Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

PRINSIP HUKUM SYARIAH ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama
Dosen Pengampu : Dr. Lutfi, S.Ag., M.M

Disusun Oleh :

Kelompok 3
Imam Reno Saputra (2023310055)
Iman Akbar (2023310038)
Saputra Al-Amin (2023310052)
Khabib Kurniawan (2023310039)
Aldi Safutra (2023310047)
Mico Ardiansyah (2023310044)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PRABUMULIH

2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah
pendidikan agama islam dengan judul " Memahami Pengertian dan Fungsi Perbankan
Syariah" tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung


bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk
itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh
karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini


dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah
selanjutnya.

Prabumulih, November 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................3
C. Tujuan Penulisan................................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................4
A. Pengertian Hukum Islam (Syari’ah)...................................................................4
B. Ruang Lingkup Hukum Islam............................................................................5
C. Ciri- ciri Hukum Islam.......................................................................................7
BAB III.........................................................................................................................9
PEMBAHASAN...........................................................................................................9
A. Prinsip Ketauhidan.............................................................................................9
B. Prinsip Keadilan dalam Islam...........................................................................10
C. Prinsip Amar Ma’ruf Nahi Munkar..................................................................12
D. Prinsip Al-Hurriyah (Kebebasan).....................................................................14
E. Prinsip Mussawah.............................................................................................16
F. Prinsip Ta’awun (Tolong Menolong)...............................................................18
G. Prinsip Tasamuh...............................................................................................21
BAB IV........................................................................................................................24
PENUTUP..................................................................................................................24
A. Kesimpulan.......................................................................................................24
B. Saran.................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................27
PERTANYAAN.........................................................................................................28
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prinsip adalah dasar atau aturan umum yang digunakan sebagai pedoman
dalam mengambil keputusan atau tindakan. Prinsip-prinsip ini biasanya
mencerminkan nilai, keyakinan, atau pandangan yang mendasari tindakan
seseorang atau kebijakan suatu organisasi. Prinsip-prinsip ini membantu
mengarahkan tindakan dan perilaku dalam berbagai situasi.1
Pentingnya prinsip adalah untuk menciptakan konsistensi, integritas, dan
pedoman moral dalam tindakan dan keputusan seseorang atau sebuah organisasi.
Prinsip-prinsip ini sering digunakan untuk memecahkan dilema moral,
mengarahkan strategi bisnis, dan membantu orang dalam berinteraksi dan
berperilaku sesuai dengan norma-norma yang dianggap penting dalam masyarakat.
Dalam Islam, prinsip-prinsip merupakan pedoman atau aturan dasar yang
mengatur perilaku dan kehidupan umat Muslim. Prinsip-prinsip ini didasarkan
pada ajaran-ajaran agama Islam yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadis (tradisi
atau perkataan Nabi Muhammad SAW). Beberapa prinsip utama dalam Islam
meliputi:
1. Tauhid (Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa)
Ini adalah prinsip dasar dalam Islam yang mengajarkan kepercayaan kepada
Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang Maha Esa. Tidak ada tuhan selain
Allah, dan semua ibadah dan tindakan harus dilakukan dengan niat tulus
kepada-Nya.
2. Risalah (Kepercayaan kepada Rasul-rasul)
Muslim meyakini bahwa Allah telah mengutus para nabi dan rasul sebagai
utusan-Nya untuk membimbing umat manusia. Nabi Muhammad SAW
1
Ibrahim, R. (2015). Pendidikan multikultural: pengertian, prinsip, dan relevansinya dengan tujuan
pendidikan Islam. Addin, 7(1).
dianggap sebagai nabi terakhir yang membawa pesan terakhir dari Allah kepada
manusia.
3. Akhirat
Islam mengajarkan keyakinan akan hari kiamat, di mana semua manusia akan
dihidupkan kembali dan diadili oleh Allah. Keyakinan akan akhirat
memengaruhi perilaku dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Keadilan dan Kebaikan
Islam mendorong umatnya untuk berperilaku adil dan berbuat baik kepada
sesama manusia. Keadilan, amanah (kejujuran), dan kebaikan adalah prinsip-
prinsip penting dalam Islam.
5. Hukum Islam (Syariah)
Islam memiliki panduan hukum yang mencakup aspek-aspek kehidupan
sehari-hari, termasuk pernikahan, ekonomi, makanan, dan lainnya. Hukum
Islam didasarkan pada prinsip-prinsip agama dan etika.2
6. Akhlak dan Etika
Islam mengajarkan pentingnya menjaga akhlak yang baik dan etika dalam
berinteraksi dengan orang lain. Ini mencakup kejujuran, kasih sayang,
kesabaran, dan pengampunan.
7. Saling Membantu dan Solidaritas
Muslim diajarkan untuk saling membantu sesama manusia, terutama mereka
yang membutuhkan. Solidaritas sosial adalah prinsip penting dalam Islam.
8. Kepemimpinan Adil
Kepemimpinan dalam Islam harus dilaksanakan dengan adil dan berdasarkan
kepentingan umat. Pemimpin harus menjalankan tugasnya dengan penuh
tanggung jawab dan integritas.
Prinsip-prinsip ini memberikan landasan moral dan etika bagi umat Islam
dalam menjalani kehidupan sehari-hari mereka, serta membentuk dasar bagi
hukum dan tata cara sosial dalam masyarakat yang berlandaskan Islam.

2
Setiawan, E. (2017). Pemikiran Abdurrahman Wahid tentang Prinsip Pendidikan Islam Multikultural
Berwawasan Keindonesiaan. Edukasia Islamika: Jurnal Pendidikan Islam, 2(1), 32-45.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dalam makalah ini penulis akan
membahas:
1. Apa saja prinsip hukum Syariah dan bagaimana cara penerapan nya dalam
kehidupan sehari - hari ?

C. Tujuan Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah yang ada maka tujuan dari penulisan makalah ini
ialah :
1. Untuk mengetahui dan memahami penjelasan mengenai prinsip hukum syariah
serta penerapan nya dalam kehidupan sehari - hari
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Hukum Islam (Syari’ah)

Makna syari’ah adalah jalan ke sumber (mata) air, dahulu (di arab) orang
mempergunakan kata syari;ah untuk sebutan jalan setapak menuju ke sumber
(mata) air yang diperlukan manusia untuk minum dan membersihkan diri. Kata
syari’ah ini juga berarti jalan yang lurus, jalan yang lempang tidak berkelok-
kelok,juga berarti jalan raya. Kemudian penggunaan kata syari’ah ini bermakna
peraturan, adapt kebiasaan, undang-undang dan hukum.3
Syariah islam berarti segala peraturan agama yang di tetapkan Allah untuk
ummat islam, baik dari Al-Qur’an maupun dari sunnah Rasulullah saw. yang
berupa perkataan,perbuatan ataupun takrir (penetapan atau pengakuan). Syariah itu
meliputi hukum-hukum Allah bagi seluruh perbuatan manusia, tentang halal,haram
makruh,sunnah dan mubah pengertian inilah yang kita kenal ilmu fiqih, yang
sinonim dengan istilah “undang-undang”. Para pakar hukum islam selalu berusaha
memberikan batasan pengertian “Syariah” yang lebih tegas, untuk memudahkan
kita mebedakan dengan fiqih,yang dia antaranya sebagai berikut:
Imam Abu Ishak As-syatibi dalam bukunya Al-Muwafaqat ushulil ahkam
mengatakan :
“bahwasannya arti syariat itu sesungguhnya menetapkan batas tegas bagi orang-
orang mukallaf dalam segala perbuatan,perkataan dan akidah mereka.”
Syaikh Muhammad Ali ath-thahawi dalam bukunya kassyful istilahil funun
mengatakan :

