Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

S DENGAN MASALAH UTAMA

KETIDAKSEIMBANGAN ELEKTROLIT DI RUANG TULIP RSU IPI

MEDAN TAHUN 2023

DISUSUN OLEH :

JONTA HENDRIK PRATAMA ZAMAGO

2314901021

DOSEN PEMBIMBING :

HAMONANGAN DAMANIK,S.Kep.,Ns.,M.Kep

PRECEPTOR KLINIK :

YUNI SANTI, S.Kep.,Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

UNIVERSITAS IMELDA MEDAN (UIM)

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang maha Esa, atas berkat

dan rahmat yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

laporan kasus ini dengan judul "Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan

Masalah Utama Ketidakseimbangan Elektrolit Di Ruang Tulip RSU IPI Medan

Tahun 2023”. Laporan kasus ini disusun sebagai syarat dalam menyelesaikan State I

Keperawatan Dasar Profesi Program Studi Pendidikan Profesi Ners Universitas

Imelda Medan.

Dalam penyusunan laporan kasus ini penulis banyak mendapatkan bantuan,

bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini peneliti

mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. H.Raja Imran Ritonga, M.Sc., selaku ketua Yayasan Universitas Imelda

Medan.

2. Dr. dr. Imelda Liana. Ritonga, S.Kp., M.Pd., MN., selaku Rektor Universitas

Imelda Medan.

3. dr. Hedy Tan, MARs., MOG., Sp.OG., selaku Direktur RSU Imelda Pekerja

Indonesia Medan.

4. Sarida Surya Manurung, S.Kep., Ns., M.Kes.,M. Kep selaku Wakil rektor I

Universitas Imelda Medan.

5. Aureliya Hutagaol, S.Kep.,Ns., MPH., selaku Wakil rektor II Universitas Imelda

Medan.

6. Mira Indrayani, SST., MKM., selaku Wakil rektor III Universitas Imelda Medan.

i
7. Edisyahputra Ritonga,S.Kep.,Ns.,M.Kep., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Profesi Ners Universitas Imelda Medan.

8. Hamonangan Damani, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing atau

preceptor akademik yang selalu memberikan arahan, pembelajaran dan

bimbingan kepada penulis.

9. Yuni Santi, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku preceptor klinik yang selalu mengarahkan

penulis dalam proses praktik klinik hingga penyusunan laporan.

10. Seluruh staf Dosen Program Studi Pendidikan Profesi Ners Universitas Imelda

Medan yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan.

11. Seluruh staf RSU IPI Medan yang telah membantu dan mendukung penulis

selama proses praktik klinik.

12. Seluruh teman-teman seperjuangan khususnya Program Studi Pendidikan Profesi

Ners yang telah banyak membantu dan memberi motivasi.

Dalam penulisan laporan kasus ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan

dalam pembuatan dan penyusunannya, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik

dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan dan kebaikan dalam penulisan laporan

kasus ini.

Medan, Oktober 2023

Penulis,

Jonta Hendrik P. Zamago

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 2

1.3 Tujuan ........................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar GE………………………….. ………………….. 4

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Keperawatan................................ 15

BAB III LAPORAN KASUS......................................................................... 22

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan..................................................................................... 45

4.2 Saran............................................................................................... 45

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

GE (gastro enteritis) adalah buang air besar dengan konsistensi encer / cair

dengan frekwensi lebih sering dari bisanya yaitu lebih dari tiga kali dalam sehari

yang dapat disertai lendir / darah atau tidak yang terjadi secara mendadak dan

berlangsung 3 – 5 hari dan bisa juga berlangsung kurang dari dua minggu

(Syamsudin 2016). Sampai saat ini GE masih merupakan masalah kesehatan, GE

masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang

banyak dalam waktu yang singkat dan secara mendadak.

Diare dapat di sebabkan oleh beberapa factor di antaranya di sebabkan oleh

factor infeksi, factor malabsorbsi, factor makanan, maupun factor psikologis.

Sebagian besar factor diare di sebabkan oleh factor infeksi. Banyak dampak yang

dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain, pengeluaran toksin yang dapat

menenimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit yang

mengakibatkan dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan

keseimbangan asam basa. Dengan demikian, dari beberapa factor di atas akan

menimbulkan tanda dan gejala yang berbeda. Manifestasi atau tanda dan gejala diare

pada orang dewasa biasanya di tandai dengan Konsistensi feces cair (diare) dan

frekuensi defekasi semakin sering, muntah (umumnya tidak lama) , demam (mungkin

ada, mungkin tidak), kram abdomen, membrane mukosa kering, berat badan

menurun. Selama proses terjadi diare tanda dan gejalanya juga lain lagi seperti kulit

sekitar anus biasanya akan mengalami iritasi atau lecet akibat seringnya defekasi.

1
Maka sangat di butuhkan perhatian dan perawatan yang maksimal pada pasien

dewasa di Rumah Sakit. Salah satu penyakit yang termasuk masalah kesehatan

masyarakat umumnya adalah gastroenteritis.(Nur Qolis, 2016).

Gastroentritis paling sering ditemukan pada orang dewasa. Diperkirakan pada

orang dewasa setiap tahunnya mengalami gastroenteritis akut sebanyak 99.000.000

kasus. Di Amerika serikat di perkirakan 8.000.000 pasien berobat ke dokter dan lebih

dari 250.000pasien dirawat di rumah sakit tiap tahun (1,5% merupakan pasien

dewasa) yang di sebabkan karena gastroenteritis (Nurqolis,2016).

