Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

I GANGGUAN SISTEM
PENCERNAAN DENGAN DIAGNOSA PERITONITIS EC SUSP. GASTER
PERFORASI
DI RUANGAN ICU DI RUMAH SAKIT UMUM
IMELDA PEKERJA INDONESIA MEDAN

DISUSUN
OLEH KELOMPOK 2:
1. CITRA PESTA MARIA SIRINGO RINGO
2. ESWINEL HASIBUAN
3. HOTREE BONDAR
4. KYOKO SUPRIADI
5. MAMANSYAH TUMANGGER
6. NADILA RH
7. NOVI MINTA SINAGA
8. TRESYA ELFRIDA SIHOMBING

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS IMELDA
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan dengan judul :

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. I GANGGUAN SISTEM


PENCERNAAN DENGAN DIAGNOSA PERITONITIS EC SUSP. GASTER
PERFORASI
DI RUANGAN ICU DI RUMAH SAKIT UMUM
IMELDA PEKERJA INDONESIA MEDAN

Pada Tanggal 15 Juli Tahun 2023

Pembimbing I : (Christy Siburian., S.Kep., Ns., M.kep) ( )

Pembimbing II : (Syahrul Handoko, S.Kep.,NS.,M.kep ( )

Diketahui :

Koordinator Mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat

(Nataria Yanti Silaban S.Kep.,Ns.,M.Kep)


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus Asuhan
Keperawatan Pada Tn. I pada penyakit Akut Abdomen ec Susp. Gaster Perforasi di
ruangan ICU Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia (IPI) Medan. Laporan
kasus ini dibuat untuk memenuhi tugas dari Keperawatan Dasar Profesi.
Dalam penyusunan Makalah ini penulis mengucapkan Terimakasih kepada
Bapak/Ibu:
1. dr. H. Raja Imron Ritonga., M.Sc., selaku Ketua Yayasan Imelda.
2. Dr. dr. Imelda L. Ritonga S.Kp.,M.pd., MN., selaku Rektor Universitas Imelda
Medan.
3. dr. Hedy Tan, MARs., MOG., Sp. OG selaku Direktur Rumah Sakit Umum
Imelda Pekerja Indonesia Medan.
4. Edisyah Putra Ritonga, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Ketua Prodi Ners Universitas
Imelda Medan.
5. Hamonangan Damanik, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Sekretaris Prodi Ners
Universitas Imelda Medan sekaligus dosen pembimbing akademik.
6. Nataria Yanti Silaban, S.Kep., Ns., M.kep selaku koordinator mata kuliah
keperawatan Gawat Darurat.
7. Christy Siburian., S.Kep., Ns., M.kep selaku pembimbing akademik mata kuliah
keperawatan Gawat Darurat.
8. Syahrul Handoko., S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing klinik mata kuliah
Keperawatan Gawat Darurat.
9. Teman-teman yang ikut dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini dan semoga bermanfaat.

Medan, Juli 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................


DAFTAR ISI ..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................
1.1. Latar Belakang ...................................................................................
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................
1.3. Tujuan Penelitian ...............................................................................
1.3.1 Tujuan Umum............................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus...........................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................
2.1 Konsep Peritonitis...............................................................................
2.1.1 Definisi ......................................................................................
2.1.2 Etiologi......................................................................................
2.1.3 Tanda dan Gejala........................................................................
2.1.4 Manifestasi Klinis ......................................................................
2.1.5 Klasifikasi...................................................................................
2.1.6 Patofisiologi................................................................................
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang .............................................................
2.1.8 Komplikasi..................................................................................
2.1.9 Penatalaksanaan..........................................................................
2.1.10 Discharge Planing.....................................................................
2.2 Asuhan Keperawatan...........................................................................
2.2.1 Pengkajian...................................................................................
2.2.2 Diagnosa Keperawatan...............................................................
2.2.3 Intervensi Keperawatan..............................................................
BAB III LAPORAN KASUS ...............................................................................
3.1. Pengkajian ..........................................................................................
3.2. Analisa Data.........................................................................................
3.3. Diagnosa Keperawatan........................................................................

iii
3.4. Perencanaan Keperawatan...................................................................
3.5. Implementasi dan Evaluasi...................................................................
BAB IV PENUTUP............................................................................................
4.1. Kesimpulan .....................................................................................
4.2. Saran.................................................................................................

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peritonitis adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi atau kondisi
aseptik pada selaput organ perut (peritoneum). Peritoneum adalah selaput tipis
dan jernih yang membungkus organ perut dan dinding perut bagian dalam. Lokasi
peritonitis bisa terlokalisir atau difus dan riwayat akut atau kronik. Peritonitis juga
menjadi salah satu penyebab tersering dari akut abdomen. Akut abdomen adalah
suatu kegawatan abdomen yang dapat terjadi karena masalah bedah dan non
bedah.
Peritonitis secara umum adalah penyebab kegawatan abdomen yang
disebabkan oleh bedah. Peritonitis tersebut disebabkan akibat suatu proses dari
luar maupun dalam abdomen. Proses dari luar misalnya karena suatu trauma,
sedangkan proses dari dalam misal karena apendisitis perforasi. Peritonitis
sekunder disebabkan oleh infeksi pada peritoneum yang berasal dari traktus
gastrointestinal yang merupakan jenis peritonitis yang paling sering terjadi.
Peritonitis tersier merupakan peritonitis yang disebabkan oleh iritan langsung
yang sering terjadi pada pasien immunocompromised dan orangorang dengan
kondisi komorbid. (Japanesa,dkk, 2016).
Prevalensi peritonitis pada pria (68,4%) lebih tinggi dari pada wanita(31,6%)
kelompok usia paling umum adalah 10-19 tahun (24,5%), peritonitis sekunder
jenis peritonitis yang paling umum(53,1%) sebagian besar rawat inap 4-7 hari
(45,9%) frekuensi pasienperitonitis berdasarkan kondisi ketika dari rumah sakit
sebagianbesar hidup (85,7%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah
bahwaperitonitis dapat dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, penyebabperitonitis,
prosedur operasi, rawat inap dan kondisi saat dikeluarkandari rumah sakit (aiwi,
2016).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah asuhan keperawatan terhadap pasien Peritonitis di ruang
perawatan ICU Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan?

5
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas terstruktur
keperawatan gawat darurat dan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa/i
tentang Peritonitis dan tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Peritonitis.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk melakukan pengkajian pada Tn.I dengan diagnosa medis Peritonitis
2. Untuk merumuskan diagnosa utama keperawatan pada Tn.I dengan
diagnosa medis Peritonitis
3. Untuk merumuskan intervensi keperawatan terhadap Tn.I dengan diagnosa
medis peritonitis
4. Untuk melakukan implementasi keperawatan terhadap Tn.I dengan
diagnosa medis peritonitis
5. Untuk melakukan evaluasi keperawatan terhadap Tn. I dengan diagnosa
medis peritonitis.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Peritonitis
2.1.1 Definisi
Peritoneum adalah membran serosa rangkap yang sebesar dalam tubuh
yang terdiri dua bagian utama yaitu peritoneum parietal yang melapisi dinding
rongga abdominal, dan rongga peritoneum viseral yang meliputi semua organ
yang berada pada didalam rongga itu (Pearce, 2009).
Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum ( lapisan membran
serosa rongga abdomen ) dan organ didalamnya (Muttaqin & Sari, 2011).
Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum, suatu lapisan endotelial tipis
yang kaya akan vaskularisasi dan aliran limpa (Jitwiyono & Kristiyanasari,
2012).
Peritonitis adalah Inflamasi peritonium-lapisan membran serosarongga
abdomen dan meliputi viresela. Biasanya, akibat dari infeksi bakteri.
Organnisme yang berasal dari penyakit salurangagastrointestinal atau pada
wanita dari organ reproduktif internal (Nurarif dan Kusuma, 2015).
Peritonitis secara umum adalah penyebab kegawatan abdomen yang
disebabkan oleh bedah. Peritonitis tersebut disebabkan akibat suatu proses dari
luar maupun dalam abdomen. Proses dari luar misalnya karena suatu trauma,
sedangkan proses dari dalam misal karena apendisitis perforasi. Peritonitis
sekunder disebabkan oleh infeksi pada peritoneum yang berasal dari traktus
gastrointestinal yang merupakan jenis peritonitis yang paling sering terjadi.
Peritonitis tersier merupakan peritonitis yang disebabkan oleh iritan langsung
yang sering terjadi pada pasien immunocompromised dan orangorang dengan
kondisi komorbid. (Japanesa,dkk, 2016).

2.1.2 Etiologi
Penyebab peritonitis menurut (Hughes, 2012) adalah :
1. Infeksi bakteri
a. Mikroorganisme berasal dari penyakit salurangastrointestinal

7
b. Appendicitis yang meradang dan perforasi
c. Tukak peptic (lambung/duodenum)
d. Tukak thypoid
e. Tukak disentri amuba / colitis
f. Tukak pada tumor
g. Salpingitis
h. Diverticulitis (radang usus)
Kuman yang paling sering ialah bakteri coli, streptokokus Udan B
hemolitik, stapilokokus aurens, enterokokus danyangpaling berbahaya adalah
clostrdiumwechii.

2. Secara langsung dari luar


a. Operasi yang tidak steril
b. Tercontaminasi talcum venetum, lycopodium, sulfonamide, terjadi peritonitis
yang disertai pembentukan jaringan granulomatosa sebagai responterhadap benda
asing, disebut juga peritonitisgranulomatosa serta merupakan peritonitis local.
c. Trauma pada kecelakaan seperti rupture limpa danrupture hati
d. Melalui tuba fallopius seperti cacing enterobiusvermikularis, terbentuk pula
peritonitis granulomatous.

3. Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit akut seperti radang


saluran pernapasan bagian atas, otitismedia, mastoiditis, glomerulonephritis,
penyebab utamaadalah streptokokus atau pnemokukus.

