Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEBIDANAN

KEHAMILAN DENGAN DIABETES MELITUS


GESTASIONAL

Tanggal Praktik :

Oleh

Nama : Anita Dwi Pratiwi

Nim : P27824118067

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

JURUSAN KEBIDANAN

PRODI D3 KEBIDANAN KELAS REGULER B

TAHUN 2020

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan individu yang disusun oleh mahasiswa semester III Prodi D3


Kebidanan Jurusan Kebidanan Kampus Sutomo Surabaya tahun akademik
2019/2020 ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Tempat praktik :

Tangal praktik : April s/d April 2020

Pembimbing Pendidikan

Queen Khoiru.Nisa’.M, SST., M.Keb Dr. Sri Utami, S.Kp., M.Kes


NIP.198212132008012007 NIP. 196711141990032001

Mengetahui
Ka. Prodi DIII Kebidanan

Dwi Wahyu Wulan S, SST., M.Keb


NIP. 197910302005012001

Dosen Tabulasi

Astuti Setiyani, SST., M. Kes.


NIP. 198012052006042002

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Komprehensif
Asuhan Kebidanan Kehamilan dengan Diabetes Melitus Gestasional pada tanggal
13 April-17 April 2020.

Pada kesempatan ini juga penulis ingin mengucapkan terimakasih yang


sebesar-besarnya kepada:

1. Astuti Setiyani, SST., M.Keb selaku Kepala Jurusan Kebidanan Politeknik


Kesehatan Kementrian Kesehatan Surabaya.
2. Dwi Wahyu Wulan S, SST., M.Keb selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan
Sutomo Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Surabaya.
3. Queen Khoirun Nisa Mairo, SST., M.Keb selaku pembimbing pendidikan
Prodi DIII Kebidanan Sutomo Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Surabaya.
4. Dr. Sri Utami, S.Kp., M.Kes selaku pembimbing pendidikan Prodi DIII
Kebidanan Sutomo Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Surabaya.
5. Dan semua pihak yang turut membantu menyelesaikan laporan individu
ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih banyak


kesalahan dan kekurangan. Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan,
pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan dalam
pembuatan laporan selanjutnya. Semoga laporan praktik klinik ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Surabaya, 15 April 2020

iii
Penyusun

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iv
BAB I................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Tujuan...............................................................................................................2
1.3 Manfaat.............................................................................................................2
1.4 Pelaksanaan......................................................................................................2
1.5 Sistematika Penulisan......................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
2.1 Konsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional (GDM)....................................4
2.1.1 Pengertian.................................................................................................4
2.1.2 Patofisiologi...............................................................................................5
2.1.3 Deteksi Dini...............................................................................................6
2.1.4 Penegakan Diagnosa.................................................................................7
2.1.5 Pengaruh Kehamilan terhadap Diabetes................................................8
2.1.6 Pengaruh Diabetes terhadap Kehamilan..............................................10
2.1.7 Tanda dan gejala klinis..........................................................................13
2.1.8 Prognosis.................................................................................................13
2.1.9 Perinatal..................................................................................................14
2.1.10 Pengobatan Insulin.................................................................................15
2.1.11 Penanggulangan Obstetri.......................................................................16
2.1.12 Pencegahan.............................................................................................17
BAB III...........................................................................................................................18
3.1 Konsep Asuhan Kebidanan...........................................................................18
3.1.1 Pengkajian Data.....................................................................................18
3.1.2 Diagnosa/Masalah...................................................................................25
3.1.3 Diagnosa Potensial..................................................................................25
3.1.4 Tindakan Segera.....................................................................................26
3.1.5 Rencana Tindakan dan Rasional...........................................................26
2.2.1 Pelaksanaan Rencana Tindakan...........................................................28

v
2.2.1 Evaluasi...................................................................................................28
BAB IV............................................................................................................................30
4.1 Kesimpulan..................................................................................................30
4.2 Saran............................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................31

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan
toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil
tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin atau tidak. Pada
kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal
ini merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin.
Sebagian besar DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara
kebetulan pada saat pemeriksaan rutin.
Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar 40-60% wanita
yang pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan
mengidap diabetes mellitus atau gangguan toleransi glukosa. Pemeriksaan
penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu dan 2
jam post prandial (pp). Bila hasilnya belum dapat memastikan diagnosis DM,
dapat diikuti dengan test toleransi glukosa oral. DM ditegakkan apabila kadar
glukosa darah sewaktu melebihi 200 mg%. Jika didapatkan nilai di bawah
100 mg% berarti bukan DM dan bila nilainya diantara 100-200 mg% belum
pasti DM. Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik
adalah dengan test tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram
glukosa dan kadar glikosa darah diukur 1 jam kemudian. Jika kadar glukosa
darah setelah 1 jam pembebanan melebihi 140 mg% maka dilanjutkan dengan
pemeriksaan test tolesansi glukosa oral. Gangguan DM terjadi 2 % dari
semua wanita hamil, kejadian meningkat sejalan dengan umur kehamilan,
tetapi tidak merupakan kecenderungan orang dengan gangguan toleransi
glokusa , 25% kemungkinan akan berkembang menjadi DM. DM gestasional
merupakan keadaan yang perlu ditangani dengan professional, karena dapat
mempengaruhi kehidupan janin / bayi dimasa yang akan dating, juga saat
persalinan.

1
1.2 Tujuan
1.1.1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan secara


komprehensif pada ibu hamil dengan diabetes melitus gestasional
menggunakan manajemen kebidanan
1.1.2. Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu:
1. melakukan pengkajian subjektif dan objektif
2. menganalisa data untuk menentukan diagnosa aktual, potensial
yang mungkin timbul
3. menganalisa kebutuhan ibu hamil dengan diabetes melitus
gestasional
4. mengidentifikasi kebutuhan tindakan ibu hamil diabetes melitus
gestasional
5. merencanakan dan melaksanakan asuhan kebidanan berdasarkan
kebutuhan ibu hamil diabetes melitus gestasional
6. melakukan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan
7. melakukan pendokumentasian hasil asuhan kebidanan

1.3 Manfaat
Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan
pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara langsung pada ibu
sehingga dapat digunakan sebagai berkas penulis didalam melaksanakan
tugas sebagai bidan dan memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan
untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan selalu
menjaga mutu pelayanan.

