Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PERSPEKTIF KINERJA MANAJEMEN PERUSAHAAN


PERUSAHAAN DI AMERIKA SERIKAT MENURUT
TEORI MANAJEMEN

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
STEVIN ADVENT NOVEMBER NDRURU

NPM: (21.011.111.01)

FAKULTAS FISIPOL

ILMU PEMERINTAHAN

UNIVERSITAS DARMA AGUNG

MEDAN
T/A 2021/2023

1
BABI

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Amerika Serikat merupakan negara besar yang miliki keunggulan diberbagai bidang

jika dibandingkan dengan negara lain di sekitarnya.Diantara keunggulan tersebut meliputi

bidang politik, ekonomi, militer dan teknologi. Hal ini membuat negara tersebut menjadi

negara Adidaya yang memiliki peranan penting dalam dunia internasional. Sehingga tidak

sedikit persaingan-persaingan dari beberapa negara atau kelompok yang harus dihadapi oleh

Amerika Serikat.Salah satuupaya yang dilakukan oleh Amerika Serikat adalah melalui

Presiden Donald Trump, dimana untuk mempertahan kankeunggulan tersebut Presiden Trump

memulainya dengan menjagas tabilitas kekuatan Amerika Serikat.

National Security Strategy (NSS-2017) merupakan sebuah konsep dasaryang menjadi

landasan Presiden Trump untuk melindungi serta menjaga stabilitas kekuatan Amerika Serikat.

Dalam strategi tersebut terdapat beberapa hal yang menjadi perhatian Presiden Trump, salah

satunya yaitu melindungi rakyat Amerika dan tanah air dari ancaman sertateror. Kinerja yang

dilakukan oleh Presiden Trump dimulai dengan memperkuat control diperbatasan dan

memperbaiki sistem imigrasi untuk melindungi Amerika Serikat. Dengan adanya system

tersebut Presiden Trump mulai mengidentifikasi ancaman terbesar terhada

Amerika Serikat yaitu senjata pemusnah massal dan aksiteroris.1Hal ini menggambarkan ada

beberapa negara yang termasuk dalam daftar ancaman terhadap keamanan Amerika Serikat,seperti

KoreaUtar dan perkebangan senjata nuklirnya yang mampu membunuh jutaan orang Amerika Serikat

serta dukungan Iran terhadap kelompok-kelompok teroris seperti ISIS dan al- Qaeda yang berusaha

menghancur kan kekuatanAmerika Serikat.2

2
Salah satu upayayang dilakukan oleh Presiden Trump dalam menjaga keamanan

nasional AmerikaSerikat adalah mengeluarkan kebijakan laranganperjalanan atau Travel Ban.

Kebijakan tersebut merupakan bentuk perlawanan pemerintahan Trump terhadap aksi teroris

yang mengancam keamanan AmerikaSerikat serta gelombang pengungsi dan pencari suaka

politik dari beberapa negarayang sedang terjadi konflik politik dan bersenjata seperti Irak,

Suriah, Sudan,Libya, Somalia, dan Yamanmenjadi salah satu faktor berkembangnya aksi

terorisdi AmerikaSerikat.3

Kebijakan TravelBan merupakan realisasi dari janji politik masa kampanye Doad

Trump dengan slogan“AmericanFirst”.kebijakanini bertujuan untuk memproteksi kepentingan

Amerika Serikat dari segala bentuk ancaman.Dalam hal ini upaya yang dilakukan oleh

Presiden Trumpuntuk

Mewujud kan kebijakan tersebut dengan menempuh cara unila teralisme,yaitu

bertindak secara sepihak demi kepentingan Amerika Serikat. Kebijakan ini merupakan

perlawanan terhadap isu-isu globalisasi,perdagangan bebas,danimigrasi dari kebijakan politik

pemerintah sebelumnya namun tidak memuaskanpublik Amerika Serikat. Menurut Presiden

Trump dalam segi ekonomi peluangkerja warga Amerika Serikat telah diserobot oleh warga

imigran.4Hal tersebutmenjadi alasan bagi Presiden trump untuk memperbaiki perekonomian

AmerikaSerikat.

Kebijakan travelban sebelumnya sudah dikeluar kan duakali pada 27 Januari 2017 dan

6 Maret 2017 yang berisi tentang larangan perjalanan ke Amerika Serikatt erhadap tujuh

negara yang mayoritas penduduk nya muslim,yaitu:Irak, Iran, Libya, Somalia, Sudan, Suriah,

dan Yaman.5Presiden Trump menegaskan bahwa kebijakan tersebut bukan diskriminasi

terhadap muslim.Fokus kebijakan tersebut adalah negara-negara yang menja ditempat

berkembangnya teroris, yang kebetulan mayoritas warga negaranya muslim. Akantetapi

kebijakan tersebut dipandang bertentangan dengan dengan nilai-nilai hakasasimanusia (HAM)

yang selama ini dianut oleh masyarakat Amerika Serikat.

