Anda di halaman 1dari 9

Kebijakan War On Terror Amerika Serikat Dalam Menghadapi

Terorisme

1. Pendahuluan

Setelah Amerika Serikat memenangkan Perang Dingin, Amerika Serikat


menjadi negara superpower yang mengalami kesejahtraan dalam sektor keamanan,
ekonomi, dan kedaulatan. Sebagai negara yang memenangi Perang, Amerika Serikat
mendapatkan begitu banyak peluang untuk membawa perdamaian di dunia
internasional. Namun, pada tanggal 11 September 2001, serangan yang dilakukan
oleh kelompok terorisme terjadi di Amerika Serikat. Serangan terorisme ini dilakukan
oleh organisasi terorisme Al-Qaeda terhadap gedung World Trade Center yang ada di
Amerika Serikat. Serangan terorisme ini merupakan pukulan yang serius bagi
Amerika Serikat mengingat bahwa negara tersebut merupakan negara superpower
yang memiliki tingkat keamanan tertinggi di dunia. Serangan ini dilakukan oleh Al-
Qaeda dengan membajak empat pesawat terbang dan menabraknya ke gedung
kembar World Trade Center. Serangan terorisme yang terjadi di Amerika Serikat ini
mengakibatkan sekitar 3000 korban jiwa, sehingga Presiden Amerika Serikat George
W. Bush tidak akan diam saja melihat serangan ini. Bush kemudian mengemukakan
kebijakan war on terrorism sebagai langkah pertama bahwa Amerika Serikat
merupakan negara yang akan memimpin perang melawan terorisme global.

War On Terrorism merupakan kebijakan Amerika Serikat sebagai pertanda


bahwa Amerika Serikat telah mendeklarasikan perang kepada teroris di seluruh dunia.
Pengaruh dan dampak yang ditimbulkan oleh war on terrorism sangatlah besar dan
mampu menyaingi pengaruh dari Perang Dingin itu sendiri. Sebagian besar perang
militer melawan teroris dilakukan di kawasan Timur Tengah seperti Afghanistan,
Irak, dan Yaman. War on terrorism ini juga memengaruhi kebijakan negara-negara di
dunia dikarenakan pidato dari Bush yang menyatakan bahwa Amerika akan
menganggap bahwa negara yang tidak mendukung Amerika Serikat dalam kebijakan
war on terrorism akan dianggap sebagai pendukung dari teroris itu sendiri. Selain itu,
Amerika Serikat juga tidak akan membedakan antara pelaku dan pendukung
terorisme. Hal ini membuat negara-negara di dunia mendukung kebijakan Amerika
Serikat dalam perangnya menghadapi terorisme. Tujuan dari ditulisnya paper ini ialah
untuk memberikan analisis mengenai kebijakan-kebijakan yang diimplementasikan
oleh Amerika Serikat di era war on terror sehingga kebijakan-kebijakan tersebut
memengaruhi kebijakan internasional.

2. Studi Literatur

Salah satu jurnal yang berjudul “Global Security After the War on Terror”
menjelaskan bahwa 4 bulan setelah Presiden Amerika Serikat George W. Bush
mendeklarasikan war on terror, sebagian besar organisasi Al-Qaeda telah dihancurkan
oleh Amerika Serikat. Namun, Amerika Serikat tidak akan berhenti sampai di
kehancuran Al-Qaeda saja. Amerika Serikat akan melanjutkan kebijakan war on
terror dengan tujuan untuk memusnahkan organisasi teroris yang ada di dunia.
Amerika Serikat juga berencana untuk terus melakukan perang dengan negara-negara
yang dianggap sebagai pendukung terorisme dan berpotensi dapat mengganggu
kedamaian dunia. Negara-negara tersebut ialah Korea Utara, Iran, dan Irak. Alasan
mengapa ketiga negara tersebut dianggap sebagai ancaman bagi keamanan dunia
ialah karena ketiga negara tersebut memiliki senjata nuklir dapat memberi bencana
apabila nuklir tersebut digunakan sebagai senjata perang. Apabila suatu organisasi
teroris di dunia dapat memiliki senjata nuklir tersebut, maka organisasi teroris
tersebut dapat menggunakan senjata nuklir untuk menjalankan operasi terorisnya.
Apabila hal tersebut benar-benar terjadi, maka tidak dapat diragukan lagi bahwa
kehancuran yang dapat ditimbulkan oleh organisasi teroris tersebut sangatlah besar.
Alasan lain mengapa war on terror terus dilanjutkan oleh Amerika Serikat
ialah Amerika ingin memusnahkan organisasi terorisme di kawasan Timur Tengah.
Apabila Amerika Serikat berhasil memusnahkan organisasi teroris di kawasan
tersebut, maka Amerika Serikat dapat menggunakan pengaruhnya untuk mengubah
perdagangan kawasan Timur Tengah menjadi perdagangan yang menjunjung tinggi
demokrasi. Langkah ini tentunya dapat mengubah tatanan kawasan Timur Tengah
menjadi kawasan yang menganut sistem demokrasi sehingga Amerika Serikat
mendapatkan wilayah baru yang bersifat pro-demokrasi.

