Anda di halaman 1dari 40

TUGAS MAKALAH KEPERAWATAN DEWASA

ASUHAN KEPERAWATAN
INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
Ns. Mila Sartika, M.Kep., Sp.Kep.MB

Disusun Oleh:

1. Andini Rahma Diyanti (122070148)


2. Dendi (121070011)
3. Farida Fasha Davina (122070152)
4. Kalkanin Ihdrus Setiawan (122070154)
5. Khezia Alfani Tambunan (122070165)
6. Koriah Tilawah (122070155)
7. Muhammad Reynaldi Syahrul M (122070159)
8. Muhamad Alfredo Mokor (122070158)
9.Reshma Khairunisa (122070162)

UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
SARJANA KEPERAWATAN
SEMESTER 4
2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Dengan mengucapkan bismillahirohmanirrohim puji syukur ke hadirat Allah


SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-NYA sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul "Asuhan Keperawatan Infeksi Saluran
Kemih (ISk). Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak dari teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu
persatu namanya, yang telah banyak memberikan sumbangan, masukan,
dukungan, dalam penyelesaian tugas makalah kelompok ini. Untuk itu, pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Dalam penggunaannya nanti, pembaca mungkin akan menemukan beberapa


kekeliruan dan kekurangan di dalamnya. Penulis memohon pemakluman dan
maaf sebesar-besarnya. Kami dan tim penulis selalu siap menerima kritik & saran
untuk membangun memperbaiki penulisan di masa depan.

Wassalamualaikum wr.wb

Cikarang, 10 Mei 2022

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI
JUDUL i
KATA PENGANTAR ...................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1
1.1 Latar Belakang ............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................5
2.1. Konsep Dasar ISK ......................................................................5
2.1.1. Pengertian.................................................................................5
2.1.2. Etiologi ......................................................................................5
2.1.3 Anatomi dan Fisiologi ..............................................................6
2.1.4 Patofisiologis ..............................................................................7
2.1.5 Jenis ISK....................................................................................7
2.1.6 Manifestasi.................................................................................8
2.1.7 Pemeriksaan Fisik.....................................................................9
2.1.8 Penatalaksanaan .......................................................................9
2.2 Konsep Dasar Keperawatan .......................................................11
2.2.1 Pengkajian .................................................................................11
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................11
2.2.3 Intervensi ...................................................................................13
2.2.4 Implementasi .............................................................................13
2.2.5 Evaluasi......................................................................................13
BAB III TINJAUAN KASUS .......................................................................16
3.1. Pengkajian ...................................................................................16
3.2 Analisa Data .................................................................................28
3.3. Diagnosa Keperawatan ..............................................................29
3.4. Intervensi .....................................................................................29
3.5. Implementasi ...............................................................................30
3.6. Evaluasi........................................................................................34
BAB IV PEMBAHASAN ..............................................................................36
4.1. Pengkajian ...................................................................................36
4.2. Diagnosa Keperawatan ..............................................................37
4.3. Perencanaan ................................................................................38
iii
4.4. Implementasi ...............................................................................39
4.5. Evaluasi........................................................................................40
BAB V PENUTUP .........................................................................................42
5.1. Kesimpulan..................................................................................42
5.2. Saran ............................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................44

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut World Health Organization (WHO) Infeksi Saluran Kemih (ISK)
adalah penyakit infeksi kedua tersering pada tubuh sesudah infeksi saluran
pernafasan dan sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan pertahun. Infeksi ini juga lebih
sering dijumpai pada wanita dari papa laki-laki. Indonesia merupakan Negara
berpenduduk keempat terbesar didunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat
(WHO,2013).
(ISK) merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling sering terjadi di
Amerika. American Urology menyatakan bahwa insiden infeksi saluran kemih
diperkirakan terjadi pada 150 juta penduduk pertahun. Infeksi saluran kemih di
Amerika Serikat mencapai lebih dari 7 juta kunjungan setiap tahunnya. Kurang
lebih 15% dari semua antibiotik yang diresepkan untuk masyarakat, Amerika
Serikat diberikan kepada penderita infeksi saluran kemih dan beberapa negara
Eropa menunjukkan data yang sama (Liza Fitri Lina, et al., 2019).
Penyebab tersering pada ISK merupakan Escheria coli (bacteriuria), kuman
penyebab ISK pada anak adalah Bakteri gram negative dan uropatogen
selanjutnya akan menembus jaringan pada saluran kemih menyebabkan infeksi
sehingga respon pertahanan tubuh teraktivasi sebagian besar menjadi penyebab
infeksi saluran kemih diantaranya Enterobakter, Citrobakter, Klebsiella, dan
Proteus. Peran sistem imun dalam melawan infeksi mikroorganisme diantaranya
melalui aktivasi dan mobilisasi sel polimorfonuklear dan makrofag ke tempat
infeksi. Pada anak besar gejalanya demam dan lebih khas sakit waktu kencing,
frekuensi kencing meningkat, nyeri perut dan pinggang, mengompol, anyang –
anyangan ( poakisuria ) dan bau kencing yang menyengat (Fitria, 2013). Dampak
dari infeksi saluran kemih ini akan mempengaruhi pertumbuhan anak komplikasi
panjang akibat ISK menyebabkan abses ginjal, gagal ginjal, pembengkakan ginjal
hinga terjadi keterlambatan penanganan bisa membuat anak tidak tertolong
(Gascetal.,2018).
Merupakan salah satu jenis infeksi nosokomial yang angka kejadiannya paling
tinggi di Indonesiayaitu sekitar 39% - 60%. Pengobatan infeksi saluran kemih
sebagian besar menggunakan antibiotik. Antibiotik merupakan golongan yang
paling banyak digunakan terkait banyaknya kejadian infeksi bakteri. Di Negara
berkembang 30 – 80% penderita yang dirawat di rumah sakit mendapatkan terapi
5
antibiotic 20 – 65% penggunannya dianggap tidak tepat. Penggunaan yang tidak
tepat dapat menimbulkan masalah resistensi dan efek obat yang tidak dikehendaki
(Lestari, et al, 2011).
(ISK) apabila dibiarkan dan tidak ditangani dengan baik dan cepat dapat
menimbulkan pengaruh negatif bagi tubuh penderita seperti gangguan pada ginjal,
sepsis, penyempitan uretra (pada pria).
Upaya untuk mengurangi infeksi saluran kemih dalam penanganan masalah
terdapat kerjasama yang baik antara perawat dengan keluarga. Maka perawatan
pada penderita ISK dapat diberikan secara komprehensif yaitu membatasi
aktivitas, mempertahankan cairan tubuh, menerapkan pola hidup sehat dll sebagai
pemeliharaan kesehatan. Karena tingginya angka kejadian ISK pada anak-anak
dengan gejala klinis yang tak terlalu jelas serta tingginya resiko komplikasi yang
lebih berat, maka kali ini penulis akan membahas tentang ISK. Agar dapat
mengatasi masalah utama keperawatan yang muncul pada pasien anak dengan
ISK perlu dilakukan proses asuhan keperawatan untuk menangani nyeri yang
terjadi akibat infeksi. Untuk mengatasi nyeri dapat dilakukan dengan memberikan
lingkungan yang nyaman pada anak untuk memberikan kenyamanan pasien dalam
beristirahat, teknik relaksasi distraksi juga merupakan tindakan mandiri perawat
dalam memanajemen nyeri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu ISkK?
2. Apa yang menyebabkan terjadinya ISK?
3. Apa saja jenis-jenis ISK?
4. Pemeriksaan apa saja dapat dilakukan?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menyelesaikan Tugas Keperawatan Dewasa
2. Mengetahui definisi ISk
3. Mengetahui bagaimana terjadinya ISK
4. Mengetahui jenis-jenis ISK
5. Mengetahui pemeriksaan apa yang dapat dilakukan untuk penunjang