3
Akibat dari penerapan kebijakan travelban, Presiden Trump menuai protes dari dalam

negeri Amerika Serikat. Seruan protes yang pertama terjadi dibeberapa negara bagian Amerika

seperti Washington dan Minnesota, dengan alas an bahwasannya kebijakan travelban akan

merusak ekonomi negara dan

4
Lembaga Pendidikan serta memecah hubungan keluarga. Dijelaskan juga

bahwasannya kebijakan tersebut bukan untuk melindungi dari teroris asing

tetapilebih terhadap larangan muslim. Hal ini didasari karena sumber terorisme

tidakhanya dari tujuh negara tersebut.

Setelah beberapakali mengalami perubahan dalam proses pembuatan

kebijakan tersebut, presiden Trump membuat kebijakan travelban baru yang

sesuai dengan ketentuan keamanan dalam negeri. Kebijakan travelban ketiga

dikeluarkan pada 24 September 2017 melalui Proklamasi Presiden dengan

tema“meningkatkan kemampuan pemeriksaan dan proses untuk mendeteksi

masuknyaupayakeAmerikaSerikatolehTerorisatauAncamanKeamananRepubliklai

nnya ” kebijakan ini merupakan upaya yang dilakukan oleh Presiden Trump untuk

melindungi keamanan dan kepentingan Amerika Serikat dan warganegaranya.

Fokus kinerjanya dimulai dengan meningkatkan kerja sama dengan beberapa

negara dalam proses meningkatkan protocol dan prosedur berbagi informasi,

manajemen identitas dan menangani resiko terkait masalah teroris

sertakeselamatan publik.7

Upaya peningkatan pemeriksaan yang dilakukan oleh pemerintahan

Amerika Serikat serta mempertimbangkan tujuan kebijakan luar negeri, keamanan

nasional dan kontraterorisme. Menghasilkan ada beberapa negara yang dianggap

kurang memenuhi persyaratan tersebut,sehingga negara tersebut harus mengikuti

aturan sistem imigrasi amerika serikat yang baru. Adapun beberapa negara

yangtermasuk dalam daftar negara yang tidak sesuai denganpersyaratan masuk

kewilayah teritorial Amerika Serikat adalah Chad, Iran, Libya, Korea Utara,

Suriah,Venezuela,Yaman dan Somalia.8

5
Adapun penangguhan yang dilakukan oleh pemerintahan Trump terhadap

delapan negara tersebut memiliki berbagai alasan yaitu: Chad dan Libya (tidak

memenuhi dalam persyaratan berbagi informasi terkait masalah keselamatan

publik dan terorisme serta beberapa kelompok teroris aktif dalam wilayah

chaddan sekitarnya seperti Boko Haram, ISIS- Afrika Barat dan Alqaeda di

Maghreb Islam), Iran dan Suriah(gagal dalam mengidentifikasi resiko keamanan

dansumber ancaman teroris. Departemen luar negeri juga menunjuk Iran dan

Suriah sebagai negara pendukung teroris), Korea Utara (tidak bekerja sama

dengan pemerintahan Amerika Serikat dalam hal apapun dan gagal memenuhi

persyaratan berbagiinformasi), Venezuela (gagal dalam membagikan informasi

terkait keselamatan public dan terorisme secara memadai),Yaman(gagal dalam

memenuhi persyaratan manajemen dan tidak membagikan informasi keselamatan

public dan terorisme), Somalia (kurang memenuhi manajemen identitas yang

signifikan misalnya somalia mengeluarkan paspor elektronik akan tetapi amerika

serikat dan negara lainnya tidak ngenalinya .Pemerintah amerika juga

mengidetifikasi somali amerupakan tempat persembunyian teroris).9

Hal ini menjadi menjadi menarik untuk diteliti adalah adanya berbagai pro

dan kontra dalam proses pembuatan kebijakan travelban tersebut membuat

6
penulis ingin meneliti lebih dalam mengenai mengenai alasan Presiden Donald

Trump mengeluarkan kebijakan travelban yaitu untuk melakukan perlawanan

terhadap aksiterorisme yang mengancam keamanan Amerika Serikat serta

memperbaiki system politik pemerintah sebelumnya dalam bidang imigrasi

mengenai permasalahan pengungsi dan pencari suaka politik yang dianggap

sebagai salah satu factor berkembang nya aksiteroris.Sehingga penulis mengambil

judul “Alasan Amerika Serikat mengeluarkan kebijakan TravelBan

Tahun2017-2018”

1.2. RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang diatas ,maka rumusan masalah dalam

Penulisan ini adalah Mengapa Amerika Serikat mengeluarkan

kebijakanTravelBan pada tahun 2017-2018?