1.4 Pelaksanaan
Asuhan kebidanan ini dilakukan ketika mahasiswa melaksanakan praktik
klinik di Puskesmas (-) pada,
Tanggal pengkajian :-
Tempat pengkajian :-

2
Waktu :-

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika uraian makalah ini terdiri dari tiga bagian yaitu pendahuluan
yang meliputi latar belakang masalah, tujuan, sistematika uraian. Kedua isi
atau kajian teori. Ketiga tinjauan kasus teori yang meliputi konsep setiap data
pasien. Keempat penutup yang berisi kesimpulan dan saran dilengkapi
dengan daftar pustaka.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional (GDM)


2.1.1 Pengertian
Diabetes mellitus gestasional (GDM) didefinisikan sebagai derajat
apapun intoleransi glukosa dengan onset atau pengakuan pertama
selama kehamilan. (WHO) dengan berbagai tingkat keparahan, yang
awitannya atau pertama kali dikenali, pada masa hamil. Pada DM
dengan kehamilan, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh ibu, yaitu:
1. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
2. Si ibu mengalami/menderita DM saat hamil
Diabetes Mellitus Gestational adalah kehamilan normal yang
disertai dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal
mempertahankan euglycemia). Kehamilan yang disertai diabetes
mellitus merupakan kondisi yang berisiko tinggi, oleh karena itu perlu
penanganan dan pendekatan multidisiplin untuk mencapai hasil akhir
yang baik. Perawat yang memberikan asuhan keperawatan kepada
wanita diabetik yang sedang hamil harus memahami respon fisiologis
normal terhadap kehamilan dan perubahan metabolisme akibat
diabetes, perawat juga harus mengetahui implikasi– implikasi
psikososial kehamilan diabetik, sehingga ia dapat mengarahkan wanita
yang sedang hamil dalam perencanaan pengimplementasian dan
pengevaluasian terhadap wanita dan keluarganya.
Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik
adalah dengan test tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50
gram glukosa dan kadar glikosa darah diukur 1 jam kemudian. Jika
kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan melebihi 140 mg%
maka dilanjutkan dengan pemeriksaan test tolesansi glukosa oral.

4
2.1.2 Patofisiologi

Diabetes terjadi karena produksi insulin tidak ada atau tidak cukup.
Insulin adalah hormone yang diproduksi oleh sel beta pulau
Langerhans di dalam pancreas. Fungsi insulin adalah menganglut
glukosa yang masuk, yang kemudia diubah menjadi energi. Pada
diabetes, tidak terjadi kekurangan glukosa di dalam darah, melainkan
glukosa tak dapat diangkut ke dalam sel tanpa persediaan insulin yang
cukup. Keadaan ini pada akhirnya mengakibatkan hiperglikemia.

Diabetes gestasional sama dengan diabetes tipe II, dalam hal bahwa
persediaan insulin. Akan tetapi, perubahan hormon selama kehamilan
akan mengubah kemampuan toleransi tubuh terhadap insulin.

Seiring perkembangan plasenta, produksi hormone kehamilan akan


meningkat, terutama HPL (Hormon Placenta Lactogen). Peningkatan
HPL akan meningkatkan resistensi sel terhadap insulin sehingga
muncul kondisi diabetes. Pada kebanyakkan wanita, pancreas mampu
memenuhi peningkatan kebutuhan insulin ini. Akan tetapi, ketika
pancreas tidak lagi sanggup memproduksi insulin, terjadilah
hiperglikemia. Efek HPL terjadi pada usia kehamilan sekitar 26-28
minggu. Waktu tersebut merupakan saat yang tepat untuk melakukan
penapisan.

Hiperglikemia menimbulkan banyak efek merugikan pada


kehamilan. Untuk diabetes tipe I dan II, dengan control glikemia yang
jarang, peningkatan kadar keton dan glukosa terbukti bersifat
teratogenik sehingga mengakibatkan anomaly kongenital, seperti
defek jantung, defek system syaraf pusat, sindrom penurunan kaudal.
Kemungkinan abortus spontan dan lahir mati juga meningkat.
Kematian pembuluh darah pada diabetes tipe I menyebabkan
penurunan aliran darah ke uterus dan plasenta sehingga meningkatkan
insufisiensi uteroplasenta, yang mengakibatkan IUGR dan efek-efek
lain.

5
Glukosa darah ibu yang meningkat akan disalurkan ke janin
melalui plasenta, janin memang tidak menderita diabetes, tetapi harus
meningkatkan produksi insulin dan glukosa, terjadilah pertumbuhan
fisik yang dramatis, yang menghasilkan bayi besar (makrosomia).
Makrosomia disebabkan oleh hyperplasia, peningkatan jumlah sel,
hipertrofi, dan pembesaran sel pada bayi. Kondisi ini menyebabkan
perubahan yang berlangsung seumur hidup bagi janin dan terbukti
meningkatkan kemungkinan obesitas pada masa kanak-kanak dan
dewasa sekaligus meningkatkan risiko diabetes di kemudian hari.
Makrosomia dianggap sebagai komplikasi pada periode intrapartum,
menempatan janin dan ibu pada risiko persalinan lama, distosia bahu,
dan pelahiran operatif.

2.1.3 Deteksi Dini


1. Risiko Rendah :
Tes glukosa darah tidak dibutuhkan apabila :
a. Angka kejadian diabetes gestational pada daerah tersebut
rendah
b. Tidak didapatkan riwayat diabetes pada kerabat dekat
c. Usia < 25 tahun
d. Berat badan normal sebelum hamil
e. Tidak memiliki riwayat metabolism glukosa terganggu
f. Tidak ada riwayat obstetric terganggu sebelumnya
2. Risiko Sedang
Dilakukan tes gula darah pada kehamilan 24 – 28 minggu terutama
pada wanita dengan ras Hispanik, Afrika, Amerika, Asia Timur,
dan Asia Selatan.
3. Risiko Tinggi
Yaitu, wanita dengan obesitas, riwayat keluarga dengan diabetes,
mengalami glukosuria (air seni mengandung glukosa).
Dilakukan tes gula darah secepatnya. Bila diabetes gestasional
tidak terdiagnosis maka pemeriksaan gula darah diulang pada

6
minggu 24 – 28 kehamilan atau kapanpun ketika pasien mendapat
gejala yang menandakan keadaan hiperglikemia.
2.1.4 Penegakan Diagnosa
Diagnosis dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesa dan
pemeriksaan.
1. Anamnesa
a. Keluhan sekarang : poliuri, polidipsi, polifagi, dan pernah
berobat sakit gula pada dokter.
b. Riwayat Ibu : umur ibu > 30 tahun, pernah DMG pada
kehamilan sebelumnya, infeksi saluran kemih berulang-ulang,
riwayat Keluarga diabetes, ada obersitas.
c. Riwayat kebidanan : multiparitas, beberapa kali abortus,
pernah partus prematurus, riwayat pernah melahirkan anak
mati tanpa sebab yang jelas, riwayat pernah melahirkan bayi
dengan cacat bawaan, pernah melahirkan bayi > 4000 gram,
pernah preeclampsia dan polihidramnion, anomalies
congenital, pruritus menetap, abortus berulang.
d. Riwayat keluarga : ada riwayat keluarga menderita DM.
2. Pemeriksaan penunjang
Glukosa difilrasi oleh glomerolus ginjal dan hampil
semuanya direabsorpsi oleh tubulus ginjal selama kadar glukosa
plasma tidak melebihi 160-180 mg/dl. Jika konsentrasi serum
naik melebihi kadar tersebut, glukosa tersebut akan keluar
bersama urine (glikosuria). Metode yang lebih sensitive untuk
dapat mengetahui adanya kelainan dalam metabolisme glukosa
adalah dengan pengukuran kadar glukosa plasma setelah
pemberian beban glukosa.
Belum ada kesepakatan internasional tentang uji toleransi
glukosa yang optimal untuk menegakan diagnosis pasti DMG.
Diagnosis DMG umumnya dibuat berdasarkan salah satu set
kriteria American College of Obstetricians and Gynecologist,
apabila dua nilai terpenuhi atau terlapauai.