3
https://fai.uma.ac.id/2023/02/15/pengertian-hukum-islam-dan-sumbernya/
“Syariah yang telah diisyaratkan Allah untuk para hambanya, dari hokum-hukum
yang telah dibawa oleh seseorang nabi dan para nabi Allah as. Baik yang berkaitan
dengan cara pelaksanaanya, dan disebut dengan far’iyah amaliyah, lalu dihimpun
oleh ilmu kalam dan syari’ah ini dapat disebut juga pokok akidah dan dapat
disebut juga dengan diin(agama) dan millah.”
Definisi tersebut menegaskan bahwa syariah itu muradif(sinonim) dengan diin
dan milah(agama). Berbeda dengan ilmu fiqih, karena ia hanya membahas tentang
amaliyah hukum(ibadah), sedangkan bidang akidah dan hal-hal yang berhubungan
dengan alam ghaib dibahas oleh ilmu kalam atau ilmu tauhid.
Prof. Dr, Syeikh Mahmūd Syaltūt mengatakan bahwa :
“syariah ialah segala peraturan yang telah diisyaratkan allah,atau ia telah
mensyariatkan dasar-dasarnya, agar manusia melaksanakannya, untuk dirinya
sendiri dalam berkomunikasi dengan tuhannya dengan sesama muslim dengan
sesama manusia denga alam semesta dan berkomunikasi dengan kehidupan.”
Dalam istilah hukum Islam, prinsip memiliki makna yang sama dengan 4
hukum atau aturan. Prinsip semakna dengan al-mabȃdi. Prinsip bersifat umum, ia
dikatagorikan sebagai al-qȃ’idah al-kulliyah. Prinsip hukum Islam atau mabȃdi al-
syarȋ’ah diberlakukan pada hukum Islam secara menyeluruh. Prinsip ada di setiap
bagian-bagian dari berbagai kajian tentang hukum Islam, baik itu dalam bidang
fiqih muamalah, pernikahan, waris dan bagian-bagian fiqih lainnya.

B. Ruang Lingkup Hukum Islam

Jika kita bandingkan hukum islam bidang muamalah ini dengan hukum barat 5
yang membedakan antara hukum privat (hukum perdata) dengan hukum
public,maka sama halnya dengan hukum adat di tanah air kita, hukum islam tidak
membedakan (dengan tajam) antara hukum perdata dengan hukum publik
disebabkan karena menurut system hukum islam pada hukum perdata terdapat
segi-segi publik ada segi-segi perdatanya. Itulah sebabnya maka dalam hukum
4
Ria, W. R., & Zulfikar, M. (2017). Ilmu Hukum Islam.
5
Wibowo, M. K. B. (2021). RUANG LINGKUP HUKUM ISLAM. Mamba'ul'Ulum, 118-124.
islam tidak dibedakan kedua bidang hukum itu. Yang disebutkan adalah bagian-
bagian nya saja seperti misalnya,
1. munakahat
2. wirasah
3. muamalat dalam arti khusus
4. jinayat atau ukubat
5. al – ahkam as sulthaniyah (khilifah),
6. siyar dan
7. mukhasamat.
Kalau bagian – bagian hukum islam itu disusun menurut sistematik hukum
barat yang membedakan antara hukum perdata dengan hukum publik seperti yang
di ajarkan dalam pengantar ilmu hokum di tanah air kita, yang telah pula di
singung di muka, susunan hokum muamalah dalam arti luas itu adalah sebagai
berikut:
Hukum perdata ( islam ) adalah
1. munakahat mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan,
perceraian serta akibat-akibatnya;
2. wirasah mengatur segala masalh yang berhubungan dengan pewaris, ahli
waris, harta peninggalan serta pembagian warisan. Hukum kewarisan Islam ini
disebut juga hukum fara’id;
3. muamalat dalam arti khusus, mengatur masalah kebendaan dan hak-hak atas
benda, tata hubungan manusia dalam soal jual-beli, sewa menyewa, pinjam
meminjam, perserikatan, dan sebagainya.
Hukum publik(islam) adalah
1. jinayat yang memuat aturan-aturan mengenai perbuatan-perbuatan yang
diancam dengan hukuman baik dalam jarinah hudud maupun dalam jarimah
ta’zir. Yang dimaksud dengan jarimah adalah perbuatan pidana yang telah
ditentukan bentuk dan batas hukumanya dalam al-Qur’an dan sunnah Nabi
Muhamad (hudud jamak dari hadd = batas ). Jarimah ta’zir adalah perbuatan
pidana yang bentuk dan ancaman hukumanya ditentukan oleh penguasa
sebagai pelajaran bagi pelakunya (ta’zir = ajaran atau pengajaran);
2. al-ahkam as-sulthaniyah membicarakan soal-soal yang berhubungan dengan
kepala Negara, pemerintahan, baik pemerintahan pusat maupun daerah ,
tentara, pajak dan sebagainya;
3. siyar mengatur segala urusan perang dan damai, tata hubungan dengan
pemeluk agama dan Negara lain
4. mukhasamat mengatur soal peradilan, kehakiman, dan hukum acara.

C. Ciri- ciri Hukum Islam

Ciri-ciri hukum Islam adalah sebagai berikut :


1. Merupakan dan bersumber dari agama islam.
2. Mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan dari iman atau
kaidah dan kesusilaan atau ahlak islam.
3. Mempunyai dua istilah kunci, yaitu :
a. Syariat : Terdiri dari wahyu Allah dan Sunnah Nabi Muhammad.
b. Fikih : pemahaman dan hasil pemahaman manusia tentang syariah.
4. Terdiri dari dua bidang utama, yaitu :
a. Ibadat bersifat tertutup karena telah sempurna.
b. Muamalat dalam arti luas bersifat terbuka untuk dikembangkan oleh
manusia yang memenuhi syarat dari masa ke masa.6
5. Strukturnya berlapis, terdiri dari :
a. Nas atau teks alqur’an.
b. Sunnah Nabi Muhammad (untuk syari’at)
c. Hasil ijtihad (doktrin) manusia yang memenuhi syarat tentang al-qur’an
dan as-sunnah.
d. Pelaksanaan dalam praktek baik, berupa keputusan hakim, maupun, berupa
amalan amaln umat islam dalam masyarakat (untuk fikih)
6
Ishak, A. (2013). Ciri-Ciri Hukum Islam. Al-Mizan (e-Journal), 9(1), 62-76.
6. Mendahulukan kewajiban dari hak, amal dari pahala.
7. Dapat dibagi menjadi :
a. Hukum takifi atau hukum taklif.
Yakni al-ahkam, al-khamsah, yaitu kaidah jenis hukum, lima kategori
hokum, lima penggolongan hukum, yakni : Jaiz, Sunnah, Makruh, Wajib,
Haram
b. Hukum Wadh’i
Yang mengandung sebab, syarat, halangan terjadi atau terwujudnya
hubungan hukum.
8. Berwatak universal, berlaku abadi untuk umat islam dimanapun mereka berada
tidak terbatas pada umat umat Islam disuatu tempat atau Negara pada suatu
masa saja.
9. Menghormati martabat manusia sebagai kesatuan jiwa dan raga, rohani dan
jasmani serta memelihara kemuliaan manusia dan kemanusiaan secara
keseluruhan.
10. Pelaksanaannya dalam praktek digerakkan oleh iman dan akhlak umat islam.
BAB III

PEMBAHASAN

Prinsip-prinsip hukum syariah adalah seperangkat aturan dan nilai-nilai yang


mendasari sistem hukum Islam. Hukum syariah berasal dari sumber-sumber utama
dalam Islam, yaitu Al-Quran dan Hadis (tradisi dan ucapan Nabi Muhammad), serta
pendapat para ulama (ijma) dan analogi (qiyas). Beberapa prinsip hukum syariah
yang penting meliputi:

