Anda di halaman 1dari 6

Liberalisme menjadi teori yang paling dominan dalam hubungan internasional semenjak berakhirnya perang dingin pada 1991.

Kekalahan komunisme seakan menjadi justifikasi kemenangan paham liberal yang sarat dengan kebebasan individu. Sejauh ini mahasiswa hubungan internasional gemar sekali mengindentikkan teori liberal dengan idealisme, optimisme, dan kebebasan tapi gagal memahami asumsi dasar teori liberal menyangkut banyak hal meliputi pasar bebas, institutusi internasional, organisasi internasional dan lainnya dalam penjelasan yang singkat dan tanpa berbelit-belit. Mungkin saya salah satu diantaranya >.<. Sebelum semakin bertambah pusing, sebaiknya tulisan ini dimulai dari pengertian liberal secara sederhana oleh beberapa liberalis. Secara singkat Tim Dunne (2001) mendefiniskan liberalisme sebagai suatu ideologi yang perhatiannya terpusat pada kebebsan individual. Image paling kuat melekat dalam liberalisme adalah kedudukan negara adalah sebagai suatu manifestasi kebutuhan untuk melindungi kebebasan tersebut. Negara menjadi pelayan dari keinginan kolektif sekelompok orang yang menyerahkan kekuasaannya pada otoritas tertentu di luar mereka. Fokus pemikiran liberal memberikan berbagai penjelasan bagaimana kedamaian dan korporasi antara aktor hubungan internasional dapat dicapai. Dalam liberal tersendiri terdapat empat cabang dalam menguraikan bagaimana kedamaian bisa dicapai (Dunne, 2001). Perspektif kedamaian dalam sudut pandang liberal dibagi menjadi empat yakni liberal internasionalisme, idealisme, optimisme, dan liberal institutionalisme. 1. a. Liberal internasionalisme Dua pemikir yang muncul dari liberal internasionalisme adalah Immanuel Kant dan Jeremy Bentham. Pemikiran liberal mereka tentu saja tidak jauh dari kacamata mereka memandang situasi politik pada masa hidupnya yakni pada era Enlightenment. Kant melihat dunia internasional seolah carut marut karena tidak adanya suatu hukum dan norma yang legitimate mengatur perilaku aktor-aktor politiknya. Menurut Kant, perdamaian bisa dicapai apabila terdapat hukum internasional dan kontrak federal antarnegara untuk meninggalkan perang. Bentham menambahkan pemikiran liberal Kant dengan menyebut contoh nyata yang terjadi pada Germany Diet, American Confederation, dan Liga Swiss yang terbukti mampu memfasilitasi konflik yang terjadi akibat persaingan individu melalui pemerintahan bersama (federasi). Inti dari pemikiran liberal internasionalisme adalah siginifikasi hukum international. Menurut Bentham, hukum international tersebut dapat terbentuk tanpa melalui pemerintahan dunia. Menurut liberal internasionalisme masyarakat

internasional berdasar hukum bisa terjadi secara natural sebagaimana Adam Smith menjelaskan mekanisme pasar dengan invisible hands. Ketika suatu negara mengikuti self interest masing-masing, individu secara tidak sadar mendorong terwujudnya kebaikan bersama. 1. b. Idealisme Era idealisme dimulai sejak awal 1900 hingga akhir 1930 yang dimotivasi oleh keinginan kuat untuk menghindari perang. Salah satu pencetus idelalisme terkenal adalah Woodrow wilson yang tertuang dalam empat belas point Wilson. Kelahiran idealisme ditandai oleh pasca perang dunia I sebagai kritikan terhadap paham liberal internasionalisme yang menyatakan bahwa perdamaian bersifat natural dan bisa terjadi dengan sendirinya. Menurut Wilson, perdamaian tidak terjadi secara natural tapi mesti dikontruksi. Lebih lanjut Wilson mengatakan bahwa perdamaian itu bisa dikontruksi dengan membentuk institusi. Konsep utama dalam pemikiran idealisme adalah keamanan bersama, collective security. Dikarenakan jika keamanan suatu negara terganggu akan berimbas pada stabilitias keamanan di negara kawasan disebabkan interconnectedness, oleh karena itu keamanan menjadi konsep bersama keamanan suatu negara juga menjadi tanggung jawab negara lain. 1. c. Liberal Institusionalisme Pandangan liberal institusionalisme muncul sebagai jawaban atas kritik realisme merespon peristiwa terjadinya perang dunia dua dan gagalnya Liga Bangsa-bangsa. Ini menjadikan sifat liberal institusionalisme menjadi cenderung realist dan mengurangi normativeness (Dunne, 2001). Liberal institusionalime menolak pandangan aktor bersifat state-centric. Meskipun negara merupakan satu-satunya aktor tunggal hubungan internasional, mereka menilai organisasi internasiona, perusahaan multinasional merupakan aktor subordinate dalam sistem. Kehadiran aktor subordinate menjalankan beberapa peran yang tidak dapat dilakukan oleh negara. Fenomena globalisasi tidak membuat paham liberal menjadi outdated, sebaliknya liberal terus melakukan penyesuaian dengan konsep kini supaya terus relevan memberikan penjelasan terhadap kejadian dalam konteks global. 1. d. Neo-liberal internasionalisme Neo-liberal internasionalisme cenderung menggunakan istilah globalisasi dalam berbagai pengertian positif. Globalisasi memicu tumbuh kembangnya ekonomi secara lebih baik dan sepertil tradisis liberal internasionalime lama,