7
Kriteria American College of Obstetricians and
Gynecologist tahun 1994 untuk diagnosis DMG dengna
menggunakan 100 gram glukosa per oral.

Waktu Glukosa Plasma (mg/dl)*


Pengukuran
National Diabetes Carpenter&Counstan
data Group (1979) (1982)

Puasa 105 95

1 jam 190 180

2 jam 165 155

2 jam 145 140

*DMG didiagnosis apabila nilai dari 2 pemeriksaan


terpenuhi/terlampaui

2.1.5 Pengaruh Kehamilan terhadap Diabetes


Efek diabetogenik dari kehamilan terungkap oleh kenyataan bahwa
sebagian wanita tanpa bukti adanya penyakit diabetes pada saat tidak
hamil, kemudian pada waktu hamil dapat menunjukkan toleransi
glukosa yang jelas abnormal dan kadang-kadang pula penyakit
diabetes yang secara klinis terlihat nyata. Sebagaian besar perubahan
ini bersifat reversible. Setelah melahirkan, gejala yang membuktikan
apakah induksi ataukah pertambahan intensitas penyakit diabetes
biasanya menghilang dengan cepat, dan kemampuan ibu untuk
memetabolisir karbohidrat akan kembali kepada status sebelum hamil.
Perubahan fisiologis kehamilan mengganggu kerja insulin.
Antagonisme insulin selama kehamilan mungkin merupakan akibat
dari kerja laktogen plasenta yang disekresikan dalam jumlah besar,
dan untuk sebagian kecil akibat dari kerja hormone estrogen serta
progesterone. Demikian pula, insulinase plasenta dapat turut
menimbulkan diabetogenisitas yang ditimbulkan oleh kehamilan
dengan dipercepatnya penguraian insulin.

8
Selama kehamilan, pengendalian diabetes biasanya lebih sukar
dilaksanakan karena sejumlah komplikasi yang timbul. Nausea dan
vornitus, yang mengurangi masukan makanan untuk mengimbangi
kerja insulin yang diberikan dari luar, dapat menimbulkan disatu pihak
syok insulin sementara di lain pihak, resistensi terhadap insulin jika
keadaan starvasi yang terjadi cukup berat sehingga timbul ketosis.
Wanita yang hamil, kendati tanpa adanya diabetes, lebih cenderung
untuk mengalami asidosis metabolic daripada wanita yang tidak
hamil. Diperkirakan laktogen plasenta menjadi penyebab
kecenderungan ini dengan kerjanya yang menghemat karbohidrat dan
bersifat liposis. Pada diabetes, kecenderungan terjadi asidosis
metabolic yang berat mengalami peningkatan yang nyata. Infeksi
selama kehamilan sering menimbullkan resistensi terhadap insulin
serta ketoasidosis, kecuali bila infeksi tersebut segera dikenali, dan
baik infeksi maupun penyakit diabetesnya sendiri segera diobati.
Kerja otot yang keras dengan sedikit atau tanpa konsumsi karbohidrat
dapat mengakibatkan hipoglikemia yang merepotkan kecuali bila
jumlah insulin yang diberikan dikurangi atau pasien mendapatkan
infuse glukosa.
Setelah melahirkan, kebutuhan akan insulin dari luar kerapkali
menurun dengan sangat cepat dan hingga taraf yang cukup tinggi.
Namun demikian, infeksi nifas dapat menimbulkan respon ini atau
bahkan menaikkan kebutuhan akan insulin. Barangkali penurunan
yang sangat cepat pada kebutuhan akan insulin yang biasanya tanpa
komplikasi lain terjadi akibat hilangnya faktor-faktor kehamilan yang
cepat seperti disebutkan diatas setelah melahirkan plasenta selama
beberapa hari.
Sebagian ahli pernah berpendapat bahwa janin akan memelihkan
diabetes maternal dengan menghasilkan insulin yang diperkirakan
dibawa dalam jumlah yang berarti melewati plasenta kedalam tubuh
ibu. Namun demikian, tidak terbukti yang menunjukkan bahwa
pangkreas janin mampu menghasilkan insulin bagi ibu.

9
2.1.6 Pengaruh Diabetes terhadap Kehamilan
Penyakit diabetes dapat menimbulkan efek yang merugikan
kehamilan melalui sejumlah cara. Efek maternal yang merugikan
mencakup hal-hal berikut ini :
1. Kecenderungan terjadi preeklampsi-eklampsi meningkat sekitas
empat kali lipat, dan peningkatan insiden ditemukan sekalipun
tanpa terlihat penyakit vaskuler atau renal sebelumnya.
2. Beberapa infeksi sering terjadi dan mungkin keadaannya lebih
parah pada wanita yang menderita diabetes.
3. Janin dapat berukuran lebih besar dan ukurannya ini bisa
mempersulit persalinan dengan terjadinya cedera pada jalan lahir.
4. Karena ancaman bahaya perinatal yang meningkat cukup besar,
disamping kemungkinan terdapatnya distosia, angka persalinan
dengan seksio sesarea mengalami peningkatan dan risiko maternal
yang ditimbulkan oleh pembedahan juga meningkat.
5. Hidramnion sering terjadi, dan kadang-kadang cairan amnion
dengan jumlah yang banyak dan ditambah lagi dengan makrosomia
janin, dapat menyebabkan gejala kardiorespiratorius pada ibu.
6. Perdarahan postpartum lebih sering dijumpai dibandingkan dalam
populasi obstetricyang umum.
Penyakit diabetes maternal memberikan pengaruh yang merugikan
janin dan bayi baru lahir melalui beberapa cara :
1. Tanpa adanya penanganan diabetes dan maternal yang baik, angka
kematian perinatal akan meningkat secara bermakna bila
dibandingkan pada populasi umum.
2. Makrosomia
Makrosomia pada bayi dari ibu diabetes berbede dengan bayi besar
untuk usia kehamilan lainnya. Secara spesifik, mereka yang ibunya
menderita diabetes mengalami pengendapan lemak yang berlebihan
dibagian bahu dan badan. Makrosomia disebabkan oleh
hiperinsulinemia pada janin yang mengakibatkan penimbunan
lemak subkutan janin akibat hiperplasi dan hipertrofi jaringan

