Anda di halaman 1dari 28

ANGEL

DAMAYANTI,
PH.D

Paradigma
dan
Perdebatan
dalam HI

20 Sept 2022
Today's Outline
FIRST GREAT DEBATE (1920-1950)
Idealisme/Liberalisme Utopia vs Realisme

SECOND GREAT DEBATE (1950-1970)


Tradisionalis vs Behavioralisme
(Neoliberalisme & Neorealisme)
English School

THIRD GREAT DEBATE (1970-1990)


Neorealisme vs Neoliberalisme vs
Neomarxisme

FOURTH GREAT DEBATE (1990-NOW)


Positivism Vs Post Positivism
(Postmodernism, Constructivism,
Feminism)
First Great Debate
(1920-1950)
Perdebatan antara kelompok idealis
Konsep Balance of Power (1648) untuk

(liberalis) dengan kelompok realis


menjaga perdamaian ternyata gagal dan

bersumber dari ide tentang seputar sifat


pecah Perang Dunia I.
dasar negara dan dampaknya terhadap
Muncullah para pemikir idealisme/

hubungan antar negara, serta upaya-


liberalisme utopia yang menggagas

upaya yang dilakukan untuk mencegah


perdagangan internasional, kerjasama,

perang dan menciptakan perdamaian. organisasi dan hukum internasional

untuk mencegah perang.


First Great Debate

(1920-1950) - Idealism
Asumsi Dasar Idealisme d) memaksimalkan peran individu dan aktor-aktor

Penggagas: Adam Smith, Immanuel Kant,


non negara, dan; e) kebebasan, kerjasama,

Woodrow Wilson, Norman Angell kemajuan dan kesejahteraan.


Jackson & Sorensen (Pengantar Studi HI, 2005),

mengemukakan lima asumsi dasar dari


Adam Smith (The Wealth of Nations, 1776)

liberalisme, yaitu: a) negara menjamin


percaya bahwa untuk mencapai kemakmuran

kebebasan individu; b) berpandangan positif


negara, pemerintah perlu lepas tangan

tentang sifat manusia; c) mengedepankan akal


terhadap sistem perdagangan dan membiarkan

pikiran dengan prinsip-prinsip rasionalitas; pasar bergerak dengan sendirinya.


First Great Debate
(1920-1950) - Idealism

Kant pada tahun 1795 menulis No independent states, large or small,


“Perpetual Peace”, yang isinya shall some under the dominion of
menjelaskan cara untuk mencapai another state by inheritance, exchange,
perdamaian, di antaranya: purchase, or donation,
No treaty of peace shall be held valid No state shall by force interfere with the
in which there is tacitly reserved constitution or government of another
matter for a future war, state.
First Great Debate
(1920-1950) - Idealism
Woodrow Wilson mempunyai visi untuk
Asumsi dasar Wilson:
membuat dunia ‘aman bagi demokrasi’
Pemerintahan demokratis tidak akan
14 hal disampaikan dalam pidato pada
berperang satu sama lain
Kongres Januari 1918, di antaranya:
Perlu ada organisasi/institusi
No more secret agreements,
internasional untuk menciptakan
Free navigation of all seas,
perdamaian sebagai ganti BOP;
An end to all economic barriers
melalui LBB
between countries,
IIlustrasi Hutan vs Kebun Binatang
Countries to reduce weapon numbers,
First Great Debate
(1920-1950) - Idealism
Norman Angell dalam “The Great Illusion” Angell percaya pada konsep
menyimpulkan bahwa perang hanya interdependensi ekonomi untuk
merugikan negara-negara karena menghindari perang.
mengganggu perdagangan internasional Dalam bukunya yang lain “The
Hubungan antar negara seharusnya Foundation of International Polity,”
diwarnai oleh hubungan ekonomi dan Angell menyatakan perlunya sebuah
bukan perebutan kekuasaan sehingga organisasi danhukum internasional
perang bisa dihindari. untuk mencegah terjadinya perang.
First Great Debate
(1920-1950) - Realism
Beberapa kegagalan liberalisme: Gagasan kelompok liberalisme ini
Muncul otoriterisme di Eropa Timur dan
dianggap hanya sebagai mimpi,
Tengah terutama oleh kelompok realisme.
Muncul fasisme di Jerman, Italia dan
Tokoh Realis Klasik: Nicolo Machiavelli,
Spanyol, yang berujung pada PD II. Thomas Hobbes, Kautilya, Sun Tze,
Liga Bangsa-bangsa tidak berjalan baik. dan Thucydides.
Terjadi depresi ekonomi di AS dan negara-
Tokoh Realis Modern: Morgenthau, E.
negara Eropa Barat tahun 1930an H. Carr
First Great Debate
(1920-1950) - Realism

Kritik Realisme terhadap Liberalisme:


Kesamaan asumsi para pemikir

E.H. Carr (The Twenty Year’s Crisis, 1939):


Realisme adalah penekanan pada

Tidak ada harmonisasi kepentingan


‘power dan sovereignty;’

antara negara-negara dan


mengedepankan power di atas

masyarakat di dalam HI.