2.1.3 Tanda dan Gejala


Menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2011) , tanda dan gejala dari
peritonitis yaitu syok (neurologik dan hipovolemik) terjadi pada penderita
peritonitis umum, demam, distensi abdomen, nyeri tekan abdomen, bising usus
tidak terdengar, nausea, dan vomiting.

- Trauma pada kecelakaan seperti ruptur limpa dan ruptur hati.


- Melalui tuba fallopius seperti cacing enterobius vermikularis.
- Terbentuk pula peritonitis granulomatosa
c. Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit akut seperti
8
radang saluran pernapasan bagian atas, otitis media, mastoiditis,
glomerulonepritis. Penyebab utama adalah streptokokus atau
pnemokokus.

2.1.4 Manifestasi Klinis


Haryono (2012) menyebutkan tanda dan gejala peritonitis, antara lain:
a. Syok (Neurogenik, hipovolemik atau septik) terjadi pada beberapa
penderita peritonitis umum.
b. Demam.
c. Distensi abdomen.
d. Nyeri tekan abdomen dan rigiditas yang lokal, difus, atrofi umum,
tergantung pada perluasan iritasi peritonitis.
e. Bising usus tak terdengar pada peritonitis umum dapat terjadi pada
daerah yang jauh dari lokasi peritonitisnya.
f. Nausea.
g. Vomiting.
h. Penurunan peristaltic.
i. Konstipasi
j. Perubahan tekanan darah, nadi, dan pernafasan.
k. Kelemahan.
l. Gangguan integumen dan jaringan subkutan.

2.1.5 Klasifikasi
1. Peritonitis Primer
Peritonitis terjadi tanpa adanya sumber infeksi dironggaperitoneum, kuman
masuk kedalam rongga peritoneummelalui aliran darah / pada pasien perempuan
melalui genital
2. Peritonitis Sekunder
Terjadi bila kuman kedalam rongga peritoneumdalamjumlah yang cukup
banyak
3. Peritonitis karena pemasangan benda asing keronggaperitoneum misalnya
pemasangan kateter. Kateter ventrikula – peritoneal Kateter peritoneal – jugular
(Padila, 2012).

9
2.1.6 Patofisiologi
Peritonitis menyebabkan penurunan aktivikas fibrinolitik intra abdomen
(peningkatan aktivitas inhibitor aktivator plasminogen) dan fibrin karantina
dengan pembentukan adhesi berikutnya. Produksi eksodakt fibrinosa merupakan
reaksi penting pertahanan tubuh tetapi sejumlah bakteri dapat dikarantina dalam
matriks fibrins. Matrin fibrin tersebut yang memproteksi bakteri dari mekanisme
pembersih tubuh. (Muttaqin, 2001).
Efek utama dari fibrin mungkin berhubungan dengan tingkat kontaminasi
bakteri peritoneal. Pada study bakteri campuran, hewan peritonitis mengalami
efek sistemik defibrinogenasi dan kontaminasi peritoneal berat menyebabkan
peritonitis berat dengan kematian dini (<48 jam) karena sangat sepsis (Muttaqin,
2011).
Pembentukan abses merupakan strategi pertahanan tubuh untuk mencegah
penyebaran infeksi, namun proses ini dapat menyebabkan infeksi paristen dan
sepsis yang mengancam jiwa. Awal pembentukan abses melibatkan pelepasan
bakteri dan agen potensi abses ke lingkunganyang steril. Pertahanan tubuh tidak
dapat mengeliminasi agen infeksi dan mencoba mengontrol penyebaran melalui
sistem kompartemen. Proses ini dibantu oleh kombinasi faktor-faktor yang
memiliki fitur yang umum yaitu fagositosis. Kontaminasi transien bakteri pada
peritoneal (yang disebabkan oleh penyakit viseral primer) merupakan kondisi
umum. Resultan paparan antigen bakteri telah ditunjukan untuk mengubah
respon imun ke inokulasi peritoneal berulang. Hal ini dapat mengakibatkan
peningkatan insiden pembentukan abses, perubahan konten bakteri, dan
meningkatkan angka kematian. Studi terbaru menunjukan bahwa infeksi
nosokomial di organ lain (pneumonea, spesies, infeksi luka) juga meningkatkan
kemungkinkan pembentukan abses abdomen berikutnya (Muttaqin, 2011).
Faktor – faktor virulensi bakteri akan menghambat proses fagositosis
sehingga menyebabkan pembentukan abses. Faktor-faktor ini adalah
pembentukan kapsul, pembentukan fakultatif anaerob, kemampuan adhesi, dan
produksi asam suksinat. Sinergi antara bakteri dan jamur tertentu mungkin juga
memainkan peran penting dalam merusak pertahanan tubuh. Sinergi seperti itu

10
mungkin terdapat antara B fagilis dan bakteri gram negatif terutama E Coli,
dimana ko-invokulasi bakteri secara signifikasi meningkatkan perforasi dan
pembentukan abses (Muttaqin, 2011).
Abses peritoneal menggambarkan pembentukan sebuah kumpulan cairan
yang terinfeksi dienkapsulasi oleh eksudat fibrinosa, mentum, dan sebelah organ
viseral. Mayoritas abses terjadi selanjutnya pada peritonits. Sekitar setengah dari
pasien mengembangkan abses sederhan, sedangkan separuh pasien yang lain
mengembangkan sekunder abses kompleks fibrinosa dan organisasi dari bahan
abses. Pembentukan abses terjadi paling sering didaerah subhepatik dan
panggul, tetapi mungkin juga terjadi didaerah perisplenik, kantong yang lebih
kecil, dan puteran usus kecil, serta mesenterium (Muttaqin, 2011).
Selanjutnya abses terbentuk diantara perlekatan fibrinosa, menempel
menjadi satu permukaan sekitarnya. Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi
menghilang pula, tetapi dapat menetap sebagai pita- pita fibrinosa. Bila bahan
yang menginfeksi terbesar luas pada perrmukaan peritoneum, maka aktivitas
motolitas usus menurun dan meningkatkan resiko ileus peristaltik (Muttaqin,
2011).
Respon peradangan peritonitis juga menimbulkan akumulasi cairan karena
kapiler dan membran mengalami kebocoran. Jika defisit cairan tidak dikoreksi
dengan cepat dan agresif, maka akan menyebabkan kematian sel. Pelepasan
berbagai mediator misal interleukin, dari kegagalan organ. Oleh karena tubuh
mencoba untuk mengompensasi dengan cara retensi cairan dan elektrolit oleh
ginjal, produk buangan juga ikut menumpuk. Takikardi awalnya meningkatkan
curah jantung, tetapi kemudian akan segera terjadi badikardi begitu terjadi syok
hipovolamik (Muttaqin, 2011).
Organ – organ di dalam vakum peritoneum termasuk dinding abdomen
mengalami edema. Edema disebabkan oleh parmeabilitas pembuluh darah kapiler
organ- organ tersebut meninggi. Pengumpulan cairan di dalam rongga peritoneum
dan lumen – lumen usus, serta edema seluruh organ intraperitoneal dan edema
dinding abdomen termasuk jaringan retroperitoneal menyebabkan hipovolemia.
Hipovolemik bertambah dengan adanya kenaikan suhu, intake yang tidak ada,
serta muntah. Terjebaknya cairan di rongga peritoneum dan lumen usus, lebih

11
lanjut meningkatkan tekanan intraabdomen, membuat usaha pernafasan penuh
menjadi sulit dan menimbulkan perfusi (Muttaqin, 2011).

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang


a. Tes laboratorium
1) Analisa gas darah (AGD) : Alkalosis respiratori dan asidosis mungkin ada.
2) Sel darah putih meningkat kadang-kadang lebih besar dari 20.000 Sel darah
merah mungkin meningkat, merupakan hemokonsentrasi.
3) Hemoglobin dan hematocrit mungkin rendah bila terjadi kehilangan darah.
a) Protein/ albumin serum : mungkin menurun karena penumpukan cairan (di intra
abdomen).
b) Amilase serum : biasanya meningkat
c) Elektrolit serum : hypokalemia mungkin ada.
d) X-ray
(1) Foto polos abdomen 3 posisi (anterios, pascaerior, lateral) dan didapatkan:
(a) Ileus merupakan penemuan yang tak khas pada peritonitis
(b) Usus halus dan usus besar
(c) Udara bebas dalam rongga abdomen terlihat pada kasus perforasi
(2) Foto dada : dapat menyatakan peninggian diafragma
(a) Parasentesis : contoh cairan peritoneal dapat mengandung darah, pus/eksudat,
emilase, empedu dan kretinum.
(b) CT abdomen dapat menunjukkan pembentukan abses (Nurarif, Kusuma,
2015).

2.1.8 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi dari peritonitis adalah : gangguan keseimbangan


cairan dan elektrolit, sesak napas akibat desakan distensi abdomen ke paru,
pembentukan luka dan pembentukan abses (Rudi, 2012).

2.1.9Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Prinsip umum pengobatan adalah mengistirahatkan saluran
cerna dengan memuasakan pasien, pemberian antibiotic yang sesuai, dekompresi
saluran cerna dengan penghisapan nasogastric atau intestinal, penggantian cairan

12
dan elektrolit yang hilang yang dilakukan secara intravena, pembuangan focus
septic (apendik) atau penyebab radang lainnya, bila mungkin dengan mengalirkan
nanah keluar dan tindakan-tindakan menghilangkan nyeri. (Nurarif, Kusuma,
2015). Prinsip umum dalam menangani infeksi intra abdominal ada 4, antara lain:
a. Control infeksi yang terjadi
b. Membersihkan bakteri dan racun
c. Memperbaiki fungsi organ
d. Mengontrol proses inflamasi Eksplorasi laparatomi segera perlu dilakukan pada
pasien dengan akut

2.1.10 Discharge Planning


a. Hindari konsumsi makanan yang dapat menyebabkan penyakit.
b. Hindari konsumsi alkohol dan merokok
c. Konsultasikan dengan ahli gizi tentang pola makan yang benar
d. Biasakan hidup bersih dan sehat
e. Cucilah tangan sebelum dan sesudah aktivitas
f. Jika pasca op konsultasikan dengan tenaga medis cara perawatan dan
penanganan dirumah sehingga menghindarkan infeksi bertambah. (Nurarif,
Kusuma, 2015).