World Health Organization (WHO) melaporkan sekitar 3,5 juta kematian

pertahun disebabkan oleh Gastroenteritis atau diare akut, dimana 80% dari kematian

ini mengenai anak – anak dibawah umur 5 tahun. Di Amerika Serikat, diperkirakan

200 – 300 juta episode gastroenteritis akut timbul tiap tahunnya, mengakibatkan 73

juga dokter memeriksa pasien yang bersangkutan, 1,8 juta perawatan di rumah sakit

dan 3.100 kematian. Data Departemen Kesehatan RI menunjukkan 5.051 kasus diare

sepanjang tahun 2005 lalu di 12 provinsi. Jumlah ini meningkat derastis dibandingkan

dengan jumlah pasien diare pada tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 1.436 orang. Di

awal tahun 2006, tercatat 2.159 orang di Jakarta yang dirawat di rumah sakit akibat

menderita diare (NurQolis,2016).

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka penulis ingin mengetahui bagaimana asuhan

keperawatan pada pasien dengan gangguan Cairan Elektrolit di Ruang Tulip Rsu

Imelda Pekerja Indonesia (IPI) Medan.

2
1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum

Melakukan asuhan keperawatan pada Ny. S dengan Ketidakseimbangan

Elektrolit Di Ruang Tulip Rsu Imelda Pekerja Indonesia (IPI) Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Melaksanakan pengkajian keperawatan pada Ny. S dengan

Ketidakseimbangan Cairan Elektrolit Di Ruang Tulip Rsu Imelda Pekerja

Indonesia (IPI) Medan.

2. Menentukan diagnosa keperawatan pada Ny. S dengan Ketidakseimbangan

Elektrolit Di Ruang Tulip RsuImelda Pekerja Indonesia (IPI) Medan.

3. Mendeskripsikan rencana tindakan keperawatan pada Ny. S dengan

Ketidakseimbangan Elektrolit Di Ruang Tulip Rsu Imelda Pekerja Indonesia

(IPI) Medan.

4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada Ny. S dengan Ketidakseimbangan

Elektrolit Di Ruang Tulip RsuImelda Pekerja Indonesia (IPI) Medan.

5. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada Ny. M dengan Ketidakseimbangan

Elektrolit Di Ruang Tulip RSUImelda Pekerja Indonesia (IPI) Medan.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Dasar GE

2.1.1. Definisi GE (Gastroenteritis)

GE (gastroenteritis) atau di masyarakat umum lebih dikenal dengan diare

adalah pengeluaran feces yang tidak normal dan berbentuk cair / encer dengan

frekwensi lebih banyak dari biasanya dalam sehari > 3x. Definisi lain GE adalah

buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah

padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml /

24 jam.

GE akut sering dengan tanda dan gejala klinis lainnya seperti gelisah, suhu

tubuh meningkat, dehidrasi, nafsu makan menurun, BB menurun, mata dan ubun –

ubun cekung (terutama pada balita) keadaan ini merupakan gejala GE infeksi yang

disebabkan oleh virus, bakteri dan parasit perut. Perubahan gut flora (bacteri usus)

yang dipicu antibiotic, dapat menyebabkan GE akut karena pertumbuhan kelebihan

dan toksin dari clostridium difficile (bakteri gram positif anaerob dalam usus besar).

2.1.2. Etiologi

Menurut Hasan dan alatas (2010) Etiologi dari GE di sebabkan oleh beberapa

Faktor antara lain :

1. Infeksi interal : Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama GE

a) Infeksi bakteria : vibrio, E. coli, salmonella, campylobacter, shigella.

b) Infeksi Virus : Rotavirus, Calcivilus, Enterovirus, Adenovirus, Astrovirus

4
c) Infeksi Parasit : Cacing (Ascariasis, Trichuris, Oxyuris), Protozoa (Entamoeba

Histolyca, Tricomonas hominis, Giardia Lambia), Jamur (Candida Albicans ).

2. Infeksi Parental : Infeksi diluar alat pencernaan seperti : Tonsilitis, Encefalitis,

Broncopneumonia.

3. Faktor Malabsorbsi :

a) Karbohidrat. Terutama pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu

formula dapat menyebabkan GE. Gejalanya berupa GE berat , tinja berbau

asam, sakit daerah perut. Jika sering terkena GE seperti ini, maka bisa

menyebabkan pertumbuhan anak terganggu.

b) Malabsorbsi Lemak. Lemak terdapat dalam makanan yaitu yang disebut dengan

triglyserida. Dengan bantuan kelenjar lipase, triglyserida mengubah lemak

menjadi micelles yang bisa di serap usus.Tetapi karena kegagalan penyerapan

sehingga lemak tidak dapat diproses akibat tidak ada lipase karena kerusakan

dinding usus sehingga terjadi GE. GE pada kasus ini fecesnya berlemak.

c) Malabsorbsi Protein. GE yang terjadi akibat mukosa usus tidak dapat menyerap

protein

4. Faktor makanan : Makanan yang sudah basi, Alergi makanan tertentu, makanan

kurang matang, makanan tercemar atau beracun.

5. Faktor Psikis : Rasa takut dan cemas

2.1.3. Manifesatsi Klinis

Menurut Suriadi (2011) tanda dan gejala klinis GE antara lain :

1. Sering Bab dengan konsistensi tinja cair atau encer.

5
2. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi (turgor kulit jelek ,elastisitas kulit menurun

ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa mulut dan bibir kering).

3. Kram abdominal.

4. Demam,mual,muntah dan anorxia

5. Badan lemah, pucat dan perubahan TTV (nadi dan napas capat) 6 Urine menurun

atau tidak ada pengeluaran (unuria)

6. Urine menurun atau tidak ada pengeluaran (unuria)

Dehidrasi merupakan gejala paling umum yang menyertai GE. Pada anak -

anak GE dapat ditandai dengan jarang buang air kecil, mulut kering, menangis tanpa

mengeluarkan air mata. Pada keadaan dehidrasi berat, anak dapat terlihat cenderung

mengantuk, tidak responsive, mata cekung, serta turgor kulit jelek. Sedangkan

dehidrasi pada orang dewasa, antara lain kelelahan, badan lemas dan tidak bertenaga,

kehilangan nafsu makan, mulut kering, pusing dan nyeri kepala.

