Disusun Oleh:
Disusun Oleh:
Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan yang berjudul Kasus
Laporan ini dibuat guna memenuhi salah satu syarat tugas kepaniteraan klinik di
(Puskesmas Kajoran II, Magelang). Tentunya kami berharap pembuatan laporan ini
tidak hanya berfungsi sebagai apa yang telah disebutkan diatas. Namun, besar
harapan kami agar laporan ini juga dapat dimanfaatkan oleh semua pihak yang
Dalam usaha penyelesaian tugas laporan ini, kami banyak memperoleh bimbingan
dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak. Untuk itu,
dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
3. Ibu ibu dan bapak - bapak perawat beserta seluruh karyawan Puskesmas
3
4. Orang tua kami yang telah banyak memberikan dukungan baik moril maupun
materil.
semoga kita semua mendapatkan hasil yang maksimal atas usaha kita.
Kami menyadari bahwa didalam penulisan ini masih banyak kekurangan oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati kami menerima semua saran dan kritikan
4
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................2
5
G. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHIKESEHATAN.......................................... .............31
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keputihan merupakan gejala yang sangat sering dialami oleh sebagian besar
wanita. Gangguan ini merupakan masalah kedua sesudah gangguan haid. Keputihan
seringkali tidak ditangani dengan serius. Padahal, keputihan bisa jadi indikasi adanya
penyakit. Hampir semua perempuan pernah mengalami keputihan. Pada umumnya,
orang menganggap keputihan pada wanita sebagai hal yang normal. Pendapat ini
tidak sepenuhnya benar, karena ada berbagai sebab yang dapat mengakibatkan
keputihan. Keputihan yang normal memang merupakan hal yang wajar. Namun,
keputihan yang tidak normal dapat menjadi petunjuk adanya penyakit yang harus
diobati (Djuanda, Adhi. dkk, 2005).
Keluarnya cairan dari vagina merupakan salah satu keluhan yang sering
dinyatakan oleh kaum wanita. Beberapa rembesan adalah umum dan normal, dengan
bahan yang dikeluarkan hanya terdiri atas lendir yang disekreasi oleh kelenjar-
kelenjar di dalam rahim dan leher rahim, serta cairan yang keluar melalui dinding
vagina dari jaringan di sekitarnya. Sebagian wanita menganggap cairan yang keluar
dari vagina masalah biasa ada juga yang menganggap masalah keputihan
mengganggu aktivitas sehari-hari (Cunningham, Gary, dkk. 2005).
Sekitar 15% wanita terinfeksi, tetapi gejala keputihan dan gatal-gatal terjadi
hanya dalam 3% sampai 5% wanita. Keluarnya cairan dari vagina adalah normal pada
usia reproduksi, cairan tersebut jumlahnya tidak banyak, jernih, tidak bau dan tidak
gatal. Secara alami cairan yang keluar merupakan produksi dari kelenjar di mulut
rahim, bercampur dengan sel-sel vagina, bakteri dan sekresi kelenjar-kelenjar di jalan
lahir. Secara fisiologis keluarnya cairan dapat dijumpai pada saat ovulasi, saat
menjelang dan setelah haid, rangsangan seksual, dan dalam kehamilan.
Penyebab terbanyak keputihan di RSUP Dr. Kariadi Semarang adalah
mikroorganisme tak patologis (36,6%), mikroorganisme patologis tunggal yaitu
7
Candida (31,6%), Gardnerella (17,6%), Trichomonas (5,7%), dan Gonococcus
(0,9%). Usia terbanyak yang menderita keputihan patologis dengan penyebab
mikroorganisme patologis tunggal adalah usia reproduksi sehat (59,8%) dan paritas
terbanyak adalah paritas 0 (62,0%), status menikah adalah yang terbanyak (44,5%),
tingkat pendidikan yang terbanyak adalah tinggi (62,0%), diagnosis klinis terbanyak
adalah vaginitis (54,9%) (Ramayanti, 2004).
B. TUJUAN
Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahui penatalaksanaan
keputihan dengan pendekatan kedokteran keluarga.
C. MANFAAT
Penyusunan laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi media pembelajaran bagi
dokter muda agar dapat melaksanakan praktek kedokteran keluarga secara langsung
kepada pasien dengan keputihan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KEPUTIHAN
a. Definisi Keputihan
Keputihan dikalangan medis dikenal dengan istilah leukore atau fluor
albus, yaitu keluarnya cairan dari vagina (Ababa, 2003). Leukore adalah semua
pengeluaran cairan dari alat genetalia yang bukan darah tetapi merupakan
manifestasi klinik berbagai infeksi, keganasan atau tumor jinak organ
reproduksi. Pengertian lebih khusus keputihan merupakan infeksi jamur
kandida pada genetalia wanita dan disebabkan oleh organisme seperti ragi yaitu
candida albicans (Manuaba, 2001).