1.3. Tujuandan Manfaat Penelitian

1.3.1. TujuanPenelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan

mengenaialasan Amerika Serikat mengeluarkan kebijakan travelban dan

proses dalam pengambilankebijakan luarnegeri yang bertujuan melindungi

stabilitas keamanan Amerika Serikat

1.3.2. Manfaat penelitian

a. Diharapkan dapat digunakan sebagai acuan penelitilannya khusus nyastudi

Hubungan Internasional, khusunya yang membahas tentang keamanan

7
nasional serta travel ban.

b. Dapat memberikan pemahaman terhadap

pengambilan kebijakan suatu negara berdasarkan pada persepsi pemimpin

negara.

8
BAB II

DINAMIKA KEAMANAN NASIONAL DI AMERIKA SERIKAT

Pada bab ini, penulis akan menjelaskan tentang dinamika keamanan nasional

di Amerika Serikat. Secara garis besar, poin-poin yang akan dibahas dalam bab ini

adalah mengenai ancaman keamanan dalam perspektif Amerika Serikat, dalam

pandangan Amerika terdapat beberapa hal yang dapat mengancam keamanan

nasional Amerika Serikat salah satunya adalah aksi teroris dan gelombang

imigrasi. Selanjutnya akan dijelaskan pula mengenai respon Amerika Serikat

terhadap ancaman keamanan nasional tersebut. Dalam bab ini dijelaskan bahwa

pemerintah Amerika Serikat memberikan respon terhadap permasalahan tersebut

melalui kebijakan travel ban hingga mengalami perubahan tiga kali.

2.1 Perspektif Amerika Serikat terhadap Ancaman Keamanan Nasional

Salah satu permasalahan yang seringkali dibahas dalam dunia internasional

adalah mengenai keamanan (Security).Konsep keamanan dalam pandangan para

realis merupakan “contested concept”, dimana dalam pemikirannya keamanan

merupakan suatu kondisi yang terbebas dari ancaman militer atau kemampuan

suatu negara untuk melindungi negaranya dari serangan militer yang dilakukan

oleh lingkungan eksternal atau negara lain.


20
Pemikiran ini sesuai dengan kondisi pada masa Perang Dunia, dimana pada

9
masa masa perang dunia II konsep keamananlebih fokus pada kekuasaan negara

dan militer,negara-negara yang memiliki power terus berjuang mendapatkan

kekuasaan dalam dunia internasional untuk melindungi kepentingan negaranya.

Akan tetapi pada era pasca perang dingin, konsep keamanan lebih beragam dan

kompleks hal ini didasari oleh semakin meningkatnya permasalahan baru yang

mempengaruhi keamanan negara, diantaranya isu hak asasi manusia, globalisasi,

teknologi dan terorisme. Akibatnya konsep tentang keamanan semakin meluas

seperti yang dijelaskan oleh Barry Buzan dalam bukunya People, State and fear

bahwasanya konsep keamanan tradisional terlalu sempit cangkupannya.21Buzan

memperluas cakupan konsep keamanannya dengan menggabungkan beberapa

aspek yang sebelumnya tidak dianggap sebagai bagian dari konsep keamanan,

seperti keamanan sosial, keamanan regional dan keamanan lingkungan. Dalam hal

ini ada beberapa aspek yang berkaitan dalam konsep keamanan tradisional

diantaranya adalah Militer, Politik, Ekonomi, Sosial dan Lingkungan.22Akan

tetapi beberapa aspek tersebut tidak dapat beroperasi sendiri, dibutuhkan beberapa

aspek lainnya untuk mengetahui besarnya ancaman yang akan datang.

21
0
Buzan mengklasifikasikankeamanan dalam lima dimensi,23 yaitu:

a. Militer, berfokus pada pembangunan kekuatan militer baik dalam

kekuatan nuklir maupun pengembangan personil militer serta doktrin-

doktrin kemiliteran

b. Politik, berfokus pada upaya-upaya yang dilakukan oleh negara untuk

menjaga dan mempertahakan proses politik, ideologi dan sistem

pemerintahan

c. Ekonomi, berfokus pada upaya-upaya untuk melindungi sumber-

sumber ekonomi dan kesejahteraan negara

d. Sosial, berfokus pada kemampuan untuk melindungi nilai-nilai

budaya bangsa

e. Lingkungan, berfokus pada upaya-upaya untuk melindungi dan

memelihara lingkungan hidup sebagai pendukung utama

kelangsungan hidup manusia.

Dari penjelasan diatas yang dapat ditarik kesimpulan bahwasannya aspek

keamanan tidak dapat terlepas dari perspektif ancaman. Suatu hal bisa dikatakan

sebagai ancaman ditentukan oleh negara yang merasa keamanannya terancam.

Definisi ancaman dalam konsep keamanan dijelaskan oleh Ullman bahwasannya:

21
1
Menurut Ullman, definisi ancaman dibedakan menjadi dua: (1) mengancam

secara drastis dengan kurun waktu yang relatif singkat dengan tujuan memberikan

ketakutan pada warga suatu negara atau (2) mengancam secara signifikan untuk

mempersempit pilihan kebijakan yang tersedia bagi pemerintah suatu negara atau

dengan beberapa aktor non negara lainnya seperti orang, kelompok, perusahaaan

yang mempunyai kekuatan dalam pemerintahan tersebut.