2.1.4. Komplikasi

Beberapa komplikasi dari GE adalah :

1. Hipokalemia (dengan gejala matiorisme hipotonic otot lemah bradikardi

perubahan elektrokardiogram).

2. Cardiac dysrhythimia akibat hipokalemia dan hipokalsemi

3. Hiponatermi

4. Syok Hipovolemik

5. Asidosis Dehidrasi

2.1.5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan pununjang GE adalah :

6
1. Riwayat alergi pada obat – obatan atau makanan

2. Pemeriksaan intubasi duodenum.

3. Pemeriksaan elektrolit dan creatinin.

4. Pemeriksaan tinja, PH, Leukosit, glukosa, dan adanya darah

Adapun Pemeriksaan penunjang yang lain:

 Pemeriksaan tinja : Makroskopis dan mikroskopis, PH dan kadar gula juga ada

intoleransi gula, biakkan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji retensi

terhadap berbagai antibiotik.

 Pemeriksaan darah : perifer lengkap, Analisa Gas Darah (AGD), elektrolit

terutama Na, K, Ca, P Serum pada GE yang disertai kejang

 Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.

 Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan

kualitatif terutama pada GE kronik

2.1.6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medisadalah pengobatan dengan cara pengaturan diet dan

pemberian cairan :

1. GE tanpa dehidrasi memerlukan cairan tambahan berupa apapun misalnya air

gula, sari buah segar, air teh, kuah sup, ASI dll.

2. GE dengan dehidrasi sedang memerlukan cairan khusus yang mengandung

campuran gula dan garam yang disebut larutan rehidrasi oral (LRO). LRO ini

dibuat dengan mencampurkan sebungkus garam rehidrasi kedalam 1 liter air .

3. GE dengan dehidrasi berat memerlukan cairan intra vena disamping LRO.

7
4. Penatalaksanaan keperawatan antara lain :

a. Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan

enterik termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita.

b. Jas panjang bila ada kemungkinan pencernaran dan sarung tangan bila

menyentuh barang terinfeksi.

c. Penderita dan keluarganya diedukasi mengenal cara perolehan entero patogen

dan cara mengurangi penularan.

2.2 Konsep Dasar Cairan Dan Elektrolit

2.2.1. Pengertian

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh

tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan

salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Cairan adalah volume air bisa berupa

kelebihan atau kekurangan air. Air tubuh lebih banyak meningkat tonisitus adalah

terminology guna perbandingan osmolalitas dari salah satu cairan tubuhyang normal.

Cairan tubuh terdiri dari cairan eksternal dan internal. Sedangkan elektrolit adalah

substansi yang menyebabkab ion kation (+) dan anion (-).

2.2.2. Fungsi Cairan Tubuh

1. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperature tubuh

2. Transport nutrient ke sel

3. Transport hasil sisa metabolism

4. Transport hormone

5. Pelumas antar organ

8
6. Mempertahankan tekanan hidrostatikdalam sistem kardiovaskuler

2.2.3. Komposisi Cairan Tubuh

Telah disampaikan pada pendahuluan di atas bahwa cairan dalam tubuh

meliputi lebih kurang 60% total berat badan laki-laki dewasa. Prosentase cairan tubuh

ini bervariasi antara individu sesuai dengan jenis kelamin dan umur individu tersebut.

Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dati total berat badan. Pada bayi dan

anak-anak, prosentase ini relative lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia.

Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. Dua pertiga bagian

(67%) dari cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan sepertiganya

(33%) berada di luar sel (cairan ekstrasel/ CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau

plasma darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari total berat badan, dan cairan

intersisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari total berat badan. Selain kedua

kompartmen tersebut, ada kompartmen lain yang ditempati cairan tubuh, yaitu cairan

transel. Namun, volumenya diabaikan karena kecil, yaitu cairan sendi, cairan otak,

cairan perikard, liur pencernaan, dll. Ion Na+ dan Cl- terutama terdapat pada cairan

ekstrasel, sedangkan ion K+ di cairan intrasel. Anion protein tidak tampak dalam

cairan intersisial karena jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan intrasel dan

plasma. Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena

adanya barier yang memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel

dengan cairan intersisial, sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan intersisial

dengan plasma. Dalam keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume

cairan dan elektrolit antar kompartmen

9
Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan di salah satu kompartmen,

maka akan terjadi perpindahan cairan atau ion antar kompartmen sehingga terjadi

keseimbangan kembali.

2.2.4. Masalah Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

1. Hipovolemik

Adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstra seluler (CES)

dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal,

pendarahan sehingga menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme nya adalah

peningkatan rangsangan saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung, kontraksi

jantung dan tekanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormone ADH dan adosteron.

Gejala: pusing, lemah, letih, anoreksia, mual muntah, rasa haus, gangguan mental,

konstipasi dan oliguri, penurunan TD, HR meningkat, suhu meningkat, turgor kulit

menurun, lidah terasa kering dan kasar, mukosa mulut kering. Tanda-tanda

penurunan berat badan dengan akut, mata cekung, pengosongan vena jugularis.

Pada bayi dan anak adanya penurunan jumlah air mata.

2. Hipervolemi

Adalah penambahan/kelebihan volume CES dapat terjadi pada saat:

 Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air.

 Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.

 Kelebihan pemberian cairan.

