Anda di halaman 1dari 38

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ ii

KATA PENGANTAR.................................................................................... iii

DAFTAR ISI................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang.............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah........................................................................ 3

C. Tujuan Penelitian.......................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian........................................................................ 4

1. Manfaat Ilmiah.......................................................................... 4

2. Manfaat Praktis......................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 5

A. Tinjauan Umum Tentang IMT.................................................... 5

1. Pengertian................................................................................. 5

2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan IMT......................... 6

3. Pengukuran IMT....................................................................... 7

B. Tinjauan Umum Tentang Obesitas............................................. 8

1. Pengertian Obesitas.................................................................. 8

2. Macam-macam Obesitas........................................................... 10

3. Factor-faktor Penyebab Obesitas.............................................. 11

C. Tinjauan Umum Tentang Menstruasi........................................ 16

1. Pengertian Menstruasi.............................................................. 16
2. Anatomi dan Organ Reproduksi Wanita................................... 16

3. Fisiologi Siklus Menstruasi...................................................... 17

4. Gangguan pada menstruasi dan siklus menstruasi.................... 19

5. Keluhan pada masa menstruasi................................................. 21

6. Factor-faktor yang mepengaruhi siklus menstruasi.................. 22

7. Hubungan obesitas dan siklus menstruasi................................ 24

BAB III KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS............................... 25

A. Kerangka Berfikir........................................................................ 25

B. Kerangaka Konsep....................................................................... 26

C. Hipotesis Penelitian...................................................................... 26

BAB IV METODE PENELITIAN................................................................ 27

A. Jenis Penelitian.............................................................................. 27

B. Tempat dan waktu penelitian...................................................... 27

C. Populasi dan sampel..................................................................... 27

D. Variabel Penelitian....................................................................... 29

E. Prosedur......................................................................................... 30

F. Pengolahan dan analisis data....................................................... 31

G. Masalah etika................................................................................ 32

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAAN

A. Latar Belakang

Menstruasi adalah pendarahan dari dinding rahim (endometrium) yang di

mulai sekitar 14 hari setelah ovulasi yang terjadi secara berkala di sebabakan

oleh terjadinya peluruhan lapisan endometrium uterus (Nabila, 2015).

Karakteristik dari siklus menstruasi normal pada wanita muda paling sering

terjadi menarche pada saat usia 12 tahun, rata-rata interval siklusnya

mencapai 32 hari di tahun pertama ginekologinya. Interval tipikal siklus

menstruasi berada di 21-45 hari. Menstruasi biasnya terjadi ≤ 7 hari serta

mengeluarkan darah haid sebanyak 30-40 mililiter (Manuaba, 2006).

Pada tahun 2014 angka kejadian ganguaan menstruasi di Italia berkisar

sebanyak 14,5% atau 515 dari 3.539 siswi yang mengalami siklus haid tidak

teratur. Pada tahun 2010 prevalansi ganguaan menstuasi di Indonesia sebesar

13,7% wanita Indonesia berusia 10-59 tahun. Presentase haid tidak teratur

tertinggi terdapat di Gorontalo sebesar 23,3% dan terendah di Sulawesi

Tengara sebesar 8,7%. Untuk data di Aceh di dapatkan sebanyak 11,4% yang

mengalami siklus haid tidak teratur (Sirait, Hiswani, & Jemadi, 2014). Siklus

menstruasi yang tidak teratur dapat menyebabkan masalah pada infertilitas

seorang wanita.

Prevalensi terjadinya infertilitas di dunia mencapai 60-80 juta penduduk,

setiap tahunnya terus terjadi peningkatan sebesar 2 juta penduduk. Kasus

infertilitas pada negara berkembang untuk pasangan yang memiliki usia

1
2

reproduktif terdata sebesar 17-26%(Kocelak, 2012). Kesehatan reproduksi

wanita di pengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor dari terganggunya

siklus menstruasi pada wanita adalah status gizi (Pratiwi, 2011).

Masalah overweight dan obesitas meningkat dengan cepat di berbagai

belahan dunia menuju proporsi yang epidemik. Hal tersebut disebabkan

karena adanya peningkatan diet yang tinggi lemak dan gula disertai dengan

penurunan atau kurangnya aktivitas fisik. Di negara maju, Obesitas telah

menjadi epidemik dengan memberikan konstribusi sebesar 35% terhadap

angka kesakitan dan memberikan konstribusi sebesar 15-20% terhadap

kematian. Berbagai laporan terkini mengindikasikan bahwa prevelensi

obesitas di seluruh dunia baik di negara yang berkembang telah meningkat

dalam jumlah yang mengkhawatirkan. Hal tersebut dapat mengakibatkan

masalah kesehatan yang serius karena obesitas dapat memicu kelainan

kardiovaskuler, ginjal, metabolik, prototombik, dan respon inflamasi.

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan angka obesitas

sebesar 15,4%. Pravelensi penduduk obesitas terendah di Nusa tenggara timur

dan tertinggi di sulawesi utara (24,0%). Pravelensi obesitas pada perempuan

dewasa di tahun 2013 mengalami peningkatan yang sangat tinggi (32,9%).

Angka kejadian obesitas di jawa tengah yaitu adalah 12,7% pada perempuan.

Secara umum status gizi pada penduduk dewasa laki-laki dan perempuan

cenderung memiliki kelebihan berat badan dibandingkan dengan yang kurus,

angka obesitas pada perempuan pun cenderung lebih tinggi dibanding dengan

laki-laki (Islami, 2016).


3

Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar tahun 2018, angka kejadian

obesitas di Indonesia pada kelompok usia kurang lebih 18 tahun ke atas

sebanyak 21.8% (Riset Kesehatan Dasar, 2018). Kurdanti, Suryani,

Syamsiatun, dkk (2015) mengemukakan bahwa prevelensi obesitas pada

tahun 2010 secara nasional sebesar 1,4%. Sementara itu, pada kegemukan

relatif lebih tinggi pada remaja perempuan 1,5% dibandingkan laki-laki 1,3%.