6
BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Infeksi Saluran Kemih


2.1.1 Definisi Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan dimana kuman atau
mikroba tumbuh dan berkembang biak dalam saluran kemih dalam jumlah
bermakna (IDAI, 2011). Istilah ISK umum digunakan untuk menandakan adanya
invasi mikroorgansime pada saluran kemih (Haryono, 2012). ISK merupakan
kondisi dimana terdapat mikroorganisme dalam urine yang jumlahnya sangat
banyak dan mampu menimbulkan infeksi saluran kemih (Musdalipah, 2018).
ISK adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan
perkembangbiakkan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi perenkim ginjal
sapmai kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna (Soegijanto,
2010) (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme didalam
saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri,
virus atau mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada pria
maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita
lebih sering menderita dari pada pria (Sudoyo Aru,dkk 2013).
ISK merupakan faktor resiko yang penting pada terjadinya insufisiensi
ginjal atau stadium terminal sakit ginjal. Infeksi saluran kemih terjadi pada
aseding oleh sistitis karena kuan bersal dari flora fekal yang menimbulkan koloni
perineum lalu kuman masuk melalui uretra (Widagdo, 2012). ISK ialah istilah
umum untuk menyatakan adanya pertumbuhan bakteri didalam saluran kemih,
meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih.
Pertumbuhan bakteri yang mencapai > 100.000 unit koloni per ml urin segar
pancar tengah (midstream urin) pagi hari, digunakan sebagai batasan diagnosa
ISK (IDAI,2011)
2.1.2 Etiologi
ISK terjadi tergantung banyak faktor seperti : Usia, gender, prevalensi
bakteriuria, dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran
kemih termasuk ginjal (Nurarif & Kusuma, 2015).
Berikut menurut jenis mikroorganisme dan usia:
1) Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
(1) Escherichia Coli :90% penyebab ISK uncomplicated (simple).
7
(2) Pseudomonas, Proteus, Klebsiella: penyebab ISK complicated.
(3) Enterobacter, Staphylococcus epidemidis, Enterococci.
(4) Menahan kencing terlalu lama dan lain-lain.
2) Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :
(1) Sisa urin dalamkandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif.
(2) Mobilitas menurun.
(3) Nutrisi yang sering kurang baik.
(4) Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral.
(5) Adanya hambatan pada aliran urin.
(6) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi
Sistem urinari adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan dan
mengalirkan urine. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter,
kandung kemih dan uretra (Manurung, 2018).
1) Ginjal terletak pada dinding posterior dibelakang peritoneum pada kedua sisi
vetebra torakalis ke-12 sampai vetebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti
biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adalnya
lobus hepatis dextra yang besar.
2) Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil
penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju
vesica urinaria. Terdapat sepasang ureter yang terletak retroperitoneal,
masing-masing satu untuk setiap ginjal. Laki-laki melintas dibawah ligamen
umbilikal lateral dan ductus deferens. Perempuan melintas disepanjang sisi
cervix uteri dan bagian atas vagin.
3) Vesica Urinaria (kandung kemih) sering juga disebut kandung kemih atau
buli- buli, merupakan, tempat untuk menampung urine yang berasal dari
ginjal melalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan
eksternal tubuh melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria
terletak di lantai pelvis (pelvis floor), bersama-sama dengan organ lain
seperti rektum, organ reproduksi, bagian usus halus, serta pembuluh-
pembuluh darah, limfatik dan saraf.
4) Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria
menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan
8
wanita. Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi
sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan
uretra pada wanita panjangnya sekitar 3,5 cm. Selain itu, pria memiliki dua
otot sphincter yaitu m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat
volunter), sedangkan pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa (distal
inferior dari kandung kemih dan bersifat volunter).
2.1.3 Patofisiologi
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam
saluran kemih dan berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung
kemih, uretra dan dua ureter dan ginjal (Purnomo, 2014).
Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urinbebasdari
mikroorganisma atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada saat
mikroorganisme ke dalam saluran kemih dan berkembang biak didalam
media urin (Israr, 2009). Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal
dari flora usus dan hidup secara komensal dalam introitus vagina,
preposium, penis, kulit perinium, dan sekitar anus. Kuman yang berasal dari
feses atau dubur, masuk ke dalam saluran kemih bagian bawah atau uretra,
kemudian naik ke kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal (Fitriani,
2013).
Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui empat cara, yaitu:
1) Ascending, kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang
berasal dari flora normal usus dan hidup secara komensal introitus
vagina, preposium penis, kulit perineum, dan sekitar anus. Infeksi secara
ascending (naik) dapat terjadi melalui empat tahapan, yaitu :
a) Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus
vagina
b) Masuknya mikroorganisme kedalam buli-buli
c) Mulitiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam
kandung kemih
d) Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih keginjal
(Israr,2009).
2) Hematogen (descending) disebut demikian bila sebelumnya terjadi
infeksi pada ginjal yang akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran
kemih melalui peredaran darah.
9
3) Limfogen (jalur limfatik) jika masuknya mikroorganisme melalui sistem
limfatik yang menghubungkan kandung kemih dengan ginjal namun
yang terakhir ini jarang terjadi (Coyle dan Prince, 2009).
4) Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau
eksogen sebagai akibat dari pemakaian kateter (Israr,2009).
2.1.4 Jenis ISK
Adapun jenis-jenis ISK yaitu : (Nurarif & Kusuma, 2015)
1) Kandung kemih (Sistitis)
2) Uretra (Uretritis)
3) Prostat (Prostatitis)
4) Ginjal (pielonefritis) Klasifikasi menurut letaknya:
1) ISK bawah
2) Perempuan (sistitis : presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai
bakteriuria bermakna). Sindrom uretra akut (SUA) : presentasi klinis sistitis
tanpa ditemukan mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis bakterialis.
Laki-laki (sistitis, prostatitis, epidimidis dan uretritis).
3) ISK atas
4) Pielonefritis akut (PNA) : proses infeksi parenkim ginjal yang disebabkan
infeksi bakteri. Pielonefritis kronis (PNK): kemungkinan akibat lanjut dari
infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil.
ISKp ada usia lanjut, dapat dibedakan menjadi:

(1) ISK uncomplicated (simple) merupakan ISK sederhana yangterjadi pada


penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic maupun fungsional
normal. ISK ini pada usia lanjut terutama mengenai penderita wanita dan
infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
(2) ISK compilacted, sering menimbulkan banyak masalah karena seringkali
kuman penyebab sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap
beberapa macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock.
ISK ini terjadi bila tedapat keadaan-keadaan sebagai berikut :
(3) Kelainan abnormal saluran kemih, misalnya batu , reflex vesiko uretral
obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kemih
menetap dan prostatitis.
(4) Kelainan faal ginjal GGA maupun GGK. Gangguan daya tahan tubuh dan

10
infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti prosteus spp yang
memproduksi urease.
2.1.5 Manifestasi Klinis
Beberapa manifestasi klinis ISK antara lain: (Nurarif & Kusuma, 2015).
1) Anyang-anyangana tau rasa ingin buang air kecil lagi,meski sudah dicoba
untuk berkemih namun tidak ada air kemih yang keluar.
2) Sering kencing dan kesakitan saat kencing, air kencingnya bisa berwarna putih,
cokelat atau kemerahan dan baunya sangat menyengat.
3) Warna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada darah.
4) Nyeri pada pinggang.
5) Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai ginjal
(di iringi rasa nyeri di sisi bawah belakang rusuk, mual atau muntah).
6) Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak sembu-
sembuh dapat menjadi pemicu terjadinya kanker kandung kemih.
7) Pada neonatus usia 2 bulan, gejalanya dapat menyerupai infeksi atau sepsis
berupa demam, apatis, berat badan tidak naik, muntah, mencret, anoreksia ,
probelem minum dan sianosis (kebiruan).
8) Pada bayi gejalanya berupa demam,berat badan sukar naik atau anoreksia.
9) Pada anak besar gejalanya lebih khas seperti sakit waktu kencing, frekuensi
kencing meningkat, nyeri perut atau pinggang, mengompol, anyang- anyangan
(polakisuria) dan bau kencing yang menyengat.
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
2.1.6.1 Analisa urin rutin, mikroskop urine segar tanpa putar, kultur urine, serta
jumlah kuman/ml urine.
2.1.6.2 Investigasi lanjutan:
1) Ultrasonogram(USG)
2) Radiografi: fotopolosperut, pielografiIV, Micturating cystogram
3) Isotopscanning
2.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ISK dibagi menjadi dua yaitu: (Nurarif & Kusuma, 2015)
2.1.7.1 Nonfarmakologi
1) Istirahat.
2) Diet: perbanyak vitamin A dan C untuk mempertahankan epitel saluran kemih.
2.1.7.2 Farmakologi
11
1) Antibiotik sesuai kultur, bila hasil kultur belum ada dapat diberikan antibiotik
antara lain cefotaxime, ceftriaxon, kotrimoxsazol, trimetoprim, fluoroquinolon,
amoksilin, doksisiklin, aminoglikosid.
2) Bila tanda urosepsis dapat diberikan imipenem atau kombinasi penisilin dengan
aminoglikosida. Untuk ibu hamil dapat diberikan amoksilin, nitrofurantoin atau
sefalospori
Penyimpangan KDM