10
 Perpindahan cairan interstisial ke plasma. Gejala: sesak napas, peningkatan

dan penurunan TD, nadi kuat, asites, adema, adanya ronchi, kulit lembab,

distensi vena leher, dan irama gallop

2.2.5. Faktor Yang Mempengaruhi Keseimbangan Normal Cairan Dan

Elektrolit

1. Usia

Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia

berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan

metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertunbuhan memiliki

proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya,

jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar

dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak

juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka

yang belum atur dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat

terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada

individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh

masalah jantung atau gangguan ginjal.

2. Aktivitas

Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan

elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh.

Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan

demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,kehilangan

11
cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan

laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.

3. Iklim

Normalnya,individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas

tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan

pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari

(insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi,

dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang

tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah dengan kelembapan

yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairandan elektrolit.

Demikian pula pada orang yang bekerja berat di lingkungan yang bersuhu tinggi,

mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehari melalui keringat.

Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan

sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang

yang tidak biasa berada di lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua

liter per jam.

4. Diet

Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika

asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein

dengan terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini

menyebabkan penurunan kadar albumin.

5. Stress

12
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat

stress, tubuh mengalami peningkatan metabot. Mekanisme ini mengakibatkan

retensi air dan natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan

produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.

Penyakit

Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar

sel atau jaringan yang rusak (mlism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa

darah, dan glikolisis oto

is., Luka robek, atau luka bakar). Pasien yang menderita diare juga dapat

mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui

saluran gastro intestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga dapat menyebabkan

ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Saat aliran darah ke ginjal menurun

karena kemampuan pompajantung menurun, tubuh akan melakukan penimbunan

cairan dan natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan beban cairan

(hipervelomia). Lebih lajut, kondisi inidapat menyebabkan edema paru.

Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup

untukmenyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan basa dalam

tubuh. Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan lebih banyak

dan menahan ADH sehingga produksi urine akan meningkat. Sebaliknya, dalam

keadaan kekurangan cairan, ginjal akan menurunkanproduksi urine dengan

berbagi cara. Diantaranya peningkatan reapsorpsi tubulus, retensi natrium dan

pelepasan renin. Apabila ginjal mengalami kerusakan, kemampuan ginjal untuk

melakukan regulasi akan menurun. Karenanya, saat terjadi gangguan ginjal

13
(missalnya gagal ginjal) individu dapat mengalami oliguria (produksi urine

kurang dari 40ml/24 jam) sehingga anuria (produksi urine kurang dari 200 ml/ 24

jam).

6. Tindakan Medis

Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan

dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan

penurunan kadar kalsium dan kalium.

7. Pengobatan

Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan

dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh. Akibatnya,

terjadi defist cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan

kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan

kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.

8. Pembedahan

Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami

ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama

perode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan

beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama pembedahan

atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat-obat anastesia

(Situmorang, 2010).

14
2.3. Konsep Asuhan Keperawatan

2.3.1. Pengkajian

Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan

penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,observasi,

psikal assesment. Kaji data menurut Ambarwati Fitri Respati dan Nasution Nita

(2012) adalah :

1. Identitas pasien/biodata Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin,

tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua,pekerjaan dan

No telpon

2. Keluhan utama Buang air besar (Bab) lebih dari 3 kali sehari, Bab < 4 kali dan

cair (GE tanpa dehidrasi), Bab 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang), atau

Bab > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila GE berlangsung < 14 hari maka GE

tersebut adalah GE akut, sementara apabila langsung selama 14 hari atau lebih

adalah GE persisten.

3. Riwayat penyakit sekarang menurut suharyono (1999:59)

a. Keadaan umum klien. suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan menuru

atau tidak ada, dan kemungkinan timbul GE.

b. Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja

berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.

c. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya

makin lama makin asam.

d. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah GE.

e. Apabila telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi

15
f. Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi.

4. Riwayat kesehatan

a. Riwayat imunisasi terutama campak, karena GE lebih sering terjadi atau

berakibat berat pada anak-anak dengan campak atau yang baru menderita

campak dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat dari penurunan kekebalan

pada pasien.

b. Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik) karena factor

ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab GE

c. Riwayat penyakit yang terjadi sebelum, selama, atau setelah GE. Informasi

diperlukan untuk melihat tanda dan gejala infeksi lain yang menyebabkan GE.

5. Riwayat nutrisi Riwayat pola makanan sebelum sakit GE meliputi:

a. Konsumsi makanan penyebab GE, pantangan makanan atau makanan yang

tidak biasa dimakannya.

b. Perasaan haus. Pada pasien yang GE tanpa dehidrasi tidak merasa haus

(minum biasa). Pada dehidrasi ringan/sedang pasen merasa haus dan ingin

minum banyak. Sedangkan pada dehidrasi berat, sudah malas minum atau

tidak mau minum.

6. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

1) Baik, sadar (tanpa dehidrasi)

2) Gelisah, (dehidrasi ringan atau sedang)

3) Lesu, lemah ,lunglai atau tidak sadar (dehidrasi berat)

16
b. Kulit Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan turgor,

yaitu dengan cara mencubit daerah perut atau tangan menggunakan kedua

ujung jari (buka kedua kuku). Apabila turgor kembali dengan cepat (Kurang

dari 2 detik), berarti GE tersebut tanpa dehidrasi. Apabila turgor kembali

dengan lambat (cubit kembali dalam waktu 2 detik), ini berarti GE dengan

dehidrasi ringa/sedang. Apabila turgor kembali sangat lambat (cubitan

kembali lebih dari 2 detik), ini termasuk GE dengan dehidrasi berat.

c. Kepala Pada klien dewasa tidak di temukan tanda – tanda tapi pada anak

berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, biasanya ubun – ubun

cekung kedalam.

d. Mata. Kelopak mata tampak cekung bila dehidrasi berat saja

e. Mulut dan lidah

1) Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi)

2) Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang)

3) Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat)

f. Abdomen kemungkinan mengalami distensi kram dan bising usus yaitu :

1) Inspeksi : melihat permukaan abdomen simetris atau tidak dan tanda lain

2) Auskultasi : Terdengar bising usus meningkat > 30 x/ menit

3) Perkusi : biasanya Terdengar bunyi tympani / kembung

4) Palpasi : Ada tidak nyeri tekan epigastrium kadang juga terjadi distensi perut

g. Anus, apakah terdapat iritasi pada kulitnya

h. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam

meningkatkan diagnosis yang tepat, sehingga dapat memberikan terapi yang

17
tepat pula. Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada klien yang mengalami GE,

yaitu:

 Pemeriksaan tinja, baik secara mikroskopis maupun mikroskopi dengan

kultur

 Test malabsorbsi yang meliputi karbohidrat (ph, Clini Test) dan lemak

2.3.2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang biasa terjadi pada pasen dengan GE dalah yaitu :

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh berhubungan dengan output

berlebihan dengan intake yang kurang

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan

muntah

3. Gangguan eliminasi berhubungan dengan bab cair dengan peningkatan frekwensi

defekasi dari biasanya.

4. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi sekunder

2.3.3. Perencanaan Keperawatan

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put

berlebihan dengan intake yang kurang

a) Monitor TTV

b) Kaji in / out cairan

c) Kaji status dehidrasi

18
d) Kolaborasi dengan medis

Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi

Kriteria hasil : Turgor kulit bagus , mukosa bibir basah

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan

muntah

a) Monitor in take nutrisi

b) Monitor muntahan klien

c) Monitor BB klien

d) Kolaborasi dengan medis untuk pemberian obat anti mual dan muntah

Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil : BB klien kembali normal dan nafsu makan meningkat

3. Gangguan eliminasi berhubungan dengan Bab cair dengan peningkatan

frekwensi defekasi dari biasanya.

a) Monitor feces dan frekwensi defekasi klien

b) Anjurkan klien banyak konsumsi buah dan serat

c) Kolaborasi dengan medis untuk pemberian obat anti diare

Tujuan : konsistensi feces lunak

Rasional : Frekwensi Bab klien 1x perhari padat tidak encer dan tidak keras.

4. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi sekunder

a) Observasi suhu tubuh klien

b) Anjurkan klien bayak minum

c) Kompres hangat

d) Kolaborasi dengan medis untuk pemberian obat anti piretik

19
Tujuan : Hipertermi teratasi

Rasional : Suhu tubuh kembali normal (S : 36 – 37  C)

2.3.4. Penatalaksanaan Keperawatan

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put

berlebihan dengan in take yang kurang

a) mengkaji status dehidrasi : Mata, turgor kulit, mukosa bibir

b) Mengkaji out put dan intake cairan klien

c) Memonitor TTV

d) Berkolaborasi dengan medis untuk pemberian obat anti diare

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan

muntah

a) Memonitor intake dan out put

b) Menimbang BB tiap hari

c) Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk program diet

d) Berkolaborasi dengan medis untuk terapi anti mual dan muntah

3. Gangguan eliminasi berhubungan dengan Bab cair dan peningkatan frekwensi

defekasi dari biasanya

a) Memonitor feces dan frekwensi defekasi

b) Mengedukasi klien agar banyak konsumsi buah dan serat

c) Berkolaborasi dengan medis untuk pemberian obat anti diare

20
4. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi sekunder

a) Mengobservasi vital sign

b) Mengompres air hangat

c) Menganjurkan klien banyak minum

d) Berkolaborasi dengan medis untuk terapi antipiretik

2.3.5. Evaluasi Keperawatan

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put

berlebihan dengan in put yang kurang. Kriteria hasil yang telah di tetapakan

dalam tinjauan pustaka sebagai berikut klien tidak menunjukan tanda – tanda

dehidrasi ditandai denga mata tidak cekung, turgor baik, mukosa bibir basah.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungann dengan mual dan

muntah. Kriteria hasil yang telah ditetapkan dalam tinjauan pustaka yaitu klien

mendapatkan kebutuhan nutrient sesuai dengan yang diperlukan tubuh ditandai

dengan berat badan stabil, porsi RS habis.

3. Gangguan eliminasi berhubungan dengan Bab encer / cair dengan peningkatan

frekwensi defekasi dari biasanya. Kriteria yang telah ditentukan tinjauan pustaka

yaitu frekwensi defekasi kembali normal ditandai dengan feces padat tapi lunak.

4. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi sekunder.

Kriteria hasil yang telah di tentukan tinjauan pustaka yaitu proses peningkatan

suhu tubuh dan proses infeksi tidak terjadi ditandai dengan suhu tubuh 36 – 37

c.

21
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Pengkajian

T. S berusia 62 tahun, agama Kristen Budha, suku Tionghoa, Bahasa sehari-hari

bahasa Indonesia, pekerjaan Ibu Rumah Tangga di kota Medan, diagnosa medis: GE

+ Dehidrasi ringan-sedang + HT, no RM: 21.60.09, pendidikan terakhir: SLTP,

alamat: Jl. Umar Komplek Taman Mustafa Indah, No.B-24, Kel.Glugur Darat 1, Kec.

Medan Timur. Identitas Penanggung jawab Nama: Ny. F, alamat: Jl. Umar Komplek

Taman Mustafa Indah, No.B-24, Kel.Glugur Darat 1, Kec. Medan Timur, pekerjaan:

Wiraswasta, hubungan dengan klien: Istri pasien.