Pada penelitian Rakhmawati dan Dieny (2013) ditemukan hasil yaitu

ganguaan siklus menstruasi pada wanita yang mengalami obesitas 1,89 kali

lebih besar dibandingkan dengan wanita dengan status gizi normal.

Gangguan menstruasi merupakan indikator penting yang menunjukkan

adanya gangguan fungsi sistem reproduksi yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan resiko berbagai penyakit seperti kanker rahim dan payudara,

infertilitas, serta fraktur tulang (Gudmundsdottir, Flanders & Augestad,

2011). Siklus menstruasi dikatakan normal jika jarak antara hari pertama

keluarnya darah menstruasi dan hari pertama menstruasi berikutnya terjadi

dengan selang waktu 21-35 hari (Liza, Aritonang & Siswati, 2013).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui

apakah terdapat hubungan antara obesitas dan siklus menstruasi pada

mahasiswi, mengingat obesitas dan siklus menstruasi merupakan global

yang dapat memberikan dampak kesehatan terutama pada kesehatan

reproduksi wanita pada mahasiswi Politeknik Kesehatan Kemenkes

Makassar.
4

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan obesitas dengan

kejadian gangguan siklus menstruasi pada Mahasiswi di Politeknik Kesehatan

Kemenkes Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Manfaat Ilmiah

a. Sebagai salah satu informasi untuk kepentingan pengembangan

referensi terkait hubungan obesitas terhadap siklus menstruasi pada

mahasiswi.

b. Sebagai bahan acuan atau pembanding bagi peneliti selanjutnya

dalam bidang yang sama.

2. Manfaat Praktis

a. Menambah pengetahuan dalam mengembangkan diri dan

mengabdikan diri pada dunia kesehatan khususnya dibidang

fisioterapi pada kesehatan reproduksi wanita dimasa depan.

b. Menjadi sebuah pengalaman berharga bagi peneliti dalam

mengembangkan pengetahuan dan keterampilan praktisi lapangan

dalam bidang kesehatan sesuai dengan kaidah ilmiah yang

didapatkan dalam materi kuliah.

c. Sebagai referensi bagi wanita untuk menjaga kualitas hidup dan

menghindarkan dari masalah kesehatan reproduksi yang tidak

diinginkan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang IMT

1. Pengertian

Menurut Hill (2005) Indeks massa tubuh merupakan salah satu

ukuran untuk memprediksi presentase lemak dalam tubuh manusia.

Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah nilai yang di ambil dari perhitungan

antara berat badan (BB) dam tinggi badan (TB) seseorang. Indeks massa

tubuh d hitung sebagai berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi

badan dalam meter dikuadratkan (m²) dan tidak terikat pada jenis

kelamin. Indeks massa tubuh secara signifikan berhubungan dengan

kadar lemak tubuh total sehingga dapat dengan mudah mewakili kadar

lemak tubuh. Saat ini indeks massa tubuh secara internasional di terima

sebagai alat untuk mengidentifikasi kelebihan berat badan dan obesitas.

Menurut Grummer (2002), Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan

salah satu indek pengukuran status gizi yang biasa digunakan untuk

mengukur status gizi usia remaja dan dewasa. Penilian status gizi dengan

IMT adalah nilai dari perhitungan antara berat badan (BB) dan tinggi

badan (TB) seseorang. IMT di percayai dapat menjadi indikator atau

mengambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. IMT tidak

mengukur lemak tubuh secara langsung,tetapi penelitian menunjukaan

bahwa IMT berkolerasi dengan pengukuran secara langsung lemak tubuh

seperti underwater weighing dan dual energyx-ray absorbtimotery.

5
6

IMT memberikan indikasi numerik dari jumalah lemak yang di

bawa pada tubuh. IMT normal berada pada kisaran 18,5 dan 24,9.

Tergolong kelebihan berat badan jika IMT antara 25 dan 29,9 dan di

anggap obesitas jika IMT lebih besar dari 30. Perempuan muda dengan

IMT tinggi yang termasuk kategori obesitas memiliki peningkatan risiko

mengalami menarche dini, dimana akan mengalami menstruasi pertama

sebelum usia 12 tahun. Jika ini terjadi maka akan terjadi peningkatan

resiko penyakit jantung dan kematian akibat penyakit kardiovaskuler.

(Hill,2005)

2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan IMT

a. Usia

Usia yang lebih tua dengan IMT kategori obesitas. Subjek

penelitian pada kelompok usia 40-49 dan 50-59 tahun memiliki

resiko yang lebih tinggi mengalami obesitas dibanding kelompok

usia 50-59 tahun memiliki resiko yang lebih tinggi mengalami

obesitas dibanding kelompok usia 40 tahun. Keadaan ini di curigai

oleh karena lambatnya proses metabolisme,berkurangnya aktivitas

fisik,dan frekuensi konsumsi pangan yang lebih sering (Grummer,

2002).

b. Jenis kelamin

IMT dengan kategori kelebihan berat badan lebih banyak di

temukan pada laki-laki. Namun, angka kejadian obesitas yang lebih

tinggi pada perempuan di banding laki-laki (Hill, 2005).


7

c. Genetik

Penelitian terdahulu menunjukaan bahwa lebih dari 40%

variasi IMT dijelaskan oleh faktor genetik. IMT sangat berhubungan

erat dengan generasi pertama keluarga. Studi lain yang berfokus

pada pola keturunan dan gen spesifik telah menemukan bahwa 80%

keturunan dari dua orang tua yang obesitas juga mengalami obesitas

dan kurang dari 10% memiliki berat badan normal

(Markesoon,2004).

d. Pola makan

Pola makan adalah pengulangan susunan makanan yang terjadi

saat makan. Pola makan dengan jenis, proporsi dan kombinasi

makanan yang di makan oleh seorang individu, masyarakat atau

sekelompok populasi. Makanan cepat saji berkontribusi terhadap

peningkatan indeks massa tubuh sehingga seseorang dapat menjadi

obesitas (Hossain, 2011).