A. Prinsip Ketauhidan

Tauhid adalah dasar agama Islam yang menjadikan Allah Swt adalah satu.
Ilmu tauhid adalah ilmu yang mempelajari keesaan Allah, rasul, dan nabi-nabi
dalam Islam. Pengertian tauhid juga dipahami sebagai sikap meyakini bahwa
Allah Maha Suci yang tidak memiliki kekurangan sedikit pun Dalam Islam,
keesaan Tuhan berarti Allah adalah satu dan tidak ada Tuhan selain Allah. 7
Pengertian Tauhid bisa dilihat dari kalimat Syahadat.
Kalimat Syahadat berbunyi:
"ashadu ʾ alā ʾilāha ʾillā -llāh, wa ʾashadu ʾanna muḥammadan rasūlu -llāh"
Artinya: Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan aku bersaksi
bahwa Muhammad adalah utusan Allah.
Dari kalimat syahadat ini menunjukkan bahwa tauhid adalah inti dan landasan
seluruh ajaran Islam. Dengan mengikrarkan kalimat pertama, seorang muslim
memantapkan diri untuk menjadikan hanya Allah sebagai tujuan, motivasi, dan
jalan hidup.
Dalam ajaran tauhid, paling tidak ada tiga hal mendasar yang dibicarakan.
Pertama, Ilāhiyyāt, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan, baik sifat-sifat-
Nya, perbuatan-perbuatan-Nya dan hubungan antara Tuhan dan hamba-hamba-
7
Hanafi, A. H. (2020). Majelis Pengkajian Tauhid Tasawuf dan Aktualisasi Ketauhidan. Jurnal
Sosiologi Agama Indonesia (JSAI), 1(2), 182-198.
Nya. Kedua, Nubuwwāt, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan para nabi yang
diutus oleh Allah swt. kepada seluruh umat manusia, untuk menyampaikan syariat-
syariat-Nya kepada mereka. Ketiga, Sam’iyyāt, yaitu informasi-informasi yang
dibawa oleh para nabi tersebut berupa wahyu yang mereka terima dari Allah swt.
untuk disampaikan kepada umat mereka masing-masing. Dalam ketiga ajaran
dasar ini, termuat ajaran tentang malaikat, kitab dan takdir. Dan dari ajaran dasar
inilah ditegakkan rukun-rukun Islam, berupa syahadat, salat, puasa, zakat dan haji
serta ibadah-ibadah lainnya. Sebagai pelengkap, sekaligus penyempurna,
disyariatkan pula ihsān yang harus menyertai berbagai ibadah yang kita lakukan.
Penerapan prinsip ketauhidan dalam kehidupan sehari-hari mencakup
berbagai aspek, dari ibadah formal hingga tindakan dan sikap sehari-hari. Berikut
adalah beberapa contoh penerapan prinsip ketauhidan:
1. Melaksanakan shalat lima waktu sebagai bentuk ibadah langsung kepada Allah.
2. Menjauhi segala bentuk syirik dalam pelaksanaan shalat, yaitu menjadikan
Allah sebagai satu-satunya tujuan ibadah.
3. Seorang Muslim merencanakan kehidupannya dengan niat yang baik dan
berusaha, tetapi tetap menyadari bahwa hasil akhir berasal dari kehendak Allah.
4. Ketika menghadapi kesulitan atau keputusan penting, mengandalkan Allah
dengan berdoa dan tawakal.
5. Ketika dihadapkan dengan cobaan atau ujian, meyakini bahwa Allah
memberikan ujian sesuai dengan kebijakan-Nya.
6. Bersikap sabar dan tawakal dalam menghadapi setiap ujian.
7. Menghindari perilaku maksiat dan dosa sebagai bentuk ketaatan kepada Allah.
Penerapan prinsip ketauhidan dalam kehidupan sehari-hari membentuk
karakter dan perilaku seorang Muslim, menjadikan setiap tindakan sebagai bentuk
ibadah dan ketaatan kepada Allah.

B. Prinsip Keadilan dalam Islam

Keadilan secara etimologi diartikan dengan makna tidak berat sebelah atau
dapat menetapkandan menempatkan sesuatu atau hukum dengan benar, tepat, dan
sesuai dengan tempatnya, tidak membenarkan yang salah dan tidak menyalahkan
yang benar, meskipun harus menghadapi konsekuensi- konsekuensi tertentu.
Sedangkan secara terminologi keadilan diartikan sebagai segala bentuk tindakan,
keputusan, dan perlakuan yang adil, tidak melebihikan bahkan mengurangi dari
pada yang semestinya dan sewajarnya, tidak keterpihakan dan memberikan suatu
putusan yang berat sebelah atau ringan sebelah, Sesuai dengan kapasitas dan
kemampuan, tingkatan atau kedudukan serta keahliannya, berpegang teguh kepada
kebenaran, tidak sewenang-wenang. kriteria keadilan dalam Islam dibagi menjadi 8
3 yakni:

1. Keadilan dalam tatanan Pemerintahan.


Untuk mewujudkan masyarakat yang seimbang dan tumbuhnya kesejahteraan
dan kemakmuran dalam kehidupan sosial kemasyarakatan tentunya pemerintah
di sini sangat penting artinya, karena berlaku adil dalam melaksanakan
kekuasaan menjamin kemantapan hukum yaitu menetapkan hukum di antara
manusia sesuai dengan ketentuan yang telah disahkan dan disepakati bersama.
2. Keadilan dalam Peradilan.
Seorang hakim wajib berlaku adil dan tidak boleh berat sebelah dalam masalah-
masalah persengketaan yang terjadi antara dua orang atau golongan dengan
memberikan :
a. Kesempatan yang sama untuk menemuinya;
b. perhatian yang sama;
c. tempat yang sama;
d. penetapan keputusan yang tidak berat sebelah.
3. Keadilan terhadap Semua Manusia
Berlaku adil terhadap semua orang tanpa membeda-bedakan antara yang kuat
dan yang lemah, kulit putih dan hitam, Muslim dan non Muslim serta berkuasa
dan rakyat. Keadilan dalam al-Qur‟an memperlakukan manusia seluruhnya

8
Rangkuti, A. (2017). Konsep keadilan dalam perspektif Islam. TAZKIYA: Jurnal Pendidikan
Islam, 6(1).
secara sama, baik dalam urusan pertanggung jawaban, pembahasan dan hak-hak
sosial lainnya.
Penerapan prinsip keadilan dalam Islam dapat dilakukan melalui berbagai cara
dalam berbagai aspek kehidupan. Berikut adalah beberapa cara penerapan prinsip
keadilan Islam:
1. Adil dalam Hubungan Sosial:
a. Memperlakukan semua individu dengan adil, tanpa memandang suku, ras,
agama, atau status sosial.
b. Membantu orang yang membutuhkan dan memberikan dukungan kepada
yang lemah.
2. Keadilan dalam Keluarga:
a. Menegakkan keadilan antara suami dan istri dalam pembagian tanggung
jawab, hak, dan kewajiban.
b. Menjaga hak-hak anak dan anggota keluarga lainnya dengan adil.
3. Adil dalam Hukum:
a. Menegakkan hukum yang adil dan setara bagi semua warga negara.
b. Menjamin hak-hak individu dan kelompok, serta memberikan sanksi yang
sesuai terhadap pelanggaran hukum.
Penerapan prinsip keadilan dalam Islam bukan hanya tanggung jawab
individu, tetapi juga masyarakat dan pemerintah, masyarakat Muslim diharapkan
dapat menciptakan lingkungan yang adil, sejahtera, dan berkeadilan, sesuai dengan
ajaran Islam.

