Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEBIDANAN

KESEHATAN REPRODUKSI “DISMENORE PRIMER”

Tanggal Praktik :

Oleh

Nama : Anita Dwi Pratiwi

Nim : P27824118067

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

JURUSAN KEBIDANAN

PRODI D3 KEBIDANAN KELAS REGULER B

TAHUN 2020

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan individu yang disusun oleh mahasiswa semester III Prodi D3


Kebidanan Jurusan Kebidanan Kampus Sutomo Surabaya tahun akademik
2019/2020 ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Tempat praktik :

Tangal praktik : April s/d April 2020

Pembimbing Pendidikan

Queen Khoiru.Nisa’.M, SST., M.Keb Dr. Sri Utami, S.Kp., M.Kes


NIP.198212132008012007 NIP. 196711141990032001

Mengetahui
Ka. Prodi DIII Kebidanan

Dwi Wahyu Wulan S, SST., M.Keb


NIP. 197910302005012001

Dosen Tabulasi

Astuti Setiyani, SST., M. Kes.


NIP. 198012052006042002

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Individu
Kesehatan Reproduksi dengan Dismenore Primer.

Pada kesempatan ini juga penulis ingin mengucapkan terimakasih yang


sebesar-besarnya kepada:

1. Astuti Setiyani, SST., M.Keb selaku Kepala Jurusan Kebidanan Politeknik


Kesehatan Kementrian Kesehatan Surabaya.
2. Dwi Wahyu Wulan S, SST., M.Keb selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan
Sutomo Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Surabaya.
3. Queen Khoirun Nisa Mairo, SST., M.Keb selaku pembimbing pendidikan
Prodi DIII Kebidanan Sutomo Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Surabaya.
4. Dr. Sri Utami, S.Kp., M.Kes selaku pembimbing pendidikan Prodi DIII
Kebidanan Sutomo Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Surabaya.
5. Dan semua pihak yang turut membantu menyelesaikan laporan individu
ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih banyak


kesalahan dan kekurangan. Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan,
pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan dalam
pembuatan laporan selanjutnya. Semoga laporan praktik klinik ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Surabaya, 01 Mei 2020

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iv
BAB I................................................................................................................................6
1.1 Latar Belakang.................................................................................................6
1.2 Tujuan...............................................................................................................7
1.3 Manfaat.............................................................................................................7
1.4 Pelaksanaan......................................................................................................8
1.5 Sistematika Penulisan......................................................................................8
BAB II...............................................................................................................................9
2.1 Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi............................................................9
2.1.1 Pengertian.................................................................................................9
2.1.2 Remaja......................................................................................................8
2.1.3 Dismenore.................................................................................................9
2.1.4 Etiologi Dismenore...................................................................................9
2.1.5 Klasifikasi Dismenore.............................................................................10
2.1.6 Faktor Risiko Disminore Primer...........................................................13
2.1.7 Pencegahan.............................................................................................21
2.1.8 Penanganan Atau Cara Mengatasi........................................................21
2.1.9 Patofisiologi Dismenore..........................................................................24
2.1.10 Penatalaksanaan Desminore..................................................................24
BAB III...........................................................................................................................28
3.1 Konsep Asuhan Kebidanan...........................................................................28
3.1.1 Pengkajian Data.....................................................................................28
3.1.2 Diagnosa..................................................................................................33
3.1.3 Diagnosa Potensial..................................................................................34
3.1.4 Tindakan Segera.....................................................................................34
3.1.5 Rencana Tindakan dan Rasional...........................................................34
3.1.6 Pelaksanaan Rencana Tindakan..............................................................35
3.1.7 Evaluasi....................................................................................................36
BAB IV............................................................................................................................37

iv
4.1 Kesimpulan..................................................................................................37
4.2 Saran............................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................38

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang
berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. Ruang lingkup
pelayanan kesehatan repoduksi menurut International Conference Population
and Development (ICPD) tahun 1994 di Kairo terdiri dari kesehatan ibu dan
anak, keluarga berencana, pencegahan dan penanganan infeksi menular seksual
termasuk HIV/AIDS, kesehatan reproduksi remaja, pencegahan dan penanganan
komplikasi aborsi, pencegahan dan penanganan infertilitas, kesehatan reproduksi
usia lanjut, deteksi dini kanker saluran reproduksi serta kesehatan reproduksi
lainnya seperti kekerasan seksual, sunat perempuan dan sebagainya. (Kemenkes
RI, 2015)
Menstruasi (Haid) adalah perdarahan secara periodik dan siklik uterus,
disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Hanafiah, 2009). Haid merupakan
pengeluaran darah secara periodik, cairan jaringan dan debris sel-sel
endometrium dari uterus dalam jumlah bervariasi (Jones, 2002). Menstruasi
adalah mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel dari
vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi pertama kali biasanya
dialami perempuan sekitar usia 10-16 tahun, namun bisa juga lebih dini atau
lebih lambat. Menstruasi merupakan fitrah perempuan dan ini menandakan
bahwa perempuan tersebut sehat serta organ reproduksinya bekerja dengan
normal. Saat ini usia rata-rata datangnya menstruasi (menarche) semakin dini.
Usia termuda menarche adalah 8 tahun, sedangkan usia tertuanya adalah 17
tahun. Keadaan gizi yang semakin baik mempercepat kesiapan tubuh untuk
memulai menstruasi pada anak perempuan. Selain itu, info tentang seks yang
semakin mudah didapat memicu otak untuk segera mengaktifkan hormon sosial
(Imron Ali, 2011).

Perempuan dapat mengalami berbagai masalah dengan menstruasi mereka.