Sebuah perspektif ancaman tidak akan lepas dari masalah keamanan. Luasnya

masalah keamanan memiliki banyak cakupan, salah satunya adalah keamanan

nasional (national security). Dalam hubungan internasional, keamanan nasional

merupakan aspek yang signifikan dalam menentukan tujuan negara untuk survive

dalam sistem internasional. Beberapa negara didunia memprioritaskan keamanan

nasional untuk mempertahankan kepentingan negaranya. Setiap negara memiliki

banyak kepentingan untuk dilindungi diantaranya adalah menjaga kesejahteraan

sosial dan ekonomi seluruh warga negara. Keamanan nasional memiliki banyak

arti salah satunya adalah sebagai perlindungan dan pemeliharaan kepentingan

nasional suatu negara atau bangsa. Hal ini dijelaskan oleh Berkowitz, keamanan

nasional didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu bangsa untuk melindungi

nilai-nilai internalnya dari ancaman pihak luar.25

Konsep keamanan nasional mulai berkembang pasca terjadinya perang dunia

II seperti yang dijelaskan oleh Barry Buzan mengenai luasnya cakupan dalam

onsep keamanan yang bersifat non-militer diantaranya adalah Politik, Ekonomi,

21
2
Sosial dan Lingkungan.26 luasnya cakupan keamanan menurut Spiegel akan terus

berkembang dan tidak akan pernah berhenti. Permasalahan yang akan datang

seperti degradasi lingkungan, ketergantungan akan sumber daya yang semakin

tinggi, tingkat pertumbuhan penduduk yang yang sangat tinggi, dan migrasi bisa

mengancam keamanan nasional tanpa mengindahkan kekuatan ekonomi, politik

dan sistem sosialnya bisa mengarahkan negaranya pada kondisi instabilitas hingga

bisa menghancurkan negara tersebut.27 Meskipun cakupan keamanan nasional

terus berkembang dan melebar. Menurut Wolfers dalam Art dan Jervis melihat

bahwa keamanan nasional adalah simbol kekuatan yang melindungi negara

melalui power negara (national power).28 Hal ini dilanjutkan ketika menjelaskan

bahwa kekuatan negara dapat membantu menghilangkan sebuah ancaman atau

ketakutan akan sesuatu yang mengancam negara. Dari beberapa pendapat tersebut

dapat disimpulkan bahwasannya untuk meminimalisir atau mengurangi ancaman

yang dapat mengganggu stabilitas keamanan negara diperlukan meningkatkan

power negara untuk menjaga keamanan nasional negaranya.

Setiap negara yang berdaulat tidak pernah terlepas dari persepsi ancaman

dalam keamanan nasionalnya, begitu pula dengan negara Amerika Serikat

merupakan negara besar yang memiliki keunggulan di berbagai bidang

diantaranya dalam bidang politik, ekonomi, militer dan teknologi. Hal ini

21
3
membuat negara tersebut menjadi negara Adidaya yang memiliki peranan penting

dalam dunia internasional. Sehingga tidak sedikit persaingan-persaingan dari

beberapa negara sekitarnya yang dihadapi oleh Amerika Serikat. Salah satu upaya

yang dilakukan oleh Amerika Serikat untuk mempertahankan keamanan

negaranya melalui strategi keamanan nasionalnya.

Strategi keamanan nasional merupakan sebuah konsep dasar yang menjadi

landasan Amerika Serikat untuk melindungi stabilitas keamanan negaranya.