3. Pengukuran IMT

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan suatu pengukuran yang

membandingkan berat badan dengan tinggi badan. Walaupun dinamakan

“indeks”, IMT sebenarnya adalah rasio yang dinyatakan sebagai berat

badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam

meter) (Markenson, 2004). Rumus perhitungan Indeks Massa Tubuh

(IMT) adalah :

Berat badan(kg)
IMT=
Tin ggi badan x tinggi badan(m)²
8

Table 2.1 : Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT)

KATEGORI IMT
Kekurangan berat badan tingkat berat <17,0
Kurus
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Gemuk
Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0
Sumber : P2PTM Kemenkes RI (2019)

Indeks massa tubuh sebagai salah satu indeks anthropometri

memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan indeks massa tubuh

diantaranya adalah pengukurannya yang mudah dilakukan dan dapat

menentukan kekurangan dan kelebihan berat badan (Irianto, 2017).

B. Tinjauan Umum Tentang Obesitas

1. Pengertian Obesitas

Menurut World Health Organization (2000), Obesitas adalah suatu

keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebih,

sehingga berat badan seseorang jauh di atas normal dan dapat

membahayakan kesehatan. Obesitas terjadi karena ketidak seimbangan

energi yang masuk dengan energi yang keluar. Obesitas atau disebut juga

dengan kegemukan, merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan

dikalangan remaja. Obesitas terjadi saat badan menjadi gemuk yang

disebabkan oleh penumpukan adiposa secara berlebihan. Obesitas

didefinisikan sebagai suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan

penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan.


9

Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan ataupun

abnormal yang dapat mengganggu kesehatan (WHO, 2011). Menurut

Myers (2004), seseorang yang dikatakan obesitas apabila terjadi

pertambahan atau pembesaran sel lemak tubuh mereka. Menurut kamus

Dorland (2010), obesitas adalah peningkatan berat badan melebihi batas

kebutuhan skeletal dan fisik sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan

dalam tubuh.

Obesitas adalah suatu keadaan ketidakseimbangan antara energi

yang masuk dan energi yang keluar dalam jangka waktu yang lama.

Banyaknya konsumsi energi dari makanan yang dicerna melebihi energi

yang di gunakaan untuk metabolisme dan aktivitas sehari-hari kelebihan

energi ini akan disimpan dalam bentuk lemak dan jaringn lemak sehingga

dapat berakibat pertambahan berat badan (WHO, 2006). Asupan energi

tinggi di sebabkan oleh konsumsi makanan sumber energi dan lemak

tinggi, sedangkan pengeluaraan energi yang rendah disebabkan karena

kurangnya aktivitas fisik dan sedentary life stayle (Kemenkes, 2012)

Obesitas (kegemukaan) dan overweight merupakan dua hal berbeda,

namun demikian keduanya sama-sama menunjukkaan adanya

penumpukaan lemak yang berlebihan dalam tubuh,yang di tandai dengan

peningkatan nilai Indek Massa Tubuh (IMT) diatas normal (Misnadiarly,

2007). Obesitas pada anak sama dengan obesitas pada dewasa yang

didefinisikan denga Indek Massa Tubuhnya (IMT). Obesitas pada anak

ditandai dengan nilai BMI (Body Mass Indeks) di antara presentil ke-95
10

pada kurva pertumbuhan, sesuai umur dan jenis kelaminnya.

(Wilkinson,2008)

2. Macam-macam Obesitas

Bedasrkan kondisi selnya, kegemukaan dapat digolongkan dalam

beberapa tipe (Purwati, 2001) yaitu :

1) Tipe Hiperplastik, adalah kegemukaan yang terjadi karena jumlah

sel yang lebih banyak dibanding kondisi normal, tetapi ukuran sel-

selnya sesuai dengan ukuran sel normal terjadi pada masa remaja

upaya menurunkan berat badan ke kondisi normal pada masa remaja

akan lebih sulit.

2) Tipe Hipertropik, kegemukan ini terjadi karena ukuran sel yang

lebih besar dibandingkan ukuran sel normal. Kegemukan tipe ini

terjadi pada usia dewasa dan upaya untuk menurunkan berat akan

lebih mudah bila dibandingkan dengan tipe hiperplastik.

3) Tipe Hiperplastik dan Hipertropik kegemukan tipe ini terjadi karena

jumlah dan ukuran sel melebihi normal. Kegemukan tipe ini dimulai

pada masa anak - anak dan terus berlangsung sampai setelah dewasa.

Upaya untuk menurunkan berat badan pada tipe ini merupakan yang

paling sulit, karena dapat beresiko terjadinya komplikasi penyakit,

seperti penyakit degeneratif.

Berdasarkan penyebaran lemak didalam tubuh, ada dua tipe obesitas

yaitu:
11

1) Tipe buah apel (Adroid), pada tipe ini ditandai dengan

pertumbuhan lemak yang berlebih dibagian tubuh sebelah atas

yaitu sekitar dada, pundak, leher, dan muka. Tipe ini pada

umumnya dialami pria dan wanita yang sudah menopause. Lemak

yang menumpuk adalah lemak jenuh.

2) Tipe buah pear (Genoid), tipe ini mempunyai timbunan lemak pada

bagian bawah, yaitu sekitar perut, pinggul, paha, dan pantat. Tipe

ini banyak diderita oleh perempuan. Jenis timbunan lemaknya

adalah lemak tidak jenuh.

3. Faktor-faktor Penyebab Obesitas

Faktor yang menyebabkan obesitas secara langsung.

1) Genetik

Yang dimaksud factor genetik adalah faktor keturunan yang

berasal dari orang tuanya. Pengaruh faktor tersebut sebenarnya

belum terlalu jelas sebagai penyebab kegemukan . Namun demikian,

ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa factor genetic

merupakan factor penguat terjadinya kegemukan (Purwati, 2001).

Menurut penelitian , anak-anak dari orang tua yang mempunyai

berat badan normal ternyata mempunyai 10 % resiko kegemukan.

Bila salah satu orang tuanya menderita kegemukan , maka peluang

itu meningkat menjadi 40 – 50 %. Dan bila kedua orang tuanya

menderita kegemukan maka peluang factor keturunan menjadi 70–

80% (Purwati, 2001).


