Anda di halaman 1dari 10

1.

Pengertian ideologi
Pengertian Ideologi – Ideologi adalah bentuk pikiran dan tindakan
seperangkat keyakinan atau filosofi yang dikaitkan dengan seseorang atau
sekelompok orang, terutama karena alasan yang tidak murni epistemik, di
mana elemen praktis sama menonjolnya dengan elemen teoretis. Ideologi di
setiap negara tentu berbeda. Mengetahui apa itu ideologi dan berinteraksi
dengannya penting bagi masyarakat itu sendiri demi mencapai keinginan
dan cita-cita Negara, gagasan yang berisi ide, budaya dan pola hidup
tertentu. Ilmu tentang ideologi penting untuk dipelajari bagi orang yang
mendalami bidang politik. Ideologi menjadi lensa yang digunakan untuk
memandang dunia. Tulisan di bawah ini akan menjelaskan ideologi lebih
lanjut.
Istilah ideologi berasal dari bahasa Prancis idéologie, yang berasal dari
gabungan bahasa Yunani: idéā yang berarti ‘gagasan, pola’ dan -logíā yang
berarti ‘studi tentang, ilmu yang mempelajari’. Istilah ini diciptakan oleh
Antoine Destutt de Tracy, seorang aristokrat dan filsuf Pencerahan Perancis.
Pada tahun 1796 Tracy memahami bahwa istilah ideologi merupakan “ilmu
gagasan” untuk mengembangkan sistem gagasan yang rasional. Dia
memahami ideologi sebagai filosofi liberal yang akan membela kebebasan
individu, properti, pasar bebas, dan batasan konstitusional pada kekuasaan
negara. Dia berpendapat bahwa, di antara aspek-aspek ini, ideologi adalah
istilah yang paling umum karena ‘ilmu gagasan’ juga berisi studi tentang
ekspresi dan deduksi mereka. Kudeta yang menggulingkan Maximilien
Robespierre membuat Tracy melanjutkan pekerjaannya. Tracy bereaksi pada
fase terorisme revolusi selama rezim Napoleon. Ia mencoba menyusun
sistem gagasan rasional untuk melawan orang-orang irasional yang hampir
menghancurkannya.
Pendapat para ahli mengenai ideologi,
Terry Eagleton: Menurut Eagleton, ideologi adalah sebuah sistem konsep
dan pandangan yang memiliki fungsi memahami dunia dan juga
mengaburkan kepentingan sosial yang ada di dalamnya. Eagleton
berpendapat bahwa Ideologi disertai dengan konsistensi internal yang
cenderung membentuk sistem tertutup untuk mempertahankan dirinya
sendiri ketika menghadapi kontradiksi.
Malcolm Hamilton: Hamilton menyatakan bahwa ideologi merupakan
sistem ide-ide yang normatif, faktual dan secara kolektif memiliki sikap yang
mendukung dan membenarkan pola tertentu dari pengaturan, perilaku
politik dan ekonomi.
Michael Hunt: Ideologi adalah rangkaian keyakinan atau asumsi yang
berkaitan dalam mengurangi kompleksitas dalam realitas tertentu sehingga
menjadi sebuah istilah yang bisa dipahami dan menyarankan cara yang
benar untuk menangani kenyataan tersebut.
Karl Marx: Menurut Karl Marx, ideologi adalah sebuah alat yang berfungsi
untuk mencapai kesetaraan dan kesejahteraan bersama masyarakat.
Menurutnya, ideologi muncul dari corak masyarakat tersebut. Marx
menuangkan pendekatan ideologi dalam teorinya tentang basis dan
suprastruktur. Marx berpendapat ranah ideologi mencerminkan
kepentingan para kelas penguasa dan membenarkan status quo sehingga
mereka yang berkuasa tetap bisa berkuasa.
Sejarah ideologi
Ideologi pertama kali muncul pada Revolusi Prancis yang diperkenalkan
oleh seorang filsuf Destutt de Tracy pada abab ke-18. Pada abad ke-19,
ideologi semakin populer. Destutt de Tracy dan rekan-rekannya merancang
sistem pendidikan nasional yang mereka yakini akan mengubah Prancis
menjadi masyarakat yang rasional dan ilmiah. Di mana menggabungkan
keyakinan kuat pada kebebasan individu dengan program perencanaan
