OLEH :
Lalu Azid Airlangga
017.06.0053
PEMBIMBING :
dr. I Gede Sudiarta, M. Biomed, Sp. OG
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan hasil Case
Based Discussion ini tepat pada waktunya. Laporan ini membahas mengenai sebuah jurnal
yang berjudul “Perdarahan uterus abnormal pada remaja”. Penyusunan laporan ini tidak
akan berjalan lancar tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu dalam kesempatan ini
saya mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. I Gede Sudiarta, M. Biomed, Sp. OG sebagai dosen tutor yang senantiasa
memberikan saran serta bimbingan dalam pelaksanaan Case Based Discussion.
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi dalam berdiskusi.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman saya yang terbatas untuk menyusun laporan ini,
maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi
kesempurnaan laporan ini. Saya berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
2.2.1 Definisi..................................................................................................... 7
2.2.2 Epidemiologi............................................................................................ 7
ii
DAFTAR TABEL
ii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR DIAGRAM
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa atau tumbuh
menjadi dewasa. Definisi remaja menurut WHO adalah seorang dengan usia 10-19
tahun. Pada masa remaja ini seudah mulai muncul ciri-ciri perkembangan seks
primer maupun sekunder seperti tumbuhnya payudara dan menstrusi pada Wanita.
Proses perkembangan seks sekunder ini tidak semuanya berjalan dengan lancer
pada setiap Wanita. Salah satu permasalahan yang dihadapi seorang perempuan
adalah gangguan haid atau PUA (Lim, dkk, 2019).
PUA merupakan perdarahan yang ditandai dengan adanya perubahan pada
siklus menstruasi normal baik dari interval atau panjang siklus, durasi maupun
jumlah perdarahan. Hal ini sering dijumpai pada wanita pada usia reproduksi.
Menstruasi dianggap normal bila terjadi dalam interval 22-35 hari (dari pertama
menstruasi sampai adanya onset periode menstruasi selanjutnya) dan durasi
perdarahan kurang dari 7 hari dan jika perdarahan kurang dari 80ml. Cairan atau
discharge menstruasi mengandung cairan jaringan (20-40% dari total discharge),
darah (50-80%), dan fragmen dari endometrium (Wardani, 2020).
PUA dapat mengganggu seorang wanita dari segi fisik, sosial, maupun
emosional. Hal tersebut dapat terlihat pada wanita dengan perdarahan berat yang
tak terduga dapat mengganggu aktivitas sehari-harinya, karena mereka mungkin
memerlukan penggantian pembalut atau tampon secara terus menerus, dan
mempunyai kekhawatiran terhadap aktivitas sosial maupun hubungan sexual. PUA
adalah masalah yang sering terjadi dan penanganannya begitu kompleks. Dokter
sering tidak dapat mengidentifikasi penyebab PUA setelah menanyakan riwayat
dan melakukan pemeriksaan fisik. Management dari PUA dapat melibatkan banyak
keputusan tergantung diagnosa penyebabnya (Mahapatra dan Mishra, 2015).
Berdasarkan International Federation of Gynecology and Obstetrics
(FIGO), terdapat 9 kategori utama disusun sesuai dengan akronim “PALM-
COEIN” yaitu, polip, adenomiosis, leiomioma, malignancy and hyperplasia,
coagulopathy, ovulatory dysfunction, endometrial, iatrogenik, dan not yet
1
classified. Kelompok PALM merupakan kelainan struktur yang dapat dinilai
dengan berbagai teknik pencitraan atau pemeriksaan histopatologi. Kelompok
COEIN merupakan kelainan non struktural yang tidak dapat dinilai dengan teknik
pencitraan atau histopatologi. Sistem klasifikasi tersebut disusun berdasarkan
pertimbangan bahwa seorang pasien dapat memiliki satu atau lebih factor penyebab
PUA antara lain coagulopaty, ovulatory dysfuntion, endometrial, Iatrogenik, dan
not yet classified (Sirait, 2021).
Penatalaksanaan dari PUA bertujuan untuk memperbaiki keadaan umum,
menghentikan perdarahan, dan mengembalikan fungsi hormon reproduksi.
Menghentikan perdarahan dapat dilakukan dengan medikamentosa, dilatasi dan
kuretase, maupun tindakan operatif. Medikamentosa dapat dilakukan dengan
pemberian hormon steroid, penghambat sintesis prostaglandin, maupun dengan
antifibrinolitik. Tindakan operatif yang dapat dilakukan meliputi ablasi
endometrium dengan laser dan histerektomi. Tindakan histerektomi pada penderita
PUA harus memperhatikan usia dan paritas penderita. Histerketomi dilakukan
untuk PUA dengan gambaran histologis endometrium hiperplasia atipik dan
kegagalan pengobatan hormonal maupun dilatasi dan kuretase (Sirait, 2021).
Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa PUA merupakan salah satu
kelainan yang penting untuk diketahui dan cukup sering terjadi. Dengan demikian
diperlukan pemahaman dan pembelajaran untuk mempelajari terkait PUA.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
masa sekresi. Perubahan di dalam rahim merupakan respons terhadap
perubahan hormonal. Rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu perimetrium (lapisan
terluar rahim), miometrium (lapisan otot rehim, terletak di bagian tengah),
dan endometrium (lapisan terdalam rahim). Endometrium adalah lapisan
yang berperan di dalam siklus menstruasi. 2/3 bagian endometrium disebut
desidua fungsionalis yang terdiri dari kelenjar, dan 1/3 bagian terdalamnya
disebut sebagai desidua basalis (Villasari, 2021).
4
hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropik).
Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat memengaruhi
pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka
korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen
dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi,
perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau
menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus
luteum tersebut dipertahankan (Villasari, 2021).
Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu (Villasari, 2021) :
a. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu
endometrium (selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan
dan hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah.
b. Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi
5
dengan jangka waktu rata-rata 14 hari.
Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus
di dalam siklus menstruasi normal (Villasari, 2021) :
f. Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum
ovulasi sampai fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali
karena sekresi dari korpus luteum.
6
2.2 Perdarahan Uterus Abnormal pada remaja
2.2.1 Definisi
2.2.2 Epidemiologi
7
perdarahan uterus abnormal yang disahkan oleh American Congress of
Obstetrics and Gynecology pada tahun 2012, sebagai upaya untuk
membakukan terminologi yang digunakan untuk menggambarkan PUA,
dan akhirnya sekarang sistem ini telah diterima secara luas. Pada tahun
2018, revisi pada sistem klasifikasi ini semakin memperjelas parameter
untuk mendefinisikan PUA. Klasifikasi ini secara lebih lanjut
memisahkan penyebab PUA menjadi etiologi struktural dan
nonstruktural (Sirait, 2021).
PUA
PALM
COEIN
(struktural)
Ovulatory
Polip Adenomiosis Coagulophaty
dysfunction
malignansi dan
Leimioma Endometrium Iatrogenik
hiperplasia
8
a. Polip (PUA-P)
9
b. Adenomiosis (PUA-A)
c. Leimioma (PUA-L)
10
reproduksi (Sirait, 2021).
11
pedoman American Collage of Obstetricans and Gynaecologist
(ACOG). Wanita memiliki risiko 2,8% sepanjang hidupnya
untuk mengalami kanker endometrium, yang menyumbang
sebanyak 63.000 kasus baru di Amerika Serikat setiap tahunnya.
Faktor risiko untuk terjadinya keganasan antara lain obesitas,
diabetes mellitus, hipertensi, nuliparitas, dan penggunaan
tamoxifen (Sirait, 2021).
e. Coagulopathy (PUA-C)
12
dan gangguan trombosit. Koagulopati yang didapat harus
dipertimbangkan pada pasien dengan anemia aplastik, gagal
ginjal, sepsis, dan koagulopati intravascular (Sirait, 2021).
13
yang tidak teratur. Namun, ovulasi yang jarang terjadi atau tidak
terjadi selama beberapa tahun pertama setelah menarke dan
selama perimenopause merupakan tanda yang umum dan tidak
selalu merupakan tanda patologi. Episode perdarahan mulai dari
ringan yaitu selama 2 bulan atau lebih hingga episode HMB
yang tidak terduga dan ekstrem yang membutuhkan intervensi.
HMB dihubungkan dengan anovulasi karena hilangnya
progesteron atau efek dari estrogen yang tidak terhambat pada
fase luteal menyebabkan endometrium berada pada fase
proliferatif yang persisten, sehingga menyebabkan penurunan
kadar Prostaglandin F2, yaitu faktor yang diperlukan untuk
hemostasis endometrium yang efisien (Sirait, 2021).
14
g. Endometrial (PUA-E)
h. Iatrogenik (PUA-I)
15
Griseofulvin, dan merokok. Banyak wanita mengalami bercak
atau pendarahan vagina yang tidak teratur dalam 3-6 bulan
pertama penggunaan Levonorgestrel-Releasing Intrauterine
System (LNG-IUS) (Sirait, 2021).
16
memerlukan penanganan yang segera seperti PUA akut.