12

2) Hormonal

Hormon tiroid hormone insulin juga dapat menyebabkan

kegemukan. Hal ini dikarenakan hormone insulin mempunyai

peranan dalam menyalurkan energi kedalam sel-sel tubuh. Orang

yang mengalami peningkatan hormone insulin, maka timbunan

lemak didalam tubuhnyapun akan meningkat. Hormon lainnya yang

berpengaruh adalah hormone leptin yang dihasilkan oleh kelenjar

pituitary, sebab hormone ini berfungsi sebagai pengatur metabolisme

dan nafsu makan serta fungsi hipotalmus yang abnormal, yang

menyebabkan hiperfagia (Purwati, 2001).

3) Obat-obatan

Saat ini sudah terdapat beberapa obat yang dapat merangsang

pusat lapar didalam tubuh. Dengan demikian orang yang

mengkonsumsi obat-obatan tersebut, nafsu makannya akan

meningkat, apalagi jika dikonsumsi dalam waktu yang relative lama,

seperti dalam keadaan penyembuhan suatu penyakit, maka hal ini

akan memicu terjadinya kegemukan (Purwati, 2001).

4) Asupan makan

Asupan makanan adalah banyaknya makanan yang dikonsumsi

seseorang. Asupan Energi yang berlebih secara kronis akan

menimbulkan kenaikan berat badan, berat badan lebih (over weight),

dan obesitas. Makanan dengan kepadatan Energi yang tinggi

(banyak mengandung lemak dan gula yang ditambahkan dan kurang


13

mengandung serat) turut menyebabkan sebagian besar

keseimbangan energi yang positip ini. (Gibney, 2009)

Perlu diyakini bahwa obesitas hanya mungkin terjadi jika

terdapat kelebihan makanan dalam tubuh, terutama bahan makanan

sumber energi. Dan kelebihan makanan itu sering tidak disadari oleh

penderita obesitas. (Moehyi, 1997)

5) Aktivitas Fisik

Obesitas juga dapat terjadi bukan hanya karena makan yang

berlebihan, tetapi juga dikarenakan aktivitas fisik yang berkurang

sehingga terjadi kelebihan energi. Beberapa hal yang mempengaruhi

berkurangnya aktivitas fisik antara lain adanya berbagai fasilitas

yang memberikan berbagai kemudahan yang menyebabkan aktivitas

fisik menurun. Faktor lainnya adalah adanya kemajuan teknologi

diberbagai bidang kehidupan yang mendorong masyarakat untuk

menempuh kehidupan yang tidak memerlukan kerja fisik yang berat.

Hal ini menjadikan jumlah penduduk yang melakukan pekerjaan

fisik sangat terbatas menjadi semakin banyak, sehingga obesitas

menjadi lebih merupakan masalah kesehatan (Moehyi, 1997).

Faktor yang menyebabkan obesitas secara tidak langsung

Konsumsi zat tenaga yang melebihi kecukupan dapat mengakibatkan

kenaikan berat badan, bila keadaan ini berlanjut akan menyebabkan

obesitas yang biasanya disertai dengan gangguan kesehatan lainnya.


14

Berat badan merupakan petunjuk utama apakah seseorang

kekurangan atau kelebihan energi dari makanan (Karyadi, 1996).

Obesitas dapat terjadi jika konsumsi makanan dalam tubuh

melebihi kebutuhan, dan penggunaan energi yang rendah

(Wirakusumah, 1997). Beberapa penyebab yang menjadikan

seseorang makan melebihi kebutuhan adalah :

6) Makan berlebih

Tidak bisa mengendalikan nafsu makan merupakan kebiasaan

merupakan kebiasaan buruk, baik dilakukan dirumah, restoran, saat

pesta, maupun pada pertemuan-pertemuan. Apabila sudah merasa

kenyang, janganlah sekali-kali menambah porsi makanan meskipun

makanan yang tersedia sangat lezat.

Faktor ini sangat berhubungan erat dengan rasa lapar dan nafsu

makan. Begitu juga saat terjadi stress (rasa takut, cemas), beberapa

orang dalam menghadapinya akan mengalihkan perhatiaannya pada

makanan.

7) Kebiasaan mengemil makanan ringan

Mengemil adalah kebiasaan makan yang dilakukan di luar

waktu makan, dan makanan yang dikonsumsi berupa makanan kecil

yang rasanya gurih, manis manis dan biasanya digoreng. Bila

kebiasaan ini tidak dikontrol akan dapat menyebabkan kegemukan,

karena jenis makanan tersebut termasuk tinggi kalori. Namun jika


15

rasa lapar sulit untuk ditahan, maka makanlah makanan yang rendah

kalori dan tinggi serat seperti sayuran dan buah-buahan.

8) Suka makan tergesa-gesa

Makan secara terburu-buru akan menyebabkan efek kurang

menguntungkan bagi pencernaan, selain dapat mengakibatkan rasa

lapar kembali. Begitu pula dengan kebiasaan mengunyah makanan

yang kurang halus. Padahal makan dengan tidak terburu-buru dan

mengunyah makanan yang halus akan memelihara kesehatan gigi

dan gusi.

9) Salah memilih dan mengolah makanan

Faktor ini biasanya disebabkan karena ketidaktahuan. Tetapi

banyak juga orang yang memilih makanan hanya karena prestise

semata. Misalnya, banyak orang yang lebih memilih makanan yang

cepat saji, padahal makanan tersebut banyak mengandung lemak,

kalori dan gula yang berlebih, sedangkan kandungan seratnya

rendah. Selain makanan tersebut, masyarakat juga menyukai

makanan goreng-gorengan ataupun yang bersantan. Padahal minyak

dan santan selain tinggi kalori, juga merupakan lemak yang

mengandung ikatan jenuh sehingga sulit untuk dipecah menjadi

bahan bakar. Oleh karena itu, biasakanlah memasak dengan cara

membakar, merebus, mengukus, memanggang dan mengetim.