C. Prinsip Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Secara bahasa amar ma’ruf artinya menyuruh orang berbuat baik, sementara
nahi munkar artinya melarang orang berbuat yang jahat. Allah Swt. berfirman di
dalam surat Ali Imran ayat 104 yang artinya, “Hendaklah ada di antara kamu
orang-orang yang selalu mengajak orang berbuat baik dan melarang orang berbuat
jahat.9
"Amar ma'ruf nahi munkar" adalah konsep dalam Islam yang berasal dari Al-
Qur'an dan Hadits. Istilah ini dapat diartikan sebagai "mendorong kepada kebaikan
dan mencegah dari perbuatan yang buruk." Konsep ini mencerminkan tanggung
jawab umat Islam untuk mempromosikan nilai-nilai moral dan etika Islam dalam
masyarakat.
"Amar ma'ruf" artinya mendorong atau memerintahkan kepada kebaikan. Ini
mencakup segala bentuk tindakan yang dapat membawa manfaat positif bagi
individu dan masyarakat. Dalam konteks ini, umat Islam diharapkan untuk aktif
berpartisipasi dalam tindakan-tindakan positif, memberikan nasihat yang baik, dan
menyebarkan nilai-nilai agama Islam.
"Nahi munkar" artinya mencegah atau melarang dari perbuatan yang buruk.
Ini mencakup tindakan-tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai moral dan
etika Islam. Umat Islam diharapkan untuk menolak terlibat dalam perbuatan
munkar (buruk) dan, jika memungkinkan, mencegah atau menghentikan orang lain
dari melakukan perbuatan tersebut.
Prinsip amar ma'ruf nahi munkar mencerminkan peran aktif umat Islam dalam
membangun masyarakat yang berdasarkan pada prinsip-prinsip keadilan,
kebenaran, dan moralitas. Konsep ini menciptakan dasar untuk masyarakat yang
peduli terhadap kebaikan bersama dan berusaha menghindari perbuatan yang
merugikan diri sendiri dan orang lain. Praktik amar ma'ruf nahi munkar juga dapat
berkontribusi pada pembentukan karakter yang baik dan atmosfer positif dalam
kehidupan sehari-hari.
Berikut adalah beberapa contoh penerapan prinsip amar ma'ruf nahi munkar
dalam kehidupan sehari-hari:
1. Menolong tetangga yang sedang kesulitan, seperti memberikan bantuan saat
mereka sakit atau membutuhkan pertolongan.

9
Syeikh, A. K. (2018). Rekonstruksi Makna Dan Metode Penerapan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Berdasarkan Al-Qur’an. Al-Idarah: Jurnal Manajemen dan Administrasi Islam, 2(2), 1-22.
2. Mencegah ketidakadilan atau perilaku tidak baik terhadap tetangga.
3. Menyebarkan informasi yang benar dan positif tentang sesama.
4. Mengindari dan menolak berpartisipasi dalam ghibah (mengumpat) dan fitnah
(mencemarkan nama baik).
5. Amar ma'ruf: Memberikan sumbangan dan sedekah kepada mereka yang
membutuhkan.
6. Nahi munkar: Mencegah kelaparan dan kemiskinan dengan berkontribusi pada
program kemanusiaan dan amal.
7. Amar ma'ruf: Mengajak teman-teman untuk ikut serta dalam kegiatan
keagamaan, seperti pengajian atau sholat berjamaah.
8. Nahi munkar: Mencegah teman dari tindakan atau kebiasaan yang
bertentangan dengan nilai-nilai agama.
9. Mencegah perilaku yang tidak hormat terhadap orang tua atau keluarga.
10. Nahi munkar: Menolak menyebarkan berita palsu, provokatif, atau merugikan
orang lain.
Melalui penerapan prinsip amar ma'ruf nahi munkar dalam kehidupan sehari-
hari, seseorang dapat berkontribusi pada pembentukan masyarakat yang lebih baik
secara moral dan spiritual.

D. Prinsip Al-Hurriyah (Kebebasan)

Dalam Islam kata bebas berasal dari kata Arab “hurrun”, memiliki asal kata
“harra-yahaaru” yakni menjadi bebas, lawan kata dari budak atau tawanan, yakni
bebasatau merdeka. Seorang yang bebas adalah seorang yang merdeka untuk
memilih yang hal-hal yang baik. Bukan hamba sahaya berarti seorang yang
terbebas dari ketamakandan menyembah duniawi serta menyembah selain Allah.10
Bebas juga dapat dimengerti sebagai lepas dari aib, kekurangan, dan cacat.

10
Amrullah, K., & Azzahra, F. (2019). Al-Hurriyah fi Manzur Ma’had Darussalam Gontor. Tasfiyah:
Jurnal Pemikiran Islam, 3(2), 151-163.
Pada dasarnya, Islam menghormati dan mengakui nilai kebebasan, tetapi
konsep ini diartikan dalam konteks tertentu dan dengan batasan moral dan etika
Islam. Islam menghormati kebebasan beragama, dan Al-Qur'an secara eksplisit
menyatakan bahwa "Tidak ada paksaan dalam agama" (Q.S. Al-Baqarah [2]: 256).
Ini menunjukkan bahwa seseorang bebas memilih dan menjalankan agamanya
tanpa tekanan atau paksaan.
Kebebasan dalam Islam memiliki batasan moral dan etika yang diberikan oleh
hukum Islam (Sharia). Beberapa tindakan yang dianggap tidak etis atau
bertentangan dengan ajaran agama dapat dibatasi. Islam menghormati kebebasan
individu dalam konteks sosial, selama itu tidak merugikan masyarakat. Kebebasan
ini harus sejalan dengan nilai-nilai keadilan, kesetaraan, dan kesejahteraan sosial.
Dalam bidang ekonomi, Islam mengakui hak kepemilikan pribadi dan kebebasan
individu untuk mencari rezeki. Namun, kebebasan ini juga diatur oleh prinsip-
prinsip distribusi kekayaan dan kesejahteraan sosial.
Penerapan prinsip kebebasan dalam Islam dapat dilihat dalam berbagai aspek
kehidupan sehari-hari, dengan memperhatikan batasan dan panduan moral yang
ditentukan oleh ajaran Islam. Berikut adalah beberapa contoh penerapan prinsip
kebebasan dalam Islam:
1. Kebebasan Beragama, Umat Islam memiliki kebebasan untuk memilih dan
menjalankan agamanya masing-masing tanpa adanya paksaan. Islam
menghormati keragaman keyakinan dan mengajarkan toleransi terhadap umat
beragama lain.
2. Kebebasan Berpendapat, Dalam diskusi dan perdebatan, umat Islam diberikan
kebebasan untuk menyatakan pendapat mereka. Namun, ini harus dilakukan
dengan hormat, tanpa merendahkan atau mencemarkan nama baik orang lain.
3. Kebebasan Individu, Setiap individu memiliki kebebasan untuk membuat
keputusan dalam hidupnya, termasuk dalam hal pendidikan, pekerjaan, dan
perkawinan. Namun, kebebasan ini diatur oleh prinsip-prinsip moral dan etika
Islam.
4. Kebebasan Sosial, Umat Islam diberikan kebebasan dalam berinteraksi sosial,
selama itu tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral Islam. Misalnya,
kebebasan untuk berkumpul dan berorganisasi asalkan tidak merugikan
masyarakat.
5. Kebebasan Ekonomi, Individu memiliki kebebasan untuk memiliki dan
mengelola harta benda mereka. Prinsip-prinsip ekonomi Islam menghormati
hak kepemilikan pribadi sambil mengingatkan agar distribusi kekayaan adil dan
sesuai dengan ajaran Islam.
Penting untuk dicatat bahwa kebebasan dalam Islam selalu diarahkan pada
pencapaian kebaikan dan kesejahteraan bersama, serta dalam kerangka nilai-nilai
moral dan etika Islam. Kebebasan tidak berarti bebas dari tanggung jawab
terhadap Tuhan dan sesama manusia.