norma/prinsip-prinsip moral.
Yang terjadi adalah konflik
kepentingan.
First Great Debate
(1920-1950) - Realism
Hans J. Morgenthau (Politics Setiap negara mempunyai kepentingan, dan
among Nations: The Struggle for kepentingan yang paling utama adalah
Power and Peace, 1948): mengejar power (kekuasaan).
Sifat negara sama dengan sifat Konsep power ini tidak “fixed once and for all.”
manusia yang egois dan Prinsip-prinsip moral/norma universal tidak
mengejar kekuasaan, dan ini dapat diterapkan pada tindakan negara-
membuat negara-negara saling negara, karena perlu disesuaikan dengan
menyerang satu sama lain. keadaan pada waktu dan tempat tertentu.
First Great Debate
(1920-1950) - Realism
Asumsi dasar Realisme : Politik internasional adalah arena
Sifat dasar negara sama seperti sifat dasar ‘struggle for power.’ Apapun tujuan akhir
manusia yang serakah dan self-centric. politik, kekuasaan selalu didahulukan.
Sistem internasional bersifat anarkis; tidak Untuk menjaga stabilitas, perdamaian
ada pemerintahan dunia, tidak ada otoritas dan keamanan internasional perlu ada
lain di atas otoritas negara, yang ada BOP
adalah sistem negara berdaulat, yang Berlaku adagium “Si vis pacem, para
bersenjata dan berhadapan satu sama lain. bellum”
Generasi pertama pengamat HI
kebanyakan adalah sejarawan,
mantan diplomat atau pengacara.
Dalam menulis buku-bukunya, mereka
lebih menggunakan pengalaman
mereka, pendekatan historis, praktis,
moral etika, dan pengamatan
terhadap sifat-sifat dasar manusia.
(Tradisionalist)
Second Pendekatan Tradisional melihat HI
Great Debate sebagai bagian dari manusia dan
berupaya memahaminya dalam cara-
(1950-1970) cara kemanusiaan.
Setelah PD II, ada keinginan dari pada
penstudi HI untuk menjadikan HI lebih
‘scientific/ilmiah,’ sama seperti ilmu
eksakta yang mampu memformulasi
hukum-hukum tertentu.
Membutuhkan data-data empiris, yang
digunakan sebagai alat ukur, klasifikasi,
generalisasi dan akhirnya mengkonfirmasi
hipotesis-hipotesis.
Behavioralists
Pendekatan Behavioralist ingin

vs
menjadikan HI sebagai sebuah sains yang
ilmiah tanpa harus melibatkan
Traditionalists nilai/norma (bebas nilai dan obyektif).
Muncul Neoliberalisme & Neorealisme
Terjadi pergeseran isu dalam HI

setelah PD II.
Negara-negara tidak lagi semata-mata

mengejar ‘power’ tetapi juga mulai

mengedepankan perdagangan

internasional dan investasi.


Perubahan isu dalam HI ditambah

dengan adanya pengaruh metodologis

kaum behavioral, muncullah para

Behavioralists: pemikir ‘Neoliberalisme.’


Neoliberalism Tokoh Neoliberalisme: Joseph Nye,

Robert Keohane, Karl Deutsch, Oran

Young, Michael W. Doyle


Karl Deutsch (“Political Community and North
Atlantic Area”):
Perang tidak akan terjadi karena negara-
negara akan mengedepankan aktivitas lintas
batas negara yang kooperatif dan saling
menguntungkan
Robert Keohane dan Joseph Nye (“Power and
Interdependence”):
Muncul ‘complex interdependence’
Negara bukan satu-satunya aktor dalam HI
Behavioralists: Oran Young (“International Regimes: Toward A
New Theory of Institutions”):
Neoliberalism Interdependensi menyebabkan negara-
negara membutuhkan insitusi internasional
untuk menghadapi masalah-masalah
bersama.
Michael W. Doyle (Liberalism and World
Politics):
Negara-negara demokratis tidak akan
saling menyerang.
Perdamaian akan tercipta dalam negara-
negara demokratis karena tiga hal:
Negara-negara demokratis akan
mengedepankan penyelesaian konflik
secara damai,
Untuk menciptakan perdamaian,
Behavioralists: secara politik negara-negara harus

Neoliberalism menerapkan nilai-nilai demokratis,


Negara-negara demokrasi akan
mengedepankan kerjasama ekonomi
di antara mereka.
Tokoh Neorealisme: Kenneth Waltz,

Barry Buzan, Ole Weaver


Kenneth Waltz (“Theory of International

Politics”):
Sistem internasional adalah anarkis

dan karenanya setiap negara harus

mampu menjaga keamanan dirinya

sendiri. Negara kuat akan saling

menyeimbangkan diri, negara lemah

akan beraliansi.
Behavioralists: Negara-negara mengejar power dan

Neorealism self-defence karena struktur sistem

internasional mendorong mereka


melakukan demikian.
Barry Buzan dan Ole Weaver (“Region

and Power”):
Dalam menjaga keamanan nasional

mereka, negara-negara akan

cenderung beraliansi dengan

negara-negara yang terletak di

dalam satu kawasan.