2.1.11 Patofisiologi

Invasi kuman ke lapisan peritonium oleh berbagai


kelainan oleh sistem gastrointestinal dan penyebaran
infeksi dari organ abdomen atau perforasi organ pasca
trauma abdomen

Respon peradangan pada peritonium dan organ didalamnya

Peritonitis Respon Sismetik

Penurunan aktivitas fibrinolitik intra abdomen hipertermia

Pembentukan eksudat fibrinosa atau abses pada peritonium

13
Respon local saraf Syok Sepsis Gangguan
terhadap inflamsi
Laparatomi Gastrointestin
al

Distensi Respon Mual, Muntah,


Pre Post
Abdomen Kardiovaskuler Kembung, Anoreksia
Operasi Operasi Nyeri Curah Jantung Intake Nutrisi
Respon Resiko
Menurun Tidak adekuat
Psikologis Infeksi

Suplai darah ke Ketidakseimbangan


Kerusakan Integritas otak menurun nutrisi kurang dari
Kulit kebutuhan tubuh

Penurunan
perfusi serebral

Ketidakseimbang
Ketidakefektifan bersihan jalan
an batuk efektif
nafas

14
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1 PENGKAJIAN
A. Identitas
1. Nama pasien :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Suku / Bangsa :
5. Pendidikan :
6. Pekerjaan :
7. Alamat :
8. Keluhan Utama :
Keluhan utama yang sering muncul adalah nyeri kesakitan di bagian perut
sebelah kanan danmenjalar ke pinggang.
1. Riwayat penyakit sekarang
Peritinotis dapat terjadi pada seseorang dengan peradangan iskemia,
peritoneal diawaliterkontaminasi material, sindrom nefrotik, gagal ginjal
kronik, lupus eritematosus, dan sirosishepatis dengan asites.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Seseorang dengan peritonotis pernah ruptur saluran cerna, komplikasi
post operasi, operasi yangtidak steril dan akibat pembedahan, trauma pada
kecelakaan seperti ruptur limpa dan ruptur hati.
3. Riwayat penyakit Keluarga
Secara patologi peritonitis tidak diturunkan, namun jika peritonitis ini
disebabkan oleh bakterial primer, seperti tuberculosis maka kemungkinan
diturunkan ada

B. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem Pernafasan (B1)
Pola nafas irregular (RR >20 x menit), dispnea, retraksi otot bantu
pernafasan serta menggunakan otot bantu pernafasan.

1
2. Sistem Kardiovaskuler (B2)
Klien mengalami takikardi karena mediator inflamasi dan hipovelemia
vaskular karena anoreksia dan vomit. Didapatkan irama jantung irregular akibat
pasien syok (neurogenik, hipovolemik atau septik), akral : dingin, basah, dan
pucat.
3. Sistem Persarafan (B3)
Klien dengan peritonitis tidak mengalami gangguan pada otak namun
hanya mengalami penurunan kesadaran.
4. Sistem Perkemihan (B4)
Terjadi Penurunan Produksi Urin.
5. Sistem Pencernaan (B5)
Klien akan mengalami anoreksia dan nausea. Vomit dapat muncul akibat
proses ptologis organ visceral (seperti obstruksi) atau secara sekunder akibat
iritasi peritoneal. 8elain itu terjadi distensi abdomen, bising usus menurun, dan
gerakan peristaltic usus turun (< 12 x menit).
6. Sistem musculoskeletal dan Integumen (B6)
Penderita peritonitis mengalami letih, sulit berjalan, nyeri perut dengan
aktivitas. Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kekuatan otot mengalami
kelelahan, dan turgor kulit menurun akibat kekurangan volume cairan.
C. Pengkajian Psikososial
Interaksi sosial menurun terkait dengan keikutsertaan pada aktivitas sosial
yang sering dilakukan.
D. Personal Hygiene
Kelemahan selama aktivitas perawatan diri.
E. Pengkajian Spiritual
2.2.2 DIAGNOSA
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, demam dan kerusakam jaringan.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia mual
dan muntah.
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
aktif.

2
5. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan kedalaman
pernafasan sekunder distensi abdomen dan menghindari nyeri.
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status Kesehatan.

2.2.3 INTERVENSI
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, demam dan kerusakam jaringan.
Tujuan nyeri klien berkurang
Kriteria hasil :
1. Laporan nyeri hilang terkontrol
2. Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi.
3. Metode lain untuk meningkatkan kenyamanan.

Intervensi Keperawatan
Tindakan / Intervensi Rasional
Mandiri : 1. Perubahan padalokasi intensitas
1. Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, tidak umum tetapi dapat
lama, intensitas (skala 0-10 ) dan menunjukkan terjadinya
karakteristiknya (dangkal,tajam, komplikasi. Nyeri cenderung
konstan) menjadi konstan,lebih hebat, dan
2. Pertahankan posisi semi fowler menyebar keatas, nyeri dapat lokal
sesuai indikasi. bila terjadi abses.
3. Berikan Tindakan kenyamanan, 2. Memudahkan drainase cairan luka
contoh pijatan punggung, napas karena gravitasi dan membantu
dalam,latihan relaksasi atau meminimalkan nyeri karena
visualisasi. Gerakan
4. Berikan perawatan mulut dengan 3. Meningkatkan relaksasi dan
sering. Hilangkan rangsangan mungkin meningkatkan
lingkunagan yang tidak kemampuan koping pasien dengna
menyenangkann. memfokuskan kembali perhatian.
4. Menurunkan mual<muntah
Kolaborasi :
yangdapat meningkatkan tekanan
Berikan obat sesuai indikasi
atau nyeri intrabdomen.
1. Analgesik, narkotik
5. Menurunkan laju metabolik dan

3
2.Antiemetik, contoh hidroksin (Vistaril) iritasi usus karena toksin sirkulasi /
3.Antipiretik, contoh : lokal, yang membantu
asetaminofen (Tylenol) menghilangkan nyeri
danmeningkatkan penyembuhan.

Catatan :
Nyeri biasanya berat dan memerlukan
pengontrol nyeri narkotik,analgesik
dihindari dari proses diagnosis karena
dapat menutupi gejala.

Menurunkan mual<muntah, yang


dapat meningkatkan nyeri abdomen.

2. Resiko Tinggi Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.


Tujuan : Mengurangi infeksi yang terjadi, meningkatkan kenyamanan pasien.
Kriteria hasil .
1. Meningkatnya penyembuhan pada waktunya, bebas drainase purulen atau
eritema, tidak demam.
2. Menyatakan pemahaman penyebab indikasi / faktor resiko.
Intervensi Keperawatan :

Tindakan Intervensi Rasional

Mandiri : 1. Mempengaruhi pilihan


intervensi.
1. Catat faktor risiko individu
2. Tanda adanya syok septik,
contoh trauma
endotoksin sirkulasi
abdomen,apendisitis akut,
menyebabkan vasodilatasi,
dialisa peritoneal.
kehilangan cairan dari
2. Kaji tanda vital dengan sering,
sirkulasi,dan rendahnya status
catat tidakmembaiknya atau
curah jantung.
berlanjutnya hipotensi,
3. Hipoksemia, hipotensi, dan
penurunan tekanan
asidosis dapat menyebabkan

4
nadi,takikardia, demam, penyimpangan status mental.
takipnea. 4. Hangat, kemerahan, kulit kering
3. Catat perubahan status mental adalah tanda dini septikemia.
(contoh bingung, pingsan). Selanjutnya manifestasi termasuk
4. Catat Warna kulit suhu dan dingin, kulit pucat lembab dan
kelembapan. sianosis sebagai tanda syok.
5. Awasi pengeluaran Urine. 5. Oliguria terjadi sebagai akibat
6. Pertahankan teknik aseptic ketat penurunan perfusi ginjal, toksin
pada perawatan drein abdomen, dalam sirkulasi mempengaruhi
lukainsisi / terbuka, dan sisi antibiotik.
invasif. Bersihkan dengan 6. Mencegah meluas dan
betadin atau larutan lainyang membatasi penyebaran
tepat kemudia bilas dengan PZ. organisme infektif / kontaminasi
7. Observasi drainase pada luka silang.
7. Memberikan informasi tentang
status infeksi.
8. Mencegah penyebaran,
membatasi pertumbuhan bakteri
tractus urinarus.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia mual


dan muntah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nafsu makan dapat timbul
kembali dan statusnutrisi terpenuhi.
Kriteria Hasil :
1. Status nutrisi terpenuhi.
2. Nafsu makan klien timbul kembali.
3. Berat badan normal.
4. Jumlah Hb dan Albumin normal.

Intervensi Keperawatan :

Tindakan Intervensi Rasional

5
Mandiri : 1. Jumlah besar dari aspirasigaster
dan muntah atau diare diduga
1. Awasi haluan selang NGT, dan
terjadi obstruksi usus, memerlukan
catat adanya muntah atau
evaluasi lanjut
diare.
2. Kehilangan atau peningkatandini
2. Timbang berat badan tiap hari.
menunjukkan perubahan hidrasi
3. Auskultasi bising usus, catat
tetapi kehilangan lanjut diduga ada
bunyi tak ada atau hiperaktif
deficit nutrisi.
4. Catat kebutuhan kalori
3. Meskipun bising usus seringtak
yangdibutuhkan.
ada, inflamasi atau iritasiusus dapat
5. Monitor HB dan Albumin
menyertai hiper aktivitas usus,
6. Kaji abdomen dengan
penurunan absorpsi air dan diare.
seringuntuk kembali ke bunyi
4. Adanya kalori (sumberenergi) akan
yang lembut, penampilan
mempercepat proses penyembuhan.
bising usus normal, dam
Indikasi adekuatnya proteinuntuk
kelancaran flatus.
sistem imun.