E. Prinsip Mussawah

Keadilan menjadi salah satu perkara penting yang dibahas tuntas dalam pokok
kajian. Dalam Alquran, keadilan dibahas menyeluruh hingga dibagi lagi menjadi
beberapa bagian, salah satunya adalah musawah. musawah adalah persamaan hak
bagi setiap Muslim. Sebagaimana dibahas dalam surat An-Nisa ayat 58 berikut:
‫ِاَّن َهّٰللا َيْأُم ُر ُك ْم َاْن ُتَؤ ُّد وا اَاْلٰم ٰن ِت ِآٰلى َاْهِلَهۙا َو ِاَذ ا َح َك ْم ُتْم َبْيَن الَّناِس َاْن َتْح ُك ُم ْو ا ِباْلَع ْد ِل ۗ ِاَّن َهّٰللا ِنِعَّم ا َيِع ُظُك ْم ِب ٖه ۗ ِاَّن‬
‫َهّٰللا َك اَن َسِم ْيًع ۢا َبِص ْيًرا‬
“Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya
kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi
pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.”11
Secara bahasa , musawah berarti kesejajaran atau kesetaraan. Artinya, tidak
ada pihak yang merasa lebih tinggi dari yang lain, sehingga dapat memaksakan
kehendaknya. Dalam urusan kenegaraan, penguasa tidak bisa memaksakan

11
Ruhana, A. S. KONSEP MUSAWAH BERAGAMA DALAM MULTIAGAMA
SYAHRIL. LITERASI MULTIKULTURAL BERBASIS AGAMA ISLAM, 141.
kehendaknya terhadap rakyat, berlaku otoriter dan eksploitatif. Sebab, rakyat dan
penguasa memiliki kedudukan dan hak sama yang harus dihargai keberadaanya.
Dalam konteks umum, musawah bisa dikaitkan dengan kerukunan antar
masyarakat. Dengan adanya musawah, diskriminasi antar masyarakat tidak akan
terjadi. Diskriminasi kepada orang yang berkulit hitam, orang berkebutuhan
khusus, orang miskin, dan lain sebagainya bisa dihindari dengan teori musawah
ini. Sehingga ketentraman dalam bermasyarakat pun bisa tercipta.
ada empat macam konsep musawah (persamaan) dalam Islam, yaitu:
1. Persamaan dalam hukum: Islam memperlakukan semua orang dengan hukuman
yang sama. Bahkan dalam salah satu riwayat, Rasulullah bersabda "Seandainya
fatimah anakku mencuri, pasti akan kupotong tangannya."
2. Persamaan dalam proses peradilan: Ali bin Abi Thalib pernah menegur
khalifah Umar karena membedakan cara memanggil Ali dan orang Yahudi.
Kepada Ali, Umar memanggil dengan nama gelarnya, yaitu Abu Hasan.
Sedangkan kepada Yahudi, Umar hanya memanggil dengan nama pribadinya.
3. Persamaan dalam pemberian status sosial: Nabi pernah menolak permohonan
Abbas dan Abu Dzar dalam suatu jabatan, dan memberikannya kepada orang
lain yang bukan dari golongan bangsawan.
4. Persamaan dalam ketentuan pembayaran hak harta: Islam menyamakan cara
dan jumlah ketentuan zakat, diat, serta denda bagi semua orang. Semuanya
wajib bayar, tanpa membedakan status sosial dan warna kulitnya.
Prinsip persamaan hak dan keadilan adalah dua hal yang tidak dapat
dipisahkan dalam menetapkan hukum Islam. Keduanya harus diwujudkan demi
pemeliharaan martabat manusia.
Meskipun istilah "Mussawah" mungkin secara khusus terkait dengan gerakan
kesetaraan gender, konsep kesetaraan dalam Islam juga ditekankan, dan banyak
tokoh dan kelompok di dunia Muslim yang berjuang untuk mencapai kesetaraan
gender sejalan dengan nilai-nilai Islam. Namun, interpretasi tentang bagaimana
kesetaraan ini diimplementasikan dapat bervariasi di antara berbagai kelompok
dan masyarakat. Penerapan konsep Mussawah, atau kesetaraan gender, dalam
kehidupan sehari-hari dapat melibatkan sejumlah tindakan dan prinsip. Berikut
beberapa contoh penerapan Mussawah dalam kehidupan sehari-hari:
1. Menciptakan kesetaraan dalam pembagian tugas rumah tangga antara suami
dan istri.
2. Mengajarkan anak-anak bahwa pekerjaan rumah tangga adalah tanggung jawab
bersama, bukan hanya perempuan.
3. Membangun keputusan bersama antara suami dan istri dalam hal-hal penting,
seperti keuangan, pendidikan anak, atau rencana masa depan keluarga.
4. Mendorong kesetaraan gaji dan peluang karir di tempat kerja.
5. Memastikan bahwa hak waris antara anak perempuan dan laki-laki diakui
secara setara.
6. Menghindari diskriminasi dalam pemberian harta kepada anak-anak
perempuan.
Penerapan Mussawah melibatkan perubahan budaya dan sikap yang
mendukung kesetaraan gender dalam semua aspek kehidupan. Ini melibatkan
kesadaran, pendidikan, dan tindakan konkret untuk mencapai kesetaraan dalam
masyarakat.

F. Prinsip Ta’awun (Tolong Menolong)

Kata “Ta’awun” ini berasal dari Bahasa Arab yang memiliki arti tolong-
menolong, gotong royong, atau saling membantu kepada sesama. Dari itulah dapat
disimpulkan secara istilah, bahwa Ta’awun ini adalah sifat saling tolong-menolong
di antara sesama manusia dalam hal kebaikan yang mana merupakan kewajiban
setiap muslim sekaligus ciri khas umat muslim sejak zaman Rasulullah SAW.
Dalam semua agama, sikap saling tolong-menolong ini sangat dijadikan ajaran
utama, salah satunya juga terdapat dalam syariat agama Islam.12