Dalam beberapa strategi tersebut ada beberapa hal yang menjadi fokus dalam

konsep keamanan nasional Amerika Serikat, salah satunya adalah melindungi

rakyat Amerika, tanah air dan cara hidup orang Amerika.30Keterbukaan Amerika

Serikat di dunia internasional dalam berbagai bidang khususnya ekonomi serta

keberhasilan Amerika dalam Sistem demokrasi yang bebas merupakan sumber

kekuatan Amerika menjadi tujuan musuh untuk menghancurkan kekuatan

Amerika Serikat. beberapa tindakan yang dapat menghancurkan kekuatan

Amerika diantaranya mengeksploitasi kekayaan intelektual dan data pribadi, ikut

campur dalam proses politik, menargetkan sektor penerbangan dan maritim dan

membahayakan infrastruktur.31

Langkah pertama yang dilakukan oleh Amerika Serikat dalam menjaga

keamanan nasionalnya adalah memperkuat kontrol di perbatasan dan

memperbaiki sistem imigrasi untuk melindungi keamanan dalam negeri

(Homeland Security) Amerika Serikat. Dengan adanya sistem tersebut pemerintah

30
Amerika Serikat mulai mengidentifikasi ancaman terbesar terhadap keamanan

nasional negaranya yaitu senjata pemusnah massal dan aksi teroris.32 Hal ini

menggambarkan ada beberapa negara yang termasuk dalam daftar ancaman

terhadap keamanan nasional Amerika Serikat, seperti Korea Utara dengan senjata

nuklirnya yang mampu membunuh jutaan orang Amerika Serikat serta dukungan

Iran terhadap kelompok-kelompok teroris seperti Isis dan al-Qaeda yang secara

terbuka ingin menghancurkan kekuatan Amerika Serikat melalui radikalisasi

dengan ideologi kebencian mereka serta peranan aktor-aktor non-negara yang

merusak tatanan sosial melalui narkoba dan jaringan perdagangan manusia yang

mampu membunuh ribuan warga Amerika setiap tahun.

2.1.1 Terorisme

Denifisi tentang terorisme memiliki beragam arti salah satunya akan

dijelaskan oleh Sandler bahwasannya terorisme merupakan suatu tindakan yang

direncanakan atau ancaman untuk menggunakan kekerasan yang dilakukan oleh

individu atau kelompok subnasional terhadap orang-orang sipil (non combatant)

untuk memperoleh tujuan politik atau sosial melalui intimidasi dari audiensi

besar diluar para korban langsung.33Seperti yang dijelaskan oleh Sandler, ada dua

unsur pokok dalam terorisme diantaranya adalah tindakan kekerasan dan motif

politik atau sosial. Aksi teroris cenderung menggunakan tindakan-tindakan

31
kekerasan untuk menarik perhatian publik yang memiliki kepentingan politik

untuk meraih tujuannya.

Sedangkan menurut Henry Campbell Black, terorisme diartikan sebagai (a)

mengintimidasi atau memaksa penduduk sipil (b) mempengaruhi peraturan atau

kebijakan yang dikeluarkan pemerintah (c) mempengaruhi jalannya pelaksanaan

program dalam pemerintahan dengan cara pembunuhan dan

penculikan.34Selanjutnya, menurut Petrus Reinhard terorisme adalah setiap

tindakan yang melawan hukum dengan cara menebarkan teror secara meluas

kepada masyarakat dengan ancaman atau kekerasan, baik yang diorganisir

maupun tidak serta menimbulkan akibat berupa penderitaan fisik dan/ atau

psikologi dalam jangka waktu yag panjang, sehingga bisa dikategorikan sebagai

tindak kejahatan yang luar biasa (extra ordinary crime) dan kejahatan terhadap

manusia.35

Teroris merupakan tindakan kekerasan atau ancaman yang dilakukan oleh

individu atau kelompok yang terorganisir terhadap negara dan masyarakat sipil

untuk memberikan efek trauma secara psikologi dalam jangka panjang.

Realitanya, terorisme terbagi dalam beberapa bentuk seperti yang dijelaskan oleh

Wilkinson yang dikutip dari Juliet Lodge bahwa tipologi teroris ada beberapa

macam, antara lain

32
a. Terorisme epifomenal (teror dari bawah) dengan ciri-ciri tak

terencana rapi, terjadi dalam konteks perjuangan yang sengit

b. Terorisme Revolusioner (teror dari bawah) yang bertujuan revolusi

atau perubahan radikal atas sistem yang ada dengan ciri-ciri selalu

merupakan fenomena kelompok, struktur kepemimpinan, program

ideologi, konspirasi, elemen para militer

c. Terorisme subrevolusioner (teror dari bawah) yang bermotifkan

politis, menekan pemerintah untuk mengubah kebijakan atau

hukum, perang politis dengan kelompok rival, menyingkirkan

pejabat tertentu yang mempunyai ciri-ciri dilakukan oleh kelompok

kecil,bisa juga individu, sulit diprediksi, kadang sulit dibedakan

apakah psikopatologis atau criminal

d. Terorisme represif (teror dari atas atau terorisme negara) yang

bermotifkan menindas individu atau kelompok (oposisi) yang tidak

dikehendaki oleh penindas (rezim otoriter atau totaliter) dengan

cara likuidasi dengan ciri-ciri berkembang menjadi teror masa, ada

aparat teror, polisi rahasia, teknik penganiayaan, penyebaran rasa

kecurigaan dikalangan rakyat, wahana untuk paranoid pemimpin.