Keputihan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu keputihan normal
(fisiologis) dan keputihan abnormal (patologis). Keputihan normal dapat terjadi
pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara
hari ke 10-16 saat menstruasi, juga terjadi melalui rangsangan seksual.
Keputihan abnormal dapat terjadi pada semua alat genitalia (infeksi bibir
kemaluan, liang senggama, mulut rahim, rahim dan jaringan penyangga, dan
pada infeksi penyakit hubungan seksual) (Manuaba, 2001).
Keputihan bukan merupakan penyakit melainkan suatu gejala. Gejala
keputihan tersebut dapat disebabkan oleh faktor fisiologis maupun faktor
patologis. Gejala keputihan karena faktor fisiologis antara lain : a). Cairan dari
vagina berwarna kuning; b). Tidak berwarna, tidak berbau, tidak gatal; c).
Jumlah cairan bisa sedikit, bisa cukup banyak Gejala keputihan karena faktor
patologis antara lain : a). Cairan dari vagina keruh dan kental; b). Warna
kekuningan, keabu-abuan, atau kehijauan; c). Berbau busuk, amis, dan terasa
gatal; d). Jumlah cairan banyak (Katharini, 2009).
9
b. Epidemiologi
Sekret vagina sering tampak sebagai suatu gejala genital. Proporsi
perempuan yang mengalami flour albus bervariasi antara 1-15% dan hampir
seluruhnya memiliki aktifitas seksual yang aktif, tetapi jika merupakan gejala
penyakit dapat terjadi pada semua umur. Keputihan merupakan indikasi suatu
vaginitis, infeksi yang sering menyebabkan vaginitis adalah trikomoniasis,
vaginitis bakterial dan kandidiasis. Penyebab non infeksi dari vaginitis meliputi
atrofi vagina, alergi atau iritasi bahan kimia. Prevalensi dan penyebab vaginitis
masih belum pasti karena sering didiagnosis dan diobati sendiri.
c. Patofisiologi
Organ yang paling sensitif dan rawan pada tubuh wanita adalah organ
reproduksi dan merupakan organ yang paling rawan dibanding organ tubuh
yang lainnya. Keputihan (Fluor albus) merupakan salah satu tanda dan gejala
penyakit organ reproduksi wanita, di daerah alat genitalia eksternal bermuara
saluran kencing dan saluran pembuangan sisa-sisa pencernaan yang disebut
anus. Apabila tidak dibersihkan secara sempurna akan ditemukan berbagai
bakteri, jamur dan parasit, akan menjalar kesekitar organ genitalia. Hal ini dapat
menyebabkan infeksi dengan gejala keputihan. Selain itu dalam hal melakukan
hubungan seksual terkadang terjadi pelecetan, dengan adanya pelecetan
merupakan pintu masuk mikroorganisme penyebab infeksi penyakit hubungan
seksual (PHS) yang kontak dengan air mani dan mukosa (Kasdu, 2008).
a. Keputihan fisiologik
Penyebab keputihan fisiologik adalah faktor hormonal, seperti bayi baru lahir
sampai umur kira-kira 10 hari disebabkan pengaruh estrogen dari plasenta terhadap
10
uterus dan vagina janin. Kemudian dijumpai pada waktu menarche karena mulai
terdapat pengaruh estrogen. Rangsangan birahi disebabkan oleh pengeluaran
transudasi dari dingding vagina. Kelelahan fisik dan kejiwaan juga merupakan
penyebab keputihan. (Sarwono, 1999).
b. Keputihan Patologik
Menurut Ababa (2003), penyebab paling sering dari keputihan tidak normal
adalah infeksi. Organ genitalia pada perempuan yang dapat terkena infeksi adalah
vulva, vagina, leher rahim, dan rongga rahim. Infeksi ini dapat disebabkan oleh:
a. Bakteri (kuman)
1). Gonococcus
Bakteri ini menyebabkan penyakit akibat hubungan seksual, yang paling
sering ditemukan yaitu gonore. Pada laki-laki penyakit ini menyebabkan
kencing nanah, sedangkan pada perempuan menyebabkan keputihan.
2). Chlamydia trachomatis
Keputihan yang ditimbulkan oleh bakteri ini tidak begitu banyak dan
lebih encer bila dibandingkan dengan penyakit gonore.