Masalah tersebut dapat berupa tidak mengalami menstruasi atau menstruasi
berkepanjangan. Siklus menstruasi setiap perempuan berbeda-beda ada yang
mengalami menstruasi tidak teratur, dan ada juga yang relatif teratur.
6
Ketidakaturan menstruasi dapat disebabkan oleh adanya gangguan hormon
ataupun faktor psikis seperti stress, depresi, dan lain-lain.Gangguan-gangguan
yang terjadi pada perempuan pada saat menstruasi yaitu mengakibatkan nyeri
haid (dismenorea), dismenore adalah nyeri atau kram pada perut yang dirasakan
sebelum dan selama menstruasi (Ramaiah, 2006). Angka kejadian nyeri
menstruasi (Dismenorea) di dunia sangat besar. Dari hasil penelitian di Amerika
persentase kejadian dismenore sekitar 60%, Swedia 72%, sementara di indonesia
angka kejadian dismenore sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89% dismenore
primer dan 9,36% dismenore sekunder (misaroh, 2009). Penelitian di Amerika
menyebutkan bahwa dismenore dialami oleh 30-50% wanita usia reproduksi dan
10-15% pada remaja. (Jurnal Occupation And Environmental Medicine, 2008).

1.2 Tujuan
1.1.1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif


pada remaja dengan dismenore primer

1.1.2. Tujuan Khusus


1. melakukan pengkajian subjektif dan objektif
2. menganalisa data untuk menentukan diagnosa aktual, potensial yang
mungkin timbul
3. menganalisa kebutuhan remaja dengan dismenore primer
4. mengidentifikasi kebutuhan tindakan dismenore primer
5. merencanakan dan melaksanakan asuhan kebidanan berdasarkan
kebutuhan remaja dengan dismenore primer
6. melakukan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan
7. melakukan pendokumentasian hasil asuhan kebidanan

1.3 Manfaat
Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan pengalaman
dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara langsung pada remaja perempuan
sehingga dapat digunakan sebagai berkas penulis didalam melaksanakan tugas
sebagai bidan dan memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan untuk lebih
meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan selalu menjaga mutu
pelayanan.

7
1.4 Pelaksanaan
Asuhan kebidanan ini dilakukan ketika mahasiswa melaksanakan praktik klinik
di Puskesmas (-) pada,
Tanggal pengkajian :-
Tempat pengkajian :-
Waktu :-

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika uraian makalah ini terdiri dari tiga bagian yaitu pendahuluan yang
meliputi latar belakang masalah, tujuan, sistematika uraian. Kedua isi atau kajian
teori. Ketiga tinjauan kasus teori yang meliputi konsep setiap data pasien.
Keempat penutup yang berisi kesimpulan dan saran dilengkapi dengan daftar
pustaka.

8
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi


2.1.1 Pengertian

a. Pengertian Kesehatan

Kesehatan adalah kesejahteraan dari badan, jiwa dan sosial yang


memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis (UU No.23 Tahun 1992).
b. Pengertian Kesehatan Reproduksi

Kesehatan Reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik,


mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit
atau kelemahan dalam segala hal yang berhubungan dalam sistem
reproduksi dan fungsi-fungsi serta proses-prosesnya (Kinanti, 2009).
c. Kesehatan Reproduksi Remaja

Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu kondisi sehat yang


menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh
remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas
penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental
serta sosial kultural. Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi
agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta
berbagai faktor yang ada disekitarnya. Dengan informasi yang benar,
diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung
jawab mengenai proses reproduksi (Wijayanti, 2009).
Pengetahuan Dasar yang perlu diberikan kepada remaja agar
mereka mempunyai kesehatan reproduksi yang baik, antara lain :
1. Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi
(aspek tumbuh kembang remaja).
2. Mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana
merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginnannya dan
pasanganya

9
7

3. Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya


terhadap kondisi kesehatan reproduksi.
4. Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi.

5. Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual.

6. Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya.

7. Mengambangkan kemampuan berkomunikasi termasuk


memperkuat kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal
yang bersifat negatif.
8. Hak-hak reproduksi. (Wijayanti, 2009)

d. Faktor Risiko Kesehataan Reproduksi

Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor


yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi menurut
Hendrik L. Blumm (2014), yaitu :
1. Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat
pendidikan yang rendah, dan ketidaktahuan tentang perkembangan
seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang
terpencil).
2. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang
berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak
anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang
membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu
dengan yang lain, dsb).
3. Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua pada remaja,
depresi karena ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga
wanita pada pria yang membeli kebebasannya secara materi, dsb),
4. Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi
pasca penyakit menular seksual, dsb).
e. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Cakupan
pelayanan kesehatan reproduksi:
1. Konseling dan informasi Keluarga Berencana (KB).

2. Pelayanan kehamilan dan persalinan (termasuk: pelayanan aborsi


yang aman, pelayanan bayi baru lahir/neonatal).

7
3. Pengobatan infeksi saluran reproduksi (ISR) dan penyakit
menular seksual (PMS), termasuk pencegahan kemandulan.
4. Konseling dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja (KRR).

5. Konseling, informasi dan edukasi (KIE) mengenai kespro.


(Kumalasari, 2009)
Masalah Kesehatan Reproduksi remaja di Indonesia kurang mendapat
perhatian yang cukup. Ada beberapa kemungkinan mengapa hal itu
terjadi: Banyak kalangan yang berpendapat bahwa masalah kesehatan
reproduksi, seperti juga masalah kesehatan lainnya, semata-mata menjadi
urusan kalangan medis, sementara pemahaman terhadap kesehatan
reproduksi (apalagi kesehatan reproduksi remaja) di kalangan medis
sendiri juga masih minimal. Meskipun sejak konperensi Kairo definisi
mengenai kesehatan reproduksi sudah semakin jelas, diseminasi
pengertian tersebut di kalangan medis dan mahasiswa kedokteran
agaknya belum memadai (Ramaiah, 2006).
a) Banyak kalangan yang beranggapan bahwa masalah kesehatan
reproduksi hanyalah masalah kesehatan sebatas sekitar poses
kehamilan dan melahirkan, sehingga dianggap bukan masalah kaum
remaja. Apalagi jika pengertian remaja adalah sebatas mereka yang
belum menikah. Di sini sering terjadi ketidak konsistensian di antara
para pakar sendiri karena di satu sisi mereka menggunakan istilah
remaja dengan batasan usia, tetapi di sisi lain dalam pembicaraan
selanjutnya mereka hanya membatasi pada mereka yang belum
menikah (El-manan, 2011).
b) Banyak yang masih mentabukan untuk membahas masalah kesehatan
reproduksi remaja karena membahas masalah tersebut juga akan juga
berarti membahas masalah hubungan seks dan pendidikan seks
(Ramaiah 2006).
2.1.2 Remaja

Remaja adalah peralihan dari masa kanak-kanak dan masa dewasa


yang dimulai pada saat kematangan seksual yaitu antara usia 11-20 tahun.
Pada masa remaja individu, mengalami perubahan sikis maupun sosial.