Menurut(Fitriani, 2013 )
pePengosongan
Mikroorganisme Sistoskopik,
kandung kemih
patogenik; E.Coli, dekubitus terinfeksi,
tidak efektif,
proteus,klebsiella, kontaminasi fekal
imunitas dan
pseudonomas
mobilitas menurun
Perawatan tidak
adekuat
Distensi kandung Berkoloni divulva
kemih
Penimbunan cairan
Masuk ke v.urinaria
melalui uretra bertekanan dalam
Resistensiterhadap pelvis dan ureter/
kandung kemih hidronetosis
menurun ISK
Obstruksi aliran
Inflamasi hospitalisasi urune (urolitisas,
Pertumbuhan bakteri
pada uretra hipertri fi prostate,
meningkat
jaringan perut
Kurang ginjal
Nyeri akut pengetahuan
Gangguan fungsi
ginjal Resiko infeksi Gangguan
Eliminasi urine
Secara hematogen
menyebar ke
seluruh saluran TU

12
2.2 Proses Keperawatan
Proses keperawatan memiliki lima tahapan, dimana setiap tahapan tersebut
saling berhubungan. Selain itu tahap demi tahap harus dilaksanakan untuk
membentuk kerangka kerja yang saling berkesinambungan untuk mendapatkan
output perawatan yang komprehensif. Perawatan yang komprehensif inilah yang
diharapkan dalam perawatan terhadap pasien (Mufidaturrohmah, 2017).
2.2.1 Pengkajian
Tahap pengkajian merupakan sebuah proses dinamis yang terorganisasi,
yang terdiri atas 3 aktivitas utama, yaitu : mengumpulkan data secara sistematis,
memilih dan mengatur data yang telah dikumpulkan, dan mendokumentasikan
data dalam format yang dapat dibuka kembal.
Data-data yang telah dikumpulkan tersebut harus bisa menggambarkan dua
hal yaitu status kesehatan pasien, kekuatan pasien dan masalah kesehatan yang
dialaminya. Untuk bisa mlakukan pengkajian diperlukan sebuah keahlian-keahlian
(skill) seperti wawancara, pemeriksaan fisik dan observasi. Hasil pengumpulan
data kemudian diklarifikasikan dalam data subjektif dan observatif. Data subjektif
adalah data yang didapatkan dari keterangan-keterangan pasien, yang berupa
ungkapan atau persepsi dari pasien. Sedangkan data objektif merupakan data yang
didapatkan dari hasil observasi, pengukuran dan pemeriksaan fisik.
Data pengkajian terfokus untuk pasien ISK adalah sebagai berikut :
(LeMone, Burke, & Bauldoff, 2015)
1) Riwayat kesehatan: Gejala saat ini, termasuk frekuensi, urgensi, rasanya
seperti ditusuk-tusuk saat berkemih, berkemih per malam: warna, kejernihan
dan bau urine. Manifestasi lain seperti nyeri abdomen bawah, punggung atau
panggul, mual atau muntah, demam.
2) Pemeriksaan fisik kesehatan umum : tanda vital termasuk suhu, bentuk
abdomen, kontur, nyeri tekan pada palpasi (khususnya suprapubik), perkusi
apakah ada nyeri tekan kostrovertebral.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau
respon individu, keluarga, atau komunkasi pada masalah kesehatan. Pada resiko
masalah kesehatan atau pada proses kehidupan. Diagnosis keperawatan
merupakan bagian viral alam menentukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk

13
membantu klien mencapai kesehatan yang optimal. Mengingat pentingnya
diagnosis keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan, maka dibutuhkan
standar diagnosis keperawatan yang dapat diterapakan secara rasional di
Indonesia dengan mengacu pada standar diagnosis internasional yang telah
dilakukan sebelumnya (SDKI, 2017).
Tipe diagnosa keperawatan meliputi:
1) Aktual
Menyajikan keadaan klinis yang telah divalidasikan melalui batasan
karateristik mayor yang diidentifikasi.
2) Resti atau risiko tinggi.
Risiko tinggi adalah keputusan klinis tentang individu, keluarga, atau
komunitas yang sangat rentan untuk mengalami masalah dibanding individu
atau kelompok lain pada situasi yang sama atau hampir sama.
3) Kemungkinan
Kemungkinan adalah pernyataan tentang masalah yang diduga masih
memerlukan data tambahan dengan harapan masih diperlukan untuk
memastikan adanya tanda dan gejala utama adanya faktor risiko.
4) Sejahtera
Diagnosa keperawatan sejahtera adalah ketentuan klinis mengenai individu,
kelompok, atau masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus ke
tingkat kesehatan yang lebih baik.
Menurut : (SDKI, 2016) diagnosa keperawatan yang sering muncul pada
pasien dengan kasus ISK yaitu
1) Gangguan pola Eliminasi urin berhubungan dengan penurunan kapasitas
kandung kemih
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi
4) Resiko infeksi berhubugan dengan peningkatan tekanan kateter, sumbatan
pada kandung kemih.

14
2.2.3 Intervensi
Tujuan dibuat perencanaan, untuk memberikan arahan pada asuhan
keperawatan. Hasil klien diharapkan bertumpu dari pernyataan diagnostik dan
diindentifikasi sebagai hasil dari intervensi keperawatan dan respon klien yang
bisa dicapai, diinginkan oleh klien dan perawat, dan dapat dicapai dalam periode
tertentu, berdasarkan situasi dan sumber-sumber yang ada. Tahap perencanaan
dari proses keperawatan mempunyai tiga kompenen penentuan prioritas diagnosa.
1) Berdasarkan tingkat kegawatan.
2) Berdasarkan kebutuhan maslow: kebutuhan biologis, kebutuhan keamanan dan
keselamatan, kebutuhan mencintai dan dicintai, kebutuhan harga diri,
kebutuhan aktualisasi diri.
Penentuan tujuan dan kriteri hasil, tujuan merupakan hasil yang ingin
dicapai untuk mengatasi diagnosa keperawatan, dalam menentukan kriteria hasil
harus dibuat berdasarkan komponen-komponen.
S :Spesifik (tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda)
M: Measurable (tujuan keperawatan harus bisa diukur, khususnya tentang perilaku
klien : bisa dilihat, didengarkan, dirabakan dan dirasakan)
A: Aviable (tujuan harus bisa dicapai)
R: Reasionable (tujuan harus bisa dipertanggung-jawabkan secara ilmiah)

T: Time ( tujuan harus mempunyai batasan waktu yang jelas intervensi )


2.2.4 Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
perawat. Tindakan keperawatan mencangkup tindakan mandiri (independen) dan
tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri (independen) adalah aktivitas perawat
yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan
petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah
tindakan yang didasarkan dari hasil keputusan bersama, seperti dokter dan petugas
kesehatan lain (Tarwoto &Wartona, 2010)
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah membandingkan suatu hasil/perbuatan dengan standar
untuk tujuan pengambilan keputusan yang tepat sejauh mana tujuan tercapai.
Evaluasi keperawatan membandingkan efek/hasil suatu tindakan keperawatan

15
dengan normal atau kriteria tujuan yang sudah dibuat. Tujuan dari evaluasi antara
lain untuk menentukan perkembangan kesehatan klien, untuk menilai efektifitas,
efisiensi, dan produktifitas dari tindakan keperawatan yang telah diberikan, untuk
menilai penatalaksanaan asuhan keperawatan, dan mendapatkan umpan balik
(Dermawan, 2012).
1) Tipeevaluasi
Tipe pernyataan tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif.
Evaluai formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan
keperawatan. Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien
segera pada saat/setelah dilakukan tindakan keperawatan dan tulis pada catatan
perawat. Contoh: membantu pasien duduk semi fowler, pasien dapat duduk
selama 30 menit tanpa pusing. Sedangkan evaluasi sumatif adalah Rekapitulasi
dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu pada
tujuan dan ditulis pada catatan perkembangan (Dermawan, 2012).
2) Bentukevaluasi
Evaluasi telah diklasifikasikan berdasarkan apa yang dinilai dan kapan,
terdapat 3 tipe evaluasi perlu dievaluasi yaitu struktur difokuskan pada
kelengkapan tata cara atau keadaan sekeliling tempat pelayanan keperawatan
diberikan. Proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat
dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan
sesuai wewenang. Hasil berfokus pada respon dan fungsi klien. Respon
perilaku klien merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan
terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil (Dermawan, 2012).
3) Format evaluasi Catatan perkembangan berisi diagnosa keperawatan
keperawatan spesifik mencakup implementasi tindakan, reaksi klien dan
adanya data tambahan yang terkait dengan diagnosa keperawatan tertentu.
Status masalah dan kriteria hasil serta rekomendasi untuk melanjutkan atau
modifikasi rencana asli juga dicatat dalam evaluasi. Evaluasi ditulis setiap kali
setelah semua tindakan dilakukan terhadap pasien.
Menurut (Dermawan 2012) tahap evaluasi dibagi menjadi 4 tahap yaitu:

16
1. Subyektif: Hasil pemeriksaan terakhir yang telah dikeluhkan oleh pasien
biasanya data ini berhubungan dengan kriteria hasil.
2. Obyektif: Hasil pemeriksaan terakhir yang dilakukan oleh perawat biasanya data
ini juga berhubungan dengan kriteria hasil.
3. Analisa: Pada tahap ini dijelaskan apakah masalah kebutuhan pasien telah
terpenuhi atau tidak.
4. Rencana asuhan: dijelaskan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan
terhadap pasien

17
BAB 3
LAPORAN KASUS

Bab ini menguraikan tentang hasil dari pelaksanaan asuhan keperawatan


pada Tn. A dengan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang dirawat diruang Dahlia B
Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan selama 4 hari dimulai tanggal 04 Juni 2019
sampai 07 Juni 2019. Pelaksanaan asuhan keperawatan ini dilakukan tahap demi
tahap yang diawali dengan pengkajian, perumusan diagnosis keperawatan,
perencanaan dan pelaksanaan serta evaluasi.
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama: Tn. A

Usia: 30 tahun,

Jenis kelamin: Laki-laki,

Agama: Islam,

Suku: Bugis,

Alamat: Malinau, dengan diagnosis medisinfeksi saluran kemih (ISK).


3.1.2 Riwayat Kesehatan
3.1.2.1 Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri perut bagian bawah
3.1.2.2 Alasan Masuk Rumah Sakit
Keluarga pasien mengatakan Tn.A merasa kesakitan diperut bagian bawah,
sejak5 hari sebelum dibawa ke Rumah Sakit. Sehingga pasien tersebut diantar ke
Rumah Sakit Umum Daerah Malinau oleh keluarganya pada tanggal 28 mei 2019
3.1.2.3 Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan nyeri saat BAK dialami sejak kurang lebih 5 hari yang
lalu. Kemudian klien diantar ke Rumah Sakit Umum Daerah Malinau dan
dilakukan perawatan selama 3 hari, klien mengatakan tidak ada perubahan
sehingga klien di rujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan dan dilakukan
pemeriksaan oleh dokter, Saat dilakukan pemeriksaan klien mengatakan nyeri
abdomen bagian bawah dan nyeri pada saat BAK, nyeri terasa saat berkemih,
nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk, nyeri terasa dibagian perut dengan

18
skala 7 (berat), nyeri makin meningakat jika berkemih dan hilang pada saat
beristirahat, klien mengatakan susah tidur karena nyeri yang dirasakan, klien
mengatakan tidur 2 jam, klien mengatakan saat beraktivitas Klien dibantu oleh
keluarganya karena nyeri dibagian perut ketika bangun. Klien mengatakan tidak
mengerti tentang penyakit yang dialami saat ini, klien terliht meringis, terlihat
lemah, dibantu oleh keluarganya saat beraktivitas dan BAK, klien terlihat bingung
dan selalu bertanya kepada perawat tentang penyakitnya, klien terlihat pucat,
leukosit klien 16-19 LPB, klien mengatakan saat berkemih klien tidak puas,
karena sedikit, klien mengatakan saat berkemih, klien ingin sekali menuntaskan
air kencingnya, klien mengatakan sering buang air kecil namun sedikit saja dan
klien tidak puas saat berkemih. Terlihat leukosit 2+, epitel 4,5, leukosit 16-19.
3.1.2.4 Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pengkajian yang didapatkan klien tidak memiliki riwayat penyakit seperti
ini. Namun, Klien memiliki riwayat imunisasi yang lengkap. Sebelumnya klien
tidak pernah dirawat di rumah sakit. Klien memiliki riwayat alergi seperti udang
3.1.2.5 Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari pengkajian yang didapatkan dalam keluarga, klien mengatakan tidak
memiliki riwayat penyakit seperti asma, bronchitis, TBC, hipertensi, penyakit
jantung, stroke, diabetes mellitus dan gangguan emosional Genogram

30

Bagan3.1 Genogram 3 generasi klien Tn.A (sumber klien Tn.A)

19
Keterangan

: laki-laki

: perempuan

X : meninggal

: klien Keterangan
Generasi 1 Orangtua klien masih hidup dan sehat
Generasi 2 Keluarga klien mengatakan klien anak kelima (5) dari 7 bersaudara
Generasi 3 Klien belum berkeluarga saat ini
3.1.3 Data Psiko-sosial
Sebelum sakit:
Klien klien mengatakan memiliki teman dekat, klien juga mengatakan sebelum
sakit klien tetap meminta bantuan pada keluarga. Namun, klien mengutamakan
Yang Maha Kuasa sebagai penolong dalam setiap kesulitan, klien juga
mengatakan ikut dalam kegiatan kerja bakti ataupun yang lainnya.
Saat sakit:
Klien mengatakan tidak bisa melakukan kegiatan apapun. Klien mengatakan
hanya meminta bantuan kepada keluarga dan saudaranya. Klien mengatakan tidak
memiliki masalah dalam keuangan selama dirawat di rumah sakit.
3.1.4 Data Spiritual
3.1.5 Sebelum saki
:
Klien mengatakan selalu beribadah dan sholat lima waktu,klien juga mengatakan
selalu mengikuti keagamaan di lingkungannya seperti pengajian.
Saatsakit :
Klien mengatakan selama sakit hanya baring ditempat tidurnya, klien mengatakan
tidak pernah mengikuti kegiatan keagamaan seperti pengajian, klien mengatakan
selama sakit tidak pernah sholat lima waktu.

20
3.1.6 Pola Kebiasaan Sehari-hari
Sebelum sakit:
Klien mengatakan makan 3x sehari, klien mengatakan tidak ada program diet dan
tidak kesulitan dalam makan, klien mengatakan nafsu makan meningkat, jenis
makanan klien yaitu sayur dan terkadang dengan ayam/daging, klien mengatakan
porsi makannya 1 piring penuh, klien mengatakan suka dengan semua makanan
kecuali udang karena klien alergi dengan makanan tersebut. Klien mengatakan
minum sebanyak 1,5 liter karena klien bantu kelurga kerja kekebun dengan porsi
minum 1 gelas sedang dan kadang diselingi minum teh dan kopi, klien juga
mengatakan tidak ada kesulitan untuk minum.
Saat sakit:
Klien mengatakan makan bubur putih dengan sedikit sayuran dalam 3x sehari,
klien mengatakan tidak ada kesulitan menelan, nafsu makan baik, klien
mengatakan memiliki makanan pantangan yaitu udang. Klien mengatakan minum
4x sehari dengan aqua gelas dengan takaran 240 ml. Klien juga mengatakan tidak
ada kesulitan untuk menelan.
3.1.7 Cairan
Sebelum sakit:
Klien mengatakan sering minum air mineral sebanyak 1,5 liter dalam 1 hari.
Saat sakit: Klien terlihat terpasang cairan NaCL 0,9% dengan jumlah cairan
melalui intravena 20 tetes x 60 x 24 : 20 =1440 cc
3.1.8 Eliminasi urine dan eliminasi alvi
(1) Eliminasi
Urine
Sebelum sakit
Klien mengatakan BAK 4-6 kali sehari, tidak ada kesulitan dalam BAK dan
klien mengatakan urine berwarna kuning jernih, klien mengatakan setelah
BAK klien merasa nyaman, klien mengatakan tidak ada kesulitan untuk
BAK, klien mengatakan mencium bau dari urinenya.
Saat sakit Klien terlihat terpasang kateter dengan urine ditampung diurine bag dengan jumlah
urine 1200cc/ hari, urine klien berwarna kuning, urine klien berbau pesing.
(2) Eliminasi Alvi
Sebelum
sakit