PUA
Akut Kronis
Perdarahan
tengah
Diagram 2. Pembagian PUA (HIFERI, 2011).
2.2.4 Diagnosis
a. Anamnesis
17
perdarahan pada keluarga termasuk riwayat perdarahan
postpartum penting diketahui untuk mencari kelainan
perdarahan pada keturunan. Anamnesis mengenai riwayat
penggunaan obat-obat dan kontrasepsi hormonal juga perlu
ditanyakan (Sirait, 2021).
18
PUA serviks
sebelumnya
• Merokok, • Tromboemboli
alcohol, atau vena
penyalahgunaan
• Kanker pada
narkoba
ginekologi atau
• Resep obat- gastrointestinal
obatan
• Diaris
termasuk
hemoragik
suplemen (zat
besi dan
vitamin)
• Gangguan
sistemik
• Pengobatan
rutin
• Riwayat
psikologis :
stress,
kecemasan, atau
pristiwa
traumatis
• Kenaikan atau
penurunan berat
badan
b. Pemeriksaan fisik
19
diperhatikan seperti pada penyakit tiroid, hiperandrogenisme
atau sindroma Cushing. Selain itu, pemeriksaan fisik secara
umum juga termasuk inspeksi terhadap tanda-tanda SOPK,
seperti tanda hiperandrogen yaitu adanya rambut-rambut halus
di wajah serta adanya jerawat, dan penilaian ada tidaknya
hiperpigmentasi yang biasanya terlihat pada lipatan kulit di
leher, atau aksila, yang mungkin mengindikasikan adanya
gangguan menstruasi (Sirait, 2021).
20
Pemeriksaan kulit (pucat, Pemeriksaan : papsmear,
lecet, striae, hirsustisme, kultur serviks jika curiga
ptechie) adanya infeksi seksual
Pemeriksaan abdomen
a. Pemeriksaan labolatorium
• Profil tiroid
• Golongan darah
• Tes kehamilan
21
untuk gangguan hemostasis tromboplastin
parsial
• Waktu prothrombin
• Waktu
tromboplastin
parsial teraktivasi
fibrinogen
• Uji kofaktor
ristocetin
• Factor VIII
• Chlamydia
trachomatis
b. Pemeriksaan histologis
c. Pencitraan
• Ultrasonografi (USG)
22
Ultrasonografi transvaginal merupakan metode
untuk menyingkirkan adanya gangguan struktural. USG
trans-vaginal memberikan hasil yang lebih sensitif pada
wanita dewasa yang sudah aktif secara seksual. Jika tidak
dapat dilakukan, USG transabdominal atau MRI dapat
menjadi pilihan lain. USG trans-abdominal lebih
direkomendasikan pada wanita usia muda atau remaja.
Ultrasonografi memungkinkan penilaian rinci kelainan
anatomi uterus dan endometrium. Selain itu, patologi
miometrium, serviks, tabung, dan ovarium dapat dinilai.
Modalitas investigasi ini dapat membantu dalam diagnosis
polip endometrium, adenomiosis, leiomioma, anomali
uterus, dan penebalan endometrium umum yang terkait
dengan hiperplasia dan ganas.
• Histeroskopi
23
perdarahan, manajemen konservatif telah gagal atau ada
resiko keganasan.
24
2.2.6 Penatalaksanaan
Dari berbagai bentuk pola gangguan perdarahan yang ada saat ini
dikelompokkan menjadi beberapa gangguan perdarahan yang dikutip
dalam hendarto (2011) :
25
dosis lxl tablet selama 3 minggu dan bebas obat l minggu.
26
abnormal akut, Terapi pada perdarahan uterus abnormal kronis
dilakukan setelah diketahui penyebabnya berdasarkan hasil dari
investigasi. Pengobatan yang diberikan dapat berupa
pembedahan atau non pembedahan, bisa hormonal atau non
hormonal. Investigasi penyebab dilakukan sesuai klasifikasi
PALM-COEIN.