pertumbuhan ekonomi yang maksimal melalui perdangan (commerce) dan free trade merupakan ladang subur bagi benih-benih perdamaian diamana akan terjaling mutual understanding. Mutual understanding inilah yan goleh neo-liberal internasionalisme menjadi faktor kunci mencegah perang. 1. e. Neo-idealisme Neo-idealisme muncul dengan ide bahwa ketergantungan sangat bermanfaat untuk mendatangkan perdamaian dan menyebarkan semangat demokrasi. Globalisasi menjadi perangkat efektif untuk menyebarkan ide demokrasi. Demokrasi yang mengandung nilai-nilai kebebasan dan perdamaian menjadi indikator paling valuabel untuk menciptakan kerjasama melalui terbentuknya masyarakat global-global society. 1. f. Neo-liberal institusionalisme Prinsip kunci liberal institusionalisme adalah mengakui keberadaan aktor non-negara dalam sistem (Keohane, 1989a). Neo-liberal institutionalisme mengakui sistem cenderung anarki daripada kooperatif, sesuai dengan pandangan realis, meskipun demikian namun kerjasama antaraktornya tetap terjalin. Mengapa demikian? Sebab aktor negara bersifat rasional yakni selalu terdapat kecenderungan mereka menghindari perang dan seminimal mungkin melakukan kerjasama menggunakan asas mutual gain atau absolute gain bukannya relative gain. Relative gain mengindikasikan bahwa kerjasama bersifat zero sum game, state akan bekerjasasama jika ia mendapat keuntungan lebih dari yang lainnya who can get more. Sementara itu, Absolute gain kerjasama tetap terjadi dalam kondisi positive sum game, manakala menguntungkan kedua pihak.

Liberalisme
Liberalisme adalah suatu paham yang menempatkan kebebasan individu pada level tertinggi di atas segalanya. Bagi kaum liberal, negara diperlukan sebagai penjamin kebebasan individu dari kekangan maupun tekanan dari individu yang lain. Negara juga harus menjadi pelayan kepentingan bersama dari suatu masyarakat. Jadi, konsep utama dari paham liberal adalah pada manusia secara individual.

Pola pemikiran leberal dikelompokkan menjadi tiga; yaitu, Internasionalisme Liberal, Idealisme, dan Institusionalisme Liberal.

Internasionalisme Liberal

Paham Internasionalisme Liberal percaya bahwa perdamaian dunia dapat diwujudkan melalui hubungan perdagangan antar warga masyarakat dunia. Menurut paham ini, tatanan alamiah dunia internasional telah dirusak oleh para pemimpin negara yang tidak demokratis. Tatanan dunia juga dirusak oleh adanya perlombaan negara-negara untuk meraih kekuasaan.

Idealisme

Paham Idealisme berpendapat bahwa perdamaian dunia dan ketertiban internasional merupakan sesuatu yang penting untuk diwujudkan. Opini publik dunia yang menolak perang dan kekacauan dunia, menuut paham ini, akan dapat menekan kepentingan nasional suatu negara, guna mewujudkan perdamaian.