11
\
3). Gardnerella vaginalis
Keputihan yang timbul oleh bakteri ini berwarna putih keruh keabu-
abuan, agak lengket dan berbau amis seperti ikan, disertai rasa gatal dan
panas pada vagina.
b. Jamur Candida
Candida merupakan penghuni normal rongga mulut, usus besar, dan
vagina. Bila jamur candida di vagina terdapat dalam jumlah banyak dapat
menyebabkan keputihan yang dinamakan kandidosis vaginalis.9 Gejala yang
timbul sangat bervariasi, tergantung dari berat ringannya infeksi. Cairan
yang keluar biasanya kental, berwarna putih susu, dan bergumpal seperti
kepala susu atau susu pecah, disertai rasa gatal yang hebat, tidak berbau dan
berbau asam. Daerah vulva (bibir genitalia) dan vagina meradang disertai
maserasi, fisura, dan kadang-kadang disertai papulopustular.
Keputihan akibat Candida terjadi sewaktu hamil maka bayi yang
dilahirkan melalui saluran vagina pun akan tertular. Penularan terjadi karena
jamur tersebut akan tertelan dan masuk kedalam usus. Dalam rongga mulut,
jamur tersebut dapat menyebabkan sariawan yang serius jika tidak diberi
pengobatan. Pada suatu saat jamur yang tertelan tadi akan menyebar ke
organ lain, termasuk ke alat kelamin dan menimbulkan keputihan pada bayi
perempuan.
c. Parasit
Parasit ini menimbulkan penyakit yang dinamakan trikomoniasis.
Infeksi akut akibat parasit ini menyebabkan keputihan yang ditandai oleh
banyaknya keluar cairan yang encer, berwarna kuning kehijauan, berbuih
menyerupai air sabun, dan baunya tidak enak. Meskipun dibilas dengan air,
cairan ini tetap keluar. Keputihan akibat parasit ini tidak begitu gatal, namun
vagina tampak merah, nyeri bila ditekan, dan pedih bila kencing. Kadang
kadang terlihat bintikbintik perdarahan seperti buah strawberry. Bila
12
keputihan sangat banyak, dapat timbul iritasi di lipat paha dan sekitar bibir
genitalia. Pada infeksi yang telah menjadi kronis, cairan yang keluar
biasanya telah berkurang dan warnanya menjadi abuabu atau hijau muda
sampai kuning. Parasit lain yang juga menyebabkan keputihan adalah cacing
kremi. Cacing ini biasanya menyerang anak perempuan umur 28 tahun.
Infeksi terjadi akibat sering bermain di tanah, atau penjalaran cacing dari
lubang dubur ke alat genital. Keputihan akibat cacing kremi dasertai rasa
gatal, sehingga anak sering menggaruk genitalianya sampai menimbulkan
luka.10
d. Virus
Keputihan akibat infeksi virus sering disebabkan oleh Virus Herpes
Simplex (VHS) tipe 2 dan Human Papilloma Virus (HPV). Infeksi HPV telah
terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis, dan vulva.
Sedangkan virus herpes simpleks tipe 2 dapat menjadi faktor pendamping.
Keluhan yang timbul pada infeksi VHS tipe 2 berupa rasa terbakar,
nyeri, atau rasa kesemutan pada tempat masuknya virus tersebut. Pada
pemeriksaan tampak gelembunggelembung kecil berisi vesikel (cairan),
berkelompok, dengan dasar kemerahan yang cepat pecah dan membentuk
tukak yang basah. Kelenjar limfe setempat teraba membesar dan nyeri. Pada
perempuan, penyakit ini dapat disertai keluhan nyeri sewaktu kencing,
keputihan, dan radang di mulut rahim. Pencetus berulangnya penyakit ini
adalah stres, aktivitas sek, sengatan matahari, beberapa jenis makanan, dan
kelelahan.
Ada 4 penyebab utama yang dapat menyebabkan perubahan flora normal dan memicu
keputihan (Ichwan, 2009) :
a. Faktor Fisiologis
Keputihan yang bersifat normal (fisiologis) pada perempuan normalnya hanya
ditemukan pada daerah porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada
13
dinding lateral dan anterior vagina. Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang
kadang-kadang berupa mukus yang
mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Sedangkan pada keputihan
yang patologik terdapat banyak leukosit. Keputihan yang fisiologis dapat ditemukan
pada:
(1) Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen; keputihan ini
dapat menghilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan kecemasan pada orang tua.
(2) Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan
oleh pengeluaran transudat dari dinding vagina.
(3) Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelanjar serviks uteri menjadi
lebih encer.
(4) Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada
wanita dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan
ektropion porsionis uteri (Wiknjosastro, 2005).
b. Faktor konstitusi
Faktor konstitusi misalnya karena kelelahan, stres emosional, karena ada masalah
dalam keluarga atau pekerjaan, bisa juga karena enyakit yang melelahkan seperti gizi
yang rendah ataupun diabetes. Bisa juga disebabkan oleh status imunologi yang
menurun maupun obat-obatan. Diet yang tidak seimbang juga dapat menyebabkan
keputihan terutama diet dengan jumlah gula yang berlebihan, karena merupakan
faktor yang memperburuk terjadinya keputihan (Ichwan 2009).