Jurnal ini juga mengemukakan pendapat bahwa salah satu faktor yang
mendorong Amerika Serikat begitu berniat untuk melakukan perang dengan
organisasi terorisme ialah untuk mengingatkan kepada dunia bahwa Amerika Serikat
merupakan negara superpower yang memiliki pengaruh yang besar di lapangan dunia
internasional. Setelah Amerika Serikat memenangkan Perang Dingin, Amerika
Serikat menjadi lebih lembut dan tidak memanfaatkan peluang-peluang yang muncul
akibat kemenangannya dengan baik. Presiden George W. Bush berpendapat bahwa
Amerika Serikat memiliki peran yang penting sebagai figur yang memimpin dunia
internasional. Di dalam Pidatonya, Bush menyatakan pendapatnya bahwa setelah
memenangkan Perang Dingin, tidak ada lagi tantangan yang besar bagi Amerika
Serikat, sehingga kemampuan dan esensi Amerika Serikat mengalami penurunan
performa. Bush percaya bahwa Amerika Serikat perlu menciptakan kekuatan militer
yang kuat dan siap untuk menghadapi segala tantangan, dan mendeklarasikan
kebijakan luar negeri secara berani ke lapangan dunia internasional. Setelah terpilinya
George W. Bush sebagai Presiden Amerika Serikat pada tahun 2000 lalu, Bush terus
berupaya untuk menggunakan kekuatannya untuk menjadikan gambaran Amerika
Serikat sebagai negara terkuat di dunia. Serangan teroris yang juga dikenal sebagai
tragedi 9/11 ini mengejutkan dan menjatuhkan nama Amerika Serikat di panggung
dunia internasional. Pada saat terjadinya aksi terorisme, Amerika Serikat merupakan
negara yang memiliki keamanan tertinggi di dunia. Serangan teroris di gedung World
Trade Center (WTC) ini tentunya menjatuhkan citra Amerika Serikat sebagai negara
yang memiliki keamanan tertinggi di dunia, sehingga Bush bertekad untuk
memusnahkan mereka yang merencanakan serangan teroris di gedung WTC ini.

Jurnal ini menjelaskan dengan baik mengenai faktor-faktor yang mendorong


Amerika Serikat dalam implementasi war on terror. Selain dikarenakan Amerika
Serikat tidak terima atas serangan terorisme yang terjadi di kawasannya, Amerika
Serikat juga memiliki kepentingan negara yang harus diimplementasikan di kebijakan
luar negerinya. Dengan mengimplementasikan war on terror, Amerika Serikat
berupaya untuk memusnahkan organisasi teroris yang ada di dunia sehingga tidak ada
faktor yang mengancam kedamaian dunia. Namun, disisi lain war on terror juga
merupakan salah satu langkah bagi Amerika Serikat untuk menyebarkan pengaruh
demokrasi di kawasan Timur Tengah. Apabila Amerika Serikat berhasil mengubah
aliran negara-negara Timur Tengah menjadi aliran demokrasi, maka akan lebih
mudah bagi Amerika Serikat untuk memenuhi kepentingan-kepentingan lainnya.

3. Teori

Dalam kesempatan kali ini, penulis menggunakan teori interdependensi


kompleks untuk menganalisis kebijakan war on terrorism yang terjadi di Timur
Tengah. Teori interdependensi kompleks merupakan teori yang percaya bahwa di
dunia internasional, ada satu negara dominan yang memiliki kekuasaan dan
wewenang yang lebih tinggi dibanding negara lain. Teori ini juga percaya bahwa
tekanan dan paksaan merupakan strategi kebijakan yang dapat merealisasikan
kepentingan suatu negara apabila negara tersebut memiliki kekuatan yang cukup. Di
dalam pembahasan kali ini, negara yang dianggap dominan yang memiliki kekuasaan
yang lebih tinggi ialah Amerika Serikat dikarenakan kekuasaan dan kekuatan
Amerika Serikat mampu memberi tekanan dan memaksa negara-negara lain untuk
memilih pihak Amerika Serikat atau melawan Amerika Serikat.