Kolaborasi : 5. Menunjukan kembalinya fungsi


bising usus ke normal.
1. Kolaborasi pemasangan NGT
jika klien tidak dapat makan dan 1. Agar nutrisi klien tetap terpenuhi.
minum peroral. 2. Tubuh yang sehat tidak mudah
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk terkena infeksi (peradangan).
dengan hal diet. 3. Klien dapat berusaha untuk
3. Memberikan informasi tentang memenuhi kebutuhan makan
zat-zat makanan yang sangat dengan makanan yang bergizi.
penting bagi keseimbangan 4. Kekurangan volume cairan
metabolisme tubuh. berhubungan dengan kehilangan
volume cairan aktif.

4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan

6
aktif.
Tujuan : Mengidentifikasi intervensi untuk memperbaiki keseimbangan cairan dan
meminimalisir proses peradangan untuk meningkatkan kenyamanan.
Kriteria hasil :

1. Haluaran urine adekuat dengan berat jenis normal.


2. Tanda vital stabil.
3. Membran mukosa lembab.
4. Turgor kulit baik.
5. Pengisian kapiler meningkat.
6. Berat badan dalam rentang normal.

Intervensi Keperawatan :

Tindakan Intervensi Rasional

Mandiri : 1. Membantu dalam evaluasiderajat


deficit cairan / keefektifan
1. Pantau tanda vital,
penggantian terapi cairan dan respon
catatadanya hipotensi
terhadap pengobatan.
(termasuk perubahan
2. Menunjukkan status hidrasi
postural),takikardia, takipnea,
keseluruhan.
demam, ukur CVP bila ada.
3. Untuk mencukupi kebutuhan cairan
2. Pertahankan intake dan
dalam tubuh (homeostatis).
outputyang adekuat lalu
4. Menunjukkan status hidrasidan
hubungkan dengan berat
perubahan pada fungsi ginjal.
badan harian.
5. Hopovolemia, perpindahancairan, dan
3. Rehidrasi / Resusitasi Cairan
kekurangan nutrisi mempeburuk
4. Ukur berat jenis urine
turgor kulit,menambah edema
5. Observasi kulit /
jaringan.
membranmukosa untuk
6. Menurunkan rangsangan pada gaster
kekeringan, turgor, catat
dan respons muntah.
edema perifer / sacral.
7. Jaringan edema dan adanyagangguan
6. Hilangkan tanda bahaya

7
/baudari lingkungan. batasi sirkulasi cenderung merusak kulit.
pemasukan es batu.
7. Ubah posisi dengan sering 1. Memberikan informasitentang hidrasi
berikan perawatan kulit dan fungsi organ.
dengan sering, dan 2. Mengisi / mempertahankan volume
pertahankan tempat tidur sirkulasi dan keseimbangan elektrolit.
kering dan bebas lipatan. Koloid (plasma, darah) membantu
menggerakkan air ke dalam area intra
Kolaborasi :
vascular dengan meningkatkan

1. Awasi pemerikasaan tekanan osmotic.

laboratorium, contoh HB / 3. Menurunkan hiperaktivitasusus dan

Ht, elektrolit, protein, kehilangan dari diare.

albumin, BUN, kreatinin.


2. Berikan plasma / darah,
cairan,elektrolit.
3. Pertahankan puasa
denganaspirasi nasogastric
/ intestinal.

5. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan kedalaman


pernafasan sekunder distensi abdomen dan menghindari nyeri.
Tujuan : Pola nafas efektif, ditandai bunyi nafas normal, tekanan O2 dan saturasi
02 normal.
Kriteria Hasil:

1. Pernapasan tetap dalam batas normal.


2. Pernapasan tidak sulit
3. Istirahat dan tidur dengan tenang
4. Tidak menggunakan otot bantu napas

Intervensi Keperawatan :
Tindakan Intervensi Rasional

8
Mandiri : 1. Indikator hipoksemia ; hipotensi,
1. Pantau hasil analisa gas darahdan takikardi,hiperventilasi, gelisah,
indikator hipoksemia : hipotensi, depresi, SSP, dan sianosis penting
takikardi,hiperventilasi, gelisah, untuk mengetahui adanya syok
depresi, SSP, dan sianosis. akibat inflamasi(peradangan).
2. Auskultasi paru untuk mengkaji 2. Gangguan pada paru (suara nafas
ventilasi dan mendeteksi tambahan) lebih mudah dideteksi
komplikasi pulmoner. dengan auskultasi.
3. Pertahankan pasien pada posisi 3. Posisi membantu memaksimalkan
semifowler. ekspansi paru dan menurunkan
4. Berikan 02 sesuai program upaya pernafasan, ventilasi
maksimal membuka area
atelektasis dan meningkatkan
gerakan secret kedalam jalan nafas
besaruntuk dikeluarkan.
4. Oksigen membantu untuk bernafas
secara optimal.

6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status Kesehatan.


Tujuan :Mengurangi ansietas klien
Kriteria hasil :
1. Mengakui dan mendiskusikan masalah.
2. Penampilan wajah tampak rileks
3. Mampu menerima kondisinya

Intervensi Keperawatan :
Tindakan Intervensi Rasional
1. Evaluasi tingkat pemahaman 1. Ciptakan suasanaterapeutik
klien / orangterdekat tentang untuk menumbuhkan
diagnose. kepercayaan
2. Akui rasa takut / masalah klien 2. Temani pasien untuk
dan dorong mengekspresikan mengurangi kecemasan
perasaan. 3. Gunakan pendekatan yang

9
3. Memberikan kesempatan untuk tenang dan meyakinkan
bertanya dan jawab dengan jujur. 4. Jelaskan prosedur, termasuk
Yakinkan bahwa klien dan sensasi yang mungkin dialami
perawat mempunyai pemahaman 5. Anjurkan mengambil posisi
yang sama. nyaman
4. Terima penyangkalan klien tetapi 6. Anjurkan keluarga untuk tetap
jangandikuatkan. bersama pasien
5. Catat komentar perilaku 7. Anjurkan
yangmenunjukkan menerima mengungkapkanperasaan
dan / atau mengurangi strategi persepsi
efektif menerima situasi. 8. Latihan kegiatan untuk
6. Libatkan klien /orang terdekat pengalihan untuk mengurangi
dalam perencanaan perawatan. ketegangan
Berikan waktu untuk menyiapkan 9. Latihan tekhnik relaksasi
pengobatan.
7. Berikan kenyamanan fisik klien
8. Pasien dan orang terdekat
mendengardan mengasimilasi
informasi baru yangmeliputi
perubahan ada gambaran diri dan
pola hidup.
9. Dukungan memampukan klien
mulaimembuka / menerima
kenyataan infeksi peritonium dan
pengobatannya. Klienmungkin
perlu waktu untuk
mengidentifikasi perasaan
maupun mengekspresikannya
10. Membuat kepercayaan dan
menurunkankesalahan persepsi /
interpretasi terhadap informasi.

10
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian Keperawatan
Tn.I umur 60 tahun suku Batak, tinggal di Tebing Tinggi, agama islam,
pekerjaan kepala sekolah, Penanggung jawab klien adalah Ny. L, hubungan
keluarga Ayah kandung datang ke Ruangan IGD RSU IPI Medan pada tanggal 20
Juni 2023 jam 12.40 WIB dirujuk dari Rumah Sakit Kumpulan Pane Tebing
Tinggi. Hasil pengkajian primer Airway: Tidak ada hambatan jalan nafas,
Breathing: Terpasang oksigen 3L/I dengan nasal kanul, Circulation: Akral teraba
dingin, pucat, sianosis, CRT > 2 detik, Disability: GCS 15 (Eye 4, Verbal 5,
Mototik 6). Hasil Pengkajian Sekunder: Nyeri tekan dirasakan di seluruh lapang
perut dengan Skala nyeri 8, nyeri seperti ditusuk-tusuk dan nyeri dapat hilang
apabila diberikan obat anti nyeri, perut tampak membesar dan keras, bising usus
melemah, defans muskular (+), BAB terakhir 1 hari yang lalu (19 Juni 2023),
Flatus (+), ada muntah, BAB berwarna hitam, terpasang NGT dan keluar cairan
berwarna hijau lumut (±200 cc), TTV : TD 107/71 mmHg, HR 130 x/I, RR 22 x/i,
Temp 37,8 ⁰C, BB : 64 kg, TB : 165 cm, IMT : 23, terpasang IVFD Nacl 0,9 %
20 gtt/I, inj ketorolac 1 amp/8 jam, ranitidine 1 amp/12 jam, ceftriaxone 1
gr/12jam, dan metrodinazole 1 fis. Pemeriksaan penunjang: HB 11,8 g/dl,
Leukosit 22,7 UL, Hematokrit: 34,5 %, dan hasil foto abdomen Parsial Small
Bowel Obstruction, Pneumoperitoneum, Fecal Material Prominen. Riwayat
kesehatan, klien menderita penyakit diabetes melitus, riwayat transfusi PRC 2 bag
(500 cc) dengan HB 7,9 g/dl (19 Juni 2023). Riwayat pola nutrisi pasien sebelum
masuk Rumah Sakit, makan 2 kali sehari dalam porsi sedikit dengan kebiasaan
minum kopi 4-5 gelas setiap hari dan pasien perokok aktif. Riwayat kesehatan
pasien, pasien mengatakan 1 bulan terakhir merasakan nyeri perut yang hilang
timbul dan mengkonsumsi obat warung yaitu promag dan Mylanta. Riwayat