21
Klien mengatakan BAB 2x sehari dan klien mengatakan terkadang feses
yang dikeluarkan keras, klien mengatakan konsistensi feses klien padat,
klien mengatakan warna feses cokelat, klien juga mengatakan tidak
menggunakan obat pencahar dan klien kesulitan untuk BAB karena nyeri
abdomen saat mengejan.
Saat sakit
Klien mengatakan BAB 2x sehari dan klien mengatakan terkadang feses
yang dikeluarkan keras, klien mengatakan konsistensi feses klien padat,
klien mengatakan warna feses cokelat, klien juga mengatakan tidak
menggunakan obat pencahar dan klien kesulitan untuk BAB karena nyeri
perut saat mengejan.
3.1.9 Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit
Klien mengatakan tidur malam pada jam 20.00 sampai dengan 05.00 karena
akan pergi bersama temannya dan terkadang bangun dimalam hari untuk
BAK, klien mengatakan tidak mengalami insomnia, utuk tidur siang klien
mengatakan tidur pada jam 12.00 sampai dengan 01.00 dan juga terbagun
terkadang karena panas, klien mengatakan tidak ada kesulitan tidur Saat
sakit
Klien mengatakan tidur malam tidak menentu, terkadang pukul 23.00
sampai dengan 00.00 dan klien selalu terbangun karena nyeri yang
dirasakan, setelah itu klien tidur kembali pada pukul 02.00 sampai dengan
03.30 klien mengatakan kembali terbangun karena kurang nyaman , kualitas
tidur klien terganggu. Pada siang hari klien mengatakan tidur siang pada
pukul 12.00 sampai dengan 13.30 dan terbangun karena sakit, klien terlihat
mengantuk dan menguap
3.1.9 Aktivitas dan Gerak Sebelum sakit:
Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri dengan mandiri,
sedangkan saat sakit dan dirawat di ruang Dahlia klien melakukan
perawatan diri dengan cara dibantu oleh keluarganya.
3.1.10 Personal Hygiene
Sebelum sakit:
Keluarga klien mengatakan klien mandi 2x sehari, keluarga klien
mengatakan cara mandi klien dengan membasuh air dari kepala hingga
22
kaki, kemudian klien menggosok badan dengan sabun dan membilas
dengan air sampai bersih, keluarga klien mengatakan klien memotong
kukunya setiap kuku mulai panjang, keluarga klien mengatakan klien
menggosok gigi dengan pasta gigi, keluarga klien mengatakan klien
menggosok gigi 2x sehari, keluarga klien mengatakan klien keramas
menggunakan shampoo, keluarga klien mengatakan klien keramas 2x
dalam 3 hari.
Saat sakit:
Keluarga klien mengatakan klien selama sakit mandi dibantu oleh
keluarganya, keluarga klien mengatakan klien keramas 3 dalam seminggu
dibantu dengan keluarganya, keluarga klien mengatakan klien keramas
dengan menggunakan shampoo, keluarga klien mengatakan klien
menggosok gigi menggunakan pasta gigi, keluarga klien mengatakan klien
gosok gigi 2x sehari, keluarga klien mengatakan klien memotong kukunya
jika mulai panjang dengan bantuan keluarganya.
3.1.11 Pemeriksaan Fisik
3.1.11.1 Keadaan Umum Klien: Klien telihat sakit
3.1.11.2 Tanda-Tanda Vital
1. Kesadaran: Compos mentis
2. Glasgow Coma Scale (GCS): Motorik:6, bicara (verbal): 5, pembukaan mata:
4.Total GCS= 15.
3. Tekanan Darah: 130/70 mmHg.
4. Nadi: 88 x/menit
5. Suhu:37,°C
6. RR: 20x/menit
7. Antropometri:
1) Tinggi badan: 160cm
2) Berat badan: 60kg
3) IMT: 1,60 X1,60= 2,25:60= 26,66

3.1.13. Pemeriksaan Penunjang


3.1.13.1 Laboratorium
1) Pemeriksaan Urine lengkap pada Tanggal 06 Juni 2019 pukul 20.41 WITA

23
Urine Lengkap Hasil Nilai Normal
Urobilinogen Normal Normal
Bilirubin Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Eritrosit Negatif Negatif
Protein Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Leukosit 2+ Negatif
Glukosa Negatif Negatif
BJ 1,010 1.015-1.035
PH 7.0 4.5-8’0
Epitel 4.5 0.10
Leukosit 16-19 0.5
Eritrosit 2-3 0.5
3.1.13.2 Terapi saat ini (04-juni-2019)
Ceftriaxon 1 ampul /12 jam
Santagesik 1 ampul/ 12 jam
Nefrolith dosis 2x1 sehari
Antasida dosis 3x1 sehari
Kontra indikasiv dan
indikasi:
1. Ceftriaxon, dikontra indikasikan pada individu yang memiliki riwayat
hipersensitivitas terhadap obat ini atau obat golongan sefalosporin lainnya,
pada bayi premature berusia <41 minggu atau >minggu dengan ikterus, hipoalbumin
emia, atau asidosis, pada neonatus dengan hiperbirubinnemia.
Indikasi: untuk mengatasi infeksi bakteri gram negatif maupun gram positf
2. Santagesik, kontraindkasi tidak boleh digunakan pada pasien yang memiliki
alergi terhadap kandungan obat santagesik
Indikasi dapat berinteraksi dengan obat siklos forin dan alkohol.
3. Nefrolith, kontraindiksinya hipersensitif.
Indikasi, menghancurkan batu saluran kemih. Memperlancarkan BAK.
4. Antasida, kontraindikasi pasien yang menderita gagal ginjal berat,
mengkonsumsi obat Antasida Non-absobable. Indikasi, obat sakit maag untuk
mengurangi nyeri lambung yang disebabkan oleh kelebihan asam lambung dengan
24
gejala seperti mual dan perih.
3.1.14 Klasifikasi Data
3.1.14.1 Data Subjektif
1. Klien mengatakan saat berkemih klien tidak puas, karena sedikit
2. Klien mengatakan saat berkemih, klien ingin sekali menuntaskan air
kencingnya.
3. Klien mengatakan sering buang air kecil, namun sedikit saja dan klien
tidak puas saat berkemih
4. Klien mengatakan nyeri abdomen bagian bawah dan nyeri pada saat BAK
5. Klien mengatakan nyeri terasa saat berkemih
6. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk
7. Klien mengatakan nyeri terasa dibagian perut dengan skala 7 (berat)
8. Klien mengatakan nyeri hilang timbul.
9. Klien mengatakan susah tidur karena nyeri yang dirasakan.
10. Klien mengatakan gelisah pada saat istirahat karena nyeri yang dirasakan
11. Klien mengatakan tidur hanya 2 jam
12. Klien mengatakan ketika melakukan aktivitas klien dibantu oleh keluarganya
13. Klien mengatakan saat berkemih klien dibantu oleh keluarganya
14. Klien mengatakan bingung dengan penyakit yang dialaminya saat ini

3.1.14.2 Data objektif

15. Terlihat leukosit 2+


16. Terlihat Epitel 4,5
17. Terihat leukosit 16-19
18. Klien terlihat meringis
19. Klien terlihat lemah
20. Klien terlihat gelisah
21. Klien terlihat pucat
22. Klien terlihat dibantu oleh keluarganya saat beraktivitas
23. Klien terlihat dibantu saat berkemih
24. Klien terlihat bingung
25. Klien terlihat bertanya kepada perawat tentang penyakitnya
3.2 Analisa data pada Tn.A
3.2.1 Pengelompokan data 1
25
1. Data subjektif
1) Klien mengatakan saat berkemih klien tidak puas, karena sedikit
2) Klien mengatakan saat berkemih, klien ingin sekali menuntaskan air
kencingnya.
3) Klien mengatakan sering buang air kecil, namun sedikit saja dan klien
tidak puas saat berkemih
2. Data objektif
1) Terlihat leukosit 2+
2) Terlihat Epitel 4,5
3) Terihat leukosit 16-19
3.2.2 Pengelompokan data 2
3.2.2 Faktor resiko: Gangguan eliminasi urine
3.2.3 Masalah: Penurunan kapasitas kandung kemih
1. Data subjektif
1) Klien mengatakan nyeri abdomen bagian bawah dan nyeri pada saat BAK.
2) Klien mengatakan nyeri saat berkemih.
3) Klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk.
4) Klien mengatakan nyeri terasa dibagian perut dengan skala 7 (berat).
5) Klien mengatakan nyeri hilang timbul