8
Masa remaja juga bisa disebut masa pubertas. Salah satu ciri yang
menandai masa pubertas perempuan adalah menstruasi (Kinanti, 2009).

menurut Kartono (2006), masa remaja awal atau masa remaja


sebenarnya itu merupakan suatu masa yang segera akan dilanjutkan oleh
masa adolesensi yang disebut pula sebagai masa remaja lanjut. Masa
remaja awal atau disingkat saja sebagai masa remaja itu tidak tidak dapat
dipastikan kapan dimulainya, dan bila akan berakhir, samahalnya dengan
masa pra remaja (pra pubertas). Sedangkan Menurut WHO menjelaskan
usia remaja adalah usia antara 12-24 tahun. Sedangkan berdasarkan
penggolongan umur masa remaja terbagi atas:

a. Masa remaja awal : masa remaja yang berusia 12-15 tahun.

b. Masa remaja tengah : masa remaja yang berusia 15-18 tahun.

c. Masa remaja akhir : masa remaja yang berusia 18-21 tahun


(Admin, 2008).
Menstruasi pertama (menarce) pada remaja putri sering terjadi pada
usia 11 tahun. Namun tidak tertutup kemungkinan terjadi pada rentang usia
8-16 tahun. Menstruasi merupakan pertanda masa reproduktif pada
kehidupan seorang perempuan, yang dimulai dari menarce sampai
terjadinya menopause (Misaroh, 2009).

2.1.3 Dismenore

Dismenore berasal dari bahasa Yunani yaitu “dys” yang berarti sulit atau
menyakitkan atau tidak normal.‘’meno’’ berarti bulan dan “rhea’’ yang
berarti aliran. Sehingga dismenore didefinisikan sebagai aliran menstruasi
yang sulit atau nyeri haid (Calls, 2011).

Dismenore adalah rasa nyeri yang dirasakan di perut, yang berasal dari
kram rahim dan terjadi selama menstruasi (El-manan, 2011).

2.1.4 Etiologi Dismenore

Banyak teori telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab


dismenore, tetapi patofisiologinya belum jelas dimengerti. Beberapa
faktor yang berperan sebagai penyebab dismenore adalah :

9
1) Faktor Kejiwaan

Pada remaja puteri yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika
mereka tidak mendapatkan penerangan yang baik tentang proses
haid, mudah timbul dismenore (Wiknjosastro,2008)

2) Faktor konstitusi

Faktor-faktor seperti anemia, penyakit menahun, dan sebagainya


dapat mempengaruhi timbulnya dismenore (Wijayanti, 2009).

3) Faktor endokrin

Pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada


dismenore disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan (Holder,
2011)

4) Faktor Alergi

Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara


dismenore dengan migraine atau asma bronhial. Smith menduga
bahwa sebab dari alergi ialah toksin haid/ dalam pengkajian ke depan
ternyata etiologi dismenore primer yang paling berperan adalah
adanya peningkatan kadar prostaglandin (Wiknjosastro, 2008).

2.1.5 Klasifikasi Dismenore


Klasifikasi Dismenore

a) Dismenore primer

Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa


kelainan alat-alat genital yang nyata (Wiknjosastro, 2008).
Dismenore primer biasanya terjadi 6 bulan sampai 12 bulan setelah
menars (Holder, 2011). Oleh karena itu, siklus haid pada bulan
pertama setelah menars umumnya berjenis anovulatoar (tidak
disertai dengan pengeluaran ovum) yang tidak disertai dengan rasa
nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-
sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam
(Wiknjosastro,2008). Nyeri dismenore Biasanya 8 sampai 72 jam

10
(Holder,2011). Dismenore Primer tidak dijumpai keadaan
patologic pelvic (Mansjoer, dkk).

11
Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya
terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah
pinggang dan paha (Wiknjosastro,2008).

b) Dismenore sekunder

Dismenore sekunder yaitu nyeri menstruasi yang


berhubungan dengan kelainan anatomis ini kemungkinan adalah
menstruasi disertai infeksi, endometriosis, kloaka uteri, polip
endometrial, polip serviks, pemakaian IUD atau AKDR. Nyeri
menstruasi sekunder biasanya baru muncul kemudian, jika ada
penyakit atau kelainan yang menetap seperti infeksi rahim,
kista/polip, tumor disekitar kandungan kelainan kedudukan rahim
yang dapat mengganggu organ dan jaringan disekitarnya
(Wijayanti, 2009).

Dismenore sekunder sering terjadi pada usia >30 tahun,


dimana rasa nyeri semakin bertambah seiring bertambahnya umur
dan memburuk seiring dengan waktu (Benson.dkk,2009).
Karakteristik nyeri berbeda beda pada setiap siklus haid dimana
nyeri haid terjadi dengan kelainan patologis panggul
(Wiknjosastro, 2008).

c) Gejala Dismenore Primer

Pada perempuan yang mengalami dismenore primer akan


merasakan :

(1) Nyeri perut yang timbul tidak lama sebelumnya atau bersamaan
dengan awal haid, dapat berlangsung beberapa jam, 24 jam,
atau bahkan sampai beberapa hari.
(2) Rasa nyeri kejang berjangkit-jangkit yang dirasakan di area
perut bawah dan dapat menyebar ke pinggang dan paha.
(3) Selain adanya rasa nyeri juga dapat terjadi rasa mual, muntah,
sakit kepala, diare dan sebagainya (Wiknjosastro,2008).

12
2.1.6 Faktor Risiko Disminore Primer

Faktor-faktor ini termasuk usia yang lebih muda, merokok,


menarche awal, lama atau menyimpang aliran menstruasi, gangguan
psikologis, pengaruh genetik. Masalah emosi dan perilaku juga dapat
memperburuk siklus menstruasi dan masalah dismenorea. Misalnya,

13
depresi atau gejala kecemasan dapat berdampak pada siklus menstruasi.
Fungsi dan dismenorea (Alaettin, 2010).