Makanan yang banyak mengandung karbohidrat dengan kadar gula tinggi
seperti tepung, sereal, dan roti. Makanan dengan jumlah gula yang berlebihan dapat
menimbulkan efek negatif pada bakteri yang bermanfaat yang tinggal di dalam
vagina. Selaput lendir dinding vagina mengeluarkan glikogen, suatu senyawa gula.
Bakteri yang hidup di vagina disebut lactobacillus (bakteri baik) meragikan gula ini
menjadi asam laktat. Proses ini menghambat pertumbuhan jamur dan menahan
perkembangan infeksi vagina. Gula yang dikonsumsi berlebihan dapat menyebabkan
bakteri lactobacillus tidak dapat meragikan semua gula ke dalam asam laktat dan
14
tidak dapat menahan pertumbuhan penyakit, maka jumlah menjadi meningkat dan
jamur atau bakteri perusak akan bertambah banyak (Clayton, 2005).
c. Faktor iritasi
Faktor iritasi sebagai penyebab keputihan meliputi, penggunaan sabun untuk mencuci
organ intim, iritasi terhadap pelicin, pembilas atau pengharum vagina, ataupun bisa
teriritasi oleh celana (Ichwan, 2009).
15
d. Patologis
Menurut Manuaba (1998), pada keputihan patologis yang keluar mengandung
banyak leukosit. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya keputihan antara
lain benda asing dalam vagina, infeksi vaginal yang disebabkan oleh kuman,
jamur, virus, dan parasit serta tumor, kanker dan keganasan alat kelamin juga
dapat menyebabkan terjadinya keputihan.
e. Diagnosis Keputihan
a. Keputihan (Fluor Albus) fisiologis
f. Pencegahan Keputihan
Menurut Army (2007), beberapa hal yang dapat dilakukan dalam
mencegah keputihan patologis antara lain :
a. Menjaga kebersihan, diantaranya:
1). Mencuci bagian vulva (bagian luar vagina) setiap hari dan menjaga
agar tetap kering untuk mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur;
16
2). Saat menstruasi biasakan mengganti pembalut apabila sudah terasa
basah dan lembab;
3). Menggunakan sabun non parfum saat mandi untuk mencegah
timbulnya iritasi pada vagina;
4). Menghindari penggunaan cairan pembersih kewanitaan yang
mengandung deodoran dan bahan kimia terlalu berlebihan, karena hal
itu dapat mengganggu pH cairan kewanitaan dan dapat merangsang
munculnya jamur atau bakteri;
5). Setelah buang air besar, bersihkan dengan air dan keringkan dari
arah depan ke belakang untuk mencegah penyebaran bakteri dari
anus ke vagina;
6). Menjaga kuku tetap bersih dan pendek. Kuku dapat terinfeksi
Candida akibat garukan pada kulit yang terinfeksi. Candida yang
tertimbun dibawah kuku tersebut dapat menular ke vagina saat mandi
atau cebok.
b. Memperhatikan pakaian, diantaranya:
1). Apabila celana dalam yang dipakai sudah terasa lembab sebaiknya
segera diganti dengan yang kering dan bersih;
2). Menghindari pemakaian pakaian dalam atau celana panjang yang
terlalu ketat karena dapat meningkatkan kelembaban organ
kewanitaan;
3). Tidak duduk dengan pakaian basah (misalnya: selesai olahraga
dan selesai renang karena jamur lebih senang pada lingkungan
yang basah dan lembab;
4). Menggunakan pakaian dalam dari bahan katun karena katun
menyerap kelembaban dan menjaga agar sirkulasi udara tetap
terjaga.
c. Mengatur gaya hidup, diantaranya:
17
1). Menghindari seks bebas atau bergantiganti pasangan tanpa
menggunakan alat pelindung seperti kondom;
2). Mengendalikan stres;
3). Rajin berolahraga agar stamina tubuh meningkat untuk melawan
serangan infeksi;
4). Mengkonsumsi diet yang tinggi protein. Mengurangi makanan
tinggi gula dan karbohidrat karena dapat mengakibatkan
pertumbuhan bakteri yang merugikan;
5). Menjaga berat badan tetap ideal dan seimbang. Kegemukan dapat
membuat kedua paha tertutup rapat sehingga mengganggu
sirkulasi udara dan meningkatkan kelembaban sekitar vagina;
6). Apabila mengalami keputihan dan mendapatkan pengobatan
antibiotik oral (yang diminum) sebaiknya mengkonsumsi
antibiotik tersebut sampai habis sesuai dengan yang diresepkan
agar 14 bakteri tidak kebal dan keputihan tidak datang lagi;
7). Apabila mengalami keputihan yang tidak normal segera datang ke
fasilitas pelayanan kesehatan agar segera mendapatkan
penanganan dan tidak memperparah keputihan.
