Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN GAWAT DARUDAT BAYI BARU LAHIR


DENGAN MEKOMIUM ASPIRASI SINDROM (MAS)
RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA
Tanggal Praktik : 24 Mei – 5 Juni 2021

Oleh

Nama : Anita Dwi Pratiwi

Nim : P27824118067\

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

JURUSAN KEBIDANAN

PRODI D3 KEBIDANAN KELAS REGULER B

TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan komprehensif asuhan kebidanan pada bayi Ny “X” yang disusun oleh
mahasiswa semester III Prodi D3 Kebidanan Jurusan Kebidanan Kampus Sutomo Surabaya
tahun akademik 2020/2021 ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Tempat praktik : RSI Surabaya
Tangal praktik : 24 Mei 2021 s/d 5 Juni 2021

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Astuti Setiyani SST. M. Kes Ervi Husni, S. Kep.Ns., M. Kes Ayu Agustina S.Kep.Ns.
NIP. 196810201988032001 NIP. 197003181990012001

Mengetahui
Ka. Prodi DIII Kebidanan

Dwi Wahyu Wulan S. SST, M. Keb


NIP. 197910302005012001

Dosen Tabulasi

Astuti Setiyani SST. M. Kes

NIP. 196810201988032001
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Individu Neonatus Fisiologis.

Pada kesempatan ini juga penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:

1. Astuti Setiyani, SST., M.Keb selaku Kepala Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan Surabaya dan selaku pembimbin pendidikan Prodi DIII
Kebidanan Sutomo Politeknik Kesehata Kementrian Kesehatan Surabaya.

2. Dwi Wahyu Wulan S, SST., M.Keb selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan Sutomo
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Surabaya.
3. Queen Khoirun Nisa Mairo, SST., M.Keb selaku pembimbing pendidikan Prodi DIII
Kebidanan Sutomo Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Surabaya.
4. Ayu Agustina S.Kep.Ns selaku pembimbing lahan praktik Ruang NICU RSI Surabaya

5. Serta semua pihak yang telah membantu sampai laporan praktikum ini selesai.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang
penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan
kesempurnaan dalam pembuatan laporan selanjutnya. Semoga laporan praktik klinik ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Surabaya, 26 Juni 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iv
BAB I.....................................................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................5
1.2 Tujuan...................................................................................................................................6
1.3 Manfaat.................................................................................................................................6
1.4 Pelaksanaan..........................................................................................................................6
1.5 Sistematika Penulisan...........................................................................................................7
BAB II...................................................................................................................................................8
2.1.1 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir.....................................Error! Bookmark not defined.
2.1.2 Konsep Dasar MAS......................................................................................................8
2.1.3 Patofisiologi...................................................................................................................8
2.1.4 Etiologi...........................................................................................................................9
2.1.5 Gejala Klinis..................................................................................................................9
2.1.6 Diagnosa Penegak.......................................................................................................10
2.2.1 Pengkajian Data..........................................................................................................10
2.2.2 Diagnosa......................................................................................................................17
2.2.3 Diagnosa Potensial......................................................................................................17
2.2.4 Tindakan Segera.........................................................................................................17
2.2.5 Rencana Tindakan dan Rasional...............................................................................18
2.2.6 Pelaksanaan Rencana Tindakan................................................................................19
2.2.7 Evaluasi.......................................................................................................................20
BAB IV................................................................................................................................................21
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi neonatal masih merupakan masalah di bidang pelayanan Perinatologi
dengan angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi dengan berbagai latar
belakang penyebab. Air ketuban keruh bercampur mekonium (selanjutnya disebut
AKK) dapat menyebabkan sindrom aspirasi mekonium (SAM) yang mengakibatkan
asfiksia neonatorum yang selanjutnya dapat berkembang menjadi infeksi neonatal.
Diagnosis berdasarkan atas penemuan pemeriksaan radiologis. Penyebab SAM belum
jelas mungkin terjadi intra uterin atau segera sesudah lahir akibat hipoksia janin kronik
dan asidosis serta kejadian kronik intra uterin. Faktor risiko SAM adalah skor Apgar
<5 pada menit ke lima, mekonium kental, denyut jantung yang tidak teratur atau tidak
jelas, dan berat lahir. Diagnosis infeksi neonatal sulit, didasarkan atas anamnesis,
pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang. Banyak panduan atau sistem skor
untuk menegakkan diagnosis infeksi neonatal. Salah satu panduan yang dapat
digunakan untuk mendiagnosis infeksi neonatal adalah panduan WHO yang sudah
diadaptasi di Indonesia. Diagnosis pasti ditegakkan dengan biakan darah, cairan
serebrospinal, urin, dan infeksi lokal. Petanda diagnostik sangat berguna sebagai
indikator sepsis neonatal karena dapat meningkatkan sensitivitas dan ketelitian
diagnosis serta berguna untuk memberikan menghentikan secara dini terapi antibiotik.
Namun tidak ada satupun uji diagnostik terbaru tunggal yang cukup sensitif dan
spesifik. (Sari Pediatri 2019)
Sindroma aspirasi mekonium (SAM) merupakan sekumpulan gejala yang
diakibatkan oleh terhisapnya cairan amnion mekonial ke dalam saluran pernafasan
bayi. Sindroma aspirasi mekonium (SAM) adalah salah satu penyebab yang paling
sering menyebabkan kegagalan pernapasan pada bayi baru lahir aterm maupun post-
term. Kandungan mekonium antara lain adalah sekresi gastrointestinal, hepar, dan
pancreas janin, debris seluler, cairan amnion, serta lanugo. Cairan amnion mekonial
terdapat sekitar 10-15% dari semua jumlah kelahiran cukup bulan (aterm), tetapi SAM
terjadi pada 4-10% dari bayi-bayi ini, dan sepertiga diantara membutuhkan bantuan
ventilator. Adanya mekonium pada cairan amnion jarang dijumpai pada kelahiran
preterm. Resiko SAM dan kegagalan pernapasan yang terkait, meningkat ketika

5
mekoniumnya kental dan apabila diikuti dengan asfiksia perinatal. Beberapa bayi yang
dilahirkan dengan cairan amnion yang mekonial memperlihatkan distres pernapasan
walaupun tidak ada mekonium yang terlihat dibawah korda vokalis setelah kelahiran.
Pada beberapa bayi, aspirasi mungkin terjadi intrauterine, sebelum dilahirkan.1,3
1.2 Tujuan
1.1.1. Tujuan Umum

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir dengan MAS
diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang keadaan dan masalah-
masalah yang mungkin terjadi pada bayi baru lahir dengan pendekatan
Managemen Kebidanan menurut Varney
1.1.2. Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu:
1. Pengkajian data baik subjektif maupun objektif bayi baru lahir dengan
MAS
2. Interpretasi data dasar pada bayi baru lahir dengan MAS
3. Diagnosa potensial pada bayi baru lahir dengan MAS
4. Tindakan segera pada bayi baru lahir dengan MAS
5. Perencanaan tindakan pada bayi baru lahir dengan MAS
6. Pelaksanaan tindakan pada bayi baru lahir dengan MAS
7. Evaluasi tindakan pada bayi baru lahir dengan MAS

1.3 Manfaat
Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan pengalaman
dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara langsung pada ibu sehingga dapat
digunakan sebagai berkas penulis didalam melaksanakan tugas sebagai bidan dan
memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan untuk lebih meningkatkan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat dan selalu menjaga mutu pelayanan.

1.4 Pelaksanaan
Asuhan kebidanan ini dilakukan ketika mahasiswa melaksanakan praktik klinik di
Rumah Sakit Islam Surabaya pada,
Tanggal pengkajian : 25 Mei
Tempat pengkajian : Ruang NICU RSI Surabaya

6
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika uraian makalah ini terdiri dari tiga bagian yaitu pendahuluan yang
meliputi latar belakang masalah, tujuan, sistematika uraian. Kedua isi atau kajian teori.
Ketiga tinjauan kasus teori yang meliputi konsep setiap data pasien. Keempat penutup
yang berisi kesimpulan dan saran dilengkapi dengan daftar pustaka.

7
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Konsep Dasar MAS


Mekonium aspirasi syndrom (MAS) adalah suatu kondisi medis yang
mempengaruhi bayi baru lahir. Hal ini terjadi ketika mekonium masuk dalam
paru – paru bayi selama atau sebelum persalinan. Mekonium itu sendiri adalah
tinja yang pertama kali keluar pada bayi.
Mekonium biasanya disimpan oleh usus bayi sampai setelah kelahiran,
tetapi kadang-kadang dikeluarkan kedalam cairan ketuban sebelum kelahiran
atau selama persalinan. Jika kemudian bayi menghirup cairan yang
terkontaminasi, maka masalah pernafasan pada bayi mungkin terjadi.
Pengertian dari mekonium itu sendiri yaitu suatu zat sisa yang ditinggal oleh
bayi. Zat-zat tersebuat adalah kombinasi dari rambut janin, garam empedu,
enzim pankreas, getah kelenjar usus serta feses janin dan air ketuban berwarna
hijau kehitaman

8
2.1.2 Patofisiologi
Keluarnya mekonium intrauterine terjadi akibat dari stimulasi saraf saluran
pencernaan yang sudah matur dan biasanya akibat dari stres hipoksia pada
fetus. Fetus yang mencapai masa matur, saluran gastrointestinalnya juga matur,
sehingga stimulasi vagal dari kepala atau penekanan pusat menyebabkan
peristalsis dan relaksasi sfingter ani, sehingga menyebabkan keluarnya
mekonium. Mekonium secara langsung mengubah cairan amniotik,
menurunkan aktivitas anti-bakterial dan setelah itu meningkatkan resiko infeksi
bakteri perinatal. Selain itu, mekonium dapat mengiritasi kulit fetus, kemudian
meningkatkan insiden eritema toksikum. Bagaimanapun, komplikasi yang
paling berat dari keluarnya mekonium dalam uterus adalah aspirasi cairan
amnion yang tercemar mekonium sebelum, selama, maupun setelah kelahiran.
Aspirasi cairan amnion mekonial ini akan menyebabkan hipoksia melalui 4
efek utama pada paru, yaitu: obstruksi jalan nafas (total maupun parsial),
disfungsi surfaktan, pneumonitis kimia dan hipertensi pulmonal.3
2.1.3 Etiologi
1. Cairan amnion yang mengandung mekonium terinhalasi / terhirup oleh
bayi. Mekonium dapat keluar (intrauterine) bila terjadi stres atau
kegawatan janin intrauterine.
2. Peningkatan aktifitas usus bayi (usia kehamilan lewat 40 minggu).
3. Kesulitan dalam melahirkan, komplikasi tali pusat.
4. Asfiksia fetal.
5. Gawat janin selama persalinan.
6. Persalinan lama
7. Karenaadanya pematangan paru secara fisiologis
8. Sebuah respon terhadap peristiwa hipoksia akut
9. Sebuah respon terhadap peristiwa hipoksia intrauterus kronis

2.1.4 Gejala Klinis


1. Umumnya bayi post-term, kecil masa kehamilannya dengan kuku panjang
dan kulit terwarnai oleh mekonium menjadi kuning kehijauan dan terdapat
mekonium pada cairan ketuban.
2. Cairan amnion berwarna kehijauan dapat jernih maupun kental
3. Tanda syndrom gangguan pernafasan mulai tampak dalam 24 jam pertama
setelah lahir.

9
4. Kadang – kadang terdengar ronchi pada kedua paru dan mungkin terlihat
empishema atau ateliktasis
5. Kesulitan bernafas saat lahir
6. Retraksi
7. Takipnea
8. Sianosis
9. Frekuensi denyut jantung rendah sebelum dilahirkan
10. Hipoksia
11. Hipoventilasi
2.1.5 Diagnosa Penegak

Bayi resiko tinggi dapat diidentifikasi dengan takikardia janin, bradikardia


atau tidak adanya percepatan janin setelah CTG dalam rahim. Saat lahir bayi
mungkin terlihat cachexic dan menunjukkan tanda – tanda pewarnaan
mekonium kekuningan pada kulit, kuku dan umbilikal. Bayi ini biasanya
mengalami sindrom gangguan pernafasan dalam waktu 4 jam. Investigasi yang
dapat mengkonfirmasi diagnosis adalah dada janin x-ray, yang akan
menunjukkan hiperinflasi, diafragma merata, kardiomegali dan atelektasis
pathy dan sample ABC yang akan menunjukkan kadar oksigen menurun.

2.2 Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Tanggal pengkajian : Tanggal dilakukannya pengkajian


Oleh : Orang yang mengkaji
Tempat : Tempat dilakukan pengkajian

2.2.1 Pengkajian Data

a. Data Subjektif
1. Data subyektif adalah data yang diperoleh hanya melalui klien, semua
data yang dirasakan dan disampaikan klien kepada bidan (Depkes, RI,
1993 : 126) Identitas klien dan suami menurut (Nursalam, 2002)
Biodata penting untuk mengetahui latar belakang, identitas, intelektual,
berkaitan dalam rencana pemberian konseling dan KIE.
a. Nama
Dikaji untuk mengenal dan mengetahui pasien, agar tidak
keliru dalam memberikan penanganan.
10
b. Umur
Untuk mengetahui berapa usia pasien sehingga tidak salah dalam
memberikan asuhan.
c. Agama
Dikaji untuk memberi motivasi pasien sesuai dengan agamanya.
d. Suku / Bangsa
Dikaji untuk mengetahui faktor bawaan atau ras pasien.
e. Pendidikan
Data status pendidikan diperlukan mengetahui tingkat intelektualitas
kilen, pendidikan merupakan salah bagian dalam aspek sosial yang
harus dikaji.Pendidikan juga merupakan hal yang dapat
mempengaruhi prilaku klien. (Kemenkes no 369). Menggambarkan
kemampuan seorang ibu dalam menyerap konseling yang di berikan
oleh bidan.
f. Pekerjaan
Dikaji untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan
terhadap permasalahan kesehatan, serta dapat menunjukkan
tingkat keadaan ekonomi keluarga.
g. Alamat
Dikaji untuk mengetahui tempat tinggal pasien, serta
mempermudah pemantauan.
2. Riwayat Prenatal dan Natal

a. Anak keberapa, riwayat kehamilan yang mempengaruhi BBL adalah


kehamilan yang tidak disertai komplikasi seperti diabetes mellitus
(DM), hepatitis, jantung, hipertensi, TBC, frekuensi ANC, dimana
keluhan selama hamil, HPHT dan kebiasaan ibu selama hamil. Selain
itu dikaji adakah riwayat perdarahan, preeklampsia, infeksi,
poli/oligohidarmnion (Muslihatun, 2013).
Keterangan : faktor medis dan perinatal bisa mempengaruhi neonatus
antara lain penyakit jantung mengakibatkan retardasi pertumbuhan
intrauterus (IUGR) dan berat badan lahir rendah (BBLR) karena
disebabkan penurunan kapasitas pembawa oksigen berpengaruh
langsung pada sirkulasi dan pertukaran gas uteroplasenta. Diabetes
Mellitus dapat mengakibatkan makrosomia berat badan lahir 4000

11
gram atau lebih, kematian neonatus karena hipoglikemia, hidramnion.
Hipertensi dalam kehamilan dapat mengakibatkan pertumbuhan janin
terhambat didalam rahim, kematian janin didalam rahim, solusio
plasenta dan kelahiran prematur. Riwayat perdarahan karena plasenta
previa salah satu komplikasi dari fetal adalah prematuritas yang
diakibatkan karena asfiksia intrauterin. Pertumbuhan terganggu pada
saat kehamilan mengakibatkan bayi dengan berat badan lahir rendah.
Efek yang terjadi akibat diabetes gestasional antara lain makrosomia,
hipoglikemia karena hiperinsulinnemia dan cadangan glikogen yang
kurang, hambatan pertumbuhan janin (Fadlun, 2012). Efek yang
terjadi akibat poli/oligohidramnion dapat mengakibatkan janin
prematuritas, kongenital anomali, komplikasi karena kesalahan letak
(letak lintang, sungsang, tali pusat menumbung), eritroblatosis
Riwayat eklampsia dapat mengakibatkan bayi mengalami asfiksia
(Prawirohardjo, 2010: N-30).
b. Riwayat Natal
Berapa usia kehamilan, tanggal dan waktu persalinan, jenis persalinan,
lama kala I, kala II, BB bayi, PB bayi, denyut nadi, respirasi, suhu,
bagaimana warna ketuban, ditolong oleh siapa, adakah komplikasi
persalinan.

3. Kebutuhan Dasar

(a) Pola nutrisi : apakah bayi langsung mendapat ASI setelah

lahir, bagaimana pengeluaran ASI, apakah bayi menyusu dengan

lancar.

(b) Pola Eliminasi : bayi BAB dan BAK dalam waktu 24 jam

pertama setelah lahir, konsistensi tinja agak lembek, bewarna hitam

kehijauan dan warna urin normal bewarna kuning.

(c) Pola istirahat : pola tidur normal bayi baru lahir (normalnya

16-20 jam/hari)

(d) Pola aktivitas : pada bayi seperti menangis, BAK, BAB, serta

memutar kepala untuk mencari puting susu.


12
b. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan Fisik Umum (Sondakh, 2013)

Warna : bewarna merah muda tanpa sianosis

Pernapasan : Normal (40-60 kali/menit)

Denyut Jantung : Normal (100-160 kali/ menit)

Suhu : Normal (36,5°C – 37,5°C)

Berat Badan : Normal (2500-4000 gram)

Panjang Badan : Normal (48-52 cm)

Lingkar Kepala : Normal (33-35 cm)

Lingkar Lengan : Normal (10-11 cm)

2. Pemeriksaan head to toe


1. Kepala : Bentuk dan kesimetrisan, Proporsi terhadap tubuh dan

wajah, Fontanel anterior ( UUB) menutup pada usia 18 bulan, dan

fontanel posterior (UUK) dapat menutup pada umur 6-8 bulan.

Fontanel harus datar: penonjolan mengindikasikan peningkatan

tekanan intrakranial dan depresi mengindikasikan dehidrasi,

i. Terdapat molase (tumpang tindih tulang oksipital dan tulang

frontal oleh tulang parietal),

ii. Terdapat sefalhematoma. Didapat selama persalinan dan

pelahiran, perdarahan subperiosteum, perdarahan subperioteum

ini terbatas pada satu tulang, biasanya tulang parietal, dan tidak

menindih sutura. Sefalhematoma ini berlangsung sekitar 8

minggu,

iii. Kaput suksedaneum adalah pembengkakan kulit kepala, yang

terlihat melalui serviks. Memar dapat terlihat. Kaput dapat

menindih garis sutura (Sinclair,2009)

13
2. Wajah : bentuk dan ekspresi, adakah tanda tanda paralis,

simetris atau tidak.

3. Mata : sklera pada kondisi normal berwarna putih jernih,

tetapi bisa bewarna kuning disertai ikterik, hemoragik akibat

trauma lahir, perdarahan subkonjungtiva yang akan menghilang

dalam waktu 6 minggu. Reaksi pupil terjadi setelah usia 2-3

minggu (Sinclair, 2009)

4. Telinga : kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata, bagian atas

lengkung pina harus setinggi kantus mata, telinga letak rendah

mengindikasikan kelainan konginetal (Muslihatun, 2103)

5. Hidung :. Umumnya bayi bernafas dengan hidung, jika satu lubang

hidung tersumbat, sumbatan di lubang hidung lainnya

menyebabkan sianosis disertai kegagalan bernapas. Lubang

hidung harus bersih dan tanpa mucus (Ladewig, 2006)

6. Mulut : adakah palatoskisis, trush, sianosis. Inspeksi mulut

bagian dalam dan palpasi palatum atas. Palatum atas utuh dan tidak

ada bagian yang terbelah.

7. Dada : pada inspeksi, dada harus berbentuk simetris, mamae

berbentuk datar atau melebar sedikti karena efek estrogen ibu.

Adakah retraksi otot-otot interkosta dan sternum (Muslihatun,

2013)

8. Abdomen : abdomen datar, teraba lemas (tanpa distensi), dan

bunyi usus halus dapat didengar disetiap kuadran. Tali pusat

sebaiknya didapati dalam keadaan kering dan tidak ada gejala

infeksi (Ladewig, 2006)

14
9. Genital : pada bayi perempuan labia mayora menutupi labia

minora, Rabas yang mengandung darah dari vagina disebabkan

oleh estrogen ibu, sedangkan pada bayi laki laki, testis sudah turun

pada skrotum.

10. Punggung : punggung normalnya halus, tidak ada tumpukan

rambut, tidak ada spina bifida dan mielomeningokel.

11. Ekstremitas : kesimetrisan dan pergerakan. Tangan dan

tungkai sama panjang dan bergerak serentak. Periksa adanya

polidaktili dan sindaktili (jari dempet).

12. Anus : tidak terdapat atresia ani.

13. Eliminasi : Bayi Baru Lahir normal biasanya kencing 6-8 kali/ hari

dan BAK sedikitnya 1 kali/ hari dalam 24 jam setelah kelahiran.

14. Refleks : reflek yang bisa dirangsang oleh petugas pada bayi baru
lahir fisiologis.
a. Reflek Moro
Bayi akan mengembangkan tangan lebar dan melebarkan jari,
lalu membalikkan dengan tangan yang cepat seakan-akan
memeluk seseorang. Diperoleh dengan memukul permukaan
yang rata dimana dekat bayi dibaringkan dengan posisi
telentang.
b. Reflek rooting
Timbul karena stimulasi taktil pipi dan daerah mulut. Bayi akan
memutar kepala seakan mencari putting susu. Refleks ini
menghilang pada usia 7 bulan.
c. Reflek sucking
Timbul bersamaan dengan reflek rooting untuk mengisap
putting susu dan menelan ASI.
d. Reflek graps
Timbul jika ibu jari diletakkan pada telapak tangan bayi, lalu
bayi akan menutup telapak tangannya atau ketika telapak kaki
digores dekat ujung jari kaki, jari kaki menekuk.
15
e. Reflek tonic neck
Reflek ini timbul jika bayi mengangkat leher dan menoleh
kekanan atau kiri jika diposisikan tengkurap. Reflek ini bisa
diamati saat bayi berusia 3-4 bulan.
f. Reflek Babinsky
Muncul ketika ada rangsangan pada telapak kaki, ibu jari akan
bergerak keatas dan jari-jari lainnya membuka, menghilang pada
usia 1 tahun.
g. Reflek membengkokkan badan (Reflek Galant)
Ketika bayi tengkurap, gerakan bayi pada punggung
menyebabkan pelvis membengkok ke samping. Berkurang pada
usia 2-3 bulan. (Lusiana El Sinta, 2019)
15. Nilai Apgar

Nilai APGAR 7-10 (normal)

Interpretasi: Nilai 1-3 asfiksia berat, Nilai 4-6 asfiksia


sedang, Nilai 7-10 asfiksia ringan. Hasil nilai APGAR
skor dinilai setiap variabel dinilai dengan 0, 1, dan 2 nilai
tertinggi adalah 10, selanjutnya dapat ditentukan keadaan
bayi sebagai berikut:
a. Nilai 7-10 menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan
baik (Vigrous baby)
b. Nilai 4-6 menunjukkan bayi mengalami depresi
sedang dan membutuhkan tindakan resusitasi
c. Nilai 0-3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius
dan membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi
16
(Walyani dan Purwoastuti, 2015).
2.2.2 Diagnosa
Pada langkah ini identifiksi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan
interpretasi yang akurat atas data-data yang telah dikumpulkan sehingga
ditemukan diagnosis atau masalah. Diagnosis yang dirumuskan adalah
diagnosis dalam lingkup praktik kebidanan yang tergolong pada nomenklatur
standar diagnosis, sedangkan perihal yang berkaitan dengan pengalaman klien
ditemukan hasil pengkajian (Mangkuji, betty dkk, 2014). Contoh:
a. Dx: neonatus cukup bulan, lahir spontan/sectio cesarea,
usia....jam/hari dengan mekomium aspirasi sindrom
b. Ds: bayi lahir tanggal… jam… dengan mekomium aspirasi sindrom
c. Do: TTV, BB dan PB, Apgar score
2.2.3 Diagnosa Potensial
Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi masalah dan diagnosis potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi
sebelumnya. Langkah ini membutuhkan upaya antisipasi, atau bila
memungkinkan upaya pencegahan, sambil mengamati kondisi klien. Bidan
diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis/masalah potensial ini benar-benar
terjadi. (Frisca Tresnawati, 2012)
Contoh :

a) Penyakit paru kronik.

b) Gangguan tumbuh kembang.

c) Gangguan pendengaran.

d) Ikterus

2.2.4 Tindakan Segera


Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/ atau
ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan lain sesuai dengan kondisi bayi. (Muslihatun, 2013).
Contoh : Sesegera setelah kepala bayi lahir, dilakukan penghisapan lendir
dari mulut bayi. Jika mekoniumnya kental dan terjadi gawat janin, dimasukkan
sebuah selang kedalam mulut bayi hingga ke trachea bayi dan dilakukan
penghisapan lendir. Prosedur ini dilakukan secara berulang sampai didalam
lendir bayi tidak terdapat mekonium.
17
Jika tidak ada tanda – tanda gawat janin dan bayinya aktif seta kulitnya
berwarna kebiruan, beberapa ahli menganjurkan untuk tidak melakukan
penghisapan trachea yang teralalu dalam karena mengakibatkan penemonia
aspirasi
Jika mekoniumnya agak kental, kadang digunakan larutkan garam untuk
mencuci saluran udara dan jika keadaan belum membaik, maka bayi harus
mendapatkan penanganan yang lebih observatif di NICU.
Setelah lahir, bayi dimonitor secara ketat. Pengobatan lainya yang dilakukan
adalah:
1. Fisioterapi dada
2. Antibiotik
3. Menempatkan bayi pada ruangan yang hangat
4. Ventilasi mekanik
2.2.5 Rencana Tindakan dan Rasional
Pada tahap ini, bidan mengidentifikasi perlu/tidaknya tindakan segera oleh
bidan maupun oleh dokter, dan/ atau kondisi yang perlu dikonsultasikan atau
ditangani bersama anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien,
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan proses manajemen kebidanan.
Dengan kata lain, manajemen bukan hanya dilakukan selama pemberian asuhan
primer berkala atau kunjungan pranatal saja. (Saminem, 2010).
Diagnosis : bayi, umur ... hari dengan aspirasi mekomium sindrom

Tujuan : menjaga agar bayi tetap dalam keadaan normal dan tidak terjadi

komplikasi

Kriteria hasil : a. Bayi dalam keadaan sehat

a. TTV dalam batas normal

b. Pernapasan : Normal (40-60 kali/menit)

c. Denyut Jantung : Normal (100-160 kali/

menit)

d. Suhu : Normal (36,5°C – 37,5°C)

e. Berat badan bayi mengalami kenaikan

mengikuti kurva hijau dalam buku KMS

18
f. Tidak ditemukan tanda-tanda bahaya pada bayi

g. Ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran yang diberikan

Intervensi : (Sondakh, 2013) dan (Muslihatun, 2013)


1.      Lakukan pendekatan pada keluarga pasien (BHSP).
R
/ : Keluarga pasien lebih kooperatif dalam tindakan.
2.      Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada bayi.
R
/ : Untuk mencegah terjadinya infeksi.
3.      Pasang O2 CPAP sesuai advis dokter
R
/ : Memenuhi suplai oksigen dan mempertahankan sirkulasi oksigen
dalam darah.
4.      Observasi pemasangan CPAP.
R
/ : Mencegah gangguan suplai oksigen.
5.      Bersihkan jalan nafas bayi dengan suction.
R
/ : Bayi dapat bernafas tanpa kesulitan.
6.      Observasi TTV bayi yang meliputi Suhu, HR, RR dan SpO2.
R
/ : Parameter untuk mendeteksi terjadinya kegawatan.
7.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
R
/ : Untuk mendapatkan terapi yang tepat
3.1.6 Rencakan Tindakan dan Rasional
Pada tahap ini, bidan merencanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan
menurut langkah-langkah sebelumnya. Tahap ini merupakan kelanjutan
langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya
meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap
masalah terkait, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap klien
tersebut, seperti yang apa diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah
dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada
masalah yang berkaitan dengan kondisi sosial-ekonomi, budaya, atau
psikologis. (Saminem, 2010).
2.2.6 Pelaksanaan Rencana Tindakan
Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan
oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota kesehatan lainnya.Jika
bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahan pelaksanaannya. Dalam upaya kolaborasi bersama dokter untuk

19
menangani klien yang mengalami komplikasi, bidan bertanggung jawab
terhadapa pelkasanaan rencana asuhan bersama tersebut. Manajemen yang
efisien akan menghemat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu asuhan
klien. (Saminem, 2010).
2.2.7 Evaluasi
Bidan mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini mencakup
evaluasi tentang pemenuhan kebutuhan, apakah benar-benar telah terpenuhi
sesuai dengan masalah dan diagnosis yang telah teridentifikasi. Rencana
tersebut dapat dianggap efektif apabila memang telah dilaksanakan secara
efektif. Bisa saja sebagian dari terncana tersebut telah efektif sedangkan
sebagaian lagi belum. Mengingat manajemen asuhan kebidanan merupakan
suatu kontinum, bidan perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang
tidak efektif melalui prosses manajemen untuk mengidentifikasikan mengapa
proses menajemen tersebut tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada
rencana asuhan. Langkah-langkah dalam proses manajemen umumnya
merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang memengaruhi
tindakan serta berorientasi pada proses klinis. Proses manajemen tersebut
berlangsung di dalam tatanan klinis, dan dua langkah terkahir bergantung pada
klien dan situasi klinik. Oleh sebab itu, tidak mungkin proses manajemen ini
dievaluasi hanya dalam bentuk tulisan saja. (Saminem, 2010).

a.

20
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Arvin, B.K. diterjemahkan oleh Samik wahab. Nelson : Ilmu Kesehatan Anak. Vol. 1 Edisi 15.
ECG : Jakarta. 2000. h. 600-601.
2. Mathur, NC. Meconium Aspiration Syndrome. 2007.
http://pediatricsforyou.in/home/pdf/MECONIUM%20ASPIRATION%20SYNDROME.pdf.
3. Clark, M.B. Meconium Aspiration Syndrome. 2010. www.medscape.com/ http:// portal
neonatal.com.br/outras-especialidades /arquivos/ Meconium Aspiration Syndrome.pdf
4. Leu M. Meconium Aspiration Imaging, 2011 http://emedicine.medscape.com/ article/410756-
overview#a22.
5. Hermansen, C.L., dan Kevin N. Lorah. Respiratory Distress in the Newborn. Am Fam
Physician. 2007 Oct 1;76(7):987-994. http://www.aafp.org/afp/2007/1001/p987.html. 2007.

22

Anda mungkin juga menyukai