Behavioralists:
Neorealism
English School
Pada awal tahun 1970an muncul penedekatan baru yang dikenal

dengan English School Thought dengan para tokohnya: Martin

Wight dan Hedley Bull.


Menggunakan pendekatan filsafat, hukum dan sejarah

(traditionalist).
Power dan sistem negara penting dalam HI, namun menolak

pandangan sempit kaum realis bahwa tidak ada norma dalam

politik internasional.
Negara adalah kombinasi dari Machtstaat (negara power) dan

Rechtstaat (negara hukum); power dan hukum merupakan

bagian penting dalam HI.


Sistem anarki internasional bukan berarti anti sosial.
Aktor utama dalam HI adalah negara dan bukan Individu atau NGO
Perdebatan ketiga ini dikenal juga
dengan inter-paradigm debate karena
perdebatan terjadi antara kelompok
neorealisme vs neoliberalisme vs
neomarxisme.
Perbedaan mendasar di antara ketiga
kelompok tersebut terletak pada
penjelasan mereka yang berbeda
tentang “aktor yang berperan dalam
Third Great sistem internasional dan struktur
Debate sistem internasional yang terbentuk
akibat interaksi di antara aktor-aktor
(1970-1990) tersebut.”
Kritik Neorealisme
terhadap Neoliberalisme
Kaum Neorealis tidak menyangkal semua

kemungkinan adanya kerjasama antar negara,

tetapi tetap negara-negara akan

memaksimalkan kekuatan relatifnya dan

berusaha mempertahankan otonomi/

kedaulatannya.
Kaum Neorealis mengakui adanya aktor-aktor

lain dari HI tetapi negara tetap merupakan


aktor utama karena negara memiliki perangkat

untuk membuat hukum dan menegakannya.


Asumsi Dasar Neomarxisme
Penggagas: Andre Gunder Frank, Immanuel
Wallerstein, Robert Cox dan Andrew Linklater.
Berkembang dari pemikiran Karl Marx
(Marxisme) yang melihat bahwa kehidupan
masyarakat selalu diwarnai oleh pertentangan
antar kelas, terutama antara kelompok borjuis
(kapitalis/pemilik modal) dan proletar
(buruh/kaum pekerja).
Pertentangan tersebut disebabkan antara lain
karena adanya hierarki dalam masyarakat, di
mana kelompok yang pertama menguasai dan
mengeksploitasi kelompok yang kedua.
Asumsi Dasar Neomarxisme
Neomarxisme (Teori Kritis) pada dasarnya

menolak tiga asumsi dasar kelompok positivis

yang berkaitan dengan realitas eksternal

obyektif dan ilmu sosial yang bebas nilai.


Tidak ada politik dunia atau ekonomi

global yang berjalan sesuai dengan

hukum sosial yang ajeg/kekal.


Dunia sosial merupakan konstruksi waktu

dan tempat. Begitu pula dengan sistem

internasional yang merupakan konstruksi

dari negara-negara yang paling kuat.


Asumsi Dasar Neomarxisme
Kelompok Neomarxist/Critical Theory juga
berpandangan bahwa perekonomian kapitalis
global yang dikendalikan oleh negara kapitalis
kaya dipergunakan untuk memiskinkan negara-
negara miskin di dunia.
Dependence theory menjelaskan bahwa negara-
negara miskin menjadi miskin karena mereka
dikondisikan untuk memiliki ketergantungan
kepada negara-negara kaya.
Kapitalisme internasional merupakan instrumen
negara-negara maju untuk mengeksploitasi
negara-negara dunia ketiga.
Positivism vs Post Positivism
Perdebatan ini ditandai dengan
banyaknya penentang terhadap teori-
teori yang sudah mapan.
Hal itu disebabkan karena berakhirnya
Perang Dingin yang telah mengubah
agenda internasional. Bukan lagi
masalah Super Power yang bermusuhan
tetapi perang saudara, disintegrasi,
Fourth Great demokratisasi, minoritas vs mayoritas,
migrasi, ethnic cleansing, humanitarian
Debate intervention, konflik identitas, keamanan
(1990-now) lingkungan, kesetaraan jender, dan
sustainable development.
Postmodernism (Michel Foucault,

Jacques Derrida) = Menentang konsep

modernisme yang ditandai oleh

Westphalian system. Aktor dalam IR saat

ini bukan lagi negara tetapi kelompok

masyarakat, MNC dan NGO.


Constructivism (Wendt, Friedrich

Kratochwil) = Melihat teori-teori IR yang

mapan sebagai bentukan dari negara-

Fourth Great negara kuat yang mendominasi. Konsep-

konsep yang ada merupakan konstruksi

Debate sosial dan bersifat abstrak, ditentukan

(1990-now) hanya oleh hal-hal yang terlihat dan

mengabaikan yang tidak kelihatan.


Feminism (Betty Friedan, Naomi Wolf)

= Mengkritisi IR theories yang sangat

didominasi oleh pemikiran/perilaku

maskulin/laki-laki dan mengabaikan

pemikiran/perilaku perempuan yang

berpikir dan bertindak berbeda dalam

IR atau politik.

Fourth Great
Debate
(1990-now)

Anda mungkin juga menyukai