Beberapa faktor memegang peranan sebagai penyebab dismenore


antara lain :

6. Faktor Kejiwaan

Faktor etiologi yang bertanggung jawab untuk dismenore


primer diantaranya faktor psikogenik. Pada gadis-gadis yang secara
emosionalnya tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat
penanganan baik tentang proses menstruasi yang mudah
menimbulkan dismenorea. Kecemasan juga dapat terjadi saat
menghadapi menstruasi sehingga mudah timbul dismenorea
(Kinanti, 2009).

Dismenore sebagai salah satu gangguan menstruasi sangat

erat hubungannya dengan proses psikologis yang terjadi dalam


siklus menstruasi pada wanita, hal ini dipengaruhi oleh bagaimana
seseorang wanita menyikapi datangnya menstruasi. Bagi remaja
terutama yang baru mengalami menstruasi, menganggap bahwa
menstruasi merupakan suatu perubahan yang luar biasa yang terjadi
pada kehidupannya, sehingga menimbulkan kecemasan yang luar
biasa (Alaettin, 2010).

Dismenore primer banyak dialami oleh remaja yang sedang


mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik
maupun psikis. Ketidaksiapan remaja putri dalam menghadapi
perkembangan dan pertumbuhan pada dirinya tersebut,
mengakibatkan gangguan fisiknya, misalnya gangguan menstruasi
seperti dismenorea (Kinanti, 2009).

Pengalaman tidak menyenangkan pada seorang gadis


terhadap peristiwa menstruasinya menimbulkan beberapa tingkah
laku patologis. Pada umumnya mereka akan diliputi kecemasan
sebagai bentuk penolakan paa fungsi fisik dan psikisnya. Apabila
keadaan ini terus berlanjut, maka mengakibatkan gangguan
14
menstruasi. Gangguan menstruasi yang banyak dialami adalah
kesakitan pada saat menstruasi yang bersifat khas, yaitu nyeri
menstruasi atau dismenorea (Bettygumi, 2010).

15
7. Faktor Konstitusi

Faktor ini erat hubungannya dengan faktor diatas, dapat juga


menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri, Faktor-faktor seperti
anemia, penyakit menurun, dan seagainya dapat mempengaruhi
timbulnya dismenorea.

a) Anemia

Anemia adalah defisiensi atau hemoglobin atau dapat


keduanya hingga menyebabkan kemampuan mengangkut
oksigen berkurang hingga menyebabkan kemampuan
mengangkat oksigen berkurang. Sebagian besar penyebab
anemia adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk
pembentukan hemoglobin, sehingga disebut anemia kekurangan
zat besi. Kekurangan zat besi ini dapat menimbulkan gangguan
atau hambatan pada pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel
otak dan dapat menurunkan daya tahan tubuh seseorang,
termasuk daya tahan tubuh terhadap rasa nyeri (Manuaba,
2010).

b) Penyakit Menahun

Penyakit menahun yang diderita seorang wanita akan


menyebabkan tubuh kehilangan terhadap suatu penyakit atau
terhadap rasa nyeri. Penyakit yang termasuk penyakit menahun
dalam hal ini adalah asma dan migraine. Faktor-faktor ini
(anemia, penyakit menahun dan sebagainya) dapat
mempengaruhi timbulnya dismenorea karena dapat menurunkan
ketahanan tubuh terhadap rasa nyeri (Alaettin, 2010)

c) Usia menarche

Menarche adalah menstruasi yang pertama kali datang.


Gejala pemasakan seksual pada wanita lebih nyata, yaitu
datangnya menarche atau menstruasi pertama, meskipun masih
sangat sedikit sekali (untuk mencapai pembuahan) memakan

16
waktu sekitar 1-1,5 tahun. Mestruasi akan dirasakan sebagai
beban berat atau dirasakan sebagai tugas yang tidak
menyenangkan dan menimbulkan rasa enggan dan dirasa

17
sebagai aib bagi gadis tersebut mempengaruhi kondisi kejiwaan
dan akan mempengaruhi terjadinya dismenore (Misaroh, 2009).

d) Faktor Genetik

Hampir 30% wanita yang mengalami dismenore adalah


anak gadis yang ibunya dulu juga mengalami dismenore
sebanyak 7% wanita juga mengeluhkan hal yang sama meskipun
ibu wanita tersebut dulunya tidak mengalami dismenore
(Alaettin, 2010).

2.1 Perbedaan Dismenore Primer Dan Dismenore Sekunder


Dismenore Primer Dismenore Sekunder

Onset (serangan pertama) secara Tidak


mendadak terjadi setelah menarche dijumpai
(menstruasi pertama). kelainan
pada
pemeriksaa
Nyeri perut atau panggul bawah
n fisik.
balasan nya berhubungan dengan
onset aliran menstruasi dan
berangsung sampai 8-72 jam.

Dapat terjadi nyeri pada paha dan


punggung, sakit/ nyeri kepala, diare
(Mencret), nausea (Mual), dan
vomiting (Muntah).

18
Onset dapat terjadi di waktu apapun setelah
menarche (umumnya setelah usia 25 tahun).

Wanita dapat mengeluh mengalami perubahan


waktu serangan pertama nyeri selama siklus.

Menstruasi atau dalam intensitas nyeri.

Gejala ginekologis (kelainan kandungan)


lainnya dapat terjadi, mislanya nyeri saat
bersenggama (dyspareunia) dan siklus
menstruasi memanjang (menorrhagia). Ada
kelainan panggul (pevic) pada pemeriksaan
fisik.

19
Menurut Aliah (2013), yang berjudul ‘’asuhan kebidanan pada

remaja dengan dismenorea primer”.

(1) Skala pengukuran nyeri dismenore

Karateristik yang paling subyektif pada nyeri adalah tingkat keparahan


atau intensitas nyeri tersebut. Klien sering kali diminta untuk
mendeskripsikan nyeri sebagai nyeri ringan, sedang atau berat. Skala
deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan yang lebih
objektif.