Adapun bentuk terorisme berdasarkan tujuan ada 4 kategori, diantaranya37:

a. Irrational Terrorism, teror motif atau tujuannya bisa dikatakan tak masuk

akal sehat, yang bisa dikategorikan dalam kategori ini misalnya salvation

(pengorbanan diri) dan madness (kegilaan)

33
b. Criminal terrorism, teror yang dilatarbelakangi motif atau tujuan

berdasarkan kepentingan kelompok, teror oleh kelompok agama atau

kepercayaan tertentu dapat dikategorikan ke dalam jenis ini. Termasuk

juga kegiatan kelompok bermotifkan balas dendam (revenge)

c. Political Terrorism, teror bermotifkan politik. Batasan mengenai political

terror sampai saat ini belum ada kesepakatan internasional yang dapat

dibakukan.

d. State terrorism. Istilah state terrorism ini semula dipergunakan PBB ketika

melihat kondisi sosial dan politik di Afrika Selatan, Israel, dan negara-

negara Eropa timur. Kekerasan negara terhadap warga negara penuh

dengan intimidasi dan berbagai penganiayaan serta ancaman lainnya

banyak dilakukan oleh oknum negara termasuk penegak hukum.38

2.1.2 Imigrasi

Dalam kurun waktu satu dekade, jumlah penduduk dunia mengalami

peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2008 jumlah penduduk dunia sebesar 6,7

miliar jiwa.39Kemudian berdasarkan Badan Statistik Amerika Serikat jumlah

penduduk dunia pada Januari 2018 mencapai 7,53 miliar jiwa. Dari jumlah

tersebut penduduk terbanyak merupakan anak berusia 0-4 tahun, yakni mencapai

662 juta jiwa atau sekitar 8,7% dari total populasi, diikuti usia 5-9 tahun dan 10-

34
14 tahun. Sementara yang berusia 100 tahun mencapai 500 ribu jiwa atau sekitar

0,01 % dari populasi.

Pertumbuhan jumlah penduduk dunia tersebut pada akhirnya

menyebabkan semakin padatnya populasi suatu negara.Bedasarkan Population

Reference Bureau, negara dengan penduduk terpadat didunia adalah China dengan

jumlah penduduk 1,394 juta jiwa. Kemudian negara dengan peringkat kedua

adalahIndia dengan populasi penduduk 1,371 juta jiwa. United States 328 juta

jiwa. Indonesia 265 juta jiwa. Brazil 209 juta jiwa. Pakistan 201 juta jiwa. Nigeria

196 juta jiwa. Bangladesh 166 juta jiwa. Rusia 147 juta jiwa. Pada tingkatan

terakhir berada pada negara Mexico dengan jumlah penduduk 131 juta jiwa.41

Gambar 2.1.2.1 Negara Dengan Tingkat Kepadatan Tertinggi Tahun 2018

(dalam juta jiwa)42

UNITED INDONESIA:
CHINA: 1,394 INDIA: 1,371 BRAZIL: 209
STATES: 328 265

BANGLADESH:
PAKISTAN: 201 NIGERIA: 196 RUSSIA: 147 MEXICO: 131
166

Pertambahan jumlah penduduk dibeberapa negara yg semakin pesat

tersebut memicumunculnya gelombang imigrasi diberbagai negara.Gambar

2.1.2.1menunjukkan datanegara yang merupakan negara tujuan imigrasi di

Pertambahan jumlah penduduk dibeberapa negara yg semakin pesat

tersebut memicumunculnya gelombang imigrasi diberbagai negara.

40
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Amerika Serikat merupakan negara yang sudah meratifikasi Konvensi

Jenewa tahun 1951 tentang Status Pengungsi, maka sudah menjadi

kewajibannya untuk mematuhi seluruh aturan yang ada di dalam instrumen

internasional tersebut. Dalam hal ini maka Amerika Serikat seharusnya

menerapkan seluruh isi dari Konvensi Jenewa tahun 1951 tentang Status

Pengungsi tersebut termasuk prinsip Non-Diskriminasi yang terdapat di dalam

Pasal 3 Konvensi Jenewa tahun 1951 tentang Status Pengungsi. Namun

Amerika Serikat mengeluarkan kebijakan Moslem Ban Policy ini yaitu

Amerika melakukan penolakan terhadap para imigran yang didalmnya

termasuk para pengungsi dari beberapa negara tertentu yang mayoritas

penduduknya adalah pemeluk Agama islam (moslem). Amerika Serikat

melalui Donald Trump selaku kepala negara, melanggar ketentuan yang ada di

dalam Pasal 3 Konvensi Jenewa tahun 1951 tentang Status Pengungsi

mengenai Non-Diskriminasi karena melakukan pembedaan perlakuan

terhadap pengungsi dari segi agama maupun bangsa. Dalam segi agama ini

terlihat adanya ketimpangan perlakuan Amerika dalam menerima pengungsi

beragama Islam dengan pengungsi Kristiani, dimana pengungsi Kristiani dari

negara yang dilarang oleh Amerika memiliki akses yang lebih leluasa untuk

masuk ke Amerika Serikat

40
53

dibandingkan dengan pengungsi Muslim. Dalam dimensi bangsa hal ini

terlihat dengan jelas bahwasanya Amerika Serikat menolak pengungsi dari

beberapa negara seperi Iran dan Suriah, sedangkan menerima pengungsi dari

negara- negara lain seperti Kongo, Birma, dan Ukraina. Maka sudah jelas

bahwa apa yang dilakukan Donald Trump untuk menolak pengungsi yang

berasal dari beberapa negara tertentu yang mayoritas penduduknya beragama

muslim merupakan hal yang bertentangan dengan ketentuan yang ada di

dalam Pasal 3 Konvensi Jenewa tahun 1951 tentang Status Pengungsi.