negara dan pada 1795 menjadi dokrit resmi Republik Prancis. Napoleon
pada awalnya mendukung Destutt de Tracy, namun kemudian berbalik
melawan. Bahkan pada 1812 menyalahkan tentaranya yang kalah karena
pengaruh ideologi tersebut. Beberapa sejarawan filsafat menyebut abad ke-
19 merupakan zaman ideologi. Namun ada batasnya seseorang dapat
berbicara ideologi. Karena subjek ideologi adalah yang kontroversial, dan
dapat diperdebatkan setidaknya sebagian dari kontroversi yang berasal dari
ketidaksepakatan mengenai definisi kata ideologi.
Fungsi Ideologi
Peran ideologi dalam hubungan internasional dapat dianalisis dalam dua
bagian yaitu, peran ideologi umum sebagai unsur perilaku negara dan
peran ideologi tertentu dalam pembuatan dan implementasi kebijakan luar
negeri.
1. Peran ideologi umum
Di zaman sekarang ini, ideologi liberalisme dan komunisme telah menjadi
dua ideologi umum utama yang memainkan peran penting dalam
mempengaruhi perilaku negara dalam hubungan internasional. Sejak abad
17, ideologi liberalisme telah menjadi batu pondasi sistem sosial, ekonomi
dan politik barat. Pada abad ke-20 kemudian berkembang menjadi doktrin
Demokrasi Liberal, Kapitalisme Demokratik dan bahkan Liberalisme
Modern. Ideologi Komunisme adalah kebalikan dari Liberalisme.
Berdasarkan filosofi Marxisme-Leninisme, ia menganggap kesetaraan lebih
penting daripada kebebasan.
Ideologi-ideologi umum banyak digunakan untuk menutup-nutupi
tujuan-tujuan kekuasaan suatu bangsa. Hal ini terbukti dari fakta bahwa
meskipun menjadi juara terkuat liberalisme, Amerika Serikat tidak ragu-
ragu untuk memiliki hubungan baik dengan beberapa rezim totaliter dan
otoriter dan kediktatoran militer, seperti negara Pakistan, untuk merugikan
kepentingan demokrasi terbesar di dunia yaitu India.
Amerika Serikat terus mengikuti kebijakan dalam membina hubungan
dengan Komunis China dan pada saat yang sama terus mengikuti kebijakan
mendukung Liberalisme dan Hak Asasi Manusia. Demikian juga, tidak ada
negara yang sekarang siap membiarkan perbedaan ideologis menghalangi
hubungan dengan negara lain.
Dengan demikian ideologi-ideologi umum merupakan faktor-faktor
hubungan internasional di zaman kita, tetapi bukan merupakan penentu
perilaku negara-negara di lingkungan internasional. Ini mempengaruhi
jalannya hubungan antar bangsa hanya dalam cara yang terbatas.
2. Peran ideologi tertentu
Zaman kontemporer jelas mencerminkan peran yang dimainkan oleh
beberapa ideologi tertentu dalam politik internasional seperti Ideologi Status
Quo, Ideologi Imperialisme, dan Ideologi Ambigu. Bangsa-bangsa yang
berusaha mempertahankan posisi kekuasaan yang ada mengejar kebijakan
status quo.
Prinsip ini memiliki pandangan “apa yang ada harus memiliki sesuatu yang
menguntungkannya, jika tidak maka tidak akan ada.” Kebijakan ini berlaku
di negara Swiss, Denmark, Norwegia dan Swedia.
Kebijakan yang berusaha mengubah status quo atau distribusi kekuasaan
tertentu dianggap sebagai ideologi imperialis. Kebijakan imperialisme selalu
membutuhkan pembenaran untuk mengubah pengaturan teritorial yang
ada.
Untuk mengamankan tujuan yang diinginkan, banyak negara menggunakan
ideologi tertentu yang cukup kabur dan ambigu. Ideologi ambigu ini secara
populer disebut ideologi anti-imperialisme, semua ini bertujuan untuk
mencela tindakan lawan mereka sebagai ‘tindakan imperialis’.
Bahkan di era ini, ideologi-ideologi tertentu terus mengabdi kepada para
pembuat keputusan di setiap negara di dunia, dasar untuk perumusan,
pembenaran dan pengamanan tujuan kepentingan nasional mereka. Ideologi
dalam hubungan internasional merupakan faktor kekuatan nasional dan