Pasien masuk IGD Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan pada

tanggal 12 Oktober 2023 dengan keluhan BAB lebih kurang 6x/hari dengan

konsistensi lembek, mual dan muntah lebih kurang 10x/hari dialami 3 hari ini, nyeri

ulu hati, keadaan umum lemah. Di IGD dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital: Td:

150/80 mmHg, RR: 20 x/menit, HR: 80 x/menit, Temp: 36,8 0 C, BB: 58 kg, TB: 160

cm, IMT: 22,6, skala nyeri: 6. Terapi/obat yang telah diberikan: IVFD NaCl 0,9% 10

tts/menit, Inj. Ondansetron 1 amp, Inj. Ranitidine 1 amp.

Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 13 Oktober 2023 di ruang rawat inap

tulip, Keluhan utama: Pasien mengatakan mual, badan lemas, mukosa kering, BAB

dengan konsistensi lembek, nyeri ulu hati dengan skala: 6 (sedang), TTV: Td: 135/60

mmHg, RR: 20 x/menit, HR: 84 x/menit, Temp: 35,4 0 C. Riwayat kesehatan pasien,

pasien mengatakan sudah pernah di rawat di Rumah sakit dengan keluhan yang sama,

mual, muntah dan BAB encer. Pasien mengatakan merasakan mual dan muntah saat

22
mencium bau makanan. BB sebelum masuk rumah sakit: 56 kg. Riwayat kesehatan

keluarga Pasien mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang menderita

penyakit seperti ini, maupun penyakit yang lainnya.

Pola nutrisi dan metabolisme, sebelum dirumah sakit klien mengatakan jarang

makan, hanya menghabiskan makanan 1-2 sendok dengan menu makan: nasi, ikan,

sayur dan buah-buahan dan minum air putih 5 gelas perhari. Selama dirumah sakit

klien mengatakan ia makan 3 – 4 sendok dari porsi yang disajikan, mual, Pasien

mengatakan badanya terasa lemas tak bertenaga. Pola eliminasi, klien mengatakan

sebelum masuk rumah sakit buang air besar (BAB) 5 x sehari, konsistensi feses

lembek. Buang air kecil (BAK) terpasang kateter. Pola aktivitas, klien mengatakan

dalam sehari-hari pekerjaannya adalah ibu rumah tangga, pasien mengatakan hanya

menjalani aktivitas dirumah.

Terapi/obat yang diberikan: IVFD NaCL 3% 15 tetes/menit, Inj. Ranitidine 1

amp aff Omeprazol 1 amp/hari, amlodipine 1 x 10 mg, inj. Ondansetron 1 amp/hari,

novadium 2 x/hari.

Hasil Laboratorium

Jenis pemeriksaan Hasil Unit/satuan Angka normal

ELEKTROLIT

Elektrolit lengkap

Natrium 112 mmol/l 135-150

Kalium 4.0 mmol/l 3.8-5.5

Chlorida 80 mmol/l 96-108

3.2 Analisa Data

23
No Data Etiologi Problem

1. Data Subjektif: Gastroenteritis Ketidakseimbangan

˗ Pasien mengatakan elektrolit

badannya lemas Kehilangan cairan

˗ Pasien mengatakan mual aktif

˗ Frekuensi BAB 5x/hari

konsistensi lembek. Kadar natrium dan

Data Objektif: clorida dalam

- KU lemah tubuh menurun

- Mukosa bibir kering


ketidakseimbangan
- Klien tampak mual
elektrolit
- BAB lembek

- TD : 135/68

- HR : 84

- T : 36,30C

- Natrium : 112

- Chlorida : 80

Output :

˗ Urine 900cc

˗ BAB 200cc

Input :

24
˗ Infuse NaCL 3% 500cc

˗ Infuse NaCL 0,9% 500cc

˗ Minum 900cc

˗ Inj. Ondansetron 2 cc

Am x BB = 280

IWL : 10 x 56 = 560

2 Data Subjektif : Kelemahan tonus Intoleransi Aktifitas

˗ Pasien mengatakan otot

badannya lemas dan

tidak bertenaga Kekurangan

˗ Pasien mengatakan volume cairan

tidak mampu untuk

duduk sendiri Kelemahan fisik

Data Objektif :

˗ KU pasien lemah Intoleransi aktifitas

˗ Pasien tampak dibantu

keluarga untuk bergerak

3 Data Subjektif : Iritasi usus akibat Nyeri

˗ Pasien mengatakan diare

nyeri dibagian ulu hati

Data Objektif : nyeri

˗ Pasien terlihat meringis

25
˗ Skala nyeri 6

3.3 Diagnosa Keperawatan Prioritas

1. defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kehilangan volume cairan secara aktif ditandai dengan menurunnya kadar

natrium dan chloride dalam tubuh.

2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat kekurangan

volume cairan ditandai dengan kelemahan tonus otot.

3. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi usus akibat diare ditandai dengan pasien

mengatakan nyeri dibagian ulu hati, pasien terlihat meringis, skala nyeri 6

3.4 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi

Keperawatan

1 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Pertahankan catatan

elektrolit tindakan keperawatan intake dan output yang

berhubungan dengan selama 1 x 24 jam defisit akurat

kehilangan volume volume cairan dan 2. Monitor status hidrasi

cairan secara aktif. elektrolit teratasi dengan 3. Monitor hasil lab

kriteria hasil : 4. Monitor vital sign

1. Mempertahankan 5. Monitor intake dan urin

urin output sesuai output.