(2) Skala pendeskripsian verbal Descriptor scale (VDS) merupakan


sebuah garis yang terdiri dari 3-5 kata. Pendeskripsian ini dirangking
mulai dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahan”.
Skala penilaian numeric (Numerical Rating Scale) / NRS lebih sering
digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini
klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Adapun skala
intensitas nyeri adalah sebagai berikut :
1 : tidak ada keluhan nyeri haid/kram pada perut bagian bawah.
1-3 : terasa kram perut bagian bawah, masih dapat ditahan, masih
dapat melakukan aktifitas, masih dapat berkonsentrasi

belajar.

4-6 : terasa kram pada perut bagian bawah, nyeri menyebar pada
pinggang,kurang nafsu makan, sebagian aktifitas terganggu,
sulit/susah beraktifitas belajar.

7-9 : terasa kram berat pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke
pinggang, paha, atau punggung, tidak ada nafsu makan, mual,
muntah, badan lemas, tidak kuat beraktifitas, tidak
konsentrasi belajar

10 : terasa kram berat sekali pada perut bagian bawah, nyeri


menyebar ke pinggang, kaki dan punggung, tidak mau
makan, mual, muntah, sakit kepala, badan tidak ada tenaga,

20
tidak bisa berdiri atau bangun dari tempat tidur, tidak dapat
beraktivitas, terkadang sampai pingsan.

(Flaherty 2008; Potter & Perry 2006; Pilliteri 2003; British


Pain Society and British Geriatrics Society 2007 dalam
Ningsih 2011).

2.1.7 Pencegahan

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan


menyembuhkan nyeri menstruasi ,salah satu caranya dengan
memperhatikan pola dan siklus menstruasinya kemudian melakukan
antisipasi agar tidak mengalami nyeri menstruasi.

Berikut ini adalah langkah langkah pencegahan nya:

1. Hindari stress, tidak terlalu banyak fikiran terutama fikiran


negatif yang menimbulkan kecemasan.
2. Memiliki pola makan yang teratur.
3. Istirahat yang cukup.
4. Usahakan tidak mengkonsumsi obat-obatan anti nyeri, jika semua
cara pencegahan tidak mengatasi menstruasi nyeri lebih baik segera
kunjungi dokter untuk mengetahui penyebab nyeri berkepanjangan.
Bisa saja ada kelainan rahim atau penyakit lainnya.
5. Gunakan heating pad (bantal panas), kompres punggung bawah
serta minum minuman yang hangat (Manuaba, 2008).
2.1.8 Penanganan Atau Cara Mengatasi

1. Secara Farmakologis

Upaya farmakologis yang dapat dilakukan dengan


memberikan obat analgesic sebagai penghilang rasa sakit. Menurut
Bare & Smeltzer (2002 dalam Hermawan, 2012), penanganan nyeri
yang dialami oleh individu dapat melalui intervensi farmakologis,
dilakukan kolaborasi dengan dokter atau pemberi perawatan utama
lainnya pada pasien. Obat-obatan ini dapat menurunkan nyeri dan
menghambat produksi prostaglandin dari jaringan-jaringan yang
mengalami trauma dan inflamasi yang menghambat reseptor nyeri
untuk menjadi sensitive terhadap stimulus menyakitkan sebelumnya,
contoh obat anti inflamasi nonsteroid adalah aspirin, ibuprofen.

21
Penanganan dismenore primer adalah (Calis, 2011):

a) Penanganan dan nasehat

b) Pemberian obat analgesik

Obat analgesik yang sering diberikan adalah preprat kombinasi

aspirin, fansetin, dan kafein. Obat-obatan paten yang beredar

dipasaran antara lain novalgin, ponstan, acetaminophen dan


sebagainya.

c) Terapi hormonal

Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi, bersifat sementara


untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar dismenore
primer. Tujuan ini dapat dicapai dengan memberikan salah satu
jenis pil kombinasi kontrasepsi.

d) Terapi dengan obat non steroid anti prostaglandin Endometasin,


ibu profen, dan naproksen, dalam kurang lebih 70% penderita
dapat disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan.
Pengobatan dapat diberikan sebelum haid mulai satu sampai tiga
hari sebelum haid dan dapat hari pertama haid.

2. Secara Non Farmakologis

Menurut Bare & Smeltzer (2002 dalam Hermawan 2012)


penanganan nyeri secara nonfarmakologis terdiri dari:

a) Stimulasi dan Masase kutaneus

Masase adalah stimulus kutaneus tubuh secara umum, sering


dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase dapat membuat
pasien lebih nyaman karena masase membuat relaksasi otot.

b) Terapi es dan panas

Terapi es dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat


sensitifitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera
dengan menghambat proses inflamasi. Terapi panas mempunyai
keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan

22
kemungkinan dapat turut menurungkan nyeri dengan
memprcepat penyembuhan.

c) Distraksi

Distraksi adalah pengalihan perhatian dari hal yang


menyebabkan nyeri, contoh: menyanyi, berdoa, menceritakan
gambar atau foto denaga kertas, mendengar musik dan bermain
satu permainan.

23
d) Relaksasi

Relaksasi merupakan teknik pengendoran atau pelepasan


ketegangan.Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas
abdomen dengan frekuensi lambat, berirama (teknik relaksasi
nafas dalam). Contoh: bernafas dalam-dalam dan pelan. Sri
Dewi Lestari (2013) jurnal kebidanan tentang “Pengaruh

Dismenore pada Remaja”.