12
Hijrati, R. (2020). Konsep Ta’awun Menurut Al-Qur’an Dan Pengembangannya Dalam Konseling
Islam (Doctoral dissertation, UIN AR-RANIRY).
Ta’awun ini telah menjadi ajaran utama dalam agama Islam sekaligus sebagai
firman Allah SWT dalam Al-Quran, misalnya pada surah Al-Maidah ayat 2 dan
Al-Mujadalah ayat 9, yang berbunyi:
‫َٰٓل‬
‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنو۟ا اَل ُتِح ُّلو۟ا َش َٰٓع ِئَر ٱِهَّلل َو اَل ٱلَّش ْهَر ٱْلَحَر اَم َو اَل ٱْلَه ْد َى َو اَل ٱْلَق ِئ َد َو ٓاَل َء ٓاِّم يَن ٱْلَبْيَت ٱْلَح َر اَم َيْبَتُغ وَن‬
‫َفْض اًل ِّم ن َّرِّبِه ْم َو ِر ْض َٰو ًناۚ َو ِإَذ ا َح َلْلُتْم َفٱْص َطاُدو۟ا ۚ َو اَل َيْج ِرَم َّنُك ْم َش َنَٔـاُن َقْو ٍم َأن َص ُّد وُك ْم َع ِن ٱْلَم ْس ِج ِد ٱْلَح َر اِم َأن‬
‫َتْعَتُدو۟ا ۘ َو َتَع اَو ُنو۟ا َع َلى ٱْلِبِّر َو ٱلَّتْقَو ٰى ۖ َو اَل َتَع اَو ُنو۟ا َع َلى ٱِإْل ْثِم َو ٱْلُع ْد َٰو ِن ۚ َو ٱَّتُقو۟ا ٱَهَّللۖ ِإَّن ٱَهَّلل َش ِد يُد ٱْلِع َقاِب‬
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar
Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan
(mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan
jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang
mereka mencari karunia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah
menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali
kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu
dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS. Al-Maidah ayat 2)
Sebagaimana yang telah dituliskan sebelumnya bahwa manusia itu adalah
makhluk sosial yang akan selalu membutuhkan bantuan dari manusia lain dari
dirinya lahir hingga meninggal dunia. Maka dari itu, setiap manusia hendaknya
menciptakan hubungan baik antar sesama, salah satunya dapat dilakukan dengan
menerapkan sikap tolong-menolong. Nilai Positif Dalam Sikap Ta’awun yaitu,
Mempererat hubungan silaturahmi, Terciptanya kehidupan yang tentram,
Terciptanya simbiosis mutualisme terhadap sesama manusia, Terpenuhinya
kebutuhan, Beban atau kesulitan akan terasa lebih ringan.
Cara Pembiasaan Sikap Ta’awun Dalam Diri Muslim. Sikap Ta’awun atau
saling tolong-menolong ini memang harus dibiasakan oleh umat muslim sejak
dini, sehingga nantinya dapat terus tertanam hingga dirinya beranjak dewasa.
Meskipun Ta’awun ini adalah bentuk ajaran utama dari syariat Islam, tetapi
ternyata terdapat empat jenis karakteristik manusia dalam hal tolong-menolong,
baik ketika dirinya tengah memberi pertolongan maupun mendapatkan
pertolongan. Nah, berikut adalah karakteristiknya:13
1. Al-Mu’in wal Musta’in, Yakni mereka yang mau menolong sekaligus ditolong,
sehingga mengutamakan keseimbangan. Maksudnya, jika suatu saat dirinya
ditolong oleh manusia lain, maka di masa depan nanti dirinya juga harus
menolong.
2. La yu’in wa la yasta’in, Yakni orang yang tidak mau menolong dan tidak mau
juga ditolong oleh orang lain. Maksudnya, orang tersebut memiliki pola
pemikiran bahwa meminta tolong kepada orang lain nanti akan menyusahkan
orang yang bersangkutan. Orang dengan karakteristik ini, cenderung akan
melakukan semuanya secara sendiri dan mengandalkan kemampuan dirinya
sendiri.
3. Yasta’in wa la yu’in, Yakni orang yang tidak mau menolong, tetapi hanya mau
ditolong saja. Karakter manusia seperti ini biasanya ketika tengah menghadapi
kesulitan dan masalah, selalu mencari orang lain untuk membantunya. Namun,
ketika orang lain membutuhkan pertolongannya kembali, dirinya selalu
memberikan alasan dan menghindarinya.
4. Yu’in wa la yasta’in, Yakni orang yang selalu menolong orang lain, tetapi
dirinya tidak berharap menerima balasan atas pertolongannya. Biasanya, orang
dengan karakter ini cenderung memiliki ilmu ikhlas yang tinggi dan melakukan
semuanya semata-mata karena Allah SWT.
Prinsip ta'awun (‫ )تعاون‬dalam Islam mengacu pada konsep kerjasama atau
saling tolong-menolong. Berikut adalah beberapa cara penerapan prinsip ta'awun
dalam kehidupan sehari-hari:
1. Memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan, baik dalam bentuk
materi, waktu, atau keterampilan.

13
https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6462520/arti-taawun-dalam-agama-islam-dan-
penjelasan-dalilnya
2. Terlibat dalam kegiatan amal atau organisasi sukarela untuk membantu mereka
yang kurang beruntung.
3. Menawarkan bantuan kepada tetangga atau teman ketika mereka membutuhkan.
4. Terlibat dalam proyek-proyek komunitas yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup masyarakat setempat.
5. Bersedia memberikan bantuan kepada rekan kerja yang membutuhkan.
6. Memberikan bantuan atau dukungan kepada mereka yang membutuhkan
bantuan pendidikan.
7. Memberikan bantuan atau dukungan kepada mereka yang terkena bencana alam
atau situasi darurat.
8. Berpartisipasi dalam kegiatan bantuan kemanusiaan dan penyelamatan.
Penerapan prinsip ta'awun dalam kehidupan sehari-hari melibatkan sikap
terbuka, kepedulian terhadap kebutuhan orang lain, dan kesiapan untuk
memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan sesama. Dengan melakukan
ini, seseorang dapat menciptakan lingkungan yang harmonis dan berkontribusi
pada kesejahteraan bersama.

G. Prinsip Tasamuh

Dalam pengertian secara umum, tasamuh ini dapat diartikan sebagai sikap
atau akhlak terpuji pada pergaulan, di mana terdapat rasa saling menghargai antara
sesama manusia dalam batas-batas yang telah digariskan oleh ajaran Islam”. Ada
beberapa orang yang mengartikan tasamuh atau toleransi ini sebagai sikap
menerima dan damai terhadap keadaan yang dihadapinya, salah satunya adalah
toleransi agama. Nah dari sini, tasamuh juga dapat dimaknai sebagai “toleransi
beragama”.14
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tasamuh atau toleransi yang sebenarnya
bukanlah dengan mencampur-adukkan keimanan dan ritual agama Islam dengan

14
Sabir, M. (2016). Wawasan hadis tentang tasamuh (toleransi)(suatu kajian hadis tematik). Jurnal
Ilmiah Al-Syir'ah, 9(2).
agama non Islam, melainkan menghargai akan eksistensi agama dan ritual dari
agama orang lain. Yap, tasamuh atau toleransi ini juga dapat condong pada
konteks sosial, budaya, dan agama, dengan tidak melakukan aksi diskriminasi
terhadap umat minoritas dalam kehidupan bermasyarakat.
Aspek-Aspek Dalam Tasamuh, Dalam menerapkan akhlak tasamuh ini
memiliki beberapa aspek, yakni sebagai berikut:
1. Mengasihi dan Menyayangi Orang Lain
Dari adanya kasih sayang atau rasa untuk saling mengasihi sekaligus
menyayangi terhadap orang lain, tentu saja akan menjadikan seseorang bersikap
empati. Dari sikap empati tersebut, nantinya seseorang tersebut mampu
merespon segala peristiwa dan tindakan yang dilakukan oleh orang lain yang
ada di sekitarnya. Mulai dari saling tolong menolong hingga menerima 15 adanya
kelebihan maupun kekurangan yang dimiliki oleh orang lain,
2. Menjaga Kedamaian
Menjaga kedamaian terutama ketika tengah menjalin hubungan dengan orang
lain yang memiliki perbedaan agama tentu saja menjadi aspek dalam tasamuh
ini. Dalam upaya menjaga kedamaian tersebut, kita tidak boleh memaksakan
kehendak untuk bersatu dalam aqidah, sebab pada dasarnya agama dan
ibadahnya sudah berbeda. Cara lain untuk menjaga kedamaian ini adalah saling
memaafkan, tidak ada dendam dan prasangka jelek, tidak memaksakan
kehendak, tidak menyakiti baik dalam lisan maupun perbuatan, adanya rasa
saling empati ketika tengah menyelesaikan masalah.
3. Berbuat Kebajikan
Maksudnya adalah dengan berbuat baik melalui perilaku yang layak terhadap
sesama manusia meskipun mereka memiliki perbedaan agama dengan kita.
Perilaku yang layak tersebut dapat berupa adanya interaksi secara baik, saling
memaafkan, dan saling memuliakan antar sesama.
4. Berlaku Adil