A. Polip (PUA-P)
B. Adenomiosis (PUA-A)
27
/ O).Pembedahan dilakukan bila respon pengobatan tidak
cocok
D. Malignancy/hyperplasia (PUA-M)
E. Coagulopathy (PUA-C)
G. Endometrial (PUA-E)
28
Perdarahan uterus abnormal yang terjadi pada wanita
dengan siklus haid yang teratur. Pemeriksaan fungsi tiroid
dilakukan bila didapatkan gejala dan tanda hipotiroid atau
hipertiroid pada anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan USG transvaginal atau SIS terutama dapat
dilakukan untuk menilai kavum uteri. Terapi yang dapat
diberikan adalah PKK selama 3 sikus, tapi bila ada
kontraindikasi dapat diberikan Progestin selama l4 hari dan
stop obat selama 4 hari berikutnya. Bila pasien tidak
menginginkan kontrasepsi dapat diberi obat Asam
traneksamat 3 x 1 g dan asam mefenamat 3 x 500 mg
merupakan pilihan lini pertama dalam tata laksana
menoragia. Bila medikamentosa gagal dalam evaluasi 3
bulan, sebaiknya dilakukan penilaian kavum uteri dengan
USG tranvagina atau SIS. Ternyata bila didapatkan polip
atau mioma submukosa, pertimbangkan untuk segera
melakukan tindakan bedah yaitu reseksi dengan
histeroskopi. Bila didapatkan ketebalan endometrium
>10mm lakukan pengambilan sampel endometrium untuk
menyingkirkan hiperplasia
H. Iatrogenik (PUA-I)
29
diberikan PKK. Bila tetap tak teratasi pertimbangkan
mengganti dengan kontrasepsi lain. Pada pengguna AKDR
bila terjadi perdarahan yang disertai rasa nyeri sebaiknya
berikan doksisiklin 2x100 mg sehari selama 10 hari karena
perdarahan pada pengguna AKDR dapat disebabkan oleh
endometritis. Jika tidak ada perbaikan, pertimbangkan untuk
mengangkat AKDR. Bila tidak ada nyeri dapat diberikan
PKK 1 siklus dan bila menetap pertimbangkan untuk
mengangkat AKDR.
30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Remaja merupakan seorang yang memasuki usia 10-19 tahun yang sudah
mulai muncul ciri perkembangan dari tumbuhnya payudara dan menstruasi pada
Wanita, tentu dalam perkembangannya beberapa Wanita memiliki
permasalahan yang dihadapi salah satunya adalah gangguan haid atau PUA.
PUA merupakan perdarahan yang ditandai dengan adanya perubahan pada
siklus menstruasi normal baik dari interval atau panjang siklus, durasi maupun
jumlah perdarahan. Berdasarkan FIGO, terdapat 9 kategori utama disusun
sesuai dengan akronim “PALM-COEIN” yaitu, polip, adenomiosis, leiomioma,
malignancy and hyperplasia, coagulopathy, ovulatory dysfunction, endometrial,
iatrogenik, dan not yet classified. Penatalaksanaan dari PUA bertujuan untuk
memperbaiki keadaan umum, menghentikan perdarahan, dan mengembalikan
fungsi hormon reproduksi. Menghentikan perdarahan dapat dilakukan dengan
medikamentosa, dilatasi dan kuretase, maupun tindakan operatif.
31
Daftar Pustaka
Anwar, M., Baziad A., Prabowo, P, R. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina
Pustaka Sawono Prawirohardjo, Edisi ketiga.
Astarto, N, W., Djuwantono, T., Permadi, W., Madjid, T, H., Bayuaji, H., Ritonga,
M, A. 2011. Kupas Tuntas Kelainan Haid. Departemen Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Rumah Sakit DR.
Hasan Sadikin. Bandung. Sagung Seto.
Hendarto, H. 2011. Implikasi Klinis PALM COEIN Terhadap Penatalaksanaan
Perdarahan Uterus Abnormal. Rumah Sakit Hasan Sadikin. Bandung.
Sagung Seto.
Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas Indonesia (HIFERI), 2011.
Konsensus Tatalaksana Pendarahan Uterus Abnormal Karena Efek
Samping Kontrasepsi. Jakarta. POGI.
Lim, D, J., Manuaba, I, B, G., Putra, I, G, M. 2019. Masalah ginekologi pasien
remaja di RSUP Sanglah Denpasar pada April 2016- maret 2017. Intisari
Sains Medis 10(1):1-5. DOI: 10.1556/ism.v10i.217.
Mahaprata, M., Mishra, P. 2015. Clinicopathological Evaluation of Abnormal
Uterine Bleeding, Journal of Health Research and Reviews, vol-2.
Paliama, T, C, C, A. 2015. Perdarahan Uterus Abnormal. Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana. Rumah Sakit Mardi Waluyo.
Sirait, B, I. 2021. Ginekologi. UKI PRESS. Universitas Kristen Indonesia. Jakarta.
Villasari, A. 2021. Fisiologi Menstruasi. Strada Press. IKAPI Indonesia.
Wardani, R, A. 2020. Karakteristik Wanita Dengan Perdarahan Uterus Abnormal
di Poli Kandungan Rumah Sakit Angkatan Laut dr. Ramelan Surabaya
Tahun 2016. Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya.
32