16

C. Tinjaun Umum Tentang Siklus Menstruasi

1. Pengertian Menstruasi

Kusumastuti dan Hartinah, (2018) mengemukakan bahwa

menstruasi merupakan pendarahan yang rutin terjadi setiap bulan pada

perempuan selaam masa subur kecuali pada masa kehamilan. Darah yang

keluar akibat peluruhan dinding rahim (endomentrium). Menstruasi

adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus disertai pengelupasan

endometrium. Faktor yang mempengaruhi menstruasi adalah faktor

hormone, enzim, vascular dan prostaglandin (Islami, 2016).

2. Anatomi dan Organ Reproduksi Wanita

Pada dasarnya reproduksi wanita terdiri dari organ reproduksi luar

dan organ reproduksi bagian dalam yang memiliki fungsi berbeda-beda.

Organ reproduksi luar berfungsi sebagai jalan masuk sperma ke dalam

tubuh wanita dan sebagai cara melindungi organ tubuh reproduksi dalam

dari berbagai organisme penyebab infeksi. Sedangkan, organ reproduksi

dalam membantu semua jalur reproduksi yang terdiri dari indung telur

(ovarium) untuk menghasilkan telur,tuba falopi (ovidak) sebagai tempat

berlangsungnya pembuahan, rahim (uterus) tempat berkembangkannya

embrio menjadi janin dan vagina yang merupakan jalan bagi janin

(Anugroho,2011)
17

Gambar 2.1 Struktur Anatomi reproduksi wanita


Sumber : dosenbiologi.com

3. Fisiologi Siklus Menstruasi

Menstruasi adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus,

disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus haid adalah

jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid yang

berikutnya.14 Sedangkan menurut Joseph (2010), menstruasi merupakan

perubahan fisiologi dalam tubuh wanita terjadi secara berkala

dipengaruhi oleh hormon reproduksi.

Siklus menstruasi dibagi menjadi empat, yaitu :11

1) Stadium menstruasi

Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan

disertai pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum

basale. Rata-rata fase ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-5

hari). Pada awal fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH


18

(Lutenizing Hormon) menurun atau pada kadar terendahnya selama

siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru mulai

meningkat.

2) Stadium proliferasi

Stadium proliferasi dibagi menjadi dua yaitu :

Stadium proliferasi dini , dimana kondisi endometrium tipis tebalnya

kurang lebih 2 mm, kelenjar-kelenjarnya dalam kondisi lurus,

epitelnya kubus rendah dan intinya dibagian basal. Stadium

proliferasi lanjut, endometrium menjadi lebih tebal, hal ini

diakibatkan penambahan stroma akibat pemecahan sel.

3) Fase sekresi/luteal

Stadium sekresi dibagi menjadi dua yaitu :

Stadium sekresi dini, lebih tipis daripada fase sebelumnya

dikarenakan kehilangan cairan, tebalnya kurang lebih 4-5 mm. Pada

saat ini lapisan terbagi dalam beberapa bagian :

a) Stadium basale, lapisan dalam yang berbatasan dengan lapisan

otot, inaktif kecuali mitosis pada kelenjar.

b) Stadium spongiosum, lapisan tengah berbentuk anyaman seperti

spons disebabkan kelenjar yang banyak melebar dan berkelok

dengan stroma yang sedikit diantaranya.

c) Stadium compactum, lapisan saluran permukaan kelenjar yang

sempit, lumen berisi sekret, stroma yang berlebihan dan

memperlihatkan edem. Stadium sekresi lanjut, tebalnya kurang


19

lebih 5-6 mm. Dimana keadaan endometrium sangat vaskuler,

kelenjar sangat banyak dan berkelok, kaya dengan glycogen dan

sangat ideal untuk nutrisi dan perkembangan ovum.

4) Stadium premenstruil

Adanya infiltrasi sel darah putih biasanya PMN atau sel bulat.

Stroma mengalami disintegrasi, dengan menghilangnya cairan dan

sekret maka akan menjadi collaps dari kelenjar dan arteri, terjadi

vasokonstriksi kemudian pembuluh darah berelaksasi dan akhirnya

pecah

Gambar 2.2 Perubahan Hormon selama siklus Menstruasi


Sumber : Atlas Anatomi, 2013

4. Ganguaan pada menstruasi dan siklus menstruasi

(Kusmiran 2012) mengatakan ganguaan pada menstruasi dan siklus

menstruasi di bagi menjadi :

a. Polimenorea
20

Polimenora adalah panjang siklus menstruasi yang memendek

dari panjang siklus menstruasi klasik,yaitu kurang dari 21 hari per

siklusnya,sementara volume pendarahaan menstruasi biasanya.

b. Oligomenora

Oilgomenora adalah panjang siklus menstruasi yang

memanjang dari panjang siklus menstruasi klasik,yaitu dari 35 hari

per siklusnya. Volume pendarahan umumnya lebih sedikit dari

volume pendarahan menstruasi biasanya. Siklus menstruasi biasanya

juga bersifat ovulatoar dengan fase prolifersi yang lebih panjang

dibanding fase proliferasi yang lebih panjang di banding fase

proliferasi siklus menstruasi klasik.

c. Amenorea

Amenorea adalah panjang siklus menstruasi yang memanjang

dari panjang siklus menstruasi klasik (oilgomenora) atau tiada

terjadinya pendarahan menstruasi,minimal 3 bulan berturut-turut.

Amenorea menjadi dua jenis :

1) Amenorea primer

Amenorea primer yaitu tidak terjadinya menstruasi sekalipun

pada perempuan yang mengalami amenorea.

2) Amenorea skunder

Amenorea skunder yaitu terjadi mensturasi yang di selingi

dengan pendarahan menstruasi sesekali pada perempuan yang

mengalami amenorea.
21

a. Hipermenorea

Hipermenorea adalah terjadinya pendarahan menstruasi yang

terlalu banyak dari normalnya dan lebih lama dari normalnya

(lebih dari 8 hari).

b. Hipomenorea

Hipomenorea adalah pendarhan menstruasi yang lebih sedikit

dari biasanya tetapi tidak menganggu fertilitasnya.