Menurut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mencegah keputihan
antara lain :
a. Menjaga kebersihan organ genitalia. Salah satunya dengan mengganti
pakaian dalam dua kali sehari.
b. Dalam keadaan haid atau memakai pembalut wanita, mengunakan
celana dalam harus yang pas sehingga pembalut tidak bergeser dari belakang ke
depan.
c. Cara cebok / membilas yang benar adalah dari depan kebelakang. Jika
terbalik, ada kemungkinan masuknya bakteri atau jasad renik dari dubur ke alat
genitalia dan saluran kencing.
18
d. Menghindari penggunaan celana dalam yang ketat atau dari bahan yang
tidak menyerap keringat seperti nilon, serta tidak memakai celana yang
berlapislapis atau celana yang terlalu tebal karena akan menyebabkan kondisi
lembab disekitar genitalia. Keadaan yang lembab akan menyuburkan
pertumbuhan jamur. Usahakan memakai celana dalam dari bahan katun atau
kaos.
e. Usahakan tidak memakai celana dalam atau celana orang lain. Karena
hal ini memungkinkan terjadinya penularan infeksi jamur Candida,
Trichomonas, atau virus yang cukup besar.
g. Dampak Keputihan terhadap Wanita
Keputihan (Fluor albus) yang fisiologis tidak memberi dampak pada wanita.
Keputihan yang memberi dampak pada ibu yaitu keputihan yang patologis. Dengan
adanya keputihan ibu merasa tidak nyaman karena menunjukkan keluhan berbau
busuk, gatal, vulva terasa seperti terbakar. Apabila keputihan tidak diobati maka
infeksi dapat menjalar ke rongga rahim kemudian sampai ke indung telur dan
akhirnya sampai kerongga panggul. Banyak ditemukan wanita yang menderita
keputihan yang kronik menjadi mandul (Jones, 2005). Biasanya komplikasi yang
terjadi pada wanita adalah terinfeksinya kelenjar yang ada di dalam bibir vagina.
Bisul kelenjar tersebut harus disedot keluar karena tidak dapat disembukan dengan
obat. Komplikasi pada wanita sering menimbulkan radang saluran telur. Infeksi
nonspesifik pada wanita sering tanpa keluhan maupun gejala. Itu sebabnya tidak
mudah mendiagnosis hal itu. Kadang seorang wanita merasa tidak punya penyakit
kelamin, tetapi ketika lendir keputihannya diperiksa maka ditemukan bibit penyakit.
Biasanya wanita hanya merasa tidak enak kalau buang air kecil, kemudian jumlah
lendirnya hanya sedikit. Terkadang merasa tidak enak di panggul dan mungkin akan
merasa nyeri kalau melakukan hubungan seks. Oleh karena itu komplikasi sering
terjadi apabila tidk dilakukan pemeriksaan sedini munggkin (Rahma, 2006).
19
A. KEDOKTERAN KELUARGA
Kedokteran keluarga merupakan disiplin ilmu akademik profesional, yaitu
pengetahuan klinik yang diterapkan pada komunitas keluarga. Dalam memberikan
pelayanan, idealnya setiap dokter dan khususnya dokter keluarga, menerapkan ilmu
ini.6
Kedokteran keluarga mempunyai kekhususan yaitu:
Komprehensif dalam ilmu kedokteran, dalam arti tidak membatasi
ilmu kedokteran tertentu.
Komprehensif dalam pelayanan kesehatan.
Sasarannya adalah individu yang bermasalah atau yang sakit, tetapi di
samping menganalisis fungsi organ tubuh secara menyeluruh, juga
fungsi keluarga.
Disusun secara komunal, sehingga setiap dokter dapat memanfaatkan
sesuai kebutuhan.
Bersifat universal terhadap manusia dan lingkungan.
Dalam melakukan pelayanan kedokteran keluarga harus memahami hakikat
biologik, psikologik, sosiologik, ekologik, dan medik.
a. Hakikat biologik
Kedokteran keluarga memperhatikan dinamika kehidupan keluarga
sebagai makhluk biologis yaitu masuk keluarnya seorang anggota
keluarga dalam organisasi keluarga. Untuk lebih rinci menilai masalah
keluarga dpat dinilai dari kualitas hidup keluarga serta fungsi keluarga
yaitu peranan fungsi biologis perihal yang berkenaan dengan organ
sistem terpadu dari individu dan anggota keluarga lainnya yang
mempunyai risiko yaitu:
Adanya faktor keturunan
Kesehatan keluarga
Reproduksi keluarga
20
Kesemuanya mempunyai pengaruh terhadap kualitas hidup keluarga.
