkan
dengan memberikan rencana tindak lanjut.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. E
pada bulan Februari 2022 untuk diagnosa risiko syok hipovolemik
berhubungan dengan perdarahan, setelah dilakukan pengangkatan mioma Ny.
E mengatakan perdarahan pervaginam sudah tidak ada lagi, kesulitan BAK
sudah membaik. Nilai hasil laboratorium mengalami peningkatan yaitu PT :
11,3 detik, APTT : 36,2 detik, trombosit: 168.000/mm3. Pada hari ke 6
implementasi risiko perdarahan dihentikan, dan pasien direncanakan pulang.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. E
pada bulan Februari 2022 untuk nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau
trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat tumor antara lain,
pada hari pertama hingga keempat implementasi Ny. H masih mengeluh
nyeri, namun pada hari kelima dan keenam Ny. H menyatakan nyerinya
berkurang dan tidak terlalu mengganggunya. Tanda- tanda vital pasien normal
TD 110/70 mmHg, RR 19 x/i, HR 89 x/i, S 36,50C. Pada hari keenam nyeri
akut teratasi dan pasien direncanakan pulang.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. H
pada bulan Februari 2022 untuk resiko infeksi berhubungan dengan
penurunan imun tubuh sekunder akibat gangguan hematologis (perdarahan),
pada hari pertama dan keempat pasien masih mengeluh perdarahan pada
pervaginam, hal itu berkaitan dengan nyeri dan penekanan massa yang
dialami pasien, pada hari kelima pasien sudah mulai duduk dan perdarahan
pervaginam sudah mulai membaik, pada hari keenam pasien sudah
64
mulai melakukan aktivitas makan sendiri namun untuk berjalan masih perlu
bantuan. Pada hari keenam infus dan kateter pasien dilepas, masalah
perdarahan teratasi dan pasien direncanakan pulang.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. E
pada bulan Februari 2022 untuk ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
antara lain, pada hari pertama dan kedua implementasi konjungtiva masih
anemis, CRT>3 detik, kemudian dilakukan transfusi PRC 3 unit, pada hari
kempat dan kelima konjungtiva pasien subanemis, CRT<3 detik, hasil labor
terakhir Hb 11,8 g/dl. Pada hari keenam masalah ketidakefektifan perfusi
jaringan teratasi.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Ny. E
pada bulan Februari 2022 untuk ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan nutrisi, pada hari
pertama hingga hari ketiga implementasi pasien masih dibantu keluarga dalam
memberikan makanan, dan mendapat diet DH2 makanan lunak tetapi pada
hari kempat pasien makan sendiri. Pada hari kelima pasien mendapat diit
makanan keras seperti nasi dan lauk pauk. Pada hari keenam masalah
ketidakseimbangan nutrisi teratasi dan dilanjutkan dengan memberikan
rencana tindak lanjut.
65
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang berasal dari otot polos dan jaringan
ikat fibrous serta sering ditemukan pada traktus genitalia wanita terutama di
lapisan miometrium (Aspiani, 2017). Tumbuhnya mioma uteri menimbulkan
penekanan pada pembuluh darah dan organ disekitar ovarium mengalami
penekanan dan penyempitan serta mengalami penurunan fungsinya.
Pertumbuhan mioma uteri juga dapat mengakibatkan anemia karena kehilangan
darah (eritrosit) dalam sirkulasi darah sehingga tidak mampu memenuhi
fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan (Tarwono, dkk 2007).
Sedangkan menurut manuaba (2009) mioma uteri dalam kehamilan dapat
menyebabkan infertilitas, dapat menyebabkan abortus, dapat menyebabkan
gangguan jalan persalinan, dapat menyebabkan perdarahan postpartum dan
kehamilan dapat mempercepat pembesaran mioma uteri karena rangsangan
estrogen.
Kasus mioma uteri pada Ny. H dan Ny. E, setelah penulis melakukan pengkajian,
analisa data, penentuan diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
tentang asuhan keperawatan pada Ny. H dan Ny. E dengan mioma uteri di Ruang
Anggrek I RSUD Dr. Pirngadi Medan, maka didapatkan hasil yaitu:
1. Pengkajian terhadap masalah pada Ny. H dilakukan secara komprehensif, Ny.
H berusia 35 tahun memiliki anak 2 orang. Pemeriksaan laboraturium
didapatkan Hb 8,7 gr/dl, Ht 25%, trombosit 128.000/mm3, leukosit
11.270/mm3. Pada hari pertama rawatan Ny. H pada bulan Februari 2022,
dilakukan pengkajian pada pasien didapatkan pasien pasien pasien mengeluh
nyeri pada bagian perutnya yang membesar, nyeri terasa hilang timbul dan
bertambah apabila pasien bergerak dan duduk. Pasien mengatakan nyeri
dengan skala 5-6 selama lebih kurang 2 menit dan menyebar ke bagian
punggung. Pasien mengatakan nafsu makannya juga
66
menurun dan terkadang mual. Pasien mengatakan susah untuk beraktifitas
dan susah tidur karena nyeri pada perut bagian bawah. Pasien mengeluh BAK
sakit. Pengkajian pada Ny. E dilakukan secara kompherehensif, Ny. E berusia
42 tahun, memiliki anak 3 orang. pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb
8,3 g/dl, trombosit 80.000/mm3, leukosit 11.270/mm3. Pada hari pertama
rawatan Ny. E pada bulan Februari 2022, dilakukan pengkajian pada pasien,
didapatkan pasien mengeluh badannya lemah dan sulit untuk beraktivitas.
Pasien juga mengeluh nyeri pada genitalia dan susah BAK. Pasien
mengatakan nyeri pada genitalia saat BAK. Saat masuk rumah sakit BAK
mulai hilang nyerinya. Sakit pada bagian perut bawah dan ketika di tekan
pasien mengatakan sakit dengan skala 6-7, nyeri terasa saat beraktivitas dan
BAK selama lebih kurang 1 sampai 2 menit.
67
tindakan keperawatan ini mengacu pada referensi dari buku NANDA
International, (2015-2017).
B. Saran
1. Bagi institusi pelayanan kesehatan
Bagi institusi pelayanan kesehatan RSUD Dr. Pirngadi Medan diharapkan
dapat memberikan pelayanan kesehatan semaksimal mungkin dan
mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan maupun
dengan pasien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan
keperawatan. Selain itu, diharapkan Rumasakit mampu menyediakan fasilitas
serta sarana dan prasarana yang dapat mendukung kesembuhan pasien dengan
memberikan pelayanan yang lebih maksimal terutama dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien mioma uteri sehingga tidak memperpanjang
hari rawatan dan tujuan dapat tercapai.
68
DAFTAR PUSTAKA
Dinas kesehatan sumaterah barat. (2012). Kumpulan hasil pelaporan dan pengamatan.
Websiitte:httttp:////www.diinkes.sumbarprov.go.iid
Hidayat, A Aziz Alimul. (2013). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis
data. Jakarta : Salemba Medika
69
NANDA. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017edisi
10.(Budi Anna Keliat dkk, penerjemah). Jakarta: EGC
RSUD. Dr. Pirngadi Medan.(2022). Laporan Catatan Rekam Medik (RM): Mioma
Uteri
Setiati, Eni. (2009). Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Yokyakarta: Andi
Wise, L, et al. (2009). A Prospective Study of Dairy Intake and Risk of Uterine
Leimoyomata. American Journal of Epidemiologi. Vol.171. No. 2. Page 221-
232.
70