Gambar 2.3 Grafik Pola Siklus Menstruasi


Sumber : Manuba, 2009

5. Keluhan pada masa menstruasi

(Lethaby 2007), beberapa keluhan yang muncul saat menstruasi :

a. Mestodinia

Mestodinia adalah nyeri pada payudara dan pembesaraan payudara

sebelum menstruasi.
22

b. Mittlesschemz

Mittlesschemz adalah rasa nyeri saat ovulasi, akibatnya pecahnya

folikel de graff dapat juga disertai pendarahan/bercak.

c. Dismenore

Dismenore adalah nyeri menstruasi menjelang atau selama

menstruasi sampai membuat perempuan tersebut tidak dapat berkerja

dan harus tidur. Nyeri sering bersamaan dengan rasa mual, sakit

kepala,perasaan mau pingsan, lekas marah.

6. Faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi

(Kusmiran 2012) mengatakan penelitian mengenai faktor risiko

dari variabilitas siklus menstruasi adalah sebagai berikut:

a. Berat Badan

Berat badan dan perubahan berat badan memengaruhi fungsi

menstruasi. Penurunan berat badan akut dan sedang menyebabkan

gangguan pada fungsi ovarium, tergantung derajat tekanan pada

ovarium dan lamanya penurunan berat badan. Kondisi patologis

seperti berat badan yang kurang/kurus dan anorexia nervosa yang

menyebabkan penurunan berat badan yang berat dapat menimbulkan

amenorrhea.

b. Aktivitas Fisik

Tingkat aktivitas yang sedang dan berat dapat membatasi fungsi

menstruasi.
23

c. Stres

Stress menyebabkan perubahan sistemik dalam tubuh,

khususnya system persarafan dalam hipotalamus melalui perubahan

proklatin atau endogen opiat yang dapat memengaruhi elevasi

kortisol basal dan menurunkan hormone lutein (LH) yang

menyebabkan amenorrhea.

d. Diet

Diet dapat memengaruhi fungsi menstruasi. Vegetarian

berhubungan dengan anovulasi, penurunan respons hormone

pituitary, fase folikel yang pendek, tidak normalnya siklus menstruasi

(kurang dari 10 kali/tahun). Diet rendah lemak berhubungan dengan

panjangnya siklus menstruasi dan periode perdarahan. Diet rendah

kalori seperti daging merah dan rendah lemak berhubungan dengan

amenorrhea.

e. Paparan Lingkungan dan Kondisi Kerja

Beban kerja yang berat berhubungan dengan jarak menstruasi yang

panjang dibandingkan dengan beban kerja ringan dan sedang.

f. Gangguan Endokrin

Adanya penyakit-penyakit endokrin seperti diabetes, hipotiroid, serta

hipertiroid yang berhubungan dengan gangguan menstruasi.

Prevalensi amenorrhea dan oligomenorrhea lebih tinggi pada pasien

diabetes. Penyakit polystic ovarium berhubungan dengan obesitas,

resistensi insulin, dan oligomenorrhea. Amenorrhea dan


24

oligomenorrhea pada perempuan dengan penyakit polystic ovarium

berhubungan dengan insensitivitas hormone insulin dan menjadikan

perempuan tersebut obesitas. Hipertiroid berhubungan dengan

oligomenorrhea dan lebih lanjut menjadi amenorrhea. Hipotiroid

berhubungan dengan polymenorrhea dan menorraghia.

g. Gangguan Pendarahan

Gangguan perdarahan terbagi menjadi tiga, yaitu perdarahan yang

berlebihan/banyak, perdarahan yang panjang, dan perdarahan yang

sering. Dysfungsional Uterin Bleding (DUB) adalah gangguan

perdarahan dalam siklus menstruasi yang tidak berhubungan dengan

kondisi patologis. DUB meningkat selama proses transisi menopause.

7. Hubungan obesitas dan siklus menstruasi

Menurut (Kocelak, Chudek, Naworska, dkk:2012)

mengemukakan bahwa wanita yang mengalami obesitas di atas batas

normal akan meningkatkan produksi androstenedion. Hal ini berfungsi

sebagai prekusor hormon produksi yang digunakan untuk memproduksi

estrogen dengan bantuan enzim aromatase. Proses aromatisasi androgen

pada sel-sel granulosa dan jaringan lemak yang berubah menjadi

estrogen. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi presentase lemak

tubuh, maka semakin tinggi pula estrogen terbentuk di dalam tubuh yang

dapat mengganggu keseimbangan hormon. Akibatnya, proses ini dapat

menyebabkan gangguan siklus menstruasi.


BAB III

KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Berfikir

Obesitas adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh

berlebih, sehingga berat badan seseorang jauh dari batas normal dan dapat

membahayakan kesehatan. Obesitas terjadi karena ketidak seimbangan energi

yang masuk dengan energi yang keluar. Obesitas atau disebut juga dengan

kegemukan, merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan dikalangan

remaja. Obesitas terjadi saat badan menjadi gemuk yang disebabkan oleh

penumpukan adiposa secara berlebihan. Obesitas didefinisikan sebagai suatu

kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak

tubuh secara berlebihan.

Menstruasi adalah pendarahan dari dinding rahim (endometrium) yang

di mulai sekitar 14 hari setelah ovulasi yang terjadi secara berkala di

sebabakan oleh terjadinya peluruhan lapisan endometrium uterus.

Karakteristik dari siklus menstruasi normal pada wanita muda paling sering

terjadi menarche pada saat usia 12 tahun, rata-rata interval siklusnya

mencapai 32 hari di tahun pertama ginekologinya. Interval tipikal siklus

menstruasi berada di 21-45 hari. Menstruasi biasnya terjadi ≤ 7 hari serta

mengeluarkan darah haid sebanyak 30-40 mililiter.