kebijakan luar negeri.
Namun, sekarang ‘kepentingan’ telah muncul sebagai faktor hubungan
internasional yang lebih tangguh daripada ideologi. Nyatanya, peran ideologi
semakin tergerus.
4. Komunisme
Komunisme adalah ideologi dan gerakan filosofis, sosial, politik, dan
ekonomi yang tujuannya adalah pembentukan masyarakat komunis, yaitu
tatanan sosial ekonomi yang terstruktur di atas gagasan kepemilikan
bersama atas alat-alat produksi dan tidak adanya kelas sosial, uang, dan
negara. Komunisme adalah bentuk sosialisme yang spesifik, namun
berbeda.
Ideologi komunis modern mulai berkembang selama Revolusi Prancis.
“Manifesto Komunis” karya Karl Marx dan Friedrich Engels, diterbitkan
pada tahun 1848. Pamflet itu menolak prinsip Kristen dari filosofi komunis
sebelumnya.
Manifesto Komunis menyajikan Revolusi Perancis sebagai titik balik sejarah
utama ketika orang-orang borjuis menjungkirbalikkan struktur kekuasaan
feodal dan mengantarkan era kapitalis modern.
5. Sosialisme
Sosialisme adalah sistem ekonomi dan politik kerakyatan yang didasarkan
pada kepemilikan publik. Sosialisme juga dikenal sebagai kepemilikan
kolektif atau bersama atas alat-alat produksi.
Sarana tersebut meliputi mesin, peralatan, dan pabrik yang digunakan
untuk memproduksi barang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
manusia secara langsung.
Komunisme dan sosialisme adalah istilah umum yang mengacu pada dua
aliran pemikiran ekonomi sayap kiri. Kedua ideologi ini menentang
kapitalisme.
Dalam sistem sosialis murni, semua keputusan produksi dan distribusi
yang sah dibuat oleh pemerintah, dan individu bergantung pada negara
untuk segala hal mulai dari makanan hingga perawatan kesehatan.
Pemerintah menentukan tingkat output dan harga barang dan jasa tersebut.
6. Nasionalisme
Nasionalisme adalah ideologi di mana orang-orang yang percaya bahwa
bangsa mereka lebih unggul dari yang lain. Rasa superioritas ini sering
berakar pada etnisitas bersama.
Dalam situasi lain, nasionalisme dibangun di sekitar bahasa, agama,
budaya, atau seperangkat nilai sosial yang sama. Bangsa menekankan
simbol bersama, cerita rakyat, dan mitologi. Berbagi musik, sastra, dan
olahraga dapat semakin memperkuat nasionalisme.
Kaum nasionalis menuntut untuk merdeka dari negara lain. Mereka tidak
bergabung dengan organisasi global atau berkolaborasi dengan negara lain
dalam upaya bersama. Jika rakyat adalah bagian dari bangsa lain, maka
mereka akan menginginkan kebebasan dan negara mereka sendiri, karena
mereka percaya pada keunggulan mereka sendiri.
7. Fasisme
Fasisme umumnya dikaitkan dengan rezim Italia dan Jerman yang berkuasa
setelah Perang Dunia I, meskipun negara-negara lain juga telah diperintah
oleh rezim fasis. Adolf Hitler di Jerman, Benito Mussolini di Italia, Francisco
Franco di Spanyol dan Juan Perón di Argentina adalah pemimpin fasis
paling terkenal di abad ke-20.
fasisme menggunakan propaganda untuk mempromosikan anti-liberalisme,
menolak hak-hak individu, kebebasan sipil, perusahaan bebas dan
demokrasi anti-sosialisme, menolak prinsip-prinsip ekonomi berdasarkan
kerangka sosialis mengesampingkan kelompok tertentu, seringkali melalui
nasionalisme mereka juga menggunakan kekerasan untuk memperluas
pengaruh dan kekuasaan bangsa.
Pengertian Pan Islamisme
Ideologi pan-Islamisme adalah pandangan politik dan sosial yang
menekankan pentingnya persatuan dunia Islam di seluruh dunia. Ini
berdasarkan keyakinan bahwa umat Islam harus bersatu sebagai satu
kekuatan politik dan ekonomi yang kuat untuk melindungi kepentingan
mereka.