dengan usia dan

26
berat badan, urin 6. Berikan asupan cairan

normal 7. Anjurkan pasien dan

2. Tekanan darah, nadi keluarga untuk

dan suhu tubuh memodifikasi diet

dalam batas normal

3. Tidak ada tanda-

tanda dehidrasi,

mukosa lembab,

tidak ada rasa haus

berlebih

4. Jumlah dan irama

pernapasan dalam

batas normal

2 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan 1. Identifikasi adanya nyeri

berhubungan dengan tindakan keperawatan atau keluhan fisik

kelemahan fisik selama 1 x 24 jam lainnya

akibat kekurangan intoleransi aktiftas 2. Identifikasi toleransi

volume cairan teratasi dengan kriteria fisik melakukan

ditandai dengan hasil : pergerakan

kelemahan tonus 1. Mampu melakukan 3. Bantu klien untuk

otot. aktifitas sehari-hari mengidentifikasi

secara mandiri aktifitas yang mampu

27
2. Mampu berpindah dilakukan

dengan atau tanpa 4. Bantu pasien/keluarga

bantuan alat. untuk mengidentifikasi

kekurangan dalam

beraktivitas

5. Sediakan penguatan

positif bagi yang aktif

beraktivitas

3 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan

dengan iritasi usus tindakan keperawatan

akibat diare selama 1 x 24 jam

intoleransi aktiftas

teratasi dengan kriteria

hasil :

1. Melaporkan

bahwa nyeri

berkurang

2. Menyatakan rasa

nyaman setelah

nyeri berkurang

28
3.5 Implementasi dan Evaluasi

No Diagnosa Hari/tanggal Implementasi Evaluasi

Keperwatan

1 Kekurangan Jumat/13-10-23 ˗ Memonitori status hidrasi (mukosa Subjektif :

volume bibir kering) ˗ Pasien mengatakan badanya

cairan dan ˗ Pantau intake urin dan output (Nacl masih terasa lemas

elektrolit 3% 500cc, haluaran urin 900cc) ˗ Pasien mengatakan masih mual

kurang dari ˗ Memonitor tanda vital pasien dan

kebutuhan ˗ Memonitor mual muntah ˗ Pasien mengatakan BAB nya

tubuh ˗ Kolaborasikan pemberian cairan IV lembek

(NaCl 3% 15 tetes/menit) Objektif :

˗ Anjurkan minum air 8 gelas perhari ˗ Keadaan umum pasien terlihat

˗ Berkolaborasi dengan dokter lemah

˗ Berikan edukasi mengenai hal yang ˗ Pasien terlihat mual

29
dapat meningkatkan elektrolit ˗ BAB pasien lembek

˗ Mukosa bibir kering

- TD : 135/68

- HR : 84

- T : 36,30C

- Urin 900 cc

Assessment :

Masalah belum teratasi

Planning : intervensi dilanjutkan.

˗ Monitor penyebab mual

˗ Monitor status hidrasi

˗ Monitor vital sign

˗ Monitor intake dan output

Sabtu/14-10-23 ˗ Memonitor tanda-tanda vital Subjektif :

30
˗ Monitor intake dan output (Nacl 3% Klien mengatakan badanya masih

500cc, haluaran urin dan BAB 600cc lemas, mual, pasien mengatakan BAB

dan 200cc) nya masih lembek

˗ Memonitor penyebab mual Objektif :

˗ Monitor status hidrasi (kelembaban ˗ Keadaan umum pasien masih

membrane mukosa) terlihat lemas

˗ Anjurkan pasien dan keluarga untuk ˗ Pasien terlihat mual

mengkonsumsi makanan atau ˗ Mukosa bibir kering

minuman tinggi elektrolit ˗ BAB pasien dengan

˗ Kolaborasi pemberian cairan IV konsistensi lembek, frekuensi 3

(NaCL 3% 15 tetes/menit) X sehari (200cc)

˗ TD : 127/70mmhg

˗ HR : 81x/i

˗ T : 36,0C

31
˗ Urin 8 jam 600cc

Assessment :

Masalah belum teratasi

Planning :

Lanjutkan intervensi

˗ Monitor penyebab mual

˗ Monitor tanda-tanda vital

˗ Monitor haluaran urin

˗ Kolaborasikan pemeberian

cairan melalui IV

Senin/16-10-23 ˗ Memonitor penyebab mual Subjektif :

˗ Memonitor tanda-tanda vital Pasien mengatakan badannya masih

˗ Memoitor haluaran urin (500cc) lemas, pasien mengatakan mual mulai

˗ anjur berkurang

32
˗ Kolaborasikan pemberian cairan Objektif :

melalui IV (NaCL 3%) ˗ Keadaan umum pasien lemas,

˗ Mual sudah berkurang

˗ Frekuensi BAB 3xsehari

˗ TD : 138/77

˗ HR :79

˗ T : 36,40C

˗ Urin 8 jam 500 cc

Assessment :

Masalah teratasi sebagian

Planning :

Intervensi di lanjutkan

˗ Monitor tanda-tanda vital

pasien

33
˗ Monitor haluaran urin

Selasa/17-10-23 ˗ Memonitor tanda-tanda vital pasien Subejktif :

˗ Memonitor keluaran urin (300cc) Pasien mengatakan sudah tidak lemas,

pasien mengatakan tidak ada mual.

Objektif :

˗ Keadaan pasien sudah tidak

lemas, pasien sudah tidak mual

˗ TD : 127/69

˗ HR : 79

˗ T :36,30C

˗ Urin 300 cc

Assessment :

Masalah teratasi

Planning :

34
Intervensi dihentikan

2 Intoleransi Jumat/13- ˗ Observasi mengenai aktifitas yang Subjektif :

2 Aktivitas 10-23 mampu dilakukan Pasien mengatakan badannya lemas,

˗ Identifikasi adanya nyeri atau keuhan tidak mampu untuk melakukan

fisik aktifitas sendiri, pasien mengatakan

˗ Monitor kondisi umum selama tidak mampu untuk duduk

melakukan aktifitas

˗ Fasilitasi aktivitas (pagar tempat tidur, Objektif :

kursi roda) ˗ Keadaan umum pasien terlihat

˗ Libatkan keluarga untuk membantu lemah

pasien dalam meningkatkan ˗ Pasien terlihat tidak mampu

pergerakan untuk duduk

˗ Anjurkan melakukan mobilisasi ˗ Pasien hanya berbaring di

sederhana (duduk di tempat tidur, tempat tidur

duduk di sisi tempat tidur)