2. Data objektif
1) Klien terlihat meringis.
2) Klien terlihat memegang perut yang bagian nyeri.
3.2.3 Faktor resiko: Agen cedera biologis
3.2.4 Masalah: Nyeri akut
3.2.5 Pengelompokan data II
1. Data subjektif
1) Klien mengatakan ketika beraktivitas klien dibantu oleh keluarganya.
2) Klien mengatakan saat berkemih dibantu oleh keluarganya.
2. Data objektif
1) Klien terlihat dibantu oleh keluarganya saat beraktivitas.
2) Klien terlihat dibantu saat berkemih
3.2.4 Faktor resiko: kelemahan
3.2.5 Masalah: intoleransi aktivitas
26
3.2.6 Pengelompokan data III
1. Data subjektif
1) Klien mengatakan susah tidur karena nyeri yang dirasakan.
2) Klien mengatakan gelisah pada saat istirahat karena nyeri yang dirasakan.
3) Klien mengatakan tidur hanya 2 jam
2. Data objektif
1) Klien terlihat gelisah.
2) Klien terlihat pucat
3) Konjungtiva klien terlihat anemis
3.2.7 Faktor resiko: Kurangnya kontrol tidur
3.2.8 Masalah: Gangguan pola tidur
3.2.9 Pengelompokan data IV
1. Data subjektif
1) Klien mengatakan bingung dengan penyakit yang dialami saat ini.
2) klien mengatakan kurang memahami apa itu ISK dan apa bahayanya ISK
3) klien mengatakan baru kali ini mengalami penyakit ISK.
2. Data objektif
1) Klien terihat bingung.
2) Klien terlihat bertanya oleh perawat tentang penyakitnya saat ini
3.2.10 Faktor resiko: Kurangnya terpapar informasi
3.2.11 Masalah: Devisit pengetahuan
3.3 Diagnosa keperawatan prioritas
Berdasarkan analisa data yang ditemui oleh pasien Tn.A adalah sebagai
berikut:
1. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung
kemih
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
3. Intoleransi aktivitas berhubugan dengan kelemahan
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur
5. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi
3.3 Rencana keperawatan
3.4.1 Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan kapasitas
kandung kemih
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24jam diharapkan
27
klien bisa BAK dengan normal dengan kriteria hasil
1. Klien dapat mengontrol kencingnya
2. Klien dapat berkemih dengan normal
Intervensi:
1) Pantau kebiasaan klien berkemih
2) Hindari faktor pencetus inkontenesia urine seperti cemas
3) Kolaborasi dengan dokter dalam pengobatan dan kateteriliasi
4) Berikan penjelasan tentang pemasangan kateter
3.4.2 Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapakan
nyeri yang dirasakan Tn. A berkurang dengan kriteria hasil:
1. Nyeri berkurang dengan skala 4-3
2. Klien terlihat rileks dan nyaman
3. Klien bisa melakukan teknik relaksasi napas dalam
Intervensi :
1) Kaji skala nyeri klien
2) Ajarkan nonfarmakologi (teknik relaksasi napas dalam)
3) Obsevasi nonverbal dari ketidaknyamanan
4) Kolaborasi pemberian analgesik
3.4.3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
Tn. A bisa beraktivitas tanpa dibantu dengan kriteria hasil:
1. Klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
2. Klien mampu berpindah tempat tanpa bantuan keluarga atau alat bantu
Intervensi:
Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas yang normal
1) Beri lingkungan yang aman.
2) Batasi pergerakan pasien
3.4.4 Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurangnya kontrol tidur
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
pasien bisa tidur dengan nyaman dengan kriteria hasil:
1. Klien tidak sulit beristirahat
2. Klien tidur malam 8 jam perhari
Intervensi
28
1) Kaji pola tidur klien.
2) Identifikasi penyebab gangguan tidur
3) Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
4) Ciptakan lingkungan yang nyaman
3.4.5 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan selama 1x24jam diharapkan pasien bisa
mengerti dengan kriteria hasil: Bisa mengerti apa itu ISK
Intervensi
1) Kaji pengetahuan pasien
2) Lakukan edukasi tentang ISK
3) Sediakan informasi bagi keluarga tentang kondisi, dengan cara yang tepat
3.5 Implementasi
3.5.1 Implementasi hari pertama, tanggal 07 Juni 2019
Diagnosa keperawatan 1: Gangguan pola eliminasi urine berhubungan
dengan penurunan kapasitas kandung kemih
1) Pukul 07:35 memantaukan kebiasaan klien berkemih
Hasil: klien mengatakan saat berkemih tidak puas karena sedikit
2) Pukul 07.50 Menghindari faktor pencetus inkontinesia urine, seperti cemas
Hasil : klien mengatakan cemas karena krena saat berkemih sedikit
3) Pukul 08:00 Mengkolaborasi dengan dokter terdalam pengobatan dan
kateterilisasi
Hasil: klien terlihat dipasang kateter
4) Pukul 08:30 Memberikan penjelasan tentang pemasangan kateter
Hasil: klien setuju dipasangkan kateter demi kelancaran air kencingnya
Implementasi hari pertama, tanggal 07 Juni 2019
Diagnosa keperawatan 2 : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
biologis
1) Pukul 09.00 mengkaji skala nyeri klien
Hasil: Klien mengatakan masih nyeri dengan skala 7
2) Pukul10.00 Mengajarkan non-farmakologi
Hasil: Klien mengatakan paham dengan melakukan RND
3) Pukul12.09 mengobservasi nonverbal dari ketidaknyamanan
Hasil: Klien mengatakan gelisah karena tidak nyaman dengan nyeri
yang dirasakan
29
4) Mengkolaborasi pemberian analgesik
Hasil: Klien telah diberikan obatan algesik
Diagnosa keperawatan 3: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan
1) Pukul 12.27 mengkaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas yang
normal
Hasil: Klien mengatakan masih dibantu dalam beraktivitas
2) Pukul12.35 memberikan lingkungan yang aman
hasil: Klien mengatakan sudah aman dengan lingkungannya

30
3) Pukul 12.49 membatasi pergerakan pasien Hasil : klien mengatakan sudah
membatasi pergerakan
Diagnosa keperawatan 4: Gangguan pola tidur berhubungan dengan
kurangnya kontrol
1) Pukul 13.02 mengkaji pola tidur klien.
Hasil: Klien mengatakan masih susah tidur
2) Pukul 13.10 mengidentifikasi penyebab gangguan tidur
Hasil: Klien mengatakan susah tidur karena nyeri yang dirasakan
3) Pukul 13.27 menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat
Hasil : Klien mengatakan kurang mengerti dengan tidur adekuat
4) Pukul 13.30 menciptakan lingkungan yang nyaman
Hasil: Klien mengatakan nyaman dengan
lingkungan
Diagnosa keperawatan 5: Defisit pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya terpapar informasi.
1) Pukul 14:00 mengkaji pengetahuan pasien
Hasil: Klien mengatakan bingung dengan
penyakitnya
2) Pukul 14:10 melakukan edukasi tentang ISK
Hasil: Klien mengatakan masih belum mengerti tentang ISK
3) Pukul 14:15 menyediakan informasi bagi keluarga tentang kondisi, dengan
cara yang tepat.
Hasil: Keluarga klien mengatakan paham dengan kondisi klien
3.6 Evaluasi
Evaluasi tanggal 07 Juni 2018
1) Evaluasi hasil diagnosa keperawatan 1 pukul 11:30
S: Klien mengatakan saat ini bisa mengontrol kencingnya dengan baik dan
normal
O: Klien terlihat nyaman saat berkemih
A: Masalah dapat teratasi
P: Intervensi dihentikan
2) Evaluasi hasil diagnosa keperawatan 1 pukul 12:00
S: Klien mengatakan nyeri yang dirasakan sudah berkurang dengan skala 3
(ringan)
31
O: Klien terlihat rileks saat nyerinya berkurang
A: Masalah teratasi
P: Intervensidihentikan
3) Evaluasi hasil diagnosa keperawatan pukul 12:10
S: Klien mengatakan sudah bisa melakukan aktivitas sehari-hari secara
mandiri seperti berpindah tempat tanpa dibantu keluarganya

O: Klien terlihat beraktivitas dan berpindah tempat tanpa dibantu oleh


kelarganya
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
4) Evaluasi hasil diagnosa keperawatan pukul 12:15
S: Klien mengatakan sudah bisa beristirahat dengan nyaman tanpa keluhan
sebelumnya
O: Klien terlihat tidur dengan nyenyak dan nyaman tanpa mengeluh nyeri
A; Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
5) Evaluasi hasil diagnosa keperawatan pukul 12:20
S: Klien mengatakan sudah mengerti tentang penyakit yang dialaminya saat
ini
O: Klien terlihat mengerti tentang ISK setelah dilakukan edukasi tentang
ISK
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan

32
BAB 4
PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan. Penelitian ini
dilakukan dengan mencari pasien dengan kasus ISK yaitu pasien yang mengalami
Infeksi Saluran Kemih. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 04 Juni 2019
sampai 29 Juni 2019 dan pengkajian pada pasien tanggal 04 Juni 2019.
Pengkajian dilakukan dengan wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik.
4.1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian, penulis tidak menemukan hambatan selama proses
wawancara dengan klien dan keluarga, klien bersifat terbuka dan koperatif dalam
menjawab pertanyaan dan mengungkapkan masalah yang dialaminya, selain itu
penulis juga menjalin kerjasama dengan perawat ruangan untuk memperoleh
informasi mengenai perkembangan kesehatan Tn. A. Pada proses pengkajian Tn.
A dengan diagnosa Infeksi Saluran Kemih di Ruang Perawatan Dahlia B pada
tanggal 04 Juni 2019 sampai dengan 07 juni 2019.
4.1.1 Pemeriksaan fisik kesehatan umum
Menurut LeMone, Burke, & Bauldoff, 2015, pada pengkajian data dasar
ditemukan riwayat kesehatan: mual atau muntah, demam. Mual adalah sensasi
subjektif yang tidak menyenangkan dan sering mendahului muntah. Mual
disebebkan distensi atau iritasi dibagian mana saja disaluran GI, tetapi juga dapat
distimulasi oleh pusat otak yang lebih tinggi. Interprestasi medulla, berdekatan
atau bagian dari pusat muntah (Corwin, 2009). Muntah adalah reflex kompelks
yang diperantarai pusat muntah di medulla oblongata otak. Impuls-impuls aferen
berjalan kepusat muntah sebagai aferen facus dan simpatis. Impul-impuls aferen
berasal dari lambung atau dua denum dan muncul sebagai respons terhadap
distensi berlebihan atau iritasi, atau kadang-kadang sebagai respon terhadap
stimulus kimiawi (Corwin, 2009). Sejalan yang dikemukakan oleh (Dalimartha
dkk 2008), mual terjadi pada saat darah masuk kedalam organ lambung maka
lambung akan mendapatkan suplai darah yang banyak dan lambung juga akan
meningkatkan asam lambung. Sementara asam lambung harus seimbang dengan
keadaan volume makanan yang masuk. Pada pasien ISK terjadi penurunan nafsu
makan, sehingga produktifitas asam lambung meningkat dan akan menimbulkan
gejala mual. Dapat disimpulkan bahwa klien tidak merasa mual muntah

33
dikarenakan nafsu makan yang baik dan porsi makan yang selalu di habiskan.
4.2. Diagnosa keperawatan
Menurut diagnosa (SDKI 2016), terdapat 4 diagnosa pada pasien ISK, tetapi
ada 4 diagnosis yang terdapat pada teori tetapi tidak muncul pada kasus,terdapat 3
diagnosis yang ada pada teori dan terdapat pada kasus. Berdasarkan hasil
pengkajian pada Tn.A dengan ISK terdapat diagnosis keperawatan yang terdapat
pada teori tetapi tidak di tegakkan karena tidak terdapat data yang menunjang
(SDKI, 2016).
4.2.1. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan tekanan kateter
Sumbatan pada kandung kemih Resiko infeksi menurut (SDKI, 2016)
adalah mengalami peningkatan resiko terserang mikro organik patogenik. Resiko
infeksi mempunyai batasan karakteristik seperti prosedur invasive, ketidak
cukupan pengetahuan untuk menghindari paparan pathogen, trauma, kerusakan
jaringan, dan peningkatan paparan lingkungan, malnutrisi. Penulis tidak
mengangkat diagosa ini karena dari hasil pengkajian Tn.A tidak di temukan data
seperti prosedur invasi, trauma, kerusakan jaringan, dan malnutrisi.
4.3 Rencana keperawatan
Rencana keperawatan yang di berikan pada Tn. A merupakan rencana yang
sesuai dengan diagnosa keperawatannya. Untuk mengatasi gangguan pola
eliminasi antara lain: pantau kebiasaan klien berkemih, hindari faktor pencetus
inkontinesia uriene, seperti cemas, kolaborasi dengan dokter dalam pengobatan
dan kateterilisasi dan berikan penjelasan tentang pemasangan kateter. Dan untuk
mengatasi masalah nyeri akut diberikan rencana keperawatan yang pertama di
lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi, yang kedua observasi reaksi
nonverbal dari ke tidak nyamanan, yang ketiga ajarkan tentang tehnik non
farmakologi dan yang keempat kolaborasi dalam pemberian obat. Rencana
keperawatan untuk mengatasi intoleransi aktivitas antara lain: berikan lingkungan
yang nyaman, kemudian batasi pergerakan pasien. Dan rencana keperawatan
untuk mengatasi gangguan pola tidur antara lain : Kaji pola tidur klien,
identifikasi penyebab gangguan tidur, jelaskan pentingnya tidur yang adekuat,
ciptakan lingkungan yang nyaman. Rencana keperawataan untuk mengatasi
devisit pengetahuan antara lain: kaji pengetahuan pasien, lakukan edukasi tentang

34
ISK, sediakan informasi bagi keluarga tentang kondisi, dengan carat yang tepat.
4.4 Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan
tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri merupakan aktivitas perawat yang
didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan
petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain. Sedangkan tindakan kolaborasi
adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama, seperti dokter dan
petugas kesehatan lain. Pemberian tindakan dilakukan selama tiga hari dan
memberikan tindakan sesuai dengan kebutuhan dan masalah keperawatan klien.
Untuk mengatasi masalah gangguan pola eliminasi urine berhubungan dengan
penurunan kapasitas kandung kemih. Implementasi yang pertama memantaukan
kebiasaan klien berkemih Hasil: klien mengatakan sudah nyaman saat
dipasangkan kateter, implementasi kedua Menghindari faktor pencetus
inkontinesia urine, seperti cemas Hasil: klien mengatakan tidak cemas lagi karena
dipasang kateter. Adapun implementasi mengatasi nyeri akut berhubungan dengan
agen cedera biologis. Implementasi yang pertama melakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi. Dengan hasil Tn. A klien mengatakan nyeri pada abdomen
bagian bawah (suprapubik) P: nyeri terasa saat BAK Q: rasa nyeri seperti ditusuk-
tusuk R: nyeri terasa di perut dibagian bawah S: skala nyeri 5 (sedang) T: nyeri
hilang timbul dan klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah P: nyeri terasa
saat BAK Q: rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk R: terasa dibagian bawah perut
(suprapubik) S: skala nyeri 3 (sedang) T: nyeri hilang timbul dan pada hari kedua
dan ketiga implementasi pada Tn. A nyeri berkurang. Implementasi kedua
mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan dengan hasil Tn. A klien
tampak meringis tetapi pada hari kedua dan ketiga pada Tn. A klien sudah tidak
meringis karena nyerinya berkurang. Implementasi ketiga mengajarkan tehnik non
farmakologi dengan hasil pada Tn. A yaitu mengajarkan tehknik relaksasi napas
dalam. Implementasi keempat berkolaborasi dalam pemberian obat dengan hasil
dari hari pertama hingga hari ketiga penulis memberikan obat sesuai dengan
anjuran dokter. Implementasi yang diberikan untuk mengatasi intoleransi aktivitas
berhubungan dangan kelemahan. Implementasi pertama mengkaji kemampuan
pasien untuk melakukan aktivitas yang normal dengan hasil pada Tn. A bisa
35
melakuakn aktivitas mandiri dengan berpindah tempat. Implementasi kedua
memberikan lingkungan yang nyaman dengan hasil yang didapatkan pada Tn. A
klien mengatakan sudah nyaman dengan lingkungannya. Dan implementasi yang
diberikan untuk mengatasi gangguan pola tidur berhubungan kurangnya kontrol
tidur. Implementasi pertama mengkaji pola tidur klien dengan hasil pada Tn. A
klien mengatakan sering terbangun dan klien mengatakan susah tidur dan pada
hari kedua dan ketiga klien sudah bisa tidur dengan tenang. Implementasi kedua
mengidentifikasi penyebab gangguan tidur dengan hasil pada Tn.A dan
disebabkan oleh nyeri perut bagian bawah (suprapubik). Implementasi ketiga
menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat dengan hasil klien memahaminya.
Implementasi keempat menciptakan lingkungan yang nyaman dengan hasil
lingkungan disekitar klien cukup tenang. Implementasi yang diberikan untuk
mengatasi devisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar
informasi. Implementasi yang pertama mengkaji pengetahuan klien dengan hasil
yang klien mengatakan mengerti tentang penyakitnya, implemnetasi kedua
melakukan edukasi tetang ISK dengan hasil klien mengatakan mengerti dengan
ISK, implementasi ketiga mengajarkan cara mengatasi ISK dengan hasil yang
didapatkan pada Tn. A klien mengatakan mengerti cara mengatasi ISK dengan
sederhana.