Terdapat dua hal yang mendasari pemikiran kaum idealis. Pertama, perlunya menyampaikan pemikiran-pemikiran normatif secara terbuka. Perdamaian dunia untuk membangun dunia yang lebih baik perlu diopinikan kepada publik internasional.

Kedua, semua negara di dunia harus menjadi bagian dari organisasi internasional. Dengan mnejadi organisasi internasional, negara akan terikat oleh norma dan aturan yang terdapat dalam organisasi tersebut. Sehingga, nilai-nilai normatif seperti perdamaian dan penegakan hukum dapat difasilitasi oleh organisasi internasional untuk dipaksakan pada negara anggotanya.

Institusionalisme Liberal

Fokus utama Institusionalisme Liberal adalah pada institusi atau lembaga seperti kelompok kepentingan, organisasi non-pemerintah, dan korporasi transnasional.

Paham ini menyatakan bahwa integrasi dapat diwujudkan melalui korporasi transnasional. Menurut David Mitrany, pelopor teori integrasi, korporasi internasional dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan umum yang dihadapi oleh negara.

Selain ketiga pembagian di atas, Liberalisme juga dibagi ke dalam empat bagian berdasarkan kerjasama internasional; yakni, Liberalisme Sosiologis, Liberalisme Interdependensi, Liberalisme Institusional, dan Liberalisme Republik.

Liberalisme Sosiologis

Liberalisme Sosiologis menyatakan bahwa hubungan internasional tidak hanya merupakan studi tentang hubungan antar pemerintah suatu negara, tetapi juga merupakan studi hubungan antara individu, kelompok, dan masyarakat. Hubungan antar masyarakat lebih memungkinkan adanya kerjasama daripada hubungan antar pemerintah. Sebuah dunia dengan sejumlah besar jaringan transnasional akan lebih memungkinkan terwujudnya perdamaian.

Liberalisme Interdependensi

Liberalisme Interdependensi menyatakan bahwa modernisasi akan mempertinggi tingkat ketergantungan antar negara. Menurut paham ini, aktor transnasional merupakan aktor yang penting, dan kesejahteraan masyarakat adalah tujuan dominan dari suatu negara. Interdependensi yang kompleks melahirkan sebuah dunia yang lebih kooperatif dalam hubungan internasional.

Liberalisme Institusional

Liberalisme Institusional menegaskan bahwa institusi internasional akan dapat membantu hubungan kerjasama antar negara dan mengurangi rasa ketidakpercayaan

antar negara. Institusi internasional juga mendorong adanya kesempatan untuk melakukan negosiasi dan kerja sama antar negara.

Liberalisme Republik Liberalisme Republik lebih memfokuskan kajian pada persoalan demokrasi. Menurut paham ini, demokrasi dapat mencegah perang antar negara. Asumsi dasarnya adalah (1) pemerintahan demokrasi dikontrol oleh rakyatnya yang tentu menolak peperangan, (2) demokrasi memilki nilai-nilai moral umum yang dapat mendorong perdamaian, dan (3) ketergantungan ekonomi antar negara demokrasi mendorong negara demokrasi untuk lebih meningkatkan kerja sama daripada menciptakan konflik.

Pandangan kaum liberal dikritik oleh kaum realis. Paham realisme menegaskan bahwa sistem internasional yang bersifat anarki tidak dapat dihilangkan dalam hubungan antar negara, dan karena itu optimisme kaum liberal tentang terwujudnya perdamaian di dunia tidak dapat dijamin.

Penentangan dari kaum realis kemudian dijawab secara berbeda oleh kaum liberal. Kelompok pertama dapat menerima beberapa kritikan kaum realis. Kelompok ini disebut weak liberals. Sedangkan, kelompok kedua, yang disebut strong liberals, menegaskan bahwa anarki tidak memiliki konsekusensi negatif seperti yang dinyatakan oleh kaum realis, sebab anarki dapat diredam dengan mengonsolidasikan hubungan di antara negara-negara demokrasi liberal.

Karenanya, untuk melaksanakan hal tersebut, mayoritas negara di dunia harus memiliki paham demokrasi liberal. Sebab, dengan memiliki paham ini, suatu negara akan mendengar opini masyarakat dunia untuk mewujudkan perdamaian di muka bumi dan menghormati kedaulatan negara lain.***

Anda mungkin juga menyukai