b. Hakikat psikologik
Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai aktivitas dan tingkah
laku yang menggunaan gambaran sikap manusia yang menentukan
penampilan dan pola perilaku dan kebiasaannya. Setiap pengguna jasa
perlu keyakinan akan keberhasilan pelayanan yang diperolehnya agar
merasa puas akan pelayanan yang diberikan. Setiap manusia
mempunyai keinginan untuk mempertahankan hidupnya dan menjaga
hidupnya untuk lebih baik. Menusia mempunyai kemampuan dan
keterbatasan, karena itu sikap dan pola hidup dapat ditingkatkan
potensinya, perilakunya untuk kebudayaan sehat.
c. Hakikat sosiologik
Dalam kehidupannya manusia berhubungan dengan sesama baik
lingkungan keluarga, pekerjaan, budaya geografis yang menimbulkan
berbagai proses dan gejolak. Kebijakan yang digunakan dokter
keluarga adalah yang berorientasikan penyakit/permasalahan yang
berhubungan dengan:
Proses dinamika dalam keluarga
Potensi keluarga
Kualitas hidup
Pendidikan dan lingkungan
d. Hakikat ekologik
Ekologik dalam kedokteran keluarga membahas manusia seutuhnya
dalam interaksinya dengan sesama manusia dan spesies lainnya juga
hubungannya dengan lingkungan fisik dalam rumah tangganya. Kodrat
anggota keluarga sesuai dengan fungsinya serta keseimbangan antara
anggota dan lingkungannya akan menentukan keseimbangan
kesehatannya.
21
e. Hakikat medik
Kedokteran keluarga dimanfaatkan pada pelayanan kesehatan garis
terdepan, yaitu kaitannya dengan kehidupan sosok manusia dalam
lingkungannya. Pergeseran pola perilaku dan pola penyakit akan
mempengaruhi pola pelayanan keluarga. Dalam hal ini dokter keluarga
bertanggung jawab atas kesehatan keluarga sekaligus mengembalikan
fungsi tubuh pengguna jasa untuk menjadi optimal agar dapat
menjalani fungsi sosialnya kembali, untuk dapat mencapai
kesejahteraan keluarga.
Prinsip dalam kedokteran keluarga adalah pendekatan keluarga. Pendekatan
keluarga merupakan serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang terencana,
terarah, untuk menggali, meningkatkan, dan mengarahkan peran serta keluarga agar
dapat memanfaatkan potensi yang ada guna menyembuhkan anggota keluarga dan
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga yang mereka hadapi. Pelayanan
kedokteran keluarga merupakan pelayanan yang bersifat komprehensif, meliputi
upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Upaya promotif dan preventif
dapat dilakukan secara simultan berupa penyuluhan maupun upaya pencegahan
potensi gangguan yang dapat dialami oleh anggota keluarga. Hal ini idealnya
dilakukan oleh dokter keluarga dalam pelayanan kedokteran keluarga.6
22
BAB III
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH
23
B. PROFIL KELUARGA YANG TINGGAL SATU RUMAH
Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga Kandung dan yang tinggal satu rumah
No Nama Kedudukan JK Umur Pendidikan Pekerjaan Keterangan
dalam (th)
Keluarga
1. Tn. Daiman Kepala L 45 SD Buruh Sehat
keluarga Serabutan
2. Ny. Urip Ibu P 39 SD PRT Pasien
Nduryati
3. Slamet Khoirul Anak L 12 SD Pelajar Sehat
4. Ny. Kusniah Nenek P 90 MI - Sehat
Penderita
Perempuan
Gambar 1. Pohon Keluarga
Laki-laki
24
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 27 April 2015
pukul 15.00 WIB hingga 17.00 WIB di rumah pasien di Dusun Ngemplak, Desa
Wonogiri RT 06/RW 01, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang.
a. Keluhan Utama
Gatal di daerah kemaluan.
b. Riwayat Penyakit Saat Datang Pertama (20 Maret 2015)
3 minggu sebelum datang ke puskesmas, pasien mengeluh rasa gatal di
daerah kemaluan. Rasa gatal disertai keluarnya lendir dari kemaluan yang
berwarna keputihan, kental seperti susu dan tidak berbau. Tidak ada
kemerahan pada kemaluan. tidak ada nyeri, tidak ada demam.
Pasien mengeluh keluar keputihan tersebut sudah sejak 3 minggu
yang lalu. Berwarna putih kental seperti susu, tidak berbau, dan sering terasa
gatal. Saat ini dirasakan semakin bertambah banyak terutama jika kelelahan
akibat bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat darah tinggi, riwayat kencing manis, penyakit jantung, asma,
alergi disangkal.