15
Jamarudin, A. (2016). Membangun Tasamuh Keberagamaan Dalam Perspektif Al-
Qur’an. TOLERANSI: Media Ilmiah Komunikasi Umat Beragama, 8(2), 170-187.
Kita tentu saja harus memperlakukan orang lain secara baik dan adil. Adil
disini maksudnya adalah menyeimbangkan dan menyesuaikan hak yang
diterima oleh seluruh orang secara proporsional. Dengan kata lain, kita tidak
boleh membeda-bedakan dan berlaku diskriminasi terhadap orang lain,
terutama kepada umat minoritas.
Sama halnya dengan toleransi, akhlak tasamuh ini juga memiliki dua macam,
yakni akhlak tasamuh terhadap muslim dan akhlak tasamuh terhadap non muslim.
Contoh Tasamuh Beragama Dalam Kehidupan Bermasyarakat
1. Memperbolehkan teman atau individu lain beribadah sesuai dengan agama
mereka.
2. Tidak memaksakan orang lain untuk berpindah keyakinan.
3. Tidak melakukan diskriminasi terutama pada agama minoritas.
4. Tidak mengganggu proses ibadah orang lain.
5. Tidak mencela dan merendahkan agama orang lain.
6. Tidak menjadikan agama orang lain sebagai bahan gurauan..
7. Berteman dengan semua orang, tanpa memandang apa latar belakang agama
mereka.
8. Menghormati adanya perayaan hari besar keagamaan dari umat lain.
9. Tetap menjaga silaturahmi dengan tetangga, teman, maupun rekan kerja yang
berbeda agama.
10. Tetap menolong orang lain yang tengah tertimpa musibah walaupun latar
belakang agama mereka berbeda dengan kita.
Dalam kehidupan sehari-hari ini, penerapan akhlak tasamuh ini ternyata
mampu memberikan manfaat bagi pelakunya, manfaat Tasamuh dalam kehidupan
sehari - hari yakni berupa, Menjalin persatuan dan kesatuan dalam hidup
bermasyarakat, Terwujudnya ketenangan dan terhindar dari berbagai konflik,
Menimbulkan sikap saling menghormati antar sesama, Terwujudnya kerukunan
dan terhindar dari perpecahan antar golongan, Menghilangkan fitnah, kebencian,
dan dendam antar golongan, Menciptakan rasa aman, tenang, tentram, dan damai
di kehidupan bermasyarakat.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Prinsip-prinsip hukum syariah adalah seperangkat aturan dan nilai-nilai yang


mendasari sistem hukum Islam. Beberapa prinsip hukum syariah yang penting
meliputi:
1. Tauhid adalah dasar agama Islam yang menjadikan Allah Swt adalah satu. Dari
kalimat syahadat ini menunjukkan bahwa tauhid adalah inti dan landasan
seluruh ajaran Islam. Dengan mengikrarkan kalimat pertama, seorang muslim
memantapkan diri untuk menjadikan hanya Allah sebagai tujuan, motivasi, dan
jalan hidup. Dalam ajaran tauhid, paling tidak ada tiga hal mendasar yang
dibicarakan. Penerapan prinsip ketauhidan dalam kehidupan sehari-hari
mencakup berbagai aspek, dari ibadah formal hingga tindakan dan sikap sehari-
hari.
2. Keadilan keadilan diartikan sebagai segala bentuk tindakan, keputusan, dan
perlakuan yang adil, tidak melebihikan bahkan mengurangi dari pada yang
semestinya dan sewajarnya, tidak keterpihakan meskipun harus menghadapi
konsekuensi- konsekuensi tertentu. Berlaku adil terhadap semua orang tanpa
membeda-bedakan antara yang kuat dan yang lemah, kulit putih dan hitam,
Muslim dan non Muslim serta berkuasa dan rakyat. Penerapan prinsip keadilan
dalam Islam dapat dilakukan melalui berbagai cara dalam berbagai aspek
kehidupan.
3. Amar ma’ruf nahi munkar secara bahasa amar ma’ruf artinya menyuruh orang
berbuat baik, sementara nahi munkar artinya melarang orang berbuat yang
jahat. "Amar ma'ruf nahi munkar" adalah konsep dalam Islam yang berasal dari
Al-Qur'an dan Hadits. Ini mencakup segala bentuk tindakan yang dapat
membawa manfaat positif bagi individu dan masyarakat.
4. Al-Hurriyah berasal dari kata Arab “hurrun”, memiliki asal kata “harra-
yahaaru” yakni menjadi bebas , Islam menghormati dan mengakui nilai
kebebasan, tetapi konsep ini diartikan dalam konteks tertentu dan dengan
batasan moral dan etika Islam. Islam menghormati kebebasan beragama, dan
Al-Qur'an secara eksplisit menyatakan bahwa "Tidak ada paksaan dalam
agama" (Q.S. Al-Baqarah [2]: 256).
5. Musawah berarti kesejajaran atau kesetaraan. Artinya, tidak ada pihak yang
merasa lebih tinggi dari yang lain, sehingga dapat memaksakan kehendaknya.
Dengan adanya musawah, diskriminasi antar masyarakat tidak akan terjadi.
Diskriminasi kepada orang yang berkulit hitam, orang berkebutuhan khusus,
orang miskin, dan lain sebagainya bisa dihindari dengan teori musawah ini
6. Ta’awun ini adalah sifat saling tolong-menolong di antara sesama manusia
dalam hal kebaikan yang mana merupakan kewajiban setiap muslim sekaligus
ciri khas umat muslim sejak zaman Rasulullah SAW. Sebagaimana yang telah
dituliskan sebelumnya bahwa manusia itu adalah makhluk sosial yang akan
selalu membutuhkan bantuan dari manusia lain dari dirinya lahir hingga
meninggal dunia.
7. Tasamuh ini dapat diartikan sebagai sikap atau akhlak terpuji pada pergaulan, di
mana terdapat rasa saling menghargai antara sesama manusia dalam batas-batas
yang telah digariskan oleh ajaran Islam”. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
tasamuh atau toleransi yang sebenarnya bukanlah dengan mencampur-adukkan
keimanan dan ritual agama Islam dengan agama non Islam, melainkan
menghargai akan eksistensi agama dan ritual dari agama orang lain.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran umum yang dapat dipertimbangkan


terkait dengan prinsip-prinsip hukum Islam:
1. Kontekstualisasi: Prinsip-prinsip hukum Islam perlu diterapkan dengan
memahami konteks zaman dan tempat. Ini memungkinkan adaptasi hukum
Islam agar relevan dan sesuai dengan perubahan dalam masyarakat dan
teknologi.
2. Penegakan Hukum yang Adil: Penting untuk memastikan bahwa prinsip-
prinsip hukum Islam diterapkan dengan adil dan setiap individu mendapatkan
perlakuan yang sama di bawah hukum. Perlindungan hak asasi manusia dan
keadilan harus menjadi prioritas.
3. Pendidikan Hukum Islam: Meningkatkan pemahaman tentang prinsip-prinsip
hukum Islam di antara umat Islam dan non-Muslim adalah penting. Pendidikan
hukum Islam yang komprehensif dapat membantu individu memahami hak dan
tanggung jawab mereka dalam konteks agama dan hukum.
4. Dialog antaragama: Mendorong dialog antaragama dan antarbudaya dapat
membantu membangun pemahaman yang lebih baik tentang prinsip-prinsip
hukum Islam dan mengatasi stereotip dan mispersepsi.
5. Kerjasama antarumat beragama: Mendorong kerjasama positif antara umat
Islam dan komunitas beragama lain dalam mempromosikan toleransi,
perdamaian, dan keharmonisan adalah hal yang penting.
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, R. (2015). Pendidikan multikultural: pengertian, prinsip, dan relevansinya


dengan tujuan pendidikan Islam. Addin, 7(1).
Setiawan, E. (2017). Pemikiran Abdurrahman Wahid tentang Prinsip Pendidikan
Islam Multikultural Berwawasan Keindonesiaan. Edukasia Islamika: Jurnal
Pendidikan Islam, 2(1), 32-45.