Walaupun Donald Trump mengeluarkan beberapa opini politisnya mengenai

hal ini, namun tetap saja Hukum baik Hukum Internasional maupun Hukum

Nasional merupakan garis batas untuk segala kebijakan yang akan diambil dan

sangat disayangkan Amerika telah menyimpangi Hukum yang ada demi

terpenuhinya Idealisme penguasa yang sekarang menjabat disana, tentunya

Hukum yang dimaksud secara khusus disini adalah Konvensi Jenewa 1951

tentang status pengungsi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka penulis mengajukan

saran sebagai berikut:

1. Sebagai masyarakat internasional, seharusnya negara mentaati

perjanjian internasional tersebut dengan itikad baik. Karena

bagaimanapun juga, perjanjian internasional tersebut sudah diratifikasi

oleh negara yang bersangkutan.

40
54

2. Seharusnya sebagai negara yang besar dan berpengaruh Amerika

Serikat memberikan contoh nyata bagaimana seharusnya negara-

negara bertindak dalam mengatasi permasalahan yang timbul dengan

mendasarkan pada prinsip-prinsip yang telah ada dan dianggap sebagai

hal yang baik oleh seluruh dunia.

3. Sebaiknya dibuatkan mekanisme sanksi yang jelas dan dapat ditegakkan

bagi pelanggar Konvensi Internasional, dalam hal ini sebagai

pelanggaran terhadap Konvensi Jenewa 1951 tentang Status Pengungsi

maka badan PBB seperti UNHCR dapat memiliki andil dalam

pemberian sanksi. Tentu saja mekanisme sanksi juga harus dituangkan

dalam sebuah konvensi ataupun sebagai tambahan dalam konvensi-

konvensi yang sudah ada.

40
DAFTAR PUSTAKA.
BUKU:
Dedi Supriyadi, 2013, Hukum Internasional (dari Konsepsi Sampai Aplikasi),
Penerbit CV Pustaka Setia, Bandung.
Eddy Pratomo, 2011, Hukum Perjanjian Internasional Pengertian, Status Hukum dan
Ratifikasi, Penerbit P.T. Alumni, Bandung, hlm 46
Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar, 2006, Hukum Internasional Kontemporer,
Penerbit PT Refika Aditama, Bandung.
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, 2013, Pengantar Hukum Internasional,
Penerbit P.T. Alumni, Bandung.
Sefriani, 2017, Hukum Internasional: Suatu Pengantar, Penerbit PT Rajagrafindo Persada,
Depok.

Sjaafroedin Bahar dkk, Pendidikan Pendahuluan Bela Negara Tahap Lanjutan


(Jakarta: Intermedia, 1994), hal. 68.
Sulaiman Hamid, 2002, Lembaga Suaka Dalam Hukum Internasional, Penerbit PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Sumaryo Suryokusumo, 2007, Studi Kasus Hukum Internasional, PT. Tatanusa,
Jakarta, Hal. 186
UNHCR, 2005, Pengenalan Tentang Perlindungan Internasional, Penerbit UNHCR,
Geneva.
Wagiman, 2012, Hukum Pengungsi Internasional, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta.
JURNAL:
Adityo Darmawan Sudagung, 2017, Sekuritisasi Donald Trump Terhadap Isu
Migrasi dan Perbatasan, Universitas Tanjungpura Pontianak, hlm 6
Annisa Rizka A. Peran Fox News dalam Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat
Terkait Pembatasan Akses Masuk Enam Negara Muslim Dunia
di Era Donald Trump,
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/42804,
Budyanto, Kebijakan Donald Trump Melarang Masuknya Pengungsi Ke Amerika
Serikat Ditinjau dari Konvensi 1951 dan Protokol 1967 Tentang Status
Pengungsi, https://jurnal.usu.ac.id/index.php/jil/article/download/18399/pdf,