2.1.9 Patofisiologi Dismenore

Ada beberapa faktor yang terkait dengan dismenore primer yaitu


prostaglandin uterine yang tinggi, aktivotas uteri abnormal, dan faktor
emosi/ psikologis. Belum diketahui dengan jelas bagaimana protaglandin
bisa menyebabkan dismenore tetapi telah diketahui bahwa wanita dengan
dismenore mempunyai prostaglandin yang 4 kali lebih tinggi dari pada
wanita tanpa dismenore. Dismenore primer biasanya timbul pada hari
pertama atau kedua dari menstruasi. Nyerinya bersifat kolik atau kram
dan dirasakan pada abdomen.
2.1.10 Penatalaksanaan Desminore

Dismenore primer dapat diatasi dengan inhibitor prostaglandin yang


bisa menghalangi sintesis dan metabolisme prostaglandin. Obat NSAIN
(Nonsteroidal Anti-Inflamatory Drugs) adalah obat yang efektif untuk
menghambat sintesis prostaglandin. Contoh obat-obat ini adalah
Ibuprofen, Naproxen, dan Ketoprofen. Dismenore sekunder diatasi
dengan memperbaki penyebab organik.
Bagi sebagian besar wanita, obat-obat anti-inflamasi nonsteroid
(NSAID) yang menghambat terbentuknya prostaglandin, misalnya
ibuprofen, dapat secara efektik mengurangi kram. Asetaminofen kurang
membantu, karena bekerja dengan mekanisme yang berbeda dengan obat-
obat anti-inflamasi terdahulu. Inhibitor prostaglandin harus digunakan
pada saat tanda awal nyeri muncul atau pada tanda pertama pengeluaran
darah haid. Hal ini dikarena kram akibat haid yang kuat dapat

24
menyebabkan terjadinya endometris (pertumbuhan jaringan uterus di luar
uterus yang menyebabkan nyeri) keluhan dismenore harus selalu
dianggap serius dan harus dilakukan upaya untuk mengurangi
insidensnya.
Selain itu penatalaksanaan yang dapat dilakukan menurut
Prawirohardjo (2009), adalah sebagai berikut :
1. Penerangan dan nasihat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore adalah gangguan
yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan
dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan
penderita. Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya tabu
atau tahayul mengenai haid perlu dibicarakan. Nasihat-nasihat mengenai
makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin berguna.
Kadang-kadang diperlukan psikoterapi.
2. Pemberian obat analgetik.
Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesic yang dapat diberikan
sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat
di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi
penderitaan. Obat analgesic yang sering di berikan adalah preparat
kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-obat paten yang beredar di
pasaran ialah antara lain novalgin, ponstan, acet-aminophen.
Berdasarkan penelitian, pada saat dismenore, para wanita dapat
mengunakan obat analgetik untuk menghilangkan rasa nyeri tersebut
yang berasal dari gejala fisik, namun selain gejala fisik mungkin juga ada
hal lain yang berhubungan dengan gejala psikologis. Penyembuhan
secara psikologis sangat individual tergantung sikap dan mental dalam
menghadapinya. Dengan seimbangnya kondisi fisik dan psikologis
seseorang pada saat menstruasi, itu akan meningkatkan aktivitas dan
dengan meningkatnya aktivitas maka akan meningkat pula produktivitas
seseorang. Pada penelitian ini terdapat kelemahan yaitu pada variabel
perancu menoragia dan penggunaan obat analgetik, dimana variabel
tersebut tidak dikendalikan. (Kurniawati, 2011
3. Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat
sementara dengan maksud membuktikan bahwa gangguan benar-benar

25
dismenore primer, atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan
pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat
dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontasepsi.
4. Terapi alternative
Sebagai tambahan pemakaian obat penawar sakit tanpa resep, ada
banyak yang dapat anda lakukan sendiri untuk membantu mengurangi
kram menstruasi, dan dengan sedikit percobaan, anda pasti dapat
menemukan cara untuk membawa kelegaan. Suhu panas merupakan
ramuan tua yaitu dapat dilakukan dengan kompres handuk panas atau
botol air panas pada perut atau punggung bawah. Mandi air hangat juga
bisa membantu.
Beberapa wanita mencapai keringanan melalui olahraga, yang tidak
hanya mengurangi stress dan orgasme juga dapat membantu dengan
mengurangi tegangan pada otot-otot pelvis sehingga membawa
kekenduran dan rasa nyaman. Beberapa posisi yoga dipercaya dapat
menghilangkan kram menstruasi. Salah satunya adalah peregangan
kucing, yang meliputi berada pada posisi merangkak kemudian secara
perlahan menaikkan punggung anda keatas setinggi-tingginya.
Vitamin E sebagai Terapi Alternatif Dismenore
Dengan adanya mekanisme efek dari vitamin E dalam biosintesis
prostaglandin, dimana prostaglandin berperan dalam menimbulkan
sensasi rasa nyeri, maka vitamin E mempunyai peranan dalam
mengurangi rasa nyeri haid. Berdasarkan data meta analisis dikatakan
vitamin E dosis rendah < 400 IU dan vitamin dosis tinggi adalah ≥ 400
IU (Miller ER, 2005)
Menurut Ziaei (2001), dalam suatu penelitian dengan pemberian
vitamin E 500 IU selama 5 hari, dimulai dari hari kedua sebelum hari
haid pertama mempunyai perbedaan bermakna dibandingkan dengan
placebo dalam mengurangi nyeri haid yang diukur dengan visual analog
scale. Dilanjutkan dengan penelitian selanjutnya pemberian dengan dosis
yang lebih rendah dengan pemberian Vitamin E 200 IU selama dua
sampai empat siklus pada 2 hari sebelum haid sampai hari ketiga haid
juga ditemukan perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok dalam
intensitas nyeri haid yang dinilai dengan visual analog scale

26
Vitamin E terdapat dalam makanan seperti kacang-kacangan, gandum,
papaya, alpukat, tomat, brokoli, minyak zaitun, dan lain sebagainya

27
BAB III
TINJAUAN KASUS TEORI

Tanggal pengkajian : Tanggal dilakukannya pengkajian


Oleh : Orang yang mengkaji
Tempat : Tempat dilakukan pengkajian

3.1 Konsep Asuhan Kebidanan


3.1.1 Pengkajian Data
a. Data Subjektif
1. Data subyektif adalah data yang diperoleh hanya melalui klien,
semua data yang dirasakan dan disampaikan klien kepada bidan
(Depkes, RI, 1993 : 126)
Identitas klien dan suami menurut (Nursalam, 2002)
a. Nama
Dikaji untuk mengenal dan mengetahui pasien, agar tidak
keliru dalam memberikan penanganan.
b. Umur
Dikaji untuk mengetahui umur pasien.
c. Agama
Dikaji untuk memberi motivasi pasien sesuai dengan agamanya.
d. Suku / Bangsa
Dikaji untuk mengetahui faktor bawaan atau ras pasien.
e. Pendidikan
Dikaji untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien,
sehingga mempermudah dalam memberikan pendidikan
kesehatan.
f. Pekerjaan
Dikaji untuk mengetahui kemungkinan pengaruh
pekerjaan terhadap permasalahan kesehatan, serta dapat
menunjukkan tingkat keadaan ekonomi keluarga.
g. Alamat
Dikaji untuk mengetahui tempat tinggal pasien, serta