Gerakan pan islamisme digelorakan oleh tokoh pembaharu islam yang


bernama Jamal al-Din al-Afghani.

Latar Belakang Pan Islamisme


Pan islamisme adalah sebuah ideologi yang ingin menekankan persatuan
Islam di seluruh dunia. Gerakan ini muncul pada akhir abad ke-19 dan
awal abad ke-20, saat itu umat Islam di banyak negara mulai mengalami
penjajahan dan penindasan oleh kekuatan Barat.

Latar belakang Pan-Islamisme dapat ditelusuri kembali ke masa kejayaan


kekhalifahan islam pada abad ke-7 hingga ke-13 Masehi. Saat itu seluruh
umat Islam bersatu di bawah satu kepemimpinan untuk mempertahankan
dan memperluas wilayah kekuasaan Islam.

Namun, pada abad ke-19, dunia Islam telah terpecah-belah menjadi


berbagai negara kecil yang mudah dikuasai oleh kekuatan Barat seperti
Inggris, Perancis, dan Belanda.
Para pemimpin politik dan intelektual Muslim mulai mempertimbangkan ide
Pan-Islamisme sebagai cara untuk melawan dominasi Barat. Salah satu
tokoh penting dalam gerakan ini adalah Jamal al-Din al-Afghani, seorang
intelektual Iran yang hidup pada akhir abad ke-19 dan menjadi pengajar di
Mesir dan Turki.

Ia mendorong umat Islam untuk bersatu dan melawan imperialisme Barat


yang sedang menguasai dunia Islam pada saat itu.

Tujuan Pan Islamisme


Ideologi pan islamisme memiliki tujuan sebagai berikut:
 Mewujudkan Persatuan Umat Islam
 Meningkatkan Pengaruh Islam
 Memperkuat Identitas Islam
 Membangun Ekonomi Islam
 Menghapuskan Kolonialisme dan Imperialisme

Tokoh Pan Islamisme


Selain Jamal al-Din al-Afghani, ada beberapa tokoh ideologi pan Islamisme
yang sangat berpengaruh seperti Muhammad Abduh, Rashid Rida dan
Sayyid Qutb.

2. Ideologi di Indonesia
Pengertian Pancasila sebagai ‘ideologi negara’ adalah nilai-nilai yang
terkandung di dalam Pancasila menjadi cita-cita normatif di dalam
penyelenggaraan negara. Secara luas, pengertian Pancasila sebagai ideologi
Negara Indonesia adalah visi atau arah dari penyelenggaraan kehidupan
berbangsa dan bernegara di Indonesia, yaitu terwujudnya kehidupan yang
menjunjung tinggi ketuhanan, nilai kemanusiaan, kesadaran akan
kesatuan, berkerakyatan, serta menjunjung tinggi nilai keadilan.
Keputusan bangsa Indonesia mengenai Pancasila sebagai ideologi negara
tercantum dalam Ketetapan MPR Nomor 18 Tahun 1998 tentang
Pencabutan dari Ketetapan MPR Nomor 2 Tahun 1978 mengenai Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila dan Penetapan tentang Penegasan
Pancasila sebagai Dasar Negara. Pada Pasal 1 Ketetapan MPR tersebut
menyatakan bahwa Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 adalah dasar negara dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) yang harus dilaksanakan secara konsisten dalam
kehidupan bernegara. Dari ketetapan MPR tersebut dapat diketahui bahwa
di Indonesia kedudukan Pancasila adalah sebagai ideologi negara, selain
kedudukannya sebagai dasar negara.
Pancasila sebagai ideologi negara yang berarti sebagai cita-cita
bernegara dan sarana yang mempersatukan masyarakat perlu perwujudan
yang konkret dan operasional aplikatif, sehingga tidak hanya dijadikan
slogan belaka. Dalam Ketetapan MPR tersebut dinyatakan bahwa Pancasila
perlu diamalkan dalam bentuk pelaksanaan yang konsisten dalam
kehidupan bernegara.
Pancasila dilihat dari sudut pandang politik merupakan sebuah
konsensus politik, yaitu suatu persetujuan politik yang disepakati bersama
oleh berbagai golongan masyarakat di Negara Indonesia. Dengan
diterimanya Pancasila oleh berbagai golongan dan aliran pemikiran, maka
mereka bersedia bersatu dalam negara kebangsaan Indonesia. Dalam istilah
politiknya, Pancasila merupakan common platform masyarakat Indonesia
yang plural. Sudut pandang politik ini teramat penting untuk bangsa
Indonesia sekarang ini. Jadi, sebenarnya perkembangan Pancasila sebagai
doktrin dan pandangan dunia yang khas tidak menguntungkan kalau dinilai
dari tujuan mempersatukan bangsa.
Banyak para pihak yang sepakat bahwa Pancasila sebagai ideologi negara
merupakan kesepakatan bersama, common platform, dan nilai integratif bagi
bangsa Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, maka makna Pancasila sebagai ideologi
bangsa dan Negara Indonesia yaitu:
1. Nilai-nilai dalam Pancasila dijadikan sebagai cita-cita normatif dari
penyelenggaraan bernegara di Indonesia.
2. Nilai-nilai dalam Pancasila merupakan nilai yang telah disepakati
bersama dan oleh karenanya menjadi salah satu sarana untuk
menyatukan masyarakat Indonesia.