Menurut (Kocelak, Chudek, Naworska, dkk:2012) mengemukakan

bahwa wanita yang mengalami obesitas di atas batas normal akan

meningkatkan produksi androstenedion. Hal ini berfungsi sebagai prekusor

25
26

hormon produksi yang digunakan untuk memproduksi estrogen dengan

bantuan enzim aromatase. Proses aromatisasi androgen pada sel-sel granulosa

dan jaringan lemak yang berubah menjadi estrogen. Hal ini menunjukkan

bahwa semakin tinggi presentase lemak tubuh, maka semakin tinggi pula

estrogen terbentuk di dalam tubuh yang dapat mengganggu keseimbangan

hormon. Akibatnya, proses ini dapat menyebabkan gangguan siklus

menstruasi.

B. Kerangka Konsep

C. Hipotesis penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka hipotesis dalam penelitian

ini adalah “Ada hubungan antara obesitas dengan siklus menstruasi”.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini mengunakaan desain penelitian observasi kolerasi dengan

rancangan penelitian cross sectional, untuk mempelajari hubungan obesitas

terhadap siklus menstruasi pada mahasiswi jurusan fisioterapi poltekkes

kemenkes makasar. Desain penelitian cross sectional ini jenis penelitian yang

melakukan pengukuran antara faktor resiko dan efek pada suatu saat dan tidak

ada tindak lanjut atau follow up.

B. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini di lakukan di Politeknik Kesehatan Makassar jurusan

fisioterapi. Waktu penelitian di laksanakan pada bulan Maret-April 2021.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian adalah 40 mahasiswi Poltekkes kemenkes

Makasar jurusan Fisioterapi.

2. Sampel

Metode pemilihan sampel yang di gunakaan adalah non-probability

sampling dengan jenis pourposive sampling. Teknik pengambilan sampel

ini berdasarkan pada kriteria-kriteria yang telah di tetapkan oleh peneliti.

Kriteria-kriteria yang di tetapkan tersebut mencakup kriteria

inklusi dan eklusi :

27
28

a. Kriteria Inklusi

1) Mahasiswi politeknik kementrian kesehatan Makassar jurusan

Fisioterapi yang masih berstatus aktif.

2) Bersedia menjadi sampel penelitian

b. Kriteria Eklusi

1) Mahasiswi yang memiliki berat badan diaats batas normal

2) Mahasiswi yang memiliki berat badan ideal

3) Mahasiswi yang memiliki penyakit amenorea

Penentuaan jumlah sampel di lakukan dengan cara penghitungan

statistik yaitu dengan cara mengunakaan Rumus slovin.

Rumus solving :

N
n= 2
1+ N (d)

40
n= 2
1+ 40(0,05)

40
¿
1+ 40(0,0025)2

40
= 1,1 = 36

Keterangan :

n = Ukuran Sampel

N = Ukuran populasi

e = Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel

yang dapat ditolerir, kemudian di kuadratkan.


29

Berdasarkan Rumus slovin, maka besarnya penrikaan jumlah

sampel penelitan adalah :

D. Varibel Penelitian

1. Identifikasi Vriabel

Variabel penelitian terdiri ini dari 2 variabel, yaitu variabel

independen dan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian

ini adalah obesitas sedangkan variabel dependen adalah siklus menstruasi.

2. Definisi Operasional Variabel

a. Obesitas

Obesitas secara signifikan berhubungan dengan kadar lemak

tubuh total sehingga dapat dengan mudah mewakili kadar lemak

tubuh.

Kriteria objektif :

1) Underweight : ≤18,5

2) Normal : 18,5 - 22,9

3) Overweight : ≥23

4) At Risk : 23,0 - 24,9

5) Obese Tingkat I : 25.0 - 29,9

6) Obese Tingkat II : ≥29,9

b. Siklus menstruasi

Siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya

menstruasi yang lalu dan mulainya menstruasi berikutnya pada saat

priode dilakukan penelitiaan


30

Kriteria Objektif :

1) Polimenora : ≤21 hari

2) Normal : 21 - 35 hari

3) Oligomenora : ≥35 hari

E. Prosedur

Dalam penelitian ini,instrumen dan cara ukur di sesuaikan dengan

variabel yang ingin di teliti. Berikut ini instrumen yang digunakan dan cara

pengukuraannya pada setiap variabel :

a. IMT

IMT di lakukan dengan pengukuran pada tinggi dan berat badan

responden. Alat ukur yang di gunakaan adalah IMT. Pengkuran berat

badan dan tinggi badan responden.

Pengukuran IMT di lakukan dengan beberapa langkah.

1) Langkah pertama adalah menjelaskan tujuan pengukuran IMT pada

responden dan apa saja tindakan yang akan di lakukan dalam

pengukuran.

2) Langkah kedua untuk mengetahui berat badan responden, untuk

membuka sepatu dan meletakkan hp dan dompet, kemudian responden

naik ketimbangan dengan badan tegak lurus pandangan kedepan.

3) Langkah ketiga adalah untuk mengetahui tinggi badan responden,

dengan sopan pada responden untuk tetap tidak mengunakaan alas kaki

kemudian berdiri tegak dengan sopan pada responden untuk tetap tidak

mengunakaan alas kaki kemudiaan berdiri tegak dengan badan


31

bersandar ke dinding, pandangan lurus kedepan, tangan berada di

samping tubuh, kaki di posisikan dekat bersama-sama, dan bernafas

dengan normal.

4) Setelah data terkumpul maka selanjutnya peneliti menghitung IMT

responden masuk kategori obesitas maupun non obesitas melalui tabel

klasifikasi berat badan dari Asia Pasific cohort Studies Collaboration

(2010).

Berikut adalah tabel klasifikasi berat badan

No Klasifikasi Kg/m2

1 Underweight ≤18,5

2 Normal 18,5-22,9

3 Overweight ≥23

4 At Risk 23,0-24,9

5 Obesitas Tingkat I 25,0-29,9

6 Obesitas Tingkat II ≥29,9

F. Pengolahan dan Analisis data

A.

B.

C.

D.

E.

F.
32

1. Pengumpulan data

Data yang diperoleh dalam penelitian secara langsung (data primer).

Data IMT diperoleh dari hasil pengukuran IMT.