35
- TD : 135/68

- HR : 84

- T : 36,30C

Assessment :

Masalah belum teratasi

Planning :

Intervensi dilanjutkan

˗ Observasi mengenai aktifitas

yang mampu dilakukan

˗ Monitor kondisi umum selama

melakukan aktifitas

˗ Fasilitasi aktivitas (pagar

tempat tidur, kursi roda)

˗ Libatkan keluarga untuk

membantu pasien dalam

36
meningkatkan pergerakan

˗ Anjurkan melakukan mobilisasi

sederhana (duduk di tempat

tidur, duduk di sisi tempat tidur)

Sabtu/14-10-23 ˗ Indetifikasi toleransi fisik melakukan Subjektif :

pergerakan Pasien mengatakan badannya lemas,

˗ Monitor kondisi umum selama tidak mampu untuk melakukan

melakukan aktifitas aktifitas sendiri, pasien mengatakan

˗ Bantu pasien untuk mobilisasi belum mampu untuk duduk

sederhana (duduk di tempat tidur)

Objektif:

- Keadaan umum pasien masih

terlihat lemah

- Pasien tampak masih berbaring

37
di tempat tidur

- Pasien belum mampu untuk

duduk

˗ TD : 127/70mmhg

˗ HR : 81x/i

˗ T : 36,0C

Assesment:

Masalah belum teratasi

Planning:

Lanjutkan intevensi

˗ Indetifikasi toleransi fisik

melakukan pergerakan

˗ Monitor kondisi umum selama

melakukan aktifitas

Senin 16-10-23 ˗ Fasilitasi pasien melakukan Subjektif:

38
pergerakan

˗ Bantu pasien mengidentifikasi Pasien mengatakan lemas sudah mulai

aktivitas yang disukai berkurang, sudah mampu untuk

melakukan aktifitas dibantu keluarga,

pasien mengatakan sudah mampu

untuk duduk sendiri

Objektis:

- Keadaan umum pasien masih

lemah

- Pasien terlihat sudah mampu

untuk duduk sendiri

- Aktivitas pasien masih dibantu

keluarga

˗ TD : 138/77

39
˗ HR :79

˗ T : 36,40C

Assesment:

Masalah belum teratasi

Planning:

˗ Fasilitasi pasien melakukan

pergerakan

˗ Bantu pasien mengidentifikasi

aktivitas yang disukai

Selasa 17-10-23 ˗ Memonitor respon fisik pasien Subjektif:

˗ Bantu klien membuat jadwal latihan Pasien sudah tidak tampak lemah,

diwaktu luang aktifitas pasien sudah tidak di bantu,

pasien sudah dapat duduk sendiri

40
Objektif:

- Keadaan umum pasien sudah

tidak lemas

- Pasien terlihat sudah mampu

untuk duduk sendiri

- Pasien sudah mampu

melakukan aktivitas sendiri

˗ TD : 127/69

˗ HR : 79

˗ T :36,30C

Assessment :

Masalah teratasi

Planning :

41
Intervensi dihentikan

3 Nyeri Akut Jumat 13-10-23 ˗ Identifikasi skala nyeri Subjektif :

˗ Identifikasi respon nyeri non verbal Pasien mengatakan nyeri dibagian ulu

˗ Identifikasi faktor yang memperberat hati

dan memperingan nyeri Objektif :

˗ Beri obat anti nyeri ˗ Pasien terlihat meringis

˗ Fasilitasi istirahat tidur ˗ Skala nyeri 6

Assessment :

Masalah belum teratasi

Planning :

˗ Identifikasi skala nyeri

˗ Identifikasi respon nyeri non

42
verbal

˗ Identifikasi faktor yang

memperberat dan

memperingan nyeri

˗ Fasilitasi istirahat tidur

Sabtu 14-10-23 ˗ Identifikasi skala nyeri Subjektif :

˗ Identifikasi respon nyeri non verbal Pasien mengatakan nyeri ulu hati

˗ Identifikasi faktor yang memperberat mulai berkurang

dan memperingan nyeri Objektif :

˗ Fasilitasi istirahat tidur ˗ Pasien masih terlihat meirngis

˗ Skala nyeri 4

Assessment :

Masalah belum teratasi

Planning :

43
˗ Identifikasi skala nyeri

˗ Identifikasi respon nyeri non

verbal

Senin 16-10-23 ˗ Identifikasi skala nyeri Subjektif :

˗ Identifikasi respon nyeri non verbal Paien mengatkan nyeri sudah hilang

Objektif :

Pasien terlihat tenang

Assessment :

Maslah teratasi

44
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

GE (gastroenteritis) atau diare disebabkan oleh virus, bakteri dan parasit

perut pengeluaran feces yang tidak normal dan berbentuk cair / encer dengan

frekwensi lebih banyak dari biasanya dalam sehari > 3x. GE adalah buang air

besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat),

kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya. hal ini dapat mengakibatkan

gelisah, suhu tubuh meningkat, dehidrasi, nafsu makan menurun, BB menurun,

mata dan ubun – ubun cekung Asuhan keperawatan dasar profesi yang dapat kita

lakukan adalah menentukan kebutuhan dasar prioritas pada pasien tersebut.

4.2. Saran

Diharapkan kepada mahasiswa/mahasiswi keperawatan yang akan menjadi

perawat untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan defisit

volume cairan dan elektrolit dengan menerapkan ilmu-ilmu keperawatan.

45

Anda mungkin juga menyukai