55

40
56

Erika Feller, International Refugee Protection 50 years on: The Protection


Challenges of the Past, Present and Future, ICRC, September 2001, Vol. 83,
No. 843, h. 594
Jawahir Thontowi, Kebijakan Presiden Trump dan Respon Masyarakatnya terhadap
Larangan Muslim Arab Tinggal di Amerika Serikat, Jurnal JH Ius Quia
Iustum, Vol-24/No-3/Juli/2017, Universitas Islam Indonesia, hlm. 378-379.
Justinar Jun, Prinsip Non-Refoulement Dan Penerapannya Di Indonesia,
https://pustakahpi.kemlu.go.id/app/Volume%203,%20September-
Desember%202011_18_23.PDF
Kusnanto Anggoro, “Keamanan Nasional, Pertahanan Negara dan Ketertiban
Umum”, makalah pembanding dalam Seminar Pembangunan Hukum
Nasional VIII yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional,
Departemen Kehakiman dan HAM RI, Hotel Kartika Plaza, Denpasar, Bali,
14 Jull 2003.
Myron Weiner, “Global Movement, Global Walls: responses to migration, 1885-
1925”, dalam Gung Wu., ed., Global History and Migration (Oxford:
Westview Press, 1997), hal. 131.
Okvi Juliana. Personalitas Donald Trump dan Pengaruhnya Terhadap Kebijakan
Pelarangan Imigran Muslim ke Amerika Serikat,
http://eprints.umm.ac.id/42740/
Reza Fachrurrahman, 2016, “Prinsip Non-Refoulement Terhadap Pengungsi Di
Indonesia Sebagai Negara Yang Bukan Merupakan Peserta Konvensi Genewa
tahun 1951 Mengenai Status Pengungsi”, JOM Fakultas Hukum Volume III
No. 2 Oktober 2016.
Sarwo Rini Niken. 2018. Analisis Implementasi Prinsip Non-Diskriminasi dalam
Peraturan Daerah di Bidang Pendidikan dan Kesehatan. Jurnal HAM Vol. 9
No. 1, hlm 25.
Sigit Riyanto, Prinsip Non-Refoulement dan Relevansinya dalam Sistem Hukum
Internasional, Jurnal UGM, hlm 8.
Wahyono, Keamanan Nasional dalam Perspektif Baru. Jurnal UGM, hlm 19.
Winner Nabilla Jatyputri, Penerapan Prinsip Non-Discrimination Bagi Pengungsi
Rohingya di Indonesia, adln Perpustakaan Universitas Airlangga, hlm 45.

40
57

UNHCR, Refugee Protection: A Guide to International Refugee Law, December


2001.
United Nations High Commissioner for Refugees, Konvensi dan Protokol Mengenai
Status Pengungsi, hlm. 11, https://www.unhcr.org/id/wp-
content/uploads/sites/42/2017/05/KonfensidanProtokol.pdf,
UNHCR, 2005, Pengenalan Tentang Perlindungan Internasional, Penerbit UNHCR,
Geneva.
INTERNET:
Ama Fara, Tahun 2019 Amerika Serikat Hanya Terima 30.000 Pengungsi,
https://www.hidayatullah.com/berita/internasional/read/2018/09/18/150772/ta
hun-2019-amerika-serikat-hanya-terima-30-000-pengungsi.html.
Dengan 1 dari 113 Orang Yang Terkena Dampaknya, Perpindahan Terpaksa
Mencapai Rekor Tertinggi, https://www.unhcr.org/id/wp-
content/uploads/sites/42/2017/05/wrdreleasebhs16.pdf.
Jack Godman, Mengapa Trump Larang Warga Tujuh Negara Masuk Ke
Amerika Serikat?, https://www.bbc.com/indonesia/dunia-38808189.
Memahami Diskriminasi, http://mitrahukum.org/wp-
content/uploads/2012/09/Memahami-Diskriminasi.pdf
Pengungsi, http://jrs.or.id/refugee/, diakses tanggal 16 maret 2019
United Nations High Commissioner for Refugees, Konvensi dan Protokol Mengenai
Status Pengungsi, hlm. 13, https://www.unhcr.org/id/wp-
content/uploads/sites/42/2017/05/KonfensidanProtokol.pdf,
Yulistyo Pratomo, PBB Kutuk Trump Larang Pengungsi Dari 7 Negara Islam
Datang Ke AS, https://www.merdeka.com/dunia/pbb-kutuk-trump-larang-
pengungsi-dari-7-negara-islam-datang-ke-as.html.
https://www.voaindonesia.com/a/imigrasi-jadi-fokus-kampanye-pilpres-as-
2016/3167156.html,
https://www.hidayatullah.com/berita/internasional/read/2017/01/29/110629/isi-
perintah-trump-yang-melarang-pengungsi-dan-warga-7-negara-mayoritas-
muslim-masuk-ke-amerika.html.
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-40453147.

40
58

https://news.detik.com/internasional/d-3407888/ini-7-negara-muslim-yang-
warganya- dilarang-trump-masuk-ke-as,
https://internasional.kompas.com/read/2015/12/16/11060781/
Obama.Imigran.dan.Pengungsi.
Hidupkan.Amerika,
https://www.voaindonesia.com/a/pemimpin-asing-dukung-larangan-imigrasi
trump/3704585.html.

https://kbbi.web.id/ras-2

https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/09/pengertian-ras-jenis-jenis-ras-klasifikasi-
contoh.html.

https://kbbi.web.id/agama.

https://kbbi.web.id/bangsa.

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20160705091622-120-143073/
diincar teroris-umat-islam-dunia-harus-lepas-dari-as-rusia.

Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 8 Tahun 2007,
tentang Ketertiban Umum Pasal 1 ayat 5.

55
8

Anda mungkin juga menyukai