28
mempermudah pemantauan.
2. Keluhan utama
Adalah mengetahui keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan (Varney,
2008). Pada kasus dismenore primer keluhannya adalah nyeri perut
bagian bawah, mual dan muntah disertai diare (Wiknjosastro,2008).
3. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan untuk memastikn bahwa tidak ada penyakit yang


berat seperti jantung, diabetes militus dengan komplikasi. Tumor dan
adanya perdarahan pervginam yag tidak diketahui penyebabnya
(Saifuddin, 2009)

4. Kebiasaan sehari-hari

29
e) Pola nutrisi : Mengetahui seberapa banyak asupn nutrisi pada
pasien dengan mengamati adakah penurunan berat badan tidak ada
pad pasien (Wiknjosastro, 2008).
f) Pola Eliminsi : Untuk mengetahui perubahan siklus BAB dan BAK,
apakah teori dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang
(Wiknjosastro, 2008).
g) Pola Istirahat : Mungkin terganggu karena adanya rasa yang tidak
nyaman (Susilawati, 2008).
h) Pola Hygiene : Kebiasaan kebersihan diri setiap harinya, biasanya
sering ditemukan pasien yang memiliki pola hygiene yang jelek
(Wiknjosastro, 2008).
i) Aktifitas : Aktifitas akan terganggu karena kondisi tubuh
yang lemah atau adanya nyeri akibat penyakit yng dialaminya.
(Susilawati, 2008).
j) Riwayat Psikologis : Dengan menggunakan pendekatan psikologis
kesehatan maka akan diketahui gaya hidup orang tersebut dan
pengaruh psikologis kesehatan terhadap gangguan kesehatan
(Manuaba, 2010).
5. Riwayat menstruasi untuk mengetahui riwayat menstruasi antara lain
adalah menarche, siklus menstruasi, lamanya menstruasi, banyaknya
darah, teratur atau tidak teratur, sifat darah, keluhan utama yang
dirasakan saat haid, dan menstruasi terakhir yang dapat digunakan
sebagai dasar untuk perhitungan tanggal kehamilan dan perkiraan
kelahiran (Wiknjosastro, 2006).
6. Status Perkawinan, pada status perkawinan yang ditanyakan adalah
kawin syah, berapa kali, usia menikah berapa tahun, dengan suami
usia berapa, lama perkawinan, dan sudah mempunyai anak belum. Hal
ini perlu diketahui seberapa perhatian suami kepada istrinya
(Wiknjosastro, 2008).
b. Data Objektif

Data objektif data yang dapat dilihat dan diobservasikan tenaga


kesehatan (Bettygumi, 2009).

30
1. Pemeriksaan Tanda Vital

1. Tekanan darah : Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi


atau potensi dengan nilai satunnya mmHg. Keadaan
sebaiknya antara 90 per 60 sampai 130/90 mmHg atau
peningkatan sistolik tidak lebih dari 30 mmHg dn
peningkatan diastolik tidak lebih dari 14 mmHg dari keadaan
pasien norml pada atau paling pengukuran berturut-turut pada
selisih 1 jam (Wiknjosastro, 2010).

31
2. Pengukuran Suhu : Suhu badan normal adalah 36C harus
dicurigai adanya infeksi (Wiknjosastro, 2010).
3. Nadi : Denyut nadi normal 70 x/menit sampai
88 x/menit (Wiknjosastro, 2010).
4. Pernafasan : Dinilai sifat pernafasan dan bunyi
nafas dalam satu menit pernafasan kurang dari 40 kali per
menit atau lebih dari 60 kali per menit (Saifuddin, 2009).
2. Pemeriksaan fisik
1. Rambut: Untuk mengetahui rambut rontok atau tidak, menilai
warnanya, kelebatan, dan karakteristik rambut (Alimul,
2006).
2. Muka: Untuk mengetahui apakah simetris atau tidak (Alimul,
2006). Muka pucat atau tidak, ada oedem dan cloasma
gravidarum atau tidak.
3. Mata: Untuk mengetahui ada oedema atau tidak, keadaan
conjungtiva pucat atau merah muda, warna sclera putih atau
kuning, mata cekung atau tidak. (Alimul, 2006).
4. Hidung: normalnya tidak ada polip/kelainan bentuk,
kebersihan cukup
5. Telinga: Untuk mengetahui keadaan telinga simetris atau
tidak, ada serumen atau tidak (Alimul, 2006).
6. Mulut: Untuk mengetahui keadaan mulut adakah caries,
bersih atau tidak, keadaan bibir kering atau tidak, lidah kotor
dan berbau aseton atau tidak. (Alimul, 2006).
7. Gigi: normalnya tidak ada caries atau keropos jika ada
menandakan ibu kurang kalsium
8. Leher: Untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar
gondok atau pembesaran kelenjar limfe (Alimul, 2006).
9. Payudara: Untuk mengetahui kesimetrisan, ukuran, massa,
lesi jaringan perut pada struktur dan dinding dada. Hal ini

32
untuk mengetahui apakah ada tumor atau kanker/tidak
(Varney, 2008).

10. Abdomen: Apakah ada jaringan perut atau bekas operasi,


adalah nyeri tekan serta adanya massa (Wiknjosastro, 2010).

11. Genetalia: Untuk mengetahui adanya varices atau tidak,


mengetahui apakah ada pembengkakan kelenjar bartolini
(Wiknjosastro, 2005)
12. Anus: Adanya haemoroid atau tidak adanya varices atau tidak
(Wiknjosastro, 2005)
13. Ekstremitas: Untuk mengetahui adanya oedema atau tidak,
adanya varices, reflek patella positif atau negatif, betis merah
lembek atau keras (Wiknjosastro, 2005).
3. Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa,
apabila diperlukan misalnya pemeriksaan lboratorium.
(Manuaba, 2010).