Fungsi Pancasila sebagai Ideologi Negara


1. Menyatukan bangsa Indonesia, memperkokoh dan memelihara
kesatuan dan persatuan.
2. Membimbing dan mengarahkan bangsa Indonesia unutk mencapai
tujuannya.
3. Memberikan kemauan untuk memelihara dan mengembangkan
identitas bangsa Indonesia
4. Menerangi dan mengawasi keadaan, serta kritis kepada adanya upaya
untuk mewujudkan cita-cita yang terkandung di dalam pancasila.
5. Sebagai pedoman bagi kehidupan bangsa Indonesia dalam upaya
menjaga keutuhan negara dan memperbaiki kehidupan dari bangsa
Indonesia.

3. Perbedaan Ideologi di Indonesia dan di Dunia

Perbedaan ideologi mengacu pada perbedaan dalam pandangan, prinsip,


nilai, dan keyakinan yang mendasari pemikiran politik, sosial, atau agama
suatu kelompok atau masyarakat. Setiap ideologi memiliki seperangkat
nilai, prinsip, dan tujuan yang membentuk fondasi bagi pandangan mereka
terhadap kehidupan dan masyarakat.
 Ideologi berbeda-beda dalam visi mereka terhadap tatanan sosial-
politik yang ideal.
 Perbedaan dalam ideologi tercermin dalam pandangan mereka
tentang peran pemerintah. Ideologi yang berbeda memiliki
pandangan yang berbeda terkait seberapa besar peran pemerintah
dalam mengatur kehidupan masyarakat.
 Perbedaan ideologi juga dapat dipengaruhi oleh budaya dan
sejarah suatu masyarakat. Nilai-nilai budaya dan pengalaman
sejarah dapat membentuk pandangan ideologis yang berbeda di
berbagai tempat di dunia.
Perbedaan ideologi ini dapat mempengaruhi dinamika sosial, politik, dan
ekonomi di suatu negara atau masyarakat. Seringkali, konflik atau
perbedaan pendapat dalam masyarakat timbul karena perbedaan ideologi
yang mendasar di antara kelompok-kelompok tersebut.