Pasien 4 bulan yang lalu mengalami keguguran dalam usia kehamilan
5 bulan karena jatuh tergelincir di halaman rumah sehingga menyebabkan
perdarahan.
25
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan serupa. Pasien
mengatakan kedua orang tua pasien memliki penyakit tekanan darah tinggi.
Riwayat kencing manis, asma dan alergi dalam keluarga disangkal.
e. Riwayat perkawinan
Menikah 1x, dengan usia perkawinan 24 tahun.
f. Riwayat haid
Pasien menarche saat umur 14 tahun. Siklus mens tidak teratur. Lama
mens rata-rata 7 hari. Dalam 2 hari pertama ganti pembalut rata-rata 3x sehari
namun dalam satu pembalut tidak pernah sampai penuh. Hari berikutnya
hanya keluar flek-flek kecoklatan. Pasien mengeluh dysmenorhea tiap
bulannya.
g. Riwayat KB
Pasien mengaku pernah menggunakan KB suntik, namun sudah berhenti
sejak 5 tahun yang lalu dengan alasan berencana memiliki anak lagi.
26
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg TB : 162 cm
Nadi : 80 x/menit BB : 53 kg
Suhu : 36,70 C
Pernapasan : 20x/menit
Status Generalis
Kepala : Mesosefal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga : Benjolan (-), oedem (-), discharge (-), nyeri
tekan (-)
Hidung : Sekret (-), deviasi septum (-)
Bibir : Pucat (-), sianosis (-)
Tenggorok : T1-T1, faring hiperemis (-), nyeri telan (-)
Leher : Trakhea di tengah, pembesaran KGB (-/-)
Dada :
Mammae : Simetris ,hiperpigmentasi pada areola, benjolan (-),
retraksi puting (-).
Paru : In : Simetris, statis, dinamis, retraksi (-)
Pa : Stem fremitus kanan = kiri
Pe : Sonor seluruh lapangan paru
Au : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
Jantung: In : iktus kordis tak tampak
Pa : iktus kordis teraba di SIC V, 2 cm lateral LMCS
Pe : konfigurasi jantung dalam batas normal
Au : Suara Jantung I-II normal, bising (-), gallop (-)
27
Abdomen : In : datar, supel
Au : bising usus (+) normal
Pe :area traube timpani, pekak sisi (+) normal, pekak alih
(-),
Pa : nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : Superior Inferior
Oedema : -/- -/-
Sianosis : -/- -/-
DIAGNOSIS KERJA
Fluor albus et causa candidiasis
HASIL LABORATORIUM DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Belum dilakukan pemeriksaan penunjang
PENATALAKSANAAN
a. Tatalaksana medikamentosa yang telah diberikan :
gentian violet 1 % kemudian usapkan ke seluruh bagian vagina.
Mikostatin 3 x 1 tablet selama 10 hari
b. Tatalaksana nonmedikamentosa
Menjaga kondisi di daerah genital bersih dan tidak
lembab
Istarahat yang cukup
Makan-makanan bergizi
HASIL PENATALAKSANAAN MEDIS
Pasien minum obatnya secara teratur, gatal daerah genital berkurang
Faktor pendukung :
Pasien selalu minum obat secara teratur.
Pasien makan makanan bergizi.
Faktor penghambat:
28
Waktu kerja yang terkadang mengganggu waktu istirahat
pasien
Pasien masih kurang menjaga kebersihan dan kelembaban
organ genitalnya
Indikator keberhasilan :
Keputihan dan rasa gatal berkurang sampai dengan
menghilang
29
dapat dipicu oleh
kelelahan dan stres, oleh
sebab itu sebaiknya
pasien perlu
meluangkan waktu
untuk beristirahat.
3. Memberi penjelasan
bahwa keputihan dapat
menyebabkan gatal-
gatal di daerah daerah
alat kelamin.
30
Pasien dan keluarga memeluk agama Islam, menjalankan ibadah agama
secara rutin (sholat).
31
air seni yang statis dalam waktu lama dapat menyebabkan
berkembangbiaknya kuman di alat genital.
b. Faktor Lingkungan
Kebersihan di dalam dan luar rumah kurang baik. Pencahayaan di dalam
rumah kurang, sirkulasi udara tidak berjalan lancar karena rumah hanya
memiliki 2 jendela dan tidak pernah dibuka. Sumber air minum berasal dari
PAM dan dimasak terlebih dahulu sebelum diminum. Di rumah pasien
menggunakan jamban cemplung. Kondisi kamar mandi secara keseluruhan
pun kurang bersih dan layak. Untuk pembuangan limbah air, pasien tidak
memiliki tempat pembuangan tapi dibiarkan menggenang begitu saja.