4. Pembahasan
Kebijakan war on terrorism yang diimplementasikan oleh Amerika Serikat
memberi pengaruh yang besar terhadap kebijakan-kebijakan luar negeri negara-
negara di dunia. Presiden Amerika Serikat George W. Bush menantang semua negara
di dunia untuk mengambil pihak, antara mendukung Amerika Serikat dalam
memusnahkan organisasi terorisme di dunia, atau menentang kebijakan Amerika
Serikat dan dianggap sebagai pendukung organisasi terorisme. Setelah Taliban
menolak untuk mengusir Osama Bin Laden, Amerika Serikat memaksa negara-negara
di dunia seperti Pakistan, India, Cina, Rusia, dan negara-negara Timur Tengah untuk
mengambil pihak. Hal ini tentunya membuktikan bahwa kebijakan luar negeri
Amerika Serikat mampu memengaruhi kebijakan luar negeri di negara lainnya.
Sebagai negara superpower yang memenangkan Perang Dingin, pendapat dari
Amerika Serikat tentunya memiliki nilai tersndiri yang berbeda apabila dibandingkan
dengan negara-negara lainnya. Kekuatan militer dan kesejahtraan ekonomi Amerika
Serikat lah yang berhasil mendorong negara-negara di dunia untuk memilih pihak.

Kebijakan war on terror Amerika Serikat dalam melawan terorisme


mendapatkan kritik yang tidak baik dari kaum muslimin. Memang, kaum muslimin
tidak mendukung serangan terorisme Al-Qaeda yang terjadi pada tragedi 9/11. Kaum
muslimin juga tidak menyukai gambaran muslim yang ditampilkan oleh Al-Qaeda
dikarenakan gambaran tersebut dianggap menodai citra kaum muslimin. Namun,
serangan Amerika Serikat terhadap Afghanistan yang sangat brutal merupakan faktor
utama yang menyebabkan penduduk muslim percaya bahwa kepentingan Amerika
Serikat dalam kebijakan war on terrorism bukanlah untuk memusnahkan teroris,
melainkan untuk memusnahkan umat Islam. Hal ini dikarenakan meskipun
Afghanistan merupakan negara yang menyembunyikan lokasi Osama Bin Laden yang
dianggap sebagai perencana dari serangan 9/11, Afghanistan itu sendiri merupakan
negara muslim, sedangkan serangan yang diluncurkan kepada Afghanistan, meskipun
ditujukan kepada organisasi terorisme, tidak bisa dipungkiri faktanya bahwa serangan
Amerika Serikat juga melukai masyarakat muslim yang tidak bersalah. Hal ini
menyebabkan negara-negara yang memiliki penduduk muslim yang besar seperti
Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina keberatan untuk memberikan dukungan
terhadap kebijakan war on terrorism ini. Berdasarkan pendapat muslim yang tidak
menyetujui kebijakan war on terrorism ini, penulis mendapat pengetahuan bahwa
Amerika Serikat mampu memengaruhi pendapat masyarakat di dunia. Hal ini
dikarenakan Amerika Serikat secara tidak langsung mengecewakan penduduk muslim
akibat dari kebijakan war on terrorism yang juga membunuh masyarakat muslim yang
tidak bersalah. Teori interdependensi kompleks dapat dilihat di contoh ini bahwa
Amerika Serikat mampu memengaruhi sudut pandang dunia dengan menggunakan
paksaan sebagai instrumen yang efektif.