3.1.2 Diagnosa
Pada langkah ini identifiksi terhadap diagnosa atau masalah
berdasarkan interpretasi yang akurat atas data-data yang telah
dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosis atau masalah. Diagnosis
yang dirumuskan adalah diagnosis dalam lingkup praktik kebidanan
yang tergolong pada nomenklatur standar diagnosis, sedangkan
perihal yang berkaitan dengan pengalaman klien ditemukan hasil
pengkajian (Mangkuji, betty dkk, 2014)
1. Data subjektif :

1. Nyeri perut yang timbul tidak lama sebelumnya atau


bersamaan dengan awal haid, dapat berlangsung beberapa jam,
24 jam, atau bahkan sampai beberapa hari (Wiknjosastro,
2008).
2. Rasa nyeri kejang berjangkit-jangkit yang dirasakan di area
perut bawah dan dapat menyebar ke pinggang dan paha

33
(Manuaba, 2010).
3. Selain adanya rasa nyeri juga dapat terjadi rasa mual, muntah,
sakit kepala, diare dan sebagainya (Wiknjosastro, 2008).
2. Data Objektif

1. Pemeriksaan fisik palpasi pada perut


2. Pemeriksaan laboratorium : USG (Ultrasonography)

3.1.3 Diagnosa Potensial

Diagnosa potensial adalah suatu pernyataan yang timbul berdasarkan


diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah
ini membutuhkan atisipasi, bila diagnosa atau masalah potensial ini
benar-benar terjadi (Varney, 2008). Masalah potensial yang terjadi
pada dismenore primer apabil tidak segera mendapat penanganan
akan mengakibatkan dismenore sekunder dan kanker servic.

3.1.4 Tindakan Segera

Pada langkah ini perlu diambil segera untuk mengantisipasi


diagnosa potensial yang berkembang lebih lanjut dan menimbulkan
komplikasi, sehingga dapat segera dapat dilakukan tindakan yang
sesuai dengan diagnosa potensial yang muncul (Varney, 2008).

Pada dismenore primer tindakan yang dilakukan adalah dengan


Obat analgesik yang sering diberikan adalah preprat kombinasi
aspirin, fansetin, dan kafein. Obat-obatan paten yang beredar
dipasaran antara lain novalgin, ponstan, acetaminophen dan
sebagainya.

3.1.5 Rencana Tindakan dan Rasional

Merupakan pengembangan rencana perawatan yang komprehensif


ditentukan oleh langkah sebelumnya.

Langkah ini adalah sebuah perluasan dari mengidentifikasi


masalah dan diagnosa yang telah diantisipasi data yang terbaru dan

34
juga melibatkan usaha untuk memperoleh bagian tambahan dari data
apapun yang hilang (Varney, 2008).

Menurut Manuaba (2010) perencanaan asuhan pada dismenore


primer adalah dengan :

a. Jelaskan pada pasien tentang dismenore yang dialaminya.

b. Jelaskan pada pasien untuk istirahat yang cukup.

c. Jelaskan pada pasien untuk olahraga ringan

d. Jelaskan untuk pemenuhan nutrisi seperti sayur-sayuran, dan


buah- buahan.

e. Menyuruh pasien untuk Mengompres bagian bawah perut


dengan air hangat.

3.1.6 Pelaksanaan Rencana Tindakan


Implementasi merupakan pelaksanaan dari asuhan yang telah
direncanakan secara efisien dan aman. Pada kasus dimana bidan
harus berkolaborasi dengan dokter, maka keterlibatan bidan dalam
manajemen asuhan pasien adalah tetap bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan asuhan bersama yang menyeluruh (Varney, 2008).
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada dismenore primer dengan
perencanaan yang telah dibuat.
Pelaksanan Rencana Tindakan pada dismenorea primer:
a. Menjelaskan pada pasien tentang dismenore yang dialaminya.
b. Menjelaskan pada pasien untuk istirahat yang cukup.
c. Jelaskan pada pasien untuk olahraga ringan
d. Jelaskan untuk pemenuhan nutrisi seperti sayur-sayuran, dan
buah- buahan.
e. Menyuruh pasien untuk Mengompres bagian bawah perut
dengan air hangat.

35
3.1.7 Evaluasi

Merupakan langka terakhir untuk menilai keaktifan dari rencana


asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan akan bantuan
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan dalam
masalah dan diagnosa (Varney, 2008).

36
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu kondisi sehat yang


menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja.
Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas
dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural. Remaja
perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang
benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada
disekitarnya. Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki
sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses
reproduksi (Wijayanti, 2009).

Dismenore berasal dari bahasa Yunani yaitu “dys” yang berarti sulit atau
menyakitkan atau tidak normal.‘’meno’’ berarti bulan dan “rhea’’ yang
berarti aliran. Sehingga dismenore didefinisikan sebagai aliran menstruasi
yang sulit atau nyeri haid (Calls, 2011).

4.2 Saran
1. Bagi Bidan
Dapat senantiasa membimbing mahasiswa praktik dalam mecari ilmu dan
mencari pengalaman. Untuk selalu memberikan pelayanan dengan
kualitas terbaik bagi kliennya
2. Bagi Mahasiswa
Dapat menjadikan laporan ini sebagai pertimbangan dasar untuk
menyusun laporan selanjutnya.

37
DAFTAR PUSTAKA

 Bettygumi, (2010) Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC


 BKKBN. 2009. Menstruasi dan Keputihan. Cet. II. Jakarta : PKBI
Pusat
 Varney, Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4 Volume
2. Jakarta : EGC.
 Manuaba. 2010. Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan KB.
Jakarta : EGC
 M, Manan, EL. 2011. Miss V. Yogyakarta: Buku Biru
 Kinanti S., 2009. Rahasia Pintar Wanita. Yogyakarta: Aulia
Publishing
 Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:
PT. Bina Pustaka

38

Anda mungkin juga menyukai