10
adiposity. Disamping itu juga terjadi kelebihan jaringan non lemak
seperti pada hati, jantung dan otot.
Makrosomia mempertinggi terjadi trauma lahir, sindrom aspirasi
mekonium dan hipertensi pulmonal persisten. Trauma lahir
biasanya terjadi akibat distosia bahu, sehingga dapat menyebabkan
fraktur humerus, klavikula, palsi Erb, syaraf frenikus bahkan
kematian.
3. Pertumbuhan janin terhambat
Hal ini terjadi karena adanya kelainan vascular ibu DMG atau
dapat juga karena perubahan metabolic ibu selama masa awal
kehamilan.
4. Cacat bawaan
Cacat bawaan terjadi paling banyak pada kehamilan dengan
diabetes yang tidak terpantau sebelum hamil dan pada trimester
pertama. Lima puluh persen kematian perinatal disebabkan
kelainan jantung (TAB,VSD,ASD), kelainan ginjal (agenesis
ginjal), kelainan saluran cerna (situs inversus, sindrom kolon kiri
kecil), kelainan neurologi clan skelet. Kekerapan cacat bawaan
berat berkisar 3-4%, sedang cacat bawaan ringan lebih besar,
mencapai sekitar 20%.
Dengan penatalaksanaan DMG yang baik sekali pun, ternyata
malformasi congenital dan makrosomia merupakan penyulit
kesakitan yang paling banyak.
5. Hipoglikemia
Hiperinsulinemia janin yang disebabkan oleh hiperglikemia ibu
dapat memicu hipoglikemia janin dalam beberapa detik setelah
persalinan. Menurut American Diabetes Assciation (1995), kadar
kurang dari 35mg/dl pada bayi aterm dapat dikatakan sebagai
hipogli kemia. Magee dkk (1993) melaporkan bahwa 4% bayi dari
ibu DMG mendapat terapi intravena untuk hipoglikemia.
6. Hipokalsemia dan hipomagnesemia

11
Bayi dikatakan hipokalsemia bila kadar kalsium darahnya < 7
mg/dl (kalsium ion <3 mg/dl). Kadar kalsium terendah terjadi pada
24-72 jam setelah lahir. Beratnya hipokalsemia berhubungan
dengan tingkat terkendalinya kadar glukosa ibu DMG. Bayi
mengidap hipomagnesemia bila kadar magnesium < 1,5 mg/dl.
Biasanya hipomagnesemia terjadi bersamaan dengan hipokalsemia.
7. Hiperbilirubinemia
Meningkatnya kadar bilirubin indirek terjadi akibat pengrusakan
eritrosit yang berlebihan. Kerusakan eritrosit ini mungkin karena
perubahan yang terjadi pada membrane eritrosit.
8. Polistemia dan hiperviskositas
Penyebabnya masih kurang jelas, mungkin karena meningkatnya
kadar eritropoetin darah atau meningkatnya produksi sel darah
merah akibat hipoksia intrauterine kronik pada ibu dengan kelainan
vascular.
9. Asfiksia perinatal
Asfiksia perinatal kemungkinan disebabkan oleh makrosomia,
prematuritas, penyakit vascular ibu yang menyebabkan hipoksia
intrauterine atau pada bayi yang lahir dengan seksio sesarea.
10. Sindrom Gawat Nafas Neonatal (SGN/RDS)
Kejadian sindrom gawat napas neonatal berkorelasi dengan tingkat
pengendalian kadar glukosa ibu DMG. Angka kejadian sindrom
gawat napas jelas sekali menurun pada ibu DMG dengan kadar
glukosa darah yang terkendali baik. Sebagian lagi gawat napas ini
disebabkan karena prematuritas, dengan produksi surfaktan paru
belum cukup atau bayi dilahirkan dengan seksio secarea.
Hiperinsulinemia janin dapat menghambat pematangan paru karena
kerja insulin yang belawanan dengan kortisol.
11. Anomali yang penting meningkat tiga kali lipat pada janin dari
wanita yang menderita diabetes nyata.
12. Mobiditas sering terjadi pada bayi baru lahir. Pada sebagian kasus,
morbiditas bersifat langsung dan terjadi akibat cedera lahir sebagai

12
konsekuensi dari makrosomia janin dengan disproporsi antara
ukuran bayi dan panggul ibu. Pada kasus-kasus lainnya, keadaan
ini bersifat tidak langsung dan berbentuk gangguan respirasi yang
berat serta penyimpangan metabolisme yang mencakup keadaan
hipoglikemia dan hipokalsemia.
13. Bayi dapat mewarisi paling tidak predisposisi untuk terjadinya
penyakit diabetes.
2.1.7 Tanda dan gejala klinis
1. Mata kabur . 
2. Poliuria. 
3. Pruritus vulva.
4. Polidipsi. 
5. Ketonemia.
6. Lemas. 
7. Glikosuria.
8. BB menurun. 
9. Gula darah 2 jam pp > 200 mg/dl.
10. Kesemutan. 
11. Gula darah sewaktu &200 mg/dl.
12. Gatal. 
2.1.8 Prognosis
1. Bila penyakit ditangani oleh dokter ahli penyakit dalam serta
kehamilan dan persalinan diawasi dan ditolong oleh ahli kebidanan
umumnya prognosis baik.
2. Diabetes berat dan diderita lama apalagi ada komplikasi prognosis
baik.
3. Prognosis bagibayi jelek; faktor-faktor yang meninggikan mordibitas
dan moralitas bayi adalah:
a. Berat dan lamanya sakit dan adanya asetonuri
b. Insufisiensi plasenta
c. Komplikasi dan distosia persalinan
d. Sindrom gawat nafas (respiratory stress sindrome)

13
e. Prematuritas dan cacat bawaan
f. Angka kematian perinatal kira-kira 10-15 %.
2.1.9 Perinatal
Kematian perinatal bayi dengann ibu DMG sangat tergantung dari
keadaan hiperglikemia ibu.
1. Makrosomia
2. Ibu dengan DMG 40% akan melahirkan bayi dengan BB
berlebihan pada semua usia kehamilan. Makrosomia
mempertinggi terjadinya trauma lahir, sindrom aspirasi
mekoneum dan hipertensi pulmonal persisten. Trauma lahir
biasanya terjadi akibat distosia bahu, sehingga dapat
menyebabkan fraktur humerus, klavikula, palsi Erb syaraf
frenikus, bahkan kematian janin.
3. Sekitar 20-50% bayi dengan ibu DMG mengalami hipoglikemia
(GD < 30 mg/dl) pada 24 jam pertama setelah lahir dan biasanya
terjadi pada bayi makrosomia.
4. Hambatan pertumbuhan janin Ibu DMG dengan komplikasi
vaskular akan memberikan bayi dengan BB rendah pada
kehamilan 37-40 minggu. Hal ini dapat terjadi juga karena adanya
perubahan metabolik ibu selama masa awal persalinan.
5. Cacat bawaan Kejadian cacat bawaan adalah 4,1% BIDMG.
Cacat bawaan terjadi paling banyak pada kehamilan dengan DMG
yang tidak terpantau sebelum kehamilan dan pada trimester
pertama. Lima puluh persen kematian perinatal disebabkan
kelainan jantung (TAB, VSD, ASD), kelainan ginjal (agenesis
ginjal), kelainan saluran cerna (situs inversus, syndrome kolon
kiri kecil), kelainan neurologi dan skelet. Kekerapan cacat
bawaan ringan lebih besar, mencapai sekitar 20%.
6. Hipokalsemi dan hipomagnesemia Bayi dikatakan hipokalsemia
bila kadar kalsium darahnya < 7 mg/dl (kalsium ion < 3 mg/dl).
Beratnya hipokalsemia berhubungan dengan tingkat terkendalinya
kadar glukosa ibu DMG. Bayi mengidap hipomagnesemia bila

14
kadar magnesium < 1,5 mg/dl. Biasanya hipomasgnesemia terjadi
bersamaan dengan hipokalsemia.
7. Hiperbilirubinemia Meningkatnya kadar bilirubin indirect pada
20-25% BIDMG, akibat pengrusakan eritrosit yang mungkin
terjadi karena perubahan pada membran eritrosit.
8. Polisitemia hematologis
9. Asfiksia perinatal Asfiksia perinatal terjadi pada 25% BIDMG,
mungkin disebabkan oleh makrosomia, prematuritas, penyakit
vaskulat ibu yang menyebabkan hipoksia intrauterin atau pada
bayi yang lahir dengan seksio sesarea.
10. Syndrom gawat nafas neonatal Kejadian sindrom gawat nafas
neonatal berkolerasi dengan tingkat pengendalin kadar glukosa
ibu DMG. Angka kejadian sindrom gawat nafass jelas sekali
menurun pada ibu DMG dengan kadar glukosa darah yang
terkendali baik. Sebagian lagi gawat nafas ini disebabkan karena
prematuritas, dengan produksi surfaktan paru belum cukup atau
bayi dilahirkan dengan sseksio sesarea.

Pada ibu :
11. Hipertensi
Gestational diabetes akan meningkatkan resiko ibu untuk
mengalami tekanan darah yang tinggi selama kehamilan. Hal
tersebut juga akan meningkatkan resiko ibu untuk terkena
preeclampsia dan eclampsia, yaitu 2 buah komplikasi serius dari
kehamilan yang menyebabkan naiknya tekanan darah & gejala
lain, yang dapat membahayakan ibu maupun sang buah hati.
12. Preeklampsia – Eklampsia
Peningkatan resiko operasi Caesar

2.1.10 Pengobatan Insulin


Daya tahan terhadap insulin meningkat dengan makin tuanya
kehamilan, yang dibebaskan oleh kegiatan antiinsulin
plasenta.Penderita yang sebelum kehamilan sudah memerlukan insulin

15
diberi insulin dosis yang sama dengan dosis diluar kehamilan sampai
ada tanda-tanda bahwa dosis perlu ditambah atau dikurangi.
Perubahan-perubahan dalam kehamilan memudahkan terjadinya
hiperglikemia dan asidosis tapi juga manimbulkan reaksi
hipoglikemik. Maka dosis insulin perlu ditambah/dirubah menurut
keperluan secara hati-hati dengan pedoman pada 140 mg/dl.
Pemeriksaan darah yaitu kadar post pandrial.
Terutama pada trimester I mudah terjadi hipoglikemia apabila dosis
insulin tidak dikurangi karena wanita kurang makan akibat emisis dan
hiperemisis gravidarum. Sebaliknya dosis insulin perlu ditambah
dalam trimester II apabila sudah mulai suka makan , lebih-lebih dalam
trimester III.
Selama berlangsungnya persalinan dan dalam hari-hari berikutnya
cadangan hidrat arang berkurang dan kebutuhan terhadap insulin
barkurang yang mengakibatkan mudah mengalami hipoglikemia bila
diet tidak disesuaikan atau dosis insulin tidak dikurangi. Pemberian
insulin yang kurang hati-hati dapat menjadi bahaya besar karena
reaksi hipoglikemik dapat disalah tafsirkan sebagai koma diabetikum.
Dosis insulin perlu dikurangi selama wanita dalam persalinan dan
nifas dini. Dianjurkan pula supaya dalam masa persalinan diberi infus
glukosa dan insulin pada hiperglikemia berat dan keto asidosis diberi
insulin secara infus intravena dengan kecepatan 2-4 satuan/jam untuk
mengatasi komplikasi yang berbahaya.

2.1.11 Penanggulangan Obstetri


Pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup dikuasi
dengan diit saja dan tidak mempunyai riwayat obstetri yang buruk,
dapat diharapkan partus spontan sampai kehamilan 40 minggu. lebih
dari itu sebaiknya dilakukan induksi persalinan karena prognosis
menjadi lebih buruk. Apabia diabetesnya lebih berat dan memerlukan
pengobatan insulin, sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini sebaiknya
kehamilan 36-37 minggu. Lebih-lebih bila kehamilan disertai
komplikasi, maka dipertimbangkan untuk menghindari kehamilan

16
lebih dini lagi baik dengan induksi atau seksio sesarea dengan terlebih
dahulu melakukan amniosentesis. Dalam pelaksanaan partus
pervaginam, baik yang tanpa dengan induksi, keadaan janin harus
lebih diawasi jika mungkin dengan pencatatan denyut jantung janin
terus – menerus.

2.1.12 Pencegahan
1) Primer : untuk mengurangi obesitas dan BB
2) Sekunder : deteksi dini, kontrol penyakit hipertensi, anto rokok,
perawatan
3) Tersier :
a. Pendidikan tentang perawatan kaki, cegah ulserasi, gangren
dan amputasi.
b. Pemeriksaan optalmologist
c. Albuminuria monitor penyakit ginjal
d. Kontrol hipertensi, status metabolic dan diet rendah protein
e. Pendidikan pasien tentang penggunaan medikasi untuk
mengontrol medikasi

17
BAB III
TINJAUAN KASUS TEORI

Tanggal pengkajian : Tanggal dilakukannya pengkajian


Oleh : Orang yang mengkaji
Tempat : Tempat dilakukan pengkajian

3.1 Konsep Asuhan Kebidanan


3.1.1 Pengkajian Data
a. Data Subjektif
Data subyektif adalah data yang diperoleh hanya melalui klien,
semua data yang dirasakan dan disampaikan klien kepada bidan
(Depkes, RI, 1993 : 126)
1. Identitas klien dan suami menurut (Nursalam, 2002)
a. Nama
Dikaji untuk mengenal dan mengetahui pasien, agar tidak keliru
dalam memberikan penanganan.
b. Umur
Dikaji untuk mengetahui umur pasien. Umur ibu hamil yang
terlalu muda lebih potensial terhadap.
c. Agama
Dikaji untuk memberi motivasi pasien sesuai dengan agamanya.
d. Suku / Bangsa
Dikaji untuk mengetahui faktor bawaan atau ras pasien.
e. Pendidikan
Dikaji untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien, sehingga
mempermudah dalam memberikan pendidikan
kesehatan.Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap dan perilaku
ibu terhadap terjadinya.
f. Pekerjaan

18
Dikaji untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan
terhadap permasalahan kesehatan, serta dapat menunjukkan
tingkat keadaan ekonomi keluarga.
g. Alamat
Dikaji untuk mengetahui tempat tinggal pasien, serta
mempermudah pemantauan.
2. Keluhan utama, yaitu keluhan utama yang dirasakan oleh ibu
dan menjadi alasan untuk kontrol, ibu dengan diabetes melitus
gestasional mengeluh gejala khas diabetes seperti kencing,
sering haus, sering lapar, jika luka sulit sembuh, kesemutan.
Pada ketoasidosis diabetikum mengeluh mual, muntah, haus,
nafas sulit, nafas bau aseton. (Hidayat, 2019)
3. Riwayat kesehatan untuk mengetahui kondisi kesehatan ibu
yang nantinya dapat berpengaruh pada proses kehamilannya.
Riwayat kesehatan ibu yang lalu, riwayat kesehatan ibu yang
sekarang dan riwayat kesehatan keluarga, seperti adakah riwayat
penyakit diabetes, hipertensi, penyakit bawaan atau penyakit
menular lainnya.
Riwayat kesehatan ibu
a) DM
Bila ada tiga tanda utama yang biasanya terdapat pada
penderita DM yaitu poliuria (sering kencing), polidipsi
(sering haus, dan poliphagi ( sering lapar). Terdiagnosa
DM sebelum hamil.
b) Hipertensi
Waspadai adanya hipertensi dan preekslamsia pada kasus
DM
c) Jantung
Bila ditandai dengan mudah lelah, Jantung berdebar,
sesak nafas, angina pectoris, pembesaran vena jugularis,
oedema, tangan berkeringat, hepatomegali, takhikardi,
kardiomegali.

19
d) Ginjal
Bila ditandai dengan fatigue, malaise, gagal tumbuh,
pucat, lidah kering, poliuria, oliguri, hipertensi,
proteinuria, nokturia. Waspadai gejala yang sama dengan
DM

Riwayat kesehatan keluarga:


a) Untuk mengidentifikasi adanya penyakit dalam keluarga
yang berpotensi mempengaruhi kondisi kesehatan ibu
saat ini.
b) Bila ditelusuri mengenai riwayat keluarga dan ditemukan
anggota keluarga yang menderita DM, maka ibu hamil
memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan dengan ibu
dari keluarga yang tidak memiliki riwayat penyakit DM
untuk mewarisi gen pencetus penyakit Diabetes Melitus.
4. Riwayat untuk mengetahui riwayat menstruasi antara lain adalah
menarche, siklus menstruasi, lamanya menstruasi, banyaknya
darah, teratur atau tidak teratur, sifat darah, keluhan utama yang
dirasakan saat haid, dan menstruasi terakhir yang dapat
digunakan sebagai dasar untuk perhitungan tanggal kehamilan
dan perkiraan kelahiran (Wiknjosastro, 2006).
5. Riwayat perkawinan, untuk perkawinan Dikaji untuk
mengetahui sudah berapa lama ibu menikah, dengan suami
sekarang merupakan istri yang ke berapa, dan mengetahui
berapa jumlah anaknya (Varney, 2004).
6. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu berisi riwayat
obstetri, tanggal partus, tempat partus, umur kehamilan, jenis
persalinan, penolong persalinan, penyulit persalinan, berat badan
dan panjang bayi saat lahir, keadaan anak sekarang, lama
menyusui, dan penyulit nifas. Pada kasus diabetes mellitus
kemungkinan ada riwayat bayi besar (> 4000 gram), kesulitan
persalinan, distosia bahu, inersia uteri, perdarahan, riwayat

20
abortus berulang, riwayat cacat congenital, riwayat cacat
congenital, riwayat IUFD, riwayat preeclampsia.
7. Riwayat kehamilan ini meliputi: HPHT, HPL, Usia Kehamilan,
Keluhan saat kehamilan
8. Riwayat keluarga berencana, meliputi: metode yang pernah
dipakai, lama memakai KB dan komplikasi dari KB
9. Pola kebiasaan sehari-hari, meliputi:
1. Pola nutrisi
ada perubahan frekuensi makan karena lapar yang dirasakan
ibu akibat dehidrasi dan starvasi. Sejumlah kalori hilang ke
dalam air kemih, penderita mengalami penurunan berat
badan. Untuk mengkonsumsikan hal ini penderita sering
kali merasakan lapar sehingga banyak makan (poliphagi),
untuk minum > 8-9 gelas per hari karena pada penderita
DM terdapat polyuria dan penderita merasakan haus yang
berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi)
2. Pola Eliminasi
Sering kencing (poliuri), glukosa akan sampai ke urine. Jika
kadarnya lebih tinggi lagi, maka ginjal akan membuang air
tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa
yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam
jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih
dalam jumlah banyak (poliuri). Pada penderita DM sering
ditemui adanya ISK karena respon terhadap infeksi
menurun, penting untuk mengkaji adakah nyeri saat BAK,
dan perasaan panas.
10. Pola aktivitas ibu hamil dengan DMG cenderung mudah merasa
lelah sehingga akan berpengaruh pada aktivitas harian (Arie,
2017)
11. Istirahat dikaji untuk mengetahui pola istirahat dan tidur pasien,
berapa lama kebiasaan tidur siang dan tidur malam. Pada ibu
hamil dengan DGM kebutuhan istirahat akan berkurang

21
dikarenakan adanya gangguan rasa nyaman karena ibu dengan
DGM sering merasa ingin BAK (Ambarwati&Wulandari, 2008)
b. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Kesadaran
Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik,
lemah atau buruk (Alimul, 2006).
b. Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah
komposmentis, apatis, somnolen (Alimul, 2006).
c. Tanda-tanda vital
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi
dengan nilai satuannya mmHg. Keadaan ini sebaiknya
antara 90/60 – 130/90 mmHg atau peningkatan sistolik
tidak lebih dari 30 mmHg dan peningkatan diastolik
tidak lebih dari 15 mmHg dari keadaan normal pasien
atau paling sedikit pada pengukuran 2 kali berturut-turut
pada selisih 1 jam (Manuaba, 2007).n
d. Antropometri
BB sebelum hamil dan saat hamil untuk mengetahui
penambahan sesuai dengan usia kehamilan. Obesitas
diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi
terhadap insulin, mungkin dalam suatu kaitan dengan
pengeluaran dari adipokinase (suatu kelompok hormone)
yang merusak toleransi glukosa. Resiko Diabetes
Gestasional akan meningkat jika berat badan 20% lebih
besar dari berat badan ideal
Tinggi: Minimal 145 cm untuk menapis CPD
LILA: untuk mengetahui status gizi, normalnya lebih
23,5 cm.
2. Pemeriksaan fisik

22
a. Rambut: Untuk mengetahui rambut rontok atau tidak,
menilai warnanya, kelebatan, dan karakteristik rambut
(Alimul, 2006).
b. Muka: Untuk mengetahui apakah simetris atau tidak
(Alimul, 2006). Muka pucat atau tidak, ada oedem dan
cloasma gravidarum atau tidak. Pada ibu hamil
hiperemesis gravidarum grade II muka terlihat pucat
(Wiknjosastro, 2005).
c. Mata: Untuk mengetahui ada oedema atau tidak,
keadaan conjungtiva pucat atau merah muda, warna sclera
putih atau kuning, mata cekung atau tidak. Pada ibu hamil
hiperemesis gravidarum grade II mata terlihat cekung,
mata ikterik (Alimul, 2006).
d. Hidung: normalnya tidak ada polip/kelainan bentuk,
kebersihan cukup
e. Telinga: Untuk mengetahui keadaan telinga simetris
atau tidak, ada serumen atau tidak (Alimul, 2006).
f. Mulut: Untuk mengetahui keadaan mulut adakah caries,
bersih atau tidak, keadaan bibir kering atau tidak, lidah
kotor dan berbau aseton atau tidak. , lidah kering (Alimul,
2006).
g. Gizi: normalnya tidak ada caries atau keropos jika ada
menandakan ibu kurang kalsium
h. Leher: Untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar
gondok atau pembesaran kelenjar limfe (Alimul, 2006).
i. Payudara: Untuk mengetahui keadaan payudara
membesar atau tidak, putting susu menonjol atau tidak,
areola hiperpigmentasi atau tidak, keadaan axilla ada
benjolan dan nyeri atau tidak (Farrer, 2002).
j. Abdomen: terdapat linea nigra, strie gravidarum dan
terdapat pembesaran abdomen. Palpasi leopold I, II, III

23
dan IV. TFU ibu dengan DGM akan lebih besar harus
diwaspadai makrosomnia
Palpasi
1. Leopold I: normal, TFU sesuai dengan usia
kehamila. Leopold I untuk mengetahui TFU dan
bagian yang teraba di fundus
2. Leopold II: normal teraba bagian panjang keras
seperti papan pada satu sisi dan sisi lain samping
kiri atau kanan ibu teraba bagian kecil, untuk
mengetahui bagian kecil, untuk mengetahui
bagian yang ada di samping kanan dan kiri ibu
3. Leopold III: mengetahui bagian terendah janin
dan apakah masih bisa digoyangkan.
4. Leopold IV: mengetahui seberapa jauh masuknya
bagian terendah janin ke dalam PAP
5. Auskultasi: Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui adanya DJJ karena merupakan tanda
pasti kehamilan. Terdengarnya DJJ menunjukkan
bahwa janin dalam keadaan hidup (Manuaba,
2007).
6. DJJ: normal terdengar di bawah pusat ibu dan
jumlahnya antara 120x-160x/mnt

k. Genetalia: Untuk mengetahui adanya varices atau tidak,


mengetahui apakah ada pembengkakan kelenjar
bartolini, mengetahui pengeluaran yaitu perdarahan dan
flour albus (Wiknjosastro, 2005)
l. Anus: Adanya haemoroid atau tidak adanya varices atau
tidak (Wiknjosastro, 2005)
m. Ekstremitas: Untuk mengetahui adanya oedema atau
tidak, adanya varices, reflek patella positif atau negatif,
betis merah lembek atau keras (Wiknjosastro, 2005).

24
1. Pemeriksaan laboratorium, terdiri dari darah dan urin. Darah
yang diperiksa kadar Hb, golongan darah, HbsAg, dan HIV.
Pemeriksaan
- Urine :
- Reduksi : +2
- DM: albumin : negatif
- Darah :
- Hb : 11 gr/dl
- Glukosa darah : beban 50 gr > 135 mg/dl
TTGO 100 gr puasa : > 95 ml/dl
1 jam PP > 180 ml/dl
2 jam PP > 155 ml/dl
3 jam PP > 140 ml/dl
Pemeriksaan rutin GDP > 95 ml/dl: 2 jam PP > 155 ml/dl
(Varney, 2006)
2. Pemeriksaan USG
Untuk mengkonfirmasi usia kehamilan, pemantauan
kesejahteraan janin dan pertumbuhan janin, menilai IUGR
atau makrosomia, mengevaluasi keadaan plasenta dan TBBJ
3.1.2 Diagnosa/Masalah
1. Diagnosa
Merupakan diagnosa yang ditegakkan setelah melalui hasil
pemeriksaa.
2. Masalah
Merupakan apa yang dikhawatirkan pada kehamilan, dan masalah
yang dijumpai pada kehamilan tersebut. Kekhawatiran ibu dan
keluarga karena kondisi kehamilan dengan DM
3.1.3 Diagnosa Potensial
Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian diagnosis dan masalah yang
sudah teridentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

25
memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat
waspada dan bersiap-siap bila diagnosa masalah potensial ini benar-
benar terjadi (Frisca Tresnawati,2012). Merupakan masalah yang
berpotensi minor masalah atau diagnosa potensial ditegakkan
berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah ditentukan. Pada DMG
yakni, Abortus pada hamil muda, Makrosomia, IUGR (Intra Uterine
Grownt Restriction), Hidramnion, dan preeklamsia
3.1.4 Tindakan Segera
Mencakup tentang tindakan segera untuk menangani
diagnosa/masalah potensial yang dapat berupa konsultasi, kolaborasi
dan rujukan. (Ali, 2007). Untuk ibu hamil dengan DGM:
a. Abortus hamil muda
Rujukan
b. Makrosomia
Kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi untuk diet ibu hamil
dengan DGM
c. IUGR
Rujukan
d. Hidramnion
Rujukan
e. Preeklamsia
Rujukan

3.1.5 Rencana Tindakan dan Rasional

Merupakan pengembangan rencana perawatan yang komprehensif


ditentukan oleh langkah sebelumnya.

Langkah ini adalah sebuah perluasan dari mengidentifikasi


masalah dan diagnosa yang telah diantisipasi data yang terbaru dan
juga melibatkan usaha untuk memperoleh bagian tambahan dari data
apapun yang hilang (Varney, 2008).

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan dan kondisi kehamilan pada ibu


dan keluarga.

26
R/: ibu dan keluarga mengetahui tentang keadaan kehamilannya
sehingga dapat menentukan tindakan yang tepat untuk menjaga
kesehatan diri ibu dan janinnya.
2. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
R/: Penatalaksanaan DMG dilakukan secara terpadu oleh spesialis
penyakit dalam, spesialis obstetric ginekologi, ahli gizi dan
spesialis anak. Penting untuk pemeriksaan USG rutin antara 18-
20 minggu untuk skrining adanya kelainan janin, pertumbuhan
janin, placenta, polihidramnion, makrosomia
3. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga tentang tanda-tanda
bahaya kehamilan, tanda-tanda hipoglikemia, hiperglikemia dan
tanda-tanda persalinan.
R/: ibu dan keluarga mengetahui tanda-tanda bahaya, tanda-tanda
hipoglikemia dan tanda-tanda persalinan sehingga dapat
menghubungi tenaga kesehatan/RS tepat waktu.
4. Mendiskusikan tentang rencana persalinan dan kemungkinan
kegawatdaruratan.
R/: ibu dan keluarga harus mempersiapkan persalinan dan
kemungkinan kegawatdarutan agar tidak terjadi keterlambatan
dalam penanganan jika terjadi kegawatdaruratan
5. Berikan dukungan psikologis padan ibu dan keluarga.
R/ tujuannya membantu ibu untuk memahami dan mengatasi
stress fisik, emosi dan psikososial karena ia menderita DMG.
6. Rujuk klien ke ahli gizi untuk konseling control diet.
R/ Mengajarkan ibu untuk mengontrol diet sesuai dengan yang
dianjurkan dan melakukan olah raga/latihan yang optimal, seperti
berjalan, berenang, latihan lengan dll 20-30 menit sehari.
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan antenatal secara
teratur. Jadwal kunjungan yang dianjurkan : setiap 2 minggu dari
penemuan diagnosis sampai 36 minggu, setiap minggu dari 36
minggu sampai lahir, atau lebih sering jika ada indikasi
R/ pemantauan antenatal teratur untuk;

27
- Evaluasi rutin TFU dengan McDonald, tekanan darah, TBBJ,
glukosa urine, keton, protein, dan leukosit.
- Evaluasi kadar glukosa klien. Jika kadar gula puasa atau
postprandial naik secara konsisten maka berikan insulin.
- Pemantauan janin (NST, BioPhisicalProfile, indeks cairan
amnion). Waktu pemantauan tidak ada kesepakatan. Tapi jangan
lebih dari 40 minggu. Beberapa faksilitas menganjurkan
pemeriksaan setiap minggu rutin mulai 34 minggu untuk ibu
dengan DM tanpa komplikasi. Dianjurkan lebih awal pada ibu
yang kadar glukosa rendah, butuh insulin, suspect IUGR, riwayat
bayi mati.
3.1.6 Pelaksanaan Rencana Tindakan
Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah
ditentukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan. Dalam pelaksanaan ini bidan melakukan
secara mandiri dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain.
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan dan kondisi kehamilan pada ibu
dan keluarga.
2. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
3. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga tentang tanda-tanda
bahaya kehamilan, tanda-tanda hipoglikemia, hiperglikemia dan
tanda-tanda persalinan.
4. Mendiskusikan tentang rencana persalinan dan kemungkinan
kegawatdaruratan.
5. Rujuk klien ke ahli gizi untuk konseling control diet.
6. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan antenatal secara
teratur. Jadwal kunjungan yang dianjurkan : setiap 2 minggu dari
penemuan diagnosis sampai 36 minggu, setiap minggu dari 36
minggu sampai lahir, atau lebih sering jika ada indikasi

2.2.1 Evaluasi
Bidan mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini
mencakup evaluasi tentang pemenuhan kebutuhan, apakah benar-

28
benar telah terpenuhi sesuai dengan masalah dan diagnosis yang telah
teridentifikasi. Rencana tersebut dapat dianggap efektif apabila
memang telah dilaksanakan secara efektif. Bisa saja sebagian dari
terncana tersebut telah efektif sedangkan sebagaian lagi belum.
Mengingat manajemen asuhan kebidanan merupakan suatu kontinum,
bidan perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak
efektif melalui prosses manajemen untuk mengidentifikasikan
mengapa proses menajemen tersebut tidak efektif serta melakukan
penyesuaian pada rencana asuhan. Langkah-langkah dalam proses
manajemen umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas
proses pemikiran yang memengaruhi tindakan serta berorientasi pada
proses klinis. Proses manajemen tersebut berlangsung di dalam
tatanan klinis, dan dua langkah terkahir bergantung pada klien dan
situasi klinik. Oleh sebab itu, tidak mungkin proses manajemen ini
dievaluasi hanya dalam bentuk tulisan saja. (Saminem, 2010).

a.

29
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Ibu dengan diabetes melitus memiliki faktor resiko tinggi untuk
mengalami komplikasi- komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dan
janinnya, sehingga ibu yang hamil dengan diabetes mellitus
memerlukan asuhan kebidanan yang lebih intensif.
2. Diagnosa dan antisipasi diagnosa potensial kepada ibu hamil dengan
Diabetes Mellitus Gestasional adalah makrosomia, abortus hamil muda,
makrosomia, IUGR Hidramnion, Preeklamsia
3. Menyusun rencana asuhan kepada ibu hamil dengan Diabetes Mellitus
Gestasional adalah dengan memberi pemahaman ibu tentang diabetes
mellitus meliputi pengertian DMG, tanda dan gejala, serta kolaborasi
dengan ahli gizi untuk mengatur diet dan nutrisi ibu, juga kolaborasi
dengan dokter SPOG untuk mengetahui keadaan janinnya
4.2 Saran
1. Bagi Ibu Hamil
Ibu hamil dan keluarga diharapkan lebih kooperatif dalam menerima
asuhan yang diberikan dan bersedia melaksanakan anjuran-anjuran yang
diberikan.
2. Bagi Bidan
Dapat senantiasa membimbing mahasiswa praktik dalam mecari ilmu dan
mencari pengalaman. Untuk selalu memberikan pelayanan dengan
kualitas terbaik bagi kliennya
3. Bagi Mahasiswa
Dapat menjadikan laporan ini sebagai pertimbangan dasar untuk
menyusun laporan selanjutnya.

30
DAFTAR PUSTAKA

Asrinah, dkk.2010.Konsep kebidanan. Yogyakarta: Graha Ilmu


Fadlun, Feryanto Achmad. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta :
Salemba Medika
Soegondo, Sidartawan; dkk. 1995. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Terpadu. Jakarta : FKUI
Wiknjosastro H. 2005. Ilmu Kandungan. 3rd ed. Jakarta: Yayasan Bina.
Pustaka
Saminem. 2009. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan Normal. Jakarta: EGC
Varney.2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

Trisnawati, Frisca. 2012. Asuhan Kebidanan. Jilid I. Jakarta: PT. Prestasi


Pustakarya

31

Anda mungkin juga menyukai