Ria, W. R., & Zulfikar, M. (2017). Ilmu Hukum Islam.

Wibowo, M. K. B. (2021). RUANG LINGKUP HUKUM ISLAM. Mamba'ul'Ulum,


118-124.
Ishak, A. (2013). Ciri-Ciri Hukum Islam. Al-Mizan (e-Journal), 9(1), 62-76.
Rangkuti, A. (2017). Konsep keadilan dalam perspektif Islam. TAZKIYA: Jurnal
Pendidikan Islam, 6(1).
Hanafi, A. H. (2020). Majelis Pengkajian Tauhid Tasawuf dan Aktualisasi
Ketauhidan. Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI), 1(2), 182-198. Syeikh,
A. K. (2018). Rekonstruksi Makna Dan Metode Penerapan Amar Ma’ruf Nahi
Munkar Berdasarkan Al-Qur’an. Al-Idarah: Jurnal Manajemen dan
Administrasi Islam, 2(2), 1-22.
Ruhana, A. S. KONSEP MUSAWAH BERAGAMA DALAM MULTIAGAMA
SYAHRIL. LITERASI MULTIKULTURAL BERBASIS AGAMA ISLAM, 141.
Hijrati, R. (2020). Konsep Ta’awun Menurut Al-Qur’an Dan Pengembangannya
Dalam Konseling Islam (Doctoral dissertation, UIN AR-RANIRY).
Sabir, M. (2016). Wawasan hadis tentang tasamuh (toleransi)(suatu kajian hadis
tematik). Jurnal Ilmiah Al-Syir'ah, 9(2).
Amrullah, K., & Azzahra, F. (2019). Al-Hurriyah fi Manzur Ma’had Darussalam
Gontor. Tasfiyah: Jurnal Pemikiran Islam, 3(2), 151-163.
https://fai.uma.ac.id/2023/02/15/pengertian-hukum-islam-dan-sumbernya/
PERTANYAAN

1. Bagaimana prinsip keadilan diterapkan dalam industri keuangan syariah?


(Muhammad Frialdi Pratama 2023310059)
Jawab : Industri keuangan syariah didasarkan pada prinsip keberlanjutan dan
keadilan. Transaksi harus adil dan tidak merugikan pihak-pihak yang terlibat.
Semua pihak harus mendapatkan manfaat yang wajar dari transaksi tersebut.
Model bagi hasil, seperti mudarabah dan musharakah, mengutamakan keadilan
dalam pembagian laba dan kerugian. Keadilan di sini mencakup pembagian hasil
yang proporsional antara pihak-pihak yang terlibat dalam investasi atau usaha
bersama. Prinsip larangan riba menjamin keadilan dalam transaksi keuangan
dengan menghindari eksploitasi. Dalam sistem keuangan syariah, tidak
diperbolehkan mendapatkan keuntungan dari bunga atau faedah.

2. Bagaimana penerapan prinsip amar maruf nahi munkar dalam masyaakat?


(Riski Septian 2023310046)
Jawab : Contoh amar ma ruf nahi munkar dalam kehidupan sehari hari selain
membantu orang lain, kita juga bisa menjaga kebaikan di sekitar kita, menjaga
lingkungan dengan menghentikan orang-orang yang melakukan pencemaran, serta
menyebarkan informasi yang bermanfaat dan benar.

3. Orang yang menegakkan amar ma’ruf nahi munkar dalam kehidupan sehari hari
apa yang didapatkan oleh orang yang melaksanakan nya ? (AfrilIa Duwi Wijaya
2023310034)
Jawab: Keutamaan dalam melaksanakan amar ma ruf Nahi Munkar Allah
mengatakan bahwa orang yang menyeru amar ma'ruf nahi mungkar termasuk
dalam golongan orang-orang yang beruntung. Sebab, mereka akan selalu dinaungi
oleh kebenaran dan dijauhkan dari keburukan. Agar terciptanya kehidupan
masyarakat yang menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang
mungkar.

4. Bagaimana implementasi toleransi beragama tapi oleh pihak yang non muslim ?
(Barra Risky Putra Pratama 2023310054)
Jawab : Implementasi toleransi beragama oleh pihak yang non-Muslim melibatkan
sikap terbuka, penghormatan, dan kerjasama antarumat beragama tanpa adanya
diskriminasi atau ketidakadilan berdasarkan keyakinan agama. Menghormati
tempat-tempat ibadah agama lain dan menghindari tindakan yang dapat merusak
atau menghina tempat-tempat tersebut.
Mendorong rasa aman dan keamanan bagi umat beragama lain untuk menjalankan
ibadah mereka. Meninggalkan stereotip dan prasangka terhadap umat beragama
lain.Terlibat dalam kegiatan atau proyek bersama yang melibatkan masyarakat
beragam.

5. Apakah mencari kebenaran di dalam kitab suci lain itu termasuk kejahatan?
(Gren Canadiaz Ivanop 2023310048)
Jawab : Tidak, mencari kebenaran atau mempelajari kitab suci dari agama lain
tidak dianggap sebagai kejahatan dalam Islam. Islam mengajarkan pentingnya
pengetahuan, kebijaksanaan, dan pemahaman, termasuk tentang agama-agama
lain. Ada beberapa ayat dalam Al-Qur'an yang menekankan pada pentingnya
pengetahuan dan penelitian, "Dan Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama
(segala sesuatu), kemudian diperlihatkannya kepada malaikat-malaikat lalu Allah
berfirman: 'Beritahukanlah kepada-Ku nama-nama benda-benda ini jika kamu
memang orang-orang yang benar.'" (Q.S. Al-Baqarah [2:31]) "Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal." (Q.S. Ali Imran [3:190])
6. Dalam prinsip mussawah hal apa saja yang bisa dilakukan dalam lingkungan
keluarga ? (Tirta Aluna Gemilang 2023310053)
Jawab : Prinsip musawah dalam konteks keluarga berkaitan dengan prinsip
kesetaraan dan keadilan di antara anggota keluarga, termasuk antara suami, istri,
dan anak-anak. Beberapa hal yang bisa dilakukan dalam lingkungan keluarga
untuk menerapkan prinsip musawah adalah:
1. Partisipasi anggota keluarga dalam Pengambilan Keputusan.
2. Pembagian Tugas Rumah Tangga yang Adil.
3. Membangun komunikasi yang terbuka antara semua anggota keluarga untuk
memahami perasaan, kebutuhan, dan harapan masing-masing.
4. Memberikan contoh positif mengenai kesetaraan, kerjasama, dan penghargaan
satu sama lain kepada anggota keluarga lainnya.
5. Memberikan dukungan dan motivasi kepada semua anggota keluarga untuk
mengejar impian dan tujuan mereka tanpa batasan gender atau stereotip yang
membatasi.
7. Bagaimana hukumnya seorang muslim yang ikut merayakan natal ? (Syerra
Anggita 2023310033)
Jawab : Berdasarkan sudut pandang mayoritas ulama, berpartisipasi dalam
perayaan agama lain yang melibatkan ritual keagamaan yang bertentangan dengan
ajaran Islam tidak disarankan. Masing-masing individu perlu merenungkan dan
mempertimbangkan implikasi agama dan keyakinan pribadi mereka dalam hal ini.
Menjaga identitas keagamaan, menjauhi syirik (penyekutuan dalam ibadah), dan
mematuhi prinsip-prinsip keagamaan Islam adalah penting dalam pengambilan
keputusan terkait merayakan Natal.

Anda mungkin juga menyukai