Anda di halaman 1dari 4

PELATIHAN JURNALISTIK MAHASISWA

TINGKAT DASAR
LPM SUAKA

RISWAN TAUFIK MASDIANA


RESENSI

Judul : Demokrasi; Ekspor Amerika Paling Mematikan


Judul Asli : Americas Deadliest Export Democracy: The Truth About Us Foreign
Policy and Everything Else
Pengarang : Willam Blum
Penerjemah : Yendi Amalia & Yasmin Purba
Penyunting : Sigit Giri Wibowo
Tahun : 2013
Penerbit : Bentang Pustaka, Yogyakarta
Tebal : 460 halaman
ISBN : 978-602-7888-09-8

Ditulis oleh William Blum, seorang pakar anti-mainstream yang meninggalkan


tugasnya di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS) pada 1967 karena
berseberangan dengan kebijakan AS di Vietnam. Ia mengingatkan, Amerika bukanlah
seperti yang banyak orang sangka. Untuk memahami kebijakan luar negeri AS, orang
harus memahami prinsip bahwa AS berupaya mendominasi dunia, dan untuk tujuan ini,
Amerika akan menempuh jalan apa saja yang diperlukan. Ia kemudian mengungkap
angka, bagaimana dominasi Amerika itu berlangsung. Sejak berakhirnya Perang Dunia
II, Amerika telah: Berupaya keras untuk menggulingkan lebih dari 50 pemerintahan di
luar negeri yang dipilih secara demokratis. Secara kotor, ikut campur tangan dalam
pemilu di lebih dari 30 negara Mencoba membunuh lebih dari 50 orang pemimpin
negara-negara asing Mengebom penduduk di lebih dari 30 negara.Mencoba untuk
menekan gerakan rakyat atau nasionalis di 20 negara. Tujuh puluh negara (lebih dari
sepertiga jumlah negara di dunia), di dalam proses tersebut, AS telah mencabut nyawa
beberapa juta orang, membuat jutaan orang lainnya hidup dalam kepedihan dan
penderitaan, dan bertanggung jawab terhadap penyiksaan yang dilakukan atas ribuan
orang lainnya.
Slogan dan ungkapan Amerika dapat diasosiasikan dengan rezim Nazi Jerman.
Kalau Nazi menggunakan slogan Jerman di atas segalanya maka Amerika pun
menggunakan hal yang sama Di atas segalanya. Amerika ingin mendominasi dunia.
Ambisi Washington itu, lanjutnya, bukan didorong oleh tujuan untuk membangun
demokrasi yang mendalam ataupun kebebasan, dunia yang lebih adil, menghentikan
kemiskinan atau kekerasan, atau planet yang lebih layak dihuni, melainkan lebih karena
ekonomi dan ideologi. Bagi kekuatan elite Amerika, salah satu tujuan abadi dan paling
inti dari kebijakan luar negeri adalah mencegah bangkitnya masyarakat apa pun yang
mungkin dapat menjadi contoh yang baik bagi suatu alternatif di luar model kapitalis.

Untuk kepentingan itu, tidak ada hal yang lebih mereka sukai selain
menciptakan ulang dunia sesuai dengan imaji Amerika, dengan perusahaan bebas,
individualisme, apa yang disebut dengan nilai-nilai Yahudi-Kristen, dan hal-hal lain
yang mereka sebut sebagai demokrasi sebagai unsur utamanya. Amerika tidak peduli
dengan apa yang disebut dengan demokrasi, sesering apapun Presiden Amerika
Serikat menggunakan kata tersebut setiap kali membuka mulutnya. Yang mereka
pikirkan adalah memastikan negara sasaran tersebut memiliki mekanisme-mekanisme
politik, keuangan, serta hukum yang sesuai dan ramah terhadap globalisasi korporasi.
Indonesia sendiri pernah, bahkan sedang, menjadi negara sasaran kebijakan luar
negeri AS, yang diisitilahkan oleh Blum sebagai kebijakan yang tidak pernah punya
maksud baik. Pada dekade 1960-an jutaan manusia Indonesia dibantai atas nama perang
terhadap komunisme yang didukung oleh AS. Pada akhirnya, pemerintah Orde Baru
harus membuka lebar akses perusahaan multi-nasional AS atas kekayaan sumber daya
alam Indonesia. Bahkan saat ini mekanisme politik, hukum, dan keuangan Indonesia
lebih ramah terhadap kapitalisme global daripada rakyatnya. Proyek-proyek
pembangunan dan ekploitasi alam berskala besar di Indonesia berada dalam kendali
korporasi global dan meninggalkan rakyat dalam kesengsaraan.

Dalam buku ini Blum mengupas dengan lugas kebijakan-kebijakan AS yang


tidak hanya merugikan negara lain namun juga bagi warga AS sendiri. Sayangnya,
Blum tidak banyak mengupas mengenai intervensi lain AS ke negara lain selain
menggunakan kebijakan luar negeri. Padalal gelombang demokratisasi pasca Perang
Dunia II juga melibatkan aktor-aktor non-pemerintah, misalnya lembaga-lembaga sosial
kemasyarakatan. Dengan mengatasnamakan demokrasi lembaga-lembaga ini mengacak-
acak kearifan lokal dan menciptakan sel-sel baru yang menjadi agen demokrasi ala AS.

Demokrasi adalah hal yang indah, kecuali jika orang brengsek manapun boleh
memilih ungkap Blum dalam buku ini. Kenyataannnya memang tidak ada sistem
politik yang tanpa kesalahan di dunia ini, termasuk demokrasi. Kesalahan ini
dimanfaatkan dengan baik oleh segolongan kecil masyarakat; The 1%. Mereka adalah
golongan yang memiliki lobi yang kuat di eksekutif maupun legislatif. Mereka adalah
para pemilik modal besar. Segegap gempita apapun rakyat mencoblos di bilik suara
pemilu pada akhirnya si 1% inilah yang memegang kendali kebijakan. Dengan kata lain
mekanisme elektoral tidak akan pernah bisa memperbaiki kesalahan ini.

Anda mungkin juga menyukai