Anda di halaman 1dari 2

Perang Rusia Ukraina telah memakan korban ribuan jiwa.

Apakah intervensi dengan


mengatasnamakan kemanusiaan diperlukan di dalam perang tersebut sehingga potensi
jatuhnya korban yang lebih banyak bisa dihindari? Jelaskan jawaban anda dari perspektif
Liberal!
Menurut perspektif liberal, perdamaian adalah situasi normal. Hal ini didasarkan
pada pemikiran bahwa manusia adalah makhluk yang rasional, sehingga setiap individu
akan memilih pilihan yang lebih banyak membawa keuntungan (materialistik) daripada
kerugian. Sedangkan dalam situasi perang, masyarakat sipil tentunya mendapat lebih
banyak kerugian. Secara alamiah manusia suka dan menginginkan kondisi damai. Oleh
karena itu, salah satu resep yang diberikan liberal untuk mencegah terjadinya perang
adalah membuat negara-negara di dunia untuk menganut ideologi demokrasi. Menurut
pemikiran liberal, perang tidak akan terjadi di negara yang demokratis karena segala hal
harus terjadi atas persetujuan rakyat, sementara rakyat yang rasional tidak akan
menginginkan adanya perang. Agar tercapai perdamaian yang “perpetual” seperti yang
dikatakan oleh Immanuel Kant, demokrasi harus ditegakkan di seluruh negara melalui
intervensi ke negara lain.
Sementara itu, dalam konteks perang Rusia dan Ukraina, pelanggaran hak asasi
manusia dan penggunaan kekerasan oleh pihak-pihak yang terlibat telah terjadi dan
menimbulkan jatuhnya banyak korban. Menurut pemikiran liberal, kebebasan dan hak
asasi manusia menjadi prioritas, sehingga intervensi dengan mengatasnamakan
kemanusiaan sanagt diperlukan. Liberalisme menganggap bahwa setiap manusia memiliki
kebebasan dan hak-hak penuh atas keberlangsungan hidupnya masing-masing. Sehingga
dalam situasi perang, liberal memandang kekuatan militer hanya sebagai upaya terakhir
jika semua cara damai telah dilakukan dan terbukti tidak berhasil. Dalam perspektif
liberalisme terdapat teori liberal internasionalism yang membahas mengenai cara terbaik
untuk menyelesaikan konflik antar negara. Daripada menggunakan kekuatan militer atau
kekerasan yang dapat menimbulkan jatuhnya banyak korban, liberal menawarkan cara
persuasif yakni diplomasi dan multilateralisme. Untuk dapat menerapkan pinsip-prinsip
tersebut perlu adanya intervensi (liberal interventionalism) dari negara lain, misalnya
intervensi negara ketiga untuk menjadi mediator dalam proses diplomasi dan negosiasi
antara Rusia dan Ukraina. Proses persuasif berupa diplomasi tersebut tentunya dapat
meminimalisir potensi jatuhnya korban ketimbang penyelesaian masalah dengan
menggunakan kekuatan militer atau kekerasan.
Apakah keberadaan organisasi seperti PBB bisa menciptakan perdamaian? Jelaskan
jawaban anda dari perspektif realis!
Menurut perspektif realisme, organisasi seperti PBB kurang efektif dalam
menciptakan perdamaian. Pembentukan organisasi seperti PBB didasarkan pada pemikiran
liberal mengenai Harmony of interest. Realis mengkritik habis-habisan ide tersebut, karena
liberal mengesampingkan kekuasaan atau power yang dimiliki setiap negara dan terlalu
percaya bahwa negara memiliki kepentingan yang sama. Bagi realis, sifat dasar atau sifat
alamiah manusia adalah egoistik dan selalu ingin mendominasi sehingga manusia hanya
mendahulukan kepentingan pribadinya. Begitu juga dengan perilaku negara dimana
panggung internasional digambarkan sebagai suatu yang anarki sehingga setiap negara
memiliki kecenderungan untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya masing-masing.
Oleh karena itu ketika kepentingannya tak dapat terafiliasi dalam organisai tersebut,
negara tak akan lagi mau untuk mengikuti aturan yang telah dibentuk atau bahkan
tergabung dalam organisasi tersebut. Contohnya seperti LBB, organisasi yang memiliki
tujuan layaknya PBB (sama-sama bertujuan untuk menghindari perang). LBB terbukti tak
dapat mencegah terjadinya perang dunia kedua karena negara tetap terkungkung dengan
kepentingan pribadinya. Misalnya Amerika dan Uni Soviet tak mau ikut bergabung karena
alasan masalah dalam negeri dan ideologi.
Bagi realis, PBB hanyalah alat yang digunakan oleh negara-negara superpower
untuk mengartikulasikan kepentingan nasionalnya. Realitanya, keputusan yang diambil
oleh PBB akhirnya bergantung pada kepentingan negara-negara superpower. Misalnya
dengan adanya hak veto yang dimiliki oleh lima negara superpower dapat mempengaruhi
PBB dalam memutuskan suatu kebijakan untuk tetap melindungi kepentingan nasionalnya,
dan sebaliknya menghalangi kebijakan yang dianggap merugikan. Jika demikian maka
organisasi seperti PBB tidak sepenuhnya efisien dalam menciptakan perdamaian karena
pada akhirnya tidak ada otoritas tertinggi yang mampu mengikat dan mengatur perilaku
negara di panggung internasional. Selain itu, keputusan-keputusan yang dikeluarkan oleh
PBB sebagian besar tak terlepas dari kepentingan negara superpower dan tetap akan
timbul konflik jika kepentingan tersebut saling bertentangan dengan kepentingan negara
lain.

Anda mungkin juga menyukai