11
penyakit keluarga adalah Penyakit diabetes mellitus.
Klien dipindahkan pukul 15.20 WIB ke Ruang Kemuning Rumah Sakit
IPI Medan dengan Dx. Akut Abdomen ec Susp. Gaster Perforasi. Hasil
pengkajian TD 130/80 mmHg, HR 120 x/i, RR 22 x/i, Temp 37,5 ⁰C, terpasang
IVFD Nacl 0,9 % 20 gtt/i. Keluhan nyeri seperti ditusuk-tusuk masih dirasakan di
seluruh lapangan perut, skala nyeri 6, nyeri seperti ditusuk-tusuk, mual dan
muntah tidak ada, bising usus masih lemah, GCS: 15, terpasang kateter urine,
urine ± 450 cc, klien puasa sejak pukul 15.00 WIB. Klien direncanakan operasi
Laparatomy dengan diagnose Acut Abdomen ec, Susp Gaster Perforasi. Klien
merasa khawatir untuk rencana tindakan operasi.
Klien dibawa ke Ruangan Operasi pukul 21.00 WIB. Hasil pengkajian Pre
Operasi TTV: TD 107/70 mmHg, HR 84x/i, RR 24 x/i, Temp 36,8 ⁰C, puasa
mulai pukul 15.00 WIB dan terpasang IV Cateter no 18, IVFD Nacl 0,9 % 20 gtt/i
dilakukan tindakan operasi laparatomi explorasi dengan dx Akut Abdomen ec
Susp. Gaster Perforasi. Operasi dimulai Pukul 00.00 WIB. Jenis anastesi yang
diberikan: Anatesi Umum, TD 120/84 mmHg, HR 130 x/i, RR 22 x/i Temp 36,5
⁰C, SPO2 98%. Tindakan operasi yang dilakukan membuka Peritonium dan keluar
udara serta cairan kehijauan, perforasi tampak dengan ukuran 0,5 x 0,5 cm di
antrum, kemudian dipasang drain di subhepatic dan retovesica pouch.
Klien dipindahkan ke ruang Recovary Room pukul 01.30 WIB dengan
TTV: TD 120/84 mmHg, HR 130 x/i, RR 22 x/i Temp 36,5 ⁰C, terpasang oksigen
3 l/menit dengan nasal kanul, terpasang NGT terbuka, cairan residu dari NGT
berwarna hijau lumut ±50 cc, terpasang 2 buah drain di luka post operasi
laparotomy di sisi midline abdomen dengan panjang ± 15 cm, puasa total 5 hari,
Diet TPN, terpasang Kateter Urine.
Klien dipindahkan pukul 03.00 WIB ke ruang ICU. Hasil pengkajian TTV:
TD119/60 mmHg, RR 24 x/I, HR 115x/I, Temp 36,5oc, SPO2 95%. Nyeri
dibagian luka operasi seperti ditusuk-tusuk, Skala nyeri 6, nyeri hilang timbul,
panjang luka 15 cm, pus tidak ada, teraba hangat sekitar luka, bising usus masih
lemah, mukosa mulut kering, terpasang cairan RL 30 gtt/menit selang seling
Dextro 5% 30 gtt/i, Aminofluid 500 ml/ hari, Clinoleic 1 fls/ hari, terpasang
oksigen 3 l/i, Inj: Merofenem 1 gr/8 jam, ketorolac 30 gr/8 jam, ranitidine 50

12
gr/12 jam, efidural (fentanyl + revivel) /8 jam.
Hasil Observasi tanggal 21 Juni 2023, Input Parenteral (2.701) cc, Output
kateter (850 cc), NGT (50 cc), Drain (400 cc) IWL : 640 cc, Balance : +740 cc,
NGT berwarna hijau lumut, Pengkajian TTV: TD 128/71 mmHg, RR 22 x/I, HR
118/i Temp 37oC, SPO2 97%. Klien mengatakan Nyeri dibagian luka operasi
seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 5, nyeri hilang timbul, pus tidak ada, teraba
hangat sekitar luka, mukosa mulut kering, terpasang cairan RL selang seling
Dextro 5% 30 tt/i, terpasang oksigen 3 L/i. Hasil laboratorium HB 10,8 gr/l,
Leukosit 17,9 ul, hematokrit 30,5 %, albumin 1,5 gr/dl.
Hasil Observasi tanggal 22 Juni 2023, Input Parenteral (2.711) cc, Output
kateter urine (1050 cc), NGT (200 cc), Drain (670 cc) IWL: 640 cc, Balance:
+151 cc, pengkajian TTV: TD: 130/80 mmHg, RR: 24 x/I, HR: 110x/I, Temp:
36oC, SPO2: 91%. Klien mengatakan nyeri di bagian luka operasi seperti ditusuk-
tusuk, Skala nyeri 5, nyeri hilang timbul, pus tidak ada, teraba hangat sekitar luka,
mukosa mulut kering, terpasang cairan RL selang seling Dextro 5% 30 tt/i,
Albuminer 25 % 1 fls (100ml), terpasang oksigen 3 L/I dengan nasal kanul. Hasil
cek albumin 1,9 gr/dl.
Hasil Observasi tanggal 23 Juni 2023, pengkajian TTV: TD 128/80
mmHg, RR 24 x/I, HR 110x/I, Temp 36 0C, SPO2 94% . Klien mengatakan, nyeri
dibagian luka operasi seperti ditusuk-tusuk, Skala nyeri 3, nyeri hilang timbul, pus
tidak ada, teraba hangat sekitar luka, terpasang cairan RL selang seling Dextro 5%
30 tt/i, terpasang oksigen 3 L/i. Input Parenteral (2311) cc, Output Kateter urine
(1800 cc), Drain (540 cc) berwarna hijau lumut, IWL : 640 cc, Balance: -649 cc.
Hasil lab HB 11,3 gr/dl, Leukosit 12,8 UL, Hematokrit 34,4%, Analisa gas darah
pH 7,388, PCO2 28,3 mmHg, PO2 152 mmHg, HCO3 21,5 mmol/liter, SPO2
98,8%, CO2 22,6 mmol/liter.
Hasil Observasi tanggal 26 Juni 2023 16.00 WIB, pasien pindah
keruangan tulip, hasil pengkajian TTV: TD 120/80 mmHg, RR 23 x/I, HR 109x/I,
Temp 360C, SPO2 97%. Klien mengatakan, nyeri dibagian luka operasi seperti
ditusuk-tusuk, Skala nyeri 3, nyeri hilang timbul, pus tidak ada, teraba hangat
sekitar luka, terpasang cairan RL 20 gtt/I, NGT dilepas, bising usus 10-15 x/i.
Pasien sudah bisa makan diet bubur dan minum 500 cc.

13
Hasil Laboratorium 20 Juni 2023 :
JENIS HASIL UNIT ANGKA NORMAL METODE
PEMERIKSAAN /
SATUAN
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin 11.8 g/dl P : 13-18 W : 12-16 Canggih
Leukosit 22.7 10*3 Ul 4-11
Jumlah Trombosit 408.000 /mm3 140.000-450.000
Hematokrit 34.5 % P : 42.56 W: 36-47
Eritrosit 4.01 Juta / P: 4.50-4.60 W: 4.10-
mm3 5.10
MCV 86 um3 81-99
MCH 29.4 Pgr 27.0-31.0
MCHC 34.1 g/dl 32.0-36.0
RDW 15.3 % 11.5-15.0
PDW 8.9 % 10.0-18.0
MPV 6.7 um3 6.5-11.0
PCT 0.200 % 0.100-0.500
Hitung Jenis
Leukosit
Eosinofil 2.7 % 1-3
Basofil 0 % 0-1
Netrofil (abs) 18.8 10*3/ uL 1.56-6.13
Neutrofil 82.5 % 50-70
Limfosit 12..8 % 20-40
Monosit 2.0 % 2-8
Limfosit (abs) 2.9 10*3 uL 1.8-3.74
Masa Pendarahan 4’30” Menit 2’-6’
Masa Pembekuan 8’30” Menit 6’-12’
TES GULA
DARAH
Glukosa Ad 163 mg/dl <200
Random
FAL GINJAL
Ureum / Urea-N 36 mg/dl 13-50

Creatinine 0.97 Mg/dl P: 0.7-1.4 W: 0.6-1.1

14
Hasil Laboratorium 21 Juni 2023
JENIS HASIL UNIT ANGKA NORMAL METODE
PEMERIKSAAN /
SATUAN
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin 10.8 g/dl P : 13-18 W : 12-16 Canggih
Leukosit 17.9 10*3 uL 4-11
Jumlah Trombosit 341.000 /mm3 140.000-450.000
Hematokrit 30.5 % P : 42.56 W: 36-47
Eritrosit Juta / P: 4.50-4.60 W: 4.10-
mm3 5.10
MCV 86.3 um3 81-99
MCH 30.5 Pgr 27.0-31.0
MCHC 35.4 g/dl 32.0-36.0
RDW 15.6 % 11.5-15.0
PDW 9.1 % 10.0-18.0
MPV 7.0 um3 6.5-11.0
PCT 0.200 % 0.100-0.500
Hitung Jenis
Leukosit
Eosinofil 1.0 % 1-3
Basofil 0 % 0-1
Netrofil (abs) 16.3 10*3/ uL 1.56-6.13
Neutrofil 90.1 % 50-70
Limfosit 7.7 % 20-40
Monosit 1.2 % 2-8
Limfosit (abs) 1.3 10*3 uL 1.8-3.74
FAL HATI
Albumin 1.5 g/dl 3.8-5