4.5 Evaluasi

Dari tindakan yang dilakukan hasil yang didapatkan pada Tn. A melalui observasi
dengan tiga kali pertemuan:
4.4.1 Gangguan pola eliminsi urine berhubungan dengan penurunan kapasitas
kandung kemih, klien mengatakan saat ini bisa mengontrol kencingnya dengan
baik dan normal
4.4.2 Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis, masalah teratasi
ditandai dengan klien mengatakan nyeri yang dirasakan sudah berkurang
dengan skala 3 (ringan), klien terlihat rileks saat nyerinya berkurang.
4.4.3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, masalah teratasi
ditandai dengan klien mengatakan sudah bisa melakukan aktivitas sehari-hari
secara mandiri seperti berpindah tempat tanpa dibantu keluarganya, klien
terlihat beraktivitas dan berpindah tempat tanpa dibantu oleh keluarganya.
4.4.4 Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur, masalah
36
teratasi ditandai dengan klien mengatakan sudah bisa beristirahat dengan
nyaman tanpa keluhan sebelumnya, klien terlihat tidur dengan nyenyak dan
nyaman tanpa mengeluh nyeri.
4.4.5 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi,
masalah teratasi ditandai dengan klien mengatakan sudah mengerti tentang
penyakit yang dialaminya saat ini, klien terlihat mengerti tentang ISK setelah
dilakukan edukasi tentng ISK.
Berdasarkan pada uraian di atas didapatkan bahwa dengan penerapan
asuhan keperawatan yang komprenhensif pada klien akan membantu
menyelesaikan masalah keperawatan yang ada .

37
BAB 5
PENUTUP

Pada bab ini penulis akan menguraikan beberapa kesimpulan dan saran dalam
peningkatan asuhan keperawatan khususnya pada pasien Infeksi Saluran Kemih
(ISK)
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan studi kasus penulis menyimpulkan sebagai
berikut :
1) Penulis telah melakukan asuhan keperawatan pada Tn. A di Ruang Perawatan
Dahlia B di RSUD Tarakan. Penulis melalui setiap tahapan-tahapan dari
proses keperawatan yang mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa
keperawatan, perencanaan, tindakan, pelaksanaan keperawatan serta evaluasi
dapat dilakukan dengan lancar dan baik.
2) Penulis menemukan beberapa kesenjangan antara teori dan kasus pada
pengkajianya itu riwayat kesehatan keluarga, istirahat tidur, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan diagnostik. Diagnosa yang dirumuskan oleh penulis padaTn.
A dengan Infeksi Saluran Kemih tidak semuanya sama yang didapatkan pada
teori. Rencana keperawatan disusun oleh penulis berdasarkan diagnosa yang
ditegakkan dan disusun sesuai dengan teori yang ada hubungan dengan
masalah. Tindakan ke perawatan dilaksanakan berdasarkan rencana yang
telah disusun dan dilakukan bersama-sama klien dan keluarga. Pada tahap
evaluasi dari setiap tindakan yang diberikan, penulis menemukan empat
diagnosa yang ditemukan. Dan Empat diagnosa teratasi sesuai dengan kriteria
hasil.
3) Faktor pendukung dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien Tn.A
dengan Infeksi Saluran Kemih adalah bahwa klien dan keluarga bersikap
kooperatif, diberikan kebebasan oleh pihak rumah sakit dalam setiap
melakukan tindakan keperawatan, tercukupinya refrensi, tersedia nya fasilitas
dari institusi yang menunjang pelaksanaan asuhan keperawatan klien.
Sementara faktor penghambat penulis adalah keterbatasan waktu yaitu tidak
bersama klien dalam 24 jam dan kurangnya kemampuan, keterampilan , dan
pengetahuan untuk melaksanakan beberapa asuhan keperawatan pada klien.
38
4) Pemecahan masalah yang dilakukan penulis pada Tn. A. di Ruang Perawatan
Dahlia B RSUD Tarakan yaitu dengan pelaksanaan intervensi yang telah
direncanakan berupa tindakan promotif, preventif, kuratif meliputi tindakan
kolaboratif dengan tim kesehatan mengenai pemeriksaan penunjang.
5.2. Saran
Dalam waktu tiga hari penulis telah melakukan tahapan proses keperawatan,
selanjutnya penulis ingin menyampaikan beberapa saran yang dijadikan
pertimbangan atau pedoman dalam melakukan proses keperawatan yaitu :
1) Bagi keluarga pasien
Sebaiknya keluarga Tn. A lebih memperhatikan kesehatannya karena
meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan di rumah sakit tetapi hal
tersebut belum tentu menghilangkan faktor kemungkinan tidak terjadinya lagi
Infeksi saluran kemih, jadi sangat diharapkan kepada keluarga Tn. A untuk
memberikan dukungan penuh dengan mencegah perilaku yang dapat
menyebabkan penyakit penderita menjadi kambuh.
2) Bagi mahasiswa
Diharapkan mahasiswa lebih meningkatkan kemampuan, keterampilan dan
pengetahuan yang dimiliki agar pada saat melakukan proses keperawatan
seperti pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, implementasi dan
evaluasi dapat berjalan dengan lancar serta efisien.
3) Bagi institusi
Diharapkan institusi lebih memperhatikan waktu pada proses pengkajian
sampai perencanaan di ujian akhir program agar peserta pada saat ujian dapat
melakukan proses itu dengan baik serta institusi juga dapat menyediakan
sumber referensi terbaru yang cukup untuk mendukung mahasiswa dalam
menyusun laporan tugas akhir.
4) Bagi rumah sakit
Diharapkan tenaga kesehatan khususnya perawat dalam menyelesaikan
masalah kesehatan klien diharapkan kerja sama dengan sesama tim kesehatan
makin ditingkatkan serta alangkah baiknya juga jika tenaga kesehatan yang
ada memberikan pengetahuan tentang penyakit yang dialami oleh penderita,
sehingga dapat memotivasi klien dan keluarga dalam mempertahankan
kesehatannya baik saat berada di Rumah Sakit maupun di rumah.

39
DAFTAR PUSTAKA
Aru. W Sudoyo.(2014). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Interna Publishing. Jakarta
Fitriani. (2013). Faktor-Faktor Kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada pasien
yang terpasang kateter menetap Di ruang Rawat Inap RSUD Tarakan. (Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hassanudin Makasar).
Diakses tanggal 14 Mei 2016.
Haryono, Rudi. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Perencanaan.
Yogyakarta: Gosyen publisher.
IDAI, (2011). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jilid 2 cetakan
peratama Jakarta. Badan Penerbit IDAI.
LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2015). Keperawatan Medikal Bedah
Gangguan Eliminasi Gangguan Kardiovaskular. Jakarta: Pearson Education. Liza
Fitri Lina, Ferasinta, Oktavidiati, E.
Mufidaturrohmah. (2017). Dasar-dasar Keperawatan Buku Referensi Ilmu Dasar
Keperawatan. Yogyakarta: PENERBIT GAVA MEDIA. Musdalipah. (2018).
Identifikasi Drug Related Problem (DRP) Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih. 11
(1),
Manurung, N. (2018). Keperawatan medical bedah konsep, mind mapping dan NANDA
NIC NOC. Jakarta: TIM.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda (North American Nursing Diagnosis Association) Nic-
Noc. Jogjakarta: Penerbit Mediaction Jogja.
Purnomo, B. B. (2011). Dasar- dasar Urologi. Jakarta: CV sagung seto.
Soegijanto S.2010. Patogen Infeksi Virus Dengue Recent Update. Applied
Managementof Dengue Viral Infectionin chidren. 6 November 2010.
Wartonah,Tarwoto. 2010. kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan.
Jakarta: Salemba Medikal.
Widagdo. 2012. Masalah danTatalaksana Penyakit Anak dengan Demam. Jakarta:
Sagungseto.

40

Anda mungkin juga menyukai