Di indonesia sendiri menganut ideologi pancasila, Ciri khas ideologi


pancasila adalah ideologi terbuka yaitu nilai-nilai dan cita-citanya tidak
dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani,
moral dan budaya masyarakatnya sendiri.Dasarnya dari konsensus
masyarakat, tidak diciptakan oleh negara, melainkan ditemukan dalam
masyarakatnya sendiri. Pancasila adalah ideologi dasar Indonesia,
sementara ideologi lainnya di dunia berasal dari berbagai negara dengan
prinsip dan nilai yang berbeda. Perbedaan antara Pancasila dengan ideologi
lain bisa berada pada aspek prinsip, tujuan, dan penerapannya dalam
sistem pemerintahan.
1. Perbedaan pancasila dan liberalisme
Di Bidang Politik Dalam ideologi pancasila, hak dan kebebasan individu
sangat dihargai, tetapi hak asasi dibatasi agar tidak mengganggu
kebebasan hak asasi orang lain. Sedangkan sistem pemerintahan dengan
ideologi liberalisme, negara tidak berhak mengganggu hak individu.
Sehingga, individu yang memiliki kekuasaan dan kelas ekonomi lebih
tinggi mempunyai hak lebih besar dibandingkan yang lain.
Di Bidang Agama Ideologi pancasila berdasar kepada lima sila dalam
pancasila. Sila pertama pancasila menyatakan bahwa Indonesia
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Paham atheis atau paham yang
tidak mempercayai adanya Tuhan tidak diterima dalam ideologi
pancasila. Sedangkan, ideologi liberalisme membebaskan penduduknya
untuk memilih. Penduduknya dapat memilih untuk meyakini Tuhan atau
memilih menjadi atheis.
Di bidang sosial dan ekonomi Selain itu, ideologi pancasila mengatur hak
atas kepemilikan sesuatu yang menguasai hajat hidup orang banyak
seperti air dan barang tambang. Tidak ada individu yang menguasainya
untuk kepentingan sendiri. Sebaliknya, dalam ideologi liberalisme,
individu dapat menguasai hal-hal penting negara. Maka, individu yang
menguasainya akan menjadi penguasa.
2. Perbedaan pancasila dan komunisme
Di Bidang Politik dan Hukum Ideologi pancasila menerapkan prinsip
persatuan dan kebersamaan yang dimiliki manusia dalam kehidupan
berbangsa dan benegara. Hukum yang ada diterapkan untuk
menjunjung tinggi keadilan dalam masyarakat. Sementara, komunisme
hanya memiliki satu kekuasaan melalui partai komunis. Ideologi
komunisme juga membatasi demokrasi sehingga rakyat tidak memiliki
kebebasan berbicara. Hukum digunakan untuk melanggengkan
keberadaan komunis.
Di Bidang Agama ideologi pancasila membebaskan warganya memilih
agama atau keyakinan, sedangkan komunisme menganggap agama
sebagai candu sehingga keberadaannya tidak diperlukan. Dalam ideologi
pancasila, agama harus menjiwai seluruh aspek kehidupan masyarakat,
bangsa, dan negara. Sementara, komunisme meyakini bahwa agama
harus dijauhkan dari masyarakat yang tidak mempercayai keberadaan
Tuhan atau atheis.
Di Bidang Sosial, Ideologi pancasila mengakui kebudayaan yang dimiliki
individu. Termasuk kebudayaan hidup berdampingan antarwarga
masyarakat. Hubungan antara individu dilandasi keselarasan,
keserasian, dan keseimbangan. Sementara komunisme menganggap
individu dan masyarakat kurang penting karena kepentingan negara
adalah yang utama. Kolektivitas yang dibentuk negara jauh lebih
penting.

3. Perbedaan Pancasila dan Islamisme


4. Pancasila menggabungkan prinsip-prinsip universal seperti keadilan
sosial dan persatuan, sementara Islamisme menekankan pada penerapan
hukum syariah dan nilai-nilai Islam dalam tatanan sosial dan politik.
Perbedaan lainnya dapat terjadi dalam penerapan praktis ideologi dalam
sistem pemerintahan dan masyarakat. Misalnya, Pancasila mewujud dalam
sistem demokrasi pancasila yang memiliki karakteristik unik Indonesia,
dengan tujuan untuk menciptakan keselarasan antara beragam nilai-nilai
dan kepentingan dalam masyarakat yang pluralistik.

Setiap ideologi memiliki karakteristik dan prinsip yang berbeda-beda, dan


perbedaan tersebut mencerminkan nilai, kepentingan, dan tata nilai yang
berbeda di setiap negara atau masyarakat yang menganutnya.
4.

Anda mungkin juga menyukai