Hasil Laboratorium 22 Juni 2023


JENIS HASIL UNIT / ANGKA METODE
PEMERIKSAAN SATUAN NORMAL
FAL HATI

15
Albumin 1.9 g/dl 3.8-5.1 Canggih

Hasil Laboratorium 22 Juni 2023


JENIS HASIL UNIT ANGKA NORMAL METODE
PEMERIKSAAN /
SATUAN
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin 11.3 g/dl P : 13-18 W : 12-16 Canggih
Leukosit 12.8 10*3 uL 4-11
Jumlah Trombosit 220.000 /mm3 140.000-450.000
Hematokrit 34.4 % P : 42.56 W: 36-47
Eritrosit 4.01 Juta / P: 4.50-4.60 W: 4.10-
mm3 5.10
MCV 85.6 um3 81-99
MCH 28.3 Pgr 27.0-31.0
MCHC 33.0 g/dl 32.0-36.0
RDW 16.1 % 11.5-15.0
PDW 12.9 % 10.0-18.0
MPV 9.2 um3 6.5-11.0
PCT 0.200 % 0.100-0.500
Hitung Jenis
Leukosit
Eosinofil 2.8 % 1-3
Basofil 0 % 0-1
Netrofil (abs) 10.3 10*3/ uL 1.56-6.13
Neutrofil 80.1 % 50-70
Limfosit 15.1 % 20-40
Monosit 2.0 % 2-8
Limfosit (abs) 1.9 10*3 uL 1.8-3.74
ELEKTROLIT
Analisis Gas
Darah
Ph 7.388 7.35-7.45 Canggih
PCO2 28.3 mmHg 35-45
PO2 152 mmHg 80-105
HCO3 21.5 mmol/L 22-26

16
CO2 Total 22.6 mmol/L 23-27
Base Excess -3.7 mmol/L -2-3
O2 Saturated 98.8 % 95-98

Hasil Foto Abdomen

3. 2 Analisa Data
3.2.1 Analisa Data Pre Operasi
No. Symtom Etiologi Problem

17
1. DS : Peritonitis Nyeri Akut
- Klien mengatakan nyeri
tekan seluruh lapangan Inflamasi Peritonitis
perut, nyeri perut disertai
perut membesar dan Pelepasan mediator

keras serta nyerinya kimiawi (histamin,

dapat hilang apabila bradykinin)

penggunaan anti nyeri


DO : Merangsang saraf

Skala nyeri 8 perasa nyeri di

Wajah tampak meringis cerebrum

TD : 107/71 mmHg
Nyeri Abdomen
HR : 130 x/i
RR : 22 x/i
Nyeri Akut
Temp : 36,5 ⁰C
Terapi analgetik :
IVFD Nacl 0,9 % 20 tt/i
- Inj ketorolac 1 amp
- Inj. ranitidine 1 amp
- Inj. ceftriaxone 1
gr/12jam
- Inj. metrodinazole 1 fis
2. DS : Peritonitis Ansietas
- Klien merasa khawatir
akan rencana operasi Rencana operasi
DO : laparotomy
- Klien tampak gelisah
- Wajah tampak pucat Rasa khawatir akan
- TD : 130/80 mmHg rencana operasi
- HR : 130 x/i laparotomy
- RR : 22 x/i
- Temp : 36,5 ⁰C Anxietas

18
3. DS : Pasien mengatakan lemas Ketidakadekuatan Resiko Infeksi
DO : pertahanan tubuh
HB :11,8 g/dl sekunder
Leukosit tgl 20 : 22,7 UL (penurunan Hb)
TD : 120/84 mmHg
HR : 130 x/i Resiko infeksi
RR : 22 x/i
Temp : 36,5 ⁰C
Terapi antibiotic :
Inj keterolac 1 amp
Ceftriaxon 1 gr/ 12 jam

3.2.2 Analisa Data Post Operasi


No. Symtom Etiologi Problem
1. DS : Peritonitis Nyeri Akut
- Nyeri dibagian luka
operasi seperti ditusuk- Laparotomy
tusuk abdomen
- Nyeri hilang timbul
DO : Nyeri Post Op

Skala nyeri 6
Wajah tampak pucat Nyeri Akut

TD : 119/60 mmHg
RR : 24 x/i
HR : 115x/i
Temp : 36,5oC
Obat analgesic :
- Inj. Ketorolac 30 gr/8
jam
- Inj. Ranitidine 50 gr/12
jam
- Inj. Merofenem 1 gr/8

19
jam
- Efidural (ventanyl +
revivel)/8 jam
- Aminofluid 500 ml/hari
- Clinolik 1 fls/hari
RL 30 gtt/menit
2. DS : Peritonitis Defisit nutrisi
- Klien tidak ada nafsu
makan Post Operasi
DO : Laparatomy
- klien tampak pucat
- Mukosa mulut kering Puasa

- Klien puasa post operasi


- Serum Albumin menurun Asupan nutrisi

1,5 gr/dl tidak adekuat

- Pasien terpasang NGT


Defisit Nutrisi
terbuka dengan keluar
cairan berwarna
kehijauan
- Terpasang kateter urin
- Bising usus melemah
BB : 64 kg
TB : 165 cm
IMT : 23,5 kg/m2
TD : 128/71 mmHg
RR : 22 x/i
HR : 118/i
Temp : 36,50C
Terapi: Aminofluid 500 ml/ hari,
Clinoleic 1 fls/ hari
3. DS : Klien mengatakan nyeri Peritonitis Gangguan
pada sekitar luka post operasi Integritas

20
DO : Tindakan operasi jaringan
- Kulit sekitaran luka klien laparatomi
tampak kemerahan
- Nyeri dibagian luka post Adanya luka post
operasi operasi
- Terpasang 2 buah drain
di luka post operasi Gangguan

- Teraba hangat pada integritas kulit

sekitar luka
- Luka post operasi
laparatomi ± 15 cm di
midline abdomen
- Tidak ada nanah pada
luka
- Skala nyeri 6, nyeri
hilang timbul
4 DS :- Peritonitis Resiko Infeksi
DO :
- Pasien Post operasi Post operasi
laparatomi laparatomi
- Luka post operasi
laparatomi ± 15 cm di Luka post operasi

midline abdomen
- Leukosit : 17,9 UL Masuknya bakteri

- TD : 128/71 mmHg
- RR : 22 x/i reaksi inflamasi

- HR : 118/i
Resiko Infeksi
- Temp : 37,60C
Terapi antibiotic :
- Inj. Merofenem 1 gr/8
jam
- Inj. ketorolac 30 gr/8 jam

21
- Inj. ranitidine 50 gr/12
jam
- efidural (fentanyl +
revivel) /8 jam

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut b/d nyeri Post Operasi d/d Nyeri dibagian luka operasi seperti
ditusuk -tusuk, nyeri hilang timbul skala nyeri 8 Wajah tampak meringis,
TD : 107/71 mmHg, HR : 130 x/I, RR : 22 x/I, Temp : 36,5 ⁰C
2. Defisit nutrisi b/d asupan nutrisi tidak adekuat d/d klien tampak pucat,
mukosa mulut kering, Klien puasa post operasi, serum Albumin menurun
1,5 gr/dl Pasien terpasang NGT terbuka dengan keluar cairan berwarna
kehijauan, bising usus melemah BB : 64 kg, TB : 165 cm, IMT : 23,5
kg/m2, TD : 128/71 mmHg, RR : 22 x/i , HR : 118/i ,Temp : 36,50C
3. Gangguan Integritas jaringan b/d adanya luka post operasi d/d nyeri pada
sekitar luka post operasi, Kulit sekitaran luka klien tampak kemerahan,
nyeri dibagian luka post operasi, terpasang 2 buah drain di luka post
operasi Teraba hangat pada sekitar luka , luka post operasi laparatomi ± 15
cm di midline abdomen, tidak ada nanah pada luka, skala nyeri 6, nyeri
hilang timbul
4. Ansietas b/d tindakan operasi laparotomy d/d klien merasa khawatir akan
rencana operasi, klien tampak gelisah, wajah tampak pucat, TD : 130/80
mmHg, HR : 130 x/I, RR : 22 x/I,Temp : 36,8 ⁰C
5. Resiko infeksi b/d luka post operasi laparatomy d/d Pasien mengatakan
lemas, luka post operasi laparatomi ± 15 cm di midline abdomen, Leukosit
: 17,9 UL, TD : 128/71 mmHg, RR : 22 x/i , HR : 118/i , Temp : 37,60C

22
3.4 Intervensi Keperawatan

No Diagnose keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Nyeri Akut Setelah dilakukan intervensi keperawatan Observasi :


1. Indentifikasi lokasi,
selama 7x24 jam di harapkan tingkat nyeri
karateristik,durasi,frekuensi,kualitas,
menurun dengan intervensi nyeri
Kriteria hasil : 2. Indentifikasih skala nyeri
- Nyeri abdomen menurun 3. Indentifikasi factor yang memperberat
dan memperingan nyeri
- Keluhan nyeri menurun 4. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk
- Meringis menurun mengurangi rasa nyeri

Gelisah menurun Teraupetik :


1. Control lingkungan yang memperberat
rasa n yeri (mis. Suhu nruangan,
pencahayaan, kebisingan)
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
4. Pengaruh mobilisasi dini terhadap
penurunan skala nyeri pada pasien post

1
operasi laparatomi di ruangan intensive
care unit.

Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitori nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan mengunakan analgetik secara
tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :
- Identifikasi status nutrisi
selama 7x24 jam diharapkan Nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi
terpenuhi makanan
Kriteria Hasil : - Identifikasi makanan yang di sukai
- Nyeri abdomen menurun - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
nutrient
- Nafsu makan membaik - Identifikasi perlunya pengunaan selang
- Bising usus membaik nasogastric

2
- Membrane mukosa membaik - Monitor asupan makanan
- Frekuensi makan membaik - Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Teraupetik :
- Lakukan oral hygiene sebelum makan
- Fasilitasi menetukan pedoman diet
- Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk
menjegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
- Berikan suplemen makanan
- Hentikan pemberian makan melalui
selang nasogatrik jika asupan oral dapat
ditoleransi

Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang di programkan

Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. Pereda nyeri, antiemetic)
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

3
menentukan jumlah kalori dan jenis
- nutrient yang di butuhkan

3 Gangguan Integritas Kulit Setelah dilakukan intervensi keperawatan Observasi :


- identifikasikan penyebab gangguan
selama 7x24 jam di harapkan kerusakan
intigritasi kulit mis. Menurun mobilitas
jaringan kulit membaik
Teraupetik :
Kriteria hasil :
- Ubah posisi tiap 2 jam tirah bari ng
- perfusi jaringan meningkatn
Edukasi :
- kerusakan jaringan menurun - Minum yang cuckup
- perdarahan menurun
Meningkatkan asup[an nutrisi yang cukup
- suhu kulit membaik
- tekstur kulit membaik

4 Ansietas Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi


selama 7x24 jam pertemuan maka tingkat 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
ansietas menurun dengan ( misal: kondisi, waktu, stresor)
kriteria hasil : 2. Identifikasi kemampuan mengambil
- Verbalisasi kebingungan menurun keputusan
- Verbalisasi kawatir akibat kondisi 3. Monitor tanda-tanda ansietas
yang dihadapi menurun Terapeutik
1. Ciptakan suasanaterapeutik untuk

4
- Perilaku gelisah menurun menumbuhkan kepercayaan
2. Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan
3. Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
Edukasi :
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
2. Anjurkan mengambil posisi nyaman
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien
4. Anjurkan mengungkapkanperasaan persepsi
5. Latihan kegiatan untuk pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
6. Latihan tekhnik relaksasi

Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian obat

5 Resiko Infeksi Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Catat factor resiko individu contoh
selama 7x24 jam diharapkan nyeri trauma abdomen, abdomen
menurun dengan 2. Kaji tanda vital dengan sering
Kriteria hasil :
Catat perubahan status mental (contoh bigung,
- Keluhan nyeri menurun
pingsan)
- Tampak meringis menurun
awasi pengeluaran urine
- Gelisah menurun

5
3.5 Implementasi dan Evaluasi
No Diagnosa Implementasi Evaluasi I Evaluasi II Evaluasi III Evaluasi Evaluasi Evaluasi VI Evaluasi
IV V VII
1 Nyeri  Mengidentifikasi S: S: S: S: S: S: S:
Akut lokasi, Klien Klien Klien Klien Klien Klien Klien
karateristik,durasi, mengatakan mengataka mengataka mengatakan mengatak mengatakan mengata
nyeri seperti n nyeri n nyeri nyeri seperti an nyeri rasa nyeri kan
frekuensi,kualitas,
ditusuk-tusuk seperti berkurang ditusuk- berkuran berkurang nyeri
intervensi nyeri seluruh ditusuk- O: tusuk g O: sudah
 Memgidentifikasi lapangan tusuk Skala nyeri muncul tiba- O: Skala nyeri 3 berkuran
faktor yang perut disertai seluruh 5 tiba Skala TD : 110/75 g
memperberat dan perut lapangan Wajah O: nyeri 3 mmHg O:
memperingan membesar dan perut tampak Skala nyeri Wajah HR : 120x/i Skala
nyeri keras dan disertai meringis 6 tampak RR : 22x/i nyeri 3
nyeri dapat perut TD : Wajah meringis Temp :
 Memberikan dan
hilang apabila membesar 119/60mm tampak TD : 36,8◦C TD :
mengajarkan pengunaan dan keras Hg meringis 128/80 Terapi 120/80m
terapi non obat antinyeri dan nyeri HR : 115x/i TD : 120/80 mmHg analgetik : mHg
farmakologi Tarik O: dapat RR : 24x/i mmHg HR : -Inj ketorolac HR :
nafas untuk Skala nyeri 6 hilang Temp : HR : 120x/i 110x/i 1 amp/8 jam 109x/i
mengurangi rasa Wajah tampak apabila 36,5◦C RR : 22x/i RR : A : Masalah RR :
nyeri meringis pengunaan Terapi Temp : 22x/i belum teratasi 23x/i
TD : 107/71 obat analgetik : 36,8◦C Temp : P: Temp :
 Memfasilitasi
mmHg antinyeri - Terapi 36,8◦C Intervensi 36,8◦C
klien untuk HR : 130x/i O: efidural(fen analgetik : Terapi dilanjutkan Terapi
istirahat dan tidur RR : 22x/i Skala nyeri tanyl + -Inj analgetik: analgeti
Temp : 8 revivel)/8 ketorolac 1 -Inj k:
36,8◦C Wajah jam amp/8 jam ketorolac Cefixim

6
 Kolaborasi dalam Terapi tampak A: A : Masalah 1 amp/8 e 500
pemberian analgetik : meringis Masalah belum jam mg 2 x 1
analgetic -Inj ketorolac TD : belum teratasi A: tab
1 amp 130/80mm teratasi P: Masalah -
A : Masalah Hg P: Intervensi belum A:
 Pengaruh
belum teratasi HR : 120x/i Intervensi dilanjutkan teratasi Masalah
mobilisasi dini P : Intervensi Rr : 22x/i dilanjutkan P: teratasi
terhadap dilajutkan Temp : Intervens P:
penurunan skala 37,5◦C i interven
nyeri pada pasien Terapi dilanjutk si
post operasi analgetik : an dihentik
laparatomi di efidural(fen an
tanyl +
ruangan intensive
revivel)/8
care unit. jam
A:
Masalah
belum
teratasi
P:
Intervensi
dilanjutkan
2 Defisit  Mengidentifikasi S: S: S: S: S: S: S:
Nutrisi status nutrisi -Klien tidak -Klien -Klien tidak -Klien -Klien -Klien tidak -pasien
 Mengidentifikasi ada nafsu tidak ada ada nafsu tidak ada tidak ada ada nafsu sudah
alergi dan makan nafsu makan nafsu nafsu makan bisa diet
toleransi makanan O: makan O: makan makan O: bubur
 Mengidentifikasi -Klien tampak O: -Klien O: O: -Klien tampak O:

7
kebutuhan kalori pucat -Klien tampak -Klien -Klien pucat -mukosa
dan jenis nutrient -Mukosa tampak pucat tampak tampak -Mukosa lembab
 Mengidentifikasi mulut kering pucat -Mukosa pucat pucat mulut kering -NGT di
perlunya Klien puasa -Mukosa mulut -Mukosa -Mukosa -Klien puasa lepas
pengunaan selang post operasi mulut kering mulut mulut post operasi -bising
nasogastric -Pasien kering -Klien puasa kering kering -Pasien usus 10-
 Memonitor terpasang -Klien post operasi -Klien -Klien terpasang 15x/i
ukuran lingkar NGT terbuka puasa post -Serum puasa post puasa NGT terbuka BB : 64
lengan atas dengan keluar operasi albumin operasi post cairan tidak kg
 Memonitor hasil cairan -Serum menurun 1,9 -Pasien operasi ada Terapi :
pemeri,ksaan berwarna albumin gr/dl terpasang -Pasien -Terpasang Cefixim
laboratorium kehijauan menurun -Pasien NGT terpasang kateter urine e 2x1
 Memonitor bising -Terpasang 1,5 gr/dl terpasang terbuka NGT BB : 64 kg Ranitidi
usus kateter urine -Pasien NGT cairan tidak terbuka TB : 165 cm ne 2x1
-Bisisng usus terpasang terbuka ada cairan IMT : 23,5 Bising
melemah NGT dengan -Terpasang kehijauan kg/m usus 10-
BB : 64 kg terbuka keluar kateter 100 cc/24 TD : 110/75 15
TB : 165 cm dengan cairan urine jam mmHg kali/men
IMT : 23,5 keluar berwarna BB : 64 kg - HR : 120x/i it
kg/m cairan kehijauan TB : 165 Terpasan Rr : 22x/i A:
TD : 107/71 berwarna 200 cc/24 cm g kateter Bising usus 8- Masalah
mmHg kehijauan jam IMT : 23,5 urine 10 kali/menit teratasi
RR : 22x/i 50 cc/24 -Terpasang kg/m -Bising Temp : P:
HR : 130/I jam kateter urine TD : usus 5-7 36,8◦C Interven
Nacl 0,9% 20 -Terpasang -Bisisng 120/80 kali/meni Terapi : si
gtt/menit kateter usus mmHg t Aminofluid dihentik
A: Masalah urine melemah HR : BB : 64 500 ml/ hari, an
teratasi -Bising BB : 64 kg 120x/i kg Clinoleic 1

8
dilanjutkan usus TB : 165 cm Rr : 22x/i TB : 165 fls/hari
P: melemah IMT : 23,5 Temp : cm Dextro 5% s/s
Intervensi BB : 64 kg kg/m 36,8◦C IMT : Rl 30
dilanjutkan TB : 165 TD : Terapi : 23,5 gtt/menit
cm 119/60mmH Aminofluid TD : A: Masalah
IMT : 23,5 g 500 ml/ 128/80 teratasi
kg/m HR : 115x/i hari, mmHg dilanjutkan
TD : Rr : 24x/i Clinoleic 1 HR : P:
130/80mm Temp : fls/hari 110x/i Aff NGT
Hg 36,5◦C Dextro 5% RR : Intervensi
HR : 120x/i Terapi : s/s Rl 30 22x/i dilanjutkan
Rr : 22x/i Aminofluid gtt/menit Temp :
Temp : 500 ml/ A: Masalah 36,8◦C
37,5◦C hari, teratasi Aminoflu
Terapi : Clinoleic 1 dilanjutkan id 500
Aminofluid fls/hari P: ml/ hari,
500 ml/ Dextro 5% Intervensi Clinoleic
hari, s/s Rl 30 dilanjutkan 1 fls/hari
Clinoleic 1 gtt/menit Dextro
fls/hari A: Masalah 5% s/s Rl
Dextro 5% teratasi 30
s/s Rl 30 dilanjutkan gtt/menit
gtt/menit P: A:
A: Masalah Intervensi Masalah
teratasi dilanjutkan teratasi
dilanjutkan dilanjutk
P: an
Intervensi P:

9
dilanjutkan Intervens
i
dilanjutk
an
3 Integritas  Mengidentifikasi S: S: S: S: S: S: S:
Kulit penyebab -klien -klien -klien -klien -klien -klien -klien
gangguan menyatakan menyataka menyatakan menyataka menyatak menyatakan mengata
nyeri pada n nyeri nyeri pada n nyeri an nyeri nyeri pada kan
integritas kulit
sekitar luka pada sekitar luka pada pada sekitar luka nyeri
(mis. Menurun post operasi sekitar luka post operasi sekitar luka sekitar post operasi berkuran
mobilitas) o: post o: post luka post o: g post
hasil perubahan -kulit operasi -kulit operasi operasi -kulit operasi
sirkulasi, sekitaran luka o: sekitaran o: o: sekitaran luka o:
perubahan status klien tampak -kulit luka klien -kulit -kulit klien tampak -kulit
nutrisi, penurunan kemerahan sekitaran tampak sekitaran sekitaran kemerahan sekitara
-nyeri di luka klien kemerahan luka klien luka klien berkurang n luka
mobilisasi
bagian luka tampak -nyeri di tampak tampak -nyeri di klien
 ubah posisi tiap 2 post operasi kemerahan bagian luka kemerahan kemeraha bagian luka tampak
jam tirah baring -terpasang 2 -nyeri di post operasi -nyeri di n post operasi kemerah
buah drain di bagian luka -terpasang 2 bagian luka -nyeri di berkurang an
hasil seperti luka post post buah drain post bagian -terpasang 2 berkuran
melakukan miring operasi operasi berisi 670 operasi luka post buah drain g
kanan miring kiri, -teraba hangat -terpasang cc/24 jam -terpasang operasi tidak berisi -nyeri di
duduk di tempat tidur sekitar luka 2 buah -teraba 2 buah - cairan bagian
 anjurkan -luka post drain berisi hangat drain berisi terpasang -teraba tidak luka
meningkatkan operasi cairan 400 sekitar luka 540 cc/24 2 buah hangat sekitar post
nutrisi laparatomi ± cc/menit -skala nyeri jam drain luka operasi
15 cm di -teraba 5, nyeri -teraba tidak -skala nyeri 3, berkuran

10
midline hangat hilang hangat berisi nyeri hilang g
abdomen sekitar luka timbul sekitar luka cairan timbul -skala
-tidak ada -skala nyeri A: -skala nyeri -teraba A: nyeri 3
nambah pada 8, nyeri -Masalah 6, nyeri hangat -Masalah -drain
luka hilang belum hilang sekitar belum teratasi dilepas
-skala nyeri 6, timbul teratasi timbul luka P: A:
nyeri hilang A: P: A: -skala Aff drain -
timbul -Masalah Intervensi -Masalah nyeri 3, Intervensi Masalah
A: belum dilanjutkan belum nyeri dilanjutkan teratasi
-Masalah teratasi teratasi hilang P :interv
belum teratasi P: P: timbul ensi
P :Intervensi Intervensi Intervensi A: dihentik
dilanjutkan dilanjutkan dilanjutkan -Masalah an
belum
teratasi
P:
Intervens
i
dilanjutk
an
4 Ansietas 1. Mengidentifikasi S: S: S: S: S:
perubahan -Klien merasa -Klien -Klien -Klien -Klien
ansietas(misal: kawatir akan merasa merasa merasa merasa
kondisi, waktu, rencana kawatir kawatir kawatir tenang
stresor) operasi akan akan luka luka post dan
2. Memonitor tanda- O: rencana post operasi operasi sudah
tanda ansietas -Klien tampak operasi terbuka terbuka menerim
3. Menciptakan suasana gelisah O: kembali O: a kondisi

11
terapeutik untuk -Wajah -Klien O: -Klien kesehatan
menumbuhkan tampak pucat tampak -Klien tampak O:
kepercayaan TD : 107/71 gelisah tampak tenang -Klien
mmHg -Wajah gelisah - TD : tampak
RR : 22x/i tampak -Wajah 120/80 tenang
HR : 130/I pucat tampak mmHg - TD :
-TD : pucat HR : 128/80
A :Masalah 130/80mm -TD : TD : 120x/i mmHg
belum teratasi Hg 119/60mmH Rr : 22x/i HR :
P : Intervensi HR : 120x/i g Temp : 110x/i
dilanjutkan Rr : 22x/i HR : 115x/i 36,8◦C Rr : 22x/i
Temp : Rr : 24x/i A :Masalah Temp :
37,5◦C Temp : teratasi 36,8◦C
A :Masalah 36,5◦C sebagian A :Masal
belum A :Masalah P: ah
teratasi belum Intervensi teratasi
P: teratasi dilanjutkan P :Interve
Intervensi P: nsi
dilanjutkan Intervensi dihentika
dilanjutkan n
5 Resiko  Memonitoring S: S: S: S: S: S: S:
Infeksi tanda dan gejala O: O: O: O: O: O: O:
infeksi sistematik -Pasien post -Pasien -Pasien post -Pasien -Pasien -Pasien post -Pasien
operasi post operasi post post operasi post
maupun
laparatomi operasi laparatomi operasi operasi laparatomi operasi
local(tidakn -Luka post laparatomi -Luka post laparatomi laparato -Luka post laparato
terdapat bengkak, operasi -Luka post operasi -Luka post mi operasi mi
kemerahan dan laparatomi ± operasi laparatomi ± operasi -Luka laparatomi ± -Luka

12
panas area infus ) 15cm di laparatomi 15cm di laparatomi post 15cm di post
 Berkolaborasi middle ± 15cm di middle ± 15cm di operasi middle operasi
dengan dokter abdomen middle abdomen middle laparato abdomen laparato
-Leukosit : abdomen -Leukosit : abdomen mi ± -Leukosit : mi ±
dalam pemberian
17,9 UL -Leukosit : 17,9 UL -Leukosit : 15cm di 17,9 UL 15cm di
terapi (inj -TD : 17,9 UL -TD : 17,9 UL middle -TD : middle
ketorolac 1amp, 107/71mmHg -TD : 119/60mmH -TD : abdomen 110/75mmHg abdome
ranitidine 1 amp, -RR : 22x/i 130/80mm g 120/80mm -Leukosit -RR : 22x/i n
ceftriaxone -HR : 130/i Hg -RR : 24x/i Hg : 17,9 UL -HR : 120/i -Temp :
gr/12jam, -Temp : -RR : 22x/i -HR : 115/i -RR : 22x/i -TD : -Temp : 36,8◦c
metrodinazole 36,8◦c -HR : 120/i -Temp : -HR : 120/i 128/80m 36,8◦c
Terapi -Temp : 36,5◦c -Temp : mHg Terapi
1 fis)
antibiotic : 37,6◦c Terapi 36,8◦c -RR : antibiotic :
-Inj Terapi antibiotic : Terapi 22x/i -Inj
merofenem 1 antibiotic : -Inj antibiotic : -HR : merofenem 1
gr/8jam -Inj merofenem -Inj 110/i gr/8jam
-Inj ketorolac merofenem 1 gr/8jam merofenem -Temp : -Inj ketorolac
30 gr/8 jam 1 gr/8jam -Inj 1 gr/8jam 36,8◦c 30 gr/8 jam
-Inj ranitidine -Inj ketorolac 30 -Inj Terapi -Inj ranitidine
50 gr/12 jam ketorolac gr/8 jam ketorolac antibiotic 50 gr/12 jam
-Efidural 30 gr/8 jam -Inj 30 gr/8 jam : -Efidural
(fentanyl + -Inj ranitidine 50 -Inj -Inj (fentanyl +
revivel)/ 8 ranitidine gr/12 jam ranitidine merofene revivel)/ 8
jam 50 gr/12 -Efidural 50 gr/12 m1 jam
jam (fentanyl + jam gr/8jam
-Efidural revivel)/ 8 -Efidural -Inj
(fentanyl + jam (fentanyl + ketorolac
revivel)/ 8 revivel)/ 8 30 gr/8

13
jam jam jam
-Inj
ranitidine
50 gr/12
jam
-Efidural
(fentanyl
+
revivel)/
8 jam

14
DAFTAR PUSTAKA

Aiwi,M.A.2016. Fiksasi 2 minggu pada gambaran histologi organ ginjal, hepar,


dan panktreas tikus. Skripsi . Fakultas Kedokteran UIN syaraf
Hidayatullah Jakarta.
Haryono, Rudi. 2012. Keperawatan medical bedah system pencernaan.
Yogyakarta : Gosyen Publisher.
Jitowiyono, S dan Kristiyanasari, W.2012. Asuhan keperawatan post operasi
dengan pendekatan Nanda, NIC,NOC. Yogyakarta : Nuha Medika.
Jitowiyono, & Kristiyanasari, (2011). Asuhan keperawatan. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Mutaqqin, Arif & Sari, Kurmala.2011. Gangguan gastrointestinal: Aplikasi
asuhan keperawatan medical bedah Jakarta: Salemba medika.
Nurarif, A.H.,& Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan
diagnose dan Nanda NIC NOC Jilid 1. Jogjakarta. Mediaction.
Padila. (2012). Buku ajar : Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Nuha Medika.
Peace. Anatomi dan Fisiologi untuk paramedis. Gramedia. Jakarta. Cetakan
33.2009.

Anda mungkin juga menyukai