2. Pengolahan data

Teknik pengolahan data yang peneliti gunakan yaitu teknik deskriptif

pada penelitian ini di gunakaan untuk analisis bivariate untuk mengnalisis

hubungan IMT dan aktivitas fisik terhadap siklus mensturasi pada

mahasiswi jurusan fisioterapi poltekkes kemenkes makassar. Peneliti

melakukaan uji chi-square mengunakan standar komputerisasi dengan

program spss 21.

G. Masalah etika

Dalam mengambil data sampel,peneliti memiliki beberapa aturan

mengenai masalah etika,antara lain :

1. Informed concet

Lembar persetujuan akan di berikan kepada responden. Jika sampel

bersedia menjadi responden, maka harus menandatagani lembar

persetujuaan dan sampel yang menolak tidak akan di paksa dan tetap

menghormati haknya.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan

nama responden, tetapi hanya memberi kode tertentu pada setiap

responden.

3. Confidentiality
33

Kerahasiaan informasi yang di berikan oleh responden dijamin

oleh peneliti dan hanya sekelompok data yang dilaporkan dalam hasil

penelitian.
34

DAFTAR PUSTAKA

Anugroho, D. (2017). Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta: Gramedia.


Dorlan W A. Newman. (2010). Kamus Kedokteran Dorlan edisi 31. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. P. 702, 1003.
Gibney, M J. (2009). Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
Grummer-Strawan L M et. al., (2002). American Journal of Clinical Nutrition.
Page 456-469. Vol 5.
Gudmundsdottir, S L., Flanders, W D & Augested, L B. A Longitudinal Study of
Physical Activity and Menstrual Cycle Charachteristics in Healty
Norwegian Women-The Nord-Trondelag Health Study. Norsk
Epidemiologi, 20(2): 163-171.
Heryuditasari, K. (2018). Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Obesitas (Studi
SMK Bakti Indonesia Medika Jombang). Skripsi. Ilmu Keperawatan.
Hill, J. O. (2005). Obesity: Etiology in Modern Nutrion in Health and Diseases
Lippincot Williams & Wilkins. USA.
Hossain et. al. (2011). Psycological Distrubance and Quality of Life in Obese and
Infertile Woman and Man. International Journal of Endocorinology pages
43-47.
Islami. (2016). Hubungan Obesitas dengan Siklus Menstruasi pada Wanita Usia
Subur di Desa Kaliwungu Desa Kedungdowo Kecamatan Kaliwungu
Kabupaten Kudus Tahun 2016. Rekernas Aipema 2016.
Joseph, H K. (2010). Ginekologi dan Obsteri (Obsgyn). Yogyakarta: Nuha
Medika.
Karyadi, D. (1996). Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Kemenkes R I. (2012). Survei Kesehatan Dasar Indonesia. Jkarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kocelak P, Chudek J, Naworska B, Kotlarz B, Mazurek M, Madej P. (2012).
Pshysicological Disturbance and Quality of Life in Obese and Infertile
Women and Men. Int J Endocriminology. 1–5.
Kusmiran. (2012). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Selemba
Medika.
Kusumastuti, D A & Hartinah, D. Hubungan antara Periode Penggunaan Alat
Konstrasepsi Suntik 3 Bulan dengan Siklus Menstruasi. Jurnal Ilmu
Keperawatan, 9(2). p.177-191.
35

Kurdanti, W., Suryani, I., Syamsiatun, N H., Siwi, L P., Adiyanti, M M.,
Mustikaningsih, D., & Sholihah, K I. (2015). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kejadian Obesitas pada Remaja. Jurnal Gizi Klinik
Indonesia. 11(04).
Lethaby, A., Augood, C., Dutckitt, K. (2007). Nonsentroidal Antiinflamatory
Drugs for Heavy Menstrualbliding. Cochrane. (Diakses tanggal 03 Februari
2021).
Manuaba. (2006).Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan. 1st
ed. Jakarta: EGC. 466-480.
Markenson JA., 2004. An in – Depth Over View of Osteoarthrtis for Physician,
http://hss.edu/ diakses 05 Februari 2021.
Misnadiarly. (2007). Obesitas sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit. Jakarta:
Pustaka Obor Populer.
Moehyi, S. (1997). Pengtauran Makanan dan Diet untuk Penyembuhan Penyakit.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Myers, D G. (2004). Social Psychology (eight edition). London : Gardners
Books.
Nabila. (2015). Hubungan Antara Asupan Lemak, Asupan Serat dan Status Gizi
Terhadap Siklus Menstruasi Remaja Kelas X dan XI di SMA
Muhammadiyah 1 Surakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta. 1–5.
Pratiwi A. (2011). Hubungan Status Gizi dengan Keteraturan Siklus Menstruasi
Siswi SMA Negeri 1 Mojolaban. Universitas Sebelas Maret. 3–6.
Purwati.S. (2001). Perencanaan Menu Untuk Penderita Kegemukaaan.Jakarta: Pt
Swadaya.
Rakhmawati, A & Dieny, F F. (2013). Hubungan Obesitas dengan Kejadian
Gangguan Siklus Menstruasi pada Wanita Dewasa Muda. Journal of
Nutrition College. 2(1). doi:10.14710/jnc.v2i1.2106.
Riset Kesehatan Dasar. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. Kementerian
Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Sirait DSO, Hiswani, Jemadi. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Dismenore Pada Siswi
SMA Negeri 2 Medan. Jurnal Universitas Sumatera Utara. 2014;1:2–9.
WHO. (2006). Nutrition Transition: High Levels of Child Undernutrition and
Adult Obesity Coexist. Whorld Health Statistic. ISBN 9241563214.
36

WHO. (2011). Obesity and Overweight. (diakses 05 Februari 2021). Tersedia


pada: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/
World Health Organization. (2000). Obesity: preventing and managing the global
epidemic. WHO Technical Report Series. 894.
Wilkinson, C. (2008). Junior Doctors’ Working Hours: Perspectives on the
Reforms. International Journal of Nursing Practice, 14(3). p.200-214.
Wirakusumah, E S. (1997). Cara Aman dan Efektif Menurunkan Berat Badan.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai