N
DENGAN OPERASI BATU URETER (URETEROLITHIASIS)
DI RUANG EUCHARIS RS MITRA KELUARGA CIBUBUR
OLEH :
YAHAN WIYANTA
ANITA DEWI
BIGGI TRI NUGROHO
DADANG TEGUH
YANCE HUTAPEA
KAMAR BEDAH
RS MITRA KELUARGA CIBUBUR
2021
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1
3.1 Pengkajian.............................................................................................................
3.3 Diagnosa Keperawatan......................................................................................
3.4 Intervensi Keperawatan.....................................................................................
3.5 Implementasi.........................................................................................................
3.6 Evaluasi..................................................................................................................
BAB 4 PEMBAHASAN.........................................................................................................
4.1 Pengkajian.............................................................................................................
4.2 Diagnosa Keperawatan......................................................................................
4.3 Intervensi Keperawatan.....................................................................................
4.4 Implementasi.........................................................................................................
4.5 Evaluasi..................................................................................................................
BAB 5 PENUTUP.....................................................................................................................
5.1 Kesimpulan............................................................................................................
5.2 Saran........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
menghubungkan ginjal dengan kandung kemih. Kondisi adanya batu pada ureter
masalah keperawatan pada pasien (Muttaqin dan Sari 2014). Batu ureter
merupakan penyakit tidak menular membunuh 38 juta orang setiap tahun. Hampir
tiga perempat dari kematian akibat penyakit tidak menular terjadi di negara
tahun dan sekitar 5-10% penduduknya sekali dalam hidupnya pernah menderita
penyakit ini, di Eropa Utara 3-6%, sedangkan Eropa Selatan disekitar laut tengah
6-9% . di Jepang dan Taiwan 9,8% sedangkan di Indonesia sampai saat ini angka
Meskipun batu ureter bukan penyakit menular namun penyakit ini cukup
berbahaya jika tidak ditangani segera. Dari studi lapangan di ruang Eucaris RS
Mitra Keluarga Cibubur penulis mendapatkan kasus pada Tn. N dengan diagnosa
medis Batu Ureter, klien dilakukan tindakan operasi ureteroscopy dan saat ini
perawat. Oleh karena itu, penulis tertarik membuat laporan tugas Standar Asuhan
Keperawatan (SAK) dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn.N dengan Post
indikator teratasinya masalah yang terkait dengan kebutuhan dasar manusia pada
klien.
Penulis dapat memahami konsep dan teori yang berkaitan dengan Batu
pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn.N dengan diagnosa medis Batu Ureter
1.2.2.2 Membandingkan antara teori dan kasus asuhan keperawatan pada Tn.N
(Ureterolithiasis).
dengan tipe studi kasus, yaitu metode ilmiah yang menggambarkan keadaan yang
sedang terjadi dan semua kegiatan hanya tertuju pada satu kasus secara intensif,
data yang tertuang dalam laporan tugas akhir ini diperoleh dengan cara sebagai
berikut :
1.3.1 Pengamatan/Observasi
1.3.2 Wawancara
Data yang didapatkan dari pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya
melalui percakapan dan pengamatan. Data dapat dikumpulkan selama satu periode
kontak atau lebih dan harus mencakup semua data yang relevan. Teknik
pengumpulan data ini dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan klien
dan keluarga atau orang tertentu yang mengetahui pasti keadaan klien, sehingga
Data diperoleh dari dokumentasi yang terdapat pada catatan perawat dan
Dapat berupa buku-buku, artikel, jurnal, penelitian, dan sumber lain yang
Secara sistematis laporan tugas akhir ini dibagi dalam lima bab, yaitu :
Bab satu pendahuluan, pada Bab ini teridiri dari latar belakang, tujuan penulisan,
Bab dua terbagi menjadi dua bahasan Pertama yaitu konsep dasar penyakit yang
Bab tiga berisi tinjauan kasus, yang terdiri dari pengkajian, klasifikasi data,
evaluasi. Bab empat pembahasan yang berisi perbandingan atau perbedaan antara
konsep proses keperawatan secara teoritis dengan aplikasi nyata yang ditemukan
Kemudian pada bab terakhir berisi kesimpulan dari seluruh penulisan laporan
2.1.1 Pengertian
Batu ureter (ureterolithiasis) umumnya berasal dari batu ginjal yang turun
ke ureter. Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih. Batu ureter
juga bisa sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar bersama kemih. Batu
ureter juga sampai ke kandung kemih dan berupa nidus menjadi batu kandung
kemih besar.
Batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan
terjadi hematuria yang didahului oleh serangan kolik (R. Sjamsuhidayat, 2005).
Batu ureter adalah benda zat padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat
Batu dapat berasal dari kalsium oksalat (60%), fosfat sebagai campuran
kalsium, amonium dan magnesium fosfat (batu tripel fosfat akibat infeksi) (30)%),
asam urat (5%) dan sistin (1%) (Pierce A Grace & Neil R. Borley 2006).
(kalkuli) di ureter. Kondisi adanya batu pada ureter memberikan gangguan pada
Ureter merupakan bagian dari sistem urinarius yaitu sistem tubuh yang
kelebihan cairan dalam urine yang disebut sistem perkemihan. Ureter adalah suatu
saluran muskuler berbentuk silinder atau pipa yang menghubungkan ginjal dengan
kandung kemih. Ureter merupakan lanjutan dari pelvis renalis yang berjalan dari
hillus ginjal menuju distal dan kemudian bermuara pada kandung kemih. Ureter
terdiri dari 2 saluran pipa di sebelah kanan dan kiri yang menghubungkan ginjal
kanan dan kiri dengan kandung kemih. Ureter memiliki panjang sekitar 20 - 30 cm
dengan diameter rata - rata sekitar 0,5 cm dan diameter maksimal sekitar 1,7 cm
yang berada di dekat kandung kemih. Berdasarkan letak anatomisnya ureter ini
dibagi menjadi ureter pars abdominalis yang berada di dalam rongga abdomen
dan ureter pars pelvis yang berada di dalam rongga pelvis. Ureter memiliki tiga
lapisan dinding yang terdiri dari jaringan ikat pada lapisan luar, otot polos sirkuler
dan longitudinal pada lapisan tengah, sel - sel transisional pada lapisan mukosa
sebelah dalam.
Pada pria ureter terdapat di dalam visura seminalis atas yang disilangi oleh duktus
deferens dan dikelilingi oleh pleksus vesikalis. kemudian ureter berjalan sepanjang
2 cm di dalam dinding kandung kemih pada sudut lateral dari trigonum vesika.
Pada wanita ureter terdapat di belakang fossa ovarika yang berjalan ke bagian
medial dan ke depan ke bagian lateral serviks uteri di bagian atas vagina untuk
oleh arteri uterina sepanjang 2,5 cm dan selanjutnya arteri ini menyilang ureter
bersifat segmental dan berasal dari pembuluh darah arteri renalis, arteri
bedah ureter tidak begitu mengancam. Persyarafan ureter bersifat otonom yaitu
memiliki fungsi yang penting yaitu menghantarkan urin dari ginjal menuju
kandung kemih. Lapisan dinding ureter yang terdiri dari otot - otot polos sirkuler
5 menit sekali guna mendorong air kemih kemudian disemprotkan dalam bentuk
masuk kandung kemih dinding atas dan dinding bawah ureter akan tertutup dan
pada saat kandung kemih penuh akan terbentuk katup (valvula) yang mencegah
kembalinya urin dari kandung kemih. Selain fungsi ureter tersebut selama
lebih sempit dari pada di banding tempat lainnya Tempat-tempat penyempitan itu
junction
2.1.2.2 Pada persilangan ureter dan arteri iliaka di rongga pelvis atau flexura
marginalis
2.1.2.3 Pada saat ureter masuk ke dalam kandung kemih atau pada ketiga tempat
sempit inilah batu (batu ginjal) atau benda-benda lain yang berasal dari ginjal
Lokasi ureter :
peritoneum sebelah media anterior muskulus psoas mayor dan di tutupi oleh fasia
subserosa. Vasa spermatika dan ovarika interna menyilang ureter secara oblique.
Ureter akan mencapai kavum pelvis dan menyilang arteri illiaka eksterna. Ureter
kanan terletak pada pars desenden duodenum. Sewaktu turun ke bawah terdapat di
kanan bawah dan disilang oleh kolon dekstra dan vasa illiaka ilokolika, dan dekat
epertura pelvis akan dilewati oleh bagian bawah mesenterium dan bagian akhir
ileum. Ureter kiri disilang oleh vasa koplika sisnistra dekat apertura pelvis
2) Pars pelvis ureter : berjalan pada bagian dinding lateral dari kavum pelvis
sepanjang tepi anterior dari insisura iskiadika mayor dan tertutup oleh peritonium.
obturatoris arteri vasialis anterior dan arteri hemoroidalis media. Pada bagian
bawah insiura iskhiadika mayor ureter agak miring ke bagian medial untuk
duktus deferens dan dikelilingi oleh pleksus vesikalis. Selanjutnya ureter berjalan
obligue sepanjang 2 cm di dalam dinding kandung kemih pada sudut lateral dari
trigonum vesika. Sewaktu menembus kandung kemih dinding atas dan dinding
bawah ureter akan tertutup, sedangkan pada waktu kandung kemih terisi penuh
akan membentuk katup (valvula) dan mencegah pengambilan urin dan kandung
kemih.
medial dan depan bagian lateralis serviks uterus, bagian atas vagina untuk
arteri uterina sepanjang 2,5 cm. Selanjutnya arteri ini menyilang ureter dan
menuju ke atas diantara uretra lapisan ligamentum latum. Ureter mempunyai jarak
2 cm dari sisi serviks uterus. Ada tiga tempat yang penting diureter yang mudah
penyilangan vasa iliaka diameter 4 mm dan pada saat masuk ke kandung kemih
berdiameter 1-5 mm. Pembuluh darah ureter : arteri renalis, arteri spermatika
2.1.3 Etiologi
2.1.3.1 Ginjal
2.1.3.3 Infeksi
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan menjadi
pembentukan batu.
2.1.3.4 Pekerjaan
2.1.3.5 Iklim
Tempat yang bersuhu dingin (ruang AC) menyebabkan kulit kering dan
pemasukan cairan kurang. Tempat yang bersuhu panas misalnya di daerah tropis,
urin.
2.1.3.6 Diuretik
2.1.3.7 Makanan
polong, kacang tanah dan coklat. Tinggi purin seperti : ikan, ayam, daging, jeroan.
Terjadi kejenuhan substansi pebembentuk batu dalam urine seperti sistin, santin,
yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin dan garam urat, urine alkali
tubular renal, dan ginjal spongiosa medular. Terutama ditemukan pada wanita
dengan infeksi saluran kemih berulang akibat bakteri penghasil urease. Batu struit
bersifat radioopak. Terbentuk pada pH urin yang sangat akali >8 disimpang kadar
ammonium yang tinggi. Pada pH tersebut tidak jarang termasuk pula kristal
supersaturated sehingga terbentuk kristal dan batu. Batu asam urat berwarna
merah oranye karena menyerap pigmen urisin. Batu asam urat bersifat radiolusen.
Dapat timbul akibat diet tinggi purin (daging, ikan, unggas), gout, kurang minum,
paska ileostomi. Umumnya terbentuk pada pH alkali. Pembentukan batu asam urat
2015).
2.1.6 Patofisiologi
Terbentuknya batu pada saluran kemih belum diketahui secara pasti. Namun
Peningkatan konsentrasi larutan urine akibat dari intake cairan yang kurang serta
peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau statis urine
Supersaturasi elemen urine seperti kalsium, fosfat dan faktor lain yang
pembentukan batu asam urat. PH urine juga mendukung pembentukan batu. Batu
asam urat dapat mengendap dalam urine yang alkalin, sedangkan batu oksalat
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi. Ada batu yang
kecil, ada batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urine dan akan
menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah
dalam urine, sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran
kemih yang menimbulkan dilatasi strukur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks
kerusakan pada organ dalam ginjal sehingga gagal ginjal kronis karena ginjal
penyakit ginjal kronis yang dapat mempercepat kematian. Selain itu dapat
mengabrasi dinding sehingga darah akan keluar bersama urine (Nursalam dan
Fransiska, 2006).
2.1.7.1 Nyeri batu yang berada di ureter dapat menyebakan nyeri yang luar biasa,
akut dan kolik. nyeri ini dapat menjalar hingga ke perut bagian depan, perut
sebelah bawah, daerah inguinal, dan sampai ke kemaluan. Penderita sering ingin
merasa berkemih, namun hanya disertai dengan darah, maka penderita tersebut
seperti teh. Namun lebih kurang 10-15% penderita batu saluran kemih tidak
nausea serta muntah dan disuria. Secara umum infeksi pada batu struvit (batu
infeksi) berhubungan dengan infeksi dari proteus sp, Pseudomonas sp, Klebsiella
2.1.7.4 Demam hubungan batu urine dengan demam adalah kedaruratan medik
2.1.7.5 Mual dan Muntah akibat obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan
menunjukkan adanya sel darah merah, sel darah putih dan kristal (sistin, asam
2.1.8.2 Urine (24 jam) kreatinin, asam urat, fosfat, oksalat atau sistin meningkat.
2.1.8.4 Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, asam urat, fosfat, protein
dan elektrolit.
2.1.8.5 BUN/kreatinin serum dan urine : abnormal (tinggi pada serum/rendah pada
iskemia/nekrosis.
2.1.8.6 Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan
2.1.8.7 Hitung darah lengkap : sel darah putih mungkin meningkat menunjukkan
2.1.8.9 Hb, Ht, : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi
2.1.8.10 Hormon paratiroid : mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH
kalsium urine).
2.1.8.11 Foto rontgen menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomi pada
2.1.9 Pencegahan
2.1.9.1 Usahakan diuresis yang adekuat : minum air 2-3 liter per hari dapat di
tinggi sisa asam, diet tinggi sisa basa dan diet rendah purin).
2.1.10 Penatalaksanaan
biasa. Mandi air hangat di area panggul dapat bermanfaat. Cairan yang
mengurangi nyeri.
2.1.10.3 Terapi nutrisi dan medikasi. Nutrisi berperan penting dalam mencegah
jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Minum paling sedikit 8
2) Batu fosfat, diet rendah fosfor dapat diresepkan untuk pasien yang memiliki
batu fosfat, untuk mengatasi kelebihan fosfor, dari aluminium hidroksida dapat
3) Batu urat, pasien diharuskan diet rendah purin, untuk mrngurangi eksresi asam
oksalat. Makanan yang harus dihindari mencakup sayuran hijau berdaun banyak,
5) Jika batu tidak dapat keluar secara spontan atau jika terjadi komplikasi,
yang digunakan untuk menghancurkan batu kaliks ginjal. Setelah batu itu pecah
menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-batu tersebut dikeluarkan secara
spontan.
keterampilan ahli radiologi dan urologi untuk mengangkat batu renal tanpa
pembedahan mayor.
sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap terapi lain,
secara bedah, merupakan terapi utama. Jika batu terletak di ginjal, pembedahan
dilakukan dengan nefrolitotomi (insisi pada ginjal untuk mengangkat batu atau
2.1.8 Komplikasi
2.1.8.2 Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat
obstruksi.
2.1.8.3 Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan
2.2.1 Pengkajian
dengan pasien secara sistematis pengumpulan data dari berbagai sumber data
fakta atau kondisi yang ada pada klien (Budiono dan Pertami, 2016).
Sumber data diperoleh dari pasien sendiri, dari keluarga dan orang terdekat,
status pasien, catatan kondisi pasien dan informasi dari tim kesehatan yang
2.2.1.1 Aktivitas/Istirahat
2.2.1.2 Sirkulasi
2.2.1.3 Eliminasi
Gejala : riwayat adanya ISK kronis, penurunan haluaran urine, distensi vesica
Gejala : mual/muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purine, kalsium oksalat
Gejala: Episode akut nyeri berat, lokasi tergantung pada lokasi batu, nyeri dapat di
nobatkan sebagai akut, hebat, tidak hilang dengan perubahan posisi atau tindakan
lain.
tanda : melindungi, perilaku distraksi, nyeri tekan pada area abdomen (Doenges,
2014).
2.2.1.6 Keamanan
Urinelisis, urine 24 jam, kulture urine, survey biokimia, foto ronsen, IVP,
Diagnosa keperawatan yang mungkin ditemukan pada pasien dengan Batu Ureter
mekanik
interpretasi informasi
8) Resiko injury dengan adanya faktor risiko kelemahan fisik dan proses
anastesi spinal
2.1.3. Perencanaan
Post Operasi :
Tujuan : Tanda- tanda vital stabil, Kulit kering dan elastis, Intake output
1) Kaji balutan selang kateter terhadap perdarahan setiap jam dan lapor dokter.
posisi
(Doenges, 2014).
mudah untuk berdetak, menunjukan exspresi wayah dan tubuh yang releks.
Intervensi :
Rasional : dengan otot rileks posisi dan kenyamanan dapat menguragi nyeri
4) Anjurkan pasien untuk menahan daerah insisi dengan kedua tangan bila sedang
batuk
mekanik
Tujuan : pasien berkemih dengan baik, warna urine kuning jernih dan dapat
berkemih spontan bila kateter dilepas setelah 7 hari 1) Kaji pola berkemih pasien
Rasional : untuk membandingkan apakah ada perubahan pola berkemih
5) Anjurkan klien untuk minum air putih 2 liter/hari bila tidak ada
Tujuan : dapat tidur sesuai dengan kebutuhan 6-8 jam, mengutarakan rasa segar
dan pus
gangguan tidur
interpretasi
Tujuan : mengerti proses penyakit dan program perawatan
Intervensi :
bersih
1) Kaji dan laporkan tanda dan gejala. Inspeksi luka (demam, kemerahan,
2.1.4 Pelaksanaan :
keperawatan dimana rencana perawatan dilaksanakan. Pada tahap ini perawat siap
pasien kemudian bila telah dilaksanakan pantau dan mencatat respon pasien
2.1.4 Evaluasi
keperawatan yang telah dilakukan, tahap ini akan terlihat apakah tujuan yang telah
Penumpukan kristal
pengendapan
farmakologi
Spasme batu saat turun
Kencing tidak tuntas
dari ureter
Defisit Pengetahuan
3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Informasi Umum
Nama : Tn. N
Usia : 45 tahun
Tanggal Lahir : 08-03-1976
Jenis Kelamin : laki-laki
Suku Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : wiraswasta
Tanggal Masuk : 23-04-2021
Waktu : 10.09 WIB
Dari : Poli bedah urologi
Diagnosa medis : Batu ginjal sinistra
3.1.4 Aktifitas/Istirahat
• Gejala ( Subyektif )
Klien bekerja sebagai wiraswasta. Klien mengatakan sedikit bergerak dan
akhir-akhir ini lebih sering duduk di meja di dalam ruangan ber-AC.
Aktivitas/hobi yang disukai adalah membaca dan menonton tv. Klien
mengatakan keterbatasan karena nyeri di pinggang saat melakukan
aktivitas. Klien mengatakan tidur 6-8 jam/malam dan tidak pernah tidur
siang. Klien mengatakan terkadang mengalami insomnia karena nyeri
yang dirasakan atau karena rangsangan ingin pipis. Terkadang muncul
rasa ingin pipis namun tidak pernah tuntas dan menetes di akhir.“ Setelah
dilakukan URS Litotripsi klien juga merasakan sedikit nyeri sakit area
genital (testis).
• Tanda ( Obyektif)
Kesadaran klien compus mentis. Respon terhadap aktifitas yang
terobservasi : Berhati - hati saat bergerak karena takut luka operasi
berdarah/sakit. Hasil pengkajian neuromuskular massa/tonus otot
sebanding/ tegap secara bilateral. Postur tubuh klien tegap dan rentang
gerak sempurna. Kekuatan otot sama pada keempat ekstremitas.
3.1.5 Sirkulasi
• Gejala ( Subyektif)
Klien mengatakan mulai jarang berolahraga dan tidak suka minum air
putih terlalu banyak. Terdapat perubahan frekuensi berkemih yaitu
menjadi lebih sering namun sedikit dan BAK terasa sakit.
• Tanda ( Obyektif )
Pemeriksaan tanda vital klien: TD berbaring 150/60 mmHg, frekuensi
nadi radialis 98 x/menit, kuat dan teratur. Hasil auskultasi paru tidak ada
ronkhii. Pada ekstremitas teraba hangat. Suhu tubuh 36,2 C. Warna kulit
klien sawo matang, tidak pucat, pengisian kapiler: ± 2 detik. Kuku jari
bersih dan normal. Penyebaran rambut merata, rambut kasar sampai mata
kaki, ada bulu pada ibu jari, Konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak
ikterik.
• Tanda ( Obyektif)
Status emosi klien gelisah, kekhawatiran terhadap operasi yang
dijalankan muncul, respon psikologis yang terobservasi adalah eskpresi
wajah menahan nyeri dan sedikit cemas. Ansietas klien termasuk skala
ringan karena masih terorientasi dengan waktu, tempat, dan orang.
3.1.7 Eliminasi
• Gejala ( Subyektif )
Klien mengatakan buang air besar hampir setiap pagi, tidak ada
gangguan. BAB terakhir kemarin pagi, konsistensi lembek warna kuning
tua. Tidak ada perdarahan. Klien mengatakan tidak memiliki riwayat
hemoroid dan konstipasi. Penggunaan laksatif harian tidak pernah.
Pola BAK klien sekitar 4-6 x/hari. Karakter urin: kuning jernih
• Tanda ( Obyektif)
Saat pemeriksaan abdomen, didaptkan nyeri tekan abdomen kanan atas.
Skala nyeri 5.
3.1.8 Cairan/Makanan
• Gejala ( Subyektif)
Klien mengatakan makanan kesukaan adalah ikan dan nugget. Klien
mengatakan gemar meminum teh dan minuman bersoda. Klien makan 3
kali sehari. Saat dirumah sakit pola diit mengikuti aturan rumah sakit.
Klien tidak memiliki alergi makanan. Klien tidak memiliki kesulitan
mengunyah dan menelan. Gigi masih utuh dan bersih.
• Tanda ( Obyektif )
Berat badan klien 69 kg dan tinggi badan 170 cm. IMT 24,67 dalam batas
normal. Postur tubuh tegap berisi. Turgor kulit baik dan elastis.
Penampilan lidah pink. Membran mukosa pink utuh. Kondisi gigi dan
gusi utuh dan baik, tidak ada perdarahan gusi. Bising usus: aktif pada
keempat kuadran.
3.1.9 Higiene
• Gejala ( Subyektif)
Aktivitas sehari-hari klien dilakukan mandiri, saat sakit dan setelah
menjalani operasi dibantu oleh istri.
• Tanda ( Obyektif)
Penampilan umum klien bersih, rapi, rambut dicukur pendek, cara
berpakaian rapi dan bersih. Tidak ada bau badan. Kondisi kuku dan
kepala bersih. Tidak ditemukan kutu.
3.1.10 Neurosensori
• Gejala ( Subyektif)
Klien mengatakan tidak merasa pusing dan tidak merasa kebas pada
ekstremitas. Penglihatan baik, pendengaran baik, indera pembau baik.
• Tanda ( Obyektif)
Tidak ada perdaraha pada hidung, indera bembau tidak bermasalah, status
mental sadar, terorientasi terhadap waktu, tempat, orang. Afek bicara
jelas dan koheren. Reaksi pupil mata positif, tidak menggunakan
kacamata. Tidak menggunakan alat pendengaran. Kekuatan genggaman
sama antara kiri dan kanan dan sensitif terhadap sentuhan.
3.1.11 Nyeri
• Gejala ( Subyektif )
Sebelum URS Litotripsi klien merasakan nyeri pada pinggang kiri dan
nyeri saat ingin dan sedang berkemih. Nyeri seperti terbakar, skala 5 dan
hilang saat beristirahat. Muncul saat ingin berkemih. Setelah operasi
nyeri muncul di alat genitalia (testis), namun bila menarik napas nyeri
dapat hilang.
• Tanda (Obyektif)
Sebelum URS Litotripsi: Nyeri di area pinggang dan testis, nyeri
menyebar, skala 5 dari 10, nyei hilang saat beritirahat dan muncul saat
ingin berkemih. Klien tampak menjaga area yang sakit, berhati-hati saat
tidur dan bangun tidur, berhati-hati saat menoleh dan beraktivitas serta
ekspresi wajah terlihat kesakitan dan menjaga area yang sakit. Respon
emosi masih terkendali dan sabar.
3.1.12 Pernapasan
• Gejala ( Subyektif)
Klien mengatakan tidak ada keluhan batuk, sesak napas, dan riwayat TB
ataupun bronkitis dan pneumonia. Tidak ada alat bantu pernapasan.
• Tanda (Obyektif)
Frekuensi pemapasan : 18 x/menit. Kedalaman baik, pengembangan dada
simentris, auskultasi tidak ada ronkhii, tidak ada wheezing, tidak ada
sianosis, tidak ada jari tabuh. Fungsi mental/kegelisahan: Sadar
terorientasi dan tegang, wajah terlihat gelisah.
3.1.13 Keamanan
• Gejala ( Subyektif )
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi. Tidak ada riwayat
fraktur dan dislokasi. Tidak ada masalah penglihatan dan pendengaran.
• Tanda ( Obyektif )
Suhu: 36,2° C. Integritas kulit baik dan tidak ada jaringan parut di bagian
otot baik, rentang gerak maksimal
3.1.15 Penyuluhan/Pembelajaran
• Gejala ( Subyektif)
Bahasa yang dominan digunakan yaitu Bahasa Indonesia. Klien melek
huruf dengan pendidikan terakhir S1. Klien mengatakan tidak tahu apa
saja yang bisa dimakan dan minum untuk mencegah batu akan pecah
sehingga harus dilakukan pembedahan atau operasi yang akan dialami.
Riwayat keluhan terakhir:
Sejak akhir tahun 2020 klien mengalami nyeri saat BAK, pinggang dan
testis terasa sakit. Akhirnya klien berobat ke RS. Klien berobat jalan
dimana diberikan obat untuk menghancurkan batu ginjal, tetapi tidak
berhasil. Direncanakan akan dilakukan pengobatan namun peralatan di
tempat tinggal klien terbatas sehingga mendatangi RS. Mitra Keluarga
Cibubur dan selanjutnya direncanakan operasi.
Eosinofil 3 1-3%
Normal
Batang 0 2-6%
Menurun
Segmen 59 50-70%
Normal
Limfosit 31 21-40%
Normal
Monosit 6 2-8%
Normal
Epitel 1+ 1+
Normal
DATA OBYEKTIF
• Klien terlihat cemas
• Masih merasakan nyeri disekitar genitalia
• Skala nyeri 4-5 dari 10
• Perubahan pola berkemih: disuria
• Klien terlihat melindungi area yang sakit
• Klien terpasang IVFD RL : 20 tpm
• Klien terlihat gelisah dan wajah tegang
• Hasil Observasi TTV
TD : 150/60 mmHg, S=36,2°C
N = 98x/menit, RR =18 x/menit
• Hasil pemeriksaan lab tanggal 22 April 2021
- Leukosit = 10.300 /ul
- SGOT/SGPT = 19/33
• Penatalaksanaan URS Litotripsi tanggal 24 April 2021
• Anestesi spinal
• Tidak ada perdarahan post URS Litotripsi
• Perencanaan pulang post op tanggal 27 April 2021
• Terpasang kateter urine 18 Fr produksi kuning
•
ASKEP PRE OPERATIF
PENGKAJIAN
DS :
- Klien mengatakan susah tidur
- Klien mengatakan cemas tentang proses operasi
-
DO :
- Klien tampak gelisah, tegang
- TD meningkat, nadi meningkat
- Muka tampak pucat
ASKEP INTRAOPERATIF
PENGKAJIAN
DS : -
DO :
a. Suhu ruangan 22°c
b. Klien berada di atas meja operasi
c. Posisi klien lithotomi
d. Imobilisasi terlalu lama
e. Dilakukan pembedahan URS
f. Tanda vital: TD: 150/60 mmHg, Nadi: 98 X/menit, RR: 18 X/menit, T: 36,2 oC.
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Klien mengataka kakinya Prosedur pembedahan Risiko injury
tidak dapat di gerakan
DO : Tindakan anestesi
a. Suhu ruangan 22°c
b.Klien berada di atas meja Imobilisai terlalu lama
operasi
c. Posisi klien lithotomi Risiko injury
d.Imobilisasi terlalu lama
e. Dilakukan pembedahan URS
f. Tanda vital: TD: 150/60
mmHg, Nadi: 98 X/menit,
RR: 18 X/menit, T: 36,2 oC.
ASKEP POST OPERASI
PENGKAJIAN
DS :
- Klien mengatakan bahwa tubuhnya kedinginan
DO :
- Suhu ruangan 22°c
- Klien menggigil
- Mendapatkan anastesi spinal
- Akral dingin
- Tanda vital: TD: 150/60 mmHg, Nadi: 98 X/menit, RR: 18 X/menit, T: 36,2 oC.
DS : Prosedur Hipotermi
Klien mengatakan bahwa pembedahan
tubuhnya terasa dingin dan
mengigil Klien berada di
DO : kamar ok
a. Suhu ruangan 22°c
Paparan dingin
b. Klien menggigil
Evaluasi
Evaluasi :
S:-
O : - Klien berada di atas meja operasi dengan posisi aman dan nyaman
- Klien dilakukan restrain pada ekstremitas bawah
- Kedua tangan klien dengan posisi anatomis
A : Klien aman berada di atas meja operasi dengan posisi lithotomi
P : Intervensi di hentikan
3.4.3 Diagnosa Keperawatan: Hipotermi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan lx60 menit dapat suhu tubuh
dalam batas normal
Kriteria Hasil: Suhu dalam batas normal, klien tidak menggigil kedinginan,
wajah tidak pucat
Intervensi Keperawatan:
- Pantau suhu tubuh saat di ruang pemulihan
Rasional : perubahan suhu yang signifikan membantu dalam pemberian
intervensi
- Berikan selimut tambahan
Rasional : Pemberian selimut tambhan dapat mengurangi efaporasi dan
radiasi sehingga suhu tubuh dapat di pertahankan
- Pantau suhu lingkungan
Rasional : Menjaga suhu lingkungan tetap konstan sehingga tidak terjadi
pertukaran antara suhu tubuh dengan suhu ruangan
Implementasi :
Implementasi untuk diagnosa Hipotermi berhubungan dengan paparan
diruangan yang dingin dan proses anastesi spinal
Evaluasi
PEMBAHASAN
Pada pembahasan kasus ini penulis akan membahas tentang adanya kesesuaian antara teori
dan hasil asuhan keperawatan pada Tn. N dengan kasus URS + lithotripsi yang telah dilakukan
tanggal 24 April 2021 di RS Mitra Keluaga Cibubur. Kegiatan yang dilakukan meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan
evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian
Penulis telah berusaha mencoba menerapkan dan mengaplikasikan proses Asuhan
Keperawatan Pada Klien dengan Batu Ginjal sesuai dengan teori-teori yang ada. Untuk
melihat lebih jelas asuhan keperawatan yang diberikan dan sejauh mana keberhasilan yang
dicapai, akan diuraikan sesuai dengan tahap-tahap proses keperawatan di mulai dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Pengkajian
merupakan tahap yang sistematis dalam mengumpulkan data tentang individu, keluarga,
dan kelompok ( Carpenito & Moyet, 2007). Dalam melakukan pengkajian pada klien Tn.
N data didapatkan dari klien, beserta keluarga, catatan medis serta tenaga kesehatan lain.
Identitas klien Pengkajian berdasarkan tinjauan teoritis di dapatkan data seperti
identitas klien dengan lengkap yaitu nama klien, jenis kelamin klien, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk klien, tanggal pengkajian, diagnosa. Dalam
melakukan pengkajian kasus pada klien, penulis juga mendapatkan data yang lengkap
sesuai dengan tinjauan teoritis. Penulis tidak menemukan kesulitan untuk mendapatkan
data dari klien. Karena klien bisa diajak untuk berkomunikasi dan juga klien kooperatif
apabila ditanya. Keluarga klien juga banyak memberikan informasi jika ditanya.
Keluhan utama klien ketika masuk Rumah Sakit pada tanggal 20 April 2021 pada
pukul 11.22 WIB melalui poli bedah urologi klien mengatakan nyeri pinggang sebelah kiri
sudah 2 minggu dan klien mengatakan pipis sedikit sakit dan berdarah.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon manusia
(keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual / potensial) dari individu atau
kelompok tempat perawat secara legal mengidentifikasi dan perawat dapat memberikan
intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk mengurangi,
menyingkirkan atau mencegah perubahan (Rohmah & Walid, 2012).
Pada tinjauan kasus ditemukan 3 diagnosa keperawatan :
1. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
2. Resiko injury dengan adanya faktor risiko kelemahan fisik dan proses pembedahan terlalu
lama
3. Hipotermi berhubungan dengan paparan diruangan yang dingin dan proses anastesi spinal
C. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang
diharapkan (SIKI DPP PPNI 2018).
Intervensi asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn. M sudah menggunakan
menggunakan standar intervensi keperawatan indonesia (SIKI) dan standar luaran
keperawatan indonesia (SLKI). adapun tindakan pada standar intervensi keperawatan
indonesia terdiri atas observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi (PPNI, 2018).
Berdasarkan perencanaan kasus pada Tn. N, tindakan yang akan dilakukan sesuai
dengan intervensi yang telah di susun dengan masalah Ansietas menurut SIKI DPP PPNI
2018. Intervensi yang dilakukan dengan tujuan, Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1x60 menit pasien menunjukkan klien dapat membina hubungan saling percaya
dengan Kriteria hasil klien dapat mengungkapkan tentang kecemasannya, klien dapat
melakukan latihan nafas dalam. Rencana tindakan pada diagnose ansietas meliputi : bina
hubungan saling percaya, klien dapat mengungkapkan kecemasannya, ajarkan klien
latihan nafas dalam, anjurkan pasien untuk berdoa. Intervensi asuhan keperawatan pada
klien yang mengacu pada intervensi yang telah disusun berdasarkan standar intervensi
keperawatan indonesia dan standar luaran keperawatan indonesia yang telah di pilih sesuai
kebutuhan klien dengan Ansietas berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan
klien mengatakan cemas karena proses operasi dengan kriteria hasil pasien tampak tenang
dan siap untuk operasi
Rencana tindakan keperawatan dalam diagnosa resiko injury dengan adanya faktor
risiko kelemahan fisik dan proses pembedahan terlalu lama yaitu memastikan klien
bearada diatas meja operasi posisi nyaman dan aman, dilakukan restrain pada ekstremitas
bawah, memastikan posisin kedua tangan klien dengan posisi anatomis.
D. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah
(Meirisa, 2013). Pada tahap evaluasi, perawat dapat mengetahui seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan telah tercapai (Ali, 2014).
Evaluasi yang ditemukan setelah dilakukan perawatan selama 1x60menit, masalah
Ansietas berhubungan dengan krisis situasional adalah pada klien dapat teratasi dan
intervensi dilakukan di ruangan penerimaan pasien di kamar bedah sebelum dilakukan
tindakan operasi pada tanggal 24 April 2021.
adalah pada klien teratasi dan intervensi dilakukaan setelah pasien di ruang pemulihan
dan sebelum kembali ke ruang rawat inap pada tanggal 24 April 2021
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan asuhan keperawatan yang sudah diberikan kepada klien dengan batu
saluran kemih, dapat ditarik beberapa kesempulan sebagai berikut :
1. Saluran kemih yang dialami klien adalah adanya faktor resiko ekstrinsik yaitu
rendahnya konsumsi air putih, pekerjaan yang monoton, dan tingginya konsumsi
protein hewani.
2. Masalah keperawatan yang muncul adalah ansietas, resiko cedera, dan hipotermi.
3. Implementasi yang menjadi fokus utama dalam rangka prevensi kekambuhan ulang
batu saluran kemih adalah edukasi pasien terkait peningkatan intake cairan dan
perubahan pola diit.
4. Peningkatan intake cairan dan perubahan pola diit adalah salah satu metoda yang
terbukti melalui beragam penelitian dapat meningkatkan volume urine sehingga
mengurangi resiko pembentukan batu saluran kemih.
5. Evaluasi keperawatan dilakukan saat selesai tindakan operasi di ruang pemulihan dan
sebelum klien kembali ke ruangan dengan fungsi eliminasi sudah kembali normal.
B. Saran
1. Bagi Penulis
a. Meningkatkan pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan batu saluran
kemih.
Bagi Masyarakat
a. Meningkatkan pemahaman tentang penyebab batu saluran kemih
b. Meningkatkan kebiasaan intake air putih minimal 2-2,5 L perhari.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya: Salemba
Medika.
Arif, M., & Sari, K. (2014). Asuhan Keperawatan gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika.
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20391013-
PR Ragil%20Aprilia%20Astuti.pdf
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Murr, A. C. (2014). Nursing care plans:
Guidelines for individualizing client care across the life span. FA Davis
Grace, P. A., & Borley, N. R. (2006). At a Glance Ilmu Bedah, Edisi Ketiga
Penerbit Buku Erlangga.
Hadiansyah, (2013). Nyeri Kolik Dan Hubungannya Dengan Batu Ureter Pada
Penderita Unilateral. Jakarta : RSC Mangunkusumo
Nessa. (2013). Efek diuretik dan daya larut batu ginjal dari ekstrak etanol rambut
jagung (zea mays L.). Andalas: Universitas Andalas.
Pryskylia, (2016). Cara Menghitung Indeks Massa Tubuh. Diambil tanggal 4 Juli
2019 dari https://id.scribd.com/doc/307904035/Cara-Menghitung-Indeks-
Massa-Tubuh
Suryanto, F., & Subawa, A. A. N. Gambaran Hasil Analisis Batu Saluran Kemih
Di Laboratorium Patologi Klinis Rsup Sanglah Denpasar Periode
November 2013–Oktober 2014. E-Jurnal Medika Udayana, 6(1).
Yani, (2013). Menghitung Balance Cairan. Diambil tanggal 4 Juli 2019 dari
https://id.scribd.com/doc/126001917/Menghitung-Balance-Cairan
Zenyxtayulian, (2019). Definisi Kelemahan Otot. Diambil tanggal 24 Juni 2019 dari
https://www.scribd.com/doc/263539874/Kelemahan-Otot
Neyeri saat kencing Kencing tiba-tiba Pasien meningkat Nyeri pada luka Terdapat luka Kelemahan Ps bertanya-
Nyeri pada pinggang berhenti kurang mengetahui operaso operasi Ps tampak tanya
Hidronefrosis Retensi urine Pancaran miksi kecil penyakit prosedur Ps tampak terpasang pucat tentang
pembedahan meringis keteter Pusing keadaannya
Ps tampak
Atopi ginajl Nyeri akut cemas,
Perubahan
eliminasi Nyeri akut Intoleransi
Kurang pengetahuan Resiko aktivitas
Destruksi ginjal urine
infeksi Kurang
Resiko
infeksi Urosepsis pengetahuan
Gangguan pola
eliminasi urine
Kerusakan fungsi ginjal permanen Ansietas