Sampah dikelola dengan cara dikumpulkan di pekarangan lalu dibakar.
c.Faktor Sarana pelayanan kesehatan
Ada bidan yang tinggal di Desa Wonogiri, yang tempat praktiknya berjarak
kurang lebih 2km dari rumah pasien. Terdapat Pos Kesehatan Desa (PKD)
yang biasanya diadakan di Balai Desa Wonogiri yang berjarak 3km dari
rumah pasien.
d.Faktor keturunan
Tidak ada
32
Rumah tidak mempunyai langit-langit, dinding dari batu bata, lantai
terbuat dari semen. Penerangan di dalam rumah saat siang hari kurang
terang karena jumlah jendela yang sangat kurang dan tidak dibuka
sehingga sumber cahaya hanya dari pintu masuk. Rumah menjadi kurang
terang dan terasa agak lembab. Saat malam hari penerangan menggunakan
lampu. Tata letak barang di rumah kurang rapi. Sumber air bersih dari
PAM untuk minum maupun cuci dan masak. Air minum dimasak sendiri.
Rumahnya sudah memiliki kamar mandi sendiri tapi masih berupa kamar
mandi sederhana yang kurang layak karena berada di luar rumah tanpa
atap, sementara jambannya berupa jamban cemplung yang nampak kotor,
bahkan air yang menggenang di jamban pun berwarna kecoklatan.
Kebersihan dapur kurang, tidak ada jendela di dalam dapur, hanya terdapat
1 pintu yang menghubungkan dengan kamar mandi yang terletak di
pekarangan belakang rumah. Pembuangan air limbah dibiarkan
menggenang begitu saja di halaman belakang rumah. Tidak ada tempat
pembuangan sampah, sampah dikumpulkan lalu dibakar. Kebersihan ling
kungan di sekitar rumah kurang.
33
WC
Dapur
Kamar
R. Tamu
Halaman luar
34
keterbatasan komunikasi pasien dengan tetangga, yakni dikarenakan akses
menuju rumah pasien yang sulit dan lokasi rumah pasien yang terpencil.
e. Faktor Perilaku
Pasien jarang mengeringkan area genital setelah buang air sehingga
menjadi lembab.
35
I. DIAGRAM REALITA YANG ADA PADA KELUARGA
GENETIK
PELAYANAN STATUS
LINGKUNGAN
KESEHATAN KESEHATAN
36
28 April Memberikan penjelasan Pasien dan Pasien dan keluarga pasien
2015 kepada pasien dan keluarga keluarga dapat memahami
pasien mengenai keputihan penjelasan yang diberikan
dan faktor-faktor risiko yang dan diharapkan dapat
bisa menyebabkan keputihan merubah pola hidup bersih
serta menjelaskan perilaku dan sehat terutama bagian
hidup bersih dan sehat genital.
terutama bagian genital.
37
- Keluarga yang kooperatif dan adanya keinginan untuk
hidup sehat khususnya menjaga kesehatan dan kebersihan organ
reproduksi.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penatalaksanaan pasien keputihan, 36 tahun, dengan kedokteran keluarga
adalah sebagai berikut:
Diagnosis Kerja:
Fluor albus et causa candidiasis
Terapi medikamentosa:
R/
gentian violet 1 % kemudian usapkan ke seluruh bagian vagina.
Mikostatin 3 x 1 tablet selama 10 hari
Terapi edukasi :
1. Pasien dianjurkan minum obat secara teratur
Pasien dianjurkan menjaga kebersihan dan kelembapan daerah genital.
3. Pasien dianjurkan untuk banyak beristirahat, menghindari kelelahan dan
stres.
4. Pasien dianjurkan makan-makanan bergizi
5. Pasien dianjurkan segera memeriksakan diri ke dokter atau Puskesmas
terdekat apabila keluhan dirasa semakin memberat.
Pembinaan terhadap pasien dan keluarga
1. Menjelaskan kepada penderita dan keluarga tentang penyakit keputihan,
meliputi faktor risiko, komplikasi dan pencegahan komplikasi.
38
Memotivasi pasien dan keluarga untuk bersama-sama memperhatikan
penyakit pasien.
2. Menganjurkan pasien untuk minum obat secara teratur.
3. Menganjurkan pasien dan keluarga untuk rutin berolahraga.
4. Menganjurkan pasien dan keluarga untukl menjaga pola makan.
5. Menganjurkan pasien dan keluarga untyuk selalu menjaga kebersihan diri,
6. Menganjurkan kepada pasien segera memeriksakan diri ke dokter atau
Puskesmas terdekat atau apabila keluhan semakin memberat.
B. SARAN
Untuk meningkat kualitas hidup dari pasien dengan keputihan diperlukan
pendekatan keluarga dalam penatalaksanaan pasien secara komprehensif.
39
DAFTAR PUSTAKA
40
LAMPIRAN
41
42