War on terror merupakan kebijakan Amerika Serikat untuk melawan


organisasi terorisme yang ada di dunia. Walaupun fokus dari kebijakan ini ialah untuk
memusnahkan Al-Qaeda dan memusnahkan Osama Bin Laden, tidak semua negara
yang ada di dunia setuju dengan keputusan Amerika Serikat untuk melakukan perang
dengan terorisme. Perbedaan pendapat tersebut didasari oleh dampak-dampak yang
ditimbulkan akibat dari implementasi kebijakan war on terror, baik dampak negatif
maupun positif. Adapun dampak negatif akibat dari war on terror diantaranya ialah:
Pertama, perang yang dilakukan antara Amerika Serikat dengan organisasi terorisme
tidak dapat menyelesaikan permasalahan wilayah yang ada di kawasan Palestina-
Israel. Hal ini menyebabkan penduduk muslim kurang mendukung kebijakan dari war
on terror. Kedua, pertarungan antara Amerika Serikat dan Irak yang tidak kunjung
berhenti tidak terbukti efektif dalam menjatuhkan pemerintahan Saddam Hussein,
sementara masyarakat Irak yang tidak bermasalah juga ikut terluka akibat dari
kebijakan war on terrorism. Ketiga, kurangnya dukungan dari negara-negara Timur
Tengah yang secara langsung menghambat implementasi war on terror. Adapun
faktor-faktor positif yang muncul akibat dari war on terror diantaranya ialah:
Pertama, kebijakan war on terror mengumpulkan kerjasama internasional untuk
menghadapi konflik di Timur Tengah. Kerjasama yang dibentuk oleh Amerika
Serikat ini memiliki konsep yang sama dengan Amerika Serikat, yaitu demokrasi dan
liberalisme, sehingga kerjasama ini tentunya merupakan dampak yang positif bagi
Amerika Serikat. Kedua, kemenangan Amerika Serikat atas pertarungannya dengan
Afghanistan yang dilakukan secara adil dan cepat secara langsung membuktikan pada
dunia bahwa Amerika Serikat merupakan negara yang memiliki kekuatan militer
yang tinggi. Hal ini secara tidak langsung memberi pesan kepada masyarakat dunia
bahwa Amerika Serikat tidak segan untuk memanfaatkan kekuatan militernya yang
sangat kuat untuk memenuhi kepentingan nasionalnya. Hal ini tentunya merupakan
dampak positif tersendiri bagi Amerika Serikat. Ketiga, dengan memusnahkan
organisasi terorisme, Amerika Serikat berhasil menghilangkan paham radikal yang
dipercaya oleh organisasi teroris dan menggantinya dengan paham demokrasi dan
liberalisme. Hal ini tentunya merupakan keuntungan bagi Amerika Serikat,
dikarenakan Amerika Serikat merupakan negara hegemoni yang memiliki
kepentingan untuk mempertahankan kekuatan hegemoninya di panggung
internasional. Dengan memastikan bahwa sebagian masyarakat di dunia memegang
paham liberalisme, maka hal tersebut akan meminimalisir potensi terjadinya serangan
yang diarahkan kepada Amerika Serikat.

5. Kesimpulan

War on terrorism merupakan kebijakan Amerika Serikat yang dilatar


belakangi oleh serangan terorisme yang dilakukan pada tanggal 11 September 2001 di
gedung WTC (World Trade Center). Sebagai negara superpower yang memegang hak
hegemoni di panggung dunia internasional, Presiden Amerika Serikat George W.
Bush tidak mengapresiasi serangan dari teroris ini dan mendeklarasikan perang
terhadap seluruh organisasi terorisme di dunia. Salah satu pendorong yang
menyebabkan Amerika Serikat begitu antusias dalam implementasi war on terrorism
ialah sejak Amerika Serikat memenangkan Perang Dingin, Amerika Serikat dianggap
menjadi lebih lembut bagi petinggi-petinggi politik negara tersebut. War on terrorism
merupakan kesempatan yang tepat untuk kembali menunjukan kepada dunia bahwa
Amerika Serikat merupakan negara superpower yang tidak akan diam saja
mengetahui sebuah organisasi teroris menyerang gedung WTC yang ada di Amerika
Serikat.

Dengan mengimplementasikan kebijakan war on terror, Amerika Serikat


berhasil memengaruhi negara-negara di dunia dan memaksa mereka untuk memilih
pihak, antara pihak Amerika Serikat yang akan memusnahkan terorisme, dan pihak
yang tidak mendukung misi Amerika Serikat yang secara langsung akan dianggap
sebagai dukungan terhadap tindakan terorisme itu sendiri. Serangan Amerika Serikat
terhadap Afghanistan yang dilakukan secara kejam juga menuai kritik yang tidak baik
dari masyarakat muslim di dunia. Sebagian masyarakat muslim percaya bahwa
Amerika Serikat memiliki kepentingan tersendiri untuk memusnahkan masyarakat
muslim di dunia. Hal ini dikarenakan masyarakat Afghanistan yang mayoritasnya
muslim tetap mendapatkan serangan dari Amerika Serikat walaupun masyarakat
tersebut tidak bersalah. Kebijakan war on terror ini telah melahirkan berbagai dampak
negatif yang dirasakan oleh dunia. Namun, kebijakan ini juga memiliki dampak yang
positif. Dengan mengimplementasikan kebijakan war on terror, Amerika Serikat
dapat menyatukan negara-negara di dunia untuk bekerjasama, memusnahkan
terorisme di Afghanistan, dan menghilangkan paham radikal yang dipercaya sebagai
akar dari kemunculan terorisme.

(Drew, 2020)

(Jackson)

(Rogers, 2009)

(Jones)

(Washingtonpost Editor, 2001)


(Fanani, 2011)

(Jabber, 2001)

(Gardner, 2021)

(Gardner, Will the 'War on Terror' ever end?, 2020)

(Paul B. Stares)

(Milavonic